Anda di halaman 1dari 132

Jurnal Ilmiah Kependidikan

ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan


diterbitkan oleh Gerakan Guru Membaca dan Menulis (G2M2)
bekerjasama dengan Pustaka Mahameru – Lumajang – Jawa Timur

i
Susunan Dewan Redaksi

Penanggung Jawab
Dr. Muhammad Dali, M. M.
(Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau)

Pemimpin Redaksi
Teddy Fiktorius, M. Pd.
(Pendiri Gerakan Guru Membaca dan Menulis-G2M2)

Dewan Penyunting/Pengarah Dewan Redaksi


Prof. Enok Maryani (Universitas Pendidikan Indonesia)
Windy, M. Pd. (Universitas Widya Dharma Pontianak)
Hendri Arulan, S. Pd. (Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam)
Bakri Hasyim, S. Pd., M. M. Pub. (Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun)
Muhd. Kudri, S. S., S. Pd. SD. (Ketua PGRI Kabupaten Karimun)
Dra. Maria Widiani, M. A.

Redaksi Pelaksana
Dr. Muliawiwin, M. Pd. (Kepala SMP Negeri 11 Tanjungpinang)
Drs. Edi Suwito (Kepala SMP Negeri 1 Senayang)
Jamalis, S. Pd. (Kepala SMP Negeri 1 Kepulauan Posek)
Sumini, S. Pd. (Kepala SD Negeri 007 Nongsa)
Enang Munandar, M. Pd. (Kepala SD Negeri 024 Galang)
Ria Murti, S. Pd. (Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah Bengkong)
Anita Yusnita, M. Pd. (Ketua KKG Kecamatan Sungai Beduk, Batam)
Aslinggawiyah Zulfah, S. Pd. (Kepala SDN 001 Bengkong)
Marwiyah, S.Pd. SD.
Nurmiati, S. S.
Heny Harini, S. Pd.
Ardelina, S. Pd.
Mochamad Ridho Mulki Prapangasta, S. Pd.
Erna Eliyana, S. Pd.

ii
Unit Produksi
PUSTAKA MAHAMERU
JL. Raya Kebonsari RT 10 RW 4 Yosowilangun – Lumajang – Jawa Timur

Alamat
Sekretariat G2M2 (Gerakan Guru Membaca dan Menulis)
Jalan Meranti gang Meranti 7 nomor 11
RT/RW 001/015
Kelurahan Darat Sekip
Kecamatan Pontianak Kota
Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Kode pos 78117
HP 0852 4592 1881

ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan diterbitkan oleh Gerakan Guru Membaca dan
Menulis (G2M2) 4 kali setahun, yakni setiap Januari, April, Juli, dan Oktober. ProEdu
Jurnal Ilmiah Kependidikan berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan hasil
pemikiran di bidang pendidikan.

iii
Kata Pengantar

Puji Syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
nikmat dan karunia-Nya kami dapat menerbitkan ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan
tanpa ada kendala yang berarti. ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan merupakan jurnal
yang dikelola oleh Gerakan Guru Membaca dan Menulis (G2M2) sebagai wadah bagi
guru, praktisi, pemerhati, dan peneliti pendidikan dalam memberi sumbangsih
terhadap khazanah intelektualitas dalam dunia pendidikan.

ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan memuat hasil penelitian dan hasil pemikiran di
bidang pendidikan. Tulisan-tulisan yang disajikan merupakan potret nyata persoalan
dunia pendidikan di Indonesia yang tentunya dapat memperkaya telaah tentang dunia
pendidikan berdasarkan sudut pandang para pemangku kepentingan. Seperti halnya
jurnal-jurnal lainnya, kami memiliki harapan yang besar agar ProEdu Jurnal Ilmiah
Kependidikan menjadi sebuah wadah yang dapat memperluas cakrawala
intelektualitas tentang pendidikan di tanah air.

Pada tahap proses, kami menerima naskah beragaram topik dalam lingkup pendidikan.
Selanjutnya, naskah-naskah tersebut dikaji oleh para pakar dan praktisi di bidang
pendidikan. Hasil kajian disampaikan ke penulis untuk penyempurnaan lebih lanjut
guna memastikan optimalisasi kualitas naskah. Kami mengucapkan selamat dan
terima kasih kepada penulis yang artikelnya dapat diterbitkan pada edisi kali ini.
Ucapan terima kasih juga kami arahkan kepada mitra bestari:
1. Bapak Windy (Universitas Widya Dharma Pontianak)
2. Ibu Anak Agung Putu Agung Mediastari (Universitas Hindu Indonesia)
3. Ibu Ni Ketut Erawati (Universitas PGRI Mahadewa Indonesia)
4. Ibu Della Amrina Yusra (UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)
5. Bapak Beny Probolinggo (Universitas Islam Zainul Hasan Probolinggo)

Akhir kata, kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan
edisi kali ini yang tentunya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca yang
budiman. Selamat membaca! Selamat berwisata literasi!

Pemimpin Redaksi

Teddy Fiktorius, M.Pd.

iv
Daftar Isi

Susunan Dewan Redaksi ~ ii

Kata Pengantar ~ iv

Daftar Isi ~ v

PENERAPAN STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA


Ni Wayan Ekayanti (SMA Negeri 1 Sukawati, Bali) ~ 1

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA


I Wayan Arsa Winata (SMP Negeri 1 Pupuan, Bali) ~ 11

PENGGUNAAN METODE TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA


Yeliza Frienti (SMA Negeri 10 Padang, Sumatera Barat)
Rahmat Hidayat (SMA Negeri 4 Tanjung Jabung Barat, Jambi) ~ 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS RESENSI DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN MULTILITERASI
Yusti Astuti (SMK Negeri 1 Tanjungpinang, Kepulauan Riau) ~ 24

PENGGUNAAN METODE TULIS BERANTAI MELALUI MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MENULIS PUISI
Hendri (SMKN 7 Tanjungjabung Barat, Jambi) ~ 32

INDUKSI AKAR RAMBUT DAN DETEKSI TRITERPENOID DARI PEGAGAN DENGAN


TRANSFORMASI BEBERAPA GALUR AGROBACTERIUM RHIZOGENES SECARA IN VITRO
Guneri Holly Irda (SMA Negeri 4 Bukittinggi, Sumatera Barat ) ~ 39

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
Demarlinda Br Sitepu (SMAN 2 Kabanjahe, Sumatera Utara) ~ 51

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
Imanta Surbakti (SMAN 2 Kabanjahe, Sumatera Utara) ~ 58

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA
Lesman Tarigan (SMAN 2 Kabanjahe, Sumatera Utara) ~ 65

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN


EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA
Rosmianna Girsang (SMAN 2 Kabanjahe, Sumatera Utara) ~ 74

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA


MATA PELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY
Masni Br Ginting (SMAN 2 Kabanjahe, Sumatera Utara) ~ 82

v
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN SEDERHANA
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK
Khairany (Kepala SD Negeri 002 Ungar, Kepulauan Riau) ~ 93

UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SEKOLAH MELALUI KEGIATAN


EKSTRAKURIKULER PRAMUKA
Memme Nini (Kepala SMA Negeri 2 Kundur, Kepulauan Riau) ~ 99

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI IMPLEMENTASI METODE


DEMONSTRASI
I Nyoman Sudama (SMA Negeri 1 Kuta Selatan, Bali) ~ 106

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DENGAN PENERAPAN METODE


OLSI
I Gusti Putu Agung Arimbawa (SMA Negeri 1 Petang, Bali) ~ 113

Pedoman Pengajuan ~ 119

Profil ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan ~ 123

Surat Keterangan Penerbitan ISSN dari LIPI ~ 124

vi
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENERAPAN STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA

Ni Wayan Ekayanti
SMA Negeri 1 Sukawati, Bali
nwekayanti77@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas XI Mipa 7 SMA
Negeri 1 Sukawati dengan implementasi pembelajaran kuantum melalui strategi
pembelajaran MASTER. Sesuai dengan landasan dasar pembelajaran kuantum melalui
strategi MASTER dengan sintak (M) motivating your mind; (A) acquiring the information;
(S) searching out the meaning; (T) triggering the memory; (E) exhibiting what you know;
dan (R) reflecting how you have learned, proses pembelajaran dibangun dalam lingkungan
belajar yang menyenangkan dan sepenuhnya merupakan milik siswa. Wujud implementasi
strategi pembelajaran MASTER adalah dengan membangkitkan pengetahuan awal siswa
untuk membentuk pengetahuan fisika yang dapat diaplikasikan dalam keidupan sehari-hari
siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Mipa 7 SMA Negeri 1 Sukawati semester
genap tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I terdiri
dari 4 kali pertemuan dan siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan. Data hasil belajar fisika
siswa dikumpulkan dengan tes hasil belajar yang kemudian dianalisis secara deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa
dengan skor rata-rata dari 65,9 dan ketuntasan klasikal 81,8% dengan kategori belum tuntas
menjadi 74,1 dan ketuntasan klasikal 93,3% dengan kategori tuntas. Hal ini menunjukkan
bahwa implementasi inovasi pembelajaran MASTER dapat meningkatkan hasil belajar fisika
siswa.
Kata Kunci: hasil belajar fisika, pembelajaran kuantum, MASTER

Abstract
This study aimed to improve physics learning outcomes of class XI Mipa 7 SMA Negeri 1
Sukawati by implementing quantum learning through the MASTER learning strategy. In
accordance with the basic foundation of quantum learning through the MASTER strategy
with the syntax (M) motivating your mind; (A) acquiring the information; (S) searching out
the meaning; (T) triggering the memory; (E) exhibiting what you know; dan (R) reflecting
how you have learned, the learning process was built in a fun learning environment owned
by the students. The implementation of the MASTER learning strategy was to generate
students' prior knowledge to form physics knowledge that could be applied in students'
daily lives. The subjects of this study were students of class XI Mipa 7 SMA Negeri 1 Sukawati
in the even semester of the academic year 2021/2022. The research was carried out in two
cycles. Cycle I consisted of 4 meetings and cycle II consisted of 3 meetings. Data on student
physics learning outcomes were collected by means of a learning outcome test which was
then analysed quantitatively and qualitatively descriptively. The results of the analysis
showed an increase in student learning outcomes with an average score of 65.9 and classical
completeness 81.8% in the incomplete category to 74.1 and classical completeness 93.3%
in the complete category. This showed that the implementation of MASTER learning
innovations could improve students' physics learning outcomes.
Keywords: physics learning outcomes, quantum learning, MASTER

-1-
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Hal tersebut mengajak kita
selaku guru pada satuan pendidikan kejuruan untuk memfasilitasi siswa agar dapat
menguasai setiap kompetensi. Penguasaan tersebut dicerminkan pada hasil belajar, salah
satunya adalah hasil belajar fisika. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan
alam yang mendasari perkembangan teknologi maju dan merupakan pelajaran adaptif pada
sekolah menengah kejuruan yang bertujuan untuk membekali siswa pengetahuan dasar
tentang hukum-hukum alam untuk mengantarkan siswa mencapai kompetensi program
keahliannya (Nugraha et al., 2017). Sebagaimana yang sudah disampaikan, fisika merupakan
mata pelajaran dasar untuk pengetahuan pengembangan teknologi siswa (Georgiou et al.,
2014). Namun, masih banyak dijumpai di lapangan bahwa fisika menjadi mata pelajaran
yang dihindari dan ditakuti siswa. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa fisika
merupakan pelajaran mengenai rumus-rumus dan hitungan belaka yang tidak ada kaitannya
dengan bekal kompetensi dan teknologi yang diperlukan ketika siswa terjun ke dunia kerja
sehingga siswa terkesan mengikuti pelajaran hanya untuk formalitas yang menimbulkan
permasalahan rendahnya hasil belajar.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa, di
antaranya dengan pengemasan kurikulum fisika yang ringkas, penyederhanaan materi
fisika, dan dikembangkannya media pembelajaran berupa laboratorium fisika baik yang
bersifat daring maupun luring. Berdasarkan refleksi dalam pengelolaan pembelajaran fisika
awal semester ganjil di kelas XI Mipa 7 SMA Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran 2021/2022,
dijumpai bahwa hasil pembelajaran fisika belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
belajar yang ditentukan sekolah. Ketuntasan belajar tercapai jika secara individu siswa
memperoleh nilai minimal 75 dan kelas dikatakan tuntas apabila ketuntasan klasikal (KK)
 85% (Suseno et al., 2017). Dari hasil penilaian di awal semester ganjil kelas XI Mipa 7
sebelum implementasi pembelajaran quantum teaching, diperoleh hasil belajar fisika siswa
nilai tertinggi 76, nilai terendah 43, dan nilai rata-rata sebesar 59 serta ketuntasan klasikal
hanya 57%.
Berdasarkan paparan tersebut, diperlukan alternatif strategi pembelajaran sebagai
solusi permasalahan rendahnya hasil belajar fisika siswa, yaitu masalah yang berkaitan
dengan proses pembelajaran antara lain sebagai berikut. (1) Motivasi belajar siswa rendah.
Rendahnya motivasi belajar siswa berpengaruh pula pada rendahnya hasil belajar (Nurmala
et al., 2014). (2) Sistem pembelajaran kurang memberikan kesempatan pada siswa dalam
menggunakan pengetahuan awalnya dalam mengkonstruksi konsep. Hal ini bertentangan
dengan paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa siswa mengonstruksi
pengetahuannya berdasarkan pengalaman sebelum dan selama proses pembelajaran
(Harianto, 2011; Mifzal, 2012; Suprianto, 2019). (3) Sistem pembelajaran kurang variatif,
metode pembelajaran masih cenderung didominasi oleh metode ceramah. (4) Siswa kurang
tertarik dalam mengikuti pembelajaran karena pelajaran fisika dianggap sulit dan tidak

-2-
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

menyenangkan. Berdasarkan uraian tersebut, diimplementasikan strategi pembelajaran


konstruktivisme yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan
belajar alamiahnya secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
diimplementasikan pembelajaran kuantum dengan strategi pembelajaran MASTER
(Akronim dari: (M) motivating your mind (memotivasi keinginan siswa untuk memperoleh
informasi); (A) acquiring the information (menemukan informasi dengan menggunakan
pengetahuan, keterampilan dasar, dan sikap yang mereka miliki); (S) searching out the
meaning (menumbuhkan makna dari pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan
dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari); (T) triggering the memory (memicu
memori siswa agar pengetahuan, keterampilan yang mereka dapatkan tersimpan dalam
memori jangka panjangnya); (E) exhibiting what you know (mendemonstrasikan
pemahaman yang mencakup pengetahuan, dan keterampilan, dan sikap yang telah mereka
dapatkan selama proses pembelajaran); dan (R) reflecting how you have learned
(merefleksi apa yang mereka dapatkan dan bagaimana kegiatan pembelajaran berlangsung).
Beberapa keunggulan inovasi pembelajaran MASTER dalam memecahkan faktor
penyebab rendahnya hasil belajar siswa, di antaranya (1) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan apa yang dikehendaki melalui penggalian pengalaman
yang dimiliki oleh siswa dan memanfaatkan pengalaman tersebut sebagai informasi awal
untuk melaksanakan pembelajaran lebih lanjut, (2) menumbuhkan motivasi belajar siswa
dengan memberikan manfaat yang akan didapat dari materi yang dipelajari dengan cara
mengaitkan konten materi dengan konteks kehidupan nyata siswa, (3) memberikan
kesempatan kepada siswa belajar sesuai dengan kemampuannya, bagaimana menggunakan
sebuah proses interaktif untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang
mereka ingin ketahui, dan mengevaluasi apa yang bisa dilakukan oleh siswa (Cahyo, 2013),
(4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran,
serta berinteraksi baik terhadap materi, teman, maupun guru, dan (5) memberikan rasa
nyaman siswa melalui penataan lingkungan belajar dengan mengatur posisi meja dan kursi
dengan format dinamis. Proses pembelajaran yang baik akan dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa (Rido, 2020; Susanto, 2018). Hal
tersebut akan berpengaruh terhadap perolehan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran
yang baik akan dapat mengatasi faktor rendahnya kualitas masukan dan kurangnya sarana
prasarana sekolah (Daryanto, 2010).
Sebagai awal pembelajaran dalam strategi pembelajaran MASTER, dilakukan penataan
lingkungan guna mendukung proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan belajar
dengan nyaman. Berikutnya, setelah memperhatikan lingkungan, dilakukan proses
pembelajaran yang diawali dengan menumbuhkan motivasi siswa dengan cara menggali
pemahaman mereka, mengaitkan materi dengan dunia nyata siswa, dan menyampaikan
tujuan pembelajaran, serta memberikan rasa puas dengan mengetahui manfaat dari materi
yang dipelajarinya. Selanjutnya, siswa mencoba dan mengalami sendiri dengan berinteraksi
terhadap materi ajar untuk mendapatkan konsep-konsep yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah ataupun melakukan percobaan pada kelompoknya masing-masing.

-3-
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Kemudian, guru mengadakan evaluasi terhadap apa yang dilakukan oleh siswa. Selanjutnya,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan yang telah
dimilikinya. Sebagai bentuk pengakuan atas usaha yang dilakukan siswa, maka siswa
diberikan reinforcement berupa penguatan (penguatan verbal) dan memberikan catatan-
catatan kecil pada hasil pekerjaan siswa.
Berdasarkan argumentasi di atas, maka implementasi strategi pembelajaran MASTER
dapat menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pembelajaran
fisika di kelas XI Mipa 7 SMA Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran 2021/2022. Berdasarkan
paparan tersebut, adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut. Bagaimanakah implementasi strategi pembelajaran MASTER untuk meningkatkan
hasil belajar fisika siswa kelas XI Mipa 7 SMA Negeri 1 Sukawati. Tujuan penelitian ini adalah
untuk memaparkan implementasi strategi pembelajaran MASTER untuk meningkatkan hasil
belajar fisika siswa XI Mipa 7 SMA Negeri 1 Sukawati.

METODE PENELITIAN
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Mipa 7 SMA Negeri 1 Sukawati semester genap
tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 32 orang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan model penelitian tindakan
McNiff (McNiff, 2013) dengan kerangka pemikiran generatif. Setiap siklus dalam kajian ini
terdiri dari empat tahapan, yaitu 1) perencanaan (plan), 2) pelaksanaan tindakan (act), 3)
observasi dan evaluasi (observe & evaluate), dan 4) refleksi (reflect). Pada bagian awal,
sebelum siklus pertama, terdapat tahap reconnaissance (refleksi awal). Pada tahap ini,
dilakukan identifikasi, evaluasi, dan formulasi permasalahan kritis dalam pembelajaran di
kelas. Prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran MASTER meliputi kegiatan refleksi awal,
siklus I, dan siklus II.
Data skor hasil belajar fisika dikumpulkan dengan LKS, tugas, dan tes hasil belajar
berbentuk pilihan ganda dan esai. Tes pilihan ganda dan esai ini disusun berdasarkan
tingkatan subranah kognitif sesuai revisi taksonomi Bloom (Hamdu & Agustina, 2011) dan
disesuaikan dengan indikator hasil belajar setiap siklus. Data hasil belajar fisika dianalisis
secara deskriptif berdasarkan skor rata-rata hasil belajar ( X ), mean ideal (Mi), dan standar
deviasi ideal (SDi). Sesuai dengan teknik pengumpulan data, terdapat tiga instrumen yang
digunakan mengukur hasil belajar fisika yaitu tes akhir siklus, LKS, dan Tugas. Hasil belajar
fisika setiap siswa diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut.

Nilai X diperoleh setelah skor seluruhnya dikonversikan ke dalam pedoman konversi


nilai absolut skala 100. Data hasil belajar kemudian dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya,
dicari nilai rata-rata hasil belajar ( X ) dan ketuntasan klasikalnya. Nilai rata-rata hasil
belajar fisika ( X ) tersebut digolongkan berdasarkan kriteria penggolongan sesuai dengan
Tabel 1.

-4-
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

No. Kriteria Kategori


1. Mi + 1,5 SDi  x Sangat baik
2. Mi + 0,5 SDi  𝑥̄  Mi + 1,5 SDi Baik
3. Mi – 0,5 SDi  x  MI + 0,5 SDi Cukup
4. Mi – 1,5 SDi   X  Mi – 0,5 SDi Kurang
5. x  Mi – 1,5 SDi Sangat kurang
Sumber: dimodifikasi dari Ekayanti (2020)
Tabel 1. Kriteria Penggolongan Hasil Belajar Fisika Siswa

Seluruh hasil analisis data kemudian digunakan untuk menjustifikasi indikator


peningkatan dan kriteria keberhasilan implementasi strategi pembelajaran MASTER.
Indikator yang menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar fisika adalah adanya
kecenderungan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar fisika klasikal dari refleksi awal
sampai siklus II. Kriteria keberhasilan implementasi pembelajaran MASTER ini adalah nilai
rata-rata hasil belajar fisika klasikal dengan kategori minimal baik dan ketuntasan klasikal
sebesar 85%. Secara klasikal, dikatakan tuntas belajar apabila mencapai ≥ 80% dari
keseluruhan nilai siswa atau nilai rata-rata siswa di kelas (Suseno et al., 2017).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dalam implementasi pembelajaran kuantum di kelas XI Mipa 7, digunakan strategi
rancangan belajar MASTER yang secara lebih rinci strategi pembelajaran MASTER tersebut
dipaparkan sebagai berikut.
Tahap 1. Motivating your mind. Guru memotivasi siswa terkait dengan pokok bahasan
energi dan perubahannya dengan mengajukan permasalahan kontekstual. a) Mengapa
setrika listrik bisa panas jika dihubungkan dengan sumber listrik? b) Mengapa setelah
beberapa lama televisi hidup akan terasa panas bagian belakangnya?
Tahap 2. Acquiring the information. Guru mengarahkan siswa menemukan perubahan
bentuk energi dengan memberikan contoh fenomena perubahan bentuk energi. Contohnya:
Di kampung Jaka belum ada listrik, untuk dapat menonton TV harus menggunakan aki
sebagai sumber energi. Pada peristiwa tersebut terjadi perubahan energi dari energi apa
menjadi energi apa? Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan hipotesisnya tentang permasalahan kontekstual. Guru tidak membenarkan atau
menyalahkan pendapat siswa, untuk mengujinya dilakukan eksperimen sesuai dengan
rancangan pemikiran mereka. Dalam hal ini siswa diberikan kesempatan untuk
menunjukkan eksperimen yang telah dirancang. Siswa dalam kelompoknya menyiapkan
alat-alat yang dibutuhkan saat eksperimen. Guru mengamati setiap kelompok dalam
pelaksanaan kegiatan baik itu percobaan maupun ketika pelaksanaan diskusi kelompok dan
membantu jika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam proses pengumpulan data
sehingga siswa dapat memanfaatkan peran guru sebagai fasilitator.
Tahap 3. Searching out the meaning. Siswa mendiskusikan dengan teman kelompok
mengenai kesimpulan eksperimen yang telah dilakukan. Siswa berdiskusi untuk menjawab

-5-
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

pertanyaan kontekstual yang telah disajikan dalam lembar kerja dengan tujuan agar siswa
mampu mengkaitkan konsep yang didapat dengan permasalahan sehari-hari sehingga
pembelajaran menjadi bermakna.
Tahap 4. Triggering out the memory. Salah satu kelompok dipanggil untuk menyajikan
hasil pekerjaannya di depan kelas menyangkut hasil dan kesimpulan eksperimen yang telah
dilakukan. Guru membimbing (sebagai moderator) saat melakukan diskusi kelas dan
membahas permasalahan-permasalahan yang timbul. Guru mengarahkan siswa untuk
menyebutkan kembali konsep yang mereka dapatkan dari hasil diskusi dan eksperimen
sehingga nantinya konsep yang diperoleh tersimpan dalam memori siswa.
Tahap 5. Exhibiting what you know. Siswa diberikan pertanyaan untuk mengetahui
pemahaman mereka mengenai konsep yang telah diperoleh. Siswa menyampaikan
kesimpulan akhir dari pembelajaran. Jadi, Exhibiting what you know; mempresentasikan
dan menyimpulkan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan (Irawan &
Kholis, 2015). Misalnya, dengan memberikan kesempatan dan menuntun siswa melatih diri
menyelesaikan masalah-masalah dari materi yang dikaji.
Tahap 6. Reflecting how you have learned. Siswa menyampaikan konsep yang sudah
dimengerti dan yang belum dimengerti. Diberikan penekanan terhadap konsep yang belum
dimengerti oleh siswa. Siswa merefleksi apakah konsep yang mereka dapatkan mampu
menjawab pertanyaan kontekstual yang diajukan oleh guru, dan juga merefleksi pengalaman
belajar yang sudah diperoleh selama proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru dan
siswa merefleksi kelemahan-kelemahan dan keunggulan dari pelaksanaan strategi MASTER
dengan tujuan agar kelemahan-kelemahan itu bisa diperbaiki sehingga untuk pembelajaran
selanjutnya proses maupun hasil pembelajaran diharapkan menjadi lebih baik.
Hasil penelitian implementasi strategi MASTER untuk meningkatkan hasil belajar
fisika siswa kelas XI Mipa 7 SMA Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran 2021/2022 disajikan
pada hasil belajar siklus I dan siklus II. Data hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I
disajikan pada Gambar 1.

100.0%
81.8%
80.0%
Persentase

60.0%
40.0%
18.2%
20.0%
0.0%
Tidak Tuntas Tuntas
Kategori

Gambar 1. Grafik Persentase Sebaran Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus I

Gambar 1 menunjukkan bahwa sebaran hasil belajar siswa kelas XI Mipa 7 SMA Negeri
1 Sukawati, yaitu pada kategori tidak tuntas 18,2%, dan tuntas 81,8%. Adanya beberapa
siswa yang masih belum tuntas disebabkan oleh beberapa faktor seperti pada saat

-6-
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

pembelajaran berlangsung sejumlah siswa dipanggil mengikuti rapat OSIS, siswa belum
dapat memahami LKS dengan baik, siswa kurang disiplin saat melakukan eksperimen,
interaksi yang terjadi antar kelompok masih kurang aktif, beberapa siswa belum memahami
materi dengan baik, dan enggan bertanya baik kepada guru maupun teman sekelasnya.
Berdasarkan paparan hasil belajar siklus I tersebut, dilakukanlah siklus II untuk
peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran pada siklus I. Adapun hasil belajar siswa
ditunjukkan pada Gambar 2.

93.9%
100.0%
Persentase

80.0%
60.0%
40.0%
20.0% 6.1%
0.0%
Tidak Tuntas Tuntas

Kategori

Gambar 2. Grafik Persentase Sebaran Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus II

Gambar 2 menunjukkan bahwa sebaran nilai hasil belajar siswa kelas XI Mipa 7 SMA
Negeri 1 Sukawati pada siklus II berada pada kategori tidak tuntas hanya 6,1% dan kategori
tuntas sebanyak 93,9% dari siswa. Hasil analisis data terhadap persentase peningkatan hasil
belajar dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 12,4%. Hal ini menunjukkan
bahwa setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan refleksi sebelumnya, terjadi
peningkatan hasil belajar.
Berdasarkan analisis data pada siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar
siswa. Hal ini berarti implementasi strategi pembelajaran MASTER dapat meningkatkan
hasil belajar fisika siswa. Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya. De Porter dalam Rachmawati (2012) mengungkapkan bahwa penerapan model
pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Rumapea et al. (2017) terungkap bahwa penerapan pembelajaran kuantum
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Implementasi pembelajaran MASTER yang
merupakan pengejawantahan quantum teaching memberikan hasil yang menggembirakan
(Widianingsih & Pujiastuti, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariffudin (2016)
mengungkapkan melalui optimalisasi representasi pengajaran dalam kerangka
pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Lebih lanjut, Cahyo
(2013) menyatakan bahwa strategi pembelajaran quantum teaching dalam kerangka
MASTER dapat meningkatkan motivasi belajar, aktivitas, dan prestasi belajar siswa. Dalam
tulisan ini dikaji strategi pembelajaran MASTER dalam meningkatkan motivasi dan hasil
belajar fisika siswa.
Sejalan dengan paparan tersebut dan berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan,
keberhasilan implementasi pembelajaran MASTER di bawah naungan pembelajaran

-7-
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

kuantum memiliki beberapa keunggulan seperti berikut. (1) Pembelajaran MASTER dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan memberikan manfaat yang akan didapat dari
materi yang dipelajari dengan cara mengaitkan konten materi dengan konteks kehidupan
nyata siswa. Implementasi strategi pembelajaran MASTER dapat meningkatkan
kepercayaan diri siswa. (2) Pembelajaran di kelas menjadi sepenuhnya berpusat pada siswa
(student centred). (3) Guru dapat menempatkan peranannya sebagai fasilitator dan
mediator dalam pembelajaran di kelas secara lebih optimal. Guru sebagai salah satu sumber
belajar di kelas, bukan satu-satunya sumber belajar. (4) Melalui implementasi strategi
pembelajaran MASTER memberikan peluang bagi guru untuk melakukan penilaian secara
objektif pada siswa melalui observasi. Dengan rubrik penilaian yang digunakan, guru dapat
menghindari unsur subjektivitas dalam penilaian, namun secara objektif menilai siswa. (5)
Adanya integrasi yang berkesinambungan antara pembelajaran dengan penilaian seperti
yang disyaratkan dalam kurikulum. (6) Melalui implementasi pembelajaran MASTER dapat
membelajarkan siswa untuk hidup demokratis. (7) Melalui implementasi pembelajaran
MASTER dapat memberikan peluang kepada siswa untuk berkreativitas dan
mengambangkan potensi diri dan pola pikirnya secara optimal. (8) Melalui implementasi
strategi pembelajaran MASTER, kegiatan pembelajaran menjadi lebih terarah dan sistematis
serta dapat memfokuskan perhatian siswa dalam pembelajaran. (9) Pembelajaran MASTER
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan apa yang dikehendaki
siswa melalui penggalian pengalaman yang dimiliki oleh siswa dan memanfaatkan
pengalaman tersebut sebagai informasi awal untuk melaksanakan pembelajaran lebih
lanjut. (10) Pembelajaran MASTER memberikan kesempatan kepada siswa belajar sesuai
dengan kemampuannya, bagaimana menggunakan sebuah proses interaktif untuk menilai
apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui, mengevaluasi
apa yang bisa dilakukan oleh siswa. (11) Pembelajaran MASTER memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, berinteraksi baik terhadap
materi, teman, maupun guru. (12) Melalui implementasi pembelajaran MASTER
memberikan rasa nyaman siswa melalui penataan lingkungan belajar dengan mengatur
posisi meja dan kursi dengan format dinamis.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi
pembelajaran MASTER dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar fisika
siswa kelas XI Mipa 7 SMA Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran 2020/2021. Hal ini dijustifikasi
berdasarkan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa dari refleksi awal,
siklus I, sampai siklus II.

SARAN
Beranjak dari kesimpulan penelitian ini, disarankan bahwa strategi pembelajaran
MASTER dapat digunakan oleh guru fisika sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan
hasil belajar fisika siswa.

-8-
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

DAFTAR PUSTAKA
Ariffudin, A. (2016). Pembelajaran matematika model quantum teaching dengan
pendekatan realistik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta
didik. Jurnal Pendidikan Guru MI. 3(2). 12-23.
Cahyo, A. N. (2013). Panduan aplikasi teori-teori belajar mengajar teraktual dan terpopuler.
Yogyakarta: Diva Pres.
Daryanto, D. (2010). Learning media: Its roles is very effective in achieving learning
objective. Yogyakarta: Yogyakarta Gava Media.
Ekayanti, N. W. (2020). TANDUR, efektivitas kolaborasi konstruktivisme dan quantum
teaching. Denpasar: Mahameru Press.
Georgiou, H., Maton. K., & Sharma, M. (2014). Recovering knowledge for science education
research: exploring the “icarus effect” in student Work. Canadian Journal of Science,
mathematics and Technology Education,14(3), 252-268.
Hamdu, G., & Agustina, L. (2011). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar
ipa di sekolah dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1), 90-96.
Harianto, E. (2011). Character building for teens. Yogyakarta: Leutika Prio.
Irawan, D. F., & Kholis, N. (2015). Pengaruh model pembelajaran MASTER terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran teknik elektronika di SMK Negeri 2 Surabaya. Jurnal
Pendidikan Teknik elektro, 4(3).
McNiff, J. (2013). Action research: Principles and practice. New York: Routledge Taylor &
Francis.
Mifzal, A. (2012). Strategi pembelajaran untuk anak kurang berprestasi. Yogyakarta:
Javalitera.
Nugraha, M. G., Kirana, K. H., Utari, S., Kurniasih, N., Nurdini, N., & Sholihat, F. N. (2017).
Problem solving-based experiment untuk meningkatkan keterampilan penalaran
ilmiah mahasiswa fisika. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(2),
1-11.
Nurmala, D. A., Tripalupi, L. E., & Suharsono, N. (2014). Pengaruh motivasi dan aktivitas
belajar terhadap hasil belajar akuntansi. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 4(1), 1-
10.
Rachmawati, R. (2012). The implementation quantum teaching method of graduate through
upgrade hard skill and soft skill: (case study on management acounting class).
Procedia-Social and Behavior, 57(1), 477-485.
Rumapea, G; Syahputra, E; Surya, E. (2017). Application of quantum teaching learning model
to improve student learning outcomes. International Journal of Novel, 4(2), 118-130.
Suprianto, A. H. (2019). Constructivism and science learning. journal of modern education,
4(2), 46-52.
Susanto, N. H. (2018). Mengurai problematika pendidikan nasional berbasis teori motivasi
Abraham Maslow dan David McClelland. Lembaran Ilmu Kependidikan, 47(1), 30-39.

-9-
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Suseno, W., Yuwono, I., & Muhsetyo, G. (2017). Peningkatan keaktifan hasil belajar siswa
kelas viii pada materi sistem persamaan linier dua variabel dengan pembelajaran
kooperatif TGT. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 2 (10), 1298-
1307.
Widianingsih, E., & Pujiastuti, E. (2013). Keefektifan pembelajaran model quantum teaching
berbantuan Cabri 3D terhadap kemampuan pemecahan masalah. Jurnal Matematika
Kreatif Inovatif, 4(1), 18-27.

- 10 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

I Wayan Arsa Winata


SMP Negeri 1 Pupuan, Bali
wayanarsawinata@gmail.com

Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada pokok
bahasan pewarisan sifat. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX D semester ganjil SMP
Negeri 1 Pupuan tahun pelajaran 2018/2019. Data hasil penelitian ini dikumpulkan
menggunakan tes dan dianalisis secara desktiptif. Data yang peroleh dari hasil pelaksanaan
penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan dari data awal yang ada rata-rata kelasnya
hanya mencapai 70,63 dengan ketuntasan belajar 46,88% meningkat pada siklus I menjadi
74,63 dengan ketuntasan belajar 65,63% dan meningkat pada siklus II menjadi 77,44
dengan ketuntasan belajar 100,00%. Keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa
implementasi model pembelajaran discovery learning mampu meningkatkan hasil belajar
pada pokok bahasan pewarisan sifat.
Kata kunci: hasil belajar, pewarisan sifat, discovery learning

Abstract
This classroom action research aimed to improve science learning outcomes on the subject
of inheritance. The subjects of this study were students of class IX D odd semester of SMP
Negeri 1 Pupuan in the academic year 2018/2019. The data from this study were collected
using tests and analysed descriptively. The data obtained from the results of the
implementation of this study showed an increase from the initial data that the average class
only reached 70.63 with 46.88% learning completeness, increased in the first cycle to 74.63
with 65.63% learning completeness and increased in the second cycle to 77.44 with a
learning completeness of 100.00%. This success showed that the implementation of the
discovery learning model was able to improve learning outcomes on the subject of
inheritance.
Keywords: learning outcomes, inheritance, discovery learning

PENDAHULUAN
Pada era globalisasi, pendidikan amatlah penting sebagai salah satu penopang daya
tahan suatu bangsa. Guru harus meningkatkan kecerdasan yang dibangun melalui suatu
sistem manajemen yang sistematis dan terencana. Seorang guru diharapkan mampu
membantu agar peserta didik memperoleh informasi, ide, gagasan-gagasan, keterampilan-
keterampilan, nilai-nilai, dan cara-cara berpikir sistematis dan terstruktur untuk dapat
membangun pemahaman baru dengan bekal pengetahuan dan pemahaman sebelumnya.
Harapan di pihak guru tertuang pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Pendidikan Nasional yang merupakan hasil penggodokan para ahli
pendidikan berisi kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan
pendidikan. Kriteria-kriteria tersebut dijadikan pedoman untuk mewujudkan (1)
pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik; (2) proses pembelajaran yang
demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis; (3) hasil
pendidikan yang bermutu dan terukur; (4) berkembangnya profesionalisme pendidik dan
tenaga kependidikan; (5) tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan

- 11 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

berkembangnya potensi peserta didik secara optimal; (6) berkembangnya pengelolaan


pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan; dan (7) terlaksananya evaluasi,
akreditasi, dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara
berkelanjutan.
Paparan yang disampaikan tersebut, apabila dijalankan guru yang profesional secara
efektif maka sudah tentu semua yang harus dicapai dalam proses pembelajaran akan dapat
menuai hasil yang maksimal. Namun pada proses pembelajaran yang dilakukan guru IPA di
kelas IX D tahun pelajaran 2018/2019 bahwa data awal yang ada rata-rata kelasnya baru
mencapai 70,63 dengan ketuntasan belajar 46,88%.
IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-
konsep prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran
IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar memahami alam sekitar secara ilmiah. Sebagai upaya memperbaiki mutu
pendidikan utamanya pada mata pelajaran IPA pada pokok bahasan pewarisan sifat,
alternatif tindakan yang dilakukan guru adalah perbaikan proses pembelajaran
implementasi model pembelajaran discovery learning. Hal ini didasarkan pada pemikiran
bahwa setiap orang dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tinggi jika dikenalkan pada suatu
yang baru. Proses penyampaian yang dilakukan harus dapat mengundang keinginan siswa
untuk dapat melakukannya sehingga tercapai kepuasan diri karenanya.
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning
merupakan salah satu model, strategi, dan pendekatan pembelajaran khususnya
menyangkut keterampilan guru dalam merancang, mengembangkan, dan mengelola sistem
pembelajaran sehingga guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan
menggairahkan. Dengan demikian, implementasi model pembelajaran discovery learning
tersebutlah yang akan diupayakan dalam pembelajaran sebagai solusi dalam mengatasi
masalah rendahnya hasil belajar pada pokok bahasan pewarisan sifat siswa kelas IX D SMP
Negeri I Pupuan tahun pelajaran 2018/2019. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada pokok bahasan pewarisan sifat siswa kelas
IX D SMP Negeri 1 Pupuan tahun pelajaran 2018/2019 setelah implementasi model
pembelajaran discovery learning.

METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian tindakan kelas ini di SMP Negeri 1 Pupuan. Keadaan lingkungan
sekolah ini nyaman, bersih, dan sejuk. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX D
SMP Negeri 1 Pupuan tahun pelajaran 2018/2019. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah
peningkatan Hasil belajar IPA pada pokok bahasan pewarisan sifat siswa kelas IX D SMP
Negeri 1 Pupuan tahun pelajaran 2018/2019 setelah implementasi model pembelajaran
discovery learning. Penelitian tindakan kelas dilakukan selama 5 bulan dari bulan Juli
sampai bulan November tahun 2018.

- 12 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data hasil penelitian ini adalah tes hasil
belajar. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah data dalam bentuk angka. Oleh karena
itu, analisis yang dilakukan adalah mencari mean, median, modus, membuat interval kelas,
dan melakukan penyajian dalam bentuk tabel dan grafik. Pada saat peneliti melakukan
penelitian tindakan kelas, indikator keberhasilan pada masing-masing siklus harus
diusulkan seperti pada siklus I nilai rata-ratanya mencapai KKM (75,00) dengan ketuntasan
belajar minimal 80,00% dan pada siklus II indikator keberhasilkan yang diusulkan nilai rata-
ratanya mencapai 75,00 atau lebih dengan ketuntasan belajar minimal 85,00%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada kegiatan awal, guru menyampaikan materi menggunakan metode ceramah. Hasil
belajar pada kegiatan awal rata-rata kelasnya baru mencapai 70,63 dengan ketuntasan
belajar 46,88%. Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas, kegiatan inti pelaksanaan
siklus I adalah guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan materi
sebagai pengantar mengenai topik pembahasan untuk mencari permasalahan, guru
menjelaskan materi pewarisan sifat, guru menjelaskan media yang dipakai, guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, guru
mengkondusifkan kelas agar proses pembelajaran menyenangkan sehingga siswa
termotivasi untuk mengikuti materi pembelajaran, guru memberi tugas kepada siswa untuk
mengingat kembali materi yang telah disampaikan tadi tanpa melihat buku catatan, dan
siswa menjelaskan di depan papan tulis guna memperoleh informasi yang sudah mereka
temukan.
Analisis kuantitatif siklus I sebagai berikut. Rata-rata (mean) sebesar 74,63, median
(titik tengahnya) adalah 75,00, dan modus 75,00.

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif


1. 67-69 68 2 6,25
2. 70-72 71 9 28,13
3. 73-75 74 9 28,13
4. 76-78 77 5 15,63
5. 79-81 80 7 21,88
Total 32 100
Tabel 1. Data Kelas Interval Siklus I

- 13 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Gambar 1. Histogram Hasil belajar IPA Pada Pokok Bahasan Pewarisan Sifat Siklus I

Hasil yang diperoleh dari hasil belajar IPA pada pokok bahasan pewarisan sifat siklus
I adalah dari 32 siswa yang diteliti, 11 siswa (34,38%) memperoleh nilai di bawah KKM, 9
siswa (28,12%) memperoleh nilai sama dengan KKM dan 12 siswa (37,50%) memperoleh
nilai di atas KKM. Dari data yang diperoleh, dapat diberikan sintesis bahwa usulan
keberhasilan pada siklus I belum terpenuhi.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sama dengan sebelumnya, yakni siswa
dibimbing secara kelompok dan secara individual, memperkuat ingatan siswa dengan
penggunaan tanya jawab multi arah serta mengupayakan agar peserta didik dapat
berpresentasi di depan kelas secara bergiliran. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat
dukungan kepada siswa lain yang masih tertinggal sebagai cara pemecahan masalah
terhadap kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya. Siklus II ini sudah
diupayakan proses pembelajarannya dengan cukup baik.
Analisis kuantitatif siklus II adalah sebagai berikut. Rata-rata (mean) sebesar 77,44;
median (titik tengahnya) adalah 77,00; dan modus sebesar 75.

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif


1. 75-77 76,00 23 71,88
2. 78-80 79,00 6 18,75
3. 81-83 82,00 1 3,13
4. 84-86 85,00 1 3,13
5. 87-89 88,00 1 3,13
Total 32 100
Tabel 2. Data Kelas Interval Siklus II

- 14 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Gambar 2. Histogram Hasil belajar IPA pada Pokok Bahasan Pewarisan Sifat Siklus II

Pembelajaran IPA pada pokok bahasan pewarisan sifat setelah dilaksanakan siklus II
mengalami peningkatan yang menggembirakan. Dari hasil analisis, tidak ada siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM, 12 siswa (37,50%) memperoleh nilai sama dengan KKM
dan 20 siswa (62,50%) memperoleh nilai di atas KKM. Hasil yang diperoleh pada siklus II ini
menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan sudah dapat dibuktikan, di mana kriteria
usulan penelitian sudah terpenuhi dan masalah yang dirumuskan sudah terjawab dengan
baik.

20
20
18 17
16
14 12 12
12 11
10 9 9
8 6
6
4
2 0
0
Kegiatan Awal Siklus I Siklus II
Nilai di bawah KKM (75) 17 11 0
Nilai sama dengan KKM (75) 9 9 12
Nilai di atas KKM (75) 6 12 20

Gambar 3. Histogram Peningkatan Hasil belajar IPA

Pada kegiatan awal, peneliti sebagai guru hanya mengajar menggunakan cara
pembelajaran yang memang sudah sehari-hari dilakukan, nilai rata-rata yang diperoleh
hanya mencapai 70,63 dengann persentase ketuntasan belajar mencapai 46,88%, di mana
17 siswa (53,13%) memperoleh nilai di bawah KKM, 9 siswa (28,12%) memperoleh nilai
sama dengan KKM dan 6 siswa (18,75%) memperoleh nilai di atas KKM. Jumlah tersebut
belum sesuai dengan tuntutan indikator keberhasilan penelitian yang diharapkan.

- 15 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Selanjutnya pada siklus I, peneliti melakukan inovasi dengan mengganti model


pembelajaran menjadi model pembelajaran discovery learning, pembelajaran dapat berjalan
lebih lancar dan siswa sudah mulai lebih giat dan lebih aktif dalam proses pembelajaran hasil
belajar IPA pada pokok bahasan pewarisan sifat dapat ditingkatkan dari nilai rata-rata 70,63
meningkat menjadi 74,63 dengan persentase ketuntasan belajar mencapai 65,63%, di mana
11 siswa (34,38%) memperoleh nilai di bawah KKM, 9 siswa (28,12%) memperoleh nilai
sama dengan KKM dan 12 siswa (37,50%) memperoleh nilai di atas KKM.
Pada silkus II, dilakukan pembelajaran yang lebih maksimal. Hasil akhir yang diperoleh
ternyata rata-rata kelas yang diperoleh sudah meningkat mencapai 77,44 dengan persentase
ketuntasan belajar mencapai 100%, di mana tidak ada siswa yang memperoleh nilai di
bawah KKM, 12 siswa (37,50%) memperoleh nilai sama dengan KKM, dan 20 siswa
(62,50%) memperoleh nilai di atas KKM. Dari semua data yang diperoleh, ternyata indikator
keberhasilan penelitian yang menuntut 85,00% lebih siswa sudah mampu mencapai KKM
sudah tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
implementasi model pembelajaran discovery learning dapat memberi jawaban sesuai tujuan
penelitian ini, yakni meningkatkan hasil belajar IPA pada pokok bahasan pewarisan sifat di
kelas IX D semester ganjil SMP Negeri 1 Pupuan tahun pelajaran 2018/2019.

SARAN
Dari kesimpulan yang ditarik, dapat disampaikan saran sebagai berikut. (1) Bagi guru
IPA, implementasi model yang telah diterapkan ini semestinya menjadi pilihan dari
beberapa model yang ada mengingat telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
(2) Bagi peneliti lain, diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan
guna memverifikasi data hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, N. C. (2013). Panduan aplikasi teori-teori belajar mengajar. Yogjakarta: Diva Press.
Ahmad, S. (2014). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama Mandiri.
Asep, J. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Bhakti, A. H. (2009). Pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD (student team
achievement division) dan jigsaw terhadap prestasi belajar pendidikan
kewarganegaraan ditinjau dari minat belajar siswa SMP Negeri di Kecamatan Ngawi.
Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Hamalik, O. (2008). Perencanaan berdasarkan sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia.

- 16 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Rohani, A. (2004). Pengelolaan dan pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Sitiatava. (2013). Desain belajar mengajar kreatif berbasis sains. Yogjakarta: Diva Press.
Suryosubroto. (2002). Proses belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

- 17 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENGGUNAAN METODE TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA

Yeliza Frienti1), Rahmat Hidayat2)


1)SMA Negeri 10 Padang, Sumatera Barat
2)SMA Negeri 4 Tanjung Jabung Barat, Jambi

rahmathitrah85@gmail.com

Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa melalui
penggunaan metode tutor sebaya di SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung Barat pada bulan
Januari hingga Maret 2019. Subjek penelitian adalah 30 orang siswa kelas XII IPA 2.
Instrumen pengumpulan data menggunakan tes pilihan ganda, lembar observasi, dan
lembar dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa dengan metode tutor sebaya terjadi
peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I jumlah siswa yang mendapat nilai tuntas
adalah 13 siswa atau 43,3%, dengan rata-rata nilai 77,84. Jumlah siswa dengan nilai tidak
tuntas pada siklus I adalah 17 siswa atau 56,7%, dengan rata-rata nilai 47,94. Pada siklus II,
satu orang siswa tidak hadir dan mengikuti tes. Jumlah siswa yang mendapat nilai tuntas
adalah 25 siswa atau 86,2%, dengan rata-rata nilai 81. Jumlah siswa dengan nilai tidak tuntas
pada siklus II adalah 4 siswa atau 13,8 %, dengan rata-rata nilai 50. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas
XII IPA 2 SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung Barat.
Kata Kunci: hasil belajar fisika, metode tutor sebaya

Abstract
The classroom action research aimed to improve students' physics learning outcomes
through the use of peer tutoring methods at SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung Barat
from January to March 2019. The research subjects were 30 students of class XII IPA 2. The
data collection instrument used multiple choice tests, observation sheets, and
documentation sheets. The data obtained were then analysed descriptively. Based on data
analysis, it was found that with the peer tutoring method there was an increase in student
learning outcomes. In the first cycle, the number of students who got a complete score was
13 students or 43.3%, with an average score of 77.84. The number of students with
incomplete grades in the first cycle was 17 students or 56.7%, with an average score of 47.94.
In cycle II, one student was absent and did not take the test. The number of students who got
a complete score was 25 students or 86.2%, with an average score of 81. The number of
students with incomplete scores in cycle II was 4 students or 13.8%, with an average score
of 50. Thus, it could be concluded that the peer tutoring method could improve physics
learning outcomes for students of class XII IPA 2 SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung
Barat.
Keywords: physics learning outcomes, peer tutor method

PENDAHULUAN
Pelaksanaaan pembelajaran mata pelajaran fisika di kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1
Merlung Tanjung Jabung Barat masih mengalami beberapa masalah. Masalah-masalah
tersebut adalah kurang minatnya siswa untuk belajar fisika, stereotip siswa tentang fisika
sebagai pelajaran yang menakutkan, malasnya siswa untuk bertanya mengenai pelajaran ke
guru, rendahnya hasil belajar fisika siswa, serta kurang menariknya metode pembelajaran

- 18 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

yang digunakan oleh guru. Masalah-masalah tersebut memengaruhi kualitas pembelajaran


dan hasil yang ingin di capai.
Berdasarkan pengamatan peneliti, masalah yang paling berpengaruh ialah rendahnya
hasil belajar Fisika siswa kelas XII IPA 2. Dari 30 Siswa, hanya 6 orang yang memperoleh
nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM sebesar 70), sedangkan 24 orang
memperoleh nilai di bawah KKM. Hal ini jauh dari tujuan pembelajaran tuntas sehingga
sering kali siswa mengikuti program remedial untuk memperoleh hasil belajar yang tuntas.
Hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran yang
menunjukkan tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Peneliti memandang penting untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung
Barat agar pembelajaran tuntas dapat tercapai sehingga seluruh siswa dapat memperoleh
nilai tuntas di atas KKM.
Model pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) merupakan salah satu alternatif
yang dapat diterapkan kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa cenderung
merasa takut dan tidak berani untuk bertanya atau mengeluarkan pendapatnya kepada
guru, tetapi siswa akan lebih suka dan berani bertanya atau mengeluarkan pendapatnya
tentang materi pelajaran kepada temannya atau siswa lain. Dengan diterapkannya model
pembelajaran tutor sebaya ini diharapkan dapat membantu siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran.
Peneliti menerapkan metode tutor sebaya untuk digunakan di kelas XII IPA 2 SMA
Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung Barat agar hasil belajar fisika dapat meningkat. Dalam hal
ini siswa yang mempunyai kemampuan yang tinggi dapat menjadi tutor untuk siswa yang
kemampuan rendah sehingga siswa yang tadinya tidak paham tentang materi pelajaran
dapat bertanya dan mendapatkan bimbingan dari teman sebayanya sendiri. Tujuan
penelitian ini ialah untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa melalui penggunaan
metode tutor sebaya di SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung Barat.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini ialah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari siklus dengan 4 tahapan
yang harus dilalui dalam setiap siklusnya, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Penelitian dilakukan di kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung
Barat. SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung Barat beralamat di Jalan M.T Fachrudin
Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Subjek penelitian ini
ialah siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung Barat Tahun Pelajaran
2018/2019. Jumlah siswa 30 orang, yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 23 orang
perempuan. Peneliti memilih kelas XII IPA 2 karena hasil belajar Fisika hanya 6 orang yang
mendapatkan nilai tuntas di atas KKM dan 24 orang mendapatkan nilai di bawah nilai KKM.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, tes dan
dokumentasi. Analisis data penelitian ini ialah teknik deskriptif kualitatif. Beberapa langkah

- 19 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

analisis data tersebut meliputi reduksi data (reduction), penyajian data (data display), dan
penarikan kesimpulan (conclusion).
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut. (1) Pembelajaran
telah dilaksanakan sesuai langkah-langkah pembelajaran yang disusun baik pada siklus I
maupun siklus II. (2) Apabila 80% (24 siswa) mendapatkan skor hasil belajar sama atau
lebih besar dari 70.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tahap perencanaan pada siklus I dimulai dari persiapan sebelum di dalam kelas dan
ketika di dalam kelas. Persiapan sebelum di dalam kelas meliputi kegiatan penyusunan
rencana pelaksaanan pembelajaran (RPP), sumber belajar bagi siswa, siswa yang menjadi
tutor dan masing-masing anggota kelompok, soal tes hasil belajar, dan guru juga membagi
siswa menjadi 5 kelompok dengan menempatkan tutor (siswa yang berprestasi pada
bidang studi Fisika) pada setiap kelompok.
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
berdasarkan langkah-langkah yang telah direncanakan di dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Berdasarkan observasi, beberapa langkah yang belum maksimal
dilaksanakan ialah kegiatan belajar yang melibatkan semua siswa. Berikut ini adalah hasil
pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.

No. Indikator Nilai


1 2 3 4
1. Kesesuaian metode dengan tujuan pembelajaran ✓
2. Kesesuaian metode dengan materi ✓
3. Metode dapat melibatkan siswa dalam ✓
pembelajaran
4. Metode dapat mengefektifkan kegiatan ✓
pembelajaran
5. Metode dapat meningkatkan hasil belajar ✓
Jumlah 1 4 6 0
Rata-rata 2
Tabel 1. Hasil Pengamatan pada Pembelajaran Siklus I

Berdasarkan tabel tersebut, kelemahan utama dalam pembelajaran ialah pada


indikator melibatkan semua siswa dalam pembelajaran. Kelemahan tersebut terlihat dalam
pembelajaran karena masih ada siswa yang sibuk dengan dirinya sendiri saat kegiatan
diskusi dengan bimbingan tutornya sehingga siswa tersebut tidak paham tentang materi
yang didiskusikan dan dibimbing oleh tutornya.
Rata-rata hasil belajar siswa melalui evaluasi setelah pembelajaran pada siklus I adalah
60,9. Siswa yang mendapat nilai tuntas (di atas KKM) sebanyak 13 siswa, yaitu 43,3%
dengan rata-rata nilai 77,84. Siswa yang mendapat nilai tidak tuntas (di bawah KKM)

- 20 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

sebanyak 17 siswa, yaitu 56,7% dengan rata-rata nilai 47,94. Hasil tersebut tidak memenuhi
indikator yang telah direncanakan, yang mana keberhasilan pembelajaran ditunjukkan
dengan ketuntasan belajar siswa di atas 80%.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil belajar, indikator keberhasilan yang
ditargetkan pada siklus I dapat dikatagorikan belum berhasil dan masih perlu perbaikan lagi
meskipun terdapat peningkatan hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah
menerapkan metode tutor sebaya. Siklus I masih mengalami beberapa hambatan atau
kendala yang cukup berarti, di antaranya tidak semua siswa terlibat dalam pembelajaran
dan kurang efektifnya proses pembelajaran. Disetiap kelompok, hanya sebagian anggota
kelompok saja yang mau bertanya dan mendengarkan penjelasan dari tutornya, sedangkan
yang lain masih sibuk dengan dirinya sendiri sehingga tidak memahami materi pelajaran.
Tahap perencanaan pada siklus II dimulai dari persiapan sebelum di dalam kelas dan
ketika di dalam kelas. Persiapan sebelum di dalam kelas meliputi kegiatan penyusunan
rencana pelaksaanan pembelajaran (RPP), sumber belajar bagi siswa, melakukan bimbingan
kepada tutor diluar jam pelajaran, dan soal tes hasil belajar. Beberapa langkah yang belum
maksimal dilaksanakan pada Siklus I, sekarang sudah mengalami peningkatan, yaitu sudah
semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah hasil pengamatan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.

No. Indikator Nilai


1 2 3 4
1. Kesesuaian metode dengan tujuan pembelajaran ✓
2. Kesesuaian metode dengan materi ✓
3. Metode dapat melibatkan siswa dalam ✓
pembelajaran
4. Metode dapat mengefektifkan kegiatan ✓
pembelajaran
5. Metode dapat meningkatkan hasil belajar ✓
Jumlah 0 0 15 0
Rata-rata 3
Tabel 2. Hasil Pengamatan pada Pembelajaran Siksus II

Berdasarkan tabel tersebut, tampak bahwa hampir semua siswa terlibat dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa tidak malu-malu lagi bertanya kepada tutornya dan tutor tidak
lagi malu menjelaskan kepada temannya sehingga metode pembelajaran ini dapat
mengefektifkan kegiatan pembelajaran.
Rata-rata hasil belajar siswa melalui evaluasi setelah pembelajaran pada siklus II
adalah 76,72. Satu siswa tidak mengikuti tes siklus II dikarenakan berhenti sekolah sehingga
jumlah siswa yang mengikuti tes siklus II hanya 29 orang. Siswa yang mendapat nilai tuntas
(di atas KKM) sebanyak 25 siswa, yaitu 86,2% dengan rata-rata nilai 81. Siswa yang
mendapat nilai tidak tuntas (di bawah KKM) sebanyak 4 siswa, yaitu 13,8% dengan rata-rata

- 21 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

nilai 50. Hasil tersebut memenuhi indikator yang telah direncanakan, yang mana
keberhasilan pembelajaran ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa di atas 80%.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil belajar, indikator keberhasilan yang
ditargetkan pada siklus II dapat dikatagorikan sudah berhasil meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung Barat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa motode tutor sebaya memiliki dampak positif dalam meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada siklus I ketuntasan mencapai 43,3 % dengan
rata-rata hasil belajar 60,9 dan siklus II ketuntasan mencapai 86,2% dengan rata-rata hasil
belajar 76,72. Hal ini menunjukkan keberhasilan pembelajaran tuntas secara individu
maupun kelas, yang mana pada KD sebelumnya hanya 20% siswa yang tuntas pada
pembelajaran. Setelah penggunaan metode tutor sebaya ketuntasan belajar mulai
meningkat, yaitu 43,3% siswa memperoleh nilai tuntas pada siklus I, dan 86,2% siswa
mendapat nilai tuntas pada siklus II.
100
80
60
40
20
0
KD Siklus I Siklus II
Sebelumnya

Gambar 1. Rata-rata Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

100%
80%
60%
40%
20%
0%
KD Sebelumnya Siklus I Siklus II

Gambar 2. Persentase Ketuntasan Belajar pada Siklus I dan Siklus II

Hasil akhir penelitian tindakan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
mengatakan bahwa pembelajaran fisika dengan menggunakan pembelajaran kelompok
tutor sebaya lebih menyenangkan sehingga meningkatkan minat dalam aktivitas dan hasil
belajar (Qudsi, 2014), sedangkan menurut Safrudin (2013) penggunaan tutor sebaya dalam
pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XB SMA Negeri 1
Gumabasa. Selain itu, aktivitas siswa masuk dalam kategori baik dalam merespons
pembelajaran fisika yang menggunakan tutor sebaya.
Berdasarkan elaborasi di atas, peneliti menyimpulkan tutor sebaya memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan yang saling berkaitan. Kelebihannya suasana belajar menjadi lebih

- 22 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

akrab, lebih efisien dan mampu meningkatkan rasa tanggung jawab serta menambah
motivasi belajar bagi tutor sebaya. Sedangkan kelemahannya, tutor sebaya yang dipilih
belum tentu mampu menyampaikan materi kepada temannya dan antara keduanya belum
tentu ada hubungan yang baik.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa metode tutor sebaya dapat
meningkatkan hasil belajar Fisika kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Merlung Tanjung Jabung
Barat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa dari 20 % siswa yang
awalnya mendapatkan nilai tuntas, meningkat menjadi 43,3% pada siklus I dan 86,2 % siswa
tuntas pada siklus II.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut. (1)
Metode tutor sebaya dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (2)
Metode tutor sebaya dapat diterapkan tidak hanya di jenjang sekolah menengah atas, namun
juga layak diterapkan di jenjang sekolah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, M. (2009). Pengaruh metode tutor sebaya terhadap motivasi dan prestasi belajar
matematika siswa SMA. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah & Zain. (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, M. (2011). Psikologi belajar . Jakarta: Bumi Aksara.
Qudsi, F. T. (2014). Pembelajaran tutor sebaya materi besaran dan satuan fisika. Jurnal
Pendidikan Tindakan Kelas, 4(1).
Safrudin, S., Kamaluddin, K., & Haeruddin, H. (2013). Penggunaan tutor sebaya untuk
meningkatkan hasil belajar fisika kelas XB di SMA Negeri 1 Gumbasa. JPFT (Jurnal
Pendidikan Fisika Tadulako Online), 2(1), 44-48.
Umayah, R. (2010. Peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan model tutor
sebaya pada siswa kelas IIA SDN Bendogerit 1 Kota Blitar. Skripsi. Malang: PS PGSD FIP
UM.

- 23 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS RESENSI DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN MULTILITERASI

Yusti Astuti
SMK Negeri 1 Tanjungpinang, Kepulauan Riau
yustiastuti69@gmail.com

Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
memproduksi teks resensi dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran
multiliterasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tanjungpinang di Kelas XI
Perbankan Syariah 1. Metode pengumpulan datanya adalah tes hasil belajar. Metode analisis
datanya adalah deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa
dapat ditingkatkan dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran multiliterasi.
Ini terbukti dari hasil yang diperoleh, yakni pada awalnya nilai rata-rata 76,54 pada siklus I
meningkat menjadi 80 dan pada siklus II meningkat menjadi 90,74. Persentase ketuntasan
awal 42,86% meningkat menjadi 70% pada siklus I dan meningkat menjadi 100% pada
siklus II. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran multiliterasi.
Kata kunci: hasil belajar, teks resensi, pembelajaran multiliterasi

Abstract
This classroom action research aimed to improve student learning outcomes in producing
review texts by applying the steps of the multiliteracy learning model. This research was
conducted at SMK Negeri 1 Tanjungpinang in Class XI Islamic Banking 1. The data collection
method was learning outcomes test. The data analysis method was descriptive. The results
obtained from this study showed that student learning outcomes could be improved by
applying the steps of the multiliteracy learning model. This was evident from the results
obtained which depicted that at first the average value of 76.54 in the first cycle increased to
80 and in the second cycle increased to 90.74. The percentage of initial completion of 42.86%
increased to 70% in the first cycle and increased to 100% in the second cycle. The conclusion
obtained from this study was that student learning outcomes could be improved by applying
the steps of the multiliteracy learning model.
Keywords: learning outcomes, review text, multiliteracy learning

PENDAHULUAN
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses belajar
yang dialami peserta didik selama menuntut ilmu. Oleh karena itu, pengajaran keterampilan
menulis di sekolah merupakan sarana untuk melatih dan menjadikan peserta didik kreatif
dalam menulis. Melalui keterampilan menulis ini, peserta didik diharapkan dapat
menceritakan suatu kisah, menerangkan suatu kegiatan, dan berbagi rasa serta pikiran
dengan menggunakan bahasa tulis. Berdasarkan sifatnya, kegiatan menulis merupakan cara
berkomunikasi secara tidak langsung. Selain itu, menulis juga merupakan kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Tarigan (2008) mengatakan bahwa menulis dapat diartikan
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

- 24 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa tulis yang
bersifat produktif, artinya keterampilan menulis ini keterampilan yang menghasilkan
tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat
kompleks. Salah satu materi yang diajarkan di sekolah dan berkaitan dengan menulis adalah
menulis resensi buku sastra. Hal ini sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD no. 4.33) di kelas
XI SMK dalam Kurikulum 2013 yang berbunyi Mengonstruksi sebuah resensi dari buku
kumpulan cerita pendek atau novel yang sudah dibaca.
Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa mengacu ke bunyi KD di atas, peserta
didik dituntut untuk dapat menulis resensi dengan memperhatikan perbandingan beberapa
teks resensi, kemampuan peserta didik dalam menulis resensi belum memenuhi Kriteria
Ketuntasan Belajar (KKB). Hal ini dibuktikan oleh skor yang didapatkan peserta didik dalam
menulis resensi sastra pada pra siklus berdasarkan aspek isi, struktur, Bahasa, dan ejaan
peserta didik mampu menulis teks resensi dengan informasi yang sangat lengkap.
Berdasarkan hasil observasi, dari 35 peserta didik hanya 14 siswa yang tuntas dengan
perincian sebagai berikut. 5 peserta didik mendapatkan skor 14 dengan nilai 82, 10 peserta
didik mendapatkan skor 13 dengan nilai 76, 7 peserta didik mendapatkan skor 12 dengan
nilai 70, 4 peserta didik mendapatkan skor 11 dengan nilai 65, dan 10 peserta didik
mendapatkan skor 10 dengan nilai 59. Hal ini disebabkan peserta didik (a) kurang antusias
dalam membaca yang akan mempengaruhi pada hasil karya (produk) peserta didik, (b)
strategi pembelajaran yang digunakan kurang efektif sehingga pembelajaran yang
diselenggarakan kurang efektif pula.
Dari permasalahan di atas, peneliti teratarik untuk menerapkan model pembelajaran
multiliterasi karena dengan model ini peserta didik dengan kreatif menulis dan menemukan
cara menulis resensi dengan benar dengan melihat contoh yang disajikan dan dijelaskan
bagaimana penulisannya oleh seorang model (guru). Pembelajaran multiliterasi merupakan
salah satu desain pembelajaran yang digunakan dalam konteks kurikulum 2013. Konsep
multiliterasi dirancang untuk menjawab kebutuhan keterampilan yang diperlukan di abad
21. Pembelajaran multiliterasi didesain untuk mampu menghubungkan 4 keterampilan
multiliterasi (membaca, menulis, berbahasa lisan, dan ber-IT). Peningkatan kemampuan
menulis resensi novel dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran multiliterasi
karena menurut peneliti kegiaatan pembelajaran dengan model multiliterasi cukup menarik
dan dapat menumbuhkan menumbuhkan motivasi serta meningkatkan kemampuan peserta
didik menulis resensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
memproduksi teks resensi di kelas XI Perbankkan Syariah 1 SMKN 1 Tanjungpinang.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tanjungpinang di kelas XI Perbankan
Syariah 1. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret sampai bulan Juni 2022. Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Negeri 1
Tanjungpinang. Penelitian ini terdiri dari beberapa siklus, masing-masing siklus terdiri dari
1 kali pertemuan 3 jam pelajaran. Setiap tahapan siklus terdiri dari perencanaan tindakan,

- 25 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi terhadap tindakan. Hasil refleksi per
siklus digunakan untuk perbaikan rencana tindakan pada siklus berikutnya.
Jenis data yang dikumpulkan dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
multiliterasi adalah hasil observasi guru mengenai proses kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran multiliterasi, data peningkatan hasil belajar peserta
didik diambil dari data nilai setelah kegiatan pembelajaran pada setiap siklus, dan data hasil
refleksi diri yang diambil dengan menggunakan laporan observasi. Data hasil penelitian
dianalisis secara deskriptif untuk tiap siklus.

HASIL PENELITIAN
Dalam tahap perencanaan tindakan siklus 1, guru bertindak sebagai peneliti dan hasil
yang didapat adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
metode ceramah pada materi pembelajaran “Memproduksi Teks Resensi”. Guru sebagai
peneliti mempersiapkan materi yang akan disampaikan ke peserta didik lengkap dengan
soal latihannya.
Kegiatan penelitian untuk pra siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan 3 jam
pelajaran, yaitu pertemuan pertama pada hari Jumat, tanggal 18 dan 25 Maret 2022 jam ke
1-3 dengan masing-masing pertemuan berlangsung selama 3x45 menit. Dalam penelitian
pra siklus ini, peneliti melaksanakan pembelajaran pada kompetensi dasar memproduksi
teks resensi.
Pengamatan dilakukan oleh kolaborator dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir
kegiatan pembelajaran. Dengan fokus pengamatan adalah peserta didik untuk mengetahui
seberapa besar tingkat penguasaan peserta didik dalam memproduksi teks resensi dan
kemampuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Berdasarkan aspek isi, struktur, Bahasa, dan ejaan, peserta didik mampu menulis teks
resensi dengan informasi yang sangat lengkap. Berdasarkan hasil observasi, dari 35 peserta
didik, 5 peserta didik mendapatkan skor 14 dengan nilai 82, 10 peserta didik mendapatkan
skor 13 dengan nilai 76, 7 peserta didik mendapatkan skor 12 dengan nilai 70, 4 peserta
didik mendapatkan skor 11 dengan nilai 65, dan 10 peserta didik mendapatkan skor 10
dengan nilai 59. Mengingat ketuntasan dalam memproduksi teks resensi dari 35 peserta
didik, baru 15 peserta didik atau 42,86% yang tuntas, maka peneliti melakukan
pembelajaran ulang dengan menggunakan model pembelajaran yang lain, yaitu model
pembelajaran multiliterasi.
Pada siklus pertama, pertemuan pertama mempraktikkan pembelajaran dengan model
pembelajaran multiliterasi ±10 menit untuk kegiatan awal, ±70 menit untuk kegiatan inti,
45 menit untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 10 menit untuk kegiatan
penutup. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir
kegiatan pembelajaran. Fokus pengamatan adalah peserta didik untuk mengetahui
seberapa besar tingkat penguasaan peserta didik dalam memproduksi teks resensi.
Adapun penilaian hasil memproduksi teks resensi adalah sebagai berikut. Pertama,
aspek isi teks resensi menunjukkan bahwa peserta didik mampu memproduksi teks resensi

- 26 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

dengan informasi yang sangat lengkap. Berdasarkan hasil observasi, dari 35 peserta didik,
15 peserta didik mendapatkan skor 6 dengan nilai 100, 12 peserta didik mendapatkan skor
5 dengan nilai 83, 7 peserta didik mendapatkan skor 4 dengan nilai 66, dan satu peserta didik
mendapatkan skor 3 dengan nilai 50.
No. Skor Nilai Jumlah Peserta Didik Persentase
1. 6 100 15 42,86%
2. 5 83 12 34,29%
3. 4 66 7 20%
4. 3 50 1 2,86%
5. 2 33 - 0%
6. 1 16 - 0%
Tabel 1. Persentase Kemampuan Memproduksi Teks Resensi Aspek Isi

Kedua, aspek struktur menunjukkan bahwa peserta didik mampu memproduksi teks
resensi dengan menyusun sistemstika teks resensi dengan benar sesuai urutannya.
Berdasarkan hasil observasi, seluruh 35 peserta didik mampu menempatkan sistematika
teks resensi dengan benar.
Ketiga, aspek bahasa teks resensi menunjukkan bahwa peserta didik mampu
memproduksi teks resensi dengan menggunakan bahasa baku, kalimat efektif dan
komunikatif, diksi variatif, dan tidak ada kalimat yang ambigu. Berdasarkan hasil observasi,
dari 35 peserta didik, 11 peserta didik mendapatkan skor 3 dengan nilai 100, 19 peserta
didik mendapatkan skor 2 dengan nilai 67, dan 5 peserta didik dengan skor 1 dengan nilai
33.

20

15

10
Jumlah Siswa
5

0 SKOR
1 2 3

Gambar 1. Grafik Kemampuan Memproduksi Teks Resensi Aspek Bahasa

Keempat, aspek ketepatan penggunaan ejaan menunjukkan bahwa peserta didik


kurang mampu menggunakan ejaan secara tepat dalam memproduksi teks resensi.
Berdasarkan hasil observasi, dari 35 peserta didik, 6 peserta didik mendapatkan skor 5
dengan nilai 100, 15 peserta didik mendapatkan skor 4 dengan nilai 80, 5 peserta didik
mendapatkan skor 3 dengan nilai 60, 1 peserta didik mendapatkan skor 2 dengan nilai 40,
dan 8 peserta didik mendapatkan skor 1 dengan nilai 20.

- 27 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

No. Skor Nilai Jumlah Peserta Didik Persentase


1. 5 100 6 17,14%
2. 4 80 15 42,86%
3. 3 60 5 14,29%
4. 2 40 1 28,58%
5. 1 20 8 22,86%
Tabel 2. Persentase Kemampuan Memproduksi Teks Resensi Aspek Ketepatan Penggunaan
Ejaan

Kelima, pada aspek kemampuan memproduksi teks resensi, berdasarkan hasil


observasi, dari 35 siswa, 7 peserta didik mendapatkan skor 16 dengan nilai 94, 8 peserta
didik mendapatkan skor 15 dengan nilai 88, 7 peserta didik mendapatkan skor 14 dengan
nilai 82, 3 peserta didik mendapatkan skor 13 dengan nilai 76, 1 peserta didik mendapatkan
skor 12 dengan nilai 70, 6 peserta didik mendapatkan skor 11 dengan nilai 65, dan 3 peserta
didik mendapatkan skor 10 dengan nilai 59.

10

4 Jumlah Siswa

0
10 11 12 13 14 15 16 SKOR

Gambar 2. Grafik Kemampuan Memproduksi Teks Resensi

Pada tahap refleksi, proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan sangat antusias.
Dengan menggunakan model pembelajaran multiliterasi, peserta didik sudah mampu
memproduksi teks resensi secara benar sesuai dengan sistematika teks resensi. Akan tetapi
dalam penyusunannya, peserta didik masih kurang mampu dalam memilih kata dan
membuat kalimat yang efektif. Selain itu, penggunaan ejaannya juga masih belum tepat.
Kegiatan penelitian untuk siklus kedua dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 22 dan
29 April 2022 jam ke 1- 3 dengan masing-masing pertemuan berlangsung selama 3x45
menit. Peserta didik diminta meresensi cerita pendek yang lain dengan memperhatikan
kesalahan yang sudah dilakukan pada siklus I. Pengamatan dilakukan oleh guru dan
kolaborator dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir kegiatan pembelajaran. Fokus
pengamatan adalah peserta didik untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
kemampuan memproduksi teks resensi dengan menggunakan model pembelajaran
multiliterasi.

- 28 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Adapun penilaian hasil memproduksi teks resensi pada siklus kedua ini dengan
menggunakan rubrik penilaian adalah sebagai berikut. Berdasarkan aspek isi, struktur,
Bahasa, dan ejaan, peserta didik mampu menulis teks resensi dengan informasi yang sangat
lengkap. Berdasarkan hasil observasi dari 35 siswa, 9 peserta didik mendapatkan skor 17
dengan nilai 100, 8 peserta didik mendapatkan skor 16 dengan nilai 94, 10 peserta didik
mendapatkan skor 15 dengan nilai 88, 6 peserta didik mendapatkan skor 14 dengan nilai 82,
dan 2 peserta didik mendapatkan skor 13 dengan nilai 76.

No. Skor Nilai Jumlah Peserta Didik Persentase


1. 13 76 2 5,7%
2. 14 82 6 17,14%
3. 15 88 10 28,57%
4. 16 94 8 22,85%
5. 17 100 9 25,71%
Tabel 3. Persentase Kemampuan Memproduksi Teks Resensi pada Siklus II

Tahap refleksi mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
Peningkatan yang diharapkan memang terjadi. Pada siklus pertama, persentase ketuntasan
adalah 71% dan pada siklus kedua ini ketuntasannya adalah 100% dengan jumlah peserta
didik yang tuntas adalah 35 peserta didik. Nilai yang diperoleh peserta didik sangat beragam.
Peneliti menyimpulkan bahwa dengan model pembelajaran multiliterasi, peserta didik lebih
mudah dalam memproduksi teks resensi meskipun dalam hal ejaan dan diksi masih belum
maksimal.

PEMBAHASAN
Dari data-data yang telah diperoleh, dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, proses
pembelajaran memproduksi teks resensi menggunakan model pembelajaran multiliterasi
berjalan dengan baik meskipun ada beberapa aspek penilaian yang belum sempurna. Akan
tetapi, secara persentase keberhasilan setiap aspeknya sangat baik. Kedua, berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator, peserta didik sangat antusias mengikuti
pembelajaran memproduksi teks resensi dengan model pembelajaran multiliterasi. Ketiga,
pada siklus pertama ada kekurangan dalam aspek ejaan dan bahasa yang digunakan, tetapi
sudah diperbaiki pada siklus kedua dan hasilnya semakin baik. Terakhir, hasil belajar pada
siklus kedua mengalami kenaikan dari proses belajar di siklus pertama.
Berikut adalah tabel perbandingan rekapitulasi hasil belajar peserta didik pada siklus
pertama dan siklus kedua.

No. Uraian Hasil Siklus 1 Hasil Siklus 2


1. Nilai rata-rata siklus 80 90
2. Jumlah peserta didik yang tuntas 25 35
3. Presentasi Ketuntasan 71 100

- 29 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

4. Nilai Tertinggi 94 100


5. Nilai Terendah 59 76
Tabel 4. Rekapitulasi Penilaian pada Siklus 1 dan 2

95

90

85

80 NILAI RATA-RATA

75

70
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 3. Grafik Perbandingan Kemampuan Memproduksi Teks Resensi Siklus I dan II

Berdasarkan statistik, peserta didik mengalami peningkatan kemampuan dalam


memproduksi teks resensi dengan mengunakan model pembelajaran multiliterasi. Hal ini
sesuai dengan Baguley, Pullen dan Short (2010), sebagaimana dikutip oleh Abidin, et al.
(2018) yang memandang multiliterasi sebagai cara untuk memahami secara lebih luas
kurikulum literasi yang dipelajari di sekolah formal yang mendorong peserta didik agar
mampu berpartisipasi secara produktif di dalam komunitas masyarakat. Secara konseptual,
multiliterasi merupakan sebuah rancangan yang dapat digunakan untuk memahami
beragam jenis teks dan beragam bentuk media yang dihasilkan berbagai teknologi baru
melalui konsep pembelajaran yang memungkinkan guru untuk menyajikan informasi
kepada peserta didik dengan menggunakan beragam bentuk teks dan media.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar siswa SMK Negeri 1 Tanjungpinang di Kelas XI Perbankan Syariah dalam
memproduksi teks resensi dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran
multiliterasi.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik, peneliti merekomendasikan penerapan model
pembelajaran multiliterasi di kelas-kelas pembelajaran menulis. Peneliti juga berharap
adanya penelitian lanjutan tentang pembelajaran menulis agar pembelajaran menulis ini
menjadi lebih baik dari masa ke masa.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2015). Pembelajaran multiliterasi. Bandung: Refika Aditama.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

- 30 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Bistari. (2015). Mewujudkan penelitian tindakan kelas. Pontianak: PT. Ekadaya Multi
Inovasi.
Dalman. (2015). Keterampilan menulis. Jakarta: Rajawali Pers.
Harefa, A. (2002). Agar menulis-mengarang bisa gampang. Jakarta: PT. Gramedia.
Isnatun, S. & Farida, U. (2013). Mahir berbahasa Indonesia. Bogor: Yudistira.
Kusmana, (S). (2014). Kreatifitas menulis. Yogyakarta: Ombak.
Tarigan, H. G. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa
Bandung.
Soehoet, A. H. M. (2003). Dasar-dasar jurnalistik. Jakarta: Penerbit Yayasan Kampus
Tercinta-IISIP.

- 31 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENGGUNAAN METODE TULIS BERANTAI MELALUI MEDIA GAMBAR UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

Hendri
SMKN 7 Tanjungjabung Barat, Jambi
hendridahmi@gmail.com

Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan
menggunakan metode tulis berantai melalui media gambar pada 21 siswa kelas X AK 2 SMK
Negeri 7 Tanjungjabung Barat semester Genap tahun pelajaran 2021/2022. Tindakan
dilaksanakan sebanyak 2 siklus, di mana pada masing-masing siklus dirancang dalam 4
kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, serta analisis/refleksi. Data diambil
dengan menggunakan lembar observasi dan hasil belajar diambil dengan instrumen tes.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I hanya 66,67% siswa yang mencapai
kategori tuntas dengan nilai rata-rata 70,95. Pada siklus II, semua siswa (100%) tuntas
dengan nilai rata-rata 74,3 dan melebihi kriteria yang ditetapkan, yaitu 73. Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode tulis berantai melalui media gambar dapat
meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa Kelas X AK 2 SMK Negeri 7 Tanjungjabung
Barat.
Kata Kunci: menulis puisi, metode tulis berantai, media gambar

Abstract
This classroom action research aimed to improve the poetry writing skills using the serial
writing method through image media for 21 students of class X AK 2 SMK Negeri 7
Tanjungjabung Barat in the even semester of the academic year 2021/2022. It was designed
in 4 activities, namely planning, acting, observing, and reflecting. Data were taken using
observation sheets and learning outcomes were taken with test instruments. The results of
this study indicated that in the first cycle only 66.67% of students reached the complete
category with an average score of 70.95. In cycle II, all students (100%) completed with an
average score of 74.3 and exceeded the specified criteria, namely 73. It could be concluded
that the use of the serial writing method through image media could improve the poetry
writing skills of Class X AK 2 SMK Negeri 7 Tanjungjabung Barat.
Keywords: poetry writing, serial writing method, image media

PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran yang difokuskan
agar siswa yang mempelajarinya bisa memahami seperti apa Bahasa Indonesia dan
menggunakannya sebagai alat komunikasi baik dalam kelas maupun luar kelas. Materi
Bahasa Indonesia merupakan subjek yang sangat penting bagi setiap orang dalam
lingkungan sosialnya. Keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan
selalu mengikuti aktivitasnya. Oleh karena itu, pelajaran Bahasa Indonesia selalu diarahkan
untuk mendapatkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara
lisan maupun tulisan.
Menurut Jabrohim dalam Sudaryono (2009), secara umum pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat memberikan kontribusi yang sangat positif dalam pendidikan moral, sikap,
watak, budi pekerti, pengetahuan budaya, dan keterampilan berbahasa. Mengingat

- 32 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

pentingnya tujuan pembelajaran puisi bagi siswa di SMK, maka sangat diperlukan proses
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan
menyenangkan.
Kemampuan menulis puisi di SMK Negeri 7 Tanjungjabung Barat saat ini tergolong
rendah, khususnya materi menulis puisi di kelas X AK 2. Rendahnya kemampuan menulis
puisi siswa diketahui oleh peneliti ketika melakukan observasi awal pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia di SMK Negeri 7 Tanjungjabung Barat Kabupaten Tanjungjabung Barat.
Ditemukan masih adanya siswa yang memperoleh nilai ulangan berada di bawah kriteria
ketuntasan minimal mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis puisi di SMKN 7
Tanjungjabung Barat, yaitu 73.

Materi Keterangan KKM Tes awal


Kemampuan siswa menulis Rata-rata hasil tes 73 69,9
puisi untuk mengungkapkan
perasaan Persentase ketuntasan kelas 85% 57,14%
Tabel 1. Nilai Ulangan Kemampuan Siswa Menulis Puisi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa nilai ulangan bidang studi Bahasa Indonesia
materi menulis puisi siswa kelas X AK 2 masih rendah. Hal ini diduga dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa sendiri (internal) maupun faktor
yang berasal dari luar diri siswa (eksternal).
Beberapa masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut. Pembelajaran yang
berlangsung masih didominasi oleh guru sehingga kegiatan belajar tidak memicu kreativitas
siswa. Pembelajaran terkesan menoton sehingga siswa sering menulis puisi tidak selesai.
Masih sedikit siswa yang mau membaca materi tentang puisi. Ketika diberi tugas, siswa
kurang bersemangat untuk mengerjakannya, bahkan sebagian siswa menunggu temannya
selesai mengerjakan untuk dicontek. Siswa cenderung menganggap pembelajaran puisi
membosankan. Siswa sering membuat tugas puisi dengan mengutip yang sudah ada di buku
paket. Proses pembelajaran menulis puisi yang kurang memberikan pengalaman yang nyata
kepada siswa sehingga pelajaran menulis puisi dirasakan oleh siswa sebagai sesuatu hal
yang jauh dari lingkungan keseharian mereka. Rancangan kegiatan pembelajaran menulis
puisi tersebut masih tampak statis yang masih didominasi oleh guru. Sedikit sekali
penggunaan media pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Media pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Tanpa adanya media pembelajaran yang tepat,
pembelajaran menulis puisi sulit memperoleh hasil belajar yang baik.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam mempercepat proses siswa
menulis puisi adalah dengan menggunakan teknik replikasi. Penerapan metode menulis
berantai akan lebih efektif untuk pembelajaran menulis sastra karena peserta didik akan
lebih termotivasi dengan belajar secara kelompok dibanding belajar secara individu. Metode
tulis berantai termasuk salah satu metode active learning atau learning by doing yang

- 33 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

bertujuan agar peserta didik mengasosiasikan belajar sebagai sebuah kegiatan yang
menyenangkan. Penerapan metode tulis berantai merupakan sarana untuk membangkitkan
motivasi belajar peserta didik. Hal ini dapat terjadi karena dengan penerapan metode yang
tepat memungkinkan proses pembelajaran tidak hanya berjalan satu arah atau hanya
didominasi oleh guru dengan metode ceramah.
Dari hasil observasi yang dilakukan, beberapa hal yang menyebabkan rendahnya
ketrampilan memproduksi teks puisi secara tulis peserta didik kelas X AK 2 SMK Negeri 7
Tanjungjabung Barat adalah metode dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran
masih kurang tepat. Guru masih menggunakan metode yang konvesional tanpa adanya
media pembelajaran yang menarik. Dalam pembelajaran memproduksi teks puisi secara
tulis, biasanya guru hanya meminta peserta didik menulis puisi dengan bahasanya sendiri.
Hal tersebut dilakukan tanpa adanya hal baru yang menyenangkan sehingga peserta didik
merasa bosan dengan pembelajaran menulis puisi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, guru harus mengubah metode mengajarnya. Guru
harus bisa mengubah pembelajaran memproduksi teks puisi secara tulis yang
membosankan menjadi lebih menyenangkan dan lebih melibatkan peserta didik aktif dalam
proses pembelajaran. Untuk menjadikan peserta didik senang dan aktif dalam proses
pembelajaran, salah satu bentuk alternatif yang dapat digunakan guru adalah dengan
menggunakan media pembelajaran yang menarik. Salah satu media yang digunakan yaitu
media gambar. Hal ini diharapkan agar peserta didik menyukai, menikmati, dan mampu
mengekspresikan karya sastra khususnya puisi, Inilah yang menggugah peneliti
menggunakan perbaikan pembelajaran memproduksi teks puisi sebagai bahan penelitian
ini.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan metode tulis
berantai melalui media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas
X AK 2 SMK Negeri 7 Tanjungjabung Barat Semester Genap Tahun Pelajaran 2021/2022?
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatan kemampuan menulis
puisi dengan menggunakan metode tulis berantai melalui media gambar dapat
meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X AK 2 SMK Negeri 7 Tanjungjabung
Barat Semester Genap Tahun Pelajaran 2021/2022.

METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AK 2 SMK Negeri 7 Tanjungjabung Barat
Tahun Pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 21 orang yang terdiri 10 laki-laki dan 11
perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dengan materi
tentang puisi. Tempat pelaksanaan penelitian ini di SMK Negeri 7 Tanjungjabung Barat.
Sedangkan jadwal pelaksanaan sesuai dengan jadwal pelajaran kelas X AK 2 Semester Genap
Tahun Pelajaran 2021/2022.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini didesain untuk 2 (dua) siklus. Rencana tindakan
pada masing-masing siklus dibagi 4 (empat) kegiatan, yaitu 1). Perencanaan, 2). Tindakan,
3). Observasi, dan 4). Analisis/Refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

- 34 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

adalah tes dan lembar observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kualitatif dan data kuntitatif. Data kualitatif adalah data hasil observasi siswa
dan guru melalui lembar observasi yang bersumber dari keadaan pada saat pembelajaran
berlangsung. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi guru dan siswa. Data kuantitatif
dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa berupa hasil tes yang dilakukan setelah akhir
siklus. Data tersebut merupakan data hasil belajar berbentuk angka dan diperoleh dari hasil
proses belajar mengajar dengan melakukan tes secara tulisan.
Kriteria keberhasilan siswa ditentukan berdasarkan adanya peningkatan pada
perolehan hasil belajar dengan nilai ketuntasan minimal 73 dan secara klasikal mencapai
nilai 85% tuntas.

HASIL PENELITIAN
Penelitian pada siklus I dibagi dalam 4 (empat) kegiatan, yaitu: 1). Perencanaan, 2).
Tindakan, 3). Observasi, dan 4). Analisis. Pada tahap perencanaan siklus I, guru
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, materi ajar, lembar observasi guru dan
siswa, lembar kerja siswa, alat evaluasi berupa naskah tes I, dan gambar-gambar. Tindakan
dilaksanakan pada hari Senin tanggal, 14 Februari 2022. Kegiatan observasi dilakukan oleh
pengamat, yaitu tim peneliti dalam penelitian ini. Variabel yang diobservasi menggunakan
instrumen berupa lembar observasi. Lembar observasi siswa yang mengukur kualitas
tentang keaktifan, kesungguhan, ketepatan waktu, percaya diri, kemandirian, dan
keberanian. Hasil observasi siswa siklus I mencapai 71,4% dengan kategori cukup. Hasil
observasi guru siklus I mencapai 60% dengan kategori cukup. Pada akhir pertemuan
diberikan Tes I untuk mengukur hasil belajar siswa pada akhir siklus I. Pada siklus I hanya
66,67% siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 70,95.
Jika dianalisis pada siklus I, penerapan media gambar belum dapat meningkatkan hasil
belajar dan tingkat ketuntasan sesuai dengan target yang direncanakan. Baru 66,67% siswa
yang dinyatakan tuntas, sisanya 33,33% belum tuntas. Kemudian, hasil belajar yang dicapai
siswa baru mencapai rata-rata 70,95 sehingga hasil belajar pada siklus 1 baru mencapai
tingkat penguasaan kompetensi 70.95%.
Dari hasil analisis di atas, dapat dikemukakan bahwa hasil penelitian pada Siklus I
diperoleh kesimpulan sebagai berikut. (1) Proses belajar pada siklus I dengan menerapkan
media gambar belum sepenuhnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (2) Proses
pembelajaran yang diukur melalui lembar observasi baru mencapai 71,4% siswa yang dapat
mencapai kategori tuntas. (3) Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I baru mencapai 70,95
yang berarti rata-rata tingkat penguasaan kompetensi siswa pada siklus I baru mencapai
70.95% dengan tingkat ketuntasan 66.67% Dengan kata lain, apabila dihubungkan dengan
kriteria ketuntasan minimal, belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil refleksi berupa rumusan yang akan diterapkan pada siklus II adalah. (1) Siswa
yang belum tuntas sebanyak 29.05% perlu diberikan stimulus yang khusus agar siswa lebih
tertarik mengikuti pelajaran. (2) Guru harus mempersiapkan gambar yang lebih besar dan
berwarna agar siswa lebih mudah menemukan ide-ide dalam penulisan puisi. (3) Pada saat

- 35 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

menulis puisi berdasarkan gambar, guru perlu memancing keberanian siswa dengan cara
membimbingnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada isi puisi. (4) Tes pada
siklus II perlu disesuaikan dengan indikator kompetensi yang ingin dicapai dengan tingkat
kesulitan dan daya beda yang sesuai dengan kemampuan siswa.
Pada tahap perencanaan siklus II, guru mempersiapkan RPP, materi ajar, lembar
observasi guru dan siswa, alat evaluasi berupa naskah tes II, dan gambar-gambar yang
berhubungan dengan materi pembelajaran. Tindakan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal,
1 Maret 2022. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, deskripsi tindakan yang dilakukan
sesuai dengan judul penelitian tindakan ini, yaitu menerapkan media gambar, dengan
scenario sebagai berikut. (1) Siswa yang belum tuntas perlu diberikan stimulus yang khusus
agar siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran. (2) Guru harus mempersiapkan gambar yang
lebih besar dan bervariasi agar siswa lebih mudah menemukan ide-ide dalam penulisan
puisi. (3) Pada saat menulis puisi berdasarkan gambar, guru perlu memancing keberanian
siswa dengan cara membimbingnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada isi
puisi.
Variabel yang diobservasi dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi
guru dan lembar observasi siswa masih sama dengan yang digunakan pada Siklus I.
Observasi siswa siklus II mencapai 100%. Hasil observasi guru siklus II mencapai 76,67%
dengan kategori baik. Pada akhir pertemuan diberikan Tes II untuk mengukur hasil belajar
siswa pada akhir siklus II. Hasil belajar siswa pada akhir siklus II dengan rata-rata 74,3 dan
semua siswa dinyatakan tuntas 100%.
Hasil analisis dapat diketahui bahwa pada siklus II telah terjadi peningkatan siswa
yang mencapai ketuntasan belajar. Seluruh siswa dinyatakan tuntas 100%. Berdasarkan
analisis olah data, tampak bahwa hasil belajar siswa setelah penerapan Metode Tulis
Berantai melalui Media Gambar pada siklus II meningkat menjadi rata-rata 74,3.
Dibandingkan dengan hasil belajar siklus I hanya mencapai nilai rata-rata 70.95, berarti
telah terjadi kenaikan hasil belajar pada siklus II sebesar 3.35.
Dari hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan Metode Tulis Berantai melalui Media Gambar setelah siklus II dapat
dinyatakan berhasil. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh indikator sebagai berikut. (1) Siswa
seluruhnya dinyatakan berhasil mencapai kategori tuntas belajar. (2) Hasil belajar siswa
mencapai nilai rata-rata 74,3 melebihi kriteria yang ditetapkan, yaitu rata-rata 73.
Dari indikator di atas maka, hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian
tindakan kelas ini yaitu “Penggunaan Metode Tulis Berantai melalui Media Gambar untuk
meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X AK 2 SMK Negeri 7 Tanjungjabung
Barat Semester Genap Tahun Pelajaran 2021/2022” dapat diterima. Oleh karena itu,
tindakan dianggap cukup dan dapat dihentikan.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian tindakan dengan menggunakan pola 2 (dua) siklus ternyata dapat
menguji hipotesa tindakan yang diajukan dalam penelitian ini. Kemudian yang menjadi

- 36 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

kriteria keberhasilan dalam penelitian tindakan ini adalah jika variabel ketuntasan belajar
yang diukur oleh lembaran observasi siswa mencapai nilai rata-rata 13 dan lembar
observasi guru mencapai nilai rata-rata 25. Variabel hasil belajar yang diukur dengan
lembaran tes mencapai nilai rata-rata 73 dalam skala 0-100.
Untuk melihat lebih jelas keterhubungan hasil penelitian pada masing-masing siklus
dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut. (1) Ketuntasan
belajar pada siklus I mencapai 71.4%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 100%.
(2) Hasil belajar pada siklus I mencapai 70,95%, sedangkan pada siklus II meningkat
menjadi 74.3%. Nilai rata-rata sebelum tindakan adalah 69,9. Setelah menyelesaikan siklus
I, nilai rata-rata naik menjadi 70,95 dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II, yaitu
74,30.
Kedua variabel yang diukur secara keseluruhan menunjukkan adanya peningkatan
pada setiap siklus. Pada akhir siklus II, seluruh target kriteria dapat dipenuhi. Oleh karena
itu, hipotesis yang diajukan dapat diterima.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan
Metode Tulis Berantai melalui Media Gambar dapat meningkatkan hasil belajar dan
kemampuan siswa menulis puisi. Hal ini terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap
siklus. Proses belajar yang diukur melalui lembar observasi baru mencapai 71.4% siswa
yang mencapai kategori tuntas. Nilai rata-rata hasil belajar siklus I mencapai 70,95 yang
berarti tingkat penguasaan kompetensi siswa pada siklus I baru mencapai 70.95%. Dengan
kata lain, apabila dihubungkan dengan kriteria keberhasilan, belum memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan. Terbukti terjadi peningkatan yang signifikan pada ketuntasan dan hasil
belajar setelah menerapkan Metode Tulis Berantai melalui Media Gambar. Hal ini
mengandung makna bahwa penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil, yaitu siswa
berhasil mencapai ketuntasan tuntas belajar (100%). Hasil belajar mencapai nilai rata-rata
74,3 melebihi kriteria yang ditetapkan (KKM 73). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat diterima.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik, penulis merekomendasikan penggunaan
Metode Tulis Berantai melalui Media Gambar dalam pembelajaran. Dalam proses
implemantasinya, siswa yang belum tuntas perlu diberi stimulus agar lebih tertarik
mengikuti sajian pembelajaran. Para guru di sekolah hendaknya dapat meningkatkan
kreativitasnya dalam memanfaatkan Metode Tulis Berantai melalui Media Gambar sehingga
proses pembelajaran menarik.

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, C. (2013). Metodologi pembelajaran bahasa Arab. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aminudin. (2010). Kreatif menulis puisi dan cerita pendek. Jakarta: Citralab.

- 37 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Ansyar, R. (2010). Media pembelajaran. Jambi: FKIP Universitas Jambi.


Arsyad, Azhar. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Daryanto. (2010). Media pembelajaran. Yogyakarta: Gavemadia.
Masdudin, I. (2009). Deklamasi puisi. Jakarta: Grafindo Persada.
Masruroh. (2014). Metode alternatif estapet writing sebagai model pengajaran bahasa
Indonesia kompetensi dasar menulis puisi. Jurnal Penelitian Universitas Padjajaran.
Nurgiyantoro, B. (2011). Penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sardiman. (2006). Media pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Uno, H. B. (2008). Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif
dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Waluyo, H. J. (2007). Apresiasi puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

- 38 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

INDUKSI AKAR RAMBUT DAN DETEKSI TRITERPENOID DARI PEGAGAN DENGAN


TRANSFORMASI BEBERAPA GALUR AGROBACTERIUM RHIZOGENES SECARA IN VITRO

Guneri Holly Irda


SMA Negeri 4 Bukittinggi, Sumatera Barat
gunerihollyirdanine@gmail.com

Abstrak
Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui galur A. rhizogenes yang dapat
menginduksi pembentukan akar rambut pada C. asiatica, mendapatkan sumber eksplan
yang terbaik digunakan untuk pembentukan akar rambut pada C. asiatica, mendapatkan
medium yang optimum untuk pertumbuhan akar rambut pada C. asiatica dan mendeteksi
senyawa triterpenoid pada akar rambut C. asiatica. Parameter yang diamati adalah waktu
inisiasi akar rambut, persentase muncul akar rambut, persentase eksplan yang hidup,
jumlah akar rambut dan berat basah akar rambut. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
pada galur A4 dihasilkan waktu rata-rata inisiasi terbaik dalam menginduksi akar rambut
(16,3±2,88), persentase hidup 100%, persentase muncul akar rambut 100%, dan
konfirmasi terintegrasinya T-DNA setelah di uji GUS memperlihatkan terbentuknya bintik
biru; eksplan internodus memperlihatkan waktu rata-rata inisiasi tercepat (12,1±4,17),
persentase hidup 100%, persentase muncul akar rambut 100%, diikuti eksplan tunas
dengan waktu inisiasi (19,6±5,50), persentase hidup 100%, persentase muncul akar rambut
55,6% dan eksplan daun dengan waktu inisiasi (26,8±2,86), persentase hidup 100%,
persentase muncul akar rambut 66,7%. Sedangkan rata-rata jumlah akar rambut eksplan
internodus (5,3) tidak berbeda nyata dengan eksplan daun (4,2), tetapi berbeda nyata
dengan eksplan tunas (1,7); MS ½ hara makro merupakan medium terbaik untuk
pertumbuhan akar rambut dengan hasil berbeda nyata dibandingkan dengan medium MS,
B5 dan B5 ½ hara makro; dan differensiasi terlihat pada Kromatogram setelah uji
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk sampel ekstrak akar rambut, yaitu ditemukan pita
yang berbeda (a5) dan tidak terlihatnya pita a3-a4 seperti terlihat pada sampel ekstrak akar
tanaman lapangan dan sampel ekstrak akar tanaman hasil kultur pada medium MS0.
Kata Kunci: A. rhizogenes, akar rambut, C. asiatica, triterpenoid,

Abstract
This experimental study aimed to determine the A. rhizogenes strain that could induce hair
root formation in C. asiatica, obtain the best source of explants used for hair root formation
in C. asiatica, obtain the optimum medium for hair root growth in C. asiatica and detect
triterpenoid compounds at the roots of C. asiatica hairs. The parameters observed were root
initiation time, percentage of hair root emergence, percentage of live explants, number of
hair roots and root wet weight. The results showed that the A4 line resulted in the best mean
time of initiation in inducing hair roots (16.3 ± 2.88), 100% survival rate, 100% percentage
of hair roots appearing, and confirmation of T-DNA integration after the GUS test showed the
formation of blue spots; internodus explants showed the fastest mean initiation time (12.1
± 4.17), 100% survival rate, 100% hair root emergence, followed by shoot explants with
initiation time (19.6 ± 5.50), 100% survival time, the percentage of hair root emergence was
55.6% and leaf explants with initiation time (26.8 ± 2.86), the percentage of life was 100%,
the percentage of hair root emergence is 66.7%, while the average number of hair root
explants internodus (5,3) not significantly different from leaf explants (4,2), but significantly
different from shoot explants (1,7); MS ½ macro nutrients were the best medium for hair
root growth with significantly different results compared to MS medium, B5 and B5 ½ macro
nutrients; and differentiation was seen on the chromatogram after the Thin Layer

- 39 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Chromatography (TLC) test for the hair root extract sample, namely that different bands
(a5) were found and no a3 - a4 bands were visible as seen in the field plant root extract
samples and plant root extract samples resulting from culture on the medium MS0.
Keywords: A. rhizogenes, hairy roots, C. asiatica, triterpenoid

PENDAHULUAN
Tanaman merupakan salah satu sumber daya penting dalam upaya pengobatan dan
upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. Bahkan sampai saat ini menurut perkiraan
Badan Kesehatan Dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada
pengobatan tradisional, termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman. Salah satu
tanaman yang dikenal luas di seluruh dunia berkhasiat obat adalah pegagan atau Centella
asiatica (L.) Urban (Lasmadiwati, Herminati dan Indriani, 2002).
C. asiatica merupakan tanaman yang mengandung campuran triterpenoid, yaitu
asiatikosida, asam asiatat, dan asam madekasat yang berkhasiat untuk merangsang
biosintesis kolagen yang digunakan dalam pengobatan lepra, luka bekas operasi, luka bakar,
fibrosis, radioterapi dan lain-lain. Dalam sistem pengobatan India, ia berguna untuk
meningkatkan daya ingat dan kerja syaraf, pengobatan lepra, asma, bronkhitis, dropsy,
leocorrhea/ keputihan, kudis dan uretritis (Nath dan Buragohain, 2003). Tanaman ini juga
merupakan satu dari 1000 spesies tanaman Indonesia yang menghasilkan metabolit
sekunder dengan struktur molekul dan aktifitas biologik yang beraneka ragam sehingga
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi obat berbagai penyakit (Maksum, 2005).
Permintaan pasar dunia terhadap metabolit sekunder yang aktif terhadap kanker,
virus, dan penyakit lainnya sangat tinggi dengan nilai ekonomi yang fantastis. Omzet
penjualan produk tanaman obat Indonesia saat ini baru mencapai Rp3 triliun dan
diharapkan meningkat menjadi Rp8 triliun pada tahun 2010 (Balittro, 2006). Pengambilan
metabolit sekunder untuk sumber komersial masih secara efektif dilakukan dengan
menggunakan ekstrak tanaman lapangan sehingga seringkali kesulitan dalam ketersediaan
bahan mentah dan hasil dari pengolahan yang terbatas. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi
alam seperti faktor geografis, cuaca, dan hama penyakit yang menjadi kendala penyediaan
metabolit sekunder sehingga dibutuhkan metode yang lebih stabil dan menguntungkan
dalam produksi metabolit sekunder yang aktif terhadap beberapa jenis penyakit, kanker dan
virus (Lorence, Medina-Bolivar dan Nessler, 2003; Watase, Sudo, Yamazaki, dan Sato, 2004).
Pemanfaatan kultur akar rambut untuk menghasilkan metabolit sekunder telah
banyak dilakukan. Dalam Giri dan Narasu (2000) dituliskan lebih dari 80 jenis metabolit
sekunder telah diperoleh dengan memanfaatkan kultur akar rambut ini. Kultur akar rambut
pada tanaman memiliki banyak keuntungan antara lain produksi metabolit sekunder lebih
tinggi pada akar rambut dibandingkan dari akar tanaman normal (Chauduri, Ghosh dan Jha,
2004). Selain itu kultur akar rambut memiliki ciri genetik yang stabil selama periode sub
kultur dan regenerasi tanaman sehingga penurunan produksi dapat dihindari (Giri dan
Narasu, 2000).
Beberapa faktor diketahui memengaruhi keberhasilan dan efisiensi transformasi
melalui Agrobacterium adalah kondisi kultur jaringan, kesesuaian galur bakteri dengan

- 40 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

tanaman, komposisi medium dan pemilihan jaringan sebagai materi awal (Giri dan Narasu,
2000). Hasil penelitian terhadap Artemisia annua (Asteraceae) galur A4 mampu
menginduksi akar rambut dalam waktu 8-10 hari dengan penambahan asetosyringone
(50μM) dan 15-20 hari tanpa penambahan asetosyringone serta diketahui frekuensi
transformasinya sekitar 75% (Giri, Ravindra, Dhingra dan Narasu, 2001). Penelitian
terhadap Cinchona ledgeriana (Rubiaceae), didapatkan hanya pada A. rhizogenes galur LBA
9457 mampu menginduksi akar rambut dan memproduksi kinine (Noli, 2004; Toruan-
Mathius et al., 2004). Pada transformasi Ophiorriza pumila (Rubiaceae) dengan galur ATCC
15834 berhasil menginduksi akar rambut, dimana akar rambut yang muncul dari setiap
eksplan rata-rata sebanyak 20 akar setelah satu minggu transformasi pada medium MS
tanpa penambahan ZPT (Watase et al., 2004).
Jenis medium juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap induksi akar rambut.
Pemilihan medium dasar dan umum seperti Murashige dan Skoog (MS) dan Gamborg (B5)
sering digunakan dalam kultur jaringan dan untuk induksi akar rambut. Perbedaan utama
kedua medium ini terletak pada konsentrasi Nitrogen dan konsentrasi beberapa unsur serta
vitamin lainnya (Gunawan, 1988). Penelitian Ercan dan Taskin, (1999) menyatakan bahwa
medium MS memberikan hasil terbaik untuk induksi (75%) dan memproduksi
antraquinones dari kultur akar rambut Rubia tinctorium. Watase et al. (2004) melaporkan
bahwa medium B5 merupakan medium yang terbaik untuk induksi akar rambut (65%)
pertumbuhan dan menghasilkan Camptothecin lebih tinggi pada tanaman Ophiorriza
pumila.
Pemilihan sumber eksplan juga akan mempengaruhi keberhasikan kultur akar rambut.
Penelitian Herlina (1995) terhadap Nilam ( Pogostemon cablin Benth.) eksplan daun
merupakan eksplan terbaik untuk menginduksi akar rambut. Watase et al. (2004) terhadap
Ophiorriza pumila mendapatkan tunas pucuk sebagai eksplan terbaik. Toruan-Mathius et al.
(2004) mendapatkan bahwa pembentukan akar rambut pada Cinchona succirubra pada
eksplan batang lebih tinggi dibandingkan dengan eksplan daun, yaitu sekitar 63%.
Sedangkan pada C. ledgeriana didapatkan pembentukan akar rambut lebih tinggi pada
eksplan daun, yaitu sekitar 68%.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, serta mengingat prospek dari kultur
akar rambut dan belum banyaknya informasi tentang tanaman C. asiatica, maka dapat
dirumuskan permasalahan, yaitu : 1) galur A. rhizogenes manakah yang dapat menginduksi
pembentukan akar rambut pada tanaman C. asiatica, 2) sumber eksplan manakah yang
terbaik digunakan untuk pembentukan akar rambut pada tanaman C. asiatica, 3) medium
manakah yang optimum untuk pertumbuhan akar rambut pada tanaman C. asiatica dan 4)
apakah senyawa triterpenoid terdeteksi pada akar rambut tanaman C. asiatica.
Berdasarkan rumusan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui galur A. rhizogenes yang dapat menginduksi
pembentukan akar rambut pada tanaman C. asiatica, 2) mendapatkan sumber eksplan yang
terbaik digunakan untuk pembentukan akar rambut pada tanaman C. asiatica, 3)

- 41 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

mendapatkan medium yang optimum untuk pertumbuhan akar rambut pada tanaman C.
asiatica dan 4) mendeteksi senyawa triterpenoid pada akar rambut tanaman C. asiatica.
Hipotesis dari penelitian ini adalah 1) Galur A4 dari A. rhizogenes dapat menginduksi
akar rambut pada tanaman C. asiatica, 2) Daun merupakan eksplan terbaik untuk
pembentukan akar rambut pada tanaman C. asiatica, 3) Medium MS merupakan medium
yang terbaik untuk induksi akar rambut pada tanaman C. asiatica dan 4) Triterpenoid
terdeteksi pada tanaman C. asiatica yang telah diinduksi A. rhizogenes dengan kandungann
lebih tinggi dibandingkan tanaman C. asiatica lapangan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan/Kultur Jaringan,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Biota
Sumatera Bagian Kimia Bahan Alam, Universitas Andalas, Padang.
Penelitian ini dilakukan secara bertahap yang meliputi Tahap 1: Menguji Bakteri A.
rhizogenes yang mampu menginduksi pembentukan akar rambut pada eksplan daun
tanaman Centella asiatica (L.) Urban. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Tahap 2: Konfirmasi transfer T-DNA pada
akar rambut dari tahap 1. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan melakukan uji
GUS (GUS Assay). Tahap 3: Menguji berbagai sumber eksplan tanaman C. asiatica (L.) Urban
sebagai materi awal untuk ditransformasi dengan Bakteri A. rhizogenes. Penelitian ini
dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Tahap 4:
Optimalisasi beberapa medium pertumbuhan terhadap pertumbuhan akar rambut hasil
induksi A. rhizogenes galur A4. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Tahap 5: Pengujian kandungan metabolit sekunder
(Triterpenoid) dan analisis kandungan triterpenoid menggunakan Metoda Kromatografi
Lapis Tipis (KLT).
Prosedur Kerja meliputi fase sterilisasi, pembuatan larutan stok, pembuatan Medium
Padat Murashige and Skoog (MS), pembuatan Medium Cair Murashige and Skoog (MS),
pembuatan Medium Padat ½ Hara Makro Murashige and Skoog (MS), pembuatan Medium
Cair ½ Hara Makro Murashige and Skoog (MS), pembuatan Medium Padat Gamborg (B5),
pembuatan Medium Cair Gamborg (B5), pembuatan Medium Padat ½ Hara Makro Gamborg
(B5), pembuatan Medium Cair ½ Hara Makro Gamborg (B5), pembuatan Medium YMB
Padat, pembuatan Medium YMB Cair, penyediaan eksplan, penanaman eksplan, penyiapan
agrobacterium rhizogenes, dan transformasi eksplan dengan agrobacterium rhizogenes.
Pada tahap analisis data, untuk mengetahui respons pertumbuhan (persentase eksplan
yang membentuk akar rambut dan persentase eksplan yang hidup dan jumlah akar rambut)
dan bobot basah akar rambut hasil percobaan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%.
Untuk membandingkan respons rata-rata terhadap perlakuan digunakan Uji Beda Nyata
Terkecil (Uji BNT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995). Sedangkan waktu inisiasi akar
rambut disajikan secara deskriptif. Hasil pengujian terhadap kandungan campuran
triterpenoid disajikan secara deskriptif dengan membanding setiap perlakuan dan

- 42 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

menganalisis kandungan triterpenoid pada masing-masing perlakuan yang berbeda


tersebut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil inokulasi A. rhizogenes pada eksplan tanaman C. asiatica setelah kultur berumur
30 hari menunjukkan bahwa galur A4 dan LBA 9457 mampu menginduksi pembentukkan
akar rambut, sedangkan galur ATCC 15834 tidak mampu menginduksi pembentukan akar
rambut. Waktu inisiasi akar rambut, persentase eksplan yang hidup dan persentase
munculnya akar rambut pada tanaman C. asiatica yang ditransformasi dengan galur ATCC
15834, galur A4 dan galur LBA 9457 bakteri A. rhizogenes disajikan pada Tabel.
Galur ATCC tidak dapat menginduksi terbentuknya akar rambut, sedangkan galur A4
dan galur LBA 9457 dapat menginduksi terbentuknya akar rambut dengan rata-rata waktu
inisiasi yang berbeda. Waktu inisiasi tercepat ditunjukkan pada galur A4, dimana eksplan
yang diinokulasi dengan bakteri A. rhizogenes galur A4, akar rambut terbentuk mulai ke-12
HSI sampai ke-20 HSI dengan rerata 16,3±2,88 hari setelah inokulasi (HSI) untuk semua
ulangan, sedangkan pada eksplan yang diinokulasi dengan galur LBA 9457 hanya satu
eksplan yang mampu membentuk akar rambut, yaitu pada hari ke-25 setelah inokulasi
(HSI).
Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan galur A. rhizogenes untuk
menginokulasi sel tanaman C. asiatica, dan tidak terbentuknya akar rambut pada kontrol
dan galur ATCC 15834 menunjukkan tidak terjadinya transfer T-DNA bakteri ke dalam
genom tanaman. Dalam Ermayanti et al. (2000) menyatakan bahwa terjadinya transfer T-
DNA bakteri ke dalam DNA tanaman menyebabkan terbentuknya akar rambut pada tempat
yang diinfeksikan. Pada galur A4 persentase eksplan hidup 100% dan persentase muncul
akar rambut 100%, pada galur LBA 9457 persentase eksplan hidup 66,7% dan persentase
muncul akar rambut 16,7%, sedangkan pada perlakuan galur ATCC 15834 dan tanpa bakteri,
tidak satupun eksplan yang hidup ataupun muncul akar rambut. Terjadinya perbedaan
persentase hidup dan persentase muncul akar rambut dimungkinkan karena beberapa hal
antara tidak adanya kesesuaian antara genom tanaman dengan isolat bakteri.
Menurut Giri et al. (2001) efisiensi transformasi masing-masing galur bakteri berbeda
pada setiap galurnya, selain memberikan efek mereduksi waktu inisiasi akar rambut juga
akan meningkatkan persentase hidup. Karena Keberadaan senyawa fenolik seperti
asetosiringone, α hidroksil asetosiringone, dan monosakarida seperti glukosa atau galaktosa
diketahui juga berfungsi untuk menginduksi transkripsi berbagai gen vir yang
meningkatkan efisiensi transformasi itu sendiri.
Secara umum, respons awal eksplan tanaman setelah diinokulasi dengan bakteri A.
rhizogenes menunjukkan pembentukan akar rambut. Pada eksplan daun tanaman C. asiatica
yang diinokulasikan dengan beberapa galur A. rhizogenes juga memperlihatkan respons
pembentukan akar rambut dan respons lainnya eksplan tetap hidup tanpa terbentuk akar
rambut ataupun tanpa menunjukkan respon (mati).

- 43 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Gambar 1. Respons Tanaman Centella asiatica. (A) membentuk akar rambut, (B) tetap
hidup tanpa membentuk akar rambut, (C) tidak ada respons (mati)

Pada eksplan yang diinokulasi dengan galur A4 semua menunjukkan respons


membentuk akar rambut, sedangkan pada eksplan yang diinokulasi dengan galur LBA 9457
hanya satu eksplan yang memberikan respons membentuk akar rambut, tiga eksplan tetap
hidup tanpa membentuk akar rambut dan dua eksplan lainnya tidak menunjukkan adanya
respons (mati). Pada perlakuan kontrol dan eksplan yang diinokulasi dengan galur ATCC
15834 semua tidak memperlihatkan respons (mati). Menurut Gunawan et al. (1991), pada
beberapa spesies tanaman, akar rambut muncul secara langsung di tempat inokulasi, tetapi
pada spesies tertentu awalnya akan muncul kalus pada tempat inokulan yang akhirnya akan
membentuk akar rambut, dan pada keadaan normal akar rambut akan muncul pada kisaran
waktu 1 sampai 4 minggu setelah inokulasi.
Bukti telah terintegrasinya T-DNA palsmid Ri bakteri A. rhizogenes galur A4 ke dalam
genom tanaman C. asiatica dilakukan dengan Uji GUS. Pada akar rambut C. asiatica yang telah
direndam dalam larutan X-Gluc selama 24 jam memperlihatkan terbentuknya bintik biru
(Gambar 6C) pada sel akar. Ini membuktikan bahwa T-DNA dari plasmid telah terintegrasi
ke dalam sel tanaman. Stomp (1992 cit. Herlina, 1995) menyatakan bahwa gen GUS
merupakan gen reporter yang mengkode sintesis β-glucuronidase, yaitu suatu enzim yang
dapat menghidrolisis substrat tidak berwarna 5 bromo-4cloro-3indolyl glucuronide (X-
Gluc) menjadi berwarna biru.

Gambar 2. Penampang Akar Rambut yang Telah Diuji GUS. (A) Akar tanaman normal
(Kontrol), (B) Akar rambut tanpa warna biru, (C) Akar rambut yang ditransformasi A.
rhizogenes dengan warna biru

Dari hasil uji GUS pada akar rambut yang telah dilakukan juga terlihat bahwa warna
biru ada yang menutupi seluruh akar atau sebagian akar saja, atau bahkan tidak terlihat
sama sekali. Ini dimungkinkan karena transformasi terjadi secara menyeluruh (seluler) atau

- 44 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

sebagian saja (chimera). Penelitian Herlina (1995) juga didapatkan adanya akar rambut
setelah diuji GUS tidak membentuk bintik biru. Penyebab lainnya tidak terlihat bintik biru
dimungkinkan karena bagian akar rambut yang diambil secara acak sehingga ada
kemungkinan bagian akar rambut yang dipotong untuk di uji GUS bukan bagian yang
jaringannya terintegrasi T-DNA sehingga tidak terlihat adanya bintik biru.
Waktu Inisiasi Akar Rambut, Persentase Eksplan yang Hidup, Persentase Munculnya
Akar Rambut dan Jumlah Akar Rambut (akar utama) dari beberapa Eksplan Centella asiatica
(L.) Urban yang ditansformasi dengan Galur A4 Bakteri Agrobacterium rhizogenes dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Respons Pertumbuhan
Rata-rata Waktu
Munculnya
No. Perlakuan Inisiasi Akar Eksplan yang Jumlah Akar
Akar Rambut
Rambut (HSI) Hidup (%) Rambut
(%)
1. A. Eksplan 26,8 ± 2,86 100 66,7 4,2ab
Daun
B. Eksplan
2. 19,6 ± 5,50 100 55,6 1,7a
Tunas
C. Eksplan
3. 12,1 ± 4,17 100 100 5,3b
Internodus
Keterangan:
HSI (hari setelah inokulasi). Rata-rata diikuti dengan nilai Standar deviasinya. Data yang
dianalisis telah ditransformasi dengan (√y + 0,5). Angka-angka yang ditandai dengan huruf
yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNTα = (0,05).

Tabel 1. Waktu Inisiasi Akar Rambut, Persentase Eksplan yang Hidup, Persentase
Munculnya Akar Rambut dan Jumlah Akar Rambut (akar utama) dari Beberapa Eksplan C.
Asiatica yang Ditansformasi dengan Galur A4 Bakteri Agrobacterium rhizogenes

Waktu Inisiasi Akar Rambut dari beberapa eksplan C. asiatica yang ditransformasi
dengan galur A4 bakteri A. rhizogenes berbeda-beda. Waktu inisiasi tercepat didapatkan
pada eksplan internodus, pada kisaran waktu ke-7 HSI sampai ke-20 HSI dengan rerata
12,1±4,17 HSI, diikuti oleh eksplan tunas dengan kisaran waktu ke-12 HSI sampai ke-18 HSI
dengan rerata 19,6±5,50 HSI,dan waktu inisiasi terlama didapatkan pada eksplan daun
dengan kisaran waktu ke-7 HSI sampai ke-20 HSI dengan rerata 26,8±2,86 HSI. Terjadinya
perbedaan antara persentase hidup eksplan dengan persentase munculnya akar rambut
dimungkinkan juga karena perbedaan umur dan status fisiologis eksplan yang
digunakan.Venkatachalam et al. (1998 cit. Noli, 2004) menyatakan bahwa pemilihan
jaringan sebagai materi awal yang digunakan merupakan salah satu faktor terpenting yang
mempengaruhi keberhasilan dan efisiensi transformasi. Hal tersebut tergantung kepada
umur dan status fisiologis dari jaringan. Semakin muda bagian tanaman yang digunakan
sebagai sumber eksplan, semakin baik dalam membentuk akar rambut.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap beberapa sumber eksplan tanaman C. asiatica
yang telah ditransformasi dengan A. rhizogenes menunjukkan respons pertumbuhannya
- 45 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

langsung membentuk akar rambut, tidak ada yang membentuk kalus terlebih dahulu. Akar
rambut pada eksplan daun muncul pada bagian yang terluka dengan posisi yang
tersembunyi karena daun yang digunakan sebagai eksplan menggulung. Pada tunas apikal
akar rambut muncul 1–2 dengan ukuran yang umumnya lebih panjang dibandingkan dengan
akar rambut yang muncul pada eksplan internodus, tetapi pada eksplan internodus
kecenderungannya akar muncul awalnya antara 2–4 akar dan membentuk percabangan
akar yang lebih banyak.

Gambar 3. Eksplan dan Pertumbuhan Eksplan Centella Asiatica setelah Ditransformasi


dengan Galur A4 Bakteri Agrobacterium Rhizogenes. (A) Eksplan Daun, (B) Eksplan Tunas
Apikal, (C) Eksplan Internodus, (D) Akar Rambut pada Daun, (E) Akar Rambut pada Tunas
Apikal, dan (F) Akar Rambut pada Internodus

Dari penelitian ini ditemukan bahwa kebanyakan eksplan tunas apikal lebih tinggi
tingkat kontaminasinya oleh jamur, sedangkan pada daun dan nodus tingkat kontaminasi
oleh jamur lebih rendah. Ini dimungkinkan karena pada eksplan tunas apikal daun masih
menggulung, setelah diinokulasi dengan bakteri dan siap ditanamkan ke medium, bagian
daun yang masih menggulung tersebut diduga masih mengandung sisa-sisa air sehingga sisa
air tersebut menyebabkan kelembabannya lebih tinggi dan memungkinkan untuk
berkembangbiaknya jamur. Sedangkan pada eksplan daun dan internodus kontaminasi
jamur lebih sedikit karena sebelum eksplan ditanam ke dalam medium, eksplan sudah
kering dari sisa-sisa air.
Berat basah akar rambut hasil transformasi Bakteri A. rhizogenes galur A4 yang
dikultur pada medium dasar cair MS, MS ½ hara makro, B5 dan B5 ½ hara makro selama 4
minggu setelah sebelumnya disubkultur pada medium padat yang sama selama satu minggu,
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No. Perlakuan Rata-rata Berat Basah Akar Rambut (mg)
1. A. Medium cair MS 1,85a
2. B. Medium cair MS ½ hara makro 3,60b
3. C. Medium cair B5 1,45a

- 46 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

4. D. Medium cair B5 ½ hara makro 2,15a


Keterangan:
Angka-angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNTα
= (0,05)
Tabel 2. Berat Basah Akar Rambut Centella Asiatica (L.) Urban yang Dioptimasi dengan
Beberapa Medium Pertumbuhan setelah IV Minggu (dalam miligram)

Terlihat bahwa jenis medium memengaruhi berat basah akar rambut secara bermakna.
Berat basah akar rambut tertinggi didapatkan pada perlakuan medium MS dengan
konsentrasi ½ hara makro, yaitu sebesar 3,6 mg, berbeda nyata dengan medium B 5 dengan
konsentrasi ½ hara makro (2,15 mg), medium MS konsentrasi penuh (1,85 mg) dan medium
B5 konsentrasi penuh (1,45 mg). Pengaruh jenis medium terhadap pertumbuhan bervariasi,
tergantung jenis tanaman yang dikultur.

Gambar 4. Pertumbuhan Akar Rambut Centella Asiatica setelah Dioptimasi dalam Beberapa
Medium Cair. (A) Sumber Akar Rambut (B) Akar Rambut yang Memperlihatkan Respons
Pertumbuhan, (C) Akar Rambut yang Tidak Memperlihatkan Respons pertumbuhans

Akar rambut yang dioptimasi pada beberapa medium pertumbuhan, selain


memperlihatkan respons pertumbuhan berupa terbentuknya percabangan akar rambut,
juga ada yang tidak memperlihatkan respons pertumbuhan dan bahkan ada akar rambut
yang diselubungi oleh jamur. Respons yang beragam tersebut dikarenakan berbagai faktor.
Ketidakcocokan komposisi sukrosa sebagai sumber karbon dalam medium dengan
komposisi senyawa dalam medium serta faktor eksternal lainnya akan mempengaruhi
pertumbuhan. Giri dan Narasu (2000) menjelaskan bahwa pada kultur akar rambut ada
beberapa faktor seperti konsentrasi sukrosa dan nitrogen alami dalam perbandingan
tertentu serta faktor cahaya dan temperatur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan,
produksi biomas total dan produksi metabolit sekunder.
Dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan terhadap nilai Rf pada eluen
kloroform dan methanol (9:1) yang ditentukan dengan menggunakan standar pembanding
Triterpenoid Centella asiatica (L.) Urban, terlihat berwarna cokelat violet sampai violet
setelah dilakukan penampakan noda dengan menggunakan asam sulfat 5% dalam methanol
(Wagner dan Sabine, 1995).
Berdasarkan hal tersebut, maka didapatkan 2 pita pembanding berdasarkan tingkatan
standarnya, yaitu pita a (0,275) dan pita b (0,488). Pembanding merupakan triterpenoid
- 47 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

yang belum dimurnikan sehingga pola noda (pita) yang dihasilkan tidak dapat ditentukan
apakah pita adalah asiatikosida, asam asiatat atau asam madekasat. Senyawa triterpenoid
terdeteksi pada ketiga sampel C. asiatica yang diujikan baik pada sampel akar rambut, akar
tanaman lapangan dan akar tanaman hasil kultur in vitro dalam medium MS0. Pada sampel
akar rambut didapatkan harga Rf (0,388 dan 0,475, harga Rf akar tanaman lapangan (0,306
dan 0,431) dan Rf akar tanaman hasil kultur in vitro dalam medium MS0 (0,294 dan 0,413).
Harga Rf merupakan tetapan fisika untuk setiap senyawa dan didefinisikan sebagai jarak
yang ditempuh senyawa dari titik awal sampai ke titik berhenti dibagi dengan jarak
pelarutnya (eluen).
Berdasarkan nilai Rf yang didapatkan, dimungkinkan juga untuk membuat klasifikasi
semua senyawa yang ada menurut tingkatan pitanya, terlihat bahwa triterpenoid pada akar
rambut yang merupakan hasil transformasi Agrobacterium mempunyai tingkat differensiasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan triterpenoid pada akar tanaman lapangan dan akar
tanaman hasil kultur in vitro dalam medium MS0. Differensiasi yang terlihat meliputi nilai Rf
yang lebih tinggi dan ditemukannya pita berbeda a5, dan tidak terlihatnya pita berbeda a3
dan a4 seperti yang terlihat pada sampel akar tanaman lapangan dan akar tanaman hasil
kultur in vitro dalam medium MS0.
Berdasarkan intensitas warna yang terbentuk pada kromatogram, adanya tingkat
ketebalan warna yang berbeda-beda dimungkinkan juga sebagai petunjuk perbedaan
kandungan senyawa yang terdapat di dalam sampel. Diduga semakin banyak kandungan
senyawa yang ada di dalam sampel yang diujikan, semakin tebal pula pita yang terbentuk.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa (1)
Pada galur A4 dihasilkan waktu rata-rata inisiasi terbaik dalam menginduksi akar rambut
(16,3±2,88) dengan persentase hidup 100% dan persentase muncul akar rambut 100%.
Konfirmasi terintegrasi nya T-DNA dengan uji GUS memperlihatkan terbentuknya bintik
biru. (2) Eksplan internodus memperlihatkan waktu rata-rata inisiasi tercepat (12,1±4,17)
dengan persentase hidup 100% dan persentase muncul akar rambut 100%, diikuti eksplan
tunas dengan waktu inisiasi (19,6±5,50) dengan persentase hidup 100% dan persentase
muncul akar rambut 55,6%, eksplan daun dengan waktu inisiasi (26,8±2,86) dengan
persentase hidup 100% dan persentase muncul akar rambut 66,7%. Rata-rata jumlah akar
rambut eksplan internodus (5,3) tidak berbeda nyata dengan eksplan daun (4,2), tetapi
berbeda nyata dengan eksplan tunas (1,7). (3) Jenis medium memengaruhi berat basah akar
rambut secara bermakna. MS ½ hara makro merupakan medium terbaik untuk
pertumbuhan akar rambut dengan hasil berbeda nyata dibandingkan dengan medium MS,
B5 dan B5 ½ hara makro. (4) Triterpenoid terdeteksi pada akar rambut C. asiatica.
Differensiasi terlihat pada Kromatogram untuk sampel ekstrak akar rambut yaitu ditemukan
pita unik a5 dan tidak terlihat pita unik a3 - a4 seperti terlihat pada sampel ekstrak akar
tanaman lapangan dan sampel ekstrak akar tanaman hasil kultur pada medium MS0.

- 48 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik, penulis memberikan saran bagi peneliti di masa
depan agar meneliti variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Balittro. (2006). Rencana strategis balai penelitian tanaman obat dan aromatis 2006-2009.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Balai Penelitian dan Tanaman Obat Aromatis. Bogor.
Ercan, G. A. & Taskin, M. K. 1998. Agrobacterium rhizogenes-mediated hairy roots formation
in some rubia tinctorum l. populations grown in Turkey. Tubitak. 23, 373-377.
Ermayanti, T.M., L. Sari., E.M.R. Siregar & D. Sudrajat. (2000). Transformasi mimba
(azadirachta indica a. juss) dengan agrobacterium rhizogenes galur ATCC 15834.
Dalam Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi Pertanian. Publitbang Bioteknologi.
LIPI.
Giri, A. & M. L. Narasu. (2000). Transgenic hairy roots: Recent trends and applications.
Biotechnology Advances. 18, 1-22.
Giri, A., S. T. Ravindra., V. Dhingra & M. L. Narasu. 2001. Influence of different strains of
agrobacterium rhizogenes on induction of hairy roots and artemisinin production in
artemisia annua. Current Science. 81(4), 378-382.
Gomez, K. A dan A. A. Gomez. (1995). Prosedur statistik untuk penelitian pertanian. Edisi
kedua. (Terjemahan). Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Gunawan, L. W. (1988). Teknik kultur jaringan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi
(PAUB). Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Gunawan, L. W., N. A. Mattjik., E. Sjamsudin., A. Wiendi & A. Ernawati. (1991). Bioteknologi
tanaman. Tim Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi (PAUB). Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Herlina, N. D. (1995). Kepekaan Nilam (Pogostemon cablin Benth) terhadap Infeksi
Agrobacterium rhizogenes. Tesis Jurusan Biologi. Institut Pertanian (IPB). Bogor.
Lasmadiwati, E., M. M. Herminati, & Y. H. Indriani. 2002. Pegagan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lorence, A., F. Medina-Bolivar dan C.L. Nessler. (2003). Camptothecin and 10-
Hidroxycamptothecin from camptotheca acuminate. Plant Cell Report. 22(6), 437-
441.
Maksum, R. (2005). Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat
herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia. Depok. II(3), 113-126.
Nath, S dan A. K. Buragohain. (2003). In vitro method for propagation of centella asiatica (L.)
urban by shoot tip culture. J Plant Biochemistry and Biotechnology. Department of
Molekular Biology and Biotechnology Tezpur University. India. 12, 167-169.
Noli, Z.A. 2004. Pertumbuhan dan produksi alkaloid kinolina dari kultur akar rambut kina
(cinchona ledgeriana moens. dan cinchona succirubra pavon ex klotzsch) hasil

- 49 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

transformasi Agrobacterium rhizogenes galur LBA 9457. Disertasi Universitas


Padjajaran. Bandung.
Toruan-Mathius, N., Reflini., Nurhaimi., Haris., Santoso., A. Priangani dan Roswiem. (2004).
kultur akar rambut cinchona ledgeriana dan cinchona succirubra dalam kultur in
vitro. Menara Perkebunan. 72 (2) : 72-78.
Watase, I., H. Sudo., M. Yamazaki dan K. Saito. (2004). Regeneration of trans-formed
ophiorrhiza pumila plants production camptothecin. Plant Biotechnology. 21(5),
337-342.

- 50 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

Demarlinda Br Sitepu
SMAN 2 Kabanjahe, Sumatera Utara
demarlindasitepu@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Kristen Protestan dengan materi pokok Gereja. Subjek penelitian adalah kelas XII
IPA-3 yang terdiri dari 32 orang. Dalam Penelitian ini, digunakan dua instrumen, yaitu tes
hasil belajar dan angket aktivitas. Hasil belajar siswa dengan menerapkan Model
Pembelajaran TGT pada post-test I dan post-test II mengalami peningkatan dari 68,7
menjadi 77,4 dengan ketuntasan klasikal sebesar 93,8%. Data aktivitas siswa berdasarkan
pengamatan pada siklus I berupa menulis/membaca (29,5%), bekerja (34,5%), bertanya
sesama teman (23%), bertanya kepada guru (14%), dan yang tidak relevan dengan KBM
(4,5%). Data tersebut meningkat pada siklus II berupa menulis/membaca (30%), bekerja
(34,5%), bertanya sesama teman (23,22%), bertanya kepada guru (9,55%), dan yang tidak
relevan dengan KBM (2,73%). Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.
Kata Kunci: hasil belajar, aktivitas siswa, pembelajaran kooperatif tipe TGT

Abstract
This study aimed to improve student learning outcomes and activities by applying the TGT
type cooperative learning model to the Protestant Religion Education subject with the main
material of the Church. The research subject was class XII IPA-3 which consisted of 32
people. In this study, two instruments were used, namely learning outcomes tests and
activity questionnaires. Student learning outcomes by applying the TGT Learning Model in
post-test I and post-test II increased from 68.7 to 77.4 with classical completeness of 93.8%.
Student activity data based on observations in the first cycle revealed writing/reading
(29.5%), working (34.5%), asking fellow friends (23%), asking the teacher (14%), and those
that were not relevant to KBM (4.5%). The data increased in the second cycle with
writing/reading (30%), working (34.5%), asking fellow friends (23.22%), asking the
teacher (9.55%), and those not relevant to KBM (2.73%). It could be concluded that the TGT
type of cooperative learning model could improve student learning outcomes and activities.
Keywords: learning outcomes, student activities, TGT cooperative learning

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin canggih sangat berpengaruh
terhadap lembaga pendidikan. Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang
pendidikan diperlukan suatu peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan
pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi perkembangan masyarakat, tantangan global, serta kebutuhan pembangunan.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut, disusunlah kurikulum yang
mengalami perkembangan dan penyesuaian sesuai dengan perkembangan zaman (Syaiful
Sagala, 2003).

- 51 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Pengalaman sebagai guru Agama Kristen selama ± 20 tahun mengajar di sekolah


menunjukkan masih banyak kelemahan-kelemahan selama kegiatan belajar mengajar,
seperti nilai siswa yang rendah serta motivasi belajar yang kurang. Adapun faktor yang
menyebabkan masalah-masalah ini adalah metode mengajar yang digunakan selalu metode
ceramah dari masa ke masa.
Melalui penelitian tindakan kelas ini akan jelas akar permasalahan masalah itu sendiri.
Untuk mengurangi permasalahan hasil belajar siswa dan aktivitasnya selama kegiatan
belajar mengajar, maka peneliti (sekaligus guru) menerapkan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments). TGT merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah dan
memahami materi dengan bermain dan bertanding. Dengan pembelajaran kooperatif tipe
TGT ini, siswa dilatih untuk membantu sesama temannya dan bekerja sama dengan baik.
Implikasinya adalah adanya penghargaan yang harus diberikan kepada kelompok yang
kinerjanya baik. Dengan adanya suatu permainan dalam kelompok kecil, diharapkan siswa
aktif dan memperoleh tambahan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah yang
berhubungan materi agama Kristen.
Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar dan bermain bersama
kelompoknya diharapkan mampu memberikan sumbangan pada peningkatan motivasi
siswa agar lebih bersemangat dan berminat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Materi gereja merupakan materi agama Kristen yang diberikan di kelas
XII yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Kristen Protestan dengan materi pokok Gereja. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara individu dan aktivitas
belajar siswa.

METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan ini terdiri dari 4 tahap pada setiap siklus, yakni perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Kabanjahe 11
Jamin Ginting Kabupaten Karo. Subjek penelitian adalah kelas XII IPA-3 yang terdiri dari 32
orang. Instrumen penelitian ini ada dua, yaitu tes hasil belajar dan angket aktivitas. Angket
aktivitas belajar siswa dikembangkan dari konsep model pembelajaran kooperatif dengan
indikator berupa (a) menulis dan membaca, (b) mengerjakan, (e) bertanya pada teman, (d)
bertanya pada peneliti, dan (e) mengerjakan yang tidak relevan.
Lama pengamatan menggunakan angket aktivitas lebih kurang 20 menit. Pencatatan
aktivitas siswa dilakukan 2 menit sekali sehingga banyaknya pencatatan pengamatan untuk
satu kali pertemuan adalah 10. Skor maksimal setiap siswa dalam satu pertemuan adalah 10.
Jika dalam satu kelompok berjumlah 5 orang, maka jumlah skor aktivitas maksimal dari
kelompok tersebut adalah 5x10=50.

- 52 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Jika jumlah pertemuan ada 4 kali untuk diamati aktivitasnya, maka aktivitas
maksimalnya menjadi 5x10x4=200. Selanjutnya jika dalam suatu kelas ada 4 kelompok yang
diamati aktivitasnya, masing-masing kelompok berjumlah 5 orang, dan jumlah tatap muka
(pertemuan) yang diamati 4 kali, jumlah skor aktivitas maksimal dari keempat kelompok
yang diamati tersebut adalah 5x10x4x4=800
Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah
tindakan. Sebagai tolok ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari
hasil tes, yakni jika hasil belajar siswa mencapai 85% secara klasikal (Mulyasa, 2002).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti mengumpulkan data dan informasi tentang
subjek penelitian. Data-data yang dikumpulkan antara lain daftar nama siswa kelas XII IPA-
3 dan data hasil pre-test siswa. Soal pre-test terdiri dari 25 soal pilihan ganda. Nilai terendah
untuk adalah 32 yang diperoleh 3 orang siswa dan tertinggi adalah 64 yang diperoleh 2
orang siswa. Nilai rata-rata kelas adalah 47,1 dengan standar deviasi 9,0 dalam kategori
tidak tuntas atau ketuntasan klasikal adalah 0%. Ini berarti siswa tidak mempersiapkan diri
belajar di rumah untuk tiap materi baru sebelum datang ke sekolah.
Data post-test 1 diuraikan dalam tabel berikut,

Nilai Frekuensi Rata-Rata Standar Deviasi


42 2
50 2
58 5
67 6 68,7 12,0
75 11
83 6
Jumlah 32
Tabel 1. Distribusi Hasil Post-test 1

Merujuk pada tabel tersebut, nilai terendah Post-test 1 adalah 42 dan tertinggi adalah
83. Nilai rata-rata kelas adalah 68,7 dengan standar deviasi 12,0. Siklus I ini belum dikatakan
berhasil karena masih ada 9 orang yang nilainya masih di bawah 65 dengan ketuntasan
klasikal adalah 71,9%. Data hasil post-test I ini juga disajikan dalam grafik histogram sebagai
berikut.

- 53 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

12 Grafik Post-test I
10
8
6
4
2
0
42 50 58 67 75 83
Frekuensi 2 2 5 6 11 6

Gambar 1. Grafik Data Hasil Post-test I

Siklus II dilaksanakan dengan membuat perbaikan-perbaikan terhadap siklus I. Data


untuk post-test II diuraikan dalam tabel berikut.

Nilai Frekuensi Rata-Rata Standar Deviasi


62 2
69 11
77 9
85 5 77,4 10,2
92 3
100 2
Jumlah 32
Tabel 2. Distribusi Hasil Post-test 1

Merujuk pada tabel di atas, nilai terendah untuk post-test II adalah 62 dan tertinggi
adalah 100. Nilai rata-rata kelas adalah 77,4 dengan standar deviasi 10,2. Masih ada 2 orang
yang mencapi nilai di bawah 65. Ketuntasan klasikal adalah 93,8%. Maka post-test II ini
dikatakan berhasil karena ketuntasan klasikal telah melebihi 85%. Data hasil post-test II ini
dapat juga disajikan dalam grafik histogram sebagai berikut.

15
Grafik Post-test II
10

0
42 69 77 85 92 100
Frekuensi 2 11 9 5 3 2

Gambar 2. Grafik Data Hasil Post-test II

- 54 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Merujuk pada tabel-tabel hasil tes yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dilihat
nilai rata-rata tes siswa sebelum diterapkan model pembelajaran TGT adalah 47,1 dan
setelah diterapkan model pembelajaran TGT, meningkat menjadi 68,7 pada siklus I dan 77,4
pada siklus II.
Peningkatan hasil tes siswa dapat dilihat melalui tabel dan histogram berikut.
No. Hasil Tes Data Awal Siklus I Siklus II
1. Nilai Tertinggi 64 83 100
2. Nilai Terendah 32 42 62
3. Rata-Rata Nilai Tes 47,1 68,7 77,4
4. Ketentuan Klasikal 0% 71,9% 93,8%
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa sebelum Penelitian dan akhir Siklus I dan II

120

100
Grafik Hasil Belajar Kognitif
80

60

40

20

0
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata Nilai Tes Ketuntasan Klasikal
Data Awal 64 32 47.1 0%
Siklus 1 83 42 68.7 71.90%
Siklus 2 100 62 77.4 93.80%

Gambar 3. Grafik Hasil Belajar Kognitif

Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan


oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM atau 40 menit dalam
satu siklus. Dengan pengamatan setiap 2 menit, maka nilai maksimum yang mungkin
teramati untuk satu kategori aktivitas selama 40 menit adalah 20 kali. Pada siklus I rata-rata
aktivitas 1, yakni menulis dan membaca memperoleh proporsi 29,5%. Aktivitas
mengerjakan dalam diskusi mencapai 30%. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 23%.
Aktivitas bertanya kepada guru 13% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar
4,5%. Pada siklus II, aktivitas menulis dan membaca naik menjadi 30% yang
mengindikasikan bahwa siswa lebih tertarik bekerja secara individu, namun ternyata
kondisi ini diimbangi dengan kenaikan aktivitas mengerjakan dalam diskusi yang meningkat
menjadi 34,5%. Sementara aktivitas bertanya pada teman naik menjadi 23,22% dan
bertanya pada guru menjadi 9,55%.
Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus II lebih baik dari pada
siklus I. Meskipun kenaikan aktivitas individual seperti menulis dan membaca terjadi pada
siklus II, namun kondisi yang terjadi adalah berimbang antara aktivitas individu tersebut
dengan aktivitas kelompok yang berarti pula bahwa siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

- 55 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Kesimpulan ini diperkuat dengan temuan bahwa aktivitas yang tidak relevan dengan KBM
pada siklus II menyusut mencapai 2,73%. Data aktivitas belajar siswa secara lengkap
disajikan dalam berikut.

Siklus I
No. Aktivitas Jumlah Proporsi ( %)
1. Menulis dan Membaca 59 29,5
2. Mengerjakan 60 30
3. Bertanya pada Teman 46 23
4. Bertanya pada Peneliti 26 14
5. Yang tidak Relavan 9 4,5
Siklus II
No. Aktivitas Jumlah Proporsi
1. Menulis dan Membaca 66 30
2. Mengerjakan 76 34,5
3. Bertanya pada Teman 51 23,22
4. Bertanya pada Peneliti 21 9,55
5. Yang tidak Relavan 6 2,73
Tabel 4. Skor Aktivitas Belajar Siswa

Merujuk pada data pre-test, post-test I, dan post-test II, diketahui bahwa nilai rata-rata
dan ketuntasan kelas mengalami peningkatan, namun pada siklus I peningkatan ini belum
mencapai kriteria minimum yang ditetapkan. Belum tercapainya indikator yang telah
ditetapkan dalam penelitian ini dikarenakan masih ditemukannya permasalahan-
permasalahan yang ada pada siklus I.
Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain adalah siswa mula-mula kurang bisa
menerima pembagian kelompok secara heterogen yang memiliki kemampuan akademis
tinggi, sedang, dan rendah karena mereka sudah terbiasa dengan teman-teman dalam
kelompok sebelumnya yang tidak heterogen. Namun, setelah diberi pengertian oleh guru
akhirnya mereka bisa menerima juga. Selain itu, karena sudah terbiasa dengan pembelajaran
yang teacher-oriented mula-mula siswa merasa bingung sehingga mengakibatkan suasana
kelas agak ramai.
Oleh karena itu, guru melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang ada pada siklus I. Upaya yang dilakukan adalah dengan
memotivasi siswa agar bertanya tentang materi yang belum jelas, lebih berperan aktif baik
dalam diskusi, dalam pengamatan, maupun dalam praktik, meminta siswa untuk
mencermati LKS yang diberikan sebelum bekerja, berdiskusi dan bekerjasama dengan
teman satu kelompoknya dalam mengerjakan tugas.
Pada siklus II sudah tidak lagi ditemukan kendala-kendala berarti karena siswa sudah
dapat menyesuaikan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT. Siswa-
siswa banyak mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan berdiskusi dengan

- 56 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

anggota kelompok. Siswa sudah dapat menerima pembagian kelompok secara heterogen,
masing-masing individu dalam kelompok sudah menyadari akan tanggungjawabnya sebagai
anggota kelompok sehingga kerjasama antaranggota kelolmpok berjalan dengan baik dan
tugas-tugas yang diberikan guru dapat dengan mudah diselesaikan oleh masing-masing
kelompok. Hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan ketuntasan klasikal yang
melebihi indikator keberhasilan. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa model
pembelajaran TGT, yang mengkaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata
siswa melalui komponen-komponen utama dalam pembelajarannya, dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi gereja.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
berhasil meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen Protestan
dengan materi pokok Gereja.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik, peneliti mengajukan beberapa saran. (1)
Melalui penerapan model pembelajaran TGT masih ada beberapa aspek aktivitas belajar
yang perlu ditingkatkan, yaitu bertanya kepada guru dan masih adanya beberapa siswa yang
melakukan aktivitas belajar yang tidak relevan dengan kompetensi yang akan dicapai. Atas
dasar ini, disarankan bagi peneliti lanjut agar melakukan penelitian yang sejenis dengan
lebih mendesain bahan tambahan atau teknik teknik inovatif yang dapat meningkatkan
aktivitas (interaksi dengan siswa dan guru), serta memperkecil persentase siswa yang
melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan kompetensi yang akan dicapai. (2) Melalui
penerapan model pembelajaran TGT, hasil belajar dan aktivitas belajar siswa semakin baik.
Atas dasar ini, disarankan bagi guru-guru untuk menjadikan model pembelajaran TGT
sebagai salah satu model pembelajaran alternatif untuk mengajarkan mata pelajaran
Pendidikan Agama Kristen.

DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, M., dkk. (2000). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Penerbit University Press.
Isjoni. (2009). Cooperative learning. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Lie, A. (2008). Cooperative learning: Mempraktikkan cooperative learning di ruang-ruang
kelas. Jakarta: Grasindo.
Sudjana, N. (2005). Penilaian hasil proses mengajar. Bandung: Penerbit PT Rosdakarya.
Sagala, S. (2008). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sanjaya, W. (2005). Strategi pembelajaran berorientasi standar pendidikan. Jakarta:
Penerbit Kencana.

- 57 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

Imanta Surbakti
SMAN 2 Kabanjahe, Sumatera Utara
imantarumahserit@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata
pelajaran Fisika dengan materi pokok kesetimbangan benda tegar dengan menerapkan
model Pembelajaran Langsung. Subjek penelitian ini adalah kelas XII IPA-1 SMA Negeri 2
Kabanjahe dengan jumlah siswa 31 orang. Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang
masing-masing siklusnya terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning),
tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Hasil penelitian
menunjukkan tes hasil belajar meningkat dari post-test I ke post-test II dengan masing
masing nilai sebesar 78,49 dan 84,94. Ketuntasan juga meningkat dari 67,74% pada siklus I
menjadi 87,10% pada siklus II. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada
siklus I antara lain membaca (26%), mengerjakan (43%), bertanya sesama teman (22,5%),
bertanya kepada peneliti (3,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (5 %). Data tersebut
meningkat di Siklus II antara lain membaca (32,8%), mengerjakan (51,4%), bertanya
sesama teman (9,05%), bertanya kepada peneliti (5,3%), dan yang tidak relevan dengan
KBM (1.4%). Dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Langsung dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata pelajaran Fisika dengan materi
pokok kesetimbangan benda tegar.
Kata Kunci: hasil belajar, aktivitas siswa, Fisika, Pembelajaran Langsung

Abstract
This study aimed to improve student learning outcomes and activities in Physics subject with
the subject matter of rigid body equilibrium by applying the Direct Learning model. The
subject of this research was 31 students in class XII IPA-1 SMA Negeri 2 Kabanjahe. This
research was an action research with each cycle consisting of four steps, namely planning,
action, observation, and reflection. The results showed that the learning outcomes test
increased from post-test I to post-test II with scores of 78.49 and 84.94, respectively.
Completeness also increased from 67.74% in the first cycle to 87.10% in the second cycle.
Student activity data according to the observations in the first cycle included reading (26%),
doing (43%), asking fellow friends (22.5%), asking the researcher (3.5%), and those that
were not relevant to KBM ( 5%). The data increased in Cycle II, including reading (32.8%),
doing (51.4%), asking friends (9.05%), asking the researcher (5.3%), and those that were
not relevant to KBM (1.4%). It could be concluded that the application of the Direct Learning
model could improve student learning outcomes and activities in Physics subject with the
subject matter of rigid body equilibrium.
Keywords: learning outcomes, student activities, Physics, Direct Learning

PENDAHULUAN
Pembelajaran saat ini perlu diarahkan untuk mengembangkan kompetensi peserta
didik yang berhubungan dengan ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik (Bloom dalam
Wena, 2009). Sementara itu, pembelajaran fisika di SMA sebagai bagian rumpun Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi memiliki andil yang besar dalam rangka mencapai kompetensi
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) berupa memahami konsep,

- 58 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

kemampuan menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan memecahkan


masalah, mampuan berpikir analitis, kritis dan kreatif.
Salah satu kendala yang bersifat psikologis yang dihadapi pendidikan IPA khususnya
fisika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menarik bagi siswa. Oleh karena itu,
diperlukan adanya perbaikan di dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa. Salah satu caranya adalah dengan memberikan penataran
atau seminar-seminar untuk memperkenalkan model, metode, strategi, dan lain sebagainya
kepada guru-guru. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru agar guru lebih
bervariasi dalam mengajar sehingga menarik minat siswa.
Berdasarkan pengalaman mengajar dari tahun 1991 sampai tahun 2018 dalam
pelajaran Fisika, banyak masalah yang dihadapi penulis, di antaranya nilai siswa yang
rendah dan motivasi belajar yang kurang. Adapun faktor yang menyebabkan masalah-
masalah ini di antaranya adalah metode mengajar yang digunakan selalu metode ceramah
dari masa ke masa dan juga kurangnya media pembelajaran fisika yang ada di sekolah.
Untuk mencapai kompetensi kognitif dan psikomotorik secara selaras dapat dicapai
melalui pembelajaran praktik. Pembelajaran praktik diharapkan akan memberikan
pengalaman langsung dan nyata kepada siswa sehingga pembelajaran membentuk makna
bagi siswa mengingat keilmuan fisika itu sendiri mempelajari tentang benda dan gejala-
gejala kebendaan maka pembelajaran dengan menyelidiki gejala-gejala kebendaan itu
secara langsung atau praktikum adalah penting. Supriyadi (2004) mengungkapkan bahwa
proses pembelajaran adalah proses pemberian pengalaman, sementara pengalaman yang
paling bermakna adalah pengalaman langsung dan bertujuan, maka percobaan merupakan
media yang tepat untuk itu. Selain itu, model pembelajaran langsung ditujukan pula untuk
membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah.
Beranjak dari argumentasi itu, untuk menyelesaikan permasalahan siswa yang
berhubungan dengan hasil belajar dan aktivitas siswa selama KBM, maka peneliti
melaksanakan penelitian tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa pada mata pelajaran Fisika dengan materi pokok kesetimbangan benda tegar
dengan menerapkan model Pembelajaran Langsung

METODE PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK) yang masing-masing
siklusnya terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2
Kabanjahe Kabupaten Karo dengan materi pokok kesetimbangan benda tegar. Yang menjadi
subjek penelitian adalah 31 siswa kelas XI IPA 1. Instrumen penelitian ini ada dua, yaitu tes
hasil belajar fisika dan angket aktivitas.
Tes hasil belajar fisika diadaptasi dari soal-soal yang terdapat dalam buku buku SMA.
Bentuk soal objektif tes berjumlah 12 soal. Angket aktivitas belajar siswa dikembangkan dari
konsep model pembelajaran langsung. Indikator aktivitas belajar ada lima, yaitu: (a) menulis

- 59 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

dan membaca, (b) mengerjakan, (c) bertanya pada teman, (d) bertanya pada peneliti, dan
(e) mengerjakan yang tidak relevan. Lama pengamatan menggunakan angket aktivitas lebih
kurang 20 menit. Pencatatan aktivitas siswa dilakukan 2 menit sekali sehingga banyaknya
pencatatan pengamatan untuk satu kali pertemuan adalah 10. Skor maksimal setiap orang
siswa dalam satu pertmuuan adalah 10. Jika dalam satu kelompok berjumlah 5 orang maka
jumlah skor aktivitas maksimal dari kelompok tersebut adalah 5x10-50.
Data-data yang terkumpul selama penelitian ini adalah data pre-test siswa, data post-
test pertama, data post-test kedua, dan data aktivitas siswa. Untuk menganalisis data-data
tersebut, digunakan teknik persentase untuk menganalisis tingkat keberhasilan tes hasil
belajar dan teknik deskriptif untuk menganalisis data-data persentase. Sebagai tolok ukur
keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari hasil tes, yakni jika hasil belajar
siswa mencapai 85% secara klasikal (Mulyasa, 2002).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan tindakan I pada siklus I terdapat rangkaian pembelajaran yang terdiri dari
kegiatan awal (pembukaan), inti (pelaksanaan), dan akhir (penutup). Selama proses
pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan kegiatan siswa yang terdiri dari 5
indikator. Setelah kegiatan awal, dilanjutkan ke kegiatan inti. Peneliti menjelaskan materi
tentang titik berat dengan melakukan demonstrasi. Kemudian siswa disuruh membentuk
kelompok diskusi. Siswa diberi untuk dikerjakan bersama. Dalam pengerjaan LKS dalam
kelompok, pengamat melakukan obervasi aktivitas masing-masing siswa dalam satu
kelompok. Data-data yang diperoleh dalam Siklus I diuraikan dalam tabel berikut.

Standar Ketuntasan
Nilai Frekuensi Rata–rata
Deviasi kelas
8 8
17 4
25 6
33 3 26,34 14,28 0,0%
42 8
50 2
Jumlah 31
Tabel 1. Distribusi Hasil Pre-test

Nilai terendah untuk pre-test adalah 8 yang diperoleh 8 orang siswa dan tertinggi
adalah 50 yang diperoleh 2 orang siswa. Dengan KKM yang ditetapkan sebesar 69, tidak
seorang pun mendapat nilai di atas ketuntasan atau ketuntasan secara klasikal adalah 0%.
Nilai rata-rata kelas adalah 26,34 dengan standar deviasi 14,28 dalam kategori tidak tuntas.
Ini berarti siswa tidak mempersiapkan diri belajar di rumah untuk tiap materi baru sebelum
datang ke sekolah. Data hasil ini disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut.

- 60 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

10
Grafik Pre-test
8
6 8 8

4 6

2 4
3 2
0
8 17 25 33 42 50
Proporsi 8 4 6 3 8 2
Gambar 1. Grafik Data Hasil Pre-test

Setelah kegiatan belajar mengajar pada Siklus I berakhir, maka dilakukan post-test I.
Soal pada post-test I tersebut merupakan bagian dari soal pre-test yang sudah diujikan. Data
tersebut disajikan dalam tabel berikut.

Standar Ketuntasan
Nilai Frekuensi Rata-rata
Deviasi Kelas
50 1
67 9
83 20 78,49 10,70 67,74%
100 1
Jumlah 31
Tabel 2. Distribusi Hasil Post-test I
Nilai terendah post-test I adalah 50 dan tertinggi adalah 100. Dengan kriteria
ketuntasan minimal 69, maka 10 orang mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan atau
ketuntasan klasikal adalah sebesar 67,74%. Dengan mengacu pada kriteria ketuntasan
klasikal minimum sebesar 85%, maka nilai ini berada di bawah kriteria keberhasilan
sehingga dapat dikatakan KBM siklus I belum berhasil memberi ketuntasan belajar dalam
kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 78,49 dengan standar devisi 10,70. Data hasil post-test I
ini disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut.

25
Grafik Post-test I
20
15 20
10
5 9
1 2
0
50 67 83 100
Proporsi 1 9 20 2

Gambar 2. Grafik Data Hasil Post-test I

Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan


oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM atau 40 menit dalam

- 61 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

satu siklus. Dengan pengamatan setiap 2 menit, maka nilai maksimum yang mungkin
teramati untuk satu kategori aktivitas selama 40 menit untuk satu orang adalah 10 kali.
Adapun deskripsi aktivitas belajar selama kegiatan belajar mengajar (KBM) siklus I
ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
Siklus I
No. Aktivitas Jumlah Proporsi (%)
1. Menulis, Membaca 52 26
2. Mengerjakan 86 43
3. Bertanya pada teman 45 22,5
4. Bertanya pada Peneliti 7 3,5
5. Yang tidak Relevan 10 5
Tabel 3. Skor Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1, masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu
(1) Kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif.
Mereka memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja
dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini
dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
(2) Beberapa orang siswa menggangu dalam pelaksanaan demonstrasi. Upaya-upaya yang
dilakukan untuk memperbaiki kelemahan yang terjadi pada siklus I yang diterapkan pada
KBM siklus II adalah antara lain (1) Peneliti memberikan peringatan agar setiap siswa
mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok. Bagi siswa yang tidak
mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok, akan dikurangi nilainya. (2) Dua
orang siswa yang menggangu teman yang lain pada saat pelaksanaan demonstrasi
dipisahkan tempat duduknya dan diberi pengawasan lebih.
Kelemahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Adapun pelaksanaan
siklus II pertemuan pertama dan observasinya adalah sebagai berikut.

Standar Ketuntasan
Nilai Frekuensi Rata-rata
Deviasi Kelas
67 4
83 20
84,94 9,85 % 87,1 %
100 7
Jumlah 31
Tabel 4. Distribusi Hasil Post-test II

Nilai terendah untuk post-test II adalah 67 dan tertinggi adalah 100. Dengan kriteria
ketuntasan minimal 69, maka 4 siswa mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan atau
ketuntasan klasikal adalah sebesar 87,1%. Mengacu pada kriteria ketuntasan klasikal
minimum sebesar 85%, maka nilai ini berada di atas kriteria ketuntasan sehingga dapat
dikatakan KBM siklus II telah sangat berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai

- 62 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

rata-rata kelas adalah 84,94 dengan standar deviasi 9,95. Data hasil post-test II ini disajikan
kembali dalam grafik histogram sebagai berikut.

25 Grafik Post-test II
20
15 20
10
5 4 7
0
67 83 100
Proporsi 4 20 7
Gambar 3. Grafik Data Hasil Post-test II

Peningkatan hasil tes siswa dapat dilihat melalui tabel dan histogram berikut.

No. Hasil Tes Pre-test Post-test I Post-test II


1. Nilai Tertinggi 50 100 100
2. Nilai Terendah 8 50 50
3. Rata–rata nilai tes 26,34 78,49 84,94
4. Ketentuan Klasikal 0% 67,74% 81,7%
Tabel 5. Rekapitulasi Pre-test, Post-test I, dan Post-test II

120

100
100 100
80
84.94 81.7
78.49
60 67.74

40 50 50 50

20 26
8 0
0
Ketuntasan Klasikal
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata - rata Nilai Tes
(%)
Data Awal 50 8 26 0
Siklus I 100 50 78.49 67.74
Siklus II 100 50 84.94 81.7

Gambar 4. Grafik Hasil Belajar Kognitif

Adapun deskripsi aktivitas belajar selama KBM siklus II adalah aktivitas belajar yang
berkaitan dengan menulis dan membaca naik menjadi 32,8% yang mengindikasikan bahwa
siswa lebih tertarik bekerja secara individu, namun ternyata kondisi ini diimbangi dengan
kenaikan aktivitas mengerjakan dalam diskusi yang meningkat menjadi 51,4%. Sementara
aktivitas bertanya pada teman turun menjadi 9,05% dan bertanya pada guru meningkat

- 63 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

menjadi 5,3%. Karena proses pelaksanaan pada siklus I dan siklus II telah dapat mencapai
hasil dari pembelajaran yang diharapkan dan telah dapat menjawab rumusan masalah pada
penelitian ini, maka tindakan pembelajaran pada siklus III tidak dilanjutkan lagi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa
penelitian ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata
pelajaran Fisika dengan materi pokok kesetimbangan benda tegar melalui penerapan model
Pembelajaran Langsung.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah ditarik, peneliti merekomendasikan
penerapan model Pembelajaran Langsung meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa
pada mata pelajaran Fisika dengan materi pokok kesetimbangan benda tegar. Guru-guru
diharapkan agar dapat meningkatkan pemahaman dan aplikasi terkait penerapan model
Pembelajaran Langsung.

DAFTAR PUSTAKA
Isjoni. (2009). Cooperative learning. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Joyce, W. & Calhoun. (2010). Models of teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyasa. (2022). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A. M. (2006). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Supriyadi. (2004). Model pembelajaran fisika sekolah: Fisika konseptual. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Trianto. (2009) Mendesain model pembelajaran inovatif progresif. Jakarta: Kencana Media
Group.
Wena, M. (2009). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

- 64 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA

Lesman Tarigan
SMAN 2 Kabanjahe, Sumatera Utara
lesmantarsi@gmail.com

Abstrak
Penelitian tindakan ini bertujuan meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa melalui penerapan model pembelajaran tutor sebaya dalam
pembelajaran matematika. Subjek penelitian ini diambil di kelas XI P.MMIPA 1 SMA Negeri
2 Kabanjahe dengan jumlah siswa 30 orang. Pada siklus I, nilai rata-rata kelas sebesar 52,67
dengan 8 siswa tuntas. Pada siklus II, nilai rata-rata sebesar 86,67 dengan 27siswa tuntas.
Selain itu, afektif siswa juga mengalami peningkatan. Analisis rata-rata afektif siswa
berdasarkan dua pengamatan menunjukkan kejujuran 45%, tanggung jawab 42%, ketelitian
43%, dan kerjasama 44% dengan rata-rata proporsi siklus I adalah 44%. Sedangkan analisis
rata-rata afektif siswa pada siklus II mengungkapkan kejujuran 87%, kedisiplinan 85%,
tanggung jawab 88%, ketelitian 85%, dan kerjasama 82% dengan rata-rata proporsi siklus
II adalah 85%. Peningkatan juga terjadi pada psikomotorik siswa. Analisis rata-rata
psikomotorik siswa siklus I menunjukkan aspek mengamati 45% dan mengomunikasikan
hasil 47% dan rata-rata proporsi pada siklus I adalah 45%. Sedangkan analisis rata-rata
psikomotorik siswa pada siklus II mengungkapkan aspek mengamati 83%, mengumpulkan
data 86%, menganalisis 80%, menginterpretasi 83%, dan mengomunikasikan hasil 83% dan
rata-rata proporsi pada siklus II adalah 83%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotorik siswa.
Kata Kunci: kognitif, afektif, psikomotorik, tutor sebaya, matematika

Abstract
This action research aimed to improve students' cognitive, affective, and psychomotor
abilities through the application of peer tutor learning models in learning mathematics. The
subjects was 30 students of class XI P.MMIPA 1 SMA Negeri 2 Kabanjahe. In the first cycle,
the average value of the class was 52.67 with 8 students completed. In cycle II, the average
score was 86.67 with 27 students completed. In addition, students' affective also increased.
The average affective analysis of students based on two observations showed honesty 45%,
responsibility 42%, accuracy 43%, and cooperation 44% with the average proportion of the
first cycle was 44%. While the average affective analysis of students in the second cycle
revealed 87% honesty, 85% discipline, 88% responsibility, 85% accuracy, and 82%
cooperation with the average proportion of the second cycle was 85%. An increase also
occurred in students' psychomotor. The analysis of the psychomotor average of the first
cycle students showed that the aspect of observing was 45% and communicating the results
of 47% and the average proportion in the first cycle was 45%. While the analysis of the
psychomotor average of students in the second cycle revealed 83% observing aspects,
collecting 86% data, analysing 80%, interpreting 83%, and communicating the results 83%
and the average proportion in the second cycle was 83%. It could be concluded that the
application of the peer tutor learning model could improve students' cognitive, affective, and
psychomotor aspects.
Keywords: cognitive, affective, psychomotor, peer tutoring, mathematics

- 65 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENDAHULUAN
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan, namun pada
realitanya masih banyak guru yang belum dapat dikatakan sebagai guru profesional. Guru
masih cenderung menempatkan dirinya sebagai sumber informasi dan siswa sebagai objek
belajar. Pembelajaran satu arah masih dipertahankan. Penguasaan meteri menjadi satu-
satunya tolok ukur keberhasilan pembelajaran sehingga guru secara menonton memberikan
materi tanpa mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran dan memberikan kesempatan
pada siswa untuk berpikir secara mandiri. Akibatnya siswa menjadi pasif dalam
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa juga rendah karena siswa terbiasa hanya menerima
pembelajaran tanpa harus berpikir secara mandari. Siswa juga sulit mengaplikasikan ilmu
yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai seorang tenaga pendidik, realita di atas juga peneliti hadapi di kelas yang
peneliti ajar, yakni di kelas XI P.MIPA 1 SMA Negeri 2 Kabanjahe. Berdasarkan pengalaman
peneliti selama mengajar, peneliti masih sering melakukan pengajaran satu arah, di mana
peneliti sebagai sumber informasi. Akibatnya siswa menjadi pasif. Khusus pada mata
pelajaran Matematika, siswa malah tampak sangat pasif. Jika guru memberikan soal, jarang
ada siswa yang dengan suka rela mau mengerjakannya di depan kelas, bahkan meskipun
guru memanggil nama siswa, siswa hanya diam.
Memang pembelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang kurang digemari
siswa. Paradigma negatif bahwa Matematika adalah pembelajaran yang sulit sudah melekat
pada diri siswa sehingga minat belajar siswa terhadap pembelajaran Matematika sangatlah
rendah. Siswa menganggap bahwa pembelajaran Matematika sulit untuk dipahami dan
membingungkan karena untuk menyelesaikan satu permasalahan butuh penjabaran yang
panjang. Akibatnya, kemampuan kognitif siswa menjadi rendah. Dari hasil ulangan harian
siswa, hanya 40% siswa yang lulus kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan sekolah.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang diterapkan di sekolah. Kurikulum ini
menuntut siswa untuk memiliki pengetahuan yang cakap, sikap yang mantap, dan
keterampilan yang baik. Namun, hal ini belum menyentuh pada kelas XI P.MIPA 1. Sikap
siswa selama belajar dinilai masih rendah. Siswa masih banyak mencontek yang
menunjukkan bahwa siswa kurang jujur dalam belajar. Siswa juga belum menunjukkan
sikap bertanggung jawab dengan tugas. Kerja sama antar siswa juga masih rendah. Mereka
biasanya bekerjasama pada saat ada tugas yang akan dikumpulkan lalu mereka bersama-
sama melakukan kegiatan mencontek. Hal inilah yang membuat pencapaian aspek sikap
siswa masih rendah.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan keterampilan siswa. Proses mengumpulkan data dan
menginterpretasi meteri pembelajaran saat berdiskusi siswa jauh dari harapan. Siswa belum
mampu untuk mencari bahan materi pelajaran dari sumber lainnya. Mereka biasanya hanya
terpaku pada buku paket yang diberikan dari pihak sekolah. Padahal, banyak sumber-
sumber lain yang bisa menjadi sumber pelajaran untuk materi tertentu.
Pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui
pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan

- 66 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

proses informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan
atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada
orang lain. (Hartoyo, 2000). Hal ini disokong oleh salah satu model pembalajaran kooperatif,
yakni tutor sebaya. Model pembelajaran tutor sebaya merupakan model pembelajaran yang
membuat sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai memberikan
bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Tutor akan bertugas untuk
membantu temannya baik dalam penjelasan materi maupun pengerjaan soal-soal latihan.
Hal ini diyakini mampu memperbaiki keterampilan siswa untuk berkomunikasi dan
kemampuan kognitifnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan tindakan
perbaikan berupa penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa melalui penerapan model
pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran matematika.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pengambilan data untuk penelitian ini
dilakukan di kelas XI P MIPA 1 SMA Negeri 2 Kabanjahe yang berlamat di Jalan Jamin Ginting,
Kabanjahe. Subjek penelitian ini diambil di kelas XI P.MMIPA 1 SMA Negeri 2 Kabanjahe
dengan jumlah siswa 30 orang. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes
berbentuk pilihan berganda dan lembar observasi. Tes hasil belajar ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan observasi untuk mengetahui afektif
dan psikomotorik setelah menerapkan model pembelajaran tutor sebaya. Metode analisis
data menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum
tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data
adalah merekapitulasi nilai pre-test sebelum tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus
II serta menghitung nilai rata-rata atau presentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan
tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II untuk
mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. Yang menjadi indikator keberhasilan guru
mengajar adalah menggunakan KKM mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 2 Kabanjahe
dengan nilai 70 secara individual dan 85% secara klasikal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada tahap perencanaan siklus I, peneliti membuat RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS),
soal tes hasil belajar, dan lembar observasi siswa. Guru juga membagi siswa menjadi 6
kelompok dengan menempatkan tutor (siswa yang berprestasi pada bidang studi
Matematika) pada setiap kelompok. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Proses
pembelajaran dilakukan sesuai RPP yang telah disusun untuk siklus I. Pada pelaksanaan
pembelajaran siklus I ini guru sebagai peneliti dibantu dua guru sejawat yang bertindak
sebagai pengamat yang membantu peneliti mengamati aktivitas belajar siswa.

- 67 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Penilaian afektif diperoleh dari lembar observasi afektif pada saat siswa belajar
matematika. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat dalam setiap kegiatan belajar
mengajar. Hasil observasi afektif siswa disajikan dalam tabel dan grafik berikut.
No. Afektif Skor Persentase
1. Kejujuran 108 45%
2. Kedisiplinan 111 46%
3. Tanggung Jawab 101 42%
4. Ketelitian 102 43%
5. Kerjasama 106 44%
Rata-rata Proporsi 44%
Tabel 1. Skor Afektif Siswa Siklus I

47%
Grafik Afektif Siswa Kelas XI PMIPA 1 Siklus I
Proporsi

46%
45% 46%
44% 45%
43% 44%
42% 43%
41% 42%
40%
Tanggung
Kejujuran Disiplin Ketelitian kerjasama
Jawab
Proporsi 45% 46% 42% 43% 44%

Gambar 1. Grafik Afektif Siswa Siklus I

Hasil aspek psikomotorik diperoleh dari lembar observasi psikomotorik. Hasil


observasi psikomotorik siswa disajikan dalam tabel dan grafik berikut.
No. Psikomotorik Skor Persentase
1. Mengamati 112 47%
2. Mengumpulkan Data 111 46%
3. Menganalisis 99 41%
4. Menginterprestasi 107 45%
5. Mengomunikasikan Hasil 112 47%
Rata-rata Proporsi 45%
Tabel 2. Skor Psikomotorik Siswa Siklus I

Grafik Psikomotorik Siswa Kelas XI PMIPA 1


48%
Siklus I
Proporsi

46% 47% 47%


44% 46%
45%
42%
40% 41%
38%
Mengumpulkan Mengkomunikasi
Mengamati Menganalisis Menginterpretasi
Data kan Hasil
Proporsi 47% 46% 41% 45% 47%
Gambar 2. Grafik Psikomotorik Siswa Siklus I

- 68 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Setelah berakhirnya pelaksanaan siklus I, diadakan tes hasil belajar kognitif yang
selanjutnya disebut sebagai formatif I. hasil belajar kognitif yang diperoleh pada siklus I
selama dua pertemuan disajikan dalam tabel dan grafik berikut.

Nilai Frekuensi Rata-rata Konversi


0 3
20 2
40 7
52,67 2,11 (C+)
60 9
80 9
Jumlah 30
Tabel 3. Distribusi Hasil Formatif I

10% Grafik Kognitif Siswa Kelas XI PMIPA 1


Proporsi

8% 9% 9%
6% 7%
4%
2% 3% 2%
0%
0 20 40 60 80
Proporsi 3% 2% 7% 9% 9%

Gambar 3. Grafik Hasil Formatif I Siswa

Nilai terendah formatif I adalah 0 dan tertinggi adalah 80. Merujuk pada KKM sebesar
70, maka hanya 9 dari 30 orang siswa mendapat nilai ketuntasan atau ketuntasan klasikal
tercapai sebesar 30%. Nilai ini berada di bawah kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85%
sehingga dapat dikatakan KBM siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam
kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 52,67.
Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari rendahnya afektif siswa. Di mana
kejujuran 45%, kedisiplinan 46%, tanggung jawab 42%, ketelitian 43% dan kerjasama 44%
dengan rata-rata proporsi siklus I adalah 44%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan
psikomotorik siswa, di mana mengamati 47%, mengumpulkan data 46%, menganalisis 41%,
menginterpretasi 45%, dan mengomunikasikan hasil 47% dan rata-rata proposi pada siklus
I adalah 45%. Hasil ini tentunya masih jauh dari harapan. Hasil diskusi yang diperoleh siswa
masih belum sesuai dengan materi yang diajarkan.
Tes hasil belajar kognitif dan pengamatan siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat
beberapa permasalahan/kekurangan dalam pelaksanaan tindakan yang perlu diperbaiki
secara lanjut. Beberapa kelemahan pada siklus I yang ditemukan dari faktor siswa adalah
(1) Siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya
sehingga pelaksanaan terhambat oleh aktivitas yang tidak relevan dengan KBM. Siswa
tampak bingung, siswa menggantungkan pekerjaan (LKS) pada teman satu kelompoknya

- 69 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

sedangkan dia mengganggu temannya, atau diam dan menggambar di buku tulisnya. (2)
Tutor tampak malu-malu dalam membimbing temannya. Tutor bekerja sangat dominan
dibanding teman-teman kelompoknya dan individual. Akibatnya anggota kelompoknya
bersifat pasif. (3) Tutor kurang terampil dalam membimbing teman satu kelompoknya. Hal
ini dikarenakan tutor sendiri belum menguasai materi ajar dengan baik. (4) Guru kurang
dalam memotivasi siswa agar lebih aktif selama pembelajaran. Akibatnya siswa kurang
antusias selama pembelajaran.
Setelah melakukan refleksi, untuk menentukan tindakan perbaikan yang akan
dilakukan, peneliti melakukan diskusi dengan tutor dari UNIMED, teman sejawat dan
pengamat peneliti, serta pendamping peneliti dari UNIMED. Diskusi ditujukan untuk
memperoleh tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II. Hal ini dilakukan agar
kesalahan pada siklus I tidak akan terulang dan diharapkan mampu meningkatkan afektif
dan psikomotorik siswa yang bermuara pada perbaikan kemampuan kognitif siswa.
Berdasarkan diskusi tersebut maka diputuskan tindakan perbaikan sebagai berikut.
(1) Guru akan memberikan sanksi pada siswa yang tidak koperatif dan membuat keributan
pada saat diskusi dan guru juga akan memberi sanksi bagi siswa yang tidak mengikuti aturan
yang telah dibuat guru. (2) Guru memotivasi siswa untuk lebih giat dan aktif selama diskusi
dengan mengembalikan hasil diskusi mereka dan juga menginformasikan bahwa siswa yang
tampak aktif akan memperoleh nilai lebih dari temannya yang kurang aktif. (3) Untuk lebih
memotivasi siswa, guru akan membuat media berupa cerita yang sesuai dengan materi ajar
yang akan ditempel di depan kelas agar siswa lebih mudah memahami tentang materi ajar.
(4) Bercermin dari kegagalan seorang tutor memperoleh KKM, maka guru akan
membimbing setiap tutor di luar sekolah sebelum dilakukan pembelajaran di sekolah. Hal
ini bertujuan agar masing-masing tutor menguasai materi ajar lebih dalam dan mampu
membimbing temannya satu kelompok selama diskusi karena sudah dibekali oleh guru
sebelumnya.
Pada siklus II, afektif siswa mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Hasil
pengamatan afektif belajar siswa pada siklus II disajikan dalam tabel dan grafik berikut.

No. Afektif Skor Presentase


1. Kejujuran 208 87%
2. Disiplin 205 85%
3. Tanggung Jawab 211 88%
4. Ketelitian 203 85%
5. Kerjasama 197 82%
Rata-rata Proporsi 85%
Tabel 4. Skor Afektif Siswa Siklus II

- 70 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

90%Grafik Afektif Siswa Kelas XI PMIPA 1 Siklus I


Proporsi 88%
86% 88%
84% 87%
82% 85% 85%
80% 82%
78%
Tanggung
Kejujuran Disiplin Ketelitian Kerjasama
Jawab
Proporsi 87% 85% 88% 85% 82%

Gambar 4. Grafik Afektif Siswa Siklus II

Psikomotorik siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan dibandingkan siklus I.


Hasil pengamatan psikomotorik siswa pada siklus II disajikan dalam tabel dan grafik
berikut.
No. Psikomotorik Skor Persentase
1. Mengamati 199 83%
2. Mengumpulkan Data 206 86%
3. Menganalisis 193 80%
4. Menginterpretasi 198 83%
5. Mengomunikasikan Hasil 199 83%
Rata-rata Proporsi 83%
Tabel 5. Skor Psikomotorik Siswa Siklus II

88% Grafik Psikomotorik Siswa Kelas XI PMIPA 1


Proporsi

86%
84% 86% Siklus I
82%
80% 83% 83% 83%
78% 80%
76%
Mengumpulkan Menginterpretas Mengkominikasi
Mengamati Menganalisi
Data i kan Hasil
Proporsi 83% 86% 80% 83% 83%

Gambar 4.5. Grafik Psikomotorik Siswa Siklus II

Di akhir siklus II diberikan tes hasil belajar sebagai formatif II dengan jumlah soal 5
butir. Pada siklus II ini, kemampuan kognitif siswa sudah mulai baik. Sudah terjadi
peningkatan kemampuan kognitif selama pembelajaran matematika. Hal ini diakibatkan
siswa sudah mulai terbiasa dengan keterampilan menganalisis dan menginterpretasi
sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan hasil belajar siswa. Data formatif
II disajikan dalam tabel dan grafik berikut.
Nilai Frekuensi Rata-rata Konversi
40 1
60 2
86,67 3,47 (A-)
80 13
100 14

- 71 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Jumlah 30
Tabel 6. Distribusi Hasil Formatif II

Nilai terendah untuk formatif II adalah 40 dan tertinggi adalah 100 dengan 3 orang
siswa mendapat nilai di bawah KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 90%. Nilai ini
berada di atas 85% sehingga dapat dikatakan KBM siklus II telah berhasil memberi
ketuntasan belajar pada siswa dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 86,67 dan telah
memenuhi KKM.

Grafik Kognitif Siswa Kelas XI PMIPA


10%
Proporsi

8%
6%
1 9% 9%
7%
4%
2% 3% 2%
0%
0 20 40 60 80
Proporsi 3% 2% 7% 9% 9%

Gambar 4.6. Grafik Hasil Formatif II Siswa

Berdasarkan data siklus II, dapat disimpulkan bahwa siklus II berhasil meningkatkan
kemampuan kognitif selama pembelajaran. Sedangkan untuk perbaikan pembelajaran
sudah tidak banyak yang harus direvisi. Hanya saja guru harus lebih terampil dalam
membagi waktu dan menyiapkan media sebaik dan semenarik mungkin.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menarik kesimpulan bahwa kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model
pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran matematika.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, peneliti menyampaikan beberapa
rekomendasi. (1) Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan tes belajar
siswa dalam bentuk uraian. (2) Untuk memilih siswa yang akan menjadi tutor, guru
hendaknya harus memilih siswa tersebut secara selektif karena keberhasilan pembelajaran
akan sangat dipengaruhi oleh siswa tersebut. (3) Untuk guru pengampu mata pelajaran
matematika agar mempertimbangkan model tutor sebaya sebagai langkah solutif dalam
KBM.

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, H. (2001). Evalusi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. (2002). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Majid, A. (2009). Perencanaan pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nugroho, H., & Meisaroh, L. (2009). Matematika 2. Jakarta: PT. Pelita Ilmu.

- 72 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Sardiman, A. M., (2008). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Penerbit Raja
Grafindo Persada.
Slameto. (2001). Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, U. (2004). Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yamin, M. (2003). Taktik mengembangkan kemampuan individual siswa. Jakarta: Gaung
Persada Press.

- 73 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWPADA MATA


PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR DAN
AKTIVITAS SISWA

Rosmianna Girsang
SMAN 2 Kabanjahe, Sumatera Utara
rosmiannagirsang@gmail.com

Abstrak
Penelitian tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar dan
aktivitas belajar ekonomi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada materi pokok konsep pasar dan pembentukan harga. Tempat penelitian adalah SMA
Negeri 2 Kabanjahe dengan subjek adalah 30 siswa kelas X P. IPS4 SMA Negeri 2 Kabanjahe
tahun pelajaran 2018/2019. Aktivitas belajar siswa diperoleh melalui tes formatif. Hasil
penelitian menunjukkan ketuntasan hasil belajar ekonomi siswa meningkat. Formatif I dan
Formatif II menunjukkan 14 orang siswa tuntas secara individu, sedangkan kelas tidak
tuntas. Pada Siklus II, tuntas secara individu sebanyak 28 orang siswa, sedangkan secara
klasikal adalah tuntas dengan rata-rata siklus I dan siklus II sebesar 69 dan 79 dan
persentase ketuntasan klasikal adalah 46% pada siklus I dan 93 % pada siklus II. Selain itu,
aktivitas belajar ekonomi siswa juga meningkat. Pada Siklus I, aktivitas menulis dan
membaca 38%, mengerjakan LKS 34%, bertanya sesama teman 7%, bertanya kepada guru
11%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 10%. Sedangkan pada Siklus
II, aktivitas menulis dan membaca 45,6%, mengerjakan LKS 33,8%, bertanya sesama
teman 7,5%, bertanya kepada guru 7,5%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar
mengajar 5,6%. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar dan aktivitas belajar pada materi pokok
konsep pasar dan pembentukan harga.
Kata Kunci: hasil belajar, aktivitas belajar, jigsaw, konsep pasar, pembentukan harga

Abstract
This action research aimed to improve the completeness of learning outcomes and economic
learning activities by applying the jigsaw type of cooperative learning model to the subject
matter of market concepts and price formation. The location of research was SMA Negeri 2
Kabanjahe with the subject of 30 students of class X P. IPS4 SMA Negeri 2 Kabanjahe in the
academic year 2018/2019. Student learning activities were obtained through formative
tests. The results of the study showed that the mastery of students' economic learning
outcomes increased. Formative I and Formative II showed 14 students completed
individually, while the class average did not. In Cycle II, 28 students completed individually,
while it was classically completed with an average of 69 in cycle I and 79 in cycle II and the
percentage of classical completeness was 46% in cycle I and 93% in cycle II. In addition,
students' economic learning activities also increased. In Cycle I, writing and reading
activities was 38%, doing LKS was 34%, asking friends was 7%, asking teachers was 11%,
and not relevant to teaching and learning activities was 10%. While in Cycle II, writing and
reading activities was 45.6%, doing LKS was 33.8%, asking fellow friends was 7.5%, asking
teachers was 7.5%, and not relevant to teaching and learning activities was 5.6%. It could be
concluded that the jigsaw cooperative learning model could improve the mastery of learning
outcomes and learning activities on the subject matter of market concepts and price
formation.
Keywords: learning outcomes, learning activities, jigsaw, market concept, price formation

- 74 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan merupakan isu sentral yang terus direncanakan oleh
pemerintah. Pendidikan berkualitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi agar
sumber daya unggul dapat dihasilkan. Harapannya, ke depan bangsa ini siap dengan
pemimpin-pemimpin unggul dan berkualitas. Untuk mewujudkan harapan tersebut,
berbagai cara telah ditempuh pemerintah di bidang pendidikan. Mulai kurikulum hingga
program peningkatan mutu pendidikan yang lebih dikenal dengan sertifikasi guru.
Sekolah pun sebagai lembaga yang bertanggung jawab penuh dengan output yang
dihasilkannya berlomba-lomba untuk meningkatkan mutu pendidikan mulai dari menata
menajemen sekolah, mendatangkan instruktur yang memberikan pelatihan kepada tenaga
pendidik, melakukan penyaringan yang ketat terhadap peserta didik, dan menawarkan
fasilitas lain yang diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Namun, untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh pemerintah, menciptakan
sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas bukanlah upaya yang mudah. Karena
kenyataan di lapangan, banyak kendala kendala yang dihadapi guru dalam mendidik dan
mengajar siswa di sekolah, di antaranya siswa tidak punya motivasi belajar, siswa banyak
yang mengantuk saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa banyak yang berbicara
dengan temannya ketika dijelaskan materi pelajaran, dan siswa ada yang tidak peduli dan
bertindak semaunya sendiri. Sementara itu, pembelajaran ekonomi di kelas X P.IPS 4 SMA
Negeri 2 Kabanjahe berlangsung pada siang hari, siswa sudah lelah, siswa dalam kondisi
sudah lapar, dan metode yang kurang cocok dengan situasi di siang hari. Akumulasi
permasalahan ini mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa ketika ulangan harian 45%
nilainya di bawah standar yang ditetapkan, yakni dengan kriteria ketuntasan minimal 70.
Namun, bukanlah guru yang baik jika hanya membiarkan kondisi itu berlalu begitu
saja. Guru harus mengubah pandangan siswa bahwa semua ilmu pengetahuan penting bagi
mereka, guru harus mencari metode yang tepat bagi siswa kelas X P.IPS 4 sehingga siswa
tertarik untuk mempelajari ilmu ekonomi. Mengajar bukan semata persoalan menceritakan.
Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan pengamatan siswa sendiri. Penjelasan semata
tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang mampu membuahkan hasil
belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Menurut kurikulum 2013, dalam pembelajaran ekonomi disarankan menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan karakteristik konteks ekonomi secara saintifik. Metode,
pendekatan, dan model pembelajaran yang digunakan sebaiknya siswa mengonsumsi
sendiri pengetahuannya dan guru lebih berperan sebagai fasilitator, bukan sumber
informasi utama. Untuk mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengar, melihat,
mengajukan pertanyaan tentangnya, dan menghubungkan apa yang diperolehnya dengan
kenyataan. Bukan hanya itu, siswa perlu menggambarkan sesuatu dengan caranya sendiri,
menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkannya, dan mengerjakan tugas yang
menuntut pengetahuan yang harus mereka dapatkan.

- 75 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka guru perlu memilih model


pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman serta
hasil belajar ekonomi siswa. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai
model pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar
ekonomi. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Kelebihan dari model pembelajaran koopertif tipe jigsaw menurut Nurhadi (2004), Ibrahim
dkk (2003), dan Ratumanan (2002) pada intinya mengatakan bahwa model pembelajaran
koopertif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan argumentasi di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan tujuan untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar dan aktivitas belajar ekonomi
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi pokok konsep
pasar dan pembentukan harga.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian tindakan ini, peneliti berkolaborasi dengan guru-guru SMA Negeri 2
Kabanjahe. Untuk pengambilan data aktivitas, peneliti dibantu oleh pengamat yang
merupakan teman sejawat guru di SMA Negeri 2 Kabanjahe. Lokasi penelitian ini dilakukan
di SMA Negeri 2 Kabanjahe yang terletak di Jalan Jamin Ginting Kabanjuahe. Materi
Pembelajaran yang diterapkan selama pengambilan data adalah konsep pasar dan
pembentukan harga. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 1 (satu) kelas, yaitu siswa kelas
X P.IPS 4 yang terdiri dari 30 orang. Adapun pemilihan kelas X P.IPS 4 sebagai subjek
penelitian adalah karena kelas X P.IPS 4 merupakan kelas yang cukup kooperatif, namun
hasil belajarnya belum memuaskan sehingga penulis sebagai guru ingin mengoptimalkan
strategi belajar yang lebih baik dan melihat efeknya terhadap hasil belajar siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari silabus, Rencana
Pelaksanaan Pelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), tes formatif, dan lembar
observasi aktivitas siswa. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif,
yaitu sustu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai
siswa juga aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi
berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus. Untuk ketuntasan belajar, ada dua kategori
ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Indikator keberhasilan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan KKM mata pelajaran ekonomi,
yakni penelitian dikatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah
mendapatkan nilai mencapai KKM ekonomi kelas X P.IPS 4 sebesar 70.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Sebelum melakukan siklus I, terlebih dahulu penulis melakukan tes kognitif kepada
siswa dengan memberikan pre-test. Soal uji pretes yang diberikan diambil dari setiap

- 76 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

indikator pembelajaran yang akan diajarkan pada siklus I dan II. Adapun data pre-test siswa
seperti pada tabel berikut ini.
Nilai Frekuensi Ketuntasan Rata-rata
20 1 -
25 8 -
30 7 -
32
35 6 -
40 8 -
Jumlah 30 0%
Tabel 1. Data Hasil Pre-test Siswa

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa tidak seorangpun siswa mendapat nilai
di atas KKM yang telah ditentukan, yakni 70. Berdasarkan pre-test yang dilakukan, nilai
tertinggi yang diperoleh siswa 40 dan terendah 20 dengan ketuntasan klasikal 0%.
Pada siklus I, data aktivitas belajar siswa diperoleh melalui pengamatan selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan bantuan dua orang guru untuk mengamati
kegiatan siswa dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Dari hasil
pengamatan aktivitas siswa, diperoleh data aktivitas yang disajikan dalam tabel berikut.
No. Aktivitas Persentase
1. Menulis dan membaca 38%
2. Mengerjakan LKS 34%
3. Bertanya pada teman 7%
4. Bertanya pada Guru 11%
5. Yang tidak relevan dengan KBM 10%
Jumlah 100%
Tabel 2. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1

Kemudian, hasil belajar siswa diperoleh melalui tes yang diberikan setelah
berakhirnya Siklus I sebagai Formatif 1. Hasil belajar kognitif yang diperoleh pada Siklus I
selama dua pertemuan disajikan dalam tabel berikut.
Nilai Frekuensi Ketuntasan Rata-rata
60 16 -
70 6 20%
80 4 13%
69
90 3 10%
100 1 3%
Jumlah 30 46%
Tabel 3 : Distribusi Hasil Formatif I

- 77 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Berdasarkan tabel distribusi hasil formatif 1 di atas, dapat dikatakan bahwa KBM
Siklus I belum berhasil memberikan ketuntasan belajar secara klasikal meski ketuntasan
rata-rata telah tercapai. Ketuntasan klasikal yang dapat dicapai hanya 46%, sedangkan yang
diharapkan adalah 85%. Rata-rata nilai yang tercapai adalah 69 dengan KKM 70. Dengan
demikian, maka peneliti berusaha melakukan tindakan perbaikan di Siklus II.
Pada proses refleksi siklus I, adapun temuan negatif yang diindikasikan sebagai
penyebab tidak berhasilnya kegiatan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut. (1) Guru
kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Tahap
apersepsi dilakukan, namun hanya sekader menanyakan materi sebelumnya saja. (2) Siswa
belum terbiasa dengan penggunaan metode jigsaw sehingga siswa masih asing dan bingung
untuk melakukan aktivitas apa dalam pembelajaran. Siswa sudah pernah dibagi dalam
bentuk kooperatif, namun biasanya terdiri dari kelompok asal saja mungkin karena siswa
harus membantuk kelompok ahli siswa merasa asing. (3) Kondisi kelas kurang kondusif dan
agak ribut terlihat dari menonjolnya aktivitas yang tidak relevan (10%) mengingat aktivitas
ini tidak perlu ada. (4) Setelah kelompok yang ditunjuk melakukan presentasi, tidak
seorangpun siswa memberikan pertanyaan ataupun tanggapan. Hal ini memiliki dua
pengertian, yakni siswa benar-benar sudah memahami materi atau siswa tidak antusias
mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga tidak ada pertanyaan ataupun komentar. Namun,
jika dilihat dari hasil formatif satu siswa, diamnya siswa diakibatkan siswa kurang antusias
mengikuti pembelajaran.
Tindakan perbaikan yang ditempuh adalah (1) Guru harus lebih terampil dan
bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias, dimana siswa
diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. (2) Pembagian
tugas diskusi diperinci sampai pada individu sehingga memudahkan guru mengatur kondisi
kelas menjadi lebih kondusif. Guru juga menjelaskan model pembelajaran yang diterapkan
sehingga siswa menjadi lebih antusias dan guru mengubah kelompok siswa agar suasana
belajar lebih menarik. (3) Agar suasana menjadi lebih kondusif, guru menjelaskan proses
penilain aktivitas. Hal ini agar siswa lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang mendapat poin
penilaian. (4) Guru tidak memberikan jawaban secara langsung terkait pertanyaan siswa,
namun terlebih dahulu diberikan dalam diskusi secara berkelompok untuk membiasakan
siswa berpikir mandiri dan memancing siswa lebih aktif dalam diskusi.
Pada siklus II, hasil pengamatan aktivitas siswa Siklus II diperoleh data aktivitas yang
disajikan dalam table berikut ini.
No. Aktivitas Persentase
1. Menulis dan membaca 45,6%
2. Mengerjakan LKS 33,8%
3. Bertanya pada teman 7,5%
4. Bertanya pada guru 7,5%
5. Yang tidak relevan dengan KBM 5,6%
Jumlah 100%
Tabel 4. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

- 78 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Pada akhir proses belajar mengajar, siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut.
Nilai Frekuensi Ketuntasan Rata-rata
60 2 -
70 4 13%
80 20 67% 79
90 4 13%
Jumlah 30 93%
Tabel 4.5 : Distrbusi hasil Formatif II
Pada tabel tersebut, nilai terendah Formatif II adalah 60 sebanyak 1 orang dan nilai
tertinggi adalah 90 sebanyak empat orang, dengan dua orang mendapat nilai di bawah
kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 93%. Nilai ini tuntas sesuai
kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II berhasil memberi
ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 79 sudah tuntas KKM Ekonomi.
Pada tahap refleksi, beberapa hal yang dapat dicatat dalam refleksi pembelajaran
siklus II adalah sebagai berikut. (1) siswa mulai aktif dalam diskusi dengan ditunjukkan oleh
hasil observasi aktivitas belajarnya yang sedikit lebih baik dari pada siklus I. Peningkatan
aktivitas siswa ini disajikan dalam gambar berikut.

Siklus 1 38% 34% 7% 11% 10%


Siklus 2 45,5% 33,8% 7,5% 7,5% 5,6%

Gambar 1. Grafik Aktivitas Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2


Keterangan:
1. Menulis dan membaca
2. Mengerjakan LKS
3. Bertanya pada Teman
4. Bertanya pada Guru
5. Yang tidak Relevan

- 79 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari 46% atau dalam kategori gagal menjadi
93% atau dalam kategori berhasil. Secara keseluruhan peningkatan hasil belajar siswa
disajikan dalam gambar berikut.

Gambar 2. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar

Perolehan nilai berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM
Siklus II berhasil memberi ketuntasan belajar pada siswa dalam kelas.
Dari data-data yang telah diperoleh, dapat diuraikan bahwa (1) Selama proses belajar
mengajar, guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada
beberapa aspek yang belum sempurna, persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar. (2) Berdasarkan data hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung. Ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dengan
bekerja secara kelompok. (3) Siswa mulai aktif dan tahu akan tugasnya sehingga tidak
menggantungkan permasalahan yang dihadapi kepada teman sekelompoknya. (4) Hasil
belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.
Adanya pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
terhadap hasil belajar siswa disebabkan oleh model pembelajaran tersebut lebih
menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri materi yang
dipelajari. Adapun kelebihan yang dapat diberikan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah dapat merangsang dan memacu semangat siswa
untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan siswa akan pelajaran ekonomi dalam kehidupan schari-hari sehingga
pembelajaran dirasakan lebih bermakna. Langkah-langkah pembelajaran pada model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mendorong siswa untuk lebih aktif di dalam kelas.
Contohnya, pada saat mengerjakan LKS. Siswa dibagi ke dalam kelompok asal dan
kemudian dibagi lagi menjadi kelompok ahli. Kelompok ahli harus mengerjakan LKS sesuai
materi keahliannya selama 20 menit kemudian kembali ke kelompok asal untuk
menggabungkan semua keahlian dalam diskusi kelompok asal. Setelah itu, kelompok asal
mempresentasikan hasil diskusi kepada teman-teman yang lain. Hal ini mendorong siswa
untuk lebih berpartisivasi dalam kerja kelompoknya. Mereka hanya berdiskusi dengan 1
orang ahli untuk menyelesaikan soal yang ada pada LKS sehingga dibutuhkan kerja sama
yang baik dari setiap ahli dalam kelompok. Tidak ada kesempatan bagi siswa untuk bermain-

- 80 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

main dalam kelompoknya. Dan hal yang paling penting dalam model pembelajaran ini adalah
adanya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang terbaik. Penghargaan ini juga
merupakan motivasi bagi siswa untuk selalu memberikan yang terbaik dalam kelompoknya
masing-masing.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menarik kesimpulan bahwa
upaya meningkatkan ketuntasan hasil belajar dan aktivitas belajar ekonomi dengan materi
pokok konsep pasar dan pembentukan harga pada siswa kelas X P. IPS4 SMA Negeri 2
Kabanjahe berhasil dicapai dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

SARAN
Dari kesimpulan yang ditarik dalam penelitian ini, beberapa saran yang diajukan
adalah (1) Bagi guru yang ingin meneliti lebih lanjut dengan model pembelajaran yang sama,
diharapkan mampu memberikan penilaian bagi siswa baik penilaian kelompok maupun
penilaian individu. (2) Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti permasalahan yang
sama, disarankan untuk memperhatikan kemampuan awal siswa dan mempersiapkan
permasalahan yang menggugah rasa ingin tahu siswa sehingga siswa termotivasi untuk
menemukan jawaban dari permasalahan tersebut. (3) Model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran ekonomi karena pada model
ini siswa lebih aktif dan semangat untuk belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S. B. (2002). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gie. (2000). Administrasi pendidikan. Yogyakarta: Modern Liberty.
Ibrahim, dkk. (2003). Perencanaan pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Martaningsih. ( 2006). Perbaikan minat belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri I
Padang Panjang menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Skripsi: Tidak
diterbitkan.
Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widia Sarana.
Ratumanan. (2002). Pengantar penelitian ilmiah dasar, metode dan teknik. Bandung:
Tarsito.
Sardiman. (2009). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Silberman, M. (2001). Active learning 101 strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta:
Yappendi.
Slavin, R. E. (2008). Cooperative learning: Teori, riset dan praktik. Bandung: Nusa Media.
Syah, M. (2010). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Uno, H. (2011). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Zaini, H. (2002). Strategi pembelajaran kooperatif. Jakarta: Rineka Cipta.

- 81 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK SISWA


PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY

Masni Br Ginting
SMAN 2 Kabanjahe, Sumatera Utara
masniginting81@gmail.com

Abstrak
Penelitian tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa kelas XI P MIPA 1 SMA Negeri 2 Kabanjahe semester genap Tahun
Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 36 siswa dengan menerapkan model pembelajaran
Inquiry pada mata pelajaran biologi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan
kognitif siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata mencapai 61,58 dengan
16 siswa tuntas, sedangkan secara klasikal belum tuntas. Pada siklus II, nilai rata rata
mencapai 86,84 dengan 35 siswa tuntas dan secara klasikal juga tuntas. Kemampuan afektif
siswa juga mengalami peningkatan. Peningkatan juga terjadi pada psikomotorik siswa.
Peningkatan ini akibat lingkungan belajar Inquiry yang menuntut siswa untuk
mengembangkan keterampilan mengamati, mengumpulkan data, menganalisis,
menginterpretasi, dan mengomunikasikan hasil. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
berhasil meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa kelas XI P MIPA
1 SMA Negeri 2 Kabanjahe dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry pada mata
pelajaran biologi.
Kata Kunci: kognitif, afektif, psikomotorik, Inquiry, biologi

Abstract
This action research aimed to improve the cognitive, affective, and psychomotor abilities of
the 36 students of class XI P MIPA 1 SMA Negeri 2 Kabanjahe in the even semester of the
academic year 2018/2019 by applying the Inquiry learning model to the biology subject. The
results of the study revealed that students' cognitive abilities had increased. In the first cycle,
the average score reached 61.58 with 16 students completed, while classically it was not
completed. In cycle II, the average score reached 86.84 with 35 students completed and
classically also completed. The affective ability of students has also increased. An increase
also occurred in students' psychomotor. This increase was due to the Inquiry learning
environment that required students to develop skills in observing, collecting data, analysing,
interpreting, and communicating results. It could be concluded that this study succeeded in
improving the cognitive, affective, and psychomotor abilities of the students of class XI P
MIPA 1 SMA Negeri 2 Kabanjahe by applying the Inquiry learning model to the biology
subject.
Keywords: cognitive, affective, psychomotor, Inquiry, biology

PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didiorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir sehingga menyebabkan kemampuan kognitifnya
lemah (Sanjaya, 2007). Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa masalah pokok
yang dialami guru, khususnya guru Biologi, adalah aktivitas belajar yang muncul di kelas
masih bersifat monoton, hanya terbatas pada persiapan buku dan pena, mendengarkan dan
mencatat penjelasan guru, dan sebagian siswa menjawab pertanyaan guru. Hal ini

- 82 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

menunjukkan bahwa guru kurang variatif dalam menggunakan model dan metode
pembelajaran terhadap materi yang disampaikan. Guru kurang melibatkan dan menuntut
siswa untuk aktif dalam pemecahan masalah pelajaran sehingga siswa kurang tertantang
untuk berpikir kreatif dengan menggunakan logikanya, juga kurang bergairah untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Akibatnya, materi yang disampaikan oleh guru tidak
dapat diterima siswa dengan maksimal.
Berdasarkan pengalaman mengajar peneliti, masalah yang dihadapi dalam
mengajarkan mata pelajaran Biologi adalah kurangnya minat belajar, siswa sering ribut di
dalam kelas, dan nilai siswa yang masih rendah. Sebenarnya guru telah mencoba
meningkatkan kemampuan kognitif siswa dengan model belajar siswa yang berbeda, namun
pembelajaran masih saja terbentur kepada permasalahan dalam pembelajaran. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa itu rendah, antara lain (1) Sistem
pengajaran kurang efektif, kurang efisisen, dan kurang membangkitkan gairah siswa untuk
belajar. (2) Kualitas rancangan pembelajaran yang kurang menarik minat siswa untuk
belajar. (3) Siswa jarang diajak untuk mencoba mencari konsep sesuai dengan materi
pembelajaran. (4) Keaktifan siswa selama pembelajaran masih rendah yang disebabkan oleh
pembelajaran yang masih berpusat pada guru.
Berdasarkan faktor di atas, untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang
teridentifikasi, dipandang sangat baik untuk menerapkan model pembelajaran yang
menekankan pada aspek proses berpikir dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif
siswa. Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini menekankan pada proses berpikir dalam
kemampuannya untuk menemukan konsep yang sesuai materi pembelajaran. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran inquiry. Model pembelajaran
inquiry menekankan pada keterampilan siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya model pembelajaran inquiry ini menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Dalam pembelajaran inquiry siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi siswa berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran.
Dari tahap pembelajaran ini, tampak bahwa siswa lebih dituntut untuk memecahkan
masalah dalam proses berpikir melalui pengajuan hipotesis dan mengumpulkan data
terhadap permasalahan yang diberikan. Model pembelajaran inquiry ini dapat membuat
siswa lebih aktif karena siswa menjadi pusat pembelajaran sehingga meningkatkan motivasi
belajar. Tujuan utama dari pembelajaran inquiry adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian, metode pembelajaran selain berorientasi pada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran inquiry bukan ditentukan oleh sejauh mana
siswa dapat menguasai pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan
menemukan sesuatu melalui proses berpikir (Sanjaya, 2007).
Memperhatikan akan pentingnya mengembangkan disiplin intelektual dan
kemampuan berpikir siswa terhadap materi pelajaran Biologi, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan

- 83 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

psikomotorik siswa kelas XI P MIPA 1 SMA Negeri 2 Kabanjahe semester genap Tahun
Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 36 siswa dengan menerapkan model pembelajaran
Inquiry pada mata pelajaran biologi.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Kabanjahe yang bertempat di Jalan Jamin
Ginting, Kabanjahe, Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun
Pelajaran 2018/2019 selama 4 (empat) bulan mulai dari bulan September sampai dengan
Desember 2018. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September selama 4 (empat)
KBM yang dibagi dalam 2 (dua) siklus. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 1 (satu) kelas,
yaitu kelas XI P MIPA 1 SMA Negeri 2 Kabanjahe sebanyak 38 orang.
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sani dan Sudiran, 2012), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi). Instrumen penelitian disusun melalui diskusi
kolaborasi antara peneliti dengan guru sejawat, pembimbing, dan narasumber dari Unimed.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Keterampilan Siswa, Lembar Afektif Siswa, dan tes formatif.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis
ini adalah data keterampilan dan afektif belajar siswa melalui pengamatan aktivitas siswa
dalam kegiatan belajar mengajar dan nilai tes hasil belajar Biologi. Penelitian ini dianggap
berhasil apabila tercapai tujuan penelitian berupa tercapainya hasil belajar Biologi siswa.
Dengan ketentuan yang ditetapkan untuk keberhasilan penelitian adalah penelitian
dianggap berhasil apabila ketuntasan belajar siswa berupa hasil belajar kognitif Biologi
siswa diperoleh 85% siswa dalam kelas dengan perolehan nilai mencapai KKM sebesar 70.
Untuk keterampilan dan afektif siswa terjadi peningkatan rata-rata tiap aspek indikator
yang ditentukan pada tiap siklusnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Kegiatan untuk mengetahui kondisi awal siswa dilakukan dengan tes kemampuan awal
sebelum penerapan model pembelajaran Inquiry. Tes kemampuan awal bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan awal yang dimiliki siswa dalam memahami materi
pada mata pelajaran Biologi dengan materi pokok peluang. Hasil tes kemampuan awal
menunjukan rendahnya penguasan materi siswa kelas XI P MIPA 1 SMA Negeri 2 Kabanjahe.
Tidak seorangpun siswa memperoleh nilai di atas KKM 70 sehingga nilai rata-rata tes
kemampuan awal sebesar 28,68 dan belum memenuhi batas tuntas (KKM) yang ditetapkan,
yaitu 70 dan ketuntasan secara klasikal 0%. Data tes awal ini mengindikasikan siswa tidak
belajar di rumah sebelum mempelajari materi baru di sekolah. Data nilai kognitif tes
kemampuan awal siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

- 84 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Nilai Frekuensi Rata-rata Konversi


0 2
10 5
20 4
30 14 38,83 1,15 (D+)
40 11
50 2
Jumlah 38
Tabel 1. Distribusi Hasil Tes Awal
Pada siklus I, observasi dilakukan selama siswa bekerja kelompok. Observasi
dilakukan untuk melihat afektif, keterampilan pembelajaran, dan keterampilan presentasi
siswa. Observasi ini diamati oleh rekan sejawat. Pada observasi afektif, digunakan 5
indikator yang telah tertera dalam lembar penilaian sikap siswa. Nilai pada tabel berikut
menunjukkan bahwa penerapan model masih asing bagi siswa, sebagian besar siswa belum
memahami kegiatan apa yang harus dikerjakannya sehingga sikap individual sebelum model
ini diterapkan masih terbawa oleh siswa.

Siklus I
No. Afektif
Skor Proporsi Persentase
1. Kejujuran 32 1,45 36%
2. Disiplin 31 1,50 38%
3. Tanggung Jawab 27 1,25 31%
4. Ketelitian 28 1,40 35%
5. Kerjasama 29 1,60 40%
Rata-rata Proporsi 36%
Tabel 2. Data Afektif Siswa pada Siklus I

Pada siklus I ini, siswa masih banyak yang tidak disiplin dan tidak bekerja sama selama
proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan adanya beberapa siswa yang tidak
serius yang menyebabkan siswa lainnya menjadi ikut-ikutan dan siswa masih belum
terbiasa dalam belajar berkelompok karena masih asing dengan pola pembelajaran yang
baru diterapkan di kelas. Data pada tabel di atas disajikan kembali pada histogram gambar
berikut.

- 85 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Grafik Afektif Siswa Siklus I 40%


45%
40% 36% 38% 35%
31%
Proporsi
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Tanggung
Kejujuran Disiplin Ketelitian Kerjasama
Jawab
Proporsi 36% 38% 31% 35% 40%
Gambar 1. Grafik Afektif Siswa Siklus I

Pada observasi keterampilan belajar, nilai yang diperoleh selama siklus I pun tidak
jauh berbeda dengan observasi sikap. Siswa masih belum terampil dalam menganalisis. Hal
ini disebabkan siswa yang masih asing terhadap proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya,
disajikan tabel berikut.

Siklus I
No. Psikomotorik
Skor Rata-rata Proporsi
1. Mengamati 33 1,65 41%
2. Mengumpulkan Data 33 1,65 41%
3. Menganalisis 35 1,75 44%
4. Menginterpretasi 36 1,80 45%
5. Mengkomunikasikan 39 1,95 49%
Hasil
Rata-rata Proporsi 44%
Tabel 3. Data Keterampilan Siswa pada Siklus I

Pada tabel di atas, terlihat jelas siswa masih banyak yang belum terampil dalam semua
indikator Keterampilan mengamati sebesar 41%, mengumpulkan data 41%. Hal ini
mengindikasikan siswa masih belum serius untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Keterampilan menganalisis sebesar 44% dan menginterpretasi sebesar 45%. Data ini
menunjukkan siswa belum aktif dan fokus dalam melakukan diskusi dengan kelompoknya.
Dan yang terakhir adalah keterampilan mengomunikasikan hasil sebesar 49%. Data
keterampilan siswa pada siklus I disajikan pada histogram gambar berikut.

- 86 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Grafik Keterampilan Siswa Siklus I


50%
45% 49%
Proporsi
44%
45% 41% 41%
40%
35%
Mengkomu
Mengumpul Menganalisi Menginterp
Mengamati nikasikan
kan Data s retasi
Hasil
Proporsi 41% 41% 44% 45% 49%
Gambar 2. Grafik Keterampilan Siswa Siklus I

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes hasil belajar sebagai formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan pada siklus I. adapun data hasil belajar kognitif siswa pada siklus I
disajikan dalam Tabel 4.4.

Nilai Frekuensi Rata-rata Konversi


20 3
40 8
60 11
61,58 2,46 (D)
80 15
100 1
Jumlah 38
Tabel 4. Deskripsi Data Formatif I

Merujuk pada tabel di atas, siswa dengan nilai terendah 20 sebanyak 3 siswa dan yang
mendapat nilai tertinggi 100 sebanyak 1 siswa. Nilai rata-rata 61.58 dengan KKM 75 jumlah
siswa yang tuntas adalah 16 orang siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I
secara klasikal siswa belum tuntas belajar dan belum tuntas secara individu sebab rata-rata
kelas mencapai 61,58 karena siswa dengan ketuntasan klasikal hanya sebesar 42,1% lebih
kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki, yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan
karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan
guru dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, diperoleh informasi dari hasil
pengamatan berupa kelemahan dalam siklus I adalah sebagai berikut. (1) Keterampilan
siswa masih rendah sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar yang didapat siswa. (2)
Pergerakan guru mendekati untuk membimbing siswa belum merata. (3) Siswa kesulitan
ketika memberikan ide/pendapat karena tidak biasa mengembangkan keterampilan
berpikir. (4) Siswa masih banyak yang bermain-main dalam diskusi kelompok. (5) Masih
ada siswa yang kurang serius dalam belajar. (6) Guru belum dapat melakukan pemberian

- 87 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

tindakan langsung dalam proses pembelajaran karena penguasaan guru terhadap model
pembelajaran belum begitu baik.
Perbaikan dilakukan di siklus II. Merujuk hasil refleksi siklus I, maka tindakan
perbaikan yang ditempuh untuk siklus II adalah (1) Pembelajaran diskusi lebih di tekankan,
diberikan lebih banyak kesempatan siswa melaksanakan bagian ini dari pada bagian lain.
(2) Mendesain LKS pada bagian analisis dengan kalimat dan teknik yang lebih memudahkan
siswa mencapai pada kesimpulan seperti dengan kalimat yang bagian-bagiannya
dihilangkan sehingga membimbing siswa pada kesimpulan. (3) Guru menganalisis kembali
kemampuan penerapan model dan materi ajar dengan memperkirakan kesulitan-kesulitan
yang akan dihadapi siswa dan jalan keluar langsung yang dapat ditempuh di tengah KBM
berlangsung. (4) Lebih memberikan motivasi kepada siswa agar bersedia melakukan
kegiatan diskusi kelompok tanpa harus ditunjuk atau dibujuk. (5) Melakukan patokan pada
format analisis yang mengarahkan pada kesimpulan sehingga siswa dapat melakukan
pengambilan kesimpulan secara sistematis.
Pengamatan siklus II dilakukan oleh pengamat yang sama dengan siklus sebelumnya.
Data hasil observasi afektif belajar siswa pada siklus II disajikan dalam tabel berikut.

Siklus I
No. Afektif
Skor Rata-rata Proporsi
1. Kejujuran 73 3,65 91%
2. Disiplin 67 3,35 84%
3. Tanggung Jawab 70 3,50 88%
4. Ketelitian 69 3,45 86%
5. Kerjasama 73 3,65 91%
Rata-rata Proporsi 88 %
Tabel 5. Data Afektif Siswa pada Siklus II

Afektif siswa selama siklus II telah mengalami peningkatan daripada Siklus I.


Berdasarkan data observasi afektif siswa siklus II, kejujuran 91%, disiplin 84%, dan
tanggung jawab 88%. Hal ini sejalan dengan pembelajaran dim ana siswa dalam kelompok
sudah mulai mengumpulkan tugas yang diberikan dengan tanggung jawab dan disiplin tepat
waktu. Afektif ketelitian 86% dan kerjasama 91% dengan rata-rata proporsi sebesar 88%.
Hasil ini telah menunjukkan terjadi peningkatan afektif siswa tiap siklus. Data observasi
afektif siswa pada siklus II disajikan dengan histogram gambar berikut.

- 88 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

92% 91% Grafik Afektif Siswa Siklus II 91%


Proporsi 90% 88%
88% 86%
86% 84%
84%
82%
80%
Tanggung
Kejujuran Disiplin Ketelitian Kerjasama
Jawab
Proporsi 91% 84% 88% 86% 91%
Gambar 3. Grafik Afektif Siswa Siklus II
Berdasarkan data observasi keterampilan siswa pada siklus II, keterampilan
mengamati sebesar 75% dan mengumpulkan data 81%. Menganalisis sebesar 85% dan
menginterpretasi sebesar 79% yang menunjukkan siswa aktif dan fokus dalam berdiskusi
dengan kelompoknya, dan mengomunikasikan hasil 89%. Data hasil observasi keterampilan
siswa pada siklus II disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Siklus II
No. Psikomotorik
Skor Rata-rata
Proporsi
1. Mengamati 60 3,00 75%
2. Mengumpulkan Data 65 3,25 81%
3. Menganalisis 68 3,40 85%
4. Menginterpretasi 63 3,15 79%
5. Mengomunikasikan Hasil 71 3,55 89%
Rata-rata Proporsi 82%
Tabel 6. Data Keterampilan Belajar Siswa pada Siklus II

Membaiknya pengelolaan pembelajaran oleh guru berdampak pula pada peningkatan


hasil belajar siswa di akhir siklus II. Pada akhir proses belajar mengajar siklus II, siswa diberi
tes hasil belajar sebagai formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan pada siklus II. Adapun data hasil
belajar kognitif siswa pada siklus II disajikan dalam tabel berikut ini.

Nilai Frekuensi Rata-rata Konversi


40 0
60 3
80 19 86,84 3,47 (A-)
100 16
Jumlah 38
Tabel 7. Deskripsi Data Formatif II

- 89 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Siswa dengan nilai terendah adalah 60 sebanyak 3 siswa dan yang mendapat nilai
tertinggi adalah 100 sebnayak 16 siswa. Nilai rata-rata 86,84 dengan jumlah siswa tuntas
sebanyak 35 siswa. Hal ini menunjukkan siswa mulai memahami penjelasan guru. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal siswa sudah tuntas belajar
karena siswa yang tuntas secara klasikal sebesar 92% mencapai persentase ketuntasan yang
dikehendaki, yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah mulai beradaptasi
dengan apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model
pembelajaran Inquiry.
Dari data-data yang telah diperoleh pada siklus II, dapat diuraikan sebagai berikut. (1)
Selama proses belajar mengajar, guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, persentase pelaksanaannya untuk
masing-masing aspek cukup besar dan dikatakan berhasil. (2) Berdasarkan data hasil
pengamatan, diketahui bahwa siswa mulai menunjukkan afektif yang baik selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Dibuktikan dengan peningkatan kualitas afektif siswa tiap
siklus. Peningkatan kualitas afektif siswa disajikan dalam gambar berikut.

100%
Grafik Peningkatan Afektif Siswa Siklus I dan II
91%
91% 84% 88% 86%
90%
80%
Proporsi

70%
60%
50%
36% 38% 35% 40%
40% 31%
30%
20%
10%
0%
Tanggung
Kejujuran Disiplin Ketelitian Kerjasama
Jawab
Siklus I 36% 38% 31% 35% 40%
Siklus II 91% 84% 88% 86% 91%

Gambar 4. Grafik Peningkatan Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan data hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa mulai menunjukkan


keterampilan belajar yang positif selama proses pembelajaran berlangsung. Dibuktikan
dengan peningkatan kualitas keterampilan siswa tiap siklus. Peningkatan kualitas
keterampilan siswa disajikan dalam gambar berikut.

- 90 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

120 Grafik Peningkatan Afektif Siswa Siklus I dan II


100 100
100 92
86.84
80
60 60 61.58
60
42.1
40 28.68
20
20
0 0
0
Rata-rata Nilai Ketuntasan
Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Tes Klasikal (%)
Pretes 60 0 28.68 0
Siklus I 100 20 61.58 42.1
Siklus II 100 60 86.84 92
Gambar 5. Grafik Perubahan Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus

Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran inquiry dengan baik dan dilihat
dari semua aspek observasi serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa
yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya
penerapan pembelajaran tuntas dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Akan tetapi, karena keterbatasan biaya dan waktu
dalam desain penelitian, maka penelitian dilaksanakan dalam dua siklus saja.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran Inquiry pada mata pelajaran biologi dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa kelas XI P MIPA 1 SMA Negeri 2
Kabanjahe semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 36 siswa.

SARAN
Merujuk pada kesimpulan penelitian ini, peneliti mengedepankan beberapa
rekomendasi. (1) Bagi peneliti yang akan datang agar memperhatikan aspek gaya belajar
yang beragam dari masing-masing peserta didik. (2) Bagi satuan pendidikan agar
mendukung para pendidik untuk menerapkan model pembelajaran yang efektif, satu di
antaranya adalah model pembelajaran Inquiry.

DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. (2002). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Gramedia Widiaasaran Indonesia.
Nuraini, Y. (2003). Strategi pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

- 91 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Nurhadi. (2003). Pembelajaran konseptual dan penerapannya dalam KBK. Malang: UN


Malang.
Sabri, A. (2005). Strategi belajar mengajar micro teaching. Jakarta: Kuantum Teaching.
Sani, R. A. & Sudiran. (2012) Meningkatkan profesionalisme guru melalui penelitian
tindakan kelas. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Sanjaya, W. (2007). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana. (2002). Metode statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Syah, M. (2003). Psikologi belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Trianto. (2010). Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

- 92 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN


SEDERHANA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

Khairany
Kepala SD Negeri 002 Ungar, Kepulauan Riau
Khairany@gmail.com

Abstrak
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam
membuat media pembelajaran sederhana melalui supervisi akademik di Sekolah Dasar
Negeri 002 Ungar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan model Kemmis
yang terdiri dari atas empat langkah, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik untuk mengumpulkan data
adalah media pembelajaran sederhana yang dirancang oleh guru kelas. Hasil penelitian
menunjukkan guru-guru memiliki kompetensi dalam membuat media pembelajaran
sederhana melalui supervisi akademik dengan persentase keberhasilan sebesar 96%.
Kata Kunci: kompetensi guru, media pembelajaran, supervisi akademik

Abstract
This school action research aimed to improve teacher competence in making simple learning
media through academic supervision at the 002 Ungar State Elementary School. The
research design used was the Kemmis model design which consisted of four steps, namely
planning, implementation, observation, and reflection. This research was carried out in two
cycles. The technique for collecting data was a simple learning media designed by the
classroom teacher. The results showed that teachers had competence in making simple
learning media through academic supervision with a success percentage of 96%.
Keywords: teacher competence, learning media, academic supervision

PENDAHULUAN
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 2 menyebutkan mengenai arti dari
pendidikan nasional yang berbunyi, “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Kemudian Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional terdapat
dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 berbunyi, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Guru yang professional harus memiliki kompetensi dalam mengelola kegiatan
pembelajaran dengan baik agar guru dapat mentransfer ilmunya kepada peserta didik
dengan baik dan jelas. Kompetensi dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari bahasa
Inggris “competence” yang artinya kecakapan dan kemampuan (Musfah, 2015). Purnasari &
Sadewo (2020) mengartikan kompetensi guru adalah merancang pembelajaran yang tepat
dan sesuai kebutuhan diperlukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, tetapi pada

- 93 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

kenyataannya banyak guru yang belum memenuhi atau mencapai kompetensi pedagogik.
Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran masih perlu terus ditingkatkan,
terkhusus dalam menguasai teknologi dan menggunakannya dalam pembelajaran. Dari
penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah perpaduan antara
pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang harus ada pada guru dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya secara profesional.
Kompetensi guru dalam proses pembelajaran dapat berupa pengelolaan proses belajar
mengajar di kelas, dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas guru haruslah dapat
menggunakan media pembelajaran agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang
sedang dipelajari. Pemilihan dan penggunaan media yang tepat berlandaskan pada teori
belajar yang ada akan berdampak positif terhadap keberhasilan proses pembelajaran
(Sutirman, 2013).
Media pembelajaran secara umum merupakan alat bantu proses belajar mengajar.
Media pembelajaran dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar yang lebih efektif. Menurut Edgar Dale (Dadang, 2009) dalam dunia pendidikan,
penggunaan media pembelajaran sering sekali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman,
yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan audio
visual.

Gambar 1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Media pembelajaran yang dibuat oleh guru-guru di sekolah dapat berupa media
pembelajaran, audio, visual dan audio visual. Melihat kondisi sekolah tempat peneliti
bekerja, media pembelajaraan yang mudah untuk dilakukan adalah media visual, seperti
gambar, lukisan dan lain sebagainya.
Menurut Arief, dkk (2009,) media pembelajaran mempunyai manfaat sebagai berikut.
(1) Memperjelas penyajian suatu pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis. (2) Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti (a) objek yang terlalu besar, dapat
digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, gambar video, atau model (b) objek

- 94 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film slide, gambar video atau gambar, (c) gerak
yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse, high speed
photography atau slow motion playback video, (d) kejadian atau peristiwa yang terjadi pada
masa lalu dapat ditampilkan lagi melalui rekaman film, video, atau foto, (e) Objek yang
terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram, dll, dan (f) konsep yang terlalu luas
dapat divisualkan dalam bentuk film, slide, gambar atau video. (3) Dengan menggunakan
media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa. Dalam
hal ini media pembelajaran berguna untuk menimbulkan gairah belajar, memungkinkan
interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan, serta memungkinkan
siswa belajar sendiri menurut minat dan kemampuannya.
Salah satu program yang dapat diselenggarakan untuk pemberdayaan guru adalah
supervisi akademik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan yang dirancang dan
dilaksanakan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran demi pencapaian tujuan akademik. Supervisi akademik merupakan upaya
membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan akademik. Dengan
demikian, berarti esensi supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan
kemampuan profesionalismenya. Di dalam Peraturan menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah, ditegaskan bahwa
salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah kompetensi
supervisi. Dengan Permendiknas tersebut, berarti seorang kepala sekolah harus kompeten
dalam melakukan supervisi akademik terhadap guru-guru yang dipimpinnya.
Salah satu tugas Kepala Sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk
melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual,
interpersonal, dan teknikal. Oleh sebab itu, setiap Kepala Sekolah harus memiliki dan
menguasai konsep supervisi akademik yang terdiri dari pengertian, tujuan dan fungsi,
prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik.
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru dalam
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam
mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah
melakukan penilaian kinerja bukan berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik,
melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi
akademik dan melaksanakan dengan baik. Akan tetapi, kenyataan di lapangan berdasarkan
observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru, apakah guru mengajar
menggunakan media pembelajaran atau tidak. Ternyata setelah diobservasi didapat bahwa
guru belum menggunakan media yang cocok untuk siswa.
Beranjak dari argumentasi di atas, peneliti (sekaligus kepala sekolah) tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian tindakan sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi guru dalam membuat media pembelajaran sederhana melalui supervisi
akademik di Sekolah Dasar Negeri 002 Ungar.

- 95 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dilaksanakan di Sekolah Dasar
Negeri 002 Ungar, tempat di mana peneliti bertugas sebagai kepala sekolah. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah rancangan model Kemmis yang terdiri dari atas empat
langkah, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Model ini dipilh karena
dalam pembuatan media perencanaan dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus dan langkah-
langkah dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Teknik untuk mengumpulkan data adalah media pembelajaran sederhana yang
dirancang oleh guru kelas, media pembelajaran tersebut dirancang oleh guru dengan
menyesuaikan materi yang akan disampaikan. Untuk memperoleh media pembelajaran yang
baik sebagai alat pengumpulan data pada penelitian ini, maka dilakukan bimbingan dan
koreksi sesuai dengan format pembuatan media pembelajaran yang benar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Kegiatan pra siklus dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan observasi terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, apakah guru mengajar menggunakan media
pembelajaran atau tidak. Ternyata setelah diobservasi didapat bahwa guru belum
menggunakan media yang cocok untuk siswa. Peneliti melakukan diskusi kepada guru-guru
mengenai karakter siswa, ternyata siswa lebih menyukai jika proses pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran. Dengan permasalahan tersebut, maka
peneliti sebagai kepala sekolah mengimbau kepada guru-guru untuk membuat media
pembelajaran sederhana yang mudah dibuat dan mudah digunakan serta mudah dipahami
peserta didik.
Siklus I dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan supervisi dan bimbingan
kepada guru-guru dalam merancang media pembelajaran sederhana. Hasil supervisi
tersebut dapat dilihat pada data berikut.
Kesesuaian dengan Materi yang akan Penerapan Media Pembelajaran Total
dipelajari kepada Siswa Persentase
64% 70% 66%
Tabel 1. Hasil Supervisi Merancang Media pembelajaran Sederhana pada Siklus 1

Dari data di atas tersebut terlihat secara umum bahwa guru-guru sudah dapat merancang
media pembelajaran namun masih perlu diperbaiki.

Siklus II dilakukan sama seperti di siklus I, namun peneliti lebih memantau guru dalam
merancang media pembelajaran. Peneliti sebagai kepala sekolah tetap melakukan supervisi
untuk melihat perkembangan kompetensi guru tersebut. Hasil supervisi tersebut dapat
dilihat pada data berikut.

- 96 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Kesesuaian dengan Materi yang akan Penerapan Media Pembelajaran Total


dipelajari kepada Siswa Persentase
100% 91% 96%
Tabel 2. Hasil Supervisi Merancang Media pembelajaran Sederhana pada Siklus 2

Dari data di atas, terlihat bahwa pada keseluruhan aspek media pembelajaran yang
dirancang oleh guru sudang baik. Hal ini membuktikan bahwa guru-guru telah mampu
membuat media pembelajaran sederhana dengan baik.
Merujuk pada hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh, pencapaian peningkatan
kompetensi guru secara signifikan disokong oleh adanya pemantauan dan tindakan tindak
lanjut melalui pelaksanaan supervisi akademik. Para pakar pendidikan telah banyak
menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki
kompetensi yang memadai. Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara profesional
apabila ia memiliki kompetensi secara utuh. Seseorang tidak akan bisa bekerja secara
profesional apabila ia hanya memenuhi salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi
yang dipersyaratkan. Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara kemampuan dan
motivasi. Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara
profesional apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-
tugasnya. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang, ia tidak akan bekerja
secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan
tugas-tugasnya. Secara singkat, pelaksanaan supervisi akademik memiliki korelasi yang erat
dengan peningkatan profesionalisme para guru.
Dalam konteks eksistensi media pembelajaran, untuk melengkapi komponen
pengajaran dan belajar di sekolah guru harus menggunakan media/alat yang mampu
merangsang proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Pada penelitian ini kasus yang
terjadi adalah guru dihadapkan dengan hambatan dalam menyampaikan materi
pembelajaran karena kurangnya alat media sebagai bantuan. Melalui penelitian tindakan ini,
guru didesak untuk menyadari dan pada akhirnya memanfaatkan media
pembelajaran sebagai alat bantu proses belajar mengajar. Media pembelajaran secara
optinal dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang lebih efektif.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya diperoleh bahwa terjadi
peningkatan kompetensi guru dalam membuat media pembelajaran sederhana melalui
supervisi akademik yang dilakukan oleh peneliti, di mana persentasi peningkatan tersebut,
yaitu pada tahap pra siklus guru-guru belum menggunakan media pembelajaran, pada siklus
1 guru-guru sudah menggunakan media pembelajaran, namun masih perlu perbaikan
adapun persentasi pembuatan media pembelajarannya adalah sebesar 66%, dan pada siklus
2 bahwa guru-guru telah mampu membuat media pembelajaran sederhana dengan baik
dengan persentase pembuatan media pembelajaran sebesar 96%.

- 97 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan agar setiap guru harus
memiliki kompetensi dalam merancang media pembelajaran yang tepat. Untuk itu, setiap
guru harus sering-sering mencari referensi tentang macam-macam media pembelajaran
yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi
menyenangkan. Peneliti juga menyarankan peneliti di masa mendatang agar meneliti aspek
yang belum diteliti di dalam penelitian tindakan sekolah ini, satu di antaranya adalah aspek
utilitas bahan daur ulang yang dapat dipakai untuk menjadi bahan pembuatan media
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arif S. S., dkk. (2009). Media pendidikan, pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.
Musfah, J. (2015). Peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan dan sumber belajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah.
Purnasari, P. D. & Sadewo, Y. D. (2020). Perbaikan kualitas pembelajaran melalui pelatihan
pemilihan model pembelajaran dan pemanfaatan media ajar di Sekolah Dasar Wilayah
Perbatasan. Jurnal Publikasi Pendidikan, 10(2),125-132.
Sutirman. (2013). Media & model-model pembelajaran inovatif. Yogyakarta: Graha.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Penjelasan Umum.

- 98 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SEKOLAH MELALUI KEGIATAN


EKSTRAKURIKULER PRAMUKA

Memme Nini
Kepala SMA Negeri 2 Kundur, Kepulauan Riau
Memme3006@gmail.com

Abstrak
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk membentuk karakter peduli lingkungan
sekolah melalui kegiatan ektrkurikuler pramuka di SMA Negeri 2 Kundur. Jenis penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Negeri 2 Kundur. Adapun sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil
peneliti melalui observasi dan wawancara para informan, yaitu pembimbing pramuka dan
peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka. Adapun pengumpulan data yang
dilakukan dengan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Dari penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti, kegiatan ekstrakurikuler pramuka telah berhasil membentuk
karakter peduli lingkungan sekolah. Hal ini terlihat dari karakter peserta didik yang menjaga
lingkungan sekolah tetap bersih dan indah.
Kata Kunci: karakter, peduli lingkungan, ekstrakurikuler pramuka

Abstract
This school action research aimed to shape the character of caring for the school
environment through scout extracurricular activities at SMA Negeri 2 Kundur. The type of
research used qualitative research method with a descriptive approach. This research was
conducted at SMA Negeri 2 Kundur. The source of data used in this study was primary data.
The primary data in this study was data taken by researcher through observation and
interviews with informants, namely scout supervisors and students who took scout
extracurricular activities. The data collection was done by observation, documentation, and
interviews. From the research that had been done by the researcher, it was revealed that
scout extracurricular activities had succeeded in shaping the character of caring for the
school environment. This could be seen from the character of students who kept the school
environment clean and beautiful.
Keywords: character, care for the environment, scout extracurricular

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang berlangsung
sepanjang zaman dalam kehidupan yang terus menerus berkembang seiring dengan
kemajuan kehidupan. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam pembangunan dan
kehidupan bermasyarakat. Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
ditegaskan pentingnya Pendidikan, yaitu sebagai berikut, “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pendidikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Pada saat ini, nilai-nilai tersebut sudah mulai
menghilang dikarenan sikap manusia yang tidak pernah puas. Kemajuan teknologi juga
mempengaruhi pudarnya nilai-nilai budi pekerti seorang manusia.

- 99 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Karakter dapat mempengaruhi pola pikir seseorang yang akhirnya akan berpengaruh
pada cara seorang tersebut menjalani sesuatu dan mengambil tindakan. Salah satu karakter
yang berpengaruh adalah peduli lingkungan. Pendidikan untuk membentuk moral untuk
mengembangkan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis
kepedulian. Undang-undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Ayat 1 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa,
dan negara”. Pendidikan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan,
keterampilan dan sikap/karakter peserta didik tersebut dilaksanakan baik melalui kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
Menurut Ernawati (2020), kegiatan intrakurikuler dilaksanakan pada saat jam
sekolah. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan kegiatan belajar-mengajar pada masing-
masing mata pelajaran. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam
sekolah yang mempunyai tujuan untuk pembinaan siswa, misalnya Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS), Pramuka, Paskibra, dan lain-lainya. Kegiatan ekstrakurikuler memiliki
tujuan untuk membentuk, membina serta mengembangkan bakat serta membentuk
karakter peserta didik, salah satunya ialah pramuka.
Karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan Pramuka merupakan salah satu
kegiatan yang relevan untuk melakukan pedidikan karakter peduli lingkungan.
Beberapa hal yang menjadi latar belakang dalam mengupayakan Pembentukan
Karakter Peduli Lingkungan Sekolah adalah masih kurangnya kesadaran siswa dalam
menyikapi arti pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Hal tersebut terlihat dari adanya
siswa yang membuang sampah sembarangan dan masih terdapat siswa yang merusak
tanaman di sekitar lingkungan sekolah. Padahal kurangnya kepedulian siswa terhadap
lingkungan dapat mengakibatkan berbagai efek yang dapat merugikan lingkungan sekitar.
Dengan adanya permasalahan tersebut, SMA Negeri 2 Kundur mengadakan ekstrakurikuler
berbasis pendidikan karakter peduli lingkungan.
Upaya pembentukan karakter peduli lingkungan guru dihadapkan pada beberapa
hambatan-hambatan berupa masih kurangnya alat-alat yang digunakan untuk menunjang
kegiatan kepedulian lingkungan, seperti masih kurangnya tempat sampah yang tersedia dan
masih minimnya alat kebersihan. Selain peralatan yang masih kurang, hambatan yang
dialami juga berasal dari siswa, di mana siswa ada yang masih acuh tak acuh terhadap
kebersihan sekitarnya.
Pendidikan karakter peduli lingkungan di SMAN 2 Kundur dimasukkan dalam
ekstrakurikuler Pramuka. Ektrakurikuler Pramuka mempunyai peran serta dalam
pendidikan karakter lingkungan, seperti yang tercantum dalam Dasa Darma Pramuka “Cinta

- 100 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

alam dan kasih sayang sesama manusia”, selain tercantum dalam Dasa Darma pendidikan
kepedulian lingkungan juga terdapat dalam program kerja dari kegiatan kepramukaan
sekolah ini. Dengan adanya dasa darma tentang rasa cinta alam dan dari program kerja
kepramukaan tersebut, diharapkan dapat membentuk karakter peduli terhadap lingkungan
kepada semua peserta didik di sekolah ini sehingga peserta didik dapat menerapkan
karakter peduli lingkungan dalam kehidupannya.
Permendikbud Nomor 63 tahun 2014 pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan
kepramukaan dilaksanakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar
dan menengah. Kegiatan ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang
harus diikuti oleh seluruh peserta didik. Gerakan pramuka sebagai organisasi kepanduan
yang berkecimpung dalam dunia pendidikan yang bersifat non formal berusaha membantu
guru dan masyarakat dalam membangun masyarakat dan bangsa.
Berdasarkan paparan latar belakang, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
tindakan sekolah yang bertujuan untuk membentuk karakter peduli lingkungan sekolah
melalui kegiatan ektrkurikuler pramuka di SMA Negeri 2 Kundur.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitataif dengan pendekatan
deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Kundur. Adapun alasan penulis
memilih variable Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Sekolah melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Pramuka terhadap Peserta Didik karena karakter peserta didik terhadap
lingkungan masih minim. Hal ini terlihat dalam keseharian peserta didik di sekolah yang
masih membuang sampah sembarang, terdapatnya sampah-sampah daun yang masih
berserakan di depan kelas maupun di lingkungan sekolah lainnya, terlihat selokan kelas
yang masih penuh dengan pasir maupun sampah lainnya.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah semester genap tahun pelajaran
2021-2022. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil peneliti melalui
observasi dan wawancara para informan, yaitu pembimbing pramuka dan peserta didik
yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka. Adapun pengumpulan data yang dilakukan
dengan observasi, dokumentasi dan wawancara. Analisis data kualitatif dilakukan dengan
koleksi data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

- 101 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Gambar 1. Teknik Analisis data Kualitatif

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada awal kegiatan, peneliti mengamati lingkungan sekolah. Hasil pengamatan
tersebut mengungkapkan bahwa lingkungan sekitar sekolah masih terlihat banyak sampah
daun maupun sampah plastik bekas kemasan makanan dari makanan peserta didik yang
dibuang tidak pada tempatnya. Hal ini membuat peneliti sebagai kepala sekolah merasa
bahwa harus mengambil langkah yang tepat agar lingkungan sekolah menjadi bersih dan
indah. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam diri peserta didik harus ada rasa kepedulian
terhadap lingkungan sekolah.
Langkah selanjutnya peneliti mengamati proses pendidikan karakter peserta didik,
salah satunya dengan mengamati program kerja kegiatan ekstrakurikuler pramuka, di mana
kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan pembentukan karakter peserta didik. Peneliti
mewawancari salah satu pembina pramuka di sekolah ini. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti kepada salah satu pembina ektrakurikuler pramuka, terungkap
bahwa ada beberapa agenda yang direncanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka,
di antaranya adalah menetapkan kebijakan kegiatan kepramukaan, merumuskan tujuan
kegiatan kepramukaan, menentukan alat lunak pendidikan karakter dan keterampilan
pendidikan karakter dalam kegiatan kepramukaan, serta membuat program semesteran
kegiatan kepramukaan dan membuat program mingguan kegiatan kepramukaan.
Pada program kegiatan pramuka tersebut, peneliti melihat bahwa penerapan karakter
peduli lingkungan masih perlu ditingkatkan lagi sehingga di dalam diri peserta didik
terbentuk karakter peduli lingkungan sekolah. Dalam hal ini, peneliti meminta kepada
pembina pramuka untuk lebih menekankan hal tersebut. Selanjutnya pembina pramuka
membuat rancangan tentang pembentukan karakter peduli lingkungan sekolah melalui
kegiatan ekstrakurikuler pramuka.
Setelah tahap rancangan selesai selanjutnya tahap pelaksanaan pembentukan karakter
peduli lingkungan sekolah pada saat kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pada kegiatan

- 102 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

ekskul ini, peserta didik lebih diajak untuk mengaplikasikan secara langsung dalam
membersihkan dan merapikan sekolah, dan kegiatan ini dilakukan beberapa kali pertemuan
kegiatan ekstrakurikuler pramuka.
Pada program peduli lingkungan sekolah ini peserta didik yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pramuka untuk mengajak peserta didik lainnya ikut serta dalam
membersihkan lingkungan sekolah dengan cara mengajukan usulan kepada pembina OSIS
untuk melakukan kegiatan gotong royong pada Sabtu pagi. Setelah semua peserta didik
membersihkan lingkungan sekolah, anggota pramuka tersebut mengimbau kepada peserta
didik SMA Negeri 2 Kundur untuk membuang sampah pada tempatnya dan menjaga
lingkungan sekolah tersebut agar tetap rapi dan indah.

Mengecat tembok sekolah Membersihkan ruangan

Kegiatan ekstrakurikuler Membuat tempat sampah dari


pramuka barang bekas

Gambar 2. Kegiatan Peduli Lingkungan

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, terungkap bahwa kegiatan
ekstrakurikuler pramuka telah berhasil membentuk karakter peduli lingkungan sekolah. Hal
ini terlihat dari karakter peserta didik yang menjaga lingkungan sekolah tetap bersih dan
indah. Hal ini sejalan dengan pendapat Santosa (2014) yang mengatakan bahwa gerakan
pramuka atau kepanduan dirumuskan oleh pendirinya sebagai media untuk meningkatkan
karakter anak-anak dan remaja, serta melatih mereka agar mau bertanggungjawab dan

- 103 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

mandiri saat mereka dewasa nanti. Lebih spesifik dalam konteks penelitian ini, peserta didik
diasah pembetukan kebiasaan menjaga lingkungannya.
Lebih lanjut, pembentukan karakter anak-anak sangat tercermin dalam filosofi
pendirian kepramukaan yang telah menjelma menjadi sistem pendidikan kepanduan yang
disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat, dan bangsa
Indonesia. Pramuka sendiri menurut Lukman & Nita (2011) adalah satu segi pendidikan
nasional yang penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Gerakan ini dirumuskan oleh pendirinya sebagai media untuk meningkatkan karakter anak-
anak dan remaja, serta melatih agar bisa bertanggungjawab dan mandiri serta dewasa.
Ektrakurikuler Pramuka mempunyai peran serta dalam pendidikan karakter
lingkungan, seperti yang tercantum dalam Dasa Darma Pramuka “Cinta alam dan kasih
sayang sesama manusia”, selain tercantum dalam Dasa Darma pendidikan kepedulian
lingkungan juga terdapat dalam program kerja dari kegiatan kepramukaan sekolah ini.
Dengan adanya dasa darma tentang rasa cinta alam dan dari program kerja kepramukaan
tersebut diharapkan dapat membentuk karakter peduli terhadap lingkungan kepada semua
peserta didik di sekolah ini, agar peserta didik dapat menerapkan karakter peduli
lingkungan dalam kehidupannya. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, kegiatan
ekstrakurikuler pramuka telah berhasil membentuk karakter peduli lingkungan sekolah. Hal
ini terlihat dari karakter peserta didik yang menjaga lingkungan sekolah tetap bersih dan
indah.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diapaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa nilai karakter peduli lingkungan dapat dibentuk melalui kegiatan ekstrakurikuler
pramuka di SMA Negeri 2 Kundur. Materi pada kegiatan pramuka membahas tentang
karakter peserta didik dan terdapat materi tentang nilai karakter peduli lingkungan.
Pendidikan karakter peduli lingkungan di SMAN 2 Kundur dimasukkan dalam kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka dan mampu membawa dampak yang signifikan pada kualitas
peduli lingkungan perserta didik.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik, peneliti mengemukakan bahwa setiap peserta
didik harus memiliki karakter peduli lingkungan sekolah. Untuk itu, pihak sekolah harus
mengupayakan bagaimana caranya untuk membentuk karakter peduli lingkungan sekolah
pada diri setiap peserta didik. Dalam penelitian ini, terdapat informasi mengenai
pembentukan karakter melalui kegiatan ektrakurikuler pramuka yang dapat dijadikan
solusi dalam upaya tersebut. Untuk pembentukan karakter lainnya juga dapat dipelajari
pada kegiatan ektrakurikuler pramuka.

- 104 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, H. S. S. (2020). Pembentukan karakter siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler
pramuka di SMAN 1 Siantar Narumonda, Toba Samosir. Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), 1, 176-186.
Muh. S. & La Ode A. (2021). Kesiapan lembaga PAUD dalam pembelajaran tatap muka pada
new normal. Jurnal Pendidikan Anak Usia, 5(2), 2158-2167.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Nomor 63 tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Santoso, L. & Nita, Z. (2011). Buku pintar pramuka. Yogyakarta: Interpree Book.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan RnD.
Bandung: Alfabeta.

- 105 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI IMPLEMENTASI METODE


DEMONSTRASI

I Nyoman Sudama
SMA Negeri 1 Kuta Selatan, Bali
nyomansudama65@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari penerapan metode demonstrasi
dalam meningkatkan prestasi belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas XI MIPA 3 Semester I tahun
pelajaran 2019/2020 SMA Negeri 1 Kuta Selatan. Penelitian ini dilakukan melalui proses
pengkajian berdaur (PTK) yang meliputi empat tahapan, yaitu perencanaan ( planning),
pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Pengambilan data
dilakukan menggunakan tes prestasi belajar yang dianalisis secara deskriptif. Dari hasil
analisis data, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari data awal sampai siklus II
yaitu, data awal menunjukkan prestasi ketuntasan belajar mencapai 42%, siklus I meningkat
menjadi 64%, siklus II meningkat menjadi 100%. Kesimpulan yang diperoleh dari
pengkajian ini adalah penggunaan metode demonstrasi telah dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
Kata Kunci: metode demonstrasi, prestasi belajar, Bahasa Inggris

Abstract
This study aimed to determine the impact of the application of the demonstration method in
improving English learning achievement for Class XI MIPA 3 Semester I students in the
academic year 2019/2020 at SMA Negeri 1 Kuta Selatan. This research was conducted
through a cycled assessment process (CAR) which included four stages, namely planning,
action, observation, and reflection. Data collection was carried out using a learning
achievement test which was analysed descriptively. From the results of data analysis,
student learning achievement had increased from the initial data to the second cycle. The
initial data showed learning mastery achievement reached 42%, the first cycle increased to
64%, the second cycle increased to 100%. The conclusion obtained from this study was that
the use of the demonstration method was able to improve student achievement in English
subject.
Keywords: demonstration method, learning achievement, English

PENDAHULUAN
Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai bahasa
komunikasi penghubung antar semua bangsa dan negara di seluruh dunia. Kemampuan
berbahasa Inggris merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting bagi siswa karena
Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa universal yang digunakan dalam dunia teknologi,
pendidikan, politik, perdagangan, serta merupakan alat komunikasi yang paling sering
digunakan oleh dunia. Dalam dunia modern yang penuh dengan tantangan dan persaingan
yang ketat ini, setiap orang disarankan tidak hanya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi,
namun juga dituntut keterampilan khusus. Salah satu keterampilan yang paling dibutuhkan
saat ini adalah Bahasa Inggris. Sesuai dengan penjelasan di atas, Bahasa Inggris merupakan
bahasa global, maka bagi yang ingin selangkah lebih maju dari orang pada umumnya, perlu
bahkan harus menguasai Bahasa Inggris.

- 106 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Kemampuan berbahasa Inggris merupakan salah satu kemampuan yang sangat


penting bagi siswa. Sebelumnya, bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran dalam
UN (Ujian Nasional). Pelajaran Bahasa Inggris pun menjadi salah satu hal yang penting untuk
melanjutkan jenjang pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Maka dari itu, pembelajaran
sejak dini hendaknya dilakukan agar mempermudah akses pembelajaran Bahasa Inggris
yang lebih komprehensif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
menetapkan pentingnya pelajaran Bahasa Inggris dengan tiga tujuan, di antaranya
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, baik dalam bentuk lisan
atau tulis, yang meliputi kemampuan mendengarkan (listening), berbicara (speaking),
membaca (reading), dan menulis (writing), menumbuhkan kesadaran tentang hakikat
bahasa dan pentingnya bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat
utama belajar, dan mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antarbahasa
dan budaya serta memperluas cakrawala budaya agar siswa memiliki wawasan lintas
budaya dan dapat melibatkan diri dalam keragaman budaya (Kemdikbud, 2000).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia juga menetapkan
bahwa kemampuan yang harus dimiliki oleh pelajar Indonesia adalah memahami dan
mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris (Kemdikbud, 2003). Data yang
diperoleh dari lapangan mengungkapkan seringnya terjadi kesalahan dalam ujian Bahasa
Inggris disebabkan kurangnya kosakata yang dimiliki siswa. Hasil belajar Bahasa Inggris
lebih rendah dibanding dengan pelajaran lain karena Bahasa Inggris dianggap sebagai salah
satu pelajaran yang sukar dan tidak menyenangkan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, terungkap bahwa siswa kelas XI MIPA 3
memiliki kosakata yang cukup baik karena pada zaman sekarang akses untuk mengetahui
kosakata Bahasa Inggris mudah didapatkan. Gawai, internet, computer, dan media sosial
pada umumnya menggunakan Bahasa Inggris, namun ketika siswa diberikan kosa kata
Bahasa Inggris yang baru hanya beberapa siswa yang mengingatnya. Beberapa siswa lainnya
ketika ditanya kembali, lebih memilih untuk melihat dan menggunakan kamus Bahasa
Inggris elektroniknya. Kesulitan yang dihadapi siswa mencakup tata bahasa dan menulis.
Dalam hal menulis khususnya, siswa banyak melakukan kesalahan karena siswa tidak ingat
bentuk ejaan kosakata dalam kalimat yang dibuat. Contohnya saat menulis fell (terjatuh),
siswa menulis feel (merasakan). Dalam percakapan pun, siswa banyak mencampuradukkan
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hal ini disebabkan kurangnya perbendaharaan
kosakata yang dimiliki siswa. Selain itu, kendala ini juga diperparah dengan rendahnya
prestasi belajar Bahasa Inggris, yaitu 65,22 dengan ketuntasan belajar 42%.
Temuan permasalahan di atas memerlukan langkah korektif, yakni suatu metode
pembelajaran yang tepat bagi pembelajaran siswa di kelas agar siswa tidak hanya bermain
saja, melainkan mampu menguasai materi yang diajarkan dengan benar. Salah satu metode
yang tepat digunakan adalah Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode
panyajian pelajaran dengan memeragakan dan menunjukkan kepada siswa tetang suatu
proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Terlepas

- 107 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

dari metode penyajian yang erat terakit dengan gaya penjelasan guru walaupun dalam
metode demonstrasi siswa hanya sekadar memperhatikan.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas XI
MIPA 3 Semester I tahun pelajaran 2019/2020 SMA Negeri 1 Kuta Selatan melalui
penerapan Metode Demonstrasi.

METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Kuta Selatan. Lingkungan sekolah yang
bersih yang didukung dengan fasilitas-fasilitas belajar yang memadai memungkinkan untuk
melakukan penelitian. Selain itu, permasalahan yang ada juga ditemukan di sekolah ini.
Peneliti juga selaku guru di SMA Negeri 1 Kuta Selatan sehingga dapat mempermudah dalam
perolehan perizinan.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui 2 siklus di mana pada setiap siklus
terdapat empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi
(observation), dan refleksi (reflection). Adapun subjek dalam penelitian ini adalah semua
siswa kelas XI MIPA 3 semester I tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 36 orang.
Objek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas XI MIPA
3 semester I tahun pelajaran 2019/2020 di SMA Negeri 1 Kuta Selatan setelah diterapkan
metode demonstrasi dalam pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini sudah terjadwal, yaitu
mulai bulan Juli sampai dengan November 2019.
Adapun teknik analisis data dalam penelitin tindakan dilakukan melalui dua cara, yaitu
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Indikator keberhasilan yang digunakan untuk
menentukan keberhasilan pelaksanaan tindakan adalah KKM untuk kelas XI MIPA 3 adalah
67 pada tahun pelajaran 2019/2020. Jika secara klasikal siswa sudah mencapai 85% dan
memperoleh nilai tes akhir ≥67, penelitian dikatakan sudah berhasil.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tindakan awal mengungkapkan bahwa terdapat 15 orang siswa (42%) dari 36 orang
memperoleh nilai di atas dan sesuai KKM, sedangkan ada 21 siswa (58%) dari 36 siswa di
kelas ini memperoleh nilai di bawah KKM. Ketidakberhasilan tersebut banyak dipengaruhi
oleh faktor ketidaksiapan guru dalam membuat perencanaan, profesionalisme guru dalam
melaksanakan pembelajaran. dan kesiapan guru dalam mempelajari keilmuan-keilmuan
yang mesti ditetapkan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Perencanaan Siklus I meliputi kegiatan menyusun jadwal untuk pelaksanaan,
menyusun rencana kegiatan, merencanakan Metode Demonstrasi dan media yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran, menyusun format penilaian, membuat bahan-bahan
pendukung pembelajaran lainnya seperti menyiapkan media dan gambar, serta merancang
skenario pembelajaran.
Analisis yang dapat disampaikan pada Siklus I ini adalah bahwa penilaian terhadap
kemampuan adalah dari 36 siswa yang diteliti, 23 orang (64%) memperoleh penilaian di

- 108 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

atas dan sesuai dengan KKM, artinya mereka sudah mampu menerpa ilmu sesuai harapan.
Sedangkan ada 13 siswa (36%) memperoleh penilaian di bawah KKM, artinya kemampuan
mereka masih rendah. Hasil analisis ini menggambarkan bahwa prestasi belajar siswa masih
jauh dari tuntutan indikator keberhasilan penelitian yang diusulkan, yaitu minimal
mencapai nilai 67 sesuai KKM mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah ini.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 2525
Rata-rata (mean) dihitung dengan: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 = 36 = 70,14. Median (titik
tengahnya) dicari dengan mengurut data/nilai siswa dari yang terkecil sampai terbesar.
Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Kalau
jumlahnya genap maka dua data yang di tengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Untuk median
yang diperoleh dari data siklus I dengan menggunakan cara tersebut adalah 70. Modus
(angka yang paling banyak/paling sering muncul) setelah diurut. Angka tersebut adalah 75.
Data interval disajikan dalam tabel dan histogram berikut ini.

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif

1. 55-60 57,5 9 25%


2. 61-66 63,5 4 11%
3. 67-72 69,5 7 19%
4. 73-78 75,5 9 25%
5. 80-85 82,5 6 17%
6. 86-91 88,5 1 3%
Total 36 100%
Tabel 1. Data Kelas Interval Siklus I

9 9
7 6
10
4
5 1

0
NILAI

55-60 61-66 67-72 73-78 80-85 86-91

Gambar 1. Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siklus I

Refleksi siklus I mengungkapkan bahwa belum semua siswa aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran, dalam satu kelompok sebagian anak hanya menonton temannya
melakukan kegiatan, dan waktu yang tersedia kurang memadai dalam 1 kali pelaksanaan
proses pembelajaran. Kekurangan yang teridentifikasi tersebut menjadi fokus perbaikan di
siklus II.
Pada siklus II, hasil yang diperoleh dengan pemberian tes prestasi belajar
mengungkapkan bahwa dari 36 orang siswa yang diteliti, sudah ada 36 (100%) mendapat

- 109 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

nilai rata-rata KKM dan melebihi KKM. Interpretasi yang muncul dari data tersebut adalah
bahwa mereka sudah sangat mampu melakukan apa yang disuruh. Analisis ini menunjukkan
bahwa lebih dari setengah anak sudah mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan
semua hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa indikator keberhasilan penelitian yang
diharapkan sudah terpenuhi. Data interval disajikan dalam tabel dan histogram berikut ini.

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif

1. 70-73 71,5 4 11%


2. 74-77 75,5 3 8%
3. 78-81 79,5 10 28%
4. 82-85 83,5 10 28%
5. 86-89 87,5 4 11%
6. 90-93 91,5 5 14%
Total 36 100%
Tabel 2. Data Kelas Interval Siklus II

10 10

10 5
4 4
3
5

0
NILAI

70-73 74-77 78-81 82-85 86-89 90-93

Gambar 2. Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siklus II

Penilaian yang dapat disampaikan terhadap seluruh kegiatan tindakan Siklus II ini
adalah bahwa indikator yang dituntut dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi sudah berhasil diupayakan. Semua kekurangan-kekurangan yang ada
sebelumnya sudah diperbaiki pada siklus ini. Semua indikator yang dituntut untuk
diselesaikan tidak ada lagi yang tertinggal. Hasil yang diperoleh pada Siklus II ini
menunjukkan bahwa penelitian ini tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.
Tuntutan indikator keberhasilan penelitian yang dicanangkan 85% siswa atau lebih dapat
mencapai peningkatan, dan ternyata sudah 100% siswa sudah berhasil.
Semua hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian sudah diupayakan secara
maksimal. Hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini menemukan beberapa hal
penting yang berkaitan dengan masalah peningkatan prestasi belajar siswa di kelasXI MIPA
3 Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan penerapan metode demonstrasi.
Berdasarkan semua tindakan yang telah dilakukan, diperoleh kemajuan-kemajuan yang
sesuai harapan, yaitu dalam pelaksanaan proses belajar mengajar metode demonstrasi
mampu menumbuhkan minat siswa untuk belajar lebih giat, namun karena pada awalnya

- 110 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

model ini belum digunakan sehingga hasil awal baru mencapai 42%. Pada siklus I dapat
ditingkatkan menjadi 64% dan pada siklus II dapat ditingkatkan menjadi 100%. Metode
demonstrasi mampu membantu siswa menggunakan ingatan serta transfer ilmu yang lebih
sesuai harapan karena kebenaran teori yang ada. Metode demonstrasi mampu mendorong
siswa bekerja lebih giat dan lebih aktif serta yang dalam pelaksanaannya lebih objektif, jujur,
terbuka dan transparan.
Adapun Kekuragan-kekurangan yang ada dalam metode demonstrasi ini adalah
sebagai berikut. (1) Motivasi belajar siswa yang kurang maksimal menjadi kendala bagi
peneliti mengingat banyak peserta didik yang lebih sering melakukan kegiatan lain dan tidak
mau giat untuk belajar. (2) Kebiasaan belajar siswa yang masih tradisional yang lebih
banyak menunggu perintah dari guru menyebabkan pembelajaran yang seharusnya mereka
mampu menemukan sendiri tidak terlaksana sesuai harapan.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi pada siswa kelas
XI MIPA 3 Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 telah mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa. Dengan kata lain, prestasi belajar Bahasa Inggris mengalami peningkatan
setelah menerapkan Metode Demonstrasi baik dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik, peneliti menawarkan beberapa rekomendasi.
(1) Bagi siswa agar dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada
proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga
memperoleh hasil belajar yang optimal. (2) Bagi guru agar dapat menerapkan Metode
Demonstrasi guna meningkatkan prestasi belajar Bahasa Inggris. (3) Bagi sekolah agar
memberikan peluang bagi guru untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai
upaya dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. N. & Lilik N. K. (2009). Metode dan teknik pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama.
Agung. (2005). Pengantar evaluasi pendidikan. Singaraja: Undiksha.
Djamarah, S. B. (2002). Prestasi belajar dan kompetensi guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Ermalinda, P. (2013). Penelitian tindakan kelas: Panduan teoritis dan praktis. Bandung:
Alfabeta.
Miftahul, H. (2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Nurkacana, W., dkk. (1990). Evaluasi pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Slamet, P. H. (2004). MBS, life skill, KBK, CTL, dan saling keterkaitannya. Makalah yang
Disampaikan pada Semiloka DBEP di NTB dan Bali.

- 111 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Sukidin, Basrowi, & Suranto. (2002). Menajemen penelitian tindakan kelas. Surabaya: Insan
Cendekia.
Yamin, H. M. (2013). Strategi dan metode dalam model pembelajaran. Jakarta: G.P. Press
Group.

- 112 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DENGAN PENERAPAN


METODE OLSI

I Gusti Putu Agung Arimbawa


SMA Negeri 1 Petang, Bali
agungajus@gmail.com

Abstrak
Penelitian tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Biologi
siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Petang melalui penerapan metode OLSI (Own It, Learn It,
Share It) dalam pembelajaran Biologi. Penelitian tindakan ini mengikuti beberapa tahapan
seperti yang dikemukakan Kemmis & Taggart (1998), yaitu (1) tahap perencanaan
(planing); (2) tahap tindakan (action); (3) tahap observasi/ evaluasi (evaluation); dan (4)
tahap refleksi (reflection). Penelitian ini dirancang sebanyak dua siklus. Masing-masing
siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan mengambil materi tentang Sistem Respirasi
Manusia. Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Petang yang berlokasi di Desa petang,
Kecamatan Petang, Kabupaten Badung Provinsi Bali. Subjek dalam penelitian ini adalah 33
siswa XI IPA 4. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa metode OLSI (Own It, Learn It, Share
It) efektif untuk meningkatkan motivasi pembelajaran biologi sebesar 80,15 dengan
kategori tinggi pada siklus I dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85,85 dengan
kategori sangat tinggi dan metode OLSI juga efektif untuk meningkatkan prestasi
pembelajaran biologi. Rata-rata prestasi belajar biologi siswa sebesar 73,03 dengan kategori
cukup pada siklus I dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 89,00 dengan
kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode OLSI (Own It, Learn It,
Share It) dalam pembelajaran Biologi dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
Biologi siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Petang.
Kata Kunci: motivasi, prestasi belajar, Biologi, metode OLSI

Abstract
This action research aimed to increase the motivation and learning achievement of Biology
in class XI IPA 4 SMA Negeri 1 Petang through the application of the OLSI (Own It, Learn It,
Share It) method in Biology learning. This action research followed several stages as
proposed by Kemmis & Taggart (1998), namely (1) the planning stage; (2) the action stage;
(3) the stage of observation/evaluation; and (4) the reflection stage. This research was
designed in two cycles. Each cycle consisted of two meetings by taking material on the
Human Respiratory System. The research was conducted at SMAN 1 Petang which was
located in Petang Village, Petang District, Badung Regency, Bali Province. The subjects in this
study were 33 students of XI IPA 4. The results revealed that the OLSI (Own It, Learn It, Share
It) method was effective in increasing the motivation to learn biology by 80.15 with a high
category in the first cycle and experienced an increase in the second cycle to 85.85 with a
very high category and the OLSI method was also effective for improving biology learning
achievement. The average biology learning achievement of students was 73.03 with
sufficient category in the first cycle and increased in the second cycle to 89.00 in the very
good category. It could be concluded that the application of the OLSI (Own It, Learn It, Share
It) method in learning Biology can increase the motivation and learning achievement of
Biology in class XI IPA 4 SMA Negeri 1 Petang.
Keywords: motivation, learning achievement, Biology, OLSI method

- 113 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

PENDAHULUAN
Pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sudah mulai masuk pada
dunia Pendidikan. Akibatnya, pembelajaran yang hanya mengandalkan proses klasikal di
kelas perlu didesain ulang karena tidak selalu memfasilitasi keanekaragaman gaya belajar
peserta didik. Dalam era informasi seperti saat ini, guru dalam melaksanakan pembelajaran
sebaiknya memanfaatkan sumber belajar daring dan menggunakan beragam media dan
metode pembelajaran sehingga dapat menarik perhatian dan membangkitkan semangat
belajar siswa dalam proses pembelajaran (Mudjiman dalam Prihadi, 2013).
Observasi awal dan wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Petang pada 04 Januari
2022 mengungkapkan informasi bahwa guru menggunakan metode ceramah dan diskusi.
Wawancara dilakukan terhadap 13 siswa, 11 di antaranya mengatakan bahwa metode
belajar yang monoton dan tidak bervariasi menyebabkan mereka merasa bosan sehingga
mereka kurang tertarik untuk menyimak dan memperhatikan penjelasan guru. Akibatnya
mereka kurang memahami materi pembelajaran. Dari wawancara guru biologi SMA Negeri
1 Petang, terungkap bahwa waktu pembelajaran yang terbatas menyebabkan proses
pembelajaran menjadi kurang efektif karena materi-materi pada mata pelajaran biologi
cukup padat sehingga tidak semua materi pelajaran bisa dijelaskan secara optimal.
Berdasarkan data nilai tes awal siswa kelas XI IPA4, terdapat 31 siswa tidak tuntas, 1
sakit dan 1 siswa izin dari jumlah keseluruhan siswa 33 orang dengan KKM 70. Belum
tercapainya KKM bagi siswa kelas XI IPA4, menyebabkan perlunya diterapkan model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat menjawab
tantangan pembelajaran di PTMT Covid-19. Rendahnya penguasaan kompetensi dasar
Biologi yang dicapai siswa merupakan refleksi dari rendahnya kualitas pembelajaran sains,
khususnya Biologi di SMA Negeri 1 Petang. Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa,
dapat diketahui bahwa rendahnya kualitas pembelajaran biologi bersumber pada kurang
efektifnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran lebih cenderung guru sebagai
penceramah dan sedikit memberikan kesempatan untuk berkembangnya siswa sesuai
dengan keterampilan yang dimiliki sehingga tingkat kebosanan siswa timbul dan motivasi
siswa menjadi sangat rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dikembangkan strategi pembelajaran biologi yang
dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan
menerapkan ide-ide mereka. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah dengan
efektivitas pembelajaran tipe OLSI (Own It, Learn It, Share It) pada pembelajaran Biologi.
Pembelajaran berpusat pada siswa ini mengharuskan siswa bertanggung jawab lebih untuk
memantau kemajuan belajar mereka sendiri. Siswa lebih terlibat jauh dalam aspek berpikir
tingkat yang lebih tinggi.
OLSI akan optimal jika didukung oleh media dalam pembelajaran, khususnya media
yang berbasis ICT, karena dengan menggunakan teknologi akan dapat memberikan
semangat dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan. Laptop
yang dimiliki siswa dapat dimanfaatkan secara optimal untuk membuat media PowerPoint
yang dikerjakan secara kelompok. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengoptimalkan

- 114 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

kemampuan siswa dalam menggali pengetahuan tentan Sistem Respirasi Manusia yang
selanjutnya dituangkan dalam bentuk salindia maupun dalam bentuk laporan. Salindia dan
laporan yang dihasilkan dari kelompok diskusi ini kemudian ditransfer kepada teman yang
lainnya melalui sistem presentasi dan diskusi.
Beranjak dari sudut pandang ini, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Biologi siswa
kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Petang melalui penerapan metode OLSI (Own It, Learn It, Share
It) dalam pembelajaran Biologi.

METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan ini mengikuti beberapa tahapan seperti yang dikemukakan
Kemmis & Taggart (1998), yaitu (1) tahap perencanaan ( planing); (2) tahap tindakan
(action); (3) tahap observasi/ evaluasi (evaluation); dan (4) tahap refleksi (reflection).
Penelitian ini dirancang sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali
pertemuan dengan mengambil materi tentang Sistem Respirasi Manusia.
Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Petang yang berlokasi di Desa petang, Kecamatan
Petang, Kabupaten Badung Provinsi Bali. Penelitian dimulai dari tanggal 10 Januari sampai
dengan 18 Maret 2022. Subjek dalam penelitian ini adalah 33 siswa XI IPA 4. Kelas XI IPA 4.
Objek dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dan prestasi belajar biologi siswa.
Data motivasi belajar dikumpulkan melalui angket motivasi belajar dengan
menggunakan skala Likert (1-5) dan data prestasi belajar siswa dikumpulkan melalui tes
prestasi belajar yang disusun dalam bentuk tes objektif dengan skala 100. Data motivasi
belajar dianalisis secara diskriptif dari kuesioner yang diisi dan kemauan siswa untuk
mengunggah hasil kerjanya berupa poster di media sosial. Berdasarkan analisis data yang
dilakukan, maka ditetapkan dua indikator keberhasilan dari penelitian ini, yaitu indikator
keberhasilan peningkatan prestasi belajar jika berada dalam kategori baik dengan nilai rata-
rata prestasi belajar kelas sekurang-kurangnya 70 dan indikator keberhasilan peningkatan
motivasi belajar siswa adalah apabila motivasi belajar siswa berada pada kategori tinggi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data tentang motivasi belajar siswa pada siklus 1 disajikan pada tabel berikut.

Kriteria Jumlah siswa (orang) % Keterangan


80 ≤ X 10 35,56% Sangat tinggi
67 ≤ X <80 16 64,44% Tinggi
54 ≤ X <67 0 0% Sedang
41 ≤ X <54 0 0% Rendah
X <48 0 0% Sangat rendah
Tabel 1. Distribusi Nilai Motivasi Belajar Siswa Siklus I

- 115 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh persentase jumlah siswa yang memiliki motivasi
belajar termasuk kategori sangat tinggi sebesar 35,56%, kategori tinggi sebesar 64,44%,
dan tidak ada siswa dengan kategori sedang, rendah maupun sangat rendah. Secara klasikal
skor rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 80.15 dengan kategori tinggi. Dari hasil
tersebut tampak bahwa pembelajaran dengan Metode OLSI (Own It, Learn It, Share It)
dalam pembelajaran Biologi efektif memberikan motivasi yang tinggi pada siswa kelas XI
IPA 4 SMA Negeri 1 Petang.
Data tes prestasi belajar siswa pada siklus I disajikan pada table berikut ini.

Kriteria Jumlah siswa (orang) % Keterangan


85 ≤ M <100 11 36,30% Sangat baik
70 ≤ M <85 5 16,50% Baik
55 ≤ M <70 1 0,33% Cukup
40 ≤ M <55 14 46,20% Kurang
0 ≤ M <40 1 0,33% Sangat Kurang
Tabel 2. Distribusi Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus I

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh persentase jumlah siswa yang memiliki prestasi
belajar dengan kategori sangat baik sebesar 36,30% , kategori baik sebesar 16,50%,
kategori cukup 0,33%, kategori kurang 46,20% dan katagori sangat kurang 0,33. Secara
klasikal, skor rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 73,03 dengan kategori cukup. Data
tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa belum sesuai dengan harapan dalam
penelitian ini. Indikator keberhasilan prestasi belajar adalah jika berada dalam kategori baik
atau nilai rata-rata prestasi belajar kelas sekurang-kurangnya 80.
Pada siklus 2, data tentang motivasi belajar siswa disajikan pada tabel berikut.

Kriteria Jumlah siswa (orang) % Keterangan


80 ≤ X 45 100% Sangat tinggi
67 ≤ X <80 0 0% Tinggi
54 ≤ X <67 0 0% Sedang
41 ≤ X <54 0 0% Rendah
X <48 0 0% Sangat rendah
Tabel 3. Distribusi Nilai Motivasi Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh persentase jumlah siswa yang memiliki motivasi
belajar termasuk kategori sangat tinggi sebesar 100% dan tidak ada siswa dengan kategori
tinggi, sedang, rendah maupun sangat rendah. Secara klasikal, skor rata-rata motivasi belajar
siswa sebesar 85,85 dengan kategori sangat tinggi. Dari hasil tersebut tampak bahwa
pembelajaran dengan metode OLSI (Own It, Learn It, Share It) dalam pembelajaran biologi
efektif memberikan motivasi yang tinggi kepada siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Petang.

- 116 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Data tes prestasi belajar siswa dan distribusi prestasi belajar siswa pada siklus II
disajikan pada tabel berikut ini.

Kriteria Jumlah siswa (orang) % Keterangan


85 ≤ M <100 25 82,50% Sangat baik
70 ≤ M <85 4 13,20% Baik
55 ≤ M <70 3 0,99% Cukup
40 ≤ M <55 1 0,33% Kurang
0 ≤ M <40 0 0% Sangat Kurang
Tabel 4. Distribusi Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh persentase jumlah siswa yang memiliki prestasi
belajar termasuk kategori sangat baik sebesar 82,50%, dengan kategori baik sebesar
13,20%, kategori cukup sebesar 0,99%, dan kategori kurang sebesar 0,33%. Secara klasikal,
skor rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 89,00 dengan kategori sangat baik. Dari hasil
tersebut tampak bahwa implementasi metode OLSI sudah dapat meningkatkan prestasi
belajar biologi siswa. Indikator keberhasilan prestasi belajar adalah jika berada dalam
kategori baik atau nilai rata-rata prestasi belajar kelas sekurang-kurangnya 80.
Penelitian yang telah dilaksanakan sebanyak dua siklus menunjukkan adanya
peningkatan motivasi dan prestasi belajar biologi siswa. Pada awalnya, berdasarkan
pengamatan, banyaknya siswa yang memperoleh nilai prestasi belajar yang kurang
diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) siswa belum terbiasa belajar dengan
menemukan sendiri konsep yang dipelajari sehingga hasil pembuatan PowerPoint yang
dihasilkan belum maksimal, (2) siswa belum terbiasa menggunakan PowerPoint sebagai
sarana belajar dan terkesan siswa menunggu arahan atau penjelasan guru, (3) siswa belum
terbiasa untuk mengubah pola belajar mereka, yakni guru sebagai sumber informasi, (4)
beberapa siswa belum memaksimalkan fungsi laptop dan fasilitas lainnya yang mendukung
sehingga beberapa slide tidak jelas, (5) siswa belum memaksimalkan fasilitas internet gratis
dalam menggali informasi dan masih mengandalkan satu buku sumber sehingga informasi
yang dihasilkan tidak optimal, dan (7) beberapa siswa masih bingung dengan konsep yang
ditemukannya sehingga penjelasan dalam PowerPoint yang dihasilkan masih
membingungkan.
Berdasarkan kendala tersebut, dilakukan beberapa perbaikan tindakan terhadap
proses pembelajarannya dengan melakukan kegiatan sebagai berikut. (1) sebelum
pelaksanaan tindakan siklus II, guru/peneliti menekankan kembali mengenai pembelajaran,
baik langkah pembelajaran, maupun aspek-aspek yang terkait dengan penilaian sehingga
siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajarannya; (2) guru menekankan
pembuatan PowerPoint untuk proses pembelajaran guna meminimalisir kesalahan dalam
penggunaan, (3) guru memberikan tugas pada masing-masing kelompok untuk membuat
PowerPoint pembelajaran di rumah.

- 117 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

Beberapa temuan lainnya dalam penelitian ini adalah (1) implementasi metode OLSI
mampu mengaitkan konsep-konsep biologi secara nyata bagi siswa, dengan menemukan
sendiri materi/konsep yang dipelajari sendiri akan meningkatkan kemampuan sains siswa,
(2) siswa mampu dan terbiasa dalam melakukan penyelidikan dan investigasi autentik
untuk mencari penyelesaian masalah secara nyata, (3) siswa dapat mengeksplorasi ide-ide
dalam pemikirannya tentang materi yang dipelajari dan mampu menghasilkan produk atau
karya dan mempresentasikannya atau memamerkannya, (4) siswa terlatih dalam hal sosial
kebersamaan (dengan berkelompok 4-5 orang) dalam melakukan investigasi sehingga dapat
menumbuhkan aspek sosial, interpersonal, dan interapersonal.
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah (1) implementasi
metode OLSI melalui pemanfaatan PowerPoint dapat memberikan pengalaman baru dan
menyenangkan baik bagi guru maupun siswa; (2) siswa dapat mengejar ketertinggalan
pengetahuan tentang IPTEK di bidang pendidikan; (3) dapat meningkatkan motivasi belajar
para pembelajar; (4) dapat digunakan untuk membantu membentuk model mental yang
akan memudahkan pembelajar memahami suatu konsep.
Metode OLSI mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan
prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains. OLSI akan optimal jika didukung oleh media
dalam pembelajaran, khususnya media yang berbasis ICT, karena dengan menggunakan
teknologi akan dapat memberikan semangat dalam proses pembelajaran sehingga peserta
didik tidak merasa bosan dan terjadi proses pembelajaran yang menyenangkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penemuan dari penelitian lain yang menggunakan
multimedia dalam pembelajaran sains, di antaranya Bandem (2006), penelitiannya di SMPN
2 Singaraja menunjukkan bahwa aktivitas siswa di kelas yang memanfaatkan multimedia
dalam pembelajaran fisika lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan media
konvensional dan hasil belajar siswa yang dicapai menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Candiasa (2003) menunjukkan bahwa komunikasi pembelajaran dengan media komputer
ternyata mampu meningkatkan motivasi belajar.
Kemudian, Meilita (2021) dalam penelitiannya di SMA Negeri 9 Ambon, Maluku
tentang pemanfaatan model OLSI berbasis Merdeka Belajar terhadap hasil belajar kimia
Siswa SMA Negeri 9 Ambon menunjukkkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan
model OLSI lebih tinggi daripada hasil belajar siswa menggunakan metode konvensional.
Perbedaan hasil ditunjukan pada hasil pre-test kelas kontrol 37%, ekperimen 36%,
sedangkan post-test hasil pada kelas eksperimen sebesar 86% dan kelas kontrol sebesar
72% dengan ketuntasan belajar kelas eksperimen sebesar 100% dan kelas kontrol sebesar
56, 62%.

KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan tentang implementasi metode OLSI, dapat
disimpulkan sebagai berikut. (1) Metode OLSI (Own It, Learn It, Share It) efektif untuk
meningkatkan motivasi pembelajaran biologi materi sistem respirasi manusia pada siswa
kelas XI IPA 4 tahun pelajaran 2021/2022. Rata-rata motivasi belajar biologi siswa sebesar

- 118 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 4 OKTOBER 2022

80,15 dengan kategori tinggi pada siklus I dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi
85,85 dengan kategori sangat tinggi, (2) Metode OLSI (Own It, Learn It, Share It) efektif
untuk meningkatkan prestasi pembelajaran biologi materi sistem respirasi manusia pada
siswa kelas XI IPA 4 tahun pelajaran 2021/2022. Rata-rata prestasi belajar biologi siswa
sebesar 73,03 dengan kategori cukup pada siklus I dan mengalami peningkatan pada siklus
II menjadi 89,00 dengan kategori sangat baik.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik, peneliti memberikan beberapa saran sebagai
berikut. (1) Metode OLSI perlu dikembangkan untuk pelajaran biologi maupun pelajaran
lain karena secara langsung dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. (2) Perlu juga
adanya pengembangan peralatan multimedia lain seperti CD interaktif, Biolearn, dan
aplikasi berbasis IT untuk menunjang metode OLSI dalam pembelajaran biologi.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2011). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2005). Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.
Candiasa, I. M. (2003). Komunikasi pembelajaran bermedia komputer. Laporan Penelitian.
Singaraja: IKIPN Singaraja.
Darmawan, D. (2006). Biologi komunikasi melalui implementasi teknologi informasi menuju
akselerasi pembelajaran. Jurnal Teknodik, 18, 7-47.
Husamah, dkk. (2018). Belajar dan pembelajaran. Malang: Universitas Muhamadiyah
Malang.
Jalinus, N. (2016). Media dan sumber pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Imbrahim, M. dkk. (2000). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Universitas Press.
Mulyasa, E. (2013). Menjadi guru profesional: Menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Meilita, S. (2021). Pemanfaatan model OLSI berbasis merdeka belajar terhadap hasil belajar
kimia SMA Negeri 9 Ambon. Penelitian Ilmiah di KIG. Jakata: Presenter KIG.
Sudjana, N. (2011). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Singgih, P. (2013). Model blended learning teori dan praktek dalam pembelajaran geografi.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Sanjaya, W. (2010). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada media.

- 119 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 3 JULI 2022

PEDOMAN PENGAJUAN

1. Naskah tidak boleh mengandung informasi identitas apa pun untuk tinjauan
sejawat (blind peer review). Namun, informasi berupa nama penulis, afiliasi
organisasi/institusi, dan alamat surel harus diberikan pada lembar terpisah.
2. Naskah harus:
a. diketik dalam format dokumen MS Word;
b. memiliki 1,5 spasi, kecuali abstrak, kata kunci, dan referensi yang harus diketik
spasi tunggal;
c. menggunakan Cambria Math, ukuran 12;
d. memiliki margin tiga sentimeter di semua sisi (Teks disejajarkan pada margin
kiri dan kanan.);
e. memiliki abstrak yang terdiri dari maksimal 150 kata; dan
f. memiliki panjang maksimal 12 halaman di kertas A4.
3. Gaya penulisan harus sesuai, akademis, dan jelas. Bahasa naskah harus bahasa
Indonesia atau bahasa Inggris.
4. Artikel penelitian harus mencakup bagian-bagian berikut: judul, abstrak, kata
kunci, bagian utama, dan referensi.
a. Judul: Judul harus jelas dan ringkas (maksimal 15 kata). Hindari singkatan dan
formula.
b. Abstrak: Abstrak harus antara 100-150 kata yang mencerminkan fokus utama
artikel: tujuan, metode, temuan yang relevan, dan kesimpulan. Abstrak tidak
boleh mengandung singkatan atau referensi.
c. Kata kunci: Kata kunci berjumlah 5-10 kata.
d. Bagian Utama: Naskah harus memiliki bagian-bagian penting ini: pendahuluan,
metode, hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan.
1) Pendahuluan: Pendahuluan harus ringkas. Pastikan retorika mencakup
bagian ini: (1) membangun celah penelitian; (2) mengidentifikasi celah; (3)
menempati celah; dan (4) menyatakan tujuannya.
2) Metode: Bagian metode harus menggambarkan subjek, prosedur,
instrumen, dan desain. Bukti reliabilitas dan validitas instrumen yang
digunakan juga harus disajikan.
3) Hasil Penelitian dan Pembahasan: Dalam membahas temuan-temuan
penelitian, penulis harus mengeksplorasi signifikansi hasil dari
penelitiannya. Dengan mengutip literatur yang relevan, ia harus
menunjukkan dalam bagian ini bagaimana penelitian terhubung dengan
atau menyimpang dari tubuh literatur yang ada.
4) Kesimpulan: Kesimpulan utama harus jelas dan ringkas. Bagian kesimpulan
harus mencakup saran dan rekomendasi berdasarkan temuan penelitian
serta implikasi pedagogis dari penelitian ini.
e. Referensi: Penulis bertanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi
dalam setiap entri referensi lengkap dan akurat. Semua sumber yang dikutip

- 119 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 3 JULI 2022

(primer atau sekunder) dalam naskah harus dirujuk dengan benar; karenanya,
harus ada korespondensi antara sumber yang dikutip dan yang ditemukan
dalam daftar referensi.
5. APA Citation Style 6th Edition harus digunakan dalam menulis referensi dan
kutipan.
6. Naskah harus merupakan karya asli, belum pernah diterbitkan sebelumnya di
tempat lain, saat ini tidak sedang ditinjau, dan tidak akan dikirim ke jurnal lain saat
sedang dipertimbangkan untuk diterbitkan oleh ProEdu Jurnal Ilmiah
Kependidikan.
7. Hak cipta dari sebuah manuskrip yang diterbitkan tetap menjadi milik penulisnya.
8. Artikel dikirim ke fiktoriusteddy@gmail.com dengan subjek surel “ProEdu”.
9. Segala sesuatu yang berkaitan dengan lisensi mengutip atau menggunakan
perangkat lunak komputer untuk produksi naskah atau hal-hal lain yang berkaitan
dengan hak kekayaan intelektual yang dilakukan oleh penulis artikel, bersama
dengan konsekuensi hukum yang mungkin timbul karena mereka, adalah tanggung
jawab penuh penulis artikel.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi 0852 4592 1881 atau
fiktoriusteddy@gmail.com

- 120 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 3 JULI 2022

SUBMISSION GUIDELINES

1. The manuscript should not contain any identifying information for blind peer
review. However, the writer’s name, organisation/institutional affiliation, and
email address should be provided on a separate sheet.
2. The manuscript should:
a. be in MS Word document format;
b. be 1.5 lines-spaced, except the abstract, keywords, tables, and references, which
should be typed single-spaced;
c. be typed using Cambria Math, size 12;
d. have three-centimetre margin on all sides (The text is justified or aligned to both
the left and the right margins.);
e. have an abstract composed of maximum of 150 words; and
f. have the length maximum of 12 pages on A4 paper.
3. The writing style should be appropriate, academic, and clear. The language of the
manuscript should be Indonesian or English.
4. The research article should include the following parts: title, abstract, keywords,
main body, and references. Divide the article into clearly defined sections.
a. Title: The title should be clear and concise (maximum of 15 words). Avoid
abbreviations and formulae.
b. Abstract: The abstract must be between 100-150 words reflecting the main
focus of the article: the objective, method, relevant findings, and conclusion. The
abstract should not contain any undefined abbreviations or unspecified
references.
c. Keywords: Provide 5-10 words to facilitate locating keyword searches of the
article in the future.
d. Main Body: The manuscript should have these essential parts: introduction,
method, results, discussion, and conclusion.
1) Introduction: The introduction should be succinct. Make sure that the
following basic rhetorical moves are included in this section: (1) establish a
niche; (2) identify a gap; (3) occupy the gap; and (4) state the purpose.
2) Method: The method section should describe the subjects, procedures,
instruments, and design. Provide sufficient details to allow the context of the
work to be thoroughly understood by readers, i.e., clearly describe the
context and participants or subjects along with strategies used to gather and
analyse data. Evidence of reliability and validity of the instruments used
should also be presented.
3) Results and Discussion: In discussing the findings of the study, the author
should explore the significance of the results of his or her work. By citing
relevant literature, he or she should show in this section(s) how the study
connects with or deviates from the already published body of existing
literature.

- 121 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 3 JULI 2022

4) Conclusion: The main conclusions should be clear and concise. The


conclusion section should include suggestions and recommendations based
on the research findings as well as pedagogical implications of the study.
e. References: The author is responsible for ensuring that information in each
reference entry are complete and accurate. All quoted or cited sources (primary
or secondary) in the manuscript should be properly referenced; hence, there
should be one-to-one correspondence between the cited or quoted sources and
the ones found in the reference list.
5. The APA Citation Style 6th Edition should be used in writing references and
citations.
6. The manuscript should be an original work, has not been previously published
elsewhere, is not currently being reviewed, and will not be submitted to another
journal while it is being considered for publication by ProEdu Jurnal Ilmiah
Kependidikan. Should the author/s wish to withdraw the paper from further
consideration by the journal, a withdrawal request should be sent to the editor.
7. The copyright of a manuscript published by the journal remains with its author/s.
The author/s may republish his or her work upon the condition that ProEdu Jurnal
Ilmiah Kependidikan is acknowledged as the original publisher.
8. Articles are sent to fiktoriusteddy@gmail.com with the mail subject “ProEdu”.
9. Everything related to licensing of citing or using computer software for the
production of manuscripts or other matters relating to intellectual property rights
carried out by article writers, along with the legal consequences that may arise due
to them, are the full responsibility of the writers of the article.

For further information, kindly contact 0852 4592 1881 or fiktoriusteddy@gmail.com

- 122 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 3 JULI 2022

Profil ProEdu
Jurnal Ilmiah Kependidikan

Visi
Memberi sumbangsih terhadap khazanah intelektualitas dalam dunia pendidikan

Misi
1. Menyediakan wadah bagi guru, praktisi, pemerhati, dan peneliti pendidikan
dalam upaya untuk memberi kontribusi bagi pengembangan mutu pendidikan
di Indonesia
2. Mewujudkan peningkatan kompetensi profesional guru, praktisi, pemerhati,
dan peneliti pendidikan pada aspek penulisan ilmiah
3. Membentuk budaya membaca dan menulis ilmiah yang berkelanjutan

Penjelasan singkat tentang ProEdu


ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan diterbitkan oleh Gerakan Guru Membaca dan
Menulis (G2M2) 4 kali setahun, yakni setiap Januari, April, Juli, dan Oktober. ProEdu
Jurnal Ilmiah Kependidikan berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan hasil
pemikiran di bidang pendidikan yang disajikan dalam bahasa Indonesia maupun
bahasa Inggris. ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan diharapkan menjadi wadah bagi
guru, praktisi, pemerhati, dan peneliti pendidikan dalam memberi sumbangsih
terhadap khazanah intelektualitas dalam dunia pendidikan.
Tulisan-tulisan yang disajikan merupakan potret nyata persoalan dunia
pendidikan di Indonesia yang tentunya dapat memperkaya telaah tentang dunia
pendidikan berdasarkan sudut pandang para pemangku kepentingan. Hal ini
menunjukkan bahwa guru maupun pemangku kepentingan lainnya mampu
menghasilkan karya yang dapat memberi kontribusi bagi pengembangan mutu
pendidikan di Indonesia.
Pada tahap proses, kami menerima naskah beragaram topik dalam lingkup
pendidikan. Selanjutnya, naskah-naskah tersebut dikaji oleh para pakar dan praktisi di
bidang pendidikan. Hasil kajian disampaikan ke penulis untuk penyempurnaan lebih
lanjut guna memastikan optimalisasi kualitas naskah. Seperti halnya jurnal-jurnal
lainnya, kami memiliki harapan yang besar agar ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan
menjadi sebuah wadah yang dapat memperluas cakrawala intelektualitas tentang
pendidikan di tanah air.

- 123 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 3 JULI 2022

Surat Keterangan Penerbitan ISSN


ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan
Nomor: 0005.27160076/JI.3.1/SK.ISSN/2020.01
Hal. : SK Penerbitan ISSN no. 2716-0076

- 124 -
PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 3 JULI 2022

- 125 -

Anda mungkin juga menyukai