Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH METODE ROLE PLAYING TERHADAP

KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN SISWA PADA


PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS
V SD 41 PANGKALPINANG

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dosen Pengampu : Nurfitriani, M.Pd

Oleh:
RINI OKTIANI
160141126

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Atas Rahmat dan Hidayah-
Nya. Shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta para
sahabat yang telah memperjuangkan Islam, sehingga kita bisa merasakan
indahnya Iman. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian. Dalam makalah ini membahas mengenai pengaruh metode
role playing terhadap kemampuan berbahasa lisan siswa pada pelajaran bahasa
Indonesia kelas V SD 41 Pangkalpinang, dengan makalah ini penulis
mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Asyraf Suryadin, M.Pd. Ketua STKIP Muhammadiyah Bangka
Belitung.
2. Ibu Yuanita, M.Pd selaku Ketua Prodi PGSD Muhammadiyah Bangka
Belitung.
3. Ibu Nurfitriani, M.Pd, sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi
Penelitian.
4. Orang tua penulis telah memberikan motivasi dan dukungan yang baik.
5. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari berbagai kelemahan dan kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan ke arah yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Pangkalanbaru, 10 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................4
C. Rumusan Masalah..........................................................................................4
D. Tujuan Penelitian............................................................................................5
E. Manfaat Penelitian..........................................................................................5

BAB II KAJIAN TEORITIK


A. Deskripsi Teori...............................................................................................6
B. Hasil Penelitian yang Relevan........................................................................10
C. Kerangka Berpikir..........................................................................................11
D. Hipotesis Penelitian........................................................................................12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................13


B. Metode Penelitian...........................................................................................13
C. Populasi dan Sampel......................................................................................13
D. Teknik Pengumpulan......................................................................................14
E. Instrumen Penelitian.......................................................................................15
F. Teknik Analisis Data......................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya perlu berkomunikasi
antar sesama. Muchlis M. Hanafi (2012 : 258) berpendapat manusia adalah
makhluk sosial yang dicirikan selalu hidup bermasyarakat dan membutuhkan
peran serta pihak lain. Artinya Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat
hidup dengan sendirinya melainkan membutuhkan orang lain untuk
berkomunikasi dan sebagai teman hidup untuk melangsungkan kehidupannya.
Manusia sebagai makhluk sosial hidup saling bergantungan antara manusia sosial
yang satu dengan manusia sosial yang lainnya. Maka dari pada itu, manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu interaksi sosial yang
dilakukan secara langsung antara manusia satu dengan manusia yang lainnya.
Dalam melakukan interaksi sosial tentu manusia melakukan proses
berkomunikasi menggunakan media yang efektif yakni bahasa. Hal ini juga
dikemukakan oleh Harimurti dalam Asep Ahmat Hidayat (2006 : 22) memberikan
batasan bahasa sebagai sistem lambang arbriter yang dipergunakan suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
Keberhasilan berkomunikasi sangat ditentukan oleh keterampilan seseorang dalam
berbahasa. Salah satunya adalah berbicara sebagai sarana berkomunikasi lisan.
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang dituntut dengan berbagai kegiatan
atau permasalahan yang menuntut kemampuan berbahasa atau berbicara seperti
berdialog dengan keluarga, dialog dengan teman, dan dialog dengan masyarakat.
Berbicara tentu merupakan kegiatan yang mudah dilakukan oleh siapa saja,
namun kenyataannya seseorang hanya mampu berbicara dalam situasi nonformal,
informal. Namun, ketika seseorang berbicara dalam situasi formal seringkali
merasa malu, gugup dan kurang percaya diri, sehingga apa yang ingin
disampaikan atau yang ingin diungkapkan tidak tersampaikan. Menurut Albert
melalui Henri Guntur Taringan (1993 : 26) berpendapat, bahwa kemampuan
berbicara secara efektif merupakan suatu unsur penting terhadap suatu

1
2

keberhasilan kita dalam semua bidang kehidupan. Hal tersebut menandakan


bahwa keterampilan berbahasa atau berbicara perlu perhatian khusus trutama
pada siswa-siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Abdul Majid (2014 : 1) mengatakan bahwa pendidikan seharusnya
berperan penting dalam melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa lisan atau berbicara pada siswa Sekolah Dasar (SD). Sebagaimana yang
telah dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional NO. 20
Tahun 2003 yang menuntut tujuan pendidikan. Pendidikan Nasional bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang jujur dan bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan Pendidikan Nasional untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa atau berbicara siswa diperlukan upaya pemerintah dalam menetapkan
mata pelajaran bahasa Indonesia di setiap jenjang sekolah dan juga sebagai mata
pelajaran wajib.
Karena diharapkan dengan adanya mata pelajaran bahasa Indonesia ini,
siswa dapat memiliki kemampuan berbicara secara lisan maupun tulisan dengan
baik. Menurut Yeti Heryanti (2009 : 3) keterampilan berbicara seseorang dapat
dibina melalui lembaga pendidikan formal dan melalui mata pelajaran bahasa
Indonesia. Ia mencermati kurikulum bahasa indonesia saat ini, peluang untuk
mengembangkan keterampilan berbahasa lisan sangat besar. Kurikulum berbahasa
mencantumkan hakikat pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh
sebab itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi baik berbahasa lisan atau
berbicara maupun melukis.
Dalam kemampuan berbahasa lisan yang ditekankan kepada peserta didik
adalah memproduksi kata-kata dengan tepat. Tentu hal tersebut sangat penting
bagi peserta didik dalam melakukan interaksi atau berkomunikasi dengan orang
lain, baik itu orang tua, keluarga, guru di sekolah, teman-temannya ataupun
masyarakat luas. Selain itu, kemampuan berbahasa lisan juga sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa, apalagi dalam mata pelajaran bahasa
3

Indonesia. Karena dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa dituntut untuk


membaca puisi, pantun, berpidato dan masih banyak lagi hal yang lainnya yang
berhubungan dengan berbahasa lisan. Sedangkan untuk memperoleh ide-ide
dalam merangkai kata dalam berbahasa lisan sangat diperlukan keterampilan-
keterampilan siswa dalam menggunakan kata untuk merangkai sebuah kalimat
yang efektif, yang mudah dimengerti dan dipahani.

Namun kenyataanya, kondisi dilapangan tidak sesuai dengan teori-teori


yang ada, dimana kemampuan berbahasa lisan siswa masih sangat lemah dan
tidak sedikit siswa yang masih terbata-bata dalam pengucapan kata-kata dalam
berbicara lisan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian guru terhadap bahasa
lisan peserta didik. Karena kebanyakan guru saat mengajar dikelas hanya terfokus
pada hasil belajar siswa semata, guru hanya melihat dari segi pengetahuan siswa
saja, namun tidak pernah memperhatikan kelancaran berbahasa anak pada saat
guru mengajar. Akibatnya, bagi siswa yang keterampilan bahasanya selamah,
maka akan tetap seperti itu. Karena tidak terbiasa dilatih untuk berbicara lisan
selama siswa duduk dibangku sekolah. Menurut Rofi’uddin dan Zuhdi melalui
Lely Halimah (2008 : 2) berpendapat, bahwa peroses pembelajaran bahasa
Indonesia serta hasilnya belum sebagaimana yang diharapkan. Penyebab
kegagalan itu pada umumnya bersumber pada guru dan metodologi pembelajaran
serta sumber daya pendidikan yang kurang mendukung.

Hal tesebut menyebabkan para siswa yang sekolah di daerah pedesaan


sangat kurang keterampilan berbahasanya, karena guru hanya menggunakan
peralatan yang seadanya. Namun hal tersebut tidak lepas dari kreatifitas seorang
guru sebagai pendidik. Dimana seorang guru harus dituntut untuk menguasai
teknik-teknik pembelajaran, strategi pembelajaran maupun metode pembelajaran.
Karena jika kita menjadi pegawai negeri, kita tidak tahu kita akan ditempatkan
dimana untuk bekerja, bisa saja di perkotaan, di perdesaan, ataupun di suatu
plosok terpencil yang sangat jauh dari perkotaan. Maka dari pada itu, guru harus
menguasai hal-hal tersebut. Agar ketika ia di tempatkan di daerah plosok terpencil
4

ia sudah siap menghadapi masalah-masalah yang ada. Sehingga tidak ada alasan
bagi guru akan keterbatasan bahan ajar, sumber pelajaran atau hal-hal yang
lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran itu sendiri.

Dengan menggunakan metode role playing ini, siswa-siswa yang sekolah


di pedesaan ataupun di plosok terpencil sekalipun, mereka harus bisa
menggunakan bahasa yang baik dan tepat apalagi dalam pelajaran bahasa
Indonesia. Karena, metode pembelajaran role playing ini. Merupakan metode
yang penyajiannya tidak perlu memerlukan peralatan yang canggih dan modern.
Namun yang dibutuhkan hanyalah keterampilan guru dalam mengelola metode
pembelajaran role playing ini. Dengan menggunakan metode role playing dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam berbahasa lisan, baik itu dalam pendidikan yang ada di perkotaan, di
pedesaan, maupun diplosok terpencil sekalipun.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
indentifikasi masal dalam penelitian ini adalah sebagai beriku:
1. Siswa masih mengalami kesulitan dalam berbahasa lisan.
2. Guru juga belum memperhatikan bahasa lisan siswa secara khusus dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru masih menggunakan
metode yang hanya berpusat pada guru, bukan pada siswa.
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka dapat ditarik
perumusan masalah bahwa, masalah penelitian ini yaitu: “ Adakah pengaruh
metode role playing terhadap kemampuan berbahasa lisan siswa pada pelajaran
bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 41 Pangkalpinang.”

D. Tujuan Penelitian
5

Dari rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
“ Adakah pengaruh metode role playing terhadap kemampuan berbahasa lisan
siswa pada pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 41 Pangkalpinang.”
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, ada dua macam manfaat yang dapat diuraikan yaitu
manfaat teoritik dan manfaat praktis yaitu.
1. Manfaat teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang baik bagi
peserta didik, sekolah, maupun dinas yang terkait. Sehingga dapat
menjadi informasi dan motivasi yang baik bagi pembelajaran
khususnya bagi pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis, dapat dibedakan menjadi beberapa macam manfaat,
adapun manfaatnya sebagai berikut:
a. Bagi peserta didik
Dari penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam berbahasa lisan, khususnya dalam mata pelajaran
bahasa indonesia.
b. Bagi guru
Memberi masukan kepada guru tentang metode role playing
bahwa, metode ini dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
berbahasa lisan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
c. Bagi sekolah
Dapat dijadikan sebagai suatu informasi untuk memberikan
rujukan kepada sekolah tentang strategi pembelajaran, khususnya
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
BAB II

KAJIAN TEORITIK

Kajian teoritik ini dibuat sebagai landasan penelitian agar penelitian ini
dapat diperkuat oleh teori-teori ahli , kajian teori ini terdiri dari: Deskripsi teoritik,
hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Belajar Dan Pembelajaran
a) Pengertian Belajar
Menurut Hamdani (2011 : 20), belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sri Hastuti, Winkel
(2004 : 14), belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan perubahan yang dialami oleh seseorang dalam
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru dalam interaksi
dengan lingkungannya itu sendiri.
b) Pengertian Pembelajaran
Menurut Miftahul Huda (2014 : 6), pembelajaran merefleksikan
pengetahuan konseptual yang digunakan secara luas dan memiliki
banyak makna yang berbeda.
Menurut Winataputra melalui Ngalimun (2016 : 30)
berpendapat, bahwa pembelajaran adalah merupakan saran untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan
perilaku individu melalui proses mengalami suatu yang diciptakan
dalam rancangan proses pembelajaran.

6
7

Dari beberapa pendapat diatas mengenai pembelajaran dapat


disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang
8

dilakukan oleh guru terhadap peserta didik sehingga terjadi


proses belajar dalam arti adanya perubahan perilaku individu peserta
didik itu sendiri.
2. Pengajaran Bahasa Indonesia
a) Hakikat Bahasa
Menurut Puji Santosa (2008 : 1.2) secara universal pengertian
bahasa ialah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah suatu
sistem arbriter yang berupa lisan dan tulisan digunakan manusia
untuk menyampaikan gagasan, ide, dan pendapat kepada orang lain.
b) Hakikat Pengajaran Bahasa Indonesia
Menurut M. Atar Semi (1993 : 79), pengajaran bahasa
Indonesia merupakan salah satu sistem yang berada dalam sistem
yang lebih luas, yakni sistem pendidikan nasional. Di dalam
pengajaran bahasa tentu saja dihadapkan berbagai komponen yang
ambil bagian dalam pelaksanaan pengajaran antara lain: adanya
guru, adanya tujuan pembelajaran, adanya peserta didik sebagai
masukan yang akan diproses, adanya kurikulum, adanya saran, dan
lain-lain.
Djago Tarigan (2004 : 3.10) mengatakan bahwa orientasi
pengajaran Bahasa Indonesia berubah dari mengajar ke
pembelajaran. Ini tidak berarti peranan guru dalam proses belajar
Bahasa Indonesia makin kurang bahkan semakin berat dan kompleks
dalam penerapan pembelajaran di kelas. Guru Bahasa Indonesia
harus dituntut berkualitas tinggi, kreatif, dan penuh dedikasi.
c) Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia berisi tujuan umum,
tujuan khusus, dan tujuan kelas. Hal itu Yeti Mulyati (2004 : 3.11)
menjelaskan sebagai berikut:
9

1) Tujuan umum pengajaran bahasa Indonesia agar peserta didik


dapat menghargai, memahami, dan menikmati bahasa indonesia
sebagai bahasa nasional.
2) Tujuan khusus pengajaran bahasa Indonesia adalah tujuan yang
mengacu pada kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
ditinjau dari aspek kebahasan, pemahaman, dan penggunaan.
3. Kemampuan Berbahasa Lisan
a) Pengertian Berbahasa Lisan
Puji Santosa (2008 : 5.18) berpendapat kemampuan berbahasa dalam
arti luas adalah kemampuan mengorganisasikan pemikiran keinginan,
ide, pendapat atau gagasan dalam bahasa lisan atau tulis.
Kemampuan berbahasa lisan terdiri dari keterampilan menyimak dan
berbicara. Ketrampilan menyimak dan berbicara sangat erat
kaitannya, bersifat resiprokal. Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991 :
17) mengatakan dalam kehidupan sehari-hari, penyimak dan
pembicara dapat berganti peran secara spontan, yaitu dari penyimak
menjadi pembicara dan dari pembicara menjadi penyimak.
b) Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbahasa
Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pleh si
pembicara untuk keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan
faktor nonkebahasaan dalam faktor kebahasaan meliputi:
1. Keterampialn ucapan yang terdiri dari penempatan tekanan, nada,
sendi, dan durasi sesuai.
2. Pilihan kata.
3. Ketepatan sasaran pembicaraan.
Sedangkan faktor nonkebahasaan meliputi:
1. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku.
2. Pandangan mata.
3. Kesediaan menghargai pendapat orang lain.
4. Gerak-gerik dan mimik yang tepat.
5. Kenyaringan suara.
10

6. Kelancaran.
7. Penalaran.
8. Penguasaan topik.
c) Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbahasa Lisan
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan
yang amat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Guru
yang berpengalaman dan kreatif rasanya tidak akan mengalami
kesulitan dalam memilih strategi yang tepat untuk melaksanakan
tugas itu. Beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa
lisan yaitu:
1. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan
yang jelas yang diketahui oleh guru dan peserta didik.
2. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang
sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
d) Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan
Guru yang sudah mengenal dan dapat menerapkan berbagai strategi
pembelajaran bahasa lisan memiliki rasa percaya diri yang kuat. Guru
seperti itu juga dapat dipastikan bahwa dia mampu membangun
suasana belajar yang baik. Agar pembelajaran berbahasa lisan
memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan
guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Relevan dengan tujuan pembelajaran.
2. Menantang dan merangsang peserta didik untuk belajar.
3. Mengembangkan kreatifitas peserta didik secar individual
maupun kelompok.
4. Memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran.
5. Mengarahkan aktifitas belajar peserta didik kepada tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
6. Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan
yang rumt.
11

7. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.


4. Metode Role Playing
a. Pengertian metode
Dalam pembelajaran tentunya terdapat metode yang digunakan
oleh guru. Wesley dalam Abdul Aziz Wahab (2012 : 83)
berpendapat, bahwa metode dapat diartikan sebagai proses atau
prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan
alat melalui makna belajar yang menjadi aktif.
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode merupakan suatu upaya atau cara seorang guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Bearti bahwa metode sangat
penting peranannya dalam pembelajaran. Guru ketika proses
pembelajaran harus menggunakan metode yang mengarah kepada
peserta didik aktif sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna
bagi peserta didik.
b. Role Playing
Menurut Jill Hadfield Role playing atau bermain peran adalah
sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan
sekaligus melibatkan unsur senang.
Sedangkan menurut Basri Syamsu role playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar
membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain.
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa role
playing merupakan suatu gaya belajar yang langsung melibatkan
siswa untuk bermain peran dalam pembelajaran yang telah
dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan yang spesifik.
B. Hasil Penelitian yang Relefan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilihat
bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode role playing dapat
12

meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik. Berikut adalah


beberapa penelitian yang menggunakan role playing.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Selvy Wulan Khoirunnisa yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Terhadap
Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri 1 Pardasuka Lampung
Selatan. Dalam penelitian ini Selvy Wulan Khoirunnisa pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia fokus berbicara dengan menggunakan
model pembelajaran role playing yang memperhatikan sintaks
pembelajaran yang diperoleh hasil keterampilan berbicara siswa pada
kelas eksperimen mengalami peningkatan. Hal ini didukung dengan hasil
perhitungan statistik dengan uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon yang
menunjukkan hasil yang mengindikasikan Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Pengaruh Metode Role Playing (Bermain
Peran) Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas V Di Sdn Cempaka I Putih. Dalam penelitian ini
Berdasarkan hasil temuan dari keseluruhan data yang diperoleh peneliti
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode role playing (bermain peran) berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari data hasil angket motivasi
belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan
metode role playing (bermain peran) lebih tinggi dibandingkan data hasil
angket motivasi belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia dengan
tidak menggunakan metode role playing (bermain peran).
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan berbahasa lisan merupakan suatu kemampuan yang harus
dikuasai oleh peserta didik yang terdapat didalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan ternyata seorang
guru harus menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi
peser dapat diterapkan oleh guru terhadap peserta didik yang menuntut
peserta didik aktif adalah metode role playing. Dari penjelasan diatas dibuat
kerangka berfikir proses penerapannya sebagai berikut:
13

Kondisi Awal
Rendahnya Kemampuan
Berbahasa Lisan

Tindakan
Menggunakan metode Role
Playing dalam Pembelajaran

Meningkatnya kemampuan
berbahasa lisan setelah
menggunakan metode Role
Playing

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah di paparkan di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh metode role playing terhadap kemampuan
berbahasa lisan pada peserta didik kelas V SD N 41 Pangkalpinang.
Ha : Ada pengaruh metode role playing terhadap kemampuan berbahasa
lisan pada peserta didik kelas V SD N 41 Pangkalpinang.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 41 Pangkalpinag
Kecamatan Grimaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Waktu Penelitian
Waktu dilaksanakan 4 kali pertemuan yang dilakukan dalam 2
minggu. Dalam 1 kali pertemuannya memerlukan alokasi waktu 2x35
menit.
B. Metode Penelitian
Menurut Sugiono (2016 : 21) metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Dalam penelitian ini digunakan metode kuntitatif dengan metode
pre-exsperimental desings. Adapun desain yang digunakan adalah one-group
pretes posttes desingns. Penelitian ini terdapat pretest sebelum perlakuan.
Dengan demikian hasil penelitian dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dan sempel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Populasi
Menurut Djamari Mardapi, dan Sumarno (2003 : 83) populasi
adalah kumpulan elemen yang menjadi arah inferensi atau generalisasi.
Elemen adalah objek yang dapat ukur. Berdasarkan pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sekumpulan objek/subjek yang
menjadi pusat perhatian, yang didalamnya mengandung informasi yang
ingin diketahui. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik
SD Negeri 41 Pangkalpinang.

14
15

2. Sampel
Nana Syaodih Sukmadinata (2015 : 266) menyatakan bahwa
sampel kelompok kecil bagian dari target populasi yang terdiri atas
orang disebut subjek, kalau bukan orang disebut objek. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel adalah sampling purposif.
Pengambilan teknik ini karena pertimbangan penelitian. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sugiono dalam W. Gulo (2002 : 78) Sampling
Purposif adalah teknik penentuan sempel dengan pertimbangan
tertentu yaitu berdasarkan kelas yang ditentukan oleh sekolah sehingga
tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar dan cara menoton pada
kelas tersebut. Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas V di SD
Negeri 41 Pangkalpinang.
D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini


adalah tes, wawancara, dan dokumentasi.

1. Tes
Menurut Arikunto melalui Iskandarwassid dan Sunendar tes
adalah alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh
data atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara
yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Sedangkan tes lisan adalah alat
penelitian yang penyajiannya dilakukan secara lisan atau wawancara
langsung terhadap objek yang ingin diteliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
sering digunakan dalam penelitian. Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
16

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.


Wawancara dilakukan untuk mengetahui kemampuan berbahasa lisan.
3. Dokumentasi
Suharsimi (2006 : 231) mengemukakan dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variabel rapat, lengger agenda, dan
sebagainya. Pada penelitian ini menggunakan dokumentasi foto dal
laporan kegiatan seperti: nilai siswa, daftar nama siswa, dan kegiatan
belajar mengajar siswa yang bertujuan untuk memperkuat instrumen
tes kemampuan berbahasa lisan siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen ini dilakukan untuk memperoleh data-data instrumen yang
dibuat.
1. Pengujian validitas instrumen
Burhan Nugiantoro (2010 :152) berpendapat validitas merupakan
dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran hasil tes sesuai dengan
tujuan penggunaan tes. Suatu alat ukur dikatakan valid atau memiliki
validitas tinggi apabila apa yang akan diukur memang benar-benar dapat
diukur. Untuk menentukan tinggi rendahnya validitas instrumen
penelitian dinyatakan dengan koefisien korelasi yang diperoleh melalui
perhitungan. Perhitungan validitas butir soal digunakan rumus product
moment pearson dan dibantu dengan program SPSS 16 for windows
dengan rumus:

r =               nΣxy – (Σx) (Σy)                   


        √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}

Keterangan:

n    = Banyaknya Pasangan data X dan Y


Σx = Total Jumlah dari Variabel X
Σy = Total Jumlah dari Variabel Y
Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
17

Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y


Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y

Dengan demikian jika Σxy lebih besar dari r tabel bearti data
valid. Jika Σxy lebih kecil dari r tabel maka data tidak valid.

Berikut adalah intervensi korelasi:

0,00-0,199 sangat rendah

0,02-0,399 rendah

0,40-0,99 sedang

0,60-0,799 kuat

0,80-0,1000 sangat kuat

2. Pengujian reliabilitas instrumen

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat ketepatan pengukuran.


Untuk mengetahui tingkat reliabilitas peneliti menggunakan metode
alpha cronbach. Rumusnya sebagai berikut:
18

Keterangan:

0,80-1,00 sangat tinggi

0,60-0,80 cukup

0,40-0, 60 agak rendah

0,20-0,40 rendah

0,00-0,20 sangat rendah

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
didapati dari instrumen tes lisan yang sudah valid dan reliabel akan dianalisis.

1. Deskripsi data

Deskripsi penelitian menjelaskan tentang hasil penelitian mulai dari


uji coba instrumen sampai sampai analisis data. Berikut adalah hasil data
pada penelitian ini.
19

a. Median

Median merupakan salah satu penjelasan kelompok yang


didasarkan atau nilai tengah dari kelompok yang telah disusun
urutannya mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.

b. Rata-rata (mean)

Didapat dengan cara menjumlahkan seluruh data seluruh


individu kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada
kelompok tersebut.

c. Modus

Menghitung modus data yang telah disusun kedalam


distribusi frekuensi.

d. Setandar deviasi

e. Varians

f. Rentang data

2. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas data digunakan statistika uji


kolmogrov smirnov. Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui
apakah distribusi normal atau tidak.

3. Uji hipotesis

Hipotesis diuji menggunakan uji t dua sempel untuk


mengetahui apakah ada pengaruh metode role playing terhadap
kemampuan berbahasa lisan siswa.
20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmat Hidayat, Asep. 2006. Filsafat Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Halimah, Lely. 2008. Pengembangan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Berbahasa Indonesia Siswa kelas
4 SD Laboratorium UPI . Bandung: Laboratorium UPI.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pusaka Setia.
Heryanti, Yeti. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Siswa Aktif. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pembelajaran Dan Pengajaran. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
M.Hanafi, Muchlis. 2012. Etika Berkeluarga, Bermasyarakat Dan Berpolitik.
Jakarta: Kementrian Agama RI.
Ngalimun. Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Santosa, Puji dkk. 2008. Materi Dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta
: Universitas Terbuka.
Taringan, Henri Guntur. 1993. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Winkel, Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.

21

Anda mungkin juga menyukai