KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb
Di dalam buku ini di cantumkan petunjuk praktis bagi calon guru yang
akan menghadapi tugas mengajar, cara-cara permulaan dalam memberikan
pelajaran didalam kelas serta mendesain persiapan belajar mengajar. Penulis
menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari buku
maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada
tersebut. Buku ini disusun berdasarkan arahan dari Ibu Laila Puspita, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Micro Teaching.
Wassalamualaikum,Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
1. Prinsip bermakna
2. Kontinu (berkesinambungan)
Antusiasme menandai kadar motivasi yang tinggi dan hasil ini akan
berpengaruh pada motivasi yang tinggi pula pada peserta didik. Dengan
antusiasme guru dalam mengomunikasikan gagasan pembuka, mendorong anak
untuk menilai bahwa pokok bahasan yang akan dipelajari mempunyai arti yang
sangat penting. Dengan demikian, peserta didik akan tinggi perhatian dan
minatnya, yang paa gilirannya akan memengaruhi tingginya aktivitas belajar.
Mengikat perhatian anak harus sesuai dengan isi dan tujuan pembelajaran
atau bermakna serta diperlukan suatu susunan bahan pelajaran yang tepat dan
ada kaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya agar jelas dan tepat.
Kegiatan membuka pelajaran yang diterapkan hendaknya sesuai dengan
tujuannya yaitu melakukan kegiatan yang ada kaitannya dengan materi
pelajaran. (Sanjaya, Wina. 2005)
1. Usaha untuk menarik perhatian siswa atau memotivasi siswa harus sesuai
dengan isi dan tujuan pelajaran. Cerita sinkat atau lawakan yang tidak ada
hubunganya dengan pelajaran hendaknya dihindarkan.
2. Berurutan dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru dalam
memperkenalkan atau merangkum kembali pelajaran sebagai bagian dari
kesatuan yang utuh. Perwujudan prinsip berurutan dan berkesinambungan
ini memerlukan adanya suatu susunan bahan pelajaran yang tepat, sesuai
dengan minat siswa, ada kaitan logis antara satu bagian dengan lainnya,
sehingga dapat disusun rantai kognisi yang jelas dan tepat. (Hasibuan dkk.
1994 : 69)
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal
kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan telah
dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu,
yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
Menurut Brown yang dikutip Udin S. Saud dan Cicih Sutarsih (2007:59),
menyatakan bahwa bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau
menciptakan ilmu pada diri siswa. Keterampilan bertanya merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam
pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya
guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan
sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa
(Sofa, 2008).
b. Komponen-Komponen
Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pertanyaan guru harus
diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang
dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
c. Pemberian acuan.
Kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang
berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.
d. Pemindahan giliran.
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena
jawaban siswa benar atau belum memadai.
e. Penyebaran.
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru
perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.
g. Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru
hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan
sendiri jawaban yang benar.
2. Keterampilan Bertanya Lanjut
a. Pengertian
b. Komponen-Komponen
1. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab suatu pertanyaan,
Pengubahan ini artinya agar seorang guru dalam mengajukan pertanyaan
dapat berusaha mengubah tingkat kognitif siswa dalam menjawab suatu
pertanyaan dari tingkat yang rendah ke tingkat kognitif yang lebih tinggi.
Seperti: tingkat pemahaman, penerapan, analisis, sintesis maupun tingkat
evaluasi.
2. Pengaturan urutan pertanyaan secara tepat Dalam memberikan urutan
pertanyaan seorang guru harus memberikannya secara terurut, misal:
pertama seorang guru mengajukan pertanyaan pemahaman penerapan,
analisis, sintesis dan yang terakhir lanjut ke pertanyaan evaluasi. Selain
itu, seorang guru hendaknya memberikan waktu yang cukup untuk bisa
menjawab pertanyaan yang diajukan.
a. Klarifikasi, Jika ada salah satu siswa menjawab pertanyaan guru dengan
kalimat yang kurang tepat, maka guru memberikan pertanyaan pelacak
yang meminta siswa untuk menjelaskan atau dengan kata-kata lain
sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik atau menyuruh siswa untuk
mengulang jawabannya dengan kata yang lebih lugas. Contoh:
Dapatkah kamu menjelaskan sekali lagi apa yang kamu maksud?
b. Meminta siswa memberikan alas an, Guru dapat meminta siswa untuk
memberikan bukti yang menunjang kebenaran suatu pandangan yang
diberikan dalam menjawab pertanyaan. Contoh: Mengapa kamu
mengatakan demikian?
c. Meminta kesepakatan pandangan, Guru memberikan kesempatan
kepada siswa-siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau
penolakan siswa serta memberikan alasan-alasannya terhadap suatu
pandangan yang diungkapkan oleh seorang siswa, dengan maksud agar
diperoleh pandangan yang benar dan dapat diterima oleh semua pihak.
Contoh: Siapa setuju dengan jawaban itu? Mengapa?
d. Meminta ketepatan jawaban, Jika jawaban siswa belum tepat guru dapat
meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban itu agar diperoleh
jawaban yang tepat atau guru dapat menggunakan metode pemberian
pertanyaan dengan sistem bergilir.
e. Meminta jawaban yang lebih relevan, Mengajukan pertanyaan yang
memungkinkan siswa menilai kembali jawabannya atau
mengemukakan kembali jawabannya menjadi lebih relevan.
f. Meminta contoh, Jika ada jawaban dari siswa yang kurang jelas maka
guru dapat meminta siswa untuk memberikan ilustrasi atau contoh yang
konkret. Contoh: Dapatkah kamu memberi satu atau beberapa contoh
dari jawabanmu?
g. Meminta jawaban yang lebih kompleks, Guru memberikan penjelasan
agar jawaban siswa menjadi lebih kompleks dan mampu menemukan
ide-ide penting lainnya. Contoh: Dapatkah kamu memberikan
penjelasan yang lebih luas lagi dari ide yang dikatakan tadi?
C. Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Klasifikasi Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
Menurut Beni (2008), Taksonomi Bloom merupakan salah satu cara yang
dipakai dalam merumuskan tujuan pengajaran. Taksonomi ini dapat juga
diterapkan untuk mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas. Ada
tiga kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan
kawan-kawan dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut aspek
pikir); afektif (yang menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang menyangkut
aspek keterampilan). Dalam kaitannya dengan pertanyaan ini, maka domein yang
digunakan ialah kognitif oleh karena seseorang yang bertanya berarti ia berpikir
(aspek pikir yang diutamakan). Untuk domein kognitif ini ada enam tingkatan,
yang masing-masing tingkat dituntut proses berpikir yang berbeda. Sesuai dengan
tingkat kesukarannya dari keenam tingkatan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan ialah:
4. Pertanyaan analisis
Pertanyaan ini merupakan jenjang pertama dari kelompok pertanyaan tingkat
tinggi. Pertanyaan analisis menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam,
kritis, bahkan menciptakan sesuatu yang baru, untuk menjawab pertanyaan
analisis, siswa harus mampu menguraikan sebab-sebab, motif-motif atau
mengadakan deduksi (dari suatu generalisasi/kesimpulan umum/hukum/teori,
dicari fakta-faktanya). Oleh karena itu, pertanyaan analisis tidak hanya
mempunyai satu jawaban yang benar, melainkan berbagai alternatif.
Pertanyaan analisis menuntut siswa terlibat dalam proses kognitif sebagai
berikut:
a. Menguraikan alasan atau sebab-sebab dari suatu kejadian
b. Mempertimbangkan dan menganalisis inforamsi yang tersedia agar
mencapai suatu kesimpulan atau generalisasi berdasarkan informasi
c. Menganalisis kesimpulan atau generalisasi untuk menemukan bukti yang
menunjang atau menyangkal kesimpulan/generalisasi itu.
5. Pertanyaan sintesis
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan tingkat tinggi yang menuntut siswa
untuk berpikir orisinil dan kreatif. Dengan pertanyaan ini akan diperoleh
kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian atau unsur-unsur agar dapat
menjadi suatu kesatuan. Mereka dituntut untuk dapat mengambil suatu
kesimpulan dari informasi yang telah diberikan. Siswa tidak hanya menerka
jawaban, melainkan harus berpikir dengan sungguh-sungguh. Berikut ini
adalah kata-kata yang sering digunakan dalam pertanyaan-pertanyaan sintesis:
Ramalkanlah, Bentuk, Ciptakanlah, Susunlah, Rancanglah, Tulislah,
Bagaimana kita dapat memecahkan, Apa yang terjadi seaindainya, Bagaimana
kita dapat memperbaiki, dan Kembangkan.
6. Pertanyaan evaluasi
Pertanyaan ini menuntut proses berpikir yang paling tinggi dan untuk dapat
menyatakan pendapat atau menilai berbagai ide, karya seni, pemecahan
masalah serta alasan-alasan keputusannya, harus digunakan kriteria-kriteria
tertentu. Pertanyaan evaluasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. pertanyaan yang meminta siswa memberikan pendapat tentang berbagai
persoalan
b. pertanyaan yang menilai suatu ide
c. pertanyaan yang meminta siswa menetapkan suatu cara pemecahan masalah
d. pertanyaan yang meminta siswa menetapkan karya seni terbaik.
2. Pertanyaan Berdasarkan Maksudnya
3. Pertanyaan Memancing
Pertanyaan memancing adalah pertanyaan yang bertujuan untuk
memancing ide-ide siswa secara original, sehingga siswa dapat
memberikan jawaban secara tepat, jujur, benar, tidak malu, dan takut
menjawabnya.
1. Tujuan
Tujuan yang dicanangkan guru dalam mengajukan suatu pertanyaan harus
jelas.
2. Penyusunan Kata-Kata
Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus
disusun dengan kata-kata yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswanya dan harus memahami bahwa pembendaharaan kata-kata dan
pemahaman terhadap kata-kata antara guru dan siswa berbeda.
3. Struktur
Selama proses belajar mengajar, sebaiknya guru memberikan informasi
yang relevan dengan tugas atau pertanyaan yang diajukan pada siswa baik
sebelum maupun sesudah pertanyaan itu diajukan.
4. Pemusatan
Pemusatan sangat penting dalam ruang lingkup pertanyaan yang diberikan
guru agar pertanyaan tidak meluas ke topik-topik yang lain yang bukan
menjadi tujuan materi yang diajarkan. Pemusatan lainnya yaitu perhatian
terhadap jumlah pertanyaan yang diberikan pada siswa.
5. Pindah Gilir
Agar respon dari siswa tetap ada dalam proses belajar mengajar, guru
dapat melakukan pindah gilir terhadap pertanyaan yang diajukan, misalnya
pertanyaan yang diajukan pada salah satu siswa belum terjawab, maka
guru bisa mengajukannya lagi pada siswa yang lain dengan pertanyaan
yang sama.
6. Distribusi/Penyebaran
Untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar, guru
disarankan mendistribusikan pertanyaan secara acak selama proses belajar
mengajar. Pertanyaan dapat diberikan pada seluruh kelas kemudian baru
pada salah satu siswa, dan guru harus berusaha agar semua siswa
mendapat giliran menjawab pertanyaan.
7. Pemberian Waktu
Guru perlu memberikan waktu bagi siswanya untuk berpikir sebelum
menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru.
8. Pemberian Tuntunan
Guru dapat memberikan tuntunan pada siswa untuk meberikan jawaban
dengan baik dan benar, misalnya dengan menanggapi jawaban yang
kurang tepat atau jawaban yang salah yang diberikan siswa.
9. Antusias dan Hangat
Sikap antusias dan hangat yang diberikan guru pada siswa dapat
memberikan arti dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam proses
belajar mengajar. Misalnya tidak secara langsung mengatakan bahwa
jawaban si A salah dan langsung mengajukannya pada siswa lain, akan
tetapi memberikan arahan lain yang yang bersifat membantu (Wartono,
2003).
KESIMPULAN
B. SILABUS
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 65
Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
menjelaskan bahwa silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran
untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menegah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.
Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Silabus untuk mata pelajaran SMA secara umum berisi:
1. Identitas mata pelajaran
2. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas
3. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk semua jenjang pendidikan, kelas dan mata
pelajaran.
4. Kompetensi dasar, berkaitan dengan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran.
5. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
6. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
7. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
8. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun, dan
9. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. (Majid, Abdul 2008 : 66)
C. Kalender Pendidikan
a. Waktu libur
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan
kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang
dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar
semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur
umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada
bulan Juni tahun berikutnya.
Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya
keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi
penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur
serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-
masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut
pada dokumen Standar Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari
pemerintah/pemerintah daerah.(Andi saputra, 2012)
Selain Kalender pendidikan sebagai acuan yang harus dibuat oleh pendidik,
komponen-komponen pedoman yang harus dibuat oleh pendidik yaitu : Prota
(Program Tahunan), dan Promes (Program Semester).
1) Program Tahunan (prota)
merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang
dikembangkan oleh pendidik mata pelajaran yang bersangkutan. Program
ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh pendidik sebelum tahun
ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program
berikutnya, seperti program semester, program mingguan, dan program
harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan, yang dalam KBK
dikenal modul
merupakan penjabaran dari program tahunan yang berisi hal-hal yang ingin
dicapai pada semester tersebut. Program semester (Promes) adalah
rumusan kegiatan belajar mengajar untuk satu semester yang kegiatannya
dibuat berdasarkan pertimbangan alokasi waktu yang tersedia, jumlah
pokok bahasan yang ada dalam semester tersebut dan frekuensi ujian yang
disesuaikan dengan kalender pendidikan. Program semester berisikan
garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai
dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari
program tahunan.(Mulyasa, 2005 :98)
Menurut Depdiknas (2007), LKS adalah lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa. Tugas yang diperintahkan dalam LKS harus
mengacu pada kompetensi dasar yang akan dicapai siswa. Tugas tersebut dapat
berupa tugas teoritis dan tugas praktis (Abdul Majid, 2008). LKS digunakan
sebagai sarana untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik dan
meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. (Abdul
Majid, 2008: 176-177). Langkah-langkah dalam persiapan LKS dijelaskan dalam
Depdiknas (2008a: 23-24) sebagai berikut:
1. Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan materi
pokok, pengalaman belajar peserta didik, dan kompetensi yang harus
dicapai peserta didik.
2. Menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS berguna untuk
mengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS.
3. Menentukan judul-judul LKS. Judul LKS harus sesuai dengan KD, materi
pokok dan pengalaman belajar.
4. Penulisan LKS. Langkah-langkahnya: perumusan KD yang harus dikuasai,
menentukan alat penilaian, penyusunan materi dari berbagai sumber,
memperhatikan struktur LKS, yang meliputi: judul, petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas dan langkah-
langkah kerja, dan penilaian.
F. INSTRUMEN PENILAIAN
Penilaian bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan
belajar peserta didik. Dalam Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dijelaskan bahwa
penilaian dalam setiap mata pelajaran meliputi kompetnsi pengetahuan,
kompetensi keterampilan dan kompetensi sikap. Penilaian dilakukan berdasarkan
indikator-indikator pencapaian hasil belajar dari masing-masing domain tersebut.
Ada beberapa teknik dan instrumen penilaian yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik baik berupa tes maupun
non-tes antara lain tes tertulis, penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian
hasil karya, penilaian portofolio dan penilaian diri. (Kusumaningrum, 2015 : 42)
Pada pembelajaran Kurikulum 2013 sangat diperlukan penilaian yang dapat
digunakan untuk menilai semua aspek secara komprehensif (penilaian dilakukan
mulai dari input, proses, hingga output siswa dalam pembelajaran atau dikenal
dengan penilaian autentik). Penilaian dirancang dan dilaksanakan oleh guru sesuai
dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sistem penilaian harus
dikembangkan sejalan dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran
yang digunakan. Penilaian digunakan oleh pendidik untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam menguasai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran
yang masih lemah dan perlu diperbaiki (Kemendikbud, 2013: 3).
Tes hasil belajar menurut Trianto (2007a:76) adalah: Butir tes yang
digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar, tes ini dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang
ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun
berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta
lembar observasi penilaian psikomotor kinerja peserta didik.Sejalan pendapat di
atas, Hudoyo (1988:144) mengemukakan bahwa: Cara menilai hasil belajar
biasanya menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar
yang dicapai oleh seseorang yang belajar. Di samping itu tes juga dipergunakan
untuk menentukan seberapa jauh pemahaman terhadap materi yang telah
dipelajari.
Untuk mengukur hasil belajar digunakan tes hasil belajar, Subino, (1987)
mengatakan bahwa Idealnnya sebelum tes dipergunakan maka tes tersebut harus
memenuhi syarat-syarat tes yang baik memenuhi kriteria validitas dan reliabel.
Validitas adalah ketepatan tes dalam mengukur apa yang harus diukur, seberapa
baikkah tes tersebut dapat melaksanakan tugas yang diembannya, sedangkan
realiabilitas adalah Kekonsistenan alat ukur (keanjengan).Untuk menyatakan
bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru
memiliki pandangan masing-masing.
Keterampilan -Bertanya-Dalam-Pembelajaran/
Https://Afidburhanuddin.Wordpress.Com/2017/07/14/Prinsip-Prinsip-
Keterampilan MEMBUKA-Dalam-Pembelajaran/