Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KETERAMPILAN BAHASA INDONESIA

MENGAPLIKASIKAN KETERAMPILAN BERBICARA

KELOMPOK 11

SARI PUTRI UTAMA 2110013411113

ZAHRA NAIL ALIFA 2110013411106

LUTFIA TRI ZAHRO 2110013411055

RIJALI AHMAD 2110013411150

DOSEN PEMBIMBING : Dr. ERLINA, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS BUNG HATTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengaplikasikan
keterampilan berbicara”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan
bahasa indonesia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Sehingga,
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang  bersifat
membangun demi  kesempurnaan  makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang, 23 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI


A. Kajian teori..............................................................................................4

BAB II METODE
A. Desain Penelitian ....................................................................................7
B. Subjek Dan Objek Penelitian……………………………………………7
C. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................8

BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................10

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................17
B. Saran........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Agar dapat mengetahui dan memahami aspek-aspek keterampilan berbahasa dan keterkaitan
antaraspek keterampilan berbahasa, sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari dengan baik dan benar. keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan
berbahasa yang perlu dikuasai siswa. Dalam keterampilan berbicara diperlukan kemampuan
dan keterampilan khusus, seperti pemilihan kosakata, penyusunan kosakata menjadi
kalimat terstruktur, dan pengucapan yang sesuai. Hal tersebut menimbulkan
kesulitan dalam kemampuan berbicara sehingga menyebabkan rendahnya kualitas
keterampilan tersebut. Kegiatan berbicara dalam kegiatan pembelajaran sangatlah penting,
terutama dalam proses komunikasi antara guru dengan siswa atau siswa
dengan siswa lainnya. Dalam proses pembelajaran terjadilah komunikasi
timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dengan siswa atau antara
siswa dengan siswa. Diharapkan pembelajaran bersifat student centered (
berpusat pada siswa) sehingga siswa benar-benar terlibat dalam pembelajaran,
hal ini mencakup kemampuan berbicara siswa dalam menyampaikan gagasan
atau ide yang dimilikinya, seperti yang dijelaskan Arsjad dan Mukri( 1987 : 16)
mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Dengan demikian kemampuan berbicara siswa merupakan salah satu aktivitas
siswa dalam pembelajaran. Dalam kesehariannya, orang membutuhkan lebih banyak waktu
untuk melakukan komunikasi. Bentuk komunikasi yang paling mendominasi dalam
kehidupan sosial adalah komunikasi lisan. Orang membutuhkan komunikasi
dengan orang lain dalam memberikan informasi, mendapatkan informasi, atau
bahkan menghibur. Selain itu kemampuan berkomunikasi sangat penting
dimiliki seseorang untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain.
1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian keterampilan berbicara


2. Menjelaskan tujuan ketarampilan berbicara
3. Menjelaskan keterampilan berbicara
4. Menjelaskan jenis-jeis keterampilan berbicara
5. Mengaplikasikan keterampilan berbicara
6. Faktor penilaian keterampilan berbicara

1.3 Tujuan

Tujuan penulis membuat makalah ini agar pembaca mengerti dan memahami keterampilan
berbahasa yang baik dan benar. Selain itu pembaca juga dapat mengetahui tentang manfaat
keterampilan berbahasa maupun aspek-aspek keterampilan berbahasa
BAB II

KAJIAN TEORI

1. Pengertian Keterampilan Berbicara

Pengertian keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto (2005: 7) “Keterampilan adalah


kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-
emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)”. Keterampilan yang dipelajari dengan baik
akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara
keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak. Keterampilan anak tidak
akan berkembang tanpa adanya kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan
pada anak yaitu: keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial,
jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan.

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 1180) keterampilan adalah kecakapan untuk
menyelesaikan tugas. Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam
melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu
dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi
orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi

permasalahan hidup. Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang akan bermanfaat bagi
masyarakat. Keterampilan yang akan dibahas disini adalah khusus keterampilan yang
diperuntukkan untuk anak usia Taman Kanak-Kanak, karena masa usia TK adalah masa emas
untuk melatih keterampilannya. Keterampilan pada anak TK yang harus dikembangkan meliputi
keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berbahasa, keterampilan sosial-emosional,
keterampilan kognitif, dan keterampilan afektif yang berupa nilai-nilai dan moral. Kesemua jenis
keterampilan tersebut harus menyatu menjadi sebuah keterampilan hidup yang harus anak
terapkan dan bahkan melekat dalam kehidupannya. Keterampilan-keterampilan itu dibutuhkan
dalam rangka mempersiapkan anak TK menghadapi tantangan di masa depan. Kebutuhan anak
di masa sekarang dan yang akan datang menunjukkan perlunya program pembelajaran yang
dapat membekali anak didik untuk menghadapi tantangan kehidupan secara mandiri, cerdas,
kritis, rasional dan kreatif. Kompetensi dasar pendidian anak TK merupakan gambaran
kompetensi yang seharusnya dipahami, diketahui, dan dilakukan anak sebagai hasil pembelajaran
di Taman Kanak-Kanak.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Berbicara

Hurlock (1978 : 186) mengemukakan kondisi yang dapat menimbulkan perbedaan dalam
berbicara yaitu kesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginan
berkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metode pelatihan anak, kelahiran
kembar, hubungan dengan teman sebaya, kepribadian. Kondisi yang dapat menimbulkan
perbedaan berbicara tersebut dapat diuraikan berikut ini.

1. Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak
sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok social dan
berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.
2. Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan
memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang
tingkat kecerdasannya rendah.
3. Keadaan Sosial Ekonomi
Anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya tinggi lebih mudah belajar
berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih banyak berbicara ketimbang anak
dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya adalah
bahwa anak dari kelompok yang lebih tinggi, lebih banyak di dorong untuk berbicara dan
lebih banyak dibimbing melakukannya.
4. Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih cepat dalam belajar berbicara dibandingkan anak lakilaki. Pada
setiap jenjang umur, kalimat anak lelaki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya,
kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak
perempuan.
5. Keinginan Berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain semakin kuat motivasi
anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang
diperlukan untuk belajar.
6. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya bicara dan
didorong menanggapinya, akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik
kualitas bicaranya
7. Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik
ketimbang anak dari keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang
lebih banyak untuk mengajar anaknya berbicara.
8. Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir
kemudian. Ini karena orang tua dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk
mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang
untuk anak yang lahir kemudian.
9. Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa “anak harus dilihat dan
bukan didengar” merupakan hambatan belajar, sedangkan pelatihan yang memberikan
keleluasaan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar.
10. Kelahiran Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembangan bicaranya terutama
karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami
logat khusus yang mereka miliki. Ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar
berbicara agar orang lain dapat memahami mereka.
11. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar keinginan
mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, akan semakin kuat motivasi
mereka untuk belajar berbicara.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Pada dasarnya, penelitian tindakan kelas meneliti masalah yang bersumber dari kelas. Dalam
penelitian ini, masalah muncul dari siswa Sekolah Dasar yang berkaitan dengan kemampuan
berbicara dalam pembelajaran. Untuk memperoleh data yang yang sesuai dengan
permasalahan dan tujuan penelitian maka penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan
dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Masing-
masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan
(action), tahap pengamatan (observation), dan tahap refleksi (reflection)
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian Subjek
utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas V. Jumlah siswa kelas V adalah 40 orang
siswa , terdiri dari 21 perempuan dan 19 laki-laki. Kondisi dari semua siswa kelas V SDN
Kubang dalam keadaan baik dan normal, yang berarti tidak ada anak yang berkebutuhan
khusus. Materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini adalah meneliti Keterampilan
Berbicara Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model
pembelajaran Whole Brain Teaching. Pertimbangan pemilihan sekolah yang dijadikan
tempat penelitian yaitu:
a. Peneliti sudah memiliki hubungan yang baik dengan keluarga besar SDN Kubang.
b. Mudah dalam hal perijinan dari kepaka sekolah untuk melakukan penelitian.
c. Siswa kelas V yang dijadikan dalam subjek penelitian dapat diajak kerjasama karena
mereka telah mengenal peneliti

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah pesera didik kelas V sekolah Dasar Negeri
Kubang belum pernah menggunakan model pembelajaran whole brain teaching.

2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kubang, dengan jumlah siswa
40 orang. Yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Pelaksanaan
penelitian ini direncanakan pada semseter ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Sasarannya
adalah penerapan model pembelajaran Whole Brain Teaching Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Siswa dalam pembelajan Bahasa Indonesia, yang beralamatkan
Desa Sukamukti Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Penulis
mengambil lokasi atau tempat ini dengan beberapa pertimbangan sehingga memudahkan
dalam mencari data.
C. Pengumpulan Data
Tahap ini menjadi teramat penting karena keberhasilan sebuah hasil PTK berdasarkan pada
ketepatan alat pengumpulan yang digunakan. Pada penelitian ini, peneliti melakukan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan:
a. Tes
Tes instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek
kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Dalam penelitian tes kemampuan
potensi dan tes kemampuan hasil belajar dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.
b. Wawancara
Pedoman wawancara dipergunakan untuk memperoleh data secara langsung tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan keterampilan berbicara. Data yang diambil mengenai
kesan, pesan, dan pendapat peserta didik terhadap pembelajaran menceritakan hasil
pengamatan dengan model whole brain teaching. Kegiatan wawancara dilakukan setelah
pembelajaran usai. Wawancara dapat dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas.
Kegiatan wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara bertanya dengan peserta didik
yang telah dipilih, kemudian mencatat hasilnya.
c. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian
yang sedang berlangsung dan memcatat dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan
diamati atau diteliti. Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
terhadap objek,baik sewcara langsung maupun tidak langsung.
d. Dokumentasi
Dokumentasi pada pelaksanannya adalah mendokumentasikan setiap momen aktifitas
pembelajaran melalui foto kegiatan. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan
kamera untuk mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas.
Menurut Nawawi (Iskandar dan Narsim, 2015 hlm. 50) menyatakan bahwa studio
dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan
masalah penyelidikan.
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Pengertian Berbicara
Keterampilan berbicara adalah sebuah kemampuan berbahasa dalam mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan ide, pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan kepada orang lain sebagai mitra
pembicara didasari oleh kepercayaan diri, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan
menghilangkan masalah psikologis seperti malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan
lain-lain. Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari
pembicara kepada pendengar. Dalam penyampaian informasi, secara lisan seorang pembicara
harus mampu menyampaikannya dengan baik dan benar agar informasi tersebut dapat
diterima oleh pendengar. Untuk menjadi pembicara baik, pembicara harus mampu menangkap
informasi secara kritis dan efektif, hal ini berkaitan dengan aktivitas menyimak. Apabila
pembicara merupakan seorang penyimak yang baik maka ia mampu menangkap informasi
dengan baik.
Berikut definisi dan pengertian keterampilan berbicara dari beberapa sumber buku: 
a. Menurut Iskandarwassid (2010), keterampilan berbicara adalah keterampilan
memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan
perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh
kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab
dengan menghilangkan masalah psikologis seperti malu, rendah diri, ketegangan, berat
lidah, dan lain-lain. 
b. Menurut Hermawan (2014), keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide,
pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra pembicara. 
c. Menurut Arsjad dan Mukti (1988), keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan
persendian (juncture). 
d. Menurut Utari dan Nababan (1993), keterampilan berbicara adalah pengetahuan bentuk-
bentuk bahasa dan makna-makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk
menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa. Kemampuan berbicara yang baik
adalah kecakapan seseorang dalam menyampaikan sebuah informasi dengan bahasa yang
baik, benar dan menarik agar dapat dipahami pendengar.
2. Tujuan Keterampilan Berbicara 
Tujuan berbicara secara umum adalah karena adanya dorongan keinginan untuk
menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain (yang diajak berbicara). Sedangkan
tujuan secara khusus ialah mendorong orang untuk lebih bersemangat, mempengaruhi orang
lain agar mengikuti atau menerima pendapat (gagasannya), menyampaikan sesuatu informasi
kepada lawan bicara, menyenangkan hati orang lain, memberi kesempatan lawan bicara untuk
berpikir dan menilai gagasannya.
Pembelajaran dalam melatih keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan
kepada setiap individu mencapai kemampuan berbicara dengan baik. Menurut Hermawan
(2014), tujuan keterampilan berbicara bagi peserta didik adalah sebagai berikut: 
1. Kemudahan berbicara, peserta didik harus dilatih untuk mengembangkan keterampilan
berbicara agar terlatih kepercayaan diri dalam pengucapannya. 
2. Kejelasan, untuk melatih peserta didik agar dapat berbicara dengan artikulasi yang jelas
dan tepat dalam pengucapan. 
3. Bertanggung jawab, latihan untuk peserta didik agar berbicara dengan baik dan dapat
menempatkan pada situasi yang sesuai agar dapat bertanggung jawab. 
4. Membentuk pendengar yang kritis, melatih peserta didik dalam menyimak lawan bicara
dan mampu mengoreksi jika ada ucapan yang salah. 
5. Membentuk kebiasaan, yaitu membiasakan peserta didik dalam mengucapkan kosa kata
atau kalimat sederhana secara baik dan ini juga harus dibantu oleh lingkungan sekolah atau
guru.
3. Jenis-jenis Keterampilan Berbicara 
Menurut Musaba (2012), keterampilan berbicara dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara
lain yaitu sebagai berikut:
a. Bercerita 
Bercerita adalah menuturkan suatu cerita secara lisan (walaupun bahan cerita bisa
berwujud karangan tertulis). Kebiasaan bercerita ini banyak ditemukan di berbagai daerah
di Indonesia. Pada waktu dulu kegiatan bercerita jauh lebih semarak, dibandingkan masa
sekarang. Kegiatan bercerita di kalangan masyarakat Jawa dan beberapa daerah lain juga
mengenal kegiatan bercerita berupa pertunjukan wayang yang dibawakan oleh dalang
dengan perangkat alatnya. Banyak daerah lain mengenal kegiatan bercerita tersebut
dengan nama dan cara yang berbeda-beda. Kegiatan bercerita yang disebutkan di sini
lebih bersifat tradisional, berlaku secara turun-temurun.
b. Debat 
Istilah debat tampaknya juga cukup dikenal di kalangan masyarakat. Terkadang ada
ungkapan untuk seseorang yang senang berdebat, maka disebut suka debat atau jago
debat. Debat sebenarnya mirip dengan dialog. Debat berarti bertukar pikiran secara
terbuka untuk membahas masalah yang masih merupakan pro dan kontra dengan
memperhatikan aturan dan tata tertib tertentu.
c. Diskusi 
Istilah diskusi cukup dikenal, terutama di kalangan kaum terdidik. Bagi kalangan kampus,
diskusi sudah merupakan kegiatan yang dianggap lazim. Diskusi diartikan sebagai
pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Diskusi kelompok
biasanya ditandai dengan lebih terbatasnya jumlah peserta, tingkat keformalannya kurang
menonjol. Diskusi panel biasanya menghadirkan beberapa pembicara kunci atau para
penyaji materi, kemudian diikuti audiens. Dalam diskusi panel yang banyak berperan
adalah para panelis (para penyaji atau pembicara), audiens memang diberi kesempatan
memberikan pendapat atau tanggapan, tetapi jatahnya lebih sedikit.
d. Wawancara 

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar,
disiarkan melalui radio atau ditayangkan pada layar televisi. Istilah wawancara sudah tidak
asing lagi di kalangan masyarakat. Wawancara mirip dengan dialog. Namun, wawancara
cenderung lebih mengaktifkan orang yang diwawancarai. Orang yang diwawancarai tentu
amat beragam, bisa ia merupakan seorang ahli atau nara sumber, juga bisa sebagai anggota
masyarakat biasa.

e. Pidato dan Ceramah 

Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan
pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Sedangkan ceramah merupakan
suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan tertentu dan
kepada pendengar tertentu.

f. Percakapan 
Percakapan adalah dialog antara dua orang atau lebih. Membangun komunikasi melalui
bahasa lisan (melalui telepon, misalnya) dan tulisan (di chat room). Percakapan ini
bersifat interaktif yaitu komunikasi secara spontan antara dua atau lebih orang.
4. Mengaplikasikan Keterampilan Berbicara 
Menurut Oetomo (2015), terdapat beberapa teknik berbicara yang harus dikuasai untuk
mendapatkan kemampuan atau keterampilan berbicara, yaitu sebagai berikut:
a. Teknik berbicara yang Baik 
Bicaralah ramah pada setiap orang. Perkataan/artikulasi pun harus jelas agar tidak terjadi
mis-communication. Perhatikan pula pemilihan kata. Meski bertujuan baik, jika salah
berkata-kata maka tujuan itu tidak akan tercapai. Lakukan kontak mata pada lawan
bicara. Saat bicara dengan atasan, usahakan fokus. Bicara seperlunya, Jangan ngelantur
sehingga intinya malah tidak jelas. Kalau atasan memancing kita membicarakan masalah
personal seorang rekan sekerja, sebagai bawahan yang profesional sebaiknya kita
berbicara diplomatis.
b. Teknik berbicara di depan umum 
Berbicara di depan umum bukanlah soal bakat. Kemampuan tersebut bisa dilatih dengan
kepercayaan diri dan kuasai bahan pembicaraan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melatih teknik berbicara di depan umum antara lain adalah sebagai berikut: 
1. Tunjukkan antusias terhadap situasi dan pendengar. 
2. Lakukan kontak mata 5-15 detik, dan tatapan kita pun harus berkeliling bukan pada
satu orang saja. Jadi, semua orang merasa diajak berbicara. 
3. Perlihatkan senyuman agar lawan bicara fokus pada kita. 
4. Sisipkanlah humor, karena humor akan menghilangkan kejenuhan, namun hindari
humor yang berbau porno.
5. Fokus pada pembicaraan. Tidak perlu memperlihatkan semua wawasan yang kita
punya, karena akan menunjukkan kita sok pintar.
6. Berikan pujian yang jujur pada orang lain, tanpa menyimpang dari maksud.
c. Teknik Berbicara Profesional 
Seorang profesional perlu mengenal teknik presentasi yang efektif. Terdapat tiga faktor
penting yang perlu diperhatikan dalam berbicara secara profesional, yaitu: 
1. Faktor verbal 7 %, menyangkut pesan yang kita sampaikan termasuk kata-kata yang
kita ucapkan. 
2. Faktor vokal, 38 %, seperti intonasi, penekanan, dan resonansi suara.
3. Faktor visual, 55 % yakni penampilan kita.
d. Teknik Membuka dan Menutup Pembicaraan 
Untuk mengawali suatu pembicaraan, adakanlah small talk, seperti mengucapkan selamat
pagi, siang atau malam. Untuk memancing perhatian pendengar, lemparkan joke ringan.
Setelah itu baru ke topik utama. Akhiri pembicaraan dengan ilustrasi dan summary hasil
pembicaraan di dalamnya. Jadi, jangan bicara dari A sampai Z, sebaiknya diringkas
sehingga orang mengerti dan tidak melupakan pesan atau inti sari pembicaraan. Berbicara
atau berkomunikasi secara profesional menuntut kesiapan tiga hal. Pertama wawasan atau
materi yang disampaikan, kedua cara penyampaian yang meliputi gerak, intonasi suara,
dan penekanannya, ketiga penampilan. Semua hal tersebut dapat dipelajari asalkan siswa
memiliki kemauan. Milikilah motivasi untuk maju dan berkembang mencapai
keberhasilan yang diinginkan.
5. Faktor Penilaian Keterampilan Berbicara 
Menurut Arsjad dan Mukti (1988), terdapat dua faktor yang harus diperhatikan oleh
pembicara dalam memperoleh keterampilan berbicara dengan efektif dan baik, yaitu faktor
kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Adapun penjelasan dari dua faktor penilaian
keterampilan berbicara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor Kebahasaan 
Faktor-faktor kebahasaan sebagai penilaian keterampilan berbicara seseorang antara lain
adalah sebagai berikut: 
Ketepatan ucapan. Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan
menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik, atau sedikitnya
bisa mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat
kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa. Sehingga terlalu menarik perhatian,
mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara) dianggap aneh. Penempatan
tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai. Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi
merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan kadang-kadang merupakan faktor
penentu. Ketepatan masalah yang dibicarakan dan durasi yang sesuai, akan menjadi lebih
menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan dapat
menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang. 
Pilihan kata (diksi). Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya
mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang
dan akan lebih
paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar.
Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan
jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul menjadi miliknya, baik
sebagai perorangan maupun sebagai pembicara. Selain itu, pilihan kata juga disesuaikan
dengan pokok pembicaraan. 
Ketepatan sasaran pembicaraan. Hal ini menyangkut pemakaian kalimat pembicara yang
menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.
Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan
penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang
mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau
menimbulkan akibat.
b. Faktor Non-kebahasaan 
Faktor-faktor non-kebahasaan sebagai penilaian keterampilan berbicara seseorang antara
lain adalah sebagai berikut: 
Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku
tentu akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja
sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Tentu saja
sikap ini sangat ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi. 
Pandangan harus diarahkan pada lawan bicara. Supaya pendengar dan pembicara betul-
betul dalam kegiatan berbicara, maka pandangan pembicara harus sesuai. Pendengar yang
hanya tertuju pada satu arah, akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. 
Kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dalam menyampaikan isi pembicaraan,
seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat
pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata
memang keliru. 
Gerak-gerik dan mimik yang tepat. Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula
menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya
juga dibantu dengan gerak-gerik atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi,
artinya tidak kaku. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan
berbicara. 
Kenyaringan suara yang pas. Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi,
tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak, aturlah
kenyaringan suara supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga
mengingat kemungkinan gangguan dari luar. 
Kelancaran. Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar
menangkap isi pembicaraannya. Sering kali seorang mendengar pembicara berbicara
terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi
tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi e,
o, a, dan sebagainya. Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan
menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraannya.
Relevansi/Penalaran. Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan kenyataan.
Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah jelas. Hal ini berarti
hubungan bagian-bagian dalam kalimat dan hubungan kalimat dengan kalimat harus jelas
serta berhubungan dengan pokok pembicaraan. 
Penguasaan topik. Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan, tujuannya tidak lain
supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang akan menumbuhkan
keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan
faktor utama dalam berbicara.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keterampilan berbicara adalah sebuah kemampuan berbahasa dalam mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan ide, pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan kepada orang lain sebagai
mitra pembicara didasari oleh kepercayaan diri, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan
menghilangkan masalah psikologis seperti malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan
lain-lain. Tujuan berbicara adalah karena adanya dorongan keinginan untuk menyampaikan
pikiran atau gagasan kepada orang lain (yang diajak berbicara).
B . SARAN
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca berkenan
menyampaikan kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini, sertamemberikan
saran dan masukan atas kekurangan tersebut. Kritik dan saran yang pembaca ajukan akan
saya jadikan sebagai bahan perbaikan untuk penyusunanmakalah selanjutnya, agar tidak
terjadi kesalahan yang sama lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Iskandarwassid, D.S. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hermawan, Acep. 2014. Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arsjad M, dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Utari dan Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Musaba, Zulkifli. 2012. Terampil Berbicara. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Oetomo. 2015. Melatih Kemampuan Berbicara. Online: www.bahana-magazine.com.

Anda mungkin juga menyukai