Anda di halaman 1dari 112

1

BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang
berkaitan dengan himpunan dan fungsi.

1.1. Himpunan

Ada beberapa notasi himpunan yang sering digunakan


dalam Analisis Real.

(1). 𝑁 = 1, 2, 3, … merupakan notasi untuk himpunan bilangan


asli.
(2) 𝑍 = … , −3, −2, −1, 0, 1, 2, 3, … merupakan notasi untuk
himpunan bilangan bulat.
𝑎
(3) 𝑄= }𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍, 𝑏 ≠ 0 merupakan notasi untuk himpunan
𝑏
bilangan rasional.
(4) 𝐼 merupakan notasi untuk himpunan bilangan irasional, dan
(3) 𝑅 merupakan notasi untuk himpunan bilangan Real.

Sama seperti bilangan, ada beberapa operasi pada


himpunan yaitu gabungan ∪ , irisan (∩), kurang (−) dan kali × .

Definisi 1.1.
Misalkan A dan B adalah sebarang himpunan.
𝐴 ∪ 𝐵 = 𝑥| 𝑥 ∈ 𝐴 atau 𝑥 ∈ 𝐵
𝐴 ∪ 𝐵 = 𝑥| 𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐵
𝐴−𝐵 = 𝑥 ∈ 𝐴|𝑥 ∉ 𝐵

Selain itu, ada beberapa relasi pada himpunan yaitu subset


⊆ dan sama dengan (=).

Definisi 1.2.
Misalkan A dan B adalah sebarang himpunan.
𝐴 ⊆ 𝐵 jika dan hanya jika 𝑥 ∈ 𝐴 ⇒ 𝑥 ∈ 𝐵.
𝐴 = 𝐵 jika dan hanya jika 𝐴 ⊆ 𝐵 dan 𝐵 ⊆ 𝐴.

Berdasarkan Definisi 1.2, langkah untuk membuktikan suatu


himpunan A subset dari himpunan B adalah
(a) ambil sebarang anggota A tertentu, sebut saja 𝑥 ∈ 𝐴,
(b) kemudian tunjukkan bahwa 𝑥 ∈ 𝐵.
2

Contoh
1. Misalkan 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan. Buktikan bahwa
𝐴 ⊆ 𝐵 jika dan hanya jika 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴.
Jawab
(⇒)
Langka pertama adalah buktikan
𝐴 ⊆ 𝐵 ⇒ 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴.
Berdasarkan Definsi 1.2, pembuktikan 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴 dilakukan dua
tahap.
(1) Pembuktian 𝐴 ∩ 𝐵 ⊆ 𝐴.
Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐴 ∩ 𝐵, maka 𝑥 ∈ 𝐴.
Jadi, 𝐴 ∩ 𝐵 ⊆ 𝐴.
(2) Pembuktian 𝐴 ⊆ 𝐴 ∩ 𝐵.
Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐴.
Karena 𝐴 ⊆ 𝐵, maka 𝑥 ∈ 𝐵.
Artinya 𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐵.
Jadi, 𝑥 ∈ 𝐴 ∩ 𝐵.
Kesimpulan, 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴.

Langkah pertama adalah buktikan
𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴 ⇒ 𝐴 ⊆ 𝐵.
Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐴.
Karena 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴, maka 𝑥 ∈ 𝐴 ∩ 𝐵.
Artinya 𝑥 ∈ 𝐵.
Jadi, 𝐴 ⊆ 𝐵.

Terbukti, ⊆ 𝐵 jika dan hanya jika 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴.

Berikut definisi dari hasil kali Cartesian antara himpunan A dan


B.

Definisi 1.3
Jika A dan B adalah dua himpunan tidak kosong, maka hasil kali
Cartesian (Cartesian product) adalah himpunan semua pasangan
terurut/ordered pairs a ,b dengan a  A dan b  B .
Atau,

A  f
  A  B  a  b  | a  A,b  B.
B  f
3

Contoh
2. Misal A  1,2,3dan B  4,5, maka
A  B  1,4,1,5,2,4,2,5,3,4,3,5.

Latihan Soal 1.1

1. Buktikan Hukum Distributif berikut.


(a) 𝐴 ∩ 𝐵 ∪ 𝐶 = 𝐴 ∩ 𝐵 ∪ (𝐴 ∩ 𝐶)
(b) 𝐴 ∪ 𝐵 ∩ 𝐶 = 𝐴 ∪ 𝐵 ∩ 𝐴 ∪ 𝐶

2. Misalkan 𝐴 = 𝑘 ≤ 25 | 𝑘 ∈ 𝑁 , 𝐵 = 3𝑘 − 1 | 𝑘 ∈ 𝑁 dan 𝐶=
2𝑘 − 1 | 𝑘 ∈ 𝑁 . Tentukan:
(a) 𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶
(b) 𝐴 ∩ 𝐵 − 𝐶
(c) 𝐴 ∩ 𝐶 − 𝐵

3. Gambarkan bidang dari hasil kali Cartesian 𝐴 × 𝐵 dimana


𝐴 = 1, 2, 3 dan 𝐵 = 𝑥 ∈ 𝑅 | 1 ≤ 𝑥 ≤ 3 .

4. Misalkan 𝐴𝑛 = 𝑛 + 1 𝑘|𝑘 ∈ 𝑁 untuk setiap 𝑛 ∈ 𝑁. Tentukan:


(a) 𝐴1 ∩ 𝐴2
(b) ∪ 𝐴𝑛 | 𝑛 ∈ 𝑁
(c) ∩ 𝐴𝑛 | 𝑛 ∈ 𝑁

1.2. Fungsi

1.2.1. Definisi Fungsi

Salah satu konsep penting dalam Analisis Real adalah


fungsi.

Definisi 1.4
Misal A dan B sembarang himpunan., f dikatakan fungsi dari A ke
B, jika 𝑓 ⊆ 𝐴 × 𝐵 dan untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴, ada tepat satu elemen
𝑏 ∈ 𝐵 sehingga (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑓 (dengan kata lain, a ,b,a ,b'   f  b  b' )
4

Jika a ,b  f , maka dapat ditulis


b  f a  atau f : a  b .
Sehingga pernyataan 𝑎, 𝑏 , 𝑎, 𝑏 ′ ∈ 𝑓 ⇒ 𝑏 = 𝑏′ dapat ditulis:
𝑎 = 𝑏 ⇒ 𝑓 𝑎 = 𝑓(𝑏).

Contoh
3. Misal A  1,2,3dan B  4,5.
Manakah dari himpunan-himpunan berikut yang merupakan
fungsi dan bukan fungsi.
a. 𝑓 = 1,4 , 2,4 , 1,5 , (3,4)
b. 𝑔 = 1,4 , (2,5)
c. 𝑕 = 1,4 , 2,4 , (3,5)
Jawab
(a) 𝑓 bukan fungsi karena ada 1,4 , (1,5) ∈ 𝑓, tetapi 4 ≠ 5.
Dengan cara lain,
1 = 1, tetapi 𝑓 1 = 4 ≠ 5 = 𝑓(1).
Pembuktian tersebut mudah dipahami bila kita melihat gambar
fungsi 𝑓 berikut.

f
A B

1
4
2
5
3

(b) 𝑔 bukan fungsi karena ada 3 ∈ 𝐴 yang tidak memiliki pasangan


di 𝐵.

g
A B

1
4
2
5
3

(c) Hasil kali Cartesian himpunan A dan B,


𝐴 × 𝐵 = 1,4 , 1,5 , 2,4 , 2,5 , 3,4 , (3,5) .
Maka 𝑕 ⊆ 𝐴 × 𝐵.
5

Karena tidak ada anggota 𝑕 dengan 𝑎, 𝑏 , 𝑎, 𝑏 ′ ∈ 𝑕, maka


pernyataan
𝑎, 𝑏 , 𝑎, 𝑏 ′ ∈ 𝑕 ⇒ 𝑏 = 𝑏′ selalu bernilai benar.
Terbukti, 𝑕 adalah fungsi.

h
A B

1
4
2
5
3

1.2.2. Daerah Asal, Daerah Kawan dan Daerah Hasil Fungsi

Pada fungsi dikenal beberapa istilah yaitu daerah asal


(domain), daerah kawan (kodomain) dan daerah hasil (range).

Misalkan f adalah fungsi dari A ke B.


Daerah asal f 𝐷𝑓 adalah himpunan semua anggota A yang
mempunyai pasangan di B. Jadi,
𝐷𝑓 = 𝐴.
Himpunan B disebut daerah kawan.
Daerah hasil f 𝑅𝑓 adalah himpunan semua anggota B yang
mempunyai pasangan di A.
𝑅𝑓 = 𝑏 ∈ 𝐵 | (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑓
Ini berarti daerah hasil fungsi 𝑓 ada di 𝐵 (𝑅𝑓 ⊆ 𝐵)
Contoh 3
Misal 𝑘 = 1,4 , 2,4 , 3,5 , (4,6) adalah fungsi dari 𝐶 ke 𝐷 dimana
𝐶 = 1, 2, 3, 4 dan 𝐷 = 4, 5, 6, 7 , maka
𝑅𝑘 = 4, 5, 6

C h D
Rf
1 4
2 5
3 6
4 7
6

1.2.3. Komposisi Fungsi

Definisi dari komposisi fungsi adalah sebagai berikut.

Definisi 1.5
Misal f fungsi dengan D f  A dan R f  B , dan g fungsi dengan
Dg  B dan Rg  C , maka g  f adalah fungsi dari A ke C yang
didefinisikan
g  f  a,c  A  C | b  B sehingga a,b  f dan b,c  g

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

A B C
Rgof
f g

Perhatikan bahwa daerah hasil dari 𝑔 ∘ 𝑓 adalah



Rgof  g  f x | x  Dgof . 
Catatan:
g o f terdefinsi jika 𝑅𝑓 ∩ 𝐷𝑔 ≠ ∅.
Contoh 4
a. Tentukan g o f dengan
f x  2x dan g x   x 2 .
b. Tentukan h  j dengan
j  x    x 2  1 dan hx   x.
jawab
(a). Sebelum menentukan g o f perlu diperiksa apakah 𝑅𝑓 ∩ 𝐷𝑔 ≠ ∅
?
Kalau f tidak dibatasi untuk nilai-nilai tertentu, maka Df adalah
domain terbesar (artinya himpunan terbesar yang membuat fungsi
f terdefinisi).
Dengan demikian
Df = R dan Dg = R
Sehingga Rf = R.
7

Jadi, R f  Dg  R .
Sehingga
g  f x   g  f x   g 2 x   2 x 2  4 x 2 .

(b) Karena
R j  x | x  1 dan Dh  x | x  0
maka R j  Dh  f .
Ini berarti h  j tidak terdefinisi.

1.2.4. Fungsi Injektif

Fungsi injektif dikenal juga sebagai fungsi satu-satu (fungsi


1-1) atau korespondensi satu-satu.

Definisi 1.5
Misal f fungsi dari A ke B.
f dikatakan injektif jika
a,b,a' ,b  f  a  a' , atau f a  f b  a  b .

Contoh 5
Manakah dari fungsi-fungsi berikut yang merupakan fungsi 1-1.
(a) f x  x  1 .
(b) g  x   x 2  1 .
Jawab
(a) Misal diberikan sembarang a ,b  R dengan f a  f b . Maka
a 1  b 1
ab
Jadi, f fungsi 1-1.

(b) Karena ada g  1  2  g 1 dengan  1  1 , maka g bukan fungsi


1-1.

Contoh 6
Misal f dan g fungsi dengan g  f x   x, x  D f .
Tunjukkan bahwa f fungsi injektif dan R f  Dg dan Rg  D f .
Jawab
8

Akan ditunjukkan f fungsi 1-1.


Misal diberikan sembarang x , y  D f dengan f x  f  y  . Maka
g  f x  x dan g  f  y   y .
Karena g fungsi dan f x  f  y  , maka
x y.
Jadi, f fungsi 1-1.

Akan ditunjukkan R f  Dg .
Misal diberikan sembarang y  R f .
Maka x  D f sehingga y  f x .
Akibatnya
g  f x  g  f x  g  y   x .
Ini berarti y  Dg .
Jadi, R f  Dg .

Akan ditunjukkan 𝐷𝑓 ⊆ 𝑅𝑔
Misal diberikan sembarang x  D f .
Maka y  R f sehingga f x  y .
Akibatnya
g  f x  g  f x  g  y   x .
Ini berarti x  Rg .
Jadi, 𝐷𝑓 ⊆ 𝑅𝑔 .

1.2.5. Fungsi Surjektif dan Bijektif

Fungsi surjektif dikenal juga sebagai fungsi pada/onto.


Definisi fungsi surjektif dan injektif adalah sebagai berikut.

Definisi 1.6
Misal f fungsi dari A ke B.
f dikatakan surjektif/onto/pada jika R f  B . Dengan kata lain,
∀𝑏 ∈ 𝐵, ∃𝑎 ∈ 𝐴 sehingga 𝑏 = 𝑓(𝑎).

Berdasarkan definisi di atas, fungsi surjektif dapat dipahami


sebagai suatu fungsi dimana setiap anggota dari kodomain
memilik pasangan di domain.
9

Definisi 1.7
Suatu fungsi f bijektif jika
(i) f injektif, dan
(ii) f surjektif.
Contoh 7
Misalkan 𝑓 dan 𝑔 adalah fungsi dari 𝑅 ke 𝑅. Manakah dari kedua
fungsi tersebut yang surjektif.
(a) 𝑓 𝑥 = 𝑥 + 1
(b) 𝑔 𝑥 = 𝑥 2
Jawab

(a) Akan ditunjukkan bahwa 𝑓 surjektif.


Ambil sembarang 𝑦 ∈ 𝑅.
Pilih 𝑥𝑜 = 𝑦 − 1 ∈ 𝑅.
Sehingga
𝑓 𝑥0 = 𝑓 𝑦 − 1 = 𝑦 − 1 + 1 = 𝑦.
Jadi, 𝑓 surjektif.

(b) Akan ditunjukkan bahwa 𝑔 bukan fungsi surjektif.


Pilih 𝑦 = −1 ∈ 𝑅, maka tidak ada 𝑥 ∈ 𝑅 sedemikian sehingga 𝑥 2 =
−1.
Jadi, −1 anggota dari kodomain tidak memiliki pasangan di
domain.
Jadi, 𝑓 bukan fungsi surjektif.

1.2.6. Fungsi Invers

Definisi fungsi invers adalah sebagai berikut.

Definisi 1.8
Misal f fungsi bijektif dari 𝐴 ke 𝐵.
Jika g  b,a   B  A | a ,b  f , maka g fungsi bijektif dari 𝐵 ke 𝐴.
Fungsi g yang demikian disebut fungsi invers dan dinotasikan
1
f .
Bukti

Akan ditunjukkan g fungsi.


Misal b, a  g , berdasarkan Definisi 1.6, b,a  B  A .
Jadi g  B  A .
Misal diberikan sembarang b,a,b,a'   g , maka a ,b,a' ,b  f .
10

Karena f injektif, maka


a  a' .
Jadi, g fungsi.

Akan ditunjukkan g fungsi injektif.


Ambil sembarang 𝑏, 𝑎 , (𝑏 ′ , 𝑎) ∈ 𝑔, maka 𝑎, 𝑏 , (𝑎, 𝑏 ′ ) ∈ 𝑓.
Karena 𝑓 fungsi, maka
𝑏 = 𝑏′

Akan ditunjukkan 𝑔 fungsi surjektif.


Ambil sembarang 𝑎 ∈ 𝐴.
Karena 𝑓 fungsi, maka 𝑎 memiliki pasangan di 𝐵 sebut saja 𝑏.
Artinya (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑓.
Akibatnya (𝑏, 𝑎) ∈ 𝑔.
Ini berarti setiap anggota dari kodomain fungsi 𝑔 (𝐴), memiliki
pasangan di daerah asal fungsi 𝑔 (𝐵).
Jadi, 𝑔 fungsi surjektif.

Contoh 8
Misal f, g fungsi dengan
g  f x   x , x  D f
f  g  y   y , y  Dg
1
Tunjukkan g  f .
Jawab
1
g dikatakan fungsi invers dari f atau g  f , jika
(i) f, g injektif,
(ii) Dg  R f dan Rg  D f ,
(iii) a,b  f  b, a  g .

Berdasarkan jawaban latihan soal 1.2 nomor 5.


Karena g  f x   x , x  D f , maka f fungsi injektif dan R f  Dg
dan Rg  D f .
Karena f  g  y   y , y  Dg , maka g fungsi injektif dan Rg  D f
dan R f  Dg .
Jadi, f, g injektif, Dg  R f dan Rg  D f ,
11

Akan ditunjukkan a ,b  f  b, a   g .

()
Misal diberikan sembarang a ,b  f , maka b  f a , dengan a  D f .
Sehingga
g  f a  g  f a  g b  a .
Jadi, b, a  g

()
Misal diberikan sembarang b, a  g , maka a  g b , dengan b  Dg .
Sehingga
f  g b  f g b  f a  b .
Jadi, a ,b  f .

1.2.7. Peta dan Prapeta

Peta 𝐸 oleh suatu fungsi 𝑓 disebut juga dengan bayangan


(image) dari 𝐸. Definisi kedua konsep tersebut adalah sebagai
berikut.

Definisi 1.9
Misal f : A  B dengan D f  A dan R f  B (tidak diasumsikan f
injektif).
Jika E  A , maka peta E oleh f, ditulis f E  , didefinisikan
f E    f x | x  E .
Jika H  B , maka prapeta H oleh f, ditulis f 1
H  , didefinisikan
f 1
H   x | f x   H .

Catatan:
f 3 bermakna jika f 1 ada atau f injektif.
1

f 1 3 ada karena merupakan prapeta dari {3}.


12

Contoh 9
Misal f x  2x  3 , g x   2 x 2  3 , E = [1,2].
Tentukan f E , g E , f 1
E , g 1 E  .
Jawab
f E    f x  | x  E  2 x  3 | x  1,2  2 x  3 | 1  x  2  2 x  3 | 2  2 x  4
 2 x  3 | 5  2 x  3  7  a | 5  a  7  5,7
  
g E   g x  | x  E  2 x 2  3 | x  1,2  2 x 2  3 | 1  x  2 
    
 2 x 2  3 | 1  x 2  4  2 x 2  3 | 2  2 x 2  8  2 x 2  3 | 5  2 x 2  3  11 
 b | 5  b  11  5,11

f 1 E   x | f x   E  x | 1  2 x  3  2  x | 2  2 x  1

 x | 1  x  1
2
   1, 21

  
g 1 E   x | g x   E  x | 1  2 x 2  3  2  x | 2  2 x 2  1 

 x | 1  x 2  1
2
.
Karena x 2  0, untuk setiap x  R , maka tidak ada x  R sehingga
1  x2  1 .
2

Jadi, g 1 E   f .

Latihan Soal 1.2.

1. Misalkan himpunan 𝐴 = 𝐵 = 𝑥 ∈ 𝑅 | − 1 ≤ 𝑥 ≤ 1 dan himpunan


𝐶 = 𝑥, 𝑦 | 𝑥 2 + 𝑦 2 = 1 yang merupakan subset dari 𝐴 × 𝐵.
Apakah himpunan 𝐶 merupakan fungsi? Jelaskan!

2. Misal 𝑓: 𝑅 → 𝑅 dengan 𝑓 𝑥 = 2𝑥 2 . Tentukan


(a) apakah 𝑓 merupakan fungsi? Jika ya, buktikan. Jika tidak,
buktikan.
(b) apakah 𝑓 merupakan fungsi injektif? Jika ya, buktikan. Jika
tidak, buktikan.
(c) apakah 𝑓 merupakan fungsi surjektif? Jika ya, buktikan.
Jika tidak, buktikan.
(d) apakah 𝑓 merupakan fungsi bijektif? Jika ya, buktikan. Jika
tidak, buktikan.
13

3. Misal 𝑓: 𝑅 → 𝑅 dengan 𝑓 𝑥 = 2𝑥 2 − 5 dan 𝐸 = [−1,3]. Tentukan


𝑓(𝐸) dan 𝑓 −1 (𝐸).

4. Misal 𝑓 = 1,5 , 2,6 , 3,7 , (4,7) , apakah fungsi inversnya ada


(atau 𝑓 −1 ada)? Jika ya, tuliskan fungsi inversnya. Jika tidak
ada, jelaskan alasannya.

5. Misalkan 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dan 𝑔: 𝐵 → 𝐶 adalah fungsi-fungsi bijektif.


Buktikan bahwa komposisi fungsi 𝑔 ∘ 𝑓 juga fungsi bijektif.

1.3. Induksi Matematika

1.3.1. Sifat Terurut Baik Bilangan Asli

Setiap himpunan bagian tak kosong dari 𝑁 mempunyai


unsur terkecil.
Atau,
S  N , S  f, m, k  S  k ,m, k  m .

1.3.2. Prinsip Induksi Matematika

Prinsip induksi matematika adalah sebagai berikut.


Misal S  N dengan sifat
(i) 1  S ,
(ii) k  S  k  1  S .
Maka S = N.

Berdasarkan itu, maka tahap-tahap pembuktian menggunakan


induksi matematika adalah :

Misalkan S = {n | f(n) benar}


Tahap 1. Memeriksa apakah 1  S.
Tahap 2. Memisalkan k  S.
Tahap 3. Menunjukkan k+1  S.
Kesimpulan, S = N
14

Contoh 10
Buktikan
n( n  1)
1+2+3+…+n= , n  N
2
Jawab

Misal S = {n | f(n) benar}


(i) 1  S sebab 1 = 1(1+1)/2 benar.
(ii) Misalkan k  S, maka
k( k  1)
1+2+3+…+k=
2

Akan ditunjukkan k+1  S.


k( k  1) k( k  1) 2( k  1 )
1 + 2 + 3 + … + k + (k+1) = + (k+1) = + =
2 2 2
( k  1 )( k  2 )
2
Jadi, k+1  S.
Terbukti S = N

Contoh 11
Buktikan
n < 2n, n  N
Jawab

Misal S = {n | f(n) benar}.


(i) 1  S sebab 1 < 21 benar.
(ii) Misalkan k  S, maka k < 2k.
Akan ditunjukkan k+1  S.
k+1 < 2k+1 < 2k+2 < 2k.2 = 2k+1.
Jadi, k+1  S.
Terbukti S = N

Contoh 12
2 f n  3
f 1  1, f n  1  , n  1.
4
Buktikan
(a) f n  2, n  N ,
(b) f n  f n  1, n  N .
15

Jawab
(a) Misal S  n  N | f n benar.
1  S , sebab f 1  1  2 benar.
Misalkan k  S , maka f k   2 .
Akan ditunjukkan k 1  S .
2 f k   3 2.2  3 7
f k  1     2.
4 4 4
Jadi, k 1  S .
Terbukti S=N.
(b) Misal S  n  N | f n benar
1.2  3 5
1  S , sebab f 1  1  f 2   benar.
4 4
Misalkan k  S , maka f k   f k  1 .
Akan ditunjukkan k 1  S .
2 f k   3 2 f k  1  3
f k  1    f k  2 .
4 4
Jadi, k 1  S .
Terbukti S=N.

1.3.3. Prinsip Induksi Kuat Matematika

Pada kasus-kasus tertentu pembuktian dengan induksi


matematika belum dapat membuktikan kebenaran pernyataan
yang dimaksud. Kita membutuhkan prinsip lainnya yang pada
intinya sama dengan sebelumnya yaitu Prinsip Induksi Kuat
Matematika.
Misal S  N dengan sifat
(i) 1  S ,
(ii) 1, 2,..., k  1, k  S  k  1 S .
Maka S = N.

Contoh 13
Misalkan suatu barisan (xn) didefinisikan sebagai berikut: x1 = 1,
x2 = 2 dan xn+2 = 12 (xn+1+xn), n  N. Tunjukkan bahwa 1  xn  2,
n  N.
Jawab
16

Misal S = {n | f(n) benar}.


(i) 1  S sebab 1  1  2 benar.
(ii) Misalkan {1,2, …, k-1, k}  S, maka
1  xk-1  2
1  xk  2
2  xk-1+xk  4
1  12 (xk-1+xk)  2
1  xk+1  2
Jadi, k+1  S.
Terbukti S = N.

Latihan 1.3

1. Buktikan bahwa 3 + 11 + ⋯ + 8𝑛 − 5 = 4𝑛2 − 𝑛 untuk semua


𝑛 ∈ 𝑁.

1 1 1
2. Buktikan bahwa + + ⋯+ > 𝑘 untuk semua 𝑛 > 1, 𝑛 ∈ 𝑁.
1 2 𝑘

3. Buktikan bahwa 12 + 32 + 52 + ⋯ + (2𝑛 − 1)2 = 4𝑛3 − 𝑛 /3 untuk


semua 𝑛 ∈ 𝑁.

4. Buktikan bahwa 2𝑛 < 𝑛! untuk 𝑛 ≥ 4, 𝑛 ∈ 𝑁.


(Petunjuk untuk membuktikannya gunakan tahap-tahap
berikut.
(a) periksa apakah untuk 𝑛 = 4 pernyataan benar,
(b) asumsikan pernyataan benar untuk 𝑛 = 𝑘.
(c) tunjukkan pernyataan benar untuk 𝑛 = 𝑘 + 1)

1 1 1 1 𝑛
5. Buktikan bahwa + + +⋯+ = untuk semua
1.2 2.3 3.4 𝑛(𝑛 +1) 𝑛+1
𝑛 ∈ 𝑁.
17

I.4. Himpunan Infnit

Himpunan infinit dikenal juga sebagai himpunan tak


terhingga. Sebelumnya kita pelajari dahulu apa yang dimaksud
dengan fungsi finit (terhingga).

Definisi 1.10
Suatu himpunan B adalah finite jika B =  atau jika ada bijeksi
dengan daerah asal B dan daerah hasil dalam segmen awal {1, 2,
3, … , n} dari N.
Atau,
B finite jika
(i) B = , atau
11
(ii) ada f : B  1,2,3, , n.
pada

Jika tidak ada fungsi yang demikian B dikatakan infinite.


11
Jika ada f : B  N , maka B dikatakan denumerable.
pada

Jika suatu himpunan finite atau denumerable, maka himpunan


tersebut dikatakan countable.
Suatu himpunan yang tidak countable (tidak finite dan tidak
denumerable) disebut uncountable.

Contoh 14
Tentukan manakah dari himpunan-himpunan berikut yang finite,
infinite, denumreable, countable dan uncountable.
A = {a, b, c, d, e, f, g, h, i, j}
B = {nN | n  10000}
C = {nN | n bilangan ganjil positif}
D=N
E=R
F=Q
I = {x | 0  x  1}= [0,1]
J = {x | x2 = -1}
K = { 1n | nN}
Jawab
18

A, B, J himpunan finite
C, D, F, K himpunan infinite, denumerable, countable
E, I himpunan uncountable

Teorema 1.1
11
B dikatakan countable  ada f : B  N
Bukti
()
11
Misalkan ada f : B  N.
Ada dua kemungkinan.
(1) Jika Rf = N, maka B denumerable. Menurut definisi B
countable.
(2) Jika Rf  N, maka B finite. Menurut definisi B countable.

Jadi, B countable.
()
Misalkan B countable.
Maka ada dua kemungkinan.
(1) B finite. Ini berarti ada f 1-1 dengan Df = B dan Rf  N.

(2) B denumerable. Ini berarti ada f 1-1 dengan Df = B dan Rf = N.
11
Jadi, ada f : B  N.

Teorema 1.2
(a) A  B, B finite  A finite.
(b) A  B, B countable  A countable.

Teorema 1.3
(a) A = {A1, A2, … , An}, Ai finite, i = 1, 2, … , n  A finite. Atau,
n
Ai finite, i = 1, 2, … , n   Ai finite
i 1
Bukti

n
Dengan induksi kuat akan ditunjukkan  Ai finite.
i 1
Misalkan S = {nN | f(n) benar}
19

1
i) 1 S, karena  Ai = A1 finite.
i 1
ii) Misalkan {1, 2, … , k-1, k}  S, maka
2
 Ai = A1  A2 finite
i 1
k
 Ai = B finite.
i 1

Akan ditunjukkan k+1S.


k 1 k
 Ai =  Ai  Ak = B  Ak finite.
i 1 i 1
Jadi, k+1 S. Terbukti S = N.

Pertanyaan
Apakah berlaku kebalikannya yaitu
n
 Ai finite  Ai finite, i = 1, 2, … , n
i 1
Jawab : Ya

Dari Teorema 1.2, kita tahu bahwa jika A finite maka sembarang
subset dari A adalah finite.
n
Tulis  Ai = A.
i 1
Karena A finite dan A1  A, A2  A, … , An  A, maka A1, A2, … ,
An finite.
Jadi, Ai finite, i = 1, 2, … , n.

(b) C = {C1, C2, C3, … }, Ci countable, i = 1, 2, 3, …  C countable.


Atau,

Ci countable, i = 1, 2, 3, …   Ci countable
i 1

Bukti


Tulis  Ci = C.
i 1
C dikatakan countable jika setiap anggota di C dapat diberi nomor
1, 2, 3, … tanpa ada yang ketinggalan/tercecer.
20

Jadi untuk membuktikan C countable, maka kita akan memberi


nomor setiap anggota C.
Misal
C1 = { c11 , c12 , c13 , c14 ,  }
C2 = { c12 , c 22 , c 32 , c 24 ,  }

Cn = { c1n , c n2 , c 3n , c n4 ,  }

dengan c ij adalah anggota ke-i dari himpunan Cj.
j
Definisikan tinggi c i = i+j.
Karena untuk sembarang bilangan asli m  2 hanya ada m – 1
anggota yang mempunyai tinggi m, maka kita dapat memberi
nomor anggota-anggota C berdasarkan tingginya sebagai berikut
c11 , c12 , c12 , c13 , c 22 , c13 , c14 

Secara gambar kita dapat memberi nomor setiap anggota di C


dengan mengikuti arah tanda panah sebagai berikut

c11 , c12 , c13 , c14 , 

c12 , c 22 , c 32 , c 24 , 

c13 , c 32 , c 33 , c 34 , 

c14 , c 42 , c 34 , c 44 , 

Karena kita dapat memberi nomor setiap anggota di C berdasarkan


tingginya seperti di atas, maka C countable.

Pertanyaan
Apakah berlaku kebalikannya yaitu

 Ci countable  Ci countable, i = 1, 2, 3, …
i 1
Jawab : Ya
21

Dari Teorema 1.2, kita tahu bahwa jika C countable maka


sembarang subset dari C adalah countable.

Tulis  Ci = C.
i 1
Karena C countable dan C1  C, C2  C, … , Cn  C, maka C1, C2,
… , Cn, … countable.
Jadi, Ci countable, i = 1, 2, … , n.

Buktikan bahwa Q countable.


Bukti
Bilangan rasional Q adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam
bentuk mn , dengan m,n  Z dan n  0.

Untuk membuktikkan Q countable perhatikan himpunan-


himpunan berikut.
A0 = {0}
A1 = 11 , 11 , 12 , 12 , 13 , 13 ,....
A2 = 12 , 21 , 22 , 22 , 32 , 23 ,....

An = n1 , n1 , n2 , n2 , n3 , n3 ,....
Perhatikan bahwa Ai, i = 1, 2, … , n, … adalah himpunan
countable, dengan
n
 Ai  Q.
i 1
Berdasarkan Teorema 1.3, maka Q countable.

Buktikan I = [0, 1] uncountable


Bukti
Andaikan I countable, maka I finite atau denumerable.
Karena I memuat { n1 | n  N} maka I infinite.
Jadi, I denumerable.
Tulis I = {x1, x2, x3, … , xn, …} dengan 0  xi  1 iN.
Dengan demikian xi dapat ditulis.
x1 = 0,a1a2a3… , ai  {0,1,2, … , 9}
x2 = 0,b1b2b3… , bi  {0,1,2, … , 9}
22

x3 = 0,c1c2c3… , ci  {0,1,2, … , 9}

xn = …

Definisikan y = 0,y1y2y3… dengan


2 , a1  5
y1 = 
7 , a1  4
2 ,b2  5
y2 = 
7 ,b2  4
2 , c 3  5
y3 = 
7 , c3  4

Sehingga y  xi, xi padahal 0  y  1 (kontradiksi).
Jadi pengandaian salah.
Haruslah I uncountable.

Akan dibuktikan bahwa R uncountable.


Jawab
Andaikan R countable maka sembarang subset dari R juga
countable.
I = [0,1] adalah subset dari R. Akibatnya I countable.
Hal ini bertentangan dengan I uncountable.
Jadi, pengadaian R countable salah.
Haruslah R uncountable.

Contoh 16
Buktikan bahwa himpunan-himpunan
C = {nN | n bilangan ganjil positif}
K=Z
denumerable.
Jawab
Untuk menunjukkan himpunan-himpunan tersebut denumerable
berarti harus menunjukkan ada f : B  N yang 1-1 dan pada.
23

Akan ditunjukkan C denumerable.

Misalkan f : C  N dengan
c 1
f(c) = ., cC.
2

Akan ditunjukkan f fungsi.


Misalkan diberikan sembarang (a,b)f, maka aC dan b = f(a) =
a 1
.
2
Karena a bilangan ganjil positif, maka a+1 bilangan genap positif.
a 1
Akibatnya = b  N.
2
Ini berarti (a, b)  CxN.
Jadi, f  CxN.

Misalkan a=b  C, maka


a 1 b 1
f(a) = = = f(b).
2 2
Jadi, f fungsi.

Akan ditunjukkan f 1-1.


Misalkan f(a) = f(b)  N, maka
a 1 b 1
=
2 2
a+1 = b+1
a = b.
Jadi, f 1-1.

Akan ditunjukkan f fungsi pada.


Karena f fungsi dari C ke N, maka Rf  N.
Misalkan y  N, maka ada 2y-1  C sehingga
( 2 y  1)  1 2y
f(2y-1) = = = y.
2 2
Ini berarti y  Rf.
Jadi N  Rf.

Karena Rf  N dan N  Rf, maka Rf = N.


Terbukti f fungsi onto.
Kesimpulan, C denumerable.
24

Akan ditunjukan 𝒁 denumerable.

Misalkan f : Z  N dengan
2( z  1 ) ,z  0
f(z) =  , zZ.
 ( 2 z  1 ) , z  1

Misalkan (a,b)f, maka aZ dan b = f(a).


Jika a  0, maka
a+1  1
2(a+1) = f(a) = b  1.
Jika a  -1, maka
2a  -2
(2a + 1)  1
-(2a+1) = f(a) = b  1.
Ini berarti b  1 atau dengan kata lain b  N.
Akibatnya (a,b)  ZxN.
Jadi, f  ZxN.

(i) Misalkan a=b  0, maka


f(a) = 2(a+1) = 2(b+1) = f(b).
(ii) Misalkan a=b  -1, maka
f(a) = -(2a + 1) = -(2b + 1) = f(b).
Jadi f fungsi.

Akan ditunjukkan f 1-1.


(i) Misalkan f(a) = f(b) genap, maka
f(a) = 2(a+1)
f(b) = 2(b+1),
untuk suatu a, b  0.

Karena f(a) = f(b) maka


2(a+1) = 2(b+1)
a = b.

(ii) Misalkan f(a) = f(b) ganjil, maka


f(a) = -(2a+1)
f(b) = -(2b+1)
untuk suatu a,b  -1.
25

Karena f(a) = f(b), maka


-(2a+1) = -(2b+1)
a = b.
Jadi, f 1-1.

Akan ditunjukkan f fungsi onto.


Artinya Rf = N.
Karena f fungsi dari Z ke N, maka Rf  N.
Misalkan diberikan sembarang y  N.
y
(i) Jika y genap, maka ada -1  0 sehingga
2
y y y
f( -1) = 2( -1 +1) = 2 . = y
2 2 2
Jadi y  Rf.

 y 1
(ii) Jika y ganjil, maka ada  -1 sehingga
2
 y 1  y 1
f( ) = -(2. +1) = -(-y-1+1) = -(-y) = y.
2 2
Jadi y  Rf.
Jadi N  Rf.
Karena Rf  N dan N  Rf, maka Rf = N.
Terbukti f fungsi onto.

Kesimpulan, Z denumerable.
26

BAB 2 BILANGAN REAL

2.1 Sifat-sifat Aljabar dari Bilangan Real (R)

Mulai sekolah dasar, kita telah mengenal operasi-operasi dasar


yaitu tambah, kurang, kali dan bagi dan sifat-sifatnya. Sebagai
contoh, operasi tambah memiliki sifat komutatif. Berikut ini akan
diberikan sifat-sifat bilangan secara lebih lengkap.

Sifat-sifat Bilangan Real (R)


Untuk semua 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅 dengan operasi tambah (+) dan kali ()
memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
J1. Asosiatif penjumlahan : 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 = 𝑎 + 𝑏 + 𝑐
J2. Memiliki identitas penjumlahan : Ada 0 ∈ 𝑅, untuk semua
𝑎 ∈ 𝑅, sehingga 𝑎 + 0 = 𝑎 = 0 + 𝑎
J3 Memiliki invers penjumlahan : Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝑅, ada -−𝑎 ∈
𝑅, sehingga 𝑎 + −𝑎 = 0 = −𝑎 + 𝑎.
J4. Komutatif penjumlahan : 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎
K1. Asosiatif perkalian : 𝑎 × 𝑏 × 𝑐 = 𝑎 × 𝑏 × 𝑐
K2. Memiliki identitas perkalian : Ada 1 ∈ 𝑅, untuk semua 𝑎 ∈ 𝑅,
sehingga 𝑎 × 1 = 𝑎 = 1 × 𝑎
1
K3 Memiliki invers perkalian : Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝑅, ada ∈ 𝑅,
𝑎
1 1
sehingga 𝑎 × 𝑎 = 1 = 𝑎 × 𝑎.
K4. Komutatif perkalain : 𝑎 × 𝑏 = 𝑏 × 𝑎
D. Distributif penjumlahan dan perkalian :
𝑎× 𝑏+𝑐 = 𝑎×𝑏+𝑎×𝑐
Untuk selanjutnya operasi × ditulis dengan tanda ". " atau
langsung 𝑎𝑏 yang bermakna 𝑎 × 𝑏.

Berdasarkan sifat-sifat tersebut kita akan membuktikan


kebenaran-kebenaran matematis yang dikenal dengan Teorema.
Pada Teorema 2.1 masih akan dijelaskan alasan untuk setiap
langkahnya. Pada Teorema selanjutnya, silahkan ditulis alasan-
alasan tersebut di samping kanan.

Teorema 2.1
(a). Jika 𝑧, 𝑎 ∈ 𝑅 dan 𝑧 + 𝑎 = 𝑎, maka 𝑧 = 0.
Bukti
Yang diketahui adalah 𝑧 + 𝑎 = 𝑎
27

Yang dibuktikan adalah 𝑧 = 0.


Kita membuktikannya mulai dari 𝑧 dan berakhir di 0. Cara ini
dikenal dengan pembuktian langsung.

𝑧 =𝑧+0 (menggunakan sifat J2)


= 𝑧 + 𝑎 + −𝑎 (menggunakan sifat J3)
= 𝑧 + 𝑎 + (−𝑎) (menggunakan sifat J1)
= 𝑎 + (−𝑎) (menggunakan yang diketahui)
=0 (menggunakan J3)

(b) Jika 𝑢, 𝑏 ∈ 𝑅, 𝑏 ≠ 0 dan 𝑢𝑏 = 𝑏, maka 𝑢 = 1.


Bukti
Yang diketahui : 𝑏 ≠ 0 dan 𝑢𝑏 = 𝑏.
Yang dibuktikan : 𝑢 = 1.
Kita membuktikannya mulai dari 𝑢 dan berakhir di 1.
𝑢 = 𝑢. 1 (menggunakan sifat K2)
1
= 𝑢. (𝑏. 𝑏 ) (menggunakan sifat K3)
1
= 𝑢. 𝑏 . 𝑏 (menggunakan sifat K1)
1
= 𝑏. 𝑏 (menggunakan yang diketahui)
=1 (menggunakan sifat K3)

Teorema 2.2
Jika 𝑎 ∈ 𝑅, maka 𝑎. 0 = 0.
Bukti
Cara 1
Kita mulai dari 𝑎. 0 dan berakhir di 0.
𝑎0 = 𝑎0 + 0 = 𝑎0 + 𝑎 + −𝑎 = 𝑎0 + 𝑎 + −𝑎
= 𝑎0 + 𝑎1 + −𝑎 = 𝑎 0 + 1 + −𝑎 = 𝑎1 + −𝑎 = 𝑎 + −𝑎 = 0.

Cara 2
Kita dapat membuktikan dengan memanfaatkan Teorema yang
telah dibuktikan.
Kita gunakan Teorema 1.1(a). Artinya kita buktikan𝑎. 0 + 𝑎 = 𝑎
untuk membuktkan 𝑎. 0 = 0.
𝑎. 0 + 𝑎 = 𝑎. 0 + 𝑎. 1 (menggunakan sifat K2)
= 𝑎(0 + 1) (menggunakan sifat D)
= 𝑎. 1 (menggunakan sifat J2)
=𝑎 (menggunakan sifat K2)
Sehingga 𝑎. 0 = 0 (menggunakan Teorema 1.1(a))
28

Ternyata kita dapat membuktikan dengan lebih dari satu cara.


Mahasiswa yang dapat melakukan hal ini telah memiliki
kemampuan berpikir tertinggi yaitu kreatif.

Teorema 2.3
1
(a) Jika𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅,𝑎 ≠ 0 dan 𝑎. 𝑏 = 1, maka 𝑏 = 𝑎 .
Bukti
Kita gunakan pembuktian langsung
𝑏 = 1. 𝑏
1
= .𝑎 𝑏
𝑎
1
= . (𝑎. 𝑏)
𝑎
1
= .1
𝑎
1
=
𝑎

(b) Jika 𝑎. 𝑏 = 0, maka 𝑎 = 0 atau 𝑏 = 0.


Bukti
Yang diketahui : 𝑎. 𝑏 = 0
Yang dibuktikkan : 𝑎 = 0 atau 𝑏 = 0.
Ada tiga kemungkinan dari 𝑎 = 0 atau 𝑏 = 0 yaitu:
1. 𝑎 = 0 dan 𝑏 = 0
2. 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 = 0.
3. 𝑎 = 0 dan 𝑏 ≠ 0.
Pembuktian kemungkinan 1.
𝑎. 𝑏 = 0.0 = 0

Pembuktian kemungkinan 2.
𝑏 = 1. 𝑏
1
= .𝑎 𝑏
𝑎
1
= . (𝑎. 𝑏)
𝑎
1
= .0
𝑎
=0

Pembuktian kemungkinan 3 serupa dengan kemungkinan 2.


Silahkan dicoba sendiri.
29

Operasi kurang dan bagi


Kita definisikan operasi kurang dan bagi sebagai berikut
Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 dan 𝑏 ≠ 0.
Operasi kurang didefinisikan sebagai 𝑎 − 𝑏 = 𝑎 + (−𝑏)
𝑎 1
Operasi bagi didefinisikan sebagai = 𝑎. .
𝑏 𝑏
Kita juga akan menggunakan beberapa simbol berikut.
1
𝑎2 = 𝑎𝑎 𝑎0 = 1 𝑎−𝑛 = (𝑎 )𝑛
𝑎3 = 𝑎2 𝑎 𝑎1 = 𝑎
1
𝑎𝑛+1 = 𝑎𝑛 𝑎 𝑎 −1 = 𝑎

2.2 Bilangan Rasional dan Irasional

Bilangan rasional adalah bilangan-bilangan Real yang dapat


𝑎
ditulis dalam bentuk 𝑏 dengan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍 dan 𝑏 ≠ 0.
Himpunan bilangan rasional disimbolkan dengan 𝑄.

Pertanyaan
Apakah −5 anggota himpunan bilangan Rasional? Jelaskan
jawabanmu!
.........................................................................................
.........................................................................................

𝑎
Jika ada bilangan-bilangan Real yang dapat ditulis 𝑏 , berarti ada
bilangan-bilangan yang tidak dapat ditulis demikian.

𝑎
Bilangan-bilangan yang tidak dapat ditulis dalam bentuk disebut
𝑏
bilangan Irasional.

Salah satu bilangan irasional adalah 2

Teorema 2.4
Tidak ada bilangan Rasional 𝑟yang memenuhi 𝑟 2 = 2
Bukti
Kita akan membuktikan menggunakan cara pembuktian
KONTRADIKSI. Langkah pembuktiannya adalah
1. Kita andaikan yang akan dibuktikan salah dengan
menegasikannya.
30

2. Berdasarkan andaikan tadi kita bekerja dengan kebenaran-


kebenaran matematis.
3. Pada suatu baris tertentu akan terjadi kesalahan dengan
kebenaran matematis atau baris sebelumnya. Kesalahan ini
disebut dengan kontradiksi.

Yang dibuktikan: tidak ada bilangan Rasional 𝑟.


Kita andaikan bahwa ada bilangan Rasional 𝑟 yang memenuhi
𝑟 2 = 2.
𝑎
Ini berarti bilangan 𝑟 dapat ditulis sebagai 𝑏 dengan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍 dan
𝑎
𝑏 ≠ 0. Kita pilih adalah bentuk yang paling sederhana (contohnya
𝑏
3 6 9 𝑎 3
= 4 = 6 , tetapi kita pilih = 2 dengan 𝑎 = 3 dan 𝑏 = 2). Akibatnya
2 𝑏
𝑎 dan 𝑏 tidak memiliki faktor persekutuan selain 1.
Sehingga
𝑟2 = 2
𝑎 2
=2
𝑏
𝑎2
=2
𝑏2
𝑎 = 2𝑏 2
2

Ini berarti 𝑎2 adalah bilangan genap.


Akibatnya 𝑎 haruslah bilangan genap
(Karena jika 𝑎 bilangan ganjil, maka 𝑎 dapat ditulis 𝑎 = 2𝑛 − 1
dengan 𝑛 ∈ 𝑍. Sehingga 𝑎2 = (2𝑛 − 1)2 = 4𝑛2 − 4𝑛 + 1 = 2 2𝑛2 − 2𝑛 +
1 − 1. Ini berarti 𝑎2 adalah bilangan ganjil).
Lebih lanjut, karena 𝑎 genap maka dapat ditulis 𝑎 = 2𝑘 dengan
𝑘 ∈ 𝑍.
Sehingga
𝑎2 = 2𝑏 2
(2𝑘)2 = 2𝑏 2
4𝑘 2 = 2𝑏 2
2𝑘 2 = 𝑏 2
Diperoleh 𝑏 2 adalah bilangan genap.
Akibatnya 𝑏 haruslah bilangan genap.
Karena 𝑎 dan 𝑏 genap maka 𝐹𝑃𝐵(𝑎, 𝑏) > 1.
Ini bertentangan dengan baris sebelumnya yang menyatakan
bahwa 𝐹𝑃𝐵 𝑎, 𝑏 = 1.
Ini terjadi karena pengandaiannya salah.
Kesimpulan, ada bilangan Rasional 𝑟 yang memenuhi 𝑟 2 = 2.
31

Latihan 1.1

1. Jika 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅, buktikan bahwa:


(a) Jika 𝑎 + 𝑏 = 0, maka 𝑏 = −𝑎 (b) − −𝑎 = 𝑎
(c) −1 𝑎 = −𝑎 (d) −1 −1 = 1

2. Jika 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅, buktikan bahwa:


(a) − 𝑎 + 𝑏 = −𝑎 + (−𝑏) (b) −𝑎 . −𝑏 = 𝑎. 𝑏
1 1 −𝑎
(c) = −(𝑎 ) (d) = − 𝑎/𝑏 , 𝑏 ≠ 0.
−𝑎 𝑏

3. Jika 𝑎 ∈ 𝑅 yang memenuhi 𝑎. 𝑎 = 𝑎. Buktikan bahwa 𝑎 = 0 atau


𝑎 = 1.

2.2 Sifat Terurut dari R

Sifat terurut dari bilangan Real merujuk pada ide-ide mengenai


kepositifan dan ketidaksamaan dari bilangan-bilangan Real.

Definisi 1.1
Ada subset 𝑃dari 𝑅 yang tak kosong yang disebut himpunan
bilangan real positif, yang memenuhi sifat-sifat:
(i) Jika 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑃, maka 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝑃,
(ii) Jika 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑃, maka 𝑎𝑏 ∈ 𝑃.
(iii) Jika 𝑎 ∈ 𝑃, maka tepat satu dari hal-hal berikut yang
terpenuhi
𝑎 ∈ 𝑃, 𝑎 = 0, −𝑎 ∈ 𝑃

Sifat yang ketiga disebut sifat Trikotomi, karena membagi bilangan


Real menjadi tiga tipe.
Jika 𝑎 ∈ 𝑃, kita tulis𝑎 > 0dan 𝑎 dinamakan bilangan real positif.
Jika −𝑎 ∈ 𝑃, kita tulis 𝑎 < 0dan 𝑎 dinamakan bilangan real negatif.

Ide mengenai ketidaksamaan diantara dua bilangan Real


didefinisikan dalam bentuk himpunan P dari bilangan-bilangan
Real.
32

Definisi 2.2
Misalkan𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅.
(i) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃, maka kita tulis 𝑎 > 𝑏 atau 𝑏 < 𝑎.
(ii) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 ∪ 0 , maka kita tulis 𝑎 ≥ 𝑏 atau 𝑏 ≤ 𝑎.

Teorema 2.5
Misalkan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅.
(a) Jika𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐, maka 𝑎 > 𝑐.
Bukti
Kita mulai dari premis menuju yang akan dibuktikan.
Karena 𝑎 > 𝑏, maka 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃.
Karena 𝑏 > 𝑐, maka 𝑏 − 𝑐 ∈ 𝑃.
Berdasarkan Definisi 1.1, maka
𝑎 − 𝑏 + (𝑏 − 𝑐) ∈ 𝑃
𝑎 − 𝑐 ∈ 𝑃.
Jadi, 𝑎 > 𝑐

(b) Jika 𝑎 > 𝑏, maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐.


Bukti
Diketahui 𝑎 > 𝑏, maka 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃.
Karena 𝑎 − 𝑏 = 𝑎 + 𝑐 − (𝑏 + 𝑐), maka 𝑎 + 𝑐 − (𝑏 + 𝑐) ∈ 𝑃.
Jadi, 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐.

(c) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0, maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏.


Bukti
Diketahui 𝑎 > 𝑏, maka 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃.
Karena 𝑐 > 0, maka 𝑐 ∈ 𝑃.
Berdasarkan Definisi 1.1(ii), diperoleh 𝑐(𝑎 − 𝑏) ∈ 𝑃.
Sehingga 𝑐𝑎 − 𝑐𝑏 ∈ 𝑃.
Jadi, 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏.

(d) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0, maka 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏.


Bukti
Diketahui 𝑎 > 𝑏, maka 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃.
Karena 𝑐 < 0, maka −𝑐 ∈ 𝑃.
Berdasarkan Definisi 1.1(ii), diperoleh −𝑐(𝑎 − 𝑏) ∈ 𝑃.
Sehingga 𝑐𝑏 − 𝑐𝑎 ∈ 𝑃.
Jadi, 𝑐𝑏 > 𝑐𝑎.
33

Teorema 2.6
(a) Jika𝑎 ∈ 𝑅 dan 𝑎 ≠ 0, maka 𝑎2 > 0.
Bukti
Berdasarkan sifat Trikotomi, jika 𝑎 ≠ 0, maka 𝑎 ∈ 𝑃 atau −𝑎 ∈ 𝑃.
Jika 𝑎 ∈ 𝑃, maka berdasarkan Definisi 1.1(ii) diperoleh 𝑎. 𝑎 = 𝑎2 ∈ 𝑃.
Karena itu, 𝑎2 > 0.
Jika −𝑎 ∈ 𝑃, maka berdasarkan Definisi 1.1(ii) diperoleh −𝑎. (−𝑎) =
𝑎2 ∈ 𝑃.
Karena itu, 𝑎2 > 0.
Kesimpulan, 𝑎2 > 0.

(b) 1 > 0
Bukti
Karena 1 ∈ 𝑅 dan 1 ≠ 0, maka berdasarkan bagian (a) diperoleh
12 = 1 > 0.

(c) Jika 𝑛 ∈ 𝑁, maka 𝑛 > 0.


Bukti
Akan dibuktikan menggunakan induksi matematika. Ada tiga
langkah dalam membuktikan dengan metode ini.

Langkah pertama, periksa benar untuk 𝑛 = 1.


Berdasarkan bagian (b) diperoleh 1 > 0.
Jadi, pernyataan bernilai benar untuk 𝑛 = 1.

Langkah kedua, anggap benar untuk 𝑛 = 𝑘.


Sehingga 𝑘 > 0.

Langkah ketiga, akan dibuktikan benar untuk 𝑛 = 𝑘 + 1.


Karena 𝑘 > 0 dan 1 > 0, maka 𝑘 ∈ 𝑃 dan 1 ∈ 𝑃.
Diperoleh 𝑘 + 1 ∈ 𝑃.
Sehingga 𝑘 + 1 > 0.
Jadi, pernyataan benar untuk 𝑛 = 𝑘 + 1.

Kesimpulan, 𝑛 > 0 untuk semua 𝑛 ∈ 𝑁.

Teorema 1.7
Jika𝑎 ∈ 𝑅 sedemikian sehingga 0 ≤ 𝑎 < 𝜀 untuk semua 𝜀 > 0, maka
𝑎 = 0.
Bukti
34

Kita buktikan menggunakan kontradiksi


Andaikan yang akan dibuktikan salah yaitu 𝑎 ≠ 0.
Diketahui dari masalah 0 ≤ 𝑎, sehingga 0 < 𝑎.
1
Pilih 𝜀0 = 2 𝑎 > 0.
Karena 𝑎 < 𝜀 untuk semua 𝜀 > 0, maka
1
𝑎 < 2 𝑎 (salah).
Ini terjadi karena pengandaian salah.
Yang benar adalah 𝑎 = 0.

Teorema 2.8
Jika 𝑎𝑏 > 0, maka ada dua kemungkinan
(1) 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0, atau
(2) 𝑎 < 0 dan 𝑏 < 0.
Bukti
Karena 𝑎𝑏 > 0, maka 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ≠ 0 (karena jika salah satu 0,
maka berdasarkan Teorema 1.2 diperoleh 𝑎𝑏 = 0).
Berdasarkan sifat Trikotomi diperoleh 𝑎 > 0 atau 𝑎 < 0.
1
(1) Jika 𝑎 > 0, maka > 0.
𝑎
1 1
Akibatnya 𝑏 = 1. 𝑏 = . 𝑎 . 𝑏 = 𝑎 . 𝑎𝑏 > 0
𝑎
1
(2) Jika 𝑎 < 0, maka < 0.
𝑎
1 1
Akibatnya 𝑏 = 1. 𝑏 = . 𝑎 . 𝑏 = 𝑎 . 𝑎𝑏 < 0
𝑎

Akibat langsung dari Teorema 1.8 adalah sebagai berikut.

Corollary 2.9
Jika 𝑎𝑏 < 0, maka ada dua kemungkinan
(1) 𝑎 > 0 dan 𝑏 < 0, atau
(2) 𝑎 < 0 dan 𝑏 > 0.

Tugas untuk didiskusikan


Silahkan buktikan Corollary 1.9 (Tips: caranya serupa dengan
Teorema 1.8).
35

2.3 Pertidaksamaan

Sifat keterurutan di atas dapat digunakan untuk menjawab soal-


soal pertidaksamaan.

Contoh 1
Tentukan himpunan penyelesaian dari 𝑥 2 + 𝑥 > 2 !
Jawab
Kita buat terlebih dahulu ruas kanannya menjadi 0, diperoleh:
𝑥2 + 𝑥 − 2 > 0
𝑥 + 2 𝑥 − 1 > 0.
Berdasarkan Teorema 1.8, ada dua kemungkinan:
(1) 𝑥 + 2 > 0 dan 𝑥 − 1 > 0, diperoleh 𝑥 > −2 dan 𝑥 > 1.
Irisan dari dua interval 𝑥 > −2 dan 𝑥 > 1 ditunjukkan oleh
daerah yang dua kali dilalui oleh tanda panah pada garis
bilangan. Jika tidak ada daerah tersebut, maka tidak ada
bilangan Real yang memenuhi pertidaksamaan yang
dimaksud.
x >1
x > 2

2 1
Yang memenuhi adalah 𝑥 > 1.

2. 𝑥 + 2 < 0 dan 𝑥 − 1 < 0, diperoleh 𝑥 < −2 dan 𝑥 < 1.


Irisan dari kedua interval tersebut ditunjukkan oleh garis
bilangan berikut.
x < 2
x <1

2 1
Yang memenuhi adalah 𝑥 < −2.

Kemungkinan 1 dan 2 dihubungkan dengan kata “atau”. Ini


berarti yang memenuhi pada kemungkinan 1 digabung dengan
kemungkinan 2.
Jadi, himpunan penyelesaian = 𝑥 ∈ 𝑅 | 𝑥 < −2 atau 𝑥 > 1 .

Contoh 2
2𝑥+1
Tentukan himpunan penyelesaian dari <1!
𝑥+2
Jawab
36

2𝑥+1
Bentuk terdefinisi, jika
𝑥+2
𝑥+2≠0
𝑥 ≠ −2
Sama seperti sebelumnya, kita buat ruas kanannya menjadi
0.Diperoleh:
2𝑥+1
−1<0
𝑥+2
2𝑥+1−(𝑥+2)
<0
𝑥+2
𝑥−1
<0
𝑥+2
1
𝑥 − 1 . 𝑥+2 < 0
Berdasarkan Teorema 1.8, ada dua kemungkinan:
1 1
1. 𝑥 − 1 > 0 dan < 0. Bentuk < 0, jika 𝑥 + 2 < 0.
𝑥+2 𝑥+2
Diperoleh 𝑥 > 1 dan 𝑥 < −2. Garis bilangannya:
x < 2 x >1

2 1
Tidak ada daerah yang dilalui dua kali oleh tanda panah.
Ini berarti tidak ada bilangan Real yang memenuhi.

1 1
2. 𝑥 − 1 < 0 dan > 0. Bentuk > 0, jika 𝑥 + 2 > 0.
𝑥+2 𝑥+2
Diperoleh 𝑥 < 1 dan 𝑥 > −2.

Garis bilangannya:
x > 2
x <1

2 1
Yang memenuhi adalah −2 < 𝑥 < 1.

Himpunan penyelesaian diperoleh dengan menggabungkan yang


memenuhi di kemungkinan 1 dan 2.
Jadi, himpunan penyelesaian = 𝑥 ∈ 𝑅 | − 2 < 𝑥 < 1 .

Ada dua pertidaksamaan yang bermanfaat dalam menyelesaikan


masalah-masalah matematika. Pembuktiannya dijadikan sebagai
bahan latihan.
37

1. Pertidaksamaan Rata-rata Geometrik-Aritmetik


𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + ⋯ + 𝑎𝑛
(𝑎1 . 𝑎2 . 𝑎3 … 𝑎𝑛 )1/𝑛 <
𝑛

2. Pertidaksamaan Bernoulli
(1 + 𝑥)𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥, untuk semua 𝑛 ∈ 𝑁

Latihan 2.2

1. Misalkan 0 < 𝑎 < 𝑏 dan 0 < 𝑐 < 𝑑. Buktikan bahwa 0 < 𝑎𝑐 < 𝑏𝑑.

1 1
2. Misalkan 𝑎 > 0. Tunjukkan bahwa > 0 dan 1 = 𝑎.
𝑎
𝑎

1
3. Misalkan 𝑎 < 𝑏. Tunjukkan bahwa 𝑎 < 2 𝑎 + 𝑏 < 𝑏.

4. Cari semua nilai x yang memenuhi pertidaksamaan berikut.


(a) 𝑥 2 < 5𝑥 − 4 (b) 6 < 𝑥 2 − 3 < 13
1 1
(c) <𝑥 (d) < 𝑥2
𝑥 𝑥

5. Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 dan untuk setiap 𝜀 > 0 berlaku 𝑎 ≤ 𝑏 + 𝜀.


Buktikan bahwa 𝑎 ≤ 𝑏.

2.4 Nilai Mutlak

Nilai mutlak didefinisikan sebagai berikut.


𝑥, 𝑥≥0
𝑥 =
−𝑥, 𝑥<0

Contoh 3
−5 = − −5 = 5 (karena −5 < 0)
0 =0 (karena 0 ≥ 0)
5 =5 (karena 5 ≥ 0)

Teorema 2.10
(a) 𝑎𝑏 = 𝑎 . 𝑏 untuk semua 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅.
Bukti
Ambil sembarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅.
Ada beberapa kemungkinan dari nilai 𝑎 atau 𝑏.
38

(1) Jika 𝑎 = 0, maka 𝑎𝑏 = 0. 𝑏 = 0 = 0 = 0. 𝑏 = 𝑎 . |𝑏|.


Hal yang sama jika 𝑏 = 0.
(2) Jika 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0, maka 𝑎𝑏 > 0. Sehingga
𝑎𝑏 = 𝑎𝑏 = 𝑎 . 𝑏
(3) Jika 𝑎 < 0 dan 𝑏 < 0, maka 𝑎𝑏 > 0. Sehingga
𝑎𝑏 = 𝑎𝑏 = −𝑎 . −𝑏 = 𝑎 . 𝑏
(4) Jika 𝑎 > 0 dan 𝑏 < 0, maka 𝑎𝑏 < 0. Sehingga
𝑎𝑏 = −(𝑎𝑏) = 𝑎. −𝑏 = 𝑎 . 𝑏
(5) Jika 𝑎 < 0 dan 𝑏 > 0, maka 𝑎𝑏 < 0. Sehingga
𝑎𝑏 = − 𝑎𝑏 = (−𝑎). 𝑏 = 𝑎 . 𝑏

(b) 𝑎 2 = 𝑎2 untuk semua 𝑎 ∈ 𝑅


Bukti
Ambil sembarang 𝑎 ∈ 𝑅.
𝑎2= 𝑎. 𝑎
= |𝑎. 𝑎|
= 𝑎2
= 𝑎2

(c) Misalkan 𝑐 ≥ 0 berlaku


|𝑎| ≤ 𝑐 jika dan hanya jika −𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐.
Bukti
() Akan dibuktikan: jika |𝑎| ≤ 𝑐, maka −𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐
Berdasarkan definisi nilai mutlak dan |𝑎| ≤ 𝑐, maka
𝑎 ≤ 𝑐 dan −𝑎 ≤ 𝑐.
Ketidaksamaan −𝑎 ≤ 𝑐 ekuivalen dengan −𝑐 ≤ 𝑎.
Diperoleh −𝑐 ≤ 𝑎 dan 𝑎 ≤ 𝑐 yang ekuivalen dengan −𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐.

()Akan dibuktikan: jika −𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐, maka |𝑎| ≤ 𝑐.


Sebaliknya jika −𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐, maka −𝑐 ≤ 𝑎 dan 𝑎 ≤ 𝑐.
Ketidaksamaan −𝑐 ≤ 𝑎 ekuivalen dengan −𝑎 ≤ 𝑐.
Sehingga kita punya −𝑎 ≤ 𝑐 dan 𝑎 ≤ 𝑐.
Berdasarkan definisi nilai mutlak diperoleh |𝑎| ≤ 𝑐.

(d) −|𝑎| ≤ 𝑎 ≤ 𝑎 untuk semua 𝑎 ∈ 𝑅


bukti
Pilih 𝑐 = |𝑎|, maka Teorema bagian (c) tetap berlaku karena |𝑎| ≥ 0
dan |𝑎| ≤ |𝑎|.
Jadi diperoleh −|𝑎| ≤ 𝑎 ≤ |𝑎|
39

Teorem 2.11. Ketidaksamaan Segitiga


Misalkan diberikan sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅, berlaku
𝑎 + 𝑏 ≤ 𝑎 + |𝑏|
Bukti
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅. Berdasarkan Teorem 1.10(d) diperoleh
−|𝑎| ≤ 𝑎 ≤ 𝑎
−|𝑏| ≤ 𝑏 ≤ 𝑏
Kita jumlahkan kedua ketidaksamaan, diperoleh
− 𝑎 + − 𝑏 ≤ 𝑎 + 𝑏 ≤ 𝑎 + |𝑏|
− 𝑎 + 𝑏 ≤ 𝑎 + 𝑏 ≤ 𝑎 + |𝑏|
Berdasarkan Teorema 1.10(c), diperoleh
𝑎 + 𝑏 ≤ 𝑎 + |𝑏|

Corollary 2.3
Misalkan diberikan sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅, berlaku
(a) 𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎 − 𝑏
Bukti
Cara 1
Berdasarkan Teorema 1.11, maka
𝑎 − 𝑏 + 𝑏 ≤ 𝑎 − 𝑏 + |𝑏|
Karena 𝑎 − 𝑏 + 𝑏 = 𝑎 , diperoleh
|𝑎| ≤ 𝑎 − 𝑏 + |𝑏|
𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎−𝑏
Hal yang serupa dengan sebelumnya, berdasarkan Teorema 1.11,
maka
𝑎 + 𝑏 − 𝑎 ≤ 𝑎 + |𝑏 − 𝑎|
Karena 𝑎 + 𝑏 − 𝑎 = 𝑏 , diperoleh
|𝑏| ≤ 𝑎 + |𝑏 − 𝑎|
− 𝑏−𝑎 ≤ 𝑎 − 𝑏

Karena
𝑏−𝑎 = −1 𝑎 − 𝑏 = −1 . 𝑎 − 𝑏 = 1 𝑎 − 𝑏 = |𝑎 − 𝑏|
Sehingga
−|𝑎 − 𝑏| ≤ 𝑎 − |𝑏|
Dengan demikian kita peroleh
−|𝑎 − 𝑏| ≤ 𝑎 − |𝑏| dan 𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎 − 𝑏
Berdasarkan Teorema 1.10(c), dipreoleh
𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎−𝑏
40

(b) 𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎 + |𝑏|
Bukti

Cara 1
Berdasarkan Ketidaksamaan Segitiga diperoleh:
𝑎 − 𝑏 = |𝑎 + −𝑏 | ≤ 𝑎 + | − 𝑏|
Karena −𝑏 = |𝑏|, maka
𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎 + |𝑏|

Cara 2
Berdasarkan Ketidaksamaan Segitiga, diperoleh
− 𝑎−𝑏 ≤ 𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎−𝑏
Ketidaksamaan tersebut ekuivalen dengan
− 𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎 − 𝑏 dan 𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎 − 𝑏
Pertama, kita buktikan − 𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎 − 𝑏 .
𝑎 − 𝑏 = 𝑎 − |𝑏 − 𝑎 + 𝑎|
≥ 𝑎 − 𝑏−𝑎 + 𝑎
≥ 𝑎 − 𝑏−𝑎 − 𝑎
≥− 𝑏−𝑎
≥− 𝑎−𝑏
Kedua, kita buktikan 𝑎 − 𝑏 ≤ 𝑎 − 𝑏 .
𝑎 − 𝑏 = 𝑎 − 𝑏 + 𝑏 − |𝑏|
≤ 𝑎 − 𝑏 + 𝑏 − |𝑏|
≤ 𝑎−𝑏
Terbukti pernyataan bernilai benar.

Contoh
Cari semua 𝑥 ∈ 𝑅 yang memenuhi pertidaksamaan berikut
1.|4𝑥 − 5| ≤ 13
Jawab
Berdasarkan Teorema 1.10, diperoleh
−13 ≤ 4𝑥 − 5 ≤ 13
−13 + 5 ≤ 4𝑥 − 5 + 5 ≤ 13 + 5
−8 ≤ 4𝑥 ≤ 18
18
−2 ≤ 𝑥 ≤
4
18
Jadi, 𝐻𝑝 = 𝑥 ∈ 𝑅| − 2 ≤ 𝑥 ≤ 4

2. 𝑥 − 1 > |𝑥 + 1|
Jawab
41

Cara 1
Kita tulis definisinya terlebih dahulu
𝑥 − 1, 𝑥 − 1 ≥ 0 ⇔ 𝑥 ≥ 1
𝑥−1 =
− 𝑥−1 , 𝑥−1 <0 ⇔ 𝑥 <1

𝑥 + 1, 𝑥 + 1 ≥ 0 ⇔ 𝑥 ≥ −1
𝑥+1 =
− 𝑥 + 1 , 𝑥 + 1 < 0 ⇔ 𝑥 < −1

Pada nilai mutlak 𝑥 − 1 , nilai fungsinya berubah di titik 𝑥 = 1,


sedangkan pada 𝑥 + 1 , nilainya berubah di titik 𝑥 = −1.
Jika kedua titik digambarkan pada garis bilangan diperoleh:

Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3


x < 1 1  x < 1 x 1
1 1

Pada daerah 1, 𝒙 < −1.


𝑥 − 1 = − 𝑥 − 1 = −𝑥 + 1
𝑥 + 1 = − 𝑥 + 1 = −𝑥 − 1
Sehingga
𝑥 − 1 > |𝑥 + 1|
−𝑥 + 1 > −𝑥 − 1
−𝑥 + 𝑥 > −1 − 1
0 > −2
Ketidaksamaan tersebut bernilai benar, sehingga pertidaksamaan
𝑥 − 1 > |𝑥 + 1| benar untuk semua 𝑥 di daerah 1.
Jadi, pertidaksamaan benar untuk 𝑥 < −1.

Pada daerah 2, −𝟏 ≤ 𝒙 < 1.


𝑥 − 1 = − 𝑥 − 1 = −𝑥 + 1_
𝑥+1 =𝑥+1
Sehingga

𝑥 − 1 > |𝑥 + 1|
−𝑥 + 1 > 𝑥 + 1
0 > 2𝑥
0>𝑥
𝑥<0
Ini berarti pertidaksamaan 𝑥 − 1 > |𝑥 + 1| benar untuk semua
𝑥 < 0 pada daerah 2. Ini berarti dicari irisan antara dua interval
42

yaitu −1 ≤ 𝑥 < 1 dan 𝑥 < 0 (pada garis bilangan dibagi dicari


daerah yang dilalui oleh kedua selang).
Daerah 2
x<0 1 x<1

1 0 1
Jadi, pertidaksamaan benar untuk −1 ≤ 𝑥 < 0.

Pada daerah 3, 𝒙 ≥ 𝟏
𝑥 − 1 = 𝑥 − 1_
𝑥+1 =𝑥+1
Sehingga
𝑥 − 1 > |𝑥 + 1|
𝑥−1>𝑥+1
0>2
Ketidaksamaan tersebut bernilai salah.
Jadi, tidak ada nilai 𝑥 yang memenuhi pertidaksamaan 𝑥 − 1 >
|𝑥 + 1|pada daerah 3.

Karena dicari nilai 𝑥 pada bilangan Real yang memenuhi


pertidaksamaan, maka nilai x yang memenuhi pertidaksamaan
adalah gabungan dari daerah 1, 2 dan 3.
x < 1 1  x < 0

1 0 1
Jadi, 𝐻𝑝 = 𝑥 ∈ 𝑅 | 𝑥 < −1 −1 ≤ 𝑥 < 0 = 𝑥 ∈ 𝑅 | 𝑥 < 0

Latihan 2.3

1. Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 .Tunjukkan bahwa


𝑎 + 𝑏 = 𝑎 + |𝑏| jika dan hanya jika 𝑎𝑏 ≥ 0.
2. Misalkan 𝑎, 𝑐 ∈ 𝑅 dengan 𝑐 > 0. Buktikan bahwa jika 𝑥 − 𝑎 < 𝜀,
maka 𝑐𝑥 − 𝑐𝑎 < 𝑐𝜀.
3. Carilah semua 𝑥 ∈ 𝑅 yang memenuhi pertidaksamaan berikut
(a) 3𝑥 − 7 < 2 (b) 2𝑥 2 − 2 < 7
43

2.5. Lingkungan

Cara untuk menyatakan bilangan Real adalah dengan garis


bilangan Real. Salah satu kegunaan nilai mutlak adalah
menyatakan jarak antar dua elemen bilangan Real. Misalkan
𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅, jarak antara 𝒂 dan 𝒃 adalah |𝒂 − 𝒃|.

Misalkan 𝑎 = −3 dan 𝑏 = 4, maka jarak 𝑎 dan 𝑏 adalah 7. Hasil


tersebut dapat dilihat dari garis bilangan berikut atau
memanfaatkan nilai mutlak.
a  3 2 1 0 1 2 3 b = 4

Jarak antara a dan b = 7


|a – b| = |–3 – 4| = |–7|=7

Berdasarkan definisi tersebut, maka


𝑎 = |𝑎 − 0|
dapat diartikan jarak antara 𝑎 dan 0.

Selanjutnya, kita akan mendefinisikan bilangan-bilangan Real


yang dekat dengan suatu bilangan Real tertentu. Misalkan 𝑎 ∈ 𝑅,
bilangan-bilangan 𝑥 ∈ 𝑅 dikatakan dekat dengan bilangan a, jika
jarak antara 𝑥 dan 𝑟 kecil. Dengan kata lain, |𝑥 − 𝑎| kurang dari
bilangan kecil yang biasa disimbolkan dengan 𝜀 > 0. Himpunan
bilangan-bilangan yang dekat dengan 𝑎 biasa disebut dengan
lingkungan dari 𝑎. Berikut definisi formalnya.

Definisi 2.5
Misalkan 𝑎 ∈ 𝑅 dan 𝜀 > 0, maka lingkungan−𝜺 dari 𝒂 adalah
himpunan:
𝑉𝜀 𝑎 = 𝑥 ∈ 𝑅 | 𝑥 − 𝑎 < 𝜀

Pertidaksamaan 𝑥 − 𝑎 < 𝜀 ekuivalen dengan


−𝜀 < 𝑥 − 𝑎 < 𝜀 ⇔ 𝑎−𝜀 <𝑥 <𝑎+𝜀

a–e Ve(a) a+e

a
e e
44

Teorema 2.14
Misalkan𝑎 ∈ 𝑅. Jika 𝑥 ∈ 𝑉𝜀 𝑎 untuk setiap 𝜀 > 0, maka 𝑥 = 𝑎.
bukti
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Karena 𝑥 ∈ 𝑉𝜀 𝑎 , maka 0 ≤ 𝑥 − 𝑎 < 𝜀.
Berdasarkan Teorema 1.7, maka 𝑥−𝑎 =0
Diperoleh 𝑥 − 𝑎 = 0
Terbukti, 𝑥 = 𝑎.

1. Misalkan 𝜀 > 0, 𝛿 > 0 dan 𝑎 ∈ 𝑅. Buktikan bahwa 𝑉𝜀 (𝑎) ∪ 𝑉𝛿 (𝑎)


dan 𝑉𝜀 (𝑎) ∩ 𝑉𝛿 (𝑎) adalah lingkungan-𝛾dari 𝑎untuk suatu 𝛾 yang
sesuai.
Bukti
Ambil sebarang 𝜀 > 0, 𝛿 > 0dan 𝑎 ∈ 𝑅.
A. Akan dibuktikan 𝑉𝜀 (𝑎) ∪ 𝑉𝛿 (𝑎) adalah lingkungan-𝛾dari 𝑎untuk
suatu 𝛾 yang sesuai.
Diketahui ada 𝑉𝜀 (𝑎) dan 𝑉𝛿 (𝑎), sehingga
𝑎−𝜀 <𝑥 < 𝑎+𝜀
a–e Ve(a) a+e

𝑎−𝛿 <𝑥 < 𝑎+𝛿


a–d Ve(a) a+d

Jika 𝜀 ≤ 𝛿, maka 𝑉𝜀 𝑎 ∪ 𝑉𝛿 𝑎 = 𝑥 ∈ 𝑅|𝑎 − 𝛿 < 𝑥 < 𝑎 + 𝛿 = 𝑉𝛿 𝑎 .


Jika 𝜀 > 𝛿, maka 𝑉𝜀 𝑎 ∪ 𝑉𝛿 𝑎 = 𝑥 ∈ 𝑅|𝑎 − 𝜀 < 𝑥 < 𝑎 + 𝜀 = 𝑉𝜀 𝑎 .
Pilih 𝛾 = max 𝜀, 𝛿 .
Jika 𝜀 ≤ 𝛿, maka 𝛾 = 𝛿. Sehingga
𝑉𝜀 𝑎 ∪ 𝑉𝛿 𝑎 = 𝑉𝛿 𝑎 = 𝑉𝛾 𝑎
Jika 𝜀 > 𝛿, maka 𝛾 = 𝜀. Sehingga
𝑉𝜀 𝑎 ∪ 𝑉𝛿 𝑎 = 𝑉𝜀 𝑎 = 𝑉𝛾 𝑎
Terbukti, 𝑉𝜀 𝑎 ∪ 𝑉𝛿 𝑎 = 𝑉𝛾 𝑎 .

B. Dengan cara yang sama, buktikan 𝑉𝜀 (𝑎) ∩ 𝑉𝛿 (𝑎) adalah


lingkungan-𝛾dari 𝑎untuk suatu 𝛾 yang sesuai.
45

Latihan 2.4

1. Buktikan bahwa jika 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 dengan 𝑎 ≠ 𝑏, maka ada 𝑉𝜀 (𝑎) dan


𝑉𝜀 (𝑏)sehingga 𝑉𝜀 (𝑎) ∩ 𝑉𝜀 (𝑏) = ∅.

2.6. Sifat Kelengkapan dari R

Supremum dan Infimum


Sifat kelengkapan bilangan Real berkaitan dengan konsep
supremum dan infimum.

Definisi 2.6
Misal 𝑆 ⊆ 𝑅.
(i) 𝑢 ∈ 𝑅dikatakan batas atas dari 𝑆 jika𝑠 ≤ 𝑢, ∀𝑠 ∈ 𝑆
(ii) 𝑤 ∈ 𝑅dikatakan batas bawahdari 𝑆jika 𝑤 ≤ 𝑠, ∀𝑠 ∈ 𝑆

Batas atas terkecil disebut supremum.


Batas bawah terbesar disebut infimum.

Definisi 2.7
Misal 𝑆 ⊆ 𝑅.
(a) 𝑝 ∈ 𝑅 disebut supremum jika memenuhi:
(i) 𝑠 ≤ 𝑝, ∀𝑠 ∈ 𝑆, dan
(ii) 𝑠 ≤ 𝑢, ∀𝑠 ∈ 𝑆 ⇒ 𝑝 ≤ 𝑢
(b) 𝑞 ∈ 𝑅 disebut infimum jika memenuhi:
(i) 𝑞 ≤ 𝑠, ∀𝑠 ∈ 𝑆, dan
(ii) 𝑤 ≤ 𝑠, ∀𝑠 ∈ 𝑆 ⇒ 𝑤 ≤ 𝑞

Teorema 2.15
Jika 𝑝supremum dan 𝑞 infimum dari S, maka 𝑝 dan 𝑞 tunggal.
Bukti
Akan ditunjukkan bahwa𝑝supremum tunggal.
Andaikan 𝑝tidak tunggal, maka ada supremum yang lain, sebutlah
𝑚 ∈ 𝑅 dengan 𝑚 ≠ 𝑝.
Karena 𝑚 supremum dan 𝑝 batas atas maka𝑚 ≤ 𝑝.
Karena 𝑝 supremum dan 𝑚 batas atas maka𝑝 ≤ 𝑚.
Ini berarti 𝑚 = 𝑝.
Kontradiksi dengan 𝑚 ≠ 𝑝.
46

Pengandaian salah.
Terbukti 𝑝supremum tunggal.

Untuk pembuktian ketunggalan infimum, silahkan dicoba oleh


pebelajar.

Teorema 2.16
Suatu batas atas 𝑢 dikatakan supremum dari , dinotasikan sup 𝑆
jika dan hanya jika
∀𝜀 > 0, ∃𝑠𝜀 ∈ 𝑆, sehingga 𝑢 − 𝜀 < 𝑠𝜀
se
u-e u
R
S
e
bukti
()
Cara 1 (kontradiksi)
Diketahui bahwa 𝑢 ∈ 𝑅 adalah batas atas.
Andaikan 𝑢bukan supremum, maka ada batas atas lainnya 𝑣 ∈
𝑅sehingga𝑣 < 𝑢.
Piliah 𝜀0 = 𝑢 − 𝑣 > 0.
Maka ada 𝑠0 ∈ 𝑆 sehingga
𝑢 − 𝜀0 = 𝑢 − 𝑢 − 𝑣 = 𝑣 < 𝑠0
Karena 𝑣 batas atas dan 𝑠0 ∈ 𝑆, maka 𝑣 > 𝑠0
Terjadi kontradiksi.
Pengandaian salah.
Terbukti 𝑢 = sup 𝑆

()
Misalkan 𝑢 = sup 𝑆
Ambil sebarang e  0 .
Karena𝑢 − 𝜀 < 𝑢, maka 𝑢 − 𝜀 bukan batas atas dari 𝑆.
Sehingga ada anggota dari S, misalkan 𝑠𝜀 ∈ 𝑆 yang melebihi 𝑢 − 𝜀,
atau 𝑢 − 𝜀 < 𝑠𝜀 .

Contoh 9
Misalkan𝑆 = 𝑥|0 ≤ 𝑥 ≤ 1 .
Tunjukkan bahwa sup 𝑆 = 1.
47

Jawab
1 batas atas karena 𝑥 ≤ 1, ∀𝑥 ∈ 𝑆.
Karena1 ∈ 𝑆, maka sebarang batas atas lainnya 𝑣 dari 𝑆 akan
memenuhi1 ≤ 𝑣.
Jadi, sup 𝑆 = 1.

Silahkan buktikan bahwa inf 𝑆 = 0.

Contoh 10
Misalkan𝑆 = 𝑥|0 < 𝑥 < 1 .
Tunjukkan bahwa sup 𝑆 = 1.
Jawab
Ambil sebarang 0 < 𝜀 < 1 (mengapa pemilihan 𝜀 berbeda dengan
teorema?)
Sehingga
0 < 𝜀/3 < 1/3
−1/3 < −𝜀/3 < 0
1 − 1/3 < 1 − 𝜀/3 < 0 + 1
2/3 < 1 − 𝜀/3 < 1
0 < 2/3 < 1 − 𝜀/3 < 1
Pilih 𝑠𝜀 = 1 − 𝜀/3 ∈ 𝑆
Sehingga
𝑢 − 𝑠𝜀 = 1 − 1 − 𝜀/3 = 𝜀/3 < 𝜀.
Jadi, sup 𝑆 = 1.

Teorema 2.17 Sifat Supremum dari R (?)


Setiap himpunan bagian tak kosong dari 𝑅 yang terbatas di atas
mempunyai supremum.

Hal yang sama dengan Sifat Infimum dari 𝑅.


Setiap himpunan bagian tak kosong dari 𝑅 yang terbatas di bawah
mempunyai infimum.

Teorema 2.18
Misal 𝑆 adalah himpunan bagian tak kosong dari 𝑅 dan 𝑆 terbatas
di atas, dan𝑎 ∈ 𝑅. Didefinisikan
𝑎 + 𝑆 = 𝑎 + 𝑠|𝑠 ∈ 𝑆
Maka
sup 𝑎 + 𝑆 = 𝑎 + sup 𝑆
48

bukti
Berdasarkan sifat kelengkapan maka S memiliki supremum, misal
sup 𝑆 = 𝑢, maka untuk semua 𝑠 ∈ 𝑆 berlaku
𝑠≤𝑢
𝑎+𝑠 ≤𝑎+𝑢
Ini berarti 𝑎 + 𝑢 merupakan batas atas dari 𝑎 + 𝑆.
Sekarang kita tunjukkan bahwa 𝑎 + 𝑢 merupakan batas atas
terkecil.
Ambil sebarang batas atas lainnya 𝑣 dari 𝑎 + 𝑆, maka untuk semua
𝑠 ∈ 𝑆 berlaku
𝑎+𝑠 ≤𝑣
𝑠 ≤𝑣−𝑎
Ini berarti 𝑣 − 𝑎 adalah batas atas dari 𝑆.
Karena𝑢 = sup 𝑆, maka
𝑢 ≤𝑣−𝑎
𝑎+𝑢 ≤𝑣
Terbukti, sup 𝑎 + 𝑆 = 𝑎 + 𝑢 = 𝑎 + sup 𝑆

Contoh 11
Misalkan𝑆 = 𝑥|0 < 𝑥 < 1 .
Tentukan sup(2 + 𝑆)
Jawab
sup(2 + 𝑆) = 2 + sup 𝑆 = 2 + 1 = 3

Contoh 12
Misalkan𝐷 ⊆ 𝑅, dan fungsi
𝑓 𝐷 = 𝑓(𝑥)}𝑥 ∈ 𝐷
𝑔 𝐷 = 𝑔(𝑥)}𝑥 ∈ 𝐷
adalah himpunan-himpunan terbatas di 𝑅.
Maka
(i) 𝑓 𝑥 ≤ 𝑔 𝑥 , ∀𝑥 ∈ 𝐷 ⇒ sup 𝑓(𝐷) ≤ sup 𝑔(𝐷)
(ii) 𝑓 𝑥 ≤ 𝑔 𝑦 , ∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝐷 ⇒ sup 𝑓(𝐷) ≤ inf 𝑔(𝐷)
49

g
g
g(D) f g(D)

f(D) f
f(D)

D D

𝑓 𝑥 ≤𝑔 𝑥 , ∀𝑥 ∈ 𝐷𝑓 𝑥 ≤ 𝑔 𝑦 , ∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝐷
Bukti
(i) Misalkan sup 𝑔(𝐷) = 𝑡, maka 𝑔 𝑥 ≤ 𝑡, ∀𝑥 ∈ 𝐷.
Karena 𝑓 𝑥 ≤ 𝑔 𝑥 , ∀𝑥 ∈ 𝐷 dan 𝑔 𝑥 ≤ sup 𝑔(𝐷) , ∀𝑥 ∈ 𝐷, maka
𝑓 𝑥 ≤ sup 𝑔(𝐷).
Ini berarti sup 𝑔(𝐷) adalah batas atas dari 𝑓 𝐷 .
Terbuktisup 𝑓(𝐷) ≤ sup 𝑔(𝐷).

(ii) Ambil sebarang 𝑦 ∈ 𝐷.


Maka𝑓 𝑥 ≤ 𝑔 𝑦 , ∀𝑥 ∈ 𝐷
Ini berarti 𝑔 𝑦 adalah batas atas dari 𝑓(𝐷).
Sehinggasup 𝑓(𝐷) ≤ 𝑔 𝑦 .
Akibatnyasup 𝑓(𝐷) merupakan batas bawah dari 𝑔(𝐷).
Terbukti sup 𝑓(𝐷) ≤ inf 𝑔(𝐷).

Contoh 13
Misalkan S himpunan terbatas di R dan S 0  S , S 0  f .
Tunjukkan bahwa
inf S  inf S 0  sup S 0  sup S .
jawab
Karena inf S0  sup S0 maka untuk membuktikan pernyataan di
atas cukup dengan menunjukkan
(a) inf S  inf S 0
(b) sup S 0  sup S
(a) Akan ditujukkan inf S  inf S 0 .
Misalkan inf S = t, maka t  x , x  S .
Karena S 0  S , maka t  x , x  S 0 .
Ini berarti t batas bawah dari S0.
50

Karena S 0  S  R , S 0  f , dan S0 terbatas di bawah, maka inf


S0 ada.
Sehingga t  inf S 0 .
Jadi, inf S  inf S 0

(b) Akan ditujukkan sup S 0  sup S


Misalkan sup S = m, maka x  m , x  S .
Karena S 0  S , maka x  m , x  S 0 .
Ini berarti m batas atas dari S0.
Karena S 0  S  R , S 0  f , dan S0 terbatas di atas, maka sup S0
ada.
Sehingga sup S 0  m .
Jadi, sup S 0  sup S .

Sifat Archimedes
∀𝑥 ∈ 𝑅, ∃𝑛0 ∈ 𝑁, 𝑥 < 𝑛0 .
(himpunan bilangan asli tidak terbatas).
bukti
Andaikan Nterbatas.
Karena N  f dan N  R , dan N terbatas maka sup N ada, sebutlah
u.
Pilih e  1, maka m  N sehingga
u 1  m
u  m  1.
Karena m 1  N , maka u  m  1 bertentangan dengan u adalah sup
N.
Jadi, pengandaian salah.
Terbukti N tidak terbatas.

Corollarry 2.4
Misalkan y dan z adalah bilangan real positif. Maka
(a) n  N sehingga z  ny .
(b) n  N sehingga 0  1
n  y.
(c) n  N sehingga n 1  z  n .
bukti
51

(a) Karena y dan z adalah bilangan real positif maka z


y
R.
Berdasarkan sifat Archimedes, maka n  N sehingga
z n
y
z  ny

(b) Pilih z = 1 pada Corollary (a), maka n  N sehingga 1  ny .


Karena n  N , maka 0  1
n  y.

(c) Sifat Archimedes menjamin bahwa m  N | z  m dari N adalah


tidak kosong. Berdasarkan sifat terurut baik dari N, maka
m  N | z  m mempunyai unsur terkecil, sebutlah n. Maka
n 1  z  n .

Teorema Density
x , y  R , x  y  r  Q sehingga x  r  y .
(di antara dua bilangan real, ada bilangan rasional)
bukti

Tanpa mengurangi sifat keumumanya, misalkan x> 0.


Karena 0  x  y dengan x , y  R , maka y 1 x  R .

Berdasarkan sifat Archimedes, maka n  N sehingga


1
yx
n
1  ny  nx
ny  1  nx
Dengan menggunakan Corollary 2.4.8.(c) untuk nx  0 , maka
m  N sehingga
m 1  nx  m .
Ini berarti m  1  nx .
Sehingga
nx  m  1  nx  ny .
Ini berarti
nx  m  ny
x m
n
y
52

Tulis m
m
 r Q .
Maka x  r  y .

Corollary 2.5
x , y  R , x  y  z  I sehingga x  z  y .
(di antara dua bilangan real, ada bilangan irasional)
bukti

Karena x , y  R dengan x  y , maka x ,


y
 R dengan x 
y
.
2 2 2 2
Berdasarkan Teorema Density, maka r  Q sehingga
y
x r
2 2

xr 2 y
Tulis r 2  z  I .
Maka x  z  y .

Latihan 2.5

1. Misalkan 𝐵 = 𝑥 ∈ 𝑅 | − 2 ≤ 𝑥 ≤ 3 . Tentukan sup A dan


buktikan.
2. Misalkan 𝐴 = 𝑥 ∈ 𝑅 | − 5 < 𝑥 < −2 . Tentukan sup A dan
buktikan.
3. Misalkan 𝑆 adalah himpnan tak kosong, subset dari 𝑅, dan
terbatas di bawah. Buktikan bahwa inf𝑆 = − sup −𝑠 | 𝑠 ∈ 𝑆 .

2.7 Titik Cluster (Cluster Point)

Definisi 2.8
Suatu titik x  R dikatakan titik cluster dari subset S  R , jika
setiap lingkungan-e dari x, Ve x   x  e , x  e  memuat paling sedikit
satu titik dari S yang berbeda dengan x.
Atau
Suatu titik x  R dikatakan titik cluster dari subset S  R jika
e  0, Ve x   S \ x  f .
53

Suatu titik x  R dikatakan bukan titik cluster dari subset S  R


jika
e  0, Ve x   S \ x  f .

S
xe x+e
( ( ) )
x
ada yS, y  x

Contoh 13
Misalkan S1  5,6,20 dan S 2  1n | n  N .
a. Apakah 5 titik cluster dari S1? Bukan
bukti
 
Ada e  12  0 sehingga V1 / 2 5  4 12 ,5 12  S1 \ 5  f .

b. Apakah 1
100
titik cluster dari S2? Bukan
bukti
Ada e  1000
1  0 sehingga

V1 / 1000 1001   1001  1000


1 , 1  1  S \  1  f .
100 1000 2 100

c. Apakah 0 titik cluster dari S2? Ya


bukti
Misal diberikan sembarang e  0 .
Maka berdasarkan Corollary 2.4.8.(b), m  N sehingga 0  1
m
e
Ini berarti Ve 0   e ,e  memuat 1 S .
m 2
Sehingga
Ve 0  S 2 \ 0  f .
Jadi, 0 adalah titik cluster dari S2.
54

2.8 Himpunan Terbuka (Open Set) dan


Tertutup (Closed Set) di R

Definisi 2.9
(i) Suatu subset G dari R adalah terbuka di R jika untuk setiap
x  G , ada lingkungan V dari x sehingga V  G .
Atau
G terbuka  x  G,e  0 sehingga x  e, x  e  G .
(ii) Suatu subset F dari R dikatakan tertutup di R jika R\F terbuka
di R.

Contoh 14
a. Buktikan bahwa sembarang selang terbuka I = (a,b) adalah
himpunan terbuka.
jawab
Misal diberikan sembarang x  I , maka a  x  b .
Pilih e  min x  a ,b  x> 0.
Akan ditunjukkan Ve x   I .
Misalkan u  Ve x   y | e  x  y  e  x maka  e  x  u  e  x .
Ada dua kemungkinan:
(i) jika e  x  a , maka
xa bx
2x  b  a
x ba .
2
Sehingga
 
a  ( x  a )  x  e  x  u  e  x  x  a  x  2 x  a  2. b2a  a  b .
Jadi, a  u  b .
Dengan kata lain u  I .

(ii) jika e  b  x , maka


xa bx
2x  b  a
x ba .
2
55

Sehingga
 
a  2. b2a  b  2 x  b  ( b  x )  x  e  x  u  e  x  b  x  x  b .
Jadi, a  u  b .
Dengan kata lain u  I .
Jadi, Ve x   I .
Kesimpulan, I = (a,b) adalah himpunan terbuka.

b. Tunjukkan bahwa himpunan I = [0,1] tidak terbuka.


jawab
Pilih 0  I .
Misal diberikan sembarang e  0 .
Akan ditunjukkan Ve 0  x | e  x  e  I .
Pilih  2e  Ve 0 , maka  2e  I .
Jadi, Ve 0  I .
Kesimpulan, I = [0,1] tidak terbuka.

c. Buktikan bahwa I = [0,1] tertutup.


jawab
Karena R \ I = (0,1) adalah himpunan terbuka di R maka I
tertutup di R.

d. Buktikan bahwa H  x | 0  x  1 tidak terbuka juga tidak


tertutup.
jawab
Akan ditunjukkan H tidak terbuka.
Karena ada 0  I sehingga untuk setiap e  0 berlaku Ve 0  H ,
maka H tidak terbuka di R.
Akan ditunjukkan H tidak tertutup.
Andaikan H tertutup, maka H terbuka di R.
Hal ini bertentangan dengan H tidak terbuka.
Jadi, haruslah H tidak tertutup.

Sifat Himpunan Terbuka


(a) Gabungan dari sembarang koleksi dari himpunan-himpunan
terbuka adalah terbuka.
(b) Irisan dari koleksi finite dari himpunan-himpunan terbuka
adalah terbuka.
Bukti
56

(a) Misalkan G  Gi | Gi  R tebuka, i   adalah sembarang koleksi


dari himpunan-himpunan terbuka di R.
Misal diberikan sembarnag x  G , maka x adalah anggota salah
satu dari Gi, sebutlah G1.
Karena G1 terbuka, maka e  0 sehingga Ve x   G1 .
Karena G1  G , maka Ve x   G .
Jadi, G adalah himpunan terbuka di R.

(b) Misalkan G  G1  G2  ...  Gn untuk suatu n  N adalah irisan


dari koleksi finite dari himpunan-himpunan terbuka di R.
Misal diberikan sembarang x  G , maka x  G1 , x  G2 , … , dan
x  Gn .
Karena G1 terbuka, maka e1  0 sehingga Ve1 x   G1 .
Karena G2 terbuka, maka e 2  0 sehingga Ve2 x   G2 .
Dan seterusnya sampai Gn terbuka, maka e n  0 sehingga
Ve n  x   G n .
Pilih e  min e1 ,e 2 , ... , e n > 0.
Maka
Ve x   G1 dan Ve x   G2 , dan … , dan Ve x   Gn
Jadi, Ve x   G1  G2  ...  Gn  G .
Jadi, G adalah himpunan terbuka di R.
57

BAB 3 BARISAN
Setelah mempelajari Bab ini kita diharapkan dapat menyelesaikan
masalah-masalah barisan.

3.1 Barisan dan Limit

Pada waktu sekolah menengah, kita telah mengenai barisan


aritmetika dan geometri. Akan tetapi, apa sebenarnya barisan itu?
Ayo pelajari definisi berikut.

Definisi 3.1 Barisan Bilangan Real


Suatu barisan bilangan real (atau barisan di R) adalah suatu
fungsi dengan 𝐷𝑓 = 𝑁 dan 𝑅𝑓 ⊆ 𝑅.

Jika 𝑋: 𝑁 → 𝑅 adalah barisam maka nilai dari 𝑋 dinotasikan dengan


𝑥𝑛 .
Barisan dinotasikan
𝑋𝑛 , 𝑥𝑛 , 𝑥𝑛 | 𝑛 ∈ 𝑁
Contoh barisan:

N X R
1
1
2
2 3
3 4
4 5
6

Barisannya dapat ditulis:


𝑋 = 2, 3, 4, … = (𝑛 + 1)

Definisi 3.2. Operasi pada Barisan


Misalkan X = (xn), dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real, maka
didefinisikan
X  Y  xn  y n | n  N 
X  Y  xn  y n | n  N 
cX  cx n | n  N 
XY  x n y n | n  N 
58

Selanjutnya, jika Z = (zn) adalah barisan bilangan real dengan


z n  0, n  N , maka
X / Z  xn / z n | n  N  .

Definisi 3.3. Limit Barisan


Misalkan X = (xn) adalah barisan. Suatu bilangan x dikatakan
limit dari X, , ditulis lim X = x, jika untuk setiap lingkungan V dari
x, ada bilangan asli K sehingga untuk semua 𝑛 ≥ 𝐾 berlaku x n  V
Jika lim X = x, maka dikatakan X konvergen ke x.
Jika X tidak mempunyai limit, maka dikatakan X divergen.
lim X = x, jika
V x , K V   N , sehingga n  K V  berlaku x n V x

Teorema 3.1. Ketunggalan Limit


Suatu barisan paling banyak mempunyai satu limit.
Dengan kata lain, jika suatu barisan bilangan real mempunyai
limit, maka limitnya tunggal.
bukti
Andaikan X adalah barisan bilangan real, dan x1 dan x2 adalah
lim X dengan x1  x2 . Maka dapat dipilih V( x1 ) dan V( x2 ) dengan
V x1   V x2   f .
Karena lim X = x1 , maka ada K1  N sehingga n  K1 berlaku
x n  V x1  .
Karena lim X = x2 , maka ada K 2  N sehingga n  K 2 berlaku
xn  V x2  .
Pilih K  maksK1 , K 2  .
Sehingga n  K berlaku
x n  V x1  dan xn  V x2  .
Ini berarti xn  V x1   V x2  .
Kontradiksi dengan V x1   V x2   f .
Jadi, pengandaian salah.
Ini berati lim X = x tunggal.

Teorema 3.2. Kekonvergenan suatu Barisan


Misalkan X = (xn) adalah barisan dan x  R . Maka pernyataan
berikut ekuivalen.
59

(a) X konvergen ke x.
(b) Ve x  ,K e   N , sehingga n  K e  berlaku x n  Ve x  .
(c) e  0 ,K e   N , sehingga n  K e  berlaku x  e  xn  x  e .
(d) e  0 ,K e   N , sehingga n  K e  berlaku | xn  x | e .

Untuk membuktikan lim X = x, kita biasanya menggunakan


Teorema 3.2(d).

Contoh
1. Buktikan lim(1/n) = 0.
jawab
Sebelum kita membuktikan limit barisan tersebut mari perhatikan
catatan pinggir berikut.

Catatan pinggir
Untuk membuktikannya, mari kita perhatikan langkah-langkah
yang secara implisit dinyatakan dalam Teorema 3.2.
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Pilih indeks 𝐾 ∈ 𝑍 +.
Tunjukkan bahwa
𝑎𝑛 − 𝐿 < 𝜀, untuk semua 𝑛 ≥ 𝐾
Agar dapat memilih indeks K, kita bekerja mulai dari 𝑎𝑛 − 𝐿 < 𝜀.
1
Pada masalah, 𝑎𝑛 = 𝑛 dan 𝐿 = 0, sehingga
1 1 1
𝑛
−0 = 𝑛
= 𝑛 (karena 𝑛 ∈ 𝑍 + )
1
(Perhatikan bahwa tujuan kita adalah 𝑛
− 0 < 𝜀 untuk semua 𝑛 ≥
𝐾)
1
≤ 𝐾 (karena 𝑛 ≥ 𝐾)
1
< 𝜀 (tujuan kita − 0 < 𝜀)
𝑛
1 1
Ini berarti kita dapat memilih 𝐾
< 𝜀 atau 𝐾 > 𝜀 .

Berikut pembuktian formalnya.


Misal diberikan sebarang e  0 .
1
Pilih K  , K  N .
e
Sehingga
60

1 1 1
0  
n n n
1
 , jika n  K
K
 e (karena K  1e )
Jadi, lim(1/n) = 0.

2. Buktikan lim(1/n2) = 0.
jawab
Misal diberikan sebarang e  0 .
1
Pilih K  , K  N .
e
Sehingga
1 1 1 1
2
0  2
 2

n n n n
1
 , jika n  K
K
 e (karena K  1e )
Jadi, lim(1/n2) = 0.

3. Buktikan barisan (0, 2, 0, 2, …) tidak konvergen ke 0.


jawab
Dengan menggunakan negasi dari teorema 3.1.6(d) akan
dibuktikan barisan tersebut tidak konvergen ke 0.
Pilih e  1.
Misal diberikan sebarang K  N .
Maka dapat dipilih n  2K  K (n genap) dengan
| xn  x || 2  0 | 2  1 .
Jadi, barisan (0, 2, 0, 2, …) tidak konvergen ke 0.

Definisi 3.4. Ekor Barisan


Misal X  x1 , x 2 ,...,x n ,... adalah barisan bilang real dan misal
M  N . Maka ekor-M dari X didefinisikan
X M  x M n | n  N 
61

Contoh
Misalkan X  2,4,6,8,...,2n,... , maka X 3  8,10,12,14,...,2n  6,...

Teorema 3.3.
Misal X  x1 , x 2 ,...,x n ,... adalah barisan bilang real dan misal
M  N . Maka
XM konvergen  X konvergen
Secara khusus, lim XM = lim X.

Teorema 3.4.
Misal A  a n  dan X  x n  adalah barisan-barisan bilangan real
dan misal x  R . Jika untuk suatu C  0 berlaku
x n  x  C a n , untuk semua n  N .
Maka
lim an  = 0  lim  x n  = x.
bukti
Misal diberikan sebarang e  0 (tentu saja e / C > 0).
Karena lim an  = 0, maka K  N sehingga n  K berlaku
e
an  0  an  .
C
Karena xn  x  C a n untuk semua n  N , maka
e
xn  x  C .  e , jika n  K .
C
Jadi, lim  x n  = x.

Contoh
 1 
1. Jika a > 0, maka lim   = 0.
 1  na 
bukti
Karena a > 0, maka 0 < na < 1 + na. Sehingga 0 < 1(1+na) < 1/na.
Akibatnya
1 1 1 1
0    . , untuk semua n  N .
1  na 1  na  a  n
1 1  1 
Karena  0 dan lim   = 0, maka lim   = 0.
a n  1  na 
62

2. lim (1/2n) = 0.
bukti
Karena 0 < n < 2n, untuk semua n  N , maka 0 < 1/2n < 1/n.
Akibatnya
1 1 1
0   1. , untuk semua n  N .
2n 2n n
1
Karena 1 > 0 dan lim   = 0, maka lim (1/2n) = 0.
n

3. Jika 0 < b < 1, maka lim (bn) = 0.


bukti
1
Karena 0 < b < 1, maka tulis b  , a > 0.
1 a
Berdasarkan aturan Bernoulli, maka 1  a n  1  na , maka
n
 1  1 1 1
b 
n
    .
1 a  1  a  1  na na
n

Akibatnya
1 1 1
b n  0  . dengan  0 ..
a n a
1
Karena lim   = 0, maka lim (bn) = 0.
n

4 Buktikan dengan menggunakan teorema, limit barisan berikut.


 1 
(a) lim  2 0
 n 1
bukti
Misal diberikan sebarang e  0 .
1
Pilih K  , K  N .
e
Sehingga
1 1 1 1 1
0    
n2  1 n2  1 n2  1 n2 n
1
 , jika n  K
K
 e (karena K  1e )
63

 1 
Jadi, lim  2 0
 n 1

 2n 
5. lim  2
 n 1
bukti
Misal diberikan sebarang e  0 .
2
Pilih K  , K  N .
e
Sehingga
2n 2n 2n  2 2 2 2 2
2      
n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n 1 n
2
 , jika n  K
K
 e (karena K  e1 )
 2n 
Jadi, lim    2.
 n 1

6. Buktikan bahwa
 1 
(a) lim    0
 n7 
bukti
Misal diberikan sebarang e  0 .
1
Pilih K  2 , K  N .
e
Sehingga
1 1 1 1
0   
n7 n7 n7 n
1
 , jika n  K
K
1
e (karena K  )
e2
 1 
Jadi, lim    0
 n7 
64

 2n 
7. lim  2
n 2
bukti
Akan digunakan teorema 3.1.10.
Kita tahu bahwa
2n 2n 2n  4 4 4
2     .
n2 n2 n2 n2 n2
4 4 1
Karena   4. , n  N , maka
n2 n2 n
2n 1
 2  4. .
n2 n
1  2n 
Karena lim   =0, maka lim    2.
n n 2

Latihan Soal 3.1.


1. Gunakan definisi kekonvergenan barisan untuk membuktikan
limit dari barisan-barisan berikut.
1
a. lim =0
𝑛 2 +1
3𝑛+1 3
b. lim =2
2𝑛+5
2𝑛
c. lim =2
𝑛+1
𝑛 2 −1 1
d. lim =2
2𝑛 2 +3

2. Buktikan bahwa lim 𝑥𝑛 = 0 jika dan hanya jika lim 𝑥𝑛 = 0.


Berikan suatu contoh bahwa kekonvergenan dari 𝑥𝑛 tidak
selalu berakibat kekonvergenan dari 𝑥𝑛 .

3. Tunjukkan bahwa jika 𝑥𝑛 ≥ 0, ∀𝑛 ∈ 𝑁 dan lim 𝑥𝑛 = 0, maka


lim 𝑥𝑛 = 0.

4. Buktikan bahwa jika lim 𝑥𝑛 = 𝑥 dan 𝑥 > 0, maka ada bilangan


asli 𝑀 sedemikian sehingga 𝑥𝑛 > 0, ∀𝑛 ≥ 𝑀.

1 1
5. Tunjukkan bahwa lim − 𝑛+1 = 0.
𝑛

1
6. Tunjukkan bahwa lim = 0.
3𝑛
65

7. Misal 𝑏 ∈ 𝑅 memenuhi 0 < 𝑏 < 1. Tunjukkan bahwa lim 𝑎𝑏 𝑛 =


0. (Petunjuk: gunakan Teorema Binomial)

3.2. Teorema-teorema Limit

Seringkali membutikan limit suatu barisan menggunakan


definisi membutuhkan waktu yang cukup lama. Teorema-teorema
limit dimaksudkan untuk mempermudah membuktikan limit
suatu barisan sama dengan bilangan tertentu.

Definisi 3.5. Keterbatasan Barisan


Suatu barisan bilangan real X =  x n  dikatakan terbatas jika
M  R , M  0 sehingga xn  M , n  N .

Teorema 3.5.
Suatu barisan konvergen adalah terbatas.
Atau,
X =  x n  konvergen  X terbatas.
bukti
Misalkan lim  x n  = x dan pilih e  1, maka K  N sehingga
x n  x  1, jika n  K
Kita tahu bahwa xn  xn  x  x  x n  x  x .
Sehingga
x n  1  x , jika n  K
Pilih M  sup x1 , x 2 ,..., x K 1 ,1  x , maka
x n  M , n  N .

Teorema 3.6.
(a) Misalkan X = (xn), dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real
dengan
lim (xn) = x dan lim (yn) = y, dan c  R , maka
lim xn  y n   x  y
lim xn  y n   x  y
lim xn y n   xy
lim cx n   cx
66

(b) Misalkan X = (xn), dan Z = (zn) adalah barisan bilangan real


dengan z n  0, n  N dan lim (xn) = x dan lim (zn) = z  0 , maka
lim xn / z n   x / z .
bukti
(a) Akan dibuktikan lim xn  y n   x  y .
Misal diberikan sebarang e  0 .
Karena lim (xn) = x, maka K1  N sehingga
e
xn  x 
, jika n  K1 .
2
Karena lim (yn) = y, maka K 2  N sehingga
e
yn  y  , jika n  K 2 .
2
Pilih K  supK1 , K 2 .
Sehingga
e e
xn  x    y n  y   xn  x  y n  y    .
2 2
Kita tahu bahwa x n  x    y n  y   x n  y n   x  y  . Sehingga
xn  y n   x  y   e .
Jadi, lim xn  y n   x  y .

Untuk membuktikan lim xn  y n   x  y sejalan dengan


pembuktian di atas.

Akan dibuktikan lim xn y n   xy .


Karena lim (xn) = x, maka (xn) terbatas.
Sehingga M  R , M  0 sehingga xn  M , n  N .
Pilih K = sup M , y .
Sehingga
xn y n  xy  xn y n  xn y   xn y  xy   xn  y n  y   yxn  x 
 xn . y n  y  y . xn  x
 K y n  y  K xn  x (karena K  supM , y )
67

Misalkan diberikan sebarang e  0 .


e
Karena lim (xn) = x, maka S  N sehingga xn  x  , jika n  S .
2K
e
Karena lim (yn) = y, maka T  N sehingga y n  y  , jika n  T .
2K
Pilih R  supS ,T , maka
x n y n  xy  K y n  y  K x n  x
e e e e
 K.  K.    e , jika n  R.
2K 2K 2 2
Jadi, lim xn y n   xy .

Untuk membuktikan lim cx n   cx dengan memisalkan


 y n   c ,c ,...,c  .
Karena  yn  barisan konstan, maka lim  yn  = c.
Sehingga
lim cx n  = lim xn y n   xc  cx .

(b) Akan dibuktikan lim xn / z n   x / z .


1
Pilih e 0  z  0.
2
Karena lim z n   z , maka K  N sehingga n  K berlaku
1
z  zn  zn  z  z
2
1
zn  z
2
1 2
 .
zn z

 1  1
Akan dibuktikan lim    .
 zn  z
Misal diberikan sebarang e  0 .
Karena lim z n   z , maka M  N sehingga n  M berlaku
2
ez
zn  z  .
2
68

Plilih L  sup K , M , maka


1 1 z  zn z z 1
   n  zn  z
zn z zn z zn z zn . z
2 1 2
< zn  z 2
, (karena  )
z zn z
2 2
e. z 2 ez
< . 2
 e, (karena z n  z  ).
2 z 2

 1  1
Jadi, lim    .
 zn  z
Sehingga
x   1  1 x
lim  n  = lim  x n  = x.  .
 zn   zn  z z

Teorema 3.7.
Jika X  x n  adalah barisan bilangan real konvergen dan x n  0 ,
n  N , maka x  lim x n   0 .
bukti
Andaikan x  0 .
Pilih e   x  0 .
Karena lim xn   x , maka K  N sehingga n  K berlaku
xn  x   x
2 x  xn  0 .
Secara khusus, jika n = K, maka x K  0 .
Hal ini bertentangan dengan x n  0 , n  N .
Jadi, pengandaian salah.
Terbukti x  lim x n   0 .

Teorema 3.8.
Jika X  x n  dan Y   y n  adalah barisan bilangan real konvergen
dan x n  y n ,
n  N , maka lim xn   lim  y n  .
bukti
69

Misalkan z n  y n  x n , maka Z  z n   Y  X dengan z n  0 , n  N .


Karena X dan Y konvergen, maka Z konvergen dengan
lim z n   lim  y n   lim xn .
Karena z n  0 , n  N , maka
lim z n   lim  y n   lim xn   0 .
Sehingga
lim xn   lim  y n  .

Teorema 3.9.
Jika X  x n  adalah barisan bilangan real konvergen dan a  xn  b
, n  N , maka a  lim xn   b .
bukti
Misalkan Y adalah barisan konstan (b, b, …), maka menurut
Teorema 3.8 berlaku
lim xn   b .
Misalkan Z adalah barisan konstan (a, a, …), maka menurut
Teorema 3.8 berlaku
a  lim xn  .
Akibatnya, a  lim xn   b .

Teorema 3.10. Teorema Apit (Squeze)


Jika X  x n  , Y   y n  , dan Z   z n  adalah barisan bilangan real
konvergen dengan
xn  y n  z n , n  N
dan lim xn   lim z n  . Maka Y   y n  konvergen dan
lim xn   lim  y n   lim z n  .
bukti
Misalkan lim  x n  = w = lim  z n  .
Misal diberikan sebarang e  0 .
Karena lim  x n  = w maka K1  N sehingga
 e  xn  w  e , jika n  K1 .
Karena lim  z n  = w maka K 2  N sehingga
 e  z n  w  e , jika n  K 2 .
Pilih K = sup{K1, K2}.
70

Sehingga
xn  w  y n  w  z n  w
 e  xn  w  y n  w  z n  w  e , jika n  K .
Ini berarti y n  w  e .
Jadi, lim  y n  = w = lim  x n  = lim  z n  .

Contoh
1. Buktikan (n) divergen.
jawab
Andaikan (n) konvergen, maka (n) terbatas.
Ini berarti ada M  0 , M  R sehingga n  n  M , n  N .
Hal ini bertentangan dengan teorema Archimedes.
Jadi, pengandaian salah.
Terbukti (n) divergen.


2. Buktikan  1n divergen. 
jawab
 
Andaikan  1n konvergen, maka lim  1n = a.  
Pilih e  1.
 
Karena lim  1n = a, maka K  N sehingga
 1   1n  a  1 , jika n  K .
Jika n genap dan n  K , maka
1  1 a  1
1  a 1  1
0  a  2.
Jika n ganjil dan n  K , maka
 1  1  a  1
1  a 1  1
2 a 0
Tidak mungkin a memenuhi kedua ketidaksamaan tersebut.
Jadi, pengandaian salah.

Terbukti  1n divergen. 
71

 2n  1 
3. lim   = 2.
 n 
jawab
2n  1 1
Kita tahu bahwa  2 .
n n

1
Karena lim (2) = 2 dan lim   = 0, maka
n
 2n  1   1 1
lim   = lim  2   = lim (2) + lim   = 2 + 0 = 2.
 n   n n

 2n  1 
4. lim   = 2.
 n5 
jawab
2n  1 2  1 n
Kita tahu bahwa  .
n  5 1  5n
 1  5
Karena lim  2   = 2 + 0 = 2, dan lim 1   = 1 + 0 = 1, maka
 n  n
 2n  1   2  1n  lim 2  1n  2
lim   = lim   = = = 2.
 n5   1 n 
5  lim 1  5 n  1

 2n 
5. lim  2  = 0.
 n 1
jawab
2n 2
Kita tahu bahwa  n
.
n 1
2 1 1
2
n

2  1 
Karena lim   = 0 dan lim 1  2  = 1, maka
n  n 
 2n   2  lim 2 n  0
 = lim  n 
lim  2
 n 1 

1 2
1 
n 
=
lim 1  2 1
n
=
1 
= 0.

 sin n 
6. lim   = 0.
 n 
72

jawab
Kita tahu bahwa  1  sin n  1 , n  N sehingga
1 sin n 1
   .
n n n
 1 1
Karena lim    = 0 = lim   , maka
 n n
 sin n 
lim   = 0.
 n 

Teorema 3.11
Misalkan X = (xn) barisan bilangan real.
x = lim (xn)  x = lim  xn  .
bukti
Misal diberikan sebarang e  0 .
Karena lim (xn) = x, maka K  N sehingga
x n  x  e , jika n  K .
Sehingga
xn  x  xn  x
< e, jika n  K .
Jadi, lim  xn  = x.

Teorema 3.12
Misalkan X = (xn) barisan bilangan real dengan x n  0 , dan x = lim
(xn). Maka
lim  xn  = x.
bukti
Karena x n  0 , maka lim  x n  = x  0.
Ini berarti ada dua kemungkinan: (i) x = 0, atau (ii) x > 0.

(i) lim  x n  = x = 0.
Misal diberikan sebarang e  0 .

Karena lim  x n  = 0, maka K  N sehingga


xn  0  xn  xn (karena x n  0 )
73

< e2, jika n  K .


Akibatnya
xn  xn  0  e , jika n  K .

Jadi, lim  xn  = 0 = 0 = x.

(ii) lim  x n  = x > 0.


Misal diberikan sebarang e  0 .
Karena lim  x n  = x, maka K  N sehingga
xn  x  e x jika n  K .
Kita tahu bahwa
xn  x xn  x 1
xn  x  xn  x .   . xn  x
xn  x xn  x xn  x
1
= . xn  x (karena x n  0 dan x > 0).
xn  x
1 1
Karena xn  x  x  0 , maka  .
xn  x x
Sehingga
1
xn  x  xn  x
x
1
< .e x  e , jika n  K .
x
Jadi, lim  xn  = x.

Teorema 3.13
Misalkan  x n  adalah barisan bilangan real positif sedemikian
sehingga
x 
L  lim  n 1  ada. Jika L < 1, maka lim  x n  = 0.
 xn 
bukti
Berdasarkan teorema densitas, maka ada bilangan real r sehingga
L < r < 1.
Tentukan e = r – L > 0.
x 
Karena L  lim  n 1  , maka K  N sehingga
 xn 
74

x n1
L rL jika n  K .
xn

Akibatnya jika n  K berlaku


x n1
LrL
xn
x n1
r
xn
Diperoleh 0  xn1  xn r  xn1r 2  ...  x K r n K 1 .
xK
Tulis C  , maka jika n  K berlaku
rK
x 
0  x n r   KK r n1
r 
x 
0  x n   KK r n  Cr n
r 
n
Karena 0 < r < 1, maka lim r = 0.  
Sehingga berdasarkan Teorema Apit, maka
lim  x n  = 0.

Contoh
 n 
1. Buktikan lim  n  = 0.
2 
jawab
Kita akan menggunakan teorema untuk membuktikan limit
barisan tersebut.
n n 1
Karena x n  n , maka xn1  n1 . Sehingga
2 2
n 1
n  1 2n n  1 1  n
n 1 1
x n1 2
  n .   .
xn n 2 .2 n 2n 2
n
2
 1
Karena lim 1   = 1 + 0 = 1 dan lim (2) = 2, maka
 n
x  1
lim  n1  = < 1.
 xn  2
75

 n 
Jadi, lim  n  = 0.
2 

 n 
2. (a) lim   =1
 n  1
jawab
n 1
Karena  , maka
n  1 1  1n

 = lim 1 = = 1.
 n   1  1
lim   = lim 
 n  1 1 
1 n  lim 1  1n  1
n2
(b) x n 
n 1
jawab
Akan ditunjukkan  x n  divergen.
Andaikan  x n  konvergen, maka  x n  terbatas.
Ini berarti M  R , M  0 sehingga n  N .berlaku
𝑀
𝑥𝑛 ≤ 2
𝑛2 𝑛2 𝑛2 𝑛
Karena 𝑥𝑛 = = 𝑛 +1 ≥ 2𝑛 = 2 , sehingga
𝑛+1
𝑛 𝑀
≤ 𝑥𝑛 ≤
2 2
Dengan kata lain,
𝑛 ≤ 𝑀.
Hal ini bertentangan dengan teorema Archimedes.
Jadi, pengandaian salah.
𝑛2
Terbukti divergen.
𝑛+1

 
3. Tunjukkan barisan 2 n tidak konvergen.
jawab
 
Andaikan 2 n konvergen, maka 2 n terbatas.  

Ini berarti Ini berarti M  R , M  0 sehingga n  N , berlaku


xn  2 n  2 n  M .
76

Kita tahu bahwa n  2 n , n  N , akibatnya


nM.
Hal ini bertentangan dengan teorema Archimedes.
Jadi, pengandaian salah.
 
Terbukti 2 n divergen.

4. Gunakan teorema-teorema di atas untuk barisan-barisan


berikut dengan a, b memenuhi 0 < a < 1 dan b > 1.
 
(a) a n
jawab
Akan ditunjukkan lim a n = 0.  
xn1 a n1
Karena  n  a , maka
xn a
x 
lim  n1  = lim (a) = a < 1.
 xn 
Sehingga lim a n = 0.  

 bn 
(b)  n 
2 
 
jawab
b n1
xn1 2 n1 b n1 2 n b
Karena   n1 . n  , maka
xn bn 2 b 2
n
2
x  b b
(i) jika 1 < b < 2, maka lim  n1  = lim   = < 1. Akibatnya
 xn  2 2
 bn 
lim  n  = 0.
2 
 
 bn   n
(ii) jika b = 2, maka lim  n  = lim  2  = lim (1) = 1.
2   2n 
   
77

x  b b
(iii) jika b > 2, maka lim  n1  = lim   = > 1. Kita tidak bisa
 xn  2 2
x 
menyimpulkan bahwa  x n  divergen. Karena jika lim  n1  = L > 1
 xn 
belum tentu  x n  divergen. Karena itu kita memerlukan
pernyataan bila L > 1 berikut.

Teorema 3.14
Misalkan  x n  adalah barisan bilangan real positif kuat sedemikian
sehingga
x 
L  lim  n 1  > 1, maka  x n  tidak terbatas. Ini berarti  x n  juga
 xn 
tidak konvergen.
bukti
Berdasarkan teorema densitas, maka ada bilangan real r sehingga
L > r > 1.
Tentukan e = L – r > 0.
x 
Karena L  lim  n 1  , maka K  N sehingga
 xn 
x n1
L  Lr jika n  K .
xn
Akibatnya jika n  K berlaku
x
r  L  n1  L
xn
xn1
r
xn
Diperoleh
xn1  xnr  xn1r 2  ...  xK r n K 1  0 .
Andaikan  x n  terbatas, maka M  R , M  0 sehingga x n  x n  M ,
n  N .
Akibatnya
xK r nK 1  M.
xK
Tulis C  K 1
, maka Cr n  M .
r
78

  M  1 
Pilih n0  N , n0 = sup  r log   , K   K, maka
  C  
 M 1
Cr n0  C .   M  1  M (kontradiksi).
 C 
Jadi, pengandaian salah.
Terbukti  x n  tidak terbatas.
Akibatnya  x n  tidak konvergen.

Sekarang kita bisa menjawab jika b > 2, maka  x n  tidak


konvergen.

Latihan Soal 3.2.

1. Berikan contoh dua barisan divergen 𝑋, 𝑌, tetapi jumlah kedua


barisan 𝑋 + 𝑌 konvergen.

2. Berikan contoh dua barisan divergen 𝑋, 𝑌, tetapi hasil kali


kedua barisan 𝑋𝑌 konvergen.

3. Tunjukkan bahwa jika 𝑋 dan 𝑌 barisan sedemikian sehingga 𝑋


dan 𝑋 + 𝑌 konvergen, maka 𝑌 konvergen.

4. Tunjukkan bahwa jika 𝑋 dan 𝑌 barisan sedemikian sehingga 𝑋


konvergen ke 𝑥 ≠ 0 dan 𝑋𝑌 konvergen, maka 𝑌 konvergen.

5. Misal 𝑦𝑛 = 𝑛 + 1 − 𝑛 untuk 𝑛 ∈ 𝑁. Tunjukkan bahwa 𝑦𝑛 dan


𝑛𝑦𝑛 konvergen.

6. Tunjukkan bahwa barisan −1 𝑛 𝑛2 divergen.


79

3.3. Barisan Monoton

Definisi 3.6.
Misalkan X =  x n  adalah barisan bilangan real. X dikatakan naik
(increasing) jika
x1  x2  ...  xn  xn1  ...
X dikatakan turun (decreasing) jika
x1  x2  ...  xn  xn1  ...
X dikatakan monoton jika naik atau turun.
Barisan-barisan berikut naik
1,2,3,...,n,... , 1,1,2,2,3,3,... , a ,a 2

, a 3 ,... jika a > 1.
Barisan-barisan berikut turun
1, 12 , 13 ,..., 1n ,..., b,b 2 ,b 3 ,... jika 0 < b < 1.
Barisan berikut tidak monoton.
1,1,1,1,..., 1n1
  1,2,3,4,..., 1 n,...
,... , n

Teorema 3.15. Kekonvergenan Monoton


Barisan bilangan real monoton konvergen jika dan hanya jika
barisan tersebut terbatas.
(a) X =  x n  barisan monoton naik dan terbatas  lim  x n  = sup
xn  .
(b) X =  x n  barisan monoton turun dan terbatas  lim  x n  = inf
xn  .
bukti
(a) Karena 𝑋 = 𝑥𝑛 terbatas, maka berdasarkan Aksioma
Kelengkapan, maka 𝑥𝑛 memiliki supremum, misalkan
sup 𝑥𝑛 |𝑛 ∈ 𝑁 = 𝑥 ∗ .
Akan ditunjukkan x* = lim  x n  .
Misal diberikan sebarang e  0 .
Karena x* = sup xn | n  N , maka K  N sehingga x * e  xK .
Diketahui  x n  barisan monoton naik, maka
x * e  x K  xn  x*  x * e , n  K .
Sehingga
x n  x *  e , n  K .
Jadi, lim  x n  = x*.
80

(b) Misalkan Y =  y n  barisan turun dan terbatas.


Misalkan X = Y , maka X naik dan terbatas dan x n   y n .
Sehingga lim X = lim  x n  = x*, dengan x* = sup xn | n  N .
Karena X = Y, maka
lim X = lim Y = lim (1)Y = (1) lim Y.
Diperoleh
lim Y = lim X = sup xn | n  N  = inf  xn | n  N  = inf
yn | n  N  .

Contoh
 1 
1. lim   = 0.
 n
jawab
 1 
Akan ditunjukkan   terbatas di bawah.
 n
1
Karena n  0 , maka > 0.
n
 1 
Jadi,   terbatas di bawah terbatas di bawah oleh 0.
 n
 1 
Akan ditunjukkan   monoton turun
 n
Untuk menunjukkan suatu barisan  x n  monoton turun, maka
ditunjukkan
xn1
xn  xn1  0 atau  1.
xn
Karena
1
xn1 n1 n n n 11 1
     1 < 1,
xn 1
n
n 1 n 1 n 1 n 1
 1 
maka   monoton turun.
 n
 1   1 
Karena   terbatas di bawah dan monoton turun, maka  
 n  n
konvergen.
81

 1 
Akan ditunjukkan lim   = 0.
 n
 1 
Ini berarti dibuktikan bahwa inf  n  N  = 0.
 n 
Misal diberikan sebarang 0  e  1 .
Berdasarkan Sifat Archimedes, maka ada/dapat dipilih m  N
1
dengan m  2 .
e
Sehingga
1
e
m
1  1 
Tulis  s n N.
m  n 
1  1 
Ini berarti untuk sebarang 0  e  1 , ada s   n N
m  n 
sehingga
s  0  e.
 1 
Jadi, inf  n  N  = 0.
 n 

 1 
Ada cara lain untuk mencari lim   dengan menggunakan
 n
teorema limit.
 1 
Misalkan lim   = x. Maka
 n
 1 1  1
lim  .  = lim   = x.x = x2
 n n n
1
Karena lim   = 0, maka x 2  0 .
n

Diperoleh x = 0.
 1 
Jadi, lim   = 0.
 n
82

2. Misal Y =  y n  didefinisikan y1 = 1, y n1  1


4
2 y n  3 untuk n  1 .
Tunjukkan lim Y = 3
2
.
jawab
Akan ditunjukkan  y n  terbatas di atas oleh 2 ( y n < 2, n  N )
Untuk menunjukkan hal ini digunakan induksi matematika.
Untuk n = 1, y1 = 1 < 2 pernyataan benar.
Misal benar untuk n = k, maka y k  2 benar.
Akan ditunjukkan benar untuk n = k + 1.
y k 1  1
4
2 yk  3  14 2.2  3  14 .7  74  2 .
Jadi, y n < 2, n  N .

Akan ditunjukkan  y n  monoton naik ( y n1  y n , n  N )


Untuk menunjukkan hal ini digunakan induksi matematika.
Untuk n = 1, y 2  1
4
2.1  3  54  y1  1 pernyataan benar.
Misal benar untuk n = k, maka y k 1  y k .
Akan ditunjukkan benar untuk n = k + 1.
y k  2  14 2 y k 1  3  14 2 y k  3  y k 1 .
Jadi, y n1  y n , n  N .

Karena  y n  terbatas di atas dan monoton naik, maka  y n 


konvergen.
Untuk mencari lim  y n  , terlebih dahulu kita misalkan lim  y n  = s.
Karena y n1  1
4
2 y n  3 , maka
lim  y n1  = lim 14 2 y n  3 = lim 12 yn  34  = 1s 3.
2 4
Karena  y n1  adalah barisan ekor-1 dari  y n  , maka lim  y n1  = s.
Sehingga
s  12 s  3
4
1
2
s 3
4
s 3.
2
3
Jadi, lim  y n  = .
2
83

untuk n  2 . Tunjukkan  x n 
1
3. Misal x1 > 1, dan x n 1  2 
xn
terbatas dan monoton. Cari lim  x n  .
jawab
Akan ditunjukkan xn  1 , n  N .
Untuk menunjukkan hal ini digunakan induksi matematika.
Untuk n = 1, x1  1 pernyataan benar.
Misal benar untuk n = k, maka xk  1 .

Akan ditunjukkan benar untuk n = k + 1.


1 1
Karena xk  1 , maka  1 . Sehingga   1 .
xk xk
Akibatnya
 1 
x k 1  2      2  1  1 .
 xk 
Jadi, xn  1 , n  N .
Ini berarti  x n  terbatas di bawah oleh 1.

Akan ditunjukkan  x n  monoton turun.


 1  1 xn 2  1 xn 2  2 xn  1
x n  x n1  x n   2    2  x n   2  
 xn  xn xn xn
xn  12

xn
Karena  x n  terbatas di bawah oleh 1, maka
xn  12
= xn  xn1  0.
xn
Ini berarti x n  x n1 .
Jadi,  x n  monoton turun.

Karena  x n  terbatas di bawah dan monoton turun, maka  x n 


konvergen.
Misalkan lim  x n  = s, maka
 1  1
lim x n1  = lim  2   = 2  .
 xn  s
84

Karena lim x n1  = s, maka


1
s  2
s
1
s 20
s
s 2  2s  1
0
s
s  12  0
s
s  12  0
Sehingga diperoleh s = 1.
Jadi, lim  x n  = 1.

Latihan Soal 3.3.

1
1. Misal 𝑥1 > 1 dan 𝑥𝑛 +1 = 2 − 𝑥 , untuk 𝑛 ≥ 2. Tunjukkan bahwa
𝑛
𝑥𝑛 terbatas dan monoton. Cari limitnya.

2. Misal 𝑦1 = 1 dan 𝑦𝑛+1 = 2 + 𝑦𝑛 . Tunjukkan bahwa 𝑦𝑛


konvergen dan cari limitnya.

1
3. Misal 𝑎 > 0 dan 𝑧1 > 0. Didefinisikan 𝑧𝑛+1 = 𝑎 + 𝑧𝑛 2 untuk
𝑛 ∈ 𝑁. Tunjukkan bahwa 𝑧𝑛 konvergen dan cari limitnya.

1
4. Misal 𝑥1 = 𝑎 > 0 dan 𝑥𝑛+1 = 𝑥𝑛 + 𝑥 . Tentukan apakah 𝑥𝑛
𝑛
konvergen atau divergen.
5. Tentukan apakah barisan 𝑦𝑛 berikut divergen atau konvergen
1 1 1
𝑦𝑛 = 𝑛+1 + 𝑛+2 + ⋯ + 2𝑛 untuk 𝑛 ∈ 𝑁.
85

3.4. Subbarisan dan Teorema Bolzano-


Weiestrass

Definisi 3.7.
Misal X =  x n  barisan bilangan real dan misal r1  r2  ...  rn  ...
adalah barisan monoton naik kuat dari bilangan asli, maka
barisan X’ yaitu
 
x r1 , x r2 , x r3 ,..., x rn ,...
disebut subbarisan dari X.

 
Misal X   1n , maka X = (1, 1, 1, …) dan X2 = (-1, -1, -1, …)
adalah subbarisan dari X.

Teorema 3.16.
Jika barisan X =  x n  konvergen ke x, maka sebarang subbarisan
dari X juga konvergen ke x.
bukti
Misal diberikan sebarang subbarisan X1 dari X yaitu
 
x r1 , x r2 , x r3 ,..., x rn ,... dengan r1  r2  ...  rn  ...
Misalkan pula e  0 .
Karena lim  x n  = x, maka K  N sehingga
x n  x  e , jika n  K .
Karena r1  r2  ...  rn  ... , maka rn  n  K .
Akibatnya
xrn  x  e , jika rn  n  K .
Jadi, lim X1 = x.

Contoh

 
1. lim b n  0 jika 0 < b < 1.
jawab
 
Akan ditunjukkan b n terbatas di bawah oleh 0.
Karena 0 < b < 1, maka 0  b n  1, n  N .
86

 
Jadi, b n terbatas di bawah oleh 0.

 
Akan ditunjukkan b n monoton turun.
xn1 b n1
Karena  n  b  1 , maka x n1  x n .
xn b
 
Jadi, b n monoton turun.

 
Karena b n terbatas di bawah dan monoton turun, maka b n  
 
konvergen, misalkan lim b n = x.
Pilih subbarisan b  dari b  .
2n n

Karena b 2n  b n .b n , maka
   
lim b 2 n = lim b n b n = x.x = x2.
Berdasarkan teorema 3.4.2, maka lim b 2 n = x. 
Sehingga
x  x2
x2  x  0
x x  1  0
diperoleh x = 0 atau x = 1.
 
Karena b n monoton turun dan terbatas di atas oleh 1, maka x =
0.
 
Sehingga lim b n = 0.

Teorema 3.17. Kriteria Divergen


Misalkan X =  x n  adalah barisan bilangan real. Pernyataan-
pernyataan berikut ekuivalen.
(i) Barisan X =  x n  tidak konvergen ke x  R .
(ii) Ada e 0  0 sedemikian sehingga untuk sebarang k  N , ada
rk  N sehingga berlaku rk  k dan xrk  x  e 0 .
 
(iii) Ada e 0  0 dan ada subbarisan X’ = x rn dari X sehingga

xrn  x  e 0 untuk semua n  N .


87

Contoh

 
1. Buktikan barisan  1n divergen.
 
Andaikan  1n konvergen ke x, maka subbarisan (1,1,1, …) dan
subbarisan
(1, 1, 1, …) konvergen ke x.
Kita tahu bahwa (1,1,1, … ) konvergen ke 1, dan (1, 1, 1, …)
konvergen ke 1. Ini berarti x = 1 atau x = 1.
Padahal limit suatu barisan tunggal.
Jadi, pengandaian salah.
Terbukti  1  divergen.
n

Teorema 3.18. Bolzano-Weierstrass untuk Barisan


Suatu barisan bilangan real terbatas mempunyai subbarisan yang
konvergen.

Contoh
 
Misalkan  1n adalah barisan terbatas.
 
(1,1,1, …) adalah subbarisan dari  1n yang konvergen ke 1.
(1, 1, 1, …) adalah subbarisan dari  1  yang konvergen ke
n

1.
 
Jadi,  1n mempunyai subbarisan yang konvergen.

Latihan Soal 3.4.

1. Berikan suatu contoh barisan tidak terbatas yang mempunyai


subbarisan yang konvergen.

2. Tunjukkan bahwa jika 0 < 𝑐 < 1, maka lim 𝑐 1/𝑛 = 1.

3. Misalkan setiap subbarisan dari 𝑋 = 𝑥𝑛 mempunyai


subbarisan yang konvergen ke 0. Tunjukkan bahwa lim 𝑋 = 0.

4. Tunjukkan kekonvergenan dari barisan-barisan berikut dan


cari limitnya.
88

1 2
a) 1 + 2𝑛
1 𝑛
b) 1 + 2𝑛
1 𝑛2
c) 1 + 𝑛2
2 𝑛
d) 1+𝑛

5. Misalkan 𝑥𝑛 ≥ 0 untuk semua 𝑛 ∈ 𝑁 dan lim −1 𝑛 𝑥𝑛 ada.


Tunjukkan bahwa 𝑥𝑛 konvergen.

3.5. Kriteria Cauchy

Definisi 3.8.
Barisan X =  x n  adalah barisan bilangan real dikatakan barisan
Cauchy jika
e  0, H e   N , sehingga n , m  N , n , m  H e  berlaku x n  x m  e .

Lemma 3.1.
Jika barisan bilangan real X =  x n  konvergen, maka X adalah
barisan Cauchy.
bukti
Misalkan lim  x n  = x dan diberikan sebarang e  0 .
Maka K  N sehingga untuk semua n , m  K berlaku
x n  x  e / 2 dan x m  x  e / 2 .
Sehingga
xn  xm  xn  x   xm  x   xn  x  xm  x
e e
<   e.
2 2
Jadi, X =  x n  barisan Cauchy.

Lemma 3.2.
Barisan Cauchy adalah barisan terbatas.
bukti
Misalkan X =  x n  adalah barisan Cauchy.
89

Pilih e  1.
Sehingga x n  x H  1 , jika n  H .

Karena xn  x H  xn  x H , maka
xn  1  x H untuk n  H .
Tentukan M  supx1 , x2 , x3 ,..., x H 1 ,1  x H  .
Akibatnya, x n  M , n  N .

Teorema 3.19. Kriteria Kekonvergenan Cauchy


Barisan bilangan real konvergen jika dan hanya jika barisan
Cauchy.
bukti
()
Misalkan X =  x n  barisan konvergen
Berdasarkan Lemma 3.5.2, maka X =  x n  adalah barisan Cauchy.
()
Misalkan X =  x n  adalah barisan Cauchy.
Dari Lemma 3.5.3 maka  x n  terbatas.
Berdasarkan Teorema Bolzano-Weiestrass, maka ada subbarisan
 
X’ = xnk dari X yang konvergen, misal lim xnk = x*.  
Akan ditunjukkan  x n  konvergen ke x*.
Misal diberikan sebarang e  0 .
Karena  x n  adalah barisan Cauchy, maka H  N sehingga
x n  x m  e / 2 , jika n , m  H .
 
Karena lim xnk = x*, maka K  N , K  H , K  n1 , n2 , n3 ,...
sehingga
x K  x *  e / 2 ..
Karena K  H , maka dengan m = K diperoleh
x n  x K  e / 2 , jika n  H .
Sehingga jika n  H berlaku
xn  x *  xn  x K   x K  x *   xn  x K  x K  x *
e e
  e
2 2
Jadi, lim  x n  = x*.
90

Contoh

1. Barisan (1 / n) konvergen.
jawab
Akan ditunjukkan 1 / n barisan Cauchy.
Misal diberikan sembarnag e  0 .
2
Pilih H  , H  N .
e
Sehingga untuk semua n , m  H berlaku
1 1 1 1 1 1 1 1 2
        e
n m n m n m H H H
Jadi, 1 / n barisan Cauchy.
Akibatnya 1 / n barisan konvergen.

Latihan Soal 3.5.

1. Berikan contoh barisan terbatas yang bukan barisan Cauchy.

𝑛+1
2. Tunjukkan bahwa barisan adalah barisan Cauchy.
𝑛

3. Tunjukkan bahwa barisan −1 𝑛


bukan barisan Cauchy.

4. Tunjukkan bahwa jika 𝑥𝑛 dan 𝑦𝑛 adalah barisan Cauchy,


maka 𝑥𝑛 + 𝑦𝑛 dan 𝑥𝑛 𝑦𝑛 juga barisan Cauchy.

5. Tunjukkan bahwa barisan terbatas monoton naik merupakan


barisan Cauchy.

3.6. Barisan Divergen Sejati (Properly


Divergent Sequences)

Definisi 3.9.
Misalkan  x n  barisan bilangan real.
(i) Kita katakan  x n  cenderung , dan ditulis lim  x n  = , jika
  R , K  N sehingga n  K berlaku xn   .
91

(i) Kita katakan  x n  cenderung , dan ditulis lim  x n  = , jika
  R , K  N sehingga n  K berlaku xn   .

Contoh

1. lim (n) = 
bukti
Misal diberikan sebarang   R .
Pilih K  N , K   .
Sehingga untuk semua n  K berlaku xn  n  K   .
Jadi, lim (n) = .

 
2. lim n 2 = .
bukti
Misal diberikan sebarang   R .
Pilih K  N , K   .
Sehingga untuk semua n  K berlaku xn  n 2  n  K   .
 
Jadi, lim n 2 = .

 
3. lim c n = , jika c > 1.
bukti
Karena c > 1, maka nyatakan c = 1 + b dengan b > 0.
Misal diberikan sebarang   R .
Pilih K  N , K   / b .
Sehingga untuk semua n  K berlaku
c n  1  b n  1  nb  1  Kb  1  b .b  1    

 
Jadi, lim c n = .

Teorema 3.20.
Barisan monoton adalah barisan divergen sejati jika dan hanya
jika barisan tersebut tidak terbatas.
(a) Jika  x n  barisan monoton naik tidak terbatas, maka lim  x n  =
.
92

(b) Jika  x n  barisan monoton turun tidak terbatas, maka lim  x n 


= .
bukti

(a) Misalkan  x n  barisan monoton naik.


Karena  x n  tidak terbatas, maka   R , n0  N , sehingga x n0  
.
Karena  x n  barisan monoton naik, maka untuk semua n  n0
berlaku
x n  x n0   .
Jadi, lim  x n  = .

(b) Misalkan  x n  barisan monoton turun.


Karena  x n  tidak terbatas, maka   R , n0  N , sehingga x n0  
Karena  x n  barisan monoton turun, maka untuk semua n  n0
berlaku
x n  x n0   .
Jadi, lim  x n  = .

Teorema 3.21.
Misalkan  x n  dan  y n  adalah barisan-barisan bilangan real
dengan
x n  y n , untuk semua n  N .
(a) lim  x n  = , maka lim  y n  = .
(b) lim  y n  = , maka lim  x n  = .
bukti
(a) Misal diberikan sebarang   R .
Karena lim  x n  = , maka K  N sehingga n  K berlaku xn   .
Karena x n  y n untuk semua n  N , maka n  K berlaku
y n  xn   .
Jadi, lim  y n  = .
93

(b) Misal diberikan sebarang   R .


Karena lim  y n  = , maka K  N sehingga n  K berlaku y n   .
Karena x n  y n untuk semua n  N , maka n  K berlaku
xn  y n   .
Jadi, lim  x n  = .

Teorema 3.22.
Misalkan  x n  dan  y n  adalah barisan-barisan bilangan real dan
x 
misalkan L  R , L > 0 dan lim  n  = L.
 yn 
Maka lim  x n  =   lim  y n  = .
bukti
Pilih e  12 L  0 .
x 
Karena lim  n  = L, maka ada K  N sehingga
 yn 
1 x 1
 L n L L
2 yn 2
1 x 1
 LL n  LL
2 yn 2
1 x 3
L n  L
2 yn 2
1  3 
 L  y n  xn   L  y n
2  2 
()
3 
Ini berarti xn   L  yn .
2 
Berdasarkan teorema 3.6.4, jika lim  x n  = , maka lim  y n  = .

()
1 
Ini berarti juga  L  yn  xn .
2 
Berdasarkan teorema 3.6.4, jika lim  y n  = , maka lim  x n  = .
94

Contoh

1 Buktikan divergen sejati dari barisan-barisan berikut.


(a)  n
jawab
Misal diberikan sebarang   R .
Pilih K  N , K   2 .
Sehingga jika n  K berlaku
n  K  2  
Jadi, lim  n  = .

(b) 
n 1 
jawab
Karena n  n  1, n  N dan lim  n  = , maka lim  
n  1 = .

2. Selidiki kekonvergenan atau kedivergenan barisan-barisan


berikut.
(a)  n 2  2 
 
jawab
Karena n 2  2  n 2  n , n  N dan lim n = , maka lim  n 2  2 
 
= .

 n 
(b)  2 

 n 1 
jawab
n n n n 1 1
Karena 0      1. , n  N , dan
n 1
2
n 1
2
n 2 n n n
 1   n 
lim   = 0, maka lim  
 n  n 2 1  = 0.
 
95

Latihan Soal 3.6.

1. Tunjukkan bahwa suatu barisan tidak terbatas, maka ada


suatu subbarisan divergen sejati.

2. Berikan contoh barisan divergen sejati 𝑥𝑛 dan 𝑦𝑛 dengan


𝑦𝑛 ≠ 0 untuk semua 𝑛 ∈ 𝑁 sedemikian sehingga
𝑥𝑛
a) konvergen
𝑦𝑛
𝑥𝑛
b) divergen sejati.
𝑦𝑛
3. Tunjukkan bahwa 𝑥𝑛 > 0 untuk semua 𝑛 ∈ 𝑁, maka lim 𝑥𝑛 = 0
1
jika dan hanya jika lim = ∞.
𝑥𝑛

4. Apakah barisan 𝑛 sin 𝑛 divergen sejati?


96

BAB 4. LIMIT DAN KEKONTINUAN


Pada waktu SMA, kita telah mempelajari mengenai bagaimana
mencari limit menggunakan suatu prosedur tertentu. Bahasan
dalam Bab ini lebih dalam lagi menenai definisi dan teorema-
teorema limit dan bagaimana membuktikan suatu limit
menggunakan definisi dan teorema-teorema tersebut.

4.1. Limit Fungsi

Untuk dapat memahami definisi limit fungsi berikut


perhatikan gambar berikut.

diberikan
V
Lo

( o )
c x

ada UV

Gambar 4.1. Limit Fungsi

Definisi 4.1.
Misal A  R dan f : A  R dan c  R adalah titik cluster di A. Kita
katakan bilangan real L adalah limit dari f di c jika untuk sebarang
lingkungan V dari L, ada lingkungan UV sehingga jika x  c adalah
sebarang titik di A  U V , maka f x   V .
97

Teorema 4.1.
Jika f : A  R dan c  R adalah titik cluster di A, maka f hanya
dapat mempunyai satu limit di c.
bukti
Akan dibuktikan dengan menggunakan kontradiksi.
Andaikan L1 dan L2 adalah limit f di c, maka dapat dipilih
lingkungan V1 dari L1 dan lingkungan V2 dari L2 sedemikian
sehingga V1  V2 = f.

Karena L1 adalah limit f di c, maka ada lingkungan U1 sehingga


jika x  c adalah sebarang titik di A  U1 , maka f x V1 .
Karena L2 adalah limit f di c, maka ada lingkungan U 2 sehingga
jika x  c adalah sebarang titik di A  U 2 , maka f x V2 .
Tentukan U  U1  U 2 .
Misal x0  A  U , x0  c , maka x0  A  U1 dan x0  A  U 2 .
Sehingga f  x0   V1 dan f x0   V2 .
Ini berarti f x0   V1  V2 .
Hal ini bertentangan dengan V1  V2 = f.
Jadi, pengandaian salah.
Terbukti f hanya dapat mempunyai satu limit di c.

Teorema 4.2.
Misal A  R , f : A  R , dan c  R adalah titik cluster dari A, maka
lim f  L  e  0, d e   0 sehingga jika 0  x  c  d e  dan
x c

x  A berlaku f x   L  e .
bukti
()
Misal diberikan sebarang e  0 .
Karena lim f  L , maka untuk lingkungan Ve L   L  e , L  e  , ada
x c

lingkungan U sehingga untuk sebarang x  A  U , x  c berlaku


f x   Ve L  , atau dengan kata lain berlaku f x   L  e .
Karena U adalah lingkungan dari c, maka ada d e   0 sehingga
c  d e , c  d e   U d U .
Sehingga untuk sebarang x  A  U d , x  c berlaku juga f x   L  e
98

Karena x  A  U d , x  c berarti x  A , 0  x  c  d e  , maka untuk


sebarang x  A , 0  x  c  d e  berlaku f x   L  e .

()
Misal diberikan sebarang lingkungan V dari L.
Ini berarti ada e  0 sehingga lingkungan-e Ve ( L)  L  e , L  e   V .
Akibatnya ada d e   0 sehingga jika 0  x  c  d e  dan x  A
berlaku f x   L  e .
Misalkan U V  c  d e , c  d e  , maka jika x  A  U V , x  c
berakibat f x   L  e atau f x   Ve ( L)  V .
Jadi, lim f  L .
x c

Contoh

1. lim b  b
x c

bukti

Misalkan e  0 .
Pilih d  1  0 .
Sehingga untuk 0  x  c  1 berlaku f x   L | b  b | 0  e .
Jadi, lim b  b .
x c

2. lim x  c .
x c

bukti
Misalkan e  0 .
Pilih d  e  0 .
Sehingga untuk 0  x  c  e berlaku f x   L | x  c | e .
Jadi, lim x  c .
x c

Pertanyaan
Sekarang coba anda buktikan lim x 2  c 2 . Kesulitan apa yang anda
x c

dihadapi ketika membuktikan limit tersebut.


99

Untuk mengatasi hal tersebut coba pahami soal berikut dan


pikirkan kenapa prosedur berikut bisa digunakan.

1. Tentukan kondisi untuk x  1 yang menjamin berlaku


x2 1  1 2
jawab
Kita tahu bahwa x 2  1  x  1x  1  x  1 x  1 .
Tujuan kita adalah mencari kondisi untuk x  1 sedemikan
sehingga x 2  1  x  1 x  1  1 2 .
Untuk itu kita misalkan x  1  1 , maka
x  x 11  x 1 1  11  2 .
Sehingga x `1  x  1  2  1  3 .
Ini berarti jika x  1  1 maka x 2  1  x  1 x  1  x  1.3 .

Karena x 2  1  1 2 , maka
x  1.3  1 2
x  1  1 6.
Akibatnya jika kita pilih x  1  inf 1,1 6  1 6 , maka
x  x  1  1  x  1  1  1 6  1 1  1  2 .
Sehingga x `1  x  1  2  1  3 .
Akibatnya x 2  1  x  1 x  1  x  1.3  1 6.3  1 2 .

2. Kita akan menggunakan prosedur di atas untuk mencari d  0


sehingga jika x  c  d berakibat x 2  c 2  e .

Kita tahu bahwa x 2  c 2  x  c x  c .


Misalkan x  c  1 , maka x  x  c  c  x  c  c  1  c .
Maka x  c  x  c  1  c  c  1  2 c .
Karena x 2  c 2  x  c x  c  e , maka
1  2 c  x  c  e
e
xc 
1  2 c 
.
100


 e 
Pilih d  inf 1,   0. .

 1  2 c 

e
Ini berarti ada dua kemungkinan yaitu d  1 atau d  .
1 2 c
(i) Jika x  c  d  1 , maka x  c  1  2 c .
Sehingga x 2  c 2  x  c x  c  1  2 c  x  c .

 e  e
Karena d  inf 1,   1 , maka x  c  d  1  .
 1 2 c 
  1 2 c
Sehingga
e
x 2  c 2  1  2 c  x  c  1  2 c . e .
1 2 c

e
(ii) Jika x  c  d   1 , maka x  c  1  2 c .
1 2 c
e
Sehingga x 2  c 2  x  c x  c  1  2 c  x  c  1  2 c . e .
1 2 c

 e 
Jadi dengan memilih d  inf 1,  , maka kita dapat menjamin

 1  2 c 

x2  c2  e .

Kita akan menggunakan d  0 yang telah kita pilih di atas untuk


membuktikan lim x 2  c 2 .
x c

Misal diberikan sebarang e  0 .



 e 
Pilih d  inf 1,  >0.

 1  2 c 

Ini berarti jika x  c  d , maka x  x  c  c  x  c  c  d  c  1  c .
Akibatnya x  c  x  c  1  c  c  1  2 c .
Sehingga untuk 0  x  c  d berlaku
f  x   L  x 2  c 2  x  c x  c < 1  2 c . x  c
e
< 1  2 c . e .
1 2 c
Jadi, lim x 2  c 2 .
x c
101

1 1
3. lim  , jika c > 0.
x c x c
bukti
Misal diberikan sebarang e  0 .
Kita akan mencari d  0 sehingga jika 0  x  c  d berlaku
1 1 cx 1
f ( x)  L     xc e .
x c cx cx
Misalkan x  c  12 c , maka
x  c   12 c
x  12 c
1 2

x c
1 2
 2.
cx c
1 2
Sehingga xc  2 xc e .
cx c
2
c
Ini berarti x  c  e .
2
c c2 
Pilih d  inf  , e   0 .
2 2 
Maka untuk 0  x  c  d berlaku
1 2 2 𝑐2
𝑓 𝑥 − 𝐿 = 𝑐𝑥 𝑥 − 𝑐 < 𝑐 2 𝑥 − 𝑐 < 𝑐 2 𝜀 = 𝜀.
2

Latihan Soal 4.1.

1. Misal 𝑐 adalah titik cluster di 𝐴 ⊆ 𝑅 dan 𝑓: 𝐴 → 𝑅. Buktikan


bahwa
lim𝑥→𝑐 𝑓(𝑥) = 𝐿 ⟺ lim𝑥→𝑐 𝑓 𝑥 − 𝐿 = 0

2. Misal 𝑓: 𝑅 → 𝑅 dan 𝑐 ∈ 𝑅. Tunjukkan bahwa


lim𝑥→𝑐 𝑓(𝑥) = 𝐿 ⟺ lim𝑥→0 𝑓(𝑥 + 𝑐) = 𝐿.

3. Tunjukkan bahwa lim𝑥→𝑐 𝑥 3 = 𝑐 3 .

4. Tunjukkan bahwa lim𝑥→𝑐 𝑥 = 𝑐.


102

5. Tunjukkan dengan menggunakan definisi limit barisan-barisan


berikut.
1
a) lim𝑥→2 1−𝑥 = −1
𝑥 1
b) lim𝑥→1 1+𝑥 = 2
𝑥2
c) lim𝑥→0 |𝑥| = 0.

4.2. Teorema-teorema Limit

Definisi 4.2.
Misalkan 𝐴 ⊆ 𝑅, 𝑓: 𝐴 → 𝑅 dan 𝑐 titik cluster di 𝐴. Kita katakan
bahwa 𝒇 terbatas pada lingkungan di 𝒄 bila ada lingkungan 𝑈 di 𝑐
dan suatu konstanta 𝑀 > 0 sedemikian sehingga 𝑓 𝑥 ≤ 𝑀 untuk
semua 𝑥 ∈ 𝐴 ∩ 𝑈.
Atau
𝑓 terbatas pada lingkungan di 𝑐 jika
∃𝑈 𝑐 , ∃𝑀 > 0 sehingga 𝑓 𝑥 ≤ 𝑀, ∀𝑥 ∈ 𝐴 ∩ 𝑈.

Teorema 4.3.
Jika 𝑓: 𝐴 → 𝑅 mempunyai limit di 𝑐 ∈ 𝑅, maka 𝑓 terbatas pada
suatu lingkungan di 𝑐.
bukti
Pilih 𝜀 = 1.
Karena 𝑓 mempunyai limit di 𝑐, misal 𝐿, maka ∃𝛿0 > 0 sehingga
0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝛿0 dan 𝑥 ∈ 𝐴 berlaku
𝑓 𝑥 −𝐿 <1
−1 < 𝑓 𝑥 − 𝐿 < 1
Pilih lingkungan 𝑈 = 𝑐 − 𝛿0 , 𝑐 + 𝛿0 .
Ini berarti jika 𝑥 ∈ 𝐴 ∩ 𝑈 dan 𝑥 ≠ 𝑐 berlaku
𝑓 𝑥 −𝐿 <1
Karena 𝑓 𝑥 − |𝐿| ≤ 𝑓 𝑥 − 𝐿 , maka
𝑓 𝑥 < 1 + |𝐿|.
Jika 𝑐 ∉ 𝐴, pilih 𝑀 = 1 + 𝐿 .
Jika 𝑐 ∈ 𝐴, pilih 𝑀 = sup 𝑓 𝑐 , 1 + 𝐿 .
Ini berarti ∀𝑥 ∈ 𝐴 ∩ 𝑈 berlaku
𝑓 𝑥 ≤ 𝑀.
Jadi, 𝑓 terbatas pada suatu lingkungan di 𝑐.
103

Definisi 4.3.
Misalkan 𝐴 ⊆ 𝑅, 𝑏 ∈ 𝑅 dan 𝑓, 𝑔: 𝐴 → 𝑅. Kita definisikan
𝑓 + 𝑔, 𝑓 − 𝑔, 𝑏𝑓 dan 𝑓𝑔
sebagai suatu fungsi dari 𝐴 ke 𝑅 dengan aturan
𝑓 + 𝑔 𝑥 = 𝑓 𝑥 + 𝑔(𝑥)
𝑓 − 𝑔 𝑥 = 𝑓 𝑥 − 𝑔(𝑥)
𝑏𝑓 𝑥 = 𝑏𝑓(𝑥)
𝑓𝑔 𝑥 = 𝑓 𝑥 𝑔(𝑥)
untuk semua 𝑥 ∈ 𝐴.
Lebih lanjut, jika 𝑕 𝑥 ≠ 0, ∀𝑥 ∈ 𝐴, kita definisikan 𝑓/𝑕 sebagai
suatu fungsi dengan aturan
𝑓 𝑓(𝑥)
= 𝑕(𝑥), untuk semua 𝑥 ∈ 𝐴.
𝑕

Teorema 4.4.
Misalkan 𝐴 ⊆ 𝑅; 𝑏 ∈ 𝑅; 𝑓, 𝑔: 𝐴 → 𝑅 dan 𝑐 ∈ 𝑅 merupakan titik cluster
di 𝐴.
(a) Jika lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿 dan lim𝑥→𝑐 𝑔 = 𝑀, maka
lim𝑥→𝑐 (𝑓 + 𝑔) = 𝐿 + 𝑀
lim𝑥→𝑐 (𝑓 − 𝑔) = 𝐿 − 𝑀
lim𝑥→𝑐 (𝑓𝑔) = 𝐿𝑀.
(b) Jika 𝑕: 𝐴 → 𝑅, 𝑕 𝑥 ≠ 0, ∀𝑥 ∈ 𝐴 dan lim𝑥→𝑐 𝑕 = 𝐾 ≠ 0, maka
𝑓 𝐿
lim𝑥→𝑐 = 𝐾.
𝑕
Untuk membuktikan Teorema ini mirip dengan pembuktian
Teorema yang serupa pada barisan. Karena itu, pada bagian ini
hanya akan dibuktikan teorema limit penjumlahan dua fungsi.
Sisanya dapat dicoba sendiri sebagai latihan.

Akan dibuktikan lim𝑥→𝑐 (𝑓 + 𝑔) = 𝐿 + 𝑀.


𝜀
Misal diberikan sebarang 2 > 0.
Karena lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿, maka ∃𝛿1 > 0 sehingga 0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝛿1 dan
𝑥 ∈ 𝐴 berlaku
𝜀
𝑓 𝑥 − 𝐿 < 2.
Hal yang serupa, karena lim𝑥→𝑐 𝑔 = 𝑀, maka ∃𝛿2 > 0 sehingga
0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝛿2 dan 𝑥 ∈ 𝐴 berlaku
𝜀
𝑔 𝑥 − 𝑀 < 2.
Pilih 𝛿 = min 𝛿1 , 𝛿2 .
104

Ini berarti 0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝛿 dan 𝑥 ∈ 𝐴, berlaku


𝜀
𝑓 𝑥 −𝐿 <2
𝜀
𝑔 𝑥 − 𝑀 < 2.
Diperoleh
𝑓 𝑥 − 𝐿 + 𝑔 𝑥 − 𝑀 < 𝜀.
Karena 𝑓 𝑥 − 𝐿 + 𝑔 𝑥 − 𝑀 ≤ 𝑓 𝑥 − 𝐿 + 𝑔 𝑥 − 𝑀 , maka
𝑓 𝑥 −𝐿+𝑔 𝑥 −𝑀 < 𝜀
𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 − 𝐿 + 𝑀 < 𝜀.
Terbukti lim𝑥→𝑐 (𝑓 + 𝑔) = 𝐿 + 𝑀.

Contoh

1. Buktikan lim𝑥→𝑐 𝑥 2 = 𝑐 2
jawab
Pada bagian sebelumnya telah dibuktikan bahwa lim𝑥→𝑐 𝑥 = 𝑐.
Menggunakan Teorema 4.4(a) diperoleh
lim𝑥→𝑐 𝑥 2 = lim𝑥→𝑐 (𝑥. 𝑥) = lim𝑥→𝑐 𝑥 . lim𝑥→𝑐 𝑥 = 𝑐. 𝑐 = 𝑐 2 .

2. Buktikan lim𝑥→𝑐 2𝑥 2 + 3 = 2𝑐 2 + 3
jawab
lim𝑥→𝑐 2𝑥 2 + 3 = lim𝑥→𝑐 2𝑥 2 + lim𝑥→𝑐 3 = 2 lim𝑥→𝑐 𝑥 2 + 3 = 2𝑐 2 + 3.
Akibat langsung dari Teorema 4.4 adalah
lim𝑥→𝑐 𝑥 𝑘 = 𝑐 𝑘 .
Limit ini sangat berguna ketika kita mencari limit fungsi
polinomial.
Misal 𝑝 adalah fungsi polinomial, maka lim𝑥→𝑐 𝑝(𝑥) = 𝑝(𝑐).
bukti
Misal 𝑝 𝑥 = 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑎𝑛−1 𝑥 𝑛−1 + ⋯ + 𝑎1 𝑥 + 𝑎0
dengan 𝑎𝑛 , 𝑎𝑛−1 , … , 𝑎1 , 𝑎0 ∈ 𝑅.
Maka
lim𝑥→𝑐 𝑝(𝑥) = lim𝑥→𝑐 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑎𝑛−1 𝑥 𝑛−1 + ⋯ + 𝑎1 𝑥 + 𝑎0
= lim𝑥→𝑐 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + lim𝑥→𝑐 𝑎𝑛−1 𝑥 𝑛−1 + ⋯ + lim𝑥→𝑐 𝑎1 𝑥 + lim𝑥→𝑐 𝑎0
= 𝑎𝑛 lim𝑥→𝑐 𝑥 𝑛 + 𝑎𝑛−1 lim𝑥→𝑐 𝑥 𝑛−1 + ⋯ + 𝑎1 lim𝑥→𝑐 𝑥 + lim𝑥→𝑐 𝑎0
= 𝑎𝑛 𝑐 𝑛 + 𝑎𝑛−1 𝑐 𝑛−1 + ⋯ + 𝑎1 𝑐 + 𝑎0
= 𝑝(𝑐).
105

𝑥 2 +1
3. Tentukan lim𝑥→1 2𝑥 2 +4.
jawab
Karena 𝑥 2 + 1 dan 2𝑥 2 − 4 merupakan fungsi polinomial, maka
lim𝑥→1 𝑥 2 + 1 = 12 + 1 = 2
lim𝑥→𝑐 2𝑥 2 + 4 = 2(1)2 + 4 = 6.
Berdasarkan Teorema 3.4(b) diperoleh
𝑥 2 +1 2 1
lim𝑥→1 2𝑥 2 −4 = 6 = 3.

𝑥−2
4. Tentukan lim𝑥→2 2𝑥 2 −8.
Kalau kita berusaha menyelesaikan dengan cara seperti contoh
𝑥−2 0
sebelumnya, akan diperoleh lim𝑥→2 2𝑥 2 −8 = 0.
𝑥−2
Ini tidak berarti bawah fungsi 𝑓 𝑥 = 2𝑥 2 −8 tidak mempunyai limit di
𝑥 → 2.
Kita perlu menyederhanakan fungsi tersebut.
Jika 𝑥 ≠ 2, maka
𝑥−2 𝑥−2 1
=2 =2
2𝑥 2 −8 𝑥−2 𝑥+2 𝑥+2
Ingat bahwa limit tidak memperhatikan apakah fungsi tersebut
terdefinisi atau tidak di 𝑥 = 𝑐, dalam masalah ini di 𝑥 = 2. Limit
memperhatikan nilai-nilai yang mendekati 𝑥 = 2.
Sehingga
𝑥−2 1 1 1
lim𝑥→2 2𝑥 2 −8 = lim𝑥→2 2 =2 = 8.
𝑥+2 2+2

Teorema 4.5.
Misalkan 𝐴 ⊆ 𝑅; 𝑓: 𝐴 → 𝑅 dan 𝑐 ∈ 𝑅 merupakan titik cluster di 𝐴.
Jika 𝑎 ≤ 𝑓 𝑥 ≤ 𝑏, ∀𝑥 ∈ 𝐴, 𝑥 ≠ 𝑐 dan lim𝑥→𝑐 𝑓 ada, maka
𝑎 ≤ lim𝑥→𝑐 𝑓 ≤ 𝑏
bukti
Misalkan lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿.
Akan dibuktikan lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿 ≤ 𝑏.
Andaikan 𝐿 > 𝑏
Pilih 𝜀 = 𝐿 − 𝑏 > 0.
Karena lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿, maka ∃𝛿1 > 0 sehingga 0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝛿1 berlaku
𝑓 𝑥 −𝐿 <𝐿−𝑏
−(𝐿 − 𝑏) < 𝑓 𝑥 − 𝐿 < 𝐿 − 𝑏
𝑏−𝐿+𝐿 <𝑓 𝑥 <𝐿−𝑏+𝐿
Diperoleh 𝑏 < 𝑓 𝑥 .
106

Hal ini bertentangan dengan 𝑓 𝑥 ≤ 𝑏. Pengandaian salah.


Terbukti lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿 ≤ 𝑏.
Dengan cara yang serupa akan ditunjukkan lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿 ≥ 𝑎.
Andaikan 𝐿 < 𝑎
Pilih 𝜀 = 𝑎 − 𝐿 > 0.
Karena lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿, maka ∃𝛿2 > 0 sehingga 0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝛿2 berlaku
𝑓 𝑥 −𝐿 <𝑎−𝐿
− 𝑎−𝐿 <𝑓 𝑥 −𝐿 <𝑎−𝐿
𝐿−𝑎+𝐿 <𝑓 𝑥 <𝑎−𝐿+𝐿
Diperoleh 𝑓 𝑥 < 𝑎.
Hal ini bertentangan dengan 𝑓 𝑥 ≥ 𝑎.
Pengandaian salah.
Terbukti lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿 ≥ 𝑎.
Jadi, 𝑎 ≤ lim𝑥→𝑐 𝑓 ≤ 𝑏

Teorema 4.6. Teorema Apit (Squeeze Theorem)


Misalkan 𝐴 ⊆ 𝑅; 𝑓, 𝑔, 𝑕: 𝐴 → 𝑅 dan 𝑐 ∈ 𝑅 merupakan titik cluster di
𝐴.
Jika 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔 𝑥 ≤ 𝑕(𝑥), ∀𝑥 ∈ 𝐴, 𝑥 ≠ 𝑐 dan lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿 = lim𝑥→𝑐 𝑕,
maka
lim𝑥→𝑐 𝑔 = 𝐿.
bukti
Misalkan diberikan sebarang 𝜀 > 0.
Karena lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿 = lim𝑥→𝑐 𝑕, maka ∃𝛿1 , 𝛿2 > 0 sehingga 0 <
𝑥 − 𝑐 < 𝛿1 berlaku
−𝜀 < 𝑓 𝑥 − 𝐿 < 𝜀
𝐿−𝜀 <𝑓 𝑥 <𝐿+𝜀
dan 0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝛿2
−𝜀 < 𝑕 𝑥 − 𝐿 < 𝜀
𝐿 − 𝜀 < 𝑕 𝑥 < 𝐿 + 𝜀.
Pilih 𝛿 = min 𝛿1 , 𝛿2 .
Maka 0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝛿, berlaku
𝐿 − 𝜀 < 𝑓 𝑥 ≤ 𝑔 𝑥 ≤ 𝑕 𝑥 < 𝐿 + 𝜀.
Ini berarti
𝐿−𝜀 < 𝑔 𝑥 < 𝐿+𝜀
−𝜀 < 𝑔 𝑥 − 𝐿 < 𝜀
Terbukti, lim𝑥→𝑐 𝑔 = 𝐿.
107

Contoh

1. Buktikan lim𝑥→0 sin 𝑥 = 0.


bukti
Diketahui bahwa
−𝑥 ≤ sin 𝑥 ≤ 𝑥, ∀𝑥 ≥ 0
dan
𝑥 ≤ sin 𝑥 ≤ −𝑥, ∀𝑥 ≤ 0
Karena lim𝑥→0 𝑥 = 0 = lim𝑥→0 −𝑥, maka menurut Teorema Apit
lim𝑥→0 sin 𝑥 = 0.

2. Buktikan lim𝑥→0 cos 𝑥 = 1.


bukti
Diketahui bahwa
1
1 − 2 𝑥 2 ≤ cos 𝑥 ≤ 1, ∀𝑥 ∈ 𝑅
1
Karena lim𝑥→0 1 − 2 𝑥 2 = 1 − 0 = 1 = lim𝑥→0 1, maka menurut
Teorema Apit
lim𝑥→0 cos 𝑥 = 1.

cos 𝑥−1
3. lim𝑥→0 = 0.
𝑥
bukti
1
Diketahui bahwa 1 − 2 𝑥 2 ≤ cos 𝑥 ≤ 1, ∀𝑥 ∈ 𝑅, maka
1
1− 𝑥 2 −1 cos 𝑥−1 1−1
2
≤ ≤ ∀𝑥 ∈ 𝑅
𝑥 𝑥 𝑥
1 cos 𝑥−1
−2𝑥 ≤ ≤ 0 ∀𝑥 ∈ 𝑅
𝑥
1
Karena lim𝑥→0 − 2 𝑥 = 0 = lim𝑥→0 0, maka menurut Teorema Apit
cos 𝑥−1
lim𝑥→0 = 0.
𝑥

sin 𝑥
4. Buktikan lim𝑥→0 = 1.
𝑥
bukti
Diketahui bahwa
1
𝑥 − 2 𝑥 2 ≤ sin 𝑥 ≤ 𝑥, ∀𝑥 ≥ 0
dan
1
𝑥 ≤ sin 𝑥 ≤ 𝑥 − 2 𝑥 2 , ∀𝑥 ≤ 0.
108

Sehingga
1
𝑥− 𝑥 2 sin 𝑥 𝑥
2
≤ ≤ 𝑥 , ∀𝑥 ≥ 0
𝑥 𝑥
1 sin 𝑥
1−2𝑥 ≤ ≤ 1, ∀𝑥 ≥ 0
𝑥
1
Karena lim𝑥→0 1 − 2 𝑥 = 1 − 0 = 1 = lim𝑥→0 1, maka menurut
Teorema Apit
sin 𝑥
lim𝑥→0 = 1.
𝑥

Teorema 4.7.
Misalkan 𝐴 ⊆ 𝑅; 𝑓: 𝐴 → 𝑅 dan 𝑐 ∈ 𝑅 merupakan titik cluster di 𝐴.
Jika lim𝑥→𝑐 𝑓 ada dan 𝑓 menyatakan suatu fungsi di 𝐴 yang
didefinisikan
𝑓 𝑥 = 𝑓 𝑥 ,
maka
lim𝑥→𝑐 𝑓 = lim𝑥→𝑐 𝑓 .
bukti
Misal lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿.
Akan dibuktikan lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿 .
Misal diberikan sebarang 𝜀 > 0.
Karena lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿, maka ∃𝛿 > 0 sehingga
𝑓 𝑥 − 𝐿 < 𝜀.
Kita tahu bahwa 𝑓 𝑥 − 𝐿 < 𝑓 𝑥 − 𝐿 .
Akibatnya
𝑓 𝑥 − 𝐿 < 𝜀.
Terbukti lim𝑥→𝑐 𝑓 = 𝐿 = lim𝑥→𝑐 𝑓 .

Teorema 4.8.
Misalkan 𝐴 ⊆ 𝑅; 𝑓: 𝐴 → 𝑅 dan 𝑐 ∈ 𝑅 merupakan titik cluster di 𝐴.
Lebih lanjut, misalkan 𝑓(𝑥) ≥ 0 dan 𝑓 merupakan suatu fungsi di
𝑥 ∈ 𝐴 yang didefinisikan dengan 𝑓 𝑥 = 𝑓(𝑥).
Jika lim𝑥→𝑐 𝑓 ada, maka Jika lim𝑥→𝑐 𝑓= lim𝑥→𝑐 𝑓.
109

Latihan Soal 4.2.

1. Tentukan limit barisan-barisan berikut.


a) lim𝑥→1 𝑥 + 1 2𝑥 + 3
𝑥 2 +2
b) lim𝑥→1 𝑥 2 −2
1 1
c) lim𝑥→2 − 2𝑥
𝑥+1
𝑥 +1
d) lim𝑥→0 𝑥 2 +2
2𝑥+1
e) lim𝑥→2 (𝑥 > 0)
𝑥+3
𝑥 +1 2 −1
f) lim𝑥→1 (𝑥 > 0)
𝑥

1+2𝑥− 1+3𝑥
2. Cari lim𝑥→1 (𝑥 > 0).
𝑥+2𝑥 2
3. Misal 𝑓, 𝑔 didefinisikan pada 𝐴 ⊆ 𝑅 dan 𝑐 titik cluster di 𝐴.
a) Tunjukkan bahwa jika lim𝑥→𝑐 𝑓 dan lim𝑥→𝑐 𝑓 + 𝑔 ada, maka
lim𝑥→𝑐 𝑔 ada.
b) jika lim𝑥→𝑐 𝑓 dan lim𝑥→𝑐 𝑓𝑔 ada, apakah lim𝑥→𝑐 𝑔 ada?

4. Berikan contoh fungsi 𝑓 dan 𝑔 dimana 𝑓 dan 𝑔 tidak


mempunyai limit di titik 𝑐, tetapi 𝑓 + 𝑔 dan 𝑓𝑔 mempunyai limit
di 𝑐.

5. Tentukan apakah limitnya ada di 𝑅.


1
a) lim𝑥→0 sin (𝑥 ≠ 0)
𝑥2
1
b) lim𝑥→0 𝑥 sin (𝑥 ≠ 0)
𝑥2

4.3. Fungsi Kontinu

Definisi 4.4.
Misal 𝐴 ⊆ 𝑅, 𝑓: 𝐴 → 𝑅, dan 𝑐 ∈ 𝐴. Kita katakan bahwa 𝒇 kontinu di
𝒄, jika untuk sebarang lingkungan-𝜀 𝑉 dari 𝑓 𝑐 , ada suatu
lingkungan-𝛿 𝑈 dari 𝑐 sedemikian sehingga
𝑥 ∈ 𝐴 ∩ 𝑈 ⟹ 𝑓(𝑥) ∈ 𝑉.
Atau
𝒇 kontinu di 𝒄, jika ∀𝜀 > 0, ∃𝛿 > 0 sedemikian sehingga untuk
semua 𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 − 𝑐 < 𝛿 berlaku 𝑓𝑥 − 𝑓 (𝑐) < 𝜀
110

Untuk memahami definisi tersebut perhatikan Gambar 4.2.

V f(c) V f(c)

c c

U
Gambar 4.2. Fungsi Kontinu

Definisi 4.5.
Misal 𝐴⊆ 𝑅dan 𝑓
: 𝐴→ .𝑅 Jika 𝐵⊆ 𝐴
, kita katakan bahwa 𝑓kontinu pada 𝐵
jika 𝑓 kontinu di setiap titik di 𝐵.

Teorema 4.9
Misal 𝐴 ⊆ 𝑅, 𝑓: 𝐴 → 𝑅, dan 𝑐 ∈ 𝐴.
Maka pernyataan-pernyataan berikut ekuivalen.
𝑓 kontinu di 𝑐, yaitu
(a) untuk sebarang lingkungan 𝑉 dari 𝑓 𝑐 , ada suatu lingkungan
𝑈𝑣 dari 𝑐 sedemikian sehingga 𝑥 ∈ 𝐴 ∩ 𝑈𝑣 ⟹ 𝑓(𝑥) ∈ 𝑉.
(b) ∀𝜀 > 0, ∃𝛿 𝜀 >0, sedemikian sehingga
𝑥 − 𝑎 < 𝛿 𝜀 , 𝑥 ∈ 𝐴 ⟹ 𝑓 𝑥 − 𝑓 𝑐 < 𝜀.
(c) Jika 𝑥𝑛 adalah sebarang barisan bilangan real sedemikian
sehingga 𝑥𝑛 ∈ 𝐴, ∀𝑛 ∈ 𝑁 dan 𝑥𝑛 konvergen ke 𝑐, maka barisan
𝑓 𝑥𝑛 konvergen ke 𝑓 𝑐 .

Bila dipadukan antara definisi fungsi kontinu dengan limit fungsi,


maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Corollary 4.1
Misalkan 𝑐 tiitik cluster di 𝐴.
𝑓 kontinu di 𝑐 ⟺ 𝑓 𝑐 = lim𝑥→𝑐 𝑓.
111

Teorema 4.9 digunakan untuk menunjukkan suatu fungsi


kontinu. Pertanyaan bagaimana kalau kita bermaksud
menunjukkan fungsi tidak kontinu. Kriteria Ketidakkontinuan
berikut dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Kriteria ini
merupakan akibat langsung dari Teorema 4.9(c)

Corollary 4.2
Misal 𝐴 ⊆ 𝑅, 𝑓: 𝐴 → 𝑅, dan 𝑐 ∈ 𝐴.
Fungsi 𝑓 tidak kontinu di 𝑐, jika dan hanya jika ada barisan 𝑥𝑛 di
𝐴 sedemikian sehingga 𝑥𝑛 konvergen ke 𝑐, tetapi 𝑓 𝑥𝑛 tidak
konvergen ke 𝑓 𝑐 .

Contoh

1. 𝑓 𝑥 = 𝑏 kontinu pada R.
Misal diberikan sebarang 𝑐 ∈ 𝑅, maka
lim𝑥→𝑐 𝑓 = lim𝑥→𝑐 𝑏 = 𝑏.
Karena 𝑓 𝑐 = 𝑏 = lim𝑥→𝑐 𝑓, maka 𝑓 kontinu pada R,

1
2. 𝑔 𝑥 = 𝑥 kontinu pada 𝐴 = 𝑥 ∈ 𝑅| 𝑥 > 0 .
Misal diberikan sebarang 𝑐 ∈ 𝑅, maka
1 1
lim𝑥→𝑐 𝑔 = lim𝑥→𝑐 𝑥 = 𝑐 .
1
Karena 𝑔 𝑐 = 𝑐 = lim𝑥→𝑐 𝑔, maka 𝑔 kontinu pada A,

1
3. 𝑔 𝑥 = 𝑥 tidak kontinu pada 𝑥 = 0.
Karena 𝑔 tidak terdefinisi pada 𝑥 = 0, maka 𝑔 tidak kontinu
pada 𝑥 = 0.

Soal

1. Misal 𝐴 ⊆ 𝑅 dan 𝑓: 𝐴 → 𝑅 kontinu pada titik 𝑐 ∈ 𝐴. Buktikan


bahwa untuk sembarang 𝜀 > 0, ada suatu lingkungan 𝑉𝛿 (𝑐)
sedemikian sehingga
jika 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴 ∩ 𝑉𝛿 (𝑐), maka 𝑓 𝑥 − 𝑓(𝑦) < 𝜀.
112

DAFTAR PUSTAKA

Bartle, R. G. & Sherbert, D.R. (1982). Introduction to Real


Analysis. New York: John Willey & Sons, Inc.

Bruckner, T. (2008). Elementary Real Analysis, 2nd Editions. New


York: Prentice Hall.

Trench, W. F. (2003). Introduction to Real Analysis. San Antonio:


Pearson Education.

Anda mungkin juga menyukai