Anda di halaman 1dari 18

PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA

”TEORI,PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


KELAS RENDAH SECARA TERAMPIL”

Disusun Oleh:

1. ANDINI (201014286206134)
2. DEPILA CITRA (201014286206171)
3. ERNI SUGIARTI (201014286206144)
4. NANA MARSIANA (201014286206156)
5. PUTRI APRILIA (201014286206161)
6. PUTRI WAHYUNI (201014286206162)
7. REZKY PURNAMA SYAHPUTRI (201014286206165)
8. SITI NURHADIPA (201014286206170)
9. ULFA ZAHRA (201014286206173)

Dosen Pembimbing :
RENI GUSWITA, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
MUARA BUNGO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak
akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selanjutnya Shalawat serta salam semoga
terlimpah kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnyadiakhirat nanti.

Penulis mengucapakan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ibuk RENI
GUSWITA, M.Pd. Yang telah membimbing kami dalam perkuliahan, dan juga tak lupa kepada
orang tua yang senantiasa mendukung kami, dan juga teman-teman. Penulis tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya nantinya makalah ini lebih baik lagi.

Muara Bungo, 11 Februari 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah................................................ 3
B. Karakteristik Pendekatan Dan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah ................... 7
C. Model yang cocok untuk pembelajaran bahasa Indonesia kelas rendah ........................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................................................ 14
B. Saran ...................................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan
kepada setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya
mengajar. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar.
Guru akan memiliki kompetensi mengajar jika, guru paling tidak memiliki pemahaman
dan penerapan secara taktis berbagai pendekatan, metode, serta teknik belajar mengajar
serta hubungannya dengan belajar disamping kemampuan - kemampuan lain yang
menunjang. Bertolak dan bermuara pada kebutuhan sebagai guru, maka makalah ini di
sajikan tentang berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran agar mampu
melaksanakan tugas utama guru yaitu mengajar. Apabila telah memiliki kemampuan
dalam penguasaan penggunaan pendekatan, metode, serta teknik pembelajaran bahasa
secara mendalam. Pengajaran bahasa pada pendidikan dasar menengah dengan cara
mengenalkan masalah – masalah social melalui pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
kepekaan untuk menghadapi dan memecahkan masalah social tersebut.
Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, tanpa adanya pendekatan,
metode dan teknik pembelajaran, itu akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan
tentunya menjadi pelajaran yang membosankan. Oleh karena itu, guru di harapkan
mampu menguasai pendekatan, metode serta teknik yang cocok untuk pembelajaran
bahasa agar siswa lebih tertarik pada pelajaran tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat pendekatan pembelajaran bahasa indonesia kelas rendah?
2. Bagaimana karakteristik pendekatan dan model pembelajaran bahasa indonesia kelas
rendah ?
3. Apa saja model yang cocok untuk pembelajaran bahasa Indonesia kelas rendah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui hakikat pendekatan pembelajaran bahasa indonesia kelas rendah
2. Mengetahui karakteristik pendekatan dan model pembelajaran bahasa indonesia kelas
rendah
3. Mengetahui saja model yang cocok untuk pembelajaran bahasa Indonesia kelas
rendah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah


Pendekatan adalah cara memulai sesuatu. Pendekatan dalam pembelajaran bahasa adalah
seperangkat asumsi tentang hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan proses belajar
bahasa.Pendekatan dalam pembelajaran bahasa antara lain:
1. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar
mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu adalah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode
mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar
tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh
tujuan yang telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok
bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan ialah “Siswa mampu membuat
karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar
pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya tujuan yakni siswa memiliki
kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara belajar tuntas”. Dengan
“cara belajar tuntas”, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila
sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal
75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil
tes sumatif. Jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat
menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka pembelajaran
dapat dianggap berhasil.
2. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa
yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan
tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan
kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu
dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi,

3
mofologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata,
dan suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat
dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
3. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar
yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan
hasil belajar. Keterampilan proses meliputi keterampilan intelektual, keterampilan sosial,
dan keterampilan fisik. Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan
mengembangkan konsep.
Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang
keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan
pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam
diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif,
tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan
sebagainya.
Keterampilan proses dibangun sejumlah keterampilan-keterampilan. Karena itu
pencapainnya atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar
dalam semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri.
Karena itu dalam penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata
pelajaran.
Pendekatan ini merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-kemampuan dasar
untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang meliputi beberapa
kemampuan seperti:
a. Kemampuan mengamati
b. Kemampuan menghitung
c. Kemampuan mengukur
d. Kemampuan mengklasifikasi
e. Kemampuan menemukan hubungan
f. Kemampuan membuat prediksi
g. Kemampuan melaksanakan penelitian
h. Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data

4
i. Kemampuan mengkomunikasikan hasil
Keterampilan proses berkaitan dengan kemampuan. Jadi penerapan keterampilan
proses diletakkan dalam kompetensi dasar. Keterampilan proses juga dikenali pada
instruksi yang disampaikan oleh guru kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu. Contoh:
Kompetensi Dasar: Siswa dapat menyusun sebuah pengumuman sebagai sarana
menyampaikan informasi (keterampilan proses yang tersirat dalam kompetensi dasar
adalah mengkomunikasikan)
4. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan
pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990;
Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan
tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam
pembelajaran. Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa
diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis) diajarkan secara terpadu.
5. Pendekatan Kontekstual
Hakikat pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan ini dilibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik.
Johnson (dalam Nurhadi, 2004:13-14) mengungkapakan bahwa karakteristik
pendekatan kontekstual memiliki delapan komponen utama yaitu:
a. Memiliki hubungan yang bermakna
b. Melakukan kegiatan yang signifikan
c. Belajar yang diatur sendiri
d. Bekerja sama
e. Berfikir kritis dan kreatif
f. Mengasuh dan memelihara pribadi peserta didik
g. Mencapai standar yang tinggi

5
h. Menggunakan penilaian autentik
Langkah-langkah penerapan kontekstual di kelas yaitu sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan bertanya (komponen konstruktivisme)
b. Melaksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi yang
diinginkan (komponen inkuiri)
c. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya (kompoonen bertanya)
d. Menciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok (komponen masyarakat belajar)
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran (komponen pemodelan)
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka
belajar sesuatu (komponen refleksi)
g. Melakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara (komponen asesmen
autentik)
6. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran
bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang
harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi pembelajaran yang komunikatif adalah
pembelajaran bahasa yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan yang
memadai untuk mengembangkan kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa
baik kegiatan.
ciri-ciri pendekatan pembelajaran komunikatif:
• Menurut Brumfit dan Finocchiaro ciri-ciri pendekatan komunikatif yaitu:
1. Makna merupakan hal yang terpenting
2. Percakapan harus berpusat di sekitar fungsi komunikatif dan tidak dihafalkan secara
normal
3. Kontekstualisasi merupakan premis pertama
4. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi
5. Komunikasi efektif dianjurkan
6. Latihan atau drill diperbolehkan
7. Ucapan yang dapat dipahami diutamakan

6
8. Setiap alat bantu peserta didik diterima dengan baik
9. Segala upaya untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal
10. Penggunaan bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang layak
11. Terjemaah digunakan jika diperlukan peserta didik
12. Membaca dan menulis dapat dimulai sejak awal
13. Sitem bahasa dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi
14. Komunikasi komunikatif merupakan tujuan
15. Variasi linguistik merupakan konsep inti dalam materi dan metodologi
16. Urutan ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna untuk
memperkuat minat belajar
17. Guru mendorong peserta didik agar dapat bekerja sama dengan menggunakan
bahasa itu
18. Bahasa diciptakan oleh peserta didik melalui mencoba dan mencoba
19. Kefasihan dan bahasa yang berterima merupakan tujuan utama
20. Peserta didik diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kelompok
atau pasangan, lisan dan tulis
21. Guru tidak bisa meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta didiknya
22. Motivasi intrinsik akan timbul melalui minat terhadap hal-hal yang
dikomunikasikan

B. Karakteristik Pendekatan Dan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah


Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik lisan maupun
tulis, sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif . Peserta didik
dimungkinkan untuk memperoleh kemampuan berbahasanya bertanya, menjawab,
menyanggah, dan beradu argument dengan orang lain.
Sebagai alat ekspresi, bahasa Indonesia merupakan sarana untuk mengungkapkan segala
sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, gagasan, dan keinginan yang
pikiran. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri
seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.
Kegiatan Indonesia mencakup kegiatan produktif dan reseptif di dalam aspek berbahasa
empat, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan yang bersifat

7
reseptif pada hakikatnya merupakan kemampuan untuk memahami bahasa yang dituturkan
oleh pihak lain. Pemahaman terhadap bahasa yang dituturkan oleh pihak lain tersebut dapat
melalui sarana bunyi atau sarana tulisan. Pemahaman terhadap bahasa melalui sarana bunyi
merupakan kegiatan menyimak dan pemahaman terhadap bahasa penggunaan sarana
merupakan kegiatan membaca.
Kegiatan reseptif membaca dan menyimak memiliki persamaan yaitu sama-sama
kegiatan dalam memahami informasi. Perbedaan dua kemampuan tersebut yaitu terletak pada
sarana yang digunakan yaitu sarana bunyi dan sarana tulisan. Mendengarkan adalah
keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Berbicara adalah keterampilan
bahasa lisan yang bersifat produktif, baik yang interaktif, semi interaktif, dan noninteraktif.
Adapun menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis
merupakan keterampilan yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa
lainnya, karena menulis melengkapi kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu susunan yang teratur.
Kemampuan berpikir logistik, kritis, kreatif, inovatif, dan bahkan menciptakan peserta didik
perlu secara sengaja dibina dan dikembangkan. Untuk melakukan hal itu, mata pelajaran
bahasa Indonesia menjadi wadah strategi .
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial , dan emosional
peserta didik dan merupakan kemajuan dalam mempelajari semua bidang studi. bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan
bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang
ada dalam dirinya
1. Pengertian Pendekatan Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dengan
pengertian yang sama; artinya, orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian
yang sama dengan pengertian metode, dan sebaliknya menggunakan istilah metode dengan
pengertian yang sama dengan pendekatan; demikian pula dengan istilah teknik dan metode.
Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda, walaupun dalam
penerapannya ketiga-tiganya saling berkaitan. Tentang hal ini, Ramelan (1982) mengutip
pendapat Anthony yang mengatakan bahwa pendekatan ini mengacu pada seperangkat

8
asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat bahasa, serta pengajaran
bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoretis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa
bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; ada
pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya
dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan
aturan. Asumsi-asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang
berbeda, yakni: (1) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti
berusaha membiasakan dan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tekanannya pada
pembiasaan. (2) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti
berusaha untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan
pembelajarannya pada pemerolehan kemampuan berbicara. (3) Pendekatan yang mendasari
pendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa, yang harus diutamakan ialah pemahaman
akan kaidah-kaidah yang mendasari ujaran, tekanan pembelajaran pada aspek kognitif
bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan bahasa.
2. Berbagai Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa Pendekatan yang telah lama diterapkan
dalam pembelajaran bahasa antara lain ialah pendekatan tujuan dan pendekatan struktural.
Kemudian menyusul pendekatanpendekatan yang dipandang lebih sesuai dengan hakikat
dan fungsi bahasa, yakni pendekatan komunikatif. Pendekatan tujuan pada bagian
terdahulu sudah dikemukakan bahwa pandangan tentang bahasa dan pembelajaran bahasa
selalu mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan pola pikir masyarakat. Dalam
kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, akhir-akhir ini sedang digalakkan
penerapan pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu. Pendekatan komunikatif
merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan
bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran
bahasa

C. Model yang cocok untuk pembelajaran bahasa Indonesia kelas rendah


Model-model pembelajaran merupakan langkah dan prosedur yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Berikut ini Beberapa model pembelajaran:

9
1. Model pembelajaran dengan pendekatan induktif
Pendekatan ini dikembangkan oleh pilosopis Perancis bernama Bacon yang
menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang konkrit sebanyak
mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil kesimpulan. Pada abad
pertengahan, system induktif ini disebut juga dogmatif, artinya langsung mempercayai
begitu saja tanpa berfikir rasional. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model
pembelajaran dengan pendekatat induktif dije;askan sebagai berikut:
1. Guru memilih kpnsep, prinsip, aturan, yang akan disajikan dengan pendekatan
induktif.
2. Guru menyajikan conto-cotoh khusus, prinsip, aturan yang memungkinkan siswa
memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.
3. Guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
mengangkat perkiraan
4. Guru menyusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah terdahulu.
5. Menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari
contoh tersebut serta tindak lanjut.
Pembelajaran indiktif, menurut Maxmun (2003) dapat dikombinasi dengan yang lain
disesuiakan dengan materi yang akan disampaikan, tujuan serta kondisi siswa.
2. Model pembelajaran dengan pendekatan deduktif
Model ini merupakan model dengan pendekatan yang mengutamakan penalaran
dari umum ke khusus. Hal ini berbeda dengan pendekatan induktif yang dari khusus ke
umum.
Langkah langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan
deduktif dijelaskan sebagai berikut:
1. Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan.
2. Guru menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum, lengkap dengan definisi dan
contoh-contohnya
3. Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara
keadaan khusus dengab aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok

10
4. Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa
keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus
3. Model ekspositori
Model ini merupakan suatu model dengan pendekatan yang menekankan pada
interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini terjadi komunikasi satu arah yaitu
dari guru kesiswa sehingga guru jauh lebih aktif dari pada siswa. Guru banyak berbicara
untuk menginformasikan bahan ajar kapada siswa, sementara siswa sebagai objek. Siswa
menerima apa yang diceramahkan guru dan sambil mendengarkan penjelasannya siswa
menulis apa yang diperintahkan guru, atau yang dianggap penting. Model pembelajaran
ekspositori lebih tepat diterapkan pada siswa kelas satu atau kelas rendah. Guru
menggunakan system satu arah karena anak kelas satu SD cenderung pasif. Mereka baru
mampu menerima ceramah dari guru saja tapi belum mampu memberi umpan balik,
lebih-lebih jika guru sudah mempersiapkan semuanya sehingga siswa sudah nyaman dan
tertegun dengan penjelasan gurunya. Secara umum langkah-langkah pembelajaran
ekspositori dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Guru menyiapka materi dan perlengkapan lain yang akan disampaikan


2. Apersepsi dengan sedikit mengulangi pelajaran yang lalu
3. Setelah itu guru menyampaikan konsep-konsep materi
4. Guru yang kreatif akan menyiapkan perlengkapan yang mendukung seperti gambar,
kaset, dan yang lain disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
5. Guru mulai mengadakan pembelajaran, model ini yang aktif adalah guru lebih-lebih
untuk siswa SD kelas satu atau dua, anak masih malu-malu dan takut sehingga
pembelajaran tampak satu arah.
6. Guru menyimpulkan, menegaskan dan menyetel kaset yang sesuai dan memberi
tindak lanjut.
4. Model pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang mengkaitkan tema-
tema yang senada atau over laping, kemudian dikemas menjadi tema yang akan dibahas
dalam suatu pembalajaran . Ada sepuluh macam pembelajaran terpadu namun di sini
akan disajikan tiga macam model pembelajaran.
a. Model webbed (jaring laba-laba)

11
disini guru emilih tema yangsama atau hamper sama pada bidang studi yang berbeda.
b. Model terpadu connected
dalam model pembelajaran ini keterhubungan guru perlu memiliki keterampilan
untuk memilih tofik materi yang cenderung sama atau over laping dalam satu mata
pelajaran.
c. Model terpadu integrated
marilah kita mencoba model integrated dengan memilih tema seperti mengenal
pentingnya alam seperti dunia tumbuhan dan hewan. Mengenal pentingnya
lingkungan alam seperti halnya dunia tumbuhan dan hewan akan sangat bermakna
jika dikatkan dengan kehidupan anak sehari-hari, baik dirumah, sekolah, maupun
masyarakat.
Langkah-langkah pembelajaran model terpadu integrated sebagai berikut:
1. Guru menentukan salah satu tema dari mata pelajaran yang akan dipadukan dengan
tema-tema pada mata pelajaran lain.
2. Guru mencari tema –tema dari mata pelajaran lain yang memiliki makna yang sama
3. Guru memandukan tema-tema dari beberapa mata pelajaran yang dikemas menjadi
satu tema besar
4. Guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan konsep-konsep bebrapa mamta
pelajaran. Dalam pembelajaran terpadu guru perlu menentukan lebih banyak indicator
dari pada yang model lainnya.
5. Guru menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran ini biasanya memerlukan
waktu lebih dari satu kali pertemuan.

Adapun hal yang akan lebih kami tekankan yaitu mengenai model EKSPOSITORI.

• Kelebihan dari model ekspositori:


1. Model pembelajaran ekspositori lebih tepat disajikan / diterapkan pada siswa kelas
satu atau kelas rendah
2. Model pembelajaran ekspositori jika dipadukan dengan teori belajar Thorndike
akan menambah semangat dan motivasi belajar siswa
3. Adanya pengulangan pelajaran yang telah lalu

12
• Kekurangan dari model ekspositori
1. Hanya terjadi komunikasi satu arah
2. Guru banyak berbicara untuk menginformasikan bahan ajar kepada siswa, sementara
siswa hanya sebagai objek
3. Tampak tidak ada interaktif dari siswa

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan adalah cara memulai sesuatu. Pendekatan dalam pembelajaran bahasa
adalah seperangkat asumsi tentang hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan proses belajar
bahasa.
Pendekatan dalam pembelajaran bahasa antara lain:
1. Pendekatan Tujuan
2. Pendekatan Struktural
3. Pendekatan Keterampilan Proses
4. Pendekatan Whole Language
5. Pendekatan Kontekstual
6. Pendekatan Komunikatif
Sebagai alat ekspresi, bahasa Indonesia merupakan sarana untuk mengungkapkan segala
sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, gagasan, dan keinginan yang
pikiran. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri
seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.

B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Tulisan ini dibuat
sebagai tempat untuk menambah wawasan tentang teori,pendekatan dan model pembelajaran
bahasa indonesia kelas rendah. secara terampil makalah ini diharapkan menjadi salah satu
yang dapat membantu untuk menanamkan pemahaman. Kritik dan saran sangat kami
harapkan dari para pembaca, khususnya dari teman-teman kami semua demi kesempurnaan
makalah ini. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Azies, F. Dan Alwasilah. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Brown, Sam Ed. 1990. Activities for Teaching Using the Whole Language Approach.
Springfield. Charles C Thomas.

Cornett, C.E. dan Blakenship, L.A. 1990. Whole Language=Whole Learning. Fastback vol 307.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (CTL).

Forgaty, Robin.1991. How To Integrated The Curricula. Palatine. Illinoise. IRI. Skylight
Publishinh, Inc.

Freeman, Yvone. & Freeman, David.1992. Whole Language for Second Language Learners.

Goodman, K. 1986. What’s whole in whole Language? Portsmouth, NH: Heinemann.

Hermawan, Asep Heri dan N. Resmini. 2005. Pembelajaran Terpadu. Jakarta. Universitas
Terbuka.

Roberts, P.L. 1996. Integration language arts and social studies: For Kindergarden and primary
children.

Englewood Cliffs. NJ. Pretice Hall. Semiawan, Conny. 1987. Pendekatan Keterampilan Proses.
Jakarta. Gramedia.

Solehan, T.W, dkk. 2001. Hakikat Pendekatan, Prosedur, dan Strategi Pembelajaran Bahasa
Indonesia Berdasarkan Pendekatan Komunikatif- Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia
(Modul UT). Jakarta. Pusat Penerbit

15

Anda mungkin juga menyukai