Anda di halaman 1dari 40

MENGAPLIKASIKAN HAKIKAT DAN APLIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN

KEMAMPUAN BERPIKIR DAN KOOPERATIF

(KELOMPOK 6 REGULER F)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

Siti Fatimah Handayani Hsb Moderator dan ketua

Nurul Intan Humairah Pemateri 1

Rina Lusiana Pangaribuan Pemateri 2

Anissah Situmorang Notulis

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2022
NAMA NAMA KELOMPOK 6 KELAS REGULER F

Nama : Siti Fatimah Handayani Hsb

Nim : 2213311006

Posisi : Moderator dan Ketua

Nama : Nurul Intan Humairah

Nim : 2213111073

Posisi : Pemateri 1

Nama : Rina Lusiana Pangaribuan

Nim : 2213111066

Posisi : Pemateri 2

Nama : Annisah Situmorang

Nim : 2213111007

Posisi : Notulis
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada kami, sehingga mampu
menyelesaikan makalah tugas kelompok ini tepat pada waktunya. Tugas ini dibuat untuk
memenuhi salah satu mata kuliah yaitu “STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu
Dra.ROSDIANA SIREGAR,M.Pd selaku dosen Mata Kuliah STRATEGI
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA yang telah memberikan bimbingannya selama
proses pengerjaan tugas ini.
Tugas makalah kelompok ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kita semua. Kami menyadari bahwa tugas makalah kelompok ini masih jauh
dari kesempurnaan, Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, Kami
mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas, karena
keterbatasan ilmu dan pemahaman kami yang belum seberapa, Karena itu kami sangat
menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan
tugas ini. Kami berharap semoga tugas Laporan bacaan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................................ 1
1.3 TUJUAN ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
2.1 STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB) ..................... 4
2.2 STRATEGI PEMBELAJARAN KOPERATIF ............................................................. 7
2.3 MODEL & TIPE PEMBELAJARAN KOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA ..................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 30
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................ 30
3.2 SARAN ........................................................................................................................ 30
DAFTAR BUKU DAN JURNAL .......................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 33
KRITERIA PENILAIAN ....................................................................................................... 35

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan
bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang melibatkan
guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi
belajar mengajar atau proses pembelajaran. dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk
suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang
saat itu digunakan.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, saat ini berkembang
berbagai model pembelajaran.Secara harfian model pembelajaran merupakan strategi yang
digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu
berpir kirtis, memiliki ketrampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih
optmal.Karena itulah, perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus
mengalami perubahan.Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan
berganti dengan model yang lebih modern.

Guru sebagai pendidik dituntut untuk mempunyai kompetensi dalam menggunakan suatu
model pembelajaran demi terciptanya suasana kelas yang efektif, sehingga peserta didik
dengan mudah dapat memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu
mengetahui serta memahami suatu model pembelajaran lain yang sesuai digunakan pada
kurikulum yang ada sekarang ini Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran
kooperatif learning yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, agar pembahasan masalah dalam makalah ini dapat
dipahami dengan jelas, maka penulis merasa harus membuat rumusan suatu rumusan
masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB)?


2. Bagaimana strategi pembelajaran kooperatif?
3. Bagaimana model dan tipe pembelajaran koperatif dalam pembelajaran bahasa
Indonesia?

1
1.3 TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pada penulisan makalah
ini, sebagai berikut:

1. Untuk memahami strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB)


2. Untuk mengetahui strategi pembelajaran kooperatif
3. Untuk memahami model dan tipe pembelajaran koperatif dalam pembelajaran bahasa
Indonesia

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB)


A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN KEMAMPUAN BERPIKIR

Adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan


berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang diajukan.

Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian diatas.

Pertama,SPPKB adalah model model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan


kemampuan berpikir,artinya tujuan yang akan dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekedar
siswa dapat menguasai sejumlah meteri pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat
mengembangkan gagasan-gagasandan ide-ide melalui kemampuan berbahasa verbal. Hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan berbicara secara verbal merupakan salah satu
kemampuan berpikir.

Kedua,telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan


kemampuan berpikir,artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada
pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan atau berdasarkan kemampuan anak
untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang
mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahan masalah-masalah
sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.

B. KARAKTERISTIK SPPKB :

1) SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar
dan mencatat,tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir.
2) SPPKB di bangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus.
3) SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama
pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisihasil belajar diarahkan untuk
mengkrontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Adapun kelebihan dari strategi ini, yaitu :

1) Siswa lebih siap menghadapi setiap persoalan yang disajikan oleh guru.

4
2) Prioritas pembelajaran menekankan pada keterampilan siswa
3) Memberikan kebebasan untuk mengeksplor kemampuan siswa dengan berbagai media
yang ada.

Sedangkan kelemahan dari strategi ini, yaitu :

1) Hanya sekolah yang sesuai dengan karakteristik SPPKB yang dapat melaksanakan
model strategi ini dengan baik
2) Kelemahan strategi ini bukan kelemahan dari model pembelajaran itu sendiri, tetapi
karena faktor di luar model pembelajaran. Faktor tersebut berkenaan dengan kesiapan
guru, siswa dan kondisi siswa.
3) Faktor waktu belajar yang tersedia tidak cukup dengan pembelajaran SPPKB yang
membutuhkan waktu yang relatif banyak.
4) Siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata sulit mengikuti strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir ini.

D. DASAR PERTIMBANGAN

Berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih strategi pembelajaran


yang akan dilakukan diantaranya pertimbangan yang berhubungan dengan :

a) Tujuan yang ingin dicapai


b) Bahan atau materi pembelajaran
c) Siswa

Selain itu, SPPKB dapat berhasil dengan sempurna khususnya bagi guru sebagai pengelola
pembelajaran bila :

a) SPPKB adalah model pembelajaran bersifat demokratis,oleh sebab itu guru harus
mampu menciptakan suasana demokratis dan saling menghargai.
b) SPPKB dibangun dalam suasana tanya jawab, oleh sebab itu guru dituntut untuk dapat
mengembangkan kemampuan bertanya untuk melacak, bertanya untuk
memancing,dan lain-lain.
c) SPPKB juga merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dalam suasana
dialogis, karena itu guru harus mampu merangsang dan membangkitkan kerenanian
siswa untk menjawab pertanyaan,menjelaskan, membuktikan dengan memberikan
data dan fakta social,serta keberanian untuk mengeluarkan ide-ide, serta menyusun
kesimpulan dan mencari hubungan antar aspek yang dipermasalahkan.

E. LANGKAH LANGKAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN


KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB)
Ada 6 tahap dalam SPPKB, yaitu :

1. Tahap Orientasi

5
Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran.

2. Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajahan untuk memahami pengalaman dan kemampuan
dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akandibicarakan.

3. Tahapan Konfrontasi
Tahapan konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai
dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan
kemampuan dan pengalaman siswa.

4. Tahapan Inkuiri
Tahapan inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB. Pada tahap inilah siswa belajar
berpikir yang sesungguhnya.

5. Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses
penyimpulan

6. Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah baru
yang sepadan dengan masalah yang disajikan.

F. METODE YANG DIGUNAKAN DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB)

Dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir (SPPKB) dapat di


gunakan beberapa metode di antaranya adalah:
1. Eksperimen

Suatu cara mengajar yang dilakukan seorang guru dimana peserta didik melakukan suatu
percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya,
kemudian hasil percobaan tersebut di sampaikan di depan kelas yang akan di evaluasi oleh
guru. Dengan eksperimen bertujuan agar seorang peserta didik mampu mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari berbagai persoalan yang dihadapi dengan mengadakan
percobaan sendiri. Peserta didik juga akan terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (scientific
thinking).

2. Penemuan (Discovery)

Penemuan adalah terjemahan dari discovery, menurut Sund discovery adalah proses
mental dimana siswa mampu mengasimilasi sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud
dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati,mencerna, mengerti,
menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan

6
dan sebagainya. Dengan teknik penemuan ini seorang guru meningkatkan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran.

3. Diskusi

Salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, di
dalam diskusi terjadi proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi, memacahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif
tidak ada yang pasif sebagai pendengar.

G. PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB)

Pemecahan masalah bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya neokorteks

Neokorteks adalah bagian dari otak manusia yang dikenal dengan otak berpikir.
Neokorteks terbagi atas dua bagian yaitu otak kiri dan kanan. Neokortek adalah bagian otak
yang menyimpan kecerdasan yang lebih tinggi seperti, penalaran, berpikir secara intelektual,
pembuat keputusan, bahasa, perilaku yang baik, kendali motorik sadar dan penciptaan
gagasan. Neokorteks merupakan bagian dari otak mansuia yang memiliki manfaat luar biasa
dalam kehiduan manusia. Neokorteks yang banyak menyimpan berbagai macam kecerdasan
tidak sepenuhnya digunakan manusia. Dan di dalam neokorteks tempat informasi yang
diterima oleh panca indra manusia, misalnya ketika mata melihat sebuah sesuatu hal yang
aneh neokorteks akan bekerja untuk menganalisisnya.

2. Meningkatkan Kecerdasan Mutiple intelegensi

Mutiple intelegensi (MI) Dalam Frames of Mind Mendifinisikan enam jenis


intelegensi atau kerangka pikiran yang masing-masing berbeda,dapat di telusuri hingga bagian
terpisah dari otak manusia.Sebelumnya di kenal dengan bakat,kecakapan,kapasitas,
kemampuan, atau kekuatan manusia,tetapi tidak di sebut intelegensi (kecerdasan).

2.2 STRATEGI PEMBELAJARAN KOPERATIF


A. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOPERATIF

Menurut Kagan (1994) pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang


sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda,
menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang
suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang
diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi
bersama-sama. Students work through the assignment until all group members successfully
7
understand and complete it. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua anggota
kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya.

Pembelajaan kooperatif dikembangkan berdasarkan teori perkembangan kognitif


Vygotsky. Dalam teorinya, Vygotsky percaya bahwa anak aktif dalam menyusun pengetahuan
mereka. Menurut Santrock (2008), ada tiga klaim dalam inti pandangan Vigotsky, yaitu

(1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisa dan diinterpretasikan secara
developmental,

(2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental, dan

(3) kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural. Implementasi teori Vygotsky untuk pendidikan anak mendorong pelaksanaan
pengajaran yang menggunakan strategi pembelajaran kolaboratif atau pembelajaran
kooperatif.

Dari tinjauan psikologi belajar, Djamarah (2008) mengemukakan bahwa belajar


merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam pengertian tersebut, belajar melibatkan dua unsur
penyusun tubuh manusia, yaitu jiwa dan raga. Untuk mendapatkan perubahan, gerak raga
harus sejalan dengan proses jiwa. Dengan demikian, perubahan yang diperoleh bukanlah
perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan gerakan fisik sebagai sebab masuknya kesan-
kesan baru.

Dari tinjauan fisiologi otak, neuron-neuron yang berperan dalam pemrosesan


informasi membentuk modul-modul yang saling berhubungan dan membentuk jalur majemuk
yang pada gilirannya membentuk daerah atau komunitas korteks. Setiap modul memiliki
rancangan genetic khusus yang menjadikannya ahli dalam satu aena interaksi dengan dunia.
Beberapa sirkuit memproses sejumlah emosi, beberapa memproses interaksi sosial, beberapa
memproses indrawi, dan lainyya menangani pikiran atau hal-hal terkait dengan gerakan,
warna dan sebagainya. Oleh karena semua sistem kompleks ini memproses informasi secara
khusus, maka disebut sebagai sistem pembelajaran (Given, 2007).

Menurut Given (2007), untuk meningkatkan efektivitas belajar, guru perlu


menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk
siswa. Guru yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan
menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak didik, dengan menemukan hasrat untuk
belajar, dengan membimbing mereka mewujudkan target pribadi yang masuk akal, dan
mendukung mereka dalam upaya menjadi apapun yang bisa mereka capai. Jika pembelajaran
memenuhi kriteria ini, maka kecemasan akademis diperkecil dan sistem emosional siswa siap
untuk belajar.

Kecenderungan alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk menjadi


bagian dari kelompok, dihormati dan menikmati perhatian dari yang lain. jika sistem
8
emosioanl bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka sistem sosial berfokus pada
interaksi dengan orang lain atau pengalaman interpersonal. Kebutuhan sosial siswa menuntut
sekolah dikelola menjadi komunitas pelajar, tempat guru dan siswa bisa bekerja sama dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang nyata. Dengan berfokus pada kelebihan
siswa dalam konteks kelas, kita menerima perbedaan sebagai berkah individual untuk
dihormati, dan bukan sebagai perbedaan yang harus diperbaiki. Cara ini dapat
memaksimalkan perkembangan sosial melalui kerja sama tulus anta- individu, perbedaan di
antara mereka justru menciptakan petualangan kreatif dalam pemecahan masalah.

Pembelajaran kooperatif dirancang untuk dapat mengakomodasi kelima sistem


pembelajaran yang terdapat dalam kompleks korteks otak. Dengan rancangan pembelajaran
berkelompok dalam kelas, siswa mendapat peluang mengembangkan kemampuan dan potensi
diri melalui aktivitas individual dan kolaboratif yang proporsional. Menurut Slavin (2008),
pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan prestasi
terutama jika disediakan penghargaan tim atau kelompok dan tanggung jawab individual.

Penghargaan atau pengakuan diberikan kepada kelompok sehingga anggota kelompok


dapat memahami bahwa membantu orang lain adalah demi kepentingan mereka juga.
Sedangkan tanggung jawab individual merupakan bentuk akuntabilitas individu di mana
setiap orang memiliki kontribusi yang penting bagi tim atau kelompok. Metode pembelajaran
kooperatif telah sering digunakan oleh para guru di sekolah selama bertahun-tahun dalam
bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi dan sebagainya. Namun,
penelitian terakhir di Amerika dan beberapa negara lain telah menciptakan metode-metode
pembelajaran kooperatif yang sistematis dan praktis yang ditujukan unutk digunakan sebagai
elemen utama dalam pola pengaturan di kelas.

B. CIRI CIRI STRATEGI PEMBELAJARAN KOPERATIF

Pembelajaran kooperatif di desain sebagai pola pembelajaran yang dibangun oleh lima
elemen penting sebagai prasyarat, sebagai berikut:

Saling ketergantungan secara positif (Positive Interdependence). Bahwasanya setiap anggota


tim saling membutuhkan untuk sukses. Sekecil apapun perannya, sebuah tim membutuhkan
saling ketergantungan dengan individu lain. Ibarat pepatah, tenggelam atau berenang
bersama-sama.

Interaksi langsung (Face-to-Face Interaction). Memberikan kesempatan kepada siswa


secara individual untuk saling membantu dalam memecahkan masalah, memberikan umpan
balik yang diperlukan antar anggota untuk semua individu, dan mewujudkan rasa hormat,
perhatian, dan dorongan di antara individu-individu sehinga mereka termotivasi untuk terus
bekerja pada tugas yang dihadapi.

Tanggung jawab individu dan kelompok (Individual & Group Accountability).


Bahwasanya tujuan belajar bersama adalah untuk menguatkan kemampuan akademis siswa,
sehingga kontribusi siswa harus adil. Guru perlu mengatur struktur kelompok agar tidak ada
9
siswa yang tidak berkontribusi, sehingga tanggung jawab seorang siswa tidak boleh
dilebihkan dari yang lain. Dalam kelompok, tidak ada menumpang dan tidak ada bermalas-
malasan.

Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (Interpersonal & small-Group Skills).


Asumsi bahwa siswa akan secara aktif mendengarkan, menjadi hormat dan perhatian,
berkomunikasi secara efektif, dan dapat dipercaya tidak selalu benar. Sering kali, kita harus
menyisihkan waktu untuk memperhatikan hal ini dan menunjukkan bahwa keterampilan kerja
sama tim sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu cara untuk
meningkatkan kerja sama tim dan keterampilan sosial siswa adalah untuk menyisihkan waktu
secara berkala untuk membahas hal ini dengan siswa. Keterampilan sosial harus mengajarkan
kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan, komunikasi, keterampilan
manajemen konflik.

Proses kerja kelompok (group processing). Proses kerja kelompok memberikan umpan
balik kepada anggota kelompok tentang partisipasi mereka, memberikan kesempatan untuk
meningkatkan keterampilan pembelajaran kolaboratif anggota, membantu untuk
mempertahankan hubungan kerja yang baik antara anggota, dan menyediakan sarana untuk
merayakan keberhasilan kelompok. One strategy is to ask each team to list three things the
group has done well and one that needs improvement (Smith, 1996). Salah satu strateginya
adalah meminta setiap tim untuk mendaftar tiga hal telah lakukan dengan baik oleh kelompok
dan satu yang perlu perbaikan. Guru juga dapat mendorong proses kerja bagi kelas, dengan
mengamati kelompok-kelompok dan memberikan umpan balik yang baik untuk kelompok-
kelompok individu atau ke seluruh kelas.

C. PRINSIP PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

SPK ini sekurang kurangnya terdiri dari tiga prinsip utama yaitu:

1) Belajar Aktif

Prinsip belajar aktif ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional
dalam proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan
pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta
menafsirkan hasilnya secara bersama-sama didalam kelompok.

2) Pendekatan Konstruktivistik

SPK dapat mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuan secara bersama-
sama didalam kelompok. Mereka didorong umtuk menemukan dan mengkonstruksi materi
yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan.

10
3) Pendekatan Kooperatif

Pendekatan ini mendorong dari memberi kesempatan kepada siswa untuk terampil
berkomunikasi. Artinya, siswa didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya
dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat.

D. LANGKAH LANGKAH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN


KOOPERATIF

Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh peran aktif siswa
dalam menemukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Iklim
demokratis dikembangkan oleh guru dalam mengambil keputusan terhadap pemecahan
masalah yang timbul dalam pembelajaran. Dalam pembentukan kelompok, guru menerapkan
suatu struktur dengan memperhatikan heterogenitas kemampuan, jenis kelamin, suku, kelas
sosial, agama, kepribadian, usia, bahasa dan lain sebagainya. Semua prosedur didefinisikan
secara baik sehingga semua siswa memahaminya. Namun, siswa diberi kebebasan dalam
mengendalikan aktivitas mereka di dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan yang
ditargetkan bersama.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.


pembelajaran tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada
proses kerja sama dalam kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, tujuan yang diingin
dicapai bukan hanya tujuan akademik atau pengetahuan akan konten (kompetensi), akan tetapi
juga unsur kerja sama dalam upaya penguasaan kompetensi tersebut. Penekanan pada kerja
sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif (Sanjaya, 2009).

Menurut Sanjaya (2009), prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri


atas empat tahap, yaitu:

a) penjelasan materi : proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa


siswa belajar dalam kelompok. Tahapan bertujuan untuk memberikan pemahaman
kepada siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini, guru memberikan
gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa
akan diperdalam pada pembelajaran kelompok. Guru dapat menggunakan metode
ceramah, brainstorming, tanya jawab, presentasi atau demonstrasi. Penggunaan media
dalam hal ini sangat penting agar penyajian dapat lebih menarik.

b) belajar dalam kelompok: pada tahap ini siswa bekerja dalam kelompoknya masing-
masing yang telah dibentuk sebelumnya. Kelompok dibentuk secara heterogen dan
mengakomodasi sebanyak mungkin variable pembeda. Melalui pembelajaran dalam
kelompok, siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar informasi dan pendapat,
mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan
mengoreksi hal- hal yang kurang tepat.

11
c) penilaian: Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dalam bentuk tes
atau kuis. Penilaian dapat dilakukan secara individual maupun secara kelompok.
Penilaian individual akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa secara
individu, dan penilaian kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap
kelompok. Hasil akhir penilaian dapat mengekuilibrasi penilaian individu dan
penilaian kelompok. Nilai setiap kelompok memiliki nilai yang sama terhadap semua
anggota kelompoknya, karena nilai kelompok merupakan hasil kerja sama setiap
kelompok.

d) pengakuan tim: Pada tahap ini, guru memberikan pengakuan dan penghargaan
terhadap siswa. Di mana penetapan tim yang dianggap paling menonjol dan berprestasi
untuk kemudian diberikan perhargaan. Pengakuan dan pemberian penghargaan
diharapkan dapat memotivasi siswa dan tim untuk terus membangkitkan semangat
berprestasi.

E. KEUNGGULAN& KELEMAHAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

• SPK memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

a) SPK tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber
dan dapat belajar dari siswa yang lain.
b) SPK dapat mengembangkan kemampuan, mengembangkan ide atau gagasan dengan
kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c) SPK dapat membantu anak untuk respect pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d) SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar.
e) SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial.
f) SPK Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
g) SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan
belajar abstrak menjadi nyata (rill).
h) Interaksi SPK berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir.

• SKP memiliki kekurangan seperti berikut :

a) Membutuhkan waktu untuk memahami dan mengerti filosofis SPK


b) Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran langsung didasarkan kepada
hasil kerja kelompok.
c) Keberhasilan strategi pembelajaran langsung dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.

12
2.3 MODEL & TIPE PEMBELAJARAN KOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
Dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk
bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan bersama. Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan
kelompok kecil sehingga pembelajar bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan
belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain (Anitah W. :2009:3.7).

Menurut teori motivasi, bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat pembelajar
melakukan kegiatan merupakan motivasi dalam pembelajaran kooperatif. Struktur tujuan
kooperatif menciptakan suatu situasi bahwa tujuan pribadi dapat tercapai hanya apabila
kelompok itu berhasil. Sebelum pembelajaran kooperatif diterapkan, pembelajar perlu
mengetahui keterampilan-keterampilan kooperatif yang akan digunakan bekerja dalam tim.

Model pembelajaran ini sejalan dengan salah satu prinsip CTL, yaitu learning community.

1. TUJUAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

a. Membantu pembelajar untuk mencapai hasil belajar optimal dan mengembangkan


keterampilan sosial pembelajar.
b. Mengajarkan keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.
c. Memberdayakan pembelajar kelompok atas sebagai tutor sebaya bagi kelompok
bawah.

2. MANFAAT MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

a. Meningkatkan hasil belajar pembelajar.


b. Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan
kepada setiap pembelajar untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim
untuk mencerna materi pelajaran.
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif dapat
membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai
rasa andil terhadap keberhasilan tim.
d. Menumbuhkan realisasi kebutuhan pembelajar untuk belajar berpikir, belajar
kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang
rumit, pelaksanaan kajian proyek, dan latihan memecahkan masalah.
e. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
f. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
g. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.

3. PRINSIP UTAMA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

a. Kesamaan tujuan. Tujuan yang sama pada pembelajar dalam kelompok membuat
kegiatan belajar lebih kooperatif.

13
b. Ketergantungan positif. Beberapa pembelajar direkrut sebagai anggota kelompok
karena kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja sama.

• Ketergantungan antara individu-individu dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:


1. Beri anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk pengamat, peningkat,
penjelas atau perekam. Dengan cara ini, tiap individu memiliki tugas khusus dan
kontribusi tiap kelompok diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas.
2. Bagilah tugas menjadi sub-sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan
tugas. Setiap anggota kelompok diberi subtugas. Input diperlukan oleh seluruh anggota
kelompok.
3. Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-individu.
Pembelajar dapat bekerja berpasangan dengan penilaian tiap pasangan dengan
penilaian tiap pasangan.
4. Stuktur tujuan kooperatif dan kompetitif dapat dikoordinasikan dengan menggunakan
kelompok belajar kooperatif, menghindari pertentangan satu sama lain.
5. Ciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerja bersama untuk
membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi.

4. KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

a. Kelompok dibentuk dari pembelajar yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah
b. Jika memungkinkan, setiap anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda.
c. Pembelajar belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
d. Penghargaan lebih beorientasi kelompok daripada individual.

5. SISTEM PENILAIAN & EVALUASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dirancang sebagai penilaian otentik yang


tidak hanya menilai dan mengevaluasi prestasi akademik, tetapi juga menilai kerjasama,
penampilan keterampilan kooperatif, dan lain-lain. Penilaian ini mutlak membutuhkan rubrik
yang lengkap dengan rincian indikator yang memungkinkan terlaksananya penilaian dengan
derajat objektivitas seoptimal mungkin.

6. KETERAMPILAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Keterampilan yang dimiliki pembelajar dalam mengikuti pembelajaran kooperatif


antara lain:

14
a. Tingkat awal : menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, menggunakan
suara pelan, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada
dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain berbicara,
menyelesaikan tugas tepat waktu, menyebutkan nama dan memandang pembicara,
mengatasi gangguan, menolong tanpa memberi jawaban, menghormati perbedaan
individu.
b. Tingkat menengah : menunjukkan penghargaan dan simpati, menggunakan pesan
saya, mengungkapkan tidak setuju dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan
dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan
mengorganisir, memeriksa ketepatan, menerima tanggung jawab, menggunakan
kesabaran, tetap tenang.
c. Tingkat mahir : mengelaborasi, memeriksa secara cermat, menanyakan kebenaran,
menganjurkan posisi, menetapkan tujuan berkompromi, menghadapi masalah-masalah
khusus.

7. LINGKUNGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Lingkungan belajar dicirikan oleh lingkungan demokratis dan peranan aktif


pembelajar dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya.
Lingkungan belajar untuk dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif adalah :

a. Metode : metode mengajar yang dapat digunakan adalah penemuan, inkuiri,


pemecahan masalah, atau pemberian tugas melalui
b. kontekstual atau openended.
c. Media : buku pembelajar, LKS
d. Peralatan/bahan : sesuai dengan materi
e. Prasarana/sarana: kelas yang dapat digunakan untuk diskusi kelompok.

8. SISTEM MANAJEMEN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

a. Pendidik membagi pembelajar dalam kelompok kecil 4-5 orang/kelompok. Pendidik


menjelaskan prosedur, kerja kelompok.
b. Pendidik membimbing kelompok jika diperlukan dan memonitor semua kegiatan
c. pembelajar.
d. Materi pembelajaran seperti buku dan LK harus tersedia.
e. Pendidik memberikan kuis pada setiap akhir pokok bahasan secara individual.
f. Pendidik memberikan penghargaan pada kelompok yang berhasil.

9. KETERBATASAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

a. Memerlukan waktu yang cukup bagi pembelajar untuk bekerja dalam tim.
b. Memerlukan latihan agar pembelajar terbiasa belajar dalam tim.

15
c. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan
materi ajar, materi ajar harus dipilih sebaik-baiknya agar sesuai dengan misi belajar
kooperatif.
d. Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.
e. Memerlukan kemampuan khusus bagi pendidik untuk mengkaji berbagai teknik
pelaksanaan belajar kooperatif.

10. TIPE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

A. MODEL PEMBELAJAR KOOPERATIF TIPE PROBING PROMTING

Merupakan model pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok yang
menekankan sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu diantara sesama
anggota kelompok. Model pembelajaran ini didesain untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang merangsang agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik mempunyai sikap kerjasama, gotong royong ,tanggung
jawab, berani, mampu mengungkapkan ide dan gagasan peserta didik.

Teknik probing prompting merupakan pembelajaran dengan guru menyajikan


berbagai pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe probing prompting ini harus disesuaikan dengan
pembelajaran yang sedang dilaksankan salah satunya mata pelajaran Bahasa Indonesia dimana
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang ada dari pendidikan dasar hingga perguruan
tinggi, sekolah dasar sebagai penggalan utama pendidikan dasar, yang dapat membentuk
landasan yang kuat untuk tingkat pendidikan selanjutnya.

Scott B. Waston dari School of Education, Faculty Publications and Presentations


Liberty University (1992) dalam makalahnya yang berjudul The Essential Elements of
Cooperative Learning menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah lingkungan
belajajar kelas yang memungkinkan siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil yang
heterogen dan mengerjakan tugas-tugas akademiknya. Johnson & Johnson (1993)
mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah penerapan pembelajaran terhadap kelompok
kecil sehingga para siswa dapat bekerja sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri
serta memaksimalkan pembelajaran anggota kelompok yang lain. Woolfolk (2001)
mendefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pengaturan yang memungkinkan
pada siswa bekerja sama dalam satu kelompok campuran dengan kecakapan yang berbeda-
beda kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu
secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada


dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana
siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks.
16
Implementasi strategi pembelajaran kooperatif di sekolah dasar sangat bagus untuk melatih
hubungan sosial anak dengan teman sebayanya, memecahkan masalah dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan ketrampilan. Maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran yang bisa memperbaiki sistem yang selama ini memiliki kelemahan.

Probing prompting merupakan sebah teknik pembelajaran dengan cara guru


menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi
proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan
baru yang dipelajari, dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab di lakukan dengan
menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi secara
aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat mereka bisa dilibatkan
dengn proses tanya jawab.

B. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ACCELERATED

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang


mengutamakan adanya kelompok-kelompok, di mana setiap siswa yang ada dalam kelompok
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan gender.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif seperti berikut (Hariyati, 2013).

1) Pendidik harus mengupayakan terwujudnya interaksi antar peserta didik yang berada
dalam sebuah kelompok (student-to-student interaction).Oleh karena itu, guru harus
dapat menciptakan kondisi yang mampu memberikan kesempatan yang merata kepada
anggota kelompok untuk memberikan pendapat, menyampaikan ringkasan,
mempertahankan pendapat, atau pun memberikan jalan keluar jika diskusi mengalami
kebuntuan.
2) Pendidik harus menciptakan interdependensi positif di kalangan anggotakelompok.
Artinya, masing-masing anggota kelompok harus diupayakan terlibat dalam kegiatan
belajar ini. Dengan cara memberikan giliran yang telah diatur sebelumnya, pendidik
dapat membuat siswa untuk ikutberperan dalam kelompoknya.Pendidik perlu
menjelaskan kepada kelompok bahwa masing-masing anggota harus membiasakan
diri mendengarkan dengan baik pendapat anggota lain, menerima pendapat anggota
lain jika pendapat itu lebih baik, dan berupaya dapat membantu teman lain dengan
menyumbangkan pikirannya.
3) Kemampuan masing-masing anggota kelompok diperhitungkan secara adil (individual
accountability). Di dalam belajar kooperatif tidak ada peserta kelompok yang
diperbolehkan mengemukakan pendapatnya secarasukarela. Berdasarkan kesepakatan
yang telah dibuat sebelumnya, masing-masing anggota kelompok akan menyampaikan
pendapatnya. Karena itu, pada gilirannya, seorang anggota kelompok akan menerima
tugas dari pendidik, misalnya sebagai pemimpin kelompok, sebagai perumushasil
diskusi, atau sebagai penyampai hasil diskusi.

17
4) Metode pembelajaran kooperatif menekankan pada pencapaian tujuan bersama (group
process skills). Strategi ini mengajarkan kepada peserta didik untuk saling memberi
informasi, saling mengajar jika ada anggota kelompok yang belum mampu, dan saling
menghargai pendapat anggotanya. Proses mencapai kesepakatan kelompok ini
dipraktikkan, ditumbuhkan, dan dipantau selama diskusi kelompok ini berlangsung.
Anggota kelompok belajar dengan metode kooperatif ini sebaiknya bergerak dari 4
sampai 5 orang, agar metode kooperatif dapat memberikan kemungkinan bagi
anggotanya untuk saling bertukar pikiran. Selain itu,pendidik juga mudah mengawasi
proses belajar yang menekankan pada kerja sama antar anggota kelompok ini.

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan salah satu dari model pembelajaran
kooperatif yang berlandaskan konstruktivisme. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI
adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa, di mana pada tahap awal siswa diberikan stimulus secara
individual selanjutnya mereka bekerja sama mengoptimalkan pemahamannya terhadap
stimulus yang diberikan dengan sesama anggota kelompok, yang memiliki lima komponen
utama yaitu presentasi kelas,kerjasama kelompok, tes kecil (kuis), peningkatan skor individual
dan penghargaan kelompok (Indra Puji Astuti, et.al., 2016).

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe TAI bila dibandingkan dengan tipe
metode kooperatif lainnya adalah terletak pada sintaks model pembelajaran kooperatif tipe
TAI yang mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran
individual. Ciri khas pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah setiap siswa
secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil
belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh
anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Keunggulan lain dari model pembelajaran
kooperatif tipe TAI, adalah: a) dapat memotivasi siswa untuk berpikir inovatif dan kreatif
dalam proses mengkonstruksi pengetahuan; b) memberikan kesempatan yang lebih luas
kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dan elaborasi melalui kegiatan kelompok, sehingga
memberikan pengalaman tentang kebersamaan dengan orang lain (learning to live together);
c) menyadari adanya perbedaan (heterogenitas) bakat, kemampuan memecahkan masalah; d)
dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, karena pengetahuan yang diperolehnya
berdasarkan konstruksi mereka sendiri.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI sebagai berikut (Awofala,et.al.,


2013): (a) guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran
secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru : (b) guru memberikan kuis secara
individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal; (c) guru membentuk
beberapa kelompok, di mana setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa dengan kemampuan yang
berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan gender; (d) hasil
belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap
anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok; (e) guru memfasilitasi
siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi

18
pembelajaran yang telah dipelajari; (f)guru memberikan kuis kepada siswa secara individual;
(g) guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

C. MODEL PEMBELAJARAN STAD BERBANTUAN MEDIA VCD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan
teman-temannya di Universitas John Hopkin (Slavin, 2008: 18), merupakan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok
digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4-5 siswa, setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan yang beragam, kalau
dimungkinkan berasal dari berbagai suku. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau
perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian
saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran atau melakukan diskusi.

Menurut Slavin (1995:71), STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu: penyajian
materi, tim/kelompok, kuis, skor perkembangan individu, dan penghargaan kelompok.
Selanjutnya Slavin menjelaskan keuntungan model pembelajaran STAD yaitu: siswa dapat
bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-
norma kelompok, siswa dapat lebih aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil
bersama, siswa dapat aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok, serta dengan STAD dapat meningkatkan interaksi antar siswa seiring
dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Keuntungan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD seperti yang telah
disebutkan atas perlu lebih dikembangkan lagi. Pengembangan ini diperlukan karena model
pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki beberapa kelemahan yang mengakibatkan
kurang efektifnya pembelajaran. Salah satunya adalah proses pembelajaran sesuai dengan
sintaks pembelajaran STAD yang memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga siswa
cenderung merasa bosan.

Salah satu usaha menutupi kelemahan penerapan model kooperatif tipe STAD yaitu
dengan penggunaan media pembelajaran. Menurut Latuheru (1988: 30), media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat
merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi
komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan
berdayaguna. Media merupakan pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan kepada
penerima pesan yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi yang diajarkan serta
sarana komunikasi dari guru kepada siswa

19
D. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK TTW
Pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai kemampuan: (1)
mengingat dan mengulang konsep, prinsip dan prosedur, (2) mengidentifikasi dan memilih
konsep, prinsip, dan prosedur, dan (3) menerapkan konsep, prinsip, dan prosedur. Ketiga
dimensi pemahaman dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir dasar (basic thinking
skill) dalam tangga keterampilan berpikir (Warpala, 2006). Pemahaman merupakan basic
thinking skill yang merupakan dasar untuk mencapai keterampilan berpikir kritis. Siswa yang
memiliki keterampilan berpikir kritis yang baik menunjukkan bahwa dia sangat memahami
suatu materi pelajaran dengan baik dan mengingatnya pula dengan baik. Sehingga dalam hal
ini pemahaman merupakan kemampuan dasar untuk mencapai keterampilan berpikir kritis.
Penghalang pencapaian pemahaman dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dan
keterampilan berpikir kritis dapat dikelompokkan menjadi empat faktor, yaitu: (1) pemilihan
pendekatan dan strategi pembelajaran yang kurang sesuai, (2) pengetahuan awal siswa yang
belum terakomodasi dengan baik dalam pembelajaran, (3) pemanfaatan potensi lingkungan
yang multi situs jarang (tidak) digunakan sebagai sumber belajar, (4) bentuk dan cara penilaian
perolehan belajar yang digunakan kurang sesuai dengan tujuan esensial pendidikan Bahasa
Indonesia
Berpikir kritis merupakan suatu cara yang sistematis untuk membentuk pemikiran
seseorang yang dipandang sebagai sikap disiplin bersifat komprehensif berdasarkan pada
standar intelektual yang hasilnya didukung alasan yang cermat. Dalam rangka meningkatkan
kemampuan berpikir kritis maka dapat digunakan teknik pembelajaran yaitu penerapan
pembelajaran kooperatif dengan teknik Tink-Talk-Write (TTW).
Teknik TTW pada dasarnya adalah strategi pembelajaran yang dibangun dengan
proses berpikir, berbicara dan menulis. Alur teknik TTW dimulai dari keterlibatan siswa
dalam berpikir atau memproses informasi dalam dirinya sendiri setelah malalui proses
membaca. Selanjutnya proses berbicara dengan membagi ide (sharing) dengan teman
kelompok sebelum melangkah ke proses yang terakhir yaitu menulis. Berdasarkan latar
belakang permasalahan di atas, diduga penerapan model pembelajaran kooperatif dengan
teknik Think-Talk-Write (TTW) berpengaruh terhadap pemahaman bacaan dan kemampuan
berpikir kritis siswa.
Keunggulan yang ditawarkan model pembelajaraan kooperatif dengan teknik TTW,
antara lain: memberi siswa kesempatan untuk berpikir kritis, bekerja sendiri serta bekerja
sama dengan orang lain, dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk sernua
tingkatan usia anak didik, optimalisasi partisipisasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka
kepada siswa lain, siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan mendapatkan
rancangan untuk berpikir, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam
menguji ide dan pemahamannya sendiri, sehingga akan lebih banyak ide yang dikeluarkan
siswa dan akan lebih mudah dalam merekonstruksi pengetahuannya.
Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah diuraikan kesimpulan yang
dapat diambil sebagai berikut. Pertama, terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif dengan teknik TTW
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Rata-rata kemampuan berpikir
kritis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif dengan teknik TTW lebih tinggi

20
dari kem puan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Kedua,
terdapat perbedaan pemahaman bacaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif dengan teknik TTW dengan siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional. Rata-rata pemahaman bacaan siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif dengan teknik TTW lebih tinggi dari pemahaman bacaan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional. Ketiga, terdapat perbedaan kempuan berpikir kritis
dan pemahaman bacaan secara simultan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran
kooperatif dengan teknik TTW dengan model pembelajaran konvensional. Rata-rata
kemampuan berpikir kritis dan pemahaman bacaan siswa yang mengikuti model pembelajaran
kooperatif dengan teknik TTW lebih tinggi dari kemampuan berpikir kritis dan pemahaman
bacaan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

E. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIRED STORY TELLING


Ada banyak sekali tipe-tipe model cooperative learning ini dan penulis tertarik
menggunakan model kooperatif tipe Paired Story Telling. Lie (2014:71), mengemukakan
bahwa “Paired Story Telling merupakan model mengajar bercerita berpasangan yang
dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara peserta didik, pengajar, dan bahan ajar”.
Isjoni (2014: 80), mengemukakan bahwa “bercerita berpasangan (Paired Story Telling) dapat
digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun bercerita yang
dikembangkan sebagai interaktif antara peserta didik, pengajar, dan bahan pengajaran”. Model
ini mengharuskan guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik
dan membantu peserta didik mengaktifkan skemata itu agar bahan pengajaran menjadi lebih
bermakna. Kegiatan ini peserta didik dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir
dan berimajinasi sehingga peserta didik terdorong untuk belajar.
Menurut Isjoni (2013:114), “Paired Story Telling dikembangkan sebagai pendekatan
interaktif antara peserta didik, pengajar, dan bahan pengajaran”. Lie (2014: 71),
mengemukakan bahwa “model Paired Story Telling ini bisa digunakan dalam pengajaran
membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model Paired Story Telling, peserta didik dirangsang untuk mengembangkan
kemampuan berfikir dan hasil dan hasil pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa
merasa semakin terdorong untuk belajar. Huda (2015: 151), juga menjelaskan bahwa “dalam
proses pembelajaran kooperatif tipe Paired Story Telling peserta didik bekerja dengan sesama
peserta didik dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah berbagai macam informasi dan meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi,
dan juga memberikan banyak kesempatan pada peserta didik untuk mengolah informasi dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi”.
penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran Paired Story Telling adalah
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbagi
pikiran dan pengalaman belajarnya kepada teman satu kelompok dengan tujuan memperbaiki
kegiatan belajar dan mencapai tujuan dan hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
rendahnya keterampilan menulis karangan narasi peserta didik disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu metode pembelajaran yang diterapkan guru selama ini cenderung
konvensional, peserta didik kurang terampil menemukan ide dan gagasannya, peserta didik
kesulitan menuangkan idenya kedalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, pemilihan kata atau diksi yang kuang tepat, peserta didik kurang mampu
menentukan topik dan mengembangkan paragraf.

21
F. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Menurut Puger (2004: 14), untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan strategi
dan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan penanaman konsep, penalaran, dan
memotivasi kegiatan belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
menumbuhkan pemahaman, penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar siswa adalah dengan
menggunakan metode belajar kooperatif (cooperative learning). Dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif, maka pengungkapan konsep-konsep dalam suatu bidang studi dapat
diwujudkan melalui cara-cara yang rasional, komunikatif, edukatif, dan kekeluargaan.

Belajar kooperatif merupakan suatu struktur organisasional yang mana satu kelompok
siswa mengejar tujuan akademik melalui usaha bersama dalam kelompok kecil, menarik
kekuatan masing-masing yang lainnya, dan bantuan masing-masing yang lainnya dalam
melengkapi tugas. Metode ini menganjurkan hubungan yang saling menunjang, keterampilan
komunikasi yang baik, dan kemampuan berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi.

Belajar kooperatif tipe jigsaw yang dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson
sebetulnya menggunakan spesialisasi tugas. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan
pembelajaran yang kegiatannya lebih terpusat pada siswa, siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang. Dalam kelompok kemampuan siswa harus
heterogen. Setiap siswa dalam kelompok akan mendapat tugas yang berbeda, dan siswa-siswa
dari kelompok lain mendapat tugas sama akan membahas bersama tugas-tugas tersebut pada
kelompok ahli, kemudian hasilnya akan dikonfirmasikan kembali dalam kelompok asalnya.

Pada hakikatnya, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan


kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam dua tempat, yakni pada kelompok ahli dan
pada kelompok dasar. Dengan memahami satu tugas saja pada kelompok ahli, akhirnya setiap
siswa setelah kembali ke kelompok dasar akan memperoleh semua potongan tugas. Model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa kelas I pada setiap siklus.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran di mana


siswa dibagi menjadi kelompok dasar yang terdiri atas 4-6 siswa dengan kemampuan Bahasa
Indonesia yang heterogen. Kemudian masing-masing siswa pada kelompok dasar memperoleh
potongan tugas yang berbeda. Siswa pada setiap kelompok dasar yang memperoleh potongan
tugas yang sama akan berkumpul dan memecahkan tugas tersebut pada kelompok ahli. Hasil
pemecahan tugas pada kelompok ahli ini, kemudian dipertukarkan pada kelompok dasar,
sampai masingmasing siswa memperoleh semua potongan tugas. Dengan menggunakan
model pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa pada setiap siklus
meningkat secara signifikan.

Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam rangka memahami konsep
secara konkret dan abstrak adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada saat siswa
yang memperoleh potongan tugas yang sama berdiskusi pada kelompok ahli, didahului
dengan mengamati media gambar bagianbagian materi. Dengan mengamati gambar bagian-
bagian materi, seorang siswa dapat secara langsung mengetahui objek dari suatu konsep.

22
Pengamatan gambar bagian materi pada kehidupan nyata pada kelompok ahli merupakan
dasar dari pemahaman konsep secara konkret. Selanjutnya, siswa diwajibkan membaca
literatur yang dirujuk oleh peneliti sebelum menjawab potongan tugas yang menjadi
tanggungjawab kelompok ahli. Pemahaman konsep terdefinisi pada buku-buku Bahasa
Indonesia merupakan dasar dari pemahaman konsep secara abstrak. Pemahaman konsep-
konsep Bahasa Indonesia secara holistik ini dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa.

Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menciptakan proses


pembelajaran menjadi lebih rasional, komunikatif, edukatif, dan penuh kekeluargaan.
Pembelajaran yang menyenangkan siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep secara
terpadu bila dibandingkan dengan pembelajaran yang mencekam siswa. Demikian juga Slavin
(1995: 12) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki pengaruh yang
positif dalam memperbaiki hubungan antar-kelompok dan rasa percaya diri siswa, sehingga
tumbuh motivasi dalam diri siswa untuk mengulang kegiatan tersebut. Model pembelajaran
ini sangat sesuai jika diterapkan pada kelas yang memiliki kemampuan heterogen, karena
siswa yang kemampuannya kurang akan dibantu oleh siswa yang memiliki kemampuan baik
pada saat kerja kelompok.

G. MODEL PEMBELAJARAN TIPE SYMPOSIUM

Symposium berarti berkelompok teknik symposium merupakan teknik yang


dikembangkan oleh Widi Rahardja pada tahun 1994. Penerapan teknik ini dimulai dengan
teknik, yaitu peserta didik disuruh membuat kelompok dan menjawab soal sebelum batas
waktunya, peserta didik dapat membahas tentang berbagai aspek dari satu pokok tertentu dan
membacakan di muka kelas secara singkat. Teknik Symposium memiliki keunggulan saat
peserta didik mencari pasangan kelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik,
dalam suasana yang menyenangkan.

Langkah-langkah teknik Symposium ( Rusman, 2010: 223), yaitu: Guru menyiapkan


beberapa model kooperatif yaitu, membuat peserta didik dalam beberapa kelompok. Setiap
kelompok mendapatkan kesempatam untuk menjelaskan hasil diskusinya. Setiap pendapat
kelompok kemudian disangah oleh kelompok penyanga.

H. MODEL PEMBELAJARAN TIPE TPS (THINK PAIR SHARE)

Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dijadikan alternatif solusi
perbaikan karena memiliki kelebihan dan fleksibilitas dalam “waktu berfikir atau waktu
tunggu” yang disediakan dalam pembelajaran tipe ini, dan cocok untuk mengatasi masalah
menemukan solusi atas permasalahan pembelajaran pra-siklus pada pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas XI MIPA 1 materi menulis teks resensi. Modelpembelajaran ini juga sesuai
dengan Kurikulum 2013.

23
I. MODEL PEMBELAJARAN TIPE ROLE PLAYING

Tipe Role Playing (Bermain Peran). Role Playing atau bermain peran akan sangat
menyenangkan jika dilakukan bersama teman. Bermain peran disebut juga sosiodrama.
Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan
masalah sosial. Peran guru dalam pengajaran keterampilan berbicara sangat penting dan perlu
adanya pemikiran kreativitas guru dan kebijakan guru dalam melayani siswa pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru perlu menciptakan berbagai pengalaman belajar
berbicara agar siswa dapat berlatih berbicara. Siswa perlu diajari bahwa mereka tidak perlu
berbahasa sempurna dalam bahasa kedua agar bisa berkomunikasi dan bahwa strategi
percakapan bisa digunakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan komunikasi di dalam dunia
nyata.

Role Playing adalah teknik yang luar biasa bermanfaat untuk mewujudkan kehidupan
nyata di dalam kelas. Bermain peran akan membangkitkan minat siswa terhadap materi yang
diajarkan dan memacu siswa untuk memandang suatu permasalahan dari sudut yang berbeda.
Oleh karena siswa dilibatkan sepenuhnya dalam pembelajaran, maka teknik ini
mengembangkan dimensi emosi, psikomotor dan kognisi siswa.

Role Playing atau bermain peran adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa-
siswa untuk praktek menempatkan diri mereka dalam peran-peran dan situasi situasi yang
akan meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri dan orang
lain. Dalam dimensi sosial, model ini memudahkan individu untuk bekerja sama dalam
menganalisis kondisi sosial, khususnya masalah kemanusiaan. Model ini juga menyokong
beberapa cara dalam proses pengembangan sikap sopan dan demokratis dalam menghadapi
masalah.Melalui permainan peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan mengenal perasaan
dirinya sendiri dan perasaan orang lain. Mereka memperoleh cara berperilaku baru untuk
mengatasi situasi masalahnya seperti dalam permainan perannya dan dapat meningkatkan
keterampilan memecahkan masalah.

H.G. Tarigan mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan


bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, meyatakan serta meyampaikan
pikiran, gagasan dan perasaan.Seseorang yang memiliki kemampuan berbicara akan lebih
mudah dalam menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain, keberhasilan menggunakan
ide itu sehingga dapat diterima oleh orang yang mendengarkan atau yang diajak bicara.Perlu
kita sadari juga bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara
yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam
keterampilan keterampilan berbahasa yang yang lainnya itu.

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan


pikiran, gagasan, perasaan dan kemauan secara efektif, seyogyanya pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Melalui Role Playing ini diharapkan
muncul kreativitas, daya pikir dan daya khayal dari siswa disamping itu siswa juga diharapkan
mampu menikmati dan memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa khususnya dalam aspek keterampilan berbicara

24
J. MODEL PEMBELAJARAN TIPE BERCERITA BERPASANGAN

Metode mengajar bercerita berpasangan (Paired Story-telling) dikembangkan sebagai


pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 1994). Metode ini
bisadigunakan dalam pengajaran membaca, menulis,mendengarkan, ataupun bercerita, selain
itu metode ini menggabungkan kegiatan membaca,menulis, mendengarkan dan berbicara.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dalam metode ini adalah bahan yang bersifat
naratif dan deskriptif, namun hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan
yang lainnya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pembelajaran kooperatif tipe bercerita


berpasangan merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan
berimajinasi. Buah-buah pemikiran siswa akan dihargai, sehingga siswa merasa semakin
terdorong untuk belajar, selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, disamping itu situasi kelas menjadi
menyenangkan dan bersahabat.

Penerapan pembelajaran kooperatif ini tergolong masih relatif baru dan belum
banyakditerapkan di sekolah khususnya sekolah dasar, oleh karena itu dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif ini menemukan berbagai kendala diantaranya yaitu kesulitan
mengkoordinasikan siswa kepada situasi yang dikehendaki tipe bercerita berpasangan. Siswa-
siswa sebagian besar masih belum mengerti dan banyak bertanya tentang apa yang harus
dilakukan, sehingga banyak menyita waktu dan perhatian guru.

K. MODEL PEMBELAJARAN TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF

Menurut Depdiknas (2003: 23), pertanyaan produktif adalah pertanyaan yang hanya
dapat dijawab melalui pengamatan, percobaan, atau penyelidikan.Pengamatan dapat berupa
melakukan kajian teks. Membaca dengan kritis sangat erat kaitannya dengan berpikir kritis.
Menurut Zaleha (2004: 96), beberapa langkah yang harus dikuasai untuk membaca dengan
kritis antara lain yaitu: 1) Amati dan baca sekilas sebuah teks sebelum membaca keseluruhan;
2) Hubungkan teks dengan konteksnya, yaitu dengan meletakkan pada konteks yang betul; 3)
Buat pertanyaan tentang kandungan teks saat Anda membaca; 4) Refleksikan kandungan teks
yang berhubungan dengan pendapat dan pendirian Anda sendiri; 5) Buat ringkasan kandungan
teks dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri; 6) Evaluasi teks dari segi logika,
kredibilitas, dan reliabilitasnya; serta 7) Bandingkan teks yang dibaca dengan teks lain dalam
hal persamaan dan perbedaan.

Pembelajaran pair check merupakan pembelajaran berkelompok terdiri dari dua orang
atau berpasangan satu berperan sebagai pelatih, yang lain berperan sebagai partner (Miftahul
Huda, 2012: 211). Mahasiswa dituntut untuk mandiri dan memiliki kemampuan dalam
menyelesaikan persoalan, serta melatih tanggung jawab sosial, kerjasama, dan memberikan

25
penilaian. Melalui pair check, mahasiswa akan berlatih memahami suatu bacaan dengan cara
bertanya-jawab. Mahasiswa akan memahami isi suatu teks/bacaan melalui tanya jawab
tentang isi teks/bacaan tersebut.

Menurut Depdiknas (2003: 23), pertanyaan produktif adalah pertanyaan yang hanya
dapat dijawab melalui pengamatan, percobaan, atau penyelidikan.Pengamatan dapat berupa
melakukan kajian teks. Membaca dengan kritis sangat erat kaitannya dengan berpikir kritis.
Menurut Zaleha (2004: 96), beberapa langkah yang harus dikuasai untuk membaca dengan
kritis antara lain yaitu: 1) Amati dan baca sekilas sebuah teks sebelum membaca keseluruhan;
2) Hubungkan teks dengan konteksnya, yaitu dengan meletakkan pada konteks yang betul; 3)
Buat pertanyaan tentang kandungan teks saat Anda membaca; 4) Refleksikan kandungan teks
yang berhubungan dengan pendapat dan pendirian Anda sendiri; 5) Buat ringkasan kandungan
teks dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri; 6) Evaluasi teks dari segi logika,
kredibilitas, dan reliabilitasnya; serta 7) Bandingkan teks yang dibaca dengan teks lain dalam
hal persamaan dan perbedaan.

Pembelajaran pair check merupakan pembelajaran berkelompok terdiri dari dua orang
atau berpasangan satu berperan sebagai pelatih, yang lain berperan sebagai partner (Miftahul
Huda, 2012: 211). Mahasiswa dituntut untuk mandiri dan memiliki kemampuan dalam
menyelesaikan persoalan, serta melatih tanggung jawab sosial, kerjasama, dan memberikan
penilaian. Melalui pair check, mahasiswa akan berlatih memahami suatu bacaan dengan cara
bertanya-jawab. Mahasiswa akan memahami isi suatu teks/bacaan melalui tanya jawab
tentang isi teks/bacaan tersebut.

Mahasiswa yang berperan menjadi partner berusaha menjawab pertanyaan dengan


bersemangat. Hal ini dilakukan oleh mahasiswa karena mahasiswa sebagai partner akan
menjadi pelatih atau penanya. Kegiatan ini nampak ramai tapi serius karena pelatih dengan
saksama memperhatikan jawaban partner. Sebaliknya partner berusaha untuk menjawab
pertanyaan secara benar. Selanjutnya pelatih mengklarifikasi jawaban partner, dan terjadi
diskusi antar pelatih dan partner saat mengklarifikasi jawaban.

Mahasiswa telah mampu menyusun pertanyaan produktif berdasarkan sumber bacaan


yang telah mereka baca. Hal ini merupakan modal utama untuk mengembangkan membaca
dengan kritis. Mahasiswa belum mencoba pertanyaan bermutu dari sumber bacaan yang telah
dipelajari. Mereka belum menemukan hubungan antara materi penting lainnya yang menjadi
dasar penyusunan pertanyaan.

L. MODEL PEMBELAJARAN TIPE INQUERY

Roestiyah (2008) mengatakan inkuiri adalah istilah dalam bahasa Inggris; ini
merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas.
Selanjutnya teknik inkueri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut
(Roestiyah . (2008): 1. dapat membentuk dan mengembangkan “sel-concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik; 2. membantu

26
dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru; 3. mendorong
siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka;
4. mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.; 5.
memberikan kepuasan yang bersifat lebih merangsang; 6. situasi proses belajar menjadi lebih
merangsang; 7 .dapat mengembangkan bakat atau kecakapan idividu; 8. Memberikan
kebebasan siswa untuk belajar sendiri; 9. siswa dapat menghindari cara-cara belajar yang
tradisional; 10. dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Artinya dengan adanya dorongan dari diri
siswa sendiri, maka proses berpikir, bakat, kebiasaan belajar siswa akan lebih baik cara
belajarnya karena mereka mempunyai inisiatif sendiri, objektif dan jujur sehingga waktu yang
digunakan dapat diatur dan dapat juga mengasimilasi serta mengakomodasi informasi yang
lebih jelas.

Menurut Galo (2002) sasaran utama inkuiri dalam kegiatan mengajar adalah 1)
keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sini
adalahkegiatan mental, intelektual dan social emosional; 2) keterarahan kegiatan secara logis
dan sistematis pada tujuan pengajaran; 3) mengembangkan sikap pada diri sendiri (self belief)
pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquery. Selanjutnya Galo (2002)
menyatakan bahwa peranan guru dalam menciptakan kondisi inkuiri sebagai berikut: 1)
motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir; 2) fasilitator,
yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa; 3) penanya,
untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan
pada diri sendiri; 4) administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di
dalam kelas; 5) pengarah, yang meminpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang
diharapkan; 6) manajer, yang mengelola sumber belajar,,waktu danorganisasi kelas; 7)
reward, yang member penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan
semangat heuristik pada siswa.

Pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan secara kelompok. Menurut Slavin (2009)


pembelajaran kooperatif beranggotakan antara 4 – 5 orang yang heterogen menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Artinya perbedaan itu diharapkan dapat membantu anggota
dalam kelompok. Siswa yang berkemampuan tinggi dapat menunjukkan siswa yang
berkemampuan rendah, karena keberhasilan kelompok sangat diperhatikan. Aunurrahman
(2009) ada beberapa langkah dalam melaksanakan metode inkuiri yaitu: 1) mempertentangkan
suatu masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan prosedur inkuiri dan menjelaskan peristiwa-
peristiwa yang bertentangan; 2) siswa melakukan pengumpulan data serta melakukan
klarifikasi; 3) siswa melakukan pengujian hipotesis; 4) siswa mengorganisasikan data
memberikan penjelasan; 5) siswa melakukan analisis strategi inquery dan mengembangkan
secara lebih efektif. Dalam urutan tersebut siswa memiliki kemampuan melakukan pekerjaan.
Mereka tahu prosedur sesuai kronologisperistiwa-peristiwa seperti mengumpulkan data, serta
mengidentifikasi, menguji hipotesis, melakukan analisis secara efektif dan efisien.

Menurut Oemar Hamalik (2007) menjelaskan bahwa proses inkuiri menuntut guru
bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluhan.kelompok. Para siswa didorong
untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Strategi instruksional

27
dapat berhasil bila guru memperhatikan kriteria sebagai berikut: 1) .mendifinisikan secara
jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa 2) membentuk kelompok-kelompok
dengan memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek social; 3) menjelaskan tugas
dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara yang responsive dan tepat waktu4)
Intervensi untuk meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara sehat damn terdapat
dalam kemajuan pelaksanaan tugas 5) melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai
kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai.

28
29
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Strategi pembelajaran kemampuan berpikir merupakan model pembelajaran yang
bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Strategi
pembelajaran kemampuan berpikir memiliki beberapa metode, diantaranya eksperimen,
penemuan (discovery), dan diskusi.
Sedangkan, pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana
tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda,
menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang
suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang
diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi
bersama-sama. Masing – masing strategi pembelajaran ini memiliki karakteristik,
kelemahan dan kelebihannya sendiri. Strategi pembelajaran kooperatif ini memiliki
beberapa tipe, diantaranya tipe probing promting, accelerated, teknik ttw, paired strory
telling, dll.
Tentunya strategi pembelajaran ini berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik dengan metode – metode dan tipe – tipe yang ada didalamnya.

3.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, dapat dikemukakan saran yang dapat
dijadikan acuan tenaga pendidik yaitu guru dan dosen. Tenaga pendidik hendaknya
memahami model pembelajaran berpikir dan Tipe tipe model pembelajaran kooperatif
sebagai alternatif utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dan
mahasiswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia guna mencapai tujuan dari mata pelajaran
tersebut.

30
31
DAFTAR BUKU DAN JURNAL

(IDENTITAS BUKU/ JURNAL BESERTA FOTO)

32
DAFTAR PUSTAKA

Agustina (2021), Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Bahasa Indonesia
Materi Menulis Teks Resensi Dengan Menerapkan Model Pembelajran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) di Kelas XI MIPA 1 SMAN 2 Bolo Semester II Tahun
Pelajaran 2020/2021,Vol 1 No 2, Halaman 316 – 327,

https://jurnal.bimaberilmu.com/index.php/jppi

Astuti Wijayanti, dan Aris Munandar(2015), Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Check Untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya Produktif Mahasiswa, Vol
1 No 1, Hal 75 – 83,

https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/sosio/article/view/517

Dr Darmansyah,ST.,MPd (2012), Bahan Ajar Strategi Pembelejaran, Padang.

Dr Sri Hayati, M.Pd (2017), Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning, Graha
Cendekia : Magelang.

Filipe da Costa Meneses (2020), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Accelerated Insctruction Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia,
Vol 1 Nomor 2 , Hal 199 – 209.

https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/ijed/article/view/813

I Putu Roby Artha, Nyoman Dantes, A.A.I.N.Marhaeni, Pengaruh Penerapan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Berbantuan Media VCD Terhadap Motivasi
Belajar Dan Hasil Belajar Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Chis
Denpasar,Vol 3 Tahun 2013, hal 1 – 11 ,

https://www.neliti.com/publications/122316/pengaruh-penerapan-model-
pembelajaran-kooperatif-tipe-stad-berbantuan-media-vcd

Juni Agus Simaremare,S.Ps.,M.Si, Dr. Natalia Purba,S.Sos.,M.Pd (2021), Metode Cooperative


learning Tipe Jigsaw Dalam Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia, Widina Bhakti Persada : Bandung

Laeli Nursagita Sari (2018) , Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing
Promting Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas II A di minat AT – Tauhid
Pageralang Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2017/2018, http://repository.iainpurwokerto.ac.id/4026/

Lija Wisna, Rosnita Syambasri (2013), Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Syposium
Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Bahasa Indonesia di SD, Artikel penelitian,
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/8593

33
Luh Sritaman, Ngurah Marhaeni, Nyoman Dantes (2014), Pengaruh Implementasi Model
Pembelejaran Kooperatif Dengan Teknik TTW Dalam Rangka Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemahaman Bacaan Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia, Vol 4 Tahun 2014,

https://ejournal-pasca.undiksha.ac.id/index.php/jurnal_ep/article/view/1221

Ni Ketut Asryani (2019), Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1 SD Negeri Kerobok
Kaja, Vol 06 No 2, Hal 28 – 39,

https://ejournal.unipas.ac.id/index.php/DW/article/view/211

Raja Usman (2012), Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Type Inquery Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Unsur Serapan Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMA Negeri 4
Pekanbaru, Vol 7 No 2, Hal 116 – 127,

Samsiah Hidayah Baisa, Salati Asmahasanah (2018), Pengaruh Pendekatan Kooperatif Tipe
Role Playing Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia, Vol 2 (1),

https://www.jurnalfai-uikabogor.org/index.php/attadib/article/view/246

Siska Mardhotillah, Yenni Fitra Surya, Zulfah (2020), Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Paired Story Telling Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Karangan Narasi Peserta Didik Sekolah Dasar, Vol 2 No 1, Hal 263 – 269 ,
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jote/article/view/1229

Siti Suprihatin,MPd (2019), Strategi Pembelajaran, Universitas Muhammdiyah Metro, Metro

Srikandi Octaviani (2017), Penerapan Metode Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan Pada
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV, Vol III No 1, Hal 61 – 67.

34
KRITERIA PENILAIAN

KRITERIA PENILAIAN DARI KELOMPOK …. UNTUK KELOMPOK ……

NO NAMA P. MATERI 40% TAMPILAN 30% K. KELOMPOK 30%

1. Siti Fatimah Handayani Hsb


(2213311006)
Ketua & Moderator

2. Nurul Intan Humairah


(2213111073)
Pemateri 1

3. Rina Lusiana Pangaribuan


(2213111066)
Pemateri 2

4. Annisah Situmorang
(2213111007)
Notulis

35

Anda mungkin juga menyukai