Anda di halaman 1dari 43

A.

Definisi Aljabar Boolean

Sebagai review, Himpunan dan Proposisi mempunyai sifat-sifat yang


serupa, seperti yang akan diperlihatkan dalam tabel 2.1 dan tabel 2.2 di
bawah. Sifat-sifat yang diperlihatkan dalam tabel 2.1 dan tabel 2.2 digunakan
untuk mendefinisikan sebuah struktur matematika yang disebut ALJABAR
BOOLEAN. Berikut adalah tabel 2.1 dan tabel 2.2:

Tabel 2.1 Sifat-sifat dari Aljabar Himpunan

Hukum Idempotent 1a. A ∪ A = A


1b. A ∩ A = A
Hukum Assosiatif 2a. ( A ∪ B )∪ C = A ∪ ( B ∪ C )
2b. ( A ∩ B )∩ C = A ∩ ( B ∩ C )
Hukum Komutatif 3a. A ∪ B = B ∪ A
3b. A ∩ B = B ∩ A
Hukum Distributif 4a. A ∪ ( B ∩ C ) = ( A ∪ B ) ∩ ( A ∪
C)
4b. A ∩ ( B ∪ C ) = ( A ∩ B ) ∪ ( A ∩
C)
Hukum Identitas 5a. A ∪ ∅ = A
5b. A ∩ U = A
6a. A ∪ U = U
6b. A ∩ ∅ = ∅
Hukum Involusi 7. (Ac)c = A
Hukum Komplemen 8a. A ∪ Ac = U
8b. A ∩ Ac = ∅
9a. Uc = ∅
9b. ∅ c = U
Dalil De Morgan 10a. ( A ∪ B ) c = Ac ∩ Bc

21
10b. ( A ∩ B ) c = Ac ∪ Bc

Tabel 2.2 Sifat-sifat dari Aljabar Proposisi

Hukum Idempotent 1a. p ∨ p ≡ p


1b. p ∧ p ≡ p
Hukum Assosiatif 2a. ( p ∨ q )∨ r ≡ p ∨ ( q ∨ r )
2b. ( p ∧ q )∧ r ≡ p ∧ ( q ∧ r )
Hukum Komutatif 3a. p ∨ q ≡ q ∨ p
3b. p ∧ q ≡ q ∧ p
Hukum Distributif 4a. p ∨ ( q ∧ r ) ≡ ( p ∨ q ) ∧ ( p ∨ r )
4b. p ∧ ( q ∨ r ) ≡ ( p ∧ q ) ∨ ( p ∧ r )
Hukum Identitas 5a. p ∨ f ≡ p
5b. p ∧ t ≡ p
6a. p ∨ t ≡ p
6b. p ∧ f ≡ p
Hukum Komplemen 7a. p ∨ ∼p ≡ t
7b. p ∧ ∼p ≡ f
8a. ∼ ∼ p ≡ p
8b. ∼t ≡ f , ∼ f ≡ t
Dalil De Morgan 9a. ∼ ( p ∨ q ) ≡ ∼ p ∧ ∼q
9b. ∼ ( p ∧ q ) ≡ ∼ p ∨ ∼q

Definisi Aljabar Boolean


Misalkan B adalah himpunan yang didefinisikan pada dua operator
biner, + dan ∙ , dan sebuah operator uner, ’ . Misalkan 0 dan 1 adalah dua
elemen yang berbeda dari B, maka, tupel < B , + , ∙ , ’ , 0 , 1 > disebut
Aljabar Boolean jika untuk setiap a, b, c ∈ B berlaku aksioma (sering
dinamakan juga Postulat Huntington) berikut:
1. Identitas
(i) a + 0 = a
(ii) a ∙ 1 = a
2. Komutatif

22
(i) a + b = b + a
(ii) a ∙ b = b ∙ a
3. Distributif
(i) a ∙ ( b + c ) = ( a ∙ b ) + ( a ∙ c )
(ii) a + ( b ∙ c ) = ( a + b ) ∙ ( a + c )
4. Komplemen1
Untuk setiap a ∈ B terdapat elemen unik a’ ∈ B sehingga
(i) a + a’ = 1
(ii) a ∙ a’ = 0

Elemen 0 dan 1 adalah dua elemen unik yang di dalam B, 0 disebut


elemen terkecil dan 1 disebut elemen terbesar. Kedua elemen unik dapat
berbeda-beda pada beberapa Aljabar Boolean (misalnya ∅ dan U pada
himpunan, F dan T pada proposisi), namun secara umum kita tetap
menggunakan 0 dan 1 sebagai dua buah elemen unik yang berbeda. Elemen 0
disebut elemen zero, sedangkan elemen 1 disebut elemen unit. Operator +
disebut operator penjumlahan, ∙ disebut operator perkalian, dan ’ disebut
operator komplemen.

Terdapat perbedaan antara Aljabar Boolean dengan aljabar biasa untuk


aritmetika bilangan riil:
1. Hukum distributif yang pertama a ∙ ( b + c ) = ( a ∙ b ) + ( a ∙ c ), sudah
dikenal di dalam aljabar biasa, tetapi hukum distributif yang kedua, a + ( b
∙ c ) = ( a + b ) ∙ ( a + c ), benar untuk Aljabar Boolean, akan tetapi tidak
benar untuk aljabar biasa.

23
2. Aljabar Boolean tidak memiliki kebalikan perkalian dan kebalikan
penjumlahan; karena itu, tidak ada operasi pembagian dan pengurangan di
dalam Aljabar Boolean.
3. Aksioma nomor 4 mendefinisikan operator yang dinamakan komplemen
yang tidak tersedia pada aljabar biasa.
4. Aljabar biasa memperlakukan himpunan bilangan riil dengan elemen yang
tidak berhingga banyaknya, sedangkan aljabar Boolean memperlakukan
himpunan elemen B yang sampai sekarang belum didefinisikan, tetapi
pada Aljabar Boolean Dua-Nilai, B didefinisikan sebagai himpunan
dengan hanya dua nilai yaitu 0 dan 1.

Hal lain yang penting adalah membedakan elemen himpunan dan


peubah pada sistem aljabar. Sebagai contoh, pada aljabar biasa, elemen
himpunan bilangan real adalah angka, sedangkan peubahnya seperti a, b, c,
dan sebagainya. Dengan cara yang sama pada Aljabar Boolean, orang
mendefinisikan elemen-elemen himpunan dan peubah seperti x, y, z, sebagai
simbol-simbol yang merepresentasikan elemen.

Berhubung elemen-elemen B tidak didefinisikan nilainya (kita bebas


menentukan anggota-anggota B), maka untuk mempunyai sebuah Aljabar
Boolean, kita harus memperlihatkan:
1. elemen-elemen himpunan B,
2. kaidah/aturan operasi untuk dua operator biner dan operator uner,
3. himpunan B, bersama-sama dengan dua operator tersebut, memenuhi
keempat aksioma di atas.
Jika ketiga persyaratan di atas dipenuhi, maka aljabar yang didefinisikan
dapat dikatakan sebagai Aljabar Boolean.

24
Contoh:
1. Misalkan D70 = {1, 2, 5, 7, 10, 14, 35, 70} adalah pembagi dari 70.
Tunjukkan cara membentuk D70 menjadi sebuah aljabar Boolean.
Penyelesaian:
Elemen-elemen himpunan D70 sudah didefinisikan. Sekarang kita tentukan
kaidah operasi untuk operator +, ∙, dan ’. Misal +, ∙, dan ’ didefinisikan
pada D70 sebagai berikut:
a+b=KPK(a,b)=kelipatan persekutuan terkecil
a∙b=FPB(a,b)=faktor persekutuan terbesar
a’=70/a
Maka sekarang kita tunjukkan apakah D 70 bersama-sama dengan dua
operator biner dan satu operator uner memenuhi keempat aksioma yang
disebutkan dalam definisi Aljabar Boolean.
1) Identitas: 1 adalah elemen identitas untuk operasi penjumlahan (1
sebagai elemen nol) dan 70 adalah elemen identitas untuk operasi
perkalian (70 sebagai elemen unit), karena:
(i) a + 1 = KPK(a,1) = a => misal a=1, 1 + 1 = KPK(1,1) = 1; dst.
(ii) a ∙ 70 = FPB(a,70) = a => misal a=1, 1 ∙ 70 = FPB(1,70) = 1; dst.
2) Komutatif: jelas berlaku karena:
(i) a+b=b+a=KPK(a,b) => misal a=1 dan b=2,
1+2=KPK(1,2)=2+1=KPK(2,1); dst.
(ii) a∙b=b∙a=FPB(a,b) => misal a=1 dan b=2, 1∙2=FPB(1,2)=2∙
1=FPB(2,1); dst.

25
3) Distributif: jelas berlaku karena akan ditunjukkan dengan contoh
sebagai berikut:
(i) Misal a=1, b=2, c=5, maka:
⟺a∙(b+c)=(a∙b)+(a∙c)
⟺1∙(2+5)=(1∙2)+(1∙5)
⟺ FPB (1, KPK (2,5)) = KPK (FPB(1,2), FPB(1,5))
⟺ FPB (1,10) = KPK (1,1)
⟺1=1
(aksioma distributif yang pertama terpenuhi)
(ii) Misal a=1, b=2, c=5, maka:
⟺a+(b∙c)=(a+b)∙(a+c)
⟺1+(2∙5)=(1+2)∙(1+5)
⟺ KPK (1, FPB (2,5)) = FPB (KPK (1,2), KPK (1,5))
⟺ KPK (1,1) = FPB (2,5)
⟺1=1
(aksioma distributif yang kedua terpenuhi)
4) Komplemen: jelas berlaku karena:
(i) a + a’ = 1
misal a=1 maka a’=70, a + a’ = 1 =KPK (1,70)=70
70 sebagai elemen 1 atau elemen terbesar dalam D70
(ii) a ∙ a’ = 0
misal a=1 maka a’=70, a ∙ a’ = 0 = FPB (1,70)=1
1 sebagai elemen 0 atau elemen terkecil dalam D70

Oleh karena semua aksioma di dalam definisi Aljabar Boolean dipenuhi,


maka D70 = {1, 2, 5, 7, 10, 14, 35, 70} yang didefinisikan pada dua

26
operator biner (+ dan ∙) dan satu operator uner (’), dengan 1 sebagai
elemen nol dan 70 sebagai elemen unit adalah sebuah Aljabar Boolean,
atau dengan kata lain:
< D70, + , ∙ , ’, 1 , 70 > adalah sebuah Aljabar Boolean.
2. Pandang Aljabar Boolean D70 (dalam contoh soal nomor 1). Tentukan
10+14, 10∙14, dan 10’.
Penyelesaian:
Gunakan definisi +, ∙, dan ’ untuk mendapatkan nilai 10+14, 10∙14, dan 10’.
10+14=KPK(10,14)=70
10∙14=FPB(10,14)=2
10’=70/10=7
3. Pandang Aljabar Boolean D70 (dalam contoh soal nomor 1).
Tentukan:
(a) x = 35 ∙( 2 + 7’) (b) y = ( 35∙10 ) + 14’ (c) z = ( 2+7 )∙ ( 14∙10 )’
Penyelesaian:
(a) 7’=10, 2+10=10; maka x=35∙10=5
(b) 35∙10=5, 14’=5; maka y=5+5=5
(c) 2+7=14, 14∙10=2, 2’=35; maka z=14∙35=7
4. Tentukan apakah berikut ini merupakan sebuah Aljabar Boolean
dari D70 atau bukan?
(a) x={1, 5, 10, 70} (b) y={1, 2, 35, 70}
Penyelesaian:
(a) tidak, meskipun x tertutup dalam + dan ∙, 5’=14 bukan merupakan
anggota dari x.
(b) ya, karena x tertutup dalam + , ∙, dan ’.

Aljabar Boolean Dua-Nilai

27
Mengingat B tidak ditentukan anggota-anggotanya, maka kita dapat
membentuk sejumlah tidak berhingga aljabar Boolean. Pada aljabar Boolean
berhingga, banyak anggota B terbatas, tetapi paling sedikit beranggotakan
dua buah elemen karena menurut Definisi Aljabar Boolean, di dalam B
harus terdapat elemen yang berbeda, yaitu elemen nol dan elemen unit.
Aljabar Boolean yang terkenal dan memiliki terapan yang luas adalah
Aljabar Boolean Dua-Nilai. Aljabar Boolean Dua-Nilai didefinisikan pada
sebuah himpunan B dengan dua buah elemen 0 dan 1 (sering dinamakan bit
—singkatan dari binary digit), yaitu B={0.1}, operator biner (+ dan ∙),
operator uner (’). Kaidah untuk operator biner dan operator uner
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5
a b a∙b a b a +b a a’
0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 0 1 1 1 0
1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1

Kita harus memperlihatkan bahwa keempat aksioma di dalam definisi


Aljabar Boolean terpenuhi pada himpunan B={0,1} dengan dua operator
biner dan satu operator uner yang didefinisikan di atas:
1. Identitas: jelas berlaku karena dari tabel dapat kita lihat bahwa:
(i) a+0=a => 0+0=0 dan 1+0=1
(ii) a∙1=a => 0∙1=0 dan 1∙1=1
2. Komutatif: jelas berlaku dengan melihat simetri tabel operator biner.
(i) a+b=b+a => 0+1=1 dan 1+0=1
(ii) a∙b=b∙a => 0∙1=0 dan 1∙0=0
3. Distributif:
(i) a ∙(b +c)=(a ∙ b)+( a∙ c ) dapat ditunjukkan benar dari tabel
operator biner di atas dengan membentuk tabel kebenaran untuk

28
semua nilai yang mungkin dari a, b, dan c, (lihat tabel 2.6). Oleh
karena nilai-nilai pada kolom a ∙(b +c) sama dengan nilai-nilai
pada kolom (a ∙ b)+(a∙ c ), maka kesamaan
a ∙(b +c)=(a ∙ b)+( a∙ c ) adalah benar.
Tabel 2.6. Nilai Kebenaran a ∙(b +c)=(a ∙ b)+( a∙ c )

a b C b+c a∙(b+c) a∙b a∙c (a∙b)+(a∙c)


0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1

(ii) a+(b ∙ c)=(a+ b)∙(a+c ) dapat ditunjukkan benar dari tabel


operator biner di atas dengan membentuk tabel kebenaran untuk
semua nilai yang mungkin dari a, b, dan c, (lihat tabel 2.7). Oleh
karena nilai-nilai pada kolom a+(b ∙ c) sama dengan nilai-nilai
pada kolom (a+ b)∙( a+c), maka kesamaan
a+(b ∙ c)=(a+ b)∙(a+c ) adalah benar.

Tabel 2.7. Nilai Kebenaran a+(b ∙ c)=(a+ b)∙(a+c )


a b C b∙c a+(b∙c) a+b a+c (a+b)∙(a+c)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0
0 1 0 0 0 1 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1 1 1
1 0 1 0 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1

29
4. Komplemen: jelas berlaku karena:
(i) a+a’=1, karena 0+0’=0+1 dan 1+1’=1+0=1
(ii) a∙a’=0, karena 0∙0’=0∙1=0 dan 1∙1’=1∙0=0

Karena keempat aksioma terpenuhi, maka terbukti bahwa B={0,1}


bersama-sama dua operator biner ( + dan ∙ ) dan satu operator uner (’)
merupakan Aljabar Boolean. Aljabar Boolean Dua-Nilai mempunyai terapan
yang sangat luas dalam bidang elektronika, khususnya pada perancangan
sirkuit di dalam komputer. Beberapa terapan lainnya juga ditemukan di
bidang teknik sipil, teknik mesin, dan sebagainya. Untuk selanjutnya, jika
disebut Aljabar Boolean, maka Aljabar Boolean yang dimaksudkan di sini
adalah Aljabar Boolean Dua-Nilai.

Catatan Penting!
Jadi, yang termasuk ke dalam definisi Aljabar Boolean atau yang memenuhi
definisi Aljabar Boolean hanya dua yaitu:
1. Operasi pada: Himpunan pembagi yang lengkap, KPK sebagai operasi
tambah, FPB sebagai operasi kali, Pembagi sebagai operasi komplemen, 0
nya (zeronya) adalah bilangan terkecil dari semua anggota himpunan , dan
1 nya (unitnya) adalah bilangan terbesar dari semua anggota himpunan .
2. Operasi pada Aljabar Boolean Dua-Nilai.

Soal Latihan!
1. Misalkan D210={1,2,3,5,6,7,10,14,15,21,30,35,42,70,105,210} adalah
pembagi dari 210. Tunjukkan cara membentuk D210 menjadi sebuah

30
Aljabar Boolean! (keterangan: masing-masing aksioma cukup ditunjukkan dengan
empat contoh berbeda).

2. Diketahui himpunan B mempunyai tiga buah nilai yaitu 0, 1, 2 dan


himpunan B ditentukan oleh operator-operator +¿ , ∙ dan ' . Kaidah operasi
dengan operator +¿ dan ∙ didefinisikan pada tabel berikut:

Tabel 2.8 Tabel 2.9


+¿ 0 1 2 ∙ 0 1 2
0 0 0 0 0 0 1 2
1 0 1 1 1 1 1 2
2 0 1 2 2 2 2 2

a. Berdasarkan empat aksioma dasar (Komutatif, Distributif, Identitas,


dan Komplemen), tunjukkanlah aksioma-aksioma mana yang dipenuhi
dan aksioma-aksioma mana yang tidak dipenuhi oleh tabel di atas!
b. Apakah himpunan B dengan tiga buah operator di atas membentuk
Aljabar Boolean? Jelaskan jawaban anda!

B. Ekspresi Boolean

Pada Aljabar Boolean Dua-Nilai, B={0,1}. Kedua elemen B ini


seringkali disebut elemen biner atau bit (singkatan binary digit). Peubah x
disebut peubah Boolean atau peubah biner jika nilainya hanya dari B.
Ekspresi Boolean dibentuk dari elemen-elemen B dan/atau peubah-peubah
yang dapat dikombinasikan satu sama lain dengan operator +, ∙, dan ’.
Definisi Ekspresi Boolean: Misalkan (B, + , ∙ , ’ , 0 , 1) adalah
sebuah Aljabar Boolean. Suatu Ekspresi Boolean dalam (B, + , ∙ , ’, 0, 1)
adalah:
(i) Setiap elemen di dalam B,
(ii) Setiap peubah,

31
(iii) Jika e1 dan e2 adalah ekspresi Boolean, maka e1+e2, e1∙e2, e1’ adalah
ekspresi Boolean.
Jadi, menurut definisi di atas, setiap ekspresi di bawah ini,
0
1
a
b
c
a+b
a∙b
a’∙ (b+c)
a∙b’+ a∙b∙c’+b’, dan sebagainya
Adalah Ekspresi Boolean. Ekspresi Boolean yang mengandung n peubah
dinamakan Ekspresi Boolean bagi n peubah.

Mengevaluasi Ekspresi Boolean artinya memberikan nilai pada peubah-


peubah di dalam ekspresi tersebut dengan elemen-elemen di dalam B. Hasil
dari evaluasi adalah sebuah nilai yang merupakan salah satu dari anggota.
Pada Aljabar Boolean Dua-Nilai, B={0,1} sehingga peubah-peubah di dalam
Ekspresi Boolean dapat diberi nilai 0 atau 1, begitu juga hasil evaluasi
Ekspresi Boolean adalah 0 atau 1. Sebagai contoh, pada Ekspresi Boolean
dengan 3 peubah berikut:
a’∙ (b+c)
Jika a=0, b=1, dan c=0, maka hasil evaluasi Ekspresi Boolean tersebut adalah
0’∙ (1+0)=1+1=1

Dua Ekspresi Boolean dikatakan ekivalen jika keduanya mempunyai


nilai yang sama untuk setiap pemberian nilai-nilai kepada n peubah.
Misalnya, ekspresi pada aksioma distributif yang pertama,

32
a∙(b+c)
ekivalen dengan
(a∙b)+(a∙c)
Sehingga kita dapat menuliskan kedua ekspresi tersebut sebagai kesamaan:
a∙(b+c)=(a∙b)+(a∙c)
Keekivalenan dua buah ekspresi dapat ditunjukkan dengan tabel
kebenaran. Jika semua nilai ekspresi ruas kiri untuk semua kemungkinan
nilai-nilai peubah sama dengan nilai ekspresi pada ruas kanan kesamaan,
maka kedua ekspresi tersebut dikatakan ekivalen.
Contoh:
Perlihatkan bahwa a+a’b=a+b
Penyelesaian:
Tabel kebenaran untuk kesamaan a+a’b=a+b ditunjukkan pada tabel 2.10 di
bawah. Karena nilai-nilai pada kolom a+a’b sama dengan nilai-nilai pada
kolom a+b, maka a+a’b=a+b.
Tabel 2.10. Nilai Kebenaran a+a’b=a+b
a b a’ a’b a+a’b a+b
0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1
1 1 0 0 1 1

Dalam penulisan Ekspresi Boolean selanjutnya, kita menggunakan


perjanjian berikut: selain tanda kurung, operator ’ mempunyai prioritas lebih
tinggi daripada operator + dan ∙, dan ∙ lebih kuat daripada +. Sebagai contoh,
a+b∙c berarti a+(b∙c) bukan berarti (a+b)∙c. Contoh lain misalkan a∙b’ berarti
a∙(b’) bukan (a∙b)’.

33
Untuk menyederhanakan penulisan, kita diperbolehkan untuk tidak
menuliskan notasi ∙ pada operasi perkalian. Jadi, kita lebih sering menuliskan
a∙b sebagai ab saja. Namun, kadang-kadang kita perlu menuliskan notasi ∙
dengan maksud menekankan operasi perkalian, misalnya lebih baik kita
menuliskan a∙0 daripada a0. Dengan cara penyederhanaan ini, maka aksioma
distributif pada nomor 4 ditulis sebagai berikut:
(i) a(b+c)=ab+ac
(ii) a+bc=(a+b)(a+c)
Dengan cara seperti di atas, tentunya bila a+b∙c ditulis sebagai a+bc maka
pengertian prioritas operator menjadi lebih jelas.

C. Prinsip Dualitas

Di dalam Aljabar Boolean banyak ditemukan kesamaan (identity) yang


dapat diperoleh dari kesamaan lainnya, misalnya pada dua aksioma distributif
yang sudah disebutkan dalam Definisi Aljabar Boolean,
(i) a(b+c)=ab+ac
(ii) a+bc=(a+b)(a+c)
Aksioma yang kedua diperoleh dari aksioma pertama dengan cara mengganti
∙ dengan + dan mengganti + dengan ∙. Prinsip ini dikenal dengan prinsip
dualitas, prinsip yang juga kita temukan di dalam teori himpunan maupun
logika.

Definisi Prinsip Dualitas: Misalkan S adalah kesamaan (identity) di


dalam Aljabar Boolean yang melibatkan operator penjumlahan +, perkalian ∙,
dan komplemen ’, maka jika pernyataan S* diperoleh dari S dengan cara
mengganti:
∙ dengan +

34
+ dengan ∙
0 dengan 1
1 dengan 0
dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya, maka kesamaan S*
juga benar, dengan demikian S* disebut sebagai dual dari S.

Contoh:
Tentukan dual dari:
(i) a+0=a
(ii) (a∙1)(0+a’)=0
(iii) a(a’+b)=ab
(iv) (a+b)(b+c)=ac+b
(v) (a+1)(a+0)=a
(vi) a+(bc)=(a+b)(a+c)
(vii)a(bc)=(ab)c
Penyelesaian:
(i) a∙1=a
(ii) (a+0) + (1∙a’)=0
(iii) a+a’b=a+b
(iv) ab+bc=(a+c)b
(v) (a∙0) + (a+1)=a
(vi) a(b+c)=ab+ac
(vii)a+(b+c)=(a+b)+c

D. Hukum-hukum Aljabar Boolean

Ada banyak hukum di dalam Aljabar Boolean. Beberapa literatur


bervariasi dalam mengungkapkan jumlah hukum pada Aljabar Boolean,
tetapi hukum-hukum yang paling penting ditampilkan di dalam tabel 2.11.

35
Catatlah bahwa beberapa dari hukum yang terdapat di dalam tabel 2.11
tersebut sudah disebutkan di dalam definisi Aljabar Boolean. Perhatikan juga
bahwa terdapat kemiripan antara hukum-hukum Aljabar Boolean dengan
hukum-hukum aljabar pada himpunan dan hukum-hukum aljabar pada
proposisi (hal ini sudah dijelaskan sebelumnya bahwa baik aljabar himpunan
maupun aljabar proposisi keduanya juga merupakan Aljabar Boolean).
Tabel 2.11. Hukum-hukum pada Aljabar Boolean

1 Hukum Identitas 2 Hukum Idempoten


(i) a+0 = a (i) a+a = a
(ii) a∙1 = a (ii) a∙a = a
3 Hukum Komplemen 4 Hukum Dominansi
(i) a+a’= 1 (i) a∙0 = 0
(ii) a∙a’= 0 (ii) a+1 = 1
5 Hukum Involusi 6 Hukum Penyerapan
(i) (a’)’= a (i) a+ab = a
(ii) a(a+b) = a
7 Hukum Komutatif 8 Hukum Asosiatif
(i) a+b = b+a (i) a+(b+c)=(a+b)+c
(ii) ab = ba (ii) a(bc)=(ab)c
9 Hukum Distributif 1 Hukum De Morgan
(i) a+(bc) = (a+b)(a+c) 0 (i) (a+b)’= a’b’
(ii) a(b+c) = ab+ac (ii) (ab)’= a’+ b’
1 Hukum 0/1
1 (i) 0’= 1
(ii) 1’= 0

Kita dapat memperoleh hukum-hukum aljabar Boolean dari hukum-


hukum aljabar Himpunan pada tabel 1 atau dari hukum-hukum aljabar
Proposisi pada tabel 2 dengan cara mempertukarkan:
∪ dengan +, atau ⋁ dengan +
∩ dengan ∙ , atau ∧ dengan ∙
U dengan 1 , atau T dengan 1

36
∅ dengan 0 , atau F dengan 0

Perlihatkanlah bahwa hukum yang ke-(ii) dari setiap hukum di atas


merupakan dual dari hukum yang ke-(i). Sebagai contoh:
Hukum Identitas: a+0=a
Dualnya: a∙1=a

Hukum Komutatif: a+b=b+a


Dualnya: ab=ba
Hukum Asosiatif: a+(b+c)=(a+b)+c
Dualnya: a(bc)=(ab)c
Hukum Distributif: a(b+c)=ab+ac
Dualnya: a+bc=(a+b)(a+c)
Hukum De Morgan: (a+b)’=a’b’
Dualnya: (ab)’=a’+b’

Beberapa hukum Aljabar Boolean di atas akan dibuktikan di bawah ini,


sedangkan bukti untuk hukum lainnya diserahkan kepada Anda sebagai
latihan:
Bukti:
(2i) a+a = (a+a)(1) (Hukum Identitas)
= (a+a)(a+a’) (Hukum Komplemen)
= a+aa’ (Hukum Distributif)
= a+0 (Hukum Komplemen)
= a (Hukum Identitas)

(2ii Aa = aa+0 (Hukum Identitas)


)
= aa+aa’ (Hukum Komplemen)

37
= a(a+a’) (Hukum Distributif)
= a∙1 (Hukum Komplemen)
= a (Hukum Identitas)
(2ii adalah dual dari 2i)

(4i) a+1 = a+(a+a’) (Hukum Komplemen)


= (a+a)+a’ (Hukum Asosiatif)
= a+a’ (Hukum Idempoten)
= 1 (Hukum Komplemen)

(4ii a∙0 = a(aa’) (Hukum Komplemen)


)
= (aa)a’ (Hukum Asosiatif)
= aa’ (Hukum Idempoten)
= 0 (Hukum Komplemen)
(4ii adalah dual dari 4i)

(6i) a+ab = a∙1+ a∙b (Hukum Identitas)


= a((1+b) (Hukum Distributif)
= a∙1 (Hukum Dominansi)
= a (Hukum Identitas)

(6ii a(a+b) = (a+0)(a+b) (Hukum Identitas)


)
= a+(0∙b) (Hukum Distributif)
= a+0 (Hukum Dominansi)
= a (Hukum Identitas)
(6ii adalah dual dari 6i)

Sebagai latihan Anda, carilah atau buatlah pembuktian untuk hukum-


hukum Aljabar Boolean yang lainnya!

E. Fungsi Boolean

Fungsi Boolean (disebut juga fungsi biner) adalah pemetaan dari Bn ke


B melalui Ekspresi Boolean, kita menuliskannya sebagai f : Bn  B, yang

38
dalam hal ini Bn adalah himpunan yang beranggotakan pasangan terurut
ganda-n (ordered n-tuple) di daerah asal B.

Misalkan Ekspresi Boolean dengan n peubah adalah E (x1, x2, x3, ..., xn).
Menurut Definisi Fungsi Boolean, setiap pemberian nilai-nilai kepada peubah
x1, x2, x3, ..., xn merupakan suatu pasangan terurut ganda-n di dalam daerah
asal Bn dan nilai ekspresi tersebut adalah bayangannya di dalam daerah hasil
B. Dengan kata lain, setiap Ekspresi Boolean tidak lain merupakan Fungsi
Boolean.
Misalkan sebuah fungsi Boolean adalah f (x, y, z) = xyz + x’y + y’z .
Fungsi f memetakan nilai-nilai pasangan terurut ganda-3 (x, y, z) ke
himpunan {0, 1}. Contoh pasangan terurut ganda-3 misalnya (1, 0, 1) yang
berarti x=1, y=0, dan z=1 sehingga f (1, 0, 1) = 1 ∙ 0 ∙ 1 + 1’ ∙ 0 + 0’ ∙ 1 = 0 +
0+1=1.
Contoh:
Contoh-contoh Fungsi Boolean:
1. f(x) = x
2. f(x, y) = x’y + xy’ + y’
3. f(x, y) = x’y’
4. f(x, y) = (x+y)’
5. f(x, y, z) = xyz’

Setiap peubah di dalam Fungsi Boolean, termasuk dalam bentuk


komplemennya, disebut literal. Fungsi f (x, y, z) = xyz’ pada contoh di atas
terdiri dari 3 buah literal yaitu x, y, dan z’. Fungsi tersebut berharga 1 jika
x=1, y=1, z=0 sebab h(1, 1, 0) = 1 ∙ 1 ∙ 0’ = (1 ∙ 1) ∙ 1 = 1 ∙ 1 = 1 dan
berharga 0 untuk harga x, y, dan z lainnya.

39
Selain secara aljabar, Fungsi Boolean juga dapat dinyatakan dengan
tabel kebenaran dan dengan rangkaian logika. Tabel kebenaran berisi nilai-
nilai fungsi untuk semua kombinasi nilai-nilai peubahnya. Jika Fungsi
Boolean dinyatakan dengan tabel kebenaran, maka untuk Fungsi Boolean
dengan n buah peubah, kombinasi dari nilai peubah-peubahnya adalah
sebanyak 2n. Ini berarti terdapat 2n baris yang berbeda di dalam tabel
kebenaran tersebut. Misalkan n=3, maka akan terdapat 23=8 baris pada tabel.
Cara yang praktis membuat semua kombinasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk peubah pertama, isi 4 baris pertama pada kolom pertama dengan
sebuah 0 dan 4 baris selanjutnya dengan sebuah 1 berturut-turut.
2. Untuk peubah kedua, isi 2 baris pertama pada kolom kedua dengan 0 dan
2 baris berikutnya dengan 1, 2 baris berikutnya dengan 0 lagi, dan 2 baris
terakhir dengan 1.
3. Untuk peubah ketiga, isi kolom ketiga secara berselang-seling dengan 0
dan 1 mulai baris pertama sampai baris terakhir.

Contoh:
Diketahui Fungsi Boolean h(x, y, z) = xyz’, nyatakan h dalam tabel kebenaran
(Tabel 2.12) berikut:
Penyelesaian:

x y z z’ h(x, y, z) = xyz’
0 0 0 1 0
0 0 1 0 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 0
1 0 0 1 0
1 0 1 0 0
1 1 0 1 1
1 1 1 0 0

40
Fungsi Boolean tidak selalu unik pada setiap representasi ekspresinya.
Artinya, dua buah fungsi yang Ekspresi Booleannya berbeda dapat
menyatakan dua buah fungsi yang sama. Dengan kata lain, dua buah fungsi
sama jika kedua Ekspresi Booleannya ekivalen. Misalkan f dan g adalah
ekspresi dari suatu Fungsi Boolean. Fungsi f dan g dikatakan sebagai fungsi
yang sama jika keduanya memiliki nilai yang sama pada tabel kebenaran
untuk setiap kombinasi peubah-peubahnya.

Sebagai contoh, fungsi f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’ dan g(x, y, z) = x’z
+ xy’ adalah dua buah Fungsi Boolean yang sama, dengan kesamaannya
adalah sebagai berikut: Tabel 2.13. kesamaan fungsi f(x, y, z) = x’y’z + x’yz
+ xy’ dan g(x, y, z) = x’z + xy’

x y z x’ y’ x’y’z x’yz xy’ x’y’z + x’yz + xy’ x’z xy’ x’z + xy’
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1
0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1
1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jika sebuah Fungsi Boolean tidak unik dalam representasi ekspresinya,


dapatkah kita menemukan Ekspresi Boolean lainnya yang menspesifikasikan
fungsi yang sama? Jawabannya: dapat, yaitu dengan melakukan manipulasi
aljabar terhadap Ekspresi Boolean. Adapun yang dimaksud dengan
memanipulasi atau menyederhanakan Ekspresi Boolean adalah menggunakan
hukum-hukum Aljabar Boolean untuk menghasilkan bentuk yang ekivalen.
Perhatikanlah bahwa:

41
f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’
= x’z(y’+y) + xy’ (Hukum Distributif)
= x’z∙ 1 + xy’ (Hukum Komplemen)
= x’z + xy’ (Hukum Identitas)

F. Penjumlahan dan Perkalian Dua Fungsi Boolean

Misalkan f dan g adalah dua buah Fungsi Boolean dengan n peubah,


maka penjumlahan f + g didefinisikan sebagai:
(f + g) (x1 + x2 + x3 + ... + xn) = f(x1 + x2 + x3 + ... + xn) + g(x1 + x2 + x3 + ... + xn)
(f ∙ g) (x1 + x2 + x3 + ... + xn) = f(x1 + x2 + x3 + ... + xn) ∙ g(x1 + x2 + x3 + ... + xn)
Contoh:
Misalkan f (x,y) = xy’ + y dan g (x,y) = x’ + y’
maka h (x,y) = f + g = xy’ + y + x’ + y’ yang bila disederhanakan lebih
lanjut menjadi
h (x,y) = xy’ + x’ + (y + y’) = xy’ + x’ + 1 = xy’ + x’
dan i (x,y) = f ∙ g = (xy’ + y) ∙ (x’ + y’)

G. Komplemen Fungsi Boolean

Bila sebuah Fungsi Boolean dikomplemenkan, kita memperoleh fungsi


komplemen. Fungsi komplemen berguna pada saat kita melakukan
penyederhanaan Fungsi Boolean. Fungsi komplemen dari suatu fungsi f,
yaitu f’ dapat dicari dengan dua cara yakni sebagai berikut:
1. Cara pertama: menggunakan hukum De Morgan
Hukum De Morgan untuk dua buah peubah, x1 dan x2 adalah:
(i) (x1 + x2)’ = x1’ ∙ x2’
(ii) (x1 ∙ x2)’ = x1’ + x2’
Hukum De Morgan untuk tiga buah peubah, x1, x2, dan x3 adalah:

42
(i) (x1 + x2 + x3)’ = (x1 + y)’, yang dalam hal ini y = x2 + x3
= x1’ ∙ y’
= x1’(x2 + x3)’
= x1’ x2’ x3’
(ii) (x1 ∙ x2 ∙ x3)’ = x1’ + x2’ + x3’
Hukum De Morgan untuk n buah peubah, x1, x2, ..., xn adalah:
(i) (x1 + x2 + ... + xn)’ = x1’ x2’ ... xn’
(ii) (x1 ∙ x2 ∙ ... ∙ xn)’ = x1’ + x2’ + ... + xn’
Contoh:
Misalkan f(x, y, z) = x(y’z’+ yz), maka fungsi komplemennya adalah:
f’(x, y, z) = (x(y’z’+ yz))’
= x’+(y’z’+yz)’
= x’+(y’z’)’(yz)’
= x’+(y+z)(y’+z’)
2. Cara kedua: menggunakan prinsip dualitas.
Tentukan dual dari Ekspresi Boolean yang merepresentasikan f , lalu
komplemenkan setiap literal di dalam dual tersebut. Maka bentuk akhir
yang diperoleh menyatakan fungsi komplemen.
Contoh:
Misalkan f(x, y, z) = x(y’z’+ yz), maka dual dari Ekspresi Booleannya
adalah:
x+(y’+ z’)(y + z)
komplemenkan tiap literal dari dual di atas menjadi:
x’+(y+z)(y’+z’) = f’
Jadi, f’(x, y, z) = x’+(y+z)(y’+z’)

43
Contoh soal yang lain:
Carilah komplemen dari fungsi f(x, y, z) = x’(yz’+ y’z) dengan dua cara!
Penyelesaian:
Cara 1:
f(x, y, z) = x’(yz’+ y’z)
f’(x, y, z) = (x’(yz’+ y’z))’
= x+(yz’+y’z)’
= x+(yz’)’(y’z)’
= x+(y’+z)(y+z’)
Cara 2:
f(x, y, z) = x’(yz’+ y’z)
Dual dari Ekspresi Booleannya: x’+(y+z’)(y’+z)
Komplemenkan tiap literal dari dual: f’(x, y, z) = x+(y’+z)(y+z’)

Soal Latihan!
Untuk masing-masing Fungsi Boolean di bawah ini, carilah komplemennya
dan masing-masing selesaikan dengan dua cara!
1. o(x,y,z) = x·( y' + z )
2. p(x, y, z) = x’z + xy’
3. q(x, y, z) = xy’z’ + x’y’z’ + xy’
4. r(x, y, z) = xy + xy’z + y(x’ + z) + y’z’
5. s(w, x, y, z) = x’z + w’xy’ + wyz + w’xy

H. Bentuk Kanonik

Ekspresi Boolean yang menspesifikasikan suatu fungsi dapat disajikan


dalam dua bentuk berbeda. Pertama sebagai penjumlahan dari hasil kali dan
kedua sebagai perkalian dari hasil jumlah. Misalnya:

44
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
dan
g(x, y, z) = (x+y+z) (x+y’+z) (x+y’+z’) (x’+y+z’) (x’+y’+z)

Fungsi f dan g adalah dua buah fungsi yang sama (dapat ditunjukkan
dari tabel kebenarannya). Fungsi yang pertama, fungsi f muncul dalam
bentuk penjumlahan dari hasil kali, sedangkan fungsi yang kedua, fungsi g
muncul dalam bentuk perkalian dari hasil jumlah.

Perhatikan juga bahwa setiap suku (term) di dalam ekspresi


mengandung literal yang lengkap dalam peubah x, y, dan z, baik peubahnya
tanpa komplemen maupun dengan komplemen. Ada dua macam bentuk term,
yaitu minterm (hasil kali) dan maxterm (hasil jumlah).

Suku-suku di dalam Ekspresi Boolean dengan n peubah x1, x2, ..., xn


dikatakan minterm jika ia muncul dalam bentuk:
~x1 ~
x 2 ... ~
xn
dan dikatakan maxterm jika ia muncul dalam bentuk:
~x1 + ~
x 2 + ... + ~
xn
yang dalam hal ini ~ xi menyatakan literal xi atau xi’ . Perhatikan bahwa
sebuah minterm dan maxterm harus mengandung literal yang lengkap.
Sebagai contoh, x’y’z , xy’z’, dan xyz pada fungsi f di atas adalah tiga buah
minterm dan x+y+z, x+y’+z, x+y’+z’, x’+y+z’, dan x’+y’+z pada fungsi g di
atas adalah lima buah maxterm. Sebuah term mengandung literal lengkap
dalam peubah x, y, dan z.

Ekspresi Boolean yang dinyatakan sebagai penjumlahan dari satu atau


lebih minterm atau perkalian dan satu atau lebih maxterm atau penjumlahan
disebut dengan bentuk kanonik. Jadi ada dua macam bentuk kanonik, yaitu:

45
(1) Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
contohnya adalah fungsi f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
nama lain untuk SOP adalah bentuk normal disjungtif (disjungtive
normal form).
(2) Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
contohnya adalah fungsi g(x, y, z) = (x+y+z) (x+y’+z) (x+y’+z’)
(x’+y+z’) (x’+y’+z)
nama lain untuk POS adalah bentuk normal konjungtif
(konjungtive normal form).

Cara membentuk minterm dan maxterm dari tabel kebenaran


ditunjukkan pada tabel 2.14 (untuk dua peubah) dan tabel 2.15 (untuk tiga
peubah). Untuk minterm, setiap peubah yang bernilai 0 dinyatakan dalam
bentuk komplemen sedangkan peubah yang bernilai 1 dinyatakan tanpa
komplemen. Sebaliknya untuk maxterm, setiap peubah yang bernilai 0
dinyatakan tanpa komplemen sedangkan peubah yang bernilai1 dinyatakan
dalam bentuk komplemen.

Tabel 2.14
Minterm Maxterm
x y
Suku Lambang Suku Lambang
0 0 x’y’ m0 x+y M0
0 1 x’y m1 x+y’ M1
1 0 x y’ m2 x’+y M2
1 1 xy m3 x’+y’ M3

Tabel 2.15
Minterm Maxterm
x y z
Suku Lambang Suku Lambang
0 0 0 x’y’z’ m0 x+y+z M0
0 0 1 x’y’z m1 x+y+z’ M1

46
0 1 0 x’y z’ m2 x+y’+z M2
0 1 1 x’y z m3 x+y’+z’ M3
1 0 0 x y’z’ m4 x’+y+z M4
1 0 1 x y’z m5 x’+y+z’ M5
1 1 0 x y z’ m6 x’+y’+z M6
1 1 1 xyz m7 x’+y’+z’ M7

Jika diberikan sebuah tabel kebenaran, kita dapat membentuk Fungsi


Boolean dalam bentuk kanonik (SOP atau POS) dari tabel tersebut dengan
cara mengambil minterm atau maxterm dari setiap nilai 1 untuk SOP atau 0
untuk POS.

Untuk membentuk fungsi dalam bentuk SOP, tinjau kombinasi nilai-


nilai peubah yang memberikan nilai fungsi sama dengan 1. Misalkan
kombinasi nilai-nilai peubah yang memberikan nilai fungsi sama dengan 1
adalah 001, 100, dan 111, maka bentuk SOP fungsi tersebut adalah f(x, y, z) =
x’y’z + xy’z’ + xyz.

Untuk membentuk fungsi dalam bentuk POS, tinjau kombinasi nilai-


nilai peubah yang memberikan nilai fungsi sama dengan 0. Misalkan
kombinasi nilai-nilai peubah yang memberikan nilai fungsi sama dengan 0
adalah 000, 010, 011, 101, dan 110, maka bentuk POS fungsi tersebut adalah
f(x, y, z) = (x+y+z) (x+y’+z) (x+y’+z’) (x’+y+z’) (x’+y’+z).

Contoh:
1. Perhatikan Tabel 2.16 di bawah ini!
x y z f(x, y, z)
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 0

47
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1
Berdasarkan Tabel 2.16 di atas, nyatakan fungsi tersebut dalam
bentuk kanonik SOP dan POS!
Penyelesaian:
(a) SOP
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama
dengan 1 adalah 001, 100, dan 111. Maka Fungsi Booleannya dalam
bentuk kanonik SOP adalah:
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
atau dengan menggunakan lambang minterm,
f(x, y, z) = m1+m4+m7 = ∑ (1, 4, 7)
(b) POS
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama
dengan 0 adalah 000, 010, 011, 101, dan 110. Maka Fungsi
Booleannya dalam bentuk kanonik POS adalah:
f(x, y, z) = (x+y+z) (x+y’+z) (x+y’+z’) (x’+y+z’) (x’+y’+z)
atau dengan menggunakan lambang maxterm,
f(x, y, z) = M0 M2 M3 M5 M6 = ∏ (0, 2, 3, 5, 6)

2. Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = z (x’+ y) + y’ dalam bentuk


kanonik SOP!
Penyelesaian:
f(x, y, z) = z (x’+ y) + y’
f(x, y, z) = x’z + yz + y’
f(x, y, z) = x’z (y + y’) + yz (x + x’) + y’(x + x’) (z + z’)
f(x, y, z) = x’z y + x’z y’ + yzx + yz x’ + y’x z + y’x’z + y’x z’ + y’ x’ z’
f(x, y, z) = x’y z + x’y’z + xyz + x’yz + x y’z + x’y’z + x y’z’ + x’y’z’
f(x, y, z) = x’y z + x’y’z + xyz + xy’z + x y’z’ + x’y’z’
f(x, y, z) = x’y’z’+ x’y’z + x’yz + x y’z’+ xy’z + xyz
f(x, y, z) = m0 + m1 + m3 + m4+ m5 + m7
f(x, y, z) =∑ (0, 1, 3, 4, 5, 7)

48
3. Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = xy + x’z dalam bentuk kanonik POS!
Penyelesaian:
f(x, y, z) = xy + x’z
f(x, y, z) = (xy + x’) (xy + z)
f(x, y, z) = (x+ x’) (y+ x’) (x + z) (y + z)
f(x, y, z) = (y+ x’) (x + z) (y + z)
Lengkapi literal untuk setiap suku agar jumlahnya sama:
y + x’ = x’+ y + zz’ = (x’ + y + z) (x’ + y + z’)
x + z = x + z + yy’ = (x + y + z) (x + y’ + z)
y + z = y + z + xx’ = (x + y + z) (x’ + y + z)
Jadi,
f(x, y, z) = (x + y + z) (x + y’ + z) (x’ + y + z) (x’ + y + z’)
f(x, y, z) = M0 M2 M4 M5
f(x, y, z) = ∏ (0, 2, 4, 5)
4. Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x + y’z dalam bentuk kanonik
SOP dan POS!
Penyelesaian:
(a) SOP
Kita harus melengkapi terlebih dahulu literal untuk setiap suku agar
jumlahnya sama.
x = x (y + y’)
x = xy + xy’
x = xy (z + z’) + xy’ (z + z’)
x = xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’
y’z = y’z (x + x’)
y’z = xy’z + x’y’z
Jadi,
f(x, y, z) = x + y’z
f(x, y, z) = xyz + xyz’+ xy’z + xy’z’ + xy’z + x’y’z
f(x, y, z) = xy’z + x’y’z + xy’z’ + xy’z + xyz’ + xyz
f(x, y, z) = m1 + m4+ m5 + m6 + m7
f(x, y, z) =∑ (1, 4, 5, 6, 7)
(b) POS
f(x, y, z) = x + y’z
f(x, y, z) = (x + y’) (x + z)

49
Kita harus melengkapi terlebih dahulu literal pada setiap suku agar
jumlahnya sama.
x + y’ = x + y’ + zz’
x + y’ = (x + y’ + z) (x + y’ + z’)
x + z = x + z + yy’
x + z = (x + y + z) (x + y’ + z)
Jadi,
f(x, y, z) = x + y’z
f(x, y, z) = (x + y’ + z) (x + y’ + z’) (x + y + z) (x + y’ + z)
f(x, y, z) = (x + y + z) (x + y’ + z) (x + y’ + z’)
f(x, y, z) = M0 M2 M3
f(x, y, z) = ∏ (0, 2, 3)

Soal Latihan!
Untuk masing-masing fungsi Boolean di bawah ini, nyatakanlah ke dalam
bentuk kanonik SOP dan POS!
f (x , y , z)= y '
g( x , y , z)=xz '
h(x , y , z )=x ·( y '+ z )
i( x , y , z)=xy ' + x ' z
j( x , y , z )=x ' yz ' + xy
k ( x , y , z )= y + x ' y+ xy ' z '
'
l ( x , y , z )= ( x + y ' ) + y ' z
' '
m ( x , y , z )=( ( xy )' z ) ( ( x' + z ) ( y '+ z ') )

I. Konversi Antar Bentuk Kanonik

Fungsi Boolean dalam bentuk kanonik SOP dapat ditransformasikan ke


bentuk kanonik POS, demikian pula sebaliknya. Misalkan f adalah fungsi
Boolean dalam bentuk kanonik SOP dengan tiga peubah sebagai berikut:
f(x, y, z) = ∑ (1, 4, 5, 6, 7)
dan f ’ adalah fungsi komplemen dari f,

50
f ’(x, y, z) = ∑ (0, 2, 3)
f ’(x, y, z) = m0 + m2 + m3
dengan menggunakan hokum De Morgan, kita dapat memperoleh fungsi f
dalam bentuk kanonik POS yakni sebagai berikut:
f ’(x, y, z) = (f ‘(x, y, z))’
f ’(x, y, z) = (m0 + m2 + m3)’
f ’(x, y, z) = m0’ m2’ m3’
f ’(x, y, z) = (x’y’z’)’ (x’y z’)’ (x’y z)’
f ’(x, y, z) = (x + y + z) (x + y’ + z) (x + y’ + z’)
f ’(x, y, z) = M0 M2 M3
f ’(x, y, z) = ∏ (0, 2, 3)
Contoh lain misalkan f(x, y, z) = ∏ (0, 2, 4, 5) adalah bentuk kanonik
POS, kita akan memperoleh fungsi f dalam bentuk kanonik SOP yakni
sebagai berikut:
f (x, y, z) = ∏ (0, 2, 4, 5)
f ’(x, y, z) = ∏ (1, 3, 6, 7)
f ’(x, y, z) = (f ‘(x, y, z))’
f ’(x, y, z) = (M1 M3 M6 M7)’
f ’(x, y, z) = M1’ + M3’ + M6’ + M7’
f ’(x, y, z) = (x+y+z’)’ + (x+y’+z’)’ + (x’+y’+z)’ + (x’+y’+z’)’
f ’(x, y, z) = x’y’z + x’y z + x’+y’+z + x y z
f ’(x, y, z) = m1 + m3 + m6 + m7
f ’(x, y, z) = ∑ (1, 3, 6, 7)

Soal Latihan!
1. Nyatakan f(x, y, z) =∑ (0, 1, 3, 4, 5, 7) ke dalam bentuk kanonik POS!
2. Nyatakan f(x, y, z) =∑ (1, 2, 3, 6) ke dalam bentuk kanonik POS!
3. Nyatakan f(x, y, z) =∑ (0, 2, 5) ke dalam bentuk kanonik POS!
4. Nyatakan f(x, y, z) =∏ (3) ke dalam bentuk kanonik SOP!

51
5. Nyatakan f(x, y, z) =∏ (1, 4) ke dalam bentuk kanonik SOP!
6. Nyatakan f(w, x, y, z) = ∑ (1, 2, 5, 10, 15) ke dalam bentuk kanonik POS!
7. Nyatakan f(w, x, y, z) = ∏ (0, 1, 2, 6, 8, 9, 12) ke dalam bentuk kanonik SOP!

J. Bentuk Baku

Bentuknya menuju bentuk SOP atau menuju bentuk POS, tidak harus
mengandung literal yang lengkap.
Contohnya,
f(x, y, z) = y’ + xy + x’yz => (bentuk baku SOP)
  f(x, y, z) = x · (y’+ z) · (x’+ y + z’) => (bentuk baku POS)
K. Aplikasi Aljabar Boolean
1. Jaringan Pensaklaran (Switching
Network)
Saklar: objek yang mempunyai dua buah
keadaan: buka dan tutup.

Tiga bentuk gerbang paling sederhana:

1. a x b
Output b hanya ada jika dan hanya
jika x dibuka  x

2. a x y b
Output b hanya ada jika dan hanya
Contohdan
jika x  xy
y dibuka pensaklaran
rangkaian pada
rangkaian
3. a
listrik:
x
c
1. Saklar
b dalam
y hubungan SERI:
logika AND
Output c hanya ada jika dan hanya jika
Lampu
x atau y dibuka  x + y
A B


Sumber tegangan

2. Saklar dalam hubungan


PARALEL: logika OR
A
Lampu


52
Sumber Tegangan
2. Rangkaian Logika

x x
xy x+y x x'
y y

Gerbang AND Gerbang OR Gerbang NOT (inverter)

Beberapa Rangkaian Logika dan Operasiny


ANDsbb: Operasi Gerbang
1. Gerbangadalah
AND
x
xy
y

2. Gerbang OR Operasi Gerbang


x OR
x+ y 53
y
3. Gerbang NOT Operasi Gerbang
x x'
NOT

4. Gerbang NOT Operasi Gerbang


NOT AND
xAND / NAND
( xy )'
y

5. Gerbang NOT OR Operasi Gerbang


NOT OR
/ NOR
x
( x+y )'
y

54
+
6. Gerbang Exlusif Operasi +
Gerbang
OR
x / EXOR
x +y EXOR
y
E ≡ xy’+x’y ≡ x
y

55
L. Penyederhanaan Fungsi Boolean
Contoh. f(x, y) = x’y + xy’ + y’

disederhanakan menjadi

f(x, y) = x’ + y’

Penyederhanaan fungsi Boolean dapat dilakukan dengan 3 cara:


1. Secara Aljabar
Contoh:
2. Menggunakan Peta Karnaugh
1. f(x, y) = x + x’y
3. Menggunakan metode Quine Mc Cluskey (metode Tabulasi)
= (x + x’)(x + y)
Penyederhanaan
= 1  (x + y ) Fungsi
Boolean
=x+y Secara Aljabar
2. f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’
= x’z(y’ + y) + xy’
= x’z + xz’

3. f(x, y, z) = xy + x’z + yz = xy + x’z + yz(x + x’)


= xy56
+ x’z + xyz + x’yz
= xy(1 + z) + x’z(1 + y) = xy + x’z
Penyederhanaan Fungsi
Boolean
a. Peta Karnaugh dengan Dua Peubah
dengan yMetode Peta
Karnaugh
0 1
m0 m1 x 0 x’y’ x’y

m2 m3 1 xy’ xy

b. Peta Karnaugh
Contoh. dengan
Diberikan tabelTiga Peubah gambarkan Peta
kebenaran,
Karnaugh. yz
00 01 11 10
x y z f(x, y, z)
m0 m01 m03 m
02 x 0
0 x’y’z’ x’y’z x’yz x’yz’
0 0 1 0
m4 m05 m17 0
m 6
1 1 xy’z’ xy’z xyz xyz’
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 1

yz
00 01 11 10
x 0 0 0 0 1

1 0 0 1 157
c. Peta Karnaugh dengan Empat Peubah
yz
00 01 11 10
m0 m1 m3 m2 wx 00 w’x’y’z’ w’x’y’z w’x’yz w’x’yz’

m4 m5 m7 m6 01 w’xy’z’ w’xy’z w’xyz w’xyz’


Contoh. Diberikan tabel kebenaran, gambarkan Peta
m12 m13 m15 m14 11 wxy’z’ wxy’z wxyz wxyz’
Karnaugh.
m8 m9 m11 m10 10 wx’y’z’ wx’y’z wx’yz wx’yz’
w x y z f(w, x, y, z)
0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 0 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 0
1 0 0 1 0
1 0 1 0 0
1 0 1 1 0
1 1 0 0 0
1 1 0 1 0
1 1 1 0 1
1 1 1 1 0

yz
00 01 11 10
wx 00 0 1 0 1

01 0 0 1 1

11 0 0 0 1
58
10 0 0 0 0
Teknik Minimisasi Fungsi Boolean dengan Peta Karnaugh

1. Pasangan: dua buah 1 yang bertetangga


yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0

01 0 0 0 0

11 0 0 1 1

10 0 0 0 0

Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxyz + wxyz’


Hasil Penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wxy

Bukti secara aljabar:


f(w, x, y, z) = wxyz + wxyz’
= wxy(z + z’)
= wxy(1)
= wxy

2. Kuad: empat buah 1 yang bertetangga


yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0

01 0 0 0 0

11 1 1 1 1

10 0 0 0 0

Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxy’z’ + wxy’z + wxyz + wxyz’


Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wx

59
Bukti secara aljabar:

f(w, x, y, z) = wxy’ + wxy


= wx(z’ + z)
= wx(1)
= wx

yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0

01 0 0 0 0

11 1 1 1 1

10 0 0 0 0
Contoh lain:
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0

01 0 0 0 0

11 1 1 0 0

10 1 1 0 0

Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxy’z’ + wxy’z + wx’y’z’ + wx’y’z


Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wy’

3. Oktet: delapan buah 1 yang bertetangga


yz
00 01 11 10
wx 00
0 0 0 0
01
0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1

Sebelum disederhanakan: f(a, b, c, d) = wxy’z’ + wxy’z + wxyz + wxyz’ +


wx’y’z’ + wx’y’z + wx’yz + wx’yz’

Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = w

60
Bukti secara aljabar:

f(w, x, y, z) = wy’ + wy
= w(y’ + y)
=w
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0

01 0 0 0 0

11 1 1 1 1

10 1 1 1 1

M. Ragam Soal tentang Aljabar Boolean

1. Diberikan gambar rangkaian logika seperti di bawah ini:


(a)
x
y

(b) x
y

x
y
z 61
(c)

Berdasarkan gambar rangkaian logika (a), (b), dan (c) di atas, masing-
masing tentukan:
i) Fungsi Boolean f(x,y,z) yang merepresentasikan rangkaian tersebut.
ii) Bentuk kanonik SOP dan POS berdasarkan fungsi Boolean yang sudah
Anda tentukan di poin i).
iii)Peta Karnaugh berdasarkan fungsi Boolean yang sudah Anda tentukan
di poin i).

2. Gambarkanlah gerbang logika dari masing-masing Ekspresi Boolean yang


ada di bawah ini:
a. E = ((x’+ x).(y. y’))’ + z
b. E = (x’. x) + y + (x’+ y + z)
c. E = y + x ' . y + x . y ' . z '
'
d. E = ( x + y ' ) + y ' . z
e. E = z . (x’+ y) + y’
f. E = (x.y’.z ) + y. (x’ + z) + (y’.z’)
g. E = ( xy z' + xy '+ y ' z ') '

62
h. E = ( xy z ' ) + ( y z ' ) ' +( xyz ' )
'
i. E = ( y . z ' ) + ( x + y ' + z ) + y . ( x ' + z )
'
j. E = ( ( x + y ) . z ) .( y+ z)
Kemudian tentukanlah output dari masing-masing Ekspresi Boolean
tersebut di atas jika inputnya:
x=¿ 00110101 y=¿01010110 z=¿01101100

63

Anda mungkin juga menyukai