Anda di halaman 1dari 93

ISSN: 1907-6967

METODIK DIDAKTIK
Jurnal Pendidikan Ke-SD-an
Vol.12, No.2, Januari 2017

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PADA MATERI LIMAS


MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
INDONESIA (PMRI)
Rizky Putri Jannati, Muhammad Isnaini, dan Muhammad Win Afgani

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


DI SEKOLAH DASAR
Suprih Widodo

PENELITIAN FOKLOR PERMAINAN RAKYAT SUNDA DI KAMPUNG


CIKONDANG JAWA BARAT DAN INTERNALISASI NILAI DIDAKTISNYA
DI SEKOLAH DASAR
Indah Nurmahanani

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN SURAT


AL-TAHRIM/66 AYAT 6
Burhanudin TR

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI


TOKOH TOKOH KEMERDEKAAN INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Evi Rizqi Salamah

PEMBELAJARAN SENI MUSIK TEMATIK SEBAGAI IMPLEMENTASI


KURIKULUM 2013
Ridwan

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN


PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SEKOLAH DASAR PADA
POKOK BAHASAN KONSEP BILANGAN PECAH
Nahrowi Adjie, Suprih Widodo dan D. Wahyudin

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


KAMPUS PURWAKARTA
SUSUNAN PERSONALIA
“METODIK DIDAKTIK”: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an

Pelindung
Direktur UPI Kampus Purwakarta
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta

Penanggung Jawab
Drs. Mamad Kasmad, M.Pd.
(Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Purwakarta)

Ketua Dewan Redaksi


Dr. H. Agus Muharam, M.Pd.
(Wakil Direktur UPI Kampus Purwakarta)

Mitra Bestari
Dr. Yumiati, M.Si. (Universitas Terbuka)
Dr. A. Gumawang Jati, M.A. (Institute Tekhnologi Bandung)
Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia)
Dr. Nur Arifah Drajati, M.Pd. (Universitas Negeri Surakarta)
Dr. Vismaia S. Damaianti, M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia)
Dr. Suci Utami Putri, M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia)
Indah Nurmahanani, S.S., M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia)
Dr. Azizah Abdullah (Universiti Utara Malaysia)

Penyunting Pelaksana
Dr. Hafiziani Eka Putri, M.Pd. (Ketua)
Finita Dewi, S.S., M.A. (Wakil Ketua)
Suprih Widodo, S.Si., M.T. (Anggota)
Idat Muqodas, M.Pd. (Anggota)
Hayani Wulandari, M.Pd. (Anggota)

Tata Usaha
Siti Aisyah, S.Sos

Alamat Redaksi/Distributor
UPI Kampus Purwakarta
Jl. Veteran no. 8 Purwakarta Jawa Barat
Telp. (0264) 200395
ISSN: 1907-6967

METODIK DIDAKTIK
Jurnal Pendidikan Ke-SD-an
Vol.12, No.2, Januari 2017

DAFTAR ISI
Halaman

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PADA MATERI LIMAS


MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
REALISTIK INDONESIA (PMRI)
Rizky Putri Jannati, Muhammad Isnaini, dan Muhammad Win Afgani (1-11)

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


DI SEKOLAH DASAR
Suprih Widodo (12-22)

PENELITIAN FOKLOR PERMAINAN RAKYAT SUNDA DI KAMPUNG


CIKONDANG JAWA BARAT DAN INTERNALISASI NILAI DIDAKTISNYA
DI SEKOLAH DASAR
Indah Nurmahanani (23-35)

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN SURAT


AL-TAHRIM/66 AYAT 6
Burhanudin TR (36-56)

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI


TOKOH TOKOH KEMERDEKAAN INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Evi Rizqi Salamah (57-65)

PEMBELAJARAN SENI MUSIK TEMATIK SEBAGAI IMPLEMENTASI


KURIKULUM 2013
Ridwan (66-77)

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN


PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SEKOLAH DASAR PADA
POKOK BAHASAN KONSEP BILANGAN PECAH
Nahrowi Adjie, Suprih Widodo dan D. Wahyudin (78-85)
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada yang Mahagafur, Allah ‘Azza wa Jalla
karena berkat rahmat dan ridla-Nya, METODIK DIDAKTIK: Jurnal Pendidikan
Ke-SD-an yang berisi hasil penelitian atau hasil pengkajian yang setara
penelitian edisi Januari 2017 ini yakni Volume 12 Nomor 2 dapat diterbitkan.
Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada uswatun hasanatun,
Nabi Muhammad Saw., keluarga, sahabat, hingga kita sebagai umatnya yang
baik.
Pada edisi kali ini, kami sajikan tujuh buah artikel yakni Kajian tentang
Pengembangan Lembar Kerja pada Materi Limas Menggunakan Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) (Rizky Putri Jannati,
Muhammad Isnaini, dan Muhammad Win Afgani), Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (Suprih Widodo), Penelitian Foklor
Permainan Rakyat Sunda di Kampung Cikondang Jawa Barat dan Internalisasi
Nilai didaktisnya di Sekolah Dasar (Indah Nurmahanani), Pendidikan Keluarga
Dalam Perspektif Al-Quran Surat Al-Tahrim/66 Ayat 6 (Burhanudin TR),
Penggunaan Media Wayang pada Pembelajaran IPS Materi Tokoh Tokoh
Kemerdekaan Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V
Sekolah Dasar (Evi Rizqi Salamah), Pembelajaran Seni Musik Tematik sebagai
Implementasi Kurikulum 2013 (Ridwan), Pembelajaran Pemecahan Masalah
Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik di Sekolah Dasar pada
Pokok Bahasan Konsep Bilangan Pecah (Nahrowi Adjie, Suprih Widodo dan D.
Wahyudin)
Tidak lupa, Dewan Redaksi mengucapkan terima kasih dan
pengharagaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Direktur dan Sekertaris Direktur UPI Kampus Purwakarta yang telah
merestui penerbitan jurnal ini.
2. Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Purwakarta yang telah
membimbing dan mendorong terbitnya jurnal ini.
3. Para penulis artikel baik yang dimuat maupun yang tidak, dan
4. Rekan-rekan civitas akademika UPI Kampus Purwakarta yang telah
membantu penerbitan jurnal ini.

Akhir kata, mudah-mudahan apa yang disajikan pada jurnal edisi ini dapat
bermanfaat bagi civitas pendidikan pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Purwakarta, Januari 2017

Dewan Redaksi
Ketentuan Penulisan Artikel

1. Artikel harus bertemakan permasalahan seputar pengajaran ke-SD-an,


metode penelitian, keterampilan guru SD, atau keterampilan yang menunjang
calon guru SD.
2. Artikel diangkat atau didasarkan pada hasil penelitian atau hasil pengjadian
yang setara dengan penelitian
3. Artikel haruslah naskah asli dan belum pernah di muat dalam media apapun.
4. Artikel ditulis dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
atau bahasa inggris.
5. Artikel ditulis menggunakan word processing dengan ketentuan; jarak 1 spasi,
jenis huruf “Arial” ukuran 11, dan maksimal artikel 20 halaman.
6. Artikel dikirim sebanyak dua rangkap dalam bentuk hard copy (print out) dan
soft copy dikirimkan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum penerbitan (Januari
dan Juli) Kepada Tim Redaksi METODIK DIDAKTIK: Jurnal Pendidikan Ke-
SD-an dengan alamat UPI Kampus Purwakarta Jln. Veteran No 8 Purwakarta,
Tlp. (0264) 200395.
7. Setiap naskah yang masuk akan dikaji terlebih dahulu oleh tim penyunting ahli
yang memiliki kepakaran dalam bidangnya masing-masing. Jika dapat
diterima, naskah dapat diubah oleh tim penyunting tanpa mengubah esensi
isinya.

Sistematika Penulisan Artikel

Artikel ditulis dengan sistematika seperti berikut.

1. Judul
2. Nama Penulis (tanpa gelar akademik)
3. Institusi
4. Abstrak
5. Kata Kunci
6. Pendahuluan
7. Kajian Teoretik
8. Metode Penelitian (jika berupa hasil penelitian)
9. Pembahasan
10. Kesimpulan dan Saran
11. Daftar Rujukan
12. Riwayat Penulis
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI LIMAS
MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
REALISTIK INDONESIA (PMRI)

Rizky Putri Jannati1


Muhammad Isnaini2
Muhammad Win Afgani3
1
Alumni UIN Raden Fatah, 2, 3 Dosen UIN Raden Fatah

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan Lembar Kerja Siswa yang valid,
praktis dan efektif serta mengetahui pengaruh penggunaan LKS yang
dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia terhadap indikator pemahaman konsep siswa. Subjek penelitian
adalah siswa kelas VIII di salah satu SMP Palembang. Metode penelitian ini
adalah penelitian pengembangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
pada penelitian ini adalah validasi pakar, angket dan tes. Berdasarkan hasil
penelitian telah menghasilkan LKS yang valid, praktis dan efektif. Dari hasil
validasi, LKS termasuk dalam kategori valid dengan rata-rata 3,38. Dari hasil
angket kepraktisan, LKS termasuk dalam kategori sangat praktis dengan rata-
rata 95. Keefektifan LKS ini dilihat dari kemampuan pemahaman konsep siswa.
Dari hasil analisis data tes kemampuan pemahaman konsep LKS menunjukkan
efektif dengan rata-rata 83,43.

Kata Kunci: Lembar Kerja Siswa, Pendekatan PMRI, Pengembangan,


Pemahaman Konsep
tujuan pendidikan matematika yang
A. PENDAHULUAN tercantum dalam kurikulum 1975,
1984, 1994, 2004 (KBK) maupun 2006
Pendidikan memegang peranan (KTSP) yang ingin dicapai dalam
penting dalam mempersiapkan sumber pembelajaran matematika adalah agar
daya manusia yang berkualitas dan siswa mampu menggunakan atau
mampu berkompetisi dalam menerapkan matematika dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya
teknologi, sehingga pendidikan harus pembelajaran matematika bertujuan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya terbentuknya kemampuan bernalar
untuk memperoleh hasil maksimal. pada diri siswa yang terukur melalui
Pendidikan hendaknya dikelola, baik kemampuan berpikir kritis, logis,
secara kualitas maupun kuantitas. Hal sistematis, dan memiliki sifat objektif,
tersebut dapat dicapai dengan jujur, disiplin dalam memecahkan
terlaksananya pendidikan yang tepat suatu permasalahan baik dalam
waktu dan tepat guna untuk mencapai bidang matematika bidang lain,
tujuan pembelajaran. maupun kehidupan sehari-hari.
Proses belajar mengajar Sejalan dengan upaya
dikembangkan dengan berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
komponen pendekatan dan metode teknologi, sekolah merupakan
pengajaran demi tercapainya tujuan lembaga formal penyelenggara
pembelajaran. Keberhasilan siswa pendidikan. Sekolah Menengah
dalam belajar baik dalam suatu mata Pertama (SMP) sebagai salah satu
pelajaran maupun pendidikan pada lembaga formal dasar yang bernaung
umumnya merupakan tujuan utama di bawah Departemen Pendidikan
dalam proses balajar. Ditinjau dari Nasional mengemban misi dasar

1
dalam memberikan kontribusi untuk dan menghilangkan rasa takut salah
mencapai tujuan pendidikan nasional. dalam menjawab pertanyaan yang
Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk diajukan oleh guru.
proses belajar mengajar yang Banyak faktor yang mempengaruhi
merupakan pelaksanaan dari siswa mengalami kesulitan dalam
kurikulum sekolah. Melalui kegiatan belajar matematika. Salah satunya
pengajaran, siswa-siswi SMP yang adalah faktor pedagogik yaitu faktor
berada pada tahap operasi konkrit kurang tepatnya guru mengelola
sudah semestinya dibekali dengan pembelajaran dan menerapkan
ilmu pengetahuan dasar dan metodologi pembelajaran (Widdiharto
keterampilan dasar yang dalam hal ini dalam Pertiwi, 2013:3). Beberapa hal
adalah mata pelajaran yang tercantum yang perlu diperhatikan dalam
dalam kurikulum SMP untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
mengembangkan pengetahuan dan matematika, salah satunya adalah
keterampilannya pada jenjang mengkondisikan siswa untuk
pendidikan selanjutnya. menemukan kembali rumus, konsep,
Mata pelajaran matematika sangat atau prinsip dalam pembelajaran
penting diberikan kepada siswa mulai matematika melalui bimbingan guru
dari sekolah menengah pertama untuk agar siswa terbiasa melakukan
membekali siswa dengan berpikir penyelidikan dan menemukan sesuatu
logis, analitis, sistematis, kritis dan menggunakan LKS (Depdiknas, 2006:
kreatif serta kemampuan bekerja 11). Berdasarkan observasi awal
sama. Kompetensi tersebut diperlukan peneliti, LKS yang dibeli dari sekolah
agar siswa dapat memiliki kemampuan belum mengaitkan dalam kehidupan
memperoleh, mengolah dan sehari-hari sehingga kurang menarik
memanfaatkan informasi untuk perhatian siswa untuk belajar
bertahan pada keadaan yang selalu matematika. Jadi dalam proses
berubah, tidak pasti dan kompetitif. pembelajaran di kelas, guru masih
Dengan pembelajaran matematika berperan aktif dan LKS yang ada
diharapkan siswa dapat hanya digunakan untuk menjawab
mengembangkan kemampuan pertanyaan-pertanyaan yang ada di
menggunakan matematika dalam LKS.
pemecahan masalah dan Alternatif solusi untuk menjawab
mengkomunikasikan ide atau gagasan permasalahan di atas adalah
dengan menggunakan simbol, tabel, mengembangkan LKS dengan
diagram dan media lainnya pendekatan Pendidikan Matematika
(Depdiknas, 2006: 345). Realistik Indonesia (PMRI). Dalam
Terdapat beberapa keuntungan PMR, permasalahan realitistik
apabila siswa diperkenalkan dengan digunakan sebagai fondasi dalam
penalaran. Keuntungan tersebut membangun konsep matematika atau
diantaranya adalah jika siswa diberi disebut juga sebagai sumber untuk
kesempatan untuk menggunakan pembelajaran (a source for leaarning)
keterampilan bernalarnya dalam (Wijaya, 2012:21). Pembelajaran harus
melakukan dugaan-dugaan dimulai dari sesuatu yang rill sehingga
berdasarkan pengalamannya sendiri, siswa dapat terlibat dalam proses
maka siswa akan lebih mudah pembelajaran secara bermakna (Hadi,
memahami konsep. Hal ini akan 2005:37). Dengan menggunakan
membantu siswa dalam memahami Pendekatan PMR, siswa lebih aktif
konsep. Selain itu, jika siswa dalam kegiatan belajar mengajar di
dibiasakan menggunakan kemampuan lihat dari hasil penelitian Sutarto Hadi,
bernalarnya, maka akan mendorong yaitu siswa menjadi lebih termotivasi,
siswa untuk melakukan dugaan. Hal ini aktif dan kreatif dalam proses belajar
akan menimbulkan rasa percaya diri mengajar (Hadi, 2005:43).

2
Berdasarkan uraian pada latar oleh peneliti dan pendesainan
belakang di atas, maka tujuan perangkat pembelajaran baik itu materi
penelitian ini adalah untuk maupun produk pendidikan lainnya.
menghasilkan Lembar Kerja Siswa Ketiga prinsip tersebut dijelaskan
(LKS) pada materi Limas yang seperti berikut:
dikembangkan menggunakan 1. Penemuan terbimbing melalui
pendekatan Pendidikan Matematika matematisasi (guided reinvention
Realistik Indonesia (PMRI) yang valid, through mathematization)
praktis, dan efektif untuk siswa kelas Karena dalam PMRI, matematika
VIII SMP. adalah aktivitas manusia maka
penemuan terbimbing melalui
B. KAJIAN TEORITIK matematisasi dapat diartikan bahwa
1. Pendidikan Matematika Realistik siswa hendaknya dalam belajar
Indonesia (PMRI) matematika harus diberikan
Pada tahun 1971, Hans kesempatan untuk mengalami
Freudenthal mengembangkan suatu sendiri proses yang sama saat
pendekatan teoritis terhadap matematika ditemukan. Prinsip ini
pembelajaran matematika yang dapat diinspirasikan dengan
dikenal dengan RME (Realistic menggunakan prosedur secara
Mathematic Education) (Hadi, 2005:7). informal ke tingkat belajar
RME didasarkan oleh pendapat matematika secara formal.
Freudenthal bahwa matematika adalah 2. Fenomena mendidik (didacitical
suatu aktivitas manusia dan siswa phenomenology)
tidak dapat dipandang sebagai Situasi yang berisikan fenomena
penerima pasif matematika yang mendidik yang dijadikan bahan
sudah ada (Hadi, 2005: 19). Di dan area aplikasi dalam
Indonesia, RME dikenal dengan pengajaran matematika haruslah
Pendidikan Matematika Realistik berangkat dari keadaan yang
Indonesia (PMRI). Penambahan kata nyata terhadap siswa sebelum
“Indonesia” dilakukan untuk mencapai tingkatan matematika
memberikan ciri yang berbeda karena secara formal. Upaya ini akan
dikembangkan sesuai situasi dan tercapai jika pengajaran yang
kondisi serta konteks di Indonesia. dilakukan menggunakan situasi
Di dalam PMR, pembelajaran harus yang berupa fenomena-fenomena
dimulai dari sesuatu yang rill sehingga yang mengandung konsep
siswa dapat terlibat dalam proses matematika secara informal ke
pembelajaran secara bermakna. tingkat belajar matematika secara
Dalam proses tersebut peran guru formal.
hanya sebagai pembimbing dan 3. Model-model siswa sendiri (self-
fasilitator bagi siswa dalam proses develoved models)
rekontruksi ide dan konsep Peran self-develoved models
matematika (Hadi, 2005:38). Dalam merupakan jembatan bagi siswa dari
PMR siswa tidak dapat dipandang situasi real ke situasi konkret atau
sebagi botol kosong yang harus diisi informal matematika ke formal
air. Sebaliknya siswa dipandang matematika. Artinya siswa membuat
sebagai human being yang memiliki model sendiri dalam menyelesaikan
seperangkat pengetahuan dan masalah. Pertama adalah model suatu
pengalaman yang diperoleh melalu situasi yang dekat dengan alam siswa.
interaksi dengan lingkungannya (Hadi, Dengan generalisasi model tersebut
2005:39) akan menjadi berubah model-of
Menurut Freudental (dalam Pertiwi, masalah tersebut. Model-of akan
2013: 21-22) ada tiga prinsip PMRI bergeser menjadi model-for masalah
yang dapat dijadikan sebagai acuan

3
sejenis. Pada akhirnya akan menjadi Hasil kerja dan konstruksi siswa
model dalam formal matematika. selanjutnya digunakan untuk
Sebagai operasionalisasi ketiga landasan pengembangan konsep.
prinsip utama PMRI di atas, PMRI 4. Interaktivitas
memiliki lima karakteristik (Treffers Proses belajar seseorang bukan
dalam Wijaya, 2012 : 21-23 ), yaitu : hanya suatu proses individu
1. Penggunaan konteks melainkan juga secara bersamaan
Konteks atau permasalahan merupakan suatu proses sosial.
realistik digunakan sebagai titik Proses belajar siswa akan menjadi
awal pembelajaran matematika. lebih singkat dan bermakna ketika
Konteks tidak harus berupa siswa saling mengkomunikasikan
masalah dunia nyata namun bisa hasil kerja dan gagasan mereka.
dalam bentuk permainan, Pemanfaatan interaksi dalam
penggunaan alat peraga, atau pembelajaran matematika
situasi lain selama hal tersebut bermanfaat dalam mengembangkan
bermakna dan bisa dibayangkan kemampuan kognitif dan afektik
dalam pikiran siswa. Melalui siswa secara simultan.
penggunaan konteks, siswa 5. Keterkaitan
dilibatkan secara aktif untuk Konsep-konsep dalam matematika
melakukan kegiatan eksplorasi tidak bersifat parsial, namun banyak
permasalahan. Hasil eksplorasi konsep matematika yang memiliki
siswa tidak hanya bertujuan untuk keterkaitan. Oleh karena itu,
menemukan jawaban akhir dari konsep-konsep matematika tidak
permasalahan yang diberikan, dikenalkan kepada siswa secara
tetapi juga diarahkan untuk terpisah atau terisolasi satu sama
mengembangkan berbagai lain. Pendidikan Matematika
strategi penyelesaian masalah Realistik menempatkan keterkaitan
yang bisa digunakan. (intertwinement) antar konsep
2. Penggunan model untuk matematika sebagai hal yang harus
matematisasi progresif dipertimbangkan dalam proses
Dalam Pendidikan Matematika pembelajaran.
Realistik, model digunakan dalam
melakukan matematisasi secara 2. Pengembangan Lembar Kerja
progresif. Penggunaan model Siswa dengan Pendekatan PMRI
berfungsi sebagai jembatan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
(bridge) dari pengetahuan dan adalah lembaran-lembaran berisi tugas
matematikan tingkat konkrit dan yang harus dikerjakan oleh siswa,
matematika tingkat formal. biasanya berupa petunjuk dan
3. Pemanfaatan hasil konstruksi langkah-langkah untuk menyelesaikan
siswa suatu tugas (Depdiknas, 2008:13).
Mengacu pada pendapat Tugas-tugas yang diberikan kepada
Freudenthal bahwa matematika siswa dapat berupa teoritis atau tugas-
tidak diberikan kepada siswa tugas praktis. Kuswadi (dalam Dani,
sebagai suatu produk yang siap 2012:19) menyatakan bahwa LKS
dipakai tetapi sebagai suatu konsep merupakan suatu rangkaian tugas
yang dibangun oleh siswa maka yang disusun dalam bentuk
dalam Pendidikan Matematika pertanyaan-pertanyaan. Dengan
Realistik siswa ditempatkan sebagai menjawab pertanyaan tersebut, siswa
subjek belajar. Siswa memiliki mampu menguasai bahan ajar yang
kebebasan untuk mengembangkan mereka pelajari. Fungsi LKS bagi
startegi pemecahan masalah siswa adalah untuk mempermudah
sehingga diharapkan akan memahami materi pelajaran yang
diperoleh startegi yang bervariasi. dipelajari. Sedangkan Menurut Dani

4
(2012:19) LKS adalah lembaran yang penelitian ini dikatakan baik jika
berisi tugas dan permasalahan dalam memenuhi kriteria-kriteria berikut ini.
materi ajar yang berupa pertanyaan- 1. Kevalidan (Validity)
pertanyaan yang harus diselesaikan Menurut Nieveen (dalam Dani,
yang dimaksudkan untuk memberikan 2011:27-29) validitas dari suatu
kemudahan dalam memahami materi perangkat pembelajaran dilihat dari
yang diajarkan kepada siswa. apakah berbagai komponen dari
Berdasarkan beberapa pengertian perangkat pembelajaran itu terkait
di atas, dapat disimpulkan bahwa secara konsisten antara satu
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan dengan yang lainnya (construct
salah satu jenis bahan ajar berupa validity). Dalam penelitian ini
lembaran kertas yang berupa informasi perangkat pembelajaran yang
maupun soal-soal (pertanyaan- dimaksud adalah LKS yang
pertanyaan) yang harus dijawab oleh dikembangkan. Validator dalam
siswa untuk memberikan kemudahan penelitian ini adalah ahli yang
dalam memahami materi yang memenuhi kriteria yang ditentukan,
diajarkan kepada siswa. yaitu ahli dari segi bahasa dan
Menurut Depdiknas (2008:42-45) materi yang digunakan dalam
alternatif tujuan pengemasan materi penelitian ini. Kevalidan LKS
dalam bentuk LKS adalah : didasarkan menurut penilaian para
1. LKS membantu siswa untuk ahli/validator yang meliputi tiga
menemukan suatu konsep aspek yang kriterianya ditentukan
LKS mengetengahkan terlebih oleh peneliti, yaitu:
dahulu suatu fenomena yang a. Aspek format, meliputi:
bersifat konkrit, sederhana, dan 1) LKS memuat: judul LKS,
berkaitan dengan konsep yang petunjuk kerja, kompetensi
akan dipelajari. LKS memuat apa yang akan dicapai dan
yang (harus) dilakukan siswa tempat kosong untuk
meliputi melakukan, mengamati, menulis jawaban pada
dan menganalisis. LKS;
2. LKS membantu siswa menerapkan 2) keserasian warna, tulisan,
dan mengintegrasikan berbagai dan gambar pada LKS.
konsep yang telah ditemukan b. Aspek isi, meliputi:
3. LKS berfungsi sebagai penuntun 1) kebenaran materi;
belajar 2) kesesuaian antara pokok
4. LKS berfungsi sebagai penguatan bahasan luas permukaan
5. LKS berfungsi sebagai petunjuk limas dan volume limas
praktikum dengan kegiatan pada
Kriteria yang digunakan untuk LKS;
mengembangkan LKS dengan 3) kesesuaian antara
pendekatan PMRI mengacu pada permasalahan yang
kriteria kualitas suatu perangkat disajikan dengan sub
pembelajaran (dalam penelitian ini pokok bahasan luas
LKS) yang dikemukakan oleh Nieveen permukaan limas dan
(dalam Dani, 2011:26-27). Suatu volume limas;
perangkat pembelajaran dikatakan 4) kesesuaian dengan prinsip
berkualitas, jika memenuhi aspek- dan karakteristik PMRI;
aspek kualitas antara lain: 5) peranan LKS untuk
1. Validitas (Validity) mendorong siswa
2. Kepraktisan (Practicality) mengkontruksi sendiri
3. Keefektifan (Effectivenes) konsep yang dipelajari;
Berdasarkan pada tiga hal tersebut, 6) LKS sudah
LKS yang dikembangkan dalam menggambarkan materi

5
yang kontekstual atau 44). Dalam penelitian ini LKS yang
dapat dibayangkan oleh dikembangkan dikatakan efektif
siswa. jika lebih dari 75% siswa
c. Aspek bahasa meliputi: mendapatkan hasil tes
1) kemudahan siswa dalam kemampuan konsep siswa lulus
memahami bahasa yang kriteria ketuntasan minimum
digunakan; (KKM). Adapun indikator-indikator
2) menggunakan Bahasa pemahaman konsep matematika
Indonesia yang baik dan tersebut antara lain seperti yang
benar; tercantum dalam Peraturan Dirjen
3) tugas-tugas dalam LKS Dikdasmen Depdiknas Nomor
tidak menimbulkan makna 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11
ganda/ ambigu; November 2004 tentang rapor
4) pengorganisasiannya (Wardhani, 2008:10-11), yaitu
sistematis. a. Menyatakan ulang sebuah
2. Kepraktisan (Practicality) konsep
Nieveen (dalam Dani, 2011:28) b. Mengklasifikasi objek menurut
mengukur tingkat kepraktisan sifat-sifat tertentu sesuai
dilihat dari apakah guru dan pakar- dengan konsepnya
pakar lainnya mempertimbangkan c. Memberi contoh dan non-
bahwa materi mudah dan dapat contoh dari konsep.
digunakan oleh siswa dan guru. d. Menyajikan konsep dalam
Pada penelitian ini LKS dikatakan berbagai bentuk representasi
praktis jika secara teori validator matematis.
menyatakan bahwa LKS tersebut e. Mengembangkan syarat perlu
dapat digunakan dengan revisi atau syarat cukup suatu
kecil atau tanpa revisi, yang telah konsep.
diisi pada lembar validasi LKS. f. Menggunakan, memanfaatkan,
Begitu juga kepraktisan LKS dilihat dan memilih prosedur atau
melalui respon siswa dan operasi tertentu.
observasi keterlaksanaan g. Mengaplikasi konsep atau
pembelajaran. LKS dapat algoritma pemecahan masalah.
dikatakan praktis jika para
responden menyatakan bahwa C. METODE PENELITIAN
lembar kerja siswa dapat Penelitian ini menggunakan metode
diterapkan di kelas. penelitian pengembangan dengan
3. Efektif subjek penelitian adalah para siswa
Aspek yang paling penting dalam SMP kelas VIII pada salah satu
keefektifan adalah untuk sekolah di Palembang. Produk yang
mengetahui tingkat atau derajat dikembangkan adalah LKS.
penerapan teori, atau model dalam Pengembangan Lembar Kerja Siswa
situasi tertentu (Reigeluth dalam ini dilakukan mengikuti dua tahapan
Dani, 2011: 29). Dalam kamus utama development research yaitu
besar bahasa Indonesia (KBBI), tahap pleminary study (tahan
Efektif adalah dapat membawa persiapan) dan tahap formative study
hasil. Menurut Mulyasa, keefektifan (tahap evaluasi dan tahap revisi)
biasanya berkaitan erat dengan (Zulkardi, 2006). Langkah-langkah
perbandingan antara tingkat pengembangan Lembar Kerja Siswa
pencapaian tujuan dengan rencana tersebut adalah :
yang telah disusun sebelumnya, 1. Preliminary
atau perbandingan antara hasil Tahap ini meliputi 1) analisis
nyata dengan hasil yang kurikulum matematika level SMP
direncanakan (dalam Dani, 2011: dan analisis terhadap Lembar

6
Kerja Siswa (LKS) berdasarkan keempat (produk). Pada field
KTSP 2006, menghubungi guru test ini akan dilihat bagaimana
yang bersangkutan serta keefektifan dari penggunaan
menyiapkan penjadwalan dan prototipe terhadap subjek
prosedur kerjasama dengan guru penelitian sejumlah 30 orang.
kelas yang dipakai, 2) Teknik pengumpulan data pada
Pendesainan perangkat penelitiani ini menggunakan Lembar
pembelajaran pada materi limas Validasi untuk memperoleh data tetang
yang mengacu pada kelima pendapat para pakar terhadap
karakteristik PMRI. kevalidan Lembar Kerja Siswa (LKS),
2. Formative study Angket respon siswa digunakan untuk
Tahap ini meliputi : mengukur aspek kepraktisan (Arikunto,
a. Self Evaluation; penilaian oleh 2010), dan Tes dilakukan untuk
diri sendiri terhadap prototipe memperoleh data pemahaman konsep
materi limas berdasarkan siswa. Tes dilakukan setelah siswa
pendekatan PMRI melakukan proses pembelajaran
b. Expert Reviews; validasi oleh menggunakan Lembar Kerja Siswa
pakar terhadap Lembar Kerja (LKS). Teknik analisis data lembar
Siswa (LKS) yang dihasilkan. validasi, dan Data angket respon
Validitas yang dilakukan secara deskriftif kualitatif, sedangkan
adalah validitas isi, validitas tes pemahaman konsep secara
konstruk dan validasi bahasa. deskriptif kuantitatif. Lembar Kerja
Setelah melalui tahap ini, LKS siswa dikatakan mempunyai potensial
sudah dapat dikatakan valid efek terhadap belajar siswa jika
dan menghasilkan LKS memenuhi Kriteria Ketuntasan
prototipe kedua. Minimum (KKM). Siswa memahami
c. One-to-one; prototipe materi dan proses pembelajaran
diujicobakan terhadap satu dikatakan berhasil jika > 75% dari
persatu siswa. Hal ini jumlah siswa mendapat nilai > 75
dilakukan untuk mendapatkan
tanggapan siswa. Setelah D. HASIL PENELITIAN DAN
melalui tahapan ini dihasilkan PEMBAHASAN
LKS prototipe ketiga. LKS yang dikembangkan oleh
d. Small Group; pada tahap ini peneliti terdiri dari dua LKS. LKS
perangkat pembelajaran pertama tentang luas permukaan
dicobakan pada siswa yang limas. LKS kedua tentang volume
non subjek penelitian dalam limas. LKS tersebut dikembangkan
kelompok kecil (small group) dengan memunculkan prinsip dan
untuk mengevaluasi prototipe karakteristik PMRI. Untuk
ketiga dan melihat kepraktisan memperlihatkan sebagian prinsip dan
dari prototipe tersebut. Hasil karakteristik PMRI yang dimunculkan
uji coba ini dianalisis dan pada LKS yang dikembangkan akan
dibahas sedemikian rupa ditunjukkan pada cuplikan gambar di
sehingga mendapatkan saran- bawah ini.
saran untuk direvisi kembali
dan menghasilkan LKS
prototipe keempat.
e. Field Test; hasil revisi
diujicobakan pada subjek
penelitian. Perangkat
pembelajaran yang digunakan
adalah perangkat yang telah
direvisi sebagai prototipe

7
Pada tahap small group, LKS pada
prototipe kedua diujicobakan pada 10
orang siswa dengan tujuan untuk
menguji kepraktisan LKS yang
dikembangkan. Hasilnya LKS yang
dikembangkan termasuk dalam
kategori sangat praktis dengan skor
rata-rata 95, karena hasil jawaban
siswa memperlihatkan bangun ruang
limas dan jaring-jaring yang digambar
oleh siswa merupakan model yang
Gambar 1. LKS Prototipe 1 dibuat sendiri oleh siswa, rumus luas
permukaan limas dikaitkan dengan
Gambar 1 menunjukkan prinsip rumus luas bangun datar,
kedua dari PMRI yaitu fenomena mengkontruksi pengetahuan melalui
mendidik. Berdasarkan prinsip ini, penggunaan model yang sudah
pemilihan masalah nyata berupa atap mereka buat. Setelah LKS direvisi,
rumah yang sering dijumpai siswa maka dihasilkan bahan ajar
dalam kehidupan sehari-hari dapat berdasarkan pendekatan PMRI yang
membantu mereka dalam disebut prototype keempat. Berikut
pematematikaan secara progresif. contoh jawaban siswa pada LKS
Karakteristik pertama PMRI yaitu prototipe 3.
penggunaan dunia nyata. Bentuk atap
dan plafon rumah merupakan aplikasi
dari limas dalam kehidupan sehari-
hari.
Hasil validasi terhadap LKS dengan
pendekatan PMRI dan kriteria
kevalidan yang ditentukan oleh
peneliti, maka LKS yang
dikembangkan termasuk dalam
kategori valid dengan rata-rata total
validitas sebesar 3,38 dari 4. Pada
tahap one-to-one, siswa telah dapat
membuat model sendiri jaring-jaring
limas.

Gambar 3. Contoh Hasil Jawaban


Siswa pada LKS Prototipe 3

Pada tahap field test, LKS pada


prototipe keempat sebagai prototipe
akhir diujicobakan pada siswa kelas
VIII dengan tujuan untuk menguji
Gambar 2. Contoh Hasil Jawaban keefektifan LKS yang dikembangkan
Siswa pada LKS Prototipe 2 menggunakan pendekatan PMRI.
Hasil skor rata-rata kemampuan
Hasil gambar bangun ruang limas di pemahaman konsep siswa adalah
atas merupakan model for dari model 83,43 yang menunjukkan tingkat
of dari masalah atap dan plafon yang keefektifan dalam kategori tinggi
berupa alat peraga bangun ruang dimana soal yang digunakan masih
limas. bersifat tertutup dan rutin. Indikator

8
kemampuan pemahaman konsep belum terhubung dengan model, tetapi
merujuk dari Aryanti (2011). Berikut setelah divalidasi masalah konteks dan
diagram batang skor rata-rata tersebut. model telah dihubungkan. Selain itu,
pertanyaan-pertanyaan yang tidak
120 dibutuhkan telah dihilangkan dan
diganti dengan pertanyaan yang
100
benar-benar mengkontruksi siswa
80 untuk menemukan konsep. Kemudian
60 alokasi waktu tidak ada pada LKS
40 tetapi setelah divalidasi alokasi waktu
20 telah ditampilkan. Pada tahap one to
0 one terlihat indikasi pertanyaan yang
A B C D E F menimbulkan konsep yang tidak terlalu
tepat sehingga peneliti menambahkan
Indikator Pemahaman Konsep
beberapa pertanyaan yang membantu
siswa untuk menemukan konsep.
Dari segi kepraktisan, hasil uji coba
Gambar 4. skor rata-rata kemampuan
small group, secara umum diperoleh
pemahaman konsep siswa
Keterangan : bahwa bahan ajar yang dikembangkan
A. Menyatakan ulang sebuah konsep telah terkategori sangat praktis. Hal ini
B. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat terlihat dari hasil uji coba small group.
tertentu sesuai dengan konsepnya Siswa tidak mengalami masalah yang
C. Menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis.
berarti dalam pembelajaran
D. Mengembangkan syarat perlu atau syarat menggunakan lembar kerja siswa
cukup suatu konsep. pada materi luas permukaan dan
E. Menggunakan, memanfaatkan, dan volume limas berdasarkan pendekatan
memilih prosedur atau operasi tertentu. PMRI, selain itu hampir semua siswa
F. Mengaplikasi konsep atau algoritma
pemecahan masalah. tertarik dengan pembelajaran
menggunakan LKS yang
Setelah melalui proses dikembangkan.
pengembangan yang terdiri dari dua
tahapan, yaitu: tahap pleminary study
dan tahap formative study, prototype
dari proses revisi berdasarkan saran
validator, diperoleh LKS pada materi
luas permukaan dan volume limas
yang dikembangkan menggunakan
pendekatan PMRI untuk siswa kelas
VIII SMP dapat dikategorikan valid.
Melalui tahap formative study yaitu
pada tahap expert review, one-to-one
evaluation, small group dan field test Gambar 5. Komentar Siswa terhadap
dihasilkan LKS pada materi luas LKS
permukaan dan volume limas
menggunakan pendekatan PMRI yang Komentar di atas menunjukkan siswa
valid berdasarkan hasil penilaian oleh tertarik menggunakan LKS pada
dua dosen pendidikan matematika. materi luas permukaan dan volume
Pada proses validasi tersebut, limas berdasarkan pendekatan PMRI.
terjadi banyak revisi pada materi yang Dari hasil field test juga menunjukkan
ada di dalam LKS berdasarkan bahwa banyak siswa yang
pendekatan PMRI. Awalnya masalah mendapatkan nilai di atas 75 adalah
konteks yang terdapat pada LKS

9
24 dari 30 siswa. berikut salah satu siswa kelas VIII SMP efektif atau
bentuk soal yang diberikan: memiliki potensial efek. Hal ini
Ibu membeli sebuah kotak tisu terlihat dari rata-rata hasil tes
yang akan diletakkan di ruang siswa yaitu 83,43 serta 80% siswa
tamu. Kotak tisu tersebut lulus KKM.
berbentuk limas segi empat Berdasarkan hasil penelitian dan
yang mempunyai alas persegi kesimpulan di atas, maka dapat
panjang dengan lebar 16 cm disarankan pada:
dan panjang 2 cm lebih dari 1. Siswa, disarankan dapat
lebarnya. Tentukan volume menggunakan lembar kerja siswa
limas tersebut, jika panjang pada materi limas menggunakan
rusuk-rusuk tegaknya adalah 17 pendekatan Pendidikan
cm? Matematika Realistik Indonesia
Ini artinya Lembar Kerja Siswa yang (PMRI) sebagai sumber belajar .
telah dikembangkan oleh peneliti telah 2. Guru, hendaknya dapat
memiliki potensial efek. memanfaatkan lembar kerja siswa
yang dihasilkan dalam penelitian
E. KESIMPULAN DAN SARAN ini sebagai sumber belajar
Berdasarkan hasil penelitian, maka alternatif dalam proses
dapat disimpulkan sebagai berikut: pembelajaran karena bahan ajar
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) pada sudah disesuaikan masalah
materi Limas yang dikembangkan konstektual.
menggunakan pendekatan 3. Sekolah, hendaknya memfasilitasi
Pendidikan Matematika Realistik guru-guru untuk dapat
Indonesia (PMRI) untuk siswa mengembangkan lembar kerja
kelas VIII SMP terkategori valid. siswa pada mata pelajaran lain
Hal ini terlihat dari penilaian sehingga dapat meningkatkan
validator, dimana rata-rata skor kualitas kegiatan pembelajaran
hasil penilaian validator adalah matematika di SMP.
3,38 yang berarti dari skor rata- 4. Peneliti selanjutnya, agar
rata yang diperoleh menunjukkan pembelajaran dengan pendekatan
bahwa hasil validator tersebut PMRI dapat tercapai dengan lebih
menunjukkan kriteria valid. baik, seharusnya yang
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) pada dikembangkan tidak hanya LKS
materi Limas yang dikembangkan saja, tetapi juga perangkat
menggunakan pendekatan pembelajaran yang lain dan
Pendidikan Matematika Realistik mengembangkan LKS pada materi
Indonesia (PMRI) yang praktis yang lain.
untuk siswa kelas VIII SMP
terkategori praktis. Hal ini terlihat DAFTAR RUJUKAN
dari respon siswa, dimana rata- Arikunto, S. (2010). Manajemen
rata skor hasil respon siswa Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
adalah 95 yang berarti dari skor Aryanti, L. (2011). Kemampuan
rata-rata yang diperoleh Pemahaman Konsep Matematika
menunjukkan bahwa hasil respon melalui Pendekatan Pendidikan
siswa tersebut menunjukkan Matematika Realistik Indonesia
kriteria sangat praktis. (PMRI) di SMP Muhammadiyah 6
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Palembang. Skripsi Universitas
materi Limas yang dikembangkan PGRI Palembang. Tidak
menggunakan pendekatan dipublikasikan.
Pendidikan Matematika Realistik Dani, A. (2011). Pengembangan LKS
Indonesia (PMRI) tehadap dengan Pendekatan PMRI pada
pemahaman konsep siswa untuk Pokok Bahasan Persegi Panjang

10
dan Persegi untuk Siswa Kelas VII
SMP. Surabaya: Tesis Universitas
Negeri Surabaya. Tidak
dipublikasikan
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Standar
Kompetensi SMP dan MTs.
Jakarta: Depdiknas.
Hadi, S. (2005). Pendidikan
Matematika Realistik dan
Implementasinya. Banjarmasin:
Tulip.
Pertiwi, A. (2013). Pengembangan
Bahan Ajar pada Materi Volume
Kubus dan Balok Menggunakan
Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Untuk Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 26 Palembang.
Palembang: Skripsi IAIN Raden
Fatah Palembang. Tidak
dipublikasikan
Wardhani, S. (2008). Analisis SI dan
SKL Mata Pelajaran SMP/MTs
untuk Optimalisasi Pencapaian
Tujuan. Yogyakarta: P4TK.
Wijaya, A. (2012). Pendidikan
Matematika Realistik Suatu
Alternatif Pendekatan
Pembelajaran Matemarika.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Zulkardi. (2006). Formative evaluation:
What, Why, When, and How.
Online pada
http://www.oocities.org/zulkardi/bo
oks.html.

11
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI
SEKOLAH DASAR

Suprih Widodo
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta
Email: supri@upi.edu

ABSTRAK

Karakter sangatlah penting untuk dikembangkan karena karaker


adalah jati diri bangsa dan diperlukan dalam menguatkan dasar-
dasar nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Ketahanan nilai,
budaya sebagai identitas yang harus dimiliki dan terus dijaga
oleh generasi muda, dalam menghadapi masuknya budaya asing
ke Indonesia. Kajian ini mendeskripsikan dan menganalisis
bagaimana pendidikan karakter diterapkan dalam proses
pembelajaran matematika di sekolah dasar
.
Keywords: pembelajaran matematika, pendidikan karakater

A. PENDAHULUAN terdapat trend penurunan jumlah


pengangguran di tahun 2016, namun
Saat ini persaingan untuk
hal ini belum cukup memuaskan
mendapatkan pekerjaan di Indonesia
karena masih terdapat ancaman kuat
sangat ketat. Hal ini tak lepas dari
terkait dengan isu perdagangan bebas
padatnya jumlah penduduk di
yang sudah mulai berlaku yaitu AFTA,
Indonesia. Data dari Biro Pusat
APEC, MEA dan WTO.
Statistik menunjukan bahwa meskipun
Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja di Indonesia Tahun 2016

Sumber: http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-
makro/pengangguran/item255?

Salahsatu upaya untuk mengurangi bangsa Indonesia. Pendidikan karakter


tenaga kerja di Indonesia adalah dapat memberikan ketahanan bagi
dengan meningkatkan daya saing bangsa dan budaya, oleh karena itu
sumber daya manusia yang bisa sebagai identitas, karakter bangsa harus
dilakukan dalam bidang pendidikan. dimilikidan terus dijaga oleh generasi
muda, dalam menghadapi masuknya
Pendidikan karakter sangatlah budaya asing, perkembangan IPTEK
penting untuk terus di kembangkan yang cepat dan gempuran para pekerja
karena diperlukan dalam menguatkan asing ke negara Indonesia dalam
dasar-dasar nilai yang dimiliki oleh pelaksanaan perdagangan bebas.

12
Pendidikan karakter 2. Rumus diturunkan oleh siswa
memberikan landasan yang kuat dan permasalahan yang
bagi generasi muda yang dimulai diajukan harus dapat
dari masa kanak-kanak. Landasan dikerjakan siswa hanya
mengenai kedalaman nilai-nilai dengan rumus-rumus dan
karakteristik dalam budaya pengertian dasar (tidak
Indonesia yang memiliki norma- hanya bisa mnggunakan
norma atau aturan dalam kehidupan tetapi juga memahami asal-
berkebangsaannya. Salah satu usulnya)
tujuan pendidikan nasional adalah 3. Perimbangan antara
pendidikan karakter. Pasal 1 UU matematika dengan angka
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan dan tanpa angka (gambar,
bahwa di antara tujuan pendidikan grafik, pola, dsb)
nasional adalah mengembangkan 4. Dirancang supaya siswa
potensi peserta didik untuk memiliki harus berfikir kritis untuk
kecerdasan, kepribadian dan akhlak menyelesaikan
mulia. permasalahan yang diajukan
5. Membiasakan siswa berfikir
Alasan mendasar pentingnya algoritmis
penanaman nilai adalah bahwa 6. Mengenalkan konsep
seorang anak mulai berpikir
operasional kongkret yang mencari pendekatan dan
rasional dalam setiap tindakannya. perkiraan(Kemdikbud, 2013).
Dengan pemahaman nilai atau
aturan yang rasional tersebut maka Kemampuan matematika
peserta didik diharapkan akan yang harus dimiliki oleh siswa,
menjalankan aturan dan nilai tentunya harus juga dimiliki oleh
tersebut karena terdorong untuk mahasiswa calon guru yang akan
kebaikan mereka sendiri. mengajarkan matematika. Committe
in the Undergraduate Program in
Sementara itu yang tak kalah
Mathematics (CUPM) 2004
penting adalah kemampuan
memberikan enam rekomendasi
matematika bagi sumber daya
dasar untuk jurusan, program dan
manusia indonesia. Matematika
semua mata kuliah dalam
merupakan hal yang penting untuk
matematika. Salah satu
dikuasai oleh individu di abad 21
rekomendasinya menerangkan
ini. Matematika sebagai
bahwa setiap mata kuliah dalam
pembelajaran tentang pola dan
matematika hendaknya merupakan
hubungan, cara berpikir, terikat
aktivitas yang akan membantu
seni, bahasa dan alat, dalam
mahasiswa dalam pengembangan
kurtilas digabungkan dengan mata
kemampuan analitis, penalaran
pelajaran lain dan terikat dalam
kritis, pemecahan masalah dan
tema (Herman & Rusmayadi,
komunikasi. Selanjutnya, CUPM
2016). Secara khusus
(2004) merekomendasikan sudah
pembelajaran matematika dalam
seharusnya lembaga pendidikan
kurtilas harus memenuhi prinsip-
yang bertugas mendidik calon guru
prinsip sebagai berikut:
yang akan mengajarkan matematika
1. Mulai dari pengamatan mempersiapkan mahasiswanya
permasalahan konkret, untuk memiliki kemampuan
kemudian ke semi konkret, matematis tersebut. NCTM (2003)
dan akhirnya abstraksi menjelaskan ada beberapa
permasalahan kemampuan matematis yang

13
diharapkan dimiliki oleh siswa, salah bahwa pendidikan karakter yang
satu diantaranya yaitu kemampuan bertujuan untuk membentuk sebuah
koneksi matematik. Kemampuan ini generasi yang bijak dan intelek
penting dikuasai karena memiliki didasarkan pada nilai-nilai moral yang
peran penting dalam pengembangan baik dan nilai ketuhanan agar seorang
pola pikir siswa, sebagai manifestasi individu dapat berperilaku arif bagi
dari proses pendidikan yang telah dirinya sendiri maupun di dalam
dijalani oleh siswa. masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan Pendidikan karakter juga


karakter dan matematika menjadi berhubungan dengan sikap
satu hal yang mutlak dilakukan di kebangsaan yang dimiliki seorang
jenjang pendidikan manapun, individu seperti dijelaskan oleh Ramli
khususnya di jenjang pendidikan (Asmani, 2011,hlm.32) bahwa tujuan
dasar. Hal ini sangat beralasan dari pendidikan karakter adalah
karena pendidikan dasar adalah membentuk pribadi anak, supaya
pondasi utama bagi tumbuh menjadi manusia yang baik, warga
kembang generasi muda Indonesia. masyarakat, dan warga negara yang
Pemahaman yang mendalam dari baik bagi suatu masyarakat atau
praktisi pendidikan terhadap konsep bangsa, secara umum adalah nilai-nilai
pendidikan karakter menjadi taruhan sosial tertentu, yang banyak
bagi keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh budaya masyarakat
karakter di setiap satuan pendidikan. dan bangsanya. selanjutnya, Ramli
Meskipun pendidikan karakter sudah mengatakan bahwa pendidikan
mulai diintegrasikan dalam kurikulum karakter di Indonesia harus bersumber
dihampir semua jenjang pendidikan, dari budaya bangsa Indonesia sendiri,
namun di sisi lain bagaimana dalam rangka membina generasi
implementasi pendidikan karakter muda”.
tersebut mulai dari perencanaan,
proses, dan evaluasi, apakah sudah Pentingnya pendidikan budaya dan
sesuai dengan pedoman karakter menurut (Sumarmo, 2012)
pelaksanaan yang digunakan dan adalah sebagai berikut:
mengetahui hasilnya. Berdasarkan
latar belakang di atas, maka Pendidikan karakter merupakan
bermaksud untuk menggambarkan proses berkelanjutan dan
bagaimana pendidikan karakter sebagai landasan legal formal;
diimplementasikan dalam Karakter sebagai perekat
pembelajaran matematika di sekolah kultural yang memuat nilai-nilai;
dasar (SD). Proses pembelajaran sebagai
wahana pengembangan
Menurut Aunillah ( 2011, hlm. karakter, IPTEKS, dan aspek
18-19) “ Pendidikan karakter adalah lainnya; Sekolah sebagai
sebuah sistem yang menanamkan nilai- lingkungan pembudayaan siswa
nilai karakter pada peserta didik,
mengandung komponen pengetahuan, Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
kesadaran individu, tekad, serta adanya yang perlu dikembangkan diantaranya
kemauan dan tindakan melaksanakan adalah religius, kreatif, mandiri,
nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang bersahabat/komunikatif, menghargai
Maha Esa, diri sendiri, sesama prestasi, cinta damai, semangat
manusia, lingkungan maupun bangsa, kebangsaan dan tanggung jawab,
sehingga akan terwujud insan kamil”. peduli lingkungan dan sosial,
Berdasarkan pendapat tersebut demokratis, gemar membaca, rasa
pendidikan karakter memiliki hakikat

14
ingin tahu, kerja keras, jujur, toleran, mengkomunikasikan
dan disiplin. gagasan melalui simbol-
simbol matematika; memiliki
Matematika adalah suatu sikap menghargai kegunaan
ilmu yang sangat diperlukan dalam matematika dalam
kehidupan manusia baik dalam kehidupan, sikap rasa ingin
kehidupan sehari-hari maupun tahu, perhatian, dan minat
dalam ilmu pengetahuan dan dalam mempelajari
teknologi. Sejarah telah matematika, serta sikap ulet
menunjukkan bahwa matematika dan percaya diri dalam
telah berkembang sejak pemecahan masalah
dturunkannya manusia ke dunia, dan
diperlukan untuk berinteraksi dengan Menurut (Sumarmo, 2012)
manusia yang lain. Oleh karena itu “pembelajaran matematika berbasis
sejak sekolah dasar bahkan taman pendidikan berkarakter merupakan
kanak-kanak matematika merupakan proses pembelajaran melibatkan
mata pelajaran wajib yang harus beragam unsur (bidang studi, siswa,
diajarkan kepada siswa. Guru guru, dan lingkungan) sehingga tidak
adalah pihak yang paling dapat disederhanakan menjadi suatu
bertanggungjawab terhadap konsep”. Dalam prosesnya
penguasaan matematika siswa pada pembelajaran matematika berbasis
tingkat tersebut. Dalam kurikulum karakter ini tidak diajarkan tapi
berbasis kompetensi matematika dikembangkan secara integratif
diartikan sebagai berikut: dalam pembelajaran matematika
melalui pemahaman, pembiasaan,
Pembelajaran matematika teladan dan pembelajaran yang
berbasis karakter sangat penting, hal integral.
ini sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional yang menyatakan bahwa Ilustrasi suasana pembelajaran
matematika dalam pengembangan
“pendidikan berupaya nilai karakter dalam pembelajaran
mengembangkan potensi matematika menurut Sumarmo
peserta didik agar menjadi (2012) diantaranya sebagai berikut:
manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan 1. Nilai religius. Di dalam
YME, berahlak mulia, sehat, kelas sebagai
berilmu, cakap, kreatif, masyarakat belajar, guru
mandiri dan menjadi warga menciptakan diskursus
negara yang demokratis, dan suasana religius
serta bertanggungjawab.” selama pembelajaran.
Misalnya: pembiasaan
Dalam pembelajaran matematika, dan teladan, guru
menurut (Sumarmo, 2012)tujuan berbahasa santun,
yang ingin dicapai oleh siswa mengucap salam,
adalah: mengawali dan
mengakhiri kegiatan
memahami konsep dengan doa, menghargai
matematika, keterakitannya, agama dan hari besar
mengaplikasikannya dalam agama masing-masing.
pemecahan masalah; 2. Nilai jujur dan disiplin.
menggunakan penalaran; Melalui pembiasaan dan
membuat generalisasi, teladan, guru bersikap
menyusun bukti; jujur dan disiplin dalam
memecahkan masalah;

15
melaksanakan guru bersikap percaya
pembelajaran, dalam diri, mandiri dalam
mengerjakan dan menilai melaks. Pembel. dan
tugas, ulangan/ ujian dan tugas matematik;
penulisan karya ilmiah memonitor dan menilai
dengan mengikuti aturan/ penalaran sendiri; ikuti
prinsip/teorema cara berpikir siswa,
matematik yang berlaku, memberi peluang siswa
dan dorong siswa sensitif berbuat sesuai dengan
terhadap perbedaan pikirannya; membantu
kemampuan, sifat, dan siswa menetapkan
pendapat siswa. standar dan bekerja
3. Menghargai prestasi dalam pandangan positif
orang lain. Melalui untuk masa depan
pembiasaan dan teladan, 7. Gemar Membaca. Melalui
guru menghargai pembiasaan dan teladan
pendapat, hasil karya guru menunjukkan
orang lain, keindahan, perhatian, dan minat
peran dan manfaat dalam melaksanakan
matematika sebagai alat, pembel dan belajar
dan sebagai bahasa matematika dan tugas
dalam kehidupan latihan melalui beragam
4. Kerja Keras. Sebagai sumber,
pendidik, motivator, 8. Bersahabat dan
fasilitator, dan manajer komunikatif. Melalui
belajar, melalui pembiasaan dan teladan,
pembiasaan dan teladan, guru berbahasa santun
guru bekerja dengan dan berkomunikasi
gigih, cerdas, akurat, secara jelas dan tepat,
efisien, dan tepat, memb. memperkenalkan notasi
siswa belajar aktif, dan bahasa matematika
berpikir logis, menyajikan dengan tepat, menyajikan
masalah yang menantang informasi, menjelas-kan
berkenaan kemamp mat. isu, membuat model,
tk, tinggi menjalin kerjasama antar
5. Kreatif. Melalui guru untuk memajukan
pembiasaan dan teladan, program matematika,
guru melaksanakan 9. Peduli lingkungan dan
pembelajaran dan tugas sosial. Melalui
matematik secara pembiasaan dan teladan,
kreatif:lentur menyelidiki guru menerapkan
gagasan matematik, matematika dalam bidang
berusaha mencari studi lain atau kehidupan
beragam cara memech sehari-hari, mengkaitkan
masalah, mendorong konsep matematika
pengemb. daya sesuai dengan konteks
matematik,berpikir yang relevan, menseleksi
kolaboratif; cara topik-topik matematika
bertanya, keterkaitan dalam kurikulum secara
antar konsep, dan fleksibel.
berpikir multi persepektif 10. Demokrasi. Melalui
6. Mandiri. Melalui pembiasaan dan teladan,
pembiasaan dan teladan, guru bersikap demokratis

16
dan bertanggung jawab, C. PEMBAHASAN
memberi kesempatan yg
Penanaman karakter
sama kpd siswa utk
melalui pendidikan di Kabupaten
merespons dan bertanya,
Purwakarta tertuang dalam
melayani siswa sesuai
Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun
dengan minat, kekuatan,
2015 tentang Pendidikan
harapan, dan kebutuhan
Berkarakter.Program ini
siswa, membangun
disebut Atikan Tujuh Poe Istimewa
masyarakat belajar
Purwakarta (Pendidikan Tujuh Hari
dengan kerjasama dan
Istimewa Purwakarta) ini
urunan tanggung jawab
diimplementasikan dalam 7 hari
dan perhatian.
pendidikan yang mengusung tema
11. Rasa ingin tahu. Melalui
pendidikan yang dijelaskan sebagai
pembiasaan dan teladan,
berikut:
guru menunjukkan sikap
rasa ingin tahu, dalam Hari senin mengusung tema
melaksanakan “Ajeg Nusantara”. Pada hari ini
pembelajaran dan siswa dikenalkan dengan nusantara,
menyelesaikan tugas mulai dari budaya, potensi, hingga
matematik, memberi kekayaan alamnya. Hari selasa
tugas latihan kepada bertema “Mapag Buana”, yang
siswa dengan berarti menjemput duniaatau
memanfaatkan beragam mengenal dunia, baik budaya
sumber maupun ilmu pengetahuannya. Hal
12. Cinta tanah air, cinta ini dilandasi bahwa siswa harus
damai semagat dengan datangnya peradaban
kebangsaan. Melalui dunia.Hari rabu bertema “Maneuh di
pembiasaan dan teladan Sunda”, pelajar diwajibkan memakai
guru menciptakan pangsi, iket, serta kebaya sebagai
lingkungan belajar yang simbol orang Sunda. tema ini
aman, berpartisipasi merupakan perwujudan upaya
dalam seminar, mengenalkan kultur daerah dan
konferensi, dan berbagai potensi, khususnya potensi dan
kegiatan matematika kultur masyarakat Sunda.Hari kamis
lainnya tingkat nasional bertema “Nyanding Wawangi”, yaitu
dan internasional dengan agar siswa menyukai estetika
membawa nama baik budaya serta mewarisi jiwa seni,
bangsa dan negara yaitu dengan mempelajari estetika,
B. METODE sastra, mendekorasi ruangan, dan
sebagainya.Hari jumat bertema
Kajian ini berupaya “Nyucikeun Diri”, berisi penanaman
menggambarkan pendidikan nilai spiritual dan kebersihan
karakter dalam pembelajaran lingkungan dengan menjaga
matematika. Dalam proses kesucian hati, jiwa, dan pikiran agar
penggambaran ini digunakan tetap terjaga dan selalu dekat
analisis studi kasus berdasarkan dengan Tuhan dengan cara
penerapan pendidikan karakter di beribadah.Hari Sabtu dan Minggu
Kabupaten Purwakarta. Analisis bertema “Betah di Imah”, yang dapat
didasarkan atas bukti-bukti dokumen diartikan para siswa Purwakarta
tertulis, analisa empiris dan harus merasa nyaman berada di
wawancara pada beberapa nara rumah masing-masing dengan
sumber.

17
bersikap saling membantu pekerjaan Penanaman nilai religius
di rumah. dalam pendidikan karakter “7 poe
atkan” di Kabupaten Purwakarta,
“7 poe atikan” di Kabupaten diimplementasikan dengan
Purwakarta bisa diartikan sebagai mengamalkan nilai agama yang
konsep 7 hari pendidikan di diajarkan di sekolah serta untuk
Kabupaten Purwakarta. melatih pengendalian diri dan
Implementasi konsep pendidikan kepekaan terhadap lingkungan
karakter dalam berpakaian dan sosial di sekitarnya, setiap Peserta
kegiatan ekstrakurikuler. Dalam Didik yang beragama Islam wajib
perturan seragam sekolah, hari menjalankan puasa (shoum) sunnah
senin setiap siswa menggunakan hari Senin dan Kamis, kecuali bagi
seragam pramuka. Selasa dan rabu siswa yang menderita sakit atau
setiap siswa laki-laki dianjurkan karena indikasi medis tertentu.
menggunakan kampret sedangkan Karakter hemat dan sehat
siswi mengunakan kebaya putih. diimplementasikan dalam peraturan
Hari kamis setiap siswa ini dalam bentuk kewajiban
menggunakan batik sekolah, membawa makanan dan minuman
sedangkan hari jumat siswa dari rumah ke sekolah. Makanan
menggunakan busana muslim bagi dan minuman tersebut harus
yang beragama islam dan bukan mencukupi gizi seimbang yang
islam menyesuaikan. dibutuhkan oleh siswa selama di
sekolah. Keputusan ini tidak lepas
Dari jam masuk implementasi dari banyaknya jajanan-jajanan di
nilai karakter siswa dikembangkan sekitar sekolah yang dinilai tidak
melalui perbedaan jam masuk sehat dan cenderung
sekolah antara siswa yang berada di membahayakan kesehatan siswa.
perkotaan dan di pedesaan. Jam Kebijakan ini ditindaklanjuti dengan
masuk sekolah bagi siswa yang larangan bagi pedagang untuk
berada di perkotaan dimulai dari jam berjualan di sekitar sekolah yang
7.00 WIB sampai dengan jam 15.00 akan dikenakan denda sebesar Rp.
WIB. Sedangkan bagi siswa yang 5.000.000,-. Kewajiban siswa
berdomisili di pedesaan waktu untuk membawa makanan dan minuman
sekolah diatur mulai pukul 6.30 WIB ke sekolah juga diikuti dengan
– 10.30 WIB. Setelah pulang kewajiban kegiatan makan harus
sekolah, siswa yang berdomisili di yang memperhatikan aspek
perdesaan wajib membantu orang kebersihan dan higienis seperti
tua di sawah/ladang/kebun dan/atau mencuci tangan sebelum dan
memelihara hewan ternak. Jika sesudah makan dan membuang
dalam hal orang tua siswa tidak sampah pada tempatnya (disiplin),
memiliki sawah/ladang/kebun atau dan berbagi dengan peserta didik
hewan ternak sebagaimana yang lain untuk memupuk rasa
dimaksud pada ayat, maka kepala kebersamaan, setia kawan dan
sekolah menetapkan kegiatan lain kepedulian.
sesuai kondisi keluarga siswa
dengan pengawasan orang tua. Nilai Untuk menanamkan karakter
ini dikembangkan agar siswa di hemat, tidak konsumtif dan gemar
pedesaan menjaga nilai-nilai budaya menabung siswa diwajibkan untuk
sebagai orang desa, dan menjaga menabung di sekolah. Pemanfaatan
profesi/pekerjaan petani/peternak uang tabungan siswa diutamakan
yang mulai jarang diminati oleh untuk membiayai kebutuhan sekolah
siswa saat ini. dan pendidikan pada umumnya.
Setiap siswa di Kabupaten

18
Purwakarta juga diberi larangan 4. memiliki keterampilan
merokok di dalam dan di luar bercocok tanaman hias.
lingkungan sekolah. Hal ini dihimbau Sedangkan bagi siswa yang
untuk meningkatkan derajat berdomisili di pedesaan persyaratan
kesehatan siswa. untuk naik kelas ditambah dengan
a. bagi Peserta Didik laki-laki,
Selain karakter-karakter di diwajibkan :
atas implementasi penanaman 1. memiliki pohon tanaman
karakter melalui “7 poe atikan” di keras produktif paling
Kabupaten Purwakarta dilakukan sedikit 10 (sepuluh)
dengan memberikan persyaratan pohon;
tambahan bagi siswa untuk naik 2. memiliki hewan ternak
kelas, yaitu keterampilan kecakapan domba/kambing/ayam/ika
hidup (life skill) disamping n; dan
pengetahuan (knowledge) agar lebih 3. memiliki keterampilan
siap dalam menghadapi kehidupan. bercocok tanam.
Pemberian keterampilan kecakapan b. bagi Peserta Didik
hidup (life skill) ini berupa perempuan, diwajibkan :
penugasan kegiatan tertentu di luar 1. memiliki keterampilan
sekolah kepada Peserta Didik yang memasak;
disesuaikan dengan karakteristik 2. memiliki keterampilan
tempat domisili Peserta Didik. menenun;
3. memiliki keterampilan
Bagi siswa yang berdomisili menyulam/merenda;
di perkotaan untuk naik kelas dan/atau
diberikan persyaratan tambahan 4. memiliki keterampilan
seperti: bercocok tanam
a. bagi Peserta Didik laki-laki, Pohon tanaman keras
diwajibkan : sebagaimana dijelaskan di atas
1. memiliki pohon tanaman dapat ditanam di tanah milik sendiri,
keras produktif paling lingkungan permukiman, tanah
sedikit 10 (sepuluh) kosong milik pemerintah/negara,
pohon; sempadan sungai, sempadan
2. memiliki hewan ternak waduk/situ, sempadan jalan,
ikan/ikan hias/berniaga dan/atau tanah milik orang lain atas
kecil-kecilan/memiliki izin pemilik tanah/kuasanya.
keterampilan Konsep “7 poe atikan” di
elektronika/perbengkelan; Kabupaten Purwakarta istimewa
dan yang digulirkan sejak juni 2015 ini
3. memiliki keterampilan pada awalnya mendapatkan
bercocok tanaman sejumlah kritikan. Namun disamping
hias/pertamanan. itu konsep ini juga mendapatkan
b. bagi Peserta Didik apresiasi dari kalangan masyarakat.
perempuan, diwajibkan : Pro dan kontra terkait kebijakan ini
1. memiliki keterampilan muncul terkait dengan proses
memasak; sosialisasi dan implementasi yang
2. memiliki keterampilan pada awalnya cukup sulit dilakukan
menenun; masyarakat Purwakarta. Namun
3. memiliki keterampilan sebenarnya dibalik pro dan kontra
menyulam/merenda; yang muncul konsep ini mulai
dan/atau diterima masyarakat seiring dengan
berjalannya waktu karena dipandang
memiliki nilai positif seperti

19
perubahan pola makan; konsep tidur untuk melakukan segala sesuatu
siang di sekolah; konsep peduli tepat pada waktunya
dengan peternakan dan pertanian; 4. Program berbagi makanan
larangan bagi siswa membawa pada kebijakan membawa
motor ke sekolah dan merokok; dam makanan dan minuman di
belajar tidak menggunakan buku Kabupaten Purwakarta bisa
(Husain, 2016) digunakan untuk mengenalkan
konsep pembagian pada
Dalam perspektif pendidikan bilangan asli, cacah, bulat dan
matematika konsep “7 poe atikan “ di pecahan. Misalnya dengan
Kabupaten Purwakarta memiliki arti sepotong kue yang dibagikan
sebagai berikut: kepada 2 siswa dapat
mengenalkan konsep pecahan
1. Pada penanaman nilai religius, setengah atau sebagian dari
konsep matematika yang keseluruhan.
diterapkan pada “7 poe atikan” 5. Program/konsep peduli
yang diimplementasikan setiap terhadap peternakan dan
hari jumat dalam konsep pertanian dapat dijadikan
“nyucikeun diri “ yang
sebagai sumber-sumber atau
mengandung makna fenomena didaktis matematis
mendekatkan diri kepada yang yang terkait dengan
kuasa dapat dilakukan dengan penjumlahan, pengurangan,
pembiasaan teladan guru, pembagian dan perkalian pada
berbahasa santun , mengucapkan bilangan. Misalnya dengan
salam dalam mengawali dan menanyakan berapa jumlah
mengakhiri pembelajaran serta pohon yang telah ditanam,
doa, menghargai agama masing- berapa jumlah atau selisihnya
masing dan dilakukan dengan jika ditambah atau dikurangi.
puasa senin dan kamis bagi Guru juga dapat menanyakan
siswa yang beragama islam. jumlah hewan ternak yang
Kegiatan disposisi matematika ini dirawat oleh siswa A dan siswa
memposisikan matematika B, menanyakan jumlahnya
sebagai kegiatan pembelajaran atau selisihnya atau hasil
yang dapat menanamkan perkaliannya.
karakter religius pada siswa di 6. Program gerakan menabung
Kabupaten Purwakarta. sebagai bentuk implementasi
2. Pada karakter disiplin, kebijakan- konsep “7 poe atikan” di
kebijakan yang terkait dengan Kabupaten Purwakarta dapat
konsep “7 poe atikan” seperti dikaitkan dengan aritmetika
larangan membawa motor yang sosial, dan merupakan konsep
jika dilanggar bisa berakibat tidak yang realistik bagi siswa untuk
naik kelas dapat dihubungkan penjumlahan, pengurangan,
dengan teorema-teorema dan perkalian dan pembagian.
konsep dalam pembelajaran
matematika seperti konsep Jika implementasi “7 poe
implikasi dan biimplikasi. atikan” istimewa di Kabupaten
3. Program tidur siang di sekolah, Purwakarta ini dilaksanakan
akan membangun siswa dalam secara konsisten dan baik, maka
menghargai waktu dan mengenal sebenarnya fenomena-fenomena
konsep matematika waktu jam, yang dilakukan siswa sesuai
menit dan detik. Konsep ini juga dengan kebijakan peraturan
akan melatih kedisplinan siswa Bupati ini dapat dimanfaatkan

20
dalam pengembangan karakter matematika dalam
dan pembelajaran matematika. kehidupannya.

D. PENUTUP E. DAFTAR RUJUKAN


Sebagai bagian akhir dari Anonim. (2017). Pengangguran di
pembahasan kajian ini, penulis Indonesia. Diakses dari
dapat menyimpulkan hal-hal sebagai http://www.indonesia-
berikut: investments.com/id/keuangan/
angka-ekonomi-
1. Dalam pengembangan makro/pengangguran/item255
pendidikan karakter, perspektif ?
terhadap implementasi Asmani, J. M. 2011. Buku Panduan
peraturan bupati terkait dengan Internalisasi Pendidikan
konsep “7 poe atikan” di Karakter di Sekolah.
kabupaten Purwakarta dapat Jogjakarta: DIVA Press.
mengembangkan karakter pola Aunillah, N. I. 2011. Panduan
hidup sehat, hemat, displin, rasa Menerapkan Pendidikan
kebersamaan, setia kawan dan Karakter di Sekolah.
kepedulian, tidak konsumtif, Jogjakarta: Laksana.
gemar menabung, peduli Committe in the Undergraduate
terhadap lingkungan, serta Program in Mathematics.
peningkatan lifeskill siswa [online]. Tersedia:
melalui program perubahan pola http://www.maa.org/
makan, tidur siang di sekolah, cupm/cupm2004.pdf. [23 Maret
peduli dengan peternakan dan 2012]Depdiknas. (2006).
pertanian, larangan membawa Kurikulum Tingkat Satuan
motor dan merokok di sekolah Pendidikan. Jakarta:
dan belajar tidak menggunakan Depdikbud
buku. Depdiknas. (2004). Kurikulum
2. Dalam perspektif pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta,
matematika, implementasi Balitbang Pusat
implementasi peraturan bupati Pengembangan Kurikulum.
terkait dengan konsep “7 poe Herman, & Rusmayadi. (2016).
atikan” di kabupaten Purwakarta Sumber Belajar Penunjang
ini melahirkan fenomena- PLPG 2016 Mapel Guru Kelas
fenomena didaktis yang dapat TK. Jakarta: Kemdikbud.
dikaitkan dalam pembelajaran Husain, F. (2016). Menilik
matematika. Siswa mengalami Keberhasilan Pendidikan
hal-hal dan pengalaman yang Karakter di Purwakarta.
berkaitan dengan matematika, Diakses dari:
seperti konsep bilangan, http://www.asiknews.com.
penjumlahan, pengurangan, -----------------. (2016). Melihat
perkalalian dan pembagian Keberhasilan Pendidikan
pada bilangan, sehingga akan Karakter di Purwakarta.
mudah membangun Diakses dari:
pemahaman siswa terkait http://m.viva.co.id/berita/cerita-
dengan masalah-masalah yang anda/770674-melihat-
dijumpainya dalam kehidupan keberhasilan-pendidikan-
sehari-hari. Siswa kan terbiasa karakter-di-purwakarta
memecahkan masalah yang Kemdikbud. (2013). Elemen
berkaitan dengan matematika, Perubahan Kurikulum 2013:
karena mengalami realita Bahan Tayangan Rapat

21
Koordinasi Instruktur PLPG. Kompetensinya dalam
Jakarta. Pengajaran Matematika untuk
NCTM.(2003). Program for Initial Meningkatkan CBSA.
Preperation of Mathematics Bandung, Tarsito
Specialists. Ruseffendi ( 1997 ). Pendidikan
Tersedia:http://www.ncate.org/ Matematika 3. Jakarta
ProgramStandars/NCTM/NCT :Universitas Terbuka,
MELEMStandars.pdf [28 April Depdikbud
2006] Samani, Muchlas dan Hariyanto.
Purwakarta, D. P. (2015). Peraturan 2011. Konsep dan Model
Bupati Purwakarta No 69 Pendidikan Karakter. Bandung:
Tahun 2015 tentang Remaja Rosdakarya.
Pendidikan Berkarakter. Sumarmo, U. (2012). Pembelajaran
Purwakarta, Jawa Barat. Matematika Berbasis
Ruseffendi, ET (1991). Pengantar Pendidikan Karakter. Bandung,
Kepada Membantu Guru Jawa Barat.
Mengembangkan

22
PENELITIAN FOKLOR PERMAINAN RAKYAT SUNDA DI KAMPUNG
CIKONDANG JAWA BARAT DAN INTERNALISASI NILAI DIDAKTISNYA DI
SEKOLAH DASAR

Indah Nurmahanani
UPI KAMPUS PURWAKARTA

Abstrak

Penelitian foklor tentang jenis permainan rakyat dan alat permainan rakyat
khususnya di kampung Cikondang Jawa Barat dilakukan dengan cara studi
lapangan dengan melakukan pengamatan dan wawancara kepada anak-anak
dan masyarakat Cikondang. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat
mengidentifikasi jenis permainan di sekolah, di rumah, dan di lingkungan
masyarakat yang masih dilestarikan saat ini. Permainan-permainan tersebut
memiliki alat permainan yang sederhana, dan bersifat tradisional walaupun ada
permainan yang alatnya terbuat dari mainan plastik. Selain itu, terdapat jenis-
jenis permainan tersebut yang disertai dengan kakawihan (nyanyian). Revitalisasi
permainan rakyat dapat dilakukan dalam pendidikan dengan transformasi nilai-
nilai didaktis pada permainan rakyat sebagai olahraga tradisional. Transformasi
nilai-nilai didaktis dalam permainan rakyat sebagai upaya untuk mencapai tujuan
pendidikan. Nilai didaktis dalam permainan rakyat yaitu: (a) membentuk perilaku
sikap jujur, taat aturan, berkerjasama, riang/gembira, saling melindungi, mandiri;
(b) memiliki keterampilan ketangkasan, kewaspadaan; (c) mengembangkan
berpikir analogi, dan melatih kecerdasan linguistik (berbahasa); (d)
mengembangkan kecerdasan interpersonal. Transformasi/internalisasi nilai-nilai
didaktis permainan rakyat dapat dilakukan melalui: (a) menggunakan salah satu
jenis pemiainan rakyat sebagai bahan ajar atau metode pembelajaran untuk
rnengembangkan aspek kebahasaan; (b) menggunakan salah satu jenis
permainan rakyat untuk membangkitkan semangat siswa di dalam pembelajaran.
Dapat digunakan di dalam kegiatan awal pembelajaran, inti, atau akhir
pembelajaran; (c) menggunakan salah satu jenis permainan rakyat untuk
berbagai perlombaan antar-sekolah di lingkungan dinas pendidikan dasar tingkat
kecamatan maupun tingkat kabupaten melalui perlombaan OLTRAS (olahraga
tradisional).

Kata kunci: Foklor, jenis-jenis permainan rakyat, alat permainan rakyat, nilai
didaktis dalam permainan rakyat.

A. PENDAHULUAN melalui kegiatan proses pewarisan


dari satu generasi ke generasi
1. Latar Belakang Masalah berikutnya. Proses pewarisan itu
dilakukan secara lisan dan turun-
Indonesia dengan keberagaman temurun yang dapat dikatakan
suku bangsa kaya akan budaya dan sehagai tradisi foklor. Seperti
karya sastra seperti dongeng, cerita pendapat Danandjaja (2002: 1) tradisi
rakyat, legenda, babad, mite, adat foklor sebagai sebagian kebudayaan
istiadat, permainan rakyat, tarian yang diwariskan secara turun-temurun
rakyat, nyanyian rakyat dan secara lisan atau melalui suatu contoh
sebagainya. Kekayaan budaya dan yang disertai dengan gerak isyarat
karya sastra tersebut dilakukan

23
atau alat pembantu pengingat manusia yang hidup di dunia.
(mnemonic divice). Kemudian ia mengutip pendapat
Saat ini sangat penting untuk Wujingga, bahwa manusia itu
memelihara tradisi sebagai bagian makhluk bermain (Homo Luden).
dari kebudayaan melalui proses Inilah proses kita belajar, disinilah kita
pewarisan, hal ini dapat merujuk pada belajar. Dalam permainan tradisional
pendapat Prof. Yus Rusyana yang kita belajar, semua mainan ada di sini,
mengatakan bahwa "Pentingnya semua konsep kehidupan ada di sini,
rnenghadirkan budaya tradisional untuk menyiapkan masa depannya.
dalam kehidupan sekarang, kalau Melalui permainan dikenalkan alam,
tidak hadir, bagaimana anak muda konsep diri, dan Tuhannya
bisa mengemasnya Kalau hadir maka (www.youtube.com).
mereka akan ada pikiran cipta Untuk memahami permainan rakyat,
rasanya, gagasan melakukan Brundvand dalam James Danandjaja
pengolahan terhadap tradisi", yang (2002: 171) menjelaskan permainan
dikutip dari cuplikan video mengenai rakyat di dunia biasanya berdasarkan
"tradisi asli pasundan yang nyaris gerak tubuh seperti lari dan lompat,
hilang" ( dalam laman atau berdasarkan kegiatan sosial
https://www.youtube.com). senderhana, seperti kejar-kejaran,
Selanjutnya Yus Rusyana (1981:1) sembunyi-sembunyian, dan berkelahi-
menjelaskan cerita lisan sebagai berkelahian; atau berdasarkan
bagian daripada foklor merupakan matematika dasar atau kecekatan
bagian dari persediaan cerita yang tangan, seperti menghitung, dan
telah lama hidup dalam tradisi suatu melempar batu ke suatu lubang
masyarakat. Dengan demikian, tertentu, atau berdasarkan keadaaan
penelitian tentang sastra lisan perlu untung-untungan, seperti main dadu.
dilakukan untuk melihat sastra yang Jenis permainan rakyat (permainan
tersebar disampaikan secara lisan anak) dapat mengembangkan potensi
yang memiliki ciri khas sebagai tradisi. kecerdasan jamak, seperti
Selain itu, penelitian foklor sangat kecerdasan linguistik, kecerdasan
tepat untuk melihat bagaimana tradisi logika, kecerdasan visual-spasial,
lisan di masyarakat saat ini. kecerdasan kinestetik tubuh,
Permainan rakyat yang diperoleh kecerdasan musik, kecerdasan
melalui warisan lisan. Anak-anak interpersonal. Kegiatan bermain dapat
bermain secara natural tanpa bantuan mengangkat nilai-nilai budaya melalui
orang dewasa seperti guru ataupun permainan tradisional menjadikan
orangtua. Anak-anak bermain serta- anak kreatif, sebagai sebuah terapi
merta dan tidak direncanakan jauh- bagi anak-anak untuk melepaskan
jauh hari sebelumnya. emosinya dengan berteriak, tertawa,
Setiap daerah di Indonesia dan bergerak (Disbudpar DK1, 2011:
umumnya memiliki permainan rakyat. 4).
Zaini Alif dalam pidatonya yang Selajutnya James Danandjaja (2002:
berjudul "The Secret Meaning of Hom 171) menyebutkan permainan rakyat
Pim Pa" mengatakan jumlah jenis berdasarkan sifat permainan dapat
permainan rakyat yakni 250 dibagi menjadi dua golongan besar,
permainan tradisional Sunda, 212 yaitu permainan untuk bermain dan
permainan rakyat Jawa, 50 permainan permainan untuk bertanding. Roberts,
rakyat Lampung, 300 permainan Arth dan Bush dalam Danandjaja
rakyat dari berbagai provinsi, dan 300 (2002: 171) menguraikan permainan
permainan dari 10 negara di dunia. untuk bermain digunakan untuk
Zaini Alif mengatakan bahwa bermain mengisi waktu senggang atau
adalah belajar, bermain itu penting, rekreasi. Sedangkan permainan yang
mainan dapat mengenal konsep dasar kedua memiliki sifat khusus seperti:

1
(1) terorganisasi, (2) perlombaan, (3) Bandung. Pemilihan penelitian
harus dimainkan paling sedikit oleh permainan rakyat didasarkan atas
dua orang, (4) mempunyai kriteria kebutuhan bahwa perlunya khazanah
yang menentukan siapa yang menang permainan rakyat. Supaya
dan siapa yang kalah, dan (5) masyarakat dapat memanfaatkannya
mempunyai peraturan permainan untuk permainan di dalam lingkungan
yang telah diterima bersama oleh keluarga, masyarakat, dan pendidikan
para pesertanya. Roberts dan Sutton formal seperti sekolah. Kebutuhan
Smith dalam Danandjaja (2002: 171) beragam bentuk permainan rakyat
mengelompokkan permainan atau permainan tradisional sangat
bertanding dapat dibagi lagi ke dalam: diperlukan oleh masyarakat sekalipun
(1) permainan bertanding yang di zaman modern.
bersifat keterampilan fisik, (2) 2 . Tujuan Penelitian
permainan bertanding yang bersifat
siasat, (3) dan permainan bertanding Tujuan penelitian yang ingin dicapai
yang bersifat untung-untungan. melalui penelitian ini yaitu:
M. Zaini Alif mengatakan bahwa 1) Mengetahui jenis-jenis
anak-anak jarang memainkan permainan rakyat Sunda di wilayah
permainan tradisional dan cenderung kampung Cikondang Pangalengan
terpaku pada gadget modern. Dan Jawa Barat.
Risetnya, sekitar 40% dari total 2.500 2) Mengetahui alat-alat
permainan tradisional nusantara permainan rakyat Sunda yang
jarang dimainkan, dan ada yang digunakan dalam permainan rakyat di
hilang. Lama-lama punah karena ada wilayah kampung Cikondang
punah karena tidak ada bahannya, Pangalengan Jawa Barat.
tidak ada teman bermain, dan tidak 3) Mengetahui nilai-nilai didaktis
ada data permainan, itu awal terjadi dalam permainan rakyat Sunda di
hilangnya permainan tradisional. wilayah kampung Cikondang
Selain itu, adanya rasa prihatin bahwa Pangalengan Jawa Barat.
konsep konsep KH. Dewantoro
tentang wirasa, wirahma, wiraga tidak B. KAJIAN TEORITIK
diajarkan lagi saat ini? 1. Foklor - Tradisi Lisan
Persoalan lainnya adalah permainan
rakyat sambil menyanyikan (ngawih) Kata foklor adalah pengindonesiaan
lagu-lagu saat ini belum tentu dari kata foklore yang berasal dari
diwariskan ataupun tetap lestari. Oleh bahasa Inggris dengan kata folk dan
karena itu, perlu penelitian bagaimana lore. Seperti yang dijelaskan oleh Alan
jenis permainan rakyat saat ini. Dundes, folk adalah sekelompok
Permasalahan yang dianggap orang yang memiliki ciri-ciri pengenal
sebagai ancaman bagi pelestaraian fisik, sosial dan kebudayaan,
kebudayaan adalah apakah saat ini sehingga dapat dibedakan dari
permainan rakyat masih populer kelompok-kelompok lainnya. Ditandai
seperti masa sebelumnya? Apakah dengan memiliki satu tradisi yakni
proses pewarisan masih berlangsung kebudayaan yang telah diwariskan
secara turun-temurun atau tidak? secara turun-temurun, sedikitnya dua
Penelitian foklor pada permainan generasi yang diakui milik bersama
rakyat dipilih di wilayah kebudayaan dan adanya kesadaran identitas
Sunda dengan lokasi kampung kelompoknya (Dundes dalam
Cikondang Pangalengan Jawa Barat. Danandjaja). Kemudian yang
Lokasi ini dipilih karena secara dimaksud lore adalah tradisi folk, yaitu
geografis kampung Cikondang masih sebagian kebudayaan yang
jauh dari perkotaan. Memerlukan diwariskan secara turun-temurun
waktu ± 3 jam perjalanan dari kota secara lisan melalui contoh yang

2
disertai dengan gerak isyarat atau alat biasanya dilakukan secara lisan, yakni
pengingat. disebarkan melalui tutur kata dari
Danandjaja (1994:2) memberikan mulut ke mulut (atau dengan suatu
pengertian foklor adalah sebagian contoh yang disertai dengan gerak
kebudayaan suatu kolektif yang isyarat, dan alat pembantu pengingat)
tersebar dan diwariskan turun- dari suatu generasi ke generasi
menurun, di antara kolektif macam berikutnya.
apa saja, secara tradisional dalam 2) Foklor bersifat tradisional,
versi yang berheda, baik dalam yakni disebarkan dalam bentuk relatif
bentuk lisan maupun contoh yang tetap atau dalam bentuk standar.
disertai dengan gerak isyarat atau alat Disebarkan di antara kolektif tertentu
pembantu pengingat (mnemonic dalam waktu yang cukup lama (paling
device). sedikit dua generasi).
Leach dan Jarome (dalam Koswara, 3) Foklor ada (exist) dalam
2003: 40) memberikan pengertian versi-versi bahkan varian-varian yang
mengenai foklor. Pertama, foklor berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara
merupakan kreasi tradisional penyebarannya dari mulut ke mulut
masyarakat baik yang masih pritmtif (lisan ke lisan), biasanya bukan
(masyarakat yang masih awam) melalui cetakan atau rekaman,
maupun masyarakat yang sudah sehingga oleh proses lupa diri
modern atau tahu akan peraturan. manusia atau interpolasi, foklor
Kedua, foklor merupakan fosil yang dengan mudah dapat mengalami
masih hidup dan tidak akan pernah perubahan. Walaupun demikian
mati. Ketiga, foklor merupakan ilmu perbedaannya hanya terletak pada
mengenai kepercayaan tradisional, bagian luar saja, sedangkan dasarnya
mantra dan hal-hal magis yang ada dapat tetap bertahan.
kaitannya dengan supranatural. 4) Foklor bersifat anonim.
Diana Moeis (1991: 6) menjelaskan Artinya penciptanya sudah tidak
bahwa foklor berasal dari kata folk diketahui orang lagi.
yang mengandung arti masyarakat, 5) Foklor biasanya mempunyai
sedangkan lore merupakan unsur- bentuk berumus dan berpola.
unsur budaya yang dimiliki oleh 6) Foklor mempunyai kegunaan
masyarakat. Sehingga Moeis (1991: (fungsi) dalam kehidupan bersama
32) menyimpulkan bahwa foklor yaitu suatu kolektif.
segala bentuk yang disampaikan dari 7) Foklor bersifat pralogis. Yaitu
satu orang ke orang lainnya dan mempunyai logika sendiri yang tidak
hanya ada di dalam ingatan manusia. selalu sesuai dengan logika umum.
Intinya foklor hanya fantasi 8) Foklor menjadi milik bersama
masyarakat saja. Berdasar beberapa (kolektif) dari kolektif tertentu.
pengertian tersebut di atas, dapat 9) Foklor pada umumnya
disimpulkan bahwa foklor adalah bersifat polos dan lugu.
kebudayaan masyarakat dengan
segala bentuk yang diwariskan secara 3. Bentuk Foklor
turun menurun.
Brunvand (dalam Danandjaja, 1994:
2. Ciri-ciri Foklor 21) menggolongkan foklor
berdasarkan tipenya menjadi tiga
Menurut Danandjaja (1994: 3-5) kategori yakni foklor lisan (verbal
foklor ciri-ciri khusus atau ciri-ciri folklore), foklor sebagian lisan (partly
pengenal seperti berikut, verbal folklore) dan foklor bukan lisan
1) Penyebaran dan (nonverbal folklore). Foklor sebagian
pewarisannya bersifat lisan, yakni lisan adalah foklor yang wujudnya
penyebaran dan pewarisannya gabungan antara lisan dengan

3
tindakan. Sedangkan foklor yang (peribahasa, pepatah, teka-teki, cerita
bukan lisan adalah foklor yang prosa seperti mite, legenda dan
wujudnya material, ataupun tindakan. dongeng, termasuk anekdot dan
Kemudian Danandjaja menjelaskan lelucon), nyanyian rakyat, teater
tiga bentuk foklor: rakyat, permainan rakyat,
kepercayaan/keyakinan rakyat,
(1) Foklor lisan arsitektur rakyat, seni rupa dan seni
Foklor lisan yaitu foklor yang lukis rakyat, musik rakyat, gerak
seutuhnya dalam bentuk lisan. Bentuk isyarat, dsb.
(genre) foklor yang termasuk ke
dalam jenis ini diantaranya: (a) 4. Fungsi foklor
bahasa rakyat (folk speach), seperti
gelar bangsawan, bahasa daerah; (b) Foklor dapat bcrfungsi sebagai: (1)
ungkapan tradisional seperti sistem proyeksi, yakni sebagai alat
peribahasa dan pepatah; (c) pencermin angan-angan suatu
permainan tradisional seperti teka- kolektif; (2) alat pengesahan pranata-
teki; (d) sajak dan puisi rakyat seperti pranata dan lembaga-lembaga
pantun, gurindam, syair, mantra, kebudayaan; (3) alat pendidik anak,
sisindirian, pupujian, dan guguritan; (4) alat pemaksa dan pengawas agar
(e) cerita prosa rakyat seperti mite, norma-norma masyarakat akan selalu
legenda, dan dongeng; (f) nyanyian dipatuhi anggota kolektifnya.
rakyat. Berdasarkan jenis, dan fungsinya,
(2) Foklor setengah lisan foklor merupakan bagian dari tradisi
Foklor setengah lisan yaitu foklor lisan.
dalam bentuk campuran unsur lisan
dengan unsur tidak lisan. 5. Sastra Lisan
Kepercayaan rakyat misalnya, yang
oleh masyarakat modern sering Teeuw (1988: 38-41) menjelaskan
disebut takhayul, tanda yang sifatnya sastra lisan digunakan untuk memberi
lisan disertakan dengan gerak isyarat tanda khusus untuk bahasa lisan yaitu
yang dianggap memiliki sifat magis. untuk penetingan artistik, bukan untuk
Bentuk foklor yang termasuk dalam kepentingan sebagai alat komunikasi
jenis ini selain dan kepercayaan sehari-hari. Sastra lisan adalah sastra
seperti permainan rakyat, teater folk yang bcntuknya murni lisan yaitu
rakyat, tarian rakyat, adat istiadat, diciptakan, disebarluarkan, dan
upacara, pesta rakyat, dsb. diwariskan secara lisan. Contohnya:
(3) Foklor bukan lisan bahasa rakyat, ungkapan tradisional,
Foklor bukan lisan yaitu foklor yang puisi rakyat (pupujian), cerita prosa
bentuknya bukan lisan, walaupun cara rakyat, dan nyanyian rakyat.
membuatnya ataupun asalnya Selanjutnya Yus Rusyana
diajarkan dengan cara lisan. Jenis ini mengemukakan bahwa sastra lisan
berbentuk material dan nonmaterial. adalah sastra yang hidup dan
Bentuk-bentuk material seperti tersebar dalam bentuk tidak tertulis.
arsitektur rakyat berupa bangunan Ciri lain dari sastra lisan adalah
rumah adat, kerajinan tangan dan ketradisiannya.
obat-obatan tradisional. Sedangkan Menurut Hutomo (1991: 3-4)
nonmaterial seperti gerak tradisional menyebutkan ciri-ciri pengenal utama
rakyat (gesture), suara isyarat untuk sastra lisan yaitu: (1) penyebarannya
komunikasi rakyat, dan musik rakyat. melalui mulut, maksudnya ekspresi
budaya yang disebarkan baik dari
Dengan demikian, foklor sebagai segi waktu maupun ruang (dan mulut
bagian dari kebudayaan dapat berupa ke mulut), (2) lahir di dalam
ujaran rakyat, ungkapan tradisional masyarakat yang masih bercorak

4
desa, (3) menggambarkan ciri-ciri fabel, dan peribahasa yang
budaya suatu masyarakat, (4) tidak diceritakan oleh orang-orang yang
diketahui siapa pengarangnya dan lebih tua kepada yang lebih muda
karena itu menjadi milik masyarakat, sebagai bagian dari pendidikan umum.
(5) bercorak puitis, teratur dan Dalam buku tersebut, dijelaskan
berulang-ulang; (6) tidak permainan merupakan aktivitas yang
mementingkan fakta dan kebenaran, umumnya dilakukan oleh anak-anak
lebih menekankan pada aspek dalam mengisi waktu luang. Pada
khayalan/fantasi yang tidak diterima aktivitas itu, mereka dapat bergembira,
oleh masyarakat modern tetapi sastra berinteraksi dengan teman sebaya,
lisan memiliki fungsi dalam melakukan kerja sama, menerapkan
masyarakatnya; (7) terdiri dari disiplin, mengenal lingkungan,
berbagai versi; (8) menggunakan menghargai kemenangan atau
gaya bahasa lisan (sehari-hari) yang kekalahan dan sebagainya.
mengandung dialek, kadang-kadang Dijelaskan bahwa jenis permainan
diucapkan tidak lengkap. selalu berkembang dari waktu ke
waktu, dari sederhana tanpa alat,
6. Mainan dan Permainan sampai permainan yang
Tradisional Sunda menggunakan alat khusus dengan
berbagai pola gerak yang sulit.
Zaini Alif dalam bukunya yang Bahkan kemudian terdapat pula
berjudul mainan dan permainan permainan yang ditingkahi terbatas
tradisional Sunda mengatakan bahwa pada kalangan anak-anak saja, tapi
setiap mainan dan permainan anak, juga sering dijadikan suatu
melatih anak bermain melalui aturan perlombaan dan pertandingan antar-
dan sistem untuk patuh pada orang dewasa terutama pada
permainan dan mainan itu sendiri. peristiwa-peristiwa besar. Dapat
Patuh adalah hal yang paling disimpulkan bahwa jenis permainan
mendasar dalam pelaksanaannya dapat berkembang mengikuti suatu
sebuah permainan, tanpa tunduk dan gencrasi melalui permainan biasa
patuh pada aturan dan sistem sebuah hingga menjadi sebuah pertandingan.
permainan, mustahil permainan itu Permainan anak dapat
dapat dilaksanakan (2014: III). Selain mengembangkan potensi kecerdasan
itu, mainan dan permainan juga jamak, seperti kecerdasan linguistik,
secara langsung mengajarkan nila-- kecerdasan logika, kecerdasan visual-
nilai toleransi, kejujuran, spasial, kecerdasan kinestetik tubuh,
kepemimpinan, strategi, dst. Dalam kecerdasan musik, kecerdasan
mainan dan permainan anak di Jawa interpersonal. Potensi kecerdasan
Barat, permainan dibagi menjadi 3 jamak ini dapat distimulasi dan
jenis, di antaranya: (1) permainan ditumbuh kembangkan secara optimal
berkelompok, (2) permainan satu melalui berbagai kegiatan yang
(satu sebagai ucing) lawan banyak, menyenangkan. Salah satu kegiatan
dan (3) permainan individual. belajar yang menyenangkan adalah
Lebih jelas lagi foklor permainan kegiatan bermain. Selain itu, kegiatan
rakyat telah ada penelitian yang bermain dapat mengangkat budaya
hasilnya ditulis dalam buku “Foklor melalui permainan tradisional,
Permainan Anak-anak Betawi” yang menjadikan anak kreatif, scbagai
menjelaskan bahwa masyarakat sebuah terapi hagi anak-anak untuk
Betawi, sejak awal kelahirannya melepaskan emosinya dengan
hingga menjadi masyarakat modern berteriak, tertawa, dan bergerak.
memiliki foklornya sendiri. Cara yang Pada umumnya dengan permainan
paling umum menyampaikan tradisi tradisional mendorong pemain untuk
itu adalah melalui cerita-cerita, fabel- bergerak seperti melompat, berlari,

5
menari, berputar, jongkok dan apabila diteliti secara langsung dalam
sebagainya. Dalam permaian proses.
tradisional mengenal konsep menang 4) Peneliti kualitatif mencoba
kalah. Namun memang kalah ini tak menganalisis data secara induktif.
menjadikan pemain bertengkar atau Peneliti tidak mencari data untuk
rendah diri. Bahkan ada membuktikan hipotesis yang mereka
kecenderungan orang sudah bisa susun sebelum mulai penelitian,
melakukan permainan mengajarkan namun untuk menyusun abstraksi.
tidak secara langsung kepada teman- 5) Penelitian kualitatif
temannya yang belum bisa. Juga menitikberatkan perhatiannya pada
tidak mustahil jika permainan bagaimana manusia memaknai
tradisional ini dilakukan lintas usia, kehidupannya.
sehingga para pemain yang usianya
belia ada yang menjaganya, yaitu Metode analisis deskriptif digunakan
para pemain yang lebih dewasa. untuk mendeskripsikan hasil analisis
data. Menurut Sugiyono (2011: 309)
C. METODE PENELITIAN mengatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data dilakukan
Untuk mengetahui jenis-jenis pada natural setting (kondisi yang
permainan rakyat dan alat-alat yang alamiah), sumber data primer, dan
digunakan dalam permainan rakyat di teknik pengumpulan data lebih
kampung Cikondang Pangalengan banyak pada observasi berperan-
Jawa Barat, menggunakan metode serta (participan observasion),
penelitian kualitatif-deskriptif. wawancara mendalam (in depth
Penelitian kualitatif ini bersifat natural interview) dan dokumentasi.
atau penelitian yang dilakukan secara Untuk memperoleh data jenis
alamiah. Sebagaimana pendapat permainan dan alat permainan rakyat
Moleong, (2002: 3) yang mengatakan di kampung Cikondang, Pangalengan
bagwa pendekatan kualitatif adalah Jawa Barat. Data dikumpulkan
sebuah prosedur penelitian yang dengan: (1) wawancara eksploratif
menghasilkan data deskriptif berupa yang berkaitan dengan tradisi lisan
kata-kata tertulis atau lisan dari orang- permainan rakyat di Kampung
orang dan perilaku yang dapat diamati. Cikondang, dan (2) observasi primer
Selanjutnya menurut Bodgan dan yakni observasi dengan pengamatan
Biklen (dalam Frankel & Wallen, 2001: secara langsung terhadap permainan
422:423) mcnyebutkan lima ciri rakyat.
penelitian kualitatif sebagai berikut,
1) Penelitian kualitatif D. PEMBAHASAN
mempunyai setting yang alami
sebagai sumber data langsung, dan Penelitian foklor jenis permainan
peneliti sebagai instrumen kunci (key rakyat dan alat permainan rakyat
instrument). dilaksanakan di kampung Cikondang
2) Data penelitian kualitatif yang Desa Lamajang Kecamatan
dikumpulkan lebih banyak berupa Pangalengan Kabupaten Bandung.
kata-kata atau gambar-gambar Kampung ini berada di sebelah Utara
daripada angka. kaki Gunung Tilu, sebelah Selatan
3) Penelitian kualitatif lebih berbatasan dengan Desa Pulosari
memperhatikan proses daripada Kecamatan Pangalengan, sebelah
produk. Hal ini disebabkan oleh cara Barat Desa Sukamaju, sebelah Utara
peneliti mengumpulkan dan Desa Cipinang, sebelah Timur Desa
memaknai data, setting atau Cikalong Kecamatan Cimaung, Desa
hubungan antar-bagian yang sedang Tri Bhakti Mulya Kecamatan
diteliti akan lebih jauh lebih jelas Pangalengan.

6
Untuk mengetahui jenis permainan mendeskripsikan jenis permainan
rakyat yang masih ada tradisinya saat yang masih ada dalam masa data itu
ini, peneliti melakukan wawancara diambil. Berdasarkan hasil
dengan sejumlah anak sekolah dasar wawancara tersebut diperoleh data
di lingkungan desa Cikondang. sebagai berikut:
Peneliti melakukan wawancara secara
langsung pada anak sekolah dasar (1) Jenis Permainan Rakyat
kelas III, kelas IV, kelas V dan kelas
VI. Selain itu melakukan wawancara Jenis permainan rakyat di
pada anak-anak yang akan belajar di Cikondang dapat dibandingkan
madrasah pada sore hari. Selain itu, dengan jenis permainan dari
peneliti bertanya kepada ketua beberapa referensi/sumber jenis
kampung adat, dan guru ngaji. Data permainan yang disebutkan oleh Zaini
ini belum semuanya menggambarkan Alif, Rina Farida, dan Yusida Gloria.
keseluruhan jenis permainan rakyat. Gambaran jenis permainan tersebut
Namun dalam studi lapangan foklor ini dapat dilihat dalam sajian tabel berikut,
data yang diperoleh dapat

Tabel 1. Jenis-jenis Permainan


Jenis Permainan Sunda dari Beberapa Referensi
Jenis Permainan di
Cikondang Jenis permainan Jenis permainan Jenis permainan
(Zaini Alif) (Rina Farida) (Yusida Gloria)

Aasinan Aarcaan Ambil-ambilan Ambil-ambilan


Anyang-anyangan Alung boyong Anjang-anjangan Ayang-ayang gung
Bakiak Ambil-ambilan Bebentengan Ayun ambing
Balap karung Bebentengan Beklen Beas beureum
Balap ngala lauk (nyieur
Boy-boyan Boy-boyan Bulantok
lauk)
Bebedilan/peperangan Boyongan Cokcang Cing cang keling
Beklen Congklak Congklak Cingciripit
Bobonekaan Dam-daman Dam-daman Cingkurulung
Bola tangkap Dodogan Dingding kiripik Eundeuk-eundekan
Boy-boyan Encrak Empet-empetan Heheotan
Encrak ucing
Pa cici putri Galah asin / gobak Hompimpah
sumput
Cingciripit Gunggaya Galati Jaleueu
Dogdogan Hahayaman Gatrik Kalima gobang
Ketuk-ketuk
Dogongan Hong-hongan Hahayaman
kekerenceng
Dokter-dokteran Jajampanan Kobak Ning ning nong
Egrang / jajangkungan Jajangkungan Mamanukan Ole-ole ogong
Enog-enogan Kokoleceran Ngadu muncang Oray-orayan
Oyong-oyong
Galah Kukudaan Oray-orayan
bangkong
Gamparan (sorodot Paciwit-ciwit
Ngala papatong Paciwit-ciwit lutung
gaplok) lutung
Gangsing Oray-orayan Pepeletokan Perepet jengkol
Gatrik Paciwit-ciwit lutung Perepet jengkol Pertopo-pertopo
Gebug bantal Papanggalan Prang pring

7
Sondah/engkle

Guru-guruan Peperangan Tok si tok song Prang pring prung


Tuktuk brung
Hahayaman Perepet jengkol Punten mangga
tuktuk brak
Kelereng Prangpring Salam sabrang
Layang-layang Sasapian Sasalimpetan
Lolodehan Simar Slepdur
Lompat tali Sondah Srung seng
Mamasakan Ucang angge Sur asur api
Mobil-mobilan Ucing kuriling Sur ser
Oray-orayan Ucing peungpeun Tat tit tut
Paciwit-ciwit lutung Ucing sair Tokecang
Panjat pinang Ucing sumput Tong tolanng nangka
Trang trang
Patiti-titi poci Wawayangan
kolentrang
Perepet jengkol Truk tuk brung
Permainan putra-putri Ucang-ucang angge
Prang-pring Ucang-ucang Ucing umbang
Punten mangga angge
Roundes
Sapintrong
Sasalimpetan
Susumputan/ucing
sumput
Tarik tambang
Tatarucingan
Ucang-ucang angge
Ucing baledog
Ucing sandal
Ucing sendal
Ucing udag
Ucing-ucingan

Bahan-bahan yang batang daun pisang, pohon jambe,


digunakan dalam berbagai jenis potongan genteng, sandal, tambang,
permainan yaitu: batu, benda-benda tanah, air, daun, bunga, ranting kayu,
rumah tangga, bola beklen dan tas, buku, pensil.
kuwuk/haremis (menyerupai Berdasarkan tabel tersebut,
cangkang kerang), bola (yang dapat diinterpretasikan bahwa
terbuat dan kertas), penghapus yang permainan rakyat di Cikondang
terbuat dari busa, boneka, congklak, relatif lebih banyak, dibandingkan
batu/kuwuk/haremis/biji-bijian, kayu, versi lainnya. Artinya walaupun data
karet, karung, kelereng, mainan dari jenis permainan rakyat diperoleh
plastik yang menyerupai alat dalam dua hari, mungkin ada
kesehatan, mainan mobil atau kulit bcberapa jenis permainan yang
jeruk bali, mainan pistol, atau belum teridentitikasi. Adanya
mainan yang terbuat dari kayu atau persamaan nama permainan di

1
Cikondang dengan versi Zaini Alif, Dalam Undang-undang
Rina dan Yusida, namun ada pula Sisdiknas No. 20 tahun 2003,
yang berbeda jenis permainannya. pendidikan adalah usaha sadar dan
Sementara yang disebutkan lebih terencana untuk mewujudkan
cenderung pada jenis permainan suasana bclajar dan proses
yang berbentuk kakawihan. pembelajaran agar peserta didik
Dengan demikian, hasil secara aktif mengembangkan
penelitian foklor tentang jenis dan potensi dirinya untuk memiliki
alat permainan rakyat di Cikondang kekuatan spiritual keagamaan,
Jawa Barat, permainan rakyat pengendalian diri, kepribadian,
Sunda saat ini sangat bervariatif, kecerdasan, akhlak mulia, serta
masih banyak tradisi yang dapat keterampilan yang diperlukan dirinya
diwariskan, dilestarikan, dan masyarakat. Selain itu,
dimanfaatkan/ditransformasikan pendidikan nasional menurut
sebagai tumpuan budaya, kreativitas Undang-undang Sisdiknas No.20
dan pendidikan. tahun 2003 pendidikan nasional
Merujuk pendapat Prof. Yus adalah pendidikan yang herdasarkan
Rusyana (yang disampaikan dalam Pancasila dan UUD 1945 yang
perkuliahan Kajian Tradisi Lisan berakar pada nilai-nilai agama,
pada 21/04/2015) yang mengatakan kebudayaan nasional Indonesia, dan
bahwa tradisi lisan sebagai tanggap terhadap tuntutan
ketahanan budaya, tradisi lisan perubahan zaman.
sebagai akar dari kebudayaan, Fungsi dan pendidikan
tradisi lisan sebagai tumpuan nasional adalah mengembangkan
kreativitas. Selain itu, cakupan kemampuan dan membentuk watak
tradisi lisan menurut UNESCO serta peradaban bangsa yang
bahwa sastra lisan scbagai bermartabat dalam rangka
pengetahuan folk mencerdaskan kehidupan bangsa
(rakyat/masyarakat), sebagai unsur- bertujuan untuk mengembangkan
unsur religi dan kepercayaan folk potensi peserta didik agar menjadi
dan hukum adat. Maka hasil manusia yang beriman dan bertakwa
penelitian ini yang berjudul tentang kepada Tuhan Yang Maha Esa,
“Penelitian foklor pada jenis berakhlak mulia, sehat, berilmu,
permainan rakyat dan alat cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
permainan rakyat di kampung warga yang demokratis dan
Cikondang, Pangalengan Jawa bertanggung jawab (UU Sisdiknas
Barat” menghasilkan identifikasi no.20 tahun 2003 pasal 3).
berbagai jenis permainan rakyat Didaktik dapat dibagi dalam
yang dapat dimanfaatkan untuk didaktik umum dan khusus. Didaktik
ditransformasikan melalui umum meinberi prinsip-prinsip yang
pendidikan untuk dijadikan sebagai umum yang herhubungan dengan
tumpuan kebudayaan, tumpuan penyajian bahan pelajaran (yakni
kreativitas dalam pendidikan. motivasi, peragaan, dll) agar anak-
Transformasi memiliki anak menguasainya. Didaktik
maksud sebagai salah satu cara khusus membicarakan tentang cara
untuk mengalihkan, memindahkan mengajarkan mata pelajaran tertentu
nilai-nilai didaktis dalam permainan dimana prinsip dimana prinsip
rakyat untuk diinternalisasikan dalam didaktik umum digunakan. Didaktik
perilaku seseorang. Transformasi khusus bersifat metodik-methodos
nilai-nilai didaktis dalam permainan (melalui + jalan) artinya cara
rakyat sebagai upaya untuk melakukan sesuatu, prosedur.
mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian, kegiatan
transformasi nilai-nilai didaktis

1
permainan rakyat melalui olahraga keagamaan, pengendalian diri,
tradisional akan selaras dengan kepribadian, kecerdasan, akhlak
tujuan pendidikan nasional. Oleh mulia, serta keterampilan yang
karena itu, transfer nilai-nilai yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
terdapat dalam permainan rakyat Nilai-nilai didaktis dalam permainan
kepada peserta didik supaya peserta rakyat sebagai berikut,
didik memiliki kekuatan spiritual

Tabel 2. Nilai Didaktis


Jenis Permainan Nilai Didaktis
Taat aturan, kebersamaan, kerja sama, keriangan, melatih sehat
Permainan Putra-putri
fisik, kejujuran
Taat aturan, kebersamaan, kerja sama, keriangan, melatih sehat
Roundes
fisik, kejujuran
Taat aturan, kebersamaan, kerja sama, keriangan, melatih sehat
Lolodehan
fisik, kejujuran
Taat aturan, kebersamaan, kerja sama, keriangan, melatih sehat
Aasinan
fisik, kejujuran
Taat aturan, kebersamaan, kerja sama, keriangan, melatih sehat
Ucing sendal
fisik, kejujuran
Taat aturan, kebersamaan, kerja sama, keriangan, melatih sehat
Ucing udag
fisik, kejujuran
Taat aturan, kewaspadaan, kebersamaan, kerja sama, keriangan,
Ucing baledog
melatih sehat fisik, ketangkasan, kejujuran
Beklcn Keriangan, melatih kecerdasan menghitung

Sapintrong Kegembiraan, melatih schat fisik, ketangkasan


Taat aturan, kebersamaan, kerja sama, keriangan, melatih sehat
Boy boyan
fisik
Taat aturan, kebersamaan, kerja sama, keriangan, melatih sehat
Galah
fisik
Punten mangga Kegembiraan, melatih kecerdasan linguistik

Perepet jengkol Kebersamaan, kegembiraan, persatuan, kekuatan

Cingciripit Kewaspadaan, kegembiraan

Egrang /jajangkungan Melatih keseimbangan, kegembiraan

Paciwit-ciwit lutung Kerja sama, kegembiraan


Melatih daya imajinasi, bernalar, melatih kecerdasan linguistik,
Tatarucingan
berpikir konret
Enog-enogan Kebersamaan, kegembiraan
Taat pada aturan bermain, membangun kebersamaan, saling
Oray-orayan
melindungi, membangun persatuan.
Memiliki daya imajinasi, mengembangkan aspek bernalar,
Mobil-mobilan melatih membuat analogi, membangun konsep diri, melatih
kemandirian.
Memiliki daya imajinasi, mengembangkan aspek bernalar,
Mamasakan melatih membuat analogi, membangun konsep diri, melatih
kemandirian.
Memiliki daya imajinasi, mengembangkan aspek bernalar,
Anyang-anyangan melatih membuat analogi, membangun konsep diri, melatih
kemandirian.

2
Memiliki daya imajinasi, mengembangkan aspek bernalar,
Bobonekaan melatih membuat analogi, membangun konsep diri, melatih
kemandirian.
Memiliki daya imajinasi, mengembangkan aspek bernalar,
Dokter-dokteran melatih membuat analogi, membangun konsep diri, melatih
kemandirian.
Memiliki daya imajinasi, mengembangkan aspek bernalar,
Guru-guruan melatih membuat analogi, membangun konsep diri, melatih
kemandirian.
Ucang-ucang angge Keriangan, mengembangkan aspek bahasa

Prang-pring Keriangan, mengembangkan aspek bahasa


Melatih ketangkasan, taat aturan, membangun kerjasama,
Panjat pinang
keriangan
Gatrik Melatih ketangkasan, taat aturan, kewaspadaan, keriangan

Bebedilan/peperangan Melatih ketangkasan, taat aturan, kewaspadaan, keriangan


Melatih ketangkasan, taat aturan, membangun kerjasama,
Bakiak keriangan
Melatih ketangkasan, taat aturan, membangun kerjasama,
Dog-dogan
keriangan
Kelereng Melatih ketangkasan, taat aturan, keriangan

Tarik tambang Melatih ketangkasan, taat aturan, keriangan

Balap karung Melatih ketangkasan, taat aturan, keriangan

Congklak Taat aturan, melatih konsep berhitung, keriangan


Gamparan (sorodot
Melatih konsentrasi, keriangan
gaplok)
Susumputan/ucing
Taat aturan, kewaspadaan, keriangan
sumput
Taat aturan, kerja sama, kewaspadaan, melatih sehat fisik,
Balap ngala lauk
keriangan
Taat aturan, kerja sama, saling melindungi, keriangan, melatih
Hahayaman
sehat fisik
Engkle That aturan, keriangan, melatih sehat fisik, ketangkasan

Patiti-titi poci Kewaspadaan, melatih kecerdasan linguistik, keriangan

E. KESIMPULAN 4. Mengembangkan
Dapat disimpulkan bahwa nilai daktis kecerdasan interpersonal.
dalam permainan rakyat yaitu:
1. Membentuk perilaku sikap Transformasi dan internalisasi nilai-
jujur, taat aturan, nilai didaktis permainan rakyat
berkerjasama, riang/gembira, dilakukan melalui:
saling melindungi, mandiri. 1. Menggunakan salah satu
2. Memiliki keterampilan jenis permainan rakyat
ketangkasan, kewaspadaan. sebagai bahan ajar atau
3. Mengembangkan berpikir metode pembelajaran untuk
analogi, dan melatih mengembangkan aspek
kecerdasan linguistik kebahasaan.
(berbahasa). 2. Menggunakan salah satu
jenis permainan rakyat untuk

1
membangkitkan semangat Dongeng dan lain-lain.
siswa di dalam pembelajaran. Jakarta: Graffiti.
Dapat digunakan di dalam
kegiatan awal pembelajaran, Gloriani, Yusida. 2015. Nilai Sosial
inti, atau akhir pembelajaran. dan Budaya dalam Kakawihan
3. Menggunakan salah satu Kaulinan Barudak Lembur di
jenis permainan rakyat untuk Kabupaten Kuningan serta
berbagai perlombaan antar- Internalisasi Nilainya di
sekolah di lingkungan Dinas Sekolah Dasar. Tesis: UPI.
Pendidikan Dasar tingkat Tidak diterbitkan.
kecamatan mnaupun tingkat
kabupaten melalui Rusyana, Yus. 1981. Cerita Rakyat
perlombaan OLTRAS Nusantara. Bandung: FKIP
(olahraga tradisional). UPI. Tidak diterbitkan.

DAFTAR RUJUKAN Sibarani, Robert. 2012. Kearifan


Lokal: Hakikat, Peran, Metode
Alif, Zaini. 2014. Mainan dan Tradisi Lisan. Jakarta: ATI.
Permainan Tradisional Sunda. Laman Internet. Inside
Buku koleksi Komunitas Hong. Indonesia-Yang nyaris Hilang
dari Pasundan.
Aryani, Rina F. 2015. Mengenal https://www .youtube.com/watc
Budaya Sunda. Bandung: Satu h?v=aKAH-w2SE8g.
Nusa.
Laman Internet. The Secret Meaning
Danandjaja, James. 2002. Foklor of "Hom pim pa".
Indonesia: Ilmu Gosip, http://:www.youtube.com/watc
h?v=hRVrm3svaUk.

1
PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN SURAT
AL-TAHRIM/66 AYAT 6

Burhanudin TR.
Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Masalalah yang diangkat dalam kajian ini adalah masih adan keluarga
muslim yang hidupnya belum layak disebut keluarga yang islami. Untuk
menjawab masalah dimaksud, perlu diungkap pertanyaan kajian: a) apa makna
pendidikan pendidikan menurut Al-Islam?, b) apa makna pendidikan keluarga
menurut Al-Islam ?, dan c) nilai-nilai pedidikan keluarga apa saja yang
terkandung dalam surah Al-Tahrim ayat 6?. Adapun tujuan yang hendak dicapai
dalam kajian ini, ingin mengetahui tentang makna: a) pendidikan menurut islam,
b) pendidikan keluarga menurut islam, dan c) nilai-nilai pendidikan keluarga yang
terkandung dalam surah Al-Tahrim ayat 6. Sedangkan manfaat yang didapat
adalah adanya kontribusi bagi dunia pendidikan yang pada gilirannya, konsep
pendidikan terutama pendidikan keluarga yang terkandung dalam Al-Quran surah
Al-Tahrim ayat 6 dapat diaplikasikan, baik oleh para pendidik secara umum,
maupun para orang tua sehingga mampu memberikan bimbingan, arahan dan
latihan kepada mutarabbi atau anak–anaknya agar mereka bertingkah laku
sesuai dengan ajaran Al-Islam atau menjadi anak yang berkepribadian muslim.
Simpulan yang didapat dalam kajian ini bahwa pendidikan menurut Al-
Islam adalah mempersiapkan dan menumbuh anak atau individu yang dilakukan
oleh pendidik yang prosesnya berlangsung secara terus menerus sejak lahir
sampai meninggal wafat. Pendidikan keluarga merupakan bimbingan,
pengajaran, dan latihan-latihan yang diberikan oleh orang tua sebgai pendidik
terhadap anaknya dalam lingkungan keluarga yang merupakan institusi pertama
dan utama dalam meletakan dasar-dasar pendidikan bagi pendidikan berikutnya
secara kontinu, konsisten, dan berkesinambungan demi terciptanya anak yang
berkepribadian Muslim.

Kata Kunci: Pendidikan keluarga, keteladanan

A. PENDAHULUAN menyatakan bahwa keluarga dalam


Pendidikan merupakan konteks Islam merupakan suatu
bimbingan secara sadar yang sistim kehidupan masyarakat yang
diberikan oleh pendidik terhadap terkecil di batasi oleh adanya
perkembangan jasmani dan ruhani keturunan atau nasab. Hal itu berarti
anak didik terbentuknya kepribadian bahwa komponen dalam keluarga
yang utama (Marimba, 1989). Tafsir disini terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
(2008) menyatakan bahwa Dalam andangan Islam,
pendidikan itu menyangkut seluruh pendidikan keluarga memegang
pengalaman. Dengan demikian peranan yang sangat penting dalam
pendidikan dalam arti luas adalah pendidikan anak di kemudian hari,
kehidupan dan kehidupan adalah sebab pendidikan keluarga
pendidikan. Sedangkan pendidikan merupakan peletak dasar bagi
Islam adalah upaya pelayanan bagi pendidikan Islam pada tahap
pengembangan potensi terdidik selanjutnya (Rakhmat, 1996: 78).
secara optimal sesuai fitrah yang di Demikian pentingnya pendidikan
milikinya berdasarkan ajaran Islam keluarga tersebut, maka dalam Islam
(Uwes, 2004). Ramayulis (1996) diposisikan sebagai suatu kewajiban

36
yang bernilai ibadah yang harus wa `Ala berfirman dalam QS. Al-
dilaksanakan oleh para orang tua Ahzab, 33: 72.
Muslim yang mendambakan
anaknya menjadi anak yang saleh …Sesungguhnya Kami telah
atau anak yang berkepribadian mengemukakan amanat
muslim. Untuk mencapai tujuan kepada langit, bumi dan
tersebut diperlukan adanya ikhtiar gunung-gunung, maka
yang optimal dari para orang tua. semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan
Nilai-nilai kependidikan yang mereka khawatir akan
terkandung dalam Al-Quran surah mengkhianatinya, dan
Al-Tahrim ayat 6, di antaranya: a) dipikullah amanat itu oleh
setiap orang tua Mukmin mempunyai manusia. Sesungguhnya
peran sebgai pendidik keluarga manusia itu amat zalim dan
untuk membimbing dan amat bodoh [QS. Al-Ahzab,
mengarahkan anggota keluarga agar 33: 72].
ber-taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah `Azza wa Jall dan Ilyas (1995:11)
bertakwa kepada-Nya, b) pendidikan mengungkapkan bahwa syari’at
keluarga seyogianya difokuskan Islam hanya dapat dilaksanakan
pada aspek pendidikan agama yang dengan mendidik diri, mendidik
berintikan keimanan dengan takwa generasi, dan masyarakat supaya
sebgai realisasinya kemudian aspek beriman dan tunduk kepada Allah
akhlak dan amar ma'ruf nahi `Azza wa Jall semata, serta selalu
munkar; c) dalam merealisasikan mengingat-Nya. Oleh karena itu,
keimanan dimaksud di lingkungan pendidikan Islam menjadi tanggung
keluarga. Orang tua berfungsi jawab antara orang tua, masyarakat,
sebagai eksekutif (pelaksana) dan pemerintah melalui guru. Di
melalui keteladanan dalam samping itu, pendidikan Islam
mengamalkan ajaran Agama, dan menjadi amanah yang harus dipikul
sebagai supervisor (pengawas) oleh suatu generasi untuk
terhadap pelaksanaan ajaran Agama disampaikan kepada generasi
oleh anggota keluarganya (anak- berikutnya dan dijalankan oleh para
anak), d) taqwa sebagai realisasi pendidiknya.
keimanan seseorang seyogianya Lebih tegas lagi Allah Jalla wa
dijadikan sarana vital untuk `Ala berfirman,
memelihara diri dan keluarga dari …Wahai orang-orang yang
siksa api neraka, serta e) metode beriman, peliharalah dirimu
yang digunakan dalam pendidikan dan keluargamu dari api
sejatinya mengedepankan neraka yang bahan bakarnya
pelakonan, pembiasaan, dan adalah manusia dan batu;
keteladanan dari orang tua itu penjaganya malaikat-malaikat
sendiri. yang kasar, keras, dan tidak
Islam adalah syari’at Allah mendurhakai Allah terhadap
`Azza wa Jall yang diturunkan untuk apa yang diperintahkan-Nya
seluruh umat manusia di muka bumi kepada mereka dan selalu
agar manusia dapat beribadah mengerjakan apa yang
hanya kepada-Nya. Pelaksanaan diperintahkan. [QS. At-Tahrim,
syari’at ini menuntut adanya 66:6]
pendidikan sehingga manusia
pantas memikul amanat (Islam) dan Sabiq (1985) menjelaskan
menjalankan perannya sebagai bahwa yang dimaksud dengan
khalifah Allah (wakil-Nya). Allah Jalla memelihara diri dan keluarga dalam

37
ayat di atas adalah dengan )‫(رواه ابن جرير‬
pendidikan dan pengajaran, ... Beramalllah karena taat
kemudian membina mereka agar kepada Allah Jalla wa `Ala
berakhlak mulia serta menunjukkan dan takutlah berbuat maksiat
kepada mereka perilaku yang kepada Allah `Azza wa Jall
bermanfaat dan membahagiakan serta suruhlah anak-anak
mereka. kamu utnuk melakukan aneka
Al-Nahlawi (1996) perintah dan menjauhi
mengemukakan bahwa makna ‫قوا‬ berbagai larangan-Nya.
‫ أنفسكم وأهليكم نارا‬adalah mengajari Karena hal itu akan
manusia akan berbagai perbuatan memelihara mereka dan kamu
yang dapat menyelamatkan mereka dari api neraka. [HR. Ibnu
dari api neraka, dengan memberikan Jarir].
bimbingan, arahan kepada Sebagai pendidik anak-anak,
perbuatan kebaikan dan orang tua memiliki kewajiban yang
menjauhkan mereka dari berbagai berbeda-beda karena perbedaan
keburukan. Hal ini hanya dapat kodratnya. Ayah berkewajiban
dilaksanakan melalui pendidikan mencari nafkkah untuk mencukupi
yang baik. kebutuhan keluarganya melalui
Dari uraian di atas, tidak ada pemanfaatan karunia Allah `Azza wa
pilihan lain bagi setiap orang muslim Jall di muka bumi selanjutnya
berkewajiban untuk memelihara diri dinafkahkah kepada anak dan
dan keluarganya dari berbagai isterinya. Adapun kewajiban ibu
perbuatan yang dapat adalah menjaga, memelihara dan
menyengsarakan di dunia terutama mengelola keluarga di rumah
di akhirat nanti. suaminya, terlebih lagi mendidik dan
Secara qudrati, setiap manusia merawat anaknya (Muhaimin, 1993:
sejak zaman nenek moyang (Adam 290).
dan Hawa) mempunyai keinginan
untuk mendidik dan mengajari Rasulullah Saw. bersabda,
anaknya. Namun, bagi orang yang ‫والمرأة راعية في بيت زوجها ومسؤولة‬
beriman ini bukan hanya sekedar )‫عن رعيتها (رواه البخاري‬
menurut dorongan kodratnya belaka, ... Perempuan adalah
tetapi lebih jauh dari itu adalah pemimpin di rumah suaminya
dalam rangka melaksanakan dan dia akan ditanyai tentang
perintah wajib yang telah digariskan yang dipimpinya [HR. Bukhari].
Allah `Azza wa Jall (Ilyas, 1995).
‘Ulwan (1995: 290)
Allah `Azza wa Jall Berfirman, mengungkapkan bahwa anak
…Dan dia menyuruh ahli-nya merupakan amanah Allah `Azza wa
(keluarga dan umatnya) untuk Jall bagi kedua orang tuanya.
salat dan menunaikan zakat, Anak mempunyai jiwa yang suci dan
dan dia adalah seorang yang cemerlang. Apabila sang anak sejak
diridWahai di sisi Tuhannya. kecil dibiasakan berbuat baik, dididik,
[QS. Maryam, 19: 55] dan dilatih dengan koninyu sehingga
tumbuh dan berkembang menjadi
Rasulullah Saw. bersabda, anak baik pula. Sebaliknya apabila
‫ﺇعملوا بطاعة هللا واتقوا معاصي‬ sang anak dibiasakan berbuat buruk,
‫هللا وأمروا أولدكم بامتثال األوامر‬ nantinya akan terbiasa berbuat
buruk pula dan pada akhirnya sang
‫واجتناب النواهي فذلك وقاية لهم‬ anak menjadi celaka dan rusak.
‫ولكم من النار‬ Oleh karena itu, pendidikan keluarga

38
merupakan pendidikan yang Al-Tahrim ayat 6 dapat diaplikasikan,
pertama dan utama. baik oleh para pendidik secara
Mas’ari (1981: 21) umum, maupun para orang tua
menjelaskan bahwa kewajiban orang sehingga mampu memberikan
tualah menjaga dan memelihara bimbingan, arahan dan latihan
anak demi keselarasan dan kepada mutarabbi atau anak–
kesehatan pertumbuhan ruhani dan anaknya agar mereka bertingkah
jasmani anak. Setiap orang tua laku sesuai dengan ajaran Al-Islam
Muslim berkewajiban membimbing atau menjadi anak yang
dan mendidik anaknya sebagai berkepribadian muslim.
Muslim yang berbakti kepada Allah
`Azza wa Jall dan rasul-Nya. B. KAJIAN TEORITIK
Firman Allah `Azza wa `Ala Al-Nawawi (1983:181)
dalam surah Al-Tahrim ayat 6 menyatakan bahwa dalam perspektif
mengindikasikan adanya makna Islam, manusia merupakan mahluk
tersirat mengenai pendidikan ciptaan Allah `Azza wa Jall yang
keluarga. dibekali dengan naluri untuk menjadi
Bertitik tolak dari pemikiran di pendidik kudrati. Hal itu berarti
atas, kajian ini terfokus pada secara naluriah manusia memiliki
konsep-konsep pendidikan yang rasa tanggung jawab untuk
terkandung dalam Al-Quran dengan meneruskan dan memelihara serta
judul, “Pendidikan Keluarga dalam menyelamatkan keturunannya agar
Perspektif Al-Quran Surah Al-Tahrim dapat hidup secara manusiawi
Ayat 6 (Studi Literatur tentang berbeda dengan mahluk-mahluk
Pendidikan Keluarga yang lainya dimuka bumi ini . Allah `Azza
terkandung dalam Al-Quran Surah wa Jall Berfirman,
Al-Tahrim Ayat 6)”. ...Dan sesungguhnya kami
Adapun yang menjadi telah memuliakan umat
masalalah utama dalam kajian ini manusia , dengan memberikan
adalah masih ada keluarga muslim mereka sarana tumpangan
yang hidupnya belum layak disebut didaratan dan dilautan ,
keluarga yang islami. Untuk kemudian kami memberi
menjawab masalah dimaksud, perlu mereka rezeki yang baik –baik
diungkap pertanyaan kajian: a) apa dan kami utamakan mereka
makna pendidikan pendidikan dari kebanyakan mahluk kami
menurut Al-Islam?, b) spa makna ciptakan dengan sempurna
pendidikan keluarga menurut Al- [QS. Al-Isra`, 17: 70].
Islam ?, dan c) nilai-nilai pedidikan
keluarga apa saja yang terkandung Dalam ayat lain Allah `Azza
dalam surah Al-Tahrim ayat 6?. wa Jall Berfirman,
Tujuan yang hendak dicapai dalam …Arahkanlah wawasan mu
kajian ini, ingin mengetahui tentang lurus-lurus kepada agama
makna: a) pendidikan menurut islam, Allah `Azza wa Jall selaras
b) pendidikan keluarga menurut dengan fitrah Allah `Azza wa
islam, dan c) nilai-nilai pendidikan Jall yang telah menciptakan
keluarga yang terkandung dalam manusia serasi dengan fitrah
surah Al-Tahrim ayat 6. Sedangkan kejiwannya. tidaka ada
manfaat yang didapat adalah sesuatu perubahan dalam
adanya kontribusi bagi dunia ciptaan Allah tadi. Itulah
pendidikan yang pada gilirannya, agama yang lurus. Tetapi
konsep pendidikan terutama kebanyakan manusia tidaklah
pendidikan keluarga yang
terkandung dalam Al-Quran surah

39
mengetahuinya [QS. Al-Rum, ...Wahai orang–orangyang
30:30] beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari siksaan
Dari dua ayat di atas, didapat api neraka...[QS. At-Tahrim,
pemahaman bahwa orang tua yang 66:6 ].
beriman tentu saja memiliki
keinginan untuk berusaha Dalam menafsirkan ayat di
menyelamatkan anak-anaknya agar atas, Baihaqi (1996: 38)
tidak menjadi manusia yang hina di menjelaskan bahwa setiap manusia
dunia dan celaka di akhirat. Al- Mukmin terbebani kewajiban dan
Nawawi (1983) mengungkapkan tanggung jawab memelihara diri dan
bahwa upaya dimaksud, sejatinya keluarganya dari api. Api adalah
dilakukan melalui kegiatan sesuatu yang mempunyai kekuatan
pendidikan yang berkesinambungan membakar dan oleh karenanya
sejak anak lahir ke muka bumi. menghanguskan dan
Secara umum, kewajiban menyengsarakan. Secara fisik, ia
orang tua pada anaknya adalah bisa bermakna menyengsarakan
mendo`akan dengan do`a yang baik, tubuh. Sedangkan secara psikis, ia
memelihara dari api neraka, bisa berkonotasi membuat diri dan
menyerukan salat, berusaha untuk jiwa menderita, atau sengsara
menciptakan kedamaian dalam laksana dibakar.
rumah tangga, mencintai dan Sementara itu Izzudin (1987:
menyayangi anak–anaknya, 26) mengemukakan bahwa orang
bersikap hati-hati terhadap anak, tua muslim berkewajiban untuk
dan memberi nafkah yang halal memelihara dirinya serta
(Muhaimin, 1993) menjelaskan memberikan pemeliharaan,
bahwa kewajiban orang tua dalam pendidikan dan bimbingan kepada
pendidikan anak-anaknya adalah anaknya agar anak terhindar dari
menegakkan hukum–hukum Allah hal-hal yang dapat menjerumuskan
`Azza wa Jall, merealisasikan mereka ke dalam kemurkaan Tuhan.
ketentraman dan kesejahteraan jiwa Pendidikan tersebut mencakup
keluarga, melaksanakan perintah pedidikan jasmani anak dan
Agama dan mewujudkan rasa cinta ruhaninya .
kepada anak-anaknya melalui Dalam penjelasan ayat di atas,
pendidikan. Al–Halwani yang dikutip Ilyas,
Berdasarkan uraian di atas, (1995:17) mengung-kapkan bahwa
dapat dipahami bahwa setiap orang setiap orangtua pasti akan
tua muslim sejatinya mampu memelihara anaknya dari bahaya api
menjadi pendidik yang memberikan dunia, dan sewajarnya pula mereka
pengetahuan anak-anaknya, serta memelihara anaknya dari bahaya api
memberikan sikap dan keterampilan akhirat (neraka ). Cara memelihara
yang memadai, memimpin keluarga, sang anak dari api neraka,
dan mengatur kehidupannya, hendaknya sang ayah mendidik,
memberikan contoh sebagai membimbing dan mengajari akhlak-
keluarga yang ideal, dan akhlak yang baik, menjaga anaknya
bertanggung jawab dalam kehidupan dari pergaulan yang buruk. Sehingga
keluarga, baik yang bersifat jasmani akhirnya anak akan menjadi binasa
maupun ruhani. untuk selamanya.
Sehubungan dengan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
penjelasan di atas, Allah `Azza wa (Ilyas, 1995:18) berpendapat bahwa
`Ala Berfirman, yang amat dibutuhkan di dalam
mendidik anak adalah
memperhatikan masalah akhlaknya.

40
Sedangkan Sayyid Qutub (Ilyas, Ramayulis (1996: 2)
1995:12) menjelaskan bahwa menyatakan bahwa keluarga dalam
maksud dari memelihara dirinya konteks Islam merupakan suatu
kemudian keluarga dalam surah At- sistim kehidupan masyarakat yang
Tahrim ayat 6 tersebut adalah terkecil di batasi oleh adanya
hendaklah para orang tua muslim keturunan atau nasab. Hal itu berarti
benar-benar menjaga dirinya bahwa komponen dalam keluarga
kemudian keluarganya termasuk disini terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
anak dari api neraka itu dengan Berdasarkan penjelasan di
melalui pendidikan dan pengajaran, atas , dapat dipahami bahwa
serta menumbuhkan mereka agar pendidikan keluaga adalah proses
berakhlak mulia dan menunjukkan bimbingan yang diberikan oleh orang
mereka kepada hal-hal yang tua kepada anaknya dalam rangka
bermanfaat dan membahagiakan menumbuhkan dan
mereka . mengembangkan aspek jasmani dan
Dari uraian–uraian di atas, ruhani anak menuju terciptanya anak
dapat disimpulkan bahwa firman yang saleh atau anak yang
Allah `Azza wa Jall dalam surah At– berkepribadian Muslim .
Tahrim ayat 6 tersebut secara Dalam andangan Islam,
tersirat mengindikasi-kan adanya pendidikan keluarga memegang
pendidikan keluarga menurut Al- peranan yang sangat penting dalam
Quran. Apa dan bagaimana pendidikan anak di kemudian hari,
pendidikan keluarga tersebut, akan sebab pendidikan keluarga
dikaji lebih mendalam pada merupakan peletak dasar bagi
penelitian ini. pendidikan Islam pada tahap
Pendidikan adalah bimbingan selanjutnya (Rakhmat, 1996: 78).
secara sadar yang diberikan oleh Demikian pentingnya pendidikan
pendidik terhadap perkembangan keluarga tersebut, maka dalam Islam
jasmani dan ruhani anak didik diposisikan sebagai suatu kewajiban
terbentuknya kepribadian yang yang bernilai ibadah yang harus
utama (Marimba, 1989). Tafsir dilaksanakan oleh para orang tua
(2008: 25) menyatakan bahwa Muslim yang mendambakan
pendidikan itu menyangkut seluruh anaknya menjadi anak yang saleh
pengalaman. Dengan demikian atau anak yang berkepribadian
pendidikan dalam arti luas adalah muslim. Untuk mencapai tujuan
kehidupan dan kehidupan adalah tersebut diperlukan adanya ikhtiar
pendidikan. Sedangkan pendidikan yang optimal dari para orang tua.
Islam adalah upaya pelayanan bagi
pengembangan potensi terdidik C. METODE PENELITIAN
secara optimal sesuai fitrah yang di Penelitian ini bersifat
milikinya berdasarkan ajaran Islam pencandraan secara sistematis,
(Uwes, 2004: 6). faktual, dan akurat tentang konsep
Dari uraian–uraian di atas pendidikan keluarga yang
dapat dimaknai bahwa pendidikan terkandung di dalam AL-Quran
Islam adalah bimbingan, pengajaran, Surah Al-Tahrim ayat 6. Oleh karena
dan latihan yang diberikan oleh itu, metode yang dipandang
pendidik kepada terdidik dalam memadai adalah deskriptif
menumbuhkan dan (Descriptive Research), yakni
mengembangkan jasmani dan metode penelitian yang bertujuan
ruhaninya berdasarkan ajaran Islam untuk memecahkan masalah yang
menuju terbentuknya anak yang sedang berlangsung; membuat
berkepribadian Muslim. pencandraan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-

41
fakta dan sifat-sifat populasi atau Allah Swt. berfirman dalam Al
daerah tertentu. (Sarakhmad: 1978, Qur'an surah AL-Tahrim ayat 6 yang
Sudjana: 2003, Suryabrata: 1989, berbunyi sebagai berikut :
Nazir : 1999), sedangkan
pendekatannya, digunakan kualitatif …WaWahai orang-orang yang
yaitu penelitian yang bukan beriman peliharalah dirimu dan
mengutamakan kuantitas, akan keluargamu dari api neraka
tetapi merupakan penghayatan dan yang bahan bakarnya dari
penafsiran tentang interaksi antar manusia dan batu…[QS. Al-
konsep yang sedang dikaji secara Tahrim, 66:6]
empirik. (Sudjana: 2003).
Metoda yang digunakan dalam b. Pengertian Secara Harfiah.
kajian ini adalah metoda deskriptif, Adapun pengertian secara
yakni metoda yang bertujuan harfiah dalam surah At Tahrim ayat
memecahkan masalah yang sedang 6, dapat dikemukakan sebagai
berlangsung (Surachmad, 1978). Di berikut :
samping itu, digunakan pula metode Wahai orang-orang yang beriman : ‫يَا أَي َُّها الَّذِينَ آ َمنوا‬
dokumenter yang bertujuan untuk Peliharalah olehmu : ‫قوا‬
mengkaji dua gejala, yakni Dirimu sendiri : ‫سك م‬ َ ‫أَنف‬
memahami keadaan sekarang Dan keluargamu : ‫َوأَه ِليكم‬
berdasarkan fakta-fakta masa Dari api neraka : ‫َارا‬
ً ‫ن‬
lampau (Atmadja: 1979). Kayu bakar : ‫قودهَا‬
Sedangkan teknik Manusia : ‫النَّاس‬
pengumpulan datanya digunakan Batu : ‫ارة‬
َ ‫ال ِح َج‬
studi litelatur atau books survey,
dengan cara merumuskan dan c. Pengertian Secara Istilah.
menganalisis masalah dengan 1) Pengertian ‫قوا أنفسكم‬.
menggunakan buku–buku standar. Al-Maraghi (1365 H.: 295)
Untuk mengetahui maksud di mendefinisikan ‫ قوووووا أنفسووووكم‬dengan
atas, dilakukan langkah–langkah jadilah dirimu itu pelindung dari api
sebagai berikut: neraka dengan meninggalkan
1. Mengumpulkan ayat-ayat Al- maksiat. Sedangkan Hamka (1985:
Quran dan hadits rosululah Saw. 309) mengartikannya dengan
yang berkenaan dengan peliharalah dirimu. Sementara Ibnu
pendidikan keluarga menurut Katsir (tt: 163) memberinya makna
islam dengan jagalah dirimu. Jalaluddin Al-
2. Menghimpun pandangan para Suyuti (http://www.muhaddith.org)
ulama dan para ahli pendidikan dalam ad-Dur al-Mantsur fi tafsir bil
islam tentang nilai-nilai pedagogis matsur memaknainya dengan:
yang terkandung dalam Al-Quran ajarilah diri dan keluargamu
surah Al-Tahrim ayat 6 kebaikan dan didiklah mereka.
3. Menganalisis dengan cara
membandingkan serta 2) Pengertian ‫وأهليكم نارا‬.
mengkompromikan pandangan- Al-Maraghi (1365 H: 295)
pandangan yang diungkap oleh mendefinisikan ‫ وأهلووويكم نوووارا‬dengan
para ahli pendidikan islam, dan membawa keluarga kepada agama
4. Pengambilan Simpulan. Allah dengan nasihat dan pelajaran
agar terhindar dari api neraka.
Sedangkan Hamka (1985: 309)
D. PEMBAHASAN mengartikannya dengan peliharalah
1. Pengertian Secara Harfiah dan seisi rumah tanggamu, yaitu anak-
Istilah dalam QS. At Tahrim Ayat 6 anak dan istrimu dariu api neraka.
a. Teks ayat dan Terjemahan. Sementara Ibnu Katsir (TT:164)

42
memberinya makna dengan neraka, yaitu berupa ketaatan
memerintahkan kepada ahli untuk kepada Allah dan menuruti
taat kepada Allah dan mencegah segala perinah-Nya. Dan
agar tidak berbuat maksiat hendaklah lamu mengajarkan
kepadaNya, niscaya mereka kepada keluarga diri mereka.
terhindar dari api neraka. Senada Dan bawalah mereka kepada
dengan penafsiran di atas, Thabari yang demikian ini melalui
(http://www.muhaddith.org) dalam nasihat dan pengajaran.
jami'ul bayan 'an ta`wili ayi Al-Quran
menafsirkannya: ajarilah keluargamu Al-Qurthubi
beramal yang dapat menjaga (http://www.muhaddith.org)
mereka dari api neraka dengan taat dalam al-Jami' li ahkami Al-
kepada Allah Swt. Selanjutnya, dia Quran mengemukakan bahwa
mengatakan: beramallah dengan taa ayat di atas mengandung satu
kepada Allah Swt. dan jauhilah masalah yakni perintah
aneka maksiat kepada-Nya serta kepada manusia untuk
suruhlah keluargamu berdzikir, memelihara diri dan
niscaya Allah akan keluarganya dari api neraka.
menyelamatkanmu dari api neraka. Adh-dhahak berkata:
maknanya adalah jagalan diri
3) Pengertian ‫الوقود والحجارة‬ dan keluargamu serta
Al-Maraghi (1365 H: 260) perilharalah dari api neraka.
mendefinisikan ‫ الوقوود والحجوارة‬dengan
kayu bakar yang bahan bakarnya Al-Thabari
manusia dan batu. Sedangkan (http://www.muhaddith.org)
Hamka (1985: 309) mengartikannys dalam jami'ul bayan 'an ta`wili
dengan kayu bakar yang alat ayi Al-Quran menafsirkannya:
penyalanya manusia dan batu. beramallah dengan taat
Sementara Katsir (tt:410) kepada Allah Swt. dan
memberinya makna dengan kayu jauhilah aneka maksiat
bakar dan batu yang dijadikan kayu kepada-Nya serta suruhlah
api. keluargamu berdzikir, niscaya
Sementara itu, Thabari Allah akan menyelamatkanmu
(http://www.muhaddith.org) dari api neraka.
mengartikan al-waqud dengan kayu
bakar yang dilemparkankan Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu
kepadanya mayat keturunan Adam; Abbas meriwayatkan: Jagalah dirimu
dan al-hijarah dengan aneka dan suruhlah keluargamu berdzikir
berhala yang disembah. dan berdoa samapai Allah menjaga
kalian. Ali ra. Qatadah, dan Mujadid
2. Pandangan Mufassir tentang Al- berkata: jagalah dirimu dengan
Quran Surah Al-Tahrim Ayat 6. aneka amal dan peliharalah
Al-Maraghi (1365 H: 259-260) keluargamu dari api neraka denga
memberikan penafsiran sebagai memberi nasihat kepada mereka.
berikut. Dari penafsiran di atas dapat
…Wahai orang-orang yang dimaklumi bahwa setiap orang yang
beriman, yang percaya kepaa telah menyatakan beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya Allah Swt. dan Rasul-Nya menerima
hendaklah sebagian dari kamu seruan dari Allah untuk berusaha
memberitahukan kepada semaksimal mungkin dalam
sebagian yang lain apa yang menjaga diri dan keluarganya dari
dapat menjaga dan api neraka dengan jalan mentaati
menjauhkan dirimu dari api segala perintah Allah Swt. dan

43
Rasul-Nya melalui nasihat dan Hamka (1985) dalam tafsir Al-
pengajaran yang dalam keluarga itu Azhar menafsirkan surah Al-Tahrim
merupakan tugas dan kewajiban ayat 6 sebagai berikut.
orang tua. ..Setelah Allah memberi
Sehubungan dengan hal itu, bimbingan tentang rumah
Allah `Azza wa Jall Berfirman, tangga Rasulullah saw, Dia
pun memberikan seruan
...Dan perintahkanlah kepada kepada orang-orang yang
keluargamu mendirikan shalat beriman tentang bagaimana
dan bersabarlah kamu dalam mereka bersikap dalam
mengerjakannya. Kami tidak menegakkan rumah tangganya
meminta rizki kepadamu, termasuk mendidik keluarga.
tetapi Kami-lah yang memberi Sebab mengaku beriman saja
rizki kepadamu. Dan akibat belum cukup. Islam itu
(yang baik) itu adalah bagi mestinya dipelihara dan
orang yang bertakwa. [QS. dipupuk terutama dengan
Thâhâ, 20:132]. dasar iman. Hendaklah orang-
orang yang beriman menjaga
…Dan berilah peringatan keselamatan diri dan rumah
kepada kerabat-kerabatmu tangganya dari api neraka
yang terdekat. [QS. Al-Syu'ara, yang alat penyalanya manusia
26:214] dan bau. Batu merupakan
ialah barang yang tidak
Rasulullah Saw. bersabda, berhargayang tercampak dan
tersebar di mana-mana, pada
‫ يا أهواله صوالتكم‬:‫رحم هللا رجال‬ bukit-bukit dan gunung-gunung
yang bertebaran di padang
‫صيامكم زكاتكم مسوكينكم يتويمكم‬ pasir. Batu itulah yang
‫جيرنكم لعل هللا يجمكم معهوم فوي‬ dijadaikan kayu api yang
)‫الجنة (رواه ابن منذير‬ penyalanya adalah manusia
…Allah Swt. telah mengasihi yang durhaka kepada Allah. Ia
seorang lelaki yang hidup di dunia ini tiada bernilai
mengatakan: "WaWahai karena telah dipenuhi dengan
kelurgaku! Jagalah salatmu, dosa sehingga disamakan
puasamu, zakatmu, orang dengan batu-batu yang
miskinmu, orang yatimmu, dan berserakan di tengah padang
tetanggamu. Semoga Allah pasir, di gunung-gunung dan
mengumpukanmu dengan bukit-bukit atau sungai-sungai
mereka di dalam surga. [HR. yang mengalir. Gunanya
Ibnu Munzir] hanya untuk menyalakan api.

Dari Hadits di atas dapat Dari penafsiran di atas dapat


dimaklumi bahwa setiap orang tua dipahami bahwa keimanan itu harus
Mukmin mempunyai kewajiban untuk direalisasikan dalam kehidupan
mempelajari fardlu-fardlu agama sehari-hari, bukan hanya sebatas
yang diwajibkan kepadanya pengakuan semata. Caranya
kemudian mengajarkannya kepada dengan mentaati perintah Allah dan
anak-anak mereka. Itulah yang Rasul-Nya. Dalam keluarga realisasi
hendaknya dilakukan oleh orang tua keimanan itu merupakan tugas dan
apabila mereka ingin berkumpul di kewajiban orang tua agar mereka
surga kelak bersama anak-anaknya. membimbing dan mengarahkan
keluarganya agar sesuai dengan
norma-norma agama dalam

44
segenap aspek hidup dan dimintai pertangggungjawabannya di
kehidupannya. Keluarga merupakan akhirat kelak.
peletak dasar pendidikan agama Sementara itu, Katsir (tt)
bagi anak-anak dan merupakan menafsirkan sebagai berikut:
lembaga pendidikan yang pertama … Didiklah mereka (anak-
dan utama yang dialami anak. anakmu) dan berikan pelajaran
Pengaruh pendidikan dalam yang cukup untuk menghadapi
keluarga akan memberikan warna hari esok (akhirat).
dalam kehidupan anak kelak, Laksanakanlah amal, taat
menjadi durhaka atau menjadi kepada kepada Allah dan
takwanya anak tersebut. Pendidikan meninggalkan maksiat serta
agama yang diberikan orang tua suruhlah anakmu selalu
sejak dini merupakan ikhtiariah berzikir kepada Allah niscaya
(upaya) orang tua Mukmin dalam akan menyelamatkanmu dari
menghindarkan diri dan keluarganya neraka. Latihlah anak-anakmu
dari api neraka. dalam menjalankan perintah-
Rasulullah Saw. bersabda, perintah agama agar mereka
‫كلكووووم رال وكلكووووم مسووووهول عوووون لرعيتوووو‬ kelak setelah dewasa terbiasa
untuk melakukan hal tersebut,
‫فاإلمام الذي على النواس رال وهوو مسوهول‬ serta meninggalkan
kemaksiatan dan kemunkaran.
‫عووونهم والرجووول رال علوووى أهووول بيتووو وهوووو‬ Ajaklah keluargamu kepada
kebaikan dan cegahlah ia dari
‫مسهول عنهم والمورأة راعيوة فبيوو زوجهوا‬
berbuat kejelekan serta
)‫وهو مسهول عن راعيتها (رواه البخاري‬ didiklah dengan ilmu dan adab
yang baik sehingga
...Tiap-tiap kamu adalah keluargamu terpelihara dari
pemimpin dan kamu akan siksa api neraka.
ditanyai tentang yang
dipimpinnya. Imam yang Penafsiran di atas memberikan
mengimami orang-orang pemahaman bahwa Allah `Azza wa
adalah pemimpin dan ia akan Jall memberikan peringatan kepada
ditanyai tentang orang-orang setiap orang tua Mukmin untuk
yang dipimpinnya. Seorang memperhatikan pendidikan
laki-laki adalah pemimpin keluarganya. Jadi, setelah
keluarganya dan ia akan memelihara dirinya sendiri, orang
ditanyai tentang tua juga wajib memelihara keluarga
kepemimpinannya. termasuk anaknya jangan samoai
Perempuan dalah pemimpin terjerumus ke dalam jurang neraka.
dalam rumah tangga suaminya Berdasarkan penafsiran-
dan ia pun akan ditanyai penafsiran di atas, dapat
tentang kepemimpinannya. disimpulkan bahwa firman Allah
[HR. Bukhari]. `Azza wa Jall dalam surah Al-
Tahrim ayat 6 merupakan suatu
Dari hadits di atas dapat peringatan kepada setiap Muslim
dimaklumi bahwa setiap orang itu yang beriman tentang kewajiban
adalah pemimpin. Orang tua menjaga dan memelihara diri sendiri,
merupakan pemimpin dalam keluarga, dan kerabatnya dari api
keluarga. Suami memimpin anak neraka dengan dasar iman dan
dan isterinya. Isteri memimpin anak takwa kepada Allah `Azza wa Jall
dan rumah tangga suaminya. Semua yakni menjalankan apa yang telah
yang menjadi pimpinannya akan diperintahkan dan menjauhi apa
yang dilarang-Nya. Kemudian

45
berusaha menasehati, mendidik, dan diperintahkan. [QS. At-Tahrim,
memberi pengertian kepada 66:6].
keluarga dan kerabat agar selalu
ber-taqarrub kepada Allah dan Dari ayat di atas dapat
bertakwa kepada-Nya supaya dimaklumi bahwa seseorang
mereka terhindar dari api neraka Mukmin menerima perintah dari
yang bahan bakarnya dari manusia Allah `Azza wa Jall untuk menjaga
dan batu. Rasulullah Saw. dirinya sendiri kemudian menjaga
bersabda, orang lain. Dalam konteks keluarga,
orang tua memikul beban dan
‫اعملوا بطاعة اللع واتقوا معاصي هللا وموروا‬ tanggung jawab selain menjaga
‫أوالدكوووم بامتثوووال األوامووور واجتنووواب النوووواهي‬ dirinya sendiri ia juga berkewajiban
‫فوووذلك وقايوووة لوووم ولكوووم مووون النوووار (رواه ابووون‬ memelihara keluarganya dari
)‫جرير‬ sentuhan api neraka.
...Ajarkanlah mereka untuk Sehubungan dengan firman
taat kepada Allah Swt. dan Allah `Azza wa Jall dalam surah Al-
takut berbuat maksiat kepada- Tahrim ayat 6 tersebut, Baihaqi
Nya serta suruhlah anak- (1996:38) menjelaskan sebgai
anakmu untuk senantiasa berikut.
mentaati perintah-perintah dan ...Setiap manusi Mukmin
menjauhi larangan-larangan. dibebani kewajiban dan
Karena hal ituu akan tanggung jawab memelihara
memelihara mereka dan kamu diri dan keluarganya dari api.
dari api neraka [HR. Ibnu Api adalah sesuatu yang
Jarir]. mempunyai kekuatan
membakar. Oleh karena itu, ia
3. Nilai-Nilai Pendidikan yang dapat menghanguskan dan
Terkandung dalam Al-Quran Surah menyengsarakan. Secara fisik
Al-Tahrim Ayat 6. bisa menghanguskan tubuh.
Seorang muslim dalam arti Secara psikis bisa berkonotasi
yang sesungguhnya akan merasa membuat diri dan jiwa
tersentuh jiwanya apabila ia menderita atau sengsara
memperhatikan dan berusaha laksana dibakar.
memahami secara mendalam firman
Allah Swt. dalam surah Al-Tahrim Pernyataan di atas dipertegas
ayat 6. Sebab di dalamnya sabda Nabi Saw. Yang
terkandung berbagai hikmah yang berbunyi:
bernilai pedagogis untuk ‫والرجل رال في أهلي ومسوهول عون‬
dilaksanakan dalam pendidikan di ‫رعيتوووو والموووورأة راعيووووة فووووي بيووووو‬
lingkungan keluarganya. Firman ‫زوجهوا ومسووهول عوون رعيتهووا (رواه‬
Allah `Azza wa Jall itu berbunyi, )‫البخاري‬
…Suami bertanggung jawab
...Wahai orang-orang yang memelihara keluarganya dan
beriman, peliharalah dirimu ia akan dimintai
dan keluargamu dari api pertanggungjawaban dalam
neraka yang bahan bakarnya hal itu. Isteri bertanggung
adalah manusia dan batu; jawab di rumah suaminya dan
penjaganya malaikat-malaikat ia akan dimintai pula
yang kasar, keras, dan tidak pertanggungjawaban dalam
mendurhakai Allah terhadap hal itu. [HR. Bukhari].
apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu Hadits di atas menjelaskan
mengerjakan apa yang bahwa manusia, baik laki-laki

46
maupun perempuan dibebani Sehubungan dengan
tanggung jawab atas keselamatan kewajiban orang tua mendidik atau
diri, anak, harta, dan segala sesuatu mengajar anaknya, Nabi Saw.
yang menjadi miliknya atau yang dengan tegas bersabda,”Didiklah
diamanahkan kepadany. Dalam hal putera-puterimu dan upayakanlah
ini, orang tua berfungsi sebagai sebaik-baik pendidikan untuk
pendidik kodrati dalam pendidikan mereka”. [HR. Ibnu Majah]
keluarga.
Firman Allah `Azza wa Jall ‫ومروا أوالدكم بامتثال األوامر واجتنواب‬
dalam surah Al-Tahrim ayat 6 itu ‫النووواهي فووذلك وقايووة لووم ولكووم موون النووار‬
mengindikasikan pula perlunya )‫(رواه ابن جرير‬
aspek pendidikan agama yang harus …Dan suruhlah anak-anakmu
ditanamkan kepada keluarga. untuk senantiasa mentaati
Adapun inti pendidikan agama itu perintah-perintah dan
adalah keimanan, sedangkan menjauhi larangan-larangan.
realisasi keimanan itu adalah Karena hal ituu akan
ketakwaan. Dengan demikian memelihara mereka dan kamu
jelaslah bahwa iman dan takwa dari api neraka [HR. Ibnu
merupakan saru kesatuan yang utuh Jarir].
yang satu sama lian seling
melengkapi dalam pendidikan Dari hadits di atas dapat
keluarga. dimaklumi bahwa orang tua
Ramayulis (1996: 96) berkewajiban untuk mendidik anak
mengemukakan bahwa takwa dengan mengutamakan aspek
merupakan azas dari berbagai pendidikan agama yang berintikan
kebajikan dan bahkan sebagai induk keimanan dengan realisasinya
dari segala perbuatan ibadah berupa ketakwaan kepada Allah
manusia. Sedangkan iman Ta'ala. Takwa berarti mematuhi
merupakan pondasi dalam segala segala perintah Allah Swt. dan
perbuatan dan ibadah tersebut. menjauhi berbagai larangan-Nya.
Ilyas (1995: 69) menjelaskan Takwa merupakan sarana untuk
bahwa pendidikan agama menghindarkan diri dan keluarga
merupakan aspek pendidikan yang dari sentuhan api neraka yang kayu
harus mendapatkan perhatian penuh bakarnya manusia durhaka dan
dari orang tua di lingkungan batu.
keluarga. Pendidikan agama berarti Nawawi (1991:190)
membangkitkan kekuatan dan mengemukakan bahwa untuk lebih
potensi spiritual yang bersifat naluri efektifnya pendidikan agama dalam
yang ada pada anak melalui keluarga hendaknya para orang tua
bimbingan agama. berusaha untuk menciptakan
Dari uraian di atas jelaslah suasana keagamaan dalam
bahwa dalam pendidikan keluarga kehidupan keluarga sehari-hari agar
itu aspek pendidikan agama harus anak-anak merasakan nikmatnya
lebih diutamakan. Sebab apabila kehidupan beriman yang akan
pendidikan agamanya kuat, maka diwujudkannya juga kelak setelah
anak-anak akan menjadi seorang berkeluarga. Untuk itu ada dua
Muslim sejati yang segala aspek aspek yang perlu mendapat
kehidupannya senantiasa diwarnai perhatian, antara lain: a) aspek
nilai-nilai agama yang ada dalam material, dan b) aspek non material.
dirinya. Untuk itu seharusnya Aspek pertama berkenaan
pendidikan agama diberikan sedini dengan sarana yang perlu dimiliki
mungkin. oleh keluarga Muslim, seperti
tersedianya Al-Quran, sajadah

47
kopiah, mukena, dan tempat yang siksaan yang kekal. [QS. Asy-
bersih untuk salat, meskipun di Syura, 42 :45]
lingkungan keluarga yang kurang
mampu Sedang di likungangan Ayat di atas dapat dipahami
keluarga yang dengan ridha Allah bahwa orang tua yang mengabaikan
`Azza wa Jall memperoleh rejeki tugas dalam membimbing dan
yang cukup, sediakanlah juga buku- mengarahkan anak agar hidup
buku dalam bidang agama Islam, sesuao dengan syariat agama
baju yang khusus untuk salat dan dikategorikan ke dalam orang yang
bahjan jika mungkin ruangan yang zalim yang akan membahayakan diri
khusus sebagai mushalla keluarga. dan keluarganya sendiri, yakni
Adapun aspek kedua dengan diberikannya kepada
berkenaan dengan suasana non mereka siksaan yang abadi.
material berupa kebiasaan- Dari uraian di atas, dapat
kebiasaan menjalankan perintah disimpulkan bahwa firman Allah
Allah `Azza wa Jall terutama yang `Azza wa Jall surah Al-Tahrim ayat 6
bersifat ibadah. Hal ini berkaitan mengandung nilai-nilai pedagogis
dengan keteladanan orang tua. Ia yang luhur, antara lain: a) setiap
merupakan eksekutif dalam lembaga orang tua Mukmin mempunyai peran
keluarga (pelaksana pertama) sebgai pendidik keluarga untuk
sebelum memberi nasihat dan membimbing dan mengarahkan
pelajaran kepada anggota anggota keluarga agar ber-taqarrub
keluarganya (anak-anak). Di (mendekatkan diri) kepada Allah
samping itu, ia juga berfunfsi `Azza wa Jall dan bertakwa kepada-
sebagai supervisor (pengawas) Nya; b) pendidikan keluarga
mengenai segala aspek kehidupan hendaknya difokuskan pada aspek
anak agar tidak menyimpang dari pendidikan agama yang berintikan
norma-norma agama yang diterima keimanan dengan takwa sebgai
dari orang tuanya. Itulah makna ‫قووا‬ realisasinya kemudian aspek akhlak
‫أنفسكم‬ dan amar ma'ruf nahi munkar; c)
‫ وأهلووووووويكم نوووووووارا‬. Di antara dalam merealisasikan keimanan
keteladanan yang perlu dibiasakan tersebut di lingkungan keluarga,
orang tua adalah 1) selalu berada di orang tua berfungsi sebagai
rumah pada waktu salat maghrib eksekutif (pelaksana) melalui
untuk berjamaah salat maghrib, isya, pemberian kebiasaan dan
dan subuh; dan 2) membiasakan keteladanan mengamalkan ajaran
mengucapkan salam dan agama dan sebagai supervisor
menjawabnya. (pengawas) terhadap pelaksanaan
Sehubungan dengan itu Allah ajaran agama oleh anggota
`Azza wa Jall telah mengingatkan keluarganya (anak-anak); d) takwa
orang-orang yang mengabaikan segai realisasi keimanan seseorang
kehidupan beragama di dalam hendaknya dijadikan sarana vital
keluarga. Allah Ta'ala berfirman, untuk memelihara diri dan keluarga
dari siksa api neraka; dan e) metode
...Orang-orang beriman pendidikan dalam keluarga itu
berkata, "Sesungguhnya hendaknya dilakukan melalui
orang-orang yang merugi itu nasehat, pengajaran, pembiasaan,
adalah mereka yang dan keteladanan dari orang tua
membahayakan diri sendiri terhadap pelaksanaan ajaran agama
beserta keluarganya pada hari sehari-hari di lingkungan keluarga
kiamat. Ingatlah orang-orang secara kontinu, konsekuenm dan
yang berlaku zalim itu dalam berkesinambungan.

48
Pada dasarnya, setiap anak tetapi penuh dengan potensi-potensi
manusia yang dilahirkan ke dunia yang berasal dari ibu dan bapaknya,
dalam keadaan yang sama, yaitu dan pengembangan potensi
sama-sama tidak memiliki dimaksud menjadi tanggung jawab
pengetahuan dan kemampuan keluarga, khususnya ibu dan
apapun. Untuk mengetahui bapaknya bertanggung jawab akan
bagaimana cara hidup di dunia nyata, menjadi apa si anak nanti.
Allah `Azza wa Jall Menganugrahi Dengan anugrah pendengaran,
manusia pendengaran (Al-Sam`a), penglihatan dan kata hati, manusia
penglihatan (Al-Abşar), dan kata hati dapat mengetahui bagaimana cara
(Al-Afidah) (QS. An-Nahl/16: 78) hidup dan kehidupan di dunia nyata.
atau dalam bahasa hadiś Rasulullah Berbagai pengetahuan dan
Saw., riwayat Imam Muslim sebut pengalaman pertama yang ada di
“fitrah”. Berbagai pengetahuan yang sekitar lingkungannya dapat
bertebaran di sekitar lingkungan dipelajari melalui telinga dan mata
baik keluarga, teman sebaya, yang kemudian diolah oleh hati.
sekolah, dan masyarakat dapat Oleh karena itu, peran dan kerja
dipelajari melalui pendengaran dan sama antara orang tua, guru, kyai
penglihatan yang kemudian diolah dan ataupun tokoh-tokoh
oleh hati. masyarakat sekitar sangat besar
Al-Maraghi (1365 H Jilid V: pengaruhnya dalam membantu anak
118) memaknai kata Al-Sam`a manusia dalam mencapai nilai
sebagai alat pendengaran, yang kedewasaan, termasuk di dalamnya
dengan alat pendengaran dimaksud, nilai-nilai kesalehan sosial.
manusia dapat mendengar berbagai Al-Nahlawi (1993:141)
suara, dan dengan suara pula mengungkapkan bahwa keluarga,
manusia dapat saling mengenal satu terutama orang tua, bertanggung
sama lainnya. Al-Abşar, mempunyai jawab untuk memberikan kasih
makna penglihatan yang mampu sayang kepada anak-anaknya,
melihat siapa dan apa saja. Dengan karena kasih sayang merupakan
anugrah penglihatan, manusia dapat landasan terpenting dalam
menemukan berbagai kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
hidupnya, dan Al-Afidah yang psikologis dan sosial anak. Jika
dimaknai akal. Dengan akalnya, seorang anak mengalami ketidak-
manusia dapat mengetahui dan seimbangan rasa cinta kasih,
memahami segala sesuatu yang maka kehidupan bermasyarakatnya
belum diketahui sebelumnya. akan dicemari penyimpangan-
Dengan akalnya, manusia dapat penyimpangan. Ia akan sulit bertemu
membedakan mana yang boleh dan atau bekerja sama, apalagi jika
mana yang tidak, mana yang lurus seyogianya melayani atau
dan mana yang sesat, serta dengan mengorbankan miliknya demi orang
akal pula manusia dapat lain, dan jika sudah dewasa, ia tidak
membedakan yang halal dan mana akan mamu menjadi ayah atau ibu
pula yang haram. yang penyayang.
Hadisubroto (Rakhmat dan Dalam pendidikan keluarga,
Gandaatmaja, 1993: 69) bukan hanya ibu dan ayah yang
mengartikan Al-fitratu yang terdapat terlibat. Namun, seluruh komponen
dalam hadiś riwayat Imam Muslim di yang ada di kelurga mulai ayah, ibu,
atas, sebagai potensi dasar yang kakak, adik, nenek, kakek, paman,
masih seyogianya dikelola. tante, pekerja rumah tangga sampai
Implikasinya dalam kehidupan para tetangga kanan kiri, depan
formal maupun informal masih perlu belakang turut serta andil di dalam
dibina, karena walaupun putih bersih,

49
proses pembentukan pribadi sang pertumbuhan dan perkembangan
anak. psikologis dan sosial anak. Jika
Lingkungan keluarga seorang anak mengalalami
merupakan pusat pendidikan ketidakseimbangan rasa cinta kasih,
pertama dan utama. Sejak maka kehidupan bermasyarakatnya
munculnya peradaban manusia akan dicemari penyimpangan-
sampai masa yang akan datang, penyimpangan. Si anak akan sulit
kehidupan keluarga selalu bertemu atau bekerja sama, apalagi
berpengaruh besar terhadap jika seyogianya melayani atau
perkembangan anak manusia. mengorbankan miliknya demi orang
Rumah keluarga merupakan lain, dan jika sudah dewasa, ia tidak
benteng utama tempat anak-anak akan mampu menjadi ayah yang
manusia dibesarkan melalui penyayang.
pendidikan. Saleh dan tidaknya Sadulloh (2004: 63)
perilaku anak manusia ditentukan mengungkapkan bahwa tingkah laku
oleh keluarga sebagai pendidik anak pada waktu lahir ke dunia
pertama. belum bersifat manusiawi
Soelaiman (1975: 12) sesungguhnya. Tingkah laku anak
mengartikan bahwa secara akan bersifat manusiawi hanya
psikologis, keluarga merupakan dengan melalui interaksi sosial.
sekumpulan orang yang hidup Keluarga merupakan suatu lembaga
dalam tempat tinggal bersama, dan sosial tempat anak mengadakan
mmasing-masing anggota proses sosialisasi yang pertama
merasakan adanya pertautan batin dalam kehidupannya. Di dalam
sehingga saling mempengaruhi, keluargalah proses humanisasi
memperhatikan, dan saling berlangsung.
menyerahkan diri satu dengan Yusuf (2008: 41)
lainnya. Sedangkan dalam mengungkapkan bahwa keluarga
pengertian pedagogis, keluarga merupakan lingkungan pertama dan
merupakan satu persekutuan hidup utama bagi anak. Oleh karena itu,
yang dijalin rasa kasih sayang perananan keluarga dalam
antara pasangan dua jenis manusia pengembangan kesadaran
yang dikukuhkan pernikahan dengan beragama sangat dominan.--- di
maksud untuk saling dalam proses internalisasi nilai-nilai
menyempurnakan diri dalam keagamaan, sejatinya diawali sejak
merealisasikan fungsi dan peran pra lahir (masih dalam kandungan),
sebagai orang tua. dan pasca lahir. Pentingnya
Keutuhan orang tua dalam penanaman nilai agama pada masa
keluarga sangat dibutuhkan dalam pra lahir, didasarkan kepada
membantu anak untuk memiliki dan pengamatan para ahli psikologi
mengembangkan nilai-nilai dasar terhadap orang-orang yang
kesalehan sosial. Di dalam keluarga mengalami gangguan jiwa. Hasil
yang utuh, dimungkinkan terjadinya pengamatan dimaksud,
arahan dan bimbingan ke arah menunjukkan bahwa gangguan jiwa
pembentukan pribadi anak yang sangat dipengaruhi oleh keadaan
memiliki nilai-nilai kesalehan sosial. emosi atau sikap orang tua pada
Al-Nahlawi (1993:141) masa anak dalam kandungan.
mengungkapkan bahwa keluarga Dalam pandangan Yusuf
terutama orang tua, bertanggung (2008: 43) ada 10 kegiatan yang
jawab untuk memberikan kasih sejatinnya dilakukan orang tua
sayang kepada anak-anaknya, dalam menanamkan nilai-nilai
karena kasih sayang merupakan keagamaan ketika anak dalam
landasan terpenting dalam kandungan, yaitu:

50
...a) berdo`a ketika hendak dengan pertimbangan atau
berhubungan suami- alasan yang tepat, serta
istri,”Allahumma Jannibnā Al- memperlakukan anak tidak
Syaiţāna Wa Janibi Al- secara otoriter.
Syaitana Min Mā Razaqtanā”,
b) meningkatkan kualitas Dalam hubungannya dengan
ibadah şalat wajib dan sunat, c) pendidikan, keluarga merupakan
membiasakan diri mendirikan lembaga penidikan yang pertama
şalat sunat malam, d) dan uatama. Pendidikan dalam
memperbanyak tadarus Al- keluarga belangsung secara wajar
Quran, e) memperbanyak żikir dan informal melalui pelakonan,
kepada Allah SWT., f) berdo`a pembiasaan, dan suri tauladan.
kepada Allah SWT. agar Keluarga merupakan dunia anak
dianugrahi keturunan yang pertama yang memberikan
saleh, g) memperbanyak sumbangan mental dan fisik
sadaqah, h) menjauhkan diri terhadap hidupnya.
dari makanan dan minuman Sebagai pendidik pertama dan
yang diharamkan, dan i) utama, keluarga merupakan peletak
memeliharan diri dari ucapan dasar kepribadian anak, dan
dan perilaku yang diharamkan kepribadian dimaksud akan
Allah SWT. bermanfa`at atau berperan penting
terhadap pengalaman-pengalaman
Sedangkan upaya yang selanjutnya yang datang kemudian.
sejatinya dilakukan orang tua Di dalam ajaran Islam terdapat hadiś
setelah sang anak lahir dalam Rasulullah SAW. yang
pandangan Yusuf (2008: 43) adalah: mengungkapkan bahwa setiap anak
….a) pada usia anak tujuh hari, yang lahir ke dunia semuanya dalam
(1) memberi nama yang baik, keadaan fitrah, dan lingkungan
(2) mencukur rambutnya, dan keluarga (rumah, sekolah dan
(3) dipotongkan aqiqahnya, b) masyarakat) mempunyai tanggung
mendidiknya dengan didikan jawab di dalam mengembangkan
Agama, seperti rukun Islam, fitrah dimaksud.
rukum Iman, cara berwuďu, Keluarga merupakan pangkal
bacaan dan gerakan şalat, ketentraman dan kedamaian hidup
do`a-do`a, menghafal ayat- bagi setiap manusia. Ajaran Islam
ayat Al-Quran, tahmid, tahlil, memandang bahwa keluarga bukan
dan takbir, c) memelihara saja merupakan perkumpulan orang,
hubungan yang harmonis akan tetapi merupakan suatu
antaranggota keluarga, d) lembaga hidup manusia yang dapat
tampil sebagai suri tauladan memberi kemungkinan bahagia dan
dalam ucapan dan perilaku, e) celakanya manusia di dunia
memperlakukan anak dengan terutama di akhirat kelak. Di dalam
cara yang baik seperti; (1) QS. Al-Tahrim/66: 06 diungkapkan,
memberikan curahan kasih yang artinya.”Wahai orang-orang
sayang yang ikhlas, (2) yang beriman, peliharalah dirimu
menerima anak sebagaimana dan keluargamu dari api neraka”.
adanya, (3) bersikap respek dan pada QS. Al-Syu`ara/26: 214,
atau menghormati anak Allah Memperingatkan agar manusia
sebagai titipan Sang Pencipta, senantiasa mendidik keluarga
(4) mau mendengar keluhan terdekat.
sang anak, (5) memaafkan Dalam menafsirkan QS.Al-
kesalahan anak, (6) Tahrim/66: 6, Baihaqi (1996: 38)
memperbaiki kesalahan anaak menjelaskan bahwa setiap manusia

51
mukmin terbebani dengan kewajiban rasa tanggung jawab yang tinggi
dan tanggung jawab memelihara diri dalam mendidik anak secara optimal.
dan keluarganya dari api. Api Soelaiman (1975: 112)
memiliki sifat dan kekuatan mengungkapkan bahwa tanggung
membakar, menghanguskan, dan jawab terhadap anak merupakan
menyengsarakan. Secara fisik, api tanggung jawab qudrati. Artinya rasa
bisa bermakna menyengsarakan tanggung jawab yang lahir
tubuh. Sedangkan secara psikis, api bersamaan dengan kelahiran anak
bisa berkonotasi membuat diri dan itu sendiri, dan. Ilyas (1996:17)
jiwa manusia menderita, atau berpendapat bahwa sejak zaman
sengsara laksana dibakar. nenek moyang (Adam dan Hawa),
Sedangkan Zaenuddin (1994: 26) secara qudraty setiap manusia
mengemukakan bahwa orang tua mempunyai keinginan untuk
muslim berkewajiban untuk mendidik dan mengajari anaknya.
memelihara dirinya serta Namun, bagi orang yang beriman
memberikan pemeliharaan, keinginan dimaksud bukan hanya
pendidikan dan bimbingan kepada sekedar menurut dorongan
anaknya agar anak terhindar dari qudratnya belaka, tetapi itu semua
berbagai perbuatan yang dapat dilakukan atas perintah wajib yang
menjerumuskan mereka ke dalam telah digariskan Allah SWT.
kemurkaan Allah. ‘Ulwan (1995: 290)
Al-Halwani (1994 : 65) mengungkapkan bahwa anak
mengungkapkan bahwa setiap orang merupakan amanah Allah SWT. bagi
tua pasti akan memelihara anaknya kedua orang tuanya. Anak
dari bahaya api dunia, dan mempunyai jiwa yang suci dan
sewajarnya pula mereka memelihara cemerlang. Apabila sang anak sejak
anaknya dari bahaya api akhirat kecil dibiasakan berbuat baik, dididik,
(neraka). Cara memelihara sang dan dilatih dengan kontinyu, maka ia
anak dari kedua api dimaksud, orang akan tumbuh dan berkembang
tua seyogianya mampu mendidik, menjadi anak baik pula. Sebaliknya
membimbing dan mengajari akhlak- apabila sang anak dibiasakan
akhlak yang baik, menjaga anaknya berbuat buruk, nantinya akan
dari pergaulan yang buruk. Al- terbiasa berbuat buruk pula dan
Jauziyah (Al-Halwani, 1994: 65) pada akhirnya sang anak menjadi
berpendapat bahwa yang sangat celaka dan rusak. Oleh karena itu,
dibutuhkan dalam mendidik anak pendidikan keluarga merupakan
adalah memperhatikan akhlak anak pendidikan yang pertama dan utama.
itu sendiri. Sedangkan Quthb (Ilyas, Kewajiban orang tua-lah menjaga
1995: 12) menjelaskan bahwa dan memelihara anak demi
maksud dari memelihara diri, dan keselarasan dan kesehatan
keluarga dalam ayat di atas pertumbuhan ruhani dan jasmani
mengandung maksud agar para anak. Setiap orang tua muslim
orang tua muslim benar-benar berkewajiban membimbing dan
mampu menjaga diri dan mendidik anaknya sebagai Muslim
keluarganya melalui pendidikan yang berbakti kepada Allah SWT.
yang dapat menumbuhkan akhlak dan rasul-Nya.
mulia, sehingga dapat Secara umum, kewajiban
membahagiakan diri. orang tua pada anaknya meliputi: a)
Bagi setiap kepala keluarga, mendo`akan dengan do`a yang baik
ayah dan ataupun ibu, mempunyai dan benar, b) memelihara anak-
keturunan yang sah merupakan anaknya agar terhindar dari berbagai
kebahagiaan yang luar biasa dan perbuatan yang menyebabkan
terpuji, serta akan menumbuhkan dirinya terperosok ke dalam api

52
neraka dunia terutama neraka berkepribadian Muslim dengan
akhirat, c) membimbing dalam indikator mempunyai iman yang
mendirikan şalat, d) berusaha mantap, bertakwa, berakhlak
secara optimal dalam menciptakan mulia, dan berguna bagi bangsa
ketentraman, kenyamanan dan dan negaranya. Dengan kata
kedamaian dalam rumah tangga, e) lain, arah pendidikan keluarga
mencintai dan menyayangi anak– dalam Islam adalah terbentuknya
anaknya, f) bersikap hati-hati keluarga termasuk anak yang
terhadap anak, dan g) memberi senantiasa ber-taqarrub kepada
nafkah yang halal. Allah `Azza wa Jall dan
bertakwa kepada-Nya untuk
Simpulan. mencapai keutamaannya.
Simpulan yang didapat dalam 3. Adapun nilai-nilai kependidikan
kajian ini adalah sebagai berikut: yang terkandung dalam Al-Quran
1. Konsep pendidikan menurut Al- surah Al-Tahrim ayat 6, antara
Islam adalah mempersiapkan lain: a) setiap orang tua Mukmin
dan menumbuh anak atau mempunyai peran sebgai
individu yang dilakukan oleh pendidik keluarga untuk
pendidik termasuk orang tua membimbing dan mengarahkan
yang prisesnya berlangsung anggota keluarga agar ber-
secara terus menerus sejak lahir taqarrub (mendekatkan diri)
sampai meninggal dunia. kepada Allah `Azza wa Jall dan
Adapun yang dipersiapkan itu bertakwa kepada-Nya, b)
mencakup aspek jasmani, akal, pendidikan keluarga hendaknya
dan ruhani yang diarahkan agar difokuskan pada aspek
ia menjadi manusia yang pendidikan agama yang
berdaya guna dan berhasil guna berintikan keimanan dengan
bagi dirinya dan bagi umat serta takwa sebgai realisasinya
dapat hidup sempurna. kemudian aspek akhlak dan
2. Pendidikan keluarga adalah amar ma'ruf nahi munkar; c)
bimbingan, pengajaran, dan dalam merealisasikan keimanan
latihan-latihan yang diberikan tersebut di lingkungan keluarga,
oleh orang tua sebgai pendidik orang tua berfungsi sebagai
terhadap anaknya dalam eksekutif (pelaksana) melalui
lingkungan keluarga yang pemberian kebiasaan dan
merupakan institusi pertama dan keteladanan mengamalkan
utama dalam meletakan dasar- ajaran agama dan sebagai
dasar pendidikan bagi supervisor (pengawas) terhadap
pendidikan berikutnya yang pelaksanaan ajaran agama oleh
dilakukan secara kontinu, anggota keluarganya (anak-
konsisten, dan anak), d) takwa segai realisasi
berkesinambungan demi keimanan seseorang hendaknya
terciptanya anak yang dijadikan sarana vital untuk
berkepribadian Muslim. Adapun memelihara diri dan keluarga
fungsi pendidikan keluarga dari siksa api neraka, dan e)
menurut Islam mencakup metode pendidikan dalam
bidang-bidang pendidikan keluarga itu hendaknya
sebagai berikut: a) jasmani dan dilakukan melalui nasehat,
kesehatan anak; b) emosi anak; pengajaran, pembiasaan, dan
c) akal; d) aklak; e) sosial; dan f) keteladanan dari orang tua
keimanan. Sedangkan arah terhadap pelaksanaan ajaran
pendidikan keluarga dalam Islam agama sehari-hari di lingkungan
adalah terwujudnya anak yang keluarga secara kontinu,

53
konsekuen dan Al-Abrasyi, M. Athiyah (1970),
berkesinambungan. Dasar-Dasar Pokok
Pendidikan Islam. Jakarta:
E. REKOMENDASI Bulan Bintang.
Firman Allah `Azza wa Jall Al-Halwani, 1994:
dalam Al-Quran surah Al-Tahrim Al-Maraghy, Ahmad Mustafa (1365.
ayat 6 mengandung nilai-nilai H), Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV,
kependidikan yang amat luhur. Oleh Juz XI, Darul Fikri
karenanya disarankan kepada: Al-Nahlawi, Abdurrahman (1983),
1. Para peneliti lain agar dapat Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa
menggali kembali tentang nilai- Asaalibiha fi Baiti wal
nilai pendidikan yang terkandung Madrasati wal Mujtama`.
dalam surah Al-Tahrim ayat 6, Tarjamah oleh Shihabuddin (1995),
mengingat penelitian ini terbatas Pendidikan Islam di Rumah,
kepada kemampuan yang ada Sekolah, dan Masyarakat,
pada peneliti. Di samping itu pula Jakarta, Gema Insan Press.
dapat diteliti tentang: a) metode- Al-Nawawi (tt), Riyaďu Al-Śalihīn Min
metode pendidikan keluarga, b) Kalami Sayyidi Al-Mursalīn,
pandangan para mufassir Khalaf Surabaya: Syirkah Ahmad bin
(modern) tentang surah Al- Said bin Nibhan Wa-auladihi.
Tahrim ayat 6; dan, c) arah Arifin, M. (1994), Ilmu Pendidikan
pendidikan keluarga menurut Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Islam, dan lain-lain. Atmadja S. Basyar (1979),
2. Kepada asatiz, seyogianya Pengantar Metode Penelitian,
diajarkan pula kepada perserta Bandung: FIP IKIP Bandung.
didik tentang hikmah yang Baihaqi, AK. (1996), Mendidik Anak
terkandung dalam AL-Quran dalam Kandungan. Jakarta:
surah Al-Tahrim ayat 6 serta Srigunting.
metode-metode Bukhari (1370 H.) Shahih Bukhari.
pelaksanaannya, hingga anak Mesir: Kairo.
didik mampu memahami dan Daradjat, Z. (1992) , Ilmu Pendidikan
termotivasi untuk melaksanakan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
hikmah-hikmah yang terkandung ……….., dkk. (1984), Dasar-Dasar
dalam firman Allah Ta'ala Agama Islam. Jakarta: Bulan
tersebut dengan sadar dan Bintang.
penuh keikhlasan; dan Fatah, S. (1986), Bahts Fi Al-
3. Kepada para tokoh agama Madzhab At-Tarbawi `Inda Al-
(Islam), sejatinya mampu Ghazaly. Tarjamah oeh
menjadi teladan dalam Ahmad Hakim dan MI. Azis,
melaksanakan ajaran agama Konsep Pendidikan Al-Ghazaly,
dan berupaya menciptakan Jakarta, P3M.
suasana religius sehingga anak HAMKA (1985), Tafsir Al-Azhar.
(bagian dari masyarakat) akan Jakarta: Pustaka Panji Mas.
mampu mengembangkan http://www.muhaddith.org. Arabic-
fitrahnya sesuai dengan nilai- English Dictionary
nilai dan norma-norma agama http://www.muhaddith.org. Mu'jam
dalam totalitas hidup dan Mufradati alfazhi Al-Quran
kehidupannya. http://www.muhaddith.org. Jâmi'u
al-Bayan 'an Ta`wil ayi Al-
DAFTAR RUJUKAN Quran
Al-Qur`an dan Tarjamahnya. Ilyas, A. (1995), Mendambakan
(1999/2000), Jakarta: Anak Saleh. Bandung: Al-
Depag RI. Bayan. v

54
Izzudin, A. (1987), Pendidikan Anak Rosidin, D. 2001. Tesis: Definisi
Menurut Islam. Jakarata: Pendidikan Islam. IAIN
Pusataka Amani. V. SGD Bandung. Tidak
Katsir. Ibn. TT. Tafsr Ibnu Katsir. diterbitkan.
Mesir: Kairo v. Sadulloh, U.(2004), Pengantar
Langgulung, H. (1987), Asas-Asas Filsafat Pendidikan,
Pendidikan Islam. Jakarta: Al- Bandung: Alfabeta.
Husna. Sulaiman MI.(1975), Pendidikan
Maskawaih, Ibn. (1414 H.), Menuju Keluarga, Bandung:
Kesempurnaan Akhlak; Buku Fakultas Ilmu Pendidikan
Daras Pertama tentang IKIP Bandung.
Filsafat Etika, Bandung: Mizan. Sudjana, D. (2002), Metodologi
Masy'ari, A. 1981. Membentuk Penelitian Pendidikan;
Pribadi Muslim. Bandung: Al- Materi Pokok Perkuliahan
Ma'arif. V. untuk PPS, Program
Marimba, AD. (1989), Pengantar Pascasarjana, Bandung,
Filsafat Pendidika Islam. Universitas Pendidikan
Bandung: Al-Ma'arif. Indonesia.
Muhaimin. 1993. Pemikiran Sumantri, E. (2003), Pokok-pokok
Pendidikan Islam. Bandung: Bahan Kuliah Filsafat Nilai,
Trigenda Karya. Bandung, PPS Universitas
Muhadjir, N. (2000), Metodologi Pendidikan Indonesia.
Penelitian Kualitatif, Surakhmad W. (1978) Pengantar
Yogyakarta, Keserasian. Penelitian Ilmiah, Dasar-
Natawidjaja R., dkk. (1978), Metoda- dasar Metode Teknik,
metoda Riset; Prinsip dan Bandung: Tarsito.
Prosedur, Bandung: Yayasan Suryabrata, S. (1989), Metodologi
Pusat Bimbingan Pendidikan. Penelitian, Jakarta, CV.
Nawawi, A. (1991), Pentingnya Rajawali
Pendidikan Nilai Moral, Tafsir, A. 1996. Pendidikan Agama
Pedagogia, Jurnal Ilmu dalam Keluarga. Bandung:
Pendidikan, Vol. 7 No. 1 Remaja Rosda Karya.
Adesi April 2009, Bandung: Thabanah, B. (1377 H.), Ihyaa
Universitas Pendidikan Ulumuddin Li Al-Imaami Al-
Bandung. Ghazali Ma`a Mugaddamati
Nazir, M. (1999), Metode Penelitian, Fii Al-Tashawufi Al-Islaami
Cetakan keempat Galia Wadiraasati Mahliliyati
Indonesia Jakarta: Darus Lisyakhshiyati Al-Ghazali
Salam. Wafalsafatihi fil Ihyaa, Jus
Rakhmat, J. (1996), Awal, Semarang: Karya
Mempersiapkan Anak Toha Putra. V.
Saleh. Jakarta: Srigunting. 'Ulwan, AN (1995) Pendidikan Anak
---------------- dan Muhtar dalam Islam, Jakarta:
Gandaatmaja (1993), Pustaka Amani.
Keluarga Muslim dalam Umdirah, A (1994) Metode Al-Qur`an
Masyarakat Modern, dalam Pendidikan,
Bandung, PT. Remaja Surabaya: Mutiara Ilmu.
Rosdakarya. Uwes S. (2004), Empat Model
Ramayulis. (1996), Pendidikan Pendidikan, Jurnal
Islam dalam Rumah Pendidikan Islam, Vol. 4,
Tangga. Jakarta: Kalam Edisi Februari 2004),
Mulia. Bandung:, Fakultas
Tarbiyah Unisba.

55
Yaljin, M. (1987) Jawanib at-
Tarbiyah al-Islamiyah al-
Asasiyah. Riyadl: Jami'atul
al-Mamu Muhammad Bin
Su'ud al-Islamiyah.
_______. 1987. Ahdâfu at-Tarbiyah
al-Islamiyah wa Ghayatuhâ.
Riyadl: Jami'atul al-Mamu
Muhammad Bin Su'ud al-
Islamiyah.
Yusuf, LN. Syamsu (2008), Psikologi
Belajar Agama, Bandung:
Tarsito.

56
PENGGUNAAN MEDIA WAYANG PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI TOKOH
TOKOH KEMERDEKAAN INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Evi Rizqi Salamah


STKIP Bina Insan Mandiri
evirizqis@stkipbim.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bermula dari pembelajaran IPS yang hanya berpusat pada guru yang kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, berpendapat serta tidak adanya media dalam
pembelajaran. Akibatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas menjadi rendah. Dengan
adanya permasalahan ini maka perlu adanya solusi perbaikan dalam pembelajaran. Solusi tersebut
adalah dengan menggunakan media wayang pada mata pelajaran IPS. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendiskripsikan bagaimana aktivitas guru dan siswa, peningkatan hasil belajar dan
respon siswa terhadap penggunaan media wayang dalam pembelajaran IPS. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus dengan
prosedur penelitian yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindikan, pengamatan, dan refleksi.
Teknik pengumpulan data ini dengan menggunakan metode observasi, tes dan angket. Instrumen.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa media wayang materi tokoh-tokoh
kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V Sekolah Dasar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa aktivitas pembelajaran dengan menggunakan media wayang
mengalami peningkatan selama tiga siklus , pada siklus I 71,66%, siklus II 77,21% dan siklus III
83,56%. Respon siswa juga sangat baik pada penggunaan media wayang ini dapat dilihat pada
peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V Sekolah Dasar.

Kata kunci: Penggunaan Media Wayang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar.

A. Pendahuluan kurangnya media pembelajaran ini


Nation and character building atau sebenarnya ada dihadapan kita, yaitu
yang lebih dikenal dengan pendidikan wayang.
karakter merupakan istilah yang Wayang merupakan warisan
sebenarnya sudah klasik dalam budaya nenek moyang yang
perjuangan bangsa Indonesia. Istilah mengandung pesan-pesan moral yang
yang muncul ketika peristiwa Sumpah sangat baik bagi kehidupan. Wayang
Pemuda ini mendadak populer kembali sebagai media pembelajaran karakter
tahun 2010 sebagai tahun kebangkitan dapat terbuat dari berbagai bahan
pendidikan karakter. Pendidikan ini misalkan kulit hewan, kertas dan lain-
bertujuan untuk membentuk karakter lain. Dalam cerita pewayangan terselip
anak didik yang bermoral, beretika, nilai-nilai moral serta nilai kepahlawanan
serta berbudi luhur sekaligus mampu yang tepat untuk dijadikan teladan
untuk bersaing dikancah internasional. dalam membelajarkan karakter pada
Sekarang, pendidikan karakter mulai siswa. Penggunaan wayang sebagai
digalakkan di sekolah-sekolah. Namun media pembelajaran dilakukan melalui
terdapat kendala yaitu kurangnya media kegiatan bercerita. Misalkan guru dapat
pembelajaran karakter. Media adalah menceritakan kisah tokoh-tokoh
alat yang digunakan oleh guru untuk kerajaan dan kepahlawanan di
membelajarkan karakter pada siswa. Indonesia yang dimodelkan dengan
Media ini sangat dibutuhkan untuk sebuah wayang yang mengandung nilai
membantu siswa memahami serta kebaikan serta mengajarkan karakter
melaksanakan karakter yang telah tokoh wayang tersebut untuk diteladani
disampaikan oleh guru. Solusi dari oleh siswa. Pembelajaran melalui media

57
wayang tidak terbatas hanya pada dengan menceritakan tokoh-tokoh
sekolah-sekolah namun dapat diajarkan kepahlawanan di Indonesia. Hal
diberbagai lembaga berbagai usia tersebut dapat dilihat dari rata-rata
dalam masyarakat. perolehan hasil belajar siswa untuk
Media pembelajaran berfungsi beberapa bulan terakhir ini dengan
sebagai alat bantu pembelajaran yang pembelajaran yang tidak menggunakan
merupakan salah satu komponen dalam media ternyata 60% nilai siswa ≤ 70
proses pembelajaran yang harus yang masih di bawah KKM, padahal
disertakan, direncanakan dan diatur KKM yang ditentukan adalah 70.
oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga sebagian siswa tidak dapat
Peran media dalam proses memenuhi kriteria kelulusan. Guna
pembelajaran adalah sebagai upaya mengatasi masalah tersebut di atas,
untuk meningkatkan kualitas hasil maka diperlukan upaya perbaikan
belajar. Di samping dapat menggunakan melalui media yang tepat yaitu media
alat bantu pembelajaran yang tersedia wayang. Media wayang sangat tepat
di sekolah, seorang guru juga dituntut dan banyak sekali manfaatnya
untuk dapat mengembangkan diantaranya adalah: karena tidak
keterampilan dalam membuat media membutuhkan bayak biaya, dapat
pembelajaran sederhana serta mudah menarik perhatian siswa, mengandung
didapat, apabila media tersebut belum pesan-pesan moral serta dapat
tersedia di sekolahnya. Berdasarkan mengenalkan peninggalan budaya
hasil observasi awal di kelas V pada indonesia dan lain-lain. Sehingga siswa
tanggal 10-11 Februari 2012 dapat dapat melihat, merasakan, dan
diketahui dalam prakteknya proses memperagakan secara nyata bukan
pembelajaran di kelas V banyak dalam imajinasi atau angan-angan
terdapat kendala-kendala yang belaka.
ditemukan antara lain: (1) guru masih
belum menggunakan media B. KAJIAN PUSTAKA
pembelajaran yang menarik dan 1. Pembelajaran IPS di SD
menyenangkan, (2) guru kurang a. Pengertian IPS
memberikan contoh secara kongkret
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dalam menyampaikan materi pada saat
merupakan salah satu mata pelajaran
pembelajaran, (3) kegiatan
yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar
pembelajaran yang diadakan guru
(SD) sampai Sekolah Menengah
masih menggunakan pembelajaran
Pertama (SMP) berusaha memberikan
konfensional dan didominasi dengan
wawasan secara komprehensif tentang
ceramah, (4) guru hanya mengandalkan
peristiwa, fakta, konsep, dan
buku paket dan LKS sebagai sumber
generalisasi yang berkaitan dengan isu-
belajar, (5) guru mengalami kesulitan
isu sosial. Berbagai tradisi dalam ilmu
dalam menyampaikan materi tentang
sosial termasuk konsep, teori, fakta,
menceritakan tokoh-tokoh kerajaan dan
struktur, metode dan penanaman nilai-
kepahlawanan di Indonesia, (6) guru
nilai dalam ilmu sosial perlu dikemas
tidak ada waktu untuk membuat media
secara pedagogis, ntegratif dan
mengikuti kegiatan pembelajaran, (7)
komunikatif serta relevan dengan situasi
siswa tidak berusaha untuk mencari
dan kondisi yang berkembang dalam
referensi lain dan mereka juga hanya
masyarakat.
belajar ketika guru memberikan tugas
saja, (8) siswa hanya mendengarkan
b. Media Pembelajaran
materi yang disampaikan oleh guru, (9)
Media pembelajaran adalah
siswa terlihat pasif dan tidak
sebuah alat yang mempunyai fungsi dan
bersemangat.
digunakan untuk menyampaikan pesan
Oleh karena itu, fokus
pembelajaran. Menurut Buvee dalam
penyampaian materi yang berkaitan

58
hujair (2011.23) media adalah sebuah 1. Wayang yang telah disiapkan
alat yang mempunyai fungsi dimainkan oleh guru.
menyampaikan pesan. Sedangkan 2. Guru dalam proses penggunaan
menurut Gagne dalam karti soeharto media ini guru bertugas sebagai
(2003:98) mengatakan bahwa media dalang yang menceritakan peran
adalah berbagai jenis atau komponen tokoh dalam mempertahankan
atau sumber belajar dalam lingkungan kemerdekaan Indonesia.
pembelajaran yang dapat merangsang 3. Siswa sebagai penonton
pembelajaran untuk belajar. Dari pertunjukan wayang yang
beberapa pengertian di atas dapat dimainkan oleh guru.
disimpulkan bahwa media pembelajaran 4. Penggunaan wayang sebagai
adalah sarana pendidikan yang dapat media pembelajaran dilakukan
digunakan sebagai perantara dalam melalui kegiatan bercerita.
proses pembelajaran
b. Manfaat penggunaan media
wayang dalam pembelajaran
2. Wayang
Menurut Walujo (2000), wayang Wayang sebagai media pendidikan
adalah warisan budaya nenek moyang watak. Artinya dalam setiap tokoh
yang mengandung pesan-pesan moral wayang selalu terdapat bagaimana tata
yang sangat bagus bagi kehidupan. cara menghormati guru, menghormati
Dalam cerita pewayangan terselip nilai- orang yang lebih muda. Seorang guru,
nilai kebaikan serta nilai kepahlawanan misalnya memberikan nasihat baik
yang sangat baik untuk dijadikan kepada murid -muridnya, tidak
teladan dalam membelajarkan karakter sombong, tidak sewenang-wenang.
pada siswa. Wayang digunakan sebagai alat
Sedangkan menurut Aniq (2000), propaganda yang baik atau buruk.
wayang adalah bagian dari seni propaganda yang baik misalnya tentang
tradisional Jawa yang memperlihatkan manfaat penggunaan helm bagi
dan mengajarkan tentang petuah- pengendara motor,wajib belajar bagi
petuah alamiah dan amaliyah. Disebut anak-anak usia SD. Sedangkan
alamiah karena cerita yang terkandung propaganda yang buruk, misalnya
di dalamnya memuat berbagai macam memecah belah persatuan dengan cara
fenomena alam yang cerdik dikemas membakar sentimen, kesukaan, dan
oleh dalangnya. Sebuah tradisi sebagainya.
masyarakat jawa bersifat kulturalisme Menurut Poedjawawijatna dalam
realistis karena apa yang terjadi di walujo (200:12), berpendapat bahwa
masyarakat Jawa diceritakan melalui dalam pewayangan banyak sekali yang
tokoh pewayangan. Melihat perjuangan dapat digunakan untuk tujuan
dari kemunculan wayang dan pendidikan, yaitu untuk memberi
perkembangannya dapat ditebak bahwa pengaruh kepada orang yang melihat
wayang memiliki fungsi religius dan wayang itu.
mengandung pesan-pesan moral.
Namun seiring dengan perkembangan 3. Hasil Belajar
zaman fungsi wayang semakin luas a. Pengertian Hasil Belajar
jangkauannya, selain memiliki fungsi Menurut Abdurrahman (dalam
religius, wayang juga memiliki fungsi Jihad dan Haris, 2010:14), hasil belajar
dakwah islamiah, pendidikan, adalah kemampuan yang diperoleh
penerangan dan kritik sosial, dan anak setelah melalui kegiatan belajar.
hiburan. Belajar itu sendiri adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui
a. Tujuan Penggunaan media interaksi dengan lingkungan. Dalam
wayang kegiatan belajar mengajar, guru
menetapkan beberapa tujuan

59
pembelajaran. Siswa yang berhasil indonesia di Indonesia pada mata
dalam belajar adalah yang berhasil pelajaran IPS.
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran 1. Keterbukaan sekolah dalam
atau tujuan instruksional. menerima tambahan saran.
2. Pembelajaran yang diberikan masih
4. Evaluasi Hasil Belajar bersifat konvensional dan teacher
centered.
a. Pengertian Evaluasi Hasil
3. Siswa kelas V perlu dilatih untuk lebih
Belajar
aktif dan kritis dalam proses
Evaluasi adalah suatu kegiatan pembelajaran IPS untuk mendukung
yang dilakukan untuk mendapatkan data implementasi pendidikan karakter di
sejauh mana keberhasilan anak didik sekolah.
dalam belajar dan keberhasilan guru
dalam mengajar (Djamarah, 2005:20). B. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh
Menurut Arikunto, dkk (2009:74)
guru dengan memakai seperangkat
langkah pelaksaaan PTK yaitu:
instrument penggali data seperti tes
perbuatan, tes tertulis, dan tes lisan. 1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
A. Metode Penelitian 3) Observasi
1. Desain Penelitian 4) Refleksi di setiap akhir siklus.
Metode penelitian ini adalah Jumlah siklus pembelajaran
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dibentuk berdasarkan ketercapaian
dengan menggunakan metode indikator keberhasilan dalam penelitian.
penelitian deskriptif kualitatif dan Siklus pelaksanaannya seperti
deskriptif kuantitatif. Penelitian Tindakan ditunjukkan pada bagan di bawah ini:
Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan
Gambar 1. Alur Pelaksanaan PTK
yang dilakukan dengan tujuan
(Arikunto, 2009: 74)
memperbaiki mutu praktik pembelajaran
di kelasnya. PTK merupakan penelitian
reflektif yang dilaksanakan secara siklis Perencanaan Pelaksanaa
oleh guru atau calon guru di dalam Permasalaha tindakan I n tindakan
kelas. Dikatakan demikian karena n I

proses PTK dimulai dari tahapan Refleksi I Pengamatan


perencanaan, tindakan, pengamatan, /
pengumpulan
dan refleksi untuk memecahkan data I
masalah dan mencobakan hal-hal baru Permasalahan Perencanaan
baru hasil Pelaksanaa
demi peningkatan kualitas Tindakan II n Tindakan
refleksi
pembelajaran. II

2. Subjek Penelitian Refleksi II Pengamata


Dalam penelitian ini yang menjadi n/
pengumpul
subyek penelitian adalah siswa kelas V an data II
Apabila Dilanjutkan ke
Sekolah Dasar di Surabaya yang permasalahan siklus berikutnya
berjumlah 41 siswa. Alasan belum
pengambilan subjek penelitian ini terselesaikan
didasarkan pada hasil observasi awal terselesaikan
dalam pembelajaran IPS di kelas ini Berbagai persiapan tindakan
siswa masih mengalami kesulitan dalam penelitian yang perlu ditempuh peneliti
menghafal nama dan menceritakan adalah:
secara singkat tokoh peran tokoh dalam Sesuai dengan rancangan PTK
mempertahankan kemerdekaan di tersebut di atas, maka pelaksanaan PTK
di Sekolah Swasta Surabaya, melalui 3

60
siklus yang terdiri dari empat tahap b. Aktivitas belajar siswa saat proses
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pembelajaran dengan menggunakan
observasi dan refleksi. Adapun media wayang pada pembelajaran
penjelasannya sebagai berikut: IPS pada siswa kelas V.
5. 4. Refleksi
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan
Berdasarkan rumusan masalah
kegiatan evaluasi terhadap
hasil dari observasi di lapangan, peneliti
pembelajaran dengan menggunakan
merencanakan tindakan siklus I dengan
media wayang pada pembelajaran IPS
langkah-langkah sebagai berikut: (a)
pada siswa kelas V, meliputi analisis
menelaah kurikulum untuk menentukan
hasil observasi peneliti pada aspek-
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
aspek yang telah diamati apakah sudah
yang akan diterapkan dalam PTK di
sesuai dengan indikator ketercapaian
kelas V (b) membuat silabus
atau belum, menganalisis hasil tes
berdasarkan Standar Kompetensi dan
siswa pada Siklus I, dan melakukan
Kompetensi Dasar yang telah
evaluasi tindakan.
ditentukan, (c) menyusun RPP, (d)
menyusun LKS, (e) mempersiapkan Demikian peneliti dapat
media wayang, (f) mengembangkan menganalisis kekuatan dan kelemahan
lembar evaluasi, (g) mengembangkan pada Siklus I. Hasil-hasil yang diperoleh
lembar aktivitas guru dan siswa yang dan permasalahan yang muncul pada
dipergunakan selama kegiatan pelaksanaan tindakan dipakai sebagai
pembelajaran berlangsung. dasar untuk melakukan perencanaan
ulang pada siklus berikutnya. Jika
2. Pelaksanaan
indikator keberhasilan penelitian pada
Pada tahap ini peneliti akan Siklus I belum tercapai, maka peneliti
melaksanakan kegiatan pembelajaran akan melanjutkan ke Siklus II yang
berdasarkan Rencana Pelaksanaan meliputi kegiatan perencanaan ulang,
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun tindakan ulang, dan pengamatan ulang
pada pembelajaran IPS untuk sehingga permasalahan dapat teratasi.
meningkatkan hasil belajar siswa kelas
C. Data dan Teknik Pengumpulan
V adapun yang harus dilakukan pada
Data
siklus I adalah : (a) mengkondisikan
a. Data Penelitian
kelas, (b) melakukan absensi, (c)
memotivasi siswa dan memberikan Data-data dalam penelitian ini
apresepsi berupa tanya jawab, (d) disesuaikan dengan kebutuhan dalam
menyampaikan tujuan pembelajran menjawab rumusan masalah, yaitu:
sesuai dengan RPP,(e) menyampaikan
1. Data aktivitas guru dan siswa pada
materi dengan menggunakan media
saat menggunakan media wayang.
wayang, (f) memberikan tugas dan
Cara untuk mendapatkan data
membimbing siswa, (g) menyimpulkan
aktivitas guru dan siswa ini adalah
materi dan melaksanakan evaluasi
dengan mengobservasi aktivitas guru
dalam bentuk tes, serta memberikan
dan siswa dengan menggunakan
penghargaan pada siswa yang terbaik.
lembar observasi.
3. Observasi. 2. Peningkatkan hasil belajar siswa.
Pada tahap ini hal-hal yang diobservasi Data tentang peningkatan hasil
adalah sebagai berikut: belajar siswa pada pembelajaran IPS
a. Aktivitas guru pada saat diperoleh dari skor hasil tes pada
menggunakan media wayang pada materi menceritakan tokoh-tokoh
pembelajaran IPS pada siswa kelas perjuangan pada masa hindu di
V. Indonesia.
3. Respon siswa

61
Data tentang respon siswa dalam 1. Untuk menganalisis data hasil observasi
pembelajaran IPS dengan aktivitas siswa dan guru dalam
menggunakan media wayang pembelajaran dengan media wayang,
diperoleh dari lembar angket yang peneliti menggunakan rumus:
diberikan kepada siswa diakhir P = F X100%
penelitian. N
Keterangan:
b. Teknik Pengumpulan Data
P = Persentase aktivitas siswa
Pengumpulan data adalah atau guru
prosedur yang sistematis dan standar F = Banyaknya aktivitas guru
untuk memperoleh data yang diperlukan atau siswa
dalam penelitian (Nazir, 2003: 174). N = Jumlah aktivitas keseluruhan
Berdasarkan tujuan dan jenis penelitian
Setelah itu akan dinyatakan dengan
yang dirumuskan, maka teknik
kriteria yang bersifat kualitatif yaitu:
pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Tes, 80% - 100%= Sangat Baik (A)
Observasi dan Angket. 66% - 79% = Baik (B)
c. Instrumen Penelitian
56% - 65% = Cukup (C)
1. Lembar observasi aktivitas guru
dan siswa digunakan untuk 40% - 55% = Kurang (D)
mengetahui aktivitas guru dan 0% - 39% = Sangat kurang (E)
siswa saat mengikuti kegiatan
pembelajaran IPS kelas V dengan Indarti (2008: 76)
menggunakan media wayang. 2. Untuk menganalisis data hasil tes
2. Lembar tes dengan menggunakan belajar, peneliti menganalisis data
soal-soal yang diberikan guru secara kuantitatif dengan
pada siswa diakhir siklus menggunakan rumus:
pembelajaran yang digunakan
untuk mengetahui hasil belajar Rata-rata kelas
siswa terhadap materi yang telah
disampaikan pada pembelajaran
IPS. M=
3. Lembar respon siswa terhadap
pembelajaran IPS yang diterapkan Keterangan :
pada siswa kelas V berupa angket M = Rata-rata kelas
dan diisi oleh siswa setelah
seluruh kegiatan pembelajaran ∑x = Jumlah nilai total yang
dengan menggunakan media diperoleh dari hasil penjumlahan nilai
wayang berakhir. tiap siswa
4. Lembar wawancara digunakan N = Jumlah seluruh siswa
untuk mengetahui kendala-
kendala yang ada serta Menurut Djamarah (2005:302)
memberikan solusi-solusi guna 3. Data angket respon siswa
untuk melakukan perbaikan.
Data angket respon siswa terhadap
d. Teknik Analisis Data Penggunaan media wayang pada
pembelajarn IPS dianalisis dengan
Analisis data merupakan suatu proses menggunakan rumus:
yang diarahkan untuk menjawab rumusan
masalah penelitian. Data yang diperoleh P= x 100%
dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisis
berdasarkan jenisnya sebagai berikut: Dimana :

62
P = Persentase respon siswa langsung dengan kenyataan, mengatasi
modalitas belajar siswa yang beragam,
= Jumlah pemilih jawaban yang
mengefektifkan proses komunikasi
sama dalam pembelajaran, meningkatkan
B = Banyaknya siswa (responden) kualitas pembelajaran.
Mernurut Trianto (2009: 243)
Setelah itu akan dinyatakan dengan
kriteria yang bersifat kualitatif yaitu 1. Respon Siswa Dalam
kriteria : Penggunaan Media Wayang
80% - 100%= Sangat Baik (A) Data respon siswa terhadap
66% - 79% = Baik (B) penggunaan media wayang pada siklus
56% - 65% = Cukup (C) I-III
40% - 55% = Kurang (D) Tabel 1. Data respon siswa pada
0% - 39% = Sangat kurang (E) penggunaan media wayang
Menurut Arikunto (2009:245)

C. Hasil dan Pembahasan


Pada bab IV ini akan dipaparkan
hasil penelitian beserta analisis pada
masing-masing data hasil penelitian.
Data yang dikumpulkan dan dianalisis
dalam penelitian ini ada tiga jenis yaitu
data hasil observasi aktivitas siswa dan
guru selama proses pembelajaran, data
tes hasil akhir belajar yang diberikan
tiap akhir siklus dan respon siswa
setelah mengikuti dengan penggunaan
“media wayang” pada akhir penelitian.
Analisis data hasil penelitian dilakukan
secara deskriptif kuantatif untuk
mendapatkan hasil secara kualitatif.
Hasil belajar siswa kelas V SDN
Jeruk II Surabaya menunjukkan
presentase pada temuan awal
ketuntasan sebesar 59,56%. Setelah
siswa mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan media wayang
pada siklus I meningkat menjadi
71,66%, hasil belajar pada siklus II
meningkat kembali menjadi 77,21% ,
dan pada siklus III naik menjadi 83,56%,
ini menunjukkan bahwa hasil belajar
pada siklus III sudah mencapai kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan yakni
80%.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Musfiqon (2012:35) fungsi media
pembelajaran adalah: meningkatkan
evektivitas dan efisiensi pembelajaran,
meningkatkan minat dan motivasi
belajar, menjadikan siswa berinteraksi

63
Berdasarkan data respon siswa
pada media wayang pada tabel 4.5, Persentase
maka dapat dideskrepsikan bahwa (dalam 0%)
N Aspek yang
penggunaan media wayang di kelas V Sikl
o diamati Sikl Siklu
meningkat. Respon siswa meningkat us
us I s III
ketika ada media pembelajaran ini di II
tunjang dengan pendapat Derek 1. Ukuran media
Rowntree (dalam Musfiqon 2012:34), a. Besar 28, 85,
100
menyatakan bahwa media pembelajaran 57 71
berfungsi sebagai membangkitkan b. Cukup 57, 8,5
-
motivasi belajar, mengulang apa yang 14 7
telah dipelajari, menyediakan stimulus c. Kurang 14, 5,7
-
belajar, mengaktifkan respon peserta 29 1
didik, memberikan balikan dengan 2. Tampilan
segera, menggalakkan latihan yang media
serasi. a. Jelas 62, 85, 91,4
86 71 2
D. PENUTUP
b. Cukup jelas 5,7 8,5
1. Simpulan 8,57
1 7
Berdasarkan hasil pembahasan
c. Kurang jelas 31, 5,7
yang telah dikemukakan, maka dapat -
disimpulkan bahwa: 43 1
1. Aktivitas guru selama proses 3. Daya tarik
pembelajaran dengan media
menggunakan media wayang a. Menarik 80 100 100
meningkat dapat meningkatkan b. Cukup 11,
- -
hasil belajar. menarik 43
2. Aktivitas siswa selama proses c. kurang 8,5
- -
pembelajaran dengan menarik 7
menggunakan media wayang 4. Keterbacaan
meningkat, ini dapat dilihat pada media
banyaknya siswa yang a. Terbaca 14, 77, 85,7
memperhatikan penjelasan guru, 29 14 1
serta menjawab pertanyaan- b. Cukup 71, 22, 14,2
pertanyaan yang diajukan oleh terbaca 43 86 9
guru yang dijawab dengan c. Kurang 14, - -
antusias. t3rbaca 29
3. Hasil belajar setelah pembelajaran 5. Kejelasan isi
dengan menggunakan media pesan
wayang meningkat, hal ini ditandai a. Jelas 14, 71,
80
dengan meningkatnya jumlah 29 43
siswa yang mencapai kriteria b. Cukup jelas 28, 14,
20
ketuntasan minimal yang telah 57 29
ditetapkan. c. Kurang jelas 57, 14,
-
4. Respon siswa terhadap 14 29
penggunaan media wayang Berdasarkan hasil kesimpulan
sanagat bagus ini dapat dilihat dari yang telah dipaparkan, maka peneliti
jawaban-jawaban siswa melalui memberikan saran atau pendapat
pertanyaan-pertanyaan seputar kepada sekolah, khususnya guru kelas
media wayang. sebagai berikut:

2. Saran 1. Hendaknya guru kelas kreatif dan


menggunakan media yang
bervariasi pada saat pembelajaran

64
dilaksanakan dengan tujuan untuk Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat
meningkatkan hasil belajar siswa, Satuan Pendidikan Mata Pelajaran
membuat siswa tertarik dan tidak IPS. Jakarta: Depdikbud.
cepat bosan ketika proses Djahiri, A. Kosasih. 1996. Buku
pembelajaran. Pedoman Pengajaran IPS.
Bandung: Dikbud.
2. Hendaknya guru kelas
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru
menggunakan media wayang
dan Anak Didik dalam Interaksi
sebagai media pembelajaran
Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis
dalam mata pelajaran IPS pada
Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.
materi yang berkaitan dengan
Sanaky,Hujair AH. 2011. Media
tokoh-tokoh sejarah kerajaan,
Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba
tokoh kepahlawanan.
Dipantara.
3. Jika respon yang ditunjukan siswa Hamalik, Oemar,. 1982. Media
bagus terhadap penggunaan Pendidikan. Bandung: Alumni
media, maka guru hendaknya /1982/Bandung.
selalu menggunakan media setiap Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2010.
manyampaikan materi. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
4. Sekolah-sekolah hendaknya Multi Pressindo.
Nanna. 2008. Dasar- Dasar Proses
memfasilitasi kebutuhan siswa,
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
dalam hal ini yang berkaitan
tentang media atau hal-hal yang Baru Algensindo.
mendukung kegiatan pembeljaran, Suhanadji dan Waspodo Tjipto. 2003.
Pendidikan IPS. Surabaya: Insan
ini bertujuan demi tercapainya
mutu pendidikan di Indonesia. Cendekia.
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Rajawali Pres.
H. DAFTAR PUSTAKA Susilo Herawati Dkk. 2009. Penelitian
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Dasar- Tindakan Kelas. Malang: Bayu
Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Media Pusbishing.
Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Musfiqon, 2012. Pengembangan Media
Arief, Sadiman. 2009. Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Pendidikan: Pengertian, Prestasi Pustaka.
Pengembangan dan Walujo Kanti. 2000. Dunia Wayang.
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Yogyakarta: Pustaka Belajar
Pres (Anggota IKAPI).
Arsyad, Azhar. 2011. Media Zairul Haq, Muhammad. 2011. Mutiara
Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Hidup Manusia Jawa. Yogyakarta:
Persada. Aditya Media Publising.
Asmito. 1998. Perjuangan Kebudayaan
Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan Kebudayaan.

65
PEMBELAJARAN SENI MUSIK TEMATIK
SEBAGAI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Ridwan
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
ridwansimon@unpas.ac.id

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan implementasi kurikulum 2013 yang diyakini adalah
kurikulum kekinian yang mampu menjawab tantangan zaman, terkait dengan persaingan
global. Kurikulum 2013 merupakan sebuah pembelajaran yang menekankan pada aspek
afektif atau perubahan perilaku dan Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang
berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya
yang holistik dan menyenangkan. Di dalam artikel ini dibahas bagaimana implementasi
kurikulum 2013 pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK). Dengan
pendekatan dan metode kualitatif, data diperoleh dengan cara wawancara, studi pustaka,
kajian elektronik (internet) dari berbagai sumber dan dari pengalam empiris peneliti.
Menyajikan hasil bahwa dengan menggunakan kurikulum 2013, diterapkan dengan
pendekatan yang baik dan benar mampu mengimplementasikan pembelajaran seni musik
berbasis tematik.
Kata kunci: Kurikulum 2013, Seni Musik, Tematik

A. Pendahuluan Kesempatan memberi keleluasaan


1. Latar Belakang kepada guru membuat kurikulum secara
Kurikulum pendidikan di Indonesia mandiri untuk masing-masing sekolah
tumbuh dan berkembang secara dinamis, ternyata tidak berjalan mulus dan kurang
mengikuti dan menyesuaikan dengan berhasil.Untuk tingkat SD terjadi
tuntutan dan perkembangan zaman. perubahan yang cukup besar. Di SD yang
Setiap perubahan yang terjadi sudah dulunya ada 10 mata pelajaran dikurangi
barang tentu memiliki dasar hukum, di menjadi 6 mata pelajaran yaitu empat
dalamnya memiliki visi, misi yang memiliki mata pelajaran utama (PPKn, Agama,
arah yang jelas.Penataan kurikulum Bahasa Indonesia, dan Matematika) dan
pendidikan yang diterapkan sejak Juni dua mata pelajaran muatan lokal (Seni
2013 ini adalah salah satu target yang Budaya dan Penjas).
harus diselesaikan sesuai dengan Berkurangnya mata pelajaran
Rencana Pembangunan Jangka dalam kurikulum baru ini justru membuat
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 lama belajar peserta didik di sekolah
di sektor pendidikan. Meskipun di dalam bertambah. Kemendikbudmenambah jam
pelaksanaannya mengalami pasang belajar di sekolah untuk menangkal efek
surut. Permasalahan yang muncul pada negatif dunia luar sekolah. Waktu luang
pengembangan kurikulum adalah yang lebih banyak di luar sekolah
ketidaksiapan tim pengembang kurikulum dianggap memicu peserta didik
sekolah dan daerah untuk melakukan atau bersentuhan dengan
mengembangkan kurikulum sesuai tindakan negatif
dengan potensi dan karakteristik yang (http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/).
dimiliki sekolah dan daerah Seperti diketahui di dalam kurikulum
(Pengembangan Kurikulum Sekolah, 2013, diterapkan sistem pembelajaran
2015). Kurikulum 2006 yaitu KTSP tematik yaitu suatu strategi pembelajaran
dilakukan perubahan karena dianggap yang melibatkan beberapa mata pelajaran
memberatkan peserta didik. Terlalu untuk memberikan pengalaman yang
banyak materi pelajaran yang harus bermakna kepada siswa. Keterpaduan
dipelajari oleh peserta didik, sehingga pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek
malah membuatnya terbebani. proses atau waktu, aspek kurikulum, dan

66
aspek belajar mengajar. Dengan serta cara yang digunakan sebagai
demikian pembelajaran tematik adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran terpadu yang belajar mengajar. Rumusan ini lebih
menggunakan tema sebagai pemersatu spesifik mengandung pokok pikiran
materi dalam beberapa mata pelajaran sebagai berikut :
sekaligus dalam satu kali 1. Kurikulum merupakan suatu
pertemuan.Pembelajaran berbasis rencana/perencanaan.
tematik integratif yang ditetapkan pada 2. Kurikulum merupakan pengaturan,
tingkatan pendidikan dasar ini berarti mempunyai sistematika dan
menyuguhkan proses belajar berdasarkan struktur tertentu.
tema untuk kemudian dikombinasikan 3. Kurikulum memuat/berisikan isi dan
dengan mata pelajaran lainnya(Mulyasa, bahan pelajaran, menunjukkan kepada
2013). perangkat mata ajaran atau bidang
Pembelajaran tematik memberikan pengajaran tertentu.
beberapa keuntungan baik untuk guru 4. Kurikulum mengandung cara, atau
ataupun peserta didik. Karena dengan metode atau strategi penyampaian
satu tema pembelajaran, misalnya tema pengajaran.
semua tentang aku untuk kelas 1 5. Kurikulum merupakan pedoman
semester 1 (kelas rendah) sekolah dasar penyelenggaraan kegiatan belajar
mampu mencakup tentang moral, sosial, mengajar.
agama dan sebagainya, disamping 6. Kendatipun tidak tertulis, namun telah
mempelajari tentang siapa dirinya dan tersirat di dalam kurikulum, yakni
bagaimana anatomi tubuh setiap individu. kurikulum dimaksudkan untuk
Berlatar belakang permasalahan mencapai tujuan pendidikan.
dan fenomena di atas menarik untuk 7. Berdasarkan butir 6, maka kurikulum
diungkap, oleh karena itu sebenarnya adalah suatu alat
penelitimenyajikannya dalam bentuk pendidikan.
karya tulis ilmiah dengan judul: Implementasi adalah suatu tindakan
Pembelajaran Seni Musik Tematik atau pelaksanaan dari sebuah rencana
sebagai Implementasi Kurikulum 2013. yang sudah disusun secara matang dan
terperinci. Implementasi biasanya
2. Rumusan Masalah dilakukan setelah perencanaan sudah
Untuk mengungkap semua yang dianggap matang. Implementasi bisa
berhubungan dengan pembelajaran seni diartikan pelaksanaan atau penerapan.
musik berbasis tematik pada kurikulum Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan
2013 adalah dengan menjawab Usman, 2002), mengemukakan
pertanyaan penelitian, Bagaimana implementasi sebagai evaluasi. Browne
pembelajaran seni musik berbasis tematik dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman,
dalam implementasi kurikulum 2013 pada 2004:70) mengemukakan bahwa
Kelas I SD? ”implementasi adalah perluasan aktivitas
3. Tujuan Penelitian yang saling menyesuaikan”. Pengertian
Untuk mendiskusikan pembelajaran implementasi sebagai aktivitas yang
seni musik berbasis tematik dalam saling menyesuaikan juga dikemukakan
implementasi kurikulum 2013. Sehingga oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan
diperoleh jawaban yang mengungkap Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam
strategi, pendekatan dan metode yang Nurdin dan Usman, 2002:70)
tepat di dalam pelaksanaan pembelajaran mengemukakan bahwa ”implementasi
seni musik di Sekolah Dasar. adalah sistem rekayasa.”
Di dalam Oxford Advance
B. Kajian Teoretik LearnerDictionary dikemukakan bahwa
1. Implementasi Kurikulum "implementation" (implementasi) adalah
Sistem Pendidikan Nasional ( UU “putsomethingintoeffect” (penerapan
No 20 Tahun 2003), kurikulum adalah sesuatu yang memberikan efek atau
seperangkat rencana dan peraturan dampak). Terkait dengan pengertian
mengenai tujuan, isi dan lahan pelajaran implementasi dalam bidang kurikulum,

67
Miller &Seller (1985) mendefinisikan kata secara harfiah seni musik adalah hasil
implementasi dengan tiga pendekatan, cipta, rasa, dan karsa manusia yang
yaitu: a) implementasi didefinisikan diwujudkan dalam olahan suara, melodi,
sebagai kegiatan; b) implementasi harmoni, ritme, vokal, dan tempo.
sebagai suatu usaha meningkatkan Menurut Banoe, musik adalah
proses interaksi antara pengembang guru cabang seni yang membahas dan
dengan guru; dan c) implementasi menetapkan berbagai pola-pola yang
merupakan sesuatu yang terpisah dari dapat dimengerti dan dipahami manusia.
komponen kurikulum(The Implementation Musik berasal dari nama muse (nama
of 2013 Curriculum, 2015). salah satu dewa dalam mitologi yunani).
Fullan & Pomfret dalam Marsh Dewa ini mewakili cabang seni dan ilmu
(2004:65) bahwa istilah “implementasi” pengetahuan (Banoe, 2016 hal. 678)
menunjuk pada “penggunaan nyata Selanjutnya menegaskan Jamalus
(actualuse)” dari kurikulum/silabus, atau bahwa, Seni Musik merupakan salah satu
hal-hal apa saja yang ada dalam praktik. hasil karya seni berupa bunyi pada lagu
Senada dengan Fullan&Pomfret, Hasan atau komposisi yang mengungkapkan isi
(1984:11) menyatakan bahwa perasaan dan pikiran penciptanya. Seni
implementasi kurikulum adalah “usaha musik ini di ungkapkan melalui unsur-
merealisasikan ide, konsep, dan nilai-nilai unsur pokok musik seperti irama, nada,
yang terkandung dalam kurikulum tertulis melodi, harmoni, struktur lagu serta
menjadi kenyataan”. Selanjutnya, Marsh ekspresi dalam satu kesatuan(Jamalus,
(2004: 65- 75) memaparkan bahwa 1988).
kurikulum diawali sebagai sebuah (Sylado, 1983: 12) seni musik
rencana. Kurikulum hanya akan menjadi merupakan wujud hidup dari beberapa
kenyataan bila para guru kumpulan ilusi dan alunan suara. Lebih
mengimplementasikannya pada siswa jelasnya ia mengatakan bahwa alunan
dan kelas yang sesungguhnya(Marsh, musik dan nada yang berjiwa dapat
2004). menggerakan isi hati sang penikmatnya.
Implementasi kurikulum dapat Menurut Lexicographer seorang
dipahami dari dua hal, yaitu: implementasi pakar ahli kamus, menyatakan bahwa
kurikulum sebagai tindakan instrumental seni musik adalah kombinasi antara nada,
dan implementasi kurikulum sebagai instrumental dan vocal yang harmoni
praktik situasional untuk mengekspersikan sifat
(curriculumimplementation as emosional.Sementara itu Suhastjarja,seni
instrumental actionand as musik merupakan rasa pengungkapan
situationalpraxis)(Pinar, 2005 hal. 118- keindahan seorang manusia yang
120). diwujudkan dalam bentuk nada/bunyi,
sehingga menghasilkan ritme dan
2. Seni Musik melodi(R.M.A.P Suhastjarja, 1985).
Seni merupakan sebuah benda Dengan demikian seni musik adalah
atau artefak yang dapat dilihat, didengar, sebuah karya, cipta, rasa manusia yang
atau dilihat dan didengar (visual, audio, di wujudkan dalam sebuah sajian
dan audio-visual), seperti lukisan, musik, pertunjukkan komposisi rangkaian nada,
teater. Tetapi seni itu yang berasal dari irama, dan alunan suara untuk dinikmati
luar benda seni sebab seni itu berupa setiap individu penikmat kesenian itu
nilai (Sumardjo, 2000). Seni juga sendiri.
merupakan budaya hasil karya, cipta,
rasa manusia (Selo Soemardjan). 3. Pembelajaran Seni Musik
Secara bentuk kata Seni musik Undang-undang nomor 20 Tahun
berasal dari dua kata, yaitu “seni” dan 2003 tentang pendidikan nasional Pasal
“musik”. Seni adalah hasil cipta, rasa, dan 37 ayat 1 menjelaskan bahwa: Kurikulum
karsa manusia yang diwujudkan dalam pendidikan dasar dan menengah wajib
berbagai sarana. Sedangkan musik memuat: a. pendidikan agama; b.
adalah hasil pengolahan suara, melodi, pendidikan kewarganegaraan; c. bahasa;
harmoni, ritme, vokal, dan tempo. Jadi, d. matematika; e. ilmu pengetahuan alam;

68
f. ilmu pengetahuan sosial; g. seni dan adalah salah satu dari berbagai unsur
budaya; h. pendidikan jasmani dan olah budaya).
raga; i. keterampilan/kejuruan; dan j.
muatan lokal. Dengan demikian, mata C. Pembahasan
pelajaran SBK wajib disampaikan dalam 1. Implementasi Kurikulum 2013
proses kegiatan belajar mengajar di Aplikasi atau implementasi
Sekolah Dasar. kurikulum 2013, sudah merupakan suatu
Pendidikan seni disampaikan Ki keharusan pada sekolah-sekolah di
Hajar Dewantara “Seni adalah segala seluruh Indonesia sejak tahun 2013
sesuatu perbuatan manusia yang timbul terutama untuk sekolah dan menengah.
dari hidup perasaannya dan bersifat Permasalahan yang merupakan temuan
indah, sehingga dapat menggerakkan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan
jiwa perasaan manusia” (Hadjar Primadi, sosialisasi dan pelatihan terhadap
2009:1.6). Seni menurut pandangan Ki pendidik dirasakan belum merata. Di Kota
Hajar Dewantara , diyakini dapat Bandung seorang informan mengatakan
menggerakkan jiwa perasaan manusia bahwa terdapat sebagian guru atau
sehingga sangat dibutuhkan dalam pendidik yang masih kebingungan
membentuk kepribadian peserta didik mengimplementasikan kurikulum 2013.
sehingga diharapkan menjadi manusia Terkait dengan RPP yang harus disusun
yang memiliki kepribadian yang utuh meskipun sudah mendapatkan sosialisasi
(berkarakter) di kemudian hari. namun dirasakan belum cukup dan sering
Pentingnya peran pendidikan seni berubah-ubah.
disampaikan juga oleh Cut Camaril yang Pendidik memahami sedikit hal
menjelaskan bahwa “Pendidikan seni terkait dengan pendekatan pembelajaran
yang bersifat multidimensional, scientific, tapi masih banyak yang kurang
multilingual, dan multiculturalmemeliki memahami maksud sebenarnya dari
potensi dalam pengembangan pendekatan tersebut. Kebingungan
kecerdasan manusia agar mampu tampil tersebut cukup beralasan karena
secara bermartabat pada masa depan” pelaksanaan sosialisasial terkait dengan
(2003:3). pendekatan pembelajaran scientific, tapi
Hal ini sangat relevan dengan masih banyak yang kurang memahami
tujuan pendidikan Nasional yang maksud sebenarnya dari pendekatan
bertujuan untuk mengembangkan potensi tersebut. Kebingungan tersebut cukup
peserta didik agar menjadi manusia yang beralasan karena pelaksanaan sosialisasi
beriman dan bertakwa kepada Tuhan kurang menyeluruh dan
Yang Esa, berakhlak mulia, sehat, berkesinambungan.
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Keterbatasan pemaknaan dan
menjadi warga negara yang demokratis pemahaman pendidik pada kurikulum
serta bertanggung jawab ( UU Sisdiknas. 2013 menjadi sesuatu yang menunjukkan
2003). permasalahan mendasar.
Di dalam Kurikulum 2013, terdapat Padahalkesiapan pendidik dalam
sejumlah mata pelajaran yang salah pelaksanaan Kurikulum 2013 tergantung
satunya adalah mata pelajaran pada pemaknaan guru terhadap persepsi
Pendidikan Seni Budaya dan Prakarya. kurikulum. Kesiapan guru tersebut harus
Uraian bahasannya, mata pelajaran Seni diwujudkan dalam (1) Dimensi kemauan
Budaya dan Prakarya ini terdiri dari bahan (Willingness) berupa , Antusiasme,
ajaran pendidikan seni rupa, seni musik, kesenangan, dan keyakinan.(2) Dimensi
seni tari, seni teater dan prakarya. Seni kemampuan (ability) yang meliputi : (a)
Budaya dan Prakarya adalah salah satu pengetahuan (knowledge) yang diperoleh
bagian dari struktur dan muatan kurikulum dari pendidikan (education), pengalaman
2013 pada jenjang pendidikan dasar dan (experience), latihan (training), dan minat
menengah. Mata pelajaran Seni Budaya (interest), (b) keterampilan (skill). yaitu
pada dasarnya merupakan pendidikan bakat (aptitude), dan kepribadian
seni yang berbasis budaya (karena seni (personality). (3) Dimensi motivasi yang
meliput (1) kondisi fisik pekerjaan, (2)

69
kondisi sosial pekerjaan, dan (3)
kebutuhan individu. 2. Pembahasan
Berkaitan dengan pembelajaran Sebelum membahas lebih lanjut
Seni Budaya dan prakarya khususnya mengenai implementasi kurikulum 2013
Seni Musik, ada sebagian pendidik juga untuk pembelajaran seni musik, terlebih
masih kebingungan dengan mencermati, dahulu kita lihat tabel berikut ini;
memahami, dan memaknai Kompetensi
Inti dan bagaimana
mengimplementasikannya.

70
Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Seni Budaya dan Prakarya Kelas I

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. Menerima dan menjalankan ajaran 1.1. Merasakan keindahan alam sebagai
agama yang dianutnya salah satu tanda-tanda kekuasaan Tuhan

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, 1.2. Menunjukkan rasa percaya diri untuk
tanggung jawab, santun, peduli, dan berlatih mengekspresikan diri dalam
percaya diri dalam berinteraksi mengolah karya seni
dengan keluarga, teman, dan guru 1.3. Menunjukkan rasa ingin tahu untuk
mengenal alam di lingkungan sekitar
sebagai sumber ide dalam berkarya seni
1.4. Menunjukkan perilaku disiplin, tanggung
jawab dan kepedulian terhadap alam
sekitar melalui berkarya seni
2. Memahami pengetahuan faktual 2.1. Mengenal cara dan hasil gambar
dengan cara mengamati ekspresi
[mendengar, melihat, membaca] dan 2.2. Mengenal pola irama lagu bervariasi
menanya berdasarkan rasa ingin menggunakan alat musik ritmis
tahu tentang dirinya, makhluk 2.3. Mengenal unsur-unsur gerak, bagian-
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan bagian gerak anggota tubuh dan level
benda-benda yang dijumpainya di gerak dalam menari
rumah dan di sekolah 2.4. Mengamati berbagai bahan, alat serta
fungsinya dalam membuat prakarya
2.5. Mengenal karya seni budaya benda dan
bahasa daerah setempat
3. Menyajikan pengetahuan faktual 3.1. Menggambar ekspresi dengan mengolah
dalam bahasa yang jelas dan logis, garis, warna dan bentuk berdasarkan
dalam karya yang estetis, dalam hasil pengamatan di lingkungan sekitar
gerakan yang mencerminkan anak 3.2. Membuat karya seni rupa dengan
sehat, dan dalam tindakan yang memanfaatkan berbagai teknik cetak
mencerminkan perilaku anak sederhana menggunakan bahan alam
beriman dan berakhlak mulia 3.3. Menggambar dengan memanfaatkan
beragam media kering
3.4. Membentuk karya seni rupa dari bahan
lunak
3.5. Menyanyikan lagu anak-anak dan
memperagakan tepuk birama dengan
gerak
3.6. Memainkan pola irama lagu bertanda
birama dua dengan tepuk dan gerak
3.7. Menyanyikan lagu anak-anak dan
berlatih memahami isi lagu KI dan KD
Seni Budaya dan Prakarya SD/MI 114
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI
DASAR
3.8. Memainkan pola irama lagu bertanda
birama dua dan tiga dengan alat musik
ritmis
3.9. Melakukan gerak kepala, tangan, kaki,
dan badan berdasarkan pengamatan
alam di lingkungan sekitar
3.10. Menirukan gerak alam di lingkungan

71
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
sekitar melalui gerak kepala, tangan,
kaki, dan badan berdasarkan rangsangan
bunyi
3.11. Menirukan gerak alam di lingkungan
sekitar dengan menggunakan level tinggi,
sedang, dan rendah
3.12. Melakukan gerak alam di lingkungan
sekitar dengan menggunakan level tinggi,
sedang, dan rendah dengan iringan
3.13. Membuat karya kreatif dengan
menggunakan bahan alam di lingkungan
sekitar melalui kegiatan melipat,
menggunting dan menempel
3.14. Membuat karya kreatif dengan
mengolah bahan alam melalui kegiatan
melipat, menggunting, dan menempel
bentuk pola dan alur sederhana
3.15. Membuat karya kreatif fungsional dari
bahan lunak buatan
3.16. Menyajikan jenis bahan makanan
umbi-umbian dengan olahan sederhana
3.17. Menceritakan karya seni budaya
benda dan bahasa setempat.
Sumber:kemendisdik

Mata pelajaran Seni Budaya utuh, serta menyeluruh mencakup semua


merupakan aktivitas belajar yang aspek (seni rupa, seni musik, seni tari dan
menampilkan karya seni estetis, artistik, prakarya), melalui pendekatan tematik.
dan kreatif yang berakar pada norma, Untuk itu para pendidik seni harus
nilai, perilaku, dan produk seni budaya memiliki wawasan yang baik tentang
bangsa. Mata pelajaran ini bertujuan eksistensi seni budaya yang hidup dalam
mengembangkan kemampuan peserta konteks lingkungan sehari-hari di mana ia
didik untuk memahami seni dalam konteks tinggal, maupun pengenalan budaya lokal,
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar peserta didik mengenal, menyenangi
serta berperan dalam perkembangan dan akhirnya mempelajari. Dengan
sejarah peradaban dan kebudayaan, baik demikian pembelajaran seni budaya dan
dalam tingkat lokal, nasional, regional, prakarya di SD harus dapat;
maupun global. Pembelajaran seni di “Memanfaatkan lingkungan sebagai
tingkat pendidikan dasar dan menengah kegiatan apresiasi dan kreasi seni”.
bertujuan mengembangkan kesadaran Ruang lingkup materi untuk seni
seni dan keindahan dalam arti umum, baik budaya dan prakarya di SD/MI mencakup:
dalam domain konsepsi, apresiasi, kreasi, gambar ekspresif, mozaik, karya relief,
penyajian, maupun tujuan-tujuan lagu dan elemen musik , musik ritmis,
psikologis-edukatif untuk pengembangan gerak anggota tubuh, meniru gerak,
kepribadian peserta didik secara positif. kerajinan dari bahan alam, produk
Pendidikan Seni Budaya di sekolah tidak rekayasa, pengolahan makanan, cerita
semata-mata dimaksudkan untuk warisan budaya, gambar dekoratif,
membentuk peserta didik menjadi pelaku montase, kolase, karya tiga dimensi, lagu
seni atau seniman namun lebih menitik wajib, lagu permainan, lagu daerah, alat
beratkan pada sikap dan perilaku kreatif, musik ritmis dan melodis, gerak tari
etis dan estetis . bertema, penyajian tari daerah, kerajinan
Mata pelajaran Seni Budaya di dari bahan alam dan buatan (anyaman,
tingkat pendidikan dasar sangat teknik meronce, fungsi pakai, teknik ikat
kontekstual dan diajarkan secara konkret, celup, dan asesoris), tanaman sayuran,

72
karya rekayasa sederhana bergerak harus menghasilkan sesuatu yang
dengan angin dan tali, cerita rakyat, memberi perubahan bertahap signifikan
bahasa daerah, gambar ilustrasi, topeng, terhadap perkembangan kemampuan dan
patung, lagu anak-anak, lagu daerah, lagu keterampilan peserta didik, melalui
wajib, musik ansambel, gerak tari bertema kegiatan tematik.
, Penyajian tari bertema, kerajinan dari Berdasarkan kompetensi Inti dan
bahan tali temali, bahan keras, batik, dan kompetensi dasar pembelajaran Seni
teknik jahit, apotek hidup dan merawat Budaya dan Keterampilan proses
hewan peliharaan, olahan pangan bahan kegiatannya dapat diimplementasikan dan
makanan umbi-umbian dan olahan non digambarkan sebagai berikut:
pangan sampah organik atau anorganik ,
cerita secara lisan dan tulisan unsur-unsur 1. Pengenalan Birama
budaya daerah, bahasa daerah, pameran Birama adalah ruas-ruas yang
dan pertunjukan karya membagi kalimat lagu ke dalam ukuran-
senihttp://www.jamarismelayu.com/2014/0 ukuran yang sama, ditandai dengan
9/pembelajaran-tematik-terpadu- lambang hitungan atau bilangan tertentu
tingkat.html. (Banoe, 2016: 112), Banoe juga
Di dalam implementasi kurikulum menjelaskan bahwa birama-sukat; adalah
2013 kompetensi inti dalam pembelajaran penunjuk nilai birama, dinyatakan dengan
seni bisa terlihat, bahwa sebagai peserta angka-angka atau lambang tertentu,
didik dituntut untuk menemukan dan seperti: 2/4, ¾, 4/4, 6/8, C, dan
menciptakan sesuatu. Fungsi pendidikan sebagainya.
adalah sebagai fasilitator dan pengarah. Tiap birama dalam musik
Kondisi tersebut menuntut pendidik mempunyai tekanan suara yang teratur
menerapkan pendekatan, strategi, model, yang disebut arsis dan aksen. Arsis
dan metode pembelajaran yang efektif adalah birama yang ringan. Aksen adalah
dan efisien. Setiap pelaksanaan kegiatan birama yang kuat.

Birama terdiri atas beraneka dengan mode yang lebih sederhana dan
macam, di antaranya birama 2/4, 3/4, 4/4, mudah dipahami, misalnya dengan
dan 6/8 lambang atau notasi angka, dan atau
a. Birama 2/4 dengan gambar yang menarik perhatian
siswa:
2/4
|1 4 |, atau | . .|
Birama 2/4, artinya tiap birama
terdiri atas dua ketukan. Birama
Contoh lagu Nusantara yang berbirama
2/4 adalah sebagai berikut.
Sumber: 1) Hari Merdeka (lagu nasional)
http://yokimirantiyo.blogspot.co.id/ 2) Cik CikPeriok dari Kalimantan Barat
Untuk memudahkan pemahaman 3) Ampar-Ampar Pisang dari
anak didik gambar tersebut bisa diganti Kalimantan Selatan

73
4) Manuk Dadali dari Jawa Barat Sumber:
http://yokimirantiyo.blogspot.co.id/
b. Birama 3/4
6/8
| 1 2 3 4 5 6 |, atau | &&&&&& |
Birama 6/8, artinya tiap birama
terdiri atas enam ketukan. Lagu yang
Sumber: menggunakan birama ini, contohnya
http://yokimirantiyo.blogspot.co.id/ 1) Naik-Naik ke Puncak Gunung dari
Maluku.
3/4 2) Dsb.
|1 2 3 |, atau | * * * | Menjelaskan birama pada peserta
didik kelas 1 SD/MI yang secara umum
Birama 3/4, artinya tiap birama belum mengenal dan memahami musik
terdiri atas tiga ketukan. barat secara umum maka perlu dilakukan
Contoh lagu Nusantara yang berbirama pengenalan yang bersifat sederhana dan
3/4 adalah sebagai berikut. merupakan benda-benda yang mudah
1) Burung Tantina dari Maluku dikenali anak berdasarkan lingkungannya
2) Burung Kakatua dari Maluku termasuk dari lingkungan alam semesta.
3) TumpiWahyu dari Kalimantan Sebagaimana dijelaskan oleh Pestalozzi
Tengah dalam Cathy (2009: 216) “Arrange all
4) Lisoi dari Tapanuli objects in the world according to their
likeness, Strengthen the impressions of
c. Birama 4/4 important objects by allowing them to
affect you through different senses”,
sehingga anak sebagai peserta didik akan
dengan mudah mengikuti maksud dan
tujuan pembelajaran, karena semua
didasarkan pada apa yang anak sukai dan
pahami terkait dengan kegiatan ekspresif
tentang pemahaman seni itu sendiri,
termasuk seni musik.
Sumber:
Mengenalkan pola Birama pada
http://yokimirantiyo.blogspot.co.id/
anak, bisa dilakukan dengan cara tepuk
tangan sesuai dengan pola birama yang
4/4
diinginkan, berikan penjelasan sesuai
| 1 2 3 4 |, atau | @ @ @ @ |
dengan pola yang dimainkan. Seperti
Birama 4/4, artinya tiap birama
gambar berikut ini:
terdiri atas empat ketukan.
Pola Birama 2/4
Contoh lagu yang berbirama 4/4 adalah
sebagai berikut.
1) BungongJeumpa dari Aceh
2) Butet dari Tapanuli
3) Injit-injit Semut dari Sumatera Timur
4) Ayam Den Lapeh dari Sumatera
Barat
5) Jali-Jali dari Jakarta
Gambar Not Balok tersebut bisa
digantikan dengan menunjuk dua orang
d. Birama 6/8
siswa untuk maju ke depan kelas dan
berdiri posisi berada di antara garis
pemisah. Atau guru juga bisa
mencontohkannya dengan tepuk tangan
dan tepukannya menunjukkan birama
sesuai yang ingin disampaikan pada
kelompok kelas tertentu, dan tentu saja

74
banyak pola kreatif lainnya yang bisa Untuk pembelajaran ritme atau
dilakukan dan menjadi pilihan yang tepat ritmis atau ketukan, guru bisa
pendidik atau guru. mempersiapkan bahan atau media yang
Pengenalan birama juga bisa tersedia di lingkungan kelas atau bisa
dilakukan dengan cara menyanyikan memberikan stimulus kepada peserta
sebuah lagu pilihan misalnya lagu; naik- didik. Merujuk pada pendapat Daryanti
naik ke puncak gunung dengan birama dalam artikel bahan ajar untuk anak
6/8, setelah semua anak bisa Sekolah Dasar untuk memberikan
menyanyikan lagu tersebut dengan pemahaman dan pengetahuan terkait
kegiatan permainan bisa menunjukkan dengan ritmis, adalah dengan cara
pola Birama yang terdapat atau yang melibatkan peserta didik untuk melakukan
digunakan dalam lagu tersebut. Sehingga gerakan sesuai dengan petunjuk arah
anak selain bisa menyanyikan lagunya, berikut ini:
juga mampu memahami rasa dari lagu
yang berirama tertentu. Kegiatan ini akan
memudahkan kegiatan proses belajar
mengajar musik di kelas, artinya proses
belajar mengajar akan menarik dan
memperoleh hasil yang optimal dalam
pencapaian hasil belajarnya.

2. Ritme
Ritme atau irama adalah gerak nada
yang teratur mengalir karena munculnya
aksen secara tetap. Keindahan irama
akan lebih terasa karena adanya jalinan
perbedaan nilai dari satuan bunyi. Ritme
merupakan aliran ketukan dasar yang Sumber: Daryati, 2016.
teratur mengikuti beberapa variasi gerak
melodi. Ritme dapat kita rasakan dengan Berdasarkan gambar tersebut peserta
cara mendengarkan sebuah lagu secara didik diarahkan untuk menggerakkan
berulang-ulang. kakinya sesuai arah panah diiringi tepukan
Pola irama pada musik dapat tangan dengan irama 4/4 seperti terlihat
membedakan perasaan tertentu karena pada lagu berikut ini:
pada hakikatnya irama adalah gerak yang Selain menggunakan lagu tersebut
menggerakkan perasaan dan erat guru juga bisa menstimulus anak didik
hubungannya dengan gerak fisik. Ritme untuk berkreasi sendiri terkait dengan lagu
sederhana apabila kita dengarkan sesuka hati anak, dengan berpola ketukan
berulang-ulang akan membawa efek birama 4/4 dan atau ketukan dengan
hipnotis. Dengan efek tersebut, ritme birama lainnya 3/4, 2/4, dan sebagainya.
dianggap sebagai detak jantung musik,
sedangkan ketukan menandakan adanya 3. Melodi
kehidupan dalam musik. Lagu Nusantara Melodi adalah rangkaian sejumlah
memiliki irama yang khas, masing-masing nada atau bunyi yang ditanggapi
timbul dari cara memainkan alat musik, berdasarkan perbedaan tinggi rendah atau
khususnya perkusi. Tiap daerah di naik turunnya. Melodi dapat juga
Indonesia memiliki aneka ragam dan merupakan suatu bentuk ungkapan penuh
corak dalam memainkan alat musik. atau hanya berupa penggalan ungkapan.
Lagu daerah pada umumnya Setiap musik daerah mempunyai melodi
dinyanyikan tanpa iringan, tetapi ada juga yang berbeda sesuai dengan karakter dan
lagu yang memerlukan iringan, misalnya laras yang digunakan. Melodi yang baik
lagu-lagu yang ada hubungannya dengan adalah melodi yang terjangkau dan sesuai
upacara ritual dan lagu-lagu untuk dengan karakter vokal atau instrumennya.
sendratari. (seni musik wahyu Purnomo. Artinya, interval nada yang digunakan
tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.

75
http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2015/0 media dan fasilitas yang sederhana serta
9/pengertian-dan-jenis-birama-birama- ada di dalam lingkungan yang disukainya.
24.html. Terlebih lagi untuk peserta didik kelas
rendah yaitu kelas 1 SD, tentu saja karya
D. Simpulan dan Implikasi seni yang dihasilkan bukanlah karya seni
1. Simpulan sebagaimana yang kita lihat dan nikmati
Hakekatnya kurikulum adalah sebagai hasil karya orang dewasa.
“seperangkat rencana dan pengaturan Disamping orientasi yang berbeda
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran kemampuan peserta didikpun belum
serta cara yang digunakan sebagai mumpuni untuk menjadikan seni sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan benda seni komersial yang bisa dinikmati
pembelajaranuntuk mencapai tujuan berbagai kalangan.
pendidikan tertentu” (UU Sisdiknas). Di
dalam setiap kurikulum yang diterbitkan 2. Implikasi
setiap periode tertentu, secara umum a. Pemerintah
mengindikasikan bahwa dalam Sebagai pengambil keputusan
pembelajaran titik utama yang ditekankan pemerintah di dalam menetapkan
adalah aktivitas peserta didik. Sejak awal kurikulum seharusnya memperhatikan
kurikulum memiliki esensi yang sama yaitu potensi guru. Guru sebagai praktisi
memberdayakan anak didik untuk pendidikan yang berhubungan langsung
menjadikansiswa sebagai yang mencari dengan kegiatan pembelajaran di
tahu bukan menjadi objek yang diberitahu, lapangan adalah memikul tanggung jawab
ini bukan hal yang baru. keberhasilan pendidikan. Guru harus
kurikulum (KBK) maupun (KTSP) dalam dipersiapkan sejak di lembaga pendidikan
konsepnya juga menghendaki siswalah guru secara optimal untuk siap
yang lebihaktif di dalam kelas. Namun menghadapi kondisi lapangan. Intinya
pada praktiknya tetap saja guru kesiapan guru adalah kunci utama
mendominasi kelas. Posisi peserta didik keberhasilan pendidikan, karena sehebat
tetap dalam kondisi sebagai objek apapun konsep program pendidikan
penerima. Artinya, dibutuhkan upaya dibuat akan sia-sia ketika perangkat
yangserius untuk mentransformasi utamanya tidak memiliki kompetensi
pandangan berbagai pihak terkait untuk sebagaimana yang diharapkan dalam
mengubah paradigma tersebut. kurikulum.
Implementasi kurikulum 2013 Di dalam menetapkan kebijakan
dalam pembelajaran seni, khususnya seni kurikulum pemerintah harus
musik sangat bisa menerapkan paradigma memperhatikan prinsip goodgoverenance
peserta didik sebagai elemen pencari. yaitu; transparansi, akuntabilitas, fairnes
Guru sebagai fasilitator bisa mengarahkan danresponsivitas, dan tentu saja harus
kreativitas peserta didik untuk mencari memperhatikan aspek manajemen yang
dan menemukan karya seni berdasarkan meliputi; perencanaan, pengorganisasian,
proses kreatif dan pengembangan pendelegasian, dan pengawasan.
imajinasi masing-masing melalui cara
pandang dan pola pikir yang terarah. b. Guru
Tugas guru adalah memiliki kemampuan Upaya penting dari seorang
untuk membimbing, mengarahkan, pendidik atau guru adalah terus
mendiskusikan, dan membantu anak meningkatkan kompetensi dan meng-
untuk mampu memecahkan masalah serta update kemampuannya melalui pelatihan
melakukan evaluasi dengan baik. peningkatan kompetensi guru atau
Mempelajari seni budaya dan kegiatan sejenis yang berhubungan
keterampilan sebagaimana yang tersirat di dengan peningkatan kualitasnya.
dalam kurikulum adalah bukan untuk Guru sebagai implementers, guru
menjadikan peserta didik menjadi berperan untuk mengaplikasikan
seniman, akan tetapi bagaimana peserta kurikulum yang sudah ada. Dalam
didik diberi keleluasaan untuk melaksanakan perannya, harus
mengembangkan kemampuannya dengan memahami dan menguasai betul maksud

76
dan tujuan kurikulum yang sudah kompetensi yang dimilikinya untuk
ditetapkan. Guru sebagai adapters, lebih memberikan rekomendasi kepada
dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, birokrasi pengambil kebijakan pendidikan.
akan tetapi juga sebagai penyelaras
kurikulum dengan karakteristik dan c. Lembaga Pendidikan
kebutuhan siswa sebagai peserta didik. Lembaga pendidikan atau institusi
Guru sebagai pengembang kurikulum, pencetak guru, harus memperhatikan
diharapkan memiliki kemampuan untuk kualitas pendidikan yang
menjalankan kurikulum dengan sebaik- diselenggarakannya, sehingga lulusannya
baiknya, dan guru sebagai peneliti adalah benar-benar sesuai dengan
kurikulum, sudah seharusnya guru kebutuhan pendidikan di lapangan.
memiliki akses atas kemampuan dan

DAFTAR PUSTAKA Pinar, W. F., & Irwin, R. L (eds).


2005.Curicculum in a New Key; The
Collected Work of Ted T. Aoki. NJ :
Banoe, Pono. 2016.Kamus Umum Musik. Lawrence Erlbaum Associates,
Jakarta : MEC, 2016. 2005.
Jamalus. 1988.Panduan Pengajaran buku R.M.A.P Suhastjarja, et.al. 1985.Analisa
Pengajaran musik melalui Bentuk Karawitan. Yogyakarta :
pengalaman. Jakarta : Proyek Proyek Akademi Seni Tari
Pengembangan Lembaga Indonesia, 1985.
Pendidikan, 1988. Sumardjo, Jakob. 2000.Filsafat Seni.
Marsh, C. J. 2004.Key Concepts for Bandung : ITB, 2000.
Understanding Curriculum. Oxon : Sylado, Remy. 1983.Menuju Apresiasi
RoudledgeFolmer, 2004. Musik. Bandung : Angkasa, 1983.
Mulyasa. 2013.Pengembangan dan The Implementation of 2013 Curriculum.
Implementasi Kurikulum 2013. Rusman, Rudi Susilana &. 2015.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Tahun 14, Bandung : Edutech,
2013. 2015. 1.
Pengembangan Kurikulum Sekolah. Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni.
(jurnal: Edutech, Tahun 14, Vol.1, Bandung : ITB, 2000.
No.1, Februari 2015). 2015.
Februari, Bandung : Edutech, 2015,
Vol. 1. 1.

77
PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SEKOLAH DASAR
PADA POKOK BAHASAN KONSEP BILANGAN PECAH
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SDN 1 Nagritengah Kecamatan
Purwakarta Kabupaten Purwakarta)
Nahrowi Adjie, Suprih Widodo dan D. Wahyudin

ABSTRAK
Seorang guru sejatinya pandai dalam memilih pendekatan/strategi dalam
pembelajaran. Materi pemecahan masalah seringkali terlupakan karena guru
sering terfokus pada pembelajaran pemahaman konsep matematika. Sedangkan
materi pemecahan masalah matematika merupakan muara dari belajar konsep
matematika. Materi matematika adalah abstrak dan ilmu matematika adalah ilmu
deduktif, oleh karenanya siswa akan merasa kesulitan dalam belajar matematika,
termasuk gurunya. Alternatif pendekatan/strategi yang dapat digunakan adalah
matematika realistik. Matematika realistik akan mampu menjembatani proses
pembelajaran matematika menjadi mudah dipelajari dan terasa manfaatnya bagi
kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan gambaran pelaksanaan
pembelajaran pemecahan masalah matematika dengan menggunakan pendekatan
matematika realistik. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan model
pembelajaran matematika dalam pokok bahasan pemecahan masalah matematika
dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dari kelas 3 (tiga) Sekolah
Dasar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas model
siklus dengan langkah-langkah (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi,
dan (4) Refleksi. Hasil penelitian yang diharapkan adalah: (1) Tersusunnya silabus
dan RPP matematika yang mengacu pada pokok bahasan pemecahan masalah
matematika dengan menggunakan pendekatan matematika relistik, yang
melibatkan penggunaan bilangan pecah; (2) Tersedianya media dan sumber
belajar pembelajaran pemecahan masalah matematika dengan pendekatan
matematika relistik di sekolah dasar; (3) Tersedianya alat evaluasi proses
pembelajaran matematika yang mengacu pada pokok bahasan pemecahan masalah
matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.

Kata Kunci: Pembelajaran Matematika, Matematika Realistik

A. Latar Belakang
Ilmu matematika memberikan sumbangan yang cukup besar dalam
pembentukan manusia unggul, karena salah satu kreteria manusia unggul adalah
manusia yang dapat menggunakan nalarnya untuk kemajuan umatnya. Kita yakin
bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang mampu membawa manfaat bagi
manusia lainnya untuk kehidupan selanjutnya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi sekarang ini, yang
merubah dunia semakin canggih dan praktis dalam segala kehidupan adalah
sumbangan ilmu matematika. Dalam mengahadapi kehidupan ini kita sering
dihadapkan kepada suatu permasalahan, sehingga kita dituntut untuk
menyelesaikannya. Untuk itu generasi penerus kita harus dapat menyelesaikannya
sebagai bekal dalam kehidupan di masa yang akan datang
Tujuan pendidikan nasional seperti dinyatakan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya. Manusia seutuhnya adalah manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesejahteraan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989).
Berbicara soal mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki jangkauan dan
kajian yang sangat luas, terutama kajian pendidikan yang menyangkut
pembelajaran di sekolah-sekolah. Jika dirunut ke belakang, maka dapat
dispesifikan lagi sampai kepada pembelajaran dari salah satu mata pelajaran yang
memberikan kontribusi positif bagi pencerdasan dan pencerahan kehidupan
bangsa sekaligus turut memanusiakan bangsa Indonesia dalam arti dan cakupan
yang lebih luas. Salah satu yang ingin dikaji yakni, Pembelajaran Pemecahan
Masalah Matematika dengan Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik
(PMR) dan kendala yang muncul di lapangan.
Masalah klasik dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah
rendahnya prestasi murid serta kurangnya motivasi dan keinginan terhadap
pembelajaran matematika di sekolah.
Matematika yang diajarkan di sekolah terdiri dari elemen-elemen dan sub-
sub bagian matematika yang dipisahkan atas pembagian yang terdiri dari: (1)
arti/hakekat kependidikan yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
daya nalar serta pembinaan kepribadian siswa; (2) adanya kebutuhan yang nyata
berupa tuntutan perkembangan riel dari kepentingan hidup masa kini dan masa
mendatang yang senantiasa berorientasi pada perkembangan pengetahuan seiring
dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dalam hal ini, pembelajaran matematika yang diterapkan di sekolah saat
ini merupakan basic yang sangat penting dalam keikutsertaannya dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah barang tentu, pencapaian target
“mencerdaskan kehidupan bangsa”, akan tetap segar bugar dan tegar
menyongsong persaingan di era globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang diaplikasikan pada persaingan era industrialisasi pada semua
aspek kehidupan yang relevan dengan kemajuan informasi dan komunikasi yang
berkembang dengan pesatnya.
Hasil pengamatan di lapangan (Sekolah Dasar) pembelajaran pemecahan
masalah kurang mendapatkan perhatian, hal tersebut dikarenakan pada kurikulum
tidak ada pokok bahasan khusus tentang pokok bahasan atau indikator yang
membahas pemecahan masalah matematika. Kata atau kalimat yang menyatakan
secara khusus tentang pemecahan masalah matematika ada pada Standar
Kompetensi. Seharusnya setiap guru dalam membuat silabus dan rencana
pembelajaran mencantumkan indicator pemecahan masalah matematika. Di pihak
lain pembelajaran masalah matematika sering diartikan sebagai soal dalam bentuk
cerita. Padalal masalah matematika di SD dapat dengan mudah dilihat/diamati
dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian guru sangat leluasa mengambil
contoh-contoh kehidupan sehari-hari yang dapat diangkat dalam proses
pembelajaran matematika.
Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan hasil belajar pemecahan
masalah matematika pokok bahasan konsep bilangan pecah sebelum dan sesudah
serta aktivitas belajar menggunakan pendekatan matematika realistik di kelas III
SDN 1 Nagritengah Purwakarta tahun pelajaran 2012/2013.
B. Landasan Teoretik
Pembelajaran matematika dengan menggunakan “pendekatan realistik
(realistic mathematic education) merupakan suatu teori dalam pembelajaran
matematika yang pertama kali dikembangkan di Belanda pada tahun 1970”.
Pendekatan realistik diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2001 di beberapa
Perguruan Tinggi secara kolaboratif melalui proyek pendidikan matematika
realistik tingkat SD.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik menekankan
akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses mengkontruksi
pengetahuan oleh siswa itu sendiri. Kontruksi pengetahuan matematika oleh siswa
dengan memperhatikan konteks nyata berlangsung dalam proses menurut
Frudenthal dalam Tarigan, D (2006:3) disebut sebagai “reinvensi terbimbing”
(guided reinvention). Gagasan dasar reinvensi terbimbing ini lahir dari keyakinan
Frudenthal bahwa “matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika
merupakan aktivitas manusia”. (Zainurie, 2007:3). Kemudian realistik ini disebut
sebagai filosofi pendekatan realistik.
Matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia, berarti matematika harus dekat dengan siswa dan relevan
dengan kehidupan sehari-hari. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai
situasi dan persoalan realistik. Realistik tersebut tidak mengacu kepada realitas
tetapi harus sesuai dengan fikiran siswa dan alam keindonesiaan.

Terdapat beberapa karakteristik di dalam Pembelajaran Matematika


Realistik (PMR). Diantaranya menurut Gravemeijer (Tarigan 2006:6) terdapat
5 karakteristik dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu :
a. Penggunaan konteks: Proses pembelajaran diawali dengan
keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual.
b. Instrument vertikal: Konsep atau ide matematika direkontruksikan
oleh siswa melalui model-model instrument vertikal, yang bergerak
dari prosedur informasi kebentuk formal.
c. Konstribusi siswa: Siswa aktif mengkontruksi sendiri bahan
matematika berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang
disediakan guru, secara aktif menyelesaikan soal dengan cara
masing-masing.
d. Kegiatan interaktif: Kegiatan belajar bersifat interaktif, yang
memungkinkan terjadi komunikasi dan negoisasi antar siswa.
e. Keterkaitan topik: Pembelajaran suatu bahan matematika terkait
dengan berbagai topik matematika secara terintegrasi.

Senada dengan Gravemeijer, Daman Nuri (2006: 150) mengemukakan


bahwa: “ada lima karakteristik di dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan realistik”, ke lima karakteristik tersebut akan
dipaparkan sebagai berikut:
1. Menggunakan Konteks Dunia Nyata
Dalam proses pembelajaran matematika realistik, proses pembelajaran di
awali dengan masalah konstektual (dunia nyata), sehingga memungkinkan siswa
menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. “Proses penyirian dari
konsep yang sesuai dengan situasi nyata sebagai matematisasi konseptual, melalui
abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit.
De Lange (Daman Nuri, 2006:15).

2. Menggunakan Model-model Matematisasi


Istilah model, berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang
dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models ). Peranan self developed
models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak, atau
dalam artian dari matematika informal ke matematika formal, yang artinya siswa
membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model
situasi yang dekat dengan dunia siswa. Generalisasi dan formalisasi model
tersebut akan berubah menjadi model-of akan bergeser menjadi model- for
masalah yang sejenis. Dan pada akhirnya akan menjadi model matematika formal.
3. Menggunakan Produksi dan Kontribusi Siswa.
Streefland (Senja Haryani, 2007:23) menekankan bahwa dengan
pembuatan “produksi bebas” siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada
bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar, dan kontribusi siswa
yang besar pada belajar mengajar diharapkan dari kontribusi siswa sendiri yang
mengarahkan mereka dari metode informal kearah yang lebih formal atau standar.
4. Menggunakan Interaktif
Interaktif antar siswa dan guru merupakan hal yang mendasar dalam
pendekatan realistik, secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa
negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi
digunakan untuk mencapai bentuk-bentuk informal siswa.
5. Menggambarkan Keterkaitan
Di dalam pendekatan pembelajaran matematika realistik pengintegrasian
unit-unit matematika adalah esensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan
keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan
masalah matematika.
Dari kedua pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa karakteristik pada
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik yaitu sebagai berikut :
a. Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari
dunia nyata. Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran
harus nyata bagi siswa agar siswa dapat langsung terlibat dalam situasi
yang sesuai dengan pengalaman mereka.
b. Dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model. Model harus sesuai
dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa. Di sini model dapat
berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa, seperti cerita-
cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal siswa.
Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang
juga ada di sekitar siswa.
c. Siswa dapat menggunakan strategi, bahasa, atau simbol mereka sendiri
dalam proses mematematikakan dunia mereka. Artinya, siswa memiliki
kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja mereka dalam
menyelesaikan masalah nyata yang diberikan oleh guru.
d. Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran matematika. Di sini siswa da pat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain, bertanya dan menanggapi pertanyaan, serta
mengevaluasi pekerjaan mereka.
e. Hubungan di antara bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin
ilmu lain, dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu
kesatuan yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

C. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Ada beberapa macam
model penelitian tindakan, dalam hal ini peneliti bersama guru SD menggunakan
model Kemmis dan McTaggart dari Deakin University Australia, yang tahap-
tahap penelitiannya meliputi empat komponen, yaitu (1) Rencana (plan); (2)
Tindakan (action); (3) Observasi (observation); dan (d) Refleksi (reflection). Data
Penelitian yang akan dijaring meliputi perkataan, tindakan, dokumen, situasi, nilai
tes, dan peristiwa yang dapat diobservasi selama proses komunikasi interaktif
dalam pembelajaran di kelas. Sehingga data dapat berupa kuantitatif dan dapat
kualitatif.

D. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Nagri Tengah, berstatus sebagai
sekolah negeri dan memiliki NSS 101022001021 dengan Nomor Induk Sekolah
100121 dan NPSN 20217484. Sekolah ini mulai didirikan pada tahun 1966
dengan status Akreditasi terakhirnya adalah B (Baik). Alamat Sekolah ini adalah
di Jl. Ahmad Yani No 07. Kelurahan Nagri Tengah.

Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus dengan memperhitungkan materi


yang akan diajarkan.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru di kelas 3


didapatkan deskripsi pembelajaran sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan penedekatan realistik adalah sebagai berikut:

1.
E. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Hasil belajar pemecahan masalah matematika pokok bahasan konsep bilangan
pecah sebelum menggunakan pendekatan matematika realistik di kelas III
SDN 1 Nagritengah Purwakarta tahun pelajaran 2013/2014 belum optimal.
Hal ini disebabkan karena beberapa hal yaitu guru yang bersangkutan
mengalami kesulitan dalam mengenalkan konsep pecahan di kelas 3
diakibatkan kurangnya pemahaman guru kelas tentang model-model
pembelajaran, pendekatan pembelajaran yang bisa digunakan dan variasi
media pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengenalkan konsep pecahan
sederhana. Guru hanya menerapkan model diskusi kelompok yang biasa
diikuti dengan presentasi yang sejatinya bisa disesuaikan dengan kebutuhan
dengan model-model yang bermacam-macam dan diiringi dengan permainan.
2. Aktivitas belajar pemecahan masalah matematika pokok bahasan konsep
bilangan pecah selama menggunakan pendekatan matematika realistik di kelas
III SDN 1 Nagritengah Purwakarta tahun pelajaran 2013/2014 terkategori baik
pada siklus pertama dan siklus kedua sangat baik. Hal ini tidak lepas dari
penyusunan rencana perbaikan yang matang, mulai dari perencanaan
indikator, tujuan pembelajaran, metode, materi, media pembelajaran yang
dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pengamat pembelajaran mencatat terdapat
peningkatan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran di
beberapa indikator pembelajaran dari siklus 1 ke siklus 2 hal ini tidak lepas
dari perbaikan-perbaikan perencanaan yang dibuat oleh tim peneliti mulai dari
metode pembelajaran dan modelnya, media yang digunakan, teknik-teknik
dalam pembelajaran yang diimplementasikan oleh guru model dengan baik.
3. Hasil belajar pemecahan masalah matematika pokok bahasan konsep bilangan
pecah sesudah menggunakan pendekatan matematika realistik di kelas III
SDN 1 Nagritengah Purwakarta tahun pelajaran 2013/2014 mengalami
kemajuan yang cukup baik. Pada siklus pertama hasil belajar siswa masih jauh
dari harapan, namun setelah dilakukannya perbaikan di beberapa indikator
pembelajaran hasil evaluasi belajar siswa pada siklus ke dua mengalami
peningkatan, baik itu dari rata-rata maupun persentase ketuntasan belajar
minimal.
Penelitian ini telah menghasilkan silabus, bahan ajar, media dan alat evaluasi yang
dapat menjadi rujukan bagi guru untuk dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika konsep pecahan pecahan sederhana di kelas 3 dengan menggunakan
pendekatan realistik dan bermaksud agar para siswa memiliki pengalaman belajar
yang lebih bermakna karena menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Hasil penelitian ini hanyalah sebuah model yang terbatas pada pokok materi
tertentu, peneliti lain dapat melaksanakan penelitian dan kajian lebih mendalam
untuk materi pecahan di kelas 4 atau pada pokok bahasan lain.

F. Daftar Pustaka
Bell, Clifford, Clela d. Hammond dan Robert B. Harrera. Fundamentals of
Arithmetic for teachers. John Wiley and Sons, Inc, New York – London:
1962.
Billstein, Rick, Shlomo Lebeskind, Johnny W. Lott.A Problem Solving Approach
to Mathematics For Elementary School Teachers (Fifth Edition). Addison-
Wesley Publishing Company. TT.
BNSP.(2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta BNSP.
Copeland, Richard W. How Children Learn Mathematics Third Edition, Teaching
Implications of Piaget’s Research. Macmillan Publishing Co., Inc., New
York: 1979
Furqon. (2005). “Dampak Program D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar terhadap
Peningkatan Mutu Guru Sekolah Dasar di Jawa Barat”. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Vol. 5 No. 1 . April 2005
Gagne, Robert M.; Leslie J. Briggs & Walter W. Wager. Principles of
Intructional Design (Fourth Edition). Harcourt Brace Jovanovich College
Publishers: 1992.
Hudoyo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanan
di depan Kelas, Usaha Nasional. Surabaya.
Jean, McNiff, (1992), Action Research : Principles and Practice, London & New
York: Routledge.
Muhadjir, Noeng (1996/1997, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), (Bagian Keempat Analisis dan Refleksi, (Dirjen Dikti, IBRD:
Loan 3496-Indonesia.
Muhari, Rizal Al (2010). Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika
RealistikIndonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajara
Siswa. http://eprints.uny.ac.id/1182/ (4 Februari 2012)
Suharta, I Gusti Putu. (2001). Matematika Realistik. www.DEPDIKNAS.GO.ID.
(2 Maret 2006)
Sumenda, (TT). Perbandingan Pola Pemecahan Masalah Siswwa Kleas V SD
yang menerapkan Pendekatan PMRI dan SD yang Tidak Menerapkan
Pendekatan PMRI dalam Pembelaran Matekatika.
http://digilib.uns.ac.id/abstrak_22879
_perbandingan-pola-pemecahan-masalah--siswa-kelas-v-sekolah-dasar-
yang-menerapkan-pendekatan-pmri-dan-sekolah-dasar-yang-tidak-
menerapkan-pendekatan-pmri-dalam-pembelajaran-matematika..html (4
Februari 2012)

Reigulth, Cahrles M., (1983), Instructional-Disign Theories and Models; An


Overview of their Current Status, London: Lawrence Erbaum Assosiates,
Publishers.
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito :1991
Tarigan, D. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta : Departemen
Pendidikan
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992. Nasional
Zulkardi. (2007). RME Suatu Inovasi dalam Pendidikan Matematika di Indonesia.
(Online). Tersedia : http://www.geocities.com / athen/ create/ 2336/
Semarang.doc. (20 November 2010)
Zaenurie. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik (RME). (Online). Tersedia:
http://www.zaenurie.word press.com/about (13 November 2007)

Anda mungkin juga menyukai