Anda di halaman 1dari 38

BAB I

BESARAN FISIKA DAN SATUANNYA

A. DESKRIPSI
Fisika adalah ilmu yang mempelajari mengenai gejala gejala serta peristiwa
yang terjadi di alam dan interaksi yang terjadi di dalamnya seperti gerak , kalor, cahaya
dan materi, peristiwa fisika dapat di amati tetapi dengan mengamati saja data yang
yang di hasilkan kurang akurat sehingga di butuhkan pengamatan dengan
menggunakan data kuantitatif melalui pengukuran dan untuk memahami data tersebut
dubutuhakan pemahaman dengan besaran besaran yang digunakan. Pada Kegiatan ini
kita akan memahami mengenai konsep besaran dan melakukan pengukuran secara
benar dan akurat dan penjabaran besaran tersebut dalam bentuk vektor

B. PRASYARAT

Agar dapat mempelajari modul ini terlebih dahalu anda harus telah memahami konsep
dasar besaran sebagaimana dijelaskan ketika Anda di SMP.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


1. Petunjuk bagi siswa

a.Bacalah dan pahami dengan seksama uraian materi uraian materi yang ada pada
masing masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, siswa dapat
bertanya pada guru atau instruktur
b. Pahamilah kompetensi dan indikator yang hendak dicapai dalam modul Anda.
c.Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik perhatikan hal hal
berikut
1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja yang berlaku
2. Pahami setiap langkah kerja ( Prosedur praktikum) dengan baik
3. Sebelem melaksanakan praktikum, identifikasi ( tentukan peralatan dan bahan
yang dibutuhkan secara cermat.
4. Gunakan alat sesuai dengan prosedur yang benar
5. Untuk melakukan kegiatan yang belum jelas, harus meminta ijin guru terlebih
dahulu
6. Setelah selesai, kembalikan alat dan bahan ketempat semula
d. Perhatikalah langakah-langkah dalam setiap contoh penyelesaian soal.
e. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah kepada
teman atau guru Anda
f. Kerjakan tes uji kemampuan pada setiap kegaiatan belajar lalu cocokan jawaban
Anda dengan kunci jawaban yang tersedia pada modul dan jika perlu lakukan
penghitungan skor hasil belajar Anda
g.Kerjakanlah soal-soal evaluasi akhir

7
2. Petunjuk bagi Guru
Dalam setiap kegiatan belajar guru berperan untuk:
a. Membantu siswa dalam kegiatan proses belajar
b. Membimbing siswa melalui tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar
c. Membantu siswa dalam memahami konsep, praktik dan menjawab pertanyaan siswa
mengenai proses belajar siswa.
d. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber belajar lain untuk belajar
e. Mengorganisasikan kegiatan kelompok belajar jika diperlukan.

D. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya
2. Kompetensi Dasar
Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu)

E. Indikator

1. Mendeskripsikan besaran dan satuan


2. Mengelompokkan besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya
3. Menentukan dimensi besaran pokok dan besaran turunan
4. Mendeskripsikan bagian-bagian alat ukur massa, panjang, dan waktu
5. Mendeskripsikan fungsi alat ukur massa, panjang, dan waktu
6. Mendeskripsikan cara kerja alat ukur massa, panjang, dan waktu
7. Melakukan pengukuran dengan alat ukur massa, panjang, dan waktu
8. Menghitung hasil pengukuran alat ukur

KEGIATAN BELAJAR I

7
BESARAN DAN SATUAN.

* Besaran Pokok Dalam Fisika.


Dalam sistem Internasional ( SI ) terdapat : 7 buah besaran dasar berdimensi dan 2 buah buah
tambahan yang tidak berdimensi.
BESARAN DASAR SATUAN SI
Nama Lambang Rumus Dimensi
1. Panjang Meter m L
2. Massa Kilogram kg M
3. waktu Sekon s T
4. Arus listrik Ampere A I
5. Suhu termodinamika Kelvin K
6. Jumlah zat Mola mol N
7. Intensitas cahaya Kandela cd J
BESARAN TAMBAHAN SATUAN SI
1. Sudut datar radian rad
2. Sudut ruang steradian sr

BESARAN TURUNAN SATUAN SI


1. Energi Joule J
2. Gaya newton N
3. Daya Watt W
4. Tekanan pascal Pa
5. Frekwensi Hertz= Hz
n/t= 1/s
6. Beda Potensial Volt V
7. Muatan listrik coulomb C
8. Fluks magnit weber Wb
9. Tahanan listrik Farad F
10. Induksi magnetik Tesla T
11. Induktansi Henry Hb
12. Fluks cahaya lumen Lm
13. Kuat penerangan Lux Lx

* Sistem Satuan
Sistem satuan metrik, dibedakan atas :
- statis
- dinamis
Sistem (satuan) Internasional (SI) adalah sistem satuan yang terstandar secara
Internasional, berikut standar Internasional satuan tiga besaran pokok yang utama

a. Standar Satuan Panjang


Standar satuan untuk panjang dalam SI adalah meter. Pada tahun 1953, satu meter
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam vakum selama 1 sekon.

7
Panjang 1 meter pada meter standar masih dirinci menjadi:
1 meter = 10 desimeter
1 desimeter = 10 centimeter
1 centimeter = 10 milimeter
Konversi satuan panjang:
1 mikrometer = 10-6 m
1 nanometer (nm) = 10-9 m

b. Standar Satuan Massa


Satuan massa dalam SI adalah kilogram. Definisi 1 kilogram adalah banyaknya massa
standar dari paltina iridium. Massa standar dinyatakan dalam 1 kilogram.
Konversi satuan massa:
1 ton = 103 kilogram
1 kilogram = 103 gram
1 gram = 103 miligram
1 mikrogram = 10-3 miligram = 10-6 gram

c. Standar Satuan Waktu


Satuan waktu dalam SI adalah sekon. Satu sekon adalah frekuensi cahaya yang
dipancarkan oleh atom celium setelah atom tersebut menyerap energi, yaitu selang
waktu yang diperlukan oleh atom celium-133 untuk melakukan getaran sebanyak
9.191.631.770 kali.

Contoh Soal 1

Berapa m3 terdapat dalam 500 cc? ( 1 cc = 1 ml= 1 cm3)


Pembahasan
1 cc = 1 cm3
1 cm3= 1. 10-6m3
Sehingga 500 cc = (5.102 x 10-6 )m 3 = 5 . 10-4 m 3.

* Awalan Yang Digunakan Dalam S.I.


AWALAN SIMBOL FAKTOR
Kilo K 10 3
Mega M 10 6
Giga G 10 9
Tera T 10 12
milli m 10 -3
mikro 10 -6
nano n 10 -9
piko p 10 -12
femco f 10 -15

7
ato a 10 -18

* Dimensi
Dimensi Primer yaitu :
M : untuk satuaan massa.
L : untuk satuan panjang.
T : untuk satuan waktu.
Dimensi Sekunder adalah dimensi dari semua besaran yang dinyatakan dalam
massa, panjang dan waktu.
contoh : - Dimensi gaya : M L T-2
- Dimensi percepatan : L T-2
Catatan : Semua besaran fisis dalam mekanika dapat dinyatakan dengan tiga besaran
pokok ( Dimensi Primer ) yaitu panjang, massa dan waktu.
Kegunaan dimensi :
Untuk Checking persamaan-persamaan fisika, dimana dalam setiap persamaan dimensi
ruas kiri harus sama dengan dimensi ruas kanan.

Contoh Soal 2
Dimensi energi potensial adalah ........
A . MLT -1
B . MLT -2
C . ML -1T -2
D . ML 2 T -2
E . ML -2T -2

Kunci : D
Penyelesaian :
Rumus Energi Potensial :
E=m.g.h
Untuk mencari dimensinya kita hitung satuannya
Energi = massa . gravitasi . tinggi
= kg . m/detik . m
= kg . m/detik
Jadi dimensinya = M . L 2 . T -2
ANGKA - ANGKA PENTING .
Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut ANGKA PENTING ,
terdiri atas angka-angka pasti dan angka-angka terakhir yang ditaksir ( Angka
taksiran ).
Hasil pengukuran dalam fisika tidak pernah eksak, selalu terjadi kesalahan pada waktu
mengukurnya. Kesalahan ini dapat diperkecil dengan menggunakan alat ukur yang
lebih teliti.
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
Contoh : 14,256 ( 5 angka penting ).
2. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka
penting. Contoh : 7000,2003 ( 8 angka penting ).

7
3. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir,
tetapi terletak di depan tanda desimal adalah angka penting.
Contoh : 70000, ( 5 angka penting).
4. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di
belakang tanda desimal adalah angka penting.
Contoh : 23,50000 ( 7 angka penting ).
5. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak
dengan tanda desimal adalah angka tidak penting.
Contoh : 3500000 ( 2 angka penting ).
6. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah angka
tidak penting.
Contoh : 0,0000352 ( 3 angka penting ).

Ketentuan - Ketentuan Pada Operasi Angka Penting :


1. Hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dengan angka-angka penting hanya
boleh terdapat SATU ANGKA TAKSIRAN saja.
Contoh : 2,34 angka 4 taksiran
0,345 + angka 5 taksiran
2,685 angka 8 dan 5 ( dua angka terakhir ) taksiran.
maka ditulis : 2,69
( Untuk penambahan/pengurangan perhatikan angka dibelakang koma yang paling
sedikit).
13,46 angka 6 taksiran
2,2347 - angka 7 taksiran
11,2253 angka 2, 5 dan 3 ( tiga angka terakhir ) taksiran
maka dituli : 11,23
2. Angka penting pada hasil perkalian dan pembagian, sama banyaknya dengan
angka penting yang paling sedikit.
Contoh : 8,141 ( empat angka penting )
0,22 x ( dua angka penting )
1,79102
Penulisannya : 1,79102 ditulis 1,8 ( dua angka penting )
1,432 ( empat angka penting )
2,68 : ( tiga angka penting )
0,53432
Penulisannya : 0,53432 di tulis 0,534 ( tiga angka penting )
3. Untuk angka 5 atau lebih dibulatkan ke atas, sedangkan angka kurang dari 5
dihilangkan.

Contoh Soal 3
Seorang anak mengukur panjang tali diperoleh angka 0,50300 m, maka jumlah angka penting
dari hasil pengukuran tersebut adalah .....

7
A. 8 D.3
B.5 E.2
C.4

Kunci : B
Penyelesaian :
Angka penting adalah angka yang diperoleh dari hasil pengukuran termasuk angka terakhir
angka yang ditaksir.
. Semua angka bukan nol adalah angka penting
. Angka nol disebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting
. Angka nol diantara angka bukan nol adalah angka penting
. Angka nol disebelah kiri angka bukan nol angka penting

NOTASI ILMIAH = BENTUK BAKU.


Untuk mempermudah penulisan bilangan-bilangan yang besar dan kecil digunakan
Notasi Ilmiah atau Cara Baku.
p . 10 n
dimana : 1, p, 10 ( angka-angka penting )
10n disebut orde
n bilangan bulat positif atau negatif
contoh : - Massa bumi = 5,98 . 10 24
- Massa elektron = 9,1 . 10 -31
- 0,00000435 = 4,35 . 10 -6
- 345000000 = 3,45 . 10 8

7
LATIHAN

1. Kelompok yang termasuk besaran turunan adalah.


A. Volum, gaya, dan massa jenis
B. Panjang, gaya dan waktu
C. Massa jenis, volum dan massa
D. Kecepatan, panjang dan waktu
2. Suatu besaran yang memiliki dimensi M L -1 T -2 adalah ........
A . gaya
B . momentum
C . daya
D . tekanan
E . energi

3. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis


dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan
lebar 36 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah........

A . 80cm
B . 81 cm
C . 80,2 cm
D . 80,28 cm
E . 80,80cm

4. Seorang siswa mengukur diameter sebuah lingkaran hasilnya adalah 8,50 cm. Keliling
lingkarannya dituliskan menurut aturan angka penting adalah ... ( = 3,14).

A. 267 cm
B. 26,7 cm
C. 2,67 cm
D. 0.267 cm
E. 0,0267 cm

5. . Seorang anak mengukur panjang tali dan diperoleh angka 0,50300 m.Jumlah angka
penting dari hasil pengukuran tersebut adalah....
A. 2 angka penting D. 5 angka penting
B. 3 angka Penting E. 6 angka penting
C. 4 angka Penting

KEGIATAN BELAJAR II

PENGUKURAN

35
* Alat ukur panjang dan ketelitiannya
1. Mistar
Mistar yang skala terkecilnya 1 mm disebut mistar berskala mm, sedangkan mistar
yang skala terkecilnya 1 cm disebut mistar berskala cm. Dalam kehidupan sehari-
hari, kita biasanya menggunakan mistar berskala mm (Gambar 1.1). Satu skala
terkecil mistar ini adalah 1 mm. Oleh karena itu, ketelitian mistar berskala mm
adalah 1 mm atau 0,1 cm.

Gambar 1.1 Mistar berskala mm.

Untuk membaca hasil pengukuran, posisi mata harus berada pada garis yang tegak
lurus terhadap posisi skala alat ukur. Ketika mengukur panjang dengan
menggunakan mistar, posisi mata harus terletak pada garis yang tegak lurus mistar
2. Jangka sorong
3. Untuk mengukur panjang dengan ketelitian 0,1 mm digunakan jangka sorong
(Gambar 1.2). Jangka sorong terdiri dari dua pasang rahang. Pasangan rahang
pertama digunakan untuk mengukur diameter dalam, sedangkan pasangan rahang
kedua digunakan untuk mengukur diameter luar. Di samping itu, ujung jangka
sorong dapat digunakan untuk mengukur kedalaman lubang, misalnya kedalaman
lubang sebuah botol. Dari pasangan rahang ini terdapat rahang yang tidak dapat
bergerak (rahang tetap) dan rahang yang dapat bergerak (rahang bergerak). Pada
rahang tetap terdapat skala utama dalam satuan cm dan mm. Pada rahang geser
terdapat skala pendek yang dibagi menjadi 10 bagian yang sama. Skala ini disebut
nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius adalah 9 mm, sehingga panjang 1
skala nonius adalah 0,9 mm.

Gambar 1.2. Jangka sorong

Gambar 1.2 menunjukkan kedudukan skala utama dan skala nonius sebuah jangka
sorong. Bagaimanakah cara membaca hasil pengukuran dengan jangka sorong?
Pertama, perhatikan angka nol pada skala nonius. Catatlah nilai skala utama sebelum
angka nol pada skala nonius, misalnya 5,20 cm. Selanjutnya, carilah garis pada skala
nonius yang berimpit dengan garis pada skala utama. Jika garis yang berimpit ini
adalah garis ke-n, maka tambahkan angka 0,0n ke dalam angka yang telah Anda catat

35
sebelumnya. Misalnya, jika garis yang berimpit adalah garis ke-4, maka hasil
pengukurannya adalah 5,20 cm + 0,04 cm = 5,24 cm.

c.Mikrometer Sekrup
Untuk mengukur panjang benda sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm
digunakan mikrometer sekrup (Gambar 1.3). Mikrometer sekrup memiliki dua macam
skala, yaitu skala utama dan skala melingkar. Bagian utama mikrometer sekrup adalah
sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar atau biasa disebut bidal.
Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian
yang sama. Jika silinder pemutar diputar satu putaran penuh, maka poros akan
bergerak sejauh 0,5 mm. Mengingat silinder pemutar memiliki 50 skala, maka kalau
silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser 0,5 mm/50 = 0,01 mm =
0,001 cm. Mikrometer sekrup pada Gambar 1.3 menghasilkan pembacaan 7,24 mm.
Hasil ini berasal dari bacaan pada 7 mm pada skala utama ditambah 0,24 pada skala
melingkar.

Rahang Skala Utama


geser Skala nonius /
Benda
sekrup pemutar

Gambar 1.3 mengukur panjang dengan mikrometer sekrup

* Alat ukur massa

Ada beberapa jenis neraca. Jenis neraca yang sering digunakan di laboratorium
adalah neraca yang memiliki tiga lengan berskala yang dilengkapi dengan beban geser,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.9. Lengan paling belakang berskala 0 g 500 g,
dengan skala terkecil 100 g; lengan di depannya berskala 0 g 100 g, dengan skala
terkecil 10 g; dan lengan paling berskala 0 g 10 g, dengan skala terkecil 0,1 g. Di
samping itu, ada pula neraca yang memiliki empat lengan.
Benda yang akan diukur massanya diletakkan pada piringan yang tersedia. Untuk
mengetahui massa benda, beban pada lengan-lengan neraca diatur sedemikian rupa
sehingga terjadi keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan jumlah massa
yang ditunjukkan pada beban geser.
Pengukuran massa di laboratorium dapat juga dilakukan dengan menggunakan
neraca dua lengan atau neraca berlengan sama (Gambar 1.10). Massa benda yang
diukur diletakkan pada salah satu piringan. Pada piringan yang lain diletakkan beberapa
anak timbangan untuk membuat keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan
jumlah massa anak timbangan yang digunakan untuk membuat keseimbangan.

35
Gambar 1.4 Neraca lengan.

Di samping neraca sebagaimana telah diuraikan di atas, sekolah-sekolah unggulan


telah memiliki laboratorium yang dilengkapi dengan neraca digital (Gambar 1.11).
Neraca digital memiliki kepekaan (sensitivitas) yang lebih baik. Pengukuran massa
benda dengan neraca digital dapat dilakukan dengan mudah.

Gambar 1.5 Neraca digital.

*Alat ukur waktu


Waktu dapat diukur dengan jam atau arloji. Ada dua macam arloji, yaitu digital dan
analog (Gambar 1.12). Selang waktu yang biasanya diukur dengan arloji antara lain
lama waktu istirahat (misalnya, 15 menit), lama waktu pelajaran berlangsung (misalnya,
45 menit), dan lama perjalanan (misalnya, 20 menit). Jadi, arloji biasanya digunakan
untuk mengukur selang waktu yang relatif lama.

Gambar 1.6 Arloji.

35
Untuk mengukur selang waktu yang sangat singkat, misalnya untuk mencatat
lomba lari 200 meter, biasanya digunakan stopwatch. Ada dua macam stopwatch, yaitu
stopwatch analog (Gambar 1.13a) dan stopwatch digital (Gambar 1.13b).

Gambar 1.7 Stopwatch analog

Stopwatch analog dijalankan dan dihentikan dengan menekan tombol-tombol yang


disediakan. Ada stopwatch yang memiliki satu tombol, yaitu untuk menjalankan,
menghentikan, dan mengembalikan ke titik nol. Ada pula stopwatch yang memiliki dua
atau tiga tombol.
Untuk mengukur selang waktu yang lebih teliti, digunakan stopwatch digital. Jika
stopwatch analog hanya mampu melaporkan hasil pengukuran 9,8 s, maka stopwatch
digital mampu melaporkan hasil pengukuran 9,85 s. Jadi, stopwatch analog memiliki
ketelitian 0,1 s, sedangkan stopwatch digital memiliki ketelitian sampai 0,01 s.

* Ketidakpastian pada Pengukuran


Pada dasarnya setiap pengukuran tidak akan menghasilkan nilai
yang benar atau tidak tepat sama dengan yang sebenarnya.
Artinya sebuah hasil pengukuran selalu mengandung
ketidakpastian.
1. Ketidakpastian Pengukuran pada Hasil Percobaan
Ketidakpastian disebabkan oleh adanya kesalahan dalam
pengukuran. Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang
diukur dari nilai benar x0 . Macam-macam kesalahan, yaitu :
a. Ketidakpastian yang disebabkan oleh nilai skala terkecil pada alat
ukur yang berarti bahwa alat ukur memiliki keterbatasan
b. Keteledoran atau keterbatasan keterampilan orang yang
melakukan pengukuran dalam mengukur dan menggunakan alat
ukur
c. Kesalahan acak yaitu kesalahan yang tidak bersistem dan di luar
kendali orang yang melakukan pengukuran. Misalnya gerak
Brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik PLN atau baterai,
atau gangguan pada alat-alat ukur elektronik
d. Kesalahan sistematis, yaitu :
Kesalahan kalibrasi, yaitu kesalahan yang terjadi karena cara
memberi nilai skala pada saat pembuatan alat tidak tepat,
sehingga berakibat setiap kali alat digunakan suatu kesalahan
melekat pada hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diatasi
dengan mengkalibrasi ulang alat terhadap alat standar

35
Kesalahan titik nol, kesalahan ini terjadi karena titik nol skala
tidak tepat berimpit dengan titik nol jarum penunjuk atau
kegagalan mengembalikan jarum penunjuk ke nol sebelum
melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat diatasi dengan
melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran
Kesalahan komponen alat, misalnya pada alat ukur yang
memiliki pegas, terjadi karena makin lama dipakai pegas
semakin lemah atau terjadi gesekan antara jarum dengan
bidang skala
4. Kesalahan pandangan/paralak, kesalahan ini timbul apabila
pada waktu membaca skala, mata pengamat tidak tegak lurus
di atas jarum penunjuk/skala
5. Keadaan saat bekerja, pemakaian alat dalam keadaan yang
berbeda dengan keadaan pada waktu alat dikalibrasi (pada
suhu, tekanan, dan kelembapan udara yang berbeda) akan
menyebabkan terjadinya kesalahan. Kesalahan sistematik
menyebabkan hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil
yang sebenarnya dan simpangan ini mempunyai arah tertentu

* Ketidakpastian Mutlak x
Ketidakpastian mutlak berhubungan dengan ketepatan
pengukuran bahwa makin kecil ketidakpastian mutlak, makin
tepat pengukuran tersebut. Ketepatan (presisi) adalah suatu
aspek pengukuran yang menyatakan kemampuan alat ukur untuk
memberikan hasil pengukuran sama pada pengukuran berulang.

x
xi
n

* Pengolahan Data pada Pengukuran Tunggal dan Berulang


Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya
satu kali saja.
Penulisan hasil pengukurannya adalah : x x0 x
dengan : x = hasil pengukuran tunggal
x0 = hasil pengukuran yang sebenarnya
x = ketelitian/ketidakpastian = x skala terkecil
Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan lebih
dari satu
kali yaitu lima atau sepuluh kali pengukuran.
Penulisan hasil pengukurannya adalah : x x x
dengan : x = hasil pengukuran berulang

35
xi = pengukuran ke-1, ke-2, ke-3, dst
n banyaknya pengukuran yang dilakukan

* Kegiatan Percobaan

I. Tujuan : Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang.


II. Alat dan bahan :
1. mistar centimeter
2. mistar milimeter
3. jangka sorong
4. mikrometer sekrup
5. jangka sorong
6. balok (batang) kayu atau papn
7. kelereng/ manik-manik
8. kertas

III. Teori dasar


Pengukuran panjang harus dilakukan dengan alat ukur yang tepat. Perhatikan
dilingkungan sekitar kita, pengukuran panjang dilakukan oleh penjahit pakaian, pekerja
bangunan, pengukur tanah, atau pembuat kunci. Masing-masing profesi tadi
membutuhkan alat ukur yang berbeda. Namun pada hakekatnya mereka semua
melakukan pengukura panjang, dan masing-masing pekerjaan membutuhkan ketelitian
yang berbeda sehingga alat ukur yang di gunakan berbeda pula (Nursyamsuddin,2004).

IV. Cara kerja


a) Mengukur panjang batang (papan) kayu
a. ukur panjang batang kayu denagn mistar sentimeter

35
b. lakukan pengukuran denagn posisi mata sebagai berikut, seperti terlihat
pada gambar1 berikut.
2 3

c. Ulangi denagn 5 kali pengukuran


d. Tuliskan data yang didapat ke dalam tabel pengamatan
e. Gantilah mistar centimeter dengan mistar milimeter lalu ulangi langkah
a sampai d.
b) Mengukur diameter manik-manik
a. ukurlah diameter manik-manik dengan mikrometer sekrup (cara
penggunaan dapat dilihat pada teori dasar)
b. lakukan pengukuran oleh orang yang berbeda
c. lakukan 5 kali pengukuran
d. tuliskan data yang didapat pada tabel data
e. ulangi langkah a sampai d dengan menggunakan Jangka sorong
c) Mengukur tebal kertas
a. ukurlah tebal kertas dengan mikrometer sekrup (cara penggunaan dapat
dilihat pada teori dasar)
b. lakukan pengukuran oleh orang yang berbeda
c. lakukan 5 kali pengukuran
d. tuliskan data yang didapat pada tabel data
e. ulangi langkah a sampai d dengan menggunakan Jangka sorong

V. Data Hasil Pengamatan

1. Hasil pengukuran panjang batang (papa) kayu (L)


Pengukuran ke Dengan mistar centimeter Dengan mistar milimeter
(L L) Cm (L L) mm

35
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

2. Hasil pengukuran diameter manik-manik (D)


Pengukuran ke Dengan Mikrometer sekup Dengan Jangka Sorong
(D D) Cm (D D) mm
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

3. Hasil pengukuran tebal kertas (T)


Pengukuran ke Dengan Mikrometer sekup Dengan Jangka Sorong
(T T) Cm (T T) mm
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

VI. Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan

35
1. dari hasil pengukuran panjang kayu, alat ukur manakah yang lebih teliti?
Berikan alasannya.
2. dari hasil pengukuran diameter kelereng dan tebal kertas alat ukur manakah
yang lebih teliti? Berikan alasannya.
3. posisi mata yang mana yang lebih teliti dalam melakukan pengukuran? Berikan
alasannya.
4. untuk menghitung diameter rambut, alat ukur manakah yang anda akan
gunakan? Mengapa.
5. hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran x , kesalahan pengukuran (x) dan

x
perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data pengukuran.
x
Gunakan persamaan berikut:

x
xi xi x
x
n n
Dengan x = rata-rata hasil pengukuran
x = ketidak pastian pengukuran

xi = jumlah data hasil pengukuran

n = banyaknya pengulangan

*Kegiatan Percobaan II

Mengukur Massa
I. Tujuan : Mengukur besaran massa dengan berbagai alat ukur massa
(neraca/timbangan)
II. Alat dan bahan
1. neraca lengan
2. neraca pegas
3. koin/benda yang akan diukur
4. kawat tembaga
5. kertas

III. Teori dasar

35
Di lingkunagn sekitar, kita sering mendapati berbagai kegiatan menimbang massa
benda, seperti menimbang telur, beras, kapasitas muatan truk, bahkan menimbang
emas. Semua kegiatan tersebut menggunaka alat ukur yang berbeda. Namun pada
hakekaktnya semua kegiatan ini merupakan pengukuran massa. Masing-masing
pengukuran membutuhkan ketelitian yang berbeda sehingga alat ukur yang di gunakan
berbeda pula (Nursyamsudin,2004)

IV. Cara kerja


1. Mengukur massa benda dengan neraca pegas
a. timbanglah massa benda/koin dengan cara mengaitkan pada neraca pegas
b. lihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis pada tebel data
pengamatan.
c. Ulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda.
d. Ulangi langkah a sampai c dengan kawat tembaga dan kertas.

2. Mengukur massa benda dengan neraca lengan


a. timbanglah massa benda/koin dengan cara meletakan di lengan neraca
b. lihat nilai yang tertera pada neraca, lalu tulis pada tebel data pengamatan.
c. Ulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda.
d. Ulangi langkah a sampai c dengan kawat tembaga dan kertas.
V. Data Hasil Pengamatan
1. Hasil pengukuran massa benda dengan neraca pegas
Pengukuran ke Benda/koin Kawat tembaga Kertas
(m m) gr (m m) gr (m m) gr
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

35
2. Hasil pengukuran massa benda dengan neraca lengan
Pengukuran ke Benda/koin Kawat tembaga Kertas
(m m) gr (m m) gr (m m) gr
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
VI. Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan
1. Dari hasil pengukuran massa denagn neraca pegas apakah semua benda dapat
diukur denagn neraca lengan?
2. Dari hasil pengukuran alat ukur manakah yang lebih teliti (presisi) ?
3. Dari kedua alat pengukur massa tersebut apakah dapat mengukur massa air ?
jelaskan.
4. Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran x , kesalahan pengukuran (x) dan

x
perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data pengukuran.
x
Gunakan persamaan berikut:

x
xi
x
xi x
n n
Dengan x = rata-rata hasil pengukuran
x = ketidak pastian pengukuran

xi = jumlah data hasil pengukuran

n = banyaknya pengulangan

* Kegiatan percobaan III


Mengukur Volume
I. Tujuan : Mengukur besaran volume dengan berbagai cara
II. Alat dan bahan

35
a. jangka sorong
b. gelas ukur
c. kelereng
d. batu kerikil

III.Teori dasar
Archimenes pernah pernah kebingungan ketrika ia diminta oleh kaisar untuk
menentukan apakah mahkota kerajaan tersebut erbuat dari emas asli atau imitasi.
Kemudian, ia menghitung massa jenisnya dengan mengukur perbandingan massa dan
volumemahkota tersebut. Oleh karena bentuk mahkota buklan merupakan bentuk yang
teratur seperti silinder atauboladan sejenisnya, maka ia mencelupkan mahkota
tersebutkedalam zat cair. Dari pekerjaan inilah ia merumuskan bagaiaman menentukan
massa jenis emas (Nursyamsudin,2004).

IV. Cara kerja


1. Mengukur volume kelereng secara matematis
a. ukurlah diameter kelereng dengan menggunakan jangka sorong, lakukan
oleh orang yang berbeda dan dilakukan 5 kali pengulangan.
b. hitung volume kelereng dengan menggunakan rumus volume benda.
c. Tulis data yang didapat pada tabel data pengamatan.

2. Mengukur volume kelereng menggunakan gelas ukur


a. tuangkan air ke dalam gelas ukur kira-kira 50 ml
b. masulan kelereng kedalam gelas ukur, kemudian catat volume air sekarang.
Hitunglah selisih volume air, yaitu volume sebelum dan sesudah kelereng
dicelupkan. Selisih volume air tersebut adalah volume kelereng.
c. Catat pada tebel data pengamatan, ulangai sampai 5 kali pengulangan.
3. mengukur volume kerikil menggunakan gelas ukur
a. tuangkan air ke dalam gelas ukur kira-kira 50 ml
b. masulan kerikil kedalam gelas ukur, kemudian catat volume air sekarang.
Hitunglah selisih volume air, yaitu volume sebelum dan sesudah kelereng
dicelupkan. Selisih volume air tersebut adalah volume kelereng.
c. Catat pada tebel data pengamatan, ulangai sampai 5 kali pengulangan.
V. Data Hasil Pengamatan

35
1. Hasil pengukuran volume kelereng secara matematis
Pengukuran ke Diameter Volume ( D2)
(D D) gr (V V) gr
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

2. Hasil pengukuran volume kelereng menggunakan gelas ukur


Pengukuran ke Vair semula Vair sesudah Volume V
(V V) gr (V V) gr (Vair sesudah- Vair semula)
(V V) gr
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

VI. Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan


1. Dari hasil pengukuran volume dengan cara yang berbeda manakah yang lebih
teliti (presisi) ?
2. apakah cara matemais dapat di gunakan untuk menghitung volume kelereng ?
jelaskan.
3. Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran V , kesalahan pengukuran (V)

V
dan perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data
V
pengukuran. Gunakan persamaan berikut:

35
V
V i Vi V
V
n n
Dengan V = rata-rata hasil pengukuran
V = ketidak pastian pengukuran

V i = jumlah data hasil pengukuran


n = banyaknya pengulangan

Jawab.

LATI HAN

1. Kedudukan skala sebuah mikrometer sekrup yang digunakan untuk mengukur diameter
sebuah bola kecil seperti gambar berikut :

Berdasarkan gambar tersebut dapat dilalporkan diameter bola kecil adalah


A. 11,15 mm
B. 9,17 mm
C. 8,16 mm
D. 5,75 mm
E. 5,46 mm

2. Seorang teknisi mobil mengukur diameter gotri roda menggunakan micrometer sekrup
seperti tampak pada gambar. Diameter gotri tersebut adalah .

35
A. 1,00 mm
B. 1,50 mm
C. 9,15 mm
D. 10,00 mm
E. 10,05 mm

3. Perhatikan gambar pengukuran panjang balok di samping ini! Hasil pengukuran yang
diperoleh adalah .

A. 3,00 cm
B. 3,04 cm
C. 3,07 cm
D. 3,17 cm
E. 4,17 cm

4. Bondan mengukur massa sebuah batu dengan menggunakan neraca Ohauss tiga lengan
dengan skala terkecil 0,1 gram, skala hasil pengukurannya terlihat seperti gambar di bawah
ini.

Massa batu tersebut adalah.


A. 482,0 gram
B. 480,5 gram
C. 382,0 gram
D. 283,6 gram
E. 280,5 gram

KEGIATAN BELAJAR III

BESARAN VEKTOR

35
1. Operasi Vektor
1) Penjumlah dua atau tiga buah vektor yang terletak segaris.
Jika diketahuai vektor A, B da C sebagai berikut :
A B C

a). A + B A B
A+ B
b). A + C C A
A+C
c). A B -B A
A B

2) Penjumlahan dan Pengurangan Vektor dalam satu bidang datar


a). Metode Poligon
Secara grafis penjumlahan dan pengurangan dengan metode poligon adalah sebagi
berikut :
Contoh
a. F1 + F2 c. F1 + F2 + F3
F2 F2

F1 F1
F1+F2 F3

b.. F1 - F2 = F1 + F2 + F3
-F2

F1- F2 F1
b). Metode jajaran genjang
Contoh :
1). F1 + F2
F1
F1+F2
F2
2). F1 - F2
F1
F1 F2
-F2
3). F1 + F2 + F3 F1

35
F1+F2

F2

(F1+F2)+F3
F3

3. Menentukan Nilai dan arah Resultan Vektor


R 2 F12 F22 2 F1 F2 cos
R F12 F22 2 F1 F2 cos
3) Arah Vektor Resultan
F2 C

R F1
(180-)
A B
Gambar. arah resultan dua vector dengan aturan sinus
Perhatikanlah segitigaa ABC diatas, dengan menggunakan rumus aturan sinus
maka diperoleh rumusan sebagai berikut :
R F
1 ; ingat sin (180 - ) sin
sin(180 - ) sin
R F
1
sin sin
F sin
sin 1
R
dimana adalah sudut yang menunjukkan arah Vektor Resultan

* kegiatan Percobaan I
Komponen Vektor
I. Tujuan : menguraikan vektor menjadi dua buah vektor yang sebidang
II. Alat dan bahan
a. neraca pegas 3 buah
b. benang
c. kertas grafik

35
d. papan triplek
e. paku payung
f. busur derajat

III. Teori dasar


Setiap vektor diuraikan kedalam komponen vektor yang diinginkan. Penguraian vektor
dilakukan untuk mempermudah penjumlahan dua buah vektor atau lebih. Pemahaman
konsep ini sanagt bermanfaat untuk lebih mendalami pelajaran fisika khususnya untuk
bidang mekanika, medan listrik dan bidang lainnya.
Kita akan mudah menemukan resultan ketiga vektor berikut ini dengan cara mencari
dulu komponen tiap vektornya. Perhatikan gambar berikut.

F1 F2

F3

Ursiksnlsh vektor F2 dan F3 sehingga diperoleh komponen vektor pada arah vertikal
dan horizontal. Jika 1 (satu) kotak memiliki 1 N maka kita akan mendapatkan daa-data
sebagi berikut.
F1 = 6 N
F2x = 9 N F2y = 3 N
F3x = 4 N F3y = 2 N

Sesuai gambar (buatlah gambar terlebih dahulu), maka akan didapatkan bahwa:
F2x - F3x =9-4 = 5 N
F1 + F2y + F3y = 6 + 3 + 2 = 11 N
F1
Sehingga denagn menggunakan rumus
FR
phytagoras kita dapat menemukan
F3
resultan ketiga vektor gaya sebagai berikut

35
FR F F
X
2
Y
2
F2

5 2 11 2
12,1N

IV. Cara kerja


a. Siapkan benag dan diikat membentuk huruf Y seperti gambar berikut

b. Kaitkan neraca pegas pada tiap ujung tali sehingga membentuk gambar
berikut.

c. Siapkan papan tripleks, tancapkan paku payung kemudian kaitkan dua neraca
pegas pada paku payung. Tarik neraca pegas ketiga sehingga dua neraca
lainnya membentuk sudut 900 (siku-siku).

F1

F2
F3

35
d. Tandai titik sambungan benang yang membentuk sudut siku-siku dan titik lain
pada benang penghubung neraca pegas ketiga, kemudian buatlah garis seperti
pada gambar berikut.

e. catat hasil yag di tunjukan oleh neraca 1 sebagai F1 dan neraca 2 sebagai F2,
catat pula hasil yang di tunjukan oleh neraca 3 sebagai F3.
f. Ukurlah sudut yaitu sudut antara vektor F dengan F1
g. Lakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan merubah salah satu paku payung
( merubah-ubah sudut .
h. Masukan data kedalam tabel
V. Data Hasil Pengamatan

1. Hasil pengukuran volume kelereng secara matematis


Pengukuran ke F1 F2 F F1 sin F2 sin
Newton Newton Newton
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
pengukuran

VI. Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan


1. Dari hasil pengukuran jika nilai sudut di rubah-ubah apakah yang terjadi?
2. amatilah tabel data, adakah kecenderungan nilai yag sama? Tuliskan terdapat
pada bagian mana?

35
3. Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran V , kesalahan pengukuran (V)

V
dan perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data
V
pengukuran. Gunakan persamaan berikut:

V
V i Vi V
V
n n
Dengan V = rata-rata hasil pengukuran
V = ketidak pastian pengukuran

V i = jumlah data hasil pengukuran


n = banyaknya pengulangan

Jawab.

*kegiatan percobaan II

Resultan Dua Vektor


I. Tujuan : menemukan resultan dua buah vektor dalam bentuk rumus kosinus
II. Alat dan bahan
a. neraca pegas 3 buah
b. benang
c. kertas grafik
d. papan triplek
e. paku payung
f. busur derajat

III.Teori dasar
Resultan dua buah vektor dapat di hitung dengan rumus tertentu yang di hasilkan oleh
percobaan ini. Pada bagian lain, resulta vektor dapat di hitung melalui analisis vektor
yaitu dengan cara menguraikan vektor menjadi komponen-komponennya.

35
Resultan vektor akan menjadi bagian penting dalam pelajaran fisika misalnya mekanika.
Melalui analisis vektor, persoalan mekanika dan dinamika yang sulit di visualisasikan
dapat di sederhanakan untuk analisis penyelesaian masalah.

IV. Cara kerja


a. Siapkan benag dan diikat membentuk huruf Y seperti gambar berikut

b. Kaitkan neraca pegas pada tiap ujung tali sehingga membentuk gambar
berikut.

c. Siapkan papan tripleks, tancapkan paku payung kemudian kaitkan dua


neraca pegas pada paku payung. Tarik neraca pegas ketiga, ikat pada paku
payung. Catat ketiga gaya tersebut, masukan ke dalam tabel. Lalu
gambarkan garis penghubung seperti pada gambar berikut.

F1


F3
F2

d. ukurlah sudut , yaitu sudut antara F1 dan F2.


Info: karena sistem dalam keadaan setimbang maka F3 = FR
F1

FR
F3
35

F2
e. lakukan percobaan sampai 5 kali dengan cara merubah-ubah tarikan pada
neraca ke tiga /F3.
f. Masukan data kedalam tabel

V. Data Hasil Pengamatan

1. Hasil pengukuran volume kelereng secara matematis


Pengukuran ke F1 F2 FR F12 F22 Cos 2F1 F2 Cos F12 +F22
(N) (N) (N) +2F1 F2 Cos

1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
pengukuran

VI. Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan


1. Dari hasil pengukuran jika nilai F3 di rubah-ubah apakah yang terjadi?
2. amatilah tabel data, adakah kecenderungan membentuk pola tertentu? Tuliskan
terdapat pada bagian mana?
3. Berdasarkan pola kecenderunagn yang ada, buatlah formula dalam bentuk
persamaan matematis (rumus)

35
4. Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran V , kesalahan pengukuran (V) dan

V
perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data pengukuran.
V
Gunakan persamaan berikut:

V
V i Vi V
V
n n
Dengan V = rata-rata hasil pengukuran
V = ketidak pastian pengukuran

V i = jumlah data hasil pengukuran


n = banyaknya pengulangan

Jawab.

CONTOH SOAL
1. Dua buah gaya F1 dan F2 masing masing besarnya 50 N dan 30 N saling mengapit sudut
600. tentukan arah dan resultan kedua vektor tersebut ?
diketahui :
F1 = 50 N
F2 = 30 N
= 600
Ditanya : R dan ?
Jawab :
R 502 302 2 50 30cos 60

R 502 302 2 50 30 12

R 4900
R 70 N
arah vektor resultan adalah
F1 sin
sin
R
50 sin 60
sin
70
25 3
sin 0,618
70
38,2 0

35
jadi resultannya 70 N ke arah 38,20 terhadap F2.
2. Tiga buah vektor F1, F2 dan F3 masing masing besarnya adalah 10 N, 20 N dan 5 N
terletak seperti pada gambar Tentukan resultan dan arah ketiga vektor tersebut.

y
F1 = 10 N
F2 = 15 N 530 370 x

F3 = 25 N

Penyelesaian

F2 F2y= F2 sin 530


F1y = F1sin 37
F1
53 0
37 0

F2x=F2cos530 F1x=F1cos370 x

F3

Vektor komponen Gaya pada sumbu X dan Y adalah :

Vektor Vektor Komponen Vektor Komponen


Sumbu X Sumbu Y
F1 10 cos 37 = 10.0.8 = 8 N 10 sin 37 = 10. 0,6 = 6 N
F2 - 15cos53 = 15.0,6 = -9N 15 sin 53 = 30.0,8 = 12 N
F3 -25 cos 90 = 0 -25 sin 90 = -10.1 = -25 N
Fx= - 1 N Fy= -7 N

jadi resultan Vektornya adalah :


R 1 2 7
2

R 1 49
R 50
R 5 2 N

sedangkan arah vektor komponennya adalah:

35
7
Tan 7
1
= 81.870 terhadap sumbu X (+)

3. Apabila tiap skala pada gambar di bawah ini = 1 newton, maka resultan kedua gaya
tersebut adalah ........

A. 4 N
B.6N
C.8N
D . 10 N
E . 24 N
Kunci: D
Penyelesaian

4. Sebuag benda bergerak kebarat sejauh 20 m, lalu keutara sejauh 50 m kemudian berbelok
kearah utara membentuk sudut 37 0 terhadap arah barat 50 m. Besar perpindahan yang
dilakukan benda tersebut adalah . ( Try Out UN 2015 DKI Jakarta)

A . 150 m
B . 100 m
C . 80 m
D . 60 m
E . 40 m

Penyelesaian
y x
sin 37 0 cos 37 0
50 50
y sin 370 x50 x cos 37 0 x50

y 50 m
y 0.6 x50 x 0.8 x50
37 0
y 30m x 40m

x 50m
20m

35
30m
R 60 2 80 2
R 100m
40m

50m
20m

5. Seorang anak berjalan lurus 2 meter ke A barat, kemudian belok ke selatan sejauh 6
meter, dan belok lagi ke timur sejauh 10 meter. Perpindahan yang dilakukan anak tersebut
dari posisi awal ........

A . 18 meter arah barat daya


B . 14 meter arah selatan
C . 10 meter arah tenggara
D . 6 meter arah timur
E . 2 meter arah tenggara

Kunci : C
Penyelesaian :
Gunakan vektor satuan:
2 m ke barat = -2i
6 m ke selatan = -6j
10 m ke timur = 10i

r = 8i - 6j
=

= 10 m

6. Sepeda bergerak sejauh 2 km ke arah sumbu X positif, kemudian 5 km ke arah sumbu Y


positif dan seterusnya bergerak sejauh 5 km membentuk sudut 53 dengan sumbu Y positif.
Besar resultan perjalanan sepeda tersebut adalah.
(Sin 37 = 0,6 Cos 37 = 0,8)
A. 14 km
B. 10 km
C. 8 km
D. 6 km
E. 2 km
Penyelesaian
Lintasan yang ditempuh pengendara sepeda dari soal cerita di atas sebagai berikut:

35
Uraikan terlebih dahulu 5 km yang terakhir menjadi 5 sin 37 dan 5 cos 37 seperti gambar di
atas.
Perpindahan pada sumbu X:
2 km + 5 cos 37
= 2 km + 5 (0,8) km
= 2 km + 4 km = 6 km

Perpindahan pada sumbu Y


5 km + 5 sin 37 km
= 5 km + 5(0,6) km
= 5 km + 3 km = 8 km

Resultan:
(62 + 82)
= 100 = 10 km ( UN Fisika 2014) Fisika study center

7.Apabila tiap skala pada gambar di bawah ini = 2 N, maka resultan kedua gaya tersebut
adalah ........

A . 4 Newton
B . 6 Newton
C . 8 Newton
D . 10 Newton
E . 12 Newton

Kunci : D
Penyelesaian :
Dari gambar pada soal, pindahkan vektor F 2 seperti gambar di bawah ini
Rumus Gaya Resultannya :

35
8. Tiga buah vektor gaya masing-masing F 1 = 30 N, F 2 = 70 N, dan F 3 = 30 N,
disusunseperti pada gambar di atas. Besar resultan ketiga vektor tersebut adalah ........
A. 0 N
B . 70 N
C . 85 N
D . 85 N
E . 100 N

Kunci : E
Penyelesaian :

Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini :

Diketahui : F 1 = 30 N, F 2 = 70 N, F 3 = 30 N
Fx = F1x + F 2 + F3x
Fx = F1 Cos 60 + F 2 + F3 Cos 60
1 1
Fx = 30 . + 70 + 30 . = 15 + 70 + 15 = 100 N
2 2

Fy = F 1y - F 3y
Fy = F 1 Sin 60 - F 3 Sin 60
1 1
Fy = 30 3 - 30 3 =0N
2 2
Karena Fy = 0, maka F resultan = Fx = 100 N

Evaluasi

35
1. Vektor F1 = 14 N dan F2 = 10 N diletakkan pada diagram Cartesius seperti pada gambar.
Resultan R = F1 + F2 dinyatakan dengan vektor satuan adalah .
a. 7i + 10 3 j
b. 7i + 10j
c. 3i + 7 3 j
d. 3i + 10j
e. 3i + 7j

2. Gambar di bawah ini merupakan penjumlahan vektor secara segitiga.

Gambar yang resultannya sama dengan nol adalah .


a. (1) d. (4)
b. (2) e. (5)
c. (3)

3. Seorang anak berjalan lurus 10 meter ke barat, kemudian belok ke selatan sejauh 12 meter,
dan belok lagi ke timur sejauh 15 meter. Perpindahan yang dilakukan anak tersebut dari
posisi awal .

a. 18 meter arah barat daya


b. 14 meter arah selatan
c. 13 meter arah tenggara
d. 12 meter arah timur
e. 10 meter arah tenggara

Anda mungkin juga menyukai