Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS


PENDEKATAN SAINTIFIK PROSES
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Pembaharuan dalam PBM di SD

Dosen Pengampu : Khoimatun, M.Pd

Oleh Kelompok 6 :
1. Istiqomah (1986206017)
2. Elinda Ayu Komala Sari (1986206011)

PGSD 5A

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP NU INDRAMAYU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT, Tuhan semesta alam dengan segala
sifat ke-Maha-anya, atas limpahan rahmat dan karunianya yang tiada terbatas,
sehingga meski dengan segala keterbatasan, penulis dapat menyelesaikan makalah
yang cukup sederhana ini dengan judul “Model dan Metode Pembelajaran
Berbasis Pendekatan Saintifik Proses”. Sholawat beriring salam tak henti
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, nabi pembawa perdamaian bagi
seluruh alam, serta kepada Keluarga, para Sahabat, dan Umatnya.
Selanjutnya, meski upaya keras telah penulis kerahkan dengan
mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyusun makalah ini, dengan
harapan penulis menyadari bahwa makalah sederhana yang saya susun ini masih
jauh dari kesempurnaan dan perlu perbaikan. Kepada dosen pengampu, bimbingan
dan pengarahan ibu sangat penulis harapkan dan ucapkan terimakasih. Serta kepada
pembaca, kritik, saran, dan masukan yang membangun, penulis rasa sangat perlu
demi tercapainya hasil yang lebih baik untuk kedepannya.
Harapan penulis, makalah sederhana yang sajikan ini dapat memberi manfaat
dalam menambah wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Amin yarobbal ‘alamin….

Indramayu, 24 September 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 1
3. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 2
A. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI 2
B. MODEL PWMBWLAJARAN BERBASIS MASALAH 7
C. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK 12
D. METODE DISCOVERY DAN METODE EKSPERIMEN 16
BAB III PENUTUP 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20

II
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Salah satu tuntutan kurikulum 2013 adalah penggunaan pendekatan saintifik


dalam pembelajaran. Adanya pendekatan tersebut tentunya memerlukan
pengetahuan memadai oleh guru tentang pembelajaran dan implementasinya di
kelas. Oleh karena itu tujuan dalam kajian ini adalah menguraikan hubungan lima
tahapan pendekatan saintifik(5M) dengan sintak beberapa model pembeljaaran
(discovery / inquiry learning, bassed learning, project bassed learning). Untuk
menjawab tujuan tersebut digunakan referensi dan hasil penelitian yang relevan
melalui studi kepustakaan. Analisis hubungan lima tahapan pendekatan saintifik
dengan sintak model pembelajran dilakuka dengan pendekatan struktural. Hasil
kajian menunjukkan bahwa pendekatan saintifik dapat digunakan secara bersama-
sama dengan model pembelajaran.

2. Rumusan Masalah

1. Apa itu model pembelajaran inkuiri?


2. Apa itu model pembelajaran berbasis masalah?
3. Apa itu model pembelajaran berbasis proyek?
4. Apa itu metode discovery dan metode eksperimen?

3. Tujuan

1. Untuk memahami model pembelajaran inkuiri?


2. Untuk memahami model pembelajaran berbasis masalah?
3. Untuk memahami model pembelajaran berbasis proyek?
4. Untuk memahami metode discovery dan metode eksperimen?
2.

1
BAB II
PEMBAHASAN

MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS


PENDEKATAN SAINTIFIK PROSES

A. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

1. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri


Model Pembelajaran inkuiri (selanjutnya disebut MPI) adalah suatu model
pembelajaran yang dikembangkan agar siswa menemukan dan menggunakan
berbagai sumber informasi dan ide-ide untuk meningkatkan pemahaman mereka
entang masalah, topik, atau isu tertentu. Penggunaan model ini menumut siswa
untuk mampu untuk tidak hanya sekadar menjawab pertanyaan atau mendapat kan
jawaban yang benar. Model ini menuntut siswa untuk melakukan serang kaian
investigasi, eksplorasi, pencarian, eksperimen, penelusun, dan pene an MPI
merupakan model pembelajaran yang melibatkan minat dan menan ang siswa untuk
menghubungkan dunia nyata dengan kurikulum Meskipun sering dianggap sebagai
penemuan individu, MPI sebenamya merupakan model pembelajaran yang
melibatkan kerja kolaboratif siswa sehinga masing-masing swa dapat belajar dari
yang lain dalam sebuah interaksi sosial yang kondusif.
Melalui MPI siswa memperoleh kemampuan untuk mengunakan alat-alat dan
berbagai sumber belajar baik yang berhubungan dengan materi pembe lajaran
maupun yang tidak berhubungan dengan wilayah mari standar kuri kulum.
Penerapan model ini membantu siswa beroleh kompetensi meneliti dan kompetensi
pengetahuan yang disertai pula dengan kompeten yang lain seperti kompetensi
membaca pemahaman, kompetensi menulis, lampetensi bekerja sama, kompetensi
berpikir kritis kreatif dan inovatif, sekanga mampu digunakan untuk
mengembangkan minat dan motivasi siswa belajar. Bertemali dengan pengertian ini
Coffman (2009) mendefinisikan inkuiri sebagai pembelajaran yang berfokus pada
upaya guru dalam mengajukan pertanyaan secara konsisten untuk meningkatkan

2
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran selama proses belajar mengajar di
dalam kelas.
Menurut para ahli, MPI merupakan model pembe lajaran yang fleksibel dan
terbuka dan mengacu pada keterampilan dan sumber belajar yang bervariasi. Dalam
model ini, guru berperan sebagai mitra siswa yang membimbing, memfasilitasi, dan
memandu pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan. MPI dipandang sebagai model pembelajaran yang bersifat
interdisipliner yang berfungsi untuk membia sakan siswa mempelajari dan
memecahkan masalah, berpikir kritis dan bera sumsi, serta bertanggung jawab
dalam mencapai pemahaman secara mandiri.
Dalam praktiknya, MPI menuntut siswa melakukan serangkaian proses saintifik
dari tahapan menetapkan masalah; merumuskan hipotesis; melakukan observasi,
eksperimen, dan kegiatan penelitian sederhana sejenis; mengolah dan menganalisis
data; menguji hipotesis; hingga tahapan membuat simpulan akhir atau simpulan
umum serta mempresentasikannya. Model pembelajaran ini benar-benar menantang
siswa untuk senantiasa aktif selama proses pembelajaran dan sekaligus mendorong
mereka untuk mengoptimalkan berbagai kemampuan dan keterampilan belajar guna
mencapai pemahaman tingkat tinggi atas apa yang sedang dipelajari.
MPI memiliki beberapa karakteristik khususnya yang membedakannya dengan
model pembelajaran yang lain. Tentang hal ini Kuhlthau, Maniotes, dan Caspari,
(2007) memaparkan karak teristik MPI sebagai berikut.
a. Merepresentasikan konsep belajar seumur hidup.
b. Terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran, menggunakan berbagai sumber
belajar, dan menekankan pencapai proses dan hasil belajar
c. Mentransfer konsep-konsep informasi.
d. Melibatkan siswa secara aktif dalam seluruh tahapan tahap awal hingga tahap
akhir.
e. Pembelajaran senantiasa dihubungkan dengan konteks kehidupan siswa.
f. Pembelajaran dilangsungkan dalam komunitas belajar yang kolaboratif dan
kooperatif.
g. Guru dan siswa sama-sama terlibat aktif selama proses pembelajaran.

3
2. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Sintaks MPI telah dirumuskan secara beragam oleh beberapa ahli pembelajaran.
Sintaks MPI berikut merupakan sintaks hasil pengembangan yang dilakukan atas
sintaks terdahulu. Sintaks MPI hasil pengembangan tersebut disajikan dalam
gambar sebagai berikut.

Fase 1: Fase 2:
Prapembelajaran Menetapkan Merumuskan
Masalah Hipotesis

Fase 3: Fase 4:
Melaksanakan Mengolah dan Fase 5:
Penelitian/ eksperimen Menganalisis Data Menguji Hipotesis

Fase 6: Fase 7: Pasca-


Membuat Simpulan Menyajikan Hasil Pembelajaran
Umum

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa tahapan MPI adalah sebagai
berikut.

1. Prapembelajaran.
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru sebelum pembelajaran
inti dimulai. Pada tahap ini guru merancang pem di belajaran, mempersiapkan
media dan sumber belajar, mengorganisasikan siswa, dan menjelaskan prosedur
pembelajaran.
2. Fase 1: Menetapkan Masalah.
Pada tahap ini siswa mencari masalah apa yang akan diteliti sekaligus
menentukan cara yang akan dipilihnya dalam meneliti masalah tersebut. Pada

4
akhir tahap ini siswa harus menuliskan rumusan masalah yang akan dicari
jawabannya melalui kegiatan penelitian. Tugas guru pada tahap ini adalah
memotivasi siswa untuk mampu menemukan masalah.
3. Fase 2: Merumuskan Hipotesis
Pada tahap ini siswa belajar merumuskan hipotesis atau jawaban sementara
atas rumusan masalah yang telah diajukannya pada tahap sebelumnya dengan
mengoptimalkan apa yang telah mereka ketahui. Tugas guru pada tahap ini
adalah membantu siswa membangkitkan skematanya dan mem bimbing siswa
membuat hipotesis.
4. Fase 3: Melaksanakan Penelitian/Eksperimen
Pada tahap ini siswa merencana dan melaksanakan kegiatan penelitian atau
eksperimen. Selama melaksanakan eksperimen/penelitian, siswa mencatat
seluruh proses dan hasil penelitian atau eksperimen sebagai data penting yang
akan diolah dan dianalisis. Tugas guru pada tahap ini memfasilitasi, membantu,
dan memberikan solusi kepada siswa selama melaksanakan kegiatan
penelitian/eksperimen.
5. Fase 4: Mengolah dan Menganalisis Data
Pada tahap ini siswa mengolah dan menganalisis berbagai data yang dipero
leh pada kegiatan penelitiany eksperimen. Tugas guru pada tahap ini adalah
membimbing siswa mengolah dan menganalisis data dan jika diperlukan
memberikan gambaran model pengolahan dan penganalisisan data yang benar.
6. Fase 5: Menguji Hipotesis
Pada tahap ini siswa menguji hipotesis yang telah diajukannya. Jika hipo tesis
terbukti siswa harus mampu menjelaskan secara terperinci alasan alasan
keberterimaan hipotesis. Demikian pula sebaliknya, siswa harus memberikan
argumentasi ilmiah jika hipotesisnya tidak terbukti. Tugas guru adalah
mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir
7. Fase 6: Membuat Simpulan Umum
Pada tahap ini siswa merumuskan simpulan umum atau akhir atas hasil
kegiatan inkuiri yang telah dilaksanakannya. Simpulan ini hendaknya mampu
menjawab rumusan masalah yang diajukan sebelumnya. Tugas guru adalah
membantu siswa menyusun simpulan yang ilmiah dan sistematis.
8. Fase 7: Menyajikan Hasil

5
Pada tahap ini perwakilan siswa tiap kelompok memaparkan hasil kerjanya.
Pemaparan dilanjutkan diskusi kelas dengan dimoderatori dan difasilitatori oleh
guru. Pada tahap ini guru juga melakukan penilaian atas performa atau produk
yang dihasilkan oleh siswa.

9. Pascapembelajaran
Pada tahap ini guru membahas kembali masalah dan solusi alternatif yang
bisa digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam prosesnya guru
membandingkan antara solusi satu dengan solusi lain hasil pemikiran siswa atau
juga dibandingkan dengan solusi secara teoretis yang telah ada.

3. Implementasi Model, Prinsip Reaksi, Sistem Lingkungan, dan Dampak


Model Pembelajaran Inkuiri

1. Implementasi Model
Pelaksanaan penerapan MPI dalam pembelajaran membutuhkan waktu antara
70-140 menit yang berlangsung dalam 1-3 kali pertemuan. Untuk efek tivitas
pelaksanaannya, jadwal pembelajaran dilaksanakan 2 kali dalam. seminggu. Dalam
implementasinya guru dan siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis,
berpikir kreatif, terampil berkomunikasi, dan memiliki semangat dan motivasi
bekerja baik secara individu maupun secara kooperatif. Selama penerapan model,
guru harus mencatat berbagai aktivitas dan hasil kerja siswa untuk mengatur dan
mengikat pola berpikir dan pola kebiasaan belajar serta mencoba mempengaruhi
siswa secara psikologis agar mereka terbiasa berakti vitas dengan baik.

2. Prinsip Reaksi
Reaksi guru yang harus dilakukan pada setiap tahapan pembelajaran telah
diuraikan terpadu dengan sintaks MPI. Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa
reaksi utama yang harus diberikan adalah guru harus senantiasa mem
bangkitkanmotivasi belajar, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif,
dan produktif, dan membiasakan siswa bekerja secara kooperatif, kolaboratif, dan
komunikatif,

3. Sistern Lingkungan

6
Guna menerapkan model ini, sistem lingkungan belajar yang diharapkan tersedia
adalah ketersediaan masalah yang bisa dipecahkan secara multi perspektif, media
dan sumber belajar yang relevan, lembar kerja proses yang lengkap secara individu
dan kelompok, dan situasi pembelajaran yang men dukung. Yang tidak kalah
pentingnya adalah siswa harus menyadari benar peran dan tugasnya selama
pembelajaran yang meliputi (1) mengoptimalkan kemam puan berpikir,
keterampilan berkreasi, dan motivasi belajar dan bekerja; (2) terbuka terhadap ide,
konsep, gagasan, dan masukan baru; (3) siap bekerja sama secara kolaborasi dan
kooperatif; dan (4) mengoptimalkan kemampua n berko munikasi baik
intrakelompok maupun antarkelompok.

4. Dampak yang Diharapkan


MPI dikembangkan dengan harapan memberi dampak instruksional berupa (1)
peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran, (2)
pengembangan kemampuan siswa dalam melaksanakan penelitian/eksperimen, dan
(3) peningkatan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Dampak penyertanya ialah dalam hal (1) mengembangkan karakter siswa antara
lain disiplin, cermat, kerja keras, tanggung jawab, toleran, santun, berani, dan kritis
serta etis dan (2) membentuk kecakapan hidup pada diri siswa, (3) m eningkatkan
sikap ilmiah dan (4) membina kemampuan siswa dalam berkomunikasi,
berargumentasi, dan berkolaborasi/ bekerja sama. Secara visual, dampak penerapan
model ini dapat digambarkan sebagai berikut.

B. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


1. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang (selanjutnya disebut MPBM)
berakar dari keyakinan John Dewey bahwa guru harus mengajar dengan menarik
naluri alami siswa untuk menyelidiki dan menciptakan. Dewey menulis bahwa
pendekatan utama yang seyogyanya digunakan untuk setiap mata pelajaran di
sekolah adalah pendekatan yang mampu merangsang pikiran siswa untuk
memperoleh segala keterampilan belajar yang bersifat nonskolastik. Berdasarkan
keyakinan ini, pembelajaran hendaknya senantiasa dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa karena konteks alamiah ini memberikan sesuatu yang dapat

7
dilakukan siswa, bukan sesuatu yang harus dipelajari, sehingga hal ini akan secara
alamiah menuntut siswa berpikir dan mendapatkan hasil belajar yang alamiah pula.
Kemendikbud (2013b) memandang MPBM suatu model pembelajaran yang
menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum
peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang
harus dipecahkan. Sejalan dengan hal ini, MPBM dilakukan dengan adanya
pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan
pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah
keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.

2. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Sintaks MPBM telah dirumuskan secara beragam oleh beberapa ahli pembe-.
lajaran. Sintaks MPBM berikut merupakan sintaks hasil pengembangan yang
dilakukan atas sintaks terdahulu. Sintaks MPBM hasil pengembangan tersebut
disajikan dalam gambar sebagai berikut.

Fase 1: Fase 2:
Prapembelajaran Menemukan Membangun Struktur
Masalah Kerja

Fase 3: Fase 4:
Menetapkan Mengumpulkan Fase 5:
dan Berbagi Merumuskan Solusi
Masalah Informasi

Fase 6:
Papembelajaran Fase 7:
Menentukan solusi Pasca-Pembelajaran
Menyajikan Solusi
Terbaik

8
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa tahapan MPBM adalah
sebagai berikut.

a. Prapembelajaran.
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di sebelum
pembelajaran inti dimulai. Pada tahap ini guru merancang mem persiapkan
media dan sumber belajar, mengorganisasikan siswa, dan menjelaskan
prosedur pembelajaran.
b. Fase 1: Menemukan Masalah.
Pada tahap ini siswa membaca masalah yang disajikan guru secara individu.
Berdasarkan hasil membaca siswa menuliskan berbagai informasi penting,
menemukan hal yang dianggap sebagai masalah, dan menentukan pentingnya
masalah tersebut bagi dirinya secara individu. Tugas guru pada tahap ini adalah
memotivasi siswa untuk mampu menemukan masalah.
c. Fase 2: Membangun Struktur Kerja
Pada tahap ini siswa secara individu membangun struktur kerja yang akan
dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Upaya membangun struktur kerja ini
diawali dengan aktivitas siswa mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang
masalah, apa yang ingin diketahui dari masalah, dan ide apa yang bisa
digunakan untuk memecahkan masalah. Hal terakhir yang harus siswa lakukan
pada tahap ini adalah merumuskan rencana aksi yang akan dilaku kan dalam
menyelesaikan masalah. Tugas guru pada tahap ini adalah meni berikan
kesadaran akan pentingnya rencana aksi untuk memecahkan masalah.
d. Fase 3: Menetapkan Masalah
Pada tahap ini siswa menetapkan masalah yang dianggap paling penting
atau masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan nyata. Masalah tersebut
selanjutnya dikemas dalam bentuk pertanyaan menjadi sebuah rumusan masalah.
membuat rumusan masalah. Bentuk rumusan masalah berisi masalah utama apa
yang ada dan bagaimana memecahkannya. Tugas guru pada tahap ini adalah
mendorong siswa untuk menemukan masalah utama dan membantu siswa
menyusun rumusan masalah.
e. Fase 4: Mengumpulkan dan Berbagai Informasi
Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan pengumpulan data melalui
kegiatan penelitian atau kegiatan sejenis lainnva. Berdasarkan informasi yang

9
telah siswa peroleh secara individu, selanjutnya siswa berbagi informasi tersebut
dengan temannya dalam kelompok yang telah ditetapkan.
f. Fase 5: Merumuskan Solusi
Pada tahap ini siswa secara berkelompok imencoba melakukan merumuskan
solusi terbaik bagi pemecahan masalah yang dihadapi. Proses perumusan solusi
dilakukan secara kolaboratif dan kooperatif dengan menekankan komunikasi
efektif dalam kelompok. Semua solusi yang mungkin dituliskan oleh masing-
masing anggota dan kemudian ditampung oleh seorang siswa yang ditunjuk
dalam kelompok. Tugas guru adalah memastikan proses kelompok terjadi secara
kolaboratif, kooperatif, dan komunikatif.
g. Fase 6: Menentukan Solusi Terbaik
Pada tahap ini siswa menimbang kembali berbagai solusi yang dihasilkan
dan mulai memilih beberapa solusi yang dianggap paling tepat untuk
memecahkan masalan. Tugas guru adalah meyakinkan siswa pentingnya
meninjau ulang dan menimbang keefektifan solusi yang telah dihasilkan,pada
tahap sebelumnya.
h. Fase 7: Menyajikan Solusi
Pada tahap ini perwakilan siswa tiap kelompok memaparkan hasil kerjanya.
Pemaparan dilanjutkan diskusi kelas dengan dimoderatori dan difasilitatori oleh
guru. Pada tahap ini guru juga melakukan penilaian atas performa atau produk
yang dihasilkan oleh siswa.
i. Pascapembelajaran
Pada tahap ini guru membahas kembali masalah dan solusi alternatif yang
bisa digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam prosesnya guru
membandingkan antara solusi satu dengan solusi lain hasil pemikiran siswa atau
juga dibandingkan dengan solusi secara teoretis yang telah ada.

3. Implementasi Model, Prinsip Reaksi, Sistem Lingkungan, dan Dampak


Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Implementasi Model
Pelaksanaan penerapan MPBM dalam pembelajaran membutuhkan waktu
antara 70-140 menit yang berlangsung dalam 1-3 kali pertemuan. Untuk efektivitas
pelaksanaannya, jadwal pembelajaran dilaksanakan 2 kali dalam seminggu. Dalam

10
implementasinya guru dan siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis,
berpikir kreatif, terampil berkomunikasi, dan memiliki semangat dan motivasi
bekerja baik secara individu maupun secara kooperatif. Selama penerapan model,
guru harus mencatat berbagai aktivitas dan hasil kerja siswa untuk mengatur dan
mengikat pola berpikir dan pola kebiasaan belajar serta mencoba mempengaruhi
siswa secara psikologis agar mereka terbiasa berakti vitas dengan baik. Sebagai
tambahan, guru juga harus memberikan dorongan kepada siswa yang kurang
bersemangat beraktivitas sehingga siswa mampu membangun perspektif yang segar
pada masalah yang dibahasnya.
b. Prinsip Reaksi
Reaksi guru yang harus dilakukan pada setiap tahapan pembelajaran telah
diuraikan terpadlu dengan sintaks MPBM. Namun demikian, perlu ditegaskan
bahwa reaksi utama yang harus diberikan adalah guru harus senantiasa
membangkitkan motivasi belajar, mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
kreatif, dan produktif, dan membiasakan siswa bekerja secara kooperatif,
kolaboratif, dan komunikatif
c. Sistem Lingkungan
Guna menerapkan model ini, sistem lingkungan belajar yang diharapkan terse
dia adalah ketersediaan kasus yang bisa dipecahkan secara multiperspekti media
dan sumber belajar yang relevan, lembar kerja proses yang lengkap seca ra individu
dan kelompok, dan situasi pembelajaran yang mendukung. Yang tidak kalah
pentingnya adalah siswa harus menyadari benar peran dan tugasnya selama
pembelajaran yang meliputi (1) mengoptimalkan kemampuan berpikir,
keterampilan berkreasi, dan motivasi belajar dan bekerja; (2) terbuka terhadap ide,
konsep, gagasan, dan masukan baru; (3) siap bekerja sama secara kolaborasi dan
kooperatif; dan (4) mengoptimalkan kemampuan berkomunikasi baik intra
kelompok maupun antarkelompok.
d. Dampak yang Diharapkan
MPBM dikembangkan dengan harapan memberi dampak instruksional berupa
(1) peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran, (2)
pengembangan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah otentik, dan (3)
peningkatan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Dampak
penyertanya ialah dalam hal (1) mengembangkan karakter siswa antara lain
disiplin, cermat, kerja keras, tanggung jawab toleran, santun, oerani, dan kritis serta

11
etis dan (2) membentuk kecakapan hidup pada diri siswa, (3) mening katkan sikap
ilmiah dan (4) membina kemampuan siswa dalam berkomunikasi, berargumentasi,
dan berkolaborasi/bekerja sama.

C. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK


1. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) selanjutnya
disebut MPBP adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerja kan dan
menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Model ini sebenar nya bukanlah
model baru dalam pembelajaran. Walaupun MPBP dapat dikata kan sebagai model
lama, model ini masih banyak digunakan dan terus dikem bangkan karena dinilai
memiliki keunggulan tertentu dibanding dengan model pembelajaran lain. Salah
satu keunggulan tersebut adalah bahwa MPBP dinilai merupakan salah satu model
pembelajaran yang sangat baik dalam mengern bangkan berbagai keterampilan
dasar yang harus dimiliki siswa termasuk kete rampilan berpikir, keterampilan
membuat keputusan, kemampuan berkreativitas, kemampuan memecahkan
masalah, dan sekaligus dipandang efektif untuk mengembangkan rasa percaya diri
dan manajemen diri para siswa.
Pengertian MPBP yang lebih spesifik dikemukakan Helm dan Katz. Helm dan
Katz (2001) menyatakan bahwa MPBP merupakan model pembelajaran. yang
secara mendalam menggali nilai-nilai dari suatu topik tertentu yang sedang
dipelajari. Kata kunci utama model ini adalah adanya kegiatan penelitian yang
sengaja dilakukan oleh siswa dengan berfokus pada upaya mencari jawaban atas
pertanyaan yang diajukan guru. Dalam implementasinya, model ini memberikan
peluang yang luas kepada siswa untuk membuat keputusan dalam memilik topik,
melakukan penelitian, dan menyelesaikan sebuah proyek tertentu.
Sejalan dengan konsep yang dikemukakan Simkins di atas, Diffily and Sassman
(MacDonell, 2007) menjelaskan bahwa model pembelajaran ini memiliki tujuh
karakteristik sebagai berikut.
a) Melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran
b) Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata
c) Dilaksanakan dengan berbasis penelitian

12
d) Melibatkan berbagai sumber belajar
e) Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan
f) Dilakukan dari waktu ke waktu
g) Diakhiri dengan sebuah produk tertentu.

Senada dengan karakteristik di atas, Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa


MPBP memiliki karakteristik sebagai berikut.
a) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
b) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
c) Peserta didik mendesain proses untuk menentukan atau tantangan yang
diajukan.
d) Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
e) Proses evaluasi dijalankan secara kontinu.
f) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan.
g) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
h) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Berdasarkan karakteristik tersebut, MacDonell (2007) menjelaskan bahwa


MPBP merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan tingkat
perkembangan berpikir siswa dengan berpusat pada aktivitas belajar siswa sehingga
memungkinkan mereka untuk beraktivitas sesuai dengan keterampilan,
kenyamanan, dan minat belajarnya. Model ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menentukan sendiri proyek yang akan dikerjakannya baik dalam hal
menumuskan pertanyaan yang akan dijawab, memilih topik yang akan diteliti,
maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Peran guru dalam
pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman
pekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan
siswa tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek.

13
2. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Sintaks MPBP dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut.

Fase 2:
Fase 1:
Membuat Desain dan
Praproyek Menganalisis
Jadwal Pelaksanaan
Masalah
Proyek

Fase 3: Fase 4:
Fase 5:
Melaksanakan Menyusun
Draf/Prototipe
Mengukur, Menilai, dan
Penelitian Produk Memperbaiki Produk

Fase 6:
Finalisasi dan Pascaproyek
Publikasi Produk

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan kembali bahwa tahapan MPBP


adalah sebagai berikut.
a. Praproyek. Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di luar jarn
pelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek, menet tukan batu
pijakan proyek, menyiapkan media dan berbagai sumber belajar dan menyiapkan
kondisi pembelajaran.
b. Fase 1: Mengidentifikasi Masalah. Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan
terhadap obyek tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut siswa
mengidentifikasi masalah jan membuat rumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan.
c. Fase 2: Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proye. Pada tahap ini siswa
secara kolaboratif kelompok baik dengan anggota kelompok ataupun dengan
guru mulai merancang proyek yang akan mereka buat, menentukan penjadwalan
pengerjaan proyek, dan melakukan aktivitas persiapan lainnya.
d. Fase 3: Melaksanakan Penelitian

14
Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar
bagi produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan pene litian tersebut
siswa mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut sesuai
dengan teknik analisis data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
e. Fase 4: Menyusun Draf/Prototipe Produk
Pada tahap ini siswa mulai membuat produk awal sebagaimana rencana dan hasil
penelitian yang dilakukannya.
f. Fase 5: Mengukur, Menilai, dan Memperbaiki Produk Pada tahap ini siswa
melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan, dan memperbaiki
produk tersebut. Dalam praktiknya, kegiatan mengukur dan menilai produk
dapat dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari anggota kelompok
lain ataupun pendapat guru.
g. Fase 6: Finalisasi dan Publikasi Produk. Pada tahap ini siswa melakukan
finalisasi produk dengan harapan, produk dipublikasikan.
h. Pascaproyek. Pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan, masukan, dan
saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan siswa.

3. Implementasi Model, Prinsip Reaksi, Sistem Lingkungan, dan Dampak


Model Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Implementasi Model
Pelaksanaan penerapan MPBP dalam pembelajaran membutuhkan waktu Antara
140-200 menit yang berlangsung dalam 1-4 kali pertemuan. Untuk efektivitas
pelaksanaannya, jadwal pembelajaran dilaksanakan 2 kali dalam seminggu. Dalem
implementasinya guru dan siswa harus memiliki kemampuan kreatif yang baik
secara individu maupun secara kooperatif. Selama penerapan model, guru tinggi,
terbuka menerima pendapat orang lain, dan memiliki semangat bekerja harus
mencatat berbagai aktivitas dan hasil kerja siswa untuk mengatur dan mengikat pola
berpikir dan pola kebiasaan belajar serta mencoba mempenga ruhi siswa secara
psikologis agar mereka terbiasa beraktivitas dengan baik. Seba gai tambahan, guru
juga harus memberikan dorongan kepada siswa yang kurang bersemangat
beraktivitas sehingga siswa mampu membangun perspektif yang segar pada masalah
yang dibahasnya.
b. Prinsip Reaksi

15
Reaksi dari guru dibutuhkan pada setiap tahapan pembelajaran. Reaksi utama
yang diharapkan dari guru adalah mengusahakan membangkitkan kemampuan
kritis, kreatif, dan produktif siswa sebagai alat proses berpikir. Lebih khusus real si
guru yang diperlukan dalam implementasi model ini ialah (1) guru harus
menciptakan suasana kooperatif bukan kompetitif; (2) guru harus meningkatkan
kesadaran siswa untuk membuat rumusan hasil kajian yang terbuka untuk sebuah
perbaikkan; dan (3) mencari keunikan siswa dan menilai siswa dengan cara
transparan dan berbagai macam penilaian.
c. Sistem Lingkungan
Guna menerapkan model ini, sistem lingkungan belajar yang diharapkan terse
dia adalah ketersediaan media pembelajaran yang relevan, lembar kerja proses yang
lengkap secara individu, dan situasi pembelajaran yang mendukung. Selain itu,
kelas diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa untuk mela kukan
kerja koop antar kelompok intrakelompok. Pembagian kelompok juga harus
didasarkan atas keberagaman kemampuan siswa sehingga kerja kooperatif semakin
mudah terlaksana. Yang tidak kalah pentingnya adalah siswa harus menyadari
benar peran dan tugasnya selama pembelajaran yang meliputi (1) mengoptimalkan
kemampuan berpikir, keterampilan berkreasi, dan motivasi belajar dan bekerja; (2)
terbuka terhadap ide, konsep, gagasan, dan masukan baru; (3) siap bekerja sama
secara kolaborasi; dan (4) mengoptimalkan kemampuan berkomunikasi baik
intrakelompok maupun antarkelompok.
d. Dampak yang Diharapkan
MPBP dikembangkan dengan harapan memberi dampak instruksional berupa (1)
peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran, (2)
pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, dan
(3) membina daya kreativitas produktif siswa. Dampak penyertanya ialah dalam hal
(1) mengembangkan karakter siswa antara lain disiplin, cermat, kerja keras,
tanggung jawab, toleran, santun, berani, dan kritis serta etis dan (2) membentuk
kecakapan hidup pada diri siswa, (3) meningkatkan sikap ilmiah dan (4) mem bina
kemampuan siswa dalam berkomunikasi, berargumentasi, dan berkola borasi/
bekerja sama.

D. METODE DISCOVERY DAN METODE EKSPERIMEN

16
Istilah discovery inkuiri, dan eksperimen merupakan istilah dasar dan
penting dalam konteks model pembelajaran kurikulum 2103. Oleh sebab itulah,
discovery, inkuiri, dan eksperimen sering muncul dalam ketiga model pembe
lajaran yang telah dibahas di atas. Ketiga istilah ini sering disamakan dan sering
pula dipertentangkan. Atas dasar kondisi ini dan untuk memberikan gambaran
tentang ketiga istilah pembelajaran tersebut, berikut dijelaskan konsep discovery,
inkuiri, dan eksperimen.
Discovery dapat dipandang sebagai metode ataupun model pembelajaran,
Namun demikian discovery lebih sering disebut sebagai metode tinimbang sebagai
model pembelajaran. Oleh karenanya, istilah yang sering muncul adalah metode
discovery. Metode discovery (dalam bahasa Indonesia sering disebut metode
penyingkapan) didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila siswa
disajikan materi pembelajaran yang masih bersifat belum tuntas atau belum lengkap
sehingga menuntut siswa menyingkapkan beberapa informasi yang diperlukan
untuk melengkapi materi ajar tersebut.

1. Langkah-langkah Metode Discovery.


Menurut Syah. (2004) dalam mengaplikasikan metode discovery di proses
pembelajaran, ada beberapa tahapan pembelajaran yang harus dilaksanakan.
Tahapan atau langkah-langkah tersebut secara umum dapat diperinci sebagai
berikut.
a. Stimulasi.
b. Menyatakan Masalah.
c. Pengumpulan Data.
d. Pengolahan Data.
e. Pembuktian.
f. Menarik Kesimpulan.

2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen diterapkan berdasarkan langkah-langkah umum sebagai
berikut. Kegiatan pembelajaran dengan pendeka'an eksperimen dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan
eksperimen dimaksud dijelaskan berikut ini.
a. Tahap Persiapan

17
b. Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
2) Kegiatan Inti
3) Kegiatan Akhir

Bertemali dengan tahapan pembelajaran baik pada metode discovery maupun


pada metode eksperimen di atas , ada beberapa catatan yang harus diperhatikan
guru, yakni sebagai berikut.
1. Selama proses pengumpulan data dalam metode discovery ataupun selama siswa
melaksanakan eksperimen, guru mengamati pengumpulan data atau proses
eksperimen.
2. Selama proses pengurapulan data dalam metode discovery ataupun selama siswa
melaksanakan eksperimen, guru membimbing siswa dalam menga mati
pengumpulan data atau proses eksperimen. Proses pembimbingan ini ditujukan
agar guru mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dan mem berikan solusi
kepada siswa secara tepat berdasarkan kesulitan yang mereka hadapi.
3. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya bersedia dijadikan tempat bertanya
para siswa selama pertanyaan tersebut bukan merujuk langsung pada konsep
yang sedang siswa teliti.
4. Selama proses pembelajaran guru harus secara intens membangkitkan.
5. Proses penilaian yang harus digunakan guru ketika menerapkan kedua metode
pembelajaran ini hendaknya merupakan penilaian otentik baik yang merujuk
pada proses maupun hasil pembelajaran.

18
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Model Pembelajaran inkuiri (selanjutnya disebut MPI) adalah suatu model
pembelajaran yang dikembangkan agar siswa menemukan dan menggunakan
berbagai sumber informasi dan ide-ide untuk meningkatkan pemahaman mereka
entang masalah, topik, atau isu tertentu.

MPBM adalah suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik


untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi
dari permasalahan dunia nyata
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) selanjutnya
disebut MPBP adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerja kan dan
menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Model ini sebenar nya bukanlah
model baru dalam pembelajaran
Istilah discovery inkuiri, dan eksperimen merupakan istilah dasar dan
penting dalam konteks model pembelajaran kurikulum 2103. Oleh sebab itulah,
discovery, inkuiri, dan eksperimen sering muncul dalam ketiga model pembe
lajaran yang telah dibahas di atas. Ketiga istilah ini sering disamakan dan sering
pula dipertentangkan. Atas dasar kondisi ini dan untuk memberikan gambaran
tentang ketiga istilah pembelajaran tersebut, berikut dijelaskan konsep discovery,
inkuiri, dan eksperimen.

2. Saran
Kami berharap setelah pembaca membaca makalah ini tetap mencari referensi
lain agar pemahaman lebih baik dan kompleks lagi tentang materi ini, serta tidak
menjadikan makalah ini sebagai acuan dasar, karena masih banyak pemahaman-
pemahaman lain yang harus tetap dipelajari

19
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS


KURIKULUM 2013. Bandung: Rafika Aditama

20

Anda mungkin juga menyukai