Anda di halaman 1dari 114

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN


HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS XI SMK NEGERI IV
CILEGON TAHUN PELAJARAN 2013/2014

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar


Magister Pendidikan pada Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Oleh :
Laela Nurhayati
2321120080

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


PASCASARJANA UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi Rabbil Alamin, segala puji dan syukur penulis


panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, kekuatan dan kesabaran
pada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul
“Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Lingkungan Sekolah untuk
Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas XI SMK Negeri 4
Cilegon “. Tak lupa sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan
rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa manusia dalam memahami
hakikat hidup yang sesungguhnya.

Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi


pada program studi Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.Dalam menulis Tesis ini penulis
mengakui dan menyadari bahwa dalam penulisannya masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat
penulis nantikan.
Di dalam penulisan makalah ini, penulis tidak sedikit menemui
hambatan baik segi moril maupun material. Maka dari itu, tidak berlebih-
lebihan kiranya, bila dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada yang terhormat :
1) Bapak Prof.Dr.H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
2) Bapak Dr. H. Chussaery Rusli Syarif, M.S.I selaku Direktur
Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sekaligus sebagai
pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing
dan mengarahkan serta selalu memberi motivasi untuk dapat
menyelesaikan proposal tesis ini.
3) Bapak Dr. Aceng Hasani, M.Pd selaku Wakil Direktur I Pascasarjana
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4) Bapak Dr. H. Asmawi Syarbini, M.PA selaku Kepala Program Studi
Teknologi Pembelajaran Pascasarjana Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
5) Bapak Dr. Hidayatullah, M.Pd selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan selalu memberikan motivasi dan masuka-
masukan yang berharga bagi penulis.
6) Dosen-dosen dan karyawan Pascasarjana Program Studi Teknologi
Pembelajaran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7) Untuk kedua orangtua dan mertua penulis, terimakasih atas semua
yang telah diberikan kepada penulis dengan tulus ikhlas, semoga oleh
allah dicatat sebagai amal ibadah dan mendapat pahala.
8) Teruntuk suamiku Nanang Kurniawan dan kedua putraku Alvin Faiz
Adzikra dan Alfathan Qolby Izazy, terimakasih atas segalanya termasuk
dukungan dan pengertiannya, kasihku tercurah padamu sepanjang
masa.
9) Rekan-rekan mahasiswa seangkatan Program Pascasarjana
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Program Studi Teknologi
Pembelajaran Kelas D.
10) Bapak Widodo, S.Pd selaku Kepala sekolah SMK Negeri 4 Cilegon
beserta rekan-rekan Guru dan staff yang telah banyak membantu dalam
penulisan tesis ini.

Semoga amal baik mereka mendapat imbalan dari Allah Subhanahu


Wata’ala. Amin.
Akhirnya penulis berharap dan memohon bimbingan, arahan, dan bantuan.
semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat . Amin .

Cilegon, Februari 2014

Penulis
ABSTRAK

Laela Nurhayati . 2321120080 . Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis


Lingkungan untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas XI SMK Negeri IV Cilegon Tahun Pelajaran 2013/2014 . Tesis .
Program Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa . Tahun 2013 .

Penelitian Tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil


belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran berbasis lingkungan
berbantuan praktikum pada mata pelajaran IPA. Subjek penelitian adalah
siswa kelas XI Nautika Kapal Niaga semester I tahun pelajaran 2013/2014
yang berjumlah 33 orang. Objek penelitian adalah kreativitas, hasil belajar
IPA, aktivitas siswa dan guru, serta respon siswa terhadap penggunaan
model pembelajaran berbasis lingkungan dengan bantuan praktikum. Data
yang diperoleh dari penelitian tindakan ini adalah : (a) data kuantitatif tentang
kreativitas, hasil belajar, aktivitas siswa dan guru, serta respon siswa
terhadap model pembelajaran berbasis lingkungan; dan (b) hasil karya nyata
siswa berupa produk. Pengumpulan data dilakukan menggunakan pedoman
observasi kreativitas dan proses pembelajaran, tes hasil belajar, dan angket.
Angket digunakan untuk mengungkap respon siswa terhadap penggunaan
model pembelajaran berbasis lingkungan. Kreativitas, hasil belajar, dan
respon siswa dianalisis secara deskripstif melalui observasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peggunaan model pembelajaran berbasis lingkungan
dapat meningkatkan rata-rata kreativitas siswa pada siklus I sebesar 2,42
lalu pada siklus kedua sebesar 2.92 serta pada siklus ketiga sebesar 3,45 .
Hasil belajar siswa mencapai nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
juga mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 73.60%. sebanyak 85%
siswa memberikan respon yang posistif terhadap penggunaan model
pembelajaran berbasis lingkungan.

Kata-kata kunci : pembelajaran berbasis lingkungan, kreativitas, hasil belajar


IPA
ABSTRACT

Laela Nurhayati . 2321120080 . The use of Model -Based Learning


Environment to Enhance Creativity and Science Student Learning
Outcomes Class XI SMK Cilegon IV academic year 2013/2014 . Thesis .
University Graduate Program Sultan Ageng Tirtayasa . In 2013 .

Classroom action research aims to enhance creativity and student learning


outcomes through the use of environment -assisted learning model based
on teaching science lab . The subjects were students of class XI
Commerce Nautical Ships first half of the school year 2013/2014 ,
amounting to 33 people . The object of research is creativity , science
learning outcomes , student activities and teacher , as well as students'
response to the use of the model -based learning environment with
practical assistance . The data obtained from this action research are : ( a)
quantitative data about creativity , learning outcomes , student activities
and teacher , as well as students' response to the model -based learning
environment , and ( b ) the results of the real work of students in the form
of products . Data collection was conducted using observation creativity
and learning , achievement test and questionnaire . Questionnaire used to
reveal the students' response to the use of the model -based learning
environment . Creativity , learning outcomes , and student responses were
analyzed deskripstif through observation . The results showed that the
model -based learning environment Peggunaan can increase the average
creativity of students in the first cycle of 2.42 and 2.92 for the second
cycle and the third cycle of 3.45 . Learning outcomes of students
achieving grades A minimum completeness criteria above ( KKM ) also
increased by 73.60 % learning outcomes . as much as 85 % of students
gave positive response to the use of the model -based learning
environment .

Key words : environment -based learning , creativity , learning outcomes


IPA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........... ...............................................................1


B. Fokus Penelitian Tindakan .......................................................................4
C. Pertanyaan-pertanyaan Penelitian ...........................................................5
D. Manfaat Penelitian Tindakan ....................................................................6
E. Ruang Lingkup Penelitian Tindakan ........................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik
1. Hasil Belajar IPA ...............................................................................10
2. Kreativitas .........................................................................................17
3. Model Pembelajaran Berbasis Lingkungan ..................................... .23
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 32
C. Kerangka Teoretik ................................................................................. 33
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ............................................................................36


B. Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan ............................................37
C. Kancah Penelitian ...................................................................................38
D. Subjek Penelitian ................................................................................... 38
E. Data dan Sumber Belajar ........................................................................38
F. Pengumpulan Data ................................................................................. 39
iv
G. Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi ...................................................... 40
H. Prosedur Penelitian ................................................................................ 42
I. Indikator Keberhasilan ........................................................................... 47
J. Instrument Penelitian ………………………………………………………… 47

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Penelitian Pendahuluan …………………………………………………… 64


B. Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………………………… 65
1. Siklus I …………………………………………………………………. 65
2. Siklus II ………………………………………………………………… 73
3. Siklus III ………………………………………………………………… 79

BAB V. PEMBAHASAN

A. Kreativitas Siswa ………………………………………………………… 86


B. Hasil Belajar ……………………………………………………………… 87
C. Aktivitas Guru ……………………………………………………………. 91
D. Aktivitas Siswa …………………………………………………………… 92

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan …….…………………………………………………………. 94
B. Saran ……………………………………………………………………. 95

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 97

LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Siklus PTK ...................................................................... 63

Gambar 5.1 Grafik Kenaikan Kreativitas Siswa …………………………….. 86

Gambar 5.2 Grafik Kenaikan Hasil Belajar ………………………………………. 88

Gambar 5.3 Grafik Kenaikan Aspek Kognitif Siswa …………………………….. 89

Gambar 5.4 Grafik Peningkatan Aspek Afektif Siswa …………………………… 90

Gambar 5.5 Grafik Peningkatan Aspek Psikomotor …………………………….. 91

Gambar 5.6 Grafik Peningkatan Aktivitas Guru ………………...……………….. 92

Gambar 5.5 Grafik Kenaikan Aktivitas Siswa ……………...…………………….. 93

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Rubrik Penilaian Rancangan Pengamatan …………………. 50

Tabel 3.2 Kisi-kisi Rubrik Penilaian Produk ………………………………………. 51

Tabel 3.3 Interpretasi Validitas Tes ………………………………………………. 53

Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas ………………………………………………. 53

Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Tingkat kesukaran Butir Soal …………………. 54

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal …………………. 56

Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 56

Tabel 3.8 Kriteria Ketuntasan Minimal …………………………………………. 57

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Penugasan …………………………………………. 57

Tabel 3.10 Aspek Penilaian Rancangan Percobaan …………………………. 57

Tabel 3.11 Aspek Penilaian Kreatif ……………………………………….……. 58

Tabel 3.12 Aspek Penilaian Pengamatan ……………………………….……. 58

vi
Tabel 3.13 Kategori Penilaian Rancangan pengamatan …………..……. 58

Tabel 3.14 Pedoman Penilaian Aspek Kognitif ……………………….……. 59

Tabel 3.15 Tafsiran IPK Aspek Psikomotorik ………………………….……. 59

Tabel 3. 16 Kategori Aktivitas Siswa …………………………………………. 60

Tabel 3. 17 Kategori Aktivitas Guru ………………………………………….. 60

Tabel 3. 18 Skala Likert …………………………………………. 61

Tabel 4.1 Kreativitas Siswa Siklus I ………………………………………… 68

Tabel 4.2 Ketercapaian Nilai KKM Siklus I ………………………………… 69

Tabel 4.3 Aktivitas Guru Siklus I ………………………………………………. 70

Tabel 4.4 Aktivitas Siswa Siklus I ………………………………………………. 70

Tabel 4.5 Kreativitas Siswa Siklus II ………………………………………… 75

Tabel 4.6 Ketercapaian Nilai KKM Siklus II ………………………………… 76

Tabel 4.7 Aktivitas Guru Siklus II ………………………………………………. 76

Tabel 4.8 Aktivitas Siswa Siklus II ………………………………………………. 77

Tabel 4.9 Kreativitas Siswa Siklus III ………………………………………… 81

Tabel 4.10 Ketercapaian Nilai KKM Siklus III ……………………………… 82

Tabel 4.11 Aktivitas Guru Siklus III ………………………………………………. 82

Tabel 4.12 Aktivitas Siswa Siklus III ……………………………………………. 83

Tabel 5.1 Kenaikan Kreativitas Siswa …………………………………………. 86

Tabel 5.2 Kenaikan Kenaikan Hasil Belajar Siswa …………………………. 87

Tabel 5.3 Kenaikan Aspek Kognitif Siswa ………………………..…………. 89

Tabel 5.4 Kenaikan Aspek Afektif Siswa ………………………..…………. 90

Tabel 5.5 Kenaikan Aspek Psikomotor Siswa ………………..…………. 91

Tabel 5.6 Kenaikan Aktivitas Guru …………………..…………..…………. 92

Tabel 5.6 Kenaikan Aktivitas Siswa …………………..…………..…………. 93

vii
viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan

yang berkualitas sebab pendidikan dapat mewujudkan semua potensi manusia

baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus

melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses

pembelajaran. Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan

lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat

dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus

kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan. Lingkungan

merupakan faktor penting sebagai ruang bagi kehidupan manusia dalam segala

aspek, karena lingkungan merupakan tempat manusia hidup dan berinteraksi

dengan benda-benda disekitarnya.

Interaksi yang terjadi antara manusia dengan lingkungan merupakan

hubungan yang erat, saling ketergantungan dan saling mempengaruhi hampir

dalam setiap ekosistem manusia memiliki peranan dalam membentuk

keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan. Oleh karena itu

lingkungan yang ada secara fisik dapat dimanfaatkan dan diupayakan oleh

manusia, menjadi lebih baik dan berdaya guna atau sebaliknya.


2

Kondisi saat ini, masih banyak guru yang menggunakan model

pembelajaran sederhana yang kurang menarik kreativitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran, sehingga mengakibatkan prestasi belajar rendah. Mata pelajaran

IPA menurut sebagian siswa sangat sulit dipahami dan membosankan. Begitu

pula siswa di SMKN 4 Cilegon, mereka kurang tertarik mengikuti materi pelajaran

IPA yang disampaikan guru, dan hal ini mengakibatkan hasil belajar IPA masih

berada dibawah KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Nilai KKM untuk mata

Pelajaran IPA adalah 70,20. Seringkali strategi yang digunakan guru setiap hari

hanya itu-itu saja, seperti menulis dari buku sumber dan menerangkan materi

tersebut hanya dengan berceramah serta hanya menunjukkan gambar-gambar

saja. Sehingga hal ini membuat siswa menjadi bosan dan mengantuk pada saat

pembelajaran berlangsung, suasana belajar ini menyebabkan siswa pasif.

Kemungkinan rendahnya kreativitas adalah kurangnya pemanfaatan

lingkungan yang menunjang untuk mengekspresikan kreativitasnya. Kreativitas

dapat memberikan siswa kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar

nilainya dan mempunyai pengaruh nyata terhadap perkembangan

kepribadiannya. Dengan penggunaan model pembelajaran yang berbasis pada

pendekatan lingkungan, merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan

kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas XI SMKN 4 Cilegon, karena

sebenarnya model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan bukanlah

pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan popular,

hanya saja sering terlupakan.


3

Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu

strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar,

sumber belajar, dan sarana belajar.

Hasil dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara

pada kesadaran lingkungan sekolah. Karena pembelajaran dengan pendekatan

lingkungan dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan.

Dengan mengenal pembelajaran lingkungan disekitar sekolah, siswa juga dapat

membuktikan secara langsung “apakah lingkungan di sekitar sekolah tercemar

atau tidaknya?”. Sistem belajar berbasis pencemaran lingkungan, disekitar

lingkungan sekolah membuat siswa memiliki pengalaman-pengalaman lebih dan

proses pembelajaran bisa menyenangkan.

UU No.23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa

lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan

dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lain.

Pendekatan lingkungan sangat mudah dikuasai siswa melalui pengamatan

pada situasi yang konkret. Selain itu juga pendekatan ini dapat memberikan

dampak posistif, yaitu dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang

sesuatu yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu keadaan alam sekitar SMKN

4 Cilegon, yang berupa daerah pesisir pantai, dekat dengan pegunungan,

industry minyak dan gas , serta dekat dengan beberapa fasilitas umum lainnya
4

seperti : pelabuhan, stasiun kereta api, terminal,pasar bisa dimanfaatkan sebagai

media dan sumber belajar.

IPA merupakan mata pelajaran yang erat kaitannya dengan lingkungan

sekitar kita, sehingga akan sangat mudah jika mengajarkan materi IPA dengan

membawa siswa secara langsung ke lingkungan sekitar. Siswa diajak keluar

kelas atau siswa ditugaskan untuk membawa contoh yang dapat diambil

langsung dari lingkungan sekitar dan secara langsung siswa dapat mengamati

benda-benda yang berada di lingkungan sekitar. Tentunya hal ini sangat

menyenangkan bagi siswa. Selain itu siswa lebih aktif, kreatif, dan dapat

berinteraksi dengan sesamanya. Sehingga setelah menggunakan model

pembelajaran ini, dengan contoh pencemaran di sekitar lingkungan sekolah,

siswa diharapkan mengalami perubahan. Perubahan yang diharapkan adalah

tingginya tingkat kreativitas dan tingginya hasil belajar siswa untuk mata

pelajaran IPA

B.Fokus Penelitian Tindakan

Berdasarkan dari latar belakang,permasalahan diatas, dirumuskan

menjadi fokus dalam penelitian tindakan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara penggunaan model pembelajaran berbasis

lingkungan sekolah dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas XI SMKN

4 Cilegon ?
5

2. Bagaimana meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas XI

SMKN 4 Cilegon melaui model pembelajaran berbasis lingkungan

sekolah?

3. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan melalui

pemanfaatan model pembelajaran berbasis lingkungan sekitar sekolah

pada mata pelajaran IPA siswa kelas XI SMKN 4 Cilegon ?

4. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis

lingkungan sekitar sekolah untuk meningkatkan kreativitas dan hasil

belajar siswa kelas XI SMKN 4 Cilegon ?

C.Pertanyaan-Pertanyaan Penelitian

Atas dasar latar belakang masalah, fokus penelitian tindakan , maka

didapatkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana cara untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas XI SMKN 4

Cilegon dengan menggunakan model pembelajaran berbasis lingkungan

sekitar sekolah ?

2. Bagaimana cara untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas XI

SMKN 4 Cilegon dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

lingkungan sekitar sekolah ?

3. Apakah kreativitas dan hasil belajar siswa kelas XI SMKN 4 Cilegon dapat

meningkat setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran berbasis lingkungan sekolah ?


6

4. Bagaimana respon siswa kelas XI SMKN 4 Cilegon terhadap penggunaan

model pembelajaran berbasis lingkungan sekolah ?

D.Manfaat Penelitian Tindakan

Setelah penelitian dilaksanakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat baik praktis maupun teoritis.

1. Kegunaan Praktis

a. Bagi sekolah sebagai petunjuk dalam penyediaan fasilitas media

pembelajaran yang memadai, yang sangat dibutuhkan.

b. Bagi guru, sebagai panduan dalam upaya mengoptimalkan

pemanfaatan model pembelajaran dalam rangka peningkatan prestasi

belajar siswa.

c. Bagi siswa, agar lebih mudah mempelajari materi pelajaran khususnya

IPA dan menumbuhkan kreativitasnya, sehingga prestasinya

meningkat.

d. Mampu memberikan solusi yang tepat dalam meningkatkan prestasi

belajar IPA sebagai tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan baik.
7

2. Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

masukan berupa ilmu dan pengetahuan tentang pentingnya model

pembelajaran, kreativitas, dan hasil belajar siswa.

b. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan,

khususnya dalam hal model pembelajaran berbasis lingkungan.

c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian-penelitian lebih lanjut

bagi peneliti lain.

E.Ruang Lingkup Penelitian Tindakan

1. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Lingkungan.

Alam telah menyediakan semua yang dibutuhkan oleh makhluk

hidup. Penggunaan lingkungan sekitar sebagai media dan sumber belajar

merupakan salah satu pemanfaatan alam. Pemilihan media dan sumber

belajar yang tepat sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam hal

ini guru harus kreatif dalam menyesuaikan media yang digunakan dengan

materi yang akan disampaikan. Selain efektif dan tidak memerlukan biaya

tinggi, lingkungan sekitar sekolah juga dapat memberikan pengalaman

langsung bagi siswa, karena cara ini lebih bermakna. Hal ini disebabkan

para siswa akan dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang

sebenarnya.

Model pembelajaran adalah sebuah sistem proses pembelajaran

yang utuh, mulai dari awal hingga akhir. Model pembelajaran melingkupi
8

pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran,

dan teknik pembelajaran.

Dalam penelitian ini, lingkungan sekitar sekolah dan tempat tinggal

siswa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Adapun pokok bahasan

dalam penelitian ini tentang “pencemaran lingkungan “ yang mencakup

pencemaran air, udara, tanah, dan suara.

2. Kreativitas

Kreativitas bukan hanya milik seniman, tetapi semua aspek

kehidupan akan memerlukan kemampuan kreativitas untuk mengatasi

masalah dan mendapatkan ide-ide yang memperbaiki karir, bisnis, dan

hidupnya. Kreativitas menjaga gairah hidup dan kreativitas menjadikan

hidup Anda terus melaju. Proses kreatif dimaksudkan agar siswa dapat

mengikuti pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung sehingga

menyenangkan dan tidak membosankan.

Kreatif sering digambarkan dengan kemampuan berfikir kritis dan

banyak ide,serta gagasan.Orang kreatif melihat hal yang sama, tetapi

melalui cara berfikir yang berbeda. Sedangkan Kreativitas adalah

Kemampuan menggabungkan sesuatu atau kemampuan untuk

menemukan atau mendapatkan ide dan pemecahan baru.

Setiap dari kita memiliki kekuatan untuk menjadi kreatif.

Masalahnya adalah bahwa kita, terlalu sering, menghambat kreativitas

alami kita sehingga membuat kesalahan dalam berpikir dan menjadikan

diri kita lebih banyak masalah daripada seharusnya. Untuk itu kita perlu
9

mengasah kreativitas agar tetap tajam dan mampu menghasil ide-ide

cemerlang.

3. Hasil belajar IPA

Secara operasional yang dimaksud dengan hasil belajar IPA adalah

nilai yang diperoleh siswa dengan menggunakan alat ukur penilaian yang

berupa tes baik tertulis maupun secara lisan. Skor disajikan dalam bentuk

nilai secara kuantitatif di dalamnya mencakup dalam tiga ranah yang

bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor.


10

BAB I I

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretik

1. Hasil Belajar IPA

a. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar didefinisikan sebagai suatu hasil yang diharapkan dari

pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai

akibat dari proses belajarnya. Istilah belajar berasal dari bahasa Belanda “

Prestatie “ dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha .

sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar.

Hasil belajar menurut Sudjana (2011 : 22) adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar adalah

salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan

keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk

menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar

penyusunan tes hasil belajar adalah sebagai berikut :

a. hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses

pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam

kurikulum yang berlaku.


11

b. hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan

yang dipelajari.

c. Bentuk pertanyaan hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-

aspek tingkat belajar yang diharapkan.

d. hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses

belajar.

Menurut Bloom bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu:

kognitif, afektif, dan psikomotor. Penguasaan dalam aspek kognitif meliputi:

kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisa, mensintesis,

dan mengevaluasi. Aspek afektif meliputi: kemampuan menerima, menanggapi,

meyakini dan menyatukan. Aspek psikomotor meliputi : kemampuan melakukan

perbuatan yang cermat, akurat, teliti, benar dan baik.

Seiring dengan berkembangnya psikologi kognitif, maka berkembang pula

cara-cara mengevaluasi pencapaian hasil belajar, terutama untuk domain kognitif

salah satu perkembangan yang menarik adalah revisi “ Taksonomi Bloom”

tentang dimensi kognitif. Anderson & Krathwohl (2001) merevisi taksonomi

Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi, yaitu:

1. Dimensi proses kognitif : aspek sisntesis digabungkan dengan aspek

analisis atau evaluasi dan ditambahkan aspek kreasi (kreativitas) di atas

aspek evaluasi. Indikator-indikatornya adalah : membangun/

mengkonstruksi (generating), merencanakan (planning), menghasilkan

(producing).
12

2. Dimensi Pengetahuan. Aspek-aspek dari dimensi pengetahuan pada

revisi taksonomi Bloom meliputi : (a) pengetahuan faktual ( factual

knowledge) yang meliputi aspek-aspek pengetahuan tentang istilah dan

pengetahuan “specific detail” dan “elements” ; (b) pengetahuan

konseptual (conceptual knowledge) yang meliputi : pengetahuan tentang

klasifikaasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi

serta pengetahuan teori, model dan struktur ; (c) pengetahuan procedural

(procedural knowledge) yang meliputi : pengetahuan tentang keterampilan

materi khusus (subject specific) dan algoritmanya, pengetahuan tentang

teknik dan metode materi khusus (subject specific), pengetahuan tentang

kriteria untuk memastikan kapan menggunakan prosedur yang tepat; (d)

pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) yang meliputi :

pengetahuan strategic (strategic knowledge), pengetahuan tentang tugas-

tugas kognitif termasuk kontekstual dan kondisional, pengetahuan diri

(self knowledge).

Pengertian hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai hasil dari

belajar. Berdasarkan pendapat Bloom (1976) hasil belajar mencakup

peringkat dan tipe prestasi belajar, serta hasil afektif. Andersen (1981)

sependapat dengan Bloom, bahwa karakteristik manusia meliputi cara

yang tipikal dari berfikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berfikir berkaitan

dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor,

dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut
13

merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga

ranah tersebut merupakan hasil belajar.

Pernyataan tersebut diperjelas oleh Arikunto (2005:12) berikut : “

Hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah mengikuti tahapan-

tahapan dalam proses belajar mengajar, dalam waktu tertentu yang

diwujudkan dalam bentuk angka dan perubahan perilaku pada bidang

tertentu”. Kemampuan ini selanjutnya akan dituangkan dalam bentuk

angket tertentu untuk membedakan hasil yang akan dicapai siswa atau

seseorang setelah mengalami proses belajar.

Dalam teori belajar kognitif situasional yang dikemukakan Ausubel

(kuswana. 2012 : 8) bahwa tugas guru adalah mempresentasikan

pembelajaran baru sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengaitkannya

dengan apa yang telah mereka ketahui sebelumnya. Hal ini tentu saja

dengan mempertimbangakan kompleksitas yang baru mereka pelajari dan

sesuai dengan perkembangan kognitif peserta didik. Ausubel dan

Robinson (1969) menggunakan enam kategori hierarki pada analisis

pembelajaran :

1) Belajar mempresentasikan
2) Belajar konsep
3) Belajar proporsional
4) Aplikasi
5) Pemecahan masalah
6) Kreativitas

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan terbaik seseorang yang diwujudkan dalam bentuk

angka atau perubahan tingkah laku, setelah melalui tahapan proses


14

belajar yang dipengaruhi oleh potensi diri seseorang tersebut atau

perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan keterampilan dan sikap

melalui proses interaktif dalam pembelajaran IPA berbasis pada

pencemaran lingkungan sekitar sekolah dengan kreativitas dan hasil

belajar siswa.

b. IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. IPA berhubungan

dengancara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu IPA juga

merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta

gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak

hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA

sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang

empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan

melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana

cara produk sains ditemukan. Dari istilah yang digunakan IPA atau Ilmu

Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. “Ilmu artinya

suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya

pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu

rasional dan objektif.Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal
15

sehat. Sedangkan objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan

kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca

indera. Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam

semesta dengan segala isinya.

Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari alam dengan

segala isinya. Awal dari ilmu pengetahuan alam dimulai pada saat manusia

memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajarinya.

Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan gejala

alam yang ada. Kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang

diperoleh dari hasil pemikiran. Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya

pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan

mencari kebenaran dari suatu pengetahuan, yang kemudian diperolehlah

pengetahuan yang baru. Setelah manusia dapat memadukan kemampuan

penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam )

( Ahmadi dan Supatmo , 2008 : 6).

Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu : Biologi, Fisika,

dan Kimia. IPA mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat.

Nilai-nilai non kebendaan yang terkandung dalam IPA antara lain , sebagai

berikut :

a. Nilai praktis , yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Nilai intelektual, yaitu metode ilmiah yang digunakan dalam IPA

melatih keterampilan, ketekunanm dan melatih mengambil


16

keputusan dengan mempertimbangkan rasional dan menuntut

sikap-sikap ilmiah bagi penggunanya, yang kemudian akan

memberikan kepuasan intelektual.

c. Nilai sosial, budaya, ekonomi, politik, yaitu berarti kemajuan IPA

dan teknologi suatu bangsa menyebabkan bangsa tersebut

memperoleh kedududukan kuat dalam percaturan sosial, budaya,

ekonomi,politik internasional.

d. Nilai kependidikan, yaitu IPA diakui bukan hanya sebagai suatu

pelajaran melainkan sebagai alat pendidikan. Dengan demikian IPA

memiliki nilai-nilai pendidikan karena dapat menjadi alat untuk

mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilaii tersebut antara lain sebagai

berikut :

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan

sistematis menurut metode ilmiah.

2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan

pengamatan, dan mempergunakan peralatan untuk

memecahkan masalah.

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan

masalah.

e. Nilai Keagamaan, yaitu : IPA mempunyai nilai keagamaan yang

sejalan dengan pandangan agama, karena secara empiris orang

yang mendalami atau mempelajari IPA, makin sadarlah dirinya

akan adanya kebenaran hukum-hukum alam, sadar akan


17

keterkaitan di dalam alam raya ini dengan Maha pengaturnya.

Sehingga Einstein menggambarkan ungkapan sebagai berikut “

Sains tanpa agama adalah buta dan agama tanpa sains adalah

lumpuh” (Trianto . 2012 :138).

Suatu teori tidak dapat dipertahankan jika tidak sesuai dengan hasil

pengamatan/observasi. Mata pelajaran IPA adalah program untuk

menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan

nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran

Tuhan YME. Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan

tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan

kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan

sehari-hari. Pembelajaran IPA di SMK saat ini menggunakan pendekatan

berdasarkan pada materi terpadu, yaitu memadukan fisika, biologi, dan

kimia yang disajikan secara sederhana. Pendidikan IPA bertujuan untuk

menyatukan tingkah laku dalam memahami serta menguasai materi IPA

yang berupa fakta, konsep, teori, hukum, sehingga siswa memiliki sikap

dan tingkah laku yang sesuai dengan prinsip IPA.

2. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Salah satu rumusan tujuan pendidikan dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003) yaitu adalah pengembangan kreativitas

peserta didik. Pada dasarnya manusia telah memiliki potensi kreatif sejak awal ia
18

ciptakan. Potensi kreatif ini dapat kita melalui keajaiban alamiah seorang bayi,

alam mengeksplorasi apapun yang ada disekitarnya.

Kreativitas siswa dalam melakukan interaksi pembelajaran sangat

diperlukan. Apalagi media yang dipergunakan dalam pembelajaran IPA adalah

media lingkungan sekitar sekolah yang menuntut siswa untuk aktif berbuat dan

kreatif dalam menanggapi semua proses pembelajaran yang berlangsung.

Dengan potensi kreativitas alami yang dimilikinya, maka anak akan

senantiasa membutuhkan aktivitas yang syarat dengan ide-ide kreatif. Teori

tentang kreativitas juga dikemukakan Utami Munandar (2002; 96) yang

menyebutkan bahwa : “ kreativitas adalah kemampuan menciptakan produk

baru, meskipun ciptaan tersebut tidak semua baru, tetapi merupakan gabungan

dari unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya”.

Berkenaan dengan kreativitas, Rachmawati (2011; 14) menyimpulkan

bahwa kreativitas mrupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat

imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi,dikontinuitas, dan deferensiasi yang

berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah

suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah laku seseorang

untuk menghasilkan gagasan atau produk, mencari pemecahan masalah yang

lebih efisien dan unik dalam proses belajar.

Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang komplek yang

menimbulkan perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang


19

dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi satu

sama lainnya. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar

perubahan dari definisi kreativitas. Rhodes (dalam Munandar, 2010: 20) dalam

menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa

pada umumnya kreativitas sebagai “Four P’s of Creativity : person, prosses,

press, product”. Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu dari ke

empat P ini atau kombinasinya. Karena ke empat P ini saling berkaitan :

pribadi,kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dengan dukungan dan

dorongan (press) dari lingkungan, menghasilkan produk kreatif. Sehubungan

dengan pengembangan kreativitas siswa, kita meninjau dari ke empat aspek,

yaitu :

1) . Pribadi

Kreativitas adalah ungkapan ekspresi dari keunikan individu dalam

interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang

mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan yang unik

inilah dapat diharapkan timbul ide-ide baru dan produk-produk yang

inovatif. Oleh karena itu pendidik/guru hendaknya dapat menghargai

keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya. Guru hendaknya membantu

siswa menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya.

2) . Pendorong

Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan

dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri

untuk menghasilkan sesuatu.


20

3) .Proses

Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan

untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya merangsang anak

untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu

mengusahakan sarana prasarana yang diperlukan.

4) . Produk

Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif

yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh

mana keduanya mendorong (press) seseorang untuk melibatkan dirinya

dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif.

Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif, dan dengan

dorongan (internal maupun eksternal) untuk bersibuk diri secara kreatif,

maka produk-produk kreatif yang bermakna dengan sendirinya akan

timbul.

b. Ciri-ciri Kreativitas

Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memahami ciri-cirinya,

antara lain: menunjukkan rasa ingin tahu yang luar biasa, menciptakan berbagai

ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan, sering mengajukan

tanggapan yang unik dan pintar, tidak terhambat mengemukakan pendapat,

berani mengambil resiko, suka mencoba, peka terhadap keindahan dan segi-

segi estetika dari lingkungannya (Uno, 2011: 251).

Munandar dalam Uno (2011: 252) mengungkapkan indikator kreativitas

bagi peserta didik sebagai berikut:


21

1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.


2) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.
3) Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
4) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.
5) Mempunyai atau menghargai rasa keindahan.
6) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah
terpengaruh orang lain.
7) Memiliki rasa humor tinggi.
8) Memiliki daya imajinasi yang kuat.
9) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dari orang lain (orisinal).
10) Dapat bekerja sendiri.
11) Senang mencoba hal-hal baru.
12) Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi).

Adapun proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui

masalah yang memacu pada lima macam prilaku kreatif sebagaimana yang

dipaparkan oleh Parnes dalam Rachmawati (2011: 14) sebagai berikut :

1) . Fluency (kelancaran) : yaitu kemampuan mengemukakan ide yang


serupa untuk memecahkan suatu masalah.
2) . Flexibility (keluwesan) : yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai
macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa.
3) . Originality (keaslian) : yaitu kemampuan memberikan respon yang unik
atau luar biasa.
4) . Elaboration ( keterperincian) : yaitu kemampuan menyatakan
pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi
kenyataan.
5) . Sensitivity (kepekaan) : yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan
masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Sedangkan Petty (Kuswana . 2012 : 211 ) mengungkapkan bahwa

proses kreatif memiliki enam tahap : inspirasi, klarifikasi, evaluasi, distilasi,

inkubasi, dan kerja keras. Hal ini, tidak dalam urutan tetap dan biasanya

berpengalaman beberapa kali selama proses dari karya kreatif. Tujuannya

lebih pada praktis daripada teoretis. Dia menggambarkan proses kreatif

sebagai variabel yang kompleks, tapi memerlukan disiplin. Fleksibilitas


22

dalam membuat pilihan yang tepat, pada setiap tahap yang berbeda

menemukan masalah dan pemecahan masalah.

Menurut Rhodes dalam Kuswana (2012 : 213) kreativitas

melampaui pribadi , proses, dan hasil. Ranah juga penting, seperti

tekanan serta interaksi antara orang-orang dan lingkungan.

c. Mengembangkan kreativitas pada Siswa

Kreativitas mempunyai relevansi untuk proses pendidikan yang dapat

dikembangkan. Dan untuk mengembangkan kreativitas siswa, guru perlu : (1)

mengembangkan kepercayaan diri yang tinggi pada siswa untuk mengurangi

timbulnya rasa takut melakukan kesalahan;(2) memberikan semangat pada

siswa dalam suatu komunikasi yang bebas dan terarah;(3) memperkenalkan

siswa untuk menentukan sendiri sasaran dan evaluasinya terhadap dirinya

sendiri; dan (4) pengawasan yang tidak terlalu ketat (kaku) dan otoriter.

Kreativitas juga merupakan hakikat pendidikan, selain itu kreativitas juga

merupakan kegiatan bermakna dan bermanfaat (bagi dirinya sendiri maupun

lingkungannya), menimbulkan rasa senang, kepuasan dan keberhasilan, serta

mempunyai rasa ingin tahu, senang mencari hal-hal yang baru, serta merasa

tertantang untuk menyelesaikan hal-hal yang rumit. Oleh karena itu kreativitas

perlu dipupuk untuk memungkinkan anak mewujudkan potensinya secara

optimal.

Selanjutnya dinyatakan bahwa ada beberapa cara guru untuk memupuk

kreativitas siswa dalam Iswoyo (2013: 15), yaitu :

1) . Memahami sifat yang dimiliki anak


23

Semua anak terlahir dengan sifat ingin tahu dan berimajinasi. Sifat ini
merupakan modal dasar bagi anak untuk berkembangnya sikap kritis dan
kreatif.
2) . Mengenal anak secara perorangan
Setiap anak adalah berbeda. Berbeda dalam berbagai hal, misalnya
lingkungan keluarga, kecerdasan dominan yang bervariasi, gaya belajar
yang berbeda dan kemampuan yang beragam. Dalam PAILKEM,
perbedaan individual itu harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
3) . Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian kelas
Berdasarkan pengalaman anak akan menyelesaikan tugas dengan baik
jika mereka duduk berkelompok. Hal ini memudahkan anak berinteraksi
dan bertukar pikiran.
4) .Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah.
5) .Mengembangkan ruang kelas / lingkungan sekitar sekolah sebagai
lingkungan belajar yang menarik.
6) .Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
7) .Managemen kelas. .

3. Model Pembelajaran Berbasis Lingkungan

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Para ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar. Gagne dalam Syah

(2005 : 8) menyatakan : “Belajar didefinisikan sebagai suatu proses di mana

suatu organisasi berubah perilakunya akibat suatu pengalaman”. Menurut

Morgan dalam Syah (2005 :9) menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan

belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri : 1). Belajar adalah perubahan tingkah laku.

2). Perubahan karena latihan, bukan karena pertumbuhan. 3). Perubahan

tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.
24

Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses, artinya dalam belajar akan

terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah, atau

persoalan menyimak dan latihan (Anitah,dkk. 2011 : 105).

Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga

menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi karena

adanya interaksi individu dengan lingkungannya yang disadari ( Sanjaya, 2011

:112).

Simpulan dari pernyataan diatas pengertian belajar adalah perubahan

tingkah laku seseorang melalui suatu proses yang disengaja, untuk menguasai

kecakapan tertentu berdasarkan pengalaman yang telah lalu melalui latihan.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam

upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan

memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar ( Susilana, dan Riyana. 2009 :1).

Kegiatan yang terpenting dalam pembelajaran adalah terjadinya proses belajar

( learning process ).

Pembelajaran merupakan proses yang melibatkan berbagai unsur agar

tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik. Dalam

pembelajaran melibatkan dua peristiwa penting yaitu pihak yang belajar dan

pihak yang mengajar, selain perangkat-perangkat lain dalam pendidikan.

Sebagai penjabaran dari kurikulum, pembelajaran mengandung berbagai

komponen seperti tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Pembelajaran

juga diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik pada suatu

lingkungan belajar. Terdapat dalam pasal 1 butir 20 UU RI tahun 2003, istilah


25

pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan

kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya menggunakan istilah “proses belajar

mengajar “ dan “pengajaran”. Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan

yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta

didik.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Pengertian Model pembelajaran Berbasis Lingkungan

Model pembelajaran adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa, di mana proses pembelajaran dirancang, disusun, dan

dikondisikan untuk siswa agar belajar (Uno , 2011 : 106 )

Berbasis lingkungan yaitu suatu model yang tidak dirancang secara khusus

untuk mencapai tujuan / kompetensi pembelajaran tertentu, melainkan media

yang keberadaannya sudah ada / tersedia di sekitar kita, hanya tinggal

memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis lingkungan sekolah adalah model yang

keberadaannya sudah tersedia di sekitar kita dan dimanfaatkan sesuai dengan

kebutuhan pembelajaran. Model pembelajaran berbasis lingkungan sekolah

secara umum dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar yaitu : orang dan

lingkungan. Orang akan meliputi lapisan masyarakat dari semua profesi.


26

Sedangkan lingkungan meliputi : benda-benda buatan manusia, batu-batuan,

flora, fauna, peristiwa hukum alam ,dsb.

Menurut Amri (2010; 13) melalui pendekatan lingkungan, pembelajaran

lebih bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat

diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya. Hasil

dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada

lingkungan. Manfaat keberhasilan dalam pembelajaran akan terasa manakala

apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diimplementasikan dalam realitas

kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran

dengan pendekatan lingkungan.

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan

kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk

berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 2012:47).

Model pembelajaran berbasis lingkungan ini mampu melibatkan siswa

secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan

demikian selama dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa untuk lebih

aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pada prosesnya, model

pembelajaran ini mengutamakan kreativitas siswa ( Amri. 2010; 20).

Lingkungan merupakan segala situasi yang ada di sekitar kita. Yamin

(2011: 104) menjelaskan bahwa lingkungan dapat berperan sebagai media

belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Situasi ini dapat

mempengaruhi proses belajar siswa. Jika lingkungan ditata dengan baik,

lingkungan dapat menjadi sarana yang bernilai positif dalam membangun


27

dan mempertahankan sifat positif. Lingkungan terdiri dari lingkungan luar dan

lingkungan dalam. Lingkungan luar diartikan sebagai gabungan faktor-faktor

geografi dan sosial ekonomi yang mempengaruhi hubungan sekolah dengan

masyarakatnya. Sedangkan lingkungan dalam adalah bahan pokok

bangunan dan ketersediaan peralatan untuk menunaikan tugas pengajaran dan

belajar. Lingkungan itu sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di

dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun

sosio-kultural.

Lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif dan efisien serta

tidak membutuhkan biaya yang besar dalam meningkatkan motivasi peserta

didik ( Uno, 2011 :137).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan

tempat belajar adalah segala situasi yang ada di sekitar siswa saat proses

pembelajaran. Jadi lingkungan fisik tempat belajar adalah segala sesuatu dalam

bentuk fisik yang ada di sekitar siswa saat proses pembelajaran.

Lingkungan yang ditata dengan baik akan menciptakan kesan positif dalam

diri siswa, sehingga siswa menjadi lebih senang untuk belajar dan lebih

nyaman dalam belajar.

c. Pengelolaan Proses Pembelajaran berbasis lingkungan

Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan

sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses

belajar mengajar. Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah


28

mengelola proses belajar mengajar yang selalu berusaha untuk

meningkatkan kualitas belajar.

Menurut Arends (Trianto, 2011 : 25) ada enam model pengajaran yang

sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu : presentasi,

pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif,

pembelajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Seorang perancang

pembelajaran atau guru dalam memilih model pembelajaran harus

mempertimbangkan hal-hal seperti materi pembelajaran, waktu yang diperlukan

dalam pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar,

dan fasilitas penunjang yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan dapat tercapai, serta dapat meningkatkan hasil belajar.

d. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Kejuruan.

Setiap mata pelajaran pasti memiliki ruang lingkup materi yang dipelajari.

Ruang lingkup pembelajaran IPA SMK tertuang di dalam KTSP. Ruang

lingkup bahan kajian IPA untuk SMK kelas XI meliputi aspek-aspek berikut:

a. Identifikasi jenis limbah

b. Identifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja

c. Dampak polusi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan

d. Cara-cara menangani limbah

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup

pembelajaran IPA di SMK kelas XI meliputi identifikasi jenis limbah, dan jenis

polusi pada lingkungan kerja, serta cara-cara menangani limbah.

e. Pembelajaran Berbasis Lingkungan Alam Sekitar


29

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang

mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun

tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan

lingkungan abiotik. Jjika berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa

teman-teman sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun

sekolah serta hewan-hewan yang ada disekitarnya. Adapun lingkungan

abiotik berupa udara, kursi, meja, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai

benda mati yang ada disekitarnya. Lingkungan alam sekitar memiliki

pengertian yang sangat banyak tidak hanya sebatas lingkungan alam namun

dapat berupa lingkungan sosial dan wilayah/tempat.

Perintis gerakan pengajaran lingkungan alam sekitar adalah Fr. Finger

(1808-1888) di Jerman dengan “heimatkunde” (pengajaran alam sekitar),dan J.

Lighthart (1859-1916) di Belanda dengan “Het Voll Leven” (kehidupan

senyatanya). (Syaiful Sagala, 2011: 180-181) Beberapa prinsip gerakan

“heimatkunde” adalah :

1. Dalam pengajaran lingkungan alam sekitar itu, guru dapat

memperagakan secara langsung sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-

dasar.

2. Pengajaran lingkungan alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-

banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya dudukduduk, dengar saja.

3. Pengajaran lingkungan alam sekitar memungkinkan untuk memberikan

pengajaran totalitas.
30

4. Pengajaran lingkungan alam sekitar memberi kepada anak dan bahan

apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalitas.

5. Pengajaran lingkungan alam sekitar memberikan apersepsi emosional,

karena alam sekitar mempunyai ikatan emosional yang baik.

Sedangkan J. Lighthart mengemukakan pegangan dalam “Het Voll

Leven” yaitu :

1. Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar

namanya.

2. Pengajaran sesungguhnya harus berdasarkan pada pengajaran

sebelumnya.

3. Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya kesemua

jurusan, agar siswa paham akan hubungan antara bermacam-macam

lapangan dalam hidupnya. Anak dalam dalam masa perkembangannya

akan dihadapkan dalam berbagai lingkungan. Lingkungan yang paling awal

di kenal dan terdekat oleh anak adalah lingkungan primer. Lingkungan

primer merupakan lingkungan keluarga, yang di dalamnya terjadi interaksi

yang erat dan inten dengan orang tua. Orang tua secara langsung

mempengaruhi setiap terbentuknya perilaku dasar pada anak.Di samping

lingkungan primer, anak juga akan dihadapkan pada lingkungan sekunder.

Lingkungan kedua ini merupakan lingkungan sekolah. Di lingkungan

ini anak tidak hanya belajar pada tataran akademik tapi anak akan turut

belajar bagaimana untuk melakukan sosialisasi terhadap orang-orang di


31

sekitarnya, terlebih dengan teman sebayanya.Secara psikologi, lingkungan

juga berperan penting dalam perilaku manusia ( khususnya sekolah) , sebab

dari sinilah perilaku-perilakuan yang terus menerus dan terstruktur masih

diberikan kepada anak, sehingga anak diharapkan dapat merubah perilakunya

sesuai yang diharapkan.

Sekolah yang telah memberikan lingkungan yang menunjang bagi

kesuksesan pendidikan maka sekolah itu secara langsung dan tidak langsung

memberikan sentuhan perilaku kepada anak. Lingkungan tersebut meliputi

lingkungan fisik, meliputi bangunan, alat, sarana, dan guru. Kemudian

lingkungan non fisik yaitu meliputi kurikulum, norma, dan pembiasaan nilai-nilai

kehidupan yang terlaksana di sekolah itu.

Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan menjadi wahana bagi peserta

didik untuk mengajarkan diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA

mengarahkan peserta didik untuk mencari tahu dan berbuat, sehingga

dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

yang memanfaatkan lingkungan sekolah sekitar sebagai media dan tempat

pembelajaran dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa, suasana

inovatif dan sosio psikologis dalam suasana yang rileks tetapi tetap terarah

sesuai dengan tujuan pembelajaran.


32

B. Penelitian yang Relevan

Sebagai langkah awal dari penulisan ini juga sebagai arahan berfikir

dalam menganalisIS data yang diperoleh, penulis mempelajari beberapa

buku sebagai bahan acuan atau pijakan yang ada pada umumnya

mempunyai bahasan yang berkaitan erat dengan ojek yang diteliti.

Proses pembelajaran IPA ini pernah diteliti sebelumnya, namun

tidak menghambat peneliti selanjutnya untuk mengkaji dari sisi

permasalahan lain. Apabila dilihat dari segi permasalahan yang penulis

teliti sangat berbeda, penulis terdahulu Fina Dwi Handayani 2013 dengan

Tesisnya yang berjudul “ Pemanfaatan Media Lingkungan dan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Rancagede III

Kecamatan Gunung Kaler Kabupaten Tanggerang”. Memfokuskan

peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD dan memanfaatkan

media lingkungan sekolah. Sedangkan penulis memfokuskan penelitian

untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas XI SMK

dengan memanfaatkan pencemaran yang terjadi disekitar lingkungan

sekolah.

Penelitian terdahulu oleh Maryadi, dengan judul Tesisnya “

Pengaruh Model dan Gambar Serta Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VII SMPN 1 Sajira” . Letak

perbedaannya yaitu pada model pembelajaran yang digunakan dan mata


33

pelajaran yang diteliti adalam mata pelajaran IPA SMP. Dan penelitian

yang digunakan adalah studi eksperimen.

Selain itu penelitian terdahulu adalah Pengaruh Pemanfaatan

Media Lingkungan dan Media Gambar ditinjau dari Kreativitas Siswa

Terhadap Hasil Belajar Seni Tari di SMA Negeri Cahaya Madani Banten

Boarding School , oleh Tanti Febrianti . Letak perbedaannya yakni pada

jenis penelitian yang digunakan kuantitatif, dan materi pembelajarannya

yaitu seni tari. Karena penulis menggunakan jenis penelitian tindakan

kelas , dan materi pembelajarannya adalah IPA.

Dari paparan penelitian terdahulu, maka dapat di simpulkan bahwa

penelitian ini bersifat original atau belum pernah diangkat pada waktu

sebelumnya dan tidak ada peniruan dari penelitian orang lain

C. Kerangka Teoretik

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di depan, maka dapat

dikemukakan kerangka teoretik dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran berbasis lingkungan sekolah untuk

meningkatkan kreativitas siswa

Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah, memberikan

kesempatan pada siswa untuk lebih kreatif dan aktif dalam proses

pembelajaran di sekolah. Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah

yang disesuaikan, menyebabkan siswa berperan aktif dan kreatif

dalam pembelajaran IPA. Siswa akan tertarik belajar, karena tidak


34

hanya duduk di kelas untuk melihat dan mendengarkan keterangan

dari guru, akan tetapi dapat melihat, membuktikan, dan mengalaminya

sendiri pada proses pembelajarannya. Dengan biaya yang sangat

murah dan tanpa biaya sama sekali.

2. Penggunaan model pembelajaran berbasis lingkungan sekitar sekolah

terhadap hasil belajar IPA.

Interaksi antara pemanfaatan lingkungan sekolah terhadap

kreativitas dan hasil belajar IPA pada siswa sangat dimungkinkan dan

sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar IPA.

Pembelajaran dengan menggunakan media yang tepat sesuai dengan

kondisi siswa dan biaya yang murah dengan memanfaatkan

lingkungan sekitar sekolah akan menimbulkan kreativitas siswa

meningkat sehingga memberikan semangat siswa untuk mendapatkan

hasil belajar yang baik pula.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka teoretik yang telah dijelaskan

didepan, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis dalam penelitian sebagai

berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran berbasis lingkungan sekitar sekolah

dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas XI SMKN 4 Cilegon

2. Penggunaan model pembelajaran berbasis lingkungan sekitar sekolah

dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas XI SMKN 4 Cilegon


35

3. Proses perencanaan pembelajaran dengan memanfaatkan model

pembelajaran berbasis lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatkan

kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas XI SMKN 4 Cilegon.

4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran lingkungan sekolah dengan

kreativitas dan hasil belajar IPA.


36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas ( classroom

action research ) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) lebih diarahkan pada praktik pemecahan masalah

yang terjadi dalam konteks pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di

luar kelas.

Menurut Arikunto (2010: 104) PTK merupakan penelitian tindakan

sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif, partisipatif,

kolaboratif, dan spiral yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan

sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi. Sedang bila

dilihat dari Sifatnya menurut Dakates (2012: 133) PTK adalah tindakan

yang bersifat praktis dengan tujuan meningkatkan efektifitas pembelajaran

dan mengembang pemahaman para pelaku dan pengembang keahlian.

Wiraatmadja (2009: 13) PTK adalah bagaimana sekelompok guru

dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan

belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan

sesuatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan

melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memecahkan

permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas, dan juga untuk

meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.


37

Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan,

tahapan tersebut meliputi : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

refleksi, tahapan-tahapan tersebut disebutkan sebagai siklus yang harus

dilakukan berulang-ulang. Bagan di bawah ini merupakan siklus yang

harus dilakukan dalam penelitian tindakan kelas.

Gambar 3.1

Bagan Siklus PTK ( Arikunto, 2010 )

B. Kehadiran dan Peran peneliti di Lapangan.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, sebagai peneliti adalah pihak

yang merasakan adanya masalah yang perlu diselesaikan, dalam hal ini

peneliti adalah sebagai pengajar disekolah tersebut, kehadiran peneliti di


38

lapangan sangat diperlukan dalam rangka mengadakan pengamatan

terhadap subjek dan objek penelitian untuk mendapatkan data-data yang

diperlukan. Selain itu peneliti juga berkolaborasi dengan informan dan

observer, peneliti juga dibantu oleh dua rekan sejawat sebagai guru mitra

untuk menilai peneliti pada saat melakukan perbaikan pembelajaran di

kelas.

C. Kancah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 4 Cilegon. Yang berlokasi di

jalan Yos Sudarso ,lingkungan baru II , kelurahan Lebak Gede ,

Kecamatan Pulomerak, kota Cilegon. Dipilihnya Sekolah ini sebagai

tempat penelitian didasarkan atas pertimbangan peneliti yang juga

menjadi tenaga mengajar di sekolah tersebut.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan Nautika Kapal

Niaga yang berjumlah 33 siswa, terdiri dari 25 laki-laki dan 8 perempuan.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober dan November tahun

pelajaran 2012/2013.

E. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data pada penelitian ini disesuaikan dengan

rumusan dan tujuan penelitian yang sudah ditulis sebelumnya, data

pada penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran dan hasil belajar

yang diperoleh siswa dengan menggunakan pembelajaran di


39

lingkungan sekitar sekolah. Sumber data diambil dari siswa itu sendiri

dibantu oleh rekan guru dan kepala sekolah untuk membantu

memberikan refleksi pada proses pembelajaran.

F. Pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan

instrument sebagai berikut :

1. Observasi

Pada penelitian ini observasi dilakukan pada siswa dan guru. Observasi

terhadap siswa dilakukan dengan cara mengamati dan dicatat untuk

mengetahui sikap, perilaku, dan kegiatan belajar yang berlangsung.

Selain pada siswa, observasi juga dilakukan pada peneliti sebagai

guru dikelas tersebut. Peneliti dibantu oleh 2 orang rekan sejawat sebagai

observer. Observer tersebut juga sebagai tenaga pengajar di SMKN 4

Cilegon.

2. Wawancara ( interview )

Wawancara digunakan untuk bertanya langsung dengan responden.

Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMKN 4 Cilegon yang

berjumlah 33 orang. Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara

terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan data.

Adapun data yang ingin diperoleh melalui wawancara dalam hal ini

antara lain adalah tentang pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dan


40

perasaan siswa pada saat menggunakan model pembelajaran berbasis

lingkungan sekolah.

3. Tes

Tes hasil belajar merupakan salah satu alat ukur yang mengukur

penampilan maksimal. Hasil belajar siswa dapat diketahui dengan

menerakan skor atas jawaban yang telah diberikan masing-masing

siswa. THB mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang

diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Penelitian ini

menggunakan tes tertulis yang berbentuk isian dan uraian.

4. Angket/ kuesioner

Angket / kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan yang tertulis terinci

dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya

atau hal- hal yang diketahuinya. Kreativitas siswa dapat diketahui,

misalnya tentang keadaan atau data dirinya seperti pengalaman, sikap,

minat, kebiasaan belajar dan lain sebagainya.

G. Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung. Dalam penelitian ini instrumen yang

digunakan untuk mengumpulkan data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Lembar tes

2. Pedoman observasi

3. Pedoman wawancara

4. Angket / Kuesioner
41

Setelah data diperoleh dari hasil pengumpulan data maka data perlu

segera diolah. Adapun langkah-langkah analisis data yaitu sebagai

berikut:

1. Langkah persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada langkah persiapan antara lain :

a. Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa instrument

penelitian

b. Mengecek isian data

2. Pengelompokan data

a. Penilaian pada hasil wawancara, observasi dan hasil belajar siswa

b. Pemberian skor terhadap soal-soal tes

c. Menyusun target keberhasilan, dengan kriteria sebagai berikut :

Kriteria Penilaian :

1) Baik sekali = 80 – 100


2) Baik = 66 – 79
3) Cukup = 56 – 65
4) Kurang = 40 – 55
5) Gagal = 0 – 39
Keterangan : jika nilai rata-rata anak mencapai 70% dari jumlah
skor nilai soal, maka target keberhasilan siswa
tercapai.
d. Pemberian skor (skala nilai) pada setiap aspek observasi kegiatan

siswa pada setiap siklus

e. Menjumlah daftar hasil observasi, hasil studi dokumentasi, dan

hasil belajar siswa untuk dibuat rata-rata.

f. Menganalisis hasil observasi dan hasil tes kemampuan siswa

setiap siklus

3. Tahap penafsiran data

a. Menyesuaikan data dengan pertanyaan penelitian


42

b. Mendeskripsikan hasil penemuan berdasarkan hasil analisis dan

membahasnya untuk menarik kesimpulan.

H . Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan suatu tahapan atau langkah-langkah

kegiatan dalam melaksanakan penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas

menghendaki adanya siklus belajar yang terdiri dari empat tahapan kegiatan,

yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan

(observation), dan refleksi (reflection).

Keempat tahapan tersebut harus dilalui oleh peneliti pada setiap siklus

pembelajaran.

1. Perencanaan ( planning )

Setelah ditemukan masalah yang penting untuk dipecahkan,

disusunlah rencana tindakan yang memuat gagasan untuk mengatasi

masalah tersebut yang mencakup tujuan, sasaran , dan target, prosedur

pelaksanaan bahan yang akan diberikan, metode dan alat evaluasi dalam

bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2. Pelaksanaan ( Action )

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atas

penerapan isi rancangan. Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan

sesuai dengan rencana yang dibuat sebagai perbaikan pembelajaran.

3. Pengamatan ( observation )

Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan.

Pada tahap ini peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan hasil

atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap


43

siswa. Guru pelaksanaan mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi

agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus selanjutnya.

4. Refleksi ( reflection )

Refleksi berasal bahasa inggris reflection, yang artinya pemantulan.

Kegiatan refleksi ini dilakukan ketika guru pelaksanaan sudah selesai

melakukan tindakan. Guru dan peneliti mengevaluasi temuan-temuan

yang dihasilkan melalui observasi untuk direvisi yang kemudian dibuat

rencana baru dalam siklus berikutnya.

Dengan demikian siklus itu akan terus terjadi sepanjang perbaikan

dirasa belum optimal. Penelitian ini terdiri dari pra siklus dan tiga siklus

tindakan, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : tahap

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sedangkan pra siklus

terdiri dari dua tahap, yaitu tahap observasi dan refleksi.

1. Pra siklus

a. Observasi

1) Mengadakan pre tes soal IPA

2) Mengadakan pengamatan terhadap hasil pre tes

b. Refleksi

Mengadakan diskusi dan evaluasi terhadap permasalahan yang

dihadapi dan hasil yang dicapai melalui observasi dan hasil tes yang

telah dilakukan yang berkaitan dengan pengembangan IPA tentang

“pencemaran lingkungan”. Selanjutnya memberikan refleksi sebagai

bahan rancangan kegiatan pemecahan masalah berdasarkan hasil

diskusi dan evaluasi untuk merumuskan rencana siklus I


44

2. Siklus I

Kegiatan yang dilakukan pada siklus I merupakan pemecahan

masalah hasil dari pra siklus.

a. Tahapan Perencanaan

1) Menganalisis dan merumuskan masalah

2) Mengadakan kolaborasi antara peneliti dan guru mitra

3) Merancang dan membuat RPP

4) Membagi peran antar peneliti dengan guru mitra

5) Merancang pedoman observasi

b. Tahap Tindakan

1) Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan perencanaan

2) Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya

kegiatan yang dilaksanakan.

3) Mengantisipasi dengan mencari solusi apabila menemui

kendala saat melakukan tahapan-tahapan kegiatan.

c. Tahap Observasi

1) Melakukan pengamatan terhadap penerapan model

pembelajaran berbasis lingkungan sekolah.

2) Mencatat setiap perubahan dan kegiatan yang terjadi saat

penerapan model pembelajaran berbasis lingkungan sekolah

3) Melakukan diskusi dengan guru mitra untuk membahas tentang

kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan oleh

guru serta memberikan saran perbaikan untuk pelajaran

berikutnya.
45

d. Tahapan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan sebelumnya,

peneliti bersama guru mitra menganalisis hasil observasi. Jika pada hasil

refleksi ini tujuan penelitian telah tercapai, maka tindakan dihentikan. Jika

masih terdapat kekurangan, maka diberikan refleksi untuk tindakan

berikutnya.

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan dan mencari upaya

perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.

2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.

3) Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.

b. Tahap Tindakan

1) Melakukan analisis pemecahan masalah

2) Melaksanakan tindakan perbaikan dengan memanfaatkan media

lingkungan disekitar sekolah, yaitu berupa pencemaran lingkungan

yang terjadi disekitar sekolah..

c. Tahap Mengamati

1) Melakukan pengamatan terhadap pemanfaatan media lingkungan

sekitar sekolah, yaitu berupa pencemaran lingkungan yang terjadi

disekitar sekolah

2) Mencatat perubahan yang terjadi.

3) Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat

pembelajaran dan memberikan umpan balik.


46

d. Tahap Refleksi

Peneliti bersama guru mitra mendiskusikan hasil pengamatan yang

diperoleh untuk dianalisis dan dikaji kembali untuk memperbaiki hasil

pembelajaran sebelumnya yang dianggap masih kurang setelah

dilaksanakan tindakan pada siklus II ini. Apabila hasilnya belum maksimal,

maka dilanjutkan ke siklus berikutnya.

4, Siklus III

a. Tahap Perencanaan

1) Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan dan mencari upaya

perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.

2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.

3) Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus II

b. Tahap Tindakan

1) Melakukan analisis pemecahan masalah

2) Melaksanakan tindakan perbaikan dengan memanfaatkan media

lingkungan disekitar sekolah, yaitu berupa pencemaran lingkungan

yang terjadi disekitar sekolah..

c. Tahap Pengamatan

1) Melakukan pengamatan terhadap pemanfaatan media lingkungan

sekitar sekolah, yaitu berupa pencemaran lingkungan yang terjadi

disekitar sekolah

2) Mencatat perubahan yang terjadi.

3) Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat

pembelajaran dan memberikan umpan balik.

4) Menyusun rekomendasi
47

d. Tahap Refleksi

1) Mengadakan evaluasi

2) Membuat kesimpulan

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Adanya peningkatan dari siklus, peningkatan ini dapat dilihat dari hasil

tes siswa

b. Terciptanya suasana belajar yang hidup dan bermakna

c. 75% dari jumlah siswa mencapai nilai 70 ke atas atau nilai sesuai KKM

yang ditetapkan sekolah

d. 80% dari siswa memiliki kreativitas yang tinggi.

J. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah silabus, Rencana

pelaksanaan Pembelajaran (RPP), rubrik penilaian rancangan

pengamatan, rubrik pengamatan, rubrik penelitian laporan praktikum,

lembar observasi guru dan siswa, angket respon siswa, dan tes hasil

belajar (penguasaan konsep).

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan perlu persiapan

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan


48

dijadikan PTK dengan materi Pencemaran Lingkungan untuk siswa

kelas XI pada mata pelajaran IPA.

b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa digunakan sebagai bahan ajar pencemaran di

lingkungan sekolah pada saat kegiatan percobaan.

c. Lembar Observasi

Memantau aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran

melalui metode pembelajaran berbasis lingkungan. Lembar observasi

meliputi penilaian aspek efektif psikomotorik dan kreativitas. Observasi

kepribadian kreatif yaitu rasa ingin tahu, berani mengambil resiko,

imajinatif dan inisiatif. Lembar observasi berisi rentang nilai 1-4.

Penilaian indikator berfikir digolongkan kedalam kategori sangat baik,

baik, cukup, dan kurang.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Observasi Kreativitas

Aspek
Indikator
Kreativitas

a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar


b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
Rasa Ingin c. Banyak akal
Tahu d. Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti
e. Cenderung mencari jawaban yang luas dan
memuaskan
a. Memiliki dedikasi serta aktif dalam
melaksanakan tugas
Mengambil b. Berfikir fleksibel
Resiko c. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta
cenderung memberi jawaban yang lebih
banyak
a. Kemampuan membuat analisis dan sintesis
Imajinatif b. Memiliki semangat bertanya serta meneliti
c. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
49

a. Memiliki latar belakang membaca yang cukup


Inisiatif
luas
(Sumber:Sound dalam Riyanto,2002,dimodifikasi)

d. Rubrik Penelitian Kreativitas

Pada penelitian ini ada tiga macam rubrik penelitian kerativitas yaitu

rubrik rancangan percobaan, rubrik penilaian produk, dan rubrik

penilaian indikator berfikir kreatif digolongkan ke dalam kategori

sangat baik, baik, cukup, kurang.


50

Tabel 3.1 kisi-kisi Rubrik Penilaian Rancangan Pengamatan

Kompeten Aspek
No. rancangan Berfikir Indikator
Pengamatan Kreatif
1.1 Mengemukakan banyak gagasan
Fluency mengenai judul praktikum yang akan
1 dicantumkan
Judul
1.2 Mengemukakan judul praktikum yang
Originality
berbeda dengan yang lainnya
2.1 Mengemukakan banyak gagasan
Fluency mengenai tujuan praktikum yang
Tujuan
akan dilakukan
2 Tinjauan
Pustaka Elaboration 2.2 Mengemukakan tujuan praktikum
secara jelas dan terperinci

Tinjauan 3.1 Menyertakan tinjauan pustaka yang


3 Flexibility sesuai dalam mendukung praktikum
Pustaka
yang dilakukan
4.1 Mengemukakan banyak gagasan
Fluency mengenai alat dan bahan yang dapat
digunakan dalam praktikum
4.2 Mengemukakan alternatif
Flexibility penggunaan alat dan bahan lain dari
penggunaan alat dan bahan standar
Alat dan baku
4
bahan 4.3 Mengemukakan alat dan bahan yang
akan digunakan dalam praktikum
Originality
yang jarang dikemukakan oleh
kelompok lain
4.4 Memerinci jumlah serta nilai satuan
Elaboration alat dan bahan yang akan digunakan
dalam praktikum
5.1 Menuliskan langkah kerja dalam
Originality bentuk baru (melalui gambar/bagan
Langkah alir) yang berbeda dari kelompok lain
5
Kerja 5.2 Menuliskan langkah kerja dalam
Elaboration bentuk baru (melalui gambar/bagan
alir) yang berbeda dari kelompok lain
6.1 Membuat sketsa rancangan produk
Originality
Sketsa yang berbeda dengan kelompok lain
6 Rancangan
6.2 Memberikan kombinasi warna, bahan
Produk
Elaboration dan bentuk/model pada sketsa
rancangan produk
(sumber:Munandar,2004,dimodifikasi)
51

Tabel 3.2 Kisi-kisi Rubrik Penilaian Produk

Aspek Produk
No. Indikator
Kreativitas

1.1 Pengamatan bermakna (memenuhi kebutuhan


untuk mengatasi masalah)
1.2 Pengamatan logis (mengikuti aturan yang
ditentukan bidang ilmu tertentu)
1.3 Pengamatan menerapkan prinsip 3R (Reduce,
1 Rasa Ingin Reuse, Recycle)
Tahu 1.4 Pengamatan menggunakan alat (dapat
digunakan secara praktis)
a. Alat dan bahan yang digunakan mudah didapat
b. Alat dan bahan yang digunakan terjangkau/
ekonomi
2.1 Pengamatan bermakna (memenuhi kebutuhan
untuk mengatasi masalah)
a. Pengamatan menggunakan bahan yang berbeda
2
inovatif dari kelompok lain
b. Pengamatan menggunakan alat yang berbeda
dari kelompok lain
3.1 Pengamatan dapat dipahami
3.2 Pengamatan bersifat kompleks
3.3 Pengamatan merupakan gabungan berbagai
3 Inisiatif
kriteria
3.4 Pengamatan menunjukan keterampilan yang
baik
(Sumber:Munandar,2004,dimodifikasi)

e. Angket
Angket digunakan demi mengetahui pendapat siswa terhadap metode
pembelajaran yang diterapkan pada proses pembelajaran. Penilaian skala
angket menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap pendapatan dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (sugiyono, 2011 : 93).
f. Catatan Lapangan
Digunakan guna memperoleh data secara obyektif tidak terekam dalam
lembar observasi. Catatan lapangan meliputi seluruh aktivitas siswa dan
guru selama tindakan berlangsung.
52

g. Dokumentasi (kamera)
Dokumentasi digunakan guna mendokumentasikan kegiatan guru dan
siswa
h. Tes Hasil Belajar
Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa pada
pencemaran lingkungan. Tes penguasaan konsep diuji cobakan kepada
siswa yang telah memperoleh pembelajaran pencemaran lingkungan. Hasil uji
coba tes penguasaan konsep dianalisis untuk mengetahui validasi, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda.
a. Uji Validitas Soal
Karno To (1996:2) mengemukakan bahwa validitas tes merupakan
tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes, tes yang valid adalah tes yang
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Jadi, dapat dikatakan bahwa
analisis validitas tes merupakan analisis yang di lakukan untuk menunjukkan
tingkat ketepatan suatu instrumen tes dalam mengukur sasaran yang hendak
diukur. Uji validitas tes ini dilakukan dengan menggunakan teknik kolerasi
product momen yang dikemukakan oleh pearson (pearson Product Moment),
yaitu sebagai berikut :

∑ − (∑ ) (∑ )
=
( ∑ − (∑ )( ∑ − (∑ ) )

(Arikunto,2005)

Dengan :

Rxy = korelasi antara variabel X dan Y


X = skor tiap butir soal.
Y = skor total tiap butir soal.
N = jumlah siswa
53

Untuk menginterpretansikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari


perhitungan diatas, digunakan kriteria validitas tes seperti pada tabel 3.5
Tabel 3.3
Interpretasi Validitas Tes
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < £1,00 Sangat Tinggi
0,60 < £1,00 Tinggi
0,40 < £1,00 Cukup
0,20 < £1,00 Rendah
0,00 < £1,00 Sangat Rendah
(Arikunto,2005:75)

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keajengan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh
mana suatu tes dapat di percaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif
tidak berubah walaupun diteskan dalam situasu yang berbeda-beda suatu
ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang
kemampuan seseorang (Harry Firman, 2000). Untuk menguji reliabilitas tes
pada penelitian ini digunakan rumus Alpa sebagai berikut :
∑ 2
11 1
−1 2
Dengan :
r11 = relibilitas yang dicari
2
∑σi = jumlah varians skor tiap-tiap item
Σi2 = variansi total
(Arikunto, 2006)
Selanjutnya hasil perhitungan reliabilitas tersebut diinterpresikan sebagai
berikut
Tabel 3.4
Interpretasi Reliabilitas
Nilai Relibilitas Kriteria
0,00 – 0,20 Sangat Tinggi
0,21 – 0,40 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,61 – 0,80 Rendah
0,81 – 1,00 Sangat Rendah
(Arikunto, 2005 : 218)
54

a. Tingkat Kesukaran Butir Soal


Karno To (1996:8) mengemukakan bahwa analisis tingkat kesukaran
suatu butir soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir soal tersebut
tergolong mudah, sedang atau sulit. Tingkat Kesukaran ini dapat juga disebut
sebagai Taraf Kemudahan, seperti yang dikemukakan oleh syambasri
(2001:62) “Taraf Kemudahan suatu butir soal adalah proporsi dari
keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut”.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar, soal yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi
usaha emecdahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagidi luar jangkauan (SuharsimiArikunto, 2005).
Tingkat kesukaran butir soal atau disebut juga tingkat kemudahan butir
soal dapat ditentukan dengan rumus:

1 P=

(Arikunto, 2005:208)
Dengan :
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan
benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menginterpretasikan indeks tingkat kesukaran yang diperoleh. dari


perhitungan diatas, digunakan kriteria tingkat kesukaran seperti yang
ditunjukikan pada tabel 3.5 dibawah ini :
Tabel 3.5
Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Butir Soal
Nilai P Kriteria
0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ P ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ P ≤ 1,00 Mudah
(Arikunto, 2005 : 210)
55

b. Daya Pembeda Butir Soal


Daya pembeda merupakan kemampuan suatu instrumen tes untuk
yang diteskan dan yang tidak diteskan . untuk membedakan antara siswa
yang pandai menguasai materi/ pandai ,dan siswa yang tidak menguasai
materi (Suharsimi Arikunto, 2010). Dengan kata lain, butir soal yang memiliki
daya pembeda yang baik ialah butir soal yang dapat dijawab dengan benar
oleh siswa yang pandai dan tidak dapat dijawab dengan benar oleh pandai.
Hal ini ditegaskan bahwa, analisis daya pembeda merupakan analisis tes
yang bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana butir soal dapat
membedakan (siswa pandai) dan siswa yang tidak menguasai bahan (siswa
yang kurang pandai). Untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal
digunakan rumus :
SP = − = −

(Arikunto, 2010 : 210)

Dengan :

D = Daya pembeda butir soal


JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
itu
dengan benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk menginterpretasikan indeks daya pembeda yang diperoleh dari


perhitungan diatas, digunakan tabel kriteria daya pembeda seperti yang
ditunjukkan Pada tabel 3.6.
56

Tabel 3.6
Interpretasi Daya Pernbeda Butir Soal

Nilai DP Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Sangat Baik
(Arikunto, 2010 : 218)

i. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


Teknik pengumpulan pada penelitian ini data yang dilakukan pada
penelitian ini terdiri dari observasi, pengisian angket oleh siswa, wawancara
terhadap guru dan dokumentasi dengan cara mencatat data-data faktual
penting yang tidak terungkap. Rincian teknik pengumpulan data dapat dilihat
pada tabel 3'7 sebagai berikut :

Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data


No. Teknik Instrumen Jenis Data Sumber
Data
1. Observasi Lembar Kreativitas siswa Siswa
Observasi dalam kegiatan Guru
praktikum
2. Angket Lembar Tanggapan Siswa
Angket siswa mengenai
pembelajaran
berbasis proyek
3. Dokumentasi Catatan Catatan hal-hal Kegiatan
Peneliti penting yang Penelitian
terjadi selama
proses
penelitian

Pengolahan data yang diperoleh dari setiap tindakan penelitian berupa hasil
tes belajar dan kreativitas siswa melalui penerapan metode pembelajran
berbasis proyek. Setelah data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data
sebagai berikut :
57

1. Hasil Belajar Siswa


Penilaian hasil belajar siswa guna menentukan siswa tuntas maupun
tidak tuntas pada konsep larutan asam basa berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2011 SMK Negeri 4 Cilegon yaitu :
% %
Nilai Hasil Belajar Siswa =

Tabel 3.8 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


No Nilai KKM
(Skala 100) 70
1 70 - 100 Tuntas / Kompeten
2 < 70 Belum Tuntas / Belum
Kompeten
(KTSP SMKN 4 Cilegon, 2011)
Nilai hasil belajar siswa di dapat dari :
a. Nilai Evaluasi
Menurut Arikunto (2010: 25), evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data
untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Nilai evaluasi
dimaksudkan dalam penelitian demi mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pada kegiatan belajar mengajar.

Tinggkat Penugasan = x 100%

Tabel 3.9 Klasifikasi Tingkat Penugasan (KKM)


No. Kategori Prestasi Kategori
Siswa
1 90 - 100 Sangat Baik
2 75 - 89 Baik
3 60 – 74 Cukup
4 0 - 59 Kurang
(KTSP SMKN 4 Cilegon, 2011)
b. Nilai Praktikum
Nilai praktikum dalam penelitian yaitu nilai mengukur aspek psikomotor
serta aspek efektif siswa. Hal tersebut dapat dinilai dari produk dibuat
oleh siswa dengan perhitungan nilai sebagai berikut :
58

Tabel 3.10 Aspek Penilaian Rancangan Percobaan


No. Aspek Kemampuan Berfikir Skor (1-4)
Kreatif
1. Fluency
2. Flexibility
3. Originality
4. Elaboration
Tabel 3.11 Aspek Penilaian Keatif
No. Aspek Kemampuan Berfikir Skor (1-4)
Kreatif
1. Orisinil
2. Kejutan
3. Berkembang
4. Bermakna
5. Logis
6. Serbaguna
7. Elegan
8. Keterampilan
9. Detail
10 Fungsi Lain
(Utami Munandar, 2004 : 42)
Tabel 3.12 Aspek Penilaian Pengamatan
No. Aspek Yang Dinilai Skor (1-4)
1. Kelengkapan Laporan Hasil
kegiatan
2. Kesesuaian dengan tujuan
3. Partisipasi dalam kelompok
4. Ketepatan waktu dalam
menyelesaikan tugas
5. Prestasi
(KTSP SMKN 4 Cilegon, 2011)
Tabel 3.13 Kategori Penilaian Rancangan Pengamatan,
Kreativitas dan hasil belajar

No. Kategori
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup
1 Kurang
(KTSP SMKN 4 Cilegon, 2011)
a. Aspek Kognitif
Jenjang diukir pada aspek kognitif berupa pemahaman serta penguasaan
materi diberikan kepada siswa pada tingkat C1 (pengetahuan), C2
(pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis). Pengolahan dan aspek
59

kognitif dilakukan dengan cara mengkoreksi hasil test setiap siswa


berdasarkan pada kunci jawaban telah ditentukan kor maksimalnya dalam
setiap ietm test.
Tabel 3.14 Pedoman Penilaian Aspek Kognitif
No. Nilai Klasifikasi
1. 8.1 ≤ Nilai ≤ 10.0 Sangat Tinggi
2. 6.1 ≤ Nilai ≤ 8.1 Tinggi
3. 4.1 ≤ Nilai ≤ 6.1 Cukup/Sedang
4. 2.1 ≤ Nilai ≤ 4.1 Rendah/Kurang
5. 0.0 ≤ Nilai ≤ 2.1 Sangat Rendah
(Luhut P. Panggabean, 1996 : 58)

b. Aspek Afektif dan Aspek Psikomotor


Aspek afektif dimaksud dalam penelitian yaitu sikap siswa
berhubungan dengan penentuan kriteria pada tahapan-tahapan model
pembelajaran berbasis lingkungan, sedangkan aspek psikomotor dalam
penelitian yaitu kinerja siswa. Penggunaan instrumen dalam penelitian yaitu
lembar observasi aspek afektif juga psikomotor dengan menentukan Indeks
Prestasi Kelompok (lPK).
Indeks Prestasi Ketompok flPR dapat dihitung dengan membagi nilai
rata-rata untuk seluruh aspek penilaian, dengan skor maksimal mungkin
dicapai dalam tes.
IP
IPK = x 100
SM
Dengan :
IPK : Indeks Prestasi KelomPok
lP : Indeks PrestasiRata-rata
SM : Skor Maksimalmungkin dicapaidalam test.
Tabel 3.15
Kategori Tafsiran IPK untuk Aspek Psikomotorik
No. Nilai Interpretasi
1. 0,00 ≤ IPK ≤ 30,00 Sangat Kurang Terampil
2. 30,00 ≤ IPK ≤ 55,00 Kurang Terampil
3. 55,00 ≤ IPK ≤ 75,00 Cukup Terampil
4. 75,00 ≤ IPK ≤ 90,00 Terampil
5. 90,00 ≤ IPK ≤ 100,00 Sangat Terapil
(Luhut P. Panggabean, 1996
:
60

c. Aktivitas Siswa
Data hasil observasi berkaitan dengan aktivitas siswa pada model
Pembelajaran Berbasisi Proyek diolah dengan menentukan prestasi rata-
rata dari masing-masing Indikator diamati, yaitu dengan cara sebagi
berikut :
Jumlah Siswa Teramati
x 100%
Jumlah Siswa Hadir
Prestasi rata-rata aktivitas siswa pada aspek ditinjau, kemudian dianalisis
sesuai dengan kategori yang ditetapkan dalam tabel, berikut klasifikasi
aktivitas siswa pada tabel 3.16 di bawah ini :

Tabel 3.16 Kategori Aktivitas Siswa

Presentase yang aktif


dalam proses belajar Kategori
mengejar
100% Seluruhnya
76% - 99% Pada Umumnya
51% - 75% Sebagian Besar
50% Setengahnya
25% - 49% Hampir
Setengahnya
(Luhut P. Panggabean, 1996 : 68)
2. Aktivitas Guru
Data mengenai aktivitas guru pada saat melakukan kegiatan belajar mengajar
menggunakan model Pembelajaran Berbasis lingkungan akan diolah secara
kualitatif dengan mengunakan lembar observasi. skor rata-rata aktivitas guru
akan dibagi meniadi empat kategori skala ordinal yaitu sangat baik, baik,
cukup dan kurang, seperti klasifikasi pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.17 Kategori Aktivitas Guru

No. Kategori Prestasi Kategori


Siswa
4 3,50 – 4,00 Sangat Baik
3 3,00 – 3,49 Baik
2 2,50 – 2,99 Cukup
1 < 2,50 Kurang
(Luhut P. Panggabean, 1996 : 68)
61

3. Skor Pengukuran Angket


Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur angket adalahskala
pengukuran Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Jawaban setiap item instrument yang mengunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang
dipaparkan pada tabel dibawah ini

Tabel 3.18 Skala Likert

No. Kata-kata Skor


1. Sangat menarik / sangat setuju 4
2. Menarik / setuju 3
3. Kurang menarik / kurang setuju 2
4. Tidak menarik / tidak setuju 1
(Sugiyono, 2011: 94)

Analisis Data, Evaluasi dan Refleksi

1. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas , ada dua
jenis data yaitu data kualitatif dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data,
paparan data, dan penyimpulan hasil analisis. Sedangkan untuk menganalisis
data kuantitatif dapat memanfaatkan Tehnik- tehnik pengolahan data
kuantitatif yang seperti tabulasi penggunaan Tabel, Grafik atau Diagram dan
prosedur statistik sederhana.
2. Evaluasi
Temuan penelitian dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap
proses dan hasil tindakan yang dicapai. Kriteria keberhasilan dalam
penemuan, pengujian serta peningkataan kualitas pembelajaran dengan
menerapkan metode pembelajaran berbasis lingkungan meliputi :
a. Jika terdapat peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep setiap
siklusnya.
b. Jika terdapat peningkatan hasil belajar siswa {individu) melalui tes
setiapsikfus mendapat nilai rata-rata diatas 70 sudah lebih besar dari 70%
maka sudah dikatakan berhasil.
62

c. Jika terdapat peningkatan kreativitas siswa saat diterapkan proses


pembelajaraan berbasis proyek semakin meningkat setiap siklus

3. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang
terjadi baik pada siswa, suasana kelas, maupun guru- Pada tahap ini peneliti
menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana dan sejauh mana tindakan
tesebut menghasikjan perubahan secara signifikan (Sukidin, 2002:112).
Tahap ini menentukan banyaknya siklus yang teriadi pada proses penelitian
tindakan, jika berdasarkan tahap ini tujuan masih dianggap belum tercapai
maka siklus akan terus berulang sampai tujuan tercapai.
Berikut adalah terhadap penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan
dilaksanakan oleh peneliti yang dilaksanakan di kelas XI Nautika SMK N 4
Cilegon dalam proses belajar mengajar di kelas yang digambarkan di bawah
ini
63

Identifikasi
Masalah

Perencanaan I

Refleksi Siklus 1 Siklus 1

Pengamatan

Hasil
Seleksi

Perencanaan II

Refleksi Siklus 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Lanjut ke
Siklus berikut

Gambar 3.2
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
64

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Penelitian Pendahuluan

Penelitian diawali dengan observasi awal pada 18 oktober 2013. Obervasi

awal dilakukan untuk mengetahui keadaan pada saat kegiatan pembelajaran

mata pelajaran IPA kelas XI Nautika SMK Negeri 4 Cilegon.

Dari hasil analisis awal ditemukan data sebagai berikut :

1) Guru kurang menggali pengetahuan awal secara maksimal.

2) Pada kegiatan pembelajaran guru hanya menyiapkan bahan ajar berupa

slide presentasi yang bersifat satu arah sehingga siswa kurang aktif.

3) Sumber pembelajaran hanya mengandalkan penyampaian materi oleh

peneliti.

4) Kurangnya pemahaman siswa terhadap gaya bahasa yang digunakan

oleh guru.

5) Kegiatan praktikum hanya mengandalkan materi guru, sehingga membuat

kreativitas siswa kurang berkembang,dan siswa mendapat kesulitan

dalam menyelesaikan masalah.

Hasil observasi awal dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran

masih kurang efektif. Kreativitas siswa monoton tidak mengalami perkembangan

setiap pertemuannya. Selanjutnya peneliti berdiskusi dengan guru teman sejawat

(observer) tentang perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis lingkungan sekolah pada kegiatan pembelajaran IPA


65

kelas XI Nautika SMKN 4 Cilegon guna meningkatkan kreativitas dan hasil

belajar siswa.

Dipilihnya model pembelajaran berbasis lingkungan diharapkan dapat

membantu guru mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi lingkungan

yang ada disekitar sekolah dan tempat tinggal siswa. Model pembelajaran

berbasis lingkungan dapat mendorong rasa ingin tahu siswa, serta kreativitas

mereka sehingga pemahaman akan materi ikut berkembang. Hasil belajar

menjadi lebih bermakna bagi siswa, sebab proses pembelajaran berlangsung

secara alamiah dalam bentuk kegiatan ( pengamatan langsung), siswa dapat

mengalaminya sendiri bukan hanya sekedar transfer ilmu dari guru terhadap

siswanya.

B. Deskripsi hasil penelitian

Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti dan kolaborator (teman

sejawat) melakukan diskusi agar kegiatan pembelajaran berlangsung optimal.

Pada kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis

lingkungan pada guru mata pelajaran IPA di sekolah.

1. Siklus I

Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 pertemuan. Pada pertemuan pertama,

peneliti menjelaskan tentang pengidentifikasian polusi udara dilanjutkan dengan

merencanakan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengamatan.


66

Pada pertemuan kedua, siswa melakukan pengamatan yang ditugaskan

oleh peneliti dan dilanjutkan dengan presentasi hasil praktikum tiap kelompok

siswa.

Tahapan yang dilakukan dalam siklus I dijelaskan hasilnya sebagai berikut

1.1 Perencanaan Tindakan I

Berdasarkan penelitian pendahuluan, peneliti merencanakan tindakan

pembelajaran siklus I sebagai berikut :

1) Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2) Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran berbasis

lingkungan.

3) Materi bahasan tindak ke-1, yaitu mengidentifikasikan polusi udara.

4) Menyusun rencana pembelajaran tentang mengidentifikasikan polusi

udara

5) Menyebarkan pertanyaan pada siswa minimal lima pertanyaan

6) Membuat LKS sebagai tindakan pertama

7) Membuat alat evaluasi berupa tes uraian sesuai indikator ketercapaian

siswa pada materi polusi udara.

8) Membuat pedoman penuntun praktikum (pengamatan) , serta pedoman

observasi kreativitas siswa.

9) Membuat lembar observer siswa dan guru.


67

1.2 Pelaksanaan dan observasi Tindakan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 04 November 2013

mulai pukul 07.55 sampai pukul 09;20 dan pertemuan kedua hari kamis, 07

November 2013 dimulai pukul 07:30 sampai pukul 08:30.

Pertemuan pertama dan kedua, kegiatan pembelajaran diawali dengan

berdoa dipimpin oleh ketua kelas (danton), selanjutnya memberi salam kepada

guru. Peneliti memeriksa kehadiran siswa dengan mengabsen / memanggil

nama siswa satu persatu serta mencatatnya dalam daftar hadir, jumlah

keseluruhan siswa sebanyak 33 orang.

Pada pertemuan pertama, peneliti menjelaskan materi tentang identifikasi

polusi udara meliputi definisi, klasifikasi, serta contohnya. Selanjutnya peneliti

membagi siswa dalam 5 kelompok. Masing-masing 3 kelompok terdiri dari 7

anggota,sedangkan 2 kelompok lainnya terdiri dari 6 anggota. Pengelompokan

dilakukan sesuai abjad dalam daftar kehadiran siswa. Pada tahap menetapkan

konteks belajar, siswa berdiskusi pada kelompoknya masing-masing untuk

merencanakan pengamatan yang akan dilakukan. Masing-masing kelompok

ditugaskan untuk membawa alat dan bahan yang akan digunakan pada

pertemuan selanjutnya meliputi : corong plastik, gelas plastik bening,kertas

saring, daun yang dipetik dari beberapa tempat yang telah ditentukan (pasar,

taman kota, pegunungan, terminal, pelabuhan, stasiun / rel kereta api).

Pada pertemuan kedua, siswa sudah menyiapkan alat dan bahan untuk

melakukan praktikum yang didapat dari lingkungan sekitar yang telah ditentukan
68

sebelumnya untuk mengidentifikasikan polusi udara. Pada tahap proses

kreativitas siswa mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh peneliti.

Kemudian melakukan praktikum sesuai petunjuk praktikum yang telah diberikan

oleh peneliti, setelah itu siswa mempresentasikan di depan kelas. Pada tahap

evaluasi, peneliti melakukan evaluasi terhadap jawaban lembar kerja serta hasil

presentasi siswa tiap kelompok. Sesudah itu, peneliti meminta laporan

sementara dari setiap kelompok lalu siswa kembali duduk di bangku masing-

masing untuk tes. Peneliti mengatur tempat duduk agar siswa tidak terlalu

berdekatan dengan rekan siswa lainnya. Peneliti menampilkan soal tes pada

slide presentasinya.

Ketika waktu berakhir, peneliti meminta siswa mengumpulkan lembar

jawabannya. Setelah semua siswa mengumpulkan semua lembar jawaban,

peneliti pun menarik kesimpulan pada pelajaran hari ini kemudian

menyampaikan materi yang akan dipelajari minggu depan. Pembelajaran ditutup

dengan doa dan akhiri dengan salam.

Data Pelaksanaan Tindakan I terdiri dari:

a. Observasi Kreativitas Siswa

Hasil Observasi kreativitas siswa pada siklus I sebagai berikut:

Tabel 4.1 kreativitas Siswa Siklus I

Kreativitas
No Siswa IPK Kategori
1 Rasa ingin tahu 2.31 cukup
Mengambil
2
Resiko 2.44 cukup
3 Imajinatif 2.39 cukup
4 Inisiatif 2.55 cukup
Rata-rata 2.42 cukup
69

Hasil kreativitas siswa pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kreativitas

siswa masih pada kategori cukup yaitu 2.42. Pada siklus I masih banyak siswa

yang masih canggung dikarenakan belum terbiasa dalam pembelajaran berbasis

lingkungan.

b. Hasil belajar siklus I

Nilai hasil belajar diperoleh dari hasil perolehan tes siswa setelah

dilakukan tes pada siklus pertama , didapat nilai rata-rata 7.73 dengan

kategori cukup.

Tabel 4.2 Ketercapaian Nilai KKM Siklus I

Kelompok Nilai KKM Jumlah Rata-


<70 >70 rata
1 3 3 45.25 7.54
2 1 5 43.75 7.29
3 1 6 54.75 7.82
4 1 6 56.75 8.11
5 2 5 55.25 7.89
Jumlah 8 25 255.75 7.73
Persentase 26.40% 73.60%

Dari tabel di atas masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM,

hal ini menunjukkan bahwa pada siklus pertama masih banyak siswa yang belum

terbiasa melakukan pembelajaran berbasis lingkungan.


70

C. Observasi Aktivitas Guru

Hasil observasi terhadap aktivitas guru (peneliti) selama proses

pembelajaran pada siklus pertama menunjukkan bahwa indeks prestasi

kelompok (IPK) penampilan peneliti masih pada kategori cukup, yaitu 2,55.

Tabel 4.3 Aktivitas Guru siklus

No Aspek skor
Merumuskan tujuan pembelajaran berbasis
1 lingkungan 3
2 Menganalisis karakteristik siswa 3
3 Merumuskan Strategi pembelajaran 2
4 Membuat lembar kerja 3
5 Merancang kebutuhan sumber belajar 2
6 merancang alat evaluasi 2
Mempersiapkan segala sumber belajar yang
7 dibutuhkan 3
Menjelaskan tahapan pengamatan dalam
8 praktikum 2
9 Mengelompokkan siswa 3
Melakukan pengamatan lingkungan melalui
10 praktikum 3
11 Melakukan evaluasi 2
Jumlah 28
Rata-rata 2,55

Pada siklus pertama,peneliti masih canggung dalam menghadapi situasi

pembelajaran di lingkungan sekolah, sehingga kurang bisa mengendalikannya.

Namun kegiatan pembelajaran pada pertemuan siklus pertama cukup kondusif.


71

D. Observasi Aktivitas siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran turut diamati. Pada

pertemuan pertama, aktivitas siswa termasuk pada kategori cukup, karena

sebagian besar mencapai presentasi 66%

Tabel 4.4 Aktivitas siswa siklus I

Skor
No Aktivitas (%)
1 kegiatan awal 64
2 Tahap orientasi 85
Tahap penyajian
3 masalah 57
Tahap identifikasi
4 masalah 67
5 Tahap Pelaksanaan Praktikum 73
Tahap Pengumpulan
6 Data 64
tahap Penginterpretasikan
7 Data 64
8 Tahap Membuat Kesimpulan 67
9 Kegiatan penutup 57
Total % 66

Pada siklus pertama masih banyak siswa yang tidak melakukan

pengamatan pada praktikum pembelajaran berbasis lingkungan, sehingga masih

banyak siswa yang bermalas-malasan mengerjakan tugas.

1.2. Analisis, Refleksi dan Perbaikan (Revisi)

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus pertama dalam

mengkondisikan kesiapan siswa, peneliti belum melakukan dengan baik karena

masih dalam penyesuaian dengan pembelajaran berbasis lingkungan. Masih

banyak siswa yang belum paham dan masih malu bertanya kepada peneliti.
72

Peneliti menyajikan materi dengan menggunakan cara presentasi serta contoh

sehari-hari agar mudah dipahami oleh siswa. Hasil pengamatan pada siklus

pertama dipaparkan sebagai berikut :

1) Peneliti belum bisa mengendalikan suasana dalam pembelajaran berbasis

lingkungan, masih gaduh terutama saat pembagian kelompok dan saat

menyiapkan alat dan bahan untuk pengamatan.

2) Peneliti menjelaskan pelajaran sesuai dengan RPP

3) Beberapa siswa bermalas-malasan mengerjakan tugas pemberian

peneliti.

4) Peneliti membantu siswa dalam pengumpulan informasi. Peneliti dapat

menjawab dengan baik pertanyaan siswa

5) Peneliti memberikan motivasi yang menginspirasi siswa dalam melakukan

pengamatan dan laporan hasil pengamatan dalam praktikum

Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan pembelajaran siklus

pertama, dapat terlihat kekurangan dan kelebihan selama kegiatan pembelajaran

selanjutnya, yaitu:

1) Peneliti harus lebih memperhatikan kondisi saat pembelajaran berbasis

lingkungan, terutama siswa yang kurang aktif dan tidak memperhatikan

peneliti.

2) Sebaiknya peneliti mendampingi setiap kelompok dalam kegiatan

praktikum. Dengan begitu interaksi antara peneliti dengan siswa akan

lebih aktif, serta siswa tidak merasa canggung bertanya pada peneliti.
73

3) Dalam penyusunan laporan sementara dan laporan akhir praktikum,

peneliti harus memberitahu sistematika penulisan laporan agar siswa

terbiasa menulis dengan pedoman tata tulis.

4) Peneliti bersama siswa berdiskusi bersama agar mengetahui kendala apa

saja yang dihadapi selama kegiatan pembelajaran.

5) Siswa harus diberikan motivasi agar lebih semangat mengikuti kegiatan

pembelajaran serta berani mengungkapkan pengetahuan mereka sendiri.

Dari hasil kegiatan pada siklus I tersebut maka dilakukan perbaikan pada

siklus II.

2. Siklus II

Pada siklus II dilaksanakan sebanyak dua pertemuan. Pada pertemuan

pertama, peneliti menjelaskan tentang dampak polusi udara pada kesehatan

manusia dan lingkungan. Serta merencanakan alat dan bahan yang akan

digunakan.

Pada pertemuan kedua siswa melakukan pengamatan/ praktikum yang

ditugaskan oleh peneliti dilanjutkan dengan presentasi hasil praktikum.

Tahapan yang dilakukan dalam siklus II dijelaskan hasilnya sebagai

berikut:

2.1 Perencanaan Tindakan II

Berdasarkan penelitian pendahuluan masalah yang muncul pada siklus

pertama belum adanya kreativitas pada diri siswa sehingga peneliti

merencanakan tindakan sebagai berikut :


74

1) Menyusun rencana pembelajaran tentang dampak polusi tanah terhadap

kesehatan manusia dan lingkungan

2) Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran berbasis

lingkungan.

3) Menyebarkan pertanyaan pada siswa minimal lima pertanyaan.

4) Membuat LKS sebagai tindakan kelas

5) Membuat alat evaluasi berupa tes uraian sesuai indicator ketercapaian

siswa.

6) Membuat pedoman observasi kreativitas siswa serta catatan tindakan

lapangan/kelas.

2.2 Pelaksanaan Tindakan II

Pertemuan pertama hari Senin, 11 November 2013 dimulai pukul 07:55

sampai pukul 09: 20. Kemudian pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis

14 November 2013 dimulai pukul 07:30 sampai berakhir pukul 08:30.

Pertemuan pertama dan pertemua kedua, kegiatan diawali dengan berdoa

bersama dipimpin oleh ketua kelas (danton). Selanjutnya memberi salam pada

guru (peneliti). Setelah berdoa peneliti memeriksa kehadiran siswa dengan

memanggil nama siswa satu persatu kemudian mencatatnya dalam daftar hadir.

Jumlah keseluruhan siswa sebanyak 33 siswa.

Pada pertemuan pertama, peneliti menyiapkan materi pembelajaran serta

media. Kemudian siswa duduk sesuai kelompoknya masing-masing. Pada tahap

penyampaian, peneliti menjelalaskan materi tentang dampak polusi tanah pada

kesehatan dan lingkungan, setelah peneliti menyampaikan materi, masing-


75

masing kelompok ditugaskan untuk membawa alat dan bahan yang akan

digunakan pada pertemuan selanjutnya meliputi: alat tulis, kantong plastik,

batang runcing bambu / logam. Pada tahap merencanakan aktivitas, siswa

mencari berbagai sumber sebagai acuan untuk mengerjakan tugas yang telah

diberikan.

Pada pertemuan kedua, siswa menyiapkan alat dan bahan, siswa

melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk percobaan yang telah diberikan

peneliti. Siswa mengamati dan mencatat hasil pengamatannya. Kemudian

siswa menyelesaikan LKS serta penugasan yang diberikan peneliti, siswa

diminta mempresentasikannya di depan kelas masing-masing kelompok.

Sedangkan siswa yang lain diperkenankan memberikan masukan. Setelah

presentasi, siswa diberikan evaluasi oleh peneliti.

Sebelum akhir pembelajaran, peneliti memberikan kesimpulan pada

pembelajaran hari ini, lalu memberitahukan kepada siswa materi yang akan

dipelajari minggu depan. Kelas ditutup dengan doa kemudian member salam.

Data pelaksanaan Tindakan II terdiri dari :

a. Observasi kreativitas siswa

Hasil observasi kreativitas siswa pada siklus kedua sebagai berikut :

Tabel. 4.5 Kreativitas siswa siklus II

No Kreativitas Siswa IPK Kategori


1 Rasa ingin tahu 2.33 Cukup
Mengambil
2
Resiko 3.11 Baik
3 Imajinatif 3.01 Baik
4 Inisiatif 3.22 Baik
Rata-rata 2.92 cukup
76

Hasil kreativitas siswa pada siklus kedua menunjukan bahwa nilai rata-rata

kreativitas siswa masih pada kategori cukup tapi mengalami peningkatan

menjadi 2.92.

b. Hasil belajar siklus II

Hasil belajar siswa pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Ketercapaian Nilai KKM siklus II

Kelompok Nilai KKM Jumlah Rata-


<70 >70 rata
1 1 5 505 84
2 0 6 495 82
3 1 6 590 84
4 2 5 585 83
5 1 6 620 88
Jumlah 5 28 2795 84
Persentase 1,65% 9,24%

Dari tabel berikut masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM tapi

tidak sebanyak siklus I, hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II mengalami

peningkatan dalam hasil belajar.

c. Observasi aktivitas Guru

Hasil observasi terhadap aktivitas peneliti (guru) pada siklus kedua

ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.7 aktivitas guru siklus II

No Aspek skor
1 Merumuskan tujuan pembelajaran berbasis lingkungan 3
2 Mennganalisis karakteristik siswa 3
3 Merumuskan Strategi pembelajaran 4
4 Membuat lembar kerja 3
77

5 Merancang kebutuhan sumber belajar 3


6 merancang alat evaluasi 3
7 Mempersiapkan segala sumber belajar yang dibutuhkan 3
8 Menjelaskan tahapan pengamatan dalam praktikum 3
9 Mengelompokkan siswa 3
10 Melakukan pengamatan lingkungan melalui praktikum 4
11 Melakukan evaluasi 3
Jumlah 35
Rata-rata 3.18

d. Observasi aktivitas siswa

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus kedua dapat dipaparkan pada

tabel berikut :

Tabel 4.8 aktivitas siswa siklus II

No Aktivitas Skor (%)


1 kegiatan awal 76

2 Tahap orientasi 85
3 Tahap penyajian masalah 70
4 Tahap identifikasi masalah 70
5 Tahap Pelaksanaan Praktikum 79
6 Tahap Pengumpulan Data 70
7 tahap Penginterpretasikan Data 73
8 Tahap Membuat Kesimpulan 73
9 Kegiatan penutup 76
Total % 75

Pada siklus kedua , aktivitas siswa mengalami peningkatan terlihat dari

presentasinya yaitu sebesar 75%, termasuk pada kategori cukup sebagian

besar. Siswa mulai terbiasa dengan penerapan model pembelajaran berbasis

lingkungan. Beberapa siswa mulai berani bertanya pada peneliti jika ada

ketidakpahaman akan materi yang diberikan peneliti. Kerjasama siswa

meningkat dibandingkan pada siklus I, meskipun masih ada beberapa siswa


78

tidak ikut mengerjakan praktikum dan ada beberapa siswa yang mengerjakan

pekerjaan rumah.

2.3. Analisis, Refleksi dan Perbaikan (Revisi)

Pada pembelajaran siklus kedua. Peneliti (guru) telah memperbaiki

kekurangan pada siklus pertama minggu lalu, interaksi antara peneliti dengan

siswa sudah terjalin cukup baik. Siswa tidak canggung lagi dalam bertanya pada

peneliti atas ketidakpahaman mereka, peneliti juga sudah bisa mengendalikan

suasana pembelajaran. Perhatian dan kerjasama siswa terhadap kegiatan

pembelajaran pun meningkat. Tidak terlihat banyak siswa yang bermalas-

malasan, siswa tampak lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas yang telah

diberikan peneliti.

Analisi serta refleksi pada siklus kedua ini ada beberapa hal disarankan

untuk pelaksanaan ke siklus berikutnya yaitu;

1) Peneliti lebih mendekatkan lagi pada siswa agar siswa tidak malu

bertanya.

2) Peneliti harus lebih sering mendampingi siswa dalam pengamatan agar

tidak melakukan banyak kesalahan.

3) Peneliti memotivasi siswa agar terus mengembangkan ide kreativitasnya

4) Dalam diskusi, peneliti hrus bisa menertibkan sikap siswa yang biasanya

mengobrol bahkan tidak melakukan pengamatan. Hal tersebut bisa

dilakukan dengan menegur dan berikan motivasi siswa agar lebih

semangat dalam mengerjakan tugas pemberian peneliti.


79

5) Dalam presentasi, harus tercipta suasana interaktif antar siswa yang

presentasi dengan siswa yang belum presentasi. Hal tersebut berfungsi

agar setiap kelompok dapat menerima kritik dan saran dengan lapang

dada.

3. Siklus III

Siklus III dilaksanakan sebanyak dua pertemuan. Pada pertemuan

pertama, peneliti menjelaskan materi tentang identifikasi jenis polusi pada

lingkungan kerja, dilanjutkan dengan merencanakan alat dan bahan yang akan

digunakan dalam pengamatan. Siswa tiap kelompok diminta membuat laporan

pengamatan yang akan dipresentasikan mengenai identifikasi polusi dan polutan

di lingkungan kerja.

Pada pertemuan kedua, tiap kelompok siswa mempresentasikan hasil

pengamatannya.

3.1 Perencanaan

Berdasarkan penelitian pendahuluan, masalah yang muncul pada siklus

kedua, kreativitas pada diri siswa sudah muncul tapi belum maksimal sehingga

peneliti merencanakan tindakan sebagai berikut :

1) Menyusun rencana pembelajaran tentang mengidentifikasi polusi dan

polutan di lingkungan kerja.

2) Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran berbasis

lingkungan

3) Menyebarkan pertanyaan pada siswa minimal lima pertanyaan.

4) Membuat LKS sebagai tindakan ketiga


80

5) Membuat alat evaluasi berupa tes uraian sesuai indikator ketercapaian

siswa pada materi mengidentifikasi polusi dan polutan di lingkungan kerja.

6) Membuat pedoman observasi kreativitas siswa serta catatan tindakan

selama kegiatan pembelajaran.

3.2 Pelaksanaan Tindakan II

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 18 November 2013 mulai

pukul 07.55 sampai pukul 09;20 dan pertemuan kedua hari kamis, 21 November

2013 dimulai pukul 07:30 sampai pukul 08:30.

Pertemuan pertama dan pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran diawali

dengan berdoa bersama dipimpin oleh danton (ketua kelas). Selanjutnya

memberikan salam pada peneliti (guru). Setelah berdoa peneliti memeriksa

kehadiran siswa dengan memanggil nama siswa satu persatu kemudian

mencatatnya dalam daftar kehadiran siswa. Jumlah siswa sebanyak 33 orang.

Pada pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan menjelaskan

materi mengidentifikasi mengidentifikasi polusi dan polutan di lingkungan kerja.

Kemudian siswa tiap kelompok diminta untuk melakukan persiapan pengamatan

yang hasilnya akan dipresentasikan pada pertemuan kedua.

Pada pertemuan kedua siswa tiap kelompok diminta mengumpulkan

laporan pengamatan , kemudian mempresentasikan didepan kelas. Peneliti serta

siswa saling berinteraksi memberikan saran serta kritik agar hasil karya

ilmiahnya menjadi lebih baik. Peneliti memberikan solusi kepada siswa jika siswa

mengalami masalah dalam pembuatan laporan pengamatan.


81

Tahap persiapan, penelitian bersama siswa menyiapkan media untuk

presentasi kemudian siswa duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Siswa mempresentasikan hasil pengamatan yang telah dibuat oleh

kelompoknya. Ketika mempresentasikannya, rekan siswa di kelompok yang lain

diperkenankan bertanya atas kelebihan maupun kekurangan produk yang

dipresentasikan di depan kelas.

Pada tahap evaluasi, peneliti bersama rekan siswa memberikan masukan

agar hasil pengamatan (laporan) mereka menjadi lebih baik lagi bila ingin

direalisasikan lebih lanjut. Sebelum kelas diakhiri, guru memberikan kesimpulan

pada pembelajaran hari ini. Kelas ditutup dengan doa kemudian memberi salam.

Data pelaksanaan tindakan III terdiri dari :

a. Observasi Kreativitas Siswa

Hasil observasi kreativitas siswa pada siklus ketiga sebagai berikut:

Tabel 4.9 Kreativitas Siswa Siklus III

No Kreativitas Siswa IPK Kategori


1 Rasa ingin tahu 3.42 Baik
2 Mengambil Resiko 3.41 Baik
3 Imajinatif 3.33 Baik
4 Inisiatif 3.63 Baik
Rata-rata 3.45 Baik

Hasil kreativitas siswa pada siklus ketiga menunjukkan bahwa nilai rata-rata

kreativitas siswa kategori baik dan mengalami peningkatan menjadi 3,45.


82

b. Hasil belajar siklus III

Pada siklus ketiga 9,57% mencapai nilai > 70. Nilai pada siklus ini

meningkat dibandingkan dengan siklus I dan Siklus II. Nilai hasil belajar siswa

pada siklus ketiga sebagai berikut :

Tabel 4.10 ketercapaian nilai KKM Siklus III

Kelompok Nilai KKM Jumlah Rata-


<70 >70 rata
1 1 5 505 84
2 0 6 495 82
3 1 6 590 84
4 1 6 600 86
5 1 6 620 88
Jumlah 4 29 2810 85
Persentase 1,32% 9,57%

Dari tabel di atas sudah tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah

KKM, hal ini menunjukkan bahwa pada siklus III mengalami peningkatan dalam

hasil belajar.

c. Observasi Aktivitas Guru

Hasil observasi terhadap aktivitas guru pada siklus III ditunjukkan pada

tabel berikut :

Tabel 4.11 Aktivitas Guru Siklus III

No Aspek skor
1 Merumuskan tujuan pembelajaran berbasis lingkungan 4
2 Mennganalisis karakteristik siswa 4
3 Merumuskan Strategi pembelajaran 3
4 Membuat lembar kerja 4
5 Merancang kebutuhan sumber belajar 3
6 merancang alat evaluasi 3
83

7 Mempersiapkan segala sumber belajar yang dibutuhkan 4


8 Menjelaskan tahapan pengamatan dalam praktikum 3
9 Mengelompokkan siswa 4
10 Melakukan pengamatan lingkungan melalui praktikum 4
11 Melakukan evaluasi 4
Jumlah 40
Rata-rata 3.64

IPK rata-rata aktivitas guru pada siklus ketiga yaitu 3.64 termasuk ke dalam

kategori sangat baik. Guru dapat mengendalikan kelas, mendampingi siswa

dalam kegiatan praktikum, memberikan solusi pada siswa jika menemui

kesulitan, peneliti mampu melakukan pendekatan dengan siswa sehingga siswa

termotivasi untuk belajar lebih giat, serta peneliti dapat menghargai pendapat

siswa. Penampilan peneliti selalu mengalami peningkatan setiap pertemuan,

sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran berbasis lingkungan.

d. Observasi Aktivitas siswa

Hasil presentasi rata-rata aktivitas siswa dapat dilihat berikut ini :

Tabel 4.12 Tabel Aktivitas Siswa Siklus III

No Aktivitas Skor (%)


1 kegiatan awal 82
2 Tahap orientasi 85
3 Tahap penyajian masalah 73
4 Tahap identifikasi masalah 85
5 Tahap Pelaksanaan Praktikum 88
6 Tahap Pengumpulan Data 85
7 tahap Penginterpretasikan Data 91
8 Tahap Membuat Kesimpulan 94
9 Kegiatan penutup 91
Total % 86
84

Presentasi rata-rata aktivitas siswa pada siklus III mencapai 86%

termasuk pada kategori baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran berbasis

lingkungan. Respon siswa pun pada umumnya posistif. Hampir seluruhnya

sungguh-sungguh dalam merealisasikan produk sebaik mungkin. Peneliti pun

terlihat bersemangat jika melihat siswa semangat belajar. Siswa harus lebih

banyak belajar teknik presentasi agar dapat menyajikan masalah dengan baik

serta menarik.

3.3 . Analisis, Refleksi dan Tindakan

Pada siklus ketiga siswa terlihat lebih bersemangat dalam mengikuti

pembelajaran. Peneliti juga sudah menguasai kelas dibandingkan minggu

lalu. Kegiatan kelas juga sudah berlangsung dengan kondusif. Interaksi

siswa baik dengan sesama siswa maupun dengan peneliti berjalan cukup

baik. Banyak siswa bertanya saat presentasi kepada sesama rekan maupun

dengan peneliti menunjukkan bahwa mereka antusias terhadap

pembelajaran. Nilai hasil evaluasi siswa sudah mengalami peningkatan

yang cukup signifikan.

3.4 Analisis kesan dan Tanggapan Siswa

Kesan dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis

lingkungan mata pelajaran IPA didapat dari respon siswa dengan hasil

sebagai berikut :
85

1. Menurut siswa penerapan model pembelajaran berbasis lingkungan

sangat menyenangkan, menarik, tidak membosankan, serta siswa

mendapat ilmu baru dari pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti

(guru). Siswa juga mendapat pengalaman dalam mengerjakan suatu

kegiatan pengamatan secara langsung sebelum mereka terjun langsung

ke dunia kerja dan masyarakat.

2. Kelebihan dirasakan seluruh siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran sehingga siswa lebih paham atas mata pelajaran IPA

karena siswa terlibat langsung dalam pengamatan (praktikum). Hasil

laporan pengamatan (praktikum) sesuai dengan prosedur.

3. Siswa dituntut bekerja dalam kelompok sehingga harus bisa menahan

sifat ego masing-masing dalam mengemukakan pendapat.

4. Siswa merasa kreativitasnya berkembang serta dapat diekspresikan

dengan bebas.
86

BAB V

PEMBAHASAN

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilaksanakan peneliti secara

bertahap. Berikut merupakan pembahasan hasil penelitian.

A. Kreativitas Siswa

Kreativitas siswa merupakan kreativitas dalam melaksanakan setiap

tahapan pembelajaran berbasis lingkungan. Penilaian siswa dinilai

menggunakan lembar observasi pada setiap siklusnya. Berikut digambarkan

kenaikan kreativitas siswa.

5.1 Tabel Kenaikan kreativitas Siswa

No Siklus Rata-rata Ket


1 I 2.42 Cukup
2 II 2.92 Cukup
3 III 3.45 Baik

4
3.5
3
2.5
2
1.5 Cukup
1
0.5
0
1 2 3

Gambar 5.1 Grafik Kreativitas siswa

Tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa kreativitas siswa

mengalami peningkatan dalam melaksanakan setiap siklus model


87

pembelajaran berbasis lingkungan. Pada siklus pertama dengan rata-rata

2.42 termasuk dalam kategori cukup, pada siklus kedua dengan rata-rata 2.92

dengan kategori cukup, sedangkan pada siklus ketiga rata-rata kreativitas

siswa yaitu 3.45 dengan kategori baik.

Secara analisis, kreativitas siswa dapat meningkat karena :

1) Kemampuan siswa untuk bereksperimen (pengamatan) dengan

konsep lingkungan yang menyenangkan. Merupakan kemampuan

untuk membentuk kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

2) Kemampuan siswa menerima segala sumber informasi dari

pengalaman yang langsung dialaminya sangat berkesan.

3) Kemampuan siswa untuk menilai terhadap hasil yang didapat, mampu

menerima dan memberikan kritikan dan saran baik untuk diri sendiri

maupun orang lain.

4) Dorongan dari dalam diri siswa untuk berkreativitas, mewujudkan

potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang

dimilikinya. ( Rogers dalam Munandar, 2009:43)

B. Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar siswa, untuk menentukan siswa tuntas maupun

tidak tuntas dimana nilai ketuntasan minimumnya adalah 70. Berikut adalah

tabel kenaikan hasil belajar siswa :

5.2 Tabel Kenaikan Hasil Belajar


Siswa

No Siklus Rata-rata Ket


1 I 77 tuntas
2 II 84 tuntas
3 III 85 tuntas
88

90
80
70
60
50
Tuntas
40
Tidak Tuntas
30
20
10
0
1 2 3

Gambar 5.2 Grafik Kenaikan Hasil Belajar

Berdasarkan data tabel dan gambar grafik, rata-rata nilai hasil belajar

siswa pada siklus pertama yaitu 77, siklus kedua yaitu 84, dan siklus ketiga

sebesar 85.

Secara analisis, hasil belajar siswa dapat meningkat karena :

1) Kemampuan siswa dalam menyerap bahan pengajaran yang diajarkan

mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2) Perubahan perilaku yang digariskan dalam tujuan Instruksional khusus

(TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara Individual maupun

kelompok.

1. Aspek Kognitif

Hasil penugasan aspek kognitif siswa pada siklus pertama hingga

siklus ketiga, mengalami perubahan yang signifikan sehingga dapat

disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis lingkungan mampu


89

meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut adalah tabel peningkatan aspek

kognitif siswa setiap siklusnya :

5.3 Tabel kenaikan aspek kognitif siswa

No Siklus IPK Rata-rata kategori


1 I 2.62 Cukup
2 II 2.88 Cukup
3 III 3.13 Baik

3.5
3
2.5
2 Cukup
1.5 Baik
1 Sangat Baik
0.5
0
1 2 3

Gambar 5.3 Grafik Kenaikan Aspek Kognitif Siswa

Secara analisis hasil belajar aspek kognitif siswa dapat meningkat

karena :

1) Pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menangkap makna atau

arti suatu konsep dapat berkembang dengan baik.

2) Siswa dapat menerapkan suatu konsep, ide, rumus, peraturan dalam

situasi baru.

3) Siswa dapat memecahkan, menguasai suatu integritas (kesatuan yang

utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti.


90

4) Siswa dapat memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan

pendapat yang dimilikinya (sudjana,2002:50).

2. Aspek Afektif

Aspek afektif yang diukur berdasarkan sikap siswa selama percobaan

atau praktikum dari siklus pertama hingga siklus terakhir.berikut tabel

peningkatan aspek afektif siswa setiap siklusnya :

Tabel. 5.4 Peningkatan Aspek Afektif Siswa

No Siklus IPK Rata-rata kategori


1 I 2.65 Cukup
2 II 2.98 Baik
3 III 3.16 Baik

3.5
3
2.5
2 Cukup
1.5 Baik
1 Sangat Baik
0.5
0
1 2 3

Gambar 5.4 Grafik Peningkatan Aspek Afektif Siswa

Secara analisis, hasil belajar aspek afektif siswa dapat meningkat

karena:

1) Siswa peka dalam menerima rangsangan dari luar, baik dalam bentuk

masalah situasi dan gejala.


91

2) Siswa memiliki karakteristik nilai yang mempengaruhi pola kepribadian

dan tingkah lakunya (Sudjana, 2002:52).

3. Aspek Psikomotor

Berikut tabel peningkatan aspek psikomotor siswa pada setiap siklus :

Tabel. 5.5 Peningkatan Aspek Psikomotor siswa

No Siklus IPK Rata-rata kategori


1 I 2.81 Cukup
2 II 3.00 Baik
3 III 3.13 Baik

3.5
3
2.5
2 Cukup
1.5 Baik
1 Sangat Baik
0.5
0
1 2 3

Gambar. 5.5 Grafik Peningkatan Aspek Psikomotor

Secara analisis, hasil belajar aspek psikomotor siswa dapat meningkat

karena :

1) Siswa memiliki keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

2) Siswa memiliki kemampuan perceptual termasuk di dalamnya

membedakan visual, adaptif, motorik dan lain-lain.

3) Siswa memiliki gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan

sederhana sampai pada keterampilan yang komplek (sudjana,

2002:53).
92

C. Aktivitas Guru

Aktivitas guru merupakan aktivitas dalam melaksanakan setiap tahap

pembelajaran model pembelajaran berbasis lingkungan. Penilaian terhadap

peneliti (guru) dinilai menggunakan lembar observasi pada setiap siklusnya.

Berikut tabel dan grafik kenaikan penilaian terhadap peneliti (guru) :

4
3.5
3
2.5
Cukup
2
1.5 Baik
1 Sangat Baik
0.5
0
1 2 3

Gambar. 5.6 Grafik Kenaikan Aktivitas Guru

Tabel 5.6 Kenaikan Aktivitas Guru

N0 Siklus Rata-rata ket


1 I 2.55 Cukup
2 II 3.18 Baik
3 III 3.64 Sangat Baik

Tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa aktivitas guru mengalami

peningkatan dalam pelaksanaan di setiap siklus model pembelajaran berbasis

lingkungan.

Pada siklus pertama dengan rata-rata 2.55 termasuk dalam kategori

cukup, pada siklus kedua yaitu 3.18 dengan kategori baik, sedangkan pada
93

siklus ketiga dengan penilaian 3.64 berkategori sangat baik. Aktivitas guru

mengalami peningkatan pada setiap pertemuan sehingga dapat

meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.

D. Aktivitas Siswa

Penilaian terhadap aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran

menggunakan lembar observasi aktivitas siswa teramati pada setiap

siklusnya merupakan respon terhadap pembelajaran. Berikut tabel kenaikan

aktivitas siswa:

5.7 Tabel kenaikan Aktivitas


Siswa
No Siklus Rata-rata (%) Ket
1 I 66
2 II 75
3 III 86

100
80
60
Tuntas
40
Tidak Tuntas
20
0
1 2 3

Gambar. 5.7. Grafik Kenaikan Aktivitas

Tabel dan grafik di atas menggambarkan bahwa terjadi peningkatan

aktivitas siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus pertama didapatkan nilai

sebesar 66 %, silkus kedua didapatkan nilai sebesar 75 %, sedangkan pada

siklus ketiga diperoleh nilai sebesar 86%. Model pembelajaran berbasis

lingkungan tidak membosankan sehingga siswa mengikuti pembelajaran dari

awal hingga akhir.


94
94

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pembelajaran berbasis lingkungan pada

mata pelajaran IPA tentang polusi dan dampaknya pada manusia serta

lingkungannya untuk kelas XI Nautika SMK Negeri 4 Cilegon dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran berbasis lingkungan dapat meningkatkan

kreativitas siswa. Kreativitas siswa mengalami peningkatan setiap

siklusnya. Pada siklus pertama, skor kreativitasnya sebesar 2.42, lalu

pada siklus kedua sebesar 2.92, serta pada siklus ketiga sebesar 3.45

yang termasuk pada kategori baik.

2. Penerapan model pembelajaran berbasis lingkungan dapat meningkatkan

kemampuan hasil belajar siswa . Pada siklus pertama siswa yang

mendapat nilai >70 sebesar 73.60% siswa. Sebesar 92.40% siswa pada

siklus kedua siswa mendapat nilai > 70. Sedangkan pada siklus ketiga

siswa yang mendapat nilai >70 sebesar 95.70%. Dengan demikian bisa

dikatakan bahwa menggunakan model pembelajaran berbasis lingkungan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

3. Kesan dan tanggapan yang disampaikan siswa menyatakan bahwa

penerapan model pembelajaran berbasis lingkungan membawa pengaruh

94
95

baik. Siswa yang sebelumnya pasif menjadi lebih aktif dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Siswa juga merasa kreativitasnya berkembang

dalam mengerjakan praktikum (pengamatan) dan penugasan yang

diberikan guru.

Dari hasil penelitian, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran

berbasis lingkungan dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa

kelas XI Nautika dalam mata pelajaran IPA.

Pada dasarnya penggunaan model pembelajaran berbasis lingkungan

berjalan dengan lancar. Namun masih ada kendala yang dihadapi oleh siswa

maupun peneliti (guru). Kendala-kendala tersebut sebagai berikut :

1. Dalam merealisasikan pengamatan/ praktikum dari model pembelajaran

berbasis lingkungan , waktu yang digunakan relatif sebentar sehingga

hasil pengamatan / praktikum kurang maksimal.

B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, demi meningkatkan kinerja model

pembelajaran berbasis lingkungan pada mata pelajaran IPA tentang materi

polusi dan dampaknya pada manusia serta lingkungannya di kelas XI Nautika

SMK Negeri 4 Cilegon. Peneliti sekaligus sebagai guru IPA menyampaikan saran

sebagai berikut :

1. Guru senantiasa mendampingi dan mengamati siswa agar model

pembelajaran yang diterapkan berjalan dengan baik, kemudian

95
96

memberikan memberikan motivasi agar siswa lebih bersemangat

menyelesaikan penugasan yang diberikan oleh peneliti (guru).

2. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi setiap kegiatan pembelajaran

agar semua model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat

berjalan optimal.

3. Sifat individualisme siswa semestinya dapat di ubah, dengan

membiasakan siswa bekerja dalam kelompok agar ketika mereka terjun

ke dunia kerja kelak sudah terbiasa dengan suasana team work.

96
97

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu., Supatmo . 2008 . Ilmu Alamiah Dasar . Edisi Disempurnakan.


Jakarta : Rineka Cipta .

Amri,sofan dan Ahmadi iif Khoiru . 2010 . Proses Pembelajaran Inovatif


dan Kreatif dalam kelas. Jakarta : Prestasi Pusaka .

Anderson dan Krathwohl. 2001 . Taxonomy for Learning and Assesing : A


Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York
AddisonWesley Longman Inc.

Anitah, Sri. dkk. 2011. Strategi Pembelajaran di SD. Cetakan kesebelas.


Jakarta : Universitas Terbuka.

Arikunto,Suharsimi., Suhardjono., Supardi. 2012 . Penelitian Tindakan


Kelas. Cetakan kesebelas . Jakarta : Bumi Aksara

Chatib, Munif. 2011 . Gurunya Manusia . Bandung: Kaifa .

Departemen Pendidikan Nasional. 2003 . Pelayanan Professional


Kurikulum 2004, Model dan Pengembangan Silabus . Jakarta : Pusat
Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Iswoyo, Setiyo., Yunita, Sri. 2013. Asyiknya Guru PAKEM. Jakarta : BUKI
Creative Production.

Kuswana, Wowo Sunaryo . 2012 . Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam


Berfikir . Bandung : Remaja Rosdakarya.

Munandar, Utami. 2002. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak


Sekolah. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar , Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

Pascasarjana, Untirta. 2013. Buku Pedoman Penulisan Tesis . Serang .

Panggabean, L.P. 1996 . Penelitian Pendidikan . Bandung: Jurusan Pendidikan


Fisika FPMIPA UPI.

Panggabean, Luhut .P. 2001. Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan


Fisika FPMIPA UPI.
98

Rachmawati, Yeni . 2011 . Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak


Usia Taman Kanak-kanak . Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina . 2011 . Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan . Cetakan kedelapan . Jakarta : Kencana.

Sardiman . 2012 . Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Cetakan


keduapuluh satu. Jakarta : Raja Grafindo persada.

Sudjana, Nana . 2011 . Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung :


Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011 . Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan


kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Insan


Cendikia.

Syah, Muhibbin. 2005 . Pemilihan Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung :


Remaja Rosdakarya.

Syaiful, Sagala . 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran . Cetakan


kesembilan. Bandung: Alfabeta .

Trianto . 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Proresif. Cetakan


keempat. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad . 2012. Belajar dengan pendekatan


PAILKEM. Cetakan kedua. Jakarta : Bumi Aksara.

Wiraatmadja. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas . Cetakan ketujuh .


Bandung :
Remaja Rosdakarya.

Yamin, Martinis . 2011 . Paradigma Baru Pembelajaran . Jakarta : Gaung


Persada.

Penelitian Yang Relevan

Febrianti, Tantri . “ Pengaruh Pemanfaatan Media Lingkungan dan Media


Gambar ditinjau dari Kreativitas Siswa terhadap Hasil Belajar Seni
Tari di SMA Negeri Cahaya Madani Banten Boarding School”. (Tesis
Teknologi Pembelajaran Untirta, Serang 2013).
99

Handayani, Fina Dwi . “Pemanfaatan Media Lingkungan dan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions
untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
Rancagede III Kecamatan Gunung Kaler Kabupaten
Tanggerang”.(Tesis Teknologi Pembelajaran Untirta, Serang. 2013).

Maryadi . “ Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Model & Gambar Serta


Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas VII SMPN 1 Sajira
Kabupaten Lebak”. (Tesis Teknologi Pembelajaran Untirta, Serang.
2013).

Anda mungkin juga menyukai