Anda di halaman 1dari 52

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN

PERAN KELAS VB1 SD TARAKANITA BUMIJO

YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah PTK

Disusun oleh:

Nama : Ani Yulita

NIM : 081134034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011/2012

i
DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................4
1.5 Definisi Operasional.................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................7
LANDASAN TEORI.........................................................................................................7
2.1 Kajian Pustaka..........................................................................................................7
2.1.1 Metode Bermain Peran......................................................................................7
2.1.2 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD..............................................................14
2.1.3 Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM)
.................................................................................................................................. 20
2.1.4 Prestasi Belajar................................................................................................22
2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu..............................................................................23
2.2.1 Penelitian tentang metode bermain peran (role play)......................................24
2.2.2 Penelitian tentang keaktifan dan prestasi belajar.............................................25
2.3 Kerangka Berpikir..................................................................................................26
2.4 Hipotesis Tindakan.................................................................................................27
BAB III............................................................................................................................29
METODE PENELITIAN.................................................................................................29
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................................29
3.2 Setting Penelitian...................................................................................................30
3.3. Rancangan Penelitian............................................................................................31
3.3.1 Persiapan.........................................................................................................31
3.3.2 Rencana Setiap Siklus.....................................................................................31
3.4 Instrumen Penelitian...............................................................................................35
3.4.1 Non tes............................................................................................................35
3.4.2 Tes...................................................................................................................37

ii
3.5 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................41
3.6 Teknik Analisis Data..............................................................................................43
3.6.1. Uji Normalitas................................................................................................44
3.6.2. Uji Hipotesis...................................................................................................45
3.7 Indikator Keberhasilan...........................................................................................46
3.8 Jadwal Penelitian....................................................................................................46
Daftar Referensi...............................................................................................................47

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah yang akan diteliti,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Seorang guru harus mampu mengajar dengan baik bukan hanya dari

segi materi yang dikuasai namun juga dari segi cara penyampaian materi

tersebut. Guru harus pintar memilih strategi pembelajaran yang pas dan

menyenangkan agar kegiatan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan

efektif dan efisien. Pemilihan strategi pembelajaran sebaiknya juga

memperhatikan tingkat kemampuan atau tingkat pemahaman siswa supaya

siswa mampu mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai kemampuan mereka.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD), saat ini

berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP

adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-

masing satuan pedidik ( BNSP, 2006:5). Tujuan pembelajaran Bahasa

Indonesia yaitu, (1) membimbing siswa agar mampu berkomunikasi secara

efektif efisien, dan mampu menggunakan bahasa yang tepat, (2) siswa

diharapkan memiliki kematangan emosional dan sosial. Kematangan

emosional dan sosial dapat diwujudkan dengan cara menikmati karya sastra,

misalnya dengan menulis puisi, menulis cerita pendek, atau bermain peran.

1
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan observasi awal

terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD Tarakanita

Bumijo . Pada saat pembelajaran, guru melakukan kegiatan tanya jawab

kepada siswa, beberapa siswa ikut aktif dalam tanya jawab tersebut, namun

ada satu dua siswa yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Selain itu,

media yang digunakan guru masih kurang. Melalui observasi awal itu,

diperoleh fakta bahwa belum seluruhnya siswa ikut terlibat mengikuti

pembelajaran. Selain itu ditemukan fakta lain, masih banyak siswa yang

mendapat nilai rendah atau tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang telah ditentukan yaitu 7,30. Dari data guru, siswa yang dapat

melampaui KKM ada sekitar 52%.

Selain itu, berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti

terhadap guru kelas V SD Tarakanita Bumijo, beliau mengatakan ketika

berbicara atau bercerita, siswa sering menggunakan kata-kata yang tidak baku

dalam bahasa Indonesia. Selain itu, karakteristik masing-masing siswa

berbeda-beda, ada siswa yang terlalu aktif, namun ada juga yang kurang

terlibat dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi, permasalahan di atas timbul karena

beberapa hal diantaranya: (1) guru dominan menggunakan metode ceramah.

Penggunaan metode ceramah ini sangat merugikan siswa. Keaktifan siswa

dalam pembelajaran menjadi terbatas. Selain itu, pembelajaran akan terasa

membosankan. Hal itulah yang menurunkan motivasi siswa untuk mengikuti

pembelajaran. Siswa merasa jenuh dan kesulitan dalam memunculkan ide

karena tidak adanya penggunaan media yang mendukung pembelajaran.

2
Upaya untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa, guru

menggunakan metode bermain peran untuk kompetensi dasar ”mengomentari

persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan

pilihan kata dan santun berbahasa”. Penggunaan metode bermain peran dapat

merangsang siswa untuk tertarik dan terlibat dalam dalam mengomentari

persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan

pilihan kata dan santun berbahasa. Selain itu, proses pembelajaran juga akan

lebih menarik sehingga siswa mempunyai minat untuk mengikuti

pembelajaran tersebut.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apakah pembelajaran dengan metode bermain peran meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia Kompetensi Dasar

“mengomentari persoalan yang faktual disertai alasan yang mendukung

dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa” pada siswa kelas

VB1 SD Tarakanita Bumijo semester genap tahun ajaran 2011/2012?

1.2.2 Apakah pembelajaran dengan metode bermain peran meningkatkan prestasi

belajar siswa dalam dalam pembelajaran bahasa Indonesia Kompetensi

Dasar “mengomentari persoalan yang faktual disertai alasan yang

mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa” pada

siswa kelas VB1 SD Tarakanita Bumijo semester genap tahun ajaran

2011/2012?

1.3 Tujuan

1.3.1 Meningkatkan keaktifan siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo dengan

menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia

3
Kompetensi Dasar “mengomentari persoalan yang faktual disertai alasan

yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa”

semester genap tahun ajaran 2011/2012.

1.3.2 Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo dengan

menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar “mengomentari persoalan yang faktual disertai alasan

yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa”

semester genap tahun ajaran 2011/2012.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi penulis

Penelitian ini merupakan pengalaman baru yang dapat dikembangkan,

sehingga pembelajaran dapat dapat dilakukan secara bervariasi.

1.4.2 Bagi guru

Penelitian ini merupakan model pembelajaran yang dapat di jadikan sebagai

alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan.

1.4.3 Bagi sekolah

Penelitian ini dapat menambah koleksi bacaan yang dimanfaatkan sebagai

contoh PTK.

1.4.4 Bagi siswa

Metode pembelajaran bermain peran merupakan pengalaman baru bagi

siswa sehingga diharapkan dapat mengurangi kejenuhan.

4
1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Metode pembelajaran adalah metode yang digunakan guru dalam

pembelajaran, sebagai cara untuk menyampaikan informasi dari guru ke

siswa dalam siklus I dan II.

1.5.2 Metode bermain peran adalah metode pembelajaran dimana siswa

memainkan suatu peran dalam berbagai masalah yang dialami dalam

kehidupan sehari-hari siswa kelas VB1 SD Tarakanita Bumijo.

1.5.3 Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran wajib bagai siswa

SD, khususnya dalam aspek berbicara terkait materi mengomentari

persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan

pilihan kata dan santun berbahasa.

1.5.5 Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM)

adalah strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengaktifkan siswa

kelas VB1 SD Tarakanita Bumijo, yang dapat diamati dan diukur dengan

skala sikap.

1.5.6 Keaktifan belajar adalah keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran di

kelas menggunakan metode bermain peran sejauh yang diukur dengan 5

butir non tes pada siswa kelas VB1 SD Tarakanita Bumijo.

1.5.7 Prestasi belajar adalah perolehan skor siswa yang didapat dari hasil tes

objektif yang mengukur tingkat pemahaman siswa kelas VB1 SD

Tarakanita Bumijo terhadap materi bahasa Indonesia terkait mengomentari

persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan

pilihan kata dan santun berbahasa dengan 15 butir soal objektif dan 5 soal

essay.

5
6
BAB II

LANDASAN TEORI

Di dalam bab ini, diuraikan landasan teori yang akan digunakan untuk

memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang teori terdiri dari

empat bagian, yaitu kajian pustaka, penelitian-penelitian terdahulu, kerangka

berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Metode Bermain Peran


2.1.1.1 Metode Pembelajaran

Metode Pembelajaran menurut Pasaribu (1983: 13-15) adalah cara

yang sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan

penggunaan metode dalam pembelajaran bertujuan untuk mempermudah

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal itu didukung oleh

Surakhmad (1965:86) dalam Wasimin (2009: 3) yang berpendapat bahwa

metode pembelajaran adalah cara atau teknik yang digunakan dalam

mengelola proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan yang

diharapkan. Mansyur (1991: 45) dalam Djamarah (2005: 223) mengatakan

bahwa metode pembelajaran berhubungan erat dengan prinsip-prinsip

belajar. Pentingnya peranan metode pembelajaran, menuntut guru untuk

pintar-pintar menentukan metode mana yang tepat agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Untuk memilih metode

pembelajaran tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang

mempengaruhinya dan petut dipertimbangkan. Di samping itu, apabila

7
metode pembelajaran yang digunakan menarik, maka siswa akan aktif,

senang, gembira, kreatif, dan tujuan pembelajaran tercapai.

Ada beberapa faktor yang harus dijadikan dasar pertimbangan

pemilihan metode pembelajaran. Djamarah (2005: 229-231)

mengemukakan beberapa faktor, diantaranya (1) berpedoman pada tujuan;

(2) perbedaan individual anak didik; (3) kemampuan guru; (4) sifat bahan

pelajaran; (5) situasi kelas; (6) kelengkapan fasilitas; (7) kelebihan dan

kelemahan metode. Terdapat banyak metode yang dapat digunakan guru,

yaitu sebagai berikut.

1. Metode Proyek

Metode proyek adalah cara mengajar yang memberikan

kesempatan pada siswa untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-

hari sebagai bahan pelajarannya. Hal ini bertujuan agar siswa tertarik

untuk belajar.

2. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada

siswa secara perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu

proses atau percobaan. Dengan metode ini, diharapkan siswa tidak

menelan begitu saja fakta yang ditemukan dalam percobaan yang

dilakukan.

3. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

Dengan metode pemberian tugas dan resitasi, pengetahuan yang

siswa peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama, dan

8
juga siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan

keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.

4. Metode Diskusi

Metode diskusi memberikan alternatif jawaban untuk membantu

memecahkan berbagai problem kehidupan. Selain itu, siswa dapat saling

mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh

keputusan yang lebih baik, serta membiasakan siswa untuk

mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan

pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.

5. Metode Bermain Peran

Metode bermain peran ialah suatu cara penugasan bahan pelajaran

melalui pengembangan dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi

dan penghayatan dilakukan oleh siswa dengan memerankannya sebagai

tokoh hidup atau benda mati. Dengan kegiatan memerankan ini, akan

membuat siswa lebih meresapi perolehannya.

6. Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan

kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peranan

tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan sosial).

7. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi ialah suatu metode yang digunakan untuk

memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan

dengan bahan pelajaran. Metode ini menghendaki guru lebih aktif

daripada anak didik, karena memang gurulah yang memperlihatkan

9
sesuatu kepada anak didik. Dengan metode ini, anak didik dituntut

memperlihatkan suatu objek atau proses dengan mendemonstrasikannya.

8. Metode Karyawisata

Metode karyawisata ialah suatu cara penugasan bahan pelajaran

oleh para siswa dengan jalan membawa mereka langsung ke objek yang

terdapat di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata, agar mereka

dapat mengamati atau mengalami secara langsung.

9. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran

melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawan oleh siswa. Metode ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang

belum jelas atau belum dimengerti sehingga guru dapat menjelaskan

kembali.

10. Metode Latihan

Metode latihan disebut juga metode training, yaitu suatu cara

mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Selain itu,

metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan,

ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.

11. Metode Bercerita

Metode bercerita ialah suatu cara mengajar dengan bercerita, salah

satu metode bercerita adalah membaca cerita. Guru dapat menugaskan

salah seorang atau beberapa siswa untuk menceritakan suatu peristiwa

topik.

12. Metode Ceramah

1
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode

tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam interaksi edukatif.

Keampuhan metode ceramah terletak pada kompetensi guru dalam

bermain kata-kata atau kalimat.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru untuk

menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dengan harapan tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

2.1.1.2 Metode Bermain Peran

Metode bermain peran (Role Playing) menurut Sudjana (2009:89)

adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk

tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode ini, proses pembelajaran

ditekankan pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam

suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi, baik guru maupun siswa.

Bermain peran kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi.

Menurut Clark (1973:1) dalam Waney (1980:1), bermain peran

adalah suatu usaha untuk memperjelas suatu masalah atau

memecahkannya dengan dramatisasi yang tak dipersiapkan terlebih dahulu

(anrehearsed dramatization).

Menurut Wasimin (2009: 5), tujuan yang hendak dicapai dengan

metode bermain peran di antaranya (1) mengerti perasaan orang lain; (2)

membagi pertanggungjawaban dan ikut memikulnya; (3) menghargai

pendapat orang lain; dan (4) mengambil keputusan dalam kelompok.

1
Dengan demikian, metode bermain peran juga dapat mengembangkan

ranah afektif siswa karena metode ini memupuk keberanian dan dapat

menghayati yang lebih realistis daripada isi buku, dan materi yang dibahas

lebih menarik, serta dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa

Indonesia.

Hidayat (1980: 36) mengemukakan bahwa bermain peran adalah

salah satu model belajar-mengajar untuk mengembangkan sikap, perilaku

dan kesanggupan mendapatkan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Di

dalamnya dikembangkan juga keterampilan berbahasa, khususnya

keterampilan mendengar dan berbicara.

Bermain peran mempunyai banyak tujuan dan manfaat yang

berguna bagi siswa. Menurut Uno (2007: 28), melalui bermain peran,

siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal perasaannya

sendiri dan perasaan orang lain mereka memperoleh cara berperilaku baru

untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat

meningkatkan keterampilan memecahkan masalah. Waney (1980:3)

mengemukakan kebaikan dari metode bermain peran adalah sebagai

berikut.

1) Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam

realitis hidup

2) Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana

akibatnya

3) Untuk mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu

4) Sebagai penyaluran / pelepasan ketegangan dan perasaan – perasaan

1
5) Sebagai alat mendiagnosa keadaan kemampuan dan kebutuhan siswa

6) Pembentukan konsep secara mandiri (self concept)

7) Menggali peran – peran dari pada seseorang dalam suatu kehidupan

kejadian atau keadaan

8) Menggali dan meneliti nilai – nilai (norma) dan peranan budaya dalam

kehidupan

9) Membantu siswa dalam mengklasifikasikan / memperinci,

memperjelas pola berfikir, berbuat dan ketrampilannya, dalam

membuat atau mengambil keputusan menurut caranya sendiri

10) Media pembina, struktur sosial dan sistim nilai lingkungannya

11) Membina siswa dalam : kemampuan memecahkan masalah,berfikir

kritis analistis, berkomunikasi, hidup dan kelompok dan lain – lain

12) Melatih anak kearah mengendalikan dan membaharui perasaannya,

cara berfikirnya dan perbuatannya.

Dalam kehidupan nyata, setiap orang mempunyai cara yang unik

dalam berhubungan dengan orang lain. Masing-masing dalam kehidupan

memainkan sesuatu yang disebut peran. Oleh karena itu, untuk dapat

memahami diri sendiri dan orang lain atau masyarakat sangatlah penting

bagi kita untuk menyadari peran dan bagaimana peran tersebut dilakukan.

Untuk itu kita harus dapat menempatkan diri dalam posisi atau situasi

orang lain dan mendalami perasaan orang lain tersebut. Bagi dunia anak,

bermain peran akan sangat membantu perkembangan imajinasi anak dan

kecakapan anak. Bermain peran juga mampu meningkatkan rasa percaya

diri anak jika tampil di depan orang banyak.

1
Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

bermain peran merupakan suatu bentuk model belajar mengajar yang

dipakai untuk mencapai suatu tujuan instruksional tertentu. Dengan

bermain peran ini, siswa diharapkan dapat menyelami serta memahami

secara mendalam berbagai masalah yang dialami manusia dalam pergaulan

hidupnya sehari-hari, dan siswa belajar tentang penghayatan terhadap

suatu karakter tokoh tertentu berdasarkan kemampuan mereka.

2.1.2 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD

Berikut ini adalah penjabaran dari pengertian bahasa Indonesia,

pengertian mata pelajaran bahasa Indonesia SD, tujuan mata pelajaran

bahasa Indonesia SD, dan mata pelajaran bahasa Indonesia SD aspek

berbicara.

2.1.2.1 Pengertian bahasa Indonesia

Bahasa adalah sistem dari lambang (tanda/ bunyi), bersifat

konvensional (persetujuan bersama), untuk melahirkan pikiran dan

perasaan (kekayaan batin seseorang), dan bernilai komunikatif (Samana,

1982: 1). Bahasa merupakan hal paling penting yang dapat digunakan

manusia untuk bersosialisasi dengan orang lain. Seperti dikemukakan

oleh Arsjad (1988: 10-11) bahwa bahasa sebagai sarana komunikasi,

bahasa merupakan sarana berpikir, dan manusia dapat berpikir dengan

baik karena manusia memiliki bahasa. Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa bahasa merupakan sarana berpikir yang pertama dan mungkin

yang utama.

1
Menurut Samana (1982: 1-2), bahasa Indonesia mempunyai

beberapa makna, yaitu (1) bahasa Indonesia (juga bahasa lain) adalah

pengetahuan alat untuk belajar; (2) bahasa Indonesia dapat dikaitkan

dengan pemuasan hasrat keindahan (kesusasteraan) baik secara pasif

maupun aktif; (3) bahasa Indonesia sebagai objek belajar (sebagai ilmu

pengetahuan) menarik untuk didalami.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahawa bahasa

Indonesia merupakan alat komunikasi yang berupa kata-kata yang

digunakan untuk bersosialisasi maupun dinikmati sebagai suatu seni /

sastra.

2.1.2.2 Pengertian mata pelajaran bahasa Indonesia SD

Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang

diajarkan di sekolah sejak Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

Sufanti (2010: 12) mengemukakan bahwa mata pelajaran Bahasa

Indonesia dianggap penting untuk diajarkan di sekolah, karena bahasa

memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan

emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan

membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam

masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta

menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam

dirinya.

1
Menurut Widharyanto (2009: 5.3), bahasa memiliki peran utama

dalam perkembangan aspek kognitif, psikomotorik, afektif, dan sosial

dari peserta didik, dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua mata pelajaran. Khususnya dalam mata pelajaran

bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan maupun Indonesia.

Secara umum, mata pelajaran bahasa Indonesia Sddiberikan kepada

siswa dengan maksud agar (1) siswa mampu bersosialisasi dengan

sesama dalam berbagai kesempatan baik resmi maupun tidak resmi

dengan berbagai alat komunikasi baik tulis maupun lisan; (2) daya

apresiasi sastra siswa terhadap hasil sastra Indonesia tumbuh dengan

baik.

2.1.2.3 Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia SD

Mata pelajaran di SD, menurut Permen No 22 Th 2006, bertujuan

agar siswa memiliki enam kemampuan sebagai berikut.

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara.

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan.

1
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa.

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

2.1.2.4 Ruang lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD

Dalam Sufanti (2010: 13), Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa

Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan

bersastra yang meliputi aspek-aspek: (1) mendengarkan; (2) berbicara;

(3) membaca; (4) dan menulis. Selanjutnya dijelaskan bahwa komponen

kemampuan berbahasa adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk

berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan memanfaatkan empat

aspek berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis

dengan materi nonsastra. Sedangkan kemampuan bersastra adalah

kemampuan yang menuntut siswa untuk kegiatan apresiasi dan ekspresi

dengan materi sastra yang meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara,

membaca, dan menulis karya sastra.

Berikut empat aspek bahasa Indonesia menurut Nurgiyantoro

(2010: 352-422).

1. Menyimak

Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang berupa memahami

bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan (atau

1
pendengaran). Kegiatan ini merupakan kegiatan paling pertama yang

dilakukan manusia.

2. Membaca

Kegiatan membaca merupakan aktivitas mentalmemahami apa

yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Kegiatan membaca

merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat reseptif kedua setelah

menyimak. Hubungan antara penutur (penulis) dan penerima

(pembaca) bersifat tidak langsung, yaitu melalui lambang tulisan.

3. Berbicara

Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan

manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Berdasarkan

bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia

belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.

4. Menulis

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kompetensi

berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajar bahasa setelah

kompetensi mendengarkan, berbicara, dan membaca. Kegiatan

menulis menghendaki orang untuk menguasai lambang atau simbol-

simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut

masalah ejaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirangkum bahwa mata

pelajaran di SD mempunyai 4 aspek, yaitu aspek mendengarkan/

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

2.1.2.5 Mata pelajaran bahasa Indonesia SD aspek berbicara

1
Menurut Arsjad (1988: 17) kemampuan berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan

kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran,

gagasan, dan perasaan. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan oleh si pembicara untuk keefektifan berbicara, yaitu faktor

kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Empat faktor kebahasaan yang

menunjang keefektifan berbicara yang dikemukakan oleh Arsjad (1988:

17-20) adalah (1) ketepatan ucapan; (2) penempatan tekanan, nada, sendi,

dan durasi yang sesuai; (3) pilihan kata (diksi); dan (4) ketepatan sasaran

pembicaraan.

Rofi’uddin (2002: 7) mengatakan bahwa kegiatan berbicara

dilakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk melaksanakan

suatu layanan. Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, siswa sudah

dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna.

Oleh karena itulah nampak peranan dari pembelajaran bahasa Indonesia

aspek berbicara yang sangat penting bagi siswa SD. Proses pembelajaran

berbicara di SD dapat dilakukan dengan berbagai jenis, yaitu percakapan,

berbicara estetik, berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk

mempengaruhi, dan kegiatan dramatik.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran bahasa Indonesia sangat pentig diajarkan di SD karena

bahasa merupakan alat komunikasi yang paling mendasar. Di samping itu

dengan adanya mata pelajaran bahasa Indonesia di SD, siswa dapat

1
mengembangkan 4 aspek ruang lingkup bahasa yaitu mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis.

2.1.3 Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (PAIKEM)

Pengajaran yang dilakukan guru adalah proses, cara, dan perbuatan

yang digunakan guru dalam berpartisipasi membangun pemahaman siswa

dari berbagai sumber informasi (Sufanti, 2010: 30). Paradigma

pembelajaran tradisional yang beranggapan bahwa kegiatan belajar

mengajar merupakan kegiatan transfer informasi dair guru dan siswa,

sudah selayaknya ditinggalkan, dan digantikan dengan paradigma baru

yaitu paradigma konstruktivistik, dimana dalam paradigma tersebut guru

menggunakan strategi pembelajaran yang inovatif.

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan

(PAIKEM) merupakan strategi pembelajaran yang inovatif. Menurut

Suparlan dkk, (2009: 69) dalam Sufanti (2010: 32), PAIKEM sebenarnya

merupakan proses metamorfosa dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)

PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,

Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Istilah ini jika ditafsirkan dari makna

kata-katanya (Sufanti, 2010: 35-37) dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses, cara, atau perbuatan

yang dilakukan agar siswa bisa membangun makna atau pemahaman

secara maksimal.

2. Pembelajaran Aktif

2
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang selalu

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, bekerja,

melaksanakan pekerjaan, dan tidak diam saja.

3. Inovatif

Pembelajaran yang inovatif diwarnai oleh adanya aktivitas,

sumber belajar, suasana belajar, media belajar, dan sebagainya yang

selalu memperkenalkan, memanfaatkan, dan menemukan hal-hal baru.

4. Kreatif

Pembelajaran yang kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan

kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat

kemampuan siswa. Pembelajaran yang kreatif mampu membangkitkan

guru dan siswa menciptakan sesuatu.

5. Efektif

Pembelajaran yang efektif artinya pembelajaran yang mampu

mencapai kompetensi dasar secara optimal dengan proses yang

mudah.

6. Menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan berarti pembelajaran yang

diciptakan dalam suasana yang nyaman, meriah, gembira, riang, dan

membuat siswa betah belajar, tidak tertekan, tidak menakutkan, dan

tidak terpaksa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PAIKEM adalah

pembelajaran yang diciptakan oleh guru yang mampu membuat siswa aktif

belajar, munculnya inovasi-inovasi yang terus menerus, mengembangkan

2
kreativitas siswa, dan mampu mencapai kompetensi dasar yang telah

ditetapkan tetapi dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.

2.1.4 Prestasi Belajar

2.1.4.1 Pengertian Prestasi

Arifin (1990: 3) mengatakan bahwa prestasi adalah kemampuan,

keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Selain

itu, prestasi merupakan hasil meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan

sesuatu aktivitas tertentu.

2.1.4.2 Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2003: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Beliau juga merumuskan ciri-ciri

perubahan tingkah laku dalam pengertian belajarada enam, yakni (1)

perubahan terjadi secara sadar; (2) perubahan dalam belajar bersifat

kontinu dan fungsional; (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan

aktif; (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; (5)

perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan (6) perubahan

mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Hilgard (1948) dalam Tanlain (2009: 11) merumuskan bahwa belajar

(learning) adalah proses yang di dalamnya terbentuk tingkah laku atau

terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Objek belajar

2
ada dua hal, yaitu tiap orang belajar tentang dirinnya atau berlatih diri,

dan tiap orang belajar tentang lingkungannya.

Dari dua pengertian di atas, dapat digabungkan menjadi pengertian

belajar adalah proses perubahan seseorang yang berupa tingkah laku,

dimana tingkah laku tersebut bersifat positif dan berguna.

2.1.4.3 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial

dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang

kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan

kemampuan masing-masing (Arifin, 1990: 3). Prestasi belajar

mempunyai peran yang sangat penting karena mempunyai fungsi utama,

antara lain sebagai berikut.

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai siswa.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

(kecerdasan) anak didik.

2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu

Berikut akan dijabarkan satu persatu penelitian tentang metode

bermain peran dan penelitian tentang keaktifan dan prestasi belajar.

2
2.2.1 Penelitian tentang metode bermain peran (role play)

Terdapat tiga penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Penelitian pertama oleh Purwitasari (2008), penelitian kedua oleh Wasimin

(2009), dan ketiga oleh Arizona (2011). Kettiga penelitian akan diuraikan

satu persatu sebagai berikut.

Purwitasari (2008) meneliti tentang penerapan metode role play

untuk meningkatkan keaktifan , keantusiasan, dan prestasi belajar pada

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III SD Banjarsari Pacitan.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa metode role play dapat

meningkatkan aktivitas, antusiasme, dan prestasi belajar pebelajar kelas III

SD pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Wasimin (2009) meneliti tentang pemanfaatan metode role play

dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa sekolah dasar

(SD). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan metode role

play dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia SD.

Metode tersebut dianggap sebagai cara yang cukup efektif dan tepat.

Arizona (2011) meneliti tentang penggunaan metode role play

untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia siswa

kelas V SDN II Bulusulur Wonogiri. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa metode role play dapat meningkatkan hasil belajar bahasa

Indonesia siswa dari nilai rata-rata 66,9 menjadi 71,25 pada siklus

pertama, dan meningkat menjadi 83,03 pada siklus kedua.

2
2.2.2 Penelitian tentang keaktifan dan prestasi belajar

Terdapat tiga penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Penelitian pertama oleh Anwar (2007), penelitian kedua oleh Jati (2011),

dan ketiga oleh Setyawati (2010). Ketiga penelitian akan diuraikan satu

persatu sebagai berikut.

Anwar (2007) meneliti tentang peningkatan prestasi belajar Biolosi

siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta dengan model pembelajaran

berbasis portofolio. Hasil penelitian menunjukkan prestasi belajar siswa

meningkat dengan pembelajaran berbasis portofolio, dibuktikan dengan

peningkatan nilai rata-rata yang signifikan dari siklus I ke siklus II.

Jati (2011) meneliti tantang keaktifan dalam KBM dan prestasi

belajar siswa melalui teknik pembelajaran mencari pasangan (make a

match). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktivan dan

prestasi belajar yang dapat dibuktikan dengan berubahnya nilai kelas

interval dari tahap pre-test ke siklus I, siklus II ke siklus III, terlihat

semakin tinggi nilai prestasi hasil belajar siswa.

Setyawati (2010) meneliti tentang peningkatan prestasi belajar IPS

siswa kelas IV dengan model pembelajaran teknik Jigsaw. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik

Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA

dengan peningkatan yang cukup signifikan.

Dalam penelitian-penelitian di atas, belum ada satupun yang

meneliti tentang metode bermain peran, keaktifan, dan prestasi belajar

secara bersamaan.

2
Bagan 1. Literature Map penelitian-penelitian terdahulu

Metode bermain peran Keaktifan dan prestasi belajar

Purwitasari (2008) Anwar (2007) Prestasi belajar dan portofoli


Metode bermain peran dan keaktifan

ArizonaWasimin
(2011) (2009) Jati (2011)
Metode bermainperan
Metode bermain perandan hasil belajar Keaktifan dan
dan keterampilan prestasi
Setyawati (2010)
Teknik Jigsaw dan peningkatan pres

Yang perlu diteliti Metode bermain peran, keaktifan, dan prestasi belajar

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam mengajar, guru harus menggunakan metode pembelajaran yang

mampu membangkitkan semangat belajar siswa. Ada banyak metode

pembelajaran yang dapat digunakan guru, salah satunya adalah metode

bermain peran. Dengan bermain peran ini, siswa dapat menyelami serta

memahami secara mendalam berbagai masalah yang dialami manusia dalam

2
pergaulan hidupnya sehari-hari, dan dapat meningkatkan keterampilan

memecahkan masalah.

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib bagi

siswa SD, yang terdiri dari empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara,

membaca, dan menulis. Khususnya dalam aspek berbicara, di sini siswa

dituntut untuk tampil aktif berbicara dengan bahasa yang baik dan santun.

Belajar bahasa Indonesia aspek berbicara dengan bermain peran nampaknya

cukup menarik bagi siswa SD.

Keaktifan dan prestasi belajar siswa sangat bergantung pada

bagaimana cara guru mengajarkan suatu materi pada siswa. Keaktifan dan

prestasi belajar siswa akan meningkat ketika siswa belajar dengan penuh

semangat dan tertarik pada kondisi pembelajarannya. Untuk itu penulis

berasumsi jika metode bermain peran diterapkan dalam pembelajaran bahasa

Indonesia KD “mengomentari persoalan yang faktual disertai alasan yang

mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa” siswa

kelas VB1 SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta semester genap tahun ajaran

2011/2012, keaktifan dan prestasi belajar siswa akan meningkat.

2.4 Hipotesis Tindakan

1. Penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan keaktifan siswa

dalam mata pelajaran bahasa Indonesia Kompetensi Dasar mengomentari

persoalan yang faktual disertai alasan yang mendukung dengan

memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa pada siswa kelas V SD

Tarakanita Bumijo semester genap tahun ajaran 2011/2012.

2
2. Penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dalam dalam mata pelajaran bahasa Indonesia Kompetensi Dasar

mengomentari persoalan yang faktual disertai alasan yang mendukung

dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa pada siswa kelas

V SD Tarakanita Bumijo semester genap tahun ajaran 2011/2012.

2
BAB III

METODE PENELITIAN

Di dalam bab ini, diuraikan metode penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian ini. Pembahasan tentang metode penelitian terdiri dari delapan bagian,

yaitu jenis penelitian, setting penelitian, rencana penelitian, instrumen penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, indikator keberhasilan, dan jadwal

penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

tindakan kelas merupakan suatu proses penyelidikan ilmiah dalam bentuk

refleksi diri yang melibatkan guru dalam situasi pendidikan tertentu dengan

tujuan memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan guru. Menurut

Arifin (2011: 98) PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari

empat tahapan, yaitu rencana, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam hal

ini masalah yang dihadapi yaitu masih rendahnya keaktifan dan prestasi

belajar siswa dalam bahasa Indonesia kompetensi dasar “mengomentari

persoalan yang faktual disertai alasan yang mendukung dengan

memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa”. Untuk itu, guru dan

peneliti bermaksud meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas

VB1 SD Tarakanita Bumijo dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan

menggunakan metode bermain peran.

2
Bagan 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis

Sumber:http://4.bp.blogspot.com/_6tsiCxfAJSM/TPWzuF1MzeI/AAAAAAAABTY/cau3bXoCibA/s1

600/M-PTK-3.jpg

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Lokasi dan waktu penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih SD Tarakanita Bumijo

Yogyakarta yang beralamat di Sindunegaran, Bumijo sebagai tempat

penelitian. Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari-Maret 2012.

3.2.3 Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 32 siswa kelas VB1 SD

Tarakanita Bumijo Yogyakarta.

3
3.2.4 Objek penelitian

Objek penelitiannya adalah penggunaan metode bermain peran

dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi dasar

“mengomentari persoalan yang faktual disertai alasan yang mendukung

dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa” semester

genap tahun ajaran 2011/2012.

3.3. Rancangan Penelitian

3.3.1 Persiapan

Sebelum melaksanakan penelitian siklus I dan II, terlebih dahulu

peneliti mempersiapkan surat ijin dari pikah kampus untuk kelakukan

penelitian; surat ijin dari SD Tarakanita Bumijo untuk melakukan

penelitian, dan juga mempersiapkan instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian.

3.3.2 Rencana Setiap Siklus

Siklus I

1. Perencanaan

Pada siklus I, terlebih dahulu peneliti merancang instrumen

pembelajaran, mulai dari silabus, RPP, LKS, dan media yang akan

digunakan dalam pembelajaran. Pada siklus ini, peneliti menggunakan

media berupa teks percakapan bertema permasalahan yang sering

terjadi di sekolah.

3
2. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran terlebih dahulu diawali dengan salam

pembuka, doa, dan absensi. Kemudian sisiwa memperhatikan

penjelasandari guru bahwa hari ini akan belajar bagaimana cara

mengomentari persoalan-persoalan faktual yang terjadi di lingkungan

sekolah.

Selanjutnya, pada kegiatan inti, terlebih dahulu siswa dibagi ke

dalam beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

Masing-masing kelompok diberi teks percakapan bertema perbuatan

tidak terpuji siswa yang sering terjadi di sekolah. Kemudian siswa

dalam kelompok mendiskusikan teks percakapan tersebut dan

mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan yang terdapat dalam teks.

Selanjutnya, siswa memberikan komentar terhadap permasalahan dalam

teks dengan berdiskusi kelompok. Setelah diskusi selesai, perwakilan

siswa maju ke depan membacakan hasil diskusinya, dan teman dari

kelompok lain memberikan tanggapan.

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan penarikan kesimpulan,

refleksi, evaluasi, doa, dan salam penutup.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh

gambaran lengkap tentang proses pembelajaran. Dari observasi, peneliti

dapat mengamati secara langsung perkembangan yang dialami siswa

dalam proses pembelajaran.

3
4. Refleksi

Peneliti melakukan analisa hasil tindakan yang telah dilaksanakan

pada siklus I, meliputi:

1. Mengidentifikasi hambatan, kesulitan dan kejadian- kejadian

khusus pada siklus I.

2. Membandingkan skor rata-rata dengan kondisi awal dan target

akhir.

3. Menilai apakah dalam siklus I peningkatan keaktifan dan prestasi

belajar sudah mencapai indikator keberhasilan atau belum. Jika

belum sesuai maka dapat dilanjutkan dengan siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan

Sama halnya seperti pada siklus I, pada siklus II peneliti juga

merancang silabus, RPP, LKS, dan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran. Karena konteks yang diteliti adalah cara mengomentari

suatu permasalahan faktual dengan metode bermain peran, maka media

yang digunakan adalah teks percakapan. Jika pada siklus I teks

percakapan yang dipakai berupa teks sederhana, maka pada siklus II,

teks percakapan yang digunakan cukup panjang sehingga bisa

diperankan oleh siswa (didramakan).

2. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran terlebih dahulu diawali dengan salam

pembuka, doa, dan absensi. Selanjutnya guru menjelaskan bahwa hari

3
ini akan melanjutkan materi kemarin tentang mengomentari persoalan

faktual, namun dengan bermain peran.

Selanjutnya, siswa duduk berdasarkan kelompoknya yang kemarin,

dan guru membagikan teks percakapan agak panjang dengan tema

masih sama dengan siklus I yaitu perbuatan siswa yang tidak terpuji di

skeolah. Secara berkelompok, siswa diberi tugas untuk memerankan

tokoh-tokoh dalam teks percakapan tersebut di depan kelas. Setiap satu

kelompok selesai memerankan perannya, kelompok lain memberikan

komentar tentang permasalah yang telah diperankan tadi dengan bahasa

yang sopan dan halus.

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan penarikan kesimpulan,

refleksi, evaluasi, doa, dan salam penutup

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh

gambaran lengkap tentang proses pembelajaran. Dari observasi, peneliti

dapat mengamati secara langsung perkembangan yang dialami siswa

dalam proses pembelajaran.

4. Refleksi

Peneliti melakukan analisa hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada

siklus II, meliputi:

1. Mengidentifikasi hambatan, kesulitan dan kejadian- kejadian

khusus pada siklus II.

2. Membandingkan skor rata-rata dengan kondisi awal dan target

akhir.

3
3. Menilai apakah dlm siklus II peningkatan keaktifan dan prestasi

belajar sudah mencapai indikator keberhasilan atau belum. Jika

sudah mencapai target sesuai dengan indikator pembelajaran,

pembelajaran di siklus II dihentikan. Jika belum mencapai target,

pembelajaran dilanjutkan ke siklus berikutnya.

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan 2 jenis instrumen penelitian, yaitu

nontes untuk mengukur keaktifan siswa, dan tes untuk mengukur prestasi

belajar siswa.

3.4.1 Non tes


Instrumen penelitian non tes digunakan untuk mengukur keaktifan

siswa. Dalam penelitian ini, meneliti menggunakan triangulasi data yang

meliputi lembar observasi, angket, dan wawancara. Lembar observasi

digunakan peneliti untuk pedoman pengamatan siswa ketika pembelajaran

di kelas. Angket akan diberikan pada seluruh siswa satu kelas untuk

mengetahui kondisi sebenarnya dari siswa. Lembar wawancara diberikan

pada guru agar peneliti dapat mengetahui data dari guru. Untuk

memperoleh data dari variabel ini, maka dikembangkan instrumen yang

merupakan pengembangan dari indikator keaktifan siswa.

Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi di kelas

No Variabel Indikator No

1 Keaktifan Siswa menjawab minimal 2 pertanyaan 1

2 Siswa mengajukan minimal 2 pertanyaan 2

3 Siswa memberikan komentar. 3

3
4 Siswa aktif mengerjakan tugas kelompok. 4

5 Siswa aktif mengerjakan tugas individu. 5

Tabel 2. Kisi-Kisi instrumen angket

No Variabel Indikator No

1 Keaktifan Siswa menjawab minimal 2 pertanyaan. 1

2 Siswa mengajukan minimal 2 pertanyaan 2

3 Siswa memberikan komentar. 3

4 Siswa aktif mengerjakan tugas kelompok. 4

5 Siswa aktif mengerjakan tugas individu. 5

Penskoran digunakan dengan Skala likert dengan alternatif jawaban

sebagai berikut :

Tabel 3. Pedoman skoring lembar observasi dan angket

Alternatif Jawaban Skor

Sangat tinggi 4

Tinggi 3

Rendah 2

Sangat rendah 1

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara (Guru)

Nomor
No Indikator penilaian
Soal

1 Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran 1

2 Perilaku siswa selama pembelajaran 2

3 Media seperti apa yang dapat mengaktifkan siswa 4

3
4 Metode yang dapat mengaktifkan siswa 5

5 Tanggapan guru terhadap pembelajaran 6

3.4.2 Tes
Instrumen penelitian tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar

siswa. Dalam penelitian ini, meneliti menggunakan 15 soal objektif dan 5

soal essay untuk setiap siklus.

Tabel 7. Kisi-kisi soal siklus I dan II

Nomor
No Variabel Aspek Indikator Penilaian Total
Siklus I Siklus II
1. Prestasi Inter- Mengidentifikasi masalah 1, 3 7, 12 4
2. belajar pretasi Mengidentifikasi ciri-ciri dari suatu masal 9 1
3. Mengidentifikasi penyebab dari suatu mas14 2, 8 3
4. Mengidentifikasi akibat atas suatu 2, 4 4 3
masalah
5. Mengidentifikasi latar dari suatu 10 13 2
peristiwa
6. Ana- Meneliti alternatif yang paling baik 9 1
lisis digunakan dalam mengatasi suatu
masalah.
7. Mendefinisikan pengertian-pengertian 7 3, 5 3
abstrak.
8. Menilai apakah suatu pernyataan sesuai 5, 8 11 3
dengan konteks dalam masalah.
9. Eva- Menilai benar tidaknya alternatif 13, 15 10 3
luasi pemecahan masalah
10. Menilai hubungan sebab akibat 6, 12 2
11. Infe- Mengemukakan alternatif-alternatif 11 1 2
rensi untuk memecahkan masalah
13. Menentukan sikap yang diambil 15 1
terhadap masalah
14. Eks- Menyampaikan komentar yang tepat 14 1
planasi terhadap suatu permasalahan

3
Nomor
No Variabel Aspek Indikator Penilaian Total
Siklus I Siklus II
15. Menjelaskan strategi yang digunakan 6 1
untuk memecahkan masalah
16. Regulas Menentukan sikap yang diambil ketika 16,17,18 16, 17 5
i diri menghadapi suatu masalah
17. Memberikan komentar kritis terhadap 19 18 2
suatu permasalahan faktual yang dialami
18. Memberikan argumen terhadap 20 19, 20 3
pendapat orang lain
Jumlah 20 20 40

Soal-soal tes di atas telah diujikan pada siswa kelas V di SD Samirono

Yogyakarta. Dari 60 soal yang diujikan, peneliti telah memilih sebanyak

30 soal yang benar-benar valid, diantaranya 15 soal untuk siklus I dan 15

soal untuk siklus II. Berikut hasil perhitungan PASW dari soal-soal yang

telah diujikan tersebut.

Tabel 8. Hasil uji validitas soal-soal siklus I

No. item r hitung r tabel Keterangan


1 .444 0.361 Valid
2 .579 0.361 Valid
3 .560 0.361 Valid
4 .555 0.361 Valid
5 .479 0.361 Valid
6 .784 0.361 Valid
7 .636 0.361 Valid
8 .440 0.361 Valid
9 .440 0.361 Valid
10 .423 0.361 Valid
11 .489 0.361 Valid
12 .648 0.361 Valid
13 .418 0.361 Valid
14 .729 0.361 Valid
15 .605 0.361 Valid

3
Tabel 9. Uji daya beda soal siklus I

1 10 14 √
Keterangan:
2 27% dari
14 24 responden adalah 6,4814
dibulatkan√ menjadi 7.
3 14 14 √
4 13 14 √
5 Tabel 10. Uji reliabilitas soal siklus I
14 13 √
6 13 13 √
7 14 Cronbach's 13 √
8 12 Alpha Based on 13
Cronbach's
9 13 Standardized 13
10 Alpha 13 Items N of Items
13
11 .856
13 .872 13 15
12 2 12
13 6 12
14 12 12
15 8 11
Dari perhitungan
16 reliabilitas
11 soal siklus I menggunakan
10 program PASW,
17 5 10
diketahui bahwa nilai Alpha Cronbach adalah 0,856.
18 13 9 √
19 12 8 √
20 6 8 √
21 13 6 √
22 10 6 √
23 9 5 √
24 8 2 √

3
Tabel 11. Hasil uji validitas soal-soal siklus II

No. item r hitung r tabel Keterangan


1 .518 0.361 Valid
2 .828 0.361 Valid
3 .627 0.361 Valid
4 .579 0.361 Valid
5 .608 0.361 Valid
6 .535 0.361 Valid
7 .640 0.361 Valid
8 .521 0.361 Valid
9 .615 0.361 Valid
10 .607 0.361 Valid
11 .576 0.361 Valid
12 .893 0.361 Valid
13 .731 0.361 Valid
14 .591 0.361 Valid
15 .723 0.361 Valid

Tabel 12. Uji daya beda soal siklus II

1 6 10 √
2 8 10 √
3 8 10 √
4 10 10 √
5 10 10 √
6 6 10 √
7 9 10 √
8 9 10
9 8 9
10 10 9
11 10 9
12 9 9
13 10 9
14 9 8
15 10 8
16 8 8
17 7 8
18 10 8
19 10 7
20 6 7 √
21 8 6 √

4
22 1 6 √
23 9 6 √
24 1 2 √
25 2 1 √
26 7 1 √

Keterangan: 27% dari 26 responden adalah 7,02 dibulatkan menjadi 7.

Tabel 13. Uji reliabilitas soal siklus II

Cronbach's
Alpha Based
Cronbach's on
Alpha Standardized N of Items
Items
.916 .921 21

Dari perhitungan reliabilitas soal siklus II menggunakan program

PASW, diketahui bahwa nilai Alpha Cronbach adalah 0,916.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari observasi partisipasi langsung. Selama

observasi peneliti melakukan pengamatan mengenai keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaran (triangulasi data). Selain observasi, peneliti juga

menggunakan dokumentasi hasil belajar siswa berupa nilai dari soal siklus I

dan siklus II.

Tabel 14. Instrumen keaktifan siswa

Siklus 1 Siklus 2

No Keaktifan observasi wawancara angket observasi wawancara angket

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Siswa menjawab

minimal 2

4
pertanyaan secara

lisan.

2 Siswa mengajukan

minimal 2

pertanyaan

3 Siswa memberikan

komentar.

4 Siswa aktif

mengerjakan tugas

kelompok.

5 Siswa aktif

mengerjakan tugas

individu.

Jumlah

Tabel 15. Pedoman penilaian setiap siklus

Jenis Skor per item Jumlah skor

Bila benar mendapat skor 1 15 soal x 1 = 15


Tes Objektif
Bila salah mendapat skor 0

Skor 4 jika siswa menjawab dengan logis 5 soal x 4 = 20

dan menggunakan pilihan kata yang baku.

Skor 3 jika siswa menjawab dengan

logis dan pilihan kata yang digunakan


Essay
kurang baku

Skor 2 jika siswa menjawab dengan logis

namun tidak menggunakan kata yang baku

Skor 1 jika siswa menjawab tidak logis

4
dan tidak menggunakan kata yang baku

Jumlah skor PG + Essay x 10

Pedoman nilai akhir 5

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah teknik deskripsi kualitatif dan kuantitatif. Terdapat dua data yang perlu

dianalisis yaitu data keaktifan siswa dalam pembelajaran dan data nilai siswa

dalam menjawab 15 soal objektif dan 5 soal essay yang terkait dengan materi

pada setiap siklusnya.

1. Analisis Keaktifan Siswa

Indikator yang digunakan untuk menganalisis keterlibatan siswa yaitu:

a. Siswa menjawab minimal 2 pertanyaan.

b. Siswa mengajukan minimal 2 pertanyaan.

c. Siswa memberikan komentar.

d. Siswa aktif mengerjakan tugas kelompok.

e. Siswa aktif mengerjakan tugas individu.

Dalam pembelajaran, siswa akan digolongkan dalam kategori siswa

pasif, terlibat aktif, dan terlibat sangat aktif berdasarkan ketentuan (1) jika

siswa hanya terlibat atau memenuhi 1-2 indikator, maka termasuk siswa

yang tidak aktif. (2) Apabila siswa memenuhi 3-4 indikator keterlibatan,

maka siswa itu tergolong siswa yang aktif, dan (3) jika siswa itu

4
memenuhi 5-6 indikator, maka siswa tersebut termasuk siswa yang sangat

aktif.

2. Analisis Prestasi Belajar Siswa

Analisis terhadap prestasi belajar dilakukan dengan cara menghitung

nilai jawaban benar dari 15 butir soal objektif dan 5 soal essay yang

diberikan pada siswa. Untuk soal objektif, skor diperoleh dari jumlah

jawaban siswa yang benar, skor maksimal 20. Sedangkan soal essay dinilai

berdasarkan (1) skor 1 jika siswa menjawab tidak logis dan tidak

menggunakan kata yang baku; (2) skor 2 jika siswa menjawab dengan

logis namun tidak menggunakan kata yang baku; (3) skor 3 jika siswa

menjawab dengan logis dan pilihan kata yang digunakan kurang baku; (4)

skor 4 jika siswa menjawab dengan logis dan menggunakan pilihan kata

yang baku.

Untuk penilaian tes prestasi belajar, peneliti telah mengujicobakan

kevalidan dari soal-soal yang akan digunakan pada siklus I dan II. Soal

diujikan kepada 26 siswa kelas V SD N Samirono Yogyakarta. Dari hasil

ujicoba tersebut, peneliti telah memilih 15 soal pilihan ganda yang benar-

benar valid untuk tiap siklusnya.

Analisis data meliputi uji Normalitas, menggunakan uji Z /

Kolomogorov-Smirnov Z Test. (Untuk melihat distribusi data normal /

tidak normal). Normal : Statistik parametris uji-T, paired T-test. Tidak

Normal : Statistik non parametris, mann whitsey test.

3.6.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data dari masing-masing

4
variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap

data nilai prestasi belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika data terdistribusi dengan

normal, digunakan statistik parametris untuk uji hipotesis, dalam hal ini

Paired sample t-test. Jika data terdistribusi secara tidak normal, digunakan

statistic non-parametris, dalam hal ini Wilcoxon test Uji normalitas

dianalisis dengan program PASW 18.0. Kriteria yang digunakan adalah

apabila harga sig. (2- tailed) > 0,05, maka hipotesisi nol (H0) diterima atau

data terdistribusi normal dan sebaliknya jika harga sig. (2- tailed) < 0,05,

maka H0 ditolak atau data tidak terdistribusi normal.

3.6.2. Uji Hipotesis


Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan

yang signifikan dari data prestasi belajar dari siklus 1 ke siklus 2. Uji

hipotesis dilakukan dengan menggunakan Paired Sample t-test. Berikut ini

hipotesis statistiknya Hi: ada perbedaan yang signifikan antara siklus 1 dan

siklus 2, H0: tidak ada perbedaan yang signifikan antara siklus 1 dan siklus

2. Untuk itu digunakan kriteria sebagai berikut: Jika harga Sig. (2-tailed) >

0,05, H0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara siklus

1 dan siklus 2. Dengan kata lain tidak ada peningkatan yang signifikan dari

siklus 1 ke siklus 2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05, H0 ditolak. Artinya ada

perbedaan yang signifikan antara siklus 1 dan siklus 2. Dengan kata lain ada

peningkatan yang signifikan dari siklus 1 ke siklus 2.

Azwar (2010:77) menyatakan bahwa formula alfa dapat digunakan

untuk menguji skor dengan item-item dikotomis yaitu yang skornya 0 dan 1.

4
Ghozali (2009) mengutip Nunnally mengatakan bahwa suatu konstruk /

variable dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.

3.7 Indikator Keberhasilan

Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD

Tarakanita Bumijo adalah 7,5. Sebagai indikator keberhasilan penelitian

tidakan kelas ini adalah sebagai berikut.

Tabel 16. Indikator keberhasilan

No. Variabel Kondisi Awal Siklus I Siklus II


1. Keaktifan 45 60 70
siswa
2. Prestasi 50 60 75
belajar
siswa

3.8 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Tahun 2012

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt

1 Persiapan

penelitian

2 Penelitian

3 Pembuatan

laporan

4 Ujian Sripsi

5 Revisi

4
Daftar Referensi

Anwar, I. (2007). Penerapan model pembelajaran berbasis portofolio dalam

meningkatkan prestasi belajar biologi siswa kelas VII SMP negeri 14

Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Arifin, Z. (1990). Evaluasi instruksional: prinsip-teknik-prosedur. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Arizona, Agnes L. (2011). Penggunaan metode role play untuk meningkatkan

hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SDN II

Bulusulur Wonogiri. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Arsjad, M. G. (1988). Pembinaan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Djamarah, S. B. (2005). Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif: Suatu

Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat, Z. A. (1980). Permainan-simulasi-main peran dalam pengajaran

bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Jati, H & Nurul I. (2011). Peningkatan keaktivan dalam KBM dan prestasi belajar

peserta didik melalui teknik pembelajaran mencari pasangan (Make a

Match) di SMK Negeri 1 Sedayu Tahun Ajaran 2010/2011. Universitas

Negeri Yogyakarta.

Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian pembelajaran bahasa: berbasis kompetensi.

Yogyakarta: BPFE.

4
Pasaribu, dkk. (1983). Proses belajar mengajar. Bandung : Tarsito.

Purwitasari, Wahyu I. (2008). Penerapan metode pembelajaran role play untuk

meningkatkan keaktifan, keantusiasan, dan prestasi belajar pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III SD Banjarsari Pacitan.

Universitas Negeri Malang.

Rofi’uddin, A. & Darmiyati Zuhdi. (2002). Pendidikan bahasa dan sastra

Indonesia di kelas tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Samana, A. . (1982). Pedoman pengajaran bidang studi Bahasa Indonesia SD.

Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma.

Setyawati, Kristina D. (2010). Peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw.

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sufanti, M. (2010). Strategi pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Surakarta:

Yuma Pustaka.

Sudjana, N. (2009). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Tanlain, W. (2009). Modul mata kuliah strategi belajar mengajar. Universitas

Sanata Dharma.

4
Uno, Hamzah B. . (2007). Model pembelajaran: menciptakan proses belajar

mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Waney, Max H, dkk. (1980). Kerangka pembelajaran IPS dengan metode role

playing. Jakarta: Depdikbud.

Wasimin. (2009). Peningkatan kompetensi berbicara siswa SD melalui metode

role play. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 15 No 1, Januari 2009.

Widharyanto, B. . (2009). Modul: Bahasa Indonesia SD. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai