Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI PEMBELAJARAN DICOVERY LEARNING

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran PAK

Dosen Penyampu:
Dr. Rida Sinaga, M.Pd.K.

Nama Mahasiswa:
Antonius Jhonwilson Neno
Nim : 20.02.003
Dilawati
Nim : 20.02.010
Reka Samba
Nim : 20.02.019

Diajukan kepada sekolah Tinggi Agama Kristen terpadu-PESAT

Sebagai salah satu syarat kelulusan matakuliah

Stretagi Pembelajaran PAK

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN (STAK) TERPADU PESAT


SALATIGA
TP.2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat rahmat
dan hidaya-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tugas ini
dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Strategi Pembelajaran PAK. Makalah
ini kami susun guna untuk lebih jelas mengetahui Strategi Pembelajaran Discoveri.

Di pendalam tugas ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami sebagai penulis
ingin mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalah dalam
penulisan makalah ini. Kritik dan saran akan diterima sebagai masukan untuk memperbaiki
makalah ini kedepannya. Dan harapan kami semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua yang membacanya, dan mudahan-mudahan berkenan di hati Ibu selaku dosen
pengampun mata kuliah Strategi Pembelajaran PAK.

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan........................................................................................................2
BAB II ISI..........................................................................................................................3
2.1 Definisi Discovery Learning.......................................................................................3
2.2 Karakteristik Discovery Learning...............................................................................4
2.3 Tujuan Penggunaan Discovery Learning .......................................................................... 4
2.4 Jenis dan Bentuk Discovery Learning ........................................................................5
2.5 Prinsip-prinsip Penggunaan Discovery Learning........................................................6
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning........................................................7
2.7 Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning.................................................8

BAB II PENUTUP...........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................12
3.2 Saran ..........................................................................................................................12
Daftar Pustaka..................................................................................................................13

ii
BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.


Strategi Discovery Learning merupakan suatu komponen dalam pendekatan
konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide
pembelajaran penemuan (discovery learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa
senang kepada anak/siswa dalam "menemukan" sesuatu oleh mereka sendiri, dengan
mengikuti jejak para ilmuwan (Nur, 2005).1 Dalam pembelajaran Discovery Learning,
pembelajaran berpusat pada siswa dimana siswa mencari dan menemukan sendiri konsep
pengentahuannya sehingga anak berperan aktif dalam belajar dikelas.
Dalam penerapan discovery learning, guru harus memposisikan diri sebagai
pembimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru juga diharuskan
memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif bereksplorasi
dalam menemukan pengetahuannya. Sebisa mungkin dalam pembelajaran ini, peserta
didik dapat menjawab keingintahuannya tentang konsep yang dipelajari. 2 Artinya guru
harus menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik bukan berpusat pada
guru dan pembelajaran yang pasif menjadi aktif serta kreatif. Namun, seorang pendidik
harus tetap memberikan bimbingan pada peserta didik agar pembelajaran tetap sesuai
dengan tujuan sehingga tetap terfokus pada konsep pengetahuan yang ingin dipelajari.
Oleh karena itu, peserta didik diharapkan dapat mencapai kompetensi dan
pengetahuannya.

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Definisi Discovery Learning
2.2 Karakteristik Discovery Learning
2.3 Tujuan penggunaan Discovery Learning
2.4 Jenis dan bentuk Discovery Learning
2.5 Prinsip-prinsip Penggunaan Discovery Learning
2.6 Kelebihan dan kekurangan Discovery Learning
2.7 Langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning
1
M.Pd.Si. Jamil Suprihatiningrum, STRATEGI PEMBELAJARAN Teori & Aplikasi (jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA, 2020), hal.241.
2
Erwin Widiasworo, Strategi Dan Metode MENGAJAR SISWA DI LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)
Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, Dan Komunikatif (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2017), hal.162.

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah sebagai berikut:
3.1 Untuk mengetahui definisi Discovery Learning
3.2 Untuk mengetahui karakteristik Discovery Learning
3.3 Untuk mengetahui tujuan penggunaan Discovery Learning
3.4 Untuk mengetahui jenis dan bentuk Discovery Learning
3.5 Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Penggunaan Discovery Learning
3.6 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Discovery Learning
3.7 Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning

1.4 Metode Penulisan


Dalam pembuatan makalah ini, kami menggunakan metode penelitian pustaka atau
studi literatur. Dengan mengumpulkan buku-buku dan jurnal yang ada di perpustakaan
serta mempelajarinya sehingga bisa mendukung isi dari makalah kami ini.
Dr. Amir Hamzah, M.A. dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian
Kepustakaan Library Research mengatakan bahwa penelitian kepustakaan adalah cara
kerja ilmiah yang tergolong dalam jenis penelitian kualitatif. Riset pustaka membatasi
kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset
lapangan.3

3
M.A. Dr. Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research): Kajian Filosofis, Teoritis Dan
Aplikatif (Malang, 2019)

2
BAB II
ISI

2.1 Definisi Discovery Learning


Discovery Learning merupakan strategi pembelajaran yang di dalam prosesnya tidak
disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi peserta didik dituntut untuk
mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep. Bruner
mengemukakan, bahwa: "Discovery Learning can be defined as the learning that takes
place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is
required to organize it himself." Bruner mengemukakan pendapatnya berdasarkan
pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di
kelas.
Bruner (1972) mengembangkan strategi yang disebutnya Discovery Learning, di
mana murid mengorganisasi bahan pembelajaran dengan suatu bentuk akhir. Strategi
discovery learning digunakan terutama untuk memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif agar sampai pada suatu kesimpulan yang berarti. Discovery terjadi
bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, dan penentuan. Proses tersebut disebut cognitive process,
sedangkan discovery itu sendiri merupakan the mental process of assimilating concepts
and principles in the mind (Robert B. Sund, 1982).4
Wilcox (Nur, 2000) mengatakan bahwa dalam pembelajaran penemuan (discovery
learning), siswa didorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-
prinsip untuk diri mereka sendiri.5
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa berusaha sendiri dalam mencari, menyelidiki,
mengolah dan menemukan konsep pengetahuan baru dalam pemecahan masalah,
sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

4
M.Pd Prof. Dr. H. E. Mulyasa, Strategi Pembelajaran PAUD (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA,
2020), hal.154-155.
5
M.Pd.Si. Jamil Suprihatiningrum, Op.Cit., hal. 141-142

3
2.2 Karakteristik Discovery Learning
Ciri model pembelajaran penemuan (Hosnan, 2014), diantaranya:
1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan; artinya siswa berinisiatif untuk lebih mendalami dan
meneliti dari setiap pembelajaran yang diberikan, sehingga menghasilkan kesimpulan
sendiri dari suatu masalah yang diselidiki.
2. Berpusat kepada siswa atau Student Center, artinya siswa yang berperan aktif dan
mandiri dalam proses pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Sehingga pembelajaran akan menjadi sangat bermakna, karena dalam proses
pembelajaran discovery learning lebih berpusat pada kebutuhan siswa, minat, bakat
dan kemampuan siswa.
3. Aktivitas menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya.6 Merupakan upaya yang dilakukan siswa bagaimana caranya kreatif dan
imajinatif dalam menghubungkan pengetahuan baru yang diterima dengan
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

2.3 Tujuan Penggunaan Discovery Learning


Menurut pendapat Bell (1978) dalam M. Hosnan (2014: 284) ada beberapa tujuan
dalam menerapkan metode discovery learning yaitu:
a. Siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
b. Siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa
banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam
menemukan.
d. Pembelajaran ini membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling
membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-
konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.

6
Dkk Ismatul Maula, Pengembangan Metode Pembelajaran PAI Di Masa Pandemi Covid-19 (Bandung: Media
Sains Indonesia, 2021), hal.121.

4
f. Memudahkan siswa menerapkan keterampilan yang dipelajari di kelas dalam
kehidupan sehari hari.7
Jadi, tujuan dari penggunaan discovery learning adalah penerapan metode untuk
mengembangkan cara siswa belajar aktif dalam proses pembelajaran, maupun secara
keseluruhan siswa dapat meningkatkan kreativitas berpikir secara kritis dalam
menemukan cara dan prinsip untuk memecahkan masalah sendiri, sehingga hasil belajar
yang diperoleh mudah dipahami.

2.4 Jenis dan bentuk Discovery Learning


Menurut pendapat Suprihatiningrum (2014:244) terdapat dua bentuk discovery learning
yaitu:
1. Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yaitu pembelajaran
penemuan bebas tanpa adanya petunjuk atau arahan dari pendidik. Dalam proses
pembelajaran bukan berarti guru lepas tangan atau tidak mengarahkan siswa tetapi
guru dapat memberi stimulasi di awal pembelajaran.
2. Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) yakni
pembelajaran penemuan terbimbing atau pembelajaran yang membutuhkan peran
guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya. Peran guru sangat
dibutuhkan dalam menyimpulkan setiap gagasan dari anak agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai namun bukan berarti guru mengambil alih semua
pembelajaran tersebut, tetap yang berperan aktif adalah anak dan guru hanya
berperan sebagai fasilitator.
Menurut Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis pembelajaran penemuan, yaitu:
1. Pembelajaran penemuan murni (Free Discovery) merupakan pembelajaran
penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.
2. Sedangkan pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (Guided Discovery)
merupakan pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam
proses pembelajarannya.
Demikian juga menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204 205), model penemuan atau
pengajaran penemuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Penemuan murni, pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran
berpusat pada siswa dan tidak terpusat pada guru, kegiatan penemuan ini hampir
7
Ibid.hal.119-120

5
tidak mendapatkan bimbingan guru; artinya guru memberikan dorongan untuk
siswa berpikir aktif dalam mengembangkan topik-topik pembelajaran hingga
mencapai tahap penyelesaian.
2. Penemuan terbimbing, pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru
mengarahkan tentang materi pelajaran, berupa; petunjuk, arahan,. pertanyaan atau
dialog, sehingga diharapkan siswa. dapat menyimpulkan (Menggeneralisasikan)
sesuai dengan rancangan guru. Artinya guru hanya menjadi fasilitator dan menjadi
penengah dalam menyimpulkan topik yang dibahas bersama.

2.5 Prinsip-prinsip Penggunaan Discovery Learning


Beberapa prinsip penggunaan strategi discovery learning adalah sebagai berikut: (Abdul
Majid, 2015: 223-224)
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Menerapkan strategi discovery learning bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Oleh karena itu strategi pembelajaran discovery learning selain
berpusat pada hasil belajar juga berpusat pada proses belajar.
2. Prinsip interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti guru sebagai pengarah dalam mengatur
suasana dan aktivitas belajar dalam kelas tetapi guru bukan sebagai sumber belajar.
3. Prinsip bertanya
Dalam proses pembelajaran ada pastinya ada proses tanya jawab, guru memiliki peran
sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar merupakan proses berpikir (learning how to think) bukan hanya sekedar
mengingat sejumlah fakta akan tetapi merupakan proses mengembangkan potensi
seluruh otak.
5. Prinsip keterbukaan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan hipotesis dan
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya, karena pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.8

8
Dkk Ismatul Maula, Op.Cit., hal.119-120

6
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
Beberapa kelebihan dapat diperoleh dalam menggunakan metode discovery learning
menurut Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai
berikut.
a. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan serta proses kognitif.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
d. Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat sesuai dengan
kecepatan sendiri.
e. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
f. Metode ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g. Berpusat pada peserta didik dan guru yang sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-
gagasan. Bahkan guru pun dapat bertindak sebagai peserta didik dan sebagai peneliti
dalam situasi diskusi.
h. Membantu didik dalam menghilangkan skeptisisme peserta (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i. Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar
yang baru.
k. Mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
l. Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik, sehingga situasi proses belajar menjadi
lebih terangsang.
n. Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya.
o. Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik

7
p. Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar.
q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.9
Sedangkan menurut Kurniasih, dkk (2014:64-65), metode Discovery Learning juga memiliki
beberapa kelemahan atau kekurangan, antara lain sebagai berikut:
a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori untuk
pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara- cara belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman. Sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa.
f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.10

2.7 Langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning


Dalam penerapan pembelajaran discovery learning, ada beberapa langkah-
langkah yang harus dilakukan sebagai berikut.
a. Persiapan
Guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan sebelum
melaksanakan proses pembelajaran. Tahap-tahap yang harus dilakukan, sebagai
berikut.
1) Menentukan tujuan
Tujuan adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang
dicapai dan mengandung tujuan yang menjadi target pembelajaran serta tersedia
dasar untuk menyediakan pengalaman belajar bagi siswa.
2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik.
9
Erwin Widiasworo, Op.Cit., hal. 163-64
10
M.Pd AFRIA SUSANA, PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF
(Bandung: Tata Akbar, 2019), hal. 10.

8
Seorang guru seharusnya mengetahui karakteristik peserta didik baik dari segi
kemampuan, minat, maupun gaya belajar mereka. Dalam menyajikan
pembelajaran seorang guru harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki oleh
peserta didik dan jangan sampai hanya mengutamakan pencapaian kompetensi
agar pembelajaran menjadi lebih efektif.
3) Memilih materi pelajaran
Kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran menjadi
salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran. Berikut ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
memilih materi pelajaran.
a. Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran.
b. Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau
perkembangan peserta didik pada umumnya.
c. Menetapkan materi pembelajaran yang serasi dengan urutan tujuan.
d. Materi pelajaran disusun dari hal yang menuju hal yang kompleks, dari
sederhana yang mudah menuju ke hal yang sulit, dari yang konkret
menuju yang abstrak sehingga peserta didik akan lebih mudah
memahami.
e. Materi pelajaran hendaknya berisi hal-hal yang berdasarkan fakta-fakta.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari oleh peserta didik secara induktif.
Guru harus mampu memilih topik pembelajaran yang dapat diterapkan dengan
metode berpikir induktif. Namun guru harus mempertimbangkan karakteristik
peserta didik dalam menentukan topik.
5) Meningkatkan bahan-bahan belajar yang seperti contoh-contoh, ilustrasi, tugas
dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
6) Mengatur topik-topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik ke simbolik.
Guru harus mengatur topik pembelajaran supaya mudah dipelajari oleh peserta
didik. Peserta didik belajar secara bertahap dari mulai hal yang mudah hingga
materi yang sulit. Jika ini dilakukan akan membuat peserta didik merasa mudah
dalam mencapai kompetensi yang diharapkan, tanpa merasakan berbagai
kesulitan yang berarti.

9
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar
Guru harus merencanakan penilaian dalam membuat perencanaan atau
persiapan mengajar. Penilaian tersebut mencakup penilaian proses dan juga
penilaian hasil belajar. Dengan demikian, prestasi peserta didik pun
memperoleh penghargaan. Terkadang ditemukan, peserta didik yang proses
belajarnya bagus, belum tentu nilai hasil belajarnya juga bagus, begitu pula
sebaliknya. Supaya penilaian lebih objektif maka harus tetap memperhatikan
tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Pelaksanaan
1) Stimulasi (pemberian rangsangan)
Stimulasi sangat penting dilakukan oleh guru pada awal pembelajaran.
Stimulasi berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mempelajari bahan
pelajaran.
2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Peserta didik diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengenali masalah dari
berbagai sumber, kemudian salah satunya dipilih guna menyusun hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan yang terdapat pada
masalah tersebut, dan masih harus diselidiki kebenarannya.
3) Data collecting (pengumpulan data)
Mengumpulkan data merupakan kegiatan mengambil informasi dalam rangka
menguji kebenaran hipotesis. Kegiatan mengumpulkan data bertujuan penting
dalam proses pengembangan berpikir peserta didik. Saat mengumpulkan data,
ketekunan, dan kegigihan mencari informasi peserta didik diuji. Ketekunan
peserta didik dalam mengumpulkan data juga dipengaruhi oleh pertanyaan
guru. Pertanyaan guru yang baik dapat merangsang peserta didik untuk
mencari jawabannya dengan baik pula. Pada tahap pengumpulan data ini,
peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

4) Data processing (pengolahan data)

10
Peserta didik diarahkan untuk mengolah data setelah data terkumpul. Bisa jadi
pada tahap ini, peserta didik akan banyak mengalami kesulitan, karena dalam
proses pengolahan data dibutuhkan kemampuan berpikir. Peserta didik
diharuskan untuk mengolah, mengacak, menggolongkan dan membuat daftar
atau tabel.
5) Verification (pembuktian)
Peserta didik dibimbing untuk mencermati dan membuktikan hipotesis yang
telah disusun, dengan menghubungkan pada hasil pengolahan data. Tujuan
pembuktian ini yaitu untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna,
karena peserta didik diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan
konsep teori, aturan, pemahaman, melalui contoh yang dijumpai dalam
kehidupan.
6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Menarik kesimpulan merupakan proses menguraikan temuan yang diperoleh
berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis. Dalam pembelajaran, menarik
kesimpulan merupakan suatu keharusan, supaya peserta didik dapat
menemukan jawaban setelah melalui proses berpikir dalam mencari data.
Kesimpulan akan mengiring peserta didik pada sebuah bentuk pengetahuan
yang akurat.11

11
Erwin Widiasworo, Op.Cit., hal. 163-164

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Discovery Learning merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
guru hanya menjadi fasilitator. Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk
mencari, menyelidiki, mengolah dan menemukan konsep pengetahuan baru dalam
pemecahan masalah, sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya. Sehingga siswa dapat memecahkan masalahnya sendiri dan menemukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap pada proses pembelajaran tersebut.
Penerapan metode discovery learning bertujuan untuk mengembangkan cara siswa
belajar aktif dalam proses pembelajaran, maupun secara keseluruhan siswa dapat
meningkatkan kreativitas berpikir secara kritis dalam menemukan cara dan prinsip untuk
memecahkan masalah sendiri, sehingga hasil belajar yang diperoleh mudah dipahami.

3.2 Saran
Discovery Learning dapat diterapkan dalam proses pembelajaran pada semua tingkat
pendidikan, oleh karena itu penulis menyarankan supaya guru dapat menerapkan strategi
pembelajaran discovery learning.

12
Daftar Pustaka

AFRIA SUSANA, M.Pd. PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN


MULTIMEDIA INTERAKTIF. Bandung: Tata Akbar, 2019.
Ismatul Maula, Dkk. Pengembangan Metode Pembelajaran PAI Di Masa Pandemi Covid-19.
Bandung: Media Sains Indonesia, 2021.
Jamil Suprihatiningrum, M.Pd.Si. STRATEGI PEMBELAJARAN Teori & Aplikasi.
jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2020.
Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd. Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA, 2020.
Widiasworo, Erwin. Strategi Dan Metode MENGAJAR SISWA DI LUAR KELAS
(OUTDOOR LEARNING) Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, Dan Komunikatif.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2017.
AFRIA SUSANA, M.Pd. PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN
MULTIMEDIA INTERAKTIF. Bandung: Tata Akbar, 2019.
Ismatul Maula, Dkk. Pengembangan Metode Pembelajaran PAI Di Masa Pandemi Covid-19.
Bandung: Media Sains Indonesia, 2021.
Jamil Suprihatiningrum, M.Pd.Si. STRATEGI PEMBELAJARAN Teori & Aplikasi.
jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2020.
Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd. Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA, 2020.
Widiasworo, Erwin. Strategi Dan Metode MENGAJAR SISWA DI LUAR KELAS
(OUTDOOR LEARNING) Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, Dan Komunikatif.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2017.

13

Anda mungkin juga menyukai