Anda di halaman 1dari 19

MINI RISET

PENINGKATAN KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP


PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD NEGERI 060877 JL
IBRAHIM UMAR KEC. MEDAN PERJUANGAN

Makalah laporan Mini Riset ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar
Mengajar.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. Adinda Triana Napitupulu (1183111105)

2. Devi Marcella Surbakti (1183111108)

3. Elisabeth Ulima Siahaan (1183111102)


4. Rista Ceria Zendrato (1183111114)

Kelas : PGSD REG E 2018


Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Dr.Edizal Hatmi,M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU


PENDIDIKAN - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
laporan mini riset ini tepat pada waktunya. 

Ada pun pembuatan makalah laporan mini riset ini sebagai bentuk tugas dari dosen
Strategi Belajar Mengajar, selain itu agar pembaca dapat menambah pengetahuan dan
informasi yang terdapat didalam makalah laporan Mini Riset ini. Dalam penyusunan makalah
laporan mini riset ini, tidak sedikit hambatan yang  dihadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah laporan mini riset ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan serta doa orang tua, sehingga kendala-kendala yang dihadapi
teratasi. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen Strategi Belajar Mengajar yaitu Bapak Dr.Edizal Hatmi,M.Pd yang telah
memberikan tugas, serta petunjuk, kepada kami sehingga termotivasi dan dapat
menyelesaikan makalah laporan mini riset ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga terselesainya tugas makalah laporan mini riset ini.

Makalah laporan mini riset ini diakui masih banyak kekurangan. Oleh kerena
itu diharapkan kepada dosen pengampu dan para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah laporan mini riset ini.

Medan, 24 November 2019

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
A. Latar Belakang Masalah......................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................5
D. Metode Penelitian................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORISTIK................................................................6
A. Uraian Permasalahan............................................................................6
B. Subjek Penelitian................................................................................11
C. Assesment Data..................................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................12
A. Metode Penelitian...............................................................................12
B. Langkah Penelitian.............................................................................12
C. Teknik Pengumpulan Data.................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN ...........................................................................13
Analisa Pembahasan / Penyelesaian Masalah...............................................13
BAB V PENUTUP ......................................................................................16
A. Kesimpulan ......................................................................................16
B. Saran ..................................................................................................16
Daftar Pustaka...............................................................................................17
Lampiran Hasil Observasi............................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara garis besar, proses terjadinya pendidikan bersumber kepada dua hal yaitu Guru
sebagai pendidik dan pengajar serta Anak didik yang menerima pendidikan itu sendiri. Dalam
masa-masa usia sekolah dasar guru ditugaskan untuk membentuk dan mengembangkan
kepribadian anak didiknya, seperti keadaan keluarga, taraf sosial ekonomi, budaya dan
lingkungan sekitar serta watak dan sifat anak didiknya serta guru juga harus memahami
keberadaan setiap individu anak sebagai wujud yang utuh, menangani setiap permasalahan
yang muncul dari diri anak dalam peristiwa belajar melalui pendekatan psikologi.

Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam
tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Pada masa ini walaupun anak-
anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang
dapat mereka raih, namun perasaan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka
berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga mengahambat mereka dalam belajar.
Walaupun demikian tetap saja pada masa usia sekolah dasar secara relatif anak-anak lebih
mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya.

Dan masa usia sekolah dasar umumnya pada masa-masa kelas rendah anak-anak belum
dituntut untuk berfikir logis. Karena pada masa ini guru harus memahami semua karakteristik
anak didiknya yang masih senang untuk bermain. Dunia bermain sangat berpengaruh besar
terhadap perkembangan anak. Karena bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak
untuk berfikir dan berimajinatif serta penuh daya akal yang erat hubungannya dengan
perkembangan kreatifitas anak.

Pada pembahasan kali ini penulis akan membahas kesulitan siswa kelas III Sekolah Dasar
dalam pembelajaran Matematika. Serta membahasas peranan Guru dalam mengatasi
permasalahan yang muncul pada saat pembelajaran Matematika. Oleh karena itu,
Guru  dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan
diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada dilingkungan sekitar

4
kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih
bermakna bagi anak. Selain itu guru juga dituntut agar dapat mengatasi berbagai
permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berjalan
dengan baik.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa saja kusulitan siswa kelas III dalam proses pembelajaran Matetamatika?

2.      Bagaimana cara siswa dalam menghadapi soal Cerita Matematika Dasar?

3. Bagaimana peran Orangtua/ Guru/ les Tambahan bagi kognitif anak pada pembelajaran
matematika?

C.    Tujuan Penelitian

1.      Untuk mengetahiu kesulitan siswa kelas III dalam proses pembelajaran Matematika.

2.      Untuk mengetahui cara siswa dalam menghadapi soal cerita Matematika Dasar

3. Untuk mengetahui seberapa besar peran Orangtua/Guru/ Les Tambahan bagi kognitif
anak dalam pembelajaran matematika

D.    Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah menggunakan Angket dan
observasi langsung ke tempat. Dalam penelitian ini observasi ditujukan kepada siswa kelas
III SDN 060877 yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran Matematika. Serta
peranan guru dalam mengatasi kesulitan belajar Matematika pada siswa kelas III SDN
060877 Medan Perjuangan.

5
BAB II

LANDASAN TEORISTIK

A.  Uraian Permasalahan

Psikologi Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang terus berkembang dan dipelajari adalah
psikologi. Psikologi berasal dari kata Yunani yaitu “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos”
yang artinya adalah ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi, psikologi adalah ilmu yang
membahas segala sesuatu tentang jiwa, baik gejalanya, proses terjadinya, maupun latar
belakang kejadian tersebut.

Psikologi belajar menurut W.S Winkel dalam bukunya “Psikologi Pendidikan dan Evaluasi
Belajar” menyatakan bahwa psikologi pendidikan adalah salah satu cabang dari psikologi
praktis yang mempelajari prasarat-prasarat (fakta-fakta) bagi belajar disekolah berbagai jenis
belajar dan fase-fase dalam semua proses belajar. Dalam hal ini, kajian psikologi pendidikan
sama dengan Psikologi Belajar.

Tujuan mempelajari psikologi belajar, antara lain; untuk membantu para guru dan calon guru,
agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing murid dalam proses belajar, dan
agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu system pendidikan yang efisien dan
efektif dengan jalan mempelajari, menganalisis tingkah laku murid dalam proses pendidikan
untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung guna
meningkatkan kearah yang lebih baik.

Fungsi Psikologi Belajar dalam pembelajaran menurut Gege dan Berliner (2005: 6-8),
Psikologi Belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk menjelaskan, memprediksikan,
mengontrol fenomena (dalam kegiatan belajar mengajar), dan dalam pengertiannya sebagai
ilmu terapan juga memiliki fungsi merekomendasikan.

Secara umum manfaat dan kegunaan Psikologi Belajar menurut Muhibinsyah (2003 : 18)
bahwa Psikologi Belajar merupakan alat bantu yang penting bagi penyelenggara
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Psikologi Belajar dapat dijadikan
landasan berfikir dan bertindak bagi guru, konselor, dan juga tenaga professional
kependidikan lainnya dalam mengelola proses pembelajaran. Sedangkan proses pembelajaran

6
tersebut adalah unsure utama dalam pelaksanaan setiap system pendidikan. Manfaat dan
kegunaan Psikologi Belajar juga membantu untuk memahami karakteristik murid, apakah
termasuk anak yang lambat belajar atau yang cepat belajar, dengan mengetahui karakteristik
ini diharapkan guru dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran secara optimal.

B.  Masa-masa Perkembangan

Para ahli psikologi membagi-bagi masa perkembangan itu menurut pendapat yang berbeda-
beda dengan mempergunakan dasar-dasar pemikiran yang berlainan.

1.      Pembagian Aristoteles

Aristoteles (384-322 sebelum Masehi) adalah seorangdari tiga ahli filsafat dan pendidik
kenamaan bangsa Yunani pada zamannya. Menurut Aristoteles ada tiga masa perkembangan,
yaitu :

a.       Periode anak kecil (kleuter), usia sampai 7 tahun

b.      Periode anak sekolah, usia 7 sampai 14 tahun

c.       Periode pubertas (remaja), usia 14 sampai 21 tahun

Peralihan antara masa pertama dengan masa kedua ditandai dengan pergantian gigi. Peralihan
antara masa kedua dengan masa ketiga dengan tumbuhnya bulu-bulu menjelang masa remaja.
Pembagian masa perkembangan menurut pola Aristoteles itu masih dijadikan bahan
pemikiran sampai sekarang dengan alasan-alasan yang berlainan.

2.      Pembagian Ch. Buhler

Charlote Buhler ,seorang ahli psikologi, dalam bukunya Practische Kinder Psychologie,


1949, mengemukakan masa perkembangan anak dan pemuda sebagi berikut :

a.      Masa pertama, usia sampai 1 tahun

Pada asa ini anak berlatih mengenal dunia lingkungan dengan berbagai macam gerakan. Pada
waktu lahirnya ia mengalami dunia tersendiri yang tak ada hubungnnya dengan
lingkungannya. Perangsang-perangsang luar hanya sebagian kecil yang dapat disambutnya,
sebagian besar lainnya masih ditolaknya. Pada masa ini terdapa dua peristiwa yang penting,
yaitu belajar berjalan dan berbicara.

7
b.      Masa kedua, usia 2 sampai 4 tahun

Keadaan dunia luar makin dikuasai dan dikenalnya melalui bermain, kemajuan bahasa, dan
pertumbuhan kemauannya. Dunia luar dilihat dan dinilainya menurut keadaan dan sifat
batinnya. Semua binatang dan benda mati disamakan dengan dirinya. Bila ia berusia 3 tahun
ia akan mengalami krisi pertama (Trotzalter I)

c.       Masa ketiga, usia 5 sampai 8 tahun

Keinginan bermain berkembang menjadi semangat bekerja. Rasa tanggung jawab terhadap
pekerjaan semakin tinggi. Demikian pula rasa sosialnya semakin tinggi. Pandangan terhadap
dunia sekelilingnya ditinjau dan diterima secara objektif.

d.      Masa keempat, usia 9 sampai 13 tahun

Keinginan maju dan memahami kenyataan mencapai puncaknya. Pertumbuhan jasmani


sangat subur pada usia 10 sampai 12 tahun. Kejiwaanya tampak tenang, seakan-akan ia
bersiap-siap untuk menghadapi perubahan yang akan dating. Ketika anak perempuan berusia
12 sampai 13 tahun, anak laki-laki berusia 13 sampai 14 tahun, mereka mengalami masa
krisis dalam proses perkembangannya. Pada masa ini mulai timbul kritik terhadap diri
sendiri, kesadaran akan kemauan, penuh pertimbangan, mengutamakan tenaga sendiri,
disertai berbagai pertentangan yang timbul dengan dunia lingkungan, dan sebagainya.

e.       Masa kelima, usia 14 sampai 19 tahun

Pada awal masa pubertas anak keliahtan lebih subjektif. Kemampuan dan kesadaran dirinya
terus meningkat. Hal ini mempengaruhi sifat-sifat dan tingkah-lakunya. Anak dimasa
pubernya selalu merasa gelisah karena mereka sedang mengalami strum und drang (ingin
memberontak, gemar mengeritik, suka menentang dan sebagainya). Pada akhir masa
pubertas, yaitu sekitar usia 17 tahun, anak mulai mencapai perpaduan (sintesis),
keseimbangan antara dirinya sendiri dengan pengaruh dunia lingkungan. Mereka membentuk
pribadi, menerima norma-norma budaya dan kehidupan. Bila kelihatan gejala-gejala seperti
itu, menurut kohnstam, merupakan pertanda bahwa remaja itu mulai memasuki masa matang.

8
C.  Teori Perkembangan

Dewasa ini ada tiga teori atau pendekatan mengenai

Perkembangan, yaitu pendekatan-pendekatan kognitif belajar atau lingkungan, dan etologis.

1.     Pendekatan Pengembangan Kognitif

Pendekatan ini didasarkan kepada keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan suatu
yang fundamental dan yang membimbung tingkah laku anak. Kunci untuk memahami
tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur
dalam berbagai aspeknya.

2.         Pendekatan Belajar Atau Lingkungan

Teori-teori belajar atau lingkungan berakar dari asumsi bahwa tingkah laku anak diperoleh
melalui pengkondisian dan prinsip-prinsip belajar. Di sini dibedakan antara tingkah laku yang
dipelajari dengan yang temporer (tidak dapat diamati).

Teori lain dari pendekatan ini adalahmodel belajar sosial. Model ini sangat dipengaruhi oelh
pemikian Albert Bandura yang lebih mengajukan peranan faktor kognitif dari pada analisis
tingkah laku. Asumsi terpentingnya adalah bahwa belajar observasional terjadi ketika tingkah
laku anak berubahh sebagai hasil dari pandangannya terhadap tingkah laku seorang model
seperti orang tua, guru, teman, pahlawan dan bintang film. Hal yang paling penting dari
model adalah mencontoh tingkah laku yang diobservasi atau mengabstraksinya dalam bentuk
yang umum.

3.      Pendekatan Etologi

Pendekatan ini merupakan studi perkembangan dari perspektif evolusioner yang didasarkan
pada prinsip-prinsip evolusi yang diajukan pertamanya oleh Charles Darwin. Konsep ini
merujuk kepada asal-usul biologis atau evolusioner tentang tingkah laku sosial. Para etologis
sangat memperhatikan studi tentang penyebab evolusioner terhadap tingkah laku, walaupun
mereka memiliki perhatian terhadap peranan “conditioning” dan prinsip-prinsip belajar
terhadap tingkah laku namun upaya mereka sangat kondentrasikan kepada pemahaman
tentang bagaimana proses bawaan mempengaruhi perkembangan. Proses bawaan ini
termasuk mekanisme genetika yang mentransmisi atau mewariskan karakterisitik fisik dan

9
tingkah laku dari satu generasi ke generasi, serta mekanisme biologis yang mengontrol
lahirnya pola-pola tingkah laku naluriah.

Lorenz dan Timberger dua orang pendiri gerakan etologi, mengindentifikasi empat
karakterisitik tingkah laku bawaan, yaitu (a) universal (b) stereotip (3) bukan hasil belajar (4)
sangat minim sekali pengauh lingkungan. Para etologis menggambarkan bagaimana urutan-
urutan yang kompleks dari respon bawaan dipicu oleh stimulasi dalam lingkungan dan
bagaimana mekanisme bawaan seperti “imprinting” (proses dimana berbagai jenis spesies
yang baru lahir membentuk ikatan emosinonal dengan induknya) mempengaruhi proses
belajar.

D.  Karakteristik Masa Kanak-kanak

Anak-anak menyenangi suatu proses, kalau anak bertanya yang paling penting bukanlah
sebuah jawaban melainnkan proses berbicara itu sendiri atau pertanyaan itu sendiri. Itu
sebabnya anak selalu suka bertanya sekalipun orang dewasa telah menjawabnya. Minat untuk
mengetahui proses terjawabnya suatau pertanyaan sanat menentukan minat anak untuk
belajar lebih jauh tentang hal baru lainnya.

Kebutuhan dasar anak kebutuhan yaitu anak butuh tentang tujuan yang dekat. Bagi anak kecil
hari ini dan besok lebih penting dari pada minggu depan, hal ini disebabkan keadaan anak
kecil belum memiliki konsep waktu yang jelas. Anak kecil akan cepat merasa lelah, oleh
karena itu guru harus pandai megalihakan perhatian mereka. Dalam mengerjakan sesuatu ia
ingin segera mencapai tujuannya,jika membuat suatu benda hendakknya diselesaikan pada
hari itu juga. Selain itu ada pula kebutuhan akan sukses adalah proses penilaian hasil belajar
mereka seperti contoh memberi tugas membuat suatu karya kerajinan tangan atau sejenisnya
sebagus atau sejelek apapun karya mereka sebagai guru hendaknya selalu memuji dan
mendukung apa yang telah anak ciptakan karena jika ia merasa gagal maka ia akan berhenti
mencoba, maka sebagai guru hendaknya memberi motivasi yang lebih baik agar potensi pada
diri anak akan terus berkembang.

10
B. Subjek Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SDN 060877 JL IBRAHIM UMAR Kec. Medan Perjuangan.
Kota Medan. Subyek penelitian dalam laporan Mini Riset ini adalah siswa Sekolah Dasar
( SDN 060874 Jl Ibrahim Umar ) kelas III sebanyak 31 siswa. 

 Hari                           : Rabu

Tanggal                    : 09 Oktober 2019

Tempat                        : SD N 060877 jln Ibrahim Umar Medan Perjuangan

Jam : 13.00 – 14.30

C. Assesment Data

Data yang dikumpulkan merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil observasi
dengan cara Terjun langsung untuk mengajar pelajaran Matematika dan juga menyebarkan
angket kuisioner kepada siswa sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh
merupakan data orisinil dari peneliti.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Observasi
yaitu, dengan pengumpulan data melalui pembagian angket kepada siswa serta pengamatan
panca indra secara langsung.

B. Langkah Penelitian

Langkah penelitian dimulai dari mencari subyek yang akan diteliti. Melakukan
pengumpulan data berupa pertanyaan-pertanyaan atau kuesioner yang berurut (Angket) .
Kemudian melakukan metode observasi dengan mendatangi SDN 060877 Medan.
Setelah pengamatan tentang Kognitif siswa dalam pembelajaran Matematika, kami
mengamati bagaimana siswa menyelesaikan Tugas/ soal yang kami berikan, soal ini terdiri
dari soal Cerita tentang matematika dasar dan soal perkalian, pertambahan, pengurangan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian berdasarkan cara memperolehnya dilakukan


menggunakan teknik data primer, yaitu data yang dihasilkan dan di olah sendiri berdasarkan
hasil pengamatan . Peneliti juga melakukan pengumpulan data berdasarkan sumbernya
dengan teknik data secara Internal, yaitu terhadap semua aktivitas yang terjadi saat penelitian
dilakukan.

12
BAB IV

PEMBAHASAN ( HASIL PENELITIAN)

Berikut ini Angket yang kami berikan kepada siswa-siswi kelas III SD N 0060877

NAMA :

13
Berikut ini Soal matematika yang kami berikan kepada siswa-siswi kelas III SD N 0060877

Nama :

PERNYATAAN YA TIDAK

Saya menyukai pelajaran Matematika

Saya perlu les tambahan Matematika

Saya sudah les tambahan Matematika

Suasana kelas saat belajar Matematika sangat menyenangkan

Saya senang belajar Matematika, gurunya menyenangkan

Saya tidak suka belajar Matematika, gurunya tidak


menyenangkan
Guru mengajar Matematika dengan baik, saya jadi mengerti

Guru mengajar Matematika terlalu cepat, saya tidak mengerti

Saya belajar Matematika dirumah sebelum belajar


Matematika disekolah

Kelas :

LEMBAR SOAL
Kerjakanlah soal berikut dengan baik dan benar!

14
1. Bu Santi membeli 7 Kg gula pasir dari pasar. Sesampainya di rumah
Bu Santi membuat kue , Bu Santi menggunakan 3 Kg gula pasir
untuk membuat kue. Berapa sisa gula pasir yang dimiliki Bu Santi?
2. Hitunglah hasil perkalian berikut :
a. 3x6 =
b. 7x9 =
c. 10x2 =
d. 4x2 =
e. 2x6 =
3. Didalam kelas ada 27 siswa laki laki dan 12 siswa perempuan.
Berapakah jumlah seluruh siswa didalam kelas tersebut?
4. Ayah membeli 12 kelinci . Ayah akan membuatkan kandang untuk
kelinci tersebut. Berapa kandang yang akan dibuat Ayah, jika satu
kandang berisi 2 kelinci?
5. Hitunglah dengan benar :
a. 7+2 =
b. 12:6 =
c. 6x8 =
d. 68-45 =
e. 102:2 =

Dari hasil penelitian kami, dari angket kami melihat bahwa hampir 80% siswa menyukai
pelajaran Matematika, dan mereka juga setuju jika adanya les tambahan Matematika bagi
mereka,

Dari segi soal yang kami berikan, hampir 90% juga siswa di kelas tersebut belum mampu
menyelesaikan Soal Cerita, dan hampir 50 % siswa juga belum mampu menghapal perkalian
diluar Otak mereka, mereka masih menggunakan cara manual, menulis panjang berapa angka
sampai ditemukan angka tujuan nya, dikelas III di SD yang kami adakan penelitian ini, dalam

15
proses belajar Matematika masih menggunakan angka yang nampak pada siswa, belum
sampai pada soal-soal penalaran matematika.

Dari wawancara kami terhadap salah satu siswa di Kelas tersebut, kami melihat kepintaran
nya atau kognitif anak tersebut lebih dari siswa lainnya, dan kami menemukan jawaban,
bahwa anak tersebut les Tambahan disalah satu lembaga yang dekat dengan rumahnya, dan
orangtua nya jarang untuk mengajari nya di luar jam pelajaran. Sementara siswa lainnya, ada
yang les tambahan dengan kakak nya, ada yang orangtua nya ikut campur maupun sebaliknya
tidak peduli. Sangat disayangkan sekali jika peran orangtua sangat minim terhadap
perkembangan kognitif anak, sementara dari sisi anak, mereka sangat menyukai pelajaran
matematika, tetapi karna sarana dan prasarana yang tidak mendukung perkembangan kognitif
nya, maka yang terjadi pun perkembangan kognitif nya jauh lebih rendah dari siswa lain yang
didukung dengan sarana dan prasarana dari orangtua.

Dan dalam penerapan proses belajar mengajar pelajaran Matematika di SD ini, kami
menyarankan agar pendidik mulai mengenalkan siswanya dalam memecahkan soal
cerita/penalaran sederhana. Sehingga anak tidak terkejut ketika diberikan soalnya, karena
pada tahap usianya, ia mulai berfikir secara logis. Dan guru bisa menggunakan objek/ benda
nya langsung dalam proses berhitung.

Dan kami mendapatkan satu siswa yang masih kurang dalam membaca/ mengenal huruf, hal
ini lah menjadi kesulitan guru dalam memberikan soal perhitungan kepada siswa, baik dalam
soal penalaran maupun soal perhitungan lainnya.

BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam
tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Pada masa ini walaupun anak-

16
anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang
dapat mereka raih, namun perasaan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka
berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga mengahambat mereka dalam belajar.
Walaupun demikian tetap saja pada masa usia sekolah dasar secara relative anak-anak lebih
mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya.

Berdasarkan pengamatan oleh peneliti, yang dilakukan berdasarkan hak angket yang
diberikan kepada siswa kelas III SDN 060877 , dapat dinyatakan bahwa Siswa kelas III SD N
060877 dominan mengalami kesulitan pada saat pembelajaran matematika.

Selain siswa, guru pun juga mengalami berbagai macam kesulitan dalam mengajar
matematika. Khususnya bagi siswa yang belum bisa membaca dan siswa yang hiperaktif,
khusus bagi yang hiperaktif guru kesulitan dalam mengondisikannya karena sedikit besar
siswa yang hiperaktif tersebut akan mempengaruhi siswa yang lain. Sehingga pembelajaran
matematika akan sulit untuk disampaikan. Namun, kesulitan belajar tersebut dapat diatasi
melalui berbagai cara. Hal tersebut berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Bapak wali
kelas III SD N 060877 saat jam penelitian kami berakhir.

B.     Saran

Dari hasil penelitian mengenai kesuliatan belajar matematika kelas III SD N 060877 Medan
Perjuangan. semoga dapat menjadi pelajaran bagi guru untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai kesulitan anak dalam belajar matematika.

 Selain itu laporan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi guru dalam
mengatasi berbagai kesuliatan belajar anak khusunya dalam mata pelajaran matematika.
Laporan ini semoga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan para pendidik dalam proses
belajar mengajar khususnya bagi siswa kelas III SD N 060877 Medan Perjuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu H. LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2012

17
Hamalik Oemar, Psikologi Belajar & Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010

Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012

Nurjan,Syarifan, Mukhlisan, dkk, Psikologi Belajar,Surabaya : Amanah Pustaka, 2009.

LAMPIRAN

18
19

Anda mungkin juga menyukai