Anda di halaman 1dari 306

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015

ISSN 1907-3232

Pengantar Redaksi

IKIP PGRI Bali merupakan salah satu institusi yang berkonsentrasi pada
ilmu pendidikan. Dinamika ilmu pendidikan amatlah pesat. Oleh karena itu
diperlukan wadah untuk menghimpun dan mempublikan perkembangan ilmu
pendidikan itu. Berdasarkan kesadaran dan komitmen civitas akademika,
IKIP PGRI Bali berhasil mewujudkan idealisme ilmiahnya melalui jurnal
pendidikan Widyadari yang terbit dua kali dalam setahun, yakni bulan April
dan Oktober. Apa yang ada ditangan pembaca yang budiman saat ini
merupakan jurnal pendidikan Widyadari Nomor 18 Tahun XII Oktober
2015
Jurnal pendidikan Widyadari ini memiliki makna tersendiri. Penerbitan
edisi ini disebarkan baik secara internal di kampus IKIP PGRI Bali, dan juga
disebarkan pada alumni beserta komunitas akademik yang lebih luas. Jurnal
pendidikan Widyadari kali ini memuat tiga belas artikel ilmiah dari dosen di
lingkungan IKIP PGRI Bali dan alumi IKIP PGRI Bali. Adanya sumbangan
dari alumni kampus IKIP PGRI Bali diharapkan memperluas cakrawala
ilmiah komunitas akademik.
Semoga penerbitan jurnal pendidikan Widyadari ini menjadi wahana yang
baik untuk membangun atmosfer akademik. Akhirnya, sumbangan
pemikiran, kritik, dan saran dari pembaca diharapkan dapat memperbaiki
terbitan edisi selanjutnya.

Redaksi

Nomor 18Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Daftar Isi
Pengantar Redaksi ..................................................................................... i
Daftar isi .....................................................................................................ii
Penggunaan Metode Demontrasi Dan Media Nyata Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Tentang Pesawat Sederhana Pada
Siswa Smk Negeri 1 Tegallalang
A.A. Gede Oka Parta, S.Pd. ........................................................................1
Penerapan Media Simulasi Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa
Pada Mata Diklat Sistem Kelistrikan Body Di Kelas X Teknik
Kendaraan Ringan Smk Negeri 1 Tegallalang
Drs. I Gusti Ngurah Adnyana ....................................................................24
Peningkatan Kemampuan Membaca Kosa Kata Pkn Melalui
Bimbingan Belajar Siswa Kelas X Smk Negeri 1 Tegallalang
Tahun Pelajaran 2014/2015
I Ketut Bawa, S.Pd, M.Pd ...........................................................................48
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Hindu
Melalui Penerapan Metode Kontekstual Pada Siswa Kelas X Smk
Negeri 1 Tegallalang
Drs. I Nyoman Murda, M.Pd ......................................................................84
Penuntasan Topik Secara Keseluruhan Melalui Tugas Tugas
Secara Individual Utnuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa
Indonesia Menggunakan Pembelajaran Mastery Learning Siswa
Kelas Vii B Semester Genap Smp Negeri 3 Tampaksiring Tahun
Ajaran 2012/2013
I Gusti Made Putrawan, S.Pd, M.Pd. ......................................................... 108
Upaya Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas Ix E
Smp Negeri 1 Ubud Pada Materi Pewarisan Sifat Melalui Model
Teams Games Tournaments Berbantuan Power Point
I Wayan Sukaraga, S.Pd. ............................................................................140

ii

Nomor 18Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Acheivement


(Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan
Menurunkan Tingkat Kecemasan Siswa Pada Pembelajaran Bahasa
Inggris Di Kelas Vii B Semester Ganjil Smp Negeri 2 Payangan
Tahun Ajaran 2008/2009
I Ketut Sutapa, S.Pd, M.Pd .........................................................................164
Penerapan Konseling Behavioral Dengan Teknik Pengelolaan Diri
Untuk Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa Smp Negeri 2 Denpasar
Tahun 2015
I Gede Tresna, S.Pd.,M.Pd ...................................................................... 189
Sejarah, Struktur, Fungsi Pura Hyang Api, Desa Pakraman Kelusa,
Payangan, Gianyar, Bali
I Nyoman Bayu Pramartha, M. Pd ...........................................................204
Pemanfaatan Peninggalan Sejarah Relief Perahu Bercadik Candi
Borobudur Sebagai Sumber Belajar Pada Mata Kuliah Sejarah
Bahari Dalam Kuliah Kerja Lapangan Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Sejarah Ikip Pgri Bali
Ni Putu Yuniarika Parwati, S.Pd.,M.Pd ...................................................220
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Tes Dan Motivasi Terhadap Hasil
Belajar Matematika Peserta Didik Kelas Viii Smp Blahbatuh
Gianyar Tahun Pelajaran 2014/2015
Ni Ketut Erawati, I Kadek Oka Putra Wardiatmika .................................238
Konsep Babondresan Dadong Rerod Dalam Seni Pertunjukan Bali
I Wayan Sugama, S.Sn., M.Sn ..................................................................251
Citra Perempuan Pada Puisi I Luh Peken Badung Karya I Putu
Ari Kurnia Budiasa Tinjauan Kritik Sastra Feminisme
Ni Wayan Sudarti ..................................................................................... 263
Pelaksanaan Pembelajaran Analisis Efektivitas Di Smk Werdhi
Sila Kumara
Ni Luh Putu Cahayani, S.Pd., M.Pd. ........................................................280

iii

Nomor 18Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

iv

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PENGGUNAAN METODE DEMONTRASI DAN MEDIA NYATA


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG
PESAWAT SEDERHANA PADA SISWA SMK NEGERI 1
TEGALLALANG

A.A. GEDE OKA PARTA, S.Pd.


SMK Negeri 1 Tegallalang

ABSTRAC
The low study achievement is often a challenge for teachers in the
implementation of the learning process, especially for materials of science
that is often ignored by some students. To overcome the problem, teachers
need to apply varied, creative and innovative learning method; one for
example is by carrying out group discussions.
Related to the problem, the purpose of this study is to determine the
increase of creativity and student learning achievement through group
discussion teaching method. The research model is in the form of classroom
action research and the subjects are the students of class XI SMK N 1
Tegallalang, period 2014/2015.
This study was conducted in two cycles, each cycle carried out four
phases of activities, namely: planning, implementation, observation and
evaluation. Finally, there was a reflection in which the results were used as a
basis to improve the implementation of the next cycle.
Based on the discussion, it can be concluded that group discussions
learning can enhance students creativity and learning achievement in
science subjects in class XI SMK N 1 Tegallalang, period 2014/2015.

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Students creativity can improve their abilities of concepts mastery,


reading and writing. It is suggested to all teachers, especially in teaching
science, to apply learning method of group discussion, which stresses on
student cooperation and responsibility so it can enhance students creativity
and learning achievement clearly and steadily.

Keywords: demonstration method and real media

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desentralisasi merupakan isu-isu utama dalam pengembangan
pendidikan di berbagai aspek dan jenjang pembelajaran IPA selalu
diasumsikan sangat sulit dan menakutkan juga di kalangan sebagian siswa
dijaman Globalisasi ini yang serba modern sehingga mata pelajaran IPA
yang merupakan muatan lokal dianggap begitu penting dan bermanfaat,
dalam kehidupan sehari-hari selalu berguna dalam melakukan Interaksi
dan berkomunikasi untuk menyikapi hal tersebut sudah sepantasnya kita
bersama tetap menjaga dan melestarikan keberadaannya.
Dalam aspek meningkatkan hasil belajar khususnya untuk
memacu penguasaan materi pelajaran dijenjang pendidikan di SMK perlu
adanya penyempurnaan proses belajar-mengajar dalam mata pelajaran
IPA agar diperoleh ketuntasan belajar. Untuk memperoleh ketuntasan
belajar guru hendaknya mempunyai kiat-kiat dan inovasi tersendiri di
dalam penggunaan metode dalam proses pembelajaran.

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Siswa dianggap berhasil dalam belajar secara klasikal apabila


daya serapnya atau (SKM) dapat mencapai 75% dan memperoleh nilai di
atas 60, maka para pendidik menggolongkan siswa tersebut sebagai siswa
yang berhasil atau tuntas, apabila ada siswa yang memperoleh nilai
dibawah 60 maka para pendidik menggolongkan siswa kedalam hasil
yang rendah atau kuran, setelah di diskusi dengan beberapa orang guru,
maka rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh banyak faktor
misalnya : Sebab peranan guru masih dominan dalam proses belajar
mengajar. Kurangnya menggunakan metode dengan bervariasi dan guru
yang memberikan latihan maupun tugas kepada siswa hendaknya
mengacu yang mendekati diskusi kelompok. Adapun faktor siswa
disebabkan oleh sangat rendahnya minat belajar siswa dalam belajar IPA,
Kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran. Malasnya siswa
mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR).
Guna untuk meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa
lebih maksimal maka perlu diadakan terobosan strategi maupun
penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar guna
meningkatkan hasil belajar dengan memakai metode diskusi kelompok,
sehingga emosi para siswa dalam menguasai materi pelajaran semakin
meningkat dan mantap juga dapat mengingat kembali materi pelajaran
yang diajarkan,apabila materi tersebut diadakan Evaluasi atau penilaian
sudah tentu bisa mencapai hasil yang diharapkan.
Dengan berdasarkan arsip hasil evaluasi terakhir yang
diselenggarakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014 / 2015, hasil
belajar siswa kelas XI terhadap mata pelajaran IPA masih jauh di bawah
hasil yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat
3

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan umum bersama semester ganjil
pada siswa kelas XI hanya mencapai nilai rata-rata 61.50 berarti masih
dibawah SKKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65 diantara semua kelas XI
nilai yang paling rendah dicapai oleh kelas XI, yaitu hanya mendapatkan
nilai rata-rata 60.83. (dikutip dari kurikulum SMK Negeri 1 Tegallalang).
Menghadapi permasalahan itu, penelitian berjuang dan berusaha
mengatasinya dengan cara mengadakan konsultasi dan diskusi dengan
teman sejawat yang juga guru mata pelajaran Bahasa Inggris kelas XI.
Dengan berdasarkan hasil pengamatan lebih awal di kelas XI,
didapatkan gejala yang muncul dalam proses pembelajaran antara lain,
siswa kurang antusias mengikuti pelajaran, siswa terlalu banyak
cakapnya, atau selalu rebut, siswa kurang perhatian menerima pelajaran,
dalam proses pembelajaran kelihatan pasif jarang siswa yang berusaha
memikirkan jawaban dan atau menanggapi pertanyaan guru, diantara
siswa tidak mau kerja sama, guru untuk memberikan jawaban terhadap
pertanyaan guru, dalam proses pembelajaran siswa hanya duduk dan diam
seolah hanya ingin menunggu proses pembelajaran berakhir.
Setelah diadakan konsultasi dan diskusi dengan guru mata
pelajaran IPA dapat diidentifikasi ada beberapa indikator sebagai faktor
penyebab masalah. Misalnya setiap pembelajaran diterapkan guru masih
konvensional dan menuntun dalam menggunakan metode, kurang
bervariasi pembelajaran masih bersifat hapalan untuk menguasai konsep.
Kurang dibentuk pola pembelajaran mandiri termasuk sumber
belajar bervariasi kemudian tugas yang diberikan guru selalu menuntun

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

siswa yang mendapat hasil yang baik kurang diperhatikan kurang diberi
sanjungan dan pujian.
Dengan adanya semua faktor penyebab diatas yang paling
prinsipnya guna untuk diambil tindakan perbaikan tidak lain adalah
metode

pembelajaran

yang

kurang

variatifjuga

perlu

dipolakan

pembelajaran yang kondusif, dengan menumbuhkan dan mengembangkan


motivasi belajar dengan penerapan belajar secara diskusi kelompok agar
dapat memberikan peluang kepada siswa untuk bekerja sama saling
membantu dalam upaya meningkatkan hasil belajar guna untuk mencapai
hasil yang baik.
Dalam pembelajaran diskusi kelompok guna untuk mengatasi
adanya suasana belajar yang sangat pasif dan mematikan semangat belajar
siswa yang lebih pandai Lie (1988) dengan belajar diskusi kelompok
dapat meningkatkan motivasi partisipasi siswa dalam pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa yang lebih menggembirakan.
Juga tidak dapat dipungkiri, adapun kelemahan yang dapat
ditemukan dalam belajar diskusi kelompok ini adalah tanggung jawab
masing-masing siswa dalam kelompoknyabelum maksimal, siswa yang
bertanggung jawab terhadap tugasnya hanya sebagian siswa tertentu saja,
belum semuanya dapat melakukan aktivitas seperti apa yang diharapkan.
Rumusan Masalah
Sebelum ditentukan rumusan masalah penelitian sebelumya
akan ditetapkan batasan dan asumsi penelitian guna untuk cakupan
penelitian ini dapat terlalu meluas dan untuk memudahkan didalam
pengambilan kesimpulan.
5

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

1.

Batasan Penelitian
A. Hasil belajar yang dimaksudkan adalah sesuai dengan aspek
penelitian dalam bentuk KBK yakni untuk mata pelajaran IPA
mencakup dua aspek yaitu aspek membaca dan menulis.
B. Hasil belajar yang diujikan adalah pada standar kompetensi yaitu
mampu mengekspresikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisan inggris, dengan kompetensi dasar :

2. Asumsi Penilaian
A. Instrumen yang digunakan dalam penelitian sudah baik
karena sudah dilakukan perbaikan secara silang antara
teman yang mengajar IPA, secara gabungan dan saling
tukar menukar Instrumennya.
B. Tentang Pengisian angket untuk motivasi belajar oleh
siswa sudah mencerminkan keadaan dan situasi yang
sebenarnya.
C. Hasil atau skor akhir yang dihasilkan siswa mencerminkan
hasil belajar yang nyata atau sebenarnya.
3

Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan dana asumsi penelitian di atas,
maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut :
A. Apakah

pembelajaran

dengan

menggunakan

diskusi

kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

mata pelajaran IPA kelas XI SMK Negeri 1 Tegallalang


Tahun Pelajaran 2014 / 2015 ?
B. Apakah pembelajaran dengan diskusi kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
IPA kelas XI, SMK Negeri 1 Tegallalang Tahun Pelajaran
2014 / 2015.
Tujuan Penelitian
Dengan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
A. Untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa kelas XI SMK Negeri
1 Tegallalang Tahun pelajaran 2014/2015, dalam mata pelajaran
IPA.
B. Untuk meningkatkanhasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri 1
Tegallalang Tahun pelajaran 2014 / 2015, dalam mata pelajaran
IPA.
C. Guna untuk menyempurnakan metode pembelajaran guru IPA agar
dapat meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa, seeing dapat
municipal inlay yang diharapkan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa,
guru dan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di masa yang
akan datang.

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

1. Bagi Siswa
Dapat

memberi

pengalaman

langsung

bagi

siswa

untuk

menumbuhkan kreatifitas belajar siswa terhadap mata pelajaran


IPA, sehingga akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.
2. Bagi Guru
- Supaya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam
menyempurnakan metode pembelajaran dikelas. Begitu pula
untuk menambah pengalaman di bidang penelitian untuk
meningkatkan prestasi belajar pada siswa.
- Dapat dipakai sebagai acuan dalam meningkatkan pembelajaran
dikemudian atau kedepannya sehingga nantinya karya tulis ini
bermanfaat untuk sertifikasi guru dan kenaikan pangkat ke IVb

3. Bagi Sekolah
Utamanya Kepada sekolah dapat dipakai sebagai dasar untuk
supervisi kelas sekaligus memberanikan pembinaan bagi guru untuk
memperbaiki

metode

pembelajaran

sehingga

akhirnya

dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas hasil belajar siswa.


Siklus I :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMK

: SMK Negeri 1 Tegallalang

Mata Pelajaran

: IPA

Kelas / Semester

: XI / Ganjil
8

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Alokasi Waktu
I.

: 2 jam pelajaran (IX pertemuan )

Standar Kompetensi : Mampu mengekspresikan gagasan pikiran


dan perasaan dalam bentuk tulisan.

II. Kompetensi Dasar : Menulis bahan penelitian


III. Materi Pokok

: Menulis hasil penelitian .

IV. Tujuan

a.

Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar IPA.

b.

Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.

V. Langkah-langkah Kegiatan :
1.

Kegiatan awal 10 menit (apersepsi)


a. Memotivasi siswa dengan meminta anak untuk menjawab
pertanyaan dari guru.
b. Tanya Jawab.
c. Guru menyuruh siswa untuk memberi contoh.

2. Kegiatan Inti :
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
b. Membagikan lembaran kerja pada masing-masing kelompok yang
di

dalamnya

memuat

tugas-tugas

atau

soal-soal

untuk

diselesaikan secara kelompok.


c. Setiap kelompok diatur siswa yang kemampuannya lebih baik
yang sedang dan yang kurang, agar kelompoknya lebih aktif dan
bisa berkreatif mampu bersemangat.
d. Meminta siswa bekerja sesuai dengan LKS. Guru membimbing
setiap kelompok untuk melakukan kegiatan LKS.
e. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya,
kelompok yang lain menanggapi.

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

3. Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pelajaran
b. Memberikan evaluasi berupa LKS
c. Menilai pekerjaan siswa
d. Mengumumkan dan mengumpulkan nilai siswa yang sudah baik
dan paling bagus
e. Memberikan tugas dirumah (PR).
VI. Sarana dan Sumber belajar
a.

Sarana : Lab IPA.

b.

Sumber: Buku pedoman IPA

VII. Evaluasi
-

Pretest : Tertulis

Post test : Uraian

Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Tegallalang

Gianyar, 15 November 2014


Peneliti

(I Wayan Dugdug, S.Pd, M.Pd)

(A.A. Gede Oka Parta, S.Pd)

NIP. 19570324 198603 1 010

NIP: 19681010 199303 1 018

Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMK

: SMK Negeri 1 Tegallalang

Mata Pelajaran

: IPA
10

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Kelas / Semester

: XI/Ganjil

Alokasi Waktu

: 2 jam pelajaran (IX pertemuan)

I.

: Mampu mengekspresikan gagasan pikiran dan

Standar Kompetensi

perasaan dalam bentuk tulisan.


II.

IV.

Kompetensi Dasar

: Menulis bahan penelitian

Materi Pokok

: Menulis hasil penelitian.

Tujuan
a. Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar IPA.
b. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.

V.

Langkah-langkah Kegiatan:
1.

Kegiatan awal 10 menit (apersepsi)


a. Memotivasi dam menghimbau siswa dengan meminta anak
untuk menjawab pertanyaan dari guru.
b. Tanya jawab

2.

Guru menyuruh anak untuk memberi contoh.

3.

Kegiatan Inti :
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, kurang
lebih dalam satu kelompok empat atau lima orang.
b. Membagikan lembaran kerja pada masing-masing kelompok
yang di dalamnya memuat tugas-tugas atau soal-soal untuk
diselesaikan secara kelompok.
c. Guru meminta siswa bekerja sesuai dengan LKS dan secara
langsung

guru

membimbing

setiap

kelompok

melakukan kegiatan dengan menggunakan LKS.

11

untuk

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

d. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil


kerjanya, sedangkan kelompok yang lain menanggapi dan
mendiskusikan bersama kelompoknya.
4.

Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pelajaran
b. Memberikan evaluasi berupa LKS
c. Menilai hasil pekerjaan kelompok siswa
d. Mengumumkan nilai anak yang paling baik
e. Memberikan tugas dirumah (PR).

VII. Sarana dan Sumber belajar


a.

Sarana

: Lab IPA

b.

Sumber

: Buku pedoman IPA

VIII. Evaluasi
- Pretest dalam bentuk tertulis
- Post test dalam bentuk uraian
Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Tegallalang

Gianyar, 15 November 2014


Peneliti

(I Wayan Dugdug, S.Pd, M.Pd)

(A.A. Gede Oka Parta, S.Pd)

NIP. 19570324 198603 1 010

NIP: 19681010 199303 1 018

12

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

LANDASAN TEORI
KREATIFITAS DAN TABEL PARTISIPASI
1. KREATIFITAS BELAJAR
Pengertian kreatifitas sebenarnya banyak ada definisi tentang
kreatifitas, namun tidak satu pun yang dapat diterima secara universal
mengingat begitu kompleknya konsep kreatifitas tampaknya hal ini
tidak mungkin dapat, dipahami, karena mengingat kreatifitas dapat
ditinjau

dari

beberapa

aspek

yang

saling

berkaitan

tetapi

penekanannya berbeda-beda (Utami Munandar 1990), dalam


bukunya mengenai pengembaangan bakat dan kreatifitas anak
sekolah.
Utami Munandar (1997) memberikan beberapa pengertian
kreatifitas berdasarkan pendapat para ahli salah satunya yang juga
merupakan pengertian dasar dari kreatifitas adalah kreatifitas yang
merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data informasi dalam unsur yang ada.
Kreatifitas merupakan konsep P4 suatu pendekatan yang
melihat kreatifitas dari segi pribadi pendorong proses dan produk
kreatifitas itu sendiri, bagaimana hubungan kreatifitas dengan
kecerdasan menurut teori ambang intelegensi untuk kreatifitas dari
Anderson (1986).
(Dalam buku Utami Munandar 1999) memaparkan bahwa
sampai tingkat intelegensi tertentu yang diperkirakan ada hubungan
erat antara hal ini dapat dimengerti karena untuk menciptakan tingkat
13

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

intelegensi yang cukup tinggi,pula dari hasil penelitian bahwa hasil


studi korelasi dan analisis faktor membuktikan test kreatifitas sebagai
dimensi fungsi kognitif yang relative bersatu.
Kemudian dalam menempatkan dalam menempatkan siswa
agar dapat meningkatkan kreatifitas belajarnya lebih baik dan
berhasil tidak terlepas dari adanya arahan dorongan dan motivasi
belajar siswa yang dapat digunakan untuk mencapai hasil yang
maksimal. Juga ada disebutkan beberapa petunjuk yang dapat
digunakan untuk memotivasi belajar siswa diantaranya :
- Usaha pengaturan kelas yang bervariasi sehingga rasa bosan tidak
ada dan perhatian peserta didik meningkat.
- Berikan kepada siswa rasa puas sehingga ia berusaha mencapai
keberhasilan selanjutnya.
- Bawalah suasana kelas menyenangkan bagi peserta didik .
- Buatlah peserta didik merasa ikut ambil bagian dalam program
yang disusun dan dilaksanakan.
- Kembangkanpengertian konsep dengan langkah pembuktian
kepada peserta didik secara wajar (Herman Hudoyo 2003).
Seperti dalam pelaksanaan kurikulum Berbasis Kompetensi
dinyatakan guru harus mampu memilih dan menerapkan metode
pembelajaran yang dapat membangun suasana pembelajaran yang
aktif, kreatif dan menyenangkan yakni sesuai dengan pendekatan
ETL.
Dengan cara guru mengajar sebagai salah satu faktor dari
luar individu sangat terkait dengan metode pembelajaran yang
diterapkan guru didalam maupun diluar kelas. Kesalahan pemilihan
14

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

metode pembelajaran akan sangat menghambat pencapaian tujuan


pembelajaran. Begitu pula pemilihan metode yang tepat akan sangat
membantu guru untuk mencapai hasil belajar secara maksimal. Jadi
metode pembelajaran yang diterapkan guru harus sesuai dengan
pradigma pendidikan.
Belajar merupakan tindakan dari yang tidak tahu, dalam
prilaku yang komplek dalam pandangan teori modern belajar adalah
a conge in behavior atau perubahan kelakuan yang berlangsung
secara progresif (Nasution 1996).

Konsep penting dalam belajar

adalah membangun perubahan prilaku dari yang tidak diharapkan


menjadi prilaku yang diharapkan dengan memberikan reinfarcoment
(penguatan) pada prilaku yang tidak diharapkan.
a. Kreatifitas siswa dalam belajar dikelas dari pengamatan
kreatifitas siswa dikelas dilakukan dari siklus I sampai siklus
II hasilnya dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel partisipasi aktif siswa belajar dikelas
NO

KEGIATAN

AWAL SIKLUS I SIKLUS II

Berdiskusi dengan teman

65%

70%

85%

28%

48%

70%

24%

58%

78%

Sejawat
2

Menanggapi jawaban dari


siswa lain

Berkomunikasi

dengan

guru

Peningkatan secara nyata terlihat pada keaktifan siswa yang


merupakan siswa berprestasi terutama kemampuannya berdiskusi
15

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dengan guru lebih-lebih pada siklus II setelah penggunaan alat bantu


berupa alat percaya dengan sederhana dan alat Bantu jenis
lainnya.Sehingga peningkatan penguasaan siswa terhadap pelajaran
dan materi yang diajarkan sangat baik dan lebih cepat dapat
memahami.
b. Hasil nilai IPA pada siklus II, ada pada tabel berikut
ditunjukkan hasil analisis nilai formatif untuk mengetahui ada
atau tidaknya peningkatan prestasi siswa pada siklus I ke
siklus II adapun tabelnya sebagai berikut:
Tabel Siklus I dan Siklus II.
NO

NILAI IPA

RATA-RATA KELAS

SIKLUS I

6,58

SIKLUS II

7,50

PENINGKATAN

0,71 %

Tindakan selanjutnya sebagai bahan refleksi untuk kegiatan


berikutnya dari hasil temuan pada siklus I dan hasil pengamatan proses
pembelajaran kemudian dirancang tindakan untuk siklus berikutnya.
I. Pada siklus I ini penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada materi
jenis pasang aksara pada mata pelajaran IPA guna memotivasi siswa.
Salah satu siswa menunjukkan contoh-contoh. Kegunaanya kemudian
siswa mengerjakan soal-soal IPA secara diskusi dengan berkelompok
(ada 4 orang, 5 orang dalam satu kelompok). Selanjutnya secara
bergantian siswa mengerjakan soal IPA dengan bimbingan guru. Pada
kegiatan akhir guru bersama siswa merangkai materi kemudian
16

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dilanjutkan penelitian proses pemberian tugas. Dalam pelaksanaan


tindakan ini masih masih banyak siswa yang belum kreatif dan hasil
belajarnya rata-rata hal ini terbukti dari 6 kelompok hanya 2 kelompok
yang mampu mengerjakan soal secara aktif dan kreatif dengan nilai 70.
Berdasarkan pengamatan supervisor proses pembelajaran sudah
mengalami perubahan walaupun perlu dilakukan tindakan-tindakan
perbaikan berikutnya. Setelah lembar observasi diisi oleh teman
sejawat supervisor pada siklus II, maka selanjutnya guru bersama
teman sejawat melakukan penemuan tentang tindakan-tindakan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan tujuan melihat sejauh mana
hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.
II. Pelaksanaan siklus ke II ini penelitian tindakan kelas ini dilakukan
pada materi jenis pasang aksara pada mata pelajaran IPA guna
memotivasi siswa. Salah satu siswa menunjukkan contoh-contoh.
Kemudian kegunaannya siswa mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris
secara berdiskusi dan berkelompok. Selanjutnya secara bergantian
siswa mengerjakan soal IPA dengan bimbingan guru pada kegiatan
akhir guru bersama siswa merangkum materi kemudian dilanjutkan
penelitian proses pemberian Tugas.
A.

Perencanaan Siklus II
1. Kegiatan awal :
Dengan melakukan Tanya jawab tentang bahan penelitian.
2. Kegiatan inti :
- Guna menjelaskan dan memberi contoh bahan penelitian.

17

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

- Siswa mendiskusikan tentang kegunaan penelitian


- Siswa mengerjakan soal test di buku latihan.

3. Kegiatan akhir :
- Siswa membuat laporan hasil penelitian.
B.

Tahap Observasi :
Selama

proses

pembelajaran

teman

sejawat/supervisor

melakukan pengamatan dan langsung mengisi kolom lembar


observasi dari hasil pengamatan tersebut dapat dipakai mengukur
keberhasilan siswa, siswa dapat mengetahui peningkatan hasil
perbaikan pembelajaran apakah sudah ada peningkatan hasil
perbaikan

pembelajaran

atau

belum.

(lembar

Observasi

terlampir).
C.

Tahap refleksi:
Selesai melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II guru dan
supervisor melakukan refleksi hasil penilaian dan dari hasilnya
mencapai

hasil

belajar

yang

mksimal,

maka

perbaikan

pembelajaran cukup sampai siklus II.


Hasil dari pembahasan dan hasil analisis penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran dapat diamati dari indikator keaktifan
siswa di kelas juga tidak terlepas dari kesungguhan siswa pada
saat proses pelajaran berlangsung, Sehingga dapat dibuatkan
grafik prestasinya atau hasil belajar, (grafik terlampir
18

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Gambar Grafik Prestasi/hasil Belajar


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
SIKLUS I

SIKLUS II

Metode Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas XI SMK Negeri 1 Tegallalang
Tahun ajaran 2014 / 2015,yang berjumlah 44 orang terdiri dari 32 orang
laki-laki dan 12 orang perempuan. Adapun alasan memilih kelas XI
dijadikan sebagai subjek penelitian karena kelas ini dalam mencapai hasil
belajar siswa yang telah ditentukan oleh sekolah (KKM) kelas XI paling
rendah diantara kelas yang lainnya.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu semester yakni
pada semester ganjil Tahun pelajaran 2014 / 2015. Karena selama
semester ganjil kelas XI masih ada waktu untuk belajar kegiatan les
tambahan di sekolah. Sehingga dalam pelaksanaan penelitian dapat
dilakukan dengan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
19

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tabel jadwal kegiatan Penelitian


No

Rencana Kegiatan

1. Perencanaan (Observasi awal dan


menyusun perencanaan).

Jadwal

Lama

Juli 2014

1 bulan

Agustus s.d

2. Pelaksanaan penelitian dan

Oktober

3 bulan

3. Pengolahan data

November

1 bulan

4. Pembuatan Laporan

Desember

1 bulan

pengumpulan data.

Jumlah

6 bulan (1
Semester)

3. Objek Penelitian
Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA, meliputi satu Standar
Kompetensi ( SK ) yang dijabarkan menjadi dua Kompetensi Dasar (KD
). adapun diantaranya sebagai berikut :
Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian ini direncanakan berlangsung selama
dua siklus secara berkelanjutan. Alur tindakan setiap siklus menggunakan
model penelitian tindakan kelas, adapun tahapan pada prinsipnya ada empat
tahapan, kegiatan yaitu : perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan
tindakan (action), observasi dan evaluasi proses tindakan (observation and
20

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

evaluation ) dan melakukan refleksi (reflecting), dilakukan secara berulang


sampai ada peningkatan keberhasilan tercapai.
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan terintegrasi
dalam proses pembelajaran. Setiap siklus dilaksanakan dalam enam kali tatap
muka untuk pelaksanaan pemberian tes ulangan akhir siklus, setiap kali tatap
muka diperlukan waktu 2 X 40 menit. Dengan menggunakan system diskusi
kelompok, mulai dengan melalui tiga tahapan yaitu :
1.

Tahapan awal
Pada tahapan ini siswa yang sudah dibagi dalam kelompok
dengan beranggotakan 4 sampai 5 orang dari 44 orang siswa dibagi
menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 5
orang,masing-masing kelompok diberi tugas / soal yang berbeda
untuk dicari jawabannya.

2. Tahapan diskusi
Setelah semua anggota kelompok mendapatkan bagian paket
soal dilanjutkan dalam mendiskusikan jawaban secara berkelompok
kemudian masing-masing kelompok menunjuk salah satu orang
sebagai wakil dalam ikut menyampaikan jawaban kepada kelompok
lain.
3. Tahapan presentasi
Setelah selesai mengerjakan tugas dalam kelompok masingmasing

mereka

bertanggung

jawab

untuk

menyampaikan

jawabannya dan kelompok yang lain mencatat, kemudian memberi


tanggapan terhadap kelompok lawan yang lain pada saat ini terjadi
21

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

saling memberi informasi sehingga setiap anggota kelompok


memiliki pengetahuan yang lengkap untuk semua paket soal. Hasil
tukar informasi tersebut dirangkum dalam sebuah buku catatan yang
telah disediakan.Dalam hal ini guru sebagai penengah / moderator
mengatur jalannya diskusi agar menghasilkan jawaban yang sesuai
dengan yang diharapkan.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pembahasan terhadap pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK) di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pembelajaran dengan cara diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreatifitas siswa dalam mata pelajaran IPA kelas XI SMK 1 Tegallalang
Tahun pelajaran 2014 / 2015, dari kategori kurang menjadi baik.
2. Pembelajaran diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA kelas XI SMK Negeri 1 Tegallalang
Tahun pelajaran 2014 / 2015, baik pada aspek penguasaan menulis
maupun pada aspek penerapan penggunaan kata.
3. Pembelajaran

diskusi

kelompok

efektif

diterapkan

untuk

menyempurnakan metode pembelajaran Guru IPA sehingga dapat


meningkatkan kreatifitas dan pencapaian hasil belajar siswa.
4. Pembelajaran diskusi kelompok dapat membantu siswa yang pasif
menjadi aktif karena dapat imbas dan pengaruh dari rekan-rekannya
sehingga metode ini memudahkan Guru IPA dalam mencapai tujuan
yang diharapkan.

22

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

B. Saran-saran
Berdasarkan simpulan di atas sejumlah saran yang bisa disarankan
sebagai rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah :
1. Semua guru khususnya guru IPA hendaknya menerapkan pembelajaran
diskusi kelompok salah satu jalan atau alternative untuk meningkatkan
kreatifitas dan hasil belajar siswa di sekolah.
2. Dalam pembelajaran diskusi kelompok hendaknya lebih banyak
memperhatikan pada pembentukan kelompok supaya suasana kelas lebih
kondusif dan tertib.
3. Setiap pelaksanaan berlangsung guru hendaknya selalu menekankan agar
kerjasama dan semua siswa berperan serta dalam masing-masing
kelompoknya.
4. Bagi guru mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lain penulis
menganjurkan agar penggunaan suatu strategi pembelajaran dapat lebih
bervariatif guna menghilangkan kejenuhan siswa.
5. Para guru ikut mencoba menerapkan strategi pembelajaran di sekolahnya
masing-masing pada pokok bahasan yang sama maupun yang tidak sama.

DAFTAR PUSTAKA

1. Margono s. Metodologi penelitian pendidikan Ronela Cipta Semaranu.


1996
2. Ali Musanad. Guru dalam proses belajar mengajar sinar baru ; Bandung.
1992
3. Winarno Surachman. Metodologi pengajaran Jem Mars Bandung. 1980
23

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PENERAPAN MEDIA SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN


KOMPETENSI SISWA PADA MATA DIKLAT SISTEM
KELISTRIKAN BODY DI KELAS X TEKNIK KENDARAAN
RINGAN SMK NEGERI 1 TEGALLALANG

OLEH :
Drs. I GUSTI NGURAH ADNYANA
NIP. 19680106 199512 1 001
ABSTRACT
The low study achievement is often a challenge for teachers in the
implementation of the learning process, especially for materials of Education
and Training subject with local nature that has been defeated by
technological advances and often ignored by some students. To overcome
the problem, teachers need to apply varied, creative and innovative learning
method; one for example is by applying simulation media.
Related to the problem, the purpose of this study is to determine the
increase of creativity and student learning achievement through the
application of simulation media. The research model is in the form of
classroom action research and the subjects are the students of class X SMK
N 1 Tegallalang, period 2014/2015.
This study was conducted in two cycles, each cycle carried out four
phases of activities, namely: planning, implementation, observation and
evaluation. Finally, there was a reflection in which the results were used as a
basis to improve the implementation of the next cycle.
Based on the discussion, it can be concluded that the application of
simulation media can enhance students creativity and learning achievement

24

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

in Education and Training subject in class X SMK N 1 Tegallalang, period


2014/2015.
Students creativity can improve their abilities of concepts mastery,
reading and writing. It is suggested to all teachers, especially in teaching
Education and Training subject, to apply simulation media, which stresses on
student cooperation and responsibility so it can enhance students creativity
and learning achievement clearly and steadily.
Keywords: simulation media

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desentralisasi merupakan isu-isu utama dalam pengembangan
pendidikan di berbagai aspek dan jenjang pembelajaran Mata Diklat selalu
diasumsikan sangat sulit dan menakutkan juga di kalangan sebagian siswa
dijaman Globalisasi ini yang serba modern sehingga mata pelajaran Mata
Diklat yang merupakan muatan lokal dianggap tidak begitu penting dan
bermanfaat, padahal dalam kehidupan sehari-hari selalu berguna dalam
melakukan Interaksi dan berkomunikasi untuk menyikapi hal tersebut
sudah sepantasnya kita bersama tetap menjaga dan melestarikan
keberadaannya.
Dalam aspek meningkatkan hasil belajar khususnya untuk
memacu penguasaan materi pelajaran dijenjang pendidikan di SMK perlu
adanya penyempurnaan proses belajar-mengajar dalam mata pelajaran
Mata Diklat agar diperoleh ketuntasan belajar. Untuk memperoleh
ketuntasan belajar guru hendaknya mempunyai kiat-kiat dan inovasi
tersendiri di dalam penggunaan metode dalam proses pembelajaran.
25

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Siswa dianggap berhasil dalam belajar secara klasikal apabila


daya serapnya atau (SKM) dapat mencapai 75% dan memperoleh nilai
diatas 60, maka para pendidik menggolongkan siswa tersebut sebagai
siswa yang berhasil atau tuntas, apabila ada siswa yang memperoleh nilai
dibawah 60 maka para pendidik menggolongkan siswa kedalam hasil
yang rendah atau kuran, setelah di diskusi dengan beberapa orang guru,
maka rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh banyak faktor
misalnya : Sebab peranan guru masih dominan dalam proses belajar
mengajar. Kurangnya menggunakan metode dengan berpariasi dan guru
yang memberikan latihan maupun tugas kepada siswa hendaknya
mengacu yang mendekati diskusi kelompok. Adapun faktor siswa
disebabkan oleh sangat rendahnya minat belajar siswa dalam belajar Mata
Diklat, Kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran. Malasnya
siswa mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR).
Guna untuk meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa
lebih maksimal maka perlu diadakan terobosan strategi maupun
penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar guna
meningkatkan hasil belajar dengan memakai metode diskusi kelompok,
sehingga emosi para siswa dalam menguasai materi pelajaran semakin
meningkat dan mantap juga dapat mengingat kembali materi pelajaran
yang diajarkan,apabila materi tersebut diadakan Evaluasi atau penilaian
sudah tentu bisa mencapai hasil yang diharapkan.
Dengan berdasarkan arsip hasil evaluasi terakhir yang
diselenggarakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, hasil
belajar siswa kelas X terhadap mata pelajaran Mata Diklat masih jauh di
bawah hasil yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut
26

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan umum bersama semester
ganjil pada siswa kelas X hanya mencapai nilai rata-rata 61.50 berarti
masih dibawah SKKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65 diantara semua
kelas Xnilai yang paling rendah dicapai oleh kelas X, yaitu hanya
mendapatkan nilai rata-rata 60.83.( dikutip dari kurikulum SMK Negeri 1
Tegallalang).
Menghadapi permasalahan itu, penelitian berjuang dan berusaha
mengatasinya dengan cara mengadakan konsultasi dan diskusi dengan
teman sejawat yang juga guru mata pelajaran Mata Diklat kelas X.
Dengan berdasarkan hasil pengamatan lebih awal di kelas X,
didapatkan gejala yang muncul dalam proses pembelajaran antara lain,
siswa kurang antusias mengikuti pelajaran, siswa terlalu banyak
cakapnya, atau selalu rebut, siswa kurang perhatian menerima pelajaran,
dalam proses pembelajaran kelihatan pasif jarang siswa yang berusaha
memikirkan jawaban dan atau menanggapi pertanyaan guru, diantara
siswa tidak mau kerja sama, guru untuk memberikan jawaban terhadap
pertanyaan guru, dalam proses pembelajaran siswa hanya duduk dan diam
seolah hanya ingin menunggu proses pembelajaran berakhir.
Setelah diadakan konsultasi dan diskusi dengan guru mata
pelajaran Mata Diklat dapat diidentifikasi ada beberapa indikator sebagai
faktor penyebab masalah. Misalnya setiap pembelajaran diterapkan guru
masih konvensional dan menuntun dalam menggunakan metode, kurang
bervariasi pembelajaran masih bersifat hapalan untuk menguasai konsep.
Kurang dibentuk pola pembelajaran mandiri termasuk sumber
belajar bervariasi kemudian tugas yang diberikan guru selalu menuntun
27

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

siswa yang mendapat hasil yang baik kurang diperhatikan kurang diberi
sanjungan dan pujian.
Dengan adanya semua faktor penyebab diatas yang paling
prinsipnya guna untuk diambil tindakan perbaikan tidak lain adalah
metode

pembelajaran

yang

kurang

variatifjuga

perlu

dipolakan

pembelajaran yang kondusif, dengan menumbuhkan dan mengembangkan


motivasi belajar dengan penerapan belajar secara diskusi kelompok agar
dapat memberikan peluang kepada siswa untuk bekerja sama saling
membantu dalam upaya meningkatkan hasil belajar guna untuk mencapai
hasil yang baik.
Dalam pembelajaran diskusi kelompok guna untuk mengatasi
adanya suasana belajar yang sangat pasif dan mematikan semangat belajar
siswa yang lebih pandai Lie (1988) dengan belajar diskusi kelompok
dapat meningkatkan motivasi partisipasi siswa dalam pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa yang lebih menggembirakan.
Juga tidak dapat dipungkiri, adapun kelemahan yang dapat
ditemukan dalam belajar diskusi kelompok ini adalah tanggung jawab
masing-masing siswa dalam kelompoknyabelum maksimal, siswa yang
bertanggung jawab terhadap tugasnya hanya sebagian siswa tertentu saja,
belum semuanya dapat melakukan aktivitas seperti apa yang diharapkan.
Rumusan Masalah
Sebelum ditentukan rumusan masalah penelitian sebelumya
akan ditetapkan batasan dan asumsi penelitian guna untuk cakupan
penelitian ini dapat terlalu meluas dan untuk memudahkan didalam
pengambilan kesimpulan.
28

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Batasan Penelitian
A. Hasil belajar yang dimaksudkan adalah sesuai dengan aspek
penelitian dalam bentuk KBK yakni untuk mata pelajaran Mata
Diklat mencakup dua aspek yaitu aspek membaca dan menulis.
B. Hasil belajar yang diujikan adalah pada standar kompetensi yaitu
mampu mengekspresikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisan Indonesia, dengan kompetensi dasar :
Asumsi Penilaian
A. Instrumen yang digunakan dalam penelitian sudah baik
karena sudah dilakukan perbaikan secara silang antara
teman yang mengajar Mata Diklat, secara gabungan dan
saling tukar menukar Instrumennya.
B. Tentang Pengisian angket untuk motivasi belajar oleh
siswa sudah mencerminkan keadaan dan situasi yang
sebenarnya.
C. Hasil atau skor akhir yang dihasilkan siswa mencerminkan
hasil belajar yang nyata atau sebenarnya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan dana asumsi penelitian di atas,
maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut :
A. Apakah

pembelajaran

dengan

menggunakan

diskusi

kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

29

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

mata pelajaran Mata Diklat kelas X SMK Negeri 1


Tegallalang Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
B. Apakah pembelajaran dengan diskusi kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
Mata Diklat kelas X, SMK Negeri 1 Tegallalang Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Tujuan Penelitian
Dengan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
A. Untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa kelas X SMK Negeri 1
Tegallalang Tahun pelajaran 2014/2015, dalam mata pelajaran Mata
Diklat.
B. Untuk meningkatkanhasil belajar siswa kelas X SMK Negeri 1
Tegallalang Tahun pelajaran 2014/2015, dalam mata pelajaran Mata
Diklat.
C. Guna untuk menyempurnakan metode pembelajaran guru Mata
Diklat agar dapat meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa,
seeing dapat municipal inlay yang diharapkan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa,
guru dan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di masa yang
akan datang.

30

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

1. Bagi Siswa
Dapat

memberi

pengalaman

langsung

bagi

siswa

untuk

menumbuhkan kreatifitas belajar siswa terhadap mata pelajaran


Mata Diklat, sehingga akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajarnya.
2. Bagi Guru
- Supaya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam
menyempurnakan metode pembelajaran dikelas. Begitu pula
untuk menambah pengalaman di bidang penelitian untuk
meningkatkan prestasi belajar pada siswa.
- Dapat dipakai sebagai acuan dalam meningkatkan pembelajaran
dikemudian atau kedepannya sehingga nantinya karya tulis ini
bermanfaat untuk sertifikasi guru dan kenaikan pangkat ke IVb

3. Bagi Sekolah
Utamanya Kepada sekolah dapat dipakai sebagai dasar untuk
supervisi kelas sekaligus memberanikan pembinaan bagi guru untuk
memperbaiki

metode

pembelajaran

sehingga

akhirnya

dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas hasil belajar siswa.


Siklus I :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMK

: SMK Negeri 1 Tegallalang

Mata Pelajaran

: Mata Diklat
31

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Kelas / Semester

: X / Ganjil

Alokasi Waktu

: 2 jam pelajaran (IX pertemuan )

I.

Standar Kompetensi

: Mampu mengekspresikan gagasan

pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan Indonesia.


II. Kompetensi Dasar : Menulis Indonesia
III. Materi Pokok

: Menulis.

IV. Tujuan
a. Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar Mata
Diklat.
b. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.
V. Langkah-langkah Kegiatan:
1. Kegiatan awal 10 menit (apersepsi)
a. Memotivasi siswa dengan meminta anak untuk menjawab
pertanyaan dari guru.
b. Tanya Jawab.
c. Guru menyuruh siswa untuk memberi contoh.
2. Kegiatan Inti:
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
b. Membagikan lembaran kerja pada masing-masing kelompok yang
di

dalamnya

memuat

tugas-tugas

atau

soal-soal

untuk

diselesaikan secara kelompok.


c. Setiap kelompok diatur siswa yang kemampuannya lebih baik
yang sedang dan yang kurang, agar kelompoknya lebih aktif dan
bisa berkreatif mampu bersemangat.
d. Meminta siswa bekerja sesuai dengan LKS. Guru membimbing
setiap kelompok untuk melakukan kegiatan LKS.
32

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

e. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya,


kelompok yang lain menanggapi.
3. Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pelajaran
b. Memberikan evaluasi berupa LKS
c. Menilai pekerjaan siswa
d. Mengumumkan dan mengumpulkan nilai siswa yang sudah baik
dan paling bagus
e. Memberikan tugas dirumah (PR).
VI. Sarana dan Sumber belajar
a.

Sarana : ruang diskusi.

b.

Sumber: Buku pedoman Mata Diklat

VII. Evaluasi
-

Pretest : Tertulis

Post test : Uraian

Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Tegallalang

Tegallalang, 5 Maret 2014


Peneliti

(I Wayan Dugdug, S.Pd, M.Pd)


NIP. 19570324 198603 1 010

(Drs. I Nyoman Murda, M.Pd)


NIP. 19641231 199512 1 021

33

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMK

: SMK Negeri 1 Tegallalang

Mata Pelajaran

: Mata Diklat

Kelas / Semester

: X/Ganjil

Alokasi Waktu

: 2 jam pelajaran (IX pertemuan)

I.

Standar Kompetensi

: Mampu mengekspresikan gagasan pikiran dan

perasaan dalam bentuk tulisan.


II.

Kompetensi Dasar

Menulis kata atau kalimat Mata

Diklat.
III.

Materi Pokok

Menulis kata atau kalimat.


IV.

Tujuan

a. Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar Mata Diklat.


b. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.
V.
1.

Langkah-langkah Kegiatan:
Kegiatan awal 10 menit (apersepsi)
a.

Memotivasi dam menghimbau siswa dengan meminta anak


untuk menjawab pertanyaan dari guru.

b. Tanya jawab
2.

Guru menyuruh anak untuk memberi contoh.

3.

Kegiatan Inti:
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,kurang
lebih dalam satu kelompok empat atau lima orang.
34

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

b. Membagikan lembaran kerja pada masing-masing kelompok


yang di dalamnya memuat tugas-tugas atau soal-soal untuk
diselesaikan secara kelompok.
c. Guru meminta siswa bekerja sesuai dengan LKS dan secara
langsung

guru

membimbing

setiap

kelompok

untuk

melakukan kegiatan dengan menggunakan LKS.


d. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil
kerjanya, sedangkan kelompok yang lain menanggapi dan
mendiskusikan bersama kelompoknya.
4.

Kegiatan Akhir
f. Menyimpulkan materi pelajaran
g. Memberikan evaluasi berupa LKS
h. Menilai hasil pekerjaan kelompok siswa
i. Mengumumkan nilai anak yang paling baik
j. Memberikan tugas dirumah (PR).

VII. Sarana dan Sumber belajar


a.

Sarana

: ruang diskusi

b.

Sumber

: Buku pedoman

VIII. Evaluasi
- Pretest dalam bentuk tertulis
- Post test dalam bentuk uraian

35

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Tegallalang

Gianyar, 15 November 2014


Peneliti

(I Wayan Dugdug, S.Pd, M.Pd)


NIP. 19570324 198603 1 010

(Drs. I Gusti Ngurah Adnyana)


NIP. 19680106 199512 1 001

LANDASAN TEORI
KREATIFITAS DAN TABEL PARTISIPASI
1 KREATIFITAS BELAJAR
Pengertian kreatifitas sebenarnya banyak ada definisi tentang
kreatifitas, namun tidak satu pun yang dapat diterima secara universal
mengingat begitu kompleknya konsep kreatifitas tampaknya hal ini
tidak mungkin dapat, dipahami, karena mengingat kreatifitas dapat
ditinjau

dari

beberapa

aspek

yang

saling

berkaitan

tetapi

penekanannya berbeda-beda (Utami Munandar 1990), dalam


bukunya mengenai pengembaangan bakat dan kreatifitas anak
sekolah.
Utami Munandar (1997) memberikan beberapa pengertian
kreatifitas berdasarkan pendapat para ahli salah satunya yang juga
merupakan pengertian dasar dari kreatifitas adalah kreatifitas yang
merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data informasi dalam unsur yang ada.
36

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Kreatifitas merupakan konsep P4 suatu pendekatan yang


melihat kreatifitas dari segi pribadi pendorong proses dan produk
kreatifitas itu sendiri, bagaimana hubungan kreatifitas dengan
kecerdasan menurut teori ambang intelegensi untuk kreatifitas dari
Anderson (1986).
(Dalam buku Utami Munandar 1999) memaparkan bahwa
sampai tingkat intelegensi tertentu yang diperkirakan ada hubungan
erat antara hal ini dapat dimengerti karena untuk menciptakan tingkat
intelegensi yang cukup tinggi,pula dari hasil penelitian bahwa hasil
studi korelasi dan analisis faktor membuktikan test kreatifitas sebagai
dimensi fungsi kognitif yang relative bersatu.
Kemudian dalam menempatkan dalam menempatkan siswa
agar dapat meningkatkan kreatifitas belajarnya lebih baik dan
berhasil tidak terlepas dari adanya arahan dorongan dan motivasi
belajar siswa yang dapat digunakan untuk mencapai hasil yang
maksimal. Juga ada disebutkan beberapa petunjuk yang dapat
digunakan untuk memotivasi belajar siswa diantaranya :
- Usaha pengaturan kelas yang bervariasi sehingga rasa bosan tidak
ada dan perhatian peserta didik meningkat.
- Berikan kepada siswa rasa puas sehingga ia berusaha mencapai
keberhasilan selanjutnya.
- Bawalah suasana kelas menyenangkan bagi peserta didik .
- Buatlah peserta didik merasa ikut ambil bagian dalam program
yang disusun dan dilaksanakan.
- Kembangkanpengertian konsep dengan langkah pembuktian
kepada peserta didik secara wajar (Herman Hudoyo 2003).
37

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Seperti dalam pelaksanaan kurikulum Berbasis Kompetensi


dinyatakan guru harus mampu memilih dan menerapkan metode
pembelajaran yang dapat membangun suasana pembelajaran yang
aktif, kreatif dan menyenangkan yakni sesuai dengan pendekatan
ETL.
Dengan cara guru mengajar sebagai salah satu faktor dari
luar individu sangat terkait dengan metode pembelajaran yang
diterapkan guru didalam maupun diluar kelas. Kesalahan pemilihan
metode pembelajaran akan sangat menghambat pencapaian tujuan
pembelajaran. Begitu pula pemilihan metode yang tepat akan sangat
membantu guru untuk mencapai hasil belajar secara maksimal. Jadi
metode pembelajaran yang diterapkan guru harus sesuai dengan
pradigma pendidikan.
Belajar merupakan tindakan dari yang tidak tahu, dalam
prilaku yang komplek dalam pandangan teori modern belajar adalah
a conge in behavior atau perubahan kelakuan yang berlangsung
secara progresif (Nasution 1996).

Konsep penting dalam belajar

adalah membangun perubahan prilaku dari yang tidak diharapkan


menjadi prilaku yang diharapkan dengan memberikan reinfarcoment
(penguatan) pada prilaku yang tidak diharapkan.
2.

Kreatifitas siswa dalam belajar dikelas dari pengamatan kreatifitas


siswa dikelas dilakukan dari siklus I sampai siklus II hasilnya dapat
dilihat pada table dibawah ini:

38

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tabel partisipasi aktif siswa belajar dikelas


NO
1

KEGIATAN
Berdiskusi

AWAL

SIKLUS I SIKLUS II

dengan

65%

70%

85%

Menanggapi jawaban

28%

48%

70%

24%

58%

78%

teman
Sejawat
2

dari siswa lain


3

Berkomunikasi
dengan guru

Peningkatan secara nyata terlihat pada keaktifan siswa yang


merupakan siswa berprestasi terutama kemampuannya berdiskusi
dengan guru lebih-lebih pada siklus II setelah penggunaan alat bantu
berupa alat percaya dengan sederhana dan alat Bantu jenis
lainnya.Sehingga peningkatan penguasaan siswa terhadap pelajaran
dan materi yang diajarkan sangat baik dan lebih cepat dapat
memahami.
2. Hasil nilai Mata Diklat pada siklus II, ada pada tabel berikut ditunjukkan
hasil analisis nilai formatif untuk mengetahui ada atau tidaknya
peningkatan prestasi siswa pada siklus I ke siklus II adapun tabelnya
sebagai berikut:

39

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tabel Siklus I dan Siklus II.


NO

NILAI MATA DIKLAT

RATA-RATA KELAS

SIKLUS I

6,58

SIKLUS II

7,50

PENINGKATAN

0,71 %

Tindakan selanjutnya sebagai bahan refleksi untuk kegiatan


berikutnya dari hasil temuan pada siklus I dan hasil pengamatan proses
pembelajaran kemudian dirancang tindakan untuk siklus berikutnya.
II. Pada siklus I ini penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada materi
jenis pasang aksara pada mata pelajaran Mata Diklat guna memotivasi
siswa. Salah satu siswa menunjukkan contoh-contoh. Kegunaanya
kemudian siswa mengerjakan soal-soal Mata Diklat secara diskusi
dengan berkelompok (ada 4 orang, 5 orang dalam satu kelompok).
Selanjutnya secara bergantian siswa mengerjakan soal Mata Diklat
dengan bimbingan guru. Pada kegiatan akhir guru bersama siswa
merangkai materi kemudian dilanjutkan penelitian proses pemberian
tugas. Dalam pelaksanaan tindakan ini masih masih banyak siswa yang
belum kreatif dan hasil belajarnya rata-rata hal ini terbukti dari 6
kelompok hanya 2 kelompok yang mampu mengerjakan soal secara
aktif dan kreatif dengan nilai 70.
Berdasarkan pengamatan supervisor proses pembelajaran sudah
mengalami perubahan walaupun perlu dilakukan tindakan-tindakan
perbaikan berikutnya. Setelah lembar observasi diisi oleh teman
sejawat supervisor pada siklus II, maka selanjutnya guru bersama
teman sejawat melakukan penemuan tentang tindakan-tindakan
40

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

pembelajaran yang telah dilakukan dengan tujuan melihat sejauh mana


hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.
II. Pelaksanaan siklus ke II ini penelitian tindakan kelas ini dilakukan
pada materi jenis pasang aksara pada mata pelajaran Mata Diklat guna
memotivasi siswa. Salah satu siswa menunjukkan contoh-contoh.
Kemudian kegunaannya siswa mengerjakan soal-soal Mata Diklat
secara berdiskusi dan berkelompok. Selanjutnya secara bergantian
siswa mengerjakan soal Mata Diklat dengan bimbingan guru pada
kegiatan akhir guru bersama siswa merangkum materi kemudian
dilanjutkan penelitian proses pemberian Tugas.
A.

Perencanaan Siklus II
1. Kegiatan awal :
Dengan melakukan Tanya jawab tentang jenis kata.
2. Kegiatan inti :
- Guna menjelaskan dan memberi contoh jenis kata.
- Siswa mendiskusikan tentang kegunaan kata
- Siswa mengerjakan soal test di buku latihan.
3. Kegiatan akhir :
- Siswa merangkai materi yang disebut dengan kalimat

B.

Tahap Observasi :
Selama

proses

pembelajaran

teman

sejawat/supervisor

melakukan pengamatan dan langsung mengisi kolom lembar


41

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

observasi dari hasil pengamatan tersebut dapat dipakai mengukur


keberhasilan siswa, siswa dapat mengetahui peningkatan hasil
perbaikan pembelajaran apakah sudah ada peningkatan hasil
perbaikan

pembelajaran

atau

belum.

(lembar

Observasi

terlampir).
C.

Tahap refleksi :
Selesai melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II guru dan
supervisor melakukan refleksi hasil penilaian dan dari hasilnya
mencapai

hasil

belajar

yang

mksimal,maka

perbaikan

pembelajaran cukup sampai siklus II.


Hasil dari pembahasan dan hasil analisis penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran dapat diamati dari indikator keaktifan
siswa di kelas juga tidak terlepas dari kesungguhan siswa pada
saat proses pelajaran berlangsung, Sehingga dapat dibuatkan
grafik prestasinya atau hasil belajar, (grafik terlampir)

42

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Gambar Grafik Prestasi/hasil Belajar


10
9
8
7
6

5
4
3
2
1
0
SIKLUS I

SIKLUS II

Metode Penelitian
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas X SMK Negeri 1 Tegallalang
Tahun ajaran 2014/2015,yang berjumlah 44 orang terdiri dari 32 orang
laki-laki dan 12 orang perempuan. Adapun alasan memilih kelas X
dijadikan sebagai subjek penelitian karena kelas ini dalam mencapai hasil
belajar siswa yang telah ditentukan oleh sekolah (KKM) kelas X paling
rendah diantara kelas yang lainnya.
5. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu semester yakni
pada semester ganjil Tahun pelajaran 2014/2015. Karena selama
semester ganjil kelas Xmasih ada waktu untuk belajar kegiatan les
tambahan di sekolah. Sehingga dalam pelaksanaan penelitian dapat
dilakukan dengan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
43

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tabel jadwal kegiatan Penelitian


No

Rencana Kegiatan

1. Perencanaan

(Observasi

Jadwal

Lama

Juli 2014

1 bulan

awal dan
menyusun perencanaan).
2. Pelaksanaanpenelitiandan

Agustus s.d
Oktober

3 bulan

3. Pengolahan data

November

1 bulan

4. Pembuatan Laporan

Desember

1 bulan

pengumpulan data.

Jumlah

6 bulan (1 Semester)

6. Objek Penelitian
Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Mata Diklat, meliputi satu
Standar Kompetensi ( SK ) yang dijabarkan menjadi dua Kompetensi
Dasar (KD ). adapun diantaranya sebagai berikut:
7. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian ini direncanakan berlangsung selama
dua siklus secara berkelanjutan. Alur tindakan setiap siklus menggunakan
model penelitian tindakan kelas, adapun tahapan pada prinsipnya ada empat
tahapan, kegiatan yaitu : perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan
tindakan (action), observasi dan evaluasi proses tindakan (observation and

44

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

evaluation ) dan melakukan refleksi (reflecting), dilakukan secara berulang


sampai ada peningkatan keberhasilan tercapai.
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan terintegrasi
dalam proses pembelajaran. Setiap siklus dilaksanakan dalam enam kali tatap
muka untuk pelaksanaan pemberian tes ulangan akhir siklus ,setiap kali tatap
muka diperlukan waktu 2 X 40 menit. Dengan menggunakan system diskusi
kelompok, mulai dengan melalui tiga tahapan yaitu :
1

Tahapan awal
Pada tahapan ini siswa yang sudah dibagi dalam kelompok
dengan beranggotakan 4 sampai 5 orang dari 44 orang siswa dibagi
menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 5
orang,masing-masing kelompok diberi tugas / soal yang berbeda
untuk dicari jawabannya.

2 Tahapan diskusi
Setelah semua anggota kelompok mendapatkan bagian paket
soal dilanjutkan dalam mendiskusikan jawaban secara berkelompok
kemudian masing-masing kelompok menunjuk salah satu orang
sebagai wakil dalam ikut menyampaikan jawaban kepada kelompok
lain.
3 Tahapan presentasi
Setelah selesai mengerjakan tugas dalam kelompok masingmasing

mereka

bertanggung

jawab

untuk

menyampaikan

jawabannya dan kelompok yang lain mencatat, kemudian memberi


tanggapan terhadap kelompok lawan yang lain pada saat ini terjadi
45

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

saling memberi informasi sehingga setiap anggota kelompok


memiliki pengetahuan yang lengkap untuk semua paket soal. Hasil
tukar informasi tersebut dirangkum dalam sebuah buku catatan yang
telah disediakan.Dalam hal ini guru sebagai penengah / moderator
mengatur jalannya diskusi agar menghasilkan jawaban yang sesuai
dengan yang diharapkan.
SIMPULAN DAN SARAN
C. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pembahasan terhadap pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK) di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pembelajaran dengan cara diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreatifitas siswa dalam mata pelajaran Mata Diklat kelas XSMK Negeri
1 Tegallalang Tahun pelajaran 2014/2015, dari kategori kurang menjadi
baik.
2. Pembelajaran diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Mata Diklat kelas X SMK Negeri 1
Tegallalang Tahun pelajaran 2014/2015, baik pada aspek penguasaan
menulis maupun pada aspek penerapan penggunaan kata.
3. Pembelajaran

diskusi

kelompok

efektif

diterapkan

untuk

menyempurnakan metode pembelajaran Guru Mata Diklat sehingga


dapat meningkatkan kreatifitas dan pencapaian hasil belajar siswa.
4. Pembelajaran diskusi kelompok dapat membantu siswa yang pasif
menjadi aktif karena dapat imbas dan pengaruh dari rekan-rekannya
sehingga metode ini memudahkan Guru Mata Diklat dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.
46

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

D. Saran-saran
Berdasarkan simpulan di atas sejumlah saran yang bisa disarankan
sebagai rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah ;
6. Semua guru khususnya guru Mata Diklat hendaknya menerapkan
pembelajaran diskusi kelompok salah satu jalan atau alternative untuk
meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa di sekolah.
7. Dalam pembelajaran diskusi kelompok hendaknya lebih banyak
memperhatikan pada pembentukan kelompok supaya suasana kelas lebih
kondusif dan tertib.
8. Setiap pelaksanaan berlangsung guru hendaknya selalu menekankan agar
kerjasama dan semua siswa berperan serta dalam masing-masing
kelompoknya.
9. Bagi guru mata pelajaran Mata Diklat maupun mata pelajaran lain
penulis menganjurkan agar penggunaan suatu strategi pembelajaran
dapat lebih bervariatif guna menghilangkan kejenuhan siswa.
10. Para guru ikut mencoba menerapkan strategi pembelajaran di sekolahnya
masing-masing pada pokok bahasan yang sama maupun yang tidak sama.

DAFTAR PUSTAKA

1. Margono s. Metologi penelitian pendidikan Ronela Cipta Semaranu.


1996
2. Ali Musanad. Guru dalam proses belajar mengajar sinar baru ; Bandung.
1992
3. Winarno Surachman. Metologi pengajaran Jem Mars Bandung. 1980
47

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA KOSA


KATA PKN MELALUI BIMBINGAN BELAJAR SISWA
KELAS X SMK NEGERI 1 TEGALLALANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh:
I Ketut Bawa, S.Pd, M.Pd
NIP: 19631231 198411 1160

Abstract
This action research aims to determine the increase of student ability in
reading words through the tutoring of class X SMK Negeri 1 Tegallalang in
academic year 2014/2015.
Related to the case at hand, the subjects of this research are students of
class X SMK Negeri 1 Tegallalang Gianyar, totaling 40 students which
consist of 23 male students and 17 female students. Based on assessment
result, it is obtained 5 students to be guided due to difficulties in acquiring
word skills by the student with their scores below the average of 75. Two
students had a very slow reading skill and can not compose a sentence; three
students were slow in reading and can not understand the content of the text,
less precise of pronounciation and intonation. Therefore, based on the
observation, those students should be given tutoring in reading English
vocabularies related to PKN subject.

48

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Data collection methods used in this study were 1) the observation


method to find out the students who have difficultiues in reading English
vocabularies related to PKN subject and 2) the interview method to deepen
the data.
The result showed that through tutoring in the first cycle, the five
students who handled showed the progress such as student Su had score of
60, student HA had score of 68, student Bu had score of 65, student IN had
score of 64; in Cycle II there was a significant increase in the percentage as
follows: the scores of student Su increased to 75, student KR increased to 75,
student HA increased to 75 and student IN increased to 70.
This means that the use of tutoring in PKN can increas the students
learning achievement. If the tutoring is done well, so the student
achievement can be improved.
The conclusion of this study is that by using the tutoring in learning
PKN in class X SMK Negeri 1 Tegallalang can increase the students
learning achievement. It is advised to the English teacher to implement this
tutoring method properly and continuously.
Keywords:tutoring method
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui, bahwa aktivitas pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama bagi sekolah, keluarga dan masyarakat. Untuk
mencapai sasaran pendidikan telah dirangkum dalam bentuk sistem

49

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

yang lebih khusus sehingga pelaku pendidikan memiliki tujuan secara


tepat.
Acuan pendidikan tersebut terkait dalam UU No.20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional yang secara tegas menyatakan
bahwa:
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan
rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan yang tinggi (Majalah
Mutu Vol VII April, 1998:4)
Untuk mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi maka sangat diperlukan penguasaan dan kecakapan dalam
membaca, menulis, dan berhitung. Kemampuan membaca dan menulis
menjadi dasar utama dalam pelajaran bahasa Inggris tetapi juga pada
mata pelajaran lainnya.
Dalam praktek pendidikan di dunia persekolahan pelaksanaanya
dikelola melalui proses pembelajaran berdasarkan kurikulum yang telah
ditetapkan.
Terkait dengan hal ini, bahwa kemampuan membaca para
siswa, masih banyak yang menunjukkan kelemahan atau kesulitan,
apabila kondisi ini dibiarkan sedemikian rupa akan berdampak pada
prestasi belajar.

50

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Berdasarkan hasil observasi kelas, bahwa siswa kelas X


SMK Negeri 1 Tegallalang yang berjumlah 40 orang, ternyata ada 5
orang siswa yang jelas menunjukkan kelemahan membaca dengan hasil
belajar mata pelajaran berbahasa Inggris di bawah 75. Lemahnya
keterampilan membaca sangat berpengaruh terhadap rendahnya prestasi
belajar pada mata pelajaran lain. Kelemahan membaca para siswa
tersebut menjadi kelompok kesulitan belajar yang dialami, bahkan
hampir mencakup semua mata pelajaran.
Rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
PKN dapat disebabkan oleh : (1) rendahnya kemampuan siswa dalam
memahami kata kerjadan kosa kata (2). siswa tidak memperhatikan guru
pada waktu membaca materi yang diajarkan, (3) siswa tidak
mendengarkan penjelasan dari guru tentang penggunaan kata kerja (4)
siswa bersangkutan sering tidak mengikuti pelajaran PKN (5) siswa
tersebut adalah pemalas dan terisolir.
Melihat gejala tersebut di atas maka guru pembimbing,
wali kelas dan guru mata pelajaran secara kolabirtif mencari jalan
memecahkan masalah tersebut. Apabila masalah - masalah siswa yang
dihadapi tersebut tidak ditangani secara serius maka ke lima siswa itu
akan mengalami kegagalan dalam menyelesaikan pendidikan di kelas X
(Sepuluh).
Sebenarnya banyak upaya yang telah dilakukan oleh guru
untuk membantu prestasi belajar bagi siswa bersangkutan, tetapi secara
umum upaya tersebut belum dikemas secara optimal, sehingga hasilnya
masih sangat minimal. Dari hasil interview guru pembimbing dengan
guru mata pelajaran PKN bahwa bantuan yang diberikan tidak
51

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

sistematis dan sering dilakukan secara spontan tanpa diketahuinya letak


kesulitan yang tampak pada siswa. Akibatnya semua upaya yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran PKN tidak efektif.
Melihat kenyataan tersebut maka penulis tertarik dan
mempunyai hasrat untuk meneliti lebih jauh dalam membantu
peningkatan prestasi pelajar/siswa melalui penelitian tindakan kelas
dengan judul : Peningkatan kemampuan membaca kosa kata PKN
melalui bimbingan belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Tegallalang
tahun pelajaran 2014/2015.
Rumusan Masalah
Permasalahan tentang belajar membaca dapat mencakup
hal-hal yang sangat mas dan komplek karena banyak sekali faktor yang
terkait di dalamnya. Salah satu faktor yang terkait adalah kemampuan
membaca dan memahami isi acuan, sehingga prestasi belajar siswa
menjadi rendah. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini akan
mengkaji permasalahan belajar dalam penentuan batas-batas untuk
menghindari kekaburan dalam pelaksanaan penelitian disamping itu
juga karena keterbatasan waktu, dana dan kemampuan peneliti.
Adapun keterbatasan peneliti ini sebagai berikut: (1)
Prestasi belajar yang diteliti terbatas pada belajar membaca mata
pelajaran PKN (2) Siswa yang dikenai tindakan adalah siswa kelas X
SMK Negeri 1 Tegallalang yang menunjukan kemapuan membaca yang
rendah sehingga prestasi belajar kurang;
(3) Siswa yang diteliti sebanyak 5 orang anak; (4) Bimbingan belajar
kelompok yang dimaksudkan adalah bimbingan kelompok belajar untuk
52

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

5 orang anak dengan masalah yang sama serta memberikan perhatian


khusus

kepada

individu,

maksudnya

setiap

kasus

dituntun

pembelajarannya sampai dapat memahami isi bacaan.


Berdasarkan keterbatasan yang dikemukakan di atas maka
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.

Bagaimana gambaran kemampuan membaca PKN dan kesulitan


membaca pada kelas X SMK Negeri 1 Tegallalang sebelum
bimbingan belajar dilaksanakan?

2.

Apakah bimbingan belajar dapat meningkatkan kemampuan


siswa yang mengalami kesulitan membaca kalimat.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di
atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran kemampuan siswa yang mengalami
kesulitan membaca PKN pada kelas X SMK Negeri 1 Tegallalang
sebelum bimbingan belajar melalui kelompok belajar.
2.

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa yang


mengalami kesulitan membaca PKN siswa SMK Negeri 1
Tegallalang setelah bimbingan belajar melalui kelompok belajar.

53

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Manfaat Penelitian
Manfaat

penelitian

ini

maksudnya

adalah

kegunaan

atau

kebermaknaan penelitian baik pada pengembangan ilmu pengetahuan


maupun untuk kepentingan praktis, sehingga hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan buah pikiran
di dunia pendidikan dan memperkaya teori-teori serta konsep
pendidikan khususnya dibidang membaca PKN.
2. Secara praktis
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
siswa, guru dan sekolah
LANDASAN TEORI
1.

Kegiatan Belajar Siswa SMK


Dalam kegiatan proses belajar mengajar bahwa membaca
merupakan salah satu kunci dalam meningkatkan prestasi belajar. Karena
melalui

membaca

siswa

dapat

menambah

pengetahuan

atau

kemampuannya.
Gagne mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang
merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian
kondisi belajar untuk mencapainya.
Proses belajar yang diciptakan guru sebagaimana tuntunan
pendekatan, sepatutnya didasarkan atas pemahaman belajar. Dengan
54

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

demikian terdapat sejumlah tujuan belajar sewajarnya yang dapat


diwujudkan guru dalam kegiatan belajar di sekolah SMK yakni 1)
Menjadikan anak-anak senang, bergembira dan dalam belajar; 2)
Memperbaiki berpikir kreatif anak-anak, sifat keingintahuannya, kerja
sama, harga diri dan rasa percaya pada diri sendiri, khususnya dalam
menghadapi kehidupan akademik; 3) Mengembangkan sikap positif
anak-anak belajar; 4) Mengembangkan efeksi dan kepekaan terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya khususnya perubahan
yang terjadi dalam lingkungan sosial dan teknologi, (Mulyani Sumantri,
1998/1999:21).
Prestasi

belajar

adalah

penguasaan

pengetahuan

atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya


ditunjukkan dengan nilai atau angka nilai yang diberikan oleh guru
(Depdikbud, 1994/1995 : 787).
Sehubungan dengan prestasi belajar, untuk dapat mencapai
efisiensi hasil belajar yang sebesar- besarnya, maka perlu diperhatikan
berbagai faktor atau kondisi antara lain:(1) Keinginan orang tua yang
berbeda dari keinginan anak dan keinginan orang tua melampaui
keinginan anak ;(2) Belum membudayanya kebiasaan membaca,
khususnya kebiasaan belajar.
2.

Bimbingan belajar
Bimbingan belajar merupakan proses pemberian bantuan kepada
individu agar diperoleh suatu kebiasaan belajar yang baik sehingga
mampu menyelesaikan tugas-tugas belajar baik di rumah maupun di
sekolah.

55

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Bimbingan belajar dapat berlangsung di sekolah yang biasanya


dilaksanakan oleh petugas bimbingan atau guru bidang studi berkaitan
dengan pencapaian prestasi yang lebih baik. Di samping itu bimbingan
belajar dapat pula berlangsung di luar sekolah seperti dalam lingkungan
keluarga. Bimbingan belajar dalam lingkungan keluarga biasanya
dilakukan oleh orang tua siswa. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat
melaksanakan kegiatan belajar secara teratur dirumah Dengan
penyediaan fasilitas, perhatian dan pengawasan.
Pendapat lain menyatakan bahwa "Bimbingan belajar adalah suatu
bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat dalam
mengatasi kesukaran - kesukaran mengenai belajar, dan memilih jurusan
sekolah lanjutan yang sesuai" (Winkel 1978: 4 )
1 Jenis-jenis bimbingan belajar.
Bimbingan belajar yang diadakan atau dilaksanakan dapat
berupa berbagai jenis bimbingan. Bimbingan belajar menurut
beberapa sumber.
Menurut Sulastri dalam bukunya bimbingan belajar menyatakan
bahwa bimbingan belajar antara lain meliputi : sikap mental, tempat
belajar, kesehatan badan, keteraturan dalam belajar, disiplin dalam
belajar, cara menghafal pelajaran, belajar kelompok dan cara
menghadapi ujian.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka diuraikan lebih lanjut
beberapa jenis-jenis bimbingan belajar antara lain : (1) Sikap mental;
(2) Tempat belajar; (3) Kesehatan belajar; (4) Keteraturan dalam
belajar; (5) Disiplin belajar; (6) Konsentrasi; (7) Cara mengikuti
56

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

pelajaran; (8) Cara membaca buku; (9) Cara membuat ringkasan; (10)
Cara menghafal pelajaran; (11) Belajar kelompok; (12) Cara
menempuh ulangan; (13) Cara belajar mandiri.
2. Prestasi belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas yang pada hakikatnya
akan bermuara kepada hasil yang dicapai. Prestasi belajar lahir
melalui proses pengukuran dan penilaian dengan suatu instrumen.
Setelah seseorang melakukan perbuatan belajar maka pada dirinya
nampak perubahan kearah peningkatan.
Perubahan prestasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga aspek
yaitu:
(1) Perubahan dan peningkatan dalam perolehan pengetahuan
yakni dari tidak tahu menjadi tahu dalam bentuk disiplin ilmu
yang disebut aspek kognitif.
(2) Perubahan dan peningkatan sikap. Individu dapat berubah
berupa: kegemaran, kecintaan, sopan santun, dan yang
menyangkut masalah harkat dan martabat yang lazim disebut
aspek efektif.
(3) Belajar sendiri dapat menimbulkan perubahan keterampilan
dalam bentuk gerak seperti menari dan lainnya.
Berdasarkan ketiga uraian tersebut di atas maka prestasi
belajar adalah kecakapan yang dicapai seorang individu untuk
mendapatkan simbul dan angka. Sehingga dapat ditetapkan prestasi
belajar dalam tahapan seperti: baik, cukup dan kurang. Hal itu
57

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dapat pula dinyatakan oleh Hadari Nawawi bahwa :"Prestasi belajar


diartikan sebagai keberhasilan murid dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai
yang diperoleh dari hasil test mengenai jumlah materi pelajaran
tertentu" (Hadari Nawawi, 1981 : 100).
Menurut Sutratinah Tirtonegoro dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan prestasi belajar adalah "Hasil dari pengukuran
dan penilaian hasil belajar" (Sutratinah Tirtonegoro, 1984 :43).
3. Bimbingan Kelompok Belajar
Pengertian Bimbingan
Menurut Sukardi (1993.2) menyatakan bahwa Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) sekelompok orang
agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
Selanjutnya menurut W.S. Winkel (1984 : 17) "Bimbingan berarti
pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok orang dalam
membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan
penyesuaian diri terhadap tuntunan-tuntunan hidup."
Pengertian Kelompok Belajar
Menyelenggarakan kelompok belajar merupakan salah satu
bagian untuk merealisasikan bimbingan dan konseling di
sekolah. Diketahui bahwa siswa dapat belajar secara
individual, juga dapat belajar secara kelompok. Oleh karena
itu belajar secara berkelompok dapat memberikan dampak
yang positif terhadap prestasi yang dicapai oleh siswa.
58

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Adapun tujuan belajar secara berkelompok atau kelompok


belajar menurut Beni Labra dalam Tirka (1986: 181) adalah :
(1) Membiasakan anak untuk bergaul dengan temanteman. Bagaimana mengemukakan pendapatnya. dan
menerima pendapat orang lain.
(2) Dengan

belajar

secara

kelompok

turut

pula

merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran.


(3) Untuk belajar mengatasi kesulitan-kesulitan. terutama
dalam hal pelajaran secara bersama-sama.
(4) Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung di
dalam masyarakat yang lebih luas.

Untuk dapat menghasilkan prestasi belajar yang


optimal melalui bimbingan kelompok belajar, maka kegitankegiatan bimbingan keterampilan membaca yang diberikan
kepada siswa, menurut Sunartana, (1985 : 11) dikemukakan
antara lain ; (1) Bimbingan belajar, motivasi, konsentrasi.
dan pemahaman ; (2) Keterampilan ; (Sibimbingan
membuat catatan ; (4) Pengaturan waktu belajar.
Dari uraian bimbingan kelompok belajar di atas,
tentunya
kelompok

ada

beberapa

belajar

dipilih

alasan

mengapa

sebagai

salah

bimbingan
satu

cara

melaksanakan bimbingan belajar dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut:
59

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

(a)

Kelompok belajar memiliki sumber informasi maupun


buah pikiran yang lebih kaya daripada yang dimiliki
individu, karena itu dapat menghasilkan keputusan
yang lebih baik;
(1) Dalam belajar kelompok sering dimotivasi oleh
kehadiran anggota atau siswa yang lainnya.
(2) Melalui

belajar

kelompok.

siswa

dapat

meningkatkan pemahaman terhadap orang lain,


lingkungan maupun materi pelajaran;

(3) Dalam belajar kelompok keterlibatan anggota


kelompok akan memberikan kontribusi yang
positif

terhadap pemahaman materi yang

dipelajari bersamar
(4) Kelompok belajar akan dapat meningkatkan
kemampuan setiap siswa untuk berinteraksi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan,
bahwa bimbingan kelompok belajar adalah suatu bantuan
yang diberikan kepada sekelompok orang untuk dapat
memecahkan masalah yang dialami sehingga terjadi
perubahan dalam bertingkah laku dan memiliki kemampuan
untuk berinteraksi dengan orang lain.

60

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Kerangka Berpikir
Setelah diuraikan tentang kegiatan belajar siswa SMK. bimbingan
belajar, dan prestasi belajar maka untuk mencapai peningkatan prestasi
belajar yang optimal dapat ditempuh dengan cara memberi bimbingan
belajar.
Dalam buku Metodelogi Penelitian dan Pendidikan dinyatakanbahwa:
"Kerangka berpikir adalah semacam asumsi yang bersifat teoritis dan ilmiah
tentang masalah yang didasarkan pada bahan informasi dan menjadi bagian
dari perumusan hipotesis. Adapun kerangka berpikir yang digunakan sebagai
berikut:
1.

Dalam kenyataannya

bahwa banyak faktor

yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa baik faktor yang berasal


dari dalam diri siswa itu sendiri umum yang berasal dari luar diri
siswa.
2.

Rendahnya prestasi belajar siswa yang disebabkan cara belajar


yang kurang baik atau negatif. Tidak memiliki sarana belajar
yang memadai. Dan kurangnya motivasi belajar dapat diatasi
atau ditanggulangi melalui bimbingan belajar khususnya
bimbingan kelompok belajar.

3.

Semakin baik bimbingan kelompok belajar yang dilaksanakan


maka akan baik pula hasil yang dicapai dalam belajar.

Hipotesis Tindakan
Hipotesa adalah merupakan suatu pernyataan kebenarannya masih
diragukan, hipotesa dapat juga diartikan sebagai suatu kesimpulan atau
61

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dugaan sementara yang belum sepenuhnya diakui kebenarannya. Untuk


membuktikan benar atau tidaknya hipotesa itu haruslah diadakan pengujian.
Maka dari itu dikenai adanya pengetesan hipotesa atau pengujian hipotesa
(testing hypotesa). Dalam hal ini bukan berarti bahwa suatu penelitian akan
gagal apabila hipotesa yang diajukan salah, tetapi justru malah sebaliknya
dengan pengujian hipotesa akan diketahui hipotesa mana yang ditelaah atau
mana yang diterima.
Berdasarkan uraian teoritik dan kerangka berpikir tersebut maka dapat
diajukan hipotesis bahwa : bila pemberian bimbingan belajar dengan tehnik
bimbingan kelompok belajar dilaksanakan secara optimal maka prestasi
belajar siswa yang mengalami kesulitan membaca pada siswa kelas X SMK
Negeri 1 Tegallalang.
METODE PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X
SMK Negeri 1 Tegallalang. Jumlah siswa 40 orang terdiri dari 23 orang
siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Dari 40 orang siswa
ternyata 5 orang yang akan dikenakan tindakan, karena siswa tersebut
mengalami kesulitan dalam keterampilan membaca. Prestasi pelajaran
Bahasa Inggris yang diperoleh dari ke lima tersebut dibawah rata-rata 75.
Keterampilan membacanya sangat rendah, ada 2 orang sangat lambat
dalam membaca dan belum bisa merangkai kalimat, 3 orang siswa
lambat membaca dan belum memahami isi bacaan, lafal, lagu kalimat,
intonasi kurang tepat.

62

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Bertitik tolak pada uraian di atas ,maka dipandang perlu siswa


tersebut mendapat bimbingan belajar upaya memperbaiki/remidi dengan
harapan agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.
Gambaran awal temuan kasus yang dikenai tindakan adalah sebagai
berikut :
Tabel 01 : Prestasi belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas X SMK
Negeri 1 Tegallalang Tahun Pelajaran 2014/2015

No

Kode subjek

Jenis kelamin

Prestasi

SU

60

HA

70

BU

65

KR

65

IN

64

63

Ket.

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

3.2 Prosedur Tindakan


Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah model Kemmis dan Me Tarigart
seperti bagan tersebut di bawah ini sebagai berikut :
REFLEKSI

OBSERVASI/

SIKLUSI I

PERENCANAAN

EVALUASI

PERENCANAAN

REFLEKSI

OBSERVASI/EVA
LUASI

SIKLUS I

PERENCANAAN

PERENCANAAN
dst
dst

64

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

(Kemmis dan Me. Targat dalam DjunaidiGhony. 2008: 64)


Jadi keempat tahapan tersebut di atas merupakan satu siklus
yaitu: putaran dari perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan
refleksi, demikian pula pada siklus selanjutnya.
1. Perencanaan
Dalam perencanaan tindakan kelas ini meliputi kegiatan
sebagai berikut.
a. Mohon ijin kepada Kepala Sekolah mengenai rencana tindakan
kelas yang akan dilaksanakan.
b. Mencatat siswa yang menunjukkan gejala prestasi belajar yang
rendah.
c. Menyusun program bimbingan belajar dalam penelitian
tindakan kelas.
d. Mempersiapkan materi layanan informasi tentang peningkatan
kemampuan membaca Inggris, melalui bimbingan belajar.
e. Menyusun dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan
untuk memantau meningkatkan prestasi belajar membaca pada
pelajaran Bahasa Inggris.

65

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

2. Tindakan
Rancangan tindakan dilakukan dalam 2 siklus dari bulan
Juli sampai dengan September 2014 dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Siswa dikenai tindakan diberi waktu 5-10 menit untuk membaca
wacana bacaan bahasa Inggris.
b. Tanya jawab mendiskusikan dan memberikan penjelasan katakata yang sulit.
c. Memberikan contoh membaca yang baik dan benar dengan
menonjolkan lafal kata, pemenggalan dan lagu kalimat.
d. Memberi giliran membaca kepada siswa dengan melaksanakan
perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa.
e. Siswa diberi tuas menceritakan kembali isi bacaan dengan
bahasa mereka,
f. Menjawab pertanyaan bacaan.
g. Mengobservasi

setiap

kegiatan

siswa

pada

saat

guru

memberikan petunjuk.
3. Observasi
Rancangan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan
kelas dengan menggunakan metode observasi dan pencatatan leger
siswa atau buku nilai yang ada pada guru. Metode observasi untuk
memantau kegiatan kelompok bimbingan belajar pada siswa.
sedangkan indikator-indikator yang di observasi berkaitan dengan
66

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

kesesuaian rencana dan proses tindakan. hambatan-hambatan


tindakan.
4. Evaluasi
Berkaitan dengan tujuan penelitian sebagaimana telah
dikemukakan di atas maka hasil tindakan yang telah dilakukan
dianalisis dengan analisis deskriptif sebagai berikut:
a.

Untuk melihat keberhasilan tindakan dari tujuan penelitian


dilakukan melalui pemaparan terhadap perubahan perbaikan
keterampilan membaca dalam pelajaran PKN.

b.

Untuk melihat peningkatan prestasi keterampilan membaca


dalam pelajaran PKN digunakan rumus:

PA =

Post Rate - Base Rate


x 100%
Base Rate

(Good - Win and Coeteeso, 1976)

PA

: Prosentase Peningkatan

Post Rate

: presentase diberikan tindakan / skor akhir

Base Rate : Presentase diberikan tindakan/ skor awal

67

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

5. Refleksi
Refleksi dilakukan setiap terselesaikannya tindakan
untuk mengkaji temuan-temuan dalam tindakan. hambatanhambatan karena belum sesuainya dengan

rencana sampai

menemukan hasil yang memuaskan. serta faktor-faktor yang


menunjang ke arah pencapaian yang lebih tepat. Tahapan ini
merupakan masukan untuk menyusun rencana tindakan pada
putaran selanjutnya. Prosedur putaran kedua merupakan lanjutan
putaran pertama.

HASIL TINDAKAN
1.

Hasil Tindakan Putaran Pertama


Setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah, peneliti
melaksanakan bimbingan belajar terhadap siswa yang dikenai tindakan.
Dalam tindakan pertama pengajaran remidi atau perbaikan terhadap
siswa yang mengalami kesulitan membaca dilaksanakan mulai bulan Juli
2014 kegiatan ini dilaksanakan empat kali dalam satu kali siklus.Teknik
yang digunakan dalam upaya perbaikan menggunakan teknik kelompok
belajar. Dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang siswa yang
mengalami kesulitan membaca diberikan suatu remidi atau perbaikan
dengan cara mengulang kembali materi-materi yang telah diberikan.
Memberi petunjuk tentang teknik membaca serta upaya perbaikan
terhadap hal-hal yang menghambat efektivitas dalam membaca. Teknik
membaca yang dikembangkan sesuai dengan tujuan penelitian adalah
membaca teknis untuk melatih siswa agar mampu membaca sesuai
68

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dengan ucapan/lafal, nada, irama dan lagu kalimat yang tepat, sedangkan
membaca dalam hati diberikan agar melatih siswa mampu menangkap isi
wacana secara tepat dan cermat, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Sehingga memahami isi bacaan.
Pada siklus diberikan empat kali pertemuan pengajaran
remidi/perbaikan sebagai berikut:
(1)

Pada tahap pertama hari Senin tanggal 26 tahun 2014 dengan


menggunakan metode ceramah, pengenalan huruf dan metode SAS
(Structural Analitik Sintetik),

(2)

Berikutnya pertemuan kedua dilaksanakan hari Senin, tanggal 2


Agustus 2014 dengan metode ceramah dan tanya jawab.

(3)

Selanjutnya hari Senin tanggal 9 Agustus 2014 memberikan


perbaikan/remidi, pelaksanaan lebih menekankan pada membaca
dengan suara nyaring dengan lagu kalimat dan lafal yang betul.

(4)

Pada hari Senin tanggal 16 Agustus 2014 memberikan evaluasi


kepada siswa yang diberi tindakan dengan cara menjawab
pertanyaan bacaan untuk mengetahui apakah wacana yang dibaca
telah dipahami isinya.

Deskripsi Data
Selama pelaksanaan bimbingan belajar pada pengajaran
perbaikan putaran pertama melalui observasi, wawancara dan
pencatatan leger siswa atau buku nilai.

69

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Hasil Pemantauan
Pemantauan

terhadap

tindakan

kelas

dengan

menggunakan metode observasi dan wawancara ditemukan halhal sebagai berikut:


a. Sudah ada beberapa peningkatan prestasi belajar dalam hal
ketepatan merangkai kata dan lafal yang benar.
b. Beberapa siswa belum menunjukkan kecepatan dan kelancaran
menyuarakan bacaan secara wajar.

c. Siswa tidak takut lagi dalam membaca, sudah mulai membaca


agak nyaring.
d. Belum begitu mampu menjawab pertanyaan bacaan.
e. Ada 2 siswa yang masih ragu-ragu dan gagap dalam membaca.
Dari pemantauan dapat diketahui penyebab rendahnya prestasi
belajar dan alternatif perbaikannya.
Jadi peningkatan prestasi belajar pada siswa yang dikenai
tindakan sebagai berikut:
Tabel 09 : Hasil Pemantaun dan wawancara penyebab rendahnya
prestasi belajar dan alternative perbaikannya.

70

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

No

Kode

L/P

Penyebab

Alternative perbaikan

subjek
1.

SU

Kurang

mengenal Memberi motivasi untuk

huruf, sehingga takut menumbuhkan


membaca dan merasa kepercayaan
terkucil

mengenalkan

diri

dan

kembali

huruf
2.

HA

Menghilangkan
atau

huruf Diberikan kalimat yang

kata

dan tidak

lengkap

dan

menyisipkan kata lain disuruh mengisi bagian


waktu membaca
3.

BU

yang kosong.

Ragu ragu dalam Menuliskan kalimat pada


mengucap kartu kartu kalimat

membaca,
kata

dengan

bantuan atau

guru.
4.

KR

kertas

panjang

berisi kalimat

Tidak

memperhatikan Melaksanakan

perintah

tanda

baca

kalimat

lagu

kalimat

sehingga membacakan

kurang Tanya atau perintah.

tepat.
5.

IN

Agak

gagap

membaca,
mengulang

dalam Membaca dengan bacaan


selalu yang sangat sederhana

kata

kalimat

atau dan

diberi

giliran

belakangan membaca.

71

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

4.1.3 Hasil Evaluasi


Dari table yang telah disusun pada putaran pertama maka
dapat dicari peningkatan prestasi belajar dengan rumus sebagai
berikut :

Post Rate Base Rate


PA = ------------------------------------ x 100%
Base Rate
Jadi peningkatan prestasi belajar pada siswa yang dikenai tindakan
sebagai berikut :

Tabel 10 : Peningkatan prestasi belajar Bahasa Inggris dalam


bentuk diberi tindakan pada
No

Kode Subjek

Base Rate

Post Rate

Peningkatan
Nilai

1.

SU

60

75

15

2.

HA

68

72

04

3.

BU

65

75

10

4.

KR

65

75

10

5.

IN

64

70

06

72

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Refleksi
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan terhadap siswa
yang mengalami prestasi belajar rendah, maka dapat dilaporkan
refleksi terhadap siswa yang mengalami prestasi belajar rendah,
maka dapat dilaporkan refleksi terhadap penilaian tindakan
putaran pertama sebagai berikut:
Secara umum pelaksanaan penelitian pada putaran
pertama belum ada peningkatan yang signifikan hal itu dapat
diketahui dari hasil pemantauan terhadap observasi yang telah
dilaksanakan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
signifikan akan dioptimalkan pada putaran kedua. Untuk itu
penelitiakan
pemberian

berusaha
bimbingan

mengoptimalkan
terutama

kemampuan

bimbingan

belajar

pada
dalam

menyimak dan memahami isi bacaan, disamping itu memberikan


tugas rumah untuk menulis kembali isi bacaan sesuai dengan
bahasa sendiri, sehingga diharapkan tercapainya ketuntasan
dalam mengatasi kesulitan membaca.
Hasil Tindakan Siklus Kedua
Setelah

melaksanakan

tindakan

putaran

pertama

dapat

ditemukan hambatan-hambatan yang dialami oleh masing masing


individu, maka dalam :indakan putaran kedua pelaksanaanya akan lebih
mengoptimalkan bimbingan belajar agar kesulitan yang dialami oleh
siswa dapat dituntaskan. Adapun tahapan akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut:

73

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

(1)

Pada tahap pertama hari Senin tanggal 23 Agustus 2014,


siswa membacakan ringkasan bacaan yang telah dikerjakan
di rumah dan membahas hasil dari pekerjaan siswa.
Kemudian memberikan tugas kepada masing-masing
individu

sesuai

dengan

faktor

penyebab

kesulitan

membaca. Salah satu siswa membaca wacana dan yang lain


menyimaknya.
(2)

Pada tahap kedua hari Senin tanggal 30 Agustus 2014


mengulangi kembali pemberian tugas, dan selanjutnya
tanya jawab sambil membimbing, memperbaiki kesalahan kesalahannya. Bagi anak yang agak gagap diberi giliran
membaca nyaring suatu bacaan belakangan dari temannya
agar siap-siap mendapat gilirannya.

(3)

Tahap ketiga pada hari Senin tanggal tgl 6 September 2014


kembali diberikan bacaan dengan membaca nyaring dan
cermat,

mengamati

tanda-tanda

baca

agar

dapat

menangkap isi bacaan. Tanya jawab dan diskusi mengenai


kesulitan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya diberikan
tugas rumah untuk meringkas bacaan yang bacanya
kemudian diceritakan kembali pada pertemuan berikutnya.
(4)

Tahap akhir pada hari Senin 13 September 2014, pekerjaan


rumah yang diberikan dibacakan oleh masing-masing
siswa. Kembali

memberikan bacaan dengan membaca

dalam hati kemudian menceritakan isi bacaan dengan


kalimat

sendiri.

Menjawab

memberikan evaluasi.
74

pertanyaan

bacaan

dan

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Deskrepsi Data
Dalam pelaksanaan putaran kedua, respon siswa cukup
bagus. Siswa sangat antusias dalam menerima bimbingan, penuh
perhatian sehingga terlihat adanya peningkatan prestasi.
2. Hasil Pemantauan
Dan hasil pemantauan dan observasi selama pelaksanaan
tindakan siklus kedua ditemukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Sudah ada peningkatan, respon siswa sangat besar, sangat tertarik
dengan metode yang digunakan.
(2) Sebagian siswa sudah membaca secara nyaring dan tidak raguragu dalam menyuarakan bacaan mempergunakan. lafal dan
intonasi sudah agak baik.
(3) Sudah mampu menjawab pertanyaan bacaan dengan benar,
adanya peningkatandalam hasil evaluasi.
(4) Hanya ada satu siswa yang masih sulit memperbaiki, belum
begitu jelas mengenal huruf sehingga belum memperlihatkan
adanya peningkatan.
(5) Melengkapi

kalimat

sesuai

dengan

isi

bacaan

sudah

memperlihatkan peningkatan begitu pula hasil evaluasinya dalam


menjawab pertanyaan sudah ada peningkatan.

75

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

3. Hasil Evaluasi
Dari tabel yang telah disusun pada putaran kedua maka
dapat dilihat peningkatan prestasi belajar dengan rumus sebagai
berikut:
PA = Post Rate II - POST Rate I

x 100 %

Post Rate I
Jadi peningkatan prestasi belajar kelima siswa adalah sebagai
berikut:
Tabel 17 : Peningkatan

Prestasi

Belajar

Bahasa

Inggris

dalam

bentuk nilai peningkatan dari awal ke tindakan siklus kedua.


No.

Kode Subjek

Post Rate I

Post Rate II

Peningkatan
Nilai

1.

SU

70

75

05

2.

HA

65

78

03

3.

BU

69

80

11

4.

KR

66

75

09

5.

IN,

70

80

10

Keterangan:
Post Rate I = Sebelum Tindakan
Post Rate I = Sesudah tindakan putaran pertama
Post Rate II = Sesudah tindakan putaran kedua

76

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

4.

Refleksi
Dari evaluasi pada tindakan putaran kedua menunjukkan
bahwa adanya peningkatan yang cukup signifikan pada prestasi
belajar. Ini berarti bimbingan belajar dengan menggunakan teknik
bimbingan kelompok belajar sangat efektif dipergunakan untuk
perbaikan bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca.
Namun

masih

ada

dua

siswa

yang

belum

tuntas

penanganannya disebabkan oleh waktu yang terbatas bagi peneliti. Hal


ini perlu penanganan, secara khusus yang, memerlukan waktu lebih
panjang untuk memberikan (tandingan belajar sehingga kesulitan bagi
siswa tersebut dapat dituntaskan.
Mengingat waktu penelitian terbatas maka pemberian
bimbingan belajar dihentikan.
DAFTAR NILAI SISWA SMK NEGERI 1 TEGALLALANG
MATA PELAJARAN

: BAHASA INGGRIS

KELAS

:X

SEMESTER

: GANJIL

TAHUN

: 2014/2015

Nama Siswa

I KomangYudiantara

77

Kkm

Nilai

Nilai

75

Siklus

Siklus

II

75

80

Ket

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

I WayanSudiantara

70

75

Sang AyuPurniawati

75

80

80

85

Wayan

Agus

Darmasastra
5

I KdkJunaediKariawan

80

85

KadekYuniHandayni

65

78

GustiAyuSukamawati

75

80

A.A. Gd Bagus Pujanem

75

75

I KomangBudiarta

69

80

10

Ni KadekSuriani

75

80

11

Ni PutuAdriani

80

80

12

NI NyomanYuniAsari

80

80

13

DewaAyuSeptiari

75

80

14

Ni KadekDwi Lestari

75

80

15

Ni WayanKrisdayanti

66

75

16

A.A. Istri MirnaPriantari

80

17

IKomang Sember

80

80

Bagaskara
18

YanikYumi Putra

75

80

19

I Gst. Ade Budi Oka

75

80

20

Kadek Agus Sanjaya

75

80

21

Ni PutuIndriani

70

80

22

I PutuMahardika

75

75

23

I WynAndikaAnggara

80

80

24

I Made AdiDama

75

80

25

I KAdekYuliana

75

75

78

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

26

I WayanAndika

75

75

27

Ni LuhDetrisma

80

80

28

Made AryaArtayasa

75

80

29

Ni KadekSuryani

80

80

30

Ni LuhPutuDeviani

75

75

31

Ni LuhWiwikCahyani

75

75

32

I KadekSuardika

75

80

33

I WayanKristianan

80

85

34

I Made PrendiSetiawan

80

80

35

A.A. GedeDwiana Putra

75

75

36

DewaGede Mega Suastika

80

85

37

Dewa Made Triana Putra

75

80

38

Sang Ayu Made Kurniani

80

80

39

Putu Agus Setiawan

80

85

40

Ni KadekRaswati

75

80

Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Tegallalang

Gianyar, 15 November 2008


Peneliti

(I DewaPutu Oka, S.Pd, M.Pd)

(I Wayan Oka Swabudanta, S.Pd, M.Pd)

NIP. 1960 1231 198303 1752

NIP: 19641014 198703 1 011

79

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PENUTUP
Setelah peneliti memberikan uraian pada tindakan kelas yang telah
dilakukan maka dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
1. Kesimpulan
Berdasarkan teori dan rumusan hipotesis yang menyatakan bahwa
bimbingan belajar untuk meningkatkan prestasi belajar melalui teknik
bimbingan kelompok belajar akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
apabila ditangani secara efektif.
Jadi dengan pemberian bimbingan secara efektif, siswa yang
mengalami kesulitan dalam membaca dapat teratasi mengingat kemampuan
membaca merupakan modal utama dalam upaya meningkatkan ilmu
pengetahuan suatu kendala yang sangat berat dan tidak dapat dianggap
sebagai masalah sepele dan sederhana, lebih-lebih ketika mengikuti pelajaran
pada jenjang yang lebih tinggi.
Dengan demikian maka bimbingan belajar melalui bimbingan
kelompok untuk meningkatkan keterampilan membaca dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia sangat diperlukan sehingga kekurang mampuan siswa
dapat diatasi. Kemudian diharapkan dengan kemampuan dan keterampilan
membaca yang baik bermanfaat bagi pengembangan kemampuan .lainnya
yang lebih tinggi sehingga mampu mengikuti kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.

80

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

2. Saran
Berdasarkan atas hasil penelitian yang diperoleh dapat diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bimbingan kelompok belajar dapat digunakan sebagai salah satu
teknik oleh siswa untuk meningkatkan prestasi belajar.
2.

Diharapkan para guru memanfaatkan bimbingan bagi siswa yang


mengalami kesulitan dalam membaca sehingga tercapai prestasi
belajar yang optimal.

3.

Mengingat penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada satu


kelas, maka untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam dan
menyakinkan disarankan kepada peminat dalam bidang ini untuk
mengadakan penelitian dalam sekup yang lebih luas dengan
demikian mendapatkan suatu kesimpulan yang lebih baik.

81

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

DAFTAR PUSTAKA

Asih.1992. Makalah : Konseling Kelompok . Disajikan dalam Pelatihan


GuruPembimbing SMPPropinsi Bali Mei 1992. Denpasar :
Depdikbud.
Bawa,et al.1997. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas /4#j/r,_Singaraja
:STKIP
Depdikbud.1993/1994. Methode Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia
diSekolah SAff.Jakarta.
DarsonoTjokrosuyoso. 1995/1996. Materi Pokok : Dasar - dasar
Penelitian.Jakarta Depdikbud
Kurikulum SMP. 1994 : Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Depdikbud Koestoer, PartoWisastro. 1985. Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah Jilid I.
Jakarta: Erlangga ikmum, AbinSyamsudin. 1972. Prinsip-prinsip Diagnostik
Kesulitan Belajar.
Bandung: IKIP MolyaniSumantri dan JoharPermana, 1998/1999. Strategi
Belajar Mengajar.Jakarta: Depdikbud
Nawawi, Hadari. 1981. Bimbingan Belajar di Sekolah. Jakarta : Gunung
Agung. RomlahTatiek. 1989. Teori dan Praktek Bimbingan
Kelompok Jakarta: Depdikbud

82

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Sunartana. Et. al. 1985. Diklat Kuliah :Masalah dan Kesulitan Belajar.
Singaraja : FKIP Universitas Udayana.
Sakardi,Dewa

Ketut.1993.Proses

Bimbingan

dan

Penyuluhan

di

SekolahBandung: IKIP.
Sulastri, Made dan MamikSuratni. 1983.Bimbingan Belajar.Singaraja
:Universitas Udayana.
Tirka, (1986) Kumpulan Bahan Bimbingan dan KonselingSingaraja : FKIP
Universitas UdayanaWardani. 1983.Keterampilan Memimpin
Diskusi Kelompok Kecil. Jakarta:Depdikbud
Vinkel, WS. S.J.,M.Sc. 1984. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
Menenga, Jakarta; PT Gramedia.
Vusup,AchlakMuhamad.1998."Kurikulum

Pendidikan

Menengah

antaraHarapan dan Kenyataan". Dalam Majalah Mutu.Edisi


April - Juni.
Jakarta.

83

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN


AGAMA HINDU MELALUI PENERAPAN METODE
KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1
TEGALLALANG

OLEH :
Drs. I NYOMAN MURDA, M.Pd
NIP. 19641231 199512 1 021

ABSTRACT
The low study achievement is often a challenge for teachers in the
implementation of the learning process, especially for materials Hinduism
subject with local nature that has been defeated by technological advances
and often ignored by some students. To overcome the problem, teachers need
to apply varied, creative and innovative learning method; one for example is
by applying contextual method.
Related to the problem, the purpose of this study is to determine the
increase of creativity and student learning achievement through the
application of contextual method. The research model is in the form of
classroom action research and the subjects are the students of class X SMK
N 1 Tegallalang, period 2014/2015.This study was conducted in two cycles,
each cycle carried out four phases of activities, namely: planning,
implementation, observation and evaluation. Finally, there was a reflection in
which the results were used as a basis to improve the implementation of the
next cycle.

84

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Based on the discussion, it can be concluded that the application of


contextual method can enhance students creativity and learning achievement
in Hinduism subject in class X SMK N 1 Tegallalang, period 2014/2015.
Students creativity can improve their abilities of concepts mastery,
reading and writing. It is suggested to all teachers, especially in teaching
Hinduism subject, to apply contextual method, which stresses on student
cooperation and responsibility so it can enhance students creativity and
learning achievement clearly and steadily.
Keywords:Contextual method, Hinduism subject

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desentralisasi merupakan isu-isu utama dalam pengembangan
pendidikan di berbagai aspek dan jenjang pembelajaran Agama Hindu
selalu diasumsikan sangat sulit dan menakutkan juga di kalangan sebagian
siswa dijaman Globalisasi ini yang serba modern sehingga mata pelajaran
Agama Hindu yang merupakan muatan lokal dianggap tidak begitu
penting dan bermanfaat, padahal dalam kehidupan sehari-hari selalu
berguna dalam melakukan Interaksi dan berkomunikasi untuk menyikapi
hal tersebut sudah sepantasnya kita bersama tetap menjaga dan
melestarikan keberadaannya.
Dalam aspek meningkatkan hasil belajar khususnya untuk
memacu penguasaan materi pelajaran dijenjang pendidikan di SMK perlu
adanya penyempurnaan proses belajar-mengajar dalam mata pelajaran
Agama Hindu agar diperoleh ketuntasan belajar. Untuk memperoleh

85

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

ketuntasan belajar guru hendaknya mempunyai kiat-kiat dan inovasi


tersendiri di dalam penggunaan metode dalam proses pembelajaran.
Siswa dianggap berhasil dalam belajar secara klasikal apabila
daya serapnya atau (SKM) dapat mencapai 75% dan memperoleh nilai
diatas 60, maka para pendidik menggolongkan siswa tersebut sebagai
siswa yang berhasil atau tuntas, apabila ada siswa yang memperoleh nilai
dibawah 60 maka para pendidik menggolongkan siswa kedalam hasil
yang rendah atau kuran, setelah di diskusi dengan beberapa orang guru,
maka rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh banyak faktor
misalnya : Sebab peranan guru masih dominan dalam proses belajar
mengajar. Kurangnya menggunakan metode dengan berpariasi dan guru
yang memberikan latihan maupun tugas kepada siswa hendaknya
mengacu yang mendekati diskusi kelompok. Adapun faktor siswa
disebabkan oleh sangat rendahnya minat belajar siswa dalam belajar
Agama Hindu, Kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran.
Malasnya siswa mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR).
Guna untuk meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa
lebih maksimal maka perlu diadakan terobosan strategi maupun
penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar guna
meningkatkan hasil belajar dengan memakai metode diskusi kelompok,
sehingga emosi para siswa dalam menguasai materi pelajaran semakin
meningkat dan mantap juga dapat mengingat kembali materi pelajaran
yang diajarkan,apabila materi tersebut diadakan Evaluasi atau penilaian
sudah tentu bisa mencapai hasil yang diharapkan.
Dengan berdasarkan arsip hasil evaluasi terakhir yang
diselenggarakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, hasil
86

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

belajar siswa kelas X terhadap mata pelajaran Agama Hindu masih jauh di
bawah hasil yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut
dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan umum bersama semester
ganjil pada siswa kelas Xhanya mencapai nilai rata-rata 61.50 berarti
masih dibawah SKKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65 diantara semua
kelas Xnilai yang paling rendah dicapai oleh kelas VI, yaitu hanya
mendapatkan nilai rata-rata 60.83.( dikutip dari kurikulum SMK Negeri 1
Tegallalang).
Menghadapi permasalahan itu, penelitian berjuang dan berusaha
mengatasinya dengan cara mengadakan konsultasi dan diskusi dengan
teman sejawat yang juga guru mata pelajaran Agama Hindu kelas X.
Dengan berdasarkan hasil pengamatan lebih awal di kelas X,
didapatkan gejala yang muncul dalam proses pembelajaran antara lain,
siswa kurang antusias mengikuti pelajaran, siswa terlalu banyak
cakapnya, atau selalu rebut, siswa kurang perhatian menerima pelajaran,
dalam proses pembelajaran kelihatan pasif jarang siswa yang berusaha
memikirkan jawaban dan atau menanggapi pertanyaan guru, diantara
siswa tidak mau kerja sama, guru untuk memberikan jawaban terhadap
pertanyaan guru, dalam proses pembelajaran siswa hanya duduk dan diam
seolah hanya ingin menunggu proses pembelajaran berakhir.
Setelah diadakan konsultasi dan diskusi dengan guru mata
pelajaran Agama Hindu dapat diidentifikasi ada beberapa indikator
sebagai faktor penyebab masalah. Misalnya setiap pembelajaran
diterapkan guru masih konvensional dan menuntun dalam menggunakan
metode, kurang bervariasi pembelajaran masih bersifat hapalan untuk
menguasai konsep.
87

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Kurang dibentuk pola pembelajaran mandiri termasuk sumber


belajar bervariasi kemudian tugas yang diberikan guru selalu menuntun
siswa yang mendapat hasil yang baik kurang diperhatikan kurang diberi
sanjungan dan pujian.
Dengan adanya semua faktor penyebab diatas yang paling
prinsipnya guna untuk diambil tindakan perbaikan tidak lain adalah
metode

pembelajaran

yang

kurang

variatifjuga

perlu

dipolakan

pembelajaran yang kondusif, dengan menumbuhkan dan mengembangkan


motivasi belajar dengan penerapan belajar secara diskusi kelompok agar
dapat memberikan peluang kepada siswa untuk bekerja sama saling
membantu dalam upaya meningkatkan hasil belajar guna untuk mencapai
hasil yang baik.
Dalam pembelajaran diskusi kelompok guna untuk mengatasi
adanya suasana belajar yang sangat pasif dan mematikan semangat belajar
siswa yang lebih pandai Lie (1988) dengan belajar diskusi kelompok
dapat meningkatkan motivasi partisipasi siswa dalam pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa yang lebih menggembirakan.
Juga tidak dapat dipungkiri, adapun kelemahan yang dapat
ditemukan dalam belajar diskusi kelompok ini adalah tanggung jawab
masing-masing siswa dalam kelompoknyabelum maksimal, siswa yang
bertanggung jawab terhadap tugasnya hanya sebagian siswa tertentu saja,
belum semuanya dapat melakukan aktivitas seperti apa yang diharapkan.

88

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Rumusan Masalah
Sebelum ditentukan rumusan masalah penelitian sebelumya
akan ditetapkan batasan dan asumsi penelitian guna untuk cakupan
penelitian ini dapat terlalu meluas dan untuk memudahkan didalam
pengambilan kesimpulan.
1.

Batasan Penelitian
A. Hasil belajar yang dimaksudkan adalah sesuai dengan aspek
penelitian dalam bentuk KBK yakni untuk mata pelajaran Agama
Hindu mencakup dua aspek yaitu aspek membaca dan menulis.
B. Hasil belajar yang diujikan adalah pada standar kompetensi yaitu
mampu mengekspresikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisan inggris, dengan kompetensi dasar :

2. Asumsi Penilaian
A. Instrumen yang digunakan dalam penelitian sudah baik
karena sudah dilakukan perbaikan secara silang antara
teman yang mengajar Agama Hindu, secara gabungan dan
saling tukar menukar Instrumennya.
B. Tentang Pengisian angket untuk motivasi belajar oleh
siswa sudah mencerminkan keadaan dan situasi yang
sebenarnya.
C. Hasil atau skor akhir yang dihasilkan siswa mencerminkan
hasil belajar yang nyata atau sebenarnya.

89

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan dana asumsi penelitian di atas,
maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut :
A. Apakah

pembelajaran

dengan

menggunakan

diskusi

kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam


mata pelajaran Agama Hindu kelas X SMK Negeri 1
Tegallalang Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
B. Apakah pembelajaran dengan diskusi kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
Agama Hindu kelas X, SMK Negeri 1 Tegallalang Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Tujuan Penelitian
Dengan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
A. Untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa kelas X SMK Negeri 1
Tegallalang Tahun pelajaran 2014/2015, dalam mata pelajaran
Agama Hindu.
B. Untuk meningkatkanhasil belajar siswa kelas X SMK Negeri 1
Tegallalang Tahun pelajaran 2014/2015, dalam mata pelajaran
Agama Hindu.
C. Guna untuk menyempurnakan metode pembelajaran guru Agama
Hindu agar dapat meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa,
seeing dapat municipal inlay yang diharapkan.
90

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa,
guru dan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di masa yang
akan datang.
1. Bagi Siswa
Dapat

memberi

pengalaman

langsung

bagi

siswa

untuk

menumbuhkan kreatifitas belajar siswa terhadap mata pelajaran


Agama Hindu, sehingga akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajarnya.
2. Bagi Guru
- Supaya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam
menyempurnakan metode pembelajaran dikelas. Begitu pula
untuk menambah pengalaman di bidang penelitian untuk
meningkatkan prestasi belajar pada siswa.
- Dapat dipakai sebagai acuan dalam meningkatkan pembelajaran
dikemudian atau kedepannya sehingga nantinya karya tulis ini
bermanfaat untuk sertifikasi guru dan kenaikan pangkat ke IVb
3. Bagi Sekolah
Utamanya Kepada sekolah dapat dipakai sebagai dasar untuk
supervisi kelas sekaligus memberanikan pembinaan bagi guru untuk
memperbaiki

metode

pembelajaran

sehingga

akhirnya

dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas hasil belajar siswa.

91

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Siklus I :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMK

: SMK Negeri 1 Tegallalang

Mata Pelajaran

: Agama Hindu

Kelas / Semester

: X / Ganjil

Alokasi Waktu

: 2 jam pelajaran (IX pertemuan )

I.

Standar Kompetensi : Mampu mengekspresikan gagasan pikiran


dan perasaan dalam bentuk tulisan Inggris.

II. Kompetensi Dasar : Menulis Inggris


III. Materi Pokok

: Menulis.

IV. Tujuan
a. Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar Agama
Hindu.
b. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.
V. Langkah-langkah Kegiatan:
1. Kegiatan awal 10 menit (apersepsi)
a. Memotivasi siswa dengan meminta anak untuk menjawab
pertanyaan dari guru.
b. Tanya Jawab.
c. Guru menyuruh siswa untuk memberi contoh.
2. Kegiatan Inti:
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.

92

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

b. Membagikan lembaran kerja pada masing-masing kelompok yang


di

dalamnya

memuat

tugas-tugas

atau

soal-soal

untuk

diselesaikan secara kelompok.


c. Setiap kelompok diatur siswa yang kemampuannya lebih baik
yang sedang dan yang kurang, agar kelompoknya lebih aktif dan
bisa berkreatif mampu bersemangat.
d. Meminta siswa bekerja sesuai dengan LKS. Guru membimbing
setiap kelompok untuk melakukan kegiatan LKS.
e. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya,
kelompok yang lain menanggapi.
3. Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pelajaran
b. Memberikan evaluasi berupa LKS
c. Menilai pekerjaan siswa
d. Mengumumkan dan mengumpulkan nilai siswa yang sudah baik
dan paling bagus
e. Memberikan tugas dirumah (PR).
VI. Sarana dan Sumber belajar
a.

Sarana : ruang diskusi.

b.

Sumber: Buku pedoman Agama Hindu

VII. Evaluasi
-

Pretest : Tertulis

Post test : Uraian

93

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Tegallalang

Tegallalang, 5 Maret 2008


Peneliti

(I Wayan Dugdug, S.Pd, M.Pd)

(Drs. I Nyoman Murda, M.Pd)

NIP. 19570324 198603 1 010

NIP. 19641231 199512 1 021

Siklus II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMK

: SMK Negeri 1 Tegallalang

Mata Pelajaran

: Agama Hindu

Kelas / Semester

: X/Ganjil

Alokasi Waktu

: 2 jam pelajaran (IX pertemuan)

I.

Standar Kompetensi

: Mampu mengekspresikan gagasan pikiran dan

perasaan dalam bentuk tulisan.


II. Kompetensi Dasar

: Menulis kata atau kalimat Agama Hindu.

III. Materi Pokok


Menulis kata atau kalimat.

94

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

IV. Tujuan
a. Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar Agama Hindu.
b. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.
V. Langkah-langkah Kegiatan:
1.

Kegiatan awal 10 menit (apersepsi)


a.

Memotivasi dam menghimbau siswa dengan meminta anak


untuk menjawab pertanyaan dari guru.

b. Tanya jawab
2.

Guru menyuruh anak untuk memberi contoh.

3.

Kegiatan Inti:
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,kurang
lebih dalam satu kelompok empat atau lima orang.
b. Membagikan lembaran kerja pada masing-masing kelompok
yang di dalamnya memuat tugas-tugas atau soal-soal untuk
diselesaikan secara kelompok.
c. Guru meminta siswa bekerja sesuai dengan LKS dan secara
langsung

guru

membimbing

setiap

kelompok

untuk

melakukan kegiatan dengan menggunakan LKS.


d. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil
kerjanya, sedangkan kelompok yang lain menanggapi dan
mendiskusikan bersama kelompoknya.
4.

Kegiatan Akhir
a.

Menyimpulkan materi pelajaran

b. Memberikan evaluasi berupa LKS


c. Menilai hasil pekerjaan kelompok siswa
d. Mengumumkan nilai anak yang paling baik
e. Memberikan tugas dirumah (PR).
95

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

VII. Sarana dan Sumber belajar


a.

Sarana

: ruang diskusi

b.

Sumber

: Buku pedoman

VIII. Evaluasi
- Pretest dalam bentuk tertulis
- Post test dalam bentuk uraian

Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Tegallalang

Tegallalang, 5 Maret 2008


Peneliti

(I Wayan Dugdug, S.Pd, M.Pd)

(Drs. I Nyoman Murda, M.Pd)

NIP. 19570324 198603 1 010

NIP. 19641231 199512 1 021

LANDASAN TEORI
KREATIFITAS DAN TABEL PARTISIPASI
1 KREATIFITAS BELAJAR
Pengertian kreatifitas sebenarnya banyak ada definisi tentang
kreatifitas, namun tidak satu pun yang dapat diterima secara universal
mengingat begitu kompleknya konsep kreatifitas tampaknya hal ini
tidak mungkin dapat, dipahami, karena mengingat kreatifitas dapat
96

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

ditinjau

dari

beberapa

aspek

yang

saling

berkaitan

tetapi

penekanannya berbeda-beda (Utami Munandar 1990), dalam


bukunya mengenai pengembaangan bakat dan kreatifitas anak
sekolah.
Utami Munandar (1997) memberikan beberapa pengertian
kreatifitas berdasarkan pendapat para ahli salah satunya yang juga
merupakan pengertian dasar dari kreatifitas adalah kreatifitas yang
merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data informasi dalam unsur yang ada.
Kreatifitas merupakan konsep P4 suatu pendekatan yang
melihat kreatifitas dari segi pribadi pendorong proses dan produk
kreatifitas itu sendiri, bagaimana hubungan kreatifitas dengan
kecerdasan menurut teori ambang intelegensi untuk kreatifitas dari
Anderson (1986).
(Dalam buku Utami Munandar 1999) memaparkan bahwa
sampai tingkat intelegensi tertentu yang diperkirakan ada hubungan
erat antara hal ini dapat dimengerti karena untuk menciptakan tingkat
intelegensi yang cukup tinggi,pula dari hasil penelitian bahwa hasil
studi korelasi dan analisis faktor membuktikan test kreatifitas sebagai
dimensi fungsi kognitif yang relative bersatu.
Kemudian dalam menempatkan dalam menempatkan siswa
agar dapat meningkatkan kreatifitas belajarnya lebih baik dan
berhasil tidak terlepas dari adanya arahan dorongan dan motivasi
belajar siswa yang dapat digunakan untuk mencapai hasil yang

97

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

maksimal. Juga ada disebutkan beberapa petunjuk yang dapat


digunakan untuk memotivasi belajar siswa diantaranya :
- Usaha pengaturan kelas yang bervariasi sehingga rasa bosan tidak
ada dan perhatian peserta didik meningkat.
- Berikan kepada siswa rasa puas sehingga ia berusaha mencapai
keberhasilan selanjutnya.
- Bawalah suasana kelas menyenangkan bagi peserta didik .
- Buatlah peserta didik merasa ikut ambil bagian dalam program
yang disusun dan dilaksanakan.
- Kembangkanpengertian konsep dengan langkah pembuktian
kepada peserta didik secara wajar (Herman Hudoyo 2003).
Seperti dalam pelaksanaan kurikulum Berbasis Kompetensi
dinyatakan guru harus mampu memilih dan menerapkan metode
pembelajaran yang dapat membangun suasana pembelajaran yang
aktif, kreatif dan menyenangkan yakni sesuai dengan pendekatan
ETL.
Dengan cara guru mengajar sebagai salah satu faktor dari
luar individu sangat terkait dengan metode pembelajaran yang
diterapkan guru didalam maupun diluar kelas. Kesalahan pemilihan
metode pembelajaran akan sangat menghambat pencapaian tujuan
pembelajaran. Begitu pula pemilihan metode yang tepat akan sangat
membantu guru untuk mencapai hasil belajar secara maksimal. Jadi
metode pembelajaran yang diterapkan guru harus sesuai dengan
pradigma pendidikan.
Belajar merupakan tindakan dari yang tidak tahu, dalam
prilaku yang komplek dalam pandangan teori modern belajar adalah
98

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

a conge in behavior atau perubahan kelakuan yang berlangsung


secara progresif (Nasution 1996).

Konsep penting dalam belajar

adalah membangun perubahan prilaku dari yang tidak diharapkan


menjadi prilaku yang diharapkan dengan memberikan reinfarcoment
(penguatan) pada prilaku yang tidak diharapkan.

2.

Kreatifitas siswa dalam belajar dikelas dari pengamatan kreatifitas


siswa dikelas dilakukan dari siklus I sampai siklus II hasilnya dapat
dilihat pada table dibawah ini:
Tabel partisipasi aktif siswa belajar dikelas
NO

KEGIATAN

1 Berdiskusi dengan teman

AWAL

SIKLUS I

SIKLUS II

65%

70%

85%

28%

48%

70%

24%

58%

78%

Sejawat
2 Menanggapi

jawaban

dari

siswa lain
3 Berkomunikasi dengan guru

Peningkatan secara nyata terlihat pada keaktifan siswa yang


merupakan siswa berprestasi terutama kemampuannya berdiskusi
dengan guru lebih-lebih pada siklus II setelah penggunaan alat bantu
berupa alat percaya dengan sederhana dan alat Bantu jenis
lainnya.Sehingga peningkatan penguasaan siswa terhadap pelajaran
dan materi yang diajarkan sangat baik dan lebih cepat dapat
memahami.

99

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

2. Hasil nilai Agama Hindu pada siklus II, ada pada tabel berikut
ditunjukkan hasil analisis nilai formatif untuk mengetahui ada atau
tidaknya peningkatan prestasi siswa pada siklus I ke siklus II adapun
tabelnya sebagai berikut:
Tabel Siklus I dan Siklus II.
NO

NILAI AGAMA HINDU

RATA-RATA KELAS

SIKLUS I

6,58

SIKLUS II

7,50

PENINGKATAN

0,71 %

Tindakan selanjutnya sebagai bahan refleksi untuk kegiatan


berikutnya dari hasil temuan pada siklus I dan hasil pengamatan proses
pembelajaran kemudian dirancang tindakan untuk siklus berikutnya.
III. Pada siklus I ini penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada materi
jenis pasang aksara pada mata pelajaran Agama Hindu guna
memotivasi siswa. Salah satu siswa menunjukkan contoh-contoh.
Kegunaanya kemudian siswa mengerjakan soal-soal Agama Hindu
secara diskusi dengan berkelompok (ada 4 orang, 5 orang dalam satu
kelompok). Selanjutnya secara bergantian siswa mengerjakan soal
Agama Hindu dengan bimbingan guru. Pada kegiatan akhir guru
bersama siswa merangkai materi kemudian dilanjutkan penelitian
proses pemberian tugas. Dalam pelaksanaan tindakan ini masih masih
banyak siswa yang belum kreatif dan hasil belajarnya rata-rata hal ini
terbukti dari 6 kelompok hanya 2 kelompok yang mampu mengerjakan
soal secara aktif dan kreatif dengan nilai 70.
100

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Berdasarkan pengamatan supervisor proses pembelajaran sudah


mengalami perubahan walaupun perlu dilakukan tindakan-tindakan
perbaikan berikutnya. Setelah lembar observasi diisi oleh teman
sejawat supervisor pada siklus II, maka selanjutnya guru bersama
teman sejawat melakukan penemuan tentang tindakan-tindakan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan tujuan melihat sejauh mana
hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.
II. Pelaksanaan siklus ke II ini penelitian tindakan kelas ini dilakukan
pada materi jenis pasang aksara pada mata pelajaran Agama Hindu
guna memotivasi siswa. Salah satu siswa menunjukkan contoh-contoh.
Kemudian kegunaannya siswa mengerjakan soal-soal Agama Hindu
secara berdiskusi dan berkelompok. Selanjutnya secara bergantian
siswa mengerjakan soal Agama Hindu dengan bimbingan guru pada
kegiatan akhir guru bersama siswa merangkum materi kemudian
dilanjutkan penelitian proses pemberian Tugas.
A.

Perencanaan Siklus II
1. Kegiatan awal :
Dengan melakukan Tanya jawab tentang jenis kata.
2. Kegiatan inti :
- Guna menjelaskan dan memberi contoh jenis kata.
- Siswa mendiskusikan tentang kegunaan kata
- Siswa mengerjakan soal test di buku latihan.

101

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

3. Kegiatan akhir :
- Siswa merangkai materi yang disebut dengan kalimat
B.

Tahap Observasi :
Selama

proses

pembelajaran

teman

sejawat/supervisor

melakukan pengamatan dan langsung mengisi kolom lembar


observasi dari hasil pengamatan tersebut dapat dipakai mengukur
keberhasilan siswa, siswa dapat mengetahui peningkatan hasil
perbaikan pembelajaran apakah sudah ada peningkatan hasil
perbaikan

pembelajaran

atau

belum.

(lembar

Observasi

terlampir).
C.

Tahap refleksi :
Selesai melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II guru dan
supervisor melakukan refleksi hasil penilaian dan dari hasilnya
mencapai

hasil

belajar

yang

mksimal,maka

perbaikan

pembelajaran cukup sampai siklus II.


Hasil dari pembahasan dan hasil analisis penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran dapat diamati dari indikator keaktifan
siswa di kelas juga tidak terlepas dari kesungguhan siswa pada
saat proses pelajaran berlangsung, Sehingga dapat dibuatkan
grafik prestasinya atau hasil belajar, (grafik terlampir)

102

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Gambar Grafik Prestasi/hasil Belajar


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
SIKLUS I

SIKLUS II

Metode Penelitian
8. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas X SMK Negeri 1 Tegallalang
Tahun ajaran 2014/2015,yang berjumlah 44 orang terdiri dari 32 orang
laki-laki dan 12 orang perempuan. Adapun alasan memilih kelas X
dijadikan sebagai subjek penelitian karena kelas ini dalam mencapai hasil
belajar siswa yang telah ditentukan oleh sekolah (KKM) kelas X paling
rendah diantara kelas yang lainnya.
9. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu semester yakni
pada semester ganjil Tahun pelajaran 2014/2015. Karena selama
semester ganjil kelas Xmasih ada waktu untuk belajar kegiatan les
tambahan di sekolah. Sehingga dalam pelaksanaan penelitian dapat
dilakukan dengan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
103

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tabel jadwal kegiatan Penelitian


No

Rencana Kegiatan

1. Perencanaan (Observasi awal dan


menyusun perencanaan).

Jadwal

Lama

Juli 2014

1 bulan

Agustus s.d

2. Pelaksanaanpenelitiandan

Oktober

3 bulan

3. Pengolahan data

November

1 bulan

4. Pembuatan Laporan

Desember

1 bulan

pengumpulan data.

Jumlah

6 bulan (1 Semester)

10. Objek Penelitian


Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Agama Hindu, meliputi satu
Standar Kompetensi ( SK ) yang dijabarkan menjadi dua Kompetensi
Dasar (KD ). adapun diantaranya sebagai berikut:
11. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian ini direncanakan berlangsung selama
dua siklus secara berkelanjutan. Alur tindakan setiap siklus menggunakan
model penelitian tindakan kelas, adapun tahapan pada prinsipnya ada empat
tahapan, kegiatan yaitu : perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan
tindakan (action), observasi dan evaluasi proses tindakan (observation and
evaluation ) dan melakukan refleksi (reflecting), dilakukan secara berulang
sampai ada peningkatan keberhasilan tercapai.
104

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan terintegrasi


dalam proses pembelajaran. Setiap siklus dilaksanakan dalam enam kali tatap
muka untuk pelaksanaan pemberian tes ulangan akhir siklus ,setiap kali tatap
muka diperlukan waktu 2 X 40 menit. Dengan menggunakan system diskusi
kelompok, mulai dengan melalui tiga tahapan yaitu :
1

Tahapan awal
Pada tahapan ini siswa yang sudah dibagi dalam kelompok
dengan beranggotakan 4 sampai 5 orang dari 44 orang siswa dibagi
menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 5
orang,masing-masing kelompok diberi tugas / soal yang berbeda
untuk dicari jawabannya.

2 Tahapan diskusi
Setelah semua anggota kelompok mendapatkan bagian paket
soal dilanjutkan dalam mendiskusikan jawaban secara berkelompok
kemudian masing-masing kelompok menunjuk salah satu orang
sebagai wakil dalam ikut menyampaikan jawaban kepada kelompok
lain.
3 Tahapan presentasi
Setelah selesai mengerjakan tugas dalam kelompok masingmasing

mereka

bertanggung

jawab

untuk

menyampaikan

jawabannya dan kelompok yang lain mencatat, kemudian memberi


tanggapan terhadap kelompok lawan yang lain pada saat ini terjadi
saling memberi informasi sehingga setiap anggota kelompok
memiliki pengetahuan yang lengkap untuk semua paket soal. Hasil
105

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

tukar informasi tersebut dirangkum dalam sebuah buku catatan yang


telah disediakan.Dalam hal ini guru sebagai penengah / moderator
mengatur jalannya diskusi agar menghasilkan jawaban yang sesuai
dengan yang diharapkan.
SIMPULAN DAN SARAN
E. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pembahasan terhadap pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK) di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pembelajaran dengan cara diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreatifitas siswa dalam mata pelajaran Agama Hindu kelas XSMK
Negeri 1 Tegallalang Tahun pelajaran 2014/2015, dari kategori
kurang menjadi baik.
2. Pembelajaran diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Agama Hindu kelas X SMK Negeri 1
Tegallalang

Tahun

pelajaran

2014/2015,

baik

pada

aspek

penguasaan menulis maupun pada aspek penerapan penggunaan


kata.
3. Pembelajaran

diskusi

kelompok

efektif

diterapkan

untuk

menyempurnakan metode pembelajaran Guru Agama Hindu


sehingga dapat meningkatkan kreatifitas dan pencapaian hasil
belajar siswa.
4. Pembelajaran diskusi kelompok dapat membantu siswa yang pasif
menjadi aktif karena dapat imbas dan pengaruh dari rekan-rekannya
sehingga metode ini memudahkan Guru Agama Hindu dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
106

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

F.

Saran-saran
Berdasarkan simpulan di atas sejumlah saran yang bisa disarankan

sebagai rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah :


1. Semua guru khususnya guru Agama Hindu hendaknya menerapkan
pembelajaran diskusi kelompok salah satu jalan atau alternative untuk
meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa di sekolah.
2. Dalam pembelajaran diskusi kelompok hendaknya lebih banyak
memperhatikan pada pembentukan kelompok supaya suasana kelas lebih
kondusif dan tertib.
3. Setiap pelaksanaan berlangsung guru hendaknya selalu menekankan agar
kerjasama dan semua siswa berperan serta dalam masing-masing
kelompoknya.
4. Bagi guru mata pelajaran Agama Hindu maupun mata pelajaran lain
penulis menganjurkan agar penggunaan suatu strategi pembelajaran
dapat lebih bervariatif guna menghilangkan kejenuhan siswa.
5. Para guru ikut mencoba menerapkan strategi pembelajaran di sekolahnya
masing-masing pada pokok bahasan yang sama maupun yang tidak sama.

DAFTAR PUSTAKA
1. Margono s. Metologi penelitian pendidikan Ronela Cipta Semaranu.
1996
2. Ali Musanad. Guru dalam proses belajar mengajar sinar baru ; Bandung.
1992
3. Winarno Surachman. Metologi pengajaran Jem Mars Bandung. 1980

107

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PENUNTASAN TOPIK SECARA KESELURUHAN MELALUI


TUGAS TUGAS SECARA INDIVIDUAL UTNUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA
MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING
SISWA KELAS VII B SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3
TAMPAKSIRING TAHUN AJARAN 2012/2013

OLEH

I GUSTI MADE PUTRAWAN, S.Pd, M.Pd.


NIP: 19601231 198201 1 030

ABSTRACT
This action research aims to determine the increase of student ability in
reading words through the mastery learning method of class VII B SMP
Negeri 3 Sukawati in academic year 2012/2013.
Related to the case at hand, the subjects of this research are students of
class VII B SMP Negeri 3 Sukawati Gianyar, totaling 40 students which
consist of 23 male students and 17 female students. Based on assessment
result, it is obtained 5 students to be guided due to difficulties in acquiring
word skills by the student with their scores below the average of 75.

108

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Data collection methods used in this study were 1) the observation


method to find out the students who have difficulties in learning and 2) the
interview method to deepen the data.
The result showed that through tutoring in the first cycle, the five
students who handled showed the progress; such as student Su had score of
60, student HA had score of 68, student Bu had score of 65, student IN had
score of 64; in Cycle II there was a significant increase in the percentage as
follows: the scores of student Su increased to 75, student KR increased to 75,
student HA increased to 75 and student IN increased to 70.
The conclusion of this study is that by using the mastery learning
method in VII B SMP Negeri 3 Sukawati can increase the students learning
achievement. It is advised to the Indonesian subject teachers to implement
this mastery learning method properly and continuously.
Keywords: mastery learning method

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui, bahwa aktivitas pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama bagi sekolah, keluarga dan masyarakat. Untuk
mencapai sasaran pendidikan telah dirangkum dalam bentuk sistem yang
lebih khusus sehingga pelaku pendidikan memiliki tujuan secara tepat.
Acuan pendidikan tersebut terkait dalam UU No.20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional yang secara tegas menyatakan bahwa:
109

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan yang tinggi (Majalah Mutu Vol VII April,
1998:4)
Berdasarkan hasil observasi kelas, bahwa siswa kelas VII B SMP
Negeri 3 Tampaksiring yang berjumlah 40 orang, ternyata ada 5 orang siswa
yang jelas menunjukkan kelemahan membaca dengan hasil belajar mata
pelajaran berbahasa Indonesia di bawah 75. Lemahnya keterampilan
membaca sangat berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar pada mata
pelajaran lain. Kelemahan membaca para siswa tersebut menjadi kelompok
kesulitan belajar yang dialami, bahkan hampir mencakup semua mata
pelajaran.
Rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia dapat disebabkan oleh : (1) rendahnya kemampuan siswa dalam
memahami kata kerjadan kosa kata (2). siswa tidak memperhatikan guru
pada waktu membaca materi yang diajarkan, (3) siswa tidak mendengarkan
penjelasan dari guru tentang penggunaan kata kerja (4) siswa bersangkutan
sering tidak mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia (5) siswa tersebut adalah
pemalas dan terisolir.
Melihat kenyataan tersebut maka penulis tertarik dan mempunyai hasrat
untuk

meneliti

lebih

jauh

dalam

membantu

peningkatan

prestasi

pelajar/siswa melalui penelitian tindakan kelas dengan judul : Peningkatan

110

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

kemampuan membaca kosa kata Bahasa Indonesia melalui bimbingan belajar


siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Tampaksiring tahun pelajaran 2012/2013.
Rumusan Masalah
Berdasarkan

yang

dikemukakan

di

atas

maka

yang

menjadi

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :


1. Bagaimana gambaran kemampuan membaca Bahasa Indonesia dan
kesulitan membaca pada kelas VII B SMP Negeri 3 Tampaksiring
sebelum bimbingan belajar dilaksanakan?
2. Apakah bimbingan belajar dapat meningkatkan kemampuan siswa
yang mengalami kesulitan membaca kalimat.

Tujuan Penelitian
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran kemampuan siswa yang mengalami kesulitan
membaca Bahasa Indonesia pada kelas VII B SMP Negeri 3
Tampaksiring sebelum bimbingan belajar melalui kelompok belajar. 2.
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa yang mengalami
kesulitan membaca Bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 3 Tampaksiring
setelah bimbingan belajar melalui kelompok belajar.

111

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini maksudnya adalah kegunaan atau kebermaknaan
penelitian baik pada pengembangan ilmu pengetahuan maupun untuk
kepentingan praktis, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.Secara teoritis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan buah pikiran di dunia
pendidikan dan memperkaya teori-teori serta konsep pendidikan khususnya
dibidang membaca Bahasa Indonesia. Secara praktis, hasil penelitian
tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah
LANDASAN TEORI
Kegiatan Belajar Siswa SMP
Gagne mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang
merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian
kondisi belajar untuk mencapainya. Kelima kemampuan basil belajar
tersebut adalah: 1)Keterampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai
dari baca tulis hitung sampai kepada pemikiran yang rumit; 2) Strategi
kognitif mengatur cara belajar dan berpikir seseorang didalam arti seluasluasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah; 3) Informasi verbal,
pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; 4) Keterampilan motorik. yang
diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik,
menggunakan jangka dan sebagainya; 5) Sikap dan nilai, berhubungan
dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, (Mulyani
Sumantri dan Johar Permana, 1998/1999).
Tujuan belajar merupakan komponen system pengajaran yang sangat
penting. Semua komponen-komponen pelajaran lainnya adalah pemilihan
112

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

mated atau bahan pengajaran, kegiatan guru dan peserta didik, pemilihan
sumber belajar dan tujuan belajar yang hendak dicapai peserta didik dalam
proses pembelajaran. Karena itu, kesadaran tentang berbagai tujuan belajar
di atas, semestinya direfleksikan guru - guru sekolah dasar sebagai usaha
membantu peserta didik untuk meletakkan dasar-dasar kehidupan kearah
perkembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan daya ciptanya yang
diperlukan dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan mereka selanjutnya. Pada umumnya
keberhasilan anak didik dalam pendidikan berupa prestasi belajar.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau
angka nilai yang diberikan oleh guru (Depdikbud, 1994/1995 : 787).
Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka diperlukan tindakan yang
mempunyai ruang lingkup yang luas yang akan menggarap pemberian
bimbingan, pemilihan arah studi, penerangan mengenai kelompok belajar
dan membudayakan kebiasaan membaca dikalangkan anak-anak.
Bimbingan belajar
Bimbingan belajar dapat berlangsung di sekolah yang biasanya
dilaksanakan oleh petugas bimbingan atau guru bidang studi berkaitan
dengan pencapaian prestasi yang lebih baik. Bimbingan menurut Moh. Surya
(1993 : 22) adalah "Suatu proses pemberian bantuan yang terus meneras dan
sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan
perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan
penyesuaian diri dengan lingkungan.Sedangkan yang dimaksud dengan
113

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar
Hamalik, 1983:21).
1. Jenis-jenis bimbingan belajar.
Bimbingan belajar yang diadakan atau dilaksanakan dapat berupa berbagai
jenis bimbingan. Bimbingan belajar menurut beberapa sumber.
Menurut Sulastri dalam bukunya bimbingan belajar menyatakan bahwa
bimbingan belajar antara lain meliputi : sikap mental, tempat belajar,
kesehatan badan, keteraturan dalam belajar, disiplin dalam belajar, cara
menghafal pelajaran, belajar kelompok dan cara menghadapi ujian.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka diuraikan lebih lanjut
beberapa jenis-jenis bimbingan belajar antara lain : (1) Sikap mental; (2)
Tempat belajar; (3) Kesehatan belajar; (4) Keteraturan dalam belajar; (5)
Disiplin belajar; (6) Konsentrasi; (7) Cara mengikuti pelajaran; (8) Cara
membaca buku; (9) Cara membuat ringkasan; (10) Cara menghafal
pelajaran; (11) Belajar kelompok; (12) Cara menempuh ulangan; (13) Cara
belajar mandiri.
Kesehatan badan sangat penting agar dapat belajar dengan baik.
Seseorang siswa harus mempunyai tubuh yang sehat, tanpa jasmani yang
sehat pikiran tak akan dapat bekerja dengan baik. Agar badan tetap sehat
maka hendaknya diimbangi dengan olahraga, makan secara teratur, serta
istirahat yang cukup.
Belajar sendiri biasanya kurang mantap kalau belum disertai belajar
kelompok sebab dalam belajar sendiri tidak semua masalah dapat

114

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dipecahkan. Di samping itu belajar kelompok banyak manfaatnya bagi


perkembangan pribadi.
Cara menempuh ulangan, landasan utama dalam kegiatan pokok
untuk mengikuti ulangan adalah belajar dengan sebaik-baiknya jauh hari
secara teratur, disiplin, konsentrasi dan menjaga kondisi tubuh. Setelah
memahami semua petunjuk jawablah dengan baik agar dapat memperoleh
nilai yang memuaskan.
Cara belajar mandiri di rumah adalah tugas pokok setiap siswa
dengan jadwal belajar yang teraturdan rutin. Baca secara berulang-ulang
buku catatan singkat hasil pelajaran di sekolah maupun sumber bukunya.
Rumuskan pertanyaan-pertanyaan dari bahan tersebut, dan bila mengalami
kesulitan tanyakan pada guru secara langsung.
2 Prestasi belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas yang pada hakikatnya akan
bermuara kepada hasil yang dicapai. Prestasi belajar lahir melalui proses
pengukuran dan penilaian dengan suatu instrumen. Setelah seseorang
melakukan perbuatan belajar maka pada dirinya nampak perubahan kearah
peningkatan.
Perubahan prestasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu:
(1) Perubahan dan peningkatan dalam perolehan pengetahuan
yakni dari tidak tahu menjadi tahu dalam bentuk disiplin ilmu
yang disebut aspek kognitif.
(2) Perubahan dan peningkatan sikap. Individu dapat berubah
berupa: kegemaran, kecintaan, sopan santun, dan yang
115

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

menyangkut masalah harkat dan martabat yang lazim disebut


aspek efektif.
(3) Belajar sendiri dapat menimbulkan perubahan keterampilan
dalam bentuk gerak seperti menari dan lainnya.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan prestasi belajar adalah "Hasil dari pengukuran dan penilaian hasil
belajar" (Sutratinah Tirtonegoro, 1984 :43).
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil dari pengukuran dan penilaian dalam usaha belajar yang
diwujudkan dalam bentuk angka atau nilai yang nantinya nampak dalam
laporan hasil belajar.
3 Bimbingan Kelompok Belajar
Pengertian Bimbingan
Menurut

Sukardi

(1993.2)

menyatakan

bahwa

Bimbingan

merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) sekelompok


orang agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
Selanjutnya menurut W.S. Winkel (1984 : 17) "Bimbingan berarti
pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok orang dalam membuat
pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri
terhadap tuntunan-tuntunan hidup."
Pengertian Kelompok Belajar
Menyelenggarakan kelompok belajar merupakan salah satu bagian
untuk merealisasikan bimbingan dan konseling di sekolah. Diketahui bahwa
116

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

siswa dapat belajar secara individual, juga dapat belajar secara kelompok.
Oleh karena itu belajar secara berkelompok dapat memberikan dampak yang
positif terhadap prestasi yang dicapai oleh siswa. Adapun tujuan belajar
secara berkelompok atau kelompok belajar menurut Beni Labra dalam Tirka
(1986: 181) adalah :
(1)

Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-teman. Bagaimana

mengemukakan pendapatnya. dan menerima pendapat orang lain.


(2)

Dengan belajar secara kelompok turut pula merealisasikan tujuan

pendidikan dan pengajaran.


(3)

Untuk belajar mengatasi kesulitan-kesulitan. terutama dalam hal

pelajaran secara bersama-sama.


(4)

Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung di dalam

masyarakat yang lebih luas.


Belajar kelompok merupakan suatu pengalaman belajar yang dapat
diterapkan untuk semua mata pelajaran dalam batas-batas tertentu.
Pengalaman belajar berkelompok memberikan keuntungan atau bermanfaat
bagi siswa dalam banyak hal, seperti yang dikemukakan berikut ini.
(1)Siswa dapat berbagi informasi dalam menjalani gagasan baru atau
memecahkan suatu masalah; (2) siswa dapat meningkatkan
pemahaman atas masalah-masalah penting; (3) siswa dapat
mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi;
(4) siswa dapat meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan; (5) siswa dapat membina semangat kerja

117

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

sama yang sehat serta hubungan kelompok yang kuat dan


bertanggung jawab.(Wardani, 1983 :6).

(2)Hampir serupa dengan di atas. Rostiyah (1982 : 74) mengemukakan


bahwa belajar

kelompok memiliki

beberapa manfaat

atau

keuntungan, yakni: (a) Menyadarkan siswa bahwa ada masalahmasalah yang dapat dipecahkan dengan berbagai cara dan bukan
satu cara atau satu jawaban; (b) Menyadarkan siswa bahwa dengan
belajar kelompok mereka saling mengemukakan pendapat secara
konstruktif. dapat memperoleh suatu keputusan yang lebih baik; (c)
Membiasakan siswa suka mendengar pendapat orang lain sekalipun
berbeda dengan pendapatnya sendiri, membiasakan bersikap
toleran;

(d) Menimbulkan kesanggupan

pada siswa untuk

merumuskan pikirannya secara nyata, teratur dan dalam bentuk


yang dapat diterima orang lain.
Untuk dapat menghasilkan prestasi belajar yang optimal melalui
bimbingan

kelompok

belajar,

maka

kegitan-kegiatan

bimbingan

keterampilan membaca yang diberikan kepada siswa, menurut Sunartana,


(1985 : 11) dikemukakan antara lain ; (1) Bimbingan belajar, motivasi,
konsentrasi. dan pemahaman ; (2) Keterampilan ; (Si bimbingan membuat
catatan ; (4) Pengaturan waktu belajar.

118

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Kerangka Berpikir
Setelah diuraikan tentang kegiatan belajar siswa SMP. bimbingan belajar,
dan prestasi belajar maka untuk mencapai peningkatan prestasi belajar yang
optimal dapat ditempuh dengan cara memberi bimbingan belajar.
Salah satu tehnik dari bimbingan yang digunakan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa adalah dengan menggunakan kelompok belajar.
Dalam buku Metodelogi Penelitian dan Pendidikan dinyatakanbahwa:
"Kerangka berpikir adalah semacam asumsi yang bersifat teoritis dan ilmiah
tentang masalah yang didasarkan pada bahan informasi dan menjadi bagian
dari perumusan hipotesis. Adapun kerangka berpikir yang digunakan sebagai
berikut:
1

Dalam kenyataannya

bahwa banyak faktor

yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa baik faktor yang berasal


dari dalam diri siswa itu sendiri umum yang berasal dari luar diri
siswa.
2

Rendahnya prestasi belajar siswa yang disebabkan cara belajar


yang kurang baik atau negatif. Tidak memiliki sarana belajar
yang memadai. Dan kurangnya motivasi belajar dapat diatasi
atau ditanggulangi melalui bimbingan belajar khususnya
bimbingan kelompok belajar.

Semakin baik bimbingan kelompok belajar yang dilaksanakan


maka akan baik pula hasil yang dicapai dalam belajar.

119

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Hipotesis Tindakan
Hipotesa adalah merupakan suatu pernyataan kebenarannya masih
diragukan, hipotesa dapat juga diartikan sebagai suatu kesimpulan atau
dugaan sementara yang belum sepenuhnya diakui kebenarannya. Untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesa itu haruslah diadakan pengujian.
Maka dari itu dikenai adanya pengetesan hipotesa atau pengujian hipotesa
(testing hypotesa). Dalam hal ini bukan berarti bahwa suatu penelitian akan
gagal apabila hipotesa yang diajukan salah, tetapi justru malah sebaliknya
dengan pengujian hipotesa akan diketahui hipotesa mana yang ditelaah atau
mana yang diterima.
Walaupun itu hanya merupakan dugaan atau pernyataan yang bersifat
sementara, akan tetapi tidaklah dibuat dengan sembarangan saja melainkan
didasarkan atas kerangka berpikir yang telah dikemukakan.
Berdasarkan uraian teoritik dan kerangka berpikir tersebut maka dapat
diajukan hipotesis bahwa : bila pemberian bimbingan belajar dengan tehnik
bimbingan kelompok belajar dilaksanakan secara optimal maka prestasi
belajar siswa yang mengalami kesulitan membaca pada siswa kelas VII B
SMP Negeri 3 Tampaksiring.

METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII B
SMP Negeri 3 Tampaksiring. Jumlah siswa 40 orang terdiri dari 23 orang
siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Dari 40 orang siswa ternyata 5
120

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

orang yang akan dikenakan tindakan, karena siswa tersebut mengalami


kesulitan dalam keterampilan membaca. Prestasi pelajaran Bahasa Indonesia
yang diperoleh dari ke lima tersebut dibawah rata-rata 75. Keterampilan
membacanya sangat rendah, ada 2 orang sangat lambat dalam membaca dan
belum bisa merangkai kalimat, 3 orang siswa lambat membaca dan belum
memahami isi bacaan, lafal, lagu kalimat, intonasi kurang tepat.
Bertitik tolak pada uraian di atas, maka dipandang perlu siswa tersebut
mendapat bimbingan belajar upaya memperbaiki/remidi dengan harapan agar
prestasi belajar siswa dapat meningkat.

121

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Prosedur Tindakan
Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah model Kemmis dan Me Tarigart seperti bagan
tersebut di bawah ini sebagai berikut :
REFLEKSI

OBSERVASI/

SIKLUS I I

PERENCANAAN

EVALUASI

PERENCANAAN

REFLEKSI

OBSERVASI/EVA
LUASI

SIKLUS I

PERENCANAAN

PERENCANAAN
dst

122

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

(Kemmis dan Me. Targat dalam DjunaidiGhony. 2008: 64)


Jadi keempat tahapan tersebut di atas merupakan satu siklus
yaitu: putaran dari perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan
refleksi, demikian pula pada siklus selanjutnya.
Perencanaan
Dalam perencanaan tindakan kelas ini meliputi kegiatan
sebagai berikut.
a. Mohon ijin kepada Kepala Sekolah mengenai rencana tindakan
kelas yang akan dilaksanakan.
b. Mencatat siswa yang menunjukkan gejala prestasi belajar yang
rendah.
c. Menyusun program bimbingan belajar dalam penelitian
tindakan kelas.
d. Mempersiapkan materi layanan informasi tentang peningkatan
kemampuan membaca Indonesia, melalui bimbingan belajar.
e. Menyusun dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan
untuk memantau meningkatkan prestasi belajar membaca pada
pelajaran Bahasa Inggris.

123

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tindakan
Rancangan tindakan dilakukan dalam 2 siklus dari bulan
Juli sampai dengan September 2013 dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Siswa dikenai tindakan diberi waktu 5-10 menit untuk membaca
wacana bacaan bahasa Indonesia.
b. Tanya jawab mendiskusikan dan memberikan penjelasan katakata yang sulit.
c. Memberikan contoh membaca yang baik dan benar dengan
menonjolkan lafal kata, pemenggalan dan lagu kalimat.
d. Memberi giliran membaca kepada siswa dengan melaksanakan
perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa.
e. Siswa diberi tuas menceritakan kembali isi bacaan dengan
bahasa mereka,
f. Menjawab pertanyaan bacaan.
g. Mengobservasi

setiap

kegiatan

siswa

pada

saat

guru

memberikan petunjuk.
Observasi
Rancangan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan
kelas dengan menggunakan metode observasi dan pencatatan leger
siswa atau buku nilai yang ada pada guru. Metode observasi untuk
memantau kegiatan kelompok bimbingan belajar pada siswa.

124

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

sedangkan indikator-indikator yang di observasi berkaitan dengan


kesesuaian rencana dan proses tindakan. hambatan-hambatan
tindakan.
Evaluasi
Berkaitan dengan tujuan penelitian sebagaimana telah
dikemukakan di atas maka hasil tindakan yang telah dilakukan
dianalisis dengan analisis deskriptif sebagai berikut:
a.

Untuk melihat keberhasilan tindakan dari tujuan penelitian


dilakukan melalui pemaparan terhadap perubahan perbaikan
keterampilan membaca dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

b.

Untuk melihat peningkatan prestasi keterampilan membaca


dalam pelajaran Bahasa Indonesia digunakan rumus:

PA =

Post Rate - Base Rate


x 100%
Base Rate

(Good - Win and Coeteeso, 1976)

PA

: Prosentase Peningkatan

Post Rate

: presentase diberikan tindakan / skor akhir

Base Rate : Presentase diberikan tindakan/ skor awal

125

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Refleksi
Refleksi dilakukan setiap terselesaikannya tindakan
untuk mengkaji temuan-temuan dalam tindakan. hambatanhambatan karena belum sesuainya dengan

rencana sampai

menemukan hasil yang memuaskan. serta faktor-faktor yang


menunjang ke arah pencapaian yang lebih tepat. Tahapan ini
merupakan masukan untuk menyusun rencana tindakan pada
putaran selanjutnya. Prosedur putaran kedua merupakan lanjutan
putaran pertama.

HASIL TINDAKAN
Hasil Tindakan Putaran Pertama
Setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah, peneliti
melaksanakan bimbingan belajar terhadap siswa yang dikenai tindakan.
Dalam tindakan pertama pengajaran remidi atau perbaikan terhadap
siswa yang mengalami kesulitan membaca dilaksanakan mulai bulan Juli
2014 kegiatan ini dilaksanakan empat kali dalam satu kali siklus.Teknik
yang digunakan dalam upaya perbaikan menggunakan teknik kelompok
belajar. Dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang siswa yang
mengalami kesulitan membaca diberikan suatu remidi atau perbaikan
dengan cara mengulang kembali materi-materi yang telah diberikan.
Memberi petunjuk tentang teknik membaca serta upaya perbaikan
terhadap hal-hal yang menghambat efektivitas dalam membaca. Teknik
membaca yang dikembangkan sesuai dengan tujuan penelitian adalah
membaca teknis untuk melatih siswa agar mampu membaca sesuai
126

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dengan ucapan/lafal, nada, irama dan lagu kalimat yang tepat, sedangkan
membaca dalam hati diberikan agar melatih siswa mampu menangkap isi
wacana secara tepat dan cermat, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Sehingga memahami isi bacaan.
Pada siklus diberikan empat kali pertemuan pengajaran
remidi/perbaikan sebagai berikut :
(1)

Pada tahap pertama hari Senin tanggal 26 tahun 2013 dengan


menggunakan metode ceramah, pengenalan huruf dan metode SAS
(Structural Analitik Sintetik),

(2)

Berikutnya pertemuan kedua dilaksanakan hari Senin, tanggal 2


Agustus 2013 dengan metode ceramah dan tanya jawab.

(3)

Selanjutnya hari Senin tanggal 9 Agustus 2013 memberikan


perbaikan/remidi, pelaksanaan lebih menekankan pada membaca
dengan suara nyaring dengan lagu kalimat dan lafal yang betul.

(4)

Pada hari Senin tanggal 16 Agustus 2013 memberikan evaluasi


kepada siswa yang diberi tindakan dengan cara menjawab
pertanyaan bacaan untuk mengetahui apakah wacana yang dibaca
telah dipahami isinya.

Hasil Pemantauan
Pemantauan

terhadap

tindakan

kelas

dengan

menggunakan metode observasi dan wawancara ditemukan halhal sebagai berikut:

127

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

f. Sudah ada beberapa peningkatan prestasi belajar dalam hal


ketepatan merangkai kata dan lafal yang benar.
g. Beberapa siswa belum menunjukkan kecepatan dan kelancaran
menyuarakan bacaan secara wajar.
h. Siswa tidak takut lagi dalam membaca, sudah mulai membaca
agak nyaring.
i. Belum begitu mampu menjawab pertanyaan bacaan.
j. Ada 2 siswa yang masih ragu-ragu dan gagap dalam membaca.
Dari pemantauan dapat diketahui penyebab rendahnya prestasi
belajar dan alternatif perbaikannya.
Jadi peningkatan prestasi belajar pada siswa yang dikenai
tindakan sebagai berikut :
Tabel 09 : Hasil Pemantaun dan wawancara penyebab rendahnya
prestasi belajar dan alternative perbaikannya.

No

Kode

L/P

Penyebab

Alternative perbaikan

subjek
1.

SU

Kurang

mengenal Memberi

motivasi

huruf, sehingga takut untuk menumbuhkan


membaca dan merasa kepercayaan diri dan
terkucil

mengenalkan kembali
huruf

2.

HA

Menghilangkan huruf Diberikan


atau

kata

kalimat

dan yang tidak lengkap

menyisipkan kata lain dan disuruh mengisi


waktu membaca
128

bagian yang kosong.

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

3.

BU

Ragu ragu dalam Menuliskan

kalimat

membaca, mengucap pada kartu kartu


kata dengan bantuan kalimat

4.

4.1.

KR

atau

kertas

guru.

panjang berisi kalimat

Tidak

Melaksanakan

memperhatikan tanda perintah membacakan

baca sehingga lagu kalimat Tanya atau


H
5.
a

kalimat kurang tepat.


IN

Agak gagap dalam Membaca


membaca,

perintah.
dengan

selalu bacaan yang sangat

mengulang kata atau sederhana dan diberi

kalimat

giliran

belakangan

membaca.
Evaluasi
Dari table yang telah disusun pada putaran pertama maka
dapat dicari peningkatan prestasi belajar dengan rumus sebagai
berikut :

Post Rate Base Rate


PA = ------------------------------------ x 100%
Base Rate

129

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Jadi peningkatan prestasi belajar pada siswa yang dikenai tindakan


sebagai berikut :
Tabel 10 : Peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia dalam
bentuk diberi tindakan pada
No

Kode Subjek

Base Rate

Post Rate

Peningkatan
Nilai

1.

SU

60

75

15

2.

HA

68

72

04

3.

BU

65

75

10

4.

KR

65

75

10

5.

IN

64

70

06

Refleksi
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan terhadap siswa
yang mengalami prestasi belajar rendah, maka dapat dilaporkan
refleksi terhadap siswa yang mengalami prestasi belajar rendah,
maka dapat dilaporkan refleksi terhadap penilaian tindakan
putaran pertama sebagai berikut :
Secara umum pelaksanaan penelitian pada putaran
pertama belum ada peningkatan yang signifikan hal itu dapat
diketahui dari hasil pemantauan terhadap observasi yang telah
130

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dilaksanakan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik


signifikan akan dioptimalkan pada putaran kedua. Untuk itu
penelitiakan
pemberian

berusaha
bimbingan

mengoptimalkan
terutama

kemampuan

bimbingan

belajar

pada
dalam

menyimak dan memahami isi bacaan, disamping itu memberikan


tugas rumah untuk menulis kembali isi bacaan sesuai dengan
bahasa sendiri, sehingga diharapkan tercapainya ketuntasan
dalam mengatasi kesulitan membaca.
Hasil Tindakan Siklus Kedua
Setelah

melaksanakan

tindakan

putaran

pertama

dapat

ditemukan hambatan-hambatan yang dialami oleh masing masing


individu, maka dalam :indakan putaran kedua pelaksanaanya akan lebih
mengoptimalkan bimbingan belajar agar kesulitan yang dialami oleh
siswa dapat dituntaskan. Adapun tahapan akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
(1)

Pada tahap pertama hari Senin tanggal 23 Agustus 2013,


siswa membacakan ringkasan bacaan yang telah dikerjakan
di rumah dan membahas hasil dari pekerjaan siswa.
Kemudian memberikan tugas kepada masing-masing
individu

sesuai

dengan

faktor

penyebab

kesulitan

membaca. Salah satu siswa membaca wacana dan yang lain


menyimaknya.
(2)

Pada tahap kedua hari Senin tanggal 30 Agustus 2013


mengulangi kembali pemberian tugas, dan selanjutnya
tanya jawab sambil membimbing, memperbaiki kesalahan 131

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

kesalahannya. Bagi anak yang agak gagap diberi giliran


membaca nyaring suatu bacaan belakangan dari temannya
agar siap-siap mendapat gilirannya.
(3)

Tahap ketiga pada hari Senin tanggal tgl 6 September 2013


kembali diberikan bacaan dengan membaca nyaring dan
cermat,

mengamati

tanda-tanda

baca

agar

dapat

menangkap isi bacaan. Tanya jawab dan diskusi mengenai


kesulitan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya diberikan
tugas rumah untuk meringkas bacaan yang bacanya
kemudian diceritakan kembali pada pertemuan berikutnya.
(4)

Tahap akhir pada hari Senin 13 September 2013, pekerjaan


rumah yang diberikan dibacakan oleh masing-masing
siswa. Kembali

memberikan bacaan dengan membaca

dalam hati kemudian menceritakan isi bacaan dengan


kalimat

sendiri.

Menjawab

pertanyaan

bacaan

dan

memberikan evaluasi.
Hasil Pemantauan
Dan hasil pemantauan dan observasi selama pelaksanaan
tindakan siklus kedua ditemukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Sudah ada peningkatan, respon siswa sangat besar, sangat tertarik
dengan metode yang digunakan.
(2) Sebagian siswa sudah membaca secara nyaring dan tidak raguragu dalam menyuarakan bacaan mempergunakan. lafal dan
intonasi sudah agak baik.
132

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

(3) Sudah mampu menjawab pertanyaan bacaan dengan benar,


adanya peningkatandalam hasil evaluasi.
(4) Hanya ada satu siswa yang masih sulit memperbaiki, belum
begitu jelas mengenal huruf sehingga belum memperlihatkan
adanya peningkatan.
(5) Melengkapi

kalimat

sesuai

dengan

isi

bacaan

sudah

memperlihatkan peningkatan begitu pula hasil evaluasinya dalam


menjawab pertanyaan sudah ada peningkatan.
Hasil Evaluasi
Dari tabel yang telah disusun pada putaran kedua maka
dapat dilihat peningkatan prestasi belajar dengan rumus sebagai
berikut:

PA = Post Rate II - POST Rate I

x 100 %

Post Rate I
Jadi peningkatan prestasi belajar kelima siswa adalah sebagai
berikut :

133

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tabel 17 : Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dalam


bentuk nilai peningkatan dari awal ke tindakan siklus kedua.
No.

Kode Subjek

Post Rate I

Post Rate II

Peningkatan
Nilai

1.

SU

70

75

05

2.

HA

65

78

03

3.

BU

69

80

11

4.

KR

66

75

09

5.

IN,

70

80

10

Keterangan :
Post Rate I = Sebelum Tindakan
Post Rate I = Sesudah tindakan putaran pertama
Post Rate II = Sesudah tindakan putaran kedua
Peningkatan prestasi belajar dari siklus pertama ke siklus kedua dengan
umur:
PA = Post Rate II - PostRate I x 100 %
Post Rate I

134

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tabel 18 : Peningkatan prestasi belajar sesudah diberikan tindakan


pertama dan sesudah diberi tindakan siklus kedua dalam
bentuk nilai.
'No.

Kode Subjek

No. Absen

XI

X2

1.

SU

02

70

75

2.

HA

06

65

78

3.

BU

09

69

80

4.

KR

15

66

75

5.

IN

21

70

80

keterangan
XI = Nilai sesudah diberi tindakan siklus pertama
X2 = Nilai sesudah diberi tindakan siklus kedua
Refleksi
Dari evaluasi pada tindakan putaran kedua menunjukkan
bahwa adanya peningkatan yang cukup signifikan pada prestasi
belajar. Ini berarti bimbingan belajar dengan menggunakan teknik
bimbingan kelompok belajar sangat efektif dipergunakan untuk
perbaikan bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca.
Namun

masih

ada

dua

siswa

yang

belum

tuntas

penanganannya disebabkan oleh waktu yang terbatas bagi peneliti. Hal


135

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

ini perlu penanganan, secara khusus yang, memerlukan waktu lebih


panjang untuk memberikan (tandingan belajar sehingga kesulitan bagi
siswa tersebut dapat dituntaskan.
Mengingat waktu penelitian terbatas maka pemberian
bimbingan belajar dihentikan.

PENUTUP
Setelah peneliti memberikan uraian pada tindakan kelas yang telah
dilakukan maka dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
Kesimpulan
Berdasarkan teori dan rumusan hipotesis yang menyatakan bahwa
bimbingan belajar untuk meningkatkan prestasi belajar melalui teknik
bimbingan kelompok belajar akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
apabila ditangani secara efektif.
Jadi dengan pemberian bimbingan secara efektif, siswa yang
mengalami kesulitan dalam membaca dapat teratasi mengingat kemampuan
membaca merupakan modal utama dalam upaya meningkatkan ilmu
pengetahuan suatu kendala yang sangat berat dan tidak dapat dianggap
sebagai masalah sepele dan sederhana, lebih-lebih ketika mengikuti pelajaran
pada jenjang yang lebih tinggi.
Dengan demikian maka bimbingan belajar melalui bimbingan
kelompok untuk meningkatkan keterampilan membaca dalam mata pelajaran
136

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Bahasa Indonesia sangat diperlukan sehingga kekurang mampuan siswa


dapat diatasi. Kemudian diharapkan dengan kemampuan dan keterampilan
membaca yang baik bermanfaat bagi pengembangan kemampuan .lainnya
yang lebih tinggi sehingga mampu mengikuti kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Saran
Berdasarkan atas hasil penelitian yang diperoleh dapat diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1

Bimbingan kelompok belajar dapat digunakan sebagai salah satu


teknik oleh

siswa untuk meningkatkan prestasi belajar.

2 Diharapkan para guru memanfaatkan bimbingan bagi siswa yang


mengalami kesulitan dalam membaca sehingga tercapai prestasi
belajar yang optimal.
3

Mengingat penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada satu


kelas, maka untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam dan
menyakinkan disarankan kepada peminat dalam bidang ini untuk
mengadakan penelitian dalam sekup yang lebih luas dengan
demikian mendapatkan suatu kesimpulan yang lebih baik.

137

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

DAFTAR PUSTAKA
Asih.1992. Makalah : Konseling Kelompok . Disajikan dalam Pelatihan
Guru Pembimbing SMP Propinsi Bali Mei 1992. Denpasar :
Depdikbud.
Bawa,et al.1997. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas /4#j/r,_Singaraja
:STKIP
Depdikbud.1993/1994. Methode Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah SAff.Jakarta.
DarsonoTjokrosuyoso. 1995/1996. Materi Pokok : Dasar - dasar
Penelitian.Jakarta Depdikbud
Kurikulum SMP. 1994 : Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Depdikbud Koestoer, PartoWisastro. 1985. Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah Jilid I.
Jakarta: Erlangga ikmum, AbinSyamsudin. 1972. Prinsip-prinsip Diagnostik
Kesulitan Belajar.
Bandung: IKIP MolyaniSumantri dan JoharPermana, 1998/1999. Strategi
Belajar Mengajar.Jakarta: Depdikbud
Nawawi, Hadari. 1981. Bimbingan Belajar di Sekolah. Jakarta : Gunung
Agung. RomlahTatiek. 1989. Teori dan Praktek Bimbingan
Kelompok Jakarta: Depdikbud
Sunartana. Et. al. 1985. Diklat Kuliah :Masalah dan Kesulitan Belajar.
Singaraja : FKIP Universitas Udayana.

138

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Sakardi,Dewa Ketut.1993.Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah


Bandung: IKIP.
Sulastri, Made dan MamikSuratni. 1983.Bimbingan Belajar.Singaraja :
Universitas Udayana.
Tirka, (1986) Kumpulan Bahan Bimbingan dan Konseling Singaraja : FKIP
Universitas Udayana
Wardani.

1983.Keterampilan

Memimpin

Diskusi

Kelompok

Kecil.

Jakarta:Depdikbud
Vinkel, WS. S.J.,M.Sc. 1984. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
Menengah, Jakarta; PT Gramedia.
Vusup,Achlak Muhamad.1998."Kurikulum Pendidikan Menengah antara
Harapan dan Kenyataan". Dalam Majalah Mutu.Edisi April Juni.
Jakarta.

139

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA


KELAS IX E SMP NEGERI 1 UBUD PADA MATERI PEWARISAN
SIFAT MELALUI MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENTS
BERBANTUAN POWER POINT

OLEH :
I WAYAN SUKARAGA, S.Pd.
NIP. 19630701 198703 1 020

ABSTRACT
The low study achievement is often a challenge for teachers in the
implementation of the learning process, especially for materials of natural
science subject with local nature that has been defeated by technological
advances and often ignored by some students. To overcome the problem,
teachers need to apply varied, creative and innovative learning method; one
for example is by applying Teams Games Tournaments model assisted by
power point model.
Related to the problem, the purpose of this study is to determine the
increase of creativity and student learning achievement through the
application of Teams Games Tournaments model assisted by power point
model. The research model is in the form of classroom action research and
the subjects are the students of class IX E SMP N 1 Ubud, period 2014/2015.
This study was conducted in two cycles, each cycle carried out four
phases of activities, namely: planning, implementation, observation and
evaluation. Finally, there was a reflection in which the results were used as a
basis to improve the implementation of the next cycle.
140

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Based on the discussion, it can be concluded that the application of


Teams Games Tournaments model assisted by power point model can
enhance students creativity and learning achievement in Natural Science
subject in class IX E SMP N 1 Ubud, period 2014/2015.
Students creativity can improve their abilities of concepts mastery,
reading and writing. It is suggested to all teachers, especially in teaching
natural science subject, to apply Teams Games Tournaments model assisted
by power point model, which stresses on student cooperation and
responsibility so it can enhance students creativity and learning achievement
clearly and steadily.
Keywords: Teams Games Tournaments model, power point model

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Desentralisasi merupakan isu-isu utama dalam pengembangan
pendidikan di berbagai aspek dan jenjang pembelajaran IPA selalu
diasumsikan sangat sulit dan menakutkan juga di kalangan sebagian siswa
dijaman Globalisasi ini yang serba modern sehingga mata pelajaran IPA
yang merupakan muatan lokal dianggap begitu penting dan bermanfaat,
dalam kehidupan sehari-hari selalu berguna dalam melakukan Interaksi
dan berkomunikasi untuk menyikapi hal tersebut sudah sepantasnya kita
bersama tetap menjaga dan melestarikan keberadaannya.
Dalam aspek meningkatkan hasil belajar khususnya untuk
memacu penguasaan materi pelajaran dijenjang pendidikan di SMP perlu
adanya penyempurnaan proses belajar-mengajar dalam mata pelajaran
IPA agar diperoleh ketuntasan belajar. Untuk memperoleh ketuntasan

141

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

belajar guru hendaknya mempunyai kiat-kiat dan inovasi tersendiri di


dalam penggunaan metode dalam proses pembelajaran.
Siswa dianggap berhasil dalam belajar secara klasikal apabila
daya serapnya atau (SKM) dapat mencapai 75% dan memperoleh nilai di
atas 60, maka para pendidik menggolongkan siswa tersebut sebagai siswa
yang berhasil atau tuntas, apabila ada siswa yang memperoleh nilai
dibawah 60 maka para pendidik menggolongkan siswa kedalam hasil
yang rendah atau kuran, setelah di diskusi dengan beberapa orang guru,
maka rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh banyak faktor
misalnya : Sebab peranan guru masih dominan dalam proses belajar
mengajar. Kurangnya menggunakan metode dengan bervariasi dan guru
yang memberikan latihan maupun tugas kepada siswa hendaknya
mengacu yang mendekati diskusi kelompok. Adapun faktor siswa
disebabkan oleh sangat rendahnya minat belajar siswa dalam belajar IPA,
Kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran. Malasnya siswa
mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR).
Guna untuk meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa
lebih maksimal maka perlu diadakan terobosan strategi maupun
penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar guna
meningkatkan hasil belajar dengan memakai metode diskusi kelompok,
sehingga emosi para siswa dalam menguasai materi pelajaran semakin
meningkat dan mantap juga dapat mengingat kembali materi pelajaran
yang diajarkan,apabila materi tersebut diadakan Evaluasi atau penilaian
sudah tentu bisa mencapai hasil yang diharapkan.
Dengan berdasarkan arsip hasil evaluasi terakhir yang
diselenggarakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014 / 2015, hasil
142

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

belajar siswa kelas IX E terhadap mata pelajaran IPA masih jauh di


bawah hasil yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut
dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan umum bersama semester
ganjil pada siswa kelas IX E hanya mencapai nilai rata-rata 61.50 berarti
masih dibawah SKKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65 diantara semua
kelas IX E nilai yang paling rendah dicapai oleh kelas IX E, yaitu hanya
mendapatkan nilai rata-rata 60.83. (dikutip dari kurikulum SMP Negeri 1
Ubud).
Menghadapi permasalahan itu, penelitian berjuang dan berusaha
mengatasinya dengan cara mengadakan konsultasi dan diskusi dengan
teman sejawat yang juga guru mata pelajaran Bahasa Inggris kelas IX E.
Dengan berdasarkan hasil pengamatan lebih awal di kelas IX E,
didapatkan gejala yang muncul dalam proses pembelajaran antara lain,
siswa kurang antusias mengikuti pelajaran, siswa terlalu banyak
cakapnya, atau selalu rebut, siswa kurang perhatian menerima pelajaran,
dalam proses pembelajaran kelihatan pasif jarang siswa yang berusaha
memikirkan jawaban dan atau menanggapi pertanyaan guru, diantara
siswa tidak mau kerja sama, guru untuk memberikan jawaban terhadap
pertanyaan guru, dalam proses pembelajaran siswa hanya duduk dan diam
seolah hanya ingin menunggu proses pembelajaran berakhir.
Setelah diadakan konsultasi dan diskusi dengan guru mata
pelajaran IPA dapat diidentifikasi ada beberapa indikator sebagai faktor
penyebab masalah. Misalnya setiap pembelajaran diterapkan guru masih
konvensional dan menuntun dalam menggunakan metode, kurang
bervariasi pembelajaran masih bersifat hapalan untuk menguasai konsep.

143

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Kurang dibentuk pola pembelajaran mandiri termasuk sumber


belajar bervariasi kemudian tugas yang diberikan guru selalu menuntun
siswa yang mendapat hasil yang baik kurang diperhatikan kurang diberi
sanjungan dan pujian.
Dengan adanya semua faktor penyebab diatas yang paling
prinsipnya guna untuk diambil tindakan perbaikan tidak lain adalah
metode

pembelajaran

yang

kurang

variatifjuga

perlu

dipolakan

pembelajaran yang kondusif, dengan menumbuhkan dan mengembangkan


motivasi belajar dengan penerapan belajar secara diskusi kelompok agar
dapat memberikan peluang kepada siswa untuk bekerja sama saling
membantu dalam upaya meningkatkan hasil belajar guna untuk mencapai
hasil yang baik.
Dalam pembelajaran diskusi kelompok guna untuk mengatasi
adanya suasana belajar yang sangat pasif dan mematikan semangat belajar
siswa yang lebih pandai Lie (1988) dengan belajar diskusi kelompok
dapat meningkatkan motivasi partisipasi siswa dalam pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa yang lebih menggembirakan.
Juga tidak dapat dipungkiri, adapun kelemahan yang dapat
ditemukan dalam belajar diskusi kelompok ini adalah tanggung jawab
masing-masing siswa dalam kelompoknyabelum maksimal, siswa yang
bertanggung jawab terhadap tugasnya hanya sebagian siswa tertentu saja,
belum semuanya dapat melakukan aktivitas seperti apa yang diharapkan.

144

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

2. Rumusan Masalah
Sebelum ditentukan rumusan masalah penelitian sebelumya
akan ditetapkan batasan dan asumsi penelitian guna untuk cakupan
penelitian ini dapat terlalu meluas dan untuk memudahkan didalam
pengambilan kesimpulan.
Batasan Penelitian
A. Hasil belajar yang dimaksudkan adalah sesuai dengan aspek
penelitian dalam bentuk KBK yakni untuk mata pelajaran IPA
mencakup dua aspek yaitu aspek membaca dan menulis.
B. Hasil belajar yang diujikan adalah pada standar kompetensi yaitu
mampu mengekspresikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisan inggris, dengan kompetensi dasar :
Asumsi Penilaian
A. Instrumen yang digunakan dalam penelitian sudah baik
karena sudah dilakukan perbaikan secara silang antara
teman yang mengajar IPA, secara gabungan dan saling
tukar menukar Instrumennya.
B. Tentang Pengisian angket untuk motivasi belajar oleh
siswa sudah mencerminkan keadaan dan situasi yang
sebenarnya.
C. Hasil atau skor akhir yang dihasilkan siswa mencerminkan
hasil belajar yang nyata atau sebenarnya.

145

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan dana asumsi penelitian di atas,
maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut :
A. Apakah

pembelajaran

dengan

menggunakan

diskusi

kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam


mata pelajaran IPA kelas IX E SMP Negeri 1 Ubud Tahun
Pelajaran 2014 / 2015 ?
B. Apakah pembelajaran dengan diskusi kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
IPA kelas IX E, SMP Negeri 1 Ubud Tahun Pelajaran 2014
/ 2015.
3.

Tujuan Penelitian
Dengan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
A. Untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa kelas IX E SMP
Negeri 1 Ubud Tahun pelajaran 2014/2015, dalam mata pelajaran
IPA.
B. Untuk meningkatkanhasil belajar siswa kelas IX E SMP Negeri 1
Ubud Tahun pelajaran 2014 / 2015, dalam mata pelajaran IPA.
C. Guna untuk menyempurnakan metode pembelajaran guru IPA agar
dapat meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa, seeing dapat
municipal inlay yang diharapkan.

146

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

4.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa,
guru dan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di masa yang
akan datang.

Bagi Siswa
Dapat

memberi

pengalaman

langsung

bagi

siswa

untuk

menumbuhkan kreatifitas belajar siswa terhadap mata pelajaran


IPA, sehingga akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Bagi Guru
- Supaya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam
menyempurnakan metode pembelajaran dikelas. Begitu pula
untuk menambah pengalaman di bidang penelitian untuk
meningkatkan prestasi belajar pada siswa.
- Dapat dipakai sebagai acuan dalam meningkatkan pembelajaran
dikemudian atau kedepannya sehingga nantinya karya tulis ini
bermanfaat untuk sertifikasi guru dan kenaikan pangkat ke IVb

Bagi Sekolah
Utamanya Kepada sekolah dapat dipakai sebagai dasar untuk
supervisi kelas sekaligus memberanikan pembinaan bagi guru untuk
memperbaiki

metode

pembelajaran

sehingga

akhirnya

dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas hasil belajar siswa.

147

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Siklus I :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP

: SMP Negeri 1 Ubud

Mata Pelajaran

: IPA

Kelas / Semester

: IX E / Ganjil

Alokasi Waktu

: 2 jam pelajaran (IX pertemuan )

I.

Standar Kompetensi

: Mampu mengekspresikan gagasan

pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.


II. Kompetensi Dasar : Menulis bahan penelitian
III. Materi Pokok

: Menulis hasil penelitian .

IV. Tujuan

c. Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar IPA.


d. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.
V. Langkah-langkah Kegiatan :
4.

Kegiatan awal 10 menit (apersepsi)


a. Memotivasi siswa dengan meminta anak untuk menjawab
pertanyaan dari guru.
b. Tanya Jawab.
c. Guru menyuruh siswa untuk memberi contoh.

5. Kegiatan Inti :
f. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.

148

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

g. Membagikan lembaran kerja pada masing-masing kelompok yang


di

dalamnya

memuat

tugas-tugas

atau

soal-soal

untuk

diselesaikan secara kelompok.


h. Setiap kelompok diatur siswa yang kemampuannya lebih baik
yang sedang dan yang kurang, agar kelompoknya lebih aktif dan
bisa berkreatif mampu bersemangat.
i. Meminta siswa bekerja sesuai dengan LKS. Guru membimbing
setiap kelompok untuk melakukan kegiatan LKS.
j. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya,
kelompok yang lain menanggapi.
6. Kegiatan Akhir
f. Menyimpulkan materi pelajaran
g. Memberikan evaluasi berupa LKS
h. Menilai pekerjaan siswa
i. Mengumumkan dan mengumpulkan nilai siswa yang sudah baik
dan paling bagus
j. Memberikan tugas dirumah (PR).
VI. Sarana dan Sumber belajar
a.

Sarana : Lab IPA.

b.

Sumber: Buku pedoman IPA

VII. Evaluasi
-

Pretest : Tertulis

Post test : Uraian

149

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Mengetahui
Kepala SMP Negeri 1 Ubud

Gianyar, 15 November 2014


Peneliti

(I Wayan Dugdug, S.Pd, M.Pd)

(I Wayan Sukaraga, S.Pd)

NIP. 19570324 198603 1 010

NIP: 19630701 198703 1 020

Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMP

: SMP Negeri 1 Ubud

Mata Pelajaran

: IPA

Kelas / Semester

: IX E/Ganjil

Alokasi Waktu

: 2 jam pelajaran (IX pertemuan)

I.

Standar Kompetensi

Mampu

mengekspresikan

pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.


II.

Kompetensi Dasar

: Menulis bahan penelitian

III.

Materi Pokok

: Menulis hasil penelitian.

IV.

Tujuan
a. Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar IPA.
b. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.

150

gagasan

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

V.

Langkah-langkah Kegiatan:
1. Kegiatan awal 10 menit (apersepsi)
a. Memotivasi dam menghimbau siswa dengan meminta anak untuk
menjawab pertanyaan dari guru.
b. Tanya jawab

2.

Guru menyuruh anak untuk memberi contoh.

3.

Kegiatan Inti :
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, kurang
lebih dalam satu kelompok empat atau lima orang.
b. Membagikan lembaran kerja pada masing-masing kelompok
yang di dalamnya memuat tugas-tugas atau soal-soal untuk
diselesaikan secara kelompok.
c. Guru meminta siswa bekerja sesuai dengan LKS dan secara
langsung

guru

membimbing

setiap

kelompok

untuk

melakukan kegiatan dengan menggunakan LKS.


d. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil
kerjanya, sedangkan kelompok yang lain menanggapi dan
mendiskusikan bersama kelompoknya.
4.

Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pelajaran
b. Memberikan evaluasi berupa LKS
c. Menilai hasil pekerjaan kelompok siswa
d. Mengumumkan nilai anak yang paling baik
e. Memberikan tugas dirumah (PR).

VII. Sarana dan Sumber belajar


a.

Sarana

: Lab IPA
151

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

b.

Sumber

: Buku pedoman IPA

VIII. Evaluasi
- Pretest dalam bentuk tertulis
- Post test dalam bentuk uraian

Mengetahui
Kepala SMP Negeri 1 Ubud

Gianyar, 15 November 2014


Peneliti

(I Wayan Dugdug, S.Pd, M.Pd)

(I Wayan Sukaraga, S.Pd)

NIP. 19570324 198603 1 010

NIP: 19630701 198703 1 020

LANDASAN TEORI
1. KREATIFITAS DAN TABEL PARTISIPASI
1. KREATIFITAS BELAJAR
Pengertian kreatifitas sebenarnya banyak ada definisi tentang
kreatifitas, namun tidak satu pun yang dapat diterima secara universal
mengingat begitu kompleknya konsep kreatifitas tampaknya hal ini
tidak mungkin dapat, dipahami, karena mengingat kreatifitas dapat
ditinjau

dari

beberapa

aspek

yang

saling

berkaitan

tetapi

penekanannya berbeda-beda (Utami Munandar 1990), dalam

152

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

bukunya mengenai pengembaangan bakat dan kreatifitas anak


sekolah.
Utami Munandar (1997) memberikan beberapa pengertian
kreatifitas berdasarkan pendapat para ahli salah satunya yang juga
merupakan pengertian dasar dari kreatifitas adalah kreatifitas yang
merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data informasi dalam unsur yang ada.
Kreatifitas merupakan konsep P4 suatu pendekatan yang
melihat kreatifitas dari segi pribadi pendorong proses dan produk
kreatifitas itu sendiri, bagaimana hubungan kreatifitas dengan
kecerdasan menurut teori ambang intelegensi untuk kreatifitas dari
Anderson (1986).
(Dalam buku Utami Munandar 1999) memaparkan bahwa
sampai tingkat intelegensi tertentu yang diperkirakan ada hubungan
erat antara hal ini dapat dimengerti karena untuk menciptakan tingkat
intelegensi yang cukup tinggi,pula dari hasil penelitian bahwa hasil
studi korelasi dan analisis faktor membuktikan test kreatifitas sebagai
dimensi fungsi kognitif yang relative bersatu.
Kemudian dalam menempatkan dalam menempatkan siswa
agar dapat meningkatkan kreatifitas belajarnya lebih baik dan
berhasil tidak terlepas dari adanya arahan dorongan dan motivasi
belajar siswa yang dapat digunakan untuk mencapai hasil yang
maksimal. Juga ada disebutkan beberapa petunjuk yang dapat
digunakan untuk memotivasi belajar siswa diantaranya :

153

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

- Usaha pengaturan kelas yang bervariasi sehingga rasa bosan tidak


ada dan perhatian peserta didik meningkat.
- Berikan kepada siswa rasa puas sehingga ia berusaha mencapai
keberhasilan selanjutnya.
- Bawalah suasana kelas menyenangkan bagi peserta didik .
- Buatlah peserta didik merasa ikut ambil bagian dalam program
yang disusun dan dilaksanakan.
- Kembangkanpengertian konsep dengan langkah pembuktian
kepada peserta didik secara wajar (Herman Hudoyo 2003).
Seperti dalam pelaksanaan kurikulum Berbasis Kompetensi
dinyatakan guru harus mampu memilih dan menerapkan metode
pembelajaran yang dapat membangun suasana pembelajaran yang
aktif, kreatif dan menyenangkan yakni sesuai dengan pendekatan
ETL.
Dengan cara guru mengajar sebagai salah satu faktor dari
luar individu sangat terkait dengan metode pembelajaran yang
diterapkan guru didalam maupun diluar kelas. Kesalahan pemilihan
metode pembelajaran akan sangat menghambat pencapaian tujuan
pembelajaran. Begitu pula pemilihan metode yang tepat akan sangat
membantu guru untuk mencapai hasil belajar secara maksimal. Jadi
metode pembelajaran yang diterapkan guru harus sesuai dengan
pradigma pendidikan.
Belajar merupakan tindakan dari yang tidak tahu, dalam
prilaku yang komplek dalam pandangan teori modern belajar adalah
a conge in behavior atau perubahan kelakuan yang berlangsung
secara progresif (Nasution 1996).
154

Konsep penting dalam belajar

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

adalah membangun perubahan prilaku dari yang tidak diharapkan


menjadi prilaku yang diharapkan dengan memberikan reinfarcoment
(penguatan) pada prilaku yang tidak diharapkan.

2.

Kreatifitas siswa dalam belajar dikelas dari pengamatan kreatifitas


siswa dikelas dilakukan dari siklus I sampai siklus II hasilnya dapat
dilihat pada table dibawah ini:
Tabel partisipasi aktif siswa belajar dikelas
N

KEGIATAN

AWAL SIKLUS I

SIKLUS II

O
1 Berdiskusi dengan teman

65%

70%

85%

28%

48%

70%

24%

58%

78%

sejawat
2 Menanggapi

jawaban

dari

siswa lain
3 Berkomunikasi dengan guru

Peningkatan secara nyata terlihat pada keaktifan siswa yang


merupakan siswa berprestasi terutama kemampuannya berdiskusi
dengan guru lebih-lebih pada siklus II setelah penggunaan alat bantu
berupa alat percaya dengan sederhana dan alat Bantu jenis
lainnya.Sehingga peningkatan penguasaan siswa terhadap pelajaran
dan materi yang diajarkan sangat baik dan lebih cepat dapat
memahami.

155

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

3.

Hasil nilai IPA pada siklus II, ada pada tabel berikut ditunjukkan
hasil analisis nilai formatif untuk mengetahui ada atau tidaknya
peningkatan prestasi siswa pada siklus I ke siklus II adapun tabelnya
sebagai berikut:
Tabel Siklus I dan Siklus II.
NO

NILAI IPA

RATA-RATA KELAS

SIKLUS I

6,58

SIKLUS II

7,50

PENINGKATAN

0,71 %

Tindakan selanjutnya sebagai bahan refleksi untuk kegiatan


berikutnya dari hasil temuan pada siklus I dan hasil pengamatan proses
pembelajaran kemudian dirancang tindakan untuk siklus berikutnya.
IV. Pada siklus I ini penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada materi
jenis pasang aksara pada mata pelajaran IPA guna memotivasi siswa.
Salah satu siswa menunjukkan contoh-contoh. Kegunaanya kemudian
siswa mengerjakan soal-soal IPA secara diskusi dengan berkelompok
(ada 4 orang, 5 orang dalam satu kelompok). Selanjutnya secara
bergantian siswa mengerjakan soal IPA dengan bimbingan guru. Pada
kegiatan akhir guru bersama siswa merangkai materi kemudian
dilanjutkan penelitian proses pemberian tugas. Dalam pelaksanaan
tindakan ini masih masih banyak siswa yang belum kreatif dan hasil
belajarnya rata-rata hal ini terbukti dari 6 kelompok hanya 2 kelompok
yang mampu mengerjakan soal secara aktif dan kreatif dengan nilai 70.

156

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Berdasarkan pengamatan supervisor proses pembelajaran sudah


mengalami perubahan walaupun perlu dilakukan tindakan-tindakan
perbaikan berikutnya. Setelah lembar observasi diisi oleh teman
sejawat supervisor pada siklus II, maka selanjutnya guru bersama
teman sejawat melakukan penemuan tentang tindakan-tindakan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan tujuan melihat sejauh mana
hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.
II. Pelaksanaan siklus ke II ini penelitian tindakan kelas ini dilakukan
pada materi jenis pasang aksara pada mata pelajaran IPA guna
memotivasi siswa. Salah satu siswa menunjukkan contoh-contoh.
Kemudian kegunaannya siswa mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris
secara berdiskusi dan berkelompok. Selanjutnya secara bergantian
siswa mengerjakan soal IPA dengan bimbingan guru pada kegiatan
akhir guru bersama siswa merangkum materi kemudian dilanjutkan
penelitian proses pemberian Tugas.
A.

Perencanaan Siklus II
1. Kegiatan awal :
Dengan melakukan Tanya jawab tentang bahan penelitian.
2. Kegiatan inti :
- Guna menjelaskan dan memberi contoh bahan penelitian.
- Siswa mendiskusikan tentang kegunaan penelitian
- Siswa mengerjakan soal test di buku latihan.
3. Kegiatan akhir :
157

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

- Siswa membuat laporan hasil penelitian.


B.

Tahap Observasi :
Selama

proses

pembelajaran

teman

sejawat/supervisor

melakukan pengamatan dan langsung mengisi kolom lembar


observasi dari hasil pengamatan tersebut dapat dipakai mengukur
keberhasilan siswa, siswa dapat mengetahui peningkatan hasil
perbaikan pembelajaran apakah sudah ada peningkatan hasil
perbaikan

pembelajaran

atau

belum.

(lembar

Observasi

terlampir).
C.

Tahap refleksi:
Selesai melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II guru dan
supervisor melakukan refleksi hasil penilaian dan dari hasilnya
mencapai

hasil

belajar

yang

mksimal,

maka

perbaikan

pembelajaran cukup sampai siklus II.


Hasil dari pembahasan dan hasil analisis penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran dapat diamati dari indikator keaktifan
siswa di kelas juga tidak terlepas dari kesungguhan siswa pada
saat proses pelajaran berlangsung, Sehingga dapat dibuatkan
grafik prestasinya atau hasil belajar, (grafik terlampir)

158

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Gambar Grafik Prestasi/hasil Belajar


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
SIKLUS I

SIKLUS II

Metode Penelitian
12. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas IX E SMP Negeri 1 Ubud
Tahun ajaran 2014 / 2015,yang berjumlah 44 orang terdiri dari 32 orang
laki-laki dan 12 orang perempuan. Adapun alasan memilih kelas IX E
dijadikan sebagai subjek penelitian karena kelas ini dalam mencapai hasil
belajar siswa yang telah ditentukan oleh sekolah (KKM) kelas IX E
paling rendah diantara kelas yang lainnya.
13. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu semester yakni
pada semester ganjil Tahun pelajaran 2014 / 2015. Karena selama
semester ganjil kelas IX E masih ada waktu untuk belajar kegiatan les
tambahan di sekolah. Sehingga dalam pelaksanaan penelitian dapat
dilakukan dengan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
159

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tabel jadwal kegiatan Penelitian


No

Rencana Kegiatan

1. Perencanaan (Observasi awal

Jadwal

Lama

Juli 2014

1 bulan

dan
menyusun perencanaan).

Agustus s.d

2. Pelaksanaan penelitian dan

Oktober

3 bulan

3. Pengolahan data

November

1 bulan

4. Pembuatan Laporan

Desember

1 bulan

pengumpulan data.

Jumlah

6 bulan (1
Semester)

14. Objek Penelitian


Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA, meliputi satu Standar
Kompetensi ( SK ) yang dijabarkan menjadi dua Kompetensi Dasar (KD
). adapun diantaranya sebagai berikut :
Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian ini direncanakan berlangsung selama
dua siklus secara berkelanjutan. Alur tindakan setiap siklus menggunakan
model penelitian tindakan kelas, adapun tahapan pada prinsipnya ada empat
tahapan, kegiatan yaitu : perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan
160

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

tindakan (action), observasi dan evaluasi proses tindakan (observation and


evaluation ) dan melakukan refleksi (reflecting), dilakukan secara berulang
sampai ada peningkatan keberhasilan tercapai.
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan terintegrasi
dalam proses pembelajaran. Setiap siklus dilaksanakan dalam enam kali tatap
muka untuk pelaksanaan pemberian tes ulangan akhir siklus, setiap kali tatap
muka diperlukan waktu 2 X 40 menit. Dengan menggunakan system diskusi
kelompok, mulai dengan melalui tiga tahapan yaitu :
1

Tahapan awal
Pada tahapan ini siswa yang sudah dibagi dalam kelompok
dengan beranggotakan 4 sampai 5 orang dari 44 orang siswa dibagi
menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 5
orang,masing-masing kelompok diberi tugas / soal yang berbeda
untuk dicari jawabannya.

2 Tahapan diskusi
Setelah semua anggota kelompok mendapatkan bagian paket
soal dilanjutkan dalam mendiskusikan jawaban secara berkelompok
kemudian masing-masing kelompok menunjuk salah satu orang
sebagai wakil dalam ikut menyampaikan jawaban kepada kelompok
lain.
3 Tahapan presentasi
Setelah selesai mengerjakan tugas dalam kelompok masingmasing

mereka

bertanggung

jawab

untuk

menyampaikan

jawabannya dan kelompok yang lain mencatat, kemudian memberi


161

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

tanggapan terhadap kelompok lawan yang lain pada saat ini terjadi
saling memberi informasi sehingga setiap anggota kelompok
memiliki pengetahuan yang lengkap untuk semua paket soal. Hasil
tukar informasi tersebut dirangkum dalam sebuah buku catatan yang
telah disediakan.Dalam hal ini guru sebagai penengah / moderator
mengatur jalannya diskusi agar menghasilkan jawaban yang sesuai
dengan yang diharapkan.
SIMPULAN DAN SARAN
G. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pembahasan terhadap pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK) di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pembelajaran dengan cara diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreatifitas siswa dalam mata pelajaran IPA kelas IX E SMP 1 Ubud
Tahun pelajaran 2014 / 2015, dari kategori kurang menjadi baik.
2. Pembelajaran diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA kelas IX E SMP Negeri 1 Ubud Tahun
pelajaran 2014 / 2015, baik pada aspek penguasaan menulis maupun
pada aspek penerapan penggunaan kata.
3. Pembelajaran

diskusi

kelompok

efektif

diterapkan

untuk

menyempurnakan metode pembelajaran Guru IPA sehingga dapat


meningkatkan kreatifitas dan pencapaian hasil belajar siswa.
4. Pembelajaran diskusi kelompok dapat membantu siswa yang pasif
menjadi aktif karena dapat imbas dan pengaruh dari rekan-rekannya
sehingga metode ini memudahkan Guru IPA dalam mencapai tujuan
yang diharapkan.
162

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

H. Saran-saran
Berdasarkan simpulan di atas sejumlah saran yang bisa disarankan
sebagai rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah :
6. Semua

guru

khususnya

guru

IPA

hendaknya

menerapkan

pembelajaran diskusi kelompok salah satu jalan atau alternative untuk


meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa di sekolah.
7. Dalam pembelajaran diskusi kelompok hendaknya lebih banyak
memperhatikan pada pembentukan kelompok supaya suasana kelas lebih
kondusif dan tertib.
8. Setiap pelaksanaan berlangsung guru hendaknya selalu menekankan agar
kerjasama dan semua siswa berperan serta dalam masing-masing
kelompoknya.
9. Bagi guru mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lain penulis
menganjurkan agar penggunaan suatu strategi pembelajaran dapat lebih
bervariatif guna menghilangkan kejenuhan siswa.
10. Para guru ikut mencoba menerapkan strategi pembelajaran di sekolahnya
masing-masing pada pokok bahasan yang sama maupun yang tidak sama.

DAFTAR PUSTAKA
1. Margono s. Metodologi penelitian pendidikan Ronela Cipta Semaranu.
1996
2. Ali Musanad. Guru dalam proses belajar mengajar sinar baru ; Bandung.
1992
3. Winarno Surachman. Metodologi pengajaran Jem Mars Bandung. 1980

163

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


TEAM ACHEIVEMENT (STAD) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENURUNKAN TINGKAT
KECEMASAN
SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
DI KELAS VII B SEMESTER GANJIL
SMP NEGERI 2 PAYANGAN
TAHUN AJARAN 2008/2009

I KETUT SUTAPA, S.Pd, M.Pd


SMP Negeri 2 Payangan

ABSTRACT
The low study achievement is often a challenge for teachers in the
implementation of the learning process, especially for materials of English
that has been defeated by technological advances and often ignored by some
students. To overcome the problem, teachers need to apply varied, creative
and innovative learning method; one for example is by carrying up group
discussion.
Related to the problem, the purpose of this study is to determine the
increase of creativity and student learning achievement through group
discussion teaching model. The research model is in the form of classroom
action research and the subjects are the students of class VII B SMP N 2
Payangan, period 2008/2009.
164

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

This study was conducted in two cycles, each cycle carried out four
phases of activities, namely: planning, implementation, observation and
evaluation. Finally, there was a reflection in which the results were used as a
basis to improve the implementation of the next cycle.
Based on the discussion, it can be concluded that the application of
group discussion learning model can increase students creativity and
learning achievement in English subject in class VII B SMP N 2 Payangan,
period 2008/2009.
Students creativity can improve their abilities of concepts mastery,
reading and writing. It is suggested to all teachers, especially in teaching
English subject, to apply group discussion learning model, which emphasis
on student cooperation and responsibility so it can enhance students
creativity and learning achievement clearly and steadily.
Keywords: cooperative learning, student team achievement

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Desentralisasi merupakan isu-isu utama dalam pengembangan
pendidikan di berbagai aspek dan jenjang pembelajaran Bahasa Inggris
selalu diasumsikan sangat sulit dan menakutkan juga di kalangan sebagian
siswa dijaman Globalisasi ini yang serba modern sehingga mata pelajaran
Bahasa Inggris yang merupakan muatan lokal dianggap tidak begitu
penting dan bermanfaat, padahal dalam kehidupan sehari-hari selalu
berguna dalam melakukan Interaksi dan berkomunikasi untuk menyikapi
hal tersebut sudah sepantasnya kita bersama tetap menjaga dan
melestarikan keberadaannya.

165

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Dalam aspek meningkatkan hasil belajar khususnya untuk


memacu penguasaan materi pelajaran dijenjang pendidikan di SMP perlu
adanya penyempurnaan proses belajar-mengajar dalam mata pelajaran
Bahasa Inggris agar diperoleh ketuntasan belajar. Untuk memperoleh
ketuntasan belajar guru hendaknya mempunyai kiat-kiat dan inovasi
tersendiri di dalam penggunaan metode dalam proses pembelajaran.
Siswa dianggap berhasil dalam belajar secara klasikal apabila
daya serapnya atau (SKM) dapat mencapai 75% dan memperoleh nilai
diatas 60, maka para pendidik menggolongkan siswa tersebut sebagai
siswa yang berhasil atau tuntas, apabila ada siswa yang memperoleh nilai
dibawah 60 maka para pendidik menggolongkan siswa kedalam hasil
yang rendah atau kuran, setelah di diskusi dengan beberapa orang guru,
maka rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh banyak faktor
misalnya : Sebab peranan guru masih dominan dalam proses belajar
mengajar. Kurangnya menggunakan metode dengan berpariasi dan guru
yang memberikan latihan maupun tugas kepada siswa hendaknya
mengacu yang mendekati diskusi kelompok. Adapun faktor siswa
disebabkan oleh sangat rendahnya minat belajar siswa dalam belajar
Bahasa Inggris, Kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran.
Malasnya siswa mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR).
Guna untuk meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa
lebih maksimal maka perlu diadakan terobosan strategi maupun
penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar guna
meningkatkan hasil belajar dengan memakai metode diskusi kelompok,
sehingga emosi para siswa dalam menguasai materi pelajaran semakin
meningkat dan mantap juga dapat mengingat kembali materi pelajaran
166

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

yang diajarkan,apabila materi tersebut diadakan Evaluasi atau penilaian


sudah tentu bisa mencapai hasil yang diharapkan.
Dengan berdasarkan arsip hasil evaluasi terakhir yang
diselenggarakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2008 / 2009, hasil
belajar siswa kelas VII terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris masih
jauh di bawah hasil yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar siswa
tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan umum bersama
semester ganjil pada siswa kelas VII hanya mencapai nilai rata-rata 61.50
berarti masih dibawah SKKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65 diantara
semua kelas VII nilai yang paling rendah dicapai oleh kelas VI, yaitu
hanya mendapatkan nilai rata-rata 60.83.( dikutip dari kurikulum SMP
Negeri 2 Payangan).
Menghadapi permasalahan itu, penelitian berjuang dan berusaha
mengatasinya dengan cara mengadakan konsultasi dan diskusi dengan
teman sejawat yang juga guru mata pelajaran Bahasa Inggris kelas VII.
Dengan berdasarkan hasil pengamatan lebih awal di kelas VII,
didapatkan gejala yang muncul dalam proses pembelajaran antara lain,
siswa kurang antusias mengikuti pelajaran, siswa terlalu banyak
cakapnya, atau selalu rebut, siswa kurang perhatian menerima pelajaran,
dalam proses pembelajaran kelihatan pasif jarang siswa yang berusaha
memikirkan jawaban dan atau menanggapi pertanyaan guru, diantara
siswa tidak mau kerja sama, guru untuk memberikan jawaban terhadap
pertanyaan guru, dalam proses pembelajaran siswa hanya duduk dan diam
seolah hanya ingin menunggu proses pembelajaran berakhir.

167

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Setelah diadakan konsultasi dan diskusi dengan guru mata


pelajaran Bahasa Inggris dapat diidentifikasi ada beberapa indikator
sebagai faktor penyebab masalah. Misalnya setiap pembelajaran
diterapkan guru masih konvensional dan menuntun dalam menggunakan
metode, kurang bervariasi pembelajaran masih bersifat hapalan untuk
menguasai konsep.
Kurang dibentuk pola pembelajaran mandiri termasuk sumber
belajar bervariasi kemudian tugas yang diberikan guru selalu menuntun
siswa yang mendapat hasil yang baik kurang diperhatikan kurang diberi
sanjungan dan pujian.
Dengan adanya semua faktor penyebab diatas yang paling
prinsipnya guna untuk diambil tindakan perbaikan tidak lain adalah
metode

pembelajaran

yang

kurang

variatifjuga

perlu

dipolakan

pembelajaran yang kondusif, dengan menumbuhkan dan mengembangkan


motivasi belajar dengan penerapan belajar secara diskusi kelompok agar
dapat memberikan peluang kepada siswa untuk bekerja sama saling
membantu dalam upaya meningkatkan hasil belajar guna untuk mencapai
hasil yang baik.
Dalam pembelajaran diskusi kelompok guna untuk mengatasi
adanya suasana belajar yang sangat pasif dan mematikan semangat belajar
siswa yang lebih pandai Lie (1988) dengan belajar diskusi kelompok
dapat meningkatkan motivasi partisipasi siswa dalam pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa yang lebih menggembirakan.
Juga tidak dapat dipungkiri, adapun kelemahan yang dapat
ditemukan dalam belajar diskusi kelompok ini adalah tanggung jawab
168

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

masing-masing siswa dalam kelompoknyabelum maksimal, siswa yang


bertanggung jawab terhadap tugasnya hanya sebagian siswa tertentu saja,
belum semuanya dapat melakukan aktivitas seperti apa yang diharapkan.
2. Rumusan Masalah
Sebelum ditentukan rumusan masalah penelitian sebelumya
akan ditetapkan batasan dan asumsi penelitian guna untuk cakupan
penelitian ini dapat terlalu meluas dan untuk memudahkan didalam
pengambilan kesimpulan.
2.1. Batasan Penelitian
A. Hasil belajar yang dimaksudkan adalah sesuai dengan aspek
penelitian dalam bentuk KBK yakni untuk mata pelajaran Bahasa
Inggris mencakup dua aspek yaitu aspek membaca dan menulis.
B. Hasil belajar yang diujikan adalah pada standar kompetensi yaitu
mampu mengekspresikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisan inggris, dengan kompetensi dasar :
2.2. Asumsi Penilaian
A. Instrumen yang digunakan dalam penelitian sudah baik
karena sudah dilakukan perbaikan secara silang antara
teman yang mengajar Bahasa Inggris, secara gabungan dan
saling tukar menukar Instrumennya.
B. Tentang Pengisian angket untuk motivasi belajar oleh
siswa sudah mencerminkan keadaan dan situasi yang
sebenarnya.
169

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

C. Hasil atau skor akhir yang dihasilkan siswa mencerminkan


hasil belajar yang nyata atau sebenarnya.
2.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan dana asumsi penelitian di atas,
maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut :
A. Apakah

pembelajaran

dengan

menggunakan

diskusi

kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam


mata pelajaran Bahasa Inggris kelas VII SMP Negeri 2
Payangan Tahun Pelajaran 2008 / 2009 ?
B. Apakah pembelajaran dengan diskusi kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
Bahasa Inggris kelas VII, SMP Negeri 2 Payangan Tahun
Pelajaran 2008 / 2009.
3.

Tujuan Penelitian
Dengan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
A. Untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa kelas VII SMP Negeri
2 Payangan Tahun pelajaran 2008/2009, dalam mata pelajaran
Bahasa Inggris.
B. Untuk meningkatkanhasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2
Payangan Tahun pelajaran 2008 / 2009, dalam mata pelajaran
Bahasa Inggris.

170

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

C. Guna untuk menyempurnakan metode pembelajaran guru Bahasa


Inggris agar dapat meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa,
seeing dapat municipal inlay yang diharapkan.
4.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa,
guru dan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di masa yang
akan datang.
4.1. Bagi Siswa
Dapat

memberi

pengalaman

langsung

bagi

siswa

untuk

menumbuhkan kreatifitas belajar siswa terhadap mata pelajaran


Bahasa Inggris, sehingga akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajarnya.
4.2. Bagi Guru
- Supaya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam
menyempurnakan metode pembelajaran dikelas. Begitu pula
untuk menambah pengalaman di bidang penelitian untuk
meningkatkan prestasi belajar pada siswa.
- Dapat dipakai sebagai acuan dalam meningkatkan pembelajaran
dikemudian atau kedepannya sehingga nantinya karya tulis ini
bermanfaat untuk sertifikasi guru dan kenaikan pangkat ke IVb
4.3. Bagi Sekolah
Utamanya Kepada sekolah dapat dipakai sebagai dasar untuk
supervisi kelas sekaligus memberanikan pembinaan bagi guru untuk

171

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

memperbaiki

metode

pembelajaran

sehingga

akhirnya

dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas hasil belajar siswa.

Siklus I :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP

: SMP Negeri 2 Payangan

Mata Pelajaran

: Bahasa Inggris

Kelas / Semester

: XI / Ganjil

Alokasi Waktu

: 2 jam pelajaran (IX pertemuan )

I.

Standar Kompetensi

: Mampu mengekspresikan gagasan

pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan Inggris.


II. Kompetensi Dasar : Menulis Inggris
III. Materi Pokok

: Menulis.

IV. Tujuan
a. Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar Bahasa
Inggris.
b. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.
V. Langkah-langkah Kegiatan:
1. Kegiatan awal 10 menit (apersepsi)
a. Memotivasi siswa dengan meminta anak untuk menjawab
pertanyaan dari guru.
b. Tanya Jawab.
172

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

c. Guru menyuruh siswa untuk memberi contoh.


2. Kegiatan Inti:
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
b. Membagikan lembaran kerja pada masing-masing kelompok yang
di

dalamnya

memuat

tugas-tugas

atau

soal-soal

untuk

diselesaikan secara kelompok.


c. Setiap kelompok diatur siswa yang kemampuannya lebih baik
yang sedang dan yang kurang, agar kelompoknya lebih aktif dan
bisa berkreatif mampu bersemangat.
d. Meminta siswa bekerja sesuai dengan LKS. Guru membimbing
setiap kelompok untuk melakukan kegiatan LKS.
e. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya,
kelompok yang lain menanggapi.
3. Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pelajaran
b. Memberikan evaluasi berupa LKS
c. Menilai pekerjaan siswa
d. Mengumumkan dan mengumpulkan nilai siswa yang sudah baik
dan paling bagus
e. Memberikan tugas dirumah (PR).
VI. Sarana dan Sumber belajar
a.

Sarana : Lab Bahasa.

b.

Sumber: Buku pedoman Bahasa Inggris

VII. Evaluasi
-

Pretest : Tertulis

Post test : Uraian


173

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Mengetahui
Kepala SMP Negeri 2 Payangan

Payangan, 5 Maret 2008


Peneliti

(Anak Agung Gede Ardika, S.Pd)

(I Ketut Sutapa, S.Pd, M.Pd)

NIP. 19631231 198411 1 159

NIP. 19641231 198703 1 253

Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMP

: SMP Negeri 1 Tegallalang

Mata Pelajaran

: Bahasa Inggris

Kelas / Semester

: XI/Ganjil

Alokasi Waktu

: 2 jam pelajaran (IX pertemuan)

I.

Standar Kompetensi

: Mampu mengekspresikan gagasan pikiran dan

perasaan dalam bentuk tulisan.


II.

Kompetensi Dasar

III.

Materi Pokok

: Menulis kata atau kalimat bahasa Inggris.

Menulis kata atau kalimat.

174

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

IV.

Tujuan
a. Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar Bahasa Inggris.
b. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.

V.

Langkah-langkah Kegiatan:
1. Kegiatan awal 10 menit (apersepsi)
a. Memotivasi dam menghimbau siswa dengan meminta anak
untuk menjawab pertanyaan dari guru.
b. Tanya jawab

2.

Guru menyuruh anak untuk memberi contoh.

3.

Kegiatan Inti:
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,kurang
lebih dalam satu kelompok empat atau lima orang.
b. Membagikan lembaran kerja pada masing-masing kelompok
yang di dalamnya memuat tugas-tugas atau soal-soal untuk
diselesaikan secara kelompok.
c. Guru meminta siswa bekerja sesuai dengan LKS dan secara
langsung

guru

membimbing

setiap

kelompok

untuk

melakukan kegiatan dengan menggunakan LKS.


d. Meminta tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil
kerjanya, sedangkan kelompok yang lain menanggapi dan
mendiskusikan bersama kelompoknya.
4.

Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pelajaran
b. Memberikan evaluasi berupa LKS
c. Menilai hasil pekerjaan kelompok siswa
d. Mengumumkan nilai anak yang paling baik
175

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

e. Memberikan tugas dirumah (PR).


VII. Sarana dan Sumber belajar
a.

Sarana

: Lab Bahasa

b.

Sumber

: Buku pedoman

VIII. Evaluasi
- Pretest dalam bentuk tertulis
- Post test dalam bentuk uraian

Mengetahui
Kepala SMP Negeri 2 Payangan

Payangan, 5 Maret 2008


Peneliti

(Anak Agung Gede Ardika, S.Pd)

(I Ketut Sutapa, S.Pd, M.Pd)

NIP. 19631231 198411 1 159

NIP. 19641231 198703 1 253

LANDASAN TEORI
1. KREATIFITAS DAN TABEL PARTISIPASI
1.1 KREATIFITAS BELAJAR
Pengertian kreatifitas sebenarnya banyak ada definisi tentang
kreatifitas, namun tidak satu pun yang dapat diterima secara universal

176

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

mengingat begitu kompleknya konsep kreatifitas tampaknya hal ini


tidak mungkin dapat, dipahami, karena mengingat kreatifitas dapat
ditinjau

dari

beberapa

aspek

yang

saling

berkaitan

tetapi

penekanannya berbeda-beda (Utami Munandar 1990), dalam


bukunya mengenai pengembaangan bakat dan kreatifitas anak
sekolah.
Utami Munandar (1997) memberikan beberapa pengertian
kreatifitas berdasarkan pendapat para ahli salah satunya yang juga
merupakan pengertian dasar dari kreatifitas adalah kreatifitas yang
merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data informasi dalam unsur yang ada.
Kreatifitas merupakan konsep P4 suatu pendekatan yang
melihat kreatifitas dari segi pribadi pendorong proses dan produk
kreatifitas itu sendiri, bagaimana hubungan kreatifitas dengan
kecerdasan menurut teori ambang intelegensi untuk kreatifitas dari
Anderson (1986).
(Dalam buku Utami Munandar 1999) memaparkan bahwa
sampai tingkat intelegensi tertentu yang diperkirakan ada hubungan
erat antara hal ini dapat dimengerti karena untuk menciptakan tingkat
intelegensi yang cukup tinggi,pula dari hasil penelitian bahwa hasil
studi korelasi dan analisis faktor membuktikan test kreatifitas sebagai
dimensi fungsi kognitif yang relative bersatu.
Kemudian dalam menempatkan dalam menempatkan siswa
agar dapat meningkatkan kreatifitas belajarnya lebih baik dan
berhasil tidak terlepas dari adanya arahan dorongan dan motivasi
177

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

belajar siswa yang dapat digunakan untuk mencapai hasil yang


maksimal. Juga ada disebutkan beberapa petunjuk yang dapat
digunakan untuk memotivasi belajar siswa diantaranya :
- Usaha pengaturan kelas yang bervariasi sehingga rasa bosan tidak
ada dan perhatian peserta didik meningkat.
- Berikan kepada siswa rasa puas sehingga ia berusaha mencapai
keberhasilan selanjutnya.
- Bawalah suasana kelas menyenangkan bagi peserta didik .
- Buatlah peserta didik merasa ikut ambil bagian dalam program
yang disusun dan dilaksanakan.
- Kembangkanpengertian konsep dengan langkah pembuktian
kepada peserta didik secara wajar (Herman Hudoyo 2003).
Seperti dalam pelaksanaan kurikulum Berbasis Kompetensi
dinyatakan guru harus mampu memilih dan menerapkan metode
pembelajaran yang dapat membangun suasana pembelajaran yang
aktif, kreatif dan menyenangkan yakni sesuai dengan pendekatan
ETL.
Dengan cara guru mengajar sebagai salah satu faktor dari
luar individu sangat terkait dengan metode pembelajaran yang
diterapkan guru didalam maupun diluar kelas. Kesalahan pemilihan
metode pembelajaran akan sangat menghambat pencapaian tujuan
pembelajaran. Begitu pula pemilihan metode yang tepat akan sangat
membantu guru untuk mencapai hasil belajar secara maksimal. Jadi
metode pembelajaran yang diterapkan guru harus sesuai dengan
pradigma pendidikan.

178

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Belajar merupakan tindakan dari yang tidak tahu, dalam


prilaku yang komplek dalam pandangan teori modern belajar adalah
a conge in behavior atau perubahan kelakuan yang berlangsung
secara progresif (Nasution 1996).

Konsep penting dalam belajar

adalah membangun perubahan prilaku dari yang tidak diharapkan


menjadi prilaku yang diharapkan dengan memberikan reinfarcoment
(penguatan) pada prilaku yang tidak diharapkan.
1.2. Kreatifitas siswa dalam belajar dikelas dari pengamatan kreatifitas
siswa dikelas dilakukan dari siklus I sampai siklus II hasilnya dapat
dilihat pada table dibawah ini:
Tabel partisipasi aktif siswa belajar dikelas
NO
1

KEGIATAN

AWAL SIKLUS I SIKLUS II

Berdiskusi dengan teman

65%

70%

85%

28%

48%

70%

24%

58%

78%

Sejawat
2

Menanggapi jawaban dari


siswa lain

Berkomunikasi

dengan

guru

Peningkatan secara nyata terlihat pada keaktifan siswa yang


merupakan siswa berprestasi terutama kemampuannya berdiskusi
dengan guru lebih-lebih pada siklus II setelah penggunaan alat bantu
berupa alat percaya dengan sederhana dan alat Bantu jenis
lainnya.Sehingga peningkatan penguasaan siswa terhadap pelajaran
dan materi yang diajarkan sangat baik dan lebih cepat dapat
memahami.
179

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

2. Hasil nilai Bahasa Inggris pada siklus II, ada pada tabel berikut
ditunjukkan hasil analisis nilai formatif untuk mengetahui ada atau
tidaknya peningkatan prestasi siswa pada siklus I ke siklus II adapun
tabelnya sebagai berikut:
Tabel Siklus I dan Siklus II.
NO

NILAI BAHASA INGGRIS

RATA-RATA KELAS

SIKLUS I

6,58

SIKLUS II

7,50

PENINGKATAN

0,71 %

Tindakan selanjutnya sebagai bahan refleksi untuk kegiatan


berikutnya dari hasil temuan pada siklus I dan hasil pengamatan proses
pembelajaran kemudian dirancang tindakan untuk siklus berikutnya.
V. Pada siklus I ini penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada materi
jenis pasang aksara pada mata pelajaran bahasa Inggris guna
memotivasi siswa. Salah satu siswa menunjukkan contoh-contoh.
Kegunaanya kemudian siswa mengerjakan soal-soal bahasa Inggris
secara diskusi dengan berkelompok (ada 4 orang, 5 orang dalam satu
kelompok). Selanjutnya secara bergantian siswa mengerjakan soal
bahasa Inggris dengan bimbingan guru. Pada kegiatan akhir guru
bersama siswa merangkai materi kemudian dilanjutkan penelitian
proses pemberian tugas. Dalam pelaksanaan tindakan ini masih masih
banyak siswa yang belum kreatif dan hasil belajarnya rata-rata hal ini
terbukti dari 6 kelompok hanya 2 kelompok yang mampu mengerjakan
soal secara aktif dan kreatif dengan nilai 70.
180

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Berdasarkan pengamatan supervisor proses pembelajaran sudah


mengalami perubahan walaupun perlu dilakukan tindakan-tindakan
perbaikan berikutnya. Setelah lembar observasi diisi oleh teman
sejawat supervisor pada siklus II, maka selanjutnya guru bersama
teman sejawat melakukan penemuan tentang tindakan-tindakan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan tujuan melihat sejauh mana
hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.
II. Pelaksanaan siklus ke II ini penelitian tindakan kelas ini dilakukan
pada materi jenis pasang aksara pada mata pelajaran Bahasa Inggris
guna memotivasi siswa. Salah satu siswa menunjukkan contoh-contoh.
Kemudian kegunaannya siswa mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris
secara berdiskusi dan berkelompok. Selanjutnya secara bergantian
siswa mengerjakan soal Bahasa Inggris dengan bimbingan guru pada
kegiatan akhir guru bersama siswa merangkum materi kemudian
dilanjutkan penelitian proses pemberian Tugas.
A.

Perencanaan Siklus II
1. Kegiatan awal :
Dengan melakukan Tanya jawab tentang jenis kata.
2. Kegiatan inti :
- Guna menjelaskan dan memberi contoh jenis kata.
- Siswa mendiskusikan tentang kegunaan kata
- Siswa mengerjakan soal test di buku latihan.
3. Kegiatan akhir :
181

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

- Siswa merangkai materi yang disebut dengan kalimat


B.

Tahap Observasi :
Selama

proses

pembelajaran

teman

sejawat/supervisor

melakukan pengamatan dan langsung mengisi kolom lembar


observasi dari hasil pengamatan tersebut dapat dipakai mengukur
keberhasilan siswa, siswa dapat mengetahui peningkatan hasil
perbaikan pembelajaran apakah sudah ada peningkatan hasil
perbaikan

pembelajaran

atau

belum.

(lembar

Observasi

terlampir).
C.

Tahap refleksi :
Selesai melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II guru dan
supervisor melakukan refleksi hasil penilaian dan dari hasilnya
mencapai

hasil

belajar

yang

mksimal,maka

perbaikan

pembelajaran cukup sampai siklus II.


Hasil dari pembahasan dan hasil analisis penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran dapat diamati dari indikator keaktifan
siswa di kelas juga tidak terlepas dari kesungguhan siswa pada
saat proses pelajaran berlangsung, Sehingga dapat dibuatkan
grafik prestasinya atau hasil belajar, (grafik terlampir)

182

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Gambar Grafik Prestasi/hasil Belajar


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
SIKLUS I

SIKLUS II

Metode Penelitian
15. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas VII B SMP Negeri 2 Payangan
Tahun ajaran 2008 / 2009,yang berjumlah 44 orang terdiri dari 32 orang
laki-laki dan 12 orang perempuan. Adapun alasan memilih kelas VII
dijadikan sebagai subjek penelitian karena kelas ini dalam mencapai hasil
belajar siswa yang telah ditentukan oleh sekolah (KKM) kelas VII paling
rendah diantara kelas yang lainnya.
16. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu semester yakni
pada semester ganjil Tahun pelajaran 2008 / 2009. Karena selama
semester ganjil kelas VII masih ada waktu untuk belajar kegiatan les
tambahan di sekolah. Sehingga dalam pelaksanaan penelitian dapat
dilakukan dengan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
183

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tabel jadwal kegiatan Penelitian


No

Rencana Kegiatan

1. Perencanaan (Observasi awal dan


menyusun perencanaan).

Jadwal

Lama

Juli 2014

1 bulan

Agustus s.d

2. Pelaksanaanpenelitiandan

Oktober

3 bulan

3. Pengolahan data

November

1 bulan

4. Pembuatan Laporan

Desember

1 bulan

pengumpulan data.

Jumlah

6 bulan (1 Semester)

17. Objek Penelitian


Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Bahasa Inggris, meliputi satu
Standar Kompetensi ( SK ) yang dijabarkan menjadi dua Kompetensi
Dasar (KD ). adapun diantaranya sebagai berikut:
18. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian ini direncanakan berlangsung selama
dua siklus secara berkelanjutan. Alur tindakan setiap siklus menggunakan
model penelitian tindakan kelas, adapun tahapan pada prinsipnya ada empat
tahapan, kegiatan yaitu : perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan
tindakan (action), observasi dan evaluasi proses tindakan (observation and
evaluation ) dan melakukan refleksi (reflecting), dilakukan secara berulang
sampai ada peningkatan keberhasilan tercapai.
184

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan terintegrasi


dalam proses pembelajaran. Setiap siklus dilaksanakan dalam enam kali tatap
muka untuk pelaksanaan pemberian tes ulangan akhir siklus ,setiap kali tatap
muka diperlukan waktu 2 X 40 menit. Dengan menggunakan system diskusi
kelompok, mulai dengan melalui tiga tahapan yaitu :
4.1 Tahapan awal
Pada tahapan ini siswa yang sudah dibagi dalam kelompok
dengan beranggotakan 4 sampai 5 orang dari 44 orang siswa dibagi
menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 5
orang,masing-masing kelompok diberi tugas / soal yang berbeda
untuk dicari jawabannya.
4.2 Tahapan diskusi
Setelah semua anggota kelompok mendapatkan bagian paket
soal dilanjutkan dalam mendiskusikan jawaban secara berkelompok
kemudian masing-masing kelompok menunjuk salah satu orang
sebagai wakil dalam ikut menyampaikan jawaban kepada kelompok
lain.

4.3 Tahapan presentasi


Setelah selesai mengerjakan tugas dalam kelompok masingmasing

mereka

bertanggung

jawab

untuk

menyampaikan

jawabannya dan kelompok yang lain mencatat, kemudian memberi


185

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

tanggapan terhadap kelompok lawan yang lain pada saat ini terjadi
saling memberi informasi sehingga setiap anggota kelompok
memiliki pengetahuan yang lengkap untuk semua paket soal. Hasil
tukar informasi tersebut dirangkum dalam sebuah buku catatan yang
telah disediakan.Dalam hal ini guru sebagai penengah / moderator
mengatur jalannya diskusi agar menghasilkan jawaban yang sesuai
dengan yang diharapkan.
SIMPULAN DAN SARAN
I.

Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pembahasan terhadap pelaksanaan

penelitian tindakan kelas (PTK) di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut :

1. Pembelajaran dengan cara diskusi kelompok dapat meningkatkan


kreatifitas siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris kelas VII SMP
Negeri 2 Payangan Tahun pelajaran 2008 / 2009, dari kategori kurang
menjadi baik.
2. Pembelajaran diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas VII SMP Negeri 2
Payangan Tahun pelajaran 2008 / 2009, baik pada aspek penguasaan
menulis maupun pada aspek penerapan penggunaan kata.
3. Pembelajaran

diskusi

kelompok

efektif

diterapkan

untuk

menyempurnakan metode pembelajaran Guru Bahasa Inggris sehingga


dapat meningkatkan kreatifitas dan pencapaian hasil belajar siswa.

186

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

4. Pembelajaran diskusi kelompok dapat membantu siswa yang pasif


menjadi aktif karena dapat imbas dan pengaruh dari rekan-rekannya
sehingga metode ini memudahkan Guru Bahasa Inggris dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.

J.

Saran-saran
Berdasarkan simpulan di atas sejumlah saran yang bisa disarankan

sebagai rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah :


11.

Semua guru khususnya guru Bahasa Inggris hendaknya

menerapkan pembelajaran diskusi kelompok salah satu jalan atau


alternative untuk meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa di
sekolah.
12.

Dalam pembelajaran diskusi kelompok hendaknya lebih

banyak memperhatikan pada pembentukan kelompok supaya suasana


kelas lebih kondusif dan tertib.
13. Setiap pelaksanaan berlangsung guru hendaknya selalu menekankan agar
kerjasama dan semua siswa berperan serta dalam masing-masing
kelompoknya.
14. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Inggris maupun mata pelajaran lain
penulis menganjurkan agar penggunaan suatu strategi pembelajaran
dapat lebih bervariatif guna menghilangkan kejenuhan siswa.
15. Para guru ikut mencoba menerapkan strategi pembelajaran di sekolahnya
masing-masing pada pokok bahasan yang sama maupun yang tidak sama.

187

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

DAFTAR PUSTAKA

1. Margono s. Metologi penelitian pendidikan Ronela Cipta Semaranu.


1996
2. Ali Musanad. Guru dalam proses belajar mengajar sinar baru ; Bandung.
1992
3. Winarno Surachman. Metologi pengajaran Jem Mars Bandung. 1980

188

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PENERAPAN KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK


PENGELOLAAN DIRI UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN
BELAJAR SISWA SMP NEGERI 2 DENPASAR TAHUN 2015

Oleh
I Gede Tresna, S.Pd.,M.Pd
Prodi Bimbingan dan Konseling FIP IKIP PGRI Bali

ABSTRACT
The goal of this research is to improve student learning discipline at Junior
High School 2 Denpasar 2015 through the application of behavioral
counseling with self-management techniques. The approach used in this
study is action research approach to guidance and counseling. Measuring
instruments used to determine the level of discipline of student learning
using observation guidelines. Based on the results of the evaluation after the
first cycle of the implementation of behavioral counseling is known that an
increasing percentage of students with the discipline of learning achievement
of 48% -52%, whereas after the given action with behavioral counseling or
self-management techniques, hold extended counseling with the maximum
return on the second cycle increased by the percentage of 64% - 64.6%. It
can be concluded that the adoption of the Behavioral Counseling Self
Management Techniques To Improve Learning Discipline students.
Keywords: behavioral counseling, Self Management, Discipline Study.
PENDAHULUAN
Belajar merupakan kegiatan yang fundamental dalam pendidikan,
dimana dalam belajar terjadi tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relative menetap dari hasil interaksi dan pengalaman
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Belajar menjadi dasar individu untuk mencapai keberhasilan dengan
interaksi dan pengalaman yang didapatnya.Untuk mencapai tujuan tersebut
189

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

tidak hanya proses kognitif yang berlangsung tetapi juga harus didukung
dengan kesadaran dalam diri anak untuk memiliki kedisiplinan di dalam
belajar. Kedisiplinan belajar merupakan bentuk sikap ketaatan dan kepatuhan
dalam diri seseorang dalam proses belajar. Disiplin memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan manusia terutama siswa dalam hal belajar
karena dengan adanya disiplin belajar siswa mampu mengarahkan diri,
mengendalikan perilakunya dan memiliki ketaatan dalam dirinya sendiri
untukbelajar.
Menurut Hurlock (1999 : 82) disiplin belajar merupakan suatu cara
yang digunakan oleh guru untuk mendidik dan membentuk perilaku siswa
menjadi orang yang berguna dan berprestasi tinggi dalam bidang pelajaran.
Menurut Prijodarminto (1994:23) disiplin adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses daris erangkaian prilaku yang
menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan
ketertiban. Disiplin juga memberikan kontribusi dalam kegiatan belajar
karena dengan disiplin anak memiliki semangat dan kemauan yang keras
untuk belajar. Anak yang memiliki kedisiplinan belajar akan menunjukkan
ketaatan dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu
belajar secara terarah dan teratur serta membentuk karakter siswa menjadi
siswa yang semangat dan mempunyai kemauan keras untuk belajar. Dalam
hal ini, disiplin belajar berfungsi sebagai pengendali diri yang berada pada
diri orang tersebut sehingga belajar akan penuh kesadaran, tanpa paksaan
dan penuh semangat.
Kenyataan di lapangan, banyak siswa yang disiplin belajarnya rendah
seperti, (1) siswa tidak mengerjakan tugas tugas sekolah, (2) dalam belajar
siswa tidak berkonsentrasi, (3) suka bercanda di kelas saat guru
menerangkan materi, (4) mengganggu temannya saat belajar.Semua ini
menandakan bahwa disiplin belajar siswa rendah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di sekolah yang
bersangkutan, ditemukan beberapa siswa yang disiplin belajarnya rendah,
dengan gejala - gejala yang Nampak seperti : mengganggu temannya saat
belajar, bercanda di kelas saat guru sedang menerangkan materi, tidak
konsentrasi, tidak mengerjakan tugas tugas sekolah, dan sering terlamabat
masuk kelas.

190

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Pelayanan konseling harus segera dilaksanakan untuk mengantisipasi


masalah tersebut, karena bila tidak segera dilaksanakan, maka siswa yang
mempunyai disiplin belajar yang rendahakan semakin menetap sehingga
proses pelaksanaan belajar mengajar di kelas menjadi terhambat. Untuk
meningkatkan disiplin belajar siswa di sekolah sudah dilakukan oleh
pembimbing dengan berbagai metoda namun, masih saja timbul disiplin
belajar rendah. Untuk itu peneliti akan mencoba dengan teknik pengelolaan
diri(self management) sehingga diharapkan disiplin belajar siswa meningkat.
Peneliti menggunakan Konseling behavioral dengan teknik pengelolaan diri
untuk meningkatkan disiplin belajar siswa.

KAJIAN TEORI
A. Konseling Behavioral
John Krumbolts/Carl E. Thoresen (1976:2) memaparkan bahwa :
Behavioral counseling is a process of helping people to learn how to solve
certain interpersonal, emotional and decision problem. Konseling
behavioral merupakan suatu proses untuk membantu seseorang untuk
mempelajari bagaimana memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan
pengembalian keputusan.
Sedangkan,

Gerald

Corey

(Dalam

E.

Koeswara

1988:197)

menyatakan bahwa behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang


tingkah laku manusia. Dasarnya adalah bahwa tingkah laku ini tertib dan
bahwa eksprimen yang dikendalikan dengan cermat akan menghasilkan
hukum - hukum yang mengendalikan tingkah laku.

Pendapat lain juga

diungkapkan oleh Bootzin (dalam Komalasari 2011:154) konseling


behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan
sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku. Modifikasi
perilaku dapat pula diartikan sebagai usaha menerapkan prinsip-prinsip

191

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain pada perilaku


manusia.
Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar,
sehingga tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Manusia
dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau
salah, dan manusia mampu melakukan refleksi atau tingkah lakunya sendiri,
dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku
baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain. Menurut Corey ( 1988:
196) berdasarkan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah
laku adalah pendekatan - pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi
yang berurusan dengan perubahan tingkah laku. Terapi tingkah laku adalah
penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori
tentang belajar.Ia menyertakan penerapan yang sistematis prinsip - prinsip
belajar pada pengubahan tingkah laku kea rah cara - cara yang lebih baik.
Dari pengertian konseling behavioral yang dipaparkan di atas kita
dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konseling
behavioral adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh
konselor kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah
laku (behavioral), dalam hal memecahkan masalah interpersonal, emosional,
dan pengambilan keputusan untuk perubahan perilakunya serta dalam
penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien.
Konseling

behavioral

memiliki

empat

tahap

dalam

proses

konseling,yaitu : (1) asesmen, (2), menentukan tujuan, (3) implementasi


teknik, dan (4) evaluasi dan pengakhiran (Komalasari 2011:157)
(a) Melakukan asesmen (Assessment) : langkah awal kerja konselor
adalah

melakukan

asesmen.

192

Assesment

diperlukan

untuk

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

mengidentifikasi metode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai


dengan tingkah laku yang ingin diubah.
(b) Menetapkan tujuan (Goal Setting)yaitu :dalam hal ini Konselor dan
konseli bersama-sama mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan
konseli.
(c) Implementasi teknik (Technique Implementation) :konselor dan
konseli mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan
masalah yang dialami konseli.
(d) Evaluasi

dan pengakhiran :

evaluasi konseling behavioral

merupakan proses yang berkesinambungan. Tingkah laku konseli


digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan
efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan.Dalam hal ini
konselor dan konseli mengevaluasi implementasi teknik yang telah
dilakukan serta menentukan lamanya intervensi dilaksanakan sampai
tingkah laku yang diharapkan menetap.

B. Pengelolaan Diri
Gantina (2011 :180) pengelolaan diri atau (self management) adalah
prosedur dimana individu mengatur perilakunya sendiri. Pada teknik ini
individu terlibat pada beberapa atau keseluruhan komponen dasar yaitu :
menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih
prosedur yang akan diterapkan, melaksanakan prosedur tersebut, dan
mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut (Sukadji dalam Gantina
2011:180).
Sedangkan Gie (2000 :77) memaparkan bahwa self management
berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur

193

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

kemampuan pribadi, mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal - hal


yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar
lebih sempurna.
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa teknik
pengelolaan diri adalah dimana klien mengarahkan dirinya sendiri tanpa
paksaan dari orang lain untuk menjadi pribadi yang mandiri.
Beberapa masalah - masalah yang dapat ditangani dengan
pengelolaan diri seperti : (1) perilaku yang tidak berkaitan dengan orang lain
tetapi mengganggu orang lain dan diri sendiri, (2) perilaku yang sering
muncul tanpa diprediksi waktu kemunculannya,sehingga kontrol dari orang
lain menjadi kurang efektif. Seperti menghentikan merokok dan diet, (3)
perilaku sasaran berbentuk verbal dan berkaitan dengan evaluasi diri dan
kontrol diri.Misalnya terlalu mengkritik diri sendiri, (4) tanggung jawab atas
perubahan atau pemeliharaan tingkah laku adalah tanggung jawab
konseli.(Sukadji,dalamGantina 2011 : 181). Contoh konseli yang sedang
menulis skripsi
Dalam penerapan teknik pengelolaan diri (self management)
tanggung jawab keberhasilan konseling berada di tangan konseli. Konselor
berperan sebagai pencetus gagasan, fasilitator yang membantu merancang
program serta motivator bagi konseli (Sukadji,dalam Gantina 2011 : 181).
Dalam pelaksanaan pengelolaan diri biasanya diikuti dengan
pengaturan lingkungan sosial.Lingkungan sosial yang dimaksud yaitu kelas
dan sekolah siswa, untuk mempermudah terlaksananya pengelolaan diri.
Pengaturan lingkungan dimaksudkan untuk menghilangkan faktor penyebab
(antecedent) dan dukungan untuk perilaku yang akan dikurangi. Pengaturan
lingkungan dapat berupa :

194

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

(1) Berpartisipasi kepada kepala sekolah, guru BK, dan Wali kelas
untuk mengubah tempat duduk siswa ke tempat duduk yang lebih
kondusif sehingga lingkungan kelas ikut mengontrol tingkah laku
konseli.
(2) Mengubah kebiasaan siswa yang nampak seperti terlambat datang
ke sekolah, sering melanggar tata tertib sekolah.

Pengelolaan diri biasanya dilakukan dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut :
(1) Tahap monitor diri atauobservasi diri
Pada tahap ini konseli dengan sengaja mengamati tingkah
lakunya sendiri di dalam kelas serta mencatatnya dengan
teliti.catatan ini dapat menggunakan daftar cek atau catatan
observasi kualitatif. hal - hal yang perlu diperhatikan oleh
konseli dalam mencatat tingkah laku adalah frekuensi,
intensitas, dan durasi tingkah laku.
(2) Tahap evaluasi diri
Pada tahap ini konseli membandingkan hasil catatan tingkah
laku dengan target tingkah laku yang telah dibuat oleh konseli.
Perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan
efisiensi program, hal ini dimaksudkan agar mengetahui sejauh
mana perubahan yang di rasakan konseli.
(3) Tahap pemberian penguatan, penghapusan, atau hukuman
Pada tahap ini konseli mengatur hidupnya sendiri, memberikan
Penguatan, menghapus dan memberikan hukuman pada diri
sendiri.Tahap ini mrupakan tahap yang paliung sulit karena
membutuhkan kemauan yang kuat dari konseli untuk
195

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

melaksanakan program yang telah dibuat secaraContinue


(Sukadji, 1983 dalam Gantina).

C. Disiplin Belajar
Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk
mendidik dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna dan
berprestasi tinggi di bidang pelajaran. Ini dapat dilihat dari pengertian
disiplin menurut Hurlock(1999:82) yaitu suatu cara masyarakat untuk
mengajari anak perilaku moral yang disetujui kelompok.
Menurut Prijodarminto (1994:23) Disiplin adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukan nilai - nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
ketertiban.Nilai - nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam
kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan dari keluarga,
pendidikan,dan pengalaman. Disiplin dalam proses pendidikan sangat
diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan
mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang
kuat bagi setiap siswa.
Jadi pengertian disiplin belajar berdasarkan beberapa pendapat ahli di
atas bahwa disiplin belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku seseorang yang sesuai dengan
peraturan atau tata tertib yang berlaku untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan sekolahnya.
Menurut Hurlock (1993:89) ada 4 hal yang dapat mempengaruhi dan
membentuk disiplin belajar (individu) : kesadaran diri, mengikuti dan
mentaati aturan, pendidikan, hukuman. Keempat faktor ini merupakan faktor
196

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin. Alasannya sebagai


berikut :
a) Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin belajar
dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain
itu, kesadaran diri menjadi motif sangat kuat terwujudnya
disiplin.
b) Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktis
atas peraturan - peraturan yang mengatur perilaku individunya.
Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang kuat.
Tekanan dari luar dirinya sebagai upaya mendorong, menekan
dan memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri seseorang
sehingga peraturan - peraturan diikuti dan dipraktikkan.
c) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai - nilai yang
ditentukan atau diajarkan.
d) Hukuman

sebagai

upaya

menyadarkan,

mengoreksi

dan

meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku


yang sesuai dengan harapan.

Hurlock (1999:84) menyatakan bahwa disiplin belajar terdiri dari


empat unsur yaitu : peraturan , hukuman, penghargaan, dan konsistensi.
1) Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku.Pola itu
dapat di tetapkan oleh orang tua.guru atau teman bermain.Tujuan
peraturan adalah untuk menjadikan anak lebih baik dan disiplin
dengan membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi

197

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

tertentu, karena Setiap individu memiliki tingkat pemahaman yang


berbeda.
2) Hukuman
Hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu
kesalahan , perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau
pembalasan.
3) Penghargaan
Penghargaan merupakan setiap bentuk dari perbuatan yang
positif.Penghargaan tidak harus berbentuk materi tetapi dapat berupa
kata- kata pujian.Senyuman, tepuk punggung dan tanggan.bentuk
penghargaan harus disesuaikan dengan perkembangan anak.
4) Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi
tidak sama dengan ketatapan dan tiada perubahan. Dengan demikian
konsistensi merupakan suatu kecendrungan menuju kesamaan.
Dari semua yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor
yang mempengaruhi disiplin belajar dapat muncul dari beberapa faktor
seperti : faktor peraturan, hukuman, penghargaan,dan konsistensi. Dari
beberapa faktor tersebut jika dapat dikendalikan dengan beberapa peraturanperaturan yang telah ditetapkan, maka proses belajar peserta didik akan
berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga mencapai tujuan yang
diharapkan.

METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah PTBK.
Penelitian pada umumnya bertujuan untukmenentukan, mengembangkan,
atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Sehingga untuk mencapai tujuan
198

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

itu memerlukan suatu metode penelitian atau dapat dikatakan bahwa metode
penelitian sangat penting perannya di dalam mencapai tujuan dari suatu
penelitian, karena metode penelitian akan memberikan arah jalannya suatu
kegiatan penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang pelaksanaannya
akan dirancang dalam 2 siklus. Perencanaan penelitian ini dirancang seperti
bagan berikut ini

Penerapan Konseling
Behavioral Dengan Teknik
Pengelolaan Diri

Disiplin Belajar Siswa


Rendah

Disiplin Belajar Siswa


Meningkat

Gambar 01 : Rancangan Penelitian Tindakan


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang berlangsung
menjadi dua siklus yang terdiri dari empat kegiatan sesuai dengan rancangan
berikut ini : (1) perencanaan tindakan , (2) pelaksanaan tindakan , (3)
observasi/evaluasi ,dan (4) refleksi.

199

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

1. Perencanaan
Tindakan

2. Pelaksanaan

4. Refleksi

Tindakan

3. Observasi

/Evaluasi
Gambar 02 : Prosedur Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam proses pembelajaran di sekolah sering dijumpai siswa - siswa
yang melakukan hal yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain, karna
kurangnya disiplin belajar seperti :(1) siswa tidak mengerjakan tugas - tugas
sekolah, (2) dalam belajar siswa tidak berkonsentrasi, (3) suka bercanda di
kelas saat guru menerangkan materi, (4) mengganggu temannya saat belajar.
Semua ini menandakan bahwa disiplin belajar siswa rendah.
Dalam menyikapi hal tersebut, guru pembimbing dituntut serius dan
lebih inovatif menggunakan teknik- teknik konseling dalam memberikan
bantuan agar bantuan yang diberikan tepat sehingga siswa dapat
melaksanakan proses belajarnya secara efisien. Salah satu teknik yang dapat
di gunakan adalah melalui konseling dengan menggunakan teknik
pengelolaan diri.

200

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Pengelolaan diri merupakan teknik bimbingan konseling yang dalam


penelitian ini digunakan untuk meningkatkan disiplin belajar pada siswa
SMP Negeri 2 Denpasar tahun 2015. Teknik pengelolaan diri diyakini dapat
meningkatkan disiplin belajar, karena dengan teknik ini, siswa dapat
mengelola dirinya dalam artian mengoreksi dirinya, membentuk komitmen
atau keputusan di dalam dirinya sendiri untuk menjadi siswa yang lebih baik.
Berdasarkan skor yang diperoleh terjadi peningkatan disiplin belajar
siswa setelah tindakan siklus I (Pertama) meningkat. Skor sebelum
memasuki siklus I adalah 108 atau rata- rata sebesar 54 . Sedangkan skor
sesudah memasuki siklus I (pertama) atau setelah diberikan tindakan, maka
skor disiplin belajar siswa meningkat menjadi 150 atau rata - rata sebesar 75
dan persentase peningkatan adalah sebesar 78,4 % dengan rata- rata 39,2 %.
Hal ini membuktikan terjadi peningkatan disiplin belajar siswa setelah
diberikan tindakan siklus I (pertama).Dengan demikian dapat disimpulkan
sementara bahwa

penggunaan konseling behavioral

dengan teknik

pengelolaan diri dapat meningkatkan disiplin belajar siswa. Namun skor


diperoleh belum mencapai katagori baik dan perlu perbaikan melalui siklus
II ( kedua ).
Berdasarkan skor yang diperoleh, skor peningkatan disiplin belajar
siswa pada siklus II meningkat. Skor sebelum memasuki siklus I adalah 108
dengan rata- rata54 sedangkan skor sesudah memasuki siklus I atau setelah
diberikan tindakan adalah 150 dengan rata- rata 75 persentase peningkatan
adalah78,4 % dengan rata- rata 39,2 % sedangkan jumlah skor siklus II yaitu
193 dengan rata- rata 96,5 persentase peningkatan siklus II adalah 57,6 %
dengan rata- rata 28,8 %.

201

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan
konseling behavioral dengan teknik pengelolaan diri efektif untuk
meningkatkan disiplin belajar siswa. Hasil ini bisa menjadi rekomendasi
untuk guru bimbingan dan konseling untuk menerapkan teknik tersebut
untuk meningkatkan disiplin belajar siswa di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro Toha.2008.dkk. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas


Terbuka.
Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi.
Bandung : PT. Refika Aditama.
Gie, The Liang.2000.Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa Edisi
Kedua.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Gie,The Liang. 1980. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah
Menengah. PT.
Gramedia. Jakarta.
Hurlock. 1999. Psikologi PerkembanganAnak. CV. Ilmu Bandung.
Krumboltz, John and Carl E. Thoresen, 1976.
methods.Sidney : Holt, Rinehart and Winston.

Counseling

Komalasari, Gantina.dkk. 2011.Teori dan Teknik Konseling. Jakarta:


PT Indeks.
Prijodarminto.1994.Disiplin
Kiat
Keempat.Jakarta : PT Abadi

202

Menuju

Sukses.Cetakan

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tohirin.2007.Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.PT Grafindo


Persada. Jakarta.
Wardhani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :Universitas
Terbuka.
Yusuf Syamsu.2001. Landasan Bimbingan dan Konseling.PT Remaja
Rosdakarya.

203

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

SEJARAH, STRUKTUR, FUNGSI PURA HYANG API, DESA


PAKRAMAN KELUSA, PAYANGAN, GIANYAR, BALI
Oleh:
I Nyoman Bayu Pramartha, M. Pd
IKIP PGRI Bali

ABSTRACT
This research aims to solve problems related to the research
objectives: 1) The History Hyang Api Temple. 2) structure and
function Hyang Api Temple. And 3). implementation Tabuh Rah Part of
Ritual System. This research was conducted in Rural Kelusa, District
Payangan, Gianyar, Bali. Search informants determined by purposive.
Determination of informants begins with determining the key
informants, then developed a chain using snowball sampling technique.
Research procedures, among others: (1) data collection techniques; (2)
engineering studies document; (3) techniques guaranteeing the validity
of the data; (4) The data analysis techniques. From these results it can
be seen that the history of Hyang Api Temple which is estimated to
have existed since the 8th century AD in the era Maharsi Markanhya
developed the concept of religious teachings of Shiva (Tripaksashakti)
in Bali. Hyang Api Temple structure is the embodiment of the structure
of the worship of Lord Agni also to appeal for sanity, kelanusa,
wewalungan (cattle). Top Mandala as a space in Pura Hyang Api there
are several shrines, Padmasana, Gedong Sineb linggih Bhatara
Kawitan, Gedong Pelinggih Keris, Pelinggih queen Penyarikan,
Panggungan, Bale Quaint, Gedong Supreme Penyimpenan, Pelinggih
queen Nglurah, Pelinggih Barong, Bale Peselang, Paruman Court.
Hyang Api Temple has three main functions: (1) the center of religious
activities associated with the cult of Ida Sang Hyang Widhi, (2) a
means of unifying the people that are embedded in solidarity and unity

204

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

that exists, (3) the center of cultural activity as indicated by gong,


gamelan.kidung, kekawin and sekar Agung
Keywords: History of the temple, the structure and function of the
Hyang Api Temple.
A. PENDAHULUAN
a.
Latar BelakangBali adalah pulau yang sangat unik
dengan adat istiadat dan peninggalan sejarahnya. Pulau ini yang
luasnya 5.632 ,86 km2 dan dihuni oleh penduduk berjumlah 2.804.158
jiwa. Perbandingan pemeluk Agama Hindu 2.614.694 orang, Agama
Islam 148.814 orang, Agama Katolik 13.639 orang, Agama Protestan
10.972 orang, dan Agama Budha 16.044 orang (Bangli, 2005:9).
Keindahannya Bali dapat kita lihat dalam hal keagamaan,
mayoritas masyarakat Bali beragama Hindu selain agama Islam, Budha,
Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Budaya Bali merupakan jejak
sejarah bagi yang ingin mengkaji peninggalan Agama Hindu di
Indonesia. Letak kekuatan Bali itu adalah pada komposisi kekuatan
alam dan kekuatan kebudayaannya (Wiana, 2004:20). Kekuatan
kebudayaan Bali, di bidang. agama salah satunya adalah keberadaan
Pura. Pura adalah istilah untuk tempat ibadah agama Hindu di
Indonesia. Pura di Indonesia terutama terkonsentrasi di Bali sebagai
pulau yang mempunyai mayoritas penduduk penganut agama Hindu.
Salah satu keunikan tersebut memberikan sebuah nama untuk Bali
sebagai pulau seribu pura (Wiana, 2004: 74).
Pura merupakan bangunan suci tempat beribadah bagi umat
Hindu Bali (Geriya, 2004 :12; Munandar, 2005:4; Soebandi,
1981:12;1983

:vii).

Suasana

keagamaan

205

yang

harmonis

dan

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

penduduknya

sebagian

besar

memeluk

agama

Hindu,

tidak

mengherankan di pulau ini banyak sekali terdapat pura. Oleh karena itu
munculah sebutan Bali sebagai Pulau Seribu Pura (The Island of
Thousand Temples) (Setia, 1993:43; Sutaba, 2001:23;Wiana, 2004:74)
ataupun ada yang menyebut Pulau Surga di Bumi (The Paradise
Island) (Surpha, 2004 :9).
Masyarakat Bali dengan Kearifan lokal ini adalah Tri Hita
Karana, Tri Hita Karana merupakan trilogi konsep hidup dimana
Tuhan, manusia dan alam berdiri di masing-masing sudut sebagai unsur
mutlak terselenggaranya denyut nadi alam raya (macro cosmos). Tri
Hita Karana terdiri dari tiga unsur yaitu: Parahyangan, Pawongan dan
Palemahan. Ketiga unsur ini dipandang menjadi satu-kesatuan yang
menjadi sumber atau penyebab kesejahtraan serta kebahagiaan
manusia.

ideologi

ini

mengharuskan

orang

Bali

memelihara

keharmonisan antara manusia dengan lingkungan spritual yakni Tuhan


ataupun Dewa (Parahyangan), manusia dengan manusia (Pawongan)
dan manusia dengan lingkungan alam (Palemahan) (Mudana, 2001;
Atmadja, 2006).
Tri Hita Karana mengarahkan agar selalu terjadi keselarasan
serta keserasian manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama
manusia dan manusia dengan lingkungannya. Falsafah kosmo sentris,
sentris dengan antropo sentris merupakan perkembangan hakiki
manusia Bali. Konsepsi Tri Hita Karana sebagai lokal genius
kebudayaan Bali memilki nilai-nilai yang bersifat universal (Agung,
2003:32).

206

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Penelitian tentang pura sudah dikaji oleh para peneliti-peneliti


terdahulu yang bisa dijadikan sebagai sumber tambahan seperti kajian
dari : Purnama Sari (1996) yang mengkaji Asal-Usul dan Fungsi Pura
Jagat Natha bagi Umat Hindu di Kota Singaraja. Berdasarkan hasil
penelitiannya diuraikan tujuan didirkannya

Pura ini sebagai Pura

umum atau sejenis Pura Jagat Natha di Kota Singaraja sebagai sarana
bhakti bagi umat Hindu di Kota Singaraja yang heterogen.
Hasil-hasil penelitian yang sudah ditulis memberikan sebuah
inspirasi untuk mengangkat kembali kajian-kajian penelitian terkait
Pura yang ada di Bali. Salah satu Pura yang menjadi objek penelitian
adalah Pura Hyang Api yang terletak di desa Pekraman Kelusa,
Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali. Keunikan yang
terdapat di pura Hyang Api adalah Pura ini yang termasuk Sad
Kahyangan, Dang Kahyangan, Kahyangan Tiga,

disungsung oleh

masyarakat desa pekraman Kelusa dan dari berbagai daerah di Bali


seperti Gianyar, Bangli, Tabanan, Badung. keunikan lain yang dapat
dilihat lewat bangunan suci seperti adanya penyimpenan ratu
sesuhunan barong macan dan babi/celeng, yang letak nya di
jeruan/utama mandala pura. Melihat keunikan dari Pura Hayang Api di
atas, penulis ingin mengkaji lebih mendalam mengenai sejarah dan struktur
pura tersebut sehingga dalam penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah di Indonesia pada
umumnya dan di Bali pada khusunya yang berbentuk pura.

207

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

b. Rumusan Masalah
Bagaimanakah

latar belakang berdirinya Pura Hyang Api di Desa

Kelusa, Kecamatan Payangan Ginyar Bali?


Bagaimanakah struktur dan fungsi Pura Hyang Api di Desa Kelusa,
Kecamatan Payangan Gianyar Bali?
B LANDASAN TEORI
a.

Sejarah Latar Belakang Pendirian Pura


Pendirian Pura tidak dapat dilepaskan dengan nilai budaya

Agama Hindu yaitu Tri Hita Karana.Arti kata Tri Hita Karanaadalah
Tri artinya tiga, Hita artinya kehidupan dan Karana artinya
penyebab.Tri

Hita

Karanaartinya

Tiga

keharmonisan

yang

menyebabkan adanya kehidupan yaitu hubungan yang harmonis antara


manusia dengan Tuhan, hubungan yang harmonis antara manusia
dengan manusia dan hubungan yang harmonis antara manusia dengan
alam. Pura-pura di Bali merupakan bangunan yang didirikan oleh
masyarakat dalam kaitannya mewujudkan spiritualitas seseorang dalam
halnya memuja Tuhan dengan landasan Tri Hita Karana. Spiritualitas
seorang Hindu dalam kaitannya Tri Hita Karana sebagai doktrin hidup
merupakan unsur mulia dalam mengekspresikan moralitas yang hidup
dan bersemi dalam jiwanya (Pendit,1996: 26).
Pertama

alam

Parahyangan,

alam

di

mana

Tuhan

bersinggasana. Kedua alam Pawongan, alam manusia dimana manusia


melangsungkan hidupnya pada dimensi jasmani maupun rohaninya.

208

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Alam ketiga adalah alam Palemahan, alam semesta raya di bawah


derajat manusia, seperti dunia tumbuhan, binatang, atau pendek kata
merupakan lingkungan hidup. Pada masyarakat sederhana hubungan
antara manusia dengan alam dan lingkungan memang amat dekat dan
erat (Sastrosupeno, 1984:68). Kiranya tak perlu diingkari bahwa sejak
adanya manusia kebahagiaan telah menjadi cita-cita dan dambaan yang
fundamental (Daeng ,2005 :251). Sebuah parahyangan sesungguhnya
mengandung makna pola adaptasi manusia terhadap lingkungan,
khususnya

lingkungan

perseptual

yang

berpengaruh

terhadap

lingkungan perilaku. Dalam hal ini, manusia mengaktualisasikan


makrokosmos (jagat raya) ke dalam struktur tata ruang parahyangan
(mikrokosmos) untuk menciptakan keselarasan, keseimbangan, dan
keharmonisan hidup (Wardi, 2003: 74). Dimana parahyangan ini
diwujudkan oleh masyarakat Bali dengan adanya sebuah pura di suatu
desa pakraman maupun desa dinas. Masyarakat Bali memandang di
pura mereka bisa menjalin sebuah hubungan harmonis mereka dengan
Ida Sang Hyang Widhi.
Semua pura atau kahyangan itu memiliki sejarah dan latar
belakangnya masing-masing dan sesuai dengan status dan fungsinya
yang di dalam sejarah penalaran dan perkembangannya telah sering dan
banyak

mengalami

perubahan-perubahan

(Soebandi,1983:14).

Berdasarkan keterangan diatas secara garis besar pura-pura yang ada di


Bali dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : (1) pura yang dibangun
berdasarkan atas fungsinya, (2) pura yang dibangun berdasarkan
karakternya.

209

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Fungsi pura tersebut dapat diperinci lebih jauh berdasarkan ciri


(kekhasan) yang antara lain dapat diketahui atas dasar adanya
kelompok masyarakat ke dalam berbagai jenis ikatan seperti: ikatan
sosial, politik, ekonomis, genealogis (garis kelahiran). Bertitik tolak
pada hal tersebut maka pura-pura yang ada di Bali itu memiliki tiga
sifat kekhasan atau karakter yang membedakan pura yang satu dengan
yang lainnya yaitu: Pura Kawitan untuk kekuarga,

Pura Teritorial

(Khayangan Tiga), Pura Fungsional.


b. Fungsi Tempat Suci
Menurut

keyakinan

umat

Hindu

Bali

Pura

atau

Kahyangan mempunyai tujuan dan fungsi sebagai tempat suci


untuk menghubungkan diri dengan para leluhur atau kawitan atau
para Dewa atau Bhatara- Bhatari atau dengan Sang Hyang Widhi
Wasa

(Tuhan

Yang

(manifestasinya)

Maha

untuk

Esa)

serta

prabhawanya

memohon

anugerahnya

(Soebandi,1981:64).
peringatan dari para leluhur atau kawitan atau para
Dewa atau Bhatara-Bhatari yang telah berjasa terhadap umat
atau pretisantana (keturunannya). Pura atau kahyangan juga
dapat berfungsi untuk tempat kegiatan-kegiatan sosial dan
pendidikan yang berhubungan dengan agama dan untuk
terciptanya

ketenangan

dan

kesucian,

maka

pura

atau

kahyangan dibangun di suatu tempat yang terpilih dan dibangun


secara khusus serta menurut peraturan-peraturan atau ketentuanketentuan yang telah diadakan (Soebandi,1981:65).

210

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Sebuah pura merupakan sebuah tempat untuk mencari


Selain pura berfungsi sebagai religius, sebuah pura
merupakan arena atau tempat bagi masyarakat menyalurkan
rasa seni atau estetikanya. Kita ketahui bahwa manusia lahir ke
dunia ini memilki rasa seni atau estetika yang menjadikan
manusia akan berusaha untuk mengekspresikan bakatnya ini.
Hal ini juga terjadi di pura, yang kita ketahui memiliki pengaruh
besar dalam penyaluran rasa seni tersebut
C METODELOGI PENELITAN
a. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan

data

dalam

penelitian

ini

dengan

menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen


a.

Teknik Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung ke lokasi

penelitian dengan maksud untuk memperoleh data yang jelas


yang terkait dengan Pura Hyang Api sejarah struktur dan
fungsinya dan tabuh rah sebagai bagian dari sistem ritual di
desa pekraman Kelusa,Payangan,Gianyar Bali.
b.

Teknik Wawancara
peneliti juga menerapkan teknik wawancara. Tujuan

dari teknik ini adalah untuk mengetahui apa yang terkandung

211

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya


tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui
melalui observasi (Nasution, 1988:73) Dalam melaksanakan
wawancara, penulis menanyakan langsung kepada informan
yang mengetahui secara lengkap mengenai Sejarah Pura
Hyang Api dan peranan Nya dalam pembelajaran sejarah.
c.

Teknik Studi Dokumen


Selain kedua teknik diatas peneliti juga menggunakan

teknik studi dokumen yaitu dengan menggunakan sumbersumber kepustakaan yang relevan dengan hal yang diteliti
seperti monografi desa, foto-foto yang terkait dengan Pura
Hyang Api .
d.

Teknik Penjaminan Keabsahan Data


teknik validasi data yang bisa digunakan dalam

penelitian

kualitatif

tehnik

trianggulasi.

Trianggulasi

digunakan untuk mengkroscek data-data yang sudah didapat.


Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data atau
sumber yaitu sumber data, dalam hal ini dapat berupa sumber
lisan yang diproleh dari beberapa narasumber yang berbedabeda posisinya.
e.

Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah

212

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Data ini


dianalisis dengan melakukan berbagai kegiatan, yakni
reduksi data, menyajikan, menafsirkan, dan menarik
simpulan ( Miles dan Hubermen, 1992; Sugiyono, 2006:
276).
D. PEMBAHASAN
a.

Sejarah Pura Hyang Api .


Keberadaan Pura Hyang Api di wilayah Desa Kelusa
merupakan sebuah pura yang unik, dimana keberadaannya tidak
dapat

dilepaskan

dari

adanya

sebuah keinginan untuk

melaksanakan aci kekeburan dan untuk memohon kewarasan


atau keselamatan wewalungan serta keberhasilan peternakan.
Yang menanandakan manusia terlahir lengkap dengan rasa
kesadaran untuk melaksanakan upacara yang menyertainya.
Pura Hyang Api di Desa Adat (Desa Pakraman ) Kelusa adalah
satu pura kuno di Bali, yang diperkirakan telah ada sejak abad
ke -8 Masehi pada era Maharsi Markandhya mengembangkan
konsep ajaran Agama Siwa (Tripaksashakti) di Bali. Yang mana
Pura Hyang Api ini berlokasi dikawasan Munduk Gunung
Lebah, yang merupakan ruto perjalanan suci Dharmayatra dan
tirtayatra Maharsi Markandhya dengan pengiring wong
Aganya, di kemukan dalam lontar Bhwanatattwa Maharsi
Markandhya.

213

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Berdasarkan petikan Prasasti Bali Kuno tahun caka 813


(891 Masehi), bahwa Pura Hyang Api adalah sthana
(prahyangan) Dewa Api (Dewa Agni) atau Dewa Brahma
dalam konsep tattwa Nawadewata, yang madruwe kesidian
mapaica kewarasan, kelanusan sarwa wewalungan, adalah
cikal bakal pura Kahayanhgan Tiga ( Pura Desa dengan Bale
Agungnya, Pura Puseh dan Pura Dalem) sebagai murdhaning
dan pramaning desa-desa adat/pekraman di Bali. Selain
pernyataan di atas latar belakang pendirian pura Hyang Api
dapat dilihat pada petikan Lontar Usana Bali ( tahun 89 Masehi
: 46-50) yaitu (Druwe Puri Ubud) yang telah di terjemahkan
secara bebas, antara lain dikisahkan sewaktu ketiga putra
Bhatara Hyang Pasupati yaitu Bhatara Hyang putra jaya,
Bhatari Hyang Dewi Danuh dan Bhatara Hyang Geni Jaya,
mendapat bhisama dan petunjuk agar segera berangkat ke Bali
dwipa, untuk menjadi sunngsungan dan penyiwian permas di
Bali dwipa. Selanjutnya dikisahkan perjalanan Bhatara Hyang
Geni Jaya yang mengembara (terbang) melalui ambara (udara)
dari Gunung Semeru menuju Gunung Agung di Besakih, dari
ambara Bali dwipa dan sosok Gunung Agung atau Tohlangkir
telah tampak di ufuk Timur dengan jelas, kebetulan Bhatara
Hyang Geni Jaya yang sedang terbang di udara pada saat itu
melirik ke bawah. Maka di suatu tempat yang dilihat dari udara
itu, tampak teja (sinar) yang amat mennyilaukan.
Seketika itu Bhatara Hyang Geni Jaya turun, terus
menuju

ketempat

teja

yang

214

menyilaukan

itu.

Begitu

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

menginjakan kaki di bumi, maka kelihatan sebagai teja yang


amat menyilaukan itu, ternyata sebuah batu.Maka oleh Bhatara
Hyang Geni Jaya, batu yang bersinar dengan tejanya yang
menyilaukan

itu

dikatakan

sebagai

Watusa,

disamping

dinyatakan pula sebagai tempat penyatuan antara Dewa Brahma


dan Dewa Wisnu. Dalam konsep ajaran tattwa, Dewa Brahma
secara fisik dinyatakan oleh agni atau api. Sedangkan Dewa
Wisnu diniasakan oleh Watu/ Batu dan oleh Air. Sedangkan
dalam perkembangan kehidupan Watusa yang mengeluarkan
teja menjadi Desa Watusa, yang kemudian mengalami
perubahan bunyi menjadi Kalaus atau Desa Kelusa sekarang.
Selanjutnya di Desa Kelusa, lokasi Bhatara Hyang Gni Jaya
turun, di bangun prahyangan tempat memuja Ida Bhatara Hyang
Gni Jaya, yang abisheka Pura Hyang Api.
Dikatakan sebagai tempat penyatuan Dewa Brahma dan
Dewa Wisnu, dalam wujud fisik sebagi tempat pemujaanNya,
juga terdapat Pura Alit atau di sebut Pura Pucak Sari, yang
berlokasi di sebelah Pura Hyang Api berjarak kurang lebih
empat meter sebagi setana atau prahyangan Dewa Wisnu.
Keberadaan Pura Hyang Api sebagai tempat memuja
Prabhawa Ida Sang Hyang Widi dalam kedudukan fungsi
sebagai Ista Dewata Agni, juga untuk memohon kewarasan,
kelanusa, wewalungan (binatang ternak) bagi masyarakt umat
Hindu dari seluruh kabupaten dan kotamadya di Bali,yang
terkenal dengan pujawali Aci Keburan, setiap enam bulan sekali

215

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

yang jatuh pada hari Tumpek Kuningan hingga nyejer sebulan


penuh (35) sampai berahir atau nyineb pada hari Tumpek Krulut
yang bertepatan pula dengan menghaturkan pujawali Karemen
Ida Bhatara yaitu sebuah teropong yang sangat di keramatkan,
yang konon tenpo dulu bisa menghilang dan pindah tempat dan
kelihtan kembali serta tidak ada lubang untuk tali pengikat, yang
hingga kini di sungsung di Pura Hyang Api.
b. Struktur dan Fungsi Pura Hyang Api Desa Kelusa
a) Struktur Pura Hyang Api Desa Kelusa
Pembangunan

sebuah

pura

merupakan

suatu

pembangunan sebuah tempat yang sangat terikat pada konsep


kearifan lokal masyarakat Bali yaitu Tri Hita Karana yang
terdiri dari Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan.Sebuah
pura merupakan wujud dari Parahyangan itu sendiri yang
pembangunannnya tidak sembarangan begitu saja. Pura-pura
yang dibangun merupakan simbol dari Bhuwana Agung atau
alam semesta yang mendasarkan pembangunannya, baik itu
struktur dan fungsinya didasarkan pada konsep-konsep Agama
Hindu seperti Tri Loka, Tri Mandala dan Tri Bhuwana.
Pura yang merupakan manifestasi dari Bhuwana Agung
itu sendiri akan menjadi tempat atau sarana penghubung
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang
Widhi). Konsepsi masyarakat Hindu di Bali tentang alam
semesta didasarkan atas pandangan bahwa alam ini tersusun
menjadi tiga bagian yang disebut tri loka yakni: terdiri dari bhur
loka (alam bawah), bhvah loka (alam tengah), dan swah loka

216

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

(alam atas). Asas itu tercermin pula pada struktur pura yang
terdiri atas jeroan (halaman dalam). Pembagian halaman pura
ini, didasarkan atas konsepsi macrocosmos (bhuwana agung),
yakni : pembagian pura atas 3 (tiga) bagian (halaman) itu adalah
lambang dari triloka, yaitu: bhrloka (bumi). pura adalah juga
melambangkan alam kosmos, jaba pisan adalah alam bhumi
(bhrloka), jaba tengah adalah bhuvaloka dan jeroan adalah
svaloka atau sorga.
Seperti dalam Pura Hyang Api, pura ini memilki tiga halaman
yang terdiri dari jeroan (halaman utama), Jaba tengah (halaman
tengah), jaba sisi ( halaman luar) utuk lebih jelas nya biasa dilihat
dalam denah di bawah ini
E. KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Pura Hyang Api yang bertempat di Desa Pakraman Kelusa yang
di perkirakan telah berdiri sejak abad ke VIII Masehi. pada era Maharsi
Markandhya

mengembangkan

konsep

ajaran

Agama

Siwa

(Tripaksashakti) di Bali. Yang mana Pura Hyang Api ini berlokasi


dikawasan Munduk Gunung Lebah, yang merupakan ruto perjalanan
suci Dharmayatra dan tirtayatra Maharsi Markandhya dengan
pengiring wong Aganya, di kemukan dalam lontar Bhwanatattwa
Maharsi Markandhya. Secara struktur,Pura Hyang Api di Desa
Pakraman Kelusa pura ini sama dengan pura yang ada di Bali pada
umumnya yang memilki tiga halaman yang ter diri dari jeroan
(halaman utama), Jaba tengah (halaman tengah), jaba sisi ( halaman

217

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

luar). Pada jaba sisi terdiri dari satu komponen yaitu hanya ada Bale
wantilan. Sedangkan pada jaba tenggah yang terdiri dari 4 komponen
yang terdiri atas, Bale kukul, Bale Gong, Prantenan,dan Bale
Pesantian. Dan pada Jeroan terdiri atas 12 komponen yaitu
Padmasana, Gedong sineb linggih betara kawitan, gedong pelinggih
keris, pelinggih ratu penyarikan, panggungan, bale pelik, gedong
agung penyimpenan, pelinggih ratu ngelurah, pelinggih barong, bale
peselang, bale patok/pawedan, parumam agung. Sedangkan dari sudut
fungsi Pura Hyang Api itu dapat diambil kesimpulan memiliki tiga
fungsi utama yaitu: (1) pusat kegiatan keagamaan yang terkait dengan
pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi, (2) alat pemersatu
masyarakat yang tertanam pada rasa solidaritas dan persatuan yang
terjalin, (3) pusat kegiatan budaya yang ditunjukkan dengan
gong,gamelan.kidung,kekawin dan sekar agung.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.A Gde Putra dkk. 2003. Bali Objek Dan Daya Tarik Wisata( Buku
Panduan Pramuwisata ). Denpasar: Dinas Pariwisata Provinsi Bali
dengan DPD Himpunan Pramuwisata Daerah Bali
Atmadja, Nengah Bawa. 2006. Kearifan Lokal dan Agama pasar, dalam
Media Komunikasi Sejarah Lokal Candrasengkala Bali dalam
Perspektif. Edisi Kusus Diterbitkan dalam Rangka Purnabakti Drs.
Made Sunada. IKIP Negeri Singaraja
Bangli, I Bagus. 2005. Mutiara dalam Budaya Hindu di Bali ( Pedoman
Guide ). Surabaya: Pramita
Daeng, Hans J. 2005. Manusia , Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan
Antropologis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

218

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
Miles, M.B dan A.M. Hubermen. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
tentang Metode-Metode Baru. (Tjetjep Rohendi Rohidi Penerjemah).
Jakarta: UI Press.
Pendit, Nyoman S.1996. Hindu Dharma Abad XXI Menatap Masa Depan
Peradaban Umat Manusia. Denpasar: Yayasan Dharma Naradha
1996.Hindu Dharma Abad XXI Kesejahteraan Global
bagi Umat Manusia. Denpasar: Yayasan Dharma Naradha
Soebandi, Ktut. 1981. Pura Kawitan atau Padharman dan Panyungsungan
Jagat. Denpasar : CV Kayumas Agung
..........................1983. Sejarah Pembangunan Pura-Pura di Bali. Denpasar :
CV Kayumas Agung
Sugiyono, 2006.Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dengan R dan D.
Bandung: Alfabeta
Sukiasa, I Ketut. 2008. Informasi Menyeluruh tentang Bali( Top Destination
Bali: Edisi Bahasa Indonesia ). Denpasar: CV Bali Top

Sura, dkk. 1994. Agama Hindu Sebuah Pengantar. Denpasar : CV Kayumas


Agung.
Wardi, I Nyoman. 2003. Makna Tata Ruang Parahyangan: Sebagai Warisan
Budaya (Kajian Lingkungan Budaya). Dalam Perempatan Agung :
Menguak Konsepsi Pelemahan, Ruang dan Waktu Masyarakat Bali
(Editor: Jiwa Atmaja). Denpasar: CV. Bali Media Adhikarsa
Wiana, Ketut. 2004. Mengapa Bali disebut Bali? . Surabaya: Penerbit
Paramita
Wiana, Ketut. 2004.Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan. Jakarta :
Pustaka Manikgeni

219

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PEMANFAATAN PENINGGALAN SEJARAH RELIEF


PERAHU BERCADIK CANDI BOROBUDUR SEBAGAI
SUMBER BELAJAR PADA MATA KULIAH SEJARAH
BAHARI DALAM KULIAH KERJA LAPANGAN MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH IKIP PGRI BALI
Ni Putu Yuniarika Parwati, S.Pd.,M.Pd
(rica.yuniarika@yahoo.com)

Abstract
Indonesia is an archipelagic country; that is a fact that cannot be
denied even ignored or trivialized. Awareness of maritime insight is
very important for both the existence and sustainable of an island
nation future. There are many cultural heritages depicting the valor of
Indonesian ancestors as a sailor. History has also been mentioned that
the merging of the archipelago is due to the greatness of the maritime
fleet.
Objects of cultural and historical heritage can be used in the
field of education, especially as a source of learning. Learning the
history that has been categorized as a limited and monotonous subject,
try to take advantage of outrigger boat relief at Borobudur depicting
maritime archipelago in the 9th century as a learning resource. This
way could encourage students of History Education in IKIP PGRI Bali
to understand the course material of nautical history through the
historical values of heritage.
The theory used in this research is the theory of cultural
heritage, historical relics and learning resources. I Gde Widja (1989:

220

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

60) explains that the available objects of cultural heritage can be used
as a medium of instruction and tools to support the efforts to implement
the strategy and methods of teaching. The history heritage is the
heritage objects as stated in Law No. 5 of 1992 Article 1. The study
source can be in form of text (handwritten or prints), images,
photographs, interviewee, natural objects, and cultural objects.
Location research is in Magelang, Central Java. The research method is
a qualitative research that discusses the study of phenomenology and it
is revealed descriptively in critical analysis. The type of data or
information used in this study is the students of history education,
employee of related institutions such as the government department of
culture and tourism of Magelang, a team of cultural heritage, lecturers
in the department of history education of IKIP PGRI Bali.
Data collection techniques used in this study were questionnaire
in the form of open-ended questions (open ended questionnaire) as an
initial guide to get the raw data (Sutopo, 2006: 82), reviewing
documents and records, direct observation of passive participation in
which researchers can observe the interviewees directly especially the
students.
The result of this research through distribution of questionnaires
randomly shows that there are still many students of history education
at IKIP PGRI Bali who do not know where outrigger boats reliefs at
Borobudur particularly associated with the heyday of maritime
archipelago. The use of heritage as a source of learning by giving the
observation task to compare the real condition of heritage at present can
increase the students creation and appreciation toward the heritage.

221

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PENDAHULUAN
Nenek Moyangku Orang Pelaut, Menentang Badai Membelah
Samudera

merupakan

suatu

ungkapan

yang

mrnggambarkan

kedekatan masyarakat di nusantara dengan laut. Hal ini bukanlah suatu


ungkapan atau khiasan semata, melainkan sebuah fakta yang dibuktikan
dengan kondisi geografis kepulauan nusantara yang lebih didominasi
wilayah laut. Dalam konsep ke-Indonesiaan yang digagas oleh pendiri
negara ini mencoba untuk memetaakan wilayah NKRI dalam dua aspek
yang sangat mendasar yaitu wilayah laut dan darat sebagaimana yang di
maklimatkan

dalam

pembukaan

UUD

1945.

Namun

fakta

pembangunan di negeri ini cenderung mengabaikan wilayah laut dan


mengedepankan wilayah darat, padahal sesungguhnya kita memahami
potensi wilayah kelautan di nusantara dan khususnya Maluku turut
memberikan jaminan untuk kemakmuran dan kesejahteraan anak-anak
bangsa di negeri ini (Buletin Kanjoli Vol 6 No 5 Edisi 2012).
Indonesia adalah negara kepulauan, itu merupakan sebuah
kenyataan yang tentu tidak dapat disangkal terlebih diabaikan atau
disepelekan. Kesadaran tentang wawasan bahari tentu sangat lah
penting, baik untuk eksistensi maupun untuk kelangsungan masa depan
suatu negara kepulauan. Laut seharusnya bukan hanya menjadi masa
lalu Nusantara, laut harus bisa menjadi masa depan bagi Indonesia.
Banyak peninggalan budaya yang melukiskan kegagahan nenek
moyang

orang

Indonesia

sebagai

pelaut.

Sejarah

pun

telah

menyebutkan bahwa bersatunya Nusantara adalah karena kebesaran


armada maritim. Sejak abad ke-9 Masehi, bangsa Indonesia telah
berlayar jauh dengan kapal bercadik. Mereka ke Utara mengarungi

222

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

lautan, ke Barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar, ke Timur


hingga Pulau Paskah. Dengan kian ramainya arus pengangkutan
komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaankerajaan di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut
yang besar.
Sejarah mencatat bahwa kehidupan bahari bangsa Indonesia
sudah lahir jauh sebelumnya, hal ini dibuktikan dengan adanya temuantemuan situs prasejarah maupun sejarah. Salah satu peninggalan sejarah
bahari di Indonesia adalah relief perahu di Candi Borobudur. Di dalam
Candi Borobudur terdapat 10 relief, berupa 6 kapal besar dan 4 kapal
kecil. Kapal besar menggunakan layar (cadik), sedangkan kapal kecil
menggunakan dayung.Berdasarkan relief yang terdapat pada pahatan
dinding Candi Borobudur terlihat bahwa rakyat Indonesia sejak lama
sudah mengenal teknik perkapalan, meskipun masih secara sederhana.
Relief perahu bercadik merupakan relief yang menggambarkan perahu
atau kapal yang digunakan sebagai alat transportasi oleh masyarakat
pada masa itu untuk berlayar mencari rempah-rempah ataupun
berdagang kesuatu Negara. Perahu bercadik yang terdapat pada relief di
Candi Borobudur ini disebut juga Kapal Borobudur.
Pemanfaatan Benda Cagar Budaya salah satunya berupa
peninggalan sejarah dinyatakan dalam Bab VI pasal 19 ayat 1 bahwa
benda cagar budaya tertentu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan (1997 : 11). Benda Cagar Budaya dan khususnya
peninggalan

sejarah

dapat

dimanfaatkan

pendidikan,terutama sebagai sumber belajar.

223

dalam

bidang

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Sumber belajar pembelajaran sejarah dapat diperoleh melalui


penggalian informasi peninggalan sejarah baik lokal maupun nasional.
Pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai sumber belajar diharapkan
dapat menjadikan pembelajaran sejarah tidak hanya bersifat verbalitas
tetapi lebih mengarah pada tujuan yang lebih bersifat afektif. Artinya,
setelah memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan
berinteraksi dengan peninggalan sejarah, para peserta didik memiliki
sikap dan mampu mengambil hikmah dari keberadaan benda cagar
budaya, baik dari aspek waktu, semangat, teknologi maupun proses
pembuatannya. Sumber belajar yang terdapat di suatu daerah yang
dapat dimunculkan akan sesuai dengan pendekatan kemasyarakatan
yang meluas (expanding community approach) yakni dimulai dari halhal yang terdekat dengan peserta didik ke hal yang lebih jauh.
Pembelajaran sejarah yang selama ini dikategorikan sebagai
suatu materi yang kering dan monoton dicoba dengan memanfaatkan
relief perahu bercadik di Candi Borobudur yang menggambarkan
kebaharian Nusantara pada abad ke 9 sebagai sumber belajar. Dengan
cara ini diharapkan mampu mendorong mahasiswa jurusan pendidikan
Sejarah di IKIP PGRI Bali dapat lebih efektif memahami materi kuliah
sejarah bahari melalui nilai-nilai historis peninggalan sejarah.
Pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai salah satu sumber
belajar dalam proses pembelajaran diharapkan dapat bersifat efektif dan
menarik

serta

menanamkan

pemahaman

sejarah

secara

kritis

berdasarkan konteks kekinian. Heterogenitas mahasiswa jurusan


pendidikan sejarah di IKIP PGRI Bali yang berasal dari berbagai
wilayah sekitar Bali dan NTT mendorong pemahaman cagar budaya
yang terkait dengan kebaharian Nusantara.

224

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Berkenaan dengan peninggalan sejarah sebagai sumber belajar


yang dikaitkan dengan pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan mahasiswa
Program Studi Pendidikan Sejarah akan memunculkan berbagai
permasalahan dalam pembelajaran sejarah.

TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pemahaman mahasiswa terhadap relief perahu
bercadik di Candi Borobudur sebagai sumber belajar dalam mata kuliah
Sejarah Bahari
2. Untuk mengetahui pemanfaatan peninggalan sejarah relief perahu
bercadik di Candi Borobudur sebagai sumber belajar dalam mata kuliah
Sejarah Bahari

TEORI
Cagar Budaya
Cagar budaya menurut Aris Soviyani (2006: 3) merupakan salah
satu bentuk peninggalan dan warisan budaya nenek moyang yang
mempunyai nilai sebagai sumber inspirasi bagi kehidupan bangsa masa
kini dan masa yang akandatang. Ada beberapa pengertian yang
memperjelas arti penting suatu cagar budaya sebagai aset yang patut
dilestarikan keberadaannya.
I Gde Widja (1989: 60) menjelaskan bahwa benda cagar budaya
yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran dan alat
bantu untuk mendukung usaha-usaha pelaksanaan strategi serta metode
mengajar. Oleh karena itu benda cagar budaya memiliki manfaat untuk
kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan
dan kebudayaan.

225

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Peninggalan Sejarah
Peninggalan sejarah tidak lain adalah Benda Cagar Budaya seperti yang
dinyatakan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 pasal 1 yakni
Benda Cagar Budaya adalah suatu benda buatan manusia, bergerak atau
tidak bergerak, baik merupakan kesatuan atau kelompok, bagian-bagian
yang telah berumur sekurang-kurangnya lima puluh tahun atau
mewakili gaya khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya lima
puluh tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. (1997 : 3).

Sumber Belajar
Nana Sudjana (2001 : 76) memperluas pengertian sumber belajar yakni
daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar
baik secara berlangsung maupun secara tidak langsung sebagian atau
secara keseluruhan. Lebih lanjut menurut Sri Joko Yunanto (2004 : 20)
Sumber belajar ini dapat berupa tulisan (tulisan tangan atau hasil
cetak), gambar, foto, narasumber, benda-benda alamiah, dan benda
hasil budaya. Selain di atas sumber belajar dapat berupa pengalaman
dan minat siswa (Erry Utomo, 1997 : 27).

METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penentuan lokasi penelitian ditekankan pada wilayah Magelang, Jawa
Tengah. Keberadaan peninggalan sejarah sebagai sumber belajar
ditekankan pada relief perahu bercadik di Candi Borobudur.
Mendukung bukti bahwa bangsa Indonesia sudah dikenal dunia sebagai
bangsa maritim yang memiliki peradaban maju. Bahkan, bangsa ini

226

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

pernah mengalami masa keemasan sejak awal abad masehi.


Menggunakan kapal bercadik, mereka berlayar mengelilingi dunia dan
menjadi bangsa yang disegani
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
yang membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara
deskriptif analisis kritis. Fenomena tentang peninggalan sejarah relief
perahu bercadik di Candi Borobudur pada saat ini perlu direfleksikan
kembali melalui proses rekonstruksi nilai. Keberadaan peninggalan
sejarah yang mencerminkan

gambaran kehidupan agama Buddha

dipahatkan pula perahu cadik, suatu jenis perahu rakyat yang menjadi
alat perhubungan antar pulau di wilayah Nusantara pada masa silam.
Relief ini menggambarkan bahwa nenek moyang kita di masa lalu
sudah mengenal alat transportasi kapal meskipun hanya sederhana. Alat
transportasi kapal tersebut pada zaman dahulu digunakan oleh nenek
moyang kita sebagai sarana untuk berlayar mencari rempah-rempah dan
berdagang ke Negara. Relief perahu bercadik di Candi Borobudur salah
satu bukti konkrit kejayaan bangsa Indonesia dalam kebaharian dapat
dijadikan sumber belajar sehingga diharapkan dapat membuka
cakrawala berfikir kritis mahasiswa jurusan pendidikan sejarah di IKIP
PGRI Bali
Peneliti menggunakan cara pendekatan pola pikir dan analisis
keberkaitan antar variabel pokok yang saling terkait dalam proses
pemanfaatan keberadaan peninggalan sejarah sebagai sumber belajar
dan pemahaman sejarah pada mahasiswa jurusan pendidikan sejarah di
IKIP PGRI Bali. Tujuan untuk mengetahui efektivitas pencapaian
tujuan, hasil, atau dampak suatu kegiatan mengenai proses pelaksanaan

227

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

yang telah direncanakan dan dilaksanakan terkait dengan peninggalan


sejarah relief perahu bercadik di Candi Borobudur (Sutopo, 2006: 142).

C. Sumber Data
Adapun jenis data atau informasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Narasumber yaitu mahasiswa jurusan pendidikan sejarah, pegawai
institusi terkait seperti dinas kebudayaan dan pariwisata pemerintah
kota Magelang, tim cagar budaya, staf pengajar di jurusan pendidikan
sejarah di IKIP PGRI Bali.
2. Tempat atau lokasi difokuskan pada relief perahu bercadik Di dalam
Candi Borobudur yang terdapat 10 relief, berupa 6 kapal besar dan 4
kapal kecil. Kapal besar menggunakan layar (cadik), sedangkan kapal
kecil menggunakan dayung.Berdasarkan relief yang terdapat pada
pahatan dinding Candi Borobudur terlihat bahwa rakyat Indonesia sejak
lama sudah mengenal teknik perkapalan, meskipun masih secara
sederhana.

Relief

perahu

bercadik

merupakan

relief

yang

menggambarkan perahu atau kapal yang digunakan sebagai alat


transportasi oleh masyarakat pada masa itu untuk berlayar mencari
rempah-rempah ataupun berdagang kesuatu Negara. Perahu bercadik
yang terdapat pada relief di Candi Borobudur ini disebut juga Kapal
Borobudur.

Melalui tugas observasi terhadap keberadaan peninggalan sejarah yang


masih tersisa, mahasiswa jurusan pendidikan sejarah di IKIP PGRI Bali
dapat menggambarkan kejayaan bahari Nusantara masa itu. Mahasiswa

228

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dapat melakukan pengamatan, refleksi dan pemahamannya untuk


membuka
kesadarannya akan nilai historis dari peninggalan sejarah tersebut.
Refleksi ini diharapkan dapat membantu proses pemahaman sejarah
tentang relief perahu bercadik sebagai sumber belajar.
3. Dokumen didapat dari arsip dinas kebudayaan, arsip kota, dinas tata
ruang kota, silabus pembelajaran dan laporan tugas mahasiswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Kuesioner dalam bentuk pertanyaan terbuka (open ended
questionnaire) sebagai panduan awal untuk mendapatkan data kasar
(Sutopo, 2006: 82). Kuesioner ini untuk mendapatkan pengetahuan
awal tentang keberadaan peninggalan sejarah yang dapat mendukung
relief perahu bercadik di Candi Borobudur sebagai sumber belajar.
Kuisioner ini disebarkan di lingkungan mahasiswa jurusan pendidikan
sejarah di IKIP PGRI Bali khususnya telah menempuh mata kuliah
Sejarah Bahari.
2. Wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan lebih
menyerupai suatu bentuk dialog antara peneliti dan narasumber
dilakukan dalam suasana santai. Agar wawancara mendalam lebih
terarah maka dipersiapkan pedoman wawancara (interview guide) yang
berisi pertanyaan-pertanyaan tentang garis besar konstruksi relief
perahu bercadik di Candi Borobudur (Moleong, 1993: 68).
3. Mengkaji dokumen dan arsip (content analysis) karena sumber data
ini merupakan data penting untuk menemukan data yang beragam
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian (Yin, 2000: 107).

229

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

4. Observasi langsung yang bersifat partisipasi pasif dimana peneliti


dapat mengamati narasumber khususnya mahasiswa. Observasi ini
dilakukan untuk mengamati berbagai situasi saat proses pemahaman
makna peninggalan sejarah (Sutopo, 2006: 77).

E. Validitas Data
Validitas data yang dikembangkan dalam penelitian adalah teknik
trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Trianggulasi data
(sumber) menjadi pilihan karena dapat memanfaatkan jenis sumber data
yang berbeda, misalnya nilai historis cagar budaya dapat digali dari
sumber data berupa narasumber dan data arsip. Hal ini dimaksudkan
agar mahasiswa jurusan pendidikan sejarah di IKIP PGRI Bali tersebut
dapat secara langsung mengenali dan mengidentifikasi keberadaan
peninggalan sejarah sebagai sumber belajar. Melalui trianggulasi
metode maka mahasiswa dapat mengetahui relief perahu bercadik dan
dapat membandingkan melalui imajinasinya untuk memahami nilai
historis dari keberadaan peninggalan sejarah tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif dengan tehnik


analisis interaktif (Miles dan Huberman, 1984: 22-23). Adapun alasan
penelitian kualitatif di atas dimaksudkan untuk lebih mementingkan
proses pengumpulan data beragam dan disusun sebagai kekhususan
untuk dikelompokkan bersama melalui proses pengumpulan data secara
teliti serta saling berkaitan (bottom up grounded theory) (Sutopo, 2006:
41).

230

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PEMBAHASAN

1. Pemahaman Mahasiswa Terhadap Relief Perahu Bercadik di


Candi Borobudur Sebagai Sumber Belajar dalam Mata Kuliah
Sejarah Bahari

Pengertian mahasiswa tentang kategori peninggalan sejarah yang


ternyata tidak hanya berupa bangunan dan situs telah membuka
cakrawala pengetahuan mereka. Selama ini mahasiswa memahami jenis
dan kategori peninggalan sejarah masih bersifat umum. Pengetahuan ini
didasarkan pada pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai sumber
belajar masih terfokus pada peninggalan situs prasejarah.

Melalui

kuesioner yang disebarkan secara acak diperoleh informasi bahwa


masih banyak mahasiswa jurusan pendidikan sejarah diIKIP PGRI Bali
yang belum mengetahui keberadaan relief perahu bercadik di Candi
Borobudur khususnya yang terkait dengan masa kejayaan kebaharian
Nusantara. Hal ini disebabkan tidak semua mahasiswa jurusan
pendidikan sejarah IKIP PGRI Bali diketahui hampir 50% mahasiswa
berasal dari wilayah Timur
Flores).

(NTT, Kupang, Manggarai,Sumbawa,

Diketahui bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa jurusan

pendidikan sejarah di IKIP PGRI Bali akan peninggalan sejarah relief


perahu bercadik di Candi Borobudur ini ternyata kurang begitu baik.
Pemahaman lokasi keberadaan peninggalan sejarah dan nilai historis
dari peninggalan sejarah

tersebut juga kurang diketahui oleh

mahasiswa jurusan pendidikan sejarah di IKIP PGRI Bali. Hal ini


mendorong diperlukan perhatian untuk memanfaatkan peninggalan
sejarah di lingkungan sekitar Candi Borobudur tersebut sebagai sumber

231

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

belajar. Pengertian mahasiswa tentang kategori/jenis cagar budaya yang


ternyata tidak hanya berupa bangunan dan situs telah membuka
cakrawala pengetahuan dan pemahaman mereka akan peninggalan
sejarah kebaharian Nusantara. Selama ini mahasiswa memahami jenis
dan kategori peninggalan sejarah masih bersifat umum yaitu berupa
bangunan atau peninggalan kuno (artefak) yang umurnya lebih dari 50
tahun dan dilindungi oleh pemerintah sebagai cagar budaya yang perlu
dilestarikan keberadaannya.
Hal ini disebabkan karena pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai
sumber belajar lebih ditekankan pada observasi di lingkungan terdekat,
sedangkan peninggalan sejarah relief perahu bercadik di Candi
Borobudur belum banyak diperhatikan dan dimanfaatkan secara
optimal sebagai sumber belajar dalam mata kuliah sejarah bahari.
Pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai sumber belajar melalui
pemberian laporan tugas observasi mendorong mahasiswa pendidikan
sejarah di IKIP PGRI Bali mulai mampu mengidentifikasi jenis-jenis
dan memahami nilai historis relief perahu bercadik di Candi Borobudur
yang mendukung bukti-bukti kejayaan kebaharian Nusantara dalam
mata kuliah sejarah bahari. Hal ini terjadi karena adanya tugas
observasi terkait dengan penelusuran terhadap kondisi riil peninggalan
sejarah relief perahu bercadik di Candi Borobudur saat ini sebagai
bagian tugas mata kuliah Sejarah Bahari. Keberadaan peninggalan
sejarah relief perahu bercadik di Candi Borobudur yang mencerminkan
kejayaan kebaharian Nusantara diinventarisasi nilai historisnya oleh
Pemerintah Kotamadya Jawa Tengah.
Hal ini mendorong mahasiswa mulai memahami bahwa dalam
perjalanan peradaban bangsa Indonesia, para pakar sejarah kemaritiman

232

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

menduga perahu telah lama memainkan peranan penting di wilayah


Nusantara, jauh sebelum bukti tertulis menyebutkannya (prasasti dan
naskah-naskah kuno). Dugaan ini didasarkan atas sebaran artefak
perunggu, seperti nekara, kapak, dan bejana perunggu di berbagai
tempat di Sumatera, Sulawesi Utara, Papua hingga Rote. Berdasarkan
bukti-bukti tersebut, pada masa akhir prasejarah telah dikenal adanya
jaringan perdagangan antara Nusantara dan Asia daratan. Harus
disadari, kejayaan para pendahulu negeri ini dikarenakan kemampuan
mereka membaca potensi wilayahnya. Ketajaman visi dan kesadaran
mereka terhadap posisi strategis Nusantara telah membawa bangsa ini
disegani negara lain. Sudah saatnya negeri ini kembali menyadari dan
membaca ulang narasi besar maritim Indonesia yang pernah diikrarkan
dalam Unclos 1982.

2. Pemanfaatan Peninggalan Sejarah Relief Perahu Bercadik di


Candi Borobudur sebagai Sumber Belajar di Jurusan Pendidikan
Sejarah IKIP PGRI Bali

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014


dengan subyek penelitian mahasiswa jurusan pendidikan sejarah di
IKIP PGRI Bali yang masih menempuh perkuliahan pada semester
genap tahun ajaran 2013/2014. Sistem PLK pada beberapa mata kuliah
ini bertujuan membantu pemahaman mahasiswa jurusan pendidikan
sejarah di IKIP PGRI Bali.
Salah satu pemanfaatan obyek sebagai sumber dan media belajar dalam
proses pembelajaran pada mahasiswa jurusan pendidikan sejarah di
IKIP PGRI Bali terkait dengan peninggalan sejarah relief perahu

233

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

bercadik di Candi Borobudur adalah melalui studi observasi. Beberapa


mata kuliah semester ini yang menerapkan studi ini dapat
memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai sumber belajar.
Keberadaan peninggalan sejarah sebenarnya berfungsi sebagai media
pembelajaran untuk memahami perkembangan hasil-hasil kebudayaan,
khususnya tentang hasil dan sejarah perkembangan budaya bangsa
Indonesia, sehingga posisi peninggalan sejarah menjadi bagian penting
sebagai sumber belajar yang dapat dimanfaatkan secara optimal dapat
berperan untuk mengembangkan pemahaman sejarah dan jatidiri
bangsa. Warisan budaya bangsa yang tidak ternilai harganya ini
memerlukan perlindungan khusus karena memegang peranan dan
fungsi penting dalam rangka pembinaan kebudayaan dan sejarah
nasional Indonesia.
Pemanfaatan peninggalan sejarah relief perahu bercadik di Candi
Borobudur belum secara optimal dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Tetapi, mata kuliah Sejarah Bahari dan Sejarah Kebudayaan Indonesia
sudah mulai mengawali untuk memanfaatkan peninggalan sejarah
sebagai sumber belajar dan sebagai tugas studi observasi. Hasilnya
menunjukkan pemahaman dan pengalaman yang menarik bagi
mahasiswa untuk secara langsung mengetahui dan memahami nilai
historis, artistektural, pelestarian dan pemanfaatannya sebagai sumber
belajar efektif. Tujuan dari tugas observasi tersebut agar mahasiswa
tidak terbebani dengan biaya besar dalam menelusuri obyek
peninggalan sejarah di luar kota dan lebih bisa memanfaatkan potensi
peninggalan sejarah secara optimal.
Umumnya pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai sumber belajar
masih terfokus pada peninggalan-peninggalan sejarah masa Prasejarah

234

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

sampai masa Islam. Pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai sumber


belajar masih terfokus pada pembelajaran di kelas untuk memahami
beberapa contoh peninggalan sejarah seperti pada mata kuliah Sejarah
Bahari.

Pada mata kuliah sejarah bahari selain memanfaatkan

peninggalan sejarah relief perahu bercadik ternyata juga memanfaatkan


Candi Borobudur sebagai sumber belajar. Hal ini dapat dilihat dari
pengamatan dan hasil studi observasi yang dilakukan mahasiswa
angkatan

2013/2014

sebagai

subyek

penelitian

yang

telah

memanfaatkan secara langsung cagar budaya Surabaya sebagai sumber


belajar. Beragam pengalaman dan pemahaman tentang peninggalan
sejarah pada mahasiswa saat studi observasi telah memberikan
pengalaman dan pengetahuan berharga untuk melestarikan peninggalan
sejarah relief perahu bercadik di Candi Borobudur sebagai salah satu
bukti kejayaan kebaharian Nusantara.
Dosen sebagai fasilitator belajar dalam hal ini membawa peranan
penting untuk memberikan informasi keberadaan, jenis dan ciri suatu
peninggalan sejarah. Beberapa dosen yang memanfaatkan peninggalan
sejarah sebagai sumber belajar dalam pengamatan peneliti, telah
berusaha menciptakan situasi belajar kondusif dengan memberikan
wacana, pengertian, nilai historis dari beberapa cagar budaya tersebut.
Pada mata kuliah Sejarah Bahari ada dua tatap muka yang menjelaskan
bukti-bukti kebaharian Nusantara dan pelayaran awal Nusantara serta
keberadaan

peninggalan

sejarah

pendukungnya.

Walaupun

penyampaian akan peninggalan sejarah tersebut bersifat naratif


informatif tetapi telah dapat memberikan informasi lebih jelas tentang
jejak dan nilai sejarah dari peninggala sejarah itu sendiri.

235

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai sumber belajar dengan


memberikan tugas observasi untuk membandingkan kondisi riil
peninggalan sejarah saat ini mendorong kreasi dan apresiasi mahasiswa
meningkat. Tujuan dari tugas studi observasi ini mengajak pemahaman
mahasiswa bisa menelusuri peninggalan sejarah

tersebut bisa

dimanfaatkan menjadi sumber belajar atau tidak. Bentuk tagihan


laporan hasil observasi tersebut mendorong mahasiswa khususnya
angkatan 2013/2014 dengan semangat dan antusias menggali sumber
informasi tentang peninggalan sejarah yang mereka observasi. Hasil
laporan tersebut menjadi tolok ukur tingkat pemahaman peninggalan
sejarahsebagai sumber belajar yang nilai historisnya dapat digali dari
beragam sumber belajar lainnya.
Pengalaman ketika observasi memberikan nilai positif dalam proses
pemahaman mahasiswa akan makna relief perahu bercadik di Candi
Borobudur. Penelusuran nilai historis dari masing-masing peninggalan
sejarah tersebut juga memberikan pengalaman terhadap mahasiswa
tentang proses pencarian dan kritik sumber sejarah dapat dijadikan
sumber sejarah maupun sumber belajar. Interaksi antara keberadaan
cagar budaya sebagai sumber belajar dan
proses pemahaman mahasiswa jurusan pendidikan sejarah di IKIP[
PGRI Bali mempunyai pengaruh. Pengaruh tersebut membantu proses
pemahaman pembelajaran sejarah sebagai suatu pola dasar dari suatu
proses pemahaman dan proses mentransfer pengetahuan, ketrampilan
serta penanaman sikap. Pemahaman bahwa peninmggalan sejarah dapat
digunakan sebagai sumber belajar justru memberikan pengaruh dapat
mencerminkan sikap arif menyongsong perubahan jaman yang pesat
saat ini. Melalui pemahaman nilai sejarah, mahasiswa jurusan

236

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

pendidikan sejarah di IKIP PGRI Bali dapat membuat simpulan atau


generalisasi dan membuat prediksi berdasarkan pada pengertian yang
telah diperolehnya setelah terjun ke lapangan dengan mencermati,
menelaah informasi dan memahami makna atau nilai historis dari
peristiwa atau kisah dibalik keberadaan peninggalan sejarah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Gde Widja, I. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran
Sejarah.
Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Huberman, Milles Matthew B. 1984. An Expanded Sourcebook
Qualitative Data
Analysis. New Delhi: Sage Publication.
Moleong, Lexy J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Rake
Sarasin.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2007. Tehnologi Pengajaran.
Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan
Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda
Cagar Budaya

Yin, Robert K. 1987. Research : Design and Methods. Beverly Hills :


Sage
Publication.

237

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS TES DAN MOTIVASI


TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK
KELAS VIII SMP BLAHBATUH GIANYAR TAHUN PELAJARAN
2014/2015

Ni Ketut Erawati, I Kadek Oka Putra Wardiatmika


Jurusan/Prodi. Pendidikan Matematika FPMIPA (IKIP) PGRI Bali
e-mail: erawati_niketut@yahoo.com

ABSTRACT
Teaching methods and learning motivation is one of the external
and internal factors that affect learning outcomes. Thus the purpose of
this study was to determine whether there is a difference of learning
outcomes as a result of tests based learning methods and learning
motivation and learning methods due to interaction with the motivation
of learners grade VIII SMP Blahbatuh Gianyar in academic year
2014/2015.
The population in this study were 291 people, divided into 8
classes. Samples were taken randomly with a simple random sampling
and selected two classes consisting of 76 people. In each class divided
into two groups based on the motivation of learners, ie learners with
high motivation and low motivation. Experimental class is a class VIII
B was given treatment with descriptions tests based learning with
punishment score, while the control group is a class VIII C is treated
with a test based learning without punishment score. Stages of the study
consisted of the preparation, implementation and termination of the
experiment.
The data were analyzed with two way ANOVA test. Previous
test prerequisite that normality and homogeneity test. Based on the
results of the data analysis by ANOVA to the first hypothesis shows

238

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

that the value of F > Ftable this means there is a difference of learning
outcomes between descriptions tests based learning with punishment
and without punishment score. The results of both analyzes show that
there are differences in learning outcomes between students who have
learning high motivation and low learning motivation, as well as to test
the third hypothesis indicates that F > Ftabel. This means that there is
an interaction effect between tests based learning with learning
motivation towards mathematics learning outcomes.

Keywords: Test Description, Punishment Score, learning motivation,


learning outcomesPENDAHULUAN
Sistem pendidikan di tanah air terus berkembang, dimana dituntut
penyesuaian dalam segala faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dalam
sistem pendidikan tersebut. Departemen Pendidikan Nasional sedang
melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
bangsa Indonesia. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain melakukan
penyempurnaan kurikulum pendidikan, penyediaan sarana pendidikan, dan
penataran guna meningkatkan kemampuan guru dalam penguasaan materi
maupun pengembangan strategi, pendekatan, metode, teknik, serta model
pembelajaran. Upaya ini dilakukan demi terciptanya peserta didik yang
berkualitas dan siap bersaing.
Peserta didik perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan
mengolah informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah dan
penuh dengan persaingan. Kemampuan untuk memperoleh, memilih dan
mengolah informasi membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif
dan kemauan bekerja sama yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Salah satu mata pelajaran yang dapat membantu dalam
mengasah daya pikir adalah matematika. Namun, sebagian besar siswa tidak
menyukai pelajaran matematika karena sulit bermain angka disertai variabel
variabel. Oleh karena itu berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh di
sekolah. Maka diperlukan suatu metode yang dapat membantu peserta didik

239

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
dalam mengatasi kesulitan tersebut. Salah satu metode yang dapat dilakukan
dengan menerapkan pembelajaran berbasis tes.

Pembelajaran berbasis tes maksudnya pembelajaran yang


menitikberatkan pada cara penilaian terhadap tes yang diberikan pada
peserta didik. Menurut bentuknya, tes formatif ada dua, yaitu tes
subjektif dan tes objektif. Tes formatif dapat berbentuk tes subjektif
dan tes objektif dalam berbagai variasi. Dalam kaitannya dengan
bentuk tes ini, Gronlund dan Linn dalam Koyan (2012) menyatakan
bahwa secara khusus tes yang digunakan dalam kelas dibedakan
menjadi dua kategori umum, yaitu: (1) butir tes objektif, yang menuntut
pada peserta didik untuk mengisi satu atau dua kata, atau memilih
jawaban yang benar dari sejumlah alternatif; dan (2) tes subjektif
(uraian), yang memberi kesempatan pada peserta didik, untuk memilih,
mengatur dan mengemukakan jawaban dalam bentuk uraian.
Arikunto (2009) menjelaskan macam-macam bentuk tes objektif dan
tes subjektif. Macam-macam bentuk tes objektif, yaitu: tes benar salah
(true-false), tes pilihan ganda (multiple choice test) dan menjodohkan
(matching test). Sedangkan macam-macam bentuk tes subjektif
(uraian), yaitu: tes uraian jawaban terbuka (extended-response) dan
jawaban terbatas (restricted-response). Dalam penelitian ini, bentuk tes
formatif yang digunakan adalah bentuk tes subjektif atau pada
umumnya di kenal dengan tes uraian. Tes uraian adalah pertanyaan
yang menuntut peserta didik untuk menjawab dalam bentuk
menguraikan,
menjelaskan,
mendiskusikan,
membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
Menurut Ebel, banyak pakar di bidang pendidikan berpendapat bahwa
tes uraian sangat bagus dan penting karena lebih memperhatikan
kemampuan dan kualitas berpikir peserta didik (dalam Hamalik 2010).
Pembelajaran berasis tes yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah memberikan tes uraian yang disertai punishment score dan tanpa
punishment score untuk menilai hasil belajar peserta didik setelah

240

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

mempelajari suatu materi. Namun pada saat memberikan punishment


dalam bentuk skor minus ini harus disampaikan terlebih dahulu kepada
peserta didik dan berdasarkan kesepakatan antara guru dan peserta
didik, sehingga peserta didik akan mengetahui konsekuensi jika salah
dalam menjawab soal. Pemberian angka atau skor ini dimaksudkan agar
peserta didik menjadi lebih semangat atau termotivasi untuk belajar,
sesuai dengan pendapat Sardiman (2012), yang menyatakan bahwa
salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah adalah dengan memberi angka.
Tes uraian dapat mencerminkan kemampuan peserta didik
dalam menguasai suatu materi, dan dengan adanya punishment score,
peserta didik akan mempertimbangkan baik - baik jawaban yang
mereka buat. Memberikan tes uraian disertai punishment score dalam
pembelajaran merupakan salah satu jawaban yang dapat menjawab
semua kendala yang terjadi dalam meningkatkan peserta didik untuk
belajar aktif dan kreatif. Dengan tes uraian peserta didik secara tidak
langsung akan berpikir kritis, aktif, dan kreatif dalam menyelesaikan
permasalahan yang akan diberikan, sehingga mampu meningkatkan
motivasi belajar peserta didik dan memenuhi harapan kurikulum 2013
agar dapat menghidupkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas
secara maksimal. Selain merancang dan melaksanakan pembelajaran
yang merupakan salah satu faktor eksternal dari diri peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar, perlu juga diperhatikan faktor internal dari
diri peserta didik utamanya faktor psikologis seperti motivasi belajar
peserta didik. motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur
yang mendukung (Hamzah, 2012). Secara teori seorang yang memiliki
motivasi belajar tinggi akan berusaha melakukan yang terbaik sehingga
memperoleh hasil yang baik. Dengan didukung oleh faktor eksternal
berupa metode pembelajaran yang baik, maka seharusnya akan
diperoleh hasil yang semakin baik.

241

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Maka tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengidentifikasi


perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik dengan metode
tes uraian disertai punishment score dan tanpa punishment score pada
peserta didik kelas VIII di SMP Blahbatuh Gianyar. (2) Untuk
mengidentifikasi perbedaan hasil belajar matematika antara peserta
didik yang memiliki motivasi tinggi dengan yang memiliki motivasi
rendah di SMP Blahbatuh Gianyar. (3) Untuk mengetahui pengaruh
interaksi antara pembelajaran berbasis tes dengan motivasi peserta
didik terhadap hasil belajar matematika di SMP Blahbatuh Gianyar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen semu
(quasy exsperiment) Desain eksperimen yang digunakan adalah desain
Treatment By Level. Pemilihan desain ini disesuaikan dengan data yang
diharapkan, yaitu perbedaan hasil belajar peserta didik sebagai akibat
perlakuan yang diberikan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar peserta didik. Sebagai variabel bebas adalah tes uraian dan
motivasi peserta didik.
Tabel 1. Desain Penelitian Treatment By Level.
Pembelajaran (A)

Motivasi (B)

Tes
Uraian
Tes Uraian tanpa
disertai
punishment score
punishment score
(A2)
(A1)

Motivasi Tinggi (B1)

A1 B1

A2 B1

Motivasi Rendah (B2)

A1 B2

A2 B2

Total

A1 B1 + A1 B2

A2 B1 + A2 B2

Tingkat

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII
di SMP Blahbatuh Gianyar yang berjumlah 297 orang. Teknik pengambilan

242

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling
dan yang dirandom adalah kelas, dengan cara undian. Pengundian tersebut
diperoleh kelas VIII B yang berjumlah 38 orang sebagai kelas eksperimen dan
kelas VIII C yang berjumlah 38 orang sebagai kelas kontrol. Kemudian,
masing-masing kelompok dipilah menjadi dua, yaitu kelompok beranggotakan
peserta didik yang memiliki tingkat motivasi rendah dan kelompok
beranggotakan peserta didik yang memiliki tingkat motivasi tinggi. Dalam
menentukan individu yang temasuk motivasi rendah dan motivasi tinggi
digunakan skor angket motivasi. Skor yang diperoleh dari angket motivasi
kemudian diranking. Karena data sampel yang di uji kurang dari 100, maka
seluruh sampel dibagi menjadi dua kelompok sama besar, yaitu sebanyak 50%
kelompok atas dinyatakan sebagai kelompok peserta didik yang memiliki
tingkat motivasi tinggi dan 50% kelompok bawah dinyatakan sebagai
kelompok peserta didik yang memiliki tingkat motivasi rendah.

Pengumpulan data dilakukan melalui tes dan angket. Tes hasil


belajar untuk mengukur hasil belajar matematika peserta didik dan
angket motivasi untuk mengukur tingkat motivasi peserta didik. Semua
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan melakukan uji coba instrumen sebelum
penelitian. Sehingga diperoleh instrumen tes hasil belajar dan motivasi
belajar yang valid dan reliabel. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan
pengakhiran eksperimen. Adapun kegiatan pada setiap tahapan
dijabarkan sebagai berikut: (1) Pada tahap persiapan dilakukan
Penyusunan RPP, menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil
belajar dan angket motivasi, serta validasi instrumen. (2) Pada tahap
pelaksanaan eksperimen dilakukan pemberian angket motivasi pada
kelas control dan eksperimen, melaksanakan penelitian yaitu
memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. (3)
Pada tahap pengakhiran eksperimen dilakukan post-test pada akhir

243

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok


control.
Data yang diperoleh dari hasil post-test merupakan data yang akan
dianalisis. Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan
kesimpulan, maka dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas yang
dilakukan dengan uji Chi Kuadrat dan uji homogenitas dengan uji
Bartlett. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian adalah ANAVA dua jalur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap pengakhiran eksperimen memberikan data berupa hasil
belajar matematika peserta didik baik dari kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen. Adapun hasilnya disajikan pada Tabel 2
dibawah ini.
Tabel 2. Rekapitulasi Perhitungan Hasil Belajar Matematika
Data
A1

A2

Mean

81,63

Modus

B1

B2

A1B1

A1B2

A2B1

A2B2

77,03 82,03

76,63

82,84

80,42

81,21

72,84

78

78

78

76

78

76

88

70

Median

81

77

80

76

82

80

80

73

Standar
Deviasi

6,66

6,51

5,57

7,18

6,30

6,95

4,76

5,24

Varian

44,29

42,35 31,00

51,59

39,70

48,26

22,62

27,47

Skor Minimum

68

64

74

64

74

68

75

64

Skor
Maksimum

96

90

96

92

96

92

90

86

Rentang

28

26

22

28

22

24

15

22

Statistik

244

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Keterangan :
: Hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan
A1
dengan tes uraian disertai punishment score.
: Hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan
A2
dengan tes uraian tanpa punishment score.
: Hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki
B1
motivasi tinggi.

B2
: Hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki
motivasi rendah.
: Hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan
A1 B1
dengan tes uraian disertai punishment score dan yang memiliki
motivasi tinggi.

A1 B2
: Hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan
dengan tes uraian disertai punishment score dan yang memiliki
motivasi rendah.
A2 B1
: Hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan
dengan tes uraian tanpa punishment score dan yang memiliki motivasi
tinggi.
A2 B2
: Hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan
dengan tes uraian tanpa punishment score dan yang memiliki motivasi
rendah.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terhadap data yang telah
dikumpulkan, dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan
homogenitas data. Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang telah
dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa data mengikuti sebaran
normal. Adapun hasil rekapitulasi uji normalitas data disajikan dalam
Tabel 3 berikut.

245

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data


No.

Kelompok
Sampel

Jumlah
Sampel

A1

38

4,44

11,07 Normal

A2

38

2,62

11,07 Normal

B1

38

4,99

11,07 Normal

B2

38

3,13

11,07 Normal

A1B1

19

3,53

11,07 Normal

A1B2

19

2,60

11,07 Normal

A2B1

19

4,33

11,07 Normal

A2B2

19

3,79

11,07 Normal

2
hitung

2
tabel

Kesimpulan

Selanjutnya berdasarkan uji Bartlett diperoleh 2 = 3,996 sedangkan

(20,05;3) = 7,814728, sehingga 2 (20,05;3) , yang berarti data bersifat


homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas varians dapat disimpulkan bahwa data dari semua
kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
mempunyai varians yang sama atau homogen. Oleh karena itu, uji
hipotesis dengan ANAVA dua jalur dapat dilakukan. Rekapitulasi hasil
anava dua jalur disajikan dalam Tabel 4 berikut.

Sumber

JK

dk

RK

Antar A

402,9605263

402,9605 11,67606 3,973897 Signifikan

Antar B

552,9605263

552,9605 16,02241 3,973897 Signifikan

168,0131579

168,0132 4,868296 3,973897 Signifikan

Interaksi

Fhitung

246

Ftabel

Interpretasi

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

AxB
Dalam

2484,842105

72

34,5117

Total

3608,776316

75

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Anava Dua Jalur


Berdasarkan hasil perhitungan ANAVA diperoleh bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik dengan
tes uraian disertai punishment score dengan hasil belajar matematika
peserta didik dengan tes uraian tanpa punishment score. Hal ini
ditunjukkan dengan koefisien ANAVA sebesar 11,67606 yang ternyata
signifikan. Berdasarkan nilai rata-rata juga memperlihatkan bahwa ratarata hasil belajar matematika peserta didik dengan tes uraian
disertai punishment score sebesar 81,63 lebih tinggi daripada rata - rata
hasil belajar matematika peserta didik dengan tes uraian tanpa
punishment score sebesar 77,03. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil
belajar peserta didik yang mendapat perlakukan punishment score pada
saat penilaian terhadap jawaban yang diberikan lebih baik. Punishment
score yang dalam penelitian ini adalah pengurangan skor jika membuat
kesalahan dan tidak memberikan jawaban membuat peserta didik
berpikir keras untuk membuat jawaban yang benar. Dimana untuk
mendapat jawaban yang benar maka mereka harus belajar dengan
sungguh sungguh dalam memahami materi yang dipelajari. Hal ini
terlihat dari antusias peserta didik di kelas untuk bertanya mengenai
materi yang kurang dipahami, sehingga saat diberikan tes mereka dapat
memberikan jawaban yang diharapkan. Sedangkan pada kelompok
tanpa punishment score yang berarti pengurangan nilai tidak dilakukan
secara ekstrim. Jika pada saat menjawab tes mereka tidak memberikan
jawaban, maka mendapat skor 0, sedangkan pada kelompok dengan
punishment score mendapat skor -5. Jadi tidak ada rasa takut mendapat
nilai negatif. Hal ini dapat menjadi suatu alasan hasil yang diperoleh
antara kelas dengan punishment score berbeda secara signifikan dengan
kelas tanpa punishment score.

247

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Hasil kedua yang diperoleh berdasarkan ANAVA yaitu terbukti


bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara
peserta didik yang memiliki motivasi tinggi dengan hasil belajar
matematika peserta didik yang memiliki motivasi rendah. Hasil ini
terlihat dari nilai Fhitung kedua pada ANAVA sebesar 16,02241 >
3,973897 (Ftabel). Nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok dengan
motivasi tinggi adalah 82,03, sedangkan untuk kelompok motivasi
rendah adalah 76,63. Terlihat bahwa hasil belajar matematika pada
peserta didik dengan motivasi tinggi lebih baik dibanding pada peserta
didik dengan motivasi rendah. Hasil yang diperoleh mendukung teori
yang ada dengan memiliki motivasi belajar yang tinggi maka hasil
belajar yang diperoleh juga lebih baik dibanding dengan kelompok
yang memiliki motivasi belajar rendah. Hal ini juga membuktikan
bahwa faktor internal individu mempengaruhi hasil belajar individu
tersebut sehingga perlu dipikirkan dan dipertimbangkan juga dalam
memberikan pengaruh luar yang dapat mendukung munculnya factor
internal yang positif dari dalam diri peserta didik.
Hasil ketiga yang diperoleh adalah adanya pengaruh interaksi
antara metode pembelajaran berbasis tes dengan motivasi belajar
terhadap hasil belajar matematika. Sesuai dengan nilai Fhitung yaitu
4,868296 yang lebih dari Ftabel yaitu 3,973897. Hasil ini menunjukkan
bahwa metode pembelajaran yang berbeda dimana dalam penelitian ini
adanya perbedaan dari segi cara penilaian terhadap tes yang diberikan
selama pembelajaran berlangsung memberikan dampak terhadap
internal individu untuk berperilaku dalam hal menunjukkan
motivasinya. Sehingga adanya interaksi menyebabkan hasil yang
maksimal terhadap kelompok dengan motivasi tingi yang mendapat
perlakuan adanya punishment score.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dipaparkan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. (1) Terdapat
perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik dengan tes uraian

248

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
disertai punishment score dengan dengan tes uraian tanpa punishment score
pada peserta didik kelas VIII di SMP Blahbatuh Gianyar. (2) Terdapat
perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang memiliki
motivasi tinggi dengan yang memiliki motivasi rendah pada peserta didik
peserta didik kelas VIII di SMP Blahbatuh Gianyar. (3) Terdapat pengaruh
interaksi antara metode pembelajaran berbasis tes dengan motivasi belajar
terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII di SMP Blahbatuh
Gianyar.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, berikut ini disampaikan beberapa
saran. (1) Bagi guru matematika, dalam proses pembelajaran matematika
dapat mengembangkan dan menjadikan sebagai alternatif pembelajaran
dengan menggunakan tes uraian dalam peningkatan pemahaman peserta didik
dan punishment score untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik,
sehingga dapat pula meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. (2)
Karena penelitian ini diiaksanakan terbatas pada peserta didik kelas VIII SMP
Blahbatuh Gianyar tahun pelajaran 2014/2015, maka disarankan kepada
peneliti lain, untuk mengadakan penelitian yang sama dalam ruang lingkup
yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Bumi
Aksara.
Hamzah B. Uno, Sofyan, Herminanto, dan Candiasa, I Made. 2001.
Pengembangan Instrumen untuk Penelitian. Jakarta: Dilema Press.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data


Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

249

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada.

250

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
ARTIKEL

KONSEP BABONDRESAN DADONG REROD


DALAM SENI PERTUNJUKAN BALI
Oleh : I Wayan Sugama, S.Sn., M.Sn
NIDN : 0806036801

Abstract
This article titled DadongRerod babondresan concept in Balinese performing
arts, which examines things that are behind the success of DadongRerod
onstage moment entertain the audience. Uniqueness owned by DadongRerod,
who played a young man named Wayan Juana alumnus STSI Denpasar in
1994, became a powerful reason this study is held. DadongRerod with
excessive makeup in thickness, dance movement that does not correspond to
his face, well liked by the public. This phenomenon has been taking place in
recent years, when art Bondres no longer sticks to the other arts, the art
Bondres appeared independently in several events, such as wedding
receptions, thanksgiving, happy birthday, and so forth. The method used in
this article is a qualitative method, with data obtained from observation,
interview, and literature study. Furthermore, the data were analyzed. The
findings of the research in this article is the concept babondresan
DadongRerod, which is the plural of Bondres, which prioritizes dispositive
DadongRerod that characterize old woman, filled with jokes while
entertaining his audience. Characters old and funny is the concept
babondresan DadongRerod. This is done because DadongRerod was a
prominent art Bondres. Bondres has a sense of something that connotes
scratch, mores, and koras-kores that something potentially dirty, dingy,
reckless, indifferent, and applies it wants to speak regardless of the rules
DadongRerod formed by elements of cosmetology show the face of the old
woman, dressmaking show DadongRerod like old lady antiquity with fabric
and kebaya worn, dance combined with dance accompaniment demonstrate
the agility of an old woman who is modern, even highly exaggerated
incompatible with both, monologues and dialogues that often make the
audience laugh, but always tuck advice of the religious teachings, life, behind
the
joke.
Keywords: Concepts Babondresan, Dadong Rerod.
251

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
KONSEP BABONDRESAN DADONG REROD
DALAM
SENI PERTUNJUKAN BALI

PENDAHULUAN
Seni pertunjukan pada dasarnya adalah suatu kesenian yang lahir dari
interaksi dan kerjasama sejumlah orang, yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu
penyaji atau pelaksana dan penikmat atau penonton, Dibia (2004:1). Lebih
lanjut dikatakan bahwa penonton adalah orang-orang yang menyaksikan
pertunjukan dari luar arena pementasan, sedangkan penyaji atau pelaksana
adalah mencakup penyelenggara, perancang atau penata, dan para pemain
yang melakukan peragaan serta yang meaktualisasikan kesenian itu di atas
pentas.
Terkait dengan kerjasama di atas, seni pertunjukan adalah sebuah
karya seni yang memadukan hampir semua unsur seni, yaitu seni rupa pada
tata rias, kostum dan dekorasi, seni sastra yang menghasilkan lakon-lakon
yang dipentaskan, seni gerak pada tariannya, seni suara mencakup iringan
musik baik vokal maupun instrumental, Dibia (2004:3).
Berdasarkan uraian di atas, salah satu seni pertunjukan Bali adalah
seni Bondres. Dalam seni pertunjukan bondres, seniman bondres dihadirkan
untuk memerankan rakyat jelata, di atas pentas. Kodi (2006:35) mengatakan
peran bondres dalam seni pertunjukan Bali cenderung ditampilkan dengan
wajah dan watak yang beraneka ragam, pakaian yang kumal, berdialog
mempergunakan bahasa Bali lumrah, atau kadang-kadang diselipkan bahasa
campuran, serta gerak-gerak yang mendekati keseharian tanpa struktur yang
pasti. Salah satu karakterbondres yang dimaksud adalah Dadong Rerod.
252

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
Dadong Rerod adalah nama panggilan seorang bondres, yang
ditampilkan dengan karakter

wanita tua. Dadong Rerod diperankan oleh

seorang laki-laki muda berumur 45 tahun, bernama I Wayan Juana Adi


Saputra, alumnus ISI Denpasar. Juana adalah seorang seniman bondres Bali,
yang selanjutnya disebut pabondres.Istilah pabondres dipergunakan untuk
mempermudah penulisan dan pengertian tentang seniman atau pelaku
bondres.
Keberhasilan Juana dalam memerankan tokoh Dadong Rerodadalah
merupakan keberanian yang patut mendapat apresiasi. Hal ini bisa dilihat dari
setiap penampilannya di atas panggung, selalu mampu memerankan tokoh ini
(Dadong Rerod/wanita tua) untuk menghibur penontonnya. Untuk lebih
memahami karakteristik Dadong Rerod, penelitian ini mengacu pada
konsepDadong Rerod,

yang mendasari setiap penampilannya pada seni

pertunjukan Bali, yaitu konsep babondresan.Babondresan adalah sebuah


istilah yang berasal dari kata bondres, dengan awalan ba dan akhiran an.
Secara umum, masyarakat Bali menyebutkan bagian-bagian seni drama yang
penuh humor dengan babondresan. Humor atau lucu atau baud adalah ciri
khas dari babondresan.
Selain dari lucu atau humor atau baud, sebagai konsep Dadong
Rerod, ditemukan juga konsep tua (wanita tua), karena sesuai dengan nama
dadong(bahasa Bali), bila di Indonesiakan adalah nenek atau wanita tua.
Kedua konsep ini akan dibedah atau diuraikan dari elemen-elemen yang
membentuk dan menjadikannya sebagai obyek tokoh Dadong Rerod, adalah
dari, : tata rias, kostum, gerak tari, iringan tari, anta wacana, monolog, dan
dialog.
Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa yang dapat dirumuskan
sebagai masalah, yang tentunnya ingin dicarikan jawabannya, yaitu :

253

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
Bagaimanakah konsep babondresan Dadong Reroddan elemen-elemen
pembentuknya dalam seni pertunjukan Bali?,
MATERI DAN METODE
Materi

Konsep

Babondresan

Dadong

Rerod

dalam

Seni

Pertunjukan Bali
Metoda

: Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif,


denganmenekankanpada proses penggalian, pendeskripsian,
danpenjelasanterhadapsemuahal
berkaitandenganpermasalahan

yang
yang

telahdirumuskan.

Moleong (1998:6-7), penelitian kualitatif mengutamakan


lingkungan

alamiah

sebagai

sumber

data

langsung,

penekanannya ada pada proses yang menghasilkan data


deskriptif berupa kata secara lisan dan orang-orang dari
perilaku yang diamati, gambar-gambar, dan bukan angka.
Berpijak dari pendapat di atas, data penelitian ini
dikumpulkan dari observasi, wawancara, serta melalui studi
kepustakaan.
PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibahas dua hal sesuai dengan rumusan masalah,
yaitu : Konsep Babondresan Dadong Rerod, dan elemen-elemen pembentuk
konsep babondresan Dadong Rerod dalam seni pertunjukan Bali?
2.1. Konsep Babondresan Dadong Rerod
Sebelum mengurai konsep babondresan Dadong Rerod dalam seni
pertunjukan Bali, lebih dulu akan dibahas tentang bondres dengan beberapa
pendapat yang didapat dari beberapa penelitian Tesis yang telah dilakukan
sebelumnya.
254

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
Madra dalam Kodi, (2006:33), mengatakan bahwa bondres berarti
campuran atau aneh. Selanjutnya pendapat lain dalam Kodi, (2006) adalah :
Ida Bagus Alit/Pedanda Buda Batuan, mengatakan bondres berarti Bonan,
yaitu pinjaman atau campuran. Sedangkan Sija seorang dalang senior dari
Bona, mengatakan bahwa bondres adalah campuran atau ketidakaturan dalam
aspek dialognya, pakaian atau tata busananya, sor-singgih bahasa dan bahasa
yang digunakan. Selanjutnya kata bondres sepadan dengan kata mores,
merenges, goras-gores tanpa memiliki penataan.
Kodi dalam Tesisnya yang berjudul Topeng Bondres dalam
Perubahan Masyarakat Bali(2006:33), mengatakan bondres memiliki konotasi
dengan kata gores, mores dan koras-kores yakni serumpun istilah yang
berpotensi kotor, campuran, sembrono dan acak-acakan, yang pada intinya
bondres berarti bodo dan lucu. Lebih lanjut dikatakan melalui bondres,
seniman dan penonton bersukaria dengan berbagai macam
kebodohan, skandal, dan hal-hal negatif lainnya. Seniman sengaja
menstranformasikan dirinya menjadi tokoh yang cacat atau tidak
sempurna, seperti gagap, tuli, bisu, pincang, bibir sumbing dan lain
sebagainya. Kondisi yang tidak sempurna ini, justru bisa membuat
penonton terlena dan tertawa, padahal mereka tahu bahwa
senimannya adalah orang yang normal.
Dari beberapa pendapat tentang bondres di atas, penulis lebih setuju
pada pandangan Kodi yang mengatakan bahwa bondres dalam konotasi kotor,
sembrono, campuran, acak-acakan, bodo, lucu, cacat, rusak. Hal ini sangat
sesuai dengan realitas, dalam penampilan pabondres Bali tampil dengan
seadanya. Tata rias yang cacat, dengan ketebalan garis dan pemasangan
warna, gerak tari yang tidak beraturan atau acak-acakan, kostum atau tata
busana yang kumal/kotor dan seadanya, tata bahasa campuran (sering tidak
mempergunakan sor-singgih basa), berprilaku sembrono.

255

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
Babondresan adalah bentuk jamak dari kata bondres, Kodi (2006:33).
Babondresan juga bisa diartikan isi dari pertunjukan bondres itu sendiri, yaitu
lucu/humor/baud, aneh, unik, bodo, sembrono, acuh, cuek.Baud adalah
sebuah istilah dalam bahasa Bali, untuk menyebutkan hal-hal yang lucu dalam
tari Bali, yang biasa dilakukan oleh tokoh punakawan dan bondres dalam
drama tari Bali, Bandem (1983:35).
Mengacu pada pandangan Bandem, bahwa baud atau lucu, sering
dilakukan oleh bondres, maka konsep Babondresan Dadong Rerodlebih
mengutamakan kelucuannya, yang terbentuk dari tata rias dan kostum, gerak
tari dan iringan, serta dialog yang dilakukan di atas pentas. Semua elemen
tersebut, menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan pada setiap
penampilannya, yang mampu memberikan hiburan segar pada penontonnya.
Suanda dalam penelitiannya tentang Babondresan Arja Acah
Canging (2014), mengatakan bahwa konsep babondresan adalah seni
pertunjukan dramatari Bali yang di dalamnya terdapat unsur-unsur humor,
seperti monolog, dialog, kostum, riasan, lakon, musik, dan sebagainya.
Pandangan Suanda lebih mempertegas, bahwa konsep babondresanadalah
humor/lucu/baud, dan terbentuk dari beberapa elemen yaitu tata rias, kostum,
gerak tari, iringan/musik, dialog, monolog, cerita, lakon, yang mendukung
setiap penampilannya.
Konsep dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008), diartikan rancangan,
atau buram surat atau ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkrit. Mengacu pada pengertian konsep diatas, konsep dalam hal ini lebih
tepat pada pengertian ide / gagasan dalam mewujudkan sesuatu karya seni.
Konsep Dadong Rerod adalah konsepbabondresan yang lebih mengutamakan
tua dan lucu, yaitu ingin menampilkan karakter wanita tua pada kehidupan
nyata ke dalam bentuk pementasan bondres, dengan humor/lucu/baud.Tua
dan lucu sangat melekat pada penampilan Dadong Rerod di atas panggung,

256

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
sehingga tua dan lucu identik dengan konsep babondresanDadong Rerod,
yang selanjutnya menjadi ciri khas atau karakteristik Dadong Rerod.Untuk
mewujudkan kedua karakter tersebut, tentunya ada elemen-elemen yang
membentuknya, seperti yang akan diuraikan pada bagian berikutnya.
2.2. Elemen-elemen Pembentuk konsep Babondresan Dadong Rerod
2.2.1.

Tata rias
Adalah seni merubah wajah asli menjadi wajah yang diinginkan.

Supardjan dan Supartha, (1982:14) mengatakan bahwa tata rias akan mampu
menentukan wajah dan perwatakannya, serta untuk memperkuat ekspresi.
Pandangan ini mempertegas perbedaan antara tata rias sehari-hari dengan tata
rias panggung atau seni pertunjukan. Tata rias sehari-hari hanya memberi
kesan cantik, bersih, bagi wanita untuk merasa lebih percaya diri dalam
pergaulan. Sementara tata rias panggung atau seni pertunjukan segala
sesuatunya diharapkan lebih jelas, Supardjan dan Supartha, (1982:15).
Dari uraian di atas, tata rias yang dipergunakan membentuk wajah
Dadong Rerod sesuai dengan konsep babondresannya adalah merubah wajah
laki-laki muda (45 tahun) menjadi wajah nenek-nenek atau wanita tua (80
tahun). Untuk melakukan perubahan penampilan wajah yang cukup drastis
merupakan sesuatu yang sangat sulit dan diperlukan tehnik menata rias dan
mengetahui anatomi wajah, berkaitan dengan guratan atau garis wajah, bidang
yang kelihatan menonjol seperti tulang pipi, dan bidang cekung atau
tenggelam pada pipi bawah, serta mampu memperlihatkan adanya garis garis
ketuaannya. Lihat gambar :
Tata rias Dadong Rerod yang terkesan tua, lucu, kumal, dengan
goresan garis sebagai pembentuk dan atau mempertegas guratan wajah serta
pemasangan warna yang disesuaikan dengan karakter Dadong Rerod, yaitu
menjadi wanita tua. Hal ini merupakan temuan awal yang nantinya bisa
dikembangkan dalam penelitian selanjutnya, bahwa tehnik tata rias untuk

257

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
menjadikan seseorang kelihatan lebih tua dari umurnya adalah dengan
membuat garis wajah lebih dominan ditarik turun, melengkung atau
bergelombang, sehingga membuat bidang-bidang lekukan wajah
dengan perpaduan penonjolan dan guratan wajah dibantu dan dipertegas oleh
pemasangan warna warna tua, misalnya coklat tua, biru tua, dan merah tua.

2.2.2.

Kostum
Membahas kostum atau tata busana dalam seni pertunjukan Bali

sangat jarang dilakukan oleh seniman atau pengamat seni terdahulu. Apalagi
untuk mendapatkan refrensi buku-buku, sangat sulit. Hal ini disebabkan oleh
tata busana sering dibicarakan menempel dengan tata rias. Sehingga dalam
karya seni kreasi baru yang digarap oleh seniman, sering kita lihat tata busana
tidak digarap secara maksimal, atau masih mempergunakan tata busana lama.
Kecuali

penggunaan kostum atau tata busana, karya seni kontemporer,

seniman pencipta sudah mulai berani memperkenalkan mode-mode atau


desain baru untuk mempertegas hasil karyanya.
Dalam penggunaan kostum atau tata busana pada Dadong Rerod
sebagai seorang bondres, yang memiliki kebebasan penampilan, terlepas dari
ikatan atau pakem, karakter Dadog Rerod masih mengacu ada busana tradisi.
Tradisi yang dimaksud adalah, seperti yang sering dipergunakan oleh wanita
tua pada khidupan nyata. Penggunaan kostum lebih mempertegas tokoh kesan
wanita tua, dengan kain dan kebaya. Hiasan kepala mempergunakan

258

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
tengkuluk(sebuah istilah Bali untuk menyebut kain yang dipasang dikepala,
biasa dipergunakan oleh wanita tua jaman dahulu).
2.2.3.

Gerak Tari
Dalam seni pertunjukan bondres, pabondres tidak terikat akan

gerakan

tariannya.

Kadangkala

ada

pabondres

dalam

mengawali

pertunjukannya, mereka hanya berjalan saja keluar dari rangki (istilah Bali,
semacamruangtunggupabondres atau seniman sebelum pentas). Kebebasan
inilah yang menyebabkan bermunculannya pabondres-pabondres muda.
Selain itu, kebebasan juga mengacu pada seni kontemporer, sehingga seni
bondres adalah sebuah seni pertunjukan kontemporer, karena dalam seni
bondres tidak adanya aturan yang baku, atau pakem yang membatasi
pergerakannya.
Gerak tari Dadong Rerod, merupakan tarian yang dipergunakan oleh
Dadong Rerod saat mengawali pertunjukannya. Beberapa sikap tarian
Dadong Rerod masih berpola tradisi, seperti sikap agem, pilakan kaki,
gerakan ngumbang, dan sebagainya. Namun apabila dicocokan dengan tata
rias tua, tidak tepat. Tarian Dadong Rerod mengacu pada tarian kontemporer
(posmodern).
2.2.4.

Iringan/musik
Di atas telah disinggung bahwa gerak tari adalah suatu gerakan ritmis,

yang indah, dan telah distilir (bukan gerakan sehari-hari), Supardjan dan
Supartha,(1982:11). Lebih lanjut

dikatakan, untuk memperkuat

dan

memperjelas gerak ritmis dari suatu bentuk tarian, dapat dilaksanakan dengan
iringan, yang berupa suara atau bunyi-bunyian.
Mengacu pada iringan tari atau musik untuk memberikan dan
memperjelas aksen-aksen yang ada pada tarian Dadong Rerod, tentunya
iringannya harus digarap dengan baik, dan diperlukan beberapa kali latihan

259

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
bersama untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Aksen apa saja yang
dilakukan oleh Dadong Rerod dalam tariannya, iringan tari akan mengikuti,
untuk memperlihatkan gerakan lucu, gerakan tua, ataupun gerakan lainnya
yang bertujuan mmenghibur penonton.

2.2.5.

Wacana Monolog
Wacana monolog atau monolog adalah jenis wacana ynag dituturkan

oleh satu orang, Mulyana,2005:53). Kaitan dengan wacana monolog yang


dilakukan oleh Dadong Rerod, disaat penampilannya di atas panggung, baik
menyampaikan hal yang serius, biasa saja ataupun lelucon. Dadong Rerod
biasa melakukan wacana monolog dengan merangkai beberapa lelucon,
sehingga terbentuklah sebuah cerita yang berkaitan.
2.2.6.

Dialog
Wacana dialog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang

atau lebih, Mulyana,(2005:53). Dadong Rerod berdialog dengan partner yang


diajak dalam seni pertunjukan. Dominan berdialog lucu, kadangkala
menyelipkan ajaran agama yang dikemas dalam leluconnya.
Dalam

seni

bondres,

seorang

pabondres

selain

menguasai

kemampuan menari, dan menghandalkan wajah dengan riasan lucu,


kemampuan berdialog adalah hal yang utama harus dikuasai. Apalagi tidak
adanya skrip atau skenario yang disusun sebagai pegangan, kemampuan
dialog harus didukung oleh kepekaan pikiran menangkap apa maksud lawan
bicara, kemana arah pembicaraannya, dan bagaimana memberikan tanggapan.
Kegagalan seorang pabondres di atas panggung, akan kelihatan apabila dia
tidak mampu tampil seimbang dengan lawan bicaranya, yang juga
berpengaruh kegagalan penampilan group bondres tersebut.
2.2.7.

Cerita/lakon
Cerita atau lakon dalam seni pertunjukan bondres, adalah benang

merah yang harus dijalankan sebagai garis pedoman pentas. Namun dalam

260

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
seni bondres, celita atau lakon adalah benang merah jalannya pertunjukan,
dan tergantung dari kepintaran pabondres, untuk meramu cerita yang
dibawakannya menjadi sajian humoris, sehingga pertunjukan bondres menjadi
jauh lebih terarah
KESIMPULAN
Kesuksesan Dadong Rerod di

atas panggung menghibur

penontonnya sangat tergantung pada konsep babondresannya. Konsep


babondresan ini adalah tua dan lucu, yang dibentuk oleh beberapa elemen
yaitu tata rias, kostum, gerak tari, iringan tari, monolog, dialog, cerita sebagai
benang merah. Elemen-elemen pendukung ini menjadi satu kesatuan yang
utuh, dalam menampilkan Dadong Rerod sebagai karakter wanita tua tampak
pada tata rias, yang penuh dengan lelucon, pada perpaduan gerak tari dan
iringan/musik, monolog, serta dialog dialog segar atau inovatif dari satu
pertunjukan ke pertunjukan berikutnya.

Tinjauan Pustaka
Bandem,I Made, Ensiklopedi Tari Bali, 1983.Akademi Seni Tari
Indonesia,Denpasar Bali.
Dibia, I Wayan, 2004. Pragina, Penari, Aktor dan Pelaku Seni Pertunjukan
Bali. Malang,Sava Media.
Kodi, I Ketut, 2006. Topeng Bondres dalam Perubahan Masyarakat
Balisebuah Kajian Budaya. Tesis Pasca sarjana Universitas Udayana
Denpasar Bali.
Mulyana, 2005. Kajian Wacana, sub Teori, Metode, dan Aplikasi prinsipprinsip Analisis Wacana, Yogyakarta, Tiara Wacana.

261

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232
Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung. Remaja
Rosdakarya..
Suanda, I Ketut. Babondresan dalam Arja Akah Canging, Tesis Pascasarjana
ISI Denpasar. Bali.
Supardjan,N dan Supartha,I Gusti Ngurah,1982. Pengantar Pengetahui Tari 1,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Pengadaan Buku
Pendidikan Menengah Kejuruan.

262

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

CITRA PEREMPUAN PADA PUISI I LUH PEKEN BADUNG


KARYA I PUTU ARI KURNIA BUDIASA TINJAUAN KRITIK
SASTRA FEMINISME

NI WAYAN SUDARTI

Abstract
Results from the imagination of literary works featuring images
or depictions of women in it. The discussion on women and men means
mebahas on feminism. Where is the ideological feminist literary
criticism literary criticism focused on the image of women in literature,
misconceptions about women, and the reasons why women are often
taken into account even almost negligible. In this research will be
discussed on the image of women in Poetry I Peken Badung Luh Putu
Ari Kurnia work Budiasa. The theory used is the sense, purpose and
types of feminist literary criticism, and the image of women. In the
method are the object of research, methods of data collection and data
analysis techniques. From the discussion in the poem I Luh Peken
Badung with feminist literary criticism can be concluded that women
figures imaged as individuals, families, and community members. As
an individual, physically I Luh imaged as a woman. Psychologically, I
Luh imaged as independent women, strong, and well. Psychologically,
I Luh portrayed as an independent woman, strong, responsible, and
well. As a family, I Luh is a widow and a mother. As a citizen, I Luh
expressed as a strong and brave woman
Keywords: the image of women, "I Luh Peken Badung", feminist
literary criticism

PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan hasil seni kreatif yang menjadikan
manusia dan kehidupan sebagai objek dan bahasa digunakan sebagai
medianya. Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati,
263

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Menurut Noor (2007:11)


karya sasttra bersifat fiktif (rekaan) dimana tema diambil dari dunia
nyata, tetapi sudah diolah oleh pengarang melalui imajinasinya.
Hasil dari imajinasi karya sastra menampilkan citra atau
penggambaran sosok perempuan didalamnya. Perempuan dikondisikan
dalam posisi yang lebih rendah dari laki-laki merupakan permasalahan
yang sering muncul dalam karya sastra. Hal ini mengakibatkan
perempuan dalam kondisi terindas dan sebagai mahluk yang lemah
sedangkan laki-laki sebagai mahluk yang kuat. Hal tersebut berkaitan
dengan

permasalahan

gender

tentang

pembagian

peran

serta

tanggungjawab antara perempuan dengan laki-laki. Ketidakadilan


gender terwujud dalam berbagai bentuk seperti : marginalisasi,
kekerasan, beban kerja yang lebih lama dan banyak.
Pembicaraan mengenai perempuan sebagai salah satu anggota
kelompok masyarakat merupakan kajian sastra yang sering dibicarakan.
Perkembangan zaman dan perubahan

nilai-nilai dalam masyarakat

merupakan salah satu penyebab perubahan dalam menampilkan tokohtokoh dalam karya sastra, khususnya tokoh perempuan.
Pembahasan

mengenai

membahas mengenai

perempuan

dan

laki-laki

berarti

feminisme. Awal kemunculan feminisme

dikarenakan adanya persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan


dibandingkan

dengan

laki-laki

dalam

masyarakat.

Feminisme

merupakan aliran dan pergerakan sosial yang menghendaki adanya


suatu penghargaan terhadap kaum perempuan dan kesetaraan gender.
Timbulnya berbagai upaya untuk mengkaji penyebab ketimpangan
tersebut

dan

untuk

mengeliminasi

serta

menemukan

formula

penyetaraan hak permpuan dan laki-laki dalam segala bidang sosial

264

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dengan potensi kita sebagai manusia merupakan dampak dari persepsi


tersebut. Kritik sastra feminisme merupakan salah satu cara untuk
menganalisis mengenai nasib perempuan.
Menurut Sofia (2003:23) kritik sastra feminisme merupakan
studi sastra yang mengarah fokus analisis tentang perempuan. Kritik
sastra feminisme diartikan sebagai sebuah kritik yang memandang
sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang
berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan manusia. Jenis
kelamin yang membuat adanya perbedaan di antara diri pencipta,
pembaca, dan faktor luar penulisan dan pembaca sastra.
Kritik sastra feminisme adalah salah satu ragam kritik sastra
yang mendasari pemikiran feminisme yang menginginkan adanya
keadilan dalam memandang eksistensi perempuan baik sebagai penulis,
maupun dalam berbagai macam karya sastra. Kritik sastra feminis
ideologis merupakan salah satu ragam kajian kritik sastra feminisme.
Dimana kritik sastra feminis ideologis adalah kritik sastra yang
memusatkan perhatian pada citra perempuan dalam karya sastra,
kesalahpahaman tentang perempuan, dan sebab mengapa perempuan
sering diperhitungkan bahkan nyaris diabaikan.
Dalam Puisi I Luh Peken Badung karya I Putu Ari Kurnia
Budiasa melukiskan tentang tokoh perempuan yang bernama I Luh
membanting tulang demi kelangsungan hidupnya. Tokoh I Luh tetap
tegar mengahdapi keterpurukan. Dalam penelitian ini akan dibahas
tentang citra perempuan dalam Puisi I Luh Peken Badung karya I
Putu Ari Kurnia Budiasa. Pemilihan puisi didasari oleh dasar pemikiran
bahwa puisi merupakan salah satu ragam karya sastra yang di dalamnya
terdapat tokoh perempuan dengan peran dan karakter khusus. puisi

265

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

sangat mudah ditemui, sehingga dapat memberikan inspirasi kepada


masyarakat pembacanya.

LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kritik Sastra Feminis
Kritik sastra fenimis di masa kini merupakan akibat langsung
dari pergerakan perempuan tahun 1960an. Dari segi-segi yang penting,
pergerakan ini bersifat sastrawi sejak awal, dalam arti ia menyadari
signifikasi citra perempuan yang disebarluaskan oleh sastra dan
memandang bahwa penting sekali untuk melawan hal tersebut dan
mempertanyakan otoritas dan koherensinya. Dalam pengertian ini,
pergerakan perempuan sejak dulu memiliki kepedulian krusial terhadap
buku dan sastra, hingga kritik feminis tidak boleh dilihat sebagai
cabang atau pemekaran feminism yang berada jauh dari tujuan akhir
pergerakan ini, namun sebagai salah satu caranya yang paling praktis
untuk memengaruhi perilaku dan sikap sehari-hari.
Representasi perempuan dalam sastra dirasakan sebagai salah
satu bentuk sosialisasi terpenting, karena memberikan model peranan
yang mengidentifikasikan pada perempuan dan laki-laki apa yang
merupakan versi feminine yang berterima serta sasaran dan aspirasi
feminism yang sah.
Yang dilakukan oleh kritikus feminis yaitu :
1.

memikirkan ulang kanon dengan tujuan menemukan ulang


teks yang ditulis oleh perempuan

2.

menilai ulang pengalaman perempuan.

3.

meneliti representasi perempuan dalam sastra karya lakilaki dan perempuan

266

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

4.

menantang representasi perempuan sebagai Liyan sebagai


tiada sebagai bagian dari alam

5.

meneliti hubungan kekuasaan yang telah ditentukan dalam


teks-teks dan dalam kehidupan yang dimaksud untuk
menguraikannya, melihat pembaca sebagai tindakan politis,
dan menunjukkan luasnya jangkauan patriarki.

6.

mengenali peran bahasa dalam mengakibatkan apa yang


bersifat sosial dan terkontrusi menjadi tampak transparan
dan alamiah

7.

mengajukan pertanyaan apakah laki-laki dan perempuan


secara hakiki berbeda disebabkan oleh biologi, atau secara
sosial dikonstruksi agar berbeda

8.

menggali persoalan mengenai apakah bahasa perempuan


itu ada secara ecriture feminine, dan apakah bahasa ini juga
dapat digunakan laki-laki

9.

membaca ulang psikoanalisis untuk menggali lebih jauh isu


identitas perempuan dan laki-laki

10. mempertanyakan pendapat popular tentang kematian


pengarang menanyakan apakah, menanyakan apakah yang
ada hanya posisi subjekyang direkonstruksi dalam
wacana, ataukah sebaliknya pengalaman (missal dari
penulis kulit hitam atau lesbian) justru bersifat sentral
11. memperjelas dasar ideologis dari penafsiran sasrta yang
konon netral atau arus utama
Djajanegara (2000: 27) menyebutkan bahwa kritik sastra
feminis berawal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulispenulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita

267

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan wanita sebagai


makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta
disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan. Kedua hasrat tersebut
menimbulkan berbagai ragam cara mengkritik yang kadang-kadang
berpadu. Misalnya, dalam meneliti citra wanita dalam karya sastra
penulis

wanita,

perhatian

dipusatkan

pada

cara-cara

yang

mengungkapkan tekanan-tekanan yang diderita tokoh wanita. Oleh


karena telah menyerap nilai-nilai patriarkal, mungkin saja seorang
penulis wanita menciptakan tokoh-tokoh wanita dengan stereotip yang
memenuhi persyaratan masyarakat patiarkal. Sebaliknya, kajian tentang
wanita dalam tulisan laki-laki dapat saja menunjukkan tokoh-tokoh
wanita yang kuat dan mungkin sekali justru mendukung nilai-nilai
feminis.
Sedangkan Endraswara ( 2008: 144) mengatakan bahwa dalam
karya sastra, perempuan adalah obyek erotik bagi laki-laki. Terlebih
jika sastrawan adalah seorang laki-laki, tentu obsesinya bercampur
dengan bayangan-bayangan erotis. Perempuan adalah obyek citraan
yang manis. Citraan yang diselubungi derap seksual.
B. Tujuan Kritik Sastra Feminis
Kajian sastra feminis mempunyai tiga tujuan. Pertama,
menggali, mengkaji serta menilai karya penulis-penulis perempuan dari
masa silam. Mereka mempertanyakan tolok ukur apa saja yang dipakai
pengkritik sastra terdahulu sehingga kanon sastra didominasi penulis
laki-laki. Tujuan kedua mengkaji karya-karya tersebut dengan
pendekatan feminis. Ketiga, pengkritik sastra feminis terutama
berhasrat mengetahui bagaimana cara menerapkan penilaian estetik, di
mana letak nilai estetiknya serta apakah nilai estetik yang telah

268

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dilakukan sungguh-sungguh sah. Singkatnya menilai tolok ukur yang


digunakan untuk menentukan cara-cara penilaian lama. Berdasarkan
ketiga tujuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa apa yang dikehendaki
pengkritik sastra feminis adalah hak yang sama untuk mengungkapkan
makna-makna baru yang mungkin berbeda dari teks-teks lama.

C. Jenis-Jenis Kritik Sastra Feminis


Adapun jenis-jenis kritik sastra feminis yang berkembang di
masyarakat adalah :
a. Kritik sastra feminis Ideologis
Kritik sastra feminis ini melibatkan wanita, khususnya kaum
feminis, sebagai pembaca. Yang menjadi pusat perhatian
pembaca adalah citra serta stereotipe seorang wanita dalam
karya sastra. Kritik ini juga meneliti kesalahpahaman tentang
wanita

dan

sebab-sebab

mengapa

wanita

sering

tidak

diperhitungkan, bahkan nyaris diabaikan.


b. Kritik sastra feminis ginokritik
Kritik ini membahas tentang sejarah karya sastra wanita, gaya
penulisan, tema, genre, dan struktur penulis wanita. Di samping
itu, dikaji juga kreativitas penulis wanita, profesi penulis wanita
sebagai suatu perkumpulan, serta perkembangan dan peraturan
tradisi penulis wanita.
c. Kritik sastra feminis sosialis
Kritik ini meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang
sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat. Pengkritik feminis

269

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas


masyarakat yang tertindas.
d. Kritik sastra feminis-psikoanalistik
Kritik ini diterapkan pada tulisan-tulisan wanita, karena para
feminis

percaya

bahwa

pembaca

wanita

biasanya

mengidentifikasikan dirinya dengan atau menempatkan dirinya


pada si tokoh wanita, sedang tokoh wanita tersebut pada
umumnya merupakan cermin penciptanya.
e.

Kritik feminis lesbian


Jenis ini hanya meneliti penulis dan tokoh wanita saja. Ragam
kritik ini masih sangat terbatas karena beberapa factor, yaitu
kaum feminis kurang menyukai kelompok wanita homoseksual,
kurangnya jurnal-jurnal wanita yang menulis lesbianisme, kaum
lesbian sendiri belum mencapai kesepakatan tentang definisi
lesbianisme, kaum lesbian banyak menggunakan bahasa
terselubung. Pada intinya tujuan kritik sastra feminis-lesbian
adalah pertama-tama mengembangkan suatu definisi yang
cermat tentang makna lesbian. Kemudian pengkritik sastra
lesbian akan menentukan apakah definisi ini dapat diterapkan
pada diri penulis atau pada teks karyanya.

f. Kritik feminis ras atau etnik


Kritik feminis ini berusaha mendapatkan pengakuan bagi
penulis etnik dan karyanya, baik dalam kajian wanita maupun
dalam kanon sastra tradisional dan sastra feminis. Kritik ini
beranjak dari diskriminasi ras yang dialami kaum wanita yang
berkulit selain putih di Amerika.

270

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Menurut Wolf (dalam Sofia, 2003) selain enam jenis kritik


sastra feminis tersebut, membagi pendekatan feminisme dalam dua hal,
yaitu feminisme korban (victim feminism) dan feminisme kekuasaan
(power feminisme).
Feminisme korban melihat perempuan dalam peran seksual
yang murni dan mistis, dipandu oleh naluri untuk mengasuh dan
memelihara, serta menekankan kejahatan-kejahatan yang terjadi atas
perempuan sebagai jalan untuk menuntut hak-hak

perempuan.

Sementara, feminisme kekuasaan menganggap perempuan sebagai


manusia biasa yang seksual, individual, tidak lebih baik dan idak lebih
buruk dibandingkan dengan laki-laki yang menjadi mitranya dan
meklaim hak-haknya atas dasar logika yang sederhana, yaitu
perempuan

memang

memiliki

hak

(Sofia,

2003).

Menurut

Wolf, pendekatan feminisme kekuasaan merupakan pendekatan yang


luwes yang menggunakan dasar perdamaian, bukan dasar perang dalam
perjuangan meraih hak setara (Sofia, 2003).
Prinsip-prinsip pendekatan feminisme kekuasaan adalah (a)
perempuan dan laki-laki mempunyai arti yang sama besar dalam
kehidupan manusia, (b) perempuan berhak menentukan nasibnya
sendiri, (c) pengalaman-pengalaman perempuan mempunyai makna
bukan sekadar omong kosong, (d) perempuan berhak mengungkapkan
kebenaran-kebenaran tentang pengalaman-pengalaman mereka, dan (e)
perempuan layak menerima lebih banyak segala sesuatu yang tidak
mereka punya karena keperempuanan mereka, seperti rasa hormat dari
orang lain, rasa hormat terhadap diri sendiri, pendidikan, keselamatan,
kesehatan, kewakilan, dan keuangan (Wolf dikutip Sofia, 2003).

271

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

D. Citra Perempuan
Menurut Abrams (dikutip Sofia, 2003) citra merupakan sebuah
gambaran pengalaman indera yang diungkapkan lewat kata-kata,
gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh katakata. Sementara itu pencitraan merupakan kumpulan citra (the
collection of images) yang dipergunakan untuk melukiskan objek dan
kualitas tanggapan indera yang dipergunakan dalam karya sastra, baik
dengan deskripsi harfiah maupun secara kias. Citra perempuan
merupakan wujud gambaran mental spiritual dan tingkah l a k u
keseharian yang terekspresi oleh perempuan dalam
b e r b a g a i a s p e k n y a y a i t u aspek fisis dan psikis sebagai citra diri
perempuan serta aspek keluarga dan masyarakat sebagai citra sosial.
Secara umum, ada tiga citra perempuan dalam karya
sastra yaitu (1) citra perempuan sebagai individu, baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, perempuan bisa direpresentasikan dengan
gambaran fisik yang memiliki hubungan terhadap pengembangan
tingkah lakunya. Secara psikis, perempuan merupakan mahluk yang
psikologis yaitu mahluk yang memiliki perasaan, pemikiran, aspirasi,
dan keinginan. Dalam citra psikis, dapat tergambar kekuatan emosional
yang dimiliki oleh perempuan dalam sebuah cerita.

(2) citra

perempuan sebagai keluarga, baik perannya sebagai ibu, istri


maupun anak. (3) citra perempuan sebagai warga masyarakat yang
memiliki peran positif dan negatif.

272

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

METODE PENELITIAN
Berikut ini dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode
penelitian yang meliputi objek penelitian, metode pengumpulan data,
teknik analisis data dan validitas data.
a) Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah citra perempuan yang
terdapat dalam Puisi I Luh Peken Badung karya I Putu Ari Kurnia
Budiasa yang terdapat dalam Buku Pupulan

Puisi Bali Modern

Denpasar lan Don Pasar yang diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi


Pemerintah Kota Denpasar pada tahun 2013.
b) Metode Pengumpulan data
Membaca sejumlah buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan
objek yang akan diteliti. Data yang diproses dalam penelitian ini ada
dua yaitu:
1. Data Primer yang bersumber pada

citra perempuan yang

terdapat dalam Puisi I Luh Peken Badung karya I Putu Ari


Kurnia Budiasa Tinjauan Kritik Sastra Feminis.
2. Data Sekunder yang berumber pada data yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain; buku-buku acuan, majalah dan hasil
penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang
menjadi objek penelitian. Buku-buku sastra dan teori yang
relevan serta data-data dari internet yang memiliki relevansi
dengan fokus kajian.
c) Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis sesuai
dengan pendekatan yang digunakan yaitu analisis kritik sastra feminis.
Data-data yang diambil bersifat kualitatif, yaitu data-data yang

273

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

mendeskripsikan status dan peran tokoh wanita yang mencitrakan


wanita, baik citra diri maupun citra sosial. Menyampaikan bukti-bukti
yang mendeskripsikan citra wanita, mengungkapkan gagasan-gagasan
tentang citra diri dan citra sosial wanita dan tentang feminis. Kemudian
menghubungkan antara gagasan-gagasan yang sesuai dengan ide
feminis untuk membongkar kebebasan wanita dan ideologi patriarki.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Citra Perempuan sebagai individu
(1) Fisik : Perempuan Dewasa
Citra fisik perempuan yang terungkap dalam puisi ini adalah
perempuan dewasa, perempuan yang sudah menikah namun ditinggal
meninggal oleh suaminya. Hal ini ditegaskan dalam kutipan berikut.
Kalahin kurenan nyujur tanah wayah

ditinggalkan suami menghadap

Sang Pencipta
Padidian ngurip panak sentana

sendirian

menghidupi

anak

keturunan
(2) Psikis
Citra fisik perempuan tidak terlepas dari citra psikis sebagai komponen
kesatuan aspek perwujudan citra diri perempuan, seperti
diketahui bahwa

perempuan sebagai sosok perempuan yang

dibangun atas aspek fisik dan psikis. Perempuan selain sebagai


makhluk individu yang terbentuk dari aspek fisik juga terbentuk dari
aspek psikis. Citra psikis perempuan yang digambarkan dalam puisi ini
adalah sosok perempuan yang tegar, mandiri, dan bertanggung jawab. I
Luh dilukiskan sebagai perempuan mandiri, tegar, baik dan
bertanggung jawab.

274

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Berikut ini citra pada tokoh I Luh


a. Perempuan Mandiri
I Luh

adalah perempuan mandiri. Menurutnya perempuan bisa

melakukan apapun tanpa bantuan laki-laki. Mandiri pada diri I Luh


juga tercermin dalam kesehariaanya. Ia tinggal sendiri dan menghidupi
dirinya sendiri dengan bekerja di Peken Badung (Pasar Badung). Hal
ini ditunjukkan dalam kutipan berikut.
Padidian ngurip panak sentana

sendirian menghidupi anak

keturunan
b. Perempuan Tegar
I Luh juga merupakan perempuan tegar. Ia tetap mencari nafkah
sendiri meski ditinggal suami untuk selama-lamanya dan menghidupi
anaknya seorang diri, walau beban berat I Luh pikul seorang diri.
Nyansan maatang I Luh mategenan semakin berat bebanmu
Suunan masi nyansan baat

junjunganmu juga semakin berat

Tegtegang keneh, gednang bayun kuatkan

hatimu,

besarkan

tenagamu
Berikut ini merupakan citra pada tokoh I Luh.
a. Perempuan Mandiri
Mandiri yang dicitrakan pada tokoh I Luh adalah dia seorang
perempuan yang bekerja sebagai buruh pasar. I Luh mampu
menjalankan pekerjaannya yang berat meski ia seorang perempuan.
Nyansan maatang I Luh mategenan

semakin

berat

bebanmu
Suunan masi nyansan baat

junjunganmu juga

semakin berat

275

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Tegtegang keneh, gednang bayun

kuatkan

hatimu,

besarkan tenagamu
Tiang dini manimpalin baan pabalih lan angob

saya

di

sini

menemani dengan
menonton heran
b. Perempuan Bertanggung Jawab
I Luh adalah perempuan yang bertanggung jawab. Setelah suaminya
meninggal. Ia tidak larut dalam kesedihan. I Luh mengambil alih
pekerjaan dan menghidupi anaknya seorang diri dengan merantau ke
kota.
Ngajak pianak cerik-cerik

mengajak anak-anak kecil

Ngungsi umah duur gunung

meninggalkan rumah di

atas gunung
Tuun bukit nuju kota

turun bukit menuju kota

c. Perempuan Baik
I Luh digambarkan sebagai perempuan yang baik dan juga menyayangi
anaknya.
Saja,,saja,, I Luh luih

benar,,benar,,

wanita

utama
Lautang,,luh lautang!!!

lanjutkan,,luh lanjutkan!!!

Yasa kerthin n utama

pengabdian yang utama

Idup tusing ja aptak peken Badung

idup tidak sepetak pasar

Badung
B. Citra Perempuan sebagai Keluarga
Karena sudah ditinggal meninggal oleh suami, maka citra perempuan
tokoh I Luh pada puisi ini adalah sebagai seorang janda.

276

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Kalahin kurenan nyujur tanah wayah

ditinggalkan

suami

meninggal
Padidian ngurip panak sentana

sendirian menghidupi anak

keturunan
C. Citra Perempuan sebagai Warga Masyarakat
Citra perempuan sebagai warga masyarakat adalah gambaran pikiran
masyarakat terhadap tokoh perempuan. Pencitraan masyarakat terhadap
I Luh adalah positif yakni rasa iba akan nasib I Luh yang ditinggal
suami, menghidupi anaknya seorang diri, dan tinggal di emperan
pinggiran sungai.
Pedalem luh,,,da bes mamaksa!!

kasihan luh, jangan terlalu

memaksa
Pedalem pianak I Luh

kasihan anakmu

Idup di kota ento kweh

hidup di kota itu sulit

Ngoyong di tanah aptak, cupit

berdiam di tanah sepetak,

sempit
Sisin Tukad Badung, buin romon

disisi sungai Badung, lagi

kotor
Maga puntag-pantig

bekerja

membanting

tulang
Nyuun urip, ngandong angkihan

menjunjung

hidup,

ditinggalkan

suami

memikul nafas
Kalahin kurenan nyujur tanah wayah
meninggal
Padidian ngurip panak sentana

sendirian menghidupi anak

keturunan

277

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

SIMPULAN
Kritik sastra feminis merupakan salah satu ragam kritik sastra
(kajian sastra) yang mendasarkan pada pemikiran feminisme yang
menginginkan

adanya

keadilan

dalam

memandang

eksistensi

perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya sastra-karya


sastranya. Citra perempuan memiliki pengertian sebagai semua wujud
gamabaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian perempuan
yang menunjukkan perwajahan dan ciri khas perempuan. Citra
perempuan secara umum, dikelompokkan ke dalam tiga bentuk
pencitraan, yaitu perempuan sebagai individu, secara fisik dan psikis,
perempuan sebagai keluarga, baik ibu maupun istri, perempuan
sebagai warga masyarakat yang dicitrakan negatif atau positif.
Pencitraan tersebut dapat dipandang dari sudut pandang laki-laki,
masyarakat, pengarang, tokoh perempuan itu sendiri atau diri sendiri
sebagai perempuan terhadap perempuan. Dari pembahasan di dalam
puisi I Luh Peken Badung dengan kritik sastra feminis dapat
disimpulkan bahwa tokoh-tokoh perempuan dicitrakan sebagai
individu, keluarga, dan warga masyarakat. Sebagai individu, secara
fisik I Luh dicitrakan sebagai wanita dewasa. Secara psikis, I Luh
dicitrakan sebagai perempuan yang mandiri, tegar, dan baik. Secara
psikis, I Luh dilukiskan sebagai perempuan yang mandiri, tegar,
bertanggung jawab, dan baik. Sebagai keluarga, I Luh adalah seorang
janda dan seorang ibu. Sebagai warga masyarakat,I Luh dinyatakan
sebagai perempuan kuat dan tegar.

278

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

DAFTAR PUSTAKA
Djajanegara, Soenarjati. 2002. Kritik Sastra Feminis; Sebuah
Pengantar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra;
Epistimologi, Model, Teori, dan
Aplikasi (Edisi Revisi). Yogyakarta: MedPress (Anggota
IKAPI).
Noor, Redyanto. 2007. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang:
Fasindo.
Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra: Menguak
Citra Perempuan dalam
Layar Terkembang. Bandung: Kartasis.
Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminis, Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.

279

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
ANALISIS EFEKTIVITAS
DI SMK WERDHI SILA KUMARA
NI LUH PUTU CAHAYANI, S.Pd., M.Pd.

Abstract
This research aimed to determine the quality of learning at SMK
Werdhi Sila Kumara based on context variable, inputs, processes, and
product. This research was a quantitative evaluative analysis. This
experiment tried to analyze the program effectively using CIPP model.
The number of samples that had been used in this research was about
60 people consisted of all teachers at SMK Werdhi Sila Kumara. Data
was collected with questioners and analyzed by descriptive analysis.
Raw score that found out in this research was transformed into T-score
and then was verified to Glickman prototype. The analysis results show
that the quality of learning process at SMK Werdhi Sila Kumara can be
categorized as effective that can be seen from process standard, inputs,
processes and products. This is as a result of CIPP implementation
refers to process standard. It can be suggested for (1) principal of the
school to do development in human resources at school environment,
(2) SMK Werdhi Sila Kumara teachers should increase the competence
and human resources development through training.
Keywords: Evaluative Studies, Learning, Quality

PENDAHULUAN
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan
tersebut. Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari peranan guru.
Pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan telah
menetapkan Standar Nasional Pendidikan sebagai ukuran yang

280

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

menjadikan dasar penilaian minimal tentang system pendidikan


diseluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia yang dijabarkan
ke dalam delapan standar yaitu Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Isi,Standar Pengelolaan, Standar Proses, Standar Sarana Prasarana,
Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan,Standar Pembiayaan dan
Standar Penilaian. SMK Werdhi Sila Kumara dalam proses
pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya.
Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu
mempunyai

potensi

yang

harus

dikembangkan,

maka

proses

pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk


selalu kreatif dan berkembang. Namun kenyataan di lapangan belum
menunjukkan ke arahpembelajaran yang bermakna. Para pendidik
masih perlu penyesuaian dengan Kurikulum, para guru sendiri belum
siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain
pembelajaran yang bermakna masih kesulitan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka kualitas pelaksanaan
pembelajaran peserta didik di SMK Werdhi Sila Kumara yang belum
maksimal merupakan hambatan dari pencapaian kualitas proses
pembelajaran untuk mendapatkan peserta didik yang berkualitas.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan perlunya Standar Nasional Pendidikan.
Standar

Nasional

Pendidikan

berfungsi

sebagai

dasar

dalam

perencanaan,pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka


mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional
Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta

281

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

peradaban bangsa yang bermartabat. Standar Nasional Pendidikan


meliputi Standar isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Penilaian,
Standar Proses, Standar Sarana Prasarana, dan Standar Pembiayaan.
Standar pelaksanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip
terjadinya interaksi secara optimal antara peserta didik dengan
pendidik, antar peserta didik sendiri, serta peserta didik dengan aneka
sumber belajar termasuk lingkungan.
Untuk itu perlu diperhatikan jumlah maksimal peserta didik
dalam setiap kelas agar dapat berlangsung interaksi yang efektif.
Disamping itu juga perlu diperhatikan beban pembelajaran maksimal
per pendidik dalam satuan pendidikan dan ketersediaan buku teks
pelajaran

bagi

setiap

peserta

didik.

Standar

penilaian

hasil

pembelajaran ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik


penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis,
observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan atau kelompok.
Penilaian secara individual melalui observasi dilakukan sekurangkurangnya sekali dalam satu semester. Untuk memantau proses dan
kemajuan belajar serta memperbaiki hasil belajar peserta didik dapat
juga digunakan teknik penilaian portofolio. Secara umum penilaian
dilakukan atas segala aspek perkembangan peserta didik yang
mencakup pengetahaun, sikap, dan keterampilan.Standar pengawasan
proses pembelajaran merupakan upaya penjaminan mutu pembelajaran
bagi terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien kearah
tercapainya kompetensi yang ditetapkan. Pengawasan perlu didasarkan
pada prinsip-prinsip tanggung jawab dan kewenangan, berkelanjutan.

282

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Pengawasan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan


pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.
Evaluasi program dilakukan baik terhadap program-program
yang sifatnya temporal maupun rutin yang terjadi dilingkungan
sekolah.

Menurut

Marhaeni(2006),

pada

hakikatnya

evaluasi

pendidikan dibedakan menjadi evaluasi belajar dan evaluasi program


pendidikan. evaluasi belajar mencangkup proses dari hasil belajar
siswa, seperti yang rutin dilakukan, baik dalam skala sekolah (formatif
dan sumatif) maupun nasional (misalnya UN). Evaluasi program
adalah evaluasi yang dilakukan untuk melihat efektivitas suatu
program..Dengan demikian dapat di definisikan bahwa evaluasi
program merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
informasi tentang kualitas pelaksanaan suatu program. Hasil dari suatu
evaluasi program dapat dijadikan sebagai bahan kajian oleh penentu
kebijakan dalam mengambil Keputusan terhadap program tersebut.
Banyak permasalahan dalam bidang pendidikan memerlukan evaluasi
program. Misalnya pelaksanaan program-program pendidikan di suatu
sekolah, pengkajian kebijakan-kebijakan yang diberlakukan oleh dinas
pendidikan kecamatan/kabupaten/kota pada era otonomi daerah, dan
kebjakan-kebijakan pemerintahan pusat dalam hal ini dinas pendidikan
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.Evaluasi juga merupakan
kegiatan pengumpulan informasi untuk menetapkan apakah tujuan
pelaksanaan kegiatan telah tercapai sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan ((Lili Nurlaili,2003:16).). pernyataan ini mengandung
makna bahwa berdasarkan pada data dan informasi yang diperoleh
seseorang memberi Keputusan terhadap objek yang dinilai.

283

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Pengumpulan informasi dan bukti ketercapaian tujuan dapat


dilakukan dengan berbagai cara baik dalam suasana situasi foral
maupun informal sehingga memungkinkan tergalinya informasi yang
sebenarnya sesuai fakta. Model Evaluasi yang digunakan pada
penelitian ini adalaah Model Evaluasi CIPP. Model ini adalah model
yang paling banyak dikenal dan digunakan oleh para evaluator. Model
CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk (1967) merupakan
singkatan dari Context Input Process Product. Yang menjadi sasaran
dalam evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang memandang program
yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Evaluasi konteks adalah upaya
untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak
terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani dan tujuan proyek.
Evaluasi input atau masukan adalah kemampuan awal dari sebuah
program. Evaluasi proses menunjuk pada apa kegiatan yang dilakukan
dalam program, siapa yang terlibat, kapan dilaksanakan dan selesainya.

METODE
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data utama
yang diperoleh dari kuesioner, dan data pelengkap diperoleh dari
metode wawancara, dokumentasi, dan observasi. Berdasarkan hal
tersebut, dalam studi evaluasi ini pengumpulan data dilakukan dengan
cara: (1) Metode kuesioner, (2) Metode dokumentasi (3) Metode
wawancara (4) Metode observasi. Pada evaluasi program ini,
penggunaan keempat metode tersebut dilakukan secara saling
melengkapi.Misalnya, metode wawancara diarahkan untuk mendalami
dan melakukan cek ulang terhadap pendapat warga sekolah yang
dituangkan ke dalam isian kuesioner. Demikian pula metode observasi

284

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

diharapkan dapat melengkapi atau cek ulang dari data yang diperoleh
dari data dokumen atau sebaliknya. Data variable yang akan diteliti
tersebut adalah: Data tentang konteks atau latar pendukung yang
meliputi data mengenai pengetahuan guru tentang visi sekolah,misi
sekolah dan tujuan pelaksnaaan standar proses,data tentang masukan
atau daya dukung kualitas guru SMK Werdhi Sila Kumara dalam
melaksanakan standar proses yang meliputi perserta didik,pendidik dan
kurikulm dan yang terakhir data tentang proses implementasi standar
proses yang menyangkut kemampuan guru dalam mebuat rencana
pelaksanaan pembelajaran,melaksanakan proses pembelajaran dan
penilaian hasil pembelarajan di kelas serta pengawasan proses
pembelajaran.

Penelitian

ini

merupakan

studi

evaluatif

yang

memfokuskan pada pelaksanaan standar proses pembelajaran di SMK


Werdhi Sila Kumara. Penelitian menggunakan pendekatan empiric
(expost facto). Penelitian ini memiliki variable variable bebas yang
telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variable terikat
dalam suatu penelitian (Sukardi,2004). Pendekatan yang digunakan ada
dua, pertama, kuantitatif dengan mengacu pada Pedoman Efektivitas
Program dari Depdiknas untuk mengetahui empat factor dalam standar
proses yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengawasan.
Sedangkan yang kedua yaitu pendekatan kualitatif dengan metode
Focus Group Discussion (FGD) untuk menemukan hambatan yang
ditemukan oleh para guru dan cara yang digunakan untuk mengatasi
hambatan tersebut. Pendekatan pengumpulan data menggunakan
pendekatan objektivisme dan subjektivisme, karena selain berpedoman
pada hasil yang telah dicapai, data yang telah tersedia dalam suatu
dokumen yang telah disusun secara sistematis dan ilmiah, juga

285

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

berdasarkan hasil wawancara terencana dan terprogram serta kuesioner


kepada subjek penelitian mengenai persepsi dan masalah-masalah yang
timbul, solusi yang diambil serta menganalisa hasil evaluasi internal
yang telah dilakukan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknik sensus studi, yaitu Penelitian yang menggunakan seluruh
anggota populasi disebut sampel total atau sensus (Arikunto, 1995).
Pada peneletian semacam ini, Dantes (dalam Kartana, 2009:103) juga
menyebutkan sebagai penelitian sensus atau studi sensus, sebab
penelitian ini meneliti seluruh subjek yang menjadi anggota populasi,
yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Penelitian yang
mengkaji tentang proses pembelajaran di tinjau dari stndar proses
dilaksanakan kepada seluruh guru bidang studi di SMK Werdhi Sila
Kumara. Jadi populasi dan sampelnya adalah seluruh pendidik di SMK
Werdhi Sila Kumara yang berjumlah 60 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Studi evaluatif ini secara keseluruhan dilakukan terhadap 60
responden yang ada di SMK Werdhi Sila Kumara, yakni semua guru
yang mengajar di lingkungan SMK Werdhi Sila Kumara dengan
mengukur variable konteks yang meliputi: visi sekolah, misi sekolah
dan tujuan pelaksanaan standar proses. Variabel input, meliputi:
pendidik, peserta didik, dan kurikulum. Variabel proses, meliputi:
perencanaan

pembelajaran,

pelaksanaan

KBM,

penilaian

hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Sedangkan


varaibel

produk

meliputi:

prestasi

siswa.

Rekapitulasi

Hasil

Perhitungan Variabel Konteks, Input, Proses dan Hasil Secara


Bersamaan Sejalan dengan tuntutan peningkatan kualitas pendidikan,

286

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

maka saat ini paradigma pendidikan telah mengalami perubahan dari


pengelolaan yang bersifat sentralistik menuju desentralistik, dari sisi
pendekatan parsial-sektoral ke pendekatan holistik-intersektoral, dari
penyelenggaraan pembelajaran yang berorientasi teacher centered
menuju student centered, dari mutu pendidikan yang berorientasi pada
wawasan local menuju mutu pendidikan yang bertaraf
internasional. KTSP disusun sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di tingkat
satuan pendidikan (Depdiknas, 2006:1). Pelaksanaan KTSP diharapkan
mampu

memecahkan

berbagai

persoalan

pendidikan

dengan

mempersiapkan peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan, dan


evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien, dan berhasil
guna.KTSP

adalah

kurikulum

operasional

yang

disusun

dan

dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan


karakteristik, kondisi, dan potensi daerah, sekolah dan peserta didik
masing-masing satuan pendidikan, dengan mengacu pada Standar Isi
(SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan Panduan Penyusunan
KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
dengan harapan dapat membekali peserta didik dengan berbagai
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan zaman. KTSP disusun
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan di tingkat satuan pendidikan (Depdiknas,
2006:1). Pelaksanaan KTSP diharapkan mampu memecahkan berbagai
persoalan pendidikan dengan mempersiapkan peserta didik melalui
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan
secara efektif, efisien, dan berhasil guna.

287

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan


telah menetapkan Standar Nasional Pendidikan sebagai ukuran yang
menjadikan dasar penilaian minimal tentang sistem pendidikan
diseluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia yang dijabarkan
ke dalam delapan standar yaitu Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Isi, Standar Pengelolaan, Standar Proses, Standar Sarana Prasarana,
Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan, Standar Pembiayaan dan
Standar

Penilaian.Untuk

meningkatkan

kualitas

pembelajaran,

pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri PendidikanNasional


(Permendiknas) Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Standar
proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
kompetisi lulusan. Dalam pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa standar
proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasilpembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Guru telah memiliki pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk
mencapai hasil pembelajaran secara optimal sesuai dengan kondisi dari
siswa dan sekolah masing-masing. Tugas guru dalam proses belajar
mengajar sesuai dengan tugas profesi guru meliputi tugas mengajar,
mendidik, dan melatih. Standar Proses adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai lulusan. Standar proses meliputi
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran

yang

efeketif

dan

288

efisien.Secara

umum

tujuan

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

penyusunan standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan


menengah adalah dalam rangka menjamin mutu proses pembelajaran
pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah, agar terlaksana
proses pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Manfaat ditetapkannya standar proses untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah adalah agar dapat dijadikan sebagai:
Pertama, pedoman umum bagi para pendidik dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran di setiap satuan pendidikan dasar dan menengah.
Kedua,dasar

bagi

pemerintah

dan

pemerintahdaerah

dalam

mengarahkan,
membimbing,

membantu,

dan

mengawasi

penyelenggaraan

pembelajaran di setiap satuan pendidikan dasar dan menengah. Ketiga,


petunjuk

bagi

masyarakat

perencanaan,pelaksanaan,

atas

evaluasi,

peran
dan

sertanya

pengawasan

dalam
program

pembelajaran di setiap satuan


pendidikan dasar dan menengah (Depdiknas, 2007). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005, standar proses
pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus
dan

rencana

sekurangkurangnya

pelaksanaan
tujuan

pembelajaran

pembelajaran,

materi

yang
ajar,

memuat
metode

pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Standar


pelaksanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip terjadinya
interaksi secara optimal antara peserta didik dengan pendidik, antar
peserta didik sendiri, serta peserta didik dengan aneka sumber belajar

289

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

termasuk lingkungan. Untuk itu perlu diperhatikan jumlah maksimal


peserta didik dalam setiap kelas agar dapat berlangsung interaksi yang
efektif. Disamping itu juga perlu diperhatikan beban pembelajaran
maksimal per pendidik dalam satuan pendidikan dan ketersediaan buku
teks pelajaran bagi setiap peserta didik. Namun
bila kondisi riil belum memungkinkan perlu ditentukan rasio maksimal
yang dapat digunakan bersama oleh peserta didik. Mengingat bahwa
proses pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan ajaran,
melainkan juga pembentukan pribadi peserta didik yang memerlukan
perhatian penuh dari pendidik, maka diperlukan ketentuan tentang rasio
maksimal jumlah peserta didik. Standar penilaian hasil pembelajaran
ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi, tes
praktik, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Penilaian secara
individual melalui observasi dilakukan sekurang-kurangnya sekali
dalam satu semester. Untuk memantau proses dan kemajuan belajar
serta memperbaiki hasil belajar peserta didik dapat juga digunakan
teknik penilaian portofolio. Secara umum penilaian dilakukan atas
segala aspek perkembangan peserta didik yang mencakup pengetahaun,
sikap, dan keterampilan.Standar pengawasan proses pembelajaran
merupakan upaya penjaminan mutu pembelajaran bagi terwujudnya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien kearah tercapainya
kompetensi yang ditetapkan. Pengawasan perlu didasarkan pada
prinsip-prinsip tanggung jawab dan kewenangan,periodik, demokratis,
terbuka,

dan

berkelanjutan.

Pengawasan

meliputi

pemantauan,

supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut

290

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

yang diperlukan. Di dalam pelaksanaannya, proses pembelajaran


mendapat sorotan antara lain masih banyak guru beranggapan bahwa
menyusun rencana proses pembelajaran adalah hal yang kurang
penting. Dalam hal ini pendidik beranggapan bahwa, dengan membuat
rencana pembelajaran hanya membuang waktu dan biaya, kalaupun
sudah menyusun perencanaan pembelajaran kadang-kadang hanya
dijadikan sebagai pelengkap administrasi saja dan pelaksanaannya tidak
sesuai dengan apa yang direncanakan termasuk penggunaan metode
pembelajaran. Strategi, metode dan pendekatan yang dipilih oleh guru
dalam proses belajar mengajar adalah strategi yang dianggap paling
mudah dilaksanakan, sehingga kegiatan pembelajaran masih bersifat
konvensional dan tidak memperhatikan keadaan individu peserta didik.
Proses pembelajaran belum dilaksanakan secara interaktif, inspiratif,
menantang dan menyenangkan. Pembelajaran yang bermakna akan
membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan.
Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila
proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari
pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa
mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang
berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri
suatu konsep. Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
disempurnakan dalamKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa
setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka
proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak
untuk selalu kreatif dan berkembang. Efektivitas suatu program
(termasuk program kesiapan pelaksanaan standar proses pada SMK
Werdhi Sila Kumara) dapat dilihat dari berfungsinya secara efektif

291

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

variabel konteks, input, proses dan hasil yang semuanya mengacu


tujuan program standar proses pada SMK Werdhi Sila Kumara. Pada
variabel konteks kualitas pelaksanaan pembelajaran pada SMK Werdhi
Sila Kumara dapat dilihat pada: visi sekolah, misi sekolah dan tujuan
pelaksanaan standar proses. Pada komponen input yaitu kualitas
pelaksanaan pembelajaran pada SMK Werdhi Sila Kumara sangat
tergantung pada: pendidik, peserta didik, dan kurikulum. Pada variabel
proses kualitas pelaksanaan pembelajaran pada SMK Werdhi Sila
Kumara dapat dilihat dari efektifnya perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan KBM, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran. Untuk menyakinkan bahwa SMK Werdhi Sila
Kumara efektif mengimplementasikan pelaksanaan standar proses pada
SMK Werdhi Sila Kumara dapat dilihat dari kualitas hasil. Apabila
hasilnya tidak sesuai dengan indikator keberhasilan program, berarti
sekolah tersebut tidak tidak efektif dalam mengimplemntasikan
pelaksanaan standar proses pada SMK Werdhi Sila Kumara. Dengan
demikian efektivitas pelaksanaan standar proses pada SMK Werdhi Sila
Kumara dikatakan efektif, berarti harus memiliki unsur-unsur konteks,
input, proses dan produk sama-sama efektif (+ + + +).Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan bahwa kualitas pelaksanaan pembelajaran pada
SMK Werdhi Sila Kumara ternyata siap (+ + + +). Temuan studi
evaluatif bahwa kualitas pelaksanaan pembelajaran pada SMK Werdhi
Sila Kumara ternyata efektif, itu dikarenakan variabel konteks
ditemukan pada kategori efektif (+), variabel input efektif (+), variabel
proses efektif (+), dan variable hasil efektif (+). Jadi pada dasarnya
semua komponen siap. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nyoman Aryawan

292

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

pada tahun 2007, dengan judul, Implementasi Standar Proses dalam


kaitannya dengan Proses Pembelajaran dan Prestasi Belajar Fisika
Siswa SMP Negeri 3 Singaraja. Pada hakikatnya menggunakan teori
standar proses yang tercantum pada Permendiknas No.41 tahun 2007,
teori tentang proses pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran
yang dikemukakan oleh Roestiyah tahun 2003 dan teori prestasi yang
mengacu pada

teori

yang diungkapkan

oleh Hamalik

tahun

2000.Analisi data yang digunakan adalah analisi data desktiptif


kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran
meningkat 8 poin dari siklus pertama ke siklus kedua dan prestasi
belajar siswa meningkat 12 poin dari siklus pertama ke siklus
kedua.Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan standar
proses dalam proses pembelajaran bidang studi fisika dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini sangat relevan
dengan tesis yang sedang ditulis, terutama hal implementasi standar
proses dalam proses pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan analisis data dan temuan penelitian, dapat
disimpulkan sebagai berikut.(1) Kualitas pelaksanaan pembelajaran
pada SMK Werdhi Sila Kumara dilihat dari variabel konteks tergolong
dalam kategori efektif. Dari tiga dimensi yang dilibatkan dalam
variable konteks ternyata: semua komponen variabel konteks
mendukung kualitas pelaksanaan pembelajaran pada SMK Werdhi Sila
Kumara. Ini dapat dilihat dari hasil analisis menunjukkan efektif (+).(2)
Kualitas pelaksanaan pembelajaran pada SMK Werdhi Sila Kumara
dilihat dari variabel input tergolong dalam kategori efektif. Dari tiga

293

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

dimensi yang dilibatkan dalam variabel input, yakni: pendidik, peserta


didik, dan kurikulum hanya dimensi peserta didik belum mendukung
kualitas pelaksanaan pembelajaran pada SMK Werdhi Sila Kumara. (3)
Kualitas pelaksanaan pembelajaran pada SMK Werdhi Sila Kumara
dilihat dari variable proses tergolong dalam kategori efektif. Dari empat
dimensi yang dilibatkan dalam pengukuran variabel proses, yakni:
perencanaan

pembelajaran,

pelaksanaan

KBM,

penilaian

hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Dari empat


dimensi dua dimensi yaitu pelaksanaan KBM dan penilaian hasil
pembelajaran belum mendukung kualitas pelaksanaan pembelajaran
pada SMK Werdhi Sila Kumara dilihat dari variable proses.(4) Kualitas
pelaksanaan pembelajaran pada SMK Werdhi Sila Kumara dilihat dari
variabel produk/hasiltergolong dalam kategori efektif. Dari dua dimensi
yang dilibatkan dalam pengukuran variabel produk, ternyata semunya
efektif mendukung efektivitas kesiapan pelaksanaan standar proses
pada SMK Werdhi Sila Kumara dilihat dari variable produk.(5)
Kendala-kendala yang dihadapi dalam standar prosespada SMK
Werdhi Sila Kumara terdapat komponen input dan komponen proses,
yakni pada komponen input meliputi input peserta didik sedangkan
komponen proses yaitu masalah pelaksanaan KBM dan penilaian hasil
pembelajaran. Bila dianalisis secara bersama-sama berdasarkan temuan
di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelaksanaan pembelajaran
pada SMK Werdhi Sila Kumara tergolong dalam kategori efektif dilihat
dari variable konteks, input, proses dan produk dengan hasil (+ + + +).
Dengan

demikian,

seluruh

variabel

dilibatkan

sudah

efektif.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat


diajukan

bebeberapa

saran

sebagai

294

berikut.

Pertama,

kepada

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan


Olahraga agar mengembangkan pelaksanaan standar proses di dalam
kurikulum dengan melibatkan para pakar yang kompeten dalam
bidangnya.

Setelah

adanya

kurikulum

yang

jelas

diharapkan

pemberlakuannya disertai dengan peraturan yang jelas. Kedua, kepada


Pemerintah Kabupaten/Kota agar memberikan bantuan berupa sarana
dan prasarana yang mendukung pelaksaan standar proses sehingga
secara bertahap prasarana sekolah untuk melaksanakan standar proses
semakin siap dan lengkap. Ketiga, kepada Kepala Sekolah diharapkan
dapat memotivasi guru guru yang belum memiliki kwalifikasi atau
ketrampilan, dengan cara memberikanpelatihan pelatihan, serta kerja
sama dengan komite atau stiak order yang peduli dengan pendidikan.
Sehingga akan terjalin hubungan try patried yang harmonis. Keempat,
kepada ketua komite agar dapat membantu baik moril maupun materiil
untuk mendukung sepenuhnya melalui rapat pleno orang tua siswa,
dengan cara mensosialisasikan atau pemaparan program dalam rapat
tahunan, sehingga program sekolah berjalan lancar. Dengan demikian
pendidikan informal, formal, dan non formal dapat berjalan seiring dan
seirama sesuai dengan perkembangan jaman dan tehnologi. Kelima,
kepada

guru

SMK

Werdhi

Sila

Kumara

hendaknya

selalu

meningkatkan kompetensi dan sumber daya yang dimiliki melalui


kegiatan pelatihan, workshop, serta kursus. Diharapkan ada daya
dukung berupa pelaksanaan visi, misi, sasaran, tujuan, dan program
sekolah serta sumber daya yang memadai dari para guru untuk
melaksanakan standar proses sehingga program ini dapat terlaksana
secara efektif. Keenam, untuk kesempurnaan penelitian ini, disarankan
kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan

295

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

melibatkan lebih banyak indikatorindikator dalam model CIPP, seperti:


karakteristik siswa, budaya sekolah, budaya belajar siswa, kondisi
masyarakat, serta menambah jumlah populasi, sampel dan waktu
pelaksanaan penelitian.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Saifrudin, Abdul Jabar. 2007.
EvaluasiProgram Pendidikan (Pedoman Teoritis Praktis Bagi
Praktisi Pendidikan), Jakarta: bumi Aksara.
Dantes, Nyoman,1986, Variabel Penelitian dan Perumusan Hipotesis,
Singaraja: Jurusan Ilmu Penidikan FKIP Universitas Udayana
Dantes, Nyoman. 2010. Menakar Kualitas Pendidikan, suatu tinjauan
diskrepansi kualitatif. Makalah, disampaikan dalam forum
seminar tentang kajian persekolahan di Undiksha Singaraja.
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar
Isi. Jakarta:
Depdiknas... 2006. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi lulusan. Jakarta:
Depdiknas... 2006. Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang
Implementasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan.
Jakarta:
Depdiknas. .. 2007. Permendiknas Nomor 41 tentang Standar
Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar danMenengah. Jakarta:
Depdiknas. .. 2007. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan. Jakarta:
Depdiknas... 2007. Permendiknas Nomor 20 tahun 2007
tentang Standar
Penilaian. Jakarta:
Depdiknas... 2009. Panduan Implementasi Standar Proses untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta:
Dewey, John. Democracy in Education. New York: The Macmillan
Co., 1964.

296

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Fernandes, H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta: National


Education Planning, Evaluation and Curriculum Development.
Guilford, J.P. 1959. Psychometric
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan (Volume 4 Tahun
2013)
Madjid, Nurcholis. 2001. Pengantar Langkah Strategis Mempersiapkan
SDM Berkualitas, dalam Pengantar Menuju Masyarakat
Belajar- Indradjati Sidi, Jakarta: Paramadina
dan LOGOS.
Marhaeni, AAIN. 2007, Evaluasi Program pendidikan, Singaraja:
Undiksha. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005.Jakarta:
Depdiknas.
Popham W. James. 1998, Educational Evaluation, New Jersey.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta:
Prenanda Media Group.
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Sidi, Indradjati. 2001. Citra Baru Guru di Era Reformasi dalam Buku
Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta:
Stufflebeam, David L and Shinkfield,
Anthony J. 1986. Systematic Evaluation. USA: Kluwer-Nijhoff
Publishing.
Sugiono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung Alfabeta.
Tilaar, H.A.R. 2002. Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka
Cipta.

297

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Depdiknas.

298

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

299

Nomor 18 Tahun XII Oktober 2015


ISSN 1907-3232

300

Anda mungkin juga menyukai