Anda di halaman 1dari 49

PERCOBAAN I

SATUAN DAN PENGUKURAN

Materi Pokok : Besaran dan satuan

Kompetensi Dasar :

Mengukur besaran-besaran fisika dengan alat yang sesuai dan mengolah data hasil dengan
menggunakan aturan angka penting

Indikator :

 Melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang, massa, waktu
dengan mempertimbangkan aspek ketepatan(akurasi) dan ketelitian
 Mengolah data hasil pengukuran dan menyajikannya dalam bentuk tabel dan grafik dengan
menggunakan penulisan angka penting dan mampu menarik kesimpulan tentang besaran fisis
yang diukur berdasarkan hasil yang telah disajikan dalam bentuk grafik

 Menunjukkan kecakapan individu dan kerjasama dalam kelompok

Tujuan:

1. Mengenal alat-alat ukur dan penggunaannya


2. Menggunakan hasil pengukuran dalam perhitungan dan menuliskanny sesuai aturan penulisan
angka penting.

RINGKASAN MATERI

A. Besaran dan Satuan

Hasil pengukuran selalu mengandung dua hal, yakni: kuantitas atau nilai dan satuan. Sesuatu
yang memiliki kuantitas dan satuan tersebut dinamakan besaran. Berbagai besaran yang kuantitasnya
dapat diukur, baik secara langsung maupun tak langsung, disebut besaran fisis, misalnya panjang dan
waktu. Tetapi banyak juga besaran-besaran yang dikategorikan non-fisis, karena kuantitasnya belum
dapat diukur, misalnya cinta, bau, dan rasa. Diskusikan dengan teman-temanmu, mungkinkah suatu
besaran nonfisis suatu saat akan menjadi besaran fisis? Berilah penjelasan!

Dahulu orang sering menggunakan anggota tubuh sebagai satuan pengukuran, misalnya jari,
hasta, kaki, jengkal, dan depa.Namun satuan-satuan tersebut menyulitkan dalam omunikasi, karena
nilainya berbeda-beda untuk setiap orang. Satuan semacam ini disebut satuan tak baku. Untuk
kebutuhan komunikasi, apalagi untuk kepentingan ilmiah, pengukuran harus menggunakan satuan baku,
yaitu satuan pengukuran yang nilainya tetap dan disepakati secara internasional, misalnya meter, liter,
dan kilogram.

1. Besaran Pokok : Besaran yang satuannya ditetapkan secara International (SI)

NO Besaran Pokok Satuan dasar SI Simbol satuan Dimensi

1 Panjang meter M [L]

2 Massa kilogram Kg [M]

3 Waktu sekon S [T]

4 Kuat arus listrik ampere A [Q]

5 Temperatur kelvin K [I]

6 Jumlah zat mol Mol [N]

7 Intensitas cahaya candela Cd [J]


2. Besaran Turunan : Besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok.

NO Besaran Satuan Nama Satuan Simbol Dimensi


Turunan turunan

1 Kecepatan m.s-1 - - LT-1

2 Percepatan m.s-2 - - LT-2

3 Massa jenis Kg.m-1 - - ML-3

4 Gaya Kg.m.s-2 Newton N MLT-2

5 Energi N.m-2 Joule J M-1LT-2

6 Tekanan N.m2 Pascal Pa M3LT-2

7 Daya J.s-1 Watt W ML2T-3

8 Induksi magnet Wb.m-2 Tesla T -

3. Konversi Satuan SI

NO Awalan simbol Faktor NO Awalan simbol Faktor

1 atto- a 10-18 8 deci- d 10-1

2 femto- f 10-15 9 tera- T 1012

3 pico- P 10-12 10 giga- G 109

4 nano- N 10-9 11 mega- M 106

5 mikro- μ 10-6 12 kilo- K 103

6 mili- m 10-3 13 hekto- H 102

7 centi- c 10-2 14 deka- Da 101

B. Alat Ukur

1. Alat untuk Mengukur Panjang

a. Mistar

Ada beberapa jenis mistar/penggaris sesuai dengan skalanya, misalnya mistar yang berskala mm
dengan ketelitian 1 mm. Ketika mengukur, posisi mata tegak lurus mistar supaya tidak terjadi
kesalahan pengukuran (kesalahan paralaks).

b. Jangka sorong

Alat untuk mengukur panjang dengan ketelitian 0,1 mm digunakan jangka sorong yang terdiri dari
pasangan rahang pertama (untuk mengukur diameter dalam) dan pasangan rahang kedua untuk
mengukur diameter luar. Dari pasangan ini terdapat rahang tetap dan rahang geser dan dilengkapi
skala utama dan skala nonius.

c. Mikrometer sekrup
Untuk mengukur panjang dengan ketelitian 0,1 mm digunakan mikrometer sekrup yang bagian
utamanya adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar dan pada ujung silinder
pemutar terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama.

3. Alat untuk Mengukur Massa

Setiap benda tersusun dari materi. Jumlah materi yang terkandung dalam masing-masing benda
disebut massa benda. Massa diukur dengan neraca lengan, dan berat diukur dengan neraca pegas.
Neraca lengan dan neraca pegas termasuk jenis neraca mekanik. Sekarang, sudah banyak digunakan
jenis neraca lain yang lebih teliti, yaitu neraca elektronik.

4. Alat untuk Mengukur waktu

Waktu adalah selang antara dua kejadian atau dua peristiwa. Misalnya, waktu siang adalah sejak
matahari terbit hingga matahari tenggelam, waktu hidup adalah sejak dilahirkan hingga meninggal.

Untuk peristiwa-peristiwa yang selang terjadinya cukup lama, waktu dinyatakan dalam satuan-satuan
yang lebih besar, misalnya: menit, jam, hari, bulan, tahun, abad dan lain-lain. Sedangkan, untuk
kejadian-kejadian yang cepat sekali bisa digunakan satuan milisekon (ms) dan mikrosekon (μs). Untuk
keperluan sehari-hari, telah dibuat alat-alat pengukur waktu, misalnya stopwatch dan jam tangan.

ALAT DAN BAHAN

 Jangka sorong
 Mikrometer sekrup

 Neraca Timbang

 Bola kecil (Kelereng)

 Silinder berongga (pipa kecil)

 Silinder pejal (tabung)

PROSEDUR

1. Siapkan alat ukur dan benda yang akan diukur


2. Kenali nst (nilai skala kecil) atau ketelitian masing-masing alat ukur.

3. Ukur benda dengan menggunakan alat ukur yang sesuai ketelitiannya. Misalkan diameter
kelereng menggunakan mikrometer sekrup, tinggi silinder menggunakan jangka sorong.

4. Catat hasil pengukuran.

5. Timbang masing-masing benda dan catat massanya.

6. Hitung volume dan massa jenis masing-masing benda dan tulis laporan nilainya berdasarkan
aturan angka penting.

HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

1. Tabel pengamatan

Bola Silinder Berongga Kubus Silinder pejal

Jari-jari Diameter luar Diameter dalam


No Tinggi (T) Sisi (s) Diameter Tinggi
(R) (Dl) (Dd)
cm cm cm cm
cm cm cm
1

2. Pengolahan data

a. Bola

1. Menghitung Volume bola

2. Menghitung massa jenis bola

b. Silinder berongga

1. Menghitung Volume Silinder berongga

2. Menghitung massa jenis Silinder berongga

c. Kubus

1. Menghitung Volume kubus

2. Menghitung massa jenis kubus

d. Silinder pejal

1. Menghitung Volume Silinder pejal

2. Menghitung massa jenis Silinder pejal

PERTANYAAN/TUGAS

1. Sebutkan jenis alat ukur panjang dan massa?


2. Berapakah nst alat ukur yang anda gunakan pada percobaan ini>

3. Jelaskan langkah-langkah untuk mendapatkan hasilpengukuran yang tepat!

4. Tulislah hasil dan data yang anda peroleh dalam Satuan Internasional (SI)

5. Bandingkan hasil pengukuran yang anda peroleh dengan hasil pengukuran yang diperoleh teman
anda! Jika berbeda, mengapa?

6. Kesimpulan apa yang kamu peroleh dari percobaan ini?


PERCOBAAN II

GAYA DAN INTERAKSINYA

Materi Pokok : Dinamika pertikel

Kompetensi Dasar :

Menginterpretasikan hukum-hukum Newton dan penerapannya pada gerak benda

Indikator :

 Membedakan koefisien gesekan statis dan gesekan kinetis Menganalisis gerak benda pada bidang
miring dibawah pengaruh gaya gesekan Menyatakan Hukum Newton tentang gravitasi, sebagai gaya
medan yang berhubungan dengan gaya antara dua benda bermassa dan penerapannya
 Menerapkan hukum hukum Newton tentang gerak dan gravitasi pada gerak planet

 Menentukan kaitan konsep gaya pegas dengan sifat elastisitas bahan

 Menganalisis gerak di bawah pengaruh gaya pegas

Tujuan

Mampu menjelaskan gaya aksi reaksi sebagai prinsip hukum Newton III

Ringkasan Materi

Konsep gaya memberikan deskripsi kuantitatif tentang interaksi antara dua benda atau antara benda dan
lingkungannya. Gaya yang melakukan kontak langsung dengan benda disebut gaya sentuh, seperti
tarikan, dorongan, gesekan ban mobil dengan jalan. Gaya merupakan besaran vektor, sehingga memiliki
besar dan arah. Dalam sistem SI, satuan gaya adalah Newton (N), dan alat untuk mengukur gaya adalah
neraca pegas atau dinamometer.

Pengukuran Massa dan berat.

Berat merupakan besarnya gaya tarik bumi terhadap benda tersebut. Karena dipengaruhi oleh gaya tarik
bumi, maka nilainya dapat berubah-ubah tergantung posisi benda tersebut terhadap bumi. Benda yang
berada jauh dari bumi tidak memiliki beras meski massanya tetap ada. Itulah sebabnya penimbangan
massa berbeda dengan menimbang berat. Secara matematis, persamaan berat benda ditulis :

W = m . g W = Berat (N)
m = massa (kg)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

dua benda yang mempunyai berat sama pada lokasi yang sama akan mempunyai massa yang sama.
Oleh karena itu, cara yang paling mudah untuk mengukur massa benda adalah dengan membandingkan
berat benda yang tidak diketahui dengan berat standar.

Hukum Newton III.

Hukum Newton III menyatakan bahwa jika suatu benda dikenakan suatu gaya, maka pada benda
tersebut akan bekerja gaya yang sama besarnya dengan arah yang berbeda yang disebut gaya reaksi.

Faksi = - F reaksi

ALAT DAN BAHAN

 Neraca pegas, 3 buah


 Tali/benang

 Papan/statif

PROSEDUR

1. Susun Alat !
2. Tarik Gaya F1 dan F2 bersamaan dengan gaya yang sama!

3. Baca dan catat besar gaya pada neraca pegas F1, F2, dan F3!

4. Ulangi percobaan no.3 dengan gaya tarik yang berbeda besarnya!

HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

Besarnya gaya (N)


No
F1 F2 F3

1 ........... ........... ...........

2 ........... ........... ...........

3 ........... ........... ...........

PERTANYAAN/TUGAS

1. Gambarkan ketiga gaya tersebut pada kertas laporan anda! Sesuaikan panjang anak panah
dengan besar dan arah dari ketiga gaya tersebut!
2. Bandingkan besar gaya masing-masing! Apakah ? Jelaskan!

3. Buatlah kesimpulan dari perpaduan dua gaya tersebut!


PERCOBAAN III

GAYA GESEKAN

Materi Pokok : Dinamika

Kompetensi Dasar :

Menginterpretasikan hukum-hukum Newton dan penerapannya pada gerak benda

Indikator :

 Membedakan koefisien gesekan statis dan gesekan kinetis Menganalisis gerak benda pada bidang
miring dibawah pengaruh gaya gesekan Menyatakan Hukum Newton tentang gravitasi, sebagai gaya
medan yang berhubungan dengan gaya antara dua benda bermassa dan penerapannya
 Menerapkan hukum hukum Newton tentang gerak dan gravitasi pada gerak planet

 Menentukan kaitan konsep gaya pegas dengan sifat elastisitas bahan

 Menganalisis gerak di bawah pengaruh gaya pegas

Tujuan

Mampu menjelaskan pengertian gaya berat dan gaya gesekan, serta aplikasina dalam kehidupan sehari-
hari.

Ringkasan Materi

Gaya gesekan memegang peranan yang cukup besar dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, minyak
pelumas pada mesin dapat mengurangi gesekan antara bagian-bagian yangh dapat bergerak sehingga
menyebabkan mesin tidak aus.
1. Gaya gesekan statis.

Gaya gesekan statis gaya gesekan yang timbul antara dua permukaan benda yang diam atau tidak ada
gerak relatif satu terhadap yang lain. Gaya gesekan statis (Fs) maksimal sebanding dengan gaya normal.
Nilai perbandingannya disebut koefisien gesekan statis dengan simbol μs. Jadi gaya gesek statis
memiliki harga nol sampai maksimal yang diberikan oleh μs.N

2. Gaya gesekan kinetis

Gaya gesekan kinetis adalah Gaya gesekan yang timbul ketika benda sedang bergerak, dan diberi
simbol Fk. Makin besar gaya normal suatu benda maka makin besar pula gaya gesekan kinetisnya. Fk

ALAT DAN BAHAN

o Neraca pegas
o Balok

o Meja yang permukaannya kasar dan licin

PROSEDUR

1. Letakkan Balok di atas meja yang permukaannya kasar . Kemudian tarik balok tersebut dengan
neraca pegas secara perlahan-lahan (Gambar 8). Perhatikan angka yang ditunjukkan oleh neraca
pegas. Pada gaya tarik berapakah balok tepat mulai bergerak?

Besarnya gaya tarik pada saat balok tepat mulai bergerak sama dengan gaya gesekan

2. Catat gaya tarik yang anda peroleh! Kemudian ulangi pada meja yang permukaannya licin dan pada
lantai/tanah!

HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

No Bidang permukaan Gaya gesekan (N)

1 Meja kasar .........

2 Meja licin .........

3 Lantai/tanah .........

PERTANYAAN/TUGAS

1. Apakah besar gaya gesekan dari balok yang ditarik pada permukaan bidang kasar dan licin
sama?
2. Pada permukaan yang bagaimanakah terjadi gesekan terkecil?

3. Sebutkan keuntungan adanya gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari!


PERCOBAAN IV

GAYA PEMULIH PADA GERAK HARMONIK SEDERHANA

Materi Pokok : Dinamika

Kompetensi Dasar :

Menginterpretasikan hukum-hukum Newton dan penerapannya pada gerak benda

Indikator :

 Membedakan koefisien gesekan statis dan gesekan kinetis Menganalisis gerak benda pada bidang
miring dibawah pengaruh gaya gesekan Menyatakan Hukum Newton tentang gravitasi, sebagai
gaya medan yang berhubungan dengan gaya antara dua benda bermassa dan penerapannya
 Menerapkan hukum hukum Newton tentang gerak dan gravitasi pada gerak planet

 Menentukan kaitan konsep gaya pegas dengan sifat elastisitas bahan

 Menganalisis gerak di bawah pengaruh gaya pegas

Tujuan

1. Mengamati gerak harmonik pada getaran pegas dan ayunan tunggal


2. menentukan hubungan frekuensi dan periode berdasarkan percobaan.
RINGKASAN MATERI

1. Pegas

Jika suatu bahan dapat meregang atau menyusut karena pengaruh gaya dari luar dan dapat kembali ke
keadaan semula jika gaya yang bekerja padanya dihilangkan,maka keadaan tersebut dikatakan
mempunyai sifat elastis (misalnya pegas).

Selama batas elastisitasnya belum terlampaui maka pepanjangan pegas sebanding dengan gaya yang
digunakan untuk memperpanjangkannnya.

3. Bandul

Bandul matematis adalah sebuah benda ideal yang terbuat dari sebuah massa titik yang diikat dengan
seutas tali dan digantungkan. Jika diberi simpangan bandul ini akan berosilasi atau bergetar dengan
ragam getaran selaras.

ALAT DAN BAHAN

o Pegas
o Bandul

o Beban, 3 buah dengan massa berbeda

o Stopwatch

o Meteran/mistar

o Kertas grafik

PROSEDUR

1. Pegas

1. Letakkan pegas pada statip. Kemudian ukur panjang pegas tanpa beban (x0)
2. Ukur panjang pegas setelah diberi beban(x)

3. Beri simpangan pada sistem pegas dan lepaskan hingga bergetar harmonis.

4. Catat waktu hingga n = 15 getaran /ayunan.

5. Ulangi prosedur di atas sebanyak tiga kali untuk beban yang berbeda.

2. Bandul

1. Atur bandul matematis dengan panjang tali 50 cm. kemudian usahakan bandul berada dalam
keadaan setimbang.
2. Beri simpangan kecil pada bandul kemudian lepaskan. Usahakan agar ayunan mempunyai lintasan
dalam bidang tidak berputar.

3. Catat waktu yang dibutuhkan untuk n = 15 getaran.

4. Ulangi dengan panjang tali 40 cm dan 30 cm.

HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

No Pegas Bandul
Massa
(cm) (cm) (cm) t (s) Panjang tali (cm) t (s)
(gr)

Pengolahan data

1. Menghitung konstanta pegas

2. Menghitung periode getaran pada pegas

3. Menghitung periode getaran bandul

PERTANYAAN/TUGAS

1. Apa yang dimaksud satu getaran?


2. Jelaskan hubungan frekuensi dan periode!

3. Gambarkan grafik antara T2 dan massa beban!

4. Tentukan tetapan pegas dari grafik!

PERCOBAAN V

MOMEN INERSIA

Materi Pokok : Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Kompetensi Dasar :
Menemukan hubungan antara konsep torsi dan momentum sudut, berdasarkan hukum II Newton serta
penerapannya dalam masalah benda tegar

Indikator :

 Memformulasikan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya dengan gerak rotasi
benda tersebut
 Mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak translasi dan gerak rotasi

 Memformulasikan momen inersia untuk berbagai bentuk benda tegar

 Memformulasikan hukum kekekalan momentum sudut pada gerak rotasi

 Menganalisis masalah dinamika rotasi benda tegar untuk berbagai keadaan

 Menganalisis gerak menggelinding tanpa slip

 Menerapkan konsep titik berat benda dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan

Memahami dan menentukan momen inersia yang dimiliki oleh setiap benda yang menggelinding pada
bidang miring

Ringkasan Materi

Definisi momen kelembaman untuk sebuah titik:


Momen kelembaman (momen inersia) sebuah titik terhadap suatu poros tertentu adalah hasil kali masa
titik itu dengan pangkat dua dari jarak titik ke poros, seperti pada gambar berikut :

Setiap benda memiliki momem inersia bergantung pada bentuk bendanya.

ALAT DAN BAHAN

o Stopwatch
o Mikrometer sekrup

o Papan luncur

o Balok pengatur kemiringan

o Meteran/mistar

o Neraca timbang

o Bola kecil (kelereng)

o Silinder berongga

PROSEDUR

1. Ukur diameter bola dan silinder


2. Timbang bola dan silinder untuk menentukan massa

3. Atur posisi balok untuk tinggi (h) yang telah ditentukan

4. Letakkan bola pada ujung atas bidang miring lalu tahan.

5. Lepaskan kelereng sehingga menggelinding dan ukur waktunya sampai ke bawah.

6. Lakukan hal yang sama untuk silinder

7. Ubah ketinggian dan ulangi percoban 5-6


HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

Waktu tempuh t (s)

h
No Bola Silinder berongga
(cm)

1 2 3 1 2 3

1 5

2 10

3 15

PERTANYAAN/TUGAS

1. Bandingkan waktu tempuh bola pada h = 5 cm, 10 cm, dan 15 cm.


2. Bandingkan waktu tempuh silinder berongga pada h = 5 cm, 10 cm, dan 15 cm.
PERCOBAAN VI

ARUS SEARAH (DC)

Materi Pokok : Listrik Dinamis

Kompetensi Dasar :

 Merangkai alat ukur listrik, menggunakannya secara baik dan benar dalam rangkaian listrik
 Memformulasikan besaran-besaran listrik ke dalam bentuk persamaan

 Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari

Indikator :

 Membedakan jenis dan fungsi alat ukur listrik


 Menjelaskan cara membaca dan memasang alat ukur kuat arus dan alat ukur tegangan

 Menggunakan amper meter dan voltmeter dalam rangkaian.

 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besar hambatan suatu penghantar

 Menjelaskan besar dan arah kuat arus listrik dalam rangkaian sederhana (satu loop)

 Menjelaskan tegangan yang tertera pada alat listrik dan mampu menghitung energi dan daya
yang terpakai pada alat listrik

 Menentukan kuat arus pada rangkaian majemuk dua loop *)

 Menentukan kuat arus pada rangkaian majemuk lebih dari dua loop *)

 Membedakan tegangan DC dan tegangan AC dalam bentuk grafik misalnya yang dihasilkan
osiloskop

 Menjelaskan bentuk rangkaian AC yang digunakan dalam rumah-rumah.

 Menunjukkan penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan

1. Mampu menggunakan alat-alat ukur listrik pada arus searah (DC)


2. Memahami rangkaian paralel yang digunakan pada voltmeter untuk mengukur tegangan.

3. Memahami rangkaian seri yang digunakan pada amperemeter untuk mengukur tegangan.

Ringkasan Materi

Untuk menghasilkan arus listrik dalam satu rangkaian diperlukan suatu beda potensial. Adalah George
Simon Ohm (1787 – 1854) yang pertama kali secara eksperimen menunjukkan bahwa arus listrik dalam
kawat logam (I) sebanding dengan beda potensiall atau tegangan (V) yang diberikan pada kedua
ujungnya.
Secara tepat berapa besarnya arus yang mengalir dalam kawat tidak hanya bergantung pada tegangan,
tetapi juga pada hambatan yang diberikan oleh kawat terhadap aliran elektron. Mengambil analogi
dengan aliran air, dinding pipa, pinggir sungai dan batu di tengahnya memberikan hambatan terhadap
aliran air. Hal yang serupa, elektron diperlambat oleh interaksi dengan atom dalam kawat. Hambatan
yang lebih tinggi akan mengurangi arus listrik untuk suatu tegangan tertentu. Sehingga hambatan dapat
didefinisikan sebagai suatu besaran yang berbanding terbalik dengan arus.

Di mana R adalah hambatan dari kawat atau komponen elektronik lainnya, V adalah beda potensial yang
melewati komponen dan I adalah arus yang mengalir melalui komponen tersebut.

Banyak Fisikawan mengatakan bahwa persamaan ini bukanlah suatu hukum melainkan hanya definisi
untuk hambatan. Jika kita menyatakan Hukum Ohm, cukup dengan mengatakan bahwa arus yang
melalui konduktor logam sebanding dengan tegangan yang diberikan. Karenanya hambatan (R) dari
suatu bahan atau komponen adalah konstan, tidak tergantung pada tegangan. Tetapi persamaan
tersebut tidak berlaku umum untuk bahan dan komponen lain seperti diode, tabung vakum, transistor,
dan lain-lain. Karenanya Hukum Ohm bukanlah hukum fundamental, tetapi merupakan deskripsi dari
suatu kelompok material tertentu (konduktor logam).

ALAT DAN BAHAN

 Amperemeter DC
 Voltmeter DC

 Sumber tegangan DC (0 – 15 V, 3A)

 Kabel-kabel penghubung (dengan jepit buaya)

 Resistor tambahan

PROSEDUR

1. Baca nila R yang digunakan lalu catat


2. Susunlah rangkaian sesuai petunjuk guru

3. Catat pengukuran kuat arus pada amperemeter (I)

4. Ulangi untuk tiga tegangan yang berbeda

5. Untuk Voltmeter, susun rangkaian seperti petunjuk guru

6. Catat pengukutan tegangan pada voltmeter (V)

7. Ulangi untuk tiga tegangan berbeda

HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

Hasil pengukuran
Tegangan input
No R (Ohm)
(V)
Kuat Arus (Ampere) Tegangan (V)
1 5 .... ....

2 10 .... ....

3 15 .... ....

Pengolahan data

1. Menghitung Tegangan (V)

2. Menghitung kuat arus (I)

PERTANYAAN/TUGAS

1. Bandingkan kuat arus yang diperoleh dari tiga tegangan input yang berbeda.
2. Bandingkan tegangan yang diperoleh dari tiga tegangan input yang berbeda. Samakah tegangan
input dan out putnya? Mengapa demikian?

PERCOBAAN VII

PENERAPAN HUKUM COULOMB

Materi Pokok : Medan Listrik

Kompetensi Dasar :

Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk
teknologi

Indikator :

 Mendeskripsikan gaya elektrostatik (hukum Coulomb) pada muatan titik


 Mengaplikasikan hukum Coulomb dan Gauss untk mencari medan listrik bagi distribusi muatan
kontinu

 Memformulasikan energi potensial listrik dan kaitannya dengan gaya/medan listrik dan potensial
listrik

 Memformulasikan prinsip kerja kapasitor keping sejajar


I. TUJUAN

Menerapkan Hukum Coulomb dengan mengamati gejala interaksi muatan listrik pada elektrostatika
(listrik statis)

II. RINGKASAN MATERI

Hukum Coulomb

Interaksi antara dua buah muatan listrik dapat berupa gaya tarik menarik/gaya tolak menolak. Dua benda
yang bermuatan sejenis bila didekatkan akan tolak menolak, sedangkan dua muatan yang tidak sejenis
akan tarik menarik.

Muatan Sejenis tolak menolak

Muatan tidak sejenis tarik menarik

Gambar 13. gaya tarik menarik/gaya tolak antara dua muatan

Harip eksperimen coulumb selanjutnya disebut hukum Coulomb: ”gaya interaksi antara dua buah benda
titik bermuatan listrik berbanding lurus dengan besar muatan masing-masing dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara kedua muatan tersebut.”

Hukum coulomb ditulis :

F = besar gaya coulomb (N)

q1:q2=besar masing-masing muatan (C)

r = jarak kedua muatan (m)

k = 9 x 109 N.m2C2

III. ALAT DAN BAHAN

o Mistar plastik
o Potongan-potongan kertas kecil.

o Kain wol

o balon

o Lembar plastik
IV. PROSEDUR

1. Siapkan potongan-potongan kertas kecil dan mistar


2. Gosokkan mistar pada rambut kemudian dekatkan pada kertas kecil, amati apa
yang terjadi.

3. Gosokkan balon pada kain wol kemudian dekatkan ke kulit badan anda, amati apa
yang terjadi.

4. Dekatkan lembar plastik pada rambut, amati apa yang terjadi.

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel Pengamatan

No Jenis benda yang didekatkan Gaya yang ditimbulkan

1 Mistar dan kertas kecil ...

2 Balon dan kulit ...

3 Lembar plastik dan rambut ...

VI. PERTANYAAN/TUGAS

1. Apa yang terjadi pada kertas-kertas kecil, balon, dan rambut? Mengapa demikian?

2. Tuliskan bunyi hukum Coulomb dan bunyinya.


PERCOBAAN IX

PERCOBAAN MELDE

Materi Pokok : Gejala gelombang

Kompetensi Dasar :

Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum

Indikator :

 Mengidentifikasi karakteristik gelombang transfersal dan longitudinal


 Mengidentifikasi karakteristik gelombang mekanik dan elektromagnetik

 Menyelidiki sifat-sifat gelombang (pemantulan/pembiasan, superposisi, interferensi, dispersi,


difraksi, danpolarisasi) serta penerapnnya dalam kehidupan sehari-hari

 Mengidentifikasi persamaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner

I. TUJUAN
1. Menunjukkan gelombang transversal stasioner

2. Menentukan cepat rambat gelombang transversal

II. RINGKASAN MATERI

Bila seutas tali dengan tegangan tertentu digetarkan secara terus menerus maka akan terlihat suatu
bentuk gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambat gelombang, gelombang ini
dinamakan gelombang transversal.
Jika kedua ujungnya tertutup, gelombang pada tali itu akan terpantul-pantul dan dapat menghasilkan
gelombang stasioner yang tampak berupa simpul dan perut gelombang asalkan dipenuhi :

L = n. 1

2 , n = 1, 2, 3, ... (pers.1)

yakni panjang tali (L) merupakan kelipatan bilangan bulat dari setengah panjang gelombangnya.

Laju rambat gelombang dalam tali :

v =F( pers 2)

dimana : v = laju perambatan gelombang tali [m/det]

F = tegangan tali [N]

= rapat massa linier tali [kg/m]

Bila gelombang pada tali itu mempunyai panjang gelombang maka frekuensi vibrator yang

menimbulkannya :

f = v/( pers. 3)

Kombinasi antara persamaan (2) dan (3) disebut persamaan Melde.

III. ALAT DAN BAHAN

 Vibrator
 Sumber tegangan

 Meja

 Katrol perjepit

 Seutas tali

 Batang penggaris

 Beban (25 gram, 50 gram)

IV. PROSEDUR

1. Rangkai alat seperti gambar :


2. Gantungkan beban 25 gram

3. Nyalakan vibrator dan atur letaknya sehingga terbentuk gelombang


stasioner
4. Ukur jarak 2 simpul (S – S0), jarak yang diperoleh adalah panjang
gelombang.

Dimana . Catat panjang gelombang yang anda peroleh.

5. Ulangi untuk beban 50 kg

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan
Tegangan tali = berat
beban
Massa Panjang gelombang λ Cepat rambat V2
No
beban(gr) (cm) (m/s) (m2/s2)
F = m.g (N)

1 25

2 50

Catatan :

Jika sumber daya listrik yang digunakan dari PLN, maka dianggap frekuensi sumber getaran 50 Hz.

VI. PERTANYAAN/TUGAS

1. Jelaskan yang dimaksud gelombang tranversal.


2. Gelombang yang diperoleh pada percobaan adalah gelombang ...

3. Buat grafik antara V2 dan F


PERCOBAAN X

LENSA CEMBUNG

Materi Pokok : Optika geometri

Kompetensi Dasar :

Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum

Indikator :

Mendeskripsikan gejala dan ciri gelombang cahaya

I. TUJUAN

Mengetahui sifat lensa dan penggunaannya

II. RINGKASAN MATERI

Cahaya (sebagai gelombang) dapat mengalami peristiwa pemantulan dan pembiasan, interferensi, dan
polarisasi.

Pemantulan cahaya terbagi menjadi dua bagian, yaitu : pemantulan pada permukaan datar (cermin
datar) dan pemantulan pada permukaaan lengkung (cermin cembung dan cermin cekung).

Pada pemantulan dan pembiasan berlaku hukum Snellus.

1. Hukum Snellus pada pemantulan

i = sudut datang

r = sudut pantul

N = garis normal

Pada pemantulan berlaku :

- sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang
- sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r)

2. Hukum Snellus pada pembiasan

Pada pembiasaan berlaku :

o Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
o Jika sinar datang dari medium kurang (indeks bias N1) ke medium lebih rapat (indeks bias
N2)), dengan N1 <>2, maka sinar akan dibiaskan mendekati garis normal.

o Indeks bias relatif (nr); perbandingan sudut datang (i) dan sudut bias (r); .

o Bila sinar datang tegak lurus bidang, (i = r = 00), maka sinar akan diteruskan.

3. Pembiasan pada lensa

Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan lengkung atau suatu permukaan
lengkung dan satu permukaan datar.

Ada 2 lensa yaitu lensa cembung dan lensa cekung. Lensa cembung memiliki sifat mengumpulkan
cahaya (konvergen).. Lensa cekung memiliki sifat menyebarkan cahaya.(divergen).

III. ALAT DAN BAHAN


 Benda + lampu (senter + tutup kertas hitam)

 Lensa cembung

 Layar (kertas grafik)

 Bangku optik

IV. PROSEDUR

1. Rangkai alat seperti gambar :

Lensa

Layar

Benda + lampu

Bangku

Optik
2. Geser layar sehingga tampak bayangan yang jelas pada layar

3. Ukur jarak benda (s), jarak bayangan (s’), dan tinggi bayangan (h’)

4. Ulangi percobaan dengan s yang berbeda.

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

No S (cm) S’ (cm) h (cm) h’ (cm)

1 10

2 15

3 20

4 25

Pengolahan data

1. Mencari jarak fokus lensa

2. Mencari jari-jari kelengkungan lensa

R = 2f

3. Menghitung perbesaran dengan menggunakan rumus


4. Menghitung perbesaran dengan menggunakan rumus

VI. PERTANYAAN/TUGAS
1. Bandingkan hasil perbesaran bayangan yang diperoleh dengan dan

2. Lukis bayangan yang dibentuk dengan menggunakan sinar istimewa!

PERCOBAAN XI

HUKUM ARCHIMEDES

Materi Pokok : Fluida

Kompetensi Dasar :
Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan menerapkan konsep
tersebut alam kehidupan sehari-hari

Indikator :

 Memformulasikan hukum dasar fluida statik


 Menerapkan hukum dasar fluida statik pada masalah fisika sehari-hari

 Memformulasikan hukum dasar fluida dinamik

 Menerapkan hukum dasar fluida dinamik pada masalah fisika sehari-hari

I. TUJUAN

1. Menerapkan hukum Archimedes dalam percobaan sederhana


2. Memahami gaya ke atas yang dialami oleh benda yang berada dalam zar
cair

II. RINGKASAN MATERI

Hukum Archimedes berbunyi : ”apabila suatu benda dicelupkan ke dalam zat cair (sebagian atau
seluruhnya), akan mendapat gaya ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan benda tersebut.”

Besarnya gaya ke atas tersebut dinamakan gaya Archimedes.

Dimana FA = gaya Archimedes (N)

VC = volume zat cair yang dipindahkan (m3)

= massa jenis zat cair

Vb = volume benda yang tercelup (m3)

= massa jenis benda

Beberapa kondisi benda dalam zat cair :

Bila < benda mengapung

Bila = benda melayang

Bila > benda tenggelam

III. ALAT DAN BAHAN

o Neraca pegas, 1 buah


o Beban (yang belum diketahui massanya), 3 buah
o Gelas ukur

o Air

IV. PROSEDUR

Gambar 14 Mengukur berat benda dengan 2 kondisi

1. Isi gelas ukur dengan air dan catat volume mula-mula.


2. Timbang benda dalam air dengan menggunakan neraca pegas dan catat beratnya

3. Timbang benda yang sama di luar air (di udara/vakum) dan catat beratnya.

4. lakukan hal yang sama pada dua benda lainnya, catat berat yang diperoleh.

5. Catat volume air sebelum dan sesudah dimasukkan beban.

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

V0 = ... mL
Berat benda Berat benda
No Jenis benda Volume zat cair yang
di udara (N) di air (N) dipindahkan (mL)

1 Benda berat

2 Benda sedang

3 Benda ringan

Pengolahan data

1. Menghitung gaya Archimedes secara teori

2. Menghitung gaya Archimedes secara praktek

F = Berat Benda saat di udara – berat benda di dalam air

VI. PERTANYAAN/TUGAS

1. Bagaimanakah berat benda di udara jika dibandingkan dengan berat benda


saat di air?
2. Bagaimanakah volume zat cair yangdipindahkan oleh benda ringan,
sedang, dan berat?

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2003, STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN FISIKA, FT-
Universitas Surabaya,---, Praktikum Fisika, Universitas Surabaya.

Djoko Priyanto, TEORI KESALAHAN HASIL PENGUKURAN DALAM PENYUSUNAN LAPORAN


PRAKTIKUM FISIKA, Jardiknas ICT Guru – Guru SMA / SMK.

Laboratorium Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh,--, PENUNTUN PRAKTIKUM


FISIKA DASAR, Universitas Malikussaleh.

Suparmo, --, MATERI DAN SOAL-SOAL FISIKA, Mediatama.

Tim Belia, ---BELIA, BELAJAR LATIHAN INTERAKTIF, Ika Jaya Mukti, Surakarta.

TPB UNHAS, 2000, PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I, Makassar, Universitas Hasanuddin.

Wasis dan Retno Hasanah, 2004, SISTEM SATUAN DAN PENGUKURAN, Bagian proyek
pengembangan kurikulum Departemen pendidikan nasional.

Widodo Suryadiningrat, 2006, BANK SOAL FISIKA UNTUK SMA, Bandung, Penerbit M25 Bandung
PEMBAHASAN
Untuk mempertahankan jenisnya maka, suatu organnisme akan melakukan perkembangbiakan. Sistem
yang berperan dalam perkembangbiakan hewan adalah sistem reproduksi. Sistem reproduksi pada
vertebrata adalah sistem reproduksi seksual. Secara umum sistem reproduksi pada vertebrata terdiri
atas kelenjar kelamin (gonad), saluran reproduksi, dan kelenjar seks aksesori (pada mamalia). Hewan-
hewan yang melakuakan vertilisasi secara internal, yang jantan memiliki organ kopulatoris yang
berfungsi untuk menyalurkan sperma dari organisme jantan ke saluran reproduksi betina.
Organ utama penyusun sistem reproduksi adalah gonad. Pada hewan jantan, gonadnya berupa testis
sedangkan pada yang betina disebut ovarium. Gonad berfungsi sebagai penghasil sel kelamin (sel
gamet). Gamet jantan disebut spermatozoa sedang yang betina sel telur (ovum).

Perbandingan Sistem Reproduksi pada Vertebrata


1. Pisces
Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium.
Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus.
b. Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi
duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Baian
posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung
sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem
reproduksi menuju kloaka secara terpisah.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga abdomen. Pada
saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan
berjumlah sepasang.
b. Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu
ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya.
Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya oviduk pendek dan
berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang.
Teleostei tidak memiliki kloaka. (Buku SH II, diktat Asistensi Anatomi Hewan, Zoologi)

2. Amphibi
Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah
kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi. Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis
menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar
membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar
hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis,
berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan
di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning
(korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing
gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
b. Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan
yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal.oviduk di sebelah
kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka. (Buku
SH II, diktat asistensi Anatomi Hewan).

3. Reptil
Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, dan terletak di
dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang
lain. Testis akan membesar saat musim kawin.
b. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan
menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus
membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus
wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan
ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya
tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.
b. Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke rongga selom sebagai
ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior
menghasilkan albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian
posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur. (Buku SH II, diktat Asistensi Anatomi
Hewan, Zoologi).

4. Aves
Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah
ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan
disimpan spermatozoa.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf
bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang
sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior
dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus
ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimisyang kecil kemudian menuju duktud deferen.
Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di
bagian dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung,
dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior
adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang
dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin,
selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland
untuk menghasilkan cangkang kapur. (Buku SH II, diktat Asistensi Anatomi Hewan, Zoologi).

5. Mamalia
Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam skrotum, dibungkus dengan
jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Ukuran testis tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke
skrotum disebut Cryptorchydism yang menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen dan
rongga skrotum disebut saluran inguinal.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus berkembang menjadi duktus eferen kemudian akan menuju
epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis. Epididimis anterior (kaput epididimis) lalu kea rah
posteriorkorpuus dan kauds yang berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf menjadi epididimis,
duktud deferen, dan vesikula seminalis.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium berjumlah sepasang, merupakan organ yang kompak, dan terletak di dalam rongga pelvis.
b. Saluran reproduksi
Pada monotremata oviduk uviduk hanya sebelah kiri yang berasal dari duktus Muller. Oviduk bagian
posteriornya berdilatasi membentuk uterus yang mensekresikan bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis
urogenital dan bermuara di kloaka. Pada mamalia yang lain duktus Muller membentuk oviduk, uterus,
dan vvagina. Bagian anterior oviduk (tuba falopi) membentuk infundibulum yang terbuka kearah rongga
selom.
Ada 4 macam tipe uterus:
o Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke vagina.
o Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan satui lubang.
o Bikornuat; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara ke vagina dengan satu
lubang.
o Simpleks; semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus.

Kelenjar seks asesori Jantan


Vesika Seminalis
Berupa sepasang kantong yang dindingnya berkelok-kelok, salurannya bermuara setelah bagian
ampuladuktus deferen. Sekretnya berfungsi sebagai sumber energi bagi sperma serta menetralkan sifat
asam vagina.
Kelenjar Prostat
Pada mamalia merupakan kelenjar tunggal, terletak di bagian inferior kantong urin, mengelilingi uretra
prostetik.
Kelenjar Cowper
Pada manusia berjumlah sepasang, ukurannya kecil, bentuknya menyerupia kacang polong, terletak di
bawahnya kelenjar prostat.

Organ Kopulatoris (Jantan)


1. Pisces
Organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip pelvis pada elasmoranchi
akan termodifikasi menjadi clasper. Pada teleostei sirip anal memanjang membentuk gonopodium.
2. Amphibi
Tidak memiliki organ kopulatoris jarena fertilisasinya terjadi secara eksternal.
3. Reptil
Semua reptil selain spenodon memilikiorgan kopulatoris, ular dan kadal mempunyai hemi penis,
sedangkan pada buaya penis.
4. Aves
Berupa penis yang serupa dengan penis pada kura-kura maupun buaya.
5. Mamalia
Pada monotremata mirip dengan yang terdapat pada kura-kura, sedangkan untuk mamalia yang lebih
tinggi, penis terletak di sebelah anterior skrotum.

Organ Reproduksi Interna (Betina)


Vulva pada primata terdapat dua lapisan kulit, yaitu labia minora yang terletak di tepi vestibulumyang
terbuka. Pada kera dan manusia terdapat labia mayora. Di bagian dinding ventral dari vestibula terdapat
klitoris yang homolog dengan penis. Di kedua sisi vesti bulum terdapat kelenjar seks asesori yaitu
kelenjar Bartholin.

Kelenjar Susu (Betina)


Kelenjar susu hanya terdapat pada mamalia. Kelenjar susu merupakan modifikasi dari kelenjar keringat.
Perkembangannya dikontrol oleh hormon estrogen dan progesterone. Produksi susu dirangsang oleh
hormon prolaktin, sedangkan pengeluaran susu dirangsang oleh hormon oksitosin.

KESIMPULAN
Jenis reproduksi yang terjadi pada vertebrata adalah reproduksi seksual. System reproduksi pada
vertebrata secara umum terdiri atas kelenjar kelamin, saluran reproduksi dan kelenjar seks asesori.
Hewan yang melakuakan fertilisasi internal dilengkapi dengan organ kopulatoris pada yang jantan.
Organ utama penyusun system reproduksi adalah gonad. Pada hewan jantan gonadnya disebut testis,
sedang pada hewan betina disebut ovarium. Pada mamlia jantan dilengkapi dengan adanya kelenjar
asesori yang menghasilkan cairan sebagai medium sperma.sedang pada betina terdapat uterus, khusus
pada mamlia terdapat 4 macam tipe uterus:
o Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke vagina.
o Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan satui lubang.
o Bikornuat; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara ke vagina dengan satu
lubang.
o Simpleks; semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus.

DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga
Radiopoero.1998. Zoologi. Jakarta. Erlangga
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Jurusan Biologi UM
Tenser, Amy. 2003. Bahan Ajar: Strutur Hewan II. Malang. Dirjen Dikti
Tim Asistensi. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta. Jurusan Zoologi UGM

SISTEM SYARAF

29 04 2007

PENDAHULUAN

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti
mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan
sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh.
Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan
kelenjar. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan
(impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di
dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit
dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua
serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang
membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut
neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak
terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
Sistem saraf tersusun dari berjuta-juta sel saraf. Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).

Sel saraf sensori

Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak
(ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan
dengan saraf asosiasi (intermediet).
Sel saraf motor

Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang
hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf
pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat
sangat panjang.
Sel saraf intermediet

Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat
dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel
saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor
sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk
urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.

PEMBAHASAN
System saraf pada Amphibi berdasarkan topografinya dibedakan menjadi system saraf pusat dan system
saraf tepi.
Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya
merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan.
Otak dan medulla spinalis pada amphibi,selain dilindungi oleh tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang,
juga dilindungi oleh 2 lapisan selaput meninges. Dua lapisan meninges pada amphibi dari luar ke dalam
adalah duramatar (yang berupa jaringan ikat) dan pia-arakniod yang vascular. Di antara dua lapisan
tersebut terdapat spatium subdurale. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang
disebut meningitis.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada
otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah.
Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih.
Pada otak amphibi terdapat bagian-bagian
a. Lobus olfaktorius
Lobus olfaktorius pada amphibi memiliki trunckus bulbus olfaktorius. Lobus ini tidak terlalu berkembang.
Oleh karenanya berbentuk relative kecil dan merupakan penonjolan dari bagian yang disebut
hemisperium serebri. Kurang berkembangnya lobus olfaktorius yang berperan sebagai pusat pembau
pada amphibi, berhubungan dengan cara hidupnya yang tidak terlalu banyak membutuhkan peran dari
lobus olfaktorius sebagai pusat pembau.
b. Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan atau gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak,
walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu
terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang
berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik.
Serebrum pada amphibi terdiri atas sepasang hemispermiun serebri. Pada serebrum memungkinkan
terjadinya aktivitas-aktivitas yang kompleks, misalnya pembiakan dan macam-macam gerak.
c. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis.
Thalamus amphibi terletak di bagian dorsal otak dan merupakan jembatan antara serebrum dan
mesenshefalon. Sedangkan kelenjar hipofisis terletak pada bagian ventral otak yang berfungsi mengatur
kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Oleh karenanya dikatakan sebagi Master of Glands.
Pada bagian atas (dorsal) otak tengah juga terdapat lobus optikus dan sepasang nervus optikus yang
saling bersilangan. Pertemuan atau persilangan antara dua nervus optikus disebut sebagai chiasma.
Lobus ini merupakan pusat penglihat, karena semua nervus optikus bermuara pada lobus ini. Stimulus
yang berupa cahaya dan diterima oleh mata sebagai reseptor diubah menjadi impuls dan disalurkan ke
nervus optikus yang akhirnya diterjemahkan pada lobus optikus, sehingga timbul sensasi penglihatan.
Lobus ini juga berfungsi mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan
pusat pendengaran. Lobus optikus pada amphibi lebih berkembang daripada lobus olfaktorius. Hal ini
karena amphibi, contohnya katak merupakan hewan lokturnal. Hewan-hewan lokturnal lebih banyak
melakukan aktivitas pada malam hari, sehingga lobus optikus lebih dibutuhkan oleh amphibi.
Selain itu, pada bagian dorsal otak tengah juga terdapat kelenjar epifisis. Kelenjar ini disebut juga Badan
pineal yang berfungsi ketika terjadi pembentukan pigmen pada permukaan tubuh.
Pada bagian ventral, selain terdapat kelenjar hipofisis juga terdapat kelenjar hypothalamus dan
infundibulum. Pada kelenjar hypothalamus terdapat sel-sel neurosekretori (sel saraf yang menghasilkan
secret). Secret dari sel ini berupa neurohormon yang berfungsi untuk mempercepat penyampaian impuls
dari sinapsis yang satu ke sinapsis yang lain. Sedangkan infundibulum, merupakan tangkai dari hipofisis
yang berfungsi menghubungkan hipofisis dengan hypothalamus.
d. Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Serebelum pada amphibi mereduksi, karena aktifitas
otot relative berkurang.
e. Sumsum lanjutan (medulla oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak.
Sumsum lanjutan juga mempengaruhi refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan
kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.Selain itu, sumsum
lanjutan juga mengatur gerak refleks yang lain
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Medulla spinalis merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk ke dalam kanalis vertebralis.
Pada amphibi, medulla spinalis mengalami pembesaran di bagian servikalis. Medulla spinalis berfungsi
menghantarkan impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan menyampaikan impuls motoris dari otak ke
saraf perifer. Selain itu juga merupakan pusat dari refleks.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan
bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu.

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap
atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor
dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum
tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf
penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan
menghantarkannya ke saraf motor.
Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat
saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa
impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden.
Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem
saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol
aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat.
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan
saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Pada amphibi saraf cranial berjumlah 10 pasang
1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
2. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
3. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke
bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh
karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus
merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf
sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang
saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus
yaitu sebagai berikut.
a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan
diafragma.
b.Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

2. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang
belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-
masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang
terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion
disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan
struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai
ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga
mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang
panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik
terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf
otak lain dan saraf sumsum sambung.
Tabel Fungsi Saraf Otonom
Parasimpatik Simpatik
mengecilkan pupil
 menstimulasi aliran ludah
memperlambat denyut jantung
membesarkan bronkus
menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
mengerutkan kantung memperbesar pupilkemih
menghambat aliran ludah
mempercepat denyut jantung
mengecilkan bronkus
menghambat sekresi kelenjar pencernaan
menghambat kontraksi kandung kemih

Mekanisme Penghantar Impuls


Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan sinapsis. Berikut ini
akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.
1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson)
dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada
waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian
dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya
pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan
sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1
sampai dengart 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung
mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi
perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali
diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel
saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang
dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan
sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada
periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap
terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis
terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis.
Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari
sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung
neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula
akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia
yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter
ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di
sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian
berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-
sinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila
asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang
dihasilkan oleh membran post-sinapsis.
Bagaimanakah penghantaran impuls dari saraf motor ke otot? Antara saraf motor dan otot terdapat
sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk
dari sarkolema yang mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya.
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh
saraf.
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu
gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori,
dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan,
dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa
memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau
tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima
rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung
(asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke
efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan
atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau
mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung
berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

Anatomi Akar Ketela

29 04 2007

Latar Belakang
Suatu tumbuhan dibangun oleh organ-organ yang terdiri dari akar, batang dan daun. Berdasarkan
asalnya, akar dibagi menjadi dua kategori; (1) Akar primer atau akar normal, akar yang berasal dari
lembaga (embrio) dan biasanya tetap sepanjang hidup, serta (2) akar liar atau akar adventiv yang
muncul secara sekunder dari batang, daun atau jaringan lainnya, dapat bersifat permanen maupun
sementara.
Akar primer berfungsi untuk mencengkeramkan tumbuhan ke dalam tanah dan untuk menyerap air dan
zat terlarut. Sedangkan pada akar liar fungsinya sangat beragam. Bagian akar yang berdaging misalnya,
pada wortel (Daucus carota), lobak (Raphanus sativus), bit (Bota vulgaris), akar di dalam tanah dapat
menjadi demikian besar dan dapat berfungsi sebagai organ penyimpan cadangan makanan. Fungsi ini
juga terdapat pada ketela rambat (Ipomoea batatas).
Secara morfologi tumbuhan Ipomoea batatas adalah semak yang bercabang, batang gundul atau
berambut, kadang-kadang membelit dan bergetah. Panjang sampai lima meter, tangkai daun 4-20 cm,
lembaran daun lebar, mulai bentuk telur sampai membulat dengan pangkal yang berbentuk jantung atau
terpancung rata, bersudut sampai berlekuk. Karangan bunga diketiak daun, bentuk payung. Daun
pelindung kecil dan rontok. Daun kelopak memanjang bulat telur dan runcing. Mahkota terluar paling
kecil berbentuk lonjong sampai bentuk terompet. Warna bunga ungu muda, panjang 3-4 cm. Benang sari
tertanam tidak sama panjangnya. Tangkai putik bentuk benang, kepala putik bentuk bola rangkap. Buah
kotak bentuk telur. Ditanam pada ketinggian 2-2.000 m. Kadang-kadang menjadi liar.
Taksonomi Ipomoea batatas
Kingdom
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Bangsa
Suku
: Plantae
: Spermatophyta
: Dicotyledoneae
: Sympetale
: Tubiflorae
: Convolvulaceae
Genus
Spesies
: Ipomoea
: Ipomoea batatas
Pada Ipomoea batatas cadangan makanan disimpan terutama didaerah korteks atau xilem atau
keduanya. Biasanya xilem menjadi daerah utama penyimpanan cadangan makanan, namun makanan
juga disimpan diluar xilem.

Rumusan Masalah
Bagaiman struktur anatomi akar penyimpan pada ketela rambat (Ipomoea batatas)?

Tujuan
Mengetahui struktur anatomi akar penyimpan pada ketela rambat (Ipomoea batatas).

METODE PENELITIAN

Tempat Memperoleh Bahan


Bahan (Ipomoea batatas) diperoleh dari membeli di pasar Jombang, Malang.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian (kerja ilmiah) ini dilakukan di Ruang 209 gedung Biologi O5, Laboratorium Anatomi Tumbuhan,
FMIPA Universitas Negeri Malang, pada tanggal 24 April 2006.

Alat dan Bahan


Alat:
1 Mikroskop cahaya
3 Kaca benda
3 Kaca penutup
3 Pipet tetes
1 Botol aluvial
4 Silet (merk GOAL)
3 Kertas label
1 Cawan plastic
Tisu
Kertas hisap
Bahan:
1 Umbi akar Ipomoea batatas
1 Botol cat kuku
Gliserin
Safranin
 Alkohol 70 %
Air

Cara Kerja:
Pada kegiatan kerja ilmiah ini akan dibuat preparat semi awetan dari irisan melintang akar penyimpan
Ipomoea batatas guna mengetahui struktur anatomisnya. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam kerja ilmiah ini.
2. Mencuci umbi akar Ipomoea batatas dengan air, sampai bersih.
3. Membuat beberapa irisan melintang umbi akar Ipomoea batatas pada pangkal umbi. Mengiris sitipis-
tipisnya.
4. Meletakkan masing-masing irisan yang telah diperoleh pada kaca benda, kemudian ditetesi dengan air
dan ditutup dengan kaca penutup (membuat preparat segar).
5. Mengamatinya di bawah mikroskop cahaya untuk memilih yang bagus dan yang tampak jelas bagian-
bagiannya.
6. Merendam preparat yang sudah dipilih kedalam alkohol 70 % pada botol aluvial selama kurang lebih 5
menit (Proses ini dinamakan fiksasi, bertujuan untuk melarutkan zat-zat ergastik yang ada pada preparat.
Selain itu, juga untuk melarutkan klorofil agar pengamatan menjadi lebih jelas).
7. Setelah lima menit, preparat dipisahkan dengan alkohol dengan membuang alkoholnya, sehingga
tersisa preparatnya saja.
8. Menambahkan beberapa tetes safranin ke dalam botol aluvial dengan pipet tetes (penambahan
safranin ini bertujuan untuk memberi warna sel-sel sehingga memperjelas dan mempermudah
pengamatan).
9. Didiamkan beberapa menit.
10. Membilas preparat dengan alkohol 70 % hingga benar-benar bersih (ditandai dengan, alkohol yang
digunakan untuk membilas tetap jernih).
11. Meneteskan satu tetes gliserin di atas kaca benda, kemudian meletakkan preparat diatasnya lalu
menutupnya dengan kaca penutup (gliserin berguna untuk mengawetkan preparat).
12. Membersihkan rembesan gliserin pada tepi kaca penutup dengan kertas hisap atau tisu.
13. membubuhkan cat kuku pada tepian kaca penutup (cat kuku berguna untuk melekatkan kaca
penutup pada kaca benda).
14. Setelah kering, mengamati preparat semi awetan irisan melintang akar penyimpan Ipomoea batatas
di bawah mikroskop cahaya.
15. Menggambar bagian-bagian (strutur anatomi) akar penyimpan Ipomoea batatas yang tampak pada
mikroskop cahaya tersebut.

PEMBAHASAN
Pada akar, umumnya struktur anatomisnya terdiri dari beberapa jaringan penyusun, yaitu jaringan
pelindung (kulit), jaringan dasar (korteks) dan jaringan pengangkut (xilem dan floem).

1. Jaringan Pelindung (Kulit)


Akar tumbuhan pada umunya memiliki jaringan pelindung yang berupa epidermis yang merupakan
lapisan terluar akar, yang susunan sel-selnya rapat tanpa adanya ruang antar sel juga berdinding tipis.
Tetapi pada irisan melintang akar penyimpan Ipomoea batatas yang diamati, tidak terdapat lapisan
epidermis, melainkan ditemukan lapisan periderm yang juga berfungsi sebagai pelindung. Hal ini
diakibatkan oleh terjadinya pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambahnya diameter akar
sehingga lapisan luar akar (epidermis) terdesak dan pada akhirnya pecah. Untuk mengganti epidermis
sebagai pelindung akar, maka dalam pertumbuhan sekunder dihasilkan periderm.
Periderm merupakan jaringan sekunder yang dihasilkan dari pertumbuhan sekunder sebagai pengganti
epidermis. Pada akar yang tidak mengalami akumulasi ritidom secara berlebihan, karena terjadi
pelapukan jaringan-jaringan yang mati di dalam tanah secara cepat. Periderm terdiri dari felogen
(kambium gabus), yaitu meristem yang membentuk periderm; felem (sering disebut gabus), yaitu
jaringan pelindung yang dibentuk oleh felogen ke arah luar; dan feloderm, yaitu jaringan parenkim yang
dibentuk oleh felogen ke arah dalam. Jaringan diluar periderm akan mati akibat sisipan jaringan gabus
(felem) diantara jaringan itu dengan jaringan di bagian dalam yang masih hidup.
Dibandingkan dengan kambium pembuluh, felogen terdiri dari satu macam sel saja. Sel felogen memiliki
vakuola dan dapat juga berisi kloroplas maupun tanin pada periode tertentu. Pada irisan melintang, sel
felogen tersusun dalam lapisan sel tangensial yang berkesinambungan membentuk silinder. Sel felogen
memipih ke arah tangensial dan menebal ke arah radial. Karena pembelahan periklinal felogem
menghasilkan felem ke luar dan feloderm ke dalam. Susunan sel pada felem rapat dan tidak terdapat
ruang antar sel.
Pada akar penyimpan Ipomoea batatas ini, felem mempunyai pigmen

2. Jaringan Dasar (Korteks)


Pada umumnya korteks akar terdiri dari dari sel-sel parenkim. Sel-sel korteks akar sering mengandung
tepung seperti yang terdapat pada Ipomoea batatas. Lapisan paling dalam pada korteks organ akar
berkembang dan berdiferensiasi menjadi endodermis.
Ipomoea batatas ini mengalami pertumbuhan sekunder sehingga mengakibatkan endodermis tidak
terlihat jelas. Kambium pembuluh membelah ke arah dalam membentuk xilem dan membelah ke arah
luar membentuk floem sekunder, sehingga jaringan pada akar bertambah tebal.
Pada korteks terdapat sel-sel parenkim penimbun yang berisi tepung dan material makanan yang
lainnya, yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Pada semua struktur tersebut, penyimpanan air
dikombinasi dengan penyimpanan substansi ergastik yang memasok cadangan makanan.
Penimbunan zat tepung ini selain terdapat didaerah parenkima korteks, juga terdapat pada parenkima
xilem yang membangun bentuk umbi.
.
3. Jaringan Pengangkut dan Meristem
Sistem vaskular akar pada umumnya, floem terjadi dalam bentuk deretan yang tersebar dekat tepi
silinder vaskular, di bawah perisikel. Umumnya xilem terletak berjajar membentuk deretan terpisah yang
berselang-seling dengan deretan floem. Kadang-kadang xilem menempati pusat, dengan bagian-bagian
seperti lengan yang menjulur dari pusat sampai tepi. Berkas pengangkut akar pada umumnya bertipe
radial.
Pada Ipomoea batatas berkas pengangkut bagian tengahnya terdapat berkas pengangkut yang bertipe
radial. Sedangkan pada bagian perifer terdapat penyimpangan, yaitu terbentuknya kambium disekeliling
xilem, yang disebut sebagai kambium anomali.
Akar penyimpan Ipomoea batatas yang diamati pada preparat ini adalah struktur anatomi akar
penyimpan yang sudah mengalami pertumbuhan sekunder
Pada awal pertumbuhan sekunder, beberapa sel parenkim dibawah setiap kelompok floem menjadi
meristematik dan dengan demikian jumlah potongan kambium yang terbentuk sebanyak jumlah sel
floem. Sel-sel kambium membelah berulang-ulang dan menghasilkan jaringan sekunder. kambium yang
terbentuk pertama meluas ke kedua tepinya sehingga membentuk lingkaran kambium yang utuh. Sel-sel
kambium membentuk sel-sel xilem lebih banyak dari pada sel-sel floem. Kambium yang terbentuk
pertama kali menghasilkan xilem sekunder jauh lebih awal di sebelah dalamnya, sedangkan floem ke
arah luar.
Sel-sel kambium yang berasal dari perisikel yang terletak berhadapan pada kelompok protoxilem
berfungsi sebagai inisial jari-jari, dengan menghasilkan jari-jari vaskular yang lebar.
Jari-jari ini terbentang di dalam xilem dan floem dengan melintasi kambium. Keadaan ini adalah tampilan
khas di akar, sebagaimana juga dijumpai pada akar penyimpan Ipomoea batatas. Jari-jari inilah yang
biasanya disebut dengan jari-jari empulur.
Pada akar yang berfungsi sebagai organ penyimpan cadangan makanan, (seperti pada umbi akar
Ipomoea batatas ini) kambium tersusun seperti akar pada umumnya, yaitu membentuk lingkaran utuh.
Disamping itu ada kambium yang terbentuk di sekitar xilem, yang disebut kambium anomali.
Kambium anomali muncul disekeliling trakea-trakea, baik secara individual maupun secara kelompok.
Kambium ini menghasilkan floem yang kaya akan sel-sel parenkima. Sejumlah sel-sel parenkima,
penyimpan yang padat, dikembangkan dalam dua arah, beberapa pembuluh tapis dan latisifer kearah
luar dan sebagian besar parenkim ke arah luar maupun dalam. Akibatnya terbangun akar yang
berbentuk umbi.

KESIMPULAN
Ipomoea batatas atau ketela rambat merupakan tumbuhan dikotil.
Akar penyimpan pada Ipomoea batatas terdiri dari beberapa jaringan penyusun, yaitu jaringan
pelindung, jaringan dasar dan jaringan pengangkut.
 Pada Ipomoea batatas tidak ditemukan adanya epidermis, melainkan terdapat periderm yang juga
berfungsi sebagai pelindung.
Parenkim penimbun banyak terdapat pada daerah korteks, yang berfungsi untuk menimbun cadangan
makanan.
Berkas pengangkut pada akar penyimpan Ipomoea batatas bertipe radial.
Pada Ipomoea batatas terdapat kambium pembuluh, selain itu juga terdapat kambium yang terbentuk
disekitar xilem, yang disebut kambium anomali.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Estiti, 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB Bandung


Kartini, Endang, 2003. Anatomi Organ Vegetatif, Malang: UM Malang.
Setjo, Susetyoadi, dkk, 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: JICA
Tjitrosoepomo, 1989, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Van Stooms, C.G.G.J, 1975. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta Pusat: PT Pradya Paramita.

ALAT INDRA

29 04 2007

A. ALAT PANCA INDRA


Indra adalah kumpulan reseptor yang khas untuk menyadari suatu bentuk perubahan lingkungan. Agar
dapat terjadi suatu penginderaan harus dipenuhi empat syarat mutlak yaitu :
1. Adanya stimulus atau perubahan lingkungan yang mampu unuk membangkitkan respon sistem syaraf
2. Reseptor atau organ indra harus dapat menerima stimulus dan mengubahnya menjadi impuls syaraf
3. Impuls syaraf harus dihantarkan sepanjang lintasan sysraf dari reseptor atau organ indra ke otak
4. Pusat indra yang bersangkutan di otak harus menterjemahkan impuls syaraf yang diterimanya menjadi
sebuah kesan.
Setiap indra menerima stimulus khusus untuk penginderaan yang sesuai. Impuls sensoris yang berakhir
pada pusatpusat indera di otak, akan menimbulkan penginderaan yang disadari. Jika impuls dari organ
indera dihantarkan ke medula spinalis maka akan terjadi juga aktivitas motoris tetapi penginderaan yang
dihasilkan bersifat tidak disadari.

Alat indera pada mamalia dapat diklasifikasikan menjadi


1. Menurut distribusinya
Indera umum
Tersebar luas di seluruh tubuh, contohnya adalah alat indera.
Indera khusus
Indera ini hanya berada di tempat-tempat tertentu, contohnya adalah fotoreseptor pada retina mata.
2. Menurut lingkungan fisik yang mempengaruhinya
 Eksteroreseptor
Eksteroreseptor menerima stimulus dari luar tubuh, terletak di bagian tubuh. Terletak pada bagian tubuh
yang dapat berhubungan langsung dengan lingkungan luar.
Interoreseptor
Interoreseptor stimulus dari dalam tubuh, terletak di dalam otot, sendi, tendon, dan organ-organ visera.
Tiap otot rangka, tendon dan persendian memiliki proprioreseptor, yang peka terhadap perubahan
tegangan atau regangan otot. Impuls dari proprioreseptor sangat penting untuk dapat terjadi kontraksi
yang serasi dari beberapa otot yang terlibat dalam suatu gerakan, dan untuk mempertahankan
keseimbangan posisi tubuh.

B. INDERA PERABA
Indera peraba merupakan indera yang paling penting sederhana, umumnya tersebar pada kulit mamalia
dan sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, teruama di
ujung jari dan bibir.
Klasifikasi reseptor antara lain:
Berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu
1. Termo reseptor (peka terhadap perubahan suhu)
2. Mekano reseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan)
3. Kemo reseptor (peka terhadap perubahan kimiawi)
4. Osmo reseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik).

Berdasarkan sumber rangsangan


1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap rangsangan eksterna atau
luar
2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan terutama berhubungan dengan
sistem muskulo skeletal
3. Interoresptor, terletak pada visera/alat dalam dan pembulih darah.

Berdasarkan morfologi
1. Badan terakhir yang bebas/terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan dengan tipe sel lainnya
2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan syaraf di samping syaraf
badan akhir syaraf

Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain :


 Ujung Syaraf Bebas
Serat syaraf sensorik aferen berakhir sebagaiujung akhir syaraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan
merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit. Serat akhir syaraf bebas ini merupakan serat syaraf
yang tak bermielin, atau serat syaraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan
pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat syaraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis.
Sebuah serat syaraf seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan,
sehingga hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba,
nyeri,dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat syaraf yabg berjalan
longitudinal dan melingkari folikel rambutdalam dermis.
Beberapa syaraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis berhubuingan dengan sel
folikel rambut dan mukosa oral, akhir syaraf membentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau
korpuskel merkel). Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma.
Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan kemungkinan juga
gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa
diskus merkel merespons rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin.

Korpuskulus Peraba (Meissner)


Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, putting dan
genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80
mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium
syaraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng
yang tersusun transversal. Beberapa sel syaraf menyuplai setiap korpuskel dan serat syaraf ini
mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin.
Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/pembedaan dua titik (mampu
membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).

Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini)


korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki,
jari, putting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau
lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat
dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang.
Setiap korpuskulus disuplai oeh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel
schwann-nya pada tepi korpuskulus. Akson syaraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi
oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua
alur longitudinal pada sisinya.
Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam.

Korpuskulus Gelembung (Krause)


korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada
dermis dan berhubungan dengan rambut.korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar
50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus,
serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann.seratnya
mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir syaraf yang menggelembung sebagai
gada. Korpuskel ini jumlahnya berkurabg dengan bertambahnya usia.
Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.

Korpuskulus Ruffini
korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah
kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir syaraf yang menggelembung. Korpuskulus ini
merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi.
Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula
berlamela. Akhir syaraf tak bermielin yang bebas, bercabang di sekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini
terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan
panas.

sistem pencernaan

29 04 2007

Sistem pencernaan terdiri atas : – saluran pencernaan


- kelenjar-kelenjar yang berhubungan
Fungsi :
a. ingesti dan digesti makanan
b. absorbsi sari makanan
c. eliminasi sisa makanan
Langkah-langkah proses pencernaan makanan:
1. Pencernaan di mulut dan rongga mulut: makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi
oleh saliva
2. Disalurkan melalui faring dan esophagus
3. Pencernaan di lambung dan usus halus: dalam usus halus diubah menjadi asaam-asam amino,
monosakarida, gliserida dan unsure-unsur dasarnya yang lain.
4. Absorbsi air dalam usus besar: akibatnya isi yang tidak dicerna menjadi setengah padat (veses).
5. Veses dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka (bila ada) kemudian ke anus.

Organ-organ asesori (organ tambahan):


a. Gigi
b. Lidah
c. Kelenjar ludah
d. Kelenjar-kelenjar pencernaan di luar saluran pencernaan (hati dan pancreas)
Struktur saluran pencernaan tiap vertebrata berbeda-beda atau disesuaikan dengan bentuk tubuh, jenis
makanan, dan fungsi sistem pencernaan.
A Mulut dan Rongga Mulut
Dalam pengertian luas istilah mulut sama artinya dengan rongga mulut. Rongga mulut dimulai dari mulut
dan berakhir pada faring. Letak mulut pada posisi terminal dan ventral, sedangkan batas rongga mulut
berupa epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Sel-sel superfisialnya berinti dan mempunyai granula-
granula keratin di bagian dalamnya. Dalam rongga mulut terdapat kelenjar-kelenjar mucus, berfungsi
untuk menghasilkan mucus sebagai pembasah dan pelicin makanan. Atap mulut terdiri dari palatum
keras dan lunak, diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Palatum keras adalah membran mukosa yang
melekat pada jaringan tulang, sedangkan palatum lunak mempunyai pusat otot rangka dan banyak
kelenjar mukosa pada lapisan submukosanya. Fungsi mulut adalah sebagai penerima makanan. Mulut
beberapa hewan sebagai pengambil makanan karena terdapat rahang maksila dan mandibula. Organ-
organ didalam rongga mulut antara lain: gigi, lidah, dan kelenjar ludah.
B. Lidah
Lidah merupakan massa jaringan pengikat dsan otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. Membran
mukosa melekat erat pada otot karena jaringan penyambung lamina propia menembus ke dalam ruang-
ruang antar berkas-berkas otot. Pada bagian bawah lidah membran mukosanya halus.
Fungsi lidah:
- untuk mengaduk makanan yang dikunyah
- menelan makanan
- mengontrol suara dan dalam mengucapkan kata-kata
Permukaan atas lidah mengandung banyak tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propia (yang
disebut papilla). Terdapat empat jenis papilla:
a. Filiformis
- terdapat di bagian posterior
- bebtuk penonjolan konis, sangat banyak diseluruh permukaan lidah
- epitel tidak mengandung putting pengecap
- epitel berambut
b. Fungiformis
- di bagian anterior dan diantara filiformis
- menyerupai jamur karena menpunyai tangkai sempit dan permukaan yang halus, bagian atas melebar
- mengandung putting kecap, tersebar di permukaan atas
- epitel berlapis pipih tak menanduk
c. Foliatel
- pada pangkal lidah bvagian lateral, terdapat beberapa tonjolan-tonjolan padat
- bentuk: sirkumvalata
- banyak putting kecap
d. Circumfalate
- papillae yang sangat besar dengan permukaannya yang pipih meluas di atas papillae lain, susunan
seperti parit
- tersebar di daerah “V” bagian posterior lidah
- banyak kelenjar mukosa dan serosin
- banyak putting kecap yang terdapat di sepanjang sisi papilla
C. Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah terbentuk dari jaringan epitel dan menghasilkan secret.
Ciri-ciri: – sel glandularis
- duktus interkalaris
- saluran bercolak
- menghasilakan mucus dan enzim amilase
Ada 3 pasang kelenjar ludah menurut tempatnya:
1. Glandula parotid (kelenjar bawah telinga)
- sel penyusun: sel serous
- bentuk kelenjar asiner bercabang majemuk
- bermuara dekat gigi molar atas yang kedua
2. Glandula submaksiksilaris (kelenjar bawah rahang)
- bermuara di dekat pangkal lidah
- bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk
- sel penyusun: sel serous (banyak) dan sel mukus. Sel serous, inti agak banyak dan sitoplasmanya
mengandung butir-butir zimogen. Sel mukus, berinti gepeng dan terletak di bagian basal.
3. Glandula subligualis (kelenjar bawah lidah
- bermuara dekat pangkal lidah
- bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk
- sel penyusun: sel mukus
D. Gigi
Ciri-ciri:
- Tersusun dalam 2 lengkung
- Terletak pada maxilla dan mandibula
- Masing-masing gigi terdiri atas bvagian yang menonjol di atas ginggiva (atau gum) yaitu mahkota dan di
bawah ginggiva yaitu akar (mempertahankan gigi dalam lekuk tulang atau alveolus). Tempat peralihan
mahkota ke akar sampai leher.
- Tiap gigi mempunyai rongga sentral, rongga pulpa
- Terdiri dari bagian nonmineral: pulpa, dan 3 bagian bermineral: email, dentin, sementum.
a. Dentin
Dentin merupakan jaringan kalsifikasi yang mirip tulang, tetapi lebih keras karena mengandung banyak
garam-garam kalsium. Dentin terutama terdiri atas serabut-serabut kolagen, glikosaminoglikans, dan
garam-garam kalsium (80%) berat kering dalam bentuk kristal-kristal hidroksiapatit. Dentin peka terhadap
banyak rangsngan seperti panas, dingin, asam, trauma dan memberi respon terhadap semua rangsang
sakit. Matriks organiknya disintesis oleh sel-sel odontoblas.
b. Email
Email meripakan struktur paling keras dari tubuh dan banyak mengandung kalsium. Terdiri atas 97%
garam-garam kalsium dan 3% zat organic. Berasal dari epitel ectoderm, sedangkan struktur lain gigi
berasal dari mesoderm. Matriks amail disekresi oleh sel-sel (ameloblas). Email terdiri atas struktur
batang yang berbentuk prisma atau toraks heksagonal, prisma email yang berikatan satu sama lain
dengan zat interprismatis.
c. Pulpa
Pulpa gigi terdiri dari jaringan pnyambung jarang. Unsur-unsur utamanyaadalah serabut-serabut kolagen
halus yang tersusun asimetris dan substansia dasar yang mengandung glikosaminoglikans. Pulpa
merupakan jaringan yang sangat banyak mengandung persyarafan dan pembuluh darah, serta banyak
terhadap fibroblast.
- Struktur-struktur pertahanan gigi dalam lekuk tulang maxilla dan mandibula terdiri atas sementum,
membranaperidentalis, tulang alveolar dan ginggiva.
- Jumlah dan distribusi
a. vertebrata rendah, mempunyai jumlah gigi sangat banyak
b. pisces, mempunyai gigi pada tulang rahang, palatin, dan faring
c. Amphibia, mempunyai gigi yang melekat pada tulang vomer, rahang atas, dan tulang palatin
d. Reptilia, gigi terdapat pada tulang palatin atau di rahang atas dan rahang bawah
e. Aves dan mamalia, gigi terdapat pada rahang atas dan rahang bawah
- Derajat Permanen
a. Vertebrata, mempunyai gigi pelifiodonbi (gigi yang terus berganti)
b. Mamalia, mempunyai gigi difiodonti (gigi berganti 2 kali), yaitu gigi susu dan gigi permanent.
c. Platypus( monotremata), mempunyai gigi monofiodonti (gigi yang tak berganti).
- Cara Pelekatan
Gigi melekat pada tulang rahang dengan jaringan ikat fibrosa. Cara pelekatan gigi terdiri dari 3 cara,
yaitu:
a. Akrodonti : melekat di puncak tulang rahang, misalnya terdapat pada Teleoster
b. Pleurodonti : melekat pada sisi dalam tulang rahang, misalnya terdapat pada katak, necturus, dan
kadal
c. Teledonti : akar gigi tertanam dalam alveoli (sokel) tulang rahang, misalnya pada buaya, burung
bergigi, mamalia dan beberapa ikan.
- Morfologi gigi, terdiri dari:
a. Homodonti : gigi yang bentuknya serupa, misalnya pada vertebrata, mamalia
b. Heterodonti: gigi yang bentuknya beda misal, mamalia yang mempunayi morfologi gigi sebagai
berikut:
1. Gigi seri (insisivus)
2. gigi taring (kaninus)
3. gigi geraham depan (premolar)
4. gigi geraham belakang (molar)
a. Jumlah gigi manusia 32 buah.
2-1-2-3 ½ belahan rahang atas
2-1-2-3 ½ belahan rahang bawah
IKPM
b. Gigi kelinci
3-1-3-1
3-1-2-1
c. Kucing
2-0-3-3
1-0-2-3
- Histologi gigi
Pada mamalia tiap gigi terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a. Mahkota (korana) dilapisi email
b. Leher (serviks)
c. Akar (radiks)
Kelenjar-kelenjar Pencernaan di luar Saluran Pencernaan
a. Hati (hepar)
Hati merupakan kelenjar ynag terbesar di dalam tubuh. Fungsi hati antara lain:
- mengahasilkan empedu (sebagai kelenjar eksokrin) yang terkumpul dalam kandung empedu,
- menyimpan lemak dan glikogen serta albumin,
- mensintesis protein plasma darah,
- detoksifikasi zat-zat toksis,
- merombak eritrosit yang rusak,
- eliminasi asam amino menjadi urea, menyimpan vitamin A dan B dan berperan dalam metabolisme
karbohidrat dan lemak
- menghasilkan suatu hormone
Hati terdiri atas beberapa belahan (lobus). Masing-masing lobus dibina oleh ratusan ribu lobulus yang
berbentuk heksagonal. Tiap lobulus dilapisi oleh jaringan ikat interlobular yang disebut kapsula Glisson.
Pada bagian tebgah lobulus hati terdapat vena sentralis, pita-pita sel hati yang bercabang atau
berantomosis tersusun radier terhadap vena sentralis. Diantar pita-pita sel hati terdapat sinusoid-sinusoid
darah yang tampak seperti celah-celah atau rongga. Pada dinding sinusoid terdapat sel kapiler yang
tergolong sebagai makrofage. Sudut antara lobuli-lobuli yang bersebelahan disebut segitiga Kiernann
yang berisi saluran porta, yaitu arteri, vena dan saluran empedu interlobular.
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral, berinti satu (75%) atau dua (25%). Sitoplasma mengandung
banyak butir glikogen. Sel-sel inilah yang menghasilkan empedu. Untuk sementara empedu disimpan
dalam kandung empedu(vesika fellea), disina empedu tersebut menjadi kental karena airnya diserap
kembali aleh dinding kandung empedu. Hormon kholesistokinin mengatur pengeluaran empedu ke usus
halus. Oleh ductus sistikus empedu disalurkan ke duktus kholedokhus yang bermuara di duodenum, dan
di tempat tersebut terjadi pengemulsian lemak. Kandung empedu berkembang pada kebanyakan
vertebrata. Ikan lamprey, kebanyakan burung, tikus dan ikan paus tidak mempunyai kandung empedu
hanya mengkonsumsi sedikit lemak dalam makanannya. Manusia masih dapat hidup selama bertahun-
tahun setelah kandung empedunya dibuang melalui pembedahan dengan syarat harus menghindari
lemak dalam dietnya.
Pankreas
Ciri-ciri:
- Kelenjar ini hanya terdapat pada vertebrata dan semua hewan vertebrata memilikinya.
- Pada Pisces, Amphibia dan Reptilia pancreas terletak di antara lambung dan duodenum, sedangkan
pada Aves dan Mammalia terletak diantara parsasenden dan desenden duodeni.
- Merupakan organ majemuk, karena menpunyai fungsi sebagai kelenjar eksokrin maupun sebagai
kelenjar endokrin.
- Bagian eksokrin. Merupakan kumpulan asini pancreas. Tiap asini berlumen sempit, dengan sel-sel
sekretori berbentuk pyramid. Bagian ini menghasilkan enzim protease, nuclease, amylase dan lipase,
Bagian endokrin. Merupakan pulau-pulau Langerhans, tersebar diantara kelenjar eksokrin. Bagian ini
terbentuk oleh sel, sel B
PERTANYAAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA
1. Sebutkan alat-alat pencernaan!
a. mulut
b. kerongkongan
c. lambung
d. usus halus
e. rectum
f. kantong empedu
g. pancreas
2. Di dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar pencernaan yang berperan penting pada proses
pencernaan. Sebutkan ketiga kelenjar tersebut beserta lokasi dan peranannya masing-masing!
a. Kelenjar parotis, terletak di dekat telinga. Berfungsi untuk menghasilkan ludah berbenuk cair
b. Kelenjar submaksilaris, terletak di rahang atas. Berfungsi untuk membasahi makanan alam mulut
c. Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah. Berfungsi untuk membasahi makanan alam mulut.
3. Bagaimana peranan lidah dalam proses pencernaan makanan di dalam mulut?
a. mengecap atau merasakan makanan
b. membolak-balik makanan
4. Gigi merupakan salah satu alat pencernaan yang membantu proses pencernaan di dalam mulut.
Perhatikan gambar gigi berikut!

Keterangan gambar:
A. Puncak gigi
B. Leher gigi
C. Akar gigi
1. Email
2. Dentin
3. Rongga pulpa
4. Gusi
5. Sementum
6. Tulang rahang
7. Pembuluh darah dan syaraf yang mensuplai rongg pulpa.
5. Gigi dibedakan menjadi 2 yaitu gigi susu dan gigi tetap. Apa beda diantara keduanya?
Gigi susu merupakan gigi pertama yang tumbuh dan bisa tanggal. Jika tanggal bisa tumbuh kembali,
berjumlah 20 buah
Gigi tetap merupakan gigi yang jika tanggal tidak dapat tumbuh kembali dan jumlahnya 32 buah.
6. Esofagus atau kerongkongan merupakan saluran panjang, merupakan jalan makanan dari mulut
menuju lambung. Apa spesifikasi dan fungsi esophagus?

Laboratorium Operasi Teknik Kimia - FT UNTIRTA Hal. 1 dari 8


PETUNJUK PRAKTIKUM
UREA FORMALDEHID
I. PENDAHULUAN
Resin urea-formaldehid merupakan produk yang sangat penting saat ini di bidang plastik,
pelapisan dan perekat. Hasil reaksi antara urea dan formaldehida adalah resin yang termasuk ke dalam
golongan thermosetting, artinya mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, tidak dapat melarut dan
tidak dapat meleleh. Di bidang plastik, resin urea formaldehid merupakan bahan pendukung resin
fenolformaldehid
yang penting karena dapat memberikan warna-warna terang. Selain itu, laju pengerasan
pada temperatur kamar yang cepat membuat resin ini cocok digunakan sebagai perekat.
Reaksi antara urea dan formaldehid yang menghasilkan resin urea-formadehid merupakan
salah satu contoh reaksi polimerisasi yang dapat dipelajari dengan mudah dan sederhana di
laboratorium. Melalui percobaan ini, praktikan diharapkan dapat memahami proses polimerisasi seperti
pembentukan monomer/dimer dan pembentukan rantai polimer, khususnya yang melibatkan reaksireaksi
yang terlibat dalam pembentukan resin urea-formaldehid.
II. DASAR TEORI
2.1 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam membuat resin urea-formaldehid adalah urea dan
formaldehid (formalin). Urea diproduksi secara besar-besaran melalui sintesis amoniak dan
karbondioksida. Kedua reaktan ini dicampurkan pada tekanan tinggi menghasilkan ammonium
karbamat. Amonium karbamat selanjutnya dipekatkan pada evaporator vakum menghasilkan urea.
Formaldehid atau metanal adalah anggota senyawa aldehida yang pertama. Pada kondisi
ruangan, formaldehi murni berada dalam fasa gas. Karena itu formaldehid disimpan dalam bentuk
larutan yang mengandung 37% hingga 50% berat HCHO. Formaldehid diproduksi secara besarbesaran
melalui reaksi oksidasi gas alam (metana) atau hidrokarbon alifatik ringan.
2.2 Reaksi Urea dan Formaldehid
Reaksi antara urea dan formaldehid dengan katalis basa dapat menghasilkan mono-metilol urea
sebagai monomer reaktan reaksi pembentukan polimer urea-formaldehid. Basa yang digunakan
dapat berupa barium hidroksida ataupun kalium hidroksida
Laboratorium Operasi Teknik Kimia - FT UNTIRTA Hal. 2 dari 8
Dimetilol urea juga dapat dibuat dengan cara yang sama tetapi menggunakan dua buah molekul
formaldehid. Baik mono-metilol urea maupun dimetilol urea larut dalam air sehingga reaksi
pembentukannya dilaksanakan dalam fasa pelarut air. Tahap reaksi pembentukan mono-metilol urea
dan dimetilol-urea biasa dikenal dengan sebutan tahap pembuatan intermediate.
Kondensasi lanjut akan menghasilkan jembatan metilen antara dua molekul urea. Jenis
kondensasi ini dapat berlanjut terus menghasilkan rantai lurus.
Reaksi penggabungan dua buah mono-metilol urea menghasilkan suatu molekul air. Apabila air
tersebut dikeluarkan dari sistem reaksi, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser kea rah
pembentukan polimer.
Reaksi urea dan formaldehida pada pH di atas 7 adalah reaksi metiolasi, yaitu reaksi adisi
formaldehida pada gugus amino dan amido dari urea, menghasilkan metilol urea. Turunan-turunan
metilol merupakan monomer reaktan reaksi polimerisasi kondensasi. Mula-mula polimer yang
dihasilkan masih berupa polimer rantai lurus dan larut dalam air. Semakin lanjut reaksi berlangsung,
reaksi polimerisasi membentuk polimer tiga dimensi dan kelarutannya dalam air semakin berkurang.
Pada proses curing, reaksi kondensasi tetap berlangsung terus dan polimer membentuk rangkaian tiga
dimensi yang sangat kompleks sehingga terbentuk thermosetting resin.
Hasil dan laju reaksi, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor : perbandingan jumlah mol reaktan,
katalis (pH sistem reaksi), temperatur, dan waktu reaksi. Kondisi reaksi ini sangat menentukan jenis
produk yang dihasilkan, sehingga pada kondisi yang berbeda akan dihasilkan prouduk yang
mempunyai sifat fisik, kimia dan mekanik yang berbeda pula. Karena itu kondisi operasi ditentukan
oleh produk akhir yang dikehendaki.
Pada prinsipnya pembuatan produk-produk urea-formaldehid dapat dilaksanakan dalam
beberapa tahap berikut ini :
Laboratorium Operasi Teknik Kimia - FT UNTIRTA Hal. 3 dari 8
1. Tahap pembuatan intermediate, yaitu sampai diperoleh resin yang masih berupa cairan atau
yang larut dalam air/pelarut lain.
2. Tahap persiapan (preparation sebelum proses curing), yaitu penambahan bahan-bahan lain
seperti filler dls.
3. Tahap curing, yaitu proses terakhir yang dipengaruhi oleh katalis, panas dan tekanan tinggi.
Pada proses ini, resin diubah menjadi resin thermosetting.
III. TUJUAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini akan dipelajari pengaruh perubahan kondisi operasi berupa konsentrasi
reaktan, temperatur, pH sistem, dan lamanya proses terhadap kecepatan reaksi dan hasil reaksi dari
proses pembuatan intermediate.
IV. DESKRIPSI ALAT
Peralatan utama yaitu reaktor urea-formaldehid yang dibuat oleh Yayasan Teknik Kimia – ITB
adalah berupa :
1. Reaktor gelas dengan volum kerja maksimum 2 liter. Dalam reaktor gelas ini reaksi pembuatan
intermediate dilaksanakan.
2. Perlangkapan reaktor berupa pengaduk, termometer, alat pencuplik dan kondenser yang
ditempatkan pada flens penutup reaktor gelas. Flens akan menutup rapat reaktor dan uap hanya
dapat keluar melalui kondenser. Di dalam kondenser, uap dikondensasi dan dikembalikan ke
dalam reaktor sebagai refluks.
3. Waterbath, yang digunakan untuk menciptakan temperatur lingkungan reaktor yang tetap.
Peralatan pendukung yang harus disediakan untuk keperluan analisis adalah :
4. Alat ukur densitas cairan.
5. Alat titrasi untuk mengukur kadar formaldehid yang tersisa.
6. Alat ukur viskositas, stabilitas, stroke-cure resin
7. Alat penentuan kadar resin secara gravimetri.
V. CARA KERJA
Tahapan percobaan pembuatan resin urea-formaldehid adalah sbb :
1. Susun peralatan sesuai sketsa gambar, periksa apakah setiap komponen peralatan dapat
bekerja sesuai fungsinya.
2. Siapkan peralatan untuk analisis. Sebaiknya disediakan botol-botol pencuplik agar cuplikan
dapat diambil sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Laboratorium Operasi Teknik Kimia - FT UNTIRTA Hal. 4 dari 8
3. Siapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk reaksi. Jumlah bahan-bahan tersebut harus
terlebih dahulu ditentukan dengan tepat sesuai dengan produk yang ingin diperoleh.
4. Lakukan percobaan reaksi kondensasi. Secara rinci, prosedur percobaan reaksi kondensasi
dijabarkan pada lampiran. Kelangsungan reaksi dapat diamati dengan mengambil cuplikan
setiap selang waktu tertentu, kemudian ditentukan kadar formaldehid bebasnya secara
titrasi. Pada saat kadar formaldehid bebas telah menunjukkan harga yang konstan, reaksi
dihentikan.
Laboratorium Operasi Teknik Kimia - FT UNTIRTA Hal. 5 dari 8
DAFTAR PUSTAKA
1. Praptowidodo, V.S., “Urea Formaldehida”, Kumpulan Petunjuk Praktikum, Laboratorium
Instruksional Jurusan Teknik Kimia ITB, TK-ITB,______
2. D’Alelio, G.F., Experiment Plastics and Syntetic Resin, John Wiley & Sons, Inc, New York (1955)
3. Schildkneht, C.E., Polymer Processes, High Polymer Vol X, 295 – 326, Interscience Publisher Inc.,
New York, London (1956)
4. Ellis, C., The Chemistry of Synthetic Resin, Reinhold Publisher Co. hal. 564 – 639.
Laboratorium Operasi Teknik Kimia - FT UNTIRTA Hal. 6 dari 8
LAMPIRAN A : PROSEDUR PERCOBAAN
A.1 Tahap Pembuatan Intermediate
1. Masukkan formalin ke dalam reaktor sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.
2. Tambahkan amoniak pekat (sebagai katalis) sebanyak 5% dari campuran total, dan tambahkan
buffering agent berupa Na2CO3.H20 sebanyak 5% dari jumlah katalis. Bila diperlukan,
tambahkan bahan pembantu lainnya.
3. Campuran diadu sampai merata dan ambil sampel no. 0 (nol)
4. Tambahkan urea sejumlah yang telah ditentukan, campur hingga merata dan ambil sampel no. 1.
5. Siapkan reaktor dengan menutup reaktor gelas dengan flens, tempatkan condenser, termometer
dan pencuplik pada tempat yang sudah disediakan.
6. Tempatkan reaktor ke dalam waterbath yang telah berisi air dengan temperatur yang di
inginkan. Jalankan pengaduk dan tunggu hingga uap dalam reaktor dikondensasi (terjadi
refluks).
7. Pada saat terjadi refluks, ambil sampel no. 2. Aturlah pemanas agar laju refluks sangat perlahanlahan.
8. Selama reaksi berlangsung, ambil sampel setiap selang waktu tertentu, misalnya setiap 15 menit.
9. Setelah waktu yang ditentukan, reaksi dihentikan dengan mendinginkan reaktor pada temperatur
kamar.
10. Setiap kali pengambilan sampel, sampel haru segera didinginkan terlebih dahulu pada
temperatur kamar sebelum dianalisis.
11. Analisis sampel sesuai dengan tugas yang ditemukan.
A.2 Analisis Kadar Formaldehid Bebas Menggunakan Sodium Sulfat
Reaksi kimia yang mendasari analisis ini adalah reaksi antara formaldehid dengan natrium sulfit
sehingga terbentuk garam natrium sulfonat dan natrium hidroksida.
Karena reaksi ini bersifat searah dan berlangsung cepat, maka jumlah natrium hidroksida
terbentuk ekivalen dengan jumlah formaldehid sisa. Dengan demikian, penentuan jumlah
formaldehid sisa dapat dilakukan melalui penentuan jumlah NaOH dengan cara titrasi asam basa
biasa.
Prosedur analisis ini adalah sbb.
Laboratorium Operasi Teknik Kimia - FT UNTIRTA Hal. 7 dari 8
1. Satu ml sampel dilarutkan ke dalam 5 ml alcohol dalam sebuah erlenmeyer, kemudian
tambahkan 3 s/d 5 tetes indikator correlin. Tutup erlenmayer tsb agar tidak ada uap yang
keluar labu.
2. Agar tidak ada asam atau basa dalam campuran, titrasi sampel dengan menggunakan
basa/asam hingga sampel benar-benar netral. Titik netral diindikasi oleh perubahan warna
sampel akibat adanya indikator correlin. Bila perlu lakukan titrasi berlebih (over-titration) dan
titrasi balik (back-titration) agar titik netral benar-bener tercapai.
3. Ke dalam sampel yang telah benar-bener netral, tambahkan 25 ml larutan 2 N natrium sulfit
(segar) dan biarkan kira-kira 10 menit sambil dikocok.
4. Titrasi larutan menggunakan larutan asam standar misalnya larutan H2SO4.
5. Lakukan analisis paling sedikit dua kali (duplo).
6. Perhitungan :
A.3 Pengujian pH larutan menggunakan kertas indikator
Celupkan kertas indikator pH ke dalam larutan (sampel), perubahan warna pada kertas pH
disesuaikan pada warna – warna standar yang sesuai dengan harga pH-nya.
A.4 Penentuan viskositas cairan dengan alat viskometer Oswald pada tempertatur konstan
Perhitungan untuk kalibrasi viskometer :
St
N
K
.

Dimana :
K = konstanta viskosimeter
S = specific gravity air murni pada temperatur tertentu
t = waktu alir air, dalam detik
N = viskositas air pada temperatur tertentu
Perhitungan untuk viskositas cairan :
cp = K S t
Laboratorium Operasi Teknik Kimia - FT UNTIRTA Hal. 8 dari 8
dimana :
K = konstanta viskosimeter
S = specific gravity cairan pada temperatur percobaan
t = waktu alir cairan, dalam detik
A.5 Penentuan waktu Curring
1. Cawan porselen yang bermulut lebar (diameter 10 cm) dipanaskan pada temperatur kira–kira
140 oC selama setengah jam, kemudian diinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang (G1).
2. Timbang kira – kira 10 gram resin sampel dan ditempatkan ke dalam cawan tersebut.
3. Panaskan cawan dan resin pada temperatur 140 oC selama 1 jam kemudian diinginkan dalam
eksikator hingga mencapai temperatur kamar dan timbang (G2).
4. Panaskan kembali cawan dan resin pada temperatur 140 oC selama 1 jam kemudian diinginkan
dalam eksikator hingga mencapai temperatur kamar dan timbang (G3).
5. Panaskan selama setengah jam (seperti pada tahap 3), diinginkan hingga temperatur kamar dan
timbang (G4).
6. Kadar resin dapat dihitung melalui persamaan :
berat re sampel
GG
re
sin
41
% sin


7. Lakukan analisis paling sedikit dua kali (duplo).
A.6 Penentuan densitas cairan menggunakan viskometer
1. Kalibrasi piknometer dengan air murni, untuk menentukan piknometer pada temperatur
percobaan.
2. Timbang piknometer berisi penuh sampel.
3. Hitung densitas cairan melalui persamaan :
volum piknometer
berat sampel
densitas 

Hukum Kekekalan Momentum


 Sunday Nov 9,2008 12:12 AM
 By san
 In Impuls dan Momentum
Pada pokok bahasan Momentum dan Impuls, kita telah berkenalan dengan konsep momentum serta
pengaruh momentum benda pada peristiwa tumbukan. Pada kesempatan ini kita akan meninjau
momentum benda ketika dua buah benda saling bertumbukan. Ingat ya, momentum merupakan hasil
kali antara massa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut. Jadi momentum suatu benda selalu
dihubungkan dengan massa dan kecepatan benda. Kita tidak bisa meninjau momentum suatu benda
hanya berdasarkan massa atau kecepatannya saja. Pahami baik-baik konsep ini ya….
Pernahkah anda menonton permainan biliard ? lebih baik lagi jika dirimu adalah
pemain biliard tuh gambarnya di samping kiri… biasanya pada permainan billiard, kita berusaha untuk
memasukan bola ke dalam lubang. Bola yang menjadi target biasanya diam. Jika anda perhatikan
secara cermat, kecepatan bola biliard yang disodok menuju bola biliard target menjadi berkurang setelah
kedua bola biliard bertumbukan. Sebaliknya, setelah bertumbukan, bola biliard yang pada mulanya diam
menjadi bergerak. Berhubung massa bola biliard selalu tetap, maka yang mengalami perubahan adalah
kecepatan. Karena bola billiard yang disodok mengalami pengurangan kecepatan setelah tumbukan,
maka tentu saja momentumnya juga berkurang. Jika momentum bola billiard yang disodok berkurang,
kemanakah momentumnya pergi ? bisa kita tebak, momentum yang hilang pada bola billiard yang
disodok berpindah ke bola billiard target. Kok bisa ? ya iyalah bola billiard target kan pada mulanya
diam, sehingga momentumnya pasti nol. Setelah bertumbukkan, bola billiard tersebut bergerak. Karena
bergerak, maka tentu saja bola billiard target memiliki momentum. Jadi momentum bola billiard yang
disodok tadi berpindah ke bola billiard target. Dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa perubahan
momentum pada kedua bola billiard setelah terjadi tumbukan disebabkan karena adanya “perpindahan
momentum” dari satu bola billiard ke bola biliard lainnya.
Nah, sekarang pahami penjelasan gurumuda ini baik2 ya….. Pada saat sebelum tumbukan, bola billiard
target diam sehingga momentumnya = 0, sedangkan bola billiard yang disodok bergerak dengan
kecepatan tertentu; bola billiard yang disodok memiliki momentum. Setelah terjadi tumbukan, kecepatan
bola billiard yang disodok berkurang; karenanya momentumnya juga berkurang. Sebaliknya, bola billiard
target yang pada mulanya diam menjadi bergerak setelah terjadi tumbukan. Karena bergerak maka kita
bisa mengatakan bahwa momentum bola billiard target “bertambah”. Dapatkah kita menyimpulkan
bahwa jumlah momentum kedua bola billiard tersebut sebelum tumbukan = jumlah momentum kedua
bola billiard setelah tumbukan ?
Jika bingung, dibaca perlahan-lahan sambil dipahami ya…. bagi yang belum pernah melihat atau
bermain bola billiard, anda pasti kebingungan dengan penjelasan di atas. Oleh karena itu, segera beli
dua buah kelereng pada warung atau toko terdekat…. dan lakukan percobaan berikut. Letakkan sebuah
kelereng pada permukaan lantai yang datar. Setelah itu, tembakkan kelereng yang diam tersebut
menggunakan kelereng lainnya dari jarak tertentu. Jika meleset, ulangi sampai kedua kelereng
bertumbukan. Amati secara saksama kecepatan gerak kelereng tersebut. Setelah kedua kelereng
bertumbukan, kelereng yang pada mulanya diam (tidak memiliki momentum) pasti bergerak (memiliki
momentum). Sebaliknya, kelereng yang anda kutik tadi pasti kecepatannya berkurang setelah tumbukan
(momentumnya berkurang). Dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa momentum kelereng yang
dikutik berkurang karena sebagian momentumnya berpindah ke kelereng target yang pada mulanya
diam. Dapatkah kita menyimpulkan bahwa jumlah momentum kedua kelereng sebelum tumbukan =
jumlah momentum kedua kelereng setelah tumbukan ?
Alangkah baiknya jika dirimu melakukan percobaan menumbukkan dua bola (mirip bola billiard) di atas
permukaan meja getar. Syukur kalau di laboratorium sekolah-mu ada meja getar. Pada percobaan
menumbukan dua bola di atas permukaan meja getar, kita mengitung kecepatan kedua bola sebelum
dan setelah tumbukan. Massa bola tetap, sehingga yang diselidiki adalah kecepatannya. Frekuensi
getaran meja = frekuensi listrik PLN (50 Hertz). Karena telah diketahui frekuensi getaran meja, maka kita
bisa menentukan periode getaran meja. Nah, waktunya sudah diketahui, sekarang tugas kita adalah
mengukur panjang jejak bola ketika bergerak di atas meja getar. Karena meja bergetar setiap 0,02 detik
(1/50), maka ketika bergerak di atas meja, bola pasti meninggalkan jejak di atas meja yang sudah kita
lapisi dengan kertas karbon. Jarak antara satu jejak dengan jejak yang lain; yang ditinggalkan bola setiap
0,02 detik kita ukur. Setelah memperoleh data jarak tempuh bola, selanjutnya kita bisa menghitung
kecepatan gerak kedua bola tersebut, baik sebelum tumbukan maupun setelah tumbukan. selanjutnya
kita hitung momentum kedua bola sebelum tumbukan (p = mv) dan momentum kedua bola setelah
tumbukan (p’ = mv’). Jika percobaan dilakukan dengan baik dan benar, maka kesimpulan yang kita
peroleh adalah total momentum dua benda sebelum tumbukan = total momentum kedua benda tersebut
setelah tumbukan.
Jika di laboratorium sekolah anda tidak ada meja getar, coba pahami ilustrasi bola biliard atau kelereng
di atas secara saksama. Jika sudah paham, anda pasti setuju kalau gurumuda mengatakan bahwa
jumlah momentum kedua benda sebelum tumbukan = jumlah momentum kedua benda setelah
tumbukan. Pada ilustrasi di atas, sebelum tumbukan salah satu benda diam. Pada dasarnya sama saja
bila dua benda sama-sama bergerak sebelum tumbukan. Kecepatan gerak kedua benda tersebut pasti
berubah setelah tumbukan, sehingga momentum masing-masing benda juga mengalami perubahan.
Kecuali jika massa dan kecepatan dua benda sama sebelum kedua benda tersebut saling bertumbukan.
Biasanya total momentum kedua benda sebelum tumbukan = total momentum kedua benda setelah
terjadi tumbukan.
Penjelasan panjang lebar dan bertele-tele di atas hanya mau mengantar dirimu untuk memahami inti
pokok bahasan ini, yakni Hukum Kekekalan Momentum. Tidak peduli berapapun massa dan kecepatan
benda yang saling bertumbukan, ternyata momentum total sebelum tumbukan = momentum total setelah
tumbukan. Hal ini berlaku apabila tidak ada gaya luar alias gaya eksternal total yang bekerja pada benda
yang bertumbukan. Jadi analisis kita hanya terbatas pada dua benda yang bertumbukan, tanpa ada
pengaruh dari gaya luar. Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.

< ![endif]-->
Jika dua benda yang bertumbukan diilustrasikan dengan gambar di atas, maka secara matematis,
hukum kekekalan momentum dinyatakan dengan persamaan :

< ![endif]-->
Keterangan :
m1 = massa benda 1, m2 = massa benda 2, v1 = kecepatan benda 1 sebelum tumbukan, v2 = kecepatan
benda 2 sebelum tumbukan, v’1 = kecepatan benda 1 setelah tumbukan, v’2 = kecepatan benda 2
setelah tumbukan
Jika dinyatakan dalam momentum, maka :
m1v1 = momentum benda 1 sebelum tumbukan, m2v2 = momentum benda 2 sebelum tumbukan, m1v‘1 =
momentum benda 1 setelah tumbukan, m2v‘2 = momentum benda 2 setelah tumbukan
Perlu anda ketahui bahwa Hukum Kekekalan Momentum ditemukan melalui percobaan pada
pertengahan abad ke-17, sebelum eyang Newton merumuskan hukumnya tentang gerak (mengenai
Hukum II Newton versi momentum telah saya jelaskan pada pokok bahasan Momentum, Tumbukan dan
Impuls). Walaupun demikian, kita dapat menurunkan persamaan Hukum Kekekalan Momentum dari
persamaan hukum II Newton. Yang kita tinjau ini khusus untuk kasus tumbukan satu dimensi, seperti
yang dilustrasikan pada gambar di atas.
Kita tulis kembali persamaan hukum II Newton :

< ![endif]-->
Ketika bola 1 dan bola 2 bertumbukan, bola 1 memberikan gaya pada bola 2 sebesar F 21, di mana arah
gaya tersebut ke kanan (perhatikan gambar di bawah)

< ![endif]-->
Momentum bola 2 dinyatakan dengan persamaan :

< ![endif]-->
Berdasarkan Hukum III Newton (Hukum aksi-reaksi), bola 2 memberikan gaya reaksi pada bola 1, di
mana besar F12 = – F21. (Ingat ya, besar gaya reaksi = gaya aksi. Tanda negatif menunjukan bahwa arah
gaya reaksi berlawanan dengan arah gaya aksi)
Momentum bola 1 dinyatakan dengan persamaan :
< ![endif]-->
< ![endif]-->
Ini adalah persamaan Hukum Kekekalan Momentum. Hukum Kekekalan Momentum berlaku jika gaya
total pada benda-benda yang bertumbukan = 0. Pada penjelasan di atas, gaya total pada dua benda
yang bertumbukan adalah F12 + (-F21) = 0. Jika nilai gaya total dimasukan dalam persamaan
momentum :

< ![endif]-->
Hal ini menunjukkan bahwa apabila gaya total pada sistem = 0, maka momentum total tidak berubah.
Yang dimaksudkan dengan sistem adalah benda-benda yang bertumbukan. Apabila pada sistem
tersebut bekerja gaya luar (gaya-gaya yang diberikan oleh benda di luar sistem), sehingga gaya total
tidak sama dengan nol, maka hukum kekekalan momentum tidak berlaku.
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa :
Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda yang bertumbukan, maka jumlah
momentum benda-benda
sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum benda-benda setelah tumbukan.
Ini adalah pernyataan hukum kekekalan momentum

Anda mungkin juga menyukai