Kelas : 4B
Semester :4
KEGIATAN BELAJAR 1
A. PENGERTIAN KETERAMPILAN BERBAHASA
keterampilan berbahasa dapat dikelompokkan dalam dua kategori yakni aspek reseptif
dan aspek produktif.
Aspek reseptif bersifat penerimaan atau penyerapan, seperti yang tampak pada kegiatan
menyimak dan membaca.sementara aspek produktif bersifat pengeluaran atau memproduksian
bahasa baik lisan maupun tertulis sebagaimana yang tampak dalam kegiatan berbicara dan
menulis.
Dalam berkomunikasi, si pengirim mungkin menyampaikan pesan berupa pikiran,
perasaan, peka kehendak dengan menggunakan lambang-lambang bunyi bahasa yang diucapkan.
Dengan.dalam proses encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang
berupa bunyi-bunyi yang diucapkan,selanjutnya pesan yang diformulasikan dalam wujud bunyi-
bunyi bahasa lisan yang disampaikan kepada penerima.
ada pula pengirim menyampaikan pesan itu dengan menggunakan lambang-lambang berupa
lisan. Dalam proses encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang
tertulis kemudian dikirimkan kepada penerima.
seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan terampil
memilih bunyi-bunyi bahasa berupa kata kalimat serta tekanan dan nada secara tepat serta
mempopulasikannya secara tepat pula guna menyampaikan pikiran perasaan gagasan fakta
perbuatan dalam suatu konteks komunikasi tertentu.
KEGIATAN BELAJAR 2
A. MENDENGARKAN/ MENYIMAK
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif yang
dimaksud dengan keterampilan mendengarkan disini bukan berarti hanya sekedar
mendengarkan bunyi bunyi bahasa melalui alat pendengaran nya melainkan sekaligus
memahami maksudnya. Oleh karena itu istilah mendengarkan sering diidentifikasikan dengan
menyimak.istilah mendengar atau menyimak berbeda dengan istilah mendengar meskipun
sama-sama menggunakan alat pendengaran mendengarkan berbeda dengan mendengar.pada
kegiatan mendengar tidak tercakup unsur kesengajaan konsentrasi atau bahkan pemahaman
sementara pada kegiatan mendengarkan terdapat unsur-unsur kesengajaan dilakukan dengan
penuh perhatian dan konsentrasi untuk memperoleh pemahaman yang memadai.
ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan
situasi mendengarkan secara non interaktif.mendengarkan secara interaktif terjadi dalam
percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau.
berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupa untuk
memahami apa yang kita dengar yaitu pendengar harus:
1. menyimpan atau mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka
pendek.
2. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target
3. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada warna suara dan intonasi menyadari
adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
4. Membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar
5. Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus
6. Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik atau gagasan
7. Menebak makna dari konteks
8. Mengenal kelas-kelas kata
9. Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis
10. Mengenal perangkat-perangkat kohesif
11. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek predikat objek preposisi dan unsur-unsur
lainnya.
B. BERBICARA
Dalam keterampilan berbicara dikenal tiga jenis situasi berbicara yaitu interaktif,semi
interaktif, dan non interaktif.
situasi situasi berbicara interaktif misalnya terjadi pada percakapan secara tatap muka dan
berbicara melalui telepon. Situasi berbicara seni interaktif misalnya dalam berpidato di hadapan
umum kampanye khutbah atau ceramah dan lain-lain baik yang dilakukan melalui tatap muka
secara langsung namun berlangsung secara satu arah. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan
betul-betul bersifat non interaktif jika pembicaraan dilakukan secara satu arah dan tidak melalui
tatap muka langsung, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.pidato kenegaraan yang
disampaikan melalui siaran televisi atau radio termasuk kedalam jenis ini.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus pada pembicara dalam melakukan
aktivitas berbicara antara lain.
1. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat
membedakannya
2. menggunakan tekanan nada serta intonasi secara jelas dan tepat sehingga pendengar dapat
memahami apa yang diucapkan pembicara.
3. Menggunakan bentuk-bentuk kata urutan kata serta pilihan kata yang tepat.
4. menggunakan baby store atau ragam bahasa yang sesuai dengan situasi komunikasi dan pelaku
komunikasi ( hubungan antara pembicara dan pendengar)
5. Menyampaikan kalimat kalimat utama dengan jelas bagi pendengar.
C. MEMBACA
keterampilan membaca terbagi ke dalam dua klarifikasi ya ini membaca permulaan dan
membaca lanjutan.kemampuan membaca permulaan ditandai oleh kemampuan melek huruf
yakni kemampuan mengenali lambang-lambang tulis dan dapat membunyikannya dengan
benar.pada fase ini pemahaman isi bacaan belum begitu tampak karena orientasi pembaca lebih
ke perkenalan lambang bunyi bahasa. Sementara pada membaca lanjut,kemampuan membaca
ditandai oleh kemampuan melek wacana artinya pembaca bukan hanya sekedar mengenali
lambang tulis bisa membunyikan dengan lancar melainkan juga dapat memetik isi atau makna
bacaan yang dibacanya.
D. MENULIS
Menulis dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yakni menulis permulaan menulis
lanjutan. Penulis penggunaan sesungguhnya identik dengan melukis gambar pada fase ini.si
penulis tidak menuangkan ide atau gagasan melainkan hanya sekedar melukis atau menyalin
gambar atau lambang bunyi bahasa ke dalam wujud lambang-lambang tertulis.pada awal-awal
memasuki persekolahan para siswa dilatih menulis permulaan yang proses belajarnya sering
disinergikan dan integrasi kan dengan kegiatan membaca permulaan. Kegiatan menulis yang
sesungguhnya merupakan aktivitas curah ide curah gagasan yang dinyatakan secara tertulis
melalui bahasa tulis.
berikut ini keterampilan keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis dimana penulis
perlu untuk:
1. Menggunakan ortografi dengan benar termasuk di sini penggunaan eja an
2. memilih kata yang tepat
3. Menggunakan bentuk kata dengan benar
4. Mengurutkan kata-kata dengan benar
5. Gunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.
KEGIATAN BELAJAR 3
KETERKAITAN ANTAR ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA.
A. HUBUNGAN BERBICARA DENGAN MENYIMAK
Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan merupakan
kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung apabila kita amati peristiwa-peristiwa
komunikasi yang terjadi dalam masyarakat,pertanyaan pernyataan itu benar untuk peristiwa
komunikasi dalam situasi interaktif.
Dawson dalam Tarigan menjelaskan hubungan antara berbicara dan mendengar seperti berikut
ini.
1. ujaran biasanya dipelajari melalui proses mendengarkan dalam proses meniru dengan
demikian materi yang didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan
berbicara seseorang.
2. ujaran seorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masyarakat
tempatnya hidup misalnya dalam penggunaan intonasi kosakata dan pola-pola kalimat.
3. upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan berarti pula
membantu meningkatkan kualitas berbicara.
4. bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara seseorang terutama anak-anak oleh karena itu suara dan materi
pembicaraan yang berkualitas baik yang didengar dari seorang guru tokoh-tokoh atau
dari pemuka-pemuka agama dari rekaman rekaman atau cerita-cerita yang bernilai
tinggi sangat membantu anak atau seseorang yang sedang belajar berbicara.
B. HUBUNGAN MENYIMAK DENGAN MEMBACA
mendengarkan maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif
perbedaannya hanya pada objek yang menjadi fokus perhatian awal yang menjadi simbolis pada
pendengaran fokus perhatian (stimulus) berupa suara (bunyi-bunyi) sedangkan pada pembaca
adalah lambang tulisan kemudian baik menyimak maupun pembaca melakukan aktivitas
mengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara dalam mendengarkan
maupun berupa tulisan dalam membaca.
Sehubungan dengan proses pembelajaran bahasa Tarigan (1994:4-5) menyatakan bahwa
mendengarkan pun merupakan faktor penting dalam belajar membaca secara efektif.petunjuk-
petunjuk mengenai strategi membaca sering disampaikan guru di kelas dengan menggunakan
bahasa lisan untuk itu kemampuan murid dalam mendengarkan Dengan pemahaman sangat
penting.
dari uraian di atas kita dapat mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara
kemampuan mendengarkan dan membaca pada kelas-kelas yang relatif tinggi.apabila terdapat
peningkatan pada kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan pada
kemampuan yang lain (tarigan 1994:)
Dan Tarigan (1994:10) menjelaskan bahwa batu bicara maupun nulis merupakan
kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan sedangkan penulis merupakan kegiatan
berbahasa ragam tulis kemudian kegiatan menulis pada umumnya merupakan kegiatan
berbahasa tak langsung sedangkan berbicara pada umumnya bersifat langsung itu berarti ada
juga kegiatan menulis yang bersifat langsung misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan
telepon seluler (SMS) dan dengan menggunakan internet (chatting) sebaliknya kegiatan
berbicara secara tidak langsung misalnya melalui pengiriman pesan suara melalui telepon
seluler.
MODUL 2
KETERAMPILAN MENYIMAK
KEGIATAN BELAJAR 1
KETERAMPILAN MENYIMAK PERMULAAN
A. PENGERTIAN MENYIMAK
B. TUJUAN MENYIMAK
1. Untuk belajar yaitu menyimak dengan tujuan utama agar memperoleh pengetahuan dari
bahan ajaran pembicara.
3. Untuk mengevaluasi yaitu menyimak dengan maksud agar dapat menilai sesuatu yang
disimak.
4. Untuk mengapresiasi yaitu menyimak agar dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang
disimaknya.
Menurut Djago Tarigan (Ade helma 2006:10) tujuan menyimak terdiri atas 6 tujuan sebagai
berikut.
1. mendapatkan fakta
2. Menganalisis fakta
3. Mengevaluasi fakta
4. Mendapatkan inspirasi
5. Menghibur diri
C. FUNGSI MENYIMAK
Berikut ini beberapa fungsi menyimak (catur guna Simak) H.G (Tarigan 2008:55)
D. JENIS-JENIS MENYIMAK
1. Menyimak ekstensif
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih
umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran tidak perlu dibawa bimbingan langsung dari
seorang guru pada umumnya, menyimak ekstensif dapat dipergunakan bagi dua tujuan yang
berbeda.
2. Menyimak intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat menangkap makna yang dikehendaki. menyimak
intensif diakhiri dengan kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang dipahami secara lisan
maupun tulis.
* menyimak intensif adalah menyimak pemahaman pemahaman ialah suatu aspek pikiran
tentang suatu objek pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan
simakan.
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal (resmi), misalnya ceramah,
diskusi ketemu ilmiah,dan sebagainya.
* menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan reproduksi ialah kegiatan
mengungkapkan kembali suatu yang telah dipahami untuk membuat reproduksi dapat dilakukan
dengan dua cara. Yaitu tulis (menulis mengarang)dan lisan (berbicara).
4. Tahap-tahap menyimak
menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses sudah barang tertentu dalam
proses ini terdapat tahap-tahap berikut ini adalah tahap-tahap dalam menyimak.
*Mendengarkan (hearring)
mendengarkan dalam arti hiring didefinisikan sebagai aktivitas fisik yaitu seorang menerima
suara melalui indera pendengaran.
* Memahami (understanding)
setelah kita menekan maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan
baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara.
* Menginterpretasi (interventing)
menyimak yang baik yang cermat dan teliti belum puas jika mendengar dan memahami isi
ujaran sambil bicara dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi butir-butir pendapat
yang terdapat dan tersirat dalam ajaran itu.
* Mengevaluasi (evaluating)
* Menanggapi (responding)
merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak sang penyimak menyambut mencamkan
menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam
ajaran atau pembicaraannya.
KEGIATAN BELAJAR 2
KETERAMPILAN MENYIMAK LANJUTAN.
A. PENGERTIAN
keterampilan menyimak lanjutan ilmu lain sebagai kegiatan mendengarkan informasi dan
kemampuan memberikan tanggapan terhadap informasi tersebut tanggapan tersebut dapat
dilakukan secara reseptif dan produktif.
Beberapa faktor yang mempengaruhi menyimak menurut H.G.Tarigan sebagai berikut:
1. Faktor fisik
Faktor fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang menentukan.
2. Faktor psikologis
3. Faktor pengalaman
4. Faktor sikap
Motor motivasi
B. TUJUAN
1. Memahami pesan
C. FUNGSI
* menentukan tujuan penutur dan kemudian mengorganisasikan informasi tutur tersebut supaya
bisa mengingatnya.
2. Kritis dan
3. Apresiatif
1. Menyimak komprehensif
Menyimak komprehensif adalah meninggalkan untuk memahami suatu pesan dan ini
merupakan tipe menyimak yang paling umum di sekolah. contoh menyimak komprehensif
dapat dilakukan peserta didik dengan mendengarkan rekaan berita tentang perlombaan,juara.
Aminuddin 2004 mengungkapkan bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi adalah tema latar
alur Penokohan titik pandang ,serta gaya
* Tema cerita
* Penokohan( character)
* Latar cerita(setting)
MODUL 3
KETERAMPILAN BERBICARA KETERAMPILAN BERBICARA PERMULAAN
A. PENGERTIAN
Dapat disimpulkan bahwa berbicara itu lebih daripada sekedar mengucapkan bunyi-
bunyi atau kata-kata saja melainkan suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau menyimak.
B. TUJUAN
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif maka seyogya hanyalah pembicara memahami makna segala sesuatu yang
ingin disampaikan pembicara harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para
pendengarnya.
Tujuan umum berbicara menurut the jago Tarigan terdapat lima golongan berikut ini:
1. Menghibur
2. Menginformasikan
3. Menstimulasi
4. Menggerakkan
C. FUNGSI
berdasarkan bentuk maksud dan metodenya maka debat dapat diklasifikasikan atas tipe-tipe
berikut ini
1. Debat parlementer atau majelis
Adapun kemampuan berbicara permulaan yang sesuai dengan KTSP adalah berdialog
menyampaikan pengumuman dan bercerita
1. Berdialog
2. Menyampaikan pengumuman
3. Bercerita
KEGIATAN BELAJAR 2
A. PENGERTIAN
berbicara bukan hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata berbicara adalah
salah satu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada menyimak hampir-hampir
secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan yang pembicaraannya
maupun para penyimaknya apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak
pada saat ia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias atau
tidak.
B. TUJUAN
film bicara atau film menggerakkan massa itu yaitu pendengar berbuat bertindak atau beraksi
seperti yang dikenai pembicara merupakan kelanjutan pertumbuhan atau perkembangan
berbicara untuk meyakinkan.
C. FUNGSI
Berbicara kita memiliki fungsi untuk:
* mendeskripsikan secara lisan tempat sesuai denah dan petunjuk penggunaan suatu alat
* mengungkapkan pikiran perasaan dan informasi dengan berbalas pantun dan bertelepon.
* Memberikan informasi dan tanggapan secara lisan.
MODUL 4
KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN
KEGIATAN BELAJAR 1
Membaca permulaan sering di versus kan dengan membaca lanjut. Sasaranya adalah
pembaca pembaca pemula yang belum mengenal lambing-lambing bunyi Bahasa. Di
lingkungan sekolah yang dimaksud dengan pembaca pemula adalah siswa kelas 1 dan 2
sekolah dasar. Sementara dilingkungan masyarakat taau dilingkungan Pendidikan non formal
yang dimaksud dengan pembaca pemula adalah mereka yang tergolong literal atau masyarakat
yang masih buta aksara. Dilingkungan masyarakat para pembaca pemula tidak dibatasi oleh
usia jadi siapapun yang belum mengenal lambang bunyi Bahasa tidak bias melaporkan lama
lambang bunyi Bahasa disebut pembaca pemula. Golongan mereka itu sering juga disebut
sebagai golongan buta aksara. Jenis membaca yang dipelajarinya adalah membaca permulaan
dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengenalan lambang-labmang bunyi Bahasa dan
pengubahan lama-lama bunyi tersebut menjadi bunyi-bunyi Bahasa bermakna.
Dilihat dari tingkat keliterasianya masyarakat kita terbagi atas tiga kelompok yakni
kelompok iliterat (buta aksara), aliterar (malas membaca), dan literat (bias dan biasa
membaca). Berdasarkan data statistic PBB Tahun 2005 tentang daftar peringkat
kemelekhurufan negara- negara did unia Indonesia menempati urutan ke 85 dari 175 negara.
Di Indonesia sendiri saat ini terdapat 10 Provinsi tingkat kebutaan hurufnya tergolong tinggi.
Dikatakan tinggi jika buta aksaranya itu diatas 10 persen. Provinsi yang tergolong
kebutaaksaraanya tinggi itu diantaranya Provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa
Tenggara Barat, Jawa Barat serta Sulawesi Selatan. Sisi lain dewasa ini tengah dicanangkan
program millennium development goal (MDGs) yang salat satu tujuanya adalah target
pencapaian penyelesaian Pendidikan dasar(primary schooling) bagi siapapun pada 2015.
Pengajaran membaca permulaan menurut Ngurah Oka (1987:71) lebih ditujukan pada
pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca. Dasar-dasar dimaksud antara lain :
R. Masri Sureb Putra (2008:4) menjelaskan membaca permulaan itu diperutukkan bagi siswa
kelas 1 sampai 3 SD. Penekanan pembelajaranya difokuskan terhadap pengondisian siswa
untuk masuk dan mengenal bacaan.
Pemahaman mendalam akan mencari bacaan belum menjadi perhatian. Konsekuensi dari focus
penelitian pembelajaran mereka permulaan tersebut. Bapak orientasi pembelajaran lebih
diarahkan pada pengenalan lambing bunyi, pelafal lambing bunyi, pelafalan lambing bunyi,
kelancaran dan ketepatan mengucapkan lambing-lambing bunyi. Oleh karenanya
pembelajaran membaca permulaan lebih menekankan kegiatan membaca nyaring dan
membaca teknis.
Secara umum tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah melek huruf istilah ini
sering di versuskan dengan merk wacana. Apa bedanya? Melek huruf secara sederhana dapat
diartikan sebagai kemampuan mengenali lambing-lambing Bahasa tulis dan kemampuan
menyembunyikanya atau melafalkanya dengan benar. Sebagai contoh si pembaca dapat
membedakan/ Badu/ dengan dadu. Melalui pelafalan kedua itu meskipun pada awal masa
pengenalan lambing itu boleh bias jadi si pembaca belum memahami artinya. Perbedaan
ponem /b/ dan /d/ pada kefua kara itu akan menyebabkan perbedaan makna.
Membaca permulaan sebaliknya berakhir dikelas 2 SD. Setelah itu program pembelajaran
membaca permulaan secara berangsur harus sudah diarahlan pada kegiatan membaca lanjut.
Pada kegiatan permulaan jenis membaca dilatih pada anak adalah membaca nyaring atau
bersuara dan membaca teknis. Dengan jenis membca ini guru akan dapat mengontrol siswa
yang belum bias membaca dan bias membaca tetapi belum benar serta bias membaca dengan
lancer. Pengetahuan ini penting bagi guru guna menentukan tindak lanjut pembelajaran
membaca yang tepat bagi anak didiknya.
Membaca permulaan berfungsi sebagai peletak dasar atau fondasi bagi keberhasilan
seseorang dalam semua aspek kehidupanya kelas. Terdapat benyak ungkapan bijak yang
mengimplisitkan betapa pentingnya peran dan fungsi membaca bagi kehidupan.
Ungkapan-ungkapan bijak itu antara laun membaca merupakan jantungnya Pendidikan, buku
adalah Gudang ilmu dan membaca adalah kunci pembukanya, buku merupakan jendela
informasi dunia dan lain-lain. Ungkapan-ungkapan itu menyiratkan makna betapa
kemampuanmembaca memegang peran penting dalam kehidupan. Oleh karena memaca bukan
suatu keterampilan yang bersifat bawaan maka penguasaan atas keterampilan itu tidak dating
secara serta merta.
Membaca permulaan dikatakan sebagai peletak dasar atau fondasi bagi semua aspek
kehidupan, terlebih untuk kehidupan akademik karena tidak ada satupun dari aktivitas
akademik yang tidak melibatkan kegiatan membaca, melek huruf merupakan jembatan bagi
melek wacana. Melek wacana merupakan jendela untuk melongok dunia.
Tarigan (1979:10) dengan mengutip pendapat Broughton, et all (1978) menjelaskan sub-sub
keterampilan membaca itu menyebutkan tiga komponen berikut :
Lebih lanjut dijelaskan oleh Tarigan (1979:11) keterampilan membaca dibangun oleh dua
aspek penting yaitu :
Oleh karena itu jenis membaca yang cocok ditanamkan pada pembacaan permulaan adalah
jenis membaca nyaring atau membaca bersuara dan membaca teknis.
Penyaring pada kelas permulaan dimaksudkan untuk mengukur tingkar ketercapaian melek
huruf si pembelajaranya. Pada tataran linguistik lambang bunyi terkecil adalah fonem yang
bias dilambangkan pada berbagai bentuk seperti terdapat dalam system alfabet kita. Katakata
lepas hanya mengandung arti harfiah yang tidak selalu bisa mewadahi maksud pengujar atau
penulisanya. Menjadi lebih bermakna manakala diletakkan dalam bingkai kalimat. Demikian
seterusnya hingga akhirnya sampai pada tataran wacana.
2. Membaca teknis membaca bersuara atau membaca teknis bagi pembaca lanjut
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pembaca Bersama-sama dengan pendengar
untuk menangkap informasi dari suatu bacaan atau untuk menikmati bacaan. Oleh karena
itu menurut Tarigan (1993:22) kegiatan membaca bersuara pada tingkat lanjut, pembaca
pertama-tama dituntut untuk memahami makna serta perasaan yang terkandung dalam
bahan bacaan sebelum membacakan untuk orang lain. Untuk itu ia harus terampil
memahami lambanglambing.tertulis yang digunakan dalam tulisan yang akan dibacanya.
Selain itu seorang pembaca nyarinya efektif harus memiliki kemampuan menggerakkan
mata dengan cepat dan fleksibel karena selain harus kita membaca berdasarkan satu-
satuan unit idenya. Baik perkelompok maupun perkalimat ia juga harus memiliki kontak
mata dengan pendengarnya.
KEGIATAN BELAJAR 2
Membaca lanjut merupakan keterampilan membaca yang ditunjukkan untuk pembaca lanjut
dengan sasaran melek wacana, yakni kemampuan memahami memantik makna bacaan, baik
makna yang tersurat maupun makna yang tersirat .
Waples (1976) sebagaimana dikutip oleh Nurhadi 1987 mengelompokkan tujuan memecahkan
dalam beberapa keperluan berikut ini :
1. Mendapat alat tertentu (instrumental effect), yaitu membaca untuk memperoleh sesuatu
yang bersifat praktis
2. Mendapat hasil yang bersupah prestise (prestige effect) yaitu membaca untuk mendapat
rasa lebih ih (self image) dari orang lain
3. Memperkuat nilai-nilai kepribadian atau keyakinan atau suatu pilihan
5. Membaca untuk menghindari diri dari kesulitan, ketakutan atau kekhawatiran tertentu.
Tujuan –tujuan khusus membaca ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut ini :
4. Remaja untuk memenuhi kepuasan atas kenikmatan emosi tujuan ini berkaitan dengan
kegiatan membaca untuk kepentingan hiburan
5. Untuk mengisi waktu luang kegiatan membaca ini tidak dilakukan dengan meluangkan
waktu khusus atau rencana dan mencari informasi tertentu, tetapi sematamata dilakukan
hanya untuk memanfaatkan waktu luang yang ada.
6. C. FUNGSI DAN MANFAAT MEMBACA LANJUT
7. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa membaca secara khusus bermanfaat untuk
memenuhi keperluan akan informasi para pembaca sesuai dengan fungsi yang diusung
oleh kegiatan membaca itu sendiri. Manfaat lebih lanjut dari aktivitas membaca
berkaitan dengan peningkatan kualitas kehidupan seseorang dalam berbagai aspek
kehidupan misalnya aspek Pendidikan atau akedemik, aspek ekonomi, aspek social, dan
aspek pekerjaan serta lain-lain.
D. JENIS MEMBACA LEBIH LANJUT
Jenis membaca yang dikembangkan dalam membaca lanjut adalah membaca dalam
hati. Lihat dari cakupan bahanya membaca dalam hal ini terbagi ke dalam membaca intensif dan
membaca ekstensif. Membaca intensif ditujukan untuk bahan yang sempit dan sedikit, sementara
membaca ekstensif untuk bahan yang banyak dan luas. Jenis membaca nyaring yang
dikembangkan dalam membaca lanjut harus didahului oleh pemahaman yang dilakukan melalui
kegiatan membaca dalam hati terlebih dahulu, baru kemudian menyuarakanya. Contoh membaca
naskah pidato, membaca naskah perangkat upacara dan membaca puisi serta lain-lain.
a. Sebelum naskah pidato itu dibaca secara nyariin pahamilah terlebih dahulu isinya
melalui kegiatan membaca dalam hati
b. Berupayalah menggunakan bahas tubuh secara tepat dengan bantuan mimic dan gestur
tubuh yang mendukung
c. Upaya untuk memelihara kontak mata dengan pendengar jangan terpaku pada naskah
pidato secara terus menerus tanpa menghiraukan pendengarnya.
d. Bacalah teks pidatoitu dengan vocal yang jelas serta lagu dan intonasi yang tepat
Internet merupakan salah satu sumber infomasi yang popular dewasa ini. Karena itupembaca
harus dapat memanfaatkan sumber ini dengan baik.
Selain harus menguasai Teknik penelusuranya, kecepatan membaca (scanning dan skimming)
juga sangat diperlukan dalam membaca wacana informatif di internet.
Dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memahami bacaan berupa karya sastra ada tiga jenis
kode yang harus kita kuasai. Ketidakadilan yang dimaksud adalah kode Bahasa, kode budaya
dan kode sastra (teeuw. 1991:12-17). Dalam hal; ini kita harus menguasai Bahasa yang dipakai
sebagai media suatu karya sastra, memahami budaya masyarakat tempat karya sastra tersebut
dihadirkan dan memahami qada sastra yang menjadi konversi masyarakatnya.
Menurut Teeuw (1991:17-19) kode sastra tidak terlepas dari kode Bahasa. Sastrawan
memanfaatkan kode Bahasa sedemikian rupa untuk menyampaikan pesan dan keindahan yang
selanjutnya diterima masyarakat sebagai suatu konvensi sastra. Konvensi itulah selanjutnya
dikenal sebagai kode sastra.