Anda di halaman 1dari 64

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIFITAS SISWA PADA POKOK BAHASAN PENGERJAAN HITUNG CAMPURAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF DENGAN MEDIA PERMAINAN MENCARI HARTA KARUN DI KELAS III SEMESTER 1 SD NEGERI PERUMNAS KRAPYAK 01

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

DISUSUN OLEH : Nama : Siti Nurjanah NIM : 4102905005 Progdi : S-1 Pendidikan Matematika Pendidikan Dasar Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

ABSTRAK
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat diketahui dari tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Apabila sebagian besar dari siswa telah menguasai materi maka dapat diketahui bahwa proses belajar mengajar telah berhasil. Berkaitan dengan tujuan dari proses belajar mengajar itu sendiri, peneliti melihat kenyataan, banyak siswa sekolah dasar yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan pengerjaan hitung campuran di kelas III, karena kurangnya guru SD mengajar dengan menggunakan media pengajaran dan pemilihan model pembelajaran yang sesuai. Padahal betapa pentingnya pemilihan model pembelajaran dan penggunaan media pengajaran tersebut dalam pembelajaran matematika di SD. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memberi contoh penerapan model pembelajaran matamatika dengan menggunakan media yang dapat digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika SD. Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti tindakan kelas ini peneliti mengambil judul Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktifitas Siswa Pada Pokok Bahasan Pengerjaan Hitung Campuran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif dengan Media Permainan Mencari Harta Karun Di Kelas III Semester 1 SD Negeri Perumnas Krapyak 01. Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini secara umum adalah menciptakan pembelajaran matematika yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Tujuan ini lebih dikhususkan untuk meningkatkan aktifitas dan minat dalam proses belajar dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan dua pertemuan, Siklus II satu pertemuan. Setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi tindakan. Tindakan penelitian dalam setiap siklus dilakukan dengan cara memberikan materi pelajaran pananaman konsep hitung campuran dengan menggunakan media permainan mencari harta karun. Dalam akhir pembelajaran siswa diberi tugas rumah sehingga memiliki kesiapan belajar untuk esok harinya. Selanjutnya pada akhir siklus, siswa diberi tes untuk melihat kemampuan belajarnya. Simpulan yang diperoleh setelah dilaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut.(1) Aktifitas dan minat belajar siswa, tampak semakin meningkat. Hal ini terlihat pada saat pelaksanaan siklus I pertemuan I, hasil pengamatan menunjukkan 65%. Hal ini belum memuaskan, sehingga perlu diulang pada pertemuan 2 menjadi 71,8% dan siklus II menjadi 79,3%. (2) Hasil prestasi siswa telah mencapai rata-rata kelas 7,05, yang mendapat nilai 6 adalah 85,7% dari jumlah siswa. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti telah berhasil, dan tidak perlu tindakan siklus III. Adapun saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut. (1) Perlunya media dan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dalam setiap pembelajaran matematika di SD dalam penanaman konsep, meningkatkan pemahaman materi

dan hasil belajar. (2) Harus berani mengkaji dan menilai terhadap tindakantindakan dan permasalahan-permasalahan yang baru demi perbaikan serta peningkatan prestasi belajar para siswa. (3) Tidak selalu menumpukan kesalahan pada para siswa, lingkungan, dan sarana prasarana yang ada. (4) Dalam pembelajaran matematika guru harus menghilangkan kesan angker dengan pemilihan model pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikkan.

HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PENGERJAAN HITUNG CAMPURAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN MEDIA PERMAINAN MENCARI HARTA KARUN DI KELAS III SEMESTER I SD NEGERI PERUMNAS KRAPYAK O1

Telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang Hari : Tanggal : Panitia Ujian Ketua Drs. Kasmadi Imam S, M.S NIP. 130781011 Pembimbing Utama Drs. M Fajar S.Si, M.Si NIP. 132231408 Pembimbing Pendamping Dra. Emi P, M.Pd NIP. 131862201 Sekretaris Drs. Supriyono, M.Si NIP. 130815345 Ketua Penguji Dra. Kusni, M.Si NIP. 130515784 Anggota Drs. M. Fajar S.Si, M.Si NIP. 132231408 Anggota Dra.Emi P, M.Pd NIP. 131862201

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO : Kalau kaki kanan ingin melangkah kapan saja sesuai dengan kemauan pribadinya. Kalau kaki kiri merebut hak egoistiknya untuk melangkah sesuai dengan seleranya. Maka aku persilahkan kepada kedua pemilik dua kaki itu untuk siap-siap terjatuh setiap kali berjalan. (Emha Ainun Najib)

Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Ayah dan Ibu tersayang dan yang kubanggakan, anakku yang telah memberikan kesempatan serta kakak dan adikku tercinta. 2. Sahabat-sahabatku yang senantiasa turut serta membantuku.

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmannirrohim Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmad, hidayah, dan inayahNya. Dan karena atas limpahan karunia-Nya itu pula maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Terselesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas karena adanya partisipasi dan bantuan, serta peran dari semua pihak. Untuk itu tidaklah berlebihan jika penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. Sudjono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor UNNES. 2. Drs. Kasmadi Imam S, MS, Dekan FMIPA UNNES. 3. Drs. Supriyono, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNNES. 4. Drs. M Fajar S, Si, M.Si, Pembimbing Utama pada penulisan skripsi ini. 5. Dra Emi Puji A, M.Pd, Pembimbing Pendamping pada penulisan skripsi ini. 6. Ratno, Ama, Kepala Sekolah SD Perumnas Krapyak 01. 7. Para Dosen pada Jurusan Pendidikan Matematika UNNES. 8. Rekan-rekan dan semua pihak yang belum penulis sebut dalam kesempatan ini, yang telah memberikan bantuan dan dorongan. Penulis menyadari di dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya, karena memang keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu saran dan kritik senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk pijakan penulisan berikutnya. Walau demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semarang, Agustus 2007

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ABSTRAK ................................................................................................ HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. BAB I : PENDAHULUN A. Alasan Pemilihan Judul ........................................................................ B. Permasalahan ........................................................................................ C. Cara Pemecahan Masalah ..................................................................... D. Tujuan Penelitian ................................................................................. E. Manfaat Penelitian ................................................................................ F. Penegasan Istilah ................................................................................... G. Sistimatika ............................................................................................ BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar Mengajar ................................................................ B. Hasil Belajar ......................................................................................... C. Pembelajaran Kooperatif ...................................................................... D. Penggunaan Media Pengajaran ............................................................ E. Media Permainan Mencari Harta Karun .............................................. F. Hipotesis Tindakan .............................................................................. BAB III : METODE PENELITIAN A. Penelitian ............................................................................................. B. Metode Pengumpulan Data ................................................................. C. Rencana Tindakan ............................................................................... BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ................................................................................... B. Pembahasan ......................................................................................... BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... B. Saran ................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... 29 30 31 41 46 52 52 55 56 9 13 18 22 26 28 i ii iv v vi vii viii

1 3 4 5 5 6 7

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suyitno, 1997. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: UNNES Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK dan SLB Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996, Petunjuk Guru Sekolah Dasar Kelas III, Jakarta: Proyek Penyediaan Buku Pelajaran Pokok SD Jakarta Dimyati, 1994, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal/Pendidikan Tinggi Herman Hudojo, 1998. Mengajar Belajar Matematika, Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Muslimin Ibrahim, 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:UNESA Nana Sudjana, 1989, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung Sinar Baru Nasution, 1982, Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung:Jemmar Nasution, 2003, Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bumi, Aksara Oemar Hamalik, 1989, Media Pengajaran. Citra Aditya Bakti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... ABSTRAK .................................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. KATA PENGANTAR ................................................................................ DAFTAR ISI............................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... BAB I : PENDAHULAN A. Alasan Pemilihan Judul......................................................................... B. Permasalahan ........................................................................................ C. Cara Pemecahan Masalah ..................................................................... D. Tujuan Penelitian .................................................................................. E. Manfaat Penelitian ................................................................................ F. Penegasan Istilah................................................................................... G. Sistematika ............................................................................................ BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar Mengajar................................................................. B. Hasil Belajar.......................................................................................... C. Pembelajaran Kooperatif....................................................................... D. Penggunaan Media Pengajaran ............................................................. E. Media Permainan Mencari Harta Karun .............................................. F. Hipotesis Tindakan ............................................................................... BAB III : METODE PENELITIAN A. Penelitian............................................................................................... B. Metode Pengumpulan Data ................................................................... C. Rencana Tindakan................................................................................. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..................................................................................... B. Pembahasan........................................................................................... BAB V : KESIMPULAN A. Kesimpulan ........................................................................................... B. Saran...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN LAMPIRAN .......................................................................

i ii iv v vi vii viii

1 3 4 5 5 6 7

9 13 18 22 26 28

29 30 31

41 46

52 52 54 56

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Halaman

Matematika di SD / MI Kurikulum 2004.............................................. 2. Rencana Pembelajaran Siklus I............................................................. 3. Lembar Pengamatan terhadap Siswa Siklus I / 1 .................................. 4. Petunjuk Penilaian Lembar Pengamatan Siswa .................................... 5. Lembar Pengamatan terhadap Guru Siklus I / 1 ................................... 6. Lembar Pengamatan terhadap Siswa Siklus I / 2 .................................. 7. Lembar Pengamatan terhadap Guru Siklus I / 2 ................................... 8. Lembar Angket Siswa Siklus I.............................................................. 9. Lembar Pengamatan terhadap Siswa Melalui Angket Siklus I ........................................................................ 10. Komposisi dan Perincian Kisi Kisi Tes Formatif Matematika Semester 1 Tahun Pelajaran 2006 / 2007 Siklus I ................................ 11. Kisi Kisi Formatif Matematika Semester 1 Tahun Pelajaran 2006 / 2007.............................................. 12. Tes Formatif Matematika Siklus I ........................................................ 13. Kunci Jawaban dan Penilaian Tes Formatif Matematika Siklus I .............................................................................. 14. Rencana Pembelajaran Siklus II............................................................ 15. Lembar Pengamatan terhadap Siswa Siklus II / 1................................. 16. Lembar Pengamatan terhadap Guru Siklus II / 1 .................................. 17. Tes Formatif Matematika Siklus II ....................................................... 18. Kunci Jawaban Tes Formatif Matematika Siklus II.............................. 19. Subyek Penelitian.................................................................................. 20. Data Nilai Tes Siklus I dan Siklus II Kelas III SDN Perumnas Krapyak 01 ................................................... 21. Foto Pelaksanaan PTK ..........................................................................

57 63 65 66 67 70 71 74

75

76

77 78

80 81 83 84 87 89 90

92 94

vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar di SD Perumnas Krapayak 01, hasil ulangan harian siswa kelas III tahun 2006/2007 belum seperti yang diharapkan. Hasil ulangan harian pada pokok bahasan hitung campuran pada tahun sebelumnya diperoleh rata-rata 6,0 dengan ketuntasan 60%. Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi matematika yang ada. Akibatnya dalam suatu proses pembelajaran yang kompenen utamanya adalah guru dan siswa, banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan siswa belum berperan aktif miskipun guru telah menyampaikan materi sesuai dengan ketentuan. Hal ini disebabkan oleh karena siswa kurang tertarik terhadap pengajaran yang disampaikan. Pengajaran matematika perlu adanya variasi dan upaya berupa pengembangan pembelajaran yang inovatif dan kreatif dalam penyampaian materi pengajaran. Berdasarkan pengalaman peneliti, dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa pada pelajaran matematika masih rendah, hal ini terlihat pada rendahnya perhatian mereka pada saat pembelajaran berlangsung bahkan ada yang antipati terhadap pelajaran matematika sehingga mengakibatkan komunikasi yang terjadi hanya searah. Dalam komunikasi guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi, guru lebih berperan aktif tetapi siswanya pasif. Keberhasilan suatu pembelajaran selain menguasai materi, juga harus menggunakan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat yang diharapkan

dapat membentuk siswa dalam pengembangan pengetahuan secara efektif. Media pengajaran merupakan suatu bagian dari proses pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu alat yang harus dikuasai oleh setiap guru. Guru tidak hanya bisa merumuskan tujuan pembelajaran, mengelola kelas ataupun melaksanakan pembelajaran akan tetapi juga dituntut untuk menguasai model pembelajaran termasuk medianya. Namun masih ada guru yang belum menyadari manfaat dari media, sehingga seringkali siswa sebagai penerima materi pelajaran hanya tahu menerima tanpa tahu makna dan arti dari materi (Oemar Hamalik, 1989:4). Hal ini juga terjadi pada pengajaran matermatika, sehingga banyak yang beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dipelajari. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pembelajaran matematika adalah melalui pendekatan kooperatif dengan memanfaatkan media permainan. Dengan pendekatan kooperatif yang memanfaatkan media permainan mencari harta karun, maka siswa mempunyai peluang yang cukup untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi ilmiah, dapat memotivasi siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran di kelas sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai, serta dapat memotivasi dan melatih kemampuan siswa dalam belajar mandiri, sekaligus menjelaskan hasil belajar mandirinya kepada pihak lain. Model pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Metode ini menuntut siswa supaya aktif dan bersama-sama anggota lainnya untuk menyelesaikan masalah, dan guru dituntut untuk menjadi pembimbing yang baik yaitu mengarahkan siswa agar

dapat mengalami sendiri atau mendapat pengalaman belajar. Di samping itu siswa merasa gembira sehingga minatnya dalam pelajaran matematika akan lebih besar sehingga diharapkan terjadi perubahan akan pandangan dan persepsi yang keliru dengan jalan: Menunjukkan bahwa matematika berkaitan dengan obyek-obyek yang konkrit. Memberi situasi yang lain pada pengajaran matematika. Merangsang aktivitas dan minat siswa dalam belajar matematika. Mengurangi kesan angker terhadap pelajaran matematika. Mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan matematika dalam menghadapi persoalan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PENGERJAAN HITUNG CAMPURAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN MEDIA PERMAINAN

MENCARI HARTA KARUN DI KELAS III SEMESTER I SD NEGERI PERUMNAS KRAPYAK O1.

B. Permasalahan Berdasarkan alasan pemilihan judul di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan media mencari harta karun dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam menyelesaikan soal hitung campuran di kelas III SDN Perumnas Krapayak 01 Semarang ?

C. Cara Pemecahan Masalah Penerapan model pembelajaran kooperatif (untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan hitung campuran pada siswa kelas III SDN Perumnas Krapyak 01 tahun 2006/2007) adalah dengan mambagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil, dengan maksud agar komunikasi akan semakin dekat dan setiap individu juga akan bertanggungjawab pada kelompoknya masing-masing di samping ada pengendali untuk kelancaran kelompoknya. Dalam metode ini dikembangkan tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial. Guru memainkan peranan yang menentukan dalam menerapkan

pembelajaran kooperatif yang efektif. Guru harus dapat mengontrol siswanya yang kurang memahami ataupun tidak. Materi dan pengajarannya harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat bekerja untuk memberikan sumbangan pemikiran pada kelompoknya. Masalah yang dapat disiapkan guru harus dibuat sedemikian rupa sehingga akan menimbulkan saling membutuhkan antara anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam menyelesaikan masalah. Di dalam kelompok tersebut semua bekerja dan berpikir bersama-sama, tidak ada siswa yang saling menggantungkan dengan lainnya atau kelompok lain. Alat peraga yang disajikan dalam bentuk permainan mempunyai nilai yang sangat dominan dalam meyampaikan pemahaman konsep, menuju ke arah kemampuan dalam menyelesaikan soal hitung campuran, juga untuk

meminimalkan verbalisme serta dapat membuat siswa aktif dan senang melakukan kegiatan pembelajaran matematika.

D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan media permainan mencari harta karun dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa serta meningkatkan daya serap siswa kelas III semester I tahun pelajaran 2006/2007 SDN Perumnas Krapyak 01 Semarang.

E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dan tindakan kelas ini diharapkan memberi manfaat bagi siswa dan guru. 1. Untuk Siswa : Dengan metode pembelajaran kooperatif melalui media permainan mencari harta karun diharapkan siswa dapat mengembangkan daya kreativitas dan inovasinya, dapat berpikir kritis dalam pemecahan masalah serta senang karena mereka banyak dilibatkan dalam bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. 2. Untuk Guru : Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengidentifikasi masalah yang ada di dalam kelas, sehingga guru akan menentukan metode dan media yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut serta memberi motivasi guru dalam mengajar.

F. Penegasan Istilah Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda dalam pembahasan selanjutnya, maka peneliti perlu memberikan penjelasan tentang arti beberapa istilah penting yang dipandang perlu mendapat penjelasan. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan adalah: 1. Meningkatkan Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1995:1060), meningkatkan diartikan sebagai menaikkan, mempertinggi, memperhebat. Dalam penelitian ini yang dinaikkan adalah hasil belajar dan aktivitas siswa kelas III SDN Perumnas Krapyak 01 tahun pelajaran 2006/2007 pada pokok bahasan hitung campuran dengan model pembelajaran kooperatif. 2. Hasil Belajar Hasil belajar berarti meningkatkan kemampuan seorang siswa meliputi aspek pembentukan watak seorang siswa. 3. Pembelajaran Pembelajaran adalah usaha penataan kondisi eksternal yang bertujuan agar program belajar berhasil secara optimal (Dr. Dimyati, 1994:23). 4. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda untuk menyelesaikan suatu masalah secara bersama-sama.

5. Media Menurut kamus besar bahasa Indonesia media mempunyai pengertian suatu alat, sarana. Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses pembelajaran yang berfungsi memperjelas makna dan pesan yang

disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan lebih baik, lebih sempurna. 6. Permainan Mencari Harta Karun Permainan mencari harta karun merupakan suatu permainan yang menyerupai permainan monopoli yang biasa dimainkan oleh anak-anak, terbuat dari karton atau papan triplek berisi soal hitung campuran dan kartu bintang yang berisi soal cerita. Cara memainkannya dengan melemparkan dadu benoktah.

G. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi memegang peranan penting dalam laporan penelitian. Laporan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir skripsi. Bagian awal skripsi secara urut terdiri atas halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian isi skripsi dibagi manjadi lima bab yaitu pendahuluan, landasan teori dan hipotesis, metode penelitian, kesimpulan dan saran. 1. BAB I PENDAHULUAN berisi tentang alasan pemilihan judul,

permasalahan, cara pemecahan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

2. BAB II LANDASAN TEORI berisi tentang teori-teori yang merupakan pedoman bagi pemecahan masalah dalam skripsi ini dan pokok bahasan yang berkaitan dengan penelitian serta kerangka berpikir dan hipotesis. 3. BAB III METODE PENELITIAN berisi tentang lokasi penelitian, metode pengumpulan data dan prosedur penelitian. 4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berisi tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan dari siklus pertama sampai siklus kedua. 5. BAB V PENUTUP berisi tentang kesimpulan dan saran. Bagian akhir skripsi terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung tersusunnya skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori 1. Pengertian belajar mengajar a. Pengertian belajar Pengertian belajar mengajar menurut Oemar Hamalik (1983 : 12) adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam arti seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai tingkah laku seperti dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, ketrampilan, sifat menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmaniah. Dengan demikian belajar mengajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku itu meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman dalam proses belajar adalah interaksi antara individu dengan lingkungan. J. Piaget (dalam Dimyati, 1994 : 13), menyebutkan bahwa belajar adalah pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan maka fungsi intelek semakain berkembang. Sedangkan Holgard (dalam Nasution, 1995 : 15) berpendapat bahwa belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan.

10

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Adapun beberapa hal pokok dalam belajar antara lain sebagai berikut. 1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam lingkah laku. 2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. 3) Belajar merupakan perubahan yang relatif mantap. 4) Tingkah laku yang alami karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis seperti perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap.

b. Pengertian mengajar Mengajar dirumuskan dalam beberapa batasan yang intinya memberi tekanan kegiatan yang mengoptimalkan siswa belajar. Menurut Herman Hudodjo (1988 : 5), mengajar adalah suatu kegiatan dimana mengajar menyampaikan pengetahuan/pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Menurut Nana Sudjana (1989 : 7) mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar, mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat didefinisikan bahwa: 1) Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. 2) Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak.

11

3) Mengajar adalah suatu aktivitas mengorgansasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sukar menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik.

c. Kesulitan belajar matematika Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan-hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan. Dengan demikian pelajaran matematika adalah suatu ilmu yang dipelajari atau diajarkan yang berhubungan dengan bilanganbilangan, hubungan-hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan. Matematika adalah suatu yang berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Kedudukan matematika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena itu guru harus bisa memberi materi penjelasan kepada siswa mengenai pentingnya kedudukan matematika dan betapa perlunya seseorang mempelajari matematika. Misalnya melalui contoh-contoh penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari sangat erat hubungannya dengan matematika. Belajar matematika tidak senantiasa berhasil, tetapi seringkali ada hal-hal yang bisa mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya menjadikan gangguan yang bisa menghambat kemajuan belajar matematika. Kegagalan atau keterlambatan kemajuan biasanya ada hal-hal yang menyebabkannya. Faktor-

12

faktor yang bisa menimbulkan kesulitan belajar matematika menurut Oemar Hamalik yaitu: 1) Faktor yang bersumber dari diri sendiri Yang dimaksud dengan faktor ini ialah faktor yang timbul dari diri siswa itu sendiri. Faktor ini disebut faktor intern. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar matematika seorang siswa. Faktor seperti ini seringkali tidak disadari atau bahkan dianggap remeh oleh siswa. Hal tersebut disebabkan karena: a) Siswa tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas. b) Kurangnya minat terhadap pelajaran matematika. c) Kesehatan yang sering menganggu. d) Kurang cakap dalam mengikuti pelajaran matematika. e) Kebiasaan belajar matematika yang kurang baik.

2) Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah Hambatan terhadap kemajuan belajar matematika tidak hanya bersumber dari diri siswa sendiri, akan tetapi kemungkinan juga bersumber dari sekolah itu sendiri. Sebab-sebab yang bisa menimbulkan hambatan belajar matematika adalah sebagai berikut. a) Cara memberikan pelajaran matematika kurang menarik. b) Kurangnya buku standar. c) Kurangnya alat-alat yang menunjang belajar matematika. d) Materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan siswa. 3) Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga

13

Sebagian besar waktu belajar siswa dilaksanakan di rumah, karena itu aspek-aspek kehidupan dalam keluarga turut mempengaruhi kemajuan belajarnya, bahkan mungkin juga dapat dikatakan menjadi faktor dominan untuk mencapai keberhasilan belajar di sekolah. Sebab yang timbul dari lingkungan keluarga adalah : a) Masalah kemampuan ekonomi. b) Masalah broken home. c) Kurangnya perhatian orang tua.

4) Faktor yang bersumber dari masyarakat Pada umumnya masyarakat tidak akan menghalangi kemajuan belajar siswa akan tetapi ada beberapa aspek dalam kehidupan masyarakat yang bisa mengganggu kelancaran belajar siswa, dan tentunya yang berhubungan erat dengan diri siswa itu sendiri yaitu: a) Gangguan dari jenis kelamin lain. b) Sekolah sambil kerja. c) Aktif mengikuti organisasi secara berlebihan. d) Tidak dapat mengatur waktu. e) Tidak mempunyai teman belajar bersama. (Oemar Hamalik, 1989 : 112-120)

2. Hasil belajar Hasil yang dapat dicapai dapat menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap hal-hal yang dipelajari. Hasil belajar yang tinggi dapat menggambarkan

14

keberhasilan siswa dalam memahami hal-hal yang ia pelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (1989 : 50) yang menyebutkan bahwa belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah menempuh proses belajar. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik (bertindak). Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1995 : 787) bahwa, hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Hasil belajar sangat penting karena dapat memberikan kepuasan kepada individu yang belajar. Oleh karena itu permasalahan hasil belajar merupakan hal yang penting bagi seseorang yang sedang belajar terutama bagi siswa yang ada di bangku sekolah. Kemampuan siswa dalam mempelajari suatu pelajaran tercermin dari hasil belajarnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut. a. Faktor internal Faktor internal ini bersumber dari dalam diri seseorang yang sedang belajar, yang meliputi: 1) Kecerdasan Faktor ini memegang peranan sangat penting dalam keberhasilan seseorang. Seseorang yang pandai akan lebih cepat menyelesaikan atau memecahkan masalahnya.

15

2) Bakat Bakat adalah keadaan atau sifat-sifat seseorang. Dengan melalui latihan, seseorang yang mempunyai bakat tertentu akan lebih cakap menyelesaikan atau memecahkan masalahnya dibandingkan dengan orang yang tidak berbakat. 3) Minat Minat sangat erat kaitannya dengan rasa. Apabila seorang siswa berminat pada pelajaran matematika, maka siswa tersebut akan merasa senang dalam mempelajari matematika. 4) Motivasi Motivasi merupakan dorongan bagi diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu. Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk mempelajari pelajaran matematika, maka tentu saja orang tersebut akan berusaha melaksanakan keinginannya secara maksimal. 5) Perasaan Perasaan adalah keadaan kejiwaan seseorang dalam menghadapi sesuatu. Seseorang cenderung lebih berhasil melaksanakan suatu kegiatan apabila orang tersebut didasari perasaan tenang dan senang. 6) Sikap Sikap adalah berhubungan dengan keadaan seorang dalam melaksanakan suatu kegiatan. Seorang yang bersikap bersungguh-sungguh dalam mempelajari materi pelajaran maka besar kemungkinan siswa tersebut akan mendapatkan prestasi belajar yang baik.

16

7) Kematangan Penyajian materi pelajaran yang sesuai dengan tingkat kematangan siswa akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Dengan demikian materi yang diajarkan akan lebih mudah dipahami oleh siswa bila disesuaikan dengan tingkat kematangan siswa.

b. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa, yang meliputi: 1) Faktor lingkungan a) Faktor alam b) Faktor sosial 1) Faktor instrumen a) Kurikulum b) Program pengajaran c) Sarana dan prasarana d) Guru/tenaga pengajar Dari faktor-faktor tersebut kiranya yang dapat dimanipulasi adalah faktor instrumental. Artinya keberadaan faktor tersebut dapat ditingkatkan sedemikian rupa hingga optimal oleh guru atau tenaga pengajar. Peningkatan keberadaan faktor instrumental ini khususnya dapat dilakukan oleh tenaga pengajar dengan upaya peningkatan sarana dan prasarana yaitu dengan suatu usaha pemberitahuan atau pembuatan alat-alat pendidikan yang kiranya mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan memperhatikan hal-hal lain yang sekiranya mempengaruhi prestasi belajar, yaitu dengan menggunakan media permainan. Dengan

17

menggunakan media permainan tersebut di dalam proses pembelajaran jelas sangat mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan metode mengajar yang tepat juga menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Kreativitas, minat, dan prestasi yang dicapai seseorang ditentukan oleh kemampuan yang dimilikinya dan lingkungan yang menunjangnya. Dalam teori belajar kognitif yang menyatakan bahwa perilaku manusia merupakan fungsi dari organisme dan lingkungannya. Benyamin Bloom mengemukakan adanya tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah yaitu karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar. Sedangkan Caroll dalam teorinya tentang belajar tuntas mengemukakan lima faktor yang menentukan keberhasilan belajar, yakni: 1) Bakat belajar. 2) Waktu yang tersedia untuk belajar. 3) Waktu yang diperlukan siswa untuk menyelesaikan dan menguasai bahan pengajaran. 4) Kualitas pengajaran. 5) Kemampuan individu. Bakat belajar pada hakekatnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam memanfaatkan media yang tersedia. Agar dapat dicapai hasil belajar yang baik atau maksimal, maka harus diupayakan agar faktor-faktor yang mempengaruhi diri siswa seperti di atas harus dimaksimalkan. Artinya supaya diperoleh hasil belajar maksimal, seorang guru

18

harus mampu menciptakan dan merangsang faktor-faktor seperti di atas dan bekerja secara maksimal pula. Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru selaku pengajar yaitu

memanfaatkan fasilitas-fasilitas serta kelebihan-kelebihan yang ada baik di lingkungan sekolah maupun dari pihak guru dan siswa, diantaranya: 1) Ketrampilan guru atau siswa dalam menggunakan alat bantu pengajaran. 2) Ketrampilan guru dalam menggunakan metode yang tepat. 3) Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. 4) Pemanfaatan alat atau bahan yang tersedia serta mudah didapat sebagai sumber belajar. 5) Kemampuan guru dalam meningkatkan keaktifan siswa.

3. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran siswa dalam kelompok kecil untuk saling membantu mempelajari suatu materi. Pada pembelajaran ini, siswa diharapkan saling bekerja sama, membahas dan mendiskusikan materi, menerima pendapat dan mengisi kekurangan siswa lain (Robert E. Slavin dalam Muslimin Ibrahim, 2000 : 8). Model pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Tugas-tugas kelompok akan memacu siswa untuk bekerja sama saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

19

Pada awal pembelajaran guru mengenalkan topik akan dibahas pada pembelajaran kemudian membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan tiga sampai lima orang. Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, siswa dengan kelompoknya berdiskusi dan menyelesaikan soal latihan, kemudian menyerahkan hasil kerja kelompok pada guru. Jika diperlukan, selanjutnya guru memimpin kerja diskusi tentang pekerjaan kelompok itu yang membutuhkan penjelasan atau klarifikasi. Keanggotaan suatu kelompok sebaiknya heterogen. Jika siswa yang mempunyai kemampuan berbeda dimasukkan dalam satu kelompok maka akan memberikan keuntungan bagi siswa yang berkemampuan rendah dan sedang. Sedang siswa yang berkemampuan tinggi, ia akan mendapatkan kemampuan komunikasi verbal yang semakin meningkat. Untuk itu seseorang harus memahami materi lebih dalam dari pada sekedar kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah jawaban pada lembar kerja. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa terlibat konflik-konflik verbal yang berkenaan dengan perbedaan pendapat-pendapat anggota-anggota

kelompoknya. Para siswa akan terbiasa merasa enak meski ada konflik-konflik verbal itu. Mereka menyadari konflik semacam itu akan dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dihadapi atau didiskusikan. Perbedaan cara belajar sendiri (individu) dengan cara belajar kelompok: a. Cara belajar sendiri (individu) Cara belajar sendiri adalah cara belajar yang dilakukan siswa secara sendirisendiri. Dengan cara belajar ini, siswa dapat mengembangkan kemampuan

20

seoptimal mungkin tanpa tertanggu oleh temannya. Sedangkan kelemahan dari cara belajar ini menjadi kurang efektif, apabila materi yang dipelajari adalah materi sulit, contohnya saja pelajaran matematika. Permasalah yang timbul dalam pemakaian cara belajar ini adalah: 1) Adanya perbedaan individu siswa Adanya perbedaan invidu siswa menyebabkan terjadinya perbedaan hasil belajar siswa. Siswa pandai akan berhasil baik dalam belajarnya, sedangkan siswa kurang pandai akan mengalami kesulitan dalam belajarnya. 2) Kurangnya kegiatan evaluasi hasil belajar Setelah kegiatan belajar siswa selesai, dilaksanakan evaluasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang dipelajari. Kegiatan evaluasi yang dilakukan siswa bersifat subyektif. Untuk kegiatan evaluasi yang baik perlu adanya teman belajar, agar dapat berdiskusi ataupun bertanya.

b. Cara belajar kelompok (metode pembelajaran kooperatif) Cara belajar kelompok adalah cara belajar yang melibatkan adanya kelompok belajar, kerja kelompok, dan diskusi kelompok. Menurut Ivon K. Davies ada keuntungan dari pemakaian diskusi kelompok dan kerja kelompok. Selanjutnya ia mengemukakan sebuah analisis penelitian yang menunjukkan bahwa kelompok siswa-siswa belajar lebih cepat, dan bahwa pengalaman kelompok sering beralih ke anggota-anggota kelompok, sehingga mereka bekerja lebih efektif sekembali ke pekerjaan masing-masing. Kelebihan-kelebihan pembelajaran kooperatif adalah: 1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.

21

2) Rasa harga diri lebih tinggi. 3) Konflik antar pribadi berkurang. 4) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. 5) Motivasi yang lebih besar. 6) Sikap apatis berkurang. 7) Perilaku menganggu yang lebih kecil. 8) Hasil belajar yang lebih tinggi 9) Pemahaman yang lebih mendalam. 10) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. 11) Retensi atau penyimpanan lebih tinggi. Kelemahan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. 1) Waktu pembelajaran yang relatif lama. 2) Adanya siswa yang bingung dengan tugasnya. 3) Adanya siswa yang menjadi free rider (penumpang bebas). Guru harus bisa memberikan materi atau pengajaran atau permasalahan yang bisa menimbulkan saling membutuhkan antara anggota satu dengan yang lainnya. Guru juga sebaiknya mengatur ruang kelas sehingga setiap anggota dalam satu kelompok dapat saling duduk berdekatan, dapat bekerja dengan cukup nyaman, dan tidak perlu berbicara keras-keras. Sedangkan jarak antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka saling tidak terganggu satu dengan yang lainnya. Amin Suyitno (1997:3) menyatakan bahwa salah satu tujuan

diberikannya matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan yang dapat

22

dialihgunakan melalui kegiatan matematika. Dari kalimat tersebut tersirat bahwa yang penting dalam proses pembelajaran adalah siswa melakukan kegiatan matematika. Dari pernyataan tersebut berarti dalam belajar matematika siswa dituntut untuk aktif bermatematika sebagai interaksi dari guru yang mengajar. Dalam menciptakan pembelajaran siswa aktif dapat digunakan berbagai metode pengajaran, antara lain metode tanya jawab, diskusi eksperimen, penemuan, drill atau latihan, dan metode pemberian tugas. Amin Suyitno (1997 : 36) menuliskan sebagai berikut teknik pemberian tugas dilaksanakan lewat 3 tahap: tahap I yaitu tahap pemberian tugas. Dalam tahap ini harus diingat adanya kejelasan tugas yang diberikan, adanya kejelasan bagaimana cara mengerjakan tugas tersebut. Tahap II yaitu tahap melaksanakan tugas-tugas. Untuk tugas sekolah baik di kelas maupun di luar sekolah hendaknya selalu dipantau oleh guru untuk mengetahui perkembangan atau bahkan kesulitan siswa. Tahap III yaitu tahap melaporkan hasil tugas. Pada tahap ini siswa melaporkan hasil kerjanya.

4. Penggunaan media pengajaran Media pengajaran merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar. Alat ini dibuat sedemikian sehingga menjadi evaluasi dari konsep abstrak yang sedang dikerjakan. Dengan adanya media maka diharapkan siswa dapat menggunakan sebanyak mungkin alat indera yang dimilikinya. Dengan demikian alat peraga memungkinkan adanya transfer belajar yang baik, sehingga peningkatan prestasi siswa terwujud sebagaimana yang kita harapkan.

23

Media dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Hal ini disebabkan adanya unsur permainan dan unsur keterlibatan bersaing siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media ini dalam mengajar matematika merupakan suatu alternatif untuk meningkatkan daya serap siswa. Hal ini disebabkan karena media dapat menuntun siswa dari berpikir secara induktif ke berpikir secara deduktif. Menurut Piaget (dalam Herman Hudodjo, 1988 : 45) bahwa siswa yang berpikir masih ada pada tahap operasi konkret (sebaran umur 7 tahun sampai dengan 13 tahun) yaitu umur pada usia anak sekolah dasar tidak akan dapat memahami operasi (logis) dalam konsep matematika tanpa dibantu oleh benda konkret. Diperjelas lagi dalam Dalil Construction Theorem dari Bruner ( dalam Herman Hudodjo, 1988 : 57), bahwa siswa selalu ingin mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep, theorema, definisi dan semacamnya. Untuk itu siswa harus dilatih melakukan penyusunan representasinya untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran siwa. Hal ini dapat ditempuh siswa harus menguasai konsep dengan mencoba dan melakukan sendiri dengan menggunakan bantuan media yang disajikan dalam bentuk permaianan, maka siswa akan lebih memahami dan berlanjut meningkatkan ketrampilannya. Juga pendapat Dienis (dalam Herman Hudodjo, 1988 : 59) bahwa pada dasarnya tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dengan bentuk konkret akan mudah dipahami. Artinya jika benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat dominan bila dimanipulir dengan baik dalam pengajaran matematika.

24

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu pengertian media yang disajikan dalam bentuk permainan mempunyai peranan yang sangat dominan dalam pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Dasar (usia 7 tahun sampai 13 tahun), guna meminimalkan verbalisme, mewujudkan konsep, memahami konsep, menguasai theorema dan definisi, sehingga semua siswa akan memiliki penguatan yang tahan lama. Juga dengan media, siswa dilibatkan langsung sebagai subyek dalam pembelajaran matematika, untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisisn.

a. Fungsi media pengajaran Menurut Nana Sudjana (1989 : 99-100) ada 6 (enam) fungsi pokok dari media pengajaran dalam proses belajar mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah: 1) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan belajar mengajar yang efektif. 2) Penggunaan media merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan unsur yang harus dikembangkan guru. 3) Media dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mendukung pengertian bahwa penggunaan media harus melihat kepada tujuan bahan pelajaran. 4) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

25

5) Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. 6) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

b. Tujuan penggunaan media pengajaran Pembelajaran matematika yang disajikan menggunakan media dalam bentuk permainan mempunyai salah satu tujuan dari beberapa tujuan penggunaan media. Berbagai tujuan meliputi, antara lain media sebagai: 1) Permainan bebas tetapi terikat aturan. 2) Penanaman konsep. 3) Pemahaman konsep. 4) Latihan dan penguatan. 5) Sebagai alat ukur. 6) Oyek penelitian. 7) Alat penelitian. 8) Pemecahan masalah. 9) Merangsang untuk berpikir. 10) Merangsang untuk berdiskusi. 11) Menimbulkan partisipasi aktif.

26

Pembelajaran hitung campuran di kelas III Sekolah Dasar perlu menggunakan alat peraga, karena alasan sebagai berikut. 1) Mampu mengatasi keterbatasan perbedaan pengalaman pribadi siswa. 2) Mampu mengatasi keterbatasan perbedaan pengalaman pribadi siswa. 3) Mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa. 4) Mampu mempengaruhi daya abstrak siswa. 5) Memungkinkan pembelajaran yang lebih bervariasi dan menyenangkan.

5. Media permainan mencari harta karun Media permainan mencari harta karun dipilih sebagai peraga untuk menyelesaikan operasi hitung campuran. Pertimbangan penulis di sini karena ingin menyampaikan pembelajaran yang menyenangkan, agar siswa tertarik dan tidak jenuh pada pembelajaran tersebut maka penyampaiannya perlu dibungkus dengan permainan. Alat permainan mencari harta karun ini terbuat dari karton manila atau papan tripleks. Papan permainan berisi soal-soal hitung campuran dan tanda bintang, dilengkapi dengan kartu bidang yang berisi soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung campuran serta kubus bernoktah. Cara memainkannya hampir seperti permainan monopoli, yaitu dengan melemparkan kubus bernoktah dan menjalankannya sesuai dengan angka yang tertera dari kotak mulai jika biji permainan jatuh pada kotak yang bertanda bintang, maka pemain harus mengambil kartu bintang dan mengerjakannya mulai maju 1 langkah. Jika jawabannya salah maka biji permainannya harus mundur 1 langkah. Pemenangnya adalah pemain yang biji permainannya sampai pada tempat harta karun lebih

27

cepat. Permainan ini dapat dikembangkan sampai di rumah bersama teman atau keluarga sehingga penulis berharap agar anak-anak dapat melakukan permainan yang lebih bermakna serta dapat meningkatkan penguasaan mata pelajaran matematika khususnya pengerjaan hitung campuran.

6. Pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian a. Mengingat kembali operasi penjumlahan dan pengurangan sama kuat. Contoh : 3 + 7 4 = n dapat dijelaskan sebagai berikut. Bilangan 3 ditambahkan 7 dan dikurangi 4 hasilnya adalah 6 (yang dikerjakan yang ditulis lebih dahulu). b. Mengingat kembali operasi perkalian dan pembagian sama kuat. Contoh : 5 x 4 : 2 = n dapat diartikan bilangan 5 dikalikan 4 dan dibagi 2 hasilnya adalah 10 (yang dikerjakan yang ditulis lebih dahulu). c. Mengingat kembali operasi perkalian dan pembagian lebih kuat dari pada operasi penjumlahan dan pengurangan. Contoh : 4 x 3 : 2 + 7 = n Cara mengerjakannya bilangan 4 dikalikan 3 hasilnya dibagi bilangan 2 kemudian ditambahkan dengan bilangan 7 dan hasil akhirnya adalah 13 (4 x 3) = 12, 12 : 2 = 6, 6 + 7 = 13. d. Mengingat kembali operasi yang terdapat di dalam tanda kurung harus dikerjakan lebih dahulu. Contoh : 3 x (5-2) = n (5x4) : 2 = n

28

Cara mengerjakannya 3 x (5-2) = n 3x3 =9

(5x4) : 2 = n 20 : 2 = 10

B. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah penggunaan media permainan mencari harta karun dan pendekatan pembelajaran kooperatif, akan meningkatkan aktivitas siswa dalam pengerjaan hitung campuran, sehingga berdampak meningkatnya hasil belajar matematika pada kelas III SD Negeri Perumnas Krapayak 01.

BAB III METODE PENELITIAN

Pemilihan dan penggunaan metode ilmiah harus sesuai dengan permasalahan penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannnya. Penggunaan metode yang tepat berarti akan menemukan suatu kebenaran yang tidak spekulatif. Hal ini dimaksudkan agar penelitian yang diperoleh benar-benar obyektif, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalannnya proses belajar mengajar di kelas. Dari data tersebut kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan dalam siklussiklus tindakan.

A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam semester 1 di kelas III SD Negeri Perumnas Krapyak 01 Kecamatan Semarang Barat. Jumlah kelas III adalah 35 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Sedangkan jumlah siswa satu sekolah adalah 220 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki 107 dan siswa perempuan 113. Hampir semua siswa kelas III SD Perumnas Krapayak 01 kurang memahami pengertian dan konsep pengerjaan hitung campuran. Hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kurangnya kesiapan siswa dalam belajar matematika tersebut antara lain : 1. Masih rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi matematika sehingga siswa mengalami kesulitan belajar atau belum berperan aktif meskipun guru telah menyampaikan materi sesuai ketentuan.

30

2. Motivasi siswa pada pelajaran matematika masih rendah yang terlihat pada rendahnya perhatian mereka saat pembelajaran bahkan ada antipati terhadap pelajaran matematika sehingga nilai yang dicapai masih kurang memuaskan. 3. Dalam kegiatan pembelajaran, guru masih bersifat konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan hafalan juga kurang adanya variasi dan upaya dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang melibatkan siswa langsung pada proses pembelajaran. 4. Guru belum menyadari manfaat media dan pendekatan pembelajaran yang tepat yang diharapkan dapat membentuk siswa dalam pengembangan pengetahuan secara efektif.

B. Faktor Yang Diselidiki Untuk mengetahui penyelesaian masalah diatas, maka ada beberapa faktor yang akan diselidiki adalah sebagai berikut. 1. Faktor siswa Kurangnya pemahaman dan motivasi siswa mempelajari matematika. Siswa jika menghapi pelajaran matematika masih enggan dan bosan bahkan antipati, sehingga nilai mata pelajaran matematika sangat rendah (nil;ai 7 ke atas untuk kelas III kurang dari 60%). 2. Faktor Guru a. Guru mengajar, terutama dalam menjelaskan konsep, selalu menggunakan alat bantu berupa media yang relevan dengan topik pembelajaran yaitu media

31

permainan mencari harta karun sehingga siswa benar-benar memahami dan tidak hanya menghapal konsep. b. Guru dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif dan kooperatif saling bertanya jawab antara guru dan siswa juga terjalin kerjasama antara siswa dengan siswa. c. Guru dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bahkan mengasyikkan (Joyful, fun) sehingga siswa akan mengaktualisasikan dan mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya semaksimal mungkin untuk mempelajari materi pelajaran. d. Guru dapat memilih model pembelajaran matematika yang menyenangkan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. e. Secara rutin guru memberikan tugas rumah kepada siswa kurang lebih 3 atau 5 butir soal, dan esok paginya dievaluasi dan dibahas bersama tentang kesulitankesulitan dalam penyelesaian soal.

C. Rencana Tindakan Dalam penelitian ini dirancang ada 2 (dua) siklus untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif dengan permainan mencari harta karun. Siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan yang masing-masing pertemuan meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, analisis serta refleksi. Pertemuan I berisi tentang penyampaian materi penanaman konsep pengerjaan hitung campuran. Pertemuan II berisi tentang materi pengerjaan hitung campuran. Siklus II dilaksanakan satu pertemuan, berisi tentang pengembangan soal-soal hitung campuran dengan bilangan yang lebih besar. Adapun tahapan pada siklus II

29

32

sama dengan siklus I. Kegiatan siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Diharapkan siklus II merupakan hasil maksimal pembelajaran peningkatan ketrampilan operasi pengerjaan hitung campuran melalui metode pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan media permainan mencari harta karun. 1. Siklus I Siklus pertama direncanakan dalam dua kali pertemuan yang masingmasing pertemuan dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran. Adapun tahpan pada siklus pertama adalah sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Membuat rencana pembelajaran untuk dua pertemuan dengan menggunakan media permainan mencari harta karun dan model pembelajaran kooperatif. Metode yang digunakan diantaranya, bermain dan latihan, ceramah disertai peragaan, bertanya jawab singkat dan pemberian tugas kelompok yang dilanjutkan dengan diskusi. 2) Membentuk kelompok-kelompok siswa (direncanakan dalam satu kelompok terdiri dari 5 siswa) dengan menunjuk seorang siswa sebagai ketuanya. 3) Membuat dan menyiapkan alat permainan mencari harta karun yang berisi soal hitung campuran dan kartu bintang yang terbuat dari karton, kubus bernoktah. Membuat dan menyiapkan kartu bintang yang berisi soal cerita pengerjaan hitung campuran. 4) Membuat dan menyiapkan penghargaan yang akan diberikan kepada kelompok yang menjadi pemenang

33

5) Menyiapkan kertas untuk tempat mengerjakan soal-soal yang terdapat pada papan permainan atau kartu bintang. 6) Membuat lembar pengamatan terhadap guru dan siswa. Lembar pengamatan yang dibuat adalah sebagi berikut. a) Lembar pengamatan siswa, meliputi - Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar - Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media permainan mencari harta karun - Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas - Kerjasama siswa dalam kelompok b) Lembar angket siswa, meliputi: - kesiapan siswa dalam pembelajaran matematika - Ketersediaan waktu orang tua untuk membantu anak dalam belajar c) Lembar pengamatan guru, meliputi: - Kegiatan pembelajaran - Metode dan media yang digunakan - Cara menyampaikan konsep - Cara menggunakan media pembelajaran 7) Menyiapkan alat evaluasi yang berupa tes tulis atau lesan a) Apakah pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media permainan mencari arta karun, siswa tertarik dengan topik pembelajaran b) Apakah siswa aktif memperhatikan topik pembelajaran c) Apakah siswa mengerjakan tugas dengan baik

34

b. Pelaksanaan Tindakan Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif dengan media permainan mencari harta karun diperlukan 2 (dua) siklus. Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan. Satu pertemuan alokasi waktunya 2 (dua) jam pembelajaran yaitu, 2 X 40 menit. Jadi pelaksanaan tindakan dilaksanakan, alokasinya 4 jam pelajaran yaitu, 2 X 2 X 40= 160 Siklus I dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, siklus II sesuai dengan perencanaan tindakan siklus I dan merupakan perbaikan siklus I. Setiap akhir pertemuan, baik pertemuan I, II, maupun pertemuan III, peneliti selalu memberi tugas rumah agar siswa lebih terampil dalam menyelesaikan soal-soal hitung campuran. Dan esok harinya dievaluasi tentang kesulitannya dalam pengerjaan soal hitung campuran. c. Pengamatan dan Evaluasi 1) Pengamatan Untuk mengetahui tahap-tahap kegiatan yang terjadi dalam proses belajar mengajar, diperlukan lembar pengamatan terhadap siswa dan lembar pengamatan terhadap guru. Pengamatan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan yang pertama, lembar pengamatan terhadap siswa dapat dilakukan oleh guru peneliti sendiri. Karena hanya guru peneliti yang melaksanakan

kegiatan belajar mengajar tersebut yang mengerti dan mengetahui tentang seluk beluk pembelajaran yang terjadi di kelasnya. Kedua, lembar angket siswa yang

35

dilakukan oleh siswa sendiri untuk mengetahui kesiapan dan ketersediaan waktu orang tua dalam pembelajaran matematika. Sedangkan lembar pengamatan terhadap guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh rekan guru peneliti, sehingga semua kegiatan guru peneliti dapat terekam oleh pengamat secara optimal. 2) Evaluasi Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan tindakan yaitu berupa penggunaan media permainan mencari harta karun dan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran pengerjaan hitung campuran secara rutin dalam setiap pertemuan, maka dilakukan tes yang dilaksanakan oleh guru peneliti tentang materi yang telah diberikan. Tes yang diberikan dapat berupa tes lisan maupun tertulis dan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan guru peneliti untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa tercapai. Selanjutnya diambil nilai rata-rata kelas dari tes-tes yang diberikan untuk mengetahui peningkatan aktifitas dan prestasi belajar siswa. d. Analisis dan Refleksi Data 1) Analisis Data a) Reduksi Data Dari pengamatan melalui lembar pengamatan terhadap guru dan siswa, hasilnya diseleksi dan difokuskan ke arah tujuan penelitian. Data yang masuk direduksi dan diklarifikasi dalam kelompok data siswa dan data guru.

36

(1) Data Siswa Data yang berkenaan dengan siswa dikelompokkan dalam satu data pendukung penelitian tindakan kelas. Data tersebut meliputi: (a) keaktifan siswa dalam pembelajaran (b) respon siswa terhadap media permainan mencari harta karun (c) keaktifan siswa mengerjakan tugas, dan (d) pemahaman siswa terhadap konsep Data di atas dinalisa dan diperbaiki pada tindakan siklus kedua. (2) Data Guru Data guru meliputi: (a) (b) (c) (d) (e) kegiatan pembelajaran ketepatan metode yang digunakan cara menyampaikan konsep cara menggunkan media permainan mencari harta karun cara membuat alat evaluasi

Data guru tersebut dianalisis untuk melakukan perbaikan pada tindakan siklus kedua. b) Paparan Data Data yang telah dikelompokkan dalam data pendukung dan bukan pendukung tindakan kelas, kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. c) Penyimpulan Dari sajian data diambil suatu kesimpulan, apakah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan media permainan mencari harta karun dapat

37

meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa dalam menyelesaikan soal hitung campuran di kelas III SDN Perumnas Krapyak Semarang, sehingga berdampak pada meningkatnya nilai matematika siswa kelas III. 2) Refleksi Data Hasil analisa data dikaji keberhasilan dan kegagalannya untuk mencapai tujuan sementara penelitian nilai rata-rata siswa 7,00 dengan ketuntasan 70% serta direfleksi untuk menentukan tindakan pada siklus kedua dalam rangka mencapai tujuan akhir penelitian 2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan 1) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif melalui penggunaan media permainan mencari harta karun serta memperhatikan refleksi siklus I untuk kegiatan perbaikan tanpa mengabaikan keberhasilan yang dicapai pada siklus I. 2) Memperbaiki bentuk kelompok-kelompok siswa 3) Memperbaiki alat permainan yang berisi soal hitung campuran dan kartu bintang yang terbuat dari karton, kubus bernoktah. Memperbaiki kartu bintang yang berisi soal cerita pengerjaan hitung campuran 4) Menyiapkan penghargaan yang akan diberikan kepada masing-masing kelompok yang menjadi pemenang. 5) Menyiapkan kertas untuk tempat mengerjakan soal-soal yang terdapat pada papan permainan

38

6)

Membuat lembar pengamatan terhadap guru dan siswa dalam PBM dan kegiatan guru seperti pada perencanaan siklus I

7) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui indikator yang akan diukur menurut refleksi siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tindakan siklus kedua ini dilaksanakan sebagai kegiatan hasil refleksi pada siklus pertama. Diarahkan pada tindakan proses perbaikan untuk mencapai tujuan penelitian. Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan. Satu pertemuan alokasi waktunya 2 (dua) jam pembelajaran yaitu 2 X 40 menit. Jadi pelaksanaan tindakan dilaksanakan alokasinya 4 jam pelajaran yaitu 2 X 2 X 40 menit= 160 menit. c. Pengamatan dan Evaluasi 1) Pengamatan Dari hasil pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus kedua, dilakukan kembali kegiatan pengamatan seperti dalam siklus pertama. Kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap tindakan-tindakan perbaikan dengan tetap mempehatikan hasil analisa data dari refleksi data pada siklus pertama. 2) Evaluasi Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan tindakan maka pada siklus II dilakukan tes ang dilaksanakan oleh guru peneliti tentang materi yang telah diberikan. Tes yang diberikan dapat berupa tes lisan maupun tertulis, selanjutnya diambil nilai rata-rata kelas dari tes-tes yang diberikan.

39

d. Analisis dan Refleksi Data 1) Analisis Data Dalam siklus kedua ini analisis data dilakukan seperti halnya analisis data dalam siklus pertama yaitu meliputi reduksi data, paparan data dan penyimpulan data. Adapun data yang dianalisis adalah data dari hasil tindakan perbaikan pada siklus kedua dengan tetap memperhatikan analisis data dan refleksi data dari siklus pertama. 2) Refleksi Data Diharapkan data hasil analisis pada siklus kedua ini setelah direfleksikan pada tindakan siklus II yang pelaksanaannya seperti pada siklus pertama akan mencapai hasil maksimal dengan nilai rata-rata siswa tidak kurang dari 7,00 dan ketuntasan 70% sehingga tercapai tujuan akhir penelitian yaitu meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa pada pengerjaan hitung campuran.

D. Data dan Cara Pengambilan Data 1. Sumber Data Sumber data penelitian adalah siswa SD Negeri Perumnas Krapyak 01, khususnya kelas III dan guru-guru serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. 2. Jenis Data Data yang diperoleh adalah data kualitati dan data kuantitatif yang terdiri dari: a. Hasil belajar siswa

40

b. Situasi belajar mengajar c. Kesulitan belajar siswa d. Evaluasi belajar mengajar e. Keterkaitan perencanaan dengan pelaksanaan tindakan 3. Cara Pengambilan Data a. Hasil belajar diperoleh dari pemberian tes b. Situasi belajar mengajar diambil dari pengamatan c. Kesulitan belajar diambil dari pengamatan dan tes d. Evalusi belajar diambil dari tes dan pengamatan e. Keterkaitan perencanaan dengan pelaksanaan tindakan dari rencana pembelajaran dan lembar pengamatan.

E. Indikator Keberhasilan Tindakan Kelas Sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari: 1. Meningkatnya aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan media permainan mencari harta karun dan pendekatan kooperatif mencapai skala penilaian > = 70,00%, dan meningkatnya minat belajar (dapat dilihat dari angket siswa) 2. Meningkatnya rata-rat hasil belajar siswa, mencapai skala 7,00 3. Meningkatnya daya serap siswa dalam pembelajaran pengerjaan hitung campuran hingga mencapai nilai rata-rata kelas >= 7,50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Siklus I ada dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada

tanggal 8 November 2006 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 9 November 2006. Materi yang diajarkan adalah Pengerjaan hitung campuran. 1. Siklus I a. Pertemuan I Pada pertemuan I ini guru peneliti melakukan proses belajar mengajar dengan pokok bahasan pengerjaan hitung campuran melalui pembelajaran kooperatif dengan media permainan mencari harta karun. Tindakan guru peneliti meliputi serangkaian kegiatan belajar mengajar yang pada umumnya dilakukan oleh guru dan membimbing masing-masing kelompok yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal, juga melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa bersama rekan guru pengamat. Adapun hasil pengamatan tersebut adalah: 1) Hasil lembar pengamatan terhadap siswa dalam KBM Setelah diamati dan dicatat bagaimana tingkat partisipasi dan keaktifan setiap siswa dalam kelompoknya, maka diperoleh data sebagai berikut. a) Siswa yang bertanya 4 siswa (10%), yang diharapkan 20% b) Siswa yang menjawab pertanyaan guru 12 siswa (30%) yang diharapkan 50%

c) Siswa yang aktif dalam kelompoknya 25 siswa (70%), yang diharapkan 70%. d) Siswa yang sudah memahami konsep pengerjaan hitung campuran 22 siswa (60%), yang diharapkan 75%. Data-data di atas ditunjukkan pada lampiran. 2) Hasil lembar pengamatan terhadap guru dalam KBM Setelah diamati dan dicatat oleh rekan guru pengamat bagaimana tingkat kemampuan dan ketrampilan peneliti dalam kegiatan belajar mengajar, maka diperoleh data sebagai berikut. a) Peneliti dalam membuka pelajaran kurang memberikan motivasi kepada siswa. b) Peneliti kurang mengembangkan tanya jawab c) Dalam menjelaskan materi dengan menggunakan permainan mencari harta karun masih kurang. d) Perhatian peneliti belum merata masih terfokus pada salah satu kelompok e) Pembagian anggota kelompok kurang merata f) Ketrampilan peneliti yang lain sudah cukup baik g) Hasil pengamatan guru peneliti dengan skor penilaian A = 67% 3) Hasil post tes pertemuan 1 Setelah pertemuan 1 selesai maka diberikan post tes sebagai penjajagan apakah materi telah terserap, diperoleh data sebagai berikut. a) Siswa yang mendapat nilai 7, 6,5 ada 22 siswa (62,8%) dengan nilai ratarata kelas 6,25

42

b) Siswa yang tidak tuntas ada 13 siswa (37,1%). ditunjukkan pada lampiran.

Data-data tersebut

Pada siklus I pertemuan 1 siswa masih kesulitan menerima materi karena belum menguasai konsep operasi hitung campuran. Untuk itu peneliti peneliti mengingatkan kembali tentang operasi bilangan yaitu : a. mengingat kembali operasi penjumlahan dan pengurangan sma kuat, b. mengingat kembali operasi perkalian dan penjumlahan sama kuat, c. mengingat kembali operasi perkalian dan penjumlahan lebih kuat d. mengingat kembali operasi yang terdapat di dalam tanda kurung harus dikerjakan lebih dulu. Dengan melihat hasil tarap serap siswa yang masih rendah (62,5%) maka guru peneliti juga perlu mengadakan perbaikan cara mengajar pada pertemuan kedua, antara lain pada pemberian motivasi, metode, dan bimbingan individu. b. Pertemuan 2 Pada pertemuan 2 ini guru peneliti mengadakan revisi-revisi mengenai langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian, terutama menentukan perbaikan dalam mengoptimalkan metode yang dipakai, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut. 1) Hasil lembar pengamatan terhadap siswa dalam KBM Setelah diamati dan dicatat bagaimana tingkat partisipasi dan keaktifan siswa maka peneliti mendapatkan data sebagai berikut. a) Siswa yang aktif bertanya, 7 siswa (20%) b) Siswa yang menjawab pertanyaan guru 16 siswa (45%)

43

c) Siswa yang aktif dalam kelompoknya 30 siswa (85%) d) Siswa y ang sudah memahami konsep pengerjaan hitung campuran 30 siswa (80%) Data-data di atas ditunjukkan pada lampiran. 2) Hasil lembar pengamatan terhadap guru dalam KBM Setelah diamati dan dicatat oleh rekan guru pengamat bagaimana tingkat kemampuan dan ketrampilan peneliti dalam melaksanakan proses belajar mengajar, maka diperoleh data sebagai berikut. a) Guru telah memberikan motivasi kepada siswa yang tidak aktif bertanya maupun siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya. b) Guru telah lebih jelas dalam menyampaikan materi pelajaran tahap demi tahap (tidak terlalu cepat) c) Guru cukup optimal dalam memberikan kesempatan bertanya siswa d) Guru telah memberikan bimbingan di sela-sela aktifitas belajar kepada siswa yang kesulitan dalam pemahaman materi maupun cara mengerjakan soal. e) Hasil pengamatan guru peneliti mendapat skor penilaian A = 75% (28/37x100%). Data-dta diatas ditunjukkan pada lampiran. 3) Hasil tes formati siklus 1 Dari hasil tes formatif siklus I diperoleh data sebagai berikut. a) Siswa yang tuntas belajar 23 siswa (65,7%) dengan rata-rata 6,37 b) Siswa yang belum tuntas belajar 12 siswa (34,2%) Data-data di atas ditunjukkan pada lampiran. 4) Hasil Angket Siswa

44

Angket siswa diberikan setelah pembelajaran siklus pertama pertemuan kedua berakhir dan menunjukkan skor yang memadai, motivasi dan minat siswa untuk belajar sudah menjawab baik dengan rata-rata 89,8% dari data kualitatif dan 100% dari data kuantitatif, sehingga pada siklus kedua angket siswa tidak digunakan lagi. Data tersebut ditunjukkan pada lampiran.

2. Siklus II Siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2006 dengan pokok bahasan pengerjaan hitung campuran, dengan alokasi waktu satu kali pertemuan 2 jam pelajaran (2 X 40) menit. Pada pelaksanaan proses pembelajaran siklus II ini peneliti melakukan revisi-revisi tindakan untuk peningkatan perbaikan dengan melihat hasil pengamatan pada siklus I, maka diperoleh hasil sebagai berikut. a. Hasil lembar pengamatan terhadap siswa dalam KBM Setelah diamati dan dicatat bagaimana tingkat partisipasi dan keaktifan setiap siswa, maka peneliti mendapatkan data sebagai berikut. 1) Siswa yang mengerjakan tugas rumah 35 siswa (100%), telah sesuai harapan 2) Siswa yang aktif bertanya 9 siswa (25%), melebihi harapan 5% 3) Siswa yang menjawab pertanyaan guru 17 siswa (50%), telah sesuai harapan 4) Siswa yang aktif dalam kelompoknya 33 siswa (90%), melebihi harapan 20% 5) Siswa yang sudah memahami konsep 30 siswa (85%), melebihi harapan 10% Data-data tersebut ditunjukkan pada lampiran. Jadi indikator keaktifan siswa mencapai skor penilaian 79,3% pada lampiran. Hasil lembar pengamatan terhdap guru dalam KBM Setelah diamati dan dicatat bagaimana tingkat kemampuan ketrampilan turu peneliti dalam melaksanakan proses belajar mengajar, maka diperoleh data

45

bahwa semua indikator (37) ketrampilan/kemampuan guru peneliti mencapai skor penilaian A, ini berarti telah sesuai dengan harapan peneliti. Data tersebut dapat dilihat pada lampiran. c. Hasil tes formatif siklus II Dari hasil tes formatif siklus II diperoleh data sebagai berikut. 1) Siswa yang mendapat nilai 7,65 ada 30 siswa, ketuntasan belajar 85,7% dengan nilai rata-rata 7,0 2) Siswa yang tidak tuntas belajar 5 siswa (14,2%). Data-data tersebut ditunjukkan pada lampiran. Setelah diperoleh data hasil tes formaif siklus II telah mencapai nilai rata-rata 7,0 dengan ketuntasan belajar siswa 85%, berarti telah melebihi 10% dari harapan peneliti yang mentargetkan 75%. Maka tindakan penelitian kelas cukup dilaksanakan dua siklus.

B. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian didasarkan atas hasil pengamatan yang dilanjutkan dengan refleksi tindakan pada setiap siklus tindakan. Dari refleksi pengamatan diperoleh hasil temuan sebagai berikut. 1. Pada pembelajaran pengerjaan hitung campuran dengan model pembelajaran kooperatif melalui media permainan mencari harta karun ada keuntungan dan kerugiannya. a. Keuntungan 1) Meningkatkan hasil belajar siswa Melalui Model pembelajaran kooperatif dengan media permainan mencari Harta Karun ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 2) Meningkatkan aktifitas siswa dan guru (menciptakan interaksi optimal) 46

Dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif menyelesaikan soal hitung campuran yang terdapat pada papan permainan atau kartu bintang. Masing-

masing kelompok saling bersaing untuk mencapai tempat harta karun terlebih dahulu dan mendapatkan kartu bintang sebagai penghargaan atas kemenangannya. Siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosionalnya dan tugas guru sebagai fasilitator, memberikan bimbingan secara individu maupun kelompok. Guru juga aktif mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, serta menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, yaitu mengajukan pertanyaan yang menantang, memberi umpan balik, mempertanyakan gagasan siswa serta memantau kegiatan belajar siswa. 3) Merangsang motivasi belajar siswa Dengan digunakannya alat permainan mencari harta karun sebagai media pembelajaran pengerjaan hitung campuran, menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan (joyful, fun) sehinggaf siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi dapat meningkatkan minat belajar siswa. 4) Pembelajaran lebih efektif Dalam pembahasan pengerjaan hitung campuran secara klasikal siswa lebih cepat memahami konsep. Siswa menguasai ketrampilan yang diperlukan. Guru lebih efektif mencapai tujuan pembelajaran, karena siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan. 5) Pembelajaran yang menyenangkan

47

Dengan pembelajaran ini siswa berani mencoba/berbuat, serta membuat siswa tidak takut salah, ditertawakan, atau disepelekan oleh temannya, tumbuh sikap saling mengargai pendapat dan kelebihan teman atau lawan 6) Menanamkan kejujuran dan keadilan Dalam penyelesaian soal pada papan permainan atau kartu bintang dengan melempar kubus bernoktah, siswa dituntut jujur. Jujur dalam arti harus pas tidak boleh lebih atau kurang dalam menghitung langkah serta adil dalam membagi tugas dalam kelompok. 7) Mengurangi rasa jenuh dan keletihan siswa Dalam pembelajaran ini siswa tidak hanya mendengar ceramah dari guru. Pengajaran tidak berpusat pada guru tetapi siswa terlibat aktif sehingga tidak menimbulkan rasa jenuh dan letih. Siswa belajar dalam keadaan senang dan asyik sehingga dapat mengatualisasikan dan mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya semaksimal mungkin untuk mempelajari materi pelajaran/permainan. Proses pembelajaran menjadi bermakna siswa aktif baik fisik, mental maupun emosionalnya. 8) Menghindari terjadinya verbalisme (pengajaran dengan kata-kata saja tanpa visualisasi) Semua guru bisa membuat media permainan karena biaya relatif murah dan dapat digunakan berulang kali b. Kekurangan 1) Menganggu konsentrasi siswa Kekurangan guru pada siklus I pertemuan pertama terjadi karena guru kurang mengenalkan terlebih dahulu kepada siswa tentang alat permainan mencari 48

harta karun sebagai media untuk pengerjaan hitung campuran, sehingga konsentrasi siswa pada awal pembelajaran terganggu dengan adanya alat tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan penjelasan guru tentang kegunaan alat permainan mencari harta karun dalam pembelajaran pengerjaan hitung campuran dengan peragaan oleh guru dan siswa. 2) Membutuhkan waktu lama Dalam pembelajaran kooperatif dengan media permainan mencari harta karun membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikan permainan sampai pada tempat harta karun, karena jika jawaban yang dikerjakan salah harus melangkah mundur. Tidak menutup kemungkinan pemain bisa sampai pada tempat harta karun dengan waktu yang cepat dan hanya menyelesaikan beberapa soal karena lemparan kubus bernoktah jatuh pada titik yang banyak, misal 6. 3) Adanya penumpang bebas (free rider) Dalam pembelajaran ini siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggota 5 orang dan bersifat heterogen. Dalam pembelajaran ini guru harus berkeliling dari satu kelompok yang tidak mau ikut kerja sama dalam kelompoknya (penumpang bebas) juga untuk membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Dalam pelaksanaan penelitian ada dua orang siswa yang selalu menjadi penumpang bebas, yaitu Soni setiawan dan Wahyu Andika. Dalam pembelajaran sehari-hari dua siswa ini selalu menganggu teman-temannya dan sering kali tidak menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Kedua siswa ini diberikan bimbingan individu agar mau bekerjasama dengan kelompknya. Pada pertemuan pertama yang menjadi pemenang adalah kelompok-klompok yangg diketuai oleh Alfian dengan anggotanya Bertha, Irly, Aditya, dan Eka.

49

4)

Papan permainan mencari harta karun dan kartu bintang memerlukan perawatan yang baik karena mudah rusak.

5)

Untuk membuat media permainan membutuhkan dana, waktu, tenaga, dan ketrampilan

6)

Kelompok yang sudah selesai terlebih dahulu sering membuat kegaduhan dan mengganggu kelompok yang belum selesai.

2. Pada angket siswa yang diberikan setelah pembelajaran siklus I menunjukkan skor yang memadai, motivasi dan minat siswa untuk belajar sudah menjawab baik dengan rata-rata 60% dari data kualitatif dan 100% dari data kuantitatif pada lampiran. 3. Pada lembar pengamatan siswa siklus I pertemuan pertama dan kedua menunjukkan aktifitas belajar siswa masih kurang memadai yaitu 65% pada lampiran dan 71,8% pada lampiran, kemudian diperbaiki pada pembelajaran siklus II telah menunjukkan peningkatan aktifitas siswa baik yakni mencapai 79,3% pada lampiran, berarti lebih 10% dari yang diharapkan. 4. Dalam post tes siklus I pertemuan pertama nilai rata-rata kelas 6,25, tes formatif siklus I pertemuan kedua, nilai rata-rata 6,37 dan pada tes akhir siklus II, nilai rata-rata kelas 7,0 berarti ada peningkatan nilai sebesar 1,2 pada siklus I pertemuan kedua dan 0,63 pada akhir siklus II. 5. Daya serap siswa pada siklus I pertemuan pertama yang mencapai nilai 6,5 ada 19 dan 6 ada 12 siswa, mencapai ketuntasan belajar 62,5% secara klasikal. Dilanjutkan pada siklus I pertemuan kedua, daya serap siswa

mencapai nilai 6 ada 23 siswa dan 6 ada 12 siswa, mencapai ketuntasan belajar 62,8% secara klasikal. Maka dilanjutkan pada siklus II, daya serap

50

siswa mencapai ketuntasan 85,7%, dengan nilai 6 ada 30.siswa dan < 6 ada 5 siswa, berarti ada peningkatan 0,74% pada lampiran. Dari hasil refleksi proses tindakan siklus II, serta berdasarkan hasil tes ulangan akhir siklus II telah mencapai nilai rata-rata kelas tuntas () hal tersebut dapat diartikan bahwa pemilihan model pembelajaran kooperatif dengan media permainan mencari harta karun pada pembelajaran matematika pokok bahasan pengerjaan hitung campuran di kelas III semester I SDN Perumnas Krapyak 01 Tahun Pelajaran 2006/2007 dipandang telah berhasil, dengan demikian hipotesis tindakan dapat dicapai.

51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Dari seluruh pelaksanaan penelitian tindakan di kelas III SD Negeri Perumnas Krapyak 01 Kecamatan Semarang Barat ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif dan media permainan mencari harta karun dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. 2. Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif dan media permainan mencari harta karun diperoleh hasil tes yang baik. Secara umum ada peningkatan aktifitas serta hasil belajar siswa dalam

penggunaan model pembelajaran kooperatif dan media permainan mencari harta karun dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pengerjaan

hitung campuran di kelas III SD Negeri Perumnas Krapyak 01 Kecamatan Semarang Barat Tahun Pelajaran 2006/2007.

B. Saran Dari pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas III SD Negeri Perumnas Krapyak 01 ini ada beberapa saran untuk pembaca atau khususnya kepada rekan guru sebagai berikut. 1. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan media permainan mencari harta karun bagi kelompok yang sudah lebih dulu sampai pada tempat harta karun boleh membantu kelompok yang belum selesai dengan maksud agar tidak mengganggu proses pembelajaran. 2. Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika khususnya di kelas rendah (kelas I s.d. 52

kelas III) guru hendaknya dalam menyampaikan materi pelajaran jangan hanya dnegan menggunkan metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal tetapi juga perlu menggunakan media. 3. Guru hendaknya dapat menghilangkan kesan angker yang dirasakan siswa pada waktu pembelajaran matematika dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bahkan mengasyikkan. 4. Guru hendaknya memilih model pembelajran yang sesuai dengan kebutuhan pembeljaran di kelas, dan tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran karena setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan. 5. Model apapun yang kita terapkan, jika kurang menguasai materi dan tidak disenangi siswa maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif. 6. Bimbingan secara terfokus perlu diberikan kepada siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran. Bimbingan ini hendaknya diberikan di sela-sela siswa yang sedang mengerjakan soal. 7. Meskipun penelitian ini cukup dilakukan dalam dua siklus, namun perlu terus dikembangkan tindakan-tindakan baru untuk menghadapi masalah-masalah lain yang muncul. Pengkajian-pengkajian teradap tindakan dan permasalahan yang baru sementara perlu dilakukan demi perbaikan serta peningkatan hasil belajar siswa.

53

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suyitno, 1997, Dasar Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, Semarang : UNNES Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta : Proyek Peningkatan Nutu SD / TK dan SLB Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996, Petunjuk Guru Sekolah Dasar Kelas III, Jakarta : Proyek Penyediaan Buku Pelajaran Pokok SD Jakarta Dimyati, 1994, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Herman Hudojo, 1988, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Muslimin Ibrahim, 2000, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : UNESA Nana Sudjana, 1989, Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Nasution, 1982, Didaktik Azas Azas Mengajar, Bandung : Jemmar Nasution, 2001, Didaktik Azas Azas Mengajar, Bumi, Aksara Oemar Hamalik, 1989, Madia Pengajaran, Citra Aditya Bakti Poerwadarminta, 1999. Kamus Besar Behasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

54

Anda mungkin juga menyukai