KELOMPOK 8 REGULER F
Disusun Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia”.
Makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan. Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Strategi Pembelajaran
Bahasa Indonesia dan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi mencapai
kesempurnaan pada makalah ini.
Kelompok 8
iii
iv
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Discovery learning adalah salah satu metode dalam pembelajaran teori kognitif
dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa
belajar secara aktif dan mandiri. Metode pembelajaran Discovery (penemuan) adalah metode
mengajar yang mengatur pelajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan
yang sebelumnya belum diketahuinya itu melalui pemberitahuan, sebagaian atau seluruhnya
ditemukan sendiri.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Maka posisi discovery di sini sangat penting dan harus di
perhatikan oleh guru dalam menjalankan pembelajarannya ke peserta didik untuk menjadikan
suatu pembelajaran yang efektif. Melalui konsep belajar penemuan (discovery Learning)
pada dasarnya menjelaskan mengenai proses pembentukan belajar dengan jalan menggali dan
mencari sendiri pengetahuan, pemahaman, pengertian dan konsep-konsep secara mandiri.
Konsep belajar penemuan (discovery Learning) pada penerapannya dapat diterapkan pada
pembelajaran.
Dengan mengaplikasikan metode descovery learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan dari individu yng bersangkutan. Penggunaan metode
discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
Mengubah pembelajaran yang Teacher Oriented ke Student Oriented. Merubah modus
Ekspository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhandari guru ke modus
Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
Discovery learning mempunyai peranan atau arti penting dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di kelas yaitu kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya
sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan
beberapa konsep atau prinsip. Pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa
semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sehingga siswa harus mengerahkan seluruh
pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan teman-teman di dalam masalah itu
(Budiningsih 2005: 39).
1
Maka metode pembelajaran dengan discovery learning penting dibahas karena akan
menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran
berlangsung. Setiap guru atau pendidik mempunyai alasan-alasan mengapa ia melakukan
kegiatan dalam pembelajaran dengan menentukan sikap tertentu. Maka dalam menggunakan
metode discovery learning guru berperan sebaga pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman,
2005:145). Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi metode discovery learning harus
dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar lebih mandiri. Bruner
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi discovery learning?
2. Bagaimana tujuan pembelajaran discovery learning?
3. Bagaimana strategi pembelajaran discovery learning?
4. Apa saja peranan guru dalam pembelajaran discovery learning?
5. Bagaimana langkah-langkah dalam pelaksanaan discovery learning?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sani (2013: 220) menyatakan bahwa, discovery adalah menemukan konsep melalui
serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Pembelajaran discovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut
guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar
aktif menemukan pengetahuan sendiri.
Suryosubroto (2009: 178) menyatakan bahwa metode discovery diartikan sebagai
suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi
objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Sebelum siswa
sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Penggunaan
metode discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenankan siswa-siswanya
menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau
diceramahkan saja.
Wibowo (2015:29) menyatakan discovery learning merupakan sebuah penyelidikan
yang berdasarkan teori belajar konstruktivisme yang terjadi dalam pemecahan
masalah situasi dimana pelajar menarik di masa lalu sendiri pengalaman dan
pengetahuan yang ada untuk menemukan fakta-fakta dan hubungan dan kebenaran
baru harus dipelajari. Siswa cenderung mengingat konsep dan pengetahuan yang
ditemukan mereka sendiri.
Menurut Jerome Bruner, Discovery learning adalah metode belajar yang mendorong
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip
umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah
pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif
didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya
discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari
dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell (1978) discovey learning adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari
siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi
sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa
dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan
3
kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan
observasi dan membuat ekstrapolasi.
Dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah komponen dari praktik pendidikan
yang meliputi metode mengajar dengan cara belajar aktif, berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri atau bersifat reflektif. Discovery learning dapat disebut
juga dengan pembelajaran dengan penemuan.
2. Penemuan Terbimbing
Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi
pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan
atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai
dengan rancangan guru.
Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa harus dirancang secara
jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode penemuan, siswa harus benar-benar aktif
belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya.
3. Penemuan Laboratory
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media
konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif, merumuskan
dan membuat kesimpulan.
Penemuan laboratory dapat diberikan kepada siswa secara individual atau kelompok.
Penemuan laboratory dapat meningkatkan keinginan belajar siswa, karena belajar melalui
berbuat menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada usia senang bermain.
5
2. Strategi deduktif
Dalam matematika metode deduktif memegang peranan penting dalam hal pembuktian.
Karena matematika berisi argumentasi deduktif yang saling berkaitan, maka metode deduktif
memegang peranan penting dalam pengajaran matematika. Dari konsep matematika yang
bersifat umum yang sudah diketahui siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan untuk
menemukan konsep-konsep lain yang belum ia ketahui sebelumnya. Sebagai contoh, untuk
menentukan rumus luas lingkaran, siswa dapat diarahkan untuk membagi kertas berbentuk
lingkaran menjadi n buah sector yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa
sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling lingkaran yang sudah
diketahui sebelumnya, siswa akan dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah.
2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
7
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengeksplorasi bahan.
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing (Syah, 2004 : 244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
ia jumpai dalam kehidupannya.
8
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
h. Implementasinya
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang
menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam mengaplikasikan
metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti
ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
9
3. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa
4. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untukmenemukan hasil akhir.
5. Menimbulakan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan
penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat
6. Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks.
7. Melatih siswa belajar mandiri
Kekurangan discovery learning:
1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah fahaman antara guru
dengan siswa
2. Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya
sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa
dalam belajar. Untuk seorang guru ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru
memerlukan waktu yang banyak. Dan sering kali guru merasa belum puas kalau tidak
banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik.
3. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan
4. Tidak berlaku untuk semua topik.
Contoh:
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas :X
Topik/ Bahasan : Cerita Rakyat dan Cerpen
Kompetensi Dasar : 3.8 Membandingkan Nilai-nilai dan Kebahasaan Cerita Rakyat dan
Cerpen.
Alokasi Waktu : 2x Pertemuan (2jp)
Stimulation
(Stimulasi/pemberian rangsangan)
1. Peserta didik menarik kesimpulan dan merevisi temuannya tentang persamaan dan
perbedaan kebahasaan teks cerita rakyat dan cerpen kemudian dipajang di majalah
dinding kelas atau dipresentasikan kedepan kelas.
2. Peserta didik membuat rangkuman.
3. Peserta didik dengan panduan pendidik melakukan refleksi, misalnya mereviw bagian
mana yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
4. Peserta didik mencatat informasi tentang tugas untuk pertemuan kedua, yaitu setiap
kelompok mencari dan membaca satu buah teks cerita rakyat dan cerpen.
5. Salah seorang peserta didik memimpin berdoa untuk mengakhiri pembelajaran.
10
Langkah-langkah Pembelajaran
Merumuskan Hipotesis
Peserta didik mencoba menjawab pertanyaan tentang isi, ciri kebahasaan pada teks cerita
rakyat dan cerpen.
Menarik Kesimpulan/Generalisasi
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa secara berkelompok untuk mencari tahu
tentang hal-hal yang berhubungan dengan struktur teks cerita rakyat dan cerpen
melaui kegiatan membaca literatur di perpustakaan atau internet.
2. Siswa secara berkelompok mencoba menemukan struktur teks cerita rakyat dan
cerpen.
11
BAB III
PENUTUP
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Discovery learning adalah komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode
mengajar dengan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari
sendiri atau bersifat reflektif. Discovery learning dapat disebut juga dengan pembelajaran
dengan penemuan.
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan
penemuan, yakni : Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran, melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola
dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi
tambahan yang diberikan, siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak
rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam
menemukan, pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja
bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide
orang lain, terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan,
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna,
keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih
mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Model penemuan atau pengajaran penemuan dibagi 3 jenis, yaitu: Penemuan Murni,
penemuan Terbimbing, penemuan Laboratory.
Dalam pembelajaran dengan penemuan dapat digunakan beberapa strategi, strategi-
strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut: Strategi Induktif, Strategi deduktif.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka penerapkan model pembelajaran Discovery
Learning sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran karena dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik. Dengan demikian, model pembelajaran Discovery Learning dapat
menjadi salah satu alternatif bagi para guru/ pendidik untuk dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik.
B. Saran
Saran kepada semua guru/pendidik, hendaknya dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran harus benar-benar memperhatikan penggunaan model pembelajaran yang
12
sesuai dengan karakteristik materi pelajaran, seuai dengan karakteristik peserta didik,
karakteristik lingkungan dan sarana prasarana yeng mendukung.
Sehingga tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan lancar, serta prestasi dan
hasil belajar siswa dapat mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum).
13
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Afandi, dkk (2013). Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang:
UNISSULA Press 2013.
Paramita Candra Devi, dkk (2018). Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Prosedur
Kompleks Dengan Model Pembelajaran Discovery Learning Menggunakan Media Audio
Visual (Video) Di Kelas XI SMA Negeri 1Samarinda. Vol. 1 No. 2 Hal. 101-114
Sri Hartati (2021). Penigkatan Aktivtas Belajar dan Keterampilan Menyusun Teks Cerita
Inspiratif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Discovery Learning pada Siswa
Kelas IX B Semester 2 SMP Negeri 1 Teras. Vol. 33 No. 1 Hal. 71-87
Mely Mukaramah, dkk (2020). Menganalisis Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery
Learning Berbasis Audivisual dalam Pelajaran Bahasa Indonesia. Vol. 1 No. 1
Eri Susimiati, (2020). Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Penerapan
Model Discovery Learning dan Media Video dalam Kondisi Pandemi Covid-19 bagi Siswa
SMPN 2 Gangga. Vol. 7 No. 3 Hal. 210-215
14
LAMPIRAN
15
LAMPIRAN BUKU DAN JURNAL
15
Judul Buku : Discovery Pembelajaran
Kompetensi Based Training
Penulis : Suranto dan Dr. Dwi Sulisworo
Penerbit : CV. Ghyyas Putra Semarang
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman :170 Halaman
ISBN : 978-979-051-079-1
16
Judul Jurnal : Model Pembelajaran Discovery
Learning
Penulis : Muhadi
Vol & No : Vol.06, No. 11
Tahun Terbit : 2018
17
Judul Jurnal : Meningkatkan Motivasi Belajar
Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Model Discovery
Learning dan Media Video dalam Kondisi Pandemi
Covid-19 bagi Siswa SMPN 2 Gangga.
Penulis : Eri Susimiati
Vol & No : Vol. 7 No. 3
Tahun Terbit : 2020
18
DOKUMENTASI DISKUSI
19
KRITERIA PENILAIAN
13
KRITERIA PENILAIAN
Pemateri 2
18
KRITERIA PENILAIAN
Pemateri 2
19