Anda di halaman 1dari 80

VOLUME V, NOMOR 1, MARET TAHUN 2016

JURNAL EDUKASI

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN,
Jurusan/PS Bimbingan dan Konseling
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA SENI,
Jurusan/PS: Pend. Bhs. Indonesia dan Daerah Bali,
Pend. Sendratasik dan Pend. Seni Rupa.
FAKULTAS PENDDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL,
Jurusan/PS: Pend. Ekonomi, dan Pend. Sejarah.
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN,
Jurusan/Prodi: Pend. Olah Raga dan Kesehatan

ISSN 2302-2124

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA)


Jurusan/PS: Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi
Alamat: Jln Akasia No 16 Tanjung Bungkak Denpasar Timur tlp. (0361) 265693
e-mail: fpmipaikippgribali@yahoo.co.id

VOLUME V, NOMOR 1, MARET TAHUN 2015

Alamat: Jalan Seroja Tonja Denpasar Utara tlp: (0361) 431434


Alamat Web: ikippgribali.ac.id

MATEMATIKA dan SAINS

YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN (YPLP) PERGURUAN TINGGI


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI

VOLUME V, NOMOR 1, MARET TAHUN 2016


VOLUME lI, NOMOR 2, MARET TAHUN 2013

JEms

Emasains

ISSN 2302-2124

ISSN 2302-2124
ISSN 2302-2124

JURNAL EDUKASI
MATEMATIKA dan SAINS
Pengaruh Model Pembelajaran Arias dan Bakat Numerik terhadap Pemahaman
Konsep Matematika.
Pengaruh Air Rendaman Jerami pada Ovitrap Terhadap Jumlah Telur Nyamuk
Demam Berdarah (Aedes Sp) yang Terperangkap.
Penerapan Strategi Learning Start With A Question (Lsq) untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar.
Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Mind Map terhadap Hasil
Belajar Biologi.
Pengaruh Motivasi, Perilaku Belajar, dan Kualitas Pengajaran terhadap Hasil
Belajar Mata Kuliah Pengantar Dasar Matematika.
Hubungan antara Kecerdasan Emosional, Kemandirian dan Kreativitas Belajar
dengan Hasil Belajar Matematika.
Hubungan antara Nilai Tugas dan Nilai Keaktifan dalam Kelas terhadap Nilai Ujian
Akhir Semester Telaah Kurikulum Matematika SMA.
Pengembangan Bahan Ajar Sistem Persamaan Linier Berwawasan Pendidikan
Matematika Realistik Berorientasi Blended Learning.
Pembentukan Karakter dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa melalui
Pembelajaran Matematika Berbasis Saintifik
Pengaruh Minat, Kepercayaan Diri, dan Kreativitas Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika.

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI
Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur
Telp. (0361) 265693 Email: fpmipaikippgribali@yahoo.co.id

JURNAL EDUKASI
MATEMATIKA dan SAINS

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI
Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur
Telp. (0361) 265693 Email: fpmipaikippgribali@yahoo.co.id

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

JEms

Emasains

jurnal edukasi matematika dan sains

Emasains, Jurnal Edukasi Matematika dan Sains terbit dua kali dalam setahun (Maret dan September),
Berbahasa Indonesia maupun Inggris. Sebagai media komunikasi ilmiah dengan kajian masalah pendidikan,
pendidikan matematika, sains dan lingkungan hidup. Memuat tulisan yang berasal dari hasil penelitian,
kajian teoretis dan aplikasi teori.
Penasehat
Dr. I Made Suarta, SH., M. Hum
Penanggungjawab
Dra. Ni Nyoman Parmithi, MM
Ketua Redaksi
Drs. I Nengah Suka Widana, M.Si
Sekretaris Redaksi
Dra. I Gusti Ayu Rai, M.Si.; I Wayan Eka Mahendra, S.Pd., M.Pd
Redaksi Ahli
Prof.Dr. I Wayan Suparta, M.S (UNUD).
Prof. Dr. Putu Budiadnyana, M.Si (Undiksha Singaraja).
Dr. Bayu Aji (LIPI-Kebun Raya Eka Karya Bali).
Dr. Ir. I G.N. Alit Wirya Susanta, M.Agr. (UNUD).
Drs. I Wayan Budiyasa, M.Si. (IKIP PGRI Bali).
Drs. I Dewa Putu Juwana, M.Pd. (IKIP PGRI Bali).
Redaksi Pelaksana
Drs. Made Surat, M.Pd.; Drs I Wayan Sudiarsa, M.Si.;
Drs. I Made Subrata; M.Si; I Wayan Widana, S.Pd., M.Pd.
Drs. I Wayan Suanda, SP. , M.Si.; Edy Hermawan, S.Pd., S.Kom.,
I Gusti Agung Gede Wiadnyana, S.Pd., M.Pd.
Bendahara
. Putri Sumaryani, SP., NM.MA.
Distribusi
I Putu Sukerteyasa, S.Pd., M.Pd; Gustut Ariana, S.Pd.
Pembantu Pelaksana Tata Usaha
Sri Utami, S.Pd.; Ni G.A.Nyoman Sri Ernawati.
Alamat Redaksi
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Bali
Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur
Telp. (0361) 265693 Email: fpmipaikippgribali@yahoo.co.id
Dicetak Oleh:
PT. Percetakan Bali, Jl. Gajah Mada I/1 Denpasar 80112, Telephone (0361) 234723, 235221
NPWP: 01.126.360.5-904.000, Tanggal Regestrasi DKP: 1 July 2006

ii

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

JEms

Emasains

jurnal edukasi matematika dan sains

DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
HALAMAN
JUDUL
SUSUNAN
ORGANISASI
PENGELOLAJURNAL
JURNALEMASAINS
EMASAINS
SUSUNAN ORGANISASI PENGELOLA
DAFTAR
DAFTAR
ISI ISI

i i
ii ii
iii iii

Pengaruh
Model
PembelajaranMandiri
Arias dan
Numerik
terhadap
Pemahaman
Konsep
Pengaruh
Model
Pembelajaran
Tipe Bakat
SAVI Dan
Motivasi
Berprestasi
Terhadap
Hasil
Matematika
Belajar
Biologi. Peserta Didik.
Anak Agung
Ayu Manik
dan I Wayan
Eka Mahendra.
I Nengah
Suka Widana
danArini
Ni Kadek
Yogi Antari
Putri ..
Pengaruh
Air
Rendaman
Jerami
Pada
Ovitrap
TerhadapIntellectualy,
Jumlah TelurRepetition)
Nyamuk Demam
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Air (Auditory,
Terhadap
Berdarah
Sp.) Yang
Terperangkap.
Hasil
Belajar (Aedes
Matematika
Dengan
Mengontrol Bakat Skolastik Peserta Didik.
Putu Lili
Ariani dan INi
Nengah
Suka Widana
Ni Ketut
Erawati
Putu Sintya
Lestari...
Penerapan
Strategi
Learning
Start
With ABerbantuan
Question (LSQ)
Untuk
Meningkatkan
Aktivitas
Dan
Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri
Tugas
Meringkas
Terhadap
Hasil Belajar
Prestasi Parmithi
Belajar Peserta
DidikAyu
Kelas
Ap2 Smk Triatma Jaya Badung Tahun Pelajaran
Ni Nyoman
dan I Dewa
RakaX Prasindra.
2013/2014. Model Pembelajaran SAVI Berlandaskan Tri Kaya Parisudha terhadap Prestasi
Implementasi
Ni Nyoman
Parmithi
Alexius Wahidin..
Belajar
Matematika
dandan
Keaktifan
Siswa Kelas VIIIb SMP Negeri 1 Kubutambahan
Model Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Mind Map terhadap Hasil Belajar
I G Pengaruh
A N TrisnaJayantika...
Biologi. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) terhadap Hasil
Pengaruh
Ni Kadek
Ayu Sukadewi
dandari
N Putri
Sumaryani..
Belajar
Matematika
Ditinjau
Adversity
Quotient.
Pengaruh
Motivasi, Perilaku Belajar, dan Kualitas Pengajaran terhadap Hasil Belajar Mata
Ni Wayan
Sunita
Kuliah Pengantar
Dasar Matematika
pada Mahasiswa
Jurusan
Pendidikan
Matematika
IKIP
Pengaruh
Limbah Rumah
Potong Hewan
(Rumen Sapi)
Sebagai
Pupuk
Cair Terhadap
PGRI
Bali.
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.).
Ni Kadek
Rini Purwati,
N Putri
Sumaryani
dan S.Si,
SangM.Pd....................................................
Ayu Putu Eka Rismayanti.
HubunganEkstrak
antara Daun
Kecerdasan
Emosional,
dan Kreativitas
Belajar
Uji Fitokimia
Rambutan
RapiahKemandirian
Kering (Nephelium
lappaceum
L.). dengan Hasil
Belajar
Matematika
Peserta
Didik
Kelas
X
SMA
Negeri
1
Sukawati.
A.A.Istri Mirah Dharmadewi.
Ni Antagonisme
Kadek Lia Wulandari
dan I Wayan
Sudiarsa
Daya
Trichoderma
sp. Lokal
Terhadap Jamur Patogen Penyebab Penyakit Rebah
Hubungan
antara
Nilai
Tugas
dan
Nilai
KeaktifanTomat
dalam(Lycopersicum
Kelas terhadap
Nilai Ujian
Akhir
Kecambah (Sclerotium rolfsii Sacc.) Pada Tanaman
esculentum
Mill.).
Semester
Telaah
SMA pada Mahasiswa Pendidikan Matematika IKIP
I Wayan
Suanda
danKurikulum
Ni WayanMatematika
Ratnadi..
PGRI Bali Tahun
2015/2016Butir Maksimum Ditinjau dari Bentuk Tes dan Metode
Perbandingan
NilaiPelajaran
Fungsi Informasi
I
Komang
Sukendra,
S.Pd,
M.Si,
M.Pd.
Estimasi Parameter.
Pengembangan
Bahan Ajar Sistem Persamaan Linier Berwawasan Pendidikan Matematika Realistik
I Wayan
Widana
Berorientasi
Blended
Learning.dalam Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan
Penggunaan Musik Klasik
I Wayan Sumandya
Kemampuan
Berpikir Kritis dan Kemampuan Koneksi Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika.
Pembentukan
Karakter dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Melalui Pembelajaran
I Made Surat.
Matematika Hasil
Berbasis
Saintifik
Meningkatkan
Belajar
Matematika Siswa SMK Negeri 4 Denpasar Melalui Penerapan
I
Made
Surat.......
Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Pengaruh
Kepercayaan Diri, dan Kreativitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika
I Ketut
Putra Minat,
Ardana
Devi Tes
Setyowati
I Wayan Widana.
Bentuk
Dalamdan
Pembelajaran
Matematika
I Wayan Eka Mahendra
PEDOMAN PENULISAN EMASAINS
PEDOMAN PENULISAN EMASAINS

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

iii

1-7
99-109
8-12
110-116
117-122
13-18
123-129
19-27
130-137
28-34
138-148
149-154
35-41
155-162
42-47
163-176
48-56
177-188
57-65
189-196
66-72
197-203

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DAN BAKAT NUMERIK


TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PESERTA DIDIK
Anak Agung Ayu Manik Arini dan I Wayan Eka Mahendra
Alumni Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali
e-mail: gunggekarini@gmail.com
ABSTRACT
The Effect of Learning Model Arias and Numerical Aptitude Toward Mathematical
Concept Comprehension of Students
Based on the analysis of data was obtained (1) There are differences in the
understanding of mathematical concepts among students who follow ARIAS learning model
with learners who followed the conventional learning model class VIII SMP Negeri 3
Tembuku year 2015/2016 . (2) There is an interaction between the learner and the learning
model ARIAS numerical aptitude of students to the students comprehension of math concepts
in class VIII SMP Negeri 3 Tembuku year 2015/2016. (3) There are differences in students
comprehension of mathematical concepts that have a high numerical aptitude among
students who follow ARIAS learning model with learners who followed the conventional
learning models in academic year 2015/2016. (4) There is no difference in the students
comprehension of mathematical concepts that have a low numerical aptitude among students
who follow ARIAS learning model with learners who followed the conventional learning
models in academic year 2015/2016.
Keywords: ARIAS, numerical aptitude, comprehension concepts
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika memiliki
empat tujuan, yaitu : 1) melatih cara berpikir
dan bernalar dalam bentuk menarik
kesimpulan, 2) mengembangkan aktivitas
kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan dengan mengembangkan
pemikiran divergen, rasa ingin tahu, prediksi
serta mencoba-coba, 3) mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah, dan 4)
mengembangkan
kemampuan
dalam
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan.
Terkait dengan tujuan tersebut, proses
pembelajaran matematika harus dikemas
sedemikian rupa dengan memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki oleh siswa.
Begitu pentingnya peranan matematika,
seharusnya membuat matematika menjadi
salah
satu
mata
pelajaran
yang
menyenangkan dan digemari oleh siswa.
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri
bahwa mata pelajaran matematika masih
merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan
sering menimbulkan masalah dalam belajar.

Kondisi ini mengakibatkan mata pelajaran


matematika
tidak
disenangi,
tidak
diperdulikan, dan bahkan diabaikan. Oleh
karena itu, siswa perlu untuk dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan
ditemukan permasalahan yang terjadi sebagai
faktor yang menyebabkan kurangnya
pemahaman konsep matematika peserta didik
yang dapat mempengaruhi nilai pelajaran
matematika diantaranya yaitu : 1) siswa tidak
terbiasa belajar mandiri di rumah sebelum
mendapatkan penjelasan terlebih dahulu
sehingga kurikulum 2013 tidak dapat
terlaksana dengan baik karena tuntutan dari
kurikulum 2013 adalah kemandirian peserta
didik untuk mengembangkan pengetahuannya, 2) pembelajaran yang dilakukan masih
menekankan pada keterampilan mengerjakan
soal latihan atau drill, 3) peserta didik
enggan untuk bertanya apakah tugas yang
dibuat benar atau salah hal ini dapat
menyebabkan peserta didik kurang mengerti
dengan materi yang diberikan, 4) peserta
didik sering mengalami kesulitan dalam

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

menjawab soal yang diberikan dengan


sedikit berbeda dari soal sebelumnya. Hal ini
terjadi karena rendahnya pemahaman konsep
matematika peserta didik, 5) peserta didik
masih memiliki anggapan bahwa matematika
adalah pelajaran yang sulit dengan rumusrumus yang harus dihafal salah satu faktor
yang mempengaruhi adalah rendahnya
pemahaman
konsep
peserta
didik.
Berdasarkan uraian tersebut diduga bahwa
pemahaman konsep matematika
peserta
didik di SMP Negeri 3 Tembuku kelas VIII
masih rendah.
Belajar matematika perlu memahami
konsep-konsep dan struktur-sruktur yang
terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta
mencari hubungan antara konsep dan
struktur tersebut. Pembekalan konsep yang
kuat dalam pembelajaran matematika
merupakan hal yang utama dan sangat
membantu bagi siswa dalam memahami
suatu pokok bahasan dalam pembelajaran
matematika. Oleh karena itu, diupayakan
agar guru menanamkan unsur : Assurance
(percaya diri), Relevance (Relevansi/
berhubungan dengan kehidupan siswa),
Interest
(minat/perhatian),
Assessment
(evaluasi), Satisfaction (rasa puas/bangga),
yang dapat dijadikan sebagai usaha pertama
dalam
kegiatan
pembelajaran
untuk
menanamkan rasa yakin atau percaya pada
siswa.
Kelima
komponen
tersebut
merupakan satu kesatuan yang diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran yang disebut
dengan Model Pembelajaran ARIAS.
Penggunaan model Pembelajaran ARIAS
perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru
melakukan kegiatan pembelajaran di kelas.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Apriani,dkk (2012) mengungkapkan bahwa
Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS
terhadap pemahaman konsep peserta didik
lebih baik dibandingkan dengan pemahaman
konsep peserta didik yang diperoleh pada
penerapan
model
pembelajaran
Konvensional.
Model Pembelajaran yang digunakan
oleh guru merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi pemahaman konsep belajar
siswa. Selain faktor eksternal terdapat faktor

lain yang dapat mempengaruhi pemahaman


konsep siswa yaitu faktor internal. Adapun
faktor internal yang dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa yaitu : intelegensi, bakat,
minat, sikap dan lain-lain.
Bakat numerik adalah salah satu
unsur dasar untuk mempelajari bidang studi
matematika. Kemampuan dalam bidang
numerik memberikan landasan yang kuat
dalam mengerjakan soal matematika yang
berhubungan dengan operasi hitung seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Hasil penelitian Mahendra
(2014) mengungkapkan bahwa hasil belajar
matematika
siswa
yang
mengikuti
pendekatan pembelajaran kontekstual lebih
tinggi dari pada siswa yang mengikuti
pendekatan konvensional, setelah mengontrol
bakat numerik.
Bakat numerik dalam
kaitannya dengan pemahaman konsep
matematika cukup beralasan untuk diteliti.
Berdasarkan uraian tersebut maka
dilakukan
penelitian
untuk
model
pembelajaran dan faktor internal yang
dimiliki siswa dengan melaksanakan
penelitian yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,
Interst, Assessment, dan Satisfaction) dan
Bakat Numerik Terhadap Pemahaman
Konsep Matematika Peserta Didik Kelas
VIII di SMP Negeri 3 Tembuku.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan ke
dalam penelitian eksperimen semu (Quasi
Exsperiment) karena gejala yang akan
diselidiki ditimbulkan terlebih dahulu
dengan sengaja. Penelitian eksperimen semu
adalah jenis penelitian yang mempunyai
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen
(Sugiyono, 2014).
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran
terhadap pemahaman konsep matematika
peserta didik yang ditinjau dengan bakat
numerik yang dimiliki oleh peserta didik.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

Jadi, desain yang digunakan dalam penelitian


ini adalah Treatment By Level.
Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Tembuku yang terdiri dari 5 kelas yaitu kelas
VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E
dengan jumlah siswa 104 orang, populasi
bersifat
homogen
karena
pada
pengelompokan peserta didik ke dalam
kelas-kelas tersebut disebar secara merata
antara siswa yang berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
Dalam penelitian ini penulis mengambil
empat kelas dari seluruh kelas VIII SMP
Negeri 3 Tembuku. Sampel yang dipilih
dalam penelitian ini sebanyak 4 kelas yang
dilakukan secara Random Sampling. Adapun
langkah-langkah dalam pengambilan sampel
yaitu :
a) Membuat gulungan kertas sebanyak 5
yang masing-masing kertas berisi tulisan
kelas VIII A sampai VIII E.
b) Mengambil empat gulung kertas secara
acak,yang akan digunakan sebagai
sampel penelitian.
c) Empat kelas yang terpilih yaitu VIII B,
VIII C, VIII D, VIII E, diundi kembali
untuk
menentukan
kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
d) Setelah melakukan pengundian dari empat
kelas yang terpilih dua kelas yaitu VIII D
dan VIII E dengan banyak peserta didik
42 orang sebagai kelompok eksperimen
dan dua kelas yaitu VIII B dan VIII C
dengan banyak peserta didik 42 orang
sebagai kelompok kontrol.
Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah yang
ditempuh untuk mengumpulkan data
penelitian terdiri atas tiga tahapan yaitu tahap
persiapan eksperimen, tahap pelaksanaan
eksperimen, tahap evaluasi.
1) Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2013) variabel
penelitian adalah objek penelitian atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel

yang digunakan yaitu variabel bebas


(independent variabel), variabel terikat
(dependent variabel), variabel moderator.
a) Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran ARIAS (Assurance,
Relevance, Interest, Assessment, dan
Satisfaction) dan model pembelajaran
konvensional.
b) Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan masalah
utama yang dipengaruhi atau menjadi akibat
adanya variabel bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah pemahaman
konsep Matematika peserta didik kelas VIII
di SMP Negeri 3 Tembuku.
c) Variabel Moderator
Variabel moderator adalah variabel yang
menentukan/mengubahhubungan
antara
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
moderator dalam penelitian ini adalah bakat
numerik.
Metode dan Intrumen Pengumpul Data
1) Teknik Pengumpulan Data
a) Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah data tentang pemahaman konsep
matematika peserta didik. Berdasarkan
sifatnya, data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif.
Sedangkan berdasarkan sumbernya data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer.
b) Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan
teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan
data. Adapun metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian kualitatif
ini yaitu metode observasi dan metode tes.
Metode Analisis Data
Data nilai pemahaman konsep
matematika peserta didik yang di tinjau dari
perbedaan bakat numerik yang dimiliki
peserta didik dalam pembelajaran, dalam
penelitian ini diuji menggunakan ANAVA
dua jalur.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

Ringkasan analisis skor pemahaman


konsep matematika disajikan pada tabel 1

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian

Tabel 1. Statistik Deskriptif Skor Pemahaman Konsep Matematik


Data Statistik
Mean
Modus
Median
Standar
Devisiasi(s)
Varians (s2)
Skor
Maksimum
Skor Minimum
Rentang

A1
3,21
3,4
3,275
0,45

A2
2,98
2,76
2,90
0,37

B1
3,46
3,4
3,4
0,25

B2
2,73
2,76
2,70
0,23

A1B1
3,67
3,4
3,4
0,15

A2B1
3,24
2,6
3,17
0,20

A1B2
2,80
3,4
3,15
0,28

A2B2
2,64
2,76
2,76
0,16

0,20
3,92

0,14
3,60

0,06
3,92

0,05
3,25

0,02
3,92

0,04
3,6

0,08
3,15

0,03
2,8

2,4
1,52

2,32
1,28

3
0,92

2,32
0,83

3,4
0,67

3
0,6

2,4
0,75

2,32
0,48

Keterangan:
A1
: Kelompok
peserta
didik
yangmengikuti
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran
ARIAS
A2
: Kelompok peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran konvensional
B1
: Kelompok peserta didik yang
memiliki bakat numerik tinggi
B2
: Kelompok peserta didik yang
memiliki bakat numerik rendah
A1B1
: Kelompok peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran ARIAS dan
peserta didik yang memiliki bakat
numerik tinggi
A1B2
: Kelompok peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran ARIAS dan
peserta didik yang memiliki bakat
numerik rendah
A2B1
: Kelompok peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran konvensional
dan peserta didik yang memiliki
bakat numerik tinggi
A2B2
: Kelompok peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran konvensional

dan peserta didik yang memiliki


bakat numerik rendah
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji
prasyarat
dilakukan
untuk
mengetahui uji hipotesis yang dilakukan
dapat dilanjutkan atau tidak. Uji hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan analisis
varian (ANAVA) duajalur (2 x 2). Dalam uji
prasyarat terdapat dua uji yang dilakukan
yaitu uji normalitas sebaran data dan uji
homogenitas varians.
a) Uji Normalitas Sebaran Data
Uji normalitas data dilakukan untuk
mengetahui penyebaran data dalam populasi
bersifat normal, jika sebaran data dalam
populasi tidak normal maka hipotesis tidak
dapat dilakukan. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus ChiKuadratpada kelompok data.
Analisis Chi-Kuadrat menunjukkan
2
2
X tabel
bahwa jika X hitung
, maka populasi
berdistribusi normal. Sebaliknya jika
2
2
X hitung
X tabel
maka
populasi
tidak
berdistribusi normal. Adapun ringkasan uji
normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel berikut.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

Tabel 2. Uji Normalitas Sebaran Data


2
No
Kelompok
n
X hitung
Sampel
A1
A2
B1
B2
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2

1
2
3
4
5
6
7
8

36
36
36
36
18
18
18
18

5,57
9,00
1,58
6,97
1,28
6,77
4,97
3,73

b) Uji Homogenitas Varians


Pengujian homogenitas varians dalam
penelitian ini menggunakan uji Bartlett. Hal
Tabel 3. Uji Bartlett
Sampel

dk

1/dk

A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
Total

17
17
17
17
68

0,059
0,059
0,059
0,059
0,24

0,15
0,28
0,2
0,16
0,79

Keterangan :
dk = derajat kebebasan
s = standar devisiasi
s2 = varians
Dari uji homogenitas varians
diperoleh X 2 hitung = 5,60 dengan taraf
signifikansi 5% dk pembilang n1 1 = 5 (untuk
varians terbesar) dk penyebut n2 1=5(untuk
varians terkecil) diperoleh X 2 hitung 10,41 ini
2
2
X tabel
berarti X hitung
maka varians sampel
pemahaman konsep matematika peserta didik
dari populasi homogen. Berdasarkan uji

Kesimpulan

2
X tabel

11,070
11,070
11,070
11,070
9,488
9,488
9,488
9,488

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

ini dilakukan karena data lebih dari dua


kelompok. Hasil analisis uji Bartlett
disajikan pada Tabel berikut.
2

S
0,02
0,08
0,04
0,03
0,17

Log S
-1,65
-1,11
-1,40
-1,59
-5,74

dk*log S
-28,01
-18,80
-23,76
-27,06
-97,63

dk*S
0,38
1,33
0,68
0,44
2,83

prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data


dan uji homogenitas varians dapat
disimpulkan bahwa data dari semua
kelompok berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan mempunyai varians
sama sehingga uji hipotesis dengan ANAVA
dua jalur dapat dilakukan.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan analisis
varians (ANAVA) dua jalur dapat dilihat
pada Tabel berikut.

Tabel 4. Ringkasan ANAVA Dua Jalur Untuk Semua Perlakuan


Sumber
Antar A
Antar B
Interaksi
AxB
Dalam
Total

Keterangan :
JK
= Jumlah Kuadrat
db
= Derajat kebebasan

JK
14,49
1,18

31,095
0,07
14,05

dk
1
1
1
68
71

RJK
14,49
1,18

31,095
0,07
-

Fhitunng
207
16,85
444,22

Ftabel
3,98
3,98
3,98

Interprestasi
Signifikan
Signifikan
Signifikan

RJK = Rata-rata jumlah kuadrat


Pembahasan Hasil Analisis
1. Pembahasan Hipotesis Pertama

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

Hasil uji hipotesis telah berhasil


menolak hipotesis nol yang menyatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan pemahaman
konsep matematika peserta didik yang
mengikuti model pembelajaran ARIAS
dengan model pembelajaran konvensional.
Rata-rata
skor
pemahaman
konsep
matematika peserta didik yang mengikuti
model pembelajaran ARIAS adalah 3,21 dan
rata-rata
skor
pemahaman
konsep
matematika peserta didik yang mengikuti
model pembelajaran konvensional adalah
2,98. Tampak jelas bahwa keseluruhan
pemahaman konsep matematika peserta didik
yang mengikuti model pembelajaran ARIAS
lebih baik dari pada peserta didik yang
mengikuti
model
pembelajaran
konvensional. Hal ini disebabkan oleh model
pembelajaran ARIAS. Menurut Keller dalam
Rahman (2014) model pembelajaran ARIAS
merupakan suatu model pembelajaran yang
mengandung lima komponen utama di dalam
suatu pelajaran yaitu Assurance (percaya
diri), Relevance (relevansi), Interest (minat
atau perhatian), Assessment (penilaian atau
evaluasi),
dan
Satisfaction
(rasa
puas/bangga). Berdasarkan uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
yang diperoleh adalah ada perbedaan
pemahaman konsep matematika peserta didik
yang mengikuti model pembelajaran ARIAS
dengan model pembelajaran konvensional.
2. Pembahasan Hipotesis Kedua
Berdasarkan analisis varians dua jalur
yang telah disajikan pada Tabel 4.12 bahwa
F(hitung) adalah 207. Sedangkan nilai Ftabel
untuk db 68 dan taraf signifikansi 5% adalah
3,98. Sehingga F(hitung) Ftabel sehingga tolak
H0 terima H1.Ini berartiada interaksi antara
model pembelajaran ARIAS dan bakat
numerik terhadap pemahaman konsep
matematika peserta didik. Penerapan model
pembelajaran ARIAS dan bakat numerik
peserta didik memberikan peluang kepada
peserta
didik
untuk
mengeksplorasi
kemampuaanya dalam bidang numerik. Hal
ini karena ARIAS merupakan suatu model
pembelajaran yang mengandung lima
komponen utama di dalam suatu pelajaran
yaitu Assurance (percaya diri), Relevance

(relevansi), Interest (minat atau perhatian),


Assessment (penilaian atau evaluasi), dan
Satisfaction
(kepuasan).
Yang
dapat
memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk aktif secara individu. Berdasarkan
uraian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat interaksi model pembelajaran
ARIAS dengan bakat numerik.
3. Pembahasan Hipotesis Ketiga
Berdasarkan uji t-scheffe terlihat
bahwa nilai ttabel untuk db 68 dan taraf
signifikansi 5% adalah 1,993, sedangkan
thitung uji t-scheffe adalah 17,40 maka t hitung
ttabel sehingga tolak H0 terima H1. Ini berarti
ada
perbedaan
pemahaman
konsep
matematika peserta didik dengan bakat
numerik tinggi antara peserta didik yang
mengikuti model pembelajaran ARIAS
dengan peserta didik yang mengikuti model
pembelajaran konvensinal. Berdasarkan
uraian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa peserta didik yang memiliki bakat
numerik
tinggi
pemahaman
konsep
matematika peserta didik yang mengikuti
model pembelajaran ARIAS lebih baik dari
pada peserta didik yang mengikuti model
pembelajaran konvensinal.
4. Pembahasan Hipotesis Keempat
Berdasarkan uji lanjut menggunakan uji
t-scheffe dalam menguji interaksi yang
terjadi pada peserta didik yang memiliki
bakat numerik rendah, antara peserta didik
yang mengikuti model pembelajaran ARIAS
dengan peserta didik yang mengikuti
modelpembelajaran
konvensional.
Berdasarkan uji t-scheffe terlihat bahwa nilai
ttabel untuk db 68 dan taraf signifikansi 5%
adalah 1,993, sedangkan t hitung uji t-scheffe
adalah -3,2maka thitung< ttabel sehingga terima
H0 tolak H1. Hal tersebut dikarenakan oleh
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pemahaman konsep matematika peserta
didikyaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal yaitu model
pembelajaran, media, sarana dan lain-lain
sedangkan faktor internal meliputi bakat,
minat, motivasi, percaya diri, konsentrasi
dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang
diperhatikan hanya bakat numerik peserta
didik sedangkan faktor-faktor yang lain juga

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

dapat mempengaruhi pemahaman konsep


matematika peserta didik. Berdasarkan
uraian tersebut maka dapat disimpulkan tidak
ada
perbedaan
pemahaman
konsep
matematika peserta didik yang memiliki
bakat numerik rendah antara peserta didik
yang mengikuti model pembelajaran
konvensional dan model pembelajaran
ARIAS kelas VIII di SMP N 3 Tembuku.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analaisis data yang telah
dipaparkan pada BAB IV diperoleh simpulan
sebagai berikut.
(1)Ada perbedaan pemahaman konsep
matematika antara peserta didik yang
mengikuti model pembelajaran ARIAS
dengan peserta didik yang mengikuti
model pembelajaran konvensional kelas
VIII di SMP Negeri 3 Tembuku tahun
pelajaran 2015/2016.
(2) Ada interaksi peserta didik antara model
pembelajaran ARIAS dan bakat numerik
peserta didik terhadap pemahaman konsep
matematika peserta didik kelas VIII di
SMP Negeri 3 Tembuku tahun pelajaran
2015/2016.
(3) Ada perbedaan pemahaman konsep
Matematika peserta didik yang memiliki
bakat numerik tinggi antara peserta didik
yang mengikuti model pembelajaran
ARIAS dengan peserta didik yang
mengikuti
model
pembelajaran
konvensional tahun pelajaran 2015/2016.
(4) Tidak ada perbedaan pemahaman konsep
matematika peserta didik yang memiliki
bakat numerik rendah antara peserta didik
yang mengikuti model pembelajaran
ARIAS dengan peserta didik yang
mengikuti
model
pembelajaran
konvensional tahun pelajaran 2015/2016.

Saran
Berkenaan dengan hasil penelitian yang
diperoleh maka beberapa saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pemahaman konsep matematika peserta
didik yang mengikuti pelajaran dengan
model pembelajaran ARIAS lebih baik
dari pada pemahaman konsep matematika
peserta didik yang mengikuti pembelajarn
dengan
model
pembelajaran
konvensional. oleh karena itu, model
pembelajaran ARIAS perlu diperkenalkan
dan dikembangkan lebih lanjut kepada
guru, peserta didik sebagai salah satu
alternatif model pembelajaran.
2. Penelitian lanjutan yang diberikan dengan
pembelajaran ARIAS perlu dilakukan
dengan materi-materi matematika yang
lain dengan melibatkan sampel yang lebih
luas.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,Suharsimi.
2013.
Manajemen
penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mahendra, Eka I Wayan. 2014. Pengaruh
Pendekatan Pembelajaran dan Bentuk
Asesment Formatif Terhadap Hasil
Belajar
Matematika
Setelah
Mengontrol Bakat Numerik. Desertasi
(diterbitkan). Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta.
Rahman,
Muhammat.
2014.
Model
Pembelajaran ARIAS Terintegratif.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sanjaja dan Heriyanto Albertus. 2006.
Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.
Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
.
2014.
Metode
penelitian
pendidikan.
Bandung:
Alfabeta

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

PENGARUH AIR RENDAMAN JERAMI PADA OVITRAP TERHADAP JUMLAH


TELUR NYAMUK DEMAM BERDARAH (Aedes sp) YANG TERPERANGKAP
1)

Putu Lili Ariani1) dan I Nengah Suka Widana2)


Alumni Jur. Pend. Biologi dan 2) Dosen Pengajar Jur. Pend. Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali
Email: ngh_sukawidana@yahoo.co.id

ABSTRACT
Influence Of Hay Infusion In Ovitrap To The Number Of Aedes Sps Eggs Trapped
Control of the mosquito Aedes sp can be done with mechanical control is using ovitrap
which already contain hay infusion. Hay infusion for a week will produce carbon dioxide gas,
ammonia gas and octenol can stimulate the olfactory mosquitoes to lay eggs on ovitrap. This
study aims to determine the effect of water immersion on ovitrap straw against dengue fever
mosquito (Aedes sp) are trapped, and to know the concentration of the soaking water most
excellent hay and obtain the maximum number of eggs of Aedes sp trapped.
This study included experimental studies using completely randomized design with a pattern of
"the post-test only control group design". The population in this study were all female Aedes sp.
In this study conducted 4 times repetition. Where in each of the replications composed of 5
treatments and 1 control. Treatments consisted of different concentrations consisting of 5
percentage straw soaking water concentrations are: 20%, 40%, 60%, 80%, 100%. Data
obtained by counting the number of eggs of Aedes sp trapped in ovitrap during the week.
Based on the results of data analysis using Variant Analysis (ANOVA) 1 lane, This shows
that Fhitung> Ftabel the null hypothesis (Ho) is rejected and the alternative hypothesis (Hi) is
received, it means "There are influence of hay infusion in ovitrap to the number of aedes sps
eggs trapped". The LSD shows the difference in value of the average number of eggs of Aedes sp
trapped in each treatment is greater than BNT 1% which means the difference is highly
significant value
Keywords: Hay infusion, Aedes sp
PENDAHULUAN
Sejak 400 tahun sebelum masehi, manusia
telah menduga adanya hubungan antara
lingkungan dan penyakit. Lingkungan yang
kotor identik dengan adanya sarang penyakit.
Di Indonesia penyakit yang masih menjadi
masalah kesehatan adalah penyakit yang
ditularkan seranggga nyamuk misalnya kaki
gajah, malaria dan demam berdarah dengue
(DBD) (Sumantri, 2010). Menurut Susanto
(2007), penyakit DBD telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat selama 41 tahun
terakhir. Penyakit DBD tak hanya menyerang
kalangan dewasa namun juga menyerang
kelompok umur balita hingga anak-anak.
Hingga saat ini penyakit DBD sering

mewabah di beberapa tempat/daerah hingga


berkategori sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Berdasarkan situasi tersebut World Health
Organization (WHO) menetapkan Indonesia
sebagai salah satu negara hiperendemik
dengan jumlah provinsi yang terkena DBD
sebanyak 32 dari 33 provinsi di Indonesia.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan ke tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes sp yang membawa
virus dengue dalam tubuh terutama pada
kelenjar liurnya. Untuk menekan dampak
negatif yang ditimbulkan oleh nyamuk Aedes
sp, maka perlu dilakukan pengendalian.
Bentuk pengendalian ini dapat dilakukan
secara kimia, biologi, dan mekanik. Tindakan

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

pengasapan dan abatesasi masal adalah salah


satu bentuk pengendalian kimiawi yang telah
terbukti lebih efektif dan hasilnya cepat
terlihat dalam menekan populasi vektor DBD,
namun hal tersebut tidak mungkin dilakukan
terus-menerus karena biaya operasional yang
mahal dan penggunaan insektisida dengan
dosis yang kurang tepat atau jika digunakan
terusmenerus akan mengakibatkan dampak
negatif antara lain pencemaran lingkungan,
kematian predator, resistensi nyamuk terhadap
insektisida yang digunakan, dapat membunuh
hewan piaraan dan ternak, bahkan mengganggu kesehatan manusia.
Melihat berbagai alasan tersebut maka
perlu
dilakukan
suatu
usaha
untuk
mengendalikan nyamuk tanpa menimbulkan
dampak negatif. Pemerintah Indonesia melalui
departemen kesehatan telah memilih cara
pengendalian vektor DBD yang murah,
mudah, aman dan dapat dilakukan oleh
masyarakat sendiri yaitu dengan pembersihan
sarang nyamuk (PSN) yang bertujuan untuk
menekan populasi nyamuk Aedes sp. Kegiatan
PSN yang dilakukan yaitu melalui 3 M
(menguras, menutup, serta mengubur tempat
atau wadah yang bisa di genangi air).
Meskipun mudah, murah, dan terjangkau,
namun program ini belum
berhasil
menurunkan populasi nyamuk Aedes sp karena
partisipasi masyarakat yang kurang maksimal.
Disamping itu, PSN menimbulkan nyamuk
Aedes sp kehilangan banyak tempat
perindukan di dalam rumah, dan mencari
tempat lain di luar rumah seperti selokan,
lubang pada pohon, dan vas bunga. Hal ini
terbukti dari tingginya kepadatan telur Aedes
sp yang terdapat dalam ovitrap yang dipasang
di luar rumah (Utomo, 2005).
Untuk mencegah nyamuk berkembang
biak di tempat yang tak terduga manusia perlu
membuat tempat perindukan yang bisa
sekaligus menjadi perangkap bagi telur
nyamuk atau yang disebut dengan ovitrap.
Ovitrap adalah alat perangkap telur nyamuk
yang digunakan dalam surveilans dan dapat

menekan populasi nyamuk Aedes sp. Ovitrap


merupakan cara pencegahan yang murah dan
mudah karena alat yang digunakan cukup
sederhana. Ovitrap terbuat dari tabung gelas
plastik bekas yang diisi air dan diberi kain
kasa nyamuk
pada permukaannya untuk
meletakan telur. Setelah telur nyamuk
terkumpul kemudian telur nyamuk dimusnahkan. Namun penggunaan ovitrap dengan
aquades saja tidak membuat nyamuk lebih
tertarik bertelur pada ovitrap. Untuk menarik
nyamuk agar bertelur pada ovitrap, maka
digunakan suatu atraktan yang dapat menarik
penciuman nyamuk.
Atraktan yang digunakan adalah yang
berasal dari limbah tanaman padi yaitu jerami.
Selama ini jerami hanya dikenal dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk,
padahal jerami juga dapat menjadi zat atraktan
bagi nyamuk. Dari hasil rendaman jerami
selama
seminggu
akan
menghasilkan
senyawa-senyawa karbon dioksida (CO2), gas
amonia, dan octenol yang mudah dikenali dan
dapat merangsang saraf penciuman nyamuk
(Sayono, 2008). Gas-gas tersebut adalah gas
yang dihasilkan oleh manusia dan hewan saat
bernafas yang ternyata dapat membantu
nyamuk untuk menemukan mangsa. Karbon
dioksida (CO2) adalah gas yang tidak
berwarna. Sedangkan gas amonia mempunyai bau tajam khas, dan octenol adalah
sejenis zat kimia seperti alkohol. Sama seperti
gas karbon dioksida, saat bernafas, manusia
dan hewan juga mengeluarkan octenol.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan tergolong
penelitian eksperimental yaitu, penelitian yang
dilakukan untuk mengungkap hubungan sebab
akibat dua variabel atau lebih, dengan
mengandalkan pengaruh variabel yang lain.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
nyamuk Aedes sp betina, Sampel dalam
penelitian ini adalah telur yang dilepaskan
nyamuk Aedes sp betina pada ovitrap.
Prosedur penelitian dengan menerapkan

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

langkah-langkah berikut, yaitu persiapan alat


dan bahan. Alat yang digunakan yaitu Ember
besar untuk merendam jerami, gelas plastik
bekas air mineral yang dicat hitam, kain kasa,
lup, mikroskop cahaya dan alat tulis untuk
mencatat data nyamuk Aedes sp yang
terperangkap. Kegiatan selanjutnya yaitu
meletakan ovitrap pada lokasi penelitian,
selanjutnya pengamatan terhadap nyamuk
yang terperangkap akan dilakukan setiap 24
jam dalam seminggu.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan uji hipotesis yaitu ANAVA satu jalur
dan diperoleh Fhitung>Ftabel maka hipotesis nol
(Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Hi)
diterima, Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa ada pengaruh air rendaman jerami
pada ovitrap terhadap jumlah telur nyamuk
Aedes sp yang terperangkap. Untuk
mengetahui perlakuan mana yang paling
efektif dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) dengan taraf signifikansi 5%
dan 1% maka diperoleh hasil bahwa perlakuan
konsentrasi air rendaman jerami 100%
memperoleh jumlah maksimal telur nyamuk
Aedes sp yang terperangkap pada ovitrap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil uji hipotesis pada penelitian ini
diperoleh Fhitung > Ftabel ini dapat dikatakan
bahwa Hi (hipotesis alternatif) diterima dan H0
(hipotesis nol) ditolak. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa air rendaman jerami
berpengaruh terhadap jumlah telur nyamuk
Aedes sp yang terperangkap pada ovitrap, ini
disebabkan karena jerami yang direndam
dengan aquades selama satu minggu akan
menghasilkan bau menyengat. Bau menyengat
yang dihasilkan akan
membuat nyamuk
tertarik untuk hinggap pada sumber bau.
Selain itu ovitrap juga telah dirancang sesuai
dengan tempat kesukaan nyamuk untuk
bertelur, yaitu media yang berwarna gelap,
dan diletakan pada pada tempat yang terhindar
dari cahaya.

10

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa


rekapitulasi rata-rata jumlah telur nyamuk
Aedes sp yang terperangkap selama seminggu
pada kelompok kontrol sebanyak 13,69 butir.
Telur-telur ini mulai terperangkap pada hari
ketiga penelitian. Sedangkan pada konsentrasi
20% sebanyak 22,13 butir, pada konsentrasi
40% sebanyak 34,13 butir, dan pada
konsentrasi 60% sebanyak 42,94 butir.
Berbeda dengan kelompok kontrol, pada
konsentrasi 20%, 40% dan 60%, telur-telur
mulai terlihat terperangkap pada hari kedua
penelitian. Selanjutnya pada konsentrasi 80%
diperoleh jumlah rata-rata telur nyamuk Aedes
sp yang terperangkap sebanyak 56,88 butir
sedangkan pada konsentrasi 100% sebanyak
74,81 butir. Telur-telur ini langsung terlihat
setelah 24 jam setelah ovitrap dengan
konsentrasi 80% dan 100% diletakkan pada
lokasi
penelitian.
Dengan
demikian
berdasarkan jumlah terendah telur nyamuk
Aedes sp yang terperangkap pada ovitrap
adalah pada ovitrap yang berisi aquades
(kelompok kontrol) sedangkan jumlah
tertinggi telur nyamuk Aedes sp yang
terperangkap adalah pada ovitrap yang berisi
air rendaman jerami dengan konsentrasi
100%. Bahkan pada konsentrasi 100% mampu
membuat telur- telur nyamuk mulai
terperangkap pada 24 jam setelah peletakan
ovitrap pada lokasi penelitian.
Namun dari beberapa jumlah telur
nyamuk Aedes sp yang terperangkap terdapat
telur yang bentuknya tidak utuh bulat lonjong.
Hal ini disebabkan pada saat pemindahan telur
nyamuk ke plastik, gangguan predator dan
pada saat perjalanan ke Laboraturium, telur
nyamuk mengalami guncangan. Selain itu dari
hasil penelitian diketahui bahwa tidak hanya
telur nyamuk Aedes sp yang terperangkap
namun terdapat telur nyamuk Culex sp, telur
nyamuk Anopheles sp, dan benda asing yang
bentuknya mirip dengan telur nyamuk.
Pengamatan di laboratorium menunjukkan
adanya telur Aedes sp yang khas yag
berbentuk bulat lonjong, berwarna hitam dan

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

soliter. Hal ini berbeda dari morfologi telur


nyamuk Anopheles sp yang mempunyai
pelampung pada kedua sisinya dan nyamuk
Culex sp yang bergerombol seperti peluru.
Semua telur yang terperangkap kemudian
diidentifikasi dengan bantuan lup dan
mikroskop cahaya dengan pembesaran empat
kali hingga sepuluh kali.
Berdasarkan paparan data tersebut dapat
dilihat bahwa rata-rata jumlah telur nyamuk
Aedes sp yang terperangkap pada ovitrap
selama seminggu dengan lima perlakuan
(20%, 40%, 60%, 80%, 100%) dan satu
kontrol, menghasilkan bahwa perlakuan
dengan konsentrasi 100% mendapatkan
jumlah rata-rata telur nyamuk Aedes sp paling
tinggi. Hal ini disebabkan karena konsentrasi
air rendaman jerami pada perlakuan
konsentrasi 100% lebih tinggi dari pada
perlakuan yang lain. Menurut Sayono (2008)
kandungan gas yang dihasilkan rendaman
jerami yang standarnya direndam selama satu
minggu akan menghasilkan senyawa-senyawa
gas karbon dioksida (CO2), gas amonia, dan
octenol yang memiliki bau yang disukai
nyamuk. Gas-gas tersebut adalah gas yang
dihasilkan oleh manusia dan hewan saat
bernafas yang ternyata dapat membantu
nyamuk untuk menemukan mangsa. Menurut
Rakkang,Yulce dkk (2014), berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan pada air rendaman
jerami 10% terdapat kadar amonia sebesar
4,24 mg/l. Sedangkan kadar CO2 dalam air
rendaman jerami 10% lebih rendah dari kadar
amonia. Karbon dioksida (CO2) adalah gas
yang tidak berwarna, gas amonia mempunyai
bau tajam khas, dan octenol adalah sejenis zat
kimia seperti alkohol. Sama seperti gas karbon
dioksida, saat bernafas, manusia dan hewan
juga mengeluarkan octenol, Sedangkan gas
amonia bersumber dari bau keringat yang
dihasilkan manusia. Untuk mengetahui
keadaan
lingkungan
sekitar
nyamuk
menggunakan antena sebagai reseptor sensoris
yang terdapat dibagian tubuhnya, seperti
reseptor penciuman (Utomo, 2013). Untuk

mengetahui lokasi tempat bertelur dan mencari


makan, nyamuk menangkap sinyal kimia yang
ada di udara atau sinyal bau. Sinyal ini
merupakan stimulus yang paling berpengaruh
dalam pola tingkah laku nyamuk. Senyawasenyawa ini akan menempel pada reseptor bau
yang terletak di antena nyamuk.
Berdasarkan hasil uji BNT, kelompok
ovitrap dengan konsentrasi 100% merupakan
konsentrasi yang paling baik dalam menarik
nyamuk untuk bertelur dan sebagai alat
pengendalian yang efektif dalam pemberantasan nyamuk. Karena selain kandungan
senyawa gas yang dapat menarik lebih banyak
nyamuk untuk bertelur, pada konsentrasi ini
juga dapat membuat umur nyamuk Aedes sp
menjadi lebih pendek. Pada percobaan
lanjutan,
kelompok konsentrasi 100%
menunjukkan bahwa pertumbuhan dari telur
menjadi larva lebih pesat sedangkan
pertumbuhan yang lambat di tunjukan pada
kelompok kontrol, hal ini disebabkan karena
sifat telur nyamuk Aedes sp yang akan cepat
menetas bila berada pada tempat dengan
kelembaban
tinggi
sekitar
70%-80%
(Sumantri, 2010) dan ketersediaan makanan
yang cukup berupa mikroorganisme kecil
seperti paramecium. Namun pertumbuhan
yang pesat dari telur hingga menjadi nyamuk
dewasa akan mengurangi umur nyamuk. Hal
ini disebabkan karena telur yang telah berubah
menjadi larva akan tenggelam di air dan
setelah itu menjadi pupa dan akhirnya menjadi
nyamuk dewasa, dan nyamuk akan tetap
tenggelam dan akhirnya mati karena tidak bisa
keluar dari ovitrap, hal ini disebabkan karena
bagian permukaan atas ovitrap yang telah
diberi kain kasa.
Penggunaan ovitrap dengan air rendaman
jerami sangat efektif dalam menekan populasi
nyamuk Aedes sp sehingga dapat mengurangi
terjadinya kasus demam berdarah dengue.
Terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh
Santos, dkk (2003) dengan menggunakan
atraktan air rendaman jerami 10% dan 30%
juga dapat mengundang nyamuk lebih banyak

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

11

bertelur pada ovitrap tersebut dan dapat


menekan nyamuk untuk tidak bertelur pada
tempat-tempat yang tidak terduga, seperti : vas
bunga,tempat makan hewan, dll. Selain itu
penggunaan ovitrap tentu sangat menguntungkan karena dari segi ekonomi, ovitrap
hanya terbuat dari gelas bekas air mineral
sedangkan jerami dapat diperoleh dari rumputrumputan kering disekitar persawahan maupun
ladang. Alat sederhana ini tidak berbahaya
bagi manusia, karena tidak mengandung bahan
kimia yang berbahaya. Maka dari itu ovitrap
juga dapat digunakan dilingkungan rumah
sebagai bentuk pengendalian yang murah dan
aman untuk mencegah terjadinya penyakit
demam berdarah dengue.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Penggunaan air rendaman jerami pada
ovitrap sangat berpengaruh terhadap
jumlah telur nyamuk Aedes sp yang
terperangkap. Dimana rata-rata jumlah telur
nyamuk Aedes sp yang terperangkap pada
kontrol sebanyak 13,69 butir, pada
konsentrasi 20% sebanyak 22,13 butir,
pada konsentrasi 40% sebanyak 34,13
butir, pada konsentrasi 60% sebanyak
42,94 butir, pada konsentrasi 80%
sebanyak 56,88 butir dan pada konsentrasi
100% sebanyak 74,81%.
2. Konsentrasi yang paling baik dalam
memperoleh jumlah maksimal telur
nyamuk Aedes sp yang terperangkap pada
ovitrap adalah konsentrasi 100%. Hal ini
disebabkan kandungan gas (karbondioksida, ammonia dan octenol) yang mampu
menarik penciuman nyamuk tertinggi
dimiliki oleh konsentrasi 100%.
Saran
1. Bagi masyarakat yang ingin mencegah
terjadinya penyakit demam berdarah
dengue dapat melakukan pencegahan
secara mekanik yaitu menggunakan

12

2.

3.

ovitrap yang berisi air rendaman jerami


dengan konsentrasi 100%, karena
ovitrap berisi air rendaman jerami 100%
terbukti efektif dapat menekan populasi
nyamuk.
Bagi para pendidik khususnya pada
bidang biologi, penelitian ini dapat
diberikan kepada siswa sehingga mampu
menumbuhkan sikap ilmiah dan dapat
melatih siswa dalam melaksanakan
percobaan sederhana.
Bagi para peneliti yang tertarik untuk
mengadakan penelitian lanjutan tentang
ovitrap, dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut pengaruh atraktan air rendaman
jerami terhadap telur nyamuk Culex sp,
dan Anopheles sp.

DAFTAR RUJUKAN
Santoso, dkk. 2007. Pengaruh Warna Kasa
Pewnutup Autocidal Ovitrap terhadap
Jumlah Jentik Nyamuk Aedes aegypti
yang terperangkap. Vol. 4. No. 1.
Santos SRA, dkk. (2003). Field Evaluation of
Ovitraps Consociated with Grass
Infusion and Bacillus Thuringiensis var.
Israelensis to Determine Oviposition
Rates of Aedes aegypti, Dengue
Bulletin-Vol 27, 2003.
Sayono, 2008. Pengaruh modifikasi ovitrap
terhadap jumlah nyamuk aedes yang
terperangkap,
Tesis,
Program
Pascasarjana UNDIP Semarang.
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan
edisi revisi. Jakarta : penerbit Kencana
Prenada Media Group.
Susanto, Agus. 2007. Waspasdai gigitan
nyamuk. Jakarta : Penerbit Sunda Kelapa
Pustaka.
Utomo, 2005. Perbedaan Kepadatan Telur
Aedes spesies pada Ovitrap yang
dipasang di dalam dan di luar rumah di
desa Kandangrejo,Klambu, Grobogan.
Vol 2 No 1: 19-23.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

PENERAPAN STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) UNTUK


MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK
KELAS X AP2 SMK TRIATMA JAYA BADUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Ni Nyoman Parmithi dan Alexius Wahidin
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali
Email: nyomanparmithi@gmail.com
ABSTRACT
Implementation of the Strategy Learning Start with a Question (LSQ ) to Enhance the
Activity and Learning Achievement of Grade X AP2 SMK Triatma Jaya Badung Academic
Year 2013-2014.
The purpose of this study was to determine whether the application of learning strategies
Learning Start With A Question can increase the activity and achievements of learners class
Triatma Jaya Badung XAP2 vocational school year 2013/2014. This type of research is a
classroom action research (PTK), with research subjects all students of class X AP 2 SMK
Triatma Jaya Badung totaling 28 people. The method used in the processing of the data is
descriptive statistical analysis method, while the learners' learning activity data collected by
the observation sheet and analyzed using descriptive statistics. This research was conducted
in two cycles, with the average yield learning activities obtained at the beginning of 14.53
observation study continued to the first cycle with the use of active learning model type LSQ
and gained an average of 15.25 and further activity is maximized at cycle II with an average
gain of 16.42 and categorized active.
By applying active learning model types Learning Start With A Question (LSQ) in the
first cycle and the average results obtained 76.78, 76.78% absorption and classical
completeness of 82.1%, and if converted into PAP ( valuation benchmark reference)
categorized quite good, while to maximize the action in the first cycle, proceed to the second
cycle and gained an average of 85.12, 85.12% absorption and classical completeness of
92.8%.
Keywords: Learning Start With A Question (LSQ), Activities, Learning Achievement
PENDAHULUAN
Guru yang baik adalah guru yang
selalu mencoba menerapkan berbagai
alternative strategi dalam pengelolaan
pembelajaran agar lebih efektif dan produktif
guna mencapai tujuan pembelajaran.
Sementara itu fenomena yang dialami guru
berkaitan dengan strategi pembelajaran
adalah kurang kreatifnya guru dalam
memilih serta menciptakan strategi-strategi
pembelajaran
yang
terbaru
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagai
guru IPA dalam memilih strategi pengajaran
yang baik adalah strategi yang mampu
mengantarkan siswa dalam berbagai macam
kegiatan, dalam hal ini peserta didik harus
diberi
kesempatan
untuk
melatih
kemampuannya.

Berdasarkan hasil observasi terhadap


pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas X AP
2 SMK Triatma Jaya Badung bahwa guru
masih menerapkan metode konvensional
dimana pembelajaran cenderung didominasi
oleh guru. Hal ini menyebabkan peserta
didik menjadi pasif dan kurang dapat
menggunakan ide dan pendapat yang
dimilikinya.Selain itu siswa juga masih
enggan bertanya kepada guru atau bertanya
kepada temannya walaupun tidak bisa
memecahkan masalah yang diberikan.
Berdasarkan masalah di atas, diperlukan
perbaikan dalam pembelajaran agar proses
belajar mengajar dapat terlaksana dengan
baik dan prestasi belajar meningkat. Salah
satu cara yang dapat meningkatkan aktivitas
dan prestasi belajar peserta didik dengan

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

13

melaksanakan strategi pembelajaran yang


relevan untuk diterapkan oleh guru. Strategi
pembelajaran yang sebaiknya diterapkan
adalah
strategi
pembelajaran
yang
memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri sehingga peserta didik lebih mudah
untuk memahami konsep yang diajarkan dan
mengkomunikasikan ide- idenya dalam
bentuk lisan maupun tulisan. Strategi yang
dimaksud adalah strategi pembelajaran
Learning Start With A Question. LSQ
merupakan suatu model pembelajaran aktif,
dimana peserta didik belajar dimulai dari
pertanyaan-pertanyaan peserta didik yang
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif.
Kegiatan ini dapat merangsang peserta didik
lebih bergairah dalam belajar karena mereka
akan saling berdiskusi, membuat pertanyaan
untuk menyelesaikan tugas.Salah satu faktor
pendorong bagi peneliti untuk menerapkan
strategi pembelajaran LSQ ini karena
memiliki kelebihan yaitu. 1) merangsang
aktivitas peserta didik dalam bentuk ide,
gagasan dalam pemecahan masalah, 2)
membiasakan peserta didik untuk bertukar
pikiran
atau diskusi, 3) memberikan
keterampilan kepada peserta didik untuk
menyajikan pendapat, mempertahankan,
menghargai dan menerima pendapat orang
lain, 4) cara berpikir peserta didik menjadi
lebih luas dalam menyelesaikan suatu
masalah, dan 5) memutuskan hasil pemikiran
bersama dan bertanggung jawab bersamasama pula.
Berdasarkan uraian latar belakang
tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan
penelitian
yang
berjudul
Penerapan Strategi Pembelajaran Learning
Start With A Question (LSQ) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Peserta Didik Kelas X AP2 SMK Triatma
Jaya Badung Tahun Pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah penerapan strategi pembelajaran
Learning Start With A Question dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
peserta didik kelas XAP2 SMK Triatma
Jaya Badung tahun pelajaran 2013/2014.

14

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian
adalah setiap individu yang menjadi
partisipan penelitian. Subjek penelitian ini
melibatkan partisipasi seluruh peserta didik
kelas X AP 2 SMK Triatma Jaya Badung
yang berjumlah 28 orang dengan rincian 16
orang peserta didik laki- laki dan 12 orang
peserta didik perempuan. Kelas X AP 2
ditetapkan sebagai subjek penelitian karena
X AP 2 merupakan kelas yang kurang aktif
selama proses pembelajaran berlangsung dan
prestasi belajarnya pun masih rendah terbukti
dari masih banyaknya peserta didik yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
yang ditetapkan sekolah yaitu 75.
Objek dari penelitian ini adalah aktivitas
dan prestasi belajar peserta didik kelas X AP
2 SMK Triatma Jaya Badung. Menurut
Arikunto (2007) langkah-langkah dari tiap
siklus terdiri dari empat tahap yaitu 1)
perencanaan tindakan; 2) pelaksanaan
tindakan; 3) observasi; dan 4) refleksi. Jenis
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
berupa data aktivitas dan prestasi belajar IPA
peserta didik kelas X AP 2 SMK Triatma
Jaya Badung tahun pelajaran 2013/2014
melalui penerapan model pembelajran aktif
tipe LSQ. Berdasarkan sumbernya data ini
adalah data primer karena data diambil
langsung oleh peneliti. Berdasarkan sifatnya
untuk data aktivitas belajar peserta didik
berupa data kualitatif karena data tersebut
berhubungan dengan karakteristik berupa
kata-kata yang menggunakan alat ukur
berupa lembar observasi, sedangkan untuk
data prestasi belajar peserta didik berupa data
kuantitatif karena diambil dalam bentuk
angka melalui alat ukur berupa tes.
Kriteria keberhasilan adalah standar
yang ditetapkan sebagai acuan patokan/tolak
ukur keberhasilan pada masing- masing
siklus. Dalam penelitian ini standar
keberhasilan yang dijadikan acuan patokan
adalah 1)Secara klasikal, peserta didik
dinyatakan berhasil bila telah mencapai
ketuntasan sebesar 85% dan peserta didik
telah memperoleh nilai 78. 2) Untuk
aktivitas peserta didik dinyatakan berhasil

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

apabila aktivitasnya dalam setiap mengikuti


pembelajaran minimal dengan kategori
cukup aktif (CA)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas
dengan
tujuan
memperbaiki
atau
meningkatkan mutu praktek pembelajaran.
Berdasarkan rata-rata aktivitas belajar yang
diperoleh pada observasi awal sebesar
14,53.jika
disesuaikan
dengan
tabel
penggolongan aktivitas belajar maka
dikategorikan cukup aktif. Dengan hasil
demikian, penelitian dilanjutkan ke siklus I

dengan penggunaan model pembelajaran


aktif tipe LSQ dan diperoleh rata-rata
aktivitas sebesar 15,25 dan selanjutnya
dimaksimalkan pada siklus II dengan
memperoleh rata-rata sebesar 16,42 dan
dikategorikan aktif.Ada pun peningkatan
data aktivitas belajar dari observasi awal,
siklus I dan siklus II ditampilkan pada tabel
1. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas mengenai peningkatan rata-rata
aktivitas dapat digambarkan dalam grafik
berikut ini.

Tabel 1. Peningkatan Aktivitas Belajar pada Observasi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Observasi awal
Rata-rata Siklus I
Rata-rata Siklus II
14.53
15.25
16.42
17
16,5
16
15,5
15
14,5
14
13,5

Observasi awal

Gambar 1. Diagram Peningkatan


Aktivitas Belajar Observasi
Awal, Siklus I, dan Siklus II.

Rata-rata Siklus I
Rata-rata Siklus II
1

1. Prestasi belajar
Rata-rata
prestasi belajar yang
diperoleh pada observasi awal 69,10, daya
serap 69,10% dan ketuntasan klasikalnya
42,8% jika dikonversikan ke dalam penilaian
acuan patokan maka dikategorikan cukup
baik. Hal ini menunjukan bahwa prestasi
belajar pada observasi awal ini belum
memenuhi kriteria ketuntasan sebesar 85%.
Adapun penyebabdari tidak tercapainya
kriteria ketuntasan ini karena model
pembelajaran konvensionalyang digunakan
memiliki kelemahan sebagai berikut. (1)
penerapan model pembelajaran konvensional
cenderung membosankan peserta didik, (2)
kurang menumbuhkan kreativitas pada diri
peserta didik karena tidak adanya
kesempatan
peserta
didik
untuk
mengemukakan gagasan atau ide dan
pertanyaan, (3) peserta didik kurang
Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

memiliki persiapan dalam mengikuti


kegiatan belajar mengajar.
Ada pun upaya atau solusi yang
dilakukan untuk bisa memperbaiki kekurangan tersebut adalah dengan menerapkan
model pembelajaran aktif tipe Learning
Start With A Question (LSQ) pada siklus I
dan hasil rata-rata yang diperoleh 76,78,
daya serap 76,78% dan ketuntasan klasikal
sebesar 82,1%, dan jika dikonversikan ke
dalam PAP (penilaian acuan patokan)
berkategori cukup baik, sedangkan untuk
memaksimalkan tindakan pada siklus I,
dilanjutkan ke siklus II dan diperoleh ratarata sebesar 85,12, daya serap 85,12% dan
ketuntasan klasikal sebesar 92,8% jika nilai
rata-rata dikonversikan ke penilaian acuan
patokan maka dikategorikan baik.Ini berarti
prestasi belajar peserta didik sudah
ISSN 2302-2124

15

memenuhi kriteria ketuntasan yang sesuai


ketentuan yaitu 85%.
Penelitian
tindakan
kelas
yang
dilaksanakan dalam dua siklus ini
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar
IPA setelah menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan strategi pembelajaran
Learning Start With A Question (LSQ).
Secara umum penelitian ini sudah dianggap

berhasil dan sudah memenuhi kriteria yang


ditetapkan walaupun pada pelaksanaan
tindakan siklus I belum mencapai hasil yang
ditetapkan.Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan belajar peserta didik dari
observasi awal, siklus I dan siklus II.
Ringkasan hasil penelitian tentang
prestasi belajar peserta didik disajikan pada
tabel 2.

Tabel 2. Peningkatan Prestasi Belajar pada Observasi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Variabel
Observasi
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
awal
dari siklus I ke
siklus II
Rata-rata
69.10
76.78
85.12
8.34
prestasi belajar
Daya serap
69.10
76.78
85.12
8.34
Ketuntasan
42.8
82.1
92.8
10.7
klasikal
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai peningkatan hasil penelitian
tentang prestasi belajar peserta didik dari
100
90

80
70

85,12
76,78
69,1

85,12
76,78
69,1

observasi awal, siklus I, dan siklus II


ditampilkan pada gambar 06.
92,8

82,1

60
50

Observasi awal

42,8

40

Siklus I

30

Siklus II

20
10
0
Rata-rata
prestasi belajar

Daya serap

Ketuntasan
klasikal

Gambar 2. Diagram Peningkatan Prestasi Belajar IPA pada Observasi Awal, Siklus I dan
Siklus II.
Berdasarkan data-data yang diperoleh
baik data aktivitas maupun prestasi belajar
yang diperoleh pada siklus II yang sudah
memenuhi masing-masing kriteria, maka
tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya. Peningkatan aktivitas dan
prestasi belajar ini disebabkan karena

16

antusiasme peserta didik dalam mengikuti


pelajaran
sangat
tinggi
dan
perlu
dipertahankan. LSQ membantu peserta didik
untuk selalu aktif dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat.
LSQ
juga
membantu memberikan ruang bagi peserta
didik untuk mengeksplorasi segala ide atau

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

gagasan yang dimiliki. Selain hal tersebut


disebabkan oleh kelebihan dari strategi
pembelajaran LSQ yaitu (1) dengan
menerapkan model pembelajaran aktif tipe
LSQ maka peserta didik menjadi lebih siap
mengikuti pelajaran, karena peserta didik
belajar terlebih dahulu sehingga memiliki
sedikit gambaran dan menjadi lebih paham
setelah mendapat tambahan penjelasan dari
guru, (2) peserta didik menjadi aktif
bertanya, (3) mendorong tumbuhnya
keberanian mengutarakan pendapat secara
terbuka dan memperluas wawasan melalui
bertukar pendapat secara kelompok, (4)
peserta didik memecahkan masalah sendiri
secara berkelompok dan bekerja sama antara
peserta didik yang pandai dengan yang
kurang pandai.
Berdasarkan uraian di atas dan
peningkatan-peningkatan yang terjadi pada
setiap siklus menunjukan bahwa strategi
pembelajaran Learning Start With A
Question dapat meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar peserta didik kelas X AP 2
SMK Triatma Jaya Badung tahun pelajaran
2013/2014.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut. (1) Penerapan
strategi
pembelajaran LSQ dapat meningkatkan
aktivitas belajar peserta didik kelas X AP 2
SMK Triatma Jaya Badung tahun pelajaran
2013/2014, dimana terjadi peningkatan dari
siklus I kategori cukup ke siklus II dengan
kategori aktif (2) Penerapan strategi
pembelajaran LSQ dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA peserta didik kelas X AP
2 SMK Triatma Jaya Badung
tahun
pelajaran 2013/2014, dimana pada siklus I
ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh
sebesar 82,1% menjadi 92,8% pada siklus II.
Berdasarkan
kesimpulan
yang
diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan saran-saran yaitu: (1) Model
pembelajaran aktif tipe LSQ dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif untuk
pembelajaran IPA. Untuk itu disarankan bagi
para
guru
untuk
mencoba
model

pembelajaran ini dalam upaya meningkatkan


prestasi belajar peserta didik. (2) Kegiatan
pembelajaran aktif LSQ ini sebaiknya
dilaksanakan secara berkesinambungan agar
peserta didik terlatih dan terbiasa untuk
memecahkan masalah dengan bertanya dan
berkomunikasi baik secara perorangan
maupun kelompok. (3) Disarankan kepada
peserta didik untuk tidak merasa takut dan
tertekan dalam mengikuti proses pembelajaran karena akan menghambat terjadinya
peningkatan prestasi belajar. (4) Disarankan
kepada pembaca yang berminat untuk
melakukan penelitian lebih lanjut pada
materi yang berbeda dengan tetap
memperhatikan karakteristik dari materi
pelajaran tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto. 2007. Siklus Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Bahri. 2007. Strategi Dasar dalam Belajar
Mengajar. Bandung: Kencana Prenada
Media Group.
Elfanani. 2012. Jenis Penelitian Tindakan
Kelas, Metode Observasi. Yokyakarta:
Araska
Faqih. 2012. Strategi Pembelajaran Aktif
(Learning Start With A Question).
(Online).
(http://faqqihhunaini.blogspot.com/20
12/01/strategipembelajaranaktiflearning.html, diakses tanggal 28
Desember 2013.
Howard. 2008. Learning Start With A
Question. Bandung: Nusa Media.
Iskandar, 2001.Pembelajaran yang Bersifat
Konstruktivisme. Jakarta: Gramedia.
Jessica.
2009.
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Aktivitas
Belajar.Jakarta: Gramedia.
Junaedi. 2006. Urgensi Pembelajaran Aktif.
Jakarta: Gramedia .
Kasim. 2012. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). LPMP: Pontianak.
Muliono, dkk. 2001. Tinjauan tentang
Aktivitas Belajar. Jakarta: Pustaka
Insan Madani.
Natawijaya, Rochman. 2005. Pengertian
Belajar Aktif. Jakarta: Gramedia.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

17

Ningsih, Noveria. 2009. Penerapan Strategi


Pembelajaran Aktif Tipe Learning
Start With A Question Dalam
Pembelajaran
Matematika
Pada
Peserta Didik Kelas IX SMP N 20
Padang.
Nurkencana. 1992. Pengukuran Prestasi
Belajar. Surabaya: Usaha Nasional
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan.
Bandung:
Kencana
Prenada Media Group.
Sardiman,
1994.Pengertian
Aktivitas
Belajar. Jakarta: Pustaka Insan
Madani.
Sibermen, Mel. 2006. Active Learning- 101
Strategi
Pembelajaran
Aktif
(Terjemahan
Raisul
Muttaqien).
Bandung: Penerbit Nusamedia.

18

Sriyono. 2006. Pengertian Aktivitas Belajar.


Jakarta: Pustaka Insan Madani
Susatyo, Eko Budi. 2009. Penggunaan
Model Learning Start With A Question
dan Self Regulated Learning Pada
Pembelajaran
Kimia.
(online)
(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.p
hp/JIPK/article/view/1273,
diakses
tanggal 2 januari 2014.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2007. Hakikat
Biologi. Jakarta: Erlangga.
Widodo. 2000.Prestasi Belajar. Bandung:
Alfabetha
Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran
Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.
Zulfikri. 2008. Jenis-jenis Aktivitas Belajar.
Jakarta: Bina Aksara.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTUAN MIND


MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI
Ni Kadek Ayu Sukadewi dan N Putri Sumaryani
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali
Email : sumaryaniputri@yahoo.com
ABSTRACT
The Effect of Talking Stick Learning Model Assisted by Mind Map on Learning Outcomes
Biology
The role of educators as an information center slowly shifting to become a facilitator,
mediator, and friends to share information so as to materialize the success rate of higher
learning. However, the fact that the learning outcomes are achieved biology learners still low.
The purpose of the study was to determine the effect talking stick-assisted learning model mind
map to the learning outcomes of students of class X biology IPA at SMAN 1 Abiansemal the
academic year 2013/2014. type of quasi-experimental research (quasi experiment). The
independent variables were included talking stick-assisted learning model mind map that is worn
on the experimental group and learning by conventional methods imposed in the control group.
The dependent variable in this study is the result of study biology. The data required in the form
of biological learning outcomes obtained using instruments such as biology achievement test,
then the data were analyzed by t-test.
The analysis showed t count = 3.748 and t table = 1.980 means that t count> t-table can
be interpreted reject Ho and accept H1, which states that there is influence learning model
talking stick aided mind map on learning outcomes biology learners class IPA X SMAN 1
Abiansemal the academic year 2013/2014.
Keywords: Learning Model Talking Stick, Mind Map
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena
itu, perubahan atau perkembangan pendidikan
adalah hal yang memang seharusnya terjadi
sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatanag adalah
pendidikan yang mampu mengembangkan
potensi peserta didik, sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan
memecahkan problema kehidupan yang
dihadapinya.
Awalnya pendidik merupakan pusat
pembelajaran (teacher center), namun kini
peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran (student centre) (Kompas, 2014). Peran

pendidik sebagai pusat informasi perlahan


berkembang menjadi fasilitator, mediator, dan
teman untuk berbagi informasi.Masalah utama
dalam pembelajaran pada pendidikan formal
(sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya
daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari
rata-rata hasil belajar peserta didik yang masih
sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya
merupakan hasil kondisi pembelajaran yang
masih bersifat konvensional. Menurut Arends
(1997): it is strange that we expect students
to learn yet seldom teach then about learning,
we expect student to solve problems yet
seldom teach then about problem solving,
yang berarti dalam mengajar guru selalu
menuntut peserta didik untuk belajar dan
jarang
memberikan
pelajaran
tentang
bagaimana peserta didik untuk belajar, guru

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

19

juga
menuntut
peserta
didik
untuk
menyelesaikan
masalah,
tetapi
jarang
mengajarkan bagaimana peserta didik
seharusnya menyelesaikan masalah.
Di sekolah-sekolah kegiatan belajar
mengajar masih banyak didominasi oleh guru,
sehingga banyak peserta didik yang
mengalami kebosanan dalam mengikuti proses
belajar mengajar. Kurang aktifnya peserta
didik yang terlibat dalam proses pembelajaran
dapat terjadi karena pendekatan yang
digunakan kurang melibatkan peserta didik
secara langsung. Hasil observasi yang
dilakukan di SMA Negeri 1 Abiansemal,
menunjukkan bahwa guru dalam proses
mengajar cenderung lebih aktif dan sebagian
besar guru masih menggunakan pembelajaran
konvensional. Selain itu, hasil observasi juga
menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didi
terutama pada bidang studi biologi masih di
bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Situasi belajar dengan hasil belajar
rendah seharusnya memerlukan inovasi baru
yang memungkinkan pencapaian hasil belajar
peserta didik kearah yang lebih baik.Dimana
pembelajaran biologi memerlukan situasi yang
melibatkan interaksi dan komunikasi dari
peserta didik itu sendiri (Uno, 2012).Salah
satu interaksi pembelajaran yang aktif,
komunikatif, dan menyenangkan adalah
dengan melakukan model pembelajaran
pendekatan komunikatif yaitu Model Tongkat
Berbicara (Talking Stick) divariasikan dengan
peta pikiran (Mind Map). Pembelajaran
talking stick merupakan pembelajaran yang
menyebabkan peserta didik berbuat/melakukan sesuatu, mengamati, berinteraksi terutama
dengan temannya, dan melakukan refleksi atas
pengalaman belajarnya (Balitbang Diknas,
2010). Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki
oleh peserta didik, sehingga semua peserta
didik dapat mencapai hasil belajar yang
memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki.Di samping itu
model tongkat berbicara (talking stick) mampu

20

menguji kesiapan peserta didik, melatih


keterampilan mereka dalam membaca dan
memahami materi dengan cepat, dan
mengajarkan peserta didik untuk selalu siap
dalam situasi apapun (Uno, 2012). Peta
pikiran (mind map) sendiri merupakan metode
efektif untuk mengembangkan gagasangagasan melalui rangkaian peta-peta (Trianto,
2009). Mind map juga bisa sebagai tehnik
pencatatan dengan menggunakan gambar serta
sesuai dengan sistem kerja alami otak.
Kelebihan
pembelajaran
tongkat
berbicara (talking stick)yang berbantuanmind
map yaitu melatih keterampilan peserta didik
dalam membaca dan memahami materi
pelajaran dengan cepat, serta dapat melatih
kesiapan peserta didik untuk melakukan
proses belajar. Selain kelebihan, pembelajaran
ini juga memiliki kelemahan yaitu menjadikan
suasana belajar di kelas yang menegangkan
dan memerlukan waktu yang cukup banyak.
Namun kelemahan ini dapat diatasi apabila
guru memberikan respon yang bersemangat
saat mengajar dan reword berupa pujian dan
nilai pada peserta didik yang mendapat giliran
mengutarakan materi pelajaran.
Model pembelajaran tongkat berbicara
(talking stick) yang
berbantuan mind
map,diharapkandapat membantu peserta didik
untuk menghadapi masalah belajar biologi,
mengetahui pokok bahasan, membuat peta
konsep sub pokok bahasan, serta dapat
memahami materi biologi secara mendalam.
Selain itu, diharapkan juga memotivasi peserta
didik untuk menunjukkan kemandirian,
keaktifan, dan rasa tanggung jawab dalam
proses belajar mengajar. Model pembelajaran
talking stick juga melatih peserta didik untuk
aktif mengutarakan atau mengkomunikasikan
materi pelajaran biologi yang diperoleh dari
peta konsep yang dibuat oleh peserta didik itu
sendiri. Peta konsep dikembangkan dengan
menggunakan peta pikiran (mind map) yang
dimiliki oleh masing-masing peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik diharapkan
dapat berusaha mengembangkan potensi mind

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

map
untuk memahami konsep materi
pelajaran biologi dan berusaha meningkatkan
hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, sehingga
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Model Pembelajaran Talking
Stick Berbantuan Mind Map Terhadap Hasil
Belajar Biologi Peserta Didik Kelas X IPA
SMA Negeri 1 Abiansemal Tahun Pelajaran
2013/2014.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran
talking stick berbantuanmind map terhadap
hasil belajar biologi peserta didik kelas X IPA
SMA Negeri 1 Abiansemal tahun pelajaran
2013/2014.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quasi exsperiment
(eksperimen semu).Dimana eksperimen semu
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendali
(Sugiyono,
2012).
Desain
penelitian ini adalah menggunakan Non
Equivalen posttest-only Control Group
Desain. Desain ini sering disebut Intac Group
yaitu hanya mempertimbangkan skor posttest
dalam analisis data. Desain pada penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut.

O1

Desain penelitian di atas menjelaskan


bahwa terdapat dua buah kelompok yaitu
kelompok eksperimen (E) dan kelompok
kontrol (K). Kelompok eksperimen diberikan
perlakuan
berupa
penerapan
model
pembelajaran
talking
stick
sedangkan
kelompok kontrol hanya diberikan model
pembelajaran konvensional sesuai dengan
model pembelajaran yang sering diterapkan.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua peserta didik kelas XSMA Negeri 1
Abiansemaltahun
pelajaran
2013/2014,
dengan total 401 orang yang tertistribusi ke
dalam 7 kelas. Berdasarkan populasi yang
telah ditentukan, maka yang ditetapkan
sebagai sampel adalah 2 kelas sebanyak 90
orang. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah teknik random sampling
dan yang dirandom adalah kelas dengan cara
undian. Prosedur penelitian yaitu 1) Tahap
persiapan yaitu Menyusun dan merancang

perangkat pembelajaran, yang terdiri dari


rancangan proses pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang
mendukung pembelajaran baik itu model
pembelajaran talking stick divariasikan dengan
mind map, kelompok kontrol diberikan
pembelajaran
konvensional
sedangkan
kelompok eksperimen diberikan pembelajaran
biologi dengan model pembelajaran talking
stick divariasikan dengan mind map,
menyusun tes instrument penelitian berupa tes
untuk mengumpulkan data hasil belajar 2)
Tahap pelaksanaan yaitu Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Abiansemal,
dari tanggal 13 Maret 2014 sampai dengan
tanggal 5 April 2014. Pelaksanaan penelitian
ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

21

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran


Kelompok kontrol
Kelompok Eksperimen
(1)
(2)
Kegiatan Awal
Kegiatan Awal
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran a. Guru
menyampaikan
tujuan
dan mengkomunikasikan kompetensi dasar
pembelajaran dan mengkomunikasikan
yang akan dicapai.
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memotivasi peserta didik dengan b. Guru memotivasi peserta didik dengan
menjelaskan manfaat mempelajari materi
menjelaskan manfaat mempelajari materi
pelajaran yang akan dibahas.
pelajaran yang akan dibahas.
Kegiatan inti
a Guru menjelaskan materi pelajaran
menggunakan metode konvensional, yaitu
dengan metode ceramah dan divariasikan
Tanya jawab dan latihan soal.
b. Peserta didik mengerjakan soal latihan.
d. Guru dan peserta didik bersama-sama
membahas latihan soal.

Kegiatan akhir
a. Guru memberikan PR

22

Kegiatan inti
a) Guru menyiapkan kelompok yang
terdiri dari 5 orang.
b) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang
panjangnya 20 cm.
c) Guru menyampaikan materi pokok
yang akan dipelajari, kemudian
memberikan
kesempatan
para
kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
d) Peserta didik berdiskusi membahas
masalah yang ada di dalam wacana.
e) Setelah peserta didik selesai membaca
dan mempelajari isi wacana, guru
mempersilakan peserta didik menutup
isi bacaan.
f) Guru
mengambil
tongkat
dan
memberikannya pada salah satu peserta
didik, setelah itu guru memberi
pertanyaan dan peserta didik yang
memegang tongkat tersebut harus
menjawab pertanyaan yang diberikan
guru. Demikian seterusnya sampai
sebagian besar peserta didik mendapat
bagian untuk
menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
Kegiatan akhir
a. Melakukan penilaian dan pemberian
rewords
b. Peserta didik merangkum yang dibantu
oleh guru
b. Guru Memberikan PR

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

3) Tahap Akhir Penelitian yaitu langkahlangkah yang dilakukan dalam tahap akhir
eksperimen adalah memberikan posttest
berupa tes hasil belajar baik untuk kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol.
Selanjutnya, setelah data terkumpul dilakukanlah analisis data.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data berupa skor hasil belajar
biologi baik dari kelompok kontrol maupun
dari kelompok eksperimen.Ditinjau dari
sifatnya, data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini termasuk data kuantitatif, yaitu
data yang berwujud angka atau jumlah dari
skor tes hasil belajar biologi.Berdasarkan
n

rxy

sumber datanya, data-data pada penelitian ini


tergolong data primer, karena peneliti
melakukan penelitian secara langsung
terhadap para peserta didik yang dijadikan
anggota sampel penelitian.. Pada penelitian ini
dilakukan uji coba instrument (uji coba tes
hasil belajar) pada peserta didik kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Abiansemal. Diambilnya
peserta didik Kelas XI IPA karena peserta
didik ini sudah pernah mempelajari materi
yang diujikan saat berada pada bangku kelas X
IPA. Untuk menguji validitas soal digunakan
uji validitas butir dengan rumus angka kasar.
Adapun rumusnya adalah:

i 1

i 1

N X iYi X i Yi
i 1

n 2 2
N . X X
i 1 i i 1 i

n 2 n 2
N . Y Y
i 1 i i 1 i

Pengujian reliabilitas instrumen digunakan


uji reliabilitas KR 21, dengan rumus sebagai
berikut.
11 =

2
1 2
1

Untuk menguji pengaruh pembelajaran


biologi melalui penerapan penerapan model
pembelajaran talking stick divariasikan dengan
mind map maka data yang dikumpulkan yaitu
data hasil belajar biologi yang diolah
menggunakan metode statistik parametrik
dengan rumus t-test dan untuk menggunakan
rumus ini ada beberapa prasyarat yang harus
terpenuhi terlebih dahulu yaitu data harus
berdistribusi normal dan homogen. Untuk
mengetahui data berdistribusi normal dan
bersifat homogen maka perlu dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data
yang
dikumpulkan
dalam
penelitian ini, berupa data hasil belajar biologi
pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.Hasil belajar peserta didik pada
kelompok eksperimen diambil setelah peserta
didik mengikuti pembelajaran dengan
diberikan perlakuan model pembelajaran
talking stick berbantuan mind map.Sedangkan
hasil belajar kelompok kontrol diambil setelah
peserta didik mengikuti pembelajaran dengan
metode konvensional yang sudah biasa
dilakukan di sekolah.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

23

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Untuk Kelompok Eksperimen


Frekuensi
Nilai Tengah Frekuensi
Kelas Interval
NO
(f)
(Xi)
Relatif(%)
1
60-66
6
63
13.64
2
67-73
5
70
11.36
3
74-80
15
77
34.09
4
81-87
2
84
4.55
5
88-94
6
91
13.64
6
95-100
10
98
22.73

44
Tabel 3.Distribusi Frekuensi Skor Untuk Kelompok Kontrol
Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi relatif
Kelas Interval
NO
(f)
(Xi)
%
1
40-48
2
44
4.35
2
49-57
7
53
15.22
3
58-66
14
62
30.43
4
67-75
7
71
15.22
5
76-84
5
80
10.87
6
85-93
8
89
17.39
7
94-100
3
98
6.52

46

Uji normalitas dilakukan untuk


meyakinkan bahwa uji statistik yang
digunakan dalam pengujian hipotesis benarbenar bisa dilakukan. Jika data tidak
berdistribusi normal maka pengujian hipotesis
dengan uji t (t-test) tidak dapat dilakukan.
Pada
penelitian
ini
uji
normalitas
Tabel 5. Rekapitulasi Uji Normalitas
Banyak
X 2 hitung
No. Kelompok
Peserta
didik
1
Eksperimen
44
3,55
2
Kontrol
46
7,97

24

menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Uji


normalitas dilakukan pada data kelompok
eksperimen dan data kelompok kontrol.
Langkah-langkah uji normalitas secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.
Rekapitulasi hasil uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel 4.5 berikut ini.

Db
(K-1)
5
6

X 2 tabel

(5%)
11,070
12,592

Simpulan
Normal
Normal

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa, kedua


kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mempunyai data yang
berdistribusi normal sehingga pengujian
hipotesis dapat dilaksanakan.
Uji Homogenitas berfungsi untuk mengamati
variasi data atau sebaran data dalam
penelitian. Menghitung homogenitas data
dilakukan dengan menggunakan uji varians
terbesar dengan varian terkecil. Tetapi pada
uji homogenitas ini membandingkan varians
kelompok eksperimen dengan varian
kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan
dalam penelitian ini melibatkan hanya dua
kelompok dalam artian melibatkan dua
variabel. Langkah-langkah uji homogenitas
sesuai dengan yang dipaparkan oleh
Riduwan (2009) secara lengkap dan
terperinci dapat dilihat pada Lampiran 3.
Secara garis besar pada uji homogenitas data
diperoleh: Varians kelompok eksperimen
( S 2 eksp ) = 151,691 (terkecil)
Varians kelompok kontrol
( S 2 kont ) =
239,336 terbesar)
Sehingga diperoleh Fhitung = 1,58.

db pembilang = n-1 = 46-1 = 45 (untuk varians


terbesar)
db penyebut = n-1 = 44-1 = 43 (untuk varians
terkecil)
Untuk menentukan Ftabel digunakan
taraf signifikansi 5% dan db pembilang = 45
serta db penyebut = 43, sehingga diperoleh Ftabel
= 1,65. Jadi, Fhitung < Ftabel atau 1,58 < 1,65
maka varians kedua kelompok data
homogen.
Berdasarkan hasil analisis data telah
terbukti
bahwa
adapengaruh
model
pembelajaran talking stick berbantuanmind
map terhadap hasil belajar biologi peserta
didik kelas X IPA SMA Negeri 1
Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014. Hal
ini ditunjukkan dengan uji t (t-test). Di mana
t hitung yang diperoleh sebesar 3,748 dan
ternyata signifikan. Selain itu terbukti bahwa
hasil belajar biologi peserta didik yang diajar
dengan model pembelajaran talking stick

berbantuan mind map memiliki skor rata-rata


sebesar 81,30 lebih tinggi daripada hasil
belajar biologi peserta didik yang diajar
dengan konvensional yang memiliki skor
rata-rata sebesar 70,22. Jadi dalam
perbandingan antarapembelajaran talking
stick berbantuan mind map dengan
pembelajaran
konvensional,
terdapat
perbedaan pendekatan pembelajaran pada
hasil belajar biologi. Dengan kata lain,
adapengaruh
yang
signifikan
model
pembelajaran talking stick berbantuan mind
map terhadap hasil belajar biologi peserta
didik
daripada
model
pembelajaran
konvensional yang diterapkan saat belajar
biologi.
Pembelajaran biologi dengan model
pembelajaran talking stick berbantuan mind
map lebih baik dan menarik dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional. Hal ini
dikarenakan, model pembelajaran talking
stick berbantuan mind map merupakan
pembelajaran biologi yang dilaksanakan
dengan melibatkan peserta didik secara
langsung dalam mengerjakan tugas biologi
serta peserta didik terlibat baik secara fisik
maupun mentalnya dalam mengkoordinir
kelompok kerjanya. Pembelajaran biologi
bukan aktivitas transfer ilmu dari guru ke
peserta didik, serta belajar bukanhanya
dengan menghafal kata demi kata yang
diberikan oleh guru,melainkan memerlukan
situasi yang melibatkan interaksi dan
komunikasi dari peserta didik itu sendiri.
Salah satu interaksi pembelajaran
yang aktif, komunikatif, dan menyenangkan
adalahdengan melakukan model pembelajaran pendekatan komunikatif yaitu Model
Tongkat Berbicara (Talking Stick) divariasikan dengan peta pikiran (Mind Map).
Pembelajaran talking stick
merupakan
pembelajaran yang menyebabkan peserta
didik berbuat/melakukan sesuatu, mengamati,
berinteraksi
terutama
dengan
temannya, dan melakukan refleksi atas
pengalaman belajarnya. Hal ini bertujuan
untuk mengoptimalkan penggunaan semua
potensi yang dimiliki oleh peserta didik,
sehingga semua peserta didik dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

25

sesuai dengan karakteristik pribadi yang


mereka miliki.Di samping itu model tongkat
berbicara (talking stick) mampu menguji
kesiapan peserta didik, melatih keterampilan
mereka dalam membaca dan memahami
materi dengan cepat, dan mengajarkan
peserta didik untuk selalu siap dalam situasi
apapun.
Peta pikiran (mind map) sendiri
merupakan
metode
efektif
untuk
mengembangkan gagasan-gagasan melalui
rangkaian peta-peta. Mind map juga bisa
sebagai
tehnik
pencatatan
dengan
menggunakan gambar serta sesuai dengan
sistem kerja alami otak.
Model pembelajaran talking stick
berbantuan mind map merupakan suatu
upaya untuk menggambarkan secara grafis,
suatu model perencanaan pembelajaran yang
sistematis melibatkan keaktifan peserta didik
secara terstruktur. Sesuai dengan teori
Bruner, diharapkan keaktifan peserta didik
terlibat secara penuh dalam proses belajar
mengajar. Hal ini dapat terjadi dalam model
pembelajaran pembelajaran talking stick.
Dalam proses pembelajaran talking stick
terjadi dialog yang interaktif antara peserta
didik dengan peserta didik, peserta didik
dengan guru, atau peserta didik dengan
sumber belajar lainnya. Saat suasana
pembelajaran talking stick peserta didik tidak
terbebani secara perseorangan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam
belajar, tetapi mereka dapat saling bertanya
dan diskusi sehingga beban belajar bagi
mereka sama sekali tidak terjadi.
Berdasarkan urian di atas, terbukti
bahwa ada kesesuaian antara pembelajaran
talking stick berbantuan mind map dan
pembelajaran biologi itu sendiri. Dimana
pembelajaran biologi memerlukan situasi
yang melibatkan interaksi dan komunikasi
dari peserta didik itu sendiri. Sedangkan
pembelajaran talking stick
merupakan
pembelajaran yang menyebabkan peserta
didik berbuat/melakukan sesuatu, mengamati, berinteraksi terutama dengan temannya, dan melakukan refleksi atas pengalaman
belajarnya.
26

Adanya kesesuaian antara situasi


pembelajaran biologi dan situasi pembelajaran dengan model pembelajaran talking stick
berbantuan mind map, maka wajarlah
terdapat perbedaan hasil belajar biologi
peserta didik yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran talking stick
berbantuan mind map dengan hasil belajar
biologi peserta didik yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Penelitian ini
juga memperoleh hasil bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil belajar
biologi peserta didik di sekolah adalah
penggunaan
atau
penerapan
model
pembelajaran yang dipakai dalam proses
belajar mengajar biologi. Melalui pembelajaran talking stick berbantuan mind map,
peserta didik mampu membuat kreatifitas
dalam otak karena melibatkan kedua belah
otak peserta didik melalui kata-kata kunci
dan frasa-frasa dari materi biologi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data, maka
dapat disimpulkan bahwa adapengaruh
model pembelajaran talking stick berbantuan
mind map terhadap hasil belajar biologi
peserta didik kelas X IPA SMA Negeri 1
Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014.
Berkaitan dengan simpulan di atas maka
disarankan hal-hal yaitu 1) Dalam upaya
menunjukkan hasil penelitian yaitu pembelajaran talking stick berbantuanmind map
menunjukkan perbedaan yang lebih baik
terhadap hasil belajar peserta didik, sehingga
pembelajaran talking stick berbantuanmind
map ini diterapkan di sekolah menengah atas
(SMA) khususnya di SMA Negeri 1
Abiansemal 2) Berdasarkan simpulan bahwa
pembelajaran talking stick berbantuanmind
map menunjukkan hasil yang lebih baik dari
penerapan model pembelajaran konvensional, maka dari itu dapat menambah
wawasan tentang model-model pembelajaran
yang efektif digunakan dalam pembelajaran
biologi.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta. Depdiknas.
Arnyana,B.P. 2007. Buku Ajar Dasar-dasar
Metodelogi Penelitian. Denpasar:
Bagian Ilmu Faal FK. UNUD.
Azwar, 2003.Sikap Manusia, Teori dan
Pengukurannya.
Yogyakarta:
Pustaka. Pelajar.
Cahyonoputra, 2002.Faktor Faktor yang
Mempengaruhi Sikap. Surabaya
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan
Peserta Didik (Panduan bagi Orang
Tua dan Guru dalam Memehami
Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan
SMA).
Bandung:
PT
Remaja
Rosdakarya.

Gustavo, Chiras. 1991. Enviromental


Science: Action for a Sustainable
Future. California: The Benyamin
Pub. Co.Inc..
Koyan, Wayan. 2012. Statistik Pendidikan
Teknik
Analisis
Data
Kuantitatif.Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha Press.
Sudarmayanti dan Syarifudin.2012. Metode
Untuk Penelitian Populasi dan
Sampel.Bandung : Rineka Cipta
Sugiyono, 2013.Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sukardi,
2011.Metodelogi
Penelitian
Pendidikan
Kompetensi
dan
Prateknya. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

27

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU BELAJAR, DAN KUALITAS PENGAJARAN


TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH PENGANTAR DASAR
MATEMATIKA PADA MAHASISWA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI BALI
Ni Kadek Rini Purwati, S.Si, M.Pd
Dosen Jurusan/Prodi. Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali
e-mail: rinirie@gmail.com
ABSTRACT
The Influence of Motivation, Learning Behavior, and the Quality of Teaching on Learning
Outcomes of the Introduction to Basic Mathematics to Students Majoring in Mathematics
Education IKIP PGRI Bali
Introduction of basic mathematics is one of the elementary subjects for students majoring
in mathematics education. As one of the basic subjects, sometimes students do not understand
the contents of the lecture. Failure to achieve the desired target and the obstacles in the lecture
caused by several factors, both originating from inside (internal) or outside (external) selfesteem, as well as the factor of learning approach. The aim of this research was to determine the
influence of the quality of teaching, motivation and behavioral learning on learning outcomes of
basic introductory math courses either simultaneously or partially. This study is a correlational
study conducted at the students majoring in mathematics education on semester one at the IKIP
PGRI Bali, with a sampling technique used was purposive sampling. The data were analyzed
using multiple linear regression. Based on the analysis found that the quality of teaching,
motivation and learning behavior simultaneously has no effect on learning outcomes of the
course introduction to basic mathematics. However, only the motivation to learn have partially
affect the learning outcomes of the course introduction to basic mathematics. Based on these
results, the teaching faculty is expected to increase student motivation. Students are expected to
participate actively in the learning process and encourage motivation in itself because of the
presence of internal motivation within themself, then consciously thrust of these students will be
the power to conduct learning activities.
Keywords: motivation, learning behavior, the quality of teaching and learning outcomes.
PENDAHULUAN
Pengantar dasar matematika adalah
salah satu mata kuliah dasar bagi mahasiswa
jurusan pendidikan matematika. Mata kuliah
ini berisi tentang konsep himpunan, logika
matematika, serta metode deduksi dan
generalisasi yang dapat membantu mahasiswa
dalam menelaah dan membentuk kembali
suatu teorema-teorema dalam matematika.
Mata kuliah ini akan mendasari pemahaman
pada setiap mata kuliah yang ada di jurusan
pendidikan matematika khususnya mata kuliah
matematika murni seperti analisis real, analisis

28

bilangan kompleks, dan struktur aljabar


dimana dalam mata kuliah ini lebih banyak
dibahas mengenai bukti/pembuktian suatu
teorema yang memerlukan argumen yang
logis.
Sebagai salah satu mata kuliah dasar,
kadangkala mahasiswa kurang memahami isi
dari materi perkuliahan pengantar dasar
matematika terutama materi mengenai metode
deduksi dan generalisasi. Hal ini dikarenakan
dalam materi tersebut mahasiswa dituntut
untuk menyusun suatu argumen yang logis.
Kondisi ini mengakibatkan kurang tercapainya

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

target yang diinginkan. Adapun target yang


diharapkan tercapai adalah mahasiswa dapat
melakukan metode deduksi dengan langkahlangkah yang tepat sehingga akan berdampak
pada kebiasaan melakukan metode deduksi
pada mata kuliah selanjutnya. Mahasiswa juga
diharapkan mampu menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika, serta mampu melatih
konsistensi logika.
Tidak
tercapainya
target
yang
diinginkan dan terjadinya kendala dalam
proses perkuliahan disebabkan oleh beberapa
faktor baik yang berasal dari dalam (internal)
maupun dari luar (eksternal) diri siswa, serta
faktor pendekatan belajar (Syah, 2005). Faktor
internal diantaranya adalah motivasi dan
perilaku belajar. Selain faktor-faktor tersebut,
tentunya peran dosen sebagai faktor eksternal
dari siswa juga sangat berpengaruh. Oleh
karena itu, pencapaian target ini dipengaruhi
juga oleh kualitas pengajaran dosen yang
meliputi metode pembelajaran, tingkat
kehadiran dosen mengajar di kelas, dan
penguasaan materi.
Kualitas pengajaran yang baik
tentunya akan dapat membantu meningkatkan
hasil belajar. Hal ini seperti diperoleh dari
hasil penelitian Lestari (2010), yakni kualitas
pengajaran berpengaruh signifikan terhadap
Nilai Pengantar Akuntansi. Tentunya tidak
hanya kualitas pengajaran saja yang berperan,
motivasi serta perilaku belajar siswa juga
sangat berpengaruh dimana motivasi belajar
merupakan motivasi yang diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan keseluruhan
penggerak psikis dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan belajar dalam mencapai satu
tujuan (Winkels dalam Iskandar, 2012).
Motivasi belajar mempunyai peranan penting
dalam memberi rangsangan dan semangat
dalam mengikuti pembelajaran.
Motivasi sebagai suatu penggerak
tentunya akan sangat mempengaruhi perilaku
belajar siswa, seperti dinyatakan dalam
penelitian Ali (2010) yang berjudul

Motivation and Students Behavior: A


Tertiary Level Study yakni motivasi memiliki
hubungan positif dengan perilaku siswa.
Menurut Ali (2010), motivasi memiliki
dampak yang mendalam pada perilaku siswa
dimana siswa yang kreativitas dan usahanya
tidak benar-benar dihargai menghasilkan
siswa dengan tingkat motivasi rendah. Dari
hasil penelitian ini juga terlihat bahwa kualitas
pengajaran berpengaruh terhadap motivasi,
dan tentunya akan berpengaruh juga terhadap
perilaku belajar siswa.
Faktor-faktor ini secara langsung
maupun tidak langsung dapat berpengaruh
pada proses dan hasil belajar pengantar dasar
matematika. Untuk itu dirasa perlu untuk
dilakukan penelitian terkait untuk melihat
bagaiamana pengaruh motivasi, perilaku
belajar, dan kualitas pengajaran terhadap hasil
belajar pengantar dasar matematika untuk
selanjutnya dapat diambil beberapa tindakan
yang dapat meningkatkan proses dan hasil
belajar pengantar dasar matematika, serta
peningkatan kualitas pendidikan di jurusan
pendidikan matematika.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
korelasional, yakni penelitian yang bertujuan
untuk melihat hubungan antara variabel atau
beberapa variabel dengan variabel lain.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 6
bulan yang dimulai dari bulan September 2015
dan berakhir pada bulan Februari 2016. Lokasi
penelitian adalah kampus Jurusan Pendidikan
Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan adalah
mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika
IKIP PGRI Bali. Pada penelitian ini teknik
penarikan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Adapun sampelnya

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

29

adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan


Matematika IKIP PGRI Bali semester 1, yakni
mahasiswa yang sedang memperoleh mata
kuliah Pengantar Dasar Matematika.
.
Variabel Penelitian
Penelitian eksperimen ini melibatkan
beberapa variabel, yakni: hasil belajar
pengantar dasar matematika sebagai variabel
terikat dan motivasi belajar (X1), perilaku
belajar (X2), serta kualitas pengajaran (X3)
sebagai variabel bebas.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan regresi linear berganda dengan
model
regresinya
= + 1 1 + 2 2 +
3 3 + ; dimana Y adalah hasil belajar
pengantar dasar matematika, a adalah
konstanta, adalah koefisien regresi, 1
adalah motivasi , 2 adalah perilaku belajar,
3 adalah kualitas pengajaran, dan e adalah
faktor pengganggu di luar model.
a) Uji Prasyarat Analisis
1) Uji Normalitas, dilakukan dengan
menggunakan teknik KolmogorovSmirnov.
2) Uji
Multikolinearitas,
dilakukan
dengan melihat nilai variance inflation
factor (VIF) atau toleransi.
3) Uji heteroskedastisitas, dilakukan
dengan melihat scatterplot.
b) Uji Hipotesis Penelitian
1) Hipotesis 1. Motivasi berpengaruh
secara signifikan terhadap hasil belajar
mata
kuliah
pengantar
dasar
matematika
2) Hipotesis
2.
Perilaku
belajar
berpengaruh secara signifikan terhadap
hasil belajar mata kuliah pengantar
dasar matematika
3) Hipotesis 3. Kualitas pengajaran
berpengaruh secara signifikan terhadap
hasil belajar mata kuliah pengantar
dasar matematika

30

4)

Hipotesis 4. Kualitas pengajaran,


motivasi
dan
perilaku
belajar
berpengaruh secara simultan terhadap
hasil belajar mata kuliah pengantar
dasar matematika.
Uji hipotesis yang digunakan adalah
uji F untuk hipotesis 4 dan uji t untuk hipotesis
1, hipotesis 2, dan hipotesis 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik Analisis Data
a) Uji asumsi klasik
Sebelum dilakukan uji F dan uji t terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi klasik, yakni uji
normalitas,
uji
homogenitas,
uji
multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan
Kolmogorov-Smirnov diperoleh bahwa nilai
signifikansi adalah 0,067, yakni lebih besar
dari taraf signifikansi yang diberikan. Dapat
disimpulkan bahwa data variabel penelitian
berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji
multikolinieritas diperoleh bahwa nilai VIF
(Varian Inflatation Factor) kurang dari 10 dan
angka tolerance lebih dari 0,1. Dapat
disimpulkan bahwa antara variabel bebas satu
dengan variabel bebas yang lain tidak terjadi
multikolinieritas. Berdasarkan hasil uji
heterokedastisitas diperoleh bahwa variabel
bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat dari model regresi yang
digunakan karena signifikansi setiap variabel
bebas lebih dari taraf nyata () yaitu 5%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas.
b) Analisis Model Regresi
Model yang digunakan dalam menganalisa
pengaruh motivasi, perilaku belajar, dan
kualitas pengajaran terhadap hasil belajar mata
kuliah Pengantar Dasar Matematika (PDM)
adalah model regresi linier berganda dimana
motivasi (X1), perilaku belajar (X2), kualitas
pengajaran (X3) digunakan sebagai variabel
bebas, sedangkan hasil belajar mata kuliah
Pengantar Dasar Matematika (Y) digunakan

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

sebagai variabel terikat. Berdasarkan hasil


analisis diperoleh suatu persamaan regresi
berganda Y = 70,660 + 0,566X1 -0,208X2 0,067X3
1) Uji F (Uji Regresi secara Simultan)
Pengujian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui pengaruh signifikansi
secara simultan antara motivasi (X1),
perilaku
belajar
(X2),
kualitas
pengajaran (X3) terhadap hasil belajar
mata
kuliah
Pengantar
Dasar
Matematika. Hasil perhitungan uji F
menunjukkan bahwa nilai F hitung
1,805 dengan signifikansi F hitung
sebesar 0,158 lebih besar dari taraf
signifikansi 0,05, sehingga maka Ho
diterima. Ini berarti bahwa pada
tingkat kesalahan 5% motivasi (X1),
perilaku
belajar
(X2),
kualitas
pengajaran (X3) secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar mata kuliah Pengantar Dasar
Matematika.
2) Uji t (Uji Regresi Secara Parsial)
Pengujian ini ilakukan untuk menguji
hipotesis dari rumusan masalah kedua,
yakni diduga motivasi (X1), perilaku
belajar (X2), kualitas pengajaran (X3)
secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar mata kuliah
Pengantar Dasar Matematika (Y).
Hasil perhitungan uji t terkait hipotesis
motivasi
berpengaruh
secara
signifikan terhadap hasil belajar mata
kuliah pengantar dasar matematika
menunjukkan bahwa nilai t hitung
sebesar 2,131 dengan signifikansi t
hitung sebesar 0,038 lebih kecil dari
taraf signifikansi 0,05, sehingga maka
Hi diterima. Ini berarti pada tingkat
kesalahan 5%, motivasi secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar mata kuliah Pengantar Dasar
Matematika. Hasil perhitungan uji t
terkait hipotesis perilaku belajar
berpengaruh secara signifikan terhadap

hasil belajar mata kuliah pengantar


dasar
matematika
menunjukkan
bahwa nilai t hitung sebesar -0,618
dengan signifikansi t hitung sebesar
0,539 lebih besar dari taraf signifikansi
0,05, sehingga maka Ho diterima. Ini
berarti pada tingkat kesalahan 5%,
perilaku belajar secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar mata kuliah Pengantar Dasar
Matematika. Hasil perhitungan uji t
terkait hipotesis kualitas pengajaran
berpengaruh secara signifikan terhadap
hasil belajar mata kuliah pengantar
dasar
matematika
menunjukkan
bahwa nilai t hitung sebesar -0,439
dengan signifikansi t hitung sebesar
0,662 lebih besar dari taraf signifikansi
0,05, sehingga maka Ho diterima. Ini
berarti pada tingkat kesalahan 5%,
kualitas pengajaran secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar mata kuliah Pengantar Dasar
Matematika.
c) Model Regresi Terbaik
Berdasarkan
hasil
analisis
regresi
sebelumnya diperoleh bahwa hanya variabel
motivasi yang berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar mata kuliah Pengantar
Dasar Matematika. Untuk itu, perlu dicari
suatu model regresi terbaik dari penelitian ini
dengan menggunakan metode stepwise. Dari
hasil pengujian ini diperoleh persamaan
regresi Y = 67,929 + 0,382X1
Interpretasi dari persamaan tersebut adalah
sebagai berikut.
1) R = 0,279 artinya bahwa motivasi
mempunyai hubungan yang lemah
terhadap hasil belajar mata kuliah
Pengantar Dasar Matematika.
2) R Square = 0,078 artinya bahwa 7,8%
hasil belajar mata kuliah Pengantar
Dasar Matematika dipengaruhi oleh
motivasi,
sedangkan
sisanya

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

31

dipengaruhi oleh faktor yang tidak


diteliti.
3) Koefisien regresi variabel motivasi
bernilai positif yang berarti semakin
baik motivasi maka hasil belajar mata
kuliah Pengantar Dasar Matematika
semakin meningkat.
Hasil analisis regresi juga menunjukkan
bahwa motivasi berpengaruh secara signifikan
terhadap hasil belajar mata kuliah Pengantar
Dasar Matematika yang ditunjukkan dari nilai
t hitung sebesar 2,139 dengan signifikansi t
hitung sebesar 0,037 lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05
Pembahasan
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai
siswa sebagai bukti keberhasilan proses
belajar mengajar yang dialami siswa dalam
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa baik faktor yang berasal
dari diri siswa seperti motivasi dan usaha,
serta perilaku belajar maupun faktor yang
berasal dari luar diri siswa seperti kualitas
pengajaran guru.
Kualitas pengajaran guru yang baik
akan menimbulkan motivasi belajar pada
siswa sehingga siswa akan memperoleh hasil
belajar yang optimal. Sebaliknya, dengan
kualitas pengajaran yang kurang baik tentu
saja akan menimbulkan kemalasan dan
rendahnya motivasi untuk melakukan kegiatan
belajar sehingga hasil belajar yang dicapai
tidak optimal. Berdasarkan hal tersebut, maka
kualitas pengajaran dimungkinkan akan
berpengaruh terhadap hasil belajar mata kuliah
pengantar dasar matematika. Hal ini seperti
dalam penelitian Lestari (2010) diperoleh
bahwa kualitas pengajaran berpengaruh
signifikan terhadap nilai pengantar akuntansi.
Motivasi yang positif dari siswa akan
menghasilkan perilaku belajar yang positif
juga. Hal ini seperti dalam penelitian Ali
(2010), dimana dalam penelitian tersebut
dinyatakan bahwa sikap dan perilaku siswa

32

dalam pembelajaran dan bermasyarakat sangat


tergantung pada apakah mereka termotivasi
atau tidak oleh pengajar mereka.
Perilaku belajar
yang
meliputi
kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan
membaca buku, kunjungan ke perpustakaan,
dan kebiasaan menghadapi ujian merupakan
indikator-indikator yang dapat mengukur
kesiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Jika perilaku tersebut secara
positif telah dilakukan, maka tentunya akan
meningkatkan kinerja pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka
motivasi dimungkinkan akan berpengaruh
terhadap hasil belajar mata kuliah pengantar
dasar matematika. Begitu juga dengan
perilaku
belajar
dimungkinkan
akan
berpengaruh terhadap hasil belajar mata kuliah
pengantar dasar matematika. Hal ini seperti
dalam penelitian Aditya Prima Nugraha
(2014) hasil penelitian tentang Pengaruh
Kecerdasan Emosional dan Perilaku Belajar
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
ditemukan
bahwa
perilaku
belajar
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
pemahaman akuntansi.
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan diperoleh bahwa pada tingkat
kesalahan 5% motivasi (X1), perilaku belajar
(X2), kualitas pengajaran (X3) secara simultan
tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar mata kuliah Pengantar Dasar
Matematika dengan signifikansi F hitung
sebesar 0,158. Secara parsial hasil belajar
mata kuliah Pengantar Dasar Matematika
dipengaruhi oleh motivasi belajar dengan
signifikansi t hitung sebesar 0,038 lebih kecil
dari taraf signifikansi 0,05. Sedangkan
perilaku belajar dan kualitas pengajaran secara
parsial tidak berpengaruh terhadap hasil
belajar mata kuliah Pengantar Dasar
Matematika. Hal ini ditunjukkan dengan
signifikansi t hitung perilaku belajar sebesar
0,539 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05,
dan signifikansi t hitung kualitas pengajaran

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

sebesar 0,662 lebih besar dari taraf


signifikansi 0,05.
Meskipun secara simultan motivasi,
perilaku belajar, dan kualitas pengajaran tidak
berpengaruh terhadap hasil belajar mata kuliah
pengantar dasar matematika, serta perilaku
belajar dan kualitas pengajaran secara parsial
tidak berpengaruh terhadap hasil belajar mata
kuliah Pengantar Dasar Matematika, namun,
motivasi belajar secara signifikan berpengaruh
terhadap hasil belajar mata kuliah Pengantar
Dasar Matematika. Hal ini seperti dinyatakan
Harackiewicz (dalam Ali, 2010), motivation
can be defined as the driving force behind all
the actions of an individual. Sehingga dengan
adanya motivasi yang positif dari siswa akan
menghasilkan perilaku belajar yang positif
juga. Motivasi belajar yang merupakan daya
penggerak dari dalam diri maupun dari luar
diri siswa akan mendorong siswa untuk
melakukan kegiatan belajar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan
pembahasan yang telah disajikan sebelumnya,
dapat disimpulkan beberapa hal yang terkait
dengan rumusan masalah yang telah
dirumuskan.
1. Kualitas pengajaran, motivasi dan perilaku
belajar secara simultan tidak berpengaruh
terhadap hasil belajar mata kuliah
pengantar dasar matematika.
2. Kualitas pengajaran dan perilaku belajar
secara parsial tidak berpengaruh terhadap
hasil belajar mata kuliah pengantar dasar
matematika. Namun, hanya motivasi
belajar secara parsial berpengaruh terhadap
hasil belajar mata kuliah pengantar dasar
matematika .
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, peneliti menemukan bahwa hanya
variabel motivasi belajar yang berpengaruh
secara parsial terhadap hasil belajar mata
kuliah pengantar dasar matematika dari tiga

variabel bebas, yakni kualitas pengajaran,


motivasi dan perilaku belajar. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
penelitian ini diantaranya adalah jumlah
sampel dan adanya kemungkinan faktor-faktor
tersebut berpengaruh secara tidak langsung
terhadap hasil belajar mata kuliah pengantar
dasar matematika, sehingga perlu dilakukan
penelitian lebih mendalam terkait faktor
perilaku belajar dan kualitas pengajaran
terhadap hasil belajar. Penerapan analisis
secara struktural dalam penelitian berikutnya
juga dimungkinkan untuk mengakomodasi
analisis secara simultan pada level konstruk
maupun strukturnya. Analisis yang disarankan
adalah penggunaan PLS, SEM, dan GeSCA.
Berdasarkan hasil ini pengajaran dosen
diharapkan dapat meningkatkan motivasi
mahasiswa, sehingga perilaku mahasiswa
dalam proses pembelajaran berubah ke arah
yang lebih baik. Mahasiswa pun diharapkan
untuk turut aktif dalam proses pembelajaran
dan lebih membangkitkan motivasi dalam
dirinya karena dengan adanya motivasi
internal dalam diri, maka secara sadar daya
dorong siswa tersebut akan menjadi kekuatan
untuk melakukan aktivitas belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Zulfiqar et al. 2010. Motivation and
Students Behavior: A Tertiary Level
Study. International Journal of
Psychology and Counselling Vol. 3
No. 2, pp. 29-32.
Bicard, Sara C et al. Defining Behavior.
http://iris.peabody.vanderbilt. Diakses
10 Agustus 2015.
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-Teori Belajar
Pembelajaran. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Endang Saryanti. 2011. Kajian Empiris Atas
Perilaku Belajar, Efikasi Diri dan
Kecerdasan
Emosional
yang
Berpengaruh Pada Stress Kuliah Pada
Mahasiswa Akuntansi Perguruan
Tinggi Swasta di Surakarta. Jurnal

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

33

Ekonomi Bisnis dan Perbankan Vol.


19 no. 18.
Hanifah. 2001. Pengaruh Perilaku Balajar
terhadap
Prestasi
Akademik
Mahasiswa Akuntansi. Media Riset
Akuntansi, Auditing dan Informasi
Vol. 1 No. 3, halaman 63-86.
Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan.
Penerbit Referensi. Jakarta.
Lestari, Puji. 2010. Analisis Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Prestasi
Akademik Mahasiswa pada Mata
Kuliah Pengantar Akuntansi. Jurnal
Manajemen dan Akuntansi Volume 11
Nomor 2.

34

Nugraha, Aditya Prima. 2013. Pengaruh


Kecerdasan Emosional dan Perilaku
Belajar terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi. Skripsi. Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Jember
Sugiwan, Sumiati. 2014. Pengaruh Perilaku
Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas
XI di Madrasah Aliyah Negeri
Lipatkain Kecamatan Kampar Kiri.
Skripsi. Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL, KEMANDIRIAN DAN


KREATIVITAS BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA
DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 SUKAWATI
Ni Kadek Lia Wulandari dan I Wayan Sudiarsa
Alumni Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali
e-mail: liaslae@yahoo.co.id
ABSTRACT
Relationship between Emotional Intelligence, Self-Learning and Creativity with Mathematic
Learning Result of 10th Grade Students in SMA N. 1 Sukawati.
This research aims to determine relationship between emotional intelligence, selflearning and creativity with mathematic learning result of 10th grade students in SMA Negeri 1
Sukawati.
This research was korelational research. Population of this research were 381 students
(10 classes) of 10th grade SMA Negeri 1 Sukawati. The technique of sampling was using multi
stage random sampling which the classes that were randomized. The result of randomizing was
obtained the research sample consisted of two classes (73 students). Data of emotional
intelligence, self-learning and creativity were collected through the administration of
questionnaires, while the data of mathematics learning outcomes was collected through the
administration of evaluation tests on daily tests of mathematic. Data were analyzed using simple
regression and multiple regression.
The results showed that: 1). There was significant relationship between emotional
intelligence with mathematic learning resultof 10th grade students in SMA Negeri 1 Sukawati. 2).
There was significant relationship between self-learning with mathematic learning resultof 10th
grade students in SMA Negeri 1 Sukawati. 3) There was significant relationship between
creativity with mathematic learning resultof 10th grade students in SMA Negeri 1 Sukawati. 4)
There were significant relationship between emotional intelligence, self-learning and creativity
with mathematic learning resultof 10th grade students in SMA Negeri 1 Sukawati.
Keywords: Emotional intelligence, self-learning,creativity, mathematic learning result
PENDAHULUAN
Mutu pendidikan di Indonesia sampai saat
ini masih merupakan masalah yang
memprihatinkan
dan
menjadi
sorotan
diberbagai pihak. Banyak masalah yang sulit
ditangani secara simultan, sebab dalam usaha
meningkatkan mutu, maka masalah kuantitas
terabaikan, demikian pula sebaliknya.
Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing
pendidikan sangat erat kaitannya dengan
pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Selaras dengan kebijakan pembangunan
nasional
yang
menekankan
pada
pengembangan SDM maka upaya peningkatan

mutu pendidikan merupakan hal yang sangat


penting. Dalam upaya menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan memiliki
daya saing yang kuat, maka penguasaan
matematika merupakan sesuatu hal yang
mutlak.
Matematika sebagai mata pelajaran yang
diajarkan sejak pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi memiliki peranan yang
strategis dalam rangka menghasilkan SDM
yang berdaya saing kuat diera globalisasi.
Melalui penguasaan matematika yang baik,
maka
permasalahan-permasalah
yang
kompleks dapat dibuat simplikasi sehingga

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

35

menjadi lebih sederhana. Hal ini karena


dengan belajar matematika berarti melatih
peserta didik untuk berpikir sistematik,
sistemik, rasional, dan general. Hanya saja
ironisnya hingga saat ini masih banyak peserta
didik yang kurang tertarik pada matematika.
Sebagian peserta didik masih mencitrakan
pelajaran matematika sebagai mata pelajaran
yang sukar dan ditakuti. Sebagian peserta
didik umumnya kurang tertarik untuk
mempelajari
matematika.
Kondisi
ini
menyebabkan hasil belajar matematika peserta
didik dari tahun ke tahun belum
memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Capaian hasil belajar matematika peserta
didik yang masih rendah dibuktikan dari hasil
observasi salah satu sekolah menengah atas
yaitu peserta didik kelas X SMA Negeri 1
Sukawati. Secara umum hasil belajar
matematika peserta didik kelas X yang
berjumlah 368 masih tergolong sangat rendah,
dimana diperoleh data sekitar dua puluh
persen peserta didik mampu melampaui KKM
yang ditetapkan sedangkan dua puluh lima
persen peserta didik mendapatkan nilai standar
KKM dan lima puluh lima persen peserta
didik berada dibawah KKM yang ditetapkan
oleh sekolah yaitu 78. Dilihat dari perolehan
data diatas terlihat sebagian besar siswa belum
mendapatkan hasil belajar matematika yang
optimal dan memuaskan.
Banyak yang masih beranggapan bahwa
untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi
harus dibekali dengan kecerdasan akal
(Intellegence Quotient) atau sering disebut
dengan IQ, dimana pemikiran yang
berkembang dimasyarakat adalah individu
yang memiliki IQ tinggi maka hasil belajarnya
tinggi sedangkan yang memiliki IQ relatif
rendah akan mendapatkan hasil yang rendah
pula, pendapat ini dipatahkan oleh penelitian
yang dilakukan Daniel Goleman dalam Danim
(2014) menyatakan bahwa IQ hanya
menyumbang kira-kira dua puluh persen yang
mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar
seseorang, sedangkan delapan puluh persen

36

dipengaruhi oleh faktor lain. Selanjutnya


beliau menambahkan faktor lain yang ikut
berperan serta dalam tingkat keberhasilan dari
hasil belajar peserta didik adalah (Emotional
Intellegence) atau yang sering disingkat
dengan EQ. Danim (2014) mengungkapkan
beberapa
karakteristik
individu
yang
mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi dan
memuaskan diantaranya peserta didik mampu
memotivasi diri, percaya akan diri sendiri,
mampu menunda reaksi atau perasaan yang
bersifat negatif, menyelesaikan tugas-tugas
baik akademik maupun sosial secara
memuaskan dalam takaran pribadi dan sosial,
dan peserta didik mau dan terus berusaha
mengatasi kelemahan dirinya Maka dengan
kecerdasan emosional seorang individu dalam
hal ini peserta didik akan dapat mengikuti
proses belajar dengan baik dan maksimal
sehingga diperoleh pula hasil belajar yang
optimal khususnya dalam matematika. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Maryati (2008) dimana dalam penelitian
tersebut diperoleh terhadap hubungan positif
dan signifikan antara kecerdasan emosional
terhadap hasil belajar matematika siswa SMP.
Dalam observasi yang dilakukan pada
peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sukawati
juga ditemukan bahwa beberapa peserta didik
malas dalam belajar matematika dan hanya
akan belajar ketika akan ada ujian. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa kemandirian
belajar
siswa
masih
rendah.
Umar
Tirtarahardja dalam Adiningsing (2012)
menyatakan bahwa kemandirian dalam belajar
adalah
aktivitas
belajar
yang
lebih
menekankan pada kemauan sendiri, pilihan
sendiri dan tanggung jawab sendiri. Dengan
kemandirian belajar, siswa akan belajar
menguasai materi dengan usaha sendiri tanpa
adanya guru atau disuruh orang tua sehingga
siswa akan cenderung positif untuk mencapai
tujuan dengan menguasai materi dan
memperoleh prestasi yang memuaskan.
Menurut Mudjiman dalam Adiningsih (2012)
belajar mandiri juga disebut Self-motivated

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

learning yang diperkirakan dengan belajar


mandiri maka kualitas pembelajarannya akan
lebih baik. Pendapat tersebut diperkuat oleh
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Adiningsih (2012) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif dan signifikan
antara kemandirian belajar dengan prestasi
belajar matematika peserta didik.
Terdapat beberapa faktor lain selain
kecerdasan emosional dan kemandirian belajar
yang mempengaruhi capaian hasil belajar
matematika peserta didik, salah satunya adalah
kreativitas. Tidak jarang peserta didik yang
menyelesaikan permasalahan matematika
hanya terpaku cara pengerjaan yang diberikan
oleh guru, pada hasil observasi berikutnya
ditemukan saat peserta didik mengerjakan
suatu permasalah matematika pada papan
tulis, ketika permasalahan yang dihadapinya
agak berbeda penyajian mereka merasa
kesulitan untuk menyelesaikannya. Selain itu,
cara penyelesaian permasalahan matematika
setiap siswa terlihat homogen hanya satu atau
dua orang saja yang mampu mengerjakan soal
selain cara yang diberikan oleh guru,
selebihnya semua memakai cara yang sama
persis dengan suatu alasan takut salah. Hal ini
dikarenakan cara berfikir mereka yang masih
bersifat konvergen. Oleh sebab itu, diperlukan
kemampuan berkreativitas sehingga peserta
didik mempunyai alternatif penyelesaian suatu
permasalahan matematika yang mampu
dimunculkan melalui ide-ide mereka masingmasing. Pada akhirnya hal ini akan berdampak
pada hasil belajar matematika yang optimal
dan memuaskan. Maka dari uraian tersebut
salah satu faktor penentu keberhasilan dari
hasil belajar matematika adalah kreativitas.
Argumen ini diperkuat oleh hasil penelitian
Sagitasari (2010) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kreativitas dengan hasil belajar
matematika peserta didik.
Berdasarkan dari uraian yang memaparkan tentang hubungan-hubungan beberapa
faktor yang menentukan keberhasilan atau

tinggi rendahnya hasil belajar matematika


peserta didik secara teoritis, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul Hubungan antara Kecerdasan
Emosional,
Kemandirian
Belajar
dan
Kreativitas dengan Hasil Belajar Matematika
Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1
Sukawati Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
antara kecerdasan emosional, kemandirian
belajar dan kreativitas dengan hasil belajar
matematika peserta didik, maka penelitian ini
dapat
digolongkan
sebagai
penelitian
korelasional.
Data
diolah
dengan
menggunakan metode analisis regresi linier
sederhana dan regresi linier ganda. Metode ini
dipergunakan
karena
penelitian
ini
dimaksudkan untuk menemukan ada tidaknya
hubungan antara kecerdasan emosional,
kemandirian belajar dan kreativitas dengan
hasil belajar matematika peserta didik kelas X
SMA Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran
2015/2016.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis
pertama terbukti bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan hasil belajar matematika peserta didik
kelas X SMA Negeri 1 Sukawati Tahun
Pelajaran 2015/2016 dengan Fregresi = 4,26.
Dalam penelitian ini ditemukan korelasi
positif antara kecerdasan emosional dengan
hasil belajar matematika peserta didik kelas X
SMA Negeri 1 Sukawati sebesar 0,238. Hal ini
berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan
emosional peserta didik, maka semakin tinggi
hasil belajar matematika peserta didik kelas X
SMA Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran
2015/2016
yang
dicapai.
Kecerdasan
emosional membantu peserta didik dalam
mencapai hasil belajar matematika yang
memuaskan. Sumbangan kecerdasan emosi-

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

37

onal terhadap hasil belajar matematika peserta


didik kelas X SMA Negeri 1 Sukawati Tahun
Pelajaran 2015/2016 sebesar 5,7 %.
Hasil penelitian ini berkaitan dengan
pernyataan Goleman dalam Danim (2014)
mendefinisikan bahwa kecerdasan emosi
adalah suatukemampuan seseorang yang
didalamnya terdiri dari berbagai kemampuan
untukdapat memotivasi diri sendiri, bertahan
menghadapi frustasi, mengendalikan impulsive
needs atau dorongan hati, tidak melebihlebihkan
kesenangan
maupunkesusahan,
mampu mengatur reactive needs, menjaga
agar
bebas
stress,
tidakmelumpuhkan
kemampuan berfikir dan kemampuan untuk
berempati pada oranglain, serta adanya prinsip
berusaha sambil berdoa. Beliau menambahkan
kecerdasan emosional merupakan sisi lain dari
kecerdasan kognitif yang berperan dalam
aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri
dan kendali dorongan hati, ketekunan,
semangat dan motivasi diri serta empati dan
kecakapan
sosial
dalam
lingkungan
dimanapun berada baik keluarga, sekolah
maupun dimasyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut maka dapat
dikatakan bahwa peserta didik yang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi akan
mampu memberikan semangat dan motivasi
diri dalam belajar khususnya mata pelajaran
matematika, serta tekun dalam proses
pembelajaran disekolah sehingga peserta didik
mampu memperoleh hasil belajar matematika
yang maksimal. Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Ika Maryati
(2008) yang berjudul Hubungan antara
Kecerdasan Emosional dan Keyakinan Diri
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
SMP dimana dalam penelitian tersebut
diperoleh bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kecerdasan emosional
terhadap hasil belajar matematika dimana
ditemukan hubungan yang positif dan
signifikan hal ini berarti semakin tinggi
kecerdasan emosional yang dimiliki oleh

38

peserta didik maka semakin tinggi hasil


belajar matematika yang diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis
kedua terbukti bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kemandirian belajar dengan
hasil belajar matematika peserta didik kelas X
SMA Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran
2015/2016 dengan Fregresi = 7,52. Dalam
penelitian ini ditemukan korelasi positif antara
kemandirian belajar dengan hasil belajar
matematika peserta didik kelas X SMA Negeri
1 Sukawati sebesar 0,31. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkatkemandirian belajar
peserta didik, maka semakin tinggi hasil
belajar matematika peserta didik kelas X SMA
Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran 2015/2016
yang dicapai. Kemandirian belajar membantu
peserta didik dalam mencapai hasil belajar
matematika yang memuaskan. Sumbangan
kemandirian belajar terhadap hasil belajar
matematika peserta didik kelas X SMA Negeri
1 Sukawati Tahun Pelajaran 2015/2016
sebesar 9,6 %.
Hasil penelitian ini berkaitan dengan
pendapat dari Laird dalam Adiningsih (2012)
yang mengemukakan ciri-ciri kemandirian
belajar sebagai berikut; 1) Kegiatan belajarnya
bersifat mengarahkan diri sendiri tidak
dependent; 2) Pertanyaan-pertanyaan yang
timbul dalam proses pembelajaran dijawab
sendiri atas dasar pengalaman bukan
mengharapkan jawaban dari guru atau orang
lain; 3) Tidak mau didekte guru; 4) Umumnya
tidak sabar untuk segera memanfaatkan hasil
belajar; 5) Lebih senang dengan problemcentered learning daripada contentcentered
learning; 6) Lebih senang dengan partisipasi
aktif daripada pasif mendengarkan ceramah
guru; 7) Selalu memanfaatkan pengalaman
yang telah dimiliki (konstruktivistik); 8) Lebih
menyukai
collaborative
learning;
9)
Perencanaan dan evaluasi belajar lebih baik
dilakukan dalam batas tertentu antara siswa
dan guru; 10) Belajar harus dengan berbuat
tidak cukup hanya mendengarkan dan
menyerap.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

Dari semua ciri-ciri peserta didik yang


memiliki tingkat kemandirian belajar yang
telah dipaparkan diatas menguatkan bahwa
peserta didik yang memiliki kemandirian
belajar akan cenderung memiliki kesadaran
diri untuk belajar, bukan belajar hanya pada
saat ujian saja. Peserta didik yang memiliki
kemandirian belajar juga akan memanfaatkan
waktu sebaik mungkin untuk belajar guna
untuk pemahaman diri sendiri, sehingga dapat
membantu peserta didik dalam meraih hasil
belajar yang maksimal khususnya dalam
pelajaran matematika. Hal ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Dyahnita
Adiningsih
(2012)
dimana
beliau
melaksanakan penelitian yang berjudul
Hubungan
antara
Persepsi
Metode
Pengajaran Guru dan Kemandirian Belajar
dengan Prestasi Belajar Matematika Peserta
Didik Kelas X SMK Batik Perbaik Purworejo
Tahun Ajaran 2011/2012. Dimana dalam
penelitian tersebut diperoleh bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara
tingkat kemandirian belajar peserta didik
terhadap hasil prestasi belajar matematika.
Berdasarkan hasli analisis uji hipotesis
ketiga terbukti bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kreativitas dengan hasil
belajar matematika peserta didik kelas X SMA
Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran 2015/2016
dengan Fregresi = 5,11. Dalam penelitian ini
ditemukan korelasi positif antara kemandirian
belajar dengan hasil belajar matematika
peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sukawati
sebesar 0,259. Hal ini berarti semakin tinggi
tingkat kreativitas peserta didik, maka
semakin tinggi hasil belajar matematika
peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sukawati
Tahun Pelajaran 2015/2016 yang dicapai.
kreativitasmembantu peserta didik dalam
mencapai hasil belajar matematika yang
memuaskan. Sumbangan kemandirian belajar
terhadap hasil belajar matematika peserta
didik kelas X SMA Negeri 1 Sukawati Tahun
Pelajaran 2015/2016 sebesar 6,7 %

Hasil penelitian ini berkaitan dengan


pendapat Arden N. Frandsen dalam Ali
(2014). Hal-hal yang mendorong seseorang
untuk belajar adalah sebagai berikut: 1)
Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki
dunia luas, 2) Adanya sikap kreatif pada diri
manusia dan keinginan untuk selalu maju, 3)
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati
dari orang tua, guru dan teman-teman, 4)
Adanya keinginan untuk memperbaiki
keadaan, 5) Adanya keinginan untuk
mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran, 6) Adanya ganjaran atau hukuman
sebagai akhir dari belajar. Pendapat tersebut
juga diperkuat oleh Utami Munandar dalam
Ali (2014) beliau menambahkan bahwa anak
yang masuk kategori kreatif pada umumnya
mempunyai inisiatif yang tinggi untuk
memperbaiki segala sesuatu, sehingga menjadi
lebih baik dan memuaskan.Anak kreatif selalu
menunjukkan perkembangan pemikiran yang
sangat jelas, yaitu dengan adanya pemikiranpemikiran dan perbuatan dalam menyikapi
hal-hal baru.
Dari pernyataan diatas tentu saja terlihat
jelas apabila peserta didik memiliki tingkat
kreativitas yang tinggi mereka akan mampu
menguasai pelajaran dengan baik khususnya
pada mata pelajaran matematika, sehingga
peserta didik juga akan mampu memperoleh
hasil belajar yang memuaskan. Hal ini
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Masohirahmat
(2012)
dimana
beliau
melaksanakan penelitian yang berjudul
Hubungan kemandirian belajar, Stabilitas, dan
Kreativitas
Terhadap
Prestasi
Belajar
Matematika Peserta didik SMA N 7
Purworejo, dan diperoleh kesimpulan terdapat
hubungan positif dan signifikan antara tingkat
kreativitas belajar peserta didik terhadap
prestasi belajar matematika peserta didik.
Berdasarkan hipotesis keempat diperoleh
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosional, kemandirian
belajar dan kreativitas dengan hasil belajar
matematika peserta didik kelas X SMA Negeri

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

39

1 Sukawati Tahun Pelajaran 2015/2016


dengan Fregresi = 12.08. Dalam penelitian ini
ditemukan korelasi positif antara kecerdasan
emosional, kemandirian belajar dan kreativitas
dengan hasil belajar matematika peserta didik
kelas X SMA Negeri 1 Sukawati sebesar
0,587. Hal ini berarti kecerdasan emosional,
kemandirian
belajardan
kreativitas
memberikan pengaruh yang besar terhadap
hasil belajar matematika peserta didik kelas X
SMA Negeri 1 Sukawati. Sumbangan
kecerdasan emosional, kemandirian belajar
dan kreativitas terhadap hasil belajar
matematika peserta didik kelas X SMA Negeri
1 Sukawati Tahun Pelajaran 2015/2016
sebesar 34,5 %.
Hasil penelitian ini berkaitan dengan
pendapat dari Sudjana dalam Mahendra
(2007) yang menyatakan bahwa ada banyak
faktor yang mempengarui hasil belajar.
Faktor-faktor tersebut dalam banyak hal saling
berkaitan dan mempengarhi satu sama lain.
Faktor tersebut terdiri atars faktor luar
(eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor
luar terdiri atas lingkungan meliputi:
lingkungan alami dan lingkungan sosial, dan
instrumental meliputi: kurikulum, program,
sarana dan prsarana, serta guru. Faktor dalam
terdiri atas faktor psikologis, meliputi: kondisi
fisik secara umum dan kondisi panca indera,
dan faktor psikologis meliputi: minat,
kecerdasan, kreativitas, bakat, motivasi, dan
gaya berfikir.
Dari pengertian yang dikemukakan
tersebut
jelas
terlihat
bahwa
yang
mempengaruhi hasil belajar seseorang
mencakupi faktor internal yang didalamnya
terdapat faktor psikologis kecerdasan yang
masuk dalam kategori kecerdasan emosional,
faktor motivasi yang masuk dalam kategori
kemandirian belajar yang mampu memotivasi
diri, dan juga faktor kreativitas.Ketiga faktor
tersebut termasuk dalam variabel yang diteliti
dalam menunjukan hubungannya dengan hasil
belajar matematika dimana ditunjukan diatas

40

ketiga faktor tersebut mempengaruhi tingkat


hasil belajar peserta didik yang maksimum.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
tersebut, maka dalam penelitian ini diperoleh
beberapa simpulan sebagai berikut. 1)
Terdapat hubungan antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar matematika
peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sukawati
dengan koefisien korelasi sebesar 0,238 dan
memberikan sumbangan sebesar 5,7 %
terhadap hasil belajar matematika. 2) Terdapat
hubungan antara kemandirian belajar dengan
hasil belajar matematika peserta didik kelas X
SMA Negeri 1 Sukawati dengan koefisien
korelasi sebesar 0,31 dan memberikan
sumbangan sebesar 9,6 % terhadap hasil
belajar matematika. 3) Terdapat hubungan
antara kreativitas dengan hasil belajar
matematika peserta didik kelas X SMA Negeri
1 Sukawati dengan koefisien korelasi sebesar
0,259 dan memberikan sumbangan sebesar 6,7
% terhadap hasil belajar matematika. 4)
Terdapat hubungan antara kecerdasan
emosional, kemandirian belajar dan kreativitas
dengan hasil belajar matematika peserta didik
kelas X SMA Negeri 1 Sukawati Tahun
Pelajaran dengan koefisien korelasi sebesar
0,587 dan memberikan sumbangan sebesar
34,5 % terhadap hasil belajar matematika.
Berkenaan dengan hasil penelitian yang
diperoleh maka beberapa saran yang dapat
dajukan adalah kepada praktisi pendidikan
matematika khususnya guru matematika,
diharapkan untuk meningkatkan kecerdasan
emosional peserta didik , guru hendaknya
mampu melatih kecerdasan emosi peserta
didik yang didorong melalui metode-metode
pembelajaran yang secara aktif membangun
kecerdasan
emosional
peserta
didik,
meningkatkan kemandirian belajar, serta
mampu mendorong peserta didik supaya
memiliki kreativitas yang tinggidalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

DAFTAR RUJUKAN
Ali,Mohammad.2014.Psikologi
Remaja.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto S.2001,Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan.Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Candiasa.2010. Statistik Univariat dan
Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Bali:
Undiksha Press.
Danim,Sudarwan.2014.Perkembangan
Peserta Didik.Bandung: CV. Alfabeta.
Koyan.2012.Statistik
Pendidikan
Teknik
Analisis
Data
Kuantitatif.
Bali:
Universitas Pendidikan Ganesha Press.
Mahendra,Eka.2012.Pengaruh
Penerapan
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
Kontekstual Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Mahasiswa S1 PGSD UPP
Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012.
Hasil Penelitian, Program Pascasarjana
Undiksha Singaraja.
Nasution.2001. Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Riduwan.2003.Dasar-dasar
Statistika.Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.2012. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

41

HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS DAN NILAI KEAKTIFAN DALAM KELAS


TERHADAP NILAI UJIAN AKHIR SEMESTER TELAAH KURIKULUM
MATEMATIKA SMA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI
BALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
I Komang Sukendra, S.Pd, M.Si, M.Pd
Dosen Jurusan/prodi. Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali
e-mail: hendra_putra500@yahoo.co.id
ABSTRACT
The Relationship Between The Value of Assignment and The Activity in The Class to Students
Final Semester Examination Value in The Analysis of Mathematics Lecterature at IKIP PGRI
Bali in 2015/2016
Curriculum is a set of planning and knowledge concerning to content and lesson, the
methode as well functioning as guidance of studying-teaching activity performance. Curriculum
is the tool functioning to achevive aducation goal. The student as teacher candidates are
obligated to comprehend curriculum applied in present time. In the process of studying, some
problems caused by some factors either from internal or external of the students themselves are
often found. The aim expected in this study or paper is to know the relationship between
assignment value and student activities in the class to final semester examination value.
This study aimed to know how far the influence I between free variabel and bound variabel to
mathematic curriculum. Examined to the fourth semester mathematics students of IKIP PGRI
Bali by taking purposive sampling. The data analysis were used by using double linear
registrasi similarity. Based on analysis data, it was found that the value of student assignment
and the activity in the class simultaneously influenced to final semester examination value of
SMA curriculum mathematics approach lecture. And the activity in the class had higher
influence than the student assignment value. Based on the such result, before the student. When
to the field to teach, the student were obligated to make assignment ang activity in the clas
hopely, the could make planing of the study based on the syllabus matched whit the effective
curriculum in the practice of teaching in the field.
Keywords : Assignment, Activity, The final semester examination value.
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan suatu program
pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar
dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
dilaksanakan, dan dirancang secara sistematis
atas dasar norma-norma yang berlaku yang
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran
bagi tenaga kependidikan dan peserta didik
untuk mencapai tujuan. Dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
1989 Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa :
kurikulum adalah seperangkat rencana dan
peraturan mengenai isi dari bahan pelajaran

42

serta cara yang digunakan sebagai pedoman


penyelenggaran kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum di Indonesia sering tejadi
pergantian begitu cepat yang disebabkan
beberapa hal seperti kreteria keberhasilan
untuk
mencapai
tujuan
tidak
jelas,
perencanaan kurikulum kurang berorintasi
pada perkembangan zaman dan adanya kesan
ganti pejabat ganti kebijakan. Pada dasarnya
perkembangan
kurikulum
mengarahkan
ketujuan pendidikan yang diharapkan karena
adanya
berbagai pengaruh yang sifatnya
positif yang datang dari luar maupun dari

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

dalam, dengan harapan agar peserta didik


dapat menghadapi masa depannya dengan
baik. Oleh karena itu, pengembangan
kurikulum seharusnya bersifat antisifasif,
adiptif, dan aplikatif. Kurikulum di sekolah
berperan sebagai alat pelaksanaan proses
pendidikan, namun perubahan kebutuhan
masyarakat terhadap lulusan jenjang pendidikan terus meningkat.
Di Indonesia sudah sering terjadi
perubahan kurikulum di sekolah dari
kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1994, 1004, dan diganti lagi menjadi
kurikulum 2013. Meskipun dalam pelaksanaannya, kurikulum 2013 ini banyak
mendapat pro dan kontra dari berbagai
kalangan, baik dari masyarakat, guru, dan para
pakar pendidikan lainnya. Hal ini dikarenakan
pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah
terkesan buru-buru. Mahasiswa sebagai calon
guru sangat memahami kurikulum agar bisa
meningkatkan mutu dan kinerja guru yang
bertujuan untuk lebih meingkatkan pemahaman guru tentang kurikulum yang berlaku
saat ini dan mampu melaksanakannya dengan
baik. Sebab kurikulum itu senjata utama dalam
mengajar dan mendidik. Dengan semakain
meningkatnya pemahaman guru tentang
kurikulum diharapkan para calon guru dan
guru akan semakin profesional.
Guru merupakan pilar penting dalam
pendidikan, sehingga melalui pembelajaran
mata kuliah telaah kurikulum, mahasiswa
sebagai calon guru lebih memiliki kemajuan
terhadap
pengetahuan
yang
mereka
implementtasikan terhadap proses pembelajaran ke anak didik. Kurikulum adalah jantungnya pendidikan, sehingga seorang guru wajib
tahu bahwa fungsi pendidikan halnya ada pada
kurikulum. Artinya bila kurikulum terus
mengalami pengembangan, seorang guru juga
wajib mengikuti sehingga proses pembelajaran
dapat terus meningkat.
Pada proses perkuliahan mahasiswa
diberikan tugas individu dan tugas kelompok.
Tugas kelompok membuat makalah yang

dipresentasikan dihadapan teman-temanya di


dalam kelas. Sedangkan menjawab tugas
individu diantaranya pertanyaan teman-teman
saat kelompok lain mempresentasikan
makalahnya, dan ada juga tugas individu.
Penilaian tugas mahasiswa dilihat dari
singkrunnya pertanyaan dan jawaban. Pada
pertengahan perkuliahan akan diadakan tes
ujian akhir semester. Tugas-tugas yang
dikerjakan oleh mahasiswa secara langsung
maupun tidak langsung dapat berpengaruh
pada proses menjawab soal saat ujian akhir
semester berlangsung. Keaktifan siswa di
kelas biasanya termotivasi dari dalam diri
sendiri maupun luar diri yaitu lingkungan
sekolah. Salah satu cara untuk membangkitkan
motivasi mahasiswa dalam menjawab soal
atau pertanyaan yang diberikan oleh temannya
setelah melakukan presentasi baik secara
individu maupun kelompok. Hasil belajar akan
optimal apabila ada motivasi. Makin tepat
motivasi yang diberikan akan semakin berhasil
pembelajaran tersebut (Sadirman, 2010, 84).
Berdasarkan uraian di atas, perlu
rasanya dilakukan penelitian bagimana hubungan antara nilai tugas dan keaktifan
mahasiswa di dalam kelas terhadap nilai ujian
akhir semester pada mata kuliah telaah
kurikulum matematika SMA pada jurusan
pendidikan matematika IKIP PGRI BALI pada
tahun pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Rancangan Peneliatian
Penilitian ini adalah penelitian untuk
mencari korelasional. Penelitian bertujuan
untuk melihat hubungan antara variabel satu
dengan variabel yang lain antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Rancangan
penelitian sebagai berikut
X1
Y
X2

Dengan X1 = nilai tugas mahasiswa

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

43

X2 = nilai keaktifan mahasiswa


Y = nilai akhir semester
Populasi dan Sampel
Populasi adalah himpunan dari unsuunsur sejenis (Kayon, 2012;30). Populasi yang
digunakan
adalah
mahasiswa
jurusan
pendidikan matematika semester IV di IKIP
PGRI BALI tahun pelajaran 2015/2016.
Sampel adalah sebagian dari populasi
(Arikunto, 2006). Sampel dapat merupakan
wakil populasi. Sampel pada penelitian ini
adalah mahasiswa jurusan matematika di IKIP
PGRI BALI semester IV A pada tahun ajaran
2015/2016.
Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Arikunto, 2002). Beberapa variabel yang
terlibat dalam penelitian ini adalah nilai tugastugas mahasiswa (X1), dan nilai keaktifan
mahasiswa di dalan kelas (X2)
sebagai
variabel bebas, serta nilai tes ujian akhir
semester (Y) sebagai variabel terikat.
Analisis Data
Pengujian analisis adalah untuk
mengetahui apakah data tersedia dapat
dianalisis dengan statistis paramatrik atau
tidak analisis data menggunakan regresi linear
berganda dengan model regresinya Y = a + b1
X1 + b2X2 + e , dimana Y adalah persamaan
regresi ganda, X1 adalah nilai tugas
mahasiswa, X2 adalah keaktifan mahasiswa di
dalam kelas, Y adalah nilai akhir semester,
dan e adalah faktor pengganggu di luar model
(Ridwan, 2008).
a) Uji Prasyarat Analisis
1. Uji normalitas, sebaran data dilakukan
untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak..
Uji matematika dapat diuji dengan tehnik
Kolmogorov-sminiv (Ridwan, 2008).
Dalam penelitian ini pengujian normalitas
menggunakan bantuan program SPSS,

44

yang inteprestasinya adalah bahwa jika


nilai diatas 0,05 maka distribusi data
dinyatakan memenuhi asumsi normalitas,
dan jika nilainya dibawah 0,05 maka
diinteprestasikan sebagai tidak normal.
2. Uji multikolinearitas, digunakan teloransi
atau nilai variance inflation faktor. Ini
bertujuan
untuk
menguji
apakah
ditemukan adanya korelasi antara variabel
bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel bebas. Jika variabel bebas saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini
tidak orthogonal adalah variabel bebas
yang nilai korelasi antar sesama variabel
bebas sama dengan nol. Jika nilai
teloransi lebih besar dari 0,10 maka
tidak terjadi multikolinearitas terhadap
data yang diuji dan sebaliknya.
3. Uji Homogenitas Varian dilakukan untuk
mengetahui apakah varian data yang
dibandingkan bersifat sejenis atau tidak.
Pada penelitian ini, pengujian dilakukan
dengan menggunakan rumus uji F. jika
pengujian Fhitung < Ftabel maka sampelnya
homogeny (Sujana, 2005).
b) Uji Hipotesis
Hp1. Tugas mahasiswa berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai tes ujian akhir
semester pada mata kuliah telaah kurikulum
matematika SMA.
Hp 2. keaktifan mahasiswa di dalam kelas
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
ujian akhir semester.
Hp 3. Nilai tugas dan keaktifan mahasiswa di
dalam kelas secara simultan berpengaruh
terhadap nilai tes ujian akhir semester pada
mata kuliah telaah kurikulum matematika
SMA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji hipotesis dalam penelitian ini
digunakan melalui metode statistik, adalah uji
F untuk hipotesis 3 dan uji t-tes untuk
hipotesis 1 dan hipotesis 2.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

dimana tugas-tugas mahasiswa (X1),


keaktifan
mahasiswa
(X2)
yang
digunakan sebagai variabel bebas,
sedangkan nilai tes ujian akhir semester
(Y) digunakan sebagai variabel terikat.
Diperoleh hasil persamaan regresi Y =
80,24 + 0,48 X1 + 0,34 X2

Tabel 1. Hasil uji corelasi antara x1, x2 dan Y


X1

X2

Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N

X1

X2
1

.845(**)

.804(**)

.000

.000

37

37

37

.845(**)

.941(**)

.000

.000

37

37

37

.804(**)

.941(**)

.000

.000

37
37
37
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 2. Hasil uji F


R
Adjusted R
Model
R
Square
Square
1
.941(a)
.886
.879
a Predictors: (Constant), X2, X1

Std. Error
of the
Estimate
.88333

Teknik Analisis Data


a) Uji Analisis Kleasik
Sebelum melakukan uji F dan uji t
terlebih dahulu dilakukan uji matematika,
uji homogenitas berdasarkan hasil uji
normaitas menggunakan KolmogorovSmirnov dan diperoleh bahwa nilai
signifikan adalah 0,054 yang lebih besar
darii taraf signifikan yang diberikan.
Dapat disumpulkan bahwa data variabel
pada penelitian ini berdistribusi normal.
Berdasarkan variabel bebas hasil uji
heterokedastisitas di dapatkan bahwa
variabel bebas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat
dengan taraf signifikan 0,05. Yang artinya
tidak terjadi heteroskedastisitas
b) Analisis Model Regresi
Model
yang digunakan dalam
menganalisis
pengaruh
tugas-tugas
mahasiswa, dan keaktifan mahasiswa di
dalam kelas terhadap nilai tes ujian akhir
semester adalah model linear berganda

1. Uji F (Uji Regresi)


Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh signifikan secara
simultan antara tugas-tugas
(X1),
keaktifan mahasiswa di dalam kelas (X2)
terhadap nilai ujian akhir semester (Y).
Hasil perhitungan uji F menunjukkan
bahwa nilau F hitung 0,941 lebih besar
dari taraf signifikan 0,05 sehingga H0
diterima. Yang artinya bahwa tingkat
kesalahan 0,05 pada tugas mahasiswa
(X1), keaktifan mahasiswa (X2). Secara
surultan berpengaruh signifikan terhadap
nilai tes ujian akhir semester mata kuliah
telahan kurikulum matematika SMA.
2. Uji t
Pengujia ini dilakukan untuk
menguji hipotesis kedua yaitu tugas (X1),
dan keaktifan di kelas (X2) secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap
nilai tes ujian akhir semester (Y) pada
mata
kuliah
telahan
kurikulum
matematika SMA. Diperoleh hasil
perhitungan uji t mengenai hipotesis
tugas-tugas mahasiswa
berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai tes ujian
akhir semester. Dari hasil hitungan
diperoleh nilai t sebesar 0,804 lebih besar
dari taraf signifikan 0,05 yang
menyebabkan H0 diterima dan H1 ditolak.
Yang artinya dengan tingkat kesalahan
0,05, tugas-tugas mahasiswa berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai ujian
akhir semester pada mata kuliah telaah
kurikulum matematika SMA. Begitu juga
dengan hasil perhitungan uji t untuk
hipotesis
kedua
yaitu
keaktifan
mahasiswa di dalam kelas berpengaruh

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

45

secara signifikan terhadap nilai tes akhir


semester mata kuliah telaah matematika,
ini menunjukkan nilai t hitung sebesar
0,941 dengan taraf signifikan t hitung
sebesar 0,542 yang lebih besar dari taraf
signifikan 0,05 sehingga H0 diterima dan
H1 ditolak. Yang artinya pada taraf 5%
keaktifan di kelas berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai tes ujian akhir
semester.
c) Model Regresi
Dari
hasil
analisis
resgresi
sebelumnya didapatkan bahwa kedua
variabel berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai tes ujian akhir semester
pada mata kuliah telaah kurikulum
matematika SMA. Dari hasil perhitungan
dengan persamaan regresi Y = 80,24 +
0,48 X1. Hasil analisis regresi diperoleh
nilai R = 0, 941 artinya bahwa nilai tugas
mahasiswa mempunyai hubungan yang
kuat terhadap nilai ujian akhir semerter.
juga memperoleh bahwa keakifan
mahasiswa di dalam kelas berpengaruh
terhadap nilai tes ujian akhir semester
yang ditunjukkan thitung = 0,941 dengan
taraf signifikan t hitung sebesar 0,01 lebih
kecil dari taraf signifikan 5%.
PEMBAHASAN
Nilai tes ujian akhir semester yang
diperoleh mahasiswa menunjukkan bahwa
pengerjaan tugas-tugas dengan baik dan
keaktifan mahasiswa di dalam kelas sangat
menentukan hasil yang diperoleh saat tes ujian
akhir semester. Nilai tugas yang dibuat
mahasiswa bisa ditunjukkan dengan cara
mempresentasikan makalah di depan kelas,
dan tugas secara individu yang di kerjakan di
rumah. Keaktifan mahasiswa dapat dilihat dari
seringnya ikut andil dalam berpartisifasi
menjawab pertanyaan dari penyaji atau teman
yang bertanya saat proses presentasi berjalan,
maupun menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh dosen.

46

Mahasiswa wajib membuat tugas


berkelompok dan terbagi menjadi beberapa
kelompok yang di sesuaikan dengan
banyaknya permasalahan yang diberikan
dosen di bagi dengan banyaknya jumlah
mahasiswa di kelas tersebut. Biasanya ada 8
kelompok kecil, dan tiap kelompok membuat
makalah dengan judul yang sudah ditentukan,
serta di berikan materi dan disuruh mencari
materi tambahan baik dari buku maupun dari
internet. Setiap pertemuan yang maju
mempresentasikan
makalahnya
adalah
kelopok dari urut paling kecil, disinilah
kelihatan kualitas tugas mahasiwa di dalam
mempresentasikan
makalahnya.
Setelah
presentasi berakhir, mahasiswa yang lain
diperikan kesempatan mengajukan pertanyaan
kepada penyaji, dan penyaji berusaha untuk
menjawab pertanyaan dari peserta. Disinilah
dosen bisa mengambil nilai tugas secara
individu baik dari yang bertanya maupun dari
penyaji dilihat dari keaktifan menjawab dan
bertanya
serta
kesingkrungan
antara
pertanyaan dan jawaban. Dan ada juga tugas
individu yang lain yang diberikan oleh dosen
saat sesi tanya jawab setelah permasalahan
dijelaskan.
Keaktifan mahasiswa di dalam kelas
sangat bervariasi, ada yang biasa dan ada yang
sangat antosias dalam memberikan masukan
dan jawaban berdasarkan ide-ide yang dimiliki
oleh mahasiswa untuk membuat suasana lebih
menggairahkan. Setiap mahasiswa bertanya
dan pertanyaan yang dianggap bagus, maka
mahasiwa itu akan mendapatkan nilai poin
yang akan di masukkan kedalam nilai
keaktifan di dalam kelas begitu juga dengan
mahasiswa yang menjawab pertanyaan dari
temannya dan memberikan masukan mengenai
materi yang dibahas sebelum dosen
memberikan kesimpulan juga akan diberikan
poin. Setelah perkuliahan selesai poin-poin
yang didapatkan selama proses perkuliahan
berlangsung akan diubah menjadi nilai dengan
interval penilaian. Berdasarkan hal tersebut
bahwa nilai tugas akan berpengaruh terhadap

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

nilai ujian akhir semester. Begitu juga dengan


niali keaktifan mahasiswa di dalam kelas akan
berpengaruh terhadap nilai ujian akhir
semester.
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan diperoleh bahwa pada taraf
kesalahan 0,05 nilai tugas (X1), nilai keaktifan
(X2), secara simultan berpengaruh terhadap
ujian akhir semerter dengan nilai R =0,941
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah disajikan di atas, dapat disimpulkan
beberapa hal yang terkait dengan rumusan
masalah, yaitu:
1. Pengerjaan tugas dengan baik akan
mempengaruih keaktifan mahasiswa di
kelas dalam menjawab pertanyaan dan
memberikan
tanggapan
terhadap
pertanyaan dari kelompok lain.
2. Pengerjaan tugas dan keaktifan mahasiswa
di dalam kelas berpengaruh secara simultan
terhadap hasil nilai tes ujian akhir semester
pada mata kuliah telaah kurikulum
matematika SMA.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, penelitian menentukan kedua
variabel bebas yaitu tugas dan keaktifan
mahasiswa mempengaruhi nilai ujian akhir
semester untuk mata kuliah telaah kurikulum.
Mungkin juga ada faktor-faktor lain yang juga
membengaruhi nilai ujian akhir semester
seperti motivasi, kondisi kesehatan dan yang
lainnya
Berdasarkan hasi penelitian ini para
dosen diharapkan juga dapat meningkatkan
gairah belajar siswa agar mau membuat tugastugas dengan baik dan memberikan nilai plus

bagi mahasiswa yang aktif dalam memberikan


pertanyaan dan jawaban kepada temannya saat
tugas presentasi berlangsung. Dengan semakin
aktifnya mahasiswa akan mendorong untuk
meningkatkan cara pikir yang kreatif yang
pada akhirnya akan menumbuhkan motivasi
belajar agar dalam ujian bisa menjawab soal
atau pertanyaan dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi. 2004. Menciptakan Pembelajaran
yang kreatif dan Menyenangkan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi Revisi setakan ke-5).
Jakarta. Bumi Askara.
Dahar, Ratna Wilis, 2006.
Teori-Teori
Belajar
Pembelajaran,
Penerbit
Erangga, Jakarta.
Fraenkel, J and Wallen, Norman. 2009. How
to Design and Evaluate Research in
Education.
New York : McGrawHill Companes, Inc.
Habullah.
2005.
Dasar-Dasar
Ilmu
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja grafindo
Persada.
Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum
Matematika dan Pelaksanaannya di
Dalam Kelas. Surabaya:
Usaha
Nasional.
Koyan, I W. 2012. Statistik Pendidikan Teknik
Analisis Data Kuantitatif. Universitas
Pendidikan
Ganesha Press.
Ridwan, 2008. Metode Teknik Menyusun
Tesis. Bandung Afabeta.
Rosita, 2014. Statistik Penelitian Pendidikan.
Bandung Alfabeta.
Suherman,
E,dkk.
2003.
Strategi
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer. Bandung. UPI.
Syah Muhibbin, 2005. Psikologi Belajar, PT
Raja
Grafundo
Persada,
Jakarta

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

47

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM PERSAMAAN LINIER BERWAWASAN


PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK BERORIENTASI BLENDED
LEARNING
I Wayan Sumandya
Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali
Email: iwayansumandya@yahoo.co.id
ABSTRACT
Learning Material Development Linear Equation System One and Two Variables
instrument based on Realistic Mathematics Education oriented to Blended Learning.
This study is aimed to material education the Linear Equation System One and Two
Variables instrument based on Realistic Mathematics Education oriented to Blended
Learning is order to improve student, activity dan student achievement. This present study is
was development. In this study, the Linear Equation System One and Two Variables learning
a Student Book, Teacher Guidebook and Lesson Plan are developed. This research was
conducted at SMK N 1 Denpasar. The method used are observation, questionnaire, and test
methods. In this study the validation sheet, observation sheets as enforceability of study,
questionnaire as responses of students and teachers, observation sheet for students learning
activity, and achievement test are alers mind. The data have been collected by descriptive
processed. In this study, the instrument for learning Linear Equation System One and Two
Variables that are validity, practically, and effectively.
Keywords : Realistic Mathematics Education, Blended Learning
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu ilmu
dasar merupakan mata pelajaran yang wajib
diberikan kepada setiap siswa pada setiap
jenjang pendidikan. Namun tidak dipungkiri
bahwa mata pelajaran ini masih merupakan
pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian
besar siswa. Kondisi ini mengakibatkan mata
pelajaran matematika tidak disenangi
sehingga hasil belajar matematika secara
umum menjadi rendah. Untuk mengatasi hal
ini perlu diupayakan penyajian pelajaran
matematika yang menarik, menyenangkan,
praktis dan efektif.
Sudiarta (2012) menyatakan, pembelajaran matematika harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membangun
koneksi matematika yaitu (keterhubungan)
antar berbagai konsep-konsep matematika,
maupun dengan konsep-konsep cabang ilmu
lain serta dengan kehidupan sehari-hari,
sehingga siswa dapat: (1) melihat matematika
secara terintegrasi; (2) mengeksplorasi
masalah
matematika,
mendeskripsikan

48

hasilnya dengan berbagai jenis representasi,


seperti grafis numeris, phisis, aljebrais,
maupun representasi verbal; (3) menggunakan ide matematika untuk memperluas
dan memperdalam pemahaman terhadap
konsep dan ide matematika lainya, maupun
ide dan konsep berkaitan pada cabang ilmu
lainnya; (4) menggunakan proses berpikir
dan ketrampilan modeling matematis untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada
pada cabang ilmu lainnya seperti seni, musik,
psikologi, ekonomi, sains, dan sebagainya;
(5) menghargai peranan matematika dalam
budaya dan masyarakat.
Dalam mempelajari matematika, siswa
tidak hanya bergantung pada apa yang
diajarkan, tetapi juga bagaimana siswa
belajar dalam pembelajaran matematika.
Depdiknas (2007) Tentang Standar Proses
menekankan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi siswa dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman
latar belakang dan karakteristik siswa, serta

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang


bermutu, maka proses pembelajaran harus
fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar.
Salah satu pembelajaran matematika
yang menghubungkan permasalahan matematika dengan permasalahan kontekstual
adalah pendidikan matematika realistik
(Sembiring, 2008). Pendidikan matematika
realistik ini dikembangkan oleh Institut
Freudenthal sejak tahun 1971 yang dikenal
dengan nama RME (Realistic Mathematics
Education) dengan ide bahwa matematika
adalah aktivitas manusia dan matematika
harus
dihubungkan
dengan
masalah
kontekstual, dimana masalah kontekstual
digunakan sebagai titik awal untuk
pengembangan ide dan konsep matematika.
Disamping
dengan
pendidikan
matematika realistik, setiap individu siswa
memerlukan cara yang berbeda untuk
memahami apa yang telah dipelajari. Wasis
(2011) menyatakan blended learning adalah
pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran online dan pembelajaran offline
secara harmonis (Wasis, 2011). Munir (2010)
menyatakan keuntungan penggunaan internet
dalam pembelajaran adalah guru dapat
penyediakan bahan-bahan pembelajaran di
situs internet sehingga secara langsung dapat
diakses oleh siswa dan siswa juga dapat
memperkaya bahan-bahan pembelajaran
yang telah ada dengan mencari informasi
yang dibutuhkan di situs lain yang terdapat
pada internet. Berdasarkan keuntungan
tersebut pembelajaran blended learning
merupakan pembelajaran yang baik diterapkan di sekolah khususnya di SMK,
mengingat pembelajaran di SMK harus
dikaitkan dengan vocasional yang mereka
tekuni, khususnya di SMK Teknologi
Informatika.
Dari apa yang sudah diuraikan di atas,
penulis mengadakan suatu penelitian yang
berjudul: Pengembangan Bahan Ajar Sistem
Persamaan Linier Berwawasan Pendidikan
Matematika Realistik Berorientasi Blended
Learning. Dalam penelitian ini, penulis
mengembangkan suatu bahan ajar sistem
persamaan linier satu dan dua variabel yang

digunakan oleh siswa dan guru kelas X


SMK. Adapun bahan ajar yang dikembangkan adalah Buku Siswa, Buku Petunjuk Guru
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian pengembangan, dan dalam penelitian ini dikembangkan bahan ajar sistem persamaan linier
satu dan dua variabel berwawasan pendidikan matematika realistik berorientasi
blended learning untuk siswa dan guru kelas
X Sekolah Menengah Kejuruan. Produk yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahan
ajar sistem persamaan linier satu dan dua
variabel berwawasan pendidikan matematika
realistik berorientasi blended learning yang
berkualitas valid, praktis, dan efektif.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1
Denpasar Bali tahun pelajaran 2015/2016.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini
adalah disesuaikan dengan tahapan-tahapan
penelitian, teknik pengambilannya menggunakan purposive sampling, hal ini dalukan
karena dalam penelitian pengembangan yang
terpenting adalah menemukan kekurangan
dan mendapatkan saran untuk perbaikan dari
bahan ajar yang dikembangan. Penelitian ini
mengikuti prosedur pengembangan Plomp
yang terdiri dari 3 fase yaitu: Preliminary
research, Prototyping, dan Assessment.
Aspek yang dinilai dalam penelitian ini
adalah aspek validitas (validity), aspek
kepraktisan
(practically),
dan
aspek
keefektifan (effectivenees). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1)
lembar validasi bahan ajar untuk mengukur
validitas konstruks dari pakar; (2) lembar
pengamatan keterlaksanaan bahan ajar; (3)
angket respons siswa dan guru terhadap
bahan ajar untuk mengukur kepraktisan
bahan ajar yang dikembangkan; (4) lembar
pengamatan
aktivitas
siswa
selama
pembelajaran; dan (5) tes hasil belajar
matematika untuk mengukur keefektifan
bahan ajar yang dikembangkan. Data yang
telah dikumpulkan diolah secara deskriptif.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

49

Validitas Bahan ajar


Validitas bahan ajar diukur dari
validitas isi dan validitas konstruks. Validitas
isi dilihat dari proses pengembangan dari
kesesuaian bahan ajar yang dikembangkan
dengan teori yang mendukung, yang dinilai
oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian ini
validitas konstruks dilihat berdasarkan
keterkaitan dan kesesuaian komponen yang
ada dalam bahan ajar dengan teori
pembelajaran yang dipakai sebagai landasan.
Validitas konstruks dari bahan ajar ini
ditentukan berdasarkan pendapat pakar dari
Universitas Ganesha Singaraja. Untuk
menguji validitas konstruks, masing-masing
pakar diberikan lembar validitas, dimana
pada lembar validitas tersebut memuat
beberapa aspek yang meliputi: karkateristik
bahan ajar dan isi bahan ajar. Dalam lembar
validasi pendapat validator dikategorikan

menjadi empat skala penilaian, yaitu: sangat


baik (skor 4), baik (skor 3), kurang (skor 2),
sangat kurang (skor 1). Masing-masing pakar
kemudian menilai seberapa besar kesesuaian
antara bahan ajar dan aspek-aspek yang
terdapat pada lembar validasi, dengan
mencentang salah satu skala penilaian yang
tertera pada kolom lembar validasi. Untuk
melihat validasi konstruks bahan ajar yang
dikembangkan dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut, skor yang diperoleh: (1)
terlebih dahulu ditentukan rata-ratanya; (2)
rata-rata skor yang diperoleh dari masingmasing validator dijumlahkan, dan kemudian
dirata-ratakan kembali sampai diperoleh ratarata skor total; (3) validitas bahan ajar
ditentukan dengan mengkonversi rata-rata
skor total menjadi nilai kualitatif dengan
menggunakan kriteria berikut (Sadra, 2007).

Tabel 1. Konversi Kevalidan Bahan ajar


Skor
Kriteria
3,5 Sr 4,0
Sangat valid
2,5 Sr < 3,5
Valid
1,5 Sr < 2,5
Tidak valid
1,00 Sr < 1,5
Sangat tidak valid
Kepraktisan Bahan ajar
Kepraktisan
bahan
ajar
diukur
berdasarkan keterlaksanaan bahan ajar di
kelas. Data mengenai kepraktisan bahan ajar
yang dikembangkan diperoleh dari hasil
pengamatan keterlaksanaan bahan ajar pada
saat pembelajaran berlangsung, angket
respons guru terhadap Buku Siswa, Buku
Petunjuk Guru, dan RPP, serta angket
respons siswa terhadap Buku Siswa. Pengamatan keterlaksanaan bahan ajar dilakukan
dengan mengamati tiap-tiap aspek yang
terdapat pada lembar pengamatan pada tiap
pertemuan. Dalam lembar pengamatan
keterlaksanaan pembelajaran, lembar respons
guru, dan lembar respons siswa penilainnya
dikategorikan,
menjadi
empat
skala
penilaian, yaitu: sangat baik (skor 4), baik

50

(skor 3), kurang (skor 2), sangat kurang (skor


1). Di mana penilaian pada masing-masing
aspek yang diamati dilakukan dengan
mencentang satu skala penilaian yang telah
tersedia pada kolom lembar tersebut. Angket
respons guru dan angket respons siswa
masing-masing diberikan kepada para guru
dan siswa di akhir kegiatan uji coba. Baik
buruknya respons guru maupun respons
siswa dapat dilihat dari skala penilaian yang
dicentang pada masing-masing aspek yang
terdapat pada angket tersebut.
Data yang diproleh kemudian dianalisis
dan untuk melihat nilai kepraktisan bahan
ajar yang telah dikembangkan, nilai rata-rata
skor
yang
diperoleh
dikonversikan
berdasarkan kriteria sebagai berikut (Sadra,
2007).

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

Tabel 2. Konversi Kepraktisan Bahan ajar


Skor
Kriteria
3,5 Sr 4,0
Sangat praktis
2,5 Sr < 3,5
Praktis
1,5 Sr < 2,5
Tidak praktis
1,00 Sr < 1,5
Sangat tidak praktis
Efektivitas Bahan ajar
Efektivitas bahan ajar diukur berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan ajar yang dikembangkan. Untuk menilai keefektipan bahan ajar
dilakukan dengan mengumpulkan data
aktivitas siswa pada setiap pertemuan dan
skor tes hasil belajar yang diberikan kepada
siswa
setelah
mengikuti
kegiatan
Tabel 3. Konversi Tes Hasil Belajar
Skor
X < 76,00
X 76,00

pembelajaran dengan bahan ajar yang telah


dikembangkan dengan menggunakan tes
hasil belajar berbentuk soal uraian.
Untuk melihat nilai keefektifan bahan
ajar yang dikembangkan berdasarkan data tes
hasil
belajar,
maka
data
tersebut
dikonversikan berdasarkan kriteria sebagai
berikut.

Kriteria
Kurang
Baik

Pada lembar aktivitas siswa selama


pembelajaran, penilainnya dikategorikan
menjadi empat skala penilaian, yaitu: sangat
baik (skor 4), baik (skor 3), kurang (skor 2),
sangat kurang (skor 1). Masing-masing aspek
yang diamati pada lembar aktivitas siswa
terdiri empat deskriptor. Data yang diperoleh

dari hasil pengamatan terhadap aktivitas


siswa selama kegiatan pembelajaran juga
dianalisis untuk menilai efektivitas bahan
ajar yang dikembangkan, nilai rata-rata skor
yang diperoleh dikonversikan berdasarkan
kriteria berikut (Sadra, 2007).

Tabel 4. Konversi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran


Skor
Kriteria
3,5 Sr 4,0
Sangat aktif
2,5 Sr < 3,5
Aktif
1,5 Sr < 2,5
Tidak aktif
1,00 Sr < 1,5
Sangat tidak aktif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Validitas Bahan ajar
Validator yang melakukan validasi
terhadap bahan ajar yang dikembangkan
terdiri dari dua orang ahli yaitu: Dr. I Wayan
Tabel 5. Rekapitulasi Validitas Bahan ajar
No.
Bahan ajar
1.
Buku Siswa
2.
Buku Petunjuk Guru
3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sadra, M.Ed dan Prof. Dr. I Made Ardana,


M.Pd yang merupakan pakar berasal dari
Universitas Pendidikan Genesha Singaraja.
Adapun skor rata-rata hasil validasi.

Rata-rata
3,2
3,3
3,3

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

Kriteria
Valid
Valid
Valid

ISSN 2302-2124

51

Berdasarkan tabel di atas, dapat


diketahui bahwa semua bahan ajar yang telah
dibuat sudah memenuhi aspek kevalidan. Hal
ini ditunjukkan pada nilai rata-rata Buku
Siswa diperoleh sebesar 3,2 yang menunjukkan bahwa buku siswa memiliki kreteria
valid. Buku Petunjuk Guru dan RPP
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,3 yang
mengindikasikan bahwa kedua bahan ajar itu
juga memenuhi kreteria Valid.
Kepraktisan Bahan ajar
Kepraktisan
bahan
ajar
dalam
penelitian ini dinilai berdasarkan pada

keterlaksanaan pembelajaran menggunakan


bahan ajar yang dikembangkan selama
kegiatan pembelajaran matematika berlangsung di kelas.
Pengamatan keterlaksanaan bahan ajar
diamati oleh dua orang pengamat, dimana
pengamat I merupakan koordintor tim
matematika di SMK N 1 Denpasar,
sedangkan pengamat II adalah peneliti
sendiri. Rekapitulasi mengenai hasil pengamatan keterlaksanaan bahan ajar dalam
pembelajaran disajikan pada tabel berikut.

Tabel 6. Rekpitulasi Data Hasil Pengamatan Bahan ajar


No.
Pengamatan
Pengamat 1
Pengamat 2
1. Uji Coba Terbatas
2,8
2,8
2. Uji Coba Lapangan 1
3,3
3,3
3. Uji Coba Lapangan 2
3,6
3,6
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai
rata-rata skor mulai dari uji coba terbatas
hingga uji coba lapangan 2. Dalam penelitian
ini, uji coba hanya dilakukan sampai uji coba
lapangan 2. Terlihat bahwa skor rata-rata
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran
pada uji coba terbatas diperoleh hasil sebesar
2,8 jadi bahan ajar yang dikembangkan
termasuk dalam kriteria praktis, pada uji
coba lapangan 1 diperoleh hasil sebesar 3,3
bahan ajar yang dikembangkan termasuk

Total
2,8
3,3
3,6

Kriteria
Praktis
Praktis
Sangat Praktis

dalam kriteria praktis, sedangkan skor ratarata pada uji coba lapangan 2 diperoleh hasil
sebesar 3,6 hal ini mengindikasikan bahan
ajar yang dikembangkan termasuk kriteria
sangat praktis. Data mengenai respons siswa
diisi oleh 6 orang siswa pada uji coba
terbatas, 40 siswa pada uji coba lapangan 1,
dan 40 orang siswa pada uji coba lapangan 2.
Adapun rekapitulasi mengenai respons siswa
terhadap bahan ajar disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 7. Rekpitulasi Data Respons Siswa Terhadap Bahan ajar


No.
RataKriteria
Pengamatan
Rata
1. Uji Coba Terbatas
3,0
Praktis
2. Uji Coba Lapangan 1
3,3
Praktis
3. Uji Coba Lapangan 2
3,4
Praktis
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai
rata-rata mulai dari uji coba terbatas hingga
uji coba lapangan 2. Terlihat bahwa skor
rata-rata respons siswa terhadap bahan ajar
pada uji coba terbatas, uji coba lapangan 1
dan uji coba lapangan 2 terletak pada interval
52

2,5 Sr < 3,5 hal ini mengindikasikan bahan


ajar yang dikembangkan termasuk kriteria
praktis. Data mengenai respons guru
terhadap bahan ajar diisi oleh guru yang
melaksanakan pembalajaran saat uji coba
terbatas, uji coba lapangan 1, dan uji coba
lapangan 2. Adapun rekapitulasi mengenai

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

respons guru terhadap bahan ajar disajikan

pada tabel berikut.

Tabel 8. Rekpitulasi Data Respons Guru Terhadap Bahan ajar


No.
RataKriteria
Pengamatan
Rata
1.
Uji Coba Terbatas
3,2
Praktis
2.
Uji Coba Lapangan 1
3,5
Sangat Praktis
3.
Uji Coba Lapangan 2
3,6
Sangat Praktis
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai
rata-rata mulai dari uji coba terbatas hingga
uji coba lapangan 2. Terlihat bahawa skor
rata-rata respons guru terhadap bahan ajar
pada uji coba terbatas diperoleh hasil sebesar
3,2 hal ini mengindikasikan bahan ajar yang
dikembangakan termasuk kriteria praktis,
sedangkan uji coba lapangan 1 dan uji coba
lapangan 2 skor rata-rata respons guru
terhadap bahan ajar terletak pada interval 3,5
Sr 4,0 ini mengindikasikan bahwa bahan
ajar yang dikembangakan menurut respons
guru termasuk keriteria sangat praktis.
Efektivitas Bahan ajar
Untuk menilai keefektifan terhadap
bahan ajar yang dikembangkan dilakukan
dengan pengamatan aktivitas siswa selama
pembelajaran dan pemberian tes hasil belajar.

Pengamatan dilakukan selama proses


pembelajaran berlangsung oleh koordinator
tim matematika dan peneliti mengenai
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan tes hasil belajar diberikan
setiap akhir kegiatan uji coba dengan materi
yang diujikan mencakup keseluruhan tentang
sistem persamaan linier. Masing-masing
kegiatan asesmen tersebut diuraikan sebagai
berikut.
Aktivitas siswa diamati oleh 2 orang
pengamat, dimana pengamat 1 merupakan
koordinator tim matematika di SMK N 1
Denpasar dan pengamat 2 adalah peneliti.
Pengamatan dilakukan selama kegiatan
pembelajaran pada masing-masing pertemuan dan rangkuman skor rata-rata dari
kedua pengamat dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 9 Rekpitulasi Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran


No.
Pengamatan
Pengamat 1
Pengamat 2
Total
Kriteria
1. Uji Coba Terbatas
3,4
3,4
3,4
Aktif
2. Uji Coba Lapangan 1
3,4
3,4
3,4
Aktif
3. Uji Coba Lapangan 2
3,6
3,6
3,6
Sangat Aktif
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa
pada uji coba terbatas dan uji coba lapangan
1 skor rata-rata berada pada rentang 2,5 Sr
< 3,5, maka aktivitas siswa selama
pembelajaran termasuk kriteria aktif, hal ini
menunjukkan bahwa bahan ajar yang
diterapkan mampu membuat siswa aktif
dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan
pada uji coba lapangan 2 skor rata-rata
berada pada rentang 3,5 Sr 4,0 maka,
aktivitas
siswa
selama
pembelajaran
termasuk kriteria sangat aktif, hal ini

menunjukkan bahwa bahan ajar yang


diterapakan dalam pembelajaran secara
keseluruhan mampu meningkatkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran.
Rangkuman skor tes hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan bahan ajar yang telah
dikembangkan dalam penelitian ini baik pada
uji coba terbatas, uji coba lapangan 1,
maupun uji coba lapangan 2 secara
keseluruhan disajikan pada tabel berikut.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

53

Tabel 10. Rekpitulasi Data Tes Hasil Belajar


No.
Pengamatan
Interval
Skor Siswa
X < 76
0
1. Uji coba terbatas
X 76
6
X < 76
0
2. Uji coba lapangan 1
X 76
40
X < 76
0
3. Uji coba lapangan 2
X 76
40
Jika X < 76 maka kriterianya kurang
baik, sebaliknya jika X 76 maka termasuk
kriteria baik.
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa tidak ada satupun siswa
yang mendapatkan nilai di bawah 76, maka
dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa yang
dijadikan
sebagai
subjek
penelitian
dinyatakan tuntas. Nilai rata-rata yang
diperoleh seluruh siswa pada uji coba
terbatas diperoleh hasil sebesar 80,5, rata-rata
pada uji coba lapangan 1 diperoleh hasil
sebesar 85,2 dan rata-rata pada uji coba
lapangan 2 diperoleh hasil sebesar 88,5.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas
siswa selama kegiatan pembelajaran dan
berdasarkan skor tes hasil belajar yang
diperoleh masing-masing siswa baik dalam
uji coba terbatas, uji coba lapangan 1,
maupun uji coba lapangan 2, dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar yang
dikembangkan telah memenuhi kriteria
keefektifan karena mampu meningkatkan
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa selama
kegiatan uji coba berlangsung.
Sehingga dalam penelitian ini diperoleh
bahan ajar sistem persamaan linier satu dan
dua variabel berwawasan pendidikan
matematika realistik berorientasi blended
learning yang berkualitas valid, praktis, dan
efektif. Adapun karakteristik pembelajarannya adalah: (1) menggunakan masalah
kontekstual (the use of context), yang
memiliki
pengertian
bahwa
masalah
kontekstual berfungsi untuk memanfaatkan
realitas sebagai sumber aplikasi matematika.
Selain itu juga untuk melatih kemampuan
siswa
khususnya
dalam
menerapkan
matematika pada situasi nyata; (2) menggunakan berbagai model (the use of models),

54

Persentase
0%
100%
0%
100%
0%
100%

yang memiliki pengertian bahwa istilah


model berkaitan dengan model matematika
yang merupakan jembatan bagi siswa dari
situasi informal ke formal; (3) kontribusi
siswa (student contributions), dimana siswa
diberi kesempatan untuk mengembangkan
strategi-strategi informal dalam menyelesaikan masalah yang dapat mengarahkan
mereka pada pengkontribusian prosedur
pemecahan,
dengan
bimbingan
guru
diharapkan siswa bisa menemukan kembali;
(4) interaktivitas (interactivity), dimana
interaksi antara siswa dengan siswa, siswa
dengan guru serta siswa dengan bahan ajar
juga harus ada dalam pembelajaran. Bentukbentuk interaksi misalnya diskusi, penjelasan, persetujuan, pertanyaan, dan sebagainya
digunakan
untuk
mencapai
bentuk
pengetahuan matematika formal dari bentukbentuk pengetahuan matematika informal
yang ditentukan sendiri oleh siswa; (5)
keterkaitan (intertwining), struktur dan
konsep
matematika
saling
berkaitan,
biasanya pembahasan suatu topik (unit
pelajaran)
harus
dieksplorasi
untuk
mendukung terjadinya proses pembelajaran
yang lebih bermakna; (6) kombinasi pembelajaran online dan offline (face to face).
Sedangkan karakteristik bahan ajarnya
adalah: (1) karekateristik Buku Siswa:
disusun secara sistematis, berisi tentang
petunjuk penggunaan buku, peta konsep,
kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan
pembelajaran, urutan isi materi di awali
dengan memberikan suatu permasalahan
realistik pada siswa, berisi beberapa
pertanyaan yang didiskusikan oleh siswa,
kegiatan diskusi ini dilakukan secara online
mauapun secara offline sehingga siswa
diarahkan menuju pemahaman konsep secara

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

formal, berisi beberapa soal latihan yang


sifatnya untuk menguatkan konsep yang telah
dipahami siswa, serta bersisi daftar pustaka;
(2) karakteristik Buku Petunjuk Guru:
disusun
secara
sistematis,
adanya
pendahuluan yang mengambarkan isi buku,
petunjuk penggunaan buku, peta konsep,
kompetensi inti, kompetensi dasar, dan
tujuan pembelajaran mengenai pembelajaran
yang dibahas dalam Buku Siswa, memuat
seluruh isi buku siswa sehingga dalam
pembelajaran guru tidak perlu membawa
buku siswa, halaman buku siswa yang terkait
dengan kegiatan pembelajaran tertulis pada
buku guru, tercantum kunci jawaban dari
permasalahan yang diberikan di buku siswa
dan tercantum petunjuk
pelaksanaan
pembelajaran yang disesuaikan dengan
karakteristik pendidikan matematika realistik
berorientasi blended learning, serta berisi
daftar pustaka; (3) Karakteristik Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran: disusun secara
sistematis, adanya peta konsep, indentitas
RPP, alokasi waktu, kompetensi inti,
kompetensi
dasar,
indikator,
tujuan
pembelajaran,
nilai
karakter,
materi
pembelajaran sesuai dengan buku siswa,
metode
pembelajaran
(pendidikan
matematika realistik berorientasi blended
learning), langkah-langkah pembelajaran
(sesuai dengan karakteristik pendidikan
matematika realistik berorientasi blended
learning), sumber belajar (Buku Siswa dan
Internet), alat belajar, instrumen penilaian,
kunci jawaban dari instrumen penilaian,
pedoman penskoran, program remedial dan
pengayaan serta tidak lanjut setelah
pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini telah berhasil mengembangkan bahan ajar sistem persamaan linier
satu dan dua variabel berwawasan
pendidikan matematika realistik berorientasi
blended learning yang berkualitas valid,
prkatis, dan efektif. Adapun karakteristik
pembelajarannya
adalah
menggunakan
masalah kontekstual, menggunakan berbagai
model, kontribusi siswa, interaktivitas,

keterkaitan, serta kombinasi pembelajaran


online dan offline. Sedangkan karakteristik
bahan ajarnya adalah: bahan ajar disusun
secara sistematis, berisi tentang petunjuk
penggunaan buku, peta konsep, kompetensi
inti, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran,
urutan isi materi di awali dengan
memberikan suatu permasalahan realistik,
tugas-tugas yang diberikan didiskusikan
melalui pembelajaran online dan offline,
latihan soal yang diberikan sifatnya untuk
menguatkan konsep yang telah dipahami
siswa, langkah-langkah pembelajaran pada
buku guru berada disebelah kiri buku siswa,
dan kunci jawaban disesuaikan dengan
permasalahan yang ada pada buku siswa.
Berdasarkan simpulan di atas dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1)
bahan ajar yang dihasilkan masih perlu
diujicobakan di sekolah-sekolah lain dengan
berbagai kondisi agar diperoleh bahan ajar
yang benar-benar berkualitas; (2) bagi pihak
yang ingin menerapkan bahan ajar yang telah
dikembangkan dalam penelitian ini, maka
sebisa mungkin dianalisis kembali untuk
disesuaikan penerapannya, terutama dalam
penyediaan sarana dan prasarana serta
karakteristik siswa yang ada pada sekolahsekolah tempat bahan ajar ini akan
diterapkan; (3) pembelajaran di SMK sebisa
mungkin
menggunakan
permasalahan
matematika realistik, agar siswa dapat
menyelesaikan permasalahan realistik yang
akan dihadapi sehingga pembelajaran
matematika akan menjadi lebih bermakna
bagi siswa; (4) pembelajaran di SMK sebisa
mungkin
memanfaatkan
teknologi,
khususnya internet sebagai sumber belajar,
karena dalam internet terdapat beberapa
materi dan contoh-contoh yang berbeda,
sehingga siswa mempunyai lebih banyak
pengalaman tentang suatu materi yang
dipelajari.
DAFTAR RUJUKAN
Ardana. 2007. Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI). Makalah
disajikan dalam Seminar Matematika

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

55

Regional Bali. Universitas Pendidikan


Ganesha. Singaraja 26 Nopember 2007.
Budiningsih, A. 2004. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas, 2006. Permen Diknas No 23
Tahun 2007, Tentang Kelulusan
Pendidikan.
Depdiknas, 2007. Permen Diknas No 41
Tahun 2007, Tentang Standar Proses
Pendidikan.
Degeng. 2011. Pembelajaran Berorientasi
Blended Learning. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Hadi, Sutarto. 2005. Pendidikan Matematika
Realistik
dan
Implementasinya.
Banjarmasin: Tulip.
Munir. 2010. Kurikulum Berorientasi
Teknologi Informasi Dan Komunikasi.
Bandung: alfabeta.
Nieveen, N., McKenney, S., van den
Akker.2006.Educational
Design
Research dalam Educational Design
Research. New York : Routledge
Plomp. 2010. Educational Design Research
: An Introduction, dalam An
Introduction
to
Educational
Research. Enschede, Netherland :
National Institute for Curriculum
Development.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grasindo Persada.
Riduwan. 2010. Dasar-Dasar Statistika.
Bandung: Afabeta.
Sembiring, R.K. 2008. Apa dan Mengapa
PMRI, Majalah Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia, Volume VI, No. 4,
Oktober 2008 (hlm. 60-61). Bandung.
Sadra.
2007.
Pengembangan
model
pembelajaran matematika ber-wawasan
lingkungan dalam pelatihan guru kelas I
SD. Desertasi (tidak diterbitkan).
Universitas Negeri Surabaya.
Sadiman, Arief S.(dkk). 2009. Media
Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Sukarno. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Magelang: Media Perkasa Surakarta.

Suharta.
2012.
Penelitian
Desain
Pembelajaran.
Makalah
(tidak
diterbitkan) Universitas Pendidikan
Ganesha.
Wasis,
Dwiyogo.
2011.
Merancang
Pembelajaran Dengan Mind Manager
Pro 7. Malang: Universitas Negeri
Malang.

Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian.


Alfabeta: Bandung.
56

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA


MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SAINTIFIK
I Made Surat
Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali
email: madesurat@gmail.com
ABSTRACT
The Formation of Character and Logical Thinking Skills of Students through the learning of
Mathematics-based Scientific
This article aim to examine the role of mathematics conceptually based scientific in
character building and the ability to think logically. Characteristics of mathematics as deductive
science and integrated already contain character rules such as; honestly, objectivity,
responsibility, thoroughness, perseverance, cooperation, independence and creative.
Mathematics as deductive science could use as vehide to train logical thinking, rational,
systematic and consistant also obey the principle. Mindset like this is very usefull as a basic of
scientific thinking, studying the exact sciences and other social sciences. Through scientific
mathematics learning, students ability in problem solving and find the patterns also innovate
will bi trained.
Keywords: Character, logical thinking, scientific
PENDAHULUAN
Proses pendidikan di Indonesia ternyata
belum
berhasil
membangun
manusia
Indonesia yang berkarakter. Merosotnya
moral bangsa Indonesia mulai dari anak usia
sekolah sampai kepada pejabat negara
menjadi fenomena yang sangat meresahkan
negara ini. Gagalnya pendidikan untuk
menciptakan individu yang berkarakter,
bukan hanya di Indonesia, Thomas Lickona
(dalam Kemendiknas, 2010) mengatakan
bahwa kebutuhan akan pendidikan karakter
juga terjadi di USA pada saat memasuki abad
21. Pendidikan di Indonesia bisa dikatakan
masih belum berjalan dengan optimal.
Lembaga-lembaga pendidikan belum mampu
menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Bahkan pendidikan nasional pun
dinilai gagal membangun karakter bangsa.
Hal ini terbukti dari rendahnya nilai hasil
ujian nasional, terutama nilai mata pelajaran
matematika (Hanafi, 2006). Matematika
merupakan sarana berpikir ilmiah dan
berperan dalam perkembangan ilmu eksakta,

juga ilmu-ilmu sosial. Pembelajaran matematika bertujuan mengembangkan pola pikir


logis, rasional, kritis, kreatif, sistematis, dan
praktis hingga kini belum terwujud secara
maksimal. Padahal pengalaman belajar
matematika telah didapatkan siswa sejak
pendidikan dasar dan upaya peningkatan
mutu pendidikan khususnya matematika
telah dilakukan seperti pengembangan dan
pembaharuan
kurikulum,
peningkatan
kualitas guru, dan kegiatan melengkapi
sarana dan prasarana.
Melaksanakan pembelajaran matematika
berbasis saintifik harus diawali dengan
perubahan pola berpikir baik dari guru, siswa
dan tenaga kependidikan serta masyarakat
bahwa: (1) guru dan buku bukan satu-satunya
sumber belajar (2) kelas bukan satu satunya
tempat belajar, belajar dapat dari lingkungan
(3) guru mengajak siswa mencari tahu bukan
memberi tahu (4) membuat siswa suka
bertanya bukan guru yang sering bertanya (5)
menekankan pentingnya kolaborasi (guru dan
siswa
adalah
rekan
belajar)
(6)

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

57

mengutamakan proses dari pada hasil (7)


perubahan peran dari teaching ke tutoring
(8) siswa memiliki kekhasan masing masing
(Permendikbud No. 66). Pembelajaran
matematika berbasis saintifik bertujuan
untuk mempersiapkan siswa agar kreatif dan
berani berinovasi. Keahlian untuk membangun
ide-ide inovatif adalah keahlian kognitif dan
berpikir asosiasi. Alasan yang lebih penting
adalah agar siswa siswa lebih sering
melakukan keahlian berperilaku
yaitu
bertanya, melakukan pengamatan, melakukan
jejaring dan melakukan eksperimen (Dyers,
2011: 27). Peran guru sebagai fasilitator harus
mampu mengemas kegiatan pembelajaran
matematika menjadi efektif, efisien, ilmiah
dan menyenangkan. Kegiatan pembelajaran
matematika diharapkan dapat membekali
siswa agar memiliki kesiapan untuk
menghadapi
tantangan
kehidupan
di
masyarakat dalam memecahkan masalah
yang cepat dan tepat, memiliki karakter yang
baik dan kemampuan berpikir logis yang
handal.
The Character Education Partnership
di Amerika Serikat menyuarakan standarstandar untuk pendidikan karakter yang
berkualitas dalam Eleven Principles of
Effective Character Education dan Character
Education Quality Standards. Standar-standar
tersebut memuat agenda nilai-nilai yang
eksplisit, dan implementasi lingkup sekolah.
Selain itu, mengangkat hubungan-hubungan
positif dan motivasi intrinsik, mendefinisikan
karakter secara komprehensif, membangun
kemitraan dengan para orang tua dan
masyarakat, serta bersifat terdukung-data.
Sejauh ini, jarang ditemukan sekolah yang
memenuhi keseluruhan dari standar- standar
tersebut (Wahyudin, 2013). Pembentukan
karakter pada siswa bukan suatu hal yang
mudah dan cepat tetapi membutuhkan upaya
yang komprehensif. Untuk itu harus ditopang
dengan sistem pendidikan karakter di
sekolah-sekolah. Pemerintah mengupayakan
kurikulum yang berkarakter mulai tahun

58

2010-2014 dimana pendidikan karakter bukan


hanya tugas satu mata pelajaran saja seperti
Pendidikan Kewarga Negaraan namun
melibatkan semua mata pelajaran yang ada di
sekolah termasuk
matematika.
Dalam
mempelajari matematika, berpikir menjadi
pokok
penting. Pelajaran
matematika
mengharuskan
setiap
siswa
memiliki
kemampuan memahami rumus, berhitung,
menganalisis,
mengelompokkan
objek,
membuat alat peraga, membuat model
matematika, dan lain-lain. Kegiatan tersebut
tidak hanya memerlukan kegiatan berpikir
biasa
(konvergen),
tetapi
dibutuhkan
kemampuan berpikir tinggi (divergen).
Kenyataannya banyak sekolah-sekolah yang
mempunyai kemampuan berpikir siswa
masih terbilang rendah. Sebagai contoh
siswa merasa kebingungan untuk melakukan
pengelompokan unsur yang diketahui dalam
soal, langkah awal pengerjaan soal, kesalahan
dalam melakukan operasi matematika, dan
monoton terhadap contoh soal yang diberikan
oleh gurunya. Matematika sebagai induk dari
ilmu pengetahuan berperan penting baik
sebagai alat bantu, ilmu, pembimbing pola
pikir maupun pembentuk sikap, oleh sebab itu
proses pembelajaran matematika harus dapat
dilakukan dengan baik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Handoko (2013:189) yang
menyatakan bahwa matematika dapat
difungsikan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang sistematis, logis, kreatif,
disiplin, dan kerjasama yang efektif dalam
kehidupan yang modern dan kompetitif. Hal
ini
mengharuskan
guru
agar
dapat
menciptakan pembelajaran matematika yang
efektif dan efisien dengan strategi dan
pemilihan model pembelajaran yang tepat.
Hudoyo (dalam Tarhadi, 2007: 102)
mengatakan bahwa pengembangan dalam
penalaran matematika akan mengembangkan
pula pola berpikir logis, dan hal ini dapat
ditransfer ke penalaran ilmu-ilmu yang lain.
Hal ini memberikan gambaran bahwa
matematika sangat penting untuk menum-

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

buhkan penataan nalar atau kemampuan


berpikir logis siswa yang berguna dalam
mempelajari ilmu pengetahuan maupun dalam
penerapan matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Suriasumantri (dalam Nimatus,
2011: 27) mengatakan bahwa salah satu
kemampuan
yang erat kaitannya dengan
pemecahan masalah matematika adalah
kemampuan berpikir logis, yaitu kemampuan
menemukan suatu kebenaran berdasarkan
aturan, pola atau logika tertentu.
B. Pembentukan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional
(2010), mendefinisikan karakter sebagai
berikut: Karakter adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Berkowitz (1997) mendefinisikan karakter
sebagai: an individuals set of psychological
characteristics that affect that persons
ability and inclination to function morally,
yang
dapat
diartikan
sehimpunan
karakteristik psikologis seseorang yang
mempengaruhi kemampuan dan kecenderungan orang itu untuk berfungsi secara
moral. Karakter terdiri atas karakteristik
yang mengarahkan seseorang untuk berbuat
sesuatu yang benar atau untuk tidak
melakukan sesuatu yang benar dan ini
berperan sebagai definisi global karakter.
Megawangi
(dalam
Syarbini
(2012:16)), pendidikan karakter adalah
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan seharihari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Samani dan Hariyanto (2012: 45) menyatakan
bahwa pendidikan karakter adalah proses
pemberian tuntutan kepada peserta didik untuk
menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter
dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan
karsa. Daryanto dan Darmiyatun (2013: 42)

menjelaskan bahwa pendidikan karakter bukan


sekedar mengajarkan mana yang benar dan
mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan
karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga
peserta didik menjadi faham (kognitif)
tentang mana yang benar dan mana yang
salah, serta mampu merasakan (afektif) nilai
yang baik dan biasa melakukannya
(psikomotor).
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak,
atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak. Interaksi seseorang
dengan orang lain menumbuhkan karakter
masyarakat dan karakter bangsa. Pengembangan karakter bangsa mulai dilakukan
melalui pengembangan karakter individu
dalam lingkungan sosial dan budaya di
sekitarnya.
Thomas
Lickona
(dalam
Kemendiknas, 2010) menyatakan bahwa pada
tingkat sederhana pendidikan karakter
bertujuan supaya anak dapat membedakan
baik dan buruk, benar dan salah serta
melakukan apa yang mereka yakini benar.
Berdasarkan grand design yang
dikembangkan
Kemendiknas,
secara
psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu
merupakan fungsi dari seluruh potensi
individu manusia (kognitif, afektif, konatif,
dan psikomotorik) dalam konteks interaksi
sosial kultural (dalam keluarga, sekolah,
dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang
hayat. Proses pendidikan karakter didasarkan
pada totalitas psikologis yang mencakup
seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas
sosiokultural dalam konteks interaksi dalam
keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Totalitas psikologis dan sosiokultural dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

59

1) Olah Hati (spiritual & emotional


development) Beriman dan bertakwa,
jujur, amanah, bertanggung jawab,
berempati, berani mengambil resiko
pantang menyerah, rela berkorpan,
dan berjiwa patriotik.
2) Olah Pikir (intellectual development) Cerdas, kritis, inovatif, ingin
tahu, berpikir terbuka, produktif,
berorientasi Ipteks, dan reflektif.
3) Olah raga (physical & kinesthetic
development) Bersih dan sehat,
disiplin, sportif, tangguh, handal,
berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,
determinatif, kompetitif, ceria, gigih.
4) Olah Rasa/Karsa (affective and
creativity development) Ramah,
saling menghargai, toleran, peduli,
suka menolong, gotong royong,
nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga
menggunakan bahasa dan produk
Indonesia, dinamis, kerja keras, dan
beretos kerja.
C. Kemampuan Berpikir Logis
Logis dapat diartikan sebagai sesuatu
yang sesuai dengan logika, benar menurut
penalaran dan masuk akal. Logis dalam
matematika
sering
dikaitkan
dengan
penggunaan aturan logika. Seseorang yang
taat pada aturan logika dapat dikatakan bahwa
orang tersebut dapat berpikir logis. Saragih
(2006) mengungkapkan bahwa berpikir logis
mempunyai perbedaan dengan menghafal.
Menghafal hanya mengacu pada pencapaian
kemampuan ingatan belaka, sedangkan
berpikir logis lebih mengacu pada pemahaman
pengertian
(dapat
mengerti),
kemampuan aplikasi, kemampuan analisis,
kemampuan sintesis, bahkan kemampuan
evaluasi untuk membentuk kecakapan (suatu
proses). Edward de Bono dalam Rosnawati
(2011) membagi pola berpikir menjadi pola
berpikir vertikal dan lateral. Pola berpikir
logis konvensional yang selama ini kita

60

kenal dan umum dipakai termasuk kedalam


pola berpikir vertkal. Pola berpikir ini
dilakukan secara tahap demi tahap
berdasarkan fakta yang ada, untuk mencari
berbagai alternatif pemecahan masalah, dan
akhirnya memilih alternatif yang paling
mungkin menurut logika normal.
Berpikir
logis
adalah
proses
penggunaan penalaran secara konsisten untuk
mengambil sebuah kesimpulan. Permasalahan atau situasi yang melibatkan berpikir logis mengharapkan struktur, hubungan
antara fakta-fakta dan menghubungkan
berpikir yang bisa dipahami. Berdasarkan
pengertian dari berpikir logis maka diperoleh
tiga indikator yang digunakan untuk menilai
kemampuan berpikir logis yang dikemukan
oleh Saragih (dalam Santika 2011: 15-16)
ketiga indikator tersebut adalah:
1. Hubungan antara fakta. Hubungan
antara fakta disini maksudnya permasalahan atau situasi yang melibatkan
pemikiran logis dan menghubungkan
penalaran yang bisa dipahami oleh orang
lain.
2. Memberi alasan maksudnya berpikir
logis berpikir secara tepat dalam
kerangka maupun materi dalam proses
berpikir logis siswa dituntut untuk
memberi alasan- alasan secara jelas.
3. Kemampuan menyimpulkan maksudnya
untuk membuat sebuah jawaban yang
jelas siswa harus bisa berpikir logis dan
menyimpulkan suatu pendapat.
Kemampuan berpikir logis adalah
kemampuan manusia untuk memperoleh
suatu pengetahuan menurut suatu pola
tertentu atau logika tertentu. Menurut tim
psikologi (2013: 145-146) dimensi ini melihat
seseorang dari bagaimana orang tersebut
menarik kesimpulan dan keputusan. Seorang
thinking mendasarkan keputusannya dengan
mempertimbagkan logika dan nalar. Orang
tipe ini sangat tegas dalam memutuskan dan
memilih pekerjaan dengan alasan-alasan yang

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

rasional. Seorang thinking juga memiliki


hubungan baik dengan teman yang satu ide
dengan dirinya. Dalam mengambil kesimpulan, ia selalu merangkainya dengan
hubungan sebab-akibat, melalui pendekatan
objektif: benar atau salah. Orang- orang
feeling sangat memperhatikan perasaan dalam
memutuskan sesuatu, hal ini dilakukan demi
menjaga hubungan baik rekan-rekannya.
Dalam meyelesaikan soal matematika
terdapat beberapa langkah penyelesaian yang
dilakukan untuk memperoleh jawaban soal.
Langkah-langkah penyelesaian soal matematika menurut Williams (Abdurahman,
2012: 17) meliputi: memahami masalah,
menyelesaikan masalah, mengajukan dugaan
baru, merencanakan strategi, dan mengecek
jawaban.
Siswono (2008: 13) mengatakan
berpikir logis dapat diartikan sebagai
kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan
yang sah menurut aturan logika dan dapat
membuktikan kesimpulan itu benar (valid)
sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan
sebe-lumnya
yang
sudah
diketahui.
Nimatus (2011: 17) menyatakan karakteristik
dari berpikir logis, yaitu:
a.
Keruntutan Berpikir. Siswa dapat
menentukan langkah yang ditempuh
dengan teratur dalam
menyelesaikan
permasalahan
yang
diberikan
dari
awal perencanaan hingga didapatkan suatu
kesimpulan.
b. Kemampuan Berargumen. Siswa dapat
memberikan argumennya secara logis
sesuai dengan fakta atau informasi yang
ada terkait langkah perencanaan masalah
dan penyelesaian masalah yang ditempuh.
c. Penarikan Kesimpulan. Siswa dapat
menarik suatu kesimpulan dari suatu
permasalahan yang
ada
berdasarkan
langkah penyelesaian
yang
telah
ditempuh.

D. Pembelajaran Matematika
Berbasis Saintifik
Pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik dalam kurikulum 2013 adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahap
mengamati (untuk mengidentifikasi
atau
menemukan
masalah).
Penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran
melibatkan keterampilan proses, seperti
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.
Matematika merupakan sarana berpikir
ilmiah dan berperan dalam perkembangan
ilmu eksakta, juga ilmu-ilmu sosial.
Pembelajaran
matematika
bertujuan
mengembangkan pola pikir logis, rasional,
kritis, kreatif, sistematis, dan praktis hingga
kini belum terwujud secara maksimal.
Padahal pengalaman belajar matematika telah
didapatkan siswa sejak pendidikan dasar dan
upaya
peningkatan
mutu
pendidikan
khususnya matematika telah dilakukan
seperti pengembangan dan pembaharuan
kurikulum, peningkatan kualitas guru, dan
kegiatan melengkapi sarana dan prasarana.
Pembelajaran matematika sebagai
subsistem
pendidikan
nasional
yang
memberikan kontribusi penting dalam
pembentukan
karakter
siswa.
Dalam
matematika itu sendiri mengandung nilai-nilai
karakter. Soedjadi (2000: 13) mengemukakan
beberapa ciri khusus dari matematika yaitu:
(1) memiliki objek kajian abstrak, (2)
bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola
berpikir deduktif, (4) memiliki simbol yang
kosong dari arti, dan (5) memperhatikan
semesta
pembicaraan.
Dari
ciri-ciri
matematika sebagai ilmu tersebut banyak
sekali nilai karakter yang terkandung
didalamnya. Dengan mempelajari matematika
diharapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam matematika itu akan tercapai dengan
sendirinya. Melalui pembelajaran matematika
diharapkan dengan sendirinya para siswa

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

61

akan cermat dalam melakukan pekerjaan,


mampu berpikir kritis dan kreatif, konsisten
dalam bersikap, akan jujur, akan taat pada
aturan, bersikap demokratis, dan sebagainya.
Salah satu indikator pendidikan
berkualitas adalah perolehan hasil belajar
yang maksimal oleh siswa, baik itu hasil
belajar dalam bentuk kognitif, afektif maupun
psikomotor. Dalam kegiatan proses belajar
mengajar guru mempunyai peranan penting
baik dalam menyampaikan materi maupun
dalam pembentukan sikap. Maka sebagai
seorang guru matematika diharapkan
memiliki karakter yang mampu memberikan
motivasi belajar bagi siswa. Menurut Aka
(2011) ada lima ciri-ciri guru yang
berkarakter kuat yaitu:
1) The Power of Niat. Segala sesuatu yang
kita lakukan sangat begantung pada niat.
Tuhan tidak menilai perbuatan manusia
dari lahirnya, namun dari sesuatu yang
tersembunyi, yaitu dari niatnya. The
Power of Learning. Dari istilah learning
kita dapat
menilai berhasil tidaknya
sebuah pendidikan
atau
proses
pembelajaran dengan melihat partumbuhan
(improvement),
pengembangan
(development)
dan pemberdayaan (emprowerment).
a. Pertumbuhan artinya kita harus mampu
menciptakan
orang-orangyang
lebih
dewasa agar potensi belajar itu akan lebih
bermakna, karena alangkah baiknya
apabila belajar memahami terlebih dahulu
sebelum kita ingin dipahami.
b. Pengembangan artinya apabila ia telah
sukses maka ia akan menciptakan
orang-orang
sukses
yaitu
terjadi
proses
duplikasi.
Proses
belajar
dikatakan berhasil apabila pendidikan itu
mampu menciptakan orang- orang sukses,
dan
orang
sukses
itu
mampu
menyukseskan orang lain.
c. Pemberdayaan artinya guru harus mampu
memberdayakan murid dan mampu
melihat potensi yang dimilikinya.

62

2) The Power of Motivasi. Motivasi


adalah dorongan yang timbul pada
seseorang secara sadar maupun tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan trtentu. Motivasi berpengaruh
terhadap kepercayaan diri seseorang oleh
karena itu sebagai pendidik yang
professional harus mampu memberikan
motivasi untuk membangun karakter
yang dapat mengubah dunia pendidikan
menjadi lebih baik.
3) The Power of Empati. Dalam pendidikan
semua
sistem
yang
ada
akan
mempengaruhi subsistem lainnya karena
semuanya saling bergantungan.
4) The Power of Komitmen. Guru yang
berkarakter
adalah
guru
yang
mempunyai prinsip hidup dan kebebasan
dalam berkreasi. Dengan prinsip yang
hidup yang dihasilkan dari pencarian dan
perenungan, seorang guru mempunyai
kepercayaan diri dalam membimbing dan
mendidik peserta didik sesuai dengan
perkembangan dan kemampuannya.
Dengan kebebasan berkreasi, guru
diharapkan
dapat
mengembangkan
pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif, kreatif, dan inovatif sehingga potensi
siswa
berkembang
secara
maksimal.
Selanjutnya dengan karakter positif yang
ditunjukkan guru, diharapkan pelanggaran
disipilin berkurang siswa berperilaku wajar,
percaya diri, dan tidak sombong dan
persaingan sehat antar siswa, kelas, dan guru
tumbuh di lingkungan sekolah atau lembaga
pendidikan.
Itulah
pentingnya
guru
berkarakter bagi pembentukan karakter
generasi muda.
E. Pembentukan Karakter dan
Kemampuan Berpikir Logis Siswa
Melalui Pembelajaran Matematika yang
Saintifik
Karakter
merupakan
jati
diri,
kepribadian, dan watak yang melekat pada
diri seseorang. Karakter selalu berkaitan

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

dengan dimensi fisik dan psikis individu.


Karakter bangsa merupakan jati diri bangsa
yang
merupakan
kumulasi
dari
karakter-karakter warga masyarakat suatu
bangsa (Ghufron, 2010). Nilai-nilai dasar
pendidikan karakter bangsa terdapat 18 nilai
karakter,
yaitu
bertakwa
(religius),
bertanggung
jawab,
disiplin,
jujur,
toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa
ingin
tahu,
semangat
kebangsaan,
menghargai, bersahabat, peduli sosial, cinta
damai, demokratis, peduli lingkungan,
gemar membaca, cinta tanah air (Fadillah,
2013).
Karakter bangsa yang kuat mesti
dibangun dalam diri anak didik. Sebab
karakter menentukan lemah dan kuatnya
seorang individu. Matematika merupakan
salah satu mata pelajaran yang dapat
mendukung program pemerintah tentang
pendidikan berkarakter karena dalam
matematika sudah terintegrasi nilai- nilai
karakter, seperti kejujuran, tanggung jawab,
ketelitian,
bekerjasama,
mandiri,
dan
lain-lain. Jadi pembelajaran matematika
tidak hanya tertumpu pada pencapaian
tujuan kognitif, namun sekaligus dapat
meningkatkan pencapaian tujuan afektif dan
psikomotor. Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1)Memahami
konsep
matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan
mengaplikasikan
konsep
atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2)Menggunakan
penalaran
pada pola
dan
sifat,
melakukan
manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika.
3)Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan
memahami
masalah,
merancang model matematika, menyele-

saikan model dan menafsirkan solusi yang


diperoleh.
4)Mengomunikasikan
gagasan
dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5)Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam
kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan pembelajaran
matematika tersebut terdapat beberapa nilai
karakter bangsa yang dapat dikembangkan
melalui pelajaran matematika diantaranya
adalah disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, rasa
ingin tahu, mandiri, komunikatif dan
tanggung jawab.
a. Disiplin.
Karakter disiplin dapat terbentuk dalam
mempelajari matematika, karena dalam
matematika peserta didik diharapkan mampu
mengenali suatu keteraturan pola, memahami
aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah
disepakati. Jadi nilai karakter yang muncul
dalam belajar matematika adalah seseorang
diharapkan mampu bekerja secara teratur dan
tertib dalam menggunakan aturan-aturan dan
konsep-konsep. Dalam matematika konsepkonsep tersebut tidak boleh dilanggar karena
dapat menimbulkan salah arti.
b. Jujur
Pembelajaran matematika menuntut siswa
untuk bersikap jujur dengan apa yang dia
peroleh atau dapatkan. Misalnya saat guru
menanyakan apakah materi yang di ajarakan
hari ini semua siswanya sudah paham, maka
ketika inilah siswa menjawab dengan jujur
apakah paham atau tidak. Jika siswa tidak
jujur maka yang akan rugi adalah siswa
itu sendiri, karena dalam matematika antara
satu materi dengan materi lainnya
mempunyai keterkaitan bertingkat. Artinya
kalau siswa tidak mengerti materi dasar
maka mereka akan mengalami kesulitan
dalam memahami materi selanjutnya.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

63

c. Kerja keras
Karakter yang ingin dibentuk dalam
matematika selanjunya adalah tidak mudah
putus asa. Dalam belajar matematika,
seseorang harus teliti, tekun dan telaten,
dalam memahami yang tersirat dan tersurat.
Ada kalanya seseorang keliru
dalam
pengerjaan suatu perhitungan, namun
belum mencapai hasil yang benar, maka
seseorang diharapkan dapat dengan sabar
melihat kembali apa yang telah dikerjakan
dengan teliti, tidak mudah menyerah terus
berjuang untuk menghasilkan suatu jawaban
yang benar.
d. Kreatif.
Seseorang yang belajar matematika akan
terbiasa untuk kreatif dalam menyelesaikan
persoalan
yang
dihadapi.
Dalam
menyelesaikan persoalan ada yang dapat
menyelesaikan dengan cara yang panjang,
namun ada pula yang mampu mengerjakan
dengan singkat. Bila seseorang terbiasa
menyelesaikan permasalahan matematika,
maka orang tersebut
akan terbiasa
memunculkan ide yang kreatif yang dapat
membantunya menjalani kehidupan secara
lebih efektif dan efisien.
e. Rasa ingin tahu.
Memunculkan rasa ingin tahu dalam
matematika akan mengakibatkan seseorang
terus belajar dalam sepanjang hidupnya, terus
berupaya
menggali
informasi-informasi
terkait lingkungan di sekitarnya.
f. Tanggung jawab.
Pembelajaran matematika mengajarkan
siswa tentang sikap bertanggung jawab. Hal
ini dapat dilihat ketika kita melakukan
pembuktian
teorema
matematika.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembuktian matematika harus berdasarkan
pada definisi atau sifat yang sudah diakui
kebenarannya. Langkah demi langkah
tersebut harus memiliki alasan kuat dan
benar. Oleh karena itu, setiap langkah yang
dilakukan harus selalu dapat dipertanggung
jawabkan.

64

g. Komunikatif.
Matematika merupakan suatu bahasa,
sehingga seseorang harus mampu mengkomunikasikannnya baik secara lisan
maupun tulisan, sehingga informasi yang
disampaikan dapat diketahui dan dipahami
oleh orang lain.
h. Mandiri.
Pembelajaran matematika memubuat siswa
senantiasa menghadapi tantangan, berbagai
permasalahan yang menuntut siswa untuk
menemukan solusi atau penyelesaiannya.
Untuk itu peserta didik harus mampu
memiliki sikap yang tidak sikap yang tidak
mudah bergantung pada orang lain, namun
berupaya secara mandiri untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang dihadapi dengan baik.
SIMPULAN
Pendidikan karakter merupakan salah
satu upaya untuk menyeimbangkan dampak
globalisasi yang menggerus nilai tradisional,
norma, dan tata susila yang ada di
masyarakat. Kemampuan berpikir logis dapat
diartikan sebagai kemampuan siswa untuk
menarik kesimpulan yang sah menurut aturan
logika dan dapat membuktikan kesimpulan
itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan
sebelumnya.
Matematika
mempunyai
peranan yang sangat penting bagi siswa
agar memiliki bekal pengetahuan dan untuk
pembentukan sikap dan pola pikirnya, agar
dapat hidup layak, untuk kemajuan
negaranya, dan untuk matematika itu sendiri
dalam
rangka
melestarikan
dan
mengembangkannya.
Pembelajaran matematika berbasis
saintifik bertujuan untuk mempersiapkan
siswa agar kreatif dan berani berinovasi.
Keahlian untuk membangun ide-ide inovatif
adalah keahlian kognitif dan berpikir asosiasi.
Alasan yang lebih penting adalah agar siswa
siswa lebih sering melakukan keahlian
berperilaku yaitu bertanya, melakukan
pengamatan,
melakukan
jejaring
dan
melakukan
eksperimen.
Pembelajaran

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

matematika
berbasis
saintifik,
bisa
dijadikan sebagai sarana untuk membangun
karakter siswa dan meningkatkan kemampuan
berpikir
logis
siswa.
Pembelajaran
metematika berbasis saintifik mengandung
nilai-nilai
pendidikan
karakter
yakni
konsistensi yang dapat menubah seseorang
menjadi individu yang lebih baik, dan
meningkatkan kemampuan siswa untuk
berpikir secara logis dan sistematis dalam
menghadapi permasalahan di kehidupan
nyata.
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman. 2012. Pengembangan Model
Pembelajaran
Tematik
Berbasis
Pendidikan
Karakter
untuk
Menumbuhkan Disaster Literacy dan
Disaster Awareness Siswa Sekolah
Dasar di Wilayah Rawan Bencana.
FKIP. Bandar Lampung.
Berkowitz, (1997. Healthcare Market
Research. Tools and Techniques for
Analyzing and Understanding Todays
Healthcare Enveronment. Chicago:
McGraw-Hill Co.
Daryanto
dan
Darmiyatun.
2013.
Implementasi pendidikan Karakter di
sekolah. Yogyakarta: Penerbit Gava
Media.
Dyers, J.H.. 2011. Innovators DNA: Mastering
the Five Skills of Disruptive Innovators,
Harvard Business Review.
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan
Karakter
di
Sekolah
Menengah
Pertama . Jakarta
Nimatus. 2011. Kemampuan Berpikir Logis
Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas VII-C SMP
Negeri 12 Surabaya. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Surabaya: Unesa.
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
Rosnawati, R. 2011. Berpikir Lateral Dalam
Pembelajaran Matematika. Prosiding
Seminar
Nasional
Penelitian,

Pendidikan dan Penerapan MIPA,


Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta, Edisi Mei 2011.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2011.
Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Saragih, Sahat. 2006. Menumbuhkembangkan
Berpikir Logis dan Sikap Positif
terhadap
Matematika
Melalui
Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal
pendidikan dan kebudayaan Departemen
Pendidikan Nasional. Badan Penelitian
dan Pengembangan, Edisi Juli 2006.
Sartika, Lidya. 2011. Hubungan Kemampuan
Berpikir Logis dengan Kemampuan
Menulis Karangan Argumentasi Siswa
Kelas X SMA Negeri 9 Padang.
(Skripsi). Padang: FBSS. UNP.
Siswono, Tatag Yuli Eko. 2008. Model
Pembelajaran Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan
Masalah
Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif. Surabaya: Unesa University
Press.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika
di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan
Tinggi
Departemen
Pendidikan Nasional.
Suriasumantri, Jujun S. 2002. Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka SinarHarapan.
Syarbini, Amirulloh. 2014. Model Pendidikan
Karakter dalam keluarga. Jakarta: PT
Gramedia.
Tarhadi. Dkk. 2007. Penggunaan Tes Uraian
Dibandingkan dengan Tes Pilihan
Ganda Terstruktur dan Tes Pilihan
Ganda Biasa. Jurnal Pendidikan,
Volume 8, Nomor 2.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wahyudin. 2013. Materi Pembelajaran
Matematika Kelas Rendah.Bandung:
Penerbit Mandiri.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

65

PENGARUH MINAT, KEPERCAYAAN DIRI, DAN KREATIVITAS BELAJAR


TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Devi Setyowati dan I Wayan Widana
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali
e-mail: devisetyowati70@gmail.com
ABSTRACT
The Effect Of Interest, Self Confidence, And Creativity Learning Toward Mathematical
Learning Outcomes
The main purpose of this research was to know about interest, self confidence, and
creativity learning and their effect toward mathematical learning outcomes. This reaserch
classified to ex post facto research. The population of this research was student tenth grade of
SMA Negeri 1 Sukawati as many as 381 students. The sample was determined by simple random
sampling technique with randomization was done to class not to individual. Data was collected
by interest questionnaire, self confidence questionnaire, creativity learning questionnaire, and
mathematical study result test. Data was analyzed by path analysis.
The result of research indicate that: 1)interest have direct effect toward mathematical
learning outcomes, 2) self confidence have direct effect toward mathematical learning outcomes,
3) creativity learning have direct effect toward mathematical learning outcomes, 4) self
confidence have direct effect toward creativity learning, and interest, 5) self confidence, and
creativity learning have direct effect simultaneously toward mathematical learning outcomes.
Based on this result of research, the teacher should comprehend that difference of internal
aspect who the student have influence their way to comprehend the teacher directive so teacher
expected able to give motivation the student for increase the internal aspect in order that
mathematical study result be increased.
Key word: interest, self confidence, creativity learning , and mathematical learning outcomes
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu ilmu
yang sangat penting dan dikenal sebagai ilmu
dasar karena pembelajaran matematika
melatih kemampuan kritis, logis, analitis, dan
sistematis. Bagi peserta didik, selain untuk
menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu
lainnya seperti fisika, ekonomi, biologi, dan
bidang lainnya yang dapat digunakan sebagai
bekal untuk berkarier dan bersosialisasi dalam
kehidupan masyarakat. Maka dari itu,
matematika diajarkan mulai dari jenjang
Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan
Tinggi. Namun kenyataannya, perkembangan
pembelajaran matematika di Indonesia masih
sangat memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat
dari kemampuan literasi matematika peserta

66

didik Indonesia yang menempati peringkat ke64 dari 65 negara peserta pemeringkatan
Programme
for
International
Student
Assesment (PISA) tahun 2012. Ini membuktikan bahwa kemampuan dasar yang
diperlukan dalam masyarakat modern saat ini
tidak dimiliki oleh mayoritas anak-anak
Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah
dituntut untuk bisa bergerak cepat dalam
merumuskan kebijakan merevolusi sistem
pendidikan di Indonesia. Pemerintah harus
mengkaji ulang aspek-aspek yang mempengaruhi pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran matematika. Salah satu dari
beberapa aspek dalam tujuan pembelajaran
matematika adalah hasil belajar peserta didik.
Tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

oleh beberapa faktor, baik faktor internal


maupun faktor eksternal. Faktor internal
tersebut diantaranya adalah minat belajar,
kepercayaan diri, dan kreativitas belajar.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan di SMA Negeri 1 Sukawati, ada
sebagian peserta didik yang memiliki minat
yang rendah terhadap matematika. Mereka
menganggap bahwa matematika adalah
pelajaran yang sulit karena banyak terdapat
rumus dan perhitungan yang rumit. Kreativitas
belajar peserta didik belum bisa diketahui dan
dimunculkan karena soal-soal yang diberikan
sebatas pada materi yang diajarkan guru dan
telah didahului dengan contoh oleh guru.
Selain itu, indikasi rasa tidak percaya diripun
terlihat pada peserta didik, mereka tidak
tenang, ragu-ragu dan bimbang saat
menyelesaikan ulangan maupun tugas
matematika. Hal-hal tersebut berpengaruh
terhadap capaian hasil belajar matematika
peserta didik. Di mana ada hasil belajar
matematika peserta didik yang masih di bawah
standar Kriteria Ketuntasan Mininum (KKM)
sekolah yang ditetapkan yaitu 78 sehingga
dinyatakan belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan kenyataan ini, maka diadakan
penelitian untuk menjawab permasalahan
apakah terdapat pengaruh langsung minat
belajar terhadap hasil belajar matematika,
apakah
terdapat
pengaruh
langsung
kepercayaan diri terhadap hasil belajar
matematika, apakah terdapat pengaruh
langsung kreativitas belajar terhadap hasil
belajar matematika, apakah terdapat pengaruh
langsung minat belajar terhadap kreativitas
belajar, apakah terdapat pengaruh langsung
kepercayaan diri terhadap kreativitas belajar,
dan apakah terdapat pengaruh langsung secara
simultan antara minat belajar, kepercayaan
diri, dan kreativitas belajar terhadap hasil
belajar matematika. Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui: pengaruh
langsung minat belajar terhadap hasil belajar,
pengaruh langsung kepercayaan diri terhadap
hasil belajar matematika, pengaruh langsung

kreativitas belajar terhadap hasil belajar


matematika, pengaruh langsung minat belajar
terhadap kreativitas
belajar,
pengaruh
langsung kepercayaan diri terhadap kreativitas
belajar, dan pengaruh langsung secara
simultan antara minat belajar, kepercayaan
diri, dan kreativitas belajar terhadap hasil
belajar matematika.
Secara teoritis minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh
(Slameto, 2013). Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat tidak
dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh
kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari
dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru.
Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil
belajar dan menyokong belajar selanjutnya.
Dalam kaitannya dengan belajar, Hansen
dalam Susanto (2013) menyebutkan bahwa
minat belajar siswa erat hubungannya dengan
kepribadian motivasi, ekspresi dan konsep diri
atau identifikasi, faktor keturunan, dan
pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam
praktiknya, minat atau dorongan dalam diri
peserta didik terkait dengan apa dan bagaimana peserta didik dapat mengaktualisasikan
dirinya dalam belajar. Di mana identifikasi diri
memiliki kaitan dengan peluang atau
hambatan peserta didikdalam mengekspresikan potensi atau kreativitas dirinya sebagai
perwujudan dari minat spesifik yang dimiliki.
Secara konseptual, minat dapat dikatakan
memegang peranan penting dalam menentukan arah, pola dan dimensi berpikir seseorang
dalam segala aktivitasnya, termasuk dalam
belajar. Angelis dalam Rahayu (2013)
mendefinisikan kepercayaan diri sebagai hal
yang dengannya anak mampu menyalurkan
segala sesuatu yang diketahui dan dikerjakannya. Dalam pengertian ini rasa percaya diri
dapat muncul karena kemampuan dalam
melakukan atau mengerjakan sesuatu.
Sehingga rasa percaya diri baru muncul

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

67

setelah
seseorang
melakukan
sesuatu
pekerjaan secara mahir dan melakukannya
dengan cara memuaskan hatinya. Atas dasar
pengertian di atas maka seseorang tidak akan
pernah menjadi orang yang benar-benar
percaya diri, karena rasa percaya diri itu
muncul hanya berkaitan dengan keterampilan
tertentu yang ia miliki. Oleh sebab itu,
menurut Angelis rasa percaya diri yang sejati
senantiasa bersumber dari hati nurani, bukan
di buat-buat. Rasa percaya diri berawal dari
tekad dari diri sendiri untuk melakukan segala
yang di inginkan dan di butuhkan dalam hidup
seseorang, yang terbina dari keyakinan diri
sendiri. Utami Munandar dalam Ali dan Asrori
(2014: 41) mendefinisikan kreativitas adalah
kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir
serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu
gagasan. Lebih lanjut Utami Munandar (2014
menekankan bahwa kreativitas sebagai
keseluruhan kepribadian merupakan hasil
interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan
yang merupakan tempat individu berinteraksi
itu dapat
mendukung
berkembangnya
kreativitas, tetapi ada juga yang justru
menghambat
berkembangnya
kreativitas
individu. Kreativitas yang ada pada individu
itu digunakan untuk menghadapi berbagai
permasalahan yang ada ketika berinteraksi
dengan lingkungannya dan mencari berbagai
alternatif pemecahannya sehingga dapat
tercapai penyesuaian diri secara kuat. Hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran tertentu. Pengertian
ini sesuai dengan makna belajar, yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa,
baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar (Nawawi
dalam Susanto 2013). Hasil belajar adalah
bukti keberhasilan yang dicapai seseorang.
Hasil
belajar
bukan
hanya
sekedar
pengetahuan saja tetapi ada bermacam-

68

macam. Diantaranya dapat berupa fakta,


konsep, menilai keterampilan intelektual,
keterampilan motorik dan sebagainya (Winkel
dalam Mujirin, 2009).
Berdasarkan masalah, tujuan, dan
paparan teoritis maka diajukan hipotesis yaitu
terdapat pengaruh langsung minat belajar
terhadap hasil belajar matematika, terdapat
pengaruh langsung kepercayaan diri terhadap
hasil belajar matematika, terdapat pengaruh
langsung kreativitas belajar terhadap hasil
belajar matematika, terdapat pengaruh
langsung minat belajar terhadap kreativitas
belajar, terdapat pengaruh langsung kepercayaan diri terhadap kreativitas belajar, dan
terdapat pengaruh langsung secara simultan
antara minat belajar, kepercayaan diri, dan
kreativitas belajar terhadap hasil belajar
matematika.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian maka
jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah penelitian asosiatif dengan bentuk
analisis jalur (path analysis). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik
kelas X SMA Negeri 1 Sukawati yang
terdistribusi dalam 10 kelas. Teknik pemilihan
sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik simple random sampling, pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi tersebut karena anggota
populasi homogen. Berdasarkan hasil random
diperoleh kelas X1 dan X2 sebagai sampel
penelitian dengan jumlah 73 orang.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket dan tes hasil
belajar. Angket terdiri dari beberapa macam
pertanyaan yang akan diberikan kepada
responden untuk mengetahui minat, kepercayaan diri, dan kreativitas siswa. Sedangkan
tes digunakan untuk memperoleh data hasil
belajar peserta didik berupa tes uraian.
Dalam penelitian ini yang dikaji adalah
pengaruh langsung minat belajar terhadap

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

hasil belajar matematika, pengaruh langsung


kepercayaan diri terhadap hasil belajar
matematika, pengaruh langsung kreativitas
belajar terhadap hasil belajar matematika,
pengaruh langsung minat belajar terhadap
kreativitas belajar, pengaruh langsung
kepercayaan diri terhadap kreativitas belajar,
dan pengaruh langsung secara simultan antara
minat belajar, kepercayaan diri, dan kreativitas
belajar terhadap hasil belajar matematika.
Hipotesis
tersebut
dianalisis
dengan
menggunakan analisis jalur (path analysis).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Langsung Minat Belajar
terhadap Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
minat belajar berpengaruh secara langsung
terhadap hasil belajar matematika. Besarnya
koefisien jalur minat belajar terhadap hasil
belajar matematika sebesar 0,526 dengan sig.
= 0,000. Analisis korelasi menunjukkan
bahwa koefisien korelasi rx1y sebesar 0,892
yang mengindikasikan adanya hubungan kuat
antara minat belajar dengan hasil belajar
matematika. Koefisien korelasi rx1y sebesar
0,892. Hasil ini mengindikasikan adanya
hubungan kuat antara minat belajar dengan
hasil belajar matematika. Sedangkan hasil
analisis korelasi parsial X1 terhadap Y dengan
mengontrol X2 dan X3 menunjukkan nilai r1y,23
sebesar 0,820 yang berarti terdapat korelasi
positif antara minat dengan hasil belajar
matematika. Hasil perhitungan regresi Y dan
X1 ditemukan adalah persamaan garis regresi
60,044 0,526X . Hal ini berarti bahwa
Y
1
ketika nilai variabel X1 dinaikkan 1 skor maka
variabel Y akan bertambah sebesar 0,526.
Minat adalah kecenderungan hati terhadap
sesuatu yang erat kaitannya dengan faktor
internal yang dapat memengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar peserta didik. Minat
dapat dikatakan memegang peranan penting
dalam menentukan arah, pola dan dimensi
berpikir seseorang dalam segala aktivitasnya,
termasuk dalam belajar. Menurut Weber

dalam Syah (2011), minat tidak termasuk


istilah populer dalam psikologi karena
ketergantungannya yang banyak pada faktorfaktor internal lainnya seperti: pemusatan
perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan. Namun terlepas dari masalah
populer atau tidak, minat seperti yang
dipahami dan dipakai oleh orang selama ini
dapat memengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar peserta didik dalam bidang-bidang
studi tertentu.
2. Pengaruh Langsung Kepercayaan Diri
terhadap Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepercayaan diri berpengaruh secara langsung
terhadap hasil belajar matematika. Besarnya
koefisien jalur minat belajar terhadap hasil
belajar matematika sebesar 0,300 dengan sig.
= 0,000. Analisis korelasi menunjukkan
bahwa koefisien korelasi rx2y sebesar 0,883.
Sedangkan hasil analisis korelasi parsial X2
terhadap Y dengan mengontrol X1 dan X3
menunjukkan nilai r2y,13 sebesar 0,449. Hasil
perhitungan regresi Y dan X2 ditemukan
adalah
persamaan
garis
regresi

Y 60,044 0,300X 2 . Hal ini berarti bahwa


ketika nilai variabel X2 dinaikkan 1 skor maka
variabel Y akan bertambah sebesar 0,300.
Kepercayaan
diri
secara
sederhana
didefinisikan sebagai keyakinan seseorang
terhadap segala aspek kelebihan yang
dimilikinya
dan
keyakinan
tersebut
membuatnya merasa mampu untuk mencapai
berbagai tujuan di dalam hidupnya (Hakim
dalam Rahayu, 2013:63). Lebih lanjut
dikatakan bahwa keyakinan terhadap segala
aspek kelebihan yang ada pada dirinya akan
diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.
Hasil
belajar
merupakan
gambaran
kemampuan peserta didik dalam memahami
apa yang telah diajarkan dan dipelajari. Untuk
menciptakan hasil belajar yang bagus maka
diperlukan rasa kepercayaan diri yang tinggi.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

69

3. Pengaruh Langsung Kreativitas Belajar


terhadap Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kreativitas belajar
berpengaruh secara
langsung terhadap hasil belajar matematika.
Besarnya koefisien jalur minat belajar
terhadap hasil belajar matematika sebesar
0,237 dengan sig. = 0,000. Analisis korelasi
menunjukkan bahwa koefisien korelasi rx3y
sebesar 0,840. Sedangkan hasil analisis
korelasi parsial X3 terhadap Y dengan
mengontrol X1 dan X2 menunjukkan nilai r3y,12
sebesar 0,397. Hasil perhitungan regresi Y
dan X3 ditemukan adalahpersamaan garis
60,044 0,237X . Menurut
regresi
Y
3
Mujirin (2008), kreativitas adalah merupakan
kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru dan diperoleh melalui
proses belajar dalam kecakapan kognitif.
Kreativitas
sangat
dipengaruhi
oleh
kepribadian dan lingkungan. Kreativitas
mengandung makna kreatif. Kreatif berarti
memiliki daya cipta, memiliki kemampuan
untuk menciptakan. Kreativitas berarti
kemampuan untuk mencipta, daya cipta atau
prihal berkreasi. Siswa kreatif adalah siswa
yang
mempunyai
kemampuan
untuk
menciptakan kreasi-kreasi dalam belajar.
Seseorang yang kreatif yang tidak mempunyai
kecerdasan yang tinggi akan dapat
menemukan sesuatu yang baru sehingga dapat
menjadi nilai lebih bagi anak tersebut. Nilai
lebih tersebut diyakini mampu mempengaruhi
hasil belajar siswa, karena hasil belajar tidak
hanya dinilai dari segi afektif tetapi dari segi
kognitif juga. Dengan demikian, seorang
peserta didik yang mempunyai kreativitas
tinggi tidak kalah dengan peserta didik yang
cerdas dalam hal hasil belajar.
4. Pengaruh Langsung Minat Belajar
terhadap Kreativitas Belajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
minat belajar tidak berpengaruh secara
langsung
terhadap
kreativitas
belajar.
Besarnya koefisien jalur minat belajar
terhadap hasil belajar matematika sebesar

70

0,030 dengan sig. = 0,705. Analisis korelasi


menunjukkan bahwa koefisien korelasi rx1x3
sebesar 0,642. Sedangkan hasil analisis
korelasi parsial X1 terhadap X3 dengan
mengontrol X2 menunjukkan nilai rx31,2
sebesar 0,045 yang berarti tidak terdapat
korelasi positif antara minat dengan hasil
belajar matematika. Hasil perhitungan regresi
X3 dan X1 ditemukan adalah persamaan garis
regresi
Utami
X 3 21,539 0,030X1 .
Munandar dalam Ali dan Asrori (2014: 41)
mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan,
dan orisinalitas dalam berpikir serta
kemampuan untuk mengelaborasi suatu
gagasan. Lebih lanjut Utami Munandar (2014:
42) menekankan bahwa kreativitas sebagai
keseluruhan kepribadian merupakan hasil
interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan
yang merupakan tempat individu berinteraksi
itu dapat
mendukung
berkembangnya
kreativitas, tetapi ada juga yang justru
menghambat
berkembangnya
kreativitas
individu. Sehingga tinggi rendahnya kreativitas peserta didik tergantung pada
lingkungan yang ditinggalinya. Dengan kata
lain, adanya minat tidak berpengaruh langsung
terhadap kreativitas peserta didik, akan tetapi
ada pengaruh lain yang lebih kuat yang
mempengaruhi kreativitas yaitu lingkungannya dan faktor-faktor internal lainnya.
5. Pengaruh Langsung Kepercayaan Diri
terhadap Kreativitas Belajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepercayaan diri berpengaruh secara langsung
terhadap
kreativitas
belajar.
Besarnya
koefisien jalur minat belajar terhadap hasil
belajar matematika sebesar 0,861 dengan sig.
= 0,000. Analisis korelasi menunjukkan
bahwa koefisien korelasi rx1y sebesar 0,882.
Sedangkan hasil analisis korelasi parsial X2
terhadap X3 dengan mengontrol X1
menunjukkan nilai rx32,1 sebesar 0,790. Hasil
perhitungan regresi X3 dan X2 ditemukan
adalah
persamaan
garis
regresi
X 3 21,539 0,861X 2 . Menurut Torrance

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

dalam Ali dan Asrori (2014) mendefinisikan


kreativitas itu sebagai proses kemampuan
memahami kesenjangan-kesenjangan atau
hambatan-hambatan
dalam
hidupnya,
merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan
mengomunikasikan
hasil-hasilnya
serta
sedapat mungkin memodifikasi dan menguji
hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.
Kepercayaan diri merupakan salah satu ciriciri individu kreatif, sehingga kepercayaan diri
diyakini berpengaruh terhadap kreativitas
individu tersebut. Kepercayaan diri pada
peserta didik ini akan membuat peserta didik
lebih kreatif dalam menemukan hal-hal yang
baru dalam permasalahan yang dihadapinya.
6. Pengaruh Langsung secara Simultan
Minat Belajar, Kepercayaan Diri, dan
Kreativitas Belajar terhadap Hasil
Belajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
minat belajar, kepercayaan diri, dan kreativitas
belajar berpengaruh secara langsung secara
simultan terhadap hasil belajar matematika.
Besarnya nilai F sebesar 327,340. Dengan
nilai sig. = 0,000 yang kurang dari 0,05.
Karena sig. < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima artinya bahwa H0 yang menyatakan
tidak ada pengaruh langsung secara simultan
antara minat belajar, kepercayaan diri, dan
kreativitas belajar terhadap hasil belajar
matematika ditolak, sebaliknya Ha diterima.
Hasil perhitungan regresi ganda ditemukan
persamaan
garis
regresi

Hal
Y 60,044 0,526X1 0,300X 2 0,237X 3 .
ini berarti bahwa ketika nilai variabel X1, X2,
X3 dinaikkan 1 skor maka variabel Y akan
bertambah sebesar 0,526, 0,300, 0,237.
Menurut Slameto (2013) faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar ada dua macam
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Sedangkan menurut Syah (2011), secara
global faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yakni : faktor internal, faktor
eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam

individu yang sedang belajar, seperti: a) faktor


jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat
tubuh; b) faktor psikologis, meliputi
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,
kematangan, kesiapan, dan kreativitas; c)
faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani
dan rohani. Minat, kepercayaan diri, dan
kreativitas belajar merupakan faktor internal
yang mempengaruhi belajar, sehingga ketiga
faktor tersebut diyakini mempengaruhi hasil
belajar. Minat yang dimiliki seorang peserta
didik akan membuatnya tertarik dan senang
terhadap sesuatu yang dipelajarinya, dalam hal
ini matematika. Begitu pula kepercayaan diri,
peserta didik yang mempunyai rasa percaya
diri akan membuat peserta didik bersikap
tenang dalam proses pembelajaran yang
dihadapinya. Kedua hal tersebut, minat dan
kepercayaan diri akan membuat peserta didik
tersebut mempunyai kreativitas yang tinggi
karena peserta didik tersebut senang dan
tenang dalam menghadapi permasalahan
matematika sehingga peserta didik tersebut
dapat menemukan ide-ide baru dan cara-cara
baru untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
majemuk. Sikap kreatif ini akan membuat
siswa mendapat nilai lebih karena dia dapat
menyelesaikan tugas- tugas yang sulit dengan
mengesampingkan hasil yang didapatnya.
Sehingga peserta didik yang memiliki minat,
kepercayaan diri, dan kreativitas belajar
mempunyai hasil belajar yang memuaskan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
tersebut, maka diperoleh simpulan sebagai
berikut: 1) terdapat pengaruh langsung minat
belajar terhadap hasil belajar matematika
dengan koefisien jalur sebesar 0,526, 2)
terdapat pengaruh langsung kepercayaan diri
terhadap hasil belajar matematika dengan
koefisien jalur sebesar 0,300, 3) terdapat
pengaruh langsung kreativitas belajar terhadap
hasil belajar matematika dengan koefisien
jalur sebesar 0,237, 4) terdapat pengaruh
langsung kepercayaan diri terhadap kreativitas

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

71

belajar dengan koefisien jalur sebesar 0,861,


5) terdapat pengaruh langsung secara simultan
minat, kepercayaan diri, dan kreativitas belajar
terhadap hasil belajar matematika dengan
Fhitung adalah 327,340 dengan sig. 0,000.
Berkenaan dengan hasil penelitian
yang diperoleh, beberapa saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut: 1) dalam
pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya
guru hendaknya memahami bahwa perbedaan
aspek internal yang dimiliki peserta didik
mempengaruhi cara mereka dalam memahami
arahan guru sehingga guru diharapkan mampu
memotivasi peserta didik untuk meningkatkan
aspek internal tersebut, 2) peserta didik
diharapkan semakin sadar bahwa setiap aspek
minat, kepercayaan diri, dan kreativitas yang
mereka miliki juga mempengaruhi cara belajar
mereka, 3) kepada peneliti lainnya, penelitian
ini sudah dilaksanakan dengan maksimal dan
dengan hasil yang maksimal pula, namun
peneliti merasa masih terdapat beberapa
kekurangan
sehingga
perlu
dilakukan
penelitian lebih lanjut.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Mohammad, Moh. Asrori. 2014.
Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Mujirin.2009. Hubungan Kreativitas, Minat
dan Motivasi Belajar dengan Hasil
Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Di
SMP Negeri 1 Pengadegan Kabupaten
Purbalingga.
Tesis
(diterbitkan).
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Rahayu, Aprianti Yofita. 2013. Menumbuhkan
Kepercayan Diri Melalui Kegiatan
Bercerita. Jakarta: PT Indeks.
Slameto. 2011. Belajar Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Susanto, Ahmad.2014.Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta:Kencana.
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

72

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

PEDOMAN BAGI PENULIS JURNAL EMASAINS

1. Memuat naskah ilmiah bidang Edukasi Matematika dan Sains dengan kajian masalah
pendidikan matematika, sains dan lingkungan hidup.
2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku sesuai ejaan yang disempurnakan dan atau bahasa
inggris baku.
3. Tulisan dari hasil penelitian, kajian teoretis dan aplikasi teori. Naskah harus asli (belum pernah
dipublikasikan) dan ditulis oleh peneliti maupun tim peneliti menggunakan bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Naskah ilmiah yang telah diseminarkan dalam pertemuan ilmiah nasional
dan internasional, hendaknya disertai dengan catatan kaki.
4. Naskah dicetak pada kertas ukuran A4, diketik dengan spasi ganda menggunakan program
olah kata word for windows, huruf times new roman ukuran 12.
5. Tatacara penulisan hasil penelitian hendaknya disusun menurut urutan berikut: Judul, Identitas
penulis, Abstrak, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan
saran, Ucapan Terimakasih, dan Daftar Rujukan. Upayakan naskah dicetak hitam-putih, dan
keseluruhan naskah tidak lebih dari 15-20 halaman.
6. Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14 kata), ditulis dengan huruf Kapital.
7. Identitas Penulis: Nama ditulis lengkap (tidak disingkat) tanpa gelar. Bila alamat instansi
penulis berbeda, maka di belakang setiap nama diberi indeks atas angka arab. Alamat penulis
ditulis di bawah nama penulis, mencakup laboratorium, lembaga, dan alamat lengkap dengan
nomor telpon/faksimili dan e-mail. Indeks tambahan diberikan pada penulis yang dapat diajak
berkorespondensi (corresponding author).
8. Abstrak: Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bila naskah berbahasa Indonesia,
begitu pula sebaliknya. Abstrak dilengkapi kata kunci (key words) yang diurut berdasarkan
kepentingannya. Abstrak memuat ringkasan naskah, mencakup seluruh tulisan tanpa mencoba
merinci setiap bagiannya. Hindari menggunakan singkatan. Hanya abstrak berbahasa Inggris
yang akan dimuat.
9. Pendahuluan: Memuat tentang ruang lingkup, latar belakang tujuan dan manfaat penelitian.
Bagian ini hendaknya memaparkan latar belakang agar pembaca dapat memahami dan menilai
hasil penelitian tanpa membaca laporan-laporan sebelumnya yang berkaitan dengan topik.
Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukung pembahasan.
10. Metode Penelitian: Hendaknya diuraikan secara rinci dan jelas mengenai bahan yang digunakan
dan cara kerja yang dilaksanakan, termasuk metode statistika. Cara kerja yang disampaikan
hendaknya memuat informasi yang memadai sehingga memungkinkan penelititan tersebut
dapat diulang dengan berhasil.
Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

73

11. Hasil dan Pembahasan: Disajikan secara bersama dan membahas dengan jelas hasil-hasil
penelitian. Dapat disajikan dalam bentuk tertulis di dalam naskah, tabel, atau gambar. Kurangi
penggunaan grafik jika hal tersebut dapat dijelaskan dalam naskah. Batasi pemakaian foto,
sajikan foto yang jelas menggambarkan hasil yang diperoleh. Gambar dan tabel harus diberi
nomor dan dikutip dalam naskah. Foto dapat dikirim dengan ukuran 4R. Biaya pemuatan foto
berwarna akan dibebankan kepada penulis. Grafik hasil pengolahan data dikirim dalam file
yang terpisah dari file naskah ilmiah dan disertai nama program dan data dasar penyusunan
grafik. Pembahasan yang disajikan hendaknya memuat tafsir atas hasil yang diperoleh dan
bahasan yang berkaitan dengan laporan-laporan penelitian sebelumnya. Akan lebih baik
jika rujukan yang digunakan berasal dari Jurnal. Hindari mengulang pernyataan yang telah
disampaikan pada metode, hasil dan informasi lain yang telah disajikan pada pendahuluan.
12. Simpulan dan Saran : Disajikan secara terpisah dari hasil dan pembahasan.
13. Ucapan terima kasih : Dapat disajikan bila dipandang perlu. Ditujukan kepada yang mendanai
penelitian dan untuk memberikan penghargaan kepada lembaga maupun perseorangan yang
telah membantu penelitian atau proses penulisan ilmiah.
14. Daftar Rujukan: Disusun secara alfabetis menurut nama dan tahun terbit. Singkatan majalah/
jurnal bedasarkan tata cara yang dipakai oleh masing-masing jurnal, daftar rujukan jurnal/
majalah ilmiah (10 tahun terkahir) sedikitnya 60% dan text books 40%. Contoh penulisan
daftar rujukan:
Jurnal/Majalah : Nama, tahun, judul artikel, nama jurnal, Vol. Nomor, halaman, Tahun.
Contoh: Yoger, R.E., Tamir, Pinchas, 1993 STS Aproach: Reasons, Intention, Accomplisment,
and Outcomes. Journal Science Education Vol. 77(6), 11-17
Buku: nama pengarang, tahun terbit,judul, edisi, nama dan tempat penerbit.
Contoh: Holman, J. 1986, Science-Technology In Society, General Guide, The Associationfor
Science Education.
Makalah Seminar: Nama, Tahun, Judul Makalah, Thema Seminar, Tanggal Pelaksanaan,
Tempat.
Contoh: Arinasa, I.B.K. 1998. Kontribusi Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Melestarikan Flora
Langka yang ada di Bali Beserta Permaslahannya. Makalah Seminar Hari Puspa dan Satwa
Nasional, Tanggal 5 Nopember 1998 di STKIP Singaraja.
Prosiding: Nama pengarang, tahun, judul, nama Prosiding, tanggal, halaman
Contoh: Muzzarelli R. 1990. Chitin and chitoson : Unique cationic polysaccharides, In: Procceding
Symposium Toward Carbohydrate Based Chemistry. Amies,France,23-26 Oct 1989. Pp 199-231
Tesis/disertasi: nama pengarang, tahun, judul thesis/desertasi, nama universitas/Perguruan
Tinggi.
Contoh: Said S. 2003. Studies on fertilization of rat oocytes by intracytoplasmic sperm injection.
(Disertation). Okayama: Okayama University.
Internet: Nama Pengarang, tahun, judul artikel, sumber, tanggal diunduh.
Contoh: Okezone, 2008. Dampak Buruk Emisi Kendaraan. Diperoleh dari URL: http;//antos.
74

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

okezone.com/index/Read story/2008/01/25/87/78078/dampak;buruk;e-. Diunduh tanggal 15


Pebruari 2008.
15. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporan kasus sesuai dengan aturan yang lazim.
16. Pengiriman naskah dapat dilakukan setiap saat dalam bentuk cetakan (print out) sebanyak 2
eksemplar dan 1 soft copy kepada Redaksi Jurnal Emasains Jln Akasia Desa Sumerta No 16
Denpasar Timur
17. Naskah yang dikirim harus disertai surat dari penulis. Surat harus dengan jelas menyatakan,
alamat lengkap, nomor telpon dan faksimili, dan alamat email. Penulis korespondensi
bertanggungjawab terhadap keaslian penelitian dan isi naskah. Untuk mempercepat proses
penelaahan tulisan tersebut, penulis sebaiknya menyodorkan sedikitnya tiga penelaah
(reviewer) yang tidak bekerja dalam satu lembaga atau satu lab. Sertakan pula alamat penelaah
yang direkomendasikan.
18. Terhadap naskah/makalah yang dikirim, redaksi berhak untuk: memuat naskah/makalah
tanpa perbaikan, memuat naskah/makalah dengan perbaikan, dan menolak naskah/makalah.
Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat
untuk keperluan itu.
19. Biaya cetak: Makalah yang telah dimuat dikenai biaya penerbitan dan pengiriman. Biaya
cetak dibebankan kepada penulis pertama (coreponding author), sebesar 150.000 rupiah
bagi anggota dan 200.000 rupiah bagi bukan anggota.
20. Penulis/pelanggan dapat mengirimkan biaya pemuatan-naskah atau langganan lewat
transfer bank BNI Cabang Denpasar atas nama Dra Ni Nyoman Parmithi, MM, rekening
No. 0557-01-000051-53-9.

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

75

76

Jurnal EMASAINS Volume V, Nomor 1, Maret Tahun 2016

ISSN 2302-2124

Anda mungkin juga menyukai