Anda di halaman 1dari 117

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERSAMAAN GARIS LURUS


SISWA KELAS VIII SUDIRMAN SMP NEGERI 1 SINDUE

SITI SALMA
A 231 15 110

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan


gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU 2022
iii
iv
ABSTRAK

Salma, S., 2022. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking


stick untuk meningkatkan hasil belajar persamaan garis lurus siswa kelas VIII
Sudirman SMP Negeri 1 Sindue. Skripsi. Program studi pendidikan matematika,
jurusan pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam, fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako. Pembimbing Muh. Rizal.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi model


pembelajaran kooperatif tipe TalkingStick dalam meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII Sudirman SMP Negeri 1 Sindue pada materi persamaan garis lurus.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain
penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII
Sudirman yang berjumlah 23 orang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 13 siswa
perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri
dari empat komponen yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan,3)
Observasi, dan 4) Refleksi. Teknik pengumpulan data melalui observasi,tes
tertulis, wawancara dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi persaamaan garis lurus di kelas VIII Sudirman
SMP Negeri 1 Sindue dengan tahapannya yaitu: 1) menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa, 2) menyajikan informasi, 3) Mengorganisir siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar, 4) Membantu kerja kelompok dan belajar, 5)
Mengevaluasi, dan 6) Memberikan pengakuan atau penghargaan.hal ini dapat
dilihat dari hasil akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal
mencapai 65% dan hasil tes akhir tindakan siklus II menjadi 82%. Skor total
aktivitas guru pada siklus I sebesar 51 meningkat pada siklus II menjadi 65. Skor
total aktivitas siswa pada siklus I sebesar 47 meningkat pada siklus II menjadi 64.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi persamaan garis lurus.

Kata kunci: Talking Stick, Hasil Belajar, Gradien Persamaan Garis Lurus, Bentuk-
bentuk Persamaan Garis Lurus.

v
ABSTRACT

Salma, S., 2022. Implementation of Cooperative Learning Model of Talking Stick


Tipe to Improve Learning Outcames on Equation of The Straight Line in Class
VIII Sudirman SMP Negeri 1 sindue. Thesis. Mathematics Education Study
Program, Departement of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher
Training and Education, Tadulako University Advisor (1) Muh. Rizal (2).

The purpose of this study was to obtain a description of the TalkingStick type
cooperative learning model in improving student learning outcomes for class VIII
Sudirman SMP Negeri 1 Sindue on straight line equations. This type of research
is classroom action research which refers to the research design of Kemmis and
Mc. Taggart. The subjects of this study were students of class VIII Sudirman
totaling 23 people consisting of 10 male students and 13 female students. This
research was conducted in two cycles, each cycle consisting of four components,
namely: 1) Planning, 2) Action, 3) Observation, and 4) Reflection. Data collection
techniques through observation, written tests, interviews and field notes results
The results showed that the application of the Talking Stick type of cooperative
learning model could improve student learning outcomes on the straight-line
equation material in class VIII Sudirman SMP Negeri 1 Sindue with the stages,
namel: 1) conveying ovjectives and prepare students, 2) present information, 3)
organize students into study groups, 4) assist group work and study, 5) evaluate,
and 6) provide recognition or awards. This can be seen from the final results of
the first cycle of action showing that classical completeness reaches 65% and the
second cycle of final test results to 82%. The total score of teacher activity in the
first cycle of 51 increased in the second cycle to 65. The total score of student
activity in the first cycle of 47 increased in the second cycle to 64. Based on these
results, it can be concluded that the application of the Talking Stick type of
cooperative learning model can improve student learning outcomes on the
material of straight-line equations.

Keywords: learning Model, Talking Stick, Learning Outcames, Straight Line


Equation.

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil alamin, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Persamaan Garis Lurus Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 1 Sindue”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu prasyarat

dalam memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak mungkin

dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua

penulis yaitu Ayahanda Bambang Ariyanto dan Ibunda Asnia tercinta yang sangat

berjasa dalam kehidupan dan pendidikan penulis, kasih sayang, yanglah berdia,

berkorban, menasehati, dan memotivasi penulis dalam setiap munajatnya.

Meskipun penulis sadar tidak akan sanggup membalas kesemuanya itu. Semoga

Allah SWT membalas setiap jerih payah dan pengorbanan keduanya serta

memberi kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Adik-adikku tercinta

(Sunardin, Trismiati dan Afnan Sulusu) terima kasih atas segala doa, bantuan,

motivasi yang selalu diberikan kepada penulis. Penulis mengucapkan pula

terimakasih kepada seluruh keluarga yang selama ini selalu memberikan doa,

vii
motivasi dan dukungan baik secara moral maupun materil kepada penulis selama

menyusun skripsi ini.

Penulisan skripsi ini juga dapat terwujud berkat bimbingan, saran dan

dorongan dari dosen pembimbing dan dosen penguji. Oleh karena itu penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra.

Linawati, M.Si sebagai dosen wali sekaligus penguji yang telah memberikan

waktu, pikiran, dukungan, tenaga, nasehat serta bimbingan dan saran-saran yang

sangat berharga mulai dari awal perkuliahan, penulisan proposal, pelaksanaan

seminar, kegiatan penelitian, sampai pada penyelesaian skripsi ini. Bapak Dr.

Muh. Rizal, M.Si sebagai pembimbing yang juga telah memberikan waktu,

pikiran, dukungan, tenaga, nasehat serta bimbingan dan saran-saran yang sangat

berharga mulai penulisan proposal, pelaksanaan seminar, kegiatan penelitian,

sampai pada penyelesaian skripsi ini. Begitu pula kepada Bapak Drs. Baharuddin,

M.Si sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran-saran dalam

penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahfudz, M.P. selaku Rektor Universitas Tadulako yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di

Universitas Tadulako.

2. Bapak Dr. Ir. Amiruddin Kade, S.Pd., M.Si Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako yang telah memberikan pelayanan

viii
yang baik kepada penulis serta memberlakukan kebijakan-kebijakan di

lingkungan fakultas demi mempercepat penyelesaian studi mahasiswa.

3. Bapak Dr. H. Nurhayadi, S.Pd., M.Si Wakil Dekan Bidang Akademik, bapak

Abdul Kamaruddin, S.Pd., M.Ed., Ph.D Wakil Dekan Bidang Umum dan

Keuangan, dan bapak Dr. Iskandar, M.Hum, Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang

telah banyak memberikan arahan, bantuan, kemudahan, dorongan dan

motivasi selama menimbah ilmu pengetahuan di kampus ini.

4. Ibu Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D sebagai ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Tadulako yang telah memberikan arahan dan

pelayanan yang baik kepada penulis

5. Bapak Dr. Pathuddin, S.Pd., M.Si Koordinator Program Studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako

beserta keluarga yang telah banyak sekali memberikan bantuan, kemudahan

dan masukan terkait kelancaran studi dan pengurusan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Tegoeh S.Karniman M.Pd dosen Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah bersedia memberikan bantuan dalam melakukan

validasi terhadap tes yang dibuat penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah

mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama

berada di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako.

8. Kak Karim, S.Pd selaku operator Program Studi Pendidikan Matematika

ix
yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan, motivasi,

semangat, dan pelayanan kualitas prima dalam penyelesaian studi penulis.

9. Seluruh Staf akademik pengajaran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Terima kasih atas segala bantuan dan pelayanannya dalam penyelesaian studi

penulis.

10. Bapak Agus, S.Pd.,M.Pd kepala SMP Negeri 1 Sindue yang telah

memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan

penelitian di sekolah tersebut.

11. Ibu Salmah, S.Pd, guru bidang studi matematika di kelas VIII SMP Negeri 1

Sindue yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama melakukan

penelitian.

12. Seluruh Bapak dan Ibu guru, serta Staf Tata Usaha di SMP Negeri 1 Sindue

yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan penelitian.

13. Siswa-siswi kelas VIII Sudirman SMP Negeri 1 Sindue yang telah bersedia

menjadi subjek penelitian dan bekerja sama dengan baik dalam penelitian

penulis.

14. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Matematika

Angkatan 2015 kelas A, B dan C. Sahabatku Miryam Mosiangi, Cahyani

Hanusu, Sry Yasma. Teman-temanku Fahra Anraeni, Siska, Nursatriani,

Selviani Tontou, Ikke Wahyu, Rezky Noviani, Ella Fidyawati, Hardianti,

Nurhasanah, Andi Syerli, Hidayani, Nurhaida, Nihayah, Darmi, Darmiasuri,

Heni Novianti, Siti Usdalifah, Siti Masyitah, Nurul, Meliana, Alias, Rizaldi

Nur, Arif, Khairil, Hamka. Terima kasih sudah menjadi keluarga selama

x
berada di bangku perkuliahan, telah banyak membantu, memberikan

dukungan, doa, dan saran kepada penulis. Maaf yang namanya tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

15. Senior dan Junior di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Tadulako yang telah memberikan dukungan, saran, bantuan, serta informasi

yang sangat berharga dari awal hingga akhir penyusunan skripsi.

16. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

sangat dibutuhkan demi kesempurnaan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembacanya. Semoga segala bantuan dam bimbingan

dari semua pihak mendapat pahala yang berlimpah dari Tuhan yang Maha Esa.

Palu, Juni 2022

Siti Salma

A 231 15 110

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL I

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Iii

HALAMAN PENGESAHAN Iv

ABSTRAK V

ABSTRACT Vi

UCAPAN TERIMA KASIH vii

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL Xv

DAFTAR GAMBAR Xvi

DAFTAR LAMPIRAN Xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

1.5 Batasan Istilah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka 7

2.1.1 Pembelajaran Kooperatif 7

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick 8

xii
2.1.3 Hasil Belajar 11

2.1.4 Tinjauan Materi 13

2.2 Penelitian yang Relevan 17

2.3 Kerangka Berpikir 19

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 21

3.2 Desain Penelitian 21

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 23

3.4 Subjek Penelitian 23

3.5 Jenis Data 23

3.6 Teknik Pengumpulan Data 24

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data Kualitatif 24

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif 25

3.7 Teknik Analisis Data 25

3.8 Kriteria Keberhasilan Tindakan 26

3.9 Tahap-Tahap Penelitian 27

3.9.1 Tahap Pra Tindakan 28

3.9.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 32

4.1.1 Hasil Pra Pelaksanaan Tindakan 32

4.1.2 Hasil Pelaksanaan Tindakan 34

4.2 Pembahasan 84

xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 93

5.2 Saran 93

DAFTAR PUSTAKA 96

LAMPIRAN 99

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif 8

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.3 Kerangka Pemikiran 20

3.1 Diagram Alur Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc Tagarte 22

4.1 Jawaban AY Pada Tes Akhir Tindakan Siklus I 53

4.2 Jawaban AY Pada Tes Akhir Tindakan Siklus I 54

4.3 Jawaban RD Pada Tes Akhir Tindakan Siklus I 54

4.4 Jawaban RD Pada Tes Akhir Tindakan Siklus I 55

4.5 Jawaban FFH Pada Tes Akhir Tindakan Siklus I 56

4.6 Jawaban FFH Pada Tes Akhir Tindakan Siklus I 56

4.7 Jawaban AY Pada Tes Akhir Tindakan Siklus II 76

4.8 Jawaban RD Pada Tes Akhir Tindakan Siklus II 78

4.9 Jawaban FFH Pada Tes Akhir Tindakan Siklus II 80

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Tes Awal 100

2 Pedoman Penilaian Tes Awal 101

3 Analisis Hasil Tes Awal 102

4 Daftar Pembagian Kelompok Siklus I 103

5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 104

6 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Siklus I 111

7 Pedoman Penilaian LKPD Siklus I 115

8 Pertanyaan yang Diberikan Kepada Siswa Yang Mendapatkan 117

Tongkat Siklus I

9 Jawaban yang Diberikan Kepada Siswa Yang Mendapatkan Tongkat 118

Siklus I

10 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru Siklus I 119

11` Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I 125

12 Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I 128

13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 133

14 Tes Akhir Tindakan Siklus I 135

15 Pedoman Penilaian Tes Akhir Siklus I 136

16 Analisis Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus I 137

17 Lembar jawaban Tes Akhir Tindakan Siklus I Siswa 138

18 Catatan Lapangan Siklus I 141

xvii
19 Transkrip Wawancara Siklus I 142

20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 149

21 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Siklus II 156

22 Pedoman Penilaian LKPD Siklus II 159

23 Pertanyaan yang Diberikan Kepada Siswa yang Mendapatkan Tongkat 161

Siklus II

24 Pertanyaan yang Diberikan Kepada Siswa yang Mendapatkan Tongkat 162

Siklus II

25 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru Siklus II 164

26 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II 170

27 Kriteria Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 173

28 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 178

29 Tes Akhir Tindakan Siklus II 180

30 Pedoman Penilaian Tes Akhir Tindakan Siklus II 181

31 Analisis Tes Akhir Tindakan Siklus II 183

32 Lembar Jawaban Tes Akhir Tindakan Siklus II 184

33 Catatan Lapangan Siklus II 189

34 Transkip Wawancara Siklus II 190

35 Dokumentasi 198

36 Surat Keputusan Dosen Pembimbing 201

36 Surat Tugas Validator 203

37 Lembar Validasi 204

38 Surat Izin Penelitian 205

xviii
39 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 206

40 Pernyataan Keaslian Tulisan 207

41 Biodata 208

xix
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, matematika perlu

diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi

untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Tujuan pendidikan menurut kemendikbud 2013 yaitu (1) meningkatkan

kemampuan intelektual, (2) membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan

masalah secara sistematis, (3) memperoleh hasil belajar yang tinggi, (4) melatih

siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah,

dan (5) mengembangkan karakteristik siswa. Selanjutnya pembelajaran

matematika bertujuan membentuk kemampuan nalar dalam diri setiap siswa yang

tercermin pada kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, jujur dan disiplin

dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, maupun

dalam kehidupan sehari-hari.

Aslami, dkk. (2019: 364) menyatakan bahwa Pembelajaran matematika

diharapkan mampu menciptakan paradigma siswa terhadap kegunaan matematika

dalam kehidupan. Namun tidak mudah untuk dapat menumbuhkan sikap

menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sebab konsep matematika

1
2

disajikan dalam bentuk abstrak. Pemilihan model dan media yang tepat

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik

(Kumullah dan Yulianto, 2020:88).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika di SMP

Negeri 1 Sindue, diperoleh informasi bahwa guru masih mengalami kendala

dalam memberikan materi matematika kepada siswa. Kesulitan ini disebabkan

karena sikap siswa yang kurang memperhatikan guru ketika mengajarkan materi

di kelas, siswa jarang mengajukan pertanyaan kepada guru meskipun banyak

diberikan kesempatan untuk bertanya, dan pasif dalam pembelajaran.

Selain itu, juga diperoleh informasi bahwa hampir semua materi yang

dipelajari sulit dipahami oleh siswa salah satunya pada materi persamaan garis

lurus. Khususnya yaitu siswa masih belum bisa menyelesaikan soal tentang

persamaan garis dengan baik, terutama dalam menentukan gradien garis dan

menentukan persamaan garis. Baik garis yang diketahui persamaannya, garis yang

melalui dua titik, dan garis yang sejajar atau tegak lurus dengan garis lain.

Adapun upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hal tersebut,

yaitu dengan menerapkan pembelajaran berkelompok, dengan harapan agar siswa

yang kurang aktif dapat berpartisipasi dengan kelompok belajar. Namun

kenyataannya dalam pembelajaran hanya siswa yang berkemampuan tinggi yang

dominan, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah hanya diam, hingga hasil

yang didapatkan belum sesuai dengan yang diharapkan, yang menyebabkan hasil

belajar siswa masih tergolong rendah.

Berdasarkan masalah di atas maka peneliti menawarkan untuk berkolaborasi

dengan guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi dengan menerapkan model
3

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dengan harapan pembelajaran ini dapat

mengatasi masalah siswa. Model kooperatif tipe talking stick merupakan salah

satu model yang dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa. Talking

stick dapat merangsang pikiran siswa dalam pembelajaran, memfasilitasi siswa

dengan berbagai pengalaman belajar siswa sehingga siswa dapat memiliki sikap

kepemimpinan. Selain untuk meningkatkan keaktifan berbicara pada siswa,

metode pembelajaran ini juga mampu membuat siswa termotivasi dan lebih aktif

dalam proses pembelajaran (Firdaus, 2020:80).

Model pembelajaran Talking Stick ini berupaya untuk meningkatkan hasil

belajar matematika siswa pada materi persamaan garis lurus. Dalam hal ini

penerapan pembelajaran metode Talking Stick adalah suatu pembelajaran yang

menuntut keaktifan siswa dalam belajar dan terciptanya pembelajaran yang

menyenangkan. Melalui talking stick, siswa dituntut untuk memahami dan

menguasai materi pelajaran karena akan digunakan sebagai jawaban saat diajukan

pertanyaan oleh guru.

Pasaribu dkk. (2017:62) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar di

kelas model pembelajaran Talking Stick berorientasi pada terciptanya kondisi

belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa

yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya

mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa

yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk

menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa

berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar secara

individual. Adapun fase-fase model pembelajaran Talking Stik yang dapat


4

mengatasi masalah di atas, yakni: 1) tes penempatan, guru memberikan pre-tes

agar mengetahui siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah

serta dapat membagi kelompok secara heterogen. 2) mengajar kelompok, guru

menyampaikan pentingnya mempelajari materi yang akan dipelajari, dan

menyiapkan sebuah tongkat pada tahapan ini diharapkan dapat termotivasi dalam

belajar persamaan garis lurus 3) Tim, pada fase ini guru membagi siswa dalam

beberapa kelompok diharapkan siswa menjadi aktif dalam mengasah

pengetahuannya. 4) Kerja kelompok, siswa diberikan kesempatan untuk membaca

dan mempelajari materi secara bersama-sama, pada tahapan ini siswa diberikan

persepsi bahwa setiap keberhasilan siswa ditentukan oleh keberhasilan

kelompoknya dengan tujuan agar siswa yang kurang fokus dapat lebih termotivasi

dan memperhatikan tanggungjawab yang diberikan guru. 5) Belajar bersama,

pada tahapan ini siswa diharapkan bekerjasama dengan temannya, jika ada siswa

yang mendapat kesulitan maka teman kelompoknya berkewajiban untuk

membantu sehingga siswa yang berkemampuan rendah dapat teratasi. 6)

Mengevaluasi, pada tahapan ini guru mulai memberikan tongkat kepada siswa,

tongkat tersebut terus berjalan sampai pada siapa tongkat itu berhenti maka siswa

tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru dan begitu seterusnya.

7) Memberikan penghargaan, guru memberikan penghargaan kepada kelompok

terbaik, dengan tujuan agar siswa merasa hasil kerjanya dihargai sehingga

memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan hasil belajar.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Persamaan Garis Lurus Siswa Kelas VIII

SMPN 1 SINDUE”.
5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

talking stick yang dapat meningkatkan hasil belajar persamaan garis lurus siswa

kelas VIII Sudirman SMPN 1 SINDUE?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk memperoleh deskripsi tentang penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe talking stick yang dapat meningkatkan hasil belajar Persamaan garis lurus

siswa kelas VIII Sudirman SMPN 1 SINDUE”.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai

pihak terutama:

1. Bagi siswa

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick mampu

meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar, menjadikan siswa untuk belajar

lebih aktif dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang

dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah khususnya kepala sekolah selaku pengambil kebijakan dapat

memberi pengarahan pada guru agar menggunakan model ini dalam rangka
6

perbaikan proses pembelajaran matematika sebagai upaya meningkatkan

kemampuan siswa SMP Negeri 1 Sindue khususnya dalam materi persamaan

garis lurus.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan, dan memberi pengalaman langsung

dalam model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.

1.5 Batasan Istilah


Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda maka peneliti memberikan

batasan istilah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick merupakan model

pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siswa yang memegang

tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari

materi pokoknya. Sebelumnya siswa akan dibentuk beberapa kelompok.

2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa kelas VIII

Sudirman SMP Negeri 1 Sindue setelah diterapkan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada

materi persamaan garis lurus yang diwujudkan melalui perubahan

pengetahuan atau keterampilan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri

melalui proses belajar yang dialaminya.

3. Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah persamaan garis lurus,

yaitu: menentukan gradien garis dan menentukan persamaan garis. Baik garis

yang diketahui persamaannya, garis yang melalui dua titik, dan garis yang

sejajar atau tegak lurus dengan garis lain.

4. Persamaan garis lurus yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah gradien

persamaan garis lurus dan bentuk bentuk persamaan garis lurus


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian pustaka

2.1.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Roger, dkk. dalam (Huda, 2011:29) menyatakan cooperative learning is

group learning activity organized in such a way that learning is based on the

socially structured change of information between learners in group in which

each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to

increase the learning of others (pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas

pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran

harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-

kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas

pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran

anggota-anggota yang lain). Menurut Parker dalam (Huda, 2011:29)

mendefiniskan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran di mana

para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk

mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.

Menurut Trianto (2014:108) di dalam kelas kooperatif siswa belajar

bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat

tetapi heterogen (kemampuan, jenis kelamin, suku/ras) dan satu sama lain saling

membantu. Tujuan dibentuknya kelompok ini yakni untuk memberikan

kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses

berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota

7
8

kelompok yaitu mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling

membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suasana pembelajaran dimana para siswa belajar

bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat

tetapi heterogen Setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya

sendiri dan kelompok dalam mencapai ketuntasan belajar.

Suprijono (2009:65) menyatakan bahwa sintaks model pembelajaran

kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, seperti yang tercantum dalam Tabel1 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks model pembelajaran kooperatif

Fase-fase Perilaku Guru


Fase 1: present goal and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik siap
mempersiapkan peserta didik belajar
Fase 2: (present information) Mempresentasikan informasi kepada
Menyajikan informasi peserta didik secara verbal
Fase 3:(orgnanize student into Memberikan penjelasan kepada peserta
learning teams) didik tetang tata cara pembentukan tim
Mengorganisir siswa ke dalam belajar dan membantu kelompok
kelompok-kelompok belajar melakukan transisi yang efisien
Fase 4: (assitteam work and study) Membantu tim-tim belajar selama
Membantu kerja kelompok dan peserta didik mengerjakan tugasnya
belajar
Fase 5: (test on the materials) Mengambil tongkat dan memberikan
Mengevaluasi kepada siswa, setelah itu, guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya
hingga semua siswa mendapat bagian
untuk menjawab setiap pertanyaan dari
guru
Fase 6: (provide recognition) Mempersiapkan cara untuk mengakui
Memberikan pengakuan atau usaha dan prestasi individu maupun1
penghargaan kelompok
9

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan antara

lain: dapat meningkatkan keaktifan siswa karena siswa tidak terlalu

menggantungkan pada guru, dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk

lebih bertanggung jawab dalam belajar, dapat membantu anak untuk respek pada

orang lain sehingga dapat menerima segala perbedaan dan dapat mengembangkan

kemampuan siswa untuk menguji pemahamnnya sendiri serta dapat berpraktik

memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang di

buat adalah tanggung jawab kelompoknya (Sanjaya, 2006:250)

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

1. Pengertian model pembelajaran koperatif tipe Talking Stick

Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan

oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau

menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku). Model

pembelajaran talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif.

Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang

memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik

mempelajari materi pokokknya. Pembelajaran talking stick sangat cocok

diterapkan bagi peserta didik SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih

berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan

membuat peserta didik aktif.

Pembelajaran dengan strategi talking stick mendorong peserta didik untuk

berani mengemukakan pendapat. Strategi ini diawali dengan penjelasan guru

mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian dengan bantuan stick

(tongkat) yang bergulir peserta didik dituntun untuk merefleksikan atau


10

mengulang kembali materi yang sudah dipelajari dengan cara menjawab

pertanyaan dari guru. Siapa yang memegang tongkat, dialah yang wajib menjawab

pertanyaan (talking)

2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick

Menurut Hanafia dalam (Unggu, 2016) Langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif tipe talking stick adalah sebagai berikut:

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa (present goal and set)

1) Guru melakukan apersepsi.

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Fase 2: Menyajikan informasi (present information)

3) Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan pentingnya materi yang akan

dipelajari.

4) Guru menyiapkan sebuah tongkat dan menjelaskan kegunaan tongkat.

5) Guru menginformasikan topik materi yang akan dipelajari.

Fase 3: Mengorganisir siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar (orgnanize

student into learning teams)

6) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5-6 orang.

7) Membagikan LKPD ke setiap kelompok.

Fase 4: Membantu kerja kelompok dan belajar (assitteam work and study)

8) Kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan

mempelajari materi.

9) Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa

menutup bukunya.
11

Fase 5: Mengevaluasi (test on the materials)

10) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru

memberikan pernyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus

menjawabnya, demikian seterusnya hingga semua siswa mendapat bagian

untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

11) Guru bersama siswa menarik kesimpulan.

Fase 6: Memberikan pengakuan atau penghargaan (provide recognition)

12) Guru memberikan penghargaan (reward) kepada kelompok terbaik.

Pembelajaran dengan metode talking stick memiliki beberapa kelebihan

dan kekurangan yang diungkapkan oleh Aris (2014:199) yaitu sebagai berikut:

a. Kelebihan talking stick

1) Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran.

2) Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat.

3) Memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum

pelajaran dimulai).

4) Peserta didik berani mengemukakan pendapat.

b. Kekurangan talking stick

1) Membuat siswa senam jantung.

2) Siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab.

3) Membuat peserta didik menjadi tegang.

4) Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2012) hasil belajar adalah kemampuan, sikap dan

keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan


12

oleh guru sehingga dapat menginstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan

sehari-hari. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Suprijono (2009:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan yang dimiliki

siswa setelah melakukan proses belajar.

Taksonomi Bloom mengkategorikan hasil belajar pada tiga ranah atau

kawasan yaitu: (1) Ranah Kognitif (cognitive domain); (2) Ranah Afektif

(affective domain); (3) Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain). Ranah

kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berfikir, mengetahui dan

memecahkan masalah. Ranah afektif atau intelektual adalah mengenai sikap,

minat dan emosi. Sedangkan psikomotor meliputi kempuan otot dan fisik

(Sahusilawane, 2015:5).

Merujuk pada pemikiran Gagne (Suprijono, 2009:5) yang menyatakan

bahwa hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analisis-

sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prisnsip keilmuan.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalan urusan dan koordinasi.


13

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan yang dimiliki siswa setelah melalui proses

pembelajaran, baik dalam perubahan kemampuan intelektual, sikap maupun

keterampilan yang dikonstruksikannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.4 Tinjauan Materi

Kalimat terbuka yang menyatakan hubungan “sama dengan” disebut

persamaan. Persamaan garis lurus merupakan sebuah persamaan dua variabel

yang membentuk kurva berupa sebuah garis linier dengan kemiringan tertentu

pada diagram koordinat tertentu. Secara umum persamaan garis lurus dinyatakan

dalam:

dengan dan variabel atau peubah, dan konstanta. Bentuk

persamaan tersebut dinamakan bentuk eksplisit.

Persamaan garis lurus juga dapat dituliskan sebagai:

dengan dan peubah serta , dan konstanta. Bentuk tersebut

dinamakan bentuk implisit.

Contoh:

Garis a: dengan persamaan

Garis b: dengan persamaan


14

Garis c: dengan persamaan 3

Untuk menggambar garis-garis tersebut pada bidang koordinat dapat dilakukan

dengan menentukan titik-titik yang terletak pada ketiga garis tersebut dengan

bantuan tabel sebagai berikut:

-2 -1 0 1 2
-1 1 3 5 7
Titik (-2,-1) (-1,1) (0,3) (1,5) (2,7)

-2 -1 0 1 2
-3 0 3 6 9
Titik (-2,-3) (-1,0) (0,3) (1,6) (2,9)

-2 -1 0 1 2
7 5 3 1 -1
Titik (-2,-7) (-1,5) (0,3) (1,1) (2,-1)

Sehingga gambar garis-garis di atas adalah:


15

Berdasarkan gambar di atas tampak bahwa perbedaan nilai m

menyebabkan perbedaan kemiringan garis. Untuk menentukan suatu gradien garis

dapat dilakukan dengan cara membandingkan komponen (perubahan nilai )

dengan nilai (perubahan nilai ). Pada gambar berikut:

(gradien garis AB)

a. Menentukan gradien garis tertentu

1) Gradien garis dengan persamaan

2) Gradien garis yang melalui dua titik

Gradien garis yang melalui titik ( dan adalah:


16

atau

3) Gradien garis yang sejajar sumbu

4) Gradien garis yang sejajar sumbu

= tak terdefinisikan

5) Gradien dua garis yang sejajar

6) Gradien dua garis yang tegak lurus

b. Menentukan bentuk persamaan garis lurus

1) Persamaan garis yang melalui titik dengan gradien m adalah:

2) Persamaan garis yang melalui titik ( dan sejajar dengan garis

adalah:

3) Persamaan garis yang melalui titik ( dan tegak lurus dengan garis

adalah:

4) Persamaan garis yang melalui titik A( dan B( adalah:


17

2.2 Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah, Soedjoko Mashuri (2013) yang

berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick

terhadap Hasil Belajar Materi Pokok Aljabar” dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick

berbantuan lembar kegiatan siswa lebih efektif daripada model pembelajaran

konvensional pada materi pokok bentuk aljabar kelas VIII di SMP Negeri 1

Karanggan. Relevansinya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

yakni terletak pada penggunaan model Talking Stick yang bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ramayanti (2014) yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick terhadap Hasil

Belajar Matematika (studi eksperimen pada materi bilangan bulat di kelas VII

SMP N 1 Sausu)”. Dengan hasil yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan terhadap hasil belajar matematika antara siswa

yang mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Stick dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini dapat

dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh pada kelas eksperimen lebih inggi

dari skor rata-rata yang diperoleh pada kelas kontrol, yakni 9,12 untuk kelas

eksperimen dan 5,67 untuk kelas kontrol. Adapun kontribusi model

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick terhadap hasil belajar bilangan


18

bulat siswa sebesar 26,54%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Stick memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap hasil belajar

siswa dibanding dengan pembelajaran konvensional. Relevansi penelitian

yang dilakukan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yakni

penerapan model pembelajaran Talking Stick pada pembelajaran.

3. Penelitian Hartanto (2016) menyimpulkan bahwa model pembelajaran Talking

Stick lebih baik daripada pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar

matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok)

siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Batam, dengan diterapkan model

pembelajaran Talking Stick siswa menjadi lebih aktif dan komunikatif dalam

belajar. Relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian tersebut

terletak pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membuat siswa menjadi

lebih aktif. Sehingga penelitian tersebut mendukung penelitian yang peneliti

lakukan. Bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Stick akan meningkatkan hasil belajar siswa dan membuat siswa

menjadi lebih aktif.

4. Hasil penelitian Langi (2016) menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika

materi segiempat melalui penerapan model koopratif tipe Talking Stick dengan

strategi Mind Mapping efektif sebab memenuhi tiga indikator keefektifan

yaitu : (1) hasil belajar siswa memenuhi kriteria efektif yang ditandai dengan

rata-rata hasil belajar siswa dan peningkatan hasil

belajar matematika siswa berada pada nilai gain diatas 0,29 serta ketuntasan
19

secara klasikal adalah (2) aktivitas siswa berada pada kategori baik

dengan rata-rata 3,7 dan (3) respon siswa terhadap pembelajaran adalah sangat

positif dengan persentase respon siswa 98%. Relevansi penelitian yang

dilakukan dengan penelitian tersebut terletak pada penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick yang dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Sehingga penelitian tersebut menduung penelitian yang peneliti

lakukan. Bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Stick akan meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2 Kerangka Pemikiran

Rendahnya hasil belajar siswa terutama pada materi persamaan garis lurus.

Rendahya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor seperti sikap siswa

yang kurang memperhatikan guru ketika mengajarkan materi di kelas dan siswa

jarang mengajukan pertanyaan kepada guru meskipun banyak diberi kesempatan

untuk bertanya sehingga membuat siswa menjadi pasif dalam pembelajaran, dan

siswa belum mampu menyelesaikan soal persamaan garis lurus dengan tepat.

Selain itu, hanya siswa yang berkemampuan tinggi yang dominan sedangkan

siswa yang berkemampuan rendah hanya diam.

Berdasarkan masalah di atas, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. Melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick siswa dilatih untuk berpikir dan saling

tukar pendapat baik dengan kelompoknya atau teman sekelasnya, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses

pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi.


20

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Masalah
1. Siswa kurang memahami konsep dalm menyelesaikan soal
Persamaan Garis Lurus
2. Siswa kurang memperhatikan guru ketika mengajarkan materi dikelas
3. Siswa jarang mengajukan pertanyaan meskipun banyak diberi
kesempatan untuk bertanya
4. Siswa pasif dalam pembelajaran
5. Siswa yang berkemampuan tinggi yang dominan dalam
pembelajaran, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah hanya
diam

Solusi

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick

Hasil yang diharapkan

1. Siswa dapat memahami konsep dalam menyelesaikan persamaan


garis lurus
2. Siswa fokus dalam proses pembelajaran
3. Siswa mengajukan pertanyaan ketika diberikan kesempatan
bertanya
4. Siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran
5. Semua siswa menjadi aktif dalam mengasah pengetahuannya

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif menghasilkan data alamiah dari

aktivitas atau perilaku subjek yang diamati pada saat pembelajaran berlangsung

sedangkan pendekatan kuantitatif menghasilkan data kuantitatif. Pendekatan ini

digunakan karena calon peneliti hendak menyelidiki dan memaparkan data sesuai

dengan apa yang terjadi saat penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

tindakan kelas dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas dan

kemudian melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran serta menemukan bentuk pengajaran di kelas yang sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian ini mengacu pada model tindakan kelas yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2017). Desain model

Kemmis dan Mc. Taggart menunjukkan bahwa pada setiap siklus yang

dilaksanakan terdiri atas empat tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan

tindakan, (3) pengamatan dan (4) refleksi.

21
22

Adapun alur desain penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.

Keterangan:

0
Pra tindakan

4
1 : Rencana Tindakan Siklus I
4
3 a 1
2 : Tindakan pada Siklus I

2
3 : Observasi pada Siklus I

4 : Refleksi pada Siklus I


8
5 : Rencana Tindakan Siklus II
7 b 5
6 : Tindakan pada Siklus II

6
7 : Observasi pada Siklus II

8 : Refleksi pada Siklus II

a : Siklus I

b : Siklus II

Gambar 3.1: Diagram Alur Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart

Penjelasan alur di atas adalah :

1. Rancangan atau rencana awal, dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa,

mengapa, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Sebelum

mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat

rencana tindakan, termasuk instrumen penelitian dan rancangan pembelajaran.


23

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai

upaya membangun pemahaman siswa serta mengamati hasil atau dampak dari

diterapkannya model pembelajaran ini.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak

dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar observasi yang diisi oleh

pengamat.

4. Rencana yang direvisi, berdasar hasil refleksi pengamat membuat rencana yang

direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1 Sindue.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Sudirman SMP

Negeri 1 Sindue yang terdaftar pada tahun ajaran 2022/2023 yang terdiri dari 23

siswa, laki-laki 10 siswa dan perempuan 13 siswa.

3.5 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini yaitu:

1. Data aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada materi

Persamaan garis lurus dengan menerapkan model Talking Stick.

2. Data aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran pada materi


24

Persamaan garis lurus dengan menerapkan model Talking Stick.

3. Data hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan

model talking stick

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh menggunakan teknik-teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

3.6.1. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif

Data kualitatif dikumpulkan beberapa teknik:

a. Observasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data aktivitas siswa dan data

aktivitas guru dalam pembelajaran materi persamaan garis lurus dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick masing-masing

melalui lembar observasi.

b. Wawancara

Data pengetahuan/penguasaan siswa tentang materi persamaan garis

lurus diambil melalui wawancara. Pada wawancara ini, pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan tidak terstruktur dan sesuai dengan hasil pekerjaan siswa pada

materi persamaan garis lurus., Wawancara diberikan setelah diberikan tes akhir

tindakan.

c. Catatan Lapangan

Data ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendukung dalam


25

pencapaian tujuan penelitian yang tidak teramati melalui lembar observasi dan

wawancara.

3.6.2. Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif

Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara memberikan tes

tertulis kepada siswa yaitu data hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

pada materi persamaan garis lurus dengan menerapkan model talking stick akan

diambil melalui pemberian tes akhir tindakan.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2017:246-253), yaitu Data Reduction (reduksi

data), Data Display (penyajian data), dan Conclusion Drawing/Verification

(penarikan kesimpulan/verifikasi). Secara garis besar kegiatan analisi data dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Data reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin

lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan

rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.
26

2. Data Display (penyajian data)

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan aktivitas guru yang disajikan

secara naratif dan data kuantitatif berupa tes awal dan tes akhir tindakan disajikan

dalam bentuk tabel. Data yang disajikan tersebut selanjutnya dianalisis dan dievaluasi

untuk membuat kesimpulan hasil pembelajaran.

3. Conclusion Drawing/Verification (penarikan kesimpulan/verifikasi)

Penarikan kesimpulan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan

yang diberikan dan bertujuan untuk memberikan kesimpulan terhadap hasil

penafsiran dan evaluasi pembelajaran, setelah data hasil reduksi disajikan secara

naratif dan tabel yang telah dianalisis maka ditarik suatu kesimpulan terhadap

tindakan yang telah dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SUDIRMAN

SMP Negeri 1 Sindue pada materi persamaan garis lurus

3.8. Kriteria KeberhasilanTindakan

Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas guru dalam

mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti

pembelajaran dengan menerapkan model talking stick. Data hasil aktivitas guru

dan siswa diperoleh melalui lembar observasi yang dianalisis. Lembar observasi

guru dan siswa dinyatakan berhasil apabila kualitas proses pembelajaran untuk

setiap aspek yang dinilai berada dalam kategori baik atau sangat baik dan tuntas

klasikal 70 atau lebih dari


27

Tindakan pada penelitian ini juga dinyatakan berhasil apabila telah

memenuhi indikator keberhasilan penelitian pada siklus 1 dan siklus 2 yang diperoleh

dari tes akhir tindakan. Indikator keberhasilan penelitian ini diperkuat dengan melihat

nilai ketuntasan individu dan persentase ketuntasan belajar klasikal siswa sebagai

berikut:

1) Ketuntasan individu: Siswa dikatakan tuntas jika memperoleh nilai sama atau

lebih dari 70,

Jumlah siswa yang tuntas


2) Persentase ketuntasan klasikal   100%
Jumlah siswa yang mengikuti tes

sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75% yang telah

ditetapkan oleh SMP N 1 Sindue.

Keberhasilan tindakan juga dapat dilihat dari kegiatan wawancara antara

peneliti dan siswa. Jika ada siswa keliru dalam memberikan jawaban pada tes

akhir tindakan siklus I dan tes akhir tindakan siklus II, maka perlu dilakukan

wawancara mendalam terhadap siswa tersebut. Siswa dikatakan paham jika

mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ketika wawancara, meskipun

sebelumnya siswa keliru dalam menjawab tes akhir tindakan siklus I dan tes akhir

tindakan siklus II.

3.9. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pratindakan dan tahap

pelaksanaan tindakan.
28

3.9.1. Tahap Pra Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a. Menyiapkan tes awal berupa tes tertulis seputar materi prasyarat yang telah

dipelajari berkaitan dengan materi Persamaan garis lurus.

b. Melakukan validasi tes awal.

c. Memberikan tes awal kepada siswa (berupa tes tertulis).

d. Menentukan informan berdasarkan hasil tes awal dan konsultasi dengan guru

matematika di SMP Negeri 1 Sindue.

e. Menentukan kelompok belajar siswa berdasarkan hasil tes awal siswa.

3.9.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dengan 2 siklus, kegiatan yang dilaksanakan

pada setiap siklus mengacu pada model penelitian yang dikemukakan oleh

Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2017) yang terdiri atas 4 komponen, yaitu

(1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Siklus I

1. Perencanaan

Penyusunan rencana tindakan di lakukan secara kolaboratif antara peneliti

dengan guru matematika kelas VIII Sudirman SMP Negeri 1 Sindue. Perencanaan

tindakan meliputi beberapa kegiatan yang diuraikan berikut.

a. Menyusun rancangan proses pembelajaran dengan menerapkan model Talking

stick. Rancangan Tindakan ini disusun dalam bentuk Rencana Pelaksanaan


29

Pembelajaran (RPP) dengan cara mensinergikan langkah pada model Talking

stick.

b. Membuat Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) tentang menentukan gradien

persamaan garis lurus.

c. Merancang tes akhir tindakan tentang gradien persamaan garis lurus.

d. Melakukan validasi instrumen.

e. Menetapkan kriteria pencapaian pembelajaran.

f. Merancang tes akhir tindakan tentang model matematika dan daerah penyelesaian

suatu permasalahan persamaan garis lurus.

g. Membuat lembar observasi yang terdiri dari lembar observasi aktivitas guru dan

lembar observasi aktivitas siswa, Menyiapkan lembar kriteria penilaian observasi,

yang terdiri dari kriteria penilaian observasi guru dan kriteria penilaian observasi

siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang dengan menerapkan model

Talking stick. Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan pembelajaran berdasarkan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

3. Observasi

Observasi ini dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang

dilakukan oleh observer dan peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang

telah disiapkan. Observasi ini bertujuan untuk mencatat segala sesuatu yang

berkaitan dengan pemberian tindakan, yaitu perilaku subjek penelitian (siswa) dan

guru kelas VIII Sudirman SMP Negeri 1 Sindue.


30

4. Refleksi

Tahap ini, peneliti dan guru mendiskusikan hal-hal berikut yaitu: (1)

kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan pembelajaran, (2) kekurangan yang

terjadi selama proses pembelajaran, (3) kemajuan yang dicapai siswa, dan (4) rencana

tindakan pembelajaran siklus selanjutnya.

Kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan pembelajaran, kekurangan

yang terjadi selama proses pembelajaran, kemajuan yang dicapai siswa dapat

diketahui setelah peneliti dan guru melakukan analisis data. Dalam penelitian ini

siklus pertama dilaksanakan dua kali pertemuan. Setiap selesai satu siklus calon

peneliti dan guru melakukan analisis data sebagai bahan refleksi. Bertolak dari hasil

refleksi tersebut peneliti dan guru melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap

rencana pembelajaran untuk dilaksanakan peneliti dalam menerapkan model Talking

stick materi persamaan garis lurus.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan berdasarkan hasil-hasil refleksi

pada siklus I, adapun materinya lanjutan materi dari siklus I, yaitu materi menentukan

bentuk persamaan garis lurus. Adapun tahap-tahap kegiatan yang dilakukan pada

siklus II sama dengan kegiatan pada siklus I yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan

tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II dikumpulkan serta dianalisis

kembali hasilnya dan digunakan untuk membuat kesimpulan bagaimana penerapan

model Talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi persamaan

garis lurus.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas

VIII Sudirman SMP Negeri 1 Sindue pada materi persamaan garis lurus dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Sesuai dengan

tujuan tersebut, berikut ini dikemukakan hasil penelitian yang terdiri dari dua

bagian yaitu hasil pra pelaksanaan tindakan dan hasil penelitian pelaksanaan

tindakan.

4.1.1 Hasil Pra Pelaksanaan Tindakan

Penelitian diawali dengan melakukan observasi pembelajaran matematika

di SMP Negeri 1 Sindue. Peneliti bertemu dan mewawancari ibu Salmah S.Pd

yaitu satu diantara beberapa guru matapelajaran matematika di SMP Negeri 1

Sindue. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan dalam pertemuan tersebut.

Beliau menjelaskan alur pembelajaran sehari-hari, aktifitas yang berlangsung

selama pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan, dan hasil belajar

yang diperoleh. Hasil wawancara tersebut memberikan informasi beberapa

masalah dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di

SMP Negeri 1 Sindue diperoleh informasi bahwa guru mengalami kendala dalam

memberikan materi matematika kepada siswa. Kesulitan ini disebabkan karena

32
33

sikap siswa yang kurang memperhatikan guru ketika megajarkan materi di kelas.

Dan siswa jarang mengajukan pertanyaan kepada guru sehingga membuat siswa

menjadi pasif dalam pembelajaran. Guru juga menyebutkan beberapa materi

pembelajaran matematika yang bermasalah pada hasil belajar siswa. Kemudian

peneliti menetapkan satu diantara materi yang disebutkan guru tersebut, yaitu

persamaan garis lurus. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara, guru mengatakan

bahwa materi yang sering tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM)

adalah materi persamaan garis lurus.

Setelah menetapkan materi yang akan diteliti, peneliti melakukan tes awal

pada tanggal 16 november 2021 di kelas VIII Sudirman SMP Negeri 1 Sindue

mengenai materi prasyarat persamaan garis lurus (lampiran 1). Adapun tujuan

dilaksanakannya tes awal yaitu untuk mengetahui kemampuan prasayarat siswa

yang berhubungan dengan materi persamaan garis lurus dan sebagai pedoman

peneliti untuk pembentukan kelompok yang bersifat heterogen. Kemudian hasil

pembagian kelompok akan diumumkan pada saat pelaksanaan siklus 1 dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.

Bentuk tes awal yang diberikan adalah tes uraian sebanyak 2 nomor

(lampiran 1). Adapun materi yang diujikan yakni materi persamaan linear satu

variabel. Jumlah siswa yang mengikuti tes yaitu sebanyak 22 orang siswa dari 23

siswa, ada 1 orang siswa tidak mengikuti tes awal karena sakit. Hasil tes

digunakan untuk menentukan tingkat kemampuan siswa dan menentukan

pembagian kelompok. Setelah memberikan tes awal, peneliti melakukan

pemeriksaan dan menganalisis hasil pekerjaan siswa. Hasil analisis tes awal yang

diikuti oleh 22 siswa (lampiran 3) dengan ketuntasan belajar klasikal 45%. Soal
34

nomor 1 dapat dikerjakan 10 siswa dengan benar, 10 orang mengerjakan dengan

memperoleh skor 5 dari skor maksimal 10, dan 2 orang mengerjakan dengan

memperoleh skor 0 dari skor maksimal 10 dengan menentukan selesaian dari

persamaan linear satu variabel. Pada soal nomor 2, 7 orang menjawab dengan

benar, 9 siswa mendapatkan skor 20, 3 orang siswa mendapatkan skor 10, dan 3

orang siswa tidak menjawab sama sekali.

Hasil tes awal siswa digunakan peneliti untuk membagi siswa ke dalam 5

kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa tiap kelompok (lampiran

4). Kelompok-kelompok belajar yang dibentuk merupakan kelompok belajar yang

heterogen dari segi kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa berdasarkan hasil

tes awal dan hasil diskusi dengan guru. Peneliti menentukan 3 siswa sebagai

informan penelitian, yaitu siswa AY (kemampuan tinggi), RD (kemampuan

sedang) dan FFH (kemampuan rendah). Peneliti memilih ketiga informan dengan

tingkat kemampuan yang berbeda karena peneliti ingin mengetahui pemahaman

dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal persamaan garis lurus.

4.1.2 Hasil Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Materi yang diajarkan pada

siklus I yaitu menentukan gradien persamaan garis lurus dan pada siklus II yaitu

menentukan bentuk persamaan garis lurus. Setiap siklus terdapat tahapan

pelaksanaan tindakan yang mengacu pada model pembelajaran kemmis dan Mc.

Taggar yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4)

refleksi. Adapun hasil pelaksanaan tindakan sebagai berikut:


35

4.1.2.1 Siklus I

1) Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu peneliti

berkolaborasi bersama guru menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen

penelitian, meliputi:

1. Perangkat pembelajaran, berupa:

a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada materi menentukan

gradien persamaan garis lurus yang akan digunakan oleh guru dalam

pembelajaran siklus I, tertera pada (Lampiran 5 ).

b. Lembar kerja peserta didik (LKPD) tentang menentukan gradien

persamaan garis lurus, tertera pada (Lampiran 6 ).

c. Bahan ajar berupa buku paket matematika untuk kelas VIII SMP dan MTs

d. Media berupa papan tulis, tongkat berukuran 20 cm, serta peralatan musik

berupa speaker.

e. Lembar penilaian berupa tes akhir tindakan yang mencakup soal-soal

tentang materi gradien persamaan garis lurus yang tertera pada (lampiran

14), dan pedoman penilaian tes akhir tindakan yang tertera pada (lampiran

15).

2. Instrumen penelitian, berupa:

a. Kriteria penilaian aktivitas guru, lampiran (10)

b. Lembar observasi aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, tertera

pada (Lampiran 11).


36

c. Kriteria penilaian aktivitas siswa, lampiran (12).

d. Lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, tertera

pada (Lampiran 13).

3. Membagi siswa ke dalam kelompok belajar yang telah ditentukan oleh guru

dan peneliti. Masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa yang

heterogen. Daftar nama siswa pada masing-masing kelompok belajar, tertera

pada (Lampiran 4).

2) Pelaksanaan Tindakan

Proses pembelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini mengacu

pada RPP yang telah dibuat sebelumnya dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Talking Stick (Lampiran 5). Pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua kali

pertemuan dalam seminggu, yakni hari sabtu dan hari selasa dengan alokasi

waktu yang berbeda yakni dari pukul 10.10-11.40 WITA ataau 3 x 30 menit dan

pukul 08.30-09.30 atau 2 x 30 menit.

Adapun fase-fase pada kegiatan pebelajaran ini mengacu pada fase-fase

model pembelajaran koperatif tipe talking stick yang dikemukakan oleh Hanafiah

(Unggu,2016:17) terdiri atas:1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

(Present goal and set), 2) menyajikan informasi (present information), 3)

mengorganisir siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar (orgnize dtudent into

learning teams), 4) membantu kerja kelompok dan belajar (assist team work and

study), 5) mengevaluasi (test on the materials), 6) memberikan pengakuan atau

penghargaan (provide recognition). Pada siklus I materi yang diajarkan yaitu


37

menentukan gradien persamaan garis lurus yang dilaksanakan dua kali

pertemuan. Pertemuan pertama, guru menginformasikan topik materi yang akan

dipelajari dan siswa mengerjakan LKPD yang berisikan soal-soal. Pertemuan

kedua, pelaksanaan tes akhir tindakan siklus I. Berikut ini uraian kegiatan yang

dilaksanakan pada fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.

Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu, 20 november 2021 di

kelas VIII Sudirman SMP Negeri 1 Sindue dengan materi ajar yaitu gradien

persamaan garis lurus. Pembelajaran dimulai pada pukul 10.10-11.40 WITA atau

dengan alokasi waktu menit. Estimasi waktu yang digunakan yaitu untuk

kegiatan awal selama 10 menit, kegiatan inti selama 70 menit dan kegiatan

penutup selama 10 menit. Kegiatan pembelajaran pada siklus I yaitu menentukan

gradien persamaan garis lurus. Berikut uraian kegiatan dengan menggunakan

fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick

Pendahuluan

Peneliti bersama guru matapelajaran matematika dan teman sejawat masuk

kedalam kelas, lalu guru matapelajaran matematika memberikan pengarahan dan

memperkenalkan peneliti. Siswa kelas VIII Sudirman sangat antusias ketika guru

matapelajaran pada hari ini yaitu peneliti. Selanjutnya guru matapelajaran

matematika mempersilahkan kepada peneliti untuk melaksanakan pembelajaran.

Peneliti yang dalam penelitian ini bertindak sebagai guru, membuka

pembelajaran dengan mengucapkan salam, meminta ketua kelas untuk memimpin


38

teman-teman kelasnya untuk berdoa sebelum pembelajaran dimulai dan

mengecek kehadiran siswa menggunakan absen yang telah guru (peneliti)

sediakan. Pada hari itu, siswa yang hadir ada 23 orang. Berikut kutipan dialog

guru dan siswa:

Guru : Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Siswa : Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Guru : bagaimana kabar adik-adik hari ini?
Siswa : Baik kak.
Guru : sebelum kita memulia kegiatan pembelajaran hari ini ada
baiknya kita berdoa telebih dahulu. Sekarang kakak minta kepada
ketua kelas untuk memimpin teman-temannya berdoa. Siapa ketua
kelasnya?
Siswa : saya kak.
Guru : silakan pimpin teman-temannya untuk bedoa.
Guru : kakak akan mengecek kehadiran kalian, untuk itu tolong dengarkan baik-
baik namanya
Siswa : iya kak.

Hasil yang diperoleh pada kegiatan yaitu siswa berdoa dengan cukup tertib

yang dipimpin oleh ketua kelas, serta semua siswa mendengar penyampaian guru

namun hanya sebagian siswa yang merespon penyampaian guru.

Fase 1: Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

Pada kegiatan ini, guru melakukan apersepsi dan membimbing siswa

untuk belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan

menginformasikan subpokok bahasan yaitu menentukan gradien persamaan garis

lurus dengan benar, dan memotivasi siswa dengan menyampaikan pentingnya

materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Kutipan dialog antara

peneliti dan siswa dalam menyampaikan informasi, sebagai berikut:

Guru : tujuan pembelajaran kita hari ini yaitu siswa diharapkan mampu
menentukan gradien dari persamaan garis lurus. Paham semua?
39

Siswa : iya kak.


Hasil yang diperoleh pada kegiatan ini yaitu pada saat melakukan

apersepsi siswa masih terlihat kebingungan dengan penjalasan guru sehingga

masih terdapat siswa yang keluar masuk kelas. Siswa mendengarkan dan

memahami tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru dengan keadaan

ribut, serta siswa kurang mendengarkan motivasi yang diberikan guru dikarenakan

penjelasan yang disampaikan oleh guru masih kurang jelas dan tidak ada siswa

yang memberi respon.

Kegiatan Inti

Fase 2: Menyajikan Informasi

Pada fase ini,guru meyiapkan sebuah tongkat (stick), menyajikan beberapa

contoh grafik fungsi yang digambarkan oleh guru pada bidang koordinat di papan

tulis (dengan kemiringan yang berbeda), serta memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah disampaikan.

Guru : Materi yang akan kita pelajari hari ini berkaitan erat dengan kehidupan
sehari-hari. Kira-kira diantara kalian ada yang tahu manfaat mempelajari
persamaan garis lurus dalam kehidupan sehari-hari?
Siswa : tidak tahu kak.
Guru : Baiklah adik-adik, manfaat mempelajari dari materi persamaan garis
lurus dikehidupan sehari-hari yaitu kita dapat menghitung satu kecepatan
jarak dan waktu serta perhitungan harga dan titik impas pada bidang
ekonomi. Contohnya seperti pada saat kita membeli bensin untuk
perjalanan jauh, kita perlu berapa untuk kebutuhan bensin yang kita
butuhkan selama perjalanan.
Siswa : oh iya kak.
Guru : hari ini kita akan belajar dengan suasana baru. Ada yang tahu suasana
baru apa itu?
Siswa: apa itu kak?
Guru : kita akan belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking
stick.lihat disini kakak memiliki sebuah tongkat atau stick. Tongkat ini
40

tidak sendiri tongkat ini nantinya akan diiringi dengan sebuah musik. Adi
sebentar kita akan belajar sambil bermain.satu hal lagi yang harus adik-
adik ketahui dengan model ini adik-adik harus belajar dengan lebih keras
lagi karena bentuk permainannya sebentar berkaitan dengan pelaaran kita
hari ini. Adik-adik akan bekerja secara berkelompok. Topik materi kita
hari ini adalah menentukan gradien persamaan garis lurus.
Siswa : iya kak.

Hasil yang diperoleh dari fase ini yaitu hanya sebagian besar siswa yang

memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dengan baik, siswa

mengajukan pertanyaan namun tidak sesuai dengan materi yang diajarkan, serta

suasan kelas sedikit gaduh.

Fase 3: Mengorganisir Siswa Ke Dalam Kelompok-Kelompok Belajar

Pada fase ini, guru membentuk siswa ke dalam empat kelompok belajar

yang heterogen (Lampiran 4), pengelompokkan ini berdasarkan hasil tes awal.

Tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang siswa. Selanjutnya guru membagi LKPD

kepada masing-masing kelompok. Agar siswa tertib membentuk posisi duduk

kelompok masing-masing, terlebih dahulu guru meminta seluruh siswa

mengosongkan tempat duduknya dengan mengarahkan dua kelompok berdiri di

papan tulis, dua kelompok berdiri di belakang kursi siswa, kemudian guru

bersama beberapa siswa mengatur posisi kelompok masing-masing. Setelah itu

guru mempersilahkan satu persatu kelompok menempati tempat duduk yang telah

ditentukan. Selanjutnya masing-masing perwakilan kelompok maju dan

mengambil LKPD. Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk mengerjakan

LKPD. Berikut penyampaian guru kepada siswa:

Peneliti : kalian kerjakan LKPD-nya bersama kelompok masing-masing, jangan


hanya satu orang saja yang mengerjakan LKPD nya. Kakak harap
adik-adik semua mengerti dengan pembelajaran hari ini. Ingat kita
akan bermain dengan tongkat bergilir, tongkat disini yang akan
41

tentukan siapa yang akan maju nanti untuk mendapat hadiah dari
kakak. Jika ada yang belum kalian pahami diskusikan dengan teman
satu kelompoknya, bisa juga tanya ke kakak. Jangan malu bertanya
ya. Silahkan berdiskusi dengan teman sekelompoknya.
Siswa : iya kak.

Hasil yang diperoleh pada fase ini adalah siswa membentuk kelompok

dengan keadaan ribut tapi sesuai dengan koordinasi dari guru.

Fase 4: Membantu Kerja Kelompok dan Belajar

Kegiatan pada fase ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membaca, mempelajari materi dan mengerjakan LKPD. Selain itu peneliti

berkeliling untuk memantau dan mengontrol jalannya diskusi kelompok. Guru

mengamati dan sesekali memberikan bimbingan seperlunya kepada kelompok

yang mengalami kesulitan terkait dengan hal-hal yang kurang dipahami dan

menyelesaikan soal-soal pada LKPD yang telah diberikan. Selama diskusi

kelompok berlangsung tampak semua kelompok bekerjasama dengan baik.

Kelompok 2 yang mengalami kesulitan sehingga guru memberikan bimbingan

seperlunya kepada kelompok tersebut. Berikut kutipan dialog antara guru dan

siswa:

guru : (berkeliling dan memantau setiap kelompok)


siswa NV : kak...(sambil mengangkat tangan)
guru : ya... kenapa NV? Ada masalah dengan kelompok kalian?
Siswa NV : ini kak, belum mengerti yang nomor 1. Yang dimaksud komponen
x dan komponen yang mana kak?
Guru : disoal kan terdapat dua titik yaitu titik A dan titik B. Nah dititik
itu terdapat komponen x dan komponen y nya. Kakak kasih
contoh, misal ada titik P dan Q. Titik P(2,4) dan titik Q(1,3). Nah
komponen x dititik p ada dua begitu pun dengan y
. Nah skarang kalian coba liat nomor 1.
Seperti itu contohnya.
Siswa NV : ohh (sambil mengangguk-angguk).
42

Guru : mengerti sudah dengan penjelasan kakak?


Siswa NV : iya kak, mengerti sudah kami.
Adapun kelompok lain yang bertanya terkait soal pada nomor 7, satu

diantaranya adalah kelompok 3. Hal yang ditanyakan mengenai kesimpulan dari

persamaa garis lurus yang sejajar. Adapun kutipan dialog antara guru dan siswa

adalah sebagai berikut:

Siswa AN : kak, kak tolong kami kak.


Guru : iya kenapa NV ada kendala dikelompoknya terkait LKPD yang
diberikan?
Siswa AN : ini kak, kami sudah dapat jawabannya nomor 7, setelah itu kami
tidak mengerti diapakan lagi kak?
Guru : coba kalian perhatikan jawaban yang kalian dapat, nah ini kan
kalian sudah dapat hasil dari , hasilnya ini kalian
dapat sama yaitu . Nah dari sini kalian simpulkan garis yang
sejajar itu bagaimana?paham maksudnya kakak?
Siswa AN : iya paham kak.

Selanjutnya, setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKPD, guru

meminta siswa untuk memeriksa kembali jawaban LKPD yang telah mereka

kerjakan kemudian menyuruh mereka untuk mengumpulkan LKPD serta

menyiapkan siswa untuk bermain tongkat. Berikut kutipan penyampaian guru:

Guru : semua kelompok telah selesai mengerjakan LKPDnya. Sesuai ang


kakak janjikan tadi kita akan memulai permainan dengan tongkat
ajaib yang kakak pegang ini aturannya, tongkat dijalankan secara
estafet seiring dengan musik yang akan kakak putarkan. Ketika
musik berhenti maka tongkat juga berhenti dan nanti yang dapat
tongkatnya akan mendapatkan hadiah. Kakak rasa adik-adik juga
sudah siap ini, jangan gugup ya. Ini hanya permainan yang
melihat kemampuan adik-adik tentang materi yang kita pelajari
tadi, mau dilihat sampai dimana pemahamannya adik-adik. Nanti
yang pegang tongkat maju ke papan tulis jawabannya, kelompok
lain nanti menanggapi jawaban yang ditulis dipapan tulis nanti.
Sampai disini, ada yang ingin ditanyakan?
Siswa SY : bagaimana nanti kalau kita salah menjawab kak?
43

Guru : adik yang salah menjawab nantinya akan ada hukuman.


Hukumannnya nanti terserah kakak ya.
Siswa SY : bahhh... kakak le. Jangan sussah ya kak?
Guru : iya gampang-gampang kok soalnya nanti.

Hasil yang dicapai pada fase ini adalah guru meminta siswa untuk

membaca, mempelajari dan mengerjakan LKPD dengan penyampaian yang cukup

jelas sehingga hampir semua siswa dapat memahami, mempelajari dan

mengerjakan LKPD melalui kerjasama yang dilakukan siswa bersama anggota

kelompoknya. Kemudian guru selalu berjalan mengontrol dan memberi bantuan

seperlunya kepada siswa yang mengalami kesulitan, dengan penjelasan yang

mudah dipahami siswa sehingga siswa yang meminta bantuan yaitu kelompok 2

dan 3 dapat memahami dengan jelas penjelasan peneliti.selanjutnya ketika peneliti

menyuruh siswa untuk memeriksa kembali jawaban LKPD dan menyuruh mereka

mengerjakan LKPD hampir semua siswa memeriksa kembali jawaban LKPD

kemudian mengumpulkan LKPD.

Fase 5: Mengevaluasi

Kegiatan pada fase ini, guru memberikan tongkat kepada siswa,

memutarkan musik dan menyuruh siswa untuk menjalankan tongkat secara estafet

dengan bantuan instrument musik. Selanjutnya guru mematikan musik dan

tongkat berhenti dijalankan. Siswa yang mendapatkan tongkat kemudian maju ke

depan dan menjawab pertanyaan yang guru berikan. Pertanyaan yang guru

sediakan ada 4 pertanyaan seperti yang ada pada (lampiran 8) dan bagi siswa

yang memegang tongkat akan menjawab satu dari pertanyaan yang telah guru

sediakan begitupun sampai seterusnya sampai terjawab semua 4 pertanyaan yang

disediakan.
44

Setelah siswa pemegang tongkat selesai menjawab pertanyaan yang

diberikan, siswa pemegang tongkat mempresentasikan hasil jawabannya.

Kemudian guru meminta kepada siswa lain untuk bertanya atau menanggapi

jawaban dari siswa yang memegang tongkat. Kutipan dialog antara guru dan

siswa sebagai berikut:

Guru : kita mulai dari sebelah kiri ya, dan saat tongkatnya mulai
dijalankan jangan dilempar, ikuti saja irama musik yang kakak
putarkan. Mengerti?
Siswa : iya mengerti kak.
Guru : oke siap (memutarkan musik) ( menghentikan musik saat tongkat di
tangan siswa FI). iya, silahkan maju ke depan siswa FI.
Siswa FI : kak, boleh teman kelompokku saja yang maju?
Guru : maaf dek peraturannya memang sudah seperti itu. Siapa yang
mendapat tongkat dia yang wajib maju ke depan untuk menjawab
pertanyaan. Ayo, tidak apa-apa kerjakan saja dulu di depan.
Siswa FI : iya kak. (mulai maju ke depan dan mengambil spidol)
Guru : sebelum kamu jawab kamu tulis dulu pertanyaannya yang ada di
papan agar teman-temanmu yang lain bisa melihatnya. Baiklah
sekarang kakak bacakan pertanyaannya
Siswa FI : bisa kak.
Guru : oke, sekarang mulai kerjakan. Sambil FI mengerjakan soal di
depan kita jalankan lagi tongkatnya seperti tadi. Oke?
Siswa : oke kak.
Guru : (memutar kembali musik dan menghentikan musik saat tongkat di
tangan siswa KA).oke KA silahkan maju ke depan.
Siswa KA : astaga iya kak.
Guru : sekarang dengarkan pertanyaan yang kakak bacakan sambil tulis
di papan tulis. Soalnya ini mudah kalo kamu tadi ikut mengerjakan
bersama kelompokmu pasti kamu bisa jawabnya. Bagaimana cara
menentukan garis yang melalui titik A dan titik B ?
Siswa KA : mulai mengerjakan pertanyaan yang diberikan)
Guru : FI sudah selesai mengerjakan soalnya?
Siswa FI : iya sudah kak.
Guru : oke sekarang jelaskan kepada teman-temanmu hasil pengerjaanmu.
Siswa FI : teman-teman saya akan mempresentasikan jawaban saya.
Tentukan gradien garis
45

Jawab:

Jadi gradien dari garis adalah 3


Guru : iya, itu tadi penjelasan dari FI . apakah ada tanggapan atau
pertanyaan?silahkan lihat jawaban teman kalian apakah sudah
betul atau masih ada yang keliru.
Siswa : sudah betul kak.
Guru : oke, skor 10 untuk kelompok 2. Kita beri tepuk tangan untuk FI.
Terima kasih FI. Bagaimana dengan KA, sudah selesai
pekerjaanmu?
Siswa KA : belum kak.
Guru : baik sambil menunggu siswa KA menyelesaikan jawabannya kita
lanjutkan permainannya menggilir tongkatnya secara estafet, siap
(memutarkan musik). Menghentikan musik saat tongkat di tangan
siswa PM. Silahkan PM maju ke depan.
Siswa PM : iya kak. Kak pertanyaannya tidak susah kan?
Guru : iya dek, kakak juga sudah bilang tadi pertanyaannya hampir sama
dengan soal LKPD yang sudah kalian kerjakan. Sekarang
dengarkan dan tulis dulu pertanyaannya dipapan supaya teman-
temanmu yang lain bisa lihat juga.
Diketahui titik AB(7,-3) dan (11,3)
Titik pada garis CD(-9,0) dan (-5,6)
Apakah garis AB sejajar dengan CD?
Siswa PM : (mulai mengerjakan pertanyaan yang diberikan).
Siswa KA : sudah selesai saya kak.
Guru : oke KA silahkan presentasikan jawabanmu.
Siswa KA : tapi saya takut salah kak, malu saya menjelaskannya kak.
Guru : tidak apa-apa nanti kalo salah bisa diperbaiki sama-sama. Kenapa
harus malu? Tidak apa-apa dek supaya terbiasa.
Siswa KA : oke kak, baik teman-teman saya akan menjelaskan jawabanku.
Yaitu
Diketahui: A B
Maka:

Guru : nah itu jawaban dari KA. Bagaimana dengan yang lain? Apakah
ada tanggapan atau pertanyaan untuk jawabannya KA?
Siswa : (diam).
Guru : baiklah kalau tidak ada kita lanjutkan lagi permainannya dan
untuk jawaban KA sudah benar dan kelompok KA mendapatkan
skor 10. Beri tepuk tangan dulu untuk KA. Ayo, sekarang giliran
PM yang mempresentasikan hasil pekerjaannya. Silahkan PM.
Siswa PM : sudah selesai kak. Tapi saya dapat jawabannya tidak sejajar kak.
Hasilnya garis AB tidak sama dengan garis CD.
46

Guru : tidak apa-apa dek, presentasikan saja dulu sama teman-temanmu


nanti kita liat sama-sama dimana letak kesalahannya.
Siswa PM : iya kak.

Guru : bagaimana dari kelompok lain? Coba diliat dimana letak


kesalahan jawaban dari PM?
Siswa AY : hasil pengurangan PM masih salah kak.
Guru : oke. Apakah ada tanggapan yang lain?
Siswa FR : saya kak. Hasil operasi dari juga salah kak.
Guru : oke, siapa yang bersedia maju ke depan membenarkan jawaban
PM?
Siswa AY : saya kak.
Guru : oke silahkan AY.
Siswa AY : (menulis jawabannya di papapn tulis). Sudah kak.
Guru : jelaskan sama teman-temanmu.
Siswa AY : baik kak,teman-teman saya akan mejelaskan jawabanku.

Guru : iya terima kasih AY.beri tepuk tangan untuk AY. Baik, karena
jawaban dari PM masih keliru, maka skor untuk kelompok 3 yaitu
5 dan sesuai kesepakatan kita dari awal kakak akan kasih
hukuaman kepada PM yaitu kakak akan berikan PM tugas
tambahan satu nomor. Kakak harap kamu sendiri yang kerjakan
tugas itu. Boleh?
Siswa PM : iya kak.
Guru : oke, masih ada lagi yang mau menanggapi atau bertanya untuk
jawaban PM?
Siswa MAM : saya kak mau bertanya. kak,
Guru : silahkan MAM
Siswa MAM : kenapa sampai garisnya sejajar?
Guru : oke siapa yang bisa menjawab pertanyaan dari MAM?
Siswa : (diam)
Guru : karena tidak ada yang bisa mejelaskan. Kakak jelaskan sedikit, jadi
karena hasil dari garis sama dengan yaitu . Jadi
diperoleh hasilnya sejajar. bagaimana MAM?sudah mengerti garis
sejajar darimana?
Siswa MAM : iya mengerti kak.
Guru : oke kita lanjut lanjut lagi permainannya. Ini soal yang terkahir.
Siap (memutarkan musik). Menghentikan musik saat tongkat di
tangan siswa Silahkan ER maju ke depan.
Siswa ER : iya kak.
47

Guru : baiklah, dengarkan pertanyaan sambil tulis di papan tulis.


Diketahui: PQ=(3,5)(0,0)
RS=(0,0)(-5,3)
Apakah garis PQ tegak lurs dengan RS?
Siswa ER : (mulai mengerjakan pertanyaan yang diberikan). Bingung saya kak
caranya.
Guru : soalnya itu hampir sama dengan yang di LKPD yang kelompokmu
kerjakan tadi, kalo kamu ikut mengerjakan pasti kamu paham
soalnya itu. Ayo dek, ingat kembali yang kamu kerjakan dengan
kelompokmu.
Siswa ER : lupa saya kak.
Guru : baiklah kalau begitu kakak kasih kamu tugas tambahan untuk kamu
kerjakan dirumah nanti ya, belajar-belajar lagi ya dek.
Siswa ER : iya kak. Maaf kak saya lupa.
Guru : iya tidak apa-apa. Baiklah supaya kelompok ER tetap mendapatkan
skor, kakak mau bertanya diantara anggota kelompok 3. Siapa
yang bersedia menjawab pertayaan yang diberikan untuk ER?
Siswa AN : saya kak.
Guru : baik AN silahkan maju ke depan. Tulis jawabanmu dan
presentasikan.
Siswa AN : (menulis jawaban di papan tulis).sudah kak.
Guru : oke jelaskan sama teman-temanmu jawabanmu.
Siswa AN : teman-teman saya akan menjelaskan jawabanku.
Diketahui: PQ=(3,5)(0,0)
RS=(0,0)(-5,-3)
Apakah garis PQ tegak lurus dengan RS?
PQ=(3,5)(0,0)
RS=(0,0)(-5,3)

Garis PQ tegak lurus dengan garis RS


Guru : oke adik-adik itulah jawaban teman kalian. Untuk yang lain
apakah ada pertanyaan atau tanggapan dari jawabannya AN?
Siswa AY : sama dengan jawaban yang saya dapat kak.
Guru : oke, bagaimana dengan yang lain?
48

Siswa NV : saya juga kak.


Guru : ia jawaban AN sudah benar. Beri tepuk tangan dulu untuk an.
Sesuai kesepakatan nilai yang diperoleh kelompoknya AN yaitu
kelompok 3 adalah 5.
Baiklah, karena waktunya tinggal sedikit, kakak beri kalian
kesempatan untuk bertanya.
Siswa : yah, kak main lagi seru permaiannya.
Guru : maaf adik-adik karena waktu terbatas dan tidak memungkinkan
jadi kakak tidak bisa lanjutkan permainannya. Tapi jangan sedih,
karena nanti kita akan bermain lagi pada materi selanjutnya.
Siswa : horee, iya kak.
Guru : baiklah, sekarang dari semua kelompok apa ada yang ingin kalian
tanyakan?
Siswa : tidak ada kak.
Guru : baiklah adik-adik, jika tidak ada yang bertanya dan pertanyaan
dari kakak juga sudah terjawab semua. Maka kakak ingatkan yang
kakak beritugas tambahan tolong sebentar setelah selesai
pembelajaran ini dikerjakan dan kakak akan tunggu kalian untuk
mengumpulkan.

Selanjutnya guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang

telah dipelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyampaikan pendapatnya tentang kesimpulan materi yang telah dipelajari pada

hari ini. Siswa yang memberi kesimpulan yaitu siswa SY iya menyimpulkan

bahwa jika kedua garis menghasilkan gradien yang sama maka kedua garis

tersebut sejajar dan jika kedua garis dikalikan menghasilkan gradien sama dengan

-1 maka kedua garis tersebut sejajar. Kesimpulan pada jawaban juga harus

dicantumkan agar lebih jelas jawabannya. .

Hasil pada fase ini adalah guru melakukan dengan baik kegiatan pada saat

memutarkan musik dan menyuruh siswa menjalankan tongkat secara estafet.

Sehingga siswa dapat menjalankan tongkat secara estafet dan memberhentikan

tongkat saat musik berhenti. Kemudian guru memberikan pertanyaan yang


49

berhubungan dengan materi menentukan gradien garis dari persamaan garis lurus

dengan jelas kepada siswa yang mendapatkan tongkat sehingga siswa mampu

menjawab pertanyaan dari peneliti dengan baik walaupun masih ada 1 orang

siswa pemegang tongkat yaitu FI yang masih takut dan malu-malu untuk

menjawab pertanyaan yang diberikan. Kemudian siswa PM yang belum paham

dalam mengoperasikan soal dalam bentuk persamaan linear dua variabel dan ER

yang belum bisa mengerjakan soal yang diberikan. Selanjutnya penyampaian guru

cukup jelas saat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan

tanggapan tetapi siswa kurang menanggapi jawaban siswa pemegang tongkat dan

hanya satu orang siswa yang bertanya kepada guru. Kemudian siswa dapat

menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari dengan baik.

Kegiatan penutup

Fase : Memberikan Pengakuan atau Penghargaan

Kegiatan pada fase ini, guru memberikan pengakuan berupa tepuk tangan

dan pujian kepada semua kelompok dan penghargaan kepada kelompok terbaik

dengan memberikan hadiah yang sudah disiapkan oleh guru. Berikut merupakan

kutipan penyampaian guru:

“karena waktu pembelajaran matematika pada hari ini sudah tidak lama
lagi, sekarang kakak akan umumkan kelompok mana yang memperoleh
poin tertinggi. Kakak harap untuk kelompok yang tidak mendapatkan
hadiah hari ini dari kakak masih ada minggu depan ya pada pelaksanaan
pembelajaran siklus 2. Jadi jangan berkecil hati. Hal ini bukan berarti
kalian yang tidak mendapatkan hadiah hari ini dari kakak kelompok
kalian tidak baik. Karena menurut kakak semua kelompok baik tetapi
50

masih ada yang terbaik. Baiklah untuk poin yang kalian peroleh
berdasarkan hasil pekerjaan LKPD yang sudah kakak periksa pada waktu
istirahat tadi kemudia ditambahkan dengan penambahan poin dari hasil
presentasi kalian di depan tadi. Kelompok 1 nilai yang diperoleh dari
LKPD 88 kemudian di tambah 10 poin jadi total poin yang kalia dapat
adalah 98. Kelompok 2 nilai yang diperoleh dari LKPD 100 di tambah 10
poin jadi total poin yang kelompok 2 dapatkan adala 110, selanjutnya
kelompok 3 nilai yang diperoleh dari LKPD 77 di tambah 5 poin totalnya
menjadi 82. Dan yang terakir adalah kelompok 4 memperoleh nilai LKPD
90 di tambah 5 poin jadi totalnya adalah 95. Maka yang memperoleh pin
tertinggi adalah kelompok 2. Berikan tepuk tangan untuk kelompok 2.
Silahkan untuk kelompok 2 maju ke depan mengambil hadiahnya”.

Hasil yang dicapai pada fase ini adalah gru memberikan penghargaan

berupa buku tulis kepada kelompok terbaik yaitu kelompok 2 sehingga siswa dari

kelompok 2 merasa senang.

Kemudian di kegiatan penutup ini, guru memberikan saran kepada siswa

untuk mempelajari lagi materi yang mereka terima hari ini dirumah mereka.

Karena pertemuan berikutnya diberikan tes akhir tindakan kemudian guru

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pertemuan Kedua

Peneliti melakukan tes akhir tindakan siklus 1 pada hari selasa tanggal 20

november 2021 dimulai pada pukul 08.30 sd 09.40 WITA bentuk soal berupa

essay sebanyak 4 butir soal. Pertemuan ini dimulai dengan membuka kegiatan

pembelajaran, yaitu mengucapkan salam dan berdoa.

Kemudian peneliti mengecek kehadiran siswa. Jumlah siswa yang

mengikuti tes akhir tindakan sebanyak 23 orang siswa. Kemudian peneliti


51

mengatur dan mempesiapkan siswa untuk ujian. Sebelum siswa mengerjakan tes

akhir tindakan siklus I, peneliti mengingatkan agar siswa memperhatikan petunjuk

pada soal. Peneliti juga mengingatkan siswa agar tidak bekerja sama dalam

mengerjakan soal pada saat ujian berlangsung. Tes yang diberikan sesuai dengan

materi yang diberikan pada pertemuan sebelunya. Kutipan dialog peneliti kepada

siswa sebagai berikut:

“adik-adik silahkan kerjakan soal pada lembar jawaban yang telah

disediakan! Boleh dikerjakan tidak berurutan, kerjakan soal secara individu

kemudian ketika menjawab kakak harap kalian membaca soalnya dengan baik

dan jangan mengganggu temannya”

hasil yang dicapai pada kegiatan ini adalah seluruh siswa hadir dalam

mengikuti tes. Pada saat mengerjakan tes beberapa siswa mengganggu temannya

dalam mengerjakan tes. Kemudian masih ada siswa yang lambat mengumpulkan

hasil tesnya padahal waktu untuk mengerjakan tes telah selesai.

3) Hasil Observasi Tindakan

Kegiatan observasi dilakukan dengan cara mengamati segala aktivitas guru

dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.observasi untuk

aktivitas guru dan siswa dilakukan oleh guru bidang studi matematika SMP

Negeri 1 Sindue dan mahasiswa program studi pendidkan matematika FKIP

Universitas Tadulako. Adapun hasil observasi dalam proses pembelajaran tersebut

adalah sebagai berikut:


52

a. Hasil observasi terhadap aktivitas guru

Berdasarkan data hasil observasi, dengan mengacu pada pedoman aktivitas

guru (lampiran 11) diperoleh informasi bahwa selama aktivitas mengajar guru

pada aspek nomor (3,5) memperoleh nilai 2, mendapatkan nilai baik pada poin

(1,2,4,6,7,8,11,12,13,14,15,16,17) dan sangat baik pada poin (9,10) dari semua

aspek penilaian yang termuat dalam lembar observasi (lampiran 11). Hal ini

mengindikasikan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran tergolong baik.

b. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa

Berdasarkan data hasil observasi dengan mengacu pada pedoman aktivitas

siwa (lampiran 13) yang telah dilakukan oleh pengamat mahasiswa program studi

matematika selama pembelajaran berlangsung. Diperoleh hasil bahwa pada aspek

poin (3,8,14,15) memperoleh nilai 2, mendapatkan nilai baik pada poin

(1,2,4,5,6,7,9,10,11,12,13,16,17).

4) Hasil Tes Akhir Tindakan

Berdasarkan analisis hasil tes akhir tindakan siklus I sebagaimana terlihat

pada lampiran 16, diperoleh data bahwa sebanyak 15 orang siswa yang

mendapatkan nilai , sedangkan 8 orang siswa mendapatkan nilai ,

sehingga persentase ketuntasan yang dicapai adalah 65%. Informan dalam

penelitian ini yaitu AY (kemampuan tinggi), RD (kemampuan sedang), FFH

(kemampuan rendah).
53

Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan siklus I, peneliti meakukan

wawancara terhadap informan. Wawancara terhadap siswa tentang proses berpikir

dalam menyelesaikan tes yang telah diberikan dan siswa diarahkan untuk

menyadari dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan sehingga

dengan demikian diharapkan siswa dapat meningkatkan lagi pemahaman siswa.

a) Hasil tes akhir tindakan siklus I informan AY (kemampuan tinggi)

Jawaban pada soal nomor 1 menunjukkan bahwa informan AY dapat

menentukan gradien suatu garis dengan benar dari persamaan dan

Jawaban pada soal nomor 2 juga menunjukkan bahwa informan AY sudah

dapat menentukan gradien garis yang melalui dua titik dan menggunakan rumus

dengan benar. Jawaban pada soal nomor 3 juga menunjukkan bahwa informan AY

dapat menentukan gradien garis yang sejajar dengan

Gambar 4.1 Jawaban Tes Akhir Siklus I Informan AY


54

Adapun jawaban siswa AY pada soal nomor 4 menunjukkan bahwa

informan AY tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik, terlihat pada lembar

jawabannya bahwa informan tersebut dapat menentukan gradien garis dari

persamaan namun tidak dapat menentukan gradien garis yang tegak

lurus dengan garis tersebut.

Gambar 4.2 jawaban tes akhir siklus I informan AY

b) Hasil tes akhir tindakan siklus I informan RD (kemampuan sedang)

Jawaban pada soal nomor 1 menunjukkan bahwa informan RD dapat

menentukan gradien suatu garis dengan benar dengan persamaan persamaan

dan . Jawaban pada soal nomor 2 siswa sudah

dapat menentukan dan tepat menggunakan rumus melalui dua titik,

namun siswa tersebut salah dalam operasi hitung pengurangan sehingga hasil

yang diperoleh salah.


55

Gambar 4.3 Jawaban Tes Akhir Siklus I Informan RD

Jawaban pada soal nomor 3 menunjukkan bahwa informan RD dapat

menentukan gradien garis yang sejajar dengan garis . Adapun

jawaban peserta didik pada soal nomor 4 menunjukkan bahwa informan RD tidak

dapat menyelesaikan soal dengan baik, terlihat pada lembar jawaban bahwa

informan tersebut dapat menentukan gradien garis dari persamaan .

Namun tidak dapat menentukan gradien garis yang tegak lurus dengan garis

tersebut.

Gambar 4.4 Jawaban Tes Akhir Siklus I Informan RD

Gambar 4.5 Jawaban Tes Akhir Siklus I Informan RD


56

c) Hasil tes akhir tindakan siklus I informan FFH (kemampuan rendah)

Jawaban pada nomor 1 bagian a menunjukkan bahwa informan FFH dapat

menentukan gradien garis dengan persamaan melalui persamaan

dan Jawaban pada soal nomor 2 menunjukkan bahwa informan

FFH sudah dapat menentukan gradien garis yang melalui dua titik dan

menggunakan rumus dengan benar.

Gambar 4.6 Jawaban Tes Akhir Siklus I Informan FFH

Jawaban pada soal nomor 3 menunjukkan bahwa informan FFH tidak

dapat menentukan gradien garis yang sejajar dengan garis Terlihat

pada lembar jawabannya siswa tidak dapat menyelesaikan soal tersebut dengan

tepat. Jawaban pada soal nomor 4 siswa tidak dapat menentukan gradien garis

yang tegak lurus dengan persamaan

Gambar 4.7 Jawaban Tes Akhir Siklus I Informan FFH


57

5) Hasil wawancara

Setelah memeriksa tes akhir tindakan silus I, peneliti kemudian melakukan

wawancara dengan informan sebagaimana yang terdapat pada lampiran 19

(transkip wawancara). Wawancara terhahadap siswa dilakukan dengan tujuan

untuk menggali informasi dari siswa tentang kesulitan dalam memahami materi

serta hal yang menjadi hambatan dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan AY menunjukkan bahwa

AY sudah mampu menyelesaikan soal menentukan gradien persamaan garis lurus,

walaupun masih terdapat beberapa kesalahan, seperti lupa menuliskan kesimpulan

dari soal dant tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik. Untuk RD masih

keliru dalam menghitung operasi pengurangan, dan lupa menuliskan kesimpulan.

Sedangkan untuk FFH telah mampu menyelesaikan beberapa soal walaupun

masih terdapat soal yang tidak dapat diselesaikan dengan baik. Siswa tidak dapat

menentukan gradien garis yang sejajar sehingga hasil yang diperoleh salah dan

tidak dapat menyelesaikan soal gradien yang tegak lurus.

6) Catatan lapangan

Selama proses pembelajaran berlangsung ada beberapa hal yang menjadi catatan

peneliti di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I

yaitu: (1) pada saat pembagian kelompok belajar, suasana kelas ribut karena

terdapat beberapa siswa yang protes dan minta pindah kelompok dimana mereka
58

ingin belajar bersama dengan teman di kelompok yang akrab dengannya, (2)

ketika berdiskusi masih terdapat beberapa siswa yang hanya duduk diam dan

bermain pada saat mengerjakan LKPD dan siswa-siswa yang ribut akan kembali

diam dan bekerjasama dengan teman kelompoknya apabila ditegur oleh peneliti,

(3) suasana kelas cukup ribut ketika mengerjakan LKPD hal itu dikarenakan

terdapat beberapa siswa yang masih bingung mengerjakan LKPD sehingga

mereka selalu memanggil peneliti baik secara individu maupun bersamaan untuk

diberi bimbingan,dan (4) penggunaan waktu pada siklus I melebihi waktu yang

telah ditentukan di RPP.

7) Refleksi siklus I

Refleksi dilakukan untuk memperbaiki kekurangan saat pelaksanaan siklus

I, dan sebagai bahan rujukan dengan harapan pada siklus II pembelajaran akan

dapat berjalan lebih baik dari siklus sebelumnya. Hasil observasi aktivitas

pelaksanaan pembelajaran pada siklus I berdasarkan penilaian pengamat/observer

dan juga beberapa foto yang dijadikan sebagai acuan untuk melihat kelebihan

sarta kekurangan tersebut.

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru (peneliti) dalam

mengelola pembelajaran, aktivitas guru pada siklus I telah memenuhi kriteria

keberhasilan tindakan, karena aspek berada pada kategori baik. Namun masih ada

kekurangan dalam mengelola pembelajaran yaitu pada fase 1 saat melakukan

apersepsi, dikatakan kurang maksimal karena pada saat menyampaikan apersepsi

masih ada siswa yang tidak mengerti dengan apa yang disampaikan. Sehingga

pada siklus berikutnya guru harus lebih jelas lagi menyampaikan apersepsi agar
59

seluruh siswa memperhatikan dan mengerti dengan apa ang disampaikan dengan

cara memberikan kesempatan kepda siswa untuk menanggapi apersepsi yang

disampaikan. Selanjutnya pada saat memotivasi siswa, dikatakan kurang

maksimal karena masih ada sebagian siswa yang kurang memperhatikan motivasi

yang disampaikan oleh peneliti. Sehingga pada siklus berikutnya peneliti harus

memberikan motivasi yang berupa semangat untuk belajar, memberitahukan

manfaat dari materi yang dipelajari.

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa, bahwa siswa

pemegang tongkat sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan oleh peneliti dengan baik namun masih ada siswa yang malu-malu dan

takut salah untuk mau menjawab karena takut mendapatkan hukuman berupa

tugas tambahan untuk latihan. Selain itu dalam mempelajari dan mengerjakan

LKPD, siswa sudah mampu mengerjakan LKPD walaupun masih ada yang

dibimbing. Kemudian siswa kurang menanggapi jawaban siswa pemegang

tongkat. Sehingga untuk siklus berikutnya peneliti harus lebih mengarahkan siswa

untuk benar-benar memperhatikan penyampaian peneliti dan menasehati siswa

untuk tidak takut maju ke depan untuk menjawab pertanyaan dan memberikan

tanggapan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa siswa

dapat menentukan gradien pada persamaan garis lurus. Namun, siswa masih

kurang teliti dalam mengerjakan soal seperti salah dalam mengoperasikan bentuk

persamaan garis lurus. Kemudian masih ada yang tidak melengkapi jawabannya

dengan kesimpulan. Sehingga untuk siklus berikutnya, peneliti berusaha lebih


60

baik lagi dalam menyampaikan materi. Namun, pada umumnya siswa merasa

sangat senang dengan model pembelajaran kooperatif tipa talking stick yang

diterapkan oleh peneliti.

Kemudian hasil catatan lapangan menunjukan proses transisi siswa ke

kelompok masing-masing cukup menyita waktu saat siswa memindahkan kursi

untuk membentuk kelompok. Menghindari hal tersebut terjadi lagi, maka pada

siklus II peneliti akan lebih mengawasi dan mengatur proses pembentukan

kelompok yang dilakukan oleh siswa.

4.2.1.2 SIKLUS II

8) Perencanaan

Perencanaan tindakan didasarkan pada hasil kesimpulan sementara dari

pertemuan sebelumnya. Perencanaan yang dilakukan yaitu:

1. Menyusun Perangkat pembelajaran, berupa:

f. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada materi menentukan bentuk

persamaan garis lurus yang akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran

siklus II, tertera pada (Lampiran 20).

g. Lembar kerja peserta didik (LKPD) tentang menentukan bentuk persamaan

garis lurus untuk siklus II, tertera pada (Lampiran 21 ).

h. Bahan ajar berupa buku paket matematika untuk kelas VIII SMP dan MTs

i. Media berupa papan tulis, tongkat berukuran 20 cm, serta peralatan musik

berupa speaker.
61

j. Lembar penilaian berupa tes akhir tindakan yang mencakup soal-soal tentang

materi bentuk-bentuk persamaan garis lurus yang tertera pada (lampiran 29),

dan pedoman penilaian tes akhir tindakan yang tertera pada (lampiran 30).

2. Instrumen penelitian, berupa:

e. Kriterian penilaian aktivitas guru, tertera pada (Lampiran 25 ).

f. Lembar observasi aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, tertera pada (Lampiran 26 ).

g. Kriterian penilaian aktivitas siswa, (Lampiran 27 ).

h. Lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, tertera pada

(Lampiran 28).

3. Membagi siswa ke dalam kelompok belajar yang telah ditentukan oleh

peneliti. Masing-masing kelompok teerdiri dari 5-6 orang siswa yang

heterogen. Daftar nama siswa pada masing-masing kelompok belajar, tertera

pada Lampiran.

9) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada

siklus I. Kegiatan pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari sabtu,

tanggal 27 november 2021 di kelas VIII Sudirrman SMP negeri 1 sindue.

Pelaksanaan tindakan dimulai dari pukul 10.10-11.40 WITA atau menit.

Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang

mengacu pada RPP siklus II yang telah disusun sebelumnya dan hasil refleksi

siklus I sebagai upaya untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang dilakukan

pada siklus I agar tidak terulang pada siklus II.


62

Adapun uraian kegiatan pembelajaran pada siklus II yaitu mengacu pada

fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe talking stick sebagai berikut:

Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu, 27 november 2021 di

kelas VIII Sudirman SMP Negeri 1 Sindue dengan materi ajar yaitu bentuk

persamaan garis lurus. Pembelajaran dimulai pada pukul 10.10-11.40 WITA atau

dengan alokasi waktu menit. Estimasi waktu yang digunakan yaitu untuk

kegiatan awal selama 10 menit, kegiatan inti selama 70 menit dan kegiatan

penutup selama 10 menit. Kegiatan pembelajaran pada siklus II yaitu menentukan

bentuk-bentuk persamaan garis lurus. Pada pertemuan kedua siswa mengerjakan

tes akhir tindakan siklus II. Adapun fase-fase pada kegiatan ini mengacu pada

model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick sebagai berikut:

Pendahuluan

Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, menanyakan

kabar siswa dan meminta ketua kelas untuk memimpin teman-temannya berdoa.

Selanjutnya peneliti mengecek kehadiran siswa dan menyampaikan kepada siswa

untuk mempersiapkan buku dan pulpen kemudian menyimpan segala sesuatu

yang tidak ada hubungannya dengan mata pelajaran matematika. Pada hari itu

seluruh siswa hadir, yang terdaftar didalam daftar siswa sebanyak 23 orang siswa.

Hasil yang diperoleh adalah siswa menjawab salam dan melakukan doa

bersama dengan tertib serta semua siswa mendengar dan merespon penyampaian

guru dengan baik.

Fase 1: Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa


63

Pada kegiatan ini, guru memberikan apersepsi dengan mengajukan

beberapa pertanyaan mengenai materi gradien persamaan garis lurus serta

menyajikan beberapa contohnya. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai dan kegunaan dalam mempelajari materi

persamaan garis lurus pada kehidupan sehari-hari serta menginformasikan

subpokok bahasan yang akan dipelajari. Kutipan dialog peneliti dan siswa sebagai

berikut:

Peneliti : assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Siswa : waalaikumsalam wrahamtullahi wabarakatuh.
Peneliti : bagaimana kabar hari ini adik-adik?
Siswa : alhamdulillah baik kak.
Peneliti : adik-adik, sebelum kita melanjutkan pembelajaran kita hari ini,
kakak persilahkan kalian untuk berdoa terlebih dahulu. Untuk itu
kakak minta kepada ketua kelas untuk memimpin doa.
K. kelas : baik kak (berdoa bersama).
Peneliti : baik, kakak akan mengecek kehadiran kalian, untuk itu tolong
dengarkan namanya ibu panggil?
Siswa : iya kak.
Peneliti : (mengecek kehadiran siswa). Hari ini tidak ada yang alfa ya.
Siswa : iya kak.
Peneliti : adik-adikku sekalian, sekarang kita akan belajar matematika.
Jadi kakak harap, apapun yang tidak berhubungan dengan
pembelajaran kita hari ini tolong disimpan saja dulu, keluarkan
buku dan alat tulisnya hari ini kita akan mempelajari materi baru
yang masih berkaitan dengan yang kemarin yaitu gradien
persamaan garis lurus. Adapun tujuan pembelajaran kita hari ini,
yaitu kalian diharapkan mampu menentukan bentuk persamaan
garis lurus dengan benar. Pembelaajran kita hari ini sama
dengan yang kemarin ya pelaksanannya yaitu dengan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Namun, kakak harap
kalian agar lebih aktif lagi dari sebelumnya.

Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah siswa mengingat kembali dan

dapat memahami materi sebelumnya melalui kegiatan tanya jawab dengan guru.

Siswa lebih terarah dalam belajar dengan memahami pembelajaran yang akan

dicapai, dan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa juga
64

memperhatikan dengan baik penjelasan dari guru serta suasana kelas sudah lebih

baik. Setelah guru memberikan motivasi guru beranjak pada fase selanjutnya.

Kegiatan Inti

Fase 2: Menyajikan Informasi

Pada fase ini guru kembali menjelaskan secara ringkas mengenai model

pembelajaran kooperaif tipe talking stick, menyajikan beberapa contoh tentang

garis pada bidang koordinat yaitu menggambarkan suatu garis pada bidang

koordinat, pada fase ini siswa mengamati apa yang disajikan oleh guru di papan

tulis. Kemudian guru memberikan keempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai apa yang telah disampaikan oleh guru.

Hasil yang diperoleh dari fase ini adalah siswa menyimak dan

memperhatikan penjelasan guru dengan baik dan tenang, serta siswa tidak malu

lagi untuk menyampaikan hal yang diketahuinya, meskipun terkadang terdapat

beberapa kekeliruan namun guru mengarahkan ke jawaban yang sebenarnya.

Siswa juga tidak malu lagi untuk bertanya hal yang ingin mereka ketahui dari

informasi yang disampaikan oleh guru. Terlihat dari respon siswa yang sangat

antusias ingin bertanya mengenai informasi tersebut. Siswa juga memperhatikan

dengan baik penjelasan dari guru serta suasana kelas sudah lebih baik. siswa

termotivasi dalam mengikuti pembelajaran terlihat dari respon siswa terhadap

pertanyaan guru yang sudah lebih baik

Fase 3: Mengorganisir Siswa Ke Dalam Kelompok-Kelompok Belajar

Pada fase ini guru meminta siswa membentuk kelompok belajar, yaitu

sebanyak 4 kelompok belajar dimana setiap kelompok beranggotakan 5-6 orang.


65

Anggota setiap kelompok sesuai yang ditentukan pada pembelajaran sebelumnya.

Selanjutnya guru membagikan LKPD yang akan dipelajari.

Selain itu pada fase ini guru juga menetapkan tempat duduk bagi setiap

kelompok. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegaduhan yang dapat terjadi

dalam kelas saat pembelajaran berlangsung. Serta untuk memungkinkan setiap

siswa dalam kelompok tetap mendapat giliran dalam menggilir stick.

Hasil yang diperoleh pada fase ini yaitu siswa bergabung dengan

kelompok belajarnya masing-masing sesuai dengan instruksi guru. Saat

bergabung ke kelompoknya siswa lebih tertib dan rapi karena pada siklus II tetap

menggunakan pembagian kelompok sebelumnya yang ada di siklus I, sehingga

tidak membutuhkan banyak waktu dan setelah siswa menerima LKPD yang

dibagikan oleh guru siswa lebih tertib. Hal ini didukung berdasarkan arahan yang

jelas kepada siswa dan siswa juga sudah mengetahui anggota kelompok pada

siklus I sehingga membuat suasana kelas lebih tertib.

Fase 4: Membantu Kerja Kelompok dan Belajar

Setelah siswa masing-masing sudah menerima LKPD, guru memberikan

penjelasan tentang prosedur kerja dalam LKPD. Kemudian guru menyampaikan

ke tiap kelompok untuk berdiskusi bersama dalam mengerjakan LKPD. Guru

mengarahkan siswa lebih banyak mengumpulkan informasi dari buku atau dari

sumber-sumber yang lain, kemudian siswa mengolah kembali dan melihat

bagaiman cara penyelesaian soal-soal tersebut atau rumus yang digunakan

sehingga dapat menyelesaikan soal yang ada pada LKPD dengan benar.
66

Selanjutnya guru berkeliling kelas untuk memantau jalannya diskusi

kelompok. Sambil sesekali membimbing kelompok yang mengalami kesulitan

dalam mempelajari materi. Jika ada informasi yang tidak dipahami siswa dapat

bertanya untuk menambahkan informasi dari LKPD yang dikerjakan, kemudian

menuliskan hasil pengamatan mereka dan jawaban yang sudah disepakati bersama

di lembar jawaban LKPD. Kutipan dialog peneliti dan siswa sebagai berikut:

Peneliti : silahkan kalian menyiapkan alat tulisnya, kemudian kalian baca


LKPD yang kakak berikan, baca isi dan petunjuk yang ada di LKPD.
Jika ada yang belum dimengerti pada LKPD, silahkan bertanya
kepada kakak atau bertanya ke teman kelompoknya juga boleh.
Siswa : baik kak.
Peneliti : selain itu, kakak akan menjelaskan apa saja yang akan dilakukan
oleh masing-masing anggota kelompoknya. Pertama, kalian harus
tahu dulu apa masalah yang ada pada LKPD tersebut, setelah kalian
mengetahui masalah yang ada pada LKPD. Kalian membaca buku
atau dari sumber yang lain mengenai masalah tersebut, dan kalian
bisa tahu bagaimana cara menyelesaiakan masalah tersebut dan
apa yang akan kalian butuhkan dalam menyelesaikan masalah
tersebut, tujuannya yaitu untuk menambah informasi kalian
sehingga dapat menemukan solusi untuk menyelesaiakan soal yang
ada pada LKPD tersebut. Pada akhir pembelajaran nanti kalian
akan membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Mengerti adik-adik?
Siswa : mengerti kak.

Hasil yang diperoleh pada fase ini yaitu secara berkelompok siswa telah

mampu melakukan diskusi, menganalisis data dan membuat bentuk persamaan

yang mereka peroleh dari masalah yang diberikan pada LKPD, sebagian besar

siswa sudah lebih aktif dan antusias dalam belajar kelompok, setiap kelompok

telah lebih berani untuk menanyakan hal yang belum dipahaminya kepada guru

ataupun temannya. Kemudian mereka saling menjelaskan tentang yang mereka

ketahui kepada teman atau kelompoknya sehingga terjalin kerjasama yang baik

dalam kelompok. Hal ini didukung oleh hasil observasi, semua kelompok aktif
67

bertanya kepada guru. Sehingga guru memberikan bimbingan kepada seluruh

anggota kelompok, siswa mengerjakan LKPD secara berkelompok dengan

mengikuti prosedur kerja dan menjawab pertanyaan yang ada dalam LKPD. Siswa

juga mengikuti petunjuk yang dijelaskan guru.

Fase 5: Mengevaluasi

Kegiatan pada fase ini, guru mengambil tongkat (stick) dan menjalankan

tongkat (stick) secara estafet dengan bantuan instrumen musik. Selanjutnya guru

mematikan musik dan tongkat berhenti dijalankan. alokasi yang dibutuhkan pada

evaluasi ini selama 40 menit. Siwa yang mendapatkan tongkat kemudian

menjawab satu dari pertanyaan yang telah peneliti sediakan begitupun sampai

seterusnya sampai terjawab semua 4 pertanyaan yang disediakan. Kemudian, guru

meminta tangapan siswa lain terhadap jawaban siswa pemegang tongkat (stick)

yang dituliskan di papan tulis. Berikut dialog antara guru dan siswa:

Peneliti : seperti kemarin kita bermain dengan tongkat lagi, sekarang kita
mulai dari sebelah kanan kakak ya karena kemarin kita mulai dari
sebelah kiri kakak biar adil. Saat tongkatnya mulai dijalankan
jangan dilemparkan. Ikuti saja irama musik yang akan kakak
putarkan nanti. Kalian mengerti?
Siswa : iya kak.
Peneliti : oke siap (memutarkan musik) ( menghentikan musik saat tongkat di
tangan siswa RD). iya, silahkan maju ke depan siswa RD.
Siswa RD : astaga kak, saya tidak tau.
Peneliti : iya, silahkan maju saja dulu dek kamu kerjakan yang seperti tadi
kamu kerjakan dengan temanmu kok. Ayo maju RD.
Siswa : iya kak.
Peneliti : ayo, silahkan kerjakan soal ini Tentukan persamaan garis yang
melalui titik P(2,5) dengan gradien . Langsung saja kamu
tulis jawabannya ya. Kan papan tulisnya sudah kakak bagi dua
silahkan pilih sebelah mana kamu mau mengerjakannya. Sambil
menunggu RD, kita lanjut lagi, sebelum RD siapa tadi?
Siswa SE : saya kak.
68

Peneliti : baiklah sekarang kita mulai dari SE, siap (memutarkan musik)
(menghentikan musik saat tongkat di tangan siswa SY). Ayo
silahkan SY maju ke depan selesaikan soal tentukan persamaan
garis yang melalui titik P(1,6) dan Q(7,4)!
Siswa SY : oke kak (maju ke depan)
Peneliti : waktu menyelesaikan soalnya 7 menit ya. untuk yang lain
selesaikan dibuku masing-masing nanti kalau ada yang keliru dari
jawaban RD dan SY, silahkan kalian komentari. (setelah 7 menit
RD mengerjakan) iya RD silahkan duduk dulu karena waktunya
sudah habis, sambil menunggu SY selesai mengerjakan. Baru kamu
presentasikan hasil jawabanmu.
Siswa RD : iya kak.
Siswa SY : saya sudah selesai juga ini kak.
Peneliti : owh iya, silahkan duduk dulu SY. Ayo, sekarang RD silahkan maju
kedepan mempresentasikan jawabanmu.
Siswa RD : iya kak, bagaimana saya mulai kak
Peneliti : bilang saja teman-teman saya akan mempresentasikan hasil
jawaban saya, seperti teman-temanmu kemarin. Iya, silahkan RD.
Siswa : iya kak, teman-teman saya akan mempresentasikan hasil jawaban
saya. Yang ditanyakan tentukan persamaan garis yang melalui titik
P(2,5) dengan gradien m=3. Jadi teman teman diketahui disini
, maka persamaan garisnya

Sudah kak, saya dapat hasilnya


Peneliti : iya itu tadi penjelasan RD. Ada yang ingin bertanya atau memberi
tanggapan?
Siswa NV : saya kak.
Peneliti : iya, silahkan NV.
Siswa NV : jawabannya RD masih keliru kak, seharusnya jadi
sehingga hasilnya . Itu yang saya dapat kak.
Peneliti : oke itu jawaban yg Nv dapat jadi katanya RD masih keliru.
Bagaimana dengan yang lain?
Siswa HI : hasil jawabanku juga sama dengan NV kak yaitu persamaan
garisnya
Siswa AY : saya juga kak sama dengan NV
Peneliti : coba kamu liat ulang hasilmu RD.
Siswa RD : oh iya kak seharusnya ditambahkan 5 bukan dikurangi kak.
69

Peneliti : jadi seharusnya hasilnya berapa?


Siswa RD :
Peneliti : baik , terima kasih untuk NV sudah menanggapi jawaban dari RD.
Dan untuk RD nanti lebih teliti lagi ya. Baiklah, selanjutnya
silahkan maju SY. Presentasikan jawabannya.
Siswa SY : iya kak, teman-teman saya akan mempresentasikan hasil
jawabanku.
Diketahui:
Ditanyakan: persamaan garis yang melalui titik P(1,6) dan Q(7,4)
Jawab:
Persamaan garis:

Peneliti : iya itu tadi penjelasan SY. Ada yang mau bertanya atau
menanggapi?
Siswa RI : saya kak, saya mau bertanya bisa jelaskan kembali langkah
terakhir itu dari mana diperoleh
Peneliti : iya silahkan SY untuk menjawab pertanyaan RI
Siswa SY : itu kan didapat dari . Nah kita samakan
penyebutnya yaitu 3, jadi 3 dikalikan 6=18. Karena ada jadi
18+1 karena penyebutnya sama sehingga diperoleh sehingga
hasilnya . menjadi
Peneliti : bagaimana RI dengan penjelasan SY?
Siswa RI : iya kak mengerti.
Peneliti : bagaimana ada lagi?
Siswa : tidak kak.
Peneliti : bagaimana jawaban SY benar?
Siswa SS : iya kak
Siswa NV : betul kak.
Peneliti : iya, suda benar ya. Kita beri tepuk tangan dulu buat SY. Terima
kasih SY. Iya kita mulai lagi ya, siap (memutarkan musik).
Menghentikan musik saat tongkat di tangan FR. Silahkan maju SR.
Siswa FR : (tampak malu-malu)
70

Peneliti : iya tidak apa-apa FR. Silahkan tulis soalnya Tentukan persamaan
garis yang melalui (7,2) dan sejajar dengan garis a:
Siswa SR : iya kak.
Peneliti : sambil SR mengerjakan , kita mulai lagi. Siap (memutarkan musik)
(menghentikan musik saat tongkat di tangan TFS). Silahkan maju
TFS.
Siswa TFS : astaga, kok saya kak.
Peneliti : iya tidak apa-apa, maju saja kerjakan yang bisa kamu kerjakan.
Soalnya Tentukan persamaan garis yang tegak lurus dengan garis
dan melalui titik (4,5)
Siswa TFS : iya kak.
Peneliti : (setelah 7menit FR mengerjakan) iya, silahkan FR kamu duduk
dulu sambil menunggu TFS selesai.
Siswa TFS : sudah selesai juga saya kak.
Peneliti : iya silahkan duduk dulu TFS. Sekarang, ayo silahkan maju FR.
Siswa FR : teman-teman saya akan mempresentasikan hasil pekerjaan saya.
Tentukan persamaan garis yang melalui (7,2) dan sejajar dengan
garis a: .

Karena sejajar
Persamaan garis:

atau
Peneliti : iya bagaimana ada pertanyaan atau tanggapan?
Siswa SY : saya kak mau menanggapi sedikit kak.
Peneliti : iya silahkan SY.
Siswa SY : itu kak dilangkah kedua kan trus hasil yg FR
tulis . Yang saya dapat disini .
Seharusnya 8 dibagi dengan 5 juga kak.
Peneliti : iya bagaimana dengan yang lain? Menurut kalian bagaimana?
71

Siswa NV : yang dikerjakan SY benar kak seharusnya 8 dibagi juga dengan 5


sehingga hasilnya .
Peneliti : baik ada lagi yang ingin bertanya atau menanggapi?
Siswa ZA : saya kak.
Peneliti : silahkan ZA
Siswa ZA : hasil akhirnya masih keliru juga kak.
Peneliti : bagian mana menurut ZA yang keliru?
Siswa ZA : itu kak mulai dari . Seharusnya didapatkan
karena 7 seharusnya dikalikan 2 sehingga hasil
akhirnya .
Peneliti : oke, itu tanggapan dari ZA. Yang lain bagaimana?
Siswa : iya jelas kak (bersama-sama)
Peneliti : iya benar hasil akhir FR juga masih keliru. Untuk FR lebih teliti
lagi ya nanti dan untuk siswa yang menaggapi terima kasih atas
tanggapan kalian. Jadi hasil akhirnya adalah .
Siswa FR : iya kak.
Peneliti : selanjutnya silahkan TFS maju jelaskan hasil jawabannya dan
untuk yang lain silahkan perhatikan kalau ada yang keliru silahkan
ditanyakan atau ditanggapi.
Siswa TFS : saya akan menjelaskan hasil jawaban saya. Tentukan persamaan
garis yang tegak lurus dengan garis dan melalui titik
(4,5).
Diketahui:

Karena tegak lurus:

Persamaan garis:

atau
Peneliti : iya bagaimana ada pertanyaan?
Siswa AY : sudah benar itu kak tidak ada lagi yang ditanya.Peneliti : kalau
begitu terima kasih TFS. Kita beri tepuk tangan untuk TFS. oke,
72

semua tenang. Kembali rapikan tempat duduknya pada kelompok


masing-masing
Siswa : iya kak.
Peneliti : dari pembelajaran menentukan bentuk persamaan garis lurus.
Apakah yang bisa kalian simpulkan dari pembelajaran kita kali
ini?
Siswa PM : saya kak menentukan bentuk persamaan garis lurus pake rumus
.
Peneliti : ya, ada lagi?
Siswa : (diam).
Peneliti : ayo siapa yang mau menyempurkan kesimpulan PM? Atau ada
kesimpilan lain dari apa yang kita pelajari tadi?
Siswa SY : saya kak. Jika ada dikethui titiknya dan diketahui gradiennya,
untuk mencari bentuk persamaan garis lurus kita gunakan rumus
.
Peneliti : bisa SY berikan contohnya apa yg SY jelaskan supaya teman-teman
tambah mengerti.
Siswa : itu kak contohnya seperti soal nomor 1 seperti itu maksudku kak.
Peneliti : iya betul SY. Oke kalau begitu kakak mau tanya dari soal nomor 2
siapa yang bisa simpulkan?
Siswa DS : saya kak, nomor itu gradiennya belum diketahui, jadi kalo ada dua
titik belum diketahui gradiennya kita cari dulu gradiennya baru
persamaannya.
Peneliti DS : bagus DS jawabanmu. Ok ada lagi?
Siswa : tidak ada kak.
Peneliti : baiklah terima kasih, jika tidak ada lagi yang menyimpulkan. jadi
kesimpulan yang kita dapat hari ini yaitu untuk menentukan bentuk
persamaan garis lurus kita gunakan rumus
Kemudian seperti soal nomor 3 dan 4 itu sejajar dan tega lurus.
Jika persamaannya sejajar kalian harus ingat bahwa gradiennya
itu sama, jadi . Nah begitu juga jika tegak lurus ingat
gradiennya . Kalian paham?
Siswa : iya paham kak.

Hasil yang diperoleh pada fase ini adalah siswa mampu menyelesaikan

soal menentukan bentuk persamaan garis lurus. Hal ini terlihat ketika siswa yang

mendapat giliran mampu menyelesaikan soal yang diberikan serta siswa terlibat

aktif dalam memberi tanggapan dalam mengoreksi jawaban temannya jika ada hal

yang harus diperbaiki saat mengerjakan. Serta siswa sudah mampu menyimpulkan

materi menentukan bentuk-bentuk persamaan garis lurus dengan baik. Hal ini
73

terlihat saat hampir seluruh siswa menanggapi seluruh pertanyaan guru tentang

materi yang telah mereka pelajari di dalam pembelajaran.

Hal ini juga sesuai dengan hasil observasi, bahwa guru sudah sangat baik

dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi hasil presentasi

dari temannya.

Kegiatan penutup

Fase : Memberikan Pengakuan atau Penghargaan

Fase terakhir ini, guru memberikan pengakuan berupa tepuk tangan dan

pujian semua kelompok serta penghargaan kepada kelompok terbaik dengan

menyampaikan alasan yang jelas. Selanjutnya, guru menyampaikan kepada siswa

akan memberikan tes akhir siklus II pada pertemuan berikutnya. Berikut

penyampaian guru:

“kakak ingin menginformasikan bahwa minggu depan hari selasa kita

akan ujian materi tentang pembelajaran kita hari ini yakni menentukan bentuk

persamaan garis lurus. Kakak senang melihat kegembiraan adik-adik tadi pada

saat proses pembelajaran, tepuk tangan untuk kita semua. Kita beri apresiasi

pada kelompok 2 dan kelompok 4 sebagai kelompok terbaik hari ini”

Selanjutnya guru meminta ketua kelas memimpin doa. Kemudian guru

menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Hail yang diperoleh pada fase ini adalah siswa merespon dengan baik

penghargaan yang diberikan oleh guru. Siswa terlihat sangat antusias dalam
74

merespon serta suasana kelas sangat gembira saat pembelajaran ditutup dengan

pemberian pemghargaan kepada kelompok-kelompok terbaik. Selain itu, siswa

juga tertib dalam berdoa dan ketika guru menutup pembelajaran.

Pertemuan Kedua

Pada pertemuan II ini, guru melakukan tes akhir tindakan siklus II yang

dilaksanakan pada hari selasa, 30 november 2021 pukul 08.30-09.30 WITA.

Bentuk soal berupa soal essay sebanyak 4 butir soal. Berikut kutipan dialog antara

guru dan siswa:

Guru : assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Siswa : waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Guru : baik sebelum kita memulai pembelajaran kita pada hari ini, silahkan
ketua kelas pimpin doa.
Siswa SY : teman-teman sebelum kita memulai pembelajaran, marilah kita
berdoa menurut agama dan keyakinan kita masing-masing.

Setelah berdoa bersama kemudian guru mengecek kehadiran siswa. Pada

hari itu siswa hadir seluruhnya. Selanjutnya guru mengorganisir dan

mempersiapkan siswa untuk mengikuti tes. Kemudian guru menyampaikan

kepada siswa untuk mengikuti tes dengan tertib, berikut penyampaian guru:

“baik, seperti yang sudah kakak sampaikan kemari bahwa hari ini kakak

akan memberikan tes mengenai materi yang sudah kita pelajari minggu kemaren.

Kakak minta meja dirapikan dulu seperti biasa. Sebelum mengerjakan soal

perhatikan petunjuk pengerjaan soal terlebih dahulu dan tidak boleh menyontek.

Tes yang kakak berikan hari ini gunanya adalah untuk mengetahui tingkat

kemampuan adik-adik dalam memahami materi mengenai menentukan bentuk

persamaan garis lurus.”


75

Selanjutnya guru berkeliling untuk memantau pelaksanaan tes. Selama

pelaksanaan tes, beberapa siswa terlihat mencoba untuk bertanya kepada

temannya. Namun setelah guru kembai memberikan peringatan agar siswa tidak

bekerja sama dalam mengerjakan tes.

Hasil yang diperoleh pada pertemuan kedua ini adalah siswa mengerjakan

tes dengan kondisi kelas yang tenang. Meskipun terdapat beberapa siswa yang

mencoba untuk bekerja sama diawal pelaksanaan tes, namun setelah guru

memberikan arahan siswa kembali tenang dan pelaksanaan tes kembali berjalan

dengan tertib.

10) Hasil Observasi Tindakan

Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dan peneliti

sebagai guru selama pembelajaran berlangsung. Observasi terhadap aktivitas

siswa dilakukan oleh Siska yang merupakan teman sejawat dari program studi

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Tadulako, sedangkan observasi

terhadap aktivitas guru (peneliti) dilakukan oleh Salmah S.Pd yang merupakan

guru matematika SMP Negeri 1 Sindue. Observasi dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi untuk aktifitas siswa dan lembar observasi untuk

aktivitas guru. Adapun hasil observasi dalam proses pembelajaran tersebut adalah

sebagai berikut:

c. Hasil observasi terhadap aktivitas guru

Berdasarkan data hasil observasi, dengan mengacu pada pedoman aktivitas

guru (lampiran 26), guru memperoleh nilai sangat baik hampir disemua aspek

yang ada di lembar observasi aktivitas guru.


76

d. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa

Berdasarkan data hasil observasi siswa (lampiran 28) selama proses

pembelajaran berlangsung, siswa memperoleh sangat baik hampir pada semua

aspek penilaian, yang artinya bahwa terjadi peningkatan hasil observasi pada

siklus II yaitu siswa sudah tenang saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru, siswa sudah dapat menelaah soal yang ada pada LKPD dengan baik dan

siswa sudah dapat membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan.

11) Hasil Tes Akhir Tindakan

Berdasarkan analisis hasil tes akhir tindakan siklus II sebagaimana terlihat

pada lampiran 31, diperoleh data bahwa sebanyak 19 orang siswa yang

mendapatkan nilai , sedangkan 4 orang siswa mendapatkan nilai ,

sehingga persentase ketuntasan yang dicapai adalah 82%.

Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan siklus II, peneliti meakukan

wawancara terhadap informan. Wawancara terhadap siswa tentang proses berpikir

dalam menyelesaikan tes yang telah diberikan dan siswa diarahkan untuk

menadari dan memperbaikin kesalah-kesalahan yang dilakukan sehingga dengan

demikian diharapkan siswa dapat meningkatkan lagi pemahaman siswa.

d) Hasil tes akhir tindakan siklus I informan AY (kemampuan tinggi)

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan siklus II, diperoleh informasi bahwa

siswa AY mengalami peningkatan dari siklus I. Siswa sudah dapat menyelesaikan

soal menentukan bentuk persamaan garis lurus dengan benar. Jawaban pada soal

nomor 1 menunjukkan bahwa informan AY sudah dapat menentukan bentuk


77

persamaan garis lurus melalui satu titik dan diketahui gradiennya. Jawaban pada

soal nomor 2 dan 5 informan dapat menentukan bentuk persamaan yang melalui

dua titik yang gradiennya tidak diketahui. Pada soal nomor 3 dan 4 menunjukkan

bahwa informan AY dapat menentukan dengan benar bentuk persamaan garis

yang sejajar dan tegak lurus yang berbentuk

Gambar 4.8 Jawaban Tes Akhir Siklus II Informan AY

Gambar 4.9 Jawaban Tes Akhir Siklus II Informan AY


78

Gambar 4.10 Jawaban Tes Akhir Siklus II Informan AY

Gambar 4.11 Jawaban Tes Akhir Siklus II Informan AY

e) Hasil tes akhir tindakan siklus I informan RD (kemampuan sedang)

Jawaban pada soal nomor 1,2,3 dan menunjukkan bahwa informan RD

dapat menentukan bentuk persamaan garis melalui satu titik yang diketahui

gradiennya, melalui dua titik berbentuk . Namun jawaban pada soal

nomor 5 menunjukakan bahwa informan RD tidak dapat menyelesaikan soal

dengan baik sehingga hasil akhirnya tidak diketahui.


79

Gambar 4.11 Jawaban Tes Akhir Siklus II Informan RD

Gambar 4.12 Jawaban Tes Akhir Siklus II Informan RD

Gambar 4.13 Jawaban Tes Akhir Siklus II Informan RD


80

Gambar 4.14 Jawaban Tes Akhir Siklus II Informan RD

f) Hasil tes akhir tindakan siklus I informan FFH (kemampuan rendah)

Jawaban pada soal nomor 1, 3 dan 4 menunjukkan bahwa informan FFH

dapat menentukan bentuk persamaan garis lurus melalui satu titik yang diketahui

gradiennya dan menentukan persamaan garis yang sejajar dan tegak lurus yang

berbentuk . Jawaban pada soal nomor 2 dan 5 informan FFH

menunjukkan masih keliru dalam operasi pengurangan sehingga hasil yang

diperoleh salah dan informan tidak dapat menyelesaikan soal dengan tepat.

Gambar 4.15 Jawaban Tes Akhir Siklus II Informan FFH


81

Gambar 4.16 Jawaban Tes Akhir Siklus II Informan FFH

12) Hasil wawancara

Setelah memeriksa tes akhir tindakan silus II, peneliti kemudian

melakukan wawancara dengan informan sebagaimana yang terdapat pada

lampiran 34 (transkip wawancara). Wawancara terhahadap siswa dilakukan

dengan tujuan untuk menggali informasi dari siswa tentang kesulitan dalam

memahami materi serta hal yang menjadi hambatan dalam kegiatan pembelajaran

yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan AY menunjukkan bahwa

AY sudah dapat menyelesaikan soal menentukan bentuk persamaan garis lurus

dengan benar dan tepat. Untuk RD sudah dapat menyelesaikan soal menentukan

bentuk persamaan garis lurus, walaupun ada soal yang tidak dapat diselesaikan

dengan baik karena kurang mengerti dalam operasi perkalian sehingga tidak

mendapatkan hasil yang benar. Sedangkan FFH sudah mampu menyelesaikan soal

menentukan bentuk persamaan garis lurus, namun ada beberapa soal yang masih
82

keliru dalam menghitung opersasi pengurangan sehingga hasil yang diperoleh

salah.

13) Catatan lapangan

Selama proses pembelajaran berlangsung ada beberapa hal yang menjadi

catatan peneliti. Selanjutnya diuraikan sebagai berikut:

Suasana kelas saat awal pemebalajaran lebih kondusif dibanding

sebelumnya. Diawali denga siswa yang hadir tepat waktu saat pembelajaran

berlangsung. Secara keseluruhan siswa mempersiapkan diri lebih tertib dan

suasana kelas tenang. Selain itu saat pembelajaran kelompok siswa tidak lagi

gaduh dan siswa mampu menyesuaikan diri dengan teman kelompoknya.

Selanjutnya saat mengerjakan LKPD siswa tidak lagi terpaku pada ketua

kelompok untuk bertanya mengenai kesulitan selama diskusi berlangsung. Siswa

berani bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan

LKPD. Kemudian saat evaluasi sedang berlangsung, terlihat siswa sangat antusias

dalam mengikuti pembelajaran. Berbeda seperti pembelajaran sebelumnya, siswa

tidak lagi merasa takut menjadi pemegang stick. Saat diberi tugas untuk

mengerjakan di papan tulis siswa tidak lagi merasa canggung untuk menjelaskan

jawaban mereka. Selain itu, siswa lainnya juga terlihat sangat antusias dalam

merespon penjelasan temannya di papan tulis.

Refleksi siklus II

Berdasarkan hasil analisis tes akhir, lembar observasi dan pengamatan

pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan pada siklus II

menunjukkan peningkatan dibanding siklus sebelumnya. Siswa mampu


83

menentukan bentuk persamaan garis lurus, meskipun ada beberapa siswa tidak

dapat menyelesaikan soal dengan tepat.

Refleksi dilakukan untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan siklus II

untuk mengetahui apakah pemberian tindakan siklus II berhasil atau tidak.

Dengan mengacu pada pencapaian indikator keberhasilan tindakan yang telah

ditentukan.

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas guru, yakni guru telah

melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik dengan memperbaiki kekurangan

yang dialami pada pembelajaan sebelumnya. Hal ini terlihat dari perolehan skor

penilaian aktivitas guru yang meningkat dari siklus sebelumnya.

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas siswa, dapat diketahui

bahwa siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan sangat baik. hal ini terlihat

dari keaktifan siswa yang telah meningkat pada siklus II dibanding siklus I baik

saat memulai maupun saat guru memberikan penyampaian mengenai pentingnya

mempelajari materi menentukan bentuk persamaan garis lurus. Selain itu siswa

juga tetap antusias dalam mengikuti evaluasi dengan menggunakan stick

meskipun tidak menggunakan pemberian skor bagi kelompok yang mendapatkan

kesempatan maju mengerjakan soal dipapan tulis.

Berdasarkan data hasil wawancara terhadap informan yaitu siswa

sudahmampu menentukan bentuk persamaan garis melalui satu titik yang

diketahui gradiennya, melalui dua titik dan berbentuk . dan

menentukan persamaan garis yang sejajar dan tegak lurus, meskipun dalam proses
84

penyelesaiannya terdapat beberapa siswa yang kurang teliti dalam

mengoperasikan bentuk persamaan garis lurus.

Berdasarkan hasil catatan lapangan, kondisi kelas saat pembelajaran lebih

kondusif. Secara keseluruhan siswa hadir tepat waktu sehingga pembelajaran

berlangsng dengan lebih baik. saat pembagian kelompok siswa tidak lagi merasa

canggung dengan teman kelompoknya. Selain itu saat diskusi siswa aktif bertanya

pada guru serta tidak lagi terpaku pada ketua kelompok untuk bertanya. Siswa

juga tidak lagi merasa segan saat maju kepapan tulis untuk mengerjakan soal serta

menjelaskan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal sehingga siswa lain juga

antusias dalam merespon hasil kerja serta penjelasan temannnya didepan kelas

baik mengoreksi maupun menambahkan.

Pembahasan

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas (PTK)

yang pelaksanaannya mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart yaitu

perencaaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi

(reflecting). Adapun materi pada siklus I yakni mengenai menentukan gradien

persamaan garis lurus, sedangkan materi pada tahap pembelajaran siklus II yakni

mengenai menentukan bentuk persamaan garis lurus.

Peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada

pelaksanaan tindakan. Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick digunakan

untuk membantu siswa mempelajari materi persamaan garis lurus sehingga siswa

dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan memberikan latihan-latihan soal

yang disajikan dalam soal LKPD. Selain itu, model pembelajaran kooperatif
85

menuntut siswa untuk belajar memahami dengan capat dan memilih siswa untuk

dapat mengungkapkan pendapatnya. Hal ini sesuai dengan Noryan dalam Unggu

(2016) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat melatih

siswa untuk berpendapat, dapat menciptakan suasan yang menyenangkan, dan

membuat siswa aktif dalam pembelajaran serta meningkatkan kesiapan siswa

dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam

pembelajaran materi persamaan garis lurus di kelas VIII Sudirman sangat sesuai

dengan pendapat Hartati dkk (2013) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

talking stick sangat cocok untuk diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK.

Selain itu untuk melatih berbicaraa, pembelajaran dengan ini akan menciptakan

suasana yang menyenangkan sehingga dapat membuat siswa aktif. Desain

pembelajaran yang mengajak siswa bermain sambil belajar melalui metode yang

bervariasi, dapat membuat siswa gembira dalam belajar sehingga dapat

meningkatkan kekatifan siswa tanpa merasa bosan selama belajar di kelas.

Sebelum masuk pada siklus 1, peneliti melakukan pra penelitian, pada

tahap pra penelitian tersebut peneliti memberikan tes awal demgan materi

persamaan linear satu variabel sebagai prasyarat dari materi yang akan diteliti.

Hasil tes awal digunakan untuk membentuk kelompok yang heterogen dan

mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap materi yang diteliti yaitu materi

persamaan garis lurus. Hal ini sesuai dengan pendapat Paembonan (2014) yang

menyatakan bahwa pelaksanaan tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan


86

awal siswa tentang materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam membentuk

kelompok belajar yang heterogen serta menentukan informan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, diperoleh bahwa data

hasil analisis tes awal menunjukkan bahwa 22 orang siswa yang mengikuti tes,

Soal nomor 1 dapat dikerjakan 10 siswa dengan benar, 10 orang mengerjakan

dengan memperoleh skor 5 dari skor maksimal 10, dan 2 orang mengerjakan

dengan memperoleh skor 0 dari skor maksimal 10 dengan menentukan selesaian

dari persamaan linear satu variabel.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II mengikuti fase-fase: 1)

menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa (present goal and set), 2)

menyajikan informasi (present information), 3) mengorganisir siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar (orgnize student into learning teams), 4) membantu

kerja kelompok dan belajar (assisteam work and stud), 5) mengevaluasi (test on

the materials), 6) memberikan pengakuan atau penghargaan (provide

recognition).

Pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dengan menerapkan fase-fase

model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dibahas sebagai berikut.

1) Kegiatan Awal

Peneliti yang dalam penelitian ini bertindak sebagai guru, membuka

pembelajaran dengan mengucapkan salam, meminta ketua kelas untuk

meminmpin teman-teman kelasnya berdoa sebelum pembelajaran dimulai dan

menanyakan kesiapan siswa untuk belajar. Selanjutnya peneliti mengecek


87

kehadiran siswa. Hasil yang diperoleh pada kegiatan awal ini siswa berdoa dengan

tertib dan tenang dipimpin oleh ketua kelas, serta siswa memperhatikan

memperhatikan penyampaian guru di awal pembelajaran serta menyiapkan dirinya

masing-masing untuk mengikuti proses pembelajaran

2) Kegiatan inti

fase 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa (present goal and set)

fase ini, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Apersepsi dilakukan untuk mengingatkan kembali dan melihat kemampuan siswa

dalam mengkonstruksikankembali pengetahuannya dengan materi yang berkaitan

dengan materi persamaan garis lurus. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman

(2007) bahwa aprsepsi kepada siswa sebelum menghadapkan pada suatu

permasalahan merupakan tahap awal yang cukup efektif untuk menumbuhkan

sikap positif siswa selama proses pembelajaran.

Fase 2. Menyajikan informasi (present information)

Pada fase ini, peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat

mempelajari materi persamaan garis lurus, apabila siswa mengetahui manfaat

mempelajari materi persamaan garis lurus maka siswa akan termotivasi untuk

belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Aritonang (2007) bahwa dengan

memberikan informasi tentang manfaat dari apa yang mereka pelajari siswa akan

termotivasi untuk belajar.

Selanjutnya, peneliti memberikan informasi tentang model pembelajaran

yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran dengan bantuan tongkat

(stick) dan musik serta menginstruksikan cara kerja tongkat (stick). Tongkat
88

digunakan sebagai siswa memiliki kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari

guru. Tongkat dijalankan secara estafet dibantu dengan iringan musik. Apabila

siswa yang tidak dapat menjawab akan diberikan hukuman berupa tugas tambahan

untuk dikerjakan dirumah. Hal ini sejalan dengan (Suprijono,2009:10-110) yang

menyatakan guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta yang

menerima tongkat tersebut diwajbkan menjawab pertanyaan dari guru demikian

seterusnya. Ketika stick bergilir dari peserta didik ke peserta didik lainnya,

sepatutnya diiringi musik. Selanjutnya peneliti menyampaikan materi pokok yang

akan dipelajari yaitu menentukan persamaan garis lurus.

Fase 3. Mengorganisir siwa ke dalam kelompok-kelompok belajar (orgnize

student into learning teams)

Pada fase ini, guru membentuk siswa ke dalam empat kelompok belajar

yang heterogen dan selanjutnya membagi LKPD kepada masing-masing

kelompok.

Fase 4. Membantu kerja kelompok dan belajar (assit team work and study)

Fase ini,siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya membahas

penyelesaian masalah dalam soal. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget

(Hergenhahn dan Olson 2009:324) agar belajar terjadi, materi perlu sebagian

sudah diketahui dan sebagian belum. Bagian yang sudah diketahui akan

diasimilasi, dan bagian yang belum diketahui akan menimbulkan modifikasi

dalam struktur kognitif anak. Modifikasi ini disebut akomodasi yang akan

disamakan dengan belajar.


89

Peneliti berkeliling memantau dan mengontrol jalannya diskusi kelompok.

Peneliti mengamati dan memberikan bimbingan seperlunya kepada kelompok

yang mengalami kesulitan terkait hal-hal yang kurang dipahami dalam

menyelesaikan soal-soal pada LKPD. Hal ii sejalan pendapat Vigotsky

(Isjoni,2010:40) Scaffolding yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak

pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi

kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka

mampu.

Fase 5. Mengevaluasi (test on the materials)

Pada fase ini, peneliti mengambil tongkat (stick) dan menjalankan tongkat

(stick) secara estafet dengan bantuan instrumen musik. Selanjutnya guru

mematikan musik dan tongkat berhenti dijalankan. Siswa yang memegang tongkat

harus menjawab pertanyaan dari guru, demikian seterusnya hingga semua siswa

dapat menjawab pertanyaan dan siswa lain menanggapi. Permainan tongkat

bertujuan untuk membuat siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang

diberikan serta materi harus benar-benar dikuasai. Hal ini sesuai dengan pendapat

Wahyuni dkk (2013) menyatakan bahwa penggunaan tongkat secara estafet

sebagai media untuk menstimulus siswa untuk bertindak cepat dan tepat sekaligus

mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi serta iringan musik sebagai

penyemangat satu dengan yang lain.

Fase 6. memberikan pengakuan atau penghargaan (provide recognition)

Fase ini peneliti memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada

semua kelompok yang telah bekerja sama dengan baik dan memberikan hadiah
90

kepada kelompok terbaik yang terhitung dari pertemuan awal sampai pertemuan

akhir.

3) Penutup

Pada kegiatan penutup guru mengingatkan siswa untuk tetap belajar di

rumah dan menginformasikan mengenai hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk

pertemuan selanjutnya dan guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa.

Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru, pada siklus I hasil

observasi memperoleh jumlah skor total 51 (lampiran 11) masuk ke dalam

kategori baik. Pada siklus II hasil observasi menunjukkan jumlah skor total 65

(lampiran 26) masuk ke dalam kategori sangat baik. hal ini menunjukkan bahwa

aktvitas guru dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan

aktivitas guru tidak begitu signifikan namun sudah dapat memperbaiki kekeliruan

dalam proses mengajar pada siklus I.hal ini menunjukkan bahwa guru sudah dapat

mengawasi aktivitas siswa dengan lebih baik dan memperhatikan waktu proses

pembelajaran.

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I, memperoleh jumlah skor

total 47 (Lampiran 13) masuk ke dalam kategori baik. Aktivitas siswa dalam

menerima pembelajaran pada siklus I dikategorikan baik dan mengalami

peningkatan pada siklus II dengan skor total 65 (Lampiran 27) masuk ke dalam

kategori sangat baik. kerjasama antar siswa dalam kelompok sudah baik dan

tenang dalam mengerjakan soal yang ada pada LKPD dikarenakan guru mampu
91

mengontrol serta membimbing siswa secara keseluruhan sehigga siswa yang

berkemampuan rendah tidak mengganggu teman kelompok lainnya melainkan

terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Peningkatan aktivitas guru dan siswa serta tes akhir tindakan yang

dilakukan pada siklus I dan siklus II mengindikasikan bahwa penelitian dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick memperoleh hasil

yang baik.

Peningkatan aktivitas guru dan siswa serta tes akhir tindakan yang

dilakukan mengindikasikan bahwa penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe talking stick memperoleh hasil yang baik hal ini

dapat dilihat dari pencapaian pada siklus II yang lebih baik dari siklus I.

Peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa menunjukkan bahwa kegiatan

pembelajaran dari siklus I ke siklus II menjadi lebih baik. Tes akhir tindakan pada

siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan.

Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa kekeliruan guru pada

siklus I telah diperbaiki dan diterapkan pada siklus II, sehingga memperoleh hasil

yang sangat baik. dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat tercapai dan

berakhir pada siklus II. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil

belajar siswa kelas VIII Sudirman melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe talking stick pada materi persamaan garis lurus.


92

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas diperoleh

data dari hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa dari 23 siswa yang

mengikuti tes, 15 orang siswa yang tuntas dan 8 orang siswa yang tidak tuntas

dengan ketuntasan klasikalnya 65%. Hasil tes akhir tindakan siklus II

menunjukkan bahwa nilai siswa mengalami peningkatan dari siklus I terdapat 23

siswa yang mengikuti tes, 19 orang siswa memperoleh nilai tuntas dan 4 orang

siswa tidak tuntas. Adapun persentase ketuntasan klasikal siswa pada siklus II

sebesar 82% sehingga memperoleh hasil analisis tes akhir tindakan siklus II lebih

baik dari siklus I. Adapun kesimpulan hasil yang diperoleh dari ketiga informan

mulai dari tes awal hingga tes akhir tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Tes Terhadap Ketiga Informan

No Tes Awal TAT Siklus I TAT Siklus II


1 100 75 100
2 62 70 92
3 12 57 83

Keterangan: TAT: Tes Akhir Tindakan

Ayatul Husna (AY): Siswa berkemampuan tinggi

Rumityo Dzuhair (RD): Siswa berkemampuan sedang

Fahsya Firmansyah Hubu (FFH): Siswa berkemampuan rendah


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdaarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada materi

persamaan garis lurus dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII

Sudirman SMP Negeri 1 Sindue.

2. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII Sudirman adalah

sebagai berikut: Fase menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

(present goal and set), guru melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Fase menyajikan informasi (present

information), guru memotivasi siswa dengan menyampaikan pentingnya

materi persamaan garis lurus dan guru menyiapkan sebuah tongkat dan

menjelaskan kegunaan tongkat serta guru menginformasikan topik materi

persamaan garis lurus. Fase mengorganisir siswa kedalam kelompok-

kelompok belajar (orgnize student into learning teams), guru membentuk

kelompok yang terdiri dari 5- 6 orang. Fase membantu kerja kelompok dan

belajar (assisteam work and study), guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk membaca dan mempelajari materi. Setelah selesai membaca

materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya. Fase

mengevaluasi (test on the materials), guru mengambil tongkat dan

93
94

3. memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa

pemegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga

semua siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

Selanjutnya guru bersama siswa menarik sebuah kesimpulan. Fase

memberikan pengakuan atau penghargaan (provide recognition), guru

memberikan penghargaan (reward) berupa buku kepada kelompok terbaik.

4. Hasil tes akhir tindakan siklus I dan siklus II, diperoleh persentase ketuntasan

klasikal siswa yaitu 65% dan 82%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi persamaan garis

lurus di kelas VIII Sudirman SMP Negeri 1 Sindue.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka beberapa saran

yang dapat diberikan kepada guru dan peneliti selanjutnya, yaitu:

1. Keberhasilan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

talking stick dalam meningkatkan hasil belajar siswa, maka sebaiknya para

guru bidang studi matematika dapat menjadikan proses pembelajaran ini

sebagai alternatif pembelajaran di kelas.

2. Pada penelitian ini peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

talking stick dalam pembelajaran matematika pada materi persamaan garis

lurus menjadi lebih menarik dan membuat siswa menjadi lebih bersemangat

dan berminat dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar siswa

menjadi lebih baik. siswa menjadi lebih aktif dalam menyampaikan pendapat
95

serta menanggapi pendapat temannya. Selain itu, dengan adanya stick yang

bergilir dengan diiringi musik, maka pembelajaran matematika terasa lebih

menyenangkan.

3. Bagi calon peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe talking stick dalam pembelajaran sebaiknya dapat mencoba pada materi

matematika lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhardjono. & Supardi. (2017). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2018). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aritonang, K. T. (2007). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil belajar


Siswa. Jurnalpendidikanpenabur.Vol.1,No.10,11 halaman [online].
tersedia:http://www.p07jktbpkpenabur.or.id/files/Hal.%20minat%20dan%2
0motivasi%20belajar.pdf [27 februari 2022]

Aslami, A.D., Aniq, M., dan Endah, D.H. (2019). Keefektifan Model Cooperative
Learning Tipe Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Matematika.
Indonesian Journal Of Educational Research and Review. [online]. Vol 2
No 3 Oktober (2019). Tersedia:
file:///C:/Users/User/Downloads/gsetiawan,+14.+Ardhita+Dian+Aslami+36
3-370%20(5).pdf [20 maret 2021].

Hartati, N, Artayasa P, dan Lestari, N. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Talking Stick (Tongkat Berbicara) terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa X SA Negeri 2 Labuapi Tahun Ajaran 2011/2012.jurnal piar.
Vol, 8 No. 1. Halaman [online]. diakses
http://jurnal.unram.ac.id/index.php/pijar/article/view/193.[25 Februari 2021]

Hartanto. (2016). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick


Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11
Batam. Jurnal Pendidikan Matematika [online]. Volume 5(1), 8 halaman.
Tersedia:
Http://journal.unrika.ac.id/index.php/jurnalphytagoras/article/download/234
/223. [16 september 2019]

Herenhahn.B.R dan Olson. M.H (2009) Theories of Learning (teori belajar).


Jakarta:Kencana

Herman T. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan


Kemampan Penalaran Matematika Siswa SMP. Jurnal cakrawala
Pendidikan Th. XXVI No 1. 22 Halaman [online]. tersedia
joural.uny.ac.id/indes.php/article/download/854/pdf.[ 27 februari 2021].

96
Isjoni. (2010). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta. Skripsi Sarjana pada Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan MIPA Fkip Universitas Tadulako. Palu: Tidak Terbit.

Khasanah, D.L., Soedjpkp dan Mashuri. (2013). Kefektifan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Talking Stick Berbantuan Lembar Kegiatan Siswa Terhadap
Hasil Belajar Materi Pokok Aljabar. Unnes journal of mathematics
education. [online]. 7 halaman. Tersedia: http//
lib.unnes.ac.id/17436/1/4101408006.pdf[16 september 2019]

Kemendikbud. 2013. Pengembangan kurikulum 2013. Paparan Mendikbud dalam


Sosialisasi kurikulum 2013. Jakarta : Kemendikbud.

Kumullah, R & Yulianto, A. (2019). Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik


Melalui Pembelajaran Talking Stick dengan Media Pohon Matematika Pada
Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat. Jurnal Papeda. [online]. Vol 2 No 2
(2020). Tersedia: file:///C:/Users/User/Downloads/490-Article%20Text-
1157-1-10-20200723%20(5).pdf. [20 maret 2021]

Langi, , E.L. (2016). Efektivitas Penerapan Model Kooperatif Tipe Talking Stick
dengan Strategi Mind Mappping dalam Pembelajaran Matematika Siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Rantepao. Jurnal pendidikan matematika[online].
Volume 4 No.1, 7 halaman. Tersedia:
http://ojs.unm.ac.id/index.php/JDM/article/download/2452/pdf_25 [16
september 219]

Ma’ruf & Firdaus, A.M. (2020). Pembelajaran Matematika dengan Penerapan


Model Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Siswa Kelas VII SMP.
JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan Sains). [online]. Vol 8 No 1 (2020).
Tersedia: http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/JEMS/article/viewFile/6049/2602. [20 maret
2021]
Miftahul huda, M.Pd. (cooperative learning). Penerbit:pustaka belajar, juli
2011yogyakarta

Miles, M. B dan Huberman, A. M (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber


Tentang Metode-MetodeBaru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi.
Jakarta: UI-Pres.

Paembonan, R D. (2014). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe


Numbered Heads Together untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi penarikan kesimpulan logika matematika di kelas X SMA GPID
Pau. Dalam jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako [online],

96
Vol.2, No.1, 11 halam tersedia:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/srticle/view/3235/2290[2
5 feberuari 2021]

Pasaribu, D.S., Hendri, M dan Susanti, N. (2017). Upaya meningkatkan Minat dan
Hasil Belajar Fisika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Talking Stick Pada Materi Listrik Dinamis Di Kelas X SMAN 10 Muaro
Jambi. Jurnal Edufisika. [online]. Vol 02 No 01 (2017). Tersedia:
file:///C:/Users/User/Downloads/4043-Article%20Text-8213-1-10-
20171026%20(1).pdf. [20 maret 2021]

Purwanto.(2012). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Talking


Stick Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Lumbung Kerep Wonosari (Skripsi).
Surakarta:Universitas Muhammadiyah.

Ramayanti, M. (2014). Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe


Talking Stick terhadap hasil belajar matematika (skripsi). Palu: Universitas
Tadulako.

Sahusilawane, S. (2015). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking


stick untuk meningkatkan hasil belajar ips terpadu pada siswa kelas VIIIb di
SMP Negeri 3 Amahai Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Ilmiah Jendela
Pengetahuan. [online] Vol.8, 18 halaman.
Tersedia://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_Ink.php?id= [19 september
2019]

Shoimin, A. (2014). 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Paikem.


Surabaya: Pustaka Belajar.

Trianto ibnu badar al-tabany (mendesain model pembelajaran inovatif, progresif,


dan kontekstual), penerbit: prenadamedia group, desember 2014 jakarta

Unggu, B.S. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talikng


Stick Untuk Meningkatkan Hail Belajar Siswa Pada Materi Operasi Hitung
Matriks di Kelas X SMK Justittia Palu. Skripsi Sarjana pada FKIP
Universitas Tadulako Palu: tidak diterbitkan.

Wahyuni s, Kundra. I.N, Gaaramusu Y. (2013). Penerapan Metode Talking Stick


untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV di SDN 2 Pesona. Jurnal
Kreative Tadulako Online. Vol. 1 No 1. 13 halaman [online].

96
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

96

Anda mungkin juga menyukai