Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENGUKURAN
Dewasa ini, kemajuan teknologi berkembang dengan sangat cepat yang membuat hidup manusia makin
mudah dan bermakna. Ilmu pengetahuan alam memiliki peran yang dominan dalam memengaruhi
perkembangan teknologi.
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari fenomena atau gejala-gejala alam dan interaksi di dalamnya,
adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam. Pengukuran merupakan materi dasar yang harus dipahami
dalam belajar fisika, dengan menguasainya akan memudahkan dalam memahami konsep-konsep selanjutnya.

A. BESARAN DAN SATUAN


Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai besaran
(besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam
pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris.
Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Selain
itu, berdasarkan ada tidaknya arah, besaran juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran skalar dan
besaran vector.

1. Besaran pokok
Besaran pokok adalah besaran yang memiliki definisi yang jelas atau memiliki satuan yang telah
ditetapkan. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan
kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok
yang lain. Pada Tabel 1.1 berikut, disajikan besaran pokok yang telah disepakati oleh para ilmuwan.

Tabel 1.1 Besaran-besaran pokok dan Satuan Internasionalnya (SI)


No Nama besaran pokok Satuan Lambang satuan
1 Panjang meter m
2 Massa kilogram kg
3 Waktu sekon s
4 Kuat arus listrik ampere A
5 Suhu Kelvin K
6 Intensitas cahaya Kandela cd
7 Jumlah zat mol mol
8 Sudut bidang datar Radian Rad*)
9 Sudut ruang Steradian Sr*)
Catatan *) besaran pokok tambahan

2. Besaran turunan
Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan dari besaran pokok. Satuan besaran turunan
disebut satuan turunan dan diperoleh dengan mengabungkan beberapa satuan besaran pokok. Berikut
merupakan beberapa contoh besaran turunan beserta satuannya.

Tabel 1.2 Contoh beberapa besaran turunan dan satuannya


No Nama besaran turunan Lambang besaran Satuan
turunan
1 Luas A m2
2 Kecepatan v ms-1
3 Percepatan a ms-2
4 Gaya F kg ms-2
5 Tekanan P kg m-1s-2
6 Usaha W kg m2s-2

B. STANDAR SATUAN BESARAN POKOK


1. Standar satuan panjang
Pada bulan November 1983, definisi standar meter ditetapkan menjadi “satu meter adalah jarak yang
ditempuh cahaya (dalam vakum) pada selang waktu 1/299.792.458 sekon”. Perubahan ini dilakukan
berdasarkan nilai kecepatan cahaya yang dianggap selalu konstan 299.792.458 m/s.

2. Standar satuan massa


Standar untuk massa adalah massa sebuah silinder platinumiridiumyang disimpan di lembaga Berat
dan Ukuran Internasional dan berdasarkan perjanjian internasional disebut sebagai massa satu
Modul 01. Pengukuran dan Vektor
Komang Budi Asthika
2

kilogram. Standar sekunder dikirimkan ke laboratorium standar di berbagai negara dan massa dari
benda-benda lain dapat ditentukan dengan menggunakan neraca berlengan-sama dengan ketelitian 2
bagian dalam 108.

3. Standar satuan waktu


Standar untuk satuan waktu adalah sekon (s) atau detik. Standar waktu yang masih dipakai sekarang
didasarkan pada hari matahari rata-rata. Satu sekon atau satu detik didefinisikan sebagai selang waktu
yang diperlukan oleh atom cesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak 9.192.631.770 kali dalam
transisi antara dua tingkat energi di tingkat energi dasarnya.

4. Standar satuan arus listrik, suhu, intensitas cahaya dan jumlah zat.
Secara singkat standar untuk arus listrik, suhu, intensitas cahaya dan jumlah zat dapat dituliskan
sebagai berikut:
a) Satu ampere adalah jumlah muatan listrik satu coulomb (1 coulomb = 6,25.10 18 elektron) yang
melewati suatu penampang dalam 1 detik.
b) Suhu titik lebur es pada 76 cm Hg adalah T = 273,15 K, Suhu titik didih air pada 76 cm Hg
adalah T = 373,15 K. ‘°’]
c) Satuan kandela adalah benda hitam seluas 1 m 2 yang bersuhu lebur platina (1773°C) akan
memancarkan cahaya dalam arah tegak lurus dengan kuat cahaya sebesar 6 x 10 5 kandela.
d) Satu mol zat terdiri atas 6,025 x 10 23 buah partikel. (6,025 x 1023 disebut dengan bilangan
Avogadro).

C. AWALAN PADA SATUAN


Awalan pada satuan digunakan untuk mempermudah penulisan bilangan-bilangan yang sangat besar
(misalnya ukuran radius galaksi Bimasakti) atau bilangan yang sangat kecil (ukuran jari-jari atom).

Tabel 1.3. Awalan-awalan Satuan Internasional (SI)


Faktor Awalan Simbol Faktor Awalan Simbol
1018 eksa- E 10-1 desi- d
1015 peta- P 10-2 senti- c
1012 tera- T 10 -3
mili- m
109 giga- G 10-6 Mikro µ
106 mega- M 10-9 nano- n
103 kilo- k 10-12 piko- p
102 hekto- h 10 -15
Femto f
101 deka- da 10-18 atto- a

D. DIMENSI
Dimensi menyatakan sifat fisika dari suatu besaran. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh
besaran pokok yang berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisan
dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diberi tanda kurung persegi. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan Tabel 1.4 berikut!

Tabel 1.4 Besaran Pokok dan Dimensinya


Lambang
No Nama besaran pokok Satuan Dimensi
satuan
1 Panjang meter m [L]
2 Massa kilogram kg [M]
3 Waktu sekon s [T]
4 Kuat arus listrik ampere A [I]
5 Suhu Kelvin K [N]
6 Intensitas cahaya Kandela cd [J]
7 Jumlah zat mol mol [N]
8 Sudut bidang datar Radian Rad*) -
9 Sudut ruang Steradian Sr*) -

Berdasarkan Tabel 1.4, Anda dapat mencari dimensi suatu besaran yang lain dengan cara
mengerjakan seperti pada perhitungan biasa. Untuk penulisan perkalian pada dimensi, biasa ditulis dengan
tanda pangkat positif dan untuk pembagian biasa ditulis dengan tanda pangkat negatif.

Modul 01. Pengukuran dan Vektor


Komang Budi Asthika
3

Contoh :
Tentukan dimensi besaran-besaran berikut!
a. Luas d. Percepatan
b. Volume e. Gaya
c. Kecepatan f. Usaha

Jawab:
a. Luas (L) = panjang × lebar = [L] × [L] = [L2]
b. Volume (V) = panjang × lebar × tinggi = [L] × [L] × [L] = [L 3]
perpindahan  L 
c. Kecepatan (v) =
waktu

T 

 LT 1 
d. Percepatan (a) =
kecepatan


LT 1  
 LT  2 
waktu T 
e. Gaya (F) = massa × percepatan = [M] × [LT -2] = [MLT-2]
f. Usaha (W) = gaya × perpindahan = [MLT -2] × [L] = [ML2T-2]

E. INSTRUMEN PENGUKURAN
Sejak jaman dahulu orang telah melakukan pengukuran, seperti mengukur luas
tanah, mengukur massa badannya, dan mengukur selang waktu antara matahari terbit
sampai tenggelam. Mengukur adalah proses membandingkan suatu besaran yang
diukur dengan besaran tertentu yang telah diketahui atau ditetapkan sebagai acuan.

1. Alat ukur panjang


Penggaris/mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup merupakan contoh
alat ukur panjang. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda, sehingga Anda
harus bisa memilih alat ukur yang tepat untuk sebuah pengukuran. Pemilihan alat
ukur yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan pada hasil pengukuran.

a. Mistar atau penggaris posisi benar


Alat ukur panjang yang sering
posisi salah posisi salah
Anda gunakan adalah mistar atau
penggaris. Pada umumnya, mistar
memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1
cm. Mistar mempunyai ketelitian
pengukuran 0,5 mm, yaitu sebesar
setengah dari skala terkecil yang
dimiliki oleh mistar.
Pada saat melakukan pengukuran Gambar 1.1 Cara membaca yang tepat akan
dengan menggunakan mistar, arah mendapatkan
hasil pengukuran yang akurat.
pandangan hendaknya tepat pada
tempat yang diukur. Artinya, arah
pandangan harus tegak lurus
dengan skala pada mistar dan benda yang diukur. Jika pandangan mata tertuju
pada arah yang kurang tepat, maka akan menyebabkan nilai hasil pengukuran
menjadi lebih besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di
sebut kesalahan paralaks

b. Jangka sorong
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser.
Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama,
sedangkan skala pendek yang terdapat pada rahang geser merupakan skala
nonius atau vernier.

Rahang sorong
Rahang tetap Tombol kunci
atas Skala utama
atas
Tangkai ukur
kedalaman

Skala nonius
Modul 01. Pengukuran dan Vektor
Komang Budi Asthika
Rahang tetap Rahang sorong
bawah bawah

Benda yang diukur


4

Gambar 1.2 Jangka sorong dan bagian-bagiannya

Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm.
Sedangkan skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi
dalam 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala
utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada jangka sorong
adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong tepat digunakan untuk mengukur
diameter luar, diameter dalam, kedalaman tabung, dan panjang benda sampai
nilai 10 cm. Untuk lebih memahami tentang tentang jangka sorong, perhatikan
Gambar 1.2.

c. Mikrometer skrup
Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur tebal benda-benda
tipis dan mengukur diameter benda-benda bulat yang kecil seperti tebal kertas
dan diameter kawat. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros
tetap dan poros ulir. Skala panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan
skala utama, sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros ulir merupakan
skala nonius.

Skala putar dengan


Ruang ukur Ruang ukur silinder putar
tetap gerak gigi putar

Kunci penyetel Skala tetap

rangka
Gambar 1.3 Mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya.

Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan


skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius
mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup
mempunyai tingkat ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu 0,01 mm.

2. Alat ukur massa


Alat untuk mengukur massa disebut
neraca. Ada beberapa jenis neraca, antara
lain, neraca ohauss, neraca lengan, neraca
langkan, neraca pasar, neraca tekan,
neraca badan, dan neraca elektronik.
Setiap neraca memiliki spesifikasi
penggunaan yang berbeda-beda. Jenis Gambar 1.4 Neraca tiga lengan
neraca yang umum ada di sekolah Anda
adalah neraca tiga lengan dan empat
lengan.

3. Alat ukur waktu


Standar satuan waktu adalah sekon atau detik (dalam
buku ini akan digunakan sekon). Alat yang digunakan untuk
mengukur waktu biasanya adalah jam atau arloji. Untuk
megukur selang waktu yang pendek di gunakan stopwatch.
Stopwatch memiliki tingkat ketelitian sampai 0,01 detik. Alat

Modul 01. Pengukuran dan Vektor


Komang Budi Asthika
5

ukur yang paling tepat adalah jam atom. Jam ini hanya digunakan oleh para
ilmuwan di laboratorium.

F. ANGKA PENTING
Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut Angka Penting, terdiri atas angka-angka
pasti dan angka-angka terakhir yang ditaksir (angka taksiran).
Aturan penulisan/penyajian angka penting dalam pengukuran:
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 72,753 (5 angka penting).
2. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 9000,1009 (9 angka penting).
3. Semua angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting, kecuali ada
penjelasan lain
Contoh: 30000, (5 angka penting)
230000 (3 angka penting)
4. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di belakang tanda desimal adalah
angka penting.
Contoh: 67,50000 (7 angka penting).
5. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah angka tidak penting.
Contoh: 0,0000789 (3 angka penting).

Ketentuan - ketentuan pada operasi angka penting:


1. Hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dengan angka-angka penting hanya boleh terdapat Satu
angka Taksiran saja.
Contoh: 2,34 angka 4 = angka taksiran
0,345 + angka 5 = angka taksiran
2,685 angka 8 dan 5 (dua angka terakhir) taksiran maka ditulis: 2,68
(Untuk penambahan/pengurangan perhatikan angka di belakang koma yang paling sedikit).
13,46 angka 6 = angka taksiran
2,2337 - angka 7 = angka taksiran
11,2263 angka 2, 6 dan 3 (tiga angka terakhir) taksiran maka ditulis: 11,23

2. Angka penting pada hasil perkalian dan pembagian, sama banyaknya dengan angka penting yang paling
sedikit.
Contoh: 8,141 (empat angka penting)
0,22 × (dua angka penting)
1,79102
Penulisannya: 1,79102 ditulis 1,8 (dua angka penting)

1,432 (empat angka penting)


2,68 : (tiga angka penting)
0,53432
Penulisannya: 0,53432 di tulis 0,534 (tiga angka penting)

3. Untuk angka 5 atau lebih dibulatkan ke atas, sedangkan angka kurang dari 5 dihilangkan. Jika angkanya
tepat sama dengan 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya ganjil dan dibulatkan ke bawah jika angka
sebelumnya genap.
Contoh: Bulatkanlah sehingga mempunyai tiga angka penting:
a) 24,48 (4 angka penting) → 24,5
b) 56,635 (5 angka penting) → 56,6
c) 73,154 (5 angka penting) → 73,2
d) 33,127 (5 angka penting) → 33,1

G. SUMBER-SUMBER KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN


Mengukur selalu menimbulkan ketidakpastian artinya, tidak ada jaminan bahwa pengukuran ulang
akan memberikan hasil yang tepat sama. Ada tiga sumber utama yang menimbulkan ketidakpastian
pengukuran, yaitu:
1. Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang menyertai
saat pengukuran. Yang termasuk ketidakpastian sistematik antara lain:
Modul 01. Pengukuran dan Vektor
Komang Budi Asthika
6

a. Ketidakpastian Alat
Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukan angkap ada alat tidak tepat, sehingga
pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya, kuat arus listrik yang
melewati suatu hambatan listrik sebenarnya 1,0 ampere, tetapi bila diukur menggunakan suatu
ampermeter tertentu selalu terbaca 1,2 ampere.

b. Kesalahan Nol
Ketidaktepatan penunjukan alat pada skala nol juga menyebabkan ketidakpastian sistematik. Hal
ini sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan. Sebagian besar alat umumnya sudah dilengkapi
dengan sekrup pengatur/pengenol.

c. Waktu Respon Yang Tidak Tepat


Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran (pengambilan data) tidak
bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data yang diperoleh
bukan data yang sebenarnya. Misalnya, kita ingin mengukur periode getaran suatu beban yang
digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu yang diukur sering tidak
tepat karena pengukur terlalu cepat atau terlambat menekan tombol stopwatch saat kejadian
berlangsung.

d. Kondisi Yang Tidak Sesuai


Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh kejadian yang
hendak diukur. Misal, mengukur nilai penguatan transistor saat dilakukan penyolderan, atau
mengukur panjang sesuatu pada suhu tinggi menggunakan mistar logam. Hasil yang diperoleh
tentu bukan nilai yang sebenarnya karena panas mempengaruhi objek yang diukur maupun alat
pengukurnya.

2. Ketidakpastian Random (Acak)


Ketidakpastian random umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan
secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Misalnya:
 Fluktuasi pada besaran listrik seperti tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus
menerus secara cepat dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi.
 Getaran landasan. Alat yang sangat peka (misalnya seismograf) akan melahirkan ketidakpastian
karena gangguan getaran landasannya.
 Radiasi latar belakang. Radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi hasil pengukuran alat
pencacah, sehingga melahirkan ketidakpastian random.
 Gerak acak molekul udara. Molekul udara selalu bergerak secara acak (gerak Brown), sehingga
berpeluang mengganggu alat ukur yang halus, misalnya mikrogalvanometer dan melahirkan
ketidakpastian pengukuran.

3. Ketidakpastian pengamatan
Ketidakpastian pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yang bersumber dari
berkurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya metode pembacaan skala
tidak tegak lurus (paralaks), salah dalam membaca skala, dan pengaturan atau pengesetan alat ukur
yang kurang tepat. Besarnya ketidakpastian berpotensi menghasilkan produk yang tidak berkualitas,
sehingga harus selalu diusahakan untuk memperkecil nilainya, di antaranya dengan kalibrasi,
menghindari gangguan luar, dan hati-hati dalam melakukan pengukuran

TUGAS MANDIRI
1. Sebut dan jelaskan dengan bahasa Anda sendiri perbedaan antara besaran pokok
dan besaran turunan!
2. Buatlah tabel 5 nama alat ukur yang sering digunakan di lingkunganmu, kemudian identifikasikan
kegunaan, nama satuan, dan jenis besaran pokok atau turunan yang dapat diukur!
3. Carilah dimensi besaran-besaran berikut ini:
a. Kecepatan (v = jarak tiap satuan waktu)
b. Percepatan (a = kecepatan tiap satuan waktu)
c. Gaya (F = massa x percepatan)
d. Usaha (W = gaya x jarak perpindahan)
e. Tekanan (P = gaya tiap satuan luas)
f. Impuls (impuls = gaya x waktu)
g. Momentum (momentum = massa x kecepatan)
h. Energi Potensial (Ep = mgh)
4. Sebutkan berapa banyak angka-angka penting pada angka-angka di bawah ini!
a. 2,7001 kg d. 2,9 A g. 0,00005 kg
Modul 01. Pengukuran dan Vektor
Komang Budi Asthika
7

b. 0,0231 m e. 150,27 mm h. 2,3.10-7 dam


c. 1,200 cm f. 2500,0 K i. 200000,3 gr
5. Ubahlah satuan-satuan di bawah ini, ditulis dalam bentuk baku!
a. 27,5 m3 = ...................... cm3
b. 0,5.10-4 kg = ...................... mg
c. 0,7 . 10-8 m = ....................... µm
d. 1000 kilo joule = ................. µJoule = ................ GJoule
6. Bulatkan dalam dua angka penting.
a. 9,8546 c. 6,3336
b. 0,000749 d. 78,985
7. Hitunglah dengan penulisan angka penting.
a. 2,731 + 8,6 = ………. c. 43,54 : 2,3 = ...................
b. 567,4 - 387,67 = ………. d. 2,731 x 0,52 = .....................
8. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu persegi panjang masing-masing 12,61 cm dan 5,2 cm.
Menurut aturan penulisan angka penting, tentukan keliling dan luas persegi panjang tersebut!

Modul 01. Pengukuran dan Vektor


Komang Budi Asthika

Anda mungkin juga menyukai