Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 9

Anggota kelompok

1. Iqbal setiawan
2. Istilanjar sari
3. Jery prayoga
4. Jumita

Kelas : 4 B

Makul : Pedagogik Transformatif

Dosen Pengampu : Adevia Indah Kusuma, MM.

KESIMPULAN :

Berdasarkan diskusi kami mengenai materi tersebut kesimpulan yang dapat kami
ambil bahwa Pedagogik Transformatif merupakan suatu hal yang terbuka yang terus-
menerus berkembang sesuai dengan perkembangan kajian ilmiah pedadogik serta
perubahan kehidupan sosial individu, dan sebaliknya dari kemampuan individu yang
diberikan kesempatan oleh lingkungan sosial untuk berkembang secara penuh. Sehingga
pedagogik juga memacu tidak hanya berkaitan dengan startegi atau gaya belajar dalam
makna interaksi dan siswa dan guru.

Sehingga juga terdapat beberapa Strategi pedagogik transformatif menghadapi


perubahan yang terjadi sebagaimana pada revolusi teknologi merupakan perubahan sosial
secara drastis dalam struktur-stuktur penting yang terjadi secara relatif cepat sebagai
akibat dari penemuan teknologi. Sedangkan pada Perubahan diri merupakan suatu
perubahan yang terjadi pada diri seseorang dan bisa saja sangat berbeda dari dia yang
sebelumnya. Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut
berpindah dari keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk
meningkatkan efektifitas organisasinya.

Adapun tujuan pada pedagogik transfomatif kemanusia menjadi seseorang yang lebih
dewasa dalam menjalankan kehidupan. Sehingga sebagai seorang guru dalam Pendidikan
di Indonesia sekarang memiliki tujuan dan proses yang dimana tujuan dan proses ini
memiliki sifat yang menyimpang, hal yang menyimpang tersebut adalah :

1. Tujuan sekolah (gaya bank)


Pendidikan gaya bank. Tujuan sekolah adalah hasil yang ingin di dapatkan oleh si
anak, terutama orang tua yang ingin membuat jalan keberhasilan dari si anak dengan
cara sekolah. Dengan begitu guru akan memberikan ilmu-ilmu kepada di anak untuk
mereka pahami, hal inilah yang dinamakan pendidikan gaya bank. Guru tidak akan
mementingkan paham tidak, dan penting tidak bagi anak. Mereka hanya memberikan
materi yang berbeda-beda setiap hari tanpa mempedulikan minat anak dan
pengembangan anak itu ke arah mana.
2. Proses sekolah (krisis moral)
Setiap sekolah di Indonesia pasti memiliki sistem penilaian pengetahuan peserta
didik. Dari banyak nya sekolah Indonesia pasti menggunakan ulangan dan hasil yang
berupa nilai. Sistem penilaian ini tidaklah salah, tetapi dengan terfokusnya peserta
didik dalam menggapai nilai, mereka melupakan kejujuran yang menjadi nilai Budi
pekerti dan karakter yang harus di utamakan. Contoh yang paling mudah kenapa
peserta didik sulit untuk mengembangkan kejujuran nya ialah karena nilai. Di akhir
persekongkolan guru-guru akan memberikan hadiah kepada murid yang punya nilai
tertinggi, tapi mereka tidak memberi nilai plus dalam kejujuran siswa tersebut, maka
siswa akan otomatis mementingkan nilai tanpa memperdulikan itu hasil menyontek
atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai