Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aljabar Boolean merupakan aljabar yang berhubungan dengan
variabel-variabel biner dan operasi-operasi logik. Variabel-variabel
diperlihatkan dengan huruf-huruf alfabet, dan tiga operasi dasar dengan
AND, OR dan NOT (komplemen).
Fungsi Boolean terdiri dari variabel-variabel biner yang
menunjukkan fungsi, suatu tanda sama dengan, dan suatu ekspresi aljabar
yang dibentuk dengan menggunakan variabel-variabel biner, konstanta-
konstanta 0 dan 1, simbol-simbol operasi logik, dan tanda kurung. Suatu
fungsi Boolean bisa dinyatakan dalam tabel kebenaran. Suatu tabel
kebenaran untuk fungsi Boolean merupakan daftar semua kombinasi
angka-angka biner 0 dan 1 yang diberikan ke variabel-variabel biner dan
daftar yang memperlihatkan nilai fungsi untuk masing-masing kombinasi
biner.
Aljabar Boolean mempunyai 2 fungsi berbeda yang saling
berhubungan. Dalam arti luas, Aljabar Boolean berarti suatu jenis simbol-
simbol yang ditemukan oleh George Boole untuk memanipulasi nilai-nilai
kebenaran logika secara aljabar. Dalam hal ini Aljabar Boolean cocok
untuk diaplikasikan dalam komputer. Oleh karena itulah penulis berharap
pembaca dapat mengetahui fungsi dan menambah wawasan tentang
Aljabar Boolean.
B. Rumusan Masalah
Adapun didapatkan beberapa rumusan masalah mengenai Aljabar
Boolean antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Aljabar Boolean?
2. Apa yang dimaksud dengan Aljabar Boolean Dua Nilai?
3. Apa yang dimaksud dengan Ekspresi Boolean?
4. Apa yang dimaksud dengan Prinsip Dualitas?
5. Apa yang dimaksud dengan Hukum- Hukum Aljabar Boolean?

1
6. Apa yang dimaksud dengan Fungsi Boolean?
7. Apa yang dimaksud dengan Penjumlahan dan Perkalian Dua Fungsi?
8. Apa yang dimaksud dengan Komplemen fungsi Boolean?
9. Apa yang dimaksud dengan Bentuk Kanonik?
10. Apa yang dimaksud dengan Konversi Antar Bentuk Kanonik?
11. Apa yang dimaksud dengan Bentuk Baku?
12. Apa yang dimaksud dengan Aplikasi Aljabar Boolean?
13. Apa yang dimaksud dengan Penyederhanaan Fungsi Boolean?
14. Apa yang dimaksud dengan Penyederhanaan Rangkaian Logika?
15. Apa yang dimaksud dengan Metode Quine-McCluskey?

C. Tujuan
Adapun didapatkan beberapa mengenai Aljabar Boolean antara
lain:
1. Untuk mengetahui definisi Aljabar Boolean.
2. Untuk mengetahui konsep dari Aljabar Boolean Dua Nilai.
3. Untuk memahami maksud Ekspresi Boolean.
4. Untuk mengetahui Prinsip Dualitas.
5. Untuk mengetahui Hukum- Hukum Aljabar Boolean.
6. Untuk mengetahui Fungsi Boolean.
7. Untuk mengetahui penjumlahanan dan Perkalian Dua Fungsi.
8. Untuk mengetahui komplemen fungsi Boolean.
9. Untuk mengetahui Bentuk Kanonik.
10. Untuk mengetahui Konversi Antar Bentuk Kanonik
11. Untuk mengetahui Bentuk Baku.
12. Untuk mengetahui Aplikasi Aljabar Boolean.
13. Untuk mengetahui Penyederhanaan Fungsi Boolean.
14. Untuk mengetahui penyederhanaan logika.
15. Untuk mengetahui Metode Quine-McCluskey.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Aljabar Boolean
Aljabar boole pertama kali dikemukakan oleh seseorang
matematikawan inggris, Geogre Boole pada tahun 1854.1 Aljabar Boolean
adalah cabang ilmu matematika yang diperlukan untuk mempelajari desain
logika dari suatu sistem digital yang merupakan operasi aritmatik pada
bilangan Boolean (bilangan yang hanya mengenal 2 keadaan yaitu
False/True, Yes/No, 1/0) atau bisa disebut bilangan biner. Pada tahun
1938 Clamde Shanmon memperlihatkan penggunaan Aljabar Boole
untuk merancang rangkaian sirkuit yang menerima masukan 0 dan 1 dan
menghasilkan keluaran juga 0 dan 1 Aljabar Boole telah menjadi dasar
teknologi komputer digital.2
Secara umum Aljabar Boolean didefinisikan sebagai suatu
himpunan dengan operasi +, ., ‘, serta elemen 0 dan 1, yang ditulis sebagai
<B,’,+,.,0,1>.3
Misalkan 0 dan 1 adalah dua elemen yang berbeda dari B.Maka,
tupel <B,+,.,’,0, 1>disebut Aljabar Boolean jika untuk setiap a,b,c, OB
berlaku aksioma (sering disebut juga postulat Huntington ) berlaku4:
1. Identitas :
a. a + 0 = a
b. a . 1 = a
2. Komutatif :
a. a + b = b + a
b. a . b = b . a

1
Rinaldi Munir, Matematika Diskrit, (Bandung: Informatika Bandung, 2014), h. 281.
2
https://hartikadwipratiwi.files.wordpress.com diakses pada hari Jum’at tanggal 6
November 2015 pukul 20.57 Wita.
3
Danny Manongga & Yessica Nataliana, Matematika Diskrit, (Jakarta: Pranada Media
Group), h. 87.
4
Rinaldi Munir, Matematika Diskrit, (Bandung: Informatika Bandung, 2014), h. 285.

3
3. Distributif :
a. a . (b+c) = (a . b)+(a . c)
b. a+(b . c) = (a+b).(a+c)
4. Komplemen untuk setiap a OB terdapat elemen unik a’ OB sehingga
a. a+a’ = 1
b. a . a’ = 0
5. Closure
a. a+b ∈ B
b. a . b ∈ B

Elemen 0 dan 1 adalah dua elemen unik yang ada di dalam B. 0


disebut elemen terkecil dan 1 disebut elemen terbesar. Kedua elemen unik
dapat berbeda-beda pada Aljabar Boolean (misal ∅ dan U pada himpunan,
F dan T pada proposisi). Namun secara umum tetap menggunakan 0 dan 1
sebagai dua buah elemen unik yang berbeda. Elemen 0 disebut elemen
zero, sedangkan elemen 1 disebut elemen unit. Operator + disebut operator
penjumlahan, ⋅ disebut operator perkalian, dan ‘ disebut operator
komplemen.5
Adapun perbedaan antara Aljabar Boolean dengan aljabar biasa
untuk aritatika bilangan rill.6
1. Hukum distributif yang pertama, a.(b+c)= (a.b)+(a.c)sudah dikenal di
dalam aljabar biasa, tetapi hukum distributi kedua, a+(b.c) = (a+b).
(a+c) benar untuk Aljabar Boolean, tetapi tidak benar untuk aljabar
biasa.
2. Aljabar Boolean tidak memiliki kebalikan perkalian dan kebalikan
penjumlahan, karena itu tidak ada oprasi pembagian dan pengurangan
didalam aljabar bolean.

5
https://farida_a.staff.gunadarma.ac.id diakses pada hari Jum’at tanggal 6 November
2015 pukul 19.36 Wita.
6
https://hartikadwipratiwi.files.wordpress.com diakses pada hari Jum’at tanggal 6
November 2015 pukul 20.57 Wita.

4
3. Aksioma nomor 4 yang telah dituliskan di atas mendefinisikan
operator yang dinamakan komplemen yang tidak tersedia dalam
aljabar biasa.
Aljabar biasa memperlakukan himpunan bilangan rill dengan
elemen yang tidak berhingga banyaknya. Sedangkan Aljabar Boolean
memperlakukan himpunan elemen B yang sampai sekarang belum
didefinisikan, tetapi pada Aljabar Boolean 2 nilai, B di definisikan sebagai
himpunan degan hanya dua nilai, 0 dan 1.hal lain yang penting adalah
membedakan elemen himpunan dan peubah (variabel) pada sistem aljabar.
Sebagai contoh, pada aljabar biasa, elemen himpunan bilangan rill adalah
angka, sedangkan peubahnya seperti a, b, c, dan sebagainya.
Dengan cara yang sama pada Aljabar Boolean, orang
mendefinisikan elemen-elemen himpunan dan peubah seperti x,y,z sebagai
simbol-simbol yang merepresentasikan elemen. Berhubung elemen-elemen
B tidak di definisikan nilainya (kita bebas menentukan anggota-anggota
B),maka untuk mempunyai sebuah Aljabar Boolean, orang harus
memperlihatkan :
1. Elemen-elemen himpunan B,
2. Kaidah /aturan operasi untuk dua operator biner dan operator uner,
3. Himpunan B, bersama-sama dengan dua operator tersebut,memenuhi
keempat aksioma diatas. Jika ketiga persaratan diatas dapat dipenuhi
maka aljabar yang didefinisikan bisa dikatakan Aljabar Boolean.

Contoh:
Misalkan B = { 1 , 2, 5 , 7 ,10 , 14 , 35 , 70 } adalah pembagi dari 70. Tunjukkan
cara membentuk B menjadi sebuah Aljabar Boolean
Penyelesaian:
Elemen-elemen himpunan B sudah didefinisikan. Sekarang kita tentukan
kaidah operasi untuk operator +, ⋅, dan ‘. Misalkan kita definisikan
a + b = KPK(a,b) = Kelipatan Persekutuan Terkecil
a ⋅ b = PBB(a,b) = Pembagi Bersama Terbesar

5
70
a’ =
a
Akan ditunjukan B bersama-sama dengan operator biner dan operator uner
memenuhi ke lima aksioma yang didefinisikan
1) Identitas 1 adalah elemen identitas untuk operasi penjumlahan (1
sebagai elemen zero) dan 70 adalah elemen untuk operasi
perkalian(70 sebagai elemen unit) karena:
(i) a + 1 = KPK(a,1) = a
(ii) a ⋅ 70 = PBB(a,70) = a
2) Komutatif berlaku karena:
(i) a + b = b + a = KPK(a,b)
(ii) a ⋅ b = b . a = PBB(a,b)
3) Distibutif:
(i) 10 ⋅ (5+7) = PBB(10, KPK(5,7)) = PBB(10,35) = 5
(10 ⋅ 5) + (10 ⋅7) = KPK(PBB(10,5),PBB(10,7)) = KPK(5,1)= 5
(ii) 10 + (5 ⋅ 7) = KPK(10, PBB(5,7))= KPK(10,1) = 10
(10 +5) ⋅ (10 + 7) = PBB(KPK(10,5), KPK(10,7)) = PBB(10,70) =
10
4) Komplemen berlaku karena
(i) a + a’ = KPK(a, 70/a)= 70
(ii) a ⋅ a’ = PBB(a,70/a) = 1
Oleh karena semua aksioma dipenuhi maka B = {1, 2, 5, 7, 10,
14, 35, 70} adalah Aljabar Boolean.

B. Aljabar Boolean Dua-Nilai


Mengingat B tidak ditentukan anggota-anggotanya, maka kita
dapat membentuk sejumlah tidak berhingga Aljabar Boolean. Pada Aljabar
Boolean berhingga banyaknya anggota B terbatas, tetapi paling sedikit
beranggotakan dua buah elemen yang berbeda.
Aljabar Boolean memiliki terapan yang luas adalah aljabar dua-
nilai. Aljabar Boolean dua-nilai di definisikan pada sebuah himpunan B
dengan dua buah elemen 0 dan 1 (sering dinamakan bit, singkatan dari

6
binary digit), yaitu B = {0, 1}, operasi biner, + dan ⋅ , operasi uner, ‘ .
Kaidah untuk operator uner ditunjukkan pada tabel sebagai berikut7.

Tabel I
Tabel II
A b a⋅b A B a+b
0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 1 1
1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1

Tabel III
A a’
0 1
1 0
Kita harus memperlihatkan bahwa aksioma-aksioma terpenuhi
pada himpunan B ={0,1} dengan dua operator biner dan s atu operator
uner yang didefinisikan.
1. Identitas jelas berlaku karena dari tabel dapat dilihat bahwa:
(i) 0 + 1 = 1 + 0 = 1
Yang memenuhi elemen identitas 0 dan 1
(ii) 1 ⋅ 0 = 0 ⋅ 1 = 0
2. Komutatif jelas berlaku dengan melihat simetri tabel operator biner
3. Distributif:
(i) a ⋅ ( b + c) = ( a ⋅ b) dapat ditujukan benar dari tabel operator
biner di atas dengan menggunakan tabel kebenaran untuk semua
nila yang mungkin dari a, b, c . Oleh karena nilai-nilai pada
kolom a ⋅ (b + c) sama dengan nilai pada kolom ( a ⋅ b) + (a ⋅ c ),
maka kesamaan a ⋅ ( b+c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c) adalah benar
(ii) Hukum distributif a + (b ⋅ c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c) dapat ditujukkan
benar dengan menggunakan tabel kebenaran dengan cara yang
sama seperti

7
https://hartikadwipratiwi.files.wordpress.com diakses pada hari Jum’at tanggal 6
November 2015 pukul 20.57 Wita.

7
Tabel IV
a b C b+c a ⋅ (b + a⋅b a⋅c (a ⋅ b) + (a
c) ⋅ c)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1

4. Komplemen jelas berlaku karena tabel IV memperlihatkan bahwa :


(i) a + a’ = 1 karena 0 + 0’ = 0 + 1 dan 1 = 1’ + 0 = 1
(ii) a ⋅ a = 0 karena 0 ⋅ 0’ = 0 dan 1 ⋅ 1’ = 1⋅ 0 = 0
Karena aksioma-aksioma terpenuhi, maka terbukti bahwa B =
{0,1} bersama-sama dengan operasi biner +, dan ⋅ operator koplemen ‘
merupakan Aljabar Boolean.
C. Ekspresi Boolean
Misalkan (B,+, ⋅,’,0,1) adalah sebuah Aljabar Boolean. Suatu
ekspresi Boolean dalam (B,+, ⋅,’) adalah:8
1. Setiap elemen di dalam B
2. Setiap peubah
3. Jika e1 dan e2 adalah ekspresi Boolean, maka e1 + e2, e1 ⋅ e2, e1’ adalah
ekspresi Boolean.
Contoh : 0, 1, a, b, c, a+b, a.b, a’(b+c), a.b’ + b.c’ + b’
Evaluasi ekspresi Boolean adalah nilai pada peubah-peubah di
dalam ekspresi tersebut dengan elemen-elemen di B.
Contoh : jika a = 0, b = 1 dan c = o,hitunglah hasil ekspresi dari a.(b’+c) !
Jawab:
8
https://hartikadwipratiwi.files.wordpress.com diakses pada hari Jum’at tanggal 6
November 2015 pukul 20.57 Wita.

8
a.(b’+c) = 0 . (1’ + 0) = 0.0 = 0
Dua ekspresi Boolean dikatakan ekivalen (dilambangkan dengan
=) jika keduanya mempunyai nilai yang sama untuk setiap pemberian
nilai-nilai kepada n peubah.
Contoh: a+a’b = a+b
Bukti :
A B a’ a’b a+a’b a+b
0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1
1 1 0 0 1 1
Terlihat bahwa nilai-nilai pada kolom a+a’b sama dengan nilai
pada kolom a+b.
∴ a+a’b = a+b terbukti
D. Prinsip Dualitas
Di dalam Aljabar Boolean banyak ditemukan kesamaan (identity)
yang dapat diperoleh dari kesamaan lainnya, misalnya pada dua aksioma
distributive yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu:
(i) a ( b+ c )=ab+ ac
(ii) a+ bc=( a+b ) (a+ c)
Aksioma yang kedua diperoleh dari aksioma pertama dengan cara
mengganti . dengan + dan mengganti + dengan . Prinsip ini dikenal
dengan prinsip dualitas, prinsip yang juga kita temukan di dalam teori
himpunan maupun logika. Definisi prinsip dualitas di dalam Aljabar
Boolean adalah sebagai berikut.
“Misalkan S adalah kesamaan (identity) di dalam Aljabar Boolean yang
melibatkan operator +, . , dan komplemen, maka jika pernyataan S*
diperoleh dari S dengan cara mengganti :
. dengan +
+ dengan .
0 dengan 1

9
1 dengan 0
Dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya maka
kesamaan S* juga benar. S* disebut dual dari S
Contoh :
Tentukan dual dari
(i) a+ 0=a
(ii) ( a . 1 ) ( 0+a' ) =0
(iii) a ( a' + b )=ab
(iv) ( a+ b ) ( b+c )=ac+ b
(v) ( a+1 )( a+ 0 )=a
Penyelesaian
(i) a . 1=a
(ii) ( a+ 0 ) + ( 1 . a' )=0
(iii) a+ a ' b=a+b
(iv) ab+ bc=( a+ c ) b
(v) ( a . 0 ) + ( a . 1 )=a
E. Hukum-hukum Aljabar Boolean
Terdapat kemiripan antara hukum-hukum Aljabar Boolean
dengan hukum-hukum aljabar himpunan dan hukum-hukum aljabar
proposisi.9
Hukum-hukum Aljabar Boolean
1. Hukum identitas 2. Hukum idempotent
(i) a + 0 = a (i) a + a = a
(ii) a . 1 = a (ii) a . a = a
3. Hukum komplemen 4. Hukum dominansi
(i) a + a’ = 1 (i) a . 0 = 0
(ii) a . a’ = 0 (ii) a + 1 = 1
5. Hukum involusi 6. Hukum penyerapan
(i) (a’)’ = a (i) a + ab = a

9
Rinaldi munir, Matematika Diskrit, (Bandung: Informatika Bandung), h.290.

10
(ii) a(a + b) = a
7. Hukum komutatif 8. Hukum asosiatif
(i) a + b = b + a (i) a + (b + c) = (a + b) + c
(ii) ab = ba (ii) a (b c) = (a b) c
9. Hukum distributif 10. Hukum De Morgan
(i) a + (b c) = (a +b) (a +c) (i) (a + b)’ = a’ b’
(ii) a (b + c) = a b + a c (ii) (a b)’ = a’ + b’
11. Hukum 0/1
(i) 0’ = 1
(ii) 1’ = 0
Hukum-hukum Aljabar Boolean diperoleh dari hukum-hukum
aljabar himpunan atau dari hukum-hukum aljabar preposisi yaitu dengan
cara mempertukarkan:10
∪ dengan +, atau ˅ dengan +
∩ dengan ∙, atau ˄ dengan ∙
U dengan 1, atau T dengan 1
∅ dengan 0, atau F dengan 0
Perhatikan tabel hukum-hukum Aljabar Boolean di atas. Hukum
yang ke-(ii) dari setiap hukum di atas merupakan dual dari hukum yang
ke-(i).
Contoh:
Hukum komutatif :a+b=b+a
Dualnya : ab = ba

Hukum asosiatif : a + (b + c) = (a + b) + c
Dualnya : a (bc) = (ab) c

Hukum distributif : a (b + c) = ab + ac
Dualnya : a + bc = (a + b) (a + c)

10
Rinaldi Munir, Matematika Diskrit, (Bandung: Informatika Bandung, 2014), h. 290.

11
Bukti:
(1i) a + 0 = a + (aa’) (Hukum komplemen)
= (a + a) (a + a’) (Hukum distributif)
= a (a + a’) (Hukum idempoten)
=a.1 (Hukum komplemen)
=a (Hukum identitas)
(1ii) a . 1 = a . (a + a’) (Hukum komplemen)
= aa + aa’ (Hukum distributif)
= a + aa’ (Hukum idempoten)
=a+0 (Hukum komplemen)
=a (Hukum identitas)
(1ii) adalah dual dari (1i)

(2i) a + a = (a + a) (1) (Hukum identitas)


= (a + a) (a + a’) (Hukum komplemen)
= a (a + a’) (Hukum distributif)
=a.1 (Hukum komplemen)
=a (Hukum identitas)
(2ii) a a = a a + 0 (Hukum identitas)
= a a + a a’ (Hukum komplemen)
= a (a + a’) (Hukum distributif)
=a.1 (Hukum komplemen)
=1 (Hukum identitas)
(2ii) adalah dual dari (2i)

(3i) a + a’ = (a’ . a)’ (Hukum De Morgan)


= 0’ (Hukum komplemen)
=1 (Hukum 0/1)
(3ii) a a’ = (a’ + a)’ (Hukum De Morgan)
= 1’ (Hukum komplemen)
=0 (Hukum 0/1)

12
(3ii) adalah dualiitas dari (3i)

(4i) a + 1 = a + (a + a’) (Hukum komplemen)


= (a + a) + a’ (Hukum asosiatif)
= a + a’ (Hukum idempoten)
=1 (Hukum komplemen)
(4ii) a . 0 = a (a a’) (Hukum komplemen)
= (a a) a’ (Hukum asosiatif)
= a a’ (Hukum idempoten)
=0 (Hukum komplemen)
(4ii) adalah dualitas dari (4i)

(5i) (a’)’ = (a’ . 1)’ (Hukum identitas)


= a + 1’ (Hukum De Morgan)
=a+0 (Hukum 0/1)
=a (Hukum identitas)

(6i) a + ab = a . 1 + a . b (Hukum identitas)


= a (1 + b) (Hukum distributif)
=a.1 (Hukum dominansi)
=a (Hukum identitas)
(6ii) a (a + b) = (a + 0) (a + b) (Hukum identitas)
= a + (0 . b) (Hukum distributif)
=a+0 (Hukum dominansi)
=a (Hukum identitas)
(6ii) adalah dualitas dari (6i)

(7i) a + b = a . 1 + b . 1 (Hukum identitas)


= 1 (a + b) (Hukum distributif)
= (b + 1) (a + b) (Hukum dominansi)
= b + (a . 1) (Hukum distributif)

13
=b+a (Hukum identitas)
(7ii)ab = (a + 0) . (b + 0) (Hukum identitas)
= 0 + (ab) (Hukum distributif)
= (b .0) + (a . b) (Hukum dominansi)
= b (a + 0) (Hukum distributif)
= ba (Hukum identitas)
(7ii) adalah dualitas dari (7i)

(10i) (ab)’ = a’ + b’
Diketahui : (ab) (ab)’ = 0
Perlihatkan : (ab) (a’ + b’) = 0
Bukti:
(ab) (a’ + b’) = ab a’ + ab b’ (Hukum distributif)
=0.b+a.0 (Hukum komplemen)
=0+0 (Hukum dominansi)
=0 (Hukum identitas)
(10ii) (a + b)’ = a’ . b’
Diketahui : (a + b) + (a + b)’ = 1
Perlihatkan : (a + b) + (a’ b’) = 1
Bukti:
(a + b) + (a’b’) = (a + b + a’) (a + b + b’) (Hukum distributif)
= (1 + b) + (a +1) (Hukum komplemen)
= (1 + 1) (Hukum dominansi)
=1 (Hukum identitas)
(10ii) adalah dualitas dari (10i)
Contoh:
Buktikanlah bahwa untuk sebarang elemen a dan b dari Aljabar Boolean
maka kesamaan berikut
a + a’b = a + b dan a(a’ + b) = = ab
adalah benar.
Penyelesaian:

14
(i) a + a’b = (a + ab) + a’b (Hukum penyerapan)
= a + (ab + a’b) (Hukum assosiatif)
= a + (a + a’) b (Hukum distributif)
=a+1.b (Hukum komplemen)
=a+b (Hukum identitas)
(ii) a (a’ + b) = a a’ + ab (Hukum distributif)
= 0 + ab (Hukum komplemen)
= ab (Hukum identitas)
Atau, dapat juga dibuktikan dengan dualitas dari (i) sebagai berikut.
a(a’ + b) = a (a + b) (a’ + b)
= a {(a + b) (a’ + b)}
= a {(a a’) + b}
= a (0 + b)
= ab
F. Fungsi Boolean
Fungsi Boolean (fungsi biner) adalah pemetaan dari Bn ke B.
Dengan bentuk Boolean, kita dapat menuliskannya sebagai f : Bn → B,
dimana Bn adalah himpunan yang beranggotakan pasangan terurut ganda-n
di dalam daerah asal B.
Setiap bentuk Boolean merupakan fungsi Boolean. Misalkan
sebuah fungsi Boolean adalah f(x, y, z) = xyz + x’y + y’z. Fungsi f
memetakan nilai-nilai pasangan terurut ganda-3 (x, y, z) ke himpunan {0,
1}.
Contoh:
(1, 0, 1) yang berarti x = 1, y = 0, dan z = 1 sehingga
f(1, 0, 1) = 1 ⋅ 0 ⋅ 1 + 1’ ⋅ 0 + 0’⋅ 1
=0+0+1
=1
Selain secara aljabar, fungsi Boolean juga dapat dinyatakan
dengan tabel kebenaran dan dengan rangkaian logika. Jika fungsi Boolean
dinyatakan dengan tabel kebenaran, maka untuk fungsi Boolean dengan n

15
buah peubah, kombinasi dari nilai-nilai peubahnya adalah sebanyak 2 n. Ini
berarti terdapat 2n bris yang berbeda didalam tabel kebenaran tersebut.
Misalkan n=3, maka akan terdapat 23=8 baris tabel. Cara yang praktis
membuat semua kombinasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk peubah pertama, isi 4 baris pertama pada kolom pertama
dengan sebuah 0 dan 4 baris selanjutnya dengan sebuah 1 berturut-
turut.

2. Untuk peubah kedua, isi 2 baris berikutnya dengan 0 lagi, dan 2 baris
terakhir dengan 1.

3. Untuk peubah ketiga, isi kolom ketiga secara berselang seling dengan
0 dan 1 mulai baris pertama sampai baris terakhir.
Contoh11:
Diketahui fungsi Boolean f(x, y, z) = xyz’, nyatakan f dalam tabel
kebenaran.
Penyelesaian :
Nilai-nilai fungsi Boolean diperlihatkan pada tabel berikut.

x y Z f(x, y, z) = xyz’

0 0 0 0

0 0 1 0

0 1 0 0

0 1 1 0

1 0 0 0

1 0 1 0

1 1 0 1

11
Rinaldi munir, Matematika Diskrit, (Bandung: Informatika Bandung), h.294.

16
1 1 1 0

Fungsi Boolean tidak selalu unik pada representasi ekspresinya.


Artinya, dua buah fungsi yang ekspresi Booleannya berbeda dapat
menyatakan dua buah fungsi yang sama. Dengan kata lain, dua buah
fungsi sama jika keduanya memiliki nilai yang sama pada tabel kebenaran
untuk setiap kombinasi peubah-peubahnya.
Contoh:
F(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’ dan g(x, y, z) = x’z +xy’
Adalah dua buah fungsi Boolean yang sama. Kesamaannya dapat dilihat
pada tabel berikut.
x y Z x’y’z + x’yz + xy’ x’z +xy’

0 0 0 0 0

0 0 1 1 1

0 1 0 0 0

0 1 1 1 1

1 0 0 1 1

1 0 1 1 1

1 1 0 0 0

1 1 1 0 0

Jika sebuah fungsi Boolean tidak unik dalam representasi


ekspresinya, kita dapat menemukan representasi ekspresinya dengan
melakukan manipulasi aljabar terhadap ekspresi Boolean yaitu dengan
menggunakan hukum-hukum Aljabar Boolean untuk menghasilkan bentuk
yang ekivalen. Perhatikan bahwa:

17
f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’

= x’z(y’+y)+xy’ (Hukum distributif)

= x’z . 1 + xy’ (Hukum komplemen)

= x’z + xy’ (Hukum Identitas)

G. Penjumlahan dan Perkalian Dua Fungsi


Misalkan f dan g adalah dua buah fungsi Boolean dengan n
peubah, maka penjumlahan f+g didefinisikan sebagai
( f + g ) ( x 1 + x 2+ …+ x n )=f ( x 1+ x 2 +…+ x n ) + g ( x 1+ x2 +…+ xn )
Sedangkan perkalian f ∙ g didefinisikan sebagai
( f ∙ g) ¿
Contoh:
Misalkan f ( x , y )=x y ' + y dan g ( x , y )=x ' + y ' maka
' ' '
h ( x , y ) =f + g=x y + y + x + y
yang bila disederhanakan lebih lanjut menjadi
h ( x , y ) =x y + x + ( y + y )=x y + x +1=x y + x
' ' ' ' ' ' '

dan
i ( x , y )=f ∙ g=( x y + y )( x + y )
' ' '

H. Komplemen Fungsi Boolean


Komplemen suatu fungsi Boolean F secara sederhana dapat kita
lakukan dengan menukar nilai-nilai 1 dan 0 pada tabel kebenaran.12 Untuk
berbagai bentuk ekspresi aljabar, kita dapat menggunakan beberapa cara:
1. Cara pertama: menggunakan hukum De Morgan
Hukum De Morgan untuk dua buah peubah, x1 dan x2, adalah
' ' '
( x 1 + x2 ) =x1 ' x 2 ' dan dualnya: ( x 1 ∙ x 2 ) =x 1+ x 2 '
Hukum De Morgan untuk tiga buah peubah, x1, x2 dan x3, adalah
' '
( x 1 + x2 + x 3 ) =( x 1 + y ) , yang dalam hal ini y=x 2 + x 3

¿ x '1 y '

12
Fadlisyah Bustami, Matematika Diskrit, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 8.

18
' '
¿ x1 ( x2 + x3 )
¿ x1 ' x2 ' x3 '
' '
Dan dualnya adalah ( x 1 ∙ x 2 ∙ x3 ) =x1 + x 2 ' + x 3 '
Hukum De Morgan untuk n buah peubah, x1, x2,..., xn, adalah
'
( x 1 + x2 + …+ x n) =x1 ' x 2 ' … x n '
' ' '
Dan dualnya adalah ( x 1 ∙ x 2 ∙ … ∙ x n ) =x 1 + x 2+ …+ x n '
Contoh:
Misalkan f(x, y, z) = x(y’z’ + yz), maka f ’(x, y, z) = (x(y’z’ + yz))’ = x’
+ (y’z’ + yz)’ = x’ + (y’z’)’ (yz)’ = x’ + (y + z) (y’ + z’)
2. Cara kedua: menggunakan prinsip dualitas.
Tentukan dual dari ekspresi Boolean yang merepresentasikan f, lalu
komplemenkan setiap literal di dalam dual tersebut. Bentuk akhir yang
diperoleh menyatakan fungsi komplemen.
Contoh:
a. Misalkan f(x, y, z) = x(y’z’ + yz), maka dual dari f: x + (y’ + z’) (y
+ z) komplemenkan tiap literalnya: x’ + (y + z) (y’ + z’) = f ’
Jadi, f ‘(x, y, z) = x’ + (y + z)(y’ + z’)
b. Carilah komplemen dari fungsi f(x,y,z) = x’(yz’ + y’z)
Penyelesaian :
Cara 1: f(x,y,z) = x’(yz’ + y’z)
f’(x,y,z) = (x’(yz’ + y’z))’
= x + (yz’ + y’z)’
= x + (yz’)’(y’z)’
= x + (y’+z)(y+z’)
Cara 2: f(x,y,z) = x’(yz’+y’z)
Dual dari ekspresi Booleannya: x’ + (y + z’)(y’ + z)

Komplemenkan tiap literal dari dual: f’(x,y,z) = x + (y’ + z)(y +


z’)

I. Bentuk Kanonik

19
Ekspresi Boolean yang mempersifikasikan suatu fungsi dapat di
sajiakan dalam dua bentuk berbeda. Pertama, sebagai penjumlahan dari
hasil kali dan kedua sebagai perkalian dari hasil jumlah, misalnya.
f(x,y,z) = x’y’z’ + xy’z’+ xyz
dan
g(x,y,z) = (x+y+z)(x+y’+z)(x+y’+z’) (x’+y+z’)(x’+y’+z)
adalah dua buah fungsi yang sama (dapat ditunjukkan dari tabel
kebenaranya ). Fungsi yang pertama f, muncul dalam bentuk penjumlahan
dari hasil kali, sedangkan fungsi yang kedua ,g, muncul dalam bentuk
perkalian dari hasil jumlah.
Suku –suku didalam ekspansi Boolean dengan n peubah x1,x2,…,xn
dikatakan minterm jika ia muncul dalam bentuk.
x1+x2+…+xn
dan katakana maxtrem jika ia muncul dalam bentuk
x1+x2+…+xn
Ada dua macam bentuk kanonik13:
1. Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
2. Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
Contoh:
1. f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz à SOP
Setiap suku (term) disebut minterm
2. g(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’) (x’ + y + z’)(x’ + y’ + z)
à POS Setiap suku (term) disebut maxterm

13
Rinaldi munir, Matematika Diskrit, (Bandung: Informatika Bandung), h.

20
Setiap minterm/maxterm mengandung literal lengkap

21
Contoh:
Nyatakan tabel kebenaran di bawah ini dalam bentuk kanonik SOP dan
POS.
Tabel 1

Penyelesaian:
a. SOP
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama
dengan 1 adalah 001, 100, dan 111, maka fungsi Booleannya dalam
bentuk kanonik SOP adalah:
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
atau (dengan menggunakan lambang minterm),
f(x, y, z) = m1 + m4 + m7 = å (1, 4, 7)
b. POS
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama
dengan 0 adalah 000, 010, 011, 101, dan 110, maka fungsi Booleannya
dalam bentuk kanonik POS adalah
f(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’+ z)(x + y’+ z’)
(x’+ y + z’)(x’+ y’+ z)
atau dalam bentuk lain,

22
f(x, y, z) = M0 M2 M3 M5 M6 = Õ(0, 2, 3, 5, 6)
Contoh:
Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x + y’z dalam bentuk kanonik SOP
dan POS.
Penyelesaian:
a. SOP
x = x(y + y’)
= xy + xy’
= xy (z + z’) + xy’(z + z’)
= xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’
y’z = y’z (x + x’)
= xy’z + x’y’z
Jadi f(x, y, z) = x + y’z
= xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’ + xy’z + x’y’z
= x’y’z + xy’z’ + xy’z + xyz’ + xyz
atau f(x, y, z) = m1 + m4 + m5 + m6 + m7 = S (1,4,5,6,7)
b. POS
f(x, y, z) = x + y’z
= (x + y’)(x + z)
x + y’ = x + y’ + zz’
= (x + y’ + z)(x + y’ + z’)
x+z = x + z + yy’
= (x + y + z)(x + y’ + z)
Jadi, f(x, y, z) = (x + y’ + z)(x + y’ + z’)(x + y + z)(x + y’ + z)
= (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)
atau f(x, y, z) = M0M2M3 = Õ(0, 2, 3)

23
J. Konversi Antar Bentuk Kanonik
Fungsi Boolean dalam bentuk konanik SOP dapat ditransformasi
ke bentuk konanik POS, demikian pula sebaliknya.14 Misalkan f adalah
fungsi Boolean dalam bentuk SOP dengan tiga peubah:
f(x,y,z) = Σ(1,4,5,6,7)
dan f’ adalah fungsi komplemen dari f,
f’(x,y,z) = (0,2,3) = mo+m2+m3
Dengan menggunakan hukum De Morgan, kita dapat memperoleh
fungsi f dalam bentuk POS:
f(x,y,z) = (f’(x,y,z))’= (mo+m2+m3)’
= mo.m2.m3’
= (x,y,z)’ (x,y,z)’ (x,y,z)’
= (x+y+z)(x+y+z)(x+y+z)
= M0.M2.M3
= Π(0,2,3)
Jadi : f(x,y,z) = Σ(1,4,5,6,7) = Π(0,2,3)

Kesimpulan : mj =Mj
K. Bentuk Baku
Dua bentuk konanik adalah bentuk dasar yang diperoleh dengan membaca
fungsi dari table kebenaran.Bentuk ini umumnya sangat jarang muncul
karena setiap suku (term) di dalam bentuk konanik harus mengandung
literal atau peubah yang lengkap baik dalam bentuk normal x atau dalam
bentuk komplemennya x’.
Cara lain untuk mengekspresikan fungsi Boolean adalah bentuk baku
(standard). Pada bentuk ini suku-suku yang di bentuk fungsi dapat
mengandung satu, dua, atau sejumlah literal. Dua tipe bentuk baku adalah
baku SOP dan baku POS.
Contoh :
Nyatakan fungsi f(x,y,z)= x+y’z dalam table kebenaran , selanjutnya
carilah bentuk baku SOP dan baku POS.
14

24
Penyelesaian :
Table kebenaran sebagai berikut :
x y z y’ y’z f(x,y,z) minterm maxterm
0 0 0 1 0 0 mo MO
0 0 1 1 1 1 m1 M1
0 1 0 0 0 0 m2 M2
0 1 1 0 0 0 m3 M3
1 0 0 1 0 1 m4 M4
1 0 1 1 1 1 m5 M5
1 1 0 0 0 1 m6 M6
1 1 1 0 0 1 m7 M7
Bentuk SOP :
Perhatikan kombinasi peubah yang menghasilkan nilai 1.
=f(x,y,z)= x’y’z+ xy’z’+xy’z+xyz’+xyz
Dalam bentuk lain :
=f(x,y,z)=m1+m4+m5+m6+m7
= S (1,4,5,6,7)
Bentuk POS:
Perhatikan kombinasi yang menghasilkan 0 :
=f(x,y,z)= (x+y+z)(x+y’+z)(x+y’+z)
Dalam bentuk lain :
=f(x,y,z)= (x+y+x)(x+y’+z)(x+y’+z’)
=M0M2M3
=P(0,2,3)
L. Aplikasi Aljabar Boolean
1. Jaringan Pensaklaran (Switching Network)
Saklar adalah objek yang mempunyai dua buah keadaan:
buka dan tutup. Tiga bentuk gerbang paling sederhana:
Output c hanya ada jika dan hanya jika x atau y dibuka  x + y

25
Output c hanya ada jika dan hanya jika x atau y dibuka  x + y

26
2. Sirkuit Elektronik

M. Penyederhanaan Fungsi Boolean


Menyederhakan fungsi Boolean artinya mencari bentuk fungsi
lain yang ekivalen tetapi dengan jumlah literal atau operasi yang lebih
sedikit. Penyederhanaan fungsi Boolean disebut juga minimisasi fungsi.15
Contohnya, f(x,y) = x’y + xy’ + y’ dapat disederhanakan menjadi f(x,y) =
x’ + y’.
Ada tiga metode yang digunakan untuk menyederhanakan fungsi Boolean,
yaitu:
15
Rinaldi Munir, Matematika Diskrit, (Bandung: INFORMATIKA 2014), h. 308

27
1. Penyederhanaan Fungsi Boolean Secara Aljabar
Jumlah literal di dalam sebuah fungsi Boolean apat
diminimumkan dengan trik manipulasi aljabar.namun, tidak ada
aturan khusus yang harus diikuti yang akan menjamin menuju ke
jawaban akhir. Metode yang tersedia adalah prosedur yang cut-and-
try yang memanfaatkan postulat, hokum-hukum dasar, dan metode
manipulasi lain yang sudah dikenal.
Contoh:
Sederhanakan fungsi-fungsi Boolean berikut:
a. f(x,y) = x + x’y
b. f(x,y) = x(x’ + y)
c. f(x,y,z) = x’y’z + x’yz + xyz’
d. f(x,y,z) = (x + z’)(y’ + z)(x + y + z’)
Penyelesaian:

a. f(x, y) = x + x’y
= (x + x’)(x + y)
= 1  (x + y )
=x+y
b. f(x,y) = x(x’+ y)
= xx’ + xy
= 0 + xy
= xy
c. f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’
= x’z(y’ + y) + xy’
= x’z + xz’

d. f(x, y, z) = xy + x’z + yz = xy + x’z + yz(x + x’)


= xy + x’z + xyz + x’yz
= xy(1 + z) + x’z(1 + y) = xy + x’z
2. Metode Peta Karnaugh

28
Metode Peta Karnaugh (atau K-map) merupakan metode
grafis untuk menyederhanakan fungsi Boolean. Metode ini ditemukan
oleh Maurice Karnaugh pada tahun 1953. Peta Karnaugh adalah
sebuah diagaram atau peta yang terbentuk dari kotak-kotak (berbentuk
bujursangkar) yang bersisian. Tiap kotak mempresenntasikan sebuah
minterm. Tiap kotak dikatakan bertetangga jika minterm-minterm
yang mempresentasikannya berbeda hanya satu buah literal.16
Peta Karnaugh dapat di bentuk dari fungsi Boolean yang
dispesifikan dengan ekspresi Boolean maupun fungsi yang
direpresentasikan dengan table kebenaran.
a. Peta Karnaugh dengan Dua Peubah
Misalkan dua peubah di dalam fungsi Boolean adalah x
dan y. baris pada peta Karnaugh untuk peubah x dan kolom untuk
peubah y. baris pertama di identifikasi nilai 0 (mennyatakan x’),
sedangkan baris kedua dengan 1 (menyatakan x). kolom pertama
di identifikasi nilai 0 (menyatakan y’), sedangkan kolom kedua
dengan 1 (menyatakan y). setiap kotak mempresentasikan
minterm dari kombinasi baris dan kolom yang bersesuaian. Di
bawah ini diberikan tiga cara yang lazim digunakan sejumlah
literature dalam menggambarkan peta Karnauggh untuk dua
peubah. Namun disini akan lebih sering menggunakan cara
penyajian nomor dua.
y

0 1 y’ y

m0 m1 x 0 x’y’ x’y x’ x’y’ x’y

m2 m3 1 xy’ xy x xy' xy

16
Rinaldi Munir, Matematika Diskrit, (Bandung: INFORMATIKA 2014), h. 310

29
Penyajian 1 Penyajian 2 Penyajian 3

Perhatikan bahwa dua kotak yang bertetangga hanya


berbeda satu literal. Kotak x’y’ dan x’y misalnya, hanya berbeda
pada literal kedua (y’ dan y), sedangkan literal pertama sama
(yaitu x). jika minterm pada setiap kotak di representasikan
dengan string biner, maka dua kotak yang bertetengga hanya
berbeda 1 bit (contohnya 00 dan 01 pada kedua kotak tersebut
hanya berbeda satu bit, yaitu pada bit kedua).
Contoh:
1. Gambarkan peta Karnaugh untuk f(x,y) = xy + x’y
Penyelesaian:
Peubah tanpa kkomplemen dinyatakan dengan 1 dan peubah
dengan komplemen dinyatakan sebagai 0, sehingga xy
dinyatakan sebagai 11 dan x’y dinyatakan sebagai 01. Kotak-
kotak yang merepresentasikan minterm 11 dan 01 diisi
dengan 1, sedangkan kotak-kotak yang tidak terpakai didisi
dengan 0. Hasil pemetaan:
y

0 1

x 0 0 1

1 0 1

2. Diberikan fungsi Boolean yang direpresentasikan dengan


tabel kebenaran petakan fungi tersebut ke peta Karnaugh.

x Y f(x,y)

30
0 0 0
0 1 0
1 0 1
1 1 1

Penyelesaian:
Tinjau hanya nilai yang memberikan1. Fungsi Boolen yang
mempresentasikan table kebenaran adalah f(x,y) = xy’ + xy.
Tempatkan satu didalam kotak dip eta Karnaugh untuk
kombinasi nilai x dan y yang bersesuaian (dalam hal ini 10
dan 01).
y
0 1

X 0
0 0

1
1 1

b. Peta Karnaugh dengan Tiga Peubah


Untuk fungsi Boolean dengan tiga peubah () misalkan x, y, dan
z), jumlah kotak di dalam peta Karnaugh meningkat menjadi 23 = 8.
Baris pada peta Karnaugh untuk peubah x dan kolom untuk peubah yz.
Baris pertama diidentifikasi nilai 0 (menyatakan x’), sedangkan baris
baris kedua dengan 1 (menyatakan x). kolom pertama diidentifikasi
nilai 00 (menyatakan x’y’), kolom kedua didentifikasi nilai 01
(menyatakan xy’), kolom ketiga didentifikasi nilai 11 (menyatakan
xy), sedangkan kolom keempat didentifikasi nilai 10 (menyatakan
xy’). Perhatikanlah bahwa antara satu kolom dengan kolom berikutnya
hanya berbeda satu bit. Setiap kotak merepresentasikan minterm dari
kombinasi baris dan kolom yang bersesuaian.
yz

31
00 01 11 10

m0 m1 m3 m2 x 0 x’y’z’ x’y’z x’yz x’yz’

m4 m5 m7 m6 1 xy’z’ xy’z xyz xyz’

Perhatikan urutan dari m1-nya. Urutan disusun sedemikian rupa


sehingga setiap dua kotak yang bertetangga hanya berbeda satu bit.
Contoh:
Gambarkan peta Karnaugh untuk f(x,y,z) = x’yz’ + xyz’ + xyz
Penyelesaian:
x’yz’ = dalam bentuk biner: 010
xyz’ = dalam bentuk biner: 110
xyz = dalam bentuk biner: 111
kotak-kotak yang merepresentasikan minterm 010, 110, dan 111 diisi
dengan 1, sedangkan kotak-kotak yang tidak terpakai diisi dengan 0.
yz

00 01 11 10

x 0
0 0 0 1

1
0 0 1 1

c. Peta Karnaugh dengan Empat Peubah


Misalkan empat peubah dalam fungsi Boolean adalah w, x, y, dan z.
jumlah kotak di dalam peta Karnaugh meningkat menjadi 2 4 = 16.
Baris pada peta Karnaugh untuk peubah wx dan kolom untuk peubah
yz. Kolom pertama diidentifikasi nilai 00 (menyatakan w’x’), baris
kedua dengan 01 (menyatakan w’x), baris ketiga dengan 11

32
(menyatakan wx), dan baris keempat dengan 10 (menyatakan wx’).
Kolom pertama diidentifikasi nilai 00 (menyatakan y’z’), kolom kedua
diidentifikasi nilai 01 (menyatakan yz’), kolom ketiga diidentifikasi
nilai 11 (menyatakan yz), sedangkan kolom keempat diidentifikasi
nilai 10 (menyatakan yz’). Perhatikanlah bahwa antara satu kolom
dengan kolom berikutnya hanya berbeda satu bit. Setiap kotak
merepresentasikan minterm dari kombinasi baris an kolom yang
bersesuaian.
yz
00 01 11 10

m0 m1 m3 m2 w 0 w’x’y’z w’x’y’ w’x’y w’x’yz


x 0 ’ z z ’

m4 m5 m7 m6 0 w’xy’z’ w’xy’z w’xyz w’xyz’


1

m12 m13 m15 m14 1 wxy’z’ wxy’z wxyz wxyz’


1

m8 m9 m11 m10 1 wx’y’z’ wx’y’z wx’yz wx’yz’


0

Perhatikan urutan dari m1-nya. Urutan disusun sedemikian rupa


sehingga setiap dua kotak yang bertetangga hanya berbeda sati bit.
Contoh:
Dibeerikan fungsi Boolean yang direpresentasikan dengan table
kebenaran. Petakan tabel tersebut ke peta Karnaugh.

w x y z f(w,x,y,z)

0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 0

33
0 0 1 1 0
0 1 0 0 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 0
1 0 0 1 0
1 0 1 0 0
1 0 1 1 0
1 1 0 0 0
1 1 0 1 0
1 1 1 0 1
1 1 1 1 0

Penyelesaian:
Tinjau hanya nilai fungsi yang memberikan 1. Fungsi Boolean yang
merepresentasikan table kebenaran adalah f(w,x,y,z) = w’x’y’z +
w’xyz’ + w’xyz + wxyz’.
Hasil pemetaan table ke peta Karnaugh:
yz
00 01 11 10

wx 0
0 0 1 0 1

0
1 0 0 1 1

1
1 0 0 0 1

1
0 0 0 0 0

N. Penyederhanaan Rangkaian Logika

34
Teknik minimisasi fungsi boolean dengan Peta Karnaugh
mempunyai terapan yang sangat penting dalam menyederhanaan rangkain
logika. Penyederhanaan rangkaian dapat mengurangi jumlah gerbang logika
yang digunakan, bahkan dapat mengurangi jumlah kawat masukan. Contoh-
contoh di bawah ini memberikan ilustrasi penyederhanaan rangkaian logika.
Contoh:
Minimisasi fungsi boolean f ( x , y , z )=x ' yz + x ' y z ' + x y ' z ' + x y ' z .
Gambarkan rangkaian logikanya.
Penyelesaian:
Rangkaian logika fungsi f ( x , y , z) sebelum di minimisasikan adalah seperti
di bawah ini.

35
Minimisasi dengan Peta Karnaugh adalah sebagai berikut:
O. Metode Quine-McCluskey
Metode peta Karnaungh hanya cocok digunakan jika fungsi
Boolean mempunyai jumlah paling banyak 6 buah. Jika jumlah peubah yg
terlibat pada suatu fungi Boolean lebih dari 6 buah maka penggunaan peta
karnaungh menjadi semaki rumit, sebab ukuran peta bertambah besar.
Selain itu, metode peta karnaungh lebih sulit di prongramkan dengan
computer karna diperlukan pengamatan visual untuk mengidentifikasi
minterm-miterm yang akan dikelompokan. Untuk itu diperlukan metode
penyederhanaan yang lain yang dapat di programkan dan dapat di gunakan
untuk fungsi Boolean dengan sembarang jumlah peubah. Metode
alternative tersebut adalah metode Quine-McCluskey yang dikembangkan
oleh W.V .Quine dan E.J. McCluskey pada tahun 1950.
Langkah-langkah metode Quine-McCluskey untuk
menyederhanakan ekspresi Boolean dalam bentuk SOP adalah sebagai

berikut:

36
1. Nyatakan tiap minterm dalam n peubah menjadi string bit yang
panjangnya n, yang dalam hal ini peubah komplemen dinyatakan
dengan ‘0’, peubah yang bukan komplemedengan ‘1’,
2. Kelompokkan tiap minterm berdasarkan jumlah’1’, yang dimilikinya.
3. Kombinasikan minterm dalam n peubah dengan kelompok lain yang
jumlah ‘1’,-nya berbeda satu, sehingga diperoleh bentuk prima
(prime-implicant) yang terdiri dari n-1 peubah. Minterm yang
dikombinasikan diberi tanda “√”.
4. kombinasikan minterm dal;am n-1 peubah denagan kelompok lain
yang jumlah ‘1’,-nya berbeda satu, sehinga diperoleh bebtuk prima
yang terdiri dari n-2 peubah.
5. Teruskan langkah 4 sampai diperoleh bentuk prima yang sesederhana
mengkin.
6. Ambil semua bentuk prima yang tidak bertanda “√”. Buatlah tabael
baru yang memperlihatkan minterm dari ekspresi Boolean semula
yang dicakup oleh bentuk prima tersebut (tandai dengan “×”). Setiap
minterm harus dicakup oleh paling sedikit satu buah bentuk prima.
7. Pilih bentuk prima yang memiliki jumlah literal paling sedikit namun
mencakup sebanyak mungkin minterm dari ekspresi bolean semula.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara berikut :
a. Tandai kolom-kolom yang mempunyai tanda “x” dengan tanda
“x” lalu beriu tanda “√” di sebelah kiri bentuk prima yang
berasosiasi dengan tanda “*” tersebut. Bentuk prima inin telah
dipilih untuk fungsi Boolean sederhan.
b. Untuk setiap bentuk prima yang telah ditandai dengan “√” , beri
tanda minterm yang di cakup oleh bentuk prima tersebut dengan
tanda “√” (dibaris bawah setelah ‘*’).
c. Periksa apakah masih ada minterm yang belum dicakup oleh
buntuk prima terpilah. Jika ada, pilih dari bentuk prima yang
tersisa yang mencangkup sebanyak mungkin minterm tersebut.

37
Beri tanda “√” bentuk prima yang dipilih itu serta minterm yang
dicakup.
d. Ulang langkah c sampai seluruh minterm sudah dicakup oleh
semua bentuk prima.
Metode Quine McCluskey biasanya digunakan untuk
menyederhanakan fungsi Boolean yang ekspresinya dalam bentuk SOP,
namunmetode ini dapat dimodifikasi sehingga juga digunakan untuk
ekspresi dalam bentuk POS.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
1. Aljabar Boolean adalah cabang ilmu matematika yang diperlukan
untuk mempelajari desain logika dari suatu sistem digital yang
merupakan operasi aritmatik pada bilangan Boolean (bilangan
yang hanya mengenal 2 keadaan yaitu False/True, Yes/No, 1/0)
atau bisa disebut bilangan biner.
2. Aljabar Boolean dua-nilai di definisikan pada sebuah himpunan B
dengan dua buah elemen 0 dan 1 (sering dinamakan bit, singkatan
dari binary digit), yaitu B = {0, 1}, operasi biner, + dan ⋅ , operasi
uner, ‘ .

38
3. Definisi prinsip dualitas di dalam Aljabar Boolean adalah
kesamaan (identity) di dalam Aljabar Boolean yang melibatkan
operator +, . , dan komplemen”.
4. Fungsi Boolean (fungsi biner) adalah pemetaan dari Bn ke B.
Dengan bentuk Boolean, kita dapat menuliskannya sebagai f : Bn
→ B, dimana Bn adalah himpunan yang beranggotakan pasangan
terurut ganda-n di dalam daerah asal B.
5. Teknik minimisasi fungsi boolean dengan Peta Karnaugh
mempunyai terapan yang sangat penting dalam menyederhanaan
rangkain logika. Penyederhanaan rangkaian dapat mengurangi
jumlah gerbang logika yang digunakan, bahkan dapat mengurangi
jumlah kawat masukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Fadlisyah. 2009. Matematika Diskrit. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Manongga, Danny & Yessica Nataliana. 2009. Matematika Diskrit. Jakarta:
Pranada Media Group.
Munir , Rinaldi.2014. Matematika Diskrit. Bandung: Informatika Bandung.
https://hartikadwipratiwi.files.wordpress.com diakses pada hari Jum’at tanggal 6
November 2015 pukul 20.57 Wita.
https://farida_a.staff.gunadarma.ac.id diakses pada hari Jum’at tanggal 6
November 2015 pukul 19.36 Wita.

39

Anda mungkin juga menyukai