A. DESKRIPSI
Fisika adalah ilmu yang mempelajari mengenai gejala gejala serta peristiwa
yang terjadi di alam dan interaksi yang terjadi di dalamnya seperti gerak , kalor, cahaya
dan materi, peristiwa fisika dapat di amati tetapi dengan mengamati saja data yang
yang di hasilkan kurang akurat sehingga di butuhkan pengamatan dengan
menggunakan data kuantitatif melalui pengukuran dan untuk memahami data tersebut
dubutuhakan pemahaman dengan besaran besaran yang digunakan. Pada Kegiatan ini
kita akan memahami mengenai konsep besaran dan melakukan pengukuran secara
benar dan akurat dan penjabaran besaran tersebut dalam bentuk vektor
B. PRASYARAT
Agar dapat mempelajari modul ini terlebih dahalu anda harus telah memahami konsep
dasar besaran sebagaimana dijelaskan ketika Anda di SMP.
a.Bacalah dan pahami dengan seksama uraian materi uraian materi yang ada pada
masing masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, siswa dapat
bertanya pada guru atau instruktur
b. Pahamilah kompetensi dan indikator yang hendak dicapai dalam modul Anda.
c.Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik perhatikan hal hal
berikut
1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja yang berlaku
2. Pahami setiap langkah kerja ( Prosedur praktikum) dengan baik
3. Sebelem melaksanakan praktikum, identifikasi ( tentukan peralatan dan bahan
yang dibutuhkan secara cermat.
4. Gunakan alat sesuai dengan prosedur yang benar
5. Untuk melakukan kegiatan yang belum jelas, harus meminta ijin guru terlebih
dahulu
6. Setelah selesai, kembalikan alat dan bahan ketempat semula
d. Perhatikalah langakah-langkah dalam setiap contoh penyelesaian soal.
e. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah kepada
teman atau guru Anda
f. Kerjakan tes uji kemampuan pada setiap kegaiatan belajar lalu cocokan jawaban
Anda dengan kunci jawaban yang tersedia pada modul dan jika perlu lakukan
penghitungan skor hasil belajar Anda
g.Kerjakanlah soal-soal evaluasi akhir
7
2. Petunjuk bagi Guru
Dalam setiap kegiatan belajar guru berperan untuk:
a. Membantu siswa dalam kegiatan proses belajar
b. Membimbing siswa melalui tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar
c. Membantu siswa dalam memahami konsep, praktik dan menjawab pertanyaan siswa
mengenai proses belajar siswa.
d. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber belajar lain untuk belajar
e. Mengorganisasikan kegiatan kelompok belajar jika diperlukan.
D. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya
2. Kompetensi Dasar
Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu)
E. Indikator
KEGIATAN BELAJAR I
7
BESARAN DAN SATUAN.
* Sistem Satuan
Sistem satuan metrik, dibedakan atas :
- statis
- dinamis
Sistem (satuan) Internasional (SI) adalah sistem satuan yang terstandar secara
Internasional, berikut standar Internasional satuan tiga besaran pokok yang utama
7
Panjang 1 meter pada meter standar masih dirinci menjadi:
1 meter = 10 desimeter
1 desimeter = 10 centimeter
1 centimeter = 10 milimeter
Konversi satuan panjang:
1 mikrometer = 10-6 m
1 nanometer (nm) = 10-9 m
Contoh Soal 1
7
ato a 10 -18
* Dimensi
Dimensi Primer yaitu :
M : untuk satuaan massa.
L : untuk satuan panjang.
T : untuk satuan waktu.
Dimensi Sekunder adalah dimensi dari semua besaran yang dinyatakan dalam
massa, panjang dan waktu.
contoh : - Dimensi gaya : M L T-2
- Dimensi percepatan : L T-2
Catatan : Semua besaran fisis dalam mekanika dapat dinyatakan dengan tiga besaran
pokok ( Dimensi Primer ) yaitu panjang, massa dan waktu.
Kegunaan dimensi :
Untuk Checking persamaan-persamaan fisika, dimana dalam setiap persamaan dimensi
ruas kiri harus sama dengan dimensi ruas kanan.
Contoh Soal 2
Dimensi energi potensial adalah ........
A . MLT -1
B . MLT -2
C . ML -1T -2
D . ML 2 T -2
E . ML -2T -2
Kunci : D
Penyelesaian :
Rumus Energi Potensial :
E=m.g.h
Untuk mencari dimensinya kita hitung satuannya
Energi = massa . gravitasi . tinggi
= kg . m/detik . m
= kg . m/detik
Jadi dimensinya = M . L 2 . T -2
ANGKA - ANGKA PENTING .
Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut ANGKA PENTING ,
terdiri atas angka-angka pasti dan angka-angka terakhir yang ditaksir ( Angka
taksiran ).
Hasil pengukuran dalam fisika tidak pernah eksak, selalu terjadi kesalahan pada waktu
mengukurnya. Kesalahan ini dapat diperkecil dengan menggunakan alat ukur yang
lebih teliti.
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
Contoh : 14,256 ( 5 angka penting ).
2. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka
penting. Contoh : 7000,2003 ( 8 angka penting ).
7
3. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir,
tetapi terletak di depan tanda desimal adalah angka penting.
Contoh : 70000, ( 5 angka penting).
4. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di
belakang tanda desimal adalah angka penting.
Contoh : 23,50000 ( 7 angka penting ).
5. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak
dengan tanda desimal adalah angka tidak penting.
Contoh : 3500000 ( 2 angka penting ).
6. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah angka
tidak penting.
Contoh : 0,0000352 ( 3 angka penting ).
Contoh Soal 3
Seorang anak mengukur panjang tali diperoleh angka 0,50300 m, maka jumlah angka penting
dari hasil pengukuran tersebut adalah .....
7
A. 8 D.3
B.5 E.2
C.4
Kunci : B
Penyelesaian :
Angka penting adalah angka yang diperoleh dari hasil pengukuran termasuk angka terakhir
angka yang ditaksir.
. Semua angka bukan nol adalah angka penting
. Angka nol disebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting
. Angka nol diantara angka bukan nol adalah angka penting
. Angka nol disebelah kiri angka bukan nol angka penting
7
LATIHAN
A . 80cm
B . 81 cm
C . 80,2 cm
D . 80,28 cm
E . 80,80cm
4. Seorang siswa mengukur diameter sebuah lingkaran hasilnya adalah 8,50 cm. Keliling
lingkarannya dituliskan menurut aturan angka penting adalah ... ( = 3,14).
A. 267 cm
B. 26,7 cm
C. 2,67 cm
D. 0.267 cm
E. 0,0267 cm
5. . Seorang anak mengukur panjang tali dan diperoleh angka 0,50300 m.Jumlah angka
penting dari hasil pengukuran tersebut adalah....
A. 2 angka penting D. 5 angka penting
B. 3 angka Penting E. 6 angka penting
C. 4 angka Penting
KEGIATAN BELAJAR II
PENGUKURAN
35
* Alat ukur panjang dan ketelitiannya
1. Mistar
Mistar yang skala terkecilnya 1 mm disebut mistar berskala mm, sedangkan mistar
yang skala terkecilnya 1 cm disebut mistar berskala cm. Dalam kehidupan sehari-
hari, kita biasanya menggunakan mistar berskala mm (Gambar 1.1). Satu skala
terkecil mistar ini adalah 1 mm. Oleh karena itu, ketelitian mistar berskala mm
adalah 1 mm atau 0,1 cm.
Untuk membaca hasil pengukuran, posisi mata harus berada pada garis yang tegak
lurus terhadap posisi skala alat ukur. Ketika mengukur panjang dengan
menggunakan mistar, posisi mata harus terletak pada garis yang tegak lurus mistar
2. Jangka sorong
3. Untuk mengukur panjang dengan ketelitian 0,1 mm digunakan jangka sorong
(Gambar 1.2). Jangka sorong terdiri dari dua pasang rahang. Pasangan rahang
pertama digunakan untuk mengukur diameter dalam, sedangkan pasangan rahang
kedua digunakan untuk mengukur diameter luar. Di samping itu, ujung jangka
sorong dapat digunakan untuk mengukur kedalaman lubang, misalnya kedalaman
lubang sebuah botol. Dari pasangan rahang ini terdapat rahang yang tidak dapat
bergerak (rahang tetap) dan rahang yang dapat bergerak (rahang bergerak). Pada
rahang tetap terdapat skala utama dalam satuan cm dan mm. Pada rahang geser
terdapat skala pendek yang dibagi menjadi 10 bagian yang sama. Skala ini disebut
nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius adalah 9 mm, sehingga panjang 1
skala nonius adalah 0,9 mm.
Gambar 1.2 menunjukkan kedudukan skala utama dan skala nonius sebuah jangka
sorong. Bagaimanakah cara membaca hasil pengukuran dengan jangka sorong?
Pertama, perhatikan angka nol pada skala nonius. Catatlah nilai skala utama sebelum
angka nol pada skala nonius, misalnya 5,20 cm. Selanjutnya, carilah garis pada skala
nonius yang berimpit dengan garis pada skala utama. Jika garis yang berimpit ini
adalah garis ke-n, maka tambahkan angka 0,0n ke dalam angka yang telah Anda catat
35
sebelumnya. Misalnya, jika garis yang berimpit adalah garis ke-4, maka hasil
pengukurannya adalah 5,20 cm + 0,04 cm = 5,24 cm.
c.Mikrometer Sekrup
Untuk mengukur panjang benda sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm
digunakan mikrometer sekrup (Gambar 1.3). Mikrometer sekrup memiliki dua macam
skala, yaitu skala utama dan skala melingkar. Bagian utama mikrometer sekrup adalah
sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar atau biasa disebut bidal.
Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian
yang sama. Jika silinder pemutar diputar satu putaran penuh, maka poros akan
bergerak sejauh 0,5 mm. Mengingat silinder pemutar memiliki 50 skala, maka kalau
silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser 0,5 mm/50 = 0,01 mm =
0,001 cm. Mikrometer sekrup pada Gambar 1.3 menghasilkan pembacaan 7,24 mm.
Hasil ini berasal dari bacaan pada 7 mm pada skala utama ditambah 0,24 pada skala
melingkar.
Ada beberapa jenis neraca. Jenis neraca yang sering digunakan di laboratorium
adalah neraca yang memiliki tiga lengan berskala yang dilengkapi dengan beban geser,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.9. Lengan paling belakang berskala 0 g 500 g,
dengan skala terkecil 100 g; lengan di depannya berskala 0 g 100 g, dengan skala
terkecil 10 g; dan lengan paling berskala 0 g 10 g, dengan skala terkecil 0,1 g. Di
samping itu, ada pula neraca yang memiliki empat lengan.
Benda yang akan diukur massanya diletakkan pada piringan yang tersedia. Untuk
mengetahui massa benda, beban pada lengan-lengan neraca diatur sedemikian rupa
sehingga terjadi keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan jumlah massa
yang ditunjukkan pada beban geser.
Pengukuran massa di laboratorium dapat juga dilakukan dengan menggunakan
neraca dua lengan atau neraca berlengan sama (Gambar 1.10). Massa benda yang
diukur diletakkan pada salah satu piringan. Pada piringan yang lain diletakkan beberapa
anak timbangan untuk membuat keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan
jumlah massa anak timbangan yang digunakan untuk membuat keseimbangan.
35
Gambar 1.4 Neraca lengan.
35
Untuk mengukur selang waktu yang sangat singkat, misalnya untuk mencatat
lomba lari 200 meter, biasanya digunakan stopwatch. Ada dua macam stopwatch, yaitu
stopwatch analog (Gambar 1.13a) dan stopwatch digital (Gambar 1.13b).
35
Kesalahan titik nol, kesalahan ini terjadi karena titik nol skala
tidak tepat berimpit dengan titik nol jarum penunjuk atau
kegagalan mengembalikan jarum penunjuk ke nol sebelum
melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat diatasi dengan
melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran
Kesalahan komponen alat, misalnya pada alat ukur yang
memiliki pegas, terjadi karena makin lama dipakai pegas
semakin lemah atau terjadi gesekan antara jarum dengan
bidang skala
4. Kesalahan pandangan/paralak, kesalahan ini timbul apabila
pada waktu membaca skala, mata pengamat tidak tegak lurus
di atas jarum penunjuk/skala
5. Keadaan saat bekerja, pemakaian alat dalam keadaan yang
berbeda dengan keadaan pada waktu alat dikalibrasi (pada
suhu, tekanan, dan kelembapan udara yang berbeda) akan
menyebabkan terjadinya kesalahan. Kesalahan sistematik
menyebabkan hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil
yang sebenarnya dan simpangan ini mempunyai arah tertentu
* Ketidakpastian Mutlak x
Ketidakpastian mutlak berhubungan dengan ketepatan
pengukuran bahwa makin kecil ketidakpastian mutlak, makin
tepat pengukuran tersebut. Ketepatan (presisi) adalah suatu
aspek pengukuran yang menyatakan kemampuan alat ukur untuk
memberikan hasil pengukuran sama pada pengukuran berulang.
x
xi
n
35
xi = pengukuran ke-1, ke-2, ke-3, dst
n banyaknya pengukuran yang dilakukan
* Kegiatan Percobaan
35
b. lakukan pengukuran denagn posisi mata sebagai berikut, seperti terlihat
pada gambar1 berikut.
2 3
35
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
35
1. dari hasil pengukuran panjang kayu, alat ukur manakah yang lebih teliti?
Berikan alasannya.
2. dari hasil pengukuran diameter kelereng dan tebal kertas alat ukur manakah
yang lebih teliti? Berikan alasannya.
3. posisi mata yang mana yang lebih teliti dalam melakukan pengukuran? Berikan
alasannya.
4. untuk menghitung diameter rambut, alat ukur manakah yang anda akan
gunakan? Mengapa.
5. hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran x , kesalahan pengukuran (x) dan
x
perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data pengukuran.
x
Gunakan persamaan berikut:
x
xi xi x
x
n n
Dengan x = rata-rata hasil pengukuran
x = ketidak pastian pengukuran
n = banyaknya pengulangan
*Kegiatan Percobaan II
Mengukur Massa
I. Tujuan : Mengukur besaran massa dengan berbagai alat ukur massa
(neraca/timbangan)
II. Alat dan bahan
1. neraca lengan
2. neraca pegas
3. koin/benda yang akan diukur
4. kawat tembaga
5. kertas
35
Di lingkunagn sekitar, kita sering mendapati berbagai kegiatan menimbang massa
benda, seperti menimbang telur, beras, kapasitas muatan truk, bahkan menimbang
emas. Semua kegiatan tersebut menggunaka alat ukur yang berbeda. Namun pada
hakekaktnya semua kegiatan ini merupakan pengukuran massa. Masing-masing
pengukuran membutuhkan ketelitian yang berbeda sehingga alat ukur yang di gunakan
berbeda pula (Nursyamsudin,2004)
35
2. Hasil pengukuran massa benda dengan neraca lengan
Pengukuran ke Benda/koin Kawat tembaga Kertas
(m m) gr (m m) gr (m m) gr
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
VI. Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan
1. Dari hasil pengukuran massa denagn neraca pegas apakah semua benda dapat
diukur denagn neraca lengan?
2. Dari hasil pengukuran alat ukur manakah yang lebih teliti (presisi) ?
3. Dari kedua alat pengukur massa tersebut apakah dapat mengukur massa air ?
jelaskan.
4. Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran x , kesalahan pengukuran (x) dan
x
perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data pengukuran.
x
Gunakan persamaan berikut:
x
xi
x
xi x
n n
Dengan x = rata-rata hasil pengukuran
x = ketidak pastian pengukuran
n = banyaknya pengulangan
35
a. jangka sorong
b. gelas ukur
c. kelereng
d. batu kerikil
III.Teori dasar
Archimenes pernah pernah kebingungan ketrika ia diminta oleh kaisar untuk
menentukan apakah mahkota kerajaan tersebut erbuat dari emas asli atau imitasi.
Kemudian, ia menghitung massa jenisnya dengan mengukur perbandingan massa dan
volumemahkota tersebut. Oleh karena bentuk mahkota buklan merupakan bentuk yang
teratur seperti silinder atauboladan sejenisnya, maka ia mencelupkan mahkota
tersebutkedalam zat cair. Dari pekerjaan inilah ia merumuskan bagaiaman menentukan
massa jenis emas (Nursyamsudin,2004).
35
1. Hasil pengukuran volume kelereng secara matematis
Pengukuran ke Diameter Volume ( D2)
(D D) gr (V V) gr
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
V
dan perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data
V
pengukuran. Gunakan persamaan berikut:
35
V
V i Vi V
V
n n
Dengan V = rata-rata hasil pengukuran
V = ketidak pastian pengukuran
Jawab.
LATI HAN
1. Kedudukan skala sebuah mikrometer sekrup yang digunakan untuk mengukur diameter
sebuah bola kecil seperti gambar berikut :
2. Seorang teknisi mobil mengukur diameter gotri roda menggunakan micrometer sekrup
seperti tampak pada gambar. Diameter gotri tersebut adalah .
35
A. 1,00 mm
B. 1,50 mm
C. 9,15 mm
D. 10,00 mm
E. 10,05 mm
3. Perhatikan gambar pengukuran panjang balok di samping ini! Hasil pengukuran yang
diperoleh adalah .
A. 3,00 cm
B. 3,04 cm
C. 3,07 cm
D. 3,17 cm
E. 4,17 cm
4. Bondan mengukur massa sebuah batu dengan menggunakan neraca Ohauss tiga lengan
dengan skala terkecil 0,1 gram, skala hasil pengukurannya terlihat seperti gambar di bawah
ini.
BESARAN VEKTOR
35
1. Operasi Vektor
1) Penjumlah dua atau tiga buah vektor yang terletak segaris.
Jika diketahuai vektor A, B da C sebagai berikut :
A B C
a). A + B A B
A+ B
b). A + C C A
A+C
c). A B -B A
A B
F1 F1
F1+F2 F3
b.. F1 - F2 = F1 + F2 + F3
-F2
F1- F2 F1
b). Metode jajaran genjang
Contoh :
1). F1 + F2
F1
F1+F2
F2
2). F1 - F2
F1
F1 F2
-F2
3). F1 + F2 + F3 F1
35
F1+F2
F2
(F1+F2)+F3
F3
R F1
(180-)
A B
Gambar. arah resultan dua vector dengan aturan sinus
Perhatikanlah segitigaa ABC diatas, dengan menggunakan rumus aturan sinus
maka diperoleh rumusan sebagai berikut :
R F
1 ; ingat sin (180 - ) sin
sin(180 - ) sin
R F
1
sin sin
F sin
sin 1
R
dimana adalah sudut yang menunjukkan arah Vektor Resultan
* kegiatan Percobaan I
Komponen Vektor
I. Tujuan : menguraikan vektor menjadi dua buah vektor yang sebidang
II. Alat dan bahan
a. neraca pegas 3 buah
b. benang
c. kertas grafik
35
d. papan triplek
e. paku payung
f. busur derajat
F1 F2
F3
Ursiksnlsh vektor F2 dan F3 sehingga diperoleh komponen vektor pada arah vertikal
dan horizontal. Jika 1 (satu) kotak memiliki 1 N maka kita akan mendapatkan daa-data
sebagi berikut.
F1 = 6 N
F2x = 9 N F2y = 3 N
F3x = 4 N F3y = 2 N
Sesuai gambar (buatlah gambar terlebih dahulu), maka akan didapatkan bahwa:
F2x - F3x =9-4 = 5 N
F1 + F2y + F3y = 6 + 3 + 2 = 11 N
F1
Sehingga denagn menggunakan rumus
FR
phytagoras kita dapat menemukan
F3
resultan ketiga vektor gaya sebagai berikut
35
FR F F
X
2
Y
2
F2
5 2 11 2
12,1N
b. Kaitkan neraca pegas pada tiap ujung tali sehingga membentuk gambar
berikut.
c. Siapkan papan tripleks, tancapkan paku payung kemudian kaitkan dua neraca
pegas pada paku payung. Tarik neraca pegas ketiga sehingga dua neraca
lainnya membentuk sudut 900 (siku-siku).
F1
F2
F3
35
d. Tandai titik sambungan benang yang membentuk sudut siku-siku dan titik lain
pada benang penghubung neraca pegas ketiga, kemudian buatlah garis seperti
pada gambar berikut.
e. catat hasil yag di tunjukan oleh neraca 1 sebagai F1 dan neraca 2 sebagai F2,
catat pula hasil yang di tunjukan oleh neraca 3 sebagai F3.
f. Ukurlah sudut yaitu sudut antara vektor F dengan F1
g. Lakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan merubah salah satu paku payung
( merubah-ubah sudut .
h. Masukan data kedalam tabel
V. Data Hasil Pengamatan
35
3. Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran V , kesalahan pengukuran (V)
V
dan perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data
V
pengukuran. Gunakan persamaan berikut:
V
V i Vi V
V
n n
Dengan V = rata-rata hasil pengukuran
V = ketidak pastian pengukuran
Jawab.
*kegiatan percobaan II
III.Teori dasar
Resultan dua buah vektor dapat di hitung dengan rumus tertentu yang di hasilkan oleh
percobaan ini. Pada bagian lain, resulta vektor dapat di hitung melalui analisis vektor
yaitu dengan cara menguraikan vektor menjadi komponen-komponennya.
35
Resultan vektor akan menjadi bagian penting dalam pelajaran fisika misalnya mekanika.
Melalui analisis vektor, persoalan mekanika dan dinamika yang sulit di visualisasikan
dapat di sederhanakan untuk analisis penyelesaian masalah.
b. Kaitkan neraca pegas pada tiap ujung tali sehingga membentuk gambar
berikut.
F1
F3
F2
FR
F3
35
F2
e. lakukan percobaan sampai 5 kali dengan cara merubah-ubah tarikan pada
neraca ke tiga /F3.
f. Masukan data kedalam tabel
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
pengukuran
35
4. Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran V , kesalahan pengukuran (V) dan
V
perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data pengukuran.
V
Gunakan persamaan berikut:
V
V i Vi V
V
n n
Dengan V = rata-rata hasil pengukuran
V = ketidak pastian pengukuran
Jawab.
CONTOH SOAL
1. Dua buah gaya F1 dan F2 masing masing besarnya 50 N dan 30 N saling mengapit sudut
600. tentukan arah dan resultan kedua vektor tersebut ?
diketahui :
F1 = 50 N
F2 = 30 N
= 600
Ditanya : R dan ?
Jawab :
R 502 302 2 50 30cos 60
R 502 302 2 50 30 12
R 4900
R 70 N
arah vektor resultan adalah
F1 sin
sin
R
50 sin 60
sin
70
25 3
sin 0,618
70
38,2 0
35
jadi resultannya 70 N ke arah 38,20 terhadap F2.
2. Tiga buah vektor F1, F2 dan F3 masing masing besarnya adalah 10 N, 20 N dan 5 N
terletak seperti pada gambar Tentukan resultan dan arah ketiga vektor tersebut.
y
F1 = 10 N
F2 = 15 N 530 370 x
F3 = 25 N
Penyelesaian
F2x=F2cos530 F1x=F1cos370 x
F3
R 1 49
R 50
R 5 2 N
35
7
Tan 7
1
= 81.870 terhadap sumbu X (+)
3. Apabila tiap skala pada gambar di bawah ini = 1 newton, maka resultan kedua gaya
tersebut adalah ........
A. 4 N
B.6N
C.8N
D . 10 N
E . 24 N
Kunci: D
Penyelesaian
4. Sebuag benda bergerak kebarat sejauh 20 m, lalu keutara sejauh 50 m kemudian berbelok
kearah utara membentuk sudut 37 0 terhadap arah barat 50 m. Besar perpindahan yang
dilakukan benda tersebut adalah . ( Try Out UN 2015 DKI Jakarta)
A . 150 m
B . 100 m
C . 80 m
D . 60 m
E . 40 m
Penyelesaian
y x
sin 37 0 cos 37 0
50 50
y sin 370 x50 x cos 37 0 x50
y 50 m
y 0.6 x50 x 0.8 x50
37 0
y 30m x 40m
x 50m
20m
35
30m
R 60 2 80 2
R 100m
40m
50m
20m
5. Seorang anak berjalan lurus 2 meter ke A barat, kemudian belok ke selatan sejauh 6
meter, dan belok lagi ke timur sejauh 10 meter. Perpindahan yang dilakukan anak tersebut
dari posisi awal ........
Kunci : C
Penyelesaian :
Gunakan vektor satuan:
2 m ke barat = -2i
6 m ke selatan = -6j
10 m ke timur = 10i
r = 8i - 6j
=
= 10 m
35
Uraikan terlebih dahulu 5 km yang terakhir menjadi 5 sin 37 dan 5 cos 37 seperti gambar di
atas.
Perpindahan pada sumbu X:
2 km + 5 cos 37
= 2 km + 5 (0,8) km
= 2 km + 4 km = 6 km
Resultan:
(62 + 82)
= 100 = 10 km ( UN Fisika 2014) Fisika study center
7.Apabila tiap skala pada gambar di bawah ini = 2 N, maka resultan kedua gaya tersebut
adalah ........
A . 4 Newton
B . 6 Newton
C . 8 Newton
D . 10 Newton
E . 12 Newton
Kunci : D
Penyelesaian :
Dari gambar pada soal, pindahkan vektor F 2 seperti gambar di bawah ini
Rumus Gaya Resultannya :
35
8. Tiga buah vektor gaya masing-masing F 1 = 30 N, F 2 = 70 N, dan F 3 = 30 N,
disusunseperti pada gambar di atas. Besar resultan ketiga vektor tersebut adalah ........
A. 0 N
B . 70 N
C . 85 N
D . 85 N
E . 100 N
Kunci : E
Penyelesaian :
Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini :
Diketahui : F 1 = 30 N, F 2 = 70 N, F 3 = 30 N
Fx = F1x + F 2 + F3x
Fx = F1 Cos 60 + F 2 + F3 Cos 60
1 1
Fx = 30 . + 70 + 30 . = 15 + 70 + 15 = 100 N
2 2
Fy = F 1y - F 3y
Fy = F 1 Sin 60 - F 3 Sin 60
1 1
Fy = 30 3 - 30 3 =0N
2 2
Karena Fy = 0, maka F resultan = Fx = 100 N
Evaluasi
35
1. Vektor F1 = 14 N dan F2 = 10 N diletakkan pada diagram Cartesius seperti pada gambar.
Resultan R = F1 + F2 dinyatakan dengan vektor satuan adalah .
a. 7i + 10 3 j
b. 7i + 10j
c. 3i + 7 3 j
d. 3i + 10j
e. 3i + 7j
3. Seorang anak berjalan lurus 10 meter ke barat, kemudian belok ke selatan sejauh 12 meter,
dan belok lagi ke timur sejauh 15 meter. Perpindahan yang dilakukan anak tersebut dari
posisi awal .