i
ii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufik, dan
karuniah-Nya, karya tulis ilmiah (KTI) yang berjudul “Problematika Keterampilan
Berbicara pada Siswa SD Kelas Rendah” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat diselesaikan berkat kerjasama
dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari banyak masukan saran dan
kritik yang membangun, sehingga mendorong penulis untuk bekerja lebih giat
dalam menyelesaikan tulisan ini. Untuk itu, penulis dengan segala kerendahan hati
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Ibu Sadiah, S.Pd., selaku kepala sekolah SDN 1 Tarogong yang telah memberi
motivasi dan semangat kepada penulis sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.
2. Orang tua penulis, yang telah memberikan dukungan berupa bantuan moril dan
materi selama penulis menyusun KTI ini.
3. Rekan-rekan penulis yang bekerja sama dan memberi masukan
kepada penulis, sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Olehnya itu, kritik dan saran sangat diharapkan
untuk kesempurnaanya. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk mengatasi berbagai
problematika dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Yayu Nurulh
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ………………………………………………………………. i
Prakata………………….……….…………………………………………… iii
Daftar Isi………………………..…………………………………….……… iv
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ………………………….………………………. 1
2. Rumusan Masalah…………………………….……………….… 2
3. Tujuan Penulisan…………………………………………………. 2
4. Manfaat Penulisan ……….…………………..……………..……. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Problematika………………………………………..…….. 4
1. Pengertian Prolematika…………………………………..….…. . 4
2. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Problematika…..……..…… 4
B. Hakikat Berbicara………………………………………….…...… . 6
1. Pengertian Berbicara……………… …………..……………..… 6
2. Tujuan Berbicara…………………….….…………………….. .. 7
3. Jenis-jenis Kegiatan Berbicara …………………….………….. 8
4. Metode Berbicara……………………………….………….… 9
C. Problematika Keterampilan Berbicara dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia di SD……………………………………….…..……..… 10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan…………………………………………………..…… 16
2. Saran………………………………………………………… ..… 16
Daftar Pustaka ………………………………………………..……………... 17
Riwayat Hidup ……………..…………….………………………………….. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan senantiasa memerlukan adanya informasi yang
berkelanjutan dalam merencanakan dan menyelenggarakan pendidikan di masa
depan. Reformasi pendidikan menginginkan adanya peningkatan keterampilan
dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan dewasa ini harus menjadi prioritas
utama bangsa dan Negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana
tercantum dalam UUD 1945 alenia ke empat : mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia. Hal tersebut kemudian dijabarkan dalam visi
dan misi system pendidikan nasional yang tertuang dalam UU RI No. 20 tahun
(2003:45) tentang SIKDIKNAS adalah sebagai berikut :
“ terwujudnya system pendidikan nasional sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah “.
Salah satu yang menjadi permasalahan saat sekarang dalam dunia
pendidikan yang sering dijumpai dalam tataran praksis pembelajaran terkait dengan
keterampilan berbicara. Dijumpainya siswa sekolah dasar kurang komunikatif
dalam bentuk lisan, baik dalam bentuk monolog maupun secara dialog. Siswa
sekolah dasar, biasanya lebih mudah menjawab atau menguraikan suatu persoalan
dalam bentuk tulisan disbanding dengan lisan (M. Fucoult;23)
Realitas yang terjadi dalam pengajaran, tanpa kemampuan dan keterampilan
berbicara akan mengakibatkan terjadinya miss komunikasi antara siswa dan guru di
sekolah. Begitu pula pelajaran bahasa Indonesia dalam pembelajaran, misalnya,
murid tidak akan bias aktif dalam diskusi, dan daya kritis dan gagasan anak tidak
akan mampu ditransformasikan kepada orang lain dalam bentuk ide, mentalitas
bahasa anak akan kurang, dan paling tragis dan ironis sekolah hanya akan
menghasilkan generasi bisu dan kaku.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka penulis merumuskan
masalah yang akan dibahas yaitu bagaimana problematika keterampilan berbicara
dalam pengajaran bahasa Indonesia di SD?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan :
1. Untuk mengetahui problematika keterampilan berbicara dalam pengajaran
bahasa Indonesia di SD.
2. Untuk mendeskripsikan problematika keterampilan berbicara dalam
pengajaran bahasa Indonesia di SD
D. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan bisa bermanfaat:
1. Bagi siswa; sebagai wujud pengalaman belajar yang berpusat pada peserta
didik, dirasakan menyenangkan, bisa memacu aktivitas belajar, meningkatkan
3
keterampilan berbicara secara runtut, baik dan benar dan juga bisa
meningkatkan prestasi belajar mereka.
2. Bagi guru yang bersangkutan dan teman sejawat; hal ini setidaknya bisa
mendorong semangat untuk lebih meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme guru.
3. Bagi sekolah; karya tulis ilmiah ini dapat memberi sumbangan yang positif
terhadap kamajuan sekolah yang tercermin dari peningkatan kemampuan
professional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa. Menciptakan
iklim Pendidikan
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Problematika
1. Pengertian Problematika
Sebelum lebih lanjut, terlebih dahulu penulis mengemukakan berbagai
macam defenisi tentang problematika. Problematika adalah kumpulan dari berbagai
macam masalah/kendala yang ditemukan, karena adanya faktor yang menyebabkan
(Hastuti 1989:39). Sedangkan menurut (Zuchdi 1995: 126), bahwa problematika
adalah bentuk kesulitan yang dihadapi dan tidak terwujudnya hal yang diinginkan
dengan yang terjadi di lapangan sehingga terjadi masalah atau problem. Lebih luas
lagi (Supriadi 1994:19) menambahkan bahwa problematika adalah persoalan yang
dihadapi di lapangan, dan problematika akan terjadi ketika cita yang diharapkan
berbeda dengan realitas yang dihadapi.
Masalah adalah adanya kesenjangan antara das sollen /teori dengan
dassein/fakta empiris; antara yang ditetapkan sebagai kebijakan dengan
implementasi kebijakan.
2. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Problematika
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis
pernyataan (manifestasi). Karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-
mengajar, maka ia seharusnya memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan
belajar. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada
murid yang mengalami kesulitan belajar.
Pada dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, khususnya dalam masalah
belajar murid di SD, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang
melatarbelakanginya ( penyebabnya ). Seorang guru setelah mengetahui siapa
murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya.
Selanjutnya guru dapat melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab
terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak
mudah menentukan sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena
masalah belajar cenderung sangat kompleks.
5
keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang
memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-
muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang
menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan
akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga
anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus
benar-benar memperhatikan peserta didiknya. Menurut Belmon dan Morolla (1971
: 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari
keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih
rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang jumlah anaknya
sedikit.\
B. Hakikat Berbicara
1. Pengertian Berbicara
Seperti telah kita ketahui bahwa dalam kegiatan menyimak aktivitas kita
awali dengan mendengarkan dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi.
Kegiatan berbicara tidak demikian . Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan
yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar
penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan itu. Manusia sebagai
makhluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama denagn manusia lain.
Hubungan dengan manusia lainnya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran
dan persaan, menyampaikan suatu informasi, ide atau gagasan serta pendapat atau
pikiran dengan suatu tujuan.
Dalam menyampaikan pesan seseorang menggunakan suatu media atau alat
yaitu bahasa, dalam hal ini bahasa lisan. Seorang yang akan menyampaikan pesan
tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat memahaminya. Pemberi pesan
disebut juga pembicara dan penerima pesan disebut penyimak atau pendengar.
Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara.
7
4. Metode Berbicara
Ada empat cara atau teknik yang dapat atau biasa digunakan orang dalam
menyampaikan pembicaraan,( H.G. Tarigan ) yaitu:
a. Metode Impromptu ‘Serta Merta’
Dalam hal ini pembicara tidak melakukakan persiapan lebih dulu sebelum
berbicara, tetapi secara serta merta atau mendadak berbicara berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya. Pembicara menyampaikan pengetahuannya yang
ada, dihubungkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.
10
b. Metode Menghafal
Pembicara sebelum melakukan kegiatannya melakukan persiapan secara
tertulis, kemudian dihafal kata demi kata, kalimat demi kalimat. Dalam
penyampaiannya pembicara tidak membaca naskah. Ada kecenderungan pembicara
berbicara tanpa menghayati maknanya, berbicara terlalu cepat. Hal itu dapat
menjemukan, tidak menarik perhatian pendengar. Mungkin juga ada pembicara
yang berhasil dengan metode ini. Metode ini biasanya digunakan oleh pembicara
pemula atau yang masih belum biasa berbicara di depan orang banyak.
c. Metode Naskah
Pada metode ini pembicara sebelum berbicara terlebih dulu menyiapkan
naskah. Pembicara membacakan naskah itu di depan para pendengarnya. Hal ini
dapat kita perhatikan pada pidato resmi Presiden di depan anggota DPR/MPR,
pidato pejabat pada upacara resmi. Pembicara harus memiliki kemampuan
menempatkan tekanan, nada, intonasi, dan ritme. Cara ini sering kurang
komunikatif dengan pendengarnya karena mata dan perhatian pembicara selalu
ditujukan ke naskah. Oleh karena itu, apabila akan menggunakan metode harus
melakukan latihan yang intensif.
d. Metode Ekstemporan
Dalam hal ini pembicara sebelum melakukan kegiatan berbicara terlebih
dahulu mempersiapkan diri dengan cermat dan membuat catatan penting. Catatan
itu digunakan sebagai pedoman pembicara dalam melakukan pembicaraannya.
Dengan pedoman itu pembicara dapat mengembangkannya secara bebas.
yang telah ada itu kadang-kadang tidak menjamin suatu keberhasilan. Itu
tergantung pada guru bagaimana memilih suatu metode yang sesuai dan cocok
dengan materi yang disampaikan atau saat berlangsung proses belajar mengajar,
semua itu merupakan kemampuan dan keterampilan guru dalam menganalisa
semua metode dan penguasaannya. Penulis merasa perlu membahas masalah
keterampilan mengajar guru terhadap kemampuan guru SD. Sebab keterampilan
mengajar sangat menentukan berprestasi atau tidaknya mata pelajaran yang
diajarkan.
Sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis
situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi
berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat
telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan
mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan
atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan
bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam
berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang
tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat
melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa
situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui
radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam
berbicara, dimana permbicara harus dapat :
▪ Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar
dapat membedakannya.
▪ Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga
pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara.
▪ Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
▪ Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi
komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan
pendengar.
▪ Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar.
13
l) bercerita;
m) memberi petunjuk;
n) melaporkan;
o) bermain peran;
p) wawancara;
q) diskusi;
r) bertelepon;
s) dramatisasi.
Salah satu aspek yang penting adalah aspek berbicara. Dengan keterampilan
berbicara siswa akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan secara lisan
dalam konteks dan situasi pada saat mereka sedang berbicara. Untuk meningkatkan
keterampilan berbicara, perlu adanya pembelajaran yang sesuai, salah satunya
adalah pembelajaran dramatisasi kreatif. Dengan pembelajaran dramatisasi kreatif
diharapkan hasil keterampilan berbicara siswa menjadi meningkat dan lebih baik.
Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan
yang sangat erat kaitannya. Berbicara bersifat produktif, sedangkan mendengarkan
bersifat reseftif. Dalam pemerolehan atau belajar suatu bahasa, keterampilan
berbahasa jenis reseftif tampak banyak mendukung pemerolehan bahasa jenis
produktif. Dalam suatu peristiwa komunikaasi sering kali beberapa jenis
keterampilan berbahasa digunakan secara bersama-sama guna mencapai tujuan
komunikasi. Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi
komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat
yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa
yang dimiliki oleh seseorang, misalnya profesi sebagai manager, jaksa, pengacara,
guru, dan wartawan.
16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka penulis menyimpulkan
rata-rata anak masuk Sekolah Dasar (SD), terutama yang berada di kota sudah dapat
berbahasa Indonesia sebagaimana orang dewasa. Sudah dapat atau sudah mampu
diartikan sebagai kemampuan atau kompetensi menggunkan bahasa Indonesia
untuk berkomunikasi sehari-hari, misalnya untuk berbicara dengan orang tuanya
atau dengan teman sepermainnya atau dengan yang lainnya. Akan tetapi, ini baru
salah satu segi dari kemampuan berbahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa
(berbicara) ragam formal tidak akan diperoleh dengan sendirinya. Kemampuan ini
harus direnggut lewat jalur sekolah, lewat program yang direncanakan secara
khusus, dan lewat latihan-latihan. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan
melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan yang
paling praktis dan taktis untuk melakukan komunikasi ialah berbicara. Di mana
saja, kapan saja, dan siapa saja berbicara untuk berkomunikasi. Bahkan terhadap
bayi yang belum mampu berbahasa pun orang menyapa dengan bahasa. Oleh
karena itu, guru yang mengajarkan keterampilan berbahasa (dengan fokus
berbicara) diharapkan dapat memberikan dorongan kepada peserta didik melalui
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik.
B. Saran
Untuk lebih meningkatkan mutu penelitian ini, penulis dapat
menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Sebagai seorang guru, dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
hendaknya memperhatikan suasana dan kondisi lingkungan yang tenang dalam
berbicara, karena dengan adanya gangguan yang berupa apapun agar
disingkirkan terlebih dahulu sebelum para siswa melakukan praktek berbicara.
2. Sebagai tenaga pendidik perlu memperhatikan hal-hal yang menyebabkan
timbulnya problem atau masalah dalam keterampilan berbicara dalam
pengajaran bahasa Indonesia agar dalam penerapannya dapat meningkatkan
kemampuan siswa sekolah dasar dalam pembelajaran berbicara.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ninawati, M, Dkk. (2018). Penerapan Model Kooperatif Tipe Picture and Picture
Dalam Pembelajaran Kemampuan Berbicara Siswa Sekolah Dasar. Journal,
1 (3), September 2018, Pp. 30 – 38.
RIWAYAT HIDUP