Anda di halaman 1dari 7

Perkuliahan ke_1

OPERASI BINER

Petunjuk untuk dosen:

1. Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan


Pokok Bahasan : Operasi Biner
Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian dan Contoh
b. Jenis Operasi Biner

Alokasi Waktu : 1 × 3 × 50 menit (1 × 3sks)

2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa :
mengenal konsep struktur aljabar.
mampu menggunakan pemahaman konsep struktur aljabar dalam
memecahkan masalah matematika dan mampu mengembangkannya pada
konsep grup lanjutan.

3. Indikator
Mahasiswa dapat:
 mendefinisikan operasi biner pada suatu himpunan takkosong.
 membedakan operasi biner assosiatif dan komutatif.

1.0. Pendahuluan

Pada bab ini dimulai pembahasan mengenai struktur aljabar atau sistem aljabar (algebra
system), yaitu grup. Apa itu struktur aljabar? Sebenarnya kita sudah sering menggunakan
kaidah-kaidah yang ada pada struktur aljabar dalam menyelesaikan masalah matematika.
Kita melakukan manipulasi pada suatu permasalahan ekspresi matematika agar ekspresi
tersebut menjadi lebih mudah, sehingga ditemukan penyelesaiannya. Seperti menerapkan
hukum assosiatif, hukum komutatif, hukum distributif, menambah atau mengali suatu
bilangan dengan inversnya, menambah atau mengali suatu bilangan dengan bilangan
identitas (0 atau 1), dan lain-lain. Kita tidak tahu kaidah dari struktur/sistem apa yang
sudah digunakan. Kaidah-kaidah ini memperlihatkan hubungan antar anggota suatu
himpunan terhadap suatu operasi padanya. Hubungan seperti itulah yang dikatakan
struktur alajabar. Jadi, tanpa disadari, selama ini kita sudah menerapkan prinsip kerja
struktur aljabar, meskipun itu belum dipelajari secara khusus.
Struktur aljabar adalah sistem yang mengkaitkan suatu himpunan tak kosong dengan
satu atau lebih operasi biner pada himpunan tersebut yang memenuhi aturan-aturan
2

(aksioma-aksioma) tertentu. Jadi, terdapat tiga komponen utama yang membangun suatu
bentuk struktur aljabar, yaitu (1) himpunan tak kosong, (2) operasi biner, dan (3)
aksioma-aksioma. Perbedaan suatu bentuk struktur aljabar dengan bentuk yang lain
terletak pada perbedaan ketiga komponen tersebut. Tiga bentuk dasar dari struktur
aljabar adalah grup, ring, dan modul.

1.1.Operasi Biner

Pada bagian ini dibahas pengertian operasi biner dan jenis-jenisnya. Operasi biner
merupakan komponen dasar untuk membangun suatu bentuk struktur aljabar. Operasi
biner berfungsi sebagai suatu operator yang mengoperasikan setiap pasangan elemen
dari sebuah himpunan tak kosong. Hasil operasi ini berupa elemen tunggal yang juga
berada dalam himpunan tersebut. Untuk memberikan pengertian tentang operasi biner,
sebelumnya perhatikan beberapa ilustrasi berikut.
Dalam suatu perjalanan kita melewati sebuah kelas dari suatu sekolah. Kita
mendengar suatu dialog yang terjadi antara guru dan murid. Berikut cuplikan dialog
tersebut:
Guru : “pip, pop”.
Murid-murid : “pup”.
Guru : “pap, pep”.
Murid-murid : “pip”.
Guru : “pup, pap”.
Murid-murid : “pep”.
Ani : “pip”.
Guru : “Ani! Jawaban kamu salah”.
Guru melanjutkan pembicaraannya.
Guru : “pep, pip”.
Murid-murid : “papa ”.
Adi : “pap”.
Guru : “Adi! Hanya kamu yang benar”.

Kita tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, yang kita tahu mereka hanya
menyebut kata yang ada dalam himpunan berikut
H = { pap, pep, pip, pop pup}.
Aturan apa yang berlaku? Sehingga, ketika guru menyebut dua kata pip dan pop yang
berada dalam H, dengan serentak murid menjawab kata pup yang juga berada di H.
Selain itu jawaban yang benar ternyata hanya satu (tunggal), seperti yang kita lihat
ketika guru menyalahkan jawaban Ani.
3

Dari hasil dialog atau soal jawab antara guru dan murid-murid tersebut, kita bisa
melihat suatu aturan yang harus berlaku. Setiap dua kata dalam himpunan H dapat
dikaitkan dengan satu dan hanya satu kata yang juga ada dalam himpunan tesebut.
Aturan ini sudah bisa dikatakan sebagai sebuah operasi biner.
Sekarang coba kita ingat kembali, apa artinya sebuah himpunan dikatakan tertutup
(closed) terhadap suatu operasi yang dilakukan padanya. Sebagai contoh Himpunan
bilangan bulat ℤ tertutup terhadap penjumlahan (+). Perhatikan fakta berikut:

ℤ = {...,-3,-2,-1, 0,1, 2, 3,...}


2, 3  ℤ  2 + 3 = 5  ℤ.
2, 9  ℤ  2 + 9 = 7  ℤ.
⋮ ⋮ ⋮
Setiap m, n  ℤ  m + n  ℤ.
Begitu juga ℤ tertutup terhadap operasi perkalian.
Selain terhadap operasi penjumlahan dan perkalian, ℤ mungkin saja tertutup
terhadap suatu operasi yang didefinisikan. Misalkan didefinisikan operasi  pada ℤ
sebagai
a  b = ab + a + b
untuk setiap a, b  ℤ . Tentu ℤ juga tertutup terhadap operasi ini karena a  b selalu
terdefinsi di ℤ. Selain itu, nilai a  b tepat satu di ℤ. Operasi penjumlahan, operasi
perkalian, dan operasi  yang didefinisikan ini merupakan contoh-contoh dari operasi
biner pada ℤ.
Dari ilustrasi atau fakta yang disajikan di atas, cukup untuk menggambarkan
pengertian operasi biner. Terdapat tiga komponen yang harus ada dalam mendefinisikan
sebuah operasi biner, yaitu : (1) Himpunan tak kosong ; (2) Suatu operasi yang well-
defined, dan (3) Sifat tertutup (closed). Well-defined dimaksudkan bahwa operasi tersebut
terdefinisi dengan baik dan tidak memberikan pengertian ganda (ketunggalan hasil
operasi). Secara eksplisit pengertian operasi biner dapat dilihat pada definisi berikut.
Definisi 1.1: (Operasi Biner)
Misalkan S suatu himpunan takkosong. Operasi  dikatakan operasi biner pada S, jika 
memasangkan setiap pasangan terurut elemen-elemen (a, b) di S dengan tepat satu
elemen di S.
4

Dari definisi ini dapat dinyatakan bahwa operasi biner  pada S merupakan suatu
pemetaan dari himpunan S × S ke himpunan S, dimana:
 : S×SS
(a, b)  (a, b) = a  b ,
yaitu setiap pasangan terurut (a, b) di S × S, (a, b) = a  b juga di S. Penyebutan pasangan
terurut pada definisi ini adalah sangat penting, sebab boleh jadi terhadap operasi  ,
antara (a, b) dengan (b, a) dipasangkan dengan elemen yang berbeda di S.
Jadi untuk mendefinisikan  sebagai suatu operasi biner pada S, maka dua kondisi
berikut menjadi syarat mutlak, yaitu:
1. Kondisi well-defined, yakni setiap pasangan terurut (a, b) di S × S, nilai a  b
terdefinisi secara tunggal. Secara ekivalen dapat dinyatakan bahwa jika (a1, b1)
dan (a2, b2) dua elemen yang sama di S × S , maka a1  b1 = a2  b2.
2. Kondisi Tertutup (closure), yakni setiap pasangan terurut (a, b) di S × S, nilai
a  b  S.
Contoh berikut lebih memperjelas perbedaan arti kedua kondisi di atas.

Contoh:
1. Operasi  pada ℚ dengan a  b = a/b, bukan operasi biner. Karena  tidak
terdefinisi pada ℚ untuk pengambilan pasangan (2, 0) di ℚ. Jadi gagal kondisi 1.
2. Operasi  pada ℚ+ dengan a  b = a/b, memenuhi kedua kondisi. Jadi  adalah
operasi biner.
3. Operasi  pada ℤ+ dengan a  b = a/b, bukan operasi biner. Karena  tidak
mendefinisikan pasangan (2, 3) di ℚ , yaitu 2  3  ℚ. Jadi gagal kondisi 2.

Definisi 1.2: (Operasi Biner Komutatif dan Assosiatif)


Suatu operasi biner  pada S dikatakan :
(i) komutatif, jika setiap pasangan (a, b) dan (b, a) di S terhadap  memberikan
nilai yang sama, yaitu a  b = b  a.
(ii) assosiatif, jika setiap a, b, c  S berlaku (a  b)  c = a  (b  c).
5

Contoh :
1. Penjumlahan dan perkalian merupakan operasi biner pada himpunan ℤ, sebab
untuk setiap a, b  ℤ, maka a + b dan ab terdefinisi secara tunggal di ℤ . Operasi
biner ini bersifat komutatif dan assosiatif.
2. Misalkan M(ℝ) adalah himpunan semua matriks dengan entri bilangan riil, maka
operasi penjumlahan matriks bukan merupakan operasi biner pada M(ℝ), sebab
kita dapat mengambil dua matriks di M(ℝ) dengan ukuran berbeda, yang jelas
tidak bisa dijumlahkan.
3. Misalkan M2(ℝ) adalah himpunan semua matriks berukuran 2×2 dengan entri bilangan
riil, maka operasi penjumlahan matriks merupakan operasi biner pada M2(ℝ).
4. Jika ℝ* adalah himpunan bilangan riil selain nol, maka operasi + bukan operasi
biner di ℝ*, sebab 2, 2  ℝ*, tetapi 2 + (2) = 0  ℝ*.
5. Misalkan ℤ+ adalah himpunan bilangan bulat positif. Didefinisikan operasi  pada
ℤ+ sehingga a  b adalah bilangan terkecil dari a dan b untuk setiap a, b  ℤ+, maka 
merupakan operasi biner pada ℤ+.
Jika suatu operasi biner didefinisikan pada himpunan berhingga, maka kita bisa
menggunakan tabel untuk mendefinisikannya. Misalkan himpunan berhingga S = {a, b, c}.
Operasi  pada S yang didefinisikan dengan menggunakan Tabel 1.1 dan 1.2 merupakan
suatu operasi biner.

 a b c  a b c
a a c b a b c a
b b a c b c a c
c c b a c a c a

Tabel 1.1 Tabel 1.2

Kita dengan mudah dapat melihat bahwa suatu operasi biner yang didefinisikan oleh
tabel adalah komutatif jika dan hanya jika entri-entri dalam tabel simetris terhadap
diagonal yang ditarik dari ujung kiri atas sampai ujung kanan bawah (diagonal utama).
Seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.2. Tabel seperti ini disebut juga dengan tabel
Ceyley.

Latihan 1.1
6

Untuk soal 1 sampai 10, tulis B jika pernyataan benar dan S jika salah.
1. (____) Jika  adalah operasi biner pada S, maka a  a = a untuk setiap a  S.
2. (____) Jika  adalah operasi biner komutatif pada S, maka a  (b  c) = (b  c)  a
untuk setiap a, b, c  S.
3. (____) Jika  adalah operasi biner assosiatif pada S, maka a  (b  c) = (b  c)  a
untuk setiap a, b, c  S.
4. (____) Suatu operasi biner  pada S dikatakan komutatif jika terdapat a, b  S
sehingga a  b = b  a.
5. (____) Setiap operasi biner yang didefinisikan pada himpunan yang hanya
mempunyai satu elemen adalah komutatif dan assosiatif.
6. (____) Suatu operasi biner pada S memberikan paling sedikit satu elemen di S untuk
setiap pasangan elemen di S.
7. (____) Suatu operasi biner pada S memberikan paling banyak satu elemen di S
untuk setiap pasangan elemen di S.
8. (____) Suatu operasi biner pada S memberikan tepat satu elemen di S untuk setiap
pasangan elemen di S.
9. (____) Suatu operasi biner pada S bisa memberikan lebih dari satu elemen di S
untuk suatu pasangan elemen di S.
10. (____) Suatu operasi biner pada S memungkinkan suatu elemen di S diberikan dari
beberapa pasangan elemen di S.
Untuk soal 11 sampai 15, tentukan apakah operasi biner  pada himpunan yang
diberikan, komutatif atau assosiatif.
11. Pada ℤ didefinisikan  sebagai a  b = a  b.
12. Pada ℚ didefinisikan  sebagai a  b = ab + 1.
13. Pada ℚ didefinisikan  sebagai a  b = ab/2.
 ab
14. Pada ℤ didefinisikan  sebagai a  b = 2 .
15. Pada ℤ didefinisikan  sebagai a  b = ab.
16. Tentukan apakah operasi terhadap himpunan yang diberikan berikut merupakan
operasi biner, kalau tidak jelaskan kondisi apa yang tidak dipenuhi.

a. Pada ℤ , didefinisikan  sebagai a  b = a  b
 b
b. Pada ℤ didefinisikan  sebagai a  b = a
c. Pada ℝ, didefinisikan  sebagai a  b = a  b

d. Pada ℤ , didefinisikan  sebagai a  b = c, diman c lebih sedikit 5 dari ab.
7

17. Misalkan ℱ adalah himpunan semua fungsi bernilai riil dengan domain ℝ
(himpunan bilangan riil).
ℱ = {f | f : ℝ  ℝ }
Didefinisikan operasi biner +, , dan  pada ℱ sebagai berikut:
(f +g)(x) = f(x) + g(x) (penjumlahan fungsi)
(f  g)(x) = f(x) g(x) (perkalian fungsi)
(f g)(x) = f(g(x)) (komposisi fungsi)
untuk setiap f dan g di ℱ dan x  ℝ. Jelaskan apakah operasi tersebut komutatif atau
assosiatif.
18. Lengkapi dua tabel Ceyley berikut sehingga berturut-turut operasi biner 
komutatif dan assosiatif.
(a)  a b c d (b)  a b c d
a a b c a a b c d
b b d c b b a c d
c c a d b c c d c d
d d a d

Anda mungkin juga menyukai