Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH PENDEKATAN SAINTIFIC DAN METODE DISCOVERY

LEARNING

Dosen Pengampu:

Marlina, Spd., M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 1

Nala Gusriani (A1C221013)

Geza Pesesa (A1C221024)

Nadya Grasella Putri (A1C221036)

Wika Septiani (A1C221065)

Jesika Rianti (A1C221069)

Kelas R-003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pada mata kuliah Pengembangan Program Pengajaran Matematika. Selain itu, penulisan makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pendekatan saintific dan metode discovery learning bagi
kami dan juga bagi para pembaca makalah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Pengembangan Program
Pengajaran Matematika yang telah memberikan tugas ini dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, mohon
untuk memberikan kritik dan saran tentang makalah kami ini.

Jambi, 27 Agustus 2023

Kelompok 1

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
2.1 Pengertian Discovery Learning 6
2.2 Pendekatan Saintifik 9
2.3 Skenario Pembelajaran Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintific Learning 17

BAB III 35

PENUTUP 36

3.1 Keimpulan 36
3.2 Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 37

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah merupakan


pendekatan yang banyak digunakan dalam proses pembelajaran IPA. Dalam
pelaksanaannya, ada yang menjadikan scientific sebagai pendekatan ataupun metode.
Namun karakteristik dari pendekatan scientific tidak berbeda dengan metode scientific
(scientific method). Sesuai dengan standar kompetensi lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi
untuk setiap satuan pendidikan. Kemendikbud (2013: 3) memberikan konsepsi bahwa
pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran di dalamnya mencakup
komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
siswa bahwa informasi yang mereka peroleh bisa berasal darimana saja, tidak bergantung
pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan
tidak berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa. Dalam menerapkan pendekatan
saintifik, diperlukan model pembelajaran yang sejalan dengan pendekatan saintifik, salah
satunya yaitu model pembelajaran discovery.

Proses pembelajaran terjadi melalui banyak cara baik disengaja ataupun tidak di
sengaja yang berlangsung sepanjang waktu menuju kepada perubahan pada diri si
pembelajar (Trianto,2012:16-17). Model pembelajaran yang baik digunakan sebagai
acuan perencanaan dalam pembelajaran yang baik digunakan sebagai acuan perencanaan
dalam suatu pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar yang diajarkan oleh guru
(Afifudin,2011:4). Model pembelajaran yang sesuai dapat membuat siswa lebih aktif,
bersemangat, senang mengikuti pembelajaran, tidak bosan, dan memiliki pengalaman
yang sesungguhnya.

Model Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang


dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani
(2014:64) Discovery Learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi
bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014:97) mengungkapkan bahwa Discovery
Learning adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang
diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, baik
belajar secara individu maupun berkelompok melalui aktifitas penemuan. Dalam hal ini
guru hanya berperan sebagai pembimbing dengan memberikan arahan atau instruksi
kepada siswa, kondisi ini akan menjadikan proses pembelajaran terpusat pada siswa.
Untuk membantu siswa dalam menemukan konsep atau prinsip dalam kegiatan
pembelajaran fisika diperlukan media pembelajaran yang bisa menuntun siswa dalam
proses penemuan. Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Media mempunyai fungsi dan manfaat
sebagai sarana bagi guru untuk dapat menyampaikan materi pelajaran menjadi lebih
menarik dan tidak monoton.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi dari Metode Discovery Learning?
2. Bagaimana definisi dari Pendekatan Saintific Learning?
3. Bagaimana skenario pembelajaran yang menggunakan metode Discovery Learning
dengan Pendekatan Saintific Learning?

C. MANFAAT PENULISAN
1. Untuk mengetahui Bagaimana definisi dari Metode Discovery Learning.
2. Untuk mengetahui Bagaimana definisi dari Pendekatan Saintific Learning.
3. Untuk mengetahui Bagaimana skenario pembelajaran yang menggunakan metode
Discovery Learning dengan Pendekatan Saintific Learning.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Discovery Learning

Model pembelajaran Discovery Learning merupakan model pembelajaan yang


berbasis penemuan. Dimana siswa akan lebih aktif dalam mencari tahu dari sebuah
materi yang diberikan oleh guru. Jerome Bruner pertama kali mencetus model
pembelajaran discovery learning. Menurut Bruner belajar penemuan (discovery learning)
sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa sehingga secara tidak
langsung memberikan hasil yang paling baik. Selain itu, Bruner mengatakan seharusnya
siswa dalam belajar berpartisipasi aktif dalam menemukan konsep dan prinsip serta
mereka dituntut untuk memperoleh pengalaman dan melakukan percobaan yang
mengijinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri (Mubarok &
Sulistyo, 2014). Model Discovery Learning merupakan suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk
mencari dan menyelidiki secara matematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat
menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya
perubahan perilaku (Kemendikbud, 2015).
Menurut Larasati (2020) mengatakan bahwa Discovery Learning sebagai cara
belajar siswa aktif melalui proses menemukan dan menyelidiki sendiri, sehingga hasil
yang didapatkan akan bertahan lama dalam ingatan, serta tidak mudah dilupakan oleh
siswa. Sejalan dengan Fahrurrozi (2017) yang menyatakan bahwa Discovery Learning
merupakan cara mengajar yang diatur sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun
sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Lefancois dalam Illahi (2012) Dasar ide
Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
dalam belajar di kelas.
Model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri (Kemendikbud, 2013). Supriyadi
(2011) juga mendukung definisi tersebut melalui pernyataan bahwa, proses mengajar-
belajar dengan sistem instruksional Discovery menghendaki guru untuk menyajikan
bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final (utuh dari awal hingga akhir) atau dengan
kata lain, guru hanya menyajikan sebagian. Selebihnya diserahkan kepada siswa untuk
mencari dan menemukannya sendiri. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Discovery Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang
menuntut siswa aktif, yang dimana siswa lebih banyak berperan untuk mencari tahu
sendiri mengenai materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.

1. Langkah-Langkah Penerapan Model Discovery Learning


Langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran Discovery Learning
(penemuan) menurut Mulyasa yaitu sebagai berikut:
a. Stimulus (Stimulation).
Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bahan bacaan, gambar,
dan cerita sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dibahas, sehingga siswa
mendapat pengalaman belajar melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau
melihat gambar.
b. Identifikasi masalah (Problem Statement).
Pada tahap ini, siswa diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang
dihadapi dalam pembelajaran, mereka diberikan pengalaman untuk menanya,
mengamati, mencari informasi, dan mencoba merumuskan masalah.
c. Pengumpulan data (data collecting).
Pada tahap ini siswa diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan
data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga melatih ketelitian, akurasi, dan
kejujuran serta membiasakan siswa untuk mencari atau merumuskan berbagai
alternative pemecahan masalah.
d. Pengolahan data (data processing).
Kegiatan mengolah data akan melatih siswa untuk mencoba dan mengeksplorasi
kemampuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga
kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berpikir logis dan aplikatif.
e. Verifikasi (verification).
Tahap ini mengarahkan siswa untuk mengecek kebenaran dan keabsahan hasil
pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman,
berdiskusi, mencari berbagai sumber yang relevan, serta mengasosiasikannya
sehingga menjadi suatu kesimpulan.
f. Generalisasi (generalization).
Pada kegiatan ini siswa digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya
pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga
dapat melatih pengetahuan metakognisi siswa.

2. Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Discovery Learning


Setiap model pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan, demikian juga
dengan model pembelajaran Discovery Learning. Beberapa keunggulan di antaranya:
Kemendikbud (2013) Memaparkan keunggulan yang diperoleh dalam penerapan
Discovery Learning, yaitu :
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan
dan proses-proses kognitif.
b. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
c. Memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya
sendiri.
d. Siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan
motivasi sendiri.
e. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerja sama dengan yang lainnya.
f. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada
kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
g. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar
yang baru.
h. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
i. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
j. Mememungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
Selain itu Hosnan (2014: 287- 288) mengatakan bahwa kelebihan dari model
Discovery Learning yaitu keaktifan siswa dalam kegiatan belajar menyebabkan siswa
berpikir dan menggunakan kemampuannya untuk menemukan hasil akhir.
Uraian di atas menunjukkan bahwa, model Discovery Learning mampu
mendorong capaian akademis siswa, sebab pembelajaran yang bersifat konstruktif ini
memungkinkan siswa memahami pembelajaran lebih baik. Ada beberapa kelemahan
discovery learning menurut Illahi (2012), sebagai berikut:
a. Berkenaan dengan waktu.
Belajar mengajar mengunakan Discovery Learning membutuhkan waktu yang
lebih lama dibandingkan dengan metode langsung. Hal ini disebabkan untuk bisa
memahami strategi ini, dibutuhkan tahapan-tahapan yang panjang dan
kemampuan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
b. Bagi siswa yang yang berusia muda
Kemampuan berpikir rasional mereka masih terbatas. Dalam belajar Discovery,
sering menggunakan empirisnya yang sangat subjektif untuk memperkuat
pelaksanaan prakonsepnya. Hal ini disebabkan usia mereka yang muda masih
membutuhkan kematangan dalam berpikir rasional mengenai suatu konsep atau
teori. Kemampuan berpikir rasional dapat mempermudah pemahaman discovery
yang memerlukan kemampuan intelektualnya.
g. Kesukaran
Dalam menggunakan faktor subjektifitas Ini menimbulkan kesukaran dalam
memahami suatu persoalan yang berkenaan dengan pengajaran discovery
learning.
h. Faktor kebudayaan dan kebiasaan.
Belajar discovery menuntut kemandirian, kepercayaan kepada dirinya sendiri, dan
kebiasaan bertindak sebagai subjek. Tuntutan terhadap pembelajaran discovery,
sesungguhnya membutuhkan kebiasaan yang sesuai dengan kondisi siswa.
Tuntutan-tuntutan tersebut setidaknya akan memberikan keterpaksaan yang tidak
biasa dilakukan dengan menggunakan sebuah aktivitas yang biasa dalam proses
pembelajaran.

Selain itu Menurut Faberta, dkk (2019) Adapun kelemahan Discovery Learning
dalam proses pembelajaran, diantaranya :
a. Penerapan model Discovery Learning menimbulkan asumsi adanya kesiapan
pikiran untuk belajar.
b. Penerapan model Discovery Learning tidak efisien untuk mengajar jumlah
siswa yang banyak, dengan alasan membutuhkan waktu yang untuk membantu
mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan–harapan yang termuat dalam model Discovery Learning sulit
tercapai ketika berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.

2.2 . Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan model pembelajaran yang diterapkan pada


kurikulum 2013 dengan menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan pembelajarannya.
Pendekatan yang berpusat pada siswa atau (student centered approach) ini, bertujuan
supaya siswa nantinya mampu memiliki kapabilitas dalam berpikir (thinking skill) kritis,
ilmiah, dan analitis.

Dalam model ini, dirancang agar peserta didik diberikan ruang untuk
bereksplorasi terhadap materi pembelajaran. Mereka pun secara aktif dapat membangun
konsep, prinsip serta hukum dengan melalui kegiatan 5M, yaitu mengamati, menanya,
mengajukan (hipotesis), menghimpun data dengan beberapa cara dan teknik,
menganalisa, serta membuat kesimpulan dan mengomunikasikan konsep atau prinsip
yang telah ditemukan.

Melalui model ini, siswa akan mendapatkan manfaat, seperti mulai bisa
menginvestigasi suatu permasalahan, penasaran (curiosity) atau ingin tahu dan juga bisa
menyusun konsep dari suatu pengalaman atau pengetahuan belajar yang telah dilakukan.
Hal-hal tersebut bisa menjadikan kegiatan belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan,
bermakna, dan menantang. Berikut pengertian Pendekatan Saintifik Menurut Ahli

a. Kemendikbud
Pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang dimulai dari pengumpulan
data melalui pengamatan, melakukan eksperimen, menanyakan, mengolah informasi atau
data, hingga mengomunikasikannya dalam proses penerapan prinsip-prinsip keilmuan.
b. Rusman (2015)
Pendekatan saintifik adalah model belajar yang menyediakan ruang pada siswa
untuk mengeksplorasi dan mengelaborasi materi yang dipelajari. Selain itu, model
pendidikan ini juga memberikan kesempatan pada para siswa untuk mengasah
kemampuan melalui kegiatan belajar yang telah dirancang oleh guru.
c. Hosnan (2014)
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang supaya siswa
secara aktif membangun konsep, hukum, atau prinsip dengan cara mengamati,
merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan beragam
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan menyuarakannya.
d. Karar dan Yenice (2012)
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa,
sehingga para pelajar dapat secara aktif mengkonstruksi konsep melalui langkah-langkah
mengamati, merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data dengan
beberapa teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengemukakan konsep
yang telah ditemukan.

1. Tujuan Pendekatan Saintifik


Berikut beberapa tujuan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.
a. Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Salah satu tujuan pendekatan saintifik, yaitu untuk meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) pada
siswa. Para peserta didik diharapkan dapat berpikir kritis, analitis, serta mampu
menciptakan ide-ide baru terkait dengan materi yang tengah dipelajari.
b. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif, Aktif, dan Produktif
Dengan menerapkan pendekatan yang terpusat pada peserta didik ini. Diharapkan
kegiatan belajar mengajar menjadi kondusif, melalui serangkaian aktivitas yang
dirancang secara sistematis serta terciptanya lingkungan belajar yang aktif dan produktif.
c. Meningkatkan Kemampuan Berpikir secara Sistematis
Karakteristik utama pendekatan saintifik adalah tahapan pembelajaran yang berjalan
dengan berurutan dan sistematis. Hal itulah yang mendorong siswa untuk mulai berpikir
secara sistematis serta perlahan meningkatkan kemampuannya, baik itu, dalam
memahami sebuah masalah, maupun saat menyelesaikan masalah.
d. Meningkatkan Pemahaman Konsep
Pada praktiknya, pendekatan saintifik mengarahkan kegiatan belajar secara mandiri
untuk menemukan dan mengembangkan konsep dari materi yang dipelajari. Siswa akan
dapat memperoleh konsep dan pemahaman secara bermakna melalui model pembelajaran
ini. Selain itu, para siswa tidak hanya menerima konsep dalam bentuk hafalan saja, tapi
mereka juga akan mendapatkan pemahaman lebih mendalam terhadap konsep tersebut.
e. Meningkatkan Motivasi Belajar
Sebagai bentuk aktivitas belajar yang berpusat pada siswa, pendekatan ini diharapkan
mampu meningkatkan motivasi belajar para peserta didik. Sebab, kegiatan pembelajaran
yang mengharuskan para pelajar untuk lebih aktif dan inovatif ini, bisa menciptakan
suasana belajar baru yang tidak monoton, sehingga tidak mudah untuk merasa bosan.
f. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Melalui pendekatan saintifik ini pun diharapkan dapat menghadirkan proses belajar
yang dapat memberikan stimulus kepada siswa agar lebih aktif dalam berkomunikasi
melalui penyampaian ide, diskusi dalam memecahkan masalah, diskusi pengolahan data,
hingga cara mengomunikasikan hasil belajar lewat lisan maupun tulisan.
Sementara itu, menurut Hosnan (2014) tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik, yaitu :
a) Tujuan pertamanya adalah peserta didik diharapkan mampu meningkatkan daya pikir,
terutama dalam HOTS (high order thinking skill) keterampilan berpikir tingkat tinggi.
b) Siswa dapat memecahkan masalah dengan berurutan dan terstruktur atau secara
sistematis.
c) Suasana belajar yang dihadapi siswa dapat menyadarkan mereka, bahwa belajar
merupakan suatu kebutuhan.
d) Siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik dan bermakna.
e) Pendekatan saintifik ini pun dapat membuat siswa menyuarakan gagasan dan ide mereka
melalui tulisan maupun lisan.
f) Lewat pembelajaran ini, karakter siswa juga dapat berkembang ke potensi yang lebih
maksimal.

2. Prinsip Pendekatan Saintifik


Berikut prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut Hosnan
(2014).

a) Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.


b) Aktivitas pembelajaran membentuk students self concept.
c) Dalam pembelajaran terhindar dari verbalisme.
d) Pembelajaran memberikan ruang pada siswa untuk simulasi dan mengakomodasi konsep,
hukum, dan prinsip dari materi yang sedang dipelajari.
e) Pembelajaran mendorong terciptanya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik.
f) Pembelajaran meningkatkan motivasi bagi siswa dan guru, yaitu motivasi dalam belajar
dan mengajar.
g) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam
berkomunikasi.
h) Adanya proses validasi atau uji coba terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dibangun
siswa dalam struktur kognitifnya.

3. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik


a. Mengamati (Observing)
Langkah pertama pada model pembelajaran saintifik adalah proses mengamati. Para
siswa dapat memanfaatkan panca indra mereka untuk mengamati kejadian di sekitar yang
sesuai dengan apa yang akan dipelajari. Dalam praktiknya, siswa bisa mengamati
lingkungan secara langsung maupun dengan menggunakan multimedia pada berita dan
video.
Keterlibatan siswa melalui langkah mengamati ini dapat memunculkan masalah baru
yang sebelumnya tidak memiliki solusi. Dengan adanya masalah tersebut, para pengajar
atau guru pun bisa membimbing siswa untuk menginvestigasi (mengamati) masalahnya.
Kemudian, supaya pembelajaran jadi lebih efisien, guru harus sudah mempersiapkan
media dan aktivitas yang membantu dalam memecahkan masalah yang akan diinvestigasi
para siswa.
Melalui pengamatan, siswa pun dapat menemukan fakta bahwa terdapat hubungan
antara objek yang diamati dengan materi pembelajaran yang tengah dipelajari bersama
guru. Penerapan kegiatan pengamatan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa
menggunakan alat bantu.
Alat yang bisa digunakan untuk membantu kegiatan praktik mengamati, misalnya
seperti mikroskop, teropong, alat timbang, dan sebagainya. Lalu, dalam kegiatan
mengamati tanpa alat, maka bisa melakukan observasi secara langsung. Contohnya,
seperti mendengarkan penjelasan guru, menonton tayangan video yang berkaitan, atau
mendengarkan informasi dari radio dan sumber berita lainnya.
Hasil belajar yang diperoleh pada tahap ini dapat berupa perhatian siswa saat
melakukan pengamatan terhadap suatu objek, membaca informasi dari suatu sumber
tulisan, atau ketika sedang mendengar penjelasan. Selain itu, hasil belajar lainnya juga
bisa dilihat dari catatan yang dibuat siswa waktu proses pengamatan berlangsung.
Ketepatan waktu yang digunakan dalam kegiatan mengamati juga dapat digunakan
sebagai bentuk pencapaian hasil belajar mereka.

b. Menanya (Questioning)
Kegiatan menanya tentunya adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk
membuat dan mengajukan pertanyaan yang relevan dengan materi yang dipelajari.
Langkah ini kerap berkaitan dengan diskusi dalam kelas tentang informasi yang belum
dipahami, informasi tambahan, maupun klarifikasi informasi yang belum jelas.
Guru dalam hal ini harus memiliki kesiapan yang matang untuk menentukan cara atau
memilih media yang sesuai dengan karakteristik siswa dan relevan dengan materi yang
dipelajari, sehingga peserta didik pun akan tertarik dan aktif dalam menanya.
Nah, pada langkah ini, hasil belajar yang dapat dicermati adalah bagaimana jenis dan
kualitas pertanyaan yang muncul dari para siswa. Jenis-jenis pertanyaannya dapat
berbentuk pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, ataupun hipotetik.
Sebaiknya, seorang guru juga harus memiliki kemampuan dalam menganalisis jenis
dan kualitas pertanyaan. Sebab, dari situlah kita dapat melakukan penilaian terhadap
pertanyaan yang diajukan secara komprehensif oleh peserta didik.

c. Mengumpulkan Informasi atau Mencoba (Experimenting)


Langkah mengumpulkan informasi merupakan lanjutan dari menanya di tahap
sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini bisa dilakukan dengan menggali atau
mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan berbagai cara.
Siswa dapat melakukan pengumpulan data dan informasi dengan berbagai metode.
Contohnya dengan bereksperimen atau melakukan uji coba mandiri, mencermati kejadian
di lingkungan sekitar, bertanya dengan narasumber, membaca buku, mencari di internet,
melihat ensiklopedia, hingga statistik. Guru pun diharapkan dapat menjadi fasilitator
untuk referensi belajar siswa dalam mengumpulkan data.
Hasil belajar siswa pada tahap ini adalah jumlah dan kualitas sumber informasi yang
telah dikaji oleh peserta didik. Mulai dari kelengkapan informasi yang dikumpulkan,
kebenaran informasi yang diperoleh, serta media yang digunakan dalam penghimpunan
data atau informasi.

d. Mengolah/Menganalisis Data (Associating)


Langkah mengolah atau menganalisis data ini juga disebut sebagai tahap penalaran
siswa. Sebab, peserta didik harus melakukan proses berpikir secara logis dan sistematis
terhadap fakta yang dapat diamati dari data dan informasi yang telah dihimpun, guna
mendapatkan kesimpulan dalam bentuk ilmu pengetahuan yang baru.
Siswa akan memanfaatkan data serta informasi yang telah dikumpulkan untuk
memecahkan masalah dengan menyusun pertanyaan. Kemudian, guru dapat membimbing
siswa supaya bisa menghubungkan data yang telah terhimpun serta menemukan pola dan
membuat kesimpulan akhir.
Aktivitas ini digunakan agar siswa dapat menganalisis hasil kerja yang telah mereka
lakukan dan bisa membandingkan hasil kerjanya dengan siswa lainnya. Kegiatan
penalaran ini pun dilakukan dengan menggali dan menghimpun data dari beragam
sumber dan berbagai cara, di antaranya:
a) Mengolah informasi yang telah dikumpulkan.
b) Menganalisis data dengan membuat beberapa kategori atau pengelompokan.
c) Menghubungkan data atau informasi ke dalam suatu pola, dan
d) Membuat kesimpulan akhir.
Guru dapat mengarahkan siswa dalam melakukan diskusi terkait topik yang dibahas.
Selanjutnya, guru bisa melakukan penilaian pada tahap ini berupa proses
mengembangkan interpretasi, argumen, dan kesimpulan tentang informasi dari dua fakta
atau konsep yang dibahas siswa.
Kemudian, guru pun harus mampu memberikan penilaian yang adil terhadap
kemampuan siswa dalam mengemukakan argumentasi dan pembuatan kesimpulan terkait
jenis fakta, konsep, atau pendapat mereka.
Selain itu, hasil belajar lainnya dapat berupa struktur baru, pengembangan interpretasi,
argumentasi, hingga penarikan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep
dari dua sumber atau lebih dari data dan informasi yang diolah peserta didik.

e. Mengomunikasikan (Communicating)
Langkah terakhir, guru harus memberikan kesempatan kepada para siswanya untuk
mengomunikasikan hasil dari proses belajar yang telah mereka lakukan. Peserta didik
dapat menyatakannya dalam bentuk laporan atau makalah yang di dalamnya berisi bagan,
diagram, atau grafik.
Pada tingkat yang lebih lanjut, para siswa dapat menyusun hasil pembelajarannya
dalam bentuk laporan tertulis dan menyajikannya secara sistematis. Mulai dari proses,
hasil, sampai kesimpulan secara lisan dengan presentasi di depan kelas.
Hasil belajar yang dapat dilihat dari langkah ini adalah kemampuan siswa dalam
menyajikan hasil analisis mereka dalam bentuk tulisan, grafik, media elektronik, maupun
bentuk kreatif lainnya. Dalam bentuk fisik yang dapat guru nilai secara langsung,
misalnya bisa berupa laporan tertulis, karya ilmiah, atau video yang diunggah di media
sosial peserta didik.
Selanjutnya, guru dapat memberikan umpan balik dengan cara memberikan masukan,
meluruskan, dan menegaskan agar siswa bisa memahami kejadian yang dianalisisnya
secara mendalam dan luas. Guru juga bisa membimbing siswanya untuk memutuskan
hal-hal penting yang dapat disimpulkan sebelum presentasi kelas dimulai.
2.3 Skenario Pembelajaran Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintific Learning

SKENARIO PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran: Matematika Wajib


Kelas/ Semester: VII/I
Alokasi Waktu: 2 JP/80 menit
Materi: Himpunan

A. Kompetensi inti
1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata.
4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar
3.4 Menjelaskan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong,
komplemen himpunan, dan melakukan operasi biner pada himpunan menggunakan
masalah kontekstual
4.4 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan himpunan, himpunan bagian,
himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4.1 Menjelaskan konsep himpunan.
3.4.2 Mengidentifikasi anggota dan bukan anggota himpunan.
3.4.3 Menjelaskan cara menyatakan himpunan.
4.4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan himpunan dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan Pembelajaran
3.4.1 Peserta didik mampu menjelaskan konsep himpunan dengan benar.
3.4.2 Setelah kegiatan diskusi kelas peserta didik mampu mengidentifikasi mana anggota dan
bukan anggota himpunan dengan tepat.
3.4.3 Peserta didik mampu menjelaskan cara menyatakan himpunan dengan benar setelah
kegiatan diskusi kelas.
3.4.4 Diberikan beberapa permasalahan peserta didik dan sudah mampu menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan himpunan tersebut secara tepat.

E. Tujuan Pembelajaran
3.4.5 Peserta didik mampu menjelaskan konsep himpunan dengan benar.
3.4.6 Setelah kegiatan diskusi kelas peserta didik mampu mengidentifikasi mana anggota dan
bukan anggota himpunan dengan tepat.
3.4.7 Peserta didik mampu menjelaskan cara menyatakan himpunan dengan benar setelah
kegiatan diskusi kelas.
3.4.8 Diberikan beberapa permasalahan peserta didik dan sudah mampu menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan himpunan tersebut secara tepat.
F. Metode/Model Pembelajaran
Model pembelajaran : Discovery Learning
Metode pembelajaran : diskusi dan tanya jawab

G. Media/Alat
1. Buku Paket/Sumber Internet : Buku Paket Matematika kelas VII semester I
(Kemendikbud
Republik Indonesia 2017)
2. LKPD : Lampiran
3. Video Pembelajaran : https://youtu.be/8zKhjXKEjTI?si=IZQYdmoNt7c_OEL1
https://youtu.be/XzLLT5GWLkc?si=jSwfpdCnE2oz6Mpz
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Urutan Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Pendahuluan 10 menit

Kegiatan Pembelajaran

Guru Peserta Didik

Orientasi  Guru melakukan pembukaan  Peserta didik menjawab salam


dengan salam pembuka. dari guru.
“Assalamualaikum wr.wb. Selamat “Waalaikumsallam wr.wb.
pagi anak-anak. Selamat pagi buk.

 Guru mengarahkan peserta didik  Ketua kelas memimpin doa


untuk berdoa sebelum belajar. “ Menurut ajaran dan
“Seperti biasa hari ini kita akan kepercayaan masing-masing
belajar tentang himpunan. Tapi berdoa di mulai, semua
peserta didik mengangkat
sebelum itu, mari kita berdoa
tangan nya lalu berdoa”
terlebih dahulu semoga pelajaran
hari ini bermanfaat bagi kita
semua. Siapa yang akan
memimpin doa?”
 Guru memeriksa kehadiran  Sekretaris menjawab
peserta didik dengan bertanya pertanya-an terkait
kepada sekretaris sebagai sikap kehadiran peserta didik.
disiplin. “ Hadir semua bu”
“Sekretaris siap yang tidak hadir
hari ini?”
Apersepsi  Guru mengingatkan kembali  Peserta didik yang
materi prasyarat dengan bertanya: mengetahui jawaban dari
“Apakah masih ada yang ingat
perbedaan antara bilangan bulat apa yang ditanyakan guru
dan bilangan cacah pada akan menanggapi
pembelajaran minggu lalu?”
pertanyaan yang telah
diajukan oleh guru,
misalnya:
“Bilangancacah
(bilangankardinal)
adalah bilangan yang
dimulai dari nol, satu,
dua, tiga dan seterusnya
hingga tak terbatas.
Bilangan bulat ialah
bilangan yang tidak
pecahan, dapat positif,
nol, maupun negatif.”

Motivasi  Guru menyampaikan tujuan  Peserta didik


pembelajaran dari mempelajari memperhati-kan
Materi Himpunan penjelasan, menyimak,
“Kemarin kita sudah membahas serta memahami
mengenai bilangan. Dengan tentang tujuan yang
penguasaan atas bilangan, kamu dijelaskan oleh guru.
akan memiliki dasar yang kuat untuk
mendasari perhitungan. Nah, hari
ini kita akan mempelajari tentang
konsep himpunan .jadi, mari kita
mulai dan bersemanagtlah dalam
pembelajaran ini!”
 Guru memberikan Pertanyaan  Peserta didik
pemanti menjawab pertanyaan
“ Misalkan si budi jajan di kantin pemantik dari guru,
sekolah membeli pop mie, es lilin, jenis jajanan apa yang
kuaci dan risol, sedangkan randi sama dari budi dan
membeli risol, bakwan, dan kuaci. randi ?
Maka jenis jajanan apa yang “ yaitu risol”
sama?

 Guru memberikan motivasi  Peserta didik memperhati-


kepada peserta didik untuk kan penjelasan,
bersungguh- sungguh dalam menyimak, serta
belajar Himpunan karena berguna memahami tentang
dalam kehidupan sehari-hari, Motivasi yang di
sampaikan oleh guru.
dimana himpunan bisa digunakan
untuk mengelompokkan beberapa
objek dengan ciri tertentu atau
sejenis. Misalnya dalam
menyebutkan beberapa hewan
berkaki empat, biasanya kita
menyebutkannya dengan
mendaftar atau membuat list.
Pemberian  Guru memberitahukan materi  Peserta didik
Acuan pelajaran yang akan dibahas pada mempersiap-kan
pertemuan saat ini yaitu masalah keperluan untuk
kontekstual yang berkaitan mempelajari materi
dengan himpunan, yaitu tentang tentang himpunan
menjelaskan konsep himpunan, “Peserta didik
mengidentifikasi anggota dan menyiapkan alat
bukan anggota himpunan, pembelajaran yang
menjelaskan cara menyatakan akan digunakan seperti
himpunan, menyelesaikan buku, pena, dan lain-
masalah yang berkaitan dengan lain”
himpunan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Kegiatan Inti 60 menit

Sintak Kegiatan Pembelajaran


Dicovery
Learning
Guru Peserta Didik

 Guru menayangkan  Peserta didik


Fase 1: video pembelajaran menonton video
Stimulation
tentang menjelaskan yang ditayangkan
(Stimulus/Pe
mberi konsep himpunan, oleh guru lalu
Rangsangan)
mengidentifikasi peserta didik
anggota dan bukan mengamati video
anggota himpunan, yang sedang
menjelaskan cara ditonton.
menyatakan himpunan, “ baik buk, kami
menyelesaikan akan menyimak
masalah yang video yang ibu
berkaitan dengan tayangkan”
himpunan dalam
kehidupan sehari-hari.
“Mari anak-anak kita
Simak video yang
akan ibu tayangkan”
1. https://youtu.be/
8zKhjXKEjTI?
si=IZQYdmoNt7c_OE
L1
2. https://youtu.be/
XzLLT5GWLkc?
si=jSwfpdCnE2oz6M
pz
Fase 2:  Guru bertanya  Peserta didik
Problem mengenai menjawab
Statement permasalaahan yang ada
(Identifikasi pertanyaan dari
pada video yang telah di
masalah)
tayangkan. guru
“Dari video yang telah “Saya buk, jadi
ibu tayangkan, apakah
1. permasalahan
ada permasalahan di
video ini, adakah yang yang pertama yaitu
berani siswa pergi
mengungkapkanya”
kekantin sekolah

 Guru mengklarifikasi untuk membeli


jawaban dari siswa jajan, saat membeli
terkait permasalah yang jajan penjualn
ada di video "nah benar
ya yang tadi sudah jajan tersebut
diungkapkan teman memberi tahu
kalian itu permasalah bahwa terdapat
yang kita lihat di video
stiker bergambar
dan kita rasakan
dikehidupan sehari- yang dapat
hari" ditukarkan agar
 guru memerintahkan
mendapatkan tiket
peserta didik agar
membentuk kelompok, kunjungan.
setelah kita menonton Misalkan 5 stiker
video dan tau alat music untuk ke
permasalahannya, nanti
kalian perkelompok lawang sewu, 5
untuk mengetahui stiker buah-buahan
bagaimana itu terjadi untuk ke sampoo
kenapa itu bisa terjadi
kong, 5 stiker alat
sekarang kalian duduk
berkelompok nanti ibu transportasi untuk
kasih lkpd nya untuk ke musium kereta
kalian isi secara
api ambarawa, 5
Bersama-sama
dikelompok kalian stiker hewan untuk
masing-masing, yuk ke musium
sekarang
ronggowarsito.
buat kelompoknya
2. Permasalahan
yang kedua mereka
membeli jajanan
dan mengecek apa
saja stiker yang di
dapat. Setelah di
cek dari salah satu
anak tersebut
berhasil
mengumpulkan 5
stiker bergambar
hewan, lalu mereka
menukarkan stiker
tersebut kembali ke
penjualnya.”

Fase 3:  Guru memantau dan  Peserta didik


Data menilai jalannya beserta kelompok
collecting kegiatan kelompok
(Pengumpula mengumpulkan
n data)
informasi melalui
buku sumber
Fase 4:  Guru membantu  Peserta didik
Pengolahan peserta didik mengumpulkan
Data mendefinisikan dan informasi dari buku
mengorganisasikan sumber untuk
pertanyaan/masalah membangun ide
yang akan dicari mereka sendiri dalam
penyelesaiannya. mmenyelesaikan
permasalahan terkait
Deret geometri

Fase 5:  Guru membimbing  Perwakilan dari


Verification peserta didik dalam setiap kelompok
(Pembuktian) mengungkapkan memberikan
jawaban terkait LKPD jawaban yang telah
mereka dapat

Fase 6: Guru bertanya kepada  Peserta didik


Generalization masing-masing mencatat hasil
(Menarik kelompok bagaimana
Kesimpulan) penyelesaian secara
kesimpulan yang telah
didapat dari individu dalam
permasalahan yang ada LKPD.
di LKPD
3. Kegiatan Penutup 10 menit

Kegiatan Pembelajaran

Guru Peserta Didik

 Guru menyuruh peserta didik untuk  Peserta didik memberikan refleksi


menyampaikan refleksi dari kegiatan yang telah didapatkan pada
pembelajarn yang sudah dilakukan pembelajaran hari ini
“Jadi pada pembelajaran hari ini
“Baik anak-anak siap yang bisa kami dapat mengetahui apa itu
meyampaikan refeleksi pada hari ini” himpunan, dan mengetahui yang
merupakan himpunan dan yang bukan
merupakan himpunan, kami juga tahu
bagaimana menyatakan sebuah
himpunan dan mnegetahui himpunan
dalam kehidupan sehari-hari.”
I. Instrumen Penilaian

Penilaian Hasil Belajar

1) Teknik Penilaian : Pengamatan, Lembar Kerja Peserta Didik.

2) Prosedur Penilaian : Pengamatan Kerja Kelompok

N Aspek yang dinilai Teknik Waktu Penilaian


o Penilaian
1. Sikap Pengamatan Selama
a. Berdoa sebelum pembelajaran dan
dan setelah saat mengerjakan soal
pembelajaran.
b. Terlibat aktif dalam
pembelajaran
Himpunan
c. Kejujuran dalam
mengerjakan soal

Keterampilan
2. a. Terampil menerapkan Pengamatan Penyelesaian tugas
konsep/prinsip dan individu .
strategi pemecahan
masalah yang relevan
yang berkaitan
dengan Himpunan.
Lampiran 1 : Lembar Penilaian Keterampilan

LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/ I

Materi : Himpunan

Kompetensi Dasar : 4.5 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan


Himpunan
No Kategori Skor Alasan
1. Apakah peserta didik dapat
menyelesaikan Himpunan sampai
menemukan jawabannya?
2. Apakah permasalahan yang
dikerjakan sesuai dengan konsep
Himpunan yang telah dipelajari?
3. Apakah peserta didik dapat
membuat kesimpulan dari
permasalahan Himpunan?
Jumlah

Kriteria:

1 = Sangat Kurang

2 = Kurang

3 = Cukup

4 = Baik

5 = Sangat Baik

Skor Perolehan
Nilai Perolehan = × 100
Skor Maksimal

Lampiran 2: Lembar Penilaian Sikap

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP

Mata Pelajaran : Matematika Wajib


Kelas/Semester : VII/I

Materi : Himpunan

Aspek Penilaian
Nama Skor (1-4) Skor Total
No. Siswa Kerja Percaya Kerja Predikat
Religius Mandiri Kejujuran
Keras Diri sama

Petunjuk Pengisian

Berdasarkan pengalama anda selama 1 pertemuan ini, nilailah sikap tiap siswa anda dengan
memberikan skor 4, 3, 2, 1 pada lembar observasi dengan ketentuan sebagai berikut:

 Skor 4 = apabila selalu melakukan perilaku yang diamati.

 Skor 3 = apabila sering melakukan perilaku yang diamati.

 Skor 2 = apabila kadang-kadang melakukan perilaku yang diamati.

 Skor 1 = apabila tidak pernah melakukan perilaku yang diamati.

Lampiran 3: Lembar kerja peserta didik


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri (Kemendikbud, 2013). Langkah-langkah dalam
menerapkan model pembelajaran Discovery Learning (penemuan) menurut Mulyasa yaitu
Stimulus (Stimulation),Identifikasi masalah (Problem Statement),Pengumpulan data (data
collecting).Pengolahan data (data processing),Verifikasi (verification) dan Generalisasi
(generalization).
Pendekatan saintifik merupakan model pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum
2013 dengan menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan pembelajarannya. Pendekatan yang
berpusat pada siswa atau (student centered approach) ini, bertujuan supaya siswa nantinya
mampu memiliki kapabilitas dalam berpikir (thinking skill) kritis, ilmiah, dan analitis. Melalui
model ini, siswa akan mendapatkan manfaat, seperti mulai bisa menginvestigasi suatu
permasalahan, penasaran (curiosity) atau ingin tahu dan juga bisa menyusun konsep dari suatu
pengalaman atau pengetahuan belajar yang telah dilakukan. Hal-hal tersebut bisa menjadikan
kegiatan belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan, bermakna, dan menantang.

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca khususnya guru bisa menjadikan motode pembelajaran berpusat
kepada siswa sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran. Kritik dan saran dari
pembaca terhadap makalah ini sangat diperlukan yang man diharpkan nantinya makalah ini
menjadi lebih baik dari pada sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asyafah, A. (2019) Menimbang Model Pembelajaran. Indonesia Journal of Islami Education.


6(1), 20.
Azis, N. F. A. (2017). Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan
Hasil Belajar Siswa Pada Subtema Menjaga Keselamatan Di Perjalanan (Penelitian Tindakan
Kelas Pada Tema Keselamatan di Rumah dan Perjalanan Subtema Menjaga Keselamatan di
Perjalanan Terhadap Siswa Kelas II Semester 2 SDN Cibogo Bandung) (Doctoral
dissertation, FKIP Unpas).
Fahrurrozi, S. H. (2017). Metode pembelajaran matematika inovetif. In universitas hamzah wadi
press.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai