Anda di halaman 1dari 8

RESUME TENTANG ALJABAR BOOLEAN

NAMA : WINDY PUSPITA SARI

NIM : 202152137

KELAS : SISTEM KOMPUTER (B)

DOSEN : ISMAN,S.KOM.,M.KOM

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

(STIMIK BINA BANGSA KENDARI)

T.A 2022/2023
ALJABAR BOOLE

Aljabar Boolean pertama kali dikemukakan oleh seorang matematikawan Inggris,


yakni George Boole, pada tahun 1854. Menurut Boole, himpunan dan logika proposisi
mempunyai sifat-sifat yang serupa. Aturan dasar logika ini membentuk struktur matematika
yang disebut dengan Aljabar Boolean.
A. Definisi
Misalkan B adalah himpunan yang didefinisikan pada operator biner, + dan , dan
sebuah operator uner, ’. Misalkan 0 dan 1 adalah dua elemen yang berbeda dari B, maka
tupel <B,+, , ’, 0,1>,.
Aksioma atau postulat Huntington berikut:
1. Closure : (i) a + b ∈ B
(ii) a ⋅ b ∈ B
2. Identitas : (i) a + 0 = a
(ii) a ⋅ 1 = a
3. Komutatif : (i) a + b = b + a
(ii) a ⋅ b = b . a
4. Distributif : (i) a ⋅ (b + c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c)
(ii) a + (b ⋅ c) = (a + b) ⋅ (a + c)
5. Komplemen : (i) a + a’ = 1
(ii) a ⋅ a’ = 0

Aljabar Boolean, harus memuat:


1. Elemen-elemen himpunan B,
2. Kaidah operasi untuk operator biner dan operator uner,
3. Memenuhi postulat Huntington

Elemen 0 dan 1 adalah dua elemen unik yang ada di dalam B. 0 disebut elemen
terkecil dan 1 disebut elemen terbesar. Kedua elemen unik dapat berbeda-beda pada
aljabar boolean( misal dan U pada himpunan, F dan T pada proposisi), Namun secara
umum tetap menggunakan 0 dan 1 sebagai dua buah elemen unik yang berbeda. Elemen 0
disebut elemen zero, sedangkan elemen 1 disebut elemen unit. Operator + disebut operator
penjumlahan, ⋅ disebut operator perkalian, dan ‘ disebut operator komplemen.
Terdapat perbedaan antar aljabar Boolean dengan aljabar biasa untuk aritmatika
bilangan riil :

1. Hukum distributif yang pertama, a ⋅ (b + c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c), sudah dikenal di dalam


ajlabar biasa, tetapi hukum distributif yang kedua a + (b ⋅ c) = (a + b) ⋅ (a + c), benar
untuk aljabar boolean, tetapi tidak benar untuk aljabar biasa.
2. Aljabar Boolean tidak memiliki kebalikan perkalian dan kebalikan penjumlahan,
karena itu, tidak ada operasi pembagian dan pengurangan di dalan Boolean.
3. Aksioma nomor 5 mendefinisikan operator yang dinamakan komplemen yang tidak
tersedia pada aljabar biasa.
4. Aljabar biasa memperlakukan himpunan bilangan riil dengan elemen yang tidak
berhingga banyaknya. Sedangkan aljabar Boolean memperlakukan himpunan elemen
B yang sampai sekarang belum didefinisikan, tetapi pada aljabar Boolean dua-nilai, B
didefinisikan sebagai himpunan dengan hanya dua nilai, 0 dan 1.

Hal yang penting adalah membedakan elemen himpunan dan peubah (variable) pada
sistem aljabar. Sebagai contoh pada aljabar biasa, elemen himpunan bilangan riil adalah
angka, sedangkan peubahnya seperti a, b, c dan sebagainya. Dengan cara yang sama
aljabar boolean, orang mendefinisikan elemen-elemen himpunan dan peubah seperti x, y, z
sebagai simbol-simbol yang mempresentasikan elemen.

Contoh :

Misalkan B = * + adalah pembagi dari 70. Tunjukkan cara


membentuk B menjadi sebuah aljabar Boolean

Penyelesaian:

Elemen-elemen himpunan B sudah didefinisikan. Sekarang kita tentukan kaidah operasi


untuk operator +, ⋅, dan ‘. Misalkan kita definisikan
a + b = KPK(a,b) = Kelipatan Persekutuan Terkecil
a ⋅ b = PBB(a,b) = Pembagi Bersama Terbesar
a’ =

akan ditunjukan B bersama-sama dengan operator biner dan operator uner memenuhi ke
lima aksioma yang didefinisikan

1) Identitas 1 adalah elemen identitas untuk operasi penjumlahan (1 sebagai elemen


zero) dan 70 adalah elemen untuk operasi perkalian(70 sebagai elemen unit) karena
(i) a + 1 = KPK(a,1) = a
(ii) a ⋅ 70 = PBB(a,70) = a
2) Komutatif berlaku karena

(i) a + b = b + a = KPK(a,b)
(ii) a ⋅ b = b . a = PBB(a,b)
3) Distibutif
(i) 10 ⋅ (5+7) = PBB(10, KPK(5,7)) = PBB(10,35) = 5
(10 ⋅ 5) + (10 ⋅7) = KPK(PBB(10,5),PBB(10,7)) = KPK(5,1)= 5
(ii) 10 + (5 ⋅ 7) = KPK(10, PBB(5,7))= KPK(10,1) = 10
(10 +5) ⋅ (10 + 7) = PBB(KPK(10,5), KPK(10,7)) = PBB(10,70) = 10
4) Komplemen berlaku karena
(i) a + a’ = KPK(a, 70/a)= 70
(ii) a ⋅ a’ = PBB(a,70/a) = 1

Oleh karena semua aksioma dipenuhi maka B = {1,2,5,7,10,14,35,70} adalah aljabar


boolean.

B. Aljabar Boolean Dua Nilai


Mengingat B tidak ditentukan anggota-anggotanya, maka kita dapat membentuk
sejumlah tidak berhingga aljabar boolean. Pada aljabar Boolean berhingga banyaknya
anggota B terbatas, tetapi paling sedikit beranggotakan dua buah elemen yang berbeda .
Aljabar boolean memiliki terapan yang luas adalah aljabar dua-nilai. Aljabar Boolean
dua-nilai di definisikan pada sebuah himpunan B dengan dua buah elemen 0 dan 1(sering
dinamakan bit, singkatan dari binary digit), yaitu B = {0, 1}, operasi biner, + dan ⋅ ,
operasi uner, ‘ . Kaidah untuk operator uner ditunjukkan pada tabel sebai berikut

Tabel I
a b a ⋅b
0 0 0
1
1
0

Tabel II
a b a+b
0 0 0
0 1 1
1 0 0
1 1 1

Tabel III
a a’
0 1
1 0

Kita harus memperlihatkan bahwa aksioma-aksioma terpenuhi pada himpunan B


={0,1} dengan dua operator biner dan satu operator uner yang didefinisikan.
1. Identitas jelas berlaku karena dari tabel dapat dilihat
bahwa: (i) 0+1=1+0=1
(ii) 1⋅0=0⋅1=0
Yang memenuhi elemen identitas 0 dan 1
2. Komutatif jelas berlaku dengan melihat simetri tabel operator biner
3. Distributif:
(i) a ⋅ ( b + c) = ( a ⋅ b) dapat ditujukan benar dari tabel operator biner di atas dengan
menggunakan tabel kebenaran untuk semua nila yang mungkin dari a, b, c . Oleh
karena nilai-nilai pada kolom a ⋅ (b + c) sama dengan nilai pada kolom ( a ⋅ b) +
(a ⋅ c ), maka kesamaan a ⋅ ( b+c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c) adalah benar
(ii) Hukum distributif a + (b ⋅ c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c) dapat ditujukkan benar dengan
menggunakan tabel kebenaran dengan cara yang sama seperti
4. Komplemen jelas berlaku karena tabel IV memperlihatkan bahwa :
(i) a + a’ = 1 karena 0 + 0’ = 0 + 1 dan 1 = 1’ + 0 = 1
(ii) a ⋅ a = 0 karena 0 ⋅ 0’ = 0 dan 1 ⋅ 1’ = 1⋅ 0 = 0
Karena aksioma-aksioma terpenuhi, maka terbukti bahwa B = {0,1} bersama-sama
dengan operasi biner +, dan ⋅ operator koplemen ‘ merupakan aljabar boolean.

C. Ekspresi Boolean
Misalkan (B,+, ⋅,’,0,1) adalah sebuah aljabar Boolean. Suatu ekspresi Boolean dalam
(B,+, ⋅,’) adalah:
1. Setiap elemen di dalam B
2. Setiap peubah
3. Jika e1 dan e2 adalah ekspresi Boolean, maka e1 + e2, e1 ⋅ e2, e1’ adalah ekspresi
Boolean.
Contoh : 0, 1, a, b, c, a+b, a.b, a’(b+c), a.b’ + b.c’ + b’
Evaluasi ekspresi Boolean adalah nilai pada peubah-peubah di dalam ekspresi
tersebut dengan elemen-elemen di B.
Contoh : jika a = 0, b = 1 dan c = o,hitunglah hasil ekspresi dari a.(b’+c) !
Jawab:
a.(b’+c) = 0 . (1’ + 0) = 0.0 = 0

Dua ekspresi Boolean dikatakan ekivalen(dilambangkan dengan ‘=’) jika keduanya


mempunyai nilai yang sama untuk setiap pemberian nilai-nilai kepada n peubah.
Contoh: a+a’b = a+b
Bukti :
a b a’ a’b a+a’b a+b
0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1
1 1 0 0 1 1
Terlihat bahwa nilai-nilai pada kolom a+a’b sama dengan nilai pada kolom a+b.
a+a’b = a+b terbukti

D. Prinsip Dualitas
Di dalam aljabar Boolean banyak ditemukan kesamaan (identity) yang dapat
diperoleh dari kesamaan lainnya, misalnya pada dua aksioma distributive yang sudah
disebutkan sebelumnya, yaitu:

(i) ( )
(ii) ( )( )

Aksioma yang kedua diperoleh dari aksioma pertama dengan cara mengganti . dengan +
dan mengganti + dengan .
Prinsip ini dikenal dengan prinsip dualitas, prinsip yang juga kita temukan di dalam teori
himpunan maupun logika.
Definisi prinsip dualitas di dalam aljabar Boolean adalah sebagai berikut.
Misalkan adalah kesamaan (identity) di dalam aljabar Boolean yang melibatkan
operator +, . , dan komplemen, maka jika pernyataan * diperoleh dari dengan cara
mengganti :
. dengan +
+ dengan .
0 dengan 1
1 dengan 0
Dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya maka kesamaan * juga benar. *
disebut dual dari
E. Hukum-hukum Aljabar Boolean
Terdapat kemiripan antara hukum-hukum aljabar Boolean dengan hukum-hukum
aljabar himpunan dan hukum-hukum aljabar proposisi.
Hukum-hukum Aljabar Boolean
1. Hukum identitas 2. Hukum idempotent
(i) a + 0 = a (i) a + a = a
(ii) a . 1 = a (ii) a . a = a
3. Hukum komplemen 4. Hukum dominansi
(i) a + a’ = 1 (i) a . 0 = 0
(ii) a . a’ = 0 (ii) a + 1 = 1
5. Hukum involusi 6. Hukum penyerapan
(i) (a’)’ = a (i) a + ab = a
(ii) a(a + b) = a
7. Hukum komutatif 8. Hukum asosiatif
(i) a + b = b + a (i) a + (b + c) = (a + b) + c
(ii) ab = ba (ii) a (b c) = (a b) c
9. Hukum distributif 10. Hukum De Morgan
(i) a + (b c) = (a +b) (a +c) (i) (a + b)’ = a’ b’
(ii) a (b + c) = a b + a c (ii) (a b)’ = a’ + b’
11. Hukum 0/1
(i) 0’ = 1
(ii) 1’ = 0

Hukum-hukum aljabar Boolean diperoleh dari hukum-hukum aljabar himpunan atau


dari hukum-hukum aljabar preposisi yaitu dengan cara mempertukarkan:
dengan +, atau ˅ dengan +
dengan , atau ˄ dengan
U dengan 1, atau T dengan 1
dengan 0, atau F dengan 0
Perhatikan tabel hukum-hukum aljabar Boolean di atas. Hukum yang ke-(ii) dari setiap
hukum di atas merupakan dual dari hukum yang ke-(i). Contoh:
Hukum komutatif :a+b=b+a
Dualnya : ab = ba
Hukum asosiatif : a + (b + c) = (a + b) + c
Dualnya : a (bc) = (ab) c
Hukum distributif : a (b + c) = ab + ac
Dualnya : a + bc = (a + b) (a + c)

Anda mungkin juga menyukai