Anda di halaman 1dari 114

JURNAL EDUKASI

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN,
Jurusan/PS Bimbingan dan Konseling
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA SENI,
Jurusan/PS: Pend. Bhs. Indonesia dan Daerah Bali,
Pend. Sendratasik dan Pend. Seni Rupa.
FAKULTAS PENDDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL,
Jurusan/PS: Pend. Ekonomi, dan Pend. Sejarah.
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN,
Jurusan/Prodi: Pend. Olah Raga dan Kesehatan

ISSN 2302-2124

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA)


Jurusan/PS: Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi
Alamat: Jln Akasia No 16 Tanjung Bungkak Denpasar Timur tlp. (0361) 265693
e-mail: fpmipaikippgribali@yahoo.co.id

VOLUME III, NOMOR 1, MARET TAHUN 2014

Alamat: Jalan Seroja Tonja Denpasar Utara tlp: (0361) 431434


Alamat Web: ikippgribali.ac.id

MATEMATIKA dan SAINS

YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN (YPLP) PERGURUAN TINGGI


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI

VOLUME III, NOMOR 1, MARET TAHUN 2014


VOLUME lI, NOMOR 2, MARET TAHUN 2013

VOLUME III, NOMOR 1, MARET TAHUN 2014

JEms

ISSN
2302-2124
ISSN 2302-2124
ISSN 2302-2124

Emasains

JURNAL EDUKASI
MATEMATIKA dan SAINS
Strategi Pembelajaran Sepak Bola Verbal.
Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning dan Gaya Berpikir.
Air Rendaman Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.).
Bentuk Asesmen Formatif Dan Tingkat Motivasi Berprestasi.
Keragaman Jenis Serangga Predator di Areal Persawahan.
Model Pembelajaran Problem Solving.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.
Penerapan Model Pembelajaran Eksposiroti Dengan Tutor Sebaya.
Penerapan Metode Tanya Jawab Multi Arah Melalui Latihan
Keterampilan (Drill Method).
Meningkatkan Prestasi Belajar Dengan Metode Karya Wisata Dengan
Bermain Sambil Belajar Dan Metode Bercerita.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Model Pembelajaran Kreatif Problem Solving Berbantuan Media ICT.
Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Bimbingan Kelompok.

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI
Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur
Telp. (0361) 265693 Email: fpmipaikippgribali@yahoo.co.id

JURNAL EDUKASI
MATEMATIKA dan SAINS

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI
Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur
Telp. (0361) 265693 Email: fpmipaikippgribali@yahoo.co.id

Jurnal EMASAINS Volume lIl, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

JEms

Emasains

jurnal edukasi matematika dan sains

Emasains, Jurnal Edukasi Matematika dan Sains terbit dua kali dalam setahun (Maret dan September),
Berbahasa Indonesia maupun Inggris. Sebagai media komunikasi ilmiah dengan kajian masalah pendidikan,
pendidikan matematika, sains dan lingkungan hidup. Memuat tulisan yang berasal dari hasil penelitian,
kajian teoretis dan aplikasi teori.
Penasehat
Dr. I Made Suarta, SH., M. Hum
Penanggungjawab
Drs. I Wayan Suanda, SP., M.Si.
Ketua Redaksi
Drs. I Nengah Suka Widana, M.Si
Sekretaris Redaksi
Dra. I Gusti Ayu Rai, M.Si.; I Wayan Eka Mahendra, S.Pd., M.Pd
Redaksi Ahli
Prof.Dr. I Wayan Suparta, M.S (UNUD).
Prof. Dr. Putu Budiadnyana, M.Si (Undiksha Singaraja).
Dr. Bayu Aji (LIPI-Kebun Raya Eka Karya Bali).
Dr. Ir. I G.N. Alit Wirya Susanta, M.Agr. (UNUD).
Drs. I Wayan Budiyasa, M.Si. (IKIP PGRI Bali).
Drs. I Dewa Putu Juwana, M.Pd. (IKIP PGRI Bali).
Redaksi Pelaksana
Drs. Made Surat, M.Pd.; Drs I Wayan Sudiarsa.; Drs. I Made Sunastra, M.Si.
M.Si.; Drs. I Made Subrata; M.Si; I Wayan Widana, S.Pd., M.Pd.
N. Putri Sumaryani, SP., M.MA.; Made Wahyu Cerianingsih, S.Si.
Ni Luh Mery Marlinda, S.Pd.
Bendahara
Dra. Ni Nyoman Parmithi, MM.
Distribusi
I Putu Sukerteyasa, S.Pd., M.Pd; Gustut Ariana, S.Pd.
Pembantu Pelaksana Tata Usaha
Sri Utami, S.Pd.; Ni G.A. Nyoman Sri Ernawati.
Alamat Redaksi
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Bali
Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur
Telp. (0361) 265693 Email: fpmipaikippgribali@yahoo.co.id
Dicetak Oleh:
PT. Percetakan Bali, Jl. Gajah Mada I/1 Denpasar 80112, Telephone (0361) 234723, 235221
NPWP: 01.126.360.5-904.000, Tanggal Regestrasi DKP: 1 July 2006

ii

Jurnal EMASAINS Volume lIl, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

JEms

Emasains

jurnal edukasi matematika dan sains

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SUSUNAN ORGANISASI PENGELOLA JURNAL EMASAINS
DAFTAR ISI

i
ii
iii

Penerapan Strategi Pembelajaran Sepak Bola Verbal Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Dely Kus Purnama..
Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning Dan Gaya Berpikir Terhadap Hasil
Belajar Matematika.
Gabriella Putri Siska Yunita.
Pengaruh Penyiraman Air Rendaman Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.).
N Putri Sumaryani dan I Gede Adnyana
Pengaruh Penerapan Bentuk Asesmen Formatif Dan Tingkat Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil
Belajar Matematika.
I Gusti Agung Ayu Pramita Tryarika, dan Ni Wayan Sunita..
Keragaman Jenis Serangga Predator Di Areal Persawahan Desa Kerobokan Kecamatan Kuta
Utara Kabupaten Badung.
Ni Luh Swastini dan I Nengah Suka Widana..
Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
I Nyoman Sunata..
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Peserta Didik Kelas V SD Negeri 3 Jagaraga.
Gusti Ayu Putu Putri Ekawati
Penerapan Model Pembelajaran Eksposiroti Dengan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar
Desak Putu Oka Sunedi.
Penerapan Metode Tanya Jawab Multi Arah Melalui Latihan Keterampilan (Drill Method) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Luh Redasi.
Meningkatkan Prestasi Belajar Dengan Metode Karya Wisata Dengan Bermain Sambil Belajar
Dan Metode Bercerita
I Gusti Ayu Suwantari
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa
Ni Luh Widiani.
Model Pembelajaran Kreatif Problem Solving Berbantuan Media ICT Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar
I Wayan Sudanta..
Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Matematika
I Ketut Swarsa.
PEDOMAN PENULISAN EMASAINS

Jurnal EMASAINS Volume lIl, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

1-11
1-11
12-23

12-13
24-32
24-32
33-41

33-41

42-50
42-50
51-55
51-55
56-62
56-62
63-69
63-69
70-78
70-78
79-82
79-82
83-94
83-94
95-98
95-98

99-107
99-107

iii

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SEPAK BOLA VERBAL UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
I Wayan Eka Mahendra dan WDely Kus Purnama
Jurusan/Prodi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali
e-mail: eka_undiksha@yahoo.com
Implementation Strategy Soccer Verbal Learning To Improve Math Learning
Outcomes
Type of research is classroom action research (PTK) in SMP Negeri 5 Denpasar
school year 2013/2014. The problems that were examined is whether the application of
learning strategies group Verbal Football can improve mathematics learning outcomes.
Research purposes to determine the improvement of mathematics learning outcomes of
students, after learning strategy applied Soccer Verbal group. Subjects were VIIIA grade
students of SMP Negeri 5 Denpasar, as many as 34 people. Data learning outcomes and
learning activities using instruments sheet obtained by observation and achievement test, the
data were analyzed using descriptive statistics. The findings of the research that results in
students learning math class VIIIA of SMP Negeri 5 Denpasar with applied learning strategy
Football Verbal there was an increase of 68.59 on the first cycle to 82.5 in the second cycle.
Thus the application of the Football Verbal learning strategies to improve learning outcomes
math VIIIA grade students of SMP Negeri 5 Denpasar.
Keywords: Verbal Learning Strategies Football.
PENDAHULUAN
Sistem Pendidikan Nasional (UU RI
No. 20 Tahun 2003) menyebutkan bahwa,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Kurikulum yang diterapkan mengacu pada standar nasional
pendidikan (SNP), berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan
(Tim Penyusun, 2003).
Observasi terhadap proses pembelajaran dan keadaan peserta didik di SMP
Negeri 5 Denpasar pada awal Pebruari 2014,
dimana setiap individu mempunyai pandangan berbeda tentang pelajaran matematika, bagi yang memandang matematika
menyenangkan, maka akan tumbuh motivasi dalam diri individu tersebut untuk
mempelajari matematika dan optimis
dalam menyelesaikan masalah-masalah

dalam pelajaran matematika. Sebaliknya,


yang memandang sebagai sesuatu yang
sulit, maka individu tersebut akan pesimistis dalam menyelesaikan masalah matematika, kurang termotivasi. Fakta lapangan
menunjukkan sebagian besar peserta didik
menganggap matematika sebagai pelajaran
yang sulit, sehingga cendrung pesimistis,
kurang termotivasi untuk mempelajarinya.
Mencermati keadaan tersebut, Seorang guru
seharusnya mengetahui psikologis peserta
didik sebelum menentukan strategi atau
pendekatan yang digunakan. Strategi yang
digunakan harus beragam agar peserta
didik tidak bosan.
Ginnis (2008) menyatakan bahwa
kebaikan strategi pembelajaran Sepak Bola
Verbal yaitu dapat mendorong aktivitas
kerja kelompok, memberikan pengalaman
mengenai
macam-macam keterampilan
membaca yang didorong oleh kecepatan
aktivitas, meningkatkan belajar mandiri dan
kecakapan uji lain, membantu peserta
didik untuk membiasakan diri belajar pada
sumber bukan guru. Selain hal tersebut
aktivitas kerja sama, dapat menciptakan

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

hubungan sosial antar peserta didik dan


tercipta pembelajaran kooperatif tapi tetap
memfokuskan pada pribadi peserta didik
agar dapat memperoleh standar yang tinggi.
Berdasarkan paparan tersebut, maka masalah
yang diteliti pada kesempatan ini adalah
apakah ada peningkatan hasil belajar matematika peserta didik kelas VIIIA SMP
Negeri 5 Denpasar melalui penerapan strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal tahun
pelajaran 2013/2014. Adapun tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui seberapa
besar peningkatan hasil belajar matematika
yang dicapai peserta didik.
Belajar menurut Dimyanti (2013)
adalah kegiatan yang dilakukan seseorang
agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
Strategi berupa urutan-urutan kegiatan yang
dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan tertentu (Suprijono, 2009). Pembelajaran menurut Degeng
dalam Uno (2008) merupakan upaya dalam
membelajarkan peserta didik, dimana dalam
hal ini dipilih, ditetapkan, dan dikembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan sesuai kondisi pembelajaran yang ada. Sepak Bola Verbal
merupakan sebuah aktivitas riset dengan
insentif bawaan untuk kerja tim dan kecepatan (Ginnis, 2008). Namun terkadang
dalam pembelajaran banyak hal yang mempengaruhi berhasil tidaknya peserta didik
menerima materi yang disampaikan, yaitu
faktor guru, peserta didik, kurikulum, dan
lingkungan (Ali, 2007), ini berarti seorang
guru harus memiliki kapabilitas yang
cukup dalam meramu, menyusun skenario
pembelajaran di kelas serta mampu mentransfer strategi yang sifatnya kognitif,
sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ginnis (2008)
mengemukakan langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut (1) menjelaskan
tujuan permainan yaitu menguji pengetahuan dan pemahaman, guru membagi
kelas menjadi dua tim, dan tiap tim memilih seorang kapten. (2) Guru menjelaskan
bahwa keberhasilan dalam pertandingan
akan bergantung pada latihan serius. Trai

ning menuntut tim melalui sebuah topik


yang disediakan, memerikasa fakta dan
pemahaman satu dengan yang lain dan mengingat detail untuk menjawab pertanyaan
dari guru. (3) Ketika periode latihan selesai,
semua buku dan catatan harus disingkirkan,
kapten dipanggil bersama, koin dilontarkan
untuk mengetahui siapa yang memulai (kick
off) dan permainan dimulai. (4) Tim dengan
kick off menerima pertanyaan dari guru.
Siapapun dapat menjawab dalam lima detik
(alokasi waktu menjawab disesuaikan
dengan tingkat kesulitan soal). Jika menjawab dengan benar, mereka mempertahankan kepemilikan bola. Pertanyaan lain
diajukan oleh guru. Lagi, jika seseorang
dalam tim menjawab dengan benar dalam
lima detik (alokasi waktu menjawab disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal), bola
telah berhasil digulirkan dan bola dipertahankan. Gabungkan tiga pertanyaan benar (=
tiga kali memegang bola), dan gol! Begitu
seseorang telah menjawab sebuah pertanyaan, dia tidak dapat menjawab lagi sampai
semua orang lain telah mencoba. Ini tergantung pada pemainnya, terutama kapten
untuk memantau siapa yang sudah dan
siapa yang belum ikut serta. (5) Jika seseorang pemain menjawab dengan salah, itu
berarti satu tackle, dan bola pindah ke
lawan. Jadi seorang guru harus mulai
mengajukan pertanyaan pada mereka. Jika
tidak seseorang pun menjawab dalam lima
detik (alokasi waktu menjawab disesuaikan
dengan tingkat kesulitan soal), bola lepas.
Jika lawan dapat menjawab dalam lima
detik (alokasi waktu menjawab disesuaikan
dengan tingkat kesulitan soal) berikutnya,
mereka memegang bola dan mulai menerima pertanyaan. (a) Pelanggaran terjadi bila
peserta didik meneriakkan jawaban saat
bukan gilirannya, menjawab ketika tidak
berhak, dan terutama berdebat dengan wasit!
Wasit diminta untuk menggunakan kartu
kuning atau merah. (b) Pemenangnya adalah
tim dengan gol lebih banyak di akhir
pelajaran. Variasi dari strategi pembelajaran
Sepak Bola Verbal adalah sebagai berikut
(a) Selama latihan tiap pemain menyiapkan
sejumlah pertanyaan untuk ditanyakan ke-

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

pada lawan. Selama permainan, bukan guru


yang bertanya, tetapi peserta didik saling
bertanya. Seorang peserta didik tidak dapat
mengajukan pertanyaan kedua sebelum semua yang lain dalam tim telah ikut serta.
Dalam hal ini, pelanggaran terjadi karena
mengajukan pertanyaan yang tidak dapat
dimengerti!. Kapten mengatur urutan pemain yang mengajukan pertanyaan. (b) Tim
dapat diberi topik yang sama dengan saat
latihan atau topik berbeda. (c) Kegiatan ini
dapat juga digunakan untuk memperkenalkan topik. Dalam hal ini, pelatihannya
terdiri dari riset, open ended jika kelas
telah memiliki kecakapan, atau terstruktur.
Kedua tim perlu dilakukan riset, dan
bersiap menjawab pertanyaan tentang materi
yang sama. Aplikasi tambahan dari strategi
pembelajaran sepak bola verbal adalah
sebagai berikut (a) Konsolidasi di akhir
topik atau revisi setelahnya. (b) Untuk
memperkenalkan topik Sepak Bola Verbal
memungkinkan seorang guru
mengecek
berapa banyak yang telah diketahui. (c)
Untuk melakukan penilaian diagnostik di
tengah sebuah topik kegiatan ini secara kasar mengungkapkan berapa banyak yang
telah dipahami dan berapa banyak data telah
diserap sejauh ini. Hal ini seorang guru
dapat menyesuaikan rencana untuk pelajaran
berikutnya. Sedangkan, kelemahannya adalah timbul kegaduhan dalam proses belajar
mengajar karena strategi pembelajaran ini
bersifat games dan berkelompok. Setelah
penerapan strategi pembelajaran Sepak Bola
Verbal sangat diharapkan hasil belajar matematika peserta didik meningkat. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membaginya men-

jadi tiga ranah, yakni ranah kognitif,


ranah
afektif,
dan ranah psikomotor
(Sudjana, 2011). Berdasarkan masalah dan
kajian teori tersebut, maka diduga bahwa
penerapan strategi pembelajaran sepak
bola verbal dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pada peserta didik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, dengan model yang ditawarkan
oleh Kemmis dan McTaggart (1998). Model
ini terdiri dari empat komponen dalam setiap siklusnya, yaitu perencanaan (plan),
pelaksanaan (act), pengamatan (observe),
dan refleksi (refleck). Secara mendetail
Kemmis dan Taggart (1998) menjelaskan
tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang
dilakukannya. Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada
peserta didik. Keputusan ini timbul dari
pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa peserta didik belajar dengan cara
menghafal dan bukan dalam proses inkuiri.
Pada kotak tindakan (action), mulai diajukan pertanyaan pertanyaan kepada peserta
didik untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang
mereka minati. Pada pengamatan (observe),
jawaban-jawaban dicatat dan direkam untuk
melihat apa yang sedang terjadi. Dalam
kotak Refleksi (reflect), ternyata kontrol
kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya
jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga
tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu
diperbaiki. Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam
bentuk mengurangi pernyataan-pernyataan
guru yang bersifat mengontrol peserta didik,
agar strategi bertanya dapat berlangsung
dengan baik. Pada tahap tindakan siklus

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya


dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku peserta didik (Wiriaatmadja, 2008). Artinya bahwa pada tahap
selanjutnya dilakukan revisi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIII A
SMP Negeri 5 Denpasar, tahun pelajaran
2013/2014. Dalam penelitian juga dilibatkan dua orang guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 5 Denpasar, satu orang sebagai pengajar dan yang
lain sebagai pengamat (observer). Objek
penelitian ini adalah Strategi Pembelajaran
Sepak Bola Verbal, dan hasil belajar
peserta didik.
Prosedur Penelitian, penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, siklus tersebut
merupakan rangkaian yang saling berkaitan, dalam artian bahwa pelaksanaan
setiap siklus merupakan lanjutan dari perbaikan siklus sebelumnya. Tahapan yang
ditempuh dalam pelaksanaan siklus PTK
(mengacu pada Kemmis dan McTaggart,
1998), meliputi tahap perencanaan tindakan,
pada tahap ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. (a) Menelaah materi pelajaran, termasuk mengkaji
kurikulum SMP Negeri 5 Denpasar untuk
mata pelajaran Matematika dan hal yang
berhubungan dengan kondisi peserta didik.
(b) Merumuskan tujuan-tujuan pengajaran.
(c) Mengembangkan tes (instrument penelitian) untuk melihat kemampuan hasil
belajar peserta didik terhadap materi yang
disajikan. (d) Mendesain system instruksional (membuat perangkat untuk setiap
pertemuan yakni berupa rencana pelaksanaan pembelajaran). (e) Membuat lembar observasi (untuk mengamati bagaimana kondisi belajar mengajar ketika pelaksanaan
tindakan berlangsung).
Tahap pelaksanaan, setelah rencana
awal, maka dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan yaitu dilakukan praktek pembelajaran di kelas VIIIA SMP Negeri 5 Denpasar
menggunakan strategi pembelajaran sepak
bola verbal, penggunaan strategi pembelajaran ini akan disesuaikan dengan keadaan
dan situasi kelas guna menyempurnakan


pelaksanaan pembelajaran. Materi yang disampaikan yaitu sistem menentukan unsur


dan bagian-bagian lingkaran; Menghitung
keliling dan luas lingkaran. Pada tahap ini,
yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut (a) Menguji cobakan desain yang
telah dibuat pada proses perencanaan. (b)
Menerapkan strategi pembelajaran sepak
bola verbal. (c) Melakukan pengamatan
terhadap setiap langkah-langkah kegiatan
sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran.
(d) Memperhatikan alokasi waktu yang ada
dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan. (e) Mengantisipasi dengan melakukan
solusi apabila menemukan kendala saat
melakukan tahap tindakan. (f) Memberikan
tes untuk mengetahui hasil belajar terkait
materi yang telah diajarkan.
Tahap Pengamatan, pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan adalah mengamati
setiap aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang memuat
faktor yang diamati yaitu: (1) Peserta didik
yang hadir saat proses pembelajaran berlangsung. (2) Peserta didik yang memberi
perhatian saat guru menjelaskan. (3) Peserta
didik yang bekerja sama dengan rekan
sekelompoknya.(4) Peserta didik yang mencari solusi atau jawaban dari pertanyaan
atau masalah yang diajukan dengan cepat
dan tepat. (5) Peserta didik yang mampu
menemukan solusi ketika diajukan permasalahan atau pertanyaan. (6) Peserta didik
yang mengerjakan soal di depan kelas. (7)
Peserta didik yang mampu menyimpulkan
pelajaran yang telah berlangsung.
Tahap Refleksi, Pada tahap ini
dilakukan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan yang meliputi evaluasi mutu,
waktu, dan hal-hal lain yang mempengaruhi hasil belajar dari setiap jenis tindakan serta memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya. Gambaran
Umum Siklus Berikutnya, langkah-langkah
yang dilakukan pada siklus II relatif sama
dengan siklus I dan dengan mengadakan

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada


siklus I.
Teknik Pengumpulan Data dan
Instrumen Penelitian, Teknik pengumpulan
data yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini adalah (1) Observasi awal
yaitu dengan mengadakan pengamatan awal
pada hasil belajar pesertadidik sebelum
strategi pembelajaran sepak bola verbal
diterapkan dalam proses belajar mengajar.
(2) Memberikan tes hasil belajar matematika
tes ini berbentuk pilihan ganda dengan
empat pilihan jawaban dengan jumlah
soal 10 item untuk siklus I. Ada 10 item
untuk siklus II. Tes hasil belajar ini
diambil dari buku soal, hal ini dilakukan
karena soal dari buku sudah teruji validitas
dan reabilitasnya, jadi tidak perlu menguji
validitas dan reabilitas item,hanya dilakukan
uji validitas isi, pengujian ini dilakukan
membandingkan antara instrument dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan atau
rancangan yang telah ditetapkan, serta
mengkonsultasikan instrument yang telah
disusun dengan guru matematika yang
ada di sekolah SMP Negeri 5 Denpasar
yaitu I Nyoman Gede Udiana, S.Pd
selaku validator. Dalam penelitian ini tes
digunakan untuk mengetahui hasil belajar
dan tingkat kemampuan peserta didik menyelesaikan soal-soal dengan strategi
pembelajaran Sepak Bola Verbal terhadap
penguasaan materi yang diajarkan.
Analisis data dan kriteria keberhasilan yang digunakan sesuai dengan teknik
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Untuk analisis kuantitatif digunakan statistik
deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik dari subjek penelitian, yaitu menghitung
rata-rata berdasarkan Tiro (2000). Daya
Serap, ditentukan menggunakan rumus dari
Sudijono (2004); dan mencari prosentase (%)
sesuai Sudijono (2004) dan ketuntasan
klasikal berdasarkan Tiro (2000). Untuk
kategori hasil belajar digunakan standar
menurut Depdikbud (2003). Untuk tingkat
penguasaan 0-34% (sangat rendah); 35-54%
(rendah); 55-64%
(sedang); 65-84%
(Tinggi); 85-100% (sangat tinggi). Kriteria
Keberhasilan menurut ketentuan Depdikbud

bahwa peserta didik dikatakan tuntas belajar


jika memperoleh nilai minimal 70 dari
nilai ideal, dan tuntas secara klasikal
apabila minimal 85% dari jumlah peserta
didik yang telah tuntas belajar. Artinya
bahwa ketuntasan belajar peserta didik
terlihat dari hasil belajarnya, apabila
sudah menunjukkan nilai minimal 70 dari
skor idealnya, dan secara klasiknya
minimal 85% dari semua jumlah peserta
didik yang telah tuntas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi awal, penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 s/d 16 Januari 2014,
dengan melibatkan 34 peserta didik kelas
VIIIA SMP Negeri 5 Denpasar tahun
pelajaran 2013/2014, terdiri atas 18 lakilaki dan 16 perempuan. Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar melalui
penerapan strategi pembelajaran sepak
bola verbal. Pada kondisi awal dalam
kegiatan pembelajaran matematika peserta
didik masih kurang aktif dalam bertanya
maupun menjawab soal di depan kelas,
itu disebabkan karena cara mengajar yang
dilakukan oleh guru bisa dikatakan monoton atau terlalu berpusat pada guru
(teacher centre). Berdasarkan data hasil
belajar yang diperoleh pada waktu observasi
yaitu nilai rata-rata kelas 55,53 dan ketuntasan klasikal 5,88%. Hal ini menunjukan
bahwa nilai ketuntasan klasikal belum
memenuhi kriteria ketuntasan yang telah
ditentukan oleh kurikulum, sehingga perlu
diterapkan strategi pembelajaran yang
dapat mengaktifkan kegiatan peserta didik.
Salah satunya dengan penerapan strategi
pembelajaran sepak bola verbal yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Penelitian tindakan
kelas dilaksanakan dalam dua siklus.
Hasil penelitian siklus I, pada siklus
ini dilaksanakan 3 kali pertemuan, 2 kali
pertemuan, untuk membahas materi dan 1
kali pertemuan berikutnya untuk tes siklus.
Pada pembelajaran ini peserta didik dan
guru melaksanakan strategi pembelajaran
Sepak Bola Verbal. Adapun rincian
tindakannya (1) Pada pertemuan pertama,

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

guru memulai pelajaran dengan memberi


salam dan mengabsen peserta didik. (2) Guru
menyampaikan tujuan yang ingin dicapai.
(3) Pada kesempatan ini guru memberi
motivasi kepada peserta didik agar meningkatkan hasil belajarnya. Ini dilakukan
dengan mengumumkan hasil tes belajar
peserta didik yang diperoleh sebelumnya.
(4) Guru menyampaikan strategi pembelajaran dan langkah-langkah proses pembelajaran hari ini. (5) Peserta didik dibagi
menjadi dua kelompok, dan masing-masing
kelompok mempunyai satu kapten. (6) Guru
menjelaskan bahwa keberhasilan dalam
pertandingan bergantung pada latihan yang
serius. (7) Guru memasuki periode training
dengan sebuah topik yang diberikan. (8)
Ketika periode latihan selesai, maka
semua buku dan catatan disingkirkan kemudian kedua kapten tersebut dipanggil bersama dan koin dilontarkan untuk mengetahui siapa yang memulai kick off dan permainan dimulai. (9) Tim/kelompok dengan
kick off menerima pertanyaan dari guru.
Siapapun dapat menjawab dalam lima
detik (alokasi waktu menjawab disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal). (10)
Guru menyampaikan bahwa jika peserta
didik dalam tim menjawab dengan benar
maka tim mereka mempertahankan kepemilikan bola, kemudian guru mengajukan
pertanyaan baru. (11) Jika peserta didik
menjawab lagi dengan benar maka bola
telah berhasil digulirkan dan dipertahankan.
(12) Guru menyampaikan bahwa jika peserta didik/pemain dalam tim menjawab
dengan salah maka itu satu tackle artinya
bola itu pindah ke lawan, dan guru mulai
mengajukan pertanyaan kepada mereka.
(13) Guru memberikan sanksi kepada
peserta didik yang menjawab saat bukan
gilirannya, menjawab tidak berhak terutama
berdebat dengan wasit maka satu kartu
kuning. (14) Kemudian pada akhir pelajaran
guru menyampaikan bahwa pemenang
adalah tim/kelompok yang lebih banyak
gol. (15) Pada saat proses pemberian materi,
masih ada sebagian peserta didik yang
tidak antusias mengikutinya karena strategi
pembelajaran ini adalah strategi yang baru


bagi mereka, artinya peserta didik belum


siap dengan strategi tersebut. (17) Guru
mempersentasikan materi pembelajaran,
pada pertemuan pertama materi
yang
diberikan tentang menentukan unsur,
bagian lingkaran serta ukurannya yaitu
bagaimana cara menentukan unsur dan
bagian-bagian lingkaran. (19) Guru kembali
memanggil kedua kapten dari masingmasing tim dan melontarkan koin untuk
mengetahui tim yang mana yang akan
pertama menerima pertanyaan dari guru.
(20) Pada pertemuan ini materi yang
diajarkan adalah Menentukan unsur dan
bagian-bagian lingkaran. Serta menambah
variasi tindakan yang sesuai dengan
strategi tersebut yaitu menyuruh peserta
didik/pemain untuk mempersiapkan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
lawan. (21) Pada siklus I ini terlihat
peserta didik sebagian besar peserta didik
antusias dalam mempelajari matematika.
(23) Pada
pertemuan pertama
guru
memberikan materi tentang menentukan
unsur dan bagian-bagian lingkaran. (24)
Pada pertemuan kedua guru memberikan
materi tentang Menemukan nilai (phi) ,
menentukan rumus keliling dan luas
lingkaran, dalam pertemuan ini semangat
peserta didik sudah mulai lumayan dari
pada pertemuan pertama. (25) Selanjutnya
guru memberikan tes hasil belajar pada
pertemuan berikutnya.
Analisis data hasil belajar pada siklus
I, data hasil belajar peserta didik setelah
tindakan siklus I dianalisis untuk menentukan rata-rata nilai hasil belajar dan ketuntasan klasikal, hasilnya sebagai berikut,
rata-rata nilai hasil belajar ( ): 68,59
(kategori tinggi); daya serap peserta didik
(DS)= 68,59%; ketuntasan klasikal (KK)=
55,88%. Berdasarkan kriteria hasil belajar
peserta didik, maka hasil belajar peserta
didik pada siklus I dikategorikan tinggi.
Dengan diperoleh nilai rata-rata hasil
belajar sebesar 68,59 dan ketuntasan
klasikal sebesar 55,88% yang artinya dari
34 peserta didik 19 peserta didik yang
sudah tuntas dan 15 peserta didik yang
belum tuntas. Berdasarkan kriteria keber-

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

hasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata


nilai hasil belajar minimal 70 dan ketuntasan klasikal
, maka hasil belajar
pada siklus I dengan rata-rata nilai hasil
belajar sebesar 68,59 belum mencapai
kriteria keberhasilan, dan ketuntasan
klasikal sebesar 55,88% belum mencapai
kriteria keberhasilan. Hal ini berarti bahwa
pelaksanaan tindakan siklus I belum berhasil. Oleh karena itu, penelitian tindakan
ini perlu dilanjutkan ke siklus II untuk
memperbaiki hasil yang dicapai pada
siklus I.
Refleksi siklus I, dilakukan dengan
melihat hasil tes peserta didik setelah
dilakukan kegiatan pembelajaran pada
siklus I. Refleksi yang dilaksanakan untuk
mengetahui dengan jelas apakah tindakan
kelas, dalam hal ini penerapan strategi
pembelajaran Sepak Bola Verbal telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana serta
mampu
meningkatkan
hasil
belajar
matematika pada peserta didik kelas VIIIA
SMP Negeri 5 Denpasar. Hasil analisis
data menunjukkan bahwa tindakan yang
dilakukan pada 34 peserta didik diperoleh
bahwa terdapat 19 peserta didik yang
sudah tuntas dan 15 peserta didik yang
belum tuntas dengan nilai rata-rata 68,59
dan termasuk dalam kategori tinggi. Namun
hasil yang diperoleh sebesar 55,88% ini
belum mencapai kriteria keberhasilan yang
telah ditetapkan yaitu tuntas secara
klasikal apabila minimal 85% dari jumlah
peserta didik yang telah tuntas belajar.
Ketidakcapaian aspek-aspek ini disebabkan
oleh: (1) Peserta didik belum tertarik dengan
strategi yang digunakan, ini disebabkan
peserta didik belum memahami tujuan dari
pembelajaran. (2) Peserta didik belum siap
dengan strategi tersebut. (3) Peserta didik
belum mampu meningkatkan kecerdasan
emosionalnya, belum mampu berpikir
tinggi. (4) Peserta didik cenderung enggan
dan takut bertanya atau meminta petunjuk
dan bimbingan dari guru serta tidak
mampu mengutarakan bagian-bagian materi
atau penyelesaian soal yang belum dimengerti. Disebabkan karena karakter peserta
didik yang berbeda-beda. (5) Guru kurang

memperhatikan peserta didik untuk lebih


membimbing peserta didik dalam menyelesaikan masalah.
Berdasarkan capaian tersebut maka
penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan
menitikberatkan perbaikan pada hal-hal
berikut. (1) Di awal pembelajaran guru
memberikan motivasi dan dorongan untuk
selalu meningkatkan prestasi belajar dengan
cara mendorong peserta didik untuk bekerja
sama, saling membantu bila ada peserta
didik yang kesulitan dalam belajar, disiplin
diri, keberanian dan menghilangkan rasa
takut salah bila diminta untuk mengungkapkan jawaban dari soal-soal yang diberikan
oleh guru. (2) Peserta didik diarahkan untuk
memperhatikan dengan saksama penjelasan
guru. (3) Peserta didik dituntut dan dilatih
merangkai kecakapan berpikir serta meningkatkan kecerdasan emosionalnya.
Hasil Penelitian Siklus II, pada
siklus ini dilaksanakan 3 kali pertemuan,
2 kali pertemuan digunakan untuk membahas materi dan 1 kali pertemuan
digunakan untuk tes siklus. Pada dasarnya
langkah-langkah yang dilakukan dalam
siklus II ini memperoleh refleksi, selanjutnya dikembangkan dan dimodifikasi
tahapan-tahapan yang ada pada siklus I
dengan beberapa perbaikan dan penambahan
sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.
Tindakan yang dilakukan adalah sebagai
berikut. (1) Pada pertemuan pertama, guru
memulai pelajaran dengan memberi salam
dan mengabsen peserta didik. (2) Guru
menyampaikan tujuan yang ingin dicapai.
(3) Pada kesempatan ini guru memberi
motivasi
kepada
peserta didik
agar
meningkatkan hasil belajarnya. Ini dilakukan dengan mengumumkan hasil tes belajar
peserta didik yang diperoleh sebelumnya.
(4) Guru menyampaikan strategi pembelajaran dan langkah-langkah proses pembelajaran hari ini. (5) Guru menyampaikan
sedikit materi yang berkaitan dengan
materi ajar dan menggambarkan dalam
kehidupan sehari-hari. (6) Peserta didik
dibagi menjadi dua kelompok, dan masingmasing kelompok mempunyai satu kapten.
(7) Guru menjelaskan bahwa keberhasilan

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

dalam pertandingan bergantung pada latihan


yang serius. (8) Guru memasuki periode
latihan dengan sebuah topik yang diberikan.
(9) Selama proses latihan peserta didik/
pemain menyiapkan pertanyaan untuk
ditanyakan kepada lawan. (10) Ketika
periode latihan selesai, maka semua buku
dan catatan disingkirkan kemudian kedua
kapten tersebut dipanggil bersama dan
koin dilontarkan untuk mengetahui siapa
yang memulai kick off dan permainan
dimulai. (11) Tim/kelompok dengan kick
off menerima pertanyaan dari guru. Siapapun dapat menjawab dalam lima detik
(alokasi waktu menjawab disesuaikan
dengan tingkat kesulitan soal). (12) Guru
menyampaikan bahwa jika peserta didik
dalam tim menjawab dengan benar maka
tim mereka mempertahankan kepemilikan
bola, kemudian guru mengajukan pertanyaan baru. (13) Jika peserta didik menjawab
lagi dengan benar maka bola telah
berhasil digulirkan dan dipertahankan. (14)
Guru menyampaikan bahwa jika peserta
didik/pemain dalam tim menjawab dengan
salah maka itu satu tackle artinya bola
itu pindah ke lawan, dan guru mulai
mengajukan pertanyaan kepada mereka.
(15) Guru memberikan pelanggaran kepada
peserta didik yang menjawab saat bukan
gilirannya, menjawab tidak berhak terutama
berdebat dengan wasit maka satu kartu
kuning. (16) Kemudian guru menyampaikan
bahwa pemenang adalah tim/kelompok
yang lebih banyak gol di akhir pelajaran.
(17) Setelah saat memasuki proses pemberian materi, peserta didik lebih antusias
mengikutinya karena penerapan strategi
pembelajaran Sepak Bola Verbal bisa
merangsang atau memancing peserta didik
mengungkapkan apa yang telah dipahami,
sehingga peserta didik yang jarang berbicara juga ikut berbicara. Lagipula strategi ini juga mendorong peserta didik berpartisipasi yang lebih berani meskipun
tidak mengungkapkan apa-apa. (18) Guru
mempersentasikan materi pembelajaran,
pada pertemuan pertama materi yang
diberikan tentang Menghitung keliling dan
luas lingkaran yaitu bagaimana cara


Menghitung keliling lingkaran. (19) Guru


kembali memanggil kedua kapten dari
masing-masing tim dan melontarkan koin
untuk mengetahui tim yang mana yang
akan pertama menerima pertanyaan dari
guru. (20) Pada pertemuan ini materi yang
diajarkan adalah Menghitung keliling
lingkaran. Serta menambah variasi tindakan
yang sesuai dengan strategi tersebut yaitu
menyuruh
peserta didik/pemain
untuk
mempersiapkan pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada lawan. (21) Pada siklus
II ini terlihat peserta didik sudah antusias
dalam mempelajari matematika. (22) Pada
pertemuan selanjutnya guru memberikan
materi tentang Menghitung luas lingkaran
serta menggunakan rumus keliling dan
luas lingkaran dalam pemecahan masalah.
Dan sangat terlihat semangat dan kerja
sama peserta didik dalam tim. (23)
Selanjutnya guru memberikan tes hasil
belajar pada pertemuan berikutnya.
Analisis data hasil belajar peserta
didik pada siklus II, data tersebut dianalisis
untuk menentukan rata-rata nilai hasil
belajar dan ketuntasan klasikal. Diperoleh
sebagai
berikut, rata-rata nilai hasil belajar
_
( x): 82,5 (kategori: sangat tinggi), daya serap
peserta didik (DS)= 82,5%; ketuntasan
klasikal (KK)= 97,06%. Menurut kriteria
hasil belajar peserta didik, maka hasil
belajar peserta didik pada siklus II dikategorikan sangat tinggi. Dengan diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar
82,5 dan ketuntasan klasikal sebesar
97,06% yang artinya dari 34 peserta didik
33 peserta didik yang sudah tuntas dan 1
peserta didik yang belum tuntas. Berdasarkan kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata hasil belajar minimal
70 dan ketuntasan klasikal > 85%,, maka
hasil belajar pada siklus II dengan ratarata nilai hasil belajar sebesar 82,5 telah
mencapai
kriteria
keberhasilan,
dan
ketuntasan klasikal sebesar 97,06% telah
mencapai kriteria keberhasilan. Hal ini
berarti bahwa pelaksanaan tindakan siklus
II telah berhasil dan siklus dapat
dihentikan.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Refleksi siklus II, refleksi dilakukan berdasarkan analisis tes hasil belajar
selama kegiatan siklus II berlangsung.
Refleksi dimaksud untuk mengetahui
apakah tindakan yang dilakukan (strategi
pembelajaran Sepak Bola Verbal) apakah
dapat meningkatkan hasil belajar matematikanya. Dari refleksi yang dilakukan dapat
diketahui bahwa tindakan yang diberikan
pada siklus II telah terlaksana sebagaimana yang diharapkan dan telah mencapai
kriteria keberhasilan. Hal ini terlihat tercapainya ketuntasan belajar peserta didik
97,06% dan terjadi peningkatan skor ratarata hasil belajar peserta didik dari siklus

I sebesar 68,59 ke siklus II sebesar 82,5;


selain itu terjadi perubahan sikap pada
peserta didik yang sebelumnya kurang
aktif menjadi aktif.
Pembahasan hasil penelitian didasarkan padahasil analisis deskriptif, bahwa
peserta didik yang semula berada pada kategori belum tuntas dapat ditingkatkan menjadi tuntas dengan model pembelajaran
sepak bola verbal.
Berikut ini disajikan perbandingan
nilai hasil belajar matematika peserta didik
pada siklus I dan siklus II.

Tabel 1. Distribusi Statistik Hasil Belajar Matematika Pada Siklus I dan Siklus II.
NILAI STATISTIK

SEBELUM

STATISTIK

Siklus I
68,59

55,53

Rata-rata hasil belajar yang diperoleh


peserta didik mengalami peningkatan dari

SESUDAH

Siklus II
82,5

55,53 sebelum siklus, 68,59 pada siklus I,


dan menjadi 82,5 pada siklus II.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Prosentase Nilai Pemahaman Matematika Pada


Siklus I dan Siklus II.
No
1
2
3
4
5

Nilai

Kategori

0-34
Sangat rendah
35-54
Rendah
55-64
Sedang
65-84
Tinggi
85-100 Sangat tinggi
Jumlah

Frekuensi
Sesudah
Sebelum
Siklus I
Sklus II
0
0
0
16
4
0
11
11
0
7
15
16
0
4
18
34
34
34

Berdasarkan tabel tersebut


bahwa
terjadi peningkatan yang berarti setelah
diterapkan strategi pembelajaran sepak bola
verbal. Dengan rincian sebelum penerapan
strategi tersebut terdapat 16 peserta didik
memperoleh nilai rendah, selanjutnya pada

Sebelum
0
47,06
32,35
20,59
0
100

Prosentase
Sesudah
Siklus I
Siklus II
0
0
11,76
0
32,35
0
44,12
47,06
11,76
52,94
100
100

siklus I hanya 4 yang masih memperoleh


nilai rendah, namun pada siklus II tidak
ada yang memperoleh nilai rendah atau
47,06% sebelum diterapkan, dan setelah
diterapkan menjadi 11,76% pada siklus I,
selanjutnya menjadi 0% pada siklus II.

Tabel 3. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika setelah penerapan strategi


pembelajaran Sepak Bola Verbal Pada Siklus I dan Siklus II.
No
1
2

Nilai

Kategori

0-69
Tidak tuntas
70-100
Tuntas
Jumlah

Sebelum
32
2
34

Frekuensi
Sesudah
Siklus I
Siklus II
15
1
19
33
34
34

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

Sebelum
94,12
5,88
100

ISSN 2302-2124

Prosentase
Sesudah
Siklus I
Siklus II
44,12
2,94
55,88
97,06
100
100

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan


Minimal (KKM), dari 34 peserta didik
sebelum penerapan strategi pembelajaran
sepak bola verbal sebesar 94,12% dikategorikan tidak tuntas dan 5,88% dalam
kategori tuntas. Sedangkan pada siklus I, t
44,12% dalam kategori tidak tuntas.
Sedangkan
pada
siklus
II,
terjadi
peningkatan atau penurunan ketitaktuntasan
menjadi 2,94% atau 97,06% dalam kategori
tuntas.
Berdasarkan analisis data secara
deskriptif diperoleh nilai rata-rata hasil
belajar matematika, setelah diterapkan
strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal,
yaitu skor rata-rata yang diperoleh mengalami peningkatan dari 68,59 (siklus I)
menjadi 82,5 (siklus II), sedangkan nilai
rata-rata yang diperoleh sebelum penerapan
strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal
adalah 55,53 dan 34 peserta didik yang
mengikuti tes hanya dua peserta didik yang
berkategori tuntas dan yang lain berada
pada kategori rendah. Sedangkan Pada
siklus I dikategorikan berada pada
kategori tinggi
tetapi
yang
tuntas
hanyalah 55,88% dan 44,12% yang tidak
tuntas, dan pada siklus II berada pada
kategori tinggi dan sudah menunjukkan
ketuntasan belajar sebesar 97,06% dari 34
peserta didik. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan strategi Sepak Bola Verbal
dapat meningkatkan hasil belajarnya. Rendahnya hasil belajar sebelum penerapan
strategi pembelajaran sepak bola verbal
disebabkan karena peserta didik belum
siap untuk menerima tes, serta disebabkan
karena karakter peserta didik yang berbedabeda. Sedangkan pada siklus I terlihat
sudah lebih baik dari sebelumnya, hanya
saja masih ada sebagian peserta didik
yang
belum antusias terhadap strategi
tersebut karena bagi peserta didik strategi
tersebut merupakan hal baru, sedangkan
pada
siklus
II
terlihat
mengalami
peningkatan yang sangat berarti. Strategi
ini dapat melatih keberanian, kecakapan
berpikir, meningkatkan kecerdasan emosional. Peningkatan hasil belajar pada siklus
10

II itu disebabkan karena peserta didik


sudah memiliki kesiapan dan mampu memahami materi dengan baik. Dan peserta
didik juga telah berani mengungkapkan
pendapatnya di depan teman-temannya.
Dengan memperhatikan hasil belajar
peserta didik pada pembelajaran sebelum
penerapan Sepak Bola Verbal dan siklus
I berarti bahwa kriteria keberhasilan
penelitian yang ditetapkan belum dapat
dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan hasil belajar peserta didik
dengan penerapan startegi pembelajaran
Sepak Bola Verbal belum dicapai. Oleh
karena itu dalam refleksi yang dilakukan
pada akhir pembelajaran siklus I dilanjutkan
ke siklus berikutnya (siklus II), disertai
dengan perbaikan dan penyempurnaan
terhadap aspek-aspek kegiatan yang belum
optimal. Apabila dikategorikan berdasarkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka
dari 34 peserta didik yang mengikuti tes
sebelum penerapan Strategi pembelajaran
Sepak Bola Verbal sebesar 94,12% peserta
didik dalam kategori tidak tuntas dan
pada siklus I 44,12% peserta didik dalam
kategori tidak tuntas. Sedangkan pada
siklus II, telah mengalami penurunan dari
34 peserta didik yang mengikuti tes hanya
2,94% dikategorikan tidak tuntas dan
97,06% dalam kategori tuntas.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari penelitian bahwa, penerapan strategi pembelajaran sepak bola verbal dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada peserta didik
kelas VIIIA SMP Negeri 5 Denpasar
tahun pelajaran 2013/2014, dimana peningkatannya pada siklus II diperoleh rata-rata
kelas 82,5 dan ketuntasan klasikal
97,06%.
Saran

Saran yang disampaikan berdasarkan


pada hasil penelitian ini bagi guru matematika menerapkan strategi pembelajaran
sepak bola verbal, sehingga memungkinkan

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

menggunakan berbagai macam model atau


metode serta strategi yang sesuai dengan
materi yang dibelajarkan agar anak dapat
memahami pemblajaran matematika dengan
baik dan sesuai kurikulum yang berlaku.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Muhammad. 2007. Guru Dalam Proses
Belajar
Mengajar.
(Cet.XIII;
Bandung: Sinar Baru Algesindo).
Baharuddin dan Ersa Nur Wahyuni. 2010.
Teori Belajar & Pembelajaran,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media).
Cunayah, Cucun, S.Pd. 2004. Ringkasan dan
Bank Soal Matematika, (Cet.I;
Bandung; Yrama Widya).
Depdiknas. 2013. Pedoman umum sistem
pengujian hasil kegiatan belajar,
diakses dari internet,
tanggal
22/10/2013 www. google.com
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan
Pembelajaran, (Cet.V; Jakarta: PT.
Rineka Cipta)
Ginnis, Paul. 2008. Trik dan Taktik
Mengajar,Strategi
Meningkatkan
Pencapaian pengajaran di Kelas
(Cet.II, Jakarta:PT Index).
Kemmis dan McTaggart. 1998. The Action
Research Planner, (Cet.III; Victoria:
Deakin University).
Maghrida, Indri. 2012. Penerapan Strategi
Pembelajaran Aktif Sepak Bola
Verbal Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Peserta didik Pada Pokok
Bahasan Struktur Atom dan Sistem

Periodik Unsur di Kelas X SMA AlHuda Pekanbaru. (tidak diterbitkan).


Rahmatya, Okma. 2012. Penerapan Strategi
Pembelajaran Aktif Sepak Bola
Verbal Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta didik Pada Pokok
Bahasan Ikatan Kimia Di Kelas X
SMAN 2 Siak Hulu. (tidak
diterbitkan).
Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik
Pendidikan. (Cet.XIV; Jakarta: Raja
Grafindo Persada).
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses
Belajar
Mengajar.
(Cet.XVII;
Bandung: PT Remaja Rosdakarya).
Suprijono, Agus. 2009.
Cooperative
Learning (Teori dan Aplikasi
PAIKEM). (Cet. I; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar).
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru, (Cet.X;
Bandung: Rosda Karya).
Tim Penyusun. 2003. Undang-undang RI
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional,( Bandung:
Citra Umbara).
Tiro, M.Arif. 2000. Dasar-Dasar Statistik.
(Cet.II; Makassar: State University of
Makassar Press).
Uno, Hamzah
B. 2008. Perencanaan
Pembelajaran. (Cet.IV;
Jakarta:
Bumi Aksara)
Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode
Pennelitian
Tindakan
Kelas.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

11

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING DAN


GAYA BERPIKIR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Gabriella Putri Siska Yunita
Jurusan/Prodi. Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali
ABSTRACT
Application Method Based Learning Styles and Joyful Learning to Think of Learning
Math.
The research objective was to determine the effect of joyful learning method based
learning and thinking styles on learning outcomes math class VIII students of SMP Negeri 5
Denpasar school year 2013/2014. The type of research conducted, a quasi-experimental.
Population in the study of 328 people, with a random sampling technique, obtained a sample of
72 people, divided into 2 groups. The experimental group with application of joyful learning
method based learning and control group with conventional teaching methods. The instruments
used in data collection in the form of test results of learning and thinking styles tests, the data
were analyzed using ANOVA test two paths.
Based on the results of data analysis and hypothesis testing findings obtained in research
that 1) there is a difference between the mathematics learning outcomes that learned with joyful
learning teaching methods and conventional methods; 2) There was a significant interaction
between learning method in the style of thinking in its influence on mathematics learning
outcomes; 3) At the learners who have divergent thinking styles, there are differences between
the mathematics learning outcomes that learned with joyful learning method based learning and
that learned with conventional methods; 4) At the learners who have convergent thinking style,
there are differences between the mathematics learning outcomes that learned with joyful
learning method based learning and that learned with conventional methods.
Keywords: Thinking Style, Joyful Learning.
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan matematika pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah
adalah menekankan pada penataan nalar dan
pembentukan kepribadian (sikap) peserta didik
agar dapat menerapkan atau menggunakan
matematika dalam kehidupannya (Soedjadi,
2000). Matematika berkaitan dengan konsep
abstrak, sehingga peserta didik sulit untuk
mempelajarinya, karena peserta didik lebih
mudah untuk mempelajari hal yang kongkrit.
Sehingga guru harus bisa menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan agar peserta didik
dapat lebih mudah mempelajari matematika.
Hardini dan Puspitasari (2012), metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan oleh guru untuk menciptakan situasi pem-

12

belajaran yang menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar sehingga tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
Guru berperan penting dalam menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan peserta didik
mencapai tujuan secara optimal, serta dinamis
dan fleksibel sebagai informan, organizer,
serta evaluator bagi terwujudnya kegiatan belajar peserta didik yang dinamis dan inovatif
(Susanto, 2013). Faktor lainnya yang memengaruhi hasil belajar adalah perbedaan
individu meliputi bakat, minat, motivasi, dan
gaya berpikir. Gaya berpikir merupakan salah
satu dari karakteristik peserta didik. Manusia
memiliki dua pola pikir yang fundamental,
yaitu divergen dan konvergen. Pola pikir

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

konvergen diartikan sebagai pola pikir terfokus atau spesifik, sementara pola divergen
diartikan sebagai pola yang menyebar atau
menjauh (Hidayah, 2007).
Hasil observasi di SMP Negeri 5
Denpasar oleh guru mata pelajaran matematika bahwa selama ini dalam pembelajaran
matematika masih menggunakan metode
pembelajaran konvensional (teacher-centered)
sehingga keaktifannya rendah, peserta didik
lebih bersifat pasif, menerima apa saja yang
diberikan guru, juga menimbulkan rasa bosan
dan merasa pembelajaran matematika tidak
menyenangkan. Rendahnya kualitas proses
pembelajaran akan berdampak pada hasil
belajar peserta didik. Jika hal tersebut dibiarkan, maka tujuan pembelajaran tidak akan
tercapai. Salah satu metode pembelajaran yang
dapat meningkatkan interaksi antara guru dan
peserta didik adalah metode pembelajaran
berbasis joyful learning. Joyful learning merupakan metode pembelajaran yang melibatkan
rasa senang, bahagia, dan nyaman dari pihakpihak yang sedang berada dalam proses
belajar mengajar (Rahmani, 2011). Metode
pembelajaran berbasis joyful learning mengutamakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mengesankan, dengan beberapa
keistimewaan antara lain, tidak terpengaruh
oleh perubahan kurikulum, banyak strategi
yang dapat diterapkan, serta dapat merangsang
kreativitas dan aktivitas (Catur, 2008). Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan
penelitian dengan mengkaji masalah yang
meliputi (1) apakah ada perbedaan hasil
belajar matematika antara peserta didik
dengan metode pembelajaran berbasis joyful
learning dengan metode konvensional? (2)
Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya berpikir terhadap hasil
belajar matematika peserta didik? (3) Apakah
ada perbedaan hasil belajar matematika pada
peserta didik yang memiliki gaya berpikir
divergen antara peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis
joyful learning dengan peserta didik yang

dibelajarkan dengan metode konvensional? (4)


Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika pada peserta didik yang memiliki gaya
berpikir konvergen antara peserta didik yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran
berbasis joyful learning dengan peserta didik
yang dibelajarkan dengan metode konvensional? Tujuan yang ingin dicapai, (a) Untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang dibelajarkan
dengan metode pembelajaran berbasis joyful
learning dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan metode konvensional. (b) Untuk
mengetahui ada tidaknya interaksi antara
metode pembelajaran dengan gaya berpikir
terhadap hasil belajar matematika peserta
didik. (c) Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar matematika antara peserta didik yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran
berbasis joyful learning dengan peserta didik
yang dibelajarkan dengan metode konvensional pada peserta didik yang memiliki gaya
berpikir divergen. (d) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara peserta
didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dengan
peserta didik yang dibelajarkan dengan metode konvensional pada peserta didik yang
memiliki gaya berpikir konvergen. Manfaat
praktis yang diperoleh yaitu bagi guru adalah
dapat memberikan alternatif strategi pembelajaran bagi guru untuk dapat menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mendukung keberadaan ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya. Kata matematika berasal
dari perkataan latin mathema yang berarti
belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan
dalam bahasa Belanda, matematika disebut
wiskunde atau ilmu pasti, yang berkaitan
dengan penalaran (Depdiknas, 2001). Belajar
matematika adalah belajar tentang konsep dan
struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

13

hubungan antar konsep-konsep dan strukturstruktur matematika tersebut (Hudoyo, 2003).


Matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan, tetapi menggunakan
penalaran deduktif. karena proses mencari
kebenaran (generalisasi) dalam matematika
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan
ilmu pengetahuan yang lain. Sudjana (1989)
yang termasuk dalam komponen pembelajaran
adalah tujuan, bahan, metode dan alat serta
penilaian. Metode pembelajaran adalah cara
yang harus ditempuh guru di dalam mengajar
(Slameto, 2003). Metode pembelajaran yang
digunakan guru hampir tidak ada yang sia-sia,
karena metode tersebut mendatangkan hasil
dalam waktu dekat atau dalam waktu yang
relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam
waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung (instructional effect), sedangkan hasil
yang dirasakan dalam waktu yang relatif lama
disebut dampak pengiring (nurturant effect)
biasanya berkenaan dengan sikap dan nilai
(Djamarah, 2000). Kholik (2011), ada beberapa macam metode pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran,
diantaranya (a) Metode Ceramah, (b) Metode
Tanya Jawab, (c) Metode Demonstrasi, (d)
Metode Kerja Kelompok, (e) Metode Karyawisata. Hardini dan Puspitasari (2012) Joyful
Learning, merupakan satu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah hubungan yang kuat antara pendidik dan peserta
didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan, adanya hubungan yang baik antara
peserta didik dan guru di dalam pembelajaran.
Posisi guru dalam pembelajaran adalah sebagai teman belajar peserta didik, bahkan tidak
menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Dryden and Vos dalam Darmansyah (2011) bahwa pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran di mana interaksi
antara guru dan peserta didik, lingkungan
fisik, dan suasana memberikan peluang terciptanya kondisi yang kondusif untuk belajar.
Rahmani (2011), joyful learning merupakan
metode pembelajaran yang melibatkan rasa

14

senang, bahagia, dan nyaman dari pihak-pihak


yang sedang berada dalam proses belajar
mengajar, sehingga menjadi sarana yang
membuat guru maupun peserta didik betah
menjalani sesi demi sesi pelajaran sehingga
hasilnya akan maksimal.
Cahyadi (2010), cara menciptakan
joyful learning adalah sebagai berikut. (a) Penerapan Teknik-teknik mengajar yang menyenangkan: (1) mengawali kegiatan dengan halhal yang menyenangkan. (2) Menjauhi gaya
berkomunikasi yang kurang patut. (3) Menguasai keterampilan dasar mengajar. (4) Menggunakan media pembelajaran. (5) Menggunakan metode pembelajaran bervariasi. (6)
Memberikan hadiah kepada peserta didik yang
berprestasi. (7) Learning by doing. (b) Pengkondisian lingkungan belajar. Catur (2008),
keistimewaan metode joyful learning antara
lain (1) dapat diaplikasikan langsung ke mata
pelajaran. (2) Tidak terpengaruh oleh perubahan kurikulum. (3) Dipakai untuk selamanya (di SD, SMP, SMA, kuliah, dan saat
bekerja). (4) Suasana belajar rileks dan menyenangkan. (5) Banyak strategi yang bisa
diterapkan. (6) Mempercepat proses belajar.
(7) Bebas menentukan sendiri metode yang
disenangi. (8) Merangsang kreativitas dan aktivitas. (9) Lebih efektif dalam pembelajaran
di kelas. (10) Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran. (11) Meningkatkan kreatifitas guru. (12) Menjadi katalis.
(13) Membantu mengatasi masalah kesulitan
belajar peserta didik. (14) Mampu menghadapi
banyak tipe murid di kelas. (15) Materi
pelajaran lebih berkesan. Yuliana (2012),
langkah-langkah proses pembelajaran dengan
metode joyful learning adalah, (a) Guru menjelakan materi pelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab. (b) Peserta didik dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang dan diberi soal latihan
untuk dikerjakan pada waktu itu juga. (c)
Setelah selesai mengerjakan soal tersebut,
peserta didik diminta untuk mengerjakan di
depan kelas. (d) Cara menunjuk peserta didik

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

untuk mengerjakan di depan dengan cara permainan. (e) Peserta didik menyimpulkan
materi yang dipelajari. (f) Guru menyempurnakan simpulan dari peserta didik dan memberi penghargaan kepada yang berani menjawab soal dengan benar di depan kelas.
Sudjana (1989), hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Susanto (2013), hasil belajar merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
peserta didik, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil
dari kegiatan belajar. Wasliman (2007), hasil
belajar yang dicapai peserta didik merupakan
hasil interaksi antara beberapa faktor yang
memengaruhinya, baik faktor internal maupun
eksternal. Ruseffendi (1991) mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kecerdasan, kesiapan anak, bakat
anak, kemauan belajar, minat anak, model
penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi
masyarakat. Gaya Berpikir berkaitan dengan
pola orang memproses informasi dan menggunakan strategi untuk merespon suatu tugas
(Good and Brophy, 1990). Gaya berpikir
merupakan cara individu memproses informasi yang diterimanya dan dapat memecahkan
masalah dengan caranya sendiri. Manusia
memiliki dua pola pikir yang fundamental,
yaitu secara divergen dan konvergen. Pola
pikir konvergen diartikan sebagai pola pikir
terfokus atau spesifik, sementara pola pikir
divergen diartikan sebagai pola pikir yang menyebar atau menjauh. Harris (1998), pengembangan kemampuan berpikir mencakup 4 hal,
yakni (1) kemampuan menganalisis, (2) membelajarkan peserta didik bagaimana memahami pernyataan, (3) mengikuti dan menciptakan argumen logis, (4) mengeliminir jalur
yang salah dan fokus pada jalur yang benar.
Dalam konteks itu berpikir dapat dibedakan
dalam dua jenis yaitu berpikir kritis (konvergen) dan berpikir kreatif (divergen). Bila
dielaborasi perbedaan kedua jenis berpikir

tersebut adalah, gaya berpikir divergen adalah


berpikir kreatif, berpikir untuk memberikan
berbagai macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan
penekanan pada kuantitas, keragaman, dan
keorisinilan jawaban (Munandar, 1992). Gaya
berpikir konvergen adalah pola berpikir
individu yang didominasi oleh berfungsinya
belahan otak kiri, sistematis, terfokus, dan
cenderung untuk meningkatkan pengetahuan
yang sudah ada (Crowl, dkk, 1997). Sudjana
(1989), berpikir berdasar pengetahuan hafalan,
berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan
berpikir analisis dipandang sebagai berpikir
konvergen yang satu tingkat lebih rendah
daripada berpikir divergen. Berpikis sintesis
adalah berpikir divergen. Dalam berpikir
divergen jawabannya belum dapat dipastikan.
Analisis berarti memecah integritas menjadi
bagian-bagian, sedangkan sistesis berarti
menyatukan unsur-unsur menjadi integritas
dengan penuh telaah. Berpikir sistesis dapat
menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir
kreatif merupakan suatu hal yang ingin dicapai
dalam pendidikan, karena seseorang yang
kreatif sering menemukan dan menciptakan
hal-hal yang baru. Berdasarkan hasil kajian
empirik yang dilakukan oleh Sri Susilawati
(2011), Soenarto (2011) dan Sholikhah (2012)
terkait hasil belajar, bahwa dengan penerapan
metode pembelajaran berbasis joyful learning
dan gaya berpikir dapat memengaruhi hasil
belajar matematika.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong penelitian
eksperimen semu, pengembangan dari true
exsperiment design oleh karena mempunyai
kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen
(Sugiyono, 2011). Rancangan penelitian ini
dalam analisis data dan uji hipotesis menggunakan Anava dua jalur dengan desain treatment by level. Yang menjadi variabel moderator adalah gaya berpikir. Pemilahan berdasar-

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

15

kan gaya berpikir dibagi dua yaitu gaya


berpikir divergen dan gaya berpikir

konvergen.

Tabel 1. Rancangan Anava Dua Jalur (Treatment by Level)


(B)

(A)
(B1)
(B2)

Keterangan:
A= metode pembelajaran B= gaya berpikir;
(A1) Kelompok peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis
joyful learning. (A2) Kelompok peserta didik
yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensioal. (B1) Kelompok peserta didik
yang memiliki gaya berpikir divergen. (B2)
Kelompok peserta didik yang memiliki gaya
berpikir konvergen. (A1B1) Kelompok peserta
didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dan memiliki gaya berpikir divergen. (A2B1) Kelompok
peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional dan memiliki
gaya berpikir divergen. (A1B2) Kelompok
peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dan
memiliki gaya berpikir konvergen. (A2B2)
Kelompok peserta didik yang dibelajarkan
dengan metode pembelajaran konvensional
dan memiliki gaya berpikir konvergen.
Perlakuan dalam pembelajaran melalui
dua metode yaitu metode pembelajaran
berbasis joyful learning untuk kelas eksperimen dan metode pembelajaran konvensional
untuk kelas kontrol. Pada masing-masing
kelas terdapat kelompok yang memiliki gaya
berpikir divergen dan konvergen. Populasi
penelitian, seluruh peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 5 Denpasar yang terdiri atas 10
kelas dengan jumlah 328 orang. Sampel
diperoleh dengan teknik random sampling
dengan cara undian, yang di random adalah
kelas. Kemudian kedua kelompok diberikan
tes gaya berpikir untuk memilah kelompok
divergen dan konvergen, berdasarkan skor

16

(A1)

(A2)

A1B1
A1B2

A2B1
A2B2

yang diperoleh dari tes gaya berpikir tersebut.


Sebanyak 50% kelompok atas dinyatakan
sebagai kelompok peserta didik yang memiliki
gaya berpikir divergen dan 50% kelompok
bawah dinyatakan sebagai kelompok peserta
didik yang memiliki gaya berpikir konvergen.
Penelitian ini melibatkan beberapa variabel
yaitu, variabel terikat berupa hasil belajar
matematika peserta didik,variabel bebas berupa metode pembelajaran berbasis joyful learning dan variabel moderator berupa gaya berpikir peserta didik.
Metode pengumpulan data, (1) observasi terhadap lokasi sekolah, keadaan sekolah,
populasi dan sampel yang akan diteliti. (2) Tes
hasil belajar matematika dan tes gaya berpikir.
Dalam penyusunan instrumen pengumpul data
menerapkan prosedur dengan terlebih dahulu
membuat kisi-kisi kemudian dilanjutkan
dengan uji validitas dan reliabilitasnya. Untuk
uji validitas soal tes hasil belajar matematika,
menggunakan uji korelasi point biserial
(berdasarkan Koyan, 2012). Sedangkan
Reliabilitas yang merupakan ukuran untuk
menyatakan tingkat kekonsistenan suatu soal
tes, digunakan KR-20 (merujuk pada
Sugiyono, 2012). Berdasarkan uji tersebut,
instrumen dinyatakan valid dan reliabel.
Instrumen gaya berpikir yang digunakan
adalah tes yang telah distandarisasi oleh Utami
Munandar (1992). Tes tersebut terdiri atas
enam sub tes, yaitu: 1) Permulaan kata; 2)
Menyusun kata; 3) Membentuk kalimat tiga
kata; 4) Sifat-sifat yang sama; 5) Macammacam penggunaan; dan 6) Apa akibatnya.
Waktu yang diberikan kepada peserta didik

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

untuk menjawab tes gaya berpikir mempunyai


batas waktu, karena menentukan waktu adalah
penting untuk pengetesan yang cermat. Adapun ketentuan waktunya adalah sebagai berikut. Subtes 1, 2, 4 dan 5 masing-masing
disediakan waktu 2 menit, subtes 3 disediakan
waktu 3 menit, dan sub tes 6 disediakan waktu
4 menit. Jadi secara keseluruhan waktu yang
diberikan kepada subjek untuk menjawab
seluruh tes gaya berpikir adalah 15 menit.
Hasil tes yang diberikan pada peserta didik
akan mencerminkan gaya berpikirnya, semakin tinggi, maka peserta tes digolongkan memiliki gaya berpikir divergen, sebaliknya
semakin rendah nilai tes, maka peserta tes
tersebut digolongkan memiliki gaya berpikir
konvergen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian menyertakan 72
peserta didik sebagai sampel yang terdiri atas
3 sebagai kelompok eksperimen, terdapat 17
yang memiliki gaya berpikir divergen dan 17
memiliki gaya berpikir konvergen. Sedangkan,
pada kelompok kontrol, terdapat 19 peserta
didik yang memiliki gaya berpikir divergen
dan 19 peserta didik yang memiliki gaya
berpikir konvergen.

Penelitian menggunakan rancangan


analisis anava dua jalur (treatment by level),
berdasarkan rancangan tersebut, deskripsi data
yang disajikan terdiri atas delapan kelompok,
(1) hasil belajar matematika peserta didik yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran
berbasis joyful learning, (2) hasil belajar
matematika peserta didik yang dibelajarkan
dengan metode pembelajaran konvensional,
(3) hasil belajar matematika peserta didik yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran
berbasis joyful learning dan memiliki gaya
berpikir divergen, (4) hasil belajar matematika
peserta didik yang dibelajarkan dengan
metode pembelajaran berbasis joyful learning
dan memiliki gaya berpikir konvergen, (5)
hasil belajar matematika peserta didik yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran
konvensional dan memiliki gaya berpikir
divergen, (6) hasil belajar matematika peserta
didik yang dibelajarkan dengan metode
pembelajaran konvensional dan memiliki gaya
berpikir konvergen, (7) hasil belajar
matematika peserta didik yang memiliki gaya
berpikir divergen, (8) hasil belajar matematika
peserta didik yang memiliki gaya berpikir
konvergen.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik


Data

A1

A2

B1

B2

A1B1

A1B2

A2B1

A2B2

34

38

36

36

17

17

19

19

Mean

73,24

67,89

72,78

68,06

82,06

64,41

64,47

71,32

Median

72,50

70

70

70

80

65

65

70

Modus

70

70

70

70

80

70

70

80

Standar Deviasi

13,48

10,31

12,90

10,97

9,69

10,74

9,26

10,39

Varians

181,64

106,26

166,35

120,40

93,93

115,26

85,82

107,89

Maksimum

100

90

100

90

100

90

85

90

Minimum

45

45

45

45

60

45

45

50

Statistik
n

Deskripsi data hasil belajar matematika


peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning.

Jumlah sampel (n)=34, mean = 73,24, median


= 72,50, modus = 70, simpangan baku (SD) =
13,48, varians = 181,64, skor maksimum =

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

17

100, skor minimum = 45, diperoleh bahwa


23,53% peserta didik memperoleh skor di
sekitar rata-rata, sebanyak 26,47% memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 50%
memperoleh skor di bawah rata-rata.
Deskripsi data hasil belajar matematika
peserta didik yang dibelajarkan dengan
metode pembelajaran konvensional. Jumlah
sampel (n) = 38, mean = 67,89, median = 70,
modus = 70, simpangan baku (SD) = 10,31,
varians = 106,26, skor maksimum = 90, skor
minimum = 45, sebanyak 26,32% peserta
didik memperoleh skor di sekitar rata-rata,
sebanyak 28,94% memperoleh skor di atas
rata-rata, dan sebanyak 44,73% memperoleh
skor di bawah rata-rata.
Deskripsi data hasil belajar matematika
peserta didik yang memiliki gaya berpikir
divergen. Jumlah sampel (n) = 36, mean =
72,78, median = 70, modus = 70, simpangan
baku (SD) = 12,90, varians = 166,35, skor
maksimum = 100, skor minimum = 45,
sebanyak 22,22% peserta didik memperoleh
skor di sekitar rata-rata, sebanyak 25%
memperoleh skor di atas rata-rata, dan
sebanyak 52,79% memperoleh skor di bawah
rata-rata.
Deskripsi data hasil belajar matematika
peserta didik yang memiliki gaya berpikir
konvergen. Jumlah sampel (n) = 36, mean =
68,06, median = 70, modus = 70 simpangan
baku (SD) = 10,97, varians = 120,40, skor
maksimum = 90, skor minimum = 45,
sebanyak 27,78% peserta didik memperoleh
skor di sekitar rata-rata, sebanyak 30,55%
memperoleh skor di atas rata-rata, dan
sebanyak 41,66% memperoleh skor di bawah
rata-rata.
Deskripsi data hasil belajar matematika
peserta didik yang dibelajarkan dengan
metode pembelajaran berbasis joyful learning
dan memiliki gaya berpikir divergen. Jumlah
sampel (n) = 17, mean = 82,06, median = 80,
modus = 80 simpangan baku (SD) = 9,69,
varians = 93,93, skor maksimum = 100, skor
minimum = 60, sebanyak 41,18% peserta

18

didik memperoleh skor di sekitar rata-rata,


sebanyak 29,41% memperoleh skor di atas
rata-rata, dan sebanyak 29,41% memperoleh
skor di bawah rata-rata.
Deskripsi data hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan
metode pembelajaran berbasis joyful learning
dan memiliki gaya berpikir konvergen. Jumlah
sampel (n)= 17, mean = 64,41, median = 65,
modus = 70, simpangan baku (SD) = 10,74,
varians = 115,26, skor maksimum = 90, skor
minimum = 45, sebanyak 23,53% peserta
didik memperoleh skor di sekitar rata-rata,
sebanyak 47,05% peserta didik memperoleh
skor di atas rata-rata, dan sebanyak 29,41%
peserta didik memperoleh skor di bawah ratarata.
Deskripsi data hasil belajar matematika
peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional dan memiliki
gaya berpikir divergen. Jumlah sampel (n) =
19, mean = 64,47, median = 65, modus = 70,
simpangan baku (SD) = 9,26, varians = 85,82,
skor maksimum = 85, skor minimum = 45,
sebanyak 15,79% peserta didik memperoleh
skor di sekitar rata-rata, sebanyak 63,15%
peserta didik memperoleh skor di atas ratarata, dan sebanyak 21,06% memperoleh skor
di bawah rata-rata.
Deskripsi data hasil belajar matematika
peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional yang memiliki
gaya berpikir konvergen. Jumlah sampel (n) =
19, mean = 71,32, median = 70, modus = 80,
simpangan baku (SD) = 10,39, varians =
107,89, skor maksimum = 90, skor minimum
= 50, sebanyak 36,84% peserta didik
memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak
31,58% memperoleh skor di atas rata-rata, dan
sebanyak 31,59% memperoleh skor di bawah
rata-rata.
Uji Hipotesis
Karena semua persyaratan telah terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis,
menggunakan Anava dua jalur. Bila terdapat

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

interaksi antara metode pembelajaran dan gaya


berpikir terhadap hasil belajar maka dilanjutkan dengan uji t-scheffe. Perhitungan Anava

dua jalur hasil belajar dalam penelitian ini


dirangkum pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Rekapitulasi Anava Dua Jalur untuk Hasil Belajar.


Ftabel
Sumber
Fhitung
JK
dk
RJK
Variasi
5%
Antar A
Antar B
Inter AB
dalam
Total

511,80
401,39
2690,41
6833,90
10437,50

1
1
1
68
71

511,80
401,39
2690,41
100,50
-

a) Uji hipotesis pertama.


Uji dengan Anava dua jalur diperoleh
FA=5,09, sedangkan Ft (1,68)(0,05)=3,98 ternyata
FA>Ft, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Ini berarti ada perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang dibelajarkan
dengan metode pembelajaran berbasis joyful
learning dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan metode konvensional.
b) Uji Hipotesis Kedua
Dari hasil uji dengan Anava dua jalur
diperoleh FAB = 26,77, sedangkan Ft
(1,68)(0,05)=3,98. Ternyata FAB >Ft, sehingga H0
ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada
interaksi antara metode pembelajaran dengan
gaya berpikir dalam pengaruhnya terhadap
hasil belajar matematika. Karena FAB signifikan, maka dilakukan uji lanjut, menggunakan
uji t-Scheffe untuk hipotesis kedua dan ketiga.
c) Uji Hipotesis Ketiga
Uji lanjut pada kelompok A1B1 dan
A2B1 diperoleh thitung = 5,25, sedangkan t tabel =
2,00. Ternyata thitung > ttabel, sehingga H0
ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada
perbedaan hasil belajar matematika pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen antara peserta didik yang dibelajarkan
dengan metode pembelajaran berbasis joyful
learning dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan metode konvensional.

5,09
3,99
26,77
-

3,98
3,98
3,98
-

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
-

d) Uji Hipotesis Keempat


Dari hasil uji lanjut pada kelompok
A1B2 dan A2B2 diperoleh thitung = 2,06,
sedangkan ttabel = 2,00. Ternyata thitung > ttabel,
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Ini
berarti ada perbedaan hasil belajar matematika
pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen antara peserta didik yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran
berbasis joyful learning dengan peserta didik
yang dibelajarkan dengan metode konvensional.
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perbedaan Hasil Belajar Matematika
Antara Peserta Didik yang Dibelajarkan
dengan Metode Pembelajaran Berbasis
Joyful Learning dengan Metode Konvensional
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada perbedaan hasil belajar matematika antara
peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning
dengan yang dibelajarkan dengan metode
konvensional. Rata-rata hasil belajar yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran
berbasis joyful learning adalah 73,24 dan
dengan metode konvensional adalah 67,89,
atau hasil belajar yang dibelajarkan dengan
metode pembelajaran berbasis joyful learning
lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibela-

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

19

jarkan dengan metode konvensional. Hal


tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran berbasis joyful learning dapat lebih
meningkatkan hasil belajar matematika. Hal
ini terkait dengan kebaikan metode tersebut,
baik bagi peserta didik maupun guru. Dimana
guru dapat menggunakan berbagai metode
sehingga peserta didik tidak jenuh dalam
kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode
pembelajaran berbasis joyful learning mampu
meningkat kreatifitas, mempercepat proses
belajar, dan materi pelajaran menjadi lebih
berkesan. Dengan keunggulan-keunggulan
metode pembelajaran berbasis joyful learning
tersebut, maka metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Hasil penelitian memperkuat temuan Sholikhah (2012),
bahwa metode pembelajaran berbasis joyful
learning dapat meningkatkan hasil belajar
matematika.
2. Interaksi Antara Metode Pembelajaran
dengan Gaya Berpikir dalam Pengaruhnya
terhadap Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada interaksi antara metode pembelajaran
dengan gaya berpikir dalam pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika. Guru berperanan penting dalam kegiatan pembelajaran
demikian juga metode pembelajaran yang
digunakan, karena berpengaruh pada hasil
belajar. Metode pembelajaran berbasis joyful
learning dapat menciptakan interaksi yang
kuat antara guru dan peserta didik karena tidak
ada rasa tertekan dalam kegiatan pembelajaran
sehingga terciptanya situasi kondusif dalam
belajar. Dengan metode pembelajaran berbasis
joyful learning, guru dapat menggunakan
beberapa metode pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran menjadi sangat menyenangkan, peserta didik menjadi semakin kreatif, dan materi pelajaran menjadi lebih berkesan. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh
faktor internal, salah satunya ialah gaya berpikir yang dimiliki. Peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen cenderung kritis,

20

dan tidak bisa memecahkan masalah dengan


cara yang baru. Sedangkan yang memiliki
gaya berpikir divergen cenderung kreatif,
menyukai tantangan dan hal-hal yang baru.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat adanya interaksi antara metode pembelajaran dan
gaya berpikir. Kesesuaian ciri dan karakteristik masing-masing gaya berpikir dengan
metode pembelajaran saling berinteraksi dan
memengaruhi hasil belajarnya.
3. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Pada
Peserta Didik yang Memiliki Gaya Berpikir
Divergen Antara yang Dibelajarkan dengan
Metode Pembelajaran Berbasis Joyful
Learning dengan yang Dibelajarkan dengan
Metode Konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada perbedaan hasil belajar matematika pada
peserta didik yang memiliki gaya berpikir
divergen antara yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning
dengan yang dibelajarkan dengan metode konvensional. Rata-rata hasil belajar yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis
joyful learning adalah 82,06 dan rata-rata hasil
belajar dengan metode konvensional adalah
64,47. Dengan kata lain hasil belajar yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran
berbasis joyful learning lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Uji
hipotesis tersebut menunjukkan bahwa metode
pembelajaran berbasis joyful learning lebih
cocok diterapkan bagi peserta didik yang
memiliki gaya berpikir divergen. Individu
yang berpikir divergen merespon permasalahan dengan berbagai alternatif. Berpikir kreatif
merupakan suatu hal yang ingin dicapai dalam
pendidikan, karena seseorang yang kreatif
sering menemukan dan menciptakan hal-hal
yang baru. Metode joyful learning bisa
diterapkan dengan menggabungkan beberapa
metode pembelajaran. Sehingga dengan
penggunaan metode joyful learning, guru
berpotensi meningkatkan kreatifitas peserta
didik.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

4. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Pada


Peserta Didik yang Memiliki Gaya Berpikir
Konvergen Antara yang Dibelajarkan
dengan Metode Pembelajaran Berbasis
Joyful
Learning
dengan
Metode
Konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada perbedaan hasil belajar matematika pada
peserta didik yang memiliki gaya berpikir
konvergen antara yang dibelajarkan dengan
metode pembelajaran berbasis joyful learning
dengan metode konvensional. Nilai rata-rata
hasil belajar matematika, dengan metode
pembelajaran berbasis joyful learning adalah
64,41 dan rata-rata hasil belajar dengan
metode konvensional adalah 71,32. Hasil
belajar matematika yang dibelajarkan dengan
metode konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibelajarkan dengan metode
pembelajaran berbasis joyful learning. Uji
hipotesis tersebut menunjukkan bahwa metode
konvensional lebih cocok diterapkan bagi
peserta didik yang memiliki gaya berpikir
konvergen. Pada pembelajaran konvensional,
proses belajar mengajar lebih sering diarahkan
pada transfer pengetahuan dari guru ke peserta
didik. Peserta didik yang berpikir konvergen
merespon permasalahan secara tunggal. Peserta didik yang berpikir konvergen mampu
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
dengan menggunakan cara-cara yang telah
biasa dibelajarkankan oleh guru, tetapi mereka
tidak akan mampu memecahkan masalah yang
memerlukan cara-cara yang lain (baru).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan
meliputi, (1) Ada perbedaan hasil belajar
matematika peserta didik yang dibelajarkan
dengan metode pembelajaran berbasis joyful
learning dan peserta didik yang dibelajarkan
dengan metode pembelajaran konvensional.
Hasil belajar matematika peserta didik yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran

berbasis joyful learning lebih baik daripada


hasil belajar matematika peserta didik yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran
konvensional. (2) Ada pengaruh interaksi yang
signifikan antara metode pembelajaran dan
gaya berpikir terhadap hasil belajar matematika peserta didik. (3) Pada peserta didik yang
memiliki gaya berpikir divergen, ada perbedaan hasil belajar matematika antara peserta
didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dan peserta
didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Pada peserta didik
yang memiliki gaya berpikir divergen, hasil
belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis
joyful learning lebih baik daripada hasil
belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. (4) Pada peserta didik yang memiliki
gaya berpikir konvergen, ada perbedaan hasil
belajar matematika antara peserta didik yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran
berbasis joyful learning dan peserta didik yang
dibelajarkan dengan metode pembelajaran
konvensional. Pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen, hasil belajar
matematika peserta didik yang mengikuti
pembelajaran dengan metode pembelajaran
konvensional lebih baik daripada hasil belajar
matematika peserta didik yang mengikuti
pembelajaran dengan metode pembelajaran
berbasis joyful learning. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaraan
berbasis joyful learning dan gaya berpikir
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika
peserta didik kelas VIII SMP Negeri 5
Denpasar tahun pelajaran 2013/2014.
Saran

Beberapa saran yang dapat dikemukakan antara lain, (1) Bagi guru, metode pembelajaran berbasis joyful learning dapat dipertimbangkan untuk diterapkan sebagai suatu
inovasi pembelajaran yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran sehingga terwujud
situasi pembelajaran menyenangkan terutama

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

21

dalam pembelajaran matematika. (2) Bagi


sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan dalam pemilihan metode pembelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.
DAFTAR RUJUKAN
Cahyadi, Cecep. 2010. Joyfull Learning
(online).
Tersedia:
http://cecepassaadatain.wordpress.com/
2010/12/15/joyfull-learning/. Diakses
pada tanggal 30 Oktober 2013.
Catur, Catharina. 2008. Joyful Learning
(online).
Tersedia:
http://catharinacatur.wordpress.com/20
08/10/15/joyful-learning/.
Diakses
pada tanggal 30 Oktober 2013.
Crowl, Thomas K.; Sally Kaminsky, dan
David M. Podell. 1997. Educational
Psichology Windows on Teaching.
Dubuque: Timer Mirror Higher
Education Group. Inc.
Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran
Menyenangkan
Dengan
Humor.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Depdiknas. 2001. Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Mata
Pelajaran
Matematika Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Good, Thomas L. and Jere E. Brophy. 1990.
Educational Psychology: A Realistic
Approach. London: Longman.
Harris, Robert. 1998. Introduction to Creative
Thinking
(online).
Tersedia:
http://virtualsalt.com/crebook1.htm.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.
Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. 2012.
Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori,
Konsep, & Implementasi). Yogyakarta:
Familia.
Hidayah, M. Wendy Taufiq. 2007. Divergen
dan Konvergen (Part 2) (online).
Tersedia:
http://kampus-

22

hitam.blogspot.com/2007/12/divergendan-konvergen-part-2.html.
Diakses
pada tanggal 3 November 2013.
Hudoyo, Herman. 2003. Pengembangan
Kurikulum
Matematika
dan
Pelaksanaannya di Depan Kelas.
Surabaya: Usaha Nasional.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan
(Teknik Analisis Data Kuantitatif).
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha Press.
Kholik,
Muhammad.
2011.
Metode
Pembelajaran Konvensional (online).
Tersedia:
http://muhammadkholik.wordpress.co
m/2011/11/08/metode-pembelajarankonvensional/. Diakses pada tanggal 3
November 2013.
Rahmani, Nani. 2011. Pengajar Cerdas
Dengan Joyful Learning (online).
Tersedia:http://www.bppk.depkeu.go.i
d/bdk/medan/index.php?option=com_c
ontent&view=article&id=136:pengajar
-cerdas-dengan-joyfullearning&catid=10:umum.
Diakses
pada tanggal 30 Oktober 2013.
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada
Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran
Matematika
untuk
Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito.
Sholikhah, Nurul Aini, Penerapan Metode
Pembelajaran Berbasis Joyful Learning
Untuk Meningkatkan Kualitas Proses
Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada
Pembelajaran Matematika di MI
Muhammadiyah Basin, Skripsi, 2012.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan
Matematika Di Indonesia Konstatasi
keadaan Masa Kini Menuju Harapan

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Masa Depan. Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.
Soenarto, Sunaryo, Pengaruh Pembelajaran
Berbantuan Komputer dan Gaya
Berpikir Terhadap Hasil Belajar Fisika,
Karya Ilmiah, 2009.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono.
2011.
Metode
Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2012. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.
Susilawati,
Sri,
Pengaruh
Strategi
Pembelajaran Dan Gaya Berpikir
Siswa
Terhadap
Hasil
Belajar
Matematika Siawa Di SMP Negeri 1
ldl Rayeak Kabupaten Aceh Timur,
Tesis, Pasca Sarjana Universitas
Negeri Medan, 2011.

Sutrisna, Putu. 2011. Pengaruh Pembelajaran


Kontekstual dan Gaya Berfikir
terhadap Prestasi Belajar Matematika
(online).
Tersedia:
http://putusutrisna.blogspot.com/2011/
11/contoh-proposal-eksperimenpendidikan.html. Diakses pada tanggal
5 november 2013.
Utami, Munandar. 1992. Mengembangkan
Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah:
Penuntun Bagi Para Guru dan Orang
Tua. Jakarta: Grasindo.
Wasliman,
Iim.
2007.
Problematika
Pendidikan Dasar. Bandung: SPs-UPI.
Yuliana, Rosi. 2012. Peningkatan Keaktifan
Belajar Matematika Melalui Metode
Pembelajaran
Berbasis
Joyful
Learning
(online).
Tersedia:
http://ochimath.wordpress.com/2012/0
1/12/peningkatan-keaktifan-belajarmatematika-melalui-metodepenbelajaran-berbasis-joyful-learning/.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

23

PENGARUH PENYIRAMAN AIR RENDAMAN AMPAS TEH TERHADAP


PERTUMBUHAN VEGETATIF BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
N Putri Sumaryani dan I Gede Adnyana
Jurusan/Prodi. Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali
E-mail: sumaryaniputri@yahoo.com dan igedeadnyana50@gmail.com
ABSTRACT
Influence of the Soaking Water Watering Tea Dregs of the Vegetative Growth Of onion
(Allium ascalonicum L.)
Shallots have a high nutrient content of carbohydrate, protein, phosphorus, Ca, Mn,
Fe, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin C, and vitamin K. It
should be an increase in the growth of onion plants that produced a more optimal production .
In addition to a good crop seed selection, proper fertilization fertilization is necessary to
particularly environmentally friendly and safe for health through organic systems. One
material that can be used are the dregs of tea, because it is more practical than the use of
compost . The content contained in the dregs of tea polyphenols in addition there are a
number of vitamin B complex is approximately ten times more cereals and vegetables. The
purpose of this study was to determine the effect of water immersion watering tea dregs of
the vegetative growth of onion ( Allium ascalonicum L.) and to determine the concentration
of the tea waste water immersion best effect on vegetative growth of onion (Allium
ascalonicum L.) , with hypothesis watering tea waste water immersion effect on vegetative
growth of onion (Allium ascalonicum L.). to achieve these objectives, the type of
experimental research conducted by random sampling technique . The independent variable
in this study is the soaking water and tea dregs dependent variable is the vegetative growth of
onion plants. Based on the data analysis it turns out that the value of F calculated for wet
weight of onion crop is 199.47 while the rejection limit value the null hypothesis ( H0 ) at a
significance level of 5 % and 1 % with treatment db = 3, randomized db = 12 obtained price
limit rejection the null hypothesis (H0) in the table for a significance level of 5 % and 1 % =
3.49 = 5.95. It shows that there is influence of the soaking water watering tea dregs of the
vegetative growth of onion (Allium ascalonicum L.)
Keywords: Influence, Concentration, Vegetative Growth
PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium ascalonicum
L.) atau sering disebut Brambang (Jawa)
adalah nama tanaman dari familia Alliaceae
dan nama dari umbi yang dihasilkan. Bawang merah merupakan salah satu komoditas
sayuran yang termasuk ke dalam kelompok
rempah dapat berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional.
Bawang merah merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan mempunyai
kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu
karbohidrat, protein, fosfor, Ca, Mn, Fe,
vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin
24

B3, vitamin B6, vitamin C, dan vitamin K.


Bawang merah memiliki khasiat bagi kesehatan yaitu dapat menyembuhkkan berbagai
macam penyakit karena mengandung antibiotik yang tinggi. Penyakit yang dapat
disembuhkan dengan bawang merah antara
lain penyakit masuk angin, sakit tenggorokan, dan penurun panas (Nurfita, 2012).
Bawang merah adalah tanaman
semusim yang memiliki umbi yang berlapis,
mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk
dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan
fungsi, membesar dan membentuk umbi ber-

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

lapis. Umbi bawang merah terbentuk dari


lapisan-lapisan daun yang membesar dan
bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti pada kentang atau
talas. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas
maka perlu dilakukan peningkatan pertumbuhan tanaman bawang merah agar produksi
yang dihasilkan lebih optimal. Selain pemilihan bibit tanaman yang baik, pemupukan
yang tepat sangatlah perlu dilakukan. Dan
pemupukan yang disarankan adalah pemupukan yang ramah lingkungan dan aman bagi
kesehatan melalui sistem organik. Salah satu
bahan yang dapat dimanfaatkan adalah
berupa ampas teh. Ampas teh merupakan
limbah rumah tangga yang baik untuk
dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Menurut Akhadi (2005), sisa teh atau
ampas teh ternyata dapat bermanfaat bagi
tanaman, yaitu dapat memperbaiki kesuburan
tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang
dan daun, limbah rumah tangga ini dapat
digunakan langsung tanpa harus diolah lagi.
Ampas teh ini lebih praktis dibandingkan
penggunaan kompos lainnya. Kandungan
yang terdapat di ampas teh selain polyphenol
juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks
kira-kira 10 kali lipat sereal dan sayuran.
Ampas teh ini bisa diberikan pada semua
jenis tanaman. Misalnya, tanaman sayuran,
tanaman hias, maupun tanaman obat-obatan,

hal ini karena ampas teh tersebut banyak


mengandung unsur hara yang bagus untuk
tanah, Karbon Organik, Tembaga 20%, Magnesium10%, dan Kalsium 13%. Kandungan
tersebut dapat membantu menyuburkan tanaman. Dengan demikian ampas teh berpotensi
untuk dijadikan pupuk organik. Akan tetapi,
masih perlu dibuktikan secara ilmiah kebenarannya.Penggunaan ampas teh diharapkan
dapat memberi pengaruh yang baik karena
ampas teh tersebut merupakan penerapan
pupuk organik yang baik bagi kesehatan dan
ramah lingkungan. Dari uraian di atas maka
perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
penyiraman air rendaman ampas teh terhadap
pertumbuhan vegetatif bawang merah, agar
nantinya dapat memberikan solusi bagi
masalah petani dalam mengoptimalkan pertumbuhan tanaman bawang merah. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
penulis ingin melakukan penelitian pengaruh
penyiraman air rendaman ampas teh terhadap
pertmbuhan vegetatif bawang merah (Allium
ascalonicum L.). Tujuan dilakukan penelitian ini adalah 1)Untuk mengetahui pengaruh
penyiraman air rendaman ampas teh terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman bawang
merah (Allium ascalonicum L.), 2)Untuk mengetahui konsentrasi air rendaman ampas teh
yang berpengaruh terbaik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah
(Allium
ascalonicum
L.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian tergolong dalam penelitian eksperimen yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan sebab akibat dengan memberikan perlakuan tertentu kepada kelompok eksperimen.

Hasilnya dibandingkan dengan kelompok


lain yang tidak diberikan perlakuan (kontrol).
Karena terdapat kelompok kontrol sebagai
pembanding, maka pola umum penelitian ini
adalah the post test only control group
design dengan bagan:

O
O

Gambar 1. Rancangan Penelitian


(Sumber: Arikunto, 2006)

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

25

Keterangan :
R = Menunjukkan sampel penelitian, yaitu
umbi bawang merah yang dipilih
secara random.
X = Menunjukkan perlakuan terhadap
sampel dalam hal ini penyiraman bibit
bawang merah dengan menggunakan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Rancangan
ini merupakan rancangan yang paling sederhana jika dibandingkan rancangan lainnya,
dapat berupa kotak-kotak antara unit percobaan ini dibatasi dengan ruang pengamatan
sehingga tidak terjadi interaksi antara sesama
unit Dengan demikian letak dan posisi
masing-masing unit tidak akan mempengaruhi hasil-hasil percobaan karena percobaan
ini dilakukan pada kondisi terkendali. Dalam
hal ini tiap satu kali ulangan digunakan 40
sampel yang dibagi menjadi 4 kelompok
perlakuan dan masing-masing kelompok
perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4
kali, dimana tiap-tiap kelompok perlakuan
terdiri atas 10 sampel. Karena penelitian ini
menggunakan empat perlakuan, maka berdasarkan rumus di atas dapat diperoleh ulangan
sebanyak empat kali ulangan. Sebagai
populasi dalam penelitian ini adalah tanaman
bawang merah (Allium ascalonicum L.) yang
jumlahnya 6 kg bibit bawang merah.
Populasi diasumsikan sama atau relatif
homogen karena diambil dari satu tanaman
yang sama dan memiliki ukuran yang relatif
sama. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
160 menggunakan metode simple random
sampling yaitu pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam
populasi dengan cara undian. Dari 160
sampel yang ada, dibagi menjadi 4 kelompok
percobaan (ulangan) secara random. Dalam
hal ini setiap satu kali ulangan digunakan 40
tanaman bawang merah, dimana tiap-tiap
kelompok perlakuan terdiri dari 10 sampel
dengan perlakuan 1)Sebanyak 10 sampel
yang tidak diberikan perlakuan dengan air
26

air rendaman ampas teh


dengan
konsentrasi yang berbeda.
O
= Menunjukkan observasi yang
dilakukan
pada
akhir
eksperimen yaitu penghitungan
berat basah bawang merah.
Tanpa X = Menunjukkan
kelompok
kontrol yang umbinya tidak
disiram dengan air rendaman
ampas teh.
rendaman ampas teh atau kelompok sampel
yang dipakai sebagai kontrol, 2)Sebanyak 10
sampel yang diberikan perlakuan dengan air
rendaman ampas teh konsentrasi 5%.3)
Sebanyak 10 sampel yang diberikan perlakuan dengan air rendaman ampas teh konsentrasi 10%, 4)Sebanyak 10 sampel yang diberikan perlakuan dengan air rendaman
ampas teh konsentrasi 15%
Adapun variabel bebas dalam penelitian
ini adalah air rendaman ampas teh,dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah.
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang pertumbuhan
vegetatif tanaman bawang merah dalam bentuk berat basah dengan masa penanaman
selama 45 hari sehingga data tersebut digolongkan sebagai data primer.
Untuk memperoleh data dari hasil
penelitian tersebut di atas, maka ditempuh
prosedur penelitian sebagai berikut :
1.Tahap Persiapan Penelitian
Tahap persiapan yang dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan antara lain :
a. Alat-alat:
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cangkul, ember plastik, penggaris,
alat dokumentasi, centong, gelas ukur,
corong dan neraca.
b.Bahan-bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bibit bawang merah, pupuk kandang,
pasir, tanah, air rendaman ampas teh, air.
2.Tahap pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa
Tabola, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem dengan menggunakan polybag dan

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

untuk menghindari gangguan hewan, maka


tempat mengadakan eksperimen akan dipagari dengan bambu. Adapun langkahlangkah yang akan ditempuh adalah sebagai
berikut.
a. Pemilihan Bibit
Untuk mendapatkan hasil yang optimal,
benih yang dgunakan harus memiliki kualitas
yang baik. Oleh karena itu, perlu adanya
proses pemilihan (screening) terhadap benih
yang akan digunakan sehingga sesuai dengan
persyaratan benih unggul. Adapun kriteria
benih unggul yaitu utuh (tidak cacat), sehat
(bebas dari hama dan penyakit), bersih dari
kotoran, memiliki daya tumbuh yang baik
dan tidak berkerut atau keriput. Digunakan
bibit bawang yang terdiri dari satu siung
saja.
b. Membuat air rendaman ampas teh
Pembuatan air rendaman ampas teh secara
rinci adalah sebagai berikut:
1. Semua alat yang akan digunakan dalam
eksperimen ini terlebih dahulu dibersihkan
2. Ampas teh yang disiapkan yaitu ampas teh
yang sudah dipakai atau diseduh sebanyak 1
kali
3. Diambil 50 gr ampas teh, dicampur
dengan 3.000 ml air PAM kemudian
direndam selama 12 jam, dari jam 8 malam
sampai jam 8 pagi. Dari perendaman ampas
teh tersebut diadakan penyaringan sehingga
diperoleh kurang lebih 2.800 ml larutan air
rendaman ampas teh
4. Air rendaman ampas teh tersebut diambil,
di taruh didalam ember plastik yang disebut
dengan larutan air rendaman ampas teh sebagai larutan stok. Dari larutan ini kemudian
dibuat konsentrasi 5%, 10% dan 15% dengan
menggunakan gelas ukur
5. Konsentrasi 0% (kontrol) adalah: air tanpa
berisi rendaman ampas teh atau air PAM sebanyak 100 ml yang digunakan untuk menyirami satu sampel penelitian
6. Konsentrasi 5% adalah: rendaman ampas
teh yang diambil sebanyak 5 ml kemudian
dicampur dengan 95 ml air PAM yang digunakan untuk menyirami satu sampel
penelitian.

7. Konsentrasi 10% adalah: rendaman ampas


teh yang diambil sebanyak 10 ml kemudian
dicampur dengan 90 ml air PAM yang
digunakan untuk menyirami satu sampel
penelitian.
8. Konsentrasi 15% adalah: rendaman ampas
teh yang diambil sebanyak 15 ml kemudian
dicampur dengan 85 ml air PAM yang
digunakan untuk menyirami satu sampel
penelitian
9. Perlakuan I yang menggunakan konsentrasi 0% (kontrol) memerlukan air PAM
sebanyak 400 ml yang digunakan untuk
menyirami 40 sampel penelitian
10. Perlakuan II yang menggunakan konsentrasi 5% memerlukan larutan air rendaman
ampas teh sebanyak 200 ml dan air PAM
sebanyak 3.800 ml yang digunakan untuk
menyirami 40 sampel penelitian
11. Perlakuan III yang menggunakan konsentrasi 10% memerlukan larutan air rendaman ampas teh sebanyak 400 ml dan air
PAM sebanyak 3.600 ml yang digunakan
untuk menyirami 40 sampel penelitian
12. Perlakuan IV yang menggunakan konsentrasi 15% memerlukan larutan air
rendaman ampas teh sebanyak 600 ml dan
air PAM sebanyak 3.400 ml yang digunakan
untuk menyirami 40 sampel penelitian
13. Total jumlah larutan air rendaman ampas
teh yang diperlukan untuk menyirami 120
sampel penelitian sebanyak 1.200 ml
14. Total air PAM yang diperlukan untuk
menyirami 160 sampel penelitian sebanyak
14. 800 ml yang terdiri dari : 0% (kontrol)
sebanyak 4000 ml untuk 40 sampel, konsentrasi 5% sebanyak 3.800 ml untuk 40 sampel,
konsentrasi 10% sebanyak 3.600 ml untuk 40
sampel, konsentrasi 15% sebanyak 3.400 ml
untuk 40 sampel penelitian.
c. Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan dalam
penanaman bibit bawang merah digunakan
media campuran antara tanah, pasir, dan
pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.
Media berupa tanah yang digunakan untuk
mengizi polybag diambil dari tempat yang
sama dengan ukuran yang sama dan disiram
dengan volume air yang sama.

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

27

d. Penanaman
Sebelum penanaman dilakukan, tanah, pasir,
dan pupuk kandang dicampur terlebih
dahulu, kemudian dimasukkan pada setiap
polybag dan sebelum ditanam, kulit luar bibit
bawang merah yang mengering dan sisa-sisa
akarnya dibuang. Selain itu, bagian ujung
umbi dipotong dengan pisau bersih kurang
lebih 1/3 sampai 1/4 bagian dari panjang
umbi, kemudian umbi bawng merah ditanam
dengan kedalaman kurang lebih 2 sampai 3
cm.
e.Pemberian Perlakuan
a. Perlakuan kontrol tidak menggunakan air
rendaman ampas teh
b.
Air rendaman ampas teh sebanyak 5
ml ditambahkan dengan 95 ml air PAM
c. Air rendaman ampas teh sebanyak 10 ml
ditambahkan dengan 90 ml air PAM
d.
Air rendaman ampas teh sebanyak 15
ml ditambahkan dengan 85 ml air PAM
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman bawang merah dalam
polybag lebih mudah karena kesehatan setiap
tanaman lebih terkontrol dan penularan penyakit lewat akar dapat dihindari. Beberapa
pemeliharaan rutin yang perlu dilakukan
sebagai berikut:
1.Penyiraman
Ada tiga hal yang mendorong dilakukannya
penyiraman, yaitu menggantikan air yang
telah menguap pada siang hari, memberi
tambahan air yang dibutuhkan oleh tanaman
dan mengembalikan kekuatan tanaman.
2.Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika ada tanaman
yang terkena serangan penyakit dengan
mengganti bibit yang umurnya sama. Penyulaman dilakukan setelah seminggu penanaman.
3.Pemupukan
Pemberian penambahan pupuk ini bertujuan
untuk memberikan unsur hara yang diperlukan tanaman pada media tanam sehingga
tanaman dapat mencapai potensi tumbuh
secara maksimal. Pemupukan yang diberikan
adalah pupuk organik dari air rendaman

28

ampas teh yang dapat dilakukan saat penanaman dengan cara disiram pada tanah.
4.Penyiangan, pendangiran dan pembubunan
Pekerjaan penyiangan, pendangiran dan
pembubunan bertujuan untuk membersihkan
tanaman bawang merah dari tumbuhan dan
benda-benda lain yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman.
Untuk memperoleh data mengenai
pertumbuhan vegetatif tanaman bawang
merah, maka digunakan metode observasi
yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengamati langsung serta melakukan
pencatatan langsung terhadap objek yang
diteliti. Pengumpulan data ini dilakukan pada
akhir penelitian dengan cara melakukan
penimbangan terhadap berat basah dari
masing-masing sample. Dalam penimbangan
digunakan neraca ohaus dengan ketelitian
0,01 gram.
Teknik Analisis Data
Data
yang
sudah
terkumpul
kemudian dilakukan analisis dengan menguji
anava satu jalur. Uji F dilakukan dengan
taraf signifikansi 5%, yang dilanjutkan
dengan uji beda rata-rata dengan Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) 5% dan 1% apabila uji
F menunjukkan hasil signifikan.
Dalam pengujian hipotesis penelitian
ini digunakan taraf signifikansi 5%. Jika
Fhitung Ftabel , maka Ho diterima sedangkan
H1 ditolak. Hal ini berarti Tidak ada
pengaruh penyiraman air rendaman ampas
teh terhadap pertumbuhan vegetatif bawang
merah (Allium ascalonicum L.). Jika Fhitung
Ftabel maka Ho ditolak sedangkan H1
diterima yang berarti Ada pengaruh
penyiraman air rendaman ampas teh terhadap
pertumbuhan vegetatif bawang merah
(Allium ascalonicum L.) . Bila uji F
signifikan, maka dilanjutkan dengan uji BNT
dengan menggunakan rumus :
2 KTacak
BNT = t tabel
Ulangan

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Tabel 02
Model Matrik Selisih Nilai Rata-rata Berat Basah Tanaman Bawang Merah
Perlakuan
A
B
C
D

Nilai ratarata
Y1 (Ya)
Y1 (Ya)
Y1 (Ya)
Y1 (Ya)

A
Y1 (Ya)
0
d(1-2)
d(1-3)
d(1-4)
BNT 5%

B
Y2 (Ya)
0
d(2-3)
d(2-4)

C
Y3 (Ya)

D
Y4 (Ya)

0
d(3-4)
BNT 1%

dilengkapi dengan satu piring neraca


dengan kapasitas 311 gram serta empat
lengan gaya yaitu lengan 200 gram, lengan
100 gram, lengan 10 gram dan lengan 0,1
gram
Hasil penelitian yang disajikan
adalah berat basah tanaman bawang merah
yang berumur 45 hari, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel (tabulasi data).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ketepatan data yang diperoleh
dalam suatu penelitian tergantung pada
alat pengumpulan data. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah Neraca Ohaus tipe 311
yang sudah merupakan timbangan standar,
dengan demikian alat tersebut memberikan
hasil yang valid. Neraca Ohaus tipe 311
memiliki ketelitian sampai 0,01 gram dan

Tabel 03
Rata-rata Berat Basah Tanaman Bawang Merah
Berumur 45 Hari Setelah Tanam
Ulangan (n)
I
II
III
IV
Total
Rata-rata

Berat Basah (gram) Tanaman Bawang Merah


A

10,27
10,34
10,53
11,38
42,52
10,63

21,88
21,91
21,56
20,76
86,11
21,53

30,12
31,76
32,43
29,12
123,43
30,86

40,06
45,32
45,64
48,39
179,41
44,85

Dari data tabel 03 yaitu rata-rata berat


basah tanaman bawang merah yang

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

Jumlah
102,33
109,33
110,16
109,65
431,47
107,87

berumur 45 hari setelah tanam dapat


digambarkan grafik sebagai berikut:

ISSN 2302-2124

29

Gambar 04 : Grafik
Berat Basah Tanaman Bawang Merah Berumur 45 Hari Setelah Tanam
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan pada tanaman bawang merah
yang berumur 45 hari dengan menggunakan pupuk organik berupa air rendaman
ampas teh yang direndam selama 12 jam
maka diperoleh perbedaan dari segi
pertumbuhan organ vegetatif yaitu perbedaan akar, batang, daun, umbi dan tingi
tanaman. Hal ini disebabkan karena
perbedaan konsentrasi air rendaman ampas
teh yang diberikan pada masing-masing
perlakuan berbeda-beda sehingga berpengaruh pada penyediaan unsur-unsur hara
baik makro maupun mikro yang dibutuhkan tanaman. Adapun perlakuan masingmasing kelompok adalah untuk (A) tidak
diberi air rendaman ampas teh (kontol),
(B) dengan konsentrasi 5%, (C) dengan
konsentrasi 10% dan (D) dengan konsentrasi 15% air rendaman ampas teh.
Untuk mengetahui pengaruh penyiraman air rendaman ampas teh terhadap
pertumbuhan vegetatif pada tanaman
bawang merah yang paling optimal maka
dilakukan dengan cara menimbang berat
basah tanaman bawang merah dengan
Neraca Ohaus tipe 311 yang memiliki ketelitian sampai 0,01 gram.
Dari hasil pengamatan yang
diperoleh bahwa untuk perlakuan (A) atau
kontrol pertumbuhan daun tanaman
bawang merah tampak kecil, jumlah daun
sedikit, warna daun hijau muda, tinggi
30

daun mencapai 25 cm, pertumbuhan batang kurus, batang kurang kuat, akar percabangan sedikit dan warna umbi putih.
Untuk perlakuan (B) dengan konsentrasi
air rendaman ampas teh 5% hasilnya yaitu
jumlah daun lebih banyak dibandingkan
dengan perlakuan (A), daun berwarna
hijau tua, tinggi daun mencapai 35 cm,
pertumbuhan batang kurus, batang kurang
kuat, akar percabangan sedikit dan warna
umbi putih, Untuk perlakuan (C) dengan
konsentrasi air rendaman ampas teh 10%
hasilnya pertumbuhan daun lebih besar,
lebih banyak, berwarna hijau tua, tinggi
daun mencapai 40 cm dan batangnya
gemuk sehingga tanaman lebih kokoh,
warna umbi merah muda ,percabangan
akarnya lebih banyak serta umbinya berwarna merah muda. Untuk perlakuan (D)
dengan konsentrasi air rendaman ampas
teh 15% hasilnya sangat berbeda dengan
perlakuan yang lainnya yaitu daunnya
lebih banyak, tinggi daunnya mencapai 50
cm, berwarna hijau tua, jumlah daunnya
lebih banyak, lebih lebar, batang kuat, akar
percabangan banyak dan umbi berarna
merah tua.
Pengaruh penyiraman air rendaman
ampas teh pada konsentrasi yang berbeda
terhadap berat basah tanaman bawang
merah diperoleh berat tertinggi pada perlakuan (D) dengan konsentrasi 15% bila
dibandingkan dengan perlakuan (A) kon-

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

trol, perlakuan (B) dengan konsentrasi air


rendaman ampas teh 5% dan perlakuan (C)
dengan konsentrasi air rendaman ampas
teh 10%.
Konsentrasi yang paling optimal
untuk pertumbuhan vegetatif tanaman
bawang merah yaitu pada konsentrasi
15%, hal tersebut disebabkan karena terdapatnya unsur-unsur mineral baik makro
maupun mikro yang terdapat pada ampas
teh seperti polifenol, tehofilin, flavonoid,
tanin, vitamin C dan vitamin E serta
sejumlah mineral Zn, Se, Ge, N dan Mg
yang sangat dibutuhkan tanaman bawang
merah untuk pertumbuhan, khususnya fase
vegetatif seperti pertumbuhan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun dan
umbi.
Menurut Nurmayanti (2008), bahwa tanin juga merupakan kandungan yang
terdapat dalam ampas teh, yang berfungsi
mengusir kehadiran semut pada tanaman
dan juga untuk menumbuhkan tunas yang
masih muda.
Kandungan yang terdapat pada
ampas teh selain polifenol dan tanin juga
terdapat sejumlah vitamin B kompleks
kira-kira sepuluh kali lipat sereal dan
sayuran. Manfaat ampas teh yaitu memperbaiki kesuburan tanah, merangsang
pertumbuhan bunga dan buah, merangsang
pertumbuhan akar, batang dan daun.
Memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
Ampas teh biasanya diberikan pada semua
jenis tanaman seperti tanaman sayuran, tanaman hias, maupun tanaman obat-obatan,
hal ini dikarenakan bahwa ampas teh
tersebut mengandung Karbon Organik,
Tembaga (CU) 20%. Magnesium (Mg)
10% dan Kalsium 13%, kandungan
tersebut dapat membantu pertumbuhan
tanaman. Ampas teh tidak hanya dapat
berfungsi sebagai pupuk organik, tetapi
ternyata dapat juga dijadikan sebagai pestisida yang berifat toksik pada serangga,
ampas teh banyak mengandung unsur hara
dan mineral baik makro maupun mikro
yang bermanfaat untuk menyuburkan
tanah.
Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

Bawang merah merupakan salah


satu komoditas tanaman hortikultura yang
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan
mempunyai kandungan gizi yang cukup
tinggi yaitu karbohidrat, protein, fosfor,
Ca, Mn, Fe, vitamin A, vitamin B1,
vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6,
vitamin C, dan vitamin K. Bawang merah
memiliki khasiat bagi kesehatan yaitu
dapat menyembuhkkan berbagai macam
penyakit karena mengandung antibiotik
yang tinggi. Penyakit yang dapat disembuhkan dengan bawang merah antara lain
penyakit masuk angin, sakit tenggorokan,
dan penurun panas. Selain mempunyai
kandungan gizi dan mengandung antibiotik yang baik bagi kesehatan bawang
merah juga mempunyai nilai ekonomis
yang cukup tinggi, umbi bawang merah
banyak dimanpaatkan oleh masyarakat
sebagai salah satu bahan penyedap makanan, daun bawang merah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan
sambal disamping rasanya enak, dan harganya relatif murah.
Dari penimbangan berat basah
tanaman bawang merah maka dilakukan
analisis data yaitu uji F hitung legih besar
dari pada F tabel. Ini berarti hipotesis nol
(H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1)
diterima. Dengan demikian berarti ada
pengaruh penyiraman air rendaman ampas
teh tehadap pertumbuhan vegetatif bawang
merah (Allium ascalonicum L.)
Perolehan berat basah tanaman
bawang merah yang paling baik terlihat
pada perlakuan (D) dengan konsentrasi air
rendaman ampas teh 15%. Pada perlakuan
(A), (B) dan (C) hasilnya kurang baik, hal
ini dikarenakan konsentrasi air rendaman
ampas teh yang diberikan masih sedikit
sehingga unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman sampai tingkat optimal.
Terlebih pada kontrol yang tidak diberikan
air rendaman ampas teh, maka unsur hara
yang tersedia sangat kurang.
Berdasarkan tabel 09 yaitu pada uji BNT
(Beda Nyata Terkecil) ternyata kelompok
kontrol (A) dengan perlakuan penelitian
ISSN 2302-2124

31

menunjukkan hasil yang berbeda sangat


nyata (d>5%) terlihat pada perlakuan (D)
dengan konsentrasi air rendaman ampas
teh 15%.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data yang diperoleh
dalam penelitian ini, dapat ditarik suatu
kesimpulan 1)Ada pengaruh penyiraman
air rendaman ampas teh terhadap pertumbuhan vegetatif bawang merah (Allium
ascalonicum L.) yaitu pada perlakuan (D)
pada konsentrasi 15% yang memberikan
pengaruh pada pertumbuhan batang yang
gemuk, umbi yang berwarna merah,
jumlah daun lebih banyak, berwarna hijau
tua dan tinggi 2)Penyiraman air rendaman
ampas teh pada konsentrasi 15% memberikan hasil yang terbaik bagi pertumbuhan
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan rata-rata berat basah
44,85 gram. Berdasarkan simpulan yang
diperoleh dalam penelitian ini, maka saran
yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut 1)Dari hasil penelitian ini
penyiraman dengan menggunakan air
rendaman ampas teh sangat baik digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman bawang merah. Oleh karena itu
disarankan kepada para petani agar menggunakan pupuk organik ampas teh sebagai
pupuk untuk digunakan pada tanaman
bawang merah (Allium ascalonicum L.)
2)Hasil penelitian ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan bagi masyarakat
atau siapa saja yang berminat membudidayakan tanaman bawang merah untuk
meningkatkan pertumbuhan dan mengoptimalkan hasil produksinya dengan
menggunakan limbah rumah tangga berupa
ampas teh sebagai pupuk organik yang
baik bagi kesehatan dan ramah lingkungan
3)Hasil penelitian ini dapat dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan penelitian selanjutnya 4)Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu cara untuk meningkatkan kegunaan
dari tanaman bawang merah, sebagian
besar tanaman bawang merah yang diman32

faatkan adalah umbinya tetapi dengan penelitian ini daun bawang merah juga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu bahan
dasar pembuatan masakan disamping rasanya enak dan harganya relatif murah.
DAFTAR RUJUKAN
Akhadi. H. 2005. Manfaat Daun Teh.
Jakarta. Bintang Ilmu.
Anonim. 2012. Bercocok Tanam Teh.
http//www.labink.or.id.
(diakses
tanggal 11 Januari 2014).
Anonim. 2008. Data Botani Bawang
Merah.
http://www.lablink.or.id
(diakses tanggal 17 Januari 2014).
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur
Penelitian. Jakarta. PT. Rineka
Cipta.
Dewi, Nurfita. 2012. Untung Segunung
Bertanam
Aneka
Bawang.
Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
Djarwanto.
2009.
Statistik
Non
Parametrik. Yogyakarta. BPFE.
Irianto. 2009. Pembibitan Palawija dan
Hortikultura. Klaten. Bola Bintang
Publising.
Ishak.
2008.
Budidaya
Tanaman
Hortikultura.
Malang.
P.T
Soeroengan.
Nazzaruddin. 1993. Budidaya Tanaman
Teh. Jakarta. Penebar Swadaya.
Nurmayati. 2008. Teh. Jakarta. Bumi
Angkasa.
Poerwadarminta.2013. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta. Penebar
Balai Pustaka.
Sugiyono.
2013.
Statistik
Untuk
Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Tenaya, Narka, I Dewa Gede Raka dan I
Dewa
Gede
Agung.
1986.
Perancangan
Percobaan
I
Rancangan Dasar. Denpasar:
Universitas Udayana.
Wiratno. Budidaya dan Pasca Panen Teh.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan Teh.
Yuniebio.
2009.
Petunjuk
Praktis
Bertanam Teh. Semarang. Aneka
Ilmu.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

PENGARUH PENERAPAN BENTUK ASESMEN FORMATIF DAN TINGKAT


MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA
I Gusti Agung Ayu Pramita Tryarika1, Ni Wayan Sunita2
1 dan 2
Program Studi Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP PGRI Bali
ABSTRACT
Effect of the Application of Formative Assessment Form and the Level of Achievement
Motivation on Students' Mathematics Learning Outcomes
The main objective of this study was to determine the effect of the application of
formative assessment form and the level of achievement motivation on students' mathematics
learning outcomes. This research is a quasi-experimental study (quasi experiment).
The population of this study were students of class XI IPA semester at SMA Negeri 1 Mengwi
2013/2014 school year as many as 225 people. The research sample is a sample class elected
random sampling, where from 6 elected class 2 class into a class sample is a sample group of
experiments is a class XI IPA 3 as many as 37 people, and the control group sample was grade
XI 6 as many as 37 people. Tests are used to collect data is the test result of learning and
achievement motivation questionnaire. The data collected in this study is data about students'
mathematics learning outcomes after given performance assessment which is then analyzed
using ANOVA followed by a two-lane Scheffe test. The analysis showed: 1) there is a difference
in students 'mathematics learning outcomes between students who were given the assessment of
performance by the students who were given the traditional assessment, 2) there is an interaction
between the shape of formative assessment and student achievement motivation together in their
influence on students' mathematics learning outcomes, 3 ) for students with high achievement
motivation, mathematics learning outcomes of students who were given a better performance
than the assessment of mathematics learning outcomes of students who were given the traditional
assessment, 4) for students with low achievement motivation, learning outcomes of students who
were given math better than the traditional assessment mathematics learning outcomes of
students who were given the assessment of performance, so it can be concluded no effect of the
application forms of formative assessment and achievement motivation on mathematics learning
outcomes.
Keywords: Learning Outcomes, Assessment of Performance, Achievement Motivation
PENDAHULUAN
Untuk membangun masyarakat terdidik,
masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau
harus merubah paradigma dan sistem
pendidikan (Aunurrahman, 2012). Paradigma
pembelajaran konstruktivistik yang berkembang saat ini membawa pembelajaran dengan
siswa sebagai pusatnya (student centered)
dalam mengkonstruksi pengetahuannya secara
aktif. Dalam proses pembelajaran siswa bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya

sendiri. Artinya dalam proses pembelajaran


siswa harus terus didorong untuk memiliki
semangat dan motivasi yang tinggi untuk
mengembangkan penalaran terhadap apa yang
ia pelajari, dengan cara mencari makna, membandingkan sesuatu yang baru dipelajari
dengan pengetahuan yang telah ia miliki sebelumnya (Susanto, 2013).
Salah satu wujud perubahan yang terjadi adalah inovasi yang dilakukan guru dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

33

guru dalam mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes
akan sangat bermanfaat dalam menentukan
tingkat penguasaan siswa dan dalam evaluasi
keefektifan proses pembelajaran. Informasi
yang akurat tentang hasil belajar, minat,
motivasi dan kebutuhan siswa hanya dapat
diperoleh melalui asesmen dan evaluasi yang
efektif.
Penilaian yang dilakukan oleh guru
memberikan informasi yang penting baik bagi
guru itu sendiri maupun bagi siswa dalam
proses pembelajarannya. Informasi dari hasil
penilaian pembelajaran bagi guru bermanfaat
untuk melihat ketepatan model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan
oleh guru, sedangkan bagi siswa berfungsi
untuk menilai sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi yang telah dipelajarinya.
Penilaian yang biasa digunakan dalam sistem
pendidikan kita adalah melalui deskripsi
kuantitatif, yaitu tes (tertulis). Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan di kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Mengwi tahun pelajaran
2013/2014 menunjukkan bahwa bentuk
penilaian (asesmen) yang digunakan pada
pelajaran matematika selama ini masih
dominan menggunakan tes yakni bentuk
pilihan ganda. Penilaian pembelajaran yang
menggunakan tes pilihan ganda merupakan
bentuk penilaian yang sangat mudah untuk
diterapkan oleh guru dalam pembelajaran,
karena tidak perlu memerlukan waktu yang
lama untuk melakukan analisis dari hasil
penilaiannya. Penilaian dengan tes biasanya
hanya mengukur hasil akhir belajar siswa dan
kurang dapat mengukur proses belajar yang
telah dilalui oleh siswa. Penilaian ini juga
tidak dapat menggambarkan kemampuan
siswa sesungguhnya. Hal ini tentu tidak sesuai
dengan hakekat pembelajaran konstruktivistik
yang berkembang saat ini, yaitu proses
konstruksi pengetahuan siswa yang menilai
pembelajaran dari sudut pandang prosesnya.
Dampak selanjutnya adalah dapat menurunkan

34

motivasi berprestasi siswa, sebab guru hanya


berpatokan pada hasil akhir dari tes yang
dikerjakan siswa. Sehingga penilaian yang
tepat digunakan dalam pembelajaran konstruktivistik adalah penilaian yang berorientasi
pada proses belajar siswa.
Penggunaan jenis asesmen yang tepat
akan sangat menentukan keberhasilan dalam
mengakses informasi yang berkenaan dengan
proses pembelajaran termasuk motivasi yang
dimiliki tiap siswa. Pemilihan metode asesmen
harus didasarkan pada target informasi yang
ingin dicapai. Informasi yang dimaksud adalah
hasil belajar yang dicapai siswa. Asesmen
yang berorientasi pada penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam
melakukan sesuatu merupakan penilaian
proses belajar. Penilaian belajar siswa yang
sedang berkembang saat ini adalah penilaian
kinerja (asesmen kinerja), di mana disinyalir
memiliki banyak manfaat baik bagi guru
maupun bagi siswa sebagai salah satu metode
alternatif dalam pendidikan yang dapat
digunakan dalam penilaian individu.
Selain asesmen, banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajar, antara lain motivasi, sikap, minat,
kebiasaan belajar, dan konsep diri. Seorang
siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan
giat berusaha, tampak gigih, tidak mau
menyerah, giat membaca buku-buku untuk
meningkatkan prestasinya dan untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya, jika seorang
siswa memiliki motivasi berprestasi rendah,
maka tampak acuh tak acuh, mudah putus asa,
perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka
mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran. Berdasarkan karakteristik siswa yang
demikian diduga terdapat perbedaan hasil
belajar antara siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah.Dengan penerapan
asesmen kinerja di dalam pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjawab soal-

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

soal tes, tugas-tugas dan latihan-latihan matematika serta dapat memberikan informasi yang
akurat bagi guru mengenai proses belajar
siswa.
Memperhatikan latar belakang di atas,
maka penulis ingin melakukan penelitian
penerapan bentuk asesmen formatif dan
motivasi berprestasi dalam pembelajaran matematika yang mengangkat judul Pengaruh
Penerapan Bentuk Asesmen Formatif dan
Tingkat Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Perbedaan hasil belajar matematika
antara siswa yang diberi asesmen kinerja
dengan siswa yang diberi asesmen tradisional
pada kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Mengwi
tahun pelajaran 2013/2014 2) Interaksi antara
bentuk asesmen formatif dengan motivasi
berprestasi dalam pengaruhnya terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas XI IPA di
SMA Negeri 1 Mengwi tahun pelajaran
2013/2014 3) Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara siswa yang diberi asesmen
kinerja dengan siswa yang diberi asesmen
tradisional pada kelas XI IPA di SMA Negeri
1 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014 4) Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang
memiliki motivasi berprestasi rendah antara
siswa yang diberi asesmen kinerja dengan
siswa yang diberi asesmen tradisional pada
kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Mengwi tahun
pelajaran 2013/2014.

Bentuk asesmen formatif (A)


Motivasi berprestasi (B)
Motivasi berprestasi tinggi (B1)
Motivasi berprestasi rendah (B2)
Total

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini tergolong eksperimen
semu (quasi experimental design), karena gejala yang akan diselidiki ditimbulkan terlebih
dahulu dengan sengaja. Desain eksperimen
semu merupakan pengembangan dari true
experimental design. Desain ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabelvariabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen.
Dalam penelitian eksperimen digunakan
dua kelompok sampel, yaitu kelompok perlakuan (eksperimen) dan kontrol. Untuk
menggambarkan hubungan antara variabel
dalam penelitian ini maka digunakan anava
dua jalur. Adapun desain yang digunakan
yaitu Treatmen By Level, karena salah satu
variabel independennya berfungsi sebagai
variabel moderator. Pemilihan metode ini
disesuaikan dengan data yang diharapkan,
yaitu perbedaan hasil belajar matematika
sebagai akibat perlakuan yang diberikan.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
hasil belajar matematika siswa. Variabel
independen perlakuan adalah bentuk asesmen
formatif yang dibedakan menjadi 2 kelompok
yaitu asesmen kinerja dan asesmen tradisional.
Variabel moderatornya, motivasi berprestasi
yang dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
motivasi berprestasi tinggi dan motivasi
berprestasi rendah. Secara skematis desain
hubungan antara variabel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada bagan berikut.

Desain Treatmen By Level


Asesmen
Asesmen
kinerja (A1)
tradisional
(A2)
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
A1B1+ A1B2
A2B1+A2B2

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Total
A1B1+ A2B1
A1B2+ A2B2

35

Populasi dalam penelitian ini adalah


seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Mengwi yang terdiri dari 6 kelas sebanyak 225
orang. Berdasarkan karakteristik populasi dan
tidak bisa dilakukannya pengacakan individu
karena tidak bisa mengubah kelas yang telah
terbentuk sebelumnya, oleh karena itu pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
dengan teknik pengacakan kelas yang setara
(random sampling terhadap kelas) menggunakan undian. Langkahlangkah pengumpulan
data terdiri dari 3 tahapan, yaitu tahapan
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. 1. Tahap persiapan: 1) Menentukan
sampel berupa kelas dari populasi yang tersedia dengan cara random 2) Dari sampel yang
telah diambil kemudian diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol 3)
Menyusun instrumen penelitian berupa tes
hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar matematika siswa dan kuesioner untuk tes motivasi berprestasi 4) Mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes
hasil belajar matematika dan kuesioner
motivasi berprestasi 5) Mengkonsultasikan
instrumen penelitian dengan guru matematika,
dosen matematika dan dosen pembimbing. 2.
Tahap Pelaksanaan: penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung pada
siswa kelas XI IPA mulai tanggal 1 Pebruari
2014 dan berakhir pada tanggal 15 Maret
2014. Pada saat pelaksanaan eksperimen, pertemuan diadakan sebanyak 9 kali, 7 kali
treatment (tindakan) dan 2 kali tes yaitu, 1 kali
tes untuk menyebarkan kuesioner untuk mengetahui motivasi berprestasi dari siswa dan 1
kali pertemuan untuk pengerjaan tes hasil
belajar matematika pada akhir penelitian.
Langkahlangkah yang dilakukan pada tahap
ini adalah: 1) Memberikan kuesioner motivasi
berprestasi untuk memilah peserta didik yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi dan peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi
rendah di kelas eksperimen dan di kelas
kontrol 2) Memberikan perlakuan kepada ke-

36

las eksperimen berupa pemberian asesmen kinerja dan perlakuan kepada kelas kontrol
dengan pemberian asesmen tradisional. 3.
Tahap evaluasi. Pada tahap evaluasi, langkah
- langkah yang dilakukan adalah memberikan
post test pada akhir penelitian, baik untuk
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Soal post test yang diberikan kepada kedua kelompok adalah sama yaitu tes campuran
(pilihan ganda dan esay) dan dilaksanakan
satu kali. Post test dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diberi asesmen kinerja dengan peserta didik yang diberi asesmen tradisional.
Menganalisis data hasil penelitian dan melakukan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis melalui metode statistik dengan rumus
anava dua jalur, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis. Uji prasyarat tersebut
adalah uji normalitas dan uji homogenitas
varians.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menyertakan sebanyak
74 siswa sebagai sampel yang terdiri dari 37
siswa sebagai kelompok eksperimen, yang diberi asesmen kinerja dan 37 siswa sebagai kelompok kontrol yang diberi asesmen tradisional. Pada kelompok ekperimen terdiri dari 18
siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi dan
19 siswa memiliki motivasi berprestasi rendah
dan pada kelompok kontrol terdiri dari 19 siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi dan
18 siswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah.
Data perlakuan pada masing-masing
kelompok dikumpulkan, kemudian ditabulasi
sesuai dengan keperluan analitis. Data yang
terkumpul antara lain: (1) hasil belajar matematika siswa yang diberi asesmen kinerja, (2)
hasil belajar matematika siswa yang diberi
asesmen tradisional, (3) hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, (4) hasil belajar matematika siswa
yang memiliki motivasi berprestasi rendah, (5)
hasil belajar matematika siswa yang diberi

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

asesmen kinerja dan memiliki motivasi berprestasi tinggi, (6) hasil belajar matematika
siswa yang diberi asesmen kinerja dan memiliki motivasi berprestasi rendah, (7) hasil
belajar matematika siswa yang diberi asesmen
tradisional dan memiliki motivasi berprestasi
tinggi, (8) hasil belajar matematika siswa yang
diberi asesmen tradisional dan memiliki
motivasi berprestasi rendah.
Untuk menganalisis data digunakan
statistik deskriptif dan inferensial. Statistik
deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan
data variabel yang diteliti meliputi: jumlah
perolehan skor, skor tertinggi, skor terendah,
nilai rata-rata, median, simpangan baku, vari-

ans, range, histogram, dan katagorisasi


masing-masing variabel yang diteliti. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk
menguji hipotesis meliputi pengaruh bentuk
asesmen formatif yang berbeda dari masingmasing kelompok terhadap hasil belajar matematika siswa. Untuk menganalisis data, digunakan ANAVA dua jalur Desain Treatment
By Level, yang merupakan salah satu bagian
statistik yang berfungsi sebagai alat untuk
menganalisis data. Data dianalisis secara
manual dengan bantuan Microsoft Exsel.
Ringkasan data berdasarkan statistik deskriptif
disajikan pada table 2 berikut.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika


Data
A1
A2
B1
B2
Statistik
37
37
37
37
n
76,94
75
79,03
72,91
Mean
77
75
80
72
Median
71
70
84
75
Modus
Standar
7,31
5,81
6,46
5,31
Deviasi
53,49 33,77
41,74
28,29
Varians
90
86
90
84
Maksimun
65
65
65
65
Minimum
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran skor data pada setiap
variabel berdistribusi normal atau tidak.
Tabel 3. Ringkasan Uji Normalitas Data
Jumlah
No Kelompok Sampel
Sampel
A1
37
1
A2
37
2
B1
37
3
B2
37
4
A1B1
18
5
A1B2
19
6
A2B1
19
7
A2B2
18
8

A1B1

A1B2

A2B1

A2B2

18
82,61
84
84

19
71,58
71
71

19
75,63
76
70

18
74,33
75
70

4,38

5,135

6,353

5,28

19,19
90
75

26,37
84
65

40,36
86
65

27,88
82
65

Uji normalitas ini juga merupakan prasyarat


untuk dapat menggunakan uji ANAVA dua
jalur. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan Chi-kuadrat (X2)
X2hitung

X2tabel

Kesimpulan

6,498
2,070
3,804
3,267
5,653
2,925
8,546
1,611

11,070
9,488
11,070
11,070
9,488
7,815
9,488
7,815

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

37

Berdasarkan hasil uji normalitas data sesuai


dengan tabel 4.10 di atas, untuk tiap-tiap
kelompok siswa datanya berdistribusi
normal. Dengan demikian tidak ada perbedaan yang signifikan, maka pengujian
hipotesis dengan ANAVA faktoral 2 X 2
dapat dilanjutkan.
Uji homogenitas penelitian ini menggunakan
uji kesamaan dua varians yaitu varians
terbesar dibandingkan varians terkecil untuk
menguji kelompok eksperimen (A1) dengan

kelompok kontrol (A2), diperoleh nilai Fhitung


= 1,58378 dan Ftabel = 1,942116 dicari
dengan bantuan Microsoft Exel. Dengan
kriteria Fhitung Ftabel, maka tidak terdapat
perbedaan varians kelompok eksperimen
(A1) dengan kelompok kontrol (A2). Uji
homogenitas dalam penelitian ini juga
menggunakan uji Bartlet untuk menguji
homogenitas kelompok sampel sesuai
perlakuan penelitian. Ringkasan Uji Bartlet
disajikan dalam tabel 4. sebagai berikut.

Tabel 4. Ringkasan Uji Homogenitas Data


Kelompok

dk

1
dk

A1B1

17
18
18
17
70

0,0588
0,0555
0,0555
0,0588
0,2287

A1B2
A2B1
A2B2
Jumlah

s2

Log s2

dk Log s2

dk s2

4,3809
5,1350
6,3526
5,2803

19,1928
26,3684
40,3567
27,8823

1,28314
1,42108
1,60592
1,44533

21,8134
25,5795
28,9065
24,5706
100,87

326,278
474,632
726,42
473,999
2001,33

Karena semua persyaratan uji hipotesis


terpenuhi maka dilanjutkan dengan analisis
ANAVA dua jalur. Bila dari hasil analisis
diperoleh ada interaksi antara bentuk
asesmen formatif dan motivasi berprestasi

terhadap hasil belajar matematika siswa


maka dilanjutkan dengan uji Scheffe. Hasil
perhitungan analisis ANAVA dua jalur dari
hasil belajar matematika siswa dalam
penelitian ini dirangkum pada tabel 5.
berikut ini.

Tabel 5. Anava Dua Jalur untuk Hasil Belajar Matematika


SUMBER
VARIAN
A
B
AB
TOTAL

JK

dk

70,05405
690,2162
450,3453
1033,33

1
1
1
70

2243,95

73

RJK

70,05405 4,745611
690,2162 46,75671
450,3453 30,50735
14,76186

Hasil uji dengan ANAVA dua jalur


menunjukan bahwa nilai F antar tingkat
faktor pada bentuk asesmen formatif (antar
kolom) diperoleh Fhitung sebesar 4,745611,
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5%

38

Fhitung

Ftabel
(0.05)
3,97
3,97
3,97

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan

sebesar 3,97. Ternyata Fhitung lebih dari Ftabel


(Fhitung > Ftabel ). Ini berarti hipotesis nol (Ho)
ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
matematika berdasarkan bentuk asesmen

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

formatif. Hasil uji dengan ANAVA dua jalur


menunjukan bahwa nilai F antar kolom dan
baris interaksi (AXB) pada tabel, diperoleh
Fhitung sebesar 30,50735, dan Ftabel pada taraf
signifikansi 5% sebesar 3,97. Ternyata
Fhitung lebih dari Ftabel (Fhitung > Ftabel ). Ini
berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha
diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada
interaksi bentuk asesmen formatif dengan
motivasi berprestasi terhadap hasil belajar
matematika siswa. Berkenaan dengan
terbuktinya hipotesis penelitian kedua yang

menyatakan adanya interaksi antara bentuk


asesmen formatif dan motivasi berprestasi
siswa dalam pengaruhnya terhadap hasil
belajar matematika siswa, maka analisis
hipotesis ketiga dan keempat dilanjutkan
dengan uji Scheffe. Analisis ini digunakan
untuk menguji perbedaan nilai rata-rata dari
dua kelompok yang dipasangkan dengan
cara membandingkan nilai yang diperoleh
dengan nilai pada tabel. Hasil uji Scheffe
pada taraf signifikansi 0,05 terangkum pada
tabel berikut ini.

Tabel 6. Hasil ANAVA Tahap Lanjut dengan Uji Scheffe


Hipotesis
Kelompok Yang
t tabel
t hitug
diperbandingkan
(0,05)
5,522909
A1B1 dan A2B1
1,994
Ketiga
A1B2 dan A2B2
1,994
Keempat
2,179548
Pembandingan antara A1B1 dan A2B1
diperoleh t hitung > t tabel artinya ada
perbedaan hasil belajar matematika siswa
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
antara yang diberi asesmen kinerja dengan
siswa yang diberi asesmen tradisional yaitu
siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi lebih baik diberi asesmen kinerja
dibandingkan dengan diberi asesmen
tradisional. Dan pembandingan kedua antara
A1B2 dan A2B2 diperoleh t hitung > t tabel
artinya ada perbedaan hasil belajar
matematika siswa yang memiliki motivasi
berprestasi rendah antara yang diberi
asesmen kinerja dengan siswa yang diberi
asesmen tradisional, yaitu siswa yang
memiliki motivasi berprestasi rendah lebih
baik diberi asesmen tradisional disbandingkan dengan diberi asesmen kinerja.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan
yang telah diuraikan di depan, maka dapat
disimpulkan dari penelitian ini sebagai
berikut: 1) Ada pengaruh bentuk asesmen
formatif terhadap hasil belajar matematika
siswa. Hasil uji hipotesis dengan mengguna-

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

Keterangan
Signifikan
Signifikan

kan ANAVA dua jalur diperoleh harga


Fhitung = 4,745611, sedangkan Ftabel pada
taraf signifikansi 5% sebesar 3,97 2) Ada
interaksi antara bentuk asesmen formatif
dengan motivasi berprestasi terhadap hasil
belajar matematika. Hasil uji hipotesis
dengan menggunakan ANAVA dua jalur
diperoleh harga F hitung = 30,50735,
sedangkan F tabel pada taraf signifikansi 5%
sebesar 3,97 3) Pada siswa yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi, hasil belajar
matematika siswa yang diberi asesmen
kinerja lebih baik dari siswa yang diberi
asesmen tradisional. Hasil uji hipotesis
dengan menggunakan uji Scheffe diperoleh
harga t hitung = 5,5229 , sedangkan t tabel pada
taraf signifikansi 5% sebesar 1,994 4) Pada
siswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah, hasil belajar matematika siswa yang
diberi asesmen tradisional lebih baik dari
siswa yang diberi asesmen kinerja. Hasil uji
hipotesis dengan menggunakan uji Scheffe
diperoleh harga t hitung = 2,179, sedangkan t
tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,994.
Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka saran yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut:

ISSN 2302-2124

39

1)Bagi siswa, asesmen kinerja dapat memberikan kesempatan siswa untuk memperlihatkan kemampuannya baik kecepatan
maupun ketepatan dalam menjawab soal,
dapat melakukan pengorganisasian dan
pemikiran sendiri, memahami matematika
bukanlah serangkaian peraturan untuk
diingat dan diikuti tetapi lebih kepada proses
yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan masalah, meningkatkan motivasi,
dan mengetahui kekuatan dan kekurangan
matematika 2)Bagi guru, asesmen kinerja
dapat menekankan siswa untuk berlomba
dengan dirinya serndiri daripada dengan
siswa lainnya, dapat menambah pemahaman
siswa tentang apa yang diketahui dan
dilakukan, dapat menghilangkan ketakutan
terhadap matematika karena tidak ada
jawaban benar atau salah serta dapat
membuat pembelajaran lebih relevan ke
kehidupan siswa dan dunia nyata.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2013.
Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan
Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Ayu Swandewi, Kadek. 2013. Pengaruh
Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Asesmen Kinerja Terhadap Kompetensi
Matematika Peserta Didik Kelas
VII SMP Negeri 2 Kuta Tahun
Pelajaran 2012/2013. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Bali: IKIP PGRI Bali
Djaali, H. 2013. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara

40

Eka Mahendra, I Wayan. 2013. Diktat Uji


Validitas dan Reliabilitas Tes
Campuran. Denpasar
Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013.
Desain Pembelajaran berbasis
Pencapaian Kompetensi Panduan
dalam Merancang Pembelajaran
Untuk Mendukung Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan
(Teknik Analisis Data Kuantitatif).
Bali:
Universitas
Pendidikan
Ganesha Press
-------. 2002. Pengaruh Jenis Tes Formatif
dan Kemampuan Penalaran Formal
Terhadap Hasil Belajar Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan
Studi Eksperimen pada Siswa
SMUN 1 Singaraja. Desertasi
(Tidak
Diterbitkan).
Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik
(Penilaian Hasil Belajar Peserta
Didik Berdasarkan Kurikulum
2013). Jakarta: Rajawali Pers
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil
Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosdakaryas
Sugiyono.
2009.
Metode
Penelitian
Kuatitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Sumiara, I Wayan. 2011. Pengaruh model
pembelajaran kooperatif jigsaw dan
motivaasi berprestasi terhadap hasil
belajar IPA Siswa SMP Negeri 3
Denpasar. Tesis. Bali. Universitas
Pendidikan Ganesha
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Uno, Hamzah.B dan Satria Koni, 2012.
Assessment Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Usman, Husaini dan R. Purnomo Setiady


Akbar. 2012. Pengantar Statistika.
Jakarta: Bumi Aksara
Wardana Yasa, I Wayan. 2009. Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Bentuk Asesmen Terhadap Hasil Belajar Biologi (Studi
Eksperimen pada SMA Negeri 1

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

Marga). Tesis (Tidak diterbitkan).


Bali. Universitas Ganesha Singaraja
Wina, Sanjaya. 2013. Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Kharisma Putra Utama
Yudhawati, Ratna dan Dany Haryanto.
2011. Teori Teori Dasar Psikologi
Pendidikan.
Jakarta:
Prestasi
Pustakaraya

ISSN 2302-2124

41

KERAGAMAN JENIS SERANGGA PREDATOR DI AREAL PERSAWAHAN DESA


KEROBOKAN KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG
1)

Ni Luh Swastini1) dan I Nengah Suka Widana2)


Swastini01@gmail.com 2) ngh_sukawidana@yahoo.co.id

ABSTRACT
Diversity of Insect Predator in Paddy Fields Kerobokan Village North District Kuta
Badung
The research objective was to determine the diversity of insect predators found in paddy
fields Subak Kerobokan village Tegal District of North Kuta Badung, based on indicators
Importance Value Index (IVI) is calculated from the accumulated value of the density or relative
density and relative frequency. The importance of the index can be used to indicate the insects
that dominate the area Subak. Type of research is descriptive research, by analyzing the relative
density, relative frequency to obtain the INP and descriptive analysis to determine the species of
insect predators.
Data such as the number and types of predatory insects have been found in the location of
the survey, data were collected by direct sweeping techniques of data collection (insects) by
direct capture using insect nets. The findings of the study include, the highest IVI species of
dragonflies (Anax juinus) amounted to 30.12%, while the lowest was found in species INP
ladybird (Coccinella septempunctata) at 0.97%. Number of insect predators are successfully
observed as many as 12 species. Based on the range and diversity index grouping the level of
diversity of insect predators in Subak Tegal Kerobokan Village District of North Kuta Badung
regency in the period beginning in March 2014 classified diversity of medium.
Keywords: Insect predators, INP and Diversity Index
PENDAHULUAN
Serangga
merupakan
kelompok
organisme yang paling banyak jenisnya
dibandingkan dengan kelompok organisme
lainnya dalam Phylum Arthropoda. Hingga
saat ini telah diketahui sebanyak lebih kurang
950.000 spesies serangga di dunia, atau
sekitar 59,5% dari total organisme yang telah
dideskripsi (Siswanto & Wiratno, 2001).
Tingginya karagaman serangga berpengaruh
terhadap kualitas dan kuantitas produk pertanian yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
para petani di Subak Tegal Desa Canggu
Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Bali,
menunjukkan bahwa serangga hama adalah
organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Semua
orang mengira bahwa pestisida merupakan

42

satu-satunya jawaban yang paling ampuh


untuk mengendalikan serangan hama, terutama jika populasi serangga hama telah
melampaui batas yaitu suatu tingkat serangan
hama yang segera akan menyebabkan kerugian ekonomi apabila tidak dikendalikan.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa
penggunaan pestisida secara terus-menerus
dan berlebihan ternyata dapat menimbulkan
dampak negatif antara lain yaitu serangga
hama menjadi lebih tahan, pencemaran lingkungan, bahaya langsung terhadap pemakai,
bahaya residu terhadap manusia dan hewan
peliharaan, serta akibat yang lebih serius
adalah matinya serangga berguna seperti predator, parasitoid dan serangga penyerbuk, dan
selanjutnya dapat menimbulkan terjadinya
peningkatan populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurgensi), resistensi hama dan
terjadinya ledakan hama sekunder (Untung,

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

1993). Pengendalian hama seharusnya bisa


dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami
hama (serangga predator), tetapi para petani
di Subak Tegal jarang melakukannya karena
kurang pengetahuan tentang serangga predator. Pemanfaatan musuh alami sebagai
agens hayati pada tanaman mempunyai peluang yang cukup besar dalam pengendalian
hama tanaman. Untuk dapat diterima semau
pihak, penggunaan musuh alami untuk pengendalian hama tanaman perlu terus dikembangkan, sehingga menghasilkan cara pengendalian alami tetapi efektif dan efisien bila
diapalikasikan dan peranannya sebagai agens
pengendali hayati semakin nyata dan
konsisten (Anonim, 2003).
Informasi tentang keanekaragaman
hayati pada areal sawah kini sangat
diperlukan dalam mendukung perkembangan
komoditas secara organik, untuk terwujudnya
sistem pertanian berkelanjutan dan berbasis
kelestarian ekosistem. Untuk menjaga
keseimbangan ekosistem, konservasi serangga
perlu lebih digalakkan. Sebagai bagian
terbesar dari semua spesies di Bumi, serangga
menjadi entry point upaya pelestarian ekologi.
Tanpa konservasi, serangga bisa mengalami
ledakan hama yang mampu mengganggu
kehidupan pertanian (Anonim, 2012). Dari
uraian tersebut maka dilakukan penelitian
tentang keanekaragaman serangga predator di
areal persawahan Subak Tegal Desa
Kerobokan Kecamatan Kuta Utara, Badung.
METODE PENELITIAN
Penelitian dikategorikan ke dalam penelitian deskriptif, yaitu mengadakan kegiatan
pengumpulan data, dan menginterprestasikan
data yang bertujuan membuat deskripsi
mengenai kejadian yang terjadi pada penelitian dan teknik pengambilan data dilakukan
dengan observasi secara langsung di lapangan
(Suryabrata, 1982). Subjek dalam penelitian
ini adalah semua jenis serangga yang terdapat
di areal pertanian padi di Subak Tegal Desa
Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten

Badung, Objek dalam penelitian berupa serangga predator yang berhasil diobservasi.
Prosedur yang ditempuh, yaitu persiapan alat dan bahan, antara lain penggaris,
jaring penangkap serangga, kamera, kantong
plastik/botol transparan, kertas label, rool
meter, pinset, tali raffia, buku identifikasi
serangga, dan alat-alat tulis. Bahan yang
digunakan adalah alcohol, dengan langkah
pelaksanaan, berikut.
1) Menetapkan lokasi, yaitu pada areal
persawahan di Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara, Badung dengan
luas daerah 100 ha yang terdiri atas 6
munduk, diantaranya: (a) Stasiun A
(Munduk Tanah Sampi); (b) Stasiun B
(Munduk Kelaci); (c) Stasiun C (Munduk
Pelantang); (d) Stasiun D (Munduk
Bengkel); (e) Stasiun E (Munduk Gadon);
(f) Stasiun F (Munduk Tegal Linggah).
2) Membuat 5 petak pada masing-masing
munduk; luas petak masing-masing 30m x
30 m, jarak antar petak 20 m dengan menggunakan lajur tanaman.
3) Ploting lokasi penelitian (Gambar 1).
4) Teknik pengumpulan dengan direct sweeping, yaitu teknik pengumpulan serangga
dengan penangkapan langsung menggunakan jaring.
a) Jaring udara digunakan untuk menangkap
serangga terbang, yaitu belalang, lebah,
dan capung. Jaring serangga yang digunakan berdiameter 35 cm pada bagian
depan dan panjang jaring 50 cm.
b) Jaring ayun untuk menangkap serangga
pada daun-daunan atau rerumputan. Agar
serangga tidak ke luar, waktu mengambil
seranga dari jaring dilakukan membelakangi sinar matahari.
c) Untuk mengambil serangga yang biasanya
tercampur lumpur, lumpur ditaruh di
suatu nampan dan diberi air lalu dikorekkorek untuk mendapatkan serangganya.
d) Serangga yang terdapat pada tanaman, di
serasah, di bawah batu dan tempat-tempat

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

43

lain yang dapat dicari diambil langsung


dengan tangan.
e) Serangga yang berhasil ditangkap
dimasukkan ke dalam plastik yang sudah
berisi larutan pengawet, kemudian diberi
kode sesuai dengan plot dan masingmasing munduk.
f) Mengamati dan menghitung serangga
yang berhasil diobservasi dan melakukan
analisis data.
5) Penelitian dilakukan di areal persawahan di
Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan
Kuta Utara Kabupaten Badung pada bulan
Pebruari s/d Maret 2014, pada pagi, siang
dan sore hari, kemudian indentifikasi
jumlah dan jenis serangga predator dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi
FPMIPA IKIP PGRI Bali.
Metode Pengumpulan Data
1) Melakukan pengamatan dan penghitungan
secara langsung terhadap serangga predator, dalam penelitian ini penangkapan serangga predator menggunakan teknik direct
sweeping.
2) Data yang diperoleh selanjutnya diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam table kemudian dihitung jumlahnya sesuai dengan
metode analisis deskriptif.
Selanjutnya dilakukan identifikasi
dengan megamati ciri morfologi, kemudian
mencocokan dengan kunci identifikasi serangga. Untuk menghitung Indeks Nilai Penting
(INP), dimana INP berguna untuk mengetahui
dominasi suatu jenis serangga terhadap komunitasnya. Menurut Soegianto (1994), bahwa
INP dapat ditentukan dengan merumuskan
sebagai berikut.
a. Kepadatan (K) dengan rumus:
ni
Ki =
A
Keterangan:
Ki : kepadatan spesies ke i

44

ni : jumlah total individuspesies ke i


A : luas total daerah yang disampling
b. Kepadatan Relatif (Kr) dengan rumus:
Ki
Kr =
x 100%
K
Keterangan:
Kr : Kepadatan spesies ke i
Ki : Kepadatan untuk spesies ke i
K: Jumlah kepadatan semua spesies.
c. Frekuensi (F)
Ji
Fi= K
Keterangan:
Fi : Frekuensi Relatif untuk spesies ke i.
Ji : Jumlah petak yang terdapat spesies ke i.
K : jumlah total petak yang dibuat.
d. Frekuensi Relatif (Fr) dengan rumus :
Fi
x 100
Fr =
F
Keterangan:
Fr : frekuensi relative spesies ke i
Fi : Frekuensi untuk spesies ke i
F :Jumlah total frekuensi untuk semua spesies
e. Menghitung Indeks Nilai Penting
Indeks Nilai Penting adalah parameter
kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominasi (tingkat penguasaan)
spesies-spesies dalam suatu komunitas.
Spesies-spesies yang dominan (yang berkuasa)
dalam suatu komunitas akan memiliki indeks
nilai penting yang tinggi, (Soegianto,1994).
Dalam penelitian ini nilai INP yang dihitung
hanya pada serangga predator dengan rumus:
INP = KR + FR.
Keterangan:
Fr : Frekuensi Relatif
Kr : Kelimpahan Relatif

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Gambar 1. Ploting Lokasi

C
G

Gambar 1. Ploting Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data jumlah dan jenis serangga predator yang ditemukan di areal persawahan
Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan
Kuta Utara Kabupaten Badung, disusun secara
sistematis selanjutnya disajikan dalam bentuk
tabel. Berdasarkan data hasil penelitian,
bahwa serangga predator yang ditemukan di
sekitar areal persawahan Subak Tegal Desa
Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten
Badung sebanyak 11 genus yang terbagi
dalam 2 kelas, 10 famili dan terdiri atas 7
Ordo yaitu, Ordo: Odonata, Ordo: Diptera,
Tabel 1. Jenis Serangga Predator
Ordo
Orthoptera

Hemiptera
Hymenoptera

Araida
Coleoptera
Odonata
Diptera

Family
Mantisadeae
Grylludae
Gerridae
Vespidae
Fermicidae
Trichrogrammat
ida
Lycosidae
Coccinelidae
Ansoptera
Asilidae

Ordo: Hymenoptera, Ordo: Coleoptera, Ordo:


Araida, Ordo: Orthoptera dan Ordo: Hemiptera. Selengkapnya serangga predator yang
ditemukan, disajikan dalam tabel 1.
Data dianalisis secara deskriptif menggunakan rumus Indeks Nilai penting (INP)
menurut Soegianto (1994), dilanjutkan dengan
menentukan nilai dominasi serangga predator.
Data penghitungan INP masing-masing
Stasiun pengamatan selengkapnya disajikan
pada tabel 2 dan 3.

Genus
Mantis
Gryllus
Lymnoganus
Vespa
Soleonopsis
Trichrogram
matida
Lycora
Verania
Anax
Leptogaster

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

Spesies
Mantis religosa
Gryllus sp
Lymnoganus sp
Vespa mandarina
Soleonopsis sp
Trichroorama
javanicum
Lycora sp
Verania sp
Anax juinus
Leptogaster miegan

ISSN 2302-2124

Nama Indonesia
Belalang sembah
Jangkrik
Anggang-anggang
Tawon Kertas
Semut rang-rang
Tabuhan
Laba-laba
Kumbang kubah
Capung
Lalat buas

45

Tabel 2. Rata-rata INP Spesies di Seluruh Stasiun Pengamatan


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Spesies
Anax juinus
Agriochemis pygmaea
Soleonopsis sp
Lycosa sp
Lymnoganus sp
Mantis religiosa
Gryllus sp
Vespa mandarinia
Leptogaster miegan
Trichroorama javanicum
Ropalidia fasciata
Coccinella septempunctata

Tabel 3. Rata-rata Indeks Keragaman Spesies.


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Spesies

Anax juinus
Agriochemis pygmaea
Soleonopsis sp
Lycosa sp
Lymnoganus sp
Mantis religiosa
Gryllus sp
Vespa mandarinia
Leptogaster miegan
Trichroorama javanicum
Ropalidia fasciata
Coccinella septempunctata
Jumlah rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN


Indeks keanekaragaman serangga
predator di Subak Tegal adalah 1,28 maka
dapat disimpulkan tingkat keanekaragaman
serangga predator di Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten
Badung adalah tergolong ke dalam kelompok
keanekaragaman yang sedang. Hal itu disebabkan karena lahan persawahan di Subak
tegal sudah banyak mengalami alih fungsi
lahan menjadi pertokoan dan pemukiman
penduduk serta maraknya penggunaan pestisida yang menyebabkan terbunuhnya serangga predator yang bukan menjadi target.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Subak Tegal Desa Kerobokan
Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung
menunjukkan bahwa serangga yang berhasil
diobservasi terdiri dari 12 jenis serangga
predator.

46

INP %
5,02
3,83
3,17
2,58
1,98
1,45
1,31
0,9
0,67
0,46
0,27
0,16

H'

0,56
0,73
0,84
0,99
1,08
1,20
1,28
1,38
1,50
1,68
1,98
2,13
1,28

1) Anax juinus (Capung)


Ciri-cirinya adalah memiliki 3 pasang
tungkai, jarang berada/jauh dari air, memiliki
2 pasang sayap, memiliki antenna kecil.
Tubuh tersusun atas caput, thoraks,abdomen,
memiliki mata yang besar yang sangat berdekatan dilihat dari arah atas. Pangkal sayap
belakang lebih lebar dari pada sayap depan,
umumnya berwarna cokelat tua dan sering
berwarna kebiruan atau kehijauan, ukurannya
sekitar 7,5 cm. capung ini mempunyai banyak
tenaga, sehingga dikenal sebagai penerbang
yang kuat dan sebagai predator.
2) Agriochemis pygmaea (Capung Jarum)
Capung umumnya bertubuh relatif
besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau
terbentang ke samping. Sedangkan capung
jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada
beberapa jenis yang agak besar), memiliki
abdomen yang kurus ramping mirip jarum dan

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

hinggap dengan sayap-sayap tertutup agak


menyatu di atas punggungnya.
3) Soleonopsis sp (Semut Rangrang)
Semut rangrang merupakan makhluk
koloni, membuat sarang di pepohonan yang
tinggi, berwarna coklat kemerahan. Panjang
tubuhnya antara 5-10 mm. Merupakan predator serangga hama. Memiliki sepasang
antenna, 3 pasang tungkai, dan tubuh beruasruas. Ruas pertama abdomen berbentuk seperti
bonggol tegak. Mangsa/inang utama aphid sp,
lalat buah.
3) Lycora sp (Laba-Laba)
Ciri-cirinya adalah merupakan hewan
berbuku-buku, punya 2 segmen yaitu
chepalothoraks dan abdomen, punya 4 pasang
kaki, dan tidak bersayap. Mampu membuat
jarring dan merupakan hewan karnivora punya
rahang bertaring (chelicera) dan punya alat
bantu (mulut) yaitu pedipalpus. Tubuhnya
terdiri dari dua segmen, mempunyai delapan
kaki, tidak memiliki sayap, mempunyai mulut
pada ujung abdomen yang berfungsi untuk
mengunyah, memiliki sutra untuk memanjat
yang di sebut spinneret, sebagian besar
mempunyai alat untuk membuat jaring yang
terdapat pada bagian tengah perut yang
berfungsi untuk memerangkap serangga, bagi
laba-laba penjaring mempunyai kelenjar
minyak anti rekat yang terdapat di kakinya dan
berfungsi agar tidak terperangkap pada jaring.
4) Lymnogonus sp (Anggang-anggang)
Ciri-ciri searangga ini adalah warna
tubuhnya hijau kuning kecoklatan dan
panjangnya berkisaran antara 15-30 mm
(Harahap dan Tjahyono, 1997). Secara fisik,
semua spesies anggang-anggang pada
dasarnya memiliki ciri-ciri utama berupa
tubuh yang ramping dan kaki yang panjang.
Memiliki rambut-rambut sangat kecil (microsetae) pada ujung tungkainya, dan merupakan predator, memiliki 4 pasang tungkai dan 1
pasang antenna, tubuhnya tersusun atas caput,
thoraks dan abdomen. Ukuran mereka
bervariasi, mulai dari yang berukuran hanya
beberapa milimeter hingga yang mencapai 20

cm. Dan karena anggang-anggang tergolong


ke dalam keluarga kepik sejati (ordo Hemiptera), anggang-anggang juga memiliki sifatsifat umum kepik, yaitu memiliki mulut berbentuk jarum, 2 pasang sayap bening yang
bisa dilipat, & mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Mangsa/inang utama, nyamuk,
wereng.
5) Mantis religiosa (Belalang Sembah)
Memiliki ukuran tubuh dari medium
sampai besar, bersifat hemimetabola, mulutnya tipe pengunyah, memiliki dua pasang
sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti
kertas dari kulit yang disebut tegumina. Sayap
belakang berupa membran dan dilipat seperti
kipas dan terletak di bawah sayap depan.
Tubuhnya juga terbungkus oleh eksoskleton
yang melindungi sistem organ yang lunak
sebelah dalam.eksoskeleton merupakan kutikula yang tersusun dari kitin dan terbagi atas
segmen-segmen. Antenanya pendek, femur
dilengkapi dengan duri-duri kaki dan kaki
depan berfungsi sebagai penangkap mangsa.
Umumnya berwarna krem (coklat muda) atau
hijau dengan beberapa bagian berwarna hitam
dan kuning
Biasanya belalang ini akan duduk diam
tanpa bergerak di tempat yang tersembunyi
untuk menunggu mangsa, kaki depan dalam
posisi seperti berdoa dan siap untuk untuk
menangkap mangsa yang lewat. Sebagai predator yang efektif, memangsa berbagai serangga, sering pula bersifat kanibal dengan
memakan mantid lainnya.
5) Gryllus sp (Jangkrik)
Hewan yang termasuk dalam ordo
Orthoptera, termasuk di dalamnya Gryllus sp
(jangkrik) adalah bersifat hemimetabola, mulutnya tipe pengunyah, memilki 2 pasang
sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti
kertas dari kulit, yang disebut tegumina. Sayap
belakang berupa membran dan dilipat seperti
kipas dan terletak di bawah sayap depan. Pada
beberapa spesies, sayap hanya berupa sisa saja
atau ada juga yang tidak bersayap.

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

47

Hewan yang sudah dewasa umumnya


berwarna hitam, sedangkan nypha berwarna
kuning pucat dengan garis-garis coklat.Antena
panjang dan kaku seperti rambut. Hewan
dewasa akan kehilangan sayap setelah menetap di lingkungan sawah. Hampir semua hewan ini bertindak sebagai predator.
6) Vespa mandarinia (Tawon kertas)
Ciri-ciri morfologinya adalah abdomen berhubungan dengan thoraks dengan
sebuah petioles yang ramping. Antenanya terdiri dari 13 ruas atau kurang.Sayap melipat
longitudinal pada waktu istirahat.sebagian
besar berwarna hitam, beberapa jenis dibagian
muka dan abdomen dengan warna kuning.
Dijumpai di berbagai tempat, beberapa ada
yang menyengat, sebagian bertindak sebagai
predator dan sebagian lagi sebagai penyerbuk
bunga.
7) Leptogaster miegan (Lalat Buas)
Ciri-ciri morfologi lalat buas adalah
tubuh sebagian besar memanjang dengan abdomen pipih, nampak kokoh.Thoraks relatif
besar, kokoh dengan kaki panjang.Tubuh ada
yang berambut dan ada juga yang tidak, tetapi
muka selalu berbulu.Umumnya berwarna abuabu, cokelat, atau hitam.Bagian puncak kepala
jelas berbentuk cekung, terletak antara lekuk
ke-2 mata faset.Antenanya terdiri atas 3 ruas,
ruas ke-3 kadang-kadang membulat atau
panjang (Lilies, 1992).
8) Trichrooama javanicum (Tabuhan)
Ciri-cirinya adalah berukuran kecil
(0,3-1 mm) berwarna hitam remang-remang
coklat pucat/kuning, sayapnya berumbairumbai, bulu sayap teratur, bentuknya seperti
lalat, punya 3 pasang tungkai, memiliki
sepasang sayap, sepasang antena pada caput,
tubuhnya beruas-ruas, mangsa/inang utama:
telur, serangga, ngengat.
9) Ropalidia fasciata (Tawon Kemit)
Tawon kemit memiliki pinggang kecil
seperti biola, warnanya mencolok dengan
garis kuning berpadu dengan garis hitam yang
sangat kontras dan cantik. Sepintas bentuk
tubuhnya sepperti semut.Tawon sebetulnya

48

berbeda dengan Lebah, walaupun keduanya


termasuk anggota Hymenoptera.Tubuh Tawon
lebih ramping dan tidak berbulu sedangkan
tubuh lebah terlihat lebih gemuk dan berbulu.
Mulut tawon mempunyai mandibula (rahang)
untuk menggigit,dalam bentuk larva biasanya
makanan utamanya adalah daging, sedangkan
Lebah yang tidak mempunyai rahang (mandibula) ketika masih menjadi larva yang
menjadi makanan utamanya adalah madu.
10) Kumbang Koksi (Coccinella septempunctata)
Kumbang koksi adalah salah satu
serangga kecil dari ordo Coleoptera.Serangga
ini mudah dikenali dari penampilannya yang
bundar kecil dengan punggungnya yang
berwarna-warni serta pada beberapa jenis
berbintik-bintik. Kebanyakan orang mengenal
kumbang koksi sebagai kumbang kepik,
karena ukurannya dan perisainya yang juga
keras, namun kumbang ini sama sekali bukan
dari bangsa kepik (Hemiptera) (Johnson,
1997). Kumbang koksi (Coccinella septempunctata) ini memiliki ciri morfologi yaitu
bentuk tubuh yang kecil mirip dengan kepik
pada bagian sayap berwarna oranye yang
terdapat bintik-bintik hitam. Kumbang koksi
(Coccinella septempunctata) juga memiliki
kaki berjumlah enam, yang terletak pada
bagian depan dua, tengah dua, dan belakang
dua. Pada bagian kaki juga terdapat bulu kecil
yang berfungsi sebagai pelekat.
Indeks Nilai Penting merefleksikan
keberadaan peran dominasi populasi dalam
suatu lokasi. Berdasarkan rekapitulasi hasil
perhitungan INP, nilai indeks nilai penting
tertinggi terdapat pada spesies Anax juinus
sebesar 5,02, selanjutnya spesies Agriochemis
pygmaeasebesar 3,83 dan terendah adalah
Coccinella septempunctata sebesar 0,16.
Tingkat dominasi (INP) antara 0-10 menunjukkan jenis serangga predator yang berperan
dalam ekosistem, sehingga jika INP 10 berarti
serangga predator memiliki peran yang
penting dalam lingkungan.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Tingginya indeks nilai penting (INP) di


lokasi penelitian menunjukkan serangga predator berperan cukup tinggi dalam menjaga
keberlangsungan ekosistem.Tingginya indeks
nilai penting (INP) Anax juinus pada lokasi
penelitian diduga karena mobilitas serangga
yang sangat tinggi, suhu optimum yang baik
bagi kelangsungan hidupnya dan makanan
yang melimpah yang mendukung kehidupan
Anax juinus. Persawahan adalah habitat
capung yang sangat baik, karena siklus hidup
capung lebih banyak di air capung meletakkan
telurnya pada tumbuhan yang berada di air,
setelah menetas larva capung hidup dan
berkembang di dasar perairan mengalami
metamorphosis menjadi nimfa dan akhirnya
keluar dari air sebagai capung dewasa. Nimfa
capung hidup sebagai karnivora yang ganas,
nimfa capung yang berukuran besar bahkan
dapat memangsa berudu dan anak ikan.Setelah
dewasa, capung memangsa nyamuk dan kutu
daun (Susanti dalam Hidayah, 2008). Sementara serangga yang hasil penghitungan indeks
nilai penting (INP) sedikit diduga karena
maraknya penggunaan pestisida yang menyebabkan terbunuhnya serangga bukan target.
Sehingga jenis serangga tertentu sudah jarang
ditemukan bahkan sudah tidak bisa ditemukan
sama sekali.

tergolong ke dalam kelompok keanekaragaman sedang.


2. Jumlah spesies serangga predator yang
ditemukan adalah 12.
3. Indeks Nilai Penting (INP) serangga
predator di areal persawahan Subak Tegal
Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara
Kabupaten Badung tertinggi adalah Anax
juinus (5,02) dan terendah adalah Coccinella septempunctata (0,16).
Saran
Merujuk pada temuan penelitian itu, dapat
direkomendasikan beberapa hal:
1. Para petani perlu diberikan pemahaman
secara menyeluruh tentang peranan dan
fungsi serangga predator dalam pengendalian hama secara alami. Sekaligus pemahaman tentang manfaat dan kebaikan pengendalian secara biologi terhadap kelestarian
lingkungan.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai
pemanfaatan serangga predator untuk penenggulan hama hayati menuju pertanian
organik.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan terhadap keanekaragaman serangga
predator di areal persawahan Subak Tegal
Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Rata-rata Indeks Keanekaragaman spesies
pada seluruh stasiun pengamatan adalah
1,28. Berdasarkan Kisaran dan Pengelompokan Indeks Keanekaragaman menurut
Mason (1980) dalam Daryanti (2009),
maka tingkat keanekaragaman serangga
predator di Subak Tegal Desa Kerobokan
Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung

http://www.rudyct.com/SERANGGA
_LINGK.htm, diakses pada tanggal
17 juli 2013 pada pukul 22.30
Bernays, E.A. 1998. Evolution of feeing
behavior in insect herbivora:
Successeen as different ways to
eatwithout being eaten. Bioscience
48(1): 35-44.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F.
Johnson.
1997.
Pengenalan
Pelajaran Serangga. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Borror et al. 2005. Study of Insect.Ed-7.
Amerika: Thomson Brook/Cole.
Champbell, Reece-Mitchell, 2003. Biologi.
Jilid Dua. Jakarta: Erlangga

DAFTAR RUJUKAN
Abrar Faperta. Ordo-ordo serangga. Sumber:
www.google.com. Diakses pada
tanggal 30 Juni 2013.
Anonim,2011.

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

49

Ferianita, M 2006. Metode Sampling


Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka
cipta, Jakarta
Kramadibrata, I. 1995. Ekologi Hewan.
Bandung: ITB
Kuswadi & Mutiara, E. 2004. Delta-8
Langkah & 7 Alastat. Jakarta: Elex
media Komputindo.
Lilies,
S.C.1992.
Kunci
Determinasi
Serangga, Jakarta: Kanisius.
Lisa. 2011. Identifikasi Keanekaragaman
Serangga
Menggunakan
Alat
Perangkap Jebak (Pit Fall Trap) Di
Areal Perkebunan Rakyat Desa
Kaliakah Dusun Pangkung Buluh,
Kecamatan
Negara
Kabupaten
Jembrana.
Fakultas
Pendidikan
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam IKIP PGRI BALI.

50

Natawigena,H. 1990. Entomologi Pertanian.


Bandung: Orba Sakti
Siswanto & Wiratno. 2001. Biodiversitas
serangga pada tanaman panili
(Vlanillaplanipolia) dengan tanaman
penutup tanah Arachis pintoi K.
(Proseding Seminar Nasional III).
Perhimpunan Entomologi Indonesia.
Bogor.
Tobing, M.C., D. Bakti, A. Sutanto dan H.
Saragih.
2006.
Uji
penggunaan perangkap feromon dan
jala untuk pengendalian Oryctes
rhinoceros.
Untung, K. 1993. Konsep Pengendalian Hama
Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
I Nyoman Sunata
NUPTK: 9544-7436-4620-0062
SMA N. 1 Kerambitan Disdikpora Kabupaten Tabanan.
ABSTRACT
Problem Solving Learning Model to Improve Student Achievement
To get the better student learning and to improve the quality of teaching and learning
process it is necessary to study. The research was conducted at SMAN 1 Kerambitan, in
Class XI IPA 4 that the ability of students to chemistry subjects still low. The research
objective of this class action is to improve learning achievement chemistry student by
applying learning models problem solving. Data collection method is observation and
learning achievement test. Methods of data analysis is descriptive. The results of this research
are Problem Solving learning model can improve student achievement. This is evident from
the results obtained in the first average 65.78, in the first cycle increased to 71.72 and the
second cycle increased to 73.43. From the results obtained as above, the conclusions obtained
from this study is Problem Solving learning model can improve learning achievement.
Keywords: Learning Model of Problem Solving, Learning Achievement.
PENDAHULUAN
Kendala dalam proses pembelajaran
yang sedang dihadapi guru kelas XI IPA 4 di
SMA Negeri 1 Kerambitan adalah masalah
pembelajaran untuk mengaktifkan, membangkitkan motivasi belajar siswa untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Hal inilah
yang menjadi masalah sehingga peningkatan
mutu pendidikan belum dapat diupayakan
secara maksimal.
Pelaksanaan proses pembelajaran
menggunakan model tradisional atau
konvensional belum membuahkan hasil
sesuai harapan. Oleh karenanya penulis
mulai memikirkan cara untuk memecahkan
masalah yang mendesak untuk ditangani.
Prestasi belajar siswa kelas XI IPA 4 di
SMA Negeri 1 Kerambitan pada semester 1
masih jauh di bawah KKM mata pelajaran
kimia di sekolah ini yaitu 73 Rata-rata yang
diperoleh baru 65,78 dan ketuntasan belajar
mereka baru mencapai 39,13 %. Perolehan
hasil yang rendah tersebut merupakan
masalah yang sesegera mungkin harus
ditangani, itulah yang mendorong peneliti
sehingga penelitian ini menjadi penting
untuk dilaksanakan. Ketersediaan waktu di

sekolah untuk memperbaiki proses belajar


mengajar menyebabkan peneliti melakukan
penelitian
yang
berjudul:
Model
Pembelajaran Problem Solving Sebagai
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia
Siswa Kelas XI IPA 4 Semester 1 SMA
Negeri 1 Kerambitan Tahun Pelajaran 2011/
2012 dalam upaya memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak di kelas
ini. Dengan memanfaatkan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat menjadi
solusi yang tepat untuk menangani
permasalahan yang sedang dihadapi.
Berdasar uraian tersebut dinyatakan
bahwa model pembelajaran Problem Solving
menuntut kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secara
kreatif dan mampu berpikir kritis. Di pihak
lain, untuk dapat menyelesaikan tuntutan
tersebut, inovasi yang dilakukan guru akan
sangat menentukan. Inovasi tersebut berupa
tuntunan-tuntunan, pemberian fasilitasfasilitas, motivasi-motivasi, interpretasi serta
kemampuan implementasi yang tinggi,
dalam rangka
memecahkan masalah
penelitian ini.

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

51

Rumusan masalah, yang telah


disampaikan, sebagai beberapa kendala yang
dihadapi dan berbagai solusi yang akan
diterapkan membantu guru sebagai peneliti
untuk menetapkan tujuan penelitian sebagai
berikut : untuk mengetahui seberapa tinggi
peningkatan prestasi belajar siswa akan
terjadi
setelah
diterapkan
model
pembelajaran Problem Solving dalam
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran ini
haruslah didukung dengan segala sesuatu
yang menyentuh kebutuhan siswa untuk
dapat menggali berbagai informasi yang
sesuai dan diperlukan dalam memecahkan
masalah, misalnya laboratorium, perpustakaan, LKS dan media pembelajaran yang
relevan. Melalui langkah pembelajaran yang
diungkapkan
tersebut,
siswa
dilatih
mengembangkan kompetensi penalaran
sehingga daya nalar dan kreativitas berpikir
dapat berkembang yang pada akhirnya
mereka berlatih berfikir secara logis, kritis
dan kreatif.
Uraian tersebut didasari asas
pemikiran Gagne Tahun 1970 (Depdiknas,
2009) yang mengatakan bahwa keterampilan
intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah.
Dari semua pendapat yang sudah
disajikan tersebut, untuk sementara dapat
disampaikan bahwa model pembelajaran
Problem Solving atau model pemecahan
masalah pengupayakan agar siswa dapat
melakukan pembelajaran dengan tidak
menghafal, tetapi melakukan pembelajaran
dengan mengupayakan agar mereka bisa
berpikir logis, rasional, kritis, cermat, jujur
dan efektif. Disamping itu mampu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi
dengan memahami masalah tersebut,
membuat
perencanaan
pemecahannya,
menyelesaikan masalah tersebut dengan
mengecek kembali langkah-langkah yang
bisa diupayakan untuk itu. Siswa mesti
diupayakan untuk mampu menggunakan
proses berpikir yang lebih jauh dan lebih
dalam, terlibat lebih aktif seperti berdiskusi,
berprestasi,
saling
mengoreksi
serta
pemberian hadiah oleh guru bagi yang
52

berprestasi. Guru mesti berupaya pada model


pembelajaran ini dengan mengupayakan
proses pemecahan masalah melalui kelompok-kelompok kecil yang akan memberi
kesempatan atau peluang bagi para siswa
untuk lebih banyak bertukar pikiran, bertukar
pendapat untuk pencapaian keberhasilan
yang lebih baik.
Setiap hari kita dihadapkan pada
berbagai situasi yang harus kita selesaikan
dengan baik. Masalah merupakan suatu
keadaan yang perlu diselesaikan dan menjadi
tanggung jawab setiap individu. Penyelesaian suatu masalah melibatkan berbagai jenis
pemikiran atau kognisi seperti mengidentifikasi, mengkatagori, menyusun, membuat
inferensi, merumuskan analogi dan mengingat kembali.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMA
Negeri 1 Kerambitan kelas XI IPA 4
Semester 1 tahun ajaran 2011/2012. Sekolah
ini terletak di Desa Kukuh, Kecamatan
Kerambitan Kabupaten Tabanan, dengan
situasi yang sejuk, rindang, bersih, aman dan
nyaman. Penelitian yang dilakukan termasuk
penelitian tindakan, engan menetapkan
tingkat keberhasilan per siklus yaitu pada
siklus I prestasi belajar siswa mencapai nilai
rata-rata 73 dengan ketuntasan belajar
sebesar 80% dan pada siklus II mencapai
nilai rata-rata 73 atau lebih dengan
ketuntasan belajar minimal 90%.
Subjek penelitian yaitu siswa kelas
XI IPA 4 SMA Negeri 1 Kerambitan.
Sedangkan peningkatan prestasi belajar
siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1
Kerambitan setelah diterapkan model
pembelajaran problem solving adalah
merupakan
objek
penelitian.
Yang
dipergunakan untuk menganalisis data hasil
penelitian ini adalah metode deskriptif.
Untuk data kuantitatif dianalisis dengan
mencari mean, median, modus, membuat
interval kelas dan melakukan penyajian
dalam bentuk tabel dan grafik.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Pada bagian ini, akan dipaparkan
data yang diperoleh dari penelitian
tindakan ini secara rinci berdasarkan
penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1
Kerambitan. Dalam pemaparan hasil
penelitian dan pembahasan, disajikan uraian
masing-masing siklus dengan data lengkap
mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi yang berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dan
kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan
hal yang mendasar, yaitu hasil pembahasan
(kemajuan) pada diri siswa, lingkungan,
guru, motivasi dan aktivits belajar, situasi
kelas dan hasil belajar, kemukakan grafik
dan tabel hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai
pembahasan secara sistimatis dan jelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,
2006: 83). Melihat paparan ini jelaslah apa
yang harus dilihat dalam Bab ini yaitu
menulis lengkap mulai dari apa yang dibuat
sesuai perencanaan, hasilnya apa, bagaimana
pelaksanaanya, apa hasil yang dicapai,
sampai pada refleksi. Oleh karenanya
pembicaraan pada bagian ini dimulai dengan
apa yang dilakukan dari bagian perencanaan.
Pada bagian ini disampaikan hasil
observasi awal: dari 46 orang yang diteliti di
kelas XI IPA 4 pada semester 1, tahun
pelajaran 2011/2012 hanya 18 orang atau
39,13% mencapai ketuntasan belajar sesuai
KKM mata pelajaran kimia di sekolah ini
yaitu 73. Data tersebut menunjukkan
rendahnya prestasi belajar kimia di sekolah
ini, sehingga harus mengupayakan cara lain
untuk membenahi proses pembelajaran
menjadi lebih baik.
Yang
didapat
dari
kegiatan
perencanaan meliputi, menyusun RPP
mengikuti alur model pembelajaran Problem
Solving,
menyiapkan
bahan-bahan
pendukung pembelajaran seperti Silabus,
RPP, LKS, Buku Agenda, Daftar Nilai,
membaca
teori-teori
tentang
model
pembelajaran Problem Solving untuk dapat
dilaksanakan dengan benar di lapangan,

membuat
soal-soal
penilaian
yang
berhubungan dengan kompetensi pelajaran
kimia yang ingin dicapai, mempersiapkan
alat-alat yang akan digunakan membantu
proses pembelajaran, membaca dengan baik
pedoman-pedoman yang diberikan oleh
Departemen Pendidikan dalam menyusun
perencanaan agar mampu nanti melakukan
pembelajaran sesuai harapan, menyusun
materi pembelajaran
Pada siklus I pengamatan dilakukan
setelah proses pembelajaran dilaksanakan
dalam 3 kali pertemuan dengan memberikan
tes prestasi belajar. Dalam pengamatan ini
peneliti mengawasi siswa dengan ketat agar
tidak ada siswa yang bekerjasama dalam
mengerjakan soal. Namun setelah dilakukan
pengukuran masih ada beberapa siswa yang
nilainya di bawah KKM yaitu dari 46 orang
siswa ditemukan 8 orang siswa yang tidak
tuntas dan 38 orang siswa yang nilainya
tersebut KKM. Beberapa kendala yang masih
perlu mendapat perhatian adalah peserta
didik masih lebih senang santai sehingga
kemampuan
secara
maksimal
untuk
mengarahkan siswa agar giat bekerja agak
sulit diupayakan, lingkungan peserta didik
kurang mendukung untuk mereka aktif
belajar, sebagian besar siswa tidak memiliki
buku pelajaran. Suatu kebanggaan terjadi
pada diri guru akibat prestasi belajar siswa
mampu ditingkatkan walaupun belum
optimal peneliti berpendapat penelitian ini
akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Adapun perencanaan pembelajaran
yang dilakukan pada siklus II sama dengan
siklus sebelumnya, dengan focus perhatian
lebih pada kendala yang dialami pada siklus
I. Untuk data yang menyangkut pencapaian
prestasi belajar siswa dilakukan dengan tes
dengan hasil sebagai berikut : dari jumlah
siswa 46 orang tinggal 2 orang siswa saja
yang nilainya belum tuntas, tetapi telah
menghasilkan nilai rata-rata tersebut KKM
yaitu 73,43 dan ketuntasan belajar sebesar
95,65% dan ini sesuai dengan criteria
penelitian yang diusulkan, dan penelitian ini
tidak perlu lagi dilanjutkan.

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

53

Pembahasan
Berdasarkan kegiatan yang peneliti
lakukan maka data awal mengenai prestasi
peserta didik yang diperoleh rata-rata 65,78
menunjukkan bahwa kemampuan anak/siswa
dalam mata pelajaran kimia masih sangat
rendah mengingat kriteria ketuntasan belajar
siswa untuk mata pelajaran ini di SMA
Negeri 1 Kerambitan adalah 73. Dengan nilai
yang sangat rendah seperti itu maka peneliti
mengupayakan untuk dapat meningkatkan
prestasi belajar anak/siswa menggunakan
model Problem Solving. Akhirnya dengan
penerapan model Problem Solving yang
benar sesuai teori yang ada, peningkatan
rata-rata prestasi belajar anak/siswa pada
siklus I dapat diupayakan dan mencapai ratarata 71,72. Namun rata-rata tersebut belum
maksimal karena hanya 38 orang dari 46
orang siswa memperoleh nilai tersebut KKM
sedangkan yang lainnya belum mencapai
KKM. Sedangkan prosentase ketuntasan
belajar mereka baru mencapai 82,61 %. Hal
tersebut terjadi akibat penggunaan model
pembelajaran Problem Solving belum
maksimal dapat dilakukan disebabkan
penerapan model tersebut baru dicobakan
sehingga guru masih belum mampu
melaksanakannya sesuai alur teori.
Pada siklus ke II perbaikan prestasi
belajar siswa diupayakan lebih maksimal
dengan peneliti membuat perencanaan yang
lebih baik, menggunakan alur dan teori dari
model pembelajaran Problem Solving
dengan benar dan lebih maksimal. Peneliti
giat memotivasi siswa agar giat belajar,
memberi arahan-arahan, menuntun mereka
untuk mampu menguasai materi pelajaran
pada mata pelajaran kimia lebih optimal.
Akhirnya dengan semua upaya tersebut
peneliti mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa pada siklus II menjadi rata-rata
73,43 dan ketuntasan belajar mencapai
95,65%. Upaya-upaya yang maksimal
tersebut menuntun kepada penelitian bahwa
model pembelajaran Problem Solving
mampu meningkatkan prestasi belajar
anak/siswa.
54

SIMPULAN DAN SARAN


Semua hasil kegiatan pembelajaran
menggunakan model Problem Solving yang
telah dilakukan selama dua siklus dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta
analisis yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Pembelajaran
yang dilaksanakan dengan menggunakan
model Problem Solving memiliki dampak
positif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa di SMA Negeri 1 Kerambitan yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu : 39,
13 pada siklus I menjadi 82,61 dan pada
siklus II menjadi 95,65.
Dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran pada mata pelajaran kimia,
penggunaan model pembelajaran Problem
Solving semestinya menjadi pilihan dari
beberapa model yang ada mengingat model
ini telah terbukti dapat meningkatkan
kerjasama, kreasi, bertindak aktif, bertukar
informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya,
berdiskusi, berargumentasi dan lain-lain,
walaupun penelitian ini sudah dapat
membuktikan efek utama dari model
pembelajaran Problem Solving dalam
meningkatkan prestasi belajar, sudah pasti
dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang
belum sempurna dilakukan, oleh karenanya
kepada peneliti lain yang berminat untuk
meneliti topik yang sama, disarankan untuk
meneliti bagian-bagian yang belum sempat
diteliti, selanjutnya untuk adanya penguatanpenguatan, diharapkan bagi peneliti lain
untuk melakukan penelitian lanjutan guna
verifikasi data hasil penelitian.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.
2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007. Jakarta: BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009.


Kompetensi
Supervisi
Akademik.
Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat
Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. 2008. Metode
dan
Teknik
Supervisi.
Jakarta:
Depdiknas.
Murwansyah
dan
Mukaram.
2002.
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: Pusat Penerbit Administrasi
Niaga Politeknik Negeri Bandung,
Indonesia..
Nur, Mohamad et al. 2007. Pengembangan
Model Pembelajaran IPA Berorientasi
Masalah
Kontekstrual
untuk
Meningkatkan Daya Nalar Mahasiswa
dalam
Rangka
Menyongsong
Masyarakat IPTEK pada Pembangunan
Jangka Panjang Tahap Kedua. Makalah.
Disampaikan pada Seminar Hasil-hasil
Penelitian Unggulan. IKIP Negeri
Surabaya.
Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Belajar
Kooperatif.
Diktat
Perkuliahan
Mahasiswa Unipas.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.
41 Tahun 2007 Tanggal 23 November
2007. Jakarta: Depdiknas.
Tim Redaksi Focus Media. 2006. UndangUndang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan


Nasional. Bandung: Focus Media.
Tim Redaksi Fokus Media. 2006. Himpunan
Perundang-Undangan dan UndangUndang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005. Bandung: Focus
Media.
Universitas Negeri Jakarta. 2000. Aplikasi
Komputer:
Kalibrasi
Instrumen,
Pengolahan Data, dan Pemanfaatan
Internet.
Jakarta:
Laboratorium
Komputer UNJ.
Uno,
B.
Hamzah,
et.
al.
2001.
Pengembangan
Instrumen
Untuk
Penelitian. Jakarta: Delima Press.
Wardanim Dyah Retno Kusuma. 2001.
Pengaruh Metode Pembelajaran Problem
Solving dan Group Investigation
terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi dengan Mempertimbangkan
Kreativitas pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 3 Denpasar Tahun Ajaran
2010/2011.
Tesis.
Universitas
Pendidikan
Ganesha
Program
Pascasarjana Singaraja.
Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul
IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wojowasito. 1982. Kamus Umum Lengkap
Inggris Indonesia Indonesia Inggris.
Malang: Delta Citra Grafindo.

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS V
SD NEGERI 3 JAGARAGA
Gusti Ayu Putu Putri Ekawati
SD Negeri 3 Jagaraga, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng
ABSTRACT
Application of Model Learning Cooperative Type NHT Type to Increase Achievement
Math Class V SD State 3 Jagaraga
This study was conducted in SD Negeri 3 Jagaraga class V student's ability to lower the
material Mathematics. The purpose of writing this class action research is to determine whether
the Cooperative Learning Model Numbered Heads Together (NHT) can increase student learning
achievement. Methods of data collection is learning achievement test. Methods of data analysis
is quantitative descriptive. The results obtained from this study is the kind of Cooperative
Learning Model Numbered Heads Together (NHT) can increase student achievement. This is
evidenced by the results obtained initially with an average value of 63.75 at 66.86 first cycle and
the second cycle into 70.63. This study was obtained from Cooperative Learning Model
Numbered Heads Together (NHT) can improve learning achievement.
Keywords: Cooperative Learning Model, NHT, learning achievement
PENDAHULUAN
Rendahnya daya serap peserta didik
merupakan masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) saat ini.
Hal ini dapat dilihat dari rendahnya rerata
hasil belajar peserta didik yang masih sangat
memperihatinkan. Prestasi ini merupakan hasil
kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dsn tidak menyentuh ranah
dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu
bagaimana sebenarnya belajar itu. Kurangnya
aktivitas belajar matematika murid dalam
proses belajar mengajar terlihat saat murid
menampakkan sikap yang kurang bergairah,
kurang bersemangat dan kurang siap dalam
menerima pelajaran. Kurang siapnya murid
dalam menerima pelajaran tersebut akan
berpengaruh dalam proses belajar mengajar,
karena akan mengakibatkan suasana kelas
kurang aktif dan interaksi timbal balik antara
guru dan peserta didik kurang, serta antara
murid dengan murid tidak terjadi, hingga
murid cendederung bersikap pasif dan hanya
menerima apa yang diberikan guru dan pada

56

akhirnya hasil belajar mereka rendah dan tidak


memenuhi standar KKN yang telah ditetapkan. Dipandang perlu melaksanakan suatu
proses pembelajaran yang mampu memberkan
peserta didik kesempatan lebih banyak untuk
berpartisipasi aktif di dalam kelas. Proses
pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan
dengan mengaplikasikan pembelajaran kooperatif yang lebih bersifat students centred.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan, terungkap bahwa murid kelas V SD
3 Jagaraga Kecamatan Buleleng menghadapi
permasalahan yang pada hakikatnya sama
dengan permasalahan yang telah dipaparkan
tersebut. Melihat kesenjangan antara harapan
yang telah disampaikan dengan kenyataan
lapangan sangat berbeda. Dalam upaya
memperbaiki mutu pendidikan utamanya pada
mata pelajaran Matematika, sangat perlu
kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya adalah perbaikan pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT). Oleh karenanya penelitian ini sangat

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

penting untuk dilaksanakan. Tujuan penelitian


ini adalah Untuk mengetahui seberapa tinggi
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan
akan bermanfaat sebagai acuan dalam
memperkaya teori dalam rangka peningkatan
kompetensi guru. Sedangkan secara praktis
penilaian ini diharapkan bermanfaat bagi
sekolah, khususnya SD Negeri 3 Jagaraga
dalam meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pengajaran dimana murid belajar
dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota
saling bekerja sama dan membantu untuk
memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar
belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Beberapa peneliti telah menemukan
bahwa strategi belajar kooperatif mendorong
harga-diri individu dan menganjurkan peserta
didik untuk mengambil kendali dari belajarnya
sendiri. Tuntutan ini melengkapi suatu
ringkasan dan strategi belajar kooperatif dan
menunjukkan bagaimana guru-guru dapat
mengintegrasikan strategi-strategi tersebut.
Dalam rencana pembelajran mereka (Hilke,
1998: 3). Menurut Slavin (1995: 5 ), terdapat
enam metode utama dalam pembelajaran
bertim (Student Teams Learning). Empat
diantaranya, berlaku secara umum pada semua
bidang studi, yaitu sebagai berikut : Student
Teams-Achievement Divisions (STAD), Teams
Games Tournaments (TGT), Jigsaw II dan
Numbered
Heads
Together
(NHT).
Sedangkan dua metode lainnya berlaku secara
khusus, yaitu : (1) saling ketergantungan
tujuan yang positif, (2) memajukan interaksi
tatap muka, (3) pertanggungjawaban individu,
(4) keterampilan sosial, (5) proses kelompok.
Numbered Heads Together (NHT)
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk memengaruhi
pola-pola interaksi peserta didik dalam

memiliki
tujuan
untuk
menguatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan
oleh Spancer Kagen dan Ibrahim dengan
melibatkan para peserta didik dalam menelaah
bahan
yang
tercakup
dalam
suatu
pembelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Fahrul
(2007: 18) mengemukakan bahwa ada 4
langkah dalam pendekatan structural Numbered Heads Together (NHT), yaitu: Langkah1 Numbering (pelabelan); Langkah-2 Questioning (mengajukan pertanyaan); Langkah-3
Heads Together (berpikir bersama); dan
Langkah-4 Answering (menjawab). Rusli
(2010) mengemukakan bahwa, manfaat dari
pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi
peserta didik, (1) penerimaan terhadap
perbedaan individu lebih besar. (2)
Perselisihan antar pribadi berkurang. (3) Sikap
apatis berkurang. (4) Pemahaman lebih
mendalam. (6) Motivasi lebih besar. (7) Hasil
belajar lebih baik. (8) Meningkatkan budi
pekerti, kepekaan dan toleransi.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai
dari yang telah dilakukan atau dikerjakan
(Depdiknas, 2008: 895). Prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan
yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditentukan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan oleh guru. Jadi prestasi belajar
dapat diartikan hasil yang diperoleh dari
proses perubahan tingkah laku, latihan, atau
pengalaman dari interaksi dengan lingkungan.
Di dalam kaitannya dengan prestasi belajar,
terdapat dua komponen proses belajar, yaitu
aktivitas dan belajar. Kata Aktifitas berasal
dari Bahasa Inggris activity yang artinya state
of action lireliness or ingorous mation
(Webster New American Dictionary: 12).
Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia
kata lain berarti kebenaran dari perlakuan,
kegiatan yang aktif, kegiatan yang aktual atau
giat dalam melakukan gerak-gerik, usul.
Dalam bahasa Indonesia aktif berarti giat
belajar, giat berusaha, dinamis, mampu
berkreasi dan beraksi ( Kamus Besar Bahasa

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

57

pembelajar Kooperatif Tipe Numbered Heads


Together (NHT) mampu dilaksanakan secara
maksimal sesuai teori, maka prestasi belajar
Matematika peserta didik kelas V SD Negeri 3
Jagaraga dapat ditingkatkan.

Indonesia: 32). Selanjutnya belajar juga berarti


perubahan yang relatif permanen dalam
kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat
pengolahan
atas
pengalaman
yang
diperolehnya dari praktek yang dilakukannya
(Glosarium Standar Proses, Permen Diknas
No. 41 tahun 2007). Djamarah (1994:23)
mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Dengan kata lain prestasi belajar merupakan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar
atau setelah menerima pengalamanbelajar,
yang dapat dikatagorikan menjadi tiga ranah,
yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini
yaitu,apabila
langkah-langkah
model

Permasalahan

METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dilaksanakan di kelas V Semester I SD Negeri
3 Jagaraga Tahun Pelajaran 2012/2013.
Sekolah ini tergolong sekolah potensial,
dengan jumlah peserta didik 24 orang terdiri
atas 13 orang peserta didik perempuan dan 11
orang peserta didik laki-laki. Rancangan
penenlitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah rancangan yang yang mengacu
Depdiknas (2011: 12), seperti terlihat pada
gambar berikut ini.

Perencanaan

Pelaksanaan

Tindakan - I

Tindakan - I

SIKLUS - I
Refleksi - I

Pengamatan/
Pengumpulan Data-I

Permasalah
SIKLUSbaru
- II

Perencanaan

hasil Refleksi-I

Pelaksanaan

Tindakan - II

Tindakan - II

Refleksi - II

Pengamatan/
Pengumpulan Data-II

Bila Permasalah
Belum Terselesaikan

58

Dilanjutkan ke Siklus
Berikutnya

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Penentuan subjek penelitian dikarePengukuran hasil belajar dilakukan


nakan peneliti ingin menemukan perpeneliti untuk mendapatkan data dalam
masalahan belum tuntasnya prestasi belajar
penelitian ini, dengan tujuan untuk mengepeserta didik yang belum sesuai dengan
tahui peningkatan prestasi belajar peserta
harapan. Permasalahan tersebut ditemukan
didik setelah diberikan alternative perlakuan
pada sisiwa kelas V SD Negeri 3 Jagaraga,
oleh peneliti. Pengukuran tersebut dilakukan
sehingga dipilih menjadi subjek dalam
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan
penelitian ini. Nama-nama peserta didik
yang terdapat dalam lampiran.
kelas V SD Negeri 3 Jagaraga yang menjadi
Instrument
adalah
alat
yang
subjek penelitian tersaji dalam table berikut
dimanfaatkan oleh guru sebagai peneliti
ini. Objek penelitian merupakan suatu hal
untuk mengumpulkan data dalam penelitian
yang akan diteliti untuk mendapatkan data
ini yang berbentuk tes prestasi belajar.
dengan tujuan tertentu dan kemudian dapat
Jumlah dan jenis tes yang digunakan
dijadikan pedoman peningkatan prestasi
terlampir di masing-masing Rencana
belajar Matematika peserta didik kelas V SD
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada
Negeri 3 Jagaraga setelah diterapkan Model
lampiran.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
Berikut
ini
merupakan
hasil
dilakukan sesuai dengan langkah-langkah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
yang telah ditentukan dan dilakukan
mengimplementasikan
Model
bersiklus.
Siklus
yang
dilakukan
Pembelajaraan Kooperatif Tipe Numbered
berlangsung sebanyak 2 kali. Siklus
Heads Together (NHT) pada mata pelajaran
berlangsung dari bulan Juli 2012 sampai
Matematika kelas V SD Negeri 3 Jagaraga.
bulan Desember 2012.
Siklus I
1. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 X Log (N)
= 1 + 3,3 X Log 24
= 1 + (3,3 X 1,38)
= 1 + 4,55 = 5,55
6
2.
Rentang Kelas (r) = Skor maksimum skor minimum
= 80 60
= 20
3. Panjang Interval (i) =

r
k

20
3,33 4
6

Tabel 1. Interval Kelas Siklus I


No Urut
Interval
Nilai Tengah
1
2
3
4
5
6

6063
6467
6871
7275
7679
8083
Total

61,5
65,5
69,5
73,5
77,5
81,5

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

Frekuensi Absolut
5
8
9
1
0
1
24

ISSN 2302-2124

Frekuensi
Relatif
20,83
33,33
37,50
4,17
0,00
4,17
100

59

SIKLUS II
1. Banyak kelas = 1+ 3,3 X Log (N)

= 1+ 3,3 X Log 24
= 1+( 3,3 X 1,38)
= 1 + 4,55 = 5,55 ->6
2. Rentang Kelas = skor maksimum skor minimum
= 80 - 60
= 20
3. Panjang Interval (i) = r/k = 20/60 = 3,33 -> 4

Tabel 2 Interval Kelas Siklus II


No urut
Interval
2

1
3
4
5
6

60 63
64 67
68 71
72 75
76 79
80 83
Total

Nilai tengah
61,5
65,5
69,5
73,5
77,5
81,5

Hasil tes prestasi belajar yang merupakan tes


individu yang memfosir peserta didik untuk
betul-betul dapat memahami apa yang suda
dipelajari. Nilai rata-rata peserta didik di
siklus I sebesar 66, 88 menunjukan bahwa
peserta didik setelah menguasai materi yang
diajarkan walaupun belum begitu sempurna.
Hasil
ini
menunjukan
peningkatan
kemampuan peserta didik menguasai mata
pelajaran Matematika apabila dibandingkan
dengan nilai awal peserta didik sesuai data
yang sudah disampaikan dalam analisis
sebelumnya. Hasil tes prestasi belajar
disiklus I telah menemukan efek utama
bahwa pengguaan model/metode tertentu
akan berpengaruh terhadap prestasi belajar
peserta didik yang dalam hal ini adalah
model pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT). Kendala
yang masih tersisa yang perlu dibahas
adalah prestasi belajar yang dicapai pada
siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai
dengan tuntunan KKM mata pelajaran
Matematika disekolah ini yaitu 70, 00. Oleh
karena itu upaya perbaikan lebih lanjut

60

Frekuensi
absolut
2
0
17
3
0
2
24

Frekuensi
relatif
8,33
0,00
70,83
12,50
0,00
8,33
100

masih perlu diupayakan sehingga perlu


dilakukan perencanaan yang lebih matang
untuk siklus selanjutnya.
Hasil yang diperoleh dari tes prestasi
belajar di siklus II menunjukan bahwa
kemampuan peserta didik dalam mengikuti
pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari
rata-rata nilai peserta didik mencapai 70,63.
Hasil ini menunjukan bahwa model
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) telah berhasil meningkatkan prestasi
belajar bidang studi Matematika peserta
didik. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa model yang diterapkan dalam proses
pembelajaran berpengaruh secara signifikan
terhadap prestasi belajar peserta didik.
Prestasi yang dicapai peserta didik
membuktiakn bahwa guru sudah tepat
memilih model dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Setelah dilakukan tindakan
dalam dua siklus dapat dilihat penbandingan
nilai rata-rata yang diperoleh, dimana pada
awalnya nilai rata-rata peserta didik hanya
63,75 naik disiklus I menjadi 66,88 dan di
diklus II naik menjadi 70,63. Kenaikan ini

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

merupakan upaya maksimal yang peneliti


laksanakan untuk meningkatan prestasi
belajar peserta didik terutama mingkatkan
mutu pendidikan di SD Negeri 3 Jagaraga.
Hasil tes prestasi belajar yang
merupakan tes individu yang memfosir
peserta didik untuk betul-betul dapat
memahami apa yang suda dipelajari. Nilai
rata-rata peserta didik di siklus I sebesar 66,
88 menunjukan bahwa peserta didik setelah
menguasai materi yang diajarkan walaupun
belum begitu sempurna. Hasil ini
menunjukan
peningkatan
kemampuan
peserta didik menguasai mata pelajaran
Matematika apabila dibangdingkan dengan
nilai awal peserta didik sesuai data yang
sudah
disampaikan
dalam
analisis
sebelumnya. Hasil tes prestasi belajar
disiklus I telah menemukan efek utama
bahwa pengguaan model/metode tertentu
akan berpengaruh terhadap prestasi belajar
peserta didik yang dalam hal ini adalah
model pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT). Kendala
yang masih tersisa yang perlu dibahas
adalah prestasi belajar yang dicapai pada
siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai
dengan tuntunan KKM mata pelajaran
Matematika disekolah ini yaitu 70, 00. Oleh
karena itu upaya perbaikan lebih lanjut
masih perlu diupayakan sehingga perlu
dilakukan perencanaan yang lebih matang
untuk siklus selanjutnya.
Hasil yang diperoleh dari tes prestasi
belajar di siklus II menunjukan bahwa
kemampuan peserta didik dalam mengikuti
pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari
rata-rata nilai peserta didik mencapai 70,63.
Hasil ini menunjukan bahwa model
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) telah berhasil meningkatkan prestasi
belajar bidang studi Matematika peserta
didik. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa model yang diterapkan dalam proses
pembelajaran berpengaruh secara signifikan
terhadap prestasi belajar peserta didik.

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

Prestasi yang dicapai peserta didik membuktiakn bahwa guru sudah tepat memilih
model
dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran. Setelah dilakukan tindakan
dalam dua siklus dapat dilihat penbandingan
nilai rata-rata yang diperoleh, dimana pada
awalnya nilai rata-rata peserta didik hanya
63,75 naik disiklus I menjadi 66,88 dan di
diklus II naik menjadi 70,63. Kenaikan ini
merupakan upaya maksimal yang peneliti
laksanakan untuk meningkatan prestasi
belajar peserta didik terutama mingkatkan
mutu pendidikan di SD Negeri 3 Jagaraga.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil refleksi tersebut dan
melihat semua data yang telah dipaparkan,
dapat disampaikan bahwa pencapaian tujuan
penelitian tersebut dapat dibuktikan dengan
argumentasi sebagai berikut.
a) Dari awal ada 16 peserta didik
mendapatkan nilai KKM dan pada siklus
satu menurun menjadi 13 peserta didik
dan siklus II hanya 2 peserta didik
mendapakan nilai di bawah KKM. Nilai
rata-rata awal 63,75 naik menjadi 66,88
pada siklus I dan pada siklus II naik
menjadi 70,63.
b) Dari data awal peserta didik yang tuntas
hanya 8 orang sedangkan pada siklus I
menjadi lebih banyak yaitu 11 peserta
didik dan pada siklus II menjadi cukup
banyak yaitu 22 peserta didik
c) Nilai rata-rata awal 63,75 naik menjadi
66,88 pada siklus I dan pada siklus II
naik menjadi 70,63.
Paparan
tersebut
membuktikan
bahwa Model Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) dapat member
jawaban sesuai tujuan penelitian ini. Semua
ini dapat dicapai karena Model Kooperatif
Tipe Numbere Heads Together (NHT)
sangat efektif diterapkan dalam proses
pembelajaran yang mengakibatkan peserta
didik aktif, antusias dan dapat memahami

ISSN 2302-2124

61

materi yang diajarkan sehingga prestasi


belajar peserta didik menjadi meningkat.
Saran

Peneliti memandang perlu adanya


saran yang disampaikan setelah melakukan
penelitian ini. Saran tersebut diuraikan
sebagai berikut: (1) Bagi guru kelas, apabila
mau melaksanakan proses pembelajaran
penggunaan model yang telah diterapkan ini
semestinya menjadi pilihan dari beberapa
model yang ada mengingat model ini telah
terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar
peserta didik. (2) Bagi peneliti lain,
walaupun peneliti ini sudah dapat
membuktikan efek utama dari Model
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) dalam meningkatkan prestasi belajar,
sudah pasti dalam penelitian ini masih ada
hal-hal yang belum sempurna dilakukan,
oleh karenanya disarankan kepada peneliti
lain yang berminat meneliti topik yang sama
untuk meneliti bagian-bagian yang tidak
sempat diteliti. (3) Bagi pengembangan
pendidikan, selanjutnya untuk adanya
penguatan-penguatan,
diharapkan
bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian
lanjutan guna memverifikasi data hasil
penelitian ini.

62

DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. 2008. Prestasi Belajar. Jakarta:
Dirjen
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah.
Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Fahrul. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Peserta didik Kelas V SD
Inpres Batua 11Bertingkat Makassar
Melalui Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT). Skripsi Jurusan
Matematika UNISMUSH: Makassar.
Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback
Cooperative_Learning. New York:
McGrawhill, Inc.
Johnson, David W. and Roger T. Johnson.
1984. Cooperation in the Classroom.
Edina, Minnesota: A Publication
Interaction Book Company.
Modern Educators and Lexicographers.
1939. Webster's New American
Detionary. New York: 140 Broadway,
Books, Inc.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.
41 Tahun 2007 Tanggal 23 November
2007. Jakarta: Depdiknas.
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. 2005. PT
Balai Pustaka Jakarta.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative
Learning: Theory, Research, and
Practice. Boston: Allyn and Bacon

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSIROTI DENGAN TUTOR


SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
Desak Putu Oka Sunedi
SD N 5 Panji, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng
ABSTRACT
Peer Tutors in Expository Model to Improve Student Learning Achievement
the purpose of the research is to improve learning achievement for Indonesian
Students in Grades IV SD N 5 Panji academic year 2012/2013 through Peer Tutor Role In
Expository Study This study was carried out through a process of action research which
includes four phases, namely, planning, implementation, observation, and reflection. Data
were collected using achievement test that analyzed descriptively. From the analysis of the
results datadiperoleh that use Expository learning model can improve student achievement in
subjects Indonesian. The evidence can be submitted, student achievement has increased from
the initial data until the second cycle, namely, preliminary data showed learning
completeness reached 45.45% first cycle increased to 63.63, the second cycle increased to
90.90. It proves that the model applied expository teacher in the learning process has been
able to improve student achievement by both, as well as learning methods can be used as an
alternative learning.
Keywords: Expository Learning, Peer Tutoring, Academic Achievement
PENDAHULUAN
Seiring dengan perubahan paradigma
pendidikan yang berlaku di Indonesia
dewasa ini, yakni dari proses pengajaran
yang cenderung bersifat monoton dari guru
sebagai penyampai materi kepada peserta
didik sebagai penerima, beralih ke proses
pembelajaran yang bersifat menggali
kreativitas peserta didik sebagai subjek
pembelajaran menuntut guru lebih profesional dalam menjalankan tugasnya di bidang
pendidikan agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dalam suasana kondusif demi
percepatan pemahaman peserta didik.
Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran
merupakan modal pokok bagi seorang guru
dalam mengemban tugas keprofesionalan.
Menurut Undang-undang guru dan dosen,
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
guru berkewajiban: (1) merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran; (2)
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (3)

bertindak objektif dan tidak diskriminatif


atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu,
atau latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran; (4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan
kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan
etika; (5) memelihara dan memupuk
persatuan dan kesatuan bangsa. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses
penambahan informasi dan kemampuan
baru. Keberhasilan proses pembelajaran
lebih banyak ditentukan oleh kemampuan
guru dalam mengelola proses pembelajaran
tersebut. Kadang kala ada guru yang disebut
pintar tetapi lemah dalam menyampaikan
pengetahuan dan pemahaman yang ada
dalam
dirinya
maka
tentu
proses
pembelajaran tidak akan berhasil dengan
baik. Kadang ada guru yang disebut tidak
terlalu pintar tetapi dalam menyampaikan
dan mengelola pembelajaran lebih kreatif
dan memahami cara penyampaiannya bisa
jadi menyebabkan proses pembelajaran akan
berhasil dengan baik. Diantara keduanya
tentu yang paling sesuai adalah memiliki

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

63

kemampuan profesionalisme keguruan dan


mampu menyampaikan dengan baik demi
terciptanya proses dan tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Pada observasi pendahuluan (siklus awal) nilai rata-rata yang
dicapai masih di bawah KKM, peserta didik
kurang antusias dan kurang aktif dalam
belajar, kurang mandiri dalam mengerjakan
tugas-tugas pelajaran. Sehingga berdasarkan
pada data tersebut agar antusiasme dan
aktivitas peserta didik meningkat, dan lebih
mandiri maka metode pembelajaran yang
paling baik diterapkan di kelas tersebut
adalah metode diskusi kelompok kecil.
Masalah dalam penelitian ini adalah apakah
metode diskusi kelompok kecil dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik
kelas IV SD Negeri 5 Panji. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar
peserta didik setelah diterapkan diskusi
kelompok kecil.
Penelitian dapat bermanfaat dalam
memperkaya teori untuk peningkatan
kompetensi guru. Sedangkan secara praktis
bermanfaat; (1) Manfaat Teoritis a) Bagi
penulis, penerapan metode ini dapat membantu meningkatkan aktivitas belajar peserta
didik dan memberikan informasi, sehingga
dapat lebih memahami pola pikir dan
kemampuan anak dalam menerima pelajaran
sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.
b) Bagi akademisi/lembaga pendidikan dapat
dijadikan sumber informasi dan referensi
bagi pengembangan metode. (2) Manfaat
Praktis a) Bagi peserta didik, dengan
pendekatan metode ini maka pembelajaran
lebih ditekankan pada pemberian pengalaman belajar bermakna dengan mengaitkan
kemampuan berdiskusi untuk dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, berbuat, dan
bersikap positif untuk meningkatkan hasil
belajar. b) Bagi guru, metode ini dapat
membantu untuk mengetahui kesulitan yang
dialami peserta didik dalam memahami
fakta, konsep atau prinsip pada mata
pelajaran yang diampu sehingga dengan
segera dapat membantu peserta didik
memecahkan masalah yang dihadapi serta
64

meningkatkan
pembelajaran.

kreativitas

dan

kualitas

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan melalui
proses pengkajian berdaur, dengan jenis
penelitian berupa penelitian tindakan (action
research). Oleh karena penelitian tindakan
ini dilakukan di kelas maka disebut
penelitian tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan
PTK meliputi empat tahapan yaitu,
perencanaan
(planning),
pelaksanaan
(action), observasi (observation), dan
refleksi (reflection). Penelitian ini berlokasi
di SD Negeri 5 Panji, dimana keberadaan
sekolah ini dengan suasana lingkungan
bersih karena masing-masing kelas diisi bak
sampah dan sekolah memiliki tenaga
kebersihan dibantu oleh peserta didik siswi
untuk menjaga kebersihan sekolah. Untuk
penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas yang di sampaikan
oleh Mc. Kernan. Subjek penelitian ini
adalah semua peserta didik kelas IV SD
Negeri 5 Panji yang jumlahnya 22 orang
dengan 8 orang perempuan dan 14 laki-laki.
Objek penelitian ini adalah peningkatan
prestasi belajar peserta didik kelas IV
semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 SD
Negeri 5 Panji setelah diterapkan model
ekpositori dalam pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Siklus I
Rencana Tidakan I
Hasil yang didapat dari kegiatan
perencanaan meliputi (1) menentukan peserta
didik atau kelas yang akan dijadikan tempat
penelitian dengan mengacu pada prestasi
belajar yang belum memenuhi KKM. (2)
Melakukan analisis kiarakteristik peserta
didik yang telah dijadikan subjek penelitian
dan mengkaji secara seksama kendala dan
alternatif tindakan yang dapat digunakan
untuk
mengatasinya.
(3)
Melakukan
pengecekan mengenai jadwal pelaksanaan
penelitian yang telah direncanakan. (4)
Menyusun secara rinci skenario tindakan
yang telah direncanakan dan melakukan
pengkajian ulang untuk meminimalisir

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

kemungkinan terjadinya kesalahan. (5)


Berkonsultasi dengan teman-teman guru
tentang pembelajaran Ekpositori.
1. Pelaksanaan tindakan I
(1) Membawa semua persiapan ke kelas. (2)
Mengucapkan salam kepada peserta didik.
(3) Sebelum masuk pelajaran inti, guru
melakukan apersepsi untuk memancing
perhatian peserta didik terhadap materi
pelajaran yang akan disampaikan. (4)

Mengajar sesuai langkah-langkah metode


pembelajaran Ekpository sesuai teori. (5)
Mengajak guru sejawat ke kelas untuk
mengamati proses pembelajaran.
2.

Observasi/Pengamatan Siklus
Observasi
dilakukan
dengan
memberikan tes yang berupa tes prestasi
belajar, Hasil pengamatan pada siklus I
penelitian disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Data Hasil Belajar Peserta didik Kelas IV Semester I Siklus I


No Subjek Penelitian
Nilai
Keterangan
1
50
Belum tuntas
2
70
Tuntas
3
40
Belum tuntas
4
70
Tuntas
5
50
Belum tuntas
6
50
Belum tuntas
7
50
Belum tuntas
8
50
Belum tuntas
9
50
Belum tuntas
10
70
Tuntas
11
80
Tuntas
12
70
Tuntas
13
70
Tuntas
14
70
Tuntas
15
70
Tuntas
16
50
Belum tuntas
17
70
Tuntas
18
70
Tuntas
19
70
Tuntas
20
70
Tuntas
80
Tuntas
70
Tuntas
Jumlah Nilai
1390
Rata-rata(mean)
63,18
KKM(Kriteria ketuntasan minimal)
70
Jumlah peserta didik yang mesti
8
diremedi
Jumlah peserta didik yang perlu
14
diberi pengayaan
Prosentase ketuntasan belajar
63,63
kemudian
dilakukan
evaluasi
guna
menyempurnakan tindakan. Refleksi me3. Refleksi Siklus I
Refleksi merupakan kajian secara nyangkut analisis, sintesis, dan pengamatan
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan atas tindakan yang diberikan (Hopkin, 1993
berdasarkan data yang telah terkumpul, dalam Arikunto, Suhardojono, Suparsi,
Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

65

2006: 80). Analisis kuantitatif prestasi


belajar peserta didik siklus I
1. Rata rata (mean)
Peneliti menghitung rata-rata dengan cara :
Jumlah nilai
1230
= = =
55,90
= 55,90
jumlah siswa

22

2. Median (titik tengah)


Cara mencari median adalah mengurut
data/niali peserta didik dari yang terkecil
sampai terbesar. Setelah diurut apabila
jumlah data ganjil maka mediannya
adalah data yang tengah. Di bagi 2
(dua). Untuk median yang di peroleh
dari data siklus I dengan menggunakan
cara tersebut adalah: 70.
3. Modus
(angka
yang
paling
banyak/paling sering muncul)
Tabel 2. Data kelas interval siklus I
No
Interval
Nilai Tengah
Urut
1
40 46
40
2
47 53
50
3
54 60
57
4
61 67
64
5
68 74
71
6
75 - 81
78
Total

Frekuensi
Absolut
1
7
0
0
12
2
22

B. Siklus II
(1) Rencana Tindakan II
Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan
meliputi:
1. Merencanakan pembelajaran yang student
centered.
2. Merencanakan pembelajaran diskusi.
3. Merencanakan
pembelajaran
berpresentasi.
4. Merencanakan
pembelajaran
yang
membuat peserta didik giat bertanya.
5. Merencanakan merubah pembelajaran
yang didominasi guru.
(2) Pelaksanaan tindakan II
1. Melaksanakan
pembimbingan
yang
bervariasi.

66

Modus di cari dengan melakukan


pengecekan angka yang paling banyak
muncul. Setelah diasccending/diurut
angka tersebut adalah: 70.
4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk
grafik maka hal-hal berikut dihitung
terlebih dahulu.
(1)Banyak Kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N) = 1
+ (3,3 x 1,34)
= 1 + 4,422 = 5,422 = 5
(2)
Rentang kelas (r) = skor
maksimum skor minimum
= 80 40
= 40
(3)
Panjang kelas interval (i)
r 40
=
6,6 7
k
6
Frekuensi
Relatif
5
32
0
0
54
9
100

2. Melaksanakan
menarik.
3. Melaksanakan
menyenangkan.
4. Melaksanakan
inovatif.
5. Melaksanakan
inovatif.

pembimbingan

yang

pembimbingan

yang

pembimbingan

yang

pembelajaran

yang

(3) Observasi/Pengamatan Siklus II


Melakukan pemeriksaan hasil tes
yang dilakukan peserta didik secara seksama
untuk mendapatkan nilai yang diharapkan.
Hasil pengamatan pada siklus II penelitian
akan di sampaikan pada tabel berikut.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Tabel 3. Data Hasil Belajar Peserta didik Kelas IV Semester 1 Pada Siklus II.
Nomor Subjek Penelitian
Nilai
Keterangan
1.
70
Tuntas
2.
75
Tuntas
3.
50
Belum Tuntas
4.
80
Tuntas
5.
80
Tuntas
6.
50
Belum Tuntas
7.
70
Tuntas
8.
80
Tuntas
9.
80
Tuntas
10.
80
Tuntas
11.
90
Tuntas
12.
90
Tuntas
13.
80
Tuntas
14.
80
Tuntas
15.
75
Tuntas
16.
70
Tuntas
17.
80
Tuntas
18.
80
Tuntas
19.
75
Tuntas
20.
80
Tuntas
21.
80
Tuntas
22.
80
Tuntas
Jumlah Nilai
1675
Rata-rata (Mean)
76,13
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
70
Jumlah Peserta didik yang Mesti
2
Diremidi
Jumlah Peserta didik yang Perlu Diberi
20
Pengayaan
Prosentase Ketuntasan Belajar
90,90
4. Refleksi Siklus II
Refleksi merupakan kajian secara
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan
berdasarkan data yang telah terkumpul,
kemudian
dilakukan
evaluasi
guna
menyempurnakan
tindakan.
Refleksi
menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian
terhadap hasil pengamatan atas tindakan
yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam
Arikunto, Suhardjono, Supradi, 2006: 80).
Analisis kuantitatif Prestasi belajar peserta
didik siklus II
1. Rata-rata (Mean)
Menghitung rata-rata kelas dilakukan
dengan cara :

jumlahnila i 1675

76,13
jumlahsiswa
22
2. Median (titik tengah)
Dalam analisis perlu ditentukan median.
Median dicari dengan cara mengurut
data/nilai peserta didik dari yang terkecil
sampai terbesar. Setelah diurut apabila
jumlah data ganjil maka mediannya
adalah data yang ditengah. Kalau
jumlahnya genap maka dua data yang
ditengah dijumlahkan dibagi 2 (dua).
Untuk median yang diperoleh dari data
siklus II dengan menggunakan cara
tersebut adalah : 80
3. Modus (angka yang paling
banyak/paling sering muncul)
67
Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014
ISSN 2302-2124

Modus dicari dengan melakukan


pengecekan angka yang paling banyak
muncul setelah diasccending/diurut
angka tersebut adalah : 80
4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk
grafik maka hal-hal berikut dihitung
terlebih dahulu.
(1) Banyak kelas (K)= 1 + 3,3 x Log (N)
= 1 + (3,3 x 1,34)
Tabel 4. Data Kelas Interval Siklus II
No
Interval
Nilai
Frekuensi
Urut
Tengah
Absolut
1
50 56
53
2
2
57 63
60
0
3
64 70
67
3
4
71 77
74
3
5
78 84
80
12
6
85 - 91
88
2
Total
22
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan merupakan ringkasan hasil
penelitian yang bertalian dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Berdasarkan
semua hasil tindakan yang dilakukan, baik
siklus I maupun siklus II mulai dari
perenanaan, pelaksanaan, pengamatan atau
observasi dan refleksi dapat disampaikan
hal-hal berikut : (1) Pelaksanaan kegiatan
awal dimana model pembelajaran yang
digunakan tidak menentu, termasuk pula
metode ajar yang digunakan hanya sekedar
terlaksana membuat nilai peserta didik pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia rendah
dengan rata-rata 55,90 yang masih jauh dari
criteria ketuntasan minimal pada mata
pelajaran ini yaitu (a) Setelah dilakukan
perencanaan yang lebih matang menggunakan model pembelajaran Ekpository yang
dilakukan dengan metode/media tutor
sebaya, dilanjutkan dengan pelaksanaannya
dilapangan yang benar sesuai teori yang ada
dan dibarengi dengan pemberian tes atau
obsevasi secara objektif akhirnya terjadi
peningkatan dari nilai-nilai rata-rata awal
menjadi rata-rata 63,18 Demikian juga
terjadi peningkatan dari nilai rata-rata siklus
I meningkat menjadi 76,13 pada siklus II. (b)
Seperti kebenaran tujuan pelaksanaan
68

= 1 + 4,422 = 5,422 = 6
(2) Rentang kelas (r)= skor maksimum
skor minimum
= 90 50
= 40
(3) Panjang kelas interval (i)=
r 40

6,6 7
K
6

Frekuensi
Relatif
9
0
14
14
54
9
100
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu untuk
peningkatan proses pembelajaran, maka
upaya-upaya yang maksimal telah dilakukan
dengan sangat giat sehingga hasil yang
diharapkan sesuai perolehan data telah
mampu memberi jawaban terhadap rumusan
masalah dan tujuan penelitian ini.
Dari hasil penelitian yang diperoleh
dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar di SD Negeri 5 Panji lebih efektif
dan lebih memberikan hasil yang optimal
bagi peserta didik, maka disampaikan saran
sebagai berikut (1) Untuk melaksanakan
pembinaan memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga disarankan agar
guru mampu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan
model Pembelajaran Ekspositori sehingga
diperoleh hasil yang optimal. (2) Agar
mampu meningkatkan prestasi belajar, maka
guru hendaknya lebih sering melatih peserta
didik dengan kegiatan penemuan, walau
dalam taraf yang sederhana, agar para
peserta didik menjadi berminat terhadap
kegiatan yang dilakukan sehingga keaktifan
belajar akan meningkat. (3) Peneliti lain
diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut
untuk meneliti bagian-bagian yang belum
sempat diteliti.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.
2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan
Proses Belajar-Mengajar. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.
Depdiknas. 2011. Membimbing Guru dalam
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Pusat
Pengembangan
Tenaga
Kependidikan Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Menjaminan Mutu Pendidikan.
Inten, I Gede. 2004. Pengaruh Model
Pembelajaran dan Pengetahuan Awal
Peserta didik Terhadap Prestasi
Belajar PKN dan Sejarah pada
Peserta didik Kelas II di SMU
Laboratorium IKIP Negeri Singaraja.
Tesis. Program Pascasarjana IKIP
Negeri Singaraja.
Paizaluddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Pengaruh


Model
Pembelajaran
dan
Kemampuan
Berfikir
Silogisme
Terhadap Prestasi Belajar Biologi
Pada Peserta didik Kelas III SMP
Negeri Seririt (Experimen Pada
Pokok Bahasan Reproduksi Generatif
Tumbuhan Angiospermae). Tesis.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sukidin,
Basrowi,
Suranto.
2002.
Menajemen Penelitian Tindakan
Kelas. Penerbit: Insan Cendekia
ISBN: 979 9048 33 4.
Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan
Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul
IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan
Mengajar.
Jakarta:
Universitas
Terbuka.

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

69

PENERAPAN METODE TANYA JAWAB MULTI ARAH MELALUI LATIHAN


KETERAMPILAN (DRILL METHOD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA
Luh Redasi
Sekolah Dasar Negeri 5 Sukasada, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng
ABSTRACT
Application Questions and Answers Learning Methods Multi-Way through Training Skill
(Drill Method) to Improve Student Learning Achievement in Mathematics
This study was conducted in SD N 5 Sukasada in class V student ability in mathematics
remains low The aim of writing this class action research is to find out whether the method of
question and answer multiple directions can improve student achievement .This method of
collecting data is the achievement test. Deskriptif.Hasil methods of data analysis is obtained
from this research is the question and answer method multidirectional can improve student
achievement. This is evident from the results obtained in the first 53.9 in the first cycle and the
second cycle becomes 64.3. The conclusion of this study is the method of question and answer
multidirectional can improve student achievement.
Keywords: Questions & Answers Learning Methods, Multi Direction, Achievement
PENDAHULUAN
Guru-guru seharusnya sudah berupaya
keras untuk menyelesaikan dan mengerjakan
tugas-tugas yang disuruh, namun akhirnya
kegiatan tersebut belumlah maksimal. Untuk
memaksimalkan hal tersebut mereka harus
diawasi, diikuti dengan dinilai, dievalusi dan
diberi tindak lanjut. Serta Mata pelajaran
matematika menuntut kemampuan saling
berkomunikasi, saling berbagi pengalaman
serta untuk meningkatkan kemampuan
intelektual. Standar kompetensi mata pelajaran
matematika adalah untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap positif
serta menghargai manusia dan nilai-nilai
kemanusiaan.
Standar
kompetensi
ini
disiapkan dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi mata pelajaran matematika
sebagai hasil cipta intelektual produk yang
berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran
sebagai (1) sarana pembinaan (2) sarana
peningkatan pengetahuan dan keterampilan,
(3) sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan untuk meraih dan mengem-

70

bangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan


seni.
Setiap peserta didik mempunyai
kemampuan dan memiliki kecerdasan. Hal
tersebut harus diupayakan lewat kegiatan
pembelajaran agar mampu diaplikasikan
dalam kehidupan nyata sehari-hari. Apabila
orang sudah meiliki pengetahuan maka
mereka akan mampu mengarungi kehidupannya kelak. Pendidikan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam perkembanagn
seluruh aspek aspek kepribadian dan
kehidupan manusia. Menurut UU. No. 20
tahun 2003 tentang pendidikan disebutkan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangajka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Seperti telah dipaparkan bahwa


pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
dapat mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Untuk dapat mewujudkan tujuan
tersebut, dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan diperlukan berbagai upaya aktif
dari pendidik untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses
pembelajaran di kelas akan berhasil jika dalam
pelaksanaannya guru memahami dengan baik
peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran
yang diajarnya. Disamping mengetahui peran,
fungsi dan kegunaan mata pelajaran guru juga
diharapkan mampu menerapkan berbagai
metode ajar sehingga paradigma pengajaran
dapat dirubah menjadi paradigm pembelajaran.
Untuk mampu melakukan semua hal
yang diharapakan oleh pemerintah , maka
sebagai seorang guru harus memiliki
keterampilan
dalam
melaksanakan
pembelajaran. Wardani dan Siti Julaeha
menjelaskan tujuh syarat keterampilan yang
mesti dikuasai guru dalam melaksanakan
pembelajaran untuk disebut professional, yaitu
1) keterampilan bertanya, 2) keterampilan
member
penguatan,
3)
keterampilan
mengadakan
variasi,
4)
keterampilan
menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan
menutup
pelajaran,
6)
keterampilan
membimbing diskusi,dan 7) keterampilan
mengelola kelas. Keterampilan-keterampilan
ini berhu8bungan dengan kemampuan guru
untuk menguasai dasar- dasar pengetahuan
yang dapat memudahkan mereka untuk
melakukan persiapan dan pelaksanaan proses
pembelajaran untuk memeberikan dukungan
terhadap cara berpikir siswa yang kreatif dan
imajinatif (Modul IDIK 4307: 1-30).

Rendahnya prestasi belajar siswa bisa


saja disebabkan oleh rendahnya kemauan guru
untuk menerapkan model dan strategi
pembelajaran yang benar yang benar yang bisa
membuat siswa aktif dalam belajar. Masih
banyak guru lebih cenderung berperan sebagai
penyampai materi ajar ketimbang sebagi guru
sejati yang seharusnya bertugas sebagai
pendidik dan pengajar. Hal tersebut terjadi
akibat rendahnya kemauan guru menyiapakn
bahan yang lebih baik , termasuk kemauan
guru itu sendiri untuk menerapkan metodemetode ajar yang lebih konstruktivis. Selain
itu guru kurang berkeinginan untuk
menegmbangkan keterampilan mengajar yang
dapat
menarik perhatian siswa dan
merangsang siswa lebih aktif dalam belajar.
Pengamatan terhadap siswa kelas V
pada semester 1 tahun ajaran 2012/2013
ternyata masih sangat rendah dengan
pencapaian rata-rata 37,5%. Hasil ini jauh di
bawah KKM mata pelajaran matematika di
sekolah tersebut. Adanya kesenjangan antara
harapan-harapan yang telah disampaikan
dengan kenyataan di lapangan sangat jauh
berbeda, dalam upaya memperbaiki mutu
pendidikan yaitu pada mata pelajaran
matematika sangat perlu dilakukan perbaikan
cara pembelajaran. Salah satunya adalah
perbaikan
cara
pembelajaran
dengan
menggunakan metode tanya jawab multiarah.
Metode ini berpijak pada dasar pemikiran
bahwa semua manusia dilahirkan dengan rasa
ingin tahu yang tak pernah terpuaskan, serta
mempunyai alat-alat yang diperlukan untuk
memuaskannya.
Pembelajaran
dengan
menerapkan metode tanya jawab multiarah
sebagai salah satu model, strategi, dan pendekatan pembelajaran khusunya menyangkut
keterampilan guru dalam mematangkan materi
lewat Tanya jawab.
Dalam
penelitian
ini
dicoba
menerapkan metode tanya jawab multi-arah
melalui latihan keterampilan atau drill method
untuk
meningkatkan
prestasi
belajar

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

71

matematika pada siswa kelas V semester 1


tahun ajaran 2012/2013 SD N 5 Sukasada.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berlokasi di SD N 5
Sukasada,
lingkungan sekolah tempat
dialkukan penelitian ini cukup baik dalam
mendukung lancarnya pelaksanaan proses
belajar mengajar karena aman, nyaman,
rindang, tidak bising serta masyarakat sekitar
mendukung keberadaan sekolah dengan baik.
Penelitian yang dilaksanakan ini sesuai alur
rancangan yang dibuat oleh M.C Kernan yaitu
penelitian yang dilakukan termasuk penelitian
tindakan. Oleh karenanya, rancanagan yang
khusus untuk sebuah penelitian tindakan
sangat diperlukan. Penelitian tindakan
didasarkan pada filosofi bahwa setiap manusia
tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu
menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini
dilakukan terus menerus sampai tujuan
tercapai ( Suharsimi Arikunto, suhardjono,
Supardi,2006:67). Untuk penelitian ini penulis
memilih rancangan penelitian tindakan yang
disampaikan oleh Mc. Kernan
Prosedur:
Rancangan yang dibuat para ahli
sangat penting dijadikan pedoman dalam
melaksanakan penelitian. Prosedur pelaksanaannya tentu saja mengikuti alur rancangan
para ahli. Dalam penelitian ini yang diikuti
adalah rancangan atau gambar yang dibuat
oleh M.C Kernan, sehingga prosedur yang
diikuti adalah mulai dengan tindakan daur I
dilakukan definisi masalah dilanjutkan dengan
pelaksanaan di lapangan, dirumuskan hipotesisnya, dikembangkan hipoptesis tersebut,
diimplementasikan, dievaluasi dari hasil yang
di dapat dan evaluasi diterapkan. Langkah
langkah pada daur II atau siklus II sama
dengan yang di siklus I yaitu dimulai dengan
adanya suatu permasalahan yang baru,
didefinisikan masalahnya, dibuat hipotesisnya
direvisi, selanjutnya dilakukan implementasi
di lapangan, dievaluasi, kemudian hasil yang

72

didapat merupakan penerapan baru apabila


masih adalah masalah. Hasil belajar yang
diharapakan dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan memberikan tes prestasi belajar.
semua data yang telah dikumpulkan
selanjutnya dianilisis untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang tingkat keberhasilan yang telah dicapai. Analisis data
dilakukan dengan metode deskriptif. Untuk
data kuantitatif dianalisis dengan mencari
mean, median, modus serta menyajikan semua
data dalam tabel untuk selanjutnya dibuat
gambar grafiknya.
Untuk menentukan batasan keberhasilan penelitian agar tidak dilanjutkan ke siklus
berikutnya diusulkan pada siklus I mencapai
nilai rata rata 55% dan siklus II mencapai
nilai rata rata 80% atau lebih dengan tingkat
ketuntasan belajar secara kelompok mencapai
presentase minimal 85%.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bagian ini, akan dipaparkan data
yang diperoleh dari penelitian tindakan ini
secara rincian berdasarkan penelitian yang
dilakukan di SD Negeri 5 Sukasada. Sebelum
menyampaikan hasil hasil penelitian ada
baiknya dilihat dahulu pendapat para ahli
pendidikan berikut: dalam menyampaikan
hasil penelitian dan pembahasan, perlu
menyajikan uraian masing masing siklus
dengan data lengkap mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang
berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan
dan kelemahan yang terjadi.
Perlu ditambahkan hal yang mendasar,
yaitu hasil pembahasan (kemajuan) pada diri
siswa, lingkungan, guru, motivasi dan
aktivitas belajar, situasi kelas dan hasil belajar,
kemukakan grafik dan tabel hasil analisis data
yang menunjukkan perubahan yang terjadi
disertai pembahasan secara sistematis dan
jelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono,
Supardi, 2006: 83). Melihat paparan ini
jelaslah apa yang harus dilihat dalam BAB ini
yaitu menulis lengkap mulai dari apa yang

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

dibuat sesuai perencanaan, hasilnya apa,


bagaimana pelaksanaannya, apa hasil yang
dicapai, sampai pada refleksi berikutnya
semua hasilnya. Oleh karenanya pembicaraan
pada bagian ini dimulai dengan apa yang
dilakukan dari bagian perencanaan.
1. Siklus I
Rencana Tindakan I
Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan
meliputi:
1. Menentukan siswa atau kelas yang akan
dijadikan tempat penelitian dengan
mengacu pada prestasi belajar yang belum
memenuhi KKM.
2. Melakukan analisis karakteristik siswa
yang telah dijadikan subjek penelitian dan
mengkaji secara seksama kendala dan
alternative tindakan yang dapat digunakan
untuk mengatasinya.
3. Melakukan pengecekan mengenai jadwal
pelaksanaan
penelitian
yang
telah
direncanakan.
4. Menyusun secara rinci skenario tindakan
yang tela direncanakan dan melakukan
pengkajian ulang untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya kesalahan.
5. Melaksanakan
kegiatan
pemahaman
konsep, ada pemahaman prosedur, ada
kegiatan penalaran, ada kegiatan berfikir
sejenak, ada kegiatan bernalar, ada kegiatan
membuat bukti, ada kegiatan penghayatan,
dll.
Pelaksanaan Tindakan I
1. Masuk ke kelas dengan membawa lembar
observasi/pengamatan
2. Masuk ke kelas dengan mengucapkan
salam,
berlanjut
dengan
memberi
penjelasan tentang tes yang harus
dikerjakan, membagikan tes serta lembar
kertas yang digunakan untuk menjawab
soal-soal tes pada siswa
3. Memberi kesempatan pada siswa untuk
menandatangani absen kehadiran ikut tes

4. Dalam melakukan observasi, peneliti


menggunakan jenis instrumen yang telah
disusun sebelumnya dalam RPP
5. Melaksanakan
pembelajaran
penutup
dengan melakukan rangkuman atau
simpulan.
Observasi/Pengamatan Siklus I
1. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menandatangai absen kehadiran ikut
tes.
2. Semua tes yang telah dipersiapkan
mengacu pada indikator dan kompetensi
siswa yang ikut di ukur.
3. Mengawasi pelaksanaan tes agar siswa
tidak bekerjasama untuk memperoleh data
yang
valid
atau
dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya.
4. Setelah pelaksanaan tes, guru kembali ke
kantor melanjutkan pemeriksaan terhadap
jawaban yang dibuat peserta didik.
5. Setelah diperiksa hasil dari jawabanjawaban peserta didik yang telah diperiksa,
selanjutnya ditaruh tabel keberhasilan yang
telah dicapai. Dijumlahkan nilai mereka
lalu dicari rata-ratanya untuk dipaparkan
pada bagian observasi atau pengamatan
atau pengumpulan data ini dan tertera pada
paparan tabel berikut.
Refleksi Siklus I
Apa yang dilakukan dalam refleksi
adalah mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan berdasarkan data yang
telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi
guna penyempurnaan tindakan. Refleksi
merupakan kajian secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan berdasarkan data yang
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan
tindakan.
Refleksi
menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian
terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Arikunto,
Suhardjono, Supardi, 2006: 80). Analisis
kuantitatif Presentasi belajar siswa siklus I
1. Rata-rata (mean)

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

73

Untuk perhitungan nilai rata-rata dicari dengan


Jumlahnila i 417

58,87
Jumlahsiswa
8
2. Median (titik tengahnya)
Dalam analisis perlu ditentukan media,
median dicari dengan cara mengurut data/nilai
siswa dari yang terkecil sampai terbesar.
Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka
mediannya adalah data yang ditengah. Kalau
jumlahnya genap maka dua data yang di
tengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Untuk
median yang diperoleh dari data siklus I
dengan menggunakan cara tersebut adalah: 58
3. Modus (angka yang paling banyak/paling
sering muncul)
Tabel 04. Interval Kelas Siklus I
No
Nilai
Interval
Urut
Tengah
1
52 57
54,5
2
58 63
60,5
3
64 - 69
66,5
Total

Frekuensi
Absolut
3
3
2
8

2. Siklus II
Rencana Tindakan II
Hasil yang didapat dari kegiatan
perencanaan meliputi, (1) Menentukan siswa
atau kelas yang akan dijadikan tempat
penelitian dengan mengacu pada presentasi
belajar yang belum memenuhi KKM. (2)
Melakukan analisis karakteristik siswa yang
telah dijadikan subjek penelitian dan mengkaji
secara seksama kendala dan alternatif tindakan
yang dapat digunakan untuk mengatasinya. (3)
Melakukan pengecekan mengenai jadwal
pelaksanaan penelitian yang telah direncanakan. (4) Menyusun secara rinci skenario
tindakan yang telah direncanakan dan
melakukan pengkajian ulang untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan.
(5) Melaksanakan kegiatan yang bervariasi
dalam menjelaskan seperti ada kegiatan
pemahaman
konsep,
ada
pemahaman
prosedur, ada kegiatan penalaran, ada kegiatan
berpikir sejenak, ada kegiatan bernalar, ada

74

Modus dicari dengan melakukan pengecekan


angka yang paling banyak muncul. Setelah
diasccending/diurut angka tersebut adalah 58.
4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk
grafik maka hal-hal berikut dihitung
terlebih dahulu.
(1) Banyak kelas (K)
= 1 + 3,3 x Log
(N)
= 1 + 3,3 log 8
= 1 + (3,3 x 0,9)
= 1 + 2,97 = 3,97 3
a. Rentang kelas (r)
=
skor
maksimum skor minimum
= 68 52 = 16
b. Panjang kelas interval (i)
Frekuensi
Relatif
37,50
37,50
25,00
100
kegiatan membuat bukti, ada kegiatan
penghayatan, dll.
Pelaksanaan Tindakan II
1. Masuk ke kelas dengan membawa lembar
observasi/pengamatan
2. Masuk ke kelas dengan mengucapkan
salam,
berlanjut
dengan
memberi
penjelasan tentang tes yang harus
dikerjakan, membagikan tes serta lembar
kertas yang digunakan untuk menjawab
soal-soal tes pada siswa
3. Memberi kesempatan pada siswa untuk
menandatangani absen kehadiran ikut tes
4. Dalam melakukan observasi, peneliti
menggunakan jenis instrumen yang telah
disusun sebelumnya dalam RPP.
5. Melaksanakan tahap pembelajaran penutup
dengan melakukan rangkuman atau
simpulan.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Observasi / pengamatan siklus II


1. Memberi kesempatan kepada siswa
untuk menandatangani absen kehadiran
ikut tes.
2. Semua tes yang telah dipersiapkan
mengacu
pada
indikator
dan
kompetensi siswa yang ingin di ukur.
3. Mengawasi pelaksanna tes agar siswa
tidak bekerjasama untuk memperoleh
data
yang
valid
atau
dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya.
4. Setelah pelaksanaan tes, guru kembali
kekantor melanjutkan pemeriksaan

terhadap jawaban yang dibuat peserta


didik.
5. Setelah diperiksa hasil dari jawabanjawaban peserta didik yang telah
diperiksa, selanjutnya ditaruh tabel dari
keberhasialan yang telah dicapai.
Dijumlahkan nilai mereka lalu dicari
rata-ratanya untuk dipaparkan pada
bagian observasi atau pengamatan atau
pengumpulan data ini dan tertera pada
paparan tabel berikut.
Hasil pengamatan pada siklus II peneliti
sampaikan pada tabel berikut.

Tabel 02. Prestasi Belajar Siswa Kelas V Semester I Tahun Ajaran 2012/2013 Siklus II.
Nomor Subjek
Nilai
Keterangan
1
60
Tuntas
2
65
Tuntas
3
62
Tuntas
4
62
Tuntas
5
52
Belum Tuntas
6
70
Tuntas
7
71
Tuntas
8
72
Tuntas
Jumlah Nilai
514
Rata-rata(mean)
64.25
KKM (kriteria Ketuntasan minimal)
60
Jumlah Siswa yang Mesti Remidi)
1
Jumlah siswa yang perlu diberi pengayaan
7
Prosentase ketuntasan Belajar
87,5%
1. Refleksi Siklus II
Apa yang dilakukan dalam refleksi adalah
mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan berdasarkan data yang telah
terkumpul,kemudian dilakukan evaluasi guru
guna penyempurnaan tindakan. Refleksi
merupakan kajian secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan berdasarkan data yang
telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan.Refleksi
menyangkut analisis,sintesis,dan penilaian
terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan (Hopkin,1993 dalam Arikunto,
Suhardjono, Supardi, 2006:80).

Analisis Kuantitatif Prestasi belajar siswa


siklus II
1. Rata-rata (mean)
Untuk perhitungan nilai rata-rata dicari
dengan
Jumlahnila i
514
=
= 64,25
Jumlahsiswa
8
2. Median (titik tengahnya)
Dalam analisis perlu ditentukan
median dicari dengan cara mengurut data/nilai
siswa
dari
yang
terkecil
sampai
terbesar.Setelah diurut apabila jumlah data
ganjil maka mediannya adalah data yang
ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

75

data yang ditengah dijumlahkan kemudian


dibagi dua.Untuk median yang diperoleh dari
data siklus I dengan menggunakan cara
tersebut adalah 63,5
3. Modus(angka yang paling sering muncul)
Modus dicari dengan melakukan pengecekan
angka yang paling banyak muncul.setelah
diasccending/ diurut angka tersebut adalah 62.
4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk
grafik maka hal-hal berikut dihitung terlebih
dahulu.
Tabel 04 Interval Kelas Siklus II
No
Nilai
Frekuensi
Interval
Urut
Tengah
Absolut
1
52 58
55
1
2
59 65
62
4
3
66 72
69
3
8
Total

= 1+ 3,3 x log(N)
= 1+3,3 log8
= 1 +(3,3x0,9)
= 1+ 2,79=3,97 3
Rentang kelas (r)= skor maksimum skor
minimum
= 72-52
= 20

Frekuensi
Relatif
12,50
50,00
37,50
100

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Gambaran Pelaksanaan Pra Siklus
Deskripsi
awal
telah
menunjukan
rendahnya prestasi belajar siswa yang
diakibatkan oleh faktor-faktor luar dan faktorfaktor dari dalam diri guru sendiri. Faktorfaktor tersebut telah dipahami betul dan pelanpelan diperbaiki agar proses pembelajaran
tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut
dengan cara membuat perencanaan yang lebih
baik pada siklus berikutnya. Dari faktor siswa
tentang kurangnya motivasi orang tua dalam
mengarahkan anak-anak mereka untuk mau
giat belajar dilakukan dengan memberi
pengarahan
lewat
penyampaian
yang
dilakukan kepala sekolah terhadap orang tua
siswa.
2. Pembahasan Hasil yang Diperoleh
dari Siklus 1
Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan pada sikllus I ini dalam upaya
pembenahan proses pembelajaran dikelas
dapat disampaikan bahwa ada kelebihankelebihan yaitu peneliti telah membuat
perencanaan yang matang,dengan terlebih

76

Banyak Kelas (K)

dahulu membaca teori yang ada,dalam


pelaksanaan pembelajaran peneliti telah
berpakaian rapi,menggunakan bahasa yang
santun,menuntun siswa dengan baik.Hal ini
menimbulkan binterprestasi bahwa perjalanan
penelitian sudah cukup baik.Kelemahan yang
disampaikan perlu diberikan analisis yaitu
penggunaan waktu yang belum efektif,
kontruksi, kontribusi siswa belum maksimal,
fakta ini akan digunakan acuan kebenaran
data, validasi internal validasi eksternal berupa
penggunaan teori-teori yang mendukung dan
realibilitas data penelitian ini dapat penulis
yakini karena hal itu merupakan ketetapan
peneliti memilih instrumen. Faktor-faktor
yang berpengaruh belum maksimalnya
pembelajaran pada siklus I ini adalah karena
peneliti baru satu kali mencoba model ini.
Cara
pemecahan
masalahnya
adalah
penyiapan RPP yang lebih baik, lebih
berkualitas, meminta pendapat teman sejawat
untuk memperoleh tambahan pengalaman,
gambaran-gambaran.
Dari
gambaran
pelaksanaan yang telah dilakukan ternyata
hasil yang diproleh pada siklus I ini sudah
lebih baik dari hasil awal yang baru mencapai

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

nilai rata-rata 53,9 dengan ketuntasan belajar


belajar 60. Pada siklus I ini sudah mencapai
peningkatan sedikit lebih tinggi dengan ratarata58,9 dan ketuntasan belajar 60. Namun
hasil tersebut belum maksimal karena tuntutan
indicator keberhasilan penelitian adalah agar
peserta didik agar mampu memperoleh ratarata 65 dengan ketuntasan belajar 60. Oleh
karenanya penelitian ini perlu untuk dilanjutkan.
3.

Pembahasan Hasil yang Diperoleh


dari Pelaksanaan Siklus II
Perolehan dari kegiatan penelitian
siklus II ini terbukti telah menunjukkan bahwa
kemampuan
siswa
dalam
mengikuti
pembelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti
dari rata rata nilai siswa yang mencapai 64,3
dengan ketuntasan belajar 60. Hasil ini
menunjukkan hasil pembelajaran Tanya jawab
multiarah metode pembelajaran multiarah
telah berhasil meningkatkan kemampuan
siswa menempa ilmu sesuai harapan.Metode
pembelajaran multiarah merupakan metode/
model yang cocok bagi siswa apabila guru
menginginkan mereka memiliki kemampuan
melakukan analisis, sintesis, berargumentasi,
mengeluarkan pendapat secara lugas. Metode
pembelajaran Tanya jawab multiarah mampu
memupuk kemampuan intelektual siswa,
mendorong siswa untuk mampu menemukan
sendiri, menempatkan siswa pada posisi
sentral dan mengupayakan agar siswa mampu
belajar lewat penemuan agar materi yang
dipelajari dapat diingat lebih lama. Hasil
penelitian ini ternyata telah member efek
utama bahwa model yang diterapkan dalam
proses pembelajaran berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
Temuan ini membuktikan bahwa guru sudah
dapat memilih metode dalam melaksanakan
proses pembelajaran karena pemilihan metode
merupakan
hal
yang
tidak
boleh
dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan
temuan-temuan peneliti lain seperti yang

dilakukan oleh Intan (2004) dan Puger (2004)


yang pada dasarnya menyatakan bahwa
metode pembelajaran yang diterapkan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Upaya maksimal dalam melaksanakan
pembelajaran pada siklus II dengan
memperbaiki semua kelemahan-kelemahan
sebelumnya
telah
mampu
membuat
peningkatan pemahaman dan ilmuan peserta
didik. Dari nilai yang diperoleh siswa, lebih
setengah siswa mendapat nilai di atas KKM,
ada 6 orangPsiswa memperoleh nilai sesuai
KKM dan 1 orang siswa memperoleh nilai
rendah. Atas dasar perolehan data dalam
bentuk nilai tersebut dapat diyakini bahwa
prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan
dengan penggunaan metode pembelajaran
Tanya jawab multiarah. Melihat perbandingan
nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II,
terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari
rata-rata nilai awal adalah 53,9 naik di siklus I
menjadi 58,9 dan siklus II naik, menjadi 64,3.
Kenaikan ini tidak bisa dipandang sebelah
mata karena kenaikan nilai ini adalah dari
upaya-upaya
yang
maksimal
yang
dilaksanakan penelitian demi peningkatan
mutu pendidikan dan kemajuan pendidikan
khususnya di SD N 5 Sukasada.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pembuktian berdasarkan data-data
empiric yang telah diuraikan dalam kaitan
dengan penerapan model pembelajaran Tanyajawab multiarah dalam proses pembelajaran,
serta hasil dari pelaksanaan tindakan seperti
yang telah dijelaskan pada bab terdahulu telah
memperoleh hasil dari pelaksanaan tindakan
seperti yang telah dijelaskan pada bab
terdahulu telah memperoleh hasil sesuai
harapan. Dari semua data yang telah diperoleh
bahwa fakta-fakta yang ada telah mampu
menjawab rumusan masalah dan tujuan
penelitian ini. Data tersebut adalah kenaikan
prestasi yang diperoleh peserta didik dari awal
baru mencapai rata-rata 53,9, pada siklus I

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

77

naik menjadi 58,9 dan pada siklus II naik


menjadi 64,3. Bukti-bukti tersebut,baik bukti
yang masih rendah yang diperoleh pada
awalnya maupun bukti yang sudah lebih baik
pada siklus I dan bukti data yang baik yang
sesuai harapan yang diperoleh pada siklus II
telah dapat
membuktikan diterimanya
hipotesis penelitian yang telah diajukan. Dari
paparan tersebut, disimpulkan bahwa metode
tanya jawab multiarah telah dapat menjawab
keberhasilan yang diharapkan dan telah dapat
membuktikan keberhasilan sesuai tuntutan
rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung:


Tarsito.
Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002. Manajemen
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Penerbit: Insan Cendekia ISBN: 979
9048 33 4.
Supardi, 2005. Pengembangan Profesi dan
Ruang Lingkup Karya Ilmiah.
Jakarta:Depdinas.
Trianto. 2010.
Mengembangkan Model
Pembelajaran Tematik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.

Saran

Mengacu pada kesimpulan yang telah


dijelaskan,
maka
saran
yang
dapat
disampaikan adalah (1) Kepada teman guru
pengajar mata pengajar mata pelajaran
matematika disarankan untuk meningkatkan
keaktifan, kreativitas siswa dan keefektivan
pembelajaran diharapkan menerapkan model
pembelajaran
multiarah
untuk
upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa. (2)
Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai
dengan tujuan penelitian disarankan untuk
menggali pendapat atau tanggapan siswa
dengan kalimat yang lebih mengarah pada
proses pembelajaran dengan model pembelajaran multiarah. (3) Kepada kepala sekolah
disarankan untuk member pemahaman agar
guru mau melaksanakan pembelajaran dengan
langkah-langkah model pembelajaran yang
sudah diteliti. (4) Kepada pengawas agar
membina guru-guru di wilayah binaannya agar
mencoba model pembelajaran yang telah
dicobakan untuk diterapkan di sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.
2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta.:
Rineka Cipta.

78

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DENGAN METODE KARYA WISATA


DENGAN BERMAIN SAMBIL BELAJAR DAN METODE BERCERITA
I Gusti Ayu Suwantari
SD Negeri 3 Jagaraga, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng
ABSTRACT
Mproving Performance Learning Works With Tour With Playing While Teaching And
Learning Method of Storytelling
To get the better student learning and to improve the quality of teaching and learning
process it is necessary to study. The study was conducted in SD Negeri 3 Jagaraga the ability to
write letters still lacking. The research objective of this class action is to improve the
achievement of students learning to write letters by applying the method works with a playing
tour while learning and storytelling. Data collection method is observation and learning
achievement test. Methods of data analysis is descriptive. The results obtained from this study is
the learning model method works by playing travel while learning and storytelling in learning to
write letters can improve student achievement. This is evident from the results obtained in the
first cycle and the second cycle 55 increase to 63.75 from the results obtained from this study is
the method works with a playing tour while learning and storytelling in learning to write can
improve learning achievement.
Keywords: Teaching Methods Study Tours, Storytelling, Learning Outcomes
PENDAHULUAN
Perolehan hasil belajar sangat
ditentukan oleh kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk
itu sebagai pendidik harus mampu
melaksanakan proses pembelajaran dengan
baik, yang nantinya diharapkan mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa. Kendala yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran di SD Negeri 3 Jagaraga
adalah masalah belajar menulis. Kemampuan siswa dalam menulis masih kurang.
Hal inilah yang menjadi masalah sehingga
peningkatan mutu pendidikan belum dapat
diupayakan secara maksimal.
Pelaksanaan model pembelajaran
tradisional belum membuahkan hasil sesuai
harapan. Oleh karenya penulis berusaha
memecahkan masalah yang mendesak untuk
ditangani. Prestasi belajar siswa SD Negeri 3
Jagaraga pada semester I masih jauh
dibawah KKM, perolehan hasil yang rendah
tersebut merupakan masalah yang sesegera
mungkin harus ditangani, itulah yang

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

mendorong peneliti sehingga penelitian ini


menjadi penting untuk dilaksanakan. Ketersediaan waktu di sekolah untuk memperbaiki
proses belajar mengajar menyebabkan peneliti melakukan penelitian yang berjudul
Meningkatkan prestasi belajar dengan
metode karya wisata dengan bermain sambil
belajar dan metode bercerita dalam belajar
menulis huruf kelas 1 semester I SD Negeri
3 Jagaraga tahun pelajaran 2012/2013
dalam upaya memecahkan permasalahan
yang penting dan mendesak dikelas ini.
Dengan memanfaatkan model pembelajaran
tersebut diharapkan dapat menjadi solusi
yang tepat untu menangani permasalahan
yang sedang dihadapi berdasarkan uraian
tersebut.
Rumusan Masalah dalam penelitian
ini adalah apakah model pembelajaran tematik melalui metode karya wisata yang
dibantu dengan metode bercerita dapat
meningkatkan prestasi belajar menulis huruf
siswa kelas 1 SD negeri 3 Jagaraga?
Pemecahan masalah ini dilakukan dengan

ISSN 2302-2124

79

mengupayakan pembelajaran yang lebih


baik berdasar teori yang ada. Untuk itu cara
yang dilakukan dalam memecahkan masalah
yang ada, peneliti berpijak pada konsep
dasar Model pembelajaran tematik yang
diterapkan melalui metode karya wisata dan
bercerita yang bertujuan membantu siswa
untuk memahami makna materi ajar agar
mampu mengaitkannya dengan konsepkonsep nyata yang ada di lapangan yang
diterima di sekolah secara bermakna,
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkontruksikan sendiri dan mengaitkan
secara aktif pemahamannya terhadap
konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial dan kultur). Model
pembelajaran Tematik yang dikombinasikan
dengan metode karya wisata dan bercerita
mempunyai langkah-langkah yang mendorong keaktifan berpikir siswa dan melatih
mereka untuk siap memanfaatkan pengetahuannya dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan Penelitian
berdasar rumusan masalah yang sudah
disampaikan, maka tujuan penelitian ini
adalah: untuk mengetahui seberapa tinggi
peningkatan prestasi belajar siswa akan
terjadi setelah diterapkan model pembelajaran Tematik dibantu dengan metode
karya wisata dan bercerita dalam
pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri
3 Jagaraga kelas 1 semester I tahun ajaran
2012 / 2013. Sekolah ini terletak di desa
Jagaraga kabupaten Tabanan dengan situasi
yang sejuk, rindang, dan nyaman. Penelitian
yang
dilakukan
termasuk
penelitian
tindakan. Peneliti di dalam penelitian ini
mengusulkan tingkat keberhasilan per siklus
yaitu siklus I prestasi belajar siswa mencapai
rata-rata 55, dan pada siklus II 63,75.
Penelitian ini mengambil subyek penelitian
yaitu siswa SD Negeri 3 Jagaraga kelas 1,
semester I. sedangkan peningkatan prestasi
80

belajar siswa SD Negeri 3 Jagaraga setelah


diterapkan metode karya wisata dengan
bermain sambil belajar dan metode bercerita
dalam belajar menulis huruf. Yang
dipergunakan untuk menganalisis data hasil
penelitian ini adalah metode deskriptif
dianalisis dengan mencari mean, median,
modus, menyajikan dalam bentuk tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hail pengamatan yang telah
dilakukan pada siklus I ini dalam upaya
pembenahan proses pembelajaran di kelas
dapat disampaikan bahwa ada kelebihankelebihan yaitu peneliti telah membuat
perencanaan yang matang, dengan terlebih
dahulu membaca teori yang ada, dalam
pelaksanaan pembelajaran peneliti sudah
berpakaian rapi, menggunakan bahasa yang
santun, menuntun siswa dengan baik. Hal ini
menimbulkan interpretasi bahwa perjalanan
penelitian sudah cukup baik. Kelemahan
yang disampaikan perlu diberikan analisis
yaitu penggunaan waktu yang belum efektif,
konstruksi,
kontribusi
siswa
belum
maksimal, fakta ini akan dijadikan acuan
kebenaran data, validasi internal validitas
eksternal berupa penggunaan teori-teori
yang mendukung dan reliabilitas data
penelitian ini dapat penulis yakini karena hal
itu merupakan ketepatan peneliti memilih
instrumen. Faktor-faktor yang berpengaruh
belum maksimalnya pembelajaran pada
siklus I ini adalah karena peneliti baru satu
kali mencoba model ini. Cara pemecahan
masalahnya adalah penyiapan RPP yang
lebih baik, lebih berkualitas, meminta
pendapat teman sejawat untuk memperoleh
tambahan pengalaman, gambaran-gambaran.
Dari gambaran pelaksanaan yang
telah dilakukan ternyata hasil yang diperoleh
pada siklus I ini sudah lebih baik dari hasil
awal yang baru mencapai nilai rata-rata
53,125 dengan ketuntasan belajar 50 %.
Pada siklus I ini sudah mencapai
peningkatan sedikit lebih tinggi yaitu dengan
rata-rata 55,00 dan ketuntasan belajar 50 %

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Namun hasil tersebut belum maksimal


karena tuntutan indikator keberhasilan
penelitian belajar 81 % Oleh karenanya penelitian ini masih perlu untnk dilanjutkan.
Perolehan hasil dari kegiatan
penelitian pada siklus II ini terbukti telah
menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam mengikuti pelajaran sudah cukup
baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai siswa
mencapai 63,75 dengan ketuntasan belajar
81 % Hasil ini menunjukkan bahwa model /
metode karya wisata telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa menempa ilmu
sesuai harapan. Metode/model karya wisata
merupakan metode/model yang cocok bagi
siswa apabila guru menginginkan mereka
memiliki kemampuan melakukan analisis,
sintesis, berargumentasi, mengeluarkan
pendapat secara lugas. Metode/ model karya
wisata mampu memupuk kemampuan
intelektual siswa, mendorong siswa untuk
mampu menemukan sendiri, menempatkan
siswa pada posisi sentral dan mengupayakan
agar siswa mampu belajar lewat penemuan
agar materi yang dipelajari dapat diingiat
lebih lama.
Hasil penelitian ini ternyata telah
memberi efek utama bahwa model yang
diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
belajar siswa. Temuan ini membuktikan
bahwa guru sudah tepat memilih metode
dalam melaksanakan proses pembelajaran
karena pemilihan metode merupakan hal
yang tidak boleh dikesampingkan. Hal ini
sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti
lain seperti yang dilakukan oleh Inten (2004)
dan Puger (2004) yang pada dasarnya
menyatakan bahwa metode pembelajaran
yang diterapkan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Upaya maksimal dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus II dengan
memperbaiki semua kelemahan-kelemahan
sebelumnya telah mampu membuat peningkatan pemahaman dan keilmuan peserta
didik. Dari nilai yang diperoleh siswa, lebih

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

setengah siswa mendapat nilai ,70,80 dan 5


siswa memperoleh nilai sesuai KKM dan 3
siswa memperoleh nilai rendah. Atas dasar
perolehan data dalam bentuk nilai tersebut
dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa
dapat ditingkatkan dengan penggunaan
metode/model karya wisata. Melihat
perbandingan nilai awal, nilai siklus I dan
nilai siklus II, terjadi kenaikan yang
signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal
adalah 53,125 naik di siklus I menjadi 55
dan di siklus II naik menjadi 63,75 Kenaikan
ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena
kenaikan nilai ini adalah dari upaya-upaya
yang maksimal yang dilaksanakan peneliti
demi peningkatan mutu pendidikan dan
kemajuan pendidikan khususnya di SD
Negeri 3 Jagaraga.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran yang diperoleh
dari hasil penelitian ini adalah Fokus
pembahasan dari penelitian ini adalah untuk
membuktikan apakah model pembelajaran
Karya Wisata dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Dari hasi analisis yang telah
dilakukan yang dilanjutkan dengan pembahasan dapat disampaikan bahwa peningkatan hasil belajar telah dapat diupayakan.
Dari data awal yang rata-rata baru mencapai
53,125 dan jauh dari kriteria ketuntasan
minimal pada mata pelajaran ini, pada siklus
I sudah dapat ditingkatkan menjadi 55,00
dan pada siklus II sudah mencapai rata-rata
63,75 Siswa yang pada awalnya kemampuannya masih sangat rendah dimana hanya
ada 5 yang tuntas, pada siklus I sudah dapat
ditingkatkan yaitu ada 8 siswa yang sudah
tuntas dan pada siklus II sudah 13 yang
tuntas. Dari hasil awal ada 9 siswa yang
harus diremidi sedangkan pada siklus II
hanya 3 siswa yang mesti diremidi.
Dari uraian fakta-fakta di atas yang
dibarengi dengan penyajian data hasil
observasi baik siklus I maupun siklus II yang
disampaikan pada Bab IV telah dapat
dibuktikan bahwa model/metode karya

ISSN 2302-2124

81

wisata dan metode bercerita dapat


meningkatkan kemampuan siswa dalam
belajar. Dengan hasil tersebut dapat
dibuktikan bahwa rumusan masalah dan
tujuan penelitian telah tercapai dan hipotesis
yang diajukan sudah dapat diterima. Untuk
hal tersebut selanjutnya perlu disampaikan
saran : Berdasarkan temuan yang sudah
disimpulan dari hasil penelitian, dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran, dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1)
Bagi guru kelas, apabila mau melaksanakan
proses pembelajaran penggunaan metode
yang telah diterapkan ini semestinya menjadi
pilihan dari beberapa metode yang ada
mengingat metode ini telah terbukti dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. 2)
Bagi peneliti lain, walaupun penelitian ini
sudah dapat membuktikan efek utama dari
model pembelajaran karya wisata dengan
bermain sambil belajar dalam meningkatkan
prestasi belajar, sudah pasti dalam penelitian
ini masih ada hal-hal yang belum sempurna
dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti
lain yang berminat meneliti topik yang sama
untuk meneliti bagian-bagian yang tidak
sempat diteliti. 3) Bagi pengembang
pendidikan, selanjutnya untuk adanya
penguatan-penguatan,
diharapkan
bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian
lanjutan guna memverifikasi data hasil penelitian ini.

82

DAFTAR PUSTAKA
Nurbiana Dhieni. (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas
Terbuka
Gunarti, Winda, dkk. (2008). Pengembangan Perilaku dan Kemampuan
Dasar. Anak Usia Dini. Jakarta :
Universitas Terbuka
Hajar, Ibnu. 1999. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sabri Jamilah Sanan, dan H. Martinis
Yamin, 2010, Panduan Pendidikan
Anak Usia Dini, Jakarta: Gaung
Persada Press Group.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SEBAGAI UPAYA UNTUK


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Ni Luh Widiani
SD Negeri 1 Suwug, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng
ABSTRACT
Cooperative Learning Model Type STAD as Efforts to Improve Student Learning
Achievement
The purpose of this research was to determine whether the model STAD able
aeningkatkan student achievement. This study takes the research subjects in class VI in SD
Negeri 1 Suwug in the 1st half of the school year 2012 2013. This study uses the learning
achievement tests as research data. After all the processes through which the data obtained
from the analysis that was originally mastery learning students reached 30%, in the first cycle
increased to 70% and in the second cycle has reached 90%. Increased percentage obtained by
the hard work of researchers from making good planning, implementing learning process in
the classroom achievement increase learning achievement. After the implementation is done,
followed by observation and reflection of the success of the lead researchers made the
conclusion that the STAD model can improve learning achievement.
Keywords: Cooperative Learning Model STAD, academic achievement
PENDAHULUAN
Peran mata pelajaran Matematika
adalah untuk pengembangan intelektual,
sosial dan emosional siswa. Fungsi mata
pelajaran Matematika adalah sebagai suatu
bidang kajian untuk mempersiapkan siswa
mampu
merefleksikan
pengalamannya
sendiri dan pengalaman orang lain.
Sedangkan kegunaannya adalah untuk
membantu
siswa
mengenal
dirinya,
budayanya, budaya orang lain, membuat
keputusan
yang
bertanggungjawab.
Kelemahankelemahan yang terjadi selama
proses pembelajaran : guru kurang kemauan
menyiapkan bahan yang lebih baik, metode
yang bervariasi, kurang mampu menguasai
keterampilan mengajar yang dapat menarik
perhatian siswa dan merangsang siswa untuk
belajar. Hal ini mengakibatkan prestasi bela
jar Matematika siswa kelas VI di semester I
tahun ajaran 20122013 masih sangat rendah
yaitu 60,5 jauh dibawah KKM.Melihat
kesenjangan
antara
harapan
dengan
kenyataan di lapangan sangat jauh berbeda,
maka sangat perlu kiranya dilakukan
perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya
adalah perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Kooper-

atif Tipe STAD. Oleh karenanya penelitian


ini sangat penting untuk dilaksanakan.
Rumusan masalah penelitian ini
adalah
Apakah
model
pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 1
Suwug ? Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan
prestasi belajar yang terjadi setelah
langkahlangkah model pembelajaran STAD
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Manfaat penelitiannya adalah: 1) Bagi guru,
untuk memperluas dan menambah wawasan
serta kreatifitas berpikir dalam mengembangkan potensinya sebagai pendidik; 2) Bagi
sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi sekolah dalam upaya
meningkatkan kreatifitas siswa; 3) Bagi
siswa, dapat meningkatkan aktifitas dan hasil
belajar siswa dalam belajar sehingga prestasi
belajar meningkat.
Model pembelajaran kooperatif yang
dipaparkan oleh Hilke bertujuan untuk : (1)
untuk membantu perkembangan kerjasama
akademik di antara siswa, (2) untuk
menganjurkan hubungan kelompok yang
positif, (3) mengembangkan hargadiri siswa,
dan (4) untuk meningkatkan penca paian

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

83

akademik. Pada tahun 1940, Morton Deutsch


(1949) menyusun suatu teori tentang
bagaimana orangorang berhubungan dan
berinteraksi pada masing-masing susunan
tersebut. Pada susunan kompetitif, seorang
siswa bekerja melawan masing-masing yang
lainnya dan tampilan mereka dibandingkan.
Beberapa siswa mengalami kekeliruan dalam
susunan ini, hasilnya kehilangan hargadiri
dan kadangkadang berperasaan negatif
terhadap teman sebaya mereka secara bebas
pada langkah mereka sendiri untuk men
capai tujuan yang ditetapkan oleh guru. Guru
selanjutnya mengevaluasi sekelompok tujuan
untuk masing-masing individu. (Lickona,
1992: 236238) Pembelajaran dengan meng
gunakan metode pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang memusatkan perhatian pada proses penalaran
nilainilai moral, melalui diskusi dan proses
tanya jawab dialektis yang bersifat mengajar
dan menantang proses pemahaman .
Menurut Slavin dalam pembelajaran
kooperatif STAD, materi pembelajaran
dirancang untuk pembelajaran kelompok.
Dengan menggunakan LKS atau perangkat
pembelajaran yang lain, siswa berkerja
bersamasama untuk menyelesaikan materi.
Siswa saling membantu satu sama lain untuk
memahami materi pembelajaran,sehingga
setiap anggota kelompok dapat memahami
materi pembelajaran secara tuntas. STAD
adalah salah satu model pembelajaran koope
ratif dengan sintaks: pengarahan, buat
kelompok heterogen (45 orang), diskusikan
bahan belajar LKS modul secara kolaboratif,
sajian presentasi kelompok sehingga terjadi
diskusi kelas, kuis individual dan buat skor
perkembangan tiap siswa atau kelom
pok,umumkan rekor tim dan individual dan
berikan reward (Nalimun (2012), Strategi
dan Model Pembelajaran. Banjarmasin.
Scripta Cendikia. Menurut Nur Citra Utomo
dan C.Novi Primiani (2009: 9), "
STAD didesain untuk memotivasi
siswasiswa supaya kembali bersemangat dan
saling menolong untuk mengembangkan
ketrampilan yang diajarkan oleh guru".
Dalam model ini siswa dikelompokkan
dalam tim dengan anggota 4 orang. Tim
84

dibentuk heterogen menurut ting kat kerja,


jenis kelamin dan suku.
Prestasi belajar merupakan ke
mampuan siswa yang dapat diukur, berupa
pengetahuan, sikap dan kete rampilan yang
dicapai siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
Djamarah
(1994:23)
mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil
yang diperoleh berupa kesankesan yang
menga kibatkan perubahan dalam diri indi
vidu sebagai hasil dari aktivitas dalam
belajar. Kalau perubahan tingkah laku adalah
tujuan yang mau dicapai dari aktivitas
belajar, maka perubahan tingkah laku itulah
salah satu indika tor yang dijadikan pedoman
untuk mengetahui kemajuan individu dalam
segala hal yang diperolehnya di sekolah.
Dengan kata lain prestasi belajar merupakan
kemampuan-kemamuan yang dimiliki oleh
siswa sebagai akibat perbuatan belajar atau
setelah menerima pengalaman belajar, yang
dapat dikatagorikan menjadi tiga ranah,
yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sardinian (1988: 25) menyatakan
prestasi belajar sangat vital dalam dunia
pendidikan, me ngingat prestasi belajar itu
dapat berperan sebagai hasil penilaian dan
sebagai alat motivasi. Adapun peran sebagai
hasil penilaian dan sebagai alat motivasi
diuraikan seperti berikut. Abdullah dalam
Mamik Suratmi (1994: 22), mengatakan
bahwa fungsi prestasi belajar adalah: (a)
sebagai indikator dan kuantitas pengetahuan
yang telah dimiliki oleh pelajar, (b) sebagai
lam bang peme nuhan keingintahuan, (c)
informasi tentang prestasi belajar dapat
menjadi perangsang untuk peningkatan ilmu
pengetahuan dan (d) sebagai indikator daya
serap dan kecerdasan.
Hipotesis yang diajukan adalah
apabila langkah-langkah model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD mampu dilaksanakan
secara maksimal sesuai teori maka prestasi
belajar Matematika siswa kelas VI SD
Negeri 1 Suwug dapat ditingkatkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri 1 Suwug Kecamatan Sawan.
Rancangan penelitian ini me ngikuti

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

rancangan yang dibuat oleh Suharsimi


Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006: 54)
Permasalahan

Permasalahan Baru
Hasil refleksi

Apabila
Permasalahan belum
Terselesaikan

seperti terlihat pada gambar berikut.

Perencanaan
Tindakan I

Pelaksanaan
Tindakan I

Refleksi

Pengamatan/
Pengumpulan

Perencanaan
Tindakan II

Pelaksanaan
Tindakan II

Refleksi

Pengematan/
Pengumpulan data II

Dilanjutkan ke siklus
Berikutnya

Subjek penelitian ini adalah siswa


kelas VI SD Negeri 1 Suwug yang
jumlahnya 30 orang, lakilaki 16 orang dan
perempuan 14 orang. Objek penelitiannya
adalah
peningkatan
prestasi
belajar
matematika.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Juli sampai bulan Nopember tahun pelajaran
20122013. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data hasil penelitian ini
adalah tes prestasi belajar, sedangkan metode
analisis datanya menggunakan analisis
deskriptif.
Instrumen dari penelitian ini adalah
tes yang ada di masing-masing RPP.
Indikator keberhasilan dari penelitian ini
diusulkan pada siklus I mencapai nilai
ratarata 66 dengan ketuntasan belajar kurang
dari 85% dan pada siklus II mencapai nilai
ratarata 73 atau lebih dari ketuntasan belajar
minimal 85%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suharsimi Arikunto, Suhardjono,
Supardi (2006: 83) menyatakan bahwa,
dalam menyampaikan hasil penelitian dan
pembahasan, perlu menyajikan uraian
masing-masing siklus dengan data lengkap
mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi yang berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dan
kelemahan yang terjadi. Juga disampaikan
kemajuan pada diri siswa, lingkungan, guru,

motivasi dan aktivits belajar, situasi kelas


dan hasil belajar, kemukakan grafik dan tabel
hasil analisis data yang menunjukkan
perubahan yang terjadi disertai pembahasan
secara sistimatis dan jelas.
1. Rencana Tindakan Siklus I
Menentukan siswa atau kelas yang akan
dijadikan tempat penelitian dengan
mengacu pada prestasi belajar yang
belum memenuhi KKM
Melakukan analisis karakteris tik siswa
yang telah dijadikan subjek penelitian
dan mengkaji secara seksama kendala
dan alternatif tindakan yang dapat
digunakan untuk mengatasinya
Mekakukan
pengecekan
mengenai
jadwal pelaksanaan penelitian yang telah
direncanakan
Menyusun secara rinci skena rio
tindakan yang telah diren canakan dan
melakukan peng kajian ulang untuk
meminima lisir kemungkinan terjadi
kesa lahan
Merencanakan membimbingan yang
bervariasi.
2. Pelaksanaan Tindakan I
a. Sebelum memasuki ruangan kelas untuk
memulai pelaksanaan tindakan pada
siklus I ini guru selaku peneliti me
nyiapkan segala alat dan per lengkapan
yang akan dibawa ke ruang kelas.

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

85

b.

Sesampainya di kelas, guru selaku


peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan pembelajaran pendahuluan yaitu:
mengucapkan salam, melaku kan absensi, memotivasi siswa agar giat belajar, melakukan apersepsi, menyampaikan tu juan pembelajaran serta caku pan
materi yang sedang diajar kan.
c. Melakukan pembelajaran inti explorasi
dengan cara:
Membawa semua persiapan ke kelas
Mengucapkan salam kepa da siswa, dan
pengabsensi
Sebelum masuk ke pela jaran inti, guru
melakukan appersepsi untuk meman
cing perhatian siswa terha dap materi
pelajaran yang akan disampaikan
Memperhatikan kekurangankekurangan
sebelumnya dengan giat memperbaiki
kekurangankekurangan yang sudah ada
dalam
catatan
pelaksa
naan
pembelajaran sesuai perencanaan yang
sudah dibuat.
Menyiapkan alatalat pen dukung
pembelajaran da lam porsi yang sebenar
nya
d. Melakukan pembelajaran inti elaborasi
dengan cara:
Membiasakan peserta di dik membaca dan
menulis yang beragam melalui tugastugas
tertentu yang bermakna
Memfasilitasi peserta di dik melalui
pemberian tugas, diskusi dan lainlain
untuk memunculkan gagas an baru baik
secara lisan maupun tertulis
Memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran koo peratif dan kolaboratif
Memfasilitasi peserta di dik berkompetisi
secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar
Memfasilitasi peserta di dik melakukan
kegiatan
yang
menumbuhkan
ke
banggaan dan rasa percaya diri peserta
didik
e. Melakukan pembelajaran inti konfirmasi
dengan cara:

86

Memberikan umpan balik positif dan


penguatan dalam bentuk lisan, tulis an,
isyarat,
maupun
hadiah
terhadap
keberhasilan pe serta didk
Memberikan konfirmasi terhadap hasil
eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber
Memfasilitasi peserta di dik untuk
memperoleh pengalaman yang bermak na
dalam mencapai kom petensi dasar
membantu menyelesaikan masalah
Memfasilitasi peserta di dik untuk
mencapai kom petensi dasar memberi
acuan agar peserta didik dapat melakukan
penge cekan hasil eksplorasi
Memberikan motivasi ke pada peserta
didik yang kurang atau belum berpar
tisipasi aktif.
f. Melakukan kegiatan pembe lajaran
penutup dengan cara:
Bersamasama dengan pe serta didik
membuat rang kuman/simpulan pelajaran
Melakukan penilaian ter hadap kegiatan
yang su dah dilaksanakan secara konsisten
dan terprogran
Memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran
Merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remidi, pro
gram pengayaan dan layanan konseling
Menyampaikan rencana pembelajaran
pada perte muan berikutnya
g. Mengakhiri pembelajaran dengan
mengucapkan salam penutup.
3. Observasi/Pengamatan Siklus I
Observasi dilakukan dengan cara:
(1) Menilai tugastugas yang diberikan
(2) Mengobservasi kegiatan yang
dilakukan anak-anak.
(3) Menilai hasil tes yang diberikan
Hasil pengamatan pada siklus I
penelitian sampaikan pada tabel
berikut.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Tabel 1. Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VI Semester 1


Tahun Pelajaran 2012- 2013 Siklus I
Nomor Subjek Penelitian
Nilai
Keterangan
1.
70
Tuntas
2.
50
Tidak Tuntas
3.
70
Tuntas
4.
70
Tuntas
5.
50
Tidak Tuntas
6.
75
Tuntas
7.
55
Tidak Tuntas
8.
85
Tuntas
9.
75
Tuntas
10.
50
Tidak Tuntas
11.
75
Tuntas
12.
70
Tuntas
13.
75
Tuntas
14.
45
Tidak Tuntas
15.
70
Tuntas
16.
70
Juntas
17.
50
Tidak Tuntas
18.
75
Tuntas
19.
70
Tuntas
20.
70
Tuntas
21.
80
Tuntas
22.
75
Tuntas
23.
70
Tuntas
24.
45
Tidak Tuntas
25.
70
Tuntas
26.
70
Tuntas
27.
50
Tidak Tuntas
28.
55
Tidak Tuntas
29.
75
Tuntas
30.
70
Tuntas
Jumlah Nilai
1980
Raterate (Mean)
66
KKM (Kriteria
68
Ketuntasan Minimal)
Jumlah Siswa yang Mesti
9
Diremidi
Jumlah Siswa yang Perlu
21
Diberi Pengayaan
Prosentase Ketuntasan
70%
Belajar
4. Refleksi Siklus I
Sebelum memulai refleksi, ada baiknya
melihat pendapat pakar pendidikan tentang
Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

apa yang di maksud dengan refleksi.


Pendapat ini akan merupakan panduan
terha dap cara atau hal-hal yang perlu
ISSN 2302-2124

87

dalam menulis refleksi. Refleksi merupakan kajian secara menye luruh tindakan
yang telah dilakukan berdasarkan data
yang telah ter kumpul, kemudian
dilakukan eva luasi guna menyempurnakan tinda kan. Refleksi menyangkut
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap
hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Suharsimi
Analisis kuan titatif Prestasi belajar siswa
siklus I
Gambaran data yang dianalisis pada siklus
I adalah dari 30 siswa yang ditulis ada 21
siswa yang sudah me menuhi KKM mata
pelajaran, dan ada 9 siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM. Apabila
dibuat dalam bentuk prosentase maka
siswa yang mencapai rata rata diatas KKM
adalah 70% dan yang masih dibawah
KKM adalah 30%
1. Ratarata (mean)
Ratarata (mean) dihitung dengan cara
Jumlah nilai 1980

66
Jumlah siswa
30
2. Median (titik tengah)
Tabel 2. Interval Kelas Siklus I
No
Nilai
Frekuensi
Interval
Unit
Tengah
Absolut
1
4551
48,0
7
2
5258
55,0
2
3
5965
62,0
0
4
6672
69,0
12
5
7379
76,0
7
6
8086
83,0
2
Total
30
Kekurangankekurangan/kelemahanke
lemahan yang ada dari pelaksanaan
tindakan siklus I adalah:
1. Kemampuan secara
maksi mal
mengarahkan siswa agar giat belajar
agak sulit diupayakan akibat kebiaasan
peserta didik yang masih lebih senang
santai.
2. Banyak siswa lain lain, mereka belum
terbiasa memu satkan perhatiannya
dalam belajar.
88

Median (titik tengah) dicari dengan


mengurut data/nilai siswa dari yang terkecil
sampai terbesar. Setelah di urut apabila
jumlah data ganjil maka mediannya adalah
data yang ditengah. Kalau jumlahnya genap
maka dua data yang di tengah dijumlahkan
dibagi 2 (dua). Untuk median yang diperoleh
dari data siklus II dengan menggunakan cara
tersebut adalah 70
3. Modus (angka yang paling banyak/paling
sering muncul)
Setelah diasccending / diurut, angka tersebut
adalah 70 Untuk persiapan penyajian dalam
bentuk grafik maka hal-hal berikut dihitung
terlebih dahulu.
Banyak kelas (K)= 1 + 3,3 x Log (N)
= 1 + 3,3 x Log 30
= 1 + (3,3x1,48)
= 1 + 4,88 = 5,88
Rentang kelas (r)= skor maks- skor min
= 8545
= 40
r
40
Panjang interval (i) =
=
= 6,7 = 7
K
6
6

Frekuensi
Relatif
23,33
6,67
0,00
40,00
23,33
6,67
100
3.
4.
5.

Peserta didik belum sepenuhnya berniat


untuk meningkatkan kemampuan be
lajar mereka.
Guru belum sepenuhnya menguasai
keterampilan keterampilan mengajar.
Perubahan
situasi
seperti
pengelompokan siswa untuk belajar di
suatu grup belum terbiasa bagi peserta
didik.
Sedangkan

kelebihan

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

yang

dite

ISSN 2302-2124

mukan pada pelaksanaan tindakan siklus I


adalah:
1. Siswa memiliki pengalaman dengan
pembelajaran yang baru sehingga
mereka dapat membandingkan keaktifan
mereka sebelumnya dengan setelah
digunakan model yang baru.
2. Proses belajar mengajar dapat dilakukan
dengan perencanaan yang sudah matang.
3. Model ini membuat guru tidak
menyajikan pembelajaran secara berteletele seperti yang dilakukan sebe
lumnya.
4. Model ini mampu memberi jawaban
atas pertanyaan pertanyaan yang masih
ter sisa adalah peningkatan mau pun
penyelidikan setelah selesai tindakan
dilakukan.
5. Kelebihan yang lain dari model ini
mampu mening katkan prestasi belajar
siswa walaupun belum optimal.
1. Perencanaan Siklus II
Menentukan siswa atau kelas yang akan
dijadikan tempat penelitian dengan
mengacu pada prestasi belajar yang
belum memenuhi KKM
Melakukan analisis karakteristik siswa
yang telah dijadikan sub jek penelitian
dan mengkaji se cara seksama kendala
dan alter natif tindakan yang dapat di
gunakan untuk mengatasinya.
Melakukan pengecekan menge nai
jadwal pelaksanaan peneliti an yang
telah direncanakan
Menyusun secara rinci skenario tindakan
yang telah direncana kan dan melakukan
pengkajian ulang untuk meminimalis ke
mungkinan terjadinya kesalahan
Melakukan diskusi interaktif dengan
teman sejawat, siswa dan kepala sekolah
menyangkut pemilihan tindakan terbaik
un tuk dilaksanakan dalam rangka
memperbaiki prestasi belajar siswa
b. Pelaksanaan Tindakan II.
a. Sebelum memasuki ruangan kelas untuk
memulai pelaksa naan tindakan pada
siklus II ini guru selaku peneliti menyiap
kan segala alat dan perlengkapan yang

b.

c.
a.

b.
c.
d.
e.

akan dibawa ke ruang kelas.


Sesampainya di kelas, guru selaku
peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan pembela jaran pendahuluan
yaitu: me ngucapkan salam, melakukan
absensi, memotivasi siswa agar giat
belajar,
melakukan
apersepsi,
menyampaikan tujuan pembelajaran
serta cakupan materi yang sedang
diajarkan.
Melakukan pembelajaran inti explorasi
dengan cara :
peserta didik mencari infor masi yang
luas dan dalam tentang topik/tema materi
Melibatkan yang akan dipelajari dengan
menerap kan prinsip alam
Menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain
Memfasilitasi terjadinya in teraksi antar
peserta didik dengan guru,lingkungan
dan sumber belajar lainnya.
Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran;dan
Memfasilitasi peserta didik melakukan
percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan.

d. Melakukan
pembelajaran
inti
elaborasi dengan cara:
Membiasakan peserta didik membaca
dan menulis yang beragam melalui
tugastugas tertentu yg bermakna;
Memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, diskusi,dll untuk
memun culkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis;
Memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, me nyelesaikan masalah
dan bertindak tanpa rasa takut;
Memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran
koope
ratif
dan
kolaboratif;
Fasilitasi peserta didik ber kompotisi
secara sehat untuk meningkatkan pres
tasi pembelajaran;
e. Melakukan pembelajaran inti konfirmasi
dengan cara:
Berfungsi sebagai nara sumber dan
fasilitator dalam menjawab pertanya an

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

89

peserta didik yang menghadapi kesulitan


de ngan menggunakan bahasa yang baku
dan benar;
Membantu menyelesaikan masalah;
Memberi acuan agar peserta didik dapat
melakukan pe ngecekan hasil eksplorasi;
Memberi informasi untuk bereksplorasi
lebih jauh;
Memberikan motivasi kepa da peserta
didik yang kurang atau belum berpar
tisipasi.
f. Melakukan kegiatan pembe lajaran
penutup dengan cara:
Bersamasama dengan pe serta didik
dan/atau
sendiri
membuat
rangkuman/sim pulan pelajaran;
Melakukan penilaian dan atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilak
sanakan secara konsisten dan terprogam;
Memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran;
Merencanakan kegiatan tin dak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remidi, prog
ram pengayaan, layanan konseling dan
atau membe rikan tugas baik tugas indi
vidual maupun kelompok sesuai dengan
hasil belajar peserta didik;
Menyampaikan rencana pembelajaran
pada perte muan beerikutnya.
Mengakhiri
pembelajaran
dengan

mengucapkan salam penutup


6. Observasi/Pengamatan Siklus II
(1) Masuk ke kelas dengan membawa
lembar observasi/pengamatan.
(2) Masuk ke kelas dengan mengucapkan
salam, berlanjut dengan memberi
penjelasan tentang tes yg harus
dikerjakan, membagikan tes serta
lembar kertas yg digunakan untuk
menjawab tes pada siswa.
(3) Memberi kesempatan pada siswa untuk
menandatangani absen kehadiran ikut
tes.
(4) Mengawasi pelaksanakan tes agar
siswa tidak
bekerjasama
untuk
memperoleh data yang valid atau dapat
dipertanggung jawabkan keabsahannya.
(5) Setelah waktu pengerjaan tes berakir,
dilanjutkan jawaban peserta didik yang
menyam paikan beberapa hal yg perlu
dilakukan selanjutnya.
(6) Penyampaian pada peserta didik,
bahwa setelah jawaban mereka dan
menjelaskan; bagi mereka yang
nilainya belum mencapai K.KM yang
dituntut pada mata pelajaran ini yaitu
68 akan diberikan remedial dan bagi yg
sudah mencapai KKM atau melebihi
akan di berikan pengayaan.

Hasil pengamatan pada siklus II penelitian sampaikan pada tabel berikut.


Tabel 3. Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VI Semester 1 siklus II
Nomor Subjek Penelitian
Nilai
Keterangan
1.
70
Juntas
2.
75
Tuntas
3.
70
Tuntas
4.
70
Tuntas
5.
55
Tidak Tuntas
6.
80
Tuntas
7.
70
Tuntas
8.
90
Tuntas
9.
75
Juntas
10.
75
Tuntas
11.
85
Tuntas
12.
80
Tuntas
13.
75
Tuntas
14.
60
Tidak Tuntas
90

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Jumlah Nilai
Ratarata (Mean)
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Jumlah Siswa yang Mesti Diremidi
Jumlah Siswa yang Perlu Diberi
Pengayaan
Prosentase Ketuntasan Belajar
7. Refleksi Siklus II
Hasil yg diperoleh dari pelak sanaan
penelitian di Silkus II ini ada lah tingkat
kemajuan yg dicapai peser ta didik sudah
menunjukan perbaikan. Dari 30 orang anak
yg diteliti ternyata 27 orang anak hasilnya
sudah sesuai dengan harapan. Dari hasil
tersebut diketahui hampir semua siswa
sudah sangat mampu dalam meningkatkan
prestasi belajar mereka. Jika dijelas kan
dengan cara yang lain, maka 90% anak
mencapai katagori sangat mampu, sisanya
10% anak berada pada katagori tidak
mampu. Dengan dica painya hasil seperti
digambarkan diatas menyatakan indikator
keber hasilan yakni hanya sedikit anak yang
berada pada katagori tertinggal. Ana lisis
kuantitatif Prestasi belajar siswa siklus II
1. Rata-rata (mean) yang diperoleh
dihhung dengan menjumlahkan seluruh
nilai siswa kemudian dibagi dengan
jumlah siswa. Nilai tersebut adalah
Mean

Jumlah nilai ...2190...

73
Jumlah siswa
30

75
70
75
80
75
70
70
75
70
70
85
70
50
75
80
70
2190
73
68
3

Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas

27
90%
2. Median (titik tengah) yang diperoleh
dengan mengurut data/nilai siswa dari
yang ter kecil sampai terbesar. Sete lah
diurut apabila jumlah data ganjil maka
mediannya adalah data yang ditengah.
Kalau jumlahnya genap maka dua data
yang di tengah dijumlahkan dibagi 2
(dua). Unruk median yang diperoleh dari
data siklus II dengan menggunakan cara
tersebut adalah 75
3. Modus
(angka
yang
paling
banyak/paling sering muncul) 70
4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk
grafik maka hal-hal berikut dihitung
terlebih dahulu.
Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N) =
1+3,3 log 30
= 1 +(3,3x1,48)
= 1 + 4,88 = 5,88 6
2. Rentang kelas (r) = skor maks- skor min
= 9050
= 40
r 40
3. Panjang interval (i) = 6,7 7
k 6

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

91

Tabel 4. Interval Kelas Siklus II


No
Nilai
Frekuensi Frekuensi
Interval
Urut
Tengah
Absolut
Relatif
1
5056
53
2
6,67
2
5763
60
1
3,33
3
6470
67
11
36,67
4
7177
74
9
30,00
5
7884
81
4
13,33
6
8591
88
3
10,00
Total
30
100
Kekurangan, kelemahan yang ada dari
pelaksanaan tindakan siklus II adalah
1. Pembelajaran adalah sebuah sistem
sehingga banyak hal yang harus terkait.
Keterkaitan ini belum maksimal
diupayakan.
2. Banyaknya jumlah siswa yang harus
diberi bantuan menyebabkan belum
meratanya bantuan yang diberikan.
3. Perencanaan memang sudah dibuat
cukup mantap, tapi dalam pelaksanaannya agak tersendat karena model
ini baru diujicobakan.
Sedangkan kelebihan yang ditemukan
pada pelaksanaan siklus II adalah:
1. Suatu kebanggaan terjadi pada diri guru
akibat prestasi belajar siswa mampu
ditingkatkan.
2. Model ini mampu memberi jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang masih
tersisa dalam peningkatan mutu
pembelajaran setelah dilakukan tindakan.
3. Kegiatan belajar mandiri siswa mampu
dipupuk dengan lebih baik serta
mampu
menguatkan
pemahaman
mereka terhadap materi yang diberikan
Kelebihan yang lain adalah peneliti
sudah mampu mengembangkan inovasi
dalam pembelajaran yang mampu
mendukung pelaksanaan pembelajaran
lebih efektif dan efisien.
Pembahasan
A. Pembahasan Siklus I
Berdasar hasil awal yang rendah
dilakukan upaya upaya yang lebih
92

menjanjikan
seperti
mengupayakan
bimbingan yang maksimal, mendemonstrasikan media secara baik, memusatkan
perhatian anak untuk giat dalam belajar,
memaksimalkan
motivasi,
arahan,
bimbingan. Kreativitas guru ditingkatkan
dengan cara menyiapkan bahan ajar dari
berbagai sumber, membaca teoriteori
sebagai upaya triangulasi, melaksanakan
proses sesuai langkah langkah model yang
dipilih agar memberikan hasil yang
maksimal. Hasil yang diperoleh dengan
kegiatan tindakan yang sudah giat
dilakukan ternyata belum sesuai harapan.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan tindakan
siklus I adalah ada 21 anak (70%) yang
mencapai nilai sudah di atas KKM,
sedangkan yang lain belum mencapai hasil
sesuai harapan. Jumlah mereka adalah 9
orang atau 30% yang masih memperoleh
nilai di bawah KKM. Untuk data ini belum
sesuai
dengan
harapan
indikator
keberhasilan penelitian yang dicanangkan
yaitu minimal 80% anak mampu melakukan
tanpa dibantu. Data tersebut menunjukan
bahwa
kemampuan
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran
belum
maksimal, dan harus lebih giat lagi
diupayakan lewat pembelajaran yang
efektif, menyenangkan dan menantang serta
lebih diupayakan dengan pemberian
mediamedia yang menarik. Walaupun
motivasi, pengasuhan, demonstrasi, sudah
dilakukan secara maksimal namun subyek
yang belum termotivasi dengan media yang
digunakan merupakan masalah. Aspek
konsentrasinya adalah agar anak-anak
mampu menguasai materi pelajaran secara

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

maksimal. Dari semua data yang diperoleh


pada siklus I ini semua persentase
pencapaian peningkatan mereka belum
memenuhi harapan ketercapaian indikator
keberhasilan penelitian sehingga penelitian
ini masih perlu untuk dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
B. Pembahasan Siklus II
Pada siklus II ini semua kekurangan yang
ada pada siklus Idiperhatikan dengan baik
dan dilakukan inovasiinovasi yang lebih
maksimal agar hasil yang di peroleh sesuai
harapan tujuan penelitian ini. Siswa yang
belum aktif diupayakan dengan pemberian
pertanyaan, atau masalah masalah yang
menuntun ke pembelajaran yang lebih
maksimal. Dari semua tindakan yang sudah
dilakukan pada siklus II ini ternyata hasil
yang diperoleh sudah melebihi tuntutan
indikator keberhasilan penelitian yaitu
peserta didik yang sudah mencapai 90%
dengan rata-rata kelas mencapai 73. Hasil
ini tentu diperolah akibat kerja keras yang
dilakukan. Dengan hasil tersebut penelitian
sudah dianggap berhasil dan tidak
diteruskan ke siklus berikutnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian ini adalah: (1) Pelaksanaan
kegiatan awal dimana model pembelajaran
yang digunakan tidak menentu, termasuk
pula metode ajar yang digunakan hanya
sekedar terlaksana membuat nilai siswa
pada mata pelajaran Matematika rendah
dengan ratarata 60,5 yang masih jauh dari
kriteria ketuntasan minimal pada mata
pelajaran ini yaitu 68. (2) Setelah dilakukan
perencanaan
yang
lebih
matang
menggunakan model pembelajaran STAD
yang dilanjutkan dengan pelaksanaannya di
lapangan yang benar sesuai teori yang ada
dan di barengi dengan pemberian tes atau
observasi secara objektif akhirnya terjadi
peningkatan dari nilai rata-rata 66 pada
siklus I meningkat menjadi 73 pada siklus
II. (3) Seperti kebenaran tujuan pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu
untuk peningkatan proses pembelajaran,

maka upaya yang maksimal telah dilakukan


dengan sangat giat sehingga hasil yang
diharapkan sesuai perolehan data telah
mampu memberi jawaban terhadap
rumusan masalah dan tujuan penelitian ini.
Saran yang perlu disampaikan : (1)
Untuk
melaksanakan
pembinaan
memerlukan persiapan yang cukup matang,
sehingga disarankan agar guru mampu
menentukan atau memilih topik yang
benarbenar
bisa
diterapkan
dengan
rangsanganrangsangan, motivasi, arahan
agar mereka ikut terlibat aktif dalam
pembelajaran. Siswa yang lain juga
diarahkan dengan guru lebih gencar
memberi pertanyaan yang menuntun
keaktifaan belajar. Langkah-langkah model
pembelajaran STAD dioptimalkan dimana
guru tidak lagi boleh menyuapi peserta
didik. Mereka harus diupayakan agar
mampu menemukan sendiri apa isi dari
materi lewat pemberian pertanyaan model
STAD sehingga diperoleh hasil yang
optimal. (2) Agar mampu meningkatkan
prestasi belajar, maka guru hendaknya lebih
sering melatih siswa menjadi berminat
terhadap kegiatan yang dilakukan sehingga
keaktifan belajar akan meningkat. (3)
Peneliti lain diharapkan melakukan
penelitian lebih lanjut untuk meneliti bagian
bagian yang belum sempat diteliti.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.
2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bum! Aksara.
Badan Standar Nasiona] Pendidikan. 2007.
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional
Republik
Indonesia
Nomor 41 Tahun2007. Jakarta:
BSNP.
Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback
Cooperative Learning. New York:
McGrawHill, Inc.
Nur, Mohamad et al. 2001. Teori Belajar.
Surabaya: University Press.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

93

Learning : Theory, Research, and


Practice. Boston: Allyn and
Bacon.
Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan
Alat Ukur Psikologis. Yogyafcarta:
Penerbit Audi.

94

Sukidin,

Basrowi,
Suranto.
2002.
Menajemen Penelitian Tindakan
Kelas. Penerbti: Insan Cendekia
ISBN: 979 9048 33 4.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

MODEL PEMBELAJARAN KREATIF PROBLEM SOLVING BERBANTUAN


MEDIA ICT DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
I Wayan Sudanta
SD N 2 Wanagiri, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng
ABSTRACT
Model Creative Problem Solving Learning with Media ICT to Improving Learning
Achievement
The purpose of this research is to improve student achievement by learning model
creative problem solving through the method of question and answer multidirectional ICTaided media. This classroom action research conducted in 4th grade N 2 Wanagiri in 2 cycles.
The data are dikumpulakan in this research is student achievement that captured the
achievement test. The collected data were analyzed using descriptive statistics. The results
obtained are learning model that is used can improve student achievement is evident from the
average. In the first cycle the average student achievement by 69 and increased in the second
cycle to 76 who have reached KKM was set at 70.
Keywords: Creative Problem Solving Model, ICT, Learning Achievement
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran di kelas akan
sangat efektif apabila guru melaksanakannya
dengan memahami peran, fungsi, dan
kegunaan mata pelajaran yang diajarkannya.
Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran sekolah diharapkan mengunakan teknologi informasi dan komunikasi, seperti
komputer, alat peraga, atau media lainnya.
Permendiknas NO 41 tahun 2006 menyebutkan proses pembelajaran pada satuan
pendidikan harus inspiratif, interaktif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang bagi prakarsa, kreatifitas
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Sebagai agen pembelajaran
guru merupakan ujung tombak Pendidikan
dan keberhasilan pelaksanaan UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional,
diharapkan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang berhubungan dengan
tugas dan tanggungjawabnya selaku guru
yang professional. Guru yang profesional
harus memiliki kompetensi, yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan Profesi. Kompetensi guru meliputi: menguasasi bahan;


mengelola program belajar mengajar; menggunakan media/sumber belajar; menguasai
landasan kependidikan, mengelola interaksi
belajar mengajar; menilai prestasi belajar
mengajar; mengenal fungsi dan layanan
bimbingan dan penyuluhan; mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah dan
memahami dan menafsirkan penelitian guna
keperluan pengajaran. Ada harapan, ada
kenyataan yaitu rendahnya prestasi belajar
dan penyebabnya adalah kurang seriusnya
guru dalam melakukan persiapan untuk
memulai proses pembelajaran, kurangnya
daya dukung berupa media/sumber belajar
yang dimafaatkan guru saat pelaksanaan
pembelajaran dan kurangnya daya kreativitas
peserta didik akibat waktu belajar banyak
dikuasai guru.
Rumusan masalah penelitian ini
adalah apakah implementasi model pembelajaran kreative problem solving dengan
metoda Tanya jawab multiarah berbantuan
media ICT dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini
adalah meningkatkan prestasi belajar peserta
didik melalui model pembelajaran kreative

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

95

problem solving dengan metoda Tanya jawab


multiarah berbantuan media ICT.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri
2 Wanagiri kelas 4 Semester 1 tahun ajaran
2013/2014. Subyek penelitian ini adalah
peserta didik kelas 4 sebanyak 30 orang,
yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 11
orang perempuan. Objek penelitiannya
adalah prestasi belajar peserta didik.
Penelitian dilaksanakan dari bulan
Januari sampai bulan Maret tahun pelajaran
2013/2014. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data hasil penelitian ini
adalah tes prestasi belajar yang terdapat pada
masing-masing RPP, sedangkan metode
analisis datanya menggunakan analisis
deskriptif. penelitian ini terdiri dari dua
siklus dengan indikator keberhasilan adalah
tercapainya KKM sebesar 70.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam menulis yang isinya tentang
hasil belajar dan pembahasan dilakukan
dengan
menyampaikan
perencanaan,
pelaksanaan observasi/mengumpulkan data
dan refleksi untukitu pendapat berikut di
jadikan acuan. Penelitian Tindakan Model
Mc.Kernan, 1991 (dalam Sukidin, Basrowi,
Suranto, 2002:54) menyatakan bahwa, dalam
menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan, perlu menyajikan uraian masingmasing siklus dengan data lengkap mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek
keberhasilan dan kelemahan yang terjadi.
Juga disampaikan kemajuan) pada diri
peserta didik, lingkungan, guru, motivasi dan
aktivitas belajar, situasi kelas dan hasil
belajar. Hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistimatis dan jelas.
Observasi dilakukan menggunakan
instrumen yang telah disusun dalam RPP.
Semua tes yang telah dipersiapkan mengacu
pada indikator dan kompetensi peserta didik.
Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji
96

dan mempertimbangkan dampak tindakan


yang telah diberikan. Berdasarkan hasil
refleksi dapat melakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Analisis kuantitatif prestasi belajar
peserta didik pada siklus I. Rata-rata (mean),
median (titik tengah), modus (angka yang
paling banyak muncul/sering muncul).
Dari hasil observasi siklus I
ditemukan beberapa kelemahan, seperti: 1)
Metode yang dipakai mengajar masih lebih
banyak didominasi oleh ceramah sehingga
materi belum maksimal dalam penyerapannya, 2) Alat-alat yang digunakan untuk
membantu berdemontrasi belum sesuai
dengan kebenaran alat yang sebenarnya, 3)
hanya sedikit peserta didik yang memiliki
buku, 4) pendekatan pembelajaran belum
mampu membuat peserta didik untuk aktif
belajar, 5) dengan strategi yang berbeda
peserta didik masih menunggu perintah guru,
dan 6) banyak peserta didik yang masih lainlain.mereka belum terbiasa memusatkan
perhatiannya dalam belajar. Pada siklus I
diperoleh rata-rata hasil belajar peserta didik
sebesar 69 dan belum mencapai kreteria
keberhasilan yang ditetapkan. Dari 30 orang
peserta didik baru 18 atau sekitar 60% orang
yang mencapapai KKM.
Kelemahan-kelemahan
siklus
II
adalah: 1) diperlukan dukungan dari orang
tua agar ikut mengarahkan anak-anaknya
untuk lebih giat belajar, 2) kemampuan
mengarahkan secara maksimal agak sulit
karena kebiasaan peserta didik yang masih
sangat santai, 3) penguatan-penguatan baik
verbal maupun non verbal belum mampu
diupayakan dengan baik akibat singkatnya
waktu pembelajaran, dan 4) kemampuan
peserta didik yang berbeda-beda tidak
mampu memasukkan ilmu secara masih lainlain. Mereka belum terbiasa memusatkan
perhatiannya dalam belajar. Pada siklus I
diperoleh rata-rata hasil belajar peserta didik
sebesar 76 dan telah mencapai kreteria
keberhasilan yang ditetapkan. Dari 30 orang
peserta didik baru 27 atau sekitar 90% orang
yang mencapapai KKM yang ditetapkan.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Data awal yang diperoleh dengan


rata-rata 69 menunjukkan bahwa kemampuan
peserta didik masih sangat rendah mengingat
kriteria ketuntasan belajar peserta didik untuk
mata pelajaran ini di SD N. 2 Wanagiri
adalah 70 Dengan nilai yang sangat rendah
seperti itu maka peneliti mengupayakan
untuk dapat meningkatkan prestasi belajar
peserta didik menggunakan model pembelajaran creative problem solving akhirnya
dengan penerapan metodeTanya tanya jawab
multiarah berbantuan media ICT yang benar
sesuai teori yang ada, peningkatan rata-rata
prestasi belajar peserta didik pada siklus I
dapat diupayakan dan mencapai rata-rata
69,2. Namun rata-rata tersebut belum
maksimal karena hanya 18 peserta didik
memperoleh nilai di atas KKM sedangkan
yang lainnya belum mencapai KKM.
Sedangkan prosentase ketuntasan belajar
mereka baru mencapai 60% Hal tersebut
terjadi akibat penggunaan metode creatifve
problem solving belum maksimal dapat
dilakukan disebabkan penerapan model/
metode tersebut baru dicobakan sehingga
guru masih belum mampu melaksanakannya
sesua alur teori yang benar.
Pada siklus ke II perbaikan prestasi
belajar peserta didik diupayakan lebih
maksimal
dengan
peneliti
membuat
perencanaan yang lebih baik, menggunakan
alur dan teori dari model pembelajaran
dengan benar dan lebih maksimal. Peneliti
giat memotivasi peserta didik agar giat
belajar, memberi arahan-arahan, menuntun
mereka untuk mampu menguasai materi
pelajaran pada mata pelajaran PKn lebih
optimal. Akhirnya dengan semua upaya
tersebut peneliti mampu meningkatkan
prestasi belajar peserta didik pada siklus II
menjadi rata-rata 76. Upaya-upaya yang
maksimal tersebut menuntun pada suatu
keberhasilan bahwa model Pembelajaran
Creative Problem Solving dengan metoda
tanya jawab berbantuan media ICT mampu
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan yang telah disampaikan, dapat
dipaparkan
kesimpulan
dari
hasil
pelaksanaan penelitian tindakan ini sebagai
berikut. Penggunaan metoda atanya jawab
multiarah berbantua media ICT (model
kreatif problem solving) yang telah
diupayakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada peserta didik kelas 4 telah
berjalan dengan baik dan lancar. Hal tersebut
telsah didahului dengan perencanaan yang
baik ,diikuti dengan pelaksanaan yang
maksimal, dilanjutkan dengan observasi,
pengamatan, pengumpulan data, menggunakan tes sesuai harapan indikator dan
dilakukan dengan penjagaan yang ketat untuk
memperoleh hasil yang sesuai dengasn
tuntutsn ysmg dihsrapkan setelah dilakukan
refleksi ternyata hasil yang diperoleh sudah
meningkat mdari rata-rata awal 69,2
meningkat menjadi pada siklus I dan
meningkat menjadi 76 pada siklus II. Dari
data yang disampaikan di atas sudah terjadi
peningkatan pada dua belah pihak yaitu
dipihak
guru
mampu
melaksanakan
pembelajaran dengan lebih baik,dan dipihak
peserta didik sudah terjadi keuletan
keaktifan, semangat, keingainan, sehingga
hasil yang diperoleh dapat meningkat sesuai
harapan. Hasil penelitian ini telah mampu
menjawab rumusan masalah dan tujuan
penelitian sehingga hipotesis yang diajukan
dapat dibuktikan kebenarannya.
Dengan berhasilnya model pembelajaran kreatif problem solving dengan
metoda tanya jawab berbantuan media ICT
untuk meningkatkan prestasi belajar peserta
didik, maka dapat sisampaikan saran-saran
sebagai berikut: 1) kepada teman-teman guru
di Kecamatan Sukasada hendaknya dalam
melaksanakan proses pembelajaran jika
menemukan masalah tentang prestasi belajar
peserta didik,penggunaan model pembelajaran kreatif problem solving Dengan metoda
tanya jawab multiarah berbantuan media ICT
semestinya menjadi pilihan dari beberapa
metoda yang ada mengingat nmetoda ini

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

97

telah terbukti dapat meningkatkan penguasaan materi secara tuntas,yang berimplikasi


kepada prestasi belajar, 2) bagi peneliti
lain,bahwa walaupun penelitian ini sudah
dapat membuktikan efek utama dari model
pembelajaran kreatif problem solving dengan
metoda tanya jawab multiarah berbantuan
media ICT dapat meningkatkan prestasi
belajar,sudah pasti dalam penelitian ini masih
ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan,oleh karenannya bagi yang berminat
meneliti topik yang sama untuk meneliti
maka disarankan meneliti topik yang sama
tetapi lebih difokuskan kepada hal-hal yang
belum terjangkau pada penelitian ini, 3)
kepada pembaca diharapkan untuk mengadakan penguatan, atau pengembangan
melalui verifikasi data dan fakta hasil
penelitian dengan melakukan penelitian yang
sama.

98

DAFTAR RUJUKAN
Sukidin, Basrowi, dan Suranto. (2002).
Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Insan Cendikia
Nur, Mohamad et al. 2001. Teori Belajar.
Surabaya: University Press.
Purwanto,
Ngalim.
1997.
Psikologi
Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi
Belajar-Mengajar Pedoman bagi Guru
dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul
IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK


UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
I Ketut Swarsa
SD No.5 Panji, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng
ABSTRACT
Cooperative Learning Model through Group Counseling for Improving Mathematics
Learning Achievement
The purpose of this research is to improve student learning achievement grade I SD N 5
Panji academic year 2013/2014 by applying the model of cooperative learning through group
counseling. This research was conducted through a review process cycle (action research),
which includes four phases, namely planning, implementation, observation, and reflection. Data
were collected using a learning achievement test that analyzed descriptively. From the results of
data analysts, the conclusions obtained from this study is the use of cooperative learning model
has been able to improve student achievement in mathematics evidence can be submitted,
student achievement has increased from the initial data until the second cycle, namely,
preliminary data showed learning completeness reached 68.33%, becoming the first cycle
menigkat 68.53, second cycle increased to 73.57. It was proved that the cooperative learning
model that applied the teacher in the learning process has been able to improve student
achievement by both, as well as learning methods can be used as an alternative learning of
mathematics
Keywords: Cooperative learning, mathematics learning outcomes
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah tujuan sadar yang
bertujuan untuk mengembangkan kualitas
manusia, sebagai suatu kegiatan yang sadar
akan, maka dalam pelaksanaannya berada
dalam suatu proses yang berkesinambungan
dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan
semuanya berkaitan dalam satu sistem
pendidikan yang integral (Djamarah, 2005:
22). Para ahli pendidikan telah menyadari
bahwa mutu pendidikan sangat tergantung
pada kualitas guru dan praktek pembelajarannya, sehingga peningkatan kualitas
pembelajaran merupakan isu mendasar bagi
peningkatan
mutu
pendidikan secara
nasional.
Guru yang baik adalah guru yang
mampu mengatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran didalam kelas secara
bijaksana. Belajar dan mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal

balik antara guru dan peserta didik dalam


situasi pendidikan. Tujuan yang hendak
dicapai agar dapat memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan skap peserta didik sebagai
bentuk perubahan prilaku. Belajar dan
strategi belajar merupakan faktor yang dapat
menentukan keberhasilan peserta didik dalam
belajar.
Dalam proses belajar mengajar, hal
yang paling berperan adalah cara guru
mengajar atau menyampaikan pelajaran yang
bertujuan untuk menarik perhatian peserta
didik. Dalam hal ini metode yang sesuai
materi yang akan disampaikan dan juga alat
peraga yang digunakan akan mempermudah
peserta didik untuk memahami materi.
Metode yang akan digunakan dapat memberikan agar peserta didik lebih menyenangi
pelajaran.
Kurang efektifnya metode pelajaran
yang digunakan, menyebabkan tidak seim-

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

99

bangnya kemampuan kognitif, afektif dan


psikimotorik, misalnya pembelajaran yang
monoton dari waktu ke waktu, guru yang
bersifat otoriter dan kurang bersahabat
dengan peserta didik sehingga peserta didik
merasa bosan dan kurang minat belajar.
Untuk mengatasi hal tersebut maka guru
sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus
selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan
kesempatan belajar kepada peserta didik
dengan melibatkan peserta didik secara
efektif dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran dengan model atau
metode pembelajara kooperatif bimbingan
kelompok dan bantuan rekan sebaya
merupakan suatu strategi yang digunakan
pendidik dengan maksud mengajak peserta
didik untuk menemukan konsep dan fakta
melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam
pembelajaran. Kesalahan menggunakan metode dapat menghambat tercapainya tujuan
pendidikan yang diinginkan. Dampak yang
lain adalah rendahnya motivasi dan minat
belajar peserta didik dalam pembelajaran
matematika.
Motivasi sebagai keseluruhan daya
penggerak peserta didik di dalam diri peserta
didik yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah dari kgiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendai peserta
didik dapat tercapai. Motivasi yaitu keadaan
dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu unuk melakukan kegiatan
tertentu guna mncapai suatu tujuan
(Sardiman, 1996 : 75).
Peningkatan hasil belajar akan dapat
diupayakan apabila peserta didik dapat
mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan
pada tujuan untuk mencapai sasaran atau
kepuasan, keberhasilan belajar seseorang
tidak lepas dari motivasi orang yang
bersangkutan, oleh karena itu pada dasarnya
motivasi belajar merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan belajar

100

seseorang. Peserta didik yang memiliki


motivasi belajar akan mempunyai banyak
aktivitas untuk melakukan kegiatan belajar,
sehingga kemampuan yang ada pada diri
peserta didik akan mempengaruhi prestasi
belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar untuk melaksanakan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu.
Faktor
lain
yang
menunjang
keberhasilan belajar peserta didik adalah
minat peserta didik untuk belajar dan
berusaha. Hal ini berarti kesempatan belajar
makin banyak dan optimal jika peserta didik
tersebut menunjukan keseriusannya dalam
mempelajari matematika sehingga dapat
membangkitkan minat dan motivasi untuk
belajar. Peserta didik yang telah termotivasi
dalam belajar matematika, dia akan lebih
bersemangat dalam mempelajarinya sehingga
menimbulkan minat belajarnya. Peserta didik
mempunyai minat belajar yang tinggi akan
selalu berusaha mencari, menggali dan
mengembangkan potensi dasar(bakatnya),
sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya
diri.
Demikian harapan-harapan yang perlu
disampaikan dalam meningkatkan prestasi
belajar peserta didik, namun karena kenyataan yang ada dilapangan berbeda dengan
harapan yang ada, yaitu
nilai rata-rata
peserta didik kelas 1 SD N 5 Panji masih jauh
dari harapan. Rata-rata hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran akuntasi masih
dibawah kkm yang ditetapkan disekolah ini,
yaitu 68,33. Hal inilah yang menyebakan
peniliti mencoba suatu model pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi tersebut
sehingga penilitian ini sangat penting untuk
dilaksanakan. Rendahnya prestasi belajar
awal menuntut peniliti menbuat rumusan
masalah apakah metode kooperatif melalui
bimbingan kelompok dengan bantuan teman
sebaya mampu meningkatkan prestasi belajar
matematika anak kelas 1 SD N 5 Panji pada

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

semester II tahun pelajaran 2013/2014?


Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa tinggi peningkatan
prestasi belajar anak setelah diterapkan
metode kooperatif melalui bimbingan
kelompok dengan bantuan teman sebaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian
tindakan
kelas
ini
dilakukan di SD Negeri 5 Panjin. Untuk

mendukung pembelejaran yang baik sgenap


pihak di sekolah ini telah mengupayakan
siuasi yang aman, tenang, nyaman, rindang,
dan lestari. Rancangan penelitian dalam
penelitian ini disampaikan oleh Mc.Kernan.
Untuk penelitian ini dipilih rancangan
penelitian tindakan yang disampaikan oleh
Mc.Keren (1991) seperti terlihat pada gambar
berikut.

TINDAKAN DAUR I
Tindakan perlu perbaikan

Penerapan

Definisi
masalah

DAUR 2

Penerapan

Redefine
problem

Evaluasi
tindakan

Need
assessement

Evaluate
action

Need
assessement

Implementasi
tindakan

Hipotesis Ide

Impl. Revise
plan

New
Hipotesis

Develop action plan T 1

Revise action plan T 2

Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Mc.Kernan


(Sumber: Mc. Kernan, 1991 dalam Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002: 54).
Tindakan daur I dilakukan definisi
masalah dilanjutkan dengan pelaksanaan di
lapangan,
dirumuskan
hipotesisnya,
dikembangkan hipotesis tersebut, dimplementasikan, dievaluasi dari hasil yang
didapat dan evaluasi diterapkan. Lankahlangkah pada daur II atau siklus II sama
dengan yang di siklus I yaitu dimulai
dengan adanya suatu permasalahan yang
baru, didefinisikan masalahnya, dibuat

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

hipotesisnya direvisi, selanjutnya dilakukan


implementasi di lapangan, dievaluasi,
kemudian hasil yang didapat merupakan
penerapan baru apabila masih ada masalah.
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta
didik kelas kelas I SD Negeri 5 Panji
sebanyak 21 orang yang kemampuannya
sangat rendah. Objek penelitian merupakan
sasaran untuk mendapatkan suatu data.
Dalam penelitian ini objek penelitiannya

ISSN 2302-2124

101

adalah peningkatan prestasi belajar peserta


didik kelas I SD Negeri 5 Panji setelah
diterapkan model tematik dalam proses
pembelajaran. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini data tentang prestasi
belajar peserta didik yang dijaring dengan
tes prestasi belajar. Data yang terkumpul
kemudian dianalisis dengan statistik
deskriptif. sementara itu indikator keberhasilnnya adalah ketuntasan belajar minimal
80% sangat diharapkan dalam penelitian ini.
Apabila nilai peserta didik tersebut pada
sisklus satu belum mencapai KKM, akan
dilakukan lagi pada siklus II agar mencapai
rata-rata nilai tersebut KKM dan ketuntasan
melebihi 80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini, akan dipaparkan
data yang diperoleh dari penelitian tindakan
ini secara rinci berdasarkan penelitian yang
dilakukan di SD Negeri 5 Panji. dalam
menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan, perlu disajikan uraian masingmasing siklus dengan data lengkap mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi yang berisi penjelasan tentang
aspek keberhasilan dan kelemahan yang
terjadi. Perlu ditambahkan hal yang
mendasar, yaitu hasil pembahasan (kemajuan) pada diri peserta didik, lingkungan,
guru, motivasi dan aktivitas belajar, situasi
kelas dan hasil belajar, kemukakan grafik
dan tabel hasil analisis data yang
menunjukan perubahan yang terjadi disertai
pembahasan secara sistematis dan jelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,
2006: 83). Melihat paparan ini jelaslah apa
yang harus dilihat dalam bab ini yaitu
menulis lengkap mulai dari apa yang dibuat
sesuai
perencanaan,
hasilnya
apa,
bagaimana pelaksanaannya, apa hasil yang
dicapai, sampai pada refleksi berikutnya
semua hasilnya. Oleh karenanya pembi-

102

caraan pada bagian ini dimulai dengan apa


yang dilakukan dari bagian perencanaan.
1. Siklus I
Rencana Tindakan I
Hasil yang didapat
dari kegiatan
perencanaan meliputi:
(1) Menentukan peserta didik atau kelas
yang akan dijadikan tempat penelitian
dengan mengacu pada prestasi belajar
yang belum memenuhi KKM.
(2) Menyusun secara rinci scenario
tindakan yang telah direncanakan dan
melakukan pengkajian ulang untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya
kesalahan.
(3) Menyusun rencana dalam mengatasi
masalah yang ada.
(4) Merencanakan pembelajaran yang
menyenangkan.
(5) Merencanakan pembimbingan yang
menyenangkan
Pelaksanaan Tindakan I
(1) Mengajak teman guru sejawat kekelas
untuk mengamati kebenaran proses
pembelajaan.
(2) Mencatat aktivitas belajar peserta didik.
(3) Menyampaikan
bahan-bahan
lain
pendukung pembelajaran pada peserta
didik agar materi dapat dibaca dari
berbagai sumber.
(4) Menyampaikan pada peserta didik
bahwa test akan diberikan pada
pertemuan selanjutnya.
(5) Memotivasi agar peserta didik giat
belajar bekerja.
Observasi/Pengamatan Siklus I
Peneliti telah menyiapkan test
terlebih dahulu yang digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik. Hasil
pengamatan pada siklus I penelitian
sampaikan pada tabel berikut.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Tabel 1. Prestasi Belajar Peserta didik Kelas I Semester 2 Tahun Siklus I


Nomor Subjek Penelitian
Nilai
Keterangan
1
65
Belum Tuntas
2
75
Tuntas
3
80
Tuntas
4
75
Tuntas
5
80
Tuntas
6
75
Tuntas
7
65
Belum Tuntas
8
70
Tuntas
9
75
Tuntas
10
65
Belum Tuntas
11
75
Tuntas
12
75
Tuntas
13
75
Tuntas
14
80
Tuntas
15
45
Belum Tuntas
16
70
Tuntas
17
55
Belum Tuntas
18
65
Belum Tuntas
19
70
Tuntas
20
55
Belum Tuntas
21
50
Belum Tuntas
Jumlah Nilai
1440
Rata rata (Mean)
68.57
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
70
Jumlah Peserta didik yang Mesti
8
Diremidi
Jumlah Peserta didik yang Perlu Diberi
13
Pengayaan
Prosentase Ketuntasan Belajar
61.90
4. Refleksi Siklus I
Dalam siklus I peneliti menggunakan
refleksi kuantitatif. Refleksi merupakan
kajian secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan data yang telah
dikumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan. Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian
terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Suharsimi
Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 80).
Analisis kuantitatif Prestasi belajar
peserta didik siklus I.

a. Rata-rata (Mean)
Penentuan nilai rata-rata dihitung dengan :
jumlahnila i 1440

68.57
jumlahsiswa
21
b. Median (Titik tengahnya):
Median dihitung dengan cara mengurut data
/nilai peserta didik dari yang terkecil sampai
terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data
ganjil maka mediannya adalah data yang
ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua
data yang ditengah dijmlahkan dibagi 2 (dua).
Untuk median yang diperoleh dari data siklus
I dengan cara tersebut adalah : 70

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

103

c. Modus (anggka yang paling banyak/


paling sering muncul), Modus adalah
angka yang paling banyak muncul dalam
data yang sudah diperoleh. Dalam data
hasil penelitian ini, maka yang paling
banyak muncul adalah setelah diasccending/diurut angka tersebut adalah : 75.
d. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk
grafik maka hal-hal berikut dihitung
terlebih dahulu.
Tabel 2. Interval Kelas Siklus I
No Urut
Interval
Nilai tengah
1
2
3
4
5
6
Total

45-50
51-56
57-62
63-68
69-74
75-80

47,5
53,5
59,5
65,5
71,5
77,5

(1)Banyak kelas (K) = 1+3,3 X log(N)


= 1+3,3 X log 21
= 1+ (3,3 X 1,32)
= 1+4,36 = 5,36 6
(2)Rentang Kelas (r) = skor maks skor min
= 80 45
= 35
r 35

5,83 6
Panjang Interval (i) =
K 6

Frekuensi
absolut
2
2
0
4
3
10
21

Frekuensi
relatif
9,52
9,52
0,00
19,05
14,29
47,62
100

2. Siklus II
Rencana Tindakan II, hasil yang didapat
dari kegiatan perencanaan meliputi :
1) Merencanakan alat pembelajaran yang
menarik minat peserta didik
2)
Merencanakan
merubah
situasi
belajar yang lebih baik
3)
Merencanakan materi ajar dari yang
mudah ke yang lebih
4)
Merencanakan pembelajaran yang
menggunakan diskusi kelompok kecil
yang dibantu dengan diskusi perorangan
5)
Merencanakan mengajar dengan
memberi penugasan sesuai kemampuan
peserta didik.

4) Mengupayakan agar volume dan intonasi


suara guru dapat didengar dengan baik
oleh peserta didik.
5) Melakukan
pembelajaran
dengan
menciptakan ketertiban, kedisiplinan,
kenyamanan bagi peserta didik.

Pelaksanaan tindakan II
1) Membawa semua persiapan ke kelas.
2) Bergiat menumbuhkan partisipasi peserta
didik.
3) Mendorong kreatifitas peserta didik.

Refleksi siklus II
Dalam siklus II peneliti menggunakan
refleksi kuantitatif. Refleksi merupakan
kajian secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan data yang telah
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan. Refleksi

104

Observasi/pengamatan siklus II
Untuk
dapat
menggambarkan
keberhasilan tindakan secara jelas, maka hasil
test yang telah didapatkan kemudian
direfleksikan dan hasilnya dikonfirmasi
dengan acuan indicator keberhasilan yang
ada. Hasil pengamatan pada siklus II
penelitian sampaikan pada tabel berikut.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian


terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Arikunto,
Suhardjono, Supardi, 2006.80)
Analisis kuantitatif prestasi belajar siklus II
a) Rata-rata (Mean)
Menghitung
nilai
rata-rata
dilakukan denagan
jumlahnial i 1545

73.57
jumlahsiswa
21
b) Median (titik tengah). Ada perhitungan
sederhana dalaam analisis kuantitatif
seperti pencarian median. Median dicari
mengikuti langkah-langkah berikut yaitu
mengurut data nilai peserta didik dari
yang terkecil sampai terbesar. Setelah
diurut apabila jumlah data ganjil maka
mediannya adalah data yang ditengah
kalau jumlahnya genap maka dua data
yang di tengah dijumlahkan dibagi 2
(dua). Untuk median yang diperoleh dari
Tabel 3. Interval kelas siklus II
No
Interval
Nilai Tengah
Urut
1
50-55
52,5
2
56-61
58,5
3
62-67
64,5
4
68-73
70,5
5
74-79
76,5
6
80-85
82,5
Total
Deskripsi awal telah menunjukan
rendahnya prestasi belajar peserta didikyang
diakibatkanoleh faktor-faktor luar dan faktorfaktor dari dalam diri guru sendiri. Faktorfaktor tersebut telah difahami betul dan
pelan-pelan
diperbaiki
agar
proses
pembelajaran tidak dipengaruhi oleh faktorfaktor tersebut dengan cara membuat
perencanaan yang lebih baik pada siklus
berikutnya. Dari faktor peserta didik tentang
kurangnya motivasi orang tua dalam
mengarahkan anak-anak mereka untuk mau

data siklus II dengan menggunakan cara


tersebut adalah : 75.
c) Modus (angka yang paling banyak/
paling sering muncul). Modus adalah
angka yang paling banyak muncul dalam
data yang sudah diperoleh. Dalam data
hasil penelitian ini, angka yang paling
banyak muncul adalah setelah diurut
angka tersebut adalah : 75.
d) Untuk persiapan penyajian dalam bentuk
tabel frekuensi maka hal-hal berikut
dihitung terlebih dahulu.
Banyak Kelas ( K) = 1 + 3,3 X Log ( N)
= 1 + 3,3 x Log 21
= 1 + (3,3 X 1,32)
= 1 + 4,36 = 5,36
Rentang Kelas (r)=skor mak skor min
= 85 50
= 35
r 35
5,83 6
Panjang Interval ( i) =
k 6

Frekuensi
Frekuensi
Absolut
Relatif
1
4,76
1
4,76
2
9,25
3
14,29
8
38,10
6
28,57
21
100
giat belajar dilakukan dengan memberi
pengarahan lewat penyampaian yang
dilakukan kepala sekolah terhadap orang tua
peserta didik.
Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan pada siklus I ini dalam upaya
pembenahan proses pembelajaran di kelas
dapat disampaikan bahwa ada kelebihankelebihan yaitu peneliti telah membuat
perencanaan yang matang terlebih dahulu
membaca teori yang ada, dalam pelaksanaan
pembelajaran peneliti sudah berpakaian rapi,
menggunakan bhasa yang santun menuntun

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

105

peserta didik dengan baik. Hal ini menimbulkan interprestasi bahwa perjalanan
penelitian sudah cukup baik. Kelemahan
yang disampaikan perlu diberikan analisis
yaitu penggunaan waktu yang belum efektif,
konstruksi, kontribusi, peserta didik belum
maksimal, fakta ini akan dijadikan acuan
kebenaran data, validasi internal validitas
eksternal berupa penggunaan teori-teori yang
mendukung dan reliabilitas dat penelitian ini
dapat penulis yakini karena hal itu
merupakan ketepatan dalam memilih
instrument. Faktor-faktor yang berpengaruh
belum maksimalnya pembelajaran pada
siklus I ini sudah lebih baik dari hasil
awalnya yang baru mencapai nilai rata-rata
68,33 dengan ketuntasan belajar 71,42%.
Pada siklus I ini sudah mencapai peningkatan sedikit lebih tinggi yaitu dengan ratarata 68,57 dan ketuntasan belajar 61,90%.
Namun hasil tersebut belum maksimal karena
tuntutan indicator keberhasilan penelitian
adalah agar peserta didik mampu memperoleh rata-rata 70 dengan ketuntasan belajar
61,90%. Oleh karenanya penelitian ini masih
perlu untuk dilanjutkan.
Perolehan hasil dari dari kegiatan
penelitian pada siklus II ini terbukti telah
menunjukan bahwa kemampuan peserta didik
dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik.
Ini terbukti dari rat-rata nilai peserta didik
mencapai 73,57 dengan ketuntasan belajar
80.95% hasil ini menunjukan bahwa model
pembelajaran kooperatif melalui bimbingan
kelompok telah berhasil meningkatkan
kemampuan peserta didik menempa ilmu
sesuai harapan. Model pembelajaran kooperatif
metode teman sebaya merupakan
metode
yang cocok bagi peserta didik
apabila guru menginginkan mereka kemampuan melakukan analisis, sisntesis, berargumentasi, mengeluarkan pendapat secara
lugas, model pembelajaran kooperatif melalui
bimbingan kelompok mampu memupuk
kemampuan intelektual peserta didik, mendorong peserta didik untuk mampu

106

mnemukan sendiri menempatkan peserta


didik pada posisi sentral dan mengupayakan
agar peserta didik mampu belajar lewat
penemuan agar materi yang dipelajari dapat
diingat lebih lama.
Hasil penelitian ini ternyata telah
memberi efek utama bahwa model yang
diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
belajar peserta didik. Temuan ini membuktikan bahwa guru sudah tepat memilih
metode
dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran karena pemilihan metode
merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuantemuan peneliti lain seperti yang dilakukan
oleh Inten (2004) dan Puger (2004) yang
pada dasarnya menyatakan bahwa metode
pembelajaran yang diterapkan berpengaruh
terhadap prestasi belajar peserta didik.
Upaya maksimal dalam melaksanakan
pembelajaran pada siklus II dengan memperbaiki semua kelemahan-kelemahan sebelumnya setelah mampu membuat peningkatan
pemahaman dan keilmuan peseta didik. Dari
nilai yang diperoleh peserta didik, lebih
setengah peserta didik mendapat nilai 14,3
peserta didik memperoleh nilai sesuai KKM
dan 4 peserta didik memporoleh nilai rendah.
Atas dasar perolehan nilai sesuai KKM dan 4
peserta didik memperoleh nilai rendah. Atas
dasar perolehan data dalam bentuk nilai
tersebut dapat diyakini bahwa prestasi belajar
peserta didik dapat ditingkatkan dengan
penggunaan model pembelajaran kooperatif
melalui bimbingan kelompok.
Melihat perbandingan nilai awal, nilai
siklus I dan nilai siklus II, terjadi kenaikan
yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal
adalah 68,33 naik di siklus I menjadi 69,57
dan siklus II naik menjadi 73,57. Kenaikan
ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena
kenaikan ini adalah dari upaya-upaya
maksimal yang dilaksanakan demi meningkatkan mutu pendidikan dan kemajuan
pendidikan khususnya di SD Negeri 5 Panji.

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Ringkasan hasil penelitian yang
berhubungan dengan simpulan untuk
menjawab rumusan masalah dan tujuan
penelitian dipaparkan sesuai data yang telah
diperoleh dari hasil tindakan yang dilakukan,
baik siklus I maupun siklus II mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi dapat disampaikan hal-hal berikut.
Kegiatan awal dimana model pembelajaran
yang digunakan tidak menentu, termasuk
pula metode ajar yang digunakan hanya
sekedar saja membuat nilai peserta didik pada
mata pelajaran matematika rendah dengan
rata-rata 68,33 dan masih jauh dari kriteria
ketuntasan minimal pada mata pelajaran ini
yaitu 70. Setelah dilakukan peencanaan yang
lebih matang menggunakan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan
metode bimbingan kelompok dengan bantuan
teman sebaya, dilanjutkan dengan pelaksanaannya di lapangan yang benar sesuai teori
yang ada dan dibarengi dengan pemberian tes
secara objektif akhirnya terjadi peningkatan
dari nilai rata-rata awal menjadi rata-rata
68,57 pada siklus I. demikian juga terjadi
nilai peningkatan dari nilai rata-rata siklus I
meningkat menjadi 73,57 pada siklus II.
Tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah untuk peningkatan proses
pembelajaran, untuk hal tersebut upaya-upaya
yang maksimal telah dilakukan dengan sangat
giat sehingga hasil yang diharapkan sesuai
perolehan data telah mampu memberi
jawaban terhadap rumusan masalah dan
tujuan penelitian ini.

Saran

Hasil penelitian yang diperoleh dari


uraian sebelumnya mampu membuat peserta
didik lebih efektif dan lebih menggairahkan.
Dalam hubungan dengan hal tersebut perlu
disampaikan saran sebagai berikut, yaitu
usaha untuk membuat peningkatan mutu
pendidikan memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga disarankan agar guru
mampu menentukan atau memilih model
yang benar-benar bisa diterapkan sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Agar mampu
meningkatkan prestasi belajar, maka guru
hendaknya lebih sering melatih peserta didik
dengan kegiatan penemuan, walau dalam
taraf yang sederhana, agar para peserta didik
menjadi berminat terhadap kegiatan yang
dilakukan sehingga keaktifan belajar akan
meningkat. Peneliti lain disarankan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut untuk
meneliti bagian-bagian yang belum sempat
diteliti.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.
2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : PT Bumi Aksara
Depdiknas. 2010. Pedoman Pengembangan
Program Pembelajaran di Taman
Kanak-Kanak. Jakarta : Direktorat
pembinaan TK dan SD, Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hajar, Ibnu. 2013. Pandun Lengkap
Kurikulum
Tematik
SD/MI.
Jogjakarta : Diva pres.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative
Learning : Theory, Research, and
practice. Boston: Allyn and Bacon
Trianto. 2010. Mengembangkan Model
Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya

Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

107

PEDOMAN BAGI PENULIS JURNAL EMASAINS

1. Memuat naskah ilmiah bidang Edukasi Matematika dan Sains dengan kajian masalah
pendidikan matematika, sains dan lingkungan hidup.
2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku sesuai ejaan yang disempurnakan dan atau bahasa
inggris baku.
3. Tulisan dari hasil penelitian, kajian teoretis dan aplikasi teori. Naskah harus asli (belum pernah
dipublikasikan) dan ditulis oleh peneliti maupun tim peneliti menggunakan bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Naskah ilmiah yang telah diseminarkan dalam pertemuan ilmiah nasional
dan internasional, hendaknya disertai dengan catatan kaki.
4. Naskah dicetak pada kertas ukuran A4, diketik dengan spasi ganda menggunakan program
olah kata word for windows, huruf times new roman ukuran 12.
5. Tatacara penulisan hasil penelitian hendaknya disusun menurut urutan berikut: Judul, Identitas
penulis, Abstrak, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan
saran, Ucapan Terimakasih, dan Daftar Rujukan. Upayakan naskah dicetak hitam-putih, dan
keseluruhan naskah tidak lebih dari 15-20 halaman.
6. Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14 kata), ditulis dengan huruf Kapital.
7. Identitas Penulis: Nama ditulis lengkap (tidak disingkat) tanpa gelar. Bila alamat instansi
penulis berbeda, maka di belakang setiap nama diberi indeks atas angka arab. Alamat penulis
ditulis di bawah nama penulis, mencakup laboratorium, lembaga, dan alamat lengkap dengan
nomor telpon/faksimili dan e-mail. Indeks tambahan diberikan pada penulis yang dapat diajak
berkorespondensi (corresponding author).
8. Abstrak: Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bila naskah berbahasa Indonesia,
begitu pula sebaliknya. Abstrak dilengkapi kata kunci (key words) yang diurut berdasarkan
kepentingannya. Abstrak memuat ringkasan naskah, mencakup seluruh tulisan tanpa mencoba
merinci setiap bagiannya. Hindari menggunakan singkatan. Hanya abstrak berbahasa Inggris
yang akan dimuat.
9. Pendahuluan: Memuat tentang ruang lingkup, latar belakang tujuan dan manfaat penelitian.
Bagian ini hendaknya memaparkan latar belakang agar pembaca dapat memahami dan menilai
hasil penelitian tanpa membaca laporan-laporan sebelumnya yang berkaitan dengan topik.
Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukung pembahasan.
10. Metode Penelitian: Hendaknya diuraikan secara rinci dan jelas mengenai bahan yang digunakan
dan cara kerja yang dilaksanakan, termasuk metode statistika. Cara kerja yang disampaikan
hendaknya memuat informasi yang memadai sehingga memungkinkan penelititan tersebut
dapat diulang dengan berhasil.
108

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

11. Hasil dan Pembahasan: Disajikan secara bersama dan membahas dengan jelas hasil-hasil
penelitian. Dapat disajikan dalam bentuk tertulis di dalam naskah, tabel, atau gambar. Kurangi
penggunaan grafik jika hal tersebut dapat dijelaskan dalam naskah. Batasi pemakaian foto,
sajikan foto yang jelas menggambarkan hasil yang diperoleh. Gambar dan tabel harus diberi
nomor dan dikutip dalam naskah. Foto dapat dikirim dengan ukuran 4R. Biaya pemuatan foto
berwarna akan dibebankan kepada penulis. Grafik hasil pengolahan data dikirim dalam file
yang terpisah dari file naskah ilmiah dan disertai nama program dan data dasar penyusunan
grafik. Pembahasan yang disajikan hendaknya memuat tafsir atas hasil yang diperoleh dan
bahasan yang berkaitan dengan laporan-laporan penelitian sebelumnya. Akan lebih baik
jika rujukan yang digunakan berasal dari Jurnal. Hindari mengulang pernyataan yang telah
disampaikan pada metode, hasil dan informasi lain yang telah disajikan pada pendahuluan.
12. Simpulan dan Saran : Disajikan secara terpisah dari hasil dan pembahasan.
13. Ucapan terima kasih : Dapat disajikan bila dipandang perlu. Ditujukan kepada yang mendanai
penelitian dan untuk memberikan penghargaan kepada lembaga maupun perseorangan yang
telah membantu penelitian atau proses penulisan ilmiah.
14. Daftar Rujukan: Disusun secara alfabetis menurut nama dan tahun terbit. Singkatan majalah/
jurnal bedasarkan tata cara yang dipakai oleh masing-masing jurnal, daftar rujukan jurnal/
majalah ilmiah (10 tahun terkahir) sedikitnya 60% dan text books 40%. Contoh penulisan
daftar rujukan:
Jurnal/Majalah : Nama, tahun, judul artikel, nama jurnal, Vol. Nomor, halaman, Tahun.
Contoh: Yoger, R.E., Tamir, Pinchas, 1993 STS Aproach: Reasons, Intention, Accomplisment,
and Outcomes. Journal Science Education Vol. 77(6), 11-17
Buku: nama pengarang, tahun terbit,judul, edisi, nama dan tempat penerbit.
Contoh: Holman, J. 1986, Science-Technology In Society, General Guide, The Associationfor
Science Education.
Makalah Seminar: Nama, Tahun, Judul Makalah, Thema Seminar, Tanggal Pelaksanaan,
Tempat.
Contoh: Arinasa, I.B.K. 1998. Kontribusi Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Melestarikan Flora
Langka yang ada di Bali Beserta Permaslahannya. Makalah Seminar Hari Puspa dan Satwa
Nasional, Tanggal 5 Nopember 1998 di STKIP Singaraja.
Prosiding: Nama pengarang, tahun, judul, nama Prosiding, tanggal, halaman
Contoh: Muzzarelli R. 1990. Chitin and chitoson : Unique cationic polysaccharides, In: Procceding
Symposium Toward Carbohydrate Based Chemistry. Amies,France,23-26 Oct 1989. Pp 199-231
Tesis/disertasi: nama pengarang, tahun, judul thesis/desertasi, nama universitas/Perguruan
Tinggi.
Contoh: Said S. 2003. Studies on fertilization of rat oocytes by intracytoplasmic sperm injection.
(Disertation). Okayama: Okayama University.
Internet: Nama Pengarang, tahun, judul artikel, sumber, tanggal diunduh.
Contoh: Okezone, 2008. Dampak Buruk Emisi Kendaraan. Diperoleh dari URL: http;//antos.
Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 1, Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

109

okezone.com/index/Read story/2008/01/25/87/78078/dampak;buruk;e-. Diunduh tanggal 15


Pebruari 2008.
15. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporan kasus sesuai dengan aturan yang lazim.
16. Pengiriman naskah dapat dilakukan setiap saat dalam bentuk cetakan (print out) sebanyak 2
eksemplar dan 1 soft copy kepada Redaksi Jurnal Emasains Jln Akasia Desa Sumerta No 16
Denpasar Timur
17. Naskah yang dikirim harus disertai surat dari penulis. Surat harus dengan jelas menyatakan,
alamat lengkap, nomor telpon dan faksimili, dan alamat email. Penulis korespondensi
bertanggungjawab terhadap keaslian penelitian dan isi naskah. Untuk mempercepat proses
penelaahan tulisan tersebut, penulis sebaiknya menyodorkan sedikitnya tiga penelaah
(reviewer) yang tidak bekerja dalam satu lembaga atau satu lab. Sertakan pula alamat penelaah
yang direkomendasikan.
18. Terhadap naskah/makalah yang dikirim, redaksi berhak untuk: memuat naskah/makalah
tanpa perbaikan, memuat naskah/makalah dengan perbaikan, dan menolak naskah/makalah.
Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat
untuk keperluan itu.
19. Biaya cetak: Makalah yang telah dimuat dikenai biaya penerbitan dan pengiriman. Biaya
cetak dibebankan kepada penulis pertama (coreponding author), sebesar 150.000 rupiah
bagi anggota dan 200.000 rupiah bagi bukan anggota.
20. Penulis/pelanggan dapat mengirimkan biaya pemuatan-naskah atau langganan lewat
transfer bank BNI Cabang Denpasar atas nama Dra Ni Nyoman Parmithi, MM, rekening
No. 0557-01-000051-53-9.

110

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 1 Maret Tahun 2014

ISSN 2302-2124

Anda mungkin juga menyukai