Anda di halaman 1dari 39

Makalah

MEMAHAMI KETERAMPILAN MENGAJAR

Oleh:
Kelompok 10

Rahmat Ramdhan Amir (2202010138)


Mutiara Manda (2202010139)

Dosen Pengampu :
Erwatul Efendi, S.Pd.i, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah SKI, dengan
judul: “Memahami Keterampilan Mengajar”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Palopo, 04 Desember 2023

Kelompok 10

II
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................1

A. Latar Belakang...............................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................2

A. Keterampilan Membuka dan Menutup...........................2

B. Keterampilan Bertanya...................................................9

C. Keterampilan Memberikan Penguatan.........................12

D. Keterampilan Mengadakan Variasi..............................16

E. Keterampilan Menjelaskan...........................................18

F. Keterampilan Bimbingan Diskusi Kelompok..............23

G. Keterampilan Mengelolah Kelas..................................29

BAB III PENUTUP................................................................34

A. Kesimpulan...................................................................34

B. Saran.............................................................................34

DAFTAR PUSTAKA.............................................................36

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan pilar utama dalam pembentukan generasi masa
depan, dan kualitas pengajaran menjadi faktor kunci dalam menentukan
keberhasilan proses pembelajaran. Memahami keterampilan mengajar adalah
langkah awal yang esensial bagi setiap pendidik yang berkomitmen untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Keterampilan mengajar
tidak sekadar berkaitan dengan kemampuan menyampaikan informasi,
melainkan juga melibatkan aspek-aspek psikologis, sosial, dan teknologis
yang semakin penting di era digital ini.
Dalam mengembangkan keterampilan mengajar, pendidik perlu
memahami bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Oleh
karena itu, kemampuan untuk beradaptasi dan mengakomodasi kebutuhan
individu menjadi kunci keberhasilan. Selain itu, penggunaan teknologi
menjadi semakin integral dalam proses pembelajaran, memerlukan
penguasaan keterampilan digital agar pengajaran dapat relevan dan menarik
bagi generasi pelajar masa kini.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Keterampilan Membuka dan Menutup?


2. Bagaimana Keterampilan Bertanya?
3. Bagaimana Keterampilan Memberikan Penguatan?
4. Bagaimana Keterampilan Mengadakan Variasi?
5. Bagaimana Keterampilan Menjelaskan?
6. Bagaimana Keterampilan Bimbingan Diskusi Kelompok?
7. Bagaimana Keterampilan Mengelolah Kelas?

1
BAB II
PEMBAHASAN

Keterampilan dasar mengajar merupakan satu keterampilan yang


menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. penguasaan
terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan
pembelajaran secara lebih efektif. keterampilan dasar mengajar bersifat generik,
yang berarti bahwa keterampilan ini perlu dikuasai oleh semua guru, baik guru
TK, SD, SMP, SMA maupun dosen di perguruan tinggi. dengan pemahaman dan
kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan
terintegrasi, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

A. Keterampilan Membuka dan Menutup

1. Pengertian Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang


dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan
prakondisi peserta didik agar minat dan perhatiannya terpusat pada apa
yang akan dipelajarinya. Kegiatan membuka pelajaran dilakukan pada
awal perkuliahan. Pada saat ini tenaga pendidik mengemukakan tujuan
yang akan dicapai, menarik perhatian peserta didik, memberi acuan, dan
membuat kaitan antara materi yang telah dikuasai oleh peserta didik
dengan bahan yang akan dipelajarinya. Guru dikatakan telah membuka
pelajaran apabila telah berhasil membuka konflik psikis pada diri siswa
siswa.

Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang


dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup
pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar

2
mengajar. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup
pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran
tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang
diberikan selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka
pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan
kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada
kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.

2. Tujuan Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Keterampilan membuka dan menutup pelajaran mempunyai
beberapa tujuan, antara lain:

 Membantu mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat


membayangkan pelajara yang akan dipelajari.
 Menimbulkan minat dan perhatian peserta didik pada apa yang akan
dipelajari.
 Membantu peserta didik untuk mengetahui batas-batas tugas yang
akan dikerjakan.
 Membantu peserta didik untuk mengetahui hubungan antara
pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru
yang akan dipelajari atau yang belum dipelajari atau yang belum
dikenalnya.
Tujuan keterampilan menutup pelajaran, antara lain:

 Mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari


materi pelajaran.
 Mengetahui tingkat keberhasilan tenaga pendidik dalam
pembelajaran.
3. Manfaat Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Manfaat keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam
pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap proses dan hasil belajar,
antaralain:

3
 Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-
tugas yang akan dikerjakan.
 Siswa mengetahui dengan pasti batas-batas tugas yang akan
dikerjakan.
 Siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-
pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-
bagian dari suatu mata pelajaran.
 Siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang
telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang
masih asing baginya.
 Siswa dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-
keterampilan atau konsep-konsep yang tercakup dalam suatu
peristiwa.
 Siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam
mempelajari pelajaran itu, Sedangkan guru dapat mengetahui
tingkat keberhasilannya dalam mengajar.
4. Prinsip-Prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, ada prinsip-
prinsip yang mendasari penggunaan komponen keterampilan membuka
dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-
prinsip itu adalah sebagai berikut:

 Bermakna

Dalam usaha menarik perhatian atau memotivasi siswa guru


hendaknya memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran.
Cara atau usaha yang sifatnya dicari-cari atau dibuat-buat hendaknya
dihindarkan. Cerita singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya
dengan pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi akan
gagal dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan pelajaran.

 Berurutan dan berkesinambungan

4
Aktivitas yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan
dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya
merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan prinsip
berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan
yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitannya yang jelas
antara satu bagian dengan bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilki siswa.

5. Komponen-Komponen Keterampilan Membuka dan Menutup


Pelajaran
Penerapan keterampilan membuka pelajaran pada awal suatu
jam pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran,
guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komponen-
komponen keterampilan membuka pelajaran itu meliputi: menarik
perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan dan
membuat kaitan. Tiap komponen terdiri dari beberapa kelompok aspek
dan kegiatan yang saling berhubungan. Sebagai keterampilan maka
sifatnya integratif dan ada beberapa komponen yang tumpang tindih.
Komponen-komponen dan aspek-aspeknya menurut Abimanyu (1985)
adalah sebagai berikut:

a. Menarik perhatian siswa


Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik
perhatian siswa, antara lain seperti berikut:

1) Gaya mengajar guru.

Guru hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya agar dapat


menimbulkan perhatian siswa. Misalnya guru memilih posisi di kelas dan
memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasanya dia kerjakan dalam
membuka pelajaran.

2) Penggunaan alat bantu mengajar.

5
Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti
gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa,
serta dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan
antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari.

3) Pola interaksi yang bervariasi.

Variasi pola interaksi guru siswa yang biasa, seperti guru


menerangkan siswa mendengarkan, atau guru bertanya siswa menjawab,
hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa belum
sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan
dipelajari. Oleh karena itu, agar siswa dapat tertarik perhatiannya, guru
hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam
menyelenggarakan pembelajaran.

b. Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur membuka pelajaran adalah
memilih secara hati-hati hal-hal yang menjadi perhatian siswa. Hal-hal
yang menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat digunakan untuk
menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran
menjadi dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan
berbagai cara untuk menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat)
cara untuk menimbulkan motivasi, yaitu:

1) Dengan kehangatan dan keantusiasan


Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan
hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor
dari dalam yang mendorong tingkah laku dan kesenangan dalam
mengerjakan tugas. Siswa akan timbul motivasinya untuk belajar.

2) Dengan menimbulkan rasa ingin tahu

6
Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara
menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa.

3) Mengemukakan ide yang bertentangan


Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan
ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi-
kondisi dari kenyataan sehari-hari.

4) Dengan memperhatikan minat siswa

Guru dapat menimbulkan motivasi siswa dengan cara


menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati siswa.

c. Memberi acuan (structuring)


Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan
secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan
siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan
dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi
pelajaran. Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru
adalah:

1) Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.


Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan
pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, agar
mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi
pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan.

2) Menyarankan langkah – langkah yang akan dilakukan

Pada permulaan atau pada saat-saat tertentu selama


penyajian pelajaran, siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari
materi pelajaran jika guru dapat memberi saran-saran tentang langkah-
langkah kegiatan yang akan dilakukan.

3) Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas

7
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya dengan
mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal positif dari sifat-sifat
tentang sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan
sebagainya. Di samping hal-hal positif, kemudian siswa perlu pula
diingatkan untuk menemukan hal-hal yang negatif, yang hilang atau yang
kurang lengkap.

4) Mengajukan pertanyaan – pertanyaan

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebelum mulai


menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan siswa dalam
mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari

d. Membuat kaitan
Jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru,
guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang telah dikenal siswa
atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan kebutuhan-kebutuhan
siswa. Hal itulah yang disebut bahan pengait. Contoh usaha-usaha guru
untuk membuat kaitan:

1) Membuat kaitan antar aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang
telah dikenal siswa. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali
sampai seberapa jauh pelajaran yang diberikan sebelumnya telah
dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
siswa, tetapi dapat pula merangkum isi materi pelajaran terdahulu secara
singkat.

2) Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru


dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal ini dilakukan jika bahan
baru itu erat kaitannya dengan bahan pelajaran yang telah dikuasai.

8
3) Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum
menyajikan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan karena bahan
pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru.
B. Keterampilan Bertanya
Dengan pertanyaan dosen dapat mengaktifkan mahasiswa sehingga
terlibat optimal dalam pembelajaran, di samping dapat mengecek pemahaman
mahasiswa terhadap materi yang sedang dibahas. keterlibatan ini akan mampu
meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar karena ia merasa ikut berperan
dalam pembelajaran. perlu dikatakan, bahwa dalam konteks ini, yang dimaksud
dengan pertanyaan adalah semua pertanyaan dosen yang meminta respon dari
mahasiswa. dengan demikian, kalimat perintah dan kalimat tanya, dalam konteks
ini, termasuk ke dalam jenis pertanyaan.

Rasional perlunya keterampilan bertanya

Setidaknya terdapat 4 alasan mengapa dosen perlu menguasai keterampilan


bertanya, yaitu:

Pertama, pada umumnya dosen masih cenderung memodifikasi kelas


dengan metode ceramahnya. dosen masih beranggapan bahwa dia adalah sumber
informasi, sedangkan mahasiswa adalah penerima informasi. oleh karena itu,
mahasiswa bersikap pasif dan menerima, tanpa keinginan dan keberanian untuk
mempertanyakan hal-hal yang menimbulkan keraguannya. dengan dikuasainya
keterampilan bertanya oleh dosen, dapat mendorong mahasiswa menjadi lebih
aktif, kegiatan pembelajaran menjadi lebih bervariasi dan mahasiswa dapat
berfungsi sebagai sumber informasi.

Kedua, kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat yang tidak


membiasakan anak untuk bertanya sehingga keinginan anak untuk bertanya tidak
tersalurkan. situasi seperti ini berpengaruh dalam kelas. kesempatan bertanya yang
diberikan oleh dosen tidak banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa, sedangkan
dosen tidak berusaha untuk menggugah keinginan mahasiswa untuk bertanya.

9
Ketiga, penerapan pendekatan yang berpusat pada kegiatan pembelajaran
menuntut keterlibatan mahasiswa secara mental intelektual. salah satu ciri dari
pendekatan ini yaitu adanya keberanian mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan
tentang hal-hal yang memang perlu dipertanyakan. hal ini hanya mungkin terjadi
jika dosen sendiri menguasai keterampilan bertanya yang mampu menggugah
keinginan siswa untuk bertanya.

Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan dosen


hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.

Fungsi pertanyaan

Turney (1979) mengidentifikasi 12 fungsi pertanyaan, kedua belas fungsi


tersebut antara lain:

1. Membangkitkan minat dan keingintahuan mahasiswa tentang suatu topik


2. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu
3. Menggalakkan penerapan belajar aktif
4. Merangsang mahasiswa memberikan pertanyaan sendiri
5. Menstrukturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung
secara maksimal
6. Mendiagnosis kesulitan belajar mahasiswa
7. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua mahasiswa harus
terlibat secara aktif dalam pembelajaran
8. Menyediakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendemonstrasikan
pemahamannya tentang informasi yang diberikan
9. Melibatkan mahasiswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat
mendorong mengembangkan proses berpikir
10. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pertanyaan teman atau
pernyataan guru.
11. Memberi kesempatan untuk belajar berdiskusi
12. Membantu siswa menyatakan perasaan dan pikiran.
Pembagian keterampilan bertanya

10
Keterampilan bertanya dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai
berikut:

a. Keterampilan bertanya dasar, terdiri dari komponen-komponen berikut:

1. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, sehingga mudah


dipahami oleh mahasiswa.
2. Pemberian acuan, yaitu informasi yang diberikan sebelum mengajukan
pertanyaan. informasi ini diperlukan sebagai pedoman untuk menjawab
pertanyaan.
3. Pemusatan perhatian, yaitu memfokuskan perhatian mahasiswa pada
pokok masalah sesuai dengan pertanyaan.
4. Pemindahan gilirannya. satu pertanyaan yang kompleks dapat dijawab
oleh beberapa mahasiswa, sehingga semua aktif memikirkan pertanyaan
yang diberikan.
5. Penyebaran berarti penyebaran giliran untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh dosen. dosen mengajukan pertanyaan kepada seluruh
mahasiswa kemudian menyebarkan pertanyaan secara acak sehingga
semua mahasiswa siap untuk mendapat giliran. dengan kata lain
pertanyaan yang diajukan dosen, hendaknya diajukan ke seluruh kelas,
bukan kepada mahasiswa tertentu.
6. Pemberian waktu berpikir. setelah mengajukan pertanyaan, dosen
hendaknya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berpikir,
sebelum meminta jawaban.
7. Pemberian tuntutan. tuntunan dapat diberikan dengan cara : 1)
Mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain 2) Menyederhanakan
pertanyaan, dan 3) Mengulangi penjelasan (acuan) sebelumnya.

b. Keterampilan bertanya lanjut, dikembangkan berdasarkan penguasaan kete


rampilan bertanya besar. hal ini mengandung makna bahwa ketika
menerapkan keterampilan bertanya lanjut dosen juga menggunakan

11
keterampilan bertanya dasar. Adapun komponen bertanya lanjut adalah
sebagai berikut:

1. Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, yaitu


dari tingkatan yang paling rendah ke-tingkat yang lebih tinggi seperti
memahami, menerapkan, menganalisis dan mensintesis, mengevaluasi,
dan mengkreasi.
2. Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai dari yang sederhana sampai
kepada pertanyaan yang kompleks.
3. Penggunaan pertanyaan pelacak dapat dengan berbagai teknik seperti
klarifikasi, meminta mahasiswa memberi alasan atas jawabannya, meminta
kesepakatan dari mahasiswa lain atas suatu pandangan.
4. Peningkatan terjadinya interaksi, merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan keterlibatan mental intelektual siswa secara maksimal.
Apabila dosen mampu menguasai keterampilan diatas, maka ia akan
mampu bertanya secara efektif sehingga akan terlaksana pembelajaran yang aktif
dan efektif.

C. Keterampilan Memberikan Penguatan


Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
keterampilan memberikan penguatan sangat diperlukan karena merupakan
dorongan bagi mahasiswa untuk penampilannya serta dapat meningkatkan
perhatian.

Dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, tujuan memberi


penguatan adalah untuk:

1. Meningkatkan perhatian siswa.


2. Membangkitkan dan memelihara motivasi siswa
3. Memudahkan siswa belajar

12
4. Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong
munculnya perilaku posesif
5. Menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
6. Memelihara iklim kelas yang kondusif.
Komponen keterampilan memberi penguatan

Penguatan dapat diberikan dalam bentuk penguatan verbal dan penguatan


non verbal. komponen-komponen keterampilan memberikan penguatan yang
harus dikembangkan oleh dosen adalah sebagai berikut:

a) Penguatan Verbal

Penguatan verbal merupakan penguatan yang mudah digunakan dalam


kegiatan pembelajaran, namun sering diabaikan. penguatan jenis ini dapat
diberikan dalam bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan
yang dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan mahasiswa. apresiasi
tersebut dapat berupa kata, frasa, kalimat, ataupun penjelasan secara lisan.

b) Penguatan non verbal

Berbagai cara digunakan untuk memberi penguatan non verbal antara


lain sebagai berikut:

1. Mimik dan gerakan badan

Mimik dan gerakan badan seperti senyuman, anggukan, tepukan tangan,


atau acuan ibu jari dapat dijadikan sarana menyampaikan pesan tentang
penerimaan dosen atas respon mahasiswa, yang akan menjadi penguatan yang
sangat berarti.

2. Gerak mendekati

Melangkah mendekati siswa, berdiri disamping mahasiswa atau


kelompok mahasiswa, dalam situasi yang lain duduk diantara mahasiswa atau
kelompok mahasiswa merupakan berbagai cara dalam memberikan penguatan

13
melalui gerak mendekati. tujuan gerak mendekati adalah memberikan perhatian,
menunjukkan rasa senang akan pekerjaan mahasiswa, bahkan juga memberi rasa
aman kepada mereka.

3. Sentuhan

Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu atau pundak, menjabat tangan


atau mengangkat tangan mahasiswa jika dilakukan dengan tepat dapat merupakan
penguatan yang efektif.

4. Kegiatan yang menyenangkan

Pada dasarnya mahasiswa akan menjadi senang jika diberikan


kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi kegemarannya atau sesuatu
yang memungkinkan dia berprestasi. oleh karena itu, kegiatan yang disenangi
mahasiswa dapat digunakan sebagai penguatan.

5. Pemberian token (simbol atau benda)

Dalam situasi tertentu, penguatan dapat pula diberikan dalam bentuk


simbol atau benda tertentu. simbol dapat berupa tanda bintang, komentar tertulis
pada buku mahasiswa, berbagai tanda warna tertentu. sementara itu, benda yang
digunakan sebagai penguatan dapat berupa benda-benda kecil yang harganya tidak
terlalu mahal, tetapi berarti bagi mahasiswa atau buku. misalnya, kartu bergambar,
pensil atau buku tulis, pin dan lain-lain.

c) Penguatan tak penuh

Selain kedua jenis penguatan diatas, ada satu cara pemberian penguatan
yang disebut dengan penguatan tak penuh. sesuai dengan penguatan tak penuh.
sesuai dengan namanya, penguatan tak penuh diberikan untuk jawaban atau
respons mahasiswa yang hanya sebagian benar, sedangkan bagian lainnya masih
perlu diperbaiki. untuk itu dosen berkata: “Bagian pertama dari jawaban anda
sudah benar, tetapi alasan yang saudara berikan belum tepat”. Selanjutnya dosen
meminta mahasiswa lain untuk memperbaiki jawaban yang belum tepat tersebut.

14
dengan demikian mahasiswa mendapatkan balikan atas jawabannya sehingga
dapat menjadi penguatan yang bermakna.

Dalam memberikan penguatan, dosen perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1. Penguatan harus diberikan dengan hangat dan antusias, Kehangatan dan


antusiasme dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan
muka/wajah berseri disertai senyuman, suara yang riang penuh dengan
perhatian atau sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan
memang sungguh-sungguh. sebaliknya, penguatan yang diberikan dengan
suara lesu, sikap acuh tak acuh, wajah yang murung, tidak akan ada
dampak positif bagi mahasiswa, bahkan hanya akan menimbulkan kesan
negatif bagi mereka.
2. Penguatan yang diberikan harus bermakna, Penguatan yang diberikan
harus bermakna, artinya, mahasiswa akan menjadi terdorong untuk
meningkatkan penampilannya, karena balikan yang diberikan oleh dosen.
3. Hindarkan respon negatif terhadap jawaban mahasiswa, Respon negatif
seperti kata-kata kasar, cercaan, hinaan, hukuman atau ejekan merupakan
senjata ampuh yang dapat menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan
kepribadian mahasiswa. oleh karena itu, dosen hendaknya menghindari
segala jenis respon negatif tersebut. Sasaran penguatan harus jelas,
misalnya penguatan kepada siswa tertentu, “Ali, jawabanmu tepat sekali”.
Contoh, penguatan kepada kelompok mahasiswa secara utuh, “Wah,
keterlibatan kelas ini dapat menjadikan contoh bagi yang lain”. singkat
kata, setiap penguatan yang diberikan oleh dosen harus jelas sasarannya,
apakah ditujukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok kecil
mahasiswa atau kepada keseluruhan.
4. Agar menjadi lebih efektif, penguatan harus diberikan segera setelah
perilaku yang baik ditunjukkan. Agar dampak positif yang diharapkan
tidak menurun bahkan hilang penguatan haruslah diberikan segera setelah
siswa menunjukkan respons yang ditunjukkan dengan ada waktu tunggu

15
antara respons yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan, supaya
jelas sasaran penguatan-nya.
5. Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi. Pemberian
penguatan sebaiknya dilakukan secara bervariasi agar dampak positifnya
tinggi serta menghindari kejenuhan. penguatan verbal dengan kata-kata
yang sama dan terus-menerus akan kehilangan makna hingga tidak berarti
apa-apa bagi siswa. Demikian juga penguatan non verbal yang dilakukan
secara terus-menerus akan membosankan dan tidak berdampak apa-apa,
bahkan mungkin akan menimbulkan respons negatif, misalnya menjadi
bahan tertawaan. oleh karena itu, variasi dalam memberikan pengetahuan
menjadi penting.

D. Keterampilan Mengadakan Variasi


Variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah perubahan dalam proses
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para mahasiswa serta
mengurangi kejenuhan dan kebosanan. variasi adalah keanekaan yang membuat
sesuatu tidak menonton. variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau
perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat.

Variasi dalam kegiatan pembelajaran bertujuan antara lain untuk hal-hal


sebagai berikut:

1. menghilangkan kebosanan dalam belajar


2. meningkatkan motivasi dalam mempelajari sesuatu
3. mengembangkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal
baru.
4. meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3
bagian yait :

1. Variasi dalam gaya mengajar, Yang dapat divariasikan berkaitan dengan gaya
mengajar, yang ialah sebagai berikut:

16
 Variasi suara, suara dosen dapat dijadikan merupakan faktor yang
sangat penting di dalam kelas karena sebagian besar kegiatan kelas
bersumber dari hal-hal yang disampaikannya secara lisan. oleh sebab
itu dalam mengelola kelas dosen perlu melakukan berbagai cara untuk
menghasilkan suara yang bervariasi, misalnya suara yang direkam.
 Pemusatan perhatian, yaitu dengan mengucapkan kata-kata tertentu
secara khusus disertai isyarat atau gerakan seperlunya misalnya, dosen
mengucapkan, “Jangan lupakan ini!”, sambil menggaris bawahi kata-
kata yang dimaksud.
 Kesenyapan, yaitu diam sejenak sambil memberi kesempatan untuk
mengendapkan materi yang dipelajari, atau untuk menghentikan
keramaian kelas.
 Mengadakan kontak pandang, merupakan salah satu cara dalam
mengelola pembelajaran dengan berbagai tujuan antara lain mengecek
pemahaman siswa atau memberi perhatian khusus, membangun
keakraban hubungan antara dosen dan mahasiswa dalam kegiatan
pembelajaran.
 Variasi gerakan badan dan mimik, merupakan alat komunikasi yang
efektif yang dapat mengkomunikasikan pesan secara lebih efektif
dibandingkan dengan ucapan yang bertele-tele.
 Perubahan dalam posisi dosen, harus dilakukan dengan tujuan tertentu
serta terkesan wajar dan tidak dibuat-buat.
2. Variasi dalam penguatan media dan bahan pelajaran,

Alat dan media pembelajaran merupakan suatu faktor yang penting


dalam proses kegiatan pembelajaran. alat bantu pelajaran dapat dikreasikan sesuai
dengan fungsinya serta variasi kesensitifan indera para mahasiswa. sebagaimana
diketahui ada mahasiswa yang lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan,
melihat, meraba, mencium, atau diberi kesempatan untuk memanipulasi
media/alat bantu yang digunakan, sesuai dengan variasi tersebut maka variasi
penggunaan alat bantu pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut :

17
 Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat dilihat, Contohnya : gambar-
gambar, ukiran, peta, globe, dan semua alat yang dapat dilihat manusia
 Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat didengar, Contohnya :
rekaman suara bintang, rekaman pidato, rekaman nyanyian, rekaman kuis
atau ujian listening, radio, dll.
 Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat diraba dan dimanipulasi,
Contohnya : biji-bijian, binatang kecil yang hidup, patung, alat mainan,
alat-alat laboratorium, globe, dll.
3 Variasi variasi dalam pola interaksi dan kegiatan,

Variasi yang dilakukan hendaknya sesuai dengan kondisi kelas, lancer,


dan logis, sehingga tidak mengganggu alur pembelajaran yang sedang
berlangsung.

Prinsip penggunaan

Agar variasi dapat berfungsi secara efektif, dosen perlu memperhatikan


hal-hal berikut ini :

 Variasi yang dibuat harus mengandung maksud tertentu serta sesuai


dengan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik kemampuan mahasiswa,
latar belakang sosial budaya, materi yang sedang disajikan, dan
kemampuan guru menciptakan variasi tersebut
 Variasi harus terjadi secara wajar, tidak berlebihan sehingga tidak
mengganggu terjadinya kegiatan pembelajaran.
 Variasi harus berlangsung secara lancar dan berkesinambungan, sehingga
tidak merusak suasana kelas dan tidak mengganggu jalannya kegiatan
pembelajaran
 Komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan
perencanaan yang baik perlu dirancang secara cermat dan dicantumkan
dalam rencana pembelajaran. selain itu, perubahan komponen
keterampilan mengadakan variasi dapat dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung sesuai dengan balikan yang diterima

18
E. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah
penyajian informasi secara lisan yang diorganisir dengan sistematis
untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu pesan dengan pesan
yang lainnya, sehingga tercapailah suatu pemahaman yang
diinginkan. Misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh
atau dengan suatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang
terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang sesuai
dengan tujuan yang diinginkan merupakan ciri utama kegiatan
menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang
penting dari kegiatan guru dalam berinteraksi dengan siswa di dalam
kelas. Dan biasanya guru lebih mendominasi pembicaraan dan
mempunyai pengaruh atau dapat mempengaruhi siswa melalui
penjelasan dan perkataan yang disampaikannya,sehingga kadangkala
siswa menuruti apa yang diutarakan oleh guru, dengan kata lain siswa
mempercayai bahwa penjelasan dari guru itu benar, misalnya dalam
memberikan fakta, ide atau pendapat. Oleh karena itu penjelasan guru
haruslah tidak rancu dimana bisa mengakibatkan salah pengertian bagi
siswa. Hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya
agar tercapai hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan guru
sehingga bermakna bagi siswa.
a. Tujuan Memberikan Penjelasan
 Membimbing siswa untuk dapat memahami ilmu pengetahuan
secara objektif dan bernalar
 Melatih siswa untuk senantiasa berkonsentrasi dalam menyimak
penjelasan guru sehingga melibatkan mereka untuk berpikir
sambil memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
 Untuk mendapat respon dan timbal balik siswa mengenai tingkat
pemahamannya serta untuk mengatasi kesalahpahaman mereka
 Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses

19
penalaran dengan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan
masalah tersebut

b. Alasan Perlunya Keterampilan Menjelaskan dikuasai oleh Guru


 Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar
merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada
umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada
oleh siswa
 Kadangkala penjelasan yang diberikan oleh guru tidak jelas bagi
murid,tetapi hanya jelas bagi guru itu sendiri. Mungkin
disebabkan karena gaya bahasa yang digunakan guru belum
dapat dicerna atau dinalar oleh siswa atau tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan pemikiran mereka. Hal ini tercermin
dalam ucapan guru: “penerangan Ibu sudah jelas,bukan?”. Oleh
karena itu kemampuan guru dalam mengenal atau menganalisa
tingkat pemahaman siswa sangat dibutuhkan dan sangat penting
dalam proses memberikan penjelasan.
 Tidak semua siswa dapat menggali atau memahami sendiri
pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Oleh karena itu
guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tersebut
 Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh
siswa dalam memahami pelajaran. Guru perlu membantu siswa
dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan
yang cocok dengan materi yang diberikan.

c. Macam-macam Teknik Menjelaskan


 Bertanya
Guru biasanya memulai pelajaran dengan mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan ini sesuai dengan bahan atau materi
yang akan disampaikan kepada siswa.(dalam kegiatan-kegiatan
pembukaan di TK terlihat dalam pembahasan tema atau sub

20
tema yang akan dibicarakan hari tersebut). Kadangkala
pertanyaan juga dipandang sebagai pertanyaan dengan maksud
agar perhatian siswa terpusat pada bahan pelajaran yang akan
disampaikan. Dan biasanya siswa jika dihadapkan dengan suatu
pertanyaan mereka akan takut jika tidak bisa menjawabnya. Oleh
karena itu mereka akan selalu mengulangi bahan yang telah
disampaikan untuk mempersiapkan diri jika suatu saat guru
menanyakannya dalam kelas (sewaktu berlangsungnya jam
pelajaran).
 Penjelasan
Tidak sepenuhnya pertanyaan dari guru dapat terjawab oleh
siswa. Dengan berbagai teknik bertanya secara tidak langsung
berarti siswa dapat memiliki sebagian bahan pelajaran yang akan
diberikan oleh guru di kelas. Sehingga guru harus menjelaskan
dengan memberikan keterangan secukupnya terhadap sebagian
lain pelajaran yang direncanakan. Contoh: “dipegunungan
banyak sekali pepohonan, penduduknya sedikit dan udaranya
segar. Sedangkan di Jakarta pepohonan sedikit, penduduknya
banyak dan udaranya kotor karena mobil-mobil dan mesin
pabrik mengeluarkan udara kotornya. Sehingga udara terasa
semakin panas dan kita menghirup udara kotor yang bisa
menyesakan pernapasan”.
 Memberikan contoh
Pemahaman siswa terhadap konsep baru dapat ditingkatkan
melalui pemberian contoh yang jelas dan nyata yang sedapat
mungkin diambil dari kehidupan sehari-hari yang sekiranya
mudah dicerna atau dipahami oleh siswa tersebut. Pemberian
contoh yang dikaitkan dengan proses pengambilan kesimpulan
dan dari pengambilan kesimpulan dikembangkan dengan contoh
yang lebih dalam akan memberikan penjelasan yang efektif dan
efisien. Sehingga memudahkan siswa dalam merangkaikan

21
pikirannya untuk mencapai pemahaman yang mendalam.
Contoh: “semua benda-benda yang terbuat dari besi dapat ditarik
oleh magnet. Paku, peniti dan anak kunci terbuat dari besi. Jadi
benda tersebut dapat ditarik oleh magnet. (cara induktif) “kertas
lipat, sedotan plastik dan pensil warna tidak dapat ditarik oleh
magnet. Benda-benda tersebut bukan terbuat dari besi. Jadi
benda-benda yang tidak terbuat dari besi tidak dapat ditarik oleh
magnet. (cara deduktif)
d. Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan
Penjelasan yang diberikan guru perlu direncanakan dengan baik
terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan yang menerima
pesan. Yang berkenaan dengan isi pesan atau materi meliputi
penganalisaan masalah secara keseluruhan,penentuan jenis
hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dan
generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
Misalnya kita menganalisa tema dan sub tema yang akan
dibicarakan kepada anak TK serta kemampuan-kemampuan yang
ada pada program kegiatan belajar yang meliputi pengembangan
bahasa, daya pikir, keterampilan dan jasmani serta bagaimana
hubungannya dengan tema dan sub tema yang akan dibicarakan.
Mengenai yang berhubungan dengan yang menerima pesan
(siswa) hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaanperbedaan
pada setiap anak yang akan menerima pesan seperti usia, jenis
kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, bakat, minat serta
lingkungan belajar anak.

e. Penyajian suatu penjelasan


Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Kejelasan: Penjelasan hendaknya diberikan dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa

22
dan menghindari ucapan-ucapan seperti: ”ee”, ”aa”, ”mm”,
”kira-kira”, ”umumnya”, ”seringkali” dan istilah-istilah yang
tidak dapat dimengerti oleh anak
 Pengguanaan contoh dan ilustrasi: dalam memberikan
penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada
hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
 Pemberian tekanan: dalam memberikan penjelasan, guru
harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah-masalah
pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting.
Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat
lisan seperti “yang terpenting adalah” atau “perhatikan
dengan baik,anak-anak. Yang ini agak sukar”.
 Penggunan balikan: “guru hendaknya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman,
keraguan atau ketidakjelasan ketika penjelasan itu diberikan.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
seperti: “apakah anak-anak mengerti dengan penjelasan Ibu
tadi?” dan sebagainya.
F. Keterampilan Bimbingan Diskusi Kelompok
Pengertian Diskusi

Diskusi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang berbentuk kelompok untuk bertukar pikiran, gagasan, dan informasi
secara lisan dan bertatap muka untuk mencari kesepakatan dalam menyelesaikan
suatu masalah. Berdiskusi dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman.
diskusi kelompokyang melibatkan beberapa orang disebut diskusi kelompok.

Menurut (Majid, 2013) Diskusi kelompok adalah suatu proses yang


teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan
atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang

23
memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah
melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial,
serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian, diskusi kelompok dapat
meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi,
termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.

Jadi Keterampilan membimbing diskusi merupakan suatu keterampilan


yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam membina dan mengarahkan
siswanya pada saat diskusi kelompok berlangsung, diskusi kelompok tersebut
bertujuan untuk memecahkan masalah bersama, yang dilakukan secara teratur dan
tatap muka guna untuk berbagi pengalaman, pengetahuan diantara siswanya.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membimbing Diskusi

Menurut (Mulyasa, 2013) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing


diskusi kelompokyaitu;

1. Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik


diskusi. Kegiatannya antara lain, merumuskan tujuan dan topik yang
akan didiskusikan, mengembangkan masalah, catat kesalahan yang
menyimpang, memperluas masalah, intinya merangkum kembali
permasalahan supaya jelas, menjelaskan gagasan peserta didik dengan
memberikan informasi yang jelas.
2. Menganalisis pendapat peserta didik. Yaitu dengan menganalisis
alas an yang dikemukakan memiliki dasar yang kuat, menjelaskan hal-
hal yang telah disepakati. Setelah diperoleh informasi alas an-alasan
dari masing-masing pendapat yang berbeda-beda tersebut, maka
pemimpin diskusi kelompokmenindaklanjuti dengan kesepakatan
terhadap hal-hal mana saja yang disepakati bersama dan yang tidak
disepakati sehingga diskusi kelompoktersebut membuahkan
kesimpulan bersama.
3. Meluruskan alur berpikir peserta didik. Yaitu dengan mencakup
mengajukan beberapa pertanyaan menantang siswa untuk berpikir,

24
member dukungan terhadap pendapat peserta didik yang penuh
perhatian, memberikan waktu berpikir, dan meningkatkan partisipasi
siswa.
4. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi. Yaitu melalui memancing
pendapat peserta didik yang kurang berpartisipasi, mendorong peserta
didik untuk mengomentari pendapat temannya, meminta pendapat
peserta didik ketika terjadi kebuntuan.
5. Menutup kegiatan diskusi. Yaitu dengan cara merangkum hasil
diskusi, tindak lanjut, menilai proses diskusi kelompokyang telah
dilakukan.
Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi

Menurut (Usman, 2013) Komponen Keterampilan Membimbing diskusi


kelompoksebagai berikut:

Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi

Caranya adalah sebagai berikut:

1. Rumuskan tujuan dan topic yang akan dibahas pada awal diskusi.
2. Kemukakan masalah-masalah khusus.
3. Catat perubahan atau penyimpangan diskusi kelompokdari tujuan.
4. Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi.
Memperluas masalah atau urunan pendapat

Selama diskusi kelompokberlangsung sering terjadi penyampaian ide


yang kurang jelas hingga sukar ditangkap oleh anggota kelompok, yang akhirnya
menimbulkan kesalahpahaman hingga keadaan dapat menjadi tegang. Dalam hal
demikian tugas guru dalam memimpin diskusi kelompokuntuk memperjelasnya,
yakni dengan cara:

1. Menguraikan kembali atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi


jelas.

25
2. Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide
tersebut.
3. Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan
atau contoh-contoh yang sesuai hingga kelompok memperoleh
pengertian yang lebih jelas.
Menganalisis pandangan siswa

Di dalam diskusi kelompoksering terjadi perbedaan di antara anggota


kelompok. Dengan demikian guru hendaklah mampu menganalisis alas an
perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut:

1. Meneliti apakah alas an tersebut memang mempunyai dasar yang kuat.


2. Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
Meningkatkan usulan siswa

Beberapa cara untuk meningkatkan urunan piker siswa adalah:

1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk


berpikir.
2. Memberikan contoh-contoh verbal atau nonverbal yang sesuai dan
tepat.
3. Memberikan waktu untuk berpikir.
4. Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan penuh
perhatian.
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi

Penyebaran kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara:

1. Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan


mengarahkan pentanyaan lansung secara bijaksana. Misalnya,
“Bapak(Ibu) yakin bahwa Nita dapat menjawab. Coba, Nita!”
2. Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan member giliran
kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu.
3. Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memopoli pembicaraan.

26
4. Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga
interaksi antarsiswa dapat ditingkatkan.
Menutup diskusi

Keterampilan akhir yang harus dikuasai oleh guru adalah menutup


diskusi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Membuat rangkuman hasil diskusi kelompokdengan bantuan para


siswa. Ini lebih efektif daripada bila rangkuman hanya dibuat sendiri
oleh guru.
2. Member gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi kelompokataupun
tentang topik diskusi kelompokyang akan datang.
3. Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi
kelompokyang telah dicapai.
Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Mendominasi diskusi kelompoksehingga siswa tidak diberi


kesempatan.
2. Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi.
3. Membiarkan terjadinya penyimpangan dari tujuan diskusi
kelompokdengan pembicaraan yang tidak relevan.
4. Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi.
5. Tidak memperjelas atau mendukung usulan pikir siswa.
6. Gagal mengakhiri diskusi kelompoksecara efektif.
Kelebihan Dan Kekurangan Diskusi

Menurut (Fredyluc, 2010) Kelebihan dan kekurangan metode diskusi


kelompokBeberapa kelebihan dalam penggunaan metode diskusi kelompokdalam
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.


2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-
penjelasan dari berbagai sumber data.

27
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan
suatu problem bersama-sama.
4. Melatih siswa untuk ber diskusi kelompokdibawah asuhan guru.
5. Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri,
menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
6. Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat,
kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.
7. Mengembangkan rasa solidaritas/toleransiterhadap pendapat yang
bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali.
8. Membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara.
9. Ber diskusi kelompokbukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan
kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara
secara sistematis dan logis.
10. Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh
pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem
akan bertambah luas.
Kelemahan diskusi kelompokketika digunakan dalam metode
pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi kelompokhanya hal-


hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
2. diskusi kelompokyang mendalam memerlukan banyak waktu.
3. Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
4. Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga
waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan
pendapat.
5. Pembicaraan dalam diskusi kelompokmungkin didominasi oleh siswa
yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak
akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
6. Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antarkelompok atau
menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu daripada

28
kelompok lain atau menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih
rendah, remeh, atau lebih bodoh.
Tujuan Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Menurut (Majid, 2013) Keterampilan membimbing diskusi kelompok


kecil bertujuan sebagai berikut:

1. Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam


menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan mereka.
2. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk
berpikir dan berkomunikasi.
3. Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Dua prinsip dalam keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
sebagai berikut:

1. Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”. Hal ini ditandai


dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar
pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topic diskusi,
dan kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian,
semua anggota kelompok mempunyai keinginan untuk dikenal dan
dihargai, dapat merasa aman dan bebas mengemukakan pendapat.
2. Perlu perencanaan dan persiapan yang matang, antara lain: 1) Topik
yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, minat,
dan kemampuan siswa. 2) Masalah hendaknya mengandung jawaban
yang kompleks bukan jawaban yang tunggal. 3) Adanya informasi
pendahuluan yang berhubungan dengan topic tersebut agar para siswa
memiliki latar belakang pengetahuan yang sama sehingga mampu
memberikan penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
memotivasi siswa.

G. Keterampilan Mengelolah Kelas


Mengelola Kelas

29
(Depdikbud, 1985) keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan
keterampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila terdapat
gangguan dalam proses belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara
maupun gangguan yang berkelanjutan.

Menurut (Majid, 2014) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru


untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

Menurut (Mulyasa, 2013) pengelolaan kelas merupakan keterampilan


guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.

Menurut (Usman, 2013) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru


untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

Menurut (Wardani, 2005) keterampilan mengelola kelas adalah


keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal guna
terjadinya proses pembelajaran yang selalu serasi dan efektif.

Menurut (Wina Sanjaya, 2005) bahwa pengelolaan kelas merupakan


keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana
pembelajaran.

Menurut (Winataputra, 2004) keterampilan mengelola kelas adalah


keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta
keterampilan guru untuk mengembalikan kondisi belajar yang terganggu ke arah
kondisi belajar yang optimal.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan


mengelola kelas merupakan keterampilan yang digunakan oleh seorang guru
dalam proses pembelajaran guna untuk mengkondisikan belajar siswa dengan

30
harapan supaya terjadi suatu kondisi kelas yang kondusif, memaksimalkan sarana
dan prasarana, menjaga keterlibatan siswa, menciptakan dan mempertahankan
kondisi belajar yang optimal dan rasa nyaman dalam proses belajar mengajar.
Maka dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas, perlu memperhatikan
komponen keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal. Hal ini berkaitan dengan kemampuan seorang guru
dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran.

Tujuan Pengelolaan Kelas

Menurut (Usman, 2002) pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu


tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan


menggunakan fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar
mengajar agar mencapai hasil yang baik.
2. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
Adapun tujuan dari pengelolaan kelas menurut (Suharsimi, 1996) adalah
agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas tersebut
dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi dalam kelompok kelas yang baik,
kondusif dan terarah yang memungkinkan siswa untuk berbuat dan beraktifitas
sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

Komponen Keterampilan Mengelola Kelas

Menurut (Wardani, 2005) komponen keterampilan mengelola kelas


meliputi:

Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan


pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.

31
 Memperlihatkan sikap yang tanggap dengan melihat secara jeli dan
seksama, mendekatkan diri, memberikan sebuah pernyataan, atau
memberi reaksi terhadap gangguan kelas.
 Membagi perhatian secara visual dan verbal.
 Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan
menuntut tanggungjawab siswa.
 Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
 Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa
peringatan atau ocehan, serta membuat aturan.
 Memberikan penguatan seperlunya.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar
yang optimal.

 Modifikasi tingkah laku. Dalam strategi ini, hal pokok yang harus
dikuasai seorang guru adalah mengajarkan tingkah laku baru yang
diinginkan dengan cara memberikan contoh, bimbingan dan
meningkatkan munculnya tingkah laku siswa yang baik dengan
memberikan penguatan.
 Pengelolaan/ proses kelompok. Dalam strategi ini kelompok
dimanfaatkan dalam memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas
yang muncul, terutama melalui diskusi.
 Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah. Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkahlaku
yang keliru merupakan gejala dari suatu permasalahan.

Prinsip Penggunaan Keterampilan Mengelola Kelas

Menurut (Wardani, 2005) dalam menerapkan keterampilan mengelola


kelas perlu diingat 6 prinsip, yaitu:

 Kehangatan dan keantusiasan dalm mengajar, yang dapat menciptakan


iklim kelas yang menyenangkan.

32
 Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa
untuk berfikir.
 Menggunakan berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan.
 Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas.
 Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif.
 Penanaman disiplin diri sendiri.
Sedangkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh (Usman,
2013) adalah sebagai berikut:

 Kehangatan dan keantusiasan


 Tantangan
 Bervariasi
 Keluwesan
 Penekanan pada hal-hal yang positif
 Penanaman disiplin diri

Keterampilan Mengelola Kelas Yang Baik

Menurut (Sartika, 2014) kemampuan dan keterampilan mengelola kelas


dalam proses belajar mengajar yang baik sebagai berikut:

1. Menciptakan situasi yang memungkinkan anak untuk belajar, sehingga


merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.
2. Siswa belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam
kondisi yang merangsang untuk belajar.
Jadi, dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mampu
menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan sisiwa dapat melakukan
pembelajaran, menumbuhkan sikap yang ramah, memiliki kesiapan demi
berjalannya suatu pembelajaran dan seorang siswa mampu merasakan
kenyamanan dalam keadaan ataupun suasana yang sewajarnya, tidak ada tekanan
dari guru dan mampu terangsang untuk belajar dengan baik.

33
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka kami dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
Secara keseluruhan, keterampilan mengajar mencakup berbagai
aspek, mulai dari memulai dan mengakhiri sesi pembelajaran dengan baik,
mengajukan pertanyaan yang merangsang pemikiran, memberikan
penguatan positif, hingga kemampuan mengelola variasi dalam
pembelajaran. Keterampilan membuka dan menutup sesi mencerminkan
kemampuan pendidik dalam membangun ikatan dengan siswa dan
merumuskan pesan kunci. Keterampilan bertanya mengharuskan pendidik
untuk memilih pertanyaan yang sesuai dan memberikan umpan balik
konstruktif. Pemberian penguatan positif memotivasi siswa, sementara
penggunaan variasi dalam pembelajaran menjaga minat dan keterlibatan
siswa. Keterampilan menjelaskan membutuhkan kejelasan dalam
penyampaian informasi, dan keterampilan bimbingan diskusi kelompok
melibatkan kemampuan mendukung siswa dalam berkomunikasi dan

34
berkolaborasi. Terakhir, keterampilan mengelola kelas mencakup aspek-
aspek pengelolaan waktu, perilaku, dan pembentukan aturan kelas untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang efisien dan kondusif.
Kombinasi semua keterampilan ini mendukung penciptaan pengalaman
belajar yang positif dan berkesan bagi siswa.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis sangat mengharapkan agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya di kalangan mahasiswa,
sehing-ga kita mengetahui, mengerti memahami tentang Memahami
Keterampilan Mengajar. Kami menyadari bahwa makalah kami bukanlah
makalah yang sempurna maka dari itu kami mengharapkan kritik serta saran
yang bermanfaat serta membangun agar kelak dikemudian hari kami dapat
membuat makalah yang lebih baik. Kritik dan saran kami butuhkan, untuk
perbaikan makalah kami kedepannya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mu'amar Wahid, (2022). Keterampilan Dasar Mengajar,


https://lpm.amikompurwokerto.ac.id/keterampilan-dasar-mengajar/ Di
akses pada 04 Desember 2023 pukul 17:07
Afid Burhanuddin, (2017). Keterampilan Mengelola Kelas,
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2017/07/16/keterampilan-
mengelola-kelas/ Di akses pada 04 Desember 2023 pukul 17:16
Rendra FR, (2019). [MAKALAH] Keterampilan Membuka Dan Menutup
Pembelajaran, https://www.rendrafr.com/2019/12/makalah-
keterampilan-membuka-dan.html?m=1 Di akses pada 04 Desember
2023 pukul 17:22
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/
195105081980031A._SUHERMAN/BAHAN_PEMBELAJARAN/
KETRMAPILAN_MENJELASKAN.pdf

36

Anda mungkin juga menyukai