Anda di halaman 1dari 115

HUBUNGAN RASA PERCAYA DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN KRAMAT JATI 19 PAGI

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidik Strata 1 (S1)

Oleh
Dini Anugrah Safitri
1111018300070

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Dini Anugrah Safitri
NIM : 1111018300070
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi :“Hubungan Rasa Percaya Diri Dengan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi”

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Desember 2015

(Dini Anugrah Safitri)


ABSTRAK
Dini Anugrah Safitri, NIM : 1111018300070, “Hubungan Rasa Percaya Diri
Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Kramat Jati 19
Pagi”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2015.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengkaji apakah terdapat hubungan
antara rasa percaya diri dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN
Kramat Jati 19 Pagi.

Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga responden pada


penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 19 Pagi Kramat Jati. Metode yang
digunakan adalah metode penelitian kuantitatif berupa metode ekspos fakto dan
didukung oleh referensi-referensi yang berkaitan dengan tema yang dibahas di
skripsi ini (library research). Metode tersebut penulis dukung dengan teknik-teknik
pengumpulan data meliputi observasi, angket, dan studi dokumentasi. Teknik
analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik
Spearman Rank.

Dari hasil pengolahan data yang didapat langkah selanjutnya


diklasifikasikan dan diolah sehingga menghasilkan data akhir dengan ρ sebesar
0,460 yang berarti terdapat hubungan rasa percaya diri yang sedang dengan prestasi
belajar Matematika siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak, ini mengandung pengertian
bahwa rasa percaya diri berhubungan positif yang sedang dengan prestasi belajar
Matematika.

Kata Kunci : Rasa Percaya Diri dan Prestasi Belajar Matematika Siswa

i
ABSTRACT

Dini Anugrah Safitri, NIM: 1111018300070, "Correlation of Self-Confidence


With Mathematics Achievement’s Fifth Grade Students SDN Kramat Jati 19
Pagi". Thesis Department of Islamic Elementary Teacher Education, Faculty of
Science and Teaching Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2015.

Purpose of this research was to examine whether there is a correlation between self-
confidence and mathematics achievement’s fifth grade students of SDN Kramat Jati
19 Pagi.

This reearch is the population, so that respondents in this study were all fifth grade
students of SDN 19 Pagi Kramat Jati. The method used is quantitative research
methods in the form of ex post facto and it’s supported by the references related to
the themes that are discussed in this paper (library research). The method supported
by data collection techniques including observation, questionnaires, and
documentation study. Data analysis technique used in this research used the
techniques Spearman Rank.

From processing the data obtained next step classified and processed to produce the
final data with ρ of 0.460, which means there is a correlation of self-confidence
with the mathematics achievement’s students. It can be concluded that the
alternative hypothesis (Ha) is accepted and the null hypothesis (Ho) is rejected, this
implies that the self-confidence that is being positively associated with mathematics
achievement’s students.

Keyword : Self-Confidence and Mathematics Achievement’s Students

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis
diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini
sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan strata 1 (S1).
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita
yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak sekali
kesulitan dan hambatan yang didapat baik dari segi moril maupun materiil.
Namun berkat pertolongan Allah SWT berupa kesungguhan dan bantuan dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raia, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Progra Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Ibu Dra. Eri Rosatria, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Nafia Wafiqni, M.Pd, selaku Dosen penasehat akademik yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis hingga
akhir perkuliahan.
5. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberikan
pengetahuan selama penulis menjalankan perkuliahan.
6. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis referensi.
7. Seluruh staf SDN Kramat Jati 19 Pagi, khususnya kepada kepala
sekolah Ibu Suminah, S.pd yang telah membantu dalam memfasilitasi
kegiatan ini, dan guru kelas V A Ibu Asmita dan V B Ibu Yenny

iii
Arsiyanti, yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian
skripsi ini.
8. Ibunda penulis yang tidak henti-hentinya memberikan do’a dan
dukungannya untuk keberhasilan penulis baik moril maupun materil.
9. Teman-teman PGMI B yang senantiasa memberikan pengalaman
kepada penulis tentang makna sebuah kebersamaan.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi
ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT memberikan
balasan yang melimpah kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan para pembaca. Aaamiin

Jakarta, 28 Oktober 2015

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................................5
C. Pembatasan Masalah..........................................................................5
D. Rumusan Masalah..............................................................................6
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian.............................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS


PENELITIAN
A. Landasan Teori ..................................................................................8
1. Hakikat Rasa Percaya diri .............................................................8
a. Pengertian Rasa Percaya Diri ..................................................8
b. Ciri-ciri Perilaku Rasa Percaya Diri .........................................10
c. Percaya Diri dalam Matematika ...............................................13
2. Hakikat Prestasi Belajar Matematika ............................................15
a. Pengertian Belajar.....................................................................15
b. Pengertian Prestasi Belajar .......................................................17
c. Pengertian Matematika ............................................................19
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika ..................................21
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...................22
B. Kerangka Berfikir ..............................................................................24

iv
C. Hipotesis Penelitian ..........................................................................24
D. Penelitian yang Relevan ...................................................................24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................27
1. Tempat Penelitian..........................................................................27
2. Waktu Penelitian ..........................................................................27
B. Variabel Penelitian ............................................................................27
C. Populasi Penelitian ............................................................................27
D. Metode dan Desain Penelitian ...........................................................28
1. Metode Penelitian..........................................................................28
2. Desain Penelitian ..........................................................................29
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................29
1. Angket ...........................................................................................29
2. Observasi ......................................................................................30
3. Studi Dokumentasi .......................................................................30
F. Instrumen Penelitian ..........................................................................31
1. Instrumen Angket..........................................................................31
2. Instrumen Observasi......................................................................32
3. Instrumen Dokumentasi ................................................................33
G. Teknik Pengolahan Data....................................................................33
1. Uji Validitas ..................................................................................33
2. Uji Reliabilitas ..............................................................................34
3. Uji Korelasi Spearman Rank.........................................................34
4. Uji -t ..............................................................................................35
H. Teknik Analisis Data .........................................................................36
1. Uji Normalitas...............................................................................36
2. Uji hipotesis ..................................................................................36

v
BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum objek Penelitian.............................. ...................... 37
1. Sejarah Singkat SDN Kramat Jati 19 Pagi....................................37
2. Visi dan Misi SDN Kramat Jati 19 Pagi .......................................38
3. Jumlah Siswa Menurut Umur........................................................39
B. Uji Validitas dan reliabilitas...............................................................39
1. Uji Validitas ..................................................................................39
2. Uji Reliabilitas ..............................................................................41
C. Analisis Deksripsi Data Hasil Penelitian ........................................... 42
1. Analisis Data Rasa Percaya Diri ...................................................42
2. Analisis Data Prestasi Belajar Matematika Siswa ........................59
3. Hasil Uji Hipotesis Korelasi Rasa Percaya Diri dengan Prestasi
Belajar Matematika Siswa.............................................................61
D. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.........................................................................................65
B. Saran .................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................67


LAMPIRAN .........................................................................................................68

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kepercayaan Diri………………………..................................... 14


Tabel 3.1 Distribusi Uni Populasi…………………………………………………… 28
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Rasa Percaya Diri Siswa.................................................. 31
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Observasi...................................................................... 32
Tabel 3.4 Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi…… 35
Tabel 4.1 Jumlah Siswa Menurut Umur…………………………………………….. 39
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Skala Rasa Percaya Diri……………………………… 41
Tabel 4.3 Skor Rasa Percaya Diri…………………………………………………… 42
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Rasa Percaya Diri…………………………………… 43
Tabel 4.5 Keyakinan kalau belajar dengan giat maka akan mendapatkan nilai matematika
yang bagus..................................................................................................... 42
Tabel 4.6 Malas mengulang kembali pelajaran matematika di rumah jika mendapatkan
nilai yang kurang memuaskan...................................................................... 43
Tabel 4.7 Merasa tertantang mengerjakan soal-soal matematika……………............... 43
Tabel 4.8 Mencontek saat ulangan matematika untuk mendapatkan nilai yang bagus...... 44
Tabel 4.9 Keyakinan bahwa dirinya lebih pintar dalam pelajaran matematika dibandingkan
teman-teman.......................................................................... 44
Tabel 4.10 Merasa teman-teman lebih menguasai rumus matematika dibandingkan
dirinya............................................................................................................. 45
Tabel 4.11 Senang jika ditunjuk menjadi perwakilan kelas dalam mengikuti perlombaan
matematika…………………………………………………………………....... 45
Tabel 4.12 Memamerkan nilai matematika yang bagus kepada teman yang kurang pintar..... 46
Tabel 4.13 Menjelaskan penyelesaian matematika kepada teman yang belum paham....... 46
Tabel 4.14 Dalam berkelompok pelajaran matematika berbaur dengan siapa saja tanpa
menghiraukan kemampuannya....................................................................... 47
Tabel 4.15 Pasif berdiskusi dalam kelompok matematika................................................ 47
Tabel 4.16 Bersikap malas dalam menghitung karena lama sehingga menggunakan 48

vi
kalkulator untuk menghitung............................................................................
Tabel 4.17 Mengulang kembali pelajaran matematika yang baru dijelaskan oleh guru di
rumah.................................................................................................. 48
Tabel 4.18 Mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika di kelas dan
bahkan menjadi sesuatu yang menakutkan di antara mata pelajaran
lainnya.......................................................................................................... 49
Tabel 4.19 Mengerjakan latihan-latihan yang berkaitan dengan matematika di rumah........ 49
Tabel 4.20 Anggapan bahwa matematika itu berkenaan dengan rumus-rumus dan dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata................................................................. 50
Tabel 4.21 Anggapan bahwa pelajaran matematika berhubungan dengan pelajaran lain....... 50
Tabel 4.22 Merasa belajar matematika adalah sia-sia karena merupakan pelajaran yang
abstrak dan tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.............................. 51
Tabel 4.23 Anggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
membingungkan............................................................................................. 51
Tabel 4.24 Merasa matematika adalah pelajaran yang abstrak, sulit dipahami dan rumit
untuk dipecahkan........................................................................................... 52
Tabel 4.25 Matematika itu hanya digunakan untuk menghitung penjumlahan, pengurangan,
pembagian, dan perkalian saja....................................................................... 52
Tabel 4.26 Merasa terbantu dengan pelajaran matematika untuk membantu ibu menghitung
belanjaan...................................................................................................... 53
Tabel 4.27 Matematika mempunyai manfaat yang besar di kehidupan nyata................. 53
Tabel 4.28 Matematika melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan........ 54
Tabel 4.29 Cuek dengan kebenaran pada suatu rumus dalam matematika........................ 54
Tabel 4.30 Merasa lebih teliti, cermat, sabar dan tekun dalam bertindak setelah berlajar
matematika...................................................................................................... 55
Tabel 4.31 Mampu memahami soal matematika dalam bentuk cerita dengan baik................ 55
Tabel 4.32 Matematika hanya ilmu hitung yang tidak bisa membentuk karakter teliti,
cermat, sabar, tekun dan lainnya................................................................... 56
Tabel 4.33 Malas menggunakan konsep matematika yang pernah dipelajari...................... 56

vii
Tabel 4.34 Matematika dapat mengasah kecerdasan otak dan meningkatkan kemampuan
untuk lebih teliti dan cermat dalam bertindak................................................ 57
Tabel 4.35 Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V……………………………. 59
Tabel 4.36 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar…………………………………………. 60
Tabel 4.37 Perincian Hasil Korelasi Rasa Percaya Diri dengan Prestasi Belajar
Matematika Siswa......................................................................................... 61

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kisi-Kisi Instrumen Rasa Percaya Diri Siswa ........................................... 68


2. Uji Coba Instrumen Rasa Percaya Diri Siswa ........................................... 69
3. Data Uji Coba Instrumen Rasa Percaya Diri Siswa.................................... 72
4. Uji Validitas Instrumen Rasa Percaya Diri Siswa ........................................73
5. Soal UAS Genap Matematika Kelas V TA. 2015/2016 ...............................75
6. Kunci Jawaban UAS Genap Matematika Kelas V TA. 2015/2016..............79
7. Kisi-Kisi Angket Rasa Percaya Diri Siswa ............................................... 80
8. Angket Rasa Percaya Diri Siswa ..................................................................81
9. Data Instrumen Rasa Percaya Diri Siswa .....................................................84
10. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi .........................................................85
11. Surat Bimbingan Skripsi...............................................................................86
12. Surat Izin Observasi......................................................................................87
13. Surat Keterangan Observasi ...................................................................... 88
14. Surat Izin Penelitian .....................................................................................89
15. Surat Keterangan Penelitian .........................................................................90
16. Uji Referensi Penelitian................................................................................91
17. Biodata Penulis ...........................................................................................92

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses panjang dan berkelanjutan untuk
mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan
penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam
semesta, beserta segenap isi dan peradabannya. Menurut Undang-Undang RI
tahun 2003,1 ”pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”. Sehingga pendidikan merupakan salah satu upaya manusia untuk
menumbuhkan pengetahuan. Dimana pendidikan itu sendiri sebagai aktivitas
dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan
membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir, karya, cipta dan budi
nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan).
Menurut Morris Kline yang dikutip oleh Lisnawaty Simanjuntak,
bahwa jatuh bangun suatu negara dewasa ini tergantung dari kemajuan di
bidang matematika.2 Penggunaan matematika atau berhitung dalam kehidupan
manusia sehari-hari telah menunjukkan hasil yang nyata. Metode matematis
juga memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa matematika
berguna dan erat kaitannya dengan segala segi kehidupan manusia, khususnya
bagi pelajar. Namun ironisnya, matematika dianggap sebagai momok bagi

1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem pendidikan
Nasional.8 Juli 2003.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301. Jakarta
2
Lysnawaty Simanjuntak, Metode Mengajar Matematika, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1993). h.64

1
2

pelajar.3 Abdurrahman menyatakan bahwa dari berbagai bidang studi yang


diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap
paling sulit bagi para siswa, baik bagi mereka yang tidak berkesulitan belajar
maupun bagi siswa yang berkesulitan belajar. 4 Menurut Surya yang dikutip
oleh Novita dan Anita, anggapan bahwa matematika merupakan mata
pelajaran yang sulit sudah melekat pada sebagian besar siswa, sehingga pada
saat menghadapi pelajaran matematika siswa menjadi malas untuk berpikir.5
Selain karena gambaran yang telah melekat pada diri siswa tentang
matematika, guru juga berpengaruh terhadap munculnya anggapan siswa
bahwa matematika adalah momok.
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan
objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain
adalah belajar. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak
didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini
tidak hanya dituntut secara fisik, tetapi juga dari segi psikis. Bila hanya fisik
anak aktif, tetapi pikiran, mental dan rasa percaya dirinya kurang, maka
kemungkinan tujuan pembelajarannya tidak tercapai.6
Oleh karena itu keberhasilan proses belajar mengajar matematika
tidak terlepas dari persiapan peserta didik dan persiapan para tenaga pendidik.
Seorang guru harus bisa menumbuhkan semangat dan percaya diri kepada
siswanya agar mereka termotivasi untuk mengembangkan potensinya
terutama dalam pelajaran matematika. Siswa yang memiliki rasa percaya diri
akan antusias, memiliki tekad, proaktif, tekun, rajin dan pantang menyerah. 7
Jika sudah tertanam rasa percaya diri pada siswa maka siswa merasa senang,
tidak terbebani dan dengan penuh perhatian mengikuti pelajaran matematika.

3
Novita Eka Indiyani dan Anita Listiara, Efektivitas Metode Pembelajaran Gotong
Royong (Cooperative Learning) Untuk Menurunkan Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi
Pelajaran Matematika, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 1, Juni 2006. h. 11
4
Maman Abdurrahman, Dasar-dasar Metode Statistika untuk Penelitian, (Bandung : CV
Pustaka Sedia, 2011). h. 252
5
Novita Eka Indiyani dan Anita Listiara, op.cit. h. 15
6
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997).
h. 44
7
Ach. Syaifullah, Tips Bisa Percaya Diri, (Yogyakarta : Garailmu, 2010). h. 15
3

Menurut Hakim8, “percaya diri adalah suatu keyakinan positif


seseorang untuk mengelola kekurangan dan kelebihan yang ada pada aspek
kepribadiannya untuk mencapai tujuan didalam hidupnya”. Percaya diri tidak
muncul begitu saja pada diri seseorang. Percaya diri timbul dalam diri pribadi
seseorang melalui proses belajar, memahami diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Jadi, percaya diri merupakan hasil dari proses pembelajaran dan
lingkungan. Kurangnya percaya diri menyebabkan peserta didik merasa
rendah diri dan gagal mencapai tujuan didalam hidupnya.
Berdasarkan pengertiannya, percaya diri terbentuk dari proses
pemikiran, emosi, pembelajaran dan lingkungan yang seiring berjalan dengan
proses perkembangan peserta didik. Keyakinan positif dari percaya diri untuk
bertindak dan berhasil membuat peserta didik optimis terhadap tujuan
belajarnya. Secara bertahap, percaya diri dapat menumbuhkan kemandirian
peserta didik untuk melakukan tugas-tugasnya dan segala sesuatu yang baik
dengan kemauan sendiri dan penuh kesadaran.
Berdasarkan observasi awal di Sekolah Dasar Negeri Kramat Jati 19
Pagi diperoleh fenomena peserta didik yang tampil didepan kelas kurang
cerdas, mudah gugup, cemas dan takut terutama apabila diperintah oleh guru
mengerjakan tugas di depan kelas disaksikan teman-temannya. Sebelum
berada di depan kelas peserta didik sudah mulai gelisah, konsentrasi yang
dipersiapkan sebelumnya hilang, situasi berubah, ketegangan menyelimuti
perasaan para peserta didik. Hal ini membuktikan bahwa kondisi percaya diri
peserta didik sangat kurang. Gejala kurang percaya diri tampak jelas seperti
bicara tergagap-gagap, gugup, wajah tampak pucat, berkeringat dan gemetar.
Pola pikir dan inisiatif peserta didik tampak kurang berkembang,
ketidakmandirian tampak membuat peserta didik tidak memiliki kekuatan
mental untuk melawan kelemahan dan kekurangannya. Sehingga untuk
menutupi kekurangan-kekurangan tersebut, peserta didik melampiaskan
ketidaktertarikannya dengan berbagai macam tingkah laku seperti

8
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta : Puspa Swara, 2002). h.
8
4

mengganggu teman, bercanda, menyontek dan cenderung menghindari


berbagai kegiatan lainnya.
Menurut guru di SDN Kramat Jati 19 Pagi yaitu Ibu Asmita
menyatakan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan hanya sekitar 40% dari
jumlah peserta didik 42 orang. Siswa kelas V masih menganggap matematika
sebagai pelajaran yang sulit. Sebagian besar siswanya belum memiliki rasa
percaya diri dalam mengerjakan tugas, sehingga siswa cenderung meminta
bantuan teman dalam menyelesaikan tugasnya. Siswanya masih memiliki
anggapan bahwa jika memang soal tersebut sulit dikerjakan, maka tidak akan
pernah mampu dikerjakan.
Anggapan yang keliru tersebut haruslah diluruskan dengan
mengembangkan keyakinan siswa terhadap mata pelajaran matematika. Hal
ini harus ditanamkan sejak siswa mengenal matematika yaitu pada saat siswa
duduk di Sekolah Dasar. Keyakinan siswa terhadap matematika diharapkan
dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika.
Apabila siswa sudah memiliki rasa percaya diri, maka diharapkan dapat
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.
Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh seseorang
setelah ia melakukan perubahan belajar matematika. Perubahan ini berupa
pemahaman konsep-konsep matematika dan juga kemampuan
menggeneralisasikan berbagai bentuk pengetahuan setelah memperoleh
pengalaman belajar matematika. Karena belajar matematika yang baik tidak
diperoleh begitu saja, semuanya membutuhkan perjuangan, baik perjuangan
fisik, psikologis maupun sosial. Faktanya, hanya mereka yang mampu
mempertahankan eksistensinya, dalam arti memiliki kepercayaan diri yang
kuat yang mampu memiliki hasil belajar yang baik. Rasa tidak percaya diri
dan kurang yakin terhadap kemampuan diri sendiri dapat memberikan dampak
negatif terhadap prestasi belajar.
Uraian permasalahan diatas, penulis merasa terdorong untuk
melakukan penelitian tentang hubungan rasa percaya diri dengan prestasi
belajar matematika siswa Kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi.
5

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
peneliti mengidentifikasikan permasalahan tersebut, antara lain:
1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika.
2. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami keterkaitan antarkonsep
matematika.
3. Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran
matematika.
4. Kurangnya keyakinan atau rasa percaya diri siswa terhadap pelajaran
matematika.
5. Adanya anggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit.
6. Kurangnya variasi dalam model dan strategi pembelajaran matematika
yang digunakan oleh guru mata pelajaran matematika.
7. Siswa yang mencapai ketuntasan masih rendah.
8. Kurangnya pemahaman siswa tentang kegunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang rasa
percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh percaya diri siswa terhadap prestasi belajar
matematika.
1. Percaya diri merupakan sikap positif yang dimiliki seorang individu yang
membiasakan dan memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif terhadap dirinya untuk meraih apa yang diinginkannya.9
2. Prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial
atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh
seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan

9
Ibid., h. 9
6

motorik.10 Prestasi belajar yang diteliti pada penelitian ini dibatasi pada
hasil belajar kognitif siswa.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, peneliti
mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar tingkat rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika?
2. Seberapa besar prestasi belajar siswa yang memiliki rasa percaya diri
dalam belajar matematika?
3. Apakah terdapat hubungan rasa percaya diri dengan prestasi belajar
matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat rasa percaya diri siswa kelas V SDN Kramat
Jati 19 Pagi.
2. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa kelas V SDN Kramat Jati
19 Pagi.
3. Untuk mengkaji hubungan rasa percaya diri dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi apakah
terdapat hubungan rasa percaya diri dengan prestasi belajar matematika
siswa dan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian,
teknik analisis atau mungkin populasi yang berbeda sehingga dapat
dilakukan proses verifikasi demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya
untuk memperbaiki kualitas pendidikan.

10
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2004). h. 101
7

2. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis penelitian ini adalah:
a. Manfaat bagi guru Matematika
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah
yang efektif di dalam proses belajar mengajar.
b. Manfaat bagi siswa
Akan mendorong siswa untuk memiliki rasa percaya diri sehingga
memberikan prestasi yang memuaskan.
c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman
dalam bidang pendidikan serta penulisan ilmiah.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori
1. Hakikat Rasa Percaya Diri
a. Pengertian Rasa Percaya Diri
“Rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang
terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai
tujuan didalam hidupnya”.11 Menurut Dimyati dan Mudjiono, Percaya
diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri
bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri
dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.12
Orang yang percaya diri memiliki rasa optimis dengan
kelebihan yang dimiliki dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Siswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi dapat memahami
kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Kelemahan-kelemahan yang
ada pada dirinya merupakan hal yang wajar dan sebagai motivasi
untuk mengembangkan kelebihan yang dimilikinya bukan dijadikan
penghambat atau penghalang dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sebagaimana pendapat Loekmono bahwa orang yang
memiliki kepercayaan diri akan memiliki keyakinan terhadap segala
aspek kelebihan dirinya sehingga mampu mengatasi ketakutan dan
kecemasan dirinya.13
Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada
adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut bahwa ia
merasa memiliki kompetensi, yakin mampu percaya bahwa dia bisa
11
Thursan Hakim, op.cit,. h. 6
12
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009). h.
13
L. Loekmono, Rasa Percaya Diri pada Diri Sendiri, (Salatiga: Universitas Satya
Wacana, 1983). h. 3

8
9

karena dukungan oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta


harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Menurut Lauster, rasa percaya diri bukan merupakan sifat
yang diturunkan (bawaan) melainkan diperoleh dari pengalaman
hidup, serta dapat diajarkan dan ditanamkan melalui pendidikan,
sehingga upaya-upaya tertentu dapat dilakukan guna membentuk dan
meningkatkan rasa percaya diri.14
Rasa percaya diri tidak akan tumbuh secara langsung
melainkan melalui suatu proses yang positif. Proses yang positif
tersebut didapatkan dalam kehidupan di lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Adapun sekolah merupakan salah satu proses yang
positif untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Karena guru akan
menanamkan keyakinan dalam diri siswa untuk meningkatkan
kemampuan siswa baik dari sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Dengan demikian rasa percaya diri terbentuk dan berkembang melalui
proses belajar di dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya.
“Rasa percaya diri merupakan sikap mental optimisme dari
kesanggupan anak terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan
segala sesuatu dan kemampuan diri untuk melakukan penyesuaian diri
pada situasi yang dihadapi”.15 Jadi rasa percaya diri sangat penting
untuk dimiliki siswa. Karena siswa yang percaya diri berarti dapat
menyelesaikan segala tugas maupun latihan yang diberikan oleh guru
dengan keyakinan dan kemampuan diri yang dimilikinya. Sehingga
siswa pun akan merasa puas dengan hasil pekerjaan yang
didapatkannya.
Menurut Taylor yang dikutip oleh Sri Wahyuni bahwa rasa
percaya diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuan yang

14
Siska, Sudardjo dan Esti H.Y, Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi
Interpersonal Pada Mahasiswa, Jurnal Psikologi 2003 No. 2, h. 69
15
Hendra Surya, Percaya Diri itu Penting : Peran orang tua dalam membangun percaya
diri anak, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2007). h. 57
10

dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau untuk mencapai


target tertentu.16
Keyakinan itulah yang melahirkan keinginan dan tekad.
Misalnya saya ingin mendapat nilai ujian yang bagus, maka saya akan
berusaha secara maksimal sampai tujuan saya tercapai dengan cara
belajar yang lebih giat. Sikap ini termasuk antara lain ekspresi
keyakinanya dalam menghadapi tantangan atau masalah, keputusannya
dalam merealisasikan ide atau gagasan dan ketangguhannya dalam
menangani kegagalan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa rasa
percaya diri adalah keyakinan individu akan kemampuan yang
dimilikinya dan menempatkan dirinya untuk melakukan hal-hal positif
yang membuat dirinya merasa mampu meraih kesuksesan tanpa
bergantung kepada orang lain serta berani dan yakin menghadapi
tantangan maupun kegagalan sehingga dapat mencapai target tertentu.
b. Ciri-Ciri Perilaku Rasa Percaya Diri
Untuk mempermudah diperolehnya gambaran tentang apa
dan bagaimana yang dimaksud dengan individu yang memiliki rasa
percaya diri, maka perlu diketahui ciri-cirinya.
Menurut Hambly17 seseorang yang mempunyai kepercayaan
diri mampu menangani segala sesuatu dengan tenang, sedangkan
Loekmono18 menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan sikap dan
kepercayaan yang optimis bahwa sesuatu pasti dapat dilakukan untuk
mengatasi kesulitan. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh
Winataputra19, perilaku seseorang yang mempunyai keyakinan akan
kemampuan diri adalah mereka akan menghindari situasi-situasi yang

16
Sri Wahyuni, Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Berbicara di
depan Umum Pada Mahasiswa Psikologi, eJournal Psikologi 2014 Volume 2 No. 1. h. 54
17
K. Hambly, Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri, (Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana, 1995). h. 3
18
Loekmono, op.cit,. h. 36
19
Udin S Winataputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka, 2008). h. 32
11

diyakini akan melampaui kemampuannya dalam mengatasi situasi


tersebut dan akan melibatkan diri dalam situasi yang diyakininya
mampu ditanganinya.
Adapun menurut Guilford, ciri-ciri rasa percaya diri dapat
dinilai melalui tiga aspek, yaitu :
a) Merasa adekuat terhadap tindakan yang dilakukan,
b) Merasa diterima oleh lingkungannya, individu merasa kelompok
atau orang lain menyukainya,
c) Memiliki ketenangan sikap, individu tidak gugup dalam melakukan
atau mengatakan sesuatu,20
Fatimah mengemukakan beberapa ciri-ciri atau karakteristik
individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional adalah
sebagai berikut:
a) Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, hingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan,penerimaan ataupun hormat dari
orang lain.
b) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi
diterima oleh orang lain atau kelompok
c) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani
menjadi diri sendiri
d) Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya
stabil)
e) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah
menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau
mengharapkan bantuan orang lain)
f) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang
lain dan situasi di luar dirinya

20
Tina Afiatin & Budi Andayani. Konsep Diri, Harga Diri, dan Kepercayaan Diri
Remaja, 1996. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada No. 223. h.. 24
12

g) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga


ketika harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif
dirinya dan situasi yang terjadi.21
Lauster juga mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki
rasa percaya diri, yaitu :
a) Percaya pada kemampuan sendiri yaitu suatu keyakinan atas diri
sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan
dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi
fenomena yang terjadi tersebut.
b) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat
bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang
dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain
dan mampu untuk meyakini tindakan orang lain.
c) Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian
yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun
tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap
diri dan masa depannya.
d) Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk
mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan
kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat
menghambat pengungkapan tersebut.22
Berdasakan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa individu yang memiliki rasa percaya diri adalah sebagai berikut:
a) Individu merasa adekuat terhadap tindakan yang dilakukan, hal ini
didasari oleh adanya sikap optimis dan cara berpikir yang poitif,
yakin akan kemampuan yang dimilikinya, berani mengambil
keputusan dan melakukan penilaian dengan mandiri dimana
individu tidak selalu membutuhkan dukungan orang lain, dan

21
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik), (Bandung:
Pustaka Setia, 2010). h. 149-150
22
Sri Wahyuni, op.cit., h. 54
13

bertindak aktif dalam lingkungan serta mampu mengadakan


perubahan di lingkungannya.
b) Merasa diterima oleh kelompoknya, individu merasa kelompok
atau orang lain mengakuinya, tidak berlebihan dalam bertindak,
dan tidak mementingkan diri sendiri, serta merasa puas atas dirinya
dan atas kebersamaan dalam kelompoknya.
c) Memiliki ketenangan sikap, individu tidak guup dalam melakukan
atau mengatakan sesuatu, mampu bekerja secara efektif, memiliki
perencanaan dan tujuan yang jelas untuk menghadapi masa depan
serta cukup toleran terhadap situasi.
c. Percaya Diri dalam Matematika
Margono membagi rasa percaya diri seseorang terhadap
matematika menjadi tiga komponen23. Tiga komponen yang dimaksud
antara lain sebagai berikut :
1. Kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap
kemampuan matematikanya, yaitu dalam menghadapi kegagalan
atau keberhasilan dan dalam bersaing dan dibandingkan dengan
teman-temannya.
2. Kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin
dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha untuk meraih
sasaran yang telah ditentukan, yaitu tahu keterbatasan diri dalam
menghadapi persaingan dengan teman-temannya dan tahu
keterbatasan diri dalam menghadapi matematika.
3. Kepercayaan terhadap matematika itu sendiri, yaitu matematika
sebagai sesuatu yang abstrak, matematika sebagai sesuatu yang
sangat berguna, matematika sebagai suatu seni, intuisi, analisis,
dan rasional, serta matematika sebagai kemampuan bawaan.

23
Gaguk Margono, Pengembangan Instrumen Pengukur Rasa Percaya Diri Mahapeserta
didik terhadap Matematika, JURNAL ILMU PENDIDIKAN, Jilid 12, Nomor 1, (Februari 2005).
h. 48
14

Pendapat Margono tentang indikator kepercayaan diri dapat


disajikan dalam tabel sebagai berikut24:
Tabel 2.1
Indikator Kepercayaan Diri
No. Faktor Indikator
1. Kepercayaan terhadap pemahaman dan a. Percaya diri dalam menghadapi
kesadaran diri terhadap kemampuan kegagalan dan keberhasilan
matematikanya b. Percaya diri dalam bersaing dan
dibandingkan dengan teman-
temannya
2. Kemampuan untuk menentukan secara a. Tahu keterbatasan diri dalam
realistik sasaran yang ingin dicapai dan menghadapi persaingan dengan
menyusun rencana aksi sebagai usaha teman-temannya.
untuk meraih sasaran yang telah b. Tahu keterbatasan diri dalam
ditentukan menghadapi matematika
3. Kepercayaan terhadap matematika itu a. Matematika sebagai sesuatu yang
sendiri. (matematika sebagai ilmu) abstrak.
b. Matematika sebagai sesuatu yang
sangat berguna.
c. Matematika sebagai suatu seni,
analitis, dan rasional.
d. Matematika sebagai suatu
kemampuan bawaan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri


Rasa tidak percaya diri dapat terjadi melalui proses panjang
yang dimulai dari faktor pendidikan keluarga. Menurut Thursan dan
Rini25, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
antara lain sebagai berikut:

24
Ibid, h. 48
25
Thursan Hakim, op.cit,. h. 121
15

1) Rasa percaya diri sangat dipengaruhi oleh pendidikan keluarga,


sebab dari keluarga terbentuk berbagai aspek kepribadian.
2) Lingkungan juga mempengaruhi terbentuknya rasa percaya diri
seseorang sehingga dalam kehidupan sosialnya dapat terlihat antara
individu yang memiliki percaya diri dan yang tidak memiliki
percaya diri.
3) Pemahaman terhadap lingkungan diri sendiri merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Bila
individu mempunyai pemahaman negatif terhadap diri sendiri
justru akan memperkuat rasa tidak percaya diri. Namun, apabila
individu memandang positif terhadap diri sendiri maka akan
memperkuat rasa percaya diri.
Dari penjelasan di atas, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi rasa percaya diri ada tiga, yaitu faktor keluarga, faktor
lingkungan, dan faktor pemahaman akan kekurangan dan kelebihan
diri sendiri.

2. Hakikat Prestasi Belajar Matematika


a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.
Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
Menurut Gagne dikutip oleh Ratna Wilis Dahar, “belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman”.26
Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain akan
menyebabkan proses perubahan. Perubahan ini tidak hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan

26
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Erlangga, 2011).
h. 2
16

penyesuaian diri. Sebagaimana yang dikatakan Slameto, “belajar


merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.27
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada
diri orang yang belajar, baik itu mengarah kepada yang lebih baik atau
pun yang kurang baik. Belajar dihasilkan dari pengalaman dengan
lingkungan, yang didalamnya terjadi hubungan-hubungan antara
stimulus-stimulus dan respons-respons yang berbentuk interaksi
dengan orang lain atau lingkungannya.
Menurut Riyanto, “belajar adalah suatu proses untuk
mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi
juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses
berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi”.28
Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa
akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah
tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan
pengetahuan yang baru. Sehingga pengalaman yang diberikan dan
dialami siswa menghasilkan perubahan yang relatif permanen pada
tingkah laku potensial bila dibandingkan tingkah laku sebelumnya.
Pendapat lain dikemukakan Hamalik bahwa “belajar meliputi
tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam
keterampilan lain dan cita-cita”.29 Dengan demikian seseorang
dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang

27
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010). h. 2
28
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009). h.6
29
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo,
2000). h.45
17

belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan


lingkungan.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana
seseorang memperoleh perubahan tingkah laku yang ada dalam
dirinya sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya yang bersifat relatif konstan dan berbekas.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Surya berpendapat bahwa “prestasi merupakan hasil belajar
atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya”.30
Sedangkan menurut Suryabrata, prestasi adalah “nilai yang merupakan
perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai
kemajuan/prestasi belajar siswa selama masa tertentu”.31 Sejalan
dengan pendapat tersebut, Syah mengemukakan bahwa “prestasi
adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.32
Berdasarkan kesimpulan dari berbagai pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari usaha atau tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang dapat diberikan oleh
guru mengenai kemajuan belajar siswa selama masa tertentu dan
nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Dengan adanya prestasi
tersebut, maka siswa dapat melihat seberapa jauh kemampuan yang
diperolehnya dalam proses belajar mengajar.
Dari proses belajar mengajar itu diharapkan terjadi
perubahan-perubahan dan itulah yang dinamakan hasil belajar yang

30
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2004). h. 75
31
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011). h. 297
32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010). h. 141
18

akan membentuk prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hal yang


tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar
merupakan suatu proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar.
Prestasi belajar dapat diukur berdasarkan pada besarnya
rentang perubahan hasil belajar yang dicapai sebelum dan sesudah
siswa mengikuti kegiatan belajar. Saifudin Azwar berpendapat bahwa
prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-
indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan
dan predikat keberhasilan.33
Menurut Eva Latipah, prestasi belajar menunjukkan pada
kinerja belajar seseorang yang umumnya ditunjukkan dalam bentuk
nilai rata-rata yang diperoleh.34 Pendapat tersebut sejalan dengan
Pranowo “prestasi belajar adalah hasil pengukuran dan penilaian atau
suatu kecakapan nyata yang dimiliki siswa dalam mempelajari materi
yang hasilnya dapat dilihat secara nyata dan dapat diukur dengan lisan
maupun tertulis dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau huruf setelah
dievaluasi”.35 Jadi prestasi belajar itu terwujud karena adanya
perubahan selama beberapa waktu yang disebabkan oleh adanya
situasi belajar. Dimana prestasi belajar merupakan penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru melalui tugas atau serangkaian evaluasi lainnya.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan
prestasi belajar merupakan hasil akhir yang didapat setelah melakukan
proses belajar. Melalui proses belajar dalam jangka waktu tertentu

33
Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996).
h. 44
34
Eva Latipah, Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar : Kajian Meta
Analisis, Jurnal Psikologi Volume 37, No. 1, Juni 2010. h. 115
35
Harry Pranowo dan Annisa Ratna Sari, Pengaruh Persepsi Siswa tentang metode
mengajar guru dan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI
IPS SMA N 1 Ngemplak Sleman Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Kajian Pendidikan dan
Akuntansi Indonesia vol.II no.1. Penerbit: Jurusan Pend. Akuntansi UNY, 2013. h. 105
19

maka prestasi baru didapatkan. Dimana prestasi belajar itu dapat


terlihat dari hasil raport yang diperoleh setiap akhir semester.

c. Pengertian Matematika
Menurut Sumantoro, Matematika merupakan bahan kajian
yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran
deduktif, yaitu kebenaran konsep diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antarkonsep dalam
Matematika bersifat kuat dan jelas.36
Adapun Manfaat berpendapat bahwa “Matematika adalah
pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang
dan bentuk”.37 Dalam lintasan perkembangannya, Matematika
bermula dari ruang lingkup kecil dan sederhana yang hanya menelaah
tentang bilangan (hitung) dan ruang. Dan pada saat sekarang kita
saksikan perkembangannya yang demikian pesat, hingga menjadi
sebuah ilmu yang menelaah pengertian-pengertian dengan abstraksi
yang tinggi.
Sedangkan menurut James yang dikutip oleh Hasratuddin,
“Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan
geometri”.38 Selain itu menurut Prof. Dr. Andi Hakim Nasution,
Matemataika merupakan ilmu struktur, urutan (order) dan hubungan
yang meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan
39
penggambaran bentuk objek .

36
Sumantoro, dkk, Silabus Sains, Pengetahuan Sosial, Matematika, Bahasa Indonesia
untuk Kelas 1 Sekolah Dasar, (Yogyakarta : Kanisius, 2007). h. 17
37
Budi Manfaat, Membumikan Matematika, (Jakarta: Eduvision Publishing, 2010). h. 148
38
Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika, Jurnal
Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2. h. 132
39
Catur Supatmono, Matematika Asyik, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2009). h. 7-8
20

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan


Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan-bilangan
melalui prosedur operasional dalam penyelesaiannya yang diwujudkan
dalam bentuk lambang-lambang atau simbol serta penalarannya
bersifat dedukatif serta memerlukan objek yang konkrit berupa media
ataupun alat peraga agar mudah dimengerti.
Adapun tujuan pembelajaran Matematika dibedakan menjadi
2, yaitu :
1) Anak pandai menyelesaikan permasalahan (menjadi problem
solver). Hal ini dapat dicapai apabila dalam pembelajaran
menerapkan prinsip pembelajaran matematika dua arah. Anak-
anak akan dapat menguasai konsep-konsep Matematika dengan
baik.
2) Anak pandai dalam berhitung. Anak mampu melakukan
perhitungan dengan benar dan tepat (cepat bukan tujuan utama).40
Hasratuddin berpendapat bahwa tujuan pembelajaran
Matematika di sekolah adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan :
1) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika,
2) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
3) Mongkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah,
4) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

40
Fatimah, Fun Math : Matematika Asyik Dengan Metode Pemodelan, (Bandung : PT
Mizan Pustaka). h. 15
21

dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri


dalam pemecahan masalah.41
Sedangkan dalam Silabus Sains, Pengetahuan Sosial,
Matematika, Bahasa Indonesia untuk Kelas 1 Sekolah Dasar,
pembelajaran Matematika bertujuan melatih cara berpikir secara
sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. 42
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran Matematika adalah siswa dapat berpikir secara
sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten sehingga mereka dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan Matematika
di kehidupannya.
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Proses belajar Matematika dilakukan secara kontinyu dan
anak didik sering dibimbing dan diarahkan serta diberi tugas dan
latihan, dengan catatan dalam menyampaikan Matematika dengan cara
yang menarik dan menyenangkan, sabar, tidak otoriter dengan tujuan
agar prestasi belajar Matematika baik.
Prestasi belajar Matematika merupakan perwujudan dari
proses keberhasilan pembelajaran Matematika yang dicerminkan
dengan perubahan tingkah laku dalam bentuk kognitif, afektif,
maupun psikomotorik seseorang setelah mendapatkan pengalaman
belajar Matematika.
Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono, “keberhasilan
belajar siswa berarti tercapainya tujuan belajar siswa”. 43 Dengan
demikian keberhasilan belajar siswa berarti tercapainya tujuan
instruksional, dan sekaligus tujuan belajar distribusi bagi siswa.
Keberhasilan belajar matematika siswa berarti tercapainya tujuan
belajar Matematika yaitu tercapainya prestasi belajar Matematika yang
diharapkan. Jelaslah bahwa seseorang yang sudah belajar tidak sama
41
Hasratuddin, op.cit., h. 134-135
42
Sumantoro, dkk, op.cit., h.17
43
Dimyati dan Mudjiono, op.cit., h. 22
22

keadaannya dengan saat kita yang belum belajar. Perbedaannya antara


sebelum dan sesudah mendapatkan pengalaman belajar, itulah yang
dimaksud prestasi belajar.
Seperti dikemukakan diatas, bahwa yang dimaksud prestasi
belajar adalah hasil akhir dari proses belajar yang dicapai melalui
evaluasi. Jika evaluasi pada bidang Matematika, maka hasil akhir yang
didapat adalah prestasi belajar Matematika.
Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disimpulkan prestasi
belajar Matematika adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran matematika yang telah diperoleh dari hasil tes belajar yang
dinyatakan dalam bentuk skor.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang
digolongkan menjadi dua golongan44, yaitu:
1) Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, antara lain: faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh),
faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan), dan faktor kelelahan.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang ada diluar individu, antara lain:
faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar,
kurikulum, relasiguru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), dan faktor
masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyarakat).
Sedangkan menurut Purwanto faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi belajar yaitu45:
1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual, antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan,
latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial, antara
lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara

44
Slameto, op.cit., h. 54
45
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2011). h. 102
23

mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar,


lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Selanjutnya Sumadi Suryabrata mengklasifikasikan faktor-faktor


yang mempengaruhi belajar sebagai berikut46:
1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri (eksternal), terdiri dari :
a. Faktor non-sosial dalam belajar
Meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan
alat-alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis, alat peraga)
b. Faktor sosial dalam belajar
2) Faktor - faktor yang berasal dari dalam diri (internal), terdiri dari :
a. Faktor fisiologi dalam belajar
Faktor ini terdiri dari keadaan jasmani pada umumnya dan
keadaan fungsi jasmani tertentu.
b. Faktor psikologi dalam belajar
Faktor ini dapat mendorong aktivitas belajar seseorang karena
aktivitas dipacu dari dalam diri, seperti adanya perhatian, minat,
rasa ingin tahu, fantasi, perasaan, dan ingatan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Prestasi


belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1) Faktor internal, yakni faktor yang muncul dari dalam diri individu
yang berupa faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor
psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi) dan faktor
kelelahan.
2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa diantaranya
lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah yang di dalamnya
termasuk metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran di atas ukuran,keadaan gedung, metode belajar,
tugas rumah. Lingkungan keluarga (cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan) dan faktor

46
Sumadi Suryabrata, op.cit., h. 233
24

masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan


bentuk kehidupan masyarakat).

B. Kerangka Berpikir
Rasa percaya diri terkait matematika menurut Mc. Leod merupakan
keyakinan tentang kompetensi diri dalam matematika dan kemampuan
seseorang dalam matematika yang merupakan hasil dari proses belajar dan
berlatih mengerjakan soal matematika. Prestasi belajar merupakan hasil akhir
yang didapat setelah melakukan proses belajar. Melalui proses belajar dalam
jangka waktu tertentu maka prestasi baru didapatkan.
Percaya diri memilki peran yang cukup penting dalam keberhasilan
suatu pembelajaran. Melalui percaya diri siswa dapat berfikir secara original
yaitu berfikir, aktif, agresif dalam memecahkan suatu masalah, bertanggung
jawab atas keputusan yang telah diambil, mampu menangkap fakta dan realita
secara obyektif yang didasari kemampuan dan keterampilan. Tingginya
tingkat percaya diri juga menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajar yang didapat optimal. Jadi semakin tinggi
rasa percaya diri siswa semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai oleh
siswa.

C. Hipotesis Penelitian
Dari kajian teoritis dan kerangka berpikir diatas, maka peneliti mengajukan
hipotesis penelitian bahwa terdapat hubungan yang kuat antara rasa percaya
diri dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN 19 Pagi Kramat
Jati

D. Penelitian yang Relevan


Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran
terhadap peneliti-peneliti terdahulu. Dari hasil penelusuran peneliti terdahulu,
peneliti merujuk kepada penelitian yang diteliti oleh:
25

1. Linda Nur Afifah (NIM : 58451079), mahasiswi Jurusan Tadris


Matematika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon pada tahun 2012, dengan judul “Hubungan Antara
Sikap Percaya Diri dengan Hasil Belajar Matematika Siswa di SMP Darul
Musyawirin Kabupaten Cirebon”. Tujuan dari penelitian adalah untuk
menemukan ada tidaknya hubungan antara sikap percaya diri dengan
hasil belajar Matematika siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode korelasional. Hasil penelitian menunjukkan t hitung > t
table (7,356 > 1,991) dan signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05), maka Ho
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara rasa percaya
diri dengan hasil belajar matematika siswa nilai korelasi sebesar 0,64. Hal
ini menunjukkan nilai korelasi yang kuat.
2. Mustofa Rifki (NIM : 03160015), mahasiswa Fakultas Tabiyah, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Negeri Malang pada
tahun 2008, dengan judul “Pengaruh Percaya Diri terhadap Prestasi
Belajar Siswa di SMA Islam Almaarif Singosai Malang”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat rasa percaya
diri dan prestasi belajar siswa serta pengaruhnya rasa percaya diri
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan pengambilan sampel sebanyak 80 responden.
Kesimpulan yang dihasilkan percaya diri merupakan faktor yang
mendominasi atau yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, dengan
demikian terdapat pengaruh antara kepercayaan diri terhadap prestasi
belajar Matematika. Hal ini diperoleh dari data yang ditunjukan dengan t
hitung = 3,15 dan t tabel = 1,99 maka t hitung > t tabel. Sedang nilai R
Squere sebesar 0,113 berarti bahwa variabel bebas percaya diri (X)
mampu menerangkan variabel terikat prestasi belajar (Y) sebesar
11,3 % sedangkan sisanya sebesar 88,7 % dipengaruhi oleh variabel lain
di luar penelitian.
3. Siti Nur Deva Rachman (NIM : 105015000652), mahasiswi Jurusan Ilmu
Pendidikan Sosial pada tahun 2010, dengan judul “Hubungan Tingkat
26

Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar (Studi Mata Pelajaran IPS di
SMP Fatahillah Jakarta Selatan)”. Dalam penelitian ini menggunakan
analisis Product Moment dan koefisien korelasi yang didapat antara
variabel X dan Y sebesar 0,755 artinya terdapat hubungan yang positif
antara rasa percaya diri dengan hasil belajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 19 Pagi Kramat Jati yang
bertempat di Jl. BB Pasar Hek Rt 003/011, Kecamatan Kramat Jati,
Kelurahan Kramat Jati, Jakarta Timur.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai bulan
September 2015.

B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel, yaitu variabel
bebas (X) dan variabel terikat (Y). Adapun variabel bebas (X) adalah rasa
percaya diri siswa sedangkan variabel terikat (Y) adalah prestasi belajar
Matematika siswa kelas V SDN 19 Pagi Kramat Jati.

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian di bedakan menjadi dua, yaitu populasi
secara umum, dan populasi target. Populasi secara umum adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kwalitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.47 Populasi target adalah populasi
yang menjadi sasaran kesimpulan penelitian.48 Populasi secara umum
dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa yang ada di SDN Kramat Jati 19
Pagi. Adapun populasi target dalam penelitian ini, yaitu seluruh siswa SDN
Kramat Jati 19 Pagi yang telah yang berada dibangku kelas V. Untuk

47
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), (Bandung:
Alfabeta, 2013). h. 61
48
Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit., h. 250

27
28

lebih jelasnya, populasi dalam penelitian ini disajikan pada tabel di bawah
ini.
Tabel 3.1
Distribusi Unit Populasi
Jumlah Siswa
Kelas Total
Pria Wanita
VA 13 8 21
VB 11 10 21
Jumlah 24 18 42

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh


populasi tersebut.49 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 42 orang atau total sampling. Adapun sampel
dari penelitian ini adalah seluruh populasi yang disebut juga sampel total,
sesuai dengan pendapat Arikunto bahwa “untuk sekedar ancer-ancer, maka
apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya
besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.50

D. Metode dan Desain Penelitian


1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu,51 Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif berupa metode
ekspos fakto karena para peneliti berhubungan dengan variabel yang
telah terjadi dan mereka tidak perlu memberikan perlakuan terhadap

49
Sugiyono, op.cit., h. 118
50
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006). h. 134
51
Sugiyono, op.cit.., h. 18.
29

variabel yang diteliti,52 yaitu dengan menggunakan angket atau


kuisioner53 dengan jenis kuisioner tertutup54.
2. Desain Penelitian
Agar lebih mudah diamati, peneliti memberikan desain penelitian
sebagai berikut:

X r Y

Gambar 3.1
Desain Penelitian
Keterangan:
X : Rasa Percaya Diri Siswa
Y : Prestasi belajar Matematika
r : Hubungan antara variabel X dan variabel Y

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data yang akan diperoleh dalam penelitian ini,
maka peneliti penggunakan beberapa instrumen penelitian, antara lain
sebagai berikut :
1. Angket
Angket atau sering disebut juga kuisioner merupakan salah satu
teknik pengumpulan data. Arikunto memaparkan “angket atau kuisioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-
hal yang ia ketahui”.55
Teknik pengumpulan data yang paling utama digunakan dalam
penelitian ini yaitu melalui angket. Penggunaan teknik angket diharapkan
dapat mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dengan cara tidak

52
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2011), hlm. 35
53
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui. Sebagaimana dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 194
54
Kuisioner tertutup, yaitu angket atau kuisioner yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih. Sebagaimana dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto, op.cit., h.
195
55
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 194
30

memberikan pertanyaan atau jawaban secara langsung. Bentuk angket


yang digunakan adalah angket berstuktur dengan bentuk jawaban tertutup
dimana jawabannya telah tersedia dan responden menjawab setiap
pertanyaan dengan cara memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.
Angket dengan model skala likert ini akan memudahkan responden
dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan yang telah disediakan dalam
angket tersebut. Sugiyono mengemukakan “skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial”.56 Skala model likert dalam penelitian ini
menggunakan skala rentang penilaian (selalu, sering, jarang, tidak
pernah).
2. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap berbagai fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan.57 Observasi yang dimaksud dalam teknik pengumpulan data
ini ialah observasi yang digunakan sebagai metode pembantu dengan
tujuan untuk mengamati bagaimana sikap dan perilaku siswa saat proses
pembelajaran matematika dari awal pembelajaran hingga akhir serta
keadaan sekolah secara umum.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pembuktian yang didasarkan atas jenis
sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau
arkeologis.58 Peneliti mengambil data prestasi belajar Matematika siswa
melalui nilai UAS Matematika siswa kelas V SDN 19 Pagi Kramat Jati.
Adapun soal UAS Matematika sudah teruji kevalidannya karena soal
tersebut digunakan di seluruh sekolah dasar Kecamatan Kramat Jati.

56
Sugiyono, op.cit., h. 134
57
Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1994). h. 76.
58
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. Ke-
1. h. 175.
31

F. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti.59 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Instrumen Angket
Instrumen angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat rasa
percaya diri siswa pada mata pelajaran matematika. Angket ini
mengadopsi dari pendapat Margono60 yang membagi rasa percaya diri
menjadi tiga komponen. Tiga komponen rasa percaya diri yang diukur
adalah kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap
kemampuan matematikanya, kemampuan untuk menentukan secara
realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai
usaha untuk meraih sasaran yang telah ditentukan, dan kepercayaan
terhadap matematika itu sendiri.
Dalam penelitian ini, angket rasa percaya diri siswa terdiri dari 35
pernyataan. Bentuk pernyataan yang disusun memuat pernyataan
positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif adalah pernyataan
yang mendukung komponen rasa percaya diri, sedangkan pernyataan
negatif adalah pernyataan yang tidak mendukung komponen rasa
percaya diri. Hal ini diberikan untuk meminimalkan
kecenderungan responden dalam memilih pada salah satu kategori.
Adapun kisi-kisi angket tersebut sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kisi-kisi Angket Rasa Percaya Diri
No. Item
No Indikator Jumlah
Positif Negatif
Percaya diri dalam menghadapi 1,2,4 3,5 5
1
kegagalan dan keberhasilan
Percaya diri dalam bersaing 6,9 7,8 4
2
dan dibandingkan dengan

59
Sugiyono, op.cit., h. 73
60
Gaguk Margono, op.cit., h. 48
32

teman-temannya
Tahu keterbatasan diri dalam 11,12 10,13 4
3 menghadapi persaingan dengan
teman-temannya
Tahu keterbatasan diri dalam 15,17,18 14,16 5
4
menghadapi matematika
Matematika sebagai sesuatu 19,20 21,22,23 5
5
yang abstrak
Matematika sebagai sesuatu 25,27 24,26 4
6
yang sangat berguna
Matematika sebagai suatu seni, 28,30,31 29 4
7
analitis, dan rasional
Matematika sebagai suatu 33,35 32,34 4
8
kemampuan bawaan
Jumlah 21 14 35

2. Instrumen Observasi
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui masalah yang ada di
sekolah pada saat penelitian pendahuluan, dan sebagai pendukung hasil
angket yang telah dilakukan pada saat penelitian. Pedoman observasi ini
diberlakukan di kelas V-A dan V-B. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman
observasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Pedoman Observasi
No. Observasi Objek Observasi Tempat
1. - Siswa kelas V Kelas V SDN
Aktivitas Pembelajaran
- Guru Kelas V Kramat Jati 19 Pagi
2. Guru Kelas V-A Kelas V SDN
Aktivitas Mengajar dan V-B Kramat Jati 19 Pagi
4. Siswa kelas V-A Kelas V SDN
Aktivitas Belajar dan V-B Kramat Jati 19 Pagi
33

3. Instrumen Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah salah satu teknik
penunjang dalam pengumpulan data dengan menghimpun dokumen-
dokumen yang dapat mendukung serta melengkapi data penelitian. Data
yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi dalam penelitian ini yaitu
daftar nilai UAS matematika kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi tahun
ajaran 2015-2016.

G. Teknik Pengolahan Analisa Data


1. Uji Validitas
Berkaitan dengan pengujian validitas Arikunto menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.61 Jadi, Uji
validitas berkaitan dengan ketepatan atau kesesuaian alat ukur terhadap
konsep yang akan diukur, sehingga alat ukur benar-benar dapat mengukur
apa yang seharusya diukur.
Pada penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah uji validitas
isi dengan menggunakan pendapat ahli. Expert judgement ini digunakan
untuk instrument penelitian berupa tes prestasi belajar. Sedangkan
instrument angket menggunakan teknik uji validitas empirical validity,
dimana angket yang digunakan diujikan kepada sampel yang bukan
sampel penelitian kemudian skor-skor yang diperoleh dari tes angket
tersebut dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment
dari Karl Pearson.
n ∑ xy − ∑ x ∑ y
r =
n ∑ x − (∑ x) n ∑ y − (∑ y)

Sumber : Arikunto62

61
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 211
62
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 213
34

Keterangan:
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
x = Skor butir soal yang dihitung validitasnya
y = Skor total

2. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto63 reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian
bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Metode uji
reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas
internal konsistensi dengan menggunakan Cronbach’s Alpha.


( )

Sumber : Sugiyono64
Keterangan :
k = Mean Kuadrat antara subyek
∑ = Mean Kuadrat kesalahan
= Varians total
3. Uji Korelasi Spearman Rank
Untuk menguji hubungan dua variabel yang diteliti dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik korelasi tata jenjang atau rank
correlation atau sering disebut juga uji korelasi Spearman Rank. Alasan
peneliti menggunakan teknik ini karena data dari instrumen penelitian
menggunakan skala likert yang hasilnya berupa data ordinal atau
berjenjang. Adapun rumus Spearman Rank yaitu :
6∑
= 1−
( − 1)
Sumber : Sugiyono65

63
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 221
64
Sugiyono,op.cit., h. 229
35

Keterangan :
ρ = Koefisien korelasi Spearman Rank
n = banyaknya ukuan sampel
∑ = jumlah kuadrat dari selisih rank variabel X dengan rank variabel
Y
4. Uji - t
Setelah mendapatkan nilai koefisien korelasi dihitung
signifikansinya pada rumus uji-t sebagai berikut :

− 2
=
1−

Keterangan:
t = uji signifikansi korelasi
ρ = koefisien korelasi Spearman Rank
n = banyaknya ukuran sampel
Setelah nilai t hitung diketahui dari uji signifikansi korelasi,
selanjutnya hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai t table
untuk pengujian terhadap hipotesis penelitian.
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima dan apabila t
hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Untuk mengidentifikasi
tinggi rendahnya koefisien korelasi atau memberikan interpretasi
koefisien korelasi digunakan tabel kriteria pedoman untuk koefisien
korelasi yang sesuai dengan pendapat Sugiyono66
Tabel 3.4
Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang

65
Sugiyono, op.cit., h. 229
66
Sugiyono, op.cit., h. 184
36

0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat kuat

H. Teknik Analisis Data


Setelah melakukan pengujian instrumen, langkah selanjutnya adalah
melakukan penelitian. Data yang diperoleh dari responden dengan
menggunakan instrumen yang telah memenuhi kriteria kelayakan akan
dianalisis untuk menjawab permasalahan dan menguji hipotesis yang telah
diajukan dalam penelitian. Adapun, tahap analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini, meliputi:
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu distribusi atau penyebaran data. Hal ini penting diketahui
berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan
dipergunakan. Apabila distribusi data normal, maka disarankan untuk
menggunakan uji parametrik dan jika distribusi data tidak normal maka
disarankan untuk menggunakan uji nonparametrik. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan
bantuan SPSS.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara
hipotesis yang telah dirumuskan dengan hasil data yang didapat dari
penelitian. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan rumus Spearman Rank dengan bantuan SPSS.
Kriteria pengujiannya adalah:
(a) thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
(b) thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat SDN Kramat Jati 19 Pagi
Sekolah Dasar Negeri Kramat Jati 19 Pagi adalah lembaga
pendidikan yang berada di bawah naungan dinas Pendidikan Provinsi DKI
Jakarta yang berlokasi di Jl. BB Pasar Hek RT 013/011 Kecamatan
Kramat Jati Kelurahan Kramat Jati Jakarta Timur. SDN ini memiliki status
mutu reguler yang masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan 2006 yang menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah.
Pemimpin pada sekolah ini sudah sering berganti, hingga pada tanggal 19
Desember 2014 sekolah ini dipimpin oleh Ibu Suminah, S.Pd.
SDN Kramat Jati 19 Pagi ini terakreditasi A dengan Nomor SK
Akreditasi 145/BAP-/M/DKI/2013, berlaku hingga tanggal 18 Oktober
2018. Bangunan SDN ini dibangun sejak tanggal 1 Desember 1977 dan
direnovasi pada tanggal 27 Agustus 2012. Guru pengajar yang terdapat di
sekolah ini sebanyak 12 orang guru pengajar. Kondisi lingkungan sekitar
sekolah dalam keadaan baik. Gedung sekolah ini sebelumnya terdiri dua
sekolah dasar yaitu SDN Kramat Jati 19 Pagi dan SDN Kramat Jati 20
Pagi, disebabkan oleh pertukaran guru dan kepala sekolah maka ditetapkan
untuk menggabung dua sekolah tersebut menjadi satu. Karena siswa SDN
20 lebih sedikit jumlahnya dibandingkan SDN 19 Pagi, maka siswa SDN
20 Pagi digabung dan menjadi rombongan belajar kedua. Sehingga
masing-masing kelas terdiri dari dua rombongan belajar, yaitu A dan B
namun tidak menutup kemungkinan dua kelas digabung dalam suatu mata
pelajaran.
Letak gedung sekolah ini tidak terlalu jauh dari jalan raya namun
tetap jauh dari kebisingan kendaraan. Sehingga siswa dapat menerima
pelajaran dengan baik. Luas bangunan ini adalah 1.890 m2 / 540 m2 dengan
lapangan terbuka yang cukup luas antara kedua gedung sekolah yang

37
38

digunakan untuk kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Demikian


sejarah singkat SDN Kramat Jati 19 Pagi.
2. Visi dan Misi SDN Kramat Jati 19 Pagi
SDN Kramat Jati 19 Pagi dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajarnya mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut:
 Visi :
Unggul Dalam Prestasi, Santun Dalam Pekerti Berlandaskan Iman dan
Budaya Bangsa
 Misi :
 Melaksanakan Pembelajaran dan Bimbingan Secara Efektif dan
Efesien
 Menumbuhkan Semangat Keunggulan Secara Intesif Bagi Seluruh
Warga Sekolah
 Meningkatkan dan Mengoptimalkan Sarana dan Prasarana
 Meningkatkan Hubungan Yang Harmonis Antar Stake Holder
Yang Terkait
 Menghasilkan Lulusan Yang Berkualitas, Berprestasi, Berbudi
pekerti, dan Bertakwa Pada Tuhan Yang Maha Esa.
 Tujuan :
Berdasarkan visi dan misi di atas, tujuan penyelenggaraan SDN
Kramat Jati 19 Pagi dapat dijabarkan sebagai berikut :
 Terwujudnya perkembangan siswa secara optimal sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
 Terwujudnya sekolah mandiri.
 Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
 Terwujudnya program-program sekolah.
 Terwujudnya lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlakul
karimah dan bertaqwa pada Allah SWT.
39

3. Jumlah Siswa Menurut Umur


Adapun jumlah siswa SDN Kramat Jati 19 Pagi secara keseluruhan
menurut umurny adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Siswa Menurut Umur
Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat 6
No. Umur 1 2 3 4 5 Jumlah
Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr.
1. <6 Tahun
2. 6 Tahun 26 31 57
3. 7 Tahun 35 28 63
4. 8 Tahun 25 10 35
5. 9 Tahun 25 14 39
6. 10 Tahun 3 1 20 18 42
7. 11 Tahun 1 2 2 26 19 50
8. 12 Tahun 2 2 4
9. >12 Tahun
Jumlah 26 31 35 28 25 10 29 15 22 20 28 21 290

Dari data siswa dalam tabel dapat dilihat bahwa jumlah siswa pada
tingkat 5 sebanyak 22 orang siswa yang terdiri dari 20 anak berumur 10
tahun dan 2 anak berumur 12 tahun sedangkan banyaknya siswi adalah 20
orang yang terdiri dari 18 anak berumur 10 tahun dan 2 anak berumur 2
tahun. Seluruh siswa tingkat 5 yang berjumlah 42 siswa merupakan
responden dalam penelitian ini.
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Menurut Arikunto, uji validitas dilakukan untuk mengukur tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, sehingga alat ukur benar-benar
40

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.67 Dalam penelitian ini,


peneliti melakukan uji validitas instrument angket menggunakan teknik uji
validitas empirical validity, dimana angket yang digunakan diujikan
kepada responden yang bukan responden penelitian kemudian skor-skor
yang diperoleh dari tes angket tersebut dihitung menggunakan rumus
koefisien korelasi Product Moment dari Karl Pearson.
Adapun responden yang dipilih oleh peneliti adalah siswa kelas V
di SDN Kramat Jati 18 Pagi. Peneliti memilih siswa kelas V di sekolah
tersebut karena beberapa alasan, yaitu siswa kelas V berjumlah hampir
sama banyak dengan responden yang akan diteliti yaitu 40 siswa, sekolah
tersebut juga menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), sekolah tersebut merupakan rekomendasi dari sekolah asal, dan
lokasi sekolah yang mudah dijangkau, sehingga diharapkan dapat
mengefisiensi waktu, biaya, dan tenaga selama penelitian ini berlangsung.
Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan menggunakan bantuan
SPSS 22 dengan nilai terendah pada skala rasa percaya diri adalah 0,336
dan yang tertinggi adalah 0,655. Seluruh nilai r yang sudah didapatkan
dibandingkan dengan derajat bebas. Adapun derajat bebas dengan
responden 40 adalah 0,312. Karena db = n-2, 40-2 = 38. Lihat tabel nilai r
pada lampiran.
Dari hasil analisis uji validitas skala rasa percaya diri dengan 35
butir, yang diujikan kepada 40 responden terdapat 31 butir yang
dinyatakan valid dan 4 butir yang dinyatakan gugur. Untuk meyakinkan
peneliti dengan kevalidan seluruh butir angket, maka peneliti menghitung
ulang uji validitas tanpa memasukkan butir-butir angket yang tidak valid
dan peneliti menemukan satu butir angket yang ttidak valid. Sehingga total
angket yang valid adalah berjumlah 30 dan yang tidak valid berjumlah 5.
Perincian butir-butir pernyataan angket yang valid dan tidak valid atau
gugur adalah sebagai berikut :

67
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 211
41

Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Skala Rasa Percaya Diri
No. Item Jumlah
No Indikator
Item Valid Item Gugur item valid
Percaya diri dalam menghadapi 2,3,4,5 1 4
1
kegagalan dan keberhasilan
Percaya diri dalam bersaing 6,7,9 8 3
2 dan dibandingkan dengan
teman-temannya
Tahu keterbatasan diri dalam 10,11,12,13 - 4
3 menghadapi persaingan dengan
teman-temannya
Tahu keterbatasan diri dalam 14,15,16,17 18 4
4
menghadapi matematika
Matematika sebagai sesuatu 19,20, 5
5
yang abstrak 21,22,23
Matematika sebagai sesuatu 24,25,26 27 3
6
yang sangat berguna
Matematika sebagai suatu seni, 28,29,30,31 - 4
7
analitis, dan rasional
Matematika sebagai suatu 32,34,35 33 3
8
kemampuan bawaan
Jumlah 30 4 30

2. Uji Reliabilitas
Dari uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 22,
diperoleh hasil yaitu 0,734. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.906 30
42

Dari gambaran output SPSS di atas, diketahui bahwa nilai Alpha sebesar
0,906, kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai r tabel dengan nilai N=40.
Sesuai pada distribusi nilai r tabel signifikansi 5% diperoleh nilai r tabel sebesar
0,304, maka dapat dilihat bahwa nilai korelasi Alpha > r table artinya butir-butir
angket rasa percaya diri siswa dapat dikatakan reliabel atau terpercaya sebagai alat
pengumpul data dalam penelitian ini.

C. Analisis Deskripsi Data Hasil Penelitian


1. Analisis Data Rasa Percaya Diri
Deskriptif hasil penelitian yang didapat berdasarkan skor angket
kebiasaan belajar siswa. Kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.3
Skor Rasa Percaya Diri
Responden Skor Responden Skor
1 65 22 73
2 65 23 78
3 83 24 83
4 60 25 88
5 60 26 90
6 65 27 83
7 65 28 60
8 70 29 65
9 88 30 78
10 73 31 83
11 83 32 60
12 78 33 78
13 88 34 65
14 65 35 75
15 78 36 80
16 90 37 83
17 83 38 70
18 70 39 80
19 93 40 73
20 88 41 73
43

21 65 42 60
Sumber : Hasil analisis 2014

Dari pengolahan data rasa percaya diri siswa mempunyai rentangan 80-
112. Dari data tersebut diperoleh perhitungan-perhitungan dengan bantuan
program SPSS sebagai berikut:
Statistics
X

N Valid 42

Missing 0
Mean 94.36
Median 93.00
a
Mode 91
Std. Deviation 7.987
Variance 63.796
Range 32
Minimum 80
Maximum 112
Sum 3963

a. Multiple modes exist. The


smallest value is shown

Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Rasa Percaya Diri

Kelas
No fi fi(%) xi xi2 fi.xi fi. xi2
Interval
1 80-84 5 11,9 82 6724 410 33620
2 85-89 8 19,05 87 7569 696 60552
3 90-94 10 23,81 92 8464 920 84640
4 95-99 5 11,9 97 9409 485 47045
5 100-104 9 21,43 102 10404 918 93636
6 105-112 5 11,9 108,5 11772,25 542.5 58861.25
Jumlah 42 3971.5 378354.3
Sumber : Hasil analisis 2015

Berdasarkan perhitungan data variabel rasa percaya diri siswa di atas,


diperoleh nilai terendah 80 dan tertinggi 112; nilai rata-rata 94,36; median
93,00; modus 91; dan simpangan baku 7,987, dan 45,23% siswa yang memiliki
44

rasa percaya diri diatas rata-rata. Berikut penulis sajikan hasil angket
berdasarkan persentase jawaban.
Tabel 4.5
Keyakinan kalau belajar dengan giat maka akan mendapatkan nilai
matematika yang bagus
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 22 52,9
2. Sering 12 28,6
3. Jarang 8 19
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 42 100

Keyakinan kalau belajar dengan giat maka akan mendapatkan nilai


matematika yang bagus merupakan salah satu bentuk rasa percaya diri siswa
dengan menunjukkan sikap optimisnya akan kemampuan dan keterampilan
yang dimilikinya. Tabel di atas menunjukkan bahwa 52,9% responden
menjawab selalu, 28,6% responden menjawab sering, dan 19% menjawab
pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa selalu mampu mengerjakan soal
matematika dengan baik.
Tabel 4.6
Malas mengulang kembali pelajaran matematika di rumah jika
mendapatkan nilai yang kurang memuaskan
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 1 2,38
2. Sering 16 38,1
3. Jarang 7 16,7
4. Tidak Pernah 18 42,9
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 2,38% responden menjawab selalu,


38,1%responden menjawab sering, 16,7% responden menjawab pernah, dan
45

42,9% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak
pernah malas mengulang kembali pelajaran matematika di rumah jika
mendapatkan nilai yang kurang memuaskan.
Tabel 4.7
Merasa tertantang mengerjakan soal-soal matematika
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 12 28,6
2. Sering 24 57,1
3. Jarang 1 2,38
4. Tidak Pernah 5 11,9
Jumlah 42 100

Merasa tertantang dalam mengerjakan soal-soal matematika merupakan


salah satu bentuk keyakinan diri. Tabel di atas menunjukkan bahwa 28,6%
responden menjawab selalu, 57,1% responden menjawab sering, 2,38%
responden menjawab jarang, dan 11,9% menjawab tidak pernah. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa sering merasa tertantang mengerjakan soal-soal
matematika.
Tabel 4.8
Mencontek saat ulangan matematika untuk mendapatkan nilai yang bagus
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 1 2,38
2. Sering 25 59,5
3. Jarang 9 21,4
4. Tidak Pernah 7 16,7
Jumlah 42 100

Mencontek saat ulangan matematika untuk mendapatkan nilai yang


bagus bukan merupakan salah satu bentuk rasa percaya diri. Karena siswa
yang memiliki sikap tersebut berarti dia memiliki rasa pesimis bukan optimis.
Tabel di atas menunjukkan bahwa 2,38% responden menjawab selalu, 59,5%
46

responden menjawab sering, 21,4% responden menjawab jarang, dan 16,7%


menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sering mencontek
saat ulangan matematika untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Tabel 4.9
Keyakinan bahwa dirinya lebih pintar dalam pelajaran matematika
dibandingkan teman-teman
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 20 47,6
2. Sering 18 42,9
3. Jarang 3 7,14
4. Tidak Pernah 1 2,38
Jumlah 42 100

Keyakinan bahwa dirinya lebih pintar dalam pelajaran matematika


dibandingkan teman-teman merupakan salah satu bentuk rasa percaya diri
siswa. Tabel di atas menunjukkan bahwa 47,6% responden menjawab selalu,
42,8% responden menjawab sering, 7,14% responden menjawab jarang, dan
2,38% menjawan tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa selalu yakin
bahwa dirinya lebih pintar dalam pelajaran matematika dibandingkan teman-
teman.
Tabel 4.10
Merasa teman-teman lebih menguasai rumus matematika dibandingkan
dirinya
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu - -
2. Sering 2 4,76
3. Jarang 12 28,6
4. Tidak Pernah 28 66,7
Jumlah 42 100
47

Tabel di atas menunjukkan bahwa 4,76% responden menjawab sering,


28,6% responden menjawab jarang, dan 66,7% responden menjawab tidak
pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak pernah merasa teman-teman
lebih menguasai rumus matematika dibandingkan dirinya.
Tabel 4.11
Senang jika ditunjuk menjadi perwakilan kelas dalam mengikuti
perlombaan matematika
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 14 33,3
2. Sering 7 16,8
3. Jarang 20 47,6
4. Tidak Pernah 1 2,38
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 33,3% responden menjawab selalu,


16,8% responden menjawab sering, 47,6% responden menjawab jarang, dan
2,38% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa jarang
merasa senang jika ditunjuk menjadi perwakilan kelas dalam mengikuti
perlombaan matematika.
Tabel 4.12
Memamerkan nilai matematika yang bagus kepada teman yang kurang
pintar
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 6 14,3
2. Sering 8 19
3. Jarang 2 4,76
4. Tidak Pernah 26 61,9
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 14,3% responden menjawab selalu


19%, responden menjawab sering, 4,76% responden menjawab jarang, dan
48

61,9% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak
pernah memamerkan nilai matematika yang bagus kepada teman yang kurang
pintar
Tabel 4.13
Menjelaskan penyelesaian matematika kepada teman yang belum paham
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 14 33,3
2. Sering 16 38,1
3. Jarang 12 28,6
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 42 100

Menjelaskan penyelesaian matematika kepada teman yang belum


paham merupakan salah satu bentuk rasa percaya diri. Karena siswa tahu akan
batas kemampuan yang dimilikinya. Tabel di atas menunjukkan bahwa 33,3%
responden menjawab selalu, 38,1% responden menjawab sering, dan 28,6%
menjawab jarang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sering menjelaskan
penyelesaian matematika kepada teman yang belum paham.
Tabel 4.14
Dalam berkelompok pelajaran matematika berbaur dengan siapa saja tanpa
menghiraukan kemampuannya
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 18 42,9
2. Sering 19 45,2
3. Jarang 2 4,76
4. Tidak Pernah 3 7,14
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 42,9% responden menjawab selalu,


45,2% responden menjawab sering, 4,76% responden menjawab jarang, dan
7,14% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
49

berkelompok pelajaran matematika siswa sering berbaur dengan siapa saja


tanpa menghiraukan kemampuannya
Tabel 4.15
Pasif berdiskusi dalam kelompok matematika
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 2 4,76
2. Sering 23 54,8
3. Jarang 12 28,6
4. Tidak Pernah 5 11,9
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 4,76% responden menjawab selalu,


54,8% responden menjawab sering, 28,6% responden menjawab jarang, dan
11,9% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sering pasif
berdiskusi dalam kelompok matematika.
Tabel 4.16
Bersikap malas dalam menghitung karena lama sehingga menggunakan
kalkulator untuk menghitung
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu - -
2. Sering 6 14,3
3. Jarang 22 52,4
4. Tidak Pernah 14 33,3
Jumlah 42 100

Bersikap malas dalam menghitung karena lama sehingga menggunakan


kalkulator untuk menghitung merupakan salah satu bentuk rasa tidak percaya
diri siswa. Tabel di atas menunjukkan bahwa 14,3% responden menjawab
sering, 52,4% responden menjawab jarang, dan 33,3% menjawab tidak
pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa jarang bersikap malas dalam
50

menghitung karena lama sehingga menggunakan kalkulator untuk


menghitung.
Tabel 4.17
Mengulang kembali pelajaran matematika yang baru dijelaskan oleh guru di
rumah
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 15 35,7
2. Sering 21 50
3. Jarang 4 9,52
4. Tidak Pernah 2 4,76
Jumlah 42 100

Mengulang kembali pelajaran matematika yang baru dijelaskan oleh


guru di rumah merupakan salah satu bentuk rasa percaya diri siswa karena
siswa tahu akan batas kemampuan yang dimilikinya. Tabel di atas
menunjukkan bahwa 35,7% responden menjawab selalu, 50% responden
menjawab sering, 9,52% responden menjawab jarang, dan 4,76% menjawab
tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sering mengulang kembali
pelajaran matematika yang baru dijelaskan oleh guru di rumah.
Tabel 4.18
Mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika di kelas dan
bahkan menjadi sesuatu yang menakutkan di antara mata pelajaran lainnya
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 17 40,5
2. Sering 21 50
3. Jarang 2 4,76
4. Tidak Pernah 2 4,76
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 40,5% responden menjawab selalu,


50% responden menjawab sering, dan 4,76% respoden menjawab jarang, dan
51

4,76% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sering
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika di kelas dan
bahkan menjadi sesuatu yang menakutkan di antara mata pelajaran lainnya.
Tabel 4.19
Mengerjakan latihan-latihan yang berkaitan dengan matematika di rumah
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 17 40,5
2. Sering 9 21,4
3. Jarang 15 35,7
4. Tidak Pernah 1 2,38
Jumlah 42 100

Mengerjakan latihan-latihan yang berkaitan dengan matematika di


rumah merupakan salah satu ciri orang yang percaya diri. Tabel di atas
menunjukkan bahwa 40,5% responden menjawab selalu, 21,4% responden
menjawab sering, dan 35,7% respoden menjawab jarang, dan 2,38%
menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa selalu
mengerjakan latihan-latihan yang berkaitan dengan matematika di rumah.
Tabel 4.20
Anggapan bahwa matematika itu berkenaan dengan rumus-rumus dan
dapat diterapkan dalam kehidupan nyata
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 13 30,9
2. Sering 19 45,2
3. Jarang 4 9,52
4. Tidak Pernah 6 14,3
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 30,9% responden menjawab selalu,


45,2% responden menjawab sering, 19% responden menjawab jarang, dan
14,3% responden menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
52

sering beranggapan bahwa matematika itu berkenaan dengan rumus-rumus


dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
Tabel 4.21
Anggapan bahwa pelajaran matematika berhubungan dengan pelajaran lain
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 15 35,7
2. Sering 8 19
3. Jarang 18 42,9
4. Tidak Pernah 1 2,38
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 35,7% responden menjawab selalu,


19% responden menjawab sering, 42,9% responden menjawab jarang, dan
2,38% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa jarang
beranggapan bahwa pelajaran matematika berhubungan dengan pelajaran lain.
Tabel 4.22
Merasa belajar matematika adalah sia-sia karena merupakan pelajaran yang
abstrak dan tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu - -
2. Sering 15 35,7
3. Jarang 2 4,76
4. Tidak Pernah 25 59,5
Jumlah 42 100

Merasa belajar matematika adalah sia-sia karena merupakan pelajaran


yang abstrak dan tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari merupakan
salah satu bentuk rasa tidak percaya diri siswa. Karena sikap tersebut
menunjukkan bahwa siswa tersebut merasa bahwa matematika itu tidak
berguna. Tabel di atas menunjukkan bahwa 35,7% responden menjawab
sering, 4,76% responden menjawab jarang, dan 59,5% menjawab jarang. Hal
53

ini menunjukkan bahwa siswa tidak pernah merasa bahwa belajar matematika
adalah sia-sia karena merupakan pelajaran yang abstrak dan tidak berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
Tabel 4.23
Anggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
membingungkan
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu - -
2. Sering 12 28,6
3. Jarang 14 33,3
4. Tidak Pernah 16 38,1
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 28,6% responden menjawab sering,


33,33% responden menjawab jarang, dan 38,1% menjawab tidak pernah. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa tidak pernah beranggapan bahwa pelajaran
matematika adalah pelajaran yang membingungkan.
Tabel 4.24
Merasa matematika adalah pelajaran yang abstrak, sulit dipahami dan
rumit untuk dipecahkan
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 12 28,6
2. Sering 18 42,9
3. Jarang 9 21,4
4. Tidak Pernah 3 7,14
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 28,6% responden menjawab selalu,


42,9% responden menjawab sering, 21,4% responden menjawab jarang, dan
7,14% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sering
54

merasa matematika adalah pelajaran yang abstrak, sulit dipahami dan rumit
untuk dipecahkan.
Tabel 4.25
Matematika itu hanya digunakan untuk menghitung penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian saja
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu - -
2. Sering 5 11,9
3. Jarang 14 33,3
4. Tidak Pernah 23 54,8
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 11,9% responden menjawab sering,


33,3% responden menjawab jarang, dan 54,8% menjawab tidak pernah. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa tidak pernah beranggapan bahwa matematika
itu hanya digunakan untuk menghitung penjumlahan, pengurangan,
pembagian, dan perkalian saja.
Tabel 4.26
Merasa terbantu dengan pelajaran matematika untuk membantu ibu
menghitung belanjaan
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 26 61,9
2. Sering 11 26,1
3. Jarang 4 9,52
4. Tidak Pernah 1 2,38
Jumlah 42 100

Merasa terbantu dengan pelajaran matematika untuk membantu ibu


menghitung belanjaan tentu dimiliki oleh orang yang memiliki rasa percaya
diri. Tabel di atas menunjukkan bahwa 61,9% responden menjawab selalu,
26,1% responden menjawab sering, 9,52% responden menjawab jarang, dan
55

2,38% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa selalu
merasa terbantu dengan pelajaran matematika untuk membantu ibu
menghitung belanjaan.
Tabel 4.27
Matematika mempunyai manfaat yang besar di kehidupan nyata
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 20 47,6
2. Sering 12 28,6
3. Jarang 9 21,4
4. Tidak Pernah 1 2,38
Jumlah 42 100

Anggapan bahwa matematika mempunyai manfaat yang besar di


kehidupan nyata merupakan salah satu rasa percaya diri. Karena sikap tersebut
menunjukkan bahwa siswa merasa matematika itu berguna. Tabel di atas
menunjukkan bahwa 47,6% responden menjawab selalu, 28,6% responden
menjawab sering, 21,4% responden menjawab jarang, dan 2,38% menjawab
tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa selalu beranggpan bahwa
matematika mempunyai manfaat yang besar di kehidupan nyata.
Tabel 4.28
Matematika melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 14 33,3
2. Sering 20 47,6
3. Jarang 5 11,9
4. Tidak Pernah 3 7,14
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 33,3% responden menjawab selalu,


47,6% responden menjawab sering, 11,9% responden menjawab jarang, dan
7,14% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sering
56

merasa bahwa matematika melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik
kesimpulan.
Tabel 4.29
Cuek dengan kebenaran pada suatu rumus dalam matematika
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu - -
2. Sering 2 4,76
3. Jarang 1 2,38
4. Tidak Pernah 39 92,9
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 4,76% responden menjawab sering,


2,38 respnden menjawab jarang, dan 95,2% menjawab tidak pernah. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa tidak pernah cuek dengan kebenaran pada suatu
rumus dalam matematika.
Tabel 4.30
Merasa lebih teliti, cermat, sabar dan tekun dalam bertindak setelah berlajar
matematika
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 11 26,1
2. Sering 16 38,1
3. Jarang 15 35,7
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 42 100

Merasa lebih teliti, cermat, sabar dan tekun dalam bertindak setelah
berlajar matematika merupakan salah satu bentuk rasa percaya diri. Tabel di
atas menunjukkan bahwa 26,1% responden menjawab selalu, 38,1%
responden menjawab sering, dan 35,7% menjawab jarang. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa sering merasa lebih teliti, cermat, sabar dan tekun
dalam bertindak setelah berlajar matematika.
57

Tabel 4.31
Mampu memahami soal matematika dalam bentuk cerita dengan baik
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 13 31
2. Sering 12 28,6
3. Jarang 10 23,8
4. Tidak Pernah 7 16,7
Jumlah 42 100

Mampu memahami soal matematika dalam bentuk cerita dengan baik


merupakan ciri siswa yang memiliki rasa percaya diri. Tabel di atas
menunjukkan bahwa 31% responden menjawab selalu, 28,6% responden
menjawab sering, 23,8% responden menjawab jarang, dan 16,7% menjawab
tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa selalu mampu memahami
soal matematika dalam bentuk cerita dengan baik.
Tabel 4.32
Matematika hanya ilmu hitung yang tidak bisa membentuk karakter teliti,
cermat, sabar,tekun dan lainnya
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu - -
2. Sering 1 2,38
3. Jarang 16 38,1
4. Tidak Pernah 25 59,5
Jumlah 42 100

Merasa bahwa matematika hanya ilmu hitung yang tidak bisa


membentuk karakter teliti, cermat, sabar,tekun dan lainnya merupakan salah
satu sikap tidak percaya diri dalam matematika. Tabel di atas menunjukkan
bahwa 2,38% responden menjawab sering, 38,1% responden menjawab
jarang, dan 59,5% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
58

tidak pernah merasa bahwa matematika hanya ilmu hitung yang tidak bisa
membentuk karakter teliti, cermat, sabar,tekun dan lainnya.
Tabel 4.33
Malas menggunakan konsep matematika yang pernah dipelajari
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu - -
2. Sering 1 2,38
3. Jarang 7 16,7
4. Tidak Pernah 34 81
Jumlah 42 100

Malas menggunakan konsep matematika yang pernah dipelajari


merupakan ciri siswa yang tidak percaya diri. Tabel di atas menunjukkan
bahwa 2,38% responden menjawab sering, 16,7% responden menjawab
jarang, dan 81% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
tidak pernah malas menggunakan konsep matematika yang pernah dipelajari.
Tabel 4.34
Matematika dapat mengasah kecerdasan otak dan meningkatkan
kemampuan untuk lebih teliti dan cermat dalam bertindak
No. Alternatif Jawaban F %
1. Selalu 6 14,3
2. Sering 28 66,7
3. Jarang 8 19
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 14,3% responden menjawab selalu,


66,7% responden menjawab sering, dan 19% menjawab jarang. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa sering merasa bahwa matematika dapat
mengasah kecerdasan otak dan meningkatkan kemampuan untuk lebih teliti
dan cermat dalam bertindak
59

2. Analisis Data Prestasi Belajar Matematika Siswa


Deskriptif hasil penelitian yang didapat berdasarkan hasil nilai

Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi TP

2015/2016. Kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.35
Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V

Responden Nilai Responden Nilai


1 65 22 73
2 65 23 78
3 83 24 83
4 60 25 88
5 60 26 90
6 65 27 83
7 65 28 60
8 70 29 65
9 88 30 78
10 73 31 83
11 83 32 60
12 78 33 78
13 88 34 65
14 65 35 75
15 78 36 80
16 90 37 83
17 83 38 70
18 70 39 80
19 93 40 73
20 88 41 73
21 65 42 60
Sumber : Data Sekunder

Dari pengolahan data prestasi belajar Matematika mempunyai

rentangan 60-93. Dari data tersebut diperoleh perhitungan-perhitungan

dengan bantuan SPSS 22 sebagai berikut:


60

Statistics
VAR00001

N Valid 42

Missing 0
Mean 75.07
Median 76.50
Mode 65
Std. Deviation 9.888
Variance 97.775
Range 33
Minimum 60
Maximum 93
Sum 3153

Tabel 4.36
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar

Kelas
No fi fi(%) xi xi2 fi.xi fi. xi2
Interval
1 60-65 13 30.95 62,5 3906.25 812.5 50781.25
2 66-71 3 7.143 68,5 4692.25 205.5 14076.75
3 72-77 5 11.9 74,5 5550.25 372.5 27751.25
4 78-82 7 16.67 80,5 6480.25 563.5 45361.75
5 83-88 11 26.19 85,5 7310.25 940.5 80412.75
6 89-94 3 7.143 91,5 8372.25 274.5 25116.75
Jumlah 42 3169 243500.5
Sumber : Hasil analisis 2015

Berdasarkan perhitungan data variabel prestasi belajar Matematika


di atas, diperoleh nilai terendah 60 dan tertinggi 93; nilai rata-rata 75,07;
median 76,5; modus 65; dan simpangan baku 9,88, dan siswa yang memiliki
nilai prestasi belajar Matematika diatas rata-rata adalah sebesar 50,03%.
61

3. Hasil Uji Hipotesis Korelasi Rasa Percaya Diri dengan Prestasi


Belajar Matematika Siswa
Korelasi antara rasa percaya diri dengan prestasi belajar
matematika dapat diketahui setelah dilakukan uji hipotesis. Dalam
penelitian ini, data akan dianalisis menggunakan teknik korelasi tata
jenjang atau rank correlation atau sering disebut juga uji korelasi
Spearman Rank dengan menggunakan bantuan SPSS 22. Dari hasil
analisis data maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Correlations

PercayaDiri PrestasiBelajar
**
Spearman's rho PercayaDiri Correlation Coefficient 1.000 .460

Sig. (2-tailed) . .002

N 42 42
**
PrestasiBelajar Correlation Coefficient .460 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 42 42

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 4.37
Perincian Hasil Korelasi Rasa Percaya Diri dengan Prestasi Belajar
Matematika Siswa
ρ Sig. Keterangan Kesimpulan
0,460 0,001 Sig. ≤ 0,05 Signifikan

Berdasarkan hasil korelasi analisis uji korelasi Spearman Rank


antara rasa percaya diri dengan prestasi belajar siswa kelas V SDN Kramat
Jati 19 Pagi, didapatkan hasil ρ sebesar 0,460. Jika dilihat pada tabel 3.4
maka dapat diinterpretasikan dengan menunjukkan tingkat hubungan yang
sedang. Karena 0,460 berada antara 0,40-0,599. Adapun nilai signifikansi
adalah 0,002 : 2 = 0,001. Karena yang penelitian yang diuji oleh peneliti
adalah penelitian satu arah, maka nilai sig. 2-tailed harus dibagi dua.
62

Setelah mendapatkan nilai koefisien korelasi, maka dilanjutkan


dengan uji signifikansi korelasi dengan rumus uji-t. Adapun hasil analisis
uji signifikansi adalah sebagai berikut :

− 2
=
1−

42 − 2
= 0,460
1 − 0,460

40
= 0,460
0,2116

= 0,460 189,036

= 0,460 13,75 = 6,325

Dari hasil uji signifikansi nilai koefisien korelasi didapatkan nilai t


hitung sebesar 6,325. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini,
Kriteria pengujiannya adalah:
(c) thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
(d) thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

Nilai ttabel dengan n = 42 adalah sebesar 2,02. Hal ini menunjukkan


bahwa thitung > ttabel yaitu 6,325 > 2,02. Karena thitung > ttabel maka H0
ditolak dan H1 diterima, dengan demikian disimpulkan terdapat koreasi
(hubungan) yang signfikan anatara rasa percaya diri dengan prestasi
belajar matematika siswa.

D. Interpretasi Hasil Penelitian


Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai
peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sampai batas tertentu Matematika hendaknya dapat dikuasai oleh seluruh
siswa. Dilihat dari kenyataan sampai saat ini Matematika masih menjadi
63

pelajaran yang sulit dan membosankan bagi siswa. Dikatakan sulit, karena
Matematika adalah pelajaran tentang hal-hal yang abstrak sehingga sulit
untuk dipahami. Sementara Matematika dianggap membosankan karena
Matematika hanya belajar mengenai angka-angka saja.
Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: (1) Faktor
internal, yakni faktor yang muncul dari dalam diri individu yang berupa
faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, kecerdasan, latihan,
motivasi dan faktor pribadi) dan faktor kelelahan; (2) Faktor eksternal yakni
kondisi lingkungan di sekitar siswa diantaranya lingkungan sosial,
lingkungan keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam
masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
Keberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran matematika salah
satunya tergantung pada rasa percaya diri siswa. Tiga komponen rasa percaya
diri dalam matematika adalah kepercayaan terhadap pemahaman dan
kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya, kemampuan untuk
menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun
rencana aksi sebagai usaha untuk meraih sasaran yang telah ditentukan, dan
kepercayaan terhadap matematika itu sendiri.
Rasa percaya diri siswa yang bermacam-macam dan berbeda antara
satu siswa dengan siswa yang lain akan memberikan berbagai macam prestasi
belajar Matematika yang berbeda pula. Apabila seorang siswa mempunyai
rasa percaya diri yang baik dalam kegiatan pembelajaran Matematika, siswa
tersebut akan mudah menerima setiap materi Matematika yang disampaikan
oleh guru, sehingga prestasi belajar Matematika dapat optimal.
Rasa percaya diri tidak akan tumbuh secara langsung melainkan
melalui suatu proses yang positif. Proses yang positif tersebut didapatkan
dalam kehidupan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Adapun
sekolah merupakan salah satu proses yang positif untuk menumbuhkan rasa
64

percaya diri siswa. Karena guru akan menanamkan keyakinan dalam diri
siswa untuk meningkatkan kemampuan siswa baik dari sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Dengan demikian rasa percaya diri terbentuk dan
berkembang melalui proses belajar di dalam interaksi seseorang dengan
lingkungannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan keseluruhan skripsi ini, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tingkat rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika dengan rata-
rata 94,36 adalah 45,23% siswa yang memiliki rasa percaya diri di atas
rata-rata dan 54,77% siswa yang memiliki rasa percaya diri di bawah
rata-rata. Berdasarkan persentase tersebut maka terlihat bahwa lebih
dari sebagian siswa kelas V memiliki tingkat rasa percaya diri di bawah
rata-rata.
2. Tingkat prestasi belajar siswa yang memiliki rasa percaya diri dalam
belajar matematika adalah sebesar 50,03% dari rata-rata yang sudah
didapatkan.
3. Berdasarkan hasil pembahasan keseluruhan skripsi ini, dapat disipulkan
bahwa rasa percaya diri siswa berhubungan dengan prestasi belajarnya.
Hal ini dibuktikan dari hasil data yang penulis olah melalui rumus
Spearman Rank yang menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,460
yang menunjukkan adanya korelasi positif yang sedang antara rasa
percaya diri dengan prestasi belajar Matematika siswa.

B. Saran
1. Saran untuk guru Matematika
Guru sebagai unsur terdepan dalam pembelajaran harus
memperhatikan strategi apa yang harus dilakukan agar siswa mampu
belajar dengan baik pada mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran ini
masuk dalam kategori sulit bagi sebagian besar kalangan siswa. Dengan
memberikan pembelajaran yang baik dan sesuai dengan keinginan
siswa maka dapat membangkitkan rasa percaya siswa dan pada
akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar yang optimal.

65
66

2. Saran untuk siswa


Siswa harus memiliki kebiasaan belajar yang baik dan memotivasi diri
sendiri walaupun Matematika dianggap pelajaran yang sulit. Dengan
demikian maka siswa akan mendapatkan prestasi yang baik. Prestasi
belajar sebagai bekal untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang begitu pesat. Prestasi belajar yang baik
tentunya akan memberikan apresiasi belajar yang baik pula kepada
masyarakat, dan merupakan bekal yang berdampak langsung maupun
tidak langsung terhadap kehidupan.
3. Saran untuk peneliti selanjutnya
Penelitian ini memberikan informasi bahwa pengaruh kebiasaan belajar
dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar
Matematika. Oleh karena itu, diharapkan dalam penelitian selanjutnya
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Matematika selain yang diteliti dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Maman. 2011. Dasar-dasar Metode Statistika untuk Penelitian.


Bandung : CV Pustaka Sedia

Anas Sudjino. 1994. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,


(Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, Saifudin. 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :


Erlangga

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka
Cipta

Fatimah. 2006. Fun Math : Matematika Asyik Dengan Metode Pemodelan.


Bandung : PT Mizan Pustaka

Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik),


Bandung: Pustaka Setia

Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa
Swara

Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: PT. Sinar
Baru Algesindo

Hambly, K.. 1995. Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Salatiga:


Universitas Kristen Satya Wacana

Harry Pranowo dan Annisa Ratna Sari. 2013. Pengaruh Persepsi Siswa tentang
metode mengajar guru dan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi
belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Ngemplak Sleman Tahun
Ajaran 2011/2012. Jurnal Kajian Pendidikan dan Akuntansi Indonesia
vol.II no.1. Penerbit: Jurusan Pend. Akuntansi UNY

67
68

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika. Jurnal


Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2

Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, Cet.
Ke-1

Latipah, Eva. Juni 2010. Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar :
Kajian Meta Analisis. Jurnal Psikologi Volume 37, No. 1

Loekmono, L.. 1983. Rasa Percaya Diri pada Diri Sendiri, (Salatiga: Universitas
Satya Wacana

Manfaat, Budi. 2010. Membumikan Matematika. Jakarta: Eduvision Publishing

Margono, Gaguk. Februari 2005. Pengembangan Instrumen Pengukur Rasa


Percaya Diri Mahapeserta didik terhadap Matematika. JURNAL ILMU
PENDIDIKAN, Jilid 12, Nomor 1

Novita Eka Indiyani dan Anita Listiara. Juni 2006. Efektivitas Metode
Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) Untuk Menurunkan
Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika, Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 1

Purwanto, Ngalim. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Simanjuntak, Lysnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta : PT.


Rineka Cipta

Siska, Sudardjo dan Esti H.Y. 2003. Kepercayaan Diri dan Kecemasan
Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa, Jurnal Psikologi No. 2

Syaifullah, Ach.. 2002. Tips Bisa Percaya Diri. Yogyakarta : Gara ilmu

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,


(Bandung : Remaja Rosdakarya

Surya, Drs Hendra. 2007. Percaya Diri itu Penting : Peran orang tua dalam
membangun percaya diri anak. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta

Sugiyono. 2013. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD),
Bandung: Alfabeta
69

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Sumantoro, dkk. 2007. Silabus Sains, Pengetahuan Sosial, Matematika, Bahasa


Indonesia untuk Kelas 1 Sekolah Dasar. Yogyakarta : Kanisius

Supatmono, Catur. 2009. Matematika Asyik. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana


Indonesia

Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:


Pustaka Bani Quraisy Wahyuni, Sri. 2004. Hubungan Antara
Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Berbicara di depan Umum Pada
Mahasiswa Psikologi, eJournal Psikologi Volume 2 No. 1

Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Tina Afiatin & Budi Andayani. 1996. Konsep Diri, Harga Diri, dan Kepercayaan
Diri Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit


Universitas Terbuka

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem pendidikan


Nasional.8 Juli 2003.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 4301. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai