Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

SEJARAH
PERKEMBANGAN FISIKA
Sejarah Uang Logam & LKS Massa Jenis Koin

ANGGI JULVIAN RACHMA


1111 0163 00026

Program Studi Pendidikan Fisika


Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2014
Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sejarah Uang Logam

Uang koin yang pertama kali, dibuat dari potongan logam. Uang koin kuno,
diproduksi melalui proses pemukulan dengan menggunakan palu di atas sebuah landasan
berbahan logam. Koin atau uang logam yang pertama kali dibuat sebagai mata uang pada
Zaman Besi Anatolia dan Yunani kuno, India dan China sekitar tahun 600-700 SM.
Kemudian mata uang koin menyebar hingga Yunani dan Persia serta Balkan.

Mata uang Romawi kuno yang digunakan ialah koin berbahan emas dan perak. Koin
kuno yang awal digunakan menggunakan konsep bahan koin sama dengan nilai koin itu.
Sehingga koin berbahan emas atau perak lebih tinggi dari koin berbahan logam lain. Namun
seiring dengan perkembangan zaman, ditemukannya logam-logam yang kualitasnya sama
dengan emas maupun perak namun harganya lebih rendah. Koin jenis inilah yang sekarang
banyak digunakan.

Peni yang pertama dibuat di Amerika Serikat pada tahun 1790. Penggunaan perak
mulai dikurangi pada abad ke 19 dan koin pertama yang dibuat berbahan dasar metal ialah
nikel, tembaga nikel, dan aluminium perunggu. Nilai koin tersebut lebih murah dibandingkan
harga metel itu sendiri pada abad ke 19. Koin merupakan evolusi dari mata uang pada zaman
perunggu.

Koin Bimetal adalah koin yang terdiri atas dua atau lebih logam. Perbedaan ini
biasanya terdapat pada bagian dalam dan bagian luarnya. Terdapat beberapa mata uang yang
menggunakan koin bimetal antaranya, Euro (€1 dan €2), Pondsterling (£2), Dollar Canadian
($2), Afrika Selatan (R5) , 1 Lira Turkey, 1000 Rupiah Indonesia , Dollar Hong Kong ($10),
Philippina Peso (P10.00), 10 Bath Thailand dan semua koin meksiko.

Koin Bimetal telah digunakan sejak dahulu, yaitu dari abad ke 17 pada zaman
kekaisaran Roma pada masa kaisar Hadrian. Koin tersebut berbahan perunggu atau tembaga
pada bagin tengahnya dan orichalcum pada bagian luarnya. Kemudian pada tahun 1792,
Amerika Serikat mengeluarkan koin sen dengan bahan perak di bagian tengahnya. Di tahun
1830an, Seorang Bankir dari Inggris juga memproduksi koin bimetal untuk penny untuk
mengganti koin sebelumnya meskipun bukan mata uang legal.
Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya, koin bimetal yang diproduksi ialah 500 Lira Italia pada tahun 1982.
Maroko dengan 5 Dirham pada tahun 1987, Perancis dengan 10 Frank, Monako dengan 10
Frank, Thailand dengan 10 Baht pada tahun 1988 dan Hongkong dengan 10$ pada tahun 1993
yang diproduksi berdasarkan 500 Italia Lira. India adalah Negara terakhir yang baru
memperkenalkan koin bimetal dengan koin 10 Rupee pada tahun 2009.

Pada tahun 1992, perancis dan monako sama-sama memproduksi koin bimetal
dengan pecahan 10 Frank tetapi pada bagian luarnya tersusun atas 2 bahan logam. Koin ini
adalah koin trimetal (tersusun atas 3 logam) yang pernah dibuat.

Proses pembuatan koin bimetal ini sama dengan proses pembuatan koin pada
umumnya. Perbedaannya hanya terdapat sekat antara bagian dalam dan luarnya untuk
memisahkan 2 bahannya.

Koin 10 Baht adalah salah satu koin mata uang Baht yang digunakan Thailand.
Seperti koin pada umumnya di Thailand, koin ini menunjukkan gambar Raja Bhumibol
Adulyadej dan Wat Arun Ratchawararam Ratchawora Mahavihara yang dilihat dari sungai
Chao Phraya pada bagian sebaliknya. Pada koin ini juga terdapat titik yang dalam aksara
Braille yaitu titik 1 dan titik 2-4-5 yang menunjukkan angka 10 pada bagian tengah atas koin
tersebut. Aksara Braille ini tidak terdapat pada jenis koin lain.

Tabel Informasi Koin Baht


Nilai 10 Thai baht
Massa 8.5 g
Diameter 26 mm
Ketebalan 2 mm
Tipe Reed
Bagian Luar: Tembaganickel
Bahan
Pusat: Aluminium Perunggu
Tahun Produksi 1988–Sekarang
Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Laporan Praktikum
Mengukur Massa Jenis Koin untuk Menentukan Keaslian Koin

A. Tujuan Praktikum
1. Siswa dapat menentukan massa jenis dari suatu bahan pembuat uang koin,
2. Siswa dapat menyatakan keaslian uang koin yang ditinjau dari massa jenisnya.

B. Landasan Teori
Suatu negara pasti memiliki yang namanya mata uang negaranya dan setiap
negara memiliki keberagaman bentuk untuk mata uangnya, salah satunya yaitu uang
logam. Jenis mata uang di negara asing (di luar negara Indonesia) lebih banyak
menggunakan uang logam dan nilai mata uang tersebut juga tidak sedikit jika kita
tukarkan ke nilai rupiah, sehingga banyak sekali orang yang tertarik untuk memalsukan
uang logam tersebut.
Akibat dari permasalahan tersebut, kita selaku orang sains yang mengerti
mengenai aspek ukuran dan berat dapat sedikit membuka jalan untuk memecahkan
permasalahan tersebut yaitu dengan cara menghitung massa jenis koin.
Massa jenis suatu koin dapat kita cari dengan cara mengukur massa, diameter, dan
tebal koin. Lalu data tersebut kita olah sehingga mendapatkan data massa koin dan

m
volume koin. Setelah itu kita dapat menggunakan persamaan ρ= untuk mendapatkan
V
nilai dari massa jenis koin.
Koin yang kita gunakan pada percobaan kali ini adalah koin 10 baht dengan data
literatur sebagai berikut :

Nilai 10 Thai baht


Massa 8.5 g
Diameter 26 mm
Ketebalan 2 mm
Bagian Luar: Tembaganickel
Bahan
Pusat: Aluminium Perunggu
Tahun Produksi 1988–Sekarang
Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Jumlah Gambar


Uang Koin 1 buah

Neraca Lengan 1 buah


(O’haus)

Jangka Sorong 1 buah


(nst : 0,02 mm)

Mikrometer Skrup 1 buah


(nst : 0,01 mm)
Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

D. Langkah Kerja

No Langkah Kerja Gambar


1. Siapkan semua alat dan bahan -
Mengukur Massa Koin
2. Kalibrasi terlebih dahulu alat yang akan
digunakan (Neraca Lengan / O’haus)

3. Letakkan uang koin pada piringan neraca


sesuai posisi intruksi (posisi tengah, kiri,
kanan, atas, dan bawah) seperti pada gambar
Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Timbang koin dengan menggunakan neraca


sesuai posisi yang telah ditentukan

5. Catat data hasil praktikum pada tabel


-
pengamatan
Mengukur Diameter Koin
6. Kalibrasi terlebih dahulu alat yang akan
digunakan (Jangka Sorong dengan NST 0,02 -
mm)
7. Ukur diameter koin dan catat hasil
pengukuran

8. Ulangi langkah 6-7 sampai 5 kali data


-
pengukuran
Mengukur Tebal Koin
9. Kalibrasi terlebih dahulu alat yang akan
digunakan (Mikrometer Skrup dengan NST -
0,01 mm)
Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10. Ukur tebal koin dan catat hasil pengukuran

11. Ulangi langkah 9-10 sampai 5 kali data


-
pengukuran

E. Tabel Pengamatan
1. Pengukuran Massa Koin

Alat Ukur Batas Ukur Skala Terkecil


Neraca Lengan (O’haus) 311 gram 0,01 gram

No Posisi m (gram) ḿ−mi (gram) (ḿ−mi)2 (gram2)

1 Tengah 8,49 -0,004 0,000016


2 Bawah 8,49 -0,004 0,000016
3 Kiri 8,48 0,006 0,000036
4 Atas 8,48 0,006 0,000036
5 Kanan 8,49 -0,004 0,000016
Σm 0 0
-
ḿ 8,486 0,000024

2. Pengukuran Volume Koin

Alat Ukur Batas Ukur Skala Terkecil


Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jangka Sorong 15 cm 0,002 cm


Mikrometer Skrup 2,5 cm 0,001 cm

Volume (
Diameter Tebal
No v́−v i (cm3) ( v́−v i )2 (cm6)
(cm) (cm) 1
π d2t)
4
1 2,610 0,195 1,0433 -0,02054 0,000422
2 2,608 0,191 1,0203 0,00246 0,000006
3 2,608 0,189 1,0096 0,01316 0,000173
4 2,606 0,193 1,0294 -0,00664 0,000044
5 2,610 0,189 1,0112 0,01156 0,000134
Σ 0 0 0 0
-
Rerata 2,6084 0,1914 1,02276 0,000156

F. Pengolahan Data
Dalam melakukan pengukuran sudah pasti terdapat kesalahan baik itu dari praktikannya
tersendiri ataupun dari alat yang digunakan. Kesalahan dalam pengukuran dapat
dibedakan menjadi 3 macam kesalahan, yaitu :
Kesalahan Sistemik, Kesalahan Absolut (Mutlak), dan Kesalahan Relatif.
1. Pengukuran Massa Koin
a. Mencari massa total koin
Σm = m1 + m2 + m3 + m4 + m5 = 8,49 + 8,49 + 8,48 + 8,48 + 8,49 = 42,43 gram

b. Mencari massa rata-rata koin

ḿ=
∑ m = 42,43 =8,48 6 gram
n 5

c. Mencari nilai ḿ−mi dan (ḿ−mi)2


Data ke-1
ḿ−m1=8,486−8,49=−0,004 gram
2 2
( ḿ−m1 ) =(−0,004 ) =0,000016 gram2
.
.
Data ke-n (lakukan dengan cara yang sama sampai data ke-n, seperti pada tabel)
Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Mencari (ḿ−mi)2 total

∑ ( ḿ−mi )2=0,000016+ 0,000016+ 0,000036+0,000036+0,000016=0,00012 gram2

e. Menghitung nilai kesalahan sistemik


m= ḿ± ∆ m *Δm pada kesalahan sistemik didapatkan dari ½ nst
1
m=8,486 ± ( 0,01 )
2
m=8,486 ± 0,005 gram

f. Menghitung nilai kesalahan absolut (mutlak)


m= ḿ± ∆ m * Δm pada kesalahan absolut didapatkan dari SD

∑ ( ḿ−mi )2
SD (Standar Deviasi) = ∆ m=
√ n(n−1)

∑ ( ḿ−mi )2 =
∆ m=
√ n(n−1)
m=8,486 ± 0,002 gram
√ 0,00012
5 (5−1)
=
0,00012
√20
=√ 0,000006=0,002 45 gram

g. Menghitung nilai kesalahan relatif


∆m 0,00245
×100 %= × 100 %=0,029 %
ḿ 8,486

2. Pengukuran Volume Koin


a. Menghitung nilai volume koin dari data diameter dan tebal koin
Data ke-1
1 1
V 1= π d 12 t 1= ( 3,14 ) ( 2,6102 ) ( 0,195 )=1,0433 cm3
4 4
.
.
Data ke-n (lakukan dengan cara yang sama sampai data ke-n, seperti pada tabel)

b. Mencari volume total koin


ΣV = V1 + V2 + V3 + V4 + V5 = 1,0433 + 1,0203 + 1,0096 + 1,0294 + 1,0112 =
5,1138 cm3
Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Mencari volume rata-rata koin

V́ =
∑ V = ¿ ∑ ( ABOVE)5,1138 =1,02276 cm 3

n 5

d. Mencari nilai V́ −V i dan (V́ −V i)2


Data ke-1
V́ −V 1=1,02276−1,0433=−0,02054 cm3
2
( V́ −V 1 ) =(−0,02054 )2=0,000422 cm6
.
.
Data ke-n (lakukan dengan cara yang sama sampai data ke-n, seperti pada tabel)

e. Mencari (V́ −V i)2 total

∑ ( V́ −V i )2 =0,000422+ 0,000006+0,000173+0,000044 +0,000134=0,000779 cm6

f. Menghitung nilai kesalahan sistemik


Karena pada pengukuran volume bukan merupakan pengukuran langsung maka
tidak terdapat kesalahan sistemik tetapi kesalahan sistemiknya terdapat pada
pengukuran diameter dan tebal koin, yaitu :
Diameter Koin = d= d́ ± ∆ d = 2,6084 ± ½ (0,002) = 2,608 ± 0,001 cm
Tebal Koin = t=t́ ± ∆ t = 0,1914 ± ½ (0,001) = 0,1914 ± 0,0005 cm

g. Menghitung nilai kesalahan absolut (mutlak)


V =V́ ± ∆ V * ΔV pada kesalahan absolut didapatkan dari SD

∑ ( V́ −V i )2
SD (Standar Deviasi) = ∆ V =
√ n (n−1)

∑ ( V́ −V i )2 =
∆V =
√ n (n−1)
V =1,02276 ± 0,00624 cm3
√ 0,000779
5 (5−1)
=
0,000779
√20
=√ 0,00003895=0,006241 cm
3

h. Menghitung nilai kesalahan relatif


Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

∆V 0,00624
×100 %= ×100 %=0,61 %
V́ 1,02276

3. Menghitung Massa Jenis Koin


Nilai massa jenis koin dapat kita peroleh dengan cara, memasukan nilai massa rata-


rata koin dan volume rata-rata koin ke dalam persamaan, ρ́=

ḿ 8,48 6 gram
ρ́= = =8,2972
V́ 1,02276 cm 3

4. Menghitung Kesalahan terhadap Literatur


ρ́− ρlit 8,2972−8,0089
| |ρlit
×100 %= |
8,0089 |
×100 %=0,036 × 100 %=3,6 %

G. Pembahasan
Dalam percobaan kali ini, kita mencari massa jenis (ρ) suatu koin bimetal untuk
menentukan keaslian koin tersebut. Langkah awal yang dilakaukan dalam percobaan kali
ini adalah mengukur massa koin sebanyak 5 kali pengukuran dengan posisi koin yang
berbeda-beda pada piringan neraca (seperti pada gambar di langkah percobaan) , ternyata faktor posisi
peletakan pada piringan neraca tidak berpengaruh secara signifikan pada data hasil
pengukuran massa karena data yang kita peroleh pada percobaan, rata-rata hampir sama
(lihat pada tabel pengukuran). Lalu ketika kita menghitung untuk taraf kesalahan dalam
pengukuran, ternyata nilai taraf kesalahannya sangat kecil yaitu 0,005 (untuk sistemik);
0,00245 (untuk absolut); dan 0,029% (untuk kesalahan relatif) sehingga dapat kita
simpulkan bahwa data hasil pengukuran ini sangat valid dan mendekati data sebenarnya
yang terdapat pada literatur (lihat pada landasan teori) , yaitu 8,486 gram (hasil pengukuran)
dengan 8,5 gram (literatur).
Setelah melakukan pengukuran massa, maka kita melakukan pengukuran diameter
dan tebal koin untuk mendapatkan data volume koin. Saat mengukur diameter koin, kita
menggunakan jangka sorong dengan nilai nst 0,002 cm. Sedangkan untuk mengukur tebal
koin, kita menggunakan mikrometer skrup dengan nilai nst 0,001 cm. Kita lakukan
pengukuran sebanyak 5 kali pengukuran baik pada pengukuran diameter koin maupun
pada tebal koin (lihat pada tabel pengukuran) . Dari kesalahan sistemik dapat dinyatakan bahwa
Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

data hasil pengukuran ini valid dan mendekati nilai sebenarnya karena nilai kesalahan
sistemik yang sangat kecil.
Setelah didapatkan data diameter dan tebal koin, lalu kita hitung volume koin (lihat

pada tabel dan pengolahan). Lalu kita menghitung untuk taraf kesalahan dalam pengukuran,
ternyata nilai taraf kesalahannya sangat kecil yaitu 0,00624 (untuk absolut); dan 0,61%
(untuk kesalahan relatif) sehingga dapat kita simpulkan bahwa data hasil pengukuran ini
sangat valid dan mendekati nilai sebenarnya, yaitu 1,02276 cm3 (hasil percobaan) dengan
1,06132 cm3 (literatur).
Setelah kita dapatkan semua data yang mendukung untuk penghitungan massa
jenis koin, maka kita lakukan perhitungan massa jenis koin dengan cara memasukkan
massa rata-rata koin dan volume rata-rata koin ke dalam persamaan massa jenis koin.
Dari hasil data perhitungan didapatkan bahwa nilai massa jenis koin yaitu 8,2972
gram/cm3 dan hasil tersebut bernilai valid karena nilainya sangat mendekati dengan nilai
massa jenis koin pada literatur yaitu 8,0089 gram/cm3. Hal tersebut juga didukung dengan
hasil dari perhitungan kesalahan terhadap literatur yang menyatakan bahwa tingkat
kesalahnya hanya 3,6% (lihat pada pengolahan data).

H. Kesimpulan
1. Massa koin hasil dari percobaan : 8,486 gram dengan taraf kesalahan literatur 0,165%
(literatur : 8,5 gram),
2. Diameter koin hasil percobaan : 2,608 cm dengan taraf kesalahan literatur 0,308%
(literatur 2,6 cm),
3. Tebal koin hasil percobaan : 0,1914 cm dengan taraf kesalahan literatur 4,3%
(literatur 0,2 cm),
4. Volume koin hasil percobaan : 1,02276 cm 3 dengan taraf kesalahan literatur 3,6%
(literatur 1,06132 cm3),
5. Massa Jenis hasil percobaan : 8,2972 gram/cm 3 dengan taraf kesalahan literatur 3,6%
(literatur 8,0089 gram/cm3),
6. Koin (uang logam) 10 baht memiliki massa jenis sekitar 8 gram/cm 3 maka jika
terdapat massa jenis koin 10 baht yang melebihi atau kurang dari 8 gram/cm 3 dapat
disimpulkan bahwa koin tersebut palsu atau menggunakan bahan dasar logam yang
tidak semestinya yaitu Tembaga Nikel (Bagian Luar) dan Alumunium Perunggu
(Bagian Pusat).

Anda mungkin juga menyukai