Anda di halaman 1dari 26

Tugas ke II

KONSEP KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA SD

Oleh:

LASMI FARIDA
NPM:210102186

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keterampilan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Yang telah memberikan begitu banyak
nikmat,rahmat,dan hidayah Nya kepada kita sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Zulpadli Hamdi M.pd selaku dosen pengampu Mata kuliah Keterampilan Bahasa
Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu dan pengarahan dalam pembuatan
makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis beerharap kritik dan saran dari
bapak dosen pengampu Mata Kuliah Keterampilan Bahasa Indonesia dalam
penulisan makalah selanjutnya.
Penulis berharap makalah ini dapat menjajadi sumber belajar dan refrensi
dalam mengembangkan kemampuan peserta didik dalam pelajaran Keterampilan
Bahasa Indonesia.Demikian makalah ini penulis susun semoga dapat bermanfaat
bagi kegiatan perkuliahan mata pelajaran Keterampilan Bahasa Indonesia.

Senin,3 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. .Latar Belakang.....................................................................................1
B. .Rumusan Masalah................................................................................2
C. .Tujuan..................................................................................................3
D. .Manfaat................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
A. Pengertian Keterampilan Berbahasa dan manfaatnya..........................4
B. Jenis-jenis keterampilan berbahasa.......................................................5
C. Aspek-aspek keterampilan berbahasa...................................................15
BAB III PENUTUP.........................................................................................22
A. Kesimpulan...........................................................................................22
B. Saran.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan berbahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan
maupun tulisan dalam mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya saling
berkaitan dan saling mengisi (Tarigan, 2013:1). Setiap keterampilan, erat
berhubugan dengan proses-proses yang mendasari bahasa karena bahasa
seseorang mencerminkan pemikirannya. Semakin terampil seseorang
berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pemikiranya. Mengacu pada
pengertian bahasa sebagai alat komunikasi mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia berdasarkan KTSP merupakan program untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa
Indonesia.
Program tersebut tercermin dalam kegiatan pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan standar kompetensi yang terdiri dari dua
aspek yaitu aspek kemampuan berbahasa dan bersastra yang masing-masing
terbagi atas sub aspek mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Sistem pendidikan di Indonesia saat ini menggunakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan menghendaki terwujudnya suasana menarik agar
siswa dapatmengembangkan potensi dirinya salah satu pembelajaran yang
dapat mengembangkan potensi siswa adalah menulis teks berita.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdapat Standar
Kompetensi (SK) yang ke- 12 yaitu Mengungkapkan Informasi dalam bentuk
rangkuman, teks berita, slogan/ poster, dengan Kompetensi Dasar (KD) yang
ke 12.2 “Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas”. Menulis adalah
suatu keterampilan berbahasa dalam berkomunikasi walaupun secara tidak
langsung dan suatu pekerjaan yang ekspresif dan produktif merupakan ke arah

1
yang lebih maju hasil dari proses pengembangan. Menulis merupakan
kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika
peradaban manusia. Menulis dipergunakan untuk mencatat atau merekam,
menyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi orang
lain. Penyampaian maksud keterampilan menulis hanya dapat dicapai dengan
baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya
dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, dan pemakaian
kata-kata yang jelas dan baik. Melalui kegiatan menulis pula orang dapat
mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak
atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai
keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian,
pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan
pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa
sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi. Salah satu
aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab
keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya. Walaupun pada
dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan
berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif.
Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya
akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya
B. Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang strategi,metode,dan
pendekatan mata pelajaran maka diperlukan subpokok bahasan yang saling
berhubungan,sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa
2. Apa yang dimaksud dengan ketrampilan memyimak
3. Apa yang dimaksud dengan ketrampilan berbica
4. Apa yang dimaksud dengan ketrampilan membaca
5. Apa yang dimaksud dengan ketrampilan menulis

2
6. Apa hubungan atau keterkaitan keterampilan berbahasa
C. Tujuan
Untuk mengkaji makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin di capai,
yaitu:
1. Untuk Mengetahui pengertian dan manfaat keterampilan berbahasa
2. Untuk mengetahuihubungan atau keterkaitan keterampilan berbahasa
D. Manfaat
Manfaat di buatnya makalah ini agar dapat lebih memahami dan
menelaah berbagai jenis keterampilan berbahasa guna meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam proses pembelajaran dengan tujuan peserta
didik dapat mengetahui apa saja keterkaitan membaca,menyimak,menulis,dan
berbicara.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Berbahasa dan manfaatnya


Pengertian Berbahasa dan Manfaat Keterampilan Dalam
berkomunikasi, media utama yang digunakan yaitu bahasa melalui hasil
proses kerjasama antara data dan alat ucap. Antara komunikator I, II, dan III
dalam berkomunikasi terkadang memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut bisa
saja terkendala dari daya nalar cara atau artikulasi. Hal ini sangat berkaitan
dengan tingkat keterampilan berbahasa seseorang. Orang yang memiliki
keterampilan berbahasa secara optimal akan dapat dengan mudah mencapai
setiap tujuan komunikasinya. Begitu juga sebaliknya, bagi orang yang
memiliki tingkatan keterampilan berbahasa yang sangat lemah akan dapat
menunda ketercapaian tujuan komunikasinya bahkan akan terjadi
kesalahpahaman (comprehension contradiction) sehingga membuat keadaan
tidak seimbang. Keterampilan berbahasa yang baik dan sesuai tujuan dalam
berkomunikasi yaitu komunikatif. Komunikatif ialah adanya kesepahaman dan
kesinambungan pertukaran ide, pesan, atau informasi antara pembicara dengan
pendengar dalam kegiatan berkomunikasi.
Selain berbahasa secara komunikatif, sering juga dikatakan creative
communicative atau berkomunikasi kreatif. Berkomunikasi kreatif adalah
memiliki daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan suasana komunikasi
yang nyaman. Hal ini harus dilakukan secara teliti dan menjiwai arah
pembicaraan secara cerdas. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai
sebuah pernyataan persuasif bahwa "Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar". Maksud dari penyataan tersebut merupakan sebuah penekanan dan
anjuran dalam berbahasa Indonesia. Gunakan bahasa Indonesia yang baik
yaitu suatu anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia yang komunikatif
(connect communicative). Sementara itu, maksud dan tujuan dari ungkapan
gunakan bahasa Indonesia yang benar yaitu suatu anjuran untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang sesuai dengan aturan kebahasaan atau aturan berbahasa
Indonesia, seperti memperhatikan kata yang baku atau tidak baku, tata

4
kalimat, pemilihan kata, dan bahkan artikulasi. Namun, dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak mesti dan harus selalu menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Sebaikanya kita memperhatikan keadaan dan kondisi.
Misalnya, ketika dalam sebuah pertemuan ilmiah, seminar, workshop, dan
pertemuan kebahasaan, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Sedangkan suasana seperti di pasar, lapangan, terminal, dan tempat
umum lainnya, hanya disarankan untuk menyesuaikan antara pembicara
dengan orang yang akan menerima pesan. Hal ini berhubungan dengan ragam
bahasa fungsiolek yang sesuai dalam pengkajian ilmu sosiolinguistik.
Menurut Hoetomo MA (2005:531-532) terampil adalah cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam
pengertian luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk
mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan (Suparno, 2001:27).
B. Jenis-jenis keterampilan berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan
dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan
menulis.
1. Ketermpilan menyimak
Keterampilan menyimak adalah keterampilan memahami bahasa
lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian berarti bukan sekedar
mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya.
Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan
mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun
tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan
mendengar tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan disekripsi
mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa
yang kita sajikan dalam bahasa kedua. Ada dua jenis situasi dalam
mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi
mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara interaktif

5
terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang
sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantian
melakukan aktivitas mendengarkan dan memperoleh penjelasan, meminta
lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin
memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi
mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan film,
khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi
mendengarkan noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan
dari pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat. Berikut ini
adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya
untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu
a. Pendengar harus Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar
menggunakan daya ingat jangka pendek (short term memory).
Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti
dalam bahasa target.
b. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan
intinasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
c. Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar
d. Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order
patterns)
Situasi Keterampilan Menyimak Ada dua situasi dalam
keterampilan menyimak:
a. Mendengarkan Secara Interaktif Menyimak secara interaktif adalah
percakapan yang terjadi secara tim- bal-balik antara pembicara dengan
pendengar dan aktifitas terjadi se- cara bergantian. Menyimak secara
interaktif dapat berlangsung dalam jarak dekat dan jarak jauh. Jarak
dekat seperti dialog langsung secara berhadapan dan jarak jauh seperti
telepon dan telekonferensi.
b. Menyimak Secara Non-interaktif Menyimak secara non-interaktif
adalah percakapan yang terjadi satu arah saja. Pembicara

6
menyampaikan pikirannya secara terus-menerus) dan pendengar
menyimak tanpa ada kesempatan untuk memberikan tanggapan.
Contoh menyimak secara non-interaktif seperti menyimak radio
dan khotbah serta menonton siaran tv dan film.
a. Langkah-langkah Keterampilan Menyimak
Menyimak Untuk dapat menerima pesan yang disampaikan
melalui encoding ada beberapa langkah yang harus diperhatkan seperti
berikut ini..
1) Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang dapa membedakan arti.
2) Memperhatikan tekanan kata dan intonasi kalimat.
3) Memahami arti kata yang digunakan
4) . Mengenali bentuk kata yang digunakan.
5) Mendeteksi kata-kata kunci yang mengacu kepada topik.
6) Memahami makna sesuai konteks.
b. Strategi Keterampilan Menyimak
Strategi keterampilan menyimak bahasa, supaya dapat
menerima pi- kiran pembicara, ada dua macam, yaitu: 1. Memusatkan
Perhatian Memusatkan perhatian pada masalah yang sedang
dibicarakan, se- hingga akan membantu untuk memahami masalah
tersebut. 2. Membuat Catatan Pada saat menyimak pembicara,
usahakan menulis hal-hal yang pen- ting atau hal-hal yang baru bagi
kita, supaya mudah mengingatnya kembali bila diperlukan.
c. Jenis-jenis Keterampilan
Menyimak Jenis-jenis keterampilan menyimak dapat dibagi
empat macam, yaitu:
1) Menyimak Kritis Menyimak kritis adalah menyimak yang
dilakukan dengan sungguh- sungguh dan memberikan penilaian
yang objektif. Tujuannya adalah untuk melihat kebenaran,
keaslian, kelebihan, dan kekurangan ten- tang masalah yang
disimak.

7
2) Menyimak Kreatif Menyimak kreatif adalah kegiataan menyimak
yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan
kreativitas tentang masalah yang sedang disimak.
3) Menyimak Eksploratif Menyimak eksploratif adalah menyimak
yang bertujuan untuk mem- peroleh informasi baru tentang
masalah yang disimak. Setelah selesai.
2. Ketermpilan berbicara
Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis
besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan
noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan
secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan
adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga
memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat
memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara.
Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam
berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens
memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun
pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa
tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat
noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi. Berikut ini
beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana
permbicara harus dapat;
a. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga
pendengar dapat membedakannya.
b. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat
sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara.
c. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang
tepat.
d. Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi
komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara

8
dan pendengar. Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi
pendengar.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan seseorang untuk meng-
ungkapkan pikiran secara langsung atau tidak langsung. Berbicara secara
langsung adalah pembicara berhadapan langsung dengan pendengarnya,
sedangkan berbicara tidak langsung pembicara tidak berhadapan langsung
dengan pendengarnya, misalnya siaran radio atau televisi. a. Situasi
Keterampilan Berbicara Menurut Mulyati dkk. (2007:11)
a. Situasi keterampilam berbicara ada tiga macam:
1) Keterampilan Berbicara Interaktif Keterampilan berbicara
interaktif adalah berbicara secara tatap muka atau lewat telepon.
Berbicara secara interaktif berarti antara pembica- ra dan
pendengar berbicara secara langsung baik jarak dekat maupun
jarak jauh secara bergantian.
2) Keterampilan Berbicara Semi-interaktif Keterampilan berbicara
semi-interaktif adalah berbicara di depan pe- nonton dan penonton
tidak dapat melakukan kegiatan berbicara, penonton hanya
mendengarkan saja. Pembicaraan berlangsung satu arah saja.
3) Keterampilan Berbicara Non-interaktif Keterampilan berbicara
noninteraktif adalah berbicara di dalam te- levisi atau radio.
Encoding dan decoding berada pada jarak jauh atau tempat yang
berbeda dan hanya berlaku satu arah saja.
b. Langkah-Langkah Keterampilan Berbicara
Untuk dapat menyampaikan pesan dari pembicara kepada
pendengar ada beberapa langkah yang harus diperhatkan seperti
berikut ini.
1) Mengucapkan bunyi secara jelas, sehingga pendengar dapat
membe- dakannya.
2) Menggunakan nada, tekanan, dan intonasi sesuai dengan makna
yang diinginkan pembicara.
3) Menggunakan pilihan kata yang tepat.

9
4) Menggunakan bentuk kata yang tepat.
5) Menggunakan bahasa yang sesuai situasi dan kondisi pada saat
berbi- cara.
6) Penekanan terhadap pikiran utama yang diikuti pikiran penjelas.
Bahan deng
c. Jenis-Jenis Berbicara
Dari cara penyampaian pokok pikiran, berbicara itu dapat
dibagi tu- juh macam, yaitu:
1) Berdialog Berdialog adalah bertukar pikiran tentang sesuatu antara
satu orang atau lebih. Tujuan dialog adalah untuk mencari jalan
keluar atau penyele- saian terhadap masalah tersebut. Hal-hal yang
perlu diperhatikan di dalam berdiaog sebagai berikut.
a) Bagaimana cara memulai percakapan.
b) Bagaimana cara supaya menarik perhatian.
c) Bagaimana cara mengemukakan pikiran-pikiran.
d) Bagaimana cara menyela, menolak, menerima, menyarankan,
dan memperbaiki pendapat lawan berbicara.
2) Menyampaikan Pengumuman Menyampaikan pengumuman berarti
menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh masyarakat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyampaikan
pengumuman sebagai berikut.
a) Mendata materi pengumuman yang akan disampaikan.
b) Urutan materi pengumuman yang akan disampaikan.
c) Tekanan kata dan intonasi kalimat yang sesuai.
d) Penampilan yang menarik.
3) Bercerita Bercerita ialah menyampaikan kisah atau cerita kepada
orang lain. Bercerita ini sering dijumpai pada zaman dahulu, ayah
atau ibu, nenek atau kakek bercerita sambil menidurkan anak atau
cucunya. Tujuannya adalah untuk menyampaikan nilai pendidikan,
kebenaran, sopan-santun, dan yang berhubungan dengan budi

10
pekerti yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita
sebagai berikut.
a) Mengetahui tingkat kemampuan audiens atau pendengar.
b) Menguasai materi cerita.
c) Menyampaikan gaya bercerita sesuai dengan yang diinginkan
pende- ngar.
d) Menjelaskan pesan-pesan yang terdapat di dalam cerita.
4) Berpidato Pidato ialah berbicara untuk menyampaikan pikiran,
perasaan seseorang kepada sekelompok orang. Pidato ialah
menyampaikan pikiran secara lisan di depan penonton atau
pendengar.
5) Berdiskusi Diskusi adalah berbicara untuk bertukar pikiran
mengenai suatu ma-salah. Diskusi merupakan pertemuan ilmiah
yang paling sederhana dan sering sekali diskusi diadakan tanpa
panitia dan tanpa direncanakan untuk membicarakan sesuatu yang
belum ada jalan keluar atau penyelesaiannya. Namun, diskusi
sudah dianggap salah satu jalan untuk menyelesaikan per- soalan..
6) Wawancara Wawancara adalah berbicara untuk mengajukan
pertanyaan-perta- nyaan kepada seseorang yang dianggap mengerti
tentang sesuatu. Tuju- annya adalah untuk mengetahui secara
terperinci tentang masalah yang diinginkan.
7) Musyawarah Musyawarah adalah berbicara dalam satu pertemuan
yang bertujuan untuk mengambil keputusan yang tepat. Dalam
musyawarah keputusan dapat diambil secara aklamasi (disetujui
secara bersama-sama) dan voting (berdasarkan suara terbanyak).
3. Keterampilan membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan
membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang
memilki tradisi lireasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan

11
membaca dikembangkan secara terintergrasi dengan keterampilan
menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses
membaca yang harus dimiliki oleh pembicara adalah:
a. Mengenal sistem tulisan yang digunakan.
b. Mengenal kosakata.
c. Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan
gagasan utama.
d. Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks
tertulis.
e. Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan
sebagainya.
Keterampilan membaca juga merupakan memahami sistem tulisan
(huruf, sukukata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan teks/buku)
dan memahami arti atau makna yang terkandung di dalamnya.
a. Langkah-Langkah Keterampilan Membaca
Untuk dapat memahami arti dari satu teks atau buku, harus
dipersiap kan seperti berikut ini.
1) Mengenal tulisan yang digunakan di dalam teks atau buku.
2) Memahami makna kata dasar dan kata bentukan (gramatikal).
3) Memahami kosakata dan kelas kata serta arti yang terkandung di
dalamnya.
4) Memahami kata-kata kunci di dalam teks atau buku.
5) Memahami pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas di dalam
satuparagraf.
6) Memahami jabatan (konstituen) kata di dalam kalimat. Misalnya,
subjek, predikat, objek, dan keterangan.
7) Memahami cara membuat ringkasan, baik dalam bentuk lisan
maupundalam bentuk tulisan, (Mulyati dkk (2007:12).

12
b. Jenis-Jenis Keterampilan Membaca
Sesuai dengan cara yang dilakukan pada saat membaca, maka
membaca itu dapat dibagi dua macam seperti berikut ini.
1) Membaca dalam Hati
dalam hati adalah seperti berikut ini.
a) Membaca dalam hati hanya untuk kepentingan diri-sendiri.
b) Membaca dalam hati supaya tidak menganggu orang lain.
c) Membaca dalam hati untuk memahami arti teks atau wacana
ataubuku.
2) Membaca Bersuara
Tujuannya adalah:
a) Membaca bersuara untuk kepentingan diri-sendiri dan orang
lain.
b) Membaca bersuara untuk melafalkan huruf dengan tepat.
c) Membaca bersuara untuk melatih suara.
c. Tujuan Membaca
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas yang kita
isi de-ngan membaca dan membaca itu memiliki beberapa tujuan
seperti beriku ini.
1) Mencari Informasi
2) Memahami tentang Satu Masalah
4. Keterampilan menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan
tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling
rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena
menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat,
melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam
suatu struktur tulisan yang teratur. Berikut ini keterampilan-keterampilan
mikro yang diperlukan dalam menulis:
a. Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan
ejaan.

13
b. Memilih kata yang tepat.
c. Menggunakan bentuk kata dengan benar.
d. Mengurutkan kata-kata dengan benar.
e. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.
Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam bidang tulis menulis sehingga tenaga potensial dalam menulis.
Keterampilan menulis untuk saat sekarang telah menjadi rebutan dan
setiap orang berusaha untuk dapat berperan dalam dunia menulis. Banyak
orang berusaha meningkatkan keterampilan menulisnya dengan harapan
dapat menjadi penulis handal. Seperti diketahui, menulis itu adalah sebuah
keterampilan sehingga dapat dilatih sedemikia rupa meningkatkan
kemampuan tersebut. Dalam dunia penulisan, pengetian keterampilan
menulis seringkali menjadi sesuatu yang biasa sehingga banyak yang tidak
memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini banyak dibuktikan dari
kenyataan banyak yang menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena
bakat.keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki
oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara itens, khusus dalam
bidang menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara itens,
maka seseorang dapat terampil menulis.
Keterampilan menulis juga adalah kemampuan seseorang untuk
mengung- kapkan pikiran dengan bahasa tulis, sehingga tulisan itu
menjadi sistematis dan dapat dipahami oleh pembaca.
a. Langkah-Langkah Keterampilan Menulis
Untuk dapat mengungkapkan pikiran dalam betuk tulisan (teks
atau wacana atau buku) maka yang harus dipersiapkan, seperti
dikemukakan Mulyati dkk (2007:13) adalah keterampilam menulis
seperti berikut ini.
1) Mengusai ejaan bahasa Indonesia.
2) Menguasai pembentukan istilah.
3) Menguasai bentuk kata.
4) Menguasai pilihan kata.

14
5) Menguasai struktur kalimat.
6) Menguasai pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas.
7) Menguasai hubungan antara kalimat dan kalimat.
8) Menguasai hubungan antara paragraf dan paragraf.
9) Menguasai isi bagian pendahulun, isi bagian isi, dan isi bagian
penu- tup/simpulan.
10) Mengusai perangkat-perangkat kelengkapan tulisan, seperti judul,
kata pengantar, daftar tabel, daftar gambar, daftar skema, daftar isi,
abstrak, isi, daftar pustaka, daftar lampiran (daftar istilah, daftar
sing- katan, surat keterangan, angket, dan teks objek yang diteliti).
C. Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan
dasar berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keempat
keterampilan tersebut saling terkait antara yang satu dengan yang lain :
1. Hubungan Menyimak dengan Berbicara.
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah
yang langsung. Menyimak bersifat reseptif, sedangkan berbicara bersifat
produktif. Misalnya, komunikasi yang terjadi antar teman, antara pembeli
dan penjual atau dalam suatu diskusi di kelas. Dalam hal ini A berbicara
dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B yang berbicara dan A
mendengarkan. Namun ada pula dalam suatu konteks bahwa komunikasi
itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara
dan pihak lain hanya mendengarkan. Sedangkan yang lainnya hanya
mendengarkan. Terkait dengan kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk
mampu memodifikasi aktivitas pembelajaran agar siswa mampu untuk
melaksanakan kegiatan komunikasi baik satu arah, dua arah, maupun multi
arah. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah dengan metode diskusi
kelompok, Tanya jawab, dan sebagainya.
2. Hubungan Menyimak dan Membaca.
Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan
berbahasa yang bersifat reseptif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan

15
bahasa ragm lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa
ragam tulis. Penyimak maupun pembaca malakukan aktivitas
pengidentifikasian terhadap unsure-unsur bahasa yang berupa suara
(menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti
diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa
konsep, ide, atau informasi. Keterampilan menyimak merupakan kegiatan
yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses
pemerolehan bahasa. Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan
berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan, dan pada
akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk memahami isi bahan
simakan diperlukan suatu proses berikut; mendengarkan, mengidentifikasi,
menginterpretasi atau menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir
menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan
yang berbeda-beda yaitu untuk; mendapatkan fakta, manganalisa fakta,
mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan
meningkatkan kemampuan berbicara. Menyimak memiliki jenis-jenis
sebagai berikut:
a. Menyimak kreatif: menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan
daya imajinasi dan kreativitas pembelajar.
b. Menyimak kritis: menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh
untuk memberikan penilaian secara objektif.
c. Menyimak ekstrinsik: menyimak yang berhubungan dengan hal-hal
yang tidak umum dan lebih bebas.
d. Menyimak selektif: menyimak yang dilakukan secara sungguh-
sungguh, dan memilih untuk mencari yang terbaik.
e. Menyimak sosial: menyimak yang dilakukan dalam situasi-situasi
sosial.
f. Menyimak estetik: menyimak yang apresiatif, menikmati keindahan
cerita, puisi, dll.

16
g. Menyimak konsentratif: menyimak yang merupakan sejenis telaah atau
menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk.
3. Hubungan Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.
Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan
membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif. Seorang penulis
menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan.
Sebaliknya seorang pembaca mencoba memahami gagsan, perasaan atau
informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut. Membaca adalah
suatu proses kegiatan yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada
tujuan melalui tahap-tahap tertentu (Burns, 1985).
Proses tersebut berupa penyandian kembali dan penafsiran sandi.
Kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan
wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya
(Anderson, 1986). Lebih dari itu, pembaca menghubungkannya dengan
kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalamannya (Ulit, 1995).
Sejalan dengan hal tersebut, Kridalaksana (1993) menyatakan bahwa
membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam
bentuk urutan lambing-lambang grafis dan perubahannya menjadi bicara
bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-
keras. Kegiatan membaca dapat bersuara nyaring dan dapat pula tidak
bersuara (dalam hati).
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang
grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambing-lambang grafis tersebut
(Bryne, 1983). Lebih lanjut Bryne menyatakan bahwa mengarang pada
hakikatnya bukan sekedar menulis symbol-simbol grafis sehingga
berbentuk kata, dan kata-kata tersusun menjadi kalimat menurut peraturan
tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam
bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap,
dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada

17
pembaca. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan karang-
mengarang, pengarang menggunakan bahasa tulis untuk menyatakan isi
hati dan buah pikirannya secara menarik kepada pembaca. Oleh karena itu,
di samping harus menguasai topik dan permasalahannya yang akan ditulis,
penulis dituntut menguasai komponen :
a. Grafologi
b. Struktur
c. Kosakata
d. kelancaran.
Aktivitas menulis mengikuti alur proses yang terdiri atas beberapa
tahap. Mckey mengemukakan tujuh tahap yaitu :
a. Pemilihan dan pembatasan masalah.
b. Pengumpulan bahan.
c. Penyusunan bahan.
d. Pembuatan kerangka karangan.
e. Penulisan naskah awal.
f. Revisi.
g. Penulisan naskah akhir.
Secara padat, proses penulisan terdiri atas lima tahap yaitu;
a. Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang
penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan
ide/gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih
bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka dan mengumpulkan
bahan-bahan. Ide tulisan dapat bersumber dari pengalaman, observasi,
bahan bacaan, dan imajinasi. Oleh karena itu, pada tahap pramenulis
diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya respon yang berupa
idea tau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai
aktivitas, misalnya membaca buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
Penentuan tujuan menulis erat kaitannya dengan pemilihan bentuk
karangan. Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dapat ditulis

18
dalam bentuk karangan eksposisi; karangan yang bertujuan
membuktikan, meyakinkan, dan membujuk dapat disusun dalam
bentuk argumentasi dan persuasi. Karangan yang bertujuan melukiskan
sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan deskripsi. Di samping
seorang penulis dapat memilih bentuk prosa, puisi, atau drama untuk
mengkomunikasikan gagasannya.
b. Menulis
Tahap menulis dimulai dari menjabarkan ide-ide ke dalam
bentuk tulisan. Ide-ide dituangkan dalam bentuk satu karangan yang
utuh. Pada tahap ini diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan
teknik penulisan. Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk pemilihan
kata, penentuan gaya bahasa, dan pembentukan kalimat. Sedangkan
teknik penulisan diterapkan dalam penyusunan paragraf sampai
dengan penyusunan karangan secara utuh
c. Merevisi
Pada tahap merivisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan
paragraf dalam tulisan. Koreksi harus dilakukan terhadap berbagai
aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan
meliputi penataan ide pokok dan ide penjelas serta sistematika
penalarannya. Sementara itu aspek kebahasaan meliputi pemilihan
kata, struktur bahasa, ejaan dan tanda baca. 4. Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal
melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini diperlukan
format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk
tulisan, dan pengaturan spasi. Proses pengeditan dapat diperluas dan
disempurnakan dengan penyediaan gambar atau ilustrasi. Hal itu
dimaksudkan agar tulisan itu menarik dan lebih mudah dipahami.
d. Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian
pertama, berarti menyampaikan karangan kepada public dalam bentuk
cetakan, sedangkan pengertian yang kedua disampaikan dalam bentuk

19
noncetakan. Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan
pementasan, penceritaan, peragaan, dan sebagainya.
4. Hubungan Menulis dengan Berbicara
Anda tentu sering menghadiri acara seminar, bahkan mungkin
pernahmenjadi pemakalahnya.Seorang pembicara dalam seminar biasanya
dimintamenulis sebuah makalah terlebih dulu. Kemudian, yang
bersangkutan diminta menyajikan makalah itu secara lisan dalam suatu
forum. Selanjutnya, peserta seminar akan menanggapi isi pembicaraan si
pemakalah tersebut. Dalam berpidato pun (salah satu jenis aktivitas
berbicara) seseorang dituntut membuat perencanaan dalam bentuk tulisan.
Untuk pidato-pidato yang tidak terlalu resmi mungkin si pembicara cukup
menuliskan secara singkat pokok-pokok yang akan dibicarakan itu sebagai
persiapan. Dalam suatu pidato resmi (misalnya pidato kenegaraan),
pembicara dituntut menulis naskah pidatonya secara lengkap. Pidato
kenegaraan biasanya dilakukan melalui pembacaan teks naskah pidato
yang sudah dipersiapkan sebelumnya.Dalam kedua jenis aktivitas
berbicara seperti yang dikemukakan di atas, tampak jelas keterkaitan
antara aktivitas menulis dan berbicara.Kegiatan menulis dilakukan guna
mendukung aktivitas berbicara. Bahkan dalam suatu seminar, keempat
aspek keterampilan berbahasa itu dilibatkan secara simultan. Subyakto-
Nababan (1993:153)
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau
produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi. Dalam
berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-
simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis.
Baik dalam kegiatan berbicara maupun menulis pengorganisasian pikiran
sangat penting. Pengorganisasian pikiran ini lebih mudah dalam menulis,
karena informasi dapat disusun kembali secara mudah setelah ditulis
sebelum disampaikan kepada orang lain untuk dibaca.Sebaliknya setelah
suatu pesan yang tidak teratur dikatakan kepada orang lain, meskipun telah
dibetulkan oleh pembicara, kesan yang tidak baik sering kali masih tetap

20
ada dalam diri pendengar. Itulah sebabnya banyak pembicara yang
merencanakan apa yang akan dikatakan dalam bentuk tertulis dahulu
sebelum disajikan secara lisan. Namun, kegiatan berbicara dapat juga
merupakan kegiatan untuk mencapai kesiapan menulis. Bahasa lisan
dipelajari lebih dahulu oleh anak-anak dan pada umumnya mereka tidak
mengutarakan secara tertulis hal-hal yang tidak mereka kuasai secara lisan.
Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek
kebahasaan dan nonkebehasaan.
Aspek kebahasaan terdiri atas; ucapan atau lafal, tekanan kata, nada
dan irama, persendian, kosakata atau ungkapan, dan variasi kalimat atau
struktur kalimat. Aspek nonkebahasaan terdiri atas; kelancaran,
penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat, dan
sikap. Subyakto-Nababan (1993:153) dan Tarigan (1994:10) menjelaskan
bahwa baik berbicara maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang
bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan,
sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian,
kegiatan menulis pada umumnya merupakan kegiata berbahasa tak
langsung, sedangkan berbicara pada umumnya kegiatan bersifat langsung.
Ini berarti ada kegiatan menulis yang bersifat langsung, misalnya
komunikasi tulis dengan menggunakan telepon seluler (sms) dan dengan
menggunakan internet (chatting). Sebaliknya ada pula kegiatan berbicara
secara tidak langsung, misalnya melauli pengiriman pesan suara melalui
telepon seluler.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada 4 aspek keterampilan berbahasa indonesia, yaitu keterampilan
menyimak (mendengar), berbicara, membaca dan menulis. Mendengarkan dan
berbicara merupakan aspek keterampilan bahasa ragam lisan, sedangkan
membaca dan menulis merupakan keterampilan bahasa ragam tulis.
Mendengar dan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat
reseptif, sementara berbicara dan menulis bersifat produktif. Dimana setiap
aspek tersebut mempunyai tujuan, jenis, keterampilan dan permasalahan
masing-masing tetapi tetap saling berhubungan satu sama lain
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengharapkan agar pembaca
berkenan menyampaikan kekurangan-kekurangan yang ada di dalam makalah
ini, serta memberikan saran dan masukan yang mendukung atas kekurangan
makalah ini. Kritik dan saran yang pembaca ajukan akan dijadikan sebagai
bahan perbaikan untuk penyusunan makalah yang selanjutnya agar tidak ada
kesalahan yang terulang.

22
DAFTAR PUSTAKA

A. Suhaenah, Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar Direktorat Jendral


PendidikanTinggi Departemen Pendidikan Nasional

Angkasa. Tarigan,Henry Guntur.2008. tarigan, Henry Guntur. 2008.Mafrukhi,


Wahono,dkk

Marfhuki, Wahono,dkk.2007. Erlangga. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Membaca


Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Mulyati, Yeti. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas


Terbuka

Subyakto-Nabanan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung:Penerbit Angkasa

Wray, David. 1998. Literary & Awareness. London: Holder & Stoughton
Educational

23

Anda mungkin juga menyukai