Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MATEMATIKA BISNIS

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan belajar, diharapkan mahasiswa mampu:


 Memahami definisi himpunan
 Mengerti dan memahami hubungan antar himpunan
 Memahami operasi antar himpunan
 Mengerti dan memahami himpunan bilangan

B. Tugas Latihan

Mahasiswa mengerjakan tugas latihan yang tersaji di akhir bab.

BAB I
1
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MATEMATIKA BISNIS

A. Definisi Himpunan

Konsep himpunan adalah suatu konsep yang paling mendasar bagi Ilmu Matematika modern pada
umumnya dan dibidang ilmu ekonomi dan bisnis pada khususnya.
Dalam bidang ekonomi dan bisnis terutama dalam hal pembentukan model kita harus
menggunakan sehimpunan atau sekelompok data observasi dari lapangan
Himpunan :
 Set (Himpunan atau kumpulan ) adalah suatu kumpulan atau gugusan dari sejumlah obyek-obyek
yang berbeda
Ex : Nama-nama mahasiswa Piksi Ganesha, merk-merk disket di toko Komputer
 Dinotasikan dan hurup besar
Ex : himpunan A, himpunan B, dll.
 Obyek dalam himpunan disebut elemen/anggota himpunan
Ex : A = { 1, 2, 3 }, maka elemen-elemen himpunan A adalah 1, 2 dan 3
 Himpunan yang tidak memiliki anggota disebut himpunan kosong (empty set) dinotasikan dengan
ф

Menyatakan Himpunan :
Ada 2 cara :
1. Menuliskan tiap-tiap anggota himpunan diantara 2 kurung
kurawal ex : A = { Jhony, Yukiyem, Michael }
2. Menuliskan sifat-sifat semua anggota himpunan diantara 2 kurung kurawal
ex : B = { x / x = bilangan prima yang diawali dari angka 7 }
Perhatikan tabel berikut !
Cara – 1 Cara – 2
A = { 3, 5, 7, 11, 13 } A = { x t bilangan prima | 3 ≤ x ≤ 13 }
A = { ayam, buku, api } B = tidak dapat dinyatakan karena tidak
ada sifat yang sama
Tidak dapat dinyatakan karena jumlah C = < x E bil.bulat | x > 10
anggota C tak terhingga

B. Hubungan antar Himpunan

1. Kesamaan Dua Himpunan


Definisi: Dua himpunan dikatakan sama, bila kedua himpunan tersebut mempunyai unsur-unsur
yang bersamaan.
A = B: artinya untuk setiap x elemen A maka x juga
merupakan elemen B atau sebaliknya.

x  A xB
 xA
2. Himpunan Bagian x  B

Definisi: A dikatakan himpunan bagian dari B, jika setiap unsur
dari A adalah unsur dari B.
A  B jika xA  xB

Dari kedua definisi di atas maka:


 Setiap himpunan adalah merupakan himpunan dari dirinya
sendiri. A  A
 Jika A bukan himpunan bagian dari B, maka ditulis:
A B

 Himpunan kosong (  ) adalah merupakan himpunan bagian semua himpunan.

 Untuk A=B, maka bisa diartikan bahwa A  B dan B  A atau A dab B saling
himpunan bagian.
 Jika A  B dan B  C, maka berlaku A  C.

C. Operasi Himpunan (Set Operation)


Himpunan Semesta (U) adalah himpunan yang merupakan batas dari ruang pembicaraan.

Diagram Venn adalah suatu cara menggambarkan secara mudah hubungan antara dua himpunan atau
lebih.

1. Komplemen (Complement)
Komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang terdiri dari unsur-unsur yang terdapat dalam
himppunan semesta U tapi tidak merupakan unsur dari himpunan A.

U
Notasi A’ atau A maka A’={x/xA}
A
2. Gabungan (Union)
Gabungan dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan dimana unsur-unsurnya adalah unsur
yang berada di A atau di B atau dikeduanya.

U
A B

3. Irisan (Intersection)
Irisan dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang unsur-unsurnya dimiliki oleh A dan
juga dimiliki oleh B secara bersamaan.

U
A B

4. Selisih Himpunan (Set Difference)


Selisih dari dua himounan A dan B adalah suatu himpunan yang semua unsur-unsurnya termasuk
di A tetapi tidak termasuk di B.

A
U B
A-B

D. Himpunan Bilangan
 Himpunan bilangan yang pertama kita kenal adalah himpunan bilangan bulat positif
(himpunan bilangan asli/bilangan alam), yaitu ,1,2,3,... Notasi nya adalah N.

 Himpunan N tertutup terhadap operasi-operasi perkalian dan pertambahan. Artinya bila kita
lakukan operasi-operasi tersebut pada himpunan bilangan asli maka hasilnya juga merupakan
bilangan asli. Tetapi untuk operasi pengurangan dan pembagian tidaklah demikian. Jadi N
tidak tertutup terhadap operasi perngurangan dan pembagian. Artinya bila kita operasikan
operasi tersebut trhadap himpunan bilangan asli maka akan menimbulkan himpunan bilangan
baru.
a – b akan menghasilkan bil asli bila a > b
a : b akan menghasilkan bil asli bila a mrpk kelipatan dari b

Adapun operasi penambahan dan perkalian pada bil asli


tunduk pada hukum-hukum berikut:
1. a+b = b+a ; hukum komutasi penjumlahan
2. (a+b)+c = a+(b+c) ; hukum asosiasi penjumlahan
3. axb = bxa ; hukum komutasi perkalian
4. (a+b)xc = ac+bc ; hukum distribusi perkalian

 Karena bil asli tertutup untuk operasi pengurangan dan pembagian, maka para matematikawan
menciptakan bilangan nol, bilangan bulat negatif dan bilangan pecahan.

 Bilangan pecahan dapat ditulis dalam bentuk desimal. Desimalnya selalu berakhir atau
berulang.
Misal: ½ = 0,5
13/11 = 0.1818181818...
2/7 = 0,285714285714... (285714 berulang)
11/13 = 0,846153846153... (846153 berulang)

 Gabungan bilangan bulat dan bilangan pecahan disebut bilangan rasional. Ternyata bilangan
rasional juga tidak mampu untuk memenuhi akan bilangan matematika. Maka pada tahun 500
SM, Phytagoras memperkenalkan suatu bilangan yang disebut bilangan Irrasional.
Misal 2 = 1,414213562...
:

= 3,141592654...
e = 2,718281828...

 Bilangan riil adalah bilangan yang mungkin bulat, mungkin pecahan dan mungkin
irrasional.

 Skema himpunan bilangan dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1.1
Skema Himpunan Bilangan

Bilangan Kompleks

Bilangan Nyata (riil) Bilangan Khayal

Bilangan Irasional Bilangan Rasional

Bilangan Bulat Bilangan Pecahan

Positif Nol Negatif


SOAL UNTUK LATIHAN

1. Bila diketahui himpunan-himpunan berikut:


Semesta (U) = {x|x adalah bilangan asli <15}
V = {x|x adalah bilangan prima <15}
W = {1, 2, 3, 4, 5,6}
Maka tentukanlah:
a. V  W e. V’  W i. W’ - V’
b. V  W f. V  W’ j. (V’  W)’
c. V’ g. V’  W’ k. (V – W)
d. W’ h. (V  W)’

2. Bila diketahui himpunan-himpunan berikut:


A = {a, b, c, d, e, f, g, h, i, j}
B = {x|x huruf hidup}
C = {a, b, c, d, e, f, g}
Maka tentukanlah:
a. B  C g. A  B m. C - A
b. A  B  C h. A  C n. C - B
c. A - B i. B  C o. (A – B)  C
d. A - C j. A  B  C p. A – B - C
e. B - C k. A  B
f. B - A l. A  C
8
BAB II
FUNGSI

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan belajar, diharapkan mahasiswa mampu:


 Mengerti dan memahami fungsi linier
 Mampu manggambar fungsi linier
 Mengerti dan memahami fungsi non linier
 Mampu manggambar fungsi non linier

B. Tugas Latihan

Mahasiswa mengerjakan tugas latihan yang tersaji di akhir bab.

8
BAB II
FUNGSI

Fungsi adalah hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel


lainnya Unsur-unsur pembentukan fungsi :
1. Variabel → Variabel yang berubah-ubah dari suatu keadaan ke keadaan lainnya
2. Koefisien→ bil. atau angka yang diletakkan tepat didepan suatu variabel
3. Konstanta→ Sifatnya tetap | tidak terkait dengan suatu variabel
apapun Secara umum : Y = f(x), dimana x adalah variabel bebas
y adalah variabel terkait

A. Fungsi Linier
Fungsi Linier adalah fungsi. Polinom yang variabel bebasnya memiliki pangkat paling
tinggi adalah satu :
y = ao + a1x1
dimana : ao konstanta, nilainya positif, negatif, atau nol
a1 koefisien, nilainya positif, negatif, atau nol
Contoh : y = 4 + 2x

CARA MENGGAMBAR FUNGSI LINIER


a) Dengan cara sederhana (curve traicing process)
Yaitu dengan menggunakan tabel x dan y, dimana kita tentukan dulu nilai x sebagai
variabel bebas, maka dengan memasukkan beberapa nilai x kita akan memperoleh
nilai y.
Misalkan y = 4 + 2x
X -2 -1 0 1 2
Y 0 2 4 6 8
Kemudian kita tinggal memplotkan masing-masing pasangan titik tersebut.

b) Dengan cara matematis (menggunakan ciri-ciri yang penting)


Misalkan diketahui y = 4 + 2x
Maka grafik fungsi dapat digambarkan menggunakan ciri-ciri penting, yaitu:
1) Titik potong fungsi dengan sumbu y, pada x=0, maka y=4. Jadi titiknya
adalah A(0,4)
2) Titik potong fungsi dengan sumbu x, pada y=0, maka x=4. Jadi titiknya
adalah A(-1/2,0
Dengan menggunakan kedua ciri ini maka kita dapat menggambar grafik fungsi
y=4 + 2x seperti terlihat pada gambar berikut:

y=4+2x
(0,4)

x
(-2,0)

Perpotongan Dua Fungsi Linier


Untuk fungsi. Linier yang saling berpotongan, maka untuk mencari titik potongnya dapat
dilakukan dengan cara :
1. Subtitusi
2. Eliminasi
Contoh : Tentukanlah titil potong fungsi 2x +3y = 4 dengan x + 2y = 1
1. Subsitusi : a) 2x + 3y = 4
2x = 4 – 3y

43y
x= 2 …..1) masuk ke …2)
x + 2y = 1 …2)
43y
[ + 2y = 1] X 2
2
4 – 3y + 4y = 2
- 3y + 4y = 2 – 4
y = -2
b) 2x + 3y = 4
3y = 4 - 2x

4  2x
y = 3 ….1) masuk ke …2)
[x+2
4  2x 3
= 1] X 3
3x + 2 (4 – 2x) = 3
3x + 8 – 4x = 3
- x=3–8
x=5
Jadi himpunan penyelesaiannya { 5, -2 }
2. Eliminasi : 2x + 3y = 4 X 1 maka 2x + 3y = 4
x + 2y = 1 X 2 maka 2x + 4y = 2
y=-2
2x + 3y = 4 X 2 maka 4x + 6y = 8
x + 2y = 1 X 3 maka 3x + 6y = 3
x= 5
Jadi himpunan penyelesaiannya { 5, -2 }
Untuk menggambar, gunakan langkah-langkang menggambar garis lurus:

B. Fungsi Non Linier


Fungsi non Linier dapat berupa fungsi Kuadrat, fungsi Eksponen, fungsi Logaritma,
fungsi pecahan, dll. Gambar dari fungsi ini bukan suatu garis lurus, melainkan suatu
garis lengkung. Fungsi kuadrat disajikan dalam gambar berupa suatu parabola vertikal
& horizontal, fs rasional yang gambarnya berbentuk hiperbola, fs kubik, lingkaran &
elips.
FUNGSI KUADRAT
Fungsi. Kuadrat adalah Fungsi yang pangkat tertinggi dari variabel a/ dua bentuk umum
dari fungsi. Kuadrat
y = f (x) = ax2 + bx + c

dimana :
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
a, b, c = konstanta. Dan a ≠ o

CARA MENGGAMBAR FUNGSI KUADRAT


c) Dengan cara sederhana (curve traicing process)
Yaitu dengan menggunakan tabel x dan y, dimana kita tentukan dulu nilai x sebagai
variabel bebas, maka dengan memasukkan beberapa nilai x kita akan memperoleh
nilai y.
Misalkan y = x2 - 5x + 6
X -2 -1 0 1 2 3
y 20 12 6 2 -1/4 0
Kemudian kita plotkan masing-masing pasangan titik tersebut.

d) Dengan cara matematis (menggunakan ciri-ciri yang penting)


Misalkan diketahui y = x2 - 5x + 6
Maka grafik fungsi dapat digambarkan menggunakan ciri-ciri penting, yaitu:
1) Titik potong fungsi dengan sumbu y, pada x=0, maka y=6. Jadi titiknya
adalah A(0,6)
2) Titik potong fungsi dengan sumbu x, pada y=0, maka kita harud mencari
nilai Diskriminan (D) terlebih dahulu:
Nilai diskriminan ini akan menentukan apakah parabola vertikal memotong,
menyinggung dan atau tidak memotong maupun menyinggung sb x.
 Jika nilai D = b2 – 4ac adalah negatif maka tidak terdapat titik
potong sb x.
 Jika nilai D = b2 – 4ac adalah positif maka terdapat dua titik potong
sb x.
 Jika nilai D = b2 – 4ac adalah nol maka terdapat satu titik potong
dengan sb x.
Maka kerena D = 25 – 4 (1) (6) = 1 > 0, terdapat dua buah titik potong

b b 2  4ac
dengan sumbu x dengan menggunakan rumus X1,2 =
2a
diperoleh nilai x1 dan x2 yaitu:
5
 x 51
25  4(1)   3 jadi titik nya (3,0)
(6) B
1 1
2 2
5 25  4(1) 51
 x2    2 jadi titiknya B2 (2,0)
(6) 2

2
3) Titik puncak, yaitu titik dimana arah dari grafik fungsi kuadrat kembali ke
 b  (b2  4ac) 
 ,
arah semula. Titik
2a  jadi titiknya C(5/2,-1/4)
puncak:  4a 
4) Sumbu simetri adalah sumbu yang membagi/membelah dua grafik fungsi
kuadrat tersebut menjadi dua bagian yang sama besar.
Sumbu simetri x=-b/2a jadi sumbu semetrinya adalah: x=5/2
Dengan menggunakan keempat ciri ini maka kita dapat menggambar grafik fungsi
y = x2 - 5x + 6 seperti cara menggambar grafik fungsi linear di atas.

Perpotongan Dua Fungsi Kuadrat


Dengan cara yang sama dengan perpotongan dua fungsi linier, maka kita dapat
menentukan titik potong dua fungsi kuadrat.

SOAL-SOAL LATIHAN:
1. Gambarlah grafik fungsi
a. y = 9 – 2x
b. y = 2x2 – 9x + 12
c. y = -x2 + 8y - 15
2. Jika diketahui fungsi y = 4 – x2 dan y = 2x2 – 5x + 4
a. Carilah titik potong antara kedua fungsi tersebut
b. Gambarlah grafik kedua fungsi tersebut.
BAB III
PENERAPAN FUNGSI DI BIDANG EKONOMI DAN BISNIS

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan belajar, diharapkan mahasiswa mampu:


 Fungsi penawaran dan permintaan
 Keseimbangan pasar
 Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar
 Pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar
 Fungsi penerimaan
 Fungsi biaya

B. Tugas Latihan

Mahasiswa mengerjakan tugas latihan yang tersaji di akhir bab.


BAB III
PENERAPAN FUNGSI DI BIDANG EKONOMI DAN BISNIS

 Penerapan fungsi Linier dalam bisnis dan teori ekonomi mikro, yaitu :
Fungsi permintaan, fungsi penawaran, keseimbangan pasar, pengaruh pajak dan subsidi
terhadap keseimbangan pasar, fungsi penerimaan, fungsi biaya dan break-even analisis.
 Penerapan fungsi Linier dalam teori ekonomi makro :
Fungsi pendapatan yang terdistribusi menjadi fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
fungsi pendapatan rasional yang dihitung melalui pendekatan pengeluaran.

A. Fungsi Permintaan dan Penawaran

Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan merupakan fungsi mencerminkan hubungan antara variabel harga (P,
price) suatu barang dengan variabel jumlah barang yang diminta (Qd : quantity demand)
P = f(Qd)
Fungsi ini mencerminkan prilaku konsumen di pasar di mana sifat yang berlaku yaitu
bahwa jika harga barang mengalami peningkatan, maka jumlah barang yang diminta akan
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Fungsi permintaan suatu barang dicerminkan sbb. :
P

P’

P’
P”

O Qd
Qd Qd Qd

Fungsi Penawaran
fungsi penawaran merupakan fungsi yang mencerminkan hubungan antara variabel harga
(P : Price ) suatu barang dengan variabel jumlah barang yang ditawarkan (Qs : Quantitif
supply) : P = f(Qs)
Fungsi ini mencerminkan prilaku produsen dipasar dimana sifat yang berlaku yaitu bahwa
jika barang mengalami peningkatan, maka jumlah barang yang ditawarkan akan
mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya.
Fungsi. penawaran suatu barang dicerminkan sbb. :

P
P=f(Qs)

o Qs

B. Keseimbangan Pasar

1. Keseimbangan pasar (equilibrium) adalah harga yang terjadi di pasar yang


merupakan kesepakatan antara penjual (supply) dan pembeli (demand).
2. Keseimbangan dapat dihitung dengan menyamakan fungsi permintaan dan
fungsi penawaran (D = S) yang membentuk titik keseimbangan (equilibrium).
3. Keseimbangan hanya berlaku pada nilai-nilai yang positif atau kuadran I.
4. Titik keseimbangan terbentuk pada pertemuan harga dan jumlah atau, (Q1,P1).

P = f(Qs)

Pe

P = f(Qd)
o Qe Qd,Qs

C. Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan Pasar

Pemerintah mengenakan pajak penjualan kepada para produsen. Pajak penjualan tersebut
dinyatakan dengan tarif pajak (t) = satuan unit uang / satuan unit barang.
Pengaruh pajak terhadap keseimbangan harga / kuantitas di pasar
Sesudah ada pajak
Sebelum ada Pajak
[tarif pajak (t)]

Fungsi permintaan P = f (Qd) P = f (Qd)

Fungsi Penawaran P = f (Qs) P = f (Qs) + t

Contoh soal
Diberikan fs permintaan dan fs penawaran sebagai : Qd = 11 – P dan Qs = -4 + 5 kepada
produsen tersebut pemerintah mengenakan pajak dengan tarif pajak sebesar t = 3 / unit
barang
a. carilah keseimbangan harga dan kuantitas di pasar sesudah ada pajak
b. Gambarkan perubahan akibat pajak tersebut
c. Berapa tarif pajak yang ditanggung konsumen
d. Berapa tarif pajak yang ditanggung produsen
e. Berapa total pajak yang diterima pemerintah
f. Berapa tarif pajak yang ditanggung pemerintah
g. Berapa tarif pajak yang ditanggung produsen
h. Arsirlah total pajak masing-masing pada gambar diatas
Jawab !
Adanya pengenaan pajak dari permintaan kepada produsen ternyata mengakibatkan :
1. Keseimbangan harga setelah ada pajak lebih tinggi dari pada keseimbangan harga
sebelum pajak :
Pe’ = 7 → Pe = 5
Maka Pe’ < Qe
2. Keseimbangan kuantitas setelah ada pajak lebih rendah dari pada keseimbangan
kuantitas sebelum kena pajak :
Pe’ = 4 → Pe = 6
Maka Qe’ < Qe
Tarip pajak yagdikenakan oleh pemerintah kepada produsen t = 3 / unit. Akan tetapi
produksi sebagian dari pajak tersebut dibebankan kepada konsumen. Beban tarif pajak
yang dibebankan a/ produksi kepada konsumen terasa a/ adanya kenaikan keseimbangan
harga dari Pe = 5 terjadi Pe’ = 7, sedangkan yang ditanggung produsen berarti tanggal
masanya terhadap
Pajak | Total Pajak :
Tarif Pajak Total Pajak

Tarif pajak yang dikenakan o/ pemerin Total pajak yang diterima o/ pemerintah
ah kepada produsen
T = 3 / unit T = t x Qe’
= 3 x 4 = 12
Tarif pajak yang dibebankan o/ produ Total pajak yang berasal dari konsumen
sen kepada konsumen
Tk = Pe’ – Pe Tk = tk x Qe’
=7–5=2 =2x4=8
Tarif pajak yang ditanggung o/ produsen Total pajak yang berasal dari produsen
Tp = t – tk Tp = tp x Qe’
=3–2=1 =1x4=4

Diketahui suatu perusahaan barang mempunyai, fungsi permintaan dan fungsi


penawaran sebagai berikut :
D: P = 40 – 2Q
S:P=Q-5
Ditanyakan :
a. Bila dikenakan pajak sebesar Rp.3,00 per unit, tentukan keseimbangan
sebelum dan setelah pajak
b. Total pajak yang diterima pemerintah
c. Pajak yang dibayar produsen dan konsumen
d. Gambar grafiknya
Gambar grafiknya sebagai berikut :
Diketahui fungsi penawaran S : P = Q2 – 8 dan fungsi permintaan D:
P = Q2 – 14Q + 48 dengan pajak sebesar 20 % maka Pt = P ( 1 + t ) , tentukan:
a. Keseimbangan sebelum dan sesudah pajak
b. Besar total yang diterima pemerintah dan pajak yang ditanggung konsumen
dan produsen
c. Gambar grafik fungsi sebelum dan sesudah pajak.
D. Pengaruh Subsidi Terhadap Keseimbangan Pasar

Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar


Pemerintah memberikan subsidi kepada para produsen. Subsidi tersebut dinyatakan
dengan tarif subsidi (s) = satuan unit uang / satuan unit barang.
Penaruh pajak terhadap keseimbangan harga / kuantitas di pasar

Sebelum ada Subsidi Sesudah ada Subsidi

Fungsi permintaan P = f (Qd) P = f (Qd)

Fungsi Penawaran P = f (Qs) P = f (Qs) - s

Contoh soal
Dari soal sebelumnya, diketahui fs permintaan | fs penawaran sbb. : Qd = 11 – P dan Qs = -
4 + 2P kepada produsen tsb. pemerintah memberikan subsidi dengan tarif subsidi sebesar s
= 1 / unit barang
a. Carilah keseimbangan harga dan kuantitas di pasar sesudah ada subsidi
b. Gambarkan perubahan akibat subsidi tersebut
c. Berapa tarif subsidi yang ditanggung konsumen
d. Berapa tarif subsidi yang ditanggung produsen
e. Berapa total subsidi yang diterima konsumen
f. Berapa tarif subsidi yang ditanggung produsen
g. Berapa tarif subsidi yang ditanggung
pemerintah Jawab !
Adanya pemberian subsidi dari pemerintah kepada produsen teryata menghasilkan :
1. Keseimbangan harga setelah ada subsidi lebih rendah dari pada keseimbangan harga
sebelum ada subsidi :
Pe’ = 4,33 → Pe = 5
Maka
Pe’ < Pe
2. Keseimbangan kuantitas setelah ada subsidi lebih tinggi dari pada keseimbangan
kuantitas sebelum ada subsidi :
Qe’ = 6,67 → Qe = 6
Maka Qe’ > Qe
Tarif subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen s = 4 / unit. Akan tetapi
: produsen tidak menikmatiya sendiri. Sebagian dari subsidi tersebut diberikannya kepada
konsumen.
Tarif subsidi yang diberikan c/ produsen kepada konsumen terasakan o/ adanya penuntas
keseimbangan harga dari Pe = 5 menjadi Pe’ = 4,33, sedangkan yang diberikan produsen.
Tarif Subsidi | Total Subsidi :

Tarif subsidi Total subsidi

Tarif subsidi yang dikenakan o/ Total subsidi yang diterima o/


pemerintah kepada produsen pemerintah
S = 1 / unit
= 1 x 6,67 = 6,67 S = s x Qe’

Tarif subsidi yang diterima o/ produ Total subsidi yang berasal dari
sen kepada konsumen konsumen
Sk = Pe – Pe’ Sk = sk x Qe’
= 5 – 4,33 = 0,67 = 0,67 x 6,67
= 4,47
Tarif subsidi yang ditanggung o/ produ Total subsidi yang diminati produsen
sen Sp = sp x Qe’
Sp = s – sk = 0,33 x 6,67 = 2,20
= 1 – 0,67 = 0,33
Fungsi Penerimaan
Fungsi penerimaan disebut juga fungsi pendapatan atau fungsi hasil penjualan
dilambangkan dengan R (Revenue) atau TR (Total Revenue)
Fungsi Penerimaan merupakan fungsi dari output : R = f(Q) dengan Q = jumlah produk
yang laku terjual. Fungsi penerimaan merupakan hasil kali antara harga jual perunit dengan
jumlah barang yang dip[roduksi dan laku dijual :
Jika P adalah harga jual perunit, maka :
R = P x Q dengan P = harga jual per unit
R = jumlah produk yang dijual
Contoh :
Misalkan suatu produk dengan harga Rp. 5.000 per unit barang, bagaimanakah fungsi
permintaannya ?
Gambarkan fungsi pemerintah tersebut pada grafik
Penyelesaian :
R=PxQ
R = 5.000Q
Gambar :
Karena intersepnya tidak ada (nol) maka fs penerimaan di gambarkan melalui titik (0,0)
dengan gradien positif :

R R = 5000

Q
o

E. Fungsi Penerimaan

Fungsi penerimaan disebut juga fungsi pendapatan atau fungsi hasil penjualan
dilambangkan dengan R (Revenue) atau TR (Total Revenue)
Fungsi Penerimaan merupakan fungsi dari output : R = f(Q) dengan Q = jumlah produk
yang laku terjual. Fungsi penerimaan merupakan hasil kali antara harga jual perunit dengan
jumlah barang yang dip[roduksi dan laku dijual :
Jika P adalah harga jual perunit, maka :
R=PxQ dengan P = harga jual per unit
R = jumlah produk yang dijual
Contoh :
Misalkan suatu produk dengan harga Rp. 5.000 per unit barang, bagaimanakah fungsi
permintaannya ?
Gambarkan fungsi pemerintah tersebut pada grafik
Penyelesaian :
R=PxQ
R = 5.000Q
Gambar :
Karena intersepnya tidak ada (nol) maka fs penerimaan di gambarkan melalui titik (0,0)
dengan gradien positif :

R R = 5000

Q
o

F. Fungsi Biaya
Diimbangkan dengan C (Cost) atau TC (Total Cost) terdiri atas dua jenis fungsi gaya.
1. Fixed cost atau fungsi biaya tetap (FC) merupakan fungsi yang tidak bergantung pada
jumlah produk yang diproduksi. Jadi fungsi biaya tetap adalah fungsi konstanta
FC = k dengan k konstanta positif
Contoh :
Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp. 100.000.000
Bagaimanakah fungsi biaya tetapnya dan gambarkan fungsi tersebut pada grafik
kartesius
Jawab : FC = 100.000.000

FC
FC =

o Q
2. Variabel cost atau fungsi biaya yang berubah-ubah (VC)
Merupakan fungsi biaya yang besarnya bergantung dari jumlah produk yang diproduksi
Jadi : VC = f(Q) merupakan hasil kali antara harga jual perunit dengan jumlah barang
yang diproduksi.
Jika P adalah biaya produksi per unit, dimana biaya produksi per unit senantiasa lebih
kecil dibandingkan harga jual perunit barang, maka
VC = P x Q dengan P = biaya produksi per unit dan
Q = produk yang diproduksi
Contoh :
Suatu produk diproduksikan dengan biaya produksi Rp. 3.000 per unit. Bagaimana
fungsi biaya variabelnya dan gambarkan fungsi tersebut pada grafik
Jawab : VC = P x Q
= 3.000 Q
karena intersepnya td F ada (nol) maka fungsi biaya variabelnya di gambarkan
mmelalui titik (0,0) dengan gradiennya positif.

VC

VC = 8.000 Q

o Q
3. Fungsi Total Cost (TC) merupakan penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya
variabel TC = FC + VC
Contoh :
adalah contoh diatas, dimana biaya tetap yang dikeluarkan sebuah perusahaan sebesar
Rp. 100.000.000,- dan biaya variabelnya : 3.000 Q,maka TC = 100.000.000 + 3.000 Q.
Ternyata intersep dari fungsi total biaya adalah sama dengan biaya tetapnya dan

gradiennya sama dengan gradien fungsi biaya t etap. Hal ini mencerminkan bahwa
T
penggambaran fungsi total biaya harulah melalui titik (0,FC) dan sejajar dengan grafik
VC.

SOAL UNTUK LATIHAN:


1. Diketahui fungsi permintaan suatu barang P = - ½ Q + 50
Ditanyakan:
a. Berapa harga barang apabila jumlah barang yang diminta sebesar 10 unit?
tingkat harga Rp. 10?
b. Gambarkan kurva permintaannya!
2. Diketahui fungsi penawaran suatu barang adalah sebagai
berikut Q = - 20 + 4P. Ditanyakan:
a. Berapa jumlah pada harga Rp. 8?
b. Berapa harga pada jumlah 4 unit?
c. Pada harga berapa penjual tidak mau menjual barangnya?
d. Gambarkan grafik kurvanya!
6
15. Diketahui fungsi permintaan D : Q = P2 –12P + 36 dan fungsi penawaran S : Q
P
= P2 maka Qt = . Pada barang tersebut dikenakan pajak sebesar t = 25%,
1  t 
tentukan:
a. Keseimbangan sebelum dan sesudah pajak.
b. Besar total pajak yang diterima pemerintah dan pajak yang ditanggung
konsumen juga produsen.
c. Gambar grafik fungsi sebelum dan setelah pajak.
BAB IV
BARISAN DAN DERET

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan belajar, diharapkan mahasiswa mampu:


 Memahami Barisan dan deret Aritmatika (deret hitung)
 Memahami Barisan dan deret Geometri (deret ukur)

B. Tugas Latihan

Mahasiswa mengerjakan tugas latihan yang tersaji di akhir bab.

26
BAB IV
BARISAN DAN DERET

A. Barisan dan deret Aritmatika (deret hitung)


Andaikan suku pertama,suku kedua, suku ketiga, suku keempat berturut-
turut sampai dengan suku ke-n suatu barisan diulis sbb :
S1, S2, S3, S4,…, Sn
Barisan di atas merupakan merupak barisan hitung apabila selisih antara dua
suku yang berurutan (misalnya b) adalah sama. Jadi :
S2 - S1 = S3 - S2 = S4 - S3= … = Sn - Sn-1 = b
Jika suku pertama dari barisan tersebut dimisalkan adalah a dan selisih
antara dua suku yang berurutan adalah b, maka nilai masing-masing suku dari
barisan hitung dapat dihitung dengan cara sbb :
S1 = a
S2 = S1 + b = a + b
S3 = S2 + b = a + b + b = a + 2b
S4 = S3 + b = a + 2b + b = a + 3b
.
Sn = Sn-1 + b = a + (n – 2)b + b = a + (n-1)b
Maka rumus untuk menghitung nilai suku ke-n suatu barisan hitung dapat tulis sbb:

Sn = a + (n-1)b
Dimana : Sn = nilai suku ke-n
a = nilai suku pertama
n = banyaknya suku
b = selisih atau beda (b bisa positif, bisa negative tetapi b ≠0)

Jumlah dari seluruh bilangan yang membentuk suatu barisan hitung disebut dengan
deret hitung.
n

Dn   s i
i 1

Atau Dn = S1 + S2 + S3 + S4 +… + Sn
Dengan memasukkan nilai-nilai setiap suku barisan hitung sebagaimana
diuraikan sebelumnya, diperoleh :
Dn = a + (a+b) + (a + 2b) + (a + 3b) + … + a + (n-1)b
Apabila suku terakhir, yaitu a + (n-1)b tetap dituliskan dengan Sn, maka :
Dn = a + (a+b) + (a + 2b) + (a + 3b) + … + Sn
Jika deret hitung Dn ditulis dua kali dengan urutan yang berlawanan dan
kemudian dijumlahkan, diperoleh :
Dn = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + … +Sn
Dn = Sn + ( Sn – b) + ( Sn – 2b) + ( Sn – 3b) + … + a +
2Dn = (a + Sn) + (a + Sn) + (a + Sn) +(a + Sn) + … + (a + Sn)
2Dn = n(a + Sn)

Dn  n
(a  S )
n
2
Dn  n
a  a (n 1)b
2
Dn  n
2a (n 1)b
2
Maka rumus jumlah deret hitung dari barisan hitung dari suku ke-n adalah sbb :

D
n
n 2a (n 1)b
2

CONTOH SOAL
Contoh 1
Hitung suku ke-16 dan jumlah deret hitung sampai suku ke-16 dari barisan hitung
berikut :
a. 10, 12, 14, 16, 18, …
b. 80, 75, 70, 65, 60, …

Contoh 2
Nilai suku pertama dari suatu barisan hitung adalah 20 dan nilai suku ke-10 adalah
38. Hitung :
a. Beda antara dua suku yang berurutan,
b. Nilai dari suku ke-21
c. Suku ke berapa yang bernilai 100,
d. Jumlah deret hitung sampai suku ke-41.
Contoh 3
Suku ke-5 suatu barisan hitung adalah 2000 dan suku ke-14 adalah 4250. Hitung :
a. Beda antara dua suku yang berurutan
b. Suku pertama dan suku ke-17
c. Jumlah deret hitung sampai suku ke-17

B. Barisan dan deret Geometri (deret ukur)

Andaikan suatu barisan ditulis sbb :


S1, S2, S3, S4,…, Sn
Barisan diatas adalah deret ukur apabila rasio antara dua suku yang berurutan
(misalkan r) adalah sama. Jadi :

S2 Sn  ...  r
S3 S1 
S4  Sn
S
S2 1

Jika suku pertama dari deret ukur adalah a dan rasio antara dua suku yang
berurutan adalah r, maka nilai masing-masing suku dari deret ukur tersebut dapat
dihitung dengan cara sbb :
S1 = a
S2 = S1 r = a r
S3 = S 2 r = a r r = a r 2
S4 = S3 r = a r2 r = a r3.
.
Sn = Sn-1 r = a rn-2 r = a rn-1
Maka rumus untuk menghitung nilai suku ke-n suatu deret ukur dapat tulis sbb :

Sn = a rn-1
Dimana : Sn = nilai suku ke-n
a = nilai suku pertama
n = banyaknya suku
r = rasio atau pembanding (r bisa positif, bisa negative tetapi
r ≠ dan r ≠ 1)
Bila bilangan-bilangan S1, S2, S3, S4,…, Sn dapat ditentukan yang
membentuk suatu barisan ukur dijumlahkan, hasilnya disebut dengan deret ukur.
Misalkan jumlah deret ukur sampai suku ke-n adalah Dn, maka :
n

Dn   s i
i 1

Atau Dn = S1 + S2 + S3 + S4 +… + Sn
Dengan mensubtitusikan nilai masing-masing suaku deret ukur, diperoleh :
Dn = a + ar + ar2 + … + arn-1
rDn = ar + ar2 + … + arn-1 + arn

Dn - rDn= a - a rn
(1 – r)Dn = a(1 + rn)
n
a(1 r )
Dn 
1 r
Maka rumus jumlah deret ukur dari suku ke-n adalah sbb :
n
a(1 r )
Dn  jika r < 1 atau
1
r
n
a( r 1)
Dn  jika r > 1
r
1

Contoh 4
Hitunglah suku ke-10 dan jumlah deret hitung sampai suku ke-10 dari barisan ukur
berikut :
a. 2, 6, 18, 54, 162, …
b. 10, - 20, 40, - 80, 160, …
c. 1, (1.05), (1.05)2, (1.05)3, (1.05)4, …

Contoh 5
Nilai suku ke-4 dari suatu barisan ukur adalah 1600 dan nilai suku ke-6 adalah
25600. Hitung :
a. Rasio antara dua suku yang berurutan
b. Suku pertama dan suku ke-9
c. Jumlah deret ukur sampai suku ke-9
Contoh 6
Seseorang menulis suatu surat berantai dan mengirimkannya kepada lima orang
temannya (tahap pertama). Oleh kelima orang ini, surat tersebut digandakan dan
kemudian mengirimkannya lagi ke masing-masing lima temannya (tahap kedua).
Jika pada tahap-tahap berikutnya, setiap orang yang menerima surat menggandakan
dan mengirimkannya lagi ke masing-masing lima temannya, hitung jumlah orang
yang sudah mendapatkan surat berantai sampai tahap ke-10

SOAL UNTUK LATIHAN


Terdapat (tergabung) dalam bab berikutnya.
32
BAB V
PENERAPAN BARISAN DAN DERET DI BIDANG
EKONOMI DAN BISNIS

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan belajar, diharapkan mahasiswa mampu:


 Memahami penggunaan deret untuk Perkembangan Kegiatan Perusahaan
 Memahami penggunaan deret dalamTeori Nilai Uang

B. Tugas Latihan

Mahasiswa mengerjakan tugas latihan yang tersaji di akhir bab.


BAB V
PENERAPAN BARISAN DAN DERET DI BIDANG
EKONOMI DAN BISNIS

A. Perkembangan Kegiatan Perusahaan


Contoh 1
PT.Chyntiamega menghasilkan suatu produk sebesar 10.000 unit pada tahun
pertama produksinya dan menjualnya dengan harga sebesar Rp.50.000 per unit.
Jika setiap tahunnya perusahaan mampu meningkatkan produksi sebesar 5.000 unit
dan harga jual meningkat sebesar Rp.2.500 per unit, tentukan :
a. Tingkat produksi pada tahun ke-10 dan jumlah produksi selama 10 tahun
tersebut.
b. Tingkat harga pada tahun ke-10
c. Hasil penjualan pada tahun ke-10
Contoh 2
Perusahaan keramik “Seroja Jaya” mengeluarkan biaya total sebesar Rp 8.000.000,-
dan memperoleh penerimaan total sebesar Rp 6.000.000,- pada bulan pertama
produksinya. Jika biaya marginal dan penerimaan marginal perusahaan setiap
bulannya bertambah dengan mengikuti pola barisan hitung, yaitu biaya marginal
sebesar Rp 1.500.000,- dan penerimaan marginal sebesar Rp 2.000.000,- .
Tentukanlah!
a. Total biaya dan penerimaan perusahaan, masing-masing pada bulan ke-12?
b. Pada bulan keberapa perusahaan mencapai titik impas?
c. Pada bulan keberapa perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 4.000.000,-?
Contoh 3
Hasil penjualan “PT Mega” pada tahun pertama produksinya adalah sebesar Rp
150.000.000,- Apabila hasil penjualan tersebut bertambah sebesar 8% per tahun,
berapa hasil penjualan perusahaan pada tahun ke-6?

33
B. Teori Nilai uang
Contoh 4
Albert meminjam uang sebesar Rp.5.000.000 dari “Koperasi Karyawan“ di
lingkungan kerjanya dan berjanji akan membayar secara cicilan sebesar Rp.250.000
tiap akhir bulan dengan membayar bunga 15% per tahun dari sisa hutangnya.
Hitung total bunga yang dibayar sampai dengan pinjamannya lunas.
Jawab : 62.500, 59.375, 56.250, 3.125
jadi a= 62.500 ; b = - 3.125 ; n = 20

atau Dn = n
a  S 
n
2
20
jadi D20 = 62.500  3.125
2
= 10 ( 65.625) = Rp 656.250,00

Contoh 5
Ricahardo meminjam uang sebesar Rp.10.000.000 dari suatu lembaga perkreditan
dan berjanji akan membayarnya secara angsuran sebesar Rp. 400.000 tiap akhir 3
bulan ditambah dengan bunga 18% per tahun dari sisa hutangnya. Hitung :
a. Jumlah bunga yang dibayar pada angsuran yang terakhir?
b. Jumlah bunga yang dibayar sampai dengan pinjamannya lunas?
c. Jumlah uang yang harus dibayar dalam melunasi pinjaman tersebut?
Contoh 6
Suatu lembaga pendidikan berencana untuk membentuk suatu dana yang akan
dihadiahkan dalam bentuk beasiswa secara abadi kepada sejumlah mahasiswa yang
berprestasi dengan jumlah beasiswa sebesar Rp.20.000.000 per semester. Untuk
mencapai tujuan tersebut, berapa jumlah dana yang harus disetor lembaga tersebut
sekarang dalam suatu rekening yang menghasilkan suku bunga 15% dimajemukkan
secara semesteran apabila pembayaran pertama beasiswa tersebut dilakukan
sekarang juga.
SOAL UNTUK LATIHAN
1. Carilah suku ke-n dan jumlah deret ukur sampai suku ke-n dari setiap barisan
ukur berikut, untuk n yang ditentukan.
a. 54, 162, 486, 1458, … untuk n = 20
b. 320, -160, 80, -40, … untuk n = 15
c. ½, 1/8, 1/16, … untuk n = 10
d. 1, (1.12), (1.12)2, (1.12), … untuk n = 24
2. Tentukan suku pertama , rasio antara dua suku-sukunya yang berurutan dan
suku ke-15 dari suatu barisan ukur, apabila pada barisan ukur tersebut
diketahui:
a. S4 = 3200 dan S8 = 819200 c. S3 = dan S7 = 4
b. S7 = (1.02)13 dan S10 = (1.02)19 d. SS5 = (1.05)-4 dan S9 = 1
3. PT. Chyntiasari memperoleh hasil penjualan sebesar Rp 460.000.000 pada
tahun ke-3 dan Rp 850.000.000 pada tahun ke-6. Apabila pertambahan hasil
penjualan perusahaan mengikuti pola barisan hitung, tentukan :
a. Pertambahan hasil penjualan perusahaan per tahun
b. Hasil penjualan perusahaan pada tahun pertama,
c. Pada tahun berapakah hasil penjualan perusahaan menjadi Rp
1.370.000.000?
36
BAB VI
BUNGA DAN DISKONTO SEDERHANA

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan belajar, diharapkan mahasiswa mampu:


 Memahami serta menghitung Jumlah Bunga, Nilai Kemudian dan Nilai
Sekarang
 Memahami Metode Menghitung Bunga Sederhana
 Menghitung Suku Bunga dan Periode Waktu

B. Tugas Latihan

Mahasiswa mengerjakan tugas latihan yang tersaji di akhir bab.


BAB VI
BUNGA DAN DISKONTO SEDERHANA

A. Jumlah Bunga, Nilai Akhir dan Nilai Sekarang


Dalam perhitungan bunga sederhana (simple interest), jumlah yang dihitung pada
suatu periode waktu tertentu tidak diikutkan dalam menghitung jumlah bunga pada periode
waktu berikutnya. Jumlah uang pokok dengan bunga pada saat jatuh tempo disebut dengan
nilai jatuh tempo atau nilai akhir atau nilai akumulasi.
Untuk memudahkan penulisan formula dalam menghitung beberapa variable dalam
matematika bisnis yang berhubungan dengan bunga sederhana sbb :
I = Jumlah bunga sederhana
r = suku bunga per tahun
t = periode waktu (tahun)
P = Uang pokok atau nilai sekarang atau nilai diskonto
S = Nilai akhir atau nilai akumulasi atau nilai jatuh tempo
Pada bunga sederhana,jumlah bunga atas suatu trasaksi keuangan adalah
merupakan fungsi dari tiga variabel,yaitu:besarnya uang pokok,persentase suku bunga dan
periode waktu.dengan demikian,sejumlah uang pokok P yang dikenakan suku bunga
sederhana sebesar r persen per tahun selama periode waktu t tahun akan menghasilkan
jumlah bunga I sebesar uang pokok dikali dengan suku bunga dengan periode waktu.dalam
bentuk pesamaan dapat ditulis:
I=Prt (1)
Nilai akhir dari sejumlah uang pokok tersebut pada saat jatuh tempo adalah uang pokok
ditambah dengan jumlah bunga atau :
S=P+I S= P + P r t (2)
Dengan mensubtitusikan nilai I pada persamaan (1) ke persamaan (2) diperoleh
S = P (I + rt) (3)
Persamaan (3) merupakan formula untuk menghitung sejumlah uang yang akan diterima
pada masa yang akan dating yang disebut dengan nilain akhiratau nilai akumulasi, dimana
(I + rt) pada persamaan tersebut adalah factor akumulasi yaitu nilai akumulasi dari Rp 1
per periode. Proses menghitung nilai akhir S dari nilai sekarang P disebut mengakumulasi.

37
Apabila persamaan (3) ditulis kebali dilihat dari segi P diperoleh:

Atau

S
rt= -1
P
S
r=( - 1) : t
P
S
t=( - 1) : r
P
Persamaan (4) merupakan formula untuk menghitung nilai sekarang dari sejumlah uang
pada masa yang akan dating,dimana [1 + r t ] disebut faktor diskonto dari Rp 1 per periode
proses perhitungan sekarang P dari nilai akhir S disebut mendiskonto.

Bunga Sederhana untuk periode waktu bulan atau hari


Periode waktu dalam formula menghitung jumlah bunga,dinyatakan pada persamaan
(1) sampai persamaan (4) dapat juga dinyatakan dalam bulan atau hari.suku bunga
dinyatakan dalam persentase tertentu per tahun,dalam waktu periode waktu bulan atau hari
maka periode waktu tersebut harus dikonversi menjadi periode waktu dalam tahunan
dengan cara sebagai berikut:
a. apabila periode waktu dinyatakan dalam bulan,maka rumus mengkonversi waktu
tersebut menjadi tahun adalah:

b. apabila periode waktu dinyatakan dalam hari, maka ada dua cara menghitung
bunga sederhana yaitu:

1. Bunga Eksak (Exact interest)


Dalam menghitung bunga eksak dianggap bahwa 1 tahun adalah 365 hari
(tanpa membedakan tahun kabisat)mengkonversi periode waktu dari harian menjadi
tahunan dapat digunakan rumus berikut:

2. Bunga ordinari (Ordinary interest)


Dalam menghitung bunga ordinari dianggap bahwa 1 tahun adalah 360 hari
(sering juga disebut banker`s year). mengkonversi periode waktu dari harian
menjadi tahunan dapat digunakan rumus berikut:

Menghitung Jumlah Hari Diantara Dua Tanggal Kalender


Ada dua cara untuk menghitung jumlah hari diantara dua tanggal kalender yaitu:
a. Waktu eksak (exact time)
Adalah hitungan jumlah hari yang sebenarnya yang dapat dihitung dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut suatu Tabel Angka serial masing-
masing,angka serial dalam table yang dimulai dari angka 1 (angka serial untuk 1
januari) sampai dengan angka 365 (angka untuk 31 desember) tahun yang
sama.jumlah hari diantara dua tanggal yang ditetapkan adalah merupakan selisih
diantara angka serial yang mewakili kedua-duanya.khusus untuk tahun kabisat,angka
serial untuk semua hari setelah tanggal 28 pebruari perlu ditambah dengan
1,misalnya 354 + 1 = 355.angka serial suatu hari yang jatuh tempo pada 1 tahun
berikutnya ditambak 365,angka serial suatu hari yang jatuh tempo untuk dua tahun
berikutnya ditambah 730 dan seterusnya

B .Waktu kiraan (approximate time)


Adalah hitungan jumlah hari yang mengasumsikan bahwa semua bulan mempunyai
jumlah hari yang sama masing-masing 30 hari tanpa mempersoalkan tahun kabisat.

Contoh 1
Tuan A meminjam Rp 10.000.000,00 selama 3 tahun yang dikenakan suku bunga
sederhana 15%. Hitung jumlah bunga dan nilai akhir dari pinjaman tersebut!
Contoh 2
Tuan B membuka suatu rekening tabungan pada bank yang mengenakan suku bunga
sederhana 20%. Jika selama 3 tahun nilai rekening tabungannya menjadi Rp 8.000.000
berapa tabungan pokok yang setor tuan B ?
Contoh 3
Tuan C meminjam Rp 10.000.000 pada suku bunga sederhana 18%, hitung jumlah
bunga dan nilai akhir dari pinjaman dengan menggunakan :
a. Bunga sederhana selama 5 bulan
b. Bunga eksak selama 146 hari
c. Bunga ordinary selama 240 hari
Contoh 4
Setelah dua tahun 73 hari, tuan D mengembalikan pinjamannya termasuk
bunga sebesar Rp 7.640.000. Jika bunga atas pinjaman tersebut adalah 24%, hitung
jumlah uang yang sebenarnya telah dipinjam dengan
menggunakan : a. Bunga eksak b. Bunga ordinary

Tabel 1 . Angka Serial dari masing-masing hari dalam setahun


Tgl Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tgl
1 1 32 60 91 121 152 182 213 244 274 305 335 1
2 2 33 61 92 122 153 183 214 245 275 306 336 2
3 3 34 62 93 123 54 184 215 246 276 307 337 3
4 4 35 63 94 124 155 185 216 247 277 308 338 4
5 5 36 64 95 125 156 186 217 248 278 309 339 5

6 6 37 66 96 126 157 187 218 249 279 310 340 6


7 7 38 65 97 127 158 188 219 250 280 311 341 7
8 8 39 67 98 128 159 189 220 251 281 312 342 8
9 9 40 68 99 129 160 190 221 252 282 313 343 9
10 10 41 69 100 130 161 191 222 253 283 314 344 10
11 11 42 70 101 131 162 192 223 254 284 315 345 11
12 12 43 71 102 132 163 193 224 255 285 316 346 12
13 13 44 72 103 133 164 194 225 256 286 317 347 13
14 14 45 73 104 134 165 195 226 257 287 318 348 14
15 15 46 74 105 135 166 196 227 258 288 319 349 15
16 16 47 75 106 136 167 197 228 259 289 320 350 16
17 17 48 76 107 137 168 198 229 260 290 321 351 17
18 18 49 77 108 138 169 199 230 261 291 322 352 18
19 19 50 78 109 139 170 200 231 262 292 323 353 19
20 20 51 79 110 140 171 201 232 263 293 324 354 20
21 21 52 80 111 141 172 202 233 264 294 325 355 21
22 22 53 81 112 142 173 203 234 265 295 326 356 22
23 23 54 82 113 143 174 204 235 266 296 327 357 23
24 24 55 83 114 144 175 205 236 267 297 328 358 24
25 25 56 84 115 145 176 206 237 268 298 329 359 25
26 26 57 85 116 146 177 207 238 269 299 330 360 26
27 27 58 86 117 147 178 208 239 270 300 331 361 27
28 28 59 87 118 148 179 209 240 271 301 332 362 28
29 29 88 119 149 180 210 241 272 302 333 363 29
30 30 89 120 150 181 211 242 273 303 334 364 30
31 31 90 151 212 243 304 365 31
Contoh 5 :
Hitung waktu eksak dan waktu kiraan dari 20 Januari sampai 25 Agustus pada tahun yang
sama. Jawab :
Waktu eksak sbb:
Tanggal Angka serial
25 Agustus 237
20 Januari 20
Waktu eksak 217 hari

Waktu kiraan :
Tanggal Bulan Hari
25 Agustus 8 25
20 Januari 1 20
Waktu kiraan 7 5
Waktu kiraan = 7 bulan 5 hari
= 7 x 30 hari + 5 hari = 215 hari
Contoh 6
Hitung waktu eksak dan waktu kiraan dari 15 Februari sampai 10 Desember
pada tahun yang sama untuk tahun kabisat.
Contoh 7
Hitung waktu eksak dan waktu kiraan dari 10 September sampai 24 Juni
satu tahun berikutnya?
Contoh 10
Pinjaman selama 10 bulan terhitung dari tanggal 31 januari akan jatuh
tempo pada tanggal 30 november tahun yang sama. Pinjaman selama 11 bulan yang
dimulai pada tanggal 31 maret akan jatuh tempo pada tanggal 28 februari (atau
pada tanggal 29 februari untuk tahun kabisat).
a. Jika pinjaman dimulai pada tanggal tertentu dan berlangsung selama beberapa
bulan atau beberapa hari dan ternyata tanggal jatuh tempo pinjaman tersebut
tepat berada pada hari libur, maka tanggal jatuh tempo akan diundur ke hari
kerja berikutnya dan tambahan hari tersebut akan diperhitungkan dalam periode
pembayaran bunga.
B. Metode-metode Menghitung Bunga Sederhana
Contoh 11
Pada tanggal 13 Maret, seseorang meminjam Rp 30.000.000 dari suatu bank
yang menggunakan suku bunga sederhana 15% dan akan melunasinya pada tanggal
20 Desember dalam tahun yang sama. Hitung jumlah bunga dan nilai akhir
pinjaman tersebut dengan menerapkan :
a. Metode bunga eksak dan waktu eksak
b. Metode bunga ordnary dan waktu eksak
c. Metode bunga eksak dan waktu kiraan
d. Metode bunga ordnary dan waktu kiraan
Contoh 12
Pada tanggal 8 Agustus seseorang menginvestasikan Rp 10.000.000
dengan suku bunga sederhana 18%. Hitung jumlah bunga dan nilai akhir dari
investasi tersebut pada tanggal 21 Desember satu tahun yang berikutnya dengan
menerapkan :
a. Metode bunga eksak dan waktu eksak
b. Metode bunga orinary dan waktu eksak
c. Metode bunga eksak dan waktu kiraan
d. Metode bunga ordinary dan waktu kiraan
Contoh 13
Pada tanggal 1 agustus seseorang, memperoleh sejumlah pinjaman dari
suatu bank yang mengenakan suku bunga sederhana 18%. Jika pada tanggal 17
November satu tahun berikutnya dia mengembalikan pinjaman beserta bunga
sebesar Rp 12.365.000 hitung berapakah jumlah pinjaman pokoknya dengan
menerapkan :
a. Metode bunga orinary dan waktu eksak
b. Metode bunga eksak dan waktu kiraan
c. Metode bunga eksak dan waktu kiraan
d. Metode bunga ordinary dan waktu kiraan
C. Menghitung Suku Bunga dan Periode Waktu
1. Menghitung Suku Bunga
Contoh 14
Hitung suku bunga sederhana dari suatu tabungan sebesar Rp 10.000.000
jika tabungan tersebut menghasilkan jumlah bunga sebesar Rp 750.000 selama 6
bulan.
Contoh 15
Hitung suku bunga eksak dari pinjaman pokok sebesar Rp 6.250.000 jika
selama 292 hari menghasilkan nilai akumulasi sebesar Rp 7.250.000.
292
Jawab : P = 6.250.000 ; S = 7.250.000 ; t =
365

Suku bunga eksak : r =  S1 


t 1 1
= 292  7.250.000 = 0.2 = 20 %
   
P 1
365 6.250.000

Contoh 16    
Pada tanggal 5 maret seseorang meminjam Rp 15.000.000 dari suatu bank
dan akan membayar sebesar Rp 16.875.000 termasuk bunga pada tanggal 30
desember tahun yang sama. Jika bank menerapkan banker’s rule (metode bunga
ordinary dan waktu eksak), hitung suku bunga yang dikenakan oleh bank.
Contoh 17
Berapa harikah pinjaman pokok sebesar Rp 2.500.000 berlangsung sehingga
menghasilkan bunga sebesar Rp 300.000 apabila bunga dihitung menggunakan
bunga ordinary 16% ?
Jawab : P=2.500.000 ; I = 300.000 ; r = 0.16
1
Periode waktu : t =
Pr
300.000
t =
2.500.0000.16
t = 0,75 tahun
Dalam bunga ordinary . 1 tahun = 360 hari, jadi 0,75 tahun = 0,75 x 360 = 270 hari
Contoh 18
Berapa bulankah tabungan pokok sebesar Rp 3.000.000 berlangsung
sehingga menghasilkan nilai akhir sebesar Rp 4.125.000, Apabila tabungan tersebut
menghasilkan suku bunga sederhana 15% ?

SOAL UNTUK LATIHAN


1. Hitung jumlah bunga dan nilai akhir dari pinjaman-pinjaman berikut :
a. Rp 5.000.000 selama 1 tahun pada suku bunga sederhana 18%
b. Rp 4.000.000 selama 1 tahun 3 bulan pada suku bunga sedehana 16%?
2. Seseorang menginvestasikan Rp 8.000.000 pada suku bunga 15%. Hitung:
a. Bunga sederhana dan nilai akhir investasi tersebut selama 15 bulan,
b. Bunga eksak dan nilai akhir investasi tersebut selama 1 tahun 85 hari,
c. Bunga ordinary dan nilai akhir investasi tersebut selama 450 hari.
3. Setelah 2 tahun 146 hari, seseorang mengembalikan pinjamannya termasuk
bunga sebesar Rp 6.800.000. Jika pinjaman tersebut dikenakan suku bunga
15%, hitung jumlah uang yang sebenarnya telah dipinjam dengan menerapkan :
a. Bunga eksak b. Bunga ordinary
4. Pada tanggal 10 januari 2000, seseorang meminjamkan Rp 15.000.000 yang
dikenakan suku bunga sederhana 14%. Pinjaman tersebut akan dilunasi pada
tanggal 25 desember dalam tahun yang sama. Hitung jumlah bunga dan nilai
akhir dari pinjaman tersebut dengan menerapkan :
a. Metode bunga eksak dan waktu eksak
b. Metode bunga orinary dan waktu eksak
c. Metode bunga eksak dan waktu kiraan
d. Metode bunga ordinary dan waktu kiraan
5. Pada tanggal 8 agustus seseorang menginvestasikan Rp 10.000.000 dengan
suku bunga sederhana 18%. Hitung jumlah bunga dan nilai akhir dari investasi
tersebut pada tanggal 21 desember satu yang berikutnya dengan menerapkan :
a. Metode bunga eksak dan waktu eksak
b. Metode bunga orinary dan waktu eksak
c. Metode bunga eksak dan waktu kiraan
d. Metode bunga ordinary dan waktu kiraan
BAB VII
BUNGA DAN DISKONTO MAJEMUK

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan belajar, diharapkan mahasiswa mampu:


 Mengerti dan memahami bunga majemuk dan nilai akhir
 Memahami dan menghitung equivalensi suku bunga
 Mengetahui dan memahami suku bunga dan periode pembayaran bunga

B. Tugas Latihan

Mahasiswa mengerjakan tugas latihan yang tersaji di akhir bab.

45
BAB VII
BUNGA DAN DISKONTO MAJEMUK

Transaksi keuangan yang mengunakan perhitungan bunga majemuk yaitu


bunga yang dihitung pada periode pertama ditambahkan kepada uang pokok mula-
mula dan jumlahnya adalah merupakan uang pokok. Kedua dalam menghitung
bunga pada akhir periode kedua. Untuk memudahkan dibuat formula berupa notasi
dalam matematika bisnis yaitu:
P = uang pokok mula-mula atau nilai sekarang atau nilai diskonto
S = nilai akhir atau nilai akumulasi atau nilai jatuh tempo
m = banyaknya periode bunga dalam satu tahun
n = total periode bunga dalam keseluruhan jangka waktu
jm= suku bunga nominal pertahun yang dimajemukan sebanyak m kali per
tahun
i = suku bunga per periode konversi
Suku bunga per periode konversi (i) adalah suku bunga Nominal ( jm ) di bagi
jm
dengan banyaknya periode bunga dalam Satu tahun ( m ) atau: i
m
maka n=mt

A. Bunga Majemuk dan Nilai Akhir


Perhitungan Bunga majemuk dan Nilai Akhir untuk Uang Pokok (P)
Suku bunga I per periode sebanyak n periode:
S = P ( 1 + i )n
Karena i = jm /m atau n = m t maka persamaan dapat ditulis
 j mt
S  P 1 m 
 m
Contoh :
Ruth Yosephine membuka rekening tabungan pada suatu bank dengan
menyetor Rp 2.000.000,00 pada suku bunga nominal 15% yang dimajemukan
Secara bulanan ( j12 = 15% ).
Hitung nilai rekening tabungannya pada akhir 2 tahun berapa bunga majemuk atas
tabungan tsb?
0.15
Jawab: P = 2.000.000 ; i =
12 = 0.0125 ; n = 12 x 2 = 24

Nilai rekening tabungan pada akhir 2 tahun :


S = P [ 1 + i ]n
= 2.000.000 [ 1 + 0.0125 ]24
= Rp 2.694.701,11
Bunga majemuk untuk 2 tahun pertama ( misalkan Ii ):
I1= nilai rekening tabungan pada akhir 2 tahun dikurangi dengan tabungan
pokok
I1 = 2.694.702,11 – 2.000.000 = Rp 694.701,11

B. Ekuivalensi Suku Bunga


Ekuivalensi Suku Bunga Nominal Majemuk dengan Suku Bunga Efektif
Apabila suku bunga j adalah ekuivalen dengan suku bunga jm maka:
(1+j) = ( 1 + i )m
j = ( 1 + i )m - 1
Dimana j adalah suku bunga efektif tahunan
Contoh 6 :
Hitung suku bunga efektif yang ekuivalen dengan:
a.j2 = 15 % b. j12 = 18% c. j365 = 12%
0.15
jawab : a. j =(1+
2
2 ) -1
= ( 1 + 0.075 )2 – 1
= 1.155625 – 1 = 0.155625 = 15%
Ekuivalensi Dua Suku Bunga Nominal Majemuk
Apabila kedua suku bunga tersebut menghasilakan nilai akumulasi yang sama dari
sejumlah uang pokok pada akhir suatu periode.
Contoh :
Tentukan suku bunga nominal majemuk j4 yang ekuivalen dengan
suku bunga nominal majemuk berikut :
a. j12 = 12% b. j3 = 21% c. j2 = 17%
jawab:
0.12
a.( 1 + j ) 4 = (1+
)12
4
4
12
( 1 + j4 ) = ( 1 + 0.01 ) 3
4

1 + j4 = 1.03031
4

j4 = 0.03031
4

j4 = 0.121204 = 12 %

Ekuivalensi Suku Bunga Nominal Majemuk dengan Suku Bunga Sederhana.


Suatu suku bunga majemuk adalah ekuivalen dengan suku bunga tsb
menghasilkan nilai akumulasi dari sejumlah uang yang sama pada akhir suatu
periode tertentu.
Contoh:
Tentukan suku bunga sederhana yang ekuivalen dengan :
a. J2 = 14% jika uang diinvestasikan selama 1 tahun
b. J12 = 13.5% jika uang diinvestasikan selama 2 tahun
c. J365 = 12 % jika uang diinvestasikan selama 3 tahun
Contoh 10 :
Seseorang mengivestasikan Rp 15.000.000,00 selama 10 tahun dengan suku
bunga nominal majemuk j4 = 16% . Hitung nilai akumulasi investasi tsb dengan
menggunakan n:
a. Formula bunga majemuk?
b. Suku bunga efektif yang ekuivalen dengan j4 = 16% ?
c. Suku bunga majemuk bulanan yang ekuivalen dengan j4 = 16% ?
d. Suku bunga sederhana yang ekuivalen dengan j4 = 16%?
Jawab:
a. Hitung nilai akumulasi S dari :
P = Rp 15.000.000 ; i = 0,04 ; n = 40
S = P(1 + i)n
= 15.000.000 (1 + 0,04)40
= Rp.72.015.309,41
C. Suku Bunga dan Periode Pembayaran
Untuk memperoleh suku bunga i dengan cara sbb;
a) Menyelesaikan persamaan S = P (1 – i)n untuk suku bunga per periode i atau
suku bunga nominal jm secara aljabar
b) Menyelesaikan persamaan S = P (1 – i)n untuk suku bunga per periode i atau
suku bunga nominal jm secara logaritma

Sedangkan untuk memperoleh n dengan metode sbb:


a) Metode teoritis yaitu metode yang menyelesaikan
persamaan S = P (1 – i)n secara logaritma
b) Metode praktis, yaitu metode yang menyelesaikan persamaan
S = P (1 – i)n dengan menggunakan interpolasi linier

Contoh 18:
Berapakah suku bunga nominal j3 yang membuat sejumlah uang pokok
menjadi 3 kali lipat dalam waktu 6 tahun?
Jawab:
Misal x = jumlah uang pokok
P = x ; S = 3x ; n=18
Menghitung suku bunga j3 secara aljabar
S = P (1 + i)n
3x = x(1+ i)18
(1 + i)18 = 3
1+i = 31/18
diperoleh i = 0,06293507
j3 = 3 i
= 0,188805211 ~ 18.88%
Menghitung suku bunga j3 secara logaritma
S = P (1 + i)n
3x = x(1+ i)18
(1 + i)18 = 3
18 log (1 + i) = log 3
diperoleh i = 0,06293507
j3 = 3 i
= 0,188805211 ~ 18.88%

3.8 SOAL UNTUK LATIHAN


1. Hitung nilai akumulasi dan jumlah bunga majemuk dari
a. Rp 1.000.000 pada suku bunga j2 = 16% selama 6 tahun,
b. Rp 2.000.000 pada suku bunga j3 = 15% selama 5 tahun,
c. Rp 3.000.000 pada suku bunga j4 = 14% selama 4 tahun,
d. Rp 4.000.000 pada suku bunga j12 = 12% selama 3 tahun.
2. Hitung nilai akumulasi investasi sebesar Rp 25.000.000 untuk jangka waktu 5
tahun pada suku bunga nominal 15% yang dimajemukan secara:
a. Tahunan, e. Bulanan,
b. Setengah tahunan, f. Minggguan,
c. Empat bulanan, g. Harian
3. Pada tanggal 1 pebruari 2002, Ikobastian memasukkan tabungan sebesar Rp
5.000.000 pada suatu rekening pada suatu bank yang mengenakan suku bunga j4
= 18%. Hitung nilai rekening tabungannya pada :
a.Tanggal 1 pebruari 2004, c. Tanggal 1 Agustus 2006,
b. Tanggal 1 Mei 2005, d. Tanggal 1 November 2007.
4. Edofrans ingin mendepositokan uang sebesar Rp 15.000.000 selama 18 bulan
pada suatu bank. Untuk memaksimumkan nilai depositonya pada saat jatuh
tempo, tentukan bank mana dari 3 alternatif bank berikut harus dipilih.
Alternatif Bank Suku Bunga Nominal Frekuensi Pemajemukan (m)
Bank Arthagraha 18% Semesteran
Bank Bonigraha 15% Bulanan
Bank caniagraha 14% Kontinu

7. Tentukan suku bunga efektif j yang ekuivalen dengan


: a. j2 = 20%, b. j3 = 18%,
c. j4 = 16%, d. j12 = 15%,
8. Tentukan ekuivalensi suku bunga berikut :
a. j2 yang ekuivalen dengan j1 = 16%, ,
b. j4 yang ekuivalen dengan j12 = 16%,
c. j12 yang ekuivalen dengan j3 = 16%,
9. Tentukan suku bunga r yang ekuivalen dengan :
a. j3 = 18% selama 3 tahun,
b. j4 = 16% selama 2 tahun,
c. j12 = 15% selama 1 tahun.
10.Suatu lembaga keuangan menawarkan 4 jenis sertifikat investasi yang berbeda
suku bunga nominal dan frekuensi pemajemukannya, yaitu j12 = 24%, j4 = 23%,
j3 =22% dan j2 = 21%. Alternatif mana yang terbaik?
11.Yosephine menginvestasikan dana sebesar Rp 10.000.000 selama tiga tahun
yang menghasilkan suku bunga nominal j3 = 21%. Hitung nilai akumulasi
investasi tersebut dengan menggunakan :
a. Formula bunga majemuk,
b. Suku bunga efektif yang ekuivalen dengan j3 = 21%,
c. Suku bunga majemuk semesteran yang ekuivalen dengan j3 = 21%,
d. Suku bunga majemuk bulanan yang ekuivalen dengan j3 = 21%.
12.Pada tanggal 1 Juni 2001, Christanty menyetor tabungan sebesar Rp 5.000.000
pada suatu bank yang mengenakan suku bunga nominal j 2 = 18%. Hitung
nilai rekening tabungannya pada tanggal 1 Desember 2004 dengan
menggunakan :
a. Formula bunga majemuk,
b. Suku bunga majemuk bulanan yang ekuivalen dengan j2 = 18%,
c. Suku bunga majemuk tiga bulanan yang ekuivalen dengan j2 = 18%,
d. Suku bunga sederhana yang ekuivalen dengan j2= 18%.
13.Hitung nilai diskonto dan diskonto majemuk dari uang sebesar Rp
8.000.000 pada
a. Suku bunga j365 = 12% selama 3 tahun,
b. Suku bunga j12 = 15% selama 4 tahun,
c. Suku bunga j4 = 16% selama 5 tahun.
14.Dalam pembelian suatu barang, seseorang diberi alternatif apakah membayar
tunai sebesar Rp 20.000.000 atau akan mengangsurnya dengan cara
membayar uang muka sebesar Rp 10.000.000 dan angsuran sebesar Rp
4.000.000 per tahun selama 4 tahun. Jika uang dihargai pada suku bunga j1
16%, tentukan alternatif mana yang lebih murah.

Anda mungkin juga menyukai