Anda di halaman 1dari 22

Operasi Biner

Soal-soal
Grup
Grup Tak Komutatif
Grup Dihedral
Soal-soal
Beberapa Sifat Grup
Ketunggalan Identitas dan Unsur Invers
Hukum Pembatalan dan Sifat Per-
pangkatan
Soal-soal
Sisa Bilangan Bulat
Kelas Residu

2. Grup

2.1 Operasi Biner


Pandang himpunan bilangan bulat Z. Ketika kita menjumlahkan dua bilangan bulat a dan b
kita memperoleh bilangan bulat lain a + b. Dengan demikian penjumlahan di Z adalah aturan
yang mengaitkan setiap pasang bilangan bulat (a, b) dengan bilangan bulat lain a + b. Jadi
penjumlahan bilangan bulat adalah pemetaan dari Z × Z ke Z dengan aturan pengaitan diberikan
oleh (a, b) 7→ a + b.
Dengan melihat contoh di atas, kita bisa definisikan operasi pada himpunan sebagai berikut:

Definisi 2.1.1 Operasi Biner pada himpunan A adalah pemetaan dari A × A ke A. ♠

Selanjutnya operasi biner ini kita sebut sebagai operasi saja tanpa ada tambahan kata biner
dibelakangnya. Bila kita mempunyai pemetaan f : A × A → A, biasanya kita menuliskan peta
dari (a, b) sebagai f (a, b). Karena f (a, b) ∈ A, kita bisa mengoperasikannya dengan unsur c ∈ A
yang lain. Hasil operasi f terhadap pasang ( f (a, b), c) adalah f ( f (a, b), c). Bisa kita lihat bahwa
penulisan semacam ini sangat tidak nyaman. Karenanya, alih-alih memberi nama operasi dengan
nama yang umum untuk fungsi, seperti f , kita akan menggunakan nama seperti ? untuk suatu
operasi.
Untuk operasi ? : A × A → A kita kaitkan (a, b) dengan a ? b. Sekarang dengan notasi ini, jika
kita ingin mengoperasikan a ? b dengan unsur c ∈ A yang lain, kita dapatkan (a ? b) ? c. Notasi
ini terlihat lebih sederhana dibanding dengan notasi f ( f (a, b), c) sebelumnya.

Diskusi 2.1. Apakah ? yang didefinisikan di N melalui a ? b := a − b merupakan operasi di


N? ♣

Diskusi 2.2. Tinjau operasi + pada bilangan bulat Z. Misalkan O dan E berturut-turut
menyatakan himpunan bilangan bulat ganjil dan himpunan bilangan bulat genap. Tunjukkan
bahwa + juga merupakan operasi pada E. Apakah hal yang serupa berlaku untuk O? ♣

Contoh 2.1 Misalkan A = {a, b}. Untuk mendefinisikan operasi ∗ pada A, kita harus mengait-
kan semua pasang di A × A dengan suatu unsur di A. Salah satu cara adalah dengan mendaftarkan
30 Bab 2. Grup

semua unsur di A ×A dan kita kaitkan masing-masing pasang tersebut dengan unsur di A. Sebagai
contoh kita bisa mendefinisikan ? sebagai berikut:

a?a = b a?b = a
b?a = b b?b = a

Informasi pendefinisian operasi di atas bisa kita sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

* a b
a b a
b b a

Perhatikan bahwa kita hanya bisa menerapkan operasi ini setiap saatnya kepada dua unsur di
A. Untuk sementara notasi a ? b ? a tidak mempunyai arti, karena ini melibatkan tiga unsur. Di
lain pihak, kita bisa menghitung (a ? b) ? b atau a ? (b ? b). Notasi (a ? b) ? b mempunyai arti kita
pertama operasikan dulu a dan b dan kemudian hasilnya kita operasikan lagi dengan b. Untuk
notasi yang kedua, a ? (b ? b), kita lakukan operasi antara a dengan hasil pengoperasian b dan b.
Ketika bekerja dengan suatu operasi yang baru kita harus bisa melepaskan diri dari sifat-
sifat operasi yang telah kita kenal. Sebagai contoh, karena terbiasa dengan perkalian bilangan
real, kita cenderung berasumsi bahwa sifat (ab)c = a(bc) berlaku juga untuk operasi yang lain.
Perhatikan bahwa untuk operasi ? di atas,

(a ? b) ? b = a ? b = a

sedangkan

a ? (b ? b) = a ? a = b.

Jadi (a ? b) ? b 6= a ? (b ? b). 

Diskusi 2.3. Misalkan A = {a, b}. Ada berapa banyak operasi biner yang bisa didefinisikan
pada A? ♣

 Contoh 2.2 Misalkan H adalah koleksi semua subhimpunan dari {1, 2, 3, 4}. Jika A, B ∈ H ,
notasi A + B tidak punya arti tertentu, karena yang kita jumlahkan biasanya adalah bilangan.
Mengingat hal tersebut, kita bisa mendefinisikan operasi yang menggunakan simbol + pada H ,
misalnya dengan mendefinisikan A + B := A ∪ B. Pendefinisian ini kita baca sebagai berikut:
setiap kali kita menjumpai notasi A + B, ia harus kita baca sebagai A ∪ B. Sebagai contoh,
{1, 3, 4} + {2, 3} = {1, 3, 4} ∪ {2, 3} = {1, 2, 3, 4}. 

 Contoh 2.3 Pendefinisian operasi yang baru seringkali juga menggunakan operasi yang sudah
kita ketahui sebelumnya. Misalnya kita ingin mendefinisikan suatu operasi ? pada himpunan
R. Pada himpunan ini kita sudah mengetahui dua macam operasi, yakni penjumlahan (+) dan
perkalian (·). Sekarang misalkan kita mendefinisikan operasi ? sebagai berikut

a ? b := (a · b) + a

Jika operasi penjumlahan dan perkalian di bilangan real keduanya memenuhi a + b = b + a dan
a · b = b · a, apakah sifat yang sama dipenuhi oleh ?? Dengan kata lain, apakah a ? b = b ? a?
Perhatikan bahwa a ? b = (a · b) + a sedangkan b ? a = (b · a) + b. Jika a ? b = b ? a, maka
(a · b) + a = (b · a) + b. Akibatnya, a = b (mengapa?). Dan tentunya ini tidak selalu benar. Ini
2.1 Operasi Biner 31

menunjukkan bahwa jika sejak awal kita pilih a dan b sehingga mereka berbeda, dipastikan
bahwa a ? b 6= b ? a.
Untuk lebih meyakinkan, biasanya kita memberikan contoh spesifik yang menunjukkan
bahwa memang a ? b berbeda dengan b ? a. Sebagai contoh, dengan mengambil a = 0 dan b = 1
kita peroleh 0 ? 1 = (0 · 1) + 0 = 0 sedangkan 1 ? 0 = (1 · 0) + 1 = 1. Jadi 0 ? 1 6= 1 ? 0 dan ini
berakibat a ? b = b ? a tidak berlaku secara umum.


Definisi 2.1.2 Suatu operasi ? pada A dikatakan


◦ asosiatif , jika untuk setiap a, b, c ∈ A berlaku a ? (b ? c) = (a ? b) ? c.
◦ komutatif , jika untuk setiap a, b ∈ A berlaku a ? b = b ? a.

Dengan menggunakan definisi ini maka operasi yang diberikan pada Contoh 2.1 tidak
asosiatif sedangkan operasi pada Contoh 2.3 tidak komutatif.

Diskusi 2.4.
(a) Apakah operasi pada Contoh 2.1 bersifat komutatif?
(b) Apakah operasi pada Contoh 2.3 bersifat asosiatif?

Diskusi 2.5. Misalkan A = {a, b}. Berikan contoh operasi pada A yang bersifat
(a) komutatif tetapi tidak asosiatif.
(b) asosiatif tetapi tidak komutatif.

Jika kita mengacu kepada sifat operasi + dan · pada bilangan real, selain mereka memiliki
sifat asosiatif dan komutatif ada sifat lainnya yang dimiliki oleh kedua operasi ini. Perhatikan
bahwa 0 dan 1 adalah bilangan real yang bersifat

0 + a = a dan a + 0 = a untuk setiap a ∈ R

dan

1 · a = a dan a · 1 = a untuk setiap a ∈ R

Disini kita katakah bahwa 0 merupakan unsur identitas operasi penjumlahan dan 1 merupakan
unsur identitas operasi perkalian.
Untuk unsur identitas dari operasi yang lebih umum kita definisikan sebagai berikut:

Definisi 2.1.3 Misalkan ? adalah operasi pada A. Unsur e ∈ A dikatakan sebagai unsur
identitas dari operasi ? jika untuk setiap a ∈ A berlaku

a ? e = a dan e ? a = a.

 Contoh 2.4 Definisikan operasi ? pada R melalui

a ? b := a + b + 1.
32 Bab 2. Grup

Apakah operasi ini memiliki unsur identitas? Agar suatu unsur e ∈ R merupakan unsur identitas,
paling tidak haruslah a ? e = a untuk setiap a ∈ R. Akan tetapi ini berakibat

a = a?e
= a + e + 1 (definisi operasi ?)

Ini mengakibatkan 0 = e + 1 dan dari sini kita peroleh e = −1. Apa yang telah kita lakukan
menunjukkan bahwa agar persamaan a ? e = a dipenuhi, maka haruslah e = −1. Apakah ini
sudah menjamin bahwa −1 merupakan identitas dari operasi ?? Belum! Ingat agar suatu e bisa
kita katakan unsur identitas, ia harus memenuhi dua syarat, yang pertama a ? e = a untuk setiap
a dan yang kedua e ? a = a untuk setiap a. Tetapi paling tidak kita punya sebuah unsur yang bisa
menjadi kandidat unsur identitas. Untuk menentukan apakah kandidat ini memang betul-betul
unsur identitas kita harus kembali ke definisi dan mememeriksanya secara langsung.
Perhatikan bahwa untuk setiap a ∈ R berlaku

a ? (−1) = a + (−1) + 1 = a

dan

(−1) ? a = (−1) + a + 1 = a.

Jadi benar bahwa −1 adalah unsur identitas dari operasi ? pada R. 

Diskusi 2.6. Definisikan operasi ? pada Z melalui a ? b = a + b − ab untuk setiap a, b ∈ Z.


Apakah operasi ? memiliki unsur identitas? ♣

Diskusi 2.7. Unsur x disebut sebagai unsur identitas kiri dari operasi ? di A jika untuk setiap
a ∈ A berlaku x ? a = a. Serupa dengan itu, y disebut identitas kanan dari operasi ? jika untuk
setiap a ∈ A berlaku a ? y =a.
1. Misalkan M = { ac db : a, b, c, d ∈ Z}. Cari suatu himpunan bagian S ⊆ M sedemikian
sehingga operasi perkalian matriks pada S memiliki identitas kiri tapi tidak memiliki
identitas kanan.
2. Jika suatu operasi ? pada A sekaligus memiliki unsur identitas kiri x dan identitas kanan
y, haruskah x = y?

Diskusi 2.8. Misalkan ? adalah operasi pada A yang mempunyai unsur identitas dan untuk
setiap a, b, c di A berlaku

a ? (b ? c) = (a ? c) ? b.

Buktikan bahwa ? bersifat komutatif dan asosiatif. ♣

2.1.1 Soal-soal
1. Diantara operasi-operasi pada R yang didefinisikan berikut, yang mana saja yang memiliki
sifat asosiatif? komutatif ? memiliki unsur identitas?
(a) a ? b = 2017
(b) a ? b = a2 + b
2.2 Grup 33

(c) a ? b = 2a + b
(d) a ? b = a − b
(e) a ? b = 3ab
2. Misalkan A = {1, 2, . . . , n}. Nyatakan dengan Sn koleksi semua pemetaan f : A → A yang
satu-satu pada. Definisikan operasi ◦ pada Sn melalu pengaitan ( f , g) 7→ f ◦ g dengan f ◦ g
adalah komposisi dari g diikuti oleh f .
(a) Apakah operasi ◦ bersifat asosiatif?
(b) Apakah operasi ◦ bersifat komutatif?
(c) Jika syarat satu-satunya dihilangkan dari syarat keanggotaan di Sn , apakah ◦ tetap
merupakan operasi di Sn ?
3. Misalkan ? operasi yang bersifat asosiatif. Tunjukkan bahwa
a ? (b ? (c ? d)) = ((a ? b) ? c) ? d.
4. Misalkan A memiliki dua operasi ? dan ◦ yang masing-masing memiliki unsur identitas
(yang tidak harus sama). Misalkan untuk setiap a, b, c, d ∈ A berlaku
(a ? b) ◦ (c ? d) = (a ◦ c) ? (b ◦ d).
Tunjukkan bahwa ? dan ◦ adalah operasi yang sama dan operasi ini bersifat komutatif dan
asosiatif.

2.2 Grup
Ketika suatu himpunan A dilengkapi dengan operasi ?, untuk memberi penekanan terhadap
operasi tersebut, A akan kita tuliskan sebagai (A, ?). Hal ini penting terutama ketika suatu him-
punan memiliki lebih dari satu operasi. Sebagai contoh himpunan bilangan real R mempunyai
operasi penjumlahan dan perkalian. Untuk memberi penekanan operasi mana yang sedang kita
tinjau ketika kita bicara tentang R, kita masing-masing tuliskan R sebagai (R, +) atau (R, ·).
Kita akan meninjau sifat-sifat apa saja yang dimiliki oleh kedua operasi pada R tersebut.

Sifat-sifat (R, +).


◦ Penjumlahan bersifat asosiatif.
◦ Terdapat unsur identitas penjumlahan, yakni 0 ∈ R
◦ Untuk setiap a ∈ R terdapat −a ∈ R sehingga baik a + (−a) maupun (−a) + a keduanya
adalah identitas. Atau dengan kata lain untuk setiap a ∈ R terdapat −a ∈ R yang memenuhi
a + (−a) = 0 dan (−a) + a = 0
◦ Penjumlahan bersifat komutatif.
Bagaimana dengan operasi perkalian? Sifat-sifat apa saja yang dimiliki (R, ·)? Mudah kita
periksa bahwa perkalian bersifat asosiatif dan komutatif. Operasi perkalian di R juga memiliki
unsur identitas, yakni 1. Sekarang, untuk setiap a ∈ R apakah kita bisa selaku menemukan b ∈ R
sehingga a · b = 1 dan b · a = 1? Ya, kecuali ketika a = 0! Dengan demikian jika 0 kita keluarkan
dari R maka (R\{0}, ·) juga memiliki keempat sifat yang dimiliki oleh (R, +) di atas.
Sekarang kita akan abstraksikan keempat sifat yang dimiliki oleh (R, +) dan (R\{0}, ·) dan
memberikan nama khusus kepada himpunan yang memiliki keempat sifat tersebut.

Definisi 2.2.1 — Aksioma Grup. Himpunan A 6= 0/ yang dilengkapi operasi ? disebut sebagai
grup jika memenuhi:
(1) a ? (b ? c) = (a ? b) ? c untuk setiap a, b, c ∈ A (sifat asosiatif)
(2) terdapat e ∈ A (disebut unsur identitas operasi ?) sehingga untuk setiap unsur a ∈ A
34 Bab 2. Grup

berlaku

a ? e = a dan e ? a = a.

(3) untuk setiap a ∈ A terdapat b ∈ A (yang bergantung kepada a) yang memenuhi

a ? b = e dan b ? a = e.

Unsur b disebut sebagai invers dari a dan sering dituliskan sebagai a−1 .

Jika sebuah grup (A, ?) operasinya juga memenuhi sifat komutatif, maka A kita katakan sebagai
grup komutatif atau grup Abel.
Ketika kita membuat sejumlah aksioma yang menangkap esensi dari suatu objek yang hendak
kita abstraksikan, kita ingin aksioma yang harus dipenuhi sesedikit mungkin. Kita harus periksa
bahwa tidak ada aksioma yang bisa diturunkan dari beberapa aksioma lainnya. Dengan kata lain
kita ingin memastikan bahwa setiap aksioma yang disebutkan merupakan aksioma yang esensial
dan keberadaannya tidak bisa dihilangkan.
 Contoh 2.5 Pandang himpunan N ∪ {0} dengan operasi penjumlahan. Jelas bahwa penjum-
lahan di N ∪ {0} bersifat asosiatif dan 0 bertindak sebagai unsur identitas. Tetapi perhatikan
bahwa 1 tidak mempunyai invers penjumlahan di N ∪ {0}. Ini menunjukkan bahwa aksioma
grup yang ke (3) bukan merupakan akibat berlakunya aksioma (1) dan (2). 

Diskusi 2.9. Berikan contoh suatu operasi pada himpunan yang memenuhi aksioma (2) dan
(3) tapi tidak memenuhi (1). ♣

 Contoh 2.6 Di atas telah kita lihat bahwa (R, +) merupakan grup. Pada kuliah Aljabar Linier
Elementer, kita pernah mempelajari bahwa empat aksioma pertama dari ruang vektor yang terkait
dengan operasi jumlah, persis merupakan aksioma grup yang komutatif. Dengan demikian untuk
setiap ruang vektor V , (V, +) selalu merupakan grup komutatif. Contoh ini meliputi tapi tidak
terbatas pada ruang vektor Rn , ruang vektor himpunan matriks real berukuran m × n, himpunan
Pn (R) polinom real berderajat kurang dari sama dengan n dan sebagainya. 

 Contoh 2.7 Himpunan Z dan Q merupakan subhimpunan dari R. Jelas bahwa operasi
penjumlahan di R jika kita batasi pada masing-masing Z atau Q tetap berlaku. Mudah untuk
diperiksa bahwa (Z, +) dan (Q, +) merupakan grup. Situasi dimana subhimpunan dari suatu
grup tetap merupakan grup akan kita bahas pada subbab mengenai subgrup. Setelah kita ketahui
kriteria yang menjamin kapan suatu subhimpunan dari suatu grup juga merupakan grup kita akan
mendapat contoh grup yang lebih kaya. 

Diskusi 2.10. Periksa bahwa (Z, +) dan (Q, +) merupakan grup. ♣

 Contoh 2.8 Diberikan suatu himpunan A. Definisikan himpunan kuasa P(A) yang anggotanya
adalah semua himpunan bagian dari A. Definisikan operasi + pada P(A) melalui X +Y := X ∪Y
untuk setiap X,Y ∈ P(A).
Perhatikan bahwa untuk setiap X,Y, Z di P(A) berlaku

(X +Y ) + Z = (X ∪Y ) ∪ Z = X ∪Y ∪ Z = X ∪ (Y ∪ Z) = X + (Y + Z)

Himpunan kosong 0/ merupakan unsur identitas di (P(A), +) karena untuk setiap X ∈ P(A)
2.2 Grup 35

berlaku
X + 0/ = X ∪ 0/ = X dan 0/ + X = 0/ ∪ X = X
/ X tidak memiliki invers karena untuk setiap Y ∈ P(A) berlaku X ∪Y ⊇
Akan tetapi jika X 6= 0,
/ akibatnya X + Y 6= 0/ untuk setiap Y ∈ P(A). Karena kita bisa menemukan unsur di
X ⊃ 0,
P(A) yang tidak memiliki invers, maka (P(A), +) bukan merupakan grup. 

Diskusi 2.11. Didefinisikan operasi ? pada himpunan A = {1, 2, 3, 4, 5} melalui tabel di bawah
ini. Untuk menunjukkan bahwa (A, ?) bukan grup kita cukup tunjukkan ada salah satu aksioma
grup yang dilanggar. Pada soal ini tunjukkan semua aksioma grup yang dilanggar.

? 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
2 2 1 4 5 3
3 3 5 1 2 4
4 4 3 5 1 2
5 5 4 2 3 1

Berikut ini merupakan contoh tak trivial pertama dari grup.


 Contoh 2.9 Definisikan operasi ? pada R\{−1} melalui

a ? b = ab + a + b untuk setiap a, b ∈ R\{−1}


Kita pastikan terlebih dahulu bahwa memang a ? b ∈ R\−1 untuk setiap a, b ∈ R\−1. Misalkan
a, b ∈ R\{−1}. Maka a+1, b+1 6= 0 dan akibatnya 0 6= (a+1)(b+1) = ab+a+b+1. Dengan
demikian ab + a + b 6= −1.
◦ Ambil a, b, c ∈ R\{−1}. Perhatikan bahwa
(a ? b) ? c = (ab + a + b) ? c
= (ab + a + b)c + (ab + a + b) + c
= abc + ac + bc + ab + a + b + c
di lain pihak
a ? (b ? c) = a ? (bc + b + c)
= a(bc + b + c) + a + (bc + b + c)
= abc + ab + ac + a + bc + b + c
Karena penjumlahan biasa di R bersifat komutatif, maka
abc + ac + bc + ab + a + b + c = abc + ab + ac + a + bc + b + c
sehingga
(a ? b) ? c = a ? (b ? c)
◦ Untuk kemudahan langkah berikutnya kita buktikan terlebih dahulu sifat komutatifnya.
Ambil a, b ∈ R\{−1}. Perhatikan bahwa
a ? b = ab + a + b = ba + b + a = b ? a.
Jadi sifat komutatif dipenuhi.
36 Bab 2. Grup

◦ Untuk unsur identitas, kita akan melakukan analisis pendahuluan untuk membuat dugaan
apa yang menjadi unsur identitasnya. Jika e adalah unsur identitas, maka paling tidak
untuk setiap a ∈ R\{−1} haruslah berlaku

a = a ? e = ae + a + e

Dengan mencoret a dari kedua ruas kita peroleh 0 = ae + e = (a + 1)e. Karena a 6= −1


maka a + 1 6= 0. Dengan demikian agar (a + 1)e = 0 haruslah e = 0.
Langkah pencarian kandidat apa yang kira-kira akan menjadi unsur identitas yang sesuai
seperti diperlihatkan di atas bisa kita lakukan pada kertas buram yang tidak perlu kita
tunjukkan secara eksplisit pada eksposisi yang kita berikan. Untuk langkah formal menun-
jukkan bahwa memang unsur identitasnya adalah 0 bisa kita lakukan sebagai berikut.
Perhatikan bahwa untuk setiap a ∈ R\{−1} berlaku

a?0 = a·0+a+0 = a

Karena operasi ? komutatif, maka 0 ? a = a ? 0 = a. Jadi 0 adalah unsur identitas di


(R\{−1}, ?).
a
◦ Ambil a ∈ R\{−1}. Klaim bahwa invers dari a adalah b = − a+1 (coba lakukan analisis
pendahuluan seperti sebelumnya untuk melihat mengapa dipilih b yang seperti ini dan
juga tunjukkan bahwa b ∈ R\{−1} jika a ∈ R\{−1}). Perhatikan bahwa

a2 + a
   
a a
a ? b = ab + a + b = a − +a+ − = a− =0
a+1 a+1 a+1

Karena operasi ? komutatif, maka kita juga mendapatkan b ? a = a ? b = 0 dan kita


simpulkan bahwa b adalah invers dari a.
Dari semua langkah di atas kita simpulkan bahwa (R\{−1}, ?) merupakan grup komutatif. 

Diskusi 2.12. Untuk A dan operasi yang diberikan, periksa apakah A merupakan grup
(a) A = {0}, penjumlahan
(b) A = {−1, 1}, perkalian
(c) A = himpunan bilangan bulat , a ? b = a − b.
(d) A = himpunan bilangan real positif , perkalian
(e) A = {−1, 0, 1}, perkalian
(f) A = {2m : m ∈ Z}, perkalian
(g) A = matriks 2 × 2 dengan determinan positif , operasi perkalian matriks.

2.3 Grup Tak Komutatif


Semua contoh grup di atas merupakan grup komutatif. Berikut ini merupakan contoh pertama
kita tentang grup tak komutatif.
 Contoh 2.10 Pada Soal-soal 2.1.1 kita telah mendefinisikan himpunan Sn . Kita akan tinjau
kasus khusus dimana n = 3. Suatu unsur f ∈ S3 akan kita tuliskan sebagai
 
1 2 3
f= .
2 3 1
2.3 Grup Tak Komutatif 37

Notasi ini memiliki arti bahwa f adalah pemetaan dari {1, 2, 3} ke {1, 2, 3} dengan f (1) =
2, f (2) = 3 dan f (3) = 1. Berikut adalah semua unsur di S3 .
     
1 2 3 1 2 3 1 2 3
f0 = f1 = f2 =
1 2 3 1 3 2 2 1 3
     
1 2 3 1 2 3 1 2 3
f3 = f4 = f5 =
2 3 1 3 1 2 3 2 1

Manakala kita punya pemetaan f , g, h (dengan domain apapun) sehingga ( f ◦ g) ◦ h terdefinisi,


maka untuk setiap x di domain berlaku

( f ◦ g) ◦ h(x) = ( f ◦ g)(h(x)) = f (g(h(x))) .

Di sisi lain

f ◦ (g ◦ h)(x) = f ((g ◦ h) (x)) = f (g(h(x)))

Jadi secara umum ( f ◦ g) ◦ h = f ◦ (g ◦ h), yakni operasi komposisi selalu bersifat asosiatif.
Perhatikan bahwa pemetaan f0 adalah pemetaan identitas, memetakan setiap unsur di {1, 2, 3}
ke dirinya sendiri. Akibatnya untuk setiap i = 1, 2, 3, 4, 5 berlaku

fi ◦ f0 = fi dan f0 ◦ fi = fi .

Jadi f0 adalah unsur identitas di (S3 , ◦).


Untuk unsur invers, f3 dan f4 saling invers, sedang sisanya mempunyai invers dirinya sendiri.
Terakhir (S3 , ◦) bukan grup komutatif karena sebagai contoh f1 ◦ f2 = f4 sedangkan f2 ◦ f1 = f3 .


Berikut adalah contoh lain dari grup yang tidak komutatif.


 Contoh 2.11 Definisikan GLn (R) sebagai himpunan matriks dengan entri real berukuran n × n

yang mempunyai invers. Telah dipelajari di Aljabar Linier Elementer bahwa perkalian matriks
bersifat asosiatif tapi tidak bersifat komutatif (jika anda belum pernah melihat buktinya, silakan
coba buktikan). Unsur identitas di GLn (R) adalah matriks In , yakni matriks yang semua entri
diagonal utamanya 1 dan entri diluar itu semuanya nol. Kemudian sesuai definisi dari GLn (R)
setiap unsurnya memiliki invers perkalian. Jadi GLn (R) grup yang tidak komutatif. 

Diskusi 2.13. Untuk setiap a, b ∈ R definisikan pemetaan Ta,b : R → R melalui

Ta,b (x) := ax + b.

Definisikan T := {Ta,b : a 6= 0}. Tunjukkan bahwa (T , ◦) (disini ◦ merupakan komposisi)


merupakan grup. Apakah ia grup komutatif? ♣

Diskusi 2.14. Misalkan Q8 = {(a, b, c, d) | a, b, c, d ∈ Z dan a2 + b2 + c2 + d 2 = 1}. Defin-


isikan operasi ? di Q8 melalui

(a1 , b1 , c1 , d1 ) ? (a2 , b2 , c2 , d2 ) = (a3 , b3 , c3 , d3 )


38 Bab 2. Grup

dengan

a3 = a1 a2 − b1 b2 − c1 c2 − d1 d2
b3 = a1 b2 + b1 a2 + c1 d2 − d1 c2
c3 = a1 c2 − b1 d2 + c1 a2 + d1 b2
d3 = a1 d2 + b1 c2 − c1 b2 + d1 a2

(a) Daftarkan semua anggota di Q8 .


(b) Buat tabel perkalian operasi ? kemudian simpulkan apakah Q8 membentuk grup.

2.3.1 Grup Dihedral


Misalkan kita punya sekeping puzzle berbentuk persegi yang sudah menempati lubangnya.
Bagian luar dari puzzle berwarna merah sedangkan bagian dalamnya berwarna abu-abu. Mula-
mula penampakan puzzle seperti berikut

Untuk membedakan titik-titik sudutnya, masing-masing titik sudut kita nomori dengan 1,2 ,3,
dan 4. Kita boleh mencopot puzzle kemudian menempatkan puzzle ke lubangnya dengan cara
apapun. Salah satu cara misalnya adalah dengan memutar puzzle sejauh 90 derajat searah jarum
jam. Ketika kita melakukan hal tersebut maka posisi dari titik-titik sudutnya menjadi sebagai
berikut

Contoh lain misalkan kita bisa membalikkan keping puzzle kemudian menempatkannya ke dalam
lubang sehingga posisinya sebagai berikut

Misalkan D adalah himpunan semua perlakuan terhadap puzzle untuk menempatkan keping
persegi ke dalam lubangnya tanpa mengubah bentuk puzzle. Masing-masing perlakuan ini
kita sebut sebagai transformasi. Kita definisikan operasi ◦ pada D dengan T2 ◦ T1 mempunyai
arti pertama kita kenakan transformasi T1 pada keping yang kemudian diikuti transformasi T2 .
2.3 Grup Tak Komutatif 39

Jelas bahwa T2 ◦ T1 merupakan unsur di D untuk setiap T1 , T2 ∈ D. Ini menunjukkan operasi ◦


terdefinisi dengan baik.
Kita ingin mendaftarkan semua unsur di D. Empat di antara unsur di D adalah transformasi
membalikkan/mencerminkan keping masing-masing terhadap sumbu simetri `1 , `2 , `3 , dan `4 .

Keempat transformasi ini berturut-turut kita sebut sebagai t1 ,t2 ,t3 , dan t4 . Kemudian kita punya
transformasi r1 , r2 , r3 , dan r4 yang masing-masing merotasi persegi sebesar 90◦ , 180◦ , 270◦ ,
dan 360◦ . Karena setelah dirotasi 360◦ persegi akan kembali ke posisi semula, maka r4 adalah
transformasi yang membiarkan persegi apa adanya. Di atas kita telah mendaftarkan 8 transformasi
yang mungkin di D dan kita simpulkan bahwa |D| ≥ 8.
Misalkan T adalah sembarang unsur di D yang mentransformasi persegi sehingga angka
1 berubah posisinya menjadi di sudut kanan atas. Perhatikan bahwa karena transformasi tidak
mengubah bentuk keping persegi, maka setelah ditranformasi angka 1 tetap bertetangga dengan
angka 4 dengan angka 2. Karena hanya ada dua kemungkinan urutan, yakni 4 − 1 − 2 atau
2 − 1 − 4 (searah jarum jam), maka paling banyak ada dua macam transformasi yang membuat
posisi angka 1 berada di sudut kanan atas. Hal ini juga berlaku untuk setiap posisi angka 1 yang
mungkin (kiri-atas, kanan-atas, kanan-bawah, dan kiri-bawah). Dengan demikian kita simpulkan
bahwa |D| ≤ 8.
Karena |D| = 8 dan ri ,ti ∈ D untuk setiap i = 1, 2, 3, 4 maka kita simpulkan bahwa D = {ri ,ti :
1 ≤ i = 1, 2, 3, 4}. Perhatikan bahwa masing-masing transformasi ini dapat kita pandang sebagai
pemetaan dari {1, 2, 3, 4} ke {1, 2, 3, 4}. Sebagai contoh rotasi r1 memindahkan posisi angka
1 ke posisi angka 2, kita tulis r1 (1) = 2 dan berturut-turut r1 (2) = 3, r1 (3) = 4, dan r1 (4) = 1.
Dengan sudut pandang ini maka operasi ◦ merupakan operasi komposisi fungsi dan akibatnya
operasi ini merupakan operasi yang asosiatif di D. Berikutnya karena r4 adalah tranformasi
identitas yang tidak melakukan apapun, maka T ◦ r4 = T = r4 ◦ T untuk setiap transformasi T di
D. Jadi r4 adalah unsur identitas di D. Untuk setiap pencerminan ti jika kita lakukan pencerminan
yang sama sebanyak dua kali, sama dengan tidak melakukan apa-apa terhadap persegi, yakni
ti ◦ ti = r4 untuk setiap i. Di lain pihak r1 ◦ r3 = r4 = r3 ◦ r1 dan r2 ◦ r2 = r4 = r4 ◦ r4 . Jadi setiap
unsur di D memiliki invers dan kita simpulkan bahwa (D, ◦) membentuk suatu grup.

Diskusi 2.15. Tunjukkan bahwa (D, ◦) bukan grup komutatif. ♣

Diskusi 2.16. Misalkan t = t1 , r = r1 dan t −1 , r−1 berturut-turut adalah invers dari t dan r.
(a) Tunjukkan bahwa t ◦ r ◦ t −1 = r−1 .
(b) Tunjukkan bahwa D = {t i ◦ r j : i = 0, 1 dan j = 0, 1, 2, 3} (dengan t 0 = r0 adalah trans-
formasi identitas).

Secara umum kita bisa meninjau keping puzzle yang berbentuk segi-n beraturan. Kita
tuliskan dengan D2n himpunan semua transformasi memindahkan segi-n beraturan kembali ke
40 Bab 2. Grup

dalam lubangnya. Serupa dengan argumen untuk kasus khusus di atas, kita dapat buktikan bahwa
|D2n | = 2n dan D2n membentuk grup. Grup D2n disebut grup dihedral dengan 2n unsur. Secara
umum beberapa sifat mendasar dari D2n kita rangkumkan dalam teorema berikut. Teorema dapat
dibuktikan dengan menggunakan ide yang serupa seperti untuk D8 di atas.

Teorema 2.3.1. Misalkan r adalah rotasi sejauh 360◦ /n dan t merupakan pencerminan ter-
hadap suatu sumbu simetri pada segi-n beraturan. Maka

D2n = {t i ◦ r j : i = 0, 1; j = 0, 1, . . . , n − 1}

dan r,t memenuhi trt −1 = r−1 .

2.3.2 Soal-soal
1. Definisikan operasi ? pada Z sebagai berikut. Untuk setiap a, b ∈ Z, a ? b = a + b + 2017.
Apakah (Z, ?) merupakan grup?
2. Misalkan A = {(x, y) ∈ R2 : x 6= 0} dan operasi ? pada A didefinisikan melalui (a, b) ?
(c, d) = (ac, bc + d). Periksa apakah (G, ?) merupakan grup.
3. Misalkan A suatu grup. Ambil satu unsur tertentu z ∈ A. Definisikan operasi ? pada A
melalui a ? b := azb. Periksa apakah (A, ?) merupakan grup.
4. Diberikan himpunan A. Definisikan operasi 4 pada himpunan kuasa P(A) melalui

X4Y := (X ∪Y )\(X ∩Y ).

Periksa apakah (P(A), 4) merupakan grup.


5. Misalkan A = {a, b, c}. Definisikan operasi ? pada A melalui:

a ? x = a, b?x = b dan c ? x = c untuk setiap x ∈ A.

Tunjukkan:
(a) Operasi ? bersifat asosiatif.
(b) Terdapat e ∈ A sehingga x ? e = x untuk setiap x ∈ A.
(c) Untuk setiap x ∈ A terdapat y ∈ A sehingga y ? x = e
Meskipun terlihat memenuhi aksioma grup, tunjukkan bahwa (A, ?) bukan grup. Aksioma
grup yang mana yang tidak dipenuhi?
6. Misalkan (A, ?) takhampa dan asosiatif. Misalkan terdapat e ∈ A sehingga untuk setiap
x ∈ A berlaku x ? e = x. Kemudian juga untuk setiap x ∈ A terdapat y sehingga x ? y = e.
(a) Apa perbedaan sifat operasi ? dengan sifat operasi ? pada soal sebelumnya?
(b) Tunjukkan bahwa A suatu grup.

2.4 Beberapa Sifat Grup


Mulai saat ini dan seterusnya ketika kita bicara suatu grup umum A, kita akan selalu mengasum-
sikan bahwa operasi yang berlaku adalah operasi perkalian. Kemudian ketika kita bekerja di
grup (A, ·) kita tidak akan menuliskan notasi perkaliannya secara eksplisit. Sebagai contoh a · b
akan kita tuliskan sebagai ab saja.

2.4.1 Ketunggalan Identitas dan Unsur Invers

Teorema 2.4.1. Misalkan (A, ·) suatu grup. Maka


1. Terdapat tepat satu unsur identitas di (A, ·).
2.4 Beberapa Sifat Grup 41

2. Setiap unsur a ∈ A tepat memiliki satu buah invers.


3. Untuk setiap a ∈ A berlaku (a−1 )−1 = a.
4. Untuk setiap a, b ∈ A berlaku (ab)−1 = b−1 a−1

Bukti. 1. Misalkan e1 , e2 adalah unsur identitas. Dengan memandang e1 sebagai unsur


identitas, kita peroleh e1 e2 = e2 . Dilain pihak, dengan memandang e2 sebagai unsur
identitas diperoleh e1 e2 = e1 . Dengan demikian

e1 = e1 e2 = e2 .

2. Ambil a ∈ A. Misalkan b1 , b2 adalah invers dari a dan misalkan e adalah unsur identitas
(yang tunggal) di A. Perhatikan bahwa

b1 = b1 e definisi unsur identitas


= b1 (ab2 ) karena b2 invers dari a
= (b1 a)b2 sifat asosiatif
= eb2 karena b1 invers dari a
= b2 sifat unsur identitas

3. Perhatikan bahwa unsur (a−1 )−1 adalah unsur invers dari a−1 . Karena a−1 invers dari a
maka berlaku

aa−1 = e dan a−1 a = e.

Dengan demikian a memenuhi kriteria invers dari a−1 . Karena (a−1 )−1 dan a keduanya
invers dari a−1 dan invers dari setiap unsur di A bersifat tunggal, maka haruslah

(a−1 )−1 = a.

4. Unsur (ab)−1 adalah unsur invers dari ab. Dilain pihak

(ab)(b−1 a−1 ) = a(bb−1 )a−1 = aea−1 = aa−1 = e

dan

(b−1 a−1 )ab = b−1 (a−1 a)b = b−1 eb = b−1 b = e.

Jadi b−1 a−1 juga merupakan invers dari ab. Dari ketunggalan invers kita simpulkan bahwa

(ab)−1 = b−1 a−1 .

Diskusi 2.17. Misalkan A grup dengan identitas e. Tunjukkan bahwa jika xy = e maka yx = e.

Diskusi 2.18. Tunjukkan bahwa jika A = {a, b} grup, maka haruslah ia komutatif. ♣

Diskusi 2.19. Misalkan A grup. Buktikan bahwa untuk setiap bilangan asli n berlaku

(a−1 ba)n = a−1 bn a


42 Bab 2. Grup

2.4.2 Hukum Pembatalan dan Sifat Perpangkatan

Teorema 2.4.2 (Hukum Pembatalan). Misalkan a, b merupakan unsur di grup A.


1. (Pembatalan kanan) Jika terdapat a ∈ A sehingga ba = ca, maka b = c.
2. (Pembatalan kiri) Jika terdapat a ∈ A sehingga ab = ac, maka b = c.

Bukti. 1. Dengan mengalikan a−1 dari sebelah kanan persamaan ba = ca kita peroleh

baa−1 = caa−1
b = c.

2. Serupa dengan pembuktian di atas.




Diskusi 2.20. Misalkan G suatu grup. Gunakan hukum pembatalan untuk menunjukkan
bahwa tabel hasil operasi di G setiap baris dan setiap kolomnya tidak mengandung unsur yang
sama. ♣

 Contoh 2.12 Misalkan A = {a, b, c} suatu grup. Akan kita tunjukkan bahwa A haruslah
merupakan grup komutatif.
Karena ia grup, maka dia punya unsur identitas. Kita bisa asumsikan bahwa unsur identitas-
nya adalah a. Dengan demikian kita dapatkan tabel operasi berikut

* a b c
a a b c
b b ? ?
c c ? ?

Menurut Diskusi 2.20, dua tanda tanya di baris ketiga harus berisi dua unsur yang bukan b.
Jika mereka berturut-turut adalah a dan c
* a b c
a a b c
b b a c
c c ? ?

maka kita akan mendapatkan dua unsur c di kolom terakhir yang menurut Diskusi 2.20 tidak
mungkin terjadi.
Dengan demikian kedua tanda tanya di baris ketiga haruslah berturut-turut c dan a. Dengan
penalaran yang serupa kita harus tuliskan berturut-turut a dan b pada kedua tanda tanya di baris
terakhir untuk mendapatkan

* a b c
a a b c
b b c a
c c a b

Karena tabel ini simetris terhadap diagonal, maka A merupakan grup komutatif. 
2.4 Beberapa Sifat Grup 43

Misalkan (A, ·) suatu grup dengan unsur identitas e. Untuk setiap a ∈ A dan n ∈ Z definisikan
an sebagai berikut



 a| · a{z· · · a} jika n > 0


 n
an := e jika n = 0
 −1 −1 −1


 a · a {z · · · a } jika n < 0
|

|n|

Dengan definisi di atas kita peroleh sifat perpangkatan sebagaimana perpangkatan bilangan real
yang kita kenal.
Proposisi 2.4.3 Untuk setiap m, n ∈ Z dan a ∈ (A, ·) berlaku

am · an = am+n dan (am )n = amn

Diskusi 2.21. Buktikan Proposisi di atas. ♣

Diskusi 2.22. Misalkan A grup komutatif. Buktikan bahwa untuk setiap bilangan asli n dan
setiap a, b ∈ A berlaku (ab)n = an bn . ♣

Diskusi 2.23. Jika A grup hingga, tunjukkan bahwa terdapat bilangan asli N sehingga aN = e
untuk setiap a ∈ A. (Petunjuk: pandang himpunan {am : m ∈ N}) ♣

Kita sudah melihat bahwa di grup berlaku hukum pembatalan. Sekarang kita menanyakan hal
yang sebaliknya, jika kita punya suatu himpunan (A, ·) yang operasinya asosiatif dan memenuhi
hukum pembatalan, apakah A pasti merupakan suatu grup. Ketika A merupakan himpunan
berhingga ternyata jawabannya positif seperti yang diberikan pada proposisi berikut.
Proposisi 2.4.4 Misalkan (A, ·) himpunan berhingga takhampa yang dilengkapi operasi yang
asosiatif. Jika untuk setiap a, b, c di A berlaku: ac = bc mengakibatkan a = b dan ca = cb
mengakibatkan a = b, maka A suatu grup.

Bukti. Ambil a ∈ A dan tinjau himpunan {am : m ∈ N}. Karena A berhingga, tidak mungkin
semua am berbeda untuk semua nilai m ∈ N. Dengan demikian pastilah ada s,t ∈ N sehingga
as = at . Kita bisa asumsikan s > t dan kita tuliskan s = (t − 1) + (k + 1) untuk suatu k ∈ N.
Sekarang kita punyai at−1 · ak+1 = as = at = at−1 · a. Berdasarkan hukum pembatalan kita
peroleh ak+1 = a. Kita klaim bahwa ak merupakan unsur identitas di A. Untuk menunjukkan hal
ini kita harus membuktikan bahwa untuk setiap b ∈ A berlaku bak = b dan ak b = b.
Ambil b ∈ A sembarang. Perhatikan bahwa bak ·a = bak+1 = ba. Menurut hukum pembatalan
kita peroleh bak = b. Dengan cara serupa bisa kita tunjukkan juga bahwa ak b = b. Dengan
demikian ak merupakan unsur identitas.
Ambil sembarang b ∈ A. Dengan menggunakan argumen ketika kita memperoleh ak+1 = a,
kita bisa temukan suatu u ∈ N sehingga bu+1 = b. Akibatnya bu · b = bu+1 = b = ak · b. Dengan
hukum pembatalan kita peroleh bu = ak , atau dengan kata lain bu juga merupakan unsur identitas.
Sekarang bu = b · bu−1 dan bu−1 · b. Jadi bu−1 adalah invers dari b. 

Cara lain untuk pembuktian Proposisi di atas dapat dilihat pada Soal-soal 2.4.3 nomor 1.
44 Bab 2. Grup

Diskusi 2.24. Berikan sebuah contoh yang menunjukkan bahwa Proposisi 2.4.4 tidak berlaku
ketika A takberhingga. ♣

2.4.3 Soal-soal
1. Misalkan A himpunan berhingga yang dilengkapi dengan operasi yang asosiatif dan
memenuhi hukum pembatalan (lihat Teorema 2.4.2).
(a) Untuk setiap a ∈ A definisikan pemetaan `a : A → A dan ra : A → A melalui `a (x) = ax
dan ra (x) = xa. Tunjukkan bahwa `a dan ra merupakan pemetaan yang satu-satu dan
pada.
(b) Diberikan a ∈ A, tunjukkan bahwa terdapat b ∈ A sehingga ab = a. Tunjukkan bahwa
cb = c untuk setiap c ∈ A.
(c) Tunjukkan bahwa terdapat d ∈ A sehingga dc = c untuk setiap c ∈ A.
(d) Tunjukkan bahwa b = d dan simpulkan bahwa b adalah unsur identitas di A.
(e) Buktikan bahwa setiap unsur di A memiliki invers dan simpulkan bahwa A adalah
grup.
2. Misalkan G suatu grup hingga. Tunjukkan bahwa himpunan {x ∈ G : x3 = e} mempunyai
ganjil unsur dan himpunan {x ∈ G | x2 = e} mempunyai genap unsur.
3. Misalkan A suatu grup sehingga untuk setiap a, b ∈ A berlaku (ab)2 = a2 b2 . Buktikan
bahwa A komutatif.
4. Di S3 (lihat Contoh 2.10) cari dua unsur g dan h sehingga (gh)2 6= g2 h2 .
5. Jika A adalah grup dengan 4 unsur. Tunjukkan bahwa A komutatif.
6. Jika banyaknya unsur di grup A genap, buktikan terdapat a 6= e di A sehingga a2 = e.
7. Misalkan A suatu grup sehingga terdapat n ∈ N sehingga

(ab)i = ai bi

untuk setiap i ∈ {n, n + 1, n + 2}. Tunjukkan bahwa A komutatif.

2.5 Sisa Bilangan Bulat


2.5.1 Kelas Residu
Diberikan bilangan asli n. Untuk setiap bilangan bulat x definisikan [x]n (atau [x] saja bila konteks
n nya jelas) sebagai himpunan semua bilangan bulat yang mempunyai residu (sisa) yang sama
seperti residu pembagian x dengan n. Ingat bahwa dengan algoritma Euclid, kita bisa tuliskan
x = qn + r untuk suatu bilangan bulat q, r yang tunggal (lihat Diskusi ??) dengan 0 ≤ r < n. Jadi
di sini yang dimaksud sisa pembagian dari x ketika dibagi dengan n adalah r.
Beberapa contoh kongkrit dapat dilihat sebagai berikut
 Contoh 2.13 Perhatikan bahwa karena 25 = 3 · 7 + 4 dan 46 = 6 · 7 + 4. Jadi sisa pembagian
25 dan juga 46 oleh 7 adalah 4. Dengan demikian [25]7 = [46]7 dan kita juga memperoleh bahwa
25, 46 ∈ [25]7 .
Sekarang jika kita daftarkan maka [25]7 = {· · · , −17 − 10, −3, 4, 11, 18, 25, · · · } dan untuk
setiap a, b ∈ [25]7 kita peroleh [a] = [b]. Misalnya [−17]7 = [11]7 = [95]7 . 

Diberikan bilangan asli n, kita ingin meninjau himpunan Zn := {[x]n : x ∈ Z}. Sisa r hasil
pembagian bilangan bulat x yang diperoleh dari algoritma Euclid selalu memenuhi 0 ≤ r < n.
Dengan demikian, sebagai himpunan, Zn bisa kita anggap sebagai himpunan {[0], [1], . . . , [n−1]}.
Masing-masing dari [x] ∈ Zn ini kita sebut sebagai kelas residu yang mengandung x. Sebagaimana
ditunjukkan oleh contoh di atas, terdapat x, y bulat yang berbeda sehingga [x]n = [y]n . Berikut
adalah karakterisasi kapan hal tersebut bisa terjadi.
2.5 Sisa Bilangan Bulat 45

Proposisi 2.5.1 [x] = [y] ∈ Zn jika dan hanya jika n | (x − y).

Bukti. Misalkan [x] = [y]. Maka [x] = [y] = [r] untuk suatu 0 ≤ r < n. Maka x = q1 n + r dan
y = q2 n + r untuk suatu q1 , q2 ∈ Z. Akibatnya

x − y = (q1 n + r) − (q2 n + r) = (q1 − q2 )n.

Jadi n | (x − y).
Sebaliknya jika n | (x − y), tulis x − y = qn untuk suatu n. Dari sini diperoleh x = qn + y.
Jika y = q1 n + r untuk suatu q1 , r ∈ Z dengan 0 ≤ r < n maka [y] = [r] dan x = qn + q1 n + r =
(q + q1 )n + r. Akibatnya juga diperoleh [x] = [r] = [y]. 

Selanjutnya kita akan mendefinisikan dua macam operasi pada Zn .

Definisi 2.5.1 Penjumlahan dan perkalian di Zn didefinisikan melalui

[x] + [y] := [x + y] dan [x] · [y] := [xy]

Ada beberapa hal yang perlu kita waspadai dalam pendefinisian di atas. Yang pertama adalah
cara kita memaknai notasi [x] + [y] := [x + y]. Pada ruas kiri notasi + bisa kita gantikan dengan
notasi lain yang menandakan bahwa ia operasi, misalnya ⊕ atau ?. Sedangkan notasi + pada
ruas kanan adalah notasi penjumlahan pada bilangan bulat.
Ingat bahwa penjumlahan yang selama ini kita akrab dengannya adalah penjumlahan bilangan
real. Sedangkan dalam hal ini kita mempunyai himpunan Zn yang cukup asing, yang masing-
masing unsurnya berbentuk [x] untuk suatu x bulat. Jadi pada himpunan Zn ini, notasi [x] + [y]
adalah suatu notasi yang tidak punya arti, kecuali kalau kita memaknainya. Agar penjumlahan
ini menjadi suatu operasi, hasil dari [x] + [y] juga harus berupa suatu kelas, tapi kelas yang
mana? Dalam pendefinisian [x] + [y] := [x + y] kita memaknai [x] + [y] sebagai kelas residu yang
mengandung x + y. Sebagai contoh dengan definisi ini, nilai [2015]11 + [25]11 adalah [2040]11 .
Karena 2040 = 185 · 11 + 5, maka [2040]11 = [5]11 dan kita tuliskan [2015]11 + [25]11 = [5]11 .
Hal yang kedua yang patut kita perhatikan adalah apakah operasi di Zn ini terdefinisi
dengan baik? Suatu unsur di Zn bisa memiliki beberapa “wajah”. Sebagai contoh [2015]10
dan [25]10 adalah dua wajah yang berbeda dari satu unsur di Z10 (mengapa demikian?). Kita
ingin pendefinisian operasi di Zn tidak bergantung penampilan unsur-unsur yang terlibat dalam
operasi. Jika [x1 ] dan [x2 ] dua wajah dari satu unsur yang sama di Zn sudah seyogyanya
[x1 ] + [y] = [x2 ] + [y] untuk setiap [y] ∈ Zn . Keberlakuan sifat ini tidak tampak secara kasat mata
sehingga harus kita buktikan.
Proposisi 2.5.2 Operasi jumlah dan kali di Zn terdefinisi dengan baik.

Bukti. Misalkan x1 , x2 dan y1 , y2 adalah bilangan bulat sehinga [x1 ] = [x2 ] dan [y1 ] = [y2 ] di Zn .
Akan ditunjukkan bahwa

[x1 ] + [y1 ] = [x2 ] + [y2 ] dan [x1 ] · [y1 ] = [x2 ] · [y2 ].

Menurut definisi penjumlahan dan perkalian di Zn , pernyataan di atas benar jika dan hanya jika

[x1 + y1 ] = [x2 + y2 ] dan [x1 y1 ] = [x2 y2 ].

Menurut Proposisi 2.5.1, untuk membuktikannya kita cukup menunjukkan bahwa

n | ((x1 + y1 ) − (x2 + y2 )) dan n | (x1 y1 − x2 y2 ) .


46 Bab 2. Grup

Karena [x1 ] = [x2 ] dan [y1 ] = [y2 ] maka n | (x1 − x2 ) dan n | (y1 − y2 ). Akibatnya n |
(x1 − x2 ) + (y1 − y2 )) yang ekivalen dengan n | ((x1 + y1 ) − (x2 + y2 )). Akibat lainnya adalah
n | ((x1 − x2 )y1 + (y1 − y2 )x2 ) yang ekivalen dengan n | (x1 y1 − x2 y2 ). 

Berikutnya kita berikan contoh suatu operasi di Zn yang tidak terdefinisi dengan baik.
 
 Contoh 2.14 Definisikan operasi ? di Z7 melalui [x] ? [y] := |x| + y . Perhatikan bahwa

[−5] + [3] = [5 + 3] = [8] = [1]

Karena di Z7 berlaku [−5] = [2] harusnya [−5] + [3] = [2] + [3]. Akan tetapi [2] + [3] = [2 + 3] =
[5]. Karena [5]7 6= [1]7 , maka [2] + [3] 6= [−5] + [3].
Jadi operasi ? tidak terdefinisi dengan baik. 

Diskusi 2.25. Masalah adanya beberapa penampilan berbeda untuk satu unsur sebetulnya
bukanlah hal yang baru buat kita. Bilangan rasional Q bisa kita definisikan melalui Q := { ab :
a, b ∈ Z, b 6= 0}. Di Q dua unsur 35 dan 51
85 adalah dua wajah yang berbeda dari satu unsur di
Q. Di Q berlaku
a x
= jika dan hanya jika ay = bx.
b y
Tunjukkan bahwa operasi penjumlahan dan perkalian di Q yakni

a c ad + bc a c ac
+ := dan · :=
b d bd b d bd
terdefinisi dengan baik. ♣

Berikutnya akan kita tunjukkan bahwa (Zn , +) membentuk grup komutatif.


Proposisi 2.5.3 Untuk setiap bilangan asli n, (Zn , +) adalah grup komutatif.

Bukti. ◦ Penjumlahan bilangan bulat bersifat komutatif. Berarti untuk setiap x, y bulat
berlaku x + y = y + x. Akibatnya

[x] + [y] = [x + y] = [y + x] = [y] + [x].

Jadi operasi penjumlahan di Zn juga komutatif.


◦ Karena penjumlahan bilangan bulat bersifat asosiatif, maka untuk setiap x, y, z bulat berlaku

([x] + [y])+[z] = [x+y]+[z] = [(x+y)+z] = [x+(y+z)] = [x]+[y+z] = [x]+([y] + [z]) .

◦ Karena untuk setiap x ∈ Z berlaku

[x] + [0] = [x + 0] = [x]

dan juga [0] + [x] = [x] + [0] = [x] (karena penjumlahan komutatif) maka [0] adalah unsur
identitas penjumlahan di Zn .
◦ Untuk setiap bilangan bulat x berlaku

[x] + [−x] = [x + (−x)] = [0]

dan juga [−x] + [x] = [0] (dari kekomutatifan). Jadi [−x] adalah invers dari [x].
Dari semua di atas kita simpulkan (Zn , +) merupakan grup komutatif. 
2.5 Sisa Bilangan Bulat 47

Diskusi 2.26. Periksa apakah operasi ? di Zn melalui [x] ? [y] := [2x + 3y] terdefinisi dengan
baik? Apakah (Zn , ?) membentuk grup? ♣

Bagaimana dengan (Zn , ·)? apakah juga membentuk grup? Karena [x] · [1] = [x] dan [1] · [x] =
[x] maka [1] adalah unsur identitas dari operasi perkalian. Untuk n > 1 kita mempunyai [0]n 6= [1]n
dan untuk setiap x ∈ Zn kita punya

[0] · [x] = [0 · x] = [0] 6= [1].

Jadi [0] tidak pernah mempunyai invers perkalian di Zn .


Bagaimana jika kita keluarkan [0] dari Zn terlebih dahulu? Pandang Z× n := Zn \{[0]}. Kita
ingin mengetahui apakah (Z× n , ·) membentuk grup. Jika n tidak prima, tulis n = ab dengan
1 < a, b < n. Perhatikan [a], [b] ∈ Zn tetapi [a] · [b] = [ab]n = [n]n = [0] 6∈ Zn . Jadi untuk n tidak
prima operasi perkalian tidak tertutup di Z× n.
Untuk n prima kita dapatkan hasil berikut.
Proposisi 2.5.4 Jika n prima maka (Z×
n , ·) adalah grup komutatif.

Bukti. Sifat keasosiatifan berlaku karena dengan keasosiatifan perkalian bilangan bulat kita
punyai

([a][b]) [c] = [ab][c] = [(ab)c] = [a(bc)] = [a][bc] = [a] ([b][c]) untuk setiap [a], [b], [c] ∈ Zn .

Untuk sifat keasosiatifan, kita juga memperolehnya sebagai konsekuensi kekomutatifan perkalian
bilangan bulat. Untuk setiap [a], [b] ∈ Zn berlaku

[a][b] = [ab] = [ba] = [b][a].

Unsur [1] di Zn merupakan unsur identitas operasi perkalian karena untuk setiap [a] ∈ Zn berlaku

[a][1] = [a · 1] = [a].

dan dari kekomutatifan juga berlaku [1][a] = [a][1] = [a].


Sekarang akan kita tunjukkan bahwa setiap unsur di Z× n mempunyai invers. Ambil x bulat
sehingga [x] 6= [0]. Maka n - x (lihat Proposisi 2.5.1). Menurut Proposisi 1.3.9 (1) ini berakibat
(n, x) = 1. Sekarang dengan teorema Bezout kita bisa menemukan s,t bulat sehingga ns + xt = 1.
Dari sini didapat

[1] = [ns + xt] = [ns] + [xt] = [0] + [x][t] = [x][t]

Karena perkalian bersifat komutatif, maka [t][x] = [1]. Jadi [t] adalah invers perkalian dari
[x]. 

Diskusi 2.27. Buat tabel penjumlahan di Z6 dan perkalian di Z×


7. ♣

Diskusi 2.28. Tentukanlah invers perkalian dari [2015] di Z×


101 . ♣
48 Bab 2. Grup

Definisi 2.5.2 Untuk setiap bilangan asli n definisikan

Un := {[a] ∈ Zn : [a][b] = [1] untuk suatu [b] ∈ Zn }

Perhatikan bahwa operasi perkalian [a][b] := [ab] di Un memiliki sifat keasosiatifan, kekomu-
tatifan dan juga memiliki unsur identitas [1]. Pembuktian sifat-sifat tersebut persis sama ketika
kita membuktikan bahwa (Z× n , ·) merupakan grup di Proposisi 2.5.4. Sedangkan eksistensi invers
bagi setiap unsur di Un dijamin lewat definisi Un itu sendiri. Dengan demikian (Un , ·) merupakan
grup komutatif.

Diskusi 2.29. Tunjukkan bahwa [a] ∈ Un jika dan hanya jika (a, n) = 1. ♣

Berdasarkan diskusi di atas, Un dapat kita definisikan ulang sebagai himpunan

Un = {[a] ∈ Zn : (a, n) = 1}.

Sebagai contoh U8 = {[1], [3], [5], [7]} dan U12 = {[1], [5], [7], [11]}.

Definisi 2.5.3 Fungsi Euler ϕ adalah fungsi dengan domain bilangan asli yang didefinisikan
melalui

ϕ(n) := |Un | = |{a | 1 ≤ a < n, (a, n) = 1}|.

Dengan kata lain ϕ(n) menghitung banyaknya bilangan asli yang kurang dari n yang relatif
prima dengan n. ♠

Diskusi 2.30. (a) Misalkan (m, n) = 1 dan ambil suatu bilangan bulat tertentu a. Tunjukkan
bahwa pemetaan f : Zn → Zn melalui f ([x]) = [a + xm] merupakan pemetaan yang satu-
satu.
(b) Simpulkan bahwa {[a], [a + m], . . . , [a + (n − 1)m]} = Zn .
(c) Tunjukkan bahwa tepat terdapat ϕ(n) unsur di himpunan {a, a + m, . . . , a + (n − 1)m}
yang relatif prima dengan n.

Teorema 2.5.5. Fungsi Euler ϕ bersifat multiplikatif, yakni untuk setiap bilangan asli m, n
yang saling relatif prima berlaku

ϕ(mn) = ϕ(m)ϕ(n).

Bukti. Tuliskan bilangan dari 1 sampai dengan mn ke dalam tabel sebagai berikut

1 1+m 1 + 2m 1 + 3m ··· 1 + (n − 1)m


2 2+m 2 + 2m 2 + 3m ··· 2 + (n − 1)m
3 3+m 3 + 2m 3 + 3m ··· 3 + (n − 1)m
.. .. .. .. ..
. . .··· . .
m m + m m + 2m m + 3m · · · m + (n − 1)m
2.5 Sisa Bilangan Bulat 49

Perhatikan bahwa (a, m) = (a + km, m). Dengan demikian (a, m) = 1 jika dan hanya jika (a +
km, m) = 1. Dari fakta ini, jika 1 ≤ a ≤ m dan (a, m) = 1 maka semua bilangan pada tabel di
atas yang sebaris dengan a semuanya relatif prima dengan m. Karena tepat terdapat ϕ(m) buah
bilangan a dari 1 sampai dengan m yang relatif prima dengan m, maka tepat terdapat ϕ(m) baris
pada tabel di atas yang merupakan bilangan yang relatif prima dengan m. Menurut Diskusi
2.30, untuk setiap baris tepat terdapat ϕ(n) bilangan yang relatif prima dengan n. Dengan
demikian terdapat ϕ(m)ϕ(n) bilangan yang sekaligus relatif prima dengan m dan n. Akan tetapi
untuk (m, n) = 1 kita punyai (x, mn) = 1 jika dan hanya jika (x, m) = 1 dan (x, n) = 1(buktikan!).
Karena terdapat ϕ(mn) bilangan yang relatif prima dengan mn, maka kita simpulkan bahwa
ϕ(mn) = ϕ(m)ϕ(n). 

Lema 2.5.6 Misalkan p bilangan prima. Maka ϕ(pk ) = pk−1 (p − 1)

Bukti. Perhatikan bahwa bilangan a diantara 1 sampai dengan pk yang tidak relatif prima dengan
pk adalah bilangan yang mengandung p sebagai salah satu faktornya. Bilangan-bilangan yang
mengandung faktor p adalah

1 · p, 2 · p, 3 · p, ..., pk−1 · p.

Karena terdapat pk−1 bilangan seperti itu, maka banyaknya bilangan diantara 1 sampai dengan
pk yang relatif prima dengan pk ada sebanyak pk − pk−1 = pk−1 (p − 1). 

Teorema 2.5.7. Misalkan n = pk11 pk22 · · · pknn adalah faktorisasi prima dari n. Maka
    
1 1 1
ϕ(n) = n 1 − 1− ··· 1− .
p1 p2 pn

Diskusi 2.31. Buktikan Teorema di atas. ♣

Hasil pada teorema di atas memungkinkan kita untuk menghitung nilai ϕ(n) untuk setiap
bilangan asli n. Caranya adalah pertama dengan menuliskan faktorisasi prima untuk n, yaitu
n = pk11 pk22 · · · ptkt dengan p1 , p2 , . . . , pt adalah bilangan prima yang berbeda. Ini mengakibatkan
setiap pasang bilangan prima diantara mereka relatif prima. Hal ini mengakibatkan

ϕ(n) = ϕ(pk11 ) · · · ϕ(ptkt )

dan masing-masing ϕ(pki i ) dapat dihitung dengan menggunakan teorema di atas.


 Contoh 2.15 Kita akan menghitung nilai ϕ(5000). Perhatikan faktorisasi prima dari 5000
adalah 5000 = 23 · 54 . Akibatnya
1 1
ϕ(5000) = 5000(1 − )(1 − )
2 5
1 4
= 5000 · ·
2 5
= 2000.


50 Bab 2. Grup

Diskusi 2.32. Tentukan banyaknya unsur di grup U2021 ♣

Anda mungkin juga menyukai