Makalah Awal
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Strategi
Pembelajaran Fisika yang diampu oleh Dr. H. Unang Purwana, M.Pd.
Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Eksperimen, Pendekatan
Konstruktivis, Model Pembelajaran Discovery” dengan baik, tepat waktu, dan
tanpa halangan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Strategi Pembelajaran Fisika yang diampu oleh Dr. H. Unang Purwana,
M.Pd. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat dan
menambah pengetahuan pembaca dan juga kami selaku penyusun makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami susun jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
I. Kesimpulan ................................................................................................. 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Seorang guru harus mampu melakukan perencanaan pembelajaran dengan
baik agar dapat mencapai hasil pembelajaran yang baik. Guru harus menentukan
cara atau rencana-rencana yang dilakukan selama proses pembelajaran agar dapat
membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikannya. Adapun tujuan
pendidikan yang diharapkan ialah peserta didik dapat memahami dan menerapkan
materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya setiap peserta didik
memiliki latar belakang yang berbeda-beda, sehingga karakteristiknya pun dapat
berbeda-beda. Seorang guru harus memahami karakteristik, kemampuan, dan
kebutuhan peserta didik yang beragam. Untuk mencapai tujuan pendidikan
dengan keberagaman karakteristik tersebut, diperlukan sebuah strategi
pembelajaran yang sesuai.
Strategi pembelajaran merupakan prosedur yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Dalam proses pembelajaran, setiap guru tidak memiliki strategi pembelajaran
yang sama. Misalnya guru Fisika dengan guru Sejarah tentunya memiliki strategi
yang berbeda. Strategi pembelajaran ini mencakup metode, pendekatan, dan
model pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara penyajian materi
pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Pendekatan pembelajaran merupakan startegi untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dipikirkan saat merancang pembelajaran, tetapi belum
terperinci. Sementara itu, model pembelajaran merupakan tata urutan logis untuk
membelajarkan peserta didik, mencakup kegiatan yang dilakukan guru sebagai
konsekuensi dari tahapan belajar peserta didik.
Pada makalah ini, akan dijelaskan metode, pendekatan, dan model
pembelajaran yang kami pilih. Metode yang akan kami gunakan adalah
eksperimen, dengan pendekatan konstruktivis, serta model pembelajaran
1
discovery. Menurut kami, metode, pendekatan, dan model pembelajaran tersebut
sesuai dengan mata pelajaran yang akan kami ajarkan, yaitu “Fisika”.
III. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dijelaskan oleh Somantri, dkk (2018, hlm. 24) dalam jurnalnya mengatakan
bahwa “Metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Melalui penerapan
metode eksperimen tersebut siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran
dengan cara melakukan percobaan/praktikum”. Sementara ada pendapat lain
menurut Oviana Wati, Mauliar (2018, hlm. 338) bahwa “Dengan metode
eksperimen siswa lebih kreatif daripada guru karena di sini siswa melakukan
pengamatan sendiri untuk mengetahui kebenaran dari suatu teori yang sedang
3
dipelajarinya dan melatih siswa untuk berpikir yang ilmiah. penggunaan metode
eksperimen diharapkan mampu menumbuhkan rasionalitas siswa”. Begitu pula
yang dituliskan Juita Ratna (2019, hlm 45) “Metode eksperimen adalah suatu cara
mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,
mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru”. Serta pendapat
lain menurut Mayangsari Dewi, dkk (2014, hlm. 28) “Implementasi pembelajaran
eksperimen selalu menuntut penggunaan alat bantu yang sebenarnya karena esensi
pembelajaran ini adalah mencobakan sesuatu objek. Oleh karena itu, dalam
prosesnya selalu mengutamakan aktivitas siswa sehingga peran guru cenderung
lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilitator”.
Dari keempat teori di atas terdapat perbedaan, yaitu menurut Somantri, dkk
bahwa dalam penerapannya metode pembelajaran eksperimen ini membuat
siswanya aktif dalam proses pembelajaran, dari melakukan percobaan sampai
menyampaikan hasil percobaan semuanya dilakukan oleh siswa, sedangkan
menurut Oviana Wati dan Mauliar bahwa dalam penerapannya metode
pembelajaran eksperimen siswa menjadi kreatif, karena menemukan hal-hal yang
terjadi selama percobaan yang dilakukan oleh siswa sendiri, perbedaan lain
menurut Juita Ratna dalam penerapannya metode pembelajaran eksperimen siswa
melakukan pecobaan, mengamati proses sampai mencatat hasil percobaan yang
kemudian disampaikan di depan kelas, lain lagi dengan pendapat yang
disampaikan oleh Mayangsari Dewi, dkk bahwa dalam penerapannya metode ini
dituntut untuk menggunakan alat, alat digunakan untuk melakukan percobaan.
4
membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan
atau proses tertentu”. Pendapat lain mengenai metode pembelajaran eksperimen,
menurut Surya Yenni Fitra (2017, hlm. 12) “pengertian metode eksperimen
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan berbagai
kegiatan pembelajaran. Siswa dapat melakukan, mengambil, dan mencatat hasil
percobaan tersebut.” Adapun pendapat menurut Komarosidah (2008, hlm 2)
“Dalam kegiatan pembelajarannya siswa diberi kesempatan untuk menemukan
dan membuktikan secara langsung suatu pernyataan yang telah ada sehingga
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen
akan lebih bermakna bagi siswa sehingga tidak menutup kemungkinan siswa akan
lebih paham terhadap materi yang diajarkan dan siswa pun memperoleh hasil
yang maksimal dalam pembelajaran tersebut”.
5
2. Karakteristik Metode Pembelajaran Eksperimen
Metode pembelajaran eksperimen adalah metode pembelajaran yang dalam
penerapannya menitik beratkan kepada kinerja siswa, sebagian besar dilakukan
dalam kelompok kecil, namun tidak menutup kemungkinan juga dilakukan oleh
individu. Siswa melakukan percobaan, menganalisis serta mencatat hasil
kemudian menjelaskan hasil percobaannya. Oleh karena itu, metode pembelajaran
eksperimen ini memiliki karakteristik. Hal itu dijelaskan oleh Mayangsari, Dewi
(2013, hlm. 28):
1. Implementasi pembelajaran eksperimen selalu menuntut penggunaan alat
bantu.
2. Mengutamakan aktivitas siswa dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran.
3. Guru lebih sebagai pembimbing dan fasilitator utuk mengawasi proses belajar
siswa.
4. Pembelajaran mencobakan sesuatu objek. Jika tidak ada objek, maka tidak
akan terjadi proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
eksperimen.
Pendapat lain disampaikan oleh Rismawati, dkk (2017, hlm. 201) tentang
karakteristik dari metode eksperimen, antara lain:
6
1. Metode untuk membelajarkan siswa dengan melakukan percobaan,
pengamatan dan penarikan kesimpulan terhadap sesuatu yang sedang diuji
kebenarannya.
2. Metode yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam
mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran tertentu.
3. Metode yang membantu siswa dalam pemerosesan informasi yang aktif,
sehingga membantu mereka dalam belajar akan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
4. Metode yang mengarahkan siswa mempelajari lingkungan belajar sebagai
suatu ekologi.
5. Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang bersifat ilmiah.
7
1. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
eksperimen, siswa belajar dengan melakukan percobaan untuk menemukan
hasil atas kebenaran suatu materi, baik secara individu ataupun berkelompok.
2. Adanya materi yang harus dieksperimenkan, karena jika tidak ada materi yang
harus dieksperimenkan, pembelajaran bukan lagi dinamakan pembelajaran
dengan metode eksperimen.
3. Siswa dituntut aktif serta kreatif, karena metode pembelajaran ini berpusat
pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator dengan membimbing siswa selama
percobaan berlangsung.
4. Tersedianya alat-alat serta tempat untuk melakukan eksperimen terhadap
materi yang sudah dipilih.
Pendapat lain juga disampaikan oleh Rusyan (dalam purwadi, dkk 2017 hlm.
134) Metode eksperimen di dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa
kelebihan antara lain:
8
4. Membuat pembelajaran bersifat aktual.
5. Membina kebiasaan belajar kelompok maupun individual
6. Hasil belajar akan bertahan lama.
1. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata
guru atau dari buku saja.
2. Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang
sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuwan.
3. Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern antara lain: siswa belajar
dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, siswa
terhindar jauh dari verbalisme, memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang
bersifat objektif dan realistis, mengembangkan sikap berfikir ilmiah, dan hasil
belajar akan tahan lama dan internalisasi.
9
serta menghargai pendapat orang lain, namun tidak menutup kemungkinan bahwa
penerapannya bisa dilakukan secara individu.
1. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya
2. Membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan
dan hasil percobaannya dan bermanfaat bagi manusia.
1. Siswa secara aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi atau data yang
diperlukannya melalui percobaan yang dilakukan.
2. Siswa memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran teoritis secara
empiris melalui eksperimen, sehingga siswa terlatih membuktikan ilmu secara
ilmiah.
3. Siswa berkesempatan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dalam
rangka menguji kebenaran hipotesis-hipotesis.
Dilihat dari dua pendapat di atas, bahwa kelebihan dari penggunaan metode
pembelajaran eksperimen adalah siswa bisa belajar seperti ilmuwan, dengan
melakukan percobaan sendiri pada materi yang pelajari hal ini membuat menjadi
aktif dan siswa lebih percaya diri atas hasil belajarnya, karena siswa melakukan
percobaannya sendiri, siswa bisa membuat kesimpulan akan dari hasil temuan
temuannya selama percobaan. Setelah dianalisis dari lima pendapat di atas,
banyak sekali manfaat dari kelebihan metode pembelajaran eksperimen,untuk
dapat merasakan manfaatnya maka guru dan siswa harus bekerjasama dalam
melakukan proses pembelajaran dengan metode ini, baik guru yang sebagai
fasilitator dan siswa yang sepenuhnya melakukan percobaan dengan teliti.
10
2. Siswa mendapatkan banyak pengetahuan dari percobaan yang dilakukan dan
lebih percaya akan hasil belajarnya.
3. Hasil belajar siswa bertahan lama, karena siswa melihat bahkan melakukannya
secara langsung.
4. Siswa menjadi lebih teliti.
Pendapat lain juga disampaikan oleh Syaiful Sagala (dalam fitriah 2017,
hlm. 227) bahwa tidak ada metode pembelajaran yang sempurna, ada juga
kekurangan dari penerapan metode pembelajaran eksperimen adalah sebagai
berikut:
11
1. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
2. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan eksperimen.
3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.
4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan
pengendalian
1. Tidak semua sekolah memiliki kecukupan media dan alat bantu pembelajaran
untuk menunjang pelaksanaan metode eksperimen. Akibatnya, tidak setiap
anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen
2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak
selalu mudah diperoleh
3. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus
menanti untuk melanjutkan pelajaran
4. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan
5. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan
atau pengendalian
6. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi
12
itulah mengapa dalam langkah langkah penerapannya guru memberikan
penjelasan kepada siswa terlebih dahulu mengenai langkah langkah dalam
penerapannya, hal ini agar siswa memahami dan tidak kebingungan saat proses
percobaan berlangsung. Kendala lain juga muncul dari materi, karena tidak semua
materi dapat dieksperimenkan. Dari kesimpulan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa kekurangan dari metode pembelajaran eksperimen adalah:
13
3. Membuat siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap
pembelajarannya.
4. Agar siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang
diperoleh selama pembelajaran.
5. Agar materi pembelajaran dapat tertanam dalam ingatannya.
6. Menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pendapat lain disampaikan oleh Oviana, Wati, dan Maulidar (2013 hlm 338)
penggunaan metode pembelajaran eksperimen ini mempunyai tujuan:
1. Agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau
persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri
pada suatu topik.
2. Siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen
siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang
dipelajarinya.
Tujuan merupakan arah yang selalu diharapkan serta dapat dicapai melalui
pelaksanan yang baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan metode eksperimen
adalah agar siswa mandiri dalam belajar, dimana siswa mempersiapkan,
merancang, mecobakan,menganalisis, menyimpulkan serta melaporkan hasil yang
didapat daripercobaan yang dilakukannya secara mandiri. Dengan begini maka
siswa akan menjadi aktif dalam pembelajaran.
14
B. Pendekatan Konstruktivis
15
2. Bentuk Pendekatan Konstruktivis
1. Konstruktivisme Psikologis/Individual/Endogenous
16
asumsi serupa dengan pernyataan di atas. Ia berbeda pendapat dengan Piaget
maupun Vygotsky, bahwa dalam teorinya itu Bruner berasumsi pertumbuhan
kognitif ‘berlangsung dari luar ke dalam dan juga dari dalam ke luar (Bruner,
1966: 57; Salkind, 2009: 358).
17
sehingga mereka dapat menilai secara lebih akurat belajar seperti apa yang
dapat terjadi.
6. Di samping itu belajar selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak mempelajari
fakta-fakta secara murni abstrak, tetapi selalu dalam hubungannya dengan apa
yang telah kita ketahui. Kita juga belajar dalam kaitannya dengan prakonsepsi
kita. Ini berarti bahwa kita dapat belajar dengan paling baik bila pembelajaran
baru itu berhubungan secara eksplisit dengan apa yang telah kita ketahui.
7. Belajar secara betul-betul mendalam berarti mengkonstruksikan pengetahuan
secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi dan menengok Kembali materi
yang kita pelajari dan bukan dengan cepat pindah dari satu topik seperti pada
pendekatan pengajaran langsung. Murid hanya dapat mengkonstruksikan
makna bila mereka dapat melihat keseluruhannya.
8. Mengajar adalah sebagai pemberdayaan pembelajar, dan memungkinkan
pembelajar untuk menemukan dan melakukan refleksi terhadap pengalaman-
pengalaman realistis. Ini akan menghasilkan pembelajaran otentik dan
pemahaman yang lebih dalam bila dibandingkan dengan memorisasi
permukaan yang sering menjadi ciri pendekatan-pendekatan mengajar lainnya
(Von Glassersfeld, 1989). Ini juga membuat kaum konstruktivis percaya
bahwa lebih baik menggunakan bahan-bahan hands-on dari riil daripada
texbook.
4. Pendekatan Pembelajaran
Suatu hal yang perlu diingat, tidak mungkin untuk menciptakan sebuah
pembelajaran konstruktivis yang bersifat "generik", berlaku untuk semua situasi.
Menurut sifatnya, konstruktivisme seharusnya mendorong siswa untuk
memberikan jawaban-jawaban terbuka dan mendiskusikan tentang subjek yang
dikajinya. Berdasarkan jenis dan bentuknya penyajian model pembelajaran
konstruktivisme, terdapat tiga model kecenderungan, yakni;
18
a. Discovery, di mana para siswa didorong untuk membuat pertanyaan-
pertanyaan terbuka maupun hipotesis-hipotesis.
b. Pengenalan Konsep, dalam hal ini guru mempertanyakan konsep-konsep yang
berhubungan dengan topik itu.
c. Aplikasi Konsep, dengan menerapkan konsep-konsep yang dikemukakan
tahap a & b serta boleh mengulangi tahapannya lagi.
19
d. Belajar keahlian kognitif. guru membantu pengamatan, penguasaan siswa,
interpretasi, dan kontekstualisasi.
e. Kolaborasi: Para siswa bekerja sama dalam observasi, menafsirkan, dan
kontekstualisasi.
f. Interpretasi jamak: Para siswa memperoleh fleksibilitas kognitif dengan
memiliki kemampuan mengunjukkan berbagai penafsiran dari berbagai
perspektif.
g. Manifestasi jamak.siswa memperoleh transferabilitas dengan melihat berbagai
penjelmaan penafsiran yang beragam (Supardan, 2015: 175-177; 2004:5).
1) Kelebihan
a. Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri jawabannya.
c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman
konsep secara lengkap.
d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
2) Kelemahan
a. Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun
menggunakan pendekatan tradisional.
b. Guru Konstruktivis dituntut lebih kreatif dalam merencanakan pelajaran dan
memilih atau menggunakan media.
c. Siswa dan orang tua mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses
belajar dan mengajar yang baru.
20
6. Evaluasi Teori
21
mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep. Model
pembelajaran Discovery Learning mengarahkan peserta didik untuk memahami
konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada
suatu kesimpulan.
Dengan pembelajaran ini siswa tidak hanya berperan pasif menerima materi
pelajaran. Namun juga memprosesnya sampai memahami dan menguasai yang
biasa disebut sebagai pembelajaran aktif. Sehingga siswa bisa terbiasa untuk
menciptakan (menemukan) sebuah ilmu pengetahuan.
22
2. Peran Siswa dan Guru dalam Model Pembelajaran Discovery Learning
• Peran Siswa
1. Siswa akan meneliti informasi
2. Memanipulasi objek
3. Melaksanakan percobaan (eksperimen)
4. Melakukan diskusi atau debat
5. Melihat sudut pandang lain
6. Menanyakan sebuah pertanyaan yang lebih dalam dan luas
7. Mendiskusikan gagasan-gagasan pengetahuan yang telah didapatkan dengan
guru.
• Peran Guru
Maka dari itu, peran guru pada pembelajaran discovery sangat krusial untuk
kesuksesan hasil pembelajaran. Siswa dituntut untuk bisa membangun
pengetahuan dasar dengan cara latihan, umpan balik, dan contoh. Pengetahuan
23
dasar bisa menjadi pondasi siswa untuk integrasi informasi dan membangun
keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
a. Hubungan dua arah adalah di mana siswa harus bisa berkomunikasi dengan
guru seperti menjawab pertanyaan. Lalu guru melakukan komunikasi dengan
siswa dengan cara panduan secara baik.
b. Hubungan satu arah adalah siswa akan diberi stimulus agar mereka bisa
melaksanakan penemuan. Di mana guru akan memberikan sebuah masalah
kepada siswa, dan mereka akan membuat solusi dengan metode penemuan.
24
1. Penyelesaian masalah. Guru membimbing dan mendorong siswa untuk bisa
mencari solusi dengan cara memadukan informasi yang sudah ada dengan
informasi baru serta menjelaskan cara menyederhanakan sebuah pengetahuan.
2. Manajemen Pelajar. Guru mengizinkan siswa untuk bekerja secara mandiri
atau bersama siswa atau orang lain. Dengan fleksibilitas ini membuat
pembelajaran bisa lebih dinamis, karena dengan siswa belajar secara bebas
membuat mereka terhindar dari stres yang tidak perlu dan mereka merasa
belajar secara mandiri.
3. Mengintegrasikan dan Menghubungkan. Guru akan mengajari siswa cara
mengintegrasikan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru. Selain itu guru
juga bisa membuat sebuah pengetahuan terhubung dengan dunia nyata,
caranya bisa dengan memberikan contoh.
4. Pengetahuan lama dan sudah dikenal akan menjadi dasar dari informasi baru,
sehingga saat pengetahuan lama dan informasi baru terintegrasi maka
wawasan siswa akan menjadi luas dan akan menemukan sesuatu yang baru.
5. Analisis dan Interpretasi Informasi. Pembelajaran akan berfokus pada proses
bukan pada isi atau hasil, karena pembelajaran bukanlah sekumpulan fakta
dan informasi. Ini menjadikan siswa untuk didorong untuk bisa menganalisis
dan menafsirkan (menerjemahkan) informasi yang diperoleh daripada
menghafal jawaban atau informasi.
6. Kegagalan dan Umpan Balik. Belajar tidak hanya ketika kita menemukan
jawaban yang benar, namun belajar juga ketika kita mendapatkan sebuah
kegagalan. Pembelajaran discovery ini tidak berorientasi pada hasil akhir yang
tetap namun lebih pada hal-hal baru yang ditemukan pada prosesnya.
Maka dari itu menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan penjelasan
(umpan balik), karena tanpa penjelasan tersebut pembelajaran akan menjadi buntu
dan tidak lengkap. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:
25
2. Selain itu pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning ini adalah
pengembangan pikiran yang bisa meningkatkan potensi siswa sehingga bisa
bermanfaat sepanjang hayat.
3. Pembelajaran ini bisa meningkatkan daya eksplorasi dan kolaborasi antar
siswa dan guru dalam memecahkan sebuah masalah.
b. Pelaksanaan
26
Pada sesi awal ini siswa akan diberi tugas untuk identifikasi masalah sesuai
dengan pelajaran yang telah ditetapkan, selanjutnya siswa akan melakukan
hipotesis dengan menjawab pertanyaan dari masalah.
2) Stimulasi (Stimulation)
Guru akan melakukan stimulasi atau rangsangan kepada siswa, untuk mengetahui
apakah siswa sudah paham betul dengan apa yang sedang dilakukannya. Caranya
bisa dengan mengajukan pertanyaan terkait masalah agar mereka bisa berinisiatif
untuk melakukan observasi mandiri.
Bagian ini merupakan proses siswa untuk mengetahui apakah hipotesis yang
diajukan benar atau tidak, caranya bisa dengan melakukan penghimpunan data.
Cara penghimpunan data sendiri terdiri dari membaca penelitian terdahulu &
literatur, observasi, wawancara narasumber, melaksanakan uji coba mandiri dsb.
Pada sesi ini adalah cara siswa untuk mengolah data yang telah diperoleh dari
penghimpunan data. Metode pengolahan data sendiri ada berbagai cara, untuk
pelajar yang masih dibangku SMA-SMP-SD bisa dengan cara sederhana seperti,
pengkategorian, penghitungan, pengacakan dan tabulasi
5) Verifikasi (Verification)
Pada sesi ini siswa akan melaksanakan pembuktian data, siswa akan
melaksanakan penelitian secara teliti agar diketahui apakah hipotesis yang
diajukan benar atau tidak.
6) Kesimpulan (Generalization)
Melakukan kesimpulan adalah ketika sebuah data menunjukan gejala yang sama
dalam hal ini dinamakan dengan generalisasi dengan cara melakukan induksi.
Tentu dasarnya adalah Verification.
27
2. Sistem Sosial
Siswa belajar dalam kelompok yang beranggota 4 siswa dan siswa bebas
berfikir serta menuntut untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
3. Prinsip Reaksi
4. Sistem Pendukung
28
6. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
1. Kelebihan
a. Dalam aktivitas belajar siswa akan aktif, ini dikarenakan mereka akan
menyelesaikan permasalahan atau menemukan pengetahuan secara mandiri.
b. Dengan model discovery learning siswa akan menguasai pelajaran secara
mendalam. Ini dikarenakan siswa mencerna dan menemukan sendiri ilmu
pengetahuan itu sehingga bisa lebih bertahan lama dalam ingatannya.
c. Dengan memahami dan menemukan secara mandiri akan memicu rasa puas.
Rasa puas tersebut akan memotivasi siswa untuk memahami dan
menemukan lagi. Ini menjadikan minat belajar (motivasi) akan berkembang.
d. Siswa yang mendapatkan ilmu pengetahuan dengan discovery learning akan
lebih sanggup membagi ilmu pengetahuannya di berbagai aspek.
e. Dengan metode discovery learning in siswa akan terlatih untuk bisa belajar
secara mandiri.
2. Kekurangan
a. Model ini akan memicu sebuah anggapan setiap pikiran pasti sudah siap
untuk belajar. Namun untuk siswa yang lemah, mereka akan mendapati
kesukaran dalam berpikir abstrak atau menjabarkan sebuah pengetahuan
melalui tulisan maupun ucapan sehingga siswa tersebut bisa terkuras
mentalnya.
b. Dalam prakteknya model discovery learning kurang bisa mengcover jumlah
siswa yang jumlahnya banyak. Ini disebabkan akan memakan waktu yang
relatif tidak sedikit.
29
c. Esensi dalam model discovery learning akan tidak tersampaikan jika
digunakan pada pola pikir guru dan murid yang sudah nyaman dengan
metode lama. Jadi gunakan metode penemuan ini dengan cara bertahap.
d. Pembelajaran discovery lebih efektif bila digunakan untuk membangkitkan
penguasaan dan pemahaman, namun dalam membangkitkan komponen
keterampilan, konsep dan emosi pembelajaran ini kurang bisa memfasilitasi.
e. Materi yang ditentukan oleh guru dalam model pembelajaran ini
mengakibatkan siswa tidak bisa memilih apa yang diinginkan dalam
pembelajaran.
30
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
II. Saran
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan terdapat banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Kami juga
menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dalam segi tata cara
penulisannya. Untuk itu, kami berharap pembaca dapat memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
32