Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

“Empat Keterampilan Berbahasa yang dikaitkan dengan Pembelajaran


Tematik”

Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa & Sastra Indonesia Kelas Rendah


Dosen Pembimbing : Dr. Mersty E. Rindengan, M.Pd

Disusun oleh :

DIAN SAVIRAWATI

18 105 047 / 5C

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Manado
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah menjadi suri tauladan umat islam didunia.

Dengan terwujudnya makalah ini yang membahas tentang “Empat Keterampilan


Berbahasa yang dikaitkan dengan Pembelajaran Tematik”. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan informasi, pelajaran dan ilmu yang bermanfaat bagi pembacanya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna oleh karena itu di harapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah berikutnya.

Tomohon, 21 September 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………..


DAFTAR ISI …………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………….
B. Tujuan ……………………………………...………………………………
BAB II PEMBAHASAN
I. KETERAMPILAN BERBAHASA……………………………………….
II. KARYA SASTRA ….…………………………………………………….
III. KRTERAMPILAN BERBAHASA DAPAT BERKEMBANG MENJADI KARYA
SASTRA ………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbahasa merupakan kegiatan yang selalu mengisi berbagai bidang.Dalam dunia pendidikan,
khususnya pendidikan bahasa, penggunaan bahasa dikemas dalam empat aspek keterampilan
berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis).Keempat aspek keterampilan
berbahasa tersebut menjadi landasan pembelajaran sejak SD hingga perguruan tinggi.
Setiap pelajar diberdayakan kompetensinya untuk menguasai keempat aspek tersebut (meskipun
sulit mencari orang yang menguasai keempatnya). Dikaitkan dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, aspek keterampilan berbahasa menjadi komponen menarik untuk
dikaji. Bahkan, para pemakai bahasa pun dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan
kompetensi berbahasa, baik secara reseptif maupun produktif.
Keterampilan berbahasa merupakan aspek kemampuan berbahasa yang menjadi sasaran utama
dalam berkomunikasi.Dalam dunia pendidikan komunikasi sangat penting, agar dapat
menyampaikan informasi yang tepat. Oleh sebab itu keterampilan berbahasa harus dimiliki oleh
tenaga pendidik, untuk bisa menjadi contoh pada anak didiknya. Dengan kata lain, pembelajaran
bahasa di sekolah diarahkan untuk keterampilan berbahasa. Pembelajarannya bersifat integratif
karena setiap aspek keterampilan berbahasa dikemas dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Meningkatkan keterampilan berbahasa anak sangat diperlukan. Karena pada zaman
sekarang banyak anak-anak yang melupakan keterampilan berbahasa yang baik dan benar.
Karya sastra merupakan wujud dari perkembangan keterampilan berbahasa. Melalui
pembelajaran keterampilan menyimak dan membaca, dapatmengembangkan kemampuan dalam
menikmati, menghayati dan memberikan penilaian terhadap karya sastra.

B. TUJUAN
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa karena
keterampilan berbahasa merupakan faktor utama dalam komunikasi. Terutama bagi anak didik,
agar dapat mengembangkan keterampilan berbahasa melalui karya sastra.

BAB II
PEMBAHASAN
I. KETERAMPILAN BERBAHASA
A. Pengertian Keterampilan Berbahasa
Menurut Hoetomo MA (2005:531-532) terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas,
mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas atau kecakapan
yang disyaratkan. Dalam pengertian luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk
mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
sebagaimana diisyaratkan (Suparno, 2001:27).
1. Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif, berarti
bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya.
Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan
melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu
kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengar tersebut.
Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di
telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam situasi mendengarkan non interaktif tersebut,
kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan
diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan yang terlibat ketika kita berupaya untuk
memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus:
a. Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka
pendek (short term memory).
b. Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa.
c. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intonasi, menyadari
adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
d. Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar
e. Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus.

2. Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif,
semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan
secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya penyantuan
antara berbicara dan mendengarkan.
Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di
hadapan umum secara langsung. Namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari
ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan
bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana pembicara harus
dapat:
a. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat
membedakannya.
b. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan tepat sehingga pendengar
dapat memahami apa yang diucapkan pembicara.
c. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
d. Menggunakan ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk sesuai
ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.
e. Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar.

3. Keterampilan Membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat
dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara.
Secara terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Membaca adalah
proses pemahaman terhadap lambang-lambang tulisan. Membaca merupakan salah satu
kegiatan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya membaca bertujuan memahami
isi wacana atau bacaan.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus
dimiliki oleh pembicara adalah :
a. Mengenal sistem tulisan yang digunakan.
b. Mengenal kosakata.
c. Menentukan kata-kata kunci yang mengindentifikasikan topik dan gagasan utama.
d. Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis.
e. Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.

4. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tulis
menulis sehingga tenaga potensial dalam menulis. Menulis adalah keterampilan produktif
dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa
yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena
menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang
teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam menulis adalah :
a. Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan.
b. Memilih kata yang tepat.
c. Menggunakan bentuk kata dengan benar.
d. Mengurutkan kata-kata dengan benar.
e. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.
Seperti diketahui, menulis itu adalah sebuah keterampilan sehingga dapat dilatih
sedemikian rupa meningkatkan kemampuan tersebut. Dalam dunia penulisan, pengertian
keterampilan menulis seringkali menjadi sesuatu yang biasa sehingga banyak yang tidak
memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini banyak dibuktikan dari kenyataan banyak
yang menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat.
Sebenarnya pengertian keterampilan menulis itu adalah keterampilan itu sendiri. Artinya,
seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara untuk dapat terampil
dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara langsung atau melatih dirinya sehingga
terampil. Dengan demikian pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat
dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang
menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara intens, maka seseorang dapat terampil
menulis.

B. Hubungan antara berbicara dengan menyimak


Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Anak akan
belajar berbicara dari apa yang ia dengar atau yang ia simak. Meningkatkan keterampilan
menyimak berarti meningkatkan kualitas berbicara seseorang.

C. Hubungan antara menyimak dengan berbicara


Keterampilan menyimak juga menjadi dasar seseorang belajar membaca secara efektif.
Peningkatan keterampilan menyimak juga akan meningkatkan keterampilan membaca. Untuk
memperkaya kosakata, meningkatkan pemahaman umum, dan memiliki ide-ide, kita perlu
mengasahnya dengan membaca kemudian mendiskusikannya baik sebelum, selama, ataupun
sesudah membaca.

D. Hubungan berbicara dengan membaca


Kemampuan umum bahasa lisan akan mempermudah pemahaman dalam membaca.
Kemampuan umum disini misalnya pengucapan yang jelas (artikulasi), penggunaan kalimat yang
tepat, perbendaharaan kosakatanya banyak, dan mampu menghubungkan suatu peristiwa dalam
urutan yang wajar.

II. KARYA SASTRA


Karya satra yang berisi pemikiran, ide-ide, kisahan dan amanat penutur dapat berkomunikasi
dengan peminat sastra, apabila mereka mampu mengapresiasikannya. Untuk dapat
mengapresiasikan karya sastra dengan baik pada diri peminat tentulah harus ada cinta dan kasih
sayang terhadap karya sastra. Hal ini dapat dipupuk misalnya dengan menumbuhkan dan
mengembangkan minat untuk mengenal dan menghayati secara intensif karya sastra itu.

A. PUISI
Salah satu bentuk karya sastra adalah puisi.Kehadiran sebuah puisi merupakan
pernyataan seorang penyair. Pernyataan itu berisi pengalaman batinnya sebagai hasil proses
kreatif terhadap objek seni. Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai
kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang estetik yang secara terpadu dan
utuh dipadatkan kata-katanya, dalam bentuk teks yang dinamakan puisi.
Puisi adalah (1) ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta
penyusunan larik dan bait; (2) gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara
cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan
tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.
Ciri-ciri puisi:
1. Menggunakan bahasa sebagai kualitas estetiknya tambahan, atau selain arti semantiknya
2. Wujud estetika bahasanya dengan pengulangan yg disengaja
3. Memiliki rima
4. Dapat memiliki satu kata/satu suku kata
5. Memiliki arti tertentu

B. DRAMA
Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah
jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara
adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang
yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Drama menurut masanya dapat dibedakan
dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian,
kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain
sebagainya.

Drama adalah (1) komposisi syair atau prosa yg diharapkan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yg dipentaskan; (2) cerita atau
kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan
teater.
Ciri-ciri drama:
1. Mesti ada konfliks
2. Mesti ada aksi
3. Harus dilakonkan
4. Tempo masa kurang daripada 3 jam
5. Tidak ada ulangan dalam satu masa

C. NOVEL
Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Novel adalah salah satu karya fiksi berbentuk prosa. Ciri-ciri novel antara lain:
1. ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk menggambarkan
suasana;
2. bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya;
3. bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari 10.000 kata;
4. alur ceritanya cukup kompleks.

Novel terdiri atas beberapa unsur intrinsik antara lain: alur, tokoh dan penokohan, latar,
tema, dan amanat. Ada beberapa istilah alur antara lain: alur rapat, alur renggang, alur progresif,
alur regresif, dan alur gabungan. Alur rapat artinya hubungan antara proses dengan konflik
sangat rapat. Kebalikannya alur renggang. Alur progresif yaitu menceritakan kejadian secara
maju. Sebaliknya adalah alur mundur atau regresif. Alur gabungan jika menggabungkan alur
progresif dan regresif.
Tokoh itu pelaku, sedangkan penokohan artinya penggambaran watak tokoh dalam novel.
Watak tokoh berkembang mengiring konflik. Latar berkenaan dengan dimana (latar tempat),
kapan (latar waktu), bagaimana (latar suasana), latar sosial, dan latar budaya, serta latar agama.
Tema merupakan dasar cerita yang menggambarkan inti masalah yang mendasari cerita novel.
Tema bisa diambil dari kritik sosial, ekonomi, kemanusiaan, ketuhanan, keagamaan, atau
keserakahan kaum penindas.
Untuk menganalisis novel biasanya anda diminta mengemukakan unsur intrinsik dari
sebuah novel. Untuk itu yang anda perlukan adalah: (a) identifikasilah unsur intrinsiknya; (b)
jelaskan hubungan antarperistiwa yang terjadi dalam novel; (c) Analisis hal tersebut menurut
sudut pandang anda atau berdasarkan teori yang anda pedomani; (d) tuliskan hasil analisis
tersebut dalam bentuk tulisanatau kritik sastra.

Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


1. Menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa.
2. Terjadinya konflik hingga menimbulkan perubahan nasib.
3. Terdapat beberapa alur atau jalan cerita (alur kompleks).
4. Terdapat beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita.
5. Perwatakan atau penokohan dilukiskan secara mendalam/ mendetail.
6. Ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk menggambarkan
suasana.
7. Bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya.
8. Bentuknya lebih panjang dari cerpen, biasanya lebih dari 10.000 kata.
D. ROMAN
Roman adalah karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan
isi jiwa masing-masing.lebih banyak membawa sifat-sifat zamannya dari pada drama atau puisi.
Ciri-ciri roman:
1. Alur Kompleks.
2. Konflik sampai mengubah nasib tokoh secara tragis.
3. Menceritakan kehidupan tokoh secara mendetail sejak lahir sampai dewasa atau
meninggal dunia.
4. Karakter tokoh disampaikan secara lebih mendetail.

E. CERPEN
Cerita pendek atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan short story, merupakan satu
karya sastra yang sering kita jumpai di berbagai media masa. Cerita pendek apabila diuraikan
menurut kata yang membentuknya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut : cerita artinya tuturan yang membentang bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan
pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang
dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam situasi atau suatu ketika.
Dari beberapa pendapat di atas dapatdisimpulkan bahwa yang dimaksud dengan cerita
pendek adalah karangan nasihat yang bersifat fiktif yang menceritakan suatu peristiwa dalam
kehidupan pelakunya relatif singkat tetapi padat.
Ciri-Ciri Cerpen:
1. Tidak lebih dari 10.000 kata ( selesai dalam " sekali duduk"/15-30 menit.)
2. Besifat Fiksi.
3. Fokus cerita pada satu kejadian tunggal.
4. Terbatas pada hal-hal yang penting saja.
5. Perwatakan tokoh digambarkan sekilas.
6. Alur yang digunakan alur rapat.
7. Konflik yang ditampilkan tidak menimbulkan perubahan nasib tokohnya.

F. HIKAYAT
Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-
undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan.Bersifat istana
centrissifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk
meramaikan pesta.
Ciri-ciri hikayat adalah:
1. Anonim(nama pengarang tidak di cantumkan)
2. Berkembang secara stetis
3. Bersifat imajinatif,hanya bersifat khayal
4. Lisan,karena di sebarkan lewat mulut ke mulut
5. Berbahasa klise,meniru bahasa penutur sebelumnya
6. Bersifat logis,menggunakan logika sendiri tidak sesuai dengan logika sendiri

III. KETERAMPILAN BERBAHASA DAPAT BERKEMBANG MENJADI KARYA


SASTRA
A. Keterampilan Berbahasa dalam Perspektif Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan para pengajar terus berupaya meningkatkan keberhasilan dalam
pembelajaran bahasa melalui pencapaian kompetensi berbahasa, yakni menyimak, membaca,
berbicara, dan menulis. Keterampilan berbahasa adalah sebagai berikut:
1. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian berita, laporan, saran, bercerita,
pidato, wawancara, diskusi, seminar, dan pembacaan karya sastra berbentuk puisi, cerita
rakyat, drama, cerpen, dan novel.
2. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
dalam kegiatan berkenalan, diskusi, bercerita, presentasi hasil penelitian, serta
mengomentari pembacaan puisi dan pementasan drama.
3. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis teks nonsastra
berbentuk grafik, tabel, artikel, tajuk rencana, teks pidato, serta teks sastra berbentuk
puisi, hikayat, novel, biografi, puisi kontemporer, karya sastra berbagai angkatan dan
sastra Melayu klasik.
4. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi dalam bentuk teks narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, teks pidato,
proposal, surat dinas, surat dagang, rangkuman, ringkasan, notulen, laporan,resensi, karya
ilmiah, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerpen, drama, kritik.

Aspek danTopik :
Menyimak :
a. Menangkap pokok pikiran
b. Membedakan bunyi distingtif
c. Mengungkap kembali tuturan
Membaca :
a. Meningkatkan kecepatan membaca
b. Menangkap pokok pikiran
c. Menemukan topik tulisan
Berbicara :
a. Pemproduksian tuturan
b. Keefektipan kalimat
c. Keruntutan gagasan
d. Ketepatan artikulasi
Menulis :
a. Menulis jurnal
b. Menulis artikel
c. Menulis bersama
d. Menulis prosa fiksi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun proses pengembangan keterampilan berbahasa dapat melalui empat
keterampilan berbahasa, meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Melalui pembelajaran keterampilan
menyimak dan membaca, siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam
menikmati, menghayati dan memberikan penilaian terhadap karya sastra.Sementara itu,
melalui pembelajaran keterampilan berbicara dan keterampilan menulis, siswa dapat
mengekspresikan kemampuannya dalam bersastra melalui kegiatan mencipta berbagai
macam karya sastra, bagaimanapun bentuk dan kualitas hasilnya.

Kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra diharapkan dapat terwujud dalam
berbagai bentuk, antara lain kegemarannya dalam membaca karya sastra,Kemampuannya
dalam membaca dan menulis puisi, keterampilannya dalam memerankan karakter tokoh
dalam drama, kegemarannya dalam menonton pentas drama, dan keterampilannya dalam
menganalisis atau menilai karya sastra. Untuk dapat terlibat langsung dengan karya
sastra.

Hendaknya keterampilan berbahasa anak dapat di ajarkan dan dikembangkan sejak dini
yaitu pada usia SD. Agar kemampuan keterampilan berbahasa anak mendapatkan hasil
yang maksimal. Sehingga anak dapat menguasai dan mengembangkannya dengan
keterampilan bahasanya. Dengan harapan, dapat di kembangkan melalui karya
satra.Keterampilan berbahasa dapat dengan mudah dimengerti, dipahami, dan dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Gofur, Abd. 2009. Modul Diklat Guru Bahasa Indonesia. Medan: Balai Diklat Keagamaan
Medan.
Iskandarwassid M.Pd , Drs. Dkk. 1997. Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru.
Z.F, Zulfahnur.Dkk. 1997. Teori Sastra. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai