Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MATEMATIKA DISKRIT

Dosen Pengampu : Drs.H.Eka Fitrajaya Rahman,M.T.

Disusun oleh:
Hanif Firman Alamsyah (2007478)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Matematika
Diskrit dengan judul “Sistem Aljabar Boolean”.
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman
pembaca terhadap Sistem Aljabar Boolean dengan lainnya. Kami berharap agar pembaca
senantiasa menerapkan kesadaran yang lebih untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan
. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Matematika
Diskrit.

Cimahi, Jum’at 18 Februari

Penyusun
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika diskrit adalah cabang matematika yang membahas segala sesuatu yang
bersifat diskrit. Salah satu cabang pembahasan matematika diskrit adalah teori graf. Teori
graf merupakan cabang ilmu matematika yang memberikan gambaran dari sebuah masalah
kehidupan nyata ke dalam bentuk diagram yang bertujuan untuk memudahkan dalam
pemahaman (Masido, 2007). Teori graf pertama kali diperkenalkan oleh Leonhard Euler
seorang matematikawan berkebangsaan Swiss pada tahun 1736 melalui tulisan Euler yang
berisi tentang upaya pemecahan masalah jembatan Konigsberg yang sangat terkenal di
Eropa.
Dengan dibuatnya makalah ini saya ingin membahas mengenai Sistem Aljabar
Boolean, Prinsip Dualitas dan Aturan lebih kecil dari . Sebelum masuk dalam pembahasan saya
akan memaparkan penjelasan awal mengenai apa saja yang perlu diketahui maksud dari
masing-masing materi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Sistem Aljabar Boolean?
2. Apa fungsi dari Aljabar Boolean ?
3. Apa saja hukum dari Aljabar Boolean?
4. Apa yang dimaksud Prinsip Dualitas?
5. Apa yang dimaksud Aturan lebih kecil dari?
C. Tujuan
1. Pembaca dapat memahami Sistem Aljabar Boolean.
2. Pembaca dapat mengetahui fungsi dari Aljabar Boolean.
3. Pembaca dapat mengetahui hukum dari Aljabar Boolean.
4. Pembaca dapar memahami Prinsip Dualitas..
5. Pembaca dapat memahami Aturan lebih kecil dari.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Sistem Aljabar Boolean


Sistem Aljabar Boolean adalah kumpulan operasi matematika yang didasarkan pada
logika yang memiliki seperangkat aturan atau hukum yang berguna dalam menentukan,
mengurangi atau menyederhanakan ekspresi Boolean. Variabel yang digunakan dalam
Aljabar Boolean hanya memiliki dua kemungkinan yaitu logika "0" dan logika "1" tetapi
ekspresi jumlah variabel yang dihasilkan tak terbatas yang semuanya dilabeli secara
individual untuk mewakili input ke ekspresi. Sebagai contoh, sebuah variabel A , B, C dll,
dihasilkan sebuah ekspresi logis yaitu A + B = C, tetapi setiap variabel HANYA dapat berupa
0 atau 1.
2. Fungsi Aljabar Boolean
Aljabar Boolean memiliki fungsi sebagai ekspresi aljabar yang dibentuk dengan variabel-
variabel biner, simbol-simbol operasi logika, tanda kurung dan tanda “=”. Untuk sebuah
nilai yang diberikan pada variabel , fungsi Boolean dapat bernilai 1 atau 0.

Contoh fungsi Boolean:

f = X + Y'.Z
Fungsi f sama dengan 1 jika X = 1 atau jika kedua nilai Y’ dan Z = 1.
f = 0 dalam hal lain.
Tetapi kita juga dapat menyatakan bahwa jika Y’ = 1, maka Y = 0, karena Y’ adalah
komplemen dari Y. Secara ekuivalen dapat dinyatakan bahwa:

f = 1, jika X = 1 atau Y.Z = 0.1


Hubungan antar sebuah fungsi dengan variabel-variabel binernya dapat disajikan dalam
bentuk sebuah Tabel Kebenaran (Truth Table). Untuk menyajikan sebuah fungsi dalam
sebuah tabel kebenaran, kita membutuhkan sebuah daftar 2n kombinasi 1 dan 0 dari n
buah variabel biner.

Contoh:

f = X + Y' . Z
∑ variabel = 3 (X, Y' dan Z)
2n = 23 = 8 kombinasi 0 dan 1.
Maka tabel kebenarannya adalah sebagai berikut:

| X | Y | Y’ | Z | Y‘.Z | f = X + Y’ . Z |
|---|---|----|---|------|------------------|
|0|0|1 |0|0 |0 |
|0|0|1 |1|1 |1 |
|0|1|0 |0|0 |0 |
|0|1|0 |1|0 |0 |
|1|0|1 |0|0 |1 |
|1|0|1 |1|1 |1 |
|1|1|0 |0|0 |1 |
|1|1|0 |1|0 |1 |
Sebuah fungsi Boolean dapat diubah menjadi sebuah diagram logika yang terdiri dari
gerbang-gerbang logika.

Contoh:

f = X + Y' . Z
Diagram logikanya:
Kegunaan dari aljabar Boolean adalah memberikan fasilitas penulisan dalam perancangan
rangkaian digital. Aljabar Boolean menyediakan alat untuk dibuat:

1. Mengekspresikan dalam bentuk aljabar sebuah tabel kebenaran yang merupakan


hubungan antara variabel-variabel,
2. Mengekspresikan dalam bentuk aljabar hubungan input dan output diagram logika,
3. Mendapatkan rangkaian-rangkaian yang lebih sederhana untuk fungsi yang sama.
4. Relasi-Relasi Dasar Aljabar Boolean
| 1. X + 0 = X | 7. X + X’ = X | 13. X.(Y+Z) = X.Y + X.Z |
|---------------|-------------------------|-------------------------------|
| 2. X + 1 = 1 | 8. X . X’ = 0 | 14. X + Y.Z = (X+Y) . (X+Z) |
| 3. X . 0 = 0 | 9. X+Y=Y+X | 15. (X + Y)’ = X’ . Y’ |
| 4. X . 1 = X | 10. X . Y = Y . X | 16. (X.Y)’ = X’ + Y’ |
| 5. X + X = X | 11. X+(Y+Z) = (X+Y)+Z | 17. (X’)’ = X |
| 6. X . X = X | 12. X.(Y.Z) = (X.Y).Z | 18. X.(X+Y) = X |
| | | 19. X + (X.Y) = X |
Keterangan:
Relasi (1), (2), (3) dan (4) disebut dengan Hukum penjalinan dengan konstanta.
Relasi (5) dan (6) disebut Hukum perluasan.
Relasi (7) dan (8) disebut Hukum komplementasi
Relasi (9) dan (10) disebut Hukum komutatif.
Relasi (11) dan (12) disebut Hukum asosiatif.
Relasi (13) dan (14) disebut Hukum distributif.
Relasi (14) tidak dapat digunakan dalam aljabar biasa, tetapi relasi ini sangat berguna
dalam memanipulasi ekspresi-ekspresi aljabar boole.
Relasi (15) dan (16) disebut Dalil de Morgan.
Relasi (17) menyatakan jika suatu variabel dikomplemenkan sebanyak dua kali maka
akan didapat nilai asli dari variabel tersebut.
Relasi (18) dan (19) disebut Hukum absorpsi.

3. Hukum Aljabar Boolean


Dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan aljabar Boolean dua dan tiga
variabel maka digunakan sifat identitas, disamping itu prinsip dualitas juga digunakan pada
sifat-sifat identitas. Jika A, B, dan C adalah Variabel Boolean maka berlaku hukum/sifat
berikut:
1. Closure:

• (i) a + b ∈ B
• (ii) a ⋅ b ∈ B

2. Identitas:

• (i) a + 0 = a
• (ii) a ⋅ 1 = a

3. Idempoten:

• (i) a + a = a
• (ii) a ⋅ a = a

4. Komplemen:

• (i) a + a’ = 1
• (ii) aa’ = 0

5. Dominansi:

• (i) a ⋅ 0 = 0
• (ii) a + 1 = 1

6. Involusi:

• (i) (a’)' = a

7. Penyerapan:

• (i) a + ab = a
• (ii) a(a + b) = a

8. Komutatif:

• (i) a + b = b + a
• (ii) ab = ba

9. Asosiatif:

• (i) a + (b + c) = (a + b) + c
• (ii) a (b c) = (a b) c

10 Distributif:

• (i) a + (b c) = (a + b) (a + c)
• (ii) a (b + c) = a b + a c

11. De Morgan:

• (i) (a + b)' = a’b’


• (ii) (ab)‘ = a’ + b’

12. Hukum 0/1:

• (i) 0′ = 1
• (ii) 1′ = 0

Contoh:

Buktikan (i) a + a’b = a + b dan (ii) a(a’ + b) = ab


Penyelesaian:

(i) a + a’b = (a + ab) + a’b (Penyerapan)


= a + (ab + a’b) (Asosiatif)
= a + (a + a’)b (Distributif)
= a + 1 - b (Komplemen)
= a + b (Identitas)

(ii) adalah dual dari (i)

4. Prinsip Dualitas
Prinsip dualitas mengemukakan bahwa dua konsep yang berbeda dapat dipertukarkan
namun tetap memberikan jawaban yang benar.. Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity)
yang melibatkan himpunan dan operasi-operasi seperti ∪, ∩, dan komplemen. Jika S*
merupakan kesamaan yang berupa dual dari S maka dengan mengganti ∪ → ∩, ∩ → ∪, ∅ →
U, U → ∅, sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka operasi-operasi tersebut
pada kesamaan S* juga benar.
1. Tabel Dualitas pada himpunan

Contoh prinsip dualitas:


Misalkan A ∈ U dimana A = (A ∩ B) ∪ (A ∩ B), maka pada dualnya, misalkan U*,
berlaku:

A = (A ∪ B) ∩ (A ∪ B)

5. Aturan lebih kecil dari


Misal x dan y adalah unsur-unsur dari aljabar Boolean. Dinyatakan bahwa
x lebih kecil daripada y (x <= y) jika dan hanya jika x + y = y.
Teorema 1.7
<= adalah suatu bagian dari urutan.

Bukti:
Dari Teorema 1.1 : x + x = x , sehingga x <= x.
Jika x <= y, maka x + y = y.
Jika y <= x, maka y + x = x.
Sehingga jika x <= y dan y <= x, maka x = y.

Dapat disimpulkan:
x <= y dan y <= z, maka x + y = y dan y + z = z.
x + z = x + (y + z) = (x + y) + z = y + z = z.
Sehingga x <= z .
Teorema 1.8
Jika x, y dan z adalah unsur-unsur dari aljabar Boolean, maka <=
mempunyai sifat-sifat berikut ini:
(i) Jika x <= y dan x <= z, maka x <= yz.
(ii) Jika x <= y, maka x <= y + z untuk elemen z.
1 definisi aljabar boolean/6/8/2010/9:27:39 AM 5
(iii) Jika x <= y, maka xz <= y untuk elemen z.
(iv) x <= y jika dan hanya jika y’ <= x’.
Bukti:
(i) Jika x <= y, maka x + y = y.
Jika x <= z, maka x + z = z.
x + yz = (x + y) (x + z) = yz. distributif
Jadi, x <= yz.
(ii) Jika x <= y, maka x + y = y.
x + (y + z) = (x + y) + z = y + z. asosiatif

Jadi, x <= y + z.
(iii) Jika x <= y, maka x + y = y.
Menurut hukum penyerapan: x = x + xz = xz + x <= y ???
(iv) Jika x <= y, maka x + y = y dan y’ = (x + y)’.
y’ + x’ = (x + y)’ + x’ = ((x + y)x)’. de Morgan ???
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang dibahas di atas. Penulis dapat menyimpulkan bahwa
sebuah Aljabar Boolean, harus diperlihatkan:
1. Elemen-elemen himpunan B
2. Kaidah operasi untuk operator biner dan uner
3. Memiliki identitas dan table kebenaran

B. Saran
Untuk memahami lebih mendalam mengenai Aljabar Boolean, penulis
mengaharapkan pembaca dapat mencari sumber-sumber lain di internet maupun
buku-buku yang terkait materi pembahasan Aljabar Boolean.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11067248/MAKALAH_MATEMATIKA_DIS
KRIT_ALJABAR_BOOLEAN
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/HE
RI_SUTARNO/Penelitian_dan_Lain-
lain/1_DEFINISI_DAN_AKSIOMA_ALJABAR_BOOLEAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai