Anda di halaman 1dari 49

COVER

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
buku yang bertemakan “keterampilan dasar mengajar”. Buku ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Pembelajaran Micro Teaching”.

Di dalam buku ini di cantumkan petunjuk praktis bagi calon guru yang
akan menghadapi tugas mengajar, cara-cara permulaan dalam memberikan
pelajaran didalam kelas serta mendesain persiapan belajar mengajar. Penulis
menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari buku
maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada
tersebut. Buku ini disusun berdasarkan arahan dari Ibu Laila Puspita, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Micro Teaching.

Buku ini memberikan gambaran kepada penulisis sekaligus pembaca


terhadap prinsip-prinsip dasar membuka dan menutup pelajaran, kemampuan
bertanya, penguasaan konsep serta persiapan perangkat pembelajaran yang harus
di kuasai oleh seorang calon guru.

Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu


penulis dalam penyelesaian buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih
memiliki banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya buku yang
lebih baik.

Wassalamualaikum,Wr.Wb

Bandar Lampung, 9 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................

BAB I KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN


A. Pengertian keterampilan membuka pelajaran .............................
B. Tujuan keterampilan membuka pelajaran ...................................
C. Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran ...........................
D. Prinsip-prinsip keterampilan membuka pelajaran .......................
E. Pelaksanaan membuka pelajaran.................................................

BAB II KETERAMPILAN MENUTUP PELAJARAN


A. pengertian keterampilan menutup pelajaran ...............................
B. Tujuan menutup pelajaran ...........................................................
C. Prinsip-prinsip menutup pelajaran ..............................................
D. Komponen-komponen menutup pelajaran ..................................
E. Pelaksanaan menutup pelajaran ..................................................
BAB III KETRAMPILAN BERTANYA
A. Pengertian keterampilan bertanya ...............................................
B. Jenis-jenis keterampilan bertanya ...............................................
C. Prinsip-prinsip bertanya ..............................................................
D. Jenis-jenis pertanyaan .................................................................
E. Hal-hal yang diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan ........
F. Kelebihan dan kelemahan darike terampilan bertanya ...............

BAB IV PENGUASAAN KONSEP


A. Pengertian penguasaan konsep ....................................................
B. Model Pembelajaran Penguasaan Konsep ..................................
C. Ciri-ciri penguasaan konsep ........................................................
BAB V PERANGKAT PEMBELAJARAN
A. Pengertian perangkat pembelajaran ............................................
B. Silabus .........................................................................................
C. Kalender Pendidikan ...................................................................
D. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) .................................
E. Lembar Kerja Siswa (LKS).........................................................
F. Instrumen penilaian .....................................................................
G. Tes hasil belajar...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN

Kemampuan guru dalam membuka dan menutup pelajaran sangat


berpengaruh pada keberhasilan suatu pembelajaran. Keterampilan membuka
pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana
agar siswa siap mental dan terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Pada awal
pelajaran, tidak semua siswa memiliki kesiapan mental dan tertarik untk mengkuti
hal-hal yang akan dipelajari. Ketika siswa mengikuti pelajaran jam kedua, maka
kondisi pikiran dan perhatian sisa kebanyakan masih pada pelajaran jam pertama.
Demikian pula selama proses pembelajaran berlangsung, kesiapan mental dan
perhatian belajar siswa tidak selalu tertuju pada hal-hal yang dipelajari, sehingga
memengaruhi perolehan hasil belajar siswa. Karena itu, keterampilan membuka
pelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan dari seluruh proses belajar
mengajar yang akan dilalui siswa. Jika pada awal pelajaran seorang guru gagal
mengondisikan mental dan menarik perhatian siswa, maka proses belajar
mengajar yang dinamis tidak dapat tercapai.

A. PENGERTIAN KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN

Keterampilan membuka pelajaran merupakan upaya guru dalam


memberikan pengantar/pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari siswa
sehingga siswa siap mental dan tertarik mengikutinya(Marno & Idris, 2008: 86).
Kegiatan membuka pelajaran yang dilakukan oleh guru dimaksudkan agar siswa
dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang akan dipelajari. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik
perhatian siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang
telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan dipelajarinya (Suwarna, 2006:
66).

Siswa disekolah memperoleh pembelajaran tidak hanya satu mata


pelajaran, tetapi semua mata pelajaran. Satu hari siswa belajar dalam dua atau tiga
mata pelajaran. Sehingga apabila guru ingin mengajarkan mata pelajaran dijam
kedua atau jam ketiga, tentu membutuhkan cara khusus. Sebab siswa belum tentu
memiliki kesiapan segera untuk menerima pelajaran. Karena kemungkinan pikiran
siswa masih pada pelajaran yang pertama. Sehingga keterampilan guru dalam
membuka pelajaran akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar yang
dilakukan siswa. Sanjaya, 2005: 171 mengemukakan bahwa membuka pelajaran
atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun
perhatian terpusat pada pengelaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah
mencaai kompetensi yang diharapkan. (Sanjaya, 2005: 171)

Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran


adalah dengan menarik perhatian siswa, memotivasi siswa, memberi
acuan/struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar, serta pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja,
pembagian waktu, mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik
baru, atau menanggapi situasi kelas (Marno dan Idris, 2008). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa membuka pelajaran adalah kegiatan atau upaya yang
dilakukan guru untuk menciptakan suatu kondisi dimana siswa siap mental,
memusatkan perhatian, mengembangkan motivasi agar terpusat pada apa yang
akan dipelajari. Membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada setiap awal
pelajaran, tetapi setiap kali beralih ke hal atau topik yang baru. Misalnya, dari
topik hewan herbivora ke topik hewan omnivora. (Marno dan Idris, 2008).

B. TUJUAN KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN

Kegiatan membuka pelajaran sebagai kegiatan awal sebuah pembelajaran


memiliki tujuan yaitu:

1. Membantu siswa mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat


membayangkan pelajaran yang akan dipelajarinya.
2. Menimbulkan minat dan perhatian siswa pada apa yang akan
dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Membantu siswa agar mengetahui batas-batas tugas yang akan
dikerjakan.
4. Membantu siswa agar mengetahui hubungan antara pengalaman-
pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari atau yang belum dikenalnya (Husdarta dan Yudha, 2013:
56).

Kegiatan membuka pelajaran selain untuk mempersiapkan hal-hal yang


bersifat teknis adminitratif, terutama harus memfokuskan pada upaya
menkondisikan kesiapan baik fisik dan mental, perhatian dan motivasi siswa
untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran. Membuka pelajaran pada umumnya
dilakukan agar proses dan hasil belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien
yaitu langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dengan tepat sehingga akan
menghasilkan suatu hasil belajar yang maksimal. Hasil belajar tersebut dapat
dilihat dari tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya.
(Husdarta dan Yudha, 2013: 57).

C. KOMPONEN KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN

Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi dua kategori yaitu


kategori yang berpengaruh pada proses asimilasi dan akomodasi ide, dan kategori
yang berpengaruh pada motivasi siswa belajar. Komponen-komponen tersebut
yaitu:

1. Membangkitkan perhatian/minat siswa. Beberapa cara untuk


membangkitkan perhatian dan minat siswa antara lain: 1) Variasi gaya
mengajar guru.; 2) Penggunaan alat bantu mengajar; 3) Variasi dalam
pola interaksi.
2. Menimbulkan motivasi. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
akan mendorong perhatian dan minatnya terkonsentrasi pada hal-hal
yang harus dipelajari, sehingga dapat mencapai tujuan belajar secara
maksimal. Cara untuk menimbulkan motivasi belajar pada siswa,
antara lain: 1) Bersemangat dan antusias. 2) Menimbulkan rasa ingin
tahu. 3) Mengemukakan ide yang tampaknya bertentangan. 4)
Memerhatikan dan memanfaatkan hal-hal yang menjadi perhatian
siswa.
3. Memberi acuan atau struktur. Cara memberikan acuan atau struktur
dapat dilakukan guru antara lain: 1) Mengemukakan kompetensi
dasar, indikator hasil belajar, dan batas-batas tugas. 2) Memberi
petunjuk atau saran tentang langkah-langkah kegiatan. 3) Mengajukan
pertanyaan pengarahan.
4. Menunjukkan kaitan. Apabila guru akan menjelaskan materi baru,
maka harus dikaitkan dengan materi yang telah diketahui sebelumnya.
Beberapa hal yang perlu dilakukan guru adalah: 1) Mencari batu
loncatan. 2) Mengusahakan kesinambungan. 3) Membandingkan atau
mempertentangkan. (Marno dan Idris, 2008: 94)

Perhatian siswa dapat ditimbulkan dengan memvariasi sikap dan gaya


mengajar guru. Misalnya, guru memvariasi gaya mengajarnya dengan berdiri
ditengah kemudian berjalan kebelakang atau ke samping, variasi penggunaan
suara, intonasi, cara masuk kelas, gerak tangan, ekspresi muka, dan sebagainya
yang semuanya bermakna. Ketertarikan siswa dapat ditimbulkan dengan
penggunaan alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema, surat kabar, dan
sebagainya. Variasi pola interaksi perlu dikembangkan agar siswa tidak merasa
bosan. Karena biasanya guru menerangkan sedangkan siswa mendengarkan. Maka
perlu diadakan pola interaksi yang bervariasi, misalnya guu memberikan tugas
kepada seorang siswa dan siswa lain memberikan tanggapan. (Marno dan Idris,
2008: 95)

Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, dan penuh semangat agar


mendorong siswa ikut aktif dan mau terlibat. Cara yang dapat digunakan guru
yaitu menceritakan suatu peristiwa aktual yang menimbulkan pertanyaan atau
menunjukkan model atau gambar yang merangsang siswa untuk berpikir.
Membuka pelajaran dapat diawali dengan mengungkapkan hal-hal yang sedang
aktual dan relevan dengan materi yang akan dipelajari. (Marno dan Idris, 2008:
95)

Guru dapat menanyakan sesuatu kepada siswa yang bertujuan


mengarahkan pada topik pelajaran dan membantu siswa memerhatikan hal yang
akan dijelaskan. Bahan pengait atau apersepsi diantaranya adalah hal-hal yang
sudah diketahui siswa seperti pengalaman, minat, dan kebutuhan siswa. Sebelum
memulai pelajaran baru, guru dapat meninjau kembali inti pelajaran yang lalu atau
dapat meminta siswa untu meringkas, kemudian baru membuat kaitan dengan
pelajaran baru. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membandingkan atau
mempertentangkan antara pengetahuan lama dan pengetahuan baru. Kegiatan
membuka pelajaran dapat dilakukan secara efektif dan berhasil dengan
memperhatikan komponen-konponen yang berkaitan dengan karakteristik siswa.
(Marno dan Idris, 2008: 96)

D. PRINSIP-PRINSIP KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN

Prinsip-prinsip penerapan membuka pelajaran menurut Marno dan Idris,


2008: 2009 yaitu:

1. Prinsip bermakna

Penerapan prinsip bermakna adalah mempunyai nilai tercapainya tujuan


penggunaan keterampilan membuka pelajaran. Artinya, cara guru dalam memilih
dan menerapkan komponen keterampilan membuka pelajaran mempunyai nilai
yang sangat tepat bagi siswa dalam mengondisikan kesiapan dan ketertarikan
siswa untuk mengikuti pelajaran.

2. Kontinu (berkesinambungan)

Antara gagasan pembukaan dengan pokok bahasan tidak terjadi garis


pemisah. Oleh karena itu, gagasan pembukaan dengan pokok bahasan dari segi
materi harus ada relevansinya. Pengurutan materi pokok sangat membantu
kesinambungan materi pembelajaran dan terutama kesinambungan membuka
pelajaran.

3. Fleksibel (penggunaan secara luwes)

Berarti penggunaan yang tidak kaku, tidak terputus-putus atau lancar.


Fluency(kelancaran) dalam susunan gagasan, ide, atau cerita dapat memudahkan
peserta didik dalam mengonsepsi keutuhan konsep pembuka dan dapat pula
dengan mudah mengantisipasi pokok bahasan yang akan dipelajari.

4 Antusiasme dan kehangatan dalam mengomunikasikan gagasan

Antusiasme menandai kadar motivasi yang tinggi dan hasil ini akan
berpengaruh pada motivasi yang tinggi pula pada peserta didik. Dengan
antusiasme guru dalam mengomunikasikan gagasan pembuka, mendorong anak
untuk menilai bahwa pokok bahasan yang akan dipelajari mempunyai arti yang
sangat penting. Dengan demikian, peserta didik akan tinggi perhatian dan
minatnya, yang paa gilirannya akan memengaruhi tingginya aktivitas belajar.

Selain prinsip penerapan membuka pelajaran, ada pula prinsip-prinsip


teknis dalam membuka pelajaran yaitu sebagai berikut:

a) Singkat, padat, dan jelas.


b) Keterampilan tidak diulang-ulang atau berbelit-belit.
c) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak.
d) Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya.
e) Mengikat perhatian anak (Marno dan Idris, 2008: 92).

Mengikat perhatian anak harus sesuai dengan isi dan tujuan pembelajaran
atau bermakna serta diperlukan suatu susunan bahan pelajaran yang tepat dan
ada kaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya agar jelas dan tepat.
Kegiatan membuka pelajaran yang diterapkan hendaknya sesuai dengan
tujuannya yaitu melakukan kegiatan yang ada kaitannya dengan materi
pelajaran. (Sanjaya, Wina. 2005)

E. PELAKSANAAN MEMBUKA PELAJARAN

Kegiatan membuka pelajaran dilakukan pada setiap awal pelajaran dan


setiap kali beralih ke hal atau topik yang baru. Misalnya, dari topik penjumlahan
ke topik pengurangan. Sebelum menjelaskan materi pelajaran, guru harus
mengkondisikan mental dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang akan
dipelajari. Misalnya, memberikan motivasi, memberi acuan/struktur,
menunjukkan kaitan antara materi pelajaran sebelumnya yang sudah dipelajari
dengan materi yang akan dipelajari. Pelaksanaan kegiatan membuka pelajaran
dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut (Marno & Idris, 2008: 94):
BAB II

KETERAMPILAN MENUTUP PELAJARAN

Guru dituntut untuk memiliki sejumlah keterampilan dalam mengajar


peserta didiknya, seperti : terampil membuka pelajaran, terampil menutup
pelajaran, terampil menjelaskan, terampil variasi gaya mengajar, terampil
bertanya dan memberi penguatan, dan terampil membimbing diskusi kelompok
kecil. Semua keterampilan itu harus bisa dilakukan oleh seorang guru di dalam
kegiatan belajar mengajar sehari-hari tentunya sesuai dengan prosedur minimal
(standar proses) yang telah ditetapkan, atau bahkan akan lebih baik bila guru
berkreativitas dan berinovasi lebih sesuai tuntutan perkembangan zaman.

Dalam makalah ini, penulis mencoba memberikan informasi mengenai


keterampilan mentup pelajaran dari berbagai sumber. Karena keterampilan
menutup pelajaran adalah salah satu hal terpenting yang ada dalam kegiatan
belajar mengajar sehari-hari maka perlu diperhatikan dengan seksama setiap
bagian dari penutup. Seiring berjalannya waktu pasti ada prosedur yang
berkembang, walaupun pada dasarnya esensinya adalah sama, namun sebagai
guru harus mengikuti aturan yang ada. Menutup pelajaran bukanlah hal sepele
bagi seorang guru, maka dari itu kami sajikan langkah-langkah menutup pelajaran
menurut 2 versi untuk diambil manfaatnya.

A. PENGERTIAN KETERAMPILAN MENUTUP PELAJARAN

Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru


untuk mengakhiri pelajaran (Hasibuan.1994). Kegiatan menutup pelajaran
tersebut tidakmencakup kegiatan rutin yang dilakukan siswa seperti menyiapkan
alat peraga mengucapkan salam mengisi daftar hadir dan sebagainya. Usaha
menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum kembali
atau menyuruh siswa membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang
materi pelajaran yang baru diberikan. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran,
kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam
pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang
diberikan selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran,
kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin
seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung
dengan penyampaian materi pelajaran (Suwarna. 2005 :79).

Disamping itu, guru juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran


sebelum menerangkan pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar demikian itu
tidak memungkinkan mental siswa siap untuk menerima pelajaran dan perhatian
siswa belum terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah
siswa akan merasa bahwa pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak
bermakna baginya, sukar dipahami, dan mereka akan tidak berusaha keras untuk
memahaminya. Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan
membuka dan menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau
memang belum mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena
pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka
sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang
intensif dalam membuka dan menutup pelajaran (Saud, udin syefudin. 2009 :
233).

B. TUJUAN KETERAMPILAN MENUTUP PELAJARAN

Keterampilan dasar mengajar menutup pelajaran memiliki tujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi


pelajaran
2. Mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam membelajarkan pada siswa
3. Membantu siswa untuk mengetahui hubungan antara pengalaman
pengalaman yang telah di kuasainya dalam hal hal yang baru saja
dipelajarinya (E.Mulyasa 2004 : 52)
C. PRINSIP PRINSIP MENUTUP PELAJARAN

1. Usaha untuk menarik perhatian siswa atau memotivasi siswa harus sesuai
dengan isi dan tujuan pelajaran. Cerita sinkat atau lawakan yang tidak ada
hubunganya dengan pelajaran hendaknya dihindarkan.
2. Berurutan dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru dalam
memperkenalkan atau merangkum kembali pelajaran sebagai bagian dari
kesatuan yang utuh. Perwujudan prinsip berurutan dan berkesinambungan
ini memerlukan adanya suatu susunan bahan pelajaran yang tepat, sesuai
dengan minat siswa, ada kaitan logis antara satu bagian dengan lainnya,
sehingga dapat disusun rantai kognisi yang jelas dan tepat. (Hasibuan dkk.
1994 : 69)

D. KOMPONEN KOMPONEN MENUTUP PEMBELAJARAN

Keterampilan dasar mengajar menutup pelajaran memiliki komponen


sebagai berikut:

1. Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran

Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal
kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan telah
dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu,
yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.

 Merangkum inti pelajaran. Pada dasarnya kegiatan merangkum inti


pelajaran ini terdapat sepanjang proses pembelajaran. Misalnya, pada saat
guru selesai menjelaskan ciri-ciri bangun ruang kubus, atau jika guru
membuat kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang ditugaskan pada
siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh siswa, pada saat
menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat pembelajaran
akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk membuat
rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa itu
salah atau kurang sempurna, guru harus membetulkan atau
menyempurnakan rangkuman itu.
 Membuat ringkasan. Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan
pokok-pokok materi yang diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain
manfaat tersebut, dengan ringkasan itu siswa yang tidak memiliki buku
sumber atau siswa yang lambat belajar dapat mempelajarinya kembali.
Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru, dapat pula dilakukan
oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan dapat pula dilakukan
oleh guru dan siswa bersama-sama. Misalnya, setelah pelajaran statistika
tentang pengumpulan dan pengolahan data selesai, siswa diminta membuat
ringkasan cara mengolah data yang telah dikumpulkan siswa melalui
percobaan. Hasil diskusi tersebut ditulis di kertas lebar dan
menempelkannya di dinding atau di papan tulis serta mengemukakan hasil
rumusan kelompok itu ke seluruh kelas untuk memperoleh tanggapan.
 Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah memperoleh
wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama satu jam
pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan penilaian. Untuk
maksud tersebut guru dapat meminta siswa menjawab pertanyaan-
pertanyaan secara lisan atau mengerjakan tugas-tugas. (Marmo dan Idris
2008 : 103-105)

Bentuk-bentuk evaluasi itu secara terperinci adalah sebagai berikut:

1. Mendemonstrasikan keterampilan. Pada akhir satu penggal kegiatan siswa


dapat diminta untuk mendemonstrasikan keterampilannya. Misalnya,
setelah guru selesai menerangkan konsep matematika, guru meminta siswa
untuk mengerjakan soal di papan tulis.
2. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain. Misalnya, setelah guru
menerangkan penjumlahan dua pecahan lalu siswa disuruh menyelesaikan
soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
3. Mengekspresikan pendapat siswa sendiri. Guru dapat meminta siswa
untuk memberi komentar tentang keefektifan sesuatu demonstrasi
yang dilakukan guru atau siswa-siswa lain. Misalnya,setelah permainan
peran (role-playing) tentang aritmatika sosial dalam bahasan pengenalan
mata uang selesai, lalu siswa diminta untuk mengemukakan pendapat dan
perasaan mereka tentang peranyang dimainkan.
4. Soal–soal tertulis. Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk
dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian, tes
objektif, atau melengkapi lembaran kerja. (E.Mulyasa 2005 : 80)

E. PELAKSANAAN MENUTUP PELAJARAN

Dalam kegiatan penutup, guru :

1. Bersama-sama dengan peserta didik dan/ atau sendiri menbuat rangkuman


atau simpulan pelajaran
2. Melakukan enilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi,
program pengayaan layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik
tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik
5. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya (Agung
b.k. 2014 : 83)

Dalam versi yang lain menjelaskan bahwa dalam kegiatan penutup,

1. guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan


refleksi untuk mengevaluasi:
2. Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung
3. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
4. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik
tugas individual maupun kelompok dan
5. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya. (suwarna. 2005 : 41)
BAB III
KETERAMPILAN BERTANYA

A. Definisi Keterampilan Bertanya

Menurut Brown yang dikutip Udin S. Saud dan Cicih Sutarsih (2007:59),
menyatakan bahwa bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau
menciptakan ilmu pada diri siswa. Keterampilan bertanya merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam
pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya
guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan
sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa
(Sofa, 2008).

B. Jenis-Jenis Keterampilan Bertanya

Menurut Albantati (2010), keterampilan bertanya dapat dibedakan menjadi


2 golongan yaitu:
1. Keterampilan Bertanya Dasar
a. Pengertian
Pengertian keterampilan bertanya dasar secara etimologis diuraikan
menjadi dua suku kata yaitu “terampil dan tanya”. Menurut kamus bahasa
Indonesia “bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan
keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian
tugas ataupun mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya
secara sederhana dapat diartikan dengan kecakapan atau kemampuan seseorang
dalam meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang
menjadi lawan bicara. Menurut John. I. Bolla dalam proses pembalajaran setiap
pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa,
sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir,
dimasukkan pertanyaan. Pendapat serupa dikemukakan oleh G.A. Brown dan R.
Edmonson dalam Siti Julaeha, pertanyaan adalah segala pertanyaan yang
menginginkan tanggapan verbal (lisan). Merujuk pada dua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat
tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan, selain itu dimaksudkan
adanya respon siswa.

b. Komponen-Komponen
Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pertanyaan guru harus
diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang
dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.

c. Pemberian acuan.
Kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang
berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.

d. Pemindahan giliran.
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena
jawaban siswa benar atau belum memadai.

e. Penyebaran.
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru
perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.

f. Pemberian waktu berfikir


Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi
waktu untuk berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk
menjawab.

g. Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru
hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan
sendiri jawaban yang benar.
2. Keterampilan Bertanya Lanjut
a. Pengertian

Dalam kegiatan pembelajaran di atas telah dijelaskan bahwa yang dimaksud


dengan keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pertama atau pembuka
untuk mendapatkan keterangan atau informasi dari siswa. Untuk
menindaklanjuti pertanyaan pertama diikuti oleh pertanyaan berikutnya atau
disebut dengan pertanyaan lanjut.

Dengan demikian, pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan


pertama (dasar) yaitu mengorek atau mengungkapkan kemampuan berfikir
yang lebih dalam dan komperehensif dari pihak yang diberi pertanyaan (siswa).
Keberhasilan mengembangkan kemampuan berfikir yang dilakukan melalui
bertanya lanjut banyak dipengaruhi oleh hasil pembelajaran yang
dikembangkan melalui pengggunaan pertanyaan dasar.

Kemampuan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya dasar lebih


mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berfikir, memperbesar
partisipasi dan mendorong lawan bicara agar lebih aktif dan kritis
mengembangkan kemampuan berfikirnya.

b. Komponen-Komponen
1. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab suatu pertanyaan,
Pengubahan ini artinya agar seorang guru dalam mengajukan pertanyaan
dapat berusaha mengubah tingkat kognitif siswa dalam menjawab suatu
pertanyaan dari tingkat yang rendah ke tingkat kognitif yang lebih tinggi.
Seperti: tingkat pemahaman, penerapan, analisis, sintesis maupun tingkat
evaluasi.
2. Pengaturan urutan pertanyaan secara tepat Dalam memberikan urutan
pertanyaan seorang guru harus memberikannya secara terurut, misal:
pertama seorang guru mengajukan pertanyaan pemahaman penerapan,
analisis, sintesis dan yang terakhir lanjut ke pertanyaan evaluasi. Selain
itu, seorang guru hendaknya memberikan waktu yang cukup untuk bisa
menjawab pertanyaan yang diajukan.

3. Penggunaan pertanyaan pelacak, Ada tujuh teknik pertanyaan pelacak yang


dapat digunakan oleh seorang guru.

a. Klarifikasi, Jika ada salah satu siswa menjawab pertanyaan guru dengan
kalimat yang kurang tepat, maka guru memberikan pertanyaan pelacak
yang meminta siswa untuk menjelaskan atau dengan kata-kata lain
sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik atau menyuruh siswa untuk
mengulang jawabannya dengan kata yang lebih lugas. Contoh:
Dapatkah kamu menjelaskan sekali lagi apa yang kamu maksud?
b. Meminta siswa memberikan alas an, Guru dapat meminta siswa untuk
memberikan bukti yang menunjang kebenaran suatu pandangan yang
diberikan dalam menjawab pertanyaan. Contoh: Mengapa kamu
mengatakan demikian?
c. Meminta kesepakatan pandangan, Guru memberikan kesempatan
kepada siswa-siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau
penolakan siswa serta memberikan alasan-alasannya terhadap suatu
pandangan yang diungkapkan oleh seorang siswa, dengan maksud agar
diperoleh pandangan yang benar dan dapat diterima oleh semua pihak.
Contoh: Siapa setuju dengan jawaban itu? Mengapa?
d. Meminta ketepatan jawaban, Jika jawaban siswa belum tepat guru dapat
meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban itu agar diperoleh
jawaban yang tepat atau guru dapat menggunakan metode pemberian
pertanyaan dengan sistem bergilir.
e. Meminta jawaban yang lebih relevan, Mengajukan pertanyaan yang
memungkinkan siswa menilai kembali jawabannya atau
mengemukakan kembali jawabannya menjadi lebih relevan.
f. Meminta contoh, Jika ada jawaban dari siswa yang kurang jelas maka
guru dapat meminta siswa untuk memberikan ilustrasi atau contoh yang
konkret. Contoh: Dapatkah kamu memberi satu atau beberapa contoh
dari jawabanmu?
g. Meminta jawaban yang lebih kompleks, Guru memberikan penjelasan
agar jawaban siswa menjadi lebih kompleks dan mampu menemukan
ide-ide penting lainnya. Contoh: Dapatkah kamu memberikan
penjelasan yang lebih luas lagi dari ide yang dikatakan tadi?

4. Peningkatan terjadinya interaksi


Guru mencegah pertanyaan dijawab langsung oleh seorang siswa tetapi
siswa diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya untuk
didiskusikan. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab
pertanyaan dari murid, tetapi melontarkan kembali pertanyaan tersebut kepada
siswa untuk didiskusikan. Komponen ini akan dapat membantu siswa memberikan
komentar yang wajar dan mampu mengembangkan cara berfikir siswa.

5. Kehangatan dan keantusiasan


Suasana pembelajaran harus diciptakan dalam kondisi yang
menyenangkan, sehingga merasa nyaman dan betah dalam belajar. Salah satu
upaya mengembangkan suasana pembelajarana yang menyenangkan antara lain
yaitu bagaimana pertanyaan yang diajukan memiliiki nuansa psikologis yang
hangat dan mendorong semangat belajar yang tinggi. Memberikan waktu berfikir,
setelah guru mengajukan pertanyaan hendaknya tidak langsung menunjuk salah
seorang dari siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya tetapi
memberikan kelonggaran (waktu) kepada siswa untuk memikirkan atau
menemukan jawaban atas pertanyaannya.

C. Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Klasifikasi Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom

Menurut Beni (2008), Taksonomi Bloom merupakan salah satu cara yang
dipakai dalam merumuskan tujuan pengajaran. Taksonomi ini dapat juga
diterapkan untuk mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas. Ada
tiga kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan
kawan-kawan dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut aspek
pikir); afektif (yang menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang menyangkut
aspek keterampilan). Dalam kaitannya dengan pertanyaan ini, maka domein yang
digunakan ialah kognitif oleh karena seseorang yang bertanya berarti ia berpikir
(aspek pikir yang diutamakan). Untuk domein kognitif ini ada enam tingkatan,
yang masing-masing tingkat dituntut proses berpikir yang berbeda. Sesuai dengan
tingkat kesukarannya dari keenam tingkatan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan ialah:

a. Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih rendah:


pengetahuan (knowledge)
pemahaman (comprehension)
penerapan (application)
b. Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih tinggi:
analisis (analysis)
sintesis (synthesis)
evaluasi (evaluation)

Dari keenam tingkatan tersebut secara berturut-turut akan diuraikan sebagai


berikut:
1. Pertanyaan pengetahuan
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan penalaran dalam kategori yang terendah,
yang hanya menuntut siswa untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan
tentang fakta, kejadian, definisi dan sebagainya. Siswa hanya dituntut
mengingat kembali apa yang dipelajarinya. Kata-kata yang sering digunakan
untuk pertanyaan pengetahuan ini antara lain: Apa?, Siapa?, Bilamana?, Di
mana?, Sebutkan!, Ingatlah istilah, Kemukakan definisi!, Pasangkan!, Berilah
nama!, dan Golongkan!.
2. Pertanyaan pemahaman
Pertanyaan ini meminta untuk menujukkan bahwa ia telah mengerti atau
memahami sesuatu. Ia dikatakan memahami sesuatu berarti ia telah dapat
mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dengan
menggunakan kalimatnya sendiri. Beberapa kata yang dapat digunakan untuk
pertanyaan pemahaman adalah: Bedakanlah, Terangkan, Simpulkan,
Bandingkanlah, Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, Terjemahkan, Ubahlah,
Berilah contoh, dan Berikan interpretasi.

3. Pertanyaan penerapan (aplikasi)


Pertanyaan penerapan adalah pertanyaan pertanyaan yang menuntut suatu
jawaban dengan menggunakan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.
Siswa dihadapkan pada pemecahan masalah sederhana dengan menggunakan
pengetahuan yang telah dipelajarinya. Dengan menggunakan konsep, prinsip,
aturan, hukum atau proses yang dipelajari sebelumnya, siswa diharapkan dapat
menentukan suatu jawaban yang benar terhadap masalah itu. Beberapa kata
yang sering digunakan untuk pertanyaan penerapan adalah: Gunakanlah,
Tunjukkanlah, Demonstrasikan, Buatlah sesuatu, Carilah hubungan, Tuliskan
suatu contoh, Siapkanlah, dan Klasifikasikanlah.

4. Pertanyaan analisis
Pertanyaan ini merupakan jenjang pertama dari kelompok pertanyaan tingkat
tinggi. Pertanyaan analisis menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam,
kritis, bahkan menciptakan sesuatu yang baru, untuk menjawab pertanyaan
analisis, siswa harus mampu menguraikan sebab-sebab, motif-motif atau
mengadakan deduksi (dari suatu generalisasi/kesimpulan umum/hukum/teori,
dicari fakta-faktanya). Oleh karena itu, pertanyaan analisis tidak hanya
mempunyai satu jawaban yang benar, melainkan berbagai alternatif.
Pertanyaan analisis menuntut siswa terlibat dalam proses kognitif sebagai
berikut:
a. Menguraikan alasan atau sebab-sebab dari suatu kejadian
b. Mempertimbangkan dan menganalisis inforamsi yang tersedia agar
mencapai suatu kesimpulan atau generalisasi berdasarkan informasi
c. Menganalisis kesimpulan atau generalisasi untuk menemukan bukti yang
menunjang atau menyangkal kesimpulan/generalisasi itu.

5. Pertanyaan sintesis
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan tingkat tinggi yang menuntut siswa
untuk berpikir orisinil dan kreatif. Dengan pertanyaan ini akan diperoleh
kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian atau unsur-unsur agar dapat
menjadi suatu kesatuan. Mereka dituntut untuk dapat mengambil suatu
kesimpulan dari informasi yang telah diberikan. Siswa tidak hanya menerka
jawaban, melainkan harus berpikir dengan sungguh-sungguh. Berikut ini
adalah kata-kata yang sering digunakan dalam pertanyaan-pertanyaan sintesis:
Ramalkanlah, Bentuk, Ciptakanlah, Susunlah, Rancanglah, Tulislah,
Bagaimana kita dapat memecahkan, Apa yang terjadi seaindainya, Bagaimana
kita dapat memperbaiki, dan Kembangkan.
6. Pertanyaan evaluasi
Pertanyaan ini menuntut proses berpikir yang paling tinggi dan untuk dapat
menyatakan pendapat atau menilai berbagai ide, karya seni, pemecahan
masalah serta alasan-alasan keputusannya, harus digunakan kriteria-kriteria
tertentu. Pertanyaan evaluasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. pertanyaan yang meminta siswa memberikan pendapat tentang berbagai
persoalan
b. pertanyaan yang menilai suatu ide
c. pertanyaan yang meminta siswa menetapkan suatu cara pemecahan masalah
d. pertanyaan yang meminta siswa menetapkan karya seni terbaik.
2. Pertanyaan Berdasarkan Maksudnya

Menurut Hutasoit (2010), pertanyaan berdasarkan maksudnya, terdiri atas:


1. Pertanyaan permintaan ( compliance question) adalah pertanyaan yang
mengharapkan peserta didik mematuhi perintah yang diucapkan dalam
bentuk pernyataan.
2. Pertanyaan retoris (rhetorical question) adalah pertanyaan yang tidak
menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru, dengan maksud
hanya menyampaikan informasi kepada peserta didiknya.
3. Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah
pertanyaan yang bermaksud memberi arah atau menuntun peserta didik
sehingga dapat menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan yang diajukan
kepadanya. Pertanyaan ini diperlukan jika guru ingin agar peserta didiknya
memperhatikan dengan seksama bagian-bagian tertentu atau pokok inti
dari bahan yang disajikannya.
4. Pertanyaan menggali (probing question) adalah pertanyaan lajutan yang
dapat mendorong peserta didik untuk lebih mendalami jawaban atas
pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Jenis pertanyaan ini dimaksudkan
untuk mendorong peserta didik meningkatkan kuantitas dan kualitas
jawaban yang diberikan.

3. Pertanyaan Berdasarkan Tujuannya

Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan maksudnya terdiri atas:


1. Pertanyaan Kognitif
Pertanyaan kognitif adalah pertanyaan yang dilakukan guru kepada siswa
dengan tujuan untuk menguji pengetahuan, pemahaman, dan pendapat
siswa tentang materi pelajaran. Contohnya dalam ilmu fisika: “ Apa yang
dimaksud dengan tekanan?”
2. Pertanyaan Performansi
Pertanyaan performansi adalah pertanyaan yang diajukan guru kepada
siswa dengan tujuan agar siswa melakukan penampilan/performansi sesuai
dengan yang dianjurkan guru. Contonya: “ Bisakah Kamu mengerjakan
soal itu di papan tulis?”.
3. Pertanyaan Konsekuensi
Pertanyaan konsekuensi adalah adalah pertanyaan yang diajukan guru
kepada siswa dengan tujuan agar siswa menjelaskan atau memberikan alas
an terhadap tindakan ataupun pendapat yang telah dikemukakan.
Contohnya: “Apa yang terjadi ketika tembaga dan kayu didekatkan pada
sebuah magnet? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?”
4. Pertanyaan Eksplorasi
Pertanyaan eksplorasi adalah pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa
dengan tujuan untuk menjajagi sejauh mana pengetahuan dan pengalaman
siswa sebelum ia menempuh pelajaran baru. Contonya: setelah guru
selesai menjelaskan tentang besaran dan satuan, kemudian meberikan
pertanyaan “Kecepatan dan usaha termasuk besaran apa?”.

4. Pertanyaan Berdasarkan Sifatnya

Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan sifatnya terdiri atas:


1. Pertanyaan Ingatan
Pertanyaan ingatan adalah pertanyaan yang menghendaki siswa untuk
mengenal atau mengingat kembali apa yang telah dipelajari. “ Ada berapa
macam besaran di fisika?”
2. Pertanyaan Pemahaman
Pertanyaan pemahaman adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk
membuktikan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang cukup
untuk menyusun materi yang telah diketahui secara mantap. Contihnya: “
Tolomg jelaskan dengan bahasa kamu sendiri, bagaimana proses
terjadinya interferensi pada gelombang cahaya?”.
3. Pertanyaan Analisis
Pertanyaan analisis adalah pertanyaan yang menghendaki siswa untuk
berpikir secara kritis dan mendalam.Biasanya meminta siswa untuk
mencari alasan atau sebab dari suatu masalah atau dapat juga dengan
menganalisa suatu informansi. Contohnya: “ Mengapa gas kalau
dipanaskan tekanannya meningkat?”.
4. Pertanyaan Sintesis
Pertanyaan sintesis adalah pertanyaan tingkat tinggi yang meminta siswa
untuk menampilkan pikiran yang murni dan kreatif. Contohnya: “ Apa
yang terjadi seandainya dua benda yang beratnya berbeda dijatuhkan
bersama-sama dari gedung yang tinggi?”
5. Pertanyaan Evaluasi
Pertanyaan evaluasi adalah pertanyaan tingkat tinggi berdasarkan proses
mental yang terlibat di dalamnya. Pertanyaan evaluasi tidak memiliki satu
jawaban yang benar mutlak dan tidak mempunyai jawaban tunggal.
Contohnya: “ Menurut kalian cara mana yang paling mudah untuk
menyelesaikan soal integral ini?”.

5. Pertanyaan Berdasarkan Caranya

Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan caranya terdiri atas:


1. Pertanyaan Mengarahkan
Pertanyaan mengarahkan adalah pertanyaan yang diberikan guru untuk
menuntun siswa dalam dalam proses berpikir, sehingga siswa dapat
menemukan inti permasalahannya. Contohnya: pada saat guru
menerangkan tentang sifat-sifat bayangan pada cermin datar, guru
menyuruh siswa untuk menggambar bayangan benda di depan cermin
datar berdasarkan hukum pemantulan pada cermin datar.
2. Pertanyaan Menggali
Pertanyaan menggali adalah pertanyaan lanjutan yang mendorong siswa
untuk lebih mendalami maksud dari pertanyaan yang diajukan
sebelumnya, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanyaan
sebelumnya.

3. Pertanyaan Memancing
Pertanyaan memancing adalah pertanyaan yang bertujuan untuk
memancing ide-ide siswa secara original, sehingga siswa dapat
memberikan jawaban secara tepat, jujur, benar, tidak malu, dan takut
menjawabnya.

D. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Mengajukan Pertanyaan


dalam Proses Mengajar pada Siswa

1. Tujuan
Tujuan yang dicanangkan guru dalam mengajukan suatu pertanyaan harus
jelas.
2. Penyusunan Kata-Kata
Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus
disusun dengan kata-kata yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswanya dan harus memahami bahwa pembendaharaan kata-kata dan
pemahaman terhadap kata-kata antara guru dan siswa berbeda.
3. Struktur
Selama proses belajar mengajar, sebaiknya guru memberikan informasi
yang relevan dengan tugas atau pertanyaan yang diajukan pada siswa baik
sebelum maupun sesudah pertanyaan itu diajukan.
4. Pemusatan
Pemusatan sangat penting dalam ruang lingkup pertanyaan yang diberikan
guru agar pertanyaan tidak meluas ke topik-topik yang lain yang bukan
menjadi tujuan materi yang diajarkan. Pemusatan lainnya yaitu perhatian
terhadap jumlah pertanyaan yang diberikan pada siswa.
5. Pindah Gilir
Agar respon dari siswa tetap ada dalam proses belajar mengajar, guru
dapat melakukan pindah gilir terhadap pertanyaan yang diajukan, misalnya
pertanyaan yang diajukan pada salah satu siswa belum terjawab, maka
guru bisa mengajukannya lagi pada siswa yang lain dengan pertanyaan
yang sama.
6. Distribusi/Penyebaran
Untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar, guru
disarankan mendistribusikan pertanyaan secara acak selama proses belajar
mengajar. Pertanyaan dapat diberikan pada seluruh kelas kemudian baru
pada salah satu siswa, dan guru harus berusaha agar semua siswa
mendapat giliran menjawab pertanyaan.
7. Pemberian Waktu
Guru perlu memberikan waktu bagi siswanya untuk berpikir sebelum
menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru.
8. Pemberian Tuntunan
Guru dapat memberikan tuntunan pada siswa untuk meberikan jawaban
dengan baik dan benar, misalnya dengan menanggapi jawaban yang
kurang tepat atau jawaban yang salah yang diberikan siswa.
9. Antusias dan Hangat
Sikap antusias dan hangat yang diberikan guru pada siswa dapat
memberikan arti dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam proses
belajar mengajar. Misalnya tidak secara langsung mengatakan bahwa
jawaban si A salah dan langsung mengajukannya pada siswa lain, akan
tetapi memberikan arahan lain yang yang bersifat membantu (Wartono,
2003).

E. Kelebihan dan Kelemahan dari Keterampilan Bertanya


a. Kelebihan
1. Mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.
2. Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga
pelajaran akan lebih menarik.
3. Menghilangkan verbalisme, individualisme dan intelektaulisma (Munsyi
(1981:70) dalam Albantati, 2010).
b. Kelemahan
1. Mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas. Bila guru kurang waspada
pedebatan beralih kepada sentiment pribadi. Tidak semua anak mengerti dan
dapat mengajukan pendapat (Munsyi (1981:70) dalam Albantati, 2010).
BAB IV

PENGUASAAN KONSEP BELAJAR

Dalam lingkungan pendidikan guru merupakan kunci utama pembangun


pengetahuan siswanya. Guru merupakan aktor yang diidolakan yang setiap
perkataannya akan terpaku dalam benak siswa. Seringkali siswa akan lebih
percaya dengan apa yang disampaikan guru itu benar dibandingkan dengan apa
yang disampaikan oleh orang lain termasuk orang tua. Sebagai seorang guru
hendaknya memahami seberapa penting peran mereka di dunia pendidikan
khususnya siswa. Hal ini dapat didukung dengan kemampuan keterampilan dasar
mengajar seorang guru.

Keterampilan guru dalam menyampaikan pembelajaran dapat memberikan


pengaruh langsung terhadap pemahaman siswa pada pelajaran yang disampaikan.
Sebagaian besar pembelajaran biasanya didominasi oleh penjelasan guru.
Sehingga seringkali guru menjadi sumber utama pengetahuan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini diperkuat apabila tidak tersedianya atau kurang
tersedianya sumber belajar disekolah. Melihat seberapa pentingnya keterampilan
menjelaskan yang harus dikuasai guru, hendaknya guru mengasah keterampilan-
ketrampilan dasar yang sudah sepantasnya menjadi prioritas kemampuan guru.

A. PENGERTIAN KETERAMPILAN MENJELASKAN

Menjelaskan merupakan suatu istilah yang mendekati menceritakan.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (offline) menjelaskan merupakan
menerangkan atau menguraikan secara terang. Secara etimologis, menjelaskan
mengandung makna membuat sesuatu menjadi jelas. Menjelaskan juga dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengarah pada pemberian pengertian.
(Winataputra, 2004 : 88)

Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan penyampaian


informasi yang terorganisasikan secara sistematis guna menunjukkan hubungan
sebab akibat serta yang diketahui oleh peserta didik. Keterampilan menjelaskan
dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisir dengan
sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu pesan dengan pesan
yang lainnya, sehingga tercapailah suatu pemahaman yang diinginkan (Farida,
2011:64).

Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan


urutan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan merupakan ciri utama kegiatan
menjelaskan. Dalam kegiatan pembelajaran, pembicaraan guru terhadap siswa
seringkali mendominasi kelas. Pembicaraan guru bisa memberikan pengaruh
langsung terhadap siswa. Sebagian besar pembiacaraan yang dilakukan guru
merupakan kegiatan menjelaskan. Oleh karena itu guru harus mempunyai
keterampilan menjelaskan yang baik agar tidak mengakibatkan salah pengertian
bagi siswa. Hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar
tercapai hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan guru sehingga
bermakna bagi siswa. (Suherman, 2013 : 127)

Guru perlu menguasai keterampilan mengajar yang baik kareana ada


beberapa alas an yang mendasar. Pertama, keterampilan mengajar guru dapat
meningkatkan keefektifan pembicaraan guru dalam proses pembelajaran
(Suherman, 2013). Kadangkala penjelasan yang diberikan oleh guru tidak jelas
bagi murid,tetapi hanya jelas bagi guru itu sendiri. Mungkin disebabkan karena
gaya bahasa yang digunakan guru belum dapat dicerna atau dinalar oleh siswa
atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan pemikiran mereka. Hal ini
tercermin dalam ucapan guru: “sudah jelas anak-anak?”. Oleh karena itu
kemampuan guru dalam mengenal atau menganalisa tingkat pemahaman siswa
sangat dibutuhkan dan sangat penting dalam proses memberikan penjelasan.
Kedua, tidak semua siswa dapat menggali atau memahami sendiri pengetahuan
dari buku atau sumber lainnya (Suherman, 2013). Oleh karena itu guru perlu
membantu menjelaskan hal-hal tersebut. Ketiga, kurangnya sumber belajar yang
tersedia pada lingkungan sekolah yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam
memahami pelajaran (Suherman, 2013). Dengan mengaplikasikan keterampilan
menjelaskan, guru dapat membantu siswa dengan cara memberikan informasi
lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diberikan dengan atau
tanpa menggunakan media dan sumber belajar yang ada di sekolah (Suherman,
2013 : 127-128).

B. TUJUAN KEGIATAN MENJELASKAN

Kegiatan menjelaskan mempunyai beberapa tujuan, seperti yang tertera


dalam (Winataputra, 2004) yaitu:

1. Membantu siswa memahami berbagai konsep hukum, dalil, dan


sebagainya secara objektif dan bernalar.
2. Membimbing siswa menjawab pertanyaan “mengapa” yang muncul dalam
proses pembelajaran.
3. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbgai masalah
melalui cara berpikir yang lebih sistematis.
4. Mendapatkan balikan dari siswa tentang pemahamnnya terhadap konsep
yang dijelaskan.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penalaran
dalam penyelesaian ketidakpastian.

Sedangkan menurut (Suherman, 2013), tujuan memberikan penjelasan adalah


sebagai berikut,

1. Membimbing siswa untuk dapat memahami ilmu pengetahuan secara


objektif dan bernalar..
2. Melatih siswa untuk senantiasa berkonsentrasi dalam menyimak
penjelasan guru sehingga melibatkan mereka untuk berpikir sambil
memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
3. Untuk mendapat respon dan timbal balik siswa mengenai tingkat
pemahamannya serta untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4. Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran
dengan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah tersebut.
Penguasaan ketrampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk
mengelola kelas lebih baik. Menurut (Winataputra, 2004) ada beberapa
keuntungan yang diperoleh guru, antara lain:

1. Meningkatkan efektivitas pembicaraan di kelas sehingga benar-benar


merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa.
2. Memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan yang
diberikan.
3. Membantu siswa menggali pengetahuan dari berbagai sumber.
4. Mengatasi kekurangan berbagai sumber belajar.
5. Menggunakan waktu kegiatan belajar mengajar secara efektif.

C . KOMPONEN KETERAMPILAN MENJELASKAN

Keterampilan menjelaskan seorang guru dapat dikelompokkan menjadi


dua aspek utama, yaitu keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan
menyajikan penjelasan. Tingkat penguasaan guru terhadap kedua aspek
keterampilan ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran. oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk dapat menguasai
keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan menyajikan penjelasan
agar pelajaran yang disajikan guru dapat memberikan pengaruh yang baik
terhadap pemahaman siswa. (Wardani, 2005 : 75).

 Keterampilan Merencanakan Penjelasan.

Penjelasan yang diberikan guru perlu direncanakan dengan baik terutama


yang berkenaan dengan isi pesan dan yang menerima pesan. Yang berkenaan
dengan isi pesan atau materi meliputi penganalisaan masalah secara
keseluruhan,penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang
dikaitkan dan generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan .
Merencanakan isi pesan atau materi pembelajaran merupakan tahap awal dalam
proses menjelaskan. Misalnya kita menganalisa tema dan sub tema yang akan
dibicarakan kepada anak SD kelas 1 serta kemampuan-kemampuan yang ada pada
program kegiatan belajar yang meliputi bahasa, daya pikir, keterampilan, dan
jasmani serta bagaimana hubungannya dengan tema dan sub tema yang akan
dibicarakan. (Suherman, 2013 : ).

Menurut (Winataputra, 2004), perencanaan isi pesan mencakup tiga hal


penting:

1. Menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan termasuk


unsure-unsur yang terkait dalam masalah tersebut.
2. Menetapkan jenis hubungan anatara unsure-unsur yang dapat berupa
perbedaan, pertentangan, saling menunjang, atau hubungan prasyarat.
3. Menelaah hokum, rumus, prinsip, atau generalisasi yang mungkin dapat
digunakan dalam menjelaskan masalah yang ditentukan. Termasuk dlam
perencanaan ini kemungkinan penerapan hokum tersebut dalam peristiwa
atau situasi lain.

Sedangkan mengenai perencanaan penjelasan yang berhubungan dengan


yang menerima pesan (siswa) hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-
perbedaan pada setiap anak. Karakteristik siswa sebagai penerima pesan juga
dipertimbangkan dengan cermat. Karakteristik siswa yang perlu di analisis antara
lain mencakup usia, jenis kelamin, jenjang kemampuan, latar belakang, dan
lingkungan belajar (Winataputra, 2004). Pemahaman guru terhadap karakteristik
siswanya sangat penting agar dalam memberikan penjelasan sesuai dengan
kondisi jasmani, kemampuan, maupun psikologi siswa.

 Keterampilan Menyajikan Penjelasan

Keterampilan menyajikan penjelaskan memegangperan penting dalam


mengimplementasikan rencana penjelasan yang sudah dirancang sebelumnya.
Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari beberapa komponen, yaitu
kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan balikan
(Winataputra, 2004).

1. Kejelasan. Kejelasan suatu kegiatan penjelasan dipengaruhi oleh beberapa


factor seperti kelancaran berbicara, kejelassan dalam pengucapan
kosakata, kemampuan menyususn kalimat, penggunaan istilah yang sesuai
dengan kemampuan berpikir siswa, dan lain sebagainya. Kelancaran dan
kejelasan ucapan dalam berbicara sangat menentukan kualitas suatu
penjelasan (Winataputra, 2004). Penjelasan hendaknya diberikan dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa dan menghindari
ucapan-ucapan seperti: ”ee”, ”aa”, ”mm”, ”kira-kira”, ”umumnya”,
”seringkali” dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh anak
(Suherman, 2013). Apabila guru menggunakan istilah yang baru yang
masih asing bagi siswa, hendaknya diberikan definisi dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
2. Penggunaan Contoh dan Ilustrasi. Suatu penjelasan akan lebih mudah
dipahami apabila disertai dengan contoh dan ilustrasi yang sesuai.
Penggunaan contoh akan membantu pemahaman siswa dalam konsep yang
abstrak dan kompleks. Pemberian ilustrasi akan lebih bermakna apabila
berkaitan sengan kehidupan nyata siswa.
3. Pemberian Tekanan. Dalam memberikan penjelasan, sering kali guru
berbicara panjang lebar tentang hal yang sebernarnya tidak terlalu
berkaitan dengan pokok pembelajaran. Guru harus memusatkan perhatian
siswa kepada masalah-masalah pokok dan mengurangi informasi yang
tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau
isyarat lisan seperti “yang terpenting adalah” atau “perhatikan dengan
baik,anak-anak. Yang ini agak sukar”. Variasi gaya mengajar member
peluang bagi guru untuk mengubah suara ketika mengucapkan butir-butir
penting disertai mimik dan gerak yang sesuai (Winataputra, 2004).
Misalnya guru memberikan penekanan suara ketika menyampaikan inti
pokok pembelajaran.
4. Balikan. Tujuan dari diberikan penjelasan adalah agar siswa memperoleh
pemahaman. Tidak ada salahnya ketika di tengah ppenjelasan guru
meluangkan waktu untuk memeriksa tingkat pemahaman siswa dengan
cara mengajukan pertanyaan atau membaca ekspresi siswa ketika
menerima penjelasan guru. Salah satu contoh pertanyaan yang dapat
diajukan adalah “apakah anak-anak sudah paham apa yang ibu
sampaikan?”. Perlu diingat bahwa tingkat pemahaman siswa tidak bisa
terlepas dari minat dan sikap siswa, terhadap hal yang dijelaskan
(Winataputra, 2004). Sesuatu yang dianggap menarik akan lebih mudah
dipahami dibandingkan dengan hal yang dianggap membosankan bagi
siswa. Oleh karena itu, dalam menjaring balikan, guru sebaiknya juga
menjaring sikap dan minat siswa terhadap masalah yang dijelaskan.

E. PRINSIP PENGGUNAAN PENJELASAN

Dalam memberikan penjelasan guru sebaiknya memperhatikan prinsip-


prinsip penggunaan penjelasan. Menurut (Wardani, 2005) prinsip-prinsip dalam
memberikan penjelasan adalah sebagai berikut:

1. Memperhatikan kaitan anatara yang menjelaskan (guru), yang


mendengarkan, dan bahan yang dijelaskan. Ketiga komponen ini harus
mempunyai kaitan yang jelas, sehingga bahan yang dijelaskan guru sesuai
dengan khasanah pengalaman dan latar belakang kehidupan siswa.
2. Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah dan akhir pelajaran,
tergantung dari munculnya kebutuhan akan penjelasan.
3. Penjelasan yang diberikan harus bermakna dan sesuai dengan tujuan
pelajaran.
4. Penjelasan dapat disajikan sesuai dengan rencana guru atau bilakebutuhan
akan suatu penjelasan muncul dari siswa, misalnya jika siswa mengajukan
suatu pertanyaan yang memerlukan penjelasan. (Wardani, 2005 : 76)

KESIMPULAN

Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan penyampaian


informasi yang berkaitan dengan hubungan sebab akibat yang nantinya akan
menimbulkan suatu pemahaman. Keterampilan menjelaskan sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran karena suatukegiatan belajar mengajar biasanya
didominasi oleh pembicaraan guru yang berupa penjelasan. Penjelasan guru
sangat membantu siswa dalam memperoleh pemahaman mengenai materi pokok
pembelajaran. penjelsana guru juga dapat membantu mengatasi kurangnya atau
tidak tersedianya sumber belajar bagi siswa di sekolah.

Dalam kegiatan menjelaskan guru hendaknya merencanakan segala


sesuatu yang akan dijelaskan untuk kemudian disajikan dalam suatu penjelasan
yang sistemtis dan menarik bagi siswa. Dalam menyajikan penjelasan guru
hendaknya memperhatikan beberapa komponen seperti kejelasan, penggunaan
contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan balikan. Apabila guru sudah
menguasai keterampilan menjelaskan dengan baik, diharapkan siswa dapat
memperoleh pembelajaran yang bermakna untuk pengalaman belajarnya.
BAB V
PERANGKAT PEMBELAJARAN

A. DEFINISI PERANGKAT PEMBELAJARAN


Perangkat pembelajaran merupukan hal yang harus disiapkan oleh guru
sebelum melaksanakan pembelajaran. Dalam KBBI (2007: 17), perangkat adalah
alat atau perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara
menjadikan orang belajar. Menurut Zuhdan (2011) perangkat pembelajaran adalah
alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik
dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran
menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium atau di luar kelas. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan
perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang
mengacu pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga
dilakukan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario
pembelajaran. (Menurut Zuhdan, dkk 2011: 16)

B. SILABUS
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 65
Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
menjelaskan bahwa silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran
untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menegah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.
Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Silabus untuk mata pelajaran SMA secara umum berisi:
1. Identitas mata pelajaran
2. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas
3. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk semua jenjang pendidikan, kelas dan mata
pelajaran.
4. Kompetensi dasar, berkaitan dengan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran.
5. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
6. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
7. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
8. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun, dan
9. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. (Majid, Abdul 2008 : 66)

C. Kalender Pendidikan

Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis di selenggarakan dengan


mengikuti kalender satuan pendidikan pada setiap tahun ajaran.Kalender
pendidikan penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu
pada efesiensi, efektifitas dan hak-hak peserta didik. Kalender pendidikan adalah
pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun
ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar,dan
waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Sebelum menyusun program semester dan program tahunan seorang guru
terlebih dahulu mengetahui tentang kalender akademik sebagai acuan untuk
menyusun program tersebut.Adapun hal-hal yang terdapat pada kalender akdemik
adalah sebagi berikut :
1. Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan
pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
2. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk
setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
3. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap
minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
pengembangan diri.

a. Waktu libur
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan
kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang
dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar
semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur
umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

Adapun langkah-langkah penetapan Kalender Akademik adalah sebagai berikut:

 Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada
bulan Juni tahun berikutnya.
 Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya
keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi
penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
 Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur
serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
 Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-
masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut
pada dokumen Standar Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari
pemerintah/pemerintah daerah.(Andi saputra, 2012)
Selain Kalender pendidikan sebagai acuan yang harus dibuat oleh pendidik,
komponen-komponen pedoman yang harus dibuat oleh pendidik yaitu : Prota
(Program Tahunan), dan Promes (Program Semester).
1) Program Tahunan (prota)
merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang
dikembangkan oleh pendidik mata pelajaran yang bersangkutan. Program
ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh pendidik sebelum tahun
ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program
berikutnya, seperti program semester, program mingguan, dan program
harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan, yang dalam KBK
dikenal modul

Fungsi Program Tahunan (Prota) dalam kegiatan pendidikan/ pembelajaran:

 Sebagai pedoman dalam menyusun Promes, program suatu pelajaran


dan juga sebagai persiapan dalam mengajar agar lebih rapi dan
terorganisir secara lebih matang.
 Sebagai pedoman dalam membuat Kaldik (Kalender Pendidikan).
 Sebagai acuan dalam rangka optimalisasi, efisiensi dan efektivitas
penggunaan waktu belajar efektif yang ada.
2) Program Semester (Promes)

merupakan penjabaran dari program tahunan yang berisi hal-hal yang ingin
dicapai pada semester tersebut. Program semester (Promes) adalah
rumusan kegiatan belajar mengajar untuk satu semester yang kegiatannya
dibuat berdasarkan pertimbangan alokasi waktu yang tersedia, jumlah
pokok bahasan yang ada dalam semester tersebut dan frekuensi ujian yang
disesuaikan dengan kalender pendidikan. Program semester berisikan
garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai
dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari
program tahunan.(Mulyasa, 2005 :98)

Fungsi Program Semester (Promes) dalam kegiatan pendidikan/ pembelajaran:

 Menyederhanakan/ memudahkan tugas seorang pendidik dalam


pembelajaran selama satu semester.
 Sebagai pedoman/ acuan arah kegiatan dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang diprogramkan.
 Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap
unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
 Sebagai pedoman kerja bagi pendidik sekaligus bagi murid
 Sebagai parameter efektivitas dalam suatu proses pembelajaran
 Sebagai bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
 Menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya karena berlangsungnya
program kerja yang efektif dan efisien serta terukur.
D. RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan panduan kegiatan pendidik


dalam kegiatan pembelajaran sekaligus uraian kegiatan peserta didik yang
berhubungan dengan kegiatan pendidik yang dimaksudkan. RPP ini disusun
berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun mengacu pada prinsip dan
karakteristik pembelajaran yang dipilih berisi tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 dinyatakan bahwa Rencana


pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan
secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada
silabus. RPP mencakup: data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; materi
pokok; alokasi waktu; tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian
kompetensi; materi pembelajaran; metode pembelajaran; media, alat dan sumber
belajar; langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan penilaian. Rencana
pelaksanaan pembelajaran yaitu panduan langkah-langkah yang akan dilakukan
oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario
kegiatan. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun untuk setiap pertemuan
yang terdiri dari tiga rencana pembelajaran, yang masing-masing dirancang untuk
pertemuan selama 90 menit atau 135 menit. RPP mencakup beberapa hal yaitu:

1. Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/ semester;


2. Materi Pokok;
3. Alokasi waktu;
4. Tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi;
5. Materi pembelajaran; metode pembelajaran;
6. Media, alat dan sumber belajar;
7. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran;
8. Penilaian. (zuhdan, 2005 : 53)

E. LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS)

Menurut Depdiknas (2007), LKS adalah lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa. Tugas yang diperintahkan dalam LKS harus
mengacu pada kompetensi dasar yang akan dicapai siswa. Tugas tersebut dapat
berupa tugas teoritis dan tugas praktis (Abdul Majid, 2008). LKS digunakan
sebagai sarana untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik dan
meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. (Abdul
Majid, 2008: 176-177). Langkah-langkah dalam persiapan LKS dijelaskan dalam
Depdiknas (2008a: 23-24) sebagai berikut:
1. Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan materi
pokok, pengalaman belajar peserta didik, dan kompetensi yang harus
dicapai peserta didik.
2. Menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS berguna untuk
mengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS.
3. Menentukan judul-judul LKS. Judul LKS harus sesuai dengan KD, materi
pokok dan pengalaman belajar.
4. Penulisan LKS. Langkah-langkahnya: perumusan KD yang harus dikuasai,
menentukan alat penilaian, penyusunan materi dari berbagai sumber,
memperhatikan struktur LKS, yang meliputi: judul, petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas dan langkah-
langkah kerja, dan penilaian.

Untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa LKS, Depdiknas (2008b:23)


menguraikan rambu-rambunya, bahwa LKS akan memuat paling tidak: judul,
kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian peralatan/ bahan yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas
yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. (Brown & Walter,
2005).

F. INSTRUMEN PENILAIAN
Penilaian bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan
belajar peserta didik. Dalam Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dijelaskan bahwa
penilaian dalam setiap mata pelajaran meliputi kompetnsi pengetahuan,
kompetensi keterampilan dan kompetensi sikap. Penilaian dilakukan berdasarkan
indikator-indikator pencapaian hasil belajar dari masing-masing domain tersebut.
Ada beberapa teknik dan instrumen penilaian yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik baik berupa tes maupun
non-tes antara lain tes tertulis, penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian
hasil karya, penilaian portofolio dan penilaian diri. (Kusumaningrum, 2015 : 42)
Pada pembelajaran Kurikulum 2013 sangat diperlukan penilaian yang dapat
digunakan untuk menilai semua aspek secara komprehensif (penilaian dilakukan
mulai dari input, proses, hingga output siswa dalam pembelajaran atau dikenal
dengan penilaian autentik). Penilaian dirancang dan dilaksanakan oleh guru sesuai
dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sistem penilaian harus
dikembangkan sejalan dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran
yang digunakan. Penilaian digunakan oleh pendidik untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam menguasai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran
yang masih lemah dan perlu diperbaiki (Kemendikbud, 2013: 3).

G. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar menurut Trianto (2007a:76) adalah: Butir tes yang
digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar, tes ini dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang
ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun
berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta
lembar observasi penilaian psikomotor kinerja peserta didik.Sejalan pendapat di
atas, Hudoyo (1988:144) mengemukakan bahwa: Cara menilai hasil belajar
biasanya menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar
yang dicapai oleh seseorang yang belajar. Di samping itu tes juga dipergunakan
untuk menentukan seberapa jauh pemahaman terhadap materi yang telah
dipelajari.

Untuk mengukur hasil belajar digunakan tes hasil belajar, Subino, (1987)
mengatakan bahwa Idealnnya sebelum tes dipergunakan maka tes tersebut harus
memenuhi syarat-syarat tes yang baik memenuhi kriteria validitas dan reliabel.
Validitas adalah ketepatan tes dalam mengukur apa yang harus diukur, seberapa
baikkah tes tersebut dapat melaksanakan tugas yang diembannya, sedangkan
realiabilitas adalah Kekonsistenan alat ukur (keanjengan).Untuk menyatakan
bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru
memiliki pandangan masing-masing.

Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada


kurikulum yang berlaku saat ini, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar
tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Kompetensi Dasar
(KD)-nya dapat dicapai.Untuk mengetahui tercapai tidaknya KD, pendidik perlu
mengadakan tes setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada peserta didik.
Fungsi penilaian ini adalah memberikan umpan balik kepada pendidik dalam
rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program
berikutnya bagi peserta didik belum berhasil. (Brown & Walter, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Faturrahman,. 2012. Pengantar Pendidikan . Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

Gilarso Dan Suseno. 1986. Program Pengalaman Lapangan ( Micro Teaching).

Yogjakarta: Andi Offset.

Kusumo, S. 2011. 100+ Ice Breaking Penyemangat Belajar. Ilman Nafia.

Mulyasa. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Rosdakarya.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar Dan Menengah.

Sobri, D. 2009, Pengelolaan Pendidikan. Yogjakarta: Multi Pressindo .

Richard L. Arends. 2008. Learning To Teach, Belajar Untuk Mengajar.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saputra. Andi 2012. “Program Tahunan, Program Semester Dan Kalender


Pendidikan”. Diakses Tanggal 6 April 2013, Http:// Honestboy-
Honestboy. Blogspot.Com/2012/03/Program-Tahunan- Program-
Semester-Dan. Html).

Saud, Syaefudin, Udin. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta

Supriyadi. 2013. Strategi Belajar Dan Mengajar. Yogyakarta: Jaya Ilmu.

Suwarna. 2006. Pengajaran Mikro. Jogjakarta: Tiara Wacana.

Udin Syaefudin Saud. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.


Https://Afidburhanuddin.Wordpress.Com/2017/07/14/Prinsip-Prinsip-

Keterampilan -Bertanya-Dalam-Pembelajaran/

Https://Afidburhanuddin.Wordpress.Com/2017/07/14/Prinsip-Prinsip-

Keterampilan MEMBUKA-Dalam-Pembelajaran/

Anda mungkin juga menyukai