21
10b. ( A ∩ B ) c = Ac ∪ Bc
22
(i) a + b = b + a
(ii) a ∙ b = b ∙ a
3. Distributif
(i) a ∙ ( b + c ) = ( a ∙ b ) + ( a ∙ c )
(ii) a + ( b ∙ c ) = ( a + b ) ∙ ( a + c )
4. Komplemen1
Untuk setiap a ∈ B terdapat elemen unik a’ ∈ B sehingga
(i) a + a’ = 1
(ii) a ∙ a’ = 0
23
2. Aljabar Boolean tidak memiliki kebalikan perkalian dan kebalikan
penjumlahan; karena itu, tidak ada operasi pembagian dan pengurangan di
dalam Aljabar Boolean.
3. Aksioma nomor 4 mendefinisikan operator yang dinamakan komplemen
yang tidak tersedia pada aljabar biasa.
4. Aljabar biasa memperlakukan himpunan bilangan riil dengan elemen yang
tidak berhingga banyaknya, sedangkan aljabar Boolean memperlakukan
himpunan elemen B yang sampai sekarang belum didefinisikan, tetapi
pada Aljabar Boolean Dua-Nilai, B didefinisikan sebagai himpunan
dengan hanya dua nilai yaitu 0 dan 1.
24
Contoh:
1. Misalkan D70 = {1, 2, 5, 7, 10, 14, 35, 70} adalah pembagi dari 70.
Tunjukkan cara membentuk D70 menjadi sebuah aljabar Boolean.
Penyelesaian:
Elemen-elemen himpunan D70 sudah didefinisikan. Sekarang kita tentukan
kaidah operasi untuk operator +, ∙, dan ’. Misal +, ∙, dan ’ didefinisikan
pada D70 sebagai berikut:
a+b=KPK(a,b)=kelipatan persekutuan terkecil
a∙b=FPB(a,b)=faktor persekutuan terbesar
a’=70/a
Maka sekarang kita tunjukkan apakah D 70 bersama-sama dengan dua
operator biner dan satu operator uner memenuhi keempat aksioma yang
disebutkan dalam definisi Aljabar Boolean.
1) Identitas: 1 adalah elemen identitas untuk operasi penjumlahan (1
sebagai elemen nol) dan 70 adalah elemen identitas untuk operasi
perkalian (70 sebagai elemen unit), karena:
(i) a + 1 = KPK(a,1) = a => misal a=1, 1 + 1 = KPK(1,1) = 1; dst.
(ii) a ∙ 70 = FPB(a,70) = a => misal a=1, 1 ∙ 70 = FPB(1,70) = 1; dst.
2) Komutatif: jelas berlaku karena:
(i) a+b=b+a=KPK(a,b) => misal a=1 dan b=2,
1+2=KPK(1,2)=2+1=KPK(2,1); dst.
(ii) a∙b=b∙a=FPB(a,b) => misal a=1 dan b=2, 1∙2=FPB(1,2)=2∙
1=FPB(2,1); dst.
25
3) Distributif: jelas berlaku karena akan ditunjukkan dengan contoh
sebagai berikut:
(i) Misal a=1, b=2, c=5, maka:
⟺a∙(b+c)=(a∙b)+(a∙c)
⟺1∙(2+5)=(1∙2)+(1∙5)
⟺ FPB (1, KPK (2,5)) = KPK (FPB(1,2), FPB(1,5))
⟺ FPB (1,10) = KPK (1,1)
⟺1=1
(aksioma distributif yang pertama terpenuhi)
(ii) Misal a=1, b=2, c=5, maka:
⟺a+(b∙c)=(a+b)∙(a+c)
⟺1+(2∙5)=(1+2)∙(1+5)
⟺ KPK (1, FPB (2,5)) = FPB (KPK (1,2), KPK (1,5))
⟺ KPK (1,1) = FPB (2,5)
⟺1=1
(aksioma distributif yang kedua terpenuhi)
4) Komplemen: jelas berlaku karena:
(i) a + a’ = 1
misal a=1 maka a’=70, a + a’ = 1 =KPK (1,70)=70
70 sebagai elemen 1 atau elemen terbesar dalam D70
(ii) a ∙ a’ = 0
misal a=1 maka a’=70, a ∙ a’ = 0 = FPB (1,70)=1
1 sebagai elemen 0 atau elemen terkecil dalam D70
26
operator biner (+ dan ∙) dan satu operator uner (’), dengan 1 sebagai
elemen nol dan 70 sebagai elemen unit adalah sebuah Aljabar Boolean,
atau dengan kata lain:
< D70, + , ∙ , ’, 1 , 70 > adalah sebuah Aljabar Boolean.
2. Pandang Aljabar Boolean D70 (dalam contoh soal nomor 1). Tentukan
10+14, 10∙14, dan 10’.
Penyelesaian:
Gunakan definisi +, ∙, dan ’ untuk mendapatkan nilai 10+14, 10∙14, dan 10’.
10+14=KPK(10,14)=70
10∙14=FPB(10,14)=2
10’=70/10=7
3. Pandang Aljabar Boolean D70 (dalam contoh soal nomor 1).
Tentukan:
(a) x = 35 ∙( 2 + 7’) (b) y = ( 35∙10 ) + 14’ (c) z = ( 2+7 )∙ ( 14∙10 )’
Penyelesaian:
(a) 7’=10, 2+10=10; maka x=35∙10=5
(b) 35∙10=5, 14’=5; maka y=5+5=5
(c) 2+7=14, 14∙10=2, 2’=35; maka z=14∙35=7
4. Tentukan apakah berikut ini merupakan sebuah Aljabar Boolean
dari D70 atau bukan?
(a) x={1, 5, 10, 70} (b) y={1, 2, 35, 70}
Penyelesaian:
(a) tidak, meskipun x tertutup dalam + dan ∙, 5’=14 bukan merupakan
anggota dari x.
(b) ya, karena x tertutup dalam + , ∙, dan ’.
27
Mengingat B tidak ditentukan anggota-anggotanya, maka kita dapat
membentuk sejumlah tidak berhingga aljabar Boolean. Pada aljabar Boolean
berhingga, banyak anggota B terbatas, tetapi paling sedikit beranggotakan
dua buah elemen karena menurut Definisi Aljabar Boolean, di dalam B
harus terdapat elemen yang berbeda, yaitu elemen nol dan elemen unit.
Aljabar Boolean yang terkenal dan memiliki terapan yang luas adalah
Aljabar Boolean Dua-Nilai. Aljabar Boolean Dua-Nilai didefinisikan pada
sebuah himpunan B dengan dua buah elemen 0 dan 1 (sering dinamakan bit
—singkatan dari binary digit), yaitu B={0.1}, operator biner (+ dan ∙),
operator uner (’). Kaidah untuk operator biner dan operator uner
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5
a b a∙b a b a +b a a’
0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 0 1 1 1 0
1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1
28
semua nilai yang mungkin dari a, b, dan c, (lihat tabel 2.6). Oleh
karena nilai-nilai pada kolom a ∙(b +c) sama dengan nilai-nilai
pada kolom (a ∙ b)+(a∙ c ), maka kesamaan
a ∙(b +c)=(a ∙ b)+( a∙ c ) adalah benar.
Tabel 2.6. Nilai Kebenaran a ∙(b +c)=(a ∙ b)+( a∙ c )
29
4. Komplemen: jelas berlaku karena:
(i) a+a’=1, karena 0+0’=0+1 dan 1+1’=1+0=1
(ii) a∙a’=0, karena 0∙0’=0∙1=0 dan 1∙1’=1∙0=0
Catatan Penting!
Jadi, yang termasuk ke dalam definisi Aljabar Boolean atau yang memenuhi
definisi Aljabar Boolean hanya dua yaitu:
1. Operasi pada: Himpunan pembagi yang lengkap, KPK sebagai operasi
tambah, FPB sebagai operasi kali, Pembagi sebagai operasi komplemen, 0
nya (zeronya) adalah bilangan terkecil dari semua anggota himpunan , dan
1 nya (unitnya) adalah bilangan terbesar dari semua anggota himpunan .
2. Operasi pada Aljabar Boolean Dua-Nilai.
Soal Latihan!
1. Misalkan D210={1,2,3,5,6,7,10,14,15,21,30,35,42,70,105,210} adalah
pembagi dari 210. Tunjukkan cara membentuk D210 menjadi sebuah
30
Aljabar Boolean! (keterangan: masing-masing aksioma cukup ditunjukkan dengan
empat contoh berbeda).
B. Ekspresi Boolean
31
(iii) Jika e1 dan e2 adalah ekspresi Boolean, maka e1+e2, e1∙e2, e1’ adalah
ekspresi Boolean.
Jadi, menurut definisi di atas, setiap ekspresi di bawah ini,
0
1
a
b
c
a+b
a∙b
a’∙ (b+c)
a∙b’+ a∙b∙c’+b’, dan sebagainya
Adalah Ekspresi Boolean. Ekspresi Boolean yang mengandung n peubah
dinamakan Ekspresi Boolean bagi n peubah.
32
a∙(b+c)
ekivalen dengan
(a∙b)+(a∙c)
Sehingga kita dapat menuliskan kedua ekspresi tersebut sebagai kesamaan:
a∙(b+c)=(a∙b)+(a∙c)
Keekivalenan dua buah ekspresi dapat ditunjukkan dengan tabel
kebenaran. Jika semua nilai ekspresi ruas kiri untuk semua kemungkinan
nilai-nilai peubah sama dengan nilai ekspresi pada ruas kanan kesamaan,
maka kedua ekspresi tersebut dikatakan ekivalen.
Contoh:
Perlihatkan bahwa a+a’b=a+b
Penyelesaian:
Tabel kebenaran untuk kesamaan a+a’b=a+b ditunjukkan pada tabel 2.10 di
bawah. Karena nilai-nilai pada kolom a+a’b sama dengan nilai-nilai pada
kolom a+b, maka a+a’b=a+b.
Tabel 2.10. Nilai Kebenaran a+a’b=a+b
a b a’ a’b a+a’b a+b
0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1
1 1 0 0 1 1
33
Untuk menyederhanakan penulisan, kita diperbolehkan untuk tidak
menuliskan notasi ∙ pada operasi perkalian. Jadi, kita lebih sering menuliskan
a∙b sebagai ab saja. Namun, kadang-kadang kita perlu menuliskan notasi ∙
dengan maksud menekankan operasi perkalian, misalnya lebih baik kita
menuliskan a∙0 daripada a0. Dengan cara penyederhanaan ini, maka aksioma
distributif pada nomor 4 ditulis sebagai berikut:
(i) a(b+c)=ab+ac
(ii) a+bc=(a+b)(a+c)
Dengan cara seperti di atas, tentunya bila a+b∙c ditulis sebagai a+bc maka
pengertian prioritas operator menjadi lebih jelas.
C. Prinsip Dualitas
34
+ dengan ∙
0 dengan 1
1 dengan 0
dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya, maka kesamaan S*
juga benar, dengan demikian S* disebut sebagai dual dari S.
Contoh:
Tentukan dual dari:
(i) a+0=a
(ii) (a∙1)(0+a’)=0
(iii) a(a’+b)=ab
(iv) (a+b)(b+c)=ac+b
(v) (a+1)(a+0)=a
(vi) a+(bc)=(a+b)(a+c)
(vii)a(bc)=(ab)c
Penyelesaian:
(i) a∙1=a
(ii) (a+0) + (1∙a’)=0
(iii) a+a’b=a+b
(iv) ab+bc=(a+c)b
(v) (a∙0) + (a+1)=a
(vi) a(b+c)=ab+ac
(vii)a+(b+c)=(a+b)+c
35
Catatlah bahwa beberapa dari hukum yang terdapat di dalam tabel 2.11
tersebut sudah disebutkan di dalam definisi Aljabar Boolean. Perhatikan juga
bahwa terdapat kemiripan antara hukum-hukum Aljabar Boolean dengan
hukum-hukum aljabar pada himpunan dan hukum-hukum aljabar pada
proposisi (hal ini sudah dijelaskan sebelumnya bahwa baik aljabar himpunan
maupun aljabar proposisi keduanya juga merupakan Aljabar Boolean).
Tabel 2.11. Hukum-hukum pada Aljabar Boolean
36
∅ dengan 0 , atau F dengan 0
37
= a(a+a’) (Hukum Distributif)
= a∙1 (Hukum Komplemen)
= a (Hukum Identitas)
(2ii adalah dual dari 2i)
E. Fungsi Boolean
38
dalam hal ini Bn adalah himpunan yang beranggotakan pasangan terurut
ganda-n (ordered n-tuple) di daerah asal B.
Misalkan Ekspresi Boolean dengan n peubah adalah E (x1, x2, x3, ..., xn).
Menurut Definisi Fungsi Boolean, setiap pemberian nilai-nilai kepada peubah
x1, x2, x3, ..., xn merupakan suatu pasangan terurut ganda-n di dalam daerah
asal Bn dan nilai ekspresi tersebut adalah bayangannya di dalam daerah hasil
B. Dengan kata lain, setiap Ekspresi Boolean tidak lain merupakan Fungsi
Boolean.
Misalkan sebuah fungsi Boolean adalah f (x, y, z) = xyz + x’y + y’z .
Fungsi f memetakan nilai-nilai pasangan terurut ganda-3 (x, y, z) ke
himpunan {0, 1}. Contoh pasangan terurut ganda-3 misalnya (1, 0, 1) yang
berarti x=1, y=0, dan z=1 sehingga f (1, 0, 1) = 1 ∙ 0 ∙ 1 + 1’ ∙ 0 + 0’ ∙ 1 = 0 +
0+1=1.
Contoh:
Contoh-contoh Fungsi Boolean:
1. f(x) = x
2. f(x, y) = x’y + xy’ + y’
3. f(x, y) = x’y’
4. f(x, y) = (x+y)’
5. f(x, y, z) = xyz’
39
Selain secara aljabar, Fungsi Boolean juga dapat dinyatakan dengan
tabel kebenaran dan dengan rangkaian logika. Tabel kebenaran berisi nilai-
nilai fungsi untuk semua kombinasi nilai-nilai peubahnya. Jika Fungsi
Boolean dinyatakan dengan tabel kebenaran, maka untuk Fungsi Boolean
dengan n buah peubah, kombinasi dari nilai peubah-peubahnya adalah
sebanyak 2n. Ini berarti terdapat 2n baris yang berbeda di dalam tabel
kebenaran tersebut. Misalkan n=3, maka akan terdapat 23=8 baris pada tabel.
Cara yang praktis membuat semua kombinasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk peubah pertama, isi 4 baris pertama pada kolom pertama dengan
sebuah 0 dan 4 baris selanjutnya dengan sebuah 1 berturut-turut.
2. Untuk peubah kedua, isi 2 baris pertama pada kolom kedua dengan 0 dan
2 baris berikutnya dengan 1, 2 baris berikutnya dengan 0 lagi, dan 2 baris
terakhir dengan 1.
3. Untuk peubah ketiga, isi kolom ketiga secara berselang-seling dengan 0
dan 1 mulai baris pertama sampai baris terakhir.
Contoh:
Diketahui Fungsi Boolean h(x, y, z) = xyz’, nyatakan h dalam tabel kebenaran
(Tabel 2.12) berikut:
Penyelesaian:
x y z z’ h(x, y, z) = xyz’
0 0 0 1 0
0 0 1 0 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 0
1 0 0 1 0
1 0 1 0 0
1 1 0 1 1
1 1 1 0 0
40
Fungsi Boolean tidak selalu unik pada setiap representasi ekspresinya.
Artinya, dua buah fungsi yang Ekspresi Booleannya berbeda dapat
menyatakan dua buah fungsi yang sama. Dengan kata lain, dua buah fungsi
sama jika kedua Ekspresi Booleannya ekivalen. Misalkan f dan g adalah
ekspresi dari suatu Fungsi Boolean. Fungsi f dan g dikatakan sebagai fungsi
yang sama jika keduanya memiliki nilai yang sama pada tabel kebenaran
untuk setiap kombinasi peubah-peubahnya.
Sebagai contoh, fungsi f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’ dan g(x, y, z) = x’z
+ xy’ adalah dua buah Fungsi Boolean yang sama, dengan kesamaannya
adalah sebagai berikut: Tabel 2.13. kesamaan fungsi f(x, y, z) = x’y’z + x’yz
+ xy’ dan g(x, y, z) = x’z + xy’
x y z x’ y’ x’y’z x’yz xy’ x’y’z + x’yz + xy’ x’z xy’ x’z + xy’
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1
0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1
1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
41
f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’
= x’z(y’+y) + xy’ (Hukum Distributif)
= x’z∙ 1 + xy’ (Hukum Komplemen)
= x’z + xy’ (Hukum Identitas)
42
(i) (x1 + x2 + x3)’ = (x1 + y)’, yang dalam hal ini y = x2 + x3
= x1’ ∙ y’
= x1’(x2 + x3)’
= x1’ x2’ x3’
(ii) (x1 ∙ x2 ∙ x3)’ = x1’ + x2’ + x3’
Hukum De Morgan untuk n buah peubah, x1, x2, ..., xn adalah:
(i) (x1 + x2 + ... + xn)’ = x1’ x2’ ... xn’
(ii) (x1 ∙ x2 ∙ ... ∙ xn)’ = x1’ + x2’ + ... + xn’
Contoh:
Misalkan f(x, y, z) = x(y’z’+ yz), maka fungsi komplemennya adalah:
f’(x, y, z) = (x(y’z’+ yz))’
= x’+(y’z’+yz)’
= x’+(y’z’)’(yz)’
= x’+(y+z)(y’+z’)
2. Cara kedua: menggunakan prinsip dualitas.
Tentukan dual dari Ekspresi Boolean yang merepresentasikan f , lalu
komplemenkan setiap literal di dalam dual tersebut. Maka bentuk akhir
yang diperoleh menyatakan fungsi komplemen.
Contoh:
Misalkan f(x, y, z) = x(y’z’+ yz), maka dual dari Ekspresi Booleannya
adalah:
x+(y’+ z’)(y + z)
komplemenkan tiap literal dari dual di atas menjadi:
x’+(y+z)(y’+z’) = f’
Jadi, f’(x, y, z) = x’+(y+z)(y’+z’)
43
Contoh soal yang lain:
Carilah komplemen dari fungsi f(x, y, z) = x’(yz’+ y’z) dengan dua cara!
Penyelesaian:
Cara 1:
f(x, y, z) = x’(yz’+ y’z)
f’(x, y, z) = (x’(yz’+ y’z))’
= x+(yz’+y’z)’
= x+(yz’)’(y’z)’
= x+(y’+z)(y+z’)
Cara 2:
f(x, y, z) = x’(yz’+ y’z)
Dual dari Ekspresi Booleannya: x’+(y+z’)(y’+z)
Komplemenkan tiap literal dari dual: f’(x, y, z) = x+(y’+z)(y+z’)
Soal Latihan!
Untuk masing-masing Fungsi Boolean di bawah ini, carilah komplemennya
dan masing-masing selesaikan dengan dua cara!
1. o(x,y,z) = x·( y' + z )
2. p(x, y, z) = x’z + xy’
3. q(x, y, z) = xy’z’ + x’y’z’ + xy’
4. r(x, y, z) = xy + xy’z + y(x’ + z) + y’z’
5. s(w, x, y, z) = x’z + w’xy’ + wyz + w’xy
H. Bentuk Kanonik
44
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
dan
g(x, y, z) = (x+y+z) (x+y’+z) (x+y’+z’) (x’+y+z’) (x’+y’+z)
Fungsi f dan g adalah dua buah fungsi yang sama (dapat ditunjukkan
dari tabel kebenarannya). Fungsi yang pertama, fungsi f muncul dalam
bentuk penjumlahan dari hasil kali, sedangkan fungsi yang kedua, fungsi g
muncul dalam bentuk perkalian dari hasil jumlah.
45
(1) Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
contohnya adalah fungsi f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
nama lain untuk SOP adalah bentuk normal disjungtif (disjungtive
normal form).
(2) Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
contohnya adalah fungsi g(x, y, z) = (x+y+z) (x+y’+z) (x+y’+z’)
(x’+y+z’) (x’+y’+z)
nama lain untuk POS adalah bentuk normal konjungtif
(konjungtive normal form).
Tabel 2.14
Minterm Maxterm
x y
Suku Lambang Suku Lambang
0 0 x’y’ m0 x+y M0
0 1 x’y m1 x+y’ M1
1 0 x y’ m2 x’+y M2
1 1 xy m3 x’+y’ M3
Tabel 2.15
Minterm Maxterm
x y z
Suku Lambang Suku Lambang
0 0 0 x’y’z’ m0 x+y+z M0
0 0 1 x’y’z m1 x+y+z’ M1
46
0 1 0 x’y z’ m2 x+y’+z M2
0 1 1 x’y z m3 x+y’+z’ M3
1 0 0 x y’z’ m4 x’+y+z M4
1 0 1 x y’z m5 x’+y+z’ M5
1 1 0 x y z’ m6 x’+y’+z M6
1 1 1 xyz m7 x’+y’+z’ M7
Contoh:
1. Perhatikan Tabel 2.16 di bawah ini!
x y z f(x, y, z)
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 0
47
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1
Berdasarkan Tabel 2.16 di atas, nyatakan fungsi tersebut dalam
bentuk kanonik SOP dan POS!
Penyelesaian:
(a) SOP
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama
dengan 1 adalah 001, 100, dan 111. Maka Fungsi Booleannya dalam
bentuk kanonik SOP adalah:
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
atau dengan menggunakan lambang minterm,
f(x, y, z) = m1+m4+m7 = ∑ (1, 4, 7)
(b) POS
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama
dengan 0 adalah 000, 010, 011, 101, dan 110. Maka Fungsi
Booleannya dalam bentuk kanonik POS adalah:
f(x, y, z) = (x+y+z) (x+y’+z) (x+y’+z’) (x’+y+z’) (x’+y’+z)
atau dengan menggunakan lambang maxterm,
f(x, y, z) = M0 M2 M3 M5 M6 = ∏ (0, 2, 3, 5, 6)
48
3. Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = xy + x’z dalam bentuk kanonik POS!
Penyelesaian:
f(x, y, z) = xy + x’z
f(x, y, z) = (xy + x’) (xy + z)
f(x, y, z) = (x+ x’) (y+ x’) (x + z) (y + z)
f(x, y, z) = (y+ x’) (x + z) (y + z)
Lengkapi literal untuk setiap suku agar jumlahnya sama:
y + x’ = x’+ y + zz’ = (x’ + y + z) (x’ + y + z’)
x + z = x + z + yy’ = (x + y + z) (x + y’ + z)
y + z = y + z + xx’ = (x + y + z) (x’ + y + z)
Jadi,
f(x, y, z) = (x + y + z) (x + y’ + z) (x’ + y + z) (x’ + y + z’)
f(x, y, z) = M0 M2 M4 M5
f(x, y, z) = ∏ (0, 2, 4, 5)
4. Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x + y’z dalam bentuk kanonik
SOP dan POS!
Penyelesaian:
(a) SOP
Kita harus melengkapi terlebih dahulu literal untuk setiap suku agar
jumlahnya sama.
x = x (y + y’)
x = xy + xy’
x = xy (z + z’) + xy’ (z + z’)
x = xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’
y’z = y’z (x + x’)
y’z = xy’z + x’y’z
Jadi,
f(x, y, z) = x + y’z
f(x, y, z) = xyz + xyz’+ xy’z + xy’z’ + xy’z + x’y’z
f(x, y, z) = xy’z + x’y’z + xy’z’ + xy’z + xyz’ + xyz
f(x, y, z) = m1 + m4+ m5 + m6 + m7
f(x, y, z) =∑ (1, 4, 5, 6, 7)
(b) POS
f(x, y, z) = x + y’z
f(x, y, z) = (x + y’) (x + z)
49
Kita harus melengkapi terlebih dahulu literal pada setiap suku agar
jumlahnya sama.
x + y’ = x + y’ + zz’
x + y’ = (x + y’ + z) (x + y’ + z’)
x + z = x + z + yy’
x + z = (x + y + z) (x + y’ + z)
Jadi,
f(x, y, z) = x + y’z
f(x, y, z) = (x + y’ + z) (x + y’ + z’) (x + y + z) (x + y’ + z)
f(x, y, z) = (x + y + z) (x + y’ + z) (x + y’ + z’)
f(x, y, z) = M0 M2 M3
f(x, y, z) = ∏ (0, 2, 3)
Soal Latihan!
Untuk masing-masing fungsi Boolean di bawah ini, nyatakanlah ke dalam
bentuk kanonik SOP dan POS!
f (x , y , z)= y '
g( x , y , z)=xz '
h(x , y , z )=x ·( y '+ z )
i( x , y , z)=xy ' + x ' z
j( x , y , z )=x ' yz ' + xy
k ( x , y , z )= y + x ' y+ xy ' z '
'
l ( x , y , z )= ( x + y ' ) + y ' z
' '
m ( x , y , z )=( ( xy )' z ) ( ( x' + z ) ( y '+ z ') )
50
f ’(x, y, z) = ∑ (0, 2, 3)
f ’(x, y, z) = m0 + m2 + m3
dengan menggunakan hokum De Morgan, kita dapat memperoleh fungsi f
dalam bentuk kanonik POS yakni sebagai berikut:
f ’(x, y, z) = (f ‘(x, y, z))’
f ’(x, y, z) = (m0 + m2 + m3)’
f ’(x, y, z) = m0’ m2’ m3’
f ’(x, y, z) = (x’y’z’)’ (x’y z’)’ (x’y z)’
f ’(x, y, z) = (x + y + z) (x + y’ + z) (x + y’ + z’)
f ’(x, y, z) = M0 M2 M3
f ’(x, y, z) = ∏ (0, 2, 3)
Contoh lain misalkan f(x, y, z) = ∏ (0, 2, 4, 5) adalah bentuk kanonik
POS, kita akan memperoleh fungsi f dalam bentuk kanonik SOP yakni
sebagai berikut:
f (x, y, z) = ∏ (0, 2, 4, 5)
f ’(x, y, z) = ∏ (1, 3, 6, 7)
f ’(x, y, z) = (f ‘(x, y, z))’
f ’(x, y, z) = (M1 M3 M6 M7)’
f ’(x, y, z) = M1’ + M3’ + M6’ + M7’
f ’(x, y, z) = (x+y+z’)’ + (x+y’+z’)’ + (x’+y’+z)’ + (x’+y’+z’)’
f ’(x, y, z) = x’y’z + x’y z + x’+y’+z + x y z
f ’(x, y, z) = m1 + m3 + m6 + m7
f ’(x, y, z) = ∑ (1, 3, 6, 7)
Soal Latihan!
1. Nyatakan f(x, y, z) =∑ (0, 1, 3, 4, 5, 7) ke dalam bentuk kanonik POS!
2. Nyatakan f(x, y, z) =∑ (1, 2, 3, 6) ke dalam bentuk kanonik POS!
3. Nyatakan f(x, y, z) =∑ (0, 2, 5) ke dalam bentuk kanonik POS!
4. Nyatakan f(x, y, z) =∏ (3) ke dalam bentuk kanonik SOP!
51
5. Nyatakan f(x, y, z) =∏ (1, 4) ke dalam bentuk kanonik SOP!
6. Nyatakan f(w, x, y, z) = ∑ (1, 2, 5, 10, 15) ke dalam bentuk kanonik POS!
7. Nyatakan f(w, x, y, z) = ∏ (0, 1, 2, 6, 8, 9, 12) ke dalam bentuk kanonik SOP!
J. Bentuk Baku
Bentuknya menuju bentuk SOP atau menuju bentuk POS, tidak harus
mengandung literal yang lengkap.
Contohnya,
f(x, y, z) = y’ + xy + x’yz => (bentuk baku SOP)
f(x, y, z) = x · (y’+ z) · (x’+ y + z’) => (bentuk baku POS)
K. Aplikasi Aljabar Boolean
1. Jaringan Pensaklaran (Switching
Network)
Saklar: objek yang mempunyai dua buah
keadaan: buka dan tutup.
1. a x b
Output b hanya ada jika dan hanya
jika x dibuka x
2. a x y b
Output b hanya ada jika dan hanya
Contohdan
jika x xy
y dibuka pensaklaran
rangkaian pada
rangkaian
3. a
listrik:
x
c
1. Saklar
b dalam
y hubungan SERI:
logika AND
Output c hanya ada jika dan hanya jika
Lampu
x atau y dibuka x + y
A B
Sumber tegangan
52
Sumber Tegangan
2. Rangkaian Logika
x x
xy x+y x x'
y y
54
+
6. Gerbang Exlusif Operasi +
Gerbang
OR
x / EXOR
x +y EXOR
y
E ≡ xy’+x’y ≡ x
y
55
L. Penyederhanaan Fungsi Boolean
Contoh. f(x, y) = x’y + xy’ + y’
disederhanakan menjadi
f(x, y) = x’ + y’
m2 m3 1 xy’ xy
b. Peta Karnaugh
Contoh. dengan
Diberikan tabelTiga Peubah gambarkan Peta
kebenaran,
Karnaugh. yz
00 01 11 10
x y z f(x, y, z)
m0 m01 m03 m
02 x 0
0 x’y’z’ x’y’z x’yz x’yz’
0 0 1 0
m4 m05 m17 0
m 6
1 1 xy’z’ xy’z xyz xyz’
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 1
yz
00 01 11 10
x 0 0 0 0 1
1 0 0 1 157
c. Peta Karnaugh dengan Empat Peubah
yz
00 01 11 10
m0 m1 m3 m2 wx 00 w’x’y’z’ w’x’y’z w’x’yz w’x’yz’
yz
00 01 11 10
wx 00 0 1 0 1
01 0 0 1 1
11 0 0 0 1
58
10 0 0 0 0
Teknik Minimisasi Fungsi Boolean dengan Peta Karnaugh
01 0 0 0 0
11 0 0 1 1
10 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 0 0 0 0
59
Bukti secara aljabar:
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 0 0 0 0
Contoh lain:
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 0 0
10 1 1 0 0
60
Bukti secara aljabar:
f(w, x, y, z) = wy’ + wy
= w(y’ + y)
=w
yz
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
(b) x
y
x
y
z 61
(c)
Berdasarkan gambar rangkaian logika (a), (b), dan (c) di atas, masing-
masing tentukan:
i) Fungsi Boolean f(x,y,z) yang merepresentasikan rangkaian tersebut.
ii) Bentuk kanonik SOP dan POS berdasarkan fungsi Boolean yang sudah
Anda tentukan di poin i).
iii)Peta Karnaugh berdasarkan fungsi Boolean yang sudah Anda tentukan
di poin i).
62
h. E = ( xy z ' ) + ( y z ' ) ' +( xyz ' )
'
i. E = ( y . z ' ) + ( x + y ' + z ) + y . ( x ' + z )
'
j. E = ( ( x + y ) . z ) .( y+ z)
Kemudian tentukanlah output dari masing-masing Ekspresi Boolean
tersebut di atas jika inputnya:
x=¿ 00110101 y=¿01010110 z=¿01101100
63