Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM PENANGAN ABK

Media Komik Pendidikan Dan Kartu Suku Kata Sebagai Alternatif Pembelajaran Bagi
Anak Dengan Hambatan Kognitif Tunagrahita Ringan Dan Hambatan Komunikasi
Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Berkomunikasi

OLEH :
Nuri Maghfirah (1706104040083)
Suci Auda Safira (1706104040089)
Intan Raida Safitri (1706104040048)
Yaumil Aida (1706104040067)
Rismalia (1706104040005)
Nuzulur Rahmah (1706104040066)
Najira (1706104040024)

DOSEN PEMBIMBING:
Anjar Candrawati, S. Pd, M. Ed

S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah begitu banyak
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul ” Media Komik Pendidikan Dan Kartu Huruf Sebagai Alternatif
Pembelajaran Bagi Anak Dengan Hambatan Kognitif Tunagrahita Ringan Dan Hambatan
Komunikasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Berkomunikasi”.
Laporan ini disusun sedemikian rupa dengan sistematika susunan yang sederhana
dengan harapan agar mudah dipahami oleh para pembacanya. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu, teman-teman serta semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
memiliki kekurangan-kekurangan baik dari isi maupun penulisan. Untuk itu sumbang
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan laporan ini.
Akhirnya Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin…

Lampeuneurut, 15-April-2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................4
1.2 Kerangka Berfikir .....................................................................................5
BAB II KAJIAN LITERATUR .....................................................................6
2.1 Hambatan Tunagrahita ............................................................................6

2.2 Hambatan Komunikasi ............................................................................7

2.3 Media Untuk Anak Berkebutuhan Khusus ............................................9

BAB III ISI.....................................................................................................11

2.1 Asesmen ABK Tahap I ..........................................................................11

2.2 Program Penangan ABK Dengan Metode Task Analysis ...................13

BAB IV PENUTUP .......................................................................................14

3.1 Simpulan ..................................................................................................14

3.2 Saran ........................................................................................................14

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR ..............................................................15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hak dasar setiap orang, oleh karena itu Pendidikan
harus dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa terkecuali. Melalui pendidikan inklusif,
anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam
masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan
sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak berkelainan perlu diberi kesempatan
dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan
pendidikan.. Pendidikan inklusif merupakan pendekatan untuk mengubah sistem
Pendidikan agar dapat mengakomodasi peserta didik yang sangat beragam. Tujuannya
agar memungkinkan baik guru maupun peserta didik merasa nyaman dengan adanya
perbedaan dan memandangnya sebagai tantangan dan pengayaan dalam lingkungan
belajar dan bukan menganggap sebagai masalah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru wali kelas III yang
telah dilakukan oleh peneliti di SD Negeri 57 Banda Aceh, diperoleh bahwa seorang
peserta didik mengalami hambatan dalam pembelajaran. Peserta didik tersebut lambat
dalam menangkap isi pembelajaran yang guru berikan serta terhambat dalam hal
komunikasi. Pihak sekolah khususnya guru kelas III sebagai wali kelas telah berusaha
memberikan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran yang menarik
seperti metode ceramah dan penugasan. Usaha yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran masih belum menampakkan hasil yang optimal, terlihat dari peserta
didik yang belum bisa mengenal abjad dengan baik.

Melihat fakta tersebut, peserta didik membutuhkan model, metode atau bahkan
sebuah alat untuk membantunya lebih mudah memahami pembelajaran. Apabila
peserta didik tidak mendapat penanganan yang tepat, maka peserta didik akan terus
tertinggal dan mengalami kemunduran khususnya dari segi kognitif.

4
1.2 Kerangka Berpikir
Proses belajar merupakan proses yang dilakukan oleh peserta didik atau siswa
dalam rangka mencapai perubahan untuk menjadi lebih baik, dari tidak tau menjadi
tahu,dari tidak bisa menjadi bisa, sehingga terbentuk pribadi yang berguna bagi diri
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Proses tersebut dipengaruhi oleh faktor yang
meliputi mata pelajaran, guru, media, penyampaian materi , sarana penunjang, serta
lingkungan sekitarnya.

Guru sebagai pemegang peranan utama dalam pembelajaran diharapkan dapat


memilih baik metode maupun media pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran
dapat berjalan dengan optimal. Media sebagai alat bantu mengajar, berkembang
sedemikian pesatnya sesuai dengan kemajuann teknologi ragam dan jenis media pun
cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan,
maupun materi yang akn disampaikan.

Kelompok kami kami menggunkan media komik pendidikan dan kartu suku
kata sebagai alternatif pembelajaran bagi anak dengan hambatan kognitif tunagrahita
ringan dan komunikasi untuk meninggalkan kemampuan membaca dan
berkomunikasi. Menurut kelompok kami media tersebut akan sangat membantu siswa
dalam memahami pembelajaran karna kami menyajikan dalam bentuk yang menarik,
sehingga bisa membangkitkan motivasi siswa untuk belajar mengenai materi yang
akan kami ajarkan. Nah alasan kami memilih media komik pendidikan dan kartu suku
dikarenakan siswa yang akan kami fokos untuk mencoba praktekkan medianya, belum
bisa mengenal huruf dengan baik dan belum bisa membaca dengan cepat. Yang
dimana seharusnya siswa kelas 3 sd pada umumnya sudah bisa membaca dengan baik,
dan bisa menulis apa yang didikte oleh gurunya, tetapi siswa yang kami fokuskan
tersebut belum bisa. Media tersebut juga sangat mudah untuk dibuat dan digunakan.
Jadi jika guru kelas siswa tersebut yang menggunkannnya pun sangat mudah
digunakan untuk di praktekkan ke murid yang lain, karna banyak di dalam kelas
tersebut banyak anak yang belum bisa mengenal huruf dan membaca dengan baik.
Akan tetapi siswa yang kami fokuskan Cuma satu orang saja.

5
Penjelasan kerangka berpikir penelitian dapat dilihat dibawah ini.

Anak masih belum bisa membaca


Pelaksanaan penelitian pertama
dan ketika berbicara kurang jelas.

Pembuatan media komik


pendidikan dan kartu suku kata.

Penerapan media komik pendidikan


Pelaksanaan penelitian kedua dan kartu suku kata.

Kemampuan membaca dan


komunikasi anak meningkat.

6
BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Hambatan Tunagrahita


1. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang
yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau bisa juga disebut
dengan retardasi mental (Aqila Smart, 2001).
Menurut Nur’aeni, Anak Tunagrahita adalah anak yang memiliki kemampuan
intelektual atau IQ dan memiliki keterampilan yang penyesuaiannya di bawah rata-
rata pada anak seusianya. sedangkan Bambang Putranto mengemukakan, anak
Tunagrahita adalah anak yang memiliki kekurangan atau keterbatasan dari segi mental
intelektualnya dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tugas-tugas akademik, menjalin komunikasi serta hubungan sosial
(Nur’aeni, 2004).
Tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-
rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidak cakapan dalam komunikasi
sosial. Anak berkebutuhan khusus ini juga sering dikenal dengan istilah terbelakang
mental karena keterbatasan kecerdasannya. Akibatnya anak berkebutuhan khusus
tunagrahita ini sukar untuk mengikuti pendidikan disekolah biasa (Jati Rinakri
Atmaja, M.Pd 2018)
Anak tunagrahita bukan merupakan anak yang mengalami penyakit, melainkan
anak yang mempunyai kelainan karena penyimpangan, baik dari segi fisik, mental,
intelektual, emosi, sikap, maupun perilaku secara signitif. Tunagrahita merupakan
kondisi perkembangan kecerdasan seorang anak yang mengalami hambatan sehingga
dia tidak mencapai tahap perkembangannya secara optimal.
Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa referensi disebut
pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, mental subnormal, tunagrahita.
Semua makna dari istilah tersebut sama, yakni menunjuk pada seseorang yang
memiliki kecerdasan mental dibawah normal. Seseorang dikatakan berkelainan
mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang
sedemikian rendahnya (dibawah normal) sehingga untuk meniti tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik.

7
2. Karakteristik Anak Tunagrahita
Karakteristik anak tunagrahita antara lain :
1. Secara sosial tidak cakap
2. Secara mental dibawah normal
3. Kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda
4. Kematangannya terhambat
Dalam kalasifikasinya anak tunagrahita mengarah kepada aspek index mental
inteligensinya, indikasinya dapat dilihat angka hasil tes kecerdasan, seperti IQ 0-25
dikategorikan Ideot, IQ 25-50 dikategorikan Imbesil, dan IQ 50-75 kategori debil atau
moron, dalam kasus ini dari hasil observasi mengambil penilaian terhadap kelompok
anak tunagrahita mampu didik. Anak tunagrahita mampu didik IQ 68-52 adalah anak
tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih
memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya
tidak maksimal.
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik,
antara lain :
1. Membaca, menulis, mengeja, berhitung.
2. Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pad aorang lain
3. Keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari.

2.3 HAMBATAN KOMUNIKASI


1. Definisi Gangguan Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata Latin, yaitu communication yang berarti sama.
Sama disin maksudnya adalah sama maknanya mengenai suatu hal. Dengan demikian
komunikasi merupakan suatu aktivitas penyampaian pikiran maupun perasaan, antara
individu kepada invidu atau indivisu kepada kelompok melalui system symbol, yang
dapat dimaknai bersama. Dalam proses komunikasi, adakalanya tidak berjalan
sebagaimana mestinya sehingga terjadi miskomunikasi.

8
2. Klasifikasi Gangguan Komunikasi
1. Gangguan Bicara (speech disorder)
a. Gangguan artikulasi, adalah kesulitan dalam pembentukan bunyi-bunyi
suku kata, maupun kata-kata, sehingga ucapannya sulit dipahami. Ada
beberapa tipe gangguan artikulasi , yaitu substitusi,omisi,distorsi dan
adisi.
b. Gangguan kelancaran disebut juga gangguan irama berbicara yang
terdiri dari dua jenis gangguan yaitu gagap dan cluttering.
c. Gangguan Suara, ditandai dengan adanya gangguan proses produksi
suara yang diakibatkan oleh sebab-sebab organic maupun fungsional.
d. Ganguan bicara yang di hubungkan dengan kelainan orofacial seperti
adanya kelainan lidah, celah bibir, celah langit-langit serta kelainan
pendengaran.
e. Gangguan bicara yang dihubungkan dengan kerudakan saraf.
2. Gangguan bahasa (language disorder)
a. Gangguan dalam bentuk bahasa (fonologi, morfologi dan sintaksis)
b. Gangguan isi bahasa (semantic)
c. Gannguan dalam fungsi bahas (pragmatic)
d. Aphasia.

3. Penyebab Ganggguan Komunikasi


Gangguan komunikasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya:
faktor kehilangan pendengaran, kelainan organ bicara, gangguan emosi, keterlambatan
perkembangan, mental retardasi, kerusakan otak, serta faktor lingkungan.
Pencegahan terjadinya gangguan komunikasi sama seperti pencegahan
terjadinya berbagai kelainan pada anak,karena banyak gangguan komunikasi
merupakan danpak dari adanya kelainan tersebut. Disamping itu, orang tua harus
memonitor tumbuh kembang anak, melakukan intervensi dini terhadao kelainan yang
ditemukan, memberikan dukungan dengan banyak memberikan stimulasi bunyi-bunyi
bahasa serta menghindari menggunakan dwi bahasa pada awal masa perkembangan
bahasa.

9
2.3 Media Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
1. Pengertian Komik
Komik adalah sebuah media yang menyampaikan cerita dengan visualisasi
atau ilustrasi gambar, dengan kata lain komik adalah cerita bergambar, dimana
gambar berfungsi untuk pendeskripsian cerita agar si pembaca mudah memahami
cerita yang disampaikan oleh si pengarang.
Biasanya komik sangat digemari oleh orang-orang yang mempunyai tipe
belajar visual karena dalam komik suatu cerita disampaikan dengan dominasi gambar
yang sangat menonjol. Kadang komik bersifat menghibur sehingga kalangan
penggemar komik adalah anak-anak dan remaja.
Komik yang sering kita temukan adalah komik-komik yang bercerita
superhero, cerita kartun dan legenda. Akan tetapi komik pun dapat dirancang dengan
gagasan yang berisi materi atau nilai-nilai yang positif yaitu berisi tentang nilai-nliai
sosial, budaya, agama dan ekonomi.
Komik mempunyai unsur dasar visual yaitu komik dapat dipakai sebagai alat
penyampai pesan yang berisi arti dan makna sehingga terjadi komunikasi visual
antara pesan yang disampaikan oleh komik tersebut dengan si pembaca melalui daya
imajinasinya.

10
2. Kelebihan dan Kekurangan Media Komik
a. Kelebihan Media Komik
Sebagai salah satu media Visual media komik tentunyamemiliki kelebihan tersendiri
jika dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar.Kelebihan media komik dalam
kegiatan belajar mengajar menurut Trimo dinyatakan :
1. Komik menambah perbendaharaan kata-kata pembacanya
2. Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak
3. Dapat mengembangkan minat baca anak dan salah satu bidang study yang lain.
4. Seluruh jalan cerita pada komik menuju satu hal yakni kebaikan atau study
yang lain.
b. Kelemahan Media komik
1. Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga
menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar
2. Ditinjau dari segi bahasa komik hanya menggunakan kata-kata kotor ataupun
kalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan
3. Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan atau tingkah laku yang sinting
(perverted)
4. Banyak adegan percintaan yang menonjol

11
BAB III

ISI

3.1 Asesmen ABK Tahap 1


I. Tanggal Asesmen : 6-Maret -2020

II. Data Anak


Nama : Muhammad Aqsa
Umur : 9 tahun
Kelas :3
Ortu, Pekerjaan, Jumlah Saudara, Kondisi SosEk, Riwayat Penanganan ABK
Sebelumnya dan lain-lain.

III. Data Kemampuan Akademik

No Kemampuan Awal Anak Deskripsi Penilaian


1. Kemampuan Membaca/Berbicara/Verbal/Non Kemampuan membaca
Verbal masih kurang karena
(ex : Kemampuan membaca Permulaan, beberapa huruf abjad masih
membaca pemahaman dll..disesuaikan dgn ada yang tertukar, akan
ABK…) tetapi semakin lama
semakin ada kemajuan
walaupun tidak
signifikan.dan kemampuan
berbicaranya bagus tapi
terkadang masih ada
pengucapan yang sulit
dimengerti, tapi hal ini
jarang terjadi.
2. Kemampuan Menulis Kemampuan menulis masih
(Kesiapan Menulis disesuaikan dgn ABK) sangat kurang karena harus
ditunjukkan yang mana
yang harus ditulis, dan
karena masih ada huruf
abjad yang masih tertukar
mengakibatkan dia
berkali=kali melihat teks
untuk menulis hurufnya.
Kemudian masih sering
salah dalam penggunaan
huruf kapital dan ketika
menulis kalimat masih
berantakan dan tanpa spasi.
Tapi sudah ada sedikit
kemajuan dalam mengenal
abjad.
3. Kemampuan Menghitung Kemampuan menghitung

12
masih kurang karena masih
mengalami sedikit kesulitan
dalam mengenali dan
menghitung menggunakan
operasi hitung. Kemudian
juga masih kesulitan dalam
mengenal konsep satuan
berat. Akan tetapi ada
sedikit kemajuan dalam hal
mengenal nilai mata uang
dan membaca bilangan
lebih dari sepuluh.
4. Kemampuan Kemampuan kognitif masih
Kognitif/Pengetahuan/Pemahaman/Konsetrasi kurang karena tidak dapat
menangkap informasi secara
cepat, tidak dapat berpikir
abstrak, ingatan sangat
lemah, dan juga konsentrasi
sangat lemah, karena sering
asik sendiri ketika proses
belajar mengajar. Dan juga
kesulitan memahami
perintah secara langsung.
5. Kemampuan Motorik (Motorik halus/Motorik Kemampuan motorik
kasar/keseimbangan dll disesuaikan dgn kasarnya normal sama
kondisi anak ABK) seperti anak biasa
sedangkan kemampuan
motorik halusnya
mengalami sedikit masalah
dalam hal menulis. Tetapi
semakin lama semakin ada
kemajuan.
6. Perilaku/Emosi Tidak terdapat masalah
dalam hal perilaku, karena
dia ramah dan gampang
bergaul dengan temannya
seperti anak biasa.
7. Catatan Anekdot/Penting lainnya…... Aqsa menyukai tipe belajar
(ex: Kejadian penting yang pernah terjadi, yang menggunakan media
Tipe Belajar yang disukai anak ABK ) seperti buku yang disertai
gambar animasi dan
berwarna.

13
3.2 Program Penangan ABK dengan Metode Task Analysis
Adapun program penangganan anak berkebutuhan khusus (hambatan kognitif
dan komunikasi) yaitu sebagai berikut :
1. Guru memperkenalkan dulu huruf karena anak masih sering bertukar-tukar dalam
pengenalan huruf abjad, kemudian memperkenalkan suku kata dengan menggunakan
kartu suku kata.
2. Selanjutnya setelah anak mengenal semua huruf abjad (huruf abjad tudak tertukar-
tukar lagi) dan anak pun sudah mampu memahami suku kata maka guru memberikan
sebuah cerita komik pendidikan (pendek).
3. Kemudian guru menyuruh anak untuk membaca dengan suara yang nyaring untuk
melatih cara berbicaranya dengan bimbingan guru.
4. Anak membaca cerita tersebut dengan bimbingan guru sebanyak 3 kali.
5. Kemudian anak membaca cerita tersebut (tanpa bimbingan guru) sampai lancar.
Disini juga untuk melihat pengucapan si anak.
6. Setelah anak lancar membaca guru mencoba untuk mengetes anak tersebut dengan
cara mendikte, kemudian anak tersebut menulis kalimat yang di ucapkan guru, ini
bertujuan supaya guru bisa menilai apakah si anak sudah benar- benar mengingat
huruf atau belum mengingatnya.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Anak tunagrahita bukan merupakan anak yang mengalami penyakit, melainkan
anak yang mempunyai kelainan karena penyimpangan, baik dari segi fisik, mental,
intelektual, emosi, sikap, maupun perilaku secara signitif. Tunagrahita merupakan
kondisi perkembangan kecerdasan seorang anak yang mengalami hambatan sehingga
dia tidak mencapai tahap perkembangannya secara optimal.
Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung jenis
gangguan komunikasi dan hambatan lain yang dialami anak tersebut. Gangguan
komunikasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya: faktor kehilangan
pendengaran, kelainan organ bicara, gangguan emosi, keterlambatan perkembangan,
mental retardasi, kerusakan otak, serta faktor lingkungan. Pencegahan terjadinya
gangguan komunikasi sama seperti pencegahan terjadinya berbagai kelainan pada
anak,karena banyak gangguan komunikasi merupakan danpak dari adanya kelainan
tersebut. Disamping itu, orang tua harus memonitor tumbuh kembang anak, melakukan
intervensi dini terhadao kelainan yang ditemukan, memberikan dukungan dengan
banyak memberikan stimulasi bunyi-bunyi bahasa serta menghindari menggunakan dwi
bahasa pada awal masa perkembangan bahasa.

4.2 Saran
Masyarakat sebaiknya diberi penyuluhan mengenai sekolah inkulsif dan
program layanan bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga orang tua yang memiliki
anak berkebutuhan khusus dapat memberikan anaknya terapi. Jadi anak yang
memerlukan pendidikan khusus seperti anak Tunagrahita dan gangguan komunikasi
dapat mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak pada umumnya. Dan kita
sebagai guru harus kreatif dan pandai dalam menciptakan media yang mampu
membantu anak berkebutuhan khusus tersebut dalam memahami Pembelajaran, dan
media tersebut harus disesuaikan dengan kegemaran si anak agar dia merasa tertarik
ketika belajar.

15
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR

1. Media komik pendidikan

2. Media kartu suku kata

16
3. Suasana belajar di kelas III SD 54 Banda Aceh

4. Aksal yang sedang belajar di kelas

17
DAFTAR PUSTAKA

Aqila Smart, 2011. Anak Cacat Bukan kiamat. Jogjakarta: Kata Hati

Efendy, O. (2006). Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Fitria. 2010. Komik Sebagai Media Pembelajaran.


http://rizcafitria.wordpress.com/2010/07/05/komik-sebagai-media-pembelajaran/
(diakses pada tanggal 17 April 2020 jam 08.30)

Nur’aeni, 2004. Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah. Jakarta : Rineka Cipta

Wardani, IGAK, dkk (2017). Pengantar Anak Berkebutuhan Khusus. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Atmaja, Jati Rinakri. 2018. Pendidikan Dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

18

Anda mungkin juga menyukai