Anda di halaman 1dari 9

1

TEMA 6. ALJABAR BOOLE

TINJAUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

1. Mahasiswa memahami defenisi Aljabar Boole


2. Memahami prinsip Dualitas
3. Memahami Aljabar Boole sebagai Lattice
4. Memahami bentuk normal Disjuctive
5. Memahami Prime Implikan dan Metode Koviserses
6. Memahami pernyataan Boole minimal

TINJAUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

1. Mahasiswa dapat memahami kaidah-kaidah Aljabar Boole


2. Menggunakan Teorema-teorema Boolean untuk memahami prinsip dualitas
3. Lattice dan hubungannya dengan hokum Assossiatif dan Kumulatif dan absorsi dalam Aljabar Boole
4. Menggunakan Metode Konsensus untuk menentukan prime implikasi
5. Menggunakan hokum de-morgan dan hokum distributive dalam Aljabar Boole untuk membentuk dnf
6. Menyatakan setiap prime implikasi dalam full dnf dan menghilangkan prime inplikasi yang jumlahnya
munc

Bab VI
ALJABAR BOOLEAN

6.1 Definisi dasar

Set (himpunan) dan proposisi mempunyai sifat-sifat yang sama, yaitu memenuhi
hukum-hukum yang identik. Hukum-hukum tersebut digunakan untuk mendefinisikan
suatu struktur matematika, abtrak yang disebut aljabar boolean, yaitu suatu aljabar yang
ditulis oleh ahli matematika Geoge Boole (1813 - 1864).
Misalkan B suatu set tak kosong, dengan dua dasar operasi + dan *, operasi masing-
masing, dan dua elemen yang berbeda yaitu 0 dan 1. Maka B disebut aljabar Boolean
jika aksioma-aksioma berikut dipenuhi, misalkan a, b, c sembarang elemen anggota set
B, maka :
( 1a ) a+b = b+a , Hukum Komutatip
( 1b ) a*b = b*a
( 2a ) a+(b*c) = (a+b)*(a+c) , Hukum Distributip
2

( 2b ) a*(b+c) = (a*b)+(a*c)
( 3a ) a + 0 = a , Hukum Identitas
( 3b ) a * 1 = a
( 4a ) a + a1 = 1 , Hukum Komplemen
( 4b ) a + a1 = 0

Kadang-kadang aljabar Boolean dinyatakan sebagai ( B, +, *, 1, 0, 1 ), jika diinginkan


penekanan pada keenam bagian dari aljabar Boolean tersebut. Elemen 0 disebut elemen
nol dan 1 disebut elemen satuan dan ac disebut komplemen dari a.
Biasanya simbol * dihilangkan, sehingga penulisan a + ( b * c ) ditulis sebagai a + ( bc
) = ( a + b ) ( a + c ), demikian juga a * ( b + c ) ditulis a ( b + c ) = (ab) + (bc).
1
Operasi-operasi +, * dan masing-masing disebut operasi jumlah, kali dan
komplemen. Di sini digunakan suatu perjanjian yang berlaku umum bahwa, jika tanpa
1
tanda kurung buka dan tutup, maka lebih dulu dari * dan * lebih dulu dari +.
Sebagai contoh a + b * c artinya a + ( b * c ) dan bukan ( a + b ) *, demikian juga a *
b1 berarti a * ( b1 ) dan bukan ( a * b )1. Tentu saja jika a + b * c ditulis sebagai a +
bc, maka arti operasinya sudah jelas.
Contoh 6-1 :
( a ) Misalkan B set dengan dua elemen ( 0, 1 ) dengan operasi biner + dan * dan
didefinisikan bahwa

+ 1 0 * 1 0
1 1 1 1 1 0
0 1 0 0 0 0

dan Operasi binary 1 didefinisikan sebagai


01 = 1 dan 11 = 0. Maka B memenuhi aljabar Boolean

( b ) Misalkan C suatu himpunan dari set yang tutup di bawah operasi union,
3

intersection (irisan) dan komplemen. Maka C adalah aljabar Boolean, dengan set
kosong ∅ sebagai elemen nolnya dan set universal U sebagai elemen satuannya.
( c ) Misalkan D70 =  1, 2, 5, 7, 10, 14, 35, 70  yaitu elemen-elemen pembagi 70.
1
Definisikan +, * dan pada D70 sebagai :
a + b = Lcm ( a, b ) dan a * b = gcd ( a, b )
a1 = 70 / a
Maka D70 adalah suatu aljabar Boolean dengan 1 Sebagai elemen nol dan 70
sebagai elemen satuan

Misalkan C suatu subset tidak kosong dari suatu aljabar Boolean B. C


dikatakan suatu sub aljabar Boolean (yang memenuhi sifat operasi dari B).
Perhatikanlah bahwa C adalah suatu sub aljabar dari B jika dan hanya jika C tertutup di
bawah tiga operasi dari B yaitu +, * dan 1. Sebagai contoh 1, 2, 35, 70  adalah sub
aljabar dari D70 seperti pada contoh 6-1.c di atas.
Dua aljabar Boolean B dan B1 disebut isomorphik jika ada korespondensi satu-satu :
ƒ : B → B1 yang memenuhi tiga operasi berikut :
ƒ ( a + b ) = ƒ ( a ) + ƒ ( b ), ƒ ( a + b ) = ƒ ( a ) * ƒ ( b )
ƒ ( a1 ) = ƒ ( a )1
untuk sembarang elemen a, b ∈ B.

6.2 Duality
Dual dari sembarang statemen dalam suatu aljabar Boolean B adalah suatu
statemen yang didapat dengan mempertukarkan operasi + dan * dan juga elemen
identitas 0 dan 1 pada statemen asalnya. Sebagai contoh, dual dari :
( 1 + a ) * ( b + 0 ) = b dualnya
(0*a)+(b*1) = b
4

Perhatikan aksioma-aksioma simetri dalam aljabar Boolean B, yaitu dual dari set
aksioma-aksioma pada B adalah sama dengan set aksioma-aksioma asalnya.

Teorema 6-1 (Prinsip duality) ; Dual dari suatu teorema dalam suaatu aljabar Boolean
adalah juga suatu teorema.
Dengan kata lain, jika suatu statmen adalah suatu konsekuensi dari suatu aksioma dari
aljabar Boolean, maka dualnya juga suatu konsekuensi dari aksioma tersebut karena
statmen dual dapat dibuktikan dengan menggunakan dual dari tiap langkah pembuktian
dari statmen awal.
Tugas 6-2 : Tuliskan dual dari masing-masing persamaan Boole berikut :
a. a (a’ + b) = ab c. (a + b) (b + c) = ac + b
b. (a + 1) (a + 0) = a d. a + a’b = a + b

6.3. Teorema Dasar.


Dengan menggunakan aksioma (1a) sampai aksioma (4b) teorema berikut dapat
dibuktikan :
Teorema 6-2: Misalkan a, b, c sembarang elemen dalam suatu aljabar Boolean.
(i) Hukum idempoten
( 5a ) a + a = a ( 5b ) a * a = a
( ii ) Hukum keterbatasan
( 6a ) a + 1 = 1 ( 6b ) a * 0 = 0
( iii ) Huku absorbsi
( 7a ) a + ( a * b ) = a ( 7b ) a * ( a + b ) = a
( iv ) Hukum assosiatip
( 8a ) ( a + b ) + c = a + ( b + c )
( 8b ) ( a * b ) * b = a * ( b * c )

Teorema 6-3: Misalkan a suatu elemen dalam suatu aljabar Boolean :


(i) Komplemen adalah tunggal (unique)
Jika a + x = 1 dan a * x = 0, maka x = a
( ii ) Hukum involusi : ( a1 )1 = a
5

( iii ) O1 = 1 dan 11 = 0

Tugas 6.3 : Buktikan teorema, misalnya : a sembarang eleman dalam aljabar Boole B

(i) (kenaikan dari komplemen) jika a + x = 1 dan a * x = 0, maka x = a’


(ii) Hukum Involution (a’)’ = a

6.4 Disjunctive Normal Form ( DNF ) suatu Set.


Misalkan tiga set A, B dan C yang digambarkan dengan Ven-Diagram seperti pada
gambar 6-1 berikut :
µ) A B
6
5 2
1 4 Gambar 6-1 Ven diagram
3 3 Set A, B dan C
8
7
C

Ketiga Himpunan A, B dan C tersebut membagi himpunan universal atas 8 bagian


(partisi), yang dapat direpresentasikan sebagai :
(1) A∩B∩C (4) Ac ∩ B ∩ C (7) Ac ∩ Bc ∩ C
(2) A ∩ B ∩ Cc (5) A ∩ Bc ∩ Cc (8) Ac ∩ Bc ∩ Cc
(3) A ∩ Bc ∩ C (6) Ac ∩ B ∩ Cc
Masing-masing ke delapan set tersebut di atas ada dalam bentuk A *∩B *∩C*,
dimana A* menyatakan A atau A; B* menyatakan B atau B dan C* menyatakan C
atau C.
Sembarang set tak kosong yang mengandung A, B dan C sebagai contoh :
[( A ∩ B ) ∪ ( A ∩ C ) ] ∩ [( B ∪ C ) ∩ ( A ∪ C )]
akan menyatakan suatu daerah pada gambar di atas dan dengan demikian pasti sama
dengan union (gabungan) dari satu atau lebih dari kedelapan set di atas (gambar 6-1).
Penggambaran unique ini adalah sama dengan full disjunctive normal form dari aljabar
Boolean yang akan dibicarakan berikut :
6

6.5 Disjunctive Normal (DNF)

1. Fundamental product (perkalian dasar) adalah perkalian dua atau lebih variabel-
variabel (elemen-elemen) himpunan Boolean yang tidak mempunyai atau memiliki
(memuat) variabel yang sama atau komplemennya. Yang dimaksud dengan perkalian
adalah dengan perkalian : * atau ^, sebagai contoh :
 xyz1, x1y1z, y1z1 fundamental product.
 xyx1, yy1z, yzz1, bukan fundamental product.
2. Ekspresi Boolean ( E ) adalah satu atau jumlah dari dua atau lebih fundamental
product. Yang dimaksud dengan jumlah adalah operasi + atau V, sebagai contoh ;
E1 = xy + x1yz + x1y1z
E2 = xyz + x1y1z1 + x1yz

Ekspresi Boolean E dikatakan dalam bentuk dnf (disjuntive normal form), jika E
adalah satu atau lebih fundamental product, dimana tidak ada suku yang satu didalam
(termasuk) suku yang lain sebagai contoh :
E1 = xz1 + x1yz1 + xy1z , bentuk dnf
E2 = x z + x y1 z , bukan bentuk dnf
Teori : jika fundamental product P1 termasuk didalam fndamental product P2, maka
P1 + P2 = P1 sebagai contoh :
x z1 + xyz1 = xz1 ( 1 + y ) = xz1
Suatu ekspresi Boolean disebut dalam full-dnf, jika ekspresi tersebut dalam dnf dan
tiap suku dalam bentuk fundamental product dan mengandung semua variabel yang
ada pada himpunan Boolean, sebagai contoh :
1) Jika ekspresi Boolean E ( x, y ), maka
E1 = xy + x1 y, dalam full dnf
E2 = x + x y1 + y, bukan full dnf
2) Jika ekspresi boolean E ( x1 y, z ), maka
E1 = xyz1 + x1 y z + x1 y1 z1 , dalam full dnf
E2 = x y z1 + x y1 + x1 y1 z1, bukan full dnf
7

Tugas 6.5 : Nyatakan pernyataan Boole E (x,y,z) dalam dnf dan full dnf :

a. E1 = x ( y’z’)’
b. E2 = z (x’ + y’) + y’
c. E3 = (x’ + y’)’ + x’y
d. E4 = x (xy’ + x’y + y’z)
e. E5 = (x’y)’ (x’ + xyz’)

6.6. Konsensus dari Dua Fundamental Product.


Jika fundamental product P1 dan P2 mempunyai hanya satu elemen persekutuan
yang saling komplemen, sedangkan elemen lainnya tidak, maka P 1 dan P2 mempunyai
konsensus Q, yaitu perkalian dari P1 dengan P2 (tanpa pengulangan) dengan
menghilangkan elemennya yang saling komplemen, sebagai contoh misalkan P1 = xy1zp
dan P2 = xyt, dalam hal ini elemen persekutuan yang saling komplemen yaitu y1 dan
y, maka konsensus dari P1 dan P2 yaitu Q = xzpt.
Sedangkan jika P1 = xy1z dan P2 = x1yzp tidak mempunyai konsesus, karena ada dua
elemen persekutuannya yang saling komplemen, yaitu x dan x1 serta y1 dan y.

Teori : Jika Q konsensus dari P1 dan P2, maka


P1 + P2 + Q = P1 + P2.
Sebagai contoh, misalkan P1 = xy1 dan P2 = xyz, maka konsensusnya Q= xz.
sehingga

P1 + P2 + Q = xy1 + xyz + xz
= xy1 + xyz, karena xz ada dalam xyz.
Jadi P1 + P2 + Q = P1 + P2
6. Prime implicant dan Ekpresi Boolean minimal
suatu fundamental product P disebut prime complicant dari suatu ekspresi Boolean
E, jika P + E = E dan tidak ada fundamental product lain yang termasuk dalam P
yang mempunyai sifat yang sama seperti P. sebagai contoh; xz1 adalah prime
implicant dari : E = xy1 + xyz1 + x1yz1
8

Karena : E = xy1 + xy1 +x 1 yz1


= xz1 + xy1 + xyz1 + x1yz1, sebab xz1
konsensus xy1 dan xyz
E = xz1 + E
Suatu ekspresi Boolean disebut dalam bentuk minimal, jika semua fundamental
productnya sudah dalam bentuk minimal ..... yaitu jumlah dari prime implicant.
Sebagai contoh; misalkan E1 = xy + x1y1z, dalam bentuk minimal dnf.
Sedangkan E2 = xy + xy1z, + x1y1z, belum dalam bentuk minimal dnf, karena suku
yang satu mempunyai konsensus dengan yang lain.

Tugas 6.6 :

1. Gunakan metode consensus untuk mencari prime implikan dari :

a. E1 = xy’z’ + x’y + x’y’z’ + x’y


b. E2 = xy’ + x’z’t + xyzt’ + x’y’zt’
c. E3 = xyzt + xyz’t’ + xz’t’ + x’y’z’ + x’yz’t

2. Cari minimal dnf untuk setiap pernyataan berikut :

a. E1 = xy + x’y + x’y’
b. E2 = x + x’yz + xy’z’
c. E3 = y’z + y’z’t’ + z’t
d. E4 = y’zt + xzt’ + xy’z’

KESIMPULAN
Kaidah-kaidah aljabar Boole dapat menyelesaikan masalah dualitas, bentuk normal disjunctive,
prime implikasi dan metode consensus

DAFTAR PUSTAKA
1. Lipschutz, Seymour, Discrite Mathematics Schaum’s Outline Series, Mc Graw Hill Book, 1976
2. Liu C.L, Element of Descrete Mathematics, Mc. Graw Hill Book, 1976
9

Anda mungkin juga menyukai