Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PENERAPAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK TERHADAP


STRATEGI PEMBELAJARAN GURU DI KELAS

DISUSUN OLEH :

NURHASANAH, S. Pd. I
NIP 19810828 200501 2 003

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 2 MUARA ENIM
TAHUN 201……

1
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH PENDIDIKAN TENTANG


“PENERAPAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK TERHADAP STRATEGI
PEMBELAJARAN GURU DI KELAS”

Diajukan untuk persyaratan kenaikan pangkat dari III/c ke III/d


Tahun 201………

Menyatakan bahwasanya makalah pendidikan ini benar-benar bermanfaat untuk


kemajuan dalam pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Muara Enim

Mengetahui Muara Enim,………………..


Kepala MIN 2 Muara Enim Penulis

Jumianah, S. Ag Nurhasanah, S. Pd. I


NIP 19711015 200501 2 004 NIP 19810828 200501 2 003

2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Penerapan Psikologi Pendidikan Anak Terhadap Strategi
Pembelajaran Guru Di Kelas”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat dan
jabatan yang termasuk ke dalam sub unsur pengembangan diri yaitu publikasi
ilmiah. Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah tak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat menyelasaikannya dengan baik, dan oleh karenanya penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca.
Muara Enim, Pebruari 2015
Penyusun

Nurhasanah, S. Pd. I
NIP 19810828 200501 2 003

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. I

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... Ii

SURAT KETERANGAN........................................................................... Iii

SURAT PERNYATAAN........................................................................... Iv

KATA PENGANTAR................................................................................ V

KATA SAMBUTAN.................................................................................. Vi

DAFTAR ISI............................................................................................... Vii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang ….......................................................................... 1


B. Rumusan Masala ........................................................................... 2
C. Tujuan ……………........................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 4
A. Psikologi Pendidikan Anak ............................................................ 4
B. Perkembangan dan Proses Belajar Anak ....................................... 4
C. Karakteristik Anak di Sekolah Dasar
D. Strategi Pembelajaran Guru di Sekolah Dasar ...............................
E. Penerapan Psikologi pendidikan anak terhadap strategi
pembelajaran Guru di Kelas ……………………………………..

BAB III PENUTUP................................................................... 14


A. Kesimpulan ….......................................................................... 1
B. Daftar Referensi ........................................................................... 2

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara kodrati di dunia ini tidak terlepas dari dunia pendidikan.

Pendidikan ini berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh informasi dan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Dengan kata

lain, melalui pendidikan ini seorang dapat memperoleh berbagai kemudahan

dalam rangka mengembangkan potensi-potensinya itu.

Salah-satu bentuk usaha pendidikan yang sangat efektif adalah melalui

jalur proses belajar. Oleh karena itu, hingga dewasa ini hampir semua tempat

didirikan lembaga-lembaga pendidikan (sekolah). Kali ini tidak lain karena di

sekolah dapat dilakukan proses pembelajaran secara terprogram dan juga

teratur.

Di dalam proses belajar mengajar guru menggunakan strategi belajar

mengajar yang inovatif. Strategi merupakan upaya untuk mencapai tujuan,

jadi strategi pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Rendahnya

pendidikan nasional karena tenaga pengajar yang tidak sepenuh hati menjadi

guru. Kesadaran untuk memajukan pendidikan amat rendah akibatnya guru

menggunakan strategi belajar mengajar yang buruk seperti (CBSA) catat buku

sampai habis, atau sistem KTGP (kasih tugas guru pulang ).

5
Guru yang baik adalah melihat anak didik sebagai individu yang harus

dihormati dan dihargai. Selaku insan manusia ia patut untuk dididik dengan

semestinya, maka dari itu hargai dia dengan membebaskan anak didik untuk

berbicara atau berpendapat sesuai dengan tingkat pola pikinya, bebaskan ia

dari kursi dan meja yang memborgolnya dengan mengatur tata kelas yang

membuatnya bebas dalam mengeluarkan potensinya serta memberikan

fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh anak didik.

Guru menyadari bahwa setiap anak didik berbeda-beda dan unik maka

strategi belajar mengajar (SBM) harus bertuju kepada anak didik. Sangat sulit

untuk menerapkan SBM yang tepat untuk setiap anak pada kelas. Karena itu

guru harus mempelajari proses perkembangan dan pertumbuhan fisik dan

psikis anak didik secara umum khususnya di Madrasah Ibtidaiyah. Anak usia

sekolah dasar menuntut guru untuk dapat memahami karakteristik masing-

masing anak dalam proses pembelajaran. Maka guru harus berpedoman pada

psikologi perkembangan anak dalam menyusun kegiatan belajar mengajar.

Psikologi memberikan landasan dan kontribusi yang signifkan dalam

memahami perkembangan peserta didik baik secara individu maupun secara

kelompok, dan memahami serta menerapkan gagasan pokok dari berbagai

teori. Piaget dalam Natawidjaja(2007) berasumsi bahwa cara berfikir anak

berbeda-beda sesuai tingkat umurnya. Perubahan dalam perkembangan

kognitif anak berlangsung menurut tahapan yang jelas.

6
Dalam realitasnya, pembelajaran di sekolah dasar masih ada yang

menggunakan strategi pembelajaran yang hanya berupaya untuk

menghabiskan materi pembelajaran semata sehingga kurang memberi makna

bagi peserta didik. Oleh karena itu, agar aktivitas pembelajaran mampu

memberikan makna bagi peserta didik yang belajar, guru perlu

mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengaitkan materi

pelajaran dengan kehidupan peserta didik sehari-hari. Ciri utama

pembelajaran yang bermakna adalah ketika peserta didik dapat merasakan

manfaat dari materi pelajaran yang dipelajarinya di sekolah dalam kehidupan

sehari-hari (Dryden dan Jeannette Vos dalam Achmad(2009)).

Aspek lain bagaimana supaya belajar dapat membangkitkan semangat

siswa dalam belajar adalah menjelaskan tujuan, dengan penjelasan ini anak

dibebaskan menentukan pilihan dengan cara apa dia mencapai tujuan

tersebut. Selain itu anak dapat mengetahui manfaat pembelajaran dan proses

belajar mengajar lebih terfokus. Beberapa aspek lain juga yang harus

dipikirkan dalam memilih strategi belajar mengajar yakni berpusat pada anak

untuk aktif, keadaan anak didik ( mood, kondisi, kesehatan, usia anak didik,

bakat, minat, dan lain-lain), materi (materi ajar, bobot materi), serta standar

kompetensi dan kompetensi dasar.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang ada dalam makalah ini yaitu :

7
1. Apakah yang dimaksud dengan psikologi pendidikan anak?

2. Bagaimanakah proses perkembangan dan proses belajar anak secara umum ?

3. Bagaimanakah karakteristik anak di sekolah dasar (SD) ?

4. Bagaimanakah strategi pembelajaran guru di sekolah dasar?

5. Bagaimana penerapan psikologi pendidikan anak terhadap strategi

pembelajaran guru di sekolah dasar?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Mengetahui pengertian dari psikologi pendidikan anak

2. Mengetahui proses perkembangan dan proses belajar anak secara umum

3. Mengetahui karakteristik anak di sekolah dasar

4. Mengetahui strategi pembelajaran guru di sekolah dasar

5. Mengetahui penerapan psikologi anak terhadap strategi pembelajaran guru di

sekolah dasar?

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Psikologi Pendidikan Anak

Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.

Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang

dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Selanjutnya menurut Heryawan(2009),

Psikologi berasal dari kata psyche yang artinya jiwa dan logos ilmu

pengetahuan. Mengingat jiwa seseorang dapat diketahui,diselidiki melalui

prilakunya,maka psikologi sering dikatakan Ilmu yang mempelajari prilaku

manusia. Karena prilaku seseorang adalah hasil interaksi antara dirinya

dengan lingkungan maka prilaku harus dipelajari dalam hubungan dengan

lingkungannya.

Psikologi pendidikan anak adalah suatu disiplin psikologi yang

berhubungan dengan masalah-masalah kependidikan anak didik, terutama

mencakup masalah belajar dan belajar-mengajar. Dengan guru memahami

psikologi pendidikan anak merupakan modal dasar dalam strategi belajar

mengajar siswa. Tugas guru tidak pernah lepas dari aspek-aspek strategi

belajar mengajar siswa. Tugas guru tidak pernah lepas dari aspek-aspek

psikologis yang melatarbelakangi anak didiknya dalam proses belajar-

mengajar karena itu penting sekali guru memahami dan dibekali dengan

9
prinsip-prinsip dasar psikologis untuk mendukung peran guru yang harus

mempersiapkan , melaksanakan , mengevaluasi dan membimbing proses

belajar-mengajar. (Nurfitria,2009)

B. Perkembangan dan Proses Belajar Anak

Psikologi memberikan landasan dan kontribusi yang signifkan dalam

memahami perkembangan peserta didik baik secara individu maupun secara

kelompok, dan memahami serta menerapkan gagasan pokok dari berbagai

teori. Beberapa teori psikologi yang penting dan sangat berperan dalam

memahami perkembangan peserta didik dan proses pembelajaran antara lain

sebagai berikut (Natawidjaja dkk, 2007) :

a. Teori kognitif (cognitive Theory)

Menurut psikologi kognitif, manusia memiliki cara tersendiri untuk

membuat kemajuan intelektual. Menurut Piaget, kemajuan atau

perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi pada aktivitas kognitif

manusia yaitu, organisasi dan adaptasi. Organisasi memberi kemampuan pada

organisme untuk mensistematikkan atau mengorganisasi proses-proses fisik

atau proses-proses psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan

berhubungan. Dengan organisasi struktur fisik dan struktur psikologis

diintegrasikan menjadi struktur intelektual tingkat tinggi.

Semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk beradaptasi. Arti

adaptasi disini adalah adaptasi terhadap informasi yang datang dari "luar" ke

10
dalam kognisi. Adaptasi ini dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan

akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau

kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang datang dari luar.

Asimilasi dapat diartikan sebagai penyerapan dan pengintegrasian

pengalaman-pengalaman baru kepada stuktur intelektual yang sudah ada.

Dalam istilah perkembangan intelektual, Anak telah mengalami proses belajar.

Karena disini anak telah dapat menentukan hubungan antara pengalaman yang

telah ia miliki dengan masalah yang datang dari luar (stimulus) dan merespon

stimulus tersebut sehingga anak menjadi paham. Skema Piaget digambarkan

sebagai berikut.

Skema Piaget

SKEMA

ASIMILASI AKOMODASI

Melalui skema di atas, pemahaman kognitif yang terbentuk dalam diri

anak terorganisasi membangun satu kelompok pemikiran dan tindakan yang

sama.

Proses asimilasi dan akomodasi dapat diterapkan pada kegiatan belajar di

11
kelas. Adakalanya perkembangan kognitif siswa sebagian tergantung pada

akomodasi.

Berdasarkan hasil studi Piaget , terdapat lima faktor yang

mempengaruhi seseorang pindah tahap perkembangan intelektualnya. Kelima

faktor itu adalah: kematangan (maturation), pengalaman fisik (physical

experience), pengalaman logika matematika (logico-methematical

experience), transmisi sosial (social transmission), dan ekuilibrasi

(equlibration).

b. Teori behaviourisme

Ada sejumlah konsep belajar yang dikembangkan oleh kaum

behavioris untuk mengefektifkan pengaruh lingkungan terhadap hasil belajar.

Metode yang paling primitif adalah metode pelaziman klasik (classical

conditioning). Operan kondisioning yang dikembangkan oleh Skinner adalah

suatu bentuk belajar dimana suatu respon meningkat frekuensinya sebagai

hasil penguatan (reinforcement) yang mengikutinya. Jika perilaku diikuti oleh

akibat yang diinginkan, maka frekuensi perilaku itu akan cenderung

meningkat. Jika perilaku tidak memberikan hasil, frekuensi perilaku itu

berkurang dan mungkin akan lenyap.

Operant conditioning berkaitan dengan proses memperteguh respon

yang baru dengan mengasosiasikannya pada stimuli tertentu berkali-kali. Oleh

karenanya pelaziman operant sering menggunakan peneguhan (reinforcement)

12
untuk memperkuat hasil belajar yang diharapkan. Pada operant conditioning

inilah dikenal prinsip ganjaran (reward) dan hukuman (punishment). Jika

setiap kelompok yang paling tertib dalam melakukan praktikum selalu dipuji

guru, maka kelompok tersebut akan cenderung mempertahankan atau bahkan

meningkatkan kinerjanya. Jika setiap seorang siswa tiba-tiba mengajukan

pertanyaan pada saat guru mendemonstrasikan alat atau menjelaskan konsep,

kemudian guru meng-abaikannya atau bahkan menghardiknya, maka

keengganan siswa untuk bertanya akan makin kuat menjadi perilaku siswa.

Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman.

Teori belajar sosial memiliki beberapa konsep dasar. Konsep-konsep tersebut

adalah:

a. Pemodelan (modelling), seseorang belajar dengan cara meniru perilaku

orang lain dan pengalaman vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan

kegagalan orang lain;

b. Fase Belajar, terdiri dari fase perhatian terhadap model (attentional phase),

fase mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran pebelajar

(retention phase), fase menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar

(reproduction phase) dan fase motivasi (motivation phase) ketika siswa

berkeinginan mengulang-ulang perilaku model yang mendatangkan

konsekuensi-konsekuensi positif dari lingkungan;

c. Belajar Vicarious, seseorang belajar dengan melihat apakah orang lain

diberi ganjaran atau hukuman waktu terlibat dalam perilaku-perilaku

tertentu;

13
d. Pengaturan-sendiri (self-regulation), manusia mengamati,

mempertimbangkan, memberi ganjaran atau hukuman terhadap

perilakunya sendiri.

C. Karakteristik Anak di Madrasah Ibtidaiyah

a. Memahami Karakteristik Anak di Madrasah Ibtidaiyah

Masa usia MI (sekitar 6 - 12) ini merupakan tahapan perkembangan

penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya.

Karena itu, guru tidaklah mungkin mengabaikan kehadiran dan kepentingan

mereka. Ia akan selalu dituntut untuk memahami betul karakteristik anak di

MI.

Karakteristik anak usia Madrasah Ibtidaiyah secara umum sebagaimana

dikemukakan Bassett, Jacka, dan Logan dalam Achmad berikut ini :

a. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik

akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri.

b. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira / riang

c. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal,

mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru.

d. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi

sebagaimanamereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak

kegagalan-kegagalan

14
e. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi

yang terjadi

f. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif dan

mengajar anak-anaklainnya.

Masa usia MI ada yang mengatakannya sebagai masa kanak-kanak

akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga kira-kira usia sebelas atau

dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah

dasar,dan mulailah sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan

mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para pendidik mengenal masa ini

sebagai “Masa Sekolah”, oleh karena itu pada usia inilah anak untuk pertama

kalinya menerima pendidikan formal.

Seorang ahli berpendapat lagi bahwa masa usia sekolah adalah masa

matang untuk belajar, maupun masa matang untuk sekolah. Di sebut masa

anak sekolah, karena sudah menamatkan taman kanak-kanak. Disebut masa

matang untuk belajar, karena mereka sudah berusaha untuk mencapai sesuatu

tetapi perkembangan aktivitas bermain yang hanya bertujuan untuk

mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan aktifitasnya itu sendiri.

Disebut masa matang untuk bersekolah, karena mereka sudah menginginkan

kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah.

Ada yang berpendapat bahwa masa usia sekolah sering pula disebut sebagai

masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian

bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa

15
sebelumnya dan sesudahnya. Menurut pendapat ini, masa keserasian

bersekolah ini dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu :

a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 sampai

umur 9 atau 10. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain :

1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dan prestasi sekolah.

2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan

permainan yang tradisional.

3) Ada kecenderungan memuji sendiri.

4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu

dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain

5) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu

dianggapnya tidak penting.Pada masa ini (terutama pada umur 6 -8)

anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat

apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, yaitu kira-kira umur 9 atau 10

sampai kira-kira umur 12 atau 13. Beberapa sifat khas anak-anak pada

masa ini adalah sebagai berikut :

1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit; hal

ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan

pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2) Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.

16
3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata

pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor

ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.

4) Sampai kira-kira umur 11 anak membutuhkan guru atau orang-orang

dewasa lainnya, untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi

keinginannya; setelah kira-kira umur 11 pada umumnya anak

menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha

menyelesaikannya sendiri.

5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang

tepat (sebaik-baiknya)mengenai prestasi sekolah.

6) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya

untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya

anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional;

mereka membuat peraturan sendiri.

Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik anak

usia sekolah dasar serta berbagai dimensi perkembangannya, maka

seorang guru tidak asal suka begitu saja mengembangkan pengajaran di

sekolah / di kelasnya. Ia dituntut dalam mengembangkan sistem

pengajarannya, tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologis yang

ada. Kenyataan ini, menjadi alasan kuat mengapa sistem pengajaran yang

dikembangkan guru diharapkan akan semakin dapat melayani kebutuhan

17
peserta didik individual (individually guided education) dan pengajaran itu

benar-benar menjadi menarik dan bermakna bagi anak.

b. Aspek-aspek Psikologis dan Fisik dalam Memahami Karakteristik Anak di

MI

Dalam memahami karakteristik anak di MI maka aspek-aspek

psikologis dan fisik yang penting dalam perkembangan pada masa anak

sekolah diuraikan antara lain beberapa cirinya seperti faktor intelektual,

faktor kognitif, faktor verbal dan faktor emosi.

1. Faktor Intelektual

Faktor intelektual dari murid ialah kemampuan untuk berhubungan

dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu

representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang / simbol (huruf,

angka, kata, gambar).

Intelektualisme bisa diartikan sebagai akal atau pikiran. Pikiran

mempunyai kedudukan yang boleh dikata menentukan. Karena itulah

kewajiban kita para pendidik, disamping mengembangkan aspek-aspek

lain dari anak-anak didik kita untuk memberikan bimbingan sebaik-

baiknya bagi perkembangan pikiran itu. Berfikir dan bahasa adalah

demikian erat hubungannya, karena itu perkembangan bahasa yang baik

adalah syarat yang harus dipenuhi untuk perkembangan pikiran yang baik.

18
Berpikir merupakan suatu proses pengenalan dan pengingatan

fakta-fakta, pemahaman hubungan, persamaan, perbedaan, dan sebab

akibat. Anak-anak pada usia MI cepat sekali mengenal dan menghafal

nama orang, benda, binatang, tanaman dan sebagainya, apalagi kalau

disertai dengan peragaan. Penguasaan kosakata dimulai pada usia enam

tahun dan secara berangsur semakin cepat pada usia MI. Perkembangan

kemampuan berbahasa pada usia ini dapat dipercepat dengan penggunaan

media komunikasi, baik dalam pembelajaran di kelas maupun dalam

kehidupan sehari-hari. (Natawidjaja dkk, 2007)

Menurut Gagne dalam Achmad (2009) Kemahiran intelektual

seseorang semakin meningkat, dengan semakin menguasai cara berfikir

yang tidak berperaga. Dalam berfikir tidak berperaga sangat menonjolkan

manfaat dari apa yang disebut “Kemahiran Intelektual”, dimana orang

memperoleh pemahaman dan menggunakan konsep, kaidah dan prinsip.

Di sini pula terdapat “Berfikir Intelektual” yaitu berfikir dengan mencari

dan menggunakan pemahaman melalui penguasaan konsep dan relasi-

relasi antara konsep itu. Demikian juga pemahaman semacam itu disebut

“Pemahaman Intelektual”.

2. Faktor Kognitif

Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan

bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi,

entah objek itu orang, benda atau kejadian / peristiwa. Oleh karena itu

19
kemampuan kognitif ini, murid dapat menghadirkan realitas dunia di

dalam dirinya sendiri, dari hal-hal yang bersifat material dan berperaga

seperti perabot rumah tangga, kendaraan, bangunan dan orang, sampai hal-

hal yang tidak bersifat material dan berperaga seperti ide “Keadilan,

Kejujuran” dan lain sebagainya. Jelaslah kiranya, bahwa semakin banyak

pikiran dan gagasan dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam

pikiran kognitif orang itu.

Dalam perkembangan berfikir, pada usia MI awal (6-7)

kemampuan berfikir anak berada pada tahap pemikiran intuitif atau

berpikir khayal. Anak sangat kaya dengan fantasi dan setiap benda dapat

diperankan sebagai apa saja. Pada usia selanjutnya (7-12) kemampuan

anak lebih tinggi, tetapi terbatas pada berpikir konkret. Anak belum

mampu berpikir abstrak (Piaget, dalam Natawidjaja dkk 2007). Desain

strategi dan Penggunaan media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam

proses pembelajaran pada masa ini.

Adapun termasuk dalam aktivitas kognitif ini yaitu :

1). Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari

bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan

kesan-kesan yang diperoleh dimasa lampau. Ada dua bentuk mengingat

yaitu : mengenal kembali dan mengingat kembali. Murid dapat belajar

untuk mengingat kembali dengan lebih baik, terutama dengan

20
memperlihatkan dan mempelajari materi yang harus diingat kelak dengan

sungguh-sungguh.

2). Berfikir, siswa berhadapan dengan objek-objek yang diwakili dalam

kesadaran. Jadi, orang tidak langsung menghadapi objek secara fisik

seperti terjadi dalam mengamati sesuatu bila melihat, mendengar dan

meraba. Dalam berfikir, objek hadir dalam bentuk representasi. Bentuk-

bentuk representasi yang paling pokok adalah tanggapan pengertian atau

konsep dan lambang verbal.

3. Faktor Verbal

Yang dimaksudkan faktor verbal pada masa usia sekolah adalah

pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam

bahasa. Oleh karenanya masa pra sekolah merupakan periode yang kritis

dalam pola pengembangan bahasa anak. Masa pra sekolah atau masa

kanak-kanak akhir merupakan usia yang ideal untuk belajar keterampilan-

keterampilan yang tidak hanya berguna baginya pada masa itu akan tetapi

juga merupakan pondasi bagi keterampilan-keterampilan tinggi yang

terkoordinasi yang diperlukan di kemudian hari. Anak merasa senang

mengulang-ulang sesuatu kegiatan sampai benar-benar menguasainya. Ia

suka berpetualang, tidak merasa takut terhadap ancaman-ancaman bahaya

ataupun cemoohan teman-teman.

4. Faktor Emosional

21
Masa pra sekolah merupakan periode memuncaknya emosi yang

ditandai dengan munculnya “Tantramus” rasa takut yang kuat, dan

meledaknya cemburu yang tidak beralasan. Pada masa ini telah terlihat

perbedaan-perbedaan dalam emosi dan pola ekspresinya dapat ditafsirkan

dengan segera. Ketegangan emosi pada anak-anak ini sebagian disebabkan

oleh kelelahan karena terlalu lama bermain, kurang tidur siang, dan terlalu

sedikit makan sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan jasmaniah.

Menginjak masa sekolah, anak segera menyadari bahwa

pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Dengan

demikian ia mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar mengendalikan,

dan mengungkapkan emosinya.Stagner dalam Achmad (2009)

menunjukkan bahwa jika guru selalu dalam ketegangan psikologis maka

murid-muridnya pun mengalami ketegangan psikologis seperti yang

dialami gurunya. Guru yang pemarah, pengomel dan cerewet,

menyebabkan muridnya meniru tingkah laku gurunya itu, dan hal ini

menimbulkan gangguan perkembangan emosi anak. Semakin bertambah

umur anak, ia akan memperlihatkan pengulangan respon emosionalnya

yang semakin meningkat yang dikenal oleh orang dewasa sebagai

gembira, marah, takut, cemburu, bahagia, ingin tahu, iri dan benci.

D. Strategi Pembelajaran Guru di Madrasah Ibtidaiyah

a. Pengertian Strategi Pembelajaran

22
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan

digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran

sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami

materi pembelajaran, yang pada akhir tujuan pembelajaran dapat

dikuasainya diakhir kegiatan belajar (Uno, 2007:2).

Disisi lain, strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh

pembelajaran dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman

umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran,

yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu

(Miarso, 2004:530)

Jadi strategi pembelajaran adalah keputusan guru dalam

menetapkan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan, sarana dan

prasarana yang akan digunakan, termasuk jenis media yang digunakan,

materi yang diberikan, dan metodologi yang digunakan dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran.Dengan kata lain, strategi

pembelajaran adalah suatu kondisi yng diciptakan oleh guru dengan

sengaja (seperti metode, sarana dan prasarana, materi, media, dan

sebagainya) agar peserta didik difasilitasi dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang ditetapkan.

b. Komponen-komponen Strategi Pembelajaran

Komponen-komponen strategi pembelajaran adalah:

23
1. Tujuan pengajaran

Tujuan pengajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk

memilih strategi belajar mengajar.

2. Guru

Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman, pengetahuan,

kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup

dan wawasan. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam

pemilihan strategi belajar mengajar yang digunakan dalam program

pengajaran.

3. Peserta didik

Dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik mempunyai

latarbelakang yang berbeda-beda, hal ini perlu dipertimbangkan dalam

menyusun strategi belajar mengajar yang tepat

4. Materi pelajaran

Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal (isi pelajaran

dalam buku teks resmi/buku paket di sekolah) dan materi informal

(bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah)

5. Metode pengajaran

Ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam

strategi belajar mengajar

6. Media pengajaran

24
Keberhasilan program belajar mengajar tidak tergantung dari canggih

atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan

keefektifan media yang digunakan.

7. Faktor administrasi dan finansial

Terdiri dari jadwal pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar.

c. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran

Konsepsi pembelajaran modern menuntut peserta didik kreatif,

responsif, dan aktif dalam mencari, memilih, menemukan, menganalisis,

menyimpulkan dan melaporkan hasil belajarnya. Model pembelajaran

semacam ini hanya dapat terlaksana dengan baik apabila guru mampu

mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif. Mengingat terdapat

berbagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, namun

tidak semua sama efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk

itu, dibutuhkan kreativitas guru dalam mengembangkan dan memilih

strategi pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu perlu diciptakan proses

pembelajaran yang menantang dan merangsang otak (kognitif), menyentuh

dan menggerakkan perasaan (afektif), dan mendorong peserta didik untuk

melakukan kegiatan (motorik) serta bila memungkinkan peserta didik

mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana konkret

(Soedijarto dalam Warsita, 2008).

Dengan kreativitas, guru diharapkan dapat memilih strategi

pembelajaran yang tepat untuk setiap kegiatan pembelajaran. Pemilihan

25
strategi pembelajaran dapat berdasarkan pada pertimbangan atau kriteria

sebagai berikut : a) tujuan belajar, yaitu jenis dan jenjangnya;b) materi

atau isi pelajaran, yaitu sifat, kedalaman, dan banyaknya; c) peserta didik,

yaitu latar belakang, motivasi, gaya belajar serta kondisi fisik dan

mentalnya; d) tenaga kependidikan yaitu jumlah, kualifikasi, dan

kompetensinya; e) waktu, yaitu lama dan jadwalnya; f) sarana yang dapat

dimanfaatkan; dan g) biaya (Miarso, 2004:532).

Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan

kriteria berikut: a) orientasi strategi pada tugas pembelajaran; b) relevan

dengan isi atau materi pembelajaran; c) metode dan teknik yang digunakan

difokuskan pada tujuan yang ingin dicapai; d) media pembelajaran yang

digunakan dapat merangsang indra peserta didik secara simultan (Hamzah

B. Uno, 2007:9).

Dalam setiap pemilihan strategi pembelajaran, kita perlu

mengajukan dua pertanyaan sebagai berikut: 1) seberapa jauh strategi yang

disusun itu didukung dengan teori-teori psikologi dan teori instruksional

yang ada? 2) seberapa jauh strategi yang disusun itu efektif dalam

membuat peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan ? (Suparman, 2004:207).

d. Bentuk strategi pembelajaran Guru di MI

26
Ada berbagai macam strategi yang dapat dilakukan oleh guru

sekolah dasar untuk dapat meningkatkan performansi dari proses belajar

mengajar itu sendiri yaitu:

1. Tidak memberi perlakuan diskriminatif atas dasar gender. Hal itu

ditujukan untuk menyetarakan antara peran anak perempuan dan laki-

laki sehingga nantinya tidak ada hambatan pada proses pebelajaran di

sekolah itu sendiri dan tidak menghambat interaksi interpersonal

dengan teman sebayanya.

2. Memberikan berbagai bentuk permainan. Melalui berbagai bentuk

permainan diharapkan anak-anak memiliki affiliasi yang baik dengan

teman sebayanya, dapat sebagai media melepaskan ketegangan,

meningkatkan perkembangan kognitif, penjelajahan, dan sebagai tempat

berlindung yang aman dari kegiatan-kegitan yang secara potensial

berbahaya.

3. Menggunakan bahasa yang tidak terlalu sulit untuk dipahami oleh anak-

anak. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pemprosesan

informasi oleh anak-anak dalam menangkap informasi yang diberikan

oleh para pengajar.

4. Bersikap tenang, hangat, mudah beradaptasi, fleksibel, dan mengetahui

perbedaan-perbedaan individual. Hal itu memberi pengaruh yang kuat

bagi prestasi untuk para murid-muridnya karena murid-murid akan

cenderung menyukai guru seperti itu

27
e. Implikasi Strategi pembelajaran pada peningkatan efektifitas

pembelajaran di MI

Menurut Panji (2009), Batasan belajar mengajar yang bersifat

umum mempunyai empat dasar strategi, yaitu :

1. Mengindentifikasi serta menetapkan tingkah laku dan kepribadian anak

didik sebagaimana yang diharapkan sesuai dengan perubahan zaman.

2. Mempertimbangkan dan memilah sistem belajar mengajar yang tepat

untuk mencapai sasaran yang akurat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar

yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan

pegangan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

4. Menetapkan norma - norma dan batas minimal keberhasian atau kreteria

serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru

dalam melakukan evaluasi hasil belajar yang selanjutnya akan dijadikan

umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang

bersangkutan secara keseluruhan.

Dari keempat uraian di atas jika di terapkan dalam konteks

kegiatan belajar mengajar maka strategi belajar mengajar pada dasarnya

memiliki implikasi sebagai berikut:

a. Proses mengenal karakteristik dasar anak didik yang harus dicapai

melalui pembelajaran.

28
b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan kultur,

aspirasi dan pandangan filosofi masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik mengajar.

d. Menetapkan norma - norma atau kreteria - kreteria keberhasilan belajar.

Pembelajaran yang efektif adalah belajar yang bermanfaat dan

bertujuan bagi peserta didik, melalui pemakaian prosedur yang tepat

(Miarso, 2004:536). Menurut Warsita (2008:290) Berbagai strategi belajar

dan pembelajaran inovatif, sebagai bentuk aplikasi konsep teknologi

pembelajaran antara lain sebagai berikut :

1). Resources based learning atau pembelajaran berbasis aneka sumber

(BEBAS)

Strategi pembelajaran ini memiliki karakteristik yaitu peserta didik

diberikan atau disediakan berbagai ragam dan jenis sumber belajar baik

cetak (buku teks, modul, LKS dan lain-lain) maupun noncetak (CD/DVD,

CD-ROM, bahan ajar online) atau sumber belajar orang lain (orang, alat,

lingkungan dan lain-lain) yang relevan untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran. Kemudian, peserta didik diberikan tugas untuk melakukan

aktivitas belajar tertentu dan semua sumber belajar yang mereka butuhkan

telah disediakan.

2). Case/problem based learning atau case based learning

29
Strategi pembelajaran ini memiliki karakteristik yaitu peserta didik

diberikan suatu permasalahan terstruktur untuk dipecahkan. Dalam case-

based learning solusi pemecahan masalahnya sudah jelas karena skenario

sudah dibuat dengan jelas. Sedangkan pada problem-based learning

kemungkinan solusi pemecahan masalahnya akan berbeda-beda antara

peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain.

3). Simulation based learning

Strategi pembelajaran ini memiliki karakteristik yaitu peserta didik

diminta untuk mengalami suatu peristiwa yang sedang dipelajari. Sebagai

contoh peserta didik diharapkan dapat membedakan perubahan

percampuran warna-warna dasar. Maka dengan melalui suatu software

tertentu (misal virtual lab) peserta didik dapat melakukan berbagai

percampuran warna dan melihat perubahan-perubahan warnanya.

Selanjutnya, peserta didik dapat mencatat laporannya dalam bentuk tabel

dengan menggunakan MS Excell atau MS Word.

4). Colaborative based learning

Strategi pembelajaran ini memiliki karakteristik yaitu peserta didik

dibagi ke dalam beberapa kelompok, dengan kerjasama peserta didik

melakukan tugas yang berbeda untuk menghasilkan satu tujuan yang sama.

Sebagai contoh, anak kelas 6A sekolah dasar dibagi kedalam enam kelompok

30
untuk mencapai tujuan pembelajaran membedakan ciri-ciri khusus hewan dan

tumbuhan pada pembelajaran sains.

E. Penerapan Psikologi pendidikan anak terhadap strategi pembelajaran

Guru di Kelas

Salah satu tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan

perilaku peserta didiknya. Dalam hal ini, Abin Syamsuddin Makmun dalam

Sudrajat (2008) menyebutkan bahwa tugas guru antara lain sebagai pengubah

perilaku peserta didik (behavioral changes). Oleh itu, agar perilaku peserta

didik dapat berkembang optimal, tentu saja seorang guru seyogyanya dapat

memahami tentang bagaimana proses dan mekanisme terbentuknya perilaku

para peserta didiknya

Usaha memahami anak didik akan berhasil dengan baik, jika guru

memiliki sifat-sifat, kemampuan, dan keterampilan tertentu yang merupakan

faktor pendukung keberhasilan anak. Guru menyadari bahwa tugas pendidik

adalah menjadikan anak didiknya berkembang optimal, maka ia pun

menyadari bahwa salah satu tugasnya yang penting adalah membantu anak

agar dapat mengatasi kesulitan yang dialami dalam mencapai perkembangan

yang optimal.

Dengan guru memahami psikologi pendidikan merupakan modal

dasar dalam strategi belajar mengajar siswa. Tugas guru tidak pernah lepas

dari aspek-aspek strategi belajar mengajar siswa. Tugas guru tidak pernah

31
lepas dari aspek-aspek psikologis yang melatarbelakangi anak didiknya dalam

proses belajar-mengajar karena itu penting sekali guru memahami dan

dibekali dengan prinsip-prinsip dasar psikologis untuk mendukung peran guru

yang harus mempersiapkan , melaksanakan , mengevaluasi dan membimbing

proses belajar-mengajar.

Sebagai contoh, Strategi pembelajaran yang diterapkan pada Mata

pelajaran Sains yang ada di kelas Madrasah Ibtidaiyah. Hal tersebut harus

dilakukan berdasarkan pertimbangan psikologis. Misalnya Usia anak kelas III

MI pada umumnya berada pada rentang usia 8-13 tahun, yang oleh Oswald

Kroh dalam Hendri (2008) dimasukkan pada masa realisme-kritis. Pada

periode ini pengamatan anak bersifat realistis dan kritis. Anak pada usia ini

sudah dapat mengadakan sintese-logis, menghubungkan bagian-bagian dari

suatu kejadian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur, memilih dan

mengolah informasi untuk digunakan mengambil keputusan (Fensham;

Horsley, et al.; Yager dalam Hendri (2008).

Berdasarkan tinjauan psikologis di atas maka pembelajaran Sains di

kelas MI diutamakan pada cara membangun pengetahuan dengan strategi

pembelajaran berdasarkan pengamatan pada objek yang dituju, pengalaman,

penyusunan gagasan, pengujian melalui suatu percobaan atau penyelidikan

dan pencarian informasi.

32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikologi memberikan landasan dan kontribusi yang signifikan dalam

memahami perkembangan peserta didik baik secara individu maupun secara

kelompok, dan memahami serta menerapkan gagasan pokok dari berbagai

teori. Dalam memahami karakteristik anak di MI maka aspek-aspek psikologis

dan fisik yang penting dalam perkembangan pada masa anak sekolah

diuraikan antara lain beberapa cirinya seperti faktor intelektual, faktor

kognitif, faktor verbal dan faktor emosi.

Ada berbagai macam strategi yang dapat dilakukan oleh guru sekolah

dasar untuk dapat meningkatkan performansi dari strategi pembelajaran itu

sendiri yaitu :

(1) Tidak memberi perlakuan diskriminatif atas dasar gender,

(2) Memberikan berbagai bentuk permainan,

(3) Menggunakan bahasa yang tidak terlalu sulit untuk dipahami oleh anak-

anak,

33
(4) Bersikap tenang, hangat, mudah beradaptasi, fleksibel, dan mengetahui

perbedaan-perbedaan individual.

Dengan guru memahami psikologi pendidikan merupakan modal

dasar dalam strategi belajar mengajar siswa. Tugas guru tidak pernah lepas

dari aspek-aspek strategi belajar mengajar siswa. Tugas guru tidak pernah

lepas dari aspek-aspek psikologis yang melatarbelakangi anak didiknya dalam

proses belajar-mengajar karena itu penting sekali guru memahami dan dibekali

dengan prinsip-prinsip dasar psikologis untuk mendukung peran guru yang

harus mempersiapkan , melaksanakan , mengevaluasi dan membimbing proses

belajar-mengajar.

B. Sumber Referinsi

Hendri, Edi. 2008. Implementasi Psikologi dalam Pembelajaran Sains di SD.

Di undu pada tanggal 20 Oktober 2009 dalam http://re-

searchengines.com/hendri1108.html.

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:

Prenada Media.

MK, Achmad. 2009. Memahami Karakteristik Anak Dalam Mengatasi

Masalah Belajar Murid Di SD. Diundu pada tanggal 30 Oktober 2009

dalam

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/memahami-

karakteristik-anak-dalam-mengatasi-masalah-belajar-murid-di-sekolah

34
Natawidjaja, Rochman dkk. 2008. Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu

Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Nurfitria, Karima. 2009. Psikologi Pendidikan. Diundu pada tanggal 20

Oktober 2009 dalam

http://karimanurfitria.blog.friendster.com/2009/01/psikologi_pendidikan

Sudrajat, Ahkmad. 2008. Memahami Perilaku Individu. Di undu pada

tanggal 20 Oktober 2009 dalam http://Memahami Perilaku Individu «

AKHMAD SUDRAJAT LET'S TALK ABOUT EDUCATION !.htm

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan

Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

35

Anda mungkin juga menyukai