Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Teori
belajar kognitif dan kontruktivisme dengan baik.

Adapun makalah Psikologi pendidikan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Makalah yang saya buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya
mengharapkan saran dan masukan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

1
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................1


B. Rumusan masalah ...............................................................................1
C. Tujuan penulisan.................................................................................1
BAB I1 PEMBAHASAN
A. Pengetian kognitif...........................................................................
B. Teori piagetian ...............................................................................
C. Arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa......
D. Teori belajar kontruktivisme...........................................................

BAB 111 PENUTUP


A. KESIMPULAN................................................................................
B. SARAN.............................................................................................
C. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.I .TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN KONSTRUKTIVISME


Pengajaran identik dengan pendidikan, dalam setiap kegiatan pendidikan adalah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan
dengan proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam dirinya yang dilakukan
dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Yang mana setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia yang berlangsung selama manusia tersebut masih hidup
(long life education).
Dalam proses pendidikan belajar merupakan salah satu element yang tidak dapat
dipisahkan. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan pola pikir yang
dialami oleh seseorang. Misalnya dari yang mulanya tidak tahu,menjadi tahu.

I.II.RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja Teori belajar kognitif ?
2. Apa pengertian dari teori piaget ?
3. Apa yang dimaksud dengan konstruktivisme ?
I.III. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu kognitif
2. Untuk mengetahui apa itu teori piaget
3. Untuk mengetahui apa itu konstruktivisme

4
BAB II

PEMBAHASAN

TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN KONSTRUKTIVISME

A. Pengertian Kognitif
Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intekletual yang terdiri dari tahapan :
Pengetahuan (knowledge),pemahaman (comprehention),penerapan (aplication),analisa
(analysis),sintesa (sinthesis),evaluasi (evaluation).Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).

1. Perkembangan kognitif
Selain perubahan tubuh pada pubertas,otak dan fungsi otak juga berubah.Sebagai
indikasi dari perubahan ini,skor tes intelegensi didapatkan sebagian besar melebihi
beberapa tahun dari yang seharusnya selama umur kurang lebih 12 tahun sampai 15
tahun.

2. Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif


 Fisik interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru.
 Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena kemungkinan anak memperoleh
manfaat seacara maksimum dari pengalaman fisik.Kemantangan membuka
kemungkinan untuk perkembangan,sedangakan kalau kurang hal itu akan
membatasi secara luas prestasi secara kognitif.
 Pengaruh sosial,lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan
pendidikan,pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan
kognitifnya.

B. Teori Piagetian ( Piaget )


Dalam teori perkembangan kognitif piaget,masa remaja adalah tahap transisi dari
penggunaan berpikir konkret secara operasional.Remaja mulai menyadari batasan-
batasan pikiran mereka. Mereka berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari
pengalaman mereka sendiri.Inhelder dan Piaget (1978) mengakui bahwa perubahan otak
pada pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja. Mereka menilai,
pengalaman dengan masalah yang kompleks, tuntutan dari pengajaran formal, dan tukar
menukar ide yang berlawanan dengan kelompok remaja,di perlukan untuk perkembangan
berpikir secara operasional.

Walaupun berpikir secara konkret,anak juga merupakan kekuatan besar, tetapi tetap
mempunyai batasan-batasan. Batasan ini sedikit, tetapi penting. Perkembangan berpikir
secara operasional mengatasi kelemahan ini. Remaja yang mencapai tahap ini, mencapai
tingkat berpikir setingkat orang dewasa.

5
Kemampuan anak remaja untuk memperbaiki, menganalis, membandingkan, dan
memutarbalikkan hubungan yang abstrak, merupakan pengalaman yang akan mendasari
ketrampilan yang diperlukan setelah mereka menjadi orang dewasa. Kemampuan lain
dari remaja adalah kemampuan untuk memberikan alasan yang masuk akal tentang
situasi dan kondisi yang tidak dialami. Remaja dapat menerima pikiran-pikiran orang lain
demi menjaga ketertiban diskusi, remaja tidak terikat pada pengalaman mereka yang
nyata, sehingga mereka dapat menerapkan secara logis terhadap sesuatu yang diberikan.

Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh sitimulus dari
luar dirinya, melaikan oleh faktor yang ada pada dirina sendiri. Faktor-faktor internal itu
berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenak dunia luar dan dengan
pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus.

Gage dan Berliner (1984) Menyatakan bahwa stimulus yang berasal dari luar sebagian besar
mampu membangkitkan respon seseorang. Respon ini terfokus pada stimulus, sehingga
seseorang dapat memutuskan apakah ingin memperhatikan secara lebih dekat, atau
menghindarinya. Stimulus yang mampu membangkitkan perhatian itu dapat dikelompokkan
kedalam 4 kategori yaitu:

a. Stimulus Psikosifik
Variasi Intensitas ukuran, suara,dan warna suatu stimulus dapat memunculkan respon
tertentu. Pendidik yang mengajar dengan menggunakan metode ceramah, dan
suaranya berirama secara teratur.
b. Stimulus emosional
Banyak stimulus yang mampu membangkitkan respon emosi seseorang. Buku yang
berisi materi bacaan seperti peperangan, penemuan sesuatu yang menakjubkan,
merupakan materi yang mudah dipelajari dan mudah diingat oleh peserta didik,
karena isi bacaaan dapat membangkitkan emosi.
c. Stimulus kesenjangan
Yaitu yang mampu membangkitkan perhatian sebagian tergantung pada efek
kebaharuan, kompleksitas, dan keunikannya.
d. Manding stimuli
Mand merupakan pernyataan verbal yang memiliki konsenkuensi tinggi

C. Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi proses Belajar Siswa.


Program pengajaran disekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan
besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka.

6
Pengetahuan mengenai perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak
manfaatnya, anatara lain :
 Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yan tepat kepada para
siswa dengan pendekatan yang relavan dengan tingkat perkembangannya.
 Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan
belajar siswa tersebut.
 Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktivitas proses
belajar mengajar studi tertentu untuk sekelompok siswa dalam fase
perkembangan tertentu.
 Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran materi
pelajaran atau pokok bahasan pengajaran tertentu sesuai dengan kemampuan
psikologi sekelompok siswa.

D. Teori Belajar Kontruktivisme


Teori belajar kontruktivisme menyatakan bahwa pendidik tidak dapat memberikan
pengetahuan kepada peserta didik . Sebaliknya, peserta didik harus mengkontruksikan
pengetahuannya sendiri. Adapun peran pendidik adalah:

a. Memperlancar proses pengontruksian pengetahuan dengan cara membuat informasi


secara bermakna dan relavan dengan peserta didik.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan atau
menerapkan gagasannya sendiri.
c. Membmbing oeserta didik untuk menyadari dan secara sadar menggunakan strategi
belajarnya sendiri.

Dengan demikian fungsi utama pendidik adalah menyediakan tangga pemahaman dan
puncaknya merupakan bentuk pemahaman paling tinggi, dan peserta didik harus menaiki
tangga tersebut.

Intisari dari teori belajar kontruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan
(discovery) dan transformasi informasi konpleks yang berlangsung pada diri sesorang.

Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan memeriksa
informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki, kemudian merevisi
prinsip tersebut apabila sudah tisak sesuai dengan informasi yang baru dipeoleh. Agar peserta
didik mampu melakukan kegiatan belajar, maka ia harus melibatkan diri secara aktif dalam
pembelajaran.

Menurut teori rekonstrivistik, belajar berarti mengkontruksi makna atas informasi


dan masukan-masukan yang masuk dalam otak. Belajar yang bersifat kontruktif ini banyak
digunakan untuk menggambarkan jenis belajar yang terjadi selama penemuan ilmiah,
invention, diplomasi, dan pemecahan masalah kreatif didalam kehidupan sehari-hari.

7
Belajar yang bersifat kontruktif ini seperti halnya aktivitas belajar yang dilakukan para
ilmuan ialah :

1. Teori belajar kontruktivisme menyampaikan perubahan paradigm dari pendidikan


berdasarkan aliran behaviorisme kepada pendidikan berdasarkan teori kognitif. Teori
behaviorsime memfokuskan pada tujuan, tingkat pengetahuan, dan penguatan.
Sementara itu teori kontruktivisme memfokuskan pada peserta didik
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.
Teori konstruktivisme menetapkan empat asumsi tentang belajar yaitu:

a. Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terlibat dalam
belajar aktif.
b. Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat
representasi atas kegiatannya sendiri.
c. Pengetahuan secara sosial dikontruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan
maknanya orang lain.
d. Pengetahuan seacara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba
menjelaskan objek yang tidak benar-benar dipahaminya.

2. Strategi Belajar
Penentuan strategi belajar umumnya tidak seluruhnya efekti bagi semua orang, artinya
mungkin strategi yang digunakan itu efektif untuk seseorang, namun tidak efektif
abagi orang lain.

Rohwer (Slavin 1994) menyajikan beberapa prinsip belajar yang efektif, yaitu :
 Spesifikasi (Specification)
 Pembuatan (Generativity)
 Pemantauan yang efektif (Efektif monitoring)
 Kemujaraban personal (Personal Efficacy)

Ada 3 strategi belajar yang dapat digunakan untuk belajar yang efektif, yaitu:

 Membuat Catatan
 Belajar kelompok
 Metode PD4R yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan daya
ingat peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Prosedur yang
digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut:

1. Preview (mensurvai)
2. Question (Membuat pertanyaan)
3. Read (Membaca teori jangan menulis terlebih dahulu)
4. Reflect on the material (Memberi atau membuat kebermaknaan)
5. Recited (Praktik)
6. Review (Secara aktif materi yang dipelajari)

8
Meskipun paradigma pembelajaran kontruktivistik telah dikenal sejak tahun 1710, tetapi pada
kenyataannya paradigma pembeljaran yang dikembangkan disekolah lebih didominasi oleh
pembelajaran behavioristik. Atas dasar beberapa kajian ternyata model behavioristik
memiliki beberapa kelemahan antara lain, telalu mekanistik dan kurang mampu
mengembangkan potensi siswa secara optimal.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan teori kognitif dapat kami simpulkan bahwa belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal stimulus yang
datang dari luar.Teori kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia

Teori belajar kontruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan (discovery)
dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang.Perilaku manusia
tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada
pada dirinya sendiri.

B. Saran

Pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan
para guru untuk menyukseskan proses pembelajaran dikelas. Tanpa pengetahuan tentang
kognitif, siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya dikelas, yang pada
akhirnya mempengaruhi rendahnya kualiatas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru
dikelas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anni. (2006). Psikologi pendidikan. Semarang: Unnes.

djiwandono, S. e. (2002). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT.Gramedia.

Rasyidin. (2011). Teori belajar dan pembelajaran. Medan: Perdana publishing.

Rifa'i. (2012). Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes.

11

Anda mungkin juga menyukai