Anda di halaman 1dari 27

BAB III

RELASI DAN FUNGSI

B. PENGERTIAN FUNGSI
Suatu fungsi ƒ dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi
biner yang memasangkan setiap elemen dari A secara tunggal,
dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam B.
Jika ƒ adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan
ƒ : A → B ( ƒ memetakan A ke B )
Contoh 1 :
Keterangan Diagram panah :
•A disebut daerah asal ( domain ) yaitu ( 1,2,3,4 )
dari B
•B disebut daerah kawan ( Kodomain ) yaitu
( a,b,c,d,e )
•R (Range ) disebut daerah hasil bagian dari
(Kodomain) yang dapat pasangan dari A yaitu
( b,c,d,e ) “Atau” R ( Range ) Daerah Hasil yaitu jika ƒ
memetakan satu x є A ke satu y є B, maka dikatakan
bahwa “ y adalah peta dari x oleh ƒ “.
Dapat ditulis dengan Notasi :
ƒ : x → y atau ƒ : x → ƒ(x), himpunan y є B yang merupakan peta dari x є
A
• Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi.
• Kita menuliskan ƒ(a) = b jika elemen a di dalam A dihubungkan
dengan elemen b di dalam B.
• Jika ƒ(a) = b, maka b dinamakan bayangan ( image ) dari a dan a
dinamakan pra-bayangan ( pre-image ) dari b.
• Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan ƒ disebut jelajah
(range) dari ƒ. Perhatikan bahwa jelajah dari ƒ adalah himpunan
bagian dari B.
• Fungsi adalah relasi yang khusus :
Tiap elemen di dalam himpunan A harus digunakan oleh prosedur
atau kaidah yang mendefinisikan ƒ.
• Fungsi dapat dispisifikasikan dalam berbagai bentuk sbb :
1. Himpunan pasangan terurut.
Fungsi adalah relasi biner sedangkan relasi dinyatakan sebagai
himpunan pasangan terurut.
2. Formula pengisian nilai (assignment).
Asumsi daerah asal fungsi (domain), daerah kawan (kodomain) dan
daerah hasil fungsi (range) fungsi : R maka himpunan pasangan terurut
didefinisikan sebagai berikut:
ƒ = { (x1,x2) | x є R }
Contoh :ƒ(x) = 2x + 10, ƒ(x) = x2, dan ƒ(x) = 1/x.
3. Dengan Kata-kata
Fungsi secara eksplisit dapat dinyatakan dalam rangkaian kata-kata.
Contoh : “ƒ adalah fungsi yang memetakan atau memasangkan setiap
negara didunia dengan ibu kota negara-negara di dunia.
4. Kode Program (source code)
Fungsi dispesifikasikan dalam bentuk kode program.
Contoh: Fungsi menghitung |x|.
C. Ilustrasi Fungsi

A ƒ B

Input Fungsi
Output

Keterangan:
Ditulis ƒ : A → B, di baca ƒ adalah fungsi dari A ke B. A disebut
daerah asal (domain), B disebut daerah kawan (kodomain).
Elemen a Є A disebut argumen dan ƒ(a) Є B disebut bayangan
(image) dari a “atau” B merupakan daerah hasil (range).
Lihat didalam diagram panah dibawah ini mana yang dikatakan fungsi dan
yang bukan fungsi :

Keterangan :
(i) Disebut Fungsi karena setiap
anggota himpunan A
dipasangkan dengan tepat
kepada satu anggota hImpunan
B.

(ii) Disebut Bukan Fungsi,


sebab ada elemen A
yang mempunyai dua
(2) kawan.
(iii) Disebut Bukan
Fungsi, sebab ada
elemen A yang tidak
mempunyai kawan

D. MENYATAKAN SUATU FUNGSI


Menyatakan suatu fungsi :
• Dengan diagram panah
Contoh 2:
Fungsi ƒ : A → Z didefinisikan dengan
ƒ(x) = x2 – 3. A = { 0,1,2 } dan Z = { bilangan bulat }
Jawab:
• ƒ : P → Q. Lambang fungsi tidak harus ƒ. Misalnya Un = n2 +
2n atau U(n) = n 2
+ 2n.
• Dengan Grafik Kartesius.
Contoh 3:
Diketahui fungsi ƒ: x → y didefinisikan dengan rumus ƒ (x)
= x2, dengan x = { -2,-1,0,1,2 }. daerah hasil (range) = { 0, 1,
2 }, sehingga dapat dinyatakan dengan grafik kartesius
sbb:
• Himpunan pasangan berurutan.
Contoh 4: dari contoh soal no.2
Diketahui A = { 0, 1, 2 } dan Z = { -3, -2, 1 }, sehingga himpunan
pasangan terurut fungsi ƒ = { (0,-3), (1,-2), (2,1) ].
• Dalam bentuk tabel.
Contoh 5: dari contoh soal no.2
Diketahui Fungsi ƒ : A → Z didefinisikan dengan rumus ƒ(x)
= x2 – 3, A = { 0, 1, 2 } dan Z = { bilangan bulat }, sehingga
dalam bentuk tabelnya sbb:
Dalam bentuk tabel:
x 0 1 2
ƒ(x) = x2 – -3 -2 1
3
Contoh 6 :
Diketahui A = { 2,3,4 }
B = { 4,5,6,7,8 ) dan suatu fungsi ƒ : A → B
Ditentukan oleh rumus dengan ƒ(x) = 2x, x є bilangan asli.
Tentukan :
Daerah asal (domain)
Daerah kawan (kodomain)
Daerah hasil / pemetaan (range)
Gambar diagram panah
Jawab :
1. Daerah asal (domain) : { 2,3,4 }
2. Daerah kawan (kodomain) : { 4,5,6,7,8 }
3. Daerah hasil / pemetaan (range) : { 4,6,8 }
4. Gambar diagram panah
Contoh 7:
Diketahui A = { 0,1,2 } dan Z adalah bilangan bulat
Suatu fungsi ƒ : A → Z
Ditentukan oleh rumus ƒ(x) = x2 + 3.
Tentukan :
1. Daerah asal (domain)
2. Daerah kawan (kodomain)
3. Daerah hasil / pemetaan (range)
4. Gambar diagram panah
Jawab :
1. Daerah asal (domain) : { 0,1,2 }
2. Daerah kawan (kodomain) : { -3,-2,1 }
3. Daerah hasil / pemetaan (range) : {-3,-2,1 }
4. Gambar diagram panah
Latihan :
Diketahui A = {x|-3 ≤ x ≤ 3, x є R } dan suatu fungsi ƒ : A → R
Ditentukan oleh rumus ƒ(x) = x2 + 1
Tentukan :
a. Carilah ƒ(-1),ƒ(0) dan prapeta dari 5
b. Dengan melukis grafik, tentukan daerah hasil dari fungsi ƒ
c. Jelaskan bahwa ƒ adalah suatu fungsi.

E. SIFAT FUNGSI
Dengan memperhatikan bagaimana elemen-elemen pada masing-masing
himpunan A dan B yang direlasikan dalam suatu fungsi, maka kita mengenal
tiga sifat fungsi yakni sebagai berikut :
1. Fungsi Satu-satu / Into (Injektif)

• Misalkan fungsi ƒ menyatakan A ke B maka fungsi ƒ disebut


suatu fungsi satu-satu (injektif) apabila setiap dua elemen
yang berlainan di A akan dipetakan pada dua elemen yang
berbeda di B. Selanjutnya secara singkat dapat dikatakan
bahwa ƒ : A → B adalah fungsi satu-satu (injektif) apabila a ≠
a1 berakibat ƒ(a) ≠ ƒ(a1) atau ekuivalen, jika ƒ(a) = ƒ(a1) maka
akibatnya a = a1.
Contoh 8 :
Fungsi ƒ : A → B
Diketahui A = { bilangan asli < 5 ) dan B = { bilangan asli < 9 }
Fungsi ƒ yang didefinisikan ƒ(x) = 2x
• Misalkan fungsi ƒ dari A ke B dikatakan berkoresponden
satu-satu (injektif) jika untuk setiap b є B, terdapat paling
banyak satu a є A dengan ƒ(a) = b
Contoh 9:
Fungsi ƒ = { (1,a),(2,b),(3,c) }
dari A = { 1,2,3 } ke B = { a,b,c }
Koresponden satu-satu (injektif) dan dipetakan pada B
• Misalkan Fungsi ƒ dikatakan satu-satu (injektif) jika tidak
ada dua elemen himpunan A yang memiliki bayangan
sama terhadap himpunan B.
Contoh 10:
Fungsi ƒ : A → B
Diketahui A = { a,b,c,d } dan B = { 1,2,3,4,5 }
Fungsi ƒ = { (a,1), (b,3), (c,5), (d,2) }
Sehingga Gambar Diagram panahnya sbb:
2. Fungsi Pada / Onto (Surjektif)
• Misalkan ƒ adalah suatu fungsi yang memetakan A ke B
maka daerah hasil ƒ(A) dari fungsi ƒ adalah himpunan
bagian dari B, atau ƒ(A) = B.
Apabila ƒ(A) = B, yang berarti setiap elemen di B pasti
merupakan peta dari sekurang-kurangnya satu elemen di
A atau setiap himpunan B merupakan bayangan dari satu
atau lebih elemen himpunan A. ƒ adalah suatu fungsi
pada (surjektif) atau “ƒ memetakan A Onto B”.
Contoh 11:
Diketahui fungsi ƒ : A → B, misal
A = {a, b, c, d,} dan B = { x, y, z }, ƒ
yang didefinisikan dengan
diagram panah adalah suatu
fungsi yang surjektif karena
daerah hasil (range) ƒ adalah
sama dengan daerah kawan
(kodomain) dari ƒ (himpunan B)
• Fungsi ƒ dikatakan dipetakan pada / onto (surjektif) jika
setiap elemen himpunan B merupakan bayangan dari
satu atau lebih elemen himpunan A. Dengan kata lain
seluruh elemen B merupkan jelajah dari ƒ. Fungsi ƒ
disebut fungsi pada / onto (surjektif) himpunan B.
Contoh 12:
• Fungsi ƒ dikatakan pada / onto (Surjektif), apabila setiap anggota himpunan
B mempunyai kawan (kodomain) anggota himpunan A. Daerah kawan
(kodomain) selalu punya pasangan “atau” anggota himpunan B selalu
mempunyai pasangan ke himpunan A.
Contoh 13:
Fungsi ƒ adalah suatu fungsi yang memetakan A ke B maka daerah hasil
(range) adalah ƒ(A) dari fungsi ƒ adalah himpunan bagian dari B atau ƒ(A)
B. Apabila ƒ(A) = B berarti setiap elemen di B pasti merupakan peta dari
sekurang-kurangnya satu elemen di A maka kita katakan ƒadalah suatu
fungsi surjektif atau “ƒ memetakan A onto B”.
3. Fungsi Bijektif (Krespondensi Satu-satu)
• Suatu pemetaan ƒ: A → B sedemikian rupa sehingga ƒ
merupakan fungsi yang injektif dan fungsi surjektif
sekaligus, maka dikatakan “ƒ adalah fungsi yang bijektif
“atau” A dan B berada dalam korespondensi satu-satu”.
Contoh 14:

Fungsi ƒ yang memetakan dari


himpunan A = { a, b, c } ke
himpunan B = { p, q, r } yang
didefinisikan sebagai diagram
panah di samping adalah suatu
fungsi yang bijektif
Contoh 15:
Fungsi ƒ yang memasangkan setiap negara di dunia
dengan ibu kota negara-negara di dunia adalah fungsi
korespondensi satu-satu (fungsi bijektif), karena tidak ada
satu kotapun yang menjadi ibu kota dua negara yang
berlainan.
• Fungsi ƒ : A → B dikatakan bijektif bila ia injektif dan surjektif. Pada
fungsi bijektif, setiap anggota B mempunyai tepat satu
prabayangan di A.
Contoh 16:
Contoh 17:
Misalkan fungsi ƒ: A → B, diketahui A = { a, b, c, d } dan B = {
1, 2, 3, 4 } didefinisikan fungsi ƒ(a)=4, ƒ(b)=2, ƒ(c)=1 dan
ƒ(d)=3.

Keterangan :
Karena semua nilainya berbeda maka fungsi ini injektif (satu-satu).
Karena semua anggota B habis terpasang maka ia surjektif (onto).
Jadi fungsi tersebut diatas merupakan fungsi bijektif.
• Jika setiap anggota himpunan A mempunyai tepat satu kawan di
anggota himpunan B, maka ƒ disebut fungsi bijektif “atau”
korespondensi satu-satu, dengan kata lain fungsi bijektif merupakan
gabungan dari fungsi injektif dan fungsi surjektif “atau” biasa
disebut juga korespondensi satu-satu artinya setiap satu elemen A
harus dapat satu pasangan elemen B.

Contoh 18:
Misalkan fungsi ƒ = { (1,u), (2,w), (3,v) }, diketahui A = {1,2,3} dan B =
{u,v,w} fungsi ƒ : A → B, ini adalah merupakan fungsi yang
berkoresponden satu-satu, karena ƒ adalah injektif maupun surjektif,
sehingga contoh tersebut merupakan fungsi bijektif.
4. Invers Fungsi
Misalkan ƒ : A → B fungsi bijektif. Invers fungsi ƒ adalah
fungsi yang mengawankan setiap elemen pada B dengan
tepat satu elemen pada A. Invers fungsi ƒ dinyatakan dengan
ƒ-1 dimana ƒ-1 : B → A.
y = ƒ(x) ↔ x = ƒ-1(y)
Dapat ditulis: y = ƒ(x) ↔ x = ƒ-1(y)
• Fungsi yang mempunyai invers (balikan) disebut invertible (dapat
dibalikkan).
• Jika ƒ adalah fungsi berkoresponden satu-satu dari A ke B, maka kita dapat
menemukan balikan (invers) dari ƒ.
• Balikan fungsi dilambangkan dengan ƒ-1 . Misalkan a adalah anggota
himpunan A dan b adalah anggota B, maka ƒ-1(b) = a jika ƒ(a) = b.
• Fungsi yang berkoresponden satu-satu sering dinamakan juga fungsi yang
invertible (dapat dibalikkan), karena kita dapat mendefinisikan fungsi
balikannya. Sebuah fungsi dikatakan not invertible (tidak dapat dibalikkan)
jika ia bukan fungsi yang berkoresponden satu-satu, karena fungsi
balikannya tidak ada.
Contoh 19:
• Misalkan fungsi ƒ : A → B, diketahui A = { a,b,c } dan B = { 1,2,3 } dengan
aturan ƒ(a)=2,ƒ(b)=3 dan ƒ(c)=1. Apakah ƒ fungsi invertible. Jika ya,
tentukan inversnya?.
Fungsi ƒ merupakan
bijektif sehingga invertible
dengan ƒ-1(1)=c, ƒ-1(3)=b
dan ƒ-1(2)=a.
Contoh 20:
Misalkan fungsi ƒ : A → B, diketahui A = { 1,2,3 } dan B =
{ u,v,w } didefinisikan ƒ = { (1,u),(2,w),(3,v) }. Apakah ƒ
fungsi invertible?.

Fungsi ƒ merupakan bijektif


sehingga invertible dengan
ƒ-1 = { (u,1), (w,2), (v,3) }

Contoh 21:
Tentukan invers fungsi ƒ(x) = x – 1
Jawab :
Fungsi ƒ(x) = x – 1, adalah fungsi yang berkoresponden satu-satu sehingga
invertible
Misalkan ƒ(x) = y, sehingga y = x – 1, maka x = y + 1, jadi invers fungsinya sbb:

ƒ-1(y) = y + 1.

Anda mungkin juga menyukai