Anda di halaman 1dari 49

USULAN PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN BERBANTUAN


VIDEO PEMBELAJARAN PADA MATERI BANGUN RUANG DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KATOLIK PALU

Oleh :

JESICA JASINTA LUMI


(A23116139)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

Dengan Berbantuan Video Pembelajaran Pada Materi

Bangun Ruang Dalam Meningkatkan Hasil Belqajar

Siswa Kelas VIII SMP Katolik Palu

Penulis : Jesica Jasinta Lumi


Stambuk : A23116139

Telah diperbaiki dan disetujui untuk penelitian

Palu, Juni 2023

Pembimbing

Dra. Evie Awuy, M.Si


NIP. 19580311 198603 2 002

Pembahas I Pembahas II

Dr. Muh. Rizal, M,Si Dr. Mustamin Idris, M.Si


NIP. 19621015 199103 1 001 NIP. 19630507 199001 1 001

Mengetahui
Koordinator program studi Pendidikan Matematika

Dr. Pathuddin, S.Pd, M.Si


NIP. 19690805 199403 1 006

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii

I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Manfaat Penelitian 7
1.5 Batasan Istilah 8
II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 Penelitian yang Relevan 10


2.2 Kajian Pustaka 14
2.3 Kerangka Pemikiran 31
2.4 Hipotesis Penelitian 33
III METODE PENELITIAN 44

3.1 Jenis Penelitian 34


3.2 Desain Penelitian 35
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 38
3.4 Subjek Penelitian 38
3.5 Teknik Pengumpulan Data 38
3.6 Teknik Analisis Data 40
3.7 Indikator Keberhasilan Data 42
DAFTAR PUSTAKA 44

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2006). Pada dasarnya, pendidikan di

Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia baik secara fisik

maupun secara intelektual, sehingga dapat mengembangkan diri maupun

lingkungannya dalam rangka pembangunan Nasional (Fuad, 2005).

Berhasilnya suatu pendidikan tentunya dapat kita lihat dari adanya

peningkatan dalam pendidikan dimana terjadi pencapaian dalam tujuan

pembelajaran yang ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran, karena guru secara langsung dapat

mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa.

Oleh karena itu menjadi seorang guru tidak hanya berkaitan dengan mengajar atau

mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan penggunaan secara integratif berbagai

keterampilan dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik. Mengingat dalam

kegiatan pembelajaran tidak cukup hanya menggunakan satu keterampilan saja,

tetapi harus dipadukan dengan keterampilan lainnya.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan

pada setiap jenjang pendidikan termasuk sekolah menengah pertama, tetapi tidak

1
2

sedikit peserta didik yang merasa kesulitan dalam memahami konsep-konsep

dalam mata pelajaran matematika. Selama ini terkesan masih banyak guru

matematika yang menjelaskan materi hanya dengan ceramah dan jarang mengajak

siswa untuk aktif dalam mengembangkan materi sehingga hanya terjadi guru

mentransfer ilmu ke siswa namun tanpa adanya timbal balik didalam prosesnya.

Oleh karena itu, diperlukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model, strategi, dan media pembelajaran yang tepat, sehingga target

ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang

menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan model

pembelajaran akan berdampak pada keberhasilan belajar siswa serta tercapainya

tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran

yang dirancang untuk memperlancar proses pembelajaran. Seperti yang

diungkapkan oleh Suprijono (2012: 46) yang mengemukakan bahwa model

pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas maupun tutorial. Dari pengertian model pembelajaran

tersebut, model pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu desain, pola atau

rancangan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

di kelas. Hal itu dilakukan untuk menciptakan suasana yang menunjang agar

siswa merasa bebas untuk merespon secara alami dan teratur, dan tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Karena itu, pengkajian pemilihan model

pembelajaran yang tepat menjadi hal yang perlu dilakukan, agar sesuai dengan

karakteristik siswa dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2
3

Model pembelajaran adalah tolak ukur untuk menentukan

terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya akan menentukan

hasil belajar. Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung

pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh

guru. Oleh sebab itu, guru diharapkan selektif dalam menentukan dan

menggunakan model pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru harus

menguasai prinsip-prinsip belajar mengajar serta mampu menerapkan Dalam

proses belajar mengajar. Prinsip-prinsip belajar mengajar yang di maksud

disini adalah model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi

pelajaran tertentu.

Kegiatan belajar mengajar hendaknya tidak hanya berfokus pada guru, tetapi

juga harus melibatkan siswa aktif. Salah satu model yang cocok dalam

pembelajaran matematika disini yaitu dengan menggunakan model discovery

learning artinya pembelajaran harus melibatkan kemampuan siswa secara

maksimal untuk menggali, mengidentifikasi, mengelola sehingga dapat

menemukan pengetahuan dengan sendirinya.

Discovery learning disini melatih kecakapan berpikir siswa dalam

menyelesaikan masalah, terutama masalah-masalah yang ada disekitar siswa.

Sehingga siswa mampu secara kreatif menemukan ide-ide dalam menyelesaikan

masalah tersebut. selain itu siswa tidak akan merasa jenuh, dan bosan dengan

pembelajaran. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu model

pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar. Dalam

proses pembelajaran dengan model discovery learning guru hanya bertindak

3
4

sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan

konsep, prosedur, algoritma dan sebagainya. Dalam model pembelajarann ini

mengutamakan cara belajar siswa aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan

sendiri, mencari sendiri dan reflektif.

Penerapan model pembelajaran tidak lepas dari penggunaan media

pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran merupakan alat bantu berupa fisik

maupun nonfisik yang digunakan sebagai perantara antara pengajar dan peserta

untuk memahami pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sedangkan menurut

Munadi (2008:7), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang

digunakan untuk menyampaikan dan menyalurkan pesan kepada penerimanya

sehingga penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif

secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

pembelajaran lebih cepat dipahami siswa dan menarik minat siswa untuk belajar

lebih lanjut. Pendapat lain dikemukakan oleh Briggs (Sadiman et al., 2008) bahwa

segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan sehingga merangsang siswa untuk

belajar merupakan media pembelajaran. Dengan demikian, media merupakan alat

bantu yang digunakan guru dengan desain yang disesuaikan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.

Pengembangan media pembelajaran yang menarik dapat membantu peserta

didik untuk memahami materi yang diajarkan karena memiliki komunikasi dua

arah. Media pembelajaran terdiri atas berbagai macam jenis. Salah satu jenis

media pembelajaran yang umum digunakan di sekolah adalah media pembelajaran

cetak. Media tersebut banyak digunakan karena dianggap praktis, dapat

4
5

menyesuaikan berdasarkan kemampuan siswa, dan mudah didistribusikan, tetapi

media ini memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat menampilkan objek-objek

tertentu seperti suara, gambar bergerak, maupun objek tiga dimensi.

Video sebagai media pembelajaran sudah cukup marak digunakan dalam

pembelajaran. Media Video Pembelajaran dapat digolongkan kedalam jenis

media Audio Visual Aids (AVA) atau media yang dapat dilihat atau didengar.

Media audio motion visual (media audio visual gerak) yakni media yang

mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk obyeknya dapat dilihat, media ini

paling lengkap. Informasi yang disajikan melalui media ini berbentuk dokumen

yang hidup, dapat dilihat dilayar monitor atau ketika diproyeksikan ke layar

lebar melalui projector dapat didengar suaranya dan dapat dilihat gerakannya

(video atau animasi). Mayer (2012:87) menjelaskan bahwa media pembelajaran

berbasis gambar bergerak (animasi/video) dapat mendorong pemahaman peserta

didik bila digunakan dengan cara yang konsisten dengan teori pembelajaran

multimedia. Contoh pembelajaran yang membutuhkan visualisasi objek tiga

dimensi adalah materi luas dan permukaan bangun ruang sisi datar pada kelas

VIII.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan calon

peneliti dengan guru matematika di SMP Katolik Palu menunjukkan bahwa materi

matematika yang masih banyak dirasakan sulit dan susah untuk dipahami oleh

siswa salah satunya ialah materi bangun ruang. Guru menjelaskan hal ini terjadi

dikarenakan masih kurangnya ketertarikan/minat siswa untuk belajar materi

bangun ruang tersebut, yang mana pada materi ini banyak menggunakan alat

5
6

peraga sebagai media pembelajarannya yang penerapannya dikaitkan pada

kehidupan sehari-hari, menjadikan siswa mengalami kesulitan untuk memahami

apa yang dijelaskan oleh guru yang berakibatkan pada rendahnya hasil belajar

siswa. Sudah banyak cara yang dilakukan guru dalam menangani masalah ini

diantaranya dengan merubah model pembelajarannya diantanya dengan

menggunakan model pembelajaran discovery learning, model pembelajaran ini

dirasakan cocok untuk diterapkan pada matapelajaran matematika karena dengan

menggunakan model discovery learning artinya guru hanya bertindak sebagai

pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa dan mengutamakan belajar

siswa aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan

reflektif.

Namun hal ini juga belum sepenuhnya berhasil dikarenakan guru masih

mengajar dengan media yang digunakan guru yang belum beragam (masih

bersifat Kenvensional) dengan masih mengandalkan buku modul pelajaran yang

memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat menampilkan objek-objek tertentu seperti

suara, gambar bergerak, maupun objek tiga dimensi. Oleh karena itu, calon

peneliti ingin menerapkan model pembelajaran Discovery Learning sebagai model

pembelajaran dengan berbantuan video sebagai media pembelajaran dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang.

Maka berdasarkan uraian diatas maka calon peneliti ingin melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

dengan Bantuan Video Pembelajaran Pada Materi Bangun Ruang Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Katolik Palu.”

6
7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah

pada penelitan ini adalah: Apakah Penerapan Model Pembelajaran Discovery

Learning Berbantuan Video Pembelajaran Pada Materi Bangun Ruang Dapat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Katolik Palu ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan video

pembelajaran pada materi bangun ruang siswa kelas VII SMP Katolik Palu.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada penggunaan Discovery Learning

sebagai model pembelajaran dengan bantuan video pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dapat memotivasi siswa dalam belajar, sehingga memberikan

pemahaman dan pengertian yang lebih terhadap pembelajaran

matematika selama pelaksanaan pembelajaran.


8

b. Bagi Guru

Sebagai bahan informasi dan salah satu acuan bagi guru dalam

menentukan strategi pembelajaran yang bervariasi serta menarik guna

mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam mengelolah dan

meningkatkan system pembelajaran, khususnya penggunaan model

Discovery Learning sebagai model pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Sebagai informasi yang dapat dijadikan pertimbangan atau masukan

untuk perkembangan pembelajaran, khususnya dalam penggunaan

aplikasi sebagai media pembelajaran. Serta dapat dijadikan bahan

evaluasi dan tindak lanjut dalam menentukan keberhasilan siswa dalam

pembelajaran Matematika.

d. Bagi Peneliti

Sebagai bahan informasi dan sumber kajian untuk mengembangkan

penelitian selanjutnya terutama yang terkait dengan penelitian ini.

1.5 Batasan Istilah

Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda, maka diberikan Batasan

terhadap istilah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Discovery Learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Discovery

learning adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk

menemukan sendiri pengetahuan yang ingin disampaikan dalam pembelajaran.


9

2. Video Pembelajaran adalah gambar gerak yang terdapat seragkaian alur dan

menampilkan pesan dari bagian sebuah gambar untuk tercapainya tujuan

pembelajaran.

3. Hasil belajar adalah pencapaian optimal yang diperoleh siswa dari serangkaian

kegiatan pembelajaran dalam hal ini meliputi pengetahuan siswa pada materi

bangun ruang sisi datar.

4. Bangun Ruang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi

datar (kubus dan balok) yang doajarkan pada siswa kelas VII SMP.
10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu seperti

penelitian yang dilakukan oleh Eka Damayanti, Susiswo, dan Cholis Sa’dijah

(2022).

Penelitian yang dilakukan oleh Eka Damayanti, Susiswo, dan Cholis

Sa’dijah tentang Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan Video

Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan penerapan discovery learning berbantuan video

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Penelitian ini

merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diselesaikan dalam dua siklus

dengan tahapan persiapan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian

ini adalah 32 siswa kelas X MM SMK Negeri Puspo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa discovery learning berbantuan video

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik meliputi

pemberian stimulus, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data,

pembuktian (verifikasi), dan penarikan kesimpulan. Dari penerapan discovery

learning berbantuan video pembelajaran diperoleh peningkatan hasil belajar dari

siklus I ke siklus II dengan rata-rata hasil belajar dari 73,28 ke 80,16 dan

ketuntasan belajar dari 62,5 % ke 87,5%.

Penelitian yang dilakukan oleh Eka Damayanti, Susiswo, dan Cholis

Sa’dijah mempunyai revelansi dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu pada
11

focus penelitian Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan Video

Pembelajaran.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Mik Salmina dan Mustafa

(2019) tentang penerapan model pembelajaran discovery learning pada materi

dimensi tiga dengan bantuan video pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk mendeskripsikan penerapan discovery learning pada materi dimensi

tiga dengan bantuan video pembelajaran agar memudahkan dan memotivasi

siswa dalam memahami materi dimensi tiga.

Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang

bersifat kolaboratif antara guru dan peneliti. Penelitian tindakan kelas

dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari enam pertemuan. Instrumen

pengumpulan data menggunakan LKPD, tes tertulis dan observasi guru dan

peneliti selama proses pembelajaran.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan minat dan hasil

belajar pada materi dimensi tiga dengan menerapkan model discovery learning

berbantuan video pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Mik Salmina dan Mustafa (2019)

mempunyai revelansi dengan penelitian yang calon peneliti lakukan yaitu pada

focus Penerapan model pembelajaran discovery learning dengan bantuan video

pembelajaran.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Retnani, Ajeng Putri (2019) tentang

Penerapan Model Discovery Learning Dengan Bantuan Media Video Untuk

Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Tema 9 Di Kelas
12

V SD Negeri 3 Sokawera. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi

belajar dan prestasi belajar peserta didik melalui model Discovery

Learningdengan bantuan media video di kelas V SD Negeri 3 Sokawera. Jenis

penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan selama 2

siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan, yaitu terdiri dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, tindakan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah semua peserta

didik kelas V SD Negeri 3 Sokawera yang berjumlah 27 peserta didik dari 13 laki-

laki dan 14 perempuan.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan teknik tes

dan non tes. Indikator dalam penelitian ini terjadi peningkatan motivasi belajar

peserta didik sekurangkurangnya 70% dari seluruh peserta didik mencapai kriteria

baik yang dibuktikan dengan lembar observasi motivasi belajar peserta didik dan

terjadi peningkatan prestasi belajar peserta didik sekurang-kurangnya 75% dari

seluruh jumlah peserta didik mencapai KKM yaitu 70.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran

Discovery Learning berbantu media video dapat meningkatkan motivasi belajar

dan prestasi belajar peserta didik. Hasil motivasi belajar peserta didik dibuktikan

dengan hasil nilai rata-rata dari siklus I yaitu 6,5 dan meningkat pada siklus II

yaitu menjadi 7,00. Rata-rata presentase observasi motivasi belajar peserta didik

dari siklus I adalah 81,48% dengan kriteria sangat baik, dan pada siklus II yaitu

menjadi 77,7 dengan kriteria sangat baik. Hasil prestasi belajar peserta didik

dibuktikkan dengan hasil nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 76,42 dengan

presentase ketuntasan sebesar 68,51%, sedangkan nilai rata-rata kelas pada siklus
13

II yaitu 74,36 dengan presentase ketuntasan sebesar 75,89%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning dengan bantuan

media video dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik kelas

V SD Negeri 3 Sokawera.

Penelitian yang dilakukan Retnani, Ajeng Putri (2019) mempunyai revelansi

dengan penelitian yang calon peneliti lakukan yaitu pada focus Penerapan Model

Pembelajaran Discovery Learning dengan bantuan video pembelajaran.


14

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana (2009:3) mendefinisinikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

peru bahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

mencakup bidang kognitif, efektif, dan psikomotorik. Penilaian hasil dan proses

belajar saling berkaitan satu sama lain. Agus Suprijono (2009:5) juga

menyebutkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Dari sisi guru,

tidak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Pendapat ahli diatas diperkuat dengan pendapat Nana Sudjana (2009:22)

mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah dia menerima pengalam belajarnya. Horward Kingsley

membagi 3 macam hasil belajar yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b)

pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita masing-masing jenis hasil

belajar dapat di isi dengan bahan ajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Benyamin Blom juga mengkalsifikasikan hasil belajar secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif yang berkenaan dengan

hasil belajar, ranah efektif yang berkenaan dengan sikap, dan ranah psikomotor

yang berkenaan dengam ketampilan. Ketiga ranah tersebut menjadi objek


15

penilaian hasil belajar. Yang paling sering dinilai oleh guru adalah ranah kognitif,

karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan

pengajaran.

Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan

evaluasi yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Dari penelitian ini yang diharapkan ialah peningkatan hasil belajar

dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan

berbantuan video pembelajaran.

2.2.2 Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu cara yang sistematis dalam

mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevalusi seperangkat materi dan

strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Model

pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori

pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip

pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori

lain yang mendukung.

Menurut Joyce & Weil, mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan

suatu rencana atau pola, yang dapat diterapkan dalam membentuk kurikulum

(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,


16

dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut Suryaman,

menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual, yang

menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar, guna mencapai tujuan tertentu serta berfungsi sebagai pedoman bagi para

pendidik dalam merencanakan pembelajaran, dan melaksanakan aktivitas

pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat diterapkan atau

dijadikan pedoman dalam merencanakan pembelajaran, dan melaksanakan

aktivitas pembelajaran di kelas atau yang lain, guna tercapainya tujuan

pembelajaran.

Kualitas model pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek

proses dan aspek produk. Aspek proses yakni aspek dimana mengacu apakah

pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar, yang menyenangkan bagi

peserta didik serta mampu mendorong peserta didik agar aktif dalam belajar dan

berpikir kreatif. Aspek produk yakni aspek yang mengacu pada pembelajaran,

apakah pembelajaran itu mampu mencapai tujuan (kompetensi), yakni

meningkatkan kemampuan peserta didik yang sesuai dengan standar kemampuan

atau kompetensi yang telah ditentukan. Model pembelajaran dapat dijadikan pola

pilihan, maksudnya para pendidik diperbolehkan menentukan model pembelajaran

yang sesuai dan efisen dalam mencapai tujuan pendidikan. Model pembelajaran

mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu:


17

a) Berdasarkan pada teori pendidikan serta teori belajar dari para ahli tertentu.

Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan

berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi

dalam kelompok secara demokratis.

b) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir

induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

c) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas,

misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam

pelajaran mengarang.

d) Memiliki bagian-bagian model dinamakan: (a) urutan langkahlangkah

pembelajaran, (b) adanya prinsip-prinsip reaksi, (c) sistem sosial, dan (d)

sistem pendukung.Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila

pendidik akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

e) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak

tersebut meliputi: (a) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat

diukur, (b) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

f) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model

pembelajaran yang dipilihnya.

2. Definisi Discovery Learning

Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta

didik untuk menemukan sendiri pengetahuan yang ingin disampaikan dalam

pembelajaran. Penjelasan tersebut senada dengan pendapat Hanafiah (2012,


18

hlm.77) yang menyatakan bahwa model pembelajaran discovery learning adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,

dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan

keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Berbeda dengan model pembelajaran konvensional, discovery learning atau

pembelajaran penemuan lebih berpusat pada peserta didik, bukan guru.

Pengalaman langsung dan proses pembelajaran menjadi patokan utama dalam

pelaksanaannya. Seperti yang diungkapkan oleh Syah (2017) bahwa

model discovery learning merupakan model yang lebih menekankan pada

pengalaman langsung siswa dan lebih mengutamakan proses dari pada hasil

belajar (Syah, 2017).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa discovery

learning adalah model pembelajaran yang membantu peserta didik untuk

mengalami dan menemukan pengetahuannya sendiri sebagai wujud murni dalam

proses pendidikan yang memberikan pengalaman yang mengubah perilaku

sehingga dapat memaksimalkan potensi diri. Sebagai upaya untuk memastikan

kesahihan pengertian discovery learning, berikut adalah beberapa pendapat ahli

mengenai pengertian discovery learning.

a. Arends

Discovery Learning adalah model pembelajaran yang menekankan proses

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan pengalaman belajar secara

aktif yang akan membimbing peserta didik untuk menemukan dan


19

mengemukakan gagasannya terkait topik yang dipelajari (Arends, 2015, hlm.

402).

b. Rusman

Model pembelajaran discovery learning didefinisikan oleh Rusman (dalam

Ertikanto, 2016) sebagai sebuah model pembelajaran yang mendukung

seorang individu atau kelompok untuk menemukan pengetahuannya sendiri

berdasarkan dengan pengalaman yang didapatkannya oleh setiap individu.

c. Daryanto dan Karim

Discovery learning adalah model mengajar yang dilaksanakan oleh guru

dengan cara mengatur proses belajar dengan sedemikian rupa sehingga siswa

mendapatkan pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui dan sebelumnya

dengan cara tidak disampaikan terlebih dahulu akan tetapi siswa

menemukannya secara mandiri (Daryanto dan Karim, 2017).

3. Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Syah (2017, hlm. 243) langkah atau tahapan dan prosedur

pelaksanaan Discovery learning adalah sebagai berikut:

a. Stimulation (stimulus), memulai kegiatan proses mengajar belajar dengan

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar

lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah;

b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), yakni memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin


20

agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian

salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban

sementara atas pertanyaan masalah);

c. Data collection (pengumpulan data), memberi kesempatan kepada para

siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan

untuk membuktikan benar atau tidaaknya hipotesis;

d. Data processing (pengolahan data) mengolah data dan informasi yang

telah diperoleh para siswa melalui wawancara, observasi, dan sebagainya,

lalu ditafsirkan;

e. Verification (pembuktian), yakni melakukan pemeriksaan secara cermat

untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi,

dihubungkan dengan hasil data processing;

f. Generalization (generalisasi), menarik sebuah simpulan yang dapat

dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah

yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

4. Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning

Bell (dalam Hosnan, 2014, hlm. 284) mengemukakan beberapa tujuan

spesifik dari model pembelajaran discovery learning, yakni sebagai berikut.

a. Dalam discovery learning siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara

aktif dalam pembelajaran. Kenyataan lapangan juga menunjukkan bahwa

partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika model

pembelajaran ini digunakan.


21

b. Melalui pembelajaran dengan discovery learning, siswa belajar menemukan

pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan

(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

c. Siswa belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan

menggunakan tanya jawab sebagai alat untuk memperoleh informasi yang

bermanfaat dalam menemukan pengetahuan.

d. Pembelajaran dengan discovery learning membantu siswa membentuk cara

kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan

mengaplikasikan ide-ide orang lain.

e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-

keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari

melalui discovery learning lebih bermakna. Keterampilan yang dipelajari

dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer

untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru pula.

5. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning

Model pembelajaran Discovery Learning mempunyai kelebihan serta

kekurangan, adapun kelebihan model pembelajaran Discovery Learning yaitu

sebagai berikut:

a. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan, serta proses-proses kognitif.

b. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan

masalah.
22

c. Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lain.

d. Mendorong keterlibatan keaktifan peserta didik.

e. Mendorong peserta didik berpikir sendiri dan merumuskan hipotesis

sendiri.

f. Melatih peserta didik belajar mandiri.

g. Peserta didik aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir

dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

Model pembelajaran Discovery Learning juga mempunyai beberapa

kekurangan. Berikut ini kekurangan model Discovery Learning:

a) Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.

bagi peserta didik yang kurang memiliki kemampuan kognitif yang rendah

akan mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak.

b) Model ini tidak cukup efisien untuk digunakan dalam mengajar pada

jumlah peserta didik yang banyak hal ini karena waktu yang dibutuhkan

cukup lama untuk kegiatan menemukan pemecahan masalah.

c) Harapan dalam model ini dapat terganggu apabila peserta didik dan

pendidik telah terbiasa dengan cara lama.

d) Model pembelajaran discovery ini akan lebih cocok dalam

mengembangkan pemahaman, namun aspek lainnya kurang mendapat

perhatian.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Discovery Learning mempunyai kekurangan serta kelebihan. Kelebihan model


23

pembelajaran Discovery Learning yaitu dapat mengembangkan konsep yang

mendasar pada diri peserta didik, daya ingat peserta didik akan lebih baik, serta

dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam kegiatan belajarnya, dan

melatih peserta didik untuk belajar sendiri. Model pembelajaran Discovery

Learning ini juga akan dapat membantu tercapainya tujuan pengajaran yang

diinginkan oleh pendidik. Adapun kekurangan model Discovery Learning ini

yaitu, bahwa para pendidik dituntut untuk benar-benar menguasai konsep-konsep

dasar, harus pandai merangsang peserta didik, tujuan yang diinginkan harus

benar-benar jelas, serta pendidik dituntut untuk memberi pertanyaan-pertanyaan,

yang bersifat mengarahkan pada tujuan.

2.2.3 Video Pembelajaran

Penggunaan video sebagai bahan bantu mengajar memberikan satu

pengalaman baru kepada sebilangan pelajar. Media video dan televisi dapat

membawa pelajar ke mana-mana saja, terutama sekali jika tempat atau peristiwa

yang ditayangkan itu terlalu jauh untuk dilawati, atau berbahaya. Dengan

penayangan video, pelajar dapat merasa seolah-olah mereka berada atau turut

serta dalam suasana yang digambarkan. Sebagai contoh, proses penjalanan

elektrik dapat ditunjukkan kepada pelajar melalui video. Kiranya dapat membantu

pelajar membayangkan cara kerja stesen janakuasa elektrik di samping memberi

pengalaman kepada para pelajar secara visual.

Menurut Norizan, 2002 (dalam Norhaziana, 2005) menyatakan, sesuatu

media berbentuk simulasi adalah perisian yang memberi gambaran situasi sesuatu

keadaan. Pengguna akan seolah-olah berada di tempat kejadian dan boleh


24

bertindak balas terhadap keadaan tersebut. Pengaruh media video akan lebih cepat

masuk ke dalam diri manusia daripada media yang lainnya. Karena

penayanggannya berupa cahaya titik fokus, sehingga dapat mempengaruhi fikiran

dan emosi manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar, fokus dan mempengaruhi

emosi dan psikologi anak didik sangat diperlukan. Karena dengan hal tersebut

peserta didik akan lebih mudah memehami pelajarannya. Tentunya media video

yang disampaikan kepada anak didik harus bersangkutan dengan tujuan

pemebelajaran.

Menurut Hamalik, 1986: 43 (dalam Azhar, 2003: 15-16) Pemakaian media

pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan

minat yang baru, membangkitkan motivasi dan stimulan kegiatan belajar, dan

bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik.

Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat

membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi

pelajaran pada saat itu.

Pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik dapat melalui proses

perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan

mendengarkan melalui media tertentu dan mendengarkan melalui bahasa.

Semakin konkret peserta didik mempelajari bahan pengajaran, maka semakin

banyak pengalaman yang diperoleh peserta didik. Sebaliknya, semakin abstrak

peserta didik memperoleh pengalaman, maka semakin sedikit pengalaman yang

akan diperoleh peserta didik. Pada kelas eksperimen yang mana memanfaatkan
25

media video sebagai media pembelajaran sebelum praktikum dilakukan, membuat

kegiatan praktikum peserta didik lebih terarah (Retno, dalam Dimyati, 2006: 9).

Penyampaian materi melalui media video dalam pembelajaran bukan hanya

sekedar menyampaikan materi sesuai dengan kurikulum. Akan tetapi ada hal lain

yang perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi minat peserta didik dalam

belajar. Hal tersebut berupa pengalaman atau situasi lingkungan sekitar, kemudian

dibawakan ke dalam materi pelajaran yang disampaikan melalui video. Selain itu

juga dalam pelajaran peraktek peserta didik akan lebih mudah melakukan apa

yang dilihatnya dalam video daripada materi yang disampaikan melalui buku atau

gambar. Kegiatan seperti ini akan memudahkan peserta didik dan guru dalam

proses belajar mengajar.

Ada banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media pembelajaran

di antaranya menurut Nugent (dalam Smaldino, 2008: 310 ) video merupakan

media yang cocok untuk berbagai ilmu pembelajaran, seperti kelas, kelompok

kecil, bahkan satu peserta didik seorang diri sekalipun. Hal itu, tidak dapat

dilepaskan dari kondisi para peserta didik saat ini yang tumbuh berkembang

dalam dekapan budaya televisi, di mana paling tidak setiap 30 menit

menayangkan program yang berbeda. Dari itu, video dengan durasi yang hanya

beberapa menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat

mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan peserta didik.

2.2.4 Bangun Ruang

1. Kubus
26

Bangun kubus adalah bangun ruang sisi datar yang semua sisinya berbentuk

persegi dan semua rusuknya sama panjang. Ingat ya, sifat kubus yang paling

utama adalah, semua sisinya persegi dan semua rusuknya sama panjang.

b. Sifat-Sifat Kubus

Ternyata, kubus itu punya beberapa sifat-sifat tersendiri juga lho. Sifatnya

bukan seperti sifat manusia. Kalau sifat manusia kan ada yang baik hati, rajin, dan

sebagainya. Nah, kalau kubus itu berbeda lagi. Sifat kubus terdiri dari 8 macam,

yakni:

1. Kubus memiliki enam sisi berbentuk persegi,

2. Semua sisi dari bangun kubus memiliki ukuran serta dimensi yang sama,

3. Semua sudut bidang kubus membentuk garis bidang 90 derajat,

4. Setiap sisi garis bangun kubus berhadapan dengan empat sisi lainnya dan

sama besarnya,

5. Kubus memiliki 12 rusuk yang sama panjang,

6. Kubus memiliki 12 diagonal sisi / diagonal bidang,

7. Kubus memiliki 4 diagonal ruang,

8. Kubus memiliki 6 buah bidang diagonal berbentuk persegi panjang.

c. Jaring-jaring Kubus

Seperti halnya bangun ruang yang lain, kubus juga memiliki jaring-jaring atau

pola pembelahan, yang bila disatukan akan membentuk bangun ruang. Untuk

jaring-jaring kubus, kamu mari kita lihat pada gambar dibawah ini.
27

Gambar 2.1 Jaring-Jaring Kubus

1. Rumus Kubus

a. Volume Kubus

s
V =s =s × s × s

b. Luas Permukaan Kubus

2
L p=6 × s × s=6 × s

2. Contoh Soal

a. Sebuah dadu berbentuk kubus dengan panjang rusuk 12 cm. Volume dari

dadu tersebut ialah:


3
V =s × s × s=12 ×12 ×12=1728 cm

b. Yanti ingin membungkus sebuah kotak kado tersebut dengan selembar

kertas kado. Jika kotak kado Yanti berbentuk kubus dengan sisi sepanjang

8 cm, maka luas kertas kado yang diperlukan Yanti adalah sebesar
2 2
L p=6 × s × s=6 × s =6 × 8 =38
28

2. Balok

Balok merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh tiga pasang sisi sejajar

yang berbentuk persegi atau persegi panjang dengan setidaknya terdapat satu

pasang sisi sejajar yang memiliki ukuran yang berbeda.

a. Sifat-sifat Balok

1. Memiliki total 12 rusuk, yang terdiri dari 4 rusuk panjang, 4 rusuk lebar,
dan 4 rusuk tinggi.

2. Sisi balok berbentuk persegi panjang atau persegi panjang dan persegi.

3. Memiliki 6 sisi, yang terdiri dari 3 pasang, yaitu sisi depan-belakang, sisi
atas-bawah, dan sisi kiri-kanan.

4. Memiliki total 8 sudut.

5. Memiliki 12 diagonal sisi yang terdiri dari 3 diagonal yang sama panjang
untuk setiap pasangan sisi.

6. Memiliki 4 diagonal ruang yang sama panjang.

b. Jaring-Jaring Balok

Jaring-jaring balok yaitu sisi-sisi balok yang direntangkan setelah di potong

mengikuti rusuk-rusuknya. Karakteristik dari jaring-jaring balok bisa dilihat

apabila bentuk tersebut dilipat dan membentuk sebuah balok. Jaring balok

mempunyai banyak variasi, sebab bentuk sisinya terdiri atas bangun datar

persegi panjang. Dengan cara memotong model balok pada rusuk-rusuk tertentu

maka akan dihasilkan sebuah jaring-jaring balok.


29

Gambar 2.2 Jaring-Jaring Balok

c. Rumus Balok

3. Luas Permukaan Balok

Lp=2×( ( p ×l ) + ( p ×t ) + ( l× t ) )

4. Volume Balok

V = p × l×t

d. Contoh Soal

Sebuah balok memiliki panjang 20 cm, lebar 14 cm, dan tinggi 10 cm.

Hitunglah nilai luas permukaan dari balok tersebut!

Lp=2× ( ( p × l ) + ( p × t )+ (l ×t ) )

¿ 2 × ( ( 20 ×14 ) + ( 20 ×10 )+ (14 ×10 ) )

¿ 2 × ( ( 280 )+ ( 200 ) + ( 140 ) )

¿ 2 ×620
2
¿ 1240 cm

Diketahui sebuah aquarium berbentuk balok mempunyai tinggi 30 cm, lebar

30 cm dan panjang 40 cm. Lalu akuarium itu diisi dengan air hingga
30

tingginya mencapai 20 cm. Tentukan volume air yang terdapat di akuarium

tersebut?

V = p × l×t

¿ 40 × 30× 30
3
¿ 36000 cm
31

2.3 Kerangka Pemikiran

Mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap

paling sulit oleh kebanyakan siswa, membuat siswa kurang aktif dalam

pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Guru dalam

proses belajar mengajar selalu bertujuan agar materi yang disampaikan dapat

dikuasai siswa dengan sebaik-baiknya.

Model pembelajaran serta media pembelajaran yang tepat merupakan salah

satu komponen penting yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran.

Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu model pembelajaran

yang dirasakan cocok untuk diterapkan pada matapelajaran matematika karena

dalam proses pembelajaran dengan model discovery learning guru hanya

bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk

menemukan konsep, prosedur, algoritma dan sebagainya serta mengutamakan

siswa pada belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari

sendiri dan reflektif.

Media pembelajaran merupakan alat bantu berupa fisik maupun nonfisik

yang digunakan sebagai perantara antara pengajar dan peserta untuk memahami

pembelajaran lebih efektif dan efisien. Video sebagai media pembelajaran sudah

cukup marak digunakan dalam pembelajaran dikarenakan dapat mendorong

pemahaman peserta didik bila digunakan dengan cara yang konsisten dengan teori

pembelajaran yang sesuai. Contoh pembelajaran yang cocok diajarkan melalui


32

video yang membutuhkan visualisasi objek tiga dimensi salah satunya materi luas

dan permukaan bangun ruang sisi datar pada kelas VIII.

Atas dasar tersebut peneliti melakukan penelitian Penerapan model

Pembelajaran Discovry Learning berbantuan Video Pembelajaran dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang di SMP Katolik Palu.

Masalah Penggunan
Model dan Media Rencana Tindakan Tindakan
Pembelajaran yang PTK
masih bersifat Penggunaa
Konvensional
Penyelesaian
masalah adanya
peningkatan hasil
belajar siswa dalam
matematika

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran


33

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih perlu diuji

kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan adalah: “Penerapan Model

Pembelajaran Discovery Learning dengan Berbantuan Video Pembelajaran pada

Materi Bangun Ruang dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VIII SMP

Katolik Palu”
III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif & Kualitatit.

Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3) penelitian tindakan kelas merupakan

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan yang sengaja dimunculkan

dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas (PTK)

dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan

nyata kemudian merefleksi terhadap hasil tindakan. Penelitian tindakan cocok

untuk meningkatkan kualitas subyek yang akan diteliti.

Pendekatan Kuantitatif adalah metode yang mengandalkan pengukuran

objektif dan analisis matematis (statistik) terhadap sampel data yang diperoleh

melalui kuesioner, jejak pendapat, tes, atau instrumen penelitian lainnya untuk

membuktikan atau menguji hipotesis (dugaan sementara) yang diajukan dalam

penelitian. Dalam hal ini peneliti berkolaborasi dengan guru dengan tujuan agar

lebih mudah dan teliti dalam kegiatan observasi . Menurut Sugiyono (2018, hlm.

14) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme

(mengandalkan empirisme) yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara acak

(random), pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian objektif, dan

analisis data bersifat jumlah atau banyaknya (kuantitatif) atau statistik, dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang menggunakan data


35

deskriptif berupa bahasa tertulis atau lisan dari orang dan subyek yang dapat

diamati. Subjek penelitian dengan pendekatan kualitatif mencakup semua aspek

atau bidang kehidupan manusia, yakni manusia dan semua yang dipengaruhi

olehnya dimana dalam penelitian ini siswa kelas VII SMP Katolik Palu menjadi

subjek peneilitiannya.

Dalam proses penelitian ini peneliti melihat hasil belajar siswa yang

berupa hasil tes pengetahuan yang akan dianalisis menggunakan metode

kuantitatif, hal ini dikarenakan data yang hendak peneliti ambil berbentuk data

statistik atau angka. Setelah itu, peneliti akan melakukan wawancara yang akan

dianalisis menggunakan metode kualitatif yang berupa perincian-perincian

deskriptif untuk membantu menjelaskan lebih jauh hasil statistik yang diperoleh

guna mengetahui tentang penerapan model pembelajaran Discovery Learning

dengan berbantuan video pembelajaran untuk meningkatkan hasil belaajr siswa

pada materi bangun ruang siswa kelas VIII SMP Katolik Palu.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian tindakan kelas (classroom action

research) yang dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah. Pada penelitian

tindakan dibagi menjadi 3 tahapan yaitu perencanaan (planning), tindakan (action)

dan observasi (observe), serta refleksi (reflect).


36

Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang disajikan dalam

gambar berikut:

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Taggart (1992: 11)

Langkah-langkah menurut Kemmis dan Mc Taggart (1992: 11) adalah

sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan yaitu persiapan yang dilakukan peneliti untuk pelaksanaan

PTK, seperti penyusunan skenario pembelajaran, pembuatan media, dan

pembuatan perangkat pembelajaran lainnya. Seperti halnya rencana pelaksanaan


37

pembelajaran, lembar observasi, LKS, dan soal tes. Langkah-langkah yang

dilakukan pada tahap ini antara lain:

a. Peneliti bersama dengan guru menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) terkait pembelajaran dengan menggunakan model

Discovery Learning.

b. Menyiapkan instrumen penelitian

c. Melakukan koordinasi dengan guru sebagai kolabolator dan teman

sejawat yaitu mahasiswa.

2. Tindakan (Acting)

Tindakan dalam PTK yaitu pelaksanaan tindakan atau pembelajaran yang

berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dengan

menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Pelaksanaan pembelajaran

dilakukan oleh peneliti, dengan melakukan kolaborasi dengan guru.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam implementasi tindakan adalah sebagai

berikut:

a. Observasi (Observing)

Observasi yaitu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengamati dampak atas tindakan yang dilakukan. Kegiatan ini dilakukan

dengan cara mengamati aktivitas siswa maupun guru bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran.

b. Refleksi (Reflecting)
38

Refleksi merupakan kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi

atau hasil yang diperoleh atas data yang terhimpun sebagai bentuk dampak

tindakan yang telah dirancang. Refleksi dilakukan untuk mengetahui adanya

kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.

Hasil pemikiran reflektif kemudian digunakan sebagai dasar untuk

menentukan siklus berikutnya apakah tindakan perlu dilakukan modifikasi.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dalam melakukan penelitian untuk

memperoleh data yang diinginkan. Adapun penelitian ini dilaksanakan di SMP

Katolik Santo Paulus Palu, yang berlokasi Jl. Danau Poso,No 8, Kec. Palu Barat.,

Kota Palu.

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilaksanakan. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada semester

ganjil tahun ajaran 2022-2023.

3.4 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Katolik Santo Paulus Palu Kecamatan Palu

Barat Kota Palu dengan subjek tindakannya adalah peserta didik kelasa VIIA

Tahun 2022/2023 pada mata pelajaran matematika dengan jumlah peserta didik

sebanyak 23 orang yaitu 10 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki dengan

kemampuan beragam.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


39

Teknik pengumpulan data dapat diartikan sebagai kegiatan peneliti dalam

upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab

pertanyaan peneliti. Adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini diantaranya:

1) Observasi

Observasi merupakan suatu teknik untuk pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara

sistematis. Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan

untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya sesuatu kegiatan

yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi

buatan (Nana Sudjana: 2009).

Metode ini digunakan untuk melihat, mengamati dan mencatat kondisi siswa

pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi juga dilakukan untuk

mengamati kemandirian belajar siswa dan aktivitas siswa selama pembelajaran

berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai observer. Adapun

yang diamati dalam observasi adalah observasi psikomotorik siswa dan observasi

aktivitas belajar siswa.

2) Tes

Tes adalah “seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada

seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar

bagi penetapan skor angka (Haryono: 2009)

Pendapat diatas tersebut dapat diketahui bahwa metode ini diperlukan untuk

melihat hasil belajar peserta didik sebagai pelengkapuntuk mengetahui hasil


40

belajar peserta didik yang meningkat melalui model pembelajaran Discovery

Learning berbantuan Video Pembelajaran.

Pengumpulan data menggunakan tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah jenis Posttest dimana tes ini dilakukan pada akhir pembelajaran. Tes atau

soal yang diujikan pada penelitian berupa tes essay (uraian) materi bangun ruang.

3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari sumber tertulis atau dokumen-dokumen, baik berupa buku-buku, catatan

harian dan sebagainya (Edi Kusnaidi: 2005).

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa metode ini digunakan

untuk mengumpulkan data yang bersifat dokumentatif yang berada di SMP

Katolik Palu. Adapun data yang diambil melalui metode ini adalah foto kegiatan

pembelajaran, data tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan silabus

yang digunakan dalam pembelajaran peserta didik serta data lain-lain yang terkait

tentang dokumen.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan tidak akan bermakna tanpa dianalisis yakni diolah

dan diinterprestasikan. Oleh karena itu, pengolahan dan interprestasi data

merupakan langkah penting dalam PTK. Menganalisis data adalah suatu proses

mengelola dan menginterprestasikan data dengan tujuan untuk mendudukan

berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang

jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Wina Sanjaya: 2009)


41

Data PTK sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipotesis PTK,

analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa, analisis data PTK

dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar

khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru/peneliti , sedangkan analisis

data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa

sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru/peneliti.

Analisis data secara sistematis dilakukan dengan tiga langkah:

1) Reduksi data di artikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan data, pengabstrakandari transformasi data besar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam kaitan ini

peneliti menajamkan analisis, menggolongkan atau mengkategorisasikan

kedalam tiap permasalahn melalui uraian singkat, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisaisikan data sehingga

kesimpula-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan.

2) Penyajian data, yakni penyajian sekumpulan informasi sistematis yang

member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dalam kaitan ini peneliti berusaha menyusun data yang

relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan

memiliki makna tertentu. Prosesnya dilakukan dengan cara

menampilkan dan membuat hubungan antara fenomena untuk

memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak
42

lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Langkah verifikatif dilakukan

sejak permulaan, pengumpulan data, pembuatan pola-pola, penjelasan

konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, dan alur sebab akibat serta

proposisi.

Data mengenai hasil belajar diambil dari kemampuan kognitif peserta didik

dalam memecahkan masalah dianalisis dengan menghitung rata-rata nilai dan

ketuntasan belajar.

a) Menghitung rata-rata

Untuk menghitung nilai rata-rata digunakan rumus:

x=
∑ x Keterangan :
N

x :Rata-rata nilai

∑x : Jumlah seluruh nilai

N :Jumlah peserta didik

b) Menghitung ketuntasan belajar

Data yang diperoleh dari hasil belajar dapat ditentukan ketuntasan belajar

menggunakan analisis deskriptif persentase dengan perhitungan:

∑ Peserta didik tuntas belajar x 100%


∑ Seluruh Peserta didik

3.7 Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat

tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperbaiki


43

mutu PBM di kelas.

Untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan hasil penelitian,

penulis menetapkan indikator keberhasilan penelitian, sebagai berikut:

1) Dalam penelitian ini diterapkan dalam ketuntasan belajar siswa secara

individual, dengan kriteria kelulusan minimal 65.

2) Secara klasikal dinyatakan tuntas apabila nilai siswa yang sudah tuntas

mencapai 85% dari jumlah keseluruhan siswa. Pada penelitian ini

indikator keberhasilan adalah meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII

SMP Katolik Palu dengan menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning berbantuan Video pebelajaran pada materi Bangun Ruang

pada penelitian ini dinyatakan berhasil jika materi yang disampaikan

dikuasai oleh siswa secara tuntas.


44

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Agus, Suprijono. 2012. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yagyakarta: Pustaka Pelajar

Arief S. Sadiman, dkk .(2008). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,


dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arsyad, Azhar. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja grafindo Persada.


. (2012). Cara Belajar Analisis Data dengan SPSS 20.
Yogyakarta:Penerbit Andi.
Damayanti, dkk. 2022. Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan Video
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol.7 No.1

Depdiknas. (2006). Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan


Nasional.Jakarta: Sinar Grafika.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ertikanto, C. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Media Akademi.

Faisal Ende.2021. Efektivitas Aplikasi Whatsapp Sebagai Media Pembelajaran


Daring Materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV) di
SMAN 1 Ulubongka. Artikel Program Studi Pendidikan Matematika,
Jurusan Pendikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah.

Faisal, M., Hotimah, Nurhaedah, AP, N., & Khaerunnisa. (2020). Peningkatan
Kompetensi Guru Sekolah Dasar dalam Mengembangkan Bahan Ajar
Digital di Kabupaten Gowa. Jurnal Publikasi Pendidikan, 10(3), 266–
270. http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend
Fatchan, A. (2009). Metode Penelitian Kualitatif, Skripsi, Tesis dan
Disertasi. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama.
45

Fuad Ihsan. (2005). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Hanafiah, N. (2012). Konsep strategi pembelajaran. Bandung: Rafika Aditama.

Hamzah. (2010).Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hidayat.(1986).Teori Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan. Yogyakarta : Gajah


Mada University press

Hujair. (2009). Media Pembelajaran. Yogyakarta : Safiria Insania Press


Mayer, Richard E. (2001). Multimedia Learning. terj: Teguh W. Utomo.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mik Salmina dan Mustafa. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning Pada Materi Dimensi Tiga Dengan Bantuan Video
Pembelajaran. Jurmal Numeracy, Vol.6, No.2
Nana Sudjana (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya

N.K. Roestiyah (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Putri Retnani, Ajeng. 2019. Penerapan Model Discovery Learning Dengan


Bantuan Media Video Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar
Peserta Didik Pada Tema 9 Di Kelas V SD Negeri 3 Sokawera. Artike
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwekorto, Jawa Tengah

Priyatno, D. (2009). Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

Saefuddin, A. & Berdiati, I. (2014). Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Prenada: Jakarta

Sudjana, N. (2011). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru Algensindo.
Suryabrata, S. (1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Smaldino. 2008.Intructional Technology and Media For Learning. New Jersey.
Upper Saddle River

Syah, M. (2017). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Tim Gakko Tosho. (2021) .Matematika SMP Kelas VII. Jakarta: Pusat Kurikulum
dan Perbukuan,Badan Penelitian dan Pengembangan
46

Anda mungkin juga menyukai