Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN MELALUI BERMAIN

DOSEN PENGAMPU : NIHWAN, M.Pd

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bermain dan Permainan AUD

KELOMPOK 8

1. DESI NUR SUSIYAMIATI (1801032005)


2. RISA ANJANI (1801030018)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat ‫ ﷲ‬Swt. Karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Sholawat dan salam tak lupa
dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam. Atas
perjuangan beliau kita dapat menikmati pencerahan iman dan islam dalam mengarungi
samudera kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Stategi
Pembelajaran Melalui Bermain” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah BERMAIN
DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI.

Makalah ini telah dibuat berdasarkan hasil diskusi kelompok kami. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Metro, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

A. Latar Belakang ..........................................................................................


B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

A. Pembelajran di TK .....................................................................................
B. Strategi pembelajran melalui bermain .......................................................
C. Menerapkan bermain sebagai strategi belajar.............................................

BAB 3 PENUTUP ...............................................................................................

A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain merupakan suatu kegiatan yang melekat pada dunia anak. Bermain dapat
dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat suka rela, spontan, terfokus pada proses,
memberi ganjaran secara intrinsik, menyenangkan dan fleksibel. Kegiatan bermain dapat
dikatakan spontan karena kegiatan bermain dapat terjadi tanpa ada perencanaan sebelumnya.
Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak usia dini. Melalui
kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreatifitasnya, melalui kegiatan bermain anak
dapat meningkatkan kepekaan emosinya dengan cara mengenakan bermacam perasaan dan
menumbuhkan kepercayaan diri, melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan
kemampuan sosialnya seperti membina hubungannya dengan anak lain.
Stategi pembelajaran yang tepat pada anak usia dini adalah pembelajaran yang berpusat
pada anak karena anak diberi kesempatan untuk membuat rencana dari kegiatan yang akan
mereka lakukan. Anak berhak menentukan sendiri apa yang akan dipelajarinya. Anak juga
bereksplorasi dengan lingkungannya. Selain itu metode ini sudah cocok untuk dengan
karakteristik belajar anak. Strategi pembelajaran melalui bermain merupakan kebutuhan
anak. Bermain merupakan aktivitas yang menyatu dengan dunia anak, yang didalamnya
terkandung bermacam-macam fungsi seperti aspek perkembangan kemampuan nilai agama
dan moral, bahasa, fisik, motorik, kognitif, dan sosial emosi. Dengan bermain akan
mengalami suatu proses yang mengarahkan pada perkembangan kemampuan manusiawinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pembelajaran di TK?


2. Jelaskan strategi pembelajaran melalui bermain?
3. Cara menerapkan bermain sebagai strategi belajar?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pembelajaran di TK


2. Untuk mengetahui strategi pembelajaran melalui bermain
3. Untuk mengetahui cara menerapkan bermain sebagai strategi belajar
BAB II
PEMBAHASAN

A.PEMBELAJARAN DI TK

Pelaksaan pembelajaran di TK yaitu sebauh pembelajaran yang cara belajar nya dari
kongkrit ke abstrak dan siswa sebagai pusat pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori
konstruktivisme yang dicetuskan oleh Jean Piaget dan Vigotsky bahwa belajar adalah proses
aktif dan peserta didik dalam mengkonstruksi arti, wacana, dialog, dalam proses belajar
tersebut terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah
dipelajari. Model pembelajaran yang digunakan di TK yaitu model sentra yang selalu
menerapkan empat pijakan mainan yang di dalamnya yaitu, pijakan lingkungan, pijakan
sebelum main, pijakan main dan pijakan setelah main. Dalam empat pijakan yang diterapkan
dalam konsep sainstifik anak sangat antusias dalam menerima pembelajaran dan peningkatan
pengetahuannya sangat bagus dibanding pembelajaran klasik ( pembelajaran sebelumnya)
karena dalam sentifik anak dituntut 5M nya (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan
informasin dan mengkomunikasikan) dapat terstimulan dengan baik. 1

Evaluasi yang telah dilaksanakan di TK meliputi tingkat ketercapain dalam program


pembelajaran sentivik, evaluasi materi dan bahan ajar, evaluasi KBM yang di lakukan dengan
penilaian aksi guru dalam pembelajaran dikelas dan sarana prasarana pendukung
pembelajaran sentifik. Administrasi guru juga mencakup perkembangan dan perubahan siswa
dalam proses pembelajaran yang nantinya akan dilaporka pada orang tua anak. Tahapan
evaluasi yang dilakukan di TK meliputi beberapa tahapan yaitu, persiapan evaluasi, tahap
pelaksanaan evaluasi, dan monitoring. Adapun tujuan dari evaluasi ini untuk mengetahui
keadaan sekolah penyelengara pembelajaran sentivik saat ini dibandingkan dengan masa
lampau dan juga kesesuaian dengan tujuan ideal yang diharapkan oleh dinas pendidikan.

Hambatan yang muncul penerapan sentivik di TK adalah terbatasnya ruangan,


terbatasnya modul, terbatasnya AP indor dan media pembelajaran. Terbatasnya ruangan
membuat para pendidik kesulitan menata lingkungan main (pijakan lingkungan). Kesulitan
tersebut dapat diatasi dengan memanfaat tempat-tempat yang ada untuk pelaksaan
pembelajaran seperti pemanfaatan ruang aula, teras kelas dan lingkungan bebas sehingga

1
Desy Noor Linna Widyaningrum, DYP Sugihato & Sugiyo,Penerapan Pembelajaran dengan
Pendekatan Sentifik, Jurnal JPE 6(1) 2017, hal 46-48
sentra-sentra yang dibuat tidak mengharuskan diruangan yang permanen. Untuk AP pendidik
bisa memanfaatkan bahan bekas untuk membuat media pembelajaran.

B.STRATEGI PEMBELAJARAN MELALUI BERMAIN

Dalam Kamus Bahasa Indonesia strategi diartikan sebagai proses atau cara untuk
mencapai sesuatu. Dalam kaitannya dengan penilitian ini stategi diartikan dengan cara
mengajar. Berkaitan dengan strategi mengajar menyatakan bahwa strategi mengajar adalah
suatu cara yang digunakan oleh guru untuk menentukan urutan kegiatan dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. 2

Strategi pembelajaran adalah cara yang mempergunakan teknik yang beraneka ragam
yang didasari oleh pengertian yang mendalam dari guru untuk memperbesar minat belajar
murid-murid sehingga mempertinggi keterampilan untuk meningkatkan hasil belajar. Untuk
meningkatkan minat dan pemahaman anak dilakukan perkelompok sehingga kelompok yang
satu dengan yang lainnya saling bersaingan. Dalam bermain anak dituntut mandiri, memiliki
kretifitas, dan mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam permainan dan juga berperan
penting dalam mengambil keputusan yang tepat yang sesuai dengan permasalahan yang
terjadi dalam permainan. Dengan demikian bila strategi pembelajaran jasmani ditunggu-
tunggu oleh anak berarti strategi pembelejarannya merupakan sebuah kegiatan yang menarik.

Strategi pembelajaran bermain merupakan salah satu faktor dari beberapa indikator
mengajar yang dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa. Selama ini strategi
pembelajaran pendidikan jasmani yang dikembangkan oleh guru pendidikan jasmani pada
kenyataannya masih bersifat masal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan
yang sama kepada semua peserta didik. Begitu juga strategi pembelajaran yang digunakan
lebih terpusat pada guru sehingga anak melakukan pembelajaran selalu didasarkan oleh
perintah guru. Strategi yang masih bersifat masal ini memang tepat dalam konteks
pemerataan kesempatan, tetapi kurang menunjang usaha mengoptimalisasikan pengembangan
hasil belajar peserta didik secara tepat sesuai kemampuannya. Berpijak pada kenyataan
tersebut maka guru pendidikan jasmani perlu mencari strategi pembelajaran yang alternatif
unruk menghasilkan peserta didik yang unggul dan teramil melalui perlakuan,pelayanan
pendidikan yang diterapkan yang diselaraskan dengan potensi peserta didik berdasrkan

2
Asrarudin Womal, Penerapan Strategi Pembelajaran Bermain, Jurnal, Jakarta. Hal 4-10
bakat, minat dan kemampuannya. Rasa ingin tahu serta hasyrat yang besar untuk mencoba
berbagai hal mestinya diakomodasikan melalui strategi pembelajaran bermain seperti,
bermain memindahkan batu, lari samping kiri kanan, dan melakukan gerakan maju mundur,
yang mana dengan menggunakan metode ini akan menjadikan siswa menuangkan segaa
potensinya dalam keleluasaan dan kebebasan yang memadai untuk melakukan aktifitas gerak
secara mandiri. Dengan kata lain anak akan dengan senang hati dan tidak bosan selama
mengikuti proses pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang demikian akan dirasakan lebih
cepat dan menimbulkan kesan yang mendalam. Maka tidak mengherankan apabila anak akan
selalu menunggu dan berharap untuk segara mengikuti proses pembelajaran selanjutnya.

Jenis- Jenis Strategi Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini

1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat Pada Anak.


a. Pendekatan yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak
Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak juga
merupakan makhluk yang aktif. Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan
strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan perkembangan dan pendekatan
belajar aktif.
b. Karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Prakarsa kegiatan tumbuh pada anak.
b) Anak memilih bahan-bahan dan memutskan apa yang akan dikerjakan.
c) Anak mengekspresikan baha-bahan secara aktif dengan seluruh indera nya.
d) Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan
objek.
e) Anak mentranfermasi dan menggabungkan bahan-bahan.
f) Anak menggunakan otot kasarnya.
2. Strategi Pembelajaran Melalui Bercerita
Pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditempuh dengan strategi
pembelajaran dengan belajar. Mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak usia dini
yaitu sebagai berikut :
a) Bagi anak usia dini mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan
lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasikkan.
b) Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-
nilai positif pada anak.
c) Kegaiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-
nilai moral dan keagamaan.
d) Pembelajaran dengan cerita memberikan pengalaman belajar untuk
mendengarkan.
e) Dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untuk menggambarkan
kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik.
f) Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang
mungkin dipilih anak dan bermacam-macam layanan jasa yang ingin
disumbangkan anak kepada masyarakat.
3. Strategi Pembelajaran Bermain
Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktifitas yang menyatu
dengan dunia anak, yang didalamnya terkandung bermacam-macam fungsi seperti
pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, sosial. Dengan bermain
anak mengalami suatu proses yang mengarahkan pada perkembangan kemampuan
manusiawinya.
4. Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi
Bernyanyi memiliki banyak manfaat untuk praktek pendidikan anak dan
pengembangan pribadi nya secara luas karena bermain bersifat menyenangkan,
bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan, bernyanyi merupakan media
untuk mengekspresikan perasaan, bernyanyi dapat membantu membangun rasa
percaya diri anak, bernyanyi dapat membantu daya ingat, bernyanyi dapat
mengembangkan rasa humor, bernyanyi dpaat membantu pengembangan
keterampilan berfikir dan kemampuan motorik anak, dan bernyanyi dapat
meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok. 3

C.PENERAPAN BERMAIN SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN

Stategi pembelajaran Scaffolding adalah suatu proses pemberian bimbingan yang


dilakukan oleh orang yang lebih berpengalaman atau orang dewasa kepada anak secara
struktur dan bertahap, menuntut kemandirian anak dalam belajar agar optimal sesuai dengan
tahapan perkembangannya. Sesuai dengan teknik pembelajaran guru memberikan contoh
mengenai salah satu teknik atau cara memahami konsep bilangan 1-10 dengan melalui
penjelasan yang disertai pemberian contoh. Agar anak-anak lebih mudah memahami konsep
bilangan maka digunakanlah alat peraga atau media yang menarik yang juga dimainkan.

3
Masitoh,dkk. (2006). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka.
Dalam hal ini dituntut juga kreatifitas dari guru agar anak-anak memperhatikan dan
termotivasi untuk mencoba menghitung dengan alat peraga atau media yang telah disediakan.
Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran Scaffolding melalui permainan dalam siklus
satu dapat dilaksanakan dengan baik, anak-anak aktif dan senang melakukannya, walaupun
masih sedikit yang benar-benar sudah memahami konsep bilangan 1-10. 4

Pelaksaan tindakan siklus kedua masih sama temanya dengan tindakan siklus satu
yaitu kehidupanku, karena dalam kegiatan siklus satu masih banyak anak-anak yang belum
memahami konsep bilangan 1-10. Pada tindakan siklus ke dua guru memberikan bimbingan
dengan menggunakan alat peraga atau media seperti pada tindakan siklus satuu, hanya bentuk
atau model yang digunakan ada yang berbeda dengan yang dilakukan di siklus satu. Untuk
kegiatan siklus kedua nampak anak-anak lebih aktif dan lebih cepat dalam mengerjakan tugas
yang diberikan guru. Demikian juga dalam memainkan pin-pin magnet dalam kotak yang
disediakan, seolah-olah sebagai kendaraan dengan menghitung penumpang yang ada di
dalamnya. Dari pelaksanaan tindakan siklus kedua ini hanya tinggal enam anak yang masih
kurang memahami konsep bilangan 1-10. Melalui strategi ini pada awalnya anak
mendapatkan bimbingan yang diberikan oleh guru atau orang dewasa maupun teman yang
lebih berpengalaman, apabila anak sudah mengausai materi maka berangsur-angsur dilepas
sehingga anak membentuk sikap kemandirian pada anak.

Strategi Scaffolding merupakan praktek yang didasarkan pada konsep Vigotsky


tentang assited learning. Ini merupakan teknik pemberian dukungan belajar yang pada tahap
awal diberikan secara lebih terstruktur, kemudian secara berjenjang menuntun anak kearah
mandirian belajar. Melalui stratrgi tersebut anak-anak lebih cepat memahami apa yang
disampaikan guru apalagi dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan sambil bermain, sehingga
mereka merasa tidak ada tekanan dan tidak takut salah, ttapi mendukung perkembangan anak
menjadi mandiri serta mencapai tahapan yang lebih tinggi.

Keuntungan strategi Scaffolding yang dikemukakan oleh Bransford dan Cocking:

1. Memotivasi dan mengaitkan minat anak dengan tugas belajar.


2. Menyederhanakan tugas belajar yang bisa lebih terkelola dan bisa dicapai oleh
anak.
3. Memberi petunjuk untuk membantu anak terfokus pada pencapaian tujuan.

4
Yuli Haryati, Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Scaffolding, Jurnal, JKPM. Vol 3. No 2 september 2016. hal
66- 67
4. Secara jelas menunjukan perbedaan antara pekerjaan anak dan solusi standar
yang diharapkan.
5. Mengurang frustasi dan resiko.
6. Memberiakan model dan mendefinisikan dengan jelas harapan mengenai
aktifitas yang akan dilakukan.

Ada lima teknik pembelajaran Scaffolding menurut Hoghn dan Pressley

1. Pemberian model prilaku yang diharapkan


2. Pemberian penjelasan
3. Mengundang siswa perpartisipasi
4. Menjelaskan dan mengklasifikasi pemahaman siswa
5. Mengundang siswa untuk mengemukakan pendapat

Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa startegi pembelajaran
Scaffolding adalah suatu proses bimbingan yang dilakukan oleh orang yang lebih
berpengalaman atau orang dewasa kepada anak secara terstruktur dan bertahap, menuntun
kemandirian anak dalam belajar agar optimal sesuai dengan tahap pembelajaran.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Strategi pembelajaran adalah segala usaha gru untuk menerapkan berbagai metode
pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Belajar adalah proses perubahan
prilaku berdasarkan pengalaman dan latihan. Prinsip-prinsip belajar merupakan suatu
ketentuan yang harus dilakukan anak ketika ia belajar.

B. Saran

Semoga dengan membaca makalah ini kita semua bisa mengerti bagimana sebenarnya
stategi pembelajaran dalam bermain dan kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca supaya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Desy Noor Linna Widyaningrum, DYP Sugihato & Sugiyo,Penerapan Pembelajaran dengan
Pendekatan Sentifik, Jurnal JPE 6(1) 2017, hal 46-48

Haryati Yuli, Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Scaffolding, Jurnal, JKPM. Vol 3. No 2


September 2016. hal 66- 67

Masitoh,dkk. (2006). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka.

Womal Asrarudin, Penerapan Strategi Pembelajaran Bermain, Jurnal, Jakarta. Hal 4-10

Anda mungkin juga menyukai