ALJABAR BOOLEAN
DISUSUN OLEH :
Page | 1
Latar Belakang
Page | 2
DAFTAR ISI
Latar Belakang...................................................................................................2
Daftar Isi ...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah ..............................................................................4
B. Tujuan…………..................................................................................4
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah
Adapun didapatkan beberapa rumusan masalah mengenai Aljabar Boolean
antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Aljabar Boolean?
2. Apa yang dimaksud dengan Aljabar Boolean Dua Nilai?
3. Apa yang dimaksud dengan Ekspresi Boolean?
4. Apa yang dimaksud dengan Prinsip Dualitas?
5. Apa yang dimaksud dengan Hukum- Hukum Aljabar Boolean?
6. Apa yang dimaksud dengan Fungsi Boolean?
7. Apa yang dimaksud dengan Penjumlahan dan Perkalian Dua Fungsi?
8. Apa yang dimaksud dengan Komplemen fungsi Boolean?
9. Apa yang dimaksud dengan Bentuk Kanonik?
10. Apa yang dimaksud dengan Konversi Antar Bentuk Kanonik?
11. Apa yang dimaksud dengan Bentuk Baku?
12. Apa yang dimaksud dengan Aplikasi Aljabar Boolean?
13. Apa yang dimaksud dengan Penyederhanaan Fungsi Boolean?
14. Apa yang dimaksud dengan Penyederhanaan Rangkaian Logika?
15. Apa yang dimaksud dengan Metode Quine-McCluskey?
B. Tujuan
Adapun didapatkan beberapa mengenai Aljabar Boolean antara lain:
1. Untuk mengetahui definisi Aljabar Boolean.
2. Untuk mengetahui konsepdari Aljabar Boolean Dua Nilai.
3. Untuk memahami maksud Ekspresi Boolean.
4. Untuk mengetahui Prinsip Dualitas.
5. Untuk mengetahui Hukum- Hukum Aljabar Boolean.
6. Untuk mengetahui Fungsi Boolean.
7. Untuk mengetahui penjumlahanan dan Perkalian Dua Fungsi.
8. Untuk mengetahui komplemen fungsi Boolean.
9. Untuk mengetahui Bentuk Kanonik.
Page | 4
10. Untuk mengetahui Konversi Antar Bentuk Kanonik
11. Untuk mengetahui Bentuk Baku.
12. Untuk mengetahui Aplikasi Aljabar Boolean.
13. Untuk mengetahui Penyederhanaan Fungsi Boolean.
14. Untuk mengetahui penyederhanaan logika.
15. Untuk mengetahui Metode Quine-McCluskey.
Page | 5
BAB II
LANDASAN TEORI
Page | 6
a. a+b ∈ B
b. a . b ∈ B
Elemen 0 dan 1 adalah dua elemenunik yang ada di dalam B. 0 disebut elemen
terkecil dan 1 disebut elemen terbesar. Kedua elemen unik dapat berbeda-beda pada
Aljabar Boolean(misal ∅ dan U pada himpunan, F dan T pada proposisi). Namun
secara umum tetap menggunakan 0 dan 1 sebagai dua buah elemen unik yang
berbeda. Elemen 0 disebut elemen zero, sedangkan elemen 1 disebut elemen unit.
Operator + disebut operator penjumlahan,⋅disebut operator perkalian, dan ‘ disebut
operator komplemen.
Adapun perbedaan antara Aljabar Boolean dengan aljabar biasa untuk aritatika
bilangan rill.
1. Hukum distributif yang pertama, a.(b+c)= (a.b)+(a.c)sudah dikenal di dalam
aljabar biasa, tetapi hukum distributi kedua, a+(b.c) = (a+b).(a+c)benar untuk
Aljabar Boolean, tetapi tidak benar untuk aljabar biasa.
2. Aljabar Boolean tidak memiliki kebalikan perkalian dan kebalikan penjumlahan,
karena itu tidak ada oprasi pembagian dan pengurangan didalam aljabar bolean.
3. Aksioma nomor 4 yang telah dituliskan di atas mendefinisikan operator yang
dinamakan komplemen yang tidak tersedia dalam aljabar biasa.
Aljabar biasa memperlakukan himpunan bilangan rill dengan elemen yang
tidak berhingga banyaknya. Sedangkan Aljabar Boolean memperlakukan himpunan
elemen B yang sampai sekarang belum didefinisikan, tetapi pada Aljabar Boolean 2
nilai, B di definisikan sebagai himpunan degan hanya dua nilai, 0 dan 1.hal lain yang
penting adalah membedakan elemen himpunan dan peubah (variabel)pada sistem
aljabar. Sebagai contoh, pada aljabar biasa,elemen himpunan bilangan rill adalah
angka, sedangkan peubahnya seperti a, b, c, dan sebagainya.
Dengan cara yang sama pada Aljabar Boolean, orang mendefinisikan
elemen-elemen himpunan dan peubah seperti x,y,z sebagai simbol-simbol yang
merepresentasikan elemen. Berhubung elemen-elemen B tidak di definisikan nilainya
(kita bebas menentukan anggota-anggota B),maka untuk mempunyai sebuah Aljabar
Boolean, orang harus memperlihatkan :
1. Elemen-elemen himpunan B,
2. Kaidah /aturan operasi untuk dua operator biner dan operator uner,
Page | 7
3. Himpunan B, bersama-sama dengan dua operator tersebut,memenuhi keempat
aksioma diatas. Jika ketiga persaratan diatas dapat dipenuhi maka aljabar yang
didefinisikan bisa dikatakan Aljabar Boolean.
Contoh:
Misalkan B = {1, 2, 5, 7, 10, 14, 35, 70} adalah pembagi dari 70. Tunjukkan cara
membentuk B menjadi sebuah Aljabar Boolean
Penyelesaian:
Elemen-elemen himpunan B sudah didefinisikan. Sekarang kita tentukan kaidah
operasi untuk operator +,⋅, dan ‘. Misalkan kita definisikan
a + b =KPK(a,b) = Kelipatan Persekutuan Terkecil
a ⋅ b = PBB(a,b) = Pembagi Bersama Terbesar
70
a’ = 𝑎
Akan ditunjukan B bersama-sama dengan operator biner dan operator uner memenuhi
ke lima aksioma yang didefinisikan
1) Identitas 1 adalah elemen identitas untuk operasi penjumlahan (1 sebagai elemen
zero) dan 70 adalah elemen untuk operasi perkalian(70 sebagai elemen unit)
karena:
(i) a + 1 = KPK(a,1) = a
(ii) a ⋅70 = PBB(a,70) = a
2) Komutatif berlaku karena:
(i) a + b = b + a = KPK(a,b)
(ii) a⋅b = b . a= PBB(a,b)
3) Distibutif:
(i) 10 ⋅ (5+7) = PBB(10, KPK(5,7)) = PBB(10,35) = 5
(10 ⋅ 5) + (10 ⋅7) = KPK(PBB(10,5),PBB(10,7)) = KPK(5,1)= 5
(ii) 10 + (5 ⋅ 7) = KPK(10, PBB(5,7))= KPK(10,1) = 10
(10 +5) ⋅ (10 + 7) = PBB(KPK(10,5), KPK(10,7)) = PBB(10,70) = 10
4) Komplemen berlaku karena
(i) a + a’ = KPK(a, 70/a)= 70
(ii) a⋅a’ = PBB(a,70/a) = 1
Oleh karena semua aksioma dipenuhi maka B = {1,2,5,7,10,14,35,70} adalah
Aljabar Boolean.
Page | 8
BAB III
ISI
Tabel I Tabel II
A b a⋅b A B a+b
0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 1 1
1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1
Tabel III
A a’
0 1
1 0
Kita harus memperlihatkan bahwa aksioma-aksioma terpenuhi pada
himpunan B ={0,1} dengan dua operator biner dan satu operator uner yang
didefinisikan.
1. Identitas jelas berlaku karena dari tabel dapat dilihat bahwa:
(i) 0 + 1 = 1 + 0 = 1
Yang memenuhi elemen identitas 0 dan 1
(ii) 1 ⋅ 0 = 0 ⋅ 1 = 0
2. Komutatif jelas berlaku dengan melihat simetri tabel operator biner
3. Distributif:
Page | 9
(i) a ⋅ ( b + c) = ( a ⋅ b) dapat ditujukan benar dari tabel operator biner di atas
dengan menggunakan tabel kebenaran untuk semua nila yang mungkin dari
a, b, c . Oleh karena nilai-nilai pada kolom a ⋅ (b + c) sama dengan nilai pada
kolom ( a ⋅ b) + (a ⋅ c ), maka kesamaan a ⋅ ( b+c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c) adalah
benar
(ii) Hukum distributif a + (b ⋅ c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c) dapat ditujukkan benar dengan
menggunakan tabel kebenaran dengan cara yang sama seperti
Tabel IV
a b C b+c a ⋅ (b + c) a⋅b a⋅c (a ⋅ b) + (a ⋅
c)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1
Page | 10
Evaluasi ekspresi Boolean adalah nilai pada peubah-peubah di dalam
ekspresi tersebut dengan elemen-elemen di B.
Contoh : jika a = 0, b = 1 dan c = o,hitunglah hasil ekspresi dari a.(b’+c) !
Jawab:
a.(b’+c) = 0 . (1’ + 0) = 0.0 = 0
Dua ekspresi Boolean dikatakan ekivalen(dilambangkan dengan =) jika
keduanya mempunyai nilai yang sama untuksetiap pemberian nilai-nilai kepada n
peubah.
Contoh:a+a’b = a+b
Bukti :
A B a’ a’b a+a’b a+b
0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1
1 1 0 0 1 1
Terlihat bahwa nilai-nilai pada kolom a+a’b sama dengan nilai pada kolom
a+b.
∴a+a’b = a+b terbukti
C. Prinsip Dualitas
Di dalam Aljabar Boolean banyak ditemukan kesamaan (identity) yang dapat
diperoleh dari kesamaan lainnya, misalnya pada dua aksioma distributive yang sudah
disebutkan sebelumnya, yaitu:
(i) 𝒂(𝒃 + 𝒄) = 𝒂𝒃 + 𝒂𝒄
(ii) 𝒂 + 𝒃𝒄 = (𝒂 + 𝒃)(𝒂 + 𝒄)
Aksioma yang kedua diperoleh dari aksioma pertama dengan cara mengganti
.dengan + dan mengganti + dengan . Prinsip ini dikenal dengan prinsip dualitas,
prinsip yang juga kita temukan di dalam teori himpunan maupun logika.Definisi
prinsip dualitas di dalam Aljabar Boolean adalah sebagai berikut.
“Misalkan 𝑆 adalah kesamaan (identity) di dalam Aljabar Boolean yang melibatkan
operator +, . , dan komplemen, maka jika pernyataan 𝑆* diperoleh dari 𝑆 dengan cara
mengganti :
. dengan +
+ dengan .
Page | 11
0 dengan 1
1 dengan 0
Dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya maka kesamaan 𝑆*
juga benar. 𝑆* disebut dual dari 𝑆
Contoh :
Tentukan dual dari
(i) 𝑎 + 0 = 𝑎
(ii) (𝑎. 1)(0 + 𝑎′ ) = 0
(iii) 𝑎(𝑎′ + 𝑏) = 𝑎𝑏
(iv) (𝑎 + 𝑏)(𝑏 + 𝑐) = 𝑎𝑐 + 𝑏
(v) (𝑎 + 1)(𝑎 + 0) = 𝑎
Penyelesaian
(i) 𝑎 .1 = 𝑎
(ii) (𝑎 + 0) + (1 . 𝑎′ ) = 0
(iii) 𝑎 + 𝑎′𝑏 = 𝑎 + 𝑏
(iv) 𝑎𝑏 + 𝑏𝑐 = (𝑎 + 𝑐)𝑏
(v) (𝑎 . 0) + (𝑎 . 1) = 𝑎
D. Hukum-hukum Aljabar Boolean
Terdapat kemiripan antara hukum-hukum Aljabar Boolean dengan hukum-
hukum aljabar himpunan dan hukum-hukum aljabar proposisi.
Hukum-hukum Aljabar Boolean
1. Hukum identitas 2. Hukum idempotent
(i) a + 0 = a (i) a + a = a
(ii) a . 1 = a (ii) a . a = a
3. Hukum komplemen 4. Hukum dominansi
(i) a + a’ = 1 (i) a . 0 = 0
(ii) a . a’ = 0 (ii) a + 1 = 1
5. Hukum involusi 6. Hukum penyerapan
(i) (a’)’ = a (i) a + ab = a
(ii) a(a + b) = a
7. Hukum komutatif 8. Hukum asosiatif
(i) a + b = b + a (i) a + (b + c) = (a + b) + c
(ii) ab = ba (ii) a (b c) = (a b) c
Page | 12
9. Hukum distributif 10. Hukum De Morgan
(i) a + (b c) = (a +b) (a +c) (i) (a + b)’ = a’ b’
(ii) a (b + c) = a b + a c (ii) (a b)’ = a’ + b’
11. Hukum 0/1
(i) 0’ = 1
(ii) 1’ = 0
Hukum-hukum Aljabar Boolean diperoleh dari hukum-hukum aljabar
himpunan atau dari hukum-hukum aljabar preposisi yaitu dengan cara
mempertukarkan:
∪ dengan +, atau ˅ dengan +
∩ dengan ∙, atau ˄ dengan ∙
U dengan 1, atau T dengan 1
∅ dengan 0, atau F dengan 0
Perhatikan tabel hukum-hukum Aljabar Boolean di atas. Hukum yang ke-(ii)
dari setiap hukum di atas merupakan dual dari hukum yang ke-(i).
Contoh:
Hukum komutatif :a+b=b+a
Dualnya : ab = ba
Hukum asosiatif : a + (b + c) = (a + b) + c
Dualnya : a (bc) = (ab) c
Hukum distributif : a (b + c) = ab + ac
Dualnya : a + bc = (a + b) (a + c)
Bukti:
(1i) a + 0 = a + (aa’) (Hukum komplemen)
= (a + a) (a + a’) (Hukum distributif)
= a (a + a’) (Hukum idempoten)
=a.1 (Hukum komplemen)
=a (Hukum identitas)
(1ii) a . 1 = a . (a + a’) (Hukum komplemen)
= aa + aa’ (Hukum distributif)
= a + aa’ (Hukum idempoten)
Page | 13
=a+0 (Hukum komplemen)
=a (Hukum identitas)
(1ii) adalah dual dari (1i)
Page | 14
(5i) (a’)’ = (a’ . 1)’ (Hukum identitas)
= a + 1’ (Hukum De Morgan)
=a+0 (Hukum 0/1)
=a (Hukum identitas)
(10i) (ab)’ = a’ + b’
Diketahui : (ab) (ab)’ = 0
Perlihatkan : (ab) (a’ + b’) = 0
Bukti:
(ab) (a’ + b’) = ab a’ + ab b’ (Hukum distributif)
=0.b+a.0 (Hukum komplemen)
=0+0 (Hukum dominansi)
Page | 15
=0 (Hukum identitas)
(10ii) (a + b)’ = a’ . b’
Diketahui : (a + b) + (a + b)’ = 1
Perlihatkan : (a + b) + (a’ b’) = 1
Bukti:
(a + b) + (a’b’) = (a + b + a’) (a + b + b’) (Hukum distributif)
= (1 + b) + (a +1) (Hukum komplemen)
= (1 + 1) (Hukum dominansi)
=1 (Hukum identitas)
(10ii) adalah dualitas dari (10i)
Contoh:
Buktikanlah bahwa untuk sebarang elemen a dan b dari Aljabar Boolean maka
kesamaan berikut
a + a’b = a + b dan a(a’ + b) = = ab
adalah benar.
Penyelesaian:
(i) a + a’b = (a + ab) + a’b (Hukum penyerapan)
= a + (ab + a’b) (Hukum assosiatif)
= a + (a + a’) b (Hukum distributif)
=a+1.b (Hukum komplemen)
=a+b (Hukum identitas)
(ii) a (a’ + b) = a a’ + ab (Hukum distributif)
= 0 + ab (Hukum komplemen)
= ab (Hukum identitas)
Atau, dapat juga dibuktikan dengan dualitas dari (i) sebagai berikut.
a(a’ + b) = a (a + b) (a’ + b)
= a {(a + b) (a’ + b)}
= a {(a a’) + b}
= a (0 + b)
= ab
E. Fungsi Boolean
Fungsi Boolean(fungsi biner) adalah pemetaan dari Bnke B. Dengan bentuk
Boolean, kita dapat menuliskannya sebagai f : Bn→ B, dimana Bnadalah himpunan
yang beranggotakan pasangan terurut ganda-n di dalam daerah asal B.
Page | 16
Setiap bentuk Boolean merupakan fungsi Boolean. Misalkan sebuah fungsi
Booleanadalah f(x, y, z) = xyz + x’y + y’z. Fungsi f memetakan nilai-nilai pasangan
terurut ganda-3 (x, y, z) ke himpunan {0, 1}.
Contoh:
(1, 0, 1) yang berarti x = 1, y = 0, dan z = 1 sehingga
f(1, 0, 1) = 1 ⋅ 0 ⋅ 1 + 1’ ⋅ 0 + 0’⋅ 1
=0+0+1
=1
Selain secara aljabar, fungsi Boolean juga dapat dinyatakan dengan tabel
kebenaran dan dengan rangkaian logika. Jika fungsi Boolean dinyatakan dengan tabel
kebenaran, maka untuk fungsi Boolean dengan n buah peubah, kombinasi dari nilai-
nilai peubahnya adalah sebanyak 2n. Ini berarti terdapat 2n bris yang berbeda didalam
tabel kebenaran tersebut. Misalkan n=3, maka akan terdapat 23=8 baris tabel. Cara
yang praktis membuat semua kombinasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk peubah pertama, isi 4 baris pertama pada kolom pertama dengan sebuah 0
dan 4 baris selanjutnya dengan sebuah 1 berturut-turut.
2. Untuk peubah kedua, isi 2 baris berikutnya dengan 0 lagi, dan 2 baris terakhir
dengan 1.
3. Untuk peubah ketiga, isi kolom ketiga secara berselang seling dengan 0 dan 1
mulai baris pertama sampai baris terakhir.
Contoh:
Diketahui fungsi Booleanf(x, y, z) = xyz’, nyatakan f dalam tabel kebenaran.
Penyelesaian :
Nilai-nilai fungsi Boolean diperlihatkan pada tabel berikut.
x y Z f(x, y, z) = xyz’
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 0
0 1 1 0
Page | 17
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 0
Fungsi Boolean tidak selalu unik pada representasi ekspresinya. Artinya, dua
buah fungsi yang ekspresi Booleannya berbeda dapat menyatakan dua buah fungsi
yang sama. Dengan kata lain, dua buah fungsi sama jika keduanya memiliki nilai yang
sama pada tabel kebenaran untuk setiap kombinasi peubah-peubahnya.
Contoh:
F(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’ dan g(x, y, z) = x’z +xy’
Adalah dua buah fungsi Boolean yang sama. Kesamaannya dapat dilihat pada tabel
berikut.
x y Z x’y’z + x’yz + xy’ x’z +xy’
0 0 0 0 0
0 0 1 1 1
0 1 0 0 0
0 1 1 1 1
1 0 0 1 1
1 0 1 1 1
1 1 0 0 0
1 1 1 0 0
Jika sebuah fungsi Boolean tidak unik dalam representasi ekspresinya, kita
dapat menemukan representasi ekspresinya dengan melakukan manipulasi aljabar
terhadap ekspresi Boolean yaitu dengan menggunakan hukum-hukum Aljabar
Boolean untuk menghasilkan bentuk yang ekivalen. Perhatikan bahwa:
Page | 18
f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’
Page | 19
(𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛 )′ = 𝑥1 ′𝑥2 ′ … 𝑥𝑛 ′
Dan dualnya adalah (𝑥1 ∙ 𝑥2 ∙ … ∙ 𝑥𝑛 )′ = 𝑥1′ + 𝑥2′ + ⋯ + 𝑥𝑛 ′
Contoh:
Misalkan f(x, y, z) = x(y’z’ + yz), maka f ’(x, y, z) = (x(y’z’ + yz))’ = x’ + (y’z’ +
yz)’ = x’ + (y’z’)’ (yz)’ = x’ + (y + z) (y’ + z’)
2. Cara kedua: menggunakan prinsip dualitas.
Tentukan dual dari ekspresi Boolean yang merepresentasikan f, lalu
komplemenkan setiap literal di dalam dual tersebut. Bentuk akhir yang diperoleh
menyatakan fungsi komplemen.
Contoh:
a. Misalkan f(x, y, z) = x(y’z’ + yz), maka dual dari f: x + (y’ + z’) (y + z)
komplemenkan tiap literalnya: x’ + (y + z) (y’ + z’) = f ’
Jadi, f ‘(x, y, z) = x’ + (y + z)(y’ + z’)
b. Carilah komplemen dari fungsi f(x,y,z) = x’(yz’ + y’z)
Penyelesaian :
Cara 1: f(x,y,z) = x’(yz’ + y’z)
f’(x,y,z) = (x’(yz’ + y’z))’
= x + (yz’ + y’z)’
= x + (yz’)’(y’z)’
= x + (y’+z)(y+z’)
Cara 2: f(x,y,z) = x’(yz’+y’z)
Dual dari ekspresi Booleannya: x’ + (y + z’)(y’ + z)
H. Bentuk Kanonik
Ekspresi Boolean yang mempersifikasikan suatu fungsi dapat di sajiakan
dalam dua bentuk berbeda. Pertama, sebagai penjumlahan dari hasil kali dan kedua
sebagai perkalian dari hasil jumlah, misalnya.
f(x,y,z) = x’y’z’ + xy’z’+ xyz
dan
g(x,y,z) = (x+y+z)(x+y’+z)(x+y’+z’) (x’+y+z’)(x’+y’+z)
adalah dua buah fungsi yang sama (dapat ditunjukkan dari tabel kebenaranya ). Fungsi
yang pertama f, muncul dalam bentuk penjumlahan dari hasil kali, sedangkan fungsi
yang kedua ,g, muncul dalam bentuk perkalian dari hasil jumlah.
Page | 20
Suku –suku didalam ekspansi Boolean dengan n peubah x1,x2,…,xn dikatakan
minterm jika ia muncul dalam bentuk.
x1+x2+…+xn
dan katakana maxtrem jika ia muncul dalam bentuk
x1+x2+…+xn
Ada dua macam bentuk kanonik:
1. Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
2. Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
Contoh:
1. f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyzSOP
Setiap suku (term) disebut minterm
2. g(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)(x’ + y + z’)(x’ + y’ + z)
POS Setiap suku (term) disebut maxterm
Page | 21
Setiap minterm/maxterm mengandung literal lengkap
Page | 22
Contoh:
Nyatakan tabel kebenaran di bawah ini dalam bentuk kanonik SOP dan POS.
Tabel 1
Penyelesaian:
a. SOP
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama dengan 1
adalah 001, 100, dan 111, maka fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik SOP
adalah:
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
atau (dengan menggunakan lambang minterm),
f(x, y, z) = m1 + m4 + m7 = (1, 4, 7)
b. POS
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama dengan 0
adalah 000, 010, 011, 101, dan 110, maka fungsi Booleannya dalam bentuk
kanonik POS adalah
f(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’+ z)(x + y’+ z’)
(x’+ y + z’)(x’+ y’+ z)
atau dalam bentuk lain,
f(x, y, z) = M0M2M3M5M6 = (0, 2, 3, 5, 6)
Page | 23
I. Konversi Antar Bentuk Kanonik
Fungsi Boolean dalam bentuk konanik SOP dapat ditransformasi ke bentuk
konanik POS, demikian pula sebaliknya. Misalkan f adalah fungsi Boolean dalam
bentuk SOP dengan tiga peubah:
f(x,y,z) = Σ(1,4,5,6,7)
dan f’ adalah fungsi komplemen dari f,
f’(x,y,z) = (0,2,3) = mo+m2+m3
Dengan menggunakan hukum De Morgan, kita dapat memperoleh fungsi f
dalam bentuk POS:
f(x,y,z) = (f’(x,y,z))’= (mo+m2+m3)’
= mo.m2.m3’
= (x,y,z)’ (x,y,z)’ (x,y,z)’
= (x+y+z)(x+y+z)(x+y+z)
= M0.M2.M3
= Π(0,2,3)
Jadi : f(x,y,z) = Σ(1,4,5,6,7) = Π(0,2,3)
Kesimpulan : mj =Mj
J. Bentuk Baku
Dua bentuk konanik adalah bentuk dasar yang diperoleh dengan membaca fungsi dari
table kebenaran.Bentuk ini umumnya sangat jarang muncul karena setiap suku (term)
di dalam bentuk konanik harus mengandung literal atau peubah yang lengkap baik
dalam bentuk normal x atau dalam bentuk komplemennya x’.
Cara lain untuk mengekspresikan fungsi Boolean adalah bentuk baku (standard). Pada
bentuk ini suku-suku yang di bentuk fungsi dapat mengandung satu, dua, atau
sejumlah literal. Dua tipe bentuk baku adalah baku SOP dan baku POS.
Contoh :
Nyatakan fungsi f(x,y,z)= x+y’z dalam table kebenaran , selanjutnya carilah bentuk
baku SOP dan baku POS.
Penyelesaian :
Table kebenaran sebagai berikut :
Page | 24
x y z y’ y’z f(x,y,z) minterm maxterm
0 0 0 1 0 0 mo MO
0 0 1 1 1 1 m1 M1
0 1 0 0 0 0 m2 M2
0 1 1 0 0 0 m3 M3
1 0 0 1 0 1 m4 M4
1 0 1 1 1 1 m5 M5
1 1 0 0 0 1 m6 M6
1 1 1 0 0 1 m7 M7
Bentuk SOP :
Perhatikan kombinasi peubah yang menghasilkan nilai 1.
=f(x,y,z)= x’y’z+ xy’z’+xy’z+xyz’+xyz
Dalam bentuk lain :
=f(x,y,z)=m1+m4+m5+m6+m7
= S (1,4,5,6,7)
Bentuk POS:
Perhatikan kombinasi yang menghasilkan 0 :
=f(x,y,z)= (x+y+z)(x+y’+z)(x+y’+z)
Dalam bentuk lain :
=f(x,y,z)= (x+y+x)(x+y’+z)(x+y’+z’)
=M0M2M3
=P(0,2,3)
K. Aplikasi Aljabar Boolean
1. Jaringan Pensaklaran (Switching Network)
Saklar adalah objek yang mempunyai dua buah keadaan: buka dan tutup.
Tiga bentuk gerbang paling sederhana:
Outputc hanya ada jika dan hanya jika x atau y dibuka x + y
Page | 25
Outputc hanya ada jika dan hanya jika x atau y dibuka x + y
Page | 26
2. Sirkuit Elektronik
Page | 27
prosedur yang cut-and-try yang memanfaatkan postulat, hokum-hukum dasar, dan
metode manipulasi lain yang sudah dikenal.
Contoh:
Sederhanakan fungsi-fungsi Boolean berikut:
a. f(x,y) = x + x’y
b. f(x,y) = x(x’ + y)
c. f(x,y,z) = x’y’z + x’yz + xyz’
Penyelesaian:
a. f(x, y) = x + x’y
= (x + x’)(x + y)
= 1 (x + y )
=x+y
b. f(x,y) = x(x’+ y)
= xx’ + xy
= 0 + xy
= xy
c. f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’
= x’z(y’ + y) + xy’
= x’z + xz’
Page | 28
a. Peta Karnaugh dengan Dua Peubah
Misalkan dua peubah di dalam fungsi Boolean adalah x dan y. baris
pada peta Karnaugh untuk peubah x dan kolom untuk peubah y. baris
pertama di identifikasi nilai 0 (mennyatakan x’), sedangkan baris kedua
dengan 1 (menyatakan x). kolom pertama di identifikasi nilai 0 (menyatakan
y’), sedangkan kolom kedua dengan 1 (menyatakan y). setiap kotak
mempresentasikan minterm dari kombinasi baris dan kolom yang
bersesuaian. Di bawah ini diberikan tiga cara yang lazim digunakan sejumlah
literature dalam menggambarkan peta Karnauggh untuk dua peubah. Namun
disini akan lebih sering menggunakan cara penyajian nomor dua.
y
0 1 y’ y
m2 m3 1 xy’ xy x xy' xy
Page | 29
y
0 1
x 0 0 1
1 0 1
Penyelesaian:
Tinjau hanya nilai yang memberikan1. Fungsi Boolen yang
mempresentasikan table kebenaran adalah f(x,y) = xy’ + xy. Tempatkan
satu didalam kotak dip eta Karnaugh untuk kombinasi nilai x dan y yang
bersesuaian (dalam hal ini 10 dan 01).
y
0 1
X 0
0 0
1
1 1
Page | 30
xy’). Perhatikanlah bahwa antara satu kolom dengan kolom berikutnya hanya
berbeda satu bit. Setiap kotak merepresentasikan minterm dari kombinasi baris
dan kolom yang bersesuaian.
yz
00 01 11 10
Perhatikan urutan dari m1-nya. Urutan disusun sedemikian rupa sehingga setiap
dua kotak yang bertetangga hanya berbeda satu bit.
Contoh:
Gambarkan peta Karnaugh untuk f(x,y,z) = x’yz’ + xyz’ + xyz
Penyelesaian:
x’yz’ = dalam bentuk biner: 010
xyz’ = dalam bentuk biner: 110
xyz = dalam bentuk biner: 111
kotak-kotak yang merepresentasikan minterm 010, 110, dan 111 diisi dengan 1,
sedangkan kotak-kotak yang tidak terpakai diisi dengan 0.
yz
00 01 11 10
x 0
0 0 0 1
1
0 0 1 1
Page | 31
(menyatakan yz), sedangkan kolom keempat diidentifikasi nilai 10 (menyatakan
yz’). Perhatikanlah bahwa antara satu kolom dengan kolom berikutnya hanya
berbeda satu bit. Setiap kotak merepresentasikan minterm dari kombinasi baris an
kolom yang bersesuaian.
yz
00 01 11 10
Perhatikan urutan dari m1-nya. Urutan disusun sedemikian rupa sehingga setiap
dua kotak yang bertetangga hanya berbeda sati bit.
Contoh:
Dibeerikan fungsi Boolean yang direpresentasikan dengan table kebenaran.
Petakan tabel tersebut ke peta Karnaugh.
w x y z f(w,x,y,z)
0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 0 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 0
1 0 0 1 0
1 0 1 0 0
1 0 1 1 0
1 1 0 0 0
1 1 0 1 0
1 1 1 0 1
1 1 1 1 0
Page | 32
Penyelesaian:
Tinjau hanya nilai fungsi yang memberikan 1. Fungsi Boolean yang
merepresentasikan table kebenaran adalah f(w,x,y,z) = w’x’y’z + w’xyz’ + w’xyz
+ wxyz’.
Hasil pemetaan table ke peta Karnaugh:
yz
00 01 11 10
wx 00
0 1 0 1
01
0 0 1 1
11
0 0 0 1
10
0 0 0 0
Page | 33
Penyelesaian:
Rangkaian logika fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) sebelum di minimisasikan adalah seperti di bawah
ini.
Page | 34
Minimisasi dengan Peta Karnaugh adalah sebagai berikut:
N. Metode Quine-McCluskey
Metode peta Karnaungh hanya cocok digunakan jika fungsi Boolean
mempunyai jumlah paling banyak 6 buah. Jika jumlah peubah yg terlibat pada suatu
fungi Boolean lebih dari 6 buah maka penggunaan peta karnaungh menjadi semaki
rumit, sebab ukuran peta bertambah besar. Selain itu, metode peta karnaungh lebih
sulit di prongramkan dengan computer karna diperlukan pengamatan visual untuk
mengidentifikasi minterm-miterm yang akan dikelompokan. Untuk itu diperlukan
metode penyederhanaan yang lain yang dapat di programkan dan dapat di gunakan
untuk fungsi Boolean dengan sembarang jumlah peubah. Metode alternative tersebut
adalah metode Quine-McCluskey yang dikembangkan oleh W.V .Quine dan E.J.
McCluskey pada tahun 1950.
Langkah-langkah metode Quine-McCluskey untuk menyederhanakan
ekspresi Boolean dalam bentuk SOP adalah sebagai berikut:
Page | 35
1. Nyatakan tiap minterm dalam n peubah menjadi string bit yang panjangnya n,
yang dalam hal ini peubah komplemen dinyatakan dengan ‘0’, peubah yang
bukan komplemedengan ‘1’,
2. Kelompokkan tiap minterm berdasarkan jumlah’1’, yang dimilikinya.
3. Kombinasikan minterm dalam n peubah dengan kelompok lain yang jumlah ‘1’,-
nya berbeda satu, sehingga diperoleh bentuk prima (prime-implicant) yang terdiri
dari n-1 peubah. Minterm yang dikombinasikan diberi tanda “√”.
4. kombinasikanminterm dal;am n-1 peubah denagan kelompok lain yang jumlah
‘1’,-nya berbeda satu, sehinga diperoleh bebtuk prima yang terdiri dari n-2
peubah.
5. Teruskan langkah 4 sampai diperoleh bentuk prima yang sesederhana mengkin.
6. Ambil semua bentuk prima yang tidak bertanda “√”. Buatlah tabael baru yang
memperlihatkan minterm dari ekspresi Boolean semula yang dicakup oleh bentuk
prima tersebut (tandai dengan “×”). Setiap minterm harus dicakup oleh paling
sedikit satu buah bentuk prima.
7. Pilih bentuk prima yang memiliki jumlah literal paling sedikit namun mencakup
sebanyak mungkin minterm dari ekspresi bolean semula. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara berikut :
a. Tandai kolom-kolom yang mempunyai tanda “x” dengan tanda “x” lalu beriu
tanda “√” di sebelah kiri bentuk prima yang berasosiasi dengan tanda “*”
tersebut. Bentuk prima inin telah dipilih untuk fungsi Boolean sederhan.
b. Untuk setiap bentuk prima yang telah ditandai dengan “√” , beri tanda
minterm yang di cakup oleh bentuk prima tersebut dengan tanda “√” (dibaris
bawah setelah ‘*’).
c. Periksa apakah masih ada minterm yang belum dicakup oleh buntuk prima
terpilah. Jika ada, pilih dari bentuk prima yang tersisa yang mencangkup
sebanyak mungkin minterm tersebut. Beri tanda “√” bentuk prima yang
dipilih itu serta minterm yang dicakup.
d. Ulang langkah c sampai seluruh minterm sudah dicakup oleh semua bentuk
prima.
Metode Quine McCluskey biasanya digunakan untuk menyederhanakan fungsi
Boolean yang ekspresinya dalam bentuk SOP, namunmetode ini dapat dimodifikasi
sehingga juga digunakan untuk ekspresi dalam bentuk POS.
Page | 36
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari Postulat dan Teorama Aljabar Boolean diatas tujuan utamanya adalah untuk
penyederhanaan : - Ekspresi Logika, - Persamaan Logika, - Persamaan Boolean (Fungsi
Boolean) yang inti-intinya adalah untuk mendapatkan Rangkaian Logika (Logic Diagram)
yang paling sederhana.
Page | 37
BAB V
CONTOH SOAL
Contoh: I
Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x + y’z dalam bentuk kanonik SOP dan POS.
Penyelesaian:
a. SOP
x = x(y + y’)
= xy + xy’
= xy (z + z’) + xy’(z + z’)
= xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’
y’z = y’z (x + x’)
= xy’z + x’y’z
Jadi f(x, y, z) = x + y’z
= xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’ + xy’z + x’y’z
= x’y’z + xy’z’ + xy’z + xyz’ + xyz
atau f(x, y, z) = m1 + m4 + m5 + m6 + m7 = (1,4,5,6,7)
b. POS
f(x, y, z) = x + y’z
= (x + y’)(x + z)
x + y’ = x + y’ + zz’
= (x + y’ + z)(x + y’ + z’)
x+z = x + z + yy’
= (x + y + z)(x + y’ + z)
Jadi, f(x, y, z) = (x + y’ + z)(x + y’ + z’)(x + y + z)(x + y’ + z)
= (x + y +z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)
atauf(x, y, z) = M0M2M3 = (0, 2, 3)
Page | 38
Contoh: II
Sederhanakan fungsi-fungsi Boolean f(x,y,z) = (x + z’)(y’ + z)(x + y + z’)
Penyelesaian:
Page | 39
DAFTAR PUSTAKA
Page | 40