Anda di halaman 1dari 49

Mata Kuliah : Pengembangan Program Pembelajaran Kimia

Dosen Pengampu : Feri Andi Syuhada.S.Pd.,M.Pd.

MAKALAH

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2 :

MARIA ANGELINA BARUS (4193331020)

TANIA AULIA PUTRI (4193131040)

WIDYA TASYADRI (4191131022)

PENDIDIKAN KIMIA E 2019

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Keterampilan Dasar
Mengajar” ini tepat pada waktunya. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami pengertian dan langkah-langkah
dalam belajar.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Feri Andi
Syuhada.S.Pd.,M.Pd. sebagai Dosen Pengampu yang telah bersedia memberikan waktunya
serta bimbingannya dalam penyusunan dan penyelesaian Makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi perbaikan makalah ini. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagai pembaca.

Medan, September 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran ................................................. 3

B. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil ........................................... 9

C. Keterampilan Mengelola Kelas ............................................................................... 12

D. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil ............................................................. 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 19

B. Saran......................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 20

LAMPIRAN .......................................................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengajar adalah satu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan yang


kompleks untuk dapat melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan profesional yang lain,
pekerjaan seorang guru menuntut keahlian tersendiri sehingga tidak setiap orang mampu
melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana mestinya. Ada seperangkat kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru. Perangkat kemampuan tersebut disebut kompetensi guru.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


Pendidikan, seorang guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogis, profesional,
kepribadian, dan sosial. Kompetensi pedagogis berkenaan dengan kemampuan mengelola
pembelajaran dalam rangka mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dmiliki peserta
didik. Salah satu kemampuan yang dituntut dari kompetensi ini adalah kemampuan
melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Agar dapat melaksanakan pembelajaran yang
mendidik dengan baik, di samping menguasai berbagai kemampuan, guru dipersyaratkan
untuk menguasai keterampilan dasar mengajar, yang merupakan salah satu aspek penting
dalam kompetensi guru.

Keterampilan dasar mengajar merupakan satu keterampilan yang menuntut latihan


yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini
memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif.
Keterampilan dasar mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa keterampilan ini perlu
dikuasi oleh semua guru, baik guru TK, SD, SMP, SMA maupun dosen di perguruan tinggi.
Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh
dan terintegrasi, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi di samping harus menguasai substansi bidang
studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan

1
penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Menurut hasil penelitian
(Turney, 1979), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap berperan penting
dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud adalah
keterampilan:
1. Bertanya
2. Memberi penguatan
3. Mengadakan variasi
4. Menjelaskan
5. Membuka dan menutup pelajaran
6. diskusi kelompok kecil
7. Mengelola kelas
8. Mengajar kelompok kecil dan perorangan

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu keterampilan membuka dan menutup pelajaran?


2. Apa itu keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil?
3. Apa itu keterampilan mengelola kelas?
4. Apa itu keterampilan mengajar kelompok kecil?

C. Tujuan

1. Dapat memahami dan mengetahui keterampilan membuka dan menutup


pelajaran
2. Dapat memahami dan mengetahui keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil
3. Dapat memahami dan mengetahui keterampilan mengelola kelas
4. Dapat memahami dan mengetahui keterampilan mengajar kelompok kecil

2
BAB II

PEMBAHASAN

Sebagai guru/pendidik, penguasaan keterampilan dasar mengajar menjadi salah satu


persyaratan utama dalam proses pembelajaran di samping persyaratan yang lain.
Keterampilan dasar yang dimaksud adalah:

A. Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran (Set Induction and Closure)

Dalam mengawali proses pembelajaran yang sering dilakukan guru antara lain mengisi
daftar hadir, menertibkan siswa dan menyuruh mereka untuk menyiapkan alat tulis dan buku
pegangan. Kegitan tersebut memang harus dilakukan oleh guru, namun belum dapat
dikategorikan sebagai membuka pelajaran. Karena belum tentu dapat mengajak siswa untuk
memusatkan perhatiannya pada materi yang akan disajikan dan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan.

Membuka pembelajaran adalah kegiatan guru dalam mengawali proses pembelajaran


untuk menciptakan suasana siap mental, phisik, phisikis dan emosional siswa sehingga
memusatkan perhatian mereka pada materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilalui.
Aktivitas awal yang dilakukan dan kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan
penentu keberhasilan jalannya seluruh proses pembelajaran. Ketercapaian tujuan
pembelajaran tergantung pada strategi mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan
persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru tidak berhasil
memfokuskan perhatian dan minat siswa pada pelajaran.

Dalam tahap ini, yang perlu dilakukan guru terlebih dahulu adalah menciptakan suasana
agar siswa secara mental, phisik, phisikis dan emosional terpusat pada kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Memfokuskan perhatian dan membangkitkan minat siswa

Pada detik-detik awal pembelajarana ada banyak hal di luar ruangan kelas yang masih
memikat perhatian siswa. Hal tersebut dapat membuat siswa tidak bisa fokus pada materi dan
kegiatan pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan

3
antara siswa dan pelajaran yang disampaikan. Guru harus dapat membangkitkan minat belajar
sampai siswa dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Guru perlu
menghubungkan antara materi yang disampaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. Berikut
ini beberapa cara yang dapat memfokuskan perhatian dan membangkitkan minat siswa saat
guru membuka pelajaran.

a. Mengaitkan materi dengan berita-berita terkini

Berita terkini yang sedang marak dibicarakan atau sedang menjadi perhatian
dalam masyarakat dapat dipakai untuk membangkitkan minat siswa. Siswa-siswa
kelas tinggi biasanya membaca surat kabar, majalah, mendengarkan radio, dan
menonton televisi. Mereka mempunyai perhatian pada banyak hal. Untuk siswa-
siswa kelas kecil, mereka biasa menanggapi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan
sekolah atau permainan mereka.

Guru yang sangat mengetahui aktivitas siswasiswanya sepanjang minggu itu


pasti tidak akan menemukan kesulitan dalam hal ini. Adapun informasi tersebut dapat
berupa kegiatan siswa sepanjang minggu yang bisa diperoleh dengan menanyakannya
pada siswa. Guru dapat membangkitkan minat siswa dengan mengaitkan berita-berita
terkini tersebut dengan materi yang akan disampaikan.

b. Menyampaikan cerita

Sebuah cerita yang relevan dengan materi yang diceritakan dengan metode
yang baik akan membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran yang akan
disampaikan. Lukisan dari kehidupan sehari-hari merupakan pilihan yang baik untuk
menarik minat dan menanamkan sebuah kebenaran kepada mereka.

c. Menggunakan alat bantu/media

Untuk menarik minat siswa terhadap pelajaran, guru dapat menggunakan alat
bantu/media seperti gambar, lukisan, model skema, benda dan alat peraga yang
relevan dengan materi pelajaran.

d. Memvariasikan gaya mengajar

Minat dan perhatian siswa dapat ditimbulkan dengan memvariasikan gaya


mengajar guru. Misalnya pada satu saat guru memilih posisi di depan kelas dan
memilih kegiatan yang berbeda dari biasanya yang dia lakukan ketika membuka

4
pelajaran. Pada kesempatan lain guru berdiri di tengah-tengah kelas sambil membaca
puisi dengan tenang dan dramatis.

Pada kesempatan berikutnya guru dapat memilih berdiri di belakang atau


depan kelas sambil bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan dan nada suara
yang menunjukkan rasa bangga, bahagia atau sedih.

e. Menyinggung tentang tugas-tugas yang dilakukan siswa

Umumnya, manusia lebih tertarik dengan aktivitasnya sendiri. Oleh karena itu,
usahakan untuk membahas pekerjaan rumah siswa terkait mata pelajaran tersebut di
awal pelajaran. Kegiatan tersebut bisa menambah semangat siswa untuk memulai
pelajaran.

Selain itu, dengan membahas tugas-tugas yang sudah siswa kerjakan di rumah,
perhatian kelas dapat diarahkan kepada makna dan pentingnya belajar sendiri. Jangan
lupa untuk menyatakan penghargaan atas usaha siswa-siswa yang telah belajar di
rumah.

f. Mengandaikan persoalan

Persoalan atau pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dalam pelajaran


hendaknya merupakan hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan siswa. Misalnya,
“Apa yang akan kau katakan seandainya ada orang yang bertanya mengapa kamu
sebagai Muslim diwajibkan shalat?” atau “Apa yang kau lakukan seandainya kamu
disalahkan atas perbuatan yang tidak kamu lakukan?” Persoalan harus disesuaikan
sedemikian rupa sehingga mengarah pada pelajaran yang akan disampaikan.

2. Menimbulkan Motivasi

Menimbulkan motivasi dapat dilakukan dengan berbagai cara:

a. Memberikan kehangatan dan menunjukkan sikap antusias

Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, hangat dan penuh


keakraban. Sikap semacam itu akan dapat menimbulkan rasa senang pada diri
siswa sehingga memunculkan motivasi untuk belajar.

b. Menimbulkan rasa ingin tahu.

5
Rasa ingin tahu siswa dapat distimulus dengan cara memperlihatkan
gambar, mendemonstrasikan sesuatu, menceritakan suatu kejadian yang relevan
dengan materi. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan gambar, peristiwa atau cerita tersebut. Yang jawabannya terdapat dalam
materi yang akan dipelajari.

c. Mengemukakan ide yang bertentangan

Guru dapat mengemukakan ide-ide yang bertentangan dengan


mengemukakan masalah atau kondisi-kondisi yangbberbeda dengan kenyataan
sehari-hari.

3. Memberi Acuan

Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat
serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas
mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari
materi pelajaran. Untuk itu usaha yang dapat dilakukan guru adalah:

a. Menjelaskan tujuan pembelajaran

Pada awal pembelajaran guru perlu menjelaskan tujuan kepada siswa.


Penyampaian tujuan pembelajaran berfungsi agar siswa dapat mengetahui arah
kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa terfokus pada satu tujuan yang mereka
akan capai. Di samping itu, penyampaian tujuan belajar dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.

Hal ini sesuai dengan pendapat R.W. Dahar bahwa penyampaian tujuan
pembelajaran selain dapat memusatkan perhatian siswa juga dapat memotivasi
siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi belajar siswa. Siswa
yang termotivasi akan lebih siap untuk belajar, akan lebih mampu mengembangkan
kemampuannya, dan akan mencapai hasil belajar yang lebih baik.

b. Menyampaikan garis besar pelajaran

Menyampaikan pokok pikiran atau garis besar pelajaran untuk menarik


perhatian sangatlah penting. Penyampaian ini seperti halnya penyampaian tajuk
rencana dalam sebuah surat kabar yang dapat menarik minat para pembaca untuk

6
melihat lebih lanjut tulisan-tulisan dalam surat kabar tersebut. Garis besar pelajaran
bisa disampaikan dengan lengkap atau hanya ringkasannya saja.

c. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran

Perhatian siswa akan terfokus dan terarah dalam melakukan kegiatan


pembelajaran jika guru telah menjelaskan di awal pembelajaran tentang langkah-
langkah kegiatan yang akan dilakukan.

4. Mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari dengan topik baru.

Setiap pelajaran baru yang diajarkan merupakan bagian dari kurikulum yang sudah
ditetapkan. Pelajaran itu harus dihubungkan dengan pelajaran-pelajaran lain yang telah
dikuasai oleh siswa agar menarik perhatian dan menajamkan pengertian mereka terhadap
rangkaian pelajaran tersebut. Pelajaran dalam pertemuan sebelumnya harus diulang secara
ringkas untuk dikaitkan dengan pelajaran yang baru.

Hal-hal yang telah diketahui, pengalaman-pengalaman, minat dan kebutuhan-


kebutuhan siswa disebut dengan pengait. Metode untuk mengaitkan pelajaran yang sekarang
dengan pelajaran sebelumnya harus divariasikan. Contoh usaha guru untuk membuat kaitan
adalah:

a. Meninjau kembali sampai seberapa jauh materi yang sudah dipelajari sebelumnya
dapat dipahami oleh siswa dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
siswa. Selain itu dapat pula dengan meminta siswa merangkum inti materi
pelajaran terdahulu secara singkat.

b. Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini dilakukan
apabila materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang telah dikuasai. Misalnya
guru terlebih dahulu mengajukan pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mempelajari tentang pembagian.

Seorang guru tidak akan kehilangan waktu mengajarnya bila mengaitkan materi baru
dengan pelajaran sebelumnya. Jika seorang guru memunyai waktu 35 menit untuk mengajar,
gunakan waktu lima menit pertama untuk menetapkan titik hubungan.

Sementara keterampilan menutup pelajaran merupakan kegiatan mengakhiri kegiatan inti


pembelajaran. Dalam mengakhiri pelajaran ini, kegiatan yang dilakukan adalah memberikan
gambaran menyeluruh tentang semua materi yang telah dipelajari, mengetahui tingkat

7
penyerapan siswa terhadap materi dan mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam proses
pembelaajaran. Kegiatan ini cukup berarti bagi siswa, namun banyak guru tidak sempat
melakukan atau mungkin sengaja tidak melakukan.

Menutup pelajaran tidak hanya dilakukan pada akhir pelajaran, tetapi juga pada akhir
penggalan pelajaran. Menutup pelajaran dilakukan untuk memperoleh gambaran yang utuh
tentang pokokpokok materi yang dipelajari. Cara-cara yang dilakukan dalam menutup
pelajaran.

1. Meninjau kembali (Reviewing)

Setiap akhir pelajaran atau pada akhir penggal kegiatan guru melakukan
reviewing. Apakah inti pelajaran yang dipelajari siswa sudah dikuasai atau belum oleh
siswa. Reviewing terdiri dari dua aspek.

a. Merangkum inti pokok pelajaran. Kegiatan merangkum pelajaran dilakukan


sepanjang proses pelajaran. Bila guru telah selesai menjelaskan suatu bab,
guru merangkum sebentar apa yang telah dibicarakan sebelum berganti pada
topik baru.

Siswa disuruh merangkum secara lisan, bila siswa belum sempurna guru
menyempurnakan. Rangkuman dibuat dengan maksud siswa yang tidak punya
sumber belajar dapat belajar kembali dengan ringkasannya. Atau siswa yang
lambat dalam belajar dapat mengulang kembali dengan ringkasaanya.

b. Mengkonsolidasikan perhatian siswa pada masalah pokok pembahasan agar


informasi yang diterimanya dapat membangkitkan minat dan kemampuannya
terhadap pelajaran selanjutnya.

2. Mengevaluasi

Salah satu cara untuk mengetahui apakah siswa mendapatkan gambaran yang
utuh tentang suatu konsep yang diajarakan adalah dengan penilaian, Yang dapat
dilakukan guru dengan memberi pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas. Evaluasi
dapat dilakukan dengan berbagai bentuk.

a. Mendemontrasikan keterampilan. Pada akhir suatu penggalan siswa dapat


diminta mendemontrasikan keterampilan. Misalnya setelah guru mengajarkan
tentang tayamum, siswa diminta untuk mendemonstrasikannya.

8
b. Mengaplikasikan ide baru. Apabila guru setelah menerangkan suatu prinsip.
Siswa pada situasi yang lain dapat menerapkan prinsip itu pada situasi lain.

c. Mengekspresikan pendapat. Siswa dapat diminta mempresentasikan hasil


diskusi di depan kelas

d. Memberi soal-soal. Guru dapat memberi soal-soal untuk dikerjakan siswa.


Soal-soal itu dapat berbentuk uraian, tes objektif, atau mengisi lembar kerja.

B. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Memimpin diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan
berbagi pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan
masalah.

Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai


suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi
kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif.
Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta
membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.

Ada 6 (enam) keterampilan yang harus dimiliki guru terkait membimbing diskusi
kelompok kecil, yaitu:

1. Memusatkan perhatian

Selama diskusi berlangsung dari awal sampai akhir guru harus selalu berusaha
memusatkan perhatian siswa pada tujuan atau topik diskusi. Tidak tercapainya tujuan
dapat disebabkan oleh penyimpangan topik. Cara yang dapat dilakukan:

a. Merumuskan tujuan pada awal diskusi serta mengenalkan topik.

b. Menyatakan masalah-masalah khusus dan menyatakan kembali bila terjadi


penyimpangan

c. Menandai dengan cermat perubahan-perubahan yang tidak relevan yang


menyimpang dari diskusi dan tujuannya atau masalah khusus yang sedang
dibicarakan. Bila hal itu terjadi, guru segera mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang didahului dengan komentar yang memaksa dan

9
mengembalikan siswa untuk mempertimbangkan pengarahan dari
pertanyaan hingga diskusi kembali ke arah semula

d. Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum


melanjutkan dengan masalah berikutnya. Rangkuman ini dibuat dengan
memanfaatkan gagasan siswa, misalnya;

1) Mengakui gagasan siswa dengan jalan mengulang bagian


penting yang diucapkan
2) Memodifikasi gagasan tersebut dengan cara menguraikannya
3) Menggunakan gagasan siswa untuk mencapai kesimpulan
4) Membandingkan gagasan siswa dengan gagasan yang telah
diucapkan sebelumnya
5) Merangkum hal-hal yang telah diuraikan siswa baik secara
perorangan maupun kelompok

2. Memperjelas masalah urunan pendapat

Selama diskusi berlangsung, sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas,
hingga sukar ditangkap oleh anggota kelompok. Untuk menghindari hal itu, guru
haruslah memperjelas penyampaian ide tersebut. Memperjelas dapat dilakukan
dengan cara:

a. Menguraikan kembali atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi jelas

b. Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang


membantu mereka memperjelas ataupun mengembangkan ide tersebut

c. Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan atau contoh


yang sesuai, hingga kelompok memperoleh pengertian yang lebih jelas

3. Menganalisis pandangan siswa

Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kelompok.


Guru diharapkan mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut.

a. Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat

b. Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati

4. Meningkatkan urunan siswa

10
Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan urunan pikiran, yaitu:

a. Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir karena


pertanyaan tersebut merupakan tantangan bagi ide atau kepercayaan

b. Memberikan contoh baik verbal maupun non-verbal yang sesuai pada saat
yang tepat

c. Menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang


perbedaan pendapat

d. Memberi dukungan terhadap urunan siswa dengan jalan mendengarkan


dengan penuh perhatian, memberi komentar yang positif/mimik yang
memberikan dorongan serta sikap yang bersahabat

e. Memberi waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu dengan komentar
guru

5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi

Agar hasil diskusi dapat dikatakan sebagai hasil kelompok dan agar setiap
anggota kelompok merasa terlibat mendapatkan kepuasan dalam diskusi tersebut,
kesempatan berpartisipasi perlu sebarkan. Dengan demikian guru perlu memiliki
keterampilan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi para siswa dalam
berpartisipasi.

Penyebaran kesempatan berpartisipasi ini dapat dilakukan dengan cara-cara


berikut:

a. Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi


dengan mengarahkan pertanyaan secara bijak

b. Mencegah terjadinya pembicaraan yang serentak, dengan memberi


giliran pada siswa yang pendiam terlebih dahulu

c. Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli


pembicaraan

d. Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga


interaksi antar siswa dapat ditingkatkan

11
e. Meminta persetujuan siswa untuk melanjutkan diskusi dengan
mengambil salah satu pendapat/jalan tengah yang dianggap sesuai
oleh guru, apabila diskusi menemui jalan buntu

6. Menutup diskusi

Keterampilan terakhir yang harus dikuasai guru adalah menutup diskusi

C. Keterampilan Mengelola Kelas

Kelas merupakan wahana paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran


bagi peserta didik. Kedudukan kelas yang begitu penting mengisyaratkan bahwa guru harus
profesional dalam mengelola kelas agar terselenggaranya proses pendidikan dan
pembelajaran yang efektif dan efisien

Kelas adalah “kekuasaan” terbesar guru. Maksudnya, entah ia seorang guru kelas atau
guru mata pelajaran, ia mempunyai kekuasaan amat besar untuk mengelola kelasnya. Dalam
proses penyelenggaraan pendidikan, peranan guru sangat menentukan.

Seorang guru yang telah merencanakan proses pembelajaran di kelas, dituntut mampu
mengenal, memahami, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan minat dan
potensi anak didiknya agar mereka tidak merasakan pemaksaan selama pembelajaran
berlangsung, oleh sebab itu guru di dalam kelas adalah seorang manajer yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab menciptakan, mengatur, dan mengelola kelas secara efektif dan
menyenangkan.

Keterampilan manajemen kelas (classroom management skills) menduduki posisi


penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian
keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fundamental dalam mendukung proses
pembelajaran. Faktanya, tidak semua guru menyadari ketidakmampuan dan kelemahannya
dalam pengelolaan kelas.

Itulah sebabnya sering muncul ungkapan-ungkapan yang berkonotasi menyalahkan siswa


seperti, “Kalau diajar, dia selalu ramai”. “Siswa tidak mau memperhatikan pelajaran”, dst.
Guru yang masih menyatakan ungkapan-ungkapan seperti itu, seharusnya menyadari bahwa
dia belum memiliki keterampilan menguasai kelas secara memadai. Masalahnya, mengakui

12
kekurangan sering kali tidak mudah. Guru-guru yang rendah keterampilannya dalam bidang
manajemen kelas, sulit untuk dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas pokoknya.

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru dalam menciptakan dan


memelihara kondisi belajar yang optimal serta keterampilan mengembalikan kondisi belajar
ke kondisi yang optimal bila terdapat gangguan dalam proses belajar baik yang bersifat
gangguan kecil dan sementara maupun gangguan yang berkelanjutan.

Dalam bahasa lain keterampilan mengelola kelas dapat diartikan sebagai seni atau
keterampilan guru dalam mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.

Latihan keterampilan mengelola kelas bagi guru/calon guru dimaksudkan:

1. Agar guru dapat mengembangkan keterampilan dalam memelihara kelancaran


penyajian dan langkah-langkah proses pembelajaran secara efektif.

2. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa

3. Mengembangkan kompetensi guru dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada


siswa

4. Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan
gangguan baik kecil atau ringan

5. Memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi dan yang dapat


digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebihan atau
terus menerus mengganggu proses pembelajaran.

Keterampilan mengelola kelas bagi siswa mempunyai tujuan untuk:

1. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah


lakunya, serta sadar untuk mengendalikan dirinya.

2. Membantu siswa agar mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib
kelas, dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan
kemarahan

3. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku
yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas.

Secara garis besar keterampilan mengelola kelas terbagi dua bagian yaitu;

13
1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal, yang dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Memusatkan perhatian siswa

Hal ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan peserta didik dalam


pembelajaran dengan cara memperhatikan sikap dan mengatur tempat duduk
siswa, serta memulai pelajaran setelah nampak siswa siap belajar.

b. Menunjukan sikap tanggap

Guru memperlihatkan sikap positif terhadap setiap perilaku yang


muncul pada siswa dan memberikan tanggapan-tanggapan atas perilaku
tersebut dengan maksud tidak menyudutkan kondisi siswa, perasaan tertekan
dan memunculkan perilaku susulan yang kurang baik.

c. Membagi perhatian

Kelas diisi lebih dari satu orang akan tetapi sejumlah orang ( siswa)
yang memiliki keterbatasan-keterbatasan yang berbeda-beda yang
membutuhkan bantuan dan pertolongan dari guru.

Perhatian guru tidak hanya terpokus pada satu orang atau satu
kelompok tertentu yang dapat menimbulkan kecemburuan, tapi perhatian
harus terbagi dengan merat kepada setiap anak yang ada di dalam kelas.

d. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas

Untuk mengarahkan kelompok kedalam pusat perhatian seperti


dijelaskan di atas, juga memudahkan anak menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya maka tugas guru adalah mamaparkan setiap pelaksanan
tugas-tugas tersebut sebagai petunjuk pelaksanaan yang harus dilaksanakan
anak secara bertahap dan jelas

e. Memberi teguran secara bijaksana

Permasalahan bisa terjadi dalam hubungannya antara siswa dengan


siswa dan siswa dengan guru. Permasalahan dalam hubungan tersebut bisa
terjadi dalam konteks pembelajaran, sehingga guru sebagai pemegang kendali
kelas harus mampu memberikan teguran yang bijak sesuai dengan tugas dan
perkembangan siswa. Sifat dari teguran tidak merupakan hal yang

14
memberikan efek penyerta yang menimbulkan ketakutan pada siswa tapi
bagaimana siswa bisa tahu dengan kesalahan yang dilakukannya.

f. Memberi penguatan ketika diperlukan


Penguatan adalah upaya yang diarahkan agar prestasi yang dicapai dan perilaku-perilaku
yang baik dapat dipertahankan oleh siswa atau bahkan mungkin ditingkatkan dan dapat
ditularkan kepada siswa lainnya. Penguatan yang dimaksudkan dapat berupa reward yang
bersipat moril juga yang bersifat material tapi tidak berlebihan.

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara-cara:

a. Memodifikasi tingkah laku

Modifikasi tingkah laku adalah menyesuaikan bentuk-bentuk tingkah laku ke dalam


tuntutan kegiatan pemebelajaran sehingga tidak muncul prototype pada diri anak tentang
peniruan perilaku yang kurang baik.

b. Pengelolaan kelompok

Kelompok kecil ataupun kelompok belajar di kelas adalah merupakan bagaian dari
pencapaian tujuan pembelajaran dan strategi yang diterapkan oleh guru. Kelompok juga bisa
muncul secara informal seperti teman bermain, teman seperjalanan, teman karena gender dan
lain-lain. Untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran maka
kelompok yang ada di kelas itu harus di kelola dengan baik oleh guru.

c. Menemukan & memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.


Permasalahan memiliki sifat perennial (akan selalu ada) dan nurturan effect, oleh karena
itu permasalahan akan muncul di dalam kelas kaitannya dengan interaksi dan akan diikuti
oleh dampak pengiring yang besar bila tidak bisa diselesaikan. Guru harus dapat mendeteksi
permasalahan yang mungkin muncul dan dengan secepatnya mengambil langkah
penyelesaian sehingga ada solusi untuk masalah tersebut.

Hal yang Harus Dihindari


Berikut adalah beberapa kekeliruan yang perlu dihindari dalam menerapkan keterampilan
mengelola kelas:

1. Campur tangan yang berlebihan baik berupa komentar verbal atau mengintervensi
aktivitas siswa.

15
2. Kelenyapan perbuatan dan tingkah laku guru yang gagal melengkapi suatu
instruksi, sehingga penyajian terhenti beberapa saat yang sifatnya mengganggu
proses pembelajaran.

3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan. Contoh memulai kegiatan


berikutnya tanpa menuntaskan kegiatan sebelumnya dengan baik.

4. Penyimpangan. Misalnya terlalu asyik membicarakan suatu hal atau melakukan


aktivitas yang keluar dari tujuan pembelajaran.

5. Bertele-tele baik dalam uraian maupun dalam memberikan teguran yang sederhana
menjadi ocehan yang berkepanjangan

D. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil

Secara fisik bentuk pengajaran ini berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3
(tiga) dan 8 (delapan) orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru
dan siswa dengan siswa.

Ada empat komponen keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk
pengajaran kelompok kecil dan perorangan. Keempat keterampilan tersebut adalah
mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasikan, membimbing dan
memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.

Berikut uraian tentang cara bagaimana seharusnya guru melaksanakannya:

1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

Agar potensi yang ada dalam diri siswa dapat dikembangkan secara
optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran, siswa perlu merasa yakin
bahwa guru siap mendengarkan segala pendapatnya dan akan membantunya.
Siswa perlu merasa benar-benar diperhatikan oleh guru. Suasana ini dapat
diciptakan dengan cara:

a. Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa


baik dalam kelompok kecil maupun perorangan

b. Mendengarkan secara simpatik ide-ide yang dikemukakan siswa


16
c. Memberikan respon positif terhadap buah pikiran siswa

d. Membangun hubungan saling mempercayai

e. Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan


untuk mendominasi ataupun mengambil alih tugas siswa

f. Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan

g. Berusaha mengendalikan situasi

2. Keterampilan mengorganisasi

Dalam hal ini guru memerlukan keterampilan untuk melakukan hal-hal


berikut:

a. Memberikan orientasi umum, tentang tujuan tugas atau masalah


yang akan dipecahkan sebelum kelompok mengerjakan berbagai
kegiatan yang telah ditetapkan

b. Memvariasikan kegiatan

c. Membentuk kelompok yang tepat

d. Mengkoordinasikan kegiatan

e. Membagi-bagikan perhatian

f. Mengakhiri kegiatan

3. Keterampilan membimbing dan memudahkan pelajaran

Keterampilan ini memungkinkan guru membantu siswa untuk maju


tanpa mengalami frustasi. Hal ini dapat dicapai bila guru memiliki
keterampilan berikut:

a. Memberikan penguatan yang sesuai dalam bentuk kuantitas dan


kualitas. Karena pada dasarnya penguatan merupakan dorongan
yang penting bagi siswa

b. Mengembangkan supervisi proses awal yaitu yang mencakup sikap


tanggap guru terhadap siswa secara perorangan maupun

17
keseluruhan yang memungkinkan guru melihat atau mengetahui
apakah segalanya berjalan dengan baik

4. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar


mengajar

Keterampilan ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan


kurikulum terutama pengembangannya. Kegiatan belajar mengajar ini
mencakup:

a. Membantu siswa menetapkan tujan pelajaran yang dapat dilakukan


dengan diskusi atau menyediakan bahan-bahan yang menarik yang
mampu menstimulasi siswa untuk mencapai tujuan tertentu

b. Merencanakan kegiatan belajar bersama siswa yang mencakup


kriteria keberhasilan, langkah-langkah kerja, waktu serta kondsi
belajar

c. Bertindak/berperan sebagai penasehat bagi siswa bila diperlukan.


Hal ini dapat dilakukan dengan berinteraksi aktif

d. Membantu siswa menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Hal


ini berbeda dari cara penialaian tradisional yang pada umumnya
dilakukan guru sendiri. Membantu siswa menilai diri sendiri berarti
memberi kesempatan kepadasiswa untuk memperbaikinya,
sekaligus pencerminan kerjasama guru dalam situasi pendidikan
yang manusiawi.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap


individu yang berprofesi sebagai guru. Keterampilan tersebut melekat pada profesinya
sebagai hasil proses pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan.
Keterampilan mengajar atau teaching skill dapat dilatihkan melalui micro teaching yang
harus dikuasai oleh praktikan atau calon guru sebelum melasanakan praktik pengalaman
lapangan di lembaga pendidikan ( Moh. Uzer Usman, 1995:74).

Keterampilan dasar mengajar membekali guru atau calon guru menyampaikan


materi pelajaran agar tepat sasaran. Menurut Muh. Uzer Usman dalam bukunya “ Menjadi
Guru Profesional “ mengemukakan delapan komponen keterampilan dasar mengajar yaitu
keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan
variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas dan
keterampilan mengajar kelompok kecil / perorangan.

B. Saran

Sebagai seorang pendidik atau tenaga kependidikan kita dituntut berperan penting
dalam masalah-masalah pendidikan baik secara formal maupun non-formal. Seorang guru
harus mampu menciptakan suasana belajar yang kreatif, menyenangkan dan efisien.
Sebagai guru yang profesional, mengajar harus bedasarkan pengalaman siswa yang sudah
dimiliki.

19
DAFTAR PUSTAKA

Apling,Mujais ., Sri,Haryani & Elianawati.( 2019 ). The Analysis of Microteaching In


Improving Teaching Skill Of Pre-Service Physics Teachers. Journal of Innovative
Science Education. Vol 8 (3)

Helmiati.( 2013). MICRO TEACHING Melatih Keterampilan Dasar Mengajar (1).


Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo

Jhon.(2013). Teaching Skills: A Short Course For People Who Want To Teach Teacher’s
Book (2). Myanmar : Educasia V. 1.0

Mansyur.(2017).Keterampilan Dasar Mengajar Dan Penguasaan Kompetensi Guru (Suatu


Proses Pembelajaran Micro). El-Ghiroh. Vol.11(1)

20
LAMPIRAN

21
22
23
JISE 8 (3) 2019 : 344 - 348

Journal of Innovative Science Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise

The Analysis of Microteaching In Improving Teaching Skill Of


Pre-Service Physics Teachers

Mujais Apling , Sri Haryani, Elianawati

Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstract


________________ ___________________________________________________________________
Article History: Microteaching is a method of teaching practice to provise pre-service teachers
Received March 2019 in mastering basic teaching skills. The aim of this study was to find out the
Accepted June 2019 effectiveness of microteaching learning in improving teaching skill of pre-
Published December service Physics teachers at Khairun Ternate University. The method of this
2019
study was a qualitative descriptive to analyse the effectiveness of microteaching
________________
learning towards teaching skill of pre-service physics teachers. The sample of
Keywords:
pre-service Physics this study was 20 students of 2016’class. The instrument used was a rubric
teachers, teaching sheet for assessing teaching skills. The result of the study showed that the
skill, microteaching implementation of microteaching, the skills of opening and closing lessons,
____________________ questioning skills, explaining skills, strengthening skills, classroom
management skills, and small group discussion skills also individual skills were
very good and those are effective in improving teaching skill of pre-service
Physics teachers.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6412
Kampus Pascasarjana Unnes
e-ISSN 2502-4523
Jalan Kelud Utara III, Petompon, Gajah Mungkur, Semarang,
Indonesia
E-mail: mujaisnavis@yahoo.com
Mujais Apling, Sri Haryani, Elianawati/ Journal of Innovative Science Education 8 (3) 2019 : 344 - 348

INTRODUCTION it is hoped that pre-service teachers become


professional teachers. Based on the background,
In order to form the professional teacher the researcher wants to describe: how are the
character, the pre-service teacher must be given students' skills in opening and closing lessons,
the provision early to master the basic skills of skills in managing classes, explaining skills,
teaching. Teachers who have basic teaching questioning skills, strengthening skills, the
skills can make the learning process well and ability to lead small group discussions and
attractively so that it can foster students' individuals? With the aim, the students are
willingness to learn (Sa’ad et al., 2015). being able to carry out teaching skills as they
Teaching skills is a knowledge that must be have been studied by previous research
possessed by a teacher to understand the (Mahmud & Rawshon, 2013). Therefore, it is
difficulties that will be faced by the students in necessary to conduct a research entitled
the process of teaching and learning and "analyzing the effectiveness of microteaching
compile the material to be taught (Anwar et al., on the basic skills of teaching pre-service
2014). Teaching skills are the ability of an Physics teachers at Khairun Ternate University.
educator in managing learning (Suhandani &
Julia, 2014). METHODS
One of provision that can be given to
pre-service teachers is by holding microteaching This research was a qualitative
activities in each study program. Microteaching descriptive to describe the effectiveness of
is one of the compulsory subjects that must be microteaching learning in teaching skills of pre-
taken by students as a pre-service teacher to service Physics teachers. The samples were 20
train their teaching skills that are clearly students of 2016 class who had finished the
designed by reducing the component parts of microteaching course. Data collection
the teaching process, so that pre-service techniques used in this study was
teachers are able to master each component one questionnaires. The instrument used was rubric
by one in a simplified teaching situation such as sheet for assessing teaching skills. Data
the amount and time which are reduced collected through instruments were analyzed
(Waksito & Muhammad, 2013; Kurniawan & using percentage analysis techniques then it
Masjudin, 2017). The basic teaching skills that described and took a conclussion.
must be possessed by pre-service teachers are:
(1) asking skill, (2) provide reinforcement skill,
RESULTS AND DISCUSSION
(3) explaination skill, (4) opening and closing
the lessons skill, (5) guiding small group
The data was obtained from the results of
discussions and individuals skill, and (6)
the implementation of microteaching learning
classroom management skills (Usman, 2010;
on 20 pre-service physics teacher students at
Akanbi & Usman, 2014).
Khairun Ternate University which was
The microteaching course was
conducted a microteaching course that displays
expected to train pre-service teachers to master
teaching skills that must be implemented and
some basic teaching skills in learning. Pre-
analysed based on teaching skills performed
service teacher can develop basic teaching skills
that can be seen in the Figure 1.
before they implement the learning in school
(Benerjee et al., 2015; Gocer, 2016). In addition,

345
Mujais Apling, Sri Haryani, Elianawati/ Journal of Innovative Science Education   

82
percentage 80
78
76
74
72
70
68
66 teaching
64
62 pratice 1
teaching
pratice 2

teaching skills
Figure 1. The result of the implementating microteaching in teaching skills

Opening and Closing the Lesson Skill Explanation Skill


Based on the results of the As a Physics teacher candidates, they
implementation of microteaching, students have excellent explanation skills, but they did
have the skills to open and close the lesson very not provide feedback to students to ask
well but the indicators of attracting the questions. The result of this study was in line
attention of students such as the teaching style with the research conducted by Metha (2015).
and the use of tools or learning media were less This conclusion was based on the results of the
optimal. The result of this study was in line average score achieved in the first teaching
with the research conducted by Khakim et al. practice was 69 and second teaching practice
(2016). The conclussion of this study based on was 70. Those can be seen in Figure 1.
the results of the average score achieved in the
skill of opening and closing the lessons in the Providing Reinforcement Skill
first teaching practice was 70 and the second In the teaching implementation, pre-
teaching practice was 71. Those can be seen in service Physics teachers were very good at
Figure 1. doing indicators of skills to provide
reinforcement, but they were not optimal in
Asking Skill verbal reinforcement which was not giving
In the implementation of the questioning praise or appreciation to students who ask or
skills, the pre-service Physics teacher has been answer. The result of this study was in line with
very good at carrying out the indicators of the the research conducted by Nurlaili (2018). The
questioning skills, but it did not provide the conclusion of the study was based on the results
opportunity for students to think. The result of of the average score achieved in the first
this study was in line with the research teaching practice was 74 and second teaching
conducted by Nawar & Jumani (2017). The practice was 80. Those can be seen in Figure 1.
conclusion of the study was based on the results
of the average score achieved in the first Classroom Management Skill
teaching practice was 80 and second teaching Pre-service Physics teachers have
practice was 81. Those can be seen in Figure 1. excellent classroom management skills, but
they did not reprimand students when they

346
Mujais Apling, Sri Haryani, Elianawati/ Journal of Innovative Science Education 8 (3) 2019 : 344 - 348

were disturbing the learning. The result of this Akanbi, A.O. & Usman, R.S. (2014). A
study was in line with the research conducted Correlational Study of NCE Physics
by Nova (2015). The conclusion of the study Students’ Performance in Micro
based on the results of the average score Teaching and Teaching Practice.
achieved in the skill of managing the class in Retrieved on 4th May, 2014
the first teaching practice was 70 and second http://www.apexjournal.org/jerbs/archi
teaching practice was 72. Those can be seen in ve/2014/Feb/fulltext/Akanbi%20and%
Figure 1. 20.
Benerjee, K., Halder, S., & Guha, A. (2015).
Teaching for Small and Individual Group Aplication of Microteaching Skill for
Discussion Skill Improving The Quality of Theacher:
Pre-service Physics teachers have done Exploring Opinion of Trainee Teacher.
the learning very well on the indicators of Journal of Educational Technology, 12(1),
teaching skills of small groups and individuals, 98-113.
but they did not implement the indicator of Gocer, A. (2016). Assessment Of The
advising students that disrupted learning Opinions And Practices Of Student
activities by approaching them was less Teachers On Micro-Teaching As A
optimal. The result of this study was in line Teaching Strategy. Journal Acta Didactica
with the research conducted by Zulfanindar et Napocensia, 9(2), 143-147.
al. (2015). This conclusion was based on the Khakim, U., Degeng, I.N.S., & Widiati, U.
results of the average score achieved in the first (2016). Pelaksanaan Membuka dan
teaching practice was 78 and second teaching Menutup Pelajaran Oleh Guru Kelas 1
practice was 80. Those can be seen in Figure 1. Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, 1(9),
1730-1734.
Kurniawan & Masjudin. (2017). Implementasi
CONCLUSION
Buku Ajar Microteaching Berbasis
Praktek Untuk Meningkatkan
Based on the findings of research data, it
Keterampilan Mengajar Calon Guru.
can be seen that microteaching was very
Jurnal Imiah Mandala Education, 3(2),
influential and effective in practicing the basic
189-210.
teaching skill of pre-service Physics teacher
Mahmud, I. & Rawshon, S. (2013).
students in a good category even though there
Microteaching untuk meningkatkan
were several indicators that have not been
metode pengajaran. IOSR jurnal penelitian
maximally carried out. The results of the
& metode dalam penelitian, 2(4), 67-76.
observations regarding the implementation of
Metha. (2015). Pengaruh Keterampilan
microteaching to train the basic teaching skill of
Mengajar Terhadap Motivasi Belajar
pre-service teachers were supported by
Siswa SD Negeri Kidul 05 Kabupaten.
questionnaire in the form of a teaching skills
Jurnal Penelitian Pendidikan, 2(1), 67-80.
assessment rubric.
Nawar A. & Jumani. (2017). Efektivitas
Microteaching pada pedagogik desain
REFERENCES kapasitas guru calon. J. Appl. Mengepung.
Biol, 7(10), 86-91
Anwar, Rustaman, N.Y., Widodo, & Radjeki. Nurlaili. (2018). Analisi Keterampilan Dasar
(2014). Kemampuan Pedagogik Guru Mengajar Guru dalam Perspektif Guru
Biologi yang Berpengalaman dan Yang Pamong Pada Mahasiswa prodi PGMI
Belum Berpengalaman. Jurnal Pengejaran Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
MIPA, 2(1), 69-73. Raden Fatah Palembang. Jurnal ilmiah
PGMI, 4(1), 80-94.

347
Mujais Apling, Sri Haryani, Elianawati/ Journal of Innovative Science Education 8 (3) 2019 : 344 - 348

Nova. (2015). Keterampilan Guru dalam Usman. (2010). Manajemen (Teori, Praktek, dan
Pengelolaan Kelas, Journal Kependidikan, Riset Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara.
07(02), 220-312. Waskito, A. & Muhammad. (2013).
Sa'ad, T.U., Sabo, S., & Abdulahi, A.D. (2015). Implementasi the power of two untuk
The Impact of Microteaching on the meningkatkan kemampuan mengajar
teaching practice performance of mahasiswa dalam microteaching. Jurnal
undergraduate agricultural education Pendidikan, 2(3), 89-90.
students in college of education. Journal Zulfanindar, Syafrina, A., & Yamin, M. (2016).
of Education and Pratice, 6(26), 78-80. Keterampilan Guru Membimbing
Suhandani, D. & Julia, J. (2014). Identifikasi Diskusi Kelompok Kecil di SD Negeri
Kompetensi Guru Sebagai Cerminan Garot Aceh Besar. Jurnal Ilmiah
Profesionalisme Tenaga Pendidik Di Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Kabupaten Sumedang (Kajian Pada FKIP Unsyiah, 1(1), 175-184.
Kompetensi Pedagogik). Mimbar Sekolah
Dasar, 1(2), 90-95.

348
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
DAN PENGUASAAN KOMPETENSI GURU
(Suatu Proses Pembelajaran Micro)

Oleh : Mansyur
Guru MAN 1 Lubuklinggau

ABSTRACT
Micro teaching can be meant training way of skill
education or teaching practice in limited scope and a
small studying model which is called real taching. Thus
micro teaching can provide a teacher or aspirant
teacher the base various skill of teaching, and as
exercise tool to practice teaching base skill. Micro
teaching process can implementate the teaching base
skill in exercise type in front of friends (peer teaching)
dan the next step teaching namely teaching in front of
real students (real teaching). In Exercise micro
teaching, aspirant teacher can be trainned to practice
some teories of eight teaching base skill. Micro
Teaching process can also implementate four. teacher’s
competences (pedagogy, professional, personality and
social) in teaching studying process.

Kata Kunci: Keterampilan Mengajar, Kompetensi ,


Pembelajaran Micro.

A. Pendahuluan

Sesempurna atau seideal apapun kurikulum, tanpa diimbangi


dengan kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka
kurikulum tersebut belum dikatakan maksimal. Justeru keterampilan
dasar menjadi guru sangat diperlukan. Guru tidak dilahirkan, tetapi
dibentuk terlebih dahulu. Pembentukan performance guru yang baik
diperlukan keterampilan dasar. Keterampilan dasar adalah
keterampilan standar yang harus dimiliki setiap individu yang
berprofesi sebagai guru (Zainal Asril, 2010:67). Keterampilan
tersebut melekat pada profesinya sebagai hasil proses pendidikan
yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan. Keterampilan
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. Februari 2017 131

mengajar atau teaching skill dapat dilatihkan melalui micro teaching


yang harus dikuasai oleh praktikan atau calon guru sebelum
melasanakan praktik pengalaman lapangan di lembaga pendidikan (
Moh. Uzer Usman, 1995:74).
Keterampilan dasar mengajar membekali guru atau calon guru
menyampaikan materi pelajaran agar tepat sasaran. Menurut Muh.
Uzer Usman dalam bukunya “ Menjadi Guru Profesional “
mengemukakan delapan komponen keterampilan dasar mengajar
yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan,
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas
dan keterampilan mengajar kelompok kecil / perorangan ( Uzer
Usman, 1995:74).
Kompetensi suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau
kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif.
Dengan kata lain tidak hanya mengandung pengetahuan,
keterampilan dan sikap, namun yang penting penerapan dari ketiga
aspek tersebut. Menurut Syah “ kompetensi “ adalah kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara
bertanggung jawab dan layak (Muhibbin Syah, 2000:230). Menurut
Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10
ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi (Undang-Undang Guru dan
Dosen,2005:16).
Pembelajaran Micro sebuah model pembelajaran yang
dikecilkan, jumlah pesertanya berkisar antara 5 sampai 10 orang
mahasiswa calon guru , ruang kelasnya terbatas, waktu
pelaksanaannya berkisar antara 10 atau 15 menit, terfokus pada
keterampilan mengajar tertentu, dan pokok bahasanya
disederhanakan. Pembelajaran Micro dilakukan melalui dua tahap
yaitu peer teaching (di hadapan teman sendiri) dan tahap real
teaching (di hadapan siswa sesungguhnya) di dalam ruang kelas atau
ruang micro ( Zainal Asril, 2010:42). Dari pembelajaran micro
tersebut mahasiswa (calon guru) dapat membuat dan menerapkan
Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan mengevaluasi materi
sudah disampaikan.
132 Mansyur, Keterampilan Dasar Mengajar.....

Dengan demikian keterampilan dasar mengajar dan


penguasaan kompetensi guru diperoleh mahasiswa (calon guru )
melalui proses pembelajaran micro yaitu peer teaching dan real
teaching. Pada tahap penilaian akhir, mahasiswa membuat skenario
pembelajaran atau RPP, lalu dinilai oleh supervisor dalam bentuk
ujian micro teaching. Proses micro teaching dari awal sampai akhir
kegiatan dapat mengukur keterampilan dasar mengajar dan
penguasaan kompetensi guru atau calon guru dengan kereteria sangat
baik, baik, sedang /cukup atau kurang. Timbul pertanyaan apa saja
keterampilan dasar mengajar itu dan sejauh mana pembelajaran micro
membekali guru atau calon guru untuk menguasai keterampilan dasar
mengajar dan menguasai kompetensi guru?

B. Keterampilan Dasar Mengajar

Ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus


dikuasai oleh guru atau calon guru dalam proses pembelajaran yaitu:

1. Keterampilan Bertanya ( Questioning skill )


Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari
seseorang yang dikenal. Bertanya merupakan stimulus efektif yang
mendorong kemampuan befikir (Sunhaji, 2009:110). Dalam prose
belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting, sebab
pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang
tepat pula akan akan memberikan dampak positif terhadap siswa
yaitu:
a. Meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
sesuatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan.
c. Mengembangkan pola dan cara berfikir aktif daris siswa sebab
berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
d. Menunjukkan proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang
baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban
yang baik.
e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang
dibahas. (Zainal Asril, 2011:81).
Adapun dasar-dasar pertanyaan yang baik adalah :
a. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. Februari 2017 133

b. Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan


siswa
c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
d. Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berfikir
sebelum menjawab pertanyaan.
e. Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara
merata.
f. Berikanlah respons yang ramah dan menyenangkan sehingga
timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya.
g. Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan
sendiri jawaban yang benar (Muh. Uzer Usman, 2007:75)

2. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)


Penguatan adalah segala bentuk respons, apakah bersifat
verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima
( siswa ) atau perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun
koreksi (Muh. Uzer Usman, 2007:80). Keterampilan dasar penguatan
adalah respon tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa
berbentuk verbal atau nonverbal (Wina Sanjaya,2006:163).
Untuk kegiatan proses pembelajaran, penghargaan
mempunyai arti tersendiri. Semua penghargaan ini tidak berwujud
materi, melainkan dalam bentuk kata-kata, senyuman, anggukan, dan
sentuhan. Pada dasarnya antara keterampilan memberi penguatan dan
keterampilan bertanya saling terkait satu sama lainnya.
Inti sari dari penguatan adalah respons terhadap tingkah laku
positif yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut. Penguatan tidak boleh dianggap sepele dan
sembarangan, tetapi harus mendapat perhatian serius. Tindakan
tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati
siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar
mengajar.
Pada prinsipnya keterampilan penguatan dapat
dikelompokkan kepada dua jenis, penguatan verbal dan penguatan
non-verbal.
a. Penguatan verbal, diungkapkan atau diutarakan dengan
menggunakan kata-kata, pujian, penghargan, persetujuan dan
134 Mansyur, Keterampilan Dasar Mengajar.....

sebagainya, misalnya; bagus sekali, betul, pintar, saya senang


dan sebagainya.
b. Penguatan non-verbal, berupa mimik dan gerakan tubuh.
Berupa mimik dan gerakan tangan dengan pendekatan, dan
menggunakan sentuhan digosok-gosok punggungnya.
Menggunakan simbol atau benda, seperti anak disuruh
mengerjakan PR di papan tulis, kemudian diberikan tanda
betul (Zainal Asril,2011: 79).
Penguatan hendaknya dilakukan dengan kehangatan dan
keantusiasan, dilakukan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan
siswa bahwa dia patut diberi penguatan, dan menghindari
penggunaan respons yang negatif berupa canda yang menghina,
ejekan yang kasar yang akan mematahkan semangat siswa dalam
belajar. Jika seorang siswa tidak dapat memberikan jawaban yang
diharapkan, guru jangan langsung menyalahkan, tetapi bisa
melontarkan pertanyaan kepada siswa lain.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi ( Variation Stimulus )


Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam kontek
proses interaksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan peserta didik, sehingga dalam proses situasi pembelajaran
senantiasa menunjukkan ketekunan dan penuh partisipasi (Zainal
Asril, 2011:86). Jadi inti tujuan proses pembelajaran variasi adalah
menumbuhkembangkan perhatian dan minat peserta didik agar
belajar lebih baik.
Menurut Wina Sanjaya keterampilan dasar variasi adalah
“Keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap
menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan
sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah berpartisipasi aktif dalam
setiap langkah kegiatan pembelajaran” (Wina Sanjaya, 2006: 166).
Keterampilan mengadakan variasi ada tiga macam yaitu : variasi cara
mengajar guru, variasi dalam menggunakan media atau alat
pengajaran, dan Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa (Muh.Uzer
Usman,2007:85-87).
a. Variasi Cara Mengajar Guru, contohnya:
1) Penggunaan variasi yaitu : suara dari keras menjadi
lembut,dari tinggi menjadi rendah, dan dari cepat menjadi
lambat.
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. Februari 2017 135

2) Pemusatan perhatian seperti : perhatikan baik-baik !, jangan


ribut ! dan lain-lain.
3) Kesenyapan atau kebisuan, pada saat menjelaskan tiba-tiba
guru diam sejenak untuk menarik perhatian.
4) Mengadakan kontak pandang yaitu menjelajah seluruh kelas
dan melihat mata seluruh siswa.
5) Gerakan kepala dan ekspresi wajah seperti menggangguk,
menggeleng, tersenyum, menaikkan alis mata dan
sebagainya.
6) Pergantian posisi dan gerak di dalam kelas, agar bisa bisa
mengontrol tingkah laku siswa.
b. Variasi dalam menggunakan media dan alat pengajaran
1) Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids).
Contohnya : grafik, bagan, poster, gambar film dan slide.
2) Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids).
Contohnya : rekaman suara, suara rdio, musik deklamasi
puisi, dan sosiodrama.
3) Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dan digerakkan
(motorik). Contohnya : peragaan siswa, model, spesimen,
patung, topeng dan boneka.
4) Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan
diraba (audio-visual aids). Contoh : film, televisi, radio,
slide projektor yang diiringi penjelasan guru.
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa, bertujuan agar tidak
menimbulkan kebosanan dan kejemuan siswa serta
menghidupkan suasana kelas kondusif.
Adapun jenis pola interaksi ada lima pola yaitu :
1) Pola guru-murid, yaitu komunikasi sebagai aksi satu arah
2) Pola guru-murid-guru, yaitu ada balikan (feedback) bagi
guru, tidak ada interaksi antar siswa.
3) Pola guru-murid-murid, yaitu ada balikan bagi guru, siswa
saling belajar satu sama lain.
4) Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid, yaitu interaksi
optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan
guru (komunikasi multi arah).
5) Pola melingkar yaitu setiap siswa mendapat giliran untuk
mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak
diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa
mendapat giliran.
136 Mansyur, Keterampilan Dasar Mengajar.....

4. Keterampilan Menjelaskan (Explaining)


Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara
lisan yang dikelola secara sistematis suntuk menunjukkan adanya
hubungan antara satu dengan yang lainnya (Zainal Asril, 2010:84).
Buchari Alma menyatakan bahwa :
Keterampilan “menjelaskan” ini berhubungan dengan
a. Penyampaian sesuatu ide/pendapat ataupun pemikiran (dalam
hal ini bahan pelajaran) dalam bentuk kata-kata.
b. Pengorganisasian dalam menyempaikan ide tersebut :
1) Sistematika penyampaian
2) Hubungan antar hal yang terkandung dalam ide itu.
c. Upaya untuk secara sadar menumbuhkan pengertian ataupun
pemahaman pada diri siswa (Buchari Alma et al, 2012:21)
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan
disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan
penjelasan. Pentingnya keterampilan menjelaskan dikuasai oleh guru,
karena tidak semua siswa dapat menggali sendiri pengetahuan dari
buku atau dari sumber lainnya. Oleh karena itu, guru perlu membantu
menjelaskan hal-hal tertentu.
T. Gilarso mengungkapkan bahwa komponen-komponen
yang harus diperhatikan dalam penjelasan adalah : (1) merencanakan
pesan yang disampaikan, (2) Menggunakan contoh-contoh, (3)
memberikan penjelasan yang paling penting, (4) mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik tentang materi yang belum dipahami
( T.Gilarso, 1986:35). Komponen penjelasan itu terkait dengan
orientasi, bahasa yang sederhana, contoh yang banyak dan relevan,
memiliki struktur yang jelas, bervariasi dalam menjelaskan latihan
dan umpan balik.
Tujuan akhir dalam keterampilan memberikan penjelasan
adalah guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang sesuatu,
tetapi sekaligus melatih peserta didik dalam proses dan teknik
berfikir. Isi penjelasan terkait dengan perencanaan, dan pelaksanaan.

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction


and Closure).
Menurut Sardiman, keterampilan membuka pelajaran adalah
“seberapa jauh kemampuan guru dalam memulai interaksi belajar
mengajar untuk suatu jam pelajaran tertentu (Sardiman A.M,
2011:211). Menurut Wina Sanjaya, membuka pelajaran atau set
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. Februari 2017 137

induction adalah “usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan


pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental
maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan
(Sanjaya,2006:171).
Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui
tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan dalam proses
belajar mengajar ( Zainal Asril, 2010:82).
Inti persoalan membuka pelajaran terkait dengan usaha guru
dalam menarik perhatian siswa, memotivasi, memberi acuan tentang
rujukan, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja serta
pembagian waktu, dan mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari
dengan topik baru. Menyiapkan mental murid agar mereka siap
memasuki persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan
minat dan perhatian siswa yang akan dibicarakan dalam kegiatan
belajar mengajar.
Adapun inti kegiatan menutup pelajaran yaitu (1) merangkum
atau meringkas inti pokok pelajaran, (2) mengonsolidasikan perhatian
peserta didik pada masalah pokok pembahasan agar informasi yang
diterimanya dapat membangkitkan minat dan kemampuannya
terhadap pelajaran selanjutnya, (3) mengorganisasikan semua
pelajaran yang telah dipelajari sehingga memerlukan kebutuhan yang
berarti dalam memahami matei pelajaran, (4) memberikan tindak
lanjut berupa saran-saran serta ajakan agar materi yang baru
dipelajari ( Zainal Asril, 2011:71).

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan, atau pemecahan masalah ((Muh.Uzer Usman,2007:94).
Pengertian diskusi kelompok dalam kegiatan belajar mengajar tidak
jauh beda dengan pengertian di atas. Siswa berdiskusi dalam
kelompok-kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau temannya
untuk berbagai informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan
keputusan tersebut berlangsung dalam suasana terbuka. Setiap siswa
bebas mengemukakan ide-idenya tanpa merasa ada tekanan dari
138 Mansyur, Keterampilan Dasar Mengajar.....

teman atau gurunya, dan setiap siswa harus mentaati peraturan yang
ditetapkan sebelumnya.
Dikusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada
dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi tidak setiap guru dan
calon guru mampu membimbing para siswanya untuk berdiskusi
tanpa mengalami latihan. Oleh karena itu, keterampilan ini perlu
diperhatikan agar para guru dan calon guru mampu melaksanakan
tugas ini dengan baik.
Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam
keterampilan membimbing diskusi yaitu (a) memusatkan perhatian
peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, (b) memperluas masalah,
intinya merangkum kembali permasalahan supaya jelas, (c)
Menganalisa pendapat peserta didik yang memiliki dasar yang kuat,
(d) meluruskan alur berfikir peserta didik, (e) memberikan
kesempatan peserta didik berpartisipasi dalam diskusi, (f) menutup
diskusi, membuat rangkuman, menindaklanjuti diskusi dan menilai
hasil diskusi ( Zainal Asril,2011:80).

7. Keterampilan Mengelola Kelas


Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru
mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila
terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain,2006:173). Jadi Penghentian tingkah laku
siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran
bagi ketepatan waktu penyelelesaian tugas oleh siswa atau penetapan
norma kelompok yang produktif (Zainal Asril,2011:97).
Beberapa prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas
adalah : (a) kehangatan dan keantusiasan, yaitu suasana yang
menyenangkan, (b) tantangan, untuk meningktkan gairah siswa untuk
belajar, (c) bervariasi, yaitu penggunaan media, gaya dan interaksi
yang bervariasi, (d) keluwesan, yaitu strategi belajar mengajar yang
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. Februari 2017 139

efektif, (e) penekanan pada hal-hal yang positif, (f) dan penanaman
disiplin diri.
Dengan demikian keterampilan mengelola kelas berfungsi
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya apabila ada gangguan dalam proses belajar
mengajar. Dua hal tersebut merupakan komponen dari keterampilan
mengelola kelas yang harus dikuasai oleh guru atau calon guru.

8. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


Membimbing diskusi kelompok berarti suatu proses yang
teratur dengan melibatkan kelompok peserta didik dalam interaksi
tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi
atau pengalaman mengambil keputusan. Diskusi kelompok kecil
adalah peserta didik berdiskusi kelompok kecil di bawah pembinaan
guru atau temannya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan dilaksanakan dalam suasana terbuka
(Zainal Asril,2011:79).
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah bila jumlah siswa
yang dihadapi oleh guru terbatas, yaitu berkisar antara 3 sampai 8
orang untuk kelompok kecil. Ini berarti bahwa guru hanya
menghadapi satu kelompok atau seorang siswa saja sepanjang waktu
belajar. Guru banyak menghadapi banyak siswa terdiri dari beberapa
kelompok yang dapat bertatap muka, baik secara perseorangan
maupun secara kelompok (Moh. Uzer Usman, 102).
Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam
diskusi kelompok kecil yaitu (a) memusatkan perhatian peserta didik
pada tujuan dan topik diskusi, (b) menjelaskan gagasan peserta didik
dengan memberikan informasi yang jelas, (c) menganalisis pendapat
peserta didik dengan dasar yang kuat, (d) meluruskan alur peserta
didik dengan memberikan contoh verbal dan memberikan waktu
berfikir, (d) memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
diskusi, (e) menutup diskusi, membuat rangkuman hasil diskusi,
menindaklanjuti hasil diskusi dan menilai hasil diskusi (Zainal
Asril,2011:80).
Peran guru dalam pengajaran ini adalah organisator kegiatan
belajar mengajar, sumber informasi (nara sumber) bagi siswa,
motivator bagi siswa untuk belaja, penyedia materi dan kesempatan
belajar (fasilitator) bagi siswa, dan pembimbing kegiatan siswa.
Pengajaran ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif, memberikan
140 Mansyur, Keterampilan Dasar Mengajar.....

rasa tanggung jawab yang lebih besar besar, berkembangnya daya


kreatif dan sifat kepemimpinan siswa, serta dapat memenuhi
kebutuhan siswa secara optimal.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa kombinasi pelajaran
klasikal, kelompok kecil dan perseorangn memberikan peluang yang
besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian,
penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
merupakan satu kebutuhan yang esensial bagi setiap calon guru dan
guru profesional.

C. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi Guru


Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun
kuantitatif. Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung
pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah
penerapan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan
tersebut dalam pekerjaan.
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan. Depdiknas
merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai dasar yang direfleksikandalam kebiasaan berfikir dan
bertindak (Depdiknas, 2004:7). Menurut Syah “ Kompetensi “ adalah
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajibannya secara bertanggung jawab (Muhibbin Syah,2000: 230).
Hal senada dikemukakan oleh Suparta dan Hery Noer Aly bahwa
tanggung jawab guru adalah segala tindakannya dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya didasarkan pada pertimbangan professional
secara tepat, jangan sampai jatuh ke tangan orang yang bukan ahlinya
(Suparta dan Hery Noer Aly,2003:3-4).

2. Dimensi-Dimensi Kompetensi Guru


Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi keperibadian, kompetensi sosial dan
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. Februari 2017 141

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi


(Undang-Undang Guru dan Dosen,2005:11)
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik “. Kompetensi
ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program
pembelajaran, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola
proses belajar mengajar, kemampuan penggunaan media/sumber
belajar dan kemampuan penilaian (Joni T. Raka,1984:1). Karena
itu seorang guru adalah manusia menjadi kholifah di muka bumi
ini termasuk makhluk pedagogik yaitu makhluk Allah yang
dilahirkan membawa potensi dididik dan mendidik (Sudiyono,
2009:1). Jadi kompetensi pedagogik adalah kompetensi guru
dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan proses
belajar mengajar dan melaksanakan penilaian proses belajar
mengajar.
b. Kompetensi Profesional
Menurut Muhammad Surya kompetensi Profesional
adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat
mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi
Profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya
yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta
metodenya, dan rasa kebersamaan dengan guru lainnya
(Muhammad Surya, 2003:138). Jonshon sebagaimana dikutip
Muhammad mengemukakan kemampuan profesional mencakup
(1) penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dan bahan
yang diajarkan tersebut, (2) penguasaan dan penghayatan atas
landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, (3)
penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan
pembelajaran siswa (Muhammad,2003:138).
Miftahul Ulum dalam bukunya Pengantar Pendidikan
Islam bahwa guru profesional ada 3 karakter, yaitu : (1) harus
menguasai bidang keilmuan, pengetahuan dan ketrampilan yang
diajarkan kepada murid, (2) harus memiliki kemampuan
menyampaikan pengetahuan yang dimiliki secara efisien dan
efektif, (3) harus memiliki kepribadian dan budi pekerti yang
mulia dan dapat mendorong para siswa untuk mengamalkan ilmu
142 Mansyur, Keterampilan Dasar Mengajar.....

yang diajarkannya dan agar guru dijadikan suri teladan atau


panutan dalam setiap prilakunya (Miftahul Ulum, 2007:112).
Abudin Nata dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam
mengatakan bahwa ada tiga kriteria suatu pekerjaan profesional
yaitu : mengandung unsur pengabdian, mengandung unsur
idealisme dan mengandung unsur pengembangan (Abudin Nata,
2007:137-138).

c. Kompetensi Sosial
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa
siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar
di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses
komunikasi. Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen
kompetensi sosial adalah “ kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik,
sesama guru, orang tua/wali, peserta didik dan masyarakat
(Undang-Undang Guru dan Dosen,2005:15).
d. Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya
mengajar, memiliki karakteristik kepribadian, memiliki
karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian
yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan
yang baik terhadap anaik didik maupun masyarakatnya, sehingga
guru akan tampil sebagai sosok yang patut digugu atau ditaati.
Kepribadian guru merupakan faktor penting bagi keberhasilan
belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah
menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan
apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak
didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi
masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (Muhibin Syah,2000 : 225-226).

D. Proses Pembelajaran Micro

1. Pengertian Pembelajaran Micro


Pembelajaran Micro dapat diartikan sebagai cara latihan
ketrampilan keguruan atau praktek mengajar dalam lingkup
kecil/terbatas dan merupakan model pembelajaran yang dikecilkan
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. Februari 2017 143

atau disebut juga dengan real teaching (Zainal Asril, 2011:43).


Adapun jumlah peserta pembelajaran micro berkisar antara 5
sampai 10 orang, ruang kelasnya terbatas, waktu pelaksanaannya
berkisar antara 10 dan 15 menit, terfokus kepada keterampilan
mengajar tertentu, dan pokok bahasannya disederhanakan.

2. Tujuan Pembelajaran Micro


Menurut T. Gilarso dalam Zainal Asril bahwa tujuan
pembelajaran Micro ada dua tujuan yaitu :
a. Tujuan Umum, yaitu melatih kemampuan dan keterampilan
dasar keguruan.
b. Tujuan Khusus, yaitu melatih calon guru untuk terampil
dalam membuat desain pembelajaran, mendapatkan profesi
keguruan dan menumbuhkan rasa percaya diri (Zainal
Asril,2011:46).
Oemar Hamalik dalam bukunya “ Pendidikan Guru
Berdasarkan Pendekatan kompetensi “ mengatakan bahwa tujuan
pembelajaran micro bagi guru untuk mengembangkan keterampilan
mengajar pada guru dan bermanfaat untuk memupuk kompetensi
profesional guru (Oemar Hamalik,2002:144).
Dengan demikian pembelajaran micro dapat membekali guru
atau calon guru bermacam-macam keterampilan dasar mengajar dan
sebagai sarana latihan dalam mempraktikkan keterampilan dasar
mengajar. Sasaran akhir yang akan dicapai dalam pembelajaran micro
adalah terbinanya calon guru memiliki pengetahuan tentang proses
pembelajaran dan terampil dalam proses pembelajaran serta memiliki
sikap dan perilaku yang baik sebagai seorang guru.

3. Prosedur Pembelajaran Micro


Pelaksanaan pembelajaran micro bertujuan membekali calon
guru sejumlah keterampilan dasar mengajar, dan siklus pembelajaran
micro adalah :
a. Memahami teori keterampilan dasar mengajar
b. Mendiskusikan keterampilan dasar yang harus dikerjakan
c. Dipraktikkan dengan teman-teman selama 10 - 15 menit
d. Direkam dengan video, dan diputar ulang sebagai bahan
masukan terhadap keterampilan dasar yang sudah dilatihkan.
e. Jika perlu dilatihkan pada kelompok yang berbeda, untuk
melihat kelemahan-kelemahan terdahulu.
144 Mansyur, Keterampilan Dasar Mengajar.....

f. Pengajaran micro ada kaitannya dengan praktik di lapangan


dalam situasi yang sesungguhnya.
Adapun prosedur pembelajaran micro terdiri dari :
a. Mahasiswa atau calon guru harus menyusun Satuan
Pembelajaran (SP) atau Rencana Pembelajaran (RP) atau
skenario, lama pembelajaran antara 10 sampai 15 menit, diketik
rapi dan diserahkan kepada dosen pembimbing sebelum tampil
untuk mencocokkan apa yang ditulis sesuai dengan yang
diperaktikkan.
b. Bagi mahasiswa yang tidak tampil sebagai sebagai guru, maka
bertugas sebagai supervisor, pengamat tertulis, pengamat lisan
atau sebagai siswa.
Pada prinsipnya proses pembelajaran micro
mengimpelementasikan keterampilan dasar mengajar dalam bentuk
latihan di depan teman-teman sendiri (peer-teaching)dan tahap
mengajar di hadapan siswa sesunguhnya (real-teaching). Dalam
latihan pembelajaran micro, calon guru akan dilatih mempraktikkan
teori-teori dari delapan keterampilan dasar mengajar. Pengajaran
Micro sangat efisien dan efektif, sehingga berguna sebagai latihan
pre-service dan latihan in-service, latihan supervisor, dan latihan
penyuluhan untuk mencobakan mengajar dengan metode-metode
yang baru (Oemar Hamalik, 2002:163).
Di samping itu juga delapan keterampilan dasar tersebut akan
dijadikan format penilaian dalam latihan atau ujian micro teaching.
Karena itu dalam Rencana Program Pembelajaran (RPP) langkah-
langkah pembelajarannya mengaflikasikan keterampilan dasar
mengajar. Kalau tidak memuat keterampilan dasar secara utuh , maka
seorang calon guru dianggap belum berhasil melaksanakan
pembelajaran micro dan perlu dipahami dan dilatih kembali
bagaimana cara penguasaan keterampilan dasar secara
optimal/maksimal.
Proses pembelajaran micro juga mengimpelementasikan
empat kompetensi guru ( kompetensi pedagogik, profesional,
kepribadian dan sosial ) dalam proses belajar mengajar. Sebagai
contoh merencanakan program pembelajaran, melaksanakan program
pembelajaran dan mengevaluasi program pembelajaran adalah
komponen kompetensi pedagogik yang merupakan bagian dari
komponen pembelajaran micro. Penguasaan materi dan kemampuan
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. Februari 2017 145

menyampaikan materi merupakan komponen kompetensi pedagogik


yang merupakan bagian dari komponen pembelajaran micro.
Di samping itu proses pembelajan micro dapat juga
membekali calon guru dalam menguasai keterampilan dasar
mengajar. Proses micro teaching dari awal sampai akhir kegiatan
dapat mengukur keterampilan dasar mengajar dan penguasaan
kompetensi guru atau calon guru dengan kriteria sangat baik, baik,
sedang, cukup atau kurang. Apabila nilainya masih kategori cukup
apalagi kurang maka dilaksanakan latihan mengajar micro ulang
sampai mencapai kriteria sangat baik atau baik. Selama kegiatan
pembelajaran micro berlangsung dicatat dan direkam, dan pada suatu
saat dapat dikaji ulang. Penilaian pembelajaran micro adalah
penilaian terhadap keterampilan dasar mengajar dan sekaligus
penilaian empat kompetensi guru yang termuat dalam desain
pembelajaran.

E. Penutup

Keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus


dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai guru. Keterampilan
tersebut melekat pada profesinya sebagai hasil proses pendidikan
yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan. Keterampilan
mengajar atau teaching skill dapat dilatihkan melalui micro teaching
yang harus dikuasai oleh praktikan atau calon guru sebelum
melaksanakan praktik pengalaman lapangan di lembaga pendidikan.
Ada delapan komponen keterampilan dasar mengajar yaitu
keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan,
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas
dan keterampilan mengajar kelompok kecil atau perorangan.
Pembelajaran Micro dapat diartikan sebagai cara latihan
ketrampilan keguruan atau praktek mengajar dalam lingkup
kecil/terbatas dan merupakan model pembelajaran yang dikecilkan
atau disebut juga dengan real teaching. Dengan demikian
pembelajaran micro dapat membekali guru atau calon guru
bermacam-macam keterampilan dasar mengajar dan sebagai sarana
latihan dalam mempraktikkan keterampilan dasar mengajar.
146 Mansyur, Keterampilan Dasar Mengajar.....

DAFTAR PUSTAKA

Asril, Zainal. 2011. Micro Teaching: Disertai dengan Program


Pengalaman Lapangan, Rajawali, Jakarta.

Usman, Uzer Moh. 1995. Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja


Rosdakarya, Bandung.

Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan


Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 2005, Fokus Media,


Bandung.

Sunhaji. 2009. Strategi Pembelajaran : Konsep Dasar, Metode, dan


Aplikasi dalam Proses Belajar Mengajar, Grafindo Litera Media,
Yogyakarta.

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum


Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta.

Alma, Buchari, et al. 2012. Guru Profesional : Menguasai Metode


dan Terampil Mengajar, Alfabeta, Bandung.

Gilarso, T. 1986. Program Pengalaman Lapangan, Andi Ofset,


Yogyakarta.

A.M, Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,


Rajawali Press, Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar


Mengajar, Cetakan ke 3, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional .2004. Peningkatan Mutu


Pendidikan di Sekolah dasar, PEQIP, Jakarta.
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. Februari 2017 147

Suparta dan Hery Noer Aly. 2003. Metodologi Pengajaran Agama


Islam, Amissco, Jakarta.

Raka, Joni T. 1984. Pedoman Umum Alat Penilaian Kemampuan


Guru, Dirjen Dikti, Jakarta.

Muhammad Surya 2003, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran,


Yayasan Winaya, Bandung.

Ulum, Miftahul. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, STAIN Po


Press, Yogyakarta.

Nata, Abudin. 2007. Paradigma Pendidikan Islam, PT. Grafindo,


Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru : Berdasarkan Pendidikan


Kompetensi, Cetakan ke 2, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai