Anda di halaman 1dari 18

Prinsip, Teori dan Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD/MI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia SD/MI

Dosen Pengampu: Tutik Dinur Rofiah, M.Pd

Penulis :

Muhammad Faisal Mujib (22206023)

Anisa’ nurul fadlilah (22206030)

Dini Afifatul Ulya (22206036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat meyelesaikan makalah tentang “Prinsip, Teori dan Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Indonesia SD/MI”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang
lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar begi seluruh
alam semesta.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
SD/MI, serta menambah wawasan pembaca makalah dan penulis sendiri. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tutik Dinur Rofiah, M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Bahasa Indonesia SD/MI, serta pihak-pihak yang ikut serta dalam penyusunan
makalah ini

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dalam hal penulisan maupun dalam kajian materi. Akhirnya, dengan penuh kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang
ada di dalam makalah ini dapat membawa manfaat bagi penulis dan khususnya pembaca.

Wassalamu’alikum wr.wb

Kediri, 28 Februari 2023

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Sampul .............................................................................................................i

Kata Pengantar ................................................................................................................ii

Daftar Isi .........................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan ..........................................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...............................................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................................1

Bab II Pembahasan .........................................................................................................2

A. Macam-Macam Teori Pembelajarqn Bahasa Indonesia SD/MI .........................2


B. Jenis-Jenis Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SD/MI ............5
C. Urgensi Teori dan Pendekatan Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia
SD/MI .................................................................................................................13

Bab III Penutup ...............................................................................................................14

A. Kesimpulan .........................................................................................................14

Daftar Pustaka .................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara Indonesia, oleh karena itu penting
bagi siswa untuk memiliki keterampilan berbahasa yang baik dan benar agar dapat
berkomunikasi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari dan mengikuti pelajaran dengan
baik. Pembelajaran Bahasa Indonesia juga dapat membantu siswa memahami nilai-nilai
dan budaya Indonesia serta persiapan untuk memahami mata pelajaran lain yang
diajarkan dalam bahasa Indonesia.
Dengan membahas prinsip, teori, dan pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia
SD/MI, diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
cara mengajarkan Bahasa Indonesia yang efektif dan tepat guna bagi siswa Sekolah
Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di Indonesia. Hal ini dapat membantu meningkatkan
keterampilan berbahasa siswa, memperkuat pemahaman mereka tentang budaya dan
nilai-nilai Indonesia, serta membantu mereka dalam memahami pelajaran lain yang
diajarkan dalam bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa macam-macam teori pembelajarqn bahasa indonesia SD/MI?
2. Apa saja jenis-jenis pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa
indonesia SD/MI?
3. Apa urgensi teori dan pendekatan yang disebutkan terhadap pembelajaran bahasa
indonesia SD/MI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam teori pembelajaran bahasa indonesia SD/MI.
2. Untk mengetahui jenis-jenis pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa
indonesia SD/MI.
3. Untuk mengetahui urgensi teori dan pendekatan yang disebutkan terhadap
pembelajaran bahasa indonesia SD/MI.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-Macam Teori Pembelajaran


1. Teori Behaviorisme
Teori behavioristik adalah perubahan perilaku sebagai bentuk akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Atau dapat diartikan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuan untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Ketika seseorang telah mengalami
perubahan perilaku jadi telah mengalami proses belajar.Teori behaviorisme
menekankan pada peran lingkungan sekitar dalam membentuk perilaku siswa,
sehingga pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan memberikan
pengarahan dan umpan balik yang positif untuk memperkuat perilaku yang
diinginkan Skinner, B. F. (2014). Contoh penerapan teori behaviorisme yaitu
dengan Pemberian reward atau hadiah pada siswa yang dapat mengucapkan kata-
kata dalam bahasa Indonesia dengan tepat.
Dalam pembelajaran, penerapan teori behavioristik tentunya memiliki
kelebihan dan kekurangan diantaranya:
Kelebihan:
a. Membiasakan guru untuk lebih memperhatikan terhadap siswanya situasi
dalam proses pembelajaran.
b. Guru tidak terbiasa mengajar, sehingga siswa terbiasa belajar mandiri.
Ketika siswa menghadapi kesulitan baru, tanyakan kepada guru tentang
mereka. Kemampuan untuk membentuk perilaku yang diinginkan diakui
secara positif dan perilaku yang tidak pantas dihargai secara negatif
berdasarkan perilaku yang terlihat.
c. Melalui pengulangan dan latihan yang terus-menerus dapat
mengoptimalkan keterampilan dan kecerdasan siswa yang sudah terlatih.
Ketika seorang anak berbakat di bidang tertentu, itu akan diperkuat
melalui pembiasaan dan pengulangan yang konstan dan lebih optimal.
d. Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-
bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu

2
mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang
tertentu
e. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan
seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.

Kekurangan:

a. Sebuah konsekuensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang


sudah siap.
b. Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
c. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif.
d. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik
justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
e. Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan oleh guru.
f. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan dari guru dan
mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul
secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
2. Teori Kognitif
Teori kognitif menekankan pada proses pengembangan terhadap kemampuan
di bidang kognitif siswa dalam mengolah informasi dan memahami bahasa. Teori
ini mencakup proses belajar dan memori, pemrosesan informasi, pengambilan
keputusan, dan masalah pemecahan Brown, H. D. (2007). Contoh penerapan teori
kognitif yaitu dengan Penggunaan gambar atau ilustrasi untuk memudahkan
pemahaman siswa tentang kosakata dalam bahasa Indonesia.
Kelebihan:
1. mampu menjelaskan proses mental yang kompleks: Teori kognitif
membantu kita memahami bagaimana manusia mengolah dan memproses
informasi, termasuk bagaimana kita belajar, mengingat, dan memecahkan
masalah
2. Berfokus pada peran individu: Teori kognitif mengakui bahwa setiap
orang memproses informasi dengan cara yang unik, dan bahwa faktor-

3
faktor seperti keyakinan, nilai, dan pengalaman pribadi mempengaruhi
cara kita memahami dunia.
3. Berlaku untuk banyak bidang: Teori kognitif dapat diterapkan pada
berbagai bidang, seperti psikologi, pendidikan, dan teknologi informasi.

Kekurangan:

1. Tidak dapat menjelaskan pengalaman emosional secara menyeluruh: Teori


kognitif cenderung fokus pada pemrosesan informasi secara kognitif,
sehingga kurang mampu menjelaskan pengalaman emosional secara
menyeluruh. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pengalaman
emosional juga dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan dengan teori kognitif Lazarus, R. S. (1991).
2. Tidak mempertimbangkan peran non-kognitif dalam pengambilan
keputusan: Teori kognitif cenderung mengabaikan faktor non-kognitif
seperti emosi, motivasi, dan pengalaman sebelumnya dalam pengambilan
keputusan. Padahal, faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi bagaimana
seseorang memproses informasi dan mengambil keputusan.
3. Tidak dapat menjelaskan interaksi antara individu dan lingkungannya:
Teori kognitif cenderung memandang individu sebagai entitas yang
mandiri dan memproses informasi secara internal, tanpa
mempertimbangkan interaksi antara individu dan lingkungannya. Padahal,
lingkungan dapat memengaruhi bagaimana seseorang memproses
informasi dan mengambil keputusan Bronfenbrenner, U. (1979).
4. Kurangnya perhatian pada faktor genetik dalam pengolahan informasi:
Teori kognitif cenderung mengabaikan faktor genetik dalam pengolahan
informasi, padahal beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik
dapat memengaruhi kemampuan kognitif seseorang Plomin, R., & Deary,
I. J. (2015).

3. Teori Konstruktivis

4
Teori konstruktivis menekankan pada peran aktif siswa dalam pembelajaran,
di mana siswa aktif membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri melalui
interaksi dengan lingkungan sekitarnya Jonassen, D. H. (2012). Contoh penerapan
teori konstruktivis yaitu dengan Mendorong siswa untuk berdiskusi dan
berkolaborasi dalam membangun makna dari teks dalam bahasa Indonesia.
4. Teori Humanistik
Teori humanistik menekankan pada pengembangan potensi siswa secara
global, dengan mempertimbangkan dari faktor emosional, psikologis, dan spiritual
siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia Rogers, C. R. (2012). Contoh
Penerapan teori humanistik dilakukan dengan menekankan pentingnya kesopanan
dan kesopanan bahasa Indonesia dalam interaksi antara siswa dan guru.
5. Teori Sosiokultural
Teori sosiokultural menekankan pada peran lingkungan sosial dan budaya
dalam pembelajaran bahasa Indonesia, di mana bahasa dipahami sebagai alat
untuk berkomunikasi dan bergaul dengan orang lain Vygotsky, L. S. (1978).
Contoh Penerapan teori sosial budaya dilakukan dengan melakukan kegiatan
group speaking untuk meningkatkan kemampuan komunikasi bahasa Indonesia.
B. Jenis-Jenis Pendekatan
Dalam pembelajaran bahasa, dikenal beberapa pendekatan yang dapat
diterapkan antara lain pendekatan formal, pendekatan, struktural, pendekatan
mekanis, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, pendekatan terpadu,
pendekatan integral, pendekatan sosiolinguistik, pendekatan psikologi, pendekatan
psikolinguistik dan pendekatan komunikatif. Dalam setiap pendekatan menerapkan
asumsi tertentu dalam pembelajarannya.1
1. Pendekatan Formal
Pendekatan formal adalah pendekatan klasik dan tradisional untuk pembelajaran
bahasa. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa belajar bahasa adalah
kegiatan rutin yang normal, mengikuti metode pengalaman konvensional. Oleh
karena itu, pendekatan ini tidak memiliki latar belakang teoritis.Prosedur
pembelajarannya pun hanya mendasarkan pada pengalaman pengajar dan apa
yang dianggap baik oleh umum. Menurut pendekatan ini, yang dikemukakan oleh
Semi, pembelajaran dimulai dengan rumusan-rumusan teoritis kemudian

1
Apri Damai Sagita Krissandi, B. Widharyanto, Rishe Purnama Dewi, Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD,
(Bekasi, Media Maxima, 2018)

5
diaplikasikan dengan contoh-contoh pemakaiannya. Metode pembelajaran bahasa
yang relevan dengan pendekatan ini adalah metode terjemahan tata bahasa dan
metode membaca.
2. Pendekatan Empirik
Pendekatan empirik ini sering disebut dengan pendekatan atau aliran behavioris,
pendekatan mekanis. Disebut pendekatan empirik karena didasarkan pada
pengalaman, dan disebut pendekatan behavioris karena mendapat masukan dari
psikologi behavioristik. Disebut pendekatan mekanik karena sifat dari tingkah
laku dalam psikologi behavioristik adalah mekanis. Tokoh aliran ini misalnya
Skinner. Adapun asumsi-asumsi dalam pendekatan ini meliputi:
a. Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan.
b. Bahasa adalah rangkaian kebiasaan.
c. Bahasa yang sewajarnya adalah yang digunakan penuturnya, bukan yang
seharusnya diujarkan.
d. Ajarkanlah bahasa, dan bukan tentang bahasa.
e. Tidak ada dua bahasa yang sama. Metode pembelajaran bahasa yang sesuai
dengan pendekatan mekanis ini adalah metode aural oral, metode mimikri
memorisasi, metode drill.
3. Pendekatan Srtural
Pendekatan struktural merupakan pendekatan pembelajaran bahasa yang
dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahwa bahasa adalah seperangkat
kaidah. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan
kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Dalam hal ini, pembelajaran lebih
menekankan pada pengetahuan tentang fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Dengan demikian pengetahuan bidang kognitif bahasa lebih diutamakan.
Kelebihan pendekatan ini adalah siswa akan semakin cermat dalam menyusun
kalimat, karena mereka memahami kaidahnya.
4. Pendekatan Keterampilan
Proses Setiap manusia yang dilahirkan dibekali dengan kemampuan dasar.
Kemampuan dasar ini ini tumbuh dan berkembang bila dibina dan dilatih.
Sebaliknya, kemampuan dasar itu menjadi tumpul bila tidak dibina. Dalam
belajar, diperlukan keterampilan intelektual, sosial, dan fisik. Ketiga keterampilan
inilah yang mendasari pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
Setiap keterampilan terdiri atas beberapa subketerampilan yang perlu dilatihkan.

6
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan
konsep. Konsep yang telah ditemukan dan dikembangkan berfungsi sebagai
penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan
proses dengan pengembangan konsep dalam pembelajaran mengahasilkan
terbentuknya sikap dan nilai dalam diri siswa. Sikap dan nilai tersebut misalnya
teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka,
dapat bekerjasama, rajin dan sebagainya.
Keterampilan proses dibangun oleh sejumlah keterampilanketerampilan.
Karena itu pencapaian atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap proses
belajar mengajar dalam semua mata pelajaran. Tidak ada satu mata pelajaran pun
yang dapat mengembangkan keterampilan itu secara utuh. Karena itu, ada
keterampilan yang cocok dikembangkan dengan mata pelajaran tertentu, dan ada
pula keterampilan yang lain dikembangkan dengan mata pelajaran lainnya. Setiap
mata pelajaran memiliki karakteristik masing-masing. Karena itu penjabaran
keterampilan proses yang dapat dikembangkan juga berbeda sesuai dengan
karakteristiknya. Perbedaan itru sifatnya tidak mendasar tetapi merupakan
variasi-variasi belaka. Berbagai kemampuan dasar yang dapat dikembangkan
dengan pendekatan keterampilan proses adalah:
a. Mengamati
1) Menatap, memperhatikan
2) Membaca, memahami bacaan
3) Menyimak, memahami sesuatu yang dikatakan orang lain
b. Menggolongkan, mencari persamaan, perbedaan atau penggolongan
berbagai objek yang dipelajari.
c. Menafsirkan
1) Menafsirkan: mencari dan menemukan arti, situasi, pola, simpulan, dan
mengelompokkan wacana.
2) Mencari dasar penggolongan; mengelompokkan sesuatu berdasarkan
suatu kaidah.
3) Memberi arti, baik kata, morfem, frasa, klausa, kalimat, paragraf,
maupun wacana dan mengungkapkan kembali secara lisan dan tulis.
4) Mencari hubungan situasi, waktu, tempat, umum-khusus, kausal, dan
sebagainya.

7
5) Menemukan pola kalimat, paragraf, wacana, cerita, puisi sebagai
bentuk penggunaan bahasa.
6) Menarik kesimpulan baik secara deduktif maupun induktif.
7) Menggeneralisasikan berbagai bentuk penggunaan bahasa dalam
lingkup yang lebih luas.
8) Menganalisis baik wacana, paragraf, kalimat maupun frasa.
d. Menggunakan konsep untuk membangun wacana penyajian, cerita,
deskripsi, penalaran dan persuasi, Korespondensi. Mengubah,
menggabungkan, menemukan, mengubah, membentuk satuan bahasa yang
berbeda menjadi satuan bahasa yang lebih besar.
e. Mengkomunikasikan
1) Berdiskusi: melakukan diskusi, tanya jawab, dengan menggunakan
argumentasi atau alasan untuk memecahkan masalah.
2) Mendeklamasikan
3) Dramatisasi
4) Bertanya
5) Mengarang
6) Bermain peran
7) Melaporkan
f. Mengendalikan variabel Dalam melakukan penelitian diperlukan langkah-
langkah yang objektif, sistematis, dan pasti untuk memutuskan
penyelesaian suatu masalah.
5. Pendekatan Rasional
Pendekatan rasionalis dikenal sebagai aliran mentalis yang dipelopori oleh
Chomsky. Aliran ini muncul dalam bidang bahasa dan pengajaran bahasa pada
tahun 1960-an. Adapun asumsi-asumsinya adalah:
a. Manusia adalah satu-satunya yang dapat belajar bahasa.
b. Bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat digunakan dalam berpikir.
c. Bahasa yang hidup ditandai oleh kreativitas yang dituntut oleh aturan-aturan
tatabahasa.
d. Aturan-aturan tata bahasa bertalian dengan tingkah laku kejiwaan. Dengan
pendekatan ini muncul metode verbal aktif yang merupakan perbaikan dari
metode langsung.

8
Kaum rasionalis berpendapat bahwa:

a. Kemampuan berbahasa telah dimiliki seseorang sejak lahir tetapi


kemampuan berbahasa itu baru dapat dicapai dengan belajar;
b. Dalam belajar berbahasa, anak harus aktif. Kemampuan berbahasa tidak
hanya dikuasai dengan pembiasaan, anak harus mampu menciptakan kalimat-
kalimat baru yang sesuai kaidah tata bahasa;
c. Melatih berulang-ulang kalimat-kalimat yang lepas dari hubungan
pemakaiannya tidak banyak manfaatnya;
d. Tata bahasa perlu diajarkan secara fungsional; dan
e. Karena bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat digunakan untuk
berpikir, penguasaan bahasa dilihat dari kemampuan menggunakan bahasa
sebagai alat berpikir dengan kegiatan mendengarkan, membaca, berbicara,
dan menulis.
6. Pendekatan Fungsional
Pembelajaran bahasa dengan pendekatan fungsional dilakukan dengan
mengadakan kontak langsung dengan masyarakat pemakai bahasa. Dengan
demikian peserta didik langsung menghadapi bahasa yang hidup dan mencoba
memakainya sesuai dengan keperluan komunikasi. Mereka dengan sendirinya
merasakan fungsi bahasa tersebut dalam komunikasi langsung. Metode
pembelajaran bahasa yang didasarkan pada pendekatan fungsional adalah metode
langsung, metode pembatasan bahasa, metode intensif, metode audiovisual, dan
metode linguistik.
7. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu sering disebut dengan pendekatan integratif. Pendekatan
pembelajaran bahasa yang terintegrasi didasarkan pada kenyataan bahwa
penggunaan bahasa sehari-hari baik secara formal maupun tidak formal tiap-tiap
aspeknya tidak pernah berdiri sendiri. Misalnya pada waktu kita membaca,
berhadapan dengan ejaan, kosa kata, struktur kalimat. Setelah membaca mungkin
membuat catatan, menceriterakannya kepada orang lain.
Pada saat kita berbicara atau menulis perlu memilih kosa kata yang tepat dan
menerapkan struktur kalimat yang tepat. Hal ini jelas bahwa kegiatan membaca,
berbicara, menyimak, dan menulis merupakan kegiatan yang terpadu. Guru-guru
yang menggunakan filsafat bahasa terpadu, tentu saja memberikan pengetahuan

9
kognitif kepada siswa, tetapi di samping itu mereka juga menjadi model dalam
hal membaca, menulis dan sebagainya. Dengan demikian, kelas mereka ditandai
oleh komunikasi dan interaksi dengan bahasa yang hidup.
Penerapan pembelajaran bahasa terpadu memerlukan perlengkapan yang
memadai, setidak-tidaknya ada perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan guru dan siswa. Lebih baik lagi jika sekolah
memiliki laboratorium dan kelas khusus. Namun dengan kondisi sekolah yang
sederhana pun dapat melaksanakan pembelajaran terpadu asal guru betul-betul
mempersiapkan hal-hal yang mendukung pelaksanaannya.
Salah satu model pembelajaran terpadu yaitu pembelajaran tematik diartikan
sebagai pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemadu beberapa
mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.
Dikatakan bermakna, karena peserta didik akan mempelajari konsep-konsep
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
telah dipahaminya.
Pembelajaran tematik dapat diterapkan dengan meliputi beberapa mata
pelajaran atau dalam satu mata pelajaran. Misalnya dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia pelaksanaan pembelajaran terpadu dilakukan dengan memadukan
beberapa keterampilan berbahasa dalam satu tema.
8. Pendekatan Integral
Pendekatan integral menganut pengertian bahwa pengajaran bahasa harus
merupakan sesuatu yang multidimensional. Artinya, banyak faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Oleh karena itu,
pengajaran harus fleksibel dan dengan metodologi terbuka. Bantuan-bantuan ilmu
lain yang mendukung kelancaran pembelajaran berbahasa perlu mendapat tempat
sehingga pembelajaran bahasa lebih bermanfaat. Misalnya, ilmu jiwa belajar,
sains, dan antropologi.
9. Pendekatan Sosiolinguistik
Pendekatan sosiolinguistik diartikan sebagai pendekatan pembelajaran bahasa
yang memanfaatkan hasil studi sosiolinguistik yang menghubungkan gejala
masyarakat dengan gejala bahasa. Konsep-konsep sosiolinguisik yang
memberikan sumbangan terhadap pembelajaran bahasa di antaranya:

10
a. Bahasa merupakan suatu sistem yang memiliki variasi atau ragam, setiap
ragam memiliki peran, fungsi, gejala bahasa tertentu, serta kawasan
pemakaian tertentu pula. Semua ragam perlu dipelajari sesuai konteksnya.
b. Bahasa merupakan identitas kelompok. Bahasa yang digunakan
menunjukkan identitas dan sikap masyarakatnya.
c. Bahasa sebagai alat komunikasi, orang yang mampu berkomunikasi adalah
orang yang dapat mengungkapkan gagasan dan perasaannya kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa tersebut.
Implikasi dari beberapa hal tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
menyangkut:
1. Pengajaran bahasa harus diarahkan pada penguasaan kompetensi
komunikatif oleh peserta didik;
2. Salah satu cara menganalisis komunikasi melalui bahasa dilakukan
dengan mngeidentifikasi fungsi-fungsi bahasa yang khas, cara pemakaian
bahasa dengan tujuan khusus;
3. Analisis fungsional kegiatan komunikasi adalah menemukan fungsi-
fungsi bahasa yang bersangkutan dengan komunikasi tersebut.
Pengajaran bahasa memberi penekanan pada fungsi bahasa yang penting;
4. Analisis linguistik atas kegiatan komunikasi adalah menemukan bentuk-
bentuk linguistik yang diperlukan dalam setiap jenis kegiatan
berkomunikasi. Analisis ini berguna untuk memberikan penekanan pada
pembelajaran bahasa dan untuk memilih materi pembelajaran;
5. Analisis bahasa yang berkembang dalam masyarakat perlu dipetakan
untuk mengetahui dinamika bahasa.
10. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan Komunikatif diartikan sebagai orientasi belajar mengajar bahasa
yang berdasarkan pada tugas dan fungsi bahasa untuk berkomunikasi.
Selanjutnya, bentuk bahasa yaqng dipakai dalam berkomunikasi selalu dikaitkan
dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi. Pendekatan komunikatif
merupakan pendekatan pembelajaran bahasa yang berlandaskan pada pemikiran
bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan
tujuan yang harus dicapai.Sesuai pendapat Chomsky bahwa kompetensi
komunikatif terbagi dalam kompetensi dan performansi.

11
Kompetensi bertalian dengan pengetahuan kebahasaan yang mencakup
pengetahuan penutur terhadap bahasa sebagai sistem dan merupakan kemampuan
potensial dalam diri penutur. Di sisi lain performansi kebahasaan diartikan
sebagai kegiatan verbal yang berkaitan dengan proses pengungkapan yang
mengandung ciriciri sosiokultural. Performansi kebahasaan sering dikenal sebagai
pemakaian bahasa secara aktual dalam situasi konkret. Berkaitan dengan hal itu,
kompetensi komunikatif merupakan paduan antara kompetensi gramatikal dengan
kompetensi sosiolinguistik. Kompetensi komunikatif menurut Cambell dan
Wales, Hymes, dan Munby (dalam Farkhan, 1986: 7) meliputi kompetensi
gramatikal, sosiolinguistik, kewacanaan, dan kompetensi strategi. Keempat
konsep kompetensi komunikatif ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kompetensi gramatikal mencakup kemampuan seseorang menguasai kaidah-
kaidah, aturan-aturan, atau rumus-rumus ketatabahasaan. Kemampuan ini
meliputi pemahaman dan penguasaan kaidah pada tataran fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, dan ortologi. Kompetensi sosiolinguistik mencakup
pemahaman dan penguasaan terhadap aspek-aspek komunikasi bahasa. Di
dalamnya tercakup kemampuan memahami penutur, isi komunikasi, alat
penyampaian pesan, tujuan komunikasi, dan siapa mitra komunikasinya. Dengan
kata lain, kompetensi sosiolinguistik berkaitan dengan kemampuan seseorang
memahami aspek tujuan berkomunikasi, ragam bahasa yang digunakan, diksi,
serta nuansanuansa lain yang berkaitan dengan aspek sosial dan bahasa.

12
C. Urgensi Teori Dan Pendekatan
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang harus dipahami oleh guru
dinyatakan dalam Badan Standar Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut:2
1. Berkomunikasi secara efektif & efisien sinkron menggunakan etika yg berlaku,
baik secara mulut juga tulisan.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa Negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati karya sastra dan menggunakannya untuk memperluas wawasan,
memperhalus kebiasaan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilan
berbahasa.
6. Menghargai dan berbangga terhadap sastra Indonesia sebagai kekayaan budaya
dan intelektual bangsa Indonesia.

2
Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 120

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, terdapat beberapa teori
pembelajaran dan pendekatan yang dapat diterapkan, dengan fokus yang berbeda pada
aspek pembelajaran dan asumsi tertentu dalam pembelajarannya. Setiap teori dan
pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan, dan pemilihan yang tepat harus
disesuaikan dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD mencakup pengembangan kemampuan
komunikasi efektif dan efisien, penghargaan terhadap bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan negara, penggunaan bahasa Indonesia dengan tepat dan kreatif,
serta pengembangan kemampuan intelektual, emosional, dan sosial melalui bahasa.
Oleh karena itu, guru harus memahami tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
baik agar dapat mengembangkan kemampuan bahasa siswa secara menyeluruh dan
efektif, serta mengenalkan dan membanggakan karya sastra Indonesia sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2010). Pendidikan Bagi Anak Berkesulita Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta.

Brown, D. H. (2007). Principles of language learning and teaching . NY: Pearson


Educations.

Jonassen, D. H. (2010). Learning to solve problems: A handbook for designing


problem-solving learning environments. Routledge.

Krissandi, A. D. S., Widharyanto, B., & Dewi, R. P. (2018). Pembelajaran Bahasa


Indonesia untuk SD. Bekasi: Media maxima.

Rogers, C. R. (1995). On becoming a person: A therapist's view of psychotherapy.


Houghton Mifflin Harcourt.

Skinner, B. F. (2019). The behavior of organisms: An experimental analysis. BF


Skinner Foundation.

Vygotsky, L. S., & Cole, M. (1978). Mind in society: Development of higher


psychological processes. Harvard university press.

15

Anda mungkin juga menyukai