Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA ASPEK
MENULIS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS 3 SDN 35
AMPENAN
Dosen Pengampu: Nursina Sari, M.Pd.

Di susun oleh :
Fatimah (2021A1H062)
5B/PGSD

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian Tindakan kelas ini dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) (CTL) Untuk
ii
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Aspek Menulis Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kelas 3 SDN 35 AMPENAN“ Proposal penenlitian ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian.

Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, namun dengan


ketekunan dan kesabaran kami dapat menyelasaikan penyusunan proposal
penelitian Tindakan kelas ini.

Penulis penyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari dosen
pengampu mata kuliah PTK Nursina Sari M.Pd.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian Tindakan kelas ini jauh dari
kriteria sempurna, baik dalam penulisan maupun penyusunan maka untuk itu
penulis mohon atas kritik dan saran yang membangun demi terciptanya
kesempurnaan proposal ini. Penulis berharap semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan proposal penelitian
Tindakan kelas ini.

Akhirnya semoga Allah swt memberikan rahmat, taufik dan hidayahnya


serta memberikan maaf atas segala kesalahan penulis dan semoga proposal
penelitian Tindakan kelas ini ada gunanya dan manfaaatnya bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya. Aamiin.

Mataram, 04 November 2023

Fatimah

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
D. Manfaat penelitian.................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................7
A. Pengertian menulis................................................................................... 7
B. Aspek-aspek menulis................................................................................7
C. pengertian motivasi belajar......................................................................8
D. Pengertian model Konstektual (CTL) .....................................................9
E. Komponen-komponen model Konstektual (CTL) ...............................10
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 15
A. Jenis penelitian..................................................................................... 15
B. Sasaran Penelitian.................................................................................... 16
C. Desain PTK.............................................................................................. 16
D. Rencana Tindakan.................................................................................... 17
E. Jenis Instrumen Dan Cara Penggunaanya ............................................ 18
F. Pelaksanaan tindakan...............................................................................19
G. Cara Pengamatan......................................................................................21
H. Siklus PTK................................................................................................23
I. Analisis data dan refleksi........................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................26

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan


potensi sumber daya manusia (siswa) dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Sekolah dasar merupakan salah satu
jenjang dalam pendidikan yang harus dilalui oleh anak berumur tujuh
sampai dengan dua belas tahun. Beberapa mata pelajaran di ajarkan pada
level sekolah dasar salah satunya bahasa indonesia.

Bahasa merupakan komponen yang penting dalam kehidupan


sehari-hari. Melalui bahasa, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang
lain, sehingga hubungan antar sesama dapat terjalin dengan baik. Selain
itu, bahasa juga dapat menunjukkan pribadi seseorang bahkan pribadi
suatu bangsa. Sebagian besar anggota masyarakat beranggapan bahwa
orang yang santun dalam berbahasa pasti memiliki kepribadian yang baik
pula, begitu juga sebaliknya. Akan tetapi pada kenyatannya sebagian besar
masyarakat kita, khususnya anak-anak dan remaja lebih suka
menggunakan bahasa Indonesia yang sudah mendapatkan pengaruh dari
bahasa lain, atau yang lebih dikenal dengan bahasa "gaul". Sedangkan
bahasa Indonesia hanya digunakan oleh orang-orang tertentu dan dalam
situasi tertentu pula. Dengan demikian tanpa disadari bahasa Indonesia
akan semakin terpinggirkan dengan sendirinya, padahal sebagai bangsa
yang baik, serta dalam rangka menjalin persatuan dan kesatuan bangsa,
maka kita harus menggunakan salah satu alat pemersatu bangsa, yakni
bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang


penting bagi siswa di Indonesia. Kemampuan menulis Bahasa Indonesia
yang baik dan benar sangat penting dalam mengekspresikan ide dan
pemikiran secara tertulis.

1
Namun, dalam praktiknya, masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam menulis Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Salah satu
faktor yang mempengaruhi adalah rendahnya motivasi belajar siswa dalam
aspek menulis Bahasa Indonesia di kelas 3 SDN 35 AMPENAN

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa


dapat berpengaruh pada prestasi akademik dan kemampuan belajar di
masa depan. Oleh karena itu, peningkatan motivasi belajar siswa pada
aspek menulis Bahasa Indonesia di kelas 3 menjadi penting untuk
dilakukan.

juga menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran


kontekstual (CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Model
pembelajaran ini menekankan pada pengalaman dan situasi nyata dalam
pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih terlibat dan memahami materi
dengan lebih baik.

Untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar, maka diperlukan


pendidikan dan pembelajaran bahasa Indonesia. Pendidikan bahasa
Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada
siswa di sekolah. Oleh karena itu pemerintah membuat kurikulum bahasa
Indonesia yang wajib diajarkan kepada seluruh jenjang pendidikan, mulai
dari tingkat Sekolah Dasar (SD), sampai dengan tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA), bahkan sampai Perguruan Tinggi (PT). Hal itu
dimaksudkan agar siswa mampu menguasai, memahami, dan dapat
mengimplementasikan keterampilan berbahasa dengan segala aspeknya,
yakni menyimak (mendengarkan), berbicara, membaca, dan menulis.

Untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berpikir pada anak


pada siswa yang duduk di kelas 4 SD dapat dikatakan masih dikatakan
tahap berkembang. Proses pendidikan di sekolah bukanlah proses
dilaksanakan secara asal-asalan, akan tetapi proses yang berencana dan
bertujuan segala sesuatu yang dilakukan guru di arahkan pada pencapaian

2
kompetensi. Kemampuan berfikir bersifat imajinatif belum berkembang
dengan baik, lebih banyak emosional saja. Bagi anak-anak corak prilaku
pribadinya pada masa depan dan corak tingkah lakunya sekarang berbeda.
Kemampuan inilah yang akan berperan dalam perkembangan
kepribadiannya.

Bagi guru, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu


tantangan tersendiri, mengingat bahasa ini bagi sebagian sekolah
merupakan bahasa pengantar yang dipakai untuk menyampaikan materi
pelajaran yang lain. Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi membantu
peserta didik untuk mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif (Depdiknas, 2006).

Sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada saat ini, mata pelajaran
bahasa indonesia sering diremehkan oleh sebagian besar siswa, bahkan
dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan, khususnya dalam
aspek menulis. siswa menganggap bahwa mata pelajaran bahasa indonesia
adalah mata pelajaran yang selalu menulis, menulis, dan menulis.
peristiwa itu bisa dilihat ketika siswa diminta untuk menulis sebuah
karangan sederhana atau puisi, mereka sering mengeluh dan terlihat
bingung dengan apa yang ingin mereka tulis. kebosanan, kejenuhan, serta
kebingungan siswa dalam hal menulis dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain :

1. kurangnya minat siswa terhadap kegiatan menulis.

2. kurangnya motivasi siswa, baik dari dalam diri mereka maupun lingkungan
belajar.

3. pengembangan strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan


keterampilan siswa dan kreativitas siswa dalam berbahasa maupun bersastra.

Kurangnya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa


Indonesia, khususnya pada aspek menulis, secara otomatis menyebabkan

3
prestasi belajar (hasil belajar) siswa kurang mencapai target yang
diharapkan. SEKOLAH DASAR NEGERI 35 AMPENAN adalah salah satu
satuan pendidikan dengan jenjang SD di Tanjung Karang, Kec. Sekarbela,
Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Dalam menjalankan kegiatannya,
SD NEGERI 35 AMPENAN berada di bawah naungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk menulis karangan, hanya beberapa
anak yang menulis tanpa kesalahan ejaan,sementara lebih dari 30% anak
yang dikategorikan menulis dengan kesalahan ejaan terparah, dan hanya
beberapa anak isi tulisannya dapat dinilai baik, karena gagasan yang
diungkapkan jelas dengan urutan yang logis. Dengan permasalahan yang
telah diuraikan sebelumnya, maka guru harus mengambil tindakan, yakni
dengan mencari dan menggunakan suatu model pembelajaran yang efektif,
inovatif, dan berpotensi memperbaiki pembelajaran menulis, sehingga
meningkatkan minat,motivasi, dan sikap siswa terhada pembelajaran
menulis. Dengan demikian guru dapat menggunakan pendekatan
kontestual (Contextual Teaching Learning (CTL)).

Pembelajaran pendekatan kontekstual atau (Contextual Teaching


Learning (CTL) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran dengan
konsep pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa. Dalam
pembelajaran siswa mengalami sendiri, sedangkan guru hanya berperan
sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dengan pendekatan tersebut,
diharapkan siswa dapat mengungkapkan atau menuangkan gagasan, ide,
serta pengalamannya dalam bentuk tulisan, baik berupa karangan bebas
(prosa), puisi, dongeng, dll. Dengan demikian secara otomatis siswa akan
menyukai pembelajaran menulis, karena mereka bisa menuangkan apa
yang mereka pikirkan dan apa yang mereka rasakan dalam bentuk tulisan.
Selain itu, dengan pembelajaran pendekatan kontekstual, diharapkan siswa
dapat menghasilkan tulisan atau karya yang baik dan dapat dinikmati oleh
orang lain. dapat lebih terlibat dan memahami materi dengan lebih baik.

B. RUMUSAN MASALAH

4
1. Apakah Penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
Learning (CTL)) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas 3 SDN 35
Ampenan, Tanjung karang Kecamatan sekarbela,kota Mataram,nusa tenggara
Barat. dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada aspek menulis?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching


Learning (CTL)) dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas 3 SDN 35 Ampenan
tanjung karang Kecamatan Sekarbela, kota Mataram,nusa tenggara Barat pada
mata pelajaran bahasa Indonesia pada aspek menulis?

3. Apakah Penerapan model Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching


Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SDN 35 Ampenan
,tanjung karang Kecamatan sekarbela,kota mataram nusa Tenggara Barat pada
mata pelajaran bahasa Indonesia pada aspek menulis?

C. TUJUAN PENILITIAN

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:


1. Mengetahui model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas 3 SDN 35 Ampenan tanjung karang, Kecamatan sekarbela,kota
Mataram nusa tenggara Barat pada mata pelajaran bahasa Indonesia aspek
menulis.
2. Mengetahui model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa
kelas 3 SD 35 Ampenan Tanjung karang Kecamatan sekarbela kota Mataram nusa
Tenggara Barat pada mata pelajaran bahasa Indonesia aspek menulis.
3. Mengetahui model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas 3 SDN 35 Ampenan tanjung karang Kecamatan sekarbela kota Mataram
nusa Tenggara Barat pada mata pelajaran bahasa Indonesia aspek menulis.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah:

1. Bagi Siswa

Melalui penelitian model KONSTEKTUAL (CONTEXTUAL TEACHING


LEARNING (CTL) ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi siswa

5
dalam pembelajaran, sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar bahasa
Indonesia, khususnya dalam aspek menulis. Dengan demikian, siswa dapat
menyukai kegiatan menulis dan dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam
menuangkan berbagai ide, gagasan, serta pengalamannya dalam sebuah tulisan
imajinatif yang dapat dinikmati oleh orang lain.

2. Bagi Guru

Melalui Penelitian model KONSTEKTUAL (CONTEXTUAL TEACHING


LEARNING (CTL)ini dapat memberikan manfaat bagi guru, yakni dapat
memberikan pengalaman dan wawasan bagi guru bahwa dalam membelajarkan
bahasa Indonesia pada aspek menulis, khususnya bagi siswa kelas rendah
membutuhkan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat memberikan rasa
nyaman dan rasa senang pada siswa pada saat pembelajaran. Sehingga siswa dapat
termotivasi dalam belajar dan akan berakibat pada pencapaian hasil belajar yang
maksimal dan sesuai dengan harapan.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman tentang penelitian tindakan kelas, sebagai rujukan untuk


diimplementasikan pada mata pelajaran yang lainnya sehingga dapat menjadi guru
yang profesional.

4. Bagi Sekolah

Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai tolak ukur dalam peningkatan dan
perbaikan mutu pembelajaran di sekolah SD 35 Ampenan.

6
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Menulis
Menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh
proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah.
memerlukan keterampilan diperlukan latihan-latihan Menulis karena yang
berkelanjutan dan terus-menerus (Dawson, dkk, dalam Nurchasanah
1997:68). Secara garis besar menulis adalah bentuk dari komunikasi yang
membutuhkan keterampilan agar menghasilkan tulisan yang baik. Tujuan
yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta
memiliki kegemaran menulis (Depdikbud, 1994).

Dalam belajar bahasa Indonesia, khususnya pada aspek menulis


diperlukan motivasi yang dapat meningkatkan hasil tulisan siswa. Hal-hal
yang dapat memotivasi siswa dalam belajar antara lain:

1. Anak yakin bahwa apa yang dipelajari akan bermanfaat bagi dirinya.

2. Situasi belajar yang menyenangkan

Menurut M. Sobry Sutikno, motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri melakukan seseorang
aktivitas-aktivitas untuk tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Mc. Donald,
motivasi adalah perubahan energi dalam diri sesesorang yang ditandai dengan
munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

B. Aspek-aspek menulis

Mnurut Tarigan, H. G. (2014) Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki


beberapa aspek dalam menulis, yaitu sebagai berikut:

1. Ejaan: Aspek ejaan sangat penting dalam menulis, karena ejaan yang benar
akan membuat tulisan lebih mudah dipahami dan terlihat lebih profesional. Siswa
diharapkan mampu menguasai ejaan yang benar dalam menulis.

8
2. Tata Bahasa: Aspek tata bahasa juga sangat penting dalam menulis. Siswa
diharapkan mampu menguasai tata bahasa yang benar, seperti penggunaan tanda
baca, kata ganti, kata kerja, dan lain-lain.

3. Kosakata: Aspek kosakata juga sangat penting dalam menulis. Siswa


diharapkan mampu menggunakan kosakata yang tepat dan bervariasi agar tulisan
menjadi lebih menarik dan mudah dipahami.

4. Struktur Teks: Aspek struktur teks meliputi penggunaan pengantar, isi, dan
penutup dalam menulis. Siswa diharapkan mampu memahami dan
mengaplikasikan struktur teks yang benar dalam menulis.

5. Gaya Bahasa: Aspek gaya bahasa meliputi penggunaan bahasa yang sesuai
dengan tujuan dan pembaca yang dituju. Siswa diharapkan mampu menggunakan
gaya bahasa yang tepat dan bervariasi agar tulisan menjadi lebih menarik dan
mudah dipahami.

6. Konteks: Aspek konteks meliputi pemahaman terhadap topik atau tema yang
ditulis. Siswa diharapkan mampu memahami topik atau tema yang ditulis dan
mampu mengembangkan ide-ide yang relevan dan menarik.

Dengan menguasai aspek-aspek tersebut, siswa diharapkan mampu menulis


dengan baik dan benar, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan kreativitas dalam menulis.

C. Pengertian Motivasi Belajar

Pengertian motivasi belajar, yaitu kondisi psikologis yang


mendorong seseorang untuk belajar. Sedangkan Nurhayati (1999, dalam
Maulana, 2002) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah suatu
dorongan atau usaha untuk menciptakan situasi, kondisi, dan aktivitas
belajar, karena didorong adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan
dalam diri individu untuk mencapai tujuan tertentu.

9
Motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsisk.
Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu
tanpa ada paksaan dari orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Jenis
motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan
dorongan orang lain. Motivasi ini sering disebut "motivasi murni", atau
motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari siswa, misalnya keinginan
untuk mendapatkan keterampilan tertentu, mengembangkan sikap untuk
berhasil, dan sebagainya.

Motivasi ekstrinsik, adalah jenis motivasi yang timbul sebagai


akibat pengaruh dari luar diri individu atau motivasi yang timbul karena
pengaruh dari lingkungan. Menurut McKeachie (1986), kemampuan guru
menjadikan dirinya model mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan
kesanggupan dalam diri peserta didik merupakan aset utama dalam
membangkitkan motivasi.Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau
melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik diperlukan di sekolah sebab
pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai
dengan kebutuhan siswa. Kalau keadaan ini, siswa bersangkutan perlu
Dimotivasi agar belajar. Guru berusaha membangkitkan motivasi belajar
siswa sesuai dengan keadaan siswa itu sendiri.

Peningkatan motivasi belajar siswa secara otomatis dapat


mempengaruhi belajarnya. Hasil belajar ditentukan oleh gabungan
kemampuan dasar anak dan kesungguhan dalam belajar. Kesungguhan
ditentukan oleh motivasi motivasi belajar anak (Depdiknas, 2000). Dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa, maka seorang guru perlu
mengadakan inovasi dalam pembelajaran, yakni dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang efektif dan inovatif. Dalam hal ini, guru
dapat menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching
Learning (CTL)).

10
D. Pengertian Kontekstual (contextual Teaching Learning (CTL).

Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL)


merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Depdiknas, 2002).

Menurut Dr. Zolazlan Hamidi (2001), kaidah pendekatan


kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah proses
pembelajaran yang merangkumkan contoh yang diterbitkan daripada
pengalaman harian dalam kehidupan pribadi masyarakat serta profesi dan
menyajikan aplikasi hands-on yang konkrit (nyata) tentang bahan yang
akan dipelajari.

E. Komponen-komponen model Konstektual

Pendekatan kontekstual memilki tujuh komponen, antara lain:

1. Konstriktivisme (Constructivisme) Mengembangkan pemikiran bahwa anak


akan belajar lebih bermakna dengan cara menemukan bekerja sendiri, sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir


(filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong Teori pembelajaran
konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar
mengajar. Sebab pengetahuan hanya akan fungsional manakala dibangun
oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi
pengetahuan yang bermakna (Jumanta Hamdayama, 2014:53).

11
2. Menemukan (Inquiry) Guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang
merajuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya.

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis


kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Oleh karena itu apapun materi yang akan diajarkan,
guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan. Siklus inkuiri terdiri dari:

1) observasi (observation)

2) bertanya (questioning)

3) mengajukan dugaan (hyphotesis)

4) pengumpulan data (data gathering)

kegiatan bertanya

Inkuiri merupakan proses perpindahan dari pengamatan menjadi


pemahaman sehingga pada proses ini siswa belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis Zainal Aqib 2014:7)

Adapun langkah-langkah dalam proses inkuiri adalah sebagai berikut:

a) merumuskan masalah,

b) mengamati atau melakukan observasi,

c) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,


tabel, dan karya lainnya,

5) penyimpulan (conclussion)

3. Bertanya (Questioning) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan

Merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya


dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa, sedangkan bagi

12
siswa sendiri bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran,
yaitu menggali informasi, mengkonfirmasika apa yang sudah diketahui,
dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya (Zinal
Aqib, 2014:7),

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis,

2) mengecek pemahaman siswa,

3) membangkitkan respon kepada siswa,

4) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,

5) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru,

6) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,

7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa,

8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Menciptakan masyarakat belajar dengan pembentukan kelompok-


kelompok belajar yang anggotanya heterogeny.Masyarakat belajar merupakan
penciptaan lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual (CTL).
Masyarakat belajar adalah kelompok belajar yang berfungsi sebagai wadah
komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Aplikasinya dapat berwujud
dalam pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli
ke kelas, atau belajar dengan teman- teman lainnya. Belajar bersama dengan orang
lain lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran


diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
berbagi pengalaman antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke
yang tidak tahu. Pembelajaran kontekstual dilaksanakan dalam kelompok-

13
kelompok belajar yang anggotanya heterogen sehingga sehingga akan
terjadi kerja sama antara siswa yang pandai dengan siswa yang lambat.
Kegiatan masyarakat belajar difokuskan pada aktivitas berbicara dan
berbagai pengalaman dengan orang lain. Priyatni (2002:3) menyebutkan
bahwa aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih baik adalah tujuan pembelajaran yang
menerapkan learning community.

5. Pemodelan (Modeling) Guru menghadirkan model sebagai contoh atau media


dalam pembelajaran.Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa, misalnya menunjuk
salah satu siswa untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalamannya. Model
juga dapat didatangkan dari luar yang ahli dalam bidangnya.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam pembelajaran


kontruktivisme. Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa yang
telah dipelajari. Proses telaah terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman
yang dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari siswa, dan memotivasi
munculnya ide-ide baru. Refleksi berarti melihat kembali suatu kejadian,
kegiatan dan pengalaman dengan tujuan untuk mengidentifikasi hal yang
telah diketahui, dan hal yang belum diketahui. Realisasinya adalah
pertanyaan langsung tentang apa- apa yang diperolehnya hari itu, catatan
di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu.
Priyatni (2002:3) menjelaskan bahwa kegiatan refleksi adalah kegiatan
memikirkan apa yang telah kita pelajari. menelaah, dan merespons semua
kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan
memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan.

7. Autentik Asesmen (Authentic Assessment)

Melakukan authentic assessment (penilaian sebenarnya) dengan


berbagai cara, baik dalam proses maupun hasil sebagai tolok ukur

14
keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu persalahan ke
permasalahan lain, dari suatu konteks ke konteks lain (Suara Merdeka, 16
Februari 2004).

Pengalaman siswa yang tumbuh dari lingkungan keluarga maupun


masyarakat sekitar merupakan material yang sangat berharga, dan dapat
dikembangkan dalam pembelajaran. Dengan penugasan dari guru, siswa
bekerja sama untuk menyelesaikan masalah (problem-based learning) dan
saling menghargai, sehingga hubungan antar siswa akan lebih harmonis,
dan hasil menulis siswa akan lebih baik dengan memadukan pemikiran
dari seluruh anggotanya. Dengan pembelajaran di luar kelas, diharapkan
siswa dapat memperoleh inspirasi dan imajinasi, sehingga siswa dapat
menulis dengan baik.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK)


Belakangan ini, penelitian tindakan kelas masih menjadi salah satu metode
penelitian yang populer dalam bidang pendidikan. Hal ini karena
penelitian tindakan kelas mampu memberikan solusi konkret terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh guru di kelas. Selain itu, penelitian
tindakan kelas juga memungkinkan guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas secara berkelanjutan.

Penelitian tindakan kelas juga dapat diadaptasi dengan berbagai


model pembelajaran, mulai dari model pembelajaran konvensional hingga
model pembelajaran inovatif seperti model pembelajaran kontekstual
(CTL), model pembelajaran berbasis proyek (PBL), atau model
pembelajaran berbasis masalah (PBL). Dalam penelitian tindakan kelas,
guru dapat merancang tindakan atau intervensi yang sesuai dengan model
pembelajaran yang digunakan di kelas.

16
Selain itu, penelitian tindakan kelas juga memungkinkan guru
untuk melibatkan siswa dalam proses pengambilan keputusan dalam
pembelajaran di kelas. Dalam penelitian tindakan kelas, siswa dapat diajak
untuk berpartisipasi aktif dalam merancang tindakan atau intervensi yang
akan dilakukan untuk meningkatkan praktik pembelajaran di kelas.

Dalam era digital saat ini, penelitian tindakan kelas juga dapat
dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,
seperti penggunaan platform pembelajaran online atau aplikasi
pembelajaran berbasis teknologi. Hal ini dapat membantu guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan memanfaatkan
teknologi yang tersedia.

Mnurut Kemmis, S., & McTaggart, R. (1988). tindakan adalah


jenis penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki
atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas melalui pengamatan dan
refleksi secara berkelanjutan.

penelitian tindakan harus dilakukan secara kritis dan partisipatif, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

B. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas 3 Sekolah Dasar Negeri


35 Ampenan, tanjung karang kecamatan Sekarbela,kota Mataram nusa
Tenggara barat dengan jumlah siswa 22 orang, yang terdiri 10 laki-laki
dan 12 orang perempuan. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah
penerapan model pendekatan kontekstual (CTL) untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa pada aspek menulis pembelajaran bahasa Indonesia.

C. Desain PTK

penelitian tindakan kelas pada penerapan model pembelajaran


Kontekstual (CTL) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek
menulis kelas 3 dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

17
1. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah yang ingin diselesaikan dalam penelitian tindakan kelas ini,
yaitu rendahnya motivasi belajar siswa pada aspek menulis bahasa Indonesia.

2. Perencanaan

Melakukan perencanaan penelitian tindakan kelas, yaitu merencanakan model


pembelajaran Kontekstual (CTL) yang akan digunakan, menentukan indikator
yang akan diukur, serta menentukan instrumen dan teknik pengumpulan data yang
akan digunakan.

3. Pelaksanaan

Melakukan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, yaitu menerapkan model


pembelajaran Kontekstual (CTL) pada aspek menulis bahasa Indonesia selama
beberapa siklus pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi.

4. Observasi dan evaluasi

Melakukan observasi dan evaluasi terhadap hasil pembelajaran


siswa setelah menerapkan model pembelajaran Kontekstual (CTL) pada
aspek menulis bahasa Indonesia. Observasi dan evaluasi dilakukan dalam
setiap siklus pembelajaran.

5. Refleksi

Melakukan refleksi terhadap hasil observasi dan evaluasi yang


telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk menentukan langkah selanjutnya
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek menulis bahasa
Indonesia.

6. Tindakan perbaikan

18
Melakukan tindakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi yang
telah dilakukan. Tindakan perbaikan ini dapat berupa perubahan model
pembelajaran, penggunaan instrumen evaluasi yang lebih baik, atau
perubahan teknik pengumpulan data.

7. Pengamatan ulang

Melakukan pengamatan ulang setelah dilakukan tindakan


perbaikan. Pengamatan ulang dilakukan untuk mengetahui apakah
tindakan perbaikan yang dilakukan efektif dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa pada aspek menulis bahasa Indonesia.

8. Penyusunan laporan

Menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas yang telah


dilakukan, yang mencakup identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan evaluasi, refleksi, tindakan perbaikan,
pengamatan ulang, dan kesimpulan.

D. Rencana penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya dilakukan


dalam 2 kali pertemuan dengan tujuan agar siswa dan guru dapat beradaptasi
dengan metode pembelajaran yang digunakan. Rencana penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah PTK.

E. Jenis Instrumen Dan Cara Penggunaannya

Untuk penerapan model pembelajaran Kontekstual (CTL) dalam


meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek menulis kelas 3, terdapat
beberapa jenis instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan
pengukuran dan evaluasi, di antaranya:

1. Tes tulis

Tes tulis dapat digunakan untuk mengukur kemampuan menulis


siswa sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran Kontekstual

19
(CTL). Tes tulis dapat berupa soal esai atau tugas menulis yang
memerlukan kemampuan menulis yang lebih kompleks. Tes tulis dapat
digunakan untuk mengukur perubahan kemampuan menulis siswa setelah
penerapan model pembelajaran Kontekstual (CTL).

2. Angket motivasi belajar

Angket motivasi belajar dapat digunakan untuk mengetahui


motivasi belajar siswa sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran
Kontekstual (CTL). Angket motivasi belajar dapat berisi pertanyaan
tentang motivasi belajar siswa, seperti ketertarikan siswa terhadap
pembelajaran, kepercayaan siswa terhadap kemampuan diri, dan
sebagainya.

3. Observasi partisipasi siswa

Observasi partisipasi siswa dapat dilakukan untuk mengukur


partisipasi siswa dalam pembelajaran sebelum dan setelah penerapan
model pembelajaran Kontekstual (CTL). Observasi dapat dilakukan
dengan cara mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran, seperti
ketertarikan siswa terhadap pembelajaran, kualitas interaksi antara siswa
dan guru, dan sebagainya.

4. Wawancara dengan siswa

Wawancara dengan siswa dapat dilakukan untuk mengetahui


perubahan motivasi belajar siswa sebelum dan setelah penerapan model
pembelajaran Kontekstual (CTL). Wawancara dapat dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan langsung kepada siswa tentang motivasi
belajar mereka.

Cara penggunaan instrumen-instrumen di atas dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut:

20
1. Tes tulis dapat diberikan sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran
Kontekstual (CTL) dan hasilnya dapat dianalisis untuk mengetahui perubahan
kemampuan menulis siswa.

2. Angket motivasi belajar dapat diberikan sebelum dan setelah penerapan model
pembelajaran Kontekstual (CTL) dan hasilnya dapat dianalisis untuk mengetahui
perubahan motivasi belajar siswa.

3. Observasi partisipasi siswa dapat dilakukan selama pembelajaran sebelum dan


setelah penerapan model pembelajaran Kontekstual (CTL) dan hasilnya dapat
dianalisis untuk mengetahui perubahan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

4. Wawancara dengan siswa dapat dilakukan sebelum dan setelah penerapan


model pembelajaran Kontekstual (CTL) dan hasilnya dapat dianalisis untuk
mengetahui perubahan motivasi belajar siswa.

F. Pelaksanaan Tindakan

Tahap Pelaksanaan pada penerapan model pembelajaran Kontekstual (CTL) untuk


meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek menulis kelas 3 terdiri dari
empat langkah, yaitu:

1. Mengenalkan model pembelajaran Kontekstual (CTL) kepada siswa dan


menjelaskan tujuan pembelajaran.

Pada langkah ini, guru harus memperkenalkan model pembelajaran Kontekstual


(CTL) kepada siswa dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru perlu
memberikan gambaran tentang model pembelajaran ini dan bagaimana model ini
dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar mereka pada aspek
menulis bahasa Indonesia. Selain itu, guru juga harus menjelaskan tujuan
pembelajaran secara jelas agar siswa dapat memahami apa yang diharapkan dari
mereka dalam pembelajaran ini.

2. Mengajarkan materi menulis bahasa Indonesia dengan menggunakan metode


diskusi kelompok.

21
Pada langkah ini, guru harus mengajarkan materi menulis bahasa
Indonesia dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Metode ini
dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Guru harus memilih
topik yang menarik dan relevan dengan kehidupan siswa agar siswa dapat
lebih tertarik dalam belajar menulis.

3. Memberikan tugas menulis dengan topik yang relevan dengan kehidupan


sehari-hari siswa.

Pada langkah ini, guru harus memberikan tugas menulis dengan


topik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Tugas ini dapat
membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan menulis mereka
dan juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru harus
memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa untuk membantu
mereka meningkatkan kemampuan menulis mereka.

4. Memberikan umpan balik dan memberikan motivasi kepada siswa untuk terus
meningkatkan kemampuan menulis bahasa Indonesia.

Pada langkah ini, guru harus memberikan umpan balik yang


konstruktif kepada siswa dan memberikan motivasi kepada mereka untuk
terus meningkatkan kemampuan menulis bahasa Indonesia. Umpan balik
harus memberikan informasi yang jelas tentang kelebihan dan kekurangan
siswa dalam menulis, sehingga mereka dapat memperbaiki kesalahan
mereka di masa depan. Selain itu, motivasi dapat diberikan dalam bentuk
pujian dan penghargaan untuk siswa yang telah membuat kemajuan dalam
menulis. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar
siswa.

G. Cara Pengamatan

Tahap Pengamatan pada penerapan model pembelajaran Kontekstual (CTL) untuk


meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek menulis kelas 3 terdiri dari dua
langkah, yaitu:

22
1. Mengamati dan mencatat motivasi belajar siswa pada aspek menulis bahasa
Indonesia sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran Kontekstual (CTL).

Pada langkah ini, guru harus mengamati dan mencatat motivasi


belajar siswa pada aspek menulis bahasa Indonesia sebelum dan setelah
penerapan model pembelajaran Kontekstual (CTL). Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengobservasi partisipasi siswa dalam
pembelajaran, mengamati hasil tugas menulis siswa, dan melakukan
wawancara dengan siswa untuk mengetahui perubahan motivasi belajar
mereka.

2. Menganalisis data dan mengevaluasi hasil pengamatan.

Pada langkah ini, guru harus menganalisis data dan mengevaluasi


hasil pengamatan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan motivasi
belajar siswa pada aspek menulis bahasa Indonesia setelah penerapan
model pembelajaran Kontekstual (CTL). Guru dapat menggunakan
berbagai metode evaluasi, seperti tes tulis atau wawancara, untuk
mengetahui perubahan motivasi belajar siswa. Setelah itu, guru dapat
mengevaluasi efektivitas model pembelajaran Kontekstual (CTL) dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek menulis bahasa
Indonesia.

H. Siklus PTK

a. Perencanaan Siklus I

Perencanaan : Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi dasar karangan, menyiapkan
menulis dan alat peraga atau media yang dalam tindakan. diperlukan
penelitian Pada siklus ini, peneliti menggunakan media gambar seri untuk
menulis sederhana. karangan Guru membuat gambar yang berhubungan
dengan situasi yang aktual pada saat ini. Gambar dibuat dengan ukuran
yang sesuai, agar dapat dinikmati oleh semua siswa.

23
Pelaksanaan : Siswa dibentuk ke dalam beberapa kelompok
belajar. Siswa mengamati rangkaian gambar seri disusun yang telah secara
bersama-sama. Secara berkelompok siswa menceritakan gambar dalam
tersebut bentuk karangan sederhana. Siswa membacakan hasil karyanya.
Karya dipajangkan, dan memdapatkan komentar dari kelompok lain. Guru
dan menetapkan kelompok dengan hasil karya terbaik dan kelompok
terkompak. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok
siswa yang terpilih.

Observasi : Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar


observasi yang berupa check list untuk mengetahui sejauh mana minat
siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan motivasi- morivasi yang
diberikan guru, untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran,
serta tingkat tingkat keterampilan dan daya imajinasi siswa dalam menulis,
mengetahui kemahiran dalam siswa mengolah kata-kata sehingga menjadi
karangan sebuah yang runtut, serta untuk mengetahui keaktifan siswa
dalam kelompoknya

Refleksi : Guru membuat analisis data untu mengetahui tingkat keberhasilan


tindakan pada siklus 1 sebagai acuan untuk pelaksanaan pada siklus berikutnya.

b. Perencanaan Siklus II

Perencanaan : Guru membuat dan RPP mempersiapkan alat peraga


ataupun media sebagai penunjang pelaksanaan siklus II. Pada siklus ini,
pembelajaran dilakukan di luar kelas untuk mengurangi kejenuhan siswa,
sehingga dapat menuangkan imajinasinya dalam menulis. Pada siklus ini,
guru menggunakan media lingkungan sekitar luar

Siklus ke II ini, juga dilaksanakan sebagai tolok ukur sejauh mana


minat siswa terhadap pembelajaran menulis, serta untuk mengetahui
tingkat keterampilan siswa dalam menulis.

Pelaksanaan : Siswa menuliskan (menceritakan) hal yang ada dan


terjadi di lingkungan siswa dalam paragraf puisi. kebebasan untuk bentuk

24
diharapkan bentuk ataupun Dengan siswa memilih karyanya, siswa merasa
senang dan lebih meningkatkan keterampilan menulisnya sesuai dengan
kemampuan siswasiswa.

Observasi : Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar


observasi yang berupa check list untuk mengetahui sejauh mana minat
siswa terhadap pembelajaran menulis setelah pelaksanaan siklus I, untuk
mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta untuk mengetahui
tingkat keterampilan dan daya imajinasi siswa dalam menulis, mengetahui
kemahiran siswa dalam mengolah kata-kata sehingga menjadi sebuah
tulisan yang utuh dan runtut dengan kesesuaian ejaan, pemakaian tanda
baca yang tepat, serta tulisan kerapian setelah pelaksanaan siklus II.

Refleksi : Guru membuat analisis data untuk mengetahui tingkat


keberhasilan tindakan. Jika hasilnya memenuhi target, maka penelitian
tindakan akan dihentikan, dan jika kurang berhasil maka penelitian
tindakan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

I. Analisis Data Dan Refleksi

-Analisis data

guru dapat melakukan beberapa langkah, antara lain:

1. Mengevaluasi hasil tugas menulis siswa sebelum dan setelah penerapan model
pembelajaran Kontekstual (CTL). Guru dapat membandingkan hasil tugas
menulis siswa sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran Kontekstual
(CTL) untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kemampuan menulis siswa
setelah penerapan model pembelajaran ini.

2. Mengobservasi partisipasi siswa dalam pembelajaran. Guru dapat


mengobservasi partisipasi siswa dalam pembelajaran sebelum dan setelah
penerapan model pembelajaran Kontekstual (CTL) untuk mengetahui apakah
terjadi peningkatan motivasi belajar siswa pada aspek menulis bahasa Indonesia
setelah penerapan model pembelajaran ini.

25
3. Melakukan wawancara dengan siswa. Guru dapat melakukan wawancara
dengan siswa untuk mengetahui perubahan motivasi belajar mereka setelah
penerapan model pembelajaran Kontekstual (CTL).

Setelah melakukan analisis data, guru dapat mengevaluasi efektivitas model


pembelajaran Kontekstual (CTL) dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
pada aspek menulis bahasa Indonesia. Jika terdapat peningkatan motivasi belajar
siswa dan kemampuan menulis siswa setelah penerapan model pembelajaran
Kontekstual (CTL), maka model pembelajaran ini dapat dikatakan efektif dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek menulis bahasa Indonesia.
Namun, jika tidak terdapat perubahan yang signifikan, maka guru dapat mencari
model pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
pada aspek menulis bahasa Indonesia.

-Tahap Refleksi pada penerapan model pembelajaran Kontekstual (CTL) untuk


meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek menulis kelas 3 terdiri dari dua
langkah, yaitu:

1. Merefleksikan hasil pengamatan dan menentukan langkah selanjutnya untuk


meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek menulis bahasa Indonesia.

Pada langkah ini, guru harus merefleksikan hasil pengamatan dan menentukan
langkah selanjutnya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek
menulis bahasa Indonesia. Guru dapat mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa, seperti metode pembelajaran, topik
pembelajaran, dan lingkungan belajar. Guru dapat membuat perencanaan tindakan
yang lebih baik untuk siklus berikutnya.

2. Mengevaluasi efektivitas model pembelajaran Kontekstual (CTL) dalam


meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek menulis bahasa Indonesia.

Pada langkah ini, guru harus mengevaluasi efektivitas model pembelajaran


Kontekstual (CTL) dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek
menulis bahasa Indonesia. Guru dapat mempertimbangkan hasil pengamatan dan
evaluasi yang telah dilakukan dan menentukan apakah model pembelajaran ini

26
efektif atau tidak. Jika model pembelajaran ini efektif, guru dapat menerapkannya
pada pembelajaran selanjutnya. Jika tidak, guru dapat mencari model
pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada
aspek menulis bahasa Indonesia.

27
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. (1994). Panduan Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Nasution, S. (1992). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan


MengajarJakarta: Bumi Aksara.Aksa

Tarigan, H. G. (2014). Menulis sebagai Suatu


KeterampilanBerbahasa.Bandung: Angkasa.

Maulana, H. (2002). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan


Implementasi.Bandung: Remaja Rosdakarya.

McKeachie, W. J. (1986). Teaching for Quality Learning at University.


Buckingham: SRHE and Open University Press.

Depdiknas. (2000). Kurikulum 2000: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa


Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2002). Kurikulum 2002: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa


Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Hamdayama, J. (2014). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi.


Bandung: Remaja Rosdakarya

Suara Merdeka. (2004, 16 Februari). Pendidikan Karakter di Sekolah. Halaman 3.

Kemmis, S., & McTaggart, R. (1988). Communicative Action and the Public
Sphere. In M. J. Peters & P. B. McLaren (Eds.), Critical Theory and Education:
Renewing the Dialogue (pp. 185-206). New York: Bergin & Garvey.

28

Anda mungkin juga menyukai